SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2023
i
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing Utama
Nama : Drs. Hardjono, M.SI (..............................)
NIP : 195901191989031002
Pembimbing Pendamping
Nama : Dr. Anik Lestari, dr., M. Kes (..............................)
NIP : 196808052001122001
Penguji
Nama : Prof.Dr. Endang Sutisna Sulaeman, dr., M.Kes (..............................)
NIP : 195603201983121002
Surakarta, 9 Januari
2023
ii
Kepala Program Studi Ketua Tim Skripsi
Dr. Eti Poncorini Pamungkasari, dr., M.Pd. Dr. Muthmainah, dr., M.Kes.
NIP 19750311 200212 2 002 NIP 19660702 199802 2 001
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
iv
ABSTRAK
v
ABSTRACT
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat-Nya yang begitu besar penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Prokrastinasi
Akademik Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret”.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan studi di Program Studi Kedokteran FK UNS Surakarta. Dalam
proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada:
1. Prof. Dr. Reviono, dr., Sp.P(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret.
2. Dr. Eti Poncorini Pamungkasari, dr., MPd., selaku Kepala Program Studi
Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret.
3. Dr. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi Program Studi
Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret.
4. … selaku pembimbing utama yang telah membimbing dan mengarahkan
pelaksanaan skripsi ini.
5. … selaku pembimbing pendamping yang selalu menyediakan waktu dan
pemikiran untuk membantu penyusunan skripsi ini.
6. … selaku penguji yang telah memberikan kritik dan saran demi
kesempurnaan penulisan skripsi ini.
7. Dst
Semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan semua pihak yang telah
membantu. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN. ……………………………………...
…………….ii
PERNYATAAN.....................................................................................................iii
ABSTRAK..............................................................................................................iv
ABSTRACT.............................................................................................................v
PRAKATA..............................................................................................................vi
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................x
DAFTAR SINGKATAN........................................................................................xi
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………….1
A. Latar Belakang
Masalah………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah……………………………………...…………………
3
C. Tujuan
Penelitian………………………………………………………....3
D. Manfaat
Penelitian………………………………………………………..4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………..5
A. Landasan
Teori…………………………………………………………...3
1. Kecemasan……….……………………………………………………3
a. Definisi Kecemasan……...………………………………………....3
b. Epidemiologi………………………..……………………………...4
viii
c. Faktor-Faktor
Kecemasan…………………………………………..5
d. Tingkat Kecemasan……………………………………………...…5
e. Pemeriksaan dan Penilaian
Kecemasan…………………………….6
2. Prokrastinasi……………...……………………………………………6
a. Definisi Prokrastinasi……………….……………………………...7
b. Karakteristik Prokrastinasi
Akademik……………………………...9
c. Jenis-Jenis Prokrastinasi Akademik………………………………..9
d. Faktor-Faktor Prokrastinasi Akademik……………………………
10
e. Instrumen Pengukuran……………………………………………..11
3. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Prokrastinasi
Akademik…….12
B. Kerangka Pemikiran................................................................................10
C. Hipotesis..................................................................................................11
BAB III METODE PENELITIAN
……………………………………………….12
A. Jenis Penelitian........................................................................................12
B. Lokasi Penelitian......................................................................................12
C. Subjek Penelitian.....................................................................................12
D. Teknik Sampling dan Besar Sampel........................................................13
E. Rancangan Penelitian...............................................................................13
F. Identifikasi Variabel Penelitian...............................................................14
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian................................................14
H. Alat dan Bahan Penelitian ………………………………………………
15
I. Cara Kerja................................................................................................15
J. Teknik Analisis Data...............................................................................16
ix
BAB IV HASIL PENELITIAN
……………………………………………….....17
A. Data Hasil Penelitian...............................................................................17
B. Data Hasil Analisis..................................................................................18
BAB V PEMBAHASAN ………………………………………………..
……….20
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ………………………………………...
…..23
A. Simpulan..................................................................................................23
B. Saran........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
LAMPIRAN...........................................................................................................28
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
14
Terdapat dua faktor yang memengaruhi munculnya prokrastinasi pada mahasiswa
maupun pelajar umumnya. Faktor pertama adalah faktor internal, merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri individu itu sendiri, meliputi kondisi fisik dan psikologi. Faktor
kedua adalah faktor ekternal, merupakan faktor penyebab yang berasal dari luar diri
individu, meliputi gaya pengasuhan orang tua serta kondisi lingkungan yang rendah
pengawasan (Ferrari, el at., (2015)). Bernard mengungkapkan beberapa faktor penyebab
prokrastinasi diantaranya kecemasan, pencelaan terhadap diri sendiri, tidak teraturnya
waktu, pendekatan yang lemah terhadap tugas, perasaan tertekan dan kelelahan (Catrunada
dan Puspitawati, 2018). Kecemasan sama juga seperti dengan pesan karena tubuh akan
memberikan tanda ketika ada sesuatu yang salah. Nevid (2014) menjelaskan bahwa
kecemasan adalah suatu keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk
akan segera terjadi (Safitri, el at, 2021). Banyak hal yang dicemaskan, misalnya:
kesehatan, kondisi lingkungan, pendidikan. Kecemasan terhadap lingkungan pendidikan
sering dialami oleh mahasiswa dan kecemasan yang di rasakan oleh mahasiswa sering
disebut dengan kecemasan akademik (Safitri, 2011). Hal ini sejalan dengan yang
diungkapkan oleh Safitri (2012), bahwa semua tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang
akademisi akan menimbulkan kecemasan akademis. Hal ini dapat dihubungkan dengan
hampir semua tugas yang berhubungan dengan akademik terutama mahasiswa semester
akhir yang memiliki tingkat kecemasan akademik yang tinggi. Kecemasan akademik juga
muncul akibat dari teguran dari dosen, orang tua dan rekan-rekan tentang kegagalan
melaksanakan tanggung jawab. Oleh karena itu, berdasarkan dari uraian di atas, peneliti
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan prokrastinasi
akademik mahasiswa FK UNS angkatan 2019.
b. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan prokrastinasi akademik
mahasiswa FK UNS Angkatan 2019?
c. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
15
a. Menganalisis tingkat kecemasan mahasiswa FK UNS Angkatan 2019.
d. Manfaat Penelitian
1 . A sp ek T e o ritis
Hasil penelitian diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan,
khususnya terkait dengan tingkat kecemasan dengan prokrastinasi akademik
mahasiswa FK UNS.
