Anda di halaman 1dari 84

SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT

KESEMBUHAN PENDERITA DEPRESI DI RSJ BINA KARSA

MEDAN TAHUN 2023

Serevina Nainggolan
219210037

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA

MEDAN

2023
PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam hasil penelitian ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis

atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan

disebutkan di dalam daftar pustaka.

Medan, 01 Agustus 2023

Serevina Nainggolan

219210037

i
ABSTRAK

Serevina Nainggolan, 219210037, Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap


Tingkat Kesembuhan Penderita Depresi di RSJ Bina Karsa Medan Tahun 2023.

Fakultas Kedokteran, Universitas Methodist Indonesia Medan.

Latar belakang: Pengurangan gejala depresi telah lama dianggap sebagai tujuan utama
pengobatan pada pasien dengan gangguan depresi. Depresi dinyatakan sembuh tidak
hanya berfokus pada hilangnya gejala depresi inti, tetapi juga penderita depresi
mendapatkan kembali fungsi sehari-hari mereka sebelum pasien menderita gangguan
perasaan, adanya peningkatan kualitas hidup serta pasien merasakan sendiri perbaikan
yang dialami. Dukungan sosial yang bersumber dari anggota keluarga, teman dan
kerabat juga merupakan hal penting yang berkontribusi terhadap kelangsungan
kesehatan mental orang yang depresi.
Tujuan penelitian: Tujuan secara umum adalah untuk mengetahui hubungan dukungan
keluarga terhadap tingkat kesembuhan penderita depresi RSJ Bina Karsa Medan Periode
Januari-Maret 2023.
Metode penelitian: Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif correlation
dengan pendekatan secara Cross Sectional
Hasil penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat dukungan keluarga
didapati kategori dukungan keluarga baik sebanyak 0 orang (0%), kategori cukup
sebanyak 44 orang (84.6%), dan dukungan keluarga yang kurang sebanyak 8 orang
(15.4%).
Kesimpulan: Dukungan keluarga memiliki hubungan yang signifikan terhadap tingkat
kesembuhan penderita depresi

Kata Kunci: Depresi, Faktor Resiko, Dukungan Keluarga

ii
ABSTRACT
Serevina Nainggolan, 219210037, The Relation of Family Support to the Recovery
Rate of Depression Sufferers at Bina Karsa Medan Hospital in 2023.

Faculty of Medicine, Indonesian Methodist University Medan.

Background: Reduction of depressive symptoms has long been considered a primary


goal of treatment in patients with depressive disorders. Depression being declared
cured does not only focus on the disappearance of core depressive symptoms, but also
depression sufferers regain their daily functions before the patient suffers from mood
disorders, there is an increase in quality of life and the patient feels the improvement
himself. Social support that comes from family members, friends and relatives is also an
important thing that contributes to the continuity of the mental health of people with
depression.
Research purposes: The general aim is to find out the relationship between family
support and the recovery rate of depression sufferers at Bina Karsa Hospital Medan for
the January-March 2023 period.
Research methods: This type of research uses a descriptive correlation method with a
cross sectional approach.
Research results: The results showed that the level of family support was found in the
good family support category of 0 people (0%), the sufficient category of 44 people
(84.6%), and the lack of family support by 8 people (15.4%).
Conclusion: Family support has a significant relationship to the recovery rate of
depression sufferers

Keywords: Depression, Risk Factors, Family Support

iii
PRAKATA

Segala puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Allah Bapa, Tuhan Yesus

Kristus dan Roh Kudus atas berkat dan kasih-Nya peneliti dapat menyelesaikan

proposal skripsi di Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia dengan judul

“Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Tingkat Kesembuhan Penderita Depresi di

RSJ Bina Karsa Medan Tahun 2023”.

Proposal ini dapat terlaksana dengan baik berkat dukunngan, bimbingan dan

arahan dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti menyampaikan ucapan terimakasih

kepada:

1. Drs. Humuntal Rumapea, M. Kom selaku rektor Universitas Methodist

Indonesia yang telah memberikan kesempatan peneliti untuk belajar di Fakultas

Kedokteran Universitas Methodist Indonesia

2. dr. Eka Samuel P. Hutasoit, Sp. OG, MM selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Methodist Indonesia Medan yang telah memberikan bimbingan

selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Kedokteran Universitas Methodist

Indonesia serta sebagai Dosen Penguji I yang telah memberikan masukan selama

menyusun skripsi ini

3. dr. Novrina Situmorang, M. Biomed selaku Ketua Program Studi Sarjana

Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia

4. Alm dr. Donald F Sitompul, Sp. KJ selaku Dosen Pembimbing I yang telah

membimbing dan memberi arahan kepada peneliti semasa hidupnya

5. dr. Wijaya Taufik Tiji, M. Ked (KJ), Sp. KJ, FIAS selaku Dosen

Pembimbing I yang menggantikan Alm. dr. Donald yang dengan sepenuh hati

iv
meluangkan waktu untuk membimbing dan mengajari peneliti dalam

penyusunan skripsi ini

6. dr. Alex M. Lumbanraja, Sp. OG selaku Dosen Pembimbing II yang dengan

sepenuh hati telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengajari peneliti

dalam penyusunan skripsi ini

7. Semua pihak di RSJ Bina Karsa Medan yang sudah memberikan kesempatan

kepada peneliti untuk mengambil data penelitian di RSJ Bina Karsa Medan

8. Seluruh staf pengajar akademik Fakultas Kedokteran Universitas Methodist

Indonesia yang telah mendidik peneliti dari awal peneliti menempuh pendidikan

di Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia Medan

9. Terimakasih yang tulus peneliti ucapkan kepada orangtua tercinta, Among

Bapak Yanto Fernando Nainggolan dan Inong Ibu Renty Sagala yang sudah

mau berjuang bersama, tidak mudah tetapi ternyata kita bisa bukan? tentu

karena-Nya, terimakasih karena tak henti-hentinya mendoakan, mengarahkan

dan mendukung peneliti mulai dari masuk sebagai MABA sampai pada

penyusunan tugas akhir ini, ayo kita berjuang bersama-sama lagi

10. Adik-adik peneliti Rahel Nainggolan yang telah bersedia menemani peneliti

untuk bimbingan dan menemani dalam keadaan susah senang, Sardo Raja

Nainggolan dan Yadinda Nainggolan yang telah memberikan peneliti

semangat dan doa

11. Mahasiswa major Saxsophone dengan NIM 2192442001 yang telah menemani,

mendukung dan mewarnai hari-hari peneliti mulai dari MABA sampai semester

7 akhir serta membantu peneliti dalam mencari judul

v
12. Abang peneliti Yosia Sianipar yang telah ikut ambil bagian dalam penyusunan

skripsi ini, mendoakan, memberikan semangat, motivasi, menenangkan dikala

khawatir dan menemani peneliti untuk bimbingan dan pemberkasan

13. Sahabat peneliti, Roulina Matanari dan Wirayanti Sinurat yang telah saling

mendoakan dan memotivasi mulai sekolah sampai penyelesaian skripsi ini

14. Nur Azizah Ainun dan Sarita Vasti Telaumbanua rekan seperjuangan yang

telah memberikan dukungan, semangat selama perkuliahan sampai penyelesaian

skripsi ini

15. Semua pihak yang telah membantu peneliti baik langsung maupun tidak

langsung dalam menyelesaikan proposal skripsi ini, yang namanya tidak dapat

peneliti sebutkan satu-persatu.

Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan

proposal skripsi ini. Akhir kata, peneliti mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 01 Agustus 2023

Peneliti

Serevina Nainggolan

219210037

vi
DAFTAR ISI

PERNYATAAN ....................................................................................................... i

ABSTRAK ............................................................................................................... ii

ABSTACT ................................................................................................................ iii

PRAKATA ............................................................................................................... iv

DAFTAR ISI ............................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL..................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR................................................................................................ xii

DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 5

1.3.1 Tujuan umum................................................................................. 5

1.3.2 Tujuan khusus................................................................................ 5

1.4 Manfaat Penelitian................................................................................... 5

1.4.1 Bagi peneliti................................................................................... 5

1.4.2 Bagi institusi pendidikan................................................................ 5

1.4.3 Bagi tenaga kesehatan.................................................................... 6

1.4.4 Bagi peneliti lain............................................................................ 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Depresi................................................................................................... 7

vii
2.1.1 Definisi......................................................................................... 7

2.1.2 Epidemiologi................................................................................ 7

2.1.3 Faktor resiko................................................................................. 8

2.1.4 Gejala........................................................................................... 10

2.1.5 Klasifikasi.................................................................................... 12

2.1.6 Patofisiologi................................................................................ 12

2.1.7 Diagnosis..................................................................................... 13

2.1.8 Penatalaksanaan.......................................................................... 15

2.2 Keluarga............................................................................................... 18

2.2.1 Definisi ....................................................................................... 18

2.2.2 Fungsi keluarga........................................................................... 18

2.3 Dukungan Keluarga............................................................................. 19

2.4 Tingkat Kesembuhan .......................................................................... 22

2.5 Kerangka Teori.................................................................................... 23

2.6 Kerangka Konsep................................................................................. 24

2.7 Hipotesis.............................................................................................. 24

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian..................................................................................... 25

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian.............................................................. 25

3.2.1 Waktu penelitian......................................................................... 25

3.2.2 Tempat penelitian........................................................................ 25

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................... 26

3.3.1 Populasi....................................................................................... 26

viii
3.3.2 Sampel......................................................................................... 26

3.3.3 Metode pengumpulan sampel...................................................... 26

3.4 Teknik Pengumpulan Data................................................................... 26

3.5 Instrumen Penelitian............................................................................. 28

3.6 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi.................................................. 28

3.6.1 Kriteria inklusi........................................................................... 28

3.6.2 Kriteria eksklusi......................................................................... 29

3.7 Identifikasi Variabel............................................................................. 29

3.8 Definisi Operasional............................................................................ 29

3.9 Pengolahan dan Analisis Data.............................................................. 31

3.9.1 Pengolahan data........................................................................... 31

3.9.2 Analisis data................................................................................ 32

3.9.2.1 Analisis univariat............................................................. 33

3.9.2.2 Analisis bivariat............................................................... 33

3.10 Cara Kerja......................................................................................... 34

3.11 Alur Penelitian.................................................................................. 35

3.12 Etika Penelitian................................................................................. 35

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian................................................................................... 36

4.2 Pembahasan ........................................................................................ 40

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan........................................................................................... 45

5.2 Saran...................................................................................................... 46

ix
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 47

LAMPIRAN ............................................................................................................ 51

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Diagnosa depresi menurut DSM-V.......................................................14

Tabel 2.2 Persentase tingkat kesembuhan pasien depresi ....................................22

Tabel 4.1.1 Distribusi frekuensi dan persentase usia penderita depresi...................36

Tabel 4.1.2 Distribusi frekuensi dan persentase jenis kelamin penderita depresi ...37

Tabel 4.1.3 Distribusi frekuensi dan persentase dukungan keluarga penderita

depresi...................................................................................................37

Tabel 4.1.4 Tabulasi silang dukungan keluarga terhadap tingkat kesembuhan

penderita depresi ..................................................................................38

Tabel 4.1.5 Hubungan Antara Dukungan Keluarga Terhadap Tingkat Kesembuhan

Depresi .................................................................................................39

