Disusun Oleh :
Evie Noor Hidayati
5.21.037
Disusun Oleh :
Evie Noor Hidayati
5.21.037
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Laporan Karya Tulis Ilmiah Ners dengan judul “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada
Semarang” ini telah disetujui dan dipertahankan Di hadapan Tim Penguji Program
Pembimbing,
iii
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : 5.21.037
Woltermangunsidi Semarang
DEWAN PENGUJI
iv
PERNYATAAN ORSINALITAS
Karya Tulis Ilmiah Ners ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik
NIM : 5.21.037
Tanda Tangan :
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Sebagai civitas akademik STIKES Telogorejo Semarang, saya yang bertanda tangan
di bawah ini :
NIM : 5.21.037
Yang menyatakan,
vi
ABSTRAK
Latar Belakang. Kanker merupakan masalah kesehatan yang masih ditakuti oleh
sebagian besar masyarakat dunia termasuk Indonesia. Menurut WHO, pada tahun
2012 diperkirakan terdapat 14 juta kasus baru kanker dan pada tahun 2012 terdapat
8,8 juta kasus kematian akibat kanker di dunia. Kanker kolorektal merupakan salah
satu kasus kanker yang sering terjadi dan menduduki peringkat ketiga penyebab
berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan, riwayat keluarga, keluhan utama, tingkat
Hasil. Dari penelitian ini diperoleh bahwa dari 81 sampel pasien karsinoma
kolorektal lebih banyak ditemukan pada laki-laki (54,3%), usia≥ 50 tahun (64,2%),
pasien yang bekerja (54,3%), tingkat konsumsi daging merah tidak representatif,
pasien yang tidak mempunyai riwayat keluarga (77,8%), keluhan utama berupa
kolorektal lebih sering terjadi pada pasien usia lanjut dan pasien yang datang
kebanyakan telah terkena stadium lanjut, oleh karena itu sangat disarankan untuk
vii
ABSTRAK
Background. Cancer is a health problem that is still feared by most of the world's
million new cancer cases and in 2012 there were 8.8 million cancer deaths in the
world. Colorectal cancer is one of the most common cancer cases and is the third
leading cause of cancer death in the world. Based on data from the Ministry of
patients based on age, gender, occupation, family history, chief complaint, level of
Results. From this study, it was found that from 81 samples of colorectal carcinoma
patients, more were found in men (54.3%), age ≥ 50 years (64.2%), working patients
family history (77.8%), the main complaint is hematochezia (32.1%), stage III
(45.7 %), and rectum (35.8%). Conclusion. Colorectal carcinoma is more common in
elderly patients and patients who come mostly have advanced stages, therefore it is
highly recommended to do early detection starting from the age of 50 years and over.
viii
PRAKATA
Syukur Puji Tuhan peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
kasih karunia dan anugerah-Nya yang melimpah atas hidup kita, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Ners ini dengan judul “Asuhan
Ilmiah Ners ini disusun untuk memperoleh gelar Ners pada Program Studi
selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ners ini dapat diselesaikan berkat
dukungan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan
kerendahan hati dan dengan hati yang tulus perkenankan penulis menyampaikan
3. Ns. Sri Puguh Kristiyawati, M.Kep., Sp.MB, selaku Ketua Program Studi
Semarang.
proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ners dan selaku koordinator Profesi
Ners.
5. Ns. Prita Adisty Handayani, M.Kep., RN, selaku penguji yang telah
ix
meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan arahan dalam penyusunan
6. Bapak dan ibu dosen STIKES Telogorejo Semarang yang telah memberikan
7. Bapak Suprayitno dan Ibu Saminah selaku orang tua saya yang sangat saya
cintai dan sayangi terimakasih atas doa, motivasi, dan dukungan baik secara
8. Teman – teman Alih Jenjang semua yang saling support satu sama lain, dan
10. Teman – teman Profesi Ners angkatan 2021 / 2022 STIKES Telogorejo
Semarang yang selalu mendukung satu sama lain, menjaga kekompakan dan
kebersamaan kita.
penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ners ini, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan Karya Tulis
Ilmiah Ners ini, dan nantinya akan barmanfaat bagi semua pihak. Akhir kata semoga
Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat, berkat, serta karunia-Nya kepada
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. ii
PRAKATA ............................................................................................................ ix
xi
2. Batasan Lansia .................................................................................... 11
2. Etiologi ................................................................................................ 20
4. Patofisiologi ........................................................................................ 22
5. Pathways. ............................................................................................ 24
7. Penatalaksanna .................................................................................... 28
1. Pengkajian ........................................................................................... 29
2. Diagnosa Keperawatan........................................................................ 34
4. Evaluasi ............................................................................................... 43
A. Pengkajian ................................................................................................. 46
A. Pengkajian. ................................................................................................ 55
xii
A. Kesimpulan ............................................................................................... 76
B. Saran ......................................................................................................... 78
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
profesional ditujukan pada lansia baik sehat maupun sakit yang bersifat
merupakan orang yang berusia lebih dari 60 tahun (Dewi, 2014, hlm. 1).
mengatasi gangguan kesehatan umum yang terjadi pada lanjut usia (Kholifah,
Lanjut usia merupakan suatu proses tumbuh kembang yang dialami setiap
manusia dan tidak bisa dihindari, dalam tumbuh kembang setiap manusia
tidak secara tiba – tiba menjadi tua, tetapi ada fase yang harus dilewati oleh
setiap manusia mulai dari bayi, anak – anak, dewasa, dan akhirnya menjadi
tua atau lansia. Proses tumbuh kembang tersebut normal bisa terjadi pada
semua orang, dalam tumbuh kembang setiap manusia terjadi perubahan baik
secara fisik dan tingkah laku sesuai usia tahap perkembangan kronologis
fisik, kejiwaan dan sosial, perubahan ini memberikan pengaruh pada seluruh
1
2
Pada perubahan kesehatan yang dialami oleh lansia salah satunya adalah
nyeri pada perut, mengeluarkan darah pada feses, kelelahan, anemia, selera
2016). Selain terjadi adanya benjolan/polip kecil, penyakit tidak menular juga
banyak muncul pada saat lanjut usia. Penyakit tidak menular merupakan
Penyakit tidak menular adalah penyakit yang memiliki durasi lama dan
DM, hipertensi, stroke, penyakit sendi atau rematik dan tidak ditularkan dari
menyerang bagian usus besar, yakni bagian akhir dari sistem pencernaan.
jaringan usus besar, terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus besar)
tahun yaitu sekitar 51% dari seluruh pasien dan pasien dibawah 40 tahun
individual penyakit kronis inflamatori pada usus. Faktor risiko yang dapat
pada pola buang air besar termasuk diare, atau konstipasi, pendarahan
pada buang air besar atau ditemukannya darah di feses, rasa tidak
seluruhnya kosong sesudah buang air besar, rasa cepat lelah dan penurunan
pola buang air besar termasuk diare, atau konstipasi, perdarahan pada
buang air besar atau ditemukannya darah di feses, rasa tidak nyaman
4
pada bagian abdomen, Perut terasa nyeri, kram, atau kembung, mual,
seluruhnya kosong sesudah buang air besar, rasa cepat lelah dan
Sehingga dalam hal tersebut sebagai perawat harus tanggap terhadap kondisi
yang dituntut untuk dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain,
dan potensi klien, changeagent sebagai pembaru yang selalu dituntut untuk
RI.2016).
mengatakan merasakan nyeri pada perut kiri bawah luka operasi, terutama
saat digunakan untuk beraktivitas dan nyeri bertambah saat digunakan untuk
rumah sakit dan melakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti usg abdomen,
dan mengkonsumsi obat dari rumah sakit yaitu anti nyeri asam mefenamat
dan anti biotik ciprofloxacin. Sebelumnya pasien tidak pernah sakit serius
seperti ini dan tidak ada riwayat penyakit keturunan seperti Hipertensi dan
Diabetes Mellitus.
