Anda di halaman 1dari 84

HUBUNGAN ASPEK SPIRITUAL : TRANSPERSONAL DENGAN

KEPATUHAN BEROBAT PADA LANSIA DM DI DESA PACING


SUKOSEWU BOJONEGORO

SKRIPSI

Oleh:

ARIF AGUSTIAR
NIM. 21142083

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN INSTITUT SAINS TEKNOLOGI DAN
KESEHATAN INSAN CENDEKIAN HUSADA
BOJONEGORO
2022
HUBUNGAN ASPEK SPIRITUAL : TRANSPERSONAL DENGAN
KEPATUHAN BEROBAT PADA LANSIA DM DI DESA PACING
SUKOSEWU BOJONEGORO

SKRIPSI

Oleh:

ARIF AGUSTIAR
NIM. 21142083

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN INSTITUT SAINS TEKNOLOGI DAN
KESEHATAN INSAN CENDEKIAN HUSADA
BOJONEGORO
2022

ii
LEMBAR ORIGINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ARIF AGUSTIAR

NIM : 21142083

Institusi : ISTeK Insan Cendekia Husada Bojonegoro

Menyatakan bahwa, skripsi yang berjudul : “Hubungan Aspek Spiritual :

Transpersonal Dengan Kepatuhan Berobat Pada Lansia DM Di Desa Pacing

Sukosewu Bojonegoro” adalah bukan skripsi milik orang lain baik sebagian isi

maupun keseluruhan, kecuali kutipan – kutipan yang digunakan saya

mencantumkan sumbernya dengan baik.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya dan

apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademis.

Bojonegoro, 27 Januari 2023

Yang Menyatakan,

ARIF AGUSTIAR

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN ASPEK SPIRITUAL : TRANSPERSONAL DENGAN


KEPATUHAN BEROBAT PADA LANSIA DM DI DESA PACING
SUKOSEWU BOJONEGORO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar


Sarjana Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kesehatan Pada :
ISTeK INSAN CENDEKIA BOJONEGORO

Oleh:

ARIF AGUSTIAR
NIM. 21142083

Menyetujui:

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Ahmad Zainal Abidin.,S.Kep,M.Kes Devi Endah Saraswati.,S.ST,M.Kes


NIDN. 0714019103 NIDN. 0730088704

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Dipertahankan Di Depan Panitia Penguji Skripsi


Program Studi Ilmu Keperawatan
ISTeK INSAN CENDEKIA HUSADA BOJONEGORO

Oleh:

Nama Mahasiswa : ARIF AGUSTIAR


NIM : 21142083

Disetujui dan diterima pada:

Hari, tanggal : Senin, 30 Januari 2023


Tempat : ISTeK INSAN CENDEKIA HUSADA BOJONEGORO

Penguji Skripsi

Ketua Penguji : Ns. Errix KJ.,S.Kep,M.Kes ( )


Anggota Penguji I : Ns. Ahmad Zainal Abidin.,S.Kep,M.Kes ( )

Anggota Penguji II : Devi Endah Saraswati.,S.ST,M.Kes ( )

Disahkan oleh:

Rektor

ISTeK INSAN CENDEKIA HUSADA BOJONEGORO

NURUL JARIYATIN.,SH,M.Kn
NIDN. 0724057505
v
MOTTO

“Belajar itu bagaikan mendayung ke hulu. Jika kita tidak maju, maka
kita akan terhanyut ke bawah”

“Ilmu adalah harta yang tak akan pernah habis”

PERSEMBAHAN

“mahakarya ini aku persembahkan untuk kedua orangtuaku tercinta, keluargaku,


sahabatku dan ku dedikasikan untuk profesiku”

vi
HALAMAN RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Arif Agustiar


NIM : 21142083

Tempat Tanggal Lahir : Bojonegoro 1 Agustus 1989

Agama : Islam

Orang Tua Wali : Alm. Patekun dan Titik Gunarti

Alamat : Ds. Pacing RT 10 RW 02 Sukosewu, Bojonegoro

Telp/HP : 081235039882

Email : Arifagustiar89@gmail.com

Bojonegoro, Desember 2022

Mahasiswa

Arif Agustiar

vii
ABSTRAK
Hubungan Aspek Spiritual : Transpersonal Dengan Kepatuhan Berobat
Pada Lansia DM Di Desa Pacing Sukosewu Bojonegoro

Arif Agustiar*, Ahmad Zainal Abidin**, Devi Endah Saraswati***

ISTeK ICsada Bojonegoro

Diabetes Mellitus merupakan bagian dari bentuk penyakit degeneratif


yang masih menjadi perhatian tersendiri bagi dunia kesehatan, karena memiliki
sutau ancaman yang menakutkan tersendiri di masyarakat, sehingga dibutuhkan
sebuah kepatuhan yang adekuat yang ditinjau dari aspek spiritualitasnya. Tujuan
penelitian ini adalah menganalisis hubungan aspek spiritual : transpersonal
dengan kepatuhan berobat pada lansia dm di desa pacing sukosewu bojonegoro.
Metode penelitian dengan menggunakan Non-Eksperimen dengan
pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel sebesar 59 dari teknik sampling
simple random serta menggunakan uji statistik spearman’s rho dengan tingkat
kepercayaan 95% (ᾳ=0,05).
Hasil penelitian ini diperoleh nilai p value menggunakan analisis korelasi
spearman’s rho sebesar 0,000 lebih kecil dari α 0,05yang berarti terdapat
hubungan yang signifikan antara aspek spiritual: transpersonal dengan kepatuhan
berobat diabetes melitus. Nilai keeratan hubungan pada penelitian ini sebesar
0,587 yang berarti keeratan kategori kuat.
Kesimpulan pada penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara aspek
spiritual : transpersonal dengan kepatuhan berobat pada lansia DM Di Desa
Pacing Sukosewu Bojonegoro.

Kata Kunci : Aspek spiritual: transpersonal, kepatuhan, DM, lansia


Keterangan :
* : Mahasiswa Ilmu Keperawatan
** : Dosen Ilmu Keperawatan
*** : Dosen Kebidanan

viii
ABSTRACT
The Relationship between Spiritual Aspects: Transpersonal with Adherence to
Treatment in the Elderly DM in Pacing Sukosewu Village, Bojonegoro

Arif Agustiar*, Ahmad Zainal Abidin**, Devi Endah Saraswati***


ISTeK ICsada Bojonegoro
Diabetes Mellitus is part of a form of degenerative disease which is still a special
concern for the world of health, because it has its own frightening threat in
society, so that adequate compliance is needed in terms of its spirituality. The
purpose of this study was to analyze the relationship between spiritual:
transpersonal aspects and adherence to treatment in the elderly DM in Pacing
Sukosewu Village, Bojonegoro.
The research method used non-experimental with a cross sectional approach with
a sample size of 59 from simple random sampling technique and using the
Spearman's rho statistical test with a confidence level of 95% (ᾳ=0.05).
The results of this study obtained a p value using Spearman's rho correlation
analysis of 0.000, which is less than α 0.05, which means that there is a
significant relationship between spiritual: transpersonal aspects and adherence to
diabetes mellitus treatment. The closeness value of the relationship in this study
was 0.587, which means that the closeness is in the strong category.
The conclusion in this study is that there is a significant relationship between
spiritual aspects: transpersonal and adherence to treatment in elderly DM in
Pacing Sukosewu Village, Bojonegoro.

Keywords: Spiritual aspect: transpersonal, compliance, DM, elderly


Information :
* : Nursing Science Student
** : Lecturer in Nursing
*** : Midwifery Lecturer

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT pencipta manusia dan alam semesta.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rosul Muhammad SAW.
Dari keteladanannya kita mendapat nilai-nilai acuan bagaimana berinteraksi
dengan sesama manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagai persyaratan


guna meraih gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep) jenjang Strata 1 Program Studi
Ilmu Keperawatan, dan penelitiannya bertujuan mengetahui, menganalisa suatu
masalah yang diangkat dalam skripsi ini dan mengambil manfaat dari hasil
kesimpulannya.

Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada :

1. Ibu Nurul Jariyatin,SH.,MKn selaku Rektor ISTeK ICsada Bojonegoro.


2. Ns. Moh.Roni Alfaqih, M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan.
3. Ns. Ahmad Zainal Abidin.,S. Kep,M.Kes selaku pembimbing utama yang
banyak memberikan petunjuk yang berguna dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Devi Endah Saraswati.,S.ST,M.Kes selaku pembimbing pendamping yang
banyak memberikan petunjuk yang berguna dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Para Dosen, Karyawan, rekan-rekan, dan semua pihak yang telah
memberikan berbagai bentuk bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Keluarga tercinta, saudara yang telah memberikan dorongan, semangat dan
bantuan lainnya yang sangat berarti bagi penulis.
7. Juga semua responden dan pihak lain yang terkait dalam penulisan skripsi
ini.

Akhirnya, sebagai hamba yang lemah, penulis menyadari bahwa skripsi ini
tidak luput dari berbagai kelemahan dan kekurangan. Untuk itu, penulis berharap
saran dan kritik dari pembaca. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua khususnya bagi penulis sendiri

Bojonegoro, Desember 2022

Peneliti

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN ....................................................................... i


HALAMAN SAMPUL DALAM ...................................................................... ii
LEMBAR ORIGINALITAS ............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi
BIODATA PENULIS ....................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ...................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv
DAFTAR LAMBANG .....................................................................................xvi
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................xvii
DAFTAR ISTILAH ..........................................................................................xviii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1


1.1 Latar belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................ 5
1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 5
1.4.1 Manfaat Teoritis .................................................................... 5
1.4.2 Manfaat Praktis ...................................................................... 6
1.5 Penelitian Terkait ............................................................................ 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 8
2.1 Landasan Teori ............................................................................... 8
2.1.1 Konsep Aspek Spiritual: Transpersonal ................................. 8
2.1.2 Konsep Kepatuhan Berobat .................................................... 14
2.1.3 Konsep Lansia ....................................................................... 21
2.1.4 Konsep Diabetes Melitus ....................................................... 23
2.2 Kerangka Teori ................................................................................ 31
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ................................. 32
3.1 Kerangka Konseptual ...................................................................... 32
3.2 Hipotesis ......................................................................................... 33
BAB 4 METODE PENELITIAN ....................................................................... 34
4.1 Desain Penelitian ............................................................................ 34
4.2 Kerangka Kerja ................................................................................ 35
xi
4.3
Populasi, Sampel dan Sampling ...................................................... 36
4.3.1 Populasi ................................................................................. 36
4.3.2 Sampel ................................................................................... 36
4.3.3 Sampling ............................................................................... 37
4.4 Identifikasi Variabel ....................................................................... 37
4.4.1 Variabel independen (bebas) ................................................... 37
4.4.2 Variabel dependen (terikat) ..................................................... 37
4.5 Definisi Operasional ........................................................................ 37
4.6 Pengumpulan dan Pengolahan Data ................................................ 38
4.6.1 Instrumen .............................................................................. 38
4.6.2 Lokasi penelitian ................................................................... 39
4.6.3 Prosedur penelitian ................................................................ 39
4.6.4 Analisa data ........................................................................... 39
4.7 Masalah Etika ................................................................................. 41
4.7.1 Informed consent ................................................................... 41
4.7.2 Anonimity (Tanpa nama) ........................................................ 41
4.7.3 Confiddentiality (Kerahasiaan) ............................................... 41
4.8 Keterbatasan Penelitian ................................................................... 42
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 43
5.1 Hasil Penelitian ............................................................................... 43
5.2 Pembahasan ..................................................................................... 46
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 51
6.1 Simpulan ....................................................................................... 51
6.2 Saran ............................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penelitian terkait ..................................................................... 7


