Anda di halaman 1dari 124

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA LANSIA

ASAM URAT DENGAN NYERI AKUT


DI KELURAHAN KARANGAYU
SEMARANG BARAT

KARYA TULIS ILMIAH NERS

Oleh
Debiyana Anggi
Suyanti
5.20.023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES TELOGOREJO SEMARANG
2020/2021
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA LANSIA
ASAM URAT DENGAN NYERI AKUT
DI KELURAHAN KARANGAYU
SEMARANG BARAT

KARYA TULIS ILMIAH NERS

Karya Tulis Ilmiah Ners ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Profesi Ners

Oleh
Debiyana Anggi
Suyanti
5.20.023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES TELOGOREJO SEMARANG
2020/2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah Ners ini diajukan oleh

Nama : Debiyana Anggi Suyanti

NIM : 5.20.023

Program Studi : Pendidikan Profesi Ners

Judul Karya Tulis Ilmiah Ners : Asuhan Keperawatan Gerontik pada Lansia

Asam Urat dengan Nyeri Akut di Kelurahan

Karangayu Semarang Barat

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai

bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners pada

Program Profesi Ners STIKES Telogorejo Semarang.

Semarang, 30 Agustus 2021

DEWAN PENGUJI

Ketua Penguji : Ns. Asti Nuraeni, M.Kep., Sp. Kep. Kom (.......................)

Anggota Penguji : Ns. Prita Adisty Handayani, M.Kep., RN (.......................)

ii
PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah Ners ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik

yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Debiyana Anggi Suyanti


NIM : 5.20.023

Tanda Tangan :
Tanggal : 30 Agustus 2021

iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebegai aktivitas akademik STIKES Telogorejo Semarang. Saya yang bertanda

tangan di bawah ini :

Nama : Debiyana Anggi Suyanti

Nim : 5.20.023

Program Studi : Pendidikan Profesi Ners

Jenis Karya : Karya Tulis Ilmiah Ners

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

STIKES Telogorejo Semarang Hak Bebas Royaliti Non eksklusif (Non-exclusive

Royality-free Right) atas Karya Tulis Ilmiah Ners saya berjudul : Asuhan

Keperawatan Gerontik pada Lansia Asam Urat dengan Nyeri Akut di Kelurahan

Karangayu Semarang Barat. Dengan Hak Bebas Royaliti Non eksklusif ini STIKES

Telogorejo Semarang berhak menyimpan, mengalih media/formatkan. Mengolah

data dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas

akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis/pencipta dan sebagai Hak Cipta.

Demikian peryataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Semarang, 30 Agustus 2021

Yang menyatakan,

Debiyana Anggi Suyanti

iv
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA LANSIA
ASAM URAT DENGAN NYERI AKUT
DI KELURAHAN KARANGAYU
SEMARANG BARAT
Debiyana Anggi Suyanti1, Prita Adisty Handayani2, Asti Nuraeni 3
Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Telogorejo
1

Semarang 2Dosen Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Telogorejo


Semarang 3Dosen Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Telogorejo
Semarang Email : 520023@stikestelogorejo.ac.id

ABSTRAK

Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.
penyakit yang dialami para lansia merupakan penyakit tidak menular (PTM) yang
bersifat degeneratif atau disebabkan oleh faktor usia salah satunya adalah penyakit
asam urat. Asam urat merupakan produk akhir dari metabolisme purin. Asam urat
yang beredar didalam tubuh manusia di produksi sendiri oleh tubuh (asam urat
eksogen) dan berasal dari makanan (asam urat eksogen) yang mengakibatkan nyeri
hingga mengakibatkan radang pada persendian. Tujuan penulisan yaitu mampu
melakukan asuhan keperawatan gerontik pada lansia dengan asam urat di wilayah
Kelurahan Karangayu. Pembuatan KTIN ini menggunakan metode studi kasus
melalui pendekatan asuhan keperawatan yakni pengkajian, penegakan diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan. Hasil
pengkajian pada lansia didapatkan lansia merasa nyeri pada kedua lutut terasa cekot-
cekot dengan skala nyeri
4. Lansia tidak mematuhi anjuran dokter untuk menghindari makanan yang
mengandung purin. Lansia juga tidak rutin dalam meminum obat yang diresepkan
dokter. Diagnosis keperawatan yang di dapat yaitu nyeri akut berhubungan dengan
agen pencedera fisiologis, manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan
kurang terpapar informasi, dan ketidakpatuhan berhubungan dengan kurang motivasi.
Intervensi menggunakan SLKI dan SIKI di terapkan di dalam TUK 1-5. Salah satu
intervensi yaitu dilakukan manajemen nyeri dengan memberikan pendidikan
kesehatan mengenai nyeri dan asam urat serta intervensi tambahan dari jurnal yang
terbukti menurunkan tingkat nyeri asam urat adalah rendam kaki dengan air jahe.
Evaluasi keperawatan yang didapatkan pada lansia asam urat setelah diberikan
rendam kaki dengan air jahe yaitu ekspektasi dari SLKI dapat tercapai yaitu tingkat
nyeri menurun dengan keluhan nyeri menjadi cukup menurun (4), meringis menjadi
cukup menurun (4), gelisah menjadi cukup menurun (4), tekanan darah menjadi
cukup membaik (4). Rencana tindak lanjut untuk lansia dengan memberikan terapi
lainnya yang dapat meredakan nyeri dan menurunkan kadar asam urat.

Kata Kunci : Lansia, Asam Urat

v
THE GERONTIUS NURSING CARE FOR ELDER
WITH GOUT AND ACUTE PAIN IN KARANGAYU WARD
WESTERN SEMARANG

Debiyana Anggi Suyanti1, Prita Adisty Handayani2, Asti Nuraeni 3


1
The Student of Ners Profession Program of STIKES Telogorejo Semarang
2
The Lecturer of Ners Profession Program of STIKES Telogorejo
Semarang 3The Lecturer of Ners Profession Program of STIKES Telogorejo
Semarang
Email : 520023@stikestelogorejo.ac.id

ABSTRACT

Elderly is the final development phase in human life cycle. In this phase, the elder
people experience incommunicable diseases. The diseases are degenerative and
occurred due to age factor. One of them is gout. Gout is the final product of purine
metabolism. The circulating gout in human body is produced by the body (exogenous
uric acid) and comes from foods. It causes pain and joint inflammation. This writing
aims to provide gerontious nursing care for elder people with gout in Karangayu
ward. This study case writing used nursing care approach. It consisted of reviewing,
diagnosing, planning, implementing, and evaluating. The results of the review showed
that the elder people with pain on their knees had 4-scale pain. The elders did not
obey the doctor's suggestion to avoid the purine-contained food. They also did not
regularly consume the prescribed medicines. The nursing diagnosis found acute pain
related to physiological injury agent, ineffective health management related to lack
of information, and disobedience related to lack of motivation. The intervention used
the Output Standard of Indonesia’s Nursing Care and the Intervention Standard of
Indonesia’s Nursing Care within TUK 1-5. One of the intervention was pain
management and gout educations. The additional intervention from the articles could
lower the gout pain by soaking feet in ginger water. The nursing evaluation showed
that elder with gouts, after soaking their feet in ginger water, experienced lowered
pain (4), lowered grimace (4), lower anxiety (4) and relatively excellent blood
pressure (4). Futher intervention for the elder people was by applying other therapies
to lose the pain and lower the gout level.

Keywords : Elder People, Gout

vi
PRAKATA

Alhamdulilah, puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan

nikmat dan karuniaNya, serta arahan dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ners yang berjudul

“Asuhan Keperawatan Gerontik pada Lansia Asam Urat dengan Nyeri Akut di

Kelurahan Karangayu Semarang Barat” dengan baik dan benar. Selesainya

penyusunan Riset Keperawatan ini tidak luput dari bantuan, bimbingan, dan

dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan banyak terimakasih

kepada:

1. dr. Swanny Trikajanti W., M.Kes., Ph.D, selaku Ketua STIKES Telogorejo

Semarang.

2. Ns. Ismonah, M.Kep, Sp.MB., selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik STIKES

Telogorejo Semarang.

3. Ns. Sri Puguh Kristiyawati, M.Kep., Sp.MB, selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Profesi Ners STIKES Telogorejo Semarang.

4. Ns. Prita Adisty Handayani, M.kep., RN, selaku Pembimbing yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan serta motivasi

dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ners.

5. Ns. Asti Nuraeni, M.Kep., Sp. Kep. Kom, selaku Penguji dan wali dosen Profesi

Ners yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan arahan serta

motivasi dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ners.

6. Bapak, Ibu dan Adik (Bapak Priyanto, Ibu Utami, Iqball Wahyu Adesta) saya

tercinta yang selalu memberikan dukungan, semangat, doa, motivasi, pengertian,

kasih sayang sehingga Karya Tulis Ilmiah Ners ini bisa terselesaikan.

7. Kakek dan Nenek yang senantiasa selalu memberikan dukungan dan doa.

vii
8. Teman-teman terdekat Meli, Erika, Hani, Uly, Era, Intan, Mila, Puput, Husna,

dan yang tidak dapat disebut satu persatu yang selalu memberi dukungan,

semangat, motivasi dan seperjuangan bersama.

9. Sahabat Della, Ayu, Erlika yang tidak pernah putus dukungannya.

10. Teman-teman satu bimbingan (Puput, Naura, Vina, Melysa, Huda, Umi Idayati)

yang saling memberikan semangat, bimbingan dan keluh-kesah bersama.

11. Ricko Setya Hutama yang memberikan semangat dan selalu sabar

mendengarkan keluh-kesah saya.

12. Teman-teman mahasiswa Profesi Ners angkatan 2020 STIKES Telogorejo

Semarang yang bersama-sama saling memberikan dukungan, bantuan dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ners.

Pada Karya Tulis Ilmiah Ners ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih atas kritik dan saran yang

telah di berikan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ners ini sehingga dapat

terselesaikan dengan baik. Semoga Karya Tulis Ilmiah Ners ini dapat bermanfaat

bagi ilmu keperawatan khususnya ilmu keperawatan keluarga dan gerontik. Allah

SWT senantiasa memberikan kemudahan dalam segala urusan bagi hambanya yang

memiliki kesungguhan untuk menuju yang lebih baik.

Semarang, 30 Agustus 2021

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS.........................................................................iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...................................................iv

ABSTAK.... ................................................................................................. v

ABSRACT..............................................................................................................vi

PRAKATA............................................................................................................vii

DAFTAR ISI..........................................................................................................ix

DAFTAR TABEL...................................................................................................xi

DAFTAR SKEMA................................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xiii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................... 1

B. Tujuan ................................................................................ 5

C. Manfaat ............................................................................... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Lansia ................................................................................. 7

B. Asam Urat....................................................................................14

C. Konsep Keperawatan...................................................................28

BAB III. RESUME KASUS

A. Pengkajian Keperawatan..............................................................36

B. Analisa Data.................................................................................38

C.
Diagnosis - Evaluasi....................................................................39
ix
BAB IV. PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan..............................................................45

B. Diagnosis - Evaluasi....................................................................50

BAB III. RESUME KASUS

A. Simpulan......................................................................................69

B. Saran............................................................................................71

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x
DAFTAR

Halaman

Tabel 2.1 Rencana Keperawatan...........................................................................32

xi
DAFTAR
Halaman
Skema 2.1 Pathways Asam Urat...........................................................................22

xii
DAFTAR

Lampiran 1 Asuhan Keperawatan


Lampiran 2 Lembar Konsultasi
Lampiran 3 Leaflet Pendidikan Kesehatan Asam Urat
Lampiran 4 Poster Rendam Kaki dengan Air Hangat dan Jahe
Lampiran 5 Statement of The Translator
Lampiran 6 Centre for Language Training

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan

manusia. Menurut UU No. 13/Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia

disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia dari 60

tahun. Menua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia.

Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu

waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua

merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap

kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006, dalam Widiyawati &

Sari, 2020).

Jumlah penduduk lansia (di atas 60 tahun) dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan hampir seluruh dunia. Jumlah penduduk lansia dari total penduduk

dunia akan naik dari 12% pada tahun 2015 menjadi 15% pada tahun 2025 dan

mencapai 16% pada tahun 2030 (UN, Departement of Economic andSocial

Affairs, Population Division, 2017). Dalam waktu hampir lima dekade, pers

entase lansia Indonesia meningkat sekitar dua kali lipat (1971-2020), yakni

menjadi 9,92 persen (26 jutaan) dimana lansia perempuan sekitar satu persen

lebih banyak dibandingkan lansia laki-laki (10,43 % berbanding 9,42%). Dari

seluruh lansia yang ada di Indonesia, lansia muda (60-69 tahun) jauh

mendominasi dengan
1
2

besaran yang mencapai 64,29 %, selanjutnya diikuti oleh lansia madya (70-79

tahun) dan lansia tua (80 tahun) dengan besaran masiang-masing 27,23 % dan

8,49 % (Sari et al, 2020).

Pada tahun 2020 Sari, et al (2020) mengatakan hampir seluruh lansia Indonesia

mengalami keluhan kesehatan, baik fisik maupun psikis (48,14%). Sementara

itu, presentase lansia yang mengalami sakit, besarannya hampir mencapai

seperempat lansia yang ada di indonesia (24,35%). Tahun ini sudah ada enam

provinsi yang memiliki struktur penduduk tua dimana penduduk lansianya sudah

mencapai 10%, yaitu: di Yogyakarta (14,71 %), Jawa Tengah (13,81 %), Jawa

Timur (13,38

%), Bali (11,58 %), Sulawesi Utara (11,51 %), dan Sumatera Barat (10,07 %).

Pada umumnya, penyakit yang dialami para lansia merupakan penyakit tidak

menular (PTM) yang bersifat degeneratif atau disebabkan oleh faktor usia

misalnya penyakit jantung, asam urat, diabetes mellitus, stroke, rematik, dan

cedera. Penyakit-penyait tersebut adalah penyakit kronis, berbiaya besar,dan

apabila tidak tersembuhkan akan menimbulkan ketidakmampuan atau disabilitas

sehingga para lansia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari.

Asam urat merupakan produk akhir dari metabolisme purin. Asam urat yang

beredar didalam tubuh manusia di produksi sendiri oleh tubuh (asam urat

eksogen) dan berasal dari makanan (asam urat eksogen). Sekitar 80-85 % asam

urat diproduksi sendiri oleh tubuh, sedangkan sisanya berasal dari makanan.

Perlu diketahui, kadar asam urat normal wanita dewasa 2,4-5,7 mg/dl, pria

dewasa 3,4- 7,0 mg/dl, dan anak-anak 2,8-4,0 mg/dl (Lingga, 2012). Purin

merupakan salah
3
satu komponen asam nukleat yang terdapat di dalam inti sel tubuh semua

makhluk hidup. Purin diproduksi oleh ginjal dan pasti terdapat didalam tubuh

manusia. Selain itu, asupan purin juga berasal dari berbagai makanan yang

dikonsumsi, baik yang berasal dari hewan maupun tumbuhan (Herliana, 2013).

Asam urat mengakibatkan nyeri hingga mengakibatkan radang pada persendian.

Radang sendi pada masalah asam urat biasanya timbul dengan gejala lengkap

berupa nyeri hebat, bengkak, kulit di atas sendi yang sakit berwarna kemerahan

dan bila diraba terasa panas. Rasa nyeri yang sedemikian hebat biasanya timbul

menjelang pagi hari. Rasa nyeri tersebut membuat penderita sukar berjalan

(Dalimartha, 2014).

Pengobatan asam urat dapat dilakukan dengan pengobatan farmakologis dan non

farmakologis, pada pengobatan farmakologis yaitu terapi medis, terapi ini

umumnya dengan menggunakan berbagai jenis obat kimia seperti, obat anti-

inflamasi nonsteroid (OAINS), obat kortikosteroid, obat imunorepresif, dan

suplemen anti-oksidan. Selain penggunaan obat-obatan, terdapat rehabilitasi

untuk mengembalikan kemampuan sendi seperti semula, sehingga penderita

dapat menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Sedangkan terapi non

farmakologis terbagi menjadi beberapa golongan yaitu terapi jus, terapi diet, dan

terapi herbal. Terapi jus merupakan sebagai pendukung dan pelengkap dari

pengobatan lain baik terapi medis, terapi diet dan terapi herbal. Terapi diet dapat

dilakukan apabila kadar asam urat sudah mulai tinggi, bahka melebihi kadar

asam urat normal. Terapi diet dapat dilakukan dengan mengatur makanan yang

dikonsumsi sesuai dengan anjuran (makanan yang mengandung purin rendah)

dan menghindari atau membatasi makanan-makanan yang mengandung purin

tinggi. Yang terakhir adalah terapi herbal, terapi ini sudah lama dilakukan secara

turun-temurun. Terapi
4
herbal merupakan pengobatan yang menggunakan tanaman atau bagian tanaman

yang berkhasiat obat (Herlina, 2013).

Peran perawat sebagai care provider pada lansia dengan penyakit kronis seperti

asam urat juga sangat penting bagi mereka. Peran perawat ini ditujukan kepada

individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat berupa asuhan keperawatan

masyarakat yang utuh serta berkesinambungan. Asuhan keperawatan dapat

diberikan secara langsung maupun secara tidak langsung pada berbagai tatanan

kesehatan meliputi puskesmas, ruang rawat inap puskesmas, puskesmas

pembantu, puskesmas keliling sekolah, panti, posyandu, dan keluarga

(Widiyanto, 2014). Peran perawat (care provider) dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien penderita asam urat yaitu dengan cara memberikan

pendidikan kesehatan terkait manifestasi asam urat seperti menginformasikan

mengenai meningkatkan pola makan sehat seperti mengatur jenis makanan,

jumlah kalori makanan dan pola makan teratur sehingga dapat menurunkan

maifestasi asam urat yang akan menciptakan kualitas hidup yang baik sesuai

harapan pasien (Richard, 2017).

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada hari Senin, tanggal 21 Juni 2021,

pada lansia Tn.S dengan masalah asam urat di Kelurahan Karangayu Semarang

Barat, didapatkan bahwa kadar asam urat darah pada Tn.S sebesar 9 mg/dl,

dimana kadar asam urat melebihi batas normal yaitu 3,7-7,0 mg/dl. Tn.S

mengatakan nyeri pada persendian khususnya pada kedua lutut kaki. Saat

dilakukan pengkajian Tn.S mengatakan nyeri, P: beraktivitas, Q: cekot-cekot, R:

kedua lutut kaki, S: skala sedang 4, T: hilang-timbul. Pada saat dilakukan


5
pemeriksaan TTV, Tn. S juga memiliki hipertensi yaitu TD: 150/100 mmHg,

Tn.S juga memiliki kebiasaan merokok sejak usia muda sampai sekarang. Tn.S

sering periksa ke dokter jika asam uratnya kumat dan meminta obat, tetapi obat

jarang diminum dan diminum hanya jika merasakan nyeri pada lutut. Tn.S

mengatakan masih mengkonsumsi kacang-kacangan, sayur bersantan, gorengan

dan kopi jika sehabis bekerja. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik

untuk memberikan Asuhan Keperawatan Gerontik pada Lansia Asam Urat

dengan Nyeri Akut di Kelurahan Karangayu Semarang Barat.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Melakukan asuhan keperawatan gerontik pada lansia dengan asam urat di

wilayah Kelurahan Karangayu.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian gerontik pada lansia asam urat dengan nyeri

akut di Kelurahan Karangayu Semarang Barat.

b. Merumuskan diagnosis keperawatan gerontik pada lansia asam urat

dengan nyeri akut di Kelurahan Karangayu Semarang Barat.

c. Menyusun intervensi keperawatan gerontik pada lansia asam urat

dengan nyeri akut di Kelurahan Karangayu Semarang Barat.

d. Melakukan implementasi keperawatan gerontik pada lansia d asam urat

dengan nyeri akut di Kelurahan Karangayu Semarang Barat.

e. Membuat evaluasi keperawatan gerontik pada lansia asam urat dengan

nyeri akut di Kelurahan Karangayu Semarang Barat.


6
C. Manfaat

1. Bagi Institusi Pendidikan

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan bisa menjadi media pembelajaran,

menambah wawasan dan pengetahuan tentang keperawatan gerontik dengan

asam urat.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Karya Tulis Ilmiah diharapkan dapat digunakan sebagai meningkatkan mutu

dan kualitas dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pada asuhan

keperawatan gerontik dengan asam urat di pelayanan kesehatan.

3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Karya tulis ilmiah diharapkan dapat diterapkan sebagai literature, referensi

dalam asuhan keperawatan gerontik pada lansia dengan asam urat


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lansia

1. Pengertian

Pengertian lanjut usia (Lansia) menurut Undang-Undang No.13 tahun 1998

tentang kesejahteraan lanjut usia pasal 1 ayat 1 adalah seseorang yang telah

mencapai 60 tahun ke atas, Lansia merupakan periode akhir dari rentang

kehidupan manusia (Triningtyas & Muhayati, 2018).

Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah

memasuki tahap akhir dari fase kehidupannya (Ekasari et al, 2018).

2. Klasifikasi Lansia

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, dalam Ekasari et al, 2018),

menggolongkan lansia menjadi 4 kelompok, yaitu:

a. Usia pertengahan (middle age) yaitu seseorang yang berusia 45-59 tahun.

b. Lanjut usia (elderly) berusia antara 60-74 tahun.

c. Lanjut usia tua (old) berusia 74-90 tahun.

d. Usia sangat tua (very old) yaitu seseorang dengan usia lebih dari 90

tahun.