Hasil pengkajian lain yang diperoleh pada pasien kelolaan yaitu pasien
dan daging kambing dan juga masih mengkonsumsi minuman manis seperti
kopi dan teh yang beresiko menyebabkan diabetes sebagai factor dari kanker
kanker kolorektal dan makanan yang tidak boleh dikonsumsi oleh penderita
resiko seperti faktor asupan makanan yang berlemak, obesitas, dan penyakit
berlemak terdiri dari dua yaitu makanan berlemak tidak sehat dan makanan
berlemak sehat. Makanan berlemak yang tidak sehat adalah makanan yang
mengandung banyak lemak jahat, seperti lemak jenuh, kolesterol, dan lemak
trans. Jenis lemak ini terdapat pada makanan seperti daging merah, kulit
ayam, susu full cream, hingga makanan cepat saji atau makanan olahan
6
akan bertambah berat apabila disertai dengan pola konsumsi yang tidak
yaitu secara non farmakologis salah satunya dengan terapi Self healing atau
mengeluarkan perasaan dan emosi yang terpendam dari dalam tubuh. Proses
metode ini dapat dilakukan dengan hipnosis, terapi qolbu, atau menenangkan
pikiran. Dalam latihan self healing, ada beberapa aspek yang dilibatkan yakni
Seseorang yang melakukan self healing lebih baik berhenti sejenak dari
segala rutinitasnya, sehingga bisa berinteraksi dengan diri sendiri (Han &
goleman, 2019).
Pasien kanker kolorektal dalam asuhan keperawatan dengan nyeri akut oleh
duduk dengan posisi nyaman menutup kedua mata, tarik napas dalam dan
semangat, yaitu pasien disini tidak sendiri, pasien masih ada keluarga yang
yang hidup akan kembali kepadanya. Dengan memberikan terapi self healing
intervensi 4ES tidak efektif yaitu pemberian terapi relaksasi nafas dalam
untuk menurunkan rasa nyeri perut post operasi pada kanker kolorektal,
dapat membantu mengurangi rasa nyeri dan mengurangi konsumsi obat pada
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Semarang.
2. Tujuan Khusus
Semarang.
8
Semarang.
Semarang.
Semarang.
C. Manfaat
Hasil analisa ini dapat dijadikan bahan ajar pendidikan dan bermanfaat
Woltermangunsidi Semarang.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Lanjut usia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas,
lanjut usia merupakan fenomena biologis yang tidak dapat dihindari oleh
setiap individu. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
dikategorikan lansia akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process
Lanjut usia merupakan proses tumbuh kembang dari bayi, anak- anak,
pada saat sudah masuk usia tahap perkembangan kronologis tertentu dan
kualitas hidup (Azizah, 2011). Lansia atau menua dapat terjadi pada setiap
10
11
2. Batasan lansia
tahun, lanjut usia (elderly) usia 60 – 74 tahun, lanjut usia tus (old) usia 75 –
90 tahun, usia sangat tua (very old) usia di atas 90 tahun. Menurut Prof. Dr.
Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age) usia > 65 tahun
atau 70 tahun, masa lanjut usia (geriatric age) tersebut dibagi menjadi tiga
batasan umur yaitu young old usia 70 – 75 tahun, old usia 75 – 80 tahun, dan
Ciri – cici lanjut usia menurut Kholifah (2016 dalam Sitanggang, 2021, hlm.
4) sebagai berikut :
dari masyarakat.
perubahan yaitu pada jumlah sel akan menurun dan ukuran sel lebih
pada indra pengecap akan menurun dan rasa lapar menurun, sistem
flow (RPF) dan glomerular filtration rate (GFR) atau klirens kreatinin
menurun sejak usia 30 tahun dan jumlah darah yang difiltrasi oleh ginjal
anak ginjal berkurang pada lanjut usia. Sistem integument kulit akan
pinggang, lutut dan jari – jari pergelangan terbatas dan gangguan gaya
gerak dan gerakan yang melambat yaitu pada struktur tulang mengalami
6) Atrofi serabut otot dan aliran darah ke otot berkurang sejalan proses
menua
Pada perubahan mental yang terjadi pada lansia meliputi sikap semakin
tahun yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan
cara memberi contoh cara mencintai dan keadilan (Tim EduNers, 2021,
hlm. 16).
16
pencernaan. Kondisi ini dapat terjadi pada salah satu atau beberapa organ di
lambung, usus halus, usus besar, dan berakhir di anus. Sedangkan hati,
lansia yaitu BAB yang kurang lancar, sering diare, BAB merah cair.
Sehingga itu bisa menyebabkan peradangan pada usus besar ( kolon) dan
Tekanan darah pada lansia akan mengalami tekanan darah tinggi pada
penyakit misalnya seperti gangguan ginjal dan pola makan yang kurang
17
pengawet.
b. Kolesterol
Kolesterol sering tinggi karena pola makan yang kurang baik ditambah
makan yang buruk saat muda akan dirasakan ketika umur sudah di atas
50 tahun.
c. Jantung
Penyakit jantung terjadi karena gaya hidup yang tidak sehat sehingga
d. Stroke
muda oleh sebab itu pada usia lanjut harus berhati – hati karena pola
makan dan pola hidup yang kurang baik dan penyakit stroke berupa
PTM merupakan penyakit penyakit yang tidak bisa ditularkan dari orang
dini, pengendalian faktor resiko dan kontrol kesehatan serta minum obat
karena berbagai faktor, seperti kebiasaan merokok, diet atau pola makan
beralkohol.
f. Artritis
g. Diabetes
Diabetes atau tingginya kadar gula darah karena gangguan insulin adalah
h. Resiko jatuh
Pola tidur pada lansia mengalami perubahan kebutuhan tidur pada usia
40-an menjadi sekitar 7 jam sedangkan pada usia diatas 80 tahun menjadi
j. Ansietas / kecemasan
peran dalam keluarga, dan grieving / bersedih (Senja & Tulus, 2019, hlm.
8 – 12).
20
1. Pengertian
yakni bagian akhir dari sistem pencernaan. Sebagian besar kasus kanker
kolorektal adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus besar, terdiri
2. Etiologi
Beberapa faktor risiko tersebut ada yang tidak bisa diubah, seperti usia lebih
dari 50 tahun, riwayat menderita polip, riwayat menderita infeksi usus besar
(colitis ulcerative atau penyakit Chron), dan memiliki anggota keluarga yang
mempunyai riwayat polip atau kanker usus besar. Faktor risiko lain adalah
pola hidup yang tidak sehat yang dapat meningkatkan risiko kanker
daging merah dan daging olahan secara berlebihan. Oleh sebab itu, untuk
kanker kolorektal. Diperkirakan, satu dari lima kasus kanker usus besar di
adenoma menjadi kanker usus besar. Faktor risiko tinggi lain adalah
meningkatkan risiko kanker kolorektal. Lebih baik konsumsi buah dan sayur
makanan dan membuat feses lebih berat sehingga mudah dibuang (Kemenkes
RI, 2019).