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka teori.......................................................................................23

Gambar 2.2 Kerangka konsep...................................................................................24

Gambar 3.1 Alur penelitian......................................................................................35

xii
DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization

5-HIAA : 5-hydroxy indoleacetic acid

HVA : Homovalinic acid

MHPG : 3-methoxy 4-hydrophenylglycol

DSM-V : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fifth

Edition

PPDGJ III : Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III

PHQ-9 : Patient Health Questionnaire

BDNF : Brain Derived Neurotrophic Factor

CRH : Corticotropin-releasing hormone

DHEA : Dehydroepiandrosterone

ECT : Electroconvulsive

SSRI : Selective Serotonin Reuptake Inhibitors

SNRI : Serotonine Norepinephrine Reuptake Inhibitor

MAOIs : Monoamine Oxidase Inhibitors

TCA : Trisiklik

ICD : International Statistical Classification of Diseases

MARS : Adherence and Medication Adherence Rating S

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Survey dari Fakultas Kedokteran Universitas Methodist


Indonesia Untuk RSJ Bina Karsa Medan

Lampiran 2 Surat Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas


Methodist Indonesia

Lampiran 3 Surat Balasan Hasil Survey dari RSJ Bina Karsa Medan

Lampiran 4 Surat Izin Melakukan Penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas


Methodist Indonesia Untuk RSJ Bina Karsaa Medan

Lampiran 5 Surat Selesai Penelitian

Lampiran 6 Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 7 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 8 Kuersioner Penelitian

Lampiran 9 Lampiran Pengolahan Data

Lampiran 10 Master Data

Lampiran 11 Foto Dokumentasi Penelitian

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO tahun 2017 mendefinisikan

kesehatan mental sebagai keberhasilan dalam adaptasi terhadap lingkungan

eksternal maupun internal. Sehat secara mental terbukti ketika terjadinya

kesesuaian antara perilaku, pemikiran, dan sebuah perasaan, dengan norma-

norma dan budaya yang ada. Sedangkan gangguan kesehatan mental merupakan

keadaan yang penuh tekanan dari lingkungan eksternal maupun lingkungan

internal. Salah satu kontributor terbesar dalam disabilitas global yang mencapai

angka 7,5% merupakan gangguan kesehatan mental depresi. Gangguan

kesehatan mental yang ditandai dengan munculnya gejala penurunan mood,

kehilangan minat terhadap sesuatu, perasaan bersalah, gangguan tidur atau napsu

makan, kehilangan energi, dan penurunan konsentrasi merupakan definisi

depresi oleh WHO.1

Depresi merupakan salah satu gangguan jiwa yang membuat

penderitanya merasakan perubahan suasana hati, pikiran, perilaku, dan

kesehatan fisik.2 Depresi berpotensi merusak dan menurunkan kualitas hidup

penderitanya. Aktivitas sehari-hari penderita depresi biasanya terganggu seperti

di tempat kerja, di sekolah, maupun dikeluarga. 3 Bunuh diri merupakan dampak

terburuk dari depresi.4 World Health Organization menemukan bahwa depresi

merupakan penyakit umum yang dialami 300 juta orang di seluruh dunia. Pada

tahun 2005-2015 terjadi peningkatkan depresi lebih dari 18%. Penyebab terbesar

1
2

kecacatan di seluruh dunia merupakan depresi. Lebih dari 80% gangguan

kejiwaan ini dialami orang-orang yang tinggal di negara yang berpenghasilan

rendah hingga menengah.1

Negara yang mempunyai total kasus gangguan mental gejala depresi

tertinggi di wilayah Asia Tenggara dan sekitarnya adalah Negara India yang

menduduki posisi pertama dengan jumlah mencapai 56.675.969 total kasus dan

kemudian disusul oleh Negara Indonesia diperingkat kedua dengan jumlah yang

mencapai 9.162.886 total kasus.5

Sumatera Barat dan Sumatera Utara menjadi dua provinsi di Sumatera

dengan prevalensi depresi tertinggi, masing-masing sebesar 8,2% dan 7,8%

nasional sekaligus menempatkan keduanya diurutan tujuh dan delapan besar.

Empat provinsi di Sumatera lainnya, yakni Riau, Bangka Belitung, Aceh dan

Bengkulu berada di urutan menengah, masing-masing, sebesar 12, 14, 23 dan

26% se-tanah air. Angka kejadian gangguan kesehatan mental di Indonesia

menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menyebutkan bahwa angka prevalensi

telah mencapai 6,1%. Hal ini mengindikasikan bahwa isu mengenai gangguan

kesehatan mental khususnya depresi merupakan salah satu isu yang sangat

penting untuk dibahas dewasa ini terutama di negara-negara berkembang

termasuk Indonesia.6

Fried et al. (2017) mengemukakan bahwa kehidupan yang penuh tekanan

dapat memicu terjadinya mekanisme kompleks yang mendasari gejala kejadian

depresi.7 Schellekens et al. (2020) menyelidiki dan mengemukakan bahwa


3

kesulitan yang dialami oleh pasien yang menderita penyakit kronis dan gejala

fisik juga dapat menyebabkan timbulnya gejala depresi.8 Demikian pula, Pereira-

Morales et al. (2019) meneliti hubungan antara berbagai jenis penganiayaan

masa kanak-kanak dan pelecehan seksual pada masa kanak-kanak dikaitkan

dengan gejala kecemasan dan perasaan malu. Pengabaian emosional pada masa

kanak-kanak berpotensi mengakibatkan anak menjadi tidak terbuka dan dapat

menimbulkan gejala depresi pada masa remaja dan dewasa. 9 Demikian pula,

ikatan dan keterikatan orang tua yang buruk, permasalahan antara orang tua dan

anak, dan persepsi penolakan orang tua terbukti mengarah pada diagnosis

depresi dini, gejala depresi yang menetap serta masalah dalam pemulihan dari

pengobatan depresi.10

Pengurangan gejala depresi telah lama dianggap sebagai tujuan utama

pengobatan pada pasien dengan gangguan depresi. Depresi dinyatakan sembuh

tidak hanya berfokus pada hilangnya gejala depresi inti, tetapi juga penderita

depresi mendapatkan kembali fungsi sehari-hari mereka sebelum pasien

menderita gangguan perasaan, adanya peningkatan kualitas hidup serta pasien

merasakan sendiri perbaikan yang dialami. 11 Perasaan sedih, hilangnya minat

yang disenangi juga merupakan gejala yang timbul pada penderita depresi.

Menyebabkan variasi emosi dan masalah fisik bahkan kebanyakan penderita

depresi mengalami penurunan kemampuan ketika bekerja dan di rumah.12

Dukungan sosial yang bersumber dari anggota keluarga, teman dan

kerabat juga merupakan hal penting yang berkontribusi terhadap kelangsungan

kesehatan mental orang yang depresi.13 Berdasarkan Ambari (2010) dalam

Ayuni (2018) dukungan keluarga dapat memperkuat setiap individu,


4

memperbesar penghargaan terhadap diri sendiri, serta menjadi strategi

pencegahan utama bagi seluruh anggota keluarga dalam menghadapi tantangan

kehidupan dalam masyarakat yang berada dalam lingkungan yang penuh

tekanan.11

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ayuni (2018) ada 45,7%

responden memberikan dukungan dalam kategori optimal. Sebanyak 34,8%

responden memberikan dukungan dalam kategori cukup dan 19,6% responden

dalam kategori kurang. Sebanyak 55,2% responden mengalami depresi ringan,

38,8% yang mengalami depresi tingkat sedang dan 6% mengalami depresi berat.

Hasil penelitian bahwa adanya dukungan keluarga yang optimal akan

berpengaruh pada tingkat kesembuhan pada penderita depresi.14

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yunita, dkk (2018) yang

meneliti hubungan dukungan keluarga dengan kejadian depresi SMPN 106

Jakarta Timur menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

dukungan keluarga terhadap tingkat kejadian dan kesembuhan depresi.

Dukungan yang positif dari keluarga sangat membantu dalam penyesuaian diri

remaja dan dapat mengurangi depresi dan kesembuhan dari depresi yang

dialami.15

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan keluarga terhadap tingkat

kesembuhan penderita depresi di RSJ Bina Karsa Medan.

1.2 Rumusan Masalah


5

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan dukungan keluarga terhadap tingkat

kesembuhan penderita depresi?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui hubungan

dukungan keluarga terhadap tingkat kesembuhan penderita depresi RSJ Bina

Karsa Medan Periode Januari-Maret 2023.

1.3.2 Tujuan khusus

Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap tingkat kesembuhan

penderita depresi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi peneliti

1. Peneliti mendapatkan pengetahuan tentang hubungan dukungan keluarga

terhadap tingkat kesembuhan penderita depresi.

2. Sebagai pemenuhan salah satu syarat bagi peneliti untuk mendapatkan gelar

Sarjana Kedokteran.

1.4.2 Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmiah dan

bahan bacaan di perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Methodist

Indonesia dan sebagai bahan referensi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian
6

mengenai hubungan dukungan keluarga terhadap tingkat kesembuhan penderita

depresi bagi ilmu pengetahuan.

1.4.3 Manfaat bagi tenaga kesehatan

Menjadi bahan masukan bagi fasilitas pelayanan untuk membuat rencana

perawatan dengan melibatkan keluarga penderita tentang pentingnya dukungan

keluarga untuk memberikan perhatian dan dukungan bagi penderita depresi,

sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan.

1.4.4 Manfaat bagi peneliti lain

Dapat menjadi landasan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian

yang lebih komprehensif.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Depresi

2.1.1 Definisi

Depresi adalah satu bentuk suasana hati terganggu yang ditandai dengan

perasaan tidak berguna, pesimis terhadap masa depan, putus asa, ketiadaan gairah

hidup, dan kelesuan yang terjadi pada alam perasaan (affective atau mood disorder).16

Depresi menurut PPDGJ-III, yaitu salah satu gangguan mood yang ditandai

dengan gejala utama yakni afek depresif, kehilangan minat maupun anhedonia dan

kehilangan energi yang ditandai dengan cepat lelah.17

2.1.2 Epidemiologi

Depresi adalah gangguan suasana hati yang tidak pandang bulu, tidak

memandang etnik, usia, penghasilan, pekerjaan, pendidikan maupun pernikahan, artinya

dapat dialami oleh siapa saja.16 Diprediksi oleh World Health Organization bahwa pada

tahun 2020, depresi menjadi nomor dua setelah penyakit kardiovaskular yang

menyebabkan penderitanya mengalami ketidakmampuan dalam kehidupannya. WHO

menetapkan depresi sebagai salah satu prioritas yang harus ditangani karena lebih dari

350 juta penduduk dunia mengalami depresi.1 Berdasarkan Richards (2011) dalam Desi

(2020), kasus tertinggi dalam domain penyakit mental di dunia dan terus meningkat

setiap tahunnya dalam 10 tahun terakhir adalah depresi mayor. 18 Menurut WHO

peningkatan angka bunuh diri di Indonesia terus terjadi. 1 Berdasarkan Pradana (2016)

dalam Wandasari (2017) angka bunuh diri pada tahun 2010 adalah 1,8 jiwa per 100.000

7
8

penduduk atau 5.000 kasus per tahun. Pada tahun 2012 angka tersebut meningkat

menjadi 4,3 jiwa per 100.000 penduduk atau setara dengan 10.000 kasus pertahun. 19

Temuan oleh Badan Pusat Statistik (2014) dalam Desi (2020) menyatakan bahwa

sekitar 3,4 juta remaja usia 10-19 tahun mengalami gangguan mental dan depresi adalah

penyumbang yang paling sering terjadi. 18 Dalam memperingati Hari Kesehatan Jiwa

Sedunia, Direktur Jendral Bina Upaya Kesehatan menyatakan bahwa dari 250 juta jiwa

penduduk dewasa di Indonesia, sekitar 11,6% atau berkisar 17,4 juta jiwa mengalami

gangguan mental emosional atau kecemasan dan depresi.19

2.1.3 Faktor resiko

Ada beberapa faktor yang berpotensi mengakibatkan depresi, diantaranya adalah

faktor genetik, biologis, lingkungan dan faktor psikologis. Berdasarkan Harvard Health

Publication (2009) dalam Ktut (2018) bahwa kemungkinan besar depresi diakibatkan

karena terganggunya fungsi otak dalam regulasi suasana hati, kerentanan genetik,

pengaruh konsumsi obat jangka panjang, dan adanya indikasi medis.20

1. Faktor genetik

Berdasarkan penelitian menerangkan apabila salah seorang anak kembar

menderita depresi, maka kemungkinan saudara kembarnya menderita pula

sebesar 70%. Anak dengan orangtua yang menderita depresi, berpotensi 3 kali

lipat mengalami depresi.