Tabel 4.1 Definisi operasional ................................................................ 38
Tabel 5.1 Karakteristik usia ................................................................... 43
Tabel 5.2 Karakteristik jenis kelamin ..................................................... 43
Tabel 5.3 Karakteristik pendidikan ........................................................ 44
Tabel 5.4 Karakteristik pekerjaan ........................................................... 44
Tabel 5.5 Karakteristik aspek spiritual: transpersonal ............................. 44
Tabel 5.6 Karakteristik kepatuhan berobat .............................................. 45
Tabel 5.7 Analisis uji statistik hubungan ............................................... 45

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka teori ........................................................................ 31


Gambar 3.1 Kerangka konseptual .............................................................. 32

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan


Lampiran 2 Ijin penelitian
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian
Lampiran 4 Hasil penelitian
Lampiran 5 Dokumentasi kegiatan
Lampiran 6 Daftar Bimbingan Skripsi

xv
DAFTAR LAMBANG

% : Persen
< : Kurang dari
= : Sama dengan
. : Titik
, : Koma
( : Kurung buka
) : Kurung tutup
: : Titik dua
β : Beta
≤ : Lebih kecil
≥ : Lebih besar
∕ : Garis miring
α : Alfa
; : Titik koma

xvi
DAFTAR SINGKATAN

ADA : American Diabetes Association


DepKes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Dinkes : Dinas Kesehatan
DM : Diabetes Mellitus
ICSADA : Insan Cendekia Husada
IDF : International Diabetes Federation
ISTeK : Institut Sains Teknologi dan Kesehatan
KemenKes RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Prov Jatim : Provinsi Jawa Timur
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
SPSS : Statistic Program for Social Science
TGT : Toleransi Glukosa Terganggu
WHO : World Health Organization

xvii
DAFTAR ISTILAH

Diabetes Mellitus Salah satu penyakit degeneratif yang ditandai dengan


tingginya kadar glukosa darah sebagai akibat terganggunya
produksi atau fungsi insulin.
Hiperglikemia Meningkatnya kadar glukosa darah di atas normal (>= 126
mg/dL).
Komplikasi Penyakit yang baru timbul kemudian sebagai tambahan
pada penyakit yang sudah ada.
Kriteria Eklusi Kriteria atau ciri-ciri anggota yang tidak bisa dijadikan
sebagai sampel penelitian.
Kriteria Inklusi Kriteria atau ciri-ciri yang harus dipenuhi setiap masing-
masing anggota populasi yang akan dijadikan sampel
penelitian.
Sampel Sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sifat suatu
kelompok yang lebih besar; bagian kecil yang mewakili
suatu kelompok atau keseluruhan yang lebih besar;
percontohan.
Toleransi Glukosa
Terganggu Keadaan dimana kadar glukosa darah seseorang pada uji
toleransi glukosa berada di atas normal tetapi tidak cukup
tinggi untuk dikatagorikan ke dalam kondisi diabetes.
Diagnosa TGT ditetapkan apabila kadar glukosa darah
seseorang 2 jam setelah mengkonsumsi 75 gram glukosa
per oral berada diantara 140-199 mg/dl.

xviii
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus merupakan bagian dari bentuk penyakit degeneratif

yang masih menjadi perhatian terseniri bagi dunia kesehatan, karena

memiliki sutau ancaman yang menakutkan tersendiri di masyarakat.

Gangguan yang terjadi pada sistem endokrin ini khusunya pada organ

pankreas, pada masyarakat yang tanpa disadari akan menjadi kondisi yang

mampu menyebabkan penyakit-penyakit serius dengan dampak yang

signifikan bagi status kesehatan setiap individu, atau bisa diartikan sebagai

penambahan beban kerja berbagai sistem orgam lainnya pada tubuh manusia

sehingga akan memiliki dampak atau komplikasi yang perlu di perhatikan

oleh setiap orang (Udjianti, 2012). Kondisi seperti ini merupakan

pengabaian dari bentuk gaya hidup yang tidak sehat, adanya pengobatan

diabetes mellitus (DM) yang tidak teratur dan tuntas, serta penyakit penyerta

lainnya yang membuat kondisi penderita diabetes melitus akan kebih parah.

Selain itu sebuah menejemen terapi juga harus memperhatikan aspek

spiritual karena merupakan bagian erat dari setiap kehidupan manusia.

Menurut Organisasi International Diabetes Federation (IDF) kasus

global diabetes melitus diprediksi kurang lebih dikisaran 463juta orang

dengan rentang usia 20-79 tahun dan angka tersebut akan terus meningkat

hingga tahun 2045 dengan prakiraan kasus sebanyak 700 juta (P2PTM

Kementerian Kesehatan RI, 2020). Menurut DataIndonesia.id (2022)

menerangkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah prakiraan

1
2

kasus DM ke 5 terbesar dunia yaitu dengan kisaran angka 19,5 juta jiwa

dengan rentang usia 20-79 pada tahun 2021. Menurut profil kesehatan jawa

timur (2021) menerangkan bahwa kasus penderita DM di jawa timur

sebanyak 875.745 kasus dengan prosentase pelayanan kesehatan sebesar

89,9%. Sedangkan menurut profil kesehatan Bojonegoro (2021) kasus

penderita DM sebesar 23.268 jiwa dengan prosentase yang telah

mendapatkan pelayanan kesehatan sebesar 92,3 %. Dari hasil pengamatan di

desa pacing sukosewu Bojonegoro terdapat 69 penderita DM dengan

rentang usia 46-67 tahun dan terdapat 37,8% yang tidak rutin dalam

mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh desa (posyandu) untuk memberikan

fasilitas kesehatan bagi para penderita DM. Hasil pengamatan lainnya

terdapat 6 dari 9 penderita yang hanya mau minum obat jika ada keluhan

saja tanpa memperhatikan anjuran minum obat yang seharusnya.

Pengabaian dari sebuah pengelolaan kesehatan pada kasus diabetes

melitus yang tidak teratur dan tuntas akan memunculkan masalah baru dan

serius seperti; munculnya kondisi komplikasi pada penderita DM karena

kadar gula yang tidak terkontrol dengan baik (Muttaqin, 2012). Badan

Kesehatan Dunia menerangkan bahwa masalah kondisi pengabaian atau

ketidakpatuhan ini adalah yang signifikan, ketaatan klien dengan penyakit

kronik atau degeratif sekitar 50% lebih di negara maju, sedangkan di negara

berkembang lebih rendah, salah satunya di Indonesia, dengan kisaran

ketaatan penggunaan obat pada penderita DM sekitar 26- 43% (Niman,

2017). Dari kondisi yang ditemui oleh peneliti di masyarakat, beberapa

penderita DM memiliki riwayat pengobatan yang tidak terkontrol sehingga


3

kadar gula darahnya secara fluktuatif naik turun dan juga ada yang

mengalami resiko komplikasi gangguan penglihatan dan pada sistem

peredaran darah seperti hipertensi.

Kesadaran setiap individu dalam pemenuhan kesehatannya adalah

modal awal untuk tetap menjaga status kesehatan yang dimiliki. Individu

yang saat mengalami gangguan kesehatan dan cenderung enggan melakukan

pengobatan atau bahkan tidak tertatur dan tuntas, justru tanpa disadari akan

berdampak lebih buruk bagi dirinya. Seseorang dengan diabeten melitus

harus menjalani pengobatan dan pengontrolan rutin untuk menjaga status

kesehatannya dari ancaman kadar gula darah yang bisa menimbulkan resiko

kesehatan, agar produktifitas hidup lebih baik (Effendi & Chayatin, 2018).

Kondisi semacam ini dapat dilihat dari sejauh mana aspek internal dari

setiap penderita DM untuk sadar betul dalam menerapkan menejemen terapi

yang dijalaninya, artinya sejauh mana salah satu aspek tersebut yaitu

spiritual seseorang mampu memberikan stimulasi yang nyata dalam

kesehatan seseorang. Sebuah spiritualitas dalam diri seseorang juga akan

menjadi suatu support sistem terhadap keadaan sehat sakit, sehingga

sangatlah penting bagi setiap individu mampu memaknai konsep sakitnya

dari kacamata spiritual. Membaiknya praktek agama atau spiritualitas akan

memiliki efek positif pada kesehatan mental maupun kesehatan fisik. Lansia

percaya bahwa sebuah doa dapat menyembuhkan baik fisik dan penyakit

mental, dan hubungan dengan Tuhan membentuk dasar psikologis dan fisik

mereka menjadi akan lebih baik (Bashir, 2016). Tidak dapat dipungkiri,

kondisi kesehatan yang bisa dibilang dengan pengobatan yang lama akan
4

mempengaruhi cara pandang seseorang, maka dengan sebuah spiritualitas

akan mampu memberikan support yang baik dalam sepanjang terapi untuk

dijalani dan juga harapan ke depan untuk bisa menjaga kualitas

kesehatannya. Pada penderita DM seseorang akan merasa kondisi

kesehatannya harus tergantung dengan obat akan lebih bosan dan akan

mempengaruhi aktivitas harian, sehingga produktifitasnya juga akan

terpengaruh, jika hal tersebut dibiarkan tentunya akan mempengaruhi

semangat untuk menjaga kualitas kesehatan pada penderita DM (Susanto, T

2012). Pentingnya melihat dari segala aspek dalam penanganan untuk

pengelolaan kesehatan juga harus dilihat dari sebuah kondisi internal pasien,

agar menejemen terapi dapat dijalankan dengan maksimal salah satunya

dengan melihat potensi spiritual yang pada diri pasien dalam menjalankan

menejemen terapi yang mandiri pada penderita diabtes melitus.

Dari latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui seperti apakah

hubungan aspek spiritual: transpersonal yang ada pada diri penderita

diabetes melitus dengan kaitannya pada kepatuhan dalam pengobatannya di

desa pacing sukosewu Bojonegoro.

1.2 Rumusan masalah

Bagaimanakah Hubungan Aspek Spiritual : Transpersonal Dengan

Kepatuhan Berobat Pada Lansia DM Di Desa Pacing Sukosewu

Bojonegoro?
5

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Menganalisis Hubungan Aspek Spiritual : Transpersonal

Dengan Kepatuhan Berobat Pada Lansia DM Di Desa Pacing

Sukosewu Bojonegoro.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi Aspek Spiritual : Transpersonal Pada Lansia

DM Di Desa Pacing Sukosewu Bojonegoro.

b. Mengidentifikasi Kepatuhan Berobat Pada Lansia DM Di Desa

Pacing Sukosewu Bojonegoro.

c. Menganalisis Hubungan Aspek Spiritual : Transpersonal

Dengan Kepatuhan Berobat Pada Lansia DM Di Desa Pacing

Sukosewu Bojonegoro.

