Anda di halaman 1dari 62

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN

PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET ANGKATAN 2019

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Gantar Rina Dewi Pramushinta


G0018087

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2023

i
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul: Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan


Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret

Gantar Rina Dewi Pramushinta, NIM: G0018087, Tahun: 2023

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi


Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari Senin Tanggal 9 Januari 2023

Pembimbing Utama
Nama : Drs. Hardjono, M.SI (..............................)
NIP : 195901191989031002
Pembimbing Pendamping
Nama : Dr. Anik Lestari, dr., M. Kes (..............................)
NIP : 196808052001122001
Penguji
Nama : Prof.Dr. Endang Sutisna Sulaeman, dr., M.Kes (..............................)
NIP : 195603201983121002

Surakarta, 9 Januari
2023

ii
Kepala Program Studi Ketua Tim Skripsi

Dr. Eti Poncorini Pamungkasari, dr., M.Pd. Dr. Muthmainah, dr., M.Kes.
NIP 19750311 200212 2 002 NIP 19660702 199802 2 001

iii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan
disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 9 Januari 2023

Gantar Rina Dewi Pramushinta


NIM. G0018087

iv
ABSTRAK

Gantar Rina Dewi Pramushinta, G0018087, 2023. Hubungan Antara Tingkat


Kecemasan Dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.
Pendahuluan: Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada
perguruan tinggi. Mahasiswa dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai
remaja akhir yang memasuki dewasa awal yaitu usia 18-24 tahun. Tuntutan dan
tugas perkembangan mahasiswa muncul dikarenakan adanya perubahan yang
terjadi pada beberapa aspek fungsional individu, yaitu fisik, psikologis dan sosial.
Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin banyak tanggung jawab
yang harus diselesaikan. Terdapat dua faktor yang memengaruhi munculnya
prokrastinasi pada mahasiswa maupun pelajar umumnya. Faktor pertama adalah
faktor internal, merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri,
meliputi kondisi fisik dan psikologis. Faktor kedua adalah faktor ekternal,
merupakan faktor penyebab yang berasal dari luar diri individu, meliputi gaya
pengasuhan orang tua serta kondisi lingkungan yang rendah pengawasan,
Kecemasan akademik juga muncul akibat dari teguran dari dosen, orang tua dan
rekan-rekan tentang kegagalan melaksanakan tanggung jawab. Oleh karena itu,
berdasarkan dari uraian di atas, peneliti ingin mengetahui hubungan antara tingkat
kecemasan dengan prokrastinasi akademik mahasiswa FK UNS angkatan 2019.
Metode: Metode penelitian yang digunakan merupakan metode observasional
analitik dengan rancangan cross sectional. Subjek dalam penelitian adalah
mahasiswa Fakultas Psikologi Prodi S1 Kedokteran UNS angkatan 2019 yang
telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi tertentu. Teknik pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik simple random sampling. Pengambilan data
menggunakan kuesioner TMAS dan kuesioner prokastinasti. Data yang diperoleh
kemudian dianalisis dengan uji korelasi sperman rho.
Hasil: Hasil yang dianalisis dari 62 responden dengan uji Validitas dan
Realibilitas TMAS data didapatkan nilai koefisien yaitu 0,445-0,918 dan 0,969.
Uji Validitas dan Uji Realibilitas Prokrastinasi didapatkan nilai koefisien yaitu
0,550-0,968 dan 0,964.Sehingga data dinyatakan koefisien.
Simpulan: Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang kuat dengan arah korelasi yang positif antara
tingkat kecemasan dan prokastinasti akademik pada mahasiswa FK UNS angkatan
2019. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat kecemasan
individu makin tinggi tingkat prokastinasti individu.
Kata Kunci: Kecemasan, Prokrastinasi dan TMAS.

v
ABSTRACT

Gantar Rina Dewi Pramushinta, G0018087, 2023. Hubungan Antara Tingkat


Kecemasan Dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta. Mini-Thesis. Faculty of Medicine, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
Introduction: College students are students who are enrolled and studying at
universities. Students in their developmental stage are classified as late
adolescents entering early adulthood, namely the age of 18-24 years. The
demands and tasks of student development arise due to changes that occur in
several functional aspects of individuals, namely physical, psychological and
social. The higher the level of education, the more responsibilities that must be
completed. There are two factors that influence the emergence of procrastination
in students and students in general. The first factor is internal factors and the
second factor is external factors, which are causative factors that come from
outside the individual, including parental parenting styles and low supervision
environmental conditions. Academic anxiety also arises as a result of reprimands
from lecturers, parents and colleagues about failure to carry out responsibilities.
Therefore, based on the description above, researchers want to know the
relationship between the level of anxiety and academic procrastination of FK
UNS students class of 2019.
Method: The research method used is an analytical observational method with a
cross sectional design. The subjects in the study were students of the Faculty of
Psychology of the UNS Medical S1 Study Program class of 2019 who had met
certain inclusion and exclusion criteria. The sampling technique is carried out by
simple random sampling technique. Data collection using TMAS questionnaire
and procastinesti questionnaire. The data obtained were then analyzed by rho
sperman correlation test.
Result: The results analyzed from 62 respondents with the TMAS Data Validity
and Reliability test obtained coefficient values of 0.445-0.918 and 0.969.
Procrastination Validity Test and Reliability Test obtained coefficient values of
0.550-0.968 and 0.964.So that the data is declared coefficient.
Conclusion: Based on the results of the research that has been conducted, it can
be concluded that there is a strong relationship with the direction of a positive
correlation between the level of anxiety and academic procastination in FK UNS
students class of 2019. So it can be concluded that the higher the level of anxiety
of the individual, the higher the level of procastinasty of the individual.

Keywords: Anxiety, Procrastination and TMAS.

vi
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat-Nya yang begitu besar penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Prokrastinasi
Akademik Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret”.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan studi di Program Studi Kedokteran FK UNS Surakarta. Dalam
proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada:
1. Prof. Dr. Reviono, dr., Sp.P(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret.
2. Dr. Eti Poncorini Pamungkasari, dr., MPd., selaku Kepala Program Studi
Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret.
3. Dr. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi Program Studi
Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret.
4. … selaku pembimbing utama yang telah membimbing dan mengarahkan
pelaksanaan skripsi ini.
5. … selaku pembimbing pendamping yang selalu menyediakan waktu dan
pemikiran untuk membantu penyusunan skripsi ini.
6. … selaku penguji yang telah memberikan kritik dan saran demi
kesempurnaan penulisan skripsi ini.
7. Dst
Semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan semua pihak yang telah
membantu. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu.

Surakarta, 9 Januari 2023

Gantar Rina Dewi Pramushinta

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN. ……………………………………...
…………….ii
PERNYATAAN.....................................................................................................iii
ABSTRAK..............................................................................................................iv
ABSTRACT.............................................................................................................v
PRAKATA..............................................................................................................vi
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................x
DAFTAR SINGKATAN........................................................................................xi
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………….1
A. Latar Belakang
Masalah………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah……………………………………...…………………
3
C. Tujuan
Penelitian………………………………………………………....3
D. Manfaat
Penelitian………………………………………………………..4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………..5
A. Landasan
Teori…………………………………………………………...3
1. Kecemasan……….……………………………………………………3
a. Definisi Kecemasan……...………………………………………....3
b. Epidemiologi………………………..……………………………...4

viii
c. Faktor-Faktor
Kecemasan…………………………………………..5
d. Tingkat Kecemasan……………………………………………...…5
e. Pemeriksaan dan Penilaian
Kecemasan…………………………….6
2. Prokrastinasi……………...……………………………………………6
a. Definisi Prokrastinasi……………….……………………………...7
b. Karakteristik Prokrastinasi
Akademik……………………………...9
c. Jenis-Jenis Prokrastinasi Akademik………………………………..9
d. Faktor-Faktor Prokrastinasi Akademik……………………………
10
e. Instrumen Pengukuran……………………………………………..11
3. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Prokrastinasi
Akademik…….12
B. Kerangka Pemikiran................................................................................10
C. Hipotesis..................................................................................................11
BAB III METODE PENELITIAN
……………………………………………….12
A. Jenis Penelitian........................................................................................12
B. Lokasi Penelitian......................................................................................12
C. Subjek Penelitian.....................................................................................12
D. Teknik Sampling dan Besar Sampel........................................................13
E. Rancangan Penelitian...............................................................................13
F. Identifikasi Variabel Penelitian...............................................................14
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian................................................14
H. Alat dan Bahan Penelitian ………………………………………………
15
I. Cara Kerja................................................................................................15
J. Teknik Analisis Data...............................................................................16

ix
BAB IV HASIL PENELITIAN
……………………………………………….....17
A. Data Hasil Penelitian...............................................................................17
B. Data Hasil Analisis..................................................................................18
BAB V PEMBAHASAN ………………………………………………..
……….20
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ………………………………………...
…..23
A. Simpulan..................................................................................................23
B. Saran........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
LAMPIRAN...........................................................................................................28

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian

Tabel 4.1. Karakteristik Sampel Penelitian18

Tabel 4.2. Uji Validitas TMAS

Tabel 4.3. Uji Realibilitas TMAS

Tabel 4.4. Uji Validitas Kuesioner Prokrastinasi Akademik………………….


….23
Tabel 4.5. Uji Realibilitas Kuesioner Prokrastinasi Akademik………………..
….24
Tabel 4.6. Uji Normalitas………………………………………………………...25
Tabel 4.7. Analisis Bivariat Variabel Penelitian…………………………….....…
25

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ...........................................................6


Gambar 3.1. Desain Penelitian................................................................................. 7

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Informed Consent28


Lampiran 2. Kuesioner TMAS
Lampiran 3. Kuesioner Prokrastinasi Akademik…………………………………
31
Lampiran 4. EC (Ethnical Clearance)……………………………………………
32

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah


Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi.
Mahasiswa dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai remaja akhir yang
memasuki dewasa awal yaitu usia 18-24 tahun (Milgram et al., 2014). Mahasiswa
memiliki tanggung jawab terhadap masa perkembangannya, termasuk memiliki tanggung
jawab terhadap kehidupannya untuk memasuki masa dewasa (Putri, et al., 2018).
Iswardani (dalam Lestari, 2010) mengungkapkan bahwa salah satu permasalahan yang
dihadapi mahasiswa adalah ketidak disiplinan dalam mengelola waktu yang ditunjukkan
dengan lamanya kelulusan karena kebiasaan menunda pekerjaan. Perilaku menunda-nunda
tersebut biasa disebut dengan prokrastinasi. Perilaku prokrastinasi didefinisikan adalah
penundaan tugas sampai menit terakhir, meninggalkan tugas yang seharusnya selesai, atau
penundaan keputusan yang akan diambil (Haycock McCarthy & Skay, 2020). Penelitian
yang dilakukan McCown (dalam Ferrari, et al., 2014) menemukan bahwa prokrastinasi
terkait dengan kecenderungan untuk menunda tugas dan waktu untuk mengerjakan tugas.
Penundaan dilakukan karena perilaku untuk mengerjakan tugas tidak sesuai dengan niat
yang telah ditetapkan, juga karena ada penundaan niat untuk memulai mengerjakan tugas.
Secara ringkas, terdapat kesenjangan antara niat dengan perilaku pada prokrastinator
(Milgram et al., 2014). Pada dunia akademis penundaan tugas akademis ini sering disebut
dengan istilah prokrastinasi akademik (Ozer, et al., 2019).
Tuntutan dan tugas perkembangan mahasiswa muncul dikarenakan adanya
perubahan yang terjadi pada beberapa aspek fungsional individu, yaitu fisik, psikologis
dan sosial. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin banyak tanggung jawab
yang harus diselesaikan (Putri, et al., 2018). Penundaan yang relatif berat pada mahasiswa
adalah penundaan kelulusan dari perguruan tinggi karena makin lama kuliah makin berat
derajat kecenderungan menunda (Solomon & Ruthblum C., 2019. Pada penelitian
terdahulu didapatkan mahasiswa yang melakukan prokrastinasi paling banyak dalam tugas
menulis sebesar 46%; selain itu dalam tugas membaca 30,1%; belajar untuk ujian 27,6%;
menghadiri pertemuan (kuliah) 23%; dalam tugas administratif 10,6%; dan kinerja
akademik secara keseluruhan 10,2% (Salomon dan Rothblum (dalam Nugrasanti, et al.,
2016)).