7
8

3. Ciri-Ciri Lansia

Berikut ciri-ciri lansia menurut Kholifah (2016, dalam Sitanggang et al,

2021):

a. Lansia mengalami periode kemunduran

Lansia dapat mengalami kemunduran dari aspek fisik dan psikologis.

Lansia yang memiliki motivasi rendah maka cenderung mengalami

proses kemunduran fisik secara cepat juga, sedangkan lansia yang

memiliki motivasi tinggi, kemungkinan kemunduran fisiknya lambat

terjadi.

b. Lansia memiliki status kelompok minoritas

Lansia sebagai kelompok minoritas bisa diakibatkan karena kurangnya

tenggang rasa pada orang lain sehingga sering mengakibatkan persepsi

negatif dari masyarakat.

c. Menua membutuhkan perubahan peran

Perubahan peran pada lansia dimaksudkan jika lansia memiliki jabatan

di masyarakat, akibat penurunan fungsi diharapkan lansia dapat

merubah perannya di masyarakat atas kemauan sendiri.

d. Penyesuaian yang buruk pada lansia

Perlakuan yang buruk terhadap lansia seringkali mengakibatkan konsep

diri yang buruk pula dari lansia. Misalnya, jika dalam suatu keluarga,

lansia sering tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan karena

dianggap pendapatnya kuno. Hal ini bisa menyebabkan gangguan

menarik diri dari lansia.


9

3. Tugas Perkembangan Lanjut Usia

Berikut uraian tugas lanjut perkembangan lanjut usia yang dikemukakan oleh

Havighurs (Hurlock, 1980, dalam Triningtyas & Muhayati, 2018):

a. Menyesuaikan dari dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan.

b. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income

(penghasilan) keluarga.

c. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup.

d. Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia.

e. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.

f. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes.

4. Faktor yang Mempengaruhi Citra Lanjut Usia

Beberapa faktor menurut Rogers (1978, dalam Triningtyas & Muhayati, 2018)

sebagai berikut:

a. Model kronologis

Model ini menggunakan usia kalender sebagai patokan tua-muda

seseorang. Hal yang perlu diperhatikan adalah orang dengan usia yang

sama belum tentu mengalami proses ketuaan (aging process) yang

sama. Misalnya orang usia 70 tahun dapat sama dengan orang usia 40

tahun dalam hal kekuatan, kecemerlangan otak atau fungsi-fungsi lain.

b. Model dari segi pandangan hukum

Pada umumnya tangguang jawab hukum dilihat dari segi usia

kronologis atau usia kalender. Menjadi dewasa dari sudut pandang

hukum belum menjamin kedewasaan dari sudut pandang diri orang itu

sendiri. Mungkin orang usia 21 tahun yang secara hukum di

indonesia sudah
1

dipandang dewasa masih merasa seperti kanak-kanak yang belum

bertanggungjawab.

c. Model biologis

Model biologis adalah pandangan terhadap proses penuaan dari segi

perubahan fisik seseorang. Perubahan tersebut berkenaan dengan

perubahan fungsi dan struktur sel, organ-organ yang menyebabkan

menopause, klimakterium. Mengukur ketuaan dati sudut berkerutnya

kulit juga termasuk model biologis.

d. Pendekatan sosio-kultural

Pendekatan ini menunjuk pada aging yang mendasarkan diri pada

pandangan masyarakat terhadap orang lanjut usia. Kedudukan yang

diberikan pada orang tua menentukan seseorang tentang “ketuaannya”.

Hal ini berbeda-beda sesuai dengan perbedaan yang ada dalam filsafat

hidup dan norma-norma suatu masyarakat. Meskipun seseorang usia 65

tahun masih merasa kuat dan memandang dirinya seperti orang usia 40

tahun, namun masyarakat beserta peraturannya tetap memandang orang

tersebut sebagai orang usia 65 tahun dan waktunya pensiun juga tidak

terelakkan lagi.

e. Perkembangan perspektif seumur hidup

Pandangan ini memandang citra orang lanjut usia sebagai hasil

pengaruh masa-masa sebelumnya dan juga pengaruh masa yang akan

datang. Bila pada fase-fase sebelumnya seseorang berkembang

mengarah ke kutub yang positif, maka fase hidup terakhir juga ditandai

oleh integritas diri. Sebaliknya, bila mengarah ke kutub-kutub negatif

maka fase yang terakhir ditandai oleh keadann despair atau putus asa

dan kesedihan.
1

5. Perubahan yang Terjadi Pada Lansia

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia menurut Fatimah (2010)

meliputi perubahan fisik, sosial, dan psikologis.

a. Perubahan Fisik

1) Perubahan sel dan ekstrasel pada lansia mengakibatkan penurunan

tampilan dan fungsi fisik. lansia menjadi lebih pendek akibat

adanya pengurangan lebar bahu dan pelebaran lingkar dada dan

perut, dan diameter pelvis. Kulit menjadi tipis dan keriput, masa

tubuh berkurang dan masa lemak bertambah.

2) Perubahan kardiovaskular yaitu pada katup jantung terjadi adanya

penebalan dan kaku, terjadi penurunan kemampuan memompa

darah (kontraksi dan volume) elastisistas pembuluh darah menurun

serta meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga

tekanan darah meningkat.

3) Perubahan sistem pernapasan yang berhubungan dengan usia yang

mempengaruhi kapasitas fungsi paru yaitu penurunan elastisitas

paru, otot- otot pernapasan kekuatannya menurun dan kaku,

kapasitas residu meningkat sehingga menarik nafas lebih berat,

alveoli melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk

menurun dan terjadinya penyempitan pada bronkus.

4) Perubahan integumen terjadi dengan bertambahnya usia

mempengaruhi fungsi dan penampilan kulit, dimana epidermis dan

dermis menjadi lebih tipis, jumlah serat elastis berkurang dan

keriput serta kulit kepala dan rambut menipis, rambut dalam hidung

dan telinga menebal, vaskularisasi menurun, rambut memutih

(uban),
1

kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh serta kuku kaki

tumbuh seperti tanduk.

5) Perubahan sistem persyarafan terjadi perubahan struktur dan fungsi

sistem saraf. Saraf pancaindra mengecil sehingga fungsi menurun

serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang

berhubungan dengan stress, berkurangnya atau hilangnya lapisan

mielin akson sehingga menyebabkan berkurangnya respon motorik

dan refleks.

6) Perubahan musculoskeletal sering terjadi pada wanita pasca

monopause yang dapat mengalami kehilangan densitas tulang yang

masif dapat mengakibatkan osteoporosis, terjadi bungkuk (kifosis),

persendian membesar dan menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor,

tendon mengerut dan mengalami sklerosis.

7) Perubahan gastroinstestinal terjadi pelebaran esofagus, terjadi

penurunan asam lambung, peristaltik menurun sehingga daya

absorpsi juga ikut menurun, ukuran lambung mengecil serta fungsi

organ aksesoris menurun sehingga menyebabkan berkurangnya

produksi hormon dan enzim pencernaan.

8) Perubahan genitourinaria terjadi pengecilan ginjal, pada aliran

darah ke ginjal menurun, penyaringan di glomerulus menurun dan

fungsi tubulus menurun sehingga kemampuan mengonsentrasikan

urine ikut menurun.

9) Perubahan pada vesika urinaria terjadi pada wanita yang dapat

menyebabkan otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan terjadi

retensi urine.
1

10) Perubahan pada pendengaran yaitu terjadi membran timpani atrofi

yang dapat menyebabkan ganguan pendengaran dan tulang-tulang

pendengaran mengalami kekakuan.

11) Perubahan pada penglihatan terjadi pada respon mata yang

menurun terhadap sinar, adaptasi terhadap menurun, akomodasi

menurun, lapang pandang menurun, dan katarak.

b. Perubahan Psikologis

Pada lansia dapat dilihat dari kemampuanya beradaptasi terhadap

kehilangan fisik, sosial, emosional serta mencapai kebahagiaan,

kedamaian dan kepuasan hidup.ketakutan menjadi tua dan tidak mampu

produktif lagi memunculkan gambaran yang negatif tentang proses

menua. Banyak kultur dan budaya yang ikut menumbuhkan angapan

negatif tersebut, dimana lansia dipandang sebagai individu yang tidak

mempunyai sumbangan apapun terhadap masyarakat dan memboroskan

sumber daya ekonomi.

c. Perubahan Kognitif

Pada lansia dapat terjadi karena mulai melambatnya proses berfikir,

mudah lupa, bingung dan pikun. Pada lansia kehilangan jangak pendek

dan baru merupakan hal yang sering terjadi.

d. Perubahan Sosial , Post power syndrome, single woman,single parent,

kesendirian, kehampaan, ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul

perasaan kapan meninggal.


1

B. Konsep Asam Urat

1. Pengertian

Asam urat adalah hasil akhir dari katabolisme (pemecahan) suatu zat yang

bernama purin. Zat purin adalah zat alami yang merupakan salah satu

kelompok struktur kimia pembentuk DNA dan RNA. Ada dua sumber

utama purin yaitu purin yang diproduksi sendiri oleh tubuh dan purin yang

didapatkan dari asupan makanan seperti tanaman atau hewan. Asam urat

sebenarnya memiliki fungsi dalam tubuh yaitu sebagai antioksidan dan

bermanfaat dalam regenerasi sel. Metabolisme tubuh secara alami

menghasilkan asam urat. Asam urat menjadi masalah ketika kadar di dalam

tubuh melewati batas normal (Noviyanti, 2015)

2. Etiologi

Ada berbagai macam etiologi pada asam urat, yaitu:

a. Usia

Orang yang sudah lanjut usia rentan terkena penyakit. Semakin

menurunnya kekuatan fisik dan daya tahan tubuh membuat mekanisme

kerja organ tubuh menjadi terganggu sehingga rentan terhadap serangan

penyakit. Perubahan terbesar yang terjadi pada usia lanjut adalah

kehilangan massa tubuhnya, termasuk tulang, otot, dan massa organ

tubuh, sedangkan massa lemak meningkat. Peningkatan massa lemak

dapat memicu resiko penyakit kardiovaskular, diabetes melitus,

hipertensi, dan penyakit degeneratif lainnya termasuk asam urat

(Fajarina, 2011). Pada usia tersebut, enzim urikinase yang

mengoksidasi asam urat mudah dibuang dan menurun seiring dengan

bertambah tuanya
1

umur seseorang. Jika pembentukan enzim ini terganggu maka kadar

asam urat darah menjadi naik.

b. Jenis kelamin

Umumnya yang sering terserang asam urat adalah laki-laki, karena

secara alami laki-laki memiliki kadar asam urat di dalam darah yang

lebih tinggi daripada perempuan. Selain karena perbedaan kadar asam

urat, alasan kenapa serangan penyakit asam urat lebih jarang pada

wanita adalah adanya hormone esterogen yang ikut membantu

pembuangan asam urat lewat urine (Noviyanti, 2015). Pria tidak

memiliki hormon estrogen yang tinggi, sehingga asam urat sulit

dieksresikan melalui urin dan dapat menyebabkan resiko peningkatan

kadar asam urat pada pria lebih tinggi. Presentase kejadian gout pada

wanita lebih rendah daripada pria. Walaupun demikian kadar asam urat

pada wanita meningkat pada saat menopause (Abiyoga, 2017).

c. Tekanan darah

Hiperurisemia sering didapatkan pada pasien hipertensi. Di mana

hipertensi akan berakhir dalam penyakit mikrovaskuler dengan hasil

akhirnya berupa iskemi jaringan yang akan meningkatkan sintesis asam

urat melalui degradasi ATP menjadi adenin dan xantin. Peneliti lain

menyimpulkan bahwa peningkatan tekanan darah akan menyebabkan

iskemi. Hiperurisemia yang berlangsung lama dapat menyebabkan

penyakit ginjal kronis dangan perubahan tubuler. Beberapa studi juga

menunjukan hubungan antara asam urat dengan hipertensi, obesitas,

penyakit ginjal dan penyakit kardiovaskuler. Lebih dari 70% penderita

dengan hiperurisemia mengalami obesitas, lebih dari 50% dengan


1

hipertensi, 10-25% meninggal akibat penyakit ginjal (Mansur dkk.,

2015).

d. Aktivitas fisik

Tuntutan pekerjaan menyebabkan berbagai aspek fisik dan psikososial

seperti berkurangnya aktivitas fisik karena jam kerja yang panjang. Hal

ini membuat sulit untuk mendapat untuk melakukan aktivitas fisik

seperti berolahraga dan menyebabkan rendahnya persepsi akan manfaat

baik berolahraga. Aktivitas fisik yang kurang terkait dengan lamanya

waktu duduk saat bekerja sehingga dapat menimbulkan risiko bagi

kesehatan. Duduk yang lama saat bekerja tergolong melakukan aktivitas

fisik yang cenderung statis karena harus duduk dalam waktu lama

sehingga akan jarang melakukan aktivitas fisik. Hal ini menyebabkan

timbulnya suatu keadaan sindrom metabolik dan berujung pada

resistensi insulin yang dapat menyebabkan gangguan pada proses

ekskresi asam urat. Akibatnnya kadar asam urat meningkat karena

ginjal tidak dapat mengeluarkan asam urat melalui urine (Darmawan

dkk., 2016).

e. Faktor genetik (keturunan)

Salah satu faktor risiko asam urat adalah faktor genetik atau keturunan.

Gen adalah faktor yang menentukan pewarisan sifat –sifat tertentu dari

seseorang kepada keturunannya. Penyakit asam urat dikategorikan

sebagai penyakit multifaktorial, sebagaimana juga penyakit diabetes

mellitus atau jantung karena penyakit ini melibatkan faktor keturunan

(gen) dan faktor lingkungan. Sekitar 18% penderita asam urat memiliki

riwayat penyakit yang sama pada salah satu anggota keluarganya.

Faktor
1

keturunan merupakan faktor risiko yang dapat memperbesar jika dipicu

oleh lingkungan (Noviyanti, 2015).

f. Asupan makanan

Makanan jelas memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap

timbulnya suatu penyakit. Asupan makanan dan asam urat berhubungan

dengan kandungan purin yang ada dalam makanan yang kita konsumsi.

Asam urat sebagai penyebab utama penyakit asam urat (gout) adalah

hasil akhir dari metabolisme zat purin. Zat purin itu sendiri dibutuhkan

oleh tubuh dan hampir semua jenis makanan mengandung zat purin.

Beberapa makanan mengandung zat purin yang rendah 12 dan beberapa

jenis yang lain memiliki zat purin tinggi. Pola makan yang tidak sehat

secara signifikan dapat mempengaruhi risiko terserang asam urat.

Makanan yang mengandung purin tinggi menyebabkan penyakit asam

urat karena akan terjadi over produksi asam urat yang dipecah dari

purin (Noviyanti, 2015). Risiko terjadinya asam urat akan bertambah

bila disertai dengan pola konsumsi makanan yang tidak seimbang.

Banyaknya makanan tinggi purin yang dikonsumsi akan memperbesar

risiko terkena asam urat pada kaum wanita lanjut usia yang umumnya

daya imunitasnya sudah menurun akibat hormon estrogen yang tidak

diproduksi lagi serta menurunnya daya metabolisme tubuh yang akan

semakin memperbesar risiko terjadinya penyakit asam urat (Fajarina,

2011).

g. Alkohol

Di kalangan masyarakat, mengkonsumsi alkohol sudah menjadi hal

yang biasa. Beberapa orang beranggapan bahwa dengan konsumsi

alkohol
1

adalah gaya hidup yang wajib dilakukan agar menaikkan pamor, lebih

keren, dan sebagainya. Padahal alkohol menyimpan berbagai dampak

berbahaya bagi tubuh karena mengandung banyak zat-zat kimiawi yang

memiliki kemampuan destruktif karena dapat mematikan organ-organ

tubuh manusia dan bahkan mematikan fungsi sosial moral etika

manusia. Kaitannya dengan penyakit asam urat, alkohol megandung

purin yang tentunya akan meningkatkan produksi asam urat dalam

darah. Alkohol akan memicu enzim tertentu dalam liver yang memecah

protein dan menghasilkan lebih banyak asam urat. Alkohol juga dapat

meningkatkan asam laktat plasma. Di mana asam laktat ini akan

menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh. Gangguan pengeluaran

asam urat dari tubuh membuat zat tersebut akan menumpuk (Noviyanti,

2015). Hal ini juga dapat dihubungkan dengan konsumsi makanan purin

tinggi dan purin sedang yang sering digunakan sebagai pelengkap oleh

responden pada saat mengkonsumsi minuman beralkohol. Semakin

banyak jumlah/volume minuman beralkohol yang dikonsumsi maka

akan semakin banyak makanan purin tinggi atau purin sedang yang

dikonsumsi oleh reponden. Sehingga jika dilihat dari konsumsi

minuman beralkohol ditambah dengan makanan sumber purin maka

kadar asam urat dalam darah akan semikin tinggi. Konsumsi minuman

beralkohol dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang relatif lama

dapat menyebabkan penurunan bahkan perusakan terhadap fungsi

ginjal. Gangguan fungsi ginjal akan menyebabkan ginjal tidak mampu

mengekskresi asam urat sehingga kadar asam urat dalam darah

meningkat dan akan menimbulkan hiperurisemia.


1

h. Kegemukan (Obesitas)

Kelebihan berat badan (overweight) sering kali dikaitkan dengan

kegemukan (obesitas), padahal keduanya merupakan hal yang berbeda.

Kelebihan berat badan dapat mejadi masalah yang cukup serius ketika

menimbulkan berbagai penyakit misalnya diabetes mellitus, tekanan

darah tinggi, kolesterol yang tinggi, stroke, gangguan ginjal, penyakit

jantung koroner dan masih banyak lagi. Obesitas yang tidak ditangani

secara tepat akan meningkatkan penyakit jantung, memendeknya usia

harapan hidup, hilangnya produktivitas pada usia produktif dan

beberapa penyakit lain seperti radang sendi, nyeri, kesulitan bernafas ,

gangguan menstruasi dan lain-lain. Obesitas menjadi salah satu faktor

risiko penyakit asam urat. Sebagian dari penderita asam urat adalah

orang yang kegemukan. Sebuah hasil penelitiann menunjukkan bahwa

orang yang mengalami obesitas mempunyai kecenderungan lebih tinggi

terkena penyakit asam urat. Meskipun tidak selalu, tetapi banyak

penelitian menunjukkan bahwa orang yang kelebihan berat badan pada

umumnya mengkonsumsi protein yang berlebihan. Data-data penelitian

juga menyebutkan bahwa penyakit asam urat lebih banyak diderita pada

seseorang yang memiliki berat badan berlebih dan kadar kolesterol

darahnya tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki

kelainan tersebut. Obesitas memicu peningkatan asam urat lewat pola

makan yang tidak seimbang. Asupan protein, lemak, dan karbohidrat

yang tidak seimbang menyebabkan terjadinya penumpukan asam urat

atau protein purin yang lebih banyak dari kadar normal (Noviyanti,

2015).
2

i. Minuman ringan (Softdrink)

Sebuah penelitian baru menyebutkan, mengkonsumsi minuman ringan,

khususnya yang manis dapat memperburuk keadaan asam urat dalam

darah. Orang yang mengonsumsi segelas softdrink setiap hari akan

berisiko 45%. Minuman ringan yang manis biasanya tinggi fruktosa dan

tidak mempunyai kandungan nutrisi penting. Kandungan fruktosa inilah

yang berhubungan dengan risiko penyakit asam urat. Fruktosa dapat

mengahambat pembuangan asam urat sehingga asam urat akan

menumpuk di dalam darah (Noviyanti, 2015).

j. Obat-obatan tertentu

Pengendalian kadar asam urat ada dua yaitu penurunan kadar asam urat

dengan mempercepat atau meningkatkan pengeluaran asam urat lewat

kemih dan penurunan kadar asam urat dengan menekan produksinya.

Ada tiga jenis obat yang digunakan untuk pengendalian kadar asam

urat. Pertama, kelompok obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS). Obat

ini berfungsi sebagai antinyeri (meredakan atau menghilangkan rasa

nyeri), mengurangi demam, dan mengurangi peradangan (inflamasi).

Misalnya aspirin, ibuprofein, dan naproxen. Kedua, untuk menghambat

produksi asam urat digunakan kelompok obat inhibitor xanthine

oxidiase (IXO). Obat ini berfungsi sebagai penghambat terjadinya

metabolisme purin menjadi asam urat sehingga obat ini akan

mengurangi pembentukan asam urat. Misalnya allopurinol. Ketiga,

untuk meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urine digunakan

kelompok obat urikosurik. Obat ini akan membuat urine yang dibuang

akan memiliki kandungan asam urat tinggi sehingga semakin banyak

urine yang
2

dikeluarkan tubuh maka semakin banyak asam urat yang keluar

(Noviyanti, 2015).

3. Patofisiologi

Orang yang sudah lanjut usia rentan terkena penyakit. Semakin menurunnya

kekuatan fisik dan daya tahan tubuh membuat mekanisme kerja organ tubuh

menjadi terganggu sehingga rentan terhadap serangan penyakit. Hal ini dapat

mengakibatkan sekresi asam urat dan terjadi gangguan metabolisme purin

selanjutnya mengakibatkan hiperuresemia. Hiperurisemia (konsentrasi asam

urat dalam serum yang lebih besar dari 7,0 mg/dl) dapat menyebabkan

penumpukan kristal monosodium urat. Peningkatan atau penurunan kadar

asam urat serum yang mendadak mengakibatkan serangan gout. Apabila

kristal urat mengendap dalam sebuah sendi, maka selanjutnya respon

inflamasi akan terjadi dan serangan gout pun dimulai. Apabila serangan

terjadi berulang- ulang, mengakibatkan penumpukan kristal natrium urat yang

dinamakan tofus akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki,

tangan, dan telinga. Pada kristal monosodium urat yang ditemukan tersebut

dengan imunoglobulin yang berupa IgG. Selanjutnya imunoglobulin yang

berupa IgG akan meningkat fagositosis kristal dengan demikian akan

memperlihatkan aktivitas imunologik.