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

a. Bagi Lembaga Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya atau

menambah ilmu pengetahuan, wawasan bagi pendidikan serta

mengikuti perkembangan terkait aspek spiritual : transpersonal

dengan kepatuhan berobat pada penderita DM yang dialami oleh

lansia.
6

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Menjadi referensi sumber inspirasi dan titik awal bagi penelitian

selanjutnya di bidang keperawatan lansia / kesehatan di

masyarakat.

1.4.2 Manfaat praktis

a. Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian

sederhana secara ilmiah dalam rangka mengembangkan diri dan

melaksanakan penelitian dengan tema hubungan aspek spiritual:

transpersonal dengan kepatuhan berobat pada lansia DM di desa

pacing sukosewu Bojonegoro serta mengkaji teori dari

pendidikan dan belajar menemukan permasalahan yang ada di

lapangan sesuai dengan kaidah penelitian.

b. Bagi Tenaga Kesehatan

Dapat memberikan gambaran dan masukan tentang kaitan aspek

spiritual dengan kepatuhan berobat pada lansia DM di desa

pacing sukosewu Bojonegoro.

c. Bagi Responden

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu mengatasi

problem kesehatan yang dialami oleh penderita DM pada lansia

dengan kaitannya tentang kepribadian sehingga menjadi sumber

solusi bahwa motivasi untuk hidup sehat juga dipengaruhi oleh

kepribadian penderita itu sendiri.


7

1.5 Penelitian Terkait

Tabel 1.1 Penelitian yang berkaitan Hubungan Aspek Spiritual :


Transpersonal Dengan Kepatuhan Berobat Pada Lansia
DM Di Desa Pacing Sukosewu Bojonegoro.

No Peneliti Judul Hasil Penelitian Perbedaan (Desain dan Responden)


1 Permadi. Hubungan Diperoleh nilai Penelitian ini merupakan penelitian
Y.K. (2016) Tingkat Spiritual pvaluemenggunakan kuantitatif dengan rancangan
Dengan Tingkat analisis korelasi Kendall deskriptif korelasi. Ditinjau dari
Kepatuhan Lansia Tau sebesar 0,015 lebih pendekatannya, penelitian ini
Penderita kecil dari α 0,05yang berarti menggunakan pendekatan cross
Diabetes Mellitus terdapat hubungan yang sectional, tekhnik pengambilan
Dalam Terapi signifikan antara tingkat sampel menggunakan tekhnik
Insulin Di spiritual dengan tingkat purposive sampling. Subyek
Wilayah Kerja kepatuhan lansia penderita penelitian ini sebanyak 20 lansia
Puskesmas diabetes melitus dalam sesuai dengan kriteria inklusi dan
Kalasan terapi insulin. Nilai kriteria eksklusi. Metode
Yogyakarta keeratan hubungan pada pengumpulan data menggunakan
penelitian ini sebesar 0,537, kuesioner. Analisis statistik bivariabel
yang berarti keeratan menggunakan uji Kendall Tau dengan
kategori sedang. tingkat kepercayaan 95% (α=0,05).
2 Ramandhan, Asuhan Setelah dilakukannya Metode yang digunakan adalah
NA. Keperawatan asuhan keperawatan selama dengan proses keperawatan. Asuhan
(2022). Lansia Pada 3 hari dengan intervensi keperawatan lansia pada pemenuhan
Pemenuhan peningkatan keagamaan dan kebutuhan spiritual pada masalah
Kebutuhan dukungan spiritual keperawatan kesiapan meningkatkan
Spiritual Dengan menunjukkan bahwa lansia religiusitas di wisma pandhu UPT
Masalah mengalami peningkatan PSTW Magetan selama hari 3 hari
Keperawatan dalam pemenuhan yaitu pada bulan Desember 2021.
Kesiapan spiritualnya pada hari ke 2
Meningkatkan dan dapat membaca bacaan
Religiusitas Di sholat serta doa doa dengan
Wisma Pandu Upt baik secara mandiri hari ke
Panti Sosial 3.
Tresna Werdha
Magetan
3 Putri M.F. Hubungan Hasil uji statistik ada Desain observaional analitik cross
(2017). Religiusitas hubungan yang signifikan sectional dengan car aconsecutive
dengan Diabetes dengan nilai p value 0,000 sampling pada 71 orang denga uji
distres pada klien dengan r : -0,505 statistik spearmean rank.
DM Tipe 2 di
wilayah kerja
puskesmas
patrang jember
8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Konsep Spiritual

a. Pengertian

Smith dan Rayment dalam Niman (2017), mendefinisikan

spiritualitas sebagai kondisi atau pengalaman yang dapat

menyediakan individu-individu dengan arah dan makna, atau

menyediakan perasaan memahami, mendukung, keseluruhan

dalam diri (inner wholeness), atau keterhubungan.

Keterhubungan dapat dengan diri sendiri, orang lain, alam

semesta, Tuhan, atau kekuatan supernatural yang lain.

Spiritualitas didefinisikan sebagai dimensi integral dari

kesehatan dan kesejahteraan setiap individu. Spiritual

kesejahteraan merupakan indikasi dari kualitas individu hidup di

dimensi spiritual. Kesejahteraan rohani memiliki dua komponen:

dimensi vertikal yang melibatkan hubungan dengan makhluk

yang lebih tinggi atau Tuhan, dan dimensi horizontal yang

melibatkan rasa tujuan dan makna hidup. Makhluk spiritual

tidak identik dengan kepercayaan atau praktik dalam aspek-

aspek tertentu dari agama. Sebaliknya, merupakan penegasan

hidup dalam hubungan dengan Tuhan, diri, masyarakat, dan

lingkungan, hal ini memelihara suatu keutuhan. Spiritual

8
9

kesejahteraan adalah tentang kehidupan batin kita dan

hubungannya dengan dunia yang lebih luas, hal ini mencakup

hubungan kita dengan lingkungan, spiritual kesejahteraan tidak

hanya mencerminkan keyakinan agama meskipun orang-orang

dari keyakinan agama. Hal ini dianggap primer mengatasi

sumber daya dalam perjalanan pemulihan dan penyembuhan.

Hal ini dapat dilakukan dalam berbagai cara dengan tujuan

utamanya adalah untuk menemukan tujuan dan makna dalam

kehidupan. Membaiknya praktek agama dan spiritualitas akan

memiliki efek positif pada kesehatan mental maupun kesehatan

fisik. Lansia percaya bahwa doa dapat menyembuhkan baik fisik

dan penyakit mental, dan hubungan dengan Tuhan membentuk

dasar psikologis mereka menjadi lebih baik (Bashir, 2016).

Secara fisik lanjut usia pasti mengalami penurunan fungsi

kognitif, tetapi pada aktivitas yang berkaitan dengan agama

justru mengalami peningkatan, artinya perhatian mereka

terhadap agama semakin meningkat sejalan dengan

bertambahnya usia. Lanjut usia lebih percaya bahwa agama

dapat memberikan jalan bagi pemecahan masalah kehidupan,

agama juga berfungsi sebagai pembimbing dalam kehidupan,

menentramkan batinnya (Padila, 2013).

b. Ruang Lingkup Spiritual

Ruang lingkup aktivitas spiritual, yaitu semua jenis

kegiatan aktivitas spiritual yang dilakukan secara rutin oleh para


10

lansia yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat

dalam kegiatan aktivitas spiritual atau keagamaan. Contoh atau

bentuk aktivitas spiritual antara lain: melakukan hal-hal yang

berhubungan dengan beribadah (berdoa, pergi ke tempat

beribadah, berpuasa, berdoa bersama atau pengajian, membaca

kitab suci atau Al-Quran dan lain-lain) (Gunarsa, 2009) dalam

(Susanto,T., 2012).

c. Aspek Spiritual Dalam Keperawatan

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional

mempunyai kesempatan paling besar untuk memberikan

pelayanan kesehatan khususnya pelayanan/asuhan keperawatan

yang komprehensif dengan membantu klien sebagai makhluk

bio-psiko-sosiokultural dan spiritual yang berespon secara

holistik dan unik terhadap perubahan kesehatan atau pada

keadaan krisis. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh

perawat tidak bisa terlepas dari aspek spiritual yang merupakan

bagian integral dari interaksi perawat dengan klien. Perawat

berupaya membantu kebutuhan spiritual klien sebagai bagian

dari kebutuhan menyeluruh klien, antara lain dengan

memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual klien tersebut,

walaupun perawat dan klien tidak mempunyai keyakinan

spiritual atau keagamaan yang sama (Hamid, 2009) dalam

(Nursalam, 2020).
11

d. Faktor yang mempengaruhi spiritualitas

Menurut Hamid (2009), faktor penting yang dapat

mempengaruhi spiritualitas seseorang adalah pertimbangan

tahap perkembangan, keluarga, latar belakang etnik dan budaya,

pengalaman hidup sebelumnya, krisis, terpisah dari ikatan

spiritual, isu moral terkait dengan terapi, serta asuhan

keperawatan yang kurang tepat.

Konsep yang berhubungan dengan spiritualitas yaitu

agama, keyakinan, harapan, transendensi, pengampunan. Agama

merupakan sistem keyakinan dan praktik yang terorganisasi.

Agama memberi suatu cara mengekspresikan spiritual dan

memberikan pedoman kepada yang mempercayainya dalam

berespon terhadap pertanyaan dan tantangan hidup.

Perkembangan keagamaan individu mengacu pada penerimaan

keyakinan, nilai, pedoman pelaksanaan, dan ritual tertentu.

Keyakinan adalah meyakini atau berkomitmen terhadap sesuatu

atau seseorang. Keyakinan memberi makna bagi kehidupan,

memberi kekuatan pada saat individu mengalami kesulitan

dalam kehidupannya. Keyakinan memberi kekuatan dan harapan

(Kozier dkk., 2010).

e. Keterkaitan Spiritual, Kesehatan dan Sakit

1) Menuntun kebiasaan hidup sehari-hari

Praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan

pelayanan kesehatan mungkin mempunyai makna


12

keagamaan bagi klien. Sebagai contoh, ada agama yang

menetapkan makanan diet yang boleh dan tidak boleh di

makan. Begitu pula metode keluarga berencana ada agama

yang melarang cara tertentu untuk mencegah kehamilan,

termasuk terapi medik atau pengobatan.

2) Sumber dukungan

Ketika mengalami stres, individu akan mencari dukungan

dari keyakinan agamanya. Dukungan ini sangat diperlukan

untuk dapat menerima keadaan sakit yang dialami,

khususnya jika penyakit tersebut memerlukan proses

penyembuhan yang lama dengan hasil yang belum pasti.