14
Terdapat dua faktor yang memengaruhi munculnya prokrastinasi pada mahasiswa
maupun pelajar umumnya. Faktor pertama adalah faktor internal, merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri individu itu sendiri, meliputi kondisi fisik dan psikologi. Faktor
kedua adalah faktor ekternal, merupakan faktor penyebab yang berasal dari luar diri
individu, meliputi gaya pengasuhan orang tua serta kondisi lingkungan yang rendah
pengawasan (Ferrari, el at., (2015)). Bernard mengungkapkan beberapa faktor penyebab
prokrastinasi diantaranya kecemasan, pencelaan terhadap diri sendiri, tidak teraturnya
waktu, pendekatan yang lemah terhadap tugas, perasaan tertekan dan kelelahan (Catrunada
dan Puspitawati, 2018). Kecemasan sama juga seperti dengan pesan karena tubuh akan
memberikan tanda ketika ada sesuatu yang salah. Nevid (2014) menjelaskan bahwa
kecemasan adalah suatu keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk
akan segera terjadi (Safitri, el at, 2021). Banyak hal yang dicemaskan, misalnya:
kesehatan, kondisi lingkungan, pendidikan. Kecemasan terhadap lingkungan pendidikan
sering dialami oleh mahasiswa dan kecemasan yang di rasakan oleh mahasiswa sering
disebut dengan kecemasan akademik (Safitri, 2011). Hal ini sejalan dengan yang
diungkapkan oleh Safitri (2012), bahwa semua tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang
akademisi akan menimbulkan kecemasan akademis. Hal ini dapat dihubungkan dengan
hampir semua tugas yang berhubungan dengan akademik terutama mahasiswa semester
akhir yang memiliki tingkat kecemasan akademik yang tinggi. Kecemasan akademik juga
muncul akibat dari teguran dari dosen, orang tua dan rekan-rekan tentang kegagalan
melaksanakan tanggung jawab. Oleh karena itu, berdasarkan dari uraian di atas, peneliti
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan prokrastinasi
akademik mahasiswa FK UNS angkatan 2019.

b. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan prokrastinasi akademik
mahasiswa FK UNS Angkatan 2019?

c. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara tingkat


kecemasan dengan prokrastinasi akademik mahasiswa FK UNS Angkatan 2019.

2. Tujuan Khusus

15
a. Menganalisis tingkat kecemasan mahasiswa FK UNS Angkatan 2019.

b. Menganalisis bentuk prokastinasti akademik mahasiswa FK UNS


Angkatan 2019.

c. Menganalisis hubungan antara tingkat kecemasan dan prokastinasti


akademik

d. Manfaat Penelitian
1 . A sp ek T e o ritis
Hasil penelitian diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan,
khususnya terkait dengan tingkat kecemasan dengan prokrastinasi akademik
mahasiswa FK UNS.
2 . A sp ek P ra k tis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengalaman penerapan teori
yang telah diperoleh melalui pembelajaran di dunia perkuliahan. Hasil
dari penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian
selanjutnya yang juga memiliki tema sejenis.
b. Manfaat bagi mahasiswa
 Menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang
tingkat kecemasan dan prokastinati akademik mahasiswa FK
UNS Angkatan 2019.
 Kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi
tingkat kecemasan dan meningkatkan prokastinati akademik
mahasiswa FK UNS Angkatan 2019.
c. Manfaat bagi Lembaga
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta
kekayaan ilmu pengetahuan.
d. Bagi Masyarakat
Melalui penelitian ini, diharapkan masyarakat dapat memahami dan
mengetahui dampak dari hubungan prokastinasi akademis dengan
tingkat kecemasan dalam menentukan penggunaan startegi prokastinasi
yang tepat bagi dirinya, sehingga dapat menambah wawasan dan
pengetahuan dari aspek kejiwaan.

16
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1.Kecemasan
a. Definisi Kecemasan
Kecemasan (dalam Bahasa Inggris disebut “anxiety” berasal dari
Bahasa Latin “angustus” yang artinya kaku, dan “ango, anci” artinya
mencekik) adalah suatu emosi tidak menyenangkan, was-was yang kemudian
ditandai dengan beberapa bentuk seperti khawatir berlebihan, kegelisahan, dan
rasa takut yang dialami dalam tingkat yang berbeda – beda. Kecemasan
digambarkan sebagai suatu perasaan tidak menentu yang memiliki
kemampuan untuk berdampak pada psikologis manusia, yang melibatkan
perasaan, perilaku, dan respon - respon fisiologis. Orang yang mengalami
kecemasan dapat terjadi gangguan keseimbangan pribadi seperti tegang, resah,
gelisah, takut, dan berkeringat. Orang dengan kecemasan akan merasa jauh
dari perasaan bebas (Hayat, 2014).
Kecemasan tumbuh pada individu saat sedang menghadapi situasi tidak
menyenangkan baginya. Pada tingkat kecemasan sedang, persepsi individu
fokus pada suatu hal penting dan mengesampingkan hal yang lain. Pada
tingkat kecemasan berat atau tinggi, persepsi individu akan lebih mengalami
penurunan, hanya memikirkan hal kecil bahkan mengabaikan hal lainnya,
sehingga individu tidak dapat berpikir dengan suasana tenang. Kecemasan
dapat melanda siapa saja, tanpa memandang jenis kelamin dan kelompok usia
manapun, termasuk mahasiswa. Kecemasan timbul dipicu oleh situasi dan
kondisi tertentu yang membuat perasaan yang tidak nyaman dan dapat terjadi
tanpa disadari (Suratmi dkk, 2017).
b. Epidemiologi

18
Riset Riskesdas terkait prevalensi gangguan mental
emosional berupa gejala depresi dan kecemasan pada usia ≥ 15
tahun dari tahun 2013-2018. Hasil riset menyatakan bahwa
prevalensi pada tahun 2013 memberikan hasil sebesar 14 juta orang
atau sekitar 6% penduduk Indonesia mengalami gangguan mental
emosional berupa gejala depresi dan kecemasan. Pada tahun 2018
hasil riset menunjukkan mengalami peningkatan, yakni menjadi
9,8% dari penduduk Indonesia. Di mana prevalensi tersebut
didapatkan berdasarkan wawancara dengan Self-Reporting
Quistionnaire-20 (SRQ-20) (Kemenkes, 2018).

c, Faktor-Faktor Kecemasan
Faktor dasar kecemasan terdiri dari hal – hal berupa stres, kondisi fisik
terhadap penyakit, faktor lingkungan, hingga hal – hal yang terjadi di masa
lalu hingga masa sekarang di kehidupan sehari-hari. Beberapa gangguan
kecemasan memiliki relasi yang kuat dengan faktor genetik. Selain itu, tidak
jarang kecemasan disebabkan oleh peristiwa kehidupan yang penuh tekanan
dan rintangan. (Munir dkk, 2019; Adwas dkk, 2019)
Faktor predisposisi dari kecemasan meliputi hal – hal sebagai berikut
(Adwas dkk, 2019):
1) Faktor Biologis
Kondisi fisiologis individu yang mampu memengaruhi terjadinya
fenomena kecemasan. Faktor biologis sendiri meliputi faktor genetik
dan biologi. Faktor genetik menekankan pada komponen genetik
terhadap berkembangnya perilaku kecemasan. Sedangkan faktor biologi
melihat struktur fisiologis yang meliputi fungsi saraf, hormon, anatomi
dan kimia saraf, yang meliputi patofisiologi dari kecemasan. (Stuart,
2016)

2) Faktor Psikologis
Menurut Stuart, berikut beberapa teori psikologis terkait kecemasan:
a) Teori Psikoanalisis
Kecemasan sebagai konflik id dan superego yang merupakan elemen
kepribadian. Id bertugas mewakili dorongan insting dan impuls

19
primitif, dan superego merupakan gambaran cerminan hati nurani
dan dikendalikan oleh norma budaya yang sudah ada sejak dahulu.
Sedangkan Ego, bertugas menjadi penengah tuntutan dari dua elemen
yang tersebut, dan Cemas menjadi reminder bahaya antara
ketidakseimbangan keduanya.
b) Teori Interpersonal
Rasa takut terhadap ketidaksetujuan pendapat dan penolakan
interpersonal dalam diri individu sendiri mampu memicu cemas.
Kecemasan berhubungan dengan adanya perkembangan trauma
selama kehidupan, seperti fenomena perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kerentanan tertentu.
c) Teori Perilaku
Kecemasan sebagai penghalang individu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Kecemasan sebagai pertentangan dua kepentingan yang
bentrok. Konflik menimbulkan kecemasan, dan ditambah lagi
kecemasan.
d) Faktor Sosial
Faktor sosial yang memengaruhi terjadinya kecemasan meliputi latar
belakang dari aspek pendidikan dan ekonomi. Kecemasan merupakan
hal yang sering ditemui di dalam sebuah keluarga. Apabila di dalam
keluarga terdapat riwayat gangguan ansietas maka akan
memengaruhi respon individu dalam bereaksi terhadap konflik dan
cara-cara mengatasi kecemasan. (Yusuf dkk, 2015).
d. Tingkat Kecemasan
Tingkat kecemasan menurut Peplau (dalam Sari, 2020) terbagi menjadi 3
tingkatan:
1) Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan kecemasan kehidupan sehari-
hari. Kecemasan dalam tingkatan ini justru mampu menumbuhkan
motivasi belajar, menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. Tanda
dan gejala pada kecemasan ringan berupa persepsi dan perhatian
meningkat, waspada, sadar akan stimulus internal dan eksternal,
mampu mengatasi masalah secara efektif serta kemampuan belajar

20
yang meningkat. Perubahan fisiologis ditandai dengan gelisah, sulit
tidur, hipersensitif terhadap suara, tanda vital dan pupil normal.
2) Kecemasan sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang mulai memusatkan pada
hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga individu
mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu
yang lebih terarah. Respon fisiologis yang muncul berupa nafas
pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, gelisah, konstipasi.
Sedangkan untuk respon kognitif yaitu lahan persepsi menyempit,
rangsangan luar tidak mampu diterima, berfokus pada apa yang
menjadi perhatiannya.

