Anda di halaman 1dari 83

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU

KELUARGA DALAM PENCEGAHAN DBD DENGAN


KEJADIAN DBD DI WILAYAH PATRANG
RT 3 RW 5 KEBUPATEN JEMBER
TAHUN 2019

SKRIPSI

OLEH: FUAD RUSLI

NIM. 13010168

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN PENDIDIKAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL (JIS)
2019
HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU
KELUARGA DALAM PENCEGAHAN DBD DENGAN
KEJADIAN DBD DI WILAYAH PATRANG
RT 3 RW 5 KEBUPATEN JEMBER
TAHUN 2019

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan (S. Kep)

Oleh: Fuad Rusli

NIM. 13010168

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN PENDIDIKAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL (JIS)
2019

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa dengan

sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “ hubungan Faktor Lingkungan

Dan Perilaku Keluarga Dalam Melakukan Pencegahan Dengan Kejadian DBD Di

Wilayah KecamatanPatrang RW 3 RT 5 Kabupaten Jember Tahun 2019” adalah

karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan

suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertenu dalam penyusunan skripsi yang saya kutip

dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai norma,

kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dalam skripsi ini,

saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademis yang saya sandang dan

sanksi sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku.

Jember 26 Agustus 2019

Fuad rusli
13010168

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi penelitian ini telah diperiksa oleh pembimbing dan telah disetujui untuk

mengikuti seminar hasil pada Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES dr.

Soebandi Jember

Jember, 26 Agustus 2019

Pembimbing I

Drs. Hendro Prasetyo, S.Kep.Ns.M.Kes


NIDN.4027035901

Pembimbing II

Ns. Trisna Vitaliati, M.Kep


NIDN.0703028602

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul HubunganFaktor Lingkungan Dan Perilaku Keluarga

Dalam Melakukan Pencegahan Dengan Kejadian DBD Di Wilayah

KecamatanPatrang RW 3 RT 5Kabupaten Jember Tahun 2019telah diuji dan

disahkan oleh Program Studi Ilmu Keperawatan pada:

Hari :Senin

Tanggal :26 Agustus 2019

Tempat : Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES dr. Soebandi Jember

Tim penguji

Ketua

Penguji I

Ns. Sutrisno. S.Kep.,M. Kes


NIDN. 4006066601
Penguji II Penguji III

Drs. Hendro Prasetyo, S.Kep., Ns., M.Kes Ns. Trisna Vitaliati., M.Kep
NIDN.4027035901 NIDN.0703028602

Mengesahkan,

Ketua STIKES dr. Soebandi Jember

Drs. Said Mardijanto, S.Kep.,Ns., MM


NIK. 19530302 201108 1 007

v
SKRIPSI

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU


KELUARGA DALAM PENCEGAHAN DBD DENGAN
KEJADIAN DBD DI WILAYAH PATRANG
RT 3 RW 5 KEBUPATEN JEMBER
TAHUN 2019

Oleh

Fuad Rusli

NIM. 13010168

Pembimbing

Dosen pembimbing utama : Drs. Hendro Prasetyo, S.Kep.,Ns., M.Kes

Dosen pembimbing anggota :Ns Trisna Vitaliati, S.Kep., Ns., M.Kep

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Segala puji bagi ALLAH SWT atas limpahan rahmat dan ridhoNYA yang selalu

memberi kemudahan,petunjuk dan keyakinan shingga sya bisa menyelesaikan

skripsi ini,skripsni sya persembahkan untuk

1. Keluarga tercinta

Terimakasih untuk baapak M.Hasyim dan ibu Habiyah, bibi Yatimah

serta adeku Hafiluddin yang telah memberi segenap cinta dan kasih

saying,serta dukungan dan ketulusan DO’A yang tiada henti yang telah

kalian berikan kepadaku untuk meraih kesuksesan di masa depan

2. Pembimbing dan penguji

Terimakasih saya ucapkan kepada pembimbing saya bapak dan ibu,

Drs. Hendro Prasetyo, S.Kep., Ns., M.Kes, Trisna Vitaliati, S.Kep.,

Ns., M.Kep yang selalu sabar membimbing saya dan semangat dalam

menyusun skripsi ini dan saya ucapkan terimaksih saya ucapkan

kepada bapak Ns. Sutrisno. S.Kep., M. Kesselaku penguji saya yang

telah memberi keritikan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini

3. Teman dan sahabat terbaik ku

Terimakasih untuk kebersamaan nya, serta dukungan dan semangatnya

selama ini,dan tentunya kepada sahabat sahabatku M,Alam Kusuma

Atmaja, Pungky Dwi Yanuarto,Feri Faturahman,Farham Rofiqi M,Sofi

Maulana Ishak, M,Imron, Putra Aryawan, Hamsah Aditya yang selalu

memberiku semangat tanpa henti selama ini dan memebantu

meneyelasaikan skripsi ini, semoga kita sama-sama meraih kesuksesan

di masa depan nanti amiin

vii
MOTTO

Percayalah ALLAH bersama prasangka hambaNYA

(FUAD RUSLI)

” Barang siapa senantiasa membaca istigfar maka ALLAH

menjadikan nya jalan keluar atas setiap kesulitan yang ia derita dan

ALLAH memberi kelapangan atas setiap kesempitan serta ALLAH

memberi rizqi dari arah yang tidak di sangka sangaka”

(HR, ABU DAUD DAN IBNU MAJAH)

viii
ABSTRAK
Rusli,Fuad,*Prasetyo,Hendro**Vitaliati,Trisna*** .2019. Hubungan Faktor
Lingkungan Dan Perilaku Keluarga Dalam Melakukan Pencegahan Dengan
Kejadian DBD Di wilayah patrang RT 003 RW 005 Kabupaten Jember 2019

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah


kesehatan masyarakat di Indonesia. Faktor peyebab terjadinya DBD yaitu
lingkungan dan perilaku. Lingkungan yang kotor dan perilaku manusia yang acuh
tak acuh dapat menjadi faktor utama terjadi nya DBD. Di Jember penyakit DBD
di 50 puskesmas di temukan sebanyak 53,66 per 100.000 penduduk yang
pengalami peningkatan setiap tahun nya. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan faktor lingkungan dan perilaku keluarga dalam pencegahan
DBD dengan kejadian DBD. Metode penelitian ini di lakukan dengan
menggunakan analitik dengan pendekatan case control. Populasi penelitian ini
sebanyak 49 responden, sampel yang digunakan sebanyak 43 responden dengan
menggunakan rumus slovin. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah
kuisioner. Analisisa pada penelitian ini menggunkan statistic dengan menggunkan
rumus Chi square. Hasil uji statistic di dapatkan Fisher's Exact Test1.000 faktor
lingkungan dan 1.000 faktor perilaku, Sehingga dapat di simpukan bahwa Ho di
terima yang berarti tidak ada hubungan faktor lingkungan dan perilaku keluarga
dalam melakukan pencegahan DBD dengan kejadian DBD di wilayah patrang
RT03 RW 05 Kabupaten jember 2019. Faktor lingkungan Dan perilaku tentang
penyakit DBD menjadi hal yang penting diketahui oleh masyarakat sampai di
tingkat keluarga. Rendahnya pengetahuan tentang faktor lingkungan dan perilaku
tentunya sejalan dengan munculnya resiko terkena DBD, Faktor lingkungan Dan
perilaku tentang penyakit DBD akan mempengaruhi kondisi lingkungan sekitar
sehingga mengakitbatkan timbulnya penyakit DBD. Saran bagi masyarkat agar
tetap menjaga kondisi lingkungan sekitar rumah dan jangan mengabaikan perilaku
acuh tak acuh terhadap kondisi di sekitar rumah.

Kata Kunci:faktor lingkungan faktor perilaku kejadian DBD


*Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
** Pembimbing Utama
***Pembimbing Kedua

ix
ABSTRAK
Rusli,Fuad, * Prasetyo, Hendro ** Vitaliati, Trisna ***. 2019. The Relationship
between Environmental Factors and Family Behavior in Preventing Occurrence of
DHF in the Patrang area RT 003 RW 005 Jember Regency 2019

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is one of the public health problems in


Indonesia, the incidence tends to increase 19.5 per 100,000 population each year.
DHF is found in almost all parts of the world, especially in tropical and
subtropical countries, both as an endemic and epidemic disease. In Jember,
dengue fever in 50 health centers was found as many as 53.66 per 100,000
population that experienced an increase every year. DHF is caused by dengue
virus which is included in group B Arthopod Borne Virus (Arbovirocess). This
research method uses analytic with case control approach. The population of this
study is 49 respondents, the sample used is 43 respondents. The instrument used
in this study was a questionnaire, the purpose of this study was to determine the
relationship of environmental factors and family behavior in the prevention of
DHF with the incidence of DHF, the analysis used statistics, the formula used Chi
square. Chi square Fisher's Exact Test results 1,000 environmental factors, 1,000
behavioral factors, the results of this study indicate that Ho is accepted that there
is no relationship between environmental factors and family behavior in
preventing DHF with the incidence of DHF in the Patrang area RT03 RW 05,
Jember 2019, environment and behavior about DHF become important things that
are known by the community to the family level. The lack of knowledge about
environmental and behavioral factors is certainly in line with the emergence of the
risk of dengue, environmental factors and behavior about dengue disease will
affect the surrounding environmental conditions so that it causes illness of DHF
due to environmental factors and family behavior, suggestions for researchers to
continue to maintain environmental conditions around the house and do not ignore
the indifferent behavior of the conditions around the house.

Keywords: environmental factors, behavioral factors, DHF events


* Nursing Science Study Program Students
** Main Advisor
*** Second Counselor

x
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini

disususn untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan

Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES dr. Soebandi dengan judul “hubungan

Faktor Lingkungan Dan Perilaku Keluarga Dalam Melakukan Pencegahan

Dengan Kejadian DBD Di Wilayah KecamatanPatrang RW 3 RT 5”.

Selama proses penyusunan skripsi ini penulis dibimbing dan dibantu oleh

berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. H. Said Mardijanto,S.Kep., Ns., MM selaku Ketua STIKES dr.

Soebandi

2. Ns.Irwina Angela Silvanasari, S.Kep., M.Si, selaku Ketua Program Studi

Ilmu Keperawatan STIKES dr. Soebandi Jember

3. Ns. Sutrisno. S.Kep., M. Kesselaku penguji

4. Drs. Hendro Prasetyo, S.Kep., Ns., M.Kes selaku pembimbing I

5. Trisna Vitaliati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing II

Dalam penyususnan tugas akhir ini penulis menyadari masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan

dimasa mendatang.

Jember, 22 September2019

Penulis

xi
Daftar isi
HALAM i
i
V
i
ii
ABSTACKx
LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................................xiv
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................xii
HALAMAN PERSEMBAHAN..........................................................................vii
ABSTRAK..........................................................................................................ixv
KATA PENGANTAR.......................................................................................xivi
Daftar isi.................................................................................................................1
BAB 1....................................................................................................................2
PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
1.2 Rumusan dan Batasan Masalah......................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................................5
1.4 Manfaat penelitian..........................................................................................................6
1.5 Keaslian Penelitian..........................................................................................................7
BAB II..................................................................................................................10
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................10
2.1 Konsep Demam Berdarah Dengue................................................................................10
2.1.1 Definisi Demam Berdarah Dengue............................................................................10
2.1.2 Etiologi DBD.............................................................................................................10
2.1.3 Vektor Penular Penyakit DBD...................................................................................11
2.1.4 Bionomik Vektor.......................................................................................................12
2.1.5 Penularan Penyakit DBD...........................................................................................14
2.1.6 Tanda dan Gejala Penyakit DBD...............................................................................14
2.1.7 Faktor yang mempengaruhi kejadian DBD................................................................16
2.1.8 Faktor resiko kejadian DBD.......................................................................................17

vii
2.1.9 Pencegahan DBD.......................................................................................................18
2.2 Faktor Lingkungan........................................................................................................19
2.2.1. Pengertian Lingkungan.............................................................................................19
2.2.2 Macam Macam Kerusakan Lingkungan.....................................................................20
2.2.3 Kerusakan Lingkungan Akibat Proses Alam..............................................................20
2.2.4 Kerusakan Lingkungan karena Aktivitas Manusia.....................................................20
2.2.5 Macam-Macam Pencemaran Lingkungan..................................................................21
2.2.6 Proses Menentukan faktor lingkungan.......................................................................22
2.3 Faktor Perilaku..............................................................................................................23
2.3.1 Pengertian Perilaku....................................................................................................23
2.3.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku............................................................23
2.3.3. Faktor Eksogen atau Faktor Dari Luar Individu........................................................24
2.3.4. Proses Pembentukan Perilaku...................................................................................25
2.4 Proses Terjadinya Demam Berdarah Dengue................................................................27
2.5 Hubungan faktor lingkungan dan perilaku keluarga tentang pencegahan Demam
Berdarah dengan kejadian Demam berdarah................................................................28
BAB 3..................................................................................................................30
KERANGKA KONSEP.......................................................................................30
3.1 Kerangka Konsep.........................................................................................................30
3.2 Hipotesis penelitian......................................................................................................31
BAB 4..................................................................................................................32
METODE PENELITIAN.....................................................................................32
4.1 Desain Penelitian..........................................................................................................32
4.2 Populasi dan Sampel....................................................................................................32
4.2.1.Populasi.........................................................................................................32