Sembahyang atau berdoa, membaca kitab suci, dan praktik

keagamaan lainnya sering membantu memenuhi

kebutuhan spiritual yang juga merupakan suatu

perlindungan terhadap tubuh.

3) Sumber kekuatan dan penyembuhan

Nilai dari keyakinan agama tidak dapat dengan mudah

dievaluasi. Walaupun demikian, pengaruh keyakinan

tersebut dapat diamati oleh tenaga kesehatan dengan

mengetahui bahwa individu cenderung dapat memahami

distres fisik yang luar biasa karena mempunyai keyakinan

yang kuat. Keluarga klien akan mengikuti semua proses

penyembuhan yang memerlukan upaya luar biasa karena

keyakinan bahwa semua upaya tersebut akan berhasil.


13

4) Sumber konflik

Pada situasi tertentu dapat terjadi konflik antara keyakinan

agama dengan praktik kesehatan, misalnya ada orang

yang memandang penyakit sebagai suatu bentuk hukuman

karena pernah berdosa. Ada agama tertentu yang

menganggap manusia sebagai makhluk yang tidak berdaya

dalam mengendalikan lingkungannya sehingga penyakit

diterima sebagai takdir, bukan sebagai sesuatu yang harus

disembuhkan.

f. Rentang respon dan cara mengetahui aspek spiritualitas pada

seseorang yang mengalami permasalahan kesehatan

Nursalam (2020), mengemukakan bahwa respon adaptif spiritual

dikembangkan dari proses ronaldson (2000) dan Kauman dan

Nipan (2003). Respon adaptif spiritual, meliputi:

1) Harapan yang realistis

2) Tabah dan sabar

3) Pandai mengambil hikmah.

Dalam sebuah spiritualitas sesorang yang mengalami suatu

permasalahan kesehatan, tentu hal yang sangat mendasari untuk

dikorelasikan dengan adalah sejauh mana sebuah makna

transpersonal yang dimiliki oleh sesorang terhadap kondisi sakit

yang dialaminya. Sehingga menjadi penting untuk melihat

kapasistas tersebut yang bisa digunakan nantinya untuk

mengobservasi kebersahasilan asuhan yang diberikan pada


14

pasien atau program terapi yang dijalankan oleh seseorang yang

mengalami masalah kesehatan (Nursalam. 2020). Berikut adalah

cara melihat makna transpersonal pasien dari kacamata

spiritualitas :

Tabel 2.1 Aspek spiritual: transpersonal

No Pernyataan Selalu Sering Kadang Tidak Pernah


1 Saya melakukan segla sesuatu
karena Tuhan
2 Saya rela dengan segala takdir dan
ketetapan Tuhan
3 Saya bersabar atas segala ujian
yang menerpa
4 Saya bersyukur atas segala nikmat
dan karunia Tuhan
5 Saya tidak mengeluh atas segala
kekurangan yang saya miliki
6 Saya berusaha melakukan sesuatu
yang untuk menjemput takdir saya
7 Saya berserah diri kepada Tuhan
atas segala usaha yang telah saya
lakukan
8 Saya berserah diri kepada Tuhan
atas segala takdir yang menimpa
saya

2.1.2 Konsep Kepatuhan

a. Pengertian Kepatuhan

Terdapat beberapa terminologi dalam bahasa inggris

terkait kepatuhan atau ketaatan, yaitu tingkatan yang

menunjukkan sebuah perilaku klien dalam mematuhi atau

mengikuti prosedur atau saran tenaga kesehatan. Di sisi lain

terdapat pengertian bahwa sebuah ketaatan atau kepatuhan

merupakan adanya kebebasan, penggunaan intelegensi,

kemandirian oleh klien yang bertindak lebih aktif dan perannya


15

lebih bersifat suka rela dalam menjelaskan dan menentukan

sasaran dari treatment.

Menurut Brannon dan Feist, 2010 dalam Niman, 2017

bahwa kepatuhan adalah perilaku dari klien untuk bagaimana

mengikuti permintaan medis atau sebuah kemampuan dari klien

dalam mengikuti praktik kesehatan yang dianjurkan. Sedangkat

ketidakpatuhan merupakan kondisi pengabaian dari sebuah

saran terapeutik yang diberikan pada klien sesuai dengan

kondisi yang dialami.

Seperti yang diterangkan oleh NANDA, 2010 bahwa

batasan karakteristik dari ketidakpatuhan adalah sebagai berikut:

1) Keadaan Objektif

a) Perilaku menunjukkan individu gagal mematuhi

ketetpatan.

b) Terjadinya perkembangan komplikasi

c) Terdapat perburukan gejala

d) Gagal mempertahankan janji untuk kunjungan klinis

e) Gagal mengalami perkembangan kesehatan

2) Keadaan subjektif

Pernyataan individu atau keluarga tentang perilaku gagal

untuk menyesuaikan rencana promosi kesehatan atau

terapeutik yang telah ditetapkan.


16

Menurut Niman (2017), ketidakpatuhan dibedakan dalam

dua kategori, antara lain :

1) Ketidakpatuhan yang disengaja

Kondisi ini umumnya disebabkan oleh keterbatasan biaya

pengobatan, sikap apatis klien dan keluarga,

ketidakpercayaan klien dan keluarga terhadap terapi yang

diberikan.

2) Ketidakpatuhan yang tidak disengaja

Sedangkan pada jenis ini adalah disebabkan karena

ketidaktahuan, lalai dan kesalahan penafsiran dari sebuah

informasi.

b. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan

Adanya faktor dari sebuah kepatuhan akan menjadi

penentu keberhasilan atau tidaknya dari sebuah saran terapi

yang diberikan. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi tingkat kepatuhan klien dalam menjalani saran

terapi, yaitu :

1) Faktor sosial ekonomi

Dalam faktor ini meliputi hal-hal tentang usia, jenis

kelamin, suku, keadaan ekonomi, pendidikan, kurang

social support network yang efektif, belief dan budaya

tentang penyakit.
17

2) Kondisi penyakit

Keparahan/ beratnya penyakit, hilangnya gejala akibat

terapi/ kemajuan, tingkat ketidakmampuan, adanya terapi

yang efektif.

3) Program terapeutik

Merupakan kompleksisitas program, efek samping yang

tidak menyenangkan, efektifitas dan toleransi obat, durasi

dari terapi, kegagalan terapi sebelumnya dan frekuensi

perubahan terapi.

4) Pemberi layanan kesehatan

Sistem distribusi medikasi yang buruk, asuransi kesehatan

yang kurang baik, sistem farmasi yang kurang

menguntungkan, hubungan klien provider yang kurang

baik.

5) Faktor yang berhubungan dengan klien

Pengetahuan tentang penyakit dan cara perawatan yang

kurang, persepsi klien mengenai diagnosa dan resiko

kesehatan yang berkaitan dengan penyakit serta

perawatan, tidak memahami petunjuk perawatan dan

follow-up secara rutin.

6) Faktor psikososial

Merupakan intelegensi, sikap terhadap tenaga kesehatan,

penerimaan atau penyangkalan terhadap penyakit,


18

keyakinan agama atau budaya dan biaya yang

berhubungan dengan regimen.

c. Cara mengatasi ketidakpatuhan

Menurut Niman, (2017) Upaya yang dapat dikembangkan

untuk mengatasi ketidakpatuhan antara lain :

1) Mengembangkan tujuan kepatuhan

2) Mengembangkan strategi dengan mengubah perilaku dan

mempertahankan perubahan tersebut. Sikap pengontrolan

diri membutuhkan pemantauan terhadap diri sendiri,

evaluasi diri dan penghargaan terhadap diri sendiri pada

perilaku yang baru tersebut.

3) Meyakinkan diri dengan menggunakan pernyataan

pertahanan diri.

Selain itu, program-program yang juga dapat memberikan

pengaruh pada kepatuhan adalah :

1) Pendidikan

Pendidikan klien dapat meningkatkan kepatuhan dengan

catatan pendidikan tersebut merupakan pendidikan aktif.

Program pendidikan kesehatan yang diberikan pada klien

dan keluarga akan lebih optimal bila varibel yang

berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan seseorang

diidentifikasi dan dipadukan dalam rencana pengajaran.

Pendidikan tersebut bisa dalam bentuk media cetak, file

atu soft Copy atau komunikasi on-line serta dalam forum.


19

2) Akomodasi

Merupakan suatu usaha harus dilakukan untuk memahami

ciri kepribadian pasien yang dapat mempengaruhi

kepatuhan.

3) Modifikasi faktor lingkungan dan sosial

Mengembangkan kelompok-kelompok pendukung dari

keluarga dan teman-teman untuk membantu kepatuhan

terhadap program pengobatan.

4) Perubahan model terapi

Program pengobatan dibuat sederhana dan klien dilibatkan

secara aktif dalam pembuatan program pengobatan

tersebut.

5) Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan

klien

Memberikan umpan balik pada klien merupakan hal yang

paling penting setelah menentukan diagnosis. Klien

membutuhkan penjelasan tentang kondisi sakitnya.

d. Cara mengukur kepatuhan

Menurut Brannon dan Feist (2010) dalam Niman (2017)

menuliskan 6 point dasar yang bisa digunakan untuk melihat

kepatuhan, yaitu : bertanya pada praktisi kesehatan, bertanya

pada klien, bertanya pada orang lain, memantau penggunaan

obat, pemeriksaan biokimia dan kombinasi dari cara tersebut.


20

Salah satu dari cara tersebut telah dirangkai dalam bentuk

kuesioner (MMAS: Morisky Medication Adherence Scale)

adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 Morisky Medication Adherence Scale

Jawaban klien Skor


No Pertanyaan Ya : 1 ,
Ya Tidak
Tidak : 0
Pernahkan anda lupa minum obat
1
anti diabetes melitus ?
Selain lupa , mungkin anda tidak
minum obat karena alasan lain.
2
Dalam 2 minggu terakhir, apakah
anda pernah tidak minum obat ?
Pernahkan anda mengurangi atau
berhenti minum obat tanpa
sepengetahuan dokter karena anda
3
merasa obat yang diberikan
membuat keadaan anda menjadi
lebih buruk?
Pernahkan anda lupa membawa
4
obat ketika bepergian ?
Apakah anda masih meminum obat
5
anda kemarin ?
Apakah anda berhenti minum obat
6 ketika anda merasa gejala yang
dialami telah teratasi?
7 Meminum obat setiap hari
merupakan sesuatu
ketidaknyamanan untuk beberapa
orang. Apakah anda merasa
terganggu harus minum obat setiap
hari?
8 Berapa sering anda lupa minum a: 0
obat ? b-e :
a. Tidak pernah 1
b. Sesekali
c. Kadang-kadang
d. Biasanya
e. Selalu

Keteranga :
Selalu : 7 kali dalam seminggu
Biasanya : 4-6 kali dalam
seminggu
Kadang-kadang : 2-3 kali dalam
seminggu
Sesekali : 1 kali dalam seminggu
Tidak pernah : tidak pernah lupa
Total Skor
21

Keterangan kategori kepatuhan :

Skor > 2= rendah

1 atau 2 = sedang

0 = tinggi

2.1.3 Konsep Lansia

a. Pengertian Lansia

Lansia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60

tahun ke atas (Depkes RI, 2013). Lanjut Usia merupakan

bentuk kondisi alamiah dari tahapan suatu kehidupan yaitu masa

anak-anak, dewasa dan hingga memasuki masa tua (Abidin &

Suryani 2018:38). Lansia adalah suatu proses keadaan yang

terjadi di dalam kehidupan manusia yang berlangsung sepanjang

hidup dapat dimulai dari sejak permulaan kehidupan (Nasrullah,

2016:1). Menua bukan suatu penyakit, namun suatu proses

perubahan kumulatif, yaitu menurunnya daya tahan tubuh.