3) Kecemasan Berat
Kecemasan berat sangat memengaruhi persepsi individu, individu
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang lebih terinci dan
spesifik, serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku
ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Gejala yang dialami
kecemasan berat meliputi persepsi yang sangat kurang, berfokus pada
hal yang detil, rentang perhatian sangat terbatas, dan sulit
berkonsentrasi atau menyelesaikan masalah, serta tidak dapat belajar
secara efektif. Pada tingkatan ini individu mengalami gejala fisiologis
seperti sakit kepala, pusing, mual, gemetar, insomnia, palpitasi,
takikardi, hiperventilasi, sering buang air kecil maupun besar, dan
diare.
e.Penilaian Kecemasan
Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)
Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) merupakan sebuah quesioner dengan
50 butir pertanyaan terstruktur yang pada akhirnya akan menentukan
klasifikasi kecemasan menjadi tiga, yaitu kecemasan ringan (total skor < 20),
kecemasan sedang (total skor 20 – 25), dan kecemasan berat (total skor > 25).
(Hadi dkk, 2019).
21
2. Prokrastinasi
a. Definisi Prokrastinasi
Gafni dan Geri (2010) mengemukakan bahwa prokrastinasi berasal dari
Bahasa Latin Procrastinus dengan pro yang berarti “maju” dan crastinus yang
berarti “besok”. Di masa lalu prokrastinasi dianggap sebagai manifestasi dari
manajemen waktu waktu yang tidak efisien, namun pada beberapa tahun
terakhir, penelitian menunjukkan prokrastinasi lebih dihubungkan dengan sisi
emosional, perilaku dan sisi kognitif dari seseorang (Freeman, et al, 2011).
Prokrastinasi menyebabkan seseorang cenderung tidak bisa mengontrol diri
untuk menunda-nunda aktivitas sampai detik terakhir atau bahkan tugas
tersebut tidak dikerjakan sama sekali (Gafni dan Geri, 2010).
Prokrastinasi adalah suatu kecenderungan untuk menunda dalam
memulai, melaksanakan dan mengakhiri suatu aktivitas. Prokrastinasi
akademik adalah prokrastinasi yang terjadi di lingkungan akademik (Rumiani,
2006). Prokrastinasi akademik diartikan sebagai suatu penundaan terhadap
tugas-tugas akademik yang dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang oleh
seseorang sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman pada pelakunya (Andayani
dan Karyanta, 2011). Wolters (2003) mendefinisikan prokrastinasi akademik
sebagai suatu kegagalan dalam melakukan aktivitas sesuai dengan batas waktu
yang telah ditentukan atau menunda aktivitas tersebut hingga batas akhir yang
telah ditentukan. Day dkk., dalam Rozental dkk., (2014) menyebutkan bahwa
50% dari siswa sekolah mendeskripsikan diri mereka sendiri sebagai seorang
prokrastinator.
b.Karakteristik Prokrastinasi Akademik
Karakteristik individu yang melakukan perilaku prokrastinasi n menurut
Sirois (dalam Ahmaini, 2010) adalah:
1) Perfeksionisme, yaitu individu yang mengerjakan sesuatu hal lain yang
dirasa kurang sempurna.
2) Pemimpi, yaitu individu yang memiliki banyak ide besar tapi tidak
dilakukan.
3) Pencemas, yaitu individu yang berpikir tugas tidak dapat dikerjakan
dengan baik dan takut apa yang dilakukan gagal.

22
4) Penentang, yaitu individu yang tidak mau diperintah atau dinasehati oleh
orang lain.
5) Pembuat masalah, yaitu individu yang sering membuat masalah.
6) Terlalu banyak tugas, yaitu individu yang memiliki banyak tugas yang
harus dikerjakan dalam waktu yang sama.
c.Jenis-Jenis Prokrastinasi Akademik

1) Prokrastinasi Fungsional (Functional Procrastination)


Menurut Kandemir dan Palanci (2014) functional procrastination
adalah jenis prokrastinasi yang diinginkan untuk meningkatkan performa
kerja seseorang. Prokrastinasi yang disengaja dipercayai sebagai strategi
seseorang untuk memotivasi dirinya dan bertindak lebih terkontrol,
sehingga orang tersebut dapat bekerja secara optimal dalam tekanan
prokrastinasi dengan waktu yang terbatas.

2) Prokrastinasi Keputusan (Decisional Procrastination)


Merupakan jenis prokrastinasi yang dilakukan karena ketidak
mampuan dalam menentukan keputusan pada waktu yang tepat
(Freeman dkk., 2011). Decisional procrastination ini cenderung
dikaitkan dengan kegagalan kognitif, seperti: waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan tugas; kegagalan dalam mengevaluasi maupun
melupakan aspek dasar dari tugas tersebut; kekurangan dalam
memperoleh, menyimpan dan memproses suatu informasi. Orang yang
bermasalah dalam aspek kognitifnya akan cenderung sulit untuk
mengambil keputusan yang nantinya akan berdampak pada aspek
akademis atau pekerjaannya.

3) Prokrastinasi Mengindari (Avoidance Procrastination)


Avoidance procrastination ini merupakan prokrastinasi yang
dilakukan untuk menghindari tugas yang tidak menyenangkan (Freeman
et al., 2011). Prokrastinasi dilakukan karena takut kegagalan yang
mengakibatkan orang tersebut menghindar dalam menyelesaikan tugas
untuk menghindari kegagalan (Diaz-Morales et al., 2008)

d. Faktor- Faktor Prokrastinasi Akademik

23
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seseorang melakukan
prokrastinasi. Steel (2017) menjelaskan terdapat empat faktor yang menyebabkan
seseorang melakukan prokrastinasi, antara lain:

1) Karakteristik tugas

Seseorang akan cenderung untuk menghindari tugas yang dirasa tidak


menyenangkan. Penundaan akan dilakukan oleh individu tersebut walaupun
hal itu akan merugikannya dalam jangka panjang.

2) Tipe kepribadian

a) Neurotisme (Neuroticism)

Seseorang dengan tipe kepribadian neuroticism berpotensi tinggi


melakukan prokrastinasi. Hal ini dikarenakan individu dengan tipe
kepribadian ini memiliki self efficacy rendah, self- esteem rendah,
memiliki self-handcapping, merasa cemas, tertekan dan depresi
(Steel, 2017).

b) Ramah (Agreeableness)

Seseorang dengan tipe kepribadian ini bersifat rebelliouness,


hostility, dan disagreeableness sehingga suka membuat aturan sendiri
dalam mengatur jadwal sebagai usaha untuk menunjukkan
kemandirian. Tipe kepribadian ini berkorelasi negatif dengan
prokrastinasi (Steel, 2017).

c) Ekstraversi (Extraversion)

Ciri kepribadian tipe ini adanya rasa optimis, energik, ekspresif,


menarik, impulsif dan suka mencari sensasi. Sifat impulsif dan suka
mencari sensasi pada tipe kepribadian inilah yang berkaitan dengan
prokrastinasi (Steel, 2017).

d) Penuh Pertimbangan (Conscientiousnes)

Seseorang dengan kepribadian tipe ini memiliki perilaku yang


penuh rencana, teratur, serius, persisten, terarah pada tujuan dan dapat
mengendalikan diri. Oleh karena itu, tipe kepribadian ini berkorelasi
negatif dengan prokrastinasi (Steel, 2017).

24
3) Suasana perasaan dan kinerja

Gangguan suasana perasaan dapat dihindari sementara dengan


prokrastinasi. Akan tetapi, jika hal itu berlanjut akan berdampak buruk
(Steel, 2017). Beberapa orang meningkatkan kinerjanya dengan melakukan
prokrastinasi. Hal ini dikarenakan orang tersebut merasa dapat
mengeluarkan seluruh kemampuan fisik dan kognitif ketika batas waktu
semakin dekat (Steel, 2017).

4) Demografi

Perbedaan umur menyebabkan perbedaan pengalaman sehingga terjadi


perbedaan perilaku prokrastinasi, semakin bertambah umur semakin
berkurang untuk prokrastinasi. Jenis kelamin laki-laki sedikit lebih banyak
untuk mengalami prokrastinasi daripada perempuan (Steel, 2017).

e. Instrument pengukuran

Prokrastinasi akademik mempunyai dua aspek yaitu aspek internal seperti


kondisi fisik individu dan kondisi psikologis individu, serta aspek eksternal
seperti gaya pengasuhan orangtua dan kondisi lingkungan individu. Pada skala
prokrastinasi pada penelitian ini menggunakan skala numerik. Sedangkan
instrumen yang digunakan merujuk kepada teori prokrastinasi akademik
Ferrary (1995) yang tertuang dalam kuesioner prokastinasti dan telah dilakukan
uji validitas dan reliabilitas oleh Damri, et al., (2019). Dalam skala pengukuran
ini terdapat 40 item pernyataan skala likert.

3. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Prokrastinasi Mahasiswa


Menurut Setiawati dari Cornell University (2019) kecemasan akademik adalah
hasil dari proses biokimia dalam tubuh dan otak yang meningkatkan dan membutuhkan
perhatian. Perubahan terjadi dalam respon terhadap situasi akademik. Ketika
kecemasan meningkat, tubuh akan memberikan reaksi atau respon untuk menolak atau
memperjuangkannya. Selain itu, penelitian Hasil penelitian sebelumnya tentang
kecemasan dan prokrastinasi akademik dari Sutjipto (2012) menjelaskan bahwa
terdapat kecenderungan dari mahasiswa tingkat akhir Universitas Negri Malang
Fakultas Psikologi dalam merasakan kecemasan yang berarti dan Xu, et al., (2016)

25
yang melakukan penelitian terhadap kategori tingkat stres sedang terhadap prokastinasi
akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi UNISBA.
Kecemasan akademik yang dirasakan terutama oleh mahasiswa semester akhir dan
dapat bersumber dari ketakutan akan kegagalan dalam menyelesaikan tugasnya. Hal ini
ditambah dengan tuntutan mahasiwa tingkat akhir untuk lulus dan mencari pekerjaan.
Ketakutan akan kegagalan ini merupakan kecenderungan mengalami rasa bersalah
karena ia tidak dapat mencapai tujuan dan keinginan, rasa barsalah yang dirasakan itu
secara tidak langsung dapat menyebabkan kecemasan. Hal tersebut membuat
mahasiswa menjadi tidak menyukai tugas, perasaan tidak menyukai tugas ini berkaitan
dengan perasaan terbebani tugas yang berlebihan, tidak puas dengan tugas yang
didapat dan perasaan yang tidak senang terhadap tugas.