22

Pathway

Jenis kelamin konsumsi makanan tinggi usia


purin
pada pria kadar berbagai penyakit
asam urat tinggi produksi asam urat
sekresi asam urat
gangguan metabolisme
purin
Respon inflamasi suhu tubuh meningkat DK: Hipertermi
Hiperuresemia (purin
dalam
darah ) thopi/tofas mengendap
di bagian perifer tubuh
penimbunan kristal
monoatrium di sendi perubahan pada bentuk pembentukan
tubuh pada tulang dan DK:Ganggu tukas pada sendi
GOUT sendi an Citra
Tofus-tofus mengering
tubuh
Pelepasan mediator sirkulasi pada daerah kurang terpapar informasi membatasi pergerakan
kimia oleh sel mast: inflamasi sendi
bradikinin, histamin,
prostaglandin vasodilatasi dari kapiler gagal menerapkan pendidikan
program perawatan/ kesehatan DK:
hipotalamus eritema, rasa panas pengobatan Hambatan
ketidakadekuatan Mobilitas
pemahaman
DK: Nyeri Akut DK: Manajemen
Kesehatan tidak
DK: Ketidakpatuhan
Efektif
Sumber: (Alestine, 2015, Tim Pokja SDKI SPP PPNI, 2017)
Skema 2.1
Pathways Asam Urat
2

4. Manifestasi Klinik

Pada manifestasi sindrom gout mencakup atritis gout yang akut (serangan

rekuren inflamasi artikuler dan periartikuler yang berat), tofus (endapan

kristal yang menumpuk dalam jaringan artikuler, jaringan oseus, jaringan

lunak serta kartilago), nefropati gout (gangguan ginjal) dan pembentukkan

batu asam urat dalam traktus urinarius. Ada empat stadium penyakit gout

yang dikenal : hiperurisemia asimtomatik, arthritis 11 gout yang kronis, gout

interkritikal dan gout tofeseus yang kronik

4. Komplikasi

a. Tophi atau tofus Melansir

Tophi adalah endapan kristal urat yang terbentuk di bawah kulit dalam

kasus asam urat kronis, atau asam urat tophaceous. Tophi paling sering

terjadi di bagian-bagian tubuh ini: Tangan Kaki Pergelangan tangan

Pergelangan kaki Telinga Tophi terasa seperti benjolan keras di bawah

kulit dan biasanya tidak menyakitkan, kecuali selama serangan asam urat

ketika tophi menjadi meradang dan bengkak. Saat tophi terus tumbuh,

benjolan ini dapat mengikis kulit dan jaringan di sekitar persendian.

Kondisi ini dapat menjadi penyebab kerusakan dan kehancuran sendi yang

lebih parah.

b. Deformitas sendi

Jika penyebab asam urat tidak diobati, serangan akut asam urat akan

semakin sering terjadi. Peradangan yang disebabkan oleh serangan ini,

serta pertumbuhan tophi kemudian menyebabkan kerusakan lebih parah

pada jaringan sendi. Akibatnya, terjadi erosi tulang (sendi keluar dari

jalurnya) dan hilangnya tulang rawan yang menyebabkan kerusakan total


2

pada sendi. Kondisi ini jelas akan menyulitkan penderita asam urat sulit

bergerak.

c. Batu ginjal

Batu ginjal termasuk salah satu komplikasi asam urat yang perlu

diwaspadai. Kristal urat yang menyebabkan gejala nyeri asam urat pada

kenyatannya dapat terbentuk juga di ginjal. Kristal ini dapat menumpuk

dan membuat batu ginjal yang menyakitkan. Sementara, batu ginjal urat

dengan konsentrasi tinggi dapat mengganggu fungsi ginjal. Baca juga: 8

Penyebab Asam Urat Selain Konsumsi Makanan Tinggi


Purin.

d. Penyakit ginjal

Menurut National Kidney Foundation, banyak penderita asam urat juga

menderita penyakit ginjal kronis. Kondisi ini terkadang berakhir dengan

gagal ginjal. Orang dengan sakit ginjal kronis cenderung lebih sering

terkena asam urat, sedangkan orang dengan asam urat berisiko tinggi

terkena sakit ginjal.

e. Penyakit jantung

Gout umum terjadi pada orang dengan tekanan darah tinggi, penyakit arteri

koroner, dan gagal jantung. Melansir Buku Bebas Penyakit Asam Urat

Tanpa Obat oleh Lanny Lingga (2012), dengan menurunkan kadar asam

urat, seseorang berarti telah menyingkirkan salah satu atau beberapa faktor

risiko penyakit jantung koroner (PJK). Selama ini, para ahli umumnya

merekomendasikan beberapa saran untuk mengatasi PJK, seperti

pengendalian bobot badan, tekanan darah, kadar kolesterol, dan kadar

gula darah. Namun, seseorang patut juga menambahkan satu lagi faktor

risiko
2

PJK yang perlu dikendilikan, yakni kadar asam urat darah. Makanan

Penyebab Asam Urat Selain Emping

f. Parkinson

Parkinson adalah penyakit degenerative saraf yang ditandai dengan

tremor ketika sedang istirahat, kekakuan otot, dan kesulitan untuk

bergerak.

Hipertensi dan proses penuaan sel dianggap sebagai faktor yang

bertanggung jawab menjadi penyebab penyakit Parkinson. Namun,

penyakit Parkinson ternyata dapat pula dipicu oleh penyakit asam urat. Der

Vera M dkk (2011) menemukan faktor risiko Parkinson adalah

hiperurisemia atau kadar asam urat dalam darah terlalu tinggi. Dengan

begitu, peningkatan kadar asam urat dapat memperbesar kemungkinan

serangan Parkinson. Baca juga: Jangan Keliru, Ini Beda Penyakit Rematik

dan Asam Urat.

g. Kondisi lain

Kondisi medis lain yang terkait dengan penyakit asam urat, meliputi:

Katarak atau mengaburkan fungsi penglihatan Sindrom mata kering

Kristal asam urat di paru-paru (komplikasi ini jarang terjadi) Cara

mencegah komplikasi asam urat Jika didiagnosis lebih awal, kebanyakan

orang dengan penyakit asam urat dapat hidup normal. Jika penyakit Anda

sudah lanjut, menurunkan kadar asam urat dapat meningkatkan fungsi

sendi dan mengatasi tophi.

5. Pemeriksaan Diagnostik

a. Tes darah

Tes darah dilakukan untuk mengukur kadar asam urat dan kreatinin

dalam darah. seseorang dengan kadar asam urat dalam darah hinggal 7
2

mg/dL, dinilai sudah menderita penyakit asam urat. Namun demikian,

tes ini tidak selalu dapat memastikan penyakit asam urat. Namun

demikian, tes ini tidak selalu dapat memastikan penyakit asam urat.

Beberapa orang diketahui memiliki kadar asam urat tinggi, namun tidak

menderita penyakit asam urat. Sebaliknya, ada orang yang memiliki

gejala dan tanda penyakit asam urat meski kadar asam urat dalam batas

normal

b. Tes urine 24 jam

Prosedur ini dilakukan dengan memeriksa kadar asam urat dalam urine

yang dikeluarkan pasien 24 jam.

c. Tes cairan sendi

Prosedur ini mengambil cairan sinovial pada sendi yang sakit, untuk

diperiksa di bawah mikroskop.

d. Pencitraan

Pemeriksaan foto rontgen dapat dilakukan untuk mengetahui penyebab

radang pada sendi. Sedangkan USG dapat mendeteksi kristal asam urat

pada sendi dan tofi (benjolan).

e. Dual energy CT scan

Pemeriksaan ini dapat mendeteksi kristal asam urat di sendi meski tidak

terjadi peradangan.

f. Biopsi sinoval

Prosedur ini mengmbil sebagian kecil jaringan (membran sinovial) di

sekitar sendi yang terasa sakit, untuk diperiksa dibawah mikroskop.

5. Penatalaksanaan

Pengobatan asam urat menurut Junaidi (2012, dalam Naviri, 2019), ada dua

macam yaitu dengan farmakologis dan non farmakologis:


2

a. Terapi Farmakologi

1) Medis

Penanganan penyakit asam urat adalah dengan pemberian obat-

obatan, untuk meringankan gejalanya dan mencegah penyakit

kambuh kembali. Jenis obat asam urat yang biasanya diresepkan

dokter untuk menangani penyakit asam urat

adalah colchicine dan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Pada

pasien yang tidak bisa mengonsumsi kedua obat tersebut, dokter

akan meresepkan kortikosteoid. Pada pasien yang mengalami

beberapa kali serangan asam urat dalam setahun, atau mengalami

nyeri hebat akibat penyakit ini, dokter akan meresepkan obat lain

untuk mencegah komplikasi. Jenis obat yang digunakan pada kasus

di atas adalah allopurinol. Obat ini bekerja dengan menghambat

produksi asam urat di tubuh. Jenis obat lain yang juga dapat

diberikan adalah obat untuk meningkatkan pembuangan asam urat

berlebih dari tubuh seperti probenecid.

2) Terapi Farmakologi Herbal

Menggunakan habatussauda yaitu tanaman semak belukar yang

tumbuh liar pada setiap musim. Tanaman ini mengandung aneka

vitamin, mineral, protein nabati, juga asam lemak tak jenuh.

b. Terapi Non Farmakologi

Untuk mencegah serangan asam urat kembali terjadi, pasien akan

disarankan untuk menghindari makanan pemicu asam urat alias yang

berkadar purin tinggi, dan mengurangi minuman tinggi gula serta

minuman beralkohol. Pasien juga akan dianjurkan untuk memenuhi


2

asupan protein dengan mengonsumsi susu rendah lemak, serta rutin

berolahraga untuk mencapai dan menjaga berat badan ideal.

D. Proses Keperawatan Gerontik dengan Asam Urat

1. Pengkajian

a. Identitias

Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam

pengkajian perlu di data biodata pasiennya dan data-data lain untuk

menunjang diagnose. Data-data tersebut harus yang seakurat-akuratnya,

agar dapat di gunakan dalam tahap berikutnya. Misalnya meliputi nama

pasien, umur, jenis kelamin, alamat, keluhan utama.

b. Keluhan Utama

Keluhan utama yang menonjol pada klien asam urat adalah nyeri dan

terjadi peradangan sehingga dapat mengganggu aktivitas klien.

c. Riwayat Kesehatan Saat Ini

Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat dari

nyerinya umumnya seperti pegal/ditusuk-tusuk/panas/ditarik-tarik dan

nyeri yang dirasakan terus menerus atau pada saat bergerak, terdapat

kekauan sendi, keluhan biasanya dirasakan sejak lama dan sampai

mengganggu pergerakan dan pada asam urat kronis didapatkan benjolan

atau tofi pada sendi atau jeringan sekitar.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Meliputi status kesehatan anggota keluarga yang lain, apakah ada

keluarga yang mengalami sakit serupa yaitu asam urat dengan pasien

saat ini, atau penyakit keturunan lainnya.


2

e. Riwayat Lingkungan Hidup

Pengkajian ini merupakan bentuk pengkajian yang bertujuan untuk

mengidentifikasi pengaruh lingkungan terhadap kesehatan pasien,

faktor lingkungan yang ada keterkaitannya dengan sakit yang dialami

pasien saat ini dan kemungkinan masalah yang dapat terjadi akibat

pengaruh lingkungan. Data pengkajian dapat meliputi kebersihan dan

kerapian ruangan, penerangan, sirkulasi udara, keadaan kamar mandi

dan WC, pembuangan air kotor, sumber air minum, pembuangan

sampah, sumber pencemaran, penataan halaman, privasi, resiko injury.

f. Riwayat Kesehatan Dahulu

Pengkajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perjalanan penyakit

yang sebelumnya pernah dialami oleh pasien, sehingga dapat dijadikan

acuan dalam analisis sakit yang saat ini pasien alami dan dalam

penentuan pengobatan selanjutnya. Data yang dapat dikaji berupa

penyakit yang pernah diderita, apakah keluhan penyakit asam urat

sudah diderita sejak lama dan apakah mendapat pertolongan

sebelumnya dan umumnya klien asam urat disertai dengan hipertensi,

riwayat alergi, riwayat kecelakaan, riwayat dirawat di Panti, riwayat

pemakaian obat. Apakah sewaktu sehat pasien memiliki kebiasaan yang

buruk misalnya merokok, minum kopi, alcohol, sering makan-makanan

yang manis atau makanan dengan kolesterol tinggi.

g. Pengkajian psikososial dan spiritual

1) Psikososial
3

Jelaskan kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang, sikap

klien pada orang lain, harapan- harapan klien dalam melakukan

sosialisasi

2) Identifikasi masalah emosional seperti: kesulitan tidur, merasa

gelisah, murung dan menangis, kecemasan yang berbeda dan

berhubungan erat dengan adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas

fisik akibat respon nyeri dan kurang pengetahuan akan program

pengobatan dan perjalanan penyakit. Adanya perubahan aktivitas

fisik akibat nyeri, kuatir banyak pikira, masalah dengan keluarga,

menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter, mengurung

diri, jiak lebih dari atau sama 1 jawaban “ya”.

h. Pengkajian fungsional klien (Index Kartz)

Mengamatai kemandiri dalam makan, kontinensia (BAB/BAK),

menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi apakah

mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas, atau mandiri

kecuali mandi dan salah satu fungsi lain, mandiri kecuali mandi,

berpakaian dan salah satu fungsi diatas, mandiri kecuali mandi,

berpakaian, ke toilet dan salah satu fungsi yang lain, mandiri kecuali

mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang lain atau

ketergantungan untuk semua fungsi dengan catatan Mandiri berarti

tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif dari orang lain,

seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak

melakukan fungsi, meskipun ia dianggap mampu Modifikasi Dari

Barthel Indeks (Termasuk yang manakah klien).


3

i. Pengkajian status mental gerontik

1) Identifikasi tingkat intelektual dengan short portable mental status

questioner (SPSMQ)

Instruksi : Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua

jawaban. Catat jumlah kesalahan total berdasarkan total kesalahan

berdasarkan 10 pertanyaan.

Interpretasi Hasil :

a) Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh

b) Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan

c) Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang

d) Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat

e) Identifikasi aspek kognitif dan fungsi mental dengan

menggunakan

2) MMSE (Mini Mental Status Exam)

Interpretasi hasil > 23 : aspek kognitif dari fungsi mental

baik 18-22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan,

a.  17 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat.

2. Diagnosis Keperawatan

Perumusan atau penulisan diagnosis menurut NANDA (2015), yaitu:

a. Nyeri Akut b.d agen cedera biologis

b. Hipertermia b.d penyakit

c. Gangguan Citra Tubuh b.d penyakit

d. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan muskuloskeletal

e. Ketidakefektifan manajemen kesehatan b.d kurang pengetahuan tentang


3

progran terapeutik

f. Ketidakpatuhan b.d ketidaknyamanan asuhan keperawatan

3. Rencana Keperawatan

Tabel 2.1
Rencana keperawatan

Diagnosa Tujuan
Keperawatan Umum Khusus
(D.0077) Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan
Tujuan Umum : Setelah
berhubungan dengan keperawatan 3 kali pertemuan klien
dilakukan intervensi
agen pencedera mampu :
keperawatan selama 2x30 a. Keluhan nyeri cukup meningkat
fisiologis
menit diharapkan tingkat nyeri (2) menjadi cukup menurun (4)
menurun b. Meringis cukup meningkat (2)
menjadi cukup menurun (4)
c. Gelisah cukup meningkat (2)
menjadi cukup menurun (4)
d. Tekanan darah cukup memburuk
(2) menjadi cukup membaik (4)

 TUK I
Pasien mampu memanajemen
nyeri saat muncul
 TUK II
Pasien menyatakan mau
mematuhi dan mengikuti arahan
yang di ajarkan
 TUK 3
Pasien mampu melaksanakan
terapi rendam air hangat rebusan
jahe
 TUK 4
Pasien mampu memodifikasi
lingkungan ditandai dengan
menjauhkan benda Risiko injuri
 TUK 5
pasien mampu memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan
yang ada disekita wilayah
tempat tinggal.
(D.0130) Hipertermia Setelah dilakukan tindakan
Tujuan Umum : Setelah
berhubungan dengan keperawatan 3 kali pertemuan klien
dilakukan intervensi
proses penyakit mampu :
keperawatan selama 2x30
menit diharapkan a. Kulit merah cukup meningkat
(2) menjadi cukup menurun (4)
termoregulasi membaik
b. Suhu tubuh cukup memburuk
(2) menjadi cukup membaik (4)
c. Suhu kulit cukup memburuk (2)
menjadi cukup membaik (4)
3

d. Tekanan darah cukup memburuk


(2) menjadi cukup membaik (4)

 TUK 1
Pasien mampu memahami
manajemen hipertermia
 TUK 2
Pasien menyatakan mau
mematuhi dan mengikuti arahan
yang di ajarkan
 TUK 3
Pasien mampu melaksanakan
kompres dingin
 TUK 4
psien mampu memodifikasi
lingkungan ditandai dengan
memperbanyak minum air putih
 TUK 5
pasien mampu memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan
yang ada disekita wilayah
tempat tinggal.
(D.0083) Gangguan Setelah dilakukan tindakan
Tujuan Umum : Setelah
Citra Tubuh keperawatan 3 kali pertemuan klien
dilakukan intervensi
berhubungan dengan mampu :
keperawatan selama 2x30
perubahan fungsi a. Verbalisasi perasaan negatif
menit diharapkan citra tubuh
tubuh tentang perubahan tubuh cukup
meningkat meningkat (2) menjadi cukup
menurun (4)
b. Fokus pada bagian tubuh cukup
meningkat (2) menjadi cukup
menurun (4)

 TUK 1
Pasien mampu memahami cara
perawatan tubuh
 TUK 2
Pasien menyatakan mau
mematuhi dan mengikuti arahan
yang di ajarkan
 TUK 3
Pasien mampu melaksanakan
perawatan tubuh dengan baik
 TUK 4
psien mampu memodifikasi
lingkungan ditandai dengan
melakukan perawatan diri
 TUK 5
pasien mampu memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan
yang ada disekita wilayah
tempat tinggal.
3

(D.0083) Gangguan Setelah dilakukan tindakan


Tujuan Umum : Setelah
Mobilitas Fisik keperawatan 3 kali pertemuan klien
dilakukan intervensi
berhubungan dengan mampu :
keperawatan selama 2x30
gangguan a. Pergerakan ekstremitas cukup
menit diharapkan mobilitas
muskuloskeletal menurun (2) menjadi cukup
fisik meningkat meningkat (4)
b. nyeri cukup meningkat (2)
menjadi cukup menurun (4)
c. kaku sendi cukup meningkat (2)
menjadi cukup menurun (4)

 TUK 1
Pasien mampu memahami
latihan fisik untuk penderita
asam urat
 TUK 2
Pasien menyatakan mau
mematuhi dan mengikuti arahan
yang di ajarkan
 TUK 3
Pasien mampu melaksanakan
latihan fisik
 TUK 4
psien mampu memodifikasi
lingkungan ditandai dengan
melakukan aktivitas fisik
 TUK 5
pasien mampu memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan
yang ada disekita wilayah
tempat tinggal.
(D.0116) Manajemen Setelah dilakukan tindakan
Tujuan Umum : Setelah
kesehatan tidak keperawatan 3 kali pertemuan klien
dilakukan intervensi
efektif b.d kurang mampu :
keperawatan selama 2x30
terpapar informasi a. Melakukan tindakan untuk
menit diharapkan manajemen
mengurangi resiko cukup
kesehatan meningkat menurun (2) menjadi cukup
meningkat (4)
b. Menerapkan program perawatan
cukup menurun (2) menjadi
cukup meningkat (4)
c. Aktivitas hidup sehari-hari efektif
memenuhi tujuan kesehatan
cukup menurun (2) menjadi
cukup meningkat (4)

 TUK 1
Pasien dan keluarga mampu
menjelaskan pengertian, tanda
gejala, penyebab, perawatan dan
pengobatan asam urat
 TUK 2
Pasien menyatakan mau
mematuhi dan mengikuti
penyuluhan kesehatan secara
kooperatif
3

 TUK 3
Pasien mampu melaksanakan
manajemen kesehatan
 TUK 4
Tn. S mampu melaksanakan
PHBS dan jadwal diit asam urat
 TUK 5
Keluarga Tn. S mampu
memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada
disekita wilayah tempat tinggal.