2. Faktor biologis

Faktor biologis terjadinya depresi dibagi menjadi dua hal yakni disregulasi

neuroendokrin dan disregulasi biogenikamin. Sebagian besar penelitian

melaporkan bahwa penderita gangguan depresi ditandai dengan berbagai


9

abnormalitas metabolik biogenikamin pada darah, urin dan cairan serebrospinal.

5-hydroxy indoleacetic acid (5-HIAA), homovalinic acid (HVA), 3-methoxy 4-

hydrophenylglycol (MHPG) merupakan abnormalitas metabolit biogenikamin

yang sering dijumpai pada depresi. Neurotransmiter yang paling berperan dalam

patofisiologi gangguan mood adalah serotonin dan norepinefrin. Penyakit fisik

yang berkepanjangan dapat menyebabkan stress dan berpotensi menyebabkan

depresi. Adanya perubahan hormon pada wanita saat melahirkan dan menopause

juga berpotensi untuk meningkatkan terjadinya depresi.

3. Faktor lingkungan

Banyaknya tekanan di tengah-tengah lingkungan berpotensi menimbulkan stress

terhadap setiap individu yang apabila terjadi secara terus-menerus akan

menimbulkan depresi.

4. Faktor psikologis

Kehidupan yang penuh tekanan menjadi hal yang mendahului kejadian depresi.

Perubahan biologi otak dapat terjadi bertahan lama apabila terjadi stress

berkepanjangan. Oleh karena itu, terjadi pula berbagai perubahan pada

neurotransmiter dan sistem sinyal interneuron, diantaranya hilangnya beberapa

neuron dan penurunan kontak sinaps. Efek yang ditimbulkan adalah, seorang

individu akan beresiko tinggi untuk mengalami gangguan mood hingga depresi.

Dalam Sulistyorini (2017) dijelaskan bahwa depresi bersumber pada kognisi

negatif. Penderita depresi memiliki pandangan yang negatif mengenai diri dan

lingkungannya yang membuat suasana hatinya menjadi depresif, kemampuannya


10

menjadi sangat terbatas, menolak harapan dan memiliki keinginan untuk bunuh

diri.19

2.1.4 Gejala depresi

Depresi merupakan keadaan pada seseorang yang ditandai dengan selalu

menyalahkan diri sendiri, hilangnya minat dan bakat, kehilangan napsu makan, selalu

memikirkan tentang kematian dan adanya hasrat untuk menyakiti bahkan bunuh diri.

Beberapa gejala lainnya ditandai dengan adanya perubahan yang terjadi pada

kemampuan kognitif, cara bicara dan fungsi vegetatif seperti kesulitan tidur atau

sebaliknya, penurunan napsu makanan atau sebaliknya, adanya gangguan aktivitas

seksual dan irama biologis lainnya, dimana setiap perubahan yang terjadi

mengakibatkan penderita depresi pun mengalami gangguan fungsi interpersonal, sosial

dan pekerjaannya.19

Berdasarkan Sulistyorini (2017) mengklasifikasikan simtom depresi menjadi

empat kelompok yakni:

1. Simtom kognitif

Terdiri dari tiga bagian yang berbeda, yaitu bagian yang pertama adalah sikap

penderitanya, pengalaman serta masa yang akan datang. Simtom ini termasuk

menganggap diri sendiri buruk dan distorsi citra tubuh serta harapan yang

negatif. Bagian kedua ialah penderita depresi merasa bahwa setiap

permasalahan yang terjadi disebabkan olehnya. Ketidakmampuan penderita

dalam mengambil suatu keputusan adalah bagian yang ketiga.


11

2. Simtom emosional

Adanya perubahan yang terjadi pada perasaan penderitanya yang dapat dikenali

dengan kesedihan yang sering dirasakan, hilangnya perasaan senang, menjadi

apatis, timbulnya kecemasan, dan hilangnya perasaan kasih terhadap sesama.

3. Simtom motivasional

Hilangnya semangat untuk melakukan berbagai aktivitas sehari-hari seperti

makan dan minum obat, adanya keinginan untuk mengakhiri hidup dan penderita

menjadi sangat tergantung pada orang lain.

4. Simtom vegetatif dan perilaku

Simtom ini merupakan kelanjutan dari simtom-simtom yang telah dijabarkan

diatas, dimana penderita mengalami gangguan tidur, kepasifan seperti bermalas-

malasan bahkan tiduran selama berjam-jam, menarik diri bahkan memutuskan

hubungan dengan orang lain, retardasi dan agitasi pada perilakunya, kehilangan

selera makan atau noreksia serta adanya gangguan aktivitas seksual.19

Gejala depresi yang terjadi pada kelompok usia tua berbeda dengan kelompok

usia muda. Pada kelompok usia muda, umumnya depresi dipresentasikan dengan

tetrahedron, dimana gejala yang meliputi adalah mood depresif, cemas, tidak produktif

dan penurunan gejala somatik.20 Pada kelompok usia tua, gejala depresi yang pada

umumnya terjadi meliputi hilangnya daya tarik, anhedonia dan mood depresif.21
12

2.1.5 Klasifikasi

Menurut Sulistyorini (2017) klasifikasi depresi terdiri dari 4 model meliputi:

1. Model primer dan sekunder

Perbedaannya pada depresi primer tidak ada pendahulunya, sedangkan pada

depresi sekunder didahului oleh penyakit fisik atau penyakit mental.

2. Model endogenus dengan model reaktif

Depresi model endogenus adalah depresi yang sumbernya karena faktor

biologis, sedangkan depresi model reaktif merupakan depresi yang ditimbulkan

oleh faktor-faktor psikososial.

3. Model depresi psikotik dengan depresi neurotik

Pada depresi neurotik bentuk depresinya lebih ringan dari pada depresi psikotik

yang bentuk depresinya ini sudah begitu parah.

4. Model unipolar dan bipolar

Pada depresi bipolar individu mempunyai riwayat episode mania atau

hipomania, sedangkan pada model unipolar tidak ada riwayat yang

mendahului.19

2.1.6 Patofisiologi depresi

Patofisiologi depresi dimulai dengan adanya ketidakseimbangan neurokimia

yang meliputi sintesis dan sekresi dari norepinefrin dan serotonin. Adanya penelitian

terbaru yang menemukan bahwa pasien dengan gangguan depresi memiliki kadar

norepinefrin yang rendah. Penelitian selanjutnya berkembang dan menemukan bahwa

terdapat gangguan dari fungsi monoamine sentral, defisiensi neurotransmiter dimediasi

oleh serotonin (5-HT, 5-hydroxytryptamin), norepinefrin dan dopamin. Fungsi regulasi


13

mood (suasana hati) diproyeksikan oleh sel tubuh serotonin (serotonin’s cell bodies)

yang terdapat pada midbrain raphe dimana aksonnya diproyeksikan ke korteks frontal

dan untuk modulasi emosi seperti kecemasan dan depresi terdapat pada ganglia basalis

terutama area limbik. Proyeksi serotoninergik juga sampai hingga hipotalamus yang

merupakan neuron serotonin yang meregulasi untuk makan, napsu makan, berat badan,

napsu seksual dan siklus tidur. Neuron norepinefrin yang diproyeksikan ke korteks

frontalis meregulasi suasana hati. Selain itu, norepinefrin juga dapat diproyeksikan ke

korteks frontalis meregulasi kognitif dan perhatian, ke serebellum memodulasi

pergerakan motorik. Monoamin memiliki fungsi yang luas seperti pengaturan tidur,

kewaspadaan, napsu makan, motivasi dan aktivitas motorik.22

2.1.7 Diagnosis depresi

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fifth

Edition (DSM-V) yang ditunjukkan pada tabel 2.1, kriteria diagnostik depresi meliputi

adanya kesedihan atau anhedonia dengan total lima atau lebih gejala selama 2

minggu.22

Tabel 2.1. Diagnosis depresi menurut DSM-V.22


14

Tabel 2.1 – Kriteria diagnosis gangguan depresi menurut DSM-V

Kriteria diagnosis gangguan depresi menurut DSM-V

Lima atau lebih dari gejala berikut yang ditemukan setiap hari selama 2

minggu:

Gejala utama (≥1 untuk diagnosis)

- Mood depresi hampir setiap hari

- Anhedonia

Gejala tambahan

- Penurunan berat badan yang signifikan atau meningkatnya atau

penurunan dari napsu makan

- Insomnia atau hipersomnia, agitasi psikomotor atau retardasi

- Lelah atau penurunan tenaga

- Perasaan tidak berguna atau perasaan bersalah yang tidak tepat

- Kehilangan kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau

bimbang dan didapati pengulangan ide untuk meninggal dunia atau

bunuh diri

Kriteria diagnosa episode depresi menurut ICD-10 dan DSM-V hampir sama

namun ada beberapa perbedaan. Menurut ICD-10, pasien harus mempunyai dua dari

tiga gejala awal (suasana hati yang tertekan, kehilangan minat dalam kegiatan sehari-

hari dan penurunan energi) ditambah dengan setidaknya dua dari tujuh gejala yang

lain.23
15

Tidak hanya berdasarkan gejala, diagnosa depresi juga dapat dilakukan dengan

alat bantuan yakni kuesioner PHQ-9 (Patient Health Questionnaire). PHQ-9 merupakan

kuesioner yang diisi sendiri oleh pasien yang terdiri dari 9 pertanyaan mengenai gejala

depresi. Skor 0-4 tidak depresi, skor 5-9 depresi ringan, skor 10-14 depresi sedang, skor

15-19 depresi sedang menuju berat, skor 20-27 depresi berat. Kuesioner ini telah

digunakan diberbagai negara dan terbukti efektif untuk diagnosis depresi.23

2.1.8 Penatalaksanaan depresi

Pengobatan serta perawatan dari seorang yang mengalami depresi sering

dilakukan dengan pemberian antidepresan dan psikoterapi khusus depresi seperti terapi

kognitif dan terapi interpersonal. Ada juga terapi lain untuk pengelolaan depresi dengan

pengobatan somatik seperti psikofarmaka dan ECT. Antidepresan adalah pengobatan

yang biasanya digunakan untuk episode depresi mayor yang ringan, sedang atau berat.