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

26
C. Hipotesis

1. Hipotesis Kerja (H1)


Terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dengan prokrastinasi akademik
mahasiswa FK UNS Angkatan 2019.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dipilih merupakan penelitian yang menggunakan rancangan
potong lintang atau cross sectional, yaitu penelitian yang merujuk pada pengamatan
serta pengukuran variable bebas dan terikat tanpa intervensi pada saat yang sama
atau satu waktu dengan tujuan untuk mempermudah penelitian (Susila dan Suyanto,
2015).

B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian atau populasi merupakan keseluruhan data yang menjadi
fokus penelitian dalam lingkup waktu yang telah kita tentukan sebelumnya.
Populasi juga diartikan sebagai segala unsur yang akan digunakan sebagai objek
dalam suatu penelitian (Susilana, 2020). Populasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan 2019
menjadi subjek penelitian. Hal ini dikarenakan Angkatan akhir yang menjalani
skripsi adalah angkatan 2019 yang sangatlah representatif pada pengambilan sampel
penelitian, hal ini dikarenakan mayoritas mahasiswa di angkatan akhir pendidikan
S1 kedokteran banyak merasakan tekanan dan tuntutan yang banyak dan berarti
27
sebagai mahasiswa semester akhir. Penelitian ini memiliki kriteria:

1) Kriterian Inklusi

a. Mahasiswa aktif dalam kegiatan perkuliahan di Fakultas


Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
b. Angkatan 2019
c. Bersedia menjadi responden
2) Kriteria Eksklusi
adalah mengecualikan atau mengecualikan subjek yang tidak
memenuhi kriteria inklusi karena berbagai alasan dari penelitian,
sehingga tidak dapat dijadikan sampel penelitian (Notoatmodjo, 2010).
Kriteria eksklusi penelitian ini adalah memiliki riwayat penyakit berat,
sedang mengonsumsi obat-obatan, mahasiswa yang tidak bersedia
menjadi partisipan dan tidak mengisi kuesioner secara lengkap.

D. Teknik Sampling dan Besar Sampel


Teknik sampling merupakan strategi yang digunakan dalam penelitian
untuk mengambil sampel atau data dari populasi target. Secara umum terdapat dua
macam teknik sampling, yaitu probability (random) sampling dan non-probability
(non- random) sampling. Pada penelitian ini menggunakan probability (random)
sampling dengan teknik simple random sampling. Pada teknik sampling ini, sampel
dipilih secara acak atau random, dimana setiap individu memiliki probabilitas yang
sama untuk dipilih menjadi sampel penelitian (Triyono, 2018).

Sampel diambil dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi, kemudian


penulis memilih data melalui target sampling. Teknik simple random sampling
dilakukan dengan cara undian online, peneliti akan membuat nomor 1-62 pada web
aplikasi random.org secara online. Peneliti akan memilih sampel dari total populasi
sebanyak 221 mahasiswa angkatan 2019, kemudian peneliti memilih sebanyak 62
mahasiswa secara acak dengan memasukkan nomor 1-62, dan sisanya diberi tanda “-
“. Sehingga dalam sampel nanti dapat terpilih sebanyak 62 responden. Teknik ini
bertujuan untuk mengurangi potensi bias manusia dalam pemilihan kasus yang akan
dimasukkan dalam sampel, dan dilakukan dengan memilih secara acak sample.

28
E. Besar Sampel Penelitian

Dalam menentukan besar sampel dapat menggunakan rumus perhitungan


sederhana, yaitu rumus Slovin (Masturoh dan Temesvari, 2018):

Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi (50 orang)
e = Margin of error (e = 5% = 0,05)

Jadi, sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 62 orang
mahasiswa. Pada penelitian ini, peneliti mengambil drop out sebanyak 10 persen,
maka total sampel minial adalah sebanyak 72 orang mahasiswa.

F. Identifikasi Variabel Penelitian


1. Variabel Bebas
Tingkat Kecemasan
2. Variabel Terikat
Prokrastinasi Akademik
3. Variabel Perancu
a. Variabel Perancu Terkendali
1) Usia
2) Jenis kelamin
b. Variabel Perancu Tidak Terkendali

1) Kesehatan mental
2) Modal psikologis positif

G. Rancangan/Desain Penelitian Alat dan Bahan Penelitian

29
H. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Tingkat Kecemasan
a. Definisi
Kecemasan digambarkan sebagai suatu perasaan tidak menentu yang
memiliki kemampuan untuk berdampak pada psikologis manusia, yang
melibatkan perasaan, perilaku, dan respon - respon fisiologis. Orang yang
mengalami kecemasan dapat terjadi gangguan keseimbangan pribadi seperti
tegang, resah, gelisah, takut, dan berkeringat. Orang dengan kecemasan akan
merasa jauh dari perasaan bebas.
b. Alat Ukur : Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)
Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) merupakan sebuah quesioner
dengan 50 butir pertanyaan terstruktur yang pada akhirnya akan menentukan
klasifikasi kecemasan menjadi tiga, yaitu kecemasan ringan (total skor <
20), kecemasan sedang (total skor 20 – 25), dan kecemasan berat (total skor
> 25). Adaptasi TMAS ke dalam bahasa indonesia telah banyak diteliti
mengenai validitas dan reliabilitasnya, antara lain oleh Utari (2008), dalam
penelitiannya tentang hubungan antara kecemasan dengan prestasi belajar
pada siswa SMA, mendapatkan nilai validitas sebesar 0,764 dengan
menggunakan kriterium luar "Manson Evaluation". Selian itu, kuesioner
TMAS versi bahasa indonesia juga telah dilakukan uji validitas melalui
teknik Sperman Brown, indeks reliabilitasnya sebesar 0,855. Yatman

30
(2019), melalui teknik Sperman Brown mendapat hasil reliabilitas sebesar
0,8398 serta validitas sebesar 0,783 dengan menggunakan kriterium luar
"Manson Evaluation". Sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner TMAS
sudah cukup valid dan reliable.
c. Skala
Skala interval
2. Prokrastinasi
a. Definisi
Prokrastinasi berasal dari Bahasa Latin Procrastinus dengan pro yang
berarti “maju” dan crastinus yang berarti “besok”. Di masa lalu prokrastinasi
dianggap sebagai manifestasi dari manajemen waktu waktu yang tidak
efisien, namun pada beberapa tahun terakhir, penelitian menunjukkan
prokrastinasi lebih dihubungkan dengan sisi emosional, perilaku dan sisi
kognitif dari seseorang. Prokrastinasi menyebabkan seseorang cenderung

tidak bisa mengontrol diri untuk menunda-nunda aktivitas sampai detik


terakhir atau bahkan tugas tersebut tidak dikerjakan sama sekali.
b. Alat Ukur
Kuesioner Prokastinasti
Prokrastinasi akademik mempunyai dua aspek yaitu aspek internal seperti
kondisi fisik individu dan kondisi psikologis individu, serta aspek eksternal
seperti gaya pengasuhan orangtua dan kondisi lingkungan individu.
Sedangkan instrumen yang digunakan merujuk kepada teori prokrastinasi
akademik Ferrary (1995) yang tertuang dalam kuesioner prokastinasti dan
telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas oleh Damri, et al., (2019). Dalam
skala pengukuran ini terdapat 40 item pernyataan skala likert.
c. Skala
Skala interval
I. Instrumen Penelitian

Intrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini


Meliputi sebagai berikut:
a. Surat izin penelitian
b. Lembar informed consent
c. Lembar identitas responden
d. Quesioner Prokrastinasi
31
J. Cara Kerja Penelitian
 Persiapan Penelitian, yang meliputi:
a. Menyusun proposal penelitian.
b. Melakukan seminar proposal.
c. Mengurus Ethical Clearance (EC) dan mengajukan surat izin untuk
melakukan penelitian.
d. Mempersiapkan penelitian yang dilakukan secara daring/ online dengan
membuat google form dimana halaman pertama berisi informed
consent, halaman berikutnya berisi identitas responden, halaman
seterusnya berisi quesioner.
 Tahap Pelaksanaan Penelitian, yang meliputi:
a. Melakukan pengambilan sampel penelitian dengan metode simple
random sampling yang sebelumnya sudah disesuaikan dengan kriteria
inklusi dan eksklusi penelitian.

b. Membagikan dan menyebarkan lembar informed consent, identitas diri,


quesioner secara daring/ online kepada responden yang kemudian diisi
sesuai dengan data dan keadaan responden sebenarnya.
c. Peneliti melakukan analisis data yang telah didapatkan.
d. Peneliti membuat laporan penelitian.
K. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data berskala interval
dengan tipe kategorik yang kemudian diolah menggunakan program Statistical
Program for Social Science (SPSS) for Windows version 21.0. Data yang diperoleh
dari tiap variabel akan dilakukan analisis dengan menggunakan uji analisis univariat
untuk mengetahui sebaran frekuensinya, persentasenya, dan karakteristik responden
penelitian yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, latar belakang
pekerjaan. Selain itu, peneliti ingin mengetahui hubungan antar dua variable dengan
menggunakan uji analisis statistik secara bivariat dengan uji korelasi Pearson
product moment. Uji korelasi Spearman sendiri merupakan jenis uji analisis statistik
yang biasanya dipergunakan dalam mencari dan mengetahui korelasi atau hubungan
antar variabel yang memiliki skala pengukuran interval (Masturoh dan Temesvari,
2018).

32
L. Jadwal Penelitian

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian

33
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Penelitian mengenai hubungan tingkat kecemasan dan prokastinasti akademik


dengan subjek penelitian mahasiswa FK UNS angkatan 2019 sebanyak 62 orang
yang sebelumnya telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah
ditetapkan, dilaksanakan pada tanggal 10-20 Januari 2023.
A. Gambaran Umum Penelitian

Data diperoleh dari kuesioner yang sebelumnya telah diisi oleh 72 responden,
selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis data, yang meliputi: analisis
univariat karakteristik penelitian, analisis univariat variabel penelitian, dan
analisis bivariat antar variabel penelitian. Pada penelitian ini didapatkan populasi
paling banyak berada pada usia 21 tahun, dengan jenis kelamin perempuan, dan
belum menikah. Sedangkan, berdasarkan hasil uji statistik didapatkan hubungan
dengan korelasi yang kuat antara variabel tingkat kecemasan dan prokastinasti
akademik mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret angkatan
2019. Sejarah berdirinya Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret tidak
terlepaskan dari sejarah Universitas Sebelas Maret yang diresmikan pada tanggal 11
Maret 1976, dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 tahun
1976 tanggal 8 Maret 1976 yang semula bernama Universitas Negeri Surakarta
Sebelas Maret disingkat UNS, yang merupakan penyatuan dari lima unsur
perguruan tinggi yang ada di Surakarta pada waktu itu.