(D.0114) Tujuan Umum : Setelah Setelah dilakukan tindakan


Ketidakpatuhan b.d dilakukan intervensi keperawatan 3 kali pertemuan klien
kurang motivasi keperawatan selama 2x30 mampu :
menit diharapkan tingkat a. Verbalisasi mengikuti anjuran
kepatuhan meningkat cukup menurun (2) menjadi
cukup meningkat (4)
b. Perilaku mengikuti program
perawatan/pengobatan sedang
(3) menjadi meningkat (5)
c. Perilaku menjalankan anjuran
cukup memburuk (2) menjadi
cukup membaik (4)
d. Tanda dan gejala penyakit
sedang (3) menjadi membaik (5)

 TUK 1
Pasien dan keluarga dapat
mengungkapkan faktor yang
mempengaruhi ketidakpatuhan
dalam program pengobatan
penyakit.
 TUK 2
Keluarga dapat lebih
memotivasi Tn.S
 TUK 3
Pasien mampu meningkatkan
kepatuhan untuk
mengoptimalkan pengobatan
 TUK 4
Keluarga Tn. S mampu
memodifikasi lingkungan
dengan teknik koping yang telah
dilakukan
 TUK 5
Keluarga Tn. S mampu
memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada
disekita wilayah tempat tinggal
BAB III

RESUME KASUS

Dalam bab ini penulis akan menyelesaikan laporan kasus Asuhan Keperawatan

Gerontik pada Lansia Asam Urat dengan Nyeri Akut di Kelurahan Karangayu

Semarang Barat..

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian pada klien dilakukan pada tanggal 21 Juni 2020 di Kelurahan

Karangayu Semarang Barat, Klien berinisial Tn. S, usia 63 tahun, jenis kelamin

laki-laki, Agama Islam, Suku bangsa Jawa, Warga negara Indonesia, Status

duda, pekerjaan pedagang, sumber pendapatan dari diri sendiri dan anak.

Keluhan utama yaitu klien dalam 1 tahun terakhir yang dirasakan dan dikeluhkan

yaitu nyeri pada lutut, P: beraktivitas, Q: cekot – cekot, R: kedua lutut, S: nyeri

sedang 4, T: hilang timbul. Tn.S tampak meringis kesakitan saat berjalan dan

dipegang lututnya, tampak berhati-hati saat berjalan. Tn. S mengatakan gejala

yang dirasakan saat asam uratnya tinggi merasa nyeri pada lutut kaki. Faktor

pencetusnya dikarenakan oleh faktor pola makan yang tidak sehat dan makanan

yang dikonsumsi banyak mengandung zat purin, Timbulnya keluhan yaitu

setelah beraktivitas , nyeri pada lutut kaki. Untuk mengatasi masalah kesehatan

biasanya Tn. S pergi periksa ke dokter dan bidan dan Tn. S mengkonsumsi obat

– obatan asam urat dari dokter tetapi jarang diminum.

36
3

Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan, klien mengatakan sering

pusing dan nyeri pada lutut. Tn. S mengkonsumsi obat allopurinol setiap asam

uratnya tinggi dan menghindari makanan yang banyak mengandung purin.

Pengkajian nutrisi metabolik Keluarga Tn.S mengatakan nafsu makan Tn.S baik

dengan frekuensi makan 3x sehari, jenis makanan yang dimakan klien dalam

sehari 3 porsi nasi, sayur bening dan terkadang sayur yang bersantan juga

dimakan, dan lauk pauk seperti ikan dan tempe, Tn. S mengatakan tidak ada

makanan yang tidak disukai semua makanan suka. Keluarga Tn.S mengatakan

sering makan yang berminyak seperti gorengan jika sehabis kerja dan minum

kopi padahal Tn.S sudah disarankan dokter untuk menghindarinya dan keluarga

juga sering mengingatkan tetapi tidak dihiraukan oleh Tn.S.

Pengkajian pola aktivitas dan latihan, Tn. S mengatakan mandi setiap hari 2 kali,

setiap pagi sampai siang pekerjaan Tn.S berkebun, Tn.S jarang melakukan

aktivitas fisik. Tn. S melakukan aktivitas makan, mandi, perawatan diri,

berpakaian, BAB-BAK dilakukan secara mandiri. Tn.S sering merasakan nyeri

pada kedua lutut saat melakukan aktivitas. Tn.S mengatakan nyeri sering timbul

pada pagi hari saat bangun tidur.

Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan pada Tn. S didapatkan Keadaan umum :

Composmentis, dilakukan TTV : TD: 150/100 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20

x/menit, BB / TB: 67 kg / 164 cm, Asam urat: 9 mg/dL, Ekstremitas bawah:

kekuatan otot baik, tidak terdapat edema, tidak menggunakan alat bantu dan

nyeri pada bagian lutut (P : beraktivitas, Q : cekot-cekot, R : lutut, S: nyeri

sedang 4, T: hilang timbul), Tn.S tampak meringis kesakitan saat berjalan dan

dipegang
3

lututnya, tampak berhati-hati saat berjalan.

Hasil pengkajian Katz Indeks: jumalah point mandiri 17 yaitu aktivitas Tn. S

dilakukan secara mandiri. Hasil pengkajian skala depresi: jumalah skore hasil

pengkajian skala depresi 3 yaitu Tn. S mengalami depresi ringan. Hasil

pengkajian skala jatuh morse: total nilai skala jatuh 0 artinya Tn. S tidak

beresiko jatuh hanya memerlukan tindakan perawatan dasar.

B. Analisa Data

Dari data pengkajian didapatkan analisa data sebagai berikut :

1. Berdasarkan pengkajian pada analisa data pertama didapatkan data subjektif

Tn. S mengeluh nyeri pada kedua lutut, (P: beraktivitas, Q: cekot-cekot, R:

lutut, S: nyeri sedang 4, T: hilang timbul), lalu pada data objektif yang

diperoleh yaitu Tn.S tampak meringis kesakitan saat berjalan dan dipegang

lututnya, tampak berhati-hati saat berjalan, TD: 150/100 mmHg.

2. Berdasarkan analisa data yang kedua diperoleh data subjektif Tn. S pergi

periksa ke dokter dan Tn. S mengkonsumsi obat – obatan asam urat dari

dokter tetapi jarang diminum. Tn.S sering makan yang berminyak seperti

gorengan jika sehabis kerja dan minum kopi padahal Tn.S sudah disarankan

dokter untuk menghindarinya, lalu data objektif yang diperoleh yaitu Tn.S

sudah biasa memakan makanan yang mengakibatkan asam urat kambuh.

3. Berdasarkan analisa data yang ketiga didapatkan dari pengkajian data

subjektif Keluarga Tn.S mengatakan sering makan yang berminyak seperti

gorengan jika sehabis kerja dan minum kopi padahal Tn.S sudah disarankan

dokter untuk menghindarinya dan keluarga juga sering mengingatkan tetapi


3

tidak dihiraukan oleh Tn.S. Sedangkan data objektif yaitu kondisi rumah Tn.

S penerangan diruangan rumah agak gelap dan terdapat jendela yang jarang

dibuka. Sirkulasi udara di dalam rumah dan disetiap ruangan sedikit pengap

karena jendela jarang di buka.

C. Diagnosis Keperawatan – Evaluasi

1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (D.0077).

Tujuan Umumnya adalah Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama

2x30 menit diharapkan tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil keluhan

nyeri cukup meningkat (2) menjadi cukup menurun (4), meringis cukup

meningkat (2) menjadi cukup menurun (4), gelisah cukup meningkat (2)

menjadi cukup menurun (4), tekanan darah cukup memburuk (2) menjadi

memburuk (2) menjadi cukup membaik (4). TUK 1 Pasien dan keluarga

mampu memanajemen nyeri saat muncul. TUK 2 Pasien menyatakan mau

mematuhi dan mengikuti arahan yang diajarkan. TUK 3 Pasien mampu

melaksanakan terapi rendam air hangat rebusan jahe. TUK 4 Keluarga Tn. S

mampu memodifikasi lingkungan ditandai dengan menjauhkan benda Risiko

injuri. TUK 5 Keluarga Tn. S mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan yang ada disekita wilayah tempat tinggal.

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada Tn.S sesuai dengan diagnosis

prioritas pertama yaitu, pada tanggal 21 Juni 2021 pukul 14.00 WIB,

implementasi yang dilakukan melaksanakan TUK 1-2 yaitu melakukan

pendidikan kesehatan mengenai pengrtian manajemen nyeri, macam-macam

manajemen nyeri dan cara memanajemen nyeri. Pada tanggal 22 Juni 2021
4

pukul 10.00 WIB, implementasi selanjutnya dari diagnosa pertama adalah

melaksanakan TUK 3 yaitu mendiskusikan dengan klien dan keluarga tentang

cara mengatasi nyeri asam urat yaitu dengan rendam kaki hangat rebusan

jahe, menjelaskan dengan menggunakan poster serta mempraktikan bersama

klien dan keluarga, memberikan pujian bagi klien dan keluarga atas

pemahaman mereka. Selanjutnya melaksanakan TUK 4 yaitu mengontrol

lingkungan yang memperberat kadar asam urat dan menjauhkan benda tajam

yang ada di sekitar ruangan klien. TUK 5 menginformasikan fasilitas

kesehatan yang ada di lingkungan klien seperti puskesmas dan menganjurkan

untuk menggunakan/memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.

Evaluasi keperawatan yang dilakukan pada keluarga Tn.S sesuai dengan

diagnosa pertama yaitu, pada tanggal 21 Juni 2021 pukul 14.00 WIB. Data

subjektif Tn.S menjawab manajemen nyeri adalah suatu cara untuk mengelola

dan mengobati rasa nyeri, Tn.S mengatakan sudah mengerti tentang

manajemen nyeri dan jenis-jenisnya, Tn.S mengatakan senang mendapat

penkes yang diajarkan. Data objektif Tn.S nampak mendengarkan dengan

seksama selama penkes, Tn.S nampak kooperatif, Tn.S dapat menjawab

pertanyaan yang diberikan. Evaluasi keperawatan pada tanggal 22 Juni 2021

pukul 10.00 WIB, data subjektif Tn. S menjawab kaki terasa nyaman dan

nyeri sedikit hilang dengan skala 2 setelah dilakukan rendam kaki selama 15

menit dan di kompres di bagian yang nyeri. Data objektif, Tn.S nampak

kooperatif, Tn.S nampak memperhatikan saat dijelaskan, Tn.S dapat

menjelaskan kembali yang telah di ajarkan. Pada pukul 10.45 WIB setelah

melaksanakan TUK 4 hasil yang didapat yaitu data subjektif, Tn.S dan

keluarga mengatakan sudah


4

paham dan akan melakukan anjuran dalam mengontrol lingkungan yang

memperberat kadar asam urat, dan akan menjauhkan benda yang tajam,

dan data objektif Tn.S dan keluarga kooperatif, dan aktif mengikuti

diskusi. Pada pukul 11.00 WIB, setelah dilaksanakan TUK 5 didapatkan

hasil evaluasi yaitu pada data subjektif Tn.S dan keluarga mengatakan

akan memanfaatkan fasilitas kesehatan rutin sebulan sekali, pada data

objektif Tn.S dan keluarga kooperatif, dan aktif mengikuti diskusi.

2. Manajemen kesehatan tidak efektif b.d kurang terpapar informasi (D.0116).

Tujuan Umumnya adalah Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama

2x30 menit diharapkan manajemen kesehatan meningkat dengan kriteria hasil

Melakukan tindakan untuk mengurangi resiko cukup menurun (2) menjadi

cukup meningkat (4), Menerapkan program perawatan cukup menurun (2)

menjadi cukup meningkat (4), Aktivitas hidup sehari-hari efektif memenuhi

tujuan kesehatan cukup menurun (2) menjadi cukup meningkat (4). TUK 1

Pasien dan keluarga mampu menjelaskan pengertian, tanda gejala, penyebab,

perawatan dan pengobatan asam urat. TUK 2 Pasien menyatakan mau

mematuhi dan mengikuti penyuluhan kesehatan secara kooperatif. TUK 3

Pasien mampu melaksanakan manajemen kesehatan: mengajarkan diit asam

urat. TUK 4 Keluarga Tn. S mampu memodifikasi lingkungan dengan

melaksanakan PHBS dan penjadwalan diit asam urat. TUK 5 Keluarga Tn. S

mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada disekita

wilayah tempat tinggal.


4

Dilakukan pada tanggal 23 Juni 2021 pukul 10.00 WIB yaitu implementasi

pada TUK 1-2 yaitu dengan mendiskusikan bersama keluarga dan menggali

pengetahuan klien mengenai penyakit asam urat, pengertian, tanda gejala,

penyebab, komplikasi penyakit asam urat dan mendiskusikan tentang cara

mengatasi penyakit asam urat. Selanjutnya melaksanakan TUK 3 yaitu

memberikan edukasi tentang contoh makanan yang harus dihindari dan

makanan yang harus di makan bagi penderita asam serta memberikan

reinforcement positif dan mengevaluasi pengetahuan klien. TUK 4

mengajarkan cara PHBS dan menjadwalkan diitasam urat.

Evaluasi pada diagnosis kedua yaitu, pada tanggal 23 Juni 2021 pukul 10.00

WIB didapatkan data subjektif, Tn.S menjawab asam urat adalah penyakit

yang mengakibatkan sakit pada lutut kaki, Tn.S menjawab asam urat tanda

gejalanya sakit senut senut pada saat aktivitas, akan tidur dan bangun tidur,

Tn.S menjawab makanan yang harus dihindari jerohan, kangkung, kacang-

kacangan, Tn.S mengatakan senang mendapat penkes asam urat, Tn. S

mengatakan sudah mengerti mengenai makanan yang harus dimakan dan

makanan yang harus dihindari, Tn. S mengatakan akan mencoba berusaha

menghindari makanan yang dilarang untuk di makan demi kesembuhannya,

dan Tn.S mengatakan akan sering-sering memeriksakan ke puskesmas atau

dokter. Data objektif, Tn. S nampak mendengarkan dengan seksama selama

penkes, Tn.S nampak kooperatif, Tn.S dapat menjawab pertanyaan yang

diberikan. Pada pukul 10.30 WIB dilakukan TUK 3 didapatkan hasil evaluasi

yaitu data subjektif Tn. S menjawab akan melaksanakan apa yang telah di

anjurkan, dan data objektif Tn.S nampak kooperatif, Tn.S nampak


4

memperhatikan saat dijelaskan, Tn.S dapat menjelaskan kembali yang telah di

ajarkan. Pada pukul 10.45 WIB didapatkan hasil evaluasi pada TUK 4 yaitu

data subjektif Tn.S dan keluarga mengatakan sudah paham dan mengerti

yang telah di anjurkan, dan data objektif Tn.S dan keluarga kooperatif, dan

aktif mengikuti diskusi.

3. Ketidakpatuhan b.d kurang motivasi (D.0114)

Tujuan umumnya yaitu Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama

2x30 menit diharapkan tingkat kepatuhan meningkat dengan kriteria hasil,

Verbalisasi mengikuti anjuran cukup menurun (2) menjadi cukup meningkat

(4), Perilaku mengikuti program perawatan/pengobatan sedang (3) menjadi

meningkat (5), Perilaku menjalankan anjuran cukup memburuk (2) menjadi

cukup membaik (4), Tanda dan gejala penyakit sedang (3) menjadi membaik

(5). TUK 1 Pasien dan keluarga dapat mengungkapkan faktor yang

mempengaruhi ketidakpatuhan dalam program pengobatan penyakit, TUK 2

Keluarga dapat lebih memotivasi Tn.S, TUK 3 Pasien mampu meningkatkan

kepatuhan untuk mengoptimalkan pengobatan, TUK 4 Keluarga Tn. S

mampu memodifikasi lingkungan dengan teknik koping yang telah dilakukan,

TUK 5 Keluarga Tn. S mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

yang ada disekita wilayah tempat tinggal.

Pada diagnosis ini dilakukan implementasi pada tanggal 23 Juni 2021 pukul

10.00 WIB melakukan TUK 1-2 yaitu berdiskusi bersama pasien dan

keluarga mengenai mengungkapkan faktor yang mempengaruhi

ketidakpatuhan dalam menjalankan program pengobatan asam urat. Serta

mengajarkan keluarga cara


4

memotivasi klien agar dapat patuh dan semangat dalam program pengobatan.

Selanjutnya melaksanakan TUK 3 yaitu mengajarkan keluarga dan klien

dalam memotivasi dengan cara terapi psikoedukasi serta memberikan

reinforcement positif dan mengevaluasi pengetahuan klien dan keluarga.

Evaluasi pada diagnosa ketiga yaitu, pada tanggal 23 Juni 2021 pukul 11.00

WIB, data subjektif Tn. S mengatakan bosan dengan menunya dan ingin

makan yang lain seperti gorengan untuk camilan ketika istirahat kerja,

Keluarga Tn.S mengatakan akan lebih memotivasi klien dalam proses

pengobatan, Keluarga Tn.S mengatakan akan memasak menu yang berbeda

dengan bahan makanan yang dianjurkan boleh dimakan agar klien tidak

merasa bosan. Data objektif, Tn. S dan keluarga nampak mendengarkan

dengan seksama selama penkes, Tn.S nampak kooperatif, Tn.S dapat

menjawab pertanyaan yang diberikan. Pada pukul 13.00 WIB TUK 3

didapatkan hasil data subjektif keluarga dan Tn.S mengatakan mampu paham

dengan hal-hal yang positif, dan data objektif Tn.S dan keluarga nampak

kooperatif, Tn.S dan keluarga nampak memperhatikan saat dijelaskan.


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan pembahasan berdasarkan pada Asuhan

Keperawatan Gerontik pada Lansia Asam Urat dengan Nyeri Akut di Kelurahan

Karangayu Semarang Barat.

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan memiliki tujuan yaitu menentukan kemampuan klien

dalam memelihara diri sendiri, melengkapi data dasar untuk membuat rencana

keperawatan, serta memberi waktu pada klien untuk berkomunikasi. Pengkajian

meliputi aspek fisik, psikis, sosial, dan spiritual dengan melakukan kegiatan

pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan. Pengkajian

pada lansia yang ada di keluarga dilakukan dengan melibatkan keluarga sebagai

orang terdekat yang mengetahui masalah kesehatan lansia. Sedangkan

pengkajian pada kelompok lansia di panti ataupun di masyarakat dilakukan

dengan melibatkan penangguang jawab kelompok lansia, kultural, tokoh

masyarakat, serta petugas kesehatan (Sunaryo, et al, 2015). Pengkajian pada

klien dilakukan pada tanggal 21 Juni 2020 di Kelurahan Karangayu Semarang,

Klien berinisial Tn. S, usia 63 tahun, jenis kelamin laki-laki. Secara teori lansia

asam urat menurut Astuti dan Tjahjono (2014), beberapa faktor yang

mempengaruhi asam urat tinggi yaitu dari faktor genetik, alkohol, obesitas, usia.

Insiden asam urat sebesar 1-2% terutama pada pria. Hal ini sejalan dengan

penelitian Herliana (2013) mengatakan

45
4

bahwa, laki-laki memiliki kadar asam urat lebih tinggi dibanding wanita

sehingga tentan terserang gout. Pada perempuan, hormon estrogen membuat

pengeluaran asam urat dari dalam tubuh lebih efektif.

Selanjutnya pada pengkajian keluhan utama yaitu klien dalam 1 tahun terakhir

yang dirasakan dan dikeluhkan yaitu nyeri pada lutut, P: beraktivitas, Q: cekot –

cekot, R: kedua lutut, S: nyeri sedang 4, T: hilang timbul. Tn. S mengatakan

gejala yang dirasakan saat asam uratnya tinggi merasa nyeri pada lutut kaki,

timbulnya keluhan yaitu setelah beraktivitas , nyeri pada lutut kaki. Hal ini

seperti yang dijelaskan oleh Dalimartha (2019), bahwa tingginya kadar asam urat

didalam darah dapat menimbulkan berbagai tanda dan gejala yaitu radang seperti

nyeri, bengkak, panas, sakit bila digerakkan, dan kulit diatas sendi yang terkena

tampak kemerahan. Jika tanda dan gejala tersebut tidak diatasi dan tidak diobati

akan menimbulkan berbagai macam penyakit seperti peradangan sendi akut atau

kronik berulang yang disebut rematik gout atau artritis gout yaitu timbulnya tofi

(benjolan) akibat menumpuknya kristal MSU (Monosodium Urat) di persendian,

tulang rawan, atau jaringan lunak, terganggunya fungsi ginjal yang disebut

nefropati gout, dan terbentuknya batu asam urat di ginjal atau kandung kemih.

Faktor pencetusnya dikarenakan oleh faktor usia pada klien sudah > 60 tahun.

Hal ini sejalan dengan penelitian dari Herliana (2013) mengatakan bahwa salah

satu faktor risiko yang menyebabkan orang terserang penyakit asam urat adalah

usia. Kadar asam urat pada pria meningkat sejalan dengan peningkatan usia

seseorang. Hal ini terjadi karena pria tidak memiliki hormon estrogen yang dapat

membantu pembuangan asam urat sedangkan perempuan memiliki hormon

estrogen yang
4

ikut membantu pembuangan asam urat melalui urine. Namun sering

meningkatnya usia produksi hormon estrogen semakin menurun dan akan

berhenti berproduksi pada saat wanita memasuki masa menopouse sehingga

dimasa tersebut wanita akan mengalami penyakit asam urat. Faktor yang kedua

adalah pola makan yang tidak sehat dan makanan yang dikonsumsi banyak

mengandung zat purin. Pada penelitian Ningsih (2014), mengatakan pola makan

masyarakat yang tidak sehat dengan mengkonsumsi makanan berprotein tinggi,

terutama protein hewani yang mengandung kadar purin tinggi menyebabkan

kejadian asam urat semakin meningkat. Asupan purin merupakan faktor risiko

paling kuat yang berhubungan dengan kejadian asam urat.