Perawatan psikoterapi biasanya diindikasikan untuk manajemen pasien dengan depresi

minor dan depresi major episode ringan sampai sedang. Penggabungan antidepresan

dan intervensi psikoterapi mungkin menjadi pilihan pengobatan awal yang baik untuk

pasien dengan stresor psikososial, konflik intrapsikik, masalah interpersonal atau

gangguan aksis II komorbid bersama dengan gangguan depresi mayor sedang hingga

berat.21

Indikasi lain untuk pengobatan kombinasi dengan antidepresan dan psikoterapi

adalah respon parsial terhadap antidepresan, intervensi psikoterapi yang memadai, dan

pasien yang kurang patuh pada farmakoterapi. Adanya gejala psikotik mungkin

menyarankan penggunaan kombinasi obat antidepresan dan antipsikotik atau ECT.

Indikasi lain untuk ECT termasuk adanya fitur katatonik yang tidak merespon
16

benzodiazepin (misalnya lorazepam), resiko bunuh diri yang tinggi, adanya penyakit

komorbiditas yang menghalangi penggunaan obat antidepresan, pasien yang menolak

makanan dan nutrisi terganggu serta pasien yang memiliki riwayat respon positif

terhadap penggunaan ECT. Mekanisme utama dari antidepresan adalah meningkatkan

konsentrasi monoamin. Selain itu, antidepresan juga meningkatkan sintesis

allopregnanolone, meningkatkan kadar Brain Derived Neurotrophic Factor (BDNF),

mempunyai efek anti-inflamasi dan efek antioksidan, menjadi antagonis Corticotropin-

releasing hormone (CRH), antiglukokortikoid, suplemen energi atau membuat sensitif

reseptor insulin, antagonis glutamate, meningkatkan dehydroepiandrosterone (DHEA);

mengaktifkan telomerase dan antagonis TNF-alfa.21

Berdasarkan mekanisme kerjanya antidepresan terbagi atas:

1. Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI)

SSRI memiliki mekanisme kerja yaitu menghambat pengambilan 5-HT ke dalam

neuron presinaptik. Karena efek samping SRRI yang cenderung aman,

antidepresan ini digunakan menjadi lini pertama. Berikut merupakan obat yang

termasuk ke dalam golongan SSRI adalah citalopram, fluvoxamine, paroxetine,

fluoxetine, sertraline. Penelitian terbaru menyebutkan terdapat obat golongan

SSRI yaitu vortioxetine yang dapat ditoleransi dengan baik dan prevalensi efek

samping kecil. Vortioxetine dapat meningkatkan kualitas hidup pasien yang

menderita depresi dengan signifikan.

2. Serotonine Norepinephrine Reuptake Inhibitor (SNRI)

Cara kerja SNRI adalah dengan melakukan pengangkutan serotonin dan

norepinefrin. Afinitas sebagian besar SNRI cenderung lebih kecil untuk


17

pengangkut norepiefrin daripada serotonin. Beberapa contoh obat yang termasuk

ke dalam golongan SNRI adalah venlafaxine, duloxetine, desvenlafaxine,

milnacipran dan levomilnacipran.

3. Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOIs)

MAOIs meningkatkan konsentrasi norepinefrin, 5-HT, dan dopamin dalam

neuron sinaps melalui penghambatan sistem enzim monoamine oxidase (MAO).

Namun, karena efek toksik yang dapat menimbulkan hipotensi dan hipertensi

pada penggunaan obat ini, penggunaan obat ini sudah sangat jarang digunakan.

Contoh obat yang termasuk dalam golongan MAOIs adalah isocarboxazid,

phenelzine, tranylcypromine dan selegiline.

4. Trisiklik (TCA)

Mekanisme obat golongan trisklik ini bekerja dengan cara menghambat ambilan

dari norephinefrin dan 5-HT, menghambat adrenergik, kolinergik, dan reseptor

histaminergik. Penggunaan obat trisiklik ini telah berkurang, karena sekalipun

obat ini efektif untuk atasi depresi, tetapi telah tersedia obat yang memiliki

efektivitas terapi yang sama dan efek samping yang sedikit.

5. Terapi Elektrokonvulsif (ECT)

Terapi ECT merupakan salah satu pengobatan yang efektif untuk mengobati

depresi mayor. Terapi ini memiliki efikasi yang tinggi tetapi juga kekambuhan

yang tinggi.23 Lini pertama yang dapat diberikan sebagai antidepresi adalah obat

golongan SSRI. Serotonin norepinephrine reuptake inhibitor (SNRI) seperti

venlafaxine dan duloxetine juga telah digunakan untuk pengobatan lini


18

pertama.21 Lini kedua biasanya adalah kombinasi venlafaxine dan bupropion.

Trisiklik dan kombinasi inhibitor sebagai lini ketiga. MAOI sebagai lini terakhir

apabila pasien tidak memberikan respon terhadap obat golongan lainnya.23

2.2 Keluarga

2.2.1 Definisi

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena adanya

hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam sat

u rumah tangga, adanya interaksi satu dengan yang lainnya dan setiap anggota keluarga

menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.24

2.2.2 Fungsi keluarga

1. Fungsi afektif

Yang dimaksud dengan fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga, sebagai

basis kekuatan keluarga itu sendiri. Tujuan dari fungsi afektif adalah untuk

memenuhi kebutuhan psikososial terutama bagi pasien gangguan jiwa dan

mental. Fungsi afektif dikatakan berhasil apabila seluruh anggota keluarga

merasakan kegembiraan dan kebahagiaan. Didalam fungsi afektif ini terkait

dengan saling mendukung diberbagai aspek kehidupan terutama pada anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa dan mental yang sangat membutuhkan

perhatian lebih dari setiap anggota keluarga yang berlandaskan rasa saling

mengasihi dan saling menghargai.


19

2. Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembangkan proses interaksi dalam k

eluarga. Bila dalam satu keluarga terdapat anggota keluarga yang alami

gangguan jiwa dan mental keluarga sangat berperan dalam membimbing

anggota keluarga tersebut untuk mau bersosialisasi dengan anggota keluarga

yang lain dan lingkungan sekitarnya.

3. Fungsi reproduksi

Fungsi ini adalah fungsi keluarga untuk meneruskan keturunan dan menambah s

umber daya manusia.

4. Fungsi ekonomi

Fungsi keluarga untuk memenuhi keperluan seluruh anggota keluarga terutama

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa seperti memberikan dana

untuk pengobatan dan perawatan selama dirawat di rumah sakit jiwa maupun

dirawat di rumah merupakan fungsi ekonomi keluarga.

5. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan merupakan fungsi untuk mempertahankan keadaan

kesehatan anggota keluarga agar tetap dalam kondisi sehat dan memiliki

produktivitas yang tinggi.24

2.3 Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap atau tindakan penerimaan seluruh anggota kelu

arga terhadap setiap anggota keluarganya, berupa dukungan emosional, dukungan


20

informasional, dukungan nyata dan dukungan pengharapan, sehingga setiap anggota kel

uarga merasa ada yang menaruh perhatian dalam kehidupannya.24 Keluarga dari

penderita yang menderita gangguan jiwa sangat penting untuk mengembangkan nilai,

keyakinan, sikap serta perilaku untuk penderita sembuh dan menjadi individu yang

berperan didalam masyarakat.25

Dukungan keluarga berpotensi untuk melemahkan dampak stress dan secara

langsung memperkokoh kesehatan jiwa individual dann mental setiap anggota

keluargaa, juga merupakan strategi koping yang penting untuk dimiliki keluarga saat

mengalami stress. Dukungan sosial keluarga juga dapat berfungsi sebagai strategi

preventif untuk mengurangi stress dan konsekuensi negatif yang mengarah pada

depresi.26

Ada beberapa komponen dukungan keluarga, yakni:

a. Dukungan emosional

Jenis dukungan ini dapat membuat anggota keluarga yang mengalami depresi merasa

tidak mampu menghadapi dan menanggung beban sendiri karena fungsi dari dukungan

emosional adalah keluarga menjadi pendengar yang setia bagi setiap anggota keluarga

yang selalu menaruh perhatian dan menunjukkan empati antara anggota keluarga.

Dengan demikian anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa dan mental akan

membaik dari perasaan sedih, cemas dan kehilangan harga diri. Dukungan emosional

dapat berupa dukungan simpati, empati, cinta dan kasih sayang, kepercayaan dan

penghargaan. Pada dukungan emosional, keluarga sebagai sebuah tempat yang paling

aman dan damai untuk istirahat dan dalam masa pemulihan serta memberikan semangat

serta membantu penguasaan terhadap emosi.


21

b. Dukungan informasi

Meliputi pemberian solusi dari masalah yang ada, memberikan pengarahan nasehat,

saran, dan umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh pasien penderita gangguan

jiwa dan mental. Keluarga dapat menjadi penyedia informasi dengan memberikan

masukan mengenai terapi yang baik dan tindakan yang spesifik bagi pasien gangguan

jiwa dan mental untuk melawan stressor. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai

penghimpun informasi dan sumber informasi.

c. Dukungan instrumental

Meliputi penyediaan dukungan secara jasmani seperti bantuan dalam bidang keuangan,

bantuan jasmaniah, material berupa bantuan yang nyata, dimana benda atau jasa yang

diberikan akan membantu mencari solusi dari masalah yang terjadi, seperti menjaga

dan merawat saat sakit, memberi atau meminjamkan uang, menyediakan transportasi,

menyediakan peralatan yang dibutuhkan oleh penderita gangguan jiwa dan

menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan.

d. Dukungan penghargaan

Pada dukungan ini keluarga bertindak untuk memberikan apresiasi dan penghargaan

atas setiap keputusan yang diambil juga sebagai pembimbing seperti membimbing

pasien untuk tetap rutin minum obat dan menjalin hubungan yang baik dengan anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa dan mental dengan memberikan pertolongan

yakni memberikan pilihan respon yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang

terjadi. Jenis dukungan ini membuat individu mampu membangun kembali harga

dirinya, kompetensi dan nilai diri.26


22

2.4 Tingkat Kesembuhan

Kesembuhan merupakan keadaan pasien yang sudah pulih dari keadaannya

yang sebelumnya kurang baik.27 Kesembuhan terhadap depresi dapat dilakukan dengan

pemberian antidepresan ataupun psikoterapi kepada pasien bahkan tanpa pengobatan

dengan melakukan olahraga, kegiatan keterlibatan dalam masyarakat dan kegiatan

alam. Tingkat kesembuhan pasien depresi diberikan berdasarkan tabel pengobatan

depresi berikut ini.28

Tabel 2.2. Persentase tingkat kesembuhan pasien depresi.28

Tingkat kesembuhan Definisi

54% orang dewasa menunjukkan perbaikan 50% pengurangan gejala

setelah pengobatan antidepresan

35–40% orang dewasa menunjukkan 50% pengurangan gejala

peningkatan kesembuhan setelah mengonsumsi

pil placebo

62% orang dewasa menunjukkan peningkatan Tidak memenuhi kriteria depresi

kesembuhan setelah psikoterapi dalam wawancara diagnostik

53% orang dewasa dengan depresi yang tidak Remisi yang meningkat

diberi obat menunjukkan perbaikan

Diperkirakan 50% orang yang mengalami Adanya pemulihan

depresi hanya mengalaminya sekali seumur

hidup
23

2.5 Kerangka Teori

Faktor resiko depresi:


Faktor genetik
Faktor biologis
Faktor lingkungan
Faktor psikologis

Pasien depresi

Gejala klinis: Klasifikasi:


Simtom kognitif Model primer dan sekunder
Simtom emosional Model endogenus dan reaktif
Simtom motivasional Model psikotik dan neurotik
Simtom vegetatif dan perilaku Model unipolar dan bipolar

Tatalaksana depresi

Terapi somatik: Dukungan keluarga


Antidepresan Dukungan emosional
Psikoterapi khusus: Dukungan informasi
Terapi kognitif (ECT) Dukungan nyata
Terapi interpersonal Dukungan pengharapan

Tingkat kesembuhan

Gambar 2.1 Kerangka teori


24

2.6 Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

Tingkat kesembuhan

Dukungan keluarga depresi

Gambar 2.2 Kerangka konsep

2.7 Hipotesis

Dalam penelitian ini:

Hipotesis Alternatif (Ha) yaitu:

Ada hubungan positif antara dukungan keluarga dengan tingkat kesembuhan penderita
depresi. Semakin tinggi dukungan keluarga, maka semakin baik tingkat kesembuhan
penderita depresi.