4.2.2.Sampel...........................................................................................................33

4.2.3.Kriteria Sampel Penelitian............................................................................34

4.3 Variabel Penelitian.......................................................................................................34


4.4 Tempat Penelitian.........................................................................................................35
4.5 Definisi Operasional.....................................................................................................36
4.6 Pengumpulan Data........................................................................................................37
4.6.1 Sumber data.............................................................................................37

4.7 Pengolahan data dan analisa data..................................................................................40

xiii
4.8 Etika penelitian.............................................................................................................45
BAB 5..................................................................................................................48
HASIL PENELITIAN..........................................................................................48
5.1 Data Umum..................................................................................................................48
5.2 Data Khusus.................................................................................................................50
5.3 Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku Keluarga Dalam Melakukan
Pencegahan Dengan Kejadian DBD di Wilayah Patrang RT3 RW 5 kabupaten
jember 2019..................................................................................................................51
BAB 6..................................................................................................................53
PEMBAHASAN..................................................................................................53
6.1 Mengidentivikasi Faktor Lingkungan Keluarga Dalam Melakukan Pencegahan
Dengan Kejadian DBD di Wilayah Patrang RT3 RW5 kabupaten Jember 2019..........53
6.2 Mengidentivikasi Faktor Perilaku Keluarga Dalam Melakukan Pencegahan Dengan
Kejadian DBD di Wilayah Patrang RT3 RW5 kabupaten Jember 2019.......................54
6.3 Mengidentivikasi kejadian DBD di wilayah patrang RT3 RW5 kabupaten Jember
2019..............................................................................................................................55
6.4 Analisa hubungan faktor lingkungan keluarga dalam melakukan pencegahan
dengan kejadian DBD di wilayah patrang RT3 RW5 kabupaten Jember 2019.............56
6.5 Analisa hubungan faktor perilaku keluarga dalam melakukan pencegahan dengan
kejadian DBD di wilayah patrang RT3 RW5 kabupaten Jember 2019.........................59
BAB 7..................................................................................................................61
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................61
7.1 Kesimpulan..................................................................................................................61
7.1 Saran.............................................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................63

DATAR TABEL

Tabel 4.1 devisi operasional…………………………………………………………….30

Tabel 4.2 kategori faktor lingkungan dan perilaku keluarga dalam melakuna pencegahan
DBD di wilaayah patrang RT 3 RW 5 kab.Jember……………………………………..42

xiii
Tabel 4.3 kategori kejadian DBD di wilayah patrang RT 3 RW 5 kab.Jember………...42

Tabel 4.4 hubungan faktor lingkungan dan perilaku keluarga dalam melakukan
pencegahan dengan kejadian DBD patrang RT 3 RW 5 kab.Jember…………...42

DAFTAR GAMBAR

Kerangka Konsep…………………………………………………………..

Dokumentasi………………………………………………………………..

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden……………………………………..

Lampiran 2 Infomed Consen…………………………………………………….....

Lampiran 3 Data Kusioner Responden………………………………………….....

xiii
Lampiran 4 Kusioner Faktor Lingkungan Dan Perilaku DBD…………………….

Lampiran 5 Tabel Tabulasi………………………………………………………...

Lampiran 6 Tabel Rekapitulasi Lembar Observasi Kejadian DBD………………..

Lampran 7 Tabel Rekapitulasi Data………………………………………………..

Lampiran 8 Hasil Spss……………………………………………………………...

Lampiran 9 Dokumentasi…………………………………………………………..

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic

Fever (DHF) sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat

di Indonesia yang angka kejadiannya cenderung meningkat 19,5 per 100.000

penduduk setiap tahunnya. Hal ini dibuktikan dari data Profil Kesehatan Indonesia

angka kesakitan DBD pada tahun 2014 sebesar 39,80 per 100.000 penduduk,

tahun 2015 sebesar 50,75 per 100.000 penduduk, tahun 2016 meningkat lagi

sebesar 78,85 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2017: 194). Penyakit DBD

ini ditemukan hampir di seluruh belahan dunia terutama di negara–negara tropik

dan subtropik, baik sebagai penyakit endemik maupun epidemik.Sampai saat ini,

DBD masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan menimbulkan dampak

sosial maupun ekonomi (Fauziah, 2012).

Daerah yang mempunyai risiko untuk menjadi wabah demam berdarah

dengue umumnya ialah kota atau desa dipantai yang penduduknya padat dan

mobilitasnya tinggi, DBD (Demam Berdarah Dengue) merupakan salah satu

penyakit menular yang sering menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian

terutama pada anak.Oleh karena itu wabah penyakit ini sering menimbulkan

kepanikan masyarakat.. Kejadian luar biasa atau wabah penyakit ini dapat terjadi

di daerah endemis maupun daerah yang seluruhnya tidak pernah ada kasus (Vandi

Putra dan Onny Setiani, 2015).

1
2

Angka kejadian demam berdarah terus meningkat dari 21.092, tahun 2015,

menjadi 25.336 orang tahun 2016, Salah satu penyakit menular yang masih

menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia adalah Demam Berdarah

Dengue (DBD), Demam berdarah dengue muncul sebagai Kejadian Luar Biasa

(KLB) sehingga mengakibatkan kepanikan di masyarakat karena berisiko

meyebabkan kematian serta penyebarannya sangat cepat(Suryani, 2017).

Berdasarkan data WHO(2017), setiap tahun sekitar 390 juta orang

terinfeksi virus dengue. Sebanyak 22.000 orang di antaranya, khususnya anak-

anak dan remaja, tewas akibat penyakit yang umumnya terjadi di daerah tropis

dan subtropis itu, termasuk Asia. Pertumbuhan populasi yang cepat,

perkembangan perkotaan yang tak terencana, dan sanitasi buruk membuat

kawasan Asia rentan DBD. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati

urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Indonesia, Filipina,

Thailand, dan Vietnam punya angka kasus DBD yang tinggi. Terhitung sejak

tahun 1968 sampai tahun 2016 (Kemenkes RI,2017).

Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2017 DBD

cenderung meningkat terkait dengan kepadatan penduduk, mobilitas penduduk,

urbanisasi, pertumbuhan ekonomi, perilaku masyarakat, perubahan iklim, kondisi

sanitasi lingkungandan ketersediaan air bersih. tingginya angka kesakitan dan

kematian DBD menunjukkan bahwa masih perlu peningkatan diagosa dini dan

tata laksana kasus DBD yang adekuat di fasilitas kesehatandan PHBS perlu

ditingkatkan lagi. Wilayah dengan Case Fatality Rate melebihi 1 %, tahun 2017

mencapai 24 kabupaten/kota, meningkat dibandingkan tahun 2016 yang hanya 18

Kab/Kota.Dari Grafik 6.7, jumlah kasus DBD tahun 2017 sebanyak 25.338, hal
3

tersebut menunjukkan peningkatan jumlah kaus DBD dibanding tahun 2016

sebanyak 21.092 kasus (Dinas Keseharan Jawa Timur ,2017).

Menurut profil kesehatan jember Angka Insiden penyakit DBD di 50

Puskesmas pada tahun 2017 sebesar 53,66 per 100.000 penduduk, angka ini

mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun sebelumnya yang mencapai

39,96 per 100.000 penduduk. Dari keseluruhan kasus tersebut, jumlah kematian

akibat DBD tahun 2017 tercatat sebanyak 9 kasus kematian (5 kasus laki-laki dan

4 kasus perempuan) dengan kasus kematian tertinggi terjadi pada tahun 2015

yaitu sebesar 15 kematian. Partisipasi masyarakat dalam penanggulangan penyakit

BDB dapat dilihat dengan Angka Bebas Jentik (ABJ). Rata-rata kasus DBD di

Kabupaten Jember disebabkan oleh tingginya mobilitas dan kepadatan penduduk,

nyamuk penular penyakit DBD (Aedes aegypty) tersebar di seluruh pelosok tanah

air dan masih digunakannya tempat–tempat penampungan air (Dinas Kesehatan

Jember, 2017).

Berbagai upaya pengendalian prevalensi kasus DBD khususnya pada

daerah dengan transmisi yang tinggi atau persisten, sangat diperlukan Banyak

dampak yang mempengaruhi kasus demam berdarah yang bila tanpa penanganan

yang tepat akan mengakibatkan kematian. Daerah yang memiliki transmisi tinggi

adalah kota/kabupaten dengan IR yang cenderung tinggi sehingga membutuhkan

pengendalian penyakit yang teliti dan cepat (Anggraini, 2016,321–328).

Penyakit DBD disebabkan oleh kondisi lingkungan, mobilitas penduduk,

kepadatan penduduk, adanya kontainer buatan ataupun alami di tempat

pembuangan akhir sampah (TPA) ataupun di tempat sampah lainnya, penyuluhan

dan perilaku masyarakat, antara lain: pengetahuan, sikap, kegiatan pemberantasan


4

sarang nyamuk (PSN), fogging, abatisasi, dan pelaksanaan 3M (menguras,

menutup, dan mengubur). Tempat potensial untuk perindukan nyamuk Aedes

aegypti adalah tempat PenampunganAir (TPA) yang digunakan sehari-hari, yaitu

drum, bak mandi, bak WC, gentong, ember dan lain-lain. Tempat perindukan

lainnya yang non TPA adalah vas bunga, ban bekas, botol bekas, tempat minum

burung, tempat sampah dan lain-lain. Adanya kontainer di tempat ibadah, pasar

dan saluran air hujan yang tidak lancar di sekitar rumah juga merupakan tempat

perkembangbiakan yang baik (Soegijanto, 2017).

Dalam penanganan DBD, peran serta masyarakat untuk menekan kasus ini

sangat menentukan. Oleh karenanya program Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN) dengan cara 3M Plus perlu terus dilakukan secara berkelanjutan sepanjang

tahun khususnya pada musim penghujan. Program PSN, yaitu: 1) Menguras,

adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air

seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air

lemari es dan lain-lain 2) Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat

penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan lain sebagainya; dan 3)

Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi

untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular Demam Berdarah

(Kemenkes RI,2017).

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah

Dari latar belakang diatas maka dapat diperoleh masalah yaitu apakah ada

hubungan faktor lingkungan dan perilaku keluarga dalam melakukan

pencegahan dengan kejadian DBD di wilayah kecamatan patrang patrang

kabupaten jember?
5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisa hubungan faktor lingkungan dan perilaku keluarga dalam

melakukan pencegahan dengan kejadian DBD di wilayah kecamatan patrang

kebupaten jember

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi faktor lingkungan dalam melakukan pencegahan

kejadian demam berdarah di wilayah kecamatan patrang RW 3 RT 5

kebupaten Jember

b. Mengidentifikasifaktorperilaku keluargadalam melakukan

pencegahan demam berdarah di wilayah kecamatan patrang RW 3

RW 5 kebupaten Jember

c. Mengidentifikasi kejadian demam berdarah di wilayah kecamatan

patrang RW 3 RT 5 kebupaten Jember

d. Menganalisis hubungan faktor lingkungan dengan kejadian demam

berdarah dalam melakukan pencegahan kejadian demam berdarah di

wilayah kecamatan patrang RW 3 RT 5 kebupaten Jember

e. Menganalisis hubungan faktor perilaku keluarga dalam melakukan

pencegahan dengan kejadian demam berdarah di wilayah kecamatan

patrang RW 3 RT 5 kebupaten Jember


6

1.4 Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1.4.1 Manfaat Bagi institusi pendidikan

Manfaat bagi institusi pendidikan adalah menambah bahan kepustakaan

sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya

1.4.2 Manfaat bagi pelayanan kesehatan

Manfaat bagi pelayanan kesehatan adalah sebagai informasi bagi

pelayanan kesehatan agar dapat memberikan pelayanan yang

komprehensif, termasuk dalam faktor lingkungan dan perilaku keluarga

dalam melakukan pencegahan DBD di wilayah kecamatan patrang RW

3 RT 5kebupaten Jember

1.4.3 Manfaat bagi masyarakat

Menfaat bagi masyarakat adalah sebagai informasi dan pengetahuan

tentang faktor lingkungan dan perilaku keluarga dalam melakukan

pencegahan DBD di wilayah patrang RW 3 RT 5kebupaten Jember

1.4.4 Manfaat bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi peneliti

terkait faktor lingkungan dan perilaku keluarga dalam melakukan

pencegahan DBD di wilayah kecamatan patrang RW 3 RT 5kebupaten

Jember
7

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian saat ini

N Judul Metode Hasil penelitian Penelitiaan saat

O ini
1 Hubungan faktor dan survei analitik kelamin perempuan Hubungan faktor

perilaku keluarga dalam dengan desain sebanyak lingkungan dan

dengan kejadian DBD di penelitian case


73,7%, umur perilaku keluarga
control yang
wilayah kerja puskesmas respondenberumur dalam melakukan
menyangkut
kedungmundu 3138 tahun sebanyak pencegahan
bagaimana faktor
kecamatan tambalang 28,9%,responden dengan kejadian
risiko
Kota Semarang berpendidikan DBD di wilayah
dipelajari dengan
Tamat SMA/ kecamatan
menggunakan
sederajat sebanyak patrang RW 3
pendekatan
43,4% , pekerjaan RT 5 kebupaten
retrospective
responden sebagai Jember

ibu rumah tangga

sebanyak 40,8%.