B. Hasil Analisis Data

1. Analisis Univariat Karakteristik Penelitian


a. Usia
Data penelitian menunjukkan bahwa responden paling banyak berada
dalam kelompok umur 21 tahun, yaitu sebanyak 32 responden (51,7%),
Sedangkan, responden paling sedikit berada dalam kelompok umur 17
tahun dan 18 tahun dengan total responden masing masing kelompok
sebanyak 2 responden (7,7%).
b. Jenis kelamin
Data penelitian menunjukkan distribusi responden penelitian
berdasarkan jenis kelamin, maka didapatkan responden berjenis kelamin
34
laki-laki dengan sebaran 21 orang (33,9%) dan yang berjenis kelamin
perempuan dengan sebaran 41 orang (66,1%). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa, responden yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada
laki-laki.
c. Status Perkawinan
Berdasarkan distribusi karakteristik responden berdasarkan status
perkawinan didapatkan bahwa semua responden penelitian memiliki status
belum menikah sebanyak 62 orang (100%), sedangkan tidak ada responden
yang berstatus menikah dan memiliki anak atau yang berstatus janda/ duda.

C. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner


Sebelum dilakukan penyebaran data penelitian kepada responden,
peneliti melakukan pengujian kuesioner Taylor Manifest Anxiety Scale
(TMAS) dan Prokastinasti Akademik sebagai langkah dalam validasi
instrument penelitian. Pengujian kuesioner dilakukan kepada 10 orang
responden mahasiswa FK UNS angkatan 2019 yang bertujuan untuk
menguji validitas dan reliabilitas kuesioner. Uji validitas bertujuan untuk
mengetahui ketepatan tiap butir/item instrumen. Sebagai uji coba
instrumen, maka data yang digunakan dalam uji validitas sebanyak 10
responden. Jumlah sampel diambil adalah sebesar 10 responden, hal ini

35
sesuai pendapat Singarimbun dan Effendi (2015) yang mengatakan bahwa
jumlah minimal uji coba kuesioner adalah minimal 10 responden. Peneliti
melakukan uji validitas dengan metode total item korelasi (Corrected Item-
Total Correlation) dan uji reliabilitas dengan metode pengujian satu kali
(Single Trial Method) menggunakan rumus Cronbach Alpha.
a. Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)
Pada kuesioner Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) terdiri
atas 50 Item pertanyaan.
1) Uji Validitas
Dilaksanakan dengan metode korelasi item total. Kuesioner
Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) versi Bahasa
Indonesia dalam uji validitasnya didapatkan seluruh item
pernyataan memiliki koefisien korelasi item total dengan
nilai ≥ 0,3. Sehingga berdasarkan ketentuan dari Sugiyono
tahun 2013, maka seluruh item pertanyaan dinyatakan valid.
Hasil uji validitas terdapat pada table 4.2

2) Uji Realibilitas

Pada uji reliabilitas didapatkan pada kedua domain item


pernyataan memiliki koefisien Cronbach Alpha sebesar ≥
0,7 yaitu sebesar 0,969. Oleh karena itu, berdasarkan kriteria
dari Sugiyono tahun 2013 dapat disimpulkan bahwa seluruh
item pertanyaan reliabel. Hasil uji reliabilitas terdapat pada
table 4.3

36
b. Kuesioner Prokrastinasi Akademik
Pada kuesioner Kuesioner Prokastinasti Akademik memiliki
terdiri atas 40 item pertanyaan, Prokrastinasi akademik
mempunyai dua aspek yaitu aspek internal seperti kondisi fisik
individu dan kondisi psikologis individu, serta aspek eksternal
seperti gaya pengasuhan orangtua dan kondisi lingkungan
individu. Sedangkan instrumen yang digunakan merujuk kepada
teori prokrastinasi akademik Ferrary (1995) yang tertuang dalam
kuesioner prokastinasti dan telah dilakukan uji validitas dan
reliabilitas oleh Damri, et al., (2019). Dalam skala pengukuran ini
terdapat 40 item pernyataan skala likert.
1) Uji Validitas
Dilaksanakan dengan metode korelasi item total.
Kuesioner Prokastinasti Akademik versi Bahasa Indonesia
dalam uji validitasnya didapatkan seluruh item pernyataan
memiliki koefisien korelasi item total dengan nilai ≥ 0,3,
yaitu dalam rentang 0.550-0.968. Sehingga berdasarkan
ketentuan dari Sugiyono tahun 2013, maka seluruh item
pertanyaan dinyatakan valid. Hasil uji validitas terdapat
pada table 4.4

2) Uji Realibilitas
37
Pada uji reliabilitas didapatkan pada kedua domain item
pernyataan memiliki koefisien Cronbach Alpha sebesar ≥ 0,7 yaitu
0.964. Oleh karena itu, berdasarkan kriteria dari Sugiyono tahun
2013 dapat disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan reliabel.
Hasil uji reliabilitas terdapat pada tabel 4.5

3) Uji Normalitas

Untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan tingkat

prokastinasti akademik dengan subjek penelitian mahasiswa FK UNS

angkatan 2019 digunakan uji normalitas yang digunakan dalam penelitian

ini adalah Kolmogorov- Smirnov karena jumlah sampel yang diperoleh di

atas 50. Data dikatakan terdistribusi secara normal bila nilai p >0,05 pada

masing masing kelompok. Setelah itu, dilakukan uji korelasi Spearamn

dikarekan datanya memiliki skala ordinal-ordinal dan uji korelasi

Spearman, menggunakan program SPSS versi 23 for Windows. Uji ini

bertujuan mengetahui hubungan antara dua kelompok variabel dengan

syarat variabel berskala ordinal dan data dapat terdistribusi normal atau

tidak normal. Uji Normalitas data Tingkat Kecemasan dan Prokastinasti

Akademik dengan Uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan uji normalitas,

Variable Tingkat Kecemasan dan Prokastinasti Akademik menggunakan uji

korelasi Spearman untuk menilai hubungan antara dua variable.

38
a. Analisis Bivariat Variabel Penelitian
Tabel 4.11. Hasil Analisis Bivariat Variabel
Tingkat Kecemasan dan Prokastinasti Akademik

Tabel 4.11. menujukkan hasil analisis bivariate dalam


mengetahui hubungan Tingkat Kecemasan dan Prokastinasti
Akademik pada mahasiswa FK UNS angkatan 2019. Hasil analisis
bivariat menggunakan uji korelasi Spearman's rho memiliki nilai p =
0,000 dan nilai r sebesar 0,671 yang menandakan bahwa terdapat
hubungan yang kuat dengan arah korelasi yang positif antara
variable Tingkat Kecemasan dengan Prokastinasti Akademik pada
mahasiswa FK UNS angkatan2019.

39
BAB V
PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat Penelitian:


Data penelitian menunjukkan bahwa responden paling banyak berada dalam

kelompok umur 21 tahun, yaitu sebanyak 32 responden (51,7%), pada kelompok

umur 20 tahun sebanyak 18 responden (29,0%), pada kelompok umur 19 tahun

sebanyak 8 responden (14,0%). Sedangkan, responden paling sedikit berada dalam

kelompok umur 17 tahun dan 18 tahun dengan total responden masing masing

kelompok sebanyak 2 responden (7,7%). Hal tersebut menunjukkan bahwa

responden paling banyak berada pada usia rentang 18-20 tahun dimana range usia

tersebut sesuai dengan kelompok usia mahasiswa yang berkuliah di perguruan tinggi

yang berada di semester 7. Selain itu, dari data jenis kelamin didapatkan bahwa jenis

kelamin lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki dengan sebaran laki-laki

sebanyak 21 orang (33,9%) dan yang berjenis kelamin perempuan dengan sebaran

41 orang (66,1%). Hal itu sejalan dengan penelitian Notoatmodjo tahun 2013 yang

dalam penelitiannya tentang banyaknya persebaran jenis kelamin perempuan pada

responden mahasiswa FK Universitas Papua. Selain itu, mengenai status

perkawinan, semua responden penelitian ini belum menikah.

B. Analisis Bivariat Penelitian

Dalam pemaparan hasil menujukkan hasil analisis bivariate dalam mengetahui

hubungan tingkat kecemasan dan prokastinasti akademik pada mahasiswa FK UNS

angkatan 2019. Hasil analisis bivariat menggunakan uji korelasi Spearman's rho

memiliki nilai p = 0,000 dan nilai r sebesar 0,671 yang menandakan bahwa terdapat

hubungan yang kuat dengan arah korelasi yang positif antara variable ingkat

kecemasan

40
dan prokastinasti akademik pada mahasiswa FK UNS angkatan 2019. Hal tersebut

berarti, semakin tinggi tingkat prokrastinasi akademik mahasiswa maka semakin

tinggi pula tingkat kecemasannya dan sebaliknya. Kemudian nilai signifikansi 0,000

yang berarti terdapat hubungan yang signifikan diantara kedua variabel. Hasil

penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Novpawan Andrianto (2014) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara prokrastinasi akademik terhadap tingkat kecemasan siswa dalam

menghadapi UNAS. Subyek dalam penelitian ini rata-rata memiliki tingkat

prokrastinasi yang sedang.

Dalam Ahmaini (2020), Young berpendapat ada beberapa karakteristik

individu yang melakukan prokrastinasi akademik, antara lain: kurang dapat mengatur

waktu, percaya diri yang rendah, menganggap diri terlalu sibuk jika harus

mengerjakan tugas, keras kepala dalam arti menganggap orang lain tidak dapat

memaksanya untuk mengerjakan tugas, memanipulasi tingkah laku orang lain dan

menganggap pekerjaan tidak dapat dilakukan tanpanya, menjadikan penundaan

sebagai coping untuk menghindari tekanan, merasa dirinya sebagai korban yang tidak

memahami mengapa tidak dapat mengerjakan sesuatu yang dapat dikerjakan orang

lain. Sedangkan menurut Sapadin dan Maquire (dalam Ahmaini, 2020), karakteristik

individu yang melakukan prokrastinasi akademik adalah sebagai berikut:

perfeksionisme yaitu mengerjakan sesuatu yang dirasa kurang sempurna, pemimpi

yaitu memiliki banyak ide besar tetapi tidak dilakukan, pencemas yaitu tidak berfikir

tugas dapat berjalan dengan baik tetapi tidak takut apa yang dilakukan lebih jelek atau

gagal, penentang, pembuat masalah, terlalu banyak tugas.

Pelaku prokrastinasi cenderung akan mengalami kecemasan dalam dirinya.