Hipotesis Nol (H0) yaitu:

Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap tingkat kesembuhan depresi.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif non-eksperimental dengan

analitik korelasional yang dilakukan tanpa intervensi pada partisipan. Bertujuan untuk

melakukan pencarian dan pengungkapan faktor-faktor yang dapat diperkirakan sebagai

penyebab suatu penyakit atau kondisi atau perilaku yang penyebab dan mekanismenya

tidak diketahui dan memungkinkan untuk memprediksi suatu kejadian. Rancangan

penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif sehingga diketahui hubungan

variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu hubungan dukungan keluarga terhadap

tingkat kesembuhan pada penderita depresi di RSJ Bina Karsa Medan.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu penelitian

Penelitian ini menggunakan metode cross sectional, yaitu penelitian yang

dilakukan dalam satu rentang waktu. Kedua variabel tersebut diukur secara bersamaan

dan dilakukan pada Januari-Maret 2023.

3.2.2 Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RSJ Bina Karsa yang berlokasi di Medan.

25
26

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah penderita depresi di RSJ Bina Karsa Medan

periode Januari-Maret 2023.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita depresi pada rekam medis

periode Januari-Maret 2023. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan metode non-probability sampling dengan teknik purposive

sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu.

3.3.3 Metode pengambilan sampel

Pada penelitian ini sampel yang akan digunakan adalah total sampling, oleh

karena itu maka penelitian ini akan menjelaskan tentang hubungan dukungan keluarga

terhadap tingkat kesembuhan penderita depresi.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data digunakan pada penelitian dengan cara mengajukan surat

permohonan studi pada bagian Institusi Pendidikan dan Komisi Etik Fakultas

Kedokteran Universitas Methodist Indonesia. Pengajuan permohonan penelitian

diberikan pada bagian rekam medis rumah sakit dengan tujuan permohonan

pengumpulan data medis di RSJ Bina Karsa Medan. Setelah itu, surat penelitian akan

diberikan pada peneliti dengan data penelitian akan dikeluarkan sesuai dengan

kebutuhan peneliti. Data yang digunakan berupa rekam medis penderita rawat jalan

depresi periode Januari-Maret 2023.


27

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yaitu:

a. Data primer

Data primer diperoleh dari kuesioner yang ditujukan kepada penderita depresi

yang datang ke RSJ Bina Karsa Medan Periode Januari-Maret 2023. Responden

adalah mereka yang bersedia untuk tanya jawab dengan peneliti sesuai dengan

setiap pertanyaan maupun pernyataan yang ada pada kuesioner. Peneliti juga

memberikan kesempatan bagi responden untuk bertanya apabila ada pertanyaan

yang kurang dipahami. Selain mengisi kuesioner, peneliti mengecek

kelengkapan data dan jika ada data yang kurang dapat segera diisi. Selanjutnya,

data yang terkumpul dianalisis.

b. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari rekam medis untuk pengambilan data penderita

depresi untuk dianalisa. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunjungi

sepuluh rumah responden per hari yang beralamat di Medan dimulai dengan

mendekati pasien dan keluarganya untuk mendapatkan persetujuan sebagai

responden dengan menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur penelitian.

Pengambilan partisipan dalam penelitian ini adalah dengan teknik purposive

sampling. Calon responden yang bersedia menjadi responden diminta untuk

menyatakan persetujuannya secara tulisan. Partisipan dapat menolak dan tidak

berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipan yang bersedia menjadi subjek

penelitian disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusinya. Jika sesuai, maka

diberi kuesioner penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan


28

kuesioner. Untuk mengukur dukungan keluarga diberikan kuesioner dukungan

keluarga, untuk mengukur kesembuhan penderita depresi dilihat dari skala

depresi dengan pemberian kuesioner PHQ. Pengisian kuesioner pada pasien

dibantu langsung oleh enumerator. Enumerator membaca kuesioner, pasien

menjawab sesuai dengan yang dialami. Lalu enumerator mengembalikan hasil

kuesioner yang telah diisi kepada peneliti.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini berupa rekam medis dan

lembar angket. Instrumen pengumpulan data terdiri dari 2 bagian, yaitu:

a. Kuesioner dukungan keluarga

b. Kuesioner tingkat depresi

3.6 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi

3.6.1 Kriteria inklusi

 Penderita depresi yang datang ke RSJ Bina Karsa Medan

 Penderita depresi yang sudah sembuh maupun yang masih dalam

pengobatan

 Penderita depresi yang bersedia

 Dapat berkomunikasi dengan baik yang ditandai dengan kemampuan untuk

menjawab pertanyaan sesuai dengan peneliti tanyakan


29

3.6.2 Kriteria eksklusi

 Penderita yang tidak koperatif

 Penderita yang mengalami cacat fisik dan menderita penyakit keganasan

 Penderita yang berdomisili di luar kota Medan

3.7 Identifikasi Variabel

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang

dimiliki oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu. Variabel dalam

penelitian ini meliputi variabel independen dan dependen yang dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Variabel Dependen: Tingkat kesembuhan depresi

2. Variabel Independen: Dukungan keluarga

3.8 Definisi Operasional

Variabel:

1. Dukungan keluarga

Definisi

Dukungan keluarga adalah sikap atau tindakan penerimaan seluruh anggota kelu

arga terhadap setiap anggota keluarganya, berupa dukungan emosional, dukunga

n informasional, dukungan nyata, dan dukungan pengharapan sehingga setiap an

ggota keluarga merasa ada yang menaruh perhatian dalam kehidupannya.

Cara dan alat ukur


30

Berdasarkan data rekam medis dan kuesioner. Kuesioner berisi 20 pertanyaan

dengan pilihan:

1. TP : Tidak Pernah

2. J : Jarang

3. S : Sering

4. SL : Selalu

Hasil ukur

Dukungan keluarga dikategorikan:

Baik : 60

Cukup : 40-59

Kurang: < 40 (Syafira, G. 2020)

Skala data

Ordinal

2. Tingkat kesembuhan depresi

Definisi

Kesembuhan adalah keadaan pasien yang sudah pulih dari keadaannya yang

sebelumnya kurang baik baik secara fisik maupun mental. Penilaian tingkat

kesembuhan depresi pada penelitian ini dinilai berdasarkan derajat depresi.

Cara dan alat ukur

Kuesioner tertutup dengan jumlah pertanyaan 9 pertanyaan dengan jawaban:

0. TP : Tidak Pernah

1. B : Beberapa Hari

2. L : Lebih Dari Separuh Waktu Yang Dimaksud


31

3. HS : Hampir Setiap Hari

Hasil ukur

Tidak depresi : 0-4

Depresi ringan : 5-14

Depresi sedang : 15-19

Depresi berat : ≥ 20 (Kroeke K, Spitzer RL, Williams JB. 2021)

Skala data

Ordinal

3.9 Pengelolaan dan Analisis Data

3.9.1 Pengelolaan data

Data yang dikumpulkan akan melalui proses pengolahan yang meliputi:

1. Editing

Editing adalah pemberian lembar kuesioner yang telah diisi oleh responden.

Pemeriksaan lembar angket ini dapat berupa kelengkapan jawaban, ketepatan

jawaban dan relevansi jawaban dari responden. Pemeriksaan kelengkapan data

dilakukan oleh peneliti dengan cara mengecek setiap data dari masing-masing

responden.

1) Apakah semua jawaban kuesioner sudah terisi lengkap

2) Apakah jawaban atau tulisan dari masing-masing pertanyaan cukup jelas

dan dapat dibaca

3) Apakah jawabannnya relevan dengan pertanyaan


32

4) Apakah jawaban-jawaban dari pertanyaan konsisten dengan jawaban dari

pertanyaan lain

2. Coding

Coding adalah menandai atau mengelompokkan jawaban dari responden ke

dalam kategori tertentu. Pengkodean dilakukan pada variabel dukungan keluarga

serta tingkat kesembuhan depresi.

3. Scoring

Scoring adalah penilaian terhadap data dengan memberi skor pada pertanyaan-

pertanyaan yang berkaitan dengan tindakan responden.

4. Data Entry

Data berupa angka atau huruf dimasukkan ke dalam program perangkat lunak

komputer.

5. Tabulating

Tabulasi adalah kegiatan memasukkan data ke dalam tabel-tabel dan menyusun

angka-angkanya, sehingga jumlah kasus dalam berbagai kategori dapat dihitung.

3.9.2 Analisis data

Data penelitian dikumpulkan kemudian dilakukan editing data, pengkodean data,

dan entry ke tabel master. Data kemudian diolah menggunakan software statistik

(SPSS). Pengolahan disajikan dalam tabel frekuensi dan distribusi serta penjelasan

dalam bentuk naratif. Model analisis ini menggunakan uji chi-square yakni menilai

hubungan variabel dukungan keluarga dengan variabel tingkat kesembuhan depresi.

Variabel dukungan keluarga dianggap memiliki hubungan yang signifikan

dengan tingkat kesembuhan depresi jika p < α. Sebaliknya jika variabel dukungan
33

keluarga dengan tingkat kesembuhan depresi dianggap tidak mempunyai hubungan

yang signifikan terhadap tingkat kesembuhan depresi jika p ≥ α.

3.9.2.1 Analisis univariat

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi

dan persentase dari tiap variabel meliputi dukungan keluarga.

3.9.2.2 Analisis bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui hubungan dua variabel,

baik berupa komparatif, asosiasi, maupun korelasi. Untuk mengetahui hubungan

variabel bebas dan terikat dalam penelitian ini, dukungan keluarga merupakan variabel

bebas dan tingkat kesembuhan depresi merupakan variabel terikat dengan menggunakan

uji statistik Chi-Square. Jika uji Chi-Square tidak memenuhi syarat maka akan

dilanjutkan dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Persyaratan uji Chi-Square

adalah sebagai berikut:

1. Tidak ada sel yang bernilai observed yang bernilai 0

2. Sel yang mempunyai nilai expected < 5, maks 20% dari jumlah sel

3. Nilai yang diambil continutity correction untuk tabel 2x2, tabel 2xK nilai

pearson chi-square.