2 Jurnal Kesehatan Kebiasaan suatu


menggunakan
8

Masyarakat dan metode penduduk yang

Lingkungan Hidup, kualitatif merasa demam

15/11 (2017), dengan sebagai penyakit

Kejadian demam rancangan studi biasa

berdarah dengue (DBD) kasus tanpa memeriksakan

di wilayah aceh tenggara (case studies), lebih lanjut

tahun 2017 yaitu suatu sehingga begitu

proses demam tinggi dan

pengumpulan didiagnosa terjangkit

data dan DBD baru

informasi secara dibawa ke rumah

mendalam, sakit tetapi sudah

mendetail, berada pada fase

intensif, akhir

holistik,

dan sistematis

tentang orang

3 Hubungan pengetahuan Penelitian berusia 36 – 45


9

orang tua tentang mengunakan tahun yaitu sebanyak

penyakit DBD dengan desain korelasi 12 responden

perilaku pencegahan dengan (73,3%), responden

DBD di kelurahan menggunakan berprofesi sebagai

Tlogomas kota malang pendekatan IRT hampir separuh

cross sectional. yaitu sebanyak 12

Populasi orang (40,0%).

Sebagian besar

responden

bependidikan

SMA/SMK yaitu

sebanyak

17 responden

(56,7%). sebagian

kecil

responden memiliki

anak yang berusia 9

dan 10 tahun, yaitu

masing-masing

sebanyak 8 orang

anak (26,7%)
10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Demam Berdarah Dengue

2.1.1 Definisi Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue merupakan suatu penyakit yang di sebabkan oleh

virus DEN-1,DEN 2,DEN-3 atau DEN-4 yang masuk ke peredaran darah melalui

gigitan vektor nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes

albopictus yang sebelumnya telah terinfeksi oleh virus dengue dari penderta DBD

lainnya. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang

seluruh kelompok usia, Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan

perilaku masyarakat (Sukowati, 2010: 26).

Demam berdarah dengue ditandai dengan demam mendadak 2 sampai dengan

7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda

perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechiae,lebam (echymosis) atau

ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran

menurun atau renjatan (Shock) (Rita Kusriastuti, 2011).

2.1.2 Etiologi DBD

Menurut najmah tahun 2016 Penyakit DBD dapat disebabkan oleh virus

dengue yang termasuk kelompok B Arthopod Borne Virus (Arboviroses) yang

sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviricae, dan mempunyai 4

jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotype

akan menimbulkan antibody terhadap serotipe yang bersangkutan sedangkan

antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
11

memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain. Serotipe DEN-3

merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan

manifestasi klinik yang berat. Virus penyebab DHF atau DSS adalah flavi virus

dan terdiri dari 4 serotipe yaitu serotipe 1,2,3, dan 4 (dengue -1,-2,-3,-4) virus ini

ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang

terinfeksi. Virus ini dapat tetap hidup di alam melalui 2 mekanisme. Mekanisme

pertama, transmisi vertical dalam tubuh nyamuk. Virus juga dapat ditularkan dari

nyamuk jantan pada nyamuk betina melalui kontak seksual. Mekanisme kedua,

transmisi virus dari nyamuk ke dalam tubuh manusia dan sebaliknya. Nyamuk

mendapatkan virus ini pada saat itu sedang mengandung virus dengue pada

darahnya. Virus yang sampai ke lambung nyamuk akan mengalami replikasi

(berkembangbiak/memecah diri), kemudian akan migrasi yang akhirmya akan

sampai di kelenjar ludah. Virus yang berada d lokasi ini setiap saat siap untuk

dimasukkan ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk (Najmah, 2016).

2.1.3 Vektor Penular Penyakit DBD

Vektor penyakit DBD adalah nyamuk jenis Aedes aegypti dan Aedes albopictus

terutama bagi Negara Asia, Philippines dan Jepang, sedangkan nyamuk jenis

Aedes polynesiensis, Aedes scutellaris dan Aedes pseudoscutellaris merupakan

vektor di negara-negara kepulauan Pasifik dan New Guinea. Vektor DBD di

Indonesia adalah nyamuk Aedes (Stegomya) aegypti dan albopictus (Djunaedi,

2010).

Ciri-ciri Nyamuk Aedes aegypti


12

Nyamuk Aedes aegypti telah lama diketahui sebagai vektor utama dalam

penyebaran penyakit DBD, adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut:

1. Badan kecil berwarna hitam dengan bintik-bintik putih.

2. Jarak terbang nyamuk sekitar 100 meter.

3. Umur nyamuk betina dapat mencapai sekitar 1 bulan.

4. Menghisap darah pada pagi hari sekitar pukul 09.00-10.00 dan sore hari

pukul 16.00-17.00.

5. Nyamuk betina menghisap darah untuk pematangan sel telur, sedangkan

nyamuk jantan memakan sari-sari tumbuhan.

6. Hidup di genangan air bersih bukan di got atau comberan.

7. Di dalam rumah dapat hidup di bak mandi, tempayan, vas bunga, dan

tempat air minum burung.

8. Di luar rumah dapat hidup di tampungan air yang ada di dalam drum, dan

ban bekas(Djunaedi, 2010).

2.1.4 Bionomik Vektor

Bionomik vektor meliputi kesenangan tempat perindukan nyamuk,

kesenangan nyamuk menggigit dan kesenangan nyamuk istirahat.

2.1.4.1 Kesenangan tempat perindukan nyamuk

Habitat perkembangbiakan Aedes sp ialah tempat-tempat yang dapat

menampung air di dalam, diluar atau di sekitar rumah serta tempat tempat
13

umum. Habitat perkembangbiakan Aedes sp dapat dikelompokkan sebagai

berikut

1. Tempat penampungan air (TPA), untuk keperluan sehari-hari

seperti: drum, bak mandi/WC, tempayan, ember dan tangki.

2. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari

seperti: tempat minuman burung, vas bunga, perangkap semut,

bak control, pembuangan air, tempat pembuangan air

kulkas/dispenser, barang-barang bekas (contoh: ban bekas,

kaleng bekas, botol bekas, plastik dan lain-lain)

3. Tempat penampungan air alamiah seperti: lubang pohon, lubang

batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang, potongan

bambu dan lain-lain,(Rita Kusriastuti, 2011).

2.1.4.2 Kesenangan nyamuk menggigit

Aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari, dengan

puncak aktivitasnya antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00. Aedes

aegypti mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang kali dalam satu

siklus gonotropik untuk memenuhi lambungnya dengan darah (Rita

Kusriastuti, 2011).

2.1.4.3 Kesenangan nyamuk istirahat

Nyamuk Aedes hinggap (beristirahat) di dalam atau kadang di luar

rumah berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya, biasanya di tempat

yang agak gelap dan lembab. Di tempat-tempat tersebut nyamuk menunggu


14

proses pematangan telur. Setelah beristirahat dan proses pematangan telur

selesai, nyamuk betina akan meletakan telurnya di dinding tempat

perkembangbiakannya, sedikit di atas permukaan air. Pada umumnya telur

akan menetas menjadi jentik dalam waktu ± 2 hari setelah telur terendam air.

Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat menghasilkan telur sebanyak ±100

butir. Telur tersebut dapat bertahan sampai berbulanbulan bila berada di

tempat kering dengan suhu -2oC sampai 42oC, dan bila di tempat tersebut

tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur dapat menetas lebih

cepat (Rita Kusriastuti, 2011).

2.1.5 Penularan Penyakit DBD

Nyamuk Aedes betina biasanya terinfeksi virus dengue pada saat dia

menghisap darah dari seseorang yang sedang dalam fase demam akut (viraemia)

yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul. Nyamuk menjadi

Infektif 8-12 hari sesudah menghisap darah penderita yang sedang viremia

(periode inkubasi ekstrinsik) dan tetap infektif selam hidupnya. Setelah melalui

periode inkubasi ekstrinsik tersebut, kelenjar ludah nyamuk bersangkutan akan

terinfeksi dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk tersebut menggigit dan

mengeluarkan cairan ludahnya ke dalam luka gigitan ke tubuh orang lain. Setelah

masa inkubasi di tubuh manusia selama 3-4 hari (rata-rata selama 4-6 hari) timbul

gejala awal penyakit secara mendadak, yang ditandai demam, pusing, myalgia

(nyeeri otot), hilangnya nafsu makan dan berbagai tanda atau gejala lainnya

(RitaKusriastuti, 2011).
15

2.1.6 Tanda dan Gejala Penyakit DBD

Diagnosa penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan kriteria diagnosa klinis dan

laboratoris. Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD yang dapat dilihat dari

penderita kasus DBD dengan diagnosa klinis dan laboratoris :

2.4.6.1 Diagnosa Klinis

a. Demam tinggi mendadak 2 sampai 7 hari (38 – 40 o C).

b. Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji Tourniquet positif, Petekie

(bintik merah pada kulit), Purpura (pendarahan kecil di dalam kulit),

Ekimosis, Perdarahan konjungtiva (pendarahan pada mata), Epistaksis

(pendarahan hidung), Perdarahan gusi, Hematemesis (muntah darah),

Melena (BAB darah) dan Hematuri (adanya darah dalam urin).

c. Perdarahan pada hidung dan gusi.

d. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada

kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

e. Pembesaran hati (hepatomegali).

f. Renjatan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau

kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.

g. Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia

(hilangnya selera makan), lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan

sakit kepala.

2.4.6.2 Diagnosa Laboratoris


16

a. Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan

trombosit hingga 100.000 /mmHg.

b. Hemokonsentrasi, meningkatnya hematrokit sebanyak 20% atau lebih

(Monica,2012)

2.1.7 Faktor yang mempengaruhi kejadian DBD

Menurut Wati (2009: 21-23) Ada dua faktor yang menyebabkan penyebaran

penularan penyakit DBD adalah sebagai berikut:

a. Faktor Internal

1) Ketahanan tubuh atau imun seseorang

Jika kondisi imun seseorang baik dan badan tetap bugar

kemungkinannya kecil untuk terkena penyakit DBD. Hal tersebut

dikarenakan tubuh memiliki daya tahan cukup kuat dari infeksi baik yang

disebabkan oleh bakteri, parasit, atau virus seperti penyakit DBD. Oleh

karena itu sangat penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh pada

musim hujan dan pancaroba (pergantian musim antara musim hujan dan

kemarau). Hal ini menjadi kesempatan jentik nyamuk berkembang biak

menjadi lebih banyak.

2) Umur

Semua golongan umur dapat terserang virus dengue, meskipun baru

berumur beberapa hari setelah lahir, tetapi virus ini paling banyak

menyerang anak-anak berumur antara 5-9 tahun


17

3) Pengetahuan

Pengetahuan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang

melalui tindakan, jika keluarga mempunyai pengetahuan yang baik tentang

cara pencegahan DBD, maka akan meminimalisir angka kejadian DBD.

4) Perilaku

Perilaku kesehatan yang berhubungan dengan kejadian DBD antara

lain: kebiasaan menggantung pakaian dan menguras TPA tetapi tidak

ditutup dengan rapat akan menjadi perkembang biakan telur atau jentik

nyamuk (wati, 2009).

b. Faktor Eksternal

1) Lingkungan

Menurut WHO (2009) kondisi geografis, kepadatan penduduk dan

iklim berpengaruh langsung terhadap peningkatan vektor nyamuk. Salah

satu kondisi lingkungan fisik rumah yang terdapat pemasangan kawat kasa

pada ventilasi rumah juga menjadi resiko kejadian DBD, selain itu rumah

yang mempunyai tempat penampungan air (TPA) lebih dari 3 lebih besar

beresiko terjadinya DBD (wati, 2009).