Upaya lansia dalam mengatasi nyeri asam urat pada lansia adalah dengan cara

memeriksakan ke dokter dan mengkonsumsi obat dari dokter seperti allopurinol,

tetapi diminum saat kambuh saja. Teori menjelaskan cara menghilangkan nyeri

asam urat dengan cara minum obat pereda rasa sakit, kompres es batu,

istirahatkan sendi, dan berbagai obat-obatan herbal (Darmawan dkk., 2016).

Pengkajian nutrisi metabolik Keluarga Tn.S mengatakan nafsu makan Tn.S baik

dengan frekuensi makan 3x sehari, jenis makanan yang dimakan klien dalam

sehari 3 porsi nasi, sayur bening dan terkadang sayur yang bersantan juga

dimakan, dan lauk pauk seperti ikan dan tempe, Tn. S mengatakan tidak ada

makanan yang tidak disukai semua makanan suka. Keluarga Tn.S mengatakan

sering makan yang berminyak seperti gorengan jika sehabis kerja dan minum

kopi padahal Tn.S sudah disarankan dokter untuk menghindarinya dan keluarga

juga sering mengingatkan tetapi tidak dihiraukan oleh Tn.S. dari berbagai

macam
4

makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh klien dapat menimbulkan

kambuhnya nyeri dan mengakibatkan tingginya kadar asam urat. Naiknya kadar

asam urat darah (hiperurisemia) juga memiliki arti penting untuk menghindarkan

diri dari timbulnya komplikasi yang bisa timbul karenanya, yaitu dengan cara

menghindari makanan dengan kandungan purin tinggi (diet purin) menghindari

semua yang menjadi faktor risiko terjadinya serangan asam urat, menerapkan

pola hidup yang sehat, olahraga secara teratur, minum air putih, mengupayakan

berat badan yang ideal, mengurangi mengonsumsi makanan berlemak, serta

menghindari makanan dan minuman dengan kadar gula tinggi (Savitri, 2021).

Makanan pokok bagi penderita asam urat harus bersifat netral. Bahan makanan

yang bisa digunakan sebagai makanan pokok antara lain singkong, labu, jagung,

dan nasi. Jenis makanan yang rendah purin yaitu roti, kue kering, puding,

makaroni, telur, susu, keju. Adapun jenis buah-buahan dan sayuran yang

disarankan yaitu strawberry, kiwi, semangka, pepaya, apel, buah persk (peach),

mangga, labu, ketela, gambas, kentang manis, brokoli, dan tauge. Kebutuhan

serat yang dianjurkan untuk penderita asam urat adalah 20 – 30 g (Ramayulis,

2013).

Selanjutnya pada pengkajian pola aktivitas dan latihan, Tn.S sering merasakan

nyeri pada kedua lutut saat melakukan aktivitas. Tn.S mengatakan nyeri sering

timbul pada pagi hari saat bangun tidur. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh

Tersono (2006), bahwa nyeri sendi pada asan urat ada dua kategori yaitu nyeri

sendi mekanik dan nyeri sendi inflamasi. Pada nyeri sendi mekanik, timbulnya

setelah aktivitas dan hilang setelah istirahat serta tidak timbul pada pagi hari,

sedangkan nyeri sendi inflamasi yaitu nyeri bertambah berat pada pagi hari saat
4

bangun tidur yang disertai kaku sendi atau nyeri yang hebat pada awal gerak dan

berkurang setelah melakukan aktivitas.

Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan pada Tn. S didapatkan Keadaan umum :

Composmentis, dilakukan TTV : TD: 150/100 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20

x/menit, BB / TB: 67 kg / 164 cm, Asam urat: 9 mg/dL. Ekstremitas Atas:

kekuatan otot baik, tidak ada edema, Ekstremitas bawah: kekuatan otot baik,

tidak terdapat edema, tidak menggunakan alat bantu dan nyeri pada bagian lutut

(P : beraktivitas, Q : cekot-cekot, R : lutut, S: nyeri sedang 4, T: hilang timbul).

Seseorang akan mengalami hiperurisemia jika memiliki kadar asam urat

melebihi angka normal yang disemangati para ahli. Nyeri pada persendian kaki

dan tangan juga tidak dapat digunakan sebagai indikator dalam menentukan

terjadinya hiperurisemia. Pasalnya, rasa nyeri di persendian belum tentu

disebabkan kadar asam urat yang tinggi. Untuk mengetahui seseorang layak

disebut menderita hiperuresemia, ada ambang batas bawah kadar asam urat

serum yang digunakan sebagai indikator. Ambang batas normal ditentukan

berdasarkan gender (Lingga, 2012). Untuk laki-laki, ambang normalnya dalam

darah adalah 7,0 mg/dL. Adapun pada perempuan normalnya adalah 5,7 mg/dL

darah (Soeroso & Algristian, 2011).

Hasil pengkajian Katz Indeks: jumalah point mandiri 17 yaitu aktivitas Tn. S

dilakukan secara mandiri. Indeks Kats biasa digunakan sebagai instrumen yang

digunakan dalam pengkajian status fungsional. Alat ini digunakan untuk

menentukan hasil tindakan dan prognosis pada lansia dan penyakit kronis

(Sunaryo et al, 2015). Status fungsional lansia biasanya merujuk pada

kemampuan
5

dan perilaku yang aman dalam aktivitas harian (ADL). Hal ini merupakan

indikator yang sensitif bagi kesehatan atau penyakit pada lansia (Potter & Perry,

2009, dalam Andri et al, 2019). Selain itu pada lansia yang dengan tinggi asam

urat akan mengalami keterbatasan pada aktivitas harian (ADL), penurunan

kemampuan muskuloskeletal karena nyeri sendi dapat berdampak pada

penurunan aktivitas pada lansia. Aktivitas yang dimaksud antara lain makan,

minum, berjalan, mandi, BAB, dan BAK. Kemandirian pada lansia dinilai dari

bagaimana lansia mampu melakukan aktifitas fisik secara mandiri tanpa

bergantung pada orang lain (Chintyawati, 2014).

Hasil pengkajian skala depresi: jumalah skore hasil pengkajian skala depresi 3

yaitu Tn. S mengalami depresi ringan. Pada pengkajian di kasus menggunakan

skala depresi GDS (Geriatric Depression Scale). Secara mental, lansia sering

mengalami gangguan mental antara lain yaitu, insomnia, stress psikososial,

ansietas, depresi, gangguan perilaku seperti agresif dan agitasi. Gangguan

depresi pada lansia merupakan perhatian yang paling penting bagi para ahli

geriatri. Kehilangan kebermaknaan hidup dapat menurunkan semangat hidup,

yang pada gilirannya dapat menyebabkan perasaan kekosongan dan depresi, dan

dalam kasus terburuk hingga bunuh diri (Aritonang, 2018).

Hasil pengkajian skala jatuh morse: total nilai skala jatuh 0 artinya Tn. S tidak

beresiko jatuh hanya memerlukan tindakan perawatan dasar. Jatuh adalah

kegagalan manusia untuk mempertahankan keseimbangan badan untuk berdiri.

Faktor risiko jatuh pada lansia dapat tergolongkan menjadi dua golongan yaitu

faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik, faktor intrinsik yaitu faktor yang berasal

dari
5

dalam tubuh lansia sendiri seperti kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan

pada sendi, gangguan sensorik. Sedangkan faktor ekstrinsik adalah faktor yang

berasal dari luar lingkungan sekitar (Darmojo, 2009, dalam Fauziah 2019).

B. Diagnosis Keperawatan– Evaluasi Keperawatan

1. Diagnosis yang muncul

a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (D.0077)

North American Nursing Diagnosis Association/NANDA (2015),

mendefinisikan nyeri kronis merupakan pengalaman sensorik dan

emosional tidak menyenangkan dengan kerusakan jaringan secara

actual maupun potensial dalam waktu yang mendadak atau lambat

dengan intensitas ringan hingga berat dalam waktu kurang dari 3 bulan.

Dari teori diagnosa yang didapatkan yaitu nyeri akut berhubungan

dengan agen cedera biologis dengan batasan karakteristik, ekspresi

wajah nyeri, laporan perilaku nyeri/perubahan aktivitas, keluhan tentang

intensitas dengan standar skala nyeri.

Sedangkan menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia/SDKI

(2017), mengatakan Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau

emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau

fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas

ringan hingga berat yang berlangsung kurang tiga bulan. Penyebabnya

yaitu agen pencedera fisiologis (misal inflamasi, lakemia, neoplasma)

dengan tanda gejala mayor tampak meringis, gelisah, dan gejala minor

yaitu tekanan darah meningkat.


5

Terdapat perbedaan pada teori NANDA (2015) dan SDKI (2017) pada

penamaan diagnosa dan diagnosis yaitu pada penyebab nyeri akut yang

berhubungan dengan agen cedera fisik dan agen pencedera fisiologis.

Namun dalam pengertian dan tujuan keduanya memiliki makna yang

sama, walaupun batasan karakteristiknya masing-masing diagnosa dan

diagnosis tidak semua menunjukkan kesamaan. Pada kasus data yang

mendukung pada masalah keperawatan ini adalah Tn. S mengeluh nyeri

pada kedua lutut, (P: beraktivitas, Q: cekot-cekot, R: lutut, S: nyeri

sedang 4, T: hilang timbul), lalu pada data objektif yang diperoleh yaitu

Tn.S tampak meringis kesakitan saat berjalan dan dipegang lututnya,

tampak berhati-hati saat berjalan, TD: 150/100 mmHg. Data ini sesuai

dengan tanda gejala mayor dalam SDKI.

tambahkan

Intervensi berdasarkan pada kasus menggunakan SLKI (2019) dan

IPKKI (2014), yang direncanakan dengan tujuan pada ekspektasi

tingkat nyeri dapat menurun dengan kriteria hasil Keluhan nyeri cukup

meningkat (2) menjadi cukup menurun (4), Meringis cukup meningkat

(2) menjadi cukup menurun (4), Gelisah cukup meningkat (2) menjadi

cukup menurun (4). Sedangkan teori yang di ambil dari NOC (2015)

dengan tujuan pada Outcome tingkat nyeri menurun dengan kriteria

hasil mampu mengontrol nyeri, skala nyeri menurun dari yang tinggi ke

skala rendah, ekspresi wajah membaik, TTV dalam rentang normal.

Pada SLKI dan NOC tidak ada perbedaan pada ekspektasi dan outcome,

tetapi pada kriteria hasil menunjukkan pebedaan pada SLKI dengan

menyatakan
5

angka yang direncanakan atau di targetkan pada perubahan nanti setelah

dilakukan implementasi.

Sedangkan intervensi yang akan di lakukan menggunakan dari teori

IPKKI (2014), yang menggunakan TUK 1 – TUK 5 yaitu TUK 1 Pasien

dan keluarga mampu memanajemen nyeri saat muncul, TUK 2 Pasien

menyatakan mau mematuhi dan mengikuti arahan yang di ajarkan, TUK

3 Pasien mampu melaksanakan terapi rendam air hangat rebusan jahe,

TUK 4 Keluarga Tn. S mampu memodifikasi lingkungan ditandai

dengan menjauhkan benda Risiko injuri, TUK 5 Keluarga Tn. S mampu

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada disekita wilayah

tempat tinggal. Pada teori menggunakan NIC (2013) dengan

manajemen nyeri dan intervensinya yaitu meliputi lakukan pengkajian

nyeri komprehensif, observasi adanya petunjuk non verbal, ajarkan

teknik non farmakologis (relaksai nafas dalam, tehnik distraksi dan

imajinasi, lakukan kompres hangat, akupressur), berikan informasi

mengenai nyeri, penyebab dan cara mengatasi nyeri, kolaborasi dengan

dokter mengenai terapi farmakologis atau obat yang mengatasi nyeri.

Pada buku panduan IPKKI (2014) yang di gunakan hampir memiliki

kesamaan dengan NIC pada TUK 1 yang memberikan edukasi nyeri

dengan beri informasi mengenai nyeri, yang selanjutnya pada

manajemen nyeri yang digunakan yaitu pada TUK 3 yaitu mengajarkan

kompres air hangat dengan jahe dengan ajarkan teknik non

farmakologis. Kompres air hangat jahe merupakan sah satu terapi non

farmakologis
5

yang bertujuan untuk menurunkan tingkat nyeri, tetapi teori ini

mengacu pada intervensi keperawatan keluarga sedangkan NIC lebih

mengacu pada intervensi keperawatan yang dilaksanakan di Rumah

Sakit.

Implementasi keperawatan pada diagnosis ini, dilakukan pada tanggal

21 Juni 2021 pukul 14.00 WIB, implementasi yang dilakukan

melaksanakan TUK 1-2 yaitu melakukan pendidikan kesehatan

mengenai pengrtian manajemen nyeri, macam-macam manajemen nyeri

dan cara memanajemen nyeri. Hal ini sejalan dengan teori dari Daeli, et

al (2021) yang mengatakan, penanganan nyeri tidak hanya secara

farmakologis namun juga dapat dilakukan secara non farmakologis.

Pemanfaatan herbaldari berbagai tanaman obat keluarga (TOGA)

seperti bawang merah, jahe, senam lansia, dan relaksasi nafas

merupakan beberapa contoh penanganan nyeri yang dapat dilakukan

secara mandiri oleh pasien.

Pada tanggal 22 Juni 2021 pukul 10.00 WIB, implementasi selanjutnya

dari diagnosa pertama adalah melaksanakan TUK 3 yaitu

mendiskusikan dengan klien dan keluarga tentang cara mengatasi nyeri

asam urat yaitu dengan rendam kaki hangat rebusan jahe, menjelaskan

dengan menggunakan poster serta mempraktikan bersama klien dan

keluarga, memberikan pujian bagi klien dan keluarga atas pemahaman

mereka. Hal ini sejalan dengan penelitian Liana (2019) mengatakan

bahwa rerata skor nyeri sebelum diberikan terapi rendam kaki dengan

jahe hangat 5,40 ± 0,73 dengan skor maksimum 4 dan skor

maksimum 6, dan setelah


5

diberikan terapi rendam kaki dengan jahe hangat rerata skor nyeri 3,60

± 0,91 dengan skor minimum 2 dan skor maksimum 5. Rendam kaki air

dengan jahe hangat sama fungsinya dengan kompres jahe hangat yaitu

untuk meredakan nyeri asam urat. Penelitian yang dilakukan Chan

(2011), melakukan terapi kompres yaitu dengan menggunakan jahe

sebanyak 3-5 ruas kemudian dicuci bersih dan diparut lalu diletakkan

pada wadah/mangkok dan diaduk sampai menjadi seperti bubur,

kemudian balurkan atau taruh parutan jahe tersebut pada kain kemudian

celupkan pada air hangat dan taruh pada area yang sakit atau nyeri

selama kurang lebih 15-20 menit. Lakukan pengompresan ini selama 3-

4 hari pada saat nyeri dirasakan (Siwi. 2016 dalam Nadia, 2019).

Pada tanggal 22 Juni 2021 pukul 10.45 WIB, implementasi selanjutnya

dari diagnosa pertama adalah melaksanakan TUK 4 yaitu mengontrol

lingkungan yang memperberat kadar asam urat dan menjauhkan benda

tajam yang ada di sekitar ruangan klien, hal ini dijelaskan oleh

Subiyanto (2020) mengatakan manajemen lingkungan dapat

meningkatkan pengetahuan keluarga tentang keselamatan lansia.

Menurut Nugroho (2015), jatuh dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya faktor intrinsik dimana terjadi gangguan gaya berjalan,

kelemahan otot ekstremitas bawah, langkah yang pendek-pendek,

kekakuan sendi, kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan kelambanan

dalam bergerak, sedangkan faktor ekstrinsik diantaranya lantai yang

licin dan tidak rata, tersandung oleh benda-benda, penerangan kurang,

sehingga dapat memperbesar risiko jatuh pada lansia.


5

Salah satu yang menjadi perhatian kesejahteraan lansia adalah terkait

dengan keamanan lingkungan tempat tinggal. Artinya keamanan bukan

hanya terkait dengan pencegahan sakit atau meminimalisir cidera saja,

tetapi juga terkait dengan keadaan yang aman bagi lansia untuk

beraktivitas, mengurangi stress dan meningkatkan kesehatan diri

(Tarwoto & Wartonah, 2010).

Pada tanggal 22 Juni 2021 pukul 11.00 WIB, implementasi selanjutnya

dari diagnosa pertama adalah melaksanakan TUK 5 yaitu

menginformasikan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan klien dan

menganjurkan untuk menggunakan/memanfaatkan fasilitas kesehatan

yang ada. Seperti halnya yang dijelaskan oleh Teori Health Service

Use dari Andersen (1975, dalam Kurniasih, 2018) menyatakan

bahwa perilaku masyarakat dalam memanfaatkan layanan kesehatan

ditentukan oleh tingkat atau derajad penyakit yang dialami serta

adanya kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan. Artinya adanya

tingkat atau derajad penyakit yang semakin dirasakan berat, maka

individu tersebut akan semakin membutuhkan kesembuhan dengan

demikian akan semakin diperlukan.

Hasil evaluasi keperawatan yang dilakukan pada keluarga Tn.S sesuai

dengan diagnosa pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen

pencedera fisiologis (D.0077), pada tanggal 21 Juni 2021 pukul 14.00

WIB pada TUK 1-2 terdapat data subjektif Tn.S menjawab manajemen
5

nyeri adalah suatu cara untuk mengelola dan mengobati rasa nyeri, Tn.S

mengatakan sudah mengerti tentang manajemen nyeri dan jenis-

jenisnya, Tn.S mengatakan senang mendapat penkes yang diajarkan.

Data objektif Tn.S nampak mendengarkan dengan seksama selama

penkes, Tn.S nampak kooperatif, Tn.S dapat menjawab pertanyaan

yang diberikan. Evaluasi keperawatan pada tanggal 22 Juni 2021 pukul

10.00 WIB, pada TUK 3 yaitu data subjektif Tn. S menjawab kaki

terasa nyaman dan nyeri sedikit hilang dengan skala 2 setelah dilakukan

rendam kaki selama 15 menit dan di kompres di bagian yang nyeri.

Data objektif, Tn.S nampak kooperatif, Tn.S nampak memperhatikan

saat dijelaskan, Tn.S dapat menjelaskan kembali yang telah di ajarkan.

Pada pukul 10.45 WIB setelah melaksanakan TUK 4 hasil yang didapat

yaitu data subjektif, Tn.S dan keluarga mengatakan sudah paham dan

akan melakukan anjuran dalam mengontrol lingkungan yang

memperberat kadar asam urat, dan akan menjauhkan benda yang tajam,

dan data objektif Tn.S dan keluarga kooperatif, dan aktif mengikuti

diskusi. Pada pukul 11.00 WIB, setelah dilaksanakan TUK 5

didapatkan hasil evaluasi yaitu pada data subjektif Tn.S dan keluarga

mengatakan akan memanfaatkan fasilitas kesehatan rutin sebulan

sekali, pada data objektif Tn.S dan keluarga kooperatif, dan aktif

mengikuti diskusi. Pada evaluasi keperawatan diagnosis prioritas

pertama dapat diartikan implementasi pada lansia ekspektasi dapat

tercapai yaitu tingkat nyeri menurun dengan keluhan nyeri menjadi

cukup menurun (4), meringis menjadi cukup menurun (4), gelisah

menjadi cukup menurun (4), tekanan darah menjadi cukup membaik

(4).
5

b. Manajemen kesehatan tidak efektif b.d kurang terpapar informasi

(D.0116)

Pada teori menurut NANDA (2015), ketidakefektifan manajemen

kesehatan merupakan pola pengaturan dan pengintegrasian kedalam

kebiasaan terapeutik hidup sehari-hari untuk pengobatan penyakit dan

sekuelanya yang tidak memuaskan untuk memenuhi tujuan kesehatan

spesifik dengan faktor yang berhubungan kurang pengetahuan tentang

program tarapeutik disertai batasan karakteristik kegagalan melakukan

tindakan untuk mengurangi faktor risiko, kegagalan memasukkan

regimen pengobatan dalam kehidupan sehari-hari, pilihan yang tidak

efektif dalam hidup sehari-hari untuk memenuhi tujuan kesehatan.

Sedangkan pada SDKI (2017), manajemen kesehatan tidak efektif

merupakan pola pengaturan dan pengintegrasian penanganan masalah

kesehatan kedalam kebiasaan hidup sehari-hari tidak memuaskan untuk

mencapai status kesehatan yang diharapkan dengan penyebabnya yaitu

kurang terpapar informasi dengan tanda mayor mengungkapkan

kesulitan dalam menjalani program perawatan/pengobatan, gagal

menerapkan program perawatan/pengobatan, aktivitas hidup sehari-hari

tidak efektif untuk memenuhi tujuan kesehatan.

Terdapat perbedaan pada teori NANDA (2015) dan SDKI (2017) pada

penamaan diagnosa dan diagnosis yaitu pada penyebab nyeri akut yang

berhubungan dengan agen cedera fisik dan agen pencedera fisiologis.

Namun dalam pengertian dan tujuan keduanya memiliki makna yang


5

sama, walaupun batasan karakteristiknya masing-masing diagnosa dan

diagnosis tidak semua menunjukkan kesamaan. Pada kasus data yang

mendukung pada masalah keperawatan ini adalah, Tn. S pergi periksa

ke dokter dan Tn. S mengkonsumsi obat – obatan asam urat dari dokter

tetapi jarang diminum. Tn.S sering makan yang berminyak seperti

gorengan jika sehabis kerja dan minum kopi padahal Tn.S sudah

disarankan dokter untuk menghindarinya, lalu data objektif yang

diperoleh yaitu Tn.S sudah biasa memakan makanan yang

mengakibatkan asam urat kambuh. Data ini sesuai dengan tanda gejala

mayor dalam SDKI.