Kecemasan adalah ketika seseorang dalam situasi evaluatif yang meliputi peningkatan

fisiologis dan mencela dirinya sendiri. Bentuk dari kecemasan adalah emosionalitas
41
dan kekhawatiran. Dimana emosionalitas seseorang diketahui melalui peningkatan

42
galvanic repon kulit & denyut jantung, pusing, mual, perasaan panik. Sedangkan

kekhawatiran seseorang bisa diketahui melalui seseorang yang membandingkan

kinerja diri dengan teman-teman, mempertimbangkan konsekuensi dari kegagalan,

khawatir berlebihan atas evaluasi, percaya diri rendah, merasa tidak siap untuk tes,

kehilangan harga diri dan kesedihan kepada orang tua. Hal ini dapat dipengaruhi oleh

faktor kecemasan seperti yang dikemukakan oleh Ramaiah (2014) melingkupi faktor

lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir individu tentang

diri sendiri dan orang lain. Hal ini bisa saja disebabkan pengalaman individu dengan

keluarga, dengan sahabat, dengan rekan sekerja, dan lain-lain. Kecemasan wajar

timbul jika individu merasa tidak aman terhadap lingkungannya. Faktor emosi yang

ditekan, kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar

untuk perasaannya dalam hubungan personal. Ini benar terutama jika individu

menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang lama sekali. Pada pelaku

prokrastinasi yang tinggi, prokrastinasi sebagai suatu trait kepribadian, dalam

pengertian ini prokrastinasi tidak hanya sebagai suatu perilaku penundaan, tetapi

merupakan trait yang melibatkan komponen-komponen perilaku maupun struktur

mental yang saling terkait yang dapat diketahui secara langsung maupun tidak

langsung.

Menurut Ferrari, dkk. (dalam Ghufron & Risnawita, 2021) prokrastinasi

akademik sebagai suatu perilaku peundaan dapat dimanifestasikan dalam beberapa

indikator tertentu yang dapat diamati ciri-cirinya sebagai penundaan untuk memulai

dan menyelesaikan tugas, seseorang yang melakukan prokrastinasi akademik tahu

bahwa tugas yang dihadapi harus segera diselesaikan. Akan tetapi ia menunda-nunda

untuk memulai mengerjakannya atau menunda-nunda untuk menyelesaikannya

sampai tuntas.

Keterlambatan dalam mengerjakan tugas, orang yang melakukan prokrastinasi


43
akademik membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengerjakan suatu tugas

daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya. Prokrastinator menggunakan

banyak waktu untuk mempersiapkan dirinya secara berlebihan. Selain itu melakukan

hal-hal yang tidak berkaitan dengan tugas tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu

yang dimilikinya. Lambannya seseorang dalam mengerjakan tugas dapat menjadi ciri

utama dari prokrastinasi akademik.

Kesenjangan waktu antara rencana dengan kesenjangan kinerja aktual, seorang

prokrastinator kesulitan untuk melakukan suatu tugas dengan batas waktu yang telah

ditentukan sebelumnya, ia juga sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi

deadline yang telah ditentukan, baik oleh orang lain maupun rencana yang telah

ditentukan oleh dirinya sendiri. Seorang prokrastinator sudah menentukan waktunya

sendiri untuk mengerjakan tugas, akan tetapi ketika saatnya tiba ia tidak mengerjakan

tugas sesuai waktu yang telah ditentukan sehingga menyebabkan keterlambatan

bahkan kegagalan untuk menyelesaikan tugas secara memadai.

Melakukan aktifitas yang lebih menyenangkan, menggunakan waktunya untuk

aktifitas lain yang lebih menyenangkan dan dianggap hiburan daripada mengerjakan

tugas yang harus dikerjakan, seperti membaca (Koran, majalah, buku cerita dan

lainnya), nonton, ngobrol, jalan, mendengarkan musik, dan sebagainya sehingga

menyita waktu yang dia miliki untuk mengerjakan tugas yang seharusnya

diselesaikan. Kemudian prokrastinasi pada taraf rendah. Prokrastinasi hanya sebagai

suatu perilaku penundaan, setiap perbuatan yang menunda dalam menyelesaikan

suatu tugas disebut prokrastinasi, tanpa mempermasalahkan tujuan serta alasan

penundaan. Menurut Ferrari (dalam Ghufron & Risnawita, 2021) mahasiswa

melakukan penundaan sebagai Fungtional Procrastination, yaitu penundaan

mengerjakan tugas yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap

dan akurat. Mahasiswa menunda untuk menyelesaikan skripsi sebagai bentuk

44
keharusan yang bertujuan untuk mengambil memperoleh informasi yang lebih

lengkap guna kepentingan skripsinya.

Dari paparan teori diatas, dapat diketahui bahwa prokrastinasi akademik

adalah perilaku menunda-nunda menyelesaikan pekerjaan baik penundaan tersebut

harus

dilakukan guna mengambil data lebih lengkap maupun penundaan yang bersifat untuk

bersenang-senang dan akan berdampak pada munculnya kecemasan dalam diri

seorang prokrastinastor ketika tugas yang ditunda tersebut sudah mencapai deadline.

Dengan mengurangi perilaku menunda pada tugas, diharapkan mahasiswa dapat

mengontrol diri mereka agar lebih disiplin dalam mengatur waktu dan membuat

kualitas hidup yang lebih baik terlebih untuk mengurangi kecemasan dalam diri

mahasiswa.

Penelitian ini memiliki keterbatasan akan karakteristik keluarga yang meliputi

pendidikan, pekerjaan, pemdapatan, dan jumlah anggota keluarga tidak dilakukan

analisis oleh peneliti. Selain itu, peneliti tidak mempertimbangkan indikator

kuantitatif tingkat kecemasan dalam pengukuran tingkat prokastinasti individu, serta

masih dilakukan pada sampel populasi yang kecil.

45
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan yang kuat dengan arah korelasi yang positif antara tingkat

kecemasan dan prokastinasti akademik pada mahasiswa FK UNS angkatan 2019.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat kecemasan individu makin

tinggi tingkat prokastinasti individu.

B. SARAN

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi kepada

mahasiswa tentang tingkat kecemasan dan prokastinasti akademik pada

mahasiswa, dimana mahasiswa merupakan peran utama untuk membangun

bangsa dan negara dalam mengendalikan masalah kesehatan fisik dan

mental.

2. Sebaiknya penelitian dilakukan pada populasi yang lebih luas untuk

memperluas generalisasi hasil penelitian dan perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar untuk mendapatkan

hasil yang lebih terpercaya dan akurat.

46
DAFTAR PUSTAKA

Contoh daftar pustaka:

Ahn CH dan Choi SH (2015). New Drugs for Treating Dyslipidemia : Beyond Statins.
Diabetes Metabolism Journal, 39(2), hal.: 87–94.

Amar MJA, D’Souza W, Turner S, Demosky S, Sviridov Denis, Stonik J, Luchoomun J, et al.
(2010). 5A Apolipoprotein Mimetic Peptide Promotes Cholesterol Efflux and Reduces
Atherosclerosis in Mice. The Journal of pharmacology and experimental therapeutics,
334(2), hal.: 634–641. doi: 10.1124/jpet.110.167890.

Barquera S, Pedroza-tob A, Bibbins-domingo K, Lozano R dan Moran AE (2015). Global


Overview of the Epidemiology of Atherosclerotic Cardiovascular Disease. Archives of
Medical Research, 46(5), hal.: 328–338. doi:

NHLBI (2018). Atherosclerosis. National Heart, Lung, and Blood Institute. Tersedia pada:
https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/atherosclerosis (Diakses: 16 Juni 2020).

Park SW (2013). Intestinal and hepatic niemann-pick c1-like 1. Diabetes and Metabolism
Journal, 37(4), hal.: 240–248. doi: 10.4093/dmj.2013.37.4.240.

Rafieian-Kopaei M, Setorki M, Doudi M, Baradaran A dan Nasri H (2014).


Atherosclerosis: Process, indicators, risk factors and new hopes. International
Journal of Preventive Medicine. Isfahan University of Medical Sciences(IUMS),
hal.: 927 Andayani TR, Karyanta NA (2011). Model pembelajaran regulasi diri
untuk menurunkan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Wacana, 3(6):137-
152.
Aryani BS (2017). Hubungan kecanduan smartphone terhadap indeks prestasi kumulatif
mahasiswa kedokteran semester VI Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret. Surakarta, Universitas Sebelas Maret. Skripsi.

Bian M & Leung L (2014). Linking loneliness, shyness, smartphoneaddiction and


patterns of smartphone use to capital. Journal: Social Science Computer
Review,1-19.

Chiu, Shao-I (2014). The relationship between life stress and smartphone addiction on
taiwanese university student: A meditation model of learning self efficacy and
social efficacy. Computers in Human Behavior, 34:49-57.
Collins English Dictionary (2012). Collins English Dictionary - Complete & Unabridged
10th Edition. Harper Collins Publishers.
http://www.dictionary.com/browse/smartphone - Diakses: Desember 2017.

Dahlan MS (2010). Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian
kedokteran dan kesehatan edisi 3. Jakarta: Salemba Medika, pp: 25-33
47
Díaz-Morales JF, Ferrari JR, Cohen J R (2008). Indecision and avoidant procrastination:
The role of morningness—eveningness and time perspective in chronic delay
lifestyles. The journal of general psychology, 135(3):228-240.
Faizah SRI (2015. Hubungan Antara Self-Directed Learning Readiness (SDLR) dengan
Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret, Universitas Sebelas Maret. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (2016). Buku pedoman program studi
kedokteran fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.

Ferrari JR, Johnson JL, McCown W (1995). Procrastination and task avoidance: Theory,
research, and treatment. New York: Plenum.

Freeman EK, Cox-Fuenzalida LE, Stoltenberg I (2011). Extraversion and arousal


procrastination: Waiting for the kicks. Current Psychology, 30(4):375-382.
Gafni R, Geri N (2010). Time management: Procrastination tendency in individual and
collaborative tasks. Interdisciplinary Journal of Information, Knowledge, and
Management, 5(1):15-125

Ghufron NM (2003). Hubungan kontrol diri dan persepsi remaja terhadap penerapan
disiplin orang tua dengan prokrastinasi akademik. Universitas Gajah Mada. Tesis.

Ghufron NM, RisnawatiSR (2011). Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta : Arruzz Media


Kandemir M, Palanci M (2014). Academic functional procrastination: Validity and
reliability study. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 152: 194-198.

Kwon M, Lee JY, Won WY, Park JW, Min JA, Hahn C, Gu X, Choi JH, Kim DJ (2013).
Development and validation of a smartphone addiction scale (SAS). PLOS ONE,
8(2).
Karuniawan A, Cahyanti IY (2013). Hubungan antara academic stress dengan
smartphone addiction pada mahasiswa pengguna smartphone. Jurnal Psikologi
Klinis dan Kesehatan Mental. 2(1):16-21.

Lin YH, Chiang CL, Lin PH, Chang LR, Ko CH, Lee YH, Lin SH (2016). Proposed
diagnostic criteria for smartphoneaddiction. PLOS ONE, 11(11).
Mok JY, Choi SW, Kim DJ, ChoiJ.S, Lee J, Ahn H, Choi EJ, Song WY (2014). Latent
class analysis on internet and smartphone addiction in college students.
Neuropsychiatric Disease and Treatment, 10:817-828.