2 . A sp ek P ra k tis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengalaman penerapan teori
yang telah diperoleh melalui pembelajaran di dunia perkuliahan. Hasil
dari penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian
selanjutnya yang juga memiliki tema sejenis.
b. Manfaat bagi mahasiswa
Menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang
tingkat kecemasan dan prokastinati akademik mahasiswa FK
UNS Angkatan 2019.
Kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi
tingkat kecemasan dan meningkatkan prokastinati akademik
mahasiswa FK UNS Angkatan 2019.
c. Manfaat bagi Lembaga
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta
kekayaan ilmu pengetahuan.
d. Bagi Masyarakat
Melalui penelitian ini, diharapkan masyarakat dapat memahami dan
mengetahui dampak dari hubungan prokastinasi akademis dengan
tingkat kecemasan dalam menentukan penggunaan startegi prokastinasi
yang tepat bagi dirinya, sehingga dapat menambah wawasan dan
pengetahuan dari aspek kejiwaan.
16
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1.Kecemasan
a. Definisi Kecemasan
Kecemasan (dalam Bahasa Inggris disebut “anxiety” berasal dari
Bahasa Latin “angustus” yang artinya kaku, dan “ango, anci” artinya
mencekik) adalah suatu emosi tidak menyenangkan, was-was yang kemudian
ditandai dengan beberapa bentuk seperti khawatir berlebihan, kegelisahan, dan
rasa takut yang dialami dalam tingkat yang berbeda – beda. Kecemasan
digambarkan sebagai suatu perasaan tidak menentu yang memiliki
kemampuan untuk berdampak pada psikologis manusia, yang melibatkan
perasaan, perilaku, dan respon - respon fisiologis. Orang yang mengalami
kecemasan dapat terjadi gangguan keseimbangan pribadi seperti tegang, resah,
gelisah, takut, dan berkeringat. Orang dengan kecemasan akan merasa jauh
dari perasaan bebas (Hayat, 2014).
Kecemasan tumbuh pada individu saat sedang menghadapi situasi tidak
menyenangkan baginya. Pada tingkat kecemasan sedang, persepsi individu
fokus pada suatu hal penting dan mengesampingkan hal yang lain. Pada
tingkat kecemasan berat atau tinggi, persepsi individu akan lebih mengalami
penurunan, hanya memikirkan hal kecil bahkan mengabaikan hal lainnya,
sehingga individu tidak dapat berpikir dengan suasana tenang. Kecemasan
dapat melanda siapa saja, tanpa memandang jenis kelamin dan kelompok usia
manapun, termasuk mahasiswa. Kecemasan timbul dipicu oleh situasi dan
kondisi tertentu yang membuat perasaan yang tidak nyaman dan dapat terjadi
tanpa disadari (Suratmi dkk, 2017).
b. Epidemiologi
18
Riset Riskesdas terkait prevalensi gangguan mental
emosional berupa gejala depresi dan kecemasan pada usia ≥ 15
tahun dari tahun 2013-2018. Hasil riset menyatakan bahwa
prevalensi pada tahun 2013 memberikan hasil sebesar 14 juta orang
atau sekitar 6% penduduk Indonesia mengalami gangguan mental
emosional berupa gejala depresi dan kecemasan. Pada tahun 2018
hasil riset menunjukkan mengalami peningkatan, yakni menjadi
9,8% dari penduduk Indonesia. Di mana prevalensi tersebut
didapatkan berdasarkan wawancara dengan Self-Reporting
Quistionnaire-20 (SRQ-20) (Kemenkes, 2018).
c, Faktor-Faktor Kecemasan
Faktor dasar kecemasan terdiri dari hal – hal berupa stres, kondisi fisik
terhadap penyakit, faktor lingkungan, hingga hal – hal yang terjadi di masa
lalu hingga masa sekarang di kehidupan sehari-hari. Beberapa gangguan
kecemasan memiliki relasi yang kuat dengan faktor genetik. Selain itu, tidak
jarang kecemasan disebabkan oleh peristiwa kehidupan yang penuh tekanan
dan rintangan. (Munir dkk, 2019; Adwas dkk, 2019)
Faktor predisposisi dari kecemasan meliputi hal – hal sebagai berikut
(Adwas dkk, 2019):
1) Faktor Biologis
Kondisi fisiologis individu yang mampu memengaruhi terjadinya
fenomena kecemasan. Faktor biologis sendiri meliputi faktor genetik
dan biologi. Faktor genetik menekankan pada komponen genetik
terhadap berkembangnya perilaku kecemasan. Sedangkan faktor biologi
melihat struktur fisiologis yang meliputi fungsi saraf, hormon, anatomi
dan kimia saraf, yang meliputi patofisiologi dari kecemasan. (Stuart,
2016)
2) Faktor Psikologis
Menurut Stuart, berikut beberapa teori psikologis terkait kecemasan:
a) Teori Psikoanalisis
Kecemasan sebagai konflik id dan superego yang merupakan elemen
kepribadian. Id bertugas mewakili dorongan insting dan impuls
19
primitif, dan superego merupakan gambaran cerminan hati nurani
dan dikendalikan oleh norma budaya yang sudah ada sejak dahulu.
Sedangkan Ego, bertugas menjadi penengah tuntutan dari dua elemen
yang tersebut, dan Cemas menjadi reminder bahaya antara
ketidakseimbangan keduanya.
b) Teori Interpersonal
Rasa takut terhadap ketidaksetujuan pendapat dan penolakan
interpersonal dalam diri individu sendiri mampu memicu cemas.