3. Manisfestasi Klinis
a. Perubahan pada pola buang air besar termasuk diare, atau konstipasi
atau perubahan pada lamanya saat buang air besar, dimana pola ini
perubahan pola itu terjadi sebagai perubahan bentuk dari feses atau
kotoran dari hari ke hari (kadang- kadang keras, lalu lunak, dan
seterusnya)
c. Rasa tidak nyaman pada bagian abdomen atau perut seperti keram, gas
dijelaskan sebabnya
4. Patofisiologi
dari polip adenoma. Insidensi tumor dari kolon kanan meningkat, meskipun
umumnya masih terjadi di rektum dan kolon sigmoid. Polip tumbuh dengan
lambat, sebagian besar tumbuh dalam waktu 5-10 tahun atau lebih untuk
menjadi ganas. Ketika polip membesar, polip membesar di dalam lumen dan
mulai menginvasi dinding usus. Tumor di usus kanan cenderung menjadi tebal
dan besar, serta menyebabkan nekrosis dan ulkus. Sedangkat tumor pada usus
kiri bermula sebagai massa kecil yang menyebabkan ulkus pada suplai darah
(Black & Hawks, 2014). Pada saat timbul gejala, penyakit mungkin sudah
menyebar ke dalam lapisan lebih dalam dari jaringan usus dan organ-organ
sering berasal dari penyebaran tumor. Tanda ini tidak selalu terjadi, bisa saja
kelenjar yang jauh sudah dikenai namun kelenjar regional masih normal.
Sel-sel kanker dari tumor primer dapat juga menyebar melalui sistem
limpatik atau sistem sirkulasi ke area sekunder seperti hepar, paru-paru, otak,
tulang, dan ginjal. “Penyemaian” dari tumor ke area lain dari rongga
peritoneal dapat terjadi bila tumor meluas melalui serosa atau selama
23
maligna (minimal 50%) terjadi pada area rektal dan 20–30 % terjadi di
(muncul dari lapisan epitel usus) sebanyak 95%. Tumor pada kolon asenden
lebih banyak ditemukan dari pada pada transversum (dua kali lebih banyak).
Tumor bowel maligna menyebar dengan cara (Black & Hawks, 2014):
5. Pathways
25
6. Pemeriksaan Penunjang
c. Radiologi
mencapai 90% dalam mendeteksi polip yang berukuran >1 cm. Teknik
evaluasi, staging dan tindak lanjut pasien dengan kanker kolon, tetapi
d. Kolonoskopi
7. Penatalaksanaan
Reseksi en-bloc segmental untuk lesi yang tidak memenuhi syarat eksisi
lokal.
risiko tinggi
1. Identitas
melakukan pengkajian perlu dikaji biodata klien dan data – data lainnya
akuratnya dan sesuai kondisi klien, terdiri dari nama (agar tidak salah pasien
dalam pemberian terapi), Tempat Tanggal Lahir, usia lansia usia 60 tahun
3. Gejala yang dirasakan : perut bawah kiri, nyeri hilang timbul, nyeri dibagian
perut sebelah kiri, skala nyeri 4 terasa seperti ditusuk – tusuk dengan durasi
BAB lendir dan kadang keluar darah, nafsu makan menurun. Biasanya lansia
suka makan makanan yang banyak mengandung lemak seperti daging sapi,
daging ayam dan kurang makan sayur. Lansia hanya beli obat di warung
30
untuk menghentikan BAB nya, dan jika tidak ada perubahan periksa ke
dokter.
Klien menderita kanker kolorektal 1 bulan yang lalu dan sudah menjalani
operasi colostomy, luka post operasi bernanah, tidak ada riwayat genetic atau
keturunan. Klien takut menggerakan badan karena nyeri pada luka operasi
dan trauma jika bergerak luka nya sakit. Klien juga tidak punya alergi
6. Pola Fungsional
dan rutin kontrol ke dokter, lansia kurang memperhatikan pola hidup dan
daging ayam, kopi, teh, dan merokok. Lansia masih minum obat teratur
dari dokter.
Lansia tidur malam jam 22.00 sd jam 05.00, jika siang lansia jarang tidur
Klien sehari makan 3x 1 porsi tidak habis, kadang hanya minum jus aja.
Klien masih merasakan mual dan jika di kasih makan luka post operasi
e. Pola eliminasi
BAB sehari 2x pagi dan sore, lembek wrna kuning, lansia BAB
Peran diri, ideal diri, harga diri, cara pemecahan dan penyelesaian
masalah
dengan anaknya.
7. Pemeriksaan Fisik
a. TTV
dicabut
i. Thorax :
Auskultasi : vesikuler
Perkusi : sonor
j. Jantung : ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas jantung
dalam batas normal, S1 > S2, regular, tidak ada suara tambahan
k. Paru – paru : tidak ada ketinggalan gerak, vocal fremitus kanan-kiri, nyeri
tekan tidak ada, sonor seluruh lapang paru, suara dasar vesikuler seluruh
l. Abdomen :
disebelah kiri
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba
massa
m. Ekstremitas :
Superior : tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus otot cukup
Inferior : deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianosis (-), oedema (+)
Screening Fall sebagai penilaian resiko jatuh pada lansia dengan gangguan
9. Diagnosa Keperawatan
yaitu :
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri (SDKI, 2017, hlm. 124). Diagnosis ini dapat diangkat apabila
ini dapat diangkat apabila klien mengalami perasaan dan mengeluh tidak
nyaman terhadap suatu gejala penyakit dan kondisi yang dirasakan, gagal
terjatuh (SDKI, 2017, hlm 306). Diagnose ini dapat diangkat apabila
memakai kacamata.
Tabel 2.1
11. Implementasi
Observasi :
Terapeutik :
Edukasi:
41
Kolaborasi:
Observasi :
mobilisasi
Terapeutik:
pergerakan
42
Edukasi:
Observasi :
dan sebaliknya
Terapeutik :
terkuni
Edukasi :
untuk berpindah
perawat.
12. Evaluasi
pasien mencapai hasil yang diharapkan (Siregar, 2021, hlm. 90). Menurut
pasien ringan dengan skala 3 dari 10, tekanan darah dalam batas
balut..
gangguan keseimbangan.
46
BAB III
RESUME KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
lansia bernama Tn. A usia 60 tahun, dengan jenis kelamin laki - laki,
kolorektal ( Ca Colon ).
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama yang dirasakan lansia pada saat dikaji yaitu lansia
dirasakan dan dikeluhkan klien yaitu nyeri luka post operasi laparatomi,
balut luka.
46
47
c. Riwayat kesehatan yang lalu, lansia mengatakan 1 bulan yang lalu gejala
dirumah luka klien terbuka dan nanah banyak yang keluar kemudian
Klien mengatakan jika sangat khawatir dengan luka post operasi nya.
Klien takut kalau luka operasi nya tidak bisa sembuh dan kembali seperti
semula lagi. Klien juga mengatakan tidak tahu kenapa penyakit ini bisa
hipertensi.