Penuaan adalah proses alami yang terjadi pada setiap manusia,

hal ini menyebabkan terjadinya perubahan fisik, mental, social

dan kesehatan. Selain itu proses penuaan membuat lansia sulit

untuk melakukan Activity Dayly Life (ADL) secara mandiri

(Pudjianti, dkk 2021:42).

b. Klasifikasi lansia

Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia dalam

beberapa kelompok yaitu :


22

1) Pra lansia : usia 45-59 tahun

2) Lansia : usia lanjut 60 tahun keatas

3) Lansia resiko tinggi : usia lanjut beresiko 60 tahun keatas

dengan masalah kesehatan.

4) Lansia potensial : lansia yang masih mampu melakukan

pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang

atau jasa.

5) Lansia tidak potensia : lansia yang tidak berdaya mencari

nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada orang lain

menurut Ii et al., (2016:10).

c. Tipe Lansia

Menurut Nasrullah (2016:8-9) tipe lanisa ada 5, yaitu :

1) Tipe Arif Bijaksana

Lansia kaya akan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri

dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan,

memenuhi undangan dan menjadi panutan.

2) Tipe Mandiri

Lansia senang mengganti kegiatan yang hilang dengan

kegiatan baru, selektif dan mencari pekerjaan dan teman

pergaulan.

3) Tipe Tidak Puas

Lansia selalu mengalami konflik lahir batin, menentang

proses penuaan.
23

4) Tipe Pasrah

Lansia yang selalu menerima dan menungggu nasib baik.

5) Tipe Bingung

Lansia yang kaget dan kehilangan kepribadian

mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif dan

acuh.

d. Masalah Kesehatan lansia

Menurut Bustan (2015) masalah kesehatan lanis meliputi:

1) Gangguan pembuluh darah : hipetensi, stroke.

2) Gangguan metabolik : Diabetes Millitus.

3) Gangguan persendian : arthritis, encok, terjatuh.

4) Gangguan sosial : kurang menyesuaikan diri dan merasa

tidak mempunyai fungsi lagi.

2.1.4 Konsep Diabetes Melitus

a. Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu keadaan dimana

adanya gangguan metabolisme pada salah satu organ tubuh yaitu

pankreas tidak mampu atau tidak cukup untuk memproduksi

insulin dan atau tidak mampu menggunakan insulin secara

efektif. Insulin adalah salah satu hormone yang berfungsi untuk

menyeimbangkan kadar glukosa darah dalam tubuh. Karena

adanya gangguan pada produksi insulin maka akan terjadi

peningkatan kadar konsentrasi gula darah atau sering disebut

juga dengan hiperglikemia. Hiperglikemia merupakan efek yang


24

tidak terkontrol dari diabetes, terjadi dalam waktu yang cukup

panjang dan dapat terjadi kerusakan yang serius pada beberapa

sistem tubuh. (World Health Organization, 2016).

b. Klasifikasi

Klasifikasi Diabetes Mellitus dibagi menajdi empat

kelas klinis yaitu: (Aini, 2016)

1) Diabetes Melitus tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes

Mellitus(IDDM))

Karena adanya kerusakan pada sel beta pancreas

yang menyebabkan defisiensi insulin yang mutlak

sehingga tubuh tidak mampu mengasilkan insulin, untuk

penyebab diabetes tipe ini belum diketahui secara pasti.

Manifestasi dari klinik diabetes mellitus tipe 1 adalah

poliura ( BAK secara terus menerus), polipagia (cepat

lapar), berat badan menurun, penurunan fungsi

penglihatan dan mudah terasa lelah. Sekitar 70-90% sel β

hancur sebelum timbul gejala klinis. Pasien dengan DM

tipe 1 harus selalu melakukan suntik isulin dan

menjalankan diet secara ketat.

2) Diabetes Melitus tipe 2 (Non-Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM))

Diabetes mellitus tipe 2 terjadi karena adanya

gangguan pada proses sekresi insulin dan

ketidakmampuan untuk menggunakan insulin didalam


25

tubuh. Diabetes tipe ini merupakan jenis diabetes yang

paling banyak diderita oleh banyak orang didunia karena

penyebabnya akibat gaya hidup yang tidak sehat

contohnya, kurangnya aktivitas fisik dan obesitas. Tanda

gejala diabetes mellitus tipe 2 tidak jauh beda dengan

tanda dan gejala diabetes tipe 1, bedanya untuk diabetes

tipe ini yaitu dapat di diagnosis setelah beberapa tahun

semejak keluhan dirasakan maka sangat memungkinkan

sekali bila penyakit ini baru terdiagnosis akan

menimbulkan komplikasi.

3) Diabetes Melitus Spesifik Tipe Lain

Terjadi karena adanya faktor genetic yang

mengalami gangguan pada fungsi sel beta, sehingga

menyebabkan terjadinya gangguan pada kerja insulin.

Defek genetic kerja insulin, dan bisa karena penyakit

eksokrin pancreas (pankreatitis, tumor/pankreatektomi,

dan pankreatopati fibrokalkulus

4) Gestational Diabetes

Diabetes tipe ini terjadi pada wanita yang sedang

hamil atau diabetes ini sering dikenal dengan diabetes pada

masa kehamilan. Penyebabnya yaitu karena adanya

peningkatan kadar glukosa dalam darah (Hiperglikemia)

selama kehamilan pada pemeriksaan gds biasanya kadar

glukosa normal tetapi masih dibawah nilai diagnostik DM.


26

Perempuan dengan diagnosis diabetes melitus kehamilan

sangat rentan sekali mengalami komplikasi selama

kehamilan dan beresiko juga mengalami diabetes tipe 2

setelah usai masa kehamilan atau dikemudian hari nanti,

tetapi biasanya kerja insulin akan bekerja kembali setelah

melahirkan. Untuk pemeriksaan diabetes tipe ini agar

lebih akurat lebih baikdilakukan pada saat masa prenatal.

c. Manifestasi klinis

Menurut Tandra (2018), beberapa keluhan utama dari

diabetes adalah banyak kencing, rasa haus, barat badan turun,

rasa seprti flu, mata kabur, luka yang sukar sembuh, rasa baal

dan kesemutan, gusi merah dan bengkak kulit kering dan gatal,

mudah kena infeksi, dan gatal pada kemaluan.

d. Patofisiologi

Insulin disekresikan oleh sel-sel beta yang merupakan

salah satu dari empat tipe sel dalam pulau langerhans pankreas.

Insulin merupakan hormon anabolik atau hormon untuk

menyimpan kalori (storage hormone). Apabila sesorang

makanmakanan, sekresi insulin akan meningkat dan

menggerakkan glukosa ke dalam sel-sel otot, hati serta lemak.

Dalam sel-sel tersebut, insulin menimbulkan efek berikut ini : 1)

menstimulasi penyimpanan glukosa dalam hati dan otot (dalam

bentuk glikogen), 2) meningkatkan penyimpanan lemak dari

makanan dalam jaringan adipose, 3) mempercepat pengangkutan


27

asam asam amino (yang berasal dari protein makanan) ke dalam

sel. Insulin juga menghambat pemecehan glukosa, protein dan

lemakyang disimpan. Selama masa “puasa” (antara jam-jam

makan dan pada saat tidur malam), pankreas akan melepaskan

secara terus menerus sejumlah kecil insulin bersama dengan

hormon pankreas lain yang disebut glukogon (hormon ini

disekresikan oleh sel-sel alfa pulau langerhans) (Waspadji, 2007

dalam Gustina, 2014).

Insulin dan glukagon secara bersama-sama

mempertahankan kadar glukosa yang konstan dalam darah

dengan menstimulasi pelepasan glukosa dari hati. Pada

mulanya, hati menghasilkan glukosa melalui pemecahan

glikogen (glikogenolisis). Setelah 8 hingga 12 jam tanpa

makanan, hati membentuk glukosa dari pemecahan zat-zat

selain karbohidrat yang mencakup asam-asam amino

(glukoneogenesis). Pada DM tipe 2 terdapat dua masalah utama

yang berhubungan dengan insulin dan gangguan sekresi insulin.

Normalnya insulin akan berikatan pada reseptor untuk

memasukkan glukosa ke dalam sel. Pada penderita dengan DM

tipe 2, meskipun kadar insulin tinggi dalam darah tetap saja

glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel akibat terjadi penurunan

kerja insulin yang tidak efektif, sehingga sel akan kekurangan

glukosa. Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai resistensi

insulin (Corwin, 2009).


28

e. Komplikasi

Komplikasi-komplikasi Diabetes Mellitus dapat dibagi

menjadi dua kategori mayor yaitu komplikasi metabolik akut

dan komplikas-komplikasi vaskular jangka panjang. Keadaan

yang termasuk komplikasi akut dari DM adalah diabetic

ketoacidosis (DKA) dan hiperglikemia hiperosmolar koma

nonketotik (HHNK) (Price & Wilson, 2006 dalam Gustina,

2014). Komplikasi vaskular jangka panjang dari diabetes

melibatkan kelainan pada pembuluh-pembuluh darah kecil

(mikroangiopati) dan pembuluh pembuluh darah sedang dan

besar (makroangiopati). Makroangiopati diabetik mempunyai

histopatologis berupa aterosklerosis. Mikroangiopati

merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan

arteriola retina (retinopati diabetik), glomerulus ginjal

(nefropati diabetik), dan saraf-saraf perifer (neuropati perifer

diabetik) (Price & Wilson, 2006 dalam Gustina, 2014).

f. Prinsip pengelolaan

Prinsip pengelolaan Diabetes mellitus, meliputi

(Wahyuningsih, 2013):

1) Penyuluhan

Tujuan penyuluhan adalah meningkatkan pengetahuan

para diabetisi tentang penyakitnya serta cara

pengelolaannya dengan tujuan dapat merawat dirinya

sendiri sehingga mampu untuk mempertahankan hidup


29

dan dapat mencegah komplikasi lebih lanjut. Adapaun

penyuluhan tersebut meliputi :

a) Penyuluhan untuk pencegahan primer ditujukan

untuk kelompok risiko tinggi.

b) Penyuluhan untuk pencegahan sekunder ditujukan

pada diabetisi terutama pasien yang baru. Materi

yang diberikan meliputi : pengertian Diabetes,gejala,

penatalaksanaan Diabetes mellitus, mengenal dan

mencegah komplikasi akut dan kronik, perawatan

pemeliharaan kaki, dll.

c) Penyuluhan untuk pencegahan tersier ditujukan

pada diabetisi lanjut, dan materi yang diberikan

meliputi cara perawatan dan pencegahan

komplikasi, upaya untuk rehabilitasi, dll.