Kecemasan berhubungan dengan adanya perkembangan trauma
selama kehidupan, seperti fenomena perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kerentanan tertentu.
c) Teori Perilaku
Kecemasan sebagai penghalang individu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Kecemasan sebagai pertentangan dua kepentingan yang
bentrok. Konflik menimbulkan kecemasan, dan ditambah lagi
kecemasan.
d) Faktor Sosial
Faktor sosial yang memengaruhi terjadinya kecemasan meliputi latar
belakang dari aspek pendidikan dan ekonomi. Kecemasan merupakan
hal yang sering ditemui di dalam sebuah keluarga. Apabila di dalam
keluarga terdapat riwayat gangguan ansietas maka akan
memengaruhi respon individu dalam bereaksi terhadap konflik dan
cara-cara mengatasi kecemasan. (Yusuf dkk, 2015).
d. Tingkat Kecemasan
Tingkat kecemasan menurut Peplau (dalam Sari, 2020) terbagi menjadi 3
tingkatan:
1) Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan kecemasan kehidupan sehari-
hari. Kecemasan dalam tingkatan ini justru mampu menumbuhkan
motivasi belajar, menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. Tanda
dan gejala pada kecemasan ringan berupa persepsi dan perhatian
meningkat, waspada, sadar akan stimulus internal dan eksternal,
mampu mengatasi masalah secara efektif serta kemampuan belajar
20
yang meningkat. Perubahan fisiologis ditandai dengan gelisah, sulit
tidur, hipersensitif terhadap suara, tanda vital dan pupil normal.
2) Kecemasan sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang mulai memusatkan pada
hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga individu
mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu
yang lebih terarah. Respon fisiologis yang muncul berupa nafas
pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, gelisah, konstipasi.
Sedangkan untuk respon kognitif yaitu lahan persepsi menyempit,
rangsangan luar tidak mampu diterima, berfokus pada apa yang
menjadi perhatiannya.
3) Kecemasan Berat
Kecemasan berat sangat memengaruhi persepsi individu, individu
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang lebih terinci dan
spesifik, serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku
ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Gejala yang dialami
kecemasan berat meliputi persepsi yang sangat kurang, berfokus pada
hal yang detil, rentang perhatian sangat terbatas, dan sulit
berkonsentrasi atau menyelesaikan masalah, serta tidak dapat belajar
secara efektif. Pada tingkatan ini individu mengalami gejala fisiologis
seperti sakit kepala, pusing, mual, gemetar, insomnia, palpitasi,
takikardi, hiperventilasi, sering buang air kecil maupun besar, dan
diare.
e.Penilaian Kecemasan
Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)
Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) merupakan sebuah quesioner dengan
50 butir pertanyaan terstruktur yang pada akhirnya akan menentukan
klasifikasi kecemasan menjadi tiga, yaitu kecemasan ringan (total skor < 20),
kecemasan sedang (total skor 20 – 25), dan kecemasan berat (total skor > 25).
(Hadi dkk, 2019).
21
2. Prokrastinasi
a. Definisi Prokrastinasi
Gafni dan Geri (2010) mengemukakan bahwa prokrastinasi berasal dari
Bahasa Latin Procrastinus dengan pro yang berarti “maju” dan crastinus yang
berarti “besok”. Di masa lalu prokrastinasi dianggap sebagai manifestasi dari
manajemen waktu waktu yang tidak efisien, namun pada beberapa tahun
terakhir, penelitian menunjukkan prokrastinasi lebih dihubungkan dengan sisi
emosional, perilaku dan sisi kognitif dari seseorang (Freeman, et al, 2011).
Prokrastinasi menyebabkan seseorang cenderung tidak bisa mengontrol diri
untuk menunda-nunda aktivitas sampai detik terakhir atau bahkan tugas
tersebut tidak dikerjakan sama sekali (Gafni dan Geri, 2010).
Prokrastinasi adalah suatu kecenderungan untuk menunda dalam
memulai, melaksanakan dan mengakhiri suatu aktivitas. Prokrastinasi
akademik adalah prokrastinasi yang terjadi di lingkungan akademik (Rumiani,
2006). Prokrastinasi akademik diartikan sebagai suatu penundaan terhadap
tugas-tugas akademik yang dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang oleh
seseorang sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman pada pelakunya (Andayani
dan Karyanta, 2011). Wolters (2003) mendefinisikan prokrastinasi akademik
sebagai suatu kegagalan dalam melakukan aktivitas sesuai dengan batas waktu
yang telah ditentukan atau menunda aktivitas tersebut hingga batas akhir yang
telah ditentukan. Day dkk., dalam Rozental dkk., (2014) menyebutkan bahwa
50% dari siswa sekolah mendeskripsikan diri mereka sendiri sebagai seorang
prokrastinator.
b.Karakteristik Prokrastinasi Akademik
Karakteristik individu yang melakukan perilaku prokrastinasi n menurut
Sirois (dalam Ahmaini, 2010) adalah:
1) Perfeksionisme, yaitu individu yang mengerjakan sesuatu hal lain yang
dirasa kurang sempurna.
2) Pemimpi, yaitu individu yang memiliki banyak ide besar tapi tidak
dilakukan.
3) Pencemas, yaitu individu yang berpikir tugas tidak dapat dikerjakan
dengan baik dan takut apa yang dilakukan gagal.
22
4) Penentang, yaitu individu yang tidak mau diperintah atau dinasehati oleh
orang lain.
5) Pembuat masalah, yaitu individu yang sering membuat masalah.
6) Terlalu banyak tugas, yaitu individu yang memiliki banyak tugas yang
harus dikerjakan dalam waktu yang sama.
c.Jenis-Jenis Prokrastinasi Akademik
23
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seseorang melakukan
prokrastinasi. Steel (2017) menjelaskan terdapat empat faktor yang menyebabkan
seseorang melakukan prokrastinasi, antara lain:
1) Karakteristik tugas
2) Tipe kepribadian
a) Neurotisme (Neuroticism)
b) Ramah (Agreeableness)
c) Ekstraversi (Extraversion)
24
3) Suasana perasaan dan kinerja
4) Demografi
e. Instrument pengukuran
25
yang melakukan penelitian terhadap kategori tingkat stres sedang terhadap prokastinasi
akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi UNISBA.
Kecemasan akademik yang dirasakan terutama oleh mahasiswa semester akhir dan
dapat bersumber dari ketakutan akan kegagalan dalam menyelesaikan tugasnya. Hal ini
ditambah dengan tuntutan mahasiwa tingkat akhir untuk lulus dan mencari pekerjaan.