Apabila syarat tidak terpenuhi, maka:

Uji Kolmogorov dipakai sebagai alternatif apabila uji chi-square tidak terpenuhi

dengan menggunakan tabel 2Xk.


34

3.10 Cara Kerja

- Peneliti membuat proposal penelitian.

- Peneliti mengajukan surat izin penelitian ke RSJ Bina Karsa Medan.

- Setelah izin diberikan kemudian peneliti melakukan pengumpulan data

sekunder yang diperoleh dari data medis pasien rawat jalan dengan diagnosa

depresi di RSJ Bina Karsa Medan periode Januari-Maret 2023.

- Dilakukan pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

- Penjelasan mengenai maksud dan tujuan serta prosedur pada penelitian ini

terhadap subjek.

- Apabila pasien bersedia maka akan diberikan lembar penjelasan sebelum

persetujuan (PSP) dan lembar persetujuan kepada responden yang didampingi

oleh keluarganya.

- Enumerator memberikan pertanyaan kuesioner dukungan keluarga (Yang

diadopsi dari skripsi sebelumnya: Syafira G. 2022. Hubungan Dukungan

Keluarga dan Tingkat Depresi dengan Kualitas Hidup Lansia Paccinongan)

dan kuesioner PHQ (Yang diadopsi dari Kroenke K, Spitzer RL, Williams JB.

2021. The PHQ-9. Validity of a brief depression severity measure).

- Enumerator mengembalikan hasil kuesioner yang telah diisi kepada peneliti.

- Kemudian peneliti mengolah hasil data tersebut dengan menggunakan SPSS

agar mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen.


35

3.11 Alur Penelitian

Data rekam medis pasien depresi rawat jalan RSJ Bina


Karsa Medan Periode Januari-Maret 2023

Kriteria inklusi Kriteria eksklusi

Sampel penelitian

Enumerator memberikan pertannyaan


mengenai kuesioner dukungan keluarga dan
tingkat kesembuhan depresi (PHQ) dan
mengembalikan hasil kuesioner kepada
peneliti.

Pengolahan data

Analisis data

Gambar 3.1 Alur penelitian

3.12 Etika Penelitian

Penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK)

Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia, serta mematuhi segala peraturan

pihak RSJ Bina Karsa Medan. Kerahasiaan pasien tetap dijaga dengan tidak

mencantumkan segala bentuk identitas pasien.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

1.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini menggunakan responden yang merupakan penderita depresi di RSJ

Bina Karsa Medan bulan Januari-Maret tahun 2023. Jumlah responden sebanyak 52

orang. Karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, dukungan keluarga dan

hubungan dukungan keluarga terhadap tingkat kesembuhan pada penderita depresi di

RSJ Bina Karsa Medan.

Karakteristik usia terhadap pasien depresi dapat dilihat pada tabel 4.1.1

Tabel 4.1.1 Distribusi frekuensi dan persentase usia penderita depresi

Usia Frekuensi(n) Persentase(%)

<50 tahun 41 78.8

>50 tahun 11 21.2

Total 52 100

Berdasarkan tabel 4.1.1 Distribusi frekuensi menurut usia penderita depresi di

RSJ Bina Karsa Medan didapati dari kategori umur <50 tahun sebanyak 41 orang

(78.8%), dan kategori umur >50 tahun sebanyak 11 orang (21.2%).

36
37

Karakteristik jenis kelamin pada penderita depresi dapat dilihat pada tabel 4.1.2

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi dan persentase jenis kelamin penderita depresi

Jenis Kelamin Frekuensi(n) Persentase(%)

Laki-laki 21 40.4

Perempuan 31 59.6

Total 52 100

Berdasarkan tabel 4.1.3 Distribusi frekuensi jenis kelamin penderita depresi di

RSJ Bina Karsa Medan pada laki-laki sebanyak 21 orang (40.4%) dan perempuan

sebanyak 31 orang (59.6%).

Karakteristik dukungan keluarga terhadap pasien depresi dapat dilihat pada

tabel 4.1.3

Tabel 4.1.3 Distribusi frekuensi dan persentase dukungan keluarga penderita

depresi

Dukungan Keluarga Frekuensi(n) Persentase(%)

Baik 0 0

Cukup 44 84.6

Kurang 8 15.4

Total 52 100

Berdasarkan tabel 4.1.3 Distribusi frekuensi dan persentase tingkat dukungan

keluarga didapati kategori dukungan keluarga baik sebanyak 0 orang (0%), kategori

cukup sebanyak 44 orang (84.6%) dan dukungan keluarga yang kurang sebanyak 8

orang (15.4%).
38

Tabel 4.1.4 Distribusi frekuensi dan persentase tingkat kesembuhan depresi pada

penderita depresi

Tingkat Kesembuhan Depresi Frekuensi(n) Persentase(%)

Tidak depresi (0-4) 0 0

Depresi ringan (5-14) 44 84.6

Depresi sedang (5-19) 6 11.5

Depresi berat (>20) 2 3.8

Total 52 100

Berdasarkan tabel 4.1.4 Distribusi frekuensi dan persentase tingkat kesembuhan

depresi didapati dari kategori skor derajat depresi yakni depresi ringan sebanyak 44

orang (84.6%), derajat depresi sedang sebanyak 6 orang (11.5%) dan derajat depresi

berat sebanyak 2 orang (3.8%).

Tambahan disini
Karakteristik tingkat kesembuhan penderita depresi berdasarkan diagnosa

penderita diawal masuk RS dan saat penelitian. Penilaian: sembuh, perbaikan, tidak

sembuh. (Dapat dilihat pada tabel master data).


39

Tabulasi silang dukungan keluarga terhadap tingkat kesembuhan penderita

depresi di RSJ Bina Karsa Medan periode Januari-Maret Tahun 2023

Tabel 4.1.5 Hubungan antara dukungan keluarga terhadap tingkat kesembuhan

depresi

Dukungan Tingkat Kesembuhan dari Derajat Depresi Total P-Value

Keluarga Tidak Depresi Depresi Depresi

Depresi Ringan Sedang Berat

Baik 0 0 0 0 0 *0.00

Cukup 0 44 0 0 44

Kurang 0 0 6 2 8

Total 0 44 6 2 52

*Memakai uji Kendall’s tau-c

Berdasarkan tabel diatas, dapat dinilai mengenai hubungan dukungan keluarga

dengan tingkat kesembuhan pasien depresi didapati dari skor derajat depresi yakni 44

orang yang mengalami depresi ringan, 44 orang tersebut mendapatkan dukungan

keluarga yang cukup. Dari 6 orang yang mengalami depresi sedang, semuanya

mendapat dukungan yang keluarga yang kurang, dan dari 2 orang dengan depresi berat

mempunyai keluarga yang kurang mendukung kondisi responden.

Berdasarkan uji korelasi dengan menggunakan uji kendall’s tau c maka

didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.00 p-value<0.05 sehingga hipotesis pada

penelitian ini dapat diterima atau terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan

keluarga terhadap tingkat kesembuhan penderita depresi RSJ Bina Karsa Medan.
40

4.2 Pembahasan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah diuraikan hubungan yang signifikan

antara dukungan keluarga terhadap tingkat kesembuhan penderita depresi RSJ Bina

Karsa Medan sehingga pada hipotesis ini dapat diterima, adapun hal yang

mempengaruhi kejadian tingkat kesembuhan penderita depresi di RSJ Bina Karsa

Medan ialah faktor dari usia penderita depresi, jenis kelamin dan dukungan keluarga.

a) Usia

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa distribusi frekuensi dan

persentase usia yang paling banyak penderita depresi di RSJ Bina Karsa Medan

didapati dari kategori umur <50 tahun sebanyak 41 orang (78.8%). Quality of

Life/kualitas hidup adalah gagasan/kesejahteraan manusia yang diukur dengan

indikator sosial, bukan dengan pengukuran "kuantitatif" pendapatan dan

produksi.30

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayuni

(2018) menunjukkan bahwa terdapat 21 orang (45,7%) dengan tingkat depresi

ringan, dan 26 orang (38,8%) dengan tingkat depresi berat. Hal ini menunjukkan

kejadian depresi pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Marunggi mayoritas

mengalami depresi ringan.14

b) Jenis kelamin

Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah distribusi frekuensi dan

persentase jenis kelamin penderita depresi di RSJ Bina Karsa Medan didapati

yang paling banyak ialah perempuan sebanyak 31 orang (59.6%).


41

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Syafira (2022) dimana jenis

kelamin berdasarkan hasil penelitian didominansi oleh lansia dengan berjenis

kelamin perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan aspek

kehidupan dalam kaitannya dengan kualitas hidup laki-laki dan perempuan.

Perempuan lebih sering dirumah daripada laki-laki, lebih banyak mengurus

pekerjaan rumah ataupun mengurus anggota keluarga sehingga dapat membuat

seseorang merasa kelelahan dan dapat menurunkan kualitas hidup.30

c) Dukungan keluarga

Secara teori, dukungan keluarga adalah sikap dan tindakan sebagai

respon keluarga terhadap anggota keluarga berupa dukungan informasional,

penilaian, instrumental dan emosional. Hasil penelitian ini didapatkan yang

paling banyak ialah dukungan keluarga yang cukup baik terhadap penderita

depresi di RSJ Bina Karsa sebanyak 44 orang (84.6%) dari 52 orang responden.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Syafira (2022) Hubungan

dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia di RW 10 Kelurahan Cisarua

wilayah kerja Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi dengan hasil penelitian

dukungan keluarga di wilayah tersebut secara umum berada pada kategori

sedang mencapai 56,9% dari 116 responden.30

Adanya hasil penelitian ini menggambarkan bahwa dukungan keluarga

sangat erat kaitannya dengan penderita depresi karena keluarga merupakan

unsur terpenting dalam membantu individu dalam memecahkan masalah. Jika

dengan dukungan maka rasa percaya diri akan meningkat dan motivasi dalam

menghadapi berbagai masalah meningkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa


42

dukungan emosional yang diberikan keluarga kepada penderita depresi secara

umum berada pada kategori baik. Responden menyatakan bahwa mereka merasa

senang tinggal bersama keluarga dan diberi kasih sayang, simpati serta perhatian

dalam beraktivitas sehari-hari.30

Hasil penelitian juga ditemukan 8 orang (15.4%) dengan dukungan

emosional yang kurang dari keluarga, hal ini dikarenakan penderita depresi

kurang nyaman tinggal bersama keluarganya karena kurangnya perhatian

keluarga terhadap penderita depresi.30

d) Tingkat kesembuhan depresi

Tingkat depresi merupakan salah satu bentuk gangguan jiwa pada ranah

perasaan (active atau mood disorder), yang ditandai dengan kemurungan,

kelesuan, kurangnya gairah hidup, perasaan tidak berharga dan putus asa. Hasil

penelitian ini menunjukkan jumlah distribusi frekuensi dan persentase tingkat

kesembuhan depresi didapati kategori tingkat kesembuhan dari derajat depresi

ringan yang paling banyak dengan responden sebanyak 44 orang (84.6%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Syafira (2022)

kejadian depresi pada lansia di Desa Paccinongang mayoritas mengalami depresi

ringan. Dan ada 21 orang yang mengalami depresi berat. Tingginya angka

depresi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain faktor biologis, fisik,

psikologis, dan sosial. Beberapa faktor pemicu depresi berat ditemukan pada

responden depresi berat berdasarkan hasil wawancara, berupa beberapa

penyandang disabilitas dan ketidakmampuannya beradaptasi dengan lingkungan

serta faktor kehilangan karena kematian.30


43

Hubungan Dukungan Keluarga dan Tingkat Kesembuhan Pada Penderita Depresi

di RSJ Bina Karsa Medan

Berdasarkan analisis bivariat dengan menggunakan uji kendall tau c maka

didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.00 p-value<0.05 sehingga hipotesis pada

penelitian ini dapat diterima atau terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan

keluarga terhadap tingkat kesembuhan penderita depresi di RSJ Bina Karsa Medan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayuni (2018)

dimana menunjukkan dukungan keluarga lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Marunggi

bahwa lansia yang mendapatkan dukungan keluarga yang kurang optimal cenderung

mengalami depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan lansia yang mendapatkan

dukungan keluarga yang optimal. Hasil uji statistik diperoleh pula nilai ρ-value =0,027

(ρ-value<0,05) artinya ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi

pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Marunggi.14

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syafira (2022)

analisis bivariat yang diperoleh p-value 0,009<0,05 yang berarti ada hubungan antara

tingkat depresi dengan kualitas hidup lansia. Depresi mempunyai hubungan dengan

kualitas hidup secara keseluruhan dengan domain kualitas hidup.