2.1.8 Faktor resiko kejadian DBD

1. Umur

Menurut Sumarmo S.P.9 pada awal terjadinya wabah di suatu negara

distribusi umur memperlihatkan jumlah penderita terbanyak dari golongan


18

anak berumur kurang dari 15 tahun (86- 95%). Namun pada wabah-wabah

selanjutnya, jumlah penderita yang digolongkan dalam golongan umur dewasa

muda meningkat. di Indonesia penderita DBD terbanyak adalah anak dengan

umur 5-11 tahun

2. Pengurasan tempat penampungan air

Penguran tempat penempungan air juga dapat mempengaruhi resiko

terjadinya dbd hal tersebut harus di control dan dan lakukan sesering mungkin

agar penyebab terjadinya demam berdarah tidak menyebar luas

3. Tanaman hias

Salah satu jenis tempat perkembangbiakkan nyamuk Aedes aegypti yaitu

tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti: tempat

minuman burimg, vas bunga tanaman bias, dan barang-barang bekas, seperti

ban, kaleng, botol dan Iain-lain.

4. Tanaman sekitar rumah

Salah satu jenis tempat perkembangbiakkan nyamuk Aedes aegypti yaitu

tempat penampungan air alamiah seperti, lubang pohon, lubang batu, pelepah

daun, tempurung kelapa, potongan bambu dan Iain-lain(Arsunan Arsin, 2013)

2.1.9 Pencegahan DBD

Hingga kini, belum ada vaksin atau obat anti virus bagi penyakit Demam

Berdarah Dengue (DBD). Tindakan paling efektif untuk menekan epidemi demam
19

berdarah adalah dengan mengontrol keberadaan vektor nyamuk pembawa virus

dengue (Arsunan Arsin, 2013)

2.2 Faktor Lingkungan

2.2.1. Pengertian Lingkungan

Lingkungan adalah kesatuan ruangan dengan semua benda dan keadaan

mahluk hidup, termasuk di dalam nya manusi dan perilaku nya yang

melangsungkan kehidupan

Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengue adalah yang

bukan bagian dari agent maupun penjamu, tetapi mampu menginteraksikan agent

penjamu. Lingkungan yang banyak terdapat tempat pembuangan menjadi medium

breeding place bagi nyamuk Aedes aegypti (Soegijanto, 2016).

Menurut Soegijanto Lingkungan yang banyak terdapat tempat pembuangan

menjadi medium breeding place bagi nyamuk Aedes aegypti, lingkungan yang

dapat menagkibatkan terjadinya demam berdarah seperti

a. Keberadaan kamar mandi / WC yang jarang di bersihkan

b. lingkungan pekarangan yang tidak bersih

c. di sekitar rumah terdapat air yang menggenang(terdapat jentik

nyamuk)

d. tempat penampungan sampah

e. area sekitar rumah yang terdapat barang bekas (botol

minuman,gentong dan penampungan air)

f. Kondisi rumah yang lembab, dengan pencahayaan yang kurang

(Soegijanto, 2016).
20

2.2.2 Macam Macam Kerusakan Lingkungan

Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh alam (gunung meletus, tanah

longsor, gempa bumi, erosi, dan abrasi) hanya sekian persen saja, sedangkan

jumlah prosentase yang lebih besar menunjuk pada ulah manusia yang serakah

dalam mengeksploitasi alam tanpa harus meregenerasikannya lagi.

Kegiatankegiatan manusia di lingkungan hidup nya akan menyebabkan siklus

permasalahan lingkungan yang cukup rumit. Berbagai macam kerusakan

lingkungan disebabkan oleh ulah manusia yang tanpa sadar mereka telah

merugikan dirinya sendiri dan terlebih lagi untuk lingkungan sekitar. Berikut

adalah beberapa contoh kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh ulah

manusia. Pencemaran lingkungan terbagi menjadi beberapa macam: pencemaran

udara, pencemaran air, dan pencemaran tanah (Sahda, 2014).

2.2.3 Kerusakan Lingkungan Akibat Proses Alam

Kerusakan lingkungan oleh alam terjadi karena adanya gejala atau peristiwa

alam yang terjadi secara hebat sehingga memengaruhi keseimbangan lingkungan

hidup. Peristiwa-peristiwa alam yang dapat memengaruhi kerusakan lingkungan,

antara lain seperti Letusan Gunung Berapi, Banjir, Gempa Bumi dan sebagainya

(Sahda, 2014).

2.2.4 Kerusakan Lingkungan karena Aktivitas Manusia

Manusia mempunyai hubungan timbal balik dengan lingkungan,

aktivitasnya mempengaruhi lingkungannya, sebaliknya manusia juga di pengaruhi

oleh lingkungannya. Hubungan timbal balik demikian terdapat antara manusia

sebagai individu atau kelompok masyarakat dan lingkungan alamnya,


21

keseimbangan antara kedua bentuk lingkungan manusia di atas, yaitu lingkungan

alami dan lingkungan buatan (Daud, 2012).

2.2.5 Macam-Macam Pencemaran Lingkungan

Menurut Daud Silalahi pencemaran lingkungan ada 3 yaitu:

a. Pencemaran udara

Sumber polusi udara lain dapat berasal dari radiasi bahan radioaktif, misalnya,

nuklir. Setelah peledakan nuklir, materi radioaktif masuk ke dalam atmosfer dan

jatuh di bumi, materi radioaktif ini akan terakumulusi di tanah, air, hewan,

tumbuhan, dan juga pada manusia. Efek pencemaran nuklir terhadap makhluk

hidup, dalam taraf tertentu, dapat menyebabkan mutasi, berbagai penyakit akibat

kelainan gen, dan bahkan kematian Pencemaran udara.

b. Pencemaran air

Polusi air dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemar sebagai berikut:

Pembuangan limbah industri, sisa insektisida, dan pembuangan sampah domestik,

misalnya, sisa detergen mencemari air. Buangan industri seperti Pb, Hg, Zn, dan

CO, dapat terakumulasi dan bersifat racun. Sampah organik yang dibusukkan oleh

bakteri menyebabkan 02 di air berkurang sehingga mengganggu aktivitas

kehidupan organisme air.

c. Pencemaran tanah

Pencemaran tanah disebabkan oleh beberapa jenis pencemaran berikut ini:

Sampah-sampah plastik yang sukar hancur, botol, karet sintesis, pecahan kaca,

dan kaleng Detergen yang bersifat non bio degradable (secara alami sulit diurai)

(Daud, 2012).
22

2.2.6 Proses Menentukan faktor lingkungan

Salah satu langkah pertama yang bias di lakukan untuk mengendalikan

nyamuk penyebab DBD adalah dengan mengendalikan lingkungan terlebih

dahulu,pengendalian secara lingkungan ini di lakukan dengan tujuan membatasi

ruang nyamuk untuk berkembang biak,sehingga nyamuk peneyebab DB ini bisa

musnah.program 3M yang sudah sangat kita keneal, menjadi menjadi salah satu

cara menegndalikan perkembangbiakan nyamuk secara lingkungan.secara lengkap

,pemberantasan sarang nyamuk secara lingkungan,bisa di lakukan dengan cara –

cara sebagai berikut

Program 3M (menguras,menutup dan mengubur)

a. menguras bak mandi dan tempat penampungan air sekurang kurang nya

seminggu sekali

b. menutup rapat tempat penampungan air,ini juga di lakukan agar

tempat-tempat tersebeut tidak bisa di jadikan nyamuk untuk bertelur dan

berkembang biak

c. mengubur dan menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat

menampung air(Arsunan Arsin, 2013).

Untuk menetukan lingkungan yang baik dan buruk dapat di simpul kan

dengan sekala indeks baik indeks udara,air mau pun tanah,dapat di persentase

a. lingkungan yang baik bila kualitas udara,air maupun tanah baik

dengan skala angka 55-100% dari seluruh total lingkungan


23

b. lingkungan buruk bila kualitas udara,air dan tanah kurang dengan

skala angka 25-50% dari seluruh total lingkungan (Arsunan

Arsin,2013).

2.3 Faktor Perilaku

2.3.1 Pengertian Perilaku

Perilakau adalah Tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentanga arti yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara

menulis tertawa bekerja dan lain sebagai nya dari uraian tersebut bisa di

simpulkan bahwa perilaku manusia adalah kegiatan yang dia amti langsung atau

tidak langsung atau yang tidak di amati pihak luar

Perilaku manusia yang tidak acuh terhadap lingkungan menjadi salah satu

penyebab banyak nya kasus demam berdarah dengue hal ini dapat menjadi sarang

berkembang biak atau tinggal nyamuk,mengutip dari sehat negriku dalam

menyikapi marak nya demam berdarah dengue harus dilakukan perubahan upaya

perilaku (Notoatmodjo, 2011).

2.3.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut teori Lawrance Green dan kawan-kawan (dalam Notoatmodjo,

2011) menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok,

yaitu faktor perilaku (behaviorcauses) dan faktor diluar perilaku (non behaviour

causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor

yaitu:

1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.


24

2. Kognisi adalah keyakinan evaluatif seseorang. Keyakinan-keyakinan

evaluatif, dimanifestasi dalam bentuk impresi atau kesan baik atau

buruk yang dimiliki seseorang terhadap objek atau orang tertentu.

3. Perilaku, yaitu sebuah sikap berhubungan dengan kecenderungan

seseorang untuk bertindak terhadap seseorang atau hal tertentu dengan

cara tertentu (Notoatmodjo,2011).

2.3.3. Faktor Eksogen atau Faktor Dari Luar Individu

Menurut notoadmojo Faktor yang berasal dari luar individu antara lain:

a. Faktor Lingkungan

Lingkungan disini menyangkut segala sesuatu yang ada disekitar individu.

Lingkungan sangat berpengaruh terhadap individu karena lingkungan

merupakan lahan untuk perkembangan perilaku.

b. Usia

Usiaadalah faktor terpenting juga dalam menentukan sikap individu,

sehingga dalam keadaan diatas responden akan cenderung mempunyai

perilaku yang positif dibandingkan umur yang dibawahnya.

c. Pendidikan

Pendidikan formal maupun informal berfokus pada proses belajar dengan

tujuan agar terjadi perubahan perilaku, yaitu dari tidak tahu menjadi tahu, dari

tidak mengerti menjadi mengerti dan tidak dapat menjadi dapat.

d. Pekerjaan

Bekerja adalah salah satu jalan yang dapat digunakan manusia dalam

menemukan makna hidupnya. Dalam berkarya manusia menemukan sesuatu


25

serta mendapatkan penghargaan dan pencapaian Agama, Agama sebagai suatu

keyakinan hidup yang masuk dalam konstruksi kepribadian seseorang sangat

berpengaruh dalam cara berpikir, bersikap, bereaksi dan berperilaku individu.

e. Sosial Ekonomi

Lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang adalah

lingkungan sosial, lingkungan sosial dapat menyangkut sosial.

f. Kebudayaan

Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat-istiadat atau peradaban

manusia, dimana hasil kebudayaan manusia akan mempengaruhi perilaku

manusia itu sendiri (Notoatmodjo, 2011).

2.3.4. Proses Pembentukan Perilaku

Penelitian Oscar mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsiperilaku

baru didalam diri orang tersebut terjadi proses yangberurutan, yakni:

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam

artimengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest(ketertarikan), yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. Trial(mencoba), dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.

d. Evaluation(evaluasi), menimbang-nimbang baik dan tidaknya

stimulusbagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih

baik lagi.

e. Adoption(menerima), dimana subjek telah berperilaku baru

sesuaidengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap

stimulus (Oscar,2018)
26

Menurut (Notoatmodjo, 2010: 8) perilaku dapat diinterprestasikan dengan

skala yang bersifat kuantitatif sebagai berikut:

a. Perilaku baik, bila subjek mampu menerapkan dengan benar 75-100%

dari seluruh tindakan.

b. Perilaku buruk, bila subjek mampu menerapkan dengan benar 25-50%

dari seluruh tindakan.

Menurut Oscar perilaku yang dapat mengakibatkan demam berdarah seperti

a.Membiar kan tempat genangan air

b. Jarang menguras tempat kamar mandi/WC

c.Kebiasaan menggantung pakaian kotor

d. Tidak menggunakan obat anti nyamuk (Oscar, 2018).

1) Kebiasaan menggantung pakaian

Faktor resiko yang dapat tertular penyakit demam berdarah adalah rumah atau

lingkungan dengan baju yang bergantungan, nyamuk lebih menyukai benda-benda

yang tergantung di dalam rumah seperti gorden, kelambu dan baju/pakaian. Maka

dari itu pakaian yang tergantung di balik pintu sebaiknya dilipat dan disimpan

dalam almari, karena nyamuk Aedes aegypti senang hinggap dan beristirahat di

tempat-tempat gelap dan kain yang tergantung untuk berkembangbiak, sehingga

nyamuk berpotensiuntuk bisa mengigit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh (Luluk Lidya Ayun dkk, 2017) yang meneliti faktor lingkungan fisik dan

perilaku dengan DBD, salah satu faktor perilaku yaitu kebiasaan menggantung

pakaian mempunyai nilai p-value 0,002 < 0,05, dengan demikian mempunyai

hubungan bermakna antara kebiasaan menggantung pakaian dengan DBD yang


27

bertempat di wilayah kerja PuskesmasSekaran Kecamatan Gunungpati kota

Semarang(Luluk , 2017).