Ketakutan akan kegagalan ini merupakan kecenderungan mengalami rasa bersalah
karena ia tidak dapat mencapai tujuan dan keinginan, rasa barsalah yang dirasakan itu
secara tidak langsung dapat menyebabkan kecemasan. Hal tersebut membuat
mahasiswa menjadi tidak menyukai tugas, perasaan tidak menyukai tugas ini berkaitan
dengan perasaan terbebani tugas yang berlebihan, tidak puas dengan tugas yang
didapat dan perasaan yang tidak senang terhadap tugas.
B. Kerangka Pemikiran
26
C. Hipotesis
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dipilih merupakan penelitian yang menggunakan rancangan
potong lintang atau cross sectional, yaitu penelitian yang merujuk pada pengamatan
serta pengukuran variable bebas dan terikat tanpa intervensi pada saat yang sama
atau satu waktu dengan tujuan untuk mempermudah penelitian (Susila dan Suyanto,
2015).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian atau populasi merupakan keseluruhan data yang menjadi
fokus penelitian dalam lingkup waktu yang telah kita tentukan sebelumnya.
Populasi juga diartikan sebagai segala unsur yang akan digunakan sebagai objek
dalam suatu penelitian (Susilana, 2020). Populasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan 2019
menjadi subjek penelitian. Hal ini dikarenakan Angkatan akhir yang menjalani
skripsi adalah angkatan 2019 yang sangatlah representatif pada pengambilan sampel
penelitian, hal ini dikarenakan mayoritas mahasiswa di angkatan akhir pendidikan
S1 kedokteran banyak merasakan tekanan dan tuntutan yang banyak dan berarti
27
sebagai mahasiswa semester akhir. Penelitian ini memiliki kriteria:
1) Kriterian Inklusi
28
E. Besar Sampel Penelitian
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi (50 orang)
e = Margin of error (e = 5% = 0,05)
Jadi, sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 62 orang
mahasiswa. Pada penelitian ini, peneliti mengambil drop out sebanyak 10 persen,
maka total sampel minial adalah sebanyak 72 orang mahasiswa.
1) Kesehatan mental
2) Modal psikologis positif
29
H. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Tingkat Kecemasan
a. Definisi
Kecemasan digambarkan sebagai suatu perasaan tidak menentu yang
memiliki kemampuan untuk berdampak pada psikologis manusia, yang
melibatkan perasaan, perilaku, dan respon - respon fisiologis. Orang yang
mengalami kecemasan dapat terjadi gangguan keseimbangan pribadi seperti
tegang, resah, gelisah, takut, dan berkeringat. Orang dengan kecemasan akan
merasa jauh dari perasaan bebas.
b. Alat Ukur : Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)
Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) merupakan sebuah quesioner
dengan 50 butir pertanyaan terstruktur yang pada akhirnya akan menentukan
klasifikasi kecemasan menjadi tiga, yaitu kecemasan ringan (total skor <
20), kecemasan sedang (total skor 20 – 25), dan kecemasan berat (total skor
> 25). Adaptasi TMAS ke dalam bahasa indonesia telah banyak diteliti
mengenai validitas dan reliabilitasnya, antara lain oleh Utari (2008), dalam
penelitiannya tentang hubungan antara kecemasan dengan prestasi belajar
pada siswa SMA, mendapatkan nilai validitas sebesar 0,764 dengan
menggunakan kriterium luar "Manson Evaluation". Selian itu, kuesioner
TMAS versi bahasa indonesia juga telah dilakukan uji validitas melalui
teknik Sperman Brown, indeks reliabilitasnya sebesar 0,855. Yatman
30
(2019), melalui teknik Sperman Brown mendapat hasil reliabilitas sebesar
0,8398 serta validitas sebesar 0,783 dengan menggunakan kriterium luar
"Manson Evaluation". Sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner TMAS
sudah cukup valid dan reliable.
c. Skala
Skala interval
2. Prokrastinasi
a. Definisi
Prokrastinasi berasal dari Bahasa Latin Procrastinus dengan pro yang
berarti “maju” dan crastinus yang berarti “besok”. Di masa lalu prokrastinasi
dianggap sebagai manifestasi dari manajemen waktu waktu yang tidak
efisien, namun pada beberapa tahun terakhir, penelitian menunjukkan
prokrastinasi lebih dihubungkan dengan sisi emosional, perilaku dan sisi
kognitif dari seseorang. Prokrastinasi menyebabkan seseorang cenderung
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data berskala interval
dengan tipe kategorik yang kemudian diolah menggunakan program Statistical
Program for Social Science (SPSS) for Windows version 21.0. Data yang diperoleh
dari tiap variabel akan dilakukan analisis dengan menggunakan uji analisis univariat
untuk mengetahui sebaran frekuensinya, persentasenya, dan karakteristik responden
penelitian yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, latar belakang
pekerjaan. Selain itu, peneliti ingin mengetahui hubungan antar dua variable dengan
menggunakan uji analisis statistik secara bivariat dengan uji korelasi Pearson
product moment. Uji korelasi Spearman sendiri merupakan jenis uji analisis statistik
yang biasanya dipergunakan dalam mencari dan mengetahui korelasi atau hubungan
antar variabel yang memiliki skala pengukuran interval (Masturoh dan Temesvari,
2018).
32
L. Jadwal Penelitian
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Data diperoleh dari kuesioner yang sebelumnya telah diisi oleh 72 responden,
selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis data, yang meliputi: analisis
univariat karakteristik penelitian, analisis univariat variabel penelitian, dan
analisis bivariat antar variabel penelitian. Pada penelitian ini didapatkan populasi
paling banyak berada pada usia 21 tahun, dengan jenis kelamin perempuan, dan
belum menikah. Sedangkan, berdasarkan hasil uji statistik didapatkan hubungan
dengan korelasi yang kuat antara variabel tingkat kecemasan dan prokastinasti
akademik mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret angkatan
2019. Sejarah berdirinya Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret tidak
terlepaskan dari sejarah Universitas Sebelas Maret yang diresmikan pada tanggal 11
Maret 1976, dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 tahun
1976 tanggal 8 Maret 1976 yang semula bernama Universitas Negeri Surakarta
Sebelas Maret disingkat UNS, yang merupakan penyatuan dari lima unsur
perguruan tinggi yang ada di Surakarta pada waktu itu.