2) Diet Diabetes mellitus

Tujuan Diet pada Diabetes mellitus adalah

mempertahankan atau mencapai berat badan ideal

mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal,

mencegah komplikasi akut dan kronik serta meningkatkan

kualitas hidup.

3) Latihan fisik

Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan Diabetes

Mellitus karena efeknya dapat menurunkan kadar gula


30

dalam darah dan mengurangi komplikasi kardiovaskuler.

Prinsip dalam penatalaksanaan latihan fisik adalah :

a) Frekuensi : Jumlah olahraga perminggu, sebaiknya

dilakukan secara teratur 3-5 kali.

b) Intensitas :Ringan dan sedang yaitu 60-70 % MHR

(Maximum Heart Rate ) = (220-umur )

c) Tipe/jenis : Olahraga erobik untuk meningkatkan

peredaran darah ke seluruh tubuh yaitu senam kaki.

Lama : 30-60 Menit.

4) Senam kaki diabetik

Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan

oleh pasien DM untuk mencegah terjadinya luka dan

membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki.

Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah

dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah

terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat

meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan juga

mengatasi keterbatasan pergerakan sendi.


31

2.2 Kerangka teori

Faktor yang mempengaruhi aspek Faktor yang mempengaruhi


spiritual : kepatuhan :
1. Pertimbangan tahap perkembangan 1. Sosial ekonomi
2. Keluarga 2. Kondisi penyakit
3. Sosial-budaya 3. Program terapi
4. Pengalaman
4. Layanan kesehatan
5. Krisis , isu moral dan asuhan yang
kurang tepat 5. Psikososial

Item Spiritual:
1. Transpersonal Lansia
2. Temporal
3. Outward
Kepatuhan terapi
4. Inward Berobata DM kesehatan

Gambar 2.1 Kerangka Teori.


BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka konsep

Komunitas dan Lingkungan Lansia DM

Spiritualitas Lansia: Kepatuhan Berobat Lansia DM


Transpersonal

Faktor yang mempengaruhi Faktor yang mempengaruhi


Spiritualitas : Kepatuhan :

1. Pertimbangan tahap 1. Sosial ekonomi


perkembangan 2. Kondisi penyakit
3. Program terapi
2. Keluarga 4. Layanan kesehatan
3. Sosial-budaya 5. Psikososial
4. Pengalaman
5. Krisis , isu moral dan asuhan
yang kurang tepat

Keterangan:

: Area yang diteliti

: Area yang tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan Aspek Spiritual :


Transpersonal Dengan Kepatuhan Berobat Pada Lansia DM
Di Desa Pacing Sukosewu Bojonegoro

32
33

3.2 Hipotesis
Adapun hipotesis dari Hubungan Aspek Spiritual : Transpersonal

Dengan Kepatuhan Berobat Pada Lansia DM Di Desa Pacing Sukosewu

Bojonegoro adalah sebagai berikut :

H1 : Ada Hubungan Aspek Spiritual : Transpersonal Dengan

Kepatuhan Berobat Pada Lansia DM Di Desa Pacing Sukosewu

Bojonegoro.
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian

Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap

keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu

penelitian bisa diterapkan (Nursalam, 2016 : 157). Rancangan penelitian ini

menggunakan Non-Eksperimen dengan pendekatan cross sectional yang

menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan

dependen hanya satu kali pada satu saat. Pada jenis ini,variabel independen

dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat, jadi tidak ada tindak

lanjut. Tentunya tidak semua subjek penelitian harus diobservasi pada hari

atau pada waktu yang sama, akan tetapi baik variabel independen maupun

variabel dependen dinilai hanya satu kali (Nursalam, 2016 : 163).

Pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Hubungan Aspek

Spiritual : Transpersonal Dengan Kepatuhan Berobat Pada Lansia DM Di

Desa Pacing Sukosewu Bojonegoro.

34
35

4.2 Kerangka Kerja

Populasi: seluruh lansia penderita DM Di Desa Pacing Sukosewu


Bojonegoro sejumlah 69 orang

Sampel: beberapa lansia penderita DM Di Desa Pacing Sukosewu


Bojonegoro sejumlah 59 orang

Sampling penelitian menggunakan simple random sampling

Pengumpulan data instrumen : kuesioner

Pengolahan data dengan cara: editing, coding, scoring dan tabulating

Uji Spearman Rank

Ada hubungan Tidak ada hubungan

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Hubungan Aspek Spiritual : Transpersonal


Dengan Kepatuhan Berobat Pada Lansia DM Di Desa Pacing
Sukosewu Bojonegoro.
36

4.3 Populasi, Sampel, Dan Sampling

4.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2016 : 169).

Dalam penelitian populasi yang digunakan adalah seluruh lansia

penderita DM di Desa Pacing Sukosewu Bojonegoro sejumlah 69

orang.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Hasmi, 2014 : 154). Menurut Nursalam (2016 :

171) sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Pada

penelitian ini sampelnya adalah lansia penderita DM di Desa Pacing

Sukosewu Bojonegoro sejumlah 59 orang. Jumlah tersebut didasarkan

pada beberapa kriteria yaitu:

a. Kriteria Inklusi:

1) Lansia dengan domisili tetap

2) Bisa baca tulis

3) Dan berkenan menjadi responden

b. Kriteria Eksklusi :

1) Tuna wicara/ tuna rungu

2) Gangguan kognitif

3) Menolak menjadi responden


37

4.3.3 Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi (Nursalam, 2016 : 173). Pemilihan sampel dalam

penelitian ini menggunakan simpel random sampling dengan rumus

besaran sampel yaitu n = N/1+N(d)2

4.4 Indentifikasi Variabel

Menurut Soeparto dkk (2000) dalam Nursalam (2016 : 177) variabel adalah

perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu

(benda, manusia, dan lain-lain).

4.4.1 Variabel Independen (bebas)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau

nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2016 : 177). Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah aspek

spiritual: transpersonal lansia.

4.4.2 Variabel Dependen (terikat)

Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain

(Nursalam, 2016 : 178). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

dependen adalah kepatuhan berobat lansia penderita DM.

4.5 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasiaonal

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan penelitian

untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu

objek atau fenomena (Hidayat, 2018 : 37).


38

Tabel 4.1 Definisi operasional.


Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skala Skor
Operasional
Variabel Suatu penilaian 1. Harapan Kuesioner Ordinal Skoring
independen dalam pemaknaan 2. Tabah/sabar Jika jawaban
adalah aspek terhadap kondisi 3. Hikmah 1 : selalu
spiritual : sakit dari kacamata 2 : sering
transpersonal. spiritual 3 : kadang
4 : tidak pernah
Coding
1. Baik: 76-
100%
2. Cukup: 56-
75%
3. Kurang ≤
56%
Nursalam (2020)
Variabel Tingkat perhatian Morisky Medication Kuesioner Ordinal Skoring
dependen adalah klien DM dalam Adherence Scale Ya : 1
kepatuhan berobat secara Tidak : 0
berobat. tepat, yaitu tepat
obat, tepat waktu, Coding
tepat dosis, dan 1. Tinggi : 0
tepat cara 2. Sedang : 1-2
penggunaan. 3. Rendah : > 2

4.6 Pengumpulan dan pengolahan data

4.6.1 Instrumen

Pengumpulan data adalah kegiatan untuk mengumpulkan data.

Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu dilihat alat ukur

pengumpulan data agar dapat memperkuat hasil penelitian (Hidayat,

2018 : 36). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat ukur

berupa kuesioner. Kuesioner merupakan alat ukur berupa angket atau

kuesioner dengan beberapa pertanyaan. Alat ukur ini digunakan bila

responden jumlahnya besar dan tidak buta huruf (Hidayat, 2018 : 36).

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur aspek spiritual:

transpersonal adalah menggunkaan kuesioner dan untuk mengukur

kepatuhan juga menggunakan kuesioner yang telah baku untuk


39

pengambilan data pada responden yang ada di Desa Pacing Sukosewu

Bojonegoro.

4.6.2 Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Pacing Sukosewu Bojonegoro.

Waktu penelitian bulan September 2022-Januari 2023.

4.6.3 Prosedur penelitian

a. Mengurus dan mendapatkan rekomendasi dari ISTeK ICsada

Bojonegoro untuk proses penelitian.

b. Instrument penelitian yang telah BAKU kemudian kuesioner

tersebut digunakan untuk pengambilan data penelitian kepada

responden.

c. Mendapatkan ijin penelitian dari pihak desa, dan selanjutnya

melakukan proses pengambilan data menggunakan kuesioner

dengan memperhatikan aspek kode etik penelitian.

d. Setelah data didapat, dilakukan proses pengolahan dan analisis

data. Dan selanjutnya dilakukan proses interpretasi data dan

hasil, pembahasan serta penarikan suatu kesimpulan.

4.6.4 Analisis data

Analisis data pada penelitian ini mengunakan Spearman Rhank. Data

hasil kuesioner yang diberikan responden diproses melalui tahapan

a. Editing

Editing merupakan kegiatan meneliti kembali apakah data setiap

sampel sudah terisi dengan tepat dan lengkap. Proses editing


40

dilakukan ditempat pengumpulan data sehingga jika ada

kekurangan dapat segera dilengkapi.

b. Coding

Coding adalah mengklarifikasi jawaban dari responden menurut

kriteria tertentu. Hal utama yang harus dilakukan pada kegiatan

ini adalah memberi kode untuk jawaban yang diberikan oleh

responden penelitian.

c. Scoring

Scoring memberikan nilai atau skor pada setiap pernyataan

untuk memudahkan pengolahan data selanjutnya..

d. Tabulating

Pengolahan data yang telah dilakukan kemudian dimasukkan

dalam rumus nilai yang diperoleh dibandingkan dengan

frekuensi total atau keseluruhan kemudian dikalikan 100% dan

hasilnya berupa prosentase dengan menggunakan rumus

𝑓
𝑃= 𝑋 100%
𝑛

Keterangan :

P: Nilai yang didapat

f: Nilai yang didapat responden

n: Nilai maksimum

Hasil tabulasi data umum kemudian diinterpretasikan

dengan menggunakan kriteria:

a. Mayoritas : 90%-100%

b. Sebagian besar : 70%-89%


41

c. Lebih dari sebagian : 51%-69%

d. Sebagian : 50%

e. Kurang dari sebagian : <50%

4.7 Masalah Etika

4.7.1 Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden

(Hidayat, 2018 : 39). Informed consent diberikan pada responden

yang menjadi sampel penelitian.

4.7.2 Anonimity (Tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian

yang akan disajikan (Hidayat, 2018 : 39). Dalam penelitian ini peneliti

tidak mencantumkan nama responden dalam laporan penelitian, hanya

menggunakan inisial saja.