2) Kebiasaan penggunaan obat/ anti nyamuk

Penggunaan insektisida ditujukan untuk mengendalikan populasi vector

sehingga diharapkan penularan penyakit dapat ditekan seminimal mungkin.

Pengendalian vektor nyamuk penyakit DBD di Indonesia setelah adanya KLB

dengan aplikasi lavasida temeos (Abate) yang ditaburkan dalam tempat-

tempatpenampungan air. Selain dengan penggunaan insektisida oleh program

pemerintah, perlindungan individu juga perlu dilakukan oleh masyarakat (Rima,

2017).

2.4 Proses Terjadinya Demam Berdarah Dengue

Menurut Sudjana (2010: 26), gambaran klinis penderita dengue terdiri atas 3

fase yaitu:

a. Pada fase febris, biasanya demam mendadak tinggi terus menerus

berlangsung selama 2-7 hari (38 0C- 40 0C), panas naik turun (demam

bifosik) dan panas tidak turun dengan obat antipiretik. Kadang-kadang

suhu tubuh sangat tinggi sampai 40 0C disertai muka kemerahan, eritema

kulit, nyeri seluruh tubuh, mialgia, artralgia dan sakit kepala. Pada saat

fase tersebut sebagai awal kejadian syok, biasanya pada hari ke 3, 4, 5

adalah fase kritis yang harus dicermati pada hari ke 6 dapat terjadi syok

kemungkinan dapat terjadi perdarahan dan kadar trombosit sangat rendah

(<20.000/ul).
28

b. Fase kritis, semua tanda dan gejala klinis menghilang setelah demam

turun, maka akan keluar keringat, perubahan pada denyut nadi dan

tekanan darah, teraba dingin di sertai dengan kongesti kulit. Perubahan ini

memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi, sebagai akibat dari

perembasan plasma yang dapat bersifat ringan atau sementara. Pada kasus

berat, keadaan umum pada saat atau beberapa saat setelah suhu turun,

terdapat tanda kegagalan sirkulasi, kulit teraba dingin dan lembab

terutama pada ujung jari kaki, sianosis di sekitar mulut, pasien menjadi

gelisah, nadi cepat, lemah kecil sampai tidak teraba dan ditandai dengan

penurunan suhu tubuh.penurunan hitung trombosit dibawah 100.000/mm3 .

c. Fase pemulihan, bila fase kritis terlewati maka terjadi pengembalian

cairan dari ekstravaskuler ke intravaskuler secara perlahan pada 48–72

jam setelahnya. Keadaan umum penderita membaik, nafsu makan pulih

kembali, hemodinamik stabil dan dieresis membaik (trombositopeni).

Pada saat akan terjadi syok pasien mengeluh nyeri perut (Sudjana 2010:

26).

2.5 Hubungan faktor lingkungan dan perilaku keluarga tentang pencegahan

Demam Berdarah dengan kejadian Demam berdarah

Faktor lingkungan dan perilaku tentang penyakit DBD menjadi hal yang

penting diketahui oleh masyarakat sampai di tingkat keluarga. Rendahnya

pengetahuan tentang faktor lingkungan danperilaku tentunya sejalan dengan

munculnya resiko terkena DBD. Faktor lingkungan tentang penyakit DBD akan

mempengaruhi kondisi lingkungan sekitar sehingga mengakitbat kan timbul nya


29

penyakit DBD akibat faktor lingkungan dan perilaku keluarga (Notoadmojo,

2010)

Salah satu faktor lingkungan dan perilaku yang salah pada keluarga dan masih

sering menganggap hal yang remeh,sehingga keluarga cenderung melakukan

perilaku acuh tak acuh terhadap lingkungan. Akan tetapi jika keluarga mengetahui

tentang perilaku tersebut kemungkinan besar faktor lingkungan yang terjadi akibat

demam berdarah menurun (Elvin, 2016: 9).

Berdasar kan penelitian yang dilakukan oleh ulis wahyu permata sari (2016)

dengan judul hubungan faktor lingkungan dan sikap dengan kejadian DBD di

wilayah kerja puskesmas kerajanserut mebuktikan bahwa ada hubungan faktor

lingkungan dan sikap degan kejadian DBD di wilayah kerja puskesmas

kerajanserut faktor lingkungan dan sikap keluarga dapat mempengaruhi angka

kejadian DBD apabila keluarga peduli dengan lingkungan dan sikap maka

kemungkinan anngka kejadian DBD menurun(sari, 2016)

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Awaludin (2017) menunjukan

bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pengetahuan dengan tindakan

pencegahan DBD. Seseorang memiliki pengetahuan yang baik maka memiliki

tindakan pencegahan yang baik terhadap DBD. Mengacu pada hasil penelitian ini

maka pengetahuan memiliki korelasi yang sangat penting untuk mampu

mengerakkan tindakan pencegahan yang baik karena perilaku seseorang didorong

oleh pengetahuan yang relevan (Awaludin, 2017)


30

BAB 3

KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep

Faktor yang mempengaruhi DBD -membiarkan tempat genangan air


Faktor internal -jarang menguras kamar mandi/WC
-Ketahan tubuh,imun -pengurasan tempat penampan air
-Umur -mengabaikan kondisi sekitar rumah
-Pengetahuan -kebiasaan menggantung pakain kotor
-perilaku -kebiasaan menggunkan obat anti nyamuk
Faktor ekternal
-Lingkungan

-keberadaan kamar mandi/WC yg jarang faktor resiko kejadian DBD


Di bersihkan -umur
-lingkungan pekarangan yg tidak bersih kejadian DBD -pengurasan tempat
-tempat penampungan sampah penampungan air
-keberadaan barang bekas -tanama hias
-keberadaan genangan air -tanaman sekitar rumah
-kondisi rumah yg lembab dengan
Pencahayaan Yang kurang

Keterangan

= Tidak diteliti

= Diteliti

Gambar 3.1 : Kerangka konsep


31

3.2 Hipotesis penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara yang berkaitan dengan rumusan masalah

penelitian (Sugiono, 2014)

Hipotesis pada penelitian yaitu:

Ho : tidak ada hubungan antara faktor lingkungan dan perilaku keluarga dalam

melakukan pencegahan dengan kejadian DBD di wilayah kecamatan Patrang RW

3 RT 5 kebupaten Jember 2019

Ha: Ada hubungan antara faktor lingkungan dan perilaku keluarga dalam

melakukan pencegahan dengan kejadian DBD di wilayah kecamatan Patrang RW

3 RT 5 kebupaten Jember 2019


32

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam

melakukan prosedur penelitian, pendekatan yang di lakukan dalam penelitian ini

adalah analitik. Metode yang di gunakan daalam penelitian ini adalah metode

survei yang di lakukan dengan penyebaran kuesioner dan wawancara kepada

responden secara langsung degan pendekan case control. Penelitian case control

adalah studi analititik yang menganalilis hubungan kausal dengan menggunakan

logika terbalik, yaitu menetukan penyakit (outcome) terlebih dahulu kemudian

menegidentifikasi penyebab (faktor resiko). Riwayat paparan dalam penelitian ini

dapat di ketahui dari register medis atau berdasarkan wawancara responden

penelitian (Hidayat,2012)

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin

meneliti semua elemen yang ada di wilayah penelitian, maka penelitiannya

merupakan penelitian populasi. Penelitiannya juga disebut penelitian populasi atau

studi sensus (Sugiyono, 2016: 117).Populasi dalam penelitian ini yaitu keluarga di

lingkungan wilayah patrang RT 3 RW 5 dengan total 49 kk


33

4.2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012: 115). Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah probability sampling, yaitu

teknik pengambilan sampel yang memberi kesempatan yang sama bagi semua

anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Nursalam, 2017: 91). Pendekatan

teknik probability sampling ini dengan carasimple random sampling, yaitu

pengambilan sampel dilakukan secara acak (Nursalam, 2017: 94).

Besar sampel diambil dengan menggunakan rumus Slovin:

N
n= 2
1+ N ( e )

49
n=
1+ 49 ( 0,05 )2

49
n=
1+ 0,1225

n = 43

Keterangan:

n : Besar sampel

N : Besar populasi

e : Presentase kelonggaran kesalahan pengambilan sampel yang masih bisa

di tolerir (0,5) atau 10%


34

4.2.3. Kriteria Sampel Penelitian

a. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2017: 172).

Kriteria inklusi pada penelitian ini:

1) Tinggal dan menetap di Kelurahan patrang RT 3 RW 5

2) Mengabil 1 orang dari jumlah KK

3) Bersedia menjadi responden

4) Bisa membaca dan menulis

5) Responden yang sudah terkena dan belum terkena penyakit DBD

di luar wilayah patrang RT 3 RW 5

b. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi karena berbagai sebab (Nursalam, 2011: 92).

Kriteria eksklusi pada penelitian ini

1) Responden yang nomaden atau berpindah tempat tinggal dari

Kelurahan patrang RT 3 RW 5

2) Responden yang mengalami sakit jiwa

4.3 Variabel Penelitian

a. Variabel independen

Dalam ilmu keperawatan, variabel independen biasanya merupakan stimulus

atau intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien untuk mempengaruhi

tingkah laku klien (Nursalam, 2017: 98). Dalam penelitian ini variabel
35

independennya adalah faktor lingkungan dan perilaku keluarga keluarga dalam

pencegahan DBD.

b. Variabel Dependen

Merupakan suatu variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain.

Dengan kata lain variabel ini yang dapat diamati atau diukur untuk menentukan

hubungan atau pengaruh dari variabel independen (Nursalam, 2017: 98). Dalam

penelitian ini yang termasuk variabel dependen yaitu kejadian DBD.

4.4 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan diwilayah patrang RT 3 RW 5 kabuten

Jember

Waktu penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus 2019.


36

4.5 Definisi Operasional

Tabel 4.1: Definisi Operasional

Definisi Indikator Skala


No Variabel Alat Ukur Hasil ukur
Operasional Data
1 Independe Kemampuan a.Keberadaan barang Kuesioner Nominal -faktor lingkungan
nt: kognitif bekas baik1
Faktor keluarga dalam b. Keberadaan -faktor lingkungan buruk 2
lingkunga mengetahui genangan air
n keluarga faktor -faktor lingkungan
dalam lingkungan baik bila tidak ada
pencegaha pencegahan barang bekas dan
n DBD DBD tidak ada genangan
air
-faktor lingkungan
buruk bila ada
barang bekas dan
genangan air
2. Independe Kemampuan a.Kebiasaan Kuesioner Nominal -faktor perilaku baik 1
nt: kognitif menggantung -faktor lingkungan buruk 2
Faktor keluarga dalam pakaian kotor
perilaku mengetahui b. Tidak
keluarga faktor perilaku menggunakan obat
dalam pencegahan anti nyamuk
pencegaha DBD -faktor perilaku
n DBD baik bila tidak
membiasaka
pakaian kotor
menggantung dan
menggunakan obat
anti nyamuk
-faktor perilaku
buruk bila
mebiasakan
menggantunga
pakaian kotor dan
tidak menggunkan
obat anti nyamuk
37

3. Dependen: Gambaran -penyakit menular Kuesioner Nominal -Terjadi 1


Kejadian individu yang yang di sebabkan -TidakTerjadi2
DBD pernah ataupun oleh virus melalui
sedang gigtan nyamuk aides
menderita aiegepty
DBD.

4.6 Pengumpulan Data

4.6.1 Sumber data

Adalah tempat didapatkannya data yang mengandung informasi. Sumber

data dibagi menjadi dua, yaitu (Swarjana, 2016: 27).

a. Data primer

Data tentang faktor lingkungan dan perilaku keluarga dalam pencegahan DBD

dikumpulkan sendiri oleh peneliti dari pengukuran menggunakan kuesioner, dan

data tentang kejadian DBD dikumpulkan dengan lembar observasi.

b. Data sekunder

Data yang diperoleh dari tempat penelitian yaitu berupa data jumlah KK di

wilayah patrang RT 3 RW 5 kebupaten Jember

4.6.2 Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Tahap persiapan

a. Mengurus surat perizinan penelitian dari Stikes dr. Soebandi Jember.

b. Setelah mendapat rekomendasi dari Badan Kesatuan Bangsa Politik,

kemudian mengajukan izin penelitian ke desa patrang RT 3 RW 5.