35
sesuai pendapat Singarimbun dan Effendi (2015) yang mengatakan bahwa
jumlah minimal uji coba kuesioner adalah minimal 10 responden. Peneliti
melakukan uji validitas dengan metode total item korelasi (Corrected Item-
Total Correlation) dan uji reliabilitas dengan metode pengujian satu kali
(Single Trial Method) menggunakan rumus Cronbach Alpha.
a. Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)
Pada kuesioner Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) terdiri
atas 50 Item pertanyaan.
1) Uji Validitas
Dilaksanakan dengan metode korelasi item total. Kuesioner
Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) versi Bahasa
Indonesia dalam uji validitasnya didapatkan seluruh item
pernyataan memiliki koefisien korelasi item total dengan
nilai ≥ 0,3. Sehingga berdasarkan ketentuan dari Sugiyono
tahun 2013, maka seluruh item pertanyaan dinyatakan valid.
Hasil uji validitas terdapat pada table 4.2
2) Uji Realibilitas
36
b. Kuesioner Prokrastinasi Akademik
Pada kuesioner Kuesioner Prokastinasti Akademik memiliki
terdiri atas 40 item pertanyaan, Prokrastinasi akademik
mempunyai dua aspek yaitu aspek internal seperti kondisi fisik
individu dan kondisi psikologis individu, serta aspek eksternal
seperti gaya pengasuhan orangtua dan kondisi lingkungan
individu. Sedangkan instrumen yang digunakan merujuk kepada
teori prokrastinasi akademik Ferrary (1995) yang tertuang dalam
kuesioner prokastinasti dan telah dilakukan uji validitas dan
reliabilitas oleh Damri, et al., (2019). Dalam skala pengukuran ini
terdapat 40 item pernyataan skala likert.
1) Uji Validitas
Dilaksanakan dengan metode korelasi item total.
Kuesioner Prokastinasti Akademik versi Bahasa Indonesia
dalam uji validitasnya didapatkan seluruh item pernyataan
memiliki koefisien korelasi item total dengan nilai ≥ 0,3,
yaitu dalam rentang 0.550-0.968. Sehingga berdasarkan
ketentuan dari Sugiyono tahun 2013, maka seluruh item
pertanyaan dinyatakan valid. Hasil uji validitas terdapat
pada table 4.4
2) Uji Realibilitas
37
Pada uji reliabilitas didapatkan pada kedua domain item
pernyataan memiliki koefisien Cronbach Alpha sebesar ≥ 0,7 yaitu
0.964. Oleh karena itu, berdasarkan kriteria dari Sugiyono tahun
2013 dapat disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan reliabel.
Hasil uji reliabilitas terdapat pada tabel 4.5
3) Uji Normalitas
atas 50. Data dikatakan terdistribusi secara normal bila nilai p >0,05 pada
syarat variabel berskala ordinal dan data dapat terdistribusi normal atau
38
a. Analisis Bivariat Variabel Penelitian
Tabel 4.11. Hasil Analisis Bivariat Variabel
Tingkat Kecemasan dan Prokastinasti Akademik
39
BAB V
PEMBAHASAN
kelompok umur 17 tahun dan 18 tahun dengan total responden masing masing
responden paling banyak berada pada usia rentang 18-20 tahun dimana range usia
tersebut sesuai dengan kelompok usia mahasiswa yang berkuliah di perguruan tinggi
yang berada di semester 7. Selain itu, dari data jenis kelamin didapatkan bahwa jenis
sebanyak 21 orang (33,9%) dan yang berjenis kelamin perempuan dengan sebaran
41 orang (66,1%). Hal itu sejalan dengan penelitian Notoatmodjo tahun 2013 yang
angkatan 2019. Hasil analisis bivariat menggunakan uji korelasi Spearman's rho
memiliki nilai p = 0,000 dan nilai r sebesar 0,671 yang menandakan bahwa terdapat
hubungan yang kuat dengan arah korelasi yang positif antara variable ingkat
kecemasan
40
dan prokastinasti akademik pada mahasiswa FK UNS angkatan 2019. Hal tersebut
tinggi pula tingkat kecemasannya dan sebaliknya. Kemudian nilai signifikansi 0,000
yang berarti terdapat hubungan yang signifikan diantara kedua variabel. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
individu yang melakukan prokrastinasi akademik, antara lain: kurang dapat mengatur
waktu, percaya diri yang rendah, menganggap diri terlalu sibuk jika harus
mengerjakan tugas, keras kepala dalam arti menganggap orang lain tidak dapat
memaksanya untuk mengerjakan tugas, memanipulasi tingkah laku orang lain dan
sebagai coping untuk menghindari tekanan, merasa dirinya sebagai korban yang tidak
memahami mengapa tidak dapat mengerjakan sesuatu yang dapat dikerjakan orang
lain. Sedangkan menurut Sapadin dan Maquire (dalam Ahmaini, 2020), karakteristik
yaitu memiliki banyak ide besar tetapi tidak dilakukan, pencemas yaitu tidak berfikir
tugas dapat berjalan dengan baik tetapi tidak takut apa yang dilakukan lebih jelek atau
Kecemasan adalah ketika seseorang dalam situasi evaluatif yang meliputi peningkatan
fisiologis dan mencela dirinya sendiri. Bentuk dari kecemasan adalah emosionalitas
41
dan kekhawatiran. Dimana emosionalitas seseorang diketahui melalui peningkatan
42
galvanic repon kulit & denyut jantung, pusing, mual, perasaan panik. Sedangkan
khawatir berlebihan atas evaluasi, percaya diri rendah, merasa tidak siap untuk tes,
kehilangan harga diri dan kesedihan kepada orang tua. Hal ini dapat dipengaruhi oleh
faktor kecemasan seperti yang dikemukakan oleh Ramaiah (2014) melingkupi faktor
lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir individu tentang
diri sendiri dan orang lain. Hal ini bisa saja disebabkan pengalaman individu dengan
keluarga, dengan sahabat, dengan rekan sekerja, dan lain-lain. Kecemasan wajar
timbul jika individu merasa tidak aman terhadap lingkungannya. Faktor emosi yang
ditekan, kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar
untuk perasaannya dalam hubungan personal. Ini benar terutama jika individu
menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang lama sekali. Pada pelaku
pengertian ini prokrastinasi tidak hanya sebagai suatu perilaku penundaan, tetapi
mental yang saling terkait yang dapat diketahui secara langsung maupun tidak
langsung.