4.7.3 Confiddentiality (Kerahasiaan)

Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan

hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Semua informasi yang disampaikan responden terjamin


42

kerahasiaannya dan informasinya hanya digunakan untuk kepentingan

penelitian.

4.8 Keterbatasan penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah faktor perancu yang tidak bisa

peneliti kendalikan seperti keakuratan jawaban yang diberikan oleh

responden.
BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil
5.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian
Desa pacing merupakan salah satu desa dikecamatan sukosewu
bojonegoro yang memiliki 508 KK dengan 3044 jiwa yang terbagi
dalam 1526 laki dan 1518 perempuan. Mayoritas aktivitas warga
adalah petani dan pedagang. Batas wilayah ini berdampingan dengan
wilayah desa tetangga yaitu seperti desa pohbogo, desa purwoasri,
mayangkawis dan duyungan dan wilayah kedungadem.
5.1.2 Karakteristik demografi
a. Karakteristik usia
Tabel 5.1 Karakteristik Demografi Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah %
1. 46-50 Tahun 19 32,2
2. 56-55 Tahun 17 28,8
3. 56-60 Tahun 17 28,8
4. 61-65 Tahun 5 8,5
5. > 65 Tahun 1 1,7
Jumlah 59 100

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa prosentase karakteristik


berdasarkan usia Di Desa Pacing Sukosewu Bojonegoro kurang
dari sebagian berusia 46-50 Tahun yaitu 19 responden (32,2%).
b. Karakteristik jenis kelamin
Tabel 5.2 Karakteristik Demografi Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah %


1. Laki-Laki 32 54,2
2. Perempuan 27 45,8
Jumlah 59 100

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa prosentase karakteristik


berdasarkan jenis kelamin Di Desa Pacing Sukosewu

43
44

Bojonegoro lebih dari sebagian dengan jenis kelamin laki-laki


yaitu 32 responden (54,2%).
c. Karakteristik pendidikan
Tabel 5.3 Karakteristik Demografi Pendidikan

No Pendidikan Jumlah %
1. SD/MI 41 69,5
2. SMP/MTs 6 10,2
3. SMA/SMK/MA 12 20,3
4. PT 0 0
Jumlah 59 100

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa prosentase karakteristik


berdasarkan pendidikan Di Desa Pacing Sukosewu Bojonegoro
lebih dari sebagian berpendidikan SD/MI yaitu 41 responden
(69,5%).
d. Karakteristik pekerjaan
Tabel 5.4 Karakteristik Demografi Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah %
1. Bekerja 44 74,6
2. Tidak Bekerja 15 25,4
Jumlah 59 100

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa prosentase karakteristik


berdasarkan pekerjaan Di Desa Pacing Sukosewu Bojonegoro
mayoritas bekerja yaitu 44 responden (74,6%).
5.1.3 Variabel yang diukur
a. Karakteristik aspek spiritual: transpersonal
Tabel 5.5 Karakteristik aspek spiritual: transpersonal

No Transpersonal Jumlah %
1. Baik 9 15,3
2. Cukup 29 49,2
3. Kurang 21 35,6
Jumlah 59 100

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa prosentase karakteristik


kepribadian Di Desa Pacing Sukosewu Bojonegoro kurang dari
45

sebagian memiliki aspek spiritual: transpersonal kategori cukup


yaitu 29 responden (49,2%).
b. Karakteristik kepatuhan berobat DM
Tabel 5.6 Karakteristik kepatuhan berobat DM

No Kepatuhan berobat DM Jumlah %


1. Tinggi 20 33,9
2. Sedang 35 59,3
3. Rendah 4 6,8
Jumlah 59 100

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa prosentase karakteristik


kepatuhan berobat DM Di Desa Pacing Sukosewu Bojonegoro
lebih dari sebagian kategori sedang yaitu 35 responden (59,3%).
c. Karakteristik hubungan aspek spiritual : transpersonal
dengan kepatuhan berobat DM
Tabel 5.7 Karakteristik aspek spiritual : transpersonal dengan
kepatuhan berobat DM

Correlations

Transpersonal Kepatuhan

Spearman's Transpersonal Correlation


1.000 .587**
rho Coefficient

Sig. (2-tailed) . .000

N 59 59

Kepatuhan Correlation
.587** 1.000
Coefficient

Sig. (2-tailed) .000 .

N 59 59
**. Correlation is significant at the 0.01 level
(2-tailed).

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa nilai koefisien korelasi

antara aspek spiritual: transpersonal dengan kepatuhan berobat

DM Di Desa Pacing Sukosewu Bojonegoro sebesar 0,587


46

dengan tingkat signifikan 0,000 yang memiliki makna hubungan

yang kuat antar kedua variabel versi D.A de Vaus.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Aspek spiritual : transpersonal

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik aspek spiritual:

transpersonal responden Di Desa Pacing Sukosewu Bojonegoro

kurang dari sebagian memiliki kategori cukup yaitu 29 responden

(49,2%).

Kebutuhan akan kesehatan juga tidak hanya pada aspek biologis

semata, akan tetapi juga pada aspek spiritualitas yang juga menjadi

sebuah komponen dalam kesehatan seseorang. Pada penelitian ini

sejalan dengan yang dilakukan oleh Permadi, Y.K (2016) yang

menegaskan bahwa sebuah spiritualitas memegang peranan penting

dalam sebuah kebutuhan kesehatan seseorang. Sebuah kondisi

spiritualitas yang baik dan positif tentu akan memberikan sebuah

stimulasi yang baik dan juga positif dalam mengambil sebuah

tindakan. Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Darmawati

(2015) juga menegaskan bahwa sebuah spiritualitas akan memberikan

dampak pada seseorang dalam melakukan suatu hal, baik buruknya

hal tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi spiritual yang dimiliki

oleh setiap orang.

Hasil penelitian ini pada aspek spiritualitas : transpersonal dalam

kategori cukup menerangkan bahwa sebuah spiritualitas yang dimiliki

oleh lansia dengan DM sudah cukup bagus yang menandakan bahwa


47

seorang lansia dengan riwayat DM harus mampu menempatkan posisi

kebutuhan dasar secara seimbang agar kebutuhan kesehatan bisa

terpenuhi dengan adekuat. Pada lansia yang memiliki DM sudah tentu

harus menjaga spiritualitasnya dalam konteks transpersonal, karena

dengan kualitas spiritual yang baik akan menjadi dasar dalam

pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan yang baik juga khususnya

seseorang yang dalam gangguan kesehatan seperti adanya DM yang

merupakan permasalahan kesehatan secara global atau umum dialami

oleh banyak orang. Oleh karena itu, agar dapat memiliki kondisi

spiritualitas yang baik, maka seseorang harus mampu mendalami apa

itu sebuah nilai spiritual yang sesungguhnya dengan baik karena

merupakan unsur yang berkorelasi dengan pemaknaan diri dengan

ketentuan yang Kuasa.

5.2.2 Kepatuhan berobat DM

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik kepatuhan

berobat DM responden Di Desa Pacing Sukosewu Bojonegoro lebih

dari sebagian kategori sedang yaitu 35 responden (59,3%).

Pada seseorang yang memiliki permasalahan kesehatan yang

membutuhkan pengobatan jangka panjang tentu hal yang menjadi

tantangannya adalah sebuah aspek konsisten dalam menjalankanya

yaitu kepatuhan. Menurut Brannon dan Feist (2010) dalam Niman

(2017:38) bahwa kepatuhan adalah perilaku dari klien untuk

bagaimana mengikuti permintaan medis atau sebuah kemampuan dari

klien dalam mengikuti praktik kesehatan yang dianjurkan. Sedangkan


48

ketidakpatuhan merupakan kondisi pengabaian dari sebuah saran

terapeutik yang diberikan pada klien sesuai dengan kondisi yang

dialami. Selain itu menurut Permadi, Y.K (2016) menegaskan bahwa

sebuah kepatuhan dalam pengobatan atau menjalankan pengobatan

sangatlah harus dilaksanakan, agar tujuan dari sebuah terapi dapat

tercapi dengan baik dan optimal.

Pada hasil penelitian ini menegaskan bahwa, kepatuhan dengan

kategori sedang yang dimiliki oleh lebih dari sebagian responden

merupakan pencapaian yang cukup baik dalam menjalankan sebuah

terapi. Akan tetapi hal tersebut tidaklah cukup, karena banyak hal

yang harus diperhatikan agar sebuah kepatuhan dapat terlaksana

dengan optimal. Kepatuhan dalam menjalankan sebuah terapi

merupakan pondasi yang harus diperhatikan oleh sebuah orang.

Berhasil atau tidaknya tujuan terapi tergantung sejauh mana seseorang

mau dan berkomitmen secara sungguh – sungguh untuk

menjalankannya, sehingga kemanfaatan terapi dalam dirasakan

dengan baik dan benar.

5.2.3 Hubungan aspek spiritual: transpersonal dengan kapatuhan

berobat DM

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi antara

aspek spiritual: transpersonal dengan kepatuhan berobat DM Di Desa

Pacing Sukosewu Bojonegoro sebesar 0,587 dengan tingkat signifikan

0,000 yang memiliki makna hubungan yang kuat antar kedua variabel.
49

Aspek spiritual merupakan sebuah kebutuhan yang unik pada diri

seseorang, karena di dalamnya memiliki sebuah sumber yang kuat

dalam memberikan dorongan pada unsur tertentu. Kaitan antara

kesehatan spiritual dengan kesehatan fisik juga menjadi perhatian

yang unik. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Permadi, Y.K

(2016) yang menitikberatkan bahwa ciri-ciri tingkat spiritual

seseorang baik apabila mampu merumuskan arti personal yang positif

tentang tujuan keberadaannya di dunia, mengembangkan arti

penderitaan serta meyakini hikmah dari setiap kejadian atau

penderitaan, menjalin hubungan yang positif dan dinamis, membina

integritas personal yang positif dan merasa diri berharga, merasakan

kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan dan mengembangkan

hubungan antar manusia yang positif. Selain itu keterkaitan antara

aspek spiritual juga dipaparkan oleh Wijaya,A.K dkk (2018) yang

menegaskan bahwa seseorang akan lebih menjaga perilakunya dalam

sebuah terapi karena memiliki nilai spiritualitas yang baik, karena

didalamnya merupakan sebuah kesinambungan yang kuat dalam

sebuah internalnya untuk bisa mencapai sebuah titik akhir yang baik

juga yaitu sebuah keberhasilan dari sebuah terapi yang dijalaninya.

Pada penelitian ini membuktikan bahwa keterkaitan antara aspek

spiritualitas transpersonal seseorang akan sangat memberikan korelasi

terhadap apa yang menjadi tujuannya yaitu menjaga nilai kesehatan.

Kesehatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seorang yang

mampu menjaga kualitas dan derajat kesehatannya karena memiliki


50

riwayat DM dan harus tetap aktif dan produktif dalam setiap aktivitas

hariannya yaitu dengan rutin menjalankan menejemen kesahatan.