38

c. Melakukan koordinasi dari RT 3 RW 5 desa patrang kabutaen Jember

tentang angka kejadian DBD

d. Memberikan penjelasan kepada RT 3 RW 5 tentang penelitian yang akan

dilakukan dan tata cara pengambilan data penelitian serta menyiapkan

instrumen penelitian.

e. Menyiapkan lembar kuesioner tentang faktor lingkungan dan perilaku

keluarga dalam pencegahan DBD dan lembar observasi tentang kejadian

DBD

2) Tahap pelaksanaan

a. Memberikan lembar permohonan menjadi responden dan lembar

persetujuan (informed Consent) menjadi responden. Setelah itu menjelaskan

cara mengisi informed Consentapabila responden menyetujui atau bersedia

untuk menjadi responden maka dianjurkan untuk mengisi informed

Consenttersebut dan menandatanginya.

b. Memberikan atau menyebar kuesioner dan lembar observasi kepada

responden tersebut.

c. Menjelaskan cara mengisi kuesioner dengan cara menyilang salah satu

jawaban yang menurut responden benar dan sesuai pengetahuan yang

diketahuinya.

d. Untuk yang lembar observasi diisi hanya yang pertanyaan nomer satu saja.

e. Setelah menjelaskan kuesioner maka memberikan waktu kurang lebih 15

menit untuk mengisi kuesioner dan lembar observasi tersebut.


39

f. Setelah selesai pengisian tersebut maka kuesioner dan lembar observasi

dikumpulkan lagi ke peneliti.

4.6.3 Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan lembar

observasi, jenis pengukurandimana peneliti mengumpulkan data secara formal

kepada subjek untuk menjawab pertanyaan secara bebas tentang sejumlah

pertanyaan yang diajukan secara terbuka oleh peneliti (Nursalam, 2011: 188).

4.6.4 Uji Validitas

Uji validitas adalah pengukuran data pengamatan yang berarti prinsip

keadaan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur

apa yang seharusnya diukur (Nursalam, 2011: 184). Uji validitas dilakukan untuk

mengetahui jumlah ketetapan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data. Untuk

mengetahui suatu validitas suatu instrument (kuesioner) dilakukan dengan cara

melakukan korelasi antara skor masing-masing variabel dengan skor totalnya.

Teknik korelasi yang digunakan korelasi Pearson Product Momment.

Rumus Pearson Product Momment:

n XY − X . Y
rhitung¿ ( ∑ ) ( ∑ ) ( ∑ )
√¿¿¿

Keterangan :

rhitung :Koefisienkorelasi
40

n : Jumlahresponden

∑ X i :Jumlahskor item
∑Yi :Jumlah skor total

Suatu pernyataan kuesioner dinyatakan valid bila r hasil (hitung) ≥ r tabel.

Untuk kuesioner pengetahuan keluarga dalam pencegahan DBD diambil dari

penelitian (Aji Suryandono, 2009) yang berjudul “Hubungan Antara Pengetahuan

Dan Sikap Kepala Keluarga Tentang Demam Berdarah Dengue (DBD) Dengan

Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD)

Di Rw I Kelurahan Medono Kecamatan Pekalongan BaratKota

Pekalongan”didapatkan rhitung 0,569−0,816 (rhitung > rtabel).

4.6.5 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan

sejauh mana hasil pengukuran itu tetap bila dilakukan pengukuran dua kali atau

lebih gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmojo,

2012: 168). Dikatakan reliabel jika diperoleh nilai alpha (α) > 0,6. Hasil Uji

Cronbach Alpha dari pada penelitian (Aji Suryandono, 2009) yaitu 0,922

(reliabel)

4.7 Pengolahan data dan analisa data

4.7.1 Pengolahan Data


41

Data yang terkumpul dari hasil pengisian kuesioner dan lembar

observasi,kemudian dilakukan pengecekan data dan identitas responden. Menurut

(Notoatmodjo, 2012: 176) Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut :

4.7.1.1 Editing

Editing merupakan suatu kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian

kuesioner. Dalam penelitian ini yang perlu diedit adalah pada lembar kuesioner

sebagai upaya menjaga kualitas agar dapat diproses lebih lanjut.

4.7.1.2 Coding

Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data

angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2012: 176). Pengkodean pada penelitian ini

antara lain:

1) faktor lingkungan keluarga dalam pencegahan DBD dibagi menjadi 2 yaitu

lingkungan baik diberi kode 1

lingkungan buruk di beri kode 2

2) faktor perilaku keluarga dalam pencegahan DBD dibagi menjadi 2 yaitu

perilaku baik diberi kode 1

perilaku buruk di beri kode 2


42

3) kejadian DBD dibagi menjadi 2 yaitu

apabila terjadi diberi kode 1

tidak terjadi diberi kode 0.

4.7.1.3 Data entry

Jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk “kode”

(angka atau huruf ) dimasukkan kedalam tabel rekapitulasi yang sudah dibuat.

4.7.1.4 Tabulating

Tabulasi adalah mengelompokkan data sesuai variabel yang akan diteliti guna

memudahkan analisa data. Dalam penelitian ini tabel tabulasinya sebagaia berikut:

4.7.2 Analisa data

Data yang terkumpul kemudian ditabulasi menggunakan program SPSS 16

dengan cara :

a. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan untuk menganalisis tiap

variabel penelitian. Analisa univariat bertujuan untuk mendeskripsikan

karakteristik responden atau variabel penelitian (Susila dan Suyanto, 2018).

Dalam pengambilan analisa data variabel (lingkungan) dan variabel (perilaku),

analisa univariat dalam penelitian ini yaitu umur, aktivitas, jenis kelamin

Rumus persentase

P = (F/N) X 100

Keterangan
43

P = persentase

F = frekuwensi dari setiap jawaban rensponden

N = jumlah responden

b. Analisa Bivariat

Analisa ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi

square yang bertujuan untuk mengetahui antara tiga variabel. Uji korelasi chi

square adalah uji komparatif non parametris yang dilakukan pada tiga variable,

dimana skala tiga variable adalah nominal-nominal (sugiyono, 2012).

Berikut rumus chi kuadrat yang digunakan:

2 (0i−Ei )2
x =∑ [ ¿ ]¿
Ei

Keterangan:

x 2 : Nilai Chi kuadrat

Oi:Observed frequency/ frekuensi yang diharapkan

Ei:Expected frequency/ frekuensi yang diperoleh atau diamati

Kesimpulan Hasil:
44

- Jika nilai p value < a (0,05) maka Ho ditolak artinya ada

hubungan faktor lingkungan dan perilaku keluarga dalam

melakukan pencegahan dengan kejadian DBD di wilayah

patrang RT 3 RW 5 kabupaten Jember

- Jika P value > dari a (0,05), maka Ha di terima tidak ada

hubungan hubungan faktor lingkungan dan perilaku keluarga

dalam melakukan pencegahan dengan kejadian DBD di

wilayah patrang RT 3 RW 5 kabupaten Jember

Bila Ho di tolak atau terdapat hubungan maka di lanjutkan dengan uji

koefisien kontingensi yaitu uji yang digunakan untuk menghitung hubungan antar

variabel skala pengukurannya berbentuk nominal (sugiyono, 2003). Koefisien

kontingensi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui adanya hubungan

faktor lingkungan dan perilaku keluarga dalam melakukan pencegahan dengan

kejadian DBD di wilayah patrang RT 3 RW 5 kabupaten Jember

Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan hasil skala nominal, tabel 3x2

dan bentuk hipotesisnya korelasi maka uji yang cocok pada analisa penelitian ini

menggunakan uji nonparametrik yaitu uji chi square yang bertujuan untuk

mengetahui adanya hubungan antara tiga variabel yang memiliki skala nominal.

Jika ada hubungan dilanjutkan dengan uji Koefisien Kontigensi dengan

rumus:

X2
C=
√ N + X2
Dimana :

2 (O−E)2
X =∑
E
45

Keterangan:

O : Frekuensi yang diamati

E : Frekuensi yang diharapkan

N : Jumlah sampel

4.8 Etika penelitian

Kode etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap

kegiatan penelitian yang melibatjan antara pihak peneliti.Etika penelitian

mencakup juga perilaku peneliti atau perlakuan peneliti bagi masyarakat

(Notoatmojo, 2012: 178).

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Tahap persiapan

a. Mengurus surat perizinan penelitian dari Stikes dr. Soebandi Jember.

b. Setelah mendapat rekomendasi dari Badan Kesatuan Bangsa Politik,

kemudian mengajukan izin penelitian ke desa patrang RT 3 RW 5.

c. Melakukan koordinasi dari RT 3 RW 5 desa patrang kabutaen Jember

tentang angka kejadian DBD

d. Memberikan penjelasan kepada RT 3 RW 5 tentang penelitian yang

akan dilakukan dan tata cara pengambilan data penelitian serta

menyiapkan instrumen penelitian.


46

e. Menyiapkan lembar kuesioner tentang faktor lingkungan dan perilaku

keluarga dalam pencegahan DBD dan lembar observasi tentang kejadian

DBD

2) Tahap pelaksanaan

a. Memberikan lembar permohonan menjadi responden dan lembar

persetujuan (informed Consent) menjadi responden. Setelah itu

menjelaskan cara mengisi informed Consent apabila responden menyetujui

atau bersedia untuk menjadi responden maka dianjurkan untuk mengisi

informed Consent tersebut dan menandatanginya.

b. Memberikan atau menyebar kuesioner dan lembar observasi kepada

responden tersebut.

c. Menjelaskan cara mengisi kuesioner dengan cara menyilang salah satu

jawaban yang menurut responden benar dan sesuai pengetahuan yang

diketahuinya.

d. Untuk yang lembar observasi diisi hanya yang pertanyaan nomer satu saja.

e. Setelah menjelaskan kuesioner maka memberikan waktu kurang lebih 15

menit untuk mengisi kuesioner dan lembar observasi tersebut.

f. Setelah selesai pengisian tersebut maka kuesioner dan lembar observasi

dikumpulkan lagi ke peneliti.

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti menggunakan lembar kuesioner yang

diteliti dengan menekankan pada masalah etika yang Meliputi :

a) Anonimity
47

Tanpa Nama (Anonimity) digunakan ntuk menjaga kerahasiaan identitas

subyek, peneliti tidak Akan mencantumkan Nama subyek pada lembar

pengumpulan data yang diisi oleh subyek. Responden cukup menuliskan

inisial Nama dilembar persetujuan menjadi responden.

b) Informed Consent

Diberikan kepada calon responden sebelum penelitian dilakukan, dengan

tujuan agar responden mengetahui maksud dan tujuan dari penelitian. Jika

subyek bersedia diteliti, maka harus mendatangani lembar persetujuan, tetapi

jika subyek menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan

menghormati haknya.

c) Confidentiality

Kerahasiaan responden harus dijaga dan peneliti harus dapat menjamin

bahwa informasi apapun yang diberikan responden agar dirahasiakan,dan

hanya peneliti dan responden yang tahu.

d) Keadilan (Justice)

Keadilan dalam penelitian memiliki arti bahwa harus terjadi pemerataan

manfaat penelitian,semua responden memiliki hak yang samadalam penelitian

e) Kemanfaatan (Beneficience)

Peneliti harus tahu manfaat dan resiko yang dapat muncul dari penelitian

yang dilakukan Penelitian dapat dilakukan apabila manfaat lebih besar dari

dampak negatife yang ditimbulkan.


48

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan disajikan hasil pengumpulan data dan analisa data

tentang “ Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku Keluarga Dalam Melakukan

Pencegahan Dengan Kejadian DBD di wilayah Patrang RT3 RW5 Kab.Jember

”.Hasil pengumpulan dan analisa data akan disajikan dalam bentuk data umum

dan data khusus sebagai berikut.