Peranan keluarga dalam perawatan penderita depresi antara lain menjaga dan

merawat penderita, mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi

perubahan sosial ekonomi serta memberikan motivasi dukungan dan memfasilitasi

kebutuhan spiritual bagi penderita depresi. Bila dukungan keluarga tinggi maka dapat

menurunkan angka kesakitan dan akan kematian yang akhirnya akan meningkatkan

kualitas hidup penderita depresi. Meningkatnya kesehatan akan meningkatkan kualitas


44

hidup individu, sehingga dukungan keluarga diperlukan untuk meningkatkan kualitas

hidup penderita.30
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

2.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas dapat disimpulkan kesimpulan

penelitian sebagai berikut:

1. Pada jumlah distribusi frekuensi dan persentase tingkat dukungan keluarga yang

paling banyak ialah tingkat dukungan yang cukup baik.

2. Pada jumlah distribusi frekuensi dan persentase tingkat kesembuhan depresi

didapati didapati kategori tingkat kesembuhan dari derajat depresi ringan yang

paling banyak.

3. Pada jumlah distribusi frekuensi dan persentase jenis kelamin penderita depresi di

RSJ Bina Karsa Medan didapati yang paling banyak ialah perempuan.

4. Pada distribusi frekuensi dan persentase usia yang paling banyak penderita depresi

di RSJ Bina Karsa Medan didapati dari kategori umur <50 tahun.

5. Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga terhadap tingkat

kesembuhan penderita depresi di RSJ Bina Karsa Medan (p=0.00<0.05)

45
46

1.2 Saran

1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan

Diharapkan agar Dinas Kesehatan Kota Medan meningkatkan kemampuan

tenaga kesehatan dibeberapa RSJ Kota Medan dalam upaya meningkatkan promosi

kesehatan mengenai dukungan keluarga terhadap penderita depresi.

2. Bagi RSJ Bina Karsa Medan

Diharapkan agar Pihak RSJ Bina Karsa Medan dapat meningkatkan promosi

kesehatan ataupun penyuluhan kepada keluarga dan lingkungan sekitar pasien

khususnya mengenai penderita depresi.

3. Bagi FK Universitas Methodist Indonesia

Diharapkan agar Pihak FK UMI menghasilkan tenaga kesehatan yang mumpuni

dan ikut andil dalam penatalaksanaan pasien depresi.

4. Bagi Masyarakat

Diharapkan bagi masyarakat agar dapat memahami dan turut berperan penting

dalam melakukan dukungan keluarga untuk tingkat kesembuhan pada penderita

depresi.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat melakukan penelitian dengan metode yang lebih analisis

mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesembuhan pada penderita

depresi di RSJ Kota Medan.


DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Mental disorders [Internet]. WHO. 2017 [cited 2023 Feb 10]. Available

from: https://www.who.int/en/news-room/fact-sheets/detail/mental-disorders

2. Fekadu N, Shibeshi W, Engidawork E. Major depressive disorder:

pathophysiology and clinical management. J Depress Anxiety [Internet]. 2017

[cited 2023 Feb 10];6(1):1–7. Available from: 10.3390/ijerph17103740

3. Choi EPH, Hui BPH, Wan EYF. Depression and anxiety in hong kong during

COVID-19. International Journal of Environmental Research and Public Health.

2017;17(10):1–11.

4. Kim DJ, Kim K, Lee HW. Internet Game Addiction, Depression, and Escape

From Negative Emotions In Adulthood. Journal of Nervous and Mental Disease.

2017;205(7):568–73.

5. Estimates GH. Depression and Other Common Mental Disorders Global Health

Estimates. 2019

6. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Kementerian RI tahun 2018.

7. Fried E, van Borkulo C, Boschloo L, Schoevers R, Borsboom D. Gangguan

Mental Sebagai Jaringan Masalah: Tinjauan Wawasan Baru-baru Ini. Psikiatri

Sosial dan Epidemiologi Psikiatri. 2017; 52:1–10.

8. Schellekens M, Wolvers M, Schroevers M, Bootsma TI, Cramer A, van der Lee

M. Menjelajahi Keterkaitan Kelelahan, Depresi, Kecemasan dan Risiko

47
48

Potensial dan Faktor Pelindung Pada Pasien Kanker: Pendekatan Jaringan. J

Behav Med. 2020;43(4):553–63.

9. Pereira-Morales A, Adan A, Forero D. Analisis Jaringan Dari Beberapa Faktor

Risiko untuk kesehatan mental pada orang dewasa muda Kolombia. Jurnal

Kesehatan Mental. 2019;28(2):153–60.

10. Dardas L, van de Water B, Simmons L. Keterlibatan Orang Tua Dalam

Intervensi Depresi Remaja: Tinjauan Sistematis Uji Klinis Acak. Jurnal

Internasional Keperawatan Kesehatan Mental. 2018;27(2):555–70.

11. VicentÿGil M, SerraÿBlasco M, NavarraÿVentura G, Trujols J,

BalanzáÿMartínez V, Portella J, Cardoner N. 2022. In pursuit of full recovery in

major depressive disorder. European Archives of Psychiatry and Clinical

Neuroscience. https://doi.org/10.1007/s00406-022-01487-5

12. American Psychiatric Association. 2018. What is depression. Available at

https://www.psychiatry.org/patientsfamilies/depression/what-is-depression

13. Bejenaru A. 2021. Depression As a Path to Change: An Adult Woman’s Voice

About Parenting Practices, Mental Health and Recovery. J. Psychosoc. Rehabil.

Ment. Health (2021) 8:11–18 https://doi.org/10.1007/s40737-020-00194-5

14. Ayuni. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia di

Wilayah Kerja Pueskesmas Marunggi Tahun 2017. Jurnal Akademika

Baiturrahim Jambi. 2018;7(2):130–7.

15. Yunita ER, Teti R. 2018. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kejadian

Depresi Pada Remaja Awal. Jurnal Asuhan Ibu dan Anak. JAIA 2018;3(2): 47-

54
49

16. Teting B, Yani Y and Jho, YL. (2022) “Dukungan Keluarga dan Tingkat

Depresi pada Lansia di Kelompok Lansia ST. Angela Samarinda”, Sebatik, 26

(1). ISSN: 1410-3737(p) 2621-069X(e) Open access article licensed under CC-BY

10.46984/sebatikv26i1.1679

17. Gejala Depresi, Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas Dari PPDGJ III edisi

kedua.

18. Desi, Felita, Aris & Kinasih, Angkit. 2020. Gejala Depresi pada Remaja di

Sekolah Menengah Atas. Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 8(1), 30-38.

https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/care

19. Sulistyorini W. 2017. Depresi: Suatu Tinjauan Psikologis. Direktorat

Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia, Direktorat Jenderal Rehabilitasi. Sosial Sosio

Informa Vol. 3, No. 02, 153-164

20. Ktut D. 2018. Depresi pada Remaja: Gejala dan Permasalahannya. Jurnal

Psikogenesis, Volume 6, No.1, 69-78.

21. Prasnya J. 2021. Depresi Pada Lansia: Faktor Resiko, Diagnosis dan

Tatalaksana. Jurnal Medika Hutama Vol 02 No 02, 562-570.

http://jurnalmedikahutama.com

22. Huwainan N, Hadiq F. 2021. Pendekatan Diagnosis dan Tatalaksana Gangguan

Mood Pada Usia Lanjut. Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749 Vol. 06 No. 02,

131-141.

23. Ajeng R, Irma M, Rano KS. 2018. Review Artikel: Farmakoterapi Depresi dan

Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Efikasi Antidepresan. Farmaka Suplemen

Volume 16 Nomor 2, 186-201.


50

24. Friedman, Marilyn M. 2017. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan

Praktek. Jakarta: EGC

25. Gusdiansyah, E. (2018). Hubungan dukungan dan beban keluarga dengan

tingkatan depresi. Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 1(1), 41–54.

26. Rahmayani, Fadhiah. 2018. Analisis Dukungan Sosial Keluarga Terhadap

Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas

Sukajaya. SEL Jurnal Penelitian Kesehatan Vol. 5 No.2, November 2018, 80-92

27. Zuhriya M, Devi F. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum

Obat Pasien Skizofrenia di Poliklinik Psikiatri Rumah Sakit X. Url Jurnal: Afiat

https://uia.e-journal.id/ afiat/article/2141 DOI: 10.34005/afiat. v7i01.2141

28. Indriono H, Fitriwijayati, Reni D, Lilin R. 2017. Gangguan Depresi Mayor.

(Mayor Depressive Disorder) Mini Review. Health Information: Jurnal

Penelitian

29. Adiputra I, Trisnadewi N, Oktaviani W, Munthe A, Hulu VT. (2021).

Metodologi Penelitian Kesehatan. Yayasan Kita Menulis.

30. Syafira, G. 2022. Hubungan Dukungan Keluarga dan Tingkat Depresi dengan

Kualitas Hidup Lansia Kelurahan Paccinongang. Fakultas Kedokteran Dan

Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar

31. Kroenke K, Spitzer RL, Williams JB. The PHQ-9: Validity of a brief depression
severity measure. J Gen Intern Med. 2021;16(9):606-613

32. Lana Lekic, mr.ph. spec, PhD. 2021. Adherence and Medication Adherence

Rating Scale (MARS) Volume 6, Issue 11, November 2021. International Journal

of Innovative Science and Research Technology ISSN No: -2456-2165


51

Lampiran 1
52

Lampiran 2
53

Lampiran 3
54

Lampiran 4
55

Lampiran 5
56

Lampiran 6

PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN (PSP)


Kepada Yth

Responden

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Serevina Nainggolan

NPM : 219210035

Pendidikan : S1 Kedokteran

Adalah mahasiswa Program Sarjana (S1) kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas


Methodis Indonesia. Dalam kesempatan ini, peneliti bermaksud melakukan penelitian
dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Tingkat Kesembuhan
Penderita Depresi Di RSJ Bina Karsa Medan Tahun 2023”.