48
Notoatmodjo S (2005). Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, p:115
Oxford Dictionary. (2016). English Oxford Living Dictionary. Oxford University Press.
https://en.oxforddictionaries.com/definition/smartphone - Dipetik November
2017
Putri AK (2014). Hubungan lingkungan belajar di Institusi pendidikan dan motivasi
belajar dengan prestasi belajar mahasiswa program studi D III kebidanan
STIKES Aisyah Surakarta. Surakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret. Tesis.

Rozental A, Carlbring P (2014). Understanding and treating procrastination: A review of


a common self-regulatory failure. Psychology, 5(13):1488-1502.
Rumiani (2006). Prokrastinasi akademik ditinjau dari motivasi berprestasi dan stres
mahasiswa. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 3(2):37-48.

Salehan M, Neghaban A (2013). Social networking on smartphone: When mobile phone


become addictive. Computers in Human Behavior, 34:2632-2639.

Semiun Y (2010). Neurosis. Dalam: Semium (eds). Kesehatan mental 2. Yogyakarta:


Kanisius, pp: 335-352
Steel P (2007). The nature of procrastination: A meta-analytic and theoretical review of
quintessential self-regulatory failure. Psychological Bulletin. 133(1):65–94.
Ursia NR, Siaputra IB, Sutanto N (2013). Prokrastinasi akademik dan self-control pada
mahasiswa skripsi Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Makara Seri Sosial
Humaniora, 17(1): 1-18.

Wolters CA (2003). Understanding procrastination from a self-regulated learning


perspective. Journal of Educational Psychology, 95(1):179-187.

Ahn CH dan Choi SH (2015). New Drugs for Treating Dyslipidemia : Beyond Statins.
Diabetes Metabolism Journal, 39(2), hal.: 87–94.

Amar MJA, D’Souza W, Turner S, Demosky S, Sviridov Denis, Stonik J, Luchoomun J, et al.
(2010). 5A Apolipoprotein Mimetic Peptide Promotes Cholesterol Efflux and Reduces
Atherosclerosis in Mice. The Journal of pharmacology and experimental therapeutics,
334(2), hal.: 634–641. doi: 10.1124/jpet.110.167890.

Barquera S, Pedroza-tob A, Bibbins-domingo K, Lozano R dan Moran AE (2015). Global


Overview of the Epidemiology of Atherosclerotic Cardiovascular Disease. Archives of
Medical Research, 46(5), hal.: 328–338. doi:

49
NHLBI (2018). Atherosclerosis. National Heart, Lung, and Blood Institute. Tersedia pada:
https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/atherosclerosis (Diakses: 16 Juni 2020).

Park SW (2013). Intestinal and hepatic niemann-pick c1-like 1. Diabetes and Metabolism
Journal, 37(4), hal.: 240–248. doi: 10.4093/dmj.2013.37.4.240.

Rafieian-Kopaei M, Setorki M, Doudi M, Baradaran A dan Nasri H (2014).


Atherosclerosis: Process, indicators, risk factors and new hopes. International
Journal of Preventive Medicine. Isfahan University of Medical Sciences(IUMS),
hal.: 927 Andayani TR, Karyanta NA (2011). Model pembelajaran regulasi diri
untuk menurunkan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Wacana, 3(6):137-
152.
Aryani BS (2017). Hubungan kecanduan smartphone terhadap indeks prestasi kumulatif
mahasiswa kedokteran semester VI Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret. Surakarta, Universitas Sebelas Maret. Skripsi.

Bian M & Leung L (2014). Linking loneliness, shyness, smartphoneaddiction and


patterns of smartphone use to capital. Journal: Social Science Computer
Review,1-19.

Chiu, Shao-I (2014). The relationship between life stress and smartphone addiction on
taiwanese university student: A meditation model of learning self efficacy and
social efficacy. Computers in Human Behavior, 34:49-57.
Collins English Dictionary (2012). Collins English Dictionary - Complete & Unabridged
10th Edition. Harper Collins Publishers.
http://www.dictionary.com/browse/smartphone - Diakses: Desember 2017.

Dahlan MS (2010). Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian
kedokteran dan kesehatan edisi 3. Jakarta: Salemba Medika, pp: 25-33

Díaz-Morales JF, Ferrari JR, Cohen J R (2008). Indecision and avoidant procrastination:
The role of morningness—eveningness and time perspective in chronic delay
lifestyles. The journal of general psychology, 135(3):228-240.
Faizah SRI (2015. Hubungan Antara Self-Directed Learning Readiness (SDLR) dengan
Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret, Universitas Sebelas Maret. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (2016). Buku pedoman program studi
kedokteran fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.

Ferrari JR, Johnson JL, McCown W (1995). Procrastination and task avoidance: Theory,
research, and treatment. New York: Plenum.

50
Freeman EK, Cox-Fuenzalida LE, Stoltenberg I (2011). Extraversion and arousal
procrastination: Waiting for the kicks. Current Psychology, 30(4):375-382.
Gafni R, Geri N (2010). Time management: Procrastination tendency in individual and
collaborative tasks. Interdisciplinary Journal of Information, Knowledge, and
Management, 5(1):15-125

Ghufron NM (2003). Hubungan kontrol diri dan persepsi remaja terhadap penerapan
disiplin orang tua dengan prokrastinasi akademik. Universitas Gajah Mada. Tesis.

Ghufron NM, RisnawatiSR (2011). Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta : Arruzz Media


Kandemir M, Palanci M (2014). Academic functional procrastination: Validity and
reliability study. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 152: 194-198.

Kwon M, Lee JY, Won WY, Park JW, Min JA, Hahn C, Gu X, Choi JH, Kim DJ (2013).
Development and validation of a smartphone addiction scale (SAS). PLOS ONE,
8(2).
Karuniawan A, Cahyanti IY (2013). Hubungan antara academic stress dengan
smartphone addiction pada mahasiswa pengguna smartphone. Jurnal Psikologi
Klinis dan Kesehatan Mental. 2(1):16-21.

Lin YH, Chiang CL, Lin PH, Chang LR, Ko CH, Lee YH, Lin SH (2016). Proposed
diagnostic criteria for smartphoneaddiction. PLOS ONE, 11(11).
Mok JY, Choi SW, Kim DJ, ChoiJ.S, Lee J, Ahn H, Choi EJ, Song WY (2014). Latent
class analysis on internet and smartphone addiction in college students.
Neuropsychiatric Disease and Treatment, 10:817-828.

Notoatmodjo S (2005). Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, p:115


Oxford Dictionary. (2016). English Oxford Living Dictionary. Oxford University Press.
https://en.oxforddictionaries.com/definition/smartphone - Dipetik November
2017
Putri AK (2014). Hubungan lingkungan belajar di Institusi pendidikan dan motivasi
belajar dengan prestasi belajar mahasiswa program studi D III kebidanan
STIKES Aisyah Surakarta. Surakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret. Tesis.

Rozental A, Carlbring P (2014). Understanding and treating procrastination: A review of


a common self-regulatory failure. Psychology, 5(13):1488-1502.

51
Rumiani (2006). Prokrastinasi akademik ditinjau dari motivasi berprestasi dan stres
mahasiswa. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 3(2):37-48.

Salehan M, Neghaban A (2013). Social networking on smartphone: When mobile phone


become addictive. Computers in Human Behavior, 34:2632-2639.

Semiun Y (2010). Neurosis. Dalam: Semium (eds). Kesehatan mental 2. Yogyakarta:


Kanisius, pp: 335-352
Steel P (2007). The nature of procrastination: A meta-analytic and theoretical review of
quintessential self-regulatory failure. Psychological Bulletin. 133(1):65–94.
Ursia NR, Siaputra IB, Sutanto N (2013). Prokrastinasi akademik dan self-control pada
mahasiswa skripsi Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Makara Seri Sosial
Humaniora, 17(1): 1-18.

Wolters CA (2003). Understanding procrastination from a self-regulated learning


perspective. Journal of Educational Psychology, 95(1):179-187.

Zakiyah N, Hidayati FNR, Setyawan I (2010). Hubungan antara penyesuaian diri


dengan prokrastinasi akademik siswa sekolah berasrama SMP N 3 Jombang.
Jurnal Psikologi.8(2): 156-167.
Deskyanty, G. 2009. Hubungan Antara Manajemen Waktu Dengan Prokrastinasi
Akademik Pada Mahasiswa Magister Profesi Psikologi UII. Skripsi (Tidak
Diterbitkan). Yogyakarta : Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial
Budaya Universitas Islam Indonesia.
Dewi, E.N., & Rustam, A. 2008. Perbedaan Kecemasan Menghadapi SPMB Antara
Siswa Kelas Akselerasi dengan Kelas Reguler. Jurnal Manahasa, 55-65.
Ferrari, J.R., Johnson, J.L., & McCown, W.G. 1995. Procrastination and Task Avoidance.
New York
: Plenum Press.
Rumiani. 2006. Prokrastinasi Akademik Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi dan Stres
Mahasiswa.
Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, vol 3, no 2, 37-48.
–946.

van der Velde AE (2010). Reverse cholesterol transport: From classical view to new insights.
World Journal of Gastroenterology. World J Gastroenterol, hal.: 5908–5915. doi:
10.3748/wjg.v16.i47.5908.

de Vries RBM, Hooijmans CR, Langendam MW, van Luijk J, Leenaars M, Ritskes-Hoitinga
M dan Wever KE (2015). A protocol format for the preparation, registration and
publication of systematic reviews of animal intervention studies. Evidence-based
Preclinical Medicine, 2(1), hal.: e00007. doi: 10.1002/ebm2.7.

52
WHO (2018). World Health Organization - Noncommunicable Diseases (NCD) Country
Profiles 2018. World Health Organization. Tersedia pada:
https://www.who.int/nmh/countries/idn_en.pdf (Diakses: 3 Juli 2020).

53
Lampiran 1. Lembar Data Demografi dan Informed Consent

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN (INFORMED CONSENT)

Setelah memperoleh informasi baik secara lisan dan tulisn mengenai penelitian yang akan
dilakukan oleh Gantar Rina Dewi P. (G0018087) dan informasi tersebut telah saya pahami
dengan baik mengenai manfaat, tindakan yang akan dilakukan, keuntungan, dan
kemungkinan ketidaknyamanan yang mungkin akan saya jumpai, melalui lembar persetujuan
ini, saya: Nama/ inisial : .................
Usia : .................
Jenis Kelamin : .................
No. Hp : ................
Alamat : ................
Bersedia menjadi responden dan mengisi kuesioner dalam penelitian skripsi berjudul
“HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN PROKRASTINASI
AKADEMIK MAHASISWA FK UNS”

Surakarta, ...... 2022 pengambil data


Responden,

............................

..................................
.