5.1 Data Umum

Data umum responden merupakan data karakteristik responden yang

meliputi latar belakang, jenis kalamin, pendidikan dan pekerjaan sebagai

Berikut :
49

5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis


kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)


Laki- laki 16 37,2
Perempuan 27 62,8
Total 43 100

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa hasil sebagian besar

(62,8%) responden berjenis kelamin perempuan

5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan pekerjaan

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan


pekerjaan

Pekerjaan Jumlah (n) Persentase (%)


Pelajar 5 11,6
Buruh tani 7 16,3
Wiraswasta 7 16,3
Karyawan swasta /negri 8 14,0
Ibu rumah tangga 18 41,9
Total 43 100%

Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa hamper separuh nya

(41,9%) pekerjaan responden adalah ibu rumah tangga

5.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan pendidikan


50

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan


pendidikan

Pekerjaan Jumlah (n) Persentase (%)


Tamat SD 15 34,9
Tamat skolah (SLTP) atau sederajat 11 25,6
Tamat sekolah (SMU) atau sederajat 16 24,2
Akademi (D1, D2,D3) 1 2,3
Total 43 100%

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa hasil analisis data

yang didapatkan dari 43 KK yang diteliti menunjukkan bahwa responden

yang pendidikan tamat SD yang terbanyak dengan jumlah 16 (24,2%)

5.2 Data Khusus

5.2.1 Faktor lingkungan keluarga dalam melakukan pencegahan dengan kejadian

DBD di wilayah patrang RT3 RW5 Kab.Jember

Tabel 5.4 Distribusi faktor lingkungan keluarga dalam melakukan


pencegahan dengan kejadian DBD di wilayah patrang RT3
RW5 Kab.Jember

Faktor lingkungan Jumlah (n) Persentase (%)


Baik 34 79,1
Buruk 9 20,9
Total 43 100%

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa hasil hampir seluruh

nya (79,1%) faktor lingkungan keluarga dalam pencegahan DBD adalah

baik
51

5.2.2 Faktor perilaku keluarga dalam melakukan pencegahan dengan kejadian

DBD di wilayah patrang RT3 RW5 Kab.Jember

Tabel 5.5 Distribusi Mengidentifikasi faktor perilaku keluarga dalam


melakukan pencegahan dengan kejadian DBD di wilayah
patrang RT3 RW5 Kab.Jember

Faktor perilaku Jumlah (n) Persentase (%)


Baik 37 86,0
Buruk 6 16,0
Total 43 100%

Berdasarkan Tabel 5.5 dapat diketahui bahwa hampir seluruh nya

(86.0%) faktor perilaku keluarga dalam pencegahan DBD adalah baik

5.2.3 Kejadian DBD di wilayah patrang RT3 RW5 Kab.Jember

Tabel 5.6 Distribusi kejadian DBD di wilayah patrang RT3 RW5


Kab.Jember

Faktor lingkungan Jumlah (n) Persentase (%)


Terjadi 5 88,4
Tidak terjadi 38 11,6
Total 43 100%
Sumber : data primer 2019

Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa hampir seluruh nya

(88,4%) kejadian DBD keluarga adalah tidak terjadi

5.3 Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku Keluarga Dalam

Melakukan Pencegahan Dengan Kejadian DBD di Wilayah Patrang RT3

RW 5 kabupaten jember 2019


52

5.3.1 Menganalisis Hubungan faktor lingkungan keluarga dalam melakukan

pencegahan dengan kejadian DBD di wilayah paatrang RT3 RW 5 kabupaten

jember 2019

Tabel 5.7 analisa Hubungan faktor lingkungan keluarga dalam melakukan

pencegahan dengan kejadian DBD di wilayah paatrang RT3 RW 5 kabupaten

jember 2019

Faktor lingkungan Kejadian DBD Total Fisher's


keluarga dalam Terjadi Tidak terjadi Exact
pencegahan DBD Test
F % F % F %
Baik 4 80 30 78,9 34 79
Buruk 1 20 8 21,1 9 20,1 1.000
Jumlah 5 100 38 100 43 100
Sumber : data primer 2019

Berdasar kan hasil uji chi square pada tabel 5.7 di dapatkan Fisher's Exact

Test1.000> (0,05) hal tersebut membukatikan bahwa Ho di di terima dan dapat di

simpulkan bahwa tidak ada hubungan faktor lingkungan keluarga dalam

melakukan pencegahan dengan kejadian DBD di wilayah patrang RT3 RW5

kabupater Jember 2019

5.3.2 Menganalisis Hubungan faktor perilaku keluarga dalam melakukan

pencegahan dengan kejadian DBD di wilayah paatrang RT3 RW 5 kabupaten

jember 2019

Table 5.8 analisa Hubungan faktor perilaku keluarga dalam melakukan

pencegahan dengan kejadian DBD di wilayah paatrang RT3 RW 5 kabupaten

jember 2019

Faktor perilaku Kejadian DBD Total Fisher's


keluarga dalam Terjadi Tidak terjadi Exact
pencegahan DBD Test
F % F % F %
53

Baik 5 100 32 84,3 37 86


Buruk 0 0 6 15,7 6 14 1.000
Jumlah 5 100 38 100 43 100
Sumber : data primer 2019

Berdasar kan hasil uji chi square pada tabel 5.8 di dapatkan p value 1.000> (0,05)

hal tersebut membukatikan bahwa Ho di terima dan dapat di simpulkan bahwa

tidak ada hubungan faktor perilaku keluarga dalam melakukan pencegahan

dengan kejadian DBD di wilayah patrang RT3 RW5 kabupater Jember 2019

BAB 6

PEMBAHASAN

Pada BABini menjelaskan hasil penelitian dan pembhasan penelitian,

interprestasi hasil akan membahas mengenai mengenai hasil penelitian yang akan

di kaitkan dengan teori yang ada pada tinjauan pustaka, sedang keterbatasan

penelitian memaparkan keterbatasan yang terjadi selama pelaksaan penelitian.


54

6.1 Mengidentivikasi Faktor Lingkungan Keluarga Dalam Melakukan

Pencegahan Dengan Kejadian DBD di Wilayah Patrang RT3 RW5

kabupaten Jember 2019

Berdasarkan pada tabel 5.4data dari 43 KK yang diteliti menunjukkan bahwa

faktor lingkungan keluarga dalam pencegahan DBD di wilayah patrang RT 3

RW5kabupaten jember baik yaitu 34 orang (79,1 %)dan buruk 9 orang (20,9%)

Menurut Soegijanto (2016) Lingkungan adalah kesatuan ruangan dengan

semua benda dan keadaan mahluk hidup, termasuk di dalam nya manusi dan

perilaku nya yang melangsungkan kehidupan, Lingkungan yang mempengaruhi

timbulnya penyakit dengue adalah yang bukan bagian dari agent maupun

penjamu, tetapi mampu menginteraksikan agent penjamu. Lingkungan yang

banyak terdapat tempat pembuangan menjadi medium breeding place bagi

nyamuk Aedes aegypti

Menurut Notoadmojo, (2010) Faktor lingkungan tentang penyakit DBD

menjadi hal yang penting diketahui oleh masyarakat sampai di tingkat keluarga.

Rendahnya pengetahuan tentang faktor lingkungan danperilaku tentunya sejalan

dengan munculnya resiko terkena DBD. Factor lingkungan tentang penyakit DBD

akan mempengaruhi kondisi lingkungan sekitar sehingga mengakitbat kan timbul

nya penyakit DBD akibat faktor lingkungan dan perilaku keluarga

Berdasar kan penelitian yang dilakukan oleh ulis wahyu permata sari (2016)

dengan judul hubungan faktor lingkungan dan sikap dengan kejadian DBD di

wilayah kerja puskesmas kerajanserut mebuktikan bahwa tidak ada hubungan

faktor lingkungan dan sikap degan kejadian DBD di wilayah kerja puskesmas

kerajanserut, faktor lingkungan dan sikap keluarga dapat mempengaruhi angka


55

kejadian DBD apabila keluarga peduli dengan lingkungan dan sikap maka

kemungkinan anngka kejadian DBD menurun

Dari penjelasan di atas peneliti dapat menyampaikan Lingkungan adalah

kesatuan ruangan dengan semua benda dan keadaan mahluk hidup, termasuk di

dalam nya manusia dan perilaku nya yang melangsungkan kehidupan,

Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengue adalah yang bukan

bagian dari agent maupun penjamu, tetapi mampu menginteraksikan agent

penjamu faktor lingkungan keluarga dalam melakukan pencegahan dengan

kejadian DBD di wilayah patrang RT3 RW5 kabupaten Jember 2019 baik

sejumlah 34 0rang(79,1%)

6.2 Mengidentivikasi Faktor Perilaku Keluarga Dalam Melakukan

Pencegahan Dengan Kejadian DBD di Wilayah Patrang RT3 RW5

kabupaten Jember 2019

Berdasarkan tabel 5.5 data dari 43 KK yang diteliti menunjukkan bahwa

faktor perilaku keluarga dalam pencegahan DBD baik yaitu 37orang (86,0%) dan

buruk 6 orang (14,0%)

Perilakau adalah Tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentanga arti yang sangat luas antara lain :berjalan, berbicara menulis

tertawa bekerja dan lain sebagai nya dari uraian tersebut bisa di simpulkan bahwa

perilaku manusia adalah kegiatan yang dia amati langsung atau tidak langsung

atau yang tidak di amati pihak luar

Menurut Notoatmodjo, (2011) perilaku manusia yang tidak acuh terhadap

lingkungan menjadi salah satu penyebab banyak nya kasus demam berdarah

dengue hal ini dapat menjadi sarang berkembang biak atau tinggal
56

nyamuk,mengutip dari sehat negriku dalam menyikapi marak nya demam

berdarah dengue harus dilakukan perubahan upaya perilaku

Hasil penelitian ini sejalan dengan peneltian yang dilakukan oleh Duma, et al

(2007) tentang analisis faktor yang berhubungan dengan kejadian demam

berdarah dengue di Kecamatan Baruga Kota Kendari. Penelitian tersebut

menghasilkan kesimpulan berupa faktor pengetahuan berhubungan dengan

kejadian demam berdarah dengue di Kecamatan Baruga Kota Kendari.

Dari penjelasan di atas peneliti dapat menyampaikan bahwa Perilaku manusia

yang tidak acuh terhadap lingkungan menjadi salah satu penyebab banyak nya

kasus demam berdarah dengue hal ini dapat menjadi sarang berkembang biak atau

tinggal nyamuk, faktor perilaku keluarga dalam melakukan pencegahan dengan

kejadian DBD di wilayah patrang RT3 RW5 kabupaten Jember 2019 baik

sejumlah 37 0rang (86,0%)

6.3 Mengidentivikasi kejadian DBD di wilayah patrang RT3 RW5 kabupaten

Jember 2019

Berdasarkan tabel 5.6 di dapat kan data bahwa kejadian DBD di wilayah

patrang RT3 RW5 kabupaten Jember 2019 dapat diketahui bahwa hasil analisis

data yang didapatkan dari 43 KK yang diteliti menunjukkan bahwa kejadian DBD

yang tidak terjadi DBD yaitu 38 (88,4%) dan terjadi 5 (11,6%)

Menurut Sukowati, (2010) demam berdarah dengue merupakan suatu

penyakit yang di sebabkan oleh virus DEN-1,DEN 2,DEN-3 atau DEN-4 yang

masuk ke peredaran darah melalui gigitan vektor nyamuk dari genus Aedes,

misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus yang sebelumnya telah terinfeksi

oleh virus dengue dari penderta DBD lainnya. Penyakit DBD dapat muncul
57

sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok usia. Penyakit ini

berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat

Menurut Rita Kusriastuti, (2011) demam berdarah dengue ditandai dengan

demam mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri

ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan

(petechiae,lebam (echymosis) atau ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan,

berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (Shock)

Dari penjelasan di atas peneliti dapat menyampaikan bahwa kejadian DBD

di sebabkan oleh virus DEN-1,DEN 2,DEN-3 atau DEN-4 yang masuk ke

peredaran darah melalui gigitan vektor nyamuk dari genus Aedesdi wilayah

patrang RT3 RW5 kabupaten Jember 2019 tidak terjadi sejumlah 380rang

(88,4%)

6.4 Analisa hubungan faktor lingkungan keluarga dalam melakukan

pencegahan dengan kejadian DBD di wilayah patrang RT3 RW5 kabupaten

Jember 2019

Berdasar kan tabel 5.7 dari total 43 KK menjukan bahwa sebayak 35

responden Lingkungan nya baik dan sebanyak 9 responden lingkungan nya buruk,

Berdasar kan hasil uji chi square di dapatkan Fisher's Exact Test1,000>(0,05) hal

tersebut membukatikan bahwa Ho di terimadan dapat di simpulkan bahwa tidak

ada hubungan faktor lingkungan keluarga dalam melakukan pencegahan dengan

kejadian DBD di wilayah patrang RT3 RW5 kabupater Jember 2019

Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup

keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan
58

fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan

yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan

lingkungan tersebut.