Bersama ini, izinkan peneliti untuk memberikan penjelasan sebagai berikut:

1. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap
tingkat kesembuhan penderita depresi.
2. Manfaat dari hasil penelitian ini yaitu sebagai sumber informasi kepada masyarakat
pentingnya dukungan keluarga untuk memberikan perhatian dan dukungan bagi
penderita depresi, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan.
3. Prosedur pengambilan data pada penelitian ini adalah dengan meminta kesediaan
responden untuk berpartisipasi yakni dengan cara mengisi kuesioner. Pengisian
kuesioner pada pasien dibantu langsung oleh peneliti. Peneliti membaca kuesioner lalu
pasien menjawab sesuai dengan yang dialami.
4. Informasi yang diperoleh dari penelitian ini akan dijamin kerahasiaannya dan hanya
akan digunakan semata-mata untuk kepentingan penelitian.
5. Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang dapat merugikan bagi responden
6. Partisipasi pasien depresi pada penelitian ini bersifat sukarela, mereka dapat menolak
57

untuk menjadi subjek dalam penelitian ini


Jika ada yang belum jelas dapat bertanya kepada peneliti dan apabila menyetujui
menjadi responden dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, maka saya mohon
kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan yang akan dilampirkan.
Bila ada pertanyaan yang perlu disampaikan kepada peneliti, silakan hubungi
peneliti:
Serevina Nainggolan
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Methodis Indonesia
Hp. 081269244249
Email : serevinaangll@gmail.com
Demikian atas perhatian dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

Serevina Nainggolan
58

Lampiran 7 lembar persetujuan responden


59

Lampiran 8
Kuesioner dukungan keluarga

Kuesioner ini terdiri dari 20 pertanyaan terkait dukungan keluarga yang meliputi 4
domain yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi, dan
dukungan penghargaan.
Isilah setiap pertanyaan dengan memberikan tanda ceklist (√) pada salah satu kolom.32

sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:

1. TP : Tidak Pernah
2. J : Jarang
3. S : Sering
4. SL : Selalu

TP J S SL
NO PERTANYAAN
1 2 3 4
Dukungan emosional
1. Keluarga adalah tempat tinggal yang nyaman dan tenang bagi saya
2. Keluarga memberikan perhatian dengan menciptakan suasana
lingkungan rumah yang aman bagi saya untuk melakukan aktivitas
3. Keluarga memberikan kepercayaan kepada saya untuk
melakukan aktivitas sehari-hari
4. Keluarga mendengarkan curahan hati saya ketika saya sedih
5. Keluarga memberikan kasih sayang kepada saya dalam
melakukan aktivitas sehari-hari
Dukungan instrumental
6. Keluarga memberi fasilitas yang saya perlukan untuk melakukan
aktivitas (seperti: alat mandi, makan dan berjalan)
7. Keluarga meluangkan waktu untuk menemani saya beraktivitas
8. Keluarga menyediakan transportasi yang mempermudah saya
melakukan aktivitas
9. Keluarga mengantar saya kemana saya akan pergi
10. Keluarga membantu saya ketika saya mengalami kendala
dalam melakukan aktivitas sehari-hari (seperti: makan, minum,
buang air besar/kecil)
Dukungan informasi
11. Keluarga mencari informasi mengenai masalah kesehatan yang
saya alami melalui majalah dan orang yang ahli
12. Keluarga menyarankan saya untuk berkunjung dan berkumpul
teman seumuran
13. Keluarga mengingatkan hal-hal yang harus dihindari yang dapat
membuat saya terserang penyakit.
14. Keluarga mengingatkan saya untuk tetap menjaga kesehatan
15. Keluarga memberikan solusi permasalahan aktivitas sehari-hari
Dukungan penghargaan
16. Keluarga membimbing saya agar tetap menjaga kondisi kesehatan
17. Keluarga menghormati setiap keputusan yang diungkapkan oleh
60

saya
18. Keluarga menunjukkan bahwa keluarga mempedulikan saya
19. Keluarga menyarankan saya agar tetap menjalin hubungan sosial
dengan orang lain/rekan sebaya
20. Keluarga memotivasi saya untuk tetap melakukan hobi (seperti:
menjahit, berkebun dan melukis)

Kuesioner PHQ 9
61

Selama 2 minggu terakhir seberapa sering anda terganggu oleh masalah-masalah berikut?

Gunakan tanda (√) untuk menandai jawaban Anda.33

Pilihan pertanyaan
No Pernyataan Tidak Beberapa Lebih dari Hampir
Pernah hari separuh setiap hari
waktu yang
dimaksud
1 Kurang tertarik atau
bergairah dalam melakukan
apapun
2 Merasa murung, muram dan
putus asa
3 Sulit tidur atau mudah
terbangun atau terlalu banyak
tidur
4 Merasa lelah atau kurang
bertenaga

5 Kurang napsu makan atau


terlalu banyak makan
6 Kurang percaya diri atau
merasa bahwa anda adalah
orang yang gagal atau telah
mengecewakan diri sendiri
atau keluarga
7 Sulit berkonsentrasi pada
sesuatu misalnya membaca
koran atau menonton televisi
8 Bergerak atau berbicara
sangat lambat sehingga orang
lain memerhatikannya. Atau
sebaliknya merasa resah atau
gelisah, sehingga anda lebih
sering bergerak dari biasanya
62

Lampiran 9

Nama : Serevina Nainggolan

NPM : 219210037

Institusi : Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia

MASTER DATA
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KESEMBUHAN
PENDERITA DEPRESI DI RS BINA KARSA MEDAN TAHUN 2023

No. Nama Jenis Usia Skor Skor Tingkat depresi Tingkat depresi

pasien kelamin (th) dukungan derajat awal masuk RS saat penelitian

(L/P) keluarga depresi

1 Ny. T P 32 58 5 Depresi sedang Depresi ringan

2 Tn. A L 40 51 9 Depresi sedang Depresi ringan

3 Tn. F L 45 56 5 Depresi sedang Depresi ringan

4 Ny. K P 48 47 12 Depresi Depresi sedang

Berat

5 Tn. Y L 43 54 7 Depresi sedang Depresi ringan

6 Ny. D P 40 55 6 Depresi sedang Depresi ringan

7 Ny. Y P 53 59 5 Depresi berat Depresi ringan

8 Ny. C P 34 57 6 Depresi sedang Depresi ringan

9 Ny. M P 47 42 15 Depresi berat Depresi sedang

10 Tn. S L 35 45 13 Depresi berat Depresi sedang

11 Ny. N P 47 58 5 Depresi berat Depresi ringan

12 Tn. K L 52 51 9 Depresi sedang Depresi ringan


63

13 Tn. T L 42 52 9 Depresi sedang Depresi ringan

14 Ny. P P 37 55 6 Depresi sedang Depresi ringan

15 Tn. L L 33 54 6 Depresi sedang Depresi ringan

16 Ny. R P 52 46 12 Depresi sedang Depresi ringan

17 Tn. P L 50 56 6 Depresi sedang Depresi ringan

18 Ny. B P 57 32 19 Depresi sedang Depresi sedang

19 Ny. E P 43 54 7 Depresi sedang Depresi ringan

20 Ny. H P 38 52 9 Depresi sedang Depresi ringan

21 Tn. Y L 44 45 13 Depresi sedang Depresi ringan

22 Ny. R P 52 48 10 Depresi sedang Depresi ringan

23 Tn. B L 34 54 6 Depresi sedang Depresi ringan

24 Ny. W P 45 47 12 Depresi sedang Depresi ringan

25 Tn. S L 45 52 9 Depresi sedang Depresi ringan

26 Ny. E P 53 54 8 Depresi sedang Depresi ringan

27 Tn. O L 42 53 6 Depresi sedang Depresi ringan

28 Ny. A P 32 55 8 Depresi sedang Depresi ringan

29 Ny. S P 39 57 6 Depresi berat Depresi ringan

30 Tn. G L 54 57 7 Depresi berat Depresi ringan

31 Ny. H P 41 52 8 Depresi sedang Depresi ringan

32 Tn. A L 38 51 8 Depresi sedang Depresi ringan

33 Ny. F P 49 44 13 Depresi sedang Depresi ringan

34 Ny. S P 35 53 7 Depresi sedang Depresi ringan

35 Ny. R P 33 39 18 Depresi berat Depresi sedang

36 Tn. O L 61 47 10 Depresi sedang Depresi ringan


64

37 Ny. I P 44 37 20 Depresi berat Depresi berat

38 Tn. J L 29 55 6 Depresi berat Depresi ringan

39 Ny. M P 31 50 8 Depresi sedang Depresi ringan

40 Tn. H L 34 40 16 Depresi sedang Depresi ringan

41 Ny. Y P 50 53 7 Depresi sedang Depresi ringan

42 Ny. J P 37 47 12 Depresi sedang Depresi ringan

43 Tn. B L 34 54 9 Depresi sedang Depresi ringan

44 Ny. N P 29 40 17 Depresi berat Depresi sedang

45 Ny. A P 37 58 5 Depresi sedang Depresi ringan

46 Tn. P L 45 39 18 Depresi berat Depresi sedang

47 Ny. R P 42 56 5 Depresi sedang Depresi ringan

48 Tn. D L 39 35 21 Depresi sedang Depresi berat

49 Ny. W P 34 57 5 Depresi sedang Depresi berat

50 Ny. U P 30 55 8 Depresi sedang Depresi ringan

51 Tn. L L 35 56 6 Depresi sedang Depresi ringan

52 Ny. S P 51 45 13 Depresi sedang Depresi ringan

Lampiran 10
65

Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <50 tahun 41 78.8 78.8 78.8
>50 tahun 11 21.2 21.2 100.0
Total 52 100.0 100.0

Jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 21 40.4 40.4 40.4
perempuan 31 59.6 59.6 100.0
Total 52 100.0 100.0

Dukungan keluarga
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 0 0 0 0
cukup (40-59) 44 84.6 84.6 84.6
kurang (<40) 8 15.4 15.4 100.0
Total 52 100.0 100.0

Tingkat kesembuhan depresi


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak depresi (0-4) 0 0 0 0
depresi ringan (5-14) 44 84.6 84.6 84.6
depresi sedang (15-19) 6 11.5 11.5 96.2
depresi berat (>20) 2 3.8 3.8 100.0
Total 52 100.0 100.0

Dukungan Keluarga * tingkat kesembuhan depresi Crosstabulation


Count
66

tingkat kesembuhan depresi


tidak depresi depresi ringan depresi sedang depresi berat
(0-4) (5-14) (15-19) (>20) Total
Dukungan baik (60) 0 0 0 0 0
Keluarga cukup (40-59) 0 44 0 0 44
kurang (<40) 0 0 6 2 8
Total 0 44 6 2 52

Symmetric Measures
Asymptotic Approximate
Value Standard Error a
Approximate T b
Significance
Ordinal by Ordinal Kendall's tau-c .438 .109 4.038 .000

Spearman Correlation .998 .002 102.561 .000c

Interval by Interval Pearson's R .941 .013 19.577 .000c

N of Valid Cases 52

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.


Lampiran 11
52
53

Anda mungkin juga menyukai