54
Lampiran 2. Kuesioner Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)

Lembar Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)


1) Bacalah baik-baik setiap pernyataan dibawah ini.
2) Pilihlah alternatif jawaban yang sudah tersedia sesuai dengan kata hati anda kemudian berilah
tanda centang (√) pada kolom yang sudah disediakan.
3) Diharapkan semua item pernyataan diisi.

No Apakah akhir-akhir ini, Anda Ya Tidak


1. Merasa tidak cepat lelah.
2. Seringkali mengalami perasaan mual.
3. Yakin tidak lebih penggugup daripada orang lain.
4. Merasa jarang sakit kepala.
5. Sering merasa tegang waktu bekerja.
6. Mengalami kesukaran mengadakan konsentrasi pada
suatu masalah.
7. Merasa khawatir jika memikirkan masalah.
8. Sering merasakan tangan anda gemetar bila mencoba
untuk berbuat sesuatu.
9. Tidak mudah tersipu-sipu seperti kebanyakan orang
lain.
10. Merasa diare satu kali atau lebih dalam sebulan.
11. Merasa khawatir bila akan terjadi kegagalan atau
kesialan dalam hidup anda.
12. Tidak pernah tersipu-sipu bila terjadi sesuatu pada
diri anda.
13. Merasa takut muka anda menjadi merah karena malu.
14. Sering mengalami mimpi yang menakutkan pada
waktu tidur malam hari.
15. Merasa tangan dan kaki anda biasanya cukup hangat.
16. Mudah sekali berkeringat meskipun tidak panas.
17. Terkadang berkeringat yang bercucuran ketika malu,
dan hal ini membuat anda jengkel.
18. Hampir tidak pernah berdebar-debar dan jarang
bernafas tersenggal-senggal.
19. Sering merasa lapar terus-menerus.
20. Jarang terganggu oleh rasa sembelit (sakit perut)
karena sukar buang air.
21. Jarang terganggu oleh sakit perut.
22. Tidak bisa tidur, ketika mengkhawatirkan sesuatu.
23. Merasa tidur anda sering terganggu dan tidak
nyenyak.
24. Seringkali bermimpi tentang sesuatu yang sebaiknya
tidak diceritakan kepada orang lain.
25. Mudah merasa segar.
26. Merasa lebih sensitif atau peka daripada kebanyakan
orang lain.

55
Ya Tidak
27. Seringkali mengkhawatirkan d anda jika terjadi
suatu hal.
28. Menginginkan kebahagiaan seperti orang lain yang
anda lihat.
29. Selalu tenang-tenang dan tidak mudah kecewa atau
putus asa.
30. Mudah menangis.
31. Seringkali mencemaskan terhadap suatu hal atau

seseorang.
32. Merasa gembira setiap waktu.
33. Merasa gelisah ketika menunggu.
34. Pada waktu-waktu tertentu, merasa tidak tenang
sehingga tidak dapat duduk terlalu lama.
35. Kadang-kadang merasa gembira sekali sehingga
sukar tidur.
36. Kadang-kadang mengalami kesukaran-kesukaran
yang bertumpuk-tumpuk sehingga tidak dapat duduk
terlalu lama.
37. Meyakini bahwa kadang-kadang merasa khawatir
tanpa suatu alasan tertentu terhadap suatu hal yang
tidak berarti.
38. Tidak sepenakut teman anda yang lain.
39. Seringkali merasa takut pada benda atau manusia
yang anda tahu tidak akan menyakiti anda.
40. Seringkali merasa sebagai orang yang tidak berguna.
41. Mengalami kesukaran untuk memusatkan perhatian
terhadap suatu pekerjaan.
42. Biasanya penakut.
43. Biasanya yakin pada diri sendiri.
44. Seringkali dalam keadaan tenang.
45. Merasa hidup ini merupakan beban bagi anda setiap
waktu.
46. Befikir bahwa anda tidak punya arti apa-apa.
47. Benar-benar merasa kurang percaya diri pada diri
sendiri.
48. Kadang-kadang merasa bahwa diri anda akan kacau.
49. Merasa takut akan kesukaran-kesukaran yang harus
anda hadapi dalam keadaan kritis.
50. Sepenuhnya percaya pada diri anda sendiri.

56
Lampiran 3. Kuesioner Prokastinasi Akademik

KUESIONER PROKRASTINASI AKADEMIK

No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya puas terhadap apa yang saya miliki.
Sebelum mengerjakan tugas, saya selalu
mengumpulkan data yang diperlukan sampai
2 lengkap.
Saat di dalam kelas, saya lebih sering
memperhatikan handphone daripada
3 penjelasan dosen.
Saya mengerjakan tugas yang
4 sifatnya mendesak terlebih dahulu.
Motivasi belajar saya menurun ketika badan
5 saya capek.
Orang tua saya tidak pernah mengingatkan
6 saya untuk belajar.
Saya merasa malu apabila nilai ujian
7 saya jelek.
Karena terlalu memikirkan sidang skripsi,
8 saya sering bermimpi buruk
Saya rasa semua pekerjaan yang saya
9 lakukan tidak pernah berhasil dengan
baik.
Saya harus menjadi pribadi yang terorganisir
10 dan disiplin.
Saya beraktivitas sesuai dengan jadwal
11 kegiatan yang sudah saya buat.
12 Badan saya mudah sekali merasa lelah.
Saya selalu mengerjakan tugas sendirian
13 tanpa bantuan teman.
Saya merasa malu jika terlambat lulus kuliah.
14

57
SS S TS STS
15 Saya tidak pernah belajar saat ujian.
Rasa lelah membuat saya tidak maksimal
16 dalam mengerjakan tugas.
Saya selalu mengikuti ajakan teman
17 untuk bersenang-senang.
Saya malu apabila teman-teman
18 mengetahui IPK saya yang rendah.
Saya menjadi mudah marah karena
19 ujian semakin dekat.
Saya mampu melakukan sesuatu hal dengan
20 baik seperti orang lain lakukan.
Saya mengatur diri saya dengan keras agar
21 bisa mencapai prestasi yang tinggi.
Belajar adalah kewajiban kita sebagai
22 mahasiswa.
Saya akan berkata “tidak” atas ajakan
teman yang menghambat saya untuk
23 mengerjakan tugas.
Jika badan saya capek, saya menjadi malas
24 mengerjakan tugas.
Saya mengobrol dengan teman kos saya
25 setiap malam.
Orang tua saya akan marah apabila saya
26 terlambat lulus kuliah.
Badan saya selalu gemetar saat menghadapi
27 ujian lisan.
Saya rajin membaca buku agar wawasan
28 saya semakin luas
Saya menjadi kurang tidur karena kegiatan
29 yang padat.
Saya merasa santai jika teman-teman yang
30 lain belum menyelesaikan tugasnya.
31 Apabila saya terlambat lulus kuliah, saya

58
SS S TS STS
tetap tenang.
Setelah mengetahui jadwal sidang skripsi
dimajukan, tangan saya langsung
32 berkeringat.
Jika saya melakukan sesuatu dengan
sungguh-sungguh, saya pasti bisa
33 menyelesaikannya dengan baik.
Saya terus memeriksa hasil pekerjaan
34 saya sampai benar-benar sempurna.
35 Tugas kuliah harus segera diselesaikan.
Setiap hari saya beraktivitas sesuai dengan
36 keinginan saya.
Mengerjakan skripsi membutuhkan tenaga
yang ekstra, baik secara fisik maupun psikis.
37
Orang tua saya selalu mengikuti
perkembangan pendidikan saya, sehingga
38 saya merasa termotivasi untuk mencapai
prestasi yang lebih baik lagi.
Saya khawatir dengan penilaian orang
39 lain kepada saya.
Jika teman saya bisa memiliki prestasi yang
40 baik, saya juga bisa.
41 Saya harus menjadi mahasiswa terbaik.
Peraturan yang ada pada jurusan saya tidak
berjalan efektif. Sehingga tidak masalah jika
42 saya melanggar peraturan tersebut.
Saya selalu menyelesaikan tugas kuliah
sehari sebelum batas waktu
43 pengumpulannya.
Saya sering mengerjakan tugas sampai
44 tengah malam.
Saya sulit konsentrasi dalam
45 mengerjakan tugas jika ada suara berisik.

59
SS S TS STS
Jika saya terlambat lulus kuliah, masa
46 depan saya menjadi tak menentu.
Karena tidak belajar, saya menjadi cemas
47 dan tidak bisa menjawab semua soal
ujian.
Jika saya belajar dengan sungguh-sungguh,
saya pasti bisa menyelesaikan semua soal
48 ujian.
Orang tua saya selalu menghargai pendapat
49 saya.
Dosen yang saya sukai adalah dosen
yang tidak banyak memberi tugas, jarang
50 mengajar dan memperbolehkan
mahasiswanya masuk terlambat.
Saya mengerjakan tugas yang mudah dulu
51 sebelum mengerjakan tugas yang sulit.
Meskipun lingkungan sekitar saya gaduh,
saya masih bisa mengerjakan tugas dengan
52 baik.
Menghawatirkan hal-hal yang belum tentu
53 terjadi hanya membuang-buang waktu kita.
Setiap orang memiliki kekurangan dan
kelebihannya masing-masing, termasuk juga
54 saya.
Orang tua saya selalu mendukung hasil ujian
55 saya.
Dosen yang disiplin membuat saya malas
56 masuk kelas.
Saya terlalu sibuk untuk melakukan hal-hal
yang sifatnya refreshing (rekreasi, jalan-
57 jalan, dll).
Lingkungan kos/rumah saya cukup nyaman
58 untuk mengerjakan tugas kuliah.
Saya selalu siap mengerjakan ujian/kuis
59 yang mendadak.
60 Saya akan meminta maaf kepada dosen

60
SS S TS STS
apabila saya terlambat mengumpulkan tugas.

Saya tidak akan memaksakan diri


61 untuk menjadi mahasiswa berprestasi.
Sebagai mahasiswa yang baik, kita wajib
62 menaati peraturan yang berlaku.
Saya selalu mengevaluasi semua kegiatan
63 yang sudah saya lakukan.
64 Setiap malam saya tidur dengan teratur.
Meskipun saya bergabung dengan organisasi
di kampung, saya tetap meluangkan waktu
65 untuk belajar.
Saya senang apabila ada teman yang
66 mengkritik hasil pekerjaan saya.
Tangan saya selalu berkeringat saat
67 presentasi di depan kelas.
Saya memiliki banyak kekurangan
yang menghambat saya untuk bisa
68 menjadi mahasiswa yang berprestasi.
Saya selalu dipilih menjadi ketua kelompok.
69
Saya pasif di kelas karena saya
70 termasuk individu yang pendiam dan
pemalu.
Saya sering melanggar jadwal kegiatan yang
71 sudah saya buat.
Saya sering mengerjakan tugas sampai
72 larut malam.

1
Lampiran EC(Ethnical Clearance)

Anda mungkin juga menyukai