Intervensi berdasarkan pada kasus menggunakan SLKI (2019) dan

IPKKI (2014), yang direncanakan dengan tujuan pada ekspektasi

manajemen kesehatan meningkat dengan kriteria hasil Melakukan

tindakan untuk mengurangi resiko cukup menurun (2) menjadi cukup

meningkat (4), Menerapkan program perawatan cukup menurun (2)

menjadi cukup meningkat (4), Aktivitas hidup sehari-hari efektif

memenuhi tujuan kesehatan cukup menurun (2) menjadi cukup

meningkat (4). Sedangkan teori yang di ambil dari NOC (2015) dengan

tujuan pada Outcome manajemen diri meningkat dengan kriteria hasil

mampu patuhi pengobatan yang direkomendasikan, mampu mematuhi

aturan pengobatan, melakukan diit selama sakit, menyesuaikan tingkat

aktivitas selama sakit. Pada SLKI dan NOC tidak ada perbedaan pada

ekspektasi dan outcome, tetapi pada kriteria hasil menunjukkan

pebedaan
6

pada SLKI dengan menyatakan angka yang direncanakan atau di

targetkan pada perubahan nanti setelah dilakukan implementasi.

Sedangkan intervensi yang akan di lakukan menggunakan dari teori

IPKKI (2014), yang menggunakan TUK 1 – TUK 5 yaitu TUK 1 Pasien

dan keluarga mampu menjelaskan pengertian, tanda gejala, penyebab,

perawatan dan pengobatan asam urat, TUK 2 Pasien menyatakan mau

mematuhi dan mengikuti penyuluhan kesehatan secara kooperatif, TUK

3 Pasien mampu melaksanakan manajemen kesehatan: mengajarkan diit

asam urat yaitu memberikan makanan yang rendah purin seperti

menghindari kacang-kacangan dan gorengan, TUK 4 Tn. S mampu

melaksanakan PHBS dan jadwal diit asam urat, TUK 5 Keluarga Tn. S

mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada disekita

wilayah tempat tinggal. Pada teori menggunakan NIC (2013) dengan

modifikasi perilaku dan intervensinya yaitu meliputi lakukan bantu

pasien untuk mengidentifikasi masalah, dukung pasien untuk verbalisasi

perasaannya berkaitan dengan masalah interpersonal, tentukan target

perilaku yang telah di identifikasi untuk ditingkatkan, modifikasi

kegiatan yang telah ditentukan.

Pada buku panduan IPKKI (2014) yang di gunakan hampir memiliki

kesamaan dengan NIC yaitu pada TUK 3 pasien mampu melakukan

manajemen kesehatan dengan mengajarkan diit asan urat dengan

memodifikasi kegiatan yang telah ditentukan. Teori pada IPKKI yang

digunakan mengacu pada intervensi keperawatan keluarga sedangkan


6

NIC lebih mengacu pada intervensi keperawatan yang dilaksanakan di

Rumah Sakit.

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada Tn.S sesuai dengan

diagnosis prioritas pertama yaitu manajemen kesehatan tidak efektif

berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0116), pada tanggal

23 Juni 2021 pukul 10.00 WIB, implementasi yang dilakukan

melaksanakan TUK 1-2 yaitu mendiskusikan bersama keluarga dan

menggali pengetahuan klien mengenai penyakit asam urat, pengertian,

tanda gejala, penyebab, komplikasi penyakit asam urat dan

mendiskusikan tentang cara mengatasi penyakit asam urat. Pada

implementasi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penkes terhadap

pengetahuan dan sikap pada lansia asam urat. Penelitian yang dilakukan

oleh Utomo (2016) mengatakan bahwa ada pengaruh pemberian

pendidikan kesehatan asam urat terhadap pengetahuan dan sikap

penderita asam urat.

Pada tanggal 23 Juni 2021 pukul 10.30 WIB, implementasi selanjutnya

dari diagnosa kedua adalah melaksanakan TUK 3 yaitu memberikan

edukasi tentang contoh makanan yang harus dihindari dan makanan

yang harus di makan bagi penderita asam urat, memberikan

reinforcement positif, dan mengevaluasi pengetahuan klien. Hal ini

sejalan dengan penelitian dari Yenrina, et al (2014) mengatakan bahwa

diet yang diberikan kepada penderita gout dan hiperurisemia adalah

Diet Rendah Purin dengan tujuan untuk menurunkan kadar asam urat di

dalam darah.
6

diet normal mengandung purin 600-1000 mg/hari. Bagi penderita Gout

sebaiknya mengkonsumsi makanan rendah purin <150 mg/hari, bahkan

bila sudah disertai nyeri dan pembengkakan sendi, dianjurkan untuk

mengkonsumsi makanan bebas purin.

Pada tanggal 23 Juni 2021 pukul 10.45 WIB, implementasi selanjutnya

dari diagnosa pertama adalah melaksanakan TUK 4 yaitu mengajarkan

cara PHBS dan menjadwalkan diit asam urat, hal ini dijelaskan oleh

Lumintang (2021) yakni perilaku hidup sehat berperan penting dalam

mengontrol nilai normal asam urat penderita asam urat dan

memperbaiki kualitas hidup. Seiring perkembangan zaman, gaya hidup

bersama dengan pola diet tidak sehat mengakibatkan asam urat

cenderung terjadi pada usia yang muda, sehingga menyebabkan

ketidaknyamanan saat bekerja dan beraktivitas serta mempengarui

kualitas hidup.

Hasil Evaluasi keperawatan pada diagnosis kedua yaitu manajemen

kesehatan tidak efektif b.d kurangnya terpapar informasi (D.0116), pada

tanggal 23 Juni 2021 pukul 10.00 WIB didapatkan data subjektif, Tn.S

menjawab asam urat adalah penyakit yang mengakibatkan sakit pada

lutut kaki, Tn.S menjawab asam urat tanda gejalanya sakit senut senut

pada saat aktivitas, akan tidur dan bangun tidur, Tn.S menjawab

makanan yang harus dihindari jerohan, kangkung, kacang-kacangan,

Tn.S mengatakan senang mendapat penkes asam urat, Tn. S

mengatakan sudah mengerti mengenai makanan yang harus dimakan

dan makanan yang harus dihindari, Tn. S mengatakan akan mencoba

berusaha
6

menghindari makanan yang dilarang untuk di makan demi

kesembuhannya, dan Tn.S mengatakan akan sering-sering

memeriksakan ke puskesmas atau dokter. Data objektif, Tn. S nampak

mendengarkan dengan seksama selama penkes, Tn.S nampak

kooperatif, Tn.S dapat menjawab pertanyaan yang diberikan. Pada

pukul 10.30 WIB dilakukan TUK 3 didapatkan hasil evaluasi yaitu data

subjektif Tn. S menjawab akan melaksanakan apa yang telah di

anjurkan, dan data objektif Tn.S nampak kooperatif, Tn.S nampak

memperhatikan saat dijelaskan, Tn.S dapat menjelaskan kembali yang

telah di ajarkan. Pada pukul 10.45 WIB didapatkan hasil evaluasi pada

TUK 4 yaitu data subjektif Tn.S dan keluarga mengatakan sudah paham

dan mengerti yang telah di anjurkan, dan data objektif Tn.S dan

keluarga kooperatif, dan aktif mengikuti diskusi. Pada evaluasi

keperawatan diagnosis prioritas kedua dapat diartikan implementasi

pada lansia ekspektasi dapat tercapai yaitu manajemen kesehatan

membaik dengan melakukan tindakan untuk mengurangi resiko menjadi

cukup meningkat (4), Menerapkan program perawatan menjadi cukup

meningkat (4), Aktivitas hidup sehari-hari efektif memenuhi tujuan

menjadi cukup meningkat (4).

c. Ketidakpatuhan b.d kurang motivasi (D.0114)

Kepatuhan dalam NANDA (2015), didefinisikan perilaku individu

dan/atau pemberi asuhan yang tidak sesuai dengan rencana promosi

kesehatan atau terapeutik yang ditetapkan oleh individu (dan/atau

keluarga dan/atau komunitas) serta profesional pelayanan kesehatan.


6

Perilaku pemberi asuhan atau individu yang tidak mematuhi ketetapan,

rencana promosi kesehatan atau terapeutik secara keseluruhan atau

sebagian dapat menyebabkan hasil akhir yang tidak efektif atau

sebagian tidak efektif secara klinis, dengan faktor yang berhubungan

yaitu ketidaknyamanan asuhan keperawatan dengan batasan

karakteristik gagal mencapai hasil, mengingkari perjanjian, perilaku

tidak taat.

Sedangkan pada SDKI (2017), ketidakpatuhan adalah perilaku individu

dan/atau pemberian asuhan tidak mengikuti rencana

perawatan/pengobatan yang disepakati dengan tenaga kesehatan

sehingga menyebabkan hasil perawatan/pengobatan tidak efektif.

Penyebabnya yaitu kurang motivasi dengan tanda gejala mayor dan

minor dalam SDKI yaitu menolak menjalani perawatan/pengobatan,

menolak mengikuti anjuran, perilaku tidak mengikuti program

perawatan/pengobatan perilaku tidak menjalankan anjuran, tampak

tanda/gejala penyakit/masalah kesehatan masih ada atau meningkat.

Terdapat perbedaan pada teori NANDA (2015) dan SDKI (2017) pada

penamaan diagnosa dan diagnosis yaitu pada penyebab nyeri akut yang

berhubungan dengan agen cedera fisik dan agen pencedera fisiologis.

Namun dalam pengertian dan tujuan keduanya memiliki makna yang

sama, walaupun batasan karakteristiknya masing-masing diagnosa dan

diagnosis tidak semua menunjukkan kesamaan. Pada kasus data yang

mendukung pada masalah keperawatan ini adalah keluarga mengatakan

Tn.S sering makan yang berminyak seperti gorengan jika sehabis kerja

dan minum kopi padahal Tn.S sudah disarankan dokter untuk


6

menghindarinya dan keluarga juga sering mengingatkan tetapi tidak

dihiraukan oleh Tn.S. Sedangkan data objektif yaitu kondisi rumah Tn.

S penerangan diruangan rumah agak gelap dan terdapat jendela yang

jarang dibuka. Sirkulasi udara di dalam rumah dan disetiap ruangan

sedikit pengap karena jendela jarang di buka. Data ini sesuai dengan

tanda gejala mayor dan minor dalam SDKI.

Intervensi berdasarkan pada kasus menggunakan SLKI (2019) dan

IPKKI (2014), yang direncanakan dengan tujuan pada ekspektasi

kepatuhan meningkat dengan kriteria hasil Verbalisasi mengikuti

anjuran cukup menurun (2) menjadi cukup meningkat (4), Perilaku

mengikuti program perawatan/pengobatan sedang (3) menjadi

meningkat (5), Perilaku menjalankan anjuran cukup memburuk (2)

menjadi cukup membaik (4), Tanda dan gejala penyakit sedang (3)

menjadi membaik (5). Sedangkan teori yang di ambil dari NOC (2015)

dengan tujuan pada Outcome perilaku patuh meningkat dengan kriteria

hasil mampu menanyakan pertanyaan terkait kesehatan, mampu

mencari informasi kesehatan, mampu patuh dalam pengobatan yang

telah di sarankan. Pada SLKI dan NOC tidak ada perbedaan pada

ekspektasi dan outcome, tetapi pada kriteria hasil menunjukkan

pebedaan pada SLKI dengan menyatakan angka yang direncanakan atau

di targetkan pada perubahan nanti setelah dilakukan implementasi.

Sedangkan intervensi yang akan di lakukan menggunakan dari teori

IPKKI (2014), yang menggunakan TUK 1 – TUK 5 yaitu TUK 1

Pasien
6

dan keluarga dapat mengungkapkan faktor yang mempengaruhi

ketidakpatuhan dalam program pengobatan penyakit, TUK 2 Keluarga

dapat lebih memotivasi Tn.S, TUK 3 Pasien mampu meningkatkan

kepatuhan untuk mengoptimalkan pengobatan, TUK 4 Keluarga Tn. S

mampu memodifikasi lingkungan dengan teknik koping yang telah

dilakukan, TUK 5 Keluarga Tn. S mampu memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan yang ada disekita wilayah tempat tinggal. Pada

teori menggunakan NIC (2013) dengan peningkatan koping dan

intervensinya yaitu meliputi bantu pasien dalam mengidentifikasi tujuan

jangka pendek dan jangka panjang, dukung keterlibatan keluarga,

dukung aktivitas- aktivitas sosial dan komunikasi.

Pada buku panduan IPKKI (2014) yang di gunakan hampir memiliki

kesamaan dengan NIC yaitu pada TUK 3 keluarga mampu memotivasi

klien dan dukung keterlibatan keluarga. Teori pada IPKKI yang

digunakan mengacu pada intervensi keperawatan keluarga sedangkan

NIC lebih mengacu pada intervensi keperawatan yang dilaksanakan di

Rumah Sakit.

implementasi keperawatan pada diagnosis prioritas ketiga ini dilakukan

implementasi pada tanggal 23 Juni 2021 pukul 10.00 WIB melakukan

TUK 1-2 yaitu berdiskusi bersama pasien dan keluarga mengenai

mengungkapkan faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dalam

menjalankan program pengobatan asam urat. Serta mengajarkan

keluarga cara memotivasi klien agar dapat patuh dan semangat dalam

program
6

pengobatan. Hal ini sejalan dengan penelitian Amalia (2017) yang

menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan

keluarga dengan kepatuhan diet asam urat di Puskesmas Gamping I,

dengan keeratan hubungan rendah. Sama halnya dengan penelitian

Sutiono (2018) yang menyatakan semakin baik dukungan keluarga

kepada penderita asam urat maka semakin patuh menjalani diet asam

urat.

Hasil evaluasi pada diagnosa ketiga yaitu ketidakpatuhan b.d kurang

motivasi (D.0114), pada tanggal 23 Juni 2021 pukul 11.00 WIB

dilakukan TUK 1-2, didapatkan hasil data subjektif Tn. S mengatakan

bosan dengan menunya dan ingin makan yang lain seperti gorengan

untuk camilan ketika istirahat kerja, Keluarga Tn.S mengatakan akan

lebih memotivasi klien dalam proses pengobatan, Keluarga Tn.S

mengatakan akan memasak menu yang berbeda dengan bahan makanan

yang dianjurkan boleh dimakan agar klien tidak merasa bosan. Data

objektif, Tn. S dan keluarga nampak mendengarkan dengan seksama

selama penkes, Tn.S nampak kooperatif, Tn.S dapat menjawab

pertanyaan yang diberikan. Pada pukul 13.00 WIB TUK 3 didapatkan

hasil data subjektif keluarga dan Tn.S mengatakan mampu paham

dengan hal-hal yang positif, dan data objektif Tn.S dan keluarga

nampak kooperatif, Tn.S dan keluarga nampak memperhatikan saat

dijelaskan. Pada evaluasi keperawatan diagnosis prioritas ketiga dapat

diartikan implementasi pada lansia ekspektasi dapat tercapai yaitu

tingkat kepatuhan meningkat dengan Verbalisasi mengikuti anjuran

menjadi
6

cukup meningkat (4), Perilaku mengikuti program

perawatan/pengobatan menjadi meningkat (5), Perilaku menjalankan

anjuran menjadi cukup membaik (4), Tanda dan gejala penyakit

menjadi membaik (5).

2. Diagnosis yang tidak muncul

a. Hipertermia

Suhu inti tubuh diatas kisaran normal diurnal karena kegagalan

termoregulasi (NANDA, 2015). Pada diagnosis tersebut tidak

ditegakkan penulis data tidak di dukung untuk suhu tubuh pada klien

normal yaitu 36,3ºC.

b. Gangguan Citra Tubuh

Konfusi dalam gambaran mental rentang diri-fisik individu (NANDA,

2015). Pada diagnosis tersebut tidak ditegakkan karena pada

pengkajian tidak ada data yang mendukung pada gangguan citra

tubuh, klien sudah mengerti dengan penyakitnya dan masih mampu

melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

c. Hambatan Mobilitas Fisik

Keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ekstremitas

secara mandiri dan terarah (NANDA, 2015). Pada diagnosa tersebut

tidak dapat ditegakkan karena pada pasien masih dapat mampu

melakukan aktivitas secara mandiri dan tidak ada keterbatasan pada

fisiknya. Didukung juga dengan hasil pengkajian skala jatuh morse:

total nilai skala jatuh 0 artinya Tn. S tidak beresiko jatuh hanya

memerlukan tindakan perawatan dasar.


BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan Asuhan Keperawatan Gerontik pada Lansia Asam Urat dengan

Nyeri Akut di Kelurahan Karangayu Semarang Barat padat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengkajian pada lansia dengan asam urat muncul masalah yaitu pada

identitas (usia, jenis kelamin), lansia merasa nyeri pada kedua lutut terasa

cekot-cekot dengan skala nyeri 4. Lansia tidak mematuhi anjuran dokter

untuk menghindari makanan yang mengandung purin. Lansia juga tidak

rutin dalam meminum obat yang diresepkan dokter.

2. Diagnosis keperawatan yang di dapat yaitu nyeri akut berhubungan

dengan agen pencedera fisiologis, manajemen kesehatan tidak efektif

berhubungan dengan kurang terpapar informasi, dan ketidakpatuhan

berhubungan dengan kurang motivasi.

3. Intervensi yang dirancang sesuai dengan Panduan Asuhan Keperawatan

Keluarga dengan disesuaikan oleh SIKI dilakukan pada diagnosis

pertama dengan pemberian rendam kaki dengan air hangat jahe,

diagnosis kedua dengan mengajarkan diit yang tepat, dan diagnosis

ketiga meningkatkan motivasi pada klien dengan bantuan keluarga.

69
7

4. Implementasi pada lansia asam urat yaitu dengan memberikan

pendidikan kesehatan mengenai penyakit asam urat, meberikan rendam

kaki dengan air jahe hangat, dan memberikan kompres pada sendi yang

sakit, menganjurkan kepatuhan terhadap diit asam urat seperti makanan

yang harus dihindari dan makanan yang disarankan, menerapkan cara

PHBS, serta menyarankan untuk rutin minum obat dan rutin

memeriksakan kesehatan ke puskesmas atau dokter.

5. Evaluasi keperawatan yang didapat dari diagnosis pertama masalah

teratasi dengan ekspektasi dapat tercapai yaitu tingkat nyeri menurun

dengan keluhan nyeri menjadi cukup menurun (4), meringis menjadi

cukup menurun (4), gelisah menjadi cukup menurun (4), tekanan darah

menjadi cukup membaik (4). Diagnosa kedua dapar teratasi dengan

ekspektasi dapat tercapai yaitu manajemen kesehatan membaik

dengan melakukan tindakan untuk mengurangi resiko menjadi cukup

meningkat (4), Menerapkan program perawatan menjadi cukup

meningkat (4), Aktivitas hidup sehari-hari efektif memenuhi tujuan

menjadi cukup meningkat (4). Diagnosis ketiga dapat teratasi dengan

ekspektasi dapat tercapai yaitu tingkat kepatuhan meningkat dengan

Verbalisasi mengikuti anjuran menjadi cukup meningkat (4), Perilaku

mengikuti program perawatan/pengobatan menjadi meningkat (5),

Perilaku menjalankan anjuran menjadi cukup membaik (4), Tanda dan

gejala penyakit menjadi membaik (5).


7

B. Saran

1. Bagi institusi pendidikan

Karya tulis ilmiah ini dapat menjadi bahan pembelajaran bagi institusi

pendidikan dan mampu menambah pengetahuan tentang keperawatan

gerontik dengan lansia asam urat dengan pemberian terapi rendam kaki

dengan air jahe hangat.

2. Bagi pelayanan kesehatan

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan gerontik pada lansia asam

urat, perawat mampu memberikan asuhan keperawatan, meningkatkan

mutu dan kualitas dalam memberikan asuhan keperawatan gerontik pada

lansia asam urat dengan pemberian terapi rendam kaki dengan air jahe

hangat.

3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Karya tulis ilmiah ini dapat diterapkan sebagai literature, referensi dalam

asuhan keperawatan gerontik pada lansia dengan asam urat.


REFERENSI

Abigoya, A. (2017). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Gout pada


Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Situarja Tahun 2014. Jurna Darul
Azhar. https://jurnal-kesehatan.id/index.php/JDAB/article/view/2024.
Diakses pada 15 Agustus 2021

Ayuni, Dini Qurrata. (2020). Asuhan Keperawatan Keluarga pada Pasien Post
Operasi Katarak. Padang: Pustaka Galeri Mandiri

Dalimartha, Felix Adrian. (2014). Tumbuhan Sakti Atasi Asam Urat. Jakarta Timur:
Penebar Swadaya

Darmawan, P.S. (2016). Gambaran Kadar Asam Urat Darah pada Pekerja Kantor.
https://media.neliti.com/media/publication/68702-ID-gambaran-kadar-
asam-urat-darah-pada-peke.pdf. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2021

Dewi, Sofia Rhosma. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:


Deepublish

Ekasari, Mia Fatma, et al .(2018). Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia Konsep dan
Berbagai Intervensi. Malang: Wineka Media

Esti, Amira & Johan, Trimona Rita. (2020). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Askep
Stroke. Padang: Pustaka Galeri Mandiri

Fajarina. (2011). Analisis pola konsumsi dan pola aktivitas dengan kadar asam urat
pada lansia wanita peserta pemberdayaan lansia bogor. Skripsi Institusi
Pertanian Bogor.