indikator tertentu yang dapat diamati ciri-cirinya sebagai penundaan untuk memulai
bahwa tugas yang dihadapi harus segera diselesaikan. Akan tetapi ia menunda-nunda
sampai tuntas.
banyak waktu untuk mempersiapkan dirinya secara berlebihan. Selain itu melakukan
hal-hal yang tidak berkaitan dengan tugas tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu
yang dimilikinya. Lambannya seseorang dalam mengerjakan tugas dapat menjadi ciri
prokrastinator kesulitan untuk melakukan suatu tugas dengan batas waktu yang telah
deadline yang telah ditentukan, baik oleh orang lain maupun rencana yang telah
sendiri untuk mengerjakan tugas, akan tetapi ketika saatnya tiba ia tidak mengerjakan
aktifitas lain yang lebih menyenangkan dan dianggap hiburan daripada mengerjakan
tugas yang harus dikerjakan, seperti membaca (Koran, majalah, buku cerita dan
menyita waktu yang dia miliki untuk mengerjakan tugas yang seharusnya
mengerjakan tugas yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap
44
keharusan yang bertujuan untuk mengambil memperoleh informasi yang lebih
harus
dilakukan guna mengambil data lebih lengkap maupun penundaan yang bersifat untuk
seorang prokrastinastor ketika tugas yang ditunda tersebut sudah mencapai deadline.
mengontrol diri mereka agar lebih disiplin dalam mengatur waktu dan membuat
kualitas hidup yang lebih baik terlebih untuk mengurangi kecemasan dalam diri
mahasiswa.
45
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
terdapat hubungan yang kuat dengan arah korelasi yang positif antara tingkat
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat kecemasan individu makin
B. SARAN
mental.
lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar untuk mendapatkan
46
DAFTAR PUSTAKA
Ahn CH dan Choi SH (2015). New Drugs for Treating Dyslipidemia : Beyond Statins.
Diabetes Metabolism Journal, 39(2), hal.: 87–94.
Amar MJA, D’Souza W, Turner S, Demosky S, Sviridov Denis, Stonik J, Luchoomun J, et al.
(2010). 5A Apolipoprotein Mimetic Peptide Promotes Cholesterol Efflux and Reduces
Atherosclerosis in Mice. The Journal of pharmacology and experimental therapeutics,
334(2), hal.: 634–641. doi: 10.1124/jpet.110.167890.
NHLBI (2018). Atherosclerosis. National Heart, Lung, and Blood Institute. Tersedia pada:
https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/atherosclerosis (Diakses: 16 Juni 2020).
Park SW (2013). Intestinal and hepatic niemann-pick c1-like 1. Diabetes and Metabolism
Journal, 37(4), hal.: 240–248. doi: 10.4093/dmj.2013.37.4.240.
Chiu, Shao-I (2014). The relationship between life stress and smartphone addiction on
taiwanese university student: A meditation model of learning self efficacy and
social efficacy. Computers in Human Behavior, 34:49-57.
Collins English Dictionary (2012). Collins English Dictionary - Complete & Unabridged
10th Edition. Harper Collins Publishers.
http://www.dictionary.com/browse/smartphone - Diakses: Desember 2017.
Dahlan MS (2010). Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian
kedokteran dan kesehatan edisi 3. Jakarta: Salemba Medika, pp: 25-33
47
Díaz-Morales JF, Ferrari JR, Cohen J R (2008). Indecision and avoidant procrastination:
The role of morningness—eveningness and time perspective in chronic delay
lifestyles. The journal of general psychology, 135(3):228-240.
Faizah SRI (2015. Hubungan Antara Self-Directed Learning Readiness (SDLR) dengan
Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret, Universitas Sebelas Maret. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (2016). Buku pedoman program studi
kedokteran fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
Ferrari JR, Johnson JL, McCown W (1995). Procrastination and task avoidance: Theory,
research, and treatment. New York: Plenum.
Ghufron NM (2003). Hubungan kontrol diri dan persepsi remaja terhadap penerapan
disiplin orang tua dengan prokrastinasi akademik. Universitas Gajah Mada. Tesis.
Kwon M, Lee JY, Won WY, Park JW, Min JA, Hahn C, Gu X, Choi JH, Kim DJ (2013).
Development and validation of a smartphone addiction scale (SAS). PLOS ONE,
8(2).
Karuniawan A, Cahyanti IY (2013). Hubungan antara academic stress dengan
smartphone addiction pada mahasiswa pengguna smartphone. Jurnal Psikologi
Klinis dan Kesehatan Mental. 2(1):16-21.
Lin YH, Chiang CL, Lin PH, Chang LR, Ko CH, Lee YH, Lin SH (2016). Proposed
diagnostic criteria for smartphoneaddiction. PLOS ONE, 11(11).
Mok JY, Choi SW, Kim DJ, ChoiJ.S, Lee J, Ahn H, Choi EJ, Song WY (2014). Latent
class analysis on internet and smartphone addiction in college students.
Neuropsychiatric Disease and Treatment, 10:817-828.
48
Notoatmodjo S (2005). Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, p:115
Oxford Dictionary. (2016). English Oxford Living Dictionary. Oxford University Press.
https://en.oxforddictionaries.com/definition/smartphone - Dipetik November
2017
Putri AK (2014). Hubungan lingkungan belajar di Institusi pendidikan dan motivasi
belajar dengan prestasi belajar mahasiswa program studi D III kebidanan
STIKES Aisyah Surakarta. Surakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret. Tesis.
Ahn CH dan Choi SH (2015). New Drugs for Treating Dyslipidemia : Beyond Statins.
Diabetes Metabolism Journal, 39(2), hal.: 87–94.
Amar MJA, D’Souza W, Turner S, Demosky S, Sviridov Denis, Stonik J, Luchoomun J, et al.
(2010). 5A Apolipoprotein Mimetic Peptide Promotes Cholesterol Efflux and Reduces
Atherosclerosis in Mice. The Journal of pharmacology and experimental therapeutics,
334(2), hal.: 634–641. doi: 10.1124/jpet.110.167890.