Menurut Soegijanto (2016) lingkungan adalah kesatuan ruangan dengan

semua benda dan keadaan mahluk hidup, termasuk di dalam nya manusi dan

perilaku nya yang melangsungkan kehidupan, Lingkungan yang mempengaruhi

timbulnya penyakit dengue adalah yang bukan bagian dari agent maupun

penjamu, tetapi mampu menginteraksikan agent penjamu. Lingkungan yang

banyak terdapat tempat pembuangan menjadi medium breeding place bagi

nyamuk Aedes aegypti

Menurut Daud Silalahi pencemaran lingkungan ada 3 yaitu:

a. Pencemaran udara

Sumber polusi udara lain dapat berasal dari radiasi bahan radioaktif, misalnya,

nuklir. Setelah peledakan nuklir, materi radioaktif masuk ke dalam atmosfer dan

jatuh di bumi, materi radioaktif ini akan terakumulusi di tanah, air, hewan,

tumbuhan, dan juga pada manusia. Efek pencemaran nuklir terhadap makhluk

hidup, dalam taraf tertentu, dapat menyebabkan mutasi, berbagai penyakit akibat

kelainan gen, dan bahkan kematian Pencemaran udara.

b. Pencemaran air

Polusi air dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemar sebagai berikut:

Pembuangan limbah industri, sisa insektisida, dan pembuangan sampah domestik,

misalnya, sisa detergen mencemari air. Buangan industri seperti Pb, Hg, Zn, dan

CO, dapat terakumulasi dan bersifat racun. Sampah organik yang dibusukkan oleh
59

bakteri menyebabkan 02 di air berkurang sehingga mengganggu aktivitas

kehidupan organisme air.

c. Pencemaran tanah

Pencemaran tanah disebabkan oleh beberapa jenis pencemaran berikut ini:

Sampah-sampah plastik yang sukar hancur, botol, karet sintesis, pecahan kaca,

dan kaleng Detergen yang bersifat non bio degradable (secara alami sulit diurai)

Berdasar kan penelitian yang dilakukan oleh ulis wahyu permata sari

(2016) dengan judul hubungan faktor lingkungan dan sikap dengan kejadian DBD

di wilayah kerja puskesmas kerajanserut mebuktikan bahwa tidak ada hubungan

faktor lingkungan dan sikap degan kejadian DBD di wilayah kerja puskesmas

kerajanserut, faktor lingkungan dan sikap keluarga dapat mempengaruhi angka

kejadian DBD apabila keluarga peduli dengan lingkungan dan sikap maka

kemungkinan anngka kejadian DBD menurun

Berdasarkan hasil dan fakta dalam penelitian ini didaptkan hasil Ha di

terima dan dapat dia artikantidak ada hubungan antara faktor lingkungan keluarga

dalam melakukan pencegahan dengan kejadian DBD di wilayah Patrang RT3

RW5 kabupatn Jember hal ini menunjukkan bahawa faktor lingkungan keluarga

baik bnayak masyrakat yang peduli akan hidup bersih, di area rumah bersih

meskipun masih ada sebagian kecil yang masih tidak peduli akan lingkungan,

Lingkungan dapat menjadi salah satu faktor yang dapat menjadi penyebaran

nyamuk aides aigepty maka dari itu jika lingkungan sekitar rumah bersih angka

kejadian DBD menurun


60

6.5 Analisa hubungan faktor perilaku keluarga dalam melakukan

pencegahan dengan kejadian DBD di wilayah patrang RT3 RW5 kabupaten

Jember 2019

Berdasar kan tabel 5.8 dari total 43 KK menjukan bahwa sebayak 37

responden perilaku nya baik dan sebanyak 6 responden perilaku nya buruk,

Berdasar kan hasil uji chi square di dapatkan Fisher's Exact Test(1.000)>(0,05)

hal tersebut membukatikan bahwa Ho di terimadan dapat di simpulkan bahwa

tidak ada hubungan faktor perilaku keluarga dalam melakukan pencegahan

dengan kejadian DBD di wilayah patrang RT3 RW5 kabupater Jember 2019

Perilaku adalah Tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan arti yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara

menulis tertawa bekerja dan lain sebagai nya dari uraian tersebut bisa di

simpulkan bahwa perilaku manusia adalah kegiatan yang dia amti langsung atau

tidak langsung atau yang tidak di amati pihak luar

Menurut Skinner sebagaimana dikutip oleh Soekidjo Notoatmojo (2010:

21) perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap rangsangan dari

luar (stimulus). Perilaku dapat dikelompokkan menjadi dua:

a. Perilaku tertutup (covert behaviour), perilaku tertutup terjadi bila respons

terhadap stimulus tersebut masih belum bisa diamati orang lain (dari luar)

secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian,

perasaan, persepsi, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk

“unobservabel behavior´atau “covert behavior” apabila respons tersebut terjadi


61

dalam diri sendiri, dan sulit diamati dari luar (orang lain) yang disebut dengan

pengetahuan (knowledge) dan sikap (attitude)

b. Perilaku Terbuka (Overt behaviour), apabila respons tersebut dalam bentuk

tindakan yang dapat diamati dari luar (orang lain) yang disebut praktek

(practice) yang diamati orang lain dati luar atau “observabel behavior”.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Awaludin, (2017) menunjukan

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan tindakan

pencegahan DBD. Seseorang memiliki perilaku yang baik maka memiliki

tindakan pencegahan yang baik terhadap DBD. Mengacu pada hasil penelitian ini

maka perilaku memiliki hubungan yang sangat penting untuk mengerakkan

tindakan pencegahan yang baik karena perilaku seseorang didorong oleh

pengetahuan yang relevan

Berdasarkan hasil dan fakta dalam penelitian ini didaptkan hasil Ha di

terima dan dapat di artikan tidak ada hubungan antara faktor perilaku keluarga

dalam melakukan pencegahan dengan kejadian DBD di wilayah Patrang RT3

RW5 kabupatn Jember hal ini menunjukkan bahawa faktor perilaku keluarga baik,

perilaku seseorang yang dapt menimbulkan wabah demam berdarah seperti

membuang sampah sembarang adanya tempat tempat penampungan air yang di

biarkan dan adnya kaleng botol minuman hal tersebut dapat menimbulakan wabah

demam berdarah,perilaku masayrakat yang sadar akan tindakan yang di lakukan

nya dapat menurunkan angka kejadian DBD tersebut


62

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tentang hubungan faktor lingkungan dan

perilaku keluarga dalam melakuna pencegahan dengan kejadian DBD di

walayah patrang RT3 RW5 kabupaten Jember 2019

7.1.1 faktor lingkungan keluarga dalam melakukan pencegahan dengan

kejadian DBD di wilayah patrang RT3 RW5 kabupaten Jember

hampir keseluruhan (79.15%) adalah baik

7.1.2 faktor perilaku keluarga dalam melakukan pencegahan dengan

kejadian DBD di wilayah patrang RT3 RW5 kabupaten Jember

hamper keseluruhan (86,0 %) adalah baik

7.1.3 kejadian DBD di wilayah patrang RT3 RW5 kabupaten Jember hamper

keseluruhan (88,4 %) adalah tidak terjado

7.1.4 Tidak ada hubungan faktor lingkungan keluarga dalam melakukan

pencegahan dengan kejadian DBD di wilayah patrang RT3 RW5

kabupaten Jember didapatkanFisher's Exact Test1.000

7.1.4 Tidak ada hubungan faktor perilaku keluarga dalam melakukan

pencegahan dengan kejadian DBD di wilayah patrang RT3 RW5

kabupaten Jember didapatkan nilai Fisher's Exact Test1.000


63

7.1 Saran

7.2.1 Bagi Instansi Pendidikan

Hasil penelitian ini di harapkan dapat meanmbah ilmu pengetahuan

dan pengembangan dalam bidang keperawatan dasar melalui

hubungan faktor lingkungan dan perilaku keluarga dalam melakukan

pencegahan dengan kejadian DBD

7.2.1 Bagi masyarakat

Di harapkan bagi masyarakat hasil penelitian ini sebagai ilmu

penegtahuan dan acuan untuk mengetahui faktor lingkungan dan

perilaku dengan kejadian DBD

7.2.2 Bagi Peneliti selanjutnya

Diharapakan penelitian ini bisa dikembangkan atau di lanjutkan untuk

penelitian selanjutnya dengan diganti variabel, responden dan jenis

penyakitnya.
64

DAFTAR PUSTAKA

A.Arsunan Arsin. (2013). Epidemiologi Demam Berdarah Dengue (DBD) di


Indonesia. Makassar: Masagena Press.

Anggraini, A. (2016). Pengaruh kondisi sanitasi lingkungan dan perilaku 3M plus


terhadap kejadian demam berdarah dengue di Kecamatan Purwoharjo
Kabupaten Banyuwangi.:Jurnal Pendidikan Geografi, 3(3), 321–328
Awaludin (2017), pengetahuan dengan tindakan pencegahan DBD universitas
negri yogjakarta
Arikunto, S.2010.Prosedur Penelitian.Jakarta: Rineka Cipta.
Djunaedi D. (2010). Demam Berdarah Dengue (DBD) Epidemiologi,
Imunopatologi, Patogenesis, Diagnosisi dan Penatalaksanaannya. Malang:
UMM Press.

Daud Silalahi, (2012)Hukum Lingkungan Dan Sistem Penegakan Hukum


Lingkungan, pt alumni, Bandung 2012 hlm 10

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.(2017). Profil Kesehatan Provinsi Jawa


Timur.Surabaya: Kementrian Kesehatan Indonesia.
Elvin (2016). Faktor lingkungan dan perilaku keluarga dalam pencegahan
DBD.Skripsi. UniversitasNegeri Surabaya
Fauziah, Nur Fahmi.(2012).Karakter Sumur Gali dan Keberadaan Jentik Nyamuk
Aedes Aegypti.Jurnal Kesehatan Masyarakat,Vol. 1.No.8, 81-87

Hidayat (2012). Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan Pendekatan Praktis


Edisi 4.Jakarta Selatan: Salemba Medika

Kementrian Kesehatan RI.(2018). Profil Kesehatan Indonesia.Jakarta: Dinas


Kesehatan Indonesia
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Infodatin: situasi DBD di Indonesia. Dinas
Kesehatan Indonesia
Kementerian Kesehatan RI.(2017).kendalikan DBD dengan psn 3m
plus .Jakarta:Dinas Kesehatan Indonesia.
Luluk,(2017). Hubungan Faktor Lingkungan Fisik dan Perilaku denganKejadian
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran,
Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. Skripsi. UniversitasNegeri
Semarang.https://journal.unnes.ac.id, diakses 2 April 2018

Lia Fentia. 2017. Hubungan Faktor Lingkungan Fisik dan Perilaku Keluarga
Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja
65

Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru. Jurnal Menara Ilmu Volume


XI Jilid I Nomor 76 Juli 2017. STIKes Tengku Maharatu.
http://joernal.umsb.ac.id, diakses 5 Mei 2018

Lisa Anggriani Tanjung. 2016. Hubungan Faktor Fisik Lingkungan Rumah dan
Karakteristik Penderita Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Wilayah Kerja Pskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan
Perjuangan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara Medan.
http://repository.usu.ac.id, diakses 5 April 2018

Monica Ester. (2012). Demam Berdarah Dengue : Diagnosis, Pengobatan,


Pencegahan, dan Pengendalian. Jakarta: EGC.

Najmah. (2016). Epidemiologi Penyakit Menular. CV Trans Info Media. Jakarta.

Notoadmoko, (2011). Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku manuasia,


Jakarta: Kompas, hlm. 28

Notoatmodjo.(2012).Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi Cetakan


kedua.Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba


Medika.
Nursalam, (2011). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu
Keperawatan : pedoman skripsi, tesis, dan instrument penelitian. Edisi 2.
Jakarta: Salemba medika
Nursalam. (2017).Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan Pendekatan Praktis
Edisi 4.Jakarta Selatan: Salemba Medika

Oscar, (2018) Epidemiologi Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia.


Makassar: Masagena Press.

Profil Kesehatan Kebupaten Jember,(2017):Laporan Program DBD Seksi P2PM,


Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2017
Profil Kesehatan Kebupaten Jember,(2017) :Laporan Program DBD Seksi
P2PM, Dinas Kesehatan kebupaten jember 2017
Rita Kusriastuti. (2011). Modul Pengendalian Demam Berdarah
Dengue.Kementrian Republik Indonesia.

Rima (2017). Penegendalian vektor nyamuk penyakit DBDSemarang: Universitas


negri semrang

Sahdat Hidayat. (2014) bentuk bentuk dan contoh kerusakan lingkunganSurabaya:


Airlangga University Press
66

Sari (2016) hubungan faktor lingkungan dan sikap dengan kejadian DBD di
wilayah kerja puskesmas krajan serut universitas negri Semarang

Sukowati, Supratman.(2010).Masalah Vektor Demam Berdarah Dangue (DBD)


dan Pengendaliannya.Jakarta: Depkes RI.
Sutaryo. (2010). Mengenal Demam Berdarah. Yogyakarta: Medika.

Soegijanto S. (2011). Demam Berdarah Dengue : Tinjauan dan Temuan Baru di


Era 2011. Surabaya: Airlangga University Press.

Soegijanto, Soegeng. (2016). Buletin Patogenesa dan Perubahan Patofisiologi


Infeksi Virus Dengue. Surabaya: Airlangga University Press.

Sugiyono (2016). Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan Pendekatan Praktis


Edisi 4.Jakarta Selatan: Salemba Medika

Soegijanto, (2017).Hubungan Faktor Lingkungan Dengan Kejadian Demam


Berdarah Denguedi Kabupaten MarosSulawesi Selatan
Swarjana. (2016). Statistic kesehatan.Yogyakarta: Andi publisher
Vandi Putra dan Purjazuli Onny Setiani Jurnal Kesehatan Masyarakat dan
Lingkungan Hidup, 15/11 (2017), Kejadian demam berdarah dengue (DBD)
di wilayah aveh tenggara tahun 2017
Wati.(2009). Demam Berdarah Dengue : Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan,
dan Pengendalian. Jakarta: EGC.

WHO,(2017).dalam jurnal Korelasi Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Terhadap


Tindakan Pencegahan Demam Berdarah DENGUEWorld Helath
Organization

Anda mungkin juga menyukai