3. Pemeriksaan fisik
dengan berat badan 52 kg. Pada pemeriksaan kepala lansia didapatkan bentuk
mesochepal, terdapat rambut beruban, tidak ada lesi. Pada pemeriksaan mata
didapatkan konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, fungsi
penglihatan sudah kabur, pasien tidak mampu jika melihat tulisan kecil –
kecil dengan jarak jauh sehingga terkadang lansia menggunakan alat bantu
lansia mampu mendengar suara dengan jelas dan telinga tampak bersih, pada
untuk berpindah, nyeri pada perut post operasi, pada pemeriksaan ekstremitas
atas didapatkan bahu kanan dan kiri simetris, tidak terdapat kelemahan pada
ekstremitas atas dan pada ekstremitas bawah terdapat edem pada lutut kaki
sebelah kiri, tidak menggunakan alat bantu dan kaki dapat digerakkan fleksi
dan ekstensi pada kaki sebelah kanan tetapi pada kaki sebelah kiri terasa
kaku karena terjadi edem pada lutut, dengan kekuatan otot ekstremitas 5555.
Pemeriksaan kulit didapatkan turgor kulit kurang elastis, sudah mulai keriput,
warna kulit sawo matang, tidak terdapat lesi. Pada pemeriksaan thorax
didapatkan inspeksi pada dada simetris, tidak terdapat lesi, pada palpasi vocal
fremitus paru kanan dan kiri simbang, perkusi sonor, auskultasi vesikuler.
ictus cordis teraba di ICS 5 mid clavicula, perkusi terdapat suara pekak,
inspeksi tidak terdapat lesi, auskultasi bising usus 13 x/menit, palpasi tidak
49
terdapat nyeri tekan dan tidak terdapat massa yang teraba keras, perkusi
4. Pola fungsional
Pada pengkajian klien sudah tahu memiliki penyakit kanker kolorektal dan
rutin kontrol ke dokter, lansia kurang memperhatikan pola hidup dan pola
makan sehrai – hari, masih sering mengkonsumsi daging sapi, daging ayam,
kopi, teh, dan merokok. Lansia masih minum obat teratur dari dokter.
Pada pola nutrisi metabolik keluarga mengatakan nafsu makan lansia A baik
dengan frekuensi makan 3x sehari, jenis makanan yang dimakan klien dalam
sehari 3 porsi nasi, sayur – sayuran seperti sayur bayam, dan lauk pauk
seperti ikan dan tempe, klien mengatakan tidak ada makanan yang tidak
disukai semua makanan suka dan tidak memiliki riwayat alergi terhadap
Pada pola eliminasi tidak ditemukan masalah pada lansia dan aktivitas sehari
– hari dilakukan secara mandiri, pola istirahat tidur klien mengatakan tidak
ada masalah, tidur siang 1 – 2 jam, pada saat malam hari klien tidur jam
22.00 dengan waktu 6 – 8 jam. Klien mengatakan pada saat merasakan nyeri
pada luka post operasi nya klien menjadi terbangun dan susah tidur.
50
Pola kognitif persepsi klien mengatakan penglihatannya kabur dan tidak jelas
saat membaca tulisan yang terlalu kecil, klien terkadang menggunakan kaca
kolorektal dengan gejala yang muncul adalah nyeri pada luka post operasi
perut bawah (P: nyeri post operasi, Q: tertusuk – tusuk, R: perut sebelah kiri,
S: 4, T: hilang timbul).
berikut:
nyeri pada perut kiri post operasi terutama saat digunakan untuk berjalan
nyerinya bertambah, pada saat merasakan nyeri pada luka post operasi nya
klien menjadi terbangun dan susah tidur dan mengkonsumsi obat untuk
mengurangi nyeri akibat dari luka post operasi yang dideritanya dari dokter
51
dengan hasil pengkajian nyeri P: nyeri luka post operasi Q: tertusuk – tusuk,
R: perut sebelah kiri, S: nyeri sedang 4, T: hilang timbul. Data objektif pada
tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil keluhan nyeri dari meningkat 1
melakukan terapi self healing dan melakukan terapi relaksasi napas dalam.
cukup menurun dari skala nyeri sedang 5 menjadi skala nyeri ringan 2.
Hasil evaluasi diminggu ke-2 nyeri yang dirasakan oleh lansia sebelum
sikap protektif cukup menurun, kesulitan tidur menurun pola tidur pada
kunjungan tampak pasien bisa menggeserkan badan nya dari bed ke kursi
dengan istirahat.
53
dengan klien sudah bisa berjalan dan melakukan aktivitas fisik, nyeri cukup
Diagnosa tersebut dibuktikan dengan keluhan klien pandangan kabur dan jika
stimulasi kulit cukup menurun (2) menjadi cukup meningkat (4) Persepsi
posisi kepala sedang (3) menjadi cukup meningkat (4) Persepsi posisi tubuh
sedang (3) menjadi cukup meningkat (4) Perbedaan bau sedang (3) menjadi
lingkungan.
54
untuk berpindah dari bed ke tempat duduk. Tujuan nya agar klien bisa
sendiri dari bed ke tempat duduk dan di awasi oleh keluarga. dukungan sosial
mengkonsumsi jus wortel dan jus pir . Pola hidup cukup membaik dibuktikan
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan menganalisis dan membandingkan antara teori dengan kasus
yang ditemui secara langsung mengenai “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada PTM :
A. Pengkajian
asuhan keperawatan kepada pasien atau klien dengan serangkaian tindakan yang
(Rohmah, 2019, hlm. 1). Pembahasan ini dilaksanakan dan diawali dengan
pengkajian asuhan keperawatan pada lansia yang terdiri dari identitas pasien,
dimensi biofisik, dimensi psikologi, dimensi fisik, dimensi tingkah laku, dimensi
Pengkajian identitas lansia meliputi nama Tn. A, jenis kelamin laki - laki, dan
55
56
oleh kategori laki – laki dengan persentase sebesar 57,7% pada responden rata –
rata berusia 50 - 79 atau lansia. Pada lansia kanker kolorektal bisa disebabkan
konsumsi alkohol kanker juga menyerang bagian usus besar yaitu sistem
kolorektal sekitar 1 bulan yang lalu dan sering mengkonsumsi makanan yang
berlemak yaitu daging sapi, daging ayam dan makanan manis seperti kopi, teh,
atau makan makanan yang banyak mengandung lemak, manis, merokok, dan
alkohol. Pada kasus lansia dengan kanker kolorektal dapat disimpulkan tidak ada
kesenjangan antara teori dengan kasus yang ditemui penulis, kanker kolorektal
merupakan suatu tumor maligna yang timbul dari jaringan epitel pada kolon atau
rektum. Kanker ini ditetapkan sebagai tumor ganas yang dijumpai di kolon dan
di rektum. Pada sistem pencernaan, kolon dan rektum merupakan suatu bagian
dari usus besar yang dikatakan juga sebagai saluran gastrointestinal. Lebih
tepatnya kolon terletak di bagian proksimal usus besar dan di bagian distal
Pada lansia semakin bertambahnya usia maka lansia lebih rentan terhadap
berbagai keluhan fisik baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit yaitu
salah satunya yang sering dialami oleh lansia adalah kanker kolorektal (Sayuti &
keras. Sehingga pada kasusu kanker kolorektal usia dapat mempengaruhi tingkat
kejadian pada lansia begitu juga dengan faktor lainnya seperti jenis kelamin,
dimana jenis kelamin laki – laki lebih banyak menderita kanker kolorektal
daripada perempuan dikarenakan pola hidup dan pola makan perempuan masih
bisa di batasi.
Teori diatas sejalan dengan pengkajian penulis bahwa usia dapat mempengaruhi
penyakit kanker kolorektal pada seseorang terlebih pada usia lansia yaitu 60
tahun. Dikarenakan pada lanjut usia terjadi kemunduran sel – sel tubuh karena
proses penuaan yang dapat menimbulkan dan rentan terhadap penyakit, menurut
(Suryono, dkk 2016 dalam Mulyati, 2018) proses penuaan akan berdampak pada
kesehatan.
Pada pemeriksaan fisik yang ditemukan pada klien di abdomen Terdapat luka
post operasi yang menyebab kan rasa nyeri. Nyeri merupakan sebagai
nyeri bisa terjadi dari derajat sedang hingga berat dan sering lebih dari satu
lokasi yang menimbulkan gangguan afektif, pasien menarik diri dari lingkungan
buruk pada kualitas hidup pasien (Sudarsa, 2020, hlm. 8). Dalam pengakajian
yang dilakukan penulis diasumsikan bahwa nyeri sedang yang terjadi pada klien
merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas yang sedang. Penyakit kolorektal
58
disebabkan ketika sel – sel yang sehat di usus besar mengalami perubahan
susunan DNA karena mutasi. DNA adalah sumber informasi dari suatu sel yang
berisikan apa saja yang harus dilakukan oleh sebuah sel. Sehingga dapat
menyebabkan kerusakan DNA yang biasanya disebablan oleh zat – zat dari luar
tubuh. ( Kemenkes,2020).
Teori tersebut sejalan dengan pengakajian yang dilakukan penulis pada lansia
bahwa pasien mengatakan nyeri pada perut kiri post operasi dengan pengkajian
nyeri yaitu P: nyeri post operasi, Q: tertusuk – tusuk, R: lutut sebelah kiri, S: 4,
lansia didapatkan tekanan darah yaitu 130/80 mmHg dan nadi 90 x/menit, hal ini
dikarenakan klien merasakan nyeri postoperasi menurut SDKI (2017, hlm. 172)
tanda gejala yang timbul karena nyeri akut yaitu terjadi peningkatan tekanan
kolorektal menyebabkan nyeri akut, perut sebelah kiri terdapat luka post operasi,
nyeri luka ketika berpindah tempat. Kanker kolorektal ditandai dengan adanya
BAB berdarah, nafsu makan nenurun, muntah, diare, perut terasa sakit. Gejala
kehidupan sehari – hari sehingga dapat berakibat terjadi gangguan mobilitas fisik
seperti perubahan menetap pola buang air besar, berupa diare dan konstipasi,
59
timbul rasa lelah yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, gangguan tidur,
Pada pengkajian pola fungsional pola kesehatan dan pola manajemen kesehatan
memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan menjaga pola makan
yang lebih baik khususnya pada pasien lansia (Andayani dan Waladi, 2014).
memperhatikan pola hidup dan pola makan sehari – hari, masih sering
penelitian jurnal cancaer cell (2021) mengatakan diet yang paling utama pada
orang yang penyakit kanker kolorektal yaitu konsumsi sayur, buah, kacang –
kacangan karena makanan ini kaya akan vitamin, mineral, protein, serat, dan
lemak sehat. Sedangkan makanan yang tidak boleh yaitu makanan yg olahan dan
tinggi gula seperti daging sapi, daging ayam, teh, merokok dan alkohol karena
mkanan initerdapat lemak yang tidak sehat dan dapat menimbulkan terjadi nya
kanker.
60
Pencegahan kanker kolorektal harus dengan menerapkan pola hidup yang sehat,
hal ini dilakukan dengan diet makanan yaitu dengan mengurangi konsumsi
makanan yang berlemak, manis, merokok selain dengan diet makanan bisa juga
dengan melakukan olahraga secara teratur dan menurunkan berart badan jika
kolorektal cukup penting dilakukan untul melemaskan otot – otot yang kaku
penglihatan yaitu lansia mengatakan penglihatannya sedikit kabur dan tidak jelas
saat membaca tulisan yang terlalu kecil, klien terkadang menggunakan kaca
mata. Menurut Dewi (2014) perubahan sistem penglihatan pada lansia erat
penyangga lensa lemah, ketajaman penglihatan dan daya akomodasi dari jarak
warna atau terjadi menurunnya kemampuan membedakan warna hijau dan biru.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
kasus.
Pada pengkajian sistem integument didapatkan hasil turgor kulit tidak elastis,
terdapat kulit tangan yang kering serta sudah keriput. Perubahan integument pada
lansia terjadi pada wajah, leher, lengan dan tangan menjadi lebih kering dan
61
(Hardiyanti & Siti, 2020). Pada lansia laki - laki yang memiliki usia lebih dari 60
tahun kulit akan kehilangan fleksibilitas sehingga akan mengendur (Dewi, 2014).
Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan
kasus, selain perubahan fisik yang terjadi pada lansia juga mengalami berbagai
masalah kesehatan.
Masalah kesehatan yang sering dialami oleh lansia yaitu masalah psikologis atau
mental, pada lansia perlu dilakukan pengkajian khusus untuk menilai fungsi
kognitif lansia yang terdiri dari fungsi kognitif SPMSQ menunjukkan bahwa
didapatkan hasil ada 3 kesalahan sehingga fungsi intelektual atau kognitif lansia
kuesioner MMSE didapatkan total nilai klien 25 artinya lansia tidak ada
kerusakan atau penurunan yang progresif terutama pada aspek psikologis. Pada
pengkajian yang dilakukan penulis lansia mengatakan lupa dengan umur dan
tanggal serta tahun ia lahir, menurut Kartinah (2011 dalam Kresnawati, 2011)
didukung oleh data yang didapatkan saat melakukan pengkajian, dimana menurut
gejala yaitu suatu yang dapat diobesitas dan sesuatu yang dirasakan oleh klien.
Pada teori terdapat 5 diagnosa yang muncul pada lansia dengan kanker kolorektal
yaitu nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis, gangguan mobilitas fisik b.d nyeri,
resiko jatuh b.d gangguan penglihatan, dan gangguan pola tidur, gangguan citra
tubuh.
Pada kasus ini diagnosa yang digunakan adalah diagnosa menurut SDKI (2017)
dimana pengertian diagnosa keperawatan itu sendiri adalah suatu penilaian klinis
terhadap suatu masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang terjadi berkaitan dengan kesehatan (SDKI, 2017). Pada kasus ini dan
actual atau potensial dalam waktu yang mendadak atau lambat dengan
diprediksi, dan dalam durasi waktu kurang dari 3 bulan. Nyeri akut
jaringan actual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
dan sulit tidur sedangakan tanda dan gejala minor yaitu tekanan darah
yang terjadi pada lansia yaitu ditemukan data mayor untuk data
data minor untuk data subjektifnya lansia mengatakan nyeri pada perut
dan untuk data objektifnya yaitu tekanan darah normal, frekuensi nadi
meningkat.
dengan SDKI, 2017 yaitu antara nyeri akut berhubungan dengan agen
data didukung lansia mengatakan nyeri pada perut sebelah kiri post
berlebihan, sering terbangun pada saat malam hari karena nyeri luka , dan
balut terdapat luka memerah dan hasil pemeriksaan TTV tekanan darah
diagnosa nyeri akut didukung dengan data mengalami nyeri pada perut
sebelah kiri skala nyeri 4, tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi nadi
ada nanah.
kualitas nyeri, penyebaran nyeri, skala nyeri, waktu nyeri, jelaskan faktor
manajemen nyeri saat nyeri kambuh, latih klien prosedur self healing,
ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dan
terjadi. Ketika berhasil melakukan self healing, maka kita akan menjadi
trauma di masa lalu. Pemanfaatan self healing dengan cara menutup mata
sendiri 10-15 menit dalam waktu sehari 2 kali. ( Justinus, 2021). Yang
68
sakit, depresi dan tidur pada pasien dengan rasa sakit kronis: percobaan
dan sesudah setiap sesi, dan Beck Depression Inventory dan Pittsburgh
Sleep Quality Index sebelum sesi pertama dan setelah sesi terakhir.
dan tangan kiri pada perut selanjutnya memerintahkan pasien supaya tarik
pertanyaan yang diberikan, dan lansia paham dengan apa yang sudah
mandiri dengan gejala dan tanda mayor mengeluh sulit tidur, kekuatan
otot menurun, rentan gerak / ROM menurun, untuk gejala dan tanda
70
jika berjalan masih di bantu. Menurut Setiati (2014 dalam Milyati, 2021)
dan neuromuskular.
tentang mobilisasi saat nyeri gerak karena luka post operasi atau keluhan
mobilisasi atau menyedikan alat bantu jalan pada saat nyeri gerak luka
cara benar minum obat melalui pendidikan kesehatan 6 cara benar minum
lansia mengeluh pandangan kabur klien tidak bisa mampu jika melihat
tulisan kecil – kecil dengan jarak jauh. Saat dilakukan kunjungan lansia
menurun (2) menjadi cukup menurun (4), Persepsi stimulasi kulit cukup
menurun (2) menjadi cukup meningkat (4), Persepsi posisi kepala sedang
(3) menjadi cukup meningkat (4), Persepsi posisi tubuh sedang (3)
menjadi cukup meningkat (4), Perbedaan bau sedang (3) menjadi cukup
(SDKI, 2017).
oleh keluarga edukasi yang diberikan dan dijelaskan yaitu dengan cara
berjalan lurus dengan posisi tumit kaki menyentuh jari kaki lainnya.
rileks dan nyaman, lebih bisa berhati hati dalam berpindah tempat
Diagnosa yang tidak muncul pada kasus tersebut yaitu gangguan pola tidur
dan gangguan citra tubuh. Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan
kuantitas waktu tidur akibat fantor eksternal dengan gejala dan tanda mayor
yaitu mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga, mengeluh tidak puas
tidur, mengeluh pola tidur berubah, mengeluh istirahat tidak cukup, dan
75
mengeluh pada saat tidur malam sering terbangun yang disebabkan nyeri post
operasi dan pada saat tidur siang lansia mengatakan bisa tidur dan pola tidur
Diagnosa keperawatan kedua yang tidak muncul yaitu gangguan citra tubuh.
struktur dan fungsi fisik individu dengan gejala dan tanda mayor
data yang mendukung seperti lansia lebih sering menyendiri atau tidak
data pengkajian pada klien yang mendukung diagnosa gangguan citra tubuh
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini penulis akan membahas simpulan dari analisis kasus asuhan keperawatan
gerontik dengan nyeri akut pada lansia penyakit tidak menular (PTM) : Kanker
pelayanan.
A. Simpulan
diantaranya lansia mengeluh nyeri post operasi perut sebelah kiri, tampak
meringis, luka kemerahan dan ada pus , frekuensi nadi meningkat, tekanan
darah lansia meningkat, dan bersikap protektif. Tanda gejala yang muncul
dengan SLKI, yaitu tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil keluahan
76
77
kolorektal sesuai diagnosa yang sudah ditegakkan dan sesuai SIKI, yaitu
nyeri, lakukan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri dengan self
rasa nyeri, selain intervensi tersebut lansia dapat diedukasi metode 4ES untuk
melakukan teknik relaksasi nafas dalam, meditasi self healing, dan edukasi
selama 8x pertemuan.
Terdapat kesenjangan antara kasus dan teori yaitu diagnosa gangguan citra
B. Saran
self healing dan metode 4ES dapat digunakan dan diterapkan sebagai salah
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menjadi media belajar terutama
kolorektal dan penyakit tidak menular. Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan
masalah nyeri akut pada lansia penyakit tidak menular (PTM) : Kanker
Kolorektal dan intervensi apa saja yang dapat diberikan pada lansia.
Karya Tulis Ilmiah ini dapat dijadikan intervensi tambahan dan bahan
pada lansia penyakit tidak menular (PTM) : kanker kolorektal supaya dapat
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, Rita Benya., Dwi Sulistyowati., dkk. (2021). Buku Ajar Keperawatan Gerontik.
Indramayu Jawa Barat: CV. Adanu Abimata
Ballsy C A., Pangkey., Adventina Delima Hutapea., dkk. (2021). Dasar – Dasar
Dokumentasi Keperawatan. Medan Sumatera Utara: Yayasan Kita Menulis
Dewi, Sofia Rhosma. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 1 Cetakan 1.
Yogyakarta: Deepublish
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmkeperawatanFK/article/viewFile/29625/75676579
194 diakses: 22 Maret 2022, jam 09.50
Gemini, Savitri., Revi Yulia., dkk. (2021). Keperawatan Gerontik. Aceh: Yayasan
Penerbit Muhammad Zaini
Hardiyanti & Siti. (2020). Pengaruh Latihan Teknik Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Kadar Gula Darah Pada Lansia Penderita Diabetes Mellitus Di Desa
Ngemplak Kecamatan Karangnongko Kabupaten Klaten. Repository
Universitas Muhammadiyah Klaten. http://repository.stikesmukla.ac.id/310/
diakses: 5 Mei 2022, jam 17.45
Helmi, Zairin Noor. (2013). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba
Medika
80
81
Iqbal., dkk. (2011). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika
Kholifah, Siti Nur. (2016). Konsep Lanjut Usia dan Proses Penuaan. Jakarta: Tim
P2M2
Kresnawati, Indah., Abi Muhlisin, dkk. (2011). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Keaktifan Lanjut Usia (Lansia) Dalam Mengikuti Kegiatan Di Posyandu
Lansia Desa Gonilan Kecamatan Kartasura. Repository Universitas
Muhammadiyah Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/14760 diakses: 5
Mei 2022, jam 18.00
Kumar, Subodh., dkk. (2018). Anti Inflammatory Action of Ginger: A Critical Review in
Anemia of Inflammation and Its Future Aspect. International Journal of Herbal
Medicine, 1(4)
Lukman & Nurna Ningsih. (2011). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika
Nasrullah, Dede. (2016). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Jilid 1 Dengan Pendekatan
Asuhan Keperawatan NANDA, NIC dan NOC. Jakarta Timur: CV. Trans Info
Media
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
82
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus PPNI
Rohmah, Nikmatur & Saiful Walid. (2019). Proses Keperawatan Berbasis KKNI
(Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia). Malang: Edulitera (Anggota
IKAPI)
Rosyidi, Kholid. (2013). Muskloskeletal. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media
Senja, Amalia & Tulus Prasetyo. (2019). Perawatan Lansia Oleh Keluarga Dan Care
Giver. Jakarta: Bumi Medika
Sitanggang, Yenni Ferawati., Sanny Frisca., dkk. (2021). Keperawatan Gerontik. Medan
Sumatera Utara: Yayasan Kita Menulis
http://p2ptm.kemkes.go.id/artikel-sehat/kenali-dan-cegah-kanker-kolorektal
https://web.archive.org/web/20210902010929id_/https://journal.akperkabpurworejo.ac.i
d/index.php/nsj/article/download/53/28
https://www.kompas.com/wiken/read/2021/11/27/091000381/apa-itu-self-healing-dan-
bagaimana-cara-melakukannya-?page=all
LAMPIRAN
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA
MANGUNSIDI
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS UMUM
Identitas Klien
Nama : Tn.A
Umur : 60 tahun,
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny.L
Umur : 58 tahun
Jenis kelamin :P
B. KELUHAN UTAMA
Tn.A mengatakan mempunyai riwayat penyakit ambeian 2th yang lalu jika BAB
sakit dan keluar darah segar, lendir. Periksa ke dokter mulyono tidak ada
ternyata dari hasil pemeriksaan di dapat tumor rectum 1/3 tengah c/ ganas.
untuk periksa luka nya, disana dilakukan penyedotan nanah. Tn. A d rawat di Rs
Tn.A mengatakan bapaknya dulu tidak memiliki riwayat penyakit menurun dan
Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien laki-laki
Keadaan rumah Tn.A bersih dan rapi, Tn.A mengatakan setiap hari istrinya
cukup, dilihat dari rumah yang memiliki jendela dan ventilasi di setiap ruangan.
Tn.A mempunyai kamar mandi berlantai keramik, dan WC yang cukup bersih.
Rumah Tn.A memiliki pembuangan air kotor (got). Tn.A menggunakan air
minum dari air kemasan (galon) dan sumber air berasal dari sumur. Pembuangan
suara yaitu suara bising dari kendaraan yang lewat karena rumahnya yang dekat
dengan jalan raya. Keadaan lantai kamar mandi dari keramik, sehingga cukup
G. RIWAYAT REKREASI
Tn.A mengatakan tidak pernah pergi berlibur ke luar kota semenjak sakit
ini.Tn.A hanya di rumah dengan anak dan istri nya bercengkerama bersama.
Nadi : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5 °C
Inspeksi
Warna kulit : Sawo matang
Palpasi
3. Kepala
Inspeksi
Kebersihan : Bersih
Kerontokan rambut : Ya
Palpasi
Inspeksi
Sklera : Putih
Iris : Kecoklatan
Kornea : Keruh
Pupil : Isokor
Peradangan : Tidak
Katarak : Tidak
Palpasi
5. Telinga
Inspeksi
Lesi : Tidak
Peradangan : Tidak
Kebersihan telinga luar : Bersih
Membran timpani :
Palpasi
Inspeksi
Peradangan : Tidak
Penciuman : Tidak
Palpasi:
Sinusitis : Tidak
Temuan yang lain : Tidak ada
Inspeksi
Mukosa : Lembab
8. Leher
Inspeksi
Palpasi
Inspeksi
Inspeksi
Pernafasan : 20 x/menit
Palpasi
Perkus : Sonor
Auskultasi : Vesikuler
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Ginjal : Pekak
Hati : Pekak
Limfa : Pekak
Abdomen : Timpani
Palpasi
12. Perkemihan
13. Muskuloskeletal
Inspeksi
Lesi kulit : Tidak ada
Adanya tremor : Ya
Palpasi
berkurang
17. Genetalia
Inspeksi
Kebersihan : Baik
Haemoroid : Tidak
Palpasi :
Hernia : Tidak
1. Psikososial
Tetangga-tetangga Tn.A peduli dengan Tn.A, ketika sore hari mereka saling
□ Mampu berinteraksi
□ Sering
Stabilitas emosi :
□ Stabil
2. Sosial Ekonomi
Ny.L seorang ibu rumah tangga dengan mempunyai 3 orang anak. Ny. L
hanya mendapatkan uang dari gaji suami nya Tn. A. Tn. A mempunyai usaha
di rumah gaji setiap bulan diberikan istri untuk keperluan keluarga, sekolah
anaknya dan pengobatan Tn.A yang masih rutin control di rumah sakit. Tn. A
bersyukur dengan apa yang didapat dan sesekali pernah mengeluh dengan
istinya Ny.L. Tn.A hanya tinggal dengan istri dan 3 orang anaknya yang
masih sekolah.
Pertanyaan tahap I
jawaban “ya”
Pertanyaan tahap 2
a. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan? Ya
Bila lebih dari atau sama dengan 1 jawaban “ya” maka masalah emosional
(+).
Indeks KATZ
e. Mandiri kecaili mandi, berpakaian, ke toilet dan salah satu fungsi lain
f. Mandiri keculai mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan salah satu fungsi
lain
h. Lain-lain
efektif dari orang lain, seseorang yang menolak untuk melakukan suatu
Dengan
No KRITERIA Mandiri Keterangan
Bantuan
1. Makan 5 10 Frekuensi 3x
sehari
Jumlah 1
Dengan
No KRITERIA Mandiri Keterangan
Bantuan
porsi
Jenis, nasi
sayur, lauk
2. Minum 5 10 Frekuensi 5 x
sehari
Jumlah 2 liter
teh
roda ke tempat
tidur/sebaliknya
(mencuci pakaian,
menyiram)
6. Mandi 5 15
7. Jalan di permukaan 0 5
datar
9. Mengenakan pakaian 5 10
Konsistensi
lembek
Menggunakan
kantong
stoma
Warna kuning
jernih
12. Olahraga/latihan 5 10 Frekuensi 1x
Jenis, jalan
13. Rekreasi/pemanfaatan 5 10
waktu luang
60 : Ketergantungan total
SKOR NORTON
a. Baik 4
b. Lumayan
3
c. Buruk
2
d. Sangat Buruk
Kesadaran 4
a. Komposmentis 4
b. Apatis
ASPEK YANG DIKAJI SKOR TGL
c. Sopor 3
d. Koma
2
Akivitas 4
a. Ambulan 4
Mobilitas 3
a. Bergerak bebas 4
b. Sedikit terbatas
3
c. Sangat terbatas
2
d. Tidak bisa bergerak
Inkontinensia 4
a. Tidak ada
ASPEK YANG DIKAJI SKOR TGL
b. Kadang-kadang 4
Skor 18
Kategori skor:
Skala Braden
PARAME TEMUAN SK
TER OR
mampu
mengatakan
ketidaknyam
anan
oleh
keringat
atau urin
basah
s dengan
mandiri
m air nutrisi.
putih,
atau
mendapat
infus
lebih dari
5 hari
sendiri, t tubuhnya
atau
spastik,
kontraktu
r atau
Gelisah
Total skor 21
Keterangan:
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban.
Interpretasi Hasil:
o Tahun
o Musim
o Tanggal
o Hari
o Bulan
o Negara Indonesia
o Provinsi…..
o Kota….
Aspek Nilai Nilai
No Kriteria
kognitif maks klien
o Panti Wredha/Desa….
o Wisma/Dusun….
mengatakan masing-masing
o Obyek…
o Obyek…
o Obyek…
o 93
o 86
o 79
o 72
o 65
masing-masing obyek
lantai”
o Ambil kertas
1 o Lipat dua
o Taruh di lantai
nilai 1 point)
o Menyalin gambar
Total nilai 23
kehidupan anda
kosong?
yang baru?
Jawaban yang JWB
No Pertanyaan
sesuai
sekarang menyenangkan?
Keterangan :
28 - 41 = kecemasan berat
1 Perasaan cemas 0 1 2 3 4
a. Cemas
b. Firasat buruk *
2 Ketegangan 0 1 2 3 4
a. Merasa tegang
b. Lesu
d. Mudah terkejut
e. Mudah mennagis
f. Gemetar
g. Gelisah
3 Ketakutan 0 1 2 3 4
a. Pada gelap
c. Ditinggal sendiri
4 Gangguan tidur 0 1 2 3 4
a. Sukar tidur
5 Gangguan kecerdasan 0 1 2 3 4
a. Sukar konsentrasi
a. Hilangnya minat
b. Sedih *
d. Perasaan berubah-ubah
b. Kaku *
c. Kedutan otot
d. Gigi gemerutuk
b. Penglihatan kabur *
d. Merasa lemas
9 Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh 0 1 2 3 4
darah)
b. Berdebar-debar
c. Nyeri dada
b. Rasa tercekik *
d. Nafas pendek/sesak
a. Sulit menelan
b. Perut melilit *
c. Gangguan pencernaan
13 Gejala autonom 0 1 2 3 4
a. Mulut kering
b. Muka merah *
c. Mudah berkeringat
14 Tingkah laku 0 1 2 3 4
a. Gelisah
b. Tidak tenang
c. Jari gemetar *
d. Kerut kening
e. Muka tegang
f. Otot tegang/mengeras
1. Riwayat jatuh : Ti 0 0
apakah lansia da
3 bulan terakhir ? Ya 2
5
2. Diagnosa sekunder. Ti 0 15
Apakah lansia da
satu penyakit ? Ya 1
- Bedrest/
dibantu
perawat 0
- Kruk/tongkat/ 1
walker 5
- Berpegangan 3
pada benda- 0
benda di
sekitar (kursi,
lemari, meja)
4. Terapi Intravena : Ti 0 0
lansia terpasang k
infus ? Ya 2
- Normal/
bedrest/
immobile
(tidak dapat
bergerak
sendiri)
- Lemah (tidak 1
bertenaga) 0
- Gangguan/ 2
tidak normal 0
(pincang/
diseret)
6. Status Mental 0
- Lansia
menyadari
kondisi dirinya 0
- Lansia 1
mengalami 5
keterbatasan
daya ingat
Total Nilai 15
Keterangan :
Tingkat Nilai Tindakan
Risiko MPS
bereisiko
50 standar
risiko tinggi
Kesimpulan : berdasarkan tabel yang didapat total skor 15 yang artinya Tn.A tidak
beresiko
□ Tidak merokok
1. Kebutuhan nutrisi
FORM SKRINING*
A. Apakah Anda mengalami penurunan asupan makanan dalam 3 bulan terakhir
0 = kehilangan BB 3 kg
1 = tidak tahu
2 = kehilangan BB ntara 1 - 3 kg
D. Menderita stress pskologis atau penyakit akut dalam tiga bulan terakhir?
0 = ya
2 = tidak
1 =IMT19-21
2 = IMT21-23
3 =IMT>23
Skor 12
SKOR SKRINING
• Jika nilai ≥12 : tdak mempunyai risiko, tidak perlu melengkapi form
penilaian
II. Penilaian
FORMULIR PENILAIAN **
0 = tidak
1 = ya
B. Apakah anda menggunakan lebih dari tiga macam obat per hari
0 =ya
1 = tidak
0=ya
1 = tidak
0 = 1 kali
1 = 2 kali
2 = 3 kali
• Sedikitnya 1 porsi dairy produk (seperti susu, keju, yogurt) per hari
ya/tidak
F. Apakah anda mengkonsumsi buah atau sayur sebanyak 2 porsi atau lebih
perhari?
0 = tidak
1 = ya
G. Berapa banyak cairan (air, jus, kopi, teh, susu) yang dikonsumsi per hari?
0.5 = 3 - 5 gelas
0 = harus disuapi
1 = bisa makan sendiri dengan sedikit kesulitan
0 = merasa malnutrisi
0 =<21 cm
0.5=21-22 cm
1.0 ≥
0 < 31 cm
1≥31 cm
**PENILAIAN SKOR:
1. Skor Skrining
BB : 25 Kalori/kg BB aktual
2. Pemenuhan cairan
□ Tidak haus
□ Lainnya
Lainnya.....
Konsistensi : Lembek
5. Pola BAK
6. Pola aktifitas
Mandi : 2x sehari
Memakai sabun : Ya
M. ANALISA DATA
colonostomi
Do :
- TTV :
TD : 130/78 mmHg
Nadi : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5 °C
Skla nyeri
Q : ditusuk tusuk
S: skala 4
muncul
DO :
- Tampak kesakitan
membaca klien
menggunakan kacamata
DO:
- Klien tampak
menggunakan kacamata
N. DIAGNOSA KEPERAWATAN
(D.0054)
b. Meringis
verbal
memperberat dan
memperingan
nyeri
Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
Identifikasi
pengaruh budaya
terhadap respon
nyeri
Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas
hidup
Monitor
keberhasilan
terapi
komplementer
yang sudah
diberikan
Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Terapeutik
Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
musik,
biofeedback,
terapi, teknik
imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
Control
lingkungan yang
memperberat rasa
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
Fasilitasi istirahat
dan tidur
Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
nyeri
meredakan nyeri
menggunakan analgetik
secara tepat
dilakukan missal
DP. FORMATIF
c. Melakukan nyaman
perawatan luka
d. Melakukan
kolaborasi
dengan medis
untuk
memberikan
terapi injeksi
analgetik
biotik
Q. EVALUASI KEPERAWATAN
waktu
P : Lanjutkan intervensi
P : Lanjutkan intervensi
keluarga
mandiri.
P : Lanjutkan intervensi
Lampiran 3
DAFTAR KONSULTASI
Judul : Asuhan Keperawatan Gerontik Pada PTM : Kanker Kolorektal Dengan Nyeri
Akut Di Kelurahan WolterMangunsidi Semarang
LEMBAR REVISI
Judul : Asuhan Keperawatan Gerontik Pada PTM : Kanker Kolorektal Dengan Nyeri
Akut Di Kelurahan Woltermangunsidi Semarang
Rabu, 13 Revisi:
April 2022
- Askep ganti diagnosa
yang fokus ke individu
tidak boleh menggunakan
diagnosa keluarga
1. - Pada poin analisa data dan
prioritas masalah pada
BAB III dihilangkan
diganti dengan poin
intervensi sampai evaluasi
keperawatan
- Isi evaluasi pada BAB III
disesuaikan dengan tujuan
Senin, 18 Revisi :
April 2022
- Judul KTIN ditambahkan
tulisan Pada PTM
- Susunan BAB I diurutkan
yaitu gerontik, lansia,
2. perubahan sistem
musculoskeletal, PTM:
kanker kolorektal,
perawat, pemberi asuhan
- Aturan paragraf di BAB I
harus nyambung
- Latar belakang
ditambahkan kanker
kolorektal
- Pada latar belakang
pengkajian tidak boleh
menggunakan inisial
diganti pasien / lansia
- Judul KTIN pada latar
belakang dijelaskan sesuai
dengan 5W + 1H
- Dalam pembahasan
ditambahkan gangguan
Jumat, 27 pencernaan pada lansia
3. - Diagnosa yang diangkat
Mei 2022
tentang lansia
- Kata yang digunakan
harus lebih sesuai SPOK