49
NHLBI (2018). Atherosclerosis. National Heart, Lung, and Blood Institute. Tersedia pada:
https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/atherosclerosis (Diakses: 16 Juni 2020).
Park SW (2013). Intestinal and hepatic niemann-pick c1-like 1. Diabetes and Metabolism
Journal, 37(4), hal.: 240–248. doi: 10.4093/dmj.2013.37.4.240.
Chiu, Shao-I (2014). The relationship between life stress and smartphone addiction on
taiwanese university student: A meditation model of learning self efficacy and
social efficacy. Computers in Human Behavior, 34:49-57.
Collins English Dictionary (2012). Collins English Dictionary - Complete & Unabridged
10th Edition. Harper Collins Publishers.
http://www.dictionary.com/browse/smartphone - Diakses: Desember 2017.
Dahlan MS (2010). Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian
kedokteran dan kesehatan edisi 3. Jakarta: Salemba Medika, pp: 25-33
Díaz-Morales JF, Ferrari JR, Cohen J R (2008). Indecision and avoidant procrastination:
The role of morningness—eveningness and time perspective in chronic delay
lifestyles. The journal of general psychology, 135(3):228-240.
Faizah SRI (2015. Hubungan Antara Self-Directed Learning Readiness (SDLR) dengan
Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret, Universitas Sebelas Maret. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (2016). Buku pedoman program studi
kedokteran fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
Ferrari JR, Johnson JL, McCown W (1995). Procrastination and task avoidance: Theory,
research, and treatment. New York: Plenum.
50
Freeman EK, Cox-Fuenzalida LE, Stoltenberg I (2011). Extraversion and arousal
procrastination: Waiting for the kicks. Current Psychology, 30(4):375-382.
Gafni R, Geri N (2010). Time management: Procrastination tendency in individual and
collaborative tasks. Interdisciplinary Journal of Information, Knowledge, and
Management, 5(1):15-125
Ghufron NM (2003). Hubungan kontrol diri dan persepsi remaja terhadap penerapan
disiplin orang tua dengan prokrastinasi akademik. Universitas Gajah Mada. Tesis.
Kwon M, Lee JY, Won WY, Park JW, Min JA, Hahn C, Gu X, Choi JH, Kim DJ (2013).
Development and validation of a smartphone addiction scale (SAS). PLOS ONE,
8(2).
Karuniawan A, Cahyanti IY (2013). Hubungan antara academic stress dengan
smartphone addiction pada mahasiswa pengguna smartphone. Jurnal Psikologi
Klinis dan Kesehatan Mental. 2(1):16-21.
Lin YH, Chiang CL, Lin PH, Chang LR, Ko CH, Lee YH, Lin SH (2016). Proposed
diagnostic criteria for smartphoneaddiction. PLOS ONE, 11(11).
Mok JY, Choi SW, Kim DJ, ChoiJ.S, Lee J, Ahn H, Choi EJ, Song WY (2014). Latent
class analysis on internet and smartphone addiction in college students.
Neuropsychiatric Disease and Treatment, 10:817-828.
51
Rumiani (2006). Prokrastinasi akademik ditinjau dari motivasi berprestasi dan stres
mahasiswa. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 3(2):37-48.
van der Velde AE (2010). Reverse cholesterol transport: From classical view to new insights.
World Journal of Gastroenterology. World J Gastroenterol, hal.: 5908–5915. doi:
10.3748/wjg.v16.i47.5908.
de Vries RBM, Hooijmans CR, Langendam MW, van Luijk J, Leenaars M, Ritskes-Hoitinga
M dan Wever KE (2015). A protocol format for the preparation, registration and
publication of systematic reviews of animal intervention studies. Evidence-based
Preclinical Medicine, 2(1), hal.: e00007. doi: 10.1002/ebm2.7.
52
WHO (2018). World Health Organization - Noncommunicable Diseases (NCD) Country
Profiles 2018. World Health Organization. Tersedia pada:
https://www.who.int/nmh/countries/idn_en.pdf (Diakses: 3 Juli 2020).
53
Lampiran 1. Lembar Data Demografi dan Informed Consent
Setelah memperoleh informasi baik secara lisan dan tulisn mengenai penelitian yang akan
dilakukan oleh Gantar Rina Dewi P. (G0018087) dan informasi tersebut telah saya pahami
dengan baik mengenai manfaat, tindakan yang akan dilakukan, keuntungan, dan
kemungkinan ketidaknyamanan yang mungkin akan saya jumpai, melalui lembar persetujuan
ini, saya: Nama/ inisial : .................
Usia : .................
Jenis Kelamin : .................
No. Hp : ................
Alamat : ................
Bersedia menjadi responden dan mengisi kuesioner dalam penelitian skripsi berjudul
“HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN PROKRASTINASI
AKADEMIK MAHASISWA FK UNS”
............................
..................................
.
54
Lampiran 2. Kuesioner Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)
55
Ya Tidak
27. Seringkali mengkhawatirkan d anda jika terjadi
suatu hal.
28. Menginginkan kebahagiaan seperti orang lain yang
anda lihat.
29. Selalu tenang-tenang dan tidak mudah kecewa atau
putus asa.
30. Mudah menangis.
31. Seringkali mencemaskan terhadap suatu hal atau
seseorang.
32. Merasa gembira setiap waktu.
33. Merasa gelisah ketika menunggu.
34. Pada waktu-waktu tertentu, merasa tidak tenang
sehingga tidak dapat duduk terlalu lama.
35. Kadang-kadang merasa gembira sekali sehingga
sukar tidur.
36. Kadang-kadang mengalami kesukaran-kesukaran
yang bertumpuk-tumpuk sehingga tidak dapat duduk
terlalu lama.
37. Meyakini bahwa kadang-kadang merasa khawatir
tanpa suatu alasan tertentu terhadap suatu hal yang
tidak berarti.
38. Tidak sepenakut teman anda yang lain.
39. Seringkali merasa takut pada benda atau manusia
yang anda tahu tidak akan menyakiti anda.
40. Seringkali merasa sebagai orang yang tidak berguna.
41. Mengalami kesukaran untuk memusatkan perhatian
terhadap suatu pekerjaan.