Didalamnya memiliki unsur baik untuk tindakan kuratif, preventif,

serta rehabilitataif. Seorang lansia yang merupakan orang dengan usia

kematangan yang bisa dibilang cukup bahkan sangat matur akan lebih

positif dalam melihat nilai spiritualitasnya yang sangat bermanfaat

untuk menjadi support sistem dalam pembentukan mekanisme koping

yang adekuat untuk bisa menjaga kualitas dan derajat kesehatannya.

Sehingga sangatlah penting bagi setiap orang khususnya yang

memiliki riwayat permasalahan kesehatan untuk bisa memadukan

nilai spiritualitas untuk membentuk koping yang positif dalam

memelihara kesehatannya yaitu dengan patuh dalam menjalankan

semua aturan terapi yang dilaninya.


BAB 6

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

6.1.1 Mayoritas aspek spiritual: transpersonal responden yang menjalankan

pengobatan DM Di Desa Pacing Sukosewu Bojonegoro adalah dengan

kategori cukup yaitu 29 responden (49,2%)..

6.1.2 Mayoritas kepatuhan responden yang menjalankan pengobatan DM Di

Desa Pacing Sukosewu Bojonegoro adalah dengan kategori sedang

yaitu 35 responden (59,3%).

6.1.3 Terdapat hubungan antara kepribadian dengan kepatuhan berobat DM

yang dilakukan Di Desa Pacing Sukosewu Bojonegoro memiliki

kekuatan hubungan sebesar 0,587 dengan tingkat signifikan 0,000.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi responden

Dapat menjadi sumber evaluasi terhadap upaya pengelolaan penyakit

tidak menular kategori DM, sehingga setiap elemen masyarakat dapat

mandiri dalam disiplin menjaga dan meningkatkan kualitas

kesehatannya.

6.2.2 Bagi institusi pendidikan

Menjadi sumber referensi dalam pengembangan mata ajar khususnya

di keperawatan keluarga dan komunitas serta lansia yang berfokus

pada pengelolaan penyakit tidak menular (DM).

51
52

6.2.3 Bagi tenaga kesehatan

Menjadi bahan kajian dalam pengelolaan kesehatan pada tatanan

masyarakat dan keluarga dalam mencegah permasalahan kesehatan

PTM (penyakit tidak menular).

6.2.4 Penelitian selanjutnya

Dapat menjadi sumber rujukan untuk pengembangan penanggulangan

kesehatan pada lansia atau masyarakat tentang PTM sehingga akan

menghasilkan program lebih aplikatif dalam menekan angka

morbiditas dan mortalitas yang di akibatkan oleh kasus PTM.


DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo. (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu

Brunnert & Suddart. (2014). Buku ajar keperawatan medikal bedah edisi 12.
Jakarta : EGC

Efendi, Ferry dan Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas.


Jakarta: Salemba Medika

Efendi, F & Chayatin,N. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas I. Jakarta:


Salemba Medika

Hidayat, Aziz Alimul. (2012). Metodologi Penelitian Keperawatan Dan Teknik


Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.

Masriadi, (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Penerbit Trans


info media

Mubin, A.Halim (2016). Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam, Diagnosis dan
Terapi Edisi 3. Jakarta : EGC

NANDA. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC

Niman, S. (2017). Promosi dan Pendidikan Kesehatan. Jakarta: CV. TRANS


INFO MEDIA

Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 5. Jakarta


: Salemba Medika.

Sahara, dkk. (2013). Harmonious Family. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor


Indonesia

Schultz,D.P & Schultz,S.E (2016) Teori Kepribadian, Edisi 10. Jakarta: EGC

Udjianti, W.J (2012). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika

Zaidin, Ali. (2009). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC

53
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Lampiran 1
HUBUNGAN ASPEK SPIRITUAL : TRANSPERSONAL DENGAN KEPATUHAN BEROBAT PADA LANSIA DM DI
DESA PACING SUKOSEWU BOJONEGORO
No Kegiatan Sept 22 Okt 22 Nov 22 Des 22 Jan 23 Feb 23
Minggu Ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Outline
2 Penyusunan skripsi
3 Proses bimbingan
4 Pendaftaran ujian skripsi
5 Ujian skripsi
6 Revisi skripsi
7 Pelaksanaan penelitian
8 Pengolahan data
9 Pendaftaran ujian skripsi
10 Ujian skripsi
11 Revisi skripsi
12 Pengumpulan berkas skripsi
Lampiran 2
Lampiran 3

LEMBAR PENJELASAN SERTA INFORMASI (INFORMED CONSENT)


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT SAINS TEKNOLOGI DAN KESEHATAN
INSAN CEDEKIA HUSADA BOJONEGORO

Kepada
Yth. Bapak / Saudara
Di Tempat

Dengan hormat,
Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian yang berjudul “, saya mohon
Bapak/Saudara memberikan informasi yang berkaitan Hubungan Aspek
Spiritual : Transpersonal Dengan Kepatuhan Berobat Pada Lansia DM Di
Desa Pacing Sukosewu Bojonegoro”dengan pelaksanaan penelitian tersebut
diatas. Hasil penelitian ini hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu
keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud – maksud lain, dan saya
menjamin kerahasiaan identitas saudara.
Apabila Bapak/Saudara bersedia menjadi peserta penelitian ini dimohon
untuk menandatangani lembar persetujuan yang telah disediakan (Informed
consent).

Bojonegoro, November 2022


Hormat saya,

ARIF AGUSTIAR
NIM. 21142083
PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN

Judul : Hubungan Aspek Spiritual : Transpersonal Dengan Kepatuhan


Berobat Pada Lansia DM Di Desa Pacing Sukosewu Bojonegoro
Peneliti : Arif Agustiar
NIM : 21142083

Bahwa saya diminta untuk berperan serta dalam penelitian ini sebagai
responden dengan mengisi angket yang disediakan oleh penulis.
Sebelumnya saya telah diberi penjelasan tentang tujuan penelitian ini dan
saya telah mengerti bahwa peneliti akan merahasiakan identitas yang saya
berikan. Apabila ada pernyataan yang diajukan menimbulkan ketidaknyamanan
bagi saya,peneliti akan menghentikanpada saat ini dan saya berhak mengundurkan
diri.
Demikian persetujuan ini saya buat secara sadar dan sukarela, tanpa ada
unsur pemaksaan dari siapapun, saya menyatakan :

Bersedia
Menjadi responden dalam skripsi
Bojonegoro, ............................

Peneliti Responden

ARIF AGUSTIAR
NIM. 21142083
KUESIONER KEPRIBADIAN

ASPEK SPIRITUAL: TRANSPERSONAL By Nursalam 2020

A. Tujuan
Untuk mengetahui aspek spiritual : transpersonal lansia yang mengalami
DM
B. Petunjuk Pengisian
Isilah tanda centang (√) pada kolom yang sesuai dengan jawaban anda
Selalu : setuju
Sering : ragu- ragu
Kadang : bila jarang melakukan (artinya lebih sering tidak melakukan)
Tidak Pernah : bila tidak pernah melakukan
C. Identitas Responden
a. Nama /initial :
b. Usia :
c. Jenis kelamin :
d. Pendidikan :
e. Pekerjaan :
D. Item Kuesioner
No Pernyataan Selalu Sering Kadang Tidak Pernah
1 Saya melakukan segla sesuatu
karena Tuhan
2 Saya rela dengan segala takdir dan
ketetapan Tuhan
3 Saya bersabar atas segala ujian
yang menerpa
4 Saya bersyukur atas segala nikmat
dan karunia Tuhan
5 Saya tidak mengeluh atas segala
kekurangan yang saya miliki
6 Saya berusaha melakukan sesuatu
yang untuk menjemput takdir saya
7 Saya berserah diri kepada Tuhan
atas segala usaha yang telah saya
lakukan
8 Saya berserah diri kepada Tuhan
atas segala takdir yang menimpa
saya
KUESIONER KEPATUHAN BEROBAT

MORISKY MEDICATION ADHERENCE SCALE By Brannon dan Feist


(2010) dalam Niman (2017)

A. Tujuan
Untuk mengetahui kepatuhan berobat lansia DM
B. Item kuesioner

Jawaban klien Skor


No Pertanyaan Ya : 1 ,
Ya Tidak
Tidak : 0
1 Pernahkan anda lupa minum obat anti diabetes melitus ?
Selain lupa , mungkin anda tidak minum obat karena alasan
2 lain. Dalam 2 minggu terakhir, apakah anda pernah tidak
minum obat ?
Pernahkan anda mengurangi atau berhenti minum obat tanpa
3 sepengetahuan dokter karena anda merasa obat yang
diberikan membuat keadaan anda menjadi lebih buruk?
4 Pernahkan anda lupa membawa obat ketika bepergian ?
5 Apakah anda masih meminum obat anda kemarin ?
Apakah anda berhenti minum obat ketika anda merasa gejala
6
yang dialami telah teratasi?
7 Meminum obat setiap hari merupakan sesuatu
ketidaknyamanan untuk beberapa orang. Apakah anda
merasa terganggu harus minum obat setiap hari?
8 Berapa sering anda lupa minum obat ? a: 0
a. Tidak pernah b-e : 1
b. Sesekali
c. Kadang-kadang
d. Biasanya
e. Selalu

Keteranga :
Selalu : 7 kali dalam seminggu
Biasanya : 4-6 kali dalam seminggu
Kadang-kadang : 2-3 kali dalam seminggu
Sesekali : 1 kali dalam seminggu
Tidak pernah : tidak pernah lupa
Total Skor
Keterangan kategori kepatuhan :

Skor > 2= rendah

1 atau 2 = sedang

0 = tinggi
Lampiran 4

Nonparametric Correlations

Correlations

Transpersonal Kepatuhan

Spearman's rho Transpersonal Correlation Coefficient 1.000 .587**

Sig. (2-tailed) . .000

N 59 59

Kepatuhan Correlation Coefficient .587** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 59 59

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Frequency Table

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 46-50 tahun 19 32.2 32.2 32.2

51-55 tahun 17 28.8 28.8 61.0

56-60 tahun 17 28.8 28.8 89.8

61-65 tahun 5 8.5 8.5 98.3

> 65 tahun 1 1.7 1.7 100.0

Total 59 100.0 100.0

Jeniskelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-Laki 32 54.2 54.2 54.2

Perempuan 27 45.8 45.8 100.0

Total 59 100.0 100.0


Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD/MI 41 69.5 69.5 69.5

SMP/MTS 6 10.2 10.2 79.7

SMA/MA/SMK 12 20.3 20.3 100.0

Total 59 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid bekerja 44 74.6 74.6 74.6

tidak bekerja 15 25.4 25.4 100.0

Total 59 100.0 100.0

Transpersonal

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 9 15.3 15.3 15.3

cukup 29 49.2 49.2 64.4

kurang 21 35.6 35.6 100.0

Total 59 100.0 100.0

Kepatuhan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tinggi 20 33.9 33.9 33.9

sedang 35 59.3 59.3 93.2

rendah 4 6.8 6.8 100.0

Total 59 100.0 100.0


Lampiran 5

Anda mungkin juga menyukai