Herlina, Ersi. (2013). Penyakit Asam Urat Kandas Berkat Herbal. Jakarta Selatan:
FMedia

Hernilawati. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan:


Pustaka As Salam

Lingga, Lanny. (2012). Bebas Penyakit Asam Urat Tanpa Obat. Jakarta Selatan: PT
AgroMedia Pustaka

Mansur, N.S., dkk. (2015). Hubungan antara Kadar Asam Urat dengan Tekanan
Darah pada Mahasiswa Pria Obesitas Sentral Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=315853&val=1001
&title. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2021

Mary, A. Nies & Melanie, Mc Ewen. (2019). Keperawatan Kesehatan Komunitas dan
Keluarga. Singapore: Elsevier

Noviyanti. (2015). Hidup Sehat Tanpa Asam Urat. Yogyakatra: Notebook


(Perpustakaan Nasional
Nugroho, W. (2015). Keperawatan Gerontik & Geriatri Edisi 3. Jakarta: EGC

Siregar, Deborah, et al. (2020). Keperawatan Keluarga. Jakarta: Yayasan Kita


Menulis

Sitanggang, Yeni Ferawati, et al. (2021). Keperawatan Gerontik. Jakarta: Yayasan


Kita Menulis

Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan.Jakarta: EGC

Tim KKN Alternatif II B. (2019). 3 Program Unggulan KKN Gunungpati Untuk


Dusun Jagalan. Semarang: CV. Pilar Nusantara

Tim Pokja SDKI DPP. ( 2017 ). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SIKI DPP. ( 2018 ). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SLKI DPP. ( 2019 ). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus PPNI

Triningtyas, Diana Ariswati & Muhayati, Siti. (2018). Mengenal Lebih Dekat Tentang
Lanjut Usia. Magetan: CV.AE Media Grafika

United Nations Department of Economic and Social Affairs, Population Division


[Internet]. 2017.

Widiyawati, Wiwik & Sari, Diah Jerita Eka. (2020). Keperawatan Gerontik. Jakarta:
Literasi Nusantara
LAMPIRAN
Lampiran 1

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA LANSIA

PADA Tn. S DENGAN ASAM URAT DI

WILAYAH KELURAHAN KARANGAYU

SEMARANG BARAT

Oleh :

Debiyana Anggi

Suyanti 520023

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO

SEMARANG

2021
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

A. PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Senin, 21 Juni 2021

Jam : 10.00
NamaMhs : Debiyana Anggi Suyanti

1. Identitas

a. Nama : Tn. S

b. Tempat, tanggal lahir : Semarang, 23 Maret 1958

c. Jenis Kelamin : Laki-laki

d. Status Perkawinan : Duda

e. Agama : islam

f. Suku : Jawa

2. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi

a. Pekerjaan saat ini : Pedagang

b. Pekerjaan sebelumnya : Pedagang

c. Sumber pendapatan : dari anak dan diri sendiri

d. Kecukupan pendapatan : Penghasilan yang di dapat cukup untuk kebutuhan


sehari – hari

3. Lingkungan tempat tinggal

a. Kebersihan dan kerapihan ruangan : kebersihan rumah dan ruangan sangat


dijaga, ruangan ditata dengan rapi terdapat meja dan kursi serta peralatan
rumah tangga seperti televisi, sapu, lemari pakaian, dll.

b. Penerangan : penerangan diruangan rumah agak gelap dan terdapat jendela


tetapi tidak pernah dibuka
c. Sirkulasi udara : sirkulasi udara di dalam rumah dan disetiap ruangan
sedikit pengap karena jendela jarang di buka, jendela depan jarang dibuka,
jendela kamar sering dibuka.

d. Keadaan kamar mandi & WC : kamar mandi bersih, lantai terbuat dari
semen, terdapat bak mandi dan WC bersih. Setiap satu minggu sekali bak
dibersihkan dan air dalam bak bersih

e. Pembuangan air kotor : pembuangan air kotor diberikan jalan tersendiri


yang jauh dari keramaian, saluran pembuangan air kotornya berada di
belakang rumah

f. Sumber air: sumber air Tn.S biasanya menggunakan air rebusan dan
sumber air mandi dari sumur.

g. Pembuangan sampah : Tn.S membuang di tempat sampah yang ada didapur


setelah itu sampah di bakar.

h. Sumber pencemaran : sumber pencemaran di rumah keluarga Tn.S


dikarenakan air cucian piring yang dibuang dibelakang rumah dan
pembakaran sampah

i. Privasi : Tn.S mengatakan memiliki kamar tidur sendiri untuk istirahat

j. Risiko injuri : barang – barang dan peralatan rumah tangga tertata rapi
sehingga risiko injuri tidak ada
4. Riwayat Kesehatan

a. Status Kesehatan saat ini

1. Keluhan utama dalam 1tahun terakhir:


Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir yang dirasakan dan dikeluhkan
Tn.S yaitu nyeri pada lutut (P: beraktivitas, Q: cekot-cekot, R: kedua
lutut, S: 4, T: hilang timbul), Tn.S tampak meringis kesakitan saat
berjalan dan dipegang lututnya, tampak berhati-hati saat berjalan. Tn.S
mengatakan mempunyai asam urat dengan riwayat kadar asam urat
sebelumnya 9 mg/dL.
2. Gejala yang dirasakan:
Tn. S mengatakan gejala yang dirasakan saat asam uratnya tinggi merasa
nyeri pada lutut kaki.
Faktor pencetus:
Dikarenakan oleh faktor pola makan yang tidak sehat dan makanan yang
dikonsumsi banyak mengandung zat purin
3. Timbulnya keluhan yaitu setelah beraktivitas , nyeri pada lutut kaki
4. Upaya mengatasi:
Untuk mengatasi masalah kesehatan biasanya Tn. S pergi periksa ke
dokter dan Tn. S mengkonsumsi obat – obatan asam urat dari dokter
tetapi jarang diminum.
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

1. Penyakit yang pernah diderita:


Tn. S mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit seperti dm, hipertensi
2. Riwayat alergi ( obat, makanan, binatang, debu dll):
Tn. S mengatakan tidak memiliki riwayat alergi makanan, obat,
binatang, dan debu
3. Riwayat kecelakaan: Tn. S mengatakan tidak pernah mengalami
kecelakaan

4. Riwayat pernah dirawat di RS: Tn. S Mengatakan tidak pernah dirawat


di rumah sakit

5. Riwayat pemakaian obat: Tn. S mengkonsumsi obat allopurinol


diminum saat asam uratnya kambuh

6. Genogram

Keteranga
: Perempuan : klien

: Laki – laki : tinggal serumah

: meninggal

Kesimpulan :

Tn. S merupakan anak ke 4 dari 4 bersaudara. Tn. S atau klien menikah dengan
Ny. A yang merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara. Tn. S dan Ny. A menikah
dan dikaruniai 3 anak yang terdiri dari 2 laki-laki dan 1 perempuan, Tn. S
tinggal bersama anaknya yang ke 3. Istri Tn.S sudah meninggal setahun yang
lalu.

5. Pola Fungsional

a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan


Tn. S mengatakan memiliki kebiasaan merokok dari waktu muda sampai
sekarang. Tn.S mengatakan sudah mengetahui akibat dari merokok tetapi
tidak bisa menghentikan kebiasaan merokoknya tersebut. Klien
mengatakan sering pusing dan nyeri pada lutut. Tn. S mengkonsumsi obat
allopurinol setiap asam uratnya tinggi dan menghindari makanan yang
banyak mengandung purin.
b. Nutrisi metabolik

Keluarga Tn.S mengatakan nafsy makan Tn.S baik dengan frekuensi


makan 3x sehari, jenis makanan yang dimakan klien dalam sehari 3 porsi
nasi,sayur bening dan terkadang sayur yang bersantan juga dimakan, dan
lauk pauk seperti ikan dan tempe, Tn. S mengatakan tidak ada makanan
yang tidak disukai semua makanan suka dan tidak memiliki riwayat
alergi terhadap makanan. Keluarga Tn.S mengatakan sering makan yang
berminyak seperti gorengan jika sehabis kerja dan minum kopi padahal
Tn.S sudah disarankan dokter untuk menghindarinya dan keluarga juga
sering mengingatkan tetapi tidak dihiraukan oleh Tn.S.
c. Eliminasi
BAK : Tn. S mengatakan dalam satu hari BAK 3 – 5 kali dan saat malam
hari kadang – kadang terbangun BAK 1 kali, Tn.S tidak ada keluhan yang
berhubungan dengan BAKnya
BAB : Tn. S mengatakan dalam sehari BAB 1 kali saat pagi hari atau
bangun tidur, tidak menggunakan obat pencahar dan tidak ada keluhan
yang berhubungan dengan BABnya
d. Aktifitas Pola Latihan

Tn. S mengatakan mandi setiap hari 2 kali, setiap pagi sampai siang
pekerjaan Tn.S berkebun, Tn.S jarang melakukan aktivitas fisik. Tn. S
melakukan aktivitas makan, mandi, perawatan diri, berpakaian, BAB-
BAK dilakukan secara mandiri. Tn.S sering merasakan nyeri pada kedua
lutut saat melakukan aktivitas (P: beraktivitas, Q: cekot-cekot, R: lutut, S:
nyeri sedang 4, T: hilang timbul), Tn.S tampak meringis kesakitan saat
berjalan dan dipegang lututnya, tampak berhati-hati saat berjalan. Tn.S
mengatakan nyeri sering timbul pada pagi hari saat bangun tidur. Tn. S
juga mengatakan terkadang merasakan berat pada dada saat melakukan
pekerjaan berat akibat merokok.
e. Pola istirahat tidur

Tn.S mengatakan saat siang hari kadang – kadang Tn. S biasanya tidur
siang 2 jam setelah bekerja, pada saat malam hari Tn. S tidur jam 23.00
dengan waktu 6 – 7 jam. Tn. S mengatakan tidak ada keluhan atau
masalah yang berhubungan dengan tidur.
f. Pola Kognitif Persepsi

Tn. S mengatakan penglihatannya sedikit kabur dan tidak jelas saat


membaca tulisan yang terlalu kecil, Tn. S tidak menggunakan kaca mata.
Dalam pendengaran Tn. S tidak mengalami masalah dan tidak
menggunakan alat bantu dengar. Dalam membuat keputusan dalam
keluarga Tn. S tidak mengalami kesulitan

g. Persepsi diri-Pola konsep diri


Tn. S mengatakan bahwa di usianya sekarang sudah memasuki usia
lansia, klien mengatakan harus tetap semangat dalam keadaan dan
kondisinya sekarang karena yakin Allah yang mengatur segalanya. Tn. S
mengatakan sering bersosialisasi atau berbincang – bincang dengan
tetangga terdekatnya
h. Pola Peran-Hubungan

Klien mengatakan merasa puas dengan hubungan dilingkungan keluarga,


tetangga berjalan atau berhubungan baik. Klien mengatakan sebelum
istrinya meninggal hubungan dengan istrinya baik.

i. Sexualitas

Klien mengatakan tidak memiliki riwayat masalah reproduksi dan tidak


ada masalah dalam kepuasan seksual

j. Koping-Pola Toleransi Stress

Tn. S mengatakan terkadang yang menyebabkan klien stres yaitu ketika


nyerinya muncul klien merasa cemas akan keadaannya

k. Nilai-Pola Keyakinan

Tn. S beragama islam beribadah setiap harinya dan percaya bahwa


apapun yang terjadi dengan dirinya dan kondisinya bagaimana itu semua
dipasrahkan pada Allah

6. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : Composmentis

b. TTV : TD: 150/100 mmHg, N: 88 x/menit, RR: 20 x/menit

c. BB / TB: 67 kg / 164 cm

d. Asam urat: 9 mg/dl

e. Kepala: bentuk mesochepal

f. Rambut: rambut bersih dan terdapat uban atau rambut berwarna putih

g. Mata: simetris, konjungtiva tidak anemis

h. Telinga: tampak bersih dan tidak ada gangguan pendengaran

i. Mulut, gigi dan bibir: tidak terdapat sariawan, gigi tampak sedikit kotor dan
jumlahnya sudah tidak lengkap, bibir tampak lembab

j. Dada: inspeksi pada dada simetris, tidak terdapat lesi, pada palpasi vocal
fremitus paru kanan dan kiri simbang, perkusi sonor, auskultasi vesikuler

k. Jantung: inspeksi ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus cordis teraba di
ICS 5 mid clavicula, perkusi terdapat suara pekak, auskultasi terdengar suara
lup- dup

l. Abdomen: inspeksi tidak terdapat lesi, auskultasi bising usus 8 x/menit,


palpasi tidak terdapat nyeri tekan dan tidak terdapat massa yang teraba
keras, perkusi timpani

m. Kulit: turgor kulit elastis, warna kulit sawo matang, tidak terdapat lesi

n. Ekstremitas Atas: kekuatan otot baik, tidak ada edema

o. Ekstremitas bawah: kekuatan otot baik, tidak terdapat edema, tidak


menggunakan alat bantu dan nyeri pada bagian lutut (P : digerakkan dan
berjalan, Q : cekot-cekot, R : lutut, S: nyeri sedang 4, T : hilang timbul)

7. Pengkajian Khusus ( Format Terlampir)

a. Fungsikognitif SPMSQ :
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL SPMSQ
( THE SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONAIRE )
Untuk Mengetahui Intelektual Lansia
No. Pertanyaan Benar Salah

1. Tanggal, bulan dan tahun berapakah sekarang?

2. Sekarang hari apa?

3. Apa nama tempat ini?

4. Dimana alamat rumah anda?

5. Berapa umur anda?

6. Kapan anda lahir?

7. Siapa yang menjadi presiden sekarang?

8. Siapa yang menjadi presiden sebelum
presiden sekarang?

9. Siapa nama ibu anda?

10. Dapatkah anda menghitung mundur mulai dari
angka 20 ke 1 ?

Skoring:
Kesalahan 0 – 2: normal
Kesalahan 3 – 4: gangguan kognitif ringan
Kesalahan 5 – 7: gangguan kognitif sedang
Kesalahan 8 atau lebih: gangguan kognitif berat
Kesimpulan: skoring kesalahan 1 yaitu fungsi kognitif Tn. S dalam rentang normal

b. Status fungsional (Katz Indeks ):


PEMERIKSAAN STATUS FUNGSIONAL
(Kemandirian Indeks KATZ)
No. Aktivitas Mandiri Tergantung
(Nilai (Nilai 0)
1)

1. Mandi di kamar mandi (menggosok,
membersihkan, dan mengeringkan badan)

2. Menyiapkan pakaian membuka dan
mengenakannya

3. Memakan makanan yang telah disiapkan

4. Memelihara kebersihan diri untuk
penampilan diri (menyisir rambut,
menggosok gigi,
mencukur kumis)

5. Buang air besar di WC (memersihkan
dan mengeringkan daerah pantat/bokong)

6. Dapat mengontrol pengeluaran feses (tinja)

7. Buang air kecil di kamar mandi
(membersihkan daerah kemaluan)

8. Dapat mengontrol pengeluaran air kemih

9. Berjalan dilingkungan tempat tinggal atau
keluar ruangan tanpa alat bantu, seperti
tongkat

10. Menjalankan ibadah sesuai kepercayaan
yang dianut

11. Melakukan pekerjaan rumah seperti
merapikan tempat tidur, mencuci pakaian,
memasak, dan membersihkan ruangan

12. Berbelanja untuk memenuhi kebutuhan sendiri
atau keluarga

13. Mengelola keuangan (menyimpan dan
menggunakan uang sendiri)

14. Menggunakan sarana transportasi umum untuk
berpergian

15. Menyiapkan obat dan minum obat sesuai
dengan aturan (takaran obat dan waktu minum
obat tepat)

16. Merencanakan dan mengambil keputusan
untuk kepentingan keluarga dalam hal
penggunaan uang, aktivitas sosial, yang
dilakukan dan kebutuhan akan pelayanan
kesehatan

17. Melakukan aktivitas di waktu luang (kegiatan
keagamaan, sosial, rekreasi, olahraga dan
menyalurkan hobi)
17
JUMLAH POINT MANDIRI
Analisa Hasil:
Point : 13 – 17 : mandiri
Point : 0 – 12 ketergantungan
Kesimpulan: jumalah point mandiri 17 yaitu aktivitas Tn. S dilakukan secara mandiri

c. Skala Depresi :
Kecemasan, GDS, Pengkajian Depresi
No Pertanyaan Jawaban
. Ya Tidak Hasil
1 0 0
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini
1 0 0
2. Anda merasa bosan dengan berbagai
aktivitas dan kesenangan
1 0 0
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa /
kosong
0 1 1
4. Anda sering merasa bosan
1 0 0
5. Anda memiliki motivasi yang baik
sepanjang waktu
1 0 0
6. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi
pada anda
1 0 0
7. Anda lebih merasa bahagia disepanjang
waktu
1 0 0
8. Anda sering merasakan butuh bantuan
1 0 0
9. Anda lebih senang tinggal dirumah
daripada keluar melakukan sesuatu hal
1 0 0
10. Anda merasa memiliki banyak masalah
dengan ingatan anda
1 0 0
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat
luar biasa
0 1 1
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda
1 0 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik /
bersemangat
0 1 1
14. Anda merasa tidak punya harapan
1 0 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik
dari diri anda
3
Jumlah
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam
Gerontological Nursing, 2006)
Interpretasi: jika diperoleh skor 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi
Kesimpulan : jumalah skore hasil pengkajian skala depresi 3 yaitu Tn. S
mengalami depresi ringan

d. Screening Fall :
MORSE FALL SCALE ( MFS ) / SKALA JATUH DARI MORSE
Nama Lansia : Tn. S
Umur : 63 tahun
No. Pengkajian Skala Nilai KET
Riwayat jatuh: apakah lansia Tidak 0 0
1.
pernah jatuh dalam 3 bulan Ya 25 0
terakhir?
0 0
2. Diagnosa sekunder: apakah lansia Tidak
memiliki lebih dari satu penyakit? Ya 15 0
Alat bantu jalan: 0 0
3.
- Bed rest / dibantu perawat
- Kruk / tongkat / walker 15 0
- Berpegangan pada benda-benda di 30 0
sekitar (kursi, lemari, meja)
Terapi intravena: apakah saat ini Tidak 0 0
4.
lansia terpasang infus? Ya 20 0
Gaya berjalan / cara berpindah: 0 0
- Normal / bed rest / immobile
5.
(tidak dapat berherak sendiri)
- Lemah (tidak bertenaga) 10 0
- Gangguan / tidak normal (pincang 20 0
/ diseret)
Status mental 0 0
6.
- Lansia menyadari kondisi dirinya
- Lansia mengalami keterbatasan 15 0
Total Nilai 0
Keterangan:
Nilai 0 – 24 : tidak beresiko ( perawatan dasar )
Nilai 25 – 50 : resiko rendah ( penatalaksanaan intervensi pencegahan jatuh
standar )
Nilai ≥ 51 : resiko tinggi ( penatalaksanaan intervensi pencegahan jatuh
resiko tinggi )
Kesimpulan : total nilai skala jatuh 0 artinya Tn. S tidak beresiko jatuh hanya
memerlukan tindakan perawatan dasar
B. ANALISADATA
Nama Klien : Tn. S
Umur : 63 tahun

No Data Masalah Etiologi TTD

1. DS: Tn. S mengeluh nyeri Nyeri Akut Agen pencedera Debi


pada kedua lutut, fisiologis

P: beraktivitas

Q: cekot-cekot

R: lutut

S: nyeri sedang

4 T: hilang

timbul

DO: Tn.S tampak


meringis kesakitan saat
berjalan dan dipegang
lututnya, tampak berhati-
hati saat berjalan

TD: 150/100 mmHg


2. DS: Tn. S pergi periksa ke Manajemen Kurang terpapar Debi
dokter dan Tn. S kesehatan tidak informasi
mengkonsumsi obat – efektif
obatan asam urat dari
dokter tetapi jarang
diminum. Tn.S sering
makan yang berminyak
seperti gorengan jika
sehabis kerja dan minum
kopi padahal Tn.S sudah
disarankan dokter untuk
menghindarinya.
DO: Tn.S sudah biasa
memakan makanan yang
mengakibatkan asam urat
kambuh.

3. DS: Keluarga Tn.S Ketidakpatuhan Kurang motivasi Debi


mengatakan sering makan
yang berminyak seperti
gorengan jika sehabis kerja
dan minum kopi padahal
Tn.S sudah disarankan
dokter untuk
menghindarinya dan
keluarga juga sering
mengingatkan tetapi tidak
dihiraukan oleh Tn.S.