42. Biasanya penakut.
43. Biasanya yakin pada diri sendiri.
44. Seringkali dalam keadaan tenang.
45. Merasa hidup ini merupakan beban bagi anda setiap
waktu.
46. Befikir bahwa anda tidak punya arti apa-apa.
47. Benar-benar merasa kurang percaya diri pada diri
sendiri.
48. Kadang-kadang merasa bahwa diri anda akan kacau.
49. Merasa takut akan kesukaran-kesukaran yang harus
anda hadapi dalam keadaan kritis.
50. Sepenuhnya percaya pada diri anda sendiri.
56
Lampiran 3. Kuesioner Prokastinasi Akademik
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya puas terhadap apa yang saya miliki.
Sebelum mengerjakan tugas, saya selalu
mengumpulkan data yang diperlukan sampai
2 lengkap.
Saat di dalam kelas, saya lebih sering
memperhatikan handphone daripada
3 penjelasan dosen.
Saya mengerjakan tugas yang
4 sifatnya mendesak terlebih dahulu.
Motivasi belajar saya menurun ketika badan
5 saya capek.
Orang tua saya tidak pernah mengingatkan
6 saya untuk belajar.
Saya merasa malu apabila nilai ujian
7 saya jelek.
Karena terlalu memikirkan sidang skripsi,
8 saya sering bermimpi buruk
Saya rasa semua pekerjaan yang saya
9 lakukan tidak pernah berhasil dengan
baik.
Saya harus menjadi pribadi yang terorganisir
10 dan disiplin.
Saya beraktivitas sesuai dengan jadwal
11 kegiatan yang sudah saya buat.
12 Badan saya mudah sekali merasa lelah.
Saya selalu mengerjakan tugas sendirian
13 tanpa bantuan teman.
Saya merasa malu jika terlambat lulus kuliah.
14
57
SS S TS STS
15 Saya tidak pernah belajar saat ujian.
Rasa lelah membuat saya tidak maksimal
16 dalam mengerjakan tugas.
Saya selalu mengikuti ajakan teman
17 untuk bersenang-senang.
Saya malu apabila teman-teman
18 mengetahui IPK saya yang rendah.
Saya menjadi mudah marah karena
19 ujian semakin dekat.
Saya mampu melakukan sesuatu hal dengan
20 baik seperti orang lain lakukan.
Saya mengatur diri saya dengan keras agar
21 bisa mencapai prestasi yang tinggi.
Belajar adalah kewajiban kita sebagai
22 mahasiswa.
Saya akan berkata “tidak” atas ajakan
teman yang menghambat saya untuk
23 mengerjakan tugas.
Jika badan saya capek, saya menjadi malas
24 mengerjakan tugas.
Saya mengobrol dengan teman kos saya
25 setiap malam.
Orang tua saya akan marah apabila saya
26 terlambat lulus kuliah.
Badan saya selalu gemetar saat menghadapi
27 ujian lisan.
Saya rajin membaca buku agar wawasan
28 saya semakin luas
Saya menjadi kurang tidur karena kegiatan
29 yang padat.
Saya merasa santai jika teman-teman yang
30 lain belum menyelesaikan tugasnya.
31 Apabila saya terlambat lulus kuliah, saya
58
SS S TS STS
tetap tenang.
Setelah mengetahui jadwal sidang skripsi
dimajukan, tangan saya langsung
32 berkeringat.
Jika saya melakukan sesuatu dengan
sungguh-sungguh, saya pasti bisa
33 menyelesaikannya dengan baik.
Saya terus memeriksa hasil pekerjaan
34 saya sampai benar-benar sempurna.
35 Tugas kuliah harus segera diselesaikan.
Setiap hari saya beraktivitas sesuai dengan
36 keinginan saya.
Mengerjakan skripsi membutuhkan tenaga
yang ekstra, baik secara fisik maupun psikis.
37
Orang tua saya selalu mengikuti
perkembangan pendidikan saya, sehingga
38 saya merasa termotivasi untuk mencapai
prestasi yang lebih baik lagi.
Saya khawatir dengan penilaian orang
39 lain kepada saya.
Jika teman saya bisa memiliki prestasi yang
40 baik, saya juga bisa.
41 Saya harus menjadi mahasiswa terbaik.
Peraturan yang ada pada jurusan saya tidak
berjalan efektif. Sehingga tidak masalah jika
42 saya melanggar peraturan tersebut.
Saya selalu menyelesaikan tugas kuliah
sehari sebelum batas waktu
43 pengumpulannya.
Saya sering mengerjakan tugas sampai
44 tengah malam.
Saya sulit konsentrasi dalam
45 mengerjakan tugas jika ada suara berisik.
59
SS S TS STS
Jika saya terlambat lulus kuliah, masa
46 depan saya menjadi tak menentu.
Karena tidak belajar, saya menjadi cemas
47 dan tidak bisa menjawab semua soal
ujian.
Jika saya belajar dengan sungguh-sungguh,
saya pasti bisa menyelesaikan semua soal
48 ujian.
Orang tua saya selalu menghargai pendapat
49 saya.
Dosen yang saya sukai adalah dosen
yang tidak banyak memberi tugas, jarang
50 mengajar dan memperbolehkan
mahasiswanya masuk terlambat.
Saya mengerjakan tugas yang mudah dulu
51 sebelum mengerjakan tugas yang sulit.
Meskipun lingkungan sekitar saya gaduh,
saya masih bisa mengerjakan tugas dengan
52 baik.
Menghawatirkan hal-hal yang belum tentu
53 terjadi hanya membuang-buang waktu kita.
Setiap orang memiliki kekurangan dan
kelebihannya masing-masing, termasuk juga
54 saya.
Orang tua saya selalu mendukung hasil ujian
55 saya.
Dosen yang disiplin membuat saya malas
56 masuk kelas.
Saya terlalu sibuk untuk melakukan hal-hal
yang sifatnya refreshing (rekreasi, jalan-
57 jalan, dll).
Lingkungan kos/rumah saya cukup nyaman
58 untuk mengerjakan tugas kuliah.
Saya selalu siap mengerjakan ujian/kuis
59 yang mendadak.
60 Saya akan meminta maaf kepada dosen
60
SS S TS STS
apabila saya terlambat mengumpulkan tugas.
1
Lampiran EC(Ethnical Clearance)