DO: Kondisi rumah Tn. S


cahaya penerangan
diruangan rumah agak
gelap dan terdapat jendela
yang jarang dibuka.
Sirkulasi udara di dalam
rumah dan disetiap ruangan
sedikit pengap karena
jendela jarang di buka.
C. PRIORITAS MASALAH

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis


KRITERIA BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN
1. Sifat masalah 3 Skor 3 Nyeri pada lutut dirasakan
a. Aktual: 3 2/3 x 3= 2 sudah cukup lama, pada
b. Resiko: 2 saat beraktifitas dan saat
c. Potensial: 1 bangun tidur pada pagi hari
nyeri timbul
2. Kemungkinan masalah 2 Skor 2 Masalah tersebut dapat
dapat diubah 2/2 x 2= 2 diatasi dengan manajemen
a. Mudah: 2 nyeri yang sesuai.
b. Sebagian: 1
c. Tidak dapat: 0
3. Potensi masalah dapat 2 Skor 3 Masalah asam urat klien
dicegah 3/3 x 2= 2 dapat dicegah dengan cara
a. Tinggi: 3 melakukan pengobatan dan
b. Cukup: 2 pola makan yang teratur.
c. Rendah: 1
4. Menonjolnya masalah 2 Skor 2 Klien tidak menghiraukan
a. Segera: 2 2/2 x 2= 2 rasa nyerinya, klien tetap
b. Tidak segera: 1 melaksanakan aktivitas
c. Tidak dirasakan: 0 sehari-hari seperti biasa
Skor 8

2. Manajemen kesehatan tidak efektif b.d kurang terpapar informasi


KRITERIA BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN
5. Sifat masalah 1 Skor 3 Masalah asam urat pada
a. Aktual: 3 2/3 x 1= 0,6 klien sudah cukup lama
b. Resiko: 2 sejak dua tahun yang lalu
c. Potensial: 1 dan sampai sekarang.
6. Kemungkinan masalah 2 Skor 2 Masalah tersebut dapat
dapat diubah 2/2 x 2= 2 diatasi dengan cara minum
d. Mudah: 2 obat dari dokter tetapi tidak
e. Sebagian: 1 rutin.
f. Tidak dapat: 0
7. Potensi masalah dapat 2 Skor 3 Masalah asam urat klien
dicegah 3/3 x 2= 2 dapat dicegah dengan
d. Tinggi: 3 pembantuan pola makan
e. Cukup: 2 dan makanan yang dapat
f. Rendah: 1 mengakibatkan asam urat
8. Menonjolnya masalah 1 Skor 2 Klien tidak menyadari rasa
d. Segera: 2 2/2 x 1= 1 sakit yang diderita, klien
e. Tidak segera: 1 suka melanggar pantangan
f. Tidak dirasakan: 0 makanan, hanya saja jika
terasa sakit klien minum
obat.
Skor 5,6

3. Ketidakpatuhan b.d kurang motivasi


KRITERIA BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN
1. Sifat masalah 2 Skor 3 Klien tidak dapat
a. Aktual: 3 2/3 x 2= 1,3 menunjukkan kepatuhan
b. Resiko: 2 dalam menjalankan
c. Potensial: 1 pengobatan asam urat

2. Kemungkinan masalah 1 Skor 1 Masalah dapat di ubah jika


dapat diubah 2/2 x 1= 1 klien mampu melakukan
g. Mudah: 2 kepatuhan dalam
h. Sebagian: 1 pengobatan
i. Tidak dapat: 0
3. Potensi masalah dapat 1 Skor 3 Masalah dapat di cegah
dicegah 3/3 x 1= 1 bila klien sering berobat
g. Tinggi: 3 dan menghimdari makanan
h. Cukup: 2 yang rendah purin.
i. Rendah: 1
4. Menonjolnya masalah 0 Skor 2 Klien masih sering
g. Segera: 2 2/2 x 0= 0 melanggar apa yang sudah
h. Tidak segera: 1 di anjurkan oleh dokter
i. Tidak dirasakan: 0
Skor 3,3

D. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (D.0077)

2. Manajemen kesehatan tidak efektif b.d kurang terpapar informasi (D.0116)

3. Ketidakpatuhan b.d kurang motivasi (D.0114)


E. INTERVENSI
Diagnosa Keperawatan Tujuan Evaluasi
Umum Khusus Kriteria Standar
(D.0077) Nyeri Akut Tujuan khusus : setelah Verbal 1. Pendidikan Kesehatan
Tujuan Umum : Setelah dilakukan
berhubungan dengan agen dilakukan intervensi a. Asam urat merupakan
intervensi keperawatan selama kondisi yang bisa
pencedera biologis keperawatan selama 2 x
2x30 menit diharapkan tingkat menyebabkan gejala nyeri
pertemuan diharapkan yang tak tertahankan,
nyeri menurun
tingat nyeri menurun: pembengkakakn, serta
Kriteria Hasil: adanya rasa panas di area
d. Keluhan nyeri cukup  TUK I
persendian.
meningkat (2) menjadi cukup Pasien dan keluarga b. Tanda dan gejala :
mampu memanajemen 1) Kesemutan dan linu
menurun (4)
2) Nyeri teutama malam
nyeri saat muncul Sikap
e. Meringis cukup meningkat (2) hari atau pagi saat
menjadi cukup menurun (4)  TUK II bangun tidur
3) Sendi yang terkena
f. Gelisah cukup meningkat (2) Pasien menyatakan mau
asam urat terlihat
menjadi cukup menurun (4) mematuhi dan mengikuti bengkak, kemerahan,
Psikomotor panas, dan nyeri luar
g. Tekanan darah cukup arahan yang di ajarkan
biasa pada malam
memburuk (2) menjadi cukup
 TUK 3 maupun pagi hari
membaik (4)
Pasien mampu c. Penyebab asam urat :
melaksanakan terapi 1) Faktor genetik seperti
gangguan metabolisme
rendam air hangat rebusan purin yang
jahe menyebabkan asam
urat berlebihan
 TUK 4 (hiperuricemia), retensi
Keluarga Tn. S mampu asam urat, atau
memodifikasi lingkungan keduanya.
2) Penyebab sekunder
ditandai dengan
yaitu akibat obesitas,
menjauhkan benda Risiko diabetes mellitus,
injuri hipertensi, gangguan
ginjal yang akan
 TUK 5 menyebabkan asam
Keluarga Tn. S mampu urat
d. Komplikasi : asam urat
memanfaatkan fasilitas
dapat menyebabkan
pelayanan kesehatan yang hipertensi dan penyakit
ada disekita wilayah ginjal. Tiga komplikasi
hiperurisemia pada ginjal
tempat tinggal.
berupa batu ginjal,
(D.0116) Manajemen Tujuan khusus : setelah Verbal gangguan ginjal akut, dan
Tujuan Umum : Setelah
kesehatan tidak efektif b.d dilakukan intervensi kronis akibat asam urat.
dilakukan intervensi
e. Diet bagi penderita asam
kurang terpapar informasi keperawatan selama 2 x
keperawatan selama 2x30 menit urat :
pertemuan diharapkan 1) Anjurkan pembatasan
asupan purin: hindari
diharapkan manajemen pemeliharaan kesehatan makanan yang
kesehatan meningkat meningkat: mengandung purin
yaitu jeroan (jantung,
Kriteria Hasil:  TUK I hati, lidah, ginjal,
h. Melakukan tindakan untuk Pasien dan keluarga usus), sarden, kerang,
mengurangi resiko cukup mampu menjelaskan Sikap ikan herring, kacang-
kacangan, bayam,
menurun (2) menjadi cukup pengertian, tanda gejala,
uang, dan daun
meningkat (4) penyebab, perawatan dan melinjo.
i. Menerapkan program pengobatan asam urat 2) Anjurkan asupan kalori
sesuai kebutuhan:
perawatan cukup menurun (2) Psikomotor
 TUK II jumlah asupan kalori
menjadi cukup meningkat (4) harus benar disesuaikan
Pasien menyatakan mau
j. Aktivitas hidup sehari-hari dengan kebutuhan
mematuhi dan mengikuti
tubuh berdasarkan pada
efektif memenuhi tujuan
penyuluhan kesehatan tinggi dan berat badan.
kesehatan cukup menurun (2) 3) Anjurkan asupan tinggi
secara kooperatif
menjadi cukup meningkat (4) karbohidrat kompleks
 TUK 3 seperti nasi, singkong,
Pasien mampu roti, dan ubi sangat
baik di konsumsi
melaksanakan manajemen
oleh penderita
kesehatan: mengajarkan gangguan asam urat
diit asam urat karena akan
meningkatkan
 TUK 4 pengeluaran asam urat
melalui urin.
Tn. S mampu 4) Anjurkan asupan
melaksanakan PHBS dan rendah protein, rendah
lemak.
jadwal diit asam urat
5) Anjurkan pasien untuk
 TUK 5 banyak minum.
6) Hindari penggunaan
Keluarga Tn. S mampu alkohol.
memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang 2. Klien dan keluarga mampu
ada disekita wilayah mempraktikkan cara rendam
kaki dengan air jahe untuk
tempat tinggal.
mengurangi rasa nyeri

(D.0114) Ketidakpatuhan Tujuan Umum : Setelah Tujuan khusus : setelah 3. Keluarga mampu memotivasi
klien dalam kesembuhannya
b.d kurang motivasi dilakukan intervensi dilakukan intervensi
keperawatan selama 2x30 menit keperawatan selama 2 x 4. Keluarga mampu membuat
diharapkan tingkat kepatuhan pertemuan diharapkan masakan sesuai diiit klien
yang di anjurkan (makanan
meningkat tingkat kepatuhan meningkat:
rendah purin)
Kriteria Hasil:  TUK I
e. Verbalisasi mengikuti anjuran Pasien dan keluarga dapat Verbal 5. Klien mampu memodifikasi
cukup menurun (2) menjadi mengungkapkan faktor lingkungan dengan
manajemen kesehatan
cukup meningkat (4) yang mempengaruhi (melakukan aktivitas hidup
ketidakpatuhan dalam sehari hari efektif memenuhi
f. Perilaku mengikuti program program pengobatan Sikap tujuan kesehatan,
perawatan/pengobatan sedang penyakit. menjauhkan benda yang
tajam disekitar klien)
(3) menjadi meningkat (5)
 TUK II
g. Perilaku menjalankan anjuran 6. Klien mampu memanfaatkan
Keluarga dapat lebih
cukup memburuk (2) menjadi fasilitas kesehatan dengan
memotivasi Tn.S manajemen kesehatan
cukup membaik (4)
melakukan tidakan untuk
 TUK 3
h. Tanda dan gejala penyakit mengurangi faktor resiko
sedang (3) menjadi membaik Pasien mampu Psikomotor
(5) meningkatkan kepatuhan
untuk mengoptimalkan
pengobatan

 TUK 4
Keluarga Tn. S mampu
memodifikasi lingkungan
dengan teknik koping
yang telah dilakukan

 TUK 5
Keluarga Tn. S mampu
memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang
ada disekita wilayah
tempat tinggal

D. IMPLEMENTASI
Tanggal/ Jam No. Implementasi Evaluasi
Dx
Senin, 21 Juni 2021 1 TUK 1-2 S : - Tn.S menjawab manajemen nyeri adalah suatu cara untuk
Pukul 14.00 WIB 1. Dengan menggunakan lembar mengelola dan mengobati rasa nyeri.
balik dan leaflet yang akan - Tn.S mengatakan sudah mengerti tentang manajemen nyeri
digunakan penkes, mendiskusikan dan jenis-jenisnya
tentang : - Tn.S mengatakan senang mendapat penkes yang diajarkan
a. Pengertian manajemen nyeri. O : - Tn.S nampak mendengarkan dengan seksama selama
b. Macam-macam manajemen nyeri penkes
c. Cara memanajemen nyeri - Tn.S nampak kooperatif
2. Memberikan Reinforcement positif - Tn.S dapat menjawab pertanyaan yang
3. Mengevaluasi pengetahuan klien diberikan A : Masalah belum teratasi
4. Memberikan motivasi/ dukungan P : Lanjutkan intervensi TUK 3, 4, dan 5 Cara perawatan pada
keluarga untuk merawat Tn. S dengan penderita asam urat, memodifikasi lingkungan dan
asam urat memanfaatkan fasilitas kesehatan
5. Memberikan pujian atas jawaban yang
benar
Selasa, 22 Juni 2021 1 TUK 3 TUK 3
Pukul 10.00 WIB 1. Mendiskusikan cara mengatasi S : - Tn. S menjawab kaki terasa nyaman dan nyeri sedikit hilang
asam urat dengan rendam kaki air dengan skala 2 setelah dilakukan rendam kaki selama 15 menit
hangat rebusan jahe dan di kompres di bagian yang nyeri.
- Memberikan kesempatan O : -Tn. S nampak kooperatif
untuk bertanya
- Tn. S nampak memperhatikan saat dijelaskan
- Menjelaskan menggunakan poster
- Tn. S dapat menjelaskan kembali yang telah di
dan mendemonstrasikan
ajarkan A : Masalah belum teratasi
- Memberikan kesempatan
P : Lanjutkan Intervensi TUK 4 dan 5 memodifikasi lingkungan dan
untuk mencoba
memanfaatkan fasilitas kesehatan
- Memberikan pujian atas
kemampuan yang dilakukan

Selasa, 22 Juni 2021 1 TUK 4 S : Tn.S dan keluarga mengatakan sudah paham dan akan
Pukul 10.45 WIB a. mengontrol lingkungan yang melakukan anjuran dalam mengontrol lingkungan yang
memperberat kadar asam urat memperberat kadar asam urat, dan akan menjauhkan benda
b. menjauhkan benda tajam yang ada yang tajam.
di sekitar ruangan klien O : Tn.S dan keluarga kooperatif, dan aktif mengikuti diskusi
A : TUK 4 tercapai, dimana klien mampu memodifikasi
lingkungan dengan kadar asam urat
P : Lanjutkan intervensi TUK 5 Klien mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan secara optimal dengan konsultasi
Selasa, 22 Juni 2021 1 TUK 5 S : Tn.S dan keluarga mengatakan akan memanfaatkan
Pukul 11.00 WIB a. Mengiformasikan fasilitas kesehatan fasilitas kesehatan rutin sebulan sekali
yang ada di lingkungan klien O : Tn.S dan keluarga kooperatif, dan aktif mengikuti diskusi
b. menganjurkan untuk A : TUK 5 tercapai, dimana klien mampu memanfaatkan
menggunakan/memanfaatkan fasilitas kesehatan secara optimal
fasilitas kesehatan yang ada P : Lanjutkan intervensi untuk diagnosa selanjutnya
Rabu, 23 Juni 2021 2 TUK 1-2 S : - Tn.S menjawab asam urat adalah penyakit yang
Pukul 10.00 WIB 1. Dengan menggunakan lembar mengakibatkan sakit pada lutut kaki
balik dan leaflet yang akan - Tn.S menjawab asam urat tanda gejalanya sakit senut
digunakan penkes, mendiskusikan senut pada saat aktivitas, akan tidur dan bangun tidur.
tentang : - Tn.S menjawab makanan yang harus dihindari
a. Pengertian tanda gejala, jerohan, kangkung, kacang-kacangan
penyebab, komplikasi - Tn.S mengatakan senang mendapat penkes asam urat
penyakit asam urat - Tn. S mengatakan sudah mengerti mengenai makanan yang
b. mendiskusikan tentang cara harus dimakan dan makanan yang harus dihindari
mengatasi penyakit asam - Tn. S mengatakan akan mencoba berusaha menghindari
urat
2. Memberikan kesempatan untuk
mencoba makanan yang dilarang untuk di makan demi kesembuhannya.
3. Memberikan Reinforcement positif - Tn.S mengatakan akan sering-sering memeriksakan
4. Mengevaluasi pengetahuan klien ke puskesmas atau dokter.
5. Memberikan motivasi/ dukungan O : - Tn. S nampak mendengarkan dengan seksama selama penkes
keluarga untuk merawat Tn. S - Tn. S nampak kooperatif
dengan dengan asam urat - Tn. S dapat menjawab pertanyaan yang diberikan
6. Memberikan pujian atas jawaban
yang benar A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi TUK 3, 4, dan 5 Cara perawatan pada
penderita asam urat, memodifikasi lingkungan dan
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
Rabu, 23 Juni 2021 2 TUK 3 S : - Tn. S menjawab akan melaksanakan apa yang telah di anjurkan
Pukul 10.30 WIB 1. Memberikan edukasi tentang contoh O : -Tn. S nampak kooperatif
makanan yang harus dihindari dan
- Tn. S nampak memperhatikan saat dijelaskan
makanan yang harus di makan bagi
- Tn. S dapat menjelaskan kembali yang telah di
penderita asam urat
ajarkan A : Masalah belum teratasi
2. Memberikan Reinforcement positif
P : Lanjutkan Intervensi TUK 4 dan 5 memodifikasi lingkungan
3. Mengevaluasi pengetahuan klien
dan memanfaatkan fasilitas kesehatan
Rabu, 23 Juni 2021 2 TUK 4 S : Tn.S dan keluarga mengatakan sudah paham dan mengerti yang
Pukul 10.45 WIB a. Mengajarkan cara PHBS telah di anjurkan
b. Menjadwalkan diit asam urat O : Tn.S dan keluarga kooperatif, dan aktif mengikuti diskusi
A : TUK 4 tercapai, dimana klien mampu memodifikasi
lingkungan dengan kadar asam urat
P : Lanjutkan intervensi TUK 5 Klien mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan
Rabu, 23 Juni 2021 3 TUK 1-2 S : - Tn. S mengatakan bosan dengan menunya dan ingin makan
Pukul 11.00 WIB 1. Mengarahkan klien untuk yang lain seperti gorengan untuk camilan ketika istirahat kerja.
mengungkapkan keluhan klien - Keluarga Tn.S mengatakan akan lebih memotivasi klien
karna ketidakpatuhan dalam proses pengobatan.
2. Mendiskusikan dengan keluarga - Keluarga Tn.S mengatakan akan memasak menu yang
cara untuk meningkatkan kepatuhan berbeda dengan bahan makanan yang dianjurkan boleh
klien dengan memberikan motivasi. dimakan agar klien tidak merasa bosan.
3. Memberikan Reinforcement positif O : - Tn. S dan keluarga nampak mendengarkan dengan seksama
4. Mengevaluasi pengetahuan klien selama penkes
5. Memberikan motivasi/ dukungan - Tn. S nampak kooperatif
keluarga untuk merawat Tn. S - Tn. S dapat menjawab pertanyaan yang
dengan dengan asam urat
6. Memberikan pujian atas jawaban diberikan A : Masalah belum teratasi
yang benar
P : Lanjutkan intervensi TUK 3, 4, dan 5 Cara perawatan pada
penderita asam urat, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan
fasilitas kesehatan
Rabu, 23 Juni 2021 TUK 3 S : - keluarga dan Tn.S mengatakan mampu paham dengan hal-hal
Pukul 13.00 WIB 4. Mengajarkan keluarga dan klien yang positif
dalam memotivasi dengan cara terapi O : -Tn. S nampak kooperatif
psikoedukasi.
- Tn. S nampak memperhatikan saat
5. Memberikan Reinforcement positif
dijelaskan A : Masalah sudah teratasi
6. Mengevaluasi pengetahuan klien
P: Hentikan intervensi
Lampiran 2

LEMBAR KONSULTASI

Nama : Debiyana Anggi Suyanti


NIM : 5.20.023
Judul KTIN : Asuhan Keperawatan Gerontik pada Lansia Asam Urat
dengan Nyeri Akut di Kelurahan Karangayu Semarang Barat

HARI/ POKOK BAHASAN DAN TANDA TANGAN


NO
TANGGAL KOREKSI PEMBIMBING
1. 9 Juli 2021 Penentuan kasus KTIN

Ns. Prita Adisty Handayani,


M.kep., RN
2. 21 Juli 2021 - Revisi Askep KTI
- Pembuatan BAB I

Ns. Prita Adisty Handayani,


M.kep., RN
3. 27 Juli 2021 Konsul Revisi
- Cover
- BAB I
- BAB II
- BAB III Ns. Prita Adisty Handayani,
- ASKEP KTI M.kep., RN
4. 2 Agustus 2021
- Melengkapi cover dan
daftar-daftar lainnya
termasuk prakata dan
lembar persetujuan Ns. Prita Adisty Handayani,
- BAB 1-4 dijadikan satu file M.kep., RN
word
5. 5 Agustus 2021 Cover sampai BAB VI
dijadikan satu dalam satu file

Ns. Prita Adisty Handayani,


M.kep., RN
6. 22 Agustus 2021 Revisi KTIN ke 5

Ns. Prita Adisty Handayani,


M.kep., RN
7. 29 Agustus 2021 Kumpulkan KTIN lengkap dan
PPT

Ns. Prita Adisty Handayani,


M.kep., RN
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Debiyana Anggi Suyanti


NIM : 5.20.023
Judul KTIN : Asuhan Keperawatan Gerontik pada Lansia Asam Urat
dengan Nyeri Akut di Kelurahan Karangayu Semarang Barat

HARI/ POKOK BAHASAN DAN TANDA TANGAN


NO
TANGGAL KOREKSI PEMBIMBING
1. Senin/30 Revisi sidang KTIN dengan
Agustus 2021 penguji:
- Prakata
- Abstrak
- Konsep keluarga dihapus di
BAB 1
- Tambahan perubahan
fisiologis pada lansia di
BAB 2
- Revisi konsep diagnosis di
BAB 2
- Revisi pembahasan Ns. Asti Nuraeni, M.Kep., Sp.
pengkajian keperawatan Kep. Kom
- Revisi evaluasi disesuaikan
dengan luarannya
- Simpulan
2. Senin/20 Revisi
September 2021 - Halaman pengesahan
- Manfaat
- Pathways
- Saran
Ns. Asti Nuraeni, M.Kep., Sp.
Kep. Kom
3. Sabtu/25 Revisi
September 2021 - Tanggal ujian
- Patofisiologi
- Pathways
- Pembahasan Ns. Prita Adisty Handayani,
M.kep., RN
4. Selasa/28
September 2021
ACC
Ns. Prita Adisty Handayani,
M.kep., RN
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai