Anda di halaman 1dari 169

SKRIPSI

STUDI KUALITATIF PENGALAMAN SEBUAH ANGGOTA


KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN TUBERKULOSIS
PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LENTENG
KABUPATEN SUMENEP

Oleh :

DEDY ALAN SEFTIANTO


NPM. 716620717

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
2020

i
STUDI KUALITATIF PENGALAMAN SEBUAH ANGGOTA
KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN TUBERKULOSIS
PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LENTENG
KABUPATEN SUMENEP

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Dalam Program Studi Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Wiraraja

Oleh:
Dedy Alan Seftianto
NPM. 716.6.2.0717

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
2020

ii
iii
iv
v
MOTTO

Berhentilah Merasa Paling Hebat dalam segala hal, Ingat Kamu hanya
manusia yang sedang ditutupi aibnya

vi
vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya hanturkan atas kehadirat Allah SWT atas berkat Rahmat
dan Karunia Nya yang telah melimpahkan Taufiq, Hidayah, dan Inayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul „‟Studi Kualitatif
pengalaman sebuah anggota keluarga dalam merawat pasien tubekulosis paru di
Wilayah Kerja Puskesmas Lenteng‟‟.
Penyusunan Skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, serta
dukungan telah diberikan dari berbagai pihak, untuk itu ijinka peneliti
menyapaiaka terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Sjaifurrahman, S.H., C.N., M.H. Selaku Rektor Universitas
Wiraraja.
2. Bapak Dr.Eko Mulyadi S.Kep., Ns., M.Kep. Selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Wiraraja.
3. Ibu Zakiyah Yasin S.Kep., Ns., M.Kep. Selaku ketua prodi S1
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Wiraraja.
4. dr.H.Edi Kurnianto Kepala UPT. Puskesmas Lenteng yang telah
memberikan ijin penelitian.
5. Bapak Mujib Hannan, S.KM., S,Kep., Ns., M.Kes. Selaku Pembimbing
utama yang telah memberikan arahan selama proses penyusunan Skripsi
ini.
6. Ibu Zakiyah Yasin, S. Kep., Ns., M.Kep. selaku Pembimbing kedua yang
telah memberikan arahan selama proses penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Syaifurrahman Hidayat S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji yang
telah memberikan saran pada saat proses ujian.
8. Jajaran Dosen Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Wiraraja
dan semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan laporan
penelitian ini.
9. Orang tua yang selalu memberikan motivasi.
10. Teman-teman angkatan 2016 Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Wiraraja.

viii
Saya menyadarimasih banyak kekurangan dalampenyususnan Skripsi in.untuk itu
saya sangat mengharapkan masukan dan saran yang membangun dari segenap
pembaca. Akhir kata semoga Skripsi ini dapat memberikan tambahan ilmu yang
bermanfaat bagi pembaca.

Sumenep, 30 April 2020

Peneliti

ix
ABSTRAK

STUDI KUALIF PENGALAMAN SEBUAH ANGGOTA KELUARGA


DALAM MERAWAT PASIEN TB PARU DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS LENTENG KECAMATAN LENTENG KABUPATEN
SUMENEP

Oleh : Dedy Alan Seftianto

Latar Belakang : Kejadian Tuberkulosis memberikan pengalaman tersendiri


terhadap anggota keluarga yang salah satu anggota keluarganya merupakan
penderita TB Paru, dampak dari adanya penyakit itu adalah adanya kecemasan
yang di rasakan oleh anggota keluarga serta persepsi yang menyatakan bahwa TB
paru bersifat menular. Tujuan penelitian : Memperoleh gambaran yang
mendalam tentang pengalaman anggota keluarga merawat pasien TB Paru di
wilayah kerja Puskesmas Lenteng Kecamatan Kota Sumenep.
Metode : Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Infoman dipilih dengan teknik pusposive sampling, dengan
wawancara mendalam, Tape Record dan File Note, mengenai pengalaman
anggota keluarga merawat pasien TB Paru. Sampel penelitian didapatkan 9 orang
yang telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dan satu informan kunci yaitu 1
tenga kesehatan Selaku penanggung jawab Penyakit Menular TBC.
Hasil : Dalam penelitian ini diperoleh empat tema yaitu kecemasan anggota
keluarga merawat pasien TB Paru, Peran anggota keluarga merawat pasien TB
Paru, persepsi anggota keluarga tentang penyakit TB Paru, mekanisme koping
keluarga setelah tahu anggota keluarga terkena TB Paru.
Kesimpulan dan Saran : Disimpulkan bahwa sebuah anggota keluarga
mengalami kecemasan, perubahan peran, pemahaman yang kurang, dan
mekanisme koping maladaptif. Disarankan agar anggota keluarga penderita TB
Paru menempatkan diri sebagai bagian dari masyarakat, meningkatkan koping
individu serta menjalani tugasnya sebagai PMO dengan baik. Dan kepada perawat
komunitas khususnya di Puskesmas Lenteng agar dapat meningkatkan pelayanan
terhadap penderita TB Paru dengan pengobatan dan perawatan secara holistik
yaitu biopsikososial dan spiritual.

Kata Kunci : Pengalaman Anggota Keluarga, TuberkulosisParu

x
ABSTRACT

A QUALIF STUDY OF THE EXPERIENCE OF A FAMILY MEMBER IN


TREATMENT OF LUNG TB PATIENTS IN THE WORKING AREA OF
PUSKESMAS LENTENG DISTRICT, LENTENG DISTRICT, SUMENEP
DISTRICT

Oleh : Dedy Alan Seftianto

Background: The Tuberculosis incident provides a special experience for family


members whose family members are pulmonary TB sufferers, the impact of the
disease is the anxiety felt by family members and perceptions that pulmonary TB
is contagious. Research Purposes : To obtain an in-depth overview of the
experience of family members caring for pulmonary TB patients in the work area
of the Lenteng Health Center, Sumenep City District.

Method: The research design used was qualitative with a phenomenological


approach. Infoman was selected by pusposive sampling technique, with in-depth
interviews, Tape Record and File Note, regarding the experiences of family
members caring for pulmonary TB patients. The study sample found 9 people
who met the inclusion and exclusion criteria and one key informant, namely 1
health center as the responsible person for TB communicable diseases.

Results: In this study four themes were obtained namely anxiety of family
members caring for pulmonary TB patients, the role of family members caring for
pulmonary TB patients, perceptions of family members about pulmonary TB
disease, family coping mechanisms after learning of family members affected by
pulmonary TB.

Conclusions and Recommendations: It is concluded that a family member


experiences anxiety, role changes, lack of understanding, and maladaptive coping
mechanisms. It is recommended that family members with pulmonary TB place
themselves as part of the community, improve individual coping and carry out
their duties as PMOs well. And to community nurses, especially at the Lenteng
Community Health Center in order to improve services for patients with
pulmonary TB with holistic treatment and care, namely biopsychosocial and
spiritual.

xi
Keywords: Family Member Experience, Lung Tuberculosis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
HALAMAN PRASYARAT GELAR .................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .............................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................ v
MOTTO ................................................................................................. vi
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................. x
ABSTRACT ........................................................................................... xi
DAFTAR ISI .......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xviii
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................... xix
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 5
1.3 Tujuan ......................................................................................... 6
1.4 Manfaat ....................................................................................... 6
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan ................................................ 6
1.4.2 Bagi Profesi Kesehatan ................................................... 6
1.4.3 Bagi Masyarakat.............................................................. 6
1.4.4 Bagi Peneliti .................................................................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 8
2.1 Konsep Dasar Tuberkulosis Paru ................................................ 8
2.1.1 Pengertian Penyakit Tuberkulosis Paru ............................. 8
2.1.2 Etiologi............................................................................... 9
2.1.3 Gejala Klinis ...................................................................... 13
2.1.4 Patofisiologi ....................................................................... 13

xii
2.1.5 Penularan ........................................................................... 14
2.1.6 Komplikasi ......................................................................... 15
2.1.7 Dampak Psikososial ........................................................... 15
2.1.8 Pengobatan Tuberkulosis Paru........................................... 16
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang ..................................................... 18
2.2 Konsep Dasar Keluarga ............................................................... 19
2.2.1 Definisi............................................................................... 19
2.2.2 Peran Keluarga ................................................................... 19
2.2.3 Fungsi Keluarga ................................................................. 20
2.2.4 Dukungan Keluarga ........................................................... 22
2.2.5 Peran Keluarga Dalam Uoaya Kesehatan .......................... 22
2.2.6 Peran Perawat Komunitas Pada Penyakit TB dan keluarga 26
2.3 Konsep Dasar Kecemasan ........................................................... 28
2.3.1 Definisi ............................................................................... 28
2.3.2 Jenis – Jenis Kecemasan .................................................... 28
2.3.3 Tingkat Kecemasan ............................................................ 29
2.3.4 Respon Kecemasan ............................................................ 31
2.4 Faktor berhubungan dengan kecemasan anggota keluarga
terhadap penularan tuberculosis paru ........................................ 32
2.4.1 Presepsi .............................................................................. 32
2.4.2 Usia .................................................................................... 33
2.4.3 Tingkat Pendidikan ............................................................ 34
2.4.4 Jenis Kelamin ..................................................................... 35
2.4.5 Pengetahuan ....................................................................... 35
2.5 Konsep Dasar Pelayanan ........................................................... 38
2.5.1 Pengertian Puskesmas ....................................................... 38
2.5.2 Fungsi Puskesmas .............................................................. 40
2.5.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan Puskesmas .......... 42
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL ................................................ 43
3.1 Kerangka Konseptual .................................................................. 43
BAB 4 METODE PENELITIAN ......................................................... 45
4.1 Desain dan Rancangan Penelitian ............................................... 45

xiii
4.2 Kerangka Kerja (Frame Work) ................................................... 46
4.3 Sumber Data ................................................................................ 47
4.3.1 Informan .......................................................................... 47
4.3.2 Sampling ......................................................................... 48
4.4 Variable Penelitian ...................................................................... 48
4.5 Definisi Operasional.................................................................... 48
4.6 Instrumen Penelitian.................................................................... 49
4.7 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................... 51
4.8 Setting Pengmpulan Data ............................................................ 51
4.8.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................... 51
4.8.2 Tahap Penelitian .............................................................. 52
1. Pra Lapangan .............................................................. 52
2. Tahap Kegiatan Lapangan .......................................... 52
3. Tahap Analis ............................................................... 54
4.9 Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 55
4.10 Teknik Analis Data .................................................................... 55
1.Open Coding ........................................................................... 55
2.Axial Coding ........................................................................... 55
3.Selective Coding ..................................................................... 56
4.11 Masalah Etika ........................................................................... 56
4.11.1 Penjelasan Tujuan Penelitian ......................................... 56
4.11.2 Informaned Consent ( Persetujua Responden ) .............. 56
4.11.3 Confidentiality ( Kerahasia ) .......................................... 57
4.11.4 Anonimity ( Tanpa Nama ) .............................................. 57
4.11.5 Keterbatasan Penelitian .................................................. 57
BAB 5 HASIL PENELITIAN .............................................................. 58
5.1 GambaranUmum Lokasi Penelitian ............................................... 58
5.2 Karakter Informan .......................................................................... 59
5.3 Metode ............................................................................................. 59
5.4 Analisis Tema .................................................................................. 60
5.5 Kecemasan Anggota Keluarga Dalam Merawat Penderita TBC .... 61
5.6 Peran Anggota Keluarga Dalam Merawat Penderita TBC .............. 64

xiv
5.7 Presepsi Anggota Keluarga Tentang TBC ...................................... 66
5.8 Mekanisme Koping Keluarga Setelah Tahu Keluarga Menderita
Penyakit TBC .................................................................................. 69
BAB 6 PEMBAHASAN ............................................................................ 72
6.1 Kecemasan Anggota Keluarga Dalam Merawat Penderita TBC .... 72
6.2 Peran Anggota Keluarga Dalam Merawat Penderita TBC ............. 76
6.3 Presepsi Anggota Keluarga Tentang TBC ...................................... 80
6.4 Mekanisme Koping Keluarga Setelah Tahu Keluarga Menderita
Penyakit TBC ................................................................................. 84
BAB 7 KESIMPULAN DA SARAN ........................................................ 89
7.1 Kesimpulan ...................................................................................... 89
7.2 Saran ................................................................................................ 89
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 90
LAMPIRAN

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Definisi Oprasional Pengalaman Sebuah anggota keluarga


dalam merawat pasiesn tuberculosis paru di wilayah
kerja puskesmas lenteng..................................................... 49

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual pengalaman anggota keluarga


dalam merawat penderita Tuberkulosis paru .................... 43
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Studi Kualitatif Pengalaman Sebuah
Anggota Keluarga Dalam Merawat Pesien
Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas
Lenteng”. ......................................................................... 46

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Calon Informan

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Informan ( Informed consent )

Lampiran 3 : Pedoman Wawancara Mendalam Tentang Pengalaman anggota


keluarga

Lampiran 4 : Surat Izin Keterangan Penelitian Bankesbangpol Linmas

Lampiran 5: Hsil Wawancara Bersma Responden

Lampiran 6: Hsil Wawancara Bersma Penanggung Jawab P2P

Lampiran 7: Hasil Observasi

Lampiran 8: Surat Pengantar Dari Kecamatan Lenteng

Lampiran 9: Surat Pengantar Balasan Dari Puskesmas Lenteng

Lampiran 10: Dokumentasi

Lampiran 11: Lembar Bimbingan

xviii
DAFTAR SINGKATAN
BTA : Basil Tahan Asam
BHSP : Bina hubungan saling percaya
FN : File note
FLOF : Five Levels Of Prevention
IUATLD : International Union Against Tuberculosis and Lung Disease
KGB : Kelenjar getah bening
LTBI : Latent Tubercolosis infection
OAT : Obat Anti Tuberkulosis
PKM : Pusat Kesehatan Masyarakat
PMO : Pengawas Minum Obat
SPS : sewaktu-pagi-sewaktu
TBC : Tuberkuolis
UPTD : Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
WHO : Word Helth Organation

xix
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit merupakan keadaan infeksi yang disebabkan oleh bakteri,

virus, jamur yang menyerang system kekebalan tubuh atau imunitas tubuh

manusia. Ketika system imun manusia menurun maka sumua mikroba dan

virus akan mudah masuk kedalan tubuh manusia. Penyakit dibedakan

menjadi dua jenis yaitu penyakit tidak menular dan penyakit menular.

Penyakit manular merupakan penyakit yang langsung menyerang secara

langsung melalui mulai dari kontak kulit, kontak udara dan sebagainya.

Seperti penyakit, kusta, ispa, HIV, hepatitis, Tubercolusis serta penyakit

menular lainya.

Penyakit infeksi seperti Tuberkolusis banyak seringkali dijumpai

disetiap negara salah satunya adalah Indonesia. Penyakit Tuberkolusis paru

adalah suatu penyakit infeksi kronis yang terjadi didalam paru – paru

disebabkan oleh bakteri Micobakterium Tubercolusis dimana bakteri ini

berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebgai basil

tahan asam (BTA) infeksi Tuberkolusis paru ini berarti kuman Tuberkulosis

berada didalam tubuh meskipun tidak aktif. Kuman ini masih hidup dalam

tubuh manusia sampai bertahun – tahun dalam bentuk tidak aktif dan dapat

diaktifkan kembali atau dormant (Kemenkes, 2016)

Penyakit Tuberkulosis banyak menimbulkan masalah dan tidak

hanya terjadi dibagian kesehatan saja, melainkan juga berdampak pada

1
2

psikologis dan sosial secara nasional. Tuberkulosis merupakan penyakit

kronis yang dapat merusak paru – paru manusia serta dapat menyebabkan

terjadinya kematian pada penderita. Penyakit Tuberkulosis menjadi masalah

kesehatan yang dapat menyebabkan keluarga, masyarakat dan penderita itu

sendiri menjadi cemas akan sebuah kesehatan diri.

Hal ini sering terjadi akibat keluarga kurangnya dalam hal

pengawasan, pengobatan dan perawatan pada penderita Tuberkulosis.

Keluarga menganggap penyakit Tuberkulosis adalah sebuah penyakit yang

disebabkan karena adanya penyakit kutukan atau guna – guna. Hal ini yang

dapat menimbulkan persepsi keluarga sehingga penderita tidak sembuh

secara medis, dan karena pandangan keluarga terhadap penderita sehingga

penderita dijauhi oleh keluarga dan sosialnya.

Word Health Organation (WHO) menyebutkan bahwa angka

kejadian Tuberkulosis paru di seluruh dunia pada tahun 2017 berjumlah

sekitar 2,7 juta penderita yang ditempati india sebagai peringkat pertama

kasus Tbuberkulosis serta kasus terbanyak disusul oleh negara tiongkok

dengan presentase 889.000 penderita Tuberkolusis paru dan di Indonesia

berada di peringkat ke 3 dengan presentase 842.000 penderita kasus

Tuberkulosis (who, 2018)

Kejadian Tuberkulosis di Indonesia menurut (kemenkes,2017)

provinsi Daerah keistemewaan Yogyakarta menjadi provinsi tertingginya

penyakit Tuberkulosis paru yaitu 105,7 % sedangkan untuk wilayah provinsi

jawa timur yakni dengan presentase 43,2 % dan menduduki peringkat 10

besar dengan kasus Tuberkolusis terbanyak (kemenkes, 2018) dari beberapa


3

puskesmas yang ada di kabupaten sumenep puskesmas lenteng memiliki

kasus Tuberkulosis pada tahun 2019 sebanyak 101 kasus BTA+.

Hasil studi awal dengan metode wawancara pada dua keluarga di

kecamatan lenteng. keluarga mengatakan bahwa keluarga penderita

Tuberkulosis masih belum mengetahui tentang penyakit tersebut, dari

pengalaman sebuah keluarga dalam merawat salah satu keluarga yang

menderita Tuberkolusis hanya mengetahui batuk yang disertai darah,

penyakit menular, serta penyakit guna – guna adalah penyakit Tuberkulosis.

dimana dari dua keluarga tersebut mengatakan penyakit tersebut hanyalah

penyakit biasa salah satu dari dua keluarga menjelaskan penyakit tersebut

menular dan meyakini jika penyakit tersebut segera dilakukan atau diberikan

pengobatan selama enam bulan tanpa merasa cemas dan kawatir akan

penyakit tersebut segera sembuh dengan cepat. Ada juga salah satu anggota

keluarga mengatakan bahwa saat kerja atau menjalankan aktifitas diluar

rumah seperti mengangkat pasir di malam hari juga dapat menyebabkan

terjadinya penyakit Tubekulosis paru.

Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan pada

penderita Tuberkulosis antara lain faktor dari penderita, faktor obat dan

faktor keluarga sebagai pengawas minum obat (PMO) keluarga sangat

penting untuk keberhasilan pengobatan Tuberkulosis paru. Keluarga

melakukan pengawasan terhadap penderita mulai dari mengingatkan

penderita untuk periksa kesehatan dengan jadwal yang telah di tentukan,

memberikan dorongan terhadap penderita untuk berobat secara teratur

hingga selesai, dimana yang menjadi salah satu alasan atau indikator
4

keberhasilan penderita sembuh adalah keluarga dari penderita tersebut.

Kronologis dari kejadian Tuberkulosis itu juga dapat berdampak

pada kecemasan bagi sebuah anggota keluarga yang memiliki penyakit

Tuberkulosis tetapi bukan hanya Tuberkulosis saja akan tetapi semu

penyakit dapat menimbukan kecemasan bagi anggota keluarga dimana

tingkat kecemasan merupakan salah satu yang selalu ada serta menjadi

bagian dari hidup. Kecemasan juga pengalaman dari sebuah anggota

keluarga karena adanya penularan Tuberkulosis Paru akan sangat

berpengaruh, jika salah satu dari anggota keluarga ada yang menderita

Tuberkulosis paru. karena mengingat Tuberkulosis paru merupakan penyakit

mematikan dan menular.

Penelitian Sebelumnya menjelaskan bahwa banyak cerita tentang

pengalaman sebuah anggota keluarga dalam merawat pasien Tuberkulosis

paru terkait dengan penularan tubercolusis paru dengan tingkat keberhasilan

keluarga dalam merawat penderita Tuberkulosis paru. Hasil penelitian

menjelaskan bahwa pengalaman sebuah anggota keluarga dalam merawat

salah angota keluarga yang menderita penyakit Tuberkulosis yaitu dimana

keluarga menyatakan Tuberkulosis paru bersifat menular dan dimana

keluarga membuat tindakan pencegahan penularan sesuai dengan

pengetahuan. Disamping itu ada juga keluarga yang mengatakan bahwa

dengan pengobatan yag tepat, dukungan dan peran keluarga sangat penting

atau di butuhkan oleh penderita penyakit Tuberkulosis (Mario

chie,sukartikaniyah & yosoeflaka, 2016)


5

Tuberkulosis Mudah di atasi apabila ada solusi yang efektif dalam

penyelesaianya. Untuk menyelesaikan masalah ini diperlukan sarana –

sarana yang harus digunakan yaitu pemanfaatan keluarga, dukungan

keluarga dan peran keluarga didalam merawat anggota keluarga yang pada

saat ini mengalami atau menderita penyakit Tuberkulosis ini yang dirasakan

oleh pasien dan memberikan pengetahuan kepada keluarga dan masyarakat

tentang penyakit Tuberkulosis. Bagi penderita Tuberkulosis diperlukan

dorongan untuk melakukan terapi sesuai anjuran. Melihat masalah ini

keluarga sangat diperlukan untuk menyelesaikan semua permaslahan pada

anggota keluarga yang mengalami penyakit Tuberkulosis paru.

Dari uraian di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa

penyakit Tuberkulosis ini membutuhkan sebuah perhatian khusus dan

membutuhkan analisis lebih lanjut mengenai pengalaman anggota keluaraga

terhadap penularan Tuberkulosis paru Hal ini yang membuat peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian studi kualitatif tentang sebuah pengalaman

anggota keluarga dalam merawat pasien penderita Tuberkulosis paru di

wilayah kerja Puskesmas Lenteng Kabupaten Sumenep.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian sebagai

berikut :

„‟Bagaimana Studi kualitatif pengalaman sebuah anggota keluarga

dalam merawat pasien Tuberkulosis paru di wilayah kerja puskesmas

Lenteng?‟‟
6

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui studi kulitatif pengalaman sebuah anggota

keluarga dalam merawat pasien Tuberkulosis paru di wilayah kerja

Puskesmas Lenteng.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan referensi

mahasiswa keperawatan Universitas Wiraraja Sumenep Khususnya

mata kuliah Keperawatan Keluarga, keperawatan Medical bedah dan

keperawatan komunitas dengan materi penyakit Tuberkulosis paru

dan tentang keluarga.

1.4.2 Bagi Profesi Kesehatan

Sebagai sebuah masukan dalam meningkatkan sebuah pengetahuan

dan perkembangan ilmu kesehatan tentang pengalaman anggota

keluarga dalam merawat penderita Tuberkulosis.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan masyarakat dan keluarga serta khalayak

umum tentang pemahaman tentang sebuah anggota keluarga dalam

merawat pasien Tuberkulosis.


7

1.4.4 Bagi Peneliti

Penelitian ini diharap menambah dan memperluas pengetahuan

penulis tentang studi kualitattif pengalaman sebuah anggota keluarga

dalam merawat pasien Tuberkulosis paru.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Tuberkulosis Paru

2.1.1 Pengertian Penyakit Tuberkulosis Paru

TBC (Tuberkulosis) adalah suatu penyakit infeksi menular

yang di sebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Dapat menyerang

paru – paru (Tuberkulosis paru), tulang, kelenjar getah bening (KGB)

dan organ tubuh lainya (Tuberkulosis ekstra paru ( Retno Ardani

Agustin, 2018 ).

Tuberkulosis paru suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan kuman dari kelompok Mycobakterium yaitu

Mycobacterium tuberculosis. Direktur jendral PP dan PL, Kementrian

Kesehatan RI, 2014).

1. TB aktif didefinisikan sebagai infeksi Mycobakteria dari M.

Mycobakterium kompleks, dimana Mycobakterium tumbuh dan

menyebabkan gejala dan tanda – tanda penyakit. Ini berbeda dari

LTBI (Latent Tubercolosis infection ) dimana Mycobakterium

hadir tetapi tidak aktif dan tidak menyebabkan gejala penyakit.

Diagnosa TB aktif paling sering dibuat berdasarkan bakteriologi

positif tetapi pada sekitar 15%-25 % kasus berdasarkan presentasi

klinis dan atau radiologis atau patologis yang tepat serta respon

pengobatan.

8
2. Seseorang dengan LTBI biasanya memiliki te TST atau IGRA

positif tetapi tidak memiliki temuan fisik penyakit Tuberkulosis

dan X-ray dada normal atau hanya menunjukan bukti infeksi yang

disembuhkan yaitu granuloma atau kalisifikasi di paru- paru,

kelenjar getah bening hilus atau keduanya. Orang dengan LTBI

tidak meneujukan gejala menular. (Flanagan, Darina O,et.al, 2010)

2.1.2 Etiologi

Penyebab dalam epedimiologi berkembang dari rantai sebab

akibat suatu proses kejadian penyakit, yakni proses interaksi antara

manusia (penjamu) dengan berbagai sifatnya (biologis,fisiologis,

psikologi, sosiologis dan antropologis) dengan penyebab (agent) serta

dengan lingkungan (environment). Dalam teori keseimbangan,

interaksi antara ketiga unsur tersebut harus dipertahankan, bila terjadi

ketidakseimbangan antara ketiganya, akan menyebabkan timbulnya

penyakit (Retno Ardanari Agustin 2018)

Menururut jaffe D, Chavasse L. 1999 dalam Saminan (2016)

membagi tiga penyebab Tuberkulosis paru, yaitu :

1. Agent (Unsur penyebab)

a. Penyebab kursal primer

Unsur penyebab kausal ini dapat dibagi dalam beberapa

kelompok utama, yaitu unsur penyebab biologis, nutrisi,

kimiawi, fisika dan psikis.

b. Penyebab Kausal Sekunder


Penyebab ini merupakan unsur pembantu/penanbah dalam

proses kejadian penyakit. Ketentuan bahwa pada umumnya,

kejadian setiap penyakit sangat dipengaruhi oleh berbagai

unsur yang berinteraksi dengan unsur penyebab yang ikut

dalam proses sebab akibat

2. Host (Penjamu)

Unsur penjamu terutama penjamu manusia dapat dibagi dalam

keadaan kelompok sifat utama, yakni sifat yang erat hubunganya

dengan manusia sebagi makhluk biologis dan sebagai masuk

makhluk sosial.

Faktor resiko pada manusia adalah genetik dan fisiologis, usia dan

gaya hidup. Banyak kebiasab dan cara pelaksanaan yang

mengandung faktor resiko, berbagai stress akibat krisis kehidupan

dan perubahan gaya hidup juga merupakan faktor resiko. Cara

pelaksanaan dan prilaku hidup sehat dpat berakibat positif maupun

negatif terhadap kesehatan.

Keadaan penjamu pada kasus Tuberkulosis atu TB RO yang perlu

di waspadai diantaranya adalah :

a. Perokok

Prilaku merokok adalah salah satu aktivitas atau tindakan

menghisap gulungan tembakau yang tergulung kertas yang

telah di bakar dan menghembuskanya keluar tubuh yang

beremperatur 90 deraja celcius.partikel asap rokok dan zat

iritan lainya mengaktifkan makrofag alveolar dan zat epitel


jalan napas dalam membentuk faktor hiperreaktifitas bronki

(HBR), yaitu meningkatkan kepekaan bronki dibandingkan

saluran napas normal terhadap zat – zat yang merangsang tidak

spesifik yang dihirup sehingga mengalami penyakit saluran

nafas.

b. Satus Gizi Rendah

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan

nutrisi untuk anak yang diindikasikan sebagi status kesehtan

yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan

masukan nutrien.

Kurang gizi umumnya terkait dengan penyakit dan infeksi

seperti gangguangastrointestinal dan malabsorpsi, penemonia,

TB dan HIV. Kerawanan pangan dapat menjadi penyebab

kekurangan gizi. Hubungan antara Tuberkulosis paru dan gizi

buruk telah diketahuai sejak lama Tuberkulosis menyebabkan

kurang gizi buruk dan kurang gizi melemahkan kekebalan,

sehingga meningkatkan kemungkianan Tuberkulosis latent

akan berkembang menjadi penyakit aktif .

c. Status Ekonomin Rendah

Status ekonomi rendah dapat mempenagruhi status imunitas

tubuh. Keluarga mengalmi keterbatasan dalm pemenuhan

kebutuhan sehari – hari. Tuberkulosis paru adalah penyebab

kemiskinan karena orang dengan penderita Tuberkulosis paru


sering menghadapi beban ganda dari pengurangan pendapatan

dan peningkatan biaya.

d. Perilaku Hidup Sehat yang Tidak Baik

Hubungan antara kesehatan dan perilaku manusia adalah

bidang utama yang menarik dalam kesehatan masyarakat

dengan antropolog medis dan sosialog yang menyediakan

keahlian profesional khusus. Hubungan anatara gaya hidup dan

kesehatan mendapatkan lebih banyak perhatian kaena penyakit

kronis semakakin mendominasi pola epedemiologi.

e. Penyakit Penyerta

Terdapatnya komorbid yang mengganggu ketaatan pasien atau

respons terapi Tuberkulosis paru dengan diabetes melitus. Dan

diaman pemyakit DM merupakan salah satu penyakit saat ini

yang tersering terjadinya penyakit tuberkulosis paru

(Kemenkes RI,2013)

f. Keadaan Khusus

Adanya morning sickness pada wanita hamil, penurunan daya

menguyah makanan dan penyerapan saripati makanan pada

lansia serta keterbatsan variasi makanan bergizi pada anak –

anak, menyebabkan kelompok ini rentan mengalami

penuurunan daya tahan tubuh karena asupan nutrisi kurang.

3. Environment (Lingkungan)

Lingkunagan berperan penting dalam pengembangan penyakit

menular. Sanitasi umum, suhu, polusi udara dan kulaitas air


merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi semua tahap

dalam rantai infeksi. Selain itu juga merupakan fakror penting.

Mycobakterium tubercolosis mudah berkembang pada lingkungan

dengan kondisi udara yang tidak sehat atau banyak polusi udara,

keadaaan rumah dan sekitarnya lembab, ventilasi dan

pencahahanyaan (sinar matahari) kurang, lingkungs dengan

penduduk padat. Sesuai dengan karakteristik Mycobakterium yang

mudah berkembang biak di lingkungan lembab dan kurang

pencahanyaan matahari. Pasien dapat menjadi sumber penularan

yang tidak diketahui oleh masyarakat disekitarnya jika tinggal

dilighkungan tersebut.

2.1.3 Gejala Klinis

Menurut Widoyono (2015), gejala utama pada tersangka

tuberkulosis yaitu : batuk berdahak lebih dari tiga minggu, batuk

berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Selain itu gejala lain yang

dimiliki seperti berkeringat pada malam hari, demam tidak

tinggi/meriang, penurunan berat badan.

Adapun gejala klinis dari TB paru secara umum yang harus

diketahui secara praktis adalah : batuk terus menerus berdahak, dahak

pernah bercampur darah, dan nyeri dada, yang berlangsung selama 4

minggu atau lebih (Misnadiarly, 2016).

2.1.4 Patofisiologi

Proses infeksi Mycobacterium tuberculosis bervariasi pada

penjamu yang berbeda. Adapun penularan Tuberculosis yaitu adanya


pelepasan organisme melalui bersin, batuk, tertawa atau pengeluaran

ke udara. Saat pasien TB batuk, inti droplet terdapat di udara dan

diisap orang lain. Sebagai droplet, mekanisme perlindungan di jalan

napas dan mencapai alveoli merupakan oranisme yang dapat diserang.

Hal inilah yang dikatakan sebagai infeksi primer. Organisme

dilingkupi oleh makrofag nonspesifik dan disebarkan dari paru melalui

hematogen dan sistem limfa ke seluruh tubuh. Organisme kemudian

dikenali oleh sel T dan reaksi kekebalan spesifik mulai berkembang,

namun sering kekebalan ini tidak membunuhorganisme, tapi membuat

periode laten selama beberapa bulan sampai beberapa tahun. Penjamu

tetap terinfeksi karena selama keadaan laten, organisme hidup tapi

tidak berproduksi dan meskipun tidak sakit .

2.1.5 Penularan

Anak yang berusia di bawah 3 tahun memiliki resiko tertinggi

berkembangnya penyakit. Resiko terinfeksi berhubungan dengan lama

dan kualitas paparan dengan sumber infeksi dan tidak berhubungan

dengan faktor genetik dan faktor penjamu lainnya. Resiko rendah pada

masa kanak-kanak, dan meningkat lagi pada masa remaja, dewasa

muda, dan usia lanjut. Organ terdekat dari saluran pernapasan seperti

pembuluh limfe, dari sinilah bakteri masuk ke dalam tubuh manusia

melalui saluran pernapasan dan menyebar ke bagian tubuh lain melalui

pebuluh darah (Widoyono, 2015).

Widoyono (2015) mengatakan bahwa kontak terdekat seperti

keluarga serumah akan dua kali lebih beresiko dibandingkan


kontak biasa (tidak serumah). 10-15% orang akan ditularkan satu

BTA positif, sehingga kemungkinan setiap kontak untuk tertular

Tuberkulosis adalah 17%. Seorang penderita dengan BTA positif

yang derajat positifnya tinggi berpotensi menularkan penyakit ini.

2.1.6 Komplikasi

Komplikasi dari tuberkulosis itu adalah pleuritis dan

empisema, pneumotoraks spontan, laryngitis tuberkulosis, dan

aspergilomata.

2.1.7 Dampak Psikososial

Menurut Moos (1976) dikutip dalam Niven (2015), status

kesehatan individu dan perilaku yang berhubungan dengan

kesehatan dapat dinilai menurut:

1. Awitan dan perkembangan penyakit selanjutnya

2. Perjalanan penyakit dan hasil dari program pengobatan

3. Tingkatan dimana pelayanan kesehatan digunakan dan

tingkatan di mana individu memenuhi aturan terapeutik

4. Kefektifan fungsional

5. Kepuasan dan kesejahteraan

Kesehatan sangat dipengaruhi secara langsung oleh kondisi

yang ramai atau padat (melaului kontak interpersonal), dan secara

tidak langsung (melalui efek pada emosional dan kemampuan

mengatasi masalah). Persepsi dan perilaku dipengaruhi oleh

terdapatnya pengaturan fisik dari lingkungan itu seperti adanya

taman-taman, balkon dan ruang terbuka yang lebih banyak. Tenaga


kesehatan profesional yang bekerja di lingkungan komunitas

menyadari bahwa terdapat beberapa kondisi lingkungan yang dapat

mempengaruhi kesehatan dan perilakun seseorang, adapun evaluasi

yang dilakukan terhadap kondisi lingkungan tersebut adalah

kebisingan, populasi, temperatur dan desain arsitektur. Dari sudut

pandang psikologis, penting untuk mempertimbangkan bagaimana

budaya dapat mempengaruhi hal-hal seperti: komunikasi, persepsi

terhadap nyeri, dan apakah orang-orang yang berasal dari budaya

yang bebeda akan berbeda secara total dalam cara berpikirnya.

Menurut Niven (2014) menjelaskan bahwa dukungan sosial

sangat diperlukan dalam mengidentifikasi strategi koping yang

dialami seseorang. Berbagai perasaan dengan orang lain yang

dalam posisi yang sama memberikan sejumlah fungsi:

1. Dapat membuat seseorang menyadari bahwa masalah tertentu

tidak terlalu unik untuk individu yang lain.

2. Pertemuan dapat bertindak sebagai referensi, diamana dapat

memberikan informasi tentang apa saja yang menjadi reaksi

normal pada situasi tertentu.

3. Berbagai perasan bertindak untuk mencegah individu berpikir

bahwa segala sesuatu adalah kesalahan mereka dan

menekankan sifat situasional dari masalah.

2.1.8 Pengobatan Tuberkulosis paru

Pinsip pengobatan TB : Obat anti tuberkulosis (OAT)

adalah komponen terpenting dalam pengobatan Tuberkulosis.


Pengobatan Tuberkulosis adalah merupakan salah satu paling

efisien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari kuman

Tuberkulosis. Penobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip.

1. Pengobatan diberikan dalambentuk panduan OAT yang tepat

mengandung empat macam obat untuk mencegah terjadinya

resisten.

2. Deberikan dalam dosis yang tepat.

3. Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO

(pengawas minum obat) sampai selesai pengobatan.

4. Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi

dalam tahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegah

kekambuhan.

Panduan OAT katagori-1 dan katagori-2 disediakan dalam

bentuk obat kombinasi dosis tepat (OAT-KDIT). Tablet OAT KDT

ini terdiri kombinasi sua atau empat jenis obat dalam satu bentuk

tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Panduan

ini dikemas dalam suatu paket untuk satu pasien. Paket kombipak

adalah paket obat lepas yang terdiri darik Isoniasid, Rifampisin,

Pirazinamid dan Etabutol yang dikemas dalam bentuk blister.

Panduan OAT ini sedikan program untuk digunakan dalam

pengobatan pasien yang terbukti mengalami efek samping pada

pengobatan dengan OAT KDT sebelumnya.

Panduan OAT katgorik anak disediakan dalam bentuk

paket obat kombinasi dosis tetap ( OAT-KDT). Tablet OAT KDT


ini yang terdiri dari kombinasi tiga jenis obat dalam satu tablet,

Dosisnya disesuaikan denagn berat badan pasien, Panduan ini

dikemas dalam satu paket untuk satu pasien. Panduan obat anti

Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan

untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan

(kontinuitas) pengobatan sampai selesai

2.1.9 Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan dahak

a. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakan diagnosis,

menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi

penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis

dilakukan dengan mengumpulkan tiga contoh uji dahak

yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang

berurutan berupa Dahak sewaktu-pagi-sewaktu (SPS).

b. Pemeriksaan Uji Kepekan Obat

Uji kepekaan obat bertujuan untuk menetukan ada atau

tidaknya resisten M.tb terhadap OAT. Untuk menjamin

kulaitas hasil pemeriksaaan, Uji kepekaan obat tersebut

harus dilakukan oleh laboratorium yang tealh tersertifikasi

atau lulus uji pemantapan mutu/quality assurance

(Kemenkes RI 2017 ).
2.2 Konsep Dasar Keluarga

2.2.1 Definisi

Keluarga membentuk unit dasar dalam masyarakat, Keluarga

merupakan lembaga social yang memeliki pengaruh besar terhadap

anggotanya. Unit dasar ini sangat memengaruhi perkembangan

seorang individu, Sehingga dapat menjadi penentu keberhasilan atau

kegagalan hidup seseorang. ( Prof. Achir Yani S. Hamid,MN,DNSc

2010 )

2.2.2 Peran Keluarga

Nasrul Effendy (1998) dikutip dalam Efendi dan Makhfudli

(2014) menjelaskan peran formal dalam kelaurga terbagi tiga yaitu:

1. Peran sebagai ayah. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari

anakanaknya berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,

pelindung, dan pemberi rasa aman. Juga sebagai kepala keluarga,

angggota kelompok sosial, serta anggota masyarakat dan

lingkungan.

2. Peran sebagai ibu. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya

berperan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan

pendidik anakanaknya, pelindung dan salah satu anggota

kelompok social, serta sebagai anggota masyarakat dan

lingkungan di samping dapat berperan pula sebagai pencari

nafkah tambahan keluarga.


3. Peran sebagai anak. Anak melaksanakan peran psikososial sesuai

dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, social dan

spiritual.

2.2.3 Fungsi Keluarga

Adapun fungsi keluarga menurut Marilyn M. Friedman

(1998) dalam Efendi dan Makhfudli (2013) terdiri atas lima yaitu:

1. Fungsi afektif

Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang

merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna

untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan

melakukan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan

kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota

keluarga saling mempertahankan iklim yang positif, perasaan

memiliki, perasaan yang berarti dan merupakan sumber kasih

sayang. Fungsi afektif merupakan sumber energy yang

menentukan kebahagiaan keluarga.

2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisai

Fungsi ini sebagai tempat untuk melatih anak dan

mengembangkan kemampuannya untuk berhubungan dengan

orang lain di luar rumah. Keluarga merupakan tempat individu

untuk belajar bersosialisai. Keberhasilan perkembangan

individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan

antara anggota keluarga yang ditujukan dalam bersosialisasi.

Anggota keluarga belajar tentang disiplin, norma-norma,


budaya, dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam

keluarga.

3. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan dan

menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program

keluarga berencana maka fungsi ini sedikit terkontrol. Di sisi

lain, banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau di luar ikatan

perkawinan sehingga lahirlah keluarga baru dengan satu orang

tua.

4. Fungsi ekonomi

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan

tempat mengembangkan kemampuan individu untuk

meningkatkan penghasilan dan memenuhi kebutuhan keluarga

seperti makan, pakaian, dan rumah. Fungsi ini sukar dipenuhi

oleh keluarga di bawah garis kemiskinan.

5. Fungsi perawatan dan pemeliharaan kesehatan

Fungsi ini untuk mempertahankan keadaan kesehatan

keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.

Kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan kesehatan

memengaruhi status kesehatan keluarga. Bagi tenaga kesehatan

keluarga yang professional, fungsi perawatan kesehatan

merupakan pertimbangan vital dalam pengkajian keluarga.

Tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat-sakit juga


memengaruhi perilaku keluarga dalam menyelesaikan

masalah kesehatan keluarga.

2.2.4 Dukungan Keluarga

Friedmen (1998) dikutip dalam Eva (2014), jenis dukungan

social keluarga ada empat, yaitu :

1. Dukungan instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber

pertolongan praktis dan konkrit.

2. Dukungan informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai

sebuah kolektor dan diseminator (penyebar informasi).

3. Dukungan penilaian (apprasial), yaitu keluarga bertindak sebagai

sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan

masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga.

4. Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagi sebuah tempat yang

aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu

penguasaan terhadap emosi.

2.2.5 Peran Keluarga Dalam Upaya Kesehatan

Upaya kesehatan adalah setiap tindakan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah

dan/atau masyarakat (Notoadmodjo, 2007). Macam upaya

Kesehatan

1. Upaya Promosi Adalah peningkatan pengetahuan

keluargatentang penanggulangan penyakit ditempat keluarga

melalui pendidikan, penyuluhan dan penyebarluasan informasi,


perbaikan gizi keluarga, sanitasi lingkungan (Notoadmodjo,

2007).

Sasaran utama promosi kesehatan adalah masyarakat, akan tetapi

akan lebih efektif apabila upaya atau kegiatan promosi kesehatan,

baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta langsung

dialamatkan kepada masyarakat.

Adapun sasaran promosi kesehatan dibagi dalam 3 (tiga) faktor

kelompok sasaran :

a. Sasaran Primer (Primary target).

Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung

segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai

dengan permasalahan kesehatan misalnya kepala keluarga

untuk masalah kesehatan umum.

b. Sasaran sekunder (Secondary Target).

Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat yang

diberi pendidikan kesehatan, pada kelompok ini diharapkan

akan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat

disekitarnya.

c. Sasaran Tersier (Tertiary Target). Para pembuat keputusan

atau kebijakan baik ditingkat pusat, maupun daerah

adalah sasaran tersier promosi kesehatan. Dengan

kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan

kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap prilaku


para tokoh masyarakat (sasaran sekunder) dan juga kepada

masyarakat umum (sasaran primer).

2. Upaya Preventif Adalah upaya untuk mencegah timbulnya

penyakit atau kondisi yang memperberat penyakit TB pada

keluarga. Berdasarkan dimensi tingkat pencegahan penyakit,

menurut teori dari Leavel and Clark ada lima tingkat

pencegahan (five levels of prevention) dikutip dalam Efendi

dan Makhfudli (2013) yaitu :

a. Promosi Kesehatan (Health Promotion).

Dalam tingkat ini promosi kesehatan diperlukan

misalnya dalam peningkatan gizi, kebiasaan hidup,

perbaikan sanitasi lingkungan, kesehatan perorangan.

1) Perlindungan khusus (specifik protection).

Dalam program imunisasi sebagai bentuk

perlindungan khusus, ini sangat diperlukan karena

imunisasai sebagai cara perlindungan terhadap

penyakit pada seseorang.

2) Diagnosis dini dan pengoabatan segera (early

diagnosis and prompt treatment).

Dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran

masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, maka

penyakitpenyakit yang terjadi dimasyarakat sering

sulit terdeteksi. Bahkan kadang-kadang masyarakat

sulit atau tidak mau di periksa dan obati penyakitnya.


3) Pembatasan cacat (disablity limitation).

Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat

terhadap kesehatan dan penyakit, sering

mengakibatkan masyarakat tidak melanjutkan

pengobatannya sampai tuntas. Pengobatan yang tidak

layak dan sempurna dapat mengakibatkan yang

bersangkutan menjadi cacat atau memiliki

ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu.

4) Rehabilitas (Rehabilitation). Setelah sembuh dari

suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi

cacat. Untuk memulihkan cacatnya tersebut

diperlukan latihan-latihan tertentu.

3. Upaya kuratif adalah upaya pengobatan penyakit TB bertujuan

untuk menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah

kekambuhan dan menurunkan tingkat penularan. Obat TB

diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis dalam

jumlah cukup dan dosis yang tepat selama 6-8 bulan dengan

menggunakan OAT standard yang direkomendasi oleh WHO dan

IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung

Disease). Pelaksanan minum obat dan kemajuan hasil

pengobatan harus dipantau ( Hadju et al, 2010 ).


Keberhasilan pengobatan TB tergantung dari kepatuhan

penderita untuk minum OAT yang teratur, dalam hal ini

pengawas minum obat (PMO) dalam hal ini keluarga akan sangat

membantu kesuksesan penaggulangan TB. Widyaningsih (2004)

menjelaskan bahwa PMO adalah seseorang yang mengawasi

penderita TB paru selama pengobatan agar dapat dipastikkan

bahwa penderita tersebut menyelesaikan pengobatannya dengan

lengkap dan teratur.

a. Tugas PMO terhadap penderita TB paru adalah :

1) Mengawasi penderita menelan obat setiap hari

2) Mengambilkan obat penderita seminggu sekali

3) Mengenal tanda-tanda tersangka TB paru

4) Mengingatkan penderita untuk memeriksa ulang

dahak

b. PMO harus mengawasi penderita TB paru karena :

1) Jika tidak diawasi, tidak akan tahu apakah penderita

menelan obat anti tuberculosis (OAT) atau tidak.

2) Jika tidak menelan OAT satu kali, dengan segera

diketahui, dilacak apa penyebabnya kemudian diatasi agar

pengobatannya dapat dilanjutkan.

2.2.6 Peran Perawat Komunitas Pada Penyakit Tuberkulosis dan Keluarga

Perawat yang bertugas di puskesmas, dimana sebagai

perawat kesehatan, selain sebagai model peran (role model),

minimal jg dapat berperan sebagai pemberi pelayanan kesehatan


melalui asuhan keperawatan, penemu kasus, pendidik atau

penyuluh kesehatan, penghubung dan coordinator, serta sebagai

pelaksana konseling keperawatan. Perawat kesehatan masyarakat

diharapkan dapat mendukung individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat dalam mencapai tujuan perubahan perilaku untuk

hidup bersih dan sehat (Efendi & Makhfudli, 2013).

Selain itu Efendi dan Makhfudli (2013) mengemukakan

bahwa sebagai pendidik dan pelaksana konseling keperawatan

perawat melaksanakan fungsi sebagai :

1. Memberikan informasi, mendengarkan secara objektif,

memberikan dukungan, memberikan asuhan, dan menjaga

kepercayaan yang diberikan oleh klien.

2. Melaksanakan penyuluhan atau pendidikan kesehatan untuk

pemulihan kesehatan klien antara lain tentang pengobatan,

hygiene, perawatan, serta gejala dan tanda-tanda bahaya.

3. Menyusun program penyuluhan atau pendidikan kesehatan baik

untuk topik sehat ataupun sakit seperti nutrisi, latihan, penyakit,

dan pengelola penyakit.

4. Membantu klien dan keluarga untuk mengidentifikasi masalah

serta faktor-faktor yang memengaruhi.


2.3 Konsep Dasar Kecemasan

2.3.1 Definisi

Kecemasan yang diartikan dalam Bahasa Inggris dapat

berarti “anxiety” yang berasal dari Bahasa latin “angustus” yang

berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik.

Kecemasan yang diarasakan tiap individu berbedabeda diaman

gejalanya merupakan akibat dari rangsangan sistem syaraf

otonom maupum visceral. Hal inilah yang akan melibatkan

komponen kejiwaan maupun fisik (Pratiwi, 2010). Kecemasan

merupakan kondisi emosional yang tidak menyenangkan dan

ditandai dengan perasaan-perasaan subyektif seperti ketegangan,

ketakutan, kekhawatiran serta ditandai dengan aktifnya sistem

syaraf pusat. Kecemasan psikotik adalah saat terjadinya konflik

antara dororngan naluriah dan norma yang ada dalam

masyarakat, dimana kecemasan timbul ketika orang mengetahui

bahwa naluri-nalurinya mendapati jalan keluar, dimana dorongan

naluriah tersebut pemuasannya tidak disetujui oleh masyarakat

(Mu‟arifah, 2005).

2.3.2 Jenis – jenis Kecemasan

Buclew (1980) dikutip dalam Mu‟arifah (2005)

mengatakan bahwa kecemasan dibagi dua tingkatan secara

umum menurut para ahli: Tingkat psikologis, adalah

kecemasan yang ditandai dengan gejala kejiwaan, seperti

tegang, bingung khawatir, sukar berkonsentrasi, perasaan tidak


menentu dan sebagainya. Tingkat fisiologis, yaitu kecemasan

yang mengarah pada gejala fisik, terutama pada fungsi saraf,

seperti tidak dapat tidur, jantung berdebar, keluar keringat

dingin berlebihan, sering gemetar, dan perut mual.

2.3.3 Tingkat Kecemasan

Ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu

(Stuart & Sundeen, 2002) yaitu :

1. Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi

waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan

ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan

pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada

tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi

meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar,

motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.

2. Kecemasan sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah

yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga

seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat

melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi

pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan

denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot

meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan


persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak

optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian

selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak

menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah

lupa, marah dan menangis.

3. Kecemasan berat

Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk

memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta

tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut

memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan

pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada

tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea,

tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare,

palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar

secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan

untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak

berdaya, bingung, disorientasi.

4. Panik

Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror

karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang

panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan

pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini

adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat,

diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon


terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit,

mengalami halusinasi dan delusi.

2.3.4 Respon Kecemasan

Stuart dan Laraia (2010) menjelaskan ada 2 macam respon yang

dialami seseorag ketika mengalami kecemasan :

1. Respon Fisiologis terhadap Kecemasan.

a. Kardiovaskuler : Peningkatan tekanan darah, palpitasi,

jantung berdebar, denyut nadi meningkat, tekanan nadi

menurun, syock dan lain-lain.

b. Respirasi : Napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada

dada, rasa tercekik.

c. Kulit : Perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat,

berkeringat seluruh tubuh, rasa terbakar pada muka,

telapak tangan berkeringat, gatal - gatal.

d. Gastrointestinal : Anoreksia, rasa tidak nyaman pada

perut, rasa terbakar di epigastrium, nausea, diare.

e. Neuromuskuler : Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata

berkedip-kedip, insomnia, tremor, kejang, wajah tegang,

gerakan lambat.

2. Respon Psikologis terhadap Kecemasan

a. Perilaku : Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan

tidak ada koordinasi, menarik diri, menghindar.

b. Kognitif : Gangguan perhatian, konsentrasi hilang,

mudah lupa, salah tafsir, bloking, bingung, lapangan


persepsi menurun, kesadaran diri yang berlebihan,

khawatir yang berlebihan, obyektifitas menurun, takut

kecelakaan, takut mati dan lain-lain.

c. Afektif : Tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup

yang luar biasa, sangat gelisah.

d. Situasi krisis dapat terjadi akibat akumulus

permasalahan dalam keluarga yang salah satunya dalah

keluarga dengan penyakit TB Paru. Situasi ini dinilai

keluarga tidak mampu mengatasi stressor yang timbul

(Herry, 2011).

2.4 Faktor – factor Berhubungan dengan Kecemasan Anggota Keluarga


Terhadap Penularan Tuberkulosis Paru
2.4.1 Persepsi

Persepsi merupakan kualitas atau hubungan serta perbedaan antara hal

ini melalui proses mengamati, daya mengenal barang, mengetahui dan

mengartikan setelah pancaindranya mendapat rangsang. Maka

persepsi itu dapat terganggu oleh gangguan otak (karena adanya

kerusakan otak, keracunan, obat halusinogenik), oleh gangguan jiwa

(emosi tertentu dapat mengakibatkan ilusi); psikosis dapat

menimbulkan halusinasi) atau oleh pengaruh lingkungan sosiobudaya (

memengaruhi persepsi karena penilaian yang berbeda karena dari

lingkungan sosiobudaya yang berbeda pula) (Maramis, 2013).

Persepsi seseorang terhadap suatu peristiwa atau penyakit

tertentu dapat berpengaruh terhadap stressor yang dimiliki seseorang.


dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Priyatin (2010)

menganalisis bahwa hubungan persepsi anggota keluarga terhadap

penularan TB paru bersifat positif yang berarti bahwa bila tingkat

persepsi anggota keluarga terhadap penaykit TB paru semakin baik

maka semakin tinggi pula tingkat kecemasan terhadap penularan TB

paru.

2.4.2 Usia

Yunding (2010) menjelaskan bila dilihat pengaruh usia dengan

perilaku dapat dijelaskan bahwa seyogyanya dapat memberikan

gambaran tentang kematangan fisik dan psikologi seseorang. Semakin

tinggi umur akan memberikan banyak kesempatan belajar yang akan

lahir dalam bentuk pengalaman, yang akan dapat memperkaya

khasanah pikir dan bertindak manusia. Usia adalah lamanya seseorang

hidup sampai pada saat dilakukan penelitian. Faktor ini sangat penting

bila dihubungkan dengan terjadinya distribusi suatu penyakit. Klinis

terjadinya penularan tidak ada perbedaan karena perbedaan usia, akan

tetapi berdasarkan teori, TB Paru didominasi kelompok usia produktif

(15-50 tahun). Fakta ini mungkin dikarenakan pada kelompok umur

tersebut mempunyai riwayat kontak dengan penderita TB disuatu

tempat dalam waktu yang lama (Yunding, 2010). Hurloch membagi

usia dalam tiga kategori yaitu dewasa awal (18-40 tahun), dewasa

menengah (41-59 tahun), dan dewasa lanjut (60 tahun keatas) (Ajzy,

2013).
2.4.3 Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang

sangat dibutuhkan untuk pengembangan diri dan peningkatan

kematangan intelektual seseorang. Kematangan intelektual ini

berpengaruh pada wawasan dan berpikir seseorang, baik dalam

tindakan yang dapat dilihat maupun dalam cara pengambilan

keputusan. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima ide

teknologi baru (Notoatmodjo, 2010).

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan

anggota keluarga dapat meningkatkan kemampuan dalam berfikir dan

memahami keadaan penderita yang sedang sakit (Niven, 2000).

Tingkat pendidikan yang rendah pada seseorang akan

menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan, semakin

tingkat pendidikannya tinggi akan berpengaruh terhadap kemampuan

berfikir. Anggota keluarga dengan individu yang menderita penyakit

yang tingkat pendidikannya lebih rendah akan lebih mudah mengalami

kecemasan dibanding dengan anggota keluarga yang memiliki tingkat

pendidikan yang lebih tinggi. Dengan pendidikan yang tinggi maka


keluarga akan lebih mampu untuk memahami kondisi penderita

dengan proses penyakit (Stuart & Sundeen, 2002). Status pendidikan

dan status ekonomi yang rendah pada seseorang menyebabkan orang

tersebut mengalami stres dibanding dengan mereka yang status

pendidikan dan status ekonomi yang tinggi.

2.4.4 Jenis Kelamin

Menurut Hawari (2012), mereka yang memiliki gangguan

kecemasan ditinjau dari jenis kelamin mempunyai perbandingan

antara wanita dan pria adalah 2 banding 1. Hal ini menunjukkan

bahwa wanita lebih cenderung untuk merasa cemasa dibandingkan

dengan laki-laki, wanita lebih memiliki kepribadian pencemas

sehingga lebih rentang (vulnirable) untuk menderita gangguan

cemas.

2.4.5 Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo, (2007) Pengetahuan adalah merupakan

hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(overt behavior). Dari hasil penelitian Nugroho & Astuti (2010)

menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang

maka akan semakin mudah untuk menerima informasi sehingga

dengan semakin banyak informasi yang diperolehnya maka semakin

baik pula pengetahuannya.


Notoatmodjo (2007) membagi pengetahuan dalam domain kognitif

menjadi 6 tingkatan, yaitu :

1. Tahu (know) : Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah di pelajari sebelumnya. Termasuk kedalam tingkat

pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang

lebih spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan

yang telah diterima. Sehingga dalamhal ini keluarga mampu untuk

mengetahui segala bentuk sesuatu yang berhubungan dengan

penularan tuberkulosis paru.

2. Memahami (Comprehension) : Memahami diartikan sebagai suatu

kemampuan untuk mengartikan secara benar tentang objek yang

diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara

benar. Orang telah faham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan bagaimana cara penularan TB paru, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap

objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (application) : Aplikasi diartikan sebagai kemampuan

untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai

aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

Mengaplikasikan segala bentuk dari sesuatu yang telah dipelajari

dalam pengembangan pengetahuan tentang TB paru.


4. Analisis (analysis) : Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-

komponen, tapi masih didalam satu struktur organisasi, dan

masih ada kaitan satu sama lain.kemampuan analisa ini dapat

dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat

menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan

dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis) : Sintesis menunjukkan kepada suatu

kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian

bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan

kata lain sintesis merupakan kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation) : Evaluasi ini berkaitan dengan

kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap

suatu objek. Penilaian-penilaian itu di dasarkan pada suatu

kriteria yang ditemukan sendiri atau menggunakan kriteria

yang sudah ada. Secara teori, pengetahuan dan kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang. Dari hasil penelitian Nugroho dan Astuti

(2010) menngambarkan adanya hubungan antara pengetahuan

tentang TB paru dengan tingkat pendidikan seseorang, semakin

tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula

pemahaman seseorang mengenai suatu masalah.


2.5 Konsep Dasar Pelayanan

Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi

antara interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain secara fisik, dan

menyediakan kepuasan pelanggan (http://www.depkes.go.id). Dalam kamus

bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai usaha melayani kebutuhan

orang lain. Sedangkan melayani membantu melayani (mengurus) apa yang

diperlukan seseorang. Pelayanan adalah suatu bentuk kegiatan pelayanan

yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah baik di pusat, di daerah, BUMN,

dan BUMD dalam bentuk barang maupun jasa dalam rangka pemenuhan

kebutuhan masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas adalah pelayanan kesehatan

menyeluruh yang meliputi Kuratif (pengobatan), Preventif (upaya

pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan), dan Rehabilitatif (pemulihan

kesehatan).

2.5.1 Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan

kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja (Trihono, 2005 : 8).

1. Unit Pelaksana Teknis

Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan (UPTD) Kota atau

Kabupaten, Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari

tugas teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota dan

merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak

pembangunan kesehatan di Indonesia.


2. Pembangunan Kesehatan

Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan

oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

3. Pertanggungjawaban Penyelenggara

Penanggungjawab utama penyelenggara seluruh upaya

pembangunan kesehatan di wilayah Kabupaten atau Kota adalah

Dinas Kesehatan Kota atau Kabupaten, sedangkan Puskesmas

bertanggungjawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan

kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau

Kota sesuai dengan kemampuannya.

4. Wilayah Kerja

Secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu

Kecamatan, tetapi apabila disuatu Kecamatan terdapat lebih dari

satu Puskesmas, maka taggungjawab wilayah kerja dibagi antar

Puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah

(desa/kelurahan atau RW). Masing-masing Puskesmas tersebut

secara operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas

kesehatan Kabupaten atau Kota.


2.5.2 Fungsi Puskesmas

Ada tiga fungsi puskesmas, yaitu :

1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau

penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh

masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga

berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Disamping

itu Puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan

dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah

kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang

dilakukan Puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan

kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan

penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka

masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha

memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri

sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam

memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber

pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan

memantau pelaksanaan program kesehatan. Perberdayaan

perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan

memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya

masyarakat setempat.
3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan

kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan

berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang

menjadi tanggungjawab Puskesmas meliputi :

a. Pelayanan Kesehatan Perorangan

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang

bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama

menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan,

tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan

penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan

untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.

b. Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang

bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara

dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa

mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah

promosi kesehatan, pemberantasan enyakit, penyehatan

lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga,

keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai

program kesehatan masyarakat lainnya.


2.5.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Puskesmas :

1. Kondisi Geografis

Jarak puskesmas akan mempengaruhi terhadap motivasi pasien

kusta untuk datang ke puskesmas. Pada jarak yang lebih dekat atau

terjangkau antara rumah keluarga atau masyarakat dengan

puskesmas akan lebih memudahkan untuk mengakses pelayanan

puskesmas.

2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat menjadi hal yang

dapat menghambat kesadaran untuk datang memanfaatkan

pelayanan kesehatan di puskesmas.. Hal ini terbukti pada keluarga

atau masyarakat yang berpendidikan tinggi lebih cenderung

meningkatkan kesadaran akan status kesehatan sehingga lebih

banyak memanfaatkan pelayanan puskesmas.

3. Tingkat Ekonomi

Pelaksanaan pelayanan puskesmas akan dipengaruhi oleh tingkat

dan kondisi ekonomi di masyarakat. Semakin tinggi ekonomi

seseorang , pelayanan kesehatan akan lebih diperhatikan dan

mudah dijangkau, demikian juga sebaliknya apabila tingkat

ekonomi seseorang rendah, maka sangat sulit menjangkau

pelayanan puskesmas mengingat biaya dalam jasa pelayanan

puskesmas membutuhkan biaya yang cukup mahal.


BAB 3

KERENGKAP KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual

System sosial

Sistem Personal :
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Tingkat Pengalaman
Pendidikan Keluarga Pada Saat
4. Pengetahuan Merawat Pasien TB

Sistem Interpersonal :
1. Kecemasan
2. Dukungan Keluarga
- Dukungan Emosional
- Dukungan Penghargaan
-
Dukungan Informasi
-
- Dukungan Instrumental
3. Peran Keluarga

: Diteliti

---------------- : Tidak Diteliti

: Berpengaruh

: Berhubungan

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual pengalaman anggota keluarga dalam


merawat penderita Tuberkulosis paru di wilayah kerja
puskesmas lenteng. (Modifikasi teori Imogene King, Teori
skiner 1998, dan Bomar 2004).

43
Dari kerangka konseptual diatas menurut M.king, mempunyai
asumsi pemikiran dasar tentang kerangka kerjanya setiap manusia
adalah seutuhnya (human being) dimana meliputi social, control,
tujuan, orientasi, kegiatan dan orientasi pada waktu. Dimana king
mendefinisakan interaksi adalah subuah proses dari sebuah persepsi
dan komunikasi antara indivu dengan individu, individu dengan
kelompok, individu dengan lingkungan yang di manifestasikan
sebagai prilaku verbal dan non verbal dalam mencapai tujuan.
Presepsi diartikan dengan sebuah pemikiran/gambaran seseorang
terhadap suatu realita, presepsi berhubungan dengan sebuah
pengalaman yang lalu, konsep diri, social, ekonomi, genetika dan
latar belakang pendidikan. Waktu diartikan sebagai urutan dari
kajadian dengan peristiwa yang lain sebagai pengalaman dari setiap
diri manusia.
BAB 4

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan disajikan sebuah metode- metode penelitian yang akan

dijelaskan untuk memeberikan sebuah jawaban dari tujuan penelitian berdasarkan

sebuah masalah yang ditetapkan anatara lain kerangka kerja, desain penelitian,

identifikasi variable, definisi operasional, sampel penelitian, pengumpulan data,

pengolaan data, etika penelitian dan keterbatasan.

4.1 Desain Penelitian dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah sebuah penelitian kualitatif. Dimana

penelitian ini menggunkan pendekatan Fenomenologi yang bermaksud untuk

memahami suatu fenomena yang terjadi pada subjek penelitian. Penelitian ini

dilakukan dengan cara sebuah pengamatan dan interview wawancara

mendalam kepada sebuah anggota keluarga dalam merawat penderita

Tuberkulosis paru. Penelitian ini bersifat perspectif enic atau dimana data

yang diperoleh merupakan sebuah data bukan sebagaimana seharusnya,

maksudnya tidak berdasarkan yang dipikirkan oleh peneliti tetapi berdasar

sebagaimana yang terjadi di lapangan atau yang dialami, dirasakan, dan

pikirkan oleh informan. Serta penelitian ini bersifat holistic serta berbentuk

deskriptif dalam bentuk kata dan bahasa, yang menganut pada konteks khusus

yang dialami dan memanfaatkan berbagai metode. Peneliti ingin meneliti

tentang ”Studi Kulitatif Pengalaman Sebuag Anggota Keluarga Dalam

Merawat Pasien Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesma Lenteng”.

45
46

4.2 Kerangka Kerja (Frame Work)

Kerangka oprasional (kerangka kerja) adalah langkah dalam aktivitas

ilmiah, dari penetapan populasi, sample, dan seterusnya yaitu kegiatan sejak

awal dilaksanaanya penelitian.


Populasi
Semua keluarga yang memiliki pengalaman dalam merawat anggota keluarganya yang
menderita penyakit TBC dan anggota keluarga yang menderita TBC di kecamatan lenteng
tahun 2020

Informan
Sebagian Keluarga yang berpengalaman dalam merawat sebuah anggota Keluarga yang
menderita penyakit Tuberkulosis Paru Sebanyak 9 Orang dan 1 Orang informan kunci dari
tenaga kesehatan
Jenis Sampling
Purposive sampling

Variable Penelitian
Pengalaman anggota keluarga merawat penderita TBC

Pengumpulan Data
Indepth interview, tape record and field note

Analisis Data
Open coding, axial coding, selective coding

Hasil dan Pembahasan Data

Kesimpulan dan Saran

Bagan 4.1 Kerangka Kerja Studi Kualitatif Pengalaman Sebuah Anggota Keluarga
Dalam Merawat Pesien Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas
Lenteng”.
47

4.3 Sumber Data

4.3.1 Informan

Sampel disini di seleksi dari keseluruhan subjek yang diteliti

dan mewakili seluruh populasi (Nursalam,2016). hal ini yang

menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu anggota keluarga yang

salah satu anggota keluarga tersebut memiliki penyakit Tuberkulosis

paru. Estimasi jumlah sampel akan dipilih yaitu sebanyak 10 orang.

4.3.2 Sampling

Teknik Pengambilan sample (sampling) merupakan suatu

proses dalam menyeleksi peristiwa dari populasi untuk dapat

mewakili populasi penelitian (Nursalam,2016). Penelitian ini, teknik

yang di ambil sebgai sampel yang digunakan adalah purposive

sampling yaitu adalah teknik pengambilan sampel sumber data

tertentu, yang menjadi pertimbangan tersebut menganggap bahwa

orang tersebut paling tahu tentang apa yang peneliti inginkan dengan

kriteria informan yang teliti menentukan :

1. Kriteria Inklusi

a. Informan merupakan keluarga terdekat dengan penderita

Tuberkulosis paru yang bertanggung jawab dalam merawat.

b. Anggota keluarga yang sakit setelah selesai menjalani

pengobata kurang lebih 1 bulan terakhir atau selesai

pengobatan.

c. Alamat rumah mudah dijangkau dan tingal serumah dengan

penderita Tuberkulosis paru.


48

d. Bersedia mwnjadi responden dengan mengisi informend

consent.

2. Kriteria Eksklusi

a. Informan pindah tempat tinggal

b. Keluarga yang berhenti merawat anngota keluarga

c. Mengundurkan diri

d. Anggota keluarga sedang sakit saat penelitian

4.4 Variable Penelitian

Variable yaitu suatu bentuk pengukuran atau ciri yang ada pada

anggota dalam suatu kelompok (situasi, orang, benda) yang berbeda dengan

yang dimiliki oleh kelompok tersebut (Nursalam 2011). Data penelitian ini

Vaiablenya adalah ” Studi Kualitatif Pengalaman Sebuah Anggota Keluarga

Dalam Merawat Pesien Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas

Lenteng”.

4.5 Definisi Operasional

Definisi Operasional didefinisikan sebagai variable secara

obsevasional dan berdasarkan karakteristik saat diamati dengan pengukuran

cermat terhadap suatu objek atau sebuah fenomena dengan menggunakan

parameter ( Nursalam 2016 )


49

Tabel 4.1 Definisi operasional pengalaman sebuah anggota keluarga


dalam merawat pesien tuberkulosis paru di wilayah kerja
puskesmas lenteng
Definisi
Variable Parameter Alat Ukur
Operasional
Pengalaman Pengalaman - Pengetahuan Observasi,
Keluarga keluarga keluarga wawancara
Pada Saat merupakan tentang TB mendalam,
Merawat sebuah kejadian Tape record
- Pengalaman
Pasien TB yang dialami oleh dan field not
kelurga yang keluarga
pernah merawat merawat
pasien TB paru di Penderita TB
desa Lenteng di - Pilaku keluarga
Kecamatan dalam merawat
Lenteng sebanyak penderita TB
9 kepala keluarga.
- Sikap Keluarga
merawat TB
- Gambaran
Keluarag
merawat
penderita TB
- Harga diri
keluarga
merawat
penderita TB
- Ideal keluarga
merwat
penderita TB

4.6 Instrumen Penelitian

Pada sebuah penelitian ini teknik pengumpulan data yang

digunakan oleh peneliti yaitu dengan melakukan Dalam penelitian ini

adalah dengan teknik pengumpulan data dengan wawancara in-depth

interview dimana sebuah peneliti mendapatkan/memperoleh kepastian atau

sebuah hal yang mendalam dengan informan untuk sebuah tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab, bertatap muka secara langsung dengan

informan tentang sebuah pengalaman merawat penderita TB Paru dengan


50

atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara. Setelah mengenal

calon informan, peneliti memperkenalkan identitas dan para informanpun

memperkenalkan identitas mereka. Selanjutnya peneliti akan melakukan

kontrak waktu untuk wawancara dengan informan yang akan di teliti. Dan

waktu yang disepakati bersama oleh peniliti dan informan, setelah itu

peneliti mendatagi calon informan pertama dan seterusnya, serta

menginformasikan sebuah tujuan penelitian, manfaat, prosedur penelitian,

hak informan, peran informan dalam penelitian serta melakukan BHSP

dengan calon informan. pengumpulan data, peneliti menggunakan alat

bantu tape recorder dan file note kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan

yang ada dalam pedoman wawancara yang menjadi kesepakatan.

Pada Wawancara awal dilakukan sebuah pertanyaan terbuka dan

umum tentang kondisi informan, aktfitas informan, keterlibatan anggota

keluarga dalam kegiatan sehari-hari dan lingkungan sosial, serta

pengalaman pribadi informan pada saat merawat anggota keluarga yang

menderita penyakit TB, serta mendapatkan informasi tentang penyakit

yang pernah dialami. Setelah itu dilanjutkan pertanyaan dengan

berdasarkan sebuah pedoman wawancara. Ketika wawancara usai, peneliti

meminta kesediaan kepada informan untuk dilakukan wawancarai kembali

apabila peneliti perlu mengklarifikasi jawaban yang telah diberikan

sebelumnya atau ada tambahan sebuah data.

Pengumpulan sebuah data telah dilaksanakan dengan melakukan

wawancara pada 9 (lima) informan dan 1 petuga kesehatan kecamatan

lenteng, peneliti melakukan in-depth inteview hingga mendapatkan data


51

informan yang menjadi tujuan peneliti. Proses in-depth interview

dilakukan dalam waktu 30 sampai 40 menit setiap informan. Pada saat

proses in-depth interview dari informan pertama sampai informan yang

terakhir, setelah itu peneliti membuat dan mengisi catatan lapangan ( field

not) yang terisi tanggal, waktu, dan informasi dasar tentang keadaan saat

wawancara dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas lenteng kabupaten

sumenep.

4.7 Alat dan Bahan Penelitian

Perlengkapan yang dipersiapkan oleh peneliti antara lain mencangkup :

1. Perlengkapan fisik seperti surat izin penelitian, yang harus di

ketahui peneliti adalah siapa saja yang berkuasa dan bewenang

memebrikan izin bagi pelaksana peneliti.

2. Pengaturan perjalanan yang menjadi lokasi penelitian.

3. Kontak dengan lokasi yang menjadi penelitian.

4. Alat dokumentasi dalam penelitian perkam suara, leptop, kamera,

lembar wawancara, notes untuk catatan dan alat tulis dalam

penelitian.

4.8 Setting Pengumpulan Data

4.8.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu desa lembung barat

Kecamatan Lenteng Kabupaten pada bulan Maret tahun 2020

setelah peneliti mendapat ijin penelitian dari Universitas

wiararaja Sumenep. Maka peneliti ini meminta ijin kepada


52

puskesmas lenteng untuk melakukan penelitian di wilayah kerja

Puskesmas Lenteng Kabupaten Sumenep. Selanjutnya

mengumpulkan populasi dan mennetukan sampel yang akan

diteliti.

4.8.2 Tahap Penelitian

Penelitian ini dibagi menjadi 3 tahapan :

1. Pra Lapangan

Pada tahap ini peneliti akan melakukan observasi pendahuluan

untuk menentukan beberapa hal berikut :

1. Latar belakang maslah

2. Kajian kepustakaan

3. Pemilihan alat penelitia

4. Menuntukan pokok penelitian

5. Menemukan gatekeepers dan key person untuk

menjambatani peneliti dengan informan dalam proses

penelitian

6. Menemukan gambar umum penelitian

7. Rancangan perlengkapan dan data

8. Pemlihan lapanagn, setting penelitian serta penentuan

jadwal penelitian

2. Tahap Kegiatan Lapangan

Pada lapangan adalah tahap pengumpulan data, dimana untuk

mengumpulkan data maka dilakukan hal sebagai berikut :

a. Menemukan informasi.
53

b. Memahami latar belakang penelitian, pelaksanaan

pengumpulan data, dengan kata lain menyesesuaikan

dengan kondisi lapangan dan informan penelitian

c. Peneliti menjelaskan kepada informan berapa lama

penelitian akan dilakukan.

d. Memperhatikan etika penelitian ketika memasuki lapangan

yang akan menjadi tempat penelitian( wilayah yang akan

diteliti ).

e. Mempelajari Bahasa daerah tempat penelitian sehingga

dalam penelitian tidak terjadi kesalahan dan mempermudah

komunikasi.

f. Menjelaskan batsan – batasan penelitian informan.

g. Mencatat semua informasi dan data yang diperoleh dan

ditemukan di lapangan.

h. Catatan hars segera dibuat dan jangan ditunda – tunda,

untuk memudahkan peneliti mengingat data yang sudah di

peroleh.

i. Mengatasi kejenuhan dan keletihan peneliti dengan

mengatur jadwal dan waktu mengumpulkan data yag harus

diperoleh.

j. Melakukan observasional, wawancara mendalam serta

membuat actatan dari hasil penelitian.


54

3. Tahap Analisis

Analisis data yang dilakukan dengan metode fenomenologi

yang dikembangkan oleh Colaizzianalisis dapat dilakukan

dengan:

a. Membuat laporan penelitian

b. Melengkapi kekurangan data.

c. Mengambarkan pengalaman anggota keluarga saat

merawat salah satu keluarga yang menderita TB Paru

d. Mendata sebuah data yang diperoleh seerti data

wawancara mendalam bersama informan serta merubah

dari tape record menjadi sebuah tulisan.

e. Melakukan pembacaan hasil tulisan secara berulang

hingga 4 samapai 5 kali setiap informan.

f. Menentukan setiap Makna pernyataan yang terpenting

dari setiap informan dan pernyataan yang berhubungan

dengan pengalaman anggota keluarga merawat keluarga

yang sakit dan Memilih pernyataan yang penting agar bisa

dikelompokan.

g. Membuat Pengelompkan data kedalam bebagai kategori

untuk selanjutnya dipahami secara utuh dan menentukan

tema utama yang muncul.

h. Mengintegrasikan hasil secara keseluruhan kedalam

bentuk deskripsi naratif tentang pengalaman anggota

keluarga merawat pasien TB Paru.


55

4.9 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu cara

penelitian memperoleh data penelitian mulai dari persiapan,

intervensi hingga pengambilan data dan terminasi.

4.10 Teknik Analisis Data

Data yang sudah terkumpul dalam hasil observasi dan

wawancara kemudia dibuat dengan sebuah tahap sebagai berikut.

1. Open Coding

Tahap ini peneliti akan mencari selangkap serta sebanyak mungkin

varian data yang ada termasuk didalamnya bentuk pengalaman dan

anggota keluarga dalam merawat penderita Tuberkulosis di

wilayah kerja puskesmas lenteng. Kemudian peneliti merinci

kelangkapan data yang ada untuk selanjutnya diperiksa dan

dikelopokan berdasarkan bentuk – bentuk pengalaman sebuah

anggota keluarga yang di sampaikan oleh informan. Dari hasil

tersebut akan dibandingkan berdasarkan pengalaman anggota

keluarga yang mana data yang akan dijelaskan secara konsep local

sesuaoi uacapan informan yang kemudian dikatagoriakan sesuai

persamaan data yang didapatkan ole setiap informant.

2. Axial Coding

Tahap ini hasil didapatkan di open coding diorganisasikan kembali

yang didasarkan katagori untuk diperluas kearah proporsisi yang

diantaranya adalah fator – factor yang mempengaruhi fenomen,


56

konteks, kondisi intervening, strategi interaksi dan tindakan

konsekuensi.

3. Selective Coding

Pada tahap ini hasil data akan digolongkan mana yang

mempengaruhi pengalaman anggota keluarga dalam merawat salah

satu anggota keluarga yang menderita penyakit Tuberkulosis.

Kemudian dari hasil penggolongan ini akan menghasilkan

hubungan dan kesimpulan yang akan menjawab judul penelitian.

4.11 Masalah Etik

Dalam penelitian ini peneliti mengajukan izin kepada puskesmas

lenteng kabupaten sumenep untuk mendapatkan persetujuan, kemudian

peneliti melakukan pengambilan data kepada informan yang akan diteliti

dengan menekan pada masalah etik sebagai berikut.

4.11.1 Penjelasan Tujuan Penelitian

Peneliti akan menjelaskan tujuan penelitian kepada informan secara

jujur dan juga manfaat serta resiko penelitian yang harus diantisipasi,

kepada informan dan keluarga.

4.11.2 Informaned Consent ( Persetujuan Responden )

Lembar pesretujuan penelitian yang diberikan kepada responden

dengan tujuan peneliti hingga dampak yang telah diteliti selama data

dikumpulkan. Ketika informan siap untuk diteliti maka harus

mendatangani lembar persetujuan yang telah disiapkan dan ketika

informan menolak dan tidak mau untuk diteliti. Peneliti tidak akan
57

memaksa dan tetap akan menghormati keputusan yang disampaikan

informan.

4.11.3 Confidentiality ( kerahasian )

Kerahasiaan informasi yang diberikan informan kepada peneliti

peneliti dijamin kerahasiaannya oleh peneliti

4.11.4 Anonimity

Peneliti tidak akan memebrtikan atau mencantumkan nama dilembar

observasi maupun wawancara, cukup dengan memberikan tanda atau

nama samara atau inisial pada sebuah lembar observasi dan

wawancara. Hal ini yang tujuannya untuk menutupi kerhasiaan

informant.

4.11.5 Penelitian megakui bahwa penelitian ini masihterdapat keterbatasan

ataupun kekurangan keterbatasan dalam penelitian ini antara lain

kesulitan dalam berkomunikas dengan beberapa informan yang

banyak menggunakan bahasa Madura yang halus serta pada saat

penyusunan kata kunci, katagori, dan tema penelitian.


BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Lenteng

Kabupaten Sumenep pada tanggal 28 Februari sampai 15 Maret 2020. Dimana

penelitian ini merupakan sebuah rangkain penelitian kualitatif dengan

rancangan fenomenologis yang di maksudkan untuk mengekplorasi

pengalaman sebuah anggota kelurga dalam merawat pasien tuberkulosis paru

di wilayah kerja Puskesmas Lenteng. Informasi yang didapat dan di peroleh

dengan melakukan wawancara mendalam (indep interview), observasi dan

File Note (catatan lapangan) dengan mengobservasi kegiatan dan keseharian

sebuah anggota keluarga. Sumber data yang di dapatkan adalah bersumber

dari orang – orang yang diminta untuk memberikan informasi dan bersedia

memberikan informasi yang disebut informan.

Secara administrasi Desa Lenteng Kabupaten Sumenep terletak

berdasarkan keadaan geografisnya (113,71 BT – 113M83 BT, &6,99‟LS –

7,09‟LS) dengan seluruh wilayah. (BPK) Kecamatan Lenteng Kabupaten

Sumenep. Kecamatan Lenteng memiliki batas – batas wilayah sebagai berikut;

1. Sebelah utara : Kecamatan Rubaru

2. Sebelah Selatan : Kecamatan Bluto

3. Sebelah Timur : Kecamatan Batuan

4. Sebelah Barat : Kecamatan Ganding

( Berdasarkan data (BPK) Kecamatan lenteng Kabupaten Sumenep )

58
59

5.2 Karakter Informan

Informan yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah seluruh anggota

keluarga yang pernah merawat salah satu anggota keluarganya yang menderita

penyakit Tuberkulosis paru khususnya daerah Kecamatan Lenteng Kabupaten

Sumenep. Yang dipilih langsung oleh peneliti dan tealah menjadi pilahan dari

peneliti dan juga termasuk kreteria inklusi yaitu adalah keluarga dekat yang

saat itu juga merawat keluarga rtersebut yang mendritia penyakiot

tuberkulosis parau dan dia adalah keluarg terdekanya.

5.3 Metode

Dalam penelitian ini peneliti melakan dan mengkujungi salah satu desa

yang berada di Kabupaten Sumenep yaitu adalah Kecamatan Lenteng

Kabupaten Sumenep. Dan mendatangi Puskemas Lenteng bagian P2P

penyakit menular tentang Tuberkulosis Paru se laku gatekeepers dalam

penelitian ini dan melakukan observasi. Untuk lebih memastikan, peneliti juga

bertanya Tanya kepada penanggung jawab P2P yang di anggap key person

dalam melakukan penelitian ini di Wilayah Kerja Puskesmas Lenteng. Peeliti

juga bertanya Tanya kepada salah satu anggota keluarga yang merawat salah

satu anggota kelargnya yang menderita penyakit tuberkulosis paru.

Selanjutnya peneliti melakukan diskusi bersama P2P bapak subet selaku

penganggung jawab dari penyakit menular untuk menentukan tempat dan

waktu dalam melakukan wawancara dengan salah satu anggota keluarga yang

diomana keluarga tersebut sebagai Keluarga yang merawat pasien tuberkulosis

paru. Setelah melakukan diskusi bersama P2P atu key person, peneliti
60

melakukan observasi selama mengkunjungi rumah salah satu anggota

keluarganya yang menderita penyakit tuberkulosis paru.

5.4 Analisis Tema

Peneliti melakukan pendataan, berupa transkip dan sebuat file note

(catatan lapangan) ketika melakukan sebuah wanwancara mendalam, yang

dianalisis menggunakan metode fenomenologis. Kemudia peneliti melakukan

sebuah penganalisisan data yang berpatokan dengan sebuah judul tentang

pengalaman anggota keuarga yang merawat pasien tuberkulosis paru di

Wilayah Kerja Puskesmas Lenteng. Dari analisa dalam penelitian inidi

dapatkan hasil dengan beberapa tema – tema yang di dapatkan setelah hasil

wawancara dan tema yang muncul dalam penelitian ini adalah tema yang

berkaitan serta timbul berdasarkan pengalaman anggota keluarga merawat

pasien tuberkulosis paru.


61

5.5 Kecemasan Anggota Keluarga Dalam Merawat Penderita Tbc

Ada sebuah tema yang di temukan oleh peneliti yang berhasil peneliti

identifkasi berdasarkan hasil wawancara mendalam adalah kecemasan

anggota keluarga dalam merawat pasien tuberkulosis paru. Yang diamna

keluarga banyak memiliki tingkat keceemasan yang sering dialamai oleh

sebuah anggota keluarganya merawat pasien tuberkulosis paru.

1. Afektif

Dari hasil wawancara diidentifikasi tentang kecemasan yaitu gugup dan

gelisah.

“Sabelumma keluarag saya belum pernah ngalami panyakek seperti ini atau se

ampon ederita sareng keluaraga se kaule oning lingkungan ruamh sayase

menderita panyaekek geneka. (Tanggal 3 Maret 2020 R.1 line : 28)(sebelumnya

keluarga saya belum pernah mengalami penyakit seperti di derita oleh keluarga

saya dan saya tahu dilingkungan saya juga belum pernah ada yang menderita

penyakit tersebut) (Tanggal 3 Maret 2020 R.1 line : 28)

“ Saya sangat cemassekali dengan itu semua karena juga saya hanya berdua

dengan anak saya (Tanggal 3 Maret 2020 R.6 line : 4)

Dari hasil obseevasi yang dilakukan oleh peneliti lakukan terhadap

informan di dapatkan bahwa keluarga memiliki beberapa tingkat kece,asan

yang berbeda- beda dimana keluarag disini tidak memikirkan hal tentang

kehidupan nya sendiri. Dimana keluarga mampu memberikan kekuatan

untuk menghilangkan rasa gugup dan gelisah yang dilakukan oleh

keluarag atau informan. Serta keluarga yang tidak mau tahu orang lain

tentang keceasan yang dialaminya.


62

2. Perilaku

Dari hasil wawancara mendalam yang dianalisa terdapat kata kunci

yaitu susah tidur dan menghindar.

“Enggi pengalaman se kaule rassaagi sareng ebhu kaule enggi ka’ dhinto

kaule tak terlalu repot sareng keluarga kaule se songkan betok-betok neka.

Ben alhamdulillah sampe samangken sampai waktu itu ibu saya hampir

meninggal karena sudah tidak berdaya lagi akan tetapi saya bawa kedokter

setelah itu ternyata terkena TBC itu di saran kan untuk bisa mengikuti

program pengobatan Selma ennam bulan ya saya akhirnya saya mendapatka

anugrah yaitu ibu saya kembali sehta pada saat pengobatan TBC itu di.

lakukan (Tanggal 3 Maret 2020 R.6 line : 18) (iyah pengalaman yang saya

rasakan terhadap ibuk saya adalah saya tidak terlalu repot dengan keluarga

saya yang sakit batuk – batuk ini. Dan alhamdulillah sampai waktu itu ibu

saya hamier meninggal karena sudah tidak berdaya lagi akan tetapi saya

bawa kedokter setelah itu ternyata terkena TBC itu di saran kan untuk bisa

mengikuti program pengobatan Selma ennam bulan ya saya akhirnya saya

mendapatka anugrah yaitu ibu saya kembali sehta pada saat pengobatan TBC

itu di lakukan) lakukan (Tanggal 3 Maret 2020 R.6 line : 18)

“Enggi kaule oning de‟ade‟na kan potra kaule mika beto‟ dereh enggi

langsung pas kaule gibe ka puskesmas. Ben akhirnya setelah itu saya di beri

tahu oleh pak subet dile anak kaule nika ecapok TBC. (Tampak Cemas ).

lakukan (Tanggal 7 Maret 2020 R.4 line : 24 ) ( Saya tahu saat pertam kali

anak saya itu batuk berdarah dan saya langsung membawnya ke puskesmas

dan akhirnya setelah itu saya diberi tahu oleh pak subet bahwa anak saya

mengalami penyakit TBC? (Tampak Cemas ) (Tanggal 7 Maret 2020 R.4

line : 24 )
63

“Untuk Kesulitan itu tidak ada hanya saja saya sedikit takut dan cemas

ketika kambuh penyakit suami saya” (Tanggal 8 Maret 2020 R.8 line : 23 )

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti sebuah prilaku

keluarga yang tidak mementingkan keluarga tersebut dan juga ada

yang menganggap itu saja hal yang biasa dilakukan oleh keluarga.

3. Kognitif

Dari hasil hasil penelitian didapatkan identifikasi kata kunci yaitu

kwatira yang lebih.

“Kalau Kesulitan Alhamdulillah sampai saat ini bapak tidak menyusahkan

keluaraga hanya saja kesulitan ketika bapak harus mengambil obat ke

puskesmas ” (Tanggal 3 Maret 2020 R. line : 38 )

“Enggi pak polana kaule neser. ( Tampak Cemas). (Tanggal 3 Maret 2020

R.3 line : 30 )( iyah pak karena saya kasihan) (Tanggal 3 Maret 2020 R.3 line

: 30)

“Enggi potra kaule neka beddel se pertama sering kaloar malem ngakan ben

ngenom tidak teraratur ben susahuntuk asareng ngenom obat de bein

ce’malarat de polana anak saya teroma polana bede benyak macemma obat

se kodu eonome polana obatde jeraje. Ben sakonik kobeter terro nagissa ben

cemas sakale. Kaule takok apa napa moso anak kaule . poalana kaule

trauma sareng panyake’ se berbahaya.(Tanggal 3 Maret 2020 R.4 line : 18 )

( Iyah anak saya ini sangat nakal perataamnya dia sering keluar malem

makan minum tidak teratur dan susah sekali untuk minum obat pun yang

sudah dikasih sangan sulit untuk anak saya teroma karena obatnya banyak

dan besar – besar dan juga diminum sampai 3 langsung saya sedikit pingin

sedih dan cemas sekali dengan kondisi anak saya karena penyakit TBC ini
64

karena saya takut dulunya saya pernah juga mengali penyakit yang sangat

berbahaya). .(Tanggal 3 Maret 2020 R.4 line : 18 )

Dari hasil observasi yang yang dilakukan yang dilakukan oleh peneliti

yaitu banyak sekali banyak sekali bebera informan yang kwatir

berlebih dengan penyakit yang dialami oelh keluarga dan keluarga

berlebihan.

5.6 Peran Anggota Keluarga Dalam Merawat Penderita Tbc

Ada sebuah tema yang di temukan oleh peneliti yang berhasil peneliti

identifkasi berdasarkan hasil wawancara mendalam adalah peran dari anggota

keluarga dalam merawat pasien tuberkulosis paru. Yang dimana keluarga

banyak memiliki tingkat peran dan dukungan keluaraga

1. Penambahan Tugas

Dari hasil hasil penelitian didapatkan identifikasi kata kunci yaitu adalah

pemambahan tugas dan juga peran serta dukungan keluaraga dalam

merawata pasien tuberkulosis paru wiliyah kerja puskesmaslenteng.

“Tak ponapa mas nyaman odhi’ enggi kodhu ejeleni padena neka.” .(Tanggal 3

Maret 2020 R.3 line : 22 ) (Tidak apa – apa mas naamnya juga kehidupan harus

dijalani ) .(Tanggal 3 Maret 2020 R.3 line : 22 )

“Pengalaman saya pada saat merawat kelurga saya atau baapak saya ya itu

banyak sekali sekali cerita yang di alami saya pada saat merawat bapak saya.

Mulai dari peran keluarga, dukungan keluarga kecemasan dan kenehan yang

ada dan terjadi di kenyataan nyata ini. Dukungan keluarga sangat saya selalu

tanam kan kepada keluarga saya walaupun saya sendiri dan suami saya pergi

untuk kerja jauh di luar negeri sana.” .(Tanggal 8 Maret 2020 R.6 line : 18 )
65

Dari hasil observasi terdapat penambhan tugas dari keluarga yang

disebabkan karena salah satu anngota keluarga tersebut tidak mampu

melakukan aktivitas seperti biasanya dan juga tidak bisa kerja lagio seperti

biasanya sehingga harus keluarg membabntu dalam proses penbaan

keluarga.

2. Peran Keluarga

Ada hasil dari sebuah penelitian tentang peran dan dukungan keluarga

dalam merawat pasien tuberkulosis paru di wilayah kerja puskesmas

lenteng.

“Deddy pengalaman se samangken erassakagi mbak neka menjalankan

kewajiban sebagai anak terhadap oraeng tua duwe’? .(Tanggal 3 Maret 2020

R.1 line : 19 ) (jadi pengalaman yang dirasakan sekarang ini menjalankan

kewajiban sebgai anak terhadap kedua orang tua) .(Tanggal 8 Maret 2020 R.1

line : 19 ).

“Alhamdulillah sampai saat ini belum ada yang bisa di kawatirkan karena selalu

saya berikan dukungan keluarga dapat membuat saudara saya semngat dalam

menjalni penyakit yang di deritanya. .(Tanggal 7 Maret 2020 R.5 line : 28 ).

“Untuk obatnya bapak rutin meminumnya dan ada semngat untuk sembuh

karena saya sering beri semngat hidup yang lebih baik karena jika tidak ada

siapa lagi yang merawat suami saya. .(Tanggal 8 Maret 2020 R.5 line : 32 ).

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh poeneliti yaitu peran keluarga

dan dukungan keluarga yang di lakukan oleh beberapa informan banyak

sekali mencertikan tentang pengalaman – pengalaman yang dapat

membuat peran keluarga menjadi aktif dan juga dukungna keluarga.


66

5.7 Presepsi Anggota Keluarga Tentang Tbc

Ada sebuah tema yang di temukan oleh peneliti yang berhasil peneliti

identifkasi berdasarkan hasil wawancara mendalam adalah pemikiran –

pemikiran tentang beberapa informan mengenai beberapa identifikasi seperti

definisi, pengaruh dan serta social.

1. Definisi

Dari hasil penelitian terdapat pernyataan pernyataan tentang definisi

penyakit yag di alami dan juga bebrapa penyampain tentang TBC oleh

beberapa informan.

“Iya saya tidak tahu penyakit TBC itu seperti apa yang saya tahu bapak sering

batuk – batuk dan saat pertama kali batuk bapak mengeluarkan darah sedikit

.(Tanggal 3 Maret 2020 R.2 line : 26 ).

“Enggi sabelumma kaule pernah mengalami panyakek padena kusta parak olle

2tahun pengobatan delem pengobatan kaule kobeter Iyah seblumnya saya

pernah mengalami penyakit seperti kusta se parak olle 2 tahun.Delem

pengobatan kaule perak takok anak kaule menjadi sepertisaya kadi saya sangat

kawatir dengan konidisi anak saya. .(Tanggal 7 Maret 2020 R.4 line : 20 ). ( Iyah

seblumnya saya pernah mengalami penyakit seperti kusta yang hamper 2 tahun

dalam pengobatan saya hanya takut anak saya seperti saya jadi saya sangaat

kawatir dengan kondisi anak saya saat ini.). .(Tanggal 7 Maret 2020 R.4 line : 20

).

“enten sobung Alhamdulillah perak padena peralatan ngakan, ngenom, ben

pakakas se laenna kodu epapesa sareng keluarga. Ben kadeng arassa weswes

dile nga’genika. .(Tanggal 8 Maret 2020 R.7 line : 30 ).(tidak ada ada kesulitan

hanya saja semua makanan,minuman dan peralatan sumanya yan sring di gukana
67

oleh keluarga bapaka harus di pisah sendiri kadang saya wawas takut tertular dan

lain sebgainya) (Tanggal 8 Maret 2020 R.7 line : 30 )

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti banyak sekali yang

berhubungan dengan pengetahuan dari penegetahuan keluarga tentang

penyakit TBC dan penyakit yang pernah di alami oleh keluarga.

2. Pencegahan

Dari hasil penelitian terdapat pernyataan pernyataan tentang Pencegahan

penyakit yang di alami dan juga bebrapa penyampain tentang TBC oleh

beberapa informan.

“enggi kaule sebelumma aberrik obat beto’ ka reng seppo kaule pas mon mare

selang are beto’ tambe parah ben akhirnya kaule sambi ke puskesmas.(tampak

tegang ). (Tanggal 8 Maret 2020 R.1 line : 24 ) ( enggi kaule sebelumma aberrik

obat beto‟ ka reng seppo kaule pas mon mare selang are beto‟ tambe parah ben

akhirnya kaule sambi ke puskesmas.(tampak tegang ). (Tanggal 8 Maret 2020

R.1 line : 24 )

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti terdapat beberapa

informan yang mengatahui tentang pencegahan tetang penyakit menular

ini sehingga keluarga mampu mengerti supaya tidak terkena penyakit

sepeti yang dialami oleh keluarag.

3. Sosial

Dari hasil penelitian terdapat pernyataan pernyataan tentang social

keluarga tentang penyakit yang di alami dan juga beberapa penyampain

tentang TBC oleh beberapa informan.

“saya tahu saat tetengga saya bercerita tentang penyakitnya yang di alami

hamper sama dengan penyakit yang suami saya alai dan akhirnya saya dan
68

suami saya mencoba untuk dating ke tempat pemeriksaan yang tetangga saya

datangi yaitu puskesmas lenteng. (Tanggal 3 Maret 2020 R.2 line : 24 ).

“Yah Pertama saya pernah bawa keluarga saya itu kedukan karena penyakitnya

menurut saya itu tidak seperti biasanya makanya saya langsung membawaanya

ke dukun.” (Tanggal 3 Maret 2020 R.3 line : 28 ).

“Ceritanya begini pak saudara saya ini adalah tipe kerja yang sangat luar biasa

sekali pengalaman yang banyak sudah saudara yang lakukan ini dia pulang ke

sumenep Madura karena kondisi nya yang saat ini kurang baik. Setelah pulang

dan bebera berada di sumenp saudara saya pergi ke puskesmas untuk cek

kondisi penyakitnya dan akhirnya ternyata saudara saya terkena penyakit batuk

– batuk pak kata pak subet ini kena TBC jadi sekrang dia tidak bisa bekerja dan

tidur terus di rumah biaasanya orang ini sering. .” (Tanggal 3 Maret 2020 R.5

line : 18 ).

“Seperti ya aneh pokoknya yaitu kan bapak saya itu terkena penyakit TBC saat

ini bapak saya kalua ke kamar mandi atau ke depan halaman itu masih bisa

berjalan dan saat ketika ada yang aneh kondisi bapak bapak saya dropp dan

tidak bisa berjalan setelah beberapa hari bisa berjala dan kejadian aneh tidak

terjadi. (Tanggal 3 Maret 2020 R.6 line : 20 ).

Dari hasil observasi pengaruh social yang di dapatkan oleh peneliti banyak

sekali hal – hal yang muncul dalam bebrapa peyampain yang di sampaikan

oleh informan.
69

5.8 Mekanisme Koping Keluarga Setelah Tau Keluarga Menderita Penyakit

Tbc.

Ada sebuah tema yang di temukan oleh peneliti yang berhasil peneliti

identifkasi berdasarkan hasil wawancara mendalam adalah pemikiran –

pemikiran tentang mekanisme koping yang berbeda beda yang disampaikan

oleh informan serta terdapat mekanisme koping yang adaptif dal mal adaptif.

1. Adaptif

Koping adaptif adalah salah satu identifikasi dari beberapa hala yang di

peroleh oleh penelitit setelah dialkuakan penelitian dan mendapatkan hasil

tentang kata kunci yaitu berdo‟a dan bersyukur serta menjalan kan tugas

seperti halnya keluarga.

“Oh enggi teppak kaule neka salah settong deri keluaraga kaule se menderita

penyakek neka ben betok – betook ben lako ka pak subet untuk akonsul ben

sareng ngalak obet” (Tanggal 3 Maret 2020 R.1 line : 6 ). ( Oh iya benar salah

satu keluarga saya ada yang memang menderita penykit batuk – batuk dan sering

ke pak subet untuk mengambil obat dan konsultasi masalah penykit TBC ini).

(Tanggal 3 Maret 2020 R.1 line : 6)

“ Pengalaman se erassakagi mangken sareng kaule ben keluarga neka pas arebet

reng tuwa neka arassa ngetek ben lesso, terhadap kondisi se ampong erassak agi

reng tuwa apa pole panyek TBC tape karena kaule terlahir sebagai anak enggi

harus meamang alaksanagi tugas sebagai anak polana kaule neka epakaluar

olehreng tua hebat se padena neka.) (Tanggal 3 Maret 2020 R.1 line : 18) (

Pengalaman yang saat ini saya rasakan Selama merawat bapak saya baik - baik

saja tidak ada masalah yang dapat membuat saya itu merasa capek atau cemas,

terhadap kondisi orang tua yang saat ini menderita penyakit TBC ini, karena
70

dukungan saya sebagai anak harus banyak membantu orang tua saya karena saya

di lahirkan oleh orang – orang hebat seperti orang tua saya.) (Tanggal 3 Maret

2020 R.1 line : 18).

“enggi teppak kaule neka andi’ keluarga se menderita penyakit beto’Oh iya benar

salah satu keluarga saya ada yang memang menderita penykit batuk – batuk dan

sering ke pak subet untuk mengambil obat dan konsultasi masalah penykit TBC

ini. (Tanggal 3 Maret 2020 R.1 line : 6).( Oh iya benar salah satu keluarga saya

ada yang memang menderita penykit batuk – batuk dan sering ke pak subet untuk

mengambil obat dan konsultasi masalah penykit TBC ini ) (Tanggal 3 Maret

2020 R.1 line : 18).

“Enggi saat inni se deddi posing nika potra kaule se abe’ta k adek ka kaule je’dile

berres nika aroko’a pole ben kaluar malem pole. (Tampak bingung ). (Tanggal 7

Maret 2020 R.4 line : 6).

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti benyak sekali

mekanisme koping yang di berikan atau dismapaikan oleh informan tetang

penerimaan sebuah koping yang siap untu di terima oleh keluarga setelah

tahu terkena penyakit TBC.

2. Mal adaptif

Koping maladaptif adalah salah satu identifikasi dari beberapa hala yang

di peroleh oleh penelitit setelah dialkuakan penelitian dan mendapatkan

hasil tentang kata kunci yaitu penyakngkalan terhadap keadaan penyakit.

“iyah biasa saja makan makan biasa minum minum biasa iyah kalau bapak

lapar yah saya buatkan makanan untuk bapak kalua haus yah saya ambihlkan

minum untuk bapak cuman bapak ketika lagi sakit saya yang bingun karena saya

takut kehilangan suami saya yang sudah lama menjalani kehidupan berdua
71

bersama keluarag. Saya disini tinggal berdua bersama suami dan ada ponaan

saya.( tampak gelisah ) (Tanggal 3 Maret 2020 R.2 line : 20)


BAB 6

PEMBAHASAN

6.1 Kecemasan Anggota Keluarga Dalam Merawat Pasien Tuberkulosis

Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Lenteng

1. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan responden tentang

adanya penelitian ini menjelaskan tentang adanya kecemasan keluarga

dalam merawat anggota keluarganya yang sedang sakit dan telah diperoleh

tingkat kecemasan ringan yang terjadi pada salah satu anggota keluarga.

penelitian Kecemasama anggota keluarga Merawat pasien Tuberkulosis

paru Kecemasan anggota keluarga dalam merawat pasien tuberkulosis

paru di salah satu anggota keluarganya yang menderita memberikan atau

menunjukan bahwa terdapat kecemasan anggota keluarga.

Dimana ini hal ini sama dengan teori yang di sampaikan atau di

jelaskan dengan teori – tori Hawari (2001) yang menyatakan bahwa

seseorang ketika mengalami kecemasan terdapat beberapa ungkapan

dari informan tyaitu seperti cemas, tegang, gelisah, kwatir dan laim –

lain. Dimana kecemasan yaitu kondisi seseorang dalam bentuk

emosional yang tidak baik/tidak menyenangkan yang ditandai dengan

beberapa kondisi seperti ketakutan, ketegangan serata respon fisiologis

dan respon psikologis serta aktifnya system sayraf pusat setiap orang

ketika mengalami kecemasan, Hal ini disampaikan dalam penelitian

Irma (Jurnal Keperawatan Tahun 2015). Dimana kecemasan yang di

alami oleh setiap anggota keluargnya dalam merwat pasien

72
73

tuberkulosis paru dan pengalaman nya adalah tergambar adanya

sebuah respon yang di dapatkan dan biasnya sering timbul yaitu

denngan adanya kecemasan, Kecemasan tersebut seperti afektif,

prilaku dan kognitif seperti yang telah di ungkapkan oleh informan

dalam penelitian.

Opini dalam penbelitian ini yaitu kecemasan yang di alami oleh

anggota keluarga itu terjadi disebabkan keluarga yang terlalu takut

dengan terhadap masalah penyakit yang dialami oleh sebuah anggota

keluarga tersebut serta factor ekternal pada sebuah anggota keluarga

itu sendiri karena kuirangnya keiginan motivasi keluarga untuk hadir

ke penyuluhan tentang penyakit Tb paru ini yang diadakan oleh tenaga

kesehtan yang ada. s

a. Afektif

Hasil penelitian terdapat dan di temukan informan banyak mengalami

prilaku afektif yang terdapat dalam bentuk gelisah serta gugup. Dari

pernyataan yang disampaikan oleh beberapa informan, lima dari

Sembilan orang informan merasa tampak cemas, gugup serta gelisah.

“ Saya sangat cemassekali dengan itu semua karena juga saya hanya

berdua dengan anak saya (Tanggal 3 Maret 2020 R.6 line : 4)

Hasil penelitian ini sejalan dengan sturt dan laria (2005) dalam

penelitian Irma (2015) bahwa ketika seseorangmengalami namanya

kecemasan akan terjadi atau megalmi respon psikologis terhadap

kecemasan. Dimana ketika keluarga merawat salah satu anggota

keluarganya yang mendrita penyakit TBC ini menunjukan adanya


74

respon kecemean yang tampak terlihat seperti tampak gelisah dan

gugup.

b. Prilaku

Hasil penelitian telah di dapatkan hasil yaitu adanya kecemasan yang

dirasakan oleh beberapa informan dengan anggota keluarga yang

merawat keluarga tersebut banyak prilaku – prilaku yang didapatkan

pada saat informan menyapaikan penalaman nya pada saat merawat

anggota keluarganya.

“Enggi pengalaman se kaule rassaagi sareng ebhu kaule enggi ka’

dhinto kaule tak terlalu repot sareng keluarga kaule se songkan betok-

betok neka. Ben alhamdulillah sampe samangken sampai waktu itu ibu

saya hampir meninggal karena sudah tidak berdaya lagi akan tetapi

saya bawa kedokter setelah itu ternyata terkena TBC itu di saran kan

untuk bisa mengikuti program pengobatan Selma ennam bulan ya saya

akhirnya saya mendapatka anugrah yaitu ibu saya kembali sehta pada

saat pengobatan TBC itu di. lakukan (Tanggal 3 Maret 2020 R.6 line :

18)

(iyah pengalaman yang saya rasakan terhadap ibuk saya adalah saya

tidak terlalu repot dengan keluarga saya yang sakit batuk – batuk ini.

Dan alhamdulillah sampai waktu itu ibu saya hamier meninggal karena

sudah tidak berdaya lagi akan tetapi saya bawa kedokter setelah itu

ternyata terkena TBC itu di saran kan untuk bisa mengikuti program

pengobatan Selama enam bulan ya saya akhirnya saya mendapatka


75

anugrah yaitu ibu saya kembali sehta pada saat pengobatan TBC itu di

lakukan) lakukan (Tanggal 3 Maret 2020 R.6 line: 18.).

Hasil peneltian ini sejalan dengan yang telah di jelaskan oleh stuart dan

laria (2005) bahwa ketika seseorang mengalami kecemasan banyak

prilaku yang muncul atau di certiakan dan disampakaikan oleh

beberapa informan. Dan menunjukan hasil banyaknya prilaku dan

pemikiran dari beberapa keluarga pada saat mearwat salah satu anggota

keluaraganya yang sedang sakit.Selain itu juga ada nforman yang

menghidar atau prilaku ingin segera di tangani oleh keluarga itu sendiri.

c. Respon Kognitif

Hasil dari penelitisn terdapat sebuah ungkapan adanya dengan bebrapa

respon kognitif seseorang dalam merwat pasien tuberkulosis paru di

wilayah kerja puskesmas lenteng respon kognitif yang di tunjukan oleh

perasaan kekawatiran dan kecemasan keluarga terhadap penularan

penyakit Tuberkulosis paru ini.

“Enggi potra kaule neka beddel se pertama sering kaloar malem

ngakan ben ngenom tidak teraratur ben susahuntuk asareng ngenom

obat de bein ce’malarat de polana anak saya teroma polana bede

benyak macemma obat se kodu eonome polana obatde jeraje. Ben

sakonik kobeter terro nagissa ben cemas sakale. Kaule takok apa napa

moso anak kaule . poalana kaule trauma sareng panyake’ se

berbahaya.(Tanggal 3 Maret 2020 R.4 line : 18 ) ( Iyah anak saya ini

sangat nakal perataamnya dia sering keluar malem makan minum tidak

teratur dan susah sekali untuk minum obat pun yang sudah dikasih
76

sangan sulit untuk anak saya teroma karena obatnya banyak dan besar –

besar dan juga diminum sampai 3 langsung saya sedikit pingin sedih

dan cemas sekali dengan kondisi anak saya karena penyakit TBC ini

karena saya takut dulunya saya pernah juga mengali penyakit yang

sangat berbahaya). .(Tanggal 3 Maret 2020 R.4 line : 18 ).

Mu‟arifah ( 2005) menjelesakan bahwa setiap individu yang mengalami

kecemasan akan berdampak pada gangguang terhadap fungsi pikiran,

fisiologis dan psikologis. Respon kognitif yang di rasa oleh keluarga

pada saat merawat pasien tuberkulosis paru berdampak pada kehidupan

masing – masing yang di rasa keluarga pada saat merawat mereka

merasa kwatir dengan keluarag atau salah satu anggota keluarganya

yang sedang sakit, Mereka merasa kwatir dengan penyakit tersebut.

6.2 Peran Anggota Keluarga dalm Merawat Penderita TBC

1. Peran anggota keluarga dalam merwat penderita TBC Peran anggota

keluarga dalam merawat salah satu anggota keluarganya yang menderita

penyakit ini sangat di butuhkan dan tambah juga dengan adanya dukungan

keluaraga serta penambahan tugas dari salah satu anggota keluarag yang

diaman saah satu anggota keluarga tersebut mendeita penyakit

tuberkulosis paru.

Dalam sebuah keluarga pasti memiliki bebrapa peran keluarga

yang berbeda - beda seperti yang dijelaskan oleh Efendi (1998) dalam

Efendi dan Irma (Jurnal keperawatan Tahun 2014) bahwa peran dari

keluarga banyak sekali yang di lakukan seperti peran sebagai orang tua,

peran sebagi kepala keluarga, peran sebagai ibu atau ayah. Dalam
77

manjalankan kehidupan masing – masing keluarga diaman dijelaskan

dalam teori tentang lima fungsi salah satunya adalah fungsi ekonomi yang

berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

Opini dalam penelitian yaitu anggota keluarga umumnya

berperilakuan baik kepada penderita Tubekulosis paru ini atau dalam hal

ini yang menjadi atau terkena penyakit ini adalah keluarga sendiri

keluarga pada saat itu merawat anggota keluarganya yang sedang sakit

Tuberkulosis paru ini sudah menjalankan perannya sebagai keluarga.

Termasuk halnya juga ada keluarga yang memiliki sikap kurang baik

kepada anggota keluarganya kemungkinan hal ini muncul karena adanya

sebuah peran keluarga yang masih belum bisa di ketahui oleh keluarga

tersebut ataupun perubahan peran keluarga yang harus dijalani oleh

keluarga yang merawat anggota keluarganya yang sakit yang dapt

mempengaruhi peran dalam keluarga.

a. Penambahan tugas

Dari hasil penelitian menmproleh hasil dengan adanya perubahan

dalam keluarga salah satunya dengan penambahan tugas keluarga yang

pada saat ini meraka adalah salah satu anggota keluarganya yang

merwat pasien tuberkulosis paru di Wilayah Kerja Puskesmas Lenteng

yaitu penamhan tugas keluarga yan di percayai oleh pihak pusskesma

untuk menjadi PMO. Hal inilah sejalan dengan Widyaningsih (2004)

menjelaskan bahwa PMO adalah sesorang yang mengawsi penderita

TBC selama pengobatan supaya di pastikan bahwa penderita tersebut

menyelesaikan pengobatannya.
78

“Tak ponapa mas nyaman odhi’ enggi kodhu ejeleni padena neka.”

.(Tanggal 3 Maret 2020 R.3 line : 22 ) (Tidak apa – apa mas naamnya

juga kehidupan harus dijalani ) .(Tanggal 3 Maret 2020 R.3 line : 22 )

“Pengalaman saya pada saat merawat kelurga saya atau baapak saya

ya itu banyak sekali sekali cerita yang di alami saya pada saat

merawat bapak saya. Mulai dari peran keluarga, dukungan keluarga

kecemasan dan kenehan yang ada dan terjadi di kenyataan nyata ini.

Dukungan keluarga sangat saya selalu tanam kan kepada keluarga

saya walaupun saya sendiri dan suami saya pergi untuk kerja jauh

Dalam merawat anggota keluarga yang sakit khususnya penderita

tuberkulosis paru maka salah satu anggota keluarga tersebut harus

menjadi pengawas minum obat atau bisa di kenal dengan PMO suapaya

penderita bisa lebih aktif dalam pengobatannaya. Semua informan

menajadi PMO dari anggota keluarga yang sakit karena mereka adalah

keuarga terdekat yag merawat penderita TBC.

b. Peran keluarga

Peran keluarga disini merupkan fungsi dari setiap keluarga untuk

melibatkan dirinya dalam keluarga dan juga sebgai pendukung keika

salah satu anggota keluarga ada yang menderita atau sakit khussnya

penderita tubrkulosis paru ini. Beberapa informan menyapaikan atau

mengungkapkan bahwa halnya keluarga yang harus ikut serta

memberikan dukungan dan harus lebih aktif lagi membatu ksembuhan

penderita TBC ini.


79

“deddy pengalaman se samangken erassakagi mbak neka menjalankan

kewajiban sebagai anak terhadap oraeng tua duwe’? .(Tanggal 3

Maret 2020 R.1 line : 19 ) (jadi pengalaman yang dirasakan sekarang

ini menjalankan kewajiban sebgai anak terhadap kedua orang tua)

.(Tanggal 8 Maret 2020 R.1 line : 19 ).

“Alhamdulillah sampai saat ini belum ada yang bisa di kawatirkan

karena selalu saya berikan dukungan keluarga dapat membuat saudara

saya semngat dalam menjalni penyakit yang di deritanya. .(Tanggal 7

Maret 2020 R.5 line : 28 ).

“Untuk obatnya bapak rutin meminumnya dan ada semngat untuk

sembuh karena saya sering beri semngat hidup yang lebih baik karena

jika tidak ada siapa lagi yang merawat suami saya.(Tanggal 8 Maret

2020 R.5 line :32 ).

Dalam fungsi keluarga sebgai fungsi ekonomi, keluarga berfungsi

untuk memenuhi kebutuhan ekonmi dan memenuhi kebutuhan dari

keluarga seperti makanan, pakain dan lain sebagainya. Utnuk

memenuhi fungsi ini keluaraga harus tetapmenjalan kan tugasnya

dalam keluarga tersebut dan menjalankan tugasnya sabagai tupoksi dari

apa yang menajadi saat ini keluraga tersebut sebagai apa jika anak

amaka tugas adalah membantu orang tua dan keluaraga jika itu orang

tua maka dia harus membantu melaksankan tugasnya hal nya orang tua

biasanya jika salah satu keluarga ada yang mendrita penyakit ini.
80

6.3 Persepsi Anggota Keluarga Tentang TBC

1. Hasil Penelitian menuukan bahwa ada bebrapa pemahaman atau pemikiran

salah anggota keluarganya yang menderita penyakit tuberkulosis paru

masih sangat kurang tetapi juga ada yang sudah paham dengan kondisi

penyakit ini. Hal ini yang terdapat dan tergambarkan dari hasil wawancara

yang di ungkapkan oleh beberapa informan mengungkapkan bahwa tidak

tahu penyebabnya dan cara penuluran dari penyakit tuberkulosis ini ini

atau penyakit menular ini, diamana dalam pencegahan nya pun masih

kurang tahu karena keluaraga yang mempersepsikan kalua penyakit ini

penyakit biasa saja. Pentingnya pemahaman terhadap keluarga tentang

penyakit ini dan kuarang nya pemahaman merekan tentang cangkupan

penggunaan jasa pengobata program TB di puskesmas Lenteng.

Dalam penelitian suratna dalam (Jurnal keperawatan Keluarga

Tahun 2014), Mengemukakan nahwa nilai – nilai budaya pemahaman

tentang kesehatan atraupun penyakit seperti Tuberculosis paru ini di

kalangan masayrakat atau keluarga yang masih sangat kurang paham dan

mempresepsikan tentang sebuah penyakit Tuberkulosis ini.

Opini dalam penelitian ini yaitui presepsi anggota keluarga tentang

penyakit Tuberkulosis ini yang dapat menularkan pada sebuah anggota

keluarga rata – rata penderita Tuberkulosis lupa dengan cara penularan

penyakit ini serta ada keluarga yang lupa bahwa penyakit ini tidak perlu

ditakuti berlebihan karena di sebabkan keluarga terlalu takut dalam

merawat anggota keluarganya.


81

a. Definisi

Penelitian ini mengungkapkan adanya beberapa perilaku anggota

keluarga terhadap penyakit yang di alami oleh kelurga tersebut.

“enten sobung Alhamdulillah perak padena peralatan ngakan, ngenom,

ben pakakas se laenna kodu epapesa sareng keluarga. Ben kadeng

arassa weswes dile nga’genika. .(Tanggal 8 Maret 2020 R.7 line : 30 ).

(tidak ada ada kesulitan hanya saja semua makanan,minuman dan

peralatan sumanya yan sring di gukana oleh keluarga bapaka harus di

pisah sendiri kadang saya wawas takut tertular dan lain sebgainya)

(Tanggal 8 Maret 2020 R.7 line : 30 )

Notoatmojo (2007) menjelasakan bahwa pengetahuan merupakan hasil

dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan doamian

yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt

behavior). Penelitian yang sebelumnya menyatakan juga bahwasanya

semakin banyak persepsi seseorang terhadap suatu penyakit maka

semakin baik pula stressor dan penagruh social budayanya. Jika

anggota keluarga mengetahui tentang penyakit TBC itu sebgai penyakit

yang menular dan penyakit yang tidak dapat sembuh, hal ini yang di

dapatka dari lingkungan sekitar yang juga masih belum menyakini

tentang penyembuhan secra tradisional dan tidak mengerti tentang

pencegahan penyakit TBC ini.


82

b. Pencegahan

Upaya pencegahan menurut WHO yaitu pencahanyaan di rumah yang

baik, menutup mulut saat batuk, tidak meludah di sembarangan tempat,

menjaga kebersihan lingkungan dan alat makan.

“enggi kaule sebelumma aberrik obat beto’ ka reng seppo kaule pas

mon mare selang are beto’ tambe parah ben akhirnya kaule sambi ke

puskesmas.(tampak tegang ). (Tanggal 8 Maret 2020 R.1 line : 24 ) (

enggi kaule sebelumma aberrik obat beto‟ ka reng seppo kaule pas mon

mare selang are beto‟ tambe parah ben akhirnya kaule sambi ke

puskesmas.(tampak tegang ). (Tanggal 8 Maret 2020 R.1 line : 24 )

Keluarga sering menunjukan dan mendapatkan informasi dari nakes

tentang penyakit menular ini dari hal ini juga sering di ungkapkan oleh

kader kader penyakit menular dan tentunya penanggung jawab dalam

penyakit menular ini dalam pencegahan selalu di sampaiakan leh para

kadr untuk mengikuti program tb ini dan juga bagai mana

pencegahanya akan tetapi masih juga bebera keluarga dan informan

yang menyakaakan bahwasanya masih kurang baik menangkap dalam

pencegahan ini di karena keluarga masih kurang ingin membantu dalam

kesebuhan keluarganya.Dalam hal ini pencegahan sering di lalakuka

oleh keluarga pada saat merawat salah satu anggota keluarganya yang

menderita TBC.
83

c. Pengaruh sosil budaya

Pengaruh social budaya sangat berpengaruh setia keluarga yang daiman

keluarga memiliki keluarga yang harus merwat anggota keluarganya

dalam penyumbuhan dalam penyubuhan tersbut keluarga sering banyak

melkaukan sosilny dengna komunikasi yang di daptkan oleh beberapa

keluarag atau keraat terdekat dan juga lingkungan soaisl mereka masing

atau teman dan lainsebagainya.

“Seperti ya aneh pokoknya yaitu kan bapak saya itu terkena penyakit

TBC saat ini bapak saya kalua ke kamar mandi atau ke depan halaman

itu masih bisa berjalan dan saat ketika ada yang aneh kondisi bapak

bapak saya dropp dan tidak bisa berjalan setelah beberapa hari bisa

berjala dan kejadian aneh tidak terjadi. (Tanggal 3 Maret 2020 R.6

line : 20 ).

Beberapa informan yang telah didaptakan oleh wawancara bagaiman

yang telah dilakukan dan sampaikan oleh keluarga tentang social

budaya yang terjadi oleh keluarga tersbut. Hal ini Nampak dari

pernyataan yang di sampaikan oleh keluarga ada yang mengakap

bahwasnya keluaraga jika dikamar terus itu membuat keluarga tambah

parah enaykitnya dan juga jika keluar rumah itu lebih baik ini di

sebabkan Karena konikasi dan budaya yang sering di lakukan oleh

keluarga.
84

6.4 Mekanisme Koping Keluarga Setelah Tahu Anggota Keluarga

Menderita Penyakit TBC

1. Mekanisme koping keluarga setelah tahu anggota keuarga menderita

penyakit TBC Mekanisme koping keluarga yang di raskan keluaraga

sangat bermasacam macam di karena setiap keluarga memang berbeda dan

tidak sama dimana informan menggunakan koping adaptif dan mekanisme

pertahan ego dalam menghadapi serta menyelesaikan masalah seperti

berusaha untuk tenang, Berdoa serta bersyukur terhadap sesuatu yang telah

terjadi dan di rasakan oleh setia keluaraga. Dan juga berpasrah kepada

Tuhan tentang segala penyakit yang di rasakan oleh masing – masing

keluarga dan juga kepada petugas keseahtan yang menjadi tangan dari

tuhan untuk menyaikan tugas dalam bentuk pelayanan kesehatan.

Hal ini sejalan dengan teori yang dijelaskan oleh niven (jurnal

kesehatan tahun 2014) bahwa dukungan sosisal mengindetifikasikan

strategi koping yang dialami oleh keluarga Selain itu mekanisme koping

pertahanan diri yang telah terjadi adalah penyangkalan keluaraga tentang

penyakit yang dialami oleh keluarga. Mekanisme koping disini adalah

usaha kognitif serta perilaku yang di buat oleh seseorang untuk

mengorganisasikan tuntutan dari perbedaan harapan dan kenyataan.

Opini dalam penelitian hal ini adalah terganggunya anggota

keluarga yang masih belum siap menerima anggota keluarganya yang

sedang sakit Tuberkulosis paru ini.Ada juga keluarga yang membiarkan

anggota keluarganya kurang siap dalam menghadapi penyakit ini karena

malu dengan penyakit yang dialaminya. Peran anggota keluarga,


85

Masyarakat, dan petugas kesehatan dalam hal ini supya penderita

Tuberkoulosis ini tidak mendapatkan mekanisme koping yang tidak baik

supya keluarga mampu menjaga keluarga tersebut semngat dalam

mengahadapiny apenyakitnya.

a. Koping adaptif

1) Berusaha tenang

Pada saat terjadi masalah dalam sebuah keluarga apa lagi tentang

salah satu anggota keluarga ada yang menderita penyakit TBC ini

diaman keluarga tetap harus tenag dalam menjalankan tugasnya

sebgai kelurga yang harus siap menghadinya dan lapang dada saat

merawat kelaurga mereka sendri. Hal ini menunjukan mekanisme

kopng yang digunakan sleras dengan Fridman (1998) di kutip dalam

Irma (2014) tentang duungan keluarga.

“ Pengalaman se erassakagi mangken sareng kaule ben keluarga

neka pas arebet reng tuwa neka arassa ngetek ben lesso, terhadap

kondisi se ampong erassak agi reng tuwa apa pole panyek TBC tape

karena kaule terlahir sebagai anak enggi harus meamang

alaksanagi tugas sebagai anak polana kaule neka epakaluar

olehreng tua hebat se padena neka.) (Tanggal 3 Maret 2020 R.1 line

: 18) ( Pengalaman yang saat ini saya rasakan Selama merawat

bapak saya baik - baik saja tidak ada masalah yang dapat membuat

saya itu merasa capek atau cemas, terhadap kondisi orang tua yang

saat ini menderita penyakit TBC ini, karena dukungan saya sebagai
86

anak harus banyak membantu orang tua saya karena saya di lahirkan

oleh orang – orang hebat seperti orang tua saya.) (Tanggal 3 Maret

2020 R.1 line : 18).

Dimana keluarga dalam kehidupan inform yaitu adlah keluarga

sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan

pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Hal tersebut

dikarenakan sebagi keluarga mengeluarkan pendapat dalam proses

pengamblan sebuahkeputusan, beaaptasi dengan lingkunagn

keluarga, aling memahami anatar anggota keluarga dapat menangi

keluarga yang sedang sakit. Hal ini menunjukan bahwa keluarga

yang salah satu anggota keluarganya menderita penyakit tersebut

memiliki mekasnisme koping yang sangat baik karena mereka

sangat berusajha sekali dalam memberikan dukungan keluarganya

dan juga ada bebrpa juga iforman yang mengnggap biasa saja

kehidupan dan penakit ini.

2) Berdoa dan bersyukur terhadap tuhan Keluarga

Hal ini di sampaikan karena sebagian besar mencoba untuk tidak

saling menyalahkan, dan juga pasanagan merasa percaya bahwa

penyakit tersebut akan sembuh, percaya sepenuhnya kepada Tuhan

Yang Maha Esa dengan melalui doa dan mengatakan pada dirinya

sendiri bahwa banyak yang harsus di percaya dan di syukuri dan

membina saling percaya antar keluarga dan penderita anak orang tua

dan semuanya dan mekaukan beberapa kegaitan di rumah dengan

anggota keluarga dan meraat keluarga sendiri dengan baik.


87

3) Menjankan pesan yang di sampakan nakes

Hal ini yang sangatpenting juga di lakukan oleh keluarga untuk

memberiakan sesuatu yang berguna bagi masayarakat tentunya

keluarga yang saat ini menderita penyakit TBC ini keberhasilan

pengobatan TBC tergantung dari kepatuhan penderita untuk minum

obat (OAT) yang teratur dalam hal ini adalah keluarga sebagai

(PMO) Pengawas minum obat keluarga akan sangat membantu

dalam membeikan sebuah pengalaman dalam merwat terhadap

keluarga dan kesuksesan penanggulangan TBC.

b. Koping maladptif

Terungkap salah satu respon psikologis yang dialami oleh penderita

atau penyangkalan yang di alami atau disampaikan oleh informan.

“iyah biasa saja makan makan biasa minum minum biasa iyah kalau

bapak lapar yah saya buatkan makanan untuk bapak kalua haus yah

saya ambihlkan minum untuk bapak cuman bapak ketika lagi sakit saya

yang bingun karena saya takut kehilangan suami saya yang sudah lama

menjalani kehidupan berdua bersama keluarag. Saya disini tinggal

berdua bersama suami dan ada ponaan saya.( tampak gelisah )

(Tanggal 3 Maret 2020 R.2 line : 20).

“ Terungkap salah satu respon psikologis yang dialami oleh penderita TB

Paru adalah penyangkalan terhadap keadaan penyakit yang diderita

oleh anggota keluarga. Tiga dari lima informan mengatakan bahwa

mereka tidak percaya kalau salah satu dari anggota keluarganya terkena
88

penyakit TB Paru dalam hal ini suami informan. Sejalan dengan itu

menurut Dongoes (2000), seorang penderita TB Paru mengalami

masalah dalam integritas ego yakni menyangkal khususnya selama

tahap dini dan dalam interaksi sosial dengan terjadi reaksi penolakan

karena penyakit menular. Sunaryo (2004) dikutip dalam Yohanis

(2012) menjelaskan bahwa penyangkalan (denial) adalah mekanisme

perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan


BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang berjudul Studi Kulitattif Penaglaman

Sebuah Aggota Keluarga Dalam Merawat Pasien Tuberkulosis Paru Di

Wilayah Kerja Puskesmas Lenteng Kabupaten Sumenep ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

Anggota keluarga belum mengatahui secara pasti tentang penyakit

Tuberkolosis paru ini sehingga terjadi tingkat kecemasan anggota keluarga

dalam merawat sala satu anggota keluarganya yang sedang sakit TBC. Peran

salah satu anggota keluarga terhadap penyakit ini umumnya sangat di erlukan

dan diutuhkan oleh keluarga yang sedang menjalani masa – masa sulit ini.

Keluarga juga mempersepsikan penyakit TBC ini sangat berbahaya prilaku

keluarga seperti ini dapat menyebabkan keluarga tidak mampu menjalankan

perannya sebagai keluarga dari uraian di atas tersebut dapat disimpulkan baha

pengalaman anggota keluarga pada saat merawat anggota keluarganya pada

saat merawat anggota keluarga yang sedang sakit masih di akibatkan anggota

keluarga kurang paham dengan ppenyakit Tuberkulosis paru ini serta banyak

pengalaman yang menyenangkan dan tidak yang di alami oleh keluarga.

89
90

7.2 Saran

1. Bagi istitusi pendidikan Hendaknya melakukan suatu kegiatan

penyuluhan kesehatan terkait cara perawatan Penderita TB Paru

khususnya bagi keluarga penderita yang ada di wilayah kerja Puskesmas

Lenteng Kabupaten Sumenep serta melakukan kunjungan rumah kepada

keluarga yang memiliki penderita TB paru untuk menjelaskan mengenai

penyakit TB paru.

2. Bagi Profesi Kesehatan khusnya perawat komunitas yang bekerja di

Puskesmas dapat lebih meningkatkan motivasi dan kinerja dalam

pelayanan keperawatan kepada penderita TB paru sehingga dalam

menjalani pengobatan penderita TB paru dapat lebih aktif serta

melakukan pendekatan secara kekeluargaan agar keluarga dengan

penderita TB paru memiliki semangat untuk merawat anggota keluarga

yang sakit.

3. Bagi Masyarakat tidak boleh meinggalkan sebuah masyarakat atau

anggota keluarga yang sedang mengalami sakit tuberkulosis paru ini

karena kita sesama manusia. Yang hidup harus berguna bagi masayrakat

kita bukan menjahui orangnya akan tetapi bakterinya.

4. Bagi peneliti karena keterbatasan peneliti maka dalam penelitian

selanjutnya agar lebih mendalam mengkaji pengalaman anggota keluarga

merawat pasien TB Paru dengan mambagi serta memisahkan sesuai umur

dan jenis kelamin mengenai pengalaman anggota keluarga merawat

pasien TB Paru pada remaja, TB Paru pada dewasa dan TB Paru lansia

sesuai perkembangan psikologi masing-masing individu.


90

DAFTAR PUSTAKA
Agustin, R. (2018). TUberkulosis. Yogyakarta: Deepublisha .
Ali, Arta. (2017). HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN KEPATUHAN MINUM.
Jendral Ahmad Yani, 2-20.
Desi Rahmawti. (2016). Hubungan Perwatan Tb dengan dukungan keluarga. Universitas
Negeri jember, 10-20.
Dewi Hapsari Wulandari. (2015). Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kepatuhan Pasien Tuberkulosis Paru Tahap Lanjutan Untuk Minum Obat.
Universitas Indonesia, 2-10.
Dinas Kesahatan. (2019). Laporan Triwulan. Kabupaten Sumenep: Seksi P2P.
Dinas Kesehatan. (2017). Laporaran Triwulan . Kabupaten Sumenep: Seksi P2P.
Dinas Kesehatan. (2018). Laporan Triwulan. Kabupaten Suemenep: Seksi P2P.
DUKUNGAN KADER KESEHATAN TERHADAP KEMANDIRIAN. (2018). jurnal
Kesehatan, 2-10.
Faustina Twumwaa Gyimah and Phyllis Dako-Gyeke. (2019). Perspectives on TB
patients‟ care and. Globalnation anD helth, 2-10.
fitria. (2010). Hubungan Antara Efikasi Diri Dan Dukungan Sosial Dengan
Kebermaknaan Hidup Pada Penderita Tuberkulosis Paru Di Balai Pengobatan
Penyakit Paru-Paru (BP4). Yogyakarta, 2-8.
Gita Novela. (2012). Hubungan Tingkat Ekonomi Dengan Kepatuhan Minum Obat
Penderita Tb Paru Bta Positif . Wilayah Kerja Puskesmas Cukir Kabupaten
Jombang, 2-10.
hardiyanti. (2017). GAMBARAN SELF-EFFICACY PADA KLIEN DENGAN
PENYAKIT TBC. JENDERAL ACHMAD YANI, 2-32.
indah , ayu. (2014). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Terhadap Konsep Diri Pada
PenderiTA tb. Universitas Surakarta, 2-25.
irma . (2014). Studi Kualitatif Tentang Pengalaman Anggota dalam merawat pasien tb
paru. Universitas Hasannuddin, 3-20.
Keberadaan Pengawas Minum Obat (Pmo) Pasien. (2015). Depkes, 1-10.
Mekdes K Gebremariam1*, Gunnar A Bjune1 and Jan C Frich2. (2011). Lay beliefs of
TB and TB/HIV co-infection in Addis. BMC HELTH, 1-10.
Mekdes K Gebremariam1, Gunnar A Bjune1 and Jan C Frich2. (2011). Kepercayaan
awam TB-koinfeksi TB / HIV di Addis. BMC RESARCH NOTES, 1-10.
Muhtar, A. Haris. (20116). Penerapan Asuhan Keperawatan Keluarga Dalam
Meningkatkan Self Care Behavior Penderita Tuberkulosis Paru. Nusa Tenggara
Barat, 1 - 10.
91

Nasien, Strisno. (2011). Hubungan Pengetahuan Tentang Penyakit Tbc. Universitas


Muhammadiyah Surakarta, 2-5.
Studi Kualitatif Tentang Pengalaman Anggota Keluarga dalam merawat pasien
tuberkulosis paru. (2014). Universitas Hasannuddin, 5-30.
Thomas W. McNally1. (2019). Meningkatkan hasil untuk multi-obat yang resistan. BMC
HELTH JOurnal, 1-10.
Thomas W. McNally1* , Gilles de Wildt2, Graciela Meza3 and Connie M. D. Wiskin3.
(2019). Improving outcomes for multi-drugresistant. BMC Journal Helth, 2-10.
Titin, Sukartini. (2016). Kepatuhan Pasien Tb Paru Berdasarkan Teori KIng . Universitas
Airlangga, 2-5.
Veri, Andini. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan DenganFaktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan. Universitas Surakarta, 2-3.
yuliana, Fathar. (2012). Hubungan Antara Harga diri dengan prilaku penderita
tuberkulosis paru. UNIVERSITAS Riau, 2-30.
92

Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Calon Informan Penelitian

Dengan hormat,

Saya Dedy Alan Seftianto, NPM: 716620717, mahasiswa Program


Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UNIVERSITAS WIRARAJA Sumenep
mengadakan penelitian dengan judul “Studi Kualitatif Pengalaman Sebuah
Anggota Keluarga Dalam Merawat Pasien Tubercolusis Paru di Wilayah
Kerja Puskesmas Pandian Kecamatan Kota Kabupaten Sumenep’’.
Maka bersama ini saya jelaskan beberapa hal mengenai penelitian saya:

1. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi yang mendalam


tentang pengalama anggota keluarga merawat pasien TB paru, dan manfaat
secara umum penelitian ini adalah meningkatkan pemahaman keluarga dalam
merawat pasien TB paru.
2. Informan yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah anggota keluarga
yang bertanggungjawab sebagai pengawas minum obat (PMO) pasien TB paru
dan bersedia menjadi informan, berada dilokasi penelitian dan mampu
mengungkapkan pengalamnnya secara kooperatif.
3. Wawancara akan dilakukan beberapa kali selama 30-60 menit atau sesuai
dengan kesepakatan yang dibuat oleh peneliti dan informan.
4. Selama wawancara dilakukan, diharapkan informan dapat menyampaikan
pengalamnnya dalam merawat pasien TB paru dan menjawab segala hal
dengan sebenar-benarnya semua pertanyaan yang diberikan berkaitan dengan
judul penelitian.
5. Selama penelitian dilakukan, peneliti akan menggunakan alat bantu
wawancara seperti buku catatan dan pulpen, alat perekam (tape recorder).
93

6. Informasi yang informan berikan hanya akan digunakan semata-mata untuk


kepentingan penelitian dan hanya peneliti itu sendiri yang memiliki akses
terhadap data asli.
7. Pelaporan hasil penelitian ini nantinya akan menggunakan kode informan
(inisial nama) dan bukan nama sebenarnya dari informan guna menjaga
kerahasiaan identitas informan.

Demikian penjelasan ini, apabila disetujui maka saya mohon kesediannya


untuk menandatangani lembar persetujuan dan menjawab semua pernyataan yang
telah disiapkan. Atas kesediaan dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.

Sumenep, 17 Februari 2020


Peneliti

( Dedy Alan Seftianto )


94

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN INFORMAN


(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai


penelitian „’Studi kulitatif tentang sebuah pengalaman anggota keuarga dalam
merawat pasien tuberkulosis paru di wilayah kerja puskesmas lenteng kabupaten
sumenep‟‟ dan setelah mendapat kesempatan Tanya jawab tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan penelitian tersebut, maka dengan ini saya secara
sukarela dan tanpa paksaan bersedia diikut sertakan dalam penelitian tersebut.

Suemenep, 2020

Yang menyatakan

( )
95

Lampiran 3

SOP PENGALAMAN KELUARGA MERAWAT PASIEN TUBERKULOSIS


PARU

Prosedur Tetap
1. Pengertian Pengalaman adalah bentuk kejadian yang pernah
dialami, dirasai baik sudah lama atau baru terjadi.
Sebuah Pengalaman berupa hikmah pelajaran yang
bisa dipetik.
Merawat sebuah Keluarga yaitu perawatan
dilakukan oleh anggota keluarga sendiri dengan
menggunakan sebuah alat yang ada di lingkungan
keluarga itu sendiri.
2. Tujuan 1. Mengidentifikasi pengalaman anggota keluarga
terhadap penderita Tuberkulosis paru di
Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep.
2. Mengidentifikasi Perawatan Keluarga pada
penderitaTuberkulosis paru di Kecamatan
Lenteng Kabupaten Sumenep.
3. Prinsip 1. Bersedia menjadi informan dan sebuah mengisi
lembar persetujuan yang telah disiapkan oleh
peneliti.
2. Merahasiakan identitas informan (memakai
inisial) dan informasi yang disampaikan.
3. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
informan.
4. Segala bentuk pernyataan dicatat, direkam
menggunakan alat perekam suara dan video.
4. Persiapan 1. Lakukan pre induksi (wawancara) untuk
lingkungan tempat membangun bina hubungan saling percaya
wawancara (BHSP).
2. Memberikan penjelasan pada informan dalam
melaksanakan wawancara mendalam dengan
peneliti.
3. Carilah tempat yang aman bagi informan yaitu
tempat yang tidak bising, lingkungan yang tidak
formal pada saat wawancara berlangsung.
5. Tahap Kerja Persiapan alat dan bahan
a. Lembar wawancara dan buku catatan
b. Alat perekam (suara, video, kamera)
c. Notes (catatan)
96

d. Alat tulis
1. Persiapan informan
a. Informan diposisikan menghadap peneliti.
b. Memposisikan informan senyaman mungkin agar tidak tegang.
2. Prosedur kerja
a. Membuka wawancara.
b. Menanyakan semua pertanyaan yang sudah disiapkan dalam lembar
wawancara.
c. Merekam dan mencatat semua jawaban dan pernyataan yang
dikeluarkan oleh informan selama proses tanya jawab.
3. Terminasi
Apabila wawancara sudah selesai, pewawancara menyimpulkan hasil
wawancara dan ada akhirnya menyampaikan terimakasih atas
partisipasinya dalam wawancara tersebut.
6. Hasil 1. Informan menjawab semua pertanyaan yang
diberikan.
2. Memperoleh data yang diinginkan.
3. Mengetahui segala sesuatu yang diperlukan
dalam penelitian.
7. Hal-hal yang harus 1. Proses wawancara harus diperhatikan karena
diperhatikan topik penelitian ini merupakan penyakit yang
terdengar sensitif yaitu Tuberkulosis paru.
2. Tidak melakukan hal – hal yang tidak menjadi
informan kecewa.
3. Memberikan prosedur wawancara yang telah
disiapkan.
4. Tidak melontarkan kata – kata yang dapat
membuat informan marah.
5. Pelajari objektif dari wawancara.
6. Buat daftar pertanyaan dengan susuai
kebutuhan peneliti.
7. Bukalah sesi wawancara dengan cara yang
tepat
8. Pastikan kebenaran data yang telah dicatat
9. Antisipasi hal – hal yang tidak di inginkan
(catatan hilang, pertanyaan penting belum
ditanyakan, catatan hilang, alat rekam rusak
dan memori tinggal sedikit.
97

Lampiran 4

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM TENTANG


PENGALAMAN KELUARGA TERHADAP SALAH SATU
ANGGOTA KELUARGA YANG MERAWAT SALAH SATU
ANGGOTA KELUARGANYA YANG MENDERTIA PENYAKIT
TBC

I. DATA UMUM/Inisial informan/ kode informan :

Umur :

Jenis kelamin :

Pekrjaan :

Hubungan dengan penderita :

Tanggal wawancara :

1. Pendahuluahn ( 5 Menit )
a. Tahap Perkenalan ( Beri Salam )
b. Perknelan diri Dan informan
2. Naskah pengantar tujuan wawan cara ( 15 menit )
a. Sebelum kita memulai wawancara mendalam ini perlu kita
ketahui penyakit tbc bukan hanya dapat menimbulkan maslah
secra fisiologis saja akan tetapijuga dapat membuat masalah
yang berdampak kepada social, ekonomi, budaya, kemanan dan
ketahanan negara. Penyakit ini biasanya berlangsung kronis.
Diama penyakit ini masih ditakuti oleh banyak masayarakan
dan kalangan keluarga.
b. Kami tertari untuk mengetahui sebuah poengalaman anggota
keluarga pada saat merawat pasien TBC dengan beberapa
sebuah pengalman yang pernah dialamai oleh keluarga yang
terlihat dari pengalaman positif atau negative yang pernah di
rasa oleh sebuah keluarga pada saat merawat nya.
98

II. GARIS BESAR PERTANYAAN WAWANCARA (1 jam)

1. Coba ceritakan pengalaman anda selama ini dalm merawat pasien


TB, dalam hal ini keluarga anda yang terkena penyakit TB paru?
2. Sejak kapan anda tahu bahwa keluarga terkena penyakit TB paru?
3. Apa yang anda lakukan setelah tahu bahwa keluarga anda terkena
penyakit TB paru?
4. Siapa yang pertama kali memberi tahu anda bahwa keluarga terkena
penyakit TB paru?
5. Apakah sebelumnya keluarga anda pernah menderita penyakit TB
paru?
6. Sejauh ini apakah keluarga anda rutin minum obat anti tuberkulosis?
7. Apakah anda mengalami kesulitan dalam merawat keluarga anda
yang terkenaa penyakit TB paru?
8. Pada saat mengalami penyakit tersebut Puskesmas mana yang
menjadi tempat pilihan anggota keluarga?
99

Lampiran 5

HASIL WAWANCARA RESPONDEN

Responden 1

Peneliti : Assalamualikum Wr.Wb (1)

Responden 1 : Waalaikumsalam Wr.Wb (2)

Peneliti : Napa bender neka compokna hajji jahrah?(3)

Responden 1 : Enggi neka compokna hajji jahra bede napa gi? (4)

Peneliti : Neka kaule deri mahasiswa fakultas ilmu kesehatan

Universitas Wiraraja Sumenep entar ka ento untuk

alakoni penelitian, sebaelumma kaule ampon apareng

oning de‟ se nanggung tentang panyaket nolar TBC. (5)

Responden 1 : Oh enggi teppak kaule neka salah settong deri keluaraga

kaule se menderita penyakek neka ben betok – betook ben

lako ka pak subet untuk akonsul ben sareng ngalak obet .

(6)

Peneliti : enggi kaule ampon menghubungi ibuk se deddi atau

salah settong deri anggota keluarga se menderita panyakek

TBC. Ben kaule sabelumma ampon menghubungin embak

malemma ben lastrae agebey perjanjian. (7)

Responden 1 : enggi teppak napa bede se bisa ebento sareng kaule pak

.(8)
100

Peneliti : enggi sabelumma kalngkong ampon aberri‟ kesempatan

sareng kaule untuk mabi alakoni wawancara kepada mbak.

(9)

Responden 1 : enggi torehen.(mempersilahkan bertanya). (10)

Peneliti : enggi mbak kalagkong sabelumma kaule neka marepot

mbak ka‟dinto kaule ajelelasagiye tentang adekande ben

wawancara se ejelenina sareng mbak bektona sekitar 1 jam

atau 60 menit.(11)

Responden 1 : enggi eyatore. (12)

Peneliti : seblumma kaule melkukan wawan cara neka mau minta

persetujuan sareng mbak ben ngesseka formulir

persetujuan nekah/.(13)

Responden 1 : enggi eaotore polan kaule senneng mon eatare sareng

tenaga kesehatan neka. (14)

Peneliti : Baik mbak sakalangkong eyatore mangken ngesse‟e lem

beren persetujuan neka ben mon mare mau mengajukan

beberapa pertanyaan ben mbak bisa ajewebbe. (15)

Responden 1 : Enggi pak (16)

Peneliti : Bisakah mbak acareta pengalaman mbak arabet pasien

TBC dalaem hal ka‟dinto mbak sebgai anak atau keluarga

se arebet oreng tuwa se songkan TBC? (17)

Responden 1 : Pengalaman se erassakagi mangken sareng kaule ben

keluarga neka pas arebet reng tuwa neka arassa ngetek ben

lesso, terhadap kondisi se ampong erassak agi reng tuwa


101

apa pole panyek TBC tape karena kaule terlahir sebagai

anak enggi harus meamang alaksanagi tugas sebagai anak

polana kaule neka epakaluar olehreng tua hebat se padena

neka. (18)

Peneliti : deddy pengalaman se samangken erassakagi mbak neka

menjalankan kewajiban sebagai anak terhadap oraeng tua

duwe‟? (19)

Responden 1 : enggi mas padena genika pon ( tampak wajah serius).

(20)

Peneliti : bilena se mbsk tao jek neka anggota keluarga terserang

panayakek nika.(21)

Responden 1 : enggi kaule oning keluarga menderita panyakek TBC

nika ben pole kaule oning panyekek nika pas reng tuwa

nika abetok – betook pas makaluar dereh ben pas betok

sampek 4 are kaule sambi langsung ka puskemas lenteng

pas mon lah mare olle berempa rae eberik tao sareng pak

subet keluaraga neka ibu ecaapok TBC (22)

Peneliti : Apa se elakoni sareng mbak setelah mengetahui keluarga

ecapok panyakek niak? (23)

Responden 1 : enggi kaule sebelumma aberrik obat beto‟ ka reng seppo

kaule pas mon mare selang are beto‟ tambe parah ben

akhirnya kaule sambi ke puskesmas.(tampak tegang ). (24)

Peneliti : Pasera se pertama nika tao jek keluarga neka ecpok

panyakek nika TBC? (25)


102

Responden 1 : Enggi se aberrik tao pak subet se abele ka kaule. (26)

Peneliti : Napa sebelumma keluaraga menderita panyakek TBC

ini? (27)

Responden 1 : Sabelumma keluarag saya belum pernah ngalami

panyakek seperti ini atau se ampon ederita sareng

keluaraga se kaule oning lingkungan ruamh sayase

menderita panyaekek geneka. (28)

Peneliti : Sajeuh neka napa keluarga rutin ngenom obat

tuberkulosis paru? (29)

Responden 1 : Alhamdulillah sajjekge kaule detetng ka puskesmas

kaule langsung arassa senneng ben tenag polana keluarga

kaule tak abeto‟-beto‟ pole (28)

Peneliti : Apakah anda ada kesulitan pada saat merawat keluarga

anda yang terkena tuberkulosis? (29)

Responden 1 : Alhamdulillah sampai saat ini tadek se membuat susah

atau kesulitan pada saat arabet keluaraga saya dibi‟perak

sakoni‟ cemas kalaben kesehatan oreng tua (Tampak

Cemas). (30)

Peneliti : Baik mbak berarti sedikit ada sedikit cemas yang tidak

teralali parah iyah mas. (31)

Responden 1 : enggi mas. (32)

Peneliti : Samangken se mengalami penyakek tuberkulosis paru

puskesmas manakah yang menjadi anggota keluaraga?

(33)
103

Responden 1 : enggi se deddy tojjuwen puskesmas lenteng. (34)

Peneliti : Kenapa bapak memilih puskesmas lenteng sebagai

tempat rujukan pertama. (35)

Responden 1 : enggi polana benyak oreng se detng pas aobet beres. (36)

Peneliti : Baik terimakasih telah membantu saya dalam menjawab

pertanyaan yang sudah saya sampaikan dan jika nanti

adadata yang belum ada saya kan datang lagi untuk

melakukan wawancara. (37)

Responden 1 : enggi pak. (38)

Responden 2

Peneliti : Assalamualikum Wr.Wb. (1)

Responden 2 : Waalaikumsalam Wr.Wb. (2)

Peneliti : Apakah neka teppak bengkona deri keluarga.(3)

Responden 2 : Iyah benar. (4)

Peneliti : Perkenalkan saya dari mahasiswa fakultas ilmu kesehatan

Universitas Wiraraja Sumenep mau melakukan penelitian,

dan sebelumnya saya sudah konfirmasi kepada

penanggung jawab p2p penyakit menular TBC. (5)

Responden 2 : enggi teppak kaule neka andi‟ keluarga se menderita

penyakit beto‟Oh iya benar salah satu keluarga saya ada

yang memang menderita penykit batuk – batuk dan sering

ke pak subet untuk mengambil obat dan konsultasi

masalah penykit TBC ini. (6)


104

Peneliti : Iya saya juga yang menghubungin bapak/ibu salah satu

anggota keluarga penderita TBC dan saya juga yang

sebelumnya menghubungin bapak tadi malam dan sudah

membuat perjanjian. (7)

Responden 2 : iyah benar sekali mungkin ada yang bisa saya bantu pak.

(8)

Peneliti : Baik sebelumnya terimakasih sudah memberikan

kesempatan pada saya untuk bisa melakukan wawancara

terhadap bapak. (9)

Responden 2 : Baik silahkan. (10)

Peneliti : Baik bapak terimakasih sebelumnya saya akan

menjelaskan tentang wawancara yang akan kita

laksanakan kurang lebih 1 jam atau 60 menit (11)

Responden 2 : Baik.(12)

Peneliti : Sebelum malakukan wawancara saya mau minta

persetujuan dengan bapak dengan mengisi lembar

persetujuan menjadi informan.(13)

Responden 2 : Baik (14)

Peneliti : Baik ibu Terimakasih sudah mengisi persetujuan tersebut

dan setelah ini saya akan mengajukan beberapa pertanyaan

dan ibu bisa menjawabnya. (15)

Responden 2 : Baik pak.(16)


105

Peneliti : Coba ceritakan pengalaman anda selama ini dalam

merawat pasien TB, dalam hal ini keluarga anda yang

terkena penyakit TBC? (17)

Responden 2 : Pengalaman apa maksudnya? (tampak bingung). (18)

Peneliti : Maksudnya ibu apakah pengalaman ibuk selama

membantu bapak dalam merawat nya seperti mulai dari

minum obatnya makanan nya dan lain sebgainya. (19)

Responden 2 : iyah biasa saja makan makan biasa minum minum biasa

iyah kalau bapak lapar yah saya buatkan makanan untuk

bapak kalua haus yah saya ambihlkan minum untuk bapak

cuman bapak ketika lagi sakit saya yang bingun karena

saya takut kehilangan suami saya yang sudah lama

menjalani kehidupan berdua bersama keluarag. Saya disini

tinggal berdua bersama suami dan ada ponaan saya.(

tampak gelisah ). (20)

Peneliti : Jadi seperti itu pengalaman yang saat ini ibu alami. (21)

Responden 2 : iyah. (22)

Peneliti : Sejak kapan anda tahu bahwa keluarga anda terkena

penyakit TBC? (23)

Responden 2 : saya tahu saat tetengga saya bercerita tentang

penyakitnya yang di alami hamper sama dengan penyakit

yang suami saya alai dan akhirnya saya dan suami saya

mencoba untuk dating ke tempat pemeriksaan yang

tetangga saya datangi yaitu puskesmas lenteng. (24)


106

Peneliti : Apa yang anda lakukan setelah anda mengetahui

keluarga anda terkena penyakit TBC? (25)

Responden 2 : Iya saya tidak tahu penyakit TBC itu seperti apa yang

saya tahu bapak sering batuk – batuk dan saat pertama kali

batuk bapak mengeluarkan darah sedikit. (26)

Peneliti : Bearti bapak sempat batuk pertama kali memgeluarkan

darah?

Responden 2 : Iyah pak. (27)

Peneliti : Jadi Siapa yang pertama kali memberi tahu bahwa

keluarga menderita TBC? (28)

Responden 2 : Iyah pertamnaya tetangga saya dan akhirnya di baawa ke

puskesmas dan katanya TBC sampai saat ini saya tidak

terlalu memikirkan penyakit ini karena saya serahkan

semuanya kepada Tuhan. (29)

Peneliti : Jadi ibu pasrah dengan kondsi yang saat ini bapak

alamai? (30)

Responden 2 : Iyah siapa lagi kalua bukan keluarga yang dapat

membantu pengobatan dan dukungan keluarga untuk

kesembuhan bapak. (31)

Peneliti : Apakah sebelumnya keluarga menderita penyakit Tb ini?

(32)

Responden 2 : Belum Pernah keluarga saya menderita penyakit ini

hanya tetangga saya yang memberitahukan ini semunaya.

(33)
107

Peneliti : Sejauh ini apakah keluarga anda rutin minum obat

tuberkulosis? (34)

Responden 2 : Untuk obat nya bapak terartur dan sekrang sudha tinggal

2 saja (35)

Peneliti : Alhamdulillah kalua begitu jika begitu bapak harus rutin

minum obatnya supaya lekas sembuh. (36)

Peneliti : Apakah anda ada kesulitan pada saat merawat keluarga

anda yang terkena tuberkulosis? (37)

Responden 2 : Kalau Kesulitan Alhamdulillah sampai saat ini bapak

tidak menyusahkan keluaraga hanya saja kesulitan ketika

bapak harus mengambil obat ke puskesmas. (38)

Peneliti : enggi bu (39)

Responden 2 : enggi engak genika . (40).

Peneliti : Ibu pada saat mengalami penyakit tuberkulosis paru

puskesmas manakah yang menjadi anggota keluaraga?

(41)

Responden 2 : Iya saya ke pak subet sama halnya tetangga saya yang

memberitahukan saya tentang pengobatan batuk – batuk

itu. (42)

Peneliti : Baik terimakasih telah membantu saya dalam menjawab

pertanyaan yang sudah saya sampaikan dan jika nanti ada

data yang belum ada saya kan datang lagi untuk

melakukan wawancara apakah bisa ibu? (43)

Responden 2 : enggi tak aponapa (44)


108

Peneliti : sakalangkong. (45)

Responden 3

Peneliti : Assalamualikum Wr.Wb. (1)

Responden 3 : Waalaikumsalam Wr.Wb. (2)

Peneliti : Napa teppak neka sareng ebhu/pak (3)

Responden 3 : Enggi teppak sareng pasera?. (4)

Peneliti : Neka kaule deri mahasiswa fakultas ilmu kesehatan

Universitas Wiraraja Sumenep entar ka ento untuk

alakoni penelitian, sebaelunnaa kaule ampon

apareng oning de‟ se nanggung tentang panyaket

nolar TBC. (5)

Responden 3 : Oh enggi teppak neka salah settong deri keluaraga

kaule bede se menderita penyakek betok-betok ben

lako ka pak subet kantos ngalak obet sareng

akonsultasi masallah panyakek TBC neka (6)

Peneliti : Enggi neka kaule se ampon menghubungi

bapak/ebhu salah settong deri anggota keluarga se

menderita panyakek TBC ben kaule jhugen

sabelunna ampon lastare menghubungi bapak

malemma ben lastare agebey perjanjian. (7)

Responden 3 : Enngi teppak (8)

Peneliti : Enggi neka sabelunna kalangkong ampon aberri‟

kesempatan sareng kaule sopaje bisa alakoni

wawancara kepada bapak. (9)


109

Responden 3 : Enggi eyatore (10)

Peneliti : Enggi bu kalangkong sabelunna kaule terro

ajelassagie tentang wawancara se elaksanaagi

korang lebbih 1 jam otabe 60 menit. (11)

Responden 3 : Enggi. (12)

Peneliti : Sabelunna alakoni wawancara kaule minta

persetujuan sareng bapak ben ngesse‟e lembar

persetujuan deddhi informan. (13)

Responden 3 : Enggi (14)

Peneliti : Enggi bu kalangkong ampon lastare ngesse‟e

persetujuan, salastarena neka kaule terro

anya‟tanya‟a sareng bapak bisa ajeweb. (15)

Responden 3 : Enggi pak. (16)

Peneliti : Coba sampeyan acareta pengalaman sampe

samangken bekto arabet pasien TBC, delem hal ka‟

dhinto keluarga sampeyan se ecapok panyakek

TBC? (17)

Responden 3 : Enggi pengalaman se kaule rassaagi sareng ebhu

kaule enggi ka‟ dhinto kaule tak terlalu repot sareng

keluarga kaule se songkan betok-betok neka. Ben

alhamdulillah sampe samangken sampai waktu itu

ibu saya hampir meninggal karena sudah tidak

berdaya lagi akan tetapi saya bawa kedokter setelah

itu ternyata terkena TBC itu di saran kan untuk bisa


110

mengikuti program pengobatan Selma ennam bulan

ya saya akhirnya saya mendapatka anugrah yaitu ibu

saya kembali sehta pada saat pengobatan TBC itu di

lakukan. (18)

Peneliti : Deddhi pengalamanna ebhu neka benyyak parana

enggi.(19)

Responden 3 : Enggi polana pekkerana kaule ampon posang

sareng panyakek se ealami sareng ebhu kaule,

caepon kaule panyakek genika bebejhe parana. (20)

Peneliti : Enggi saporana sabelunna neka kaule korang oning

sareng pengalamanna ebhu. (22)

Responden : Tak ponapa mas nyaman odhi‟ enggi kodhu ejeleni

padena neka. (22)

Peneliti : Enggi bu, molae bile sampeyan oning keluarga se

ecapok panyakek TBC? (23)

Responden 3 : Enggi bekto kaule aobet ka dokter. (24)

Peneliti : Deddhi ebhu ampon oning bekto dokter apareng

oning padena genika. (25)

Peneliti : Enggi. (26)

Peneliti : Napa se sampeyan lakoni bekto oning keluarga

sampeyan se ecapok panyakek TBC? (27)

Responden 1 : Yah Pertama saya pernah bawa keluarga saya itu

kedukan karena penyakitnya menurut saya itu tidak


111

seperti biasanya makanya saya langsung

membawaanya ke dukun. (28)

Enggi se nomer settong kaule pernah ngibe keluarga kaule ka dhukon polana

panyakekna caepon kaule tak padena biasana,

mangkana kaule langsung ngibe ka dhukon.

Peneliti : Deddhi ebhu langsong e gibe ka dhukon enggi,

korang oning jugen bekto genika tambe parah

salastarena genika akhirra sareng kaule egibe aobet

ka dokter? (29)

Responden 3 : Enggi pak polana kaule neser. ( Tampak Cemas).

(30)

Peneliti : Pasera se pertama kali aberri‟ oning jhe‟

keluargana sampeyan ecapok TBC? (31)

Responden 3 : Enggi dokter se aberri‟ oning. (32)

Peneliti : Napa sabelunna keluarga andhi‟ panyakek TB

neka? (33)

Responden 3 : Tak pernah, tape lingkungan tatangge kaule se

bede, bapak jek alebele enggi. ( Merasa Takut). (34)

Peneliti : Enggi bu kaule tak kera aberri‟ oning ka

sakabhhienna. (35)

Peneliti : Sampe samangken keluargana sampeyan rutin

ngiunom obat TBC? (36)


112

Responden 3 : Alhamdulillah salastarena kaule eanjur agi aobet

sareng noro‟ pengobetdhen betok-betok genika ebhu

kaule beres. (37)

Peneliti : Napa sampeyan bede se malarat bekto arabet

keluarga sampeyan se ecapok TBC? (38)

Responden 3 : Alhamdulillah sobung, kaule sering aberri‟

dukungan ben peranna kaule se deddhi keluarga ka

oreng seppona kaule se ampon maraje kaule deri

keni‟ sampe raje padena samangken. (39)

Peneliti : Alhamdulillah, bekto ecapok panyakek TBC

puskesmas kaemma se deddhi begienna keluarga?

(40)

Responden 3 : Enggi kaule langsung ka pak Subet e Lenteng

genika se ngoros betok-betok. (41)

Peneliti : Enggi kalangkong ampon abhento kaule delem

ajeweb pertanyaan se ampon lastare kaule tanyaagi

manabi bede data se korang kaule abelie pole a

wawancara. (42)

Responden 3 : Enggi pak (43)

Responden 4

Peneliti : Assalamualikum Wr.Wb. (1)

Responden 4 : Waalaikumsalam Wr.Wb. (2)

Peneliti : Nika sareng keluargana rofik. (3)

Responden 4 : Enggi (4)


113

Peneliti : Enggi kaule neka dari universitas wiraraja fakultas il

u kesehtan terro alaksanaagiye penelitian ben

sabelumma kaule ampon konfirmasi sadeje ka

penanggung jawab p2p neka pak subet.. (5)

Responden 4 : Oh enggi bender. (6)

Peneliti : enggi kaule jugen nelfon bapak/ibu salah settong se

menderita panyekek TBCnika ben ampon lastare

agebey perjanjian sabelumm. (7)

Responden 4 : Enggih bende. (8)

Peneliti : Enggi sebelumma kalangkong sajerajena ben

aberri‟sempatan pada saya untuk bisa melakukan

wawancara terhadap bapak.(9)

Responden : Enggi. (10)

Peneliti : Baik buk terimakasih sebelumnya saya akan

menjelaskan tentang wawancara yang akan kita

laksanakan kurang lebih 1 jam atau 60 menit. (11)

Responden 4 : Enggih. (12)

Peneliti : Sebelum malakukan wawancara saya mau minta

persetujuan dengan ibu dengan mengisi lembar

persetujuan menjadi informan. (13)

Responden 4 : Engih. (14)

Peneliti : Enggih matorsakalangkong ampon lastare mengisi

lembar persetujun pas neka bede pertanyaan se lerres

esampaikan ben di jeweb sareng keluaraga. (15)


114

Responden 4 : Enggi bapak. (16)

Peneliti : Apakah Coba ceritakan pengalaman anda selama

ini dalam merawat pasien TB, dalam hal ini keluarga

anda yang terkena penyakit TBC? (17)

Responden 4 : Enggi potra kaule neka beddel se pertama sering

kaloar malem ngakan ben ngenom tidak teraratur

ben susahuntuk asareng ngenom obat de bein

ce‟malarat de polana anak saya teroma polana bede

benyak macemma obat se kodu eonome polana

obatde jeraje. Ben sakonik kobeter terro nagissa ben

cemas sakale. Kaule takok apa napa moso anak

kaule . poalana kaule trauma sareng panyake‟ se

berbahaya. (18)

Penliti : Se ekamaksod neka napa gi panyakek se padena

apa? (19)

Responden 4 : Enggi sabelumma kaule pernah mengalami

panyakek padena kusta parak olle 2tahun

pengobatan delem pengobatan kaule kobeter Iyah

seblumnya saya pernah mengalami penyakit seperti

kusta se parak olle 2 tahun.Delem pengobatan kaule

perak takok anak kaule menjadi sepertisaya kadi

saya sangat kawatir dengan konidisi anak saya. (20)


115

Peneliti : Enggi mander duli epaberese sareng se kobesa ben

lekas beres dan pengobatan jek sampai potos mole

lekkas beres. (21)

Responden 4 : Amin….amin. (22)

Peneliti : Semenja‟ kapan anda tahu bahwa keluarga anda

terkena penyakit TBC? (23)

Responden 4 : Enggi kaule oning de‟ade‟na kan potra kaule mika

beto‟ dereh enggi langsung pas kaule gibe ka

puskesmas. Ben akhirnya setelah itu saya di beri

tahu oleh pak subet dile anak kaule nika ecapok

TBC. (Tampak Cemas ). (24)

Peneliti : Napa se elakoni sareng keluarg ketika keluarga

nika terserangTBC? (25)

Responden 4 : Enggi se padena ampon ejelasagiye. (26)

Peneliti : ;Pasera se apareng oning je‟keluarga se menderita

panyakek TBC(27)

Responden 4 : ENGGI Bapak subet. (28)

Peneliti : Apakah sebelumnya keluarga menderita penyakit

Tb ini? (29)

Responden 4 : E nggih sobeng perak tatangge. Se bede

panyakekna (30)

Peneliti : Sejauh ini apakah keluarga anda rutin minum obat

tuberkulosis?
116

Responden 4 : Enggi saat inni se deddi posing nika potra kaule se

abe‟ta k adek ka kaule je‟dile berres nika aroko‟a

pole ben kaluar malem pole. (Tampak bingung ).

(31)

Peneliti : Napa bede anda ada kesulitan pada saat merawat

keluarga anda yang terkena tuberkulosis? (32)

Responden 4 : Enggi semalarat enggi genika se cengkkal ka reng

tua tepe enggi nyamana potra deddina harus aberri‟

dukungan se kuat sareng anak mole lekas beres. (33)

Peneliti : Dile ecapok panyakek nika puskesmas manakah

yang menjadi anggota keluaraga? (34)

Responden 4 : iyah lenteng. (35)

Peneliti : Baik terimakasih telah membantu saya dalam

menjawab pertanyaan yang sudah saya sampaikan

dan jika nanti adadata yang belum ada saya kan

datang lagi untuk melakukan wawancara (36)

Responden 4 : enggi bapak (37)

Peneliti : Terimaksih. (38)

Responden 4 : Enggi Pade. (39)

Responden 5

Peneliti : Assalamualikum Wr.Wb. (1)

Responden 5 : Waalaikumsalam Wr.Wb., (2)

Peneliti : Neka bengkona keluarga deri bapak narji. (3)

Responden 5 : Enggi lerres sadhaja pasera gi? (4)


117

Peneliti : Neka kaule deri mahasiswa fakultas ilmu kesehatan

Universitas Wiraraja Sumenep entar ka ento

untuk alakoni penelitian, sebaelumma kaule ampon

apareng oning de‟ se nanggung tentang panyaket

nolar TBC. (5)

Responden 5 : Enggi bender tore longgu – longgu. (6)

Peneliti : enggi kaule ampon menghubungi ibuk se deddi

atau salah settong deri anggota keluarga se

menderita panyakek TBC. Ben kaule sabelumma

ampon menghubungin embak malemma ben lastrae

agebey perjanjian.. (7)

Responden 5 : Enggi teppak napa bede se ekaparlo? (8)

Peneliti : Enggi sabelumma kalangkong ampon aberri;

kesempaden sareng kaule untuk bisa anyatanya ka

ebok. (9)

Responden 5 : Enggi eaotre (10)

Peneliti : enggi mbak kalagkong sabelumma kaule neka

marepot mbak ka‟dinto kaule ajelelasagiye tentang

adekande ben wawancara se ejelenina sareng mbak

bektona sekitar 1 jam atau 60 menit. (11)

Responden 5 : Enggi. (12)

Peneliti : seblumma kaule melkukan wawan cara neka mau

minta persetujuan sareng mbak ben ngesseka

formulir persetujuan nekah. (13)


118

Responden 5 : Enggi. (14)

Peneliti : Baik mbak sakalangkong eyatore mangken

ngesse‟e lem beren persetujuan neka ben mon mare

mau mengajukan beberapa pertanyaan ben mbak

bisa ajewebbe. (15)

Responden 5 : Enggi pak (16)

Peneliti : Napa empean bisa araeta pengalaman arabet

keluarga se menderita panyaket TB, dalam hal ini

keluarga anda yang terkena penyakit TBC? (17)

Responden 5 : Ceritanya begini pak saudara saya ini adalah tipe

kerja yang sangat luar biasa sekali pengalaman yang

banyak sudah saudara yang lakukan ini dia pulang

ke sumenep Madura karena kondisi nya yang saat ini

kurang baik. Setelah pulang dan bebera berada di

sumenp saudara saya pergi ke puskesmas untuk cek

kondisi penyakitnya dan akhirnya ternyata saudara

saya terkena penyakit batuk – batuk pak kata pak

subet ini kena TBC jadi sekrang dia tidak bisa

bekerja dan tidur terus di rumah biaasanya orang ini

sering. (18)

Peneliti : Sejak kapan anda tahu bahwa keluarga anda

terkena penyakit TBC? (19)

Responden 5 : Sejak saudara saya bawa ke puskesmas. (20)


119

Peneliti : Apa yang anda lakukan setelah anda mengetahui

keluarga anda terkena penyakit TBC. (21)

Responden 5 : Langsung saya bawa ke puskesmas karena

pertimbangan dari saudara saya makanya saya

langsung bawa dia ke puskesmas. (22)

Peneliti : Siapa yang pertama kali memberi tahu bahwa

keluarga menderita TBC? (22)

Responden 5 : Saudara saya sendiri baru selesai itu saya yang di

beritahu oleh saudara saya. (23)

Peneliti : Apakah sebelumnya keluarga menderita penyakit

Tb ini? (24)

Responden 5 : Belum pernah terjadi paada keluarga hanya saudara

saya yang terkena. (24)

Peneliti : Sejauh ini apakah keluarga anda rutin minum obat

tuberkulosis? (25)

Responden 5 : Untuk pengobatan Alhamdulillah saudara saya bisa

melakukan denga baik yaitu minum obat yang

diberikan oleh pak subet. (26)

Peneliti : Apakah anda ada kesulitan pada saat merawat

keluarga anda yang terkena tuberkulosis? (27)

Responden 5 : Alhamdulillah sampai saat ini belum ada yang bisa

di kawatirkan karena selalu saya berikan dukungan

keluarga dapat membuat saudara saya semngat

dalam menjalni penyakit yang di deritanya. (28)


120

Peneliti : Pada saat mengalami penyakit tuberkulosis paru

puskesmas manakah yang menjadi anggota

keluaraga? (29)

Responden 5 : pertama ini di bawa ke rumah sakit setelah itu baru

di bawa ke puskesmas lenteng. (30)

Peneliti : Baik terimakasih telah membantu saya dalam

menjawab pertanyaan yang sudah saya sampaikan

dan jika nanti adadata yang belum ada saya kan

datang lagi untuk melakukan wawancara. (30)

Responden 5 : Baik bapak. (31)

Responden 6

Peneliti : Assalamualikum Wr.Wb. (1)

Responden 6 : Waalaikumsalam Wr.Wb. (2)

Peneliti : Apakah benar ini dengan ibu/bapak dari keluarga.

(3)

Responden 6 : Iyah benar dengan siapa. (4)

Peneliti : Perkenalkan saya dari mahasiswa fakultas ilmu

kesehatan Universitas Wiraraja Sumenep mau

melakukan penelitian, dan sebelumnya saya sudah

konfirmasi kepada penanggung jawab p2p penyakit

menular TBC. (5)

Responden 6 : Oh iya benar salah satu keluarga saya ada yang

memang menderita penykit batuk – batuk dan sering


121

ke pak subet untuk mengambil obat dan konsultasi

masalah penykit TBC ini. (6)

Peneliti : Iya saya juga yang menghubungin bapak/ibu salah

satu anggota keluarga penderita TBC dan saya juga

yang sebelumnya menghubungin bapak tadi malam

dan sudah membuat perjanjia. (7)

Responden 6 : iyah benar sekali mungkin ada yang bisa saya

bantu dik. (8)

Peneliti : Baik sebelumnya terimakasih sudah memberikan

kesempatan pada saya untuk bisa melakukan

wawancara terhadap ibu. (9)

Responden 6 : Baik silahkan. (10)

Peneliti : Baik ibu terimakasih sebelumnya saya akan

menjelaskan tentang wawancara yang akan kita

laksanakan kurang lebih 1 jam atau 60 menit. (11)

Responden 6 : Baik dik silahkan. (12)

Peneliti : Sebelum malakukan wawancara saya mau minta

persetujuan dengan bapak dengan mengisi lembar

persetujuan menjadi informan. (13)

Responden 6 : Baik dik silahkan. (14)

Peneliti : Baik ibu Terimakasih sudah mengisi persetujuan

tersebut dan setelah ini saya akan mengajukan

beberapa pertanyaan dan ibu bisa menjawabnya.

(15)
122

Responden 6 : Baik dik. (16)

Peneliti : Coba ceritakan pengalaman anda selama ini dalam

merawat pasien TB, dalam hal ini keluarga anda

yang terkena penyakit TBC? (17)

Responden 6 : Pengalaman saya pada saat merawat kelurga saya

atau baapak saya ya itu banyak sekali sekali cerita

yang di alami saya pada saat merawat bapak saya.

Mulai dari peran keluarga, dukungan keluarga

kecemasan dan kenehan yang ada dan terjadi di

kenyataan nyata ini. Dukungan keluarga sangat saya

selalu tanam kan kepada keluarga saya walaupun

saya sendiri dan suami saya pergi untuk kerja jauh di

luar negeri sana. (18)

Peneliti : Dan yang menjadi ke anehan disini itu speti apa

ibu? (19)

Responden 6 : Seperti ya aneh pokoknya yaitu kan bapak saya itu

terkena penyakit TBC saat ini bapak saya kalua ke

kamar mandi atau ke depan halaman itu masih bisa

berjalan dan saat ketika ada yang aneh kondisi bapak

bapak saya dropp dan tidak bisa berjalan setelah

beberapa hari bisa berjala dan kejadian aneh tidak

terjadi. (20)

Peneliti : contohnya apa yang terjadi pada keluaraga? (21)


123

Responden 6 : Pada saat bapak saya mendengar orang meninggal

biaasanya bapak saya penyakitnya kambuh dan tidak

bisa berjalan seperti biasanya. (22)

Peneliti : Apakah keluarga tidak kawatir dengan apa yang

terjadi pada bapak ? (23)

Responden 6 : Saya sangat cemassekali dengan itu semua karena

juga saya hanya berdua dengan anak saya. (24)

Peneliti : Sejak kapan anda tahu bahwa keluarga anda

terkena penyakit TBC? (25)

Responden 6 : Saat Bapak saya batuk dan langsung di bawa ke

puskesma. (26)

Peneliti : Apa yang anda lakukan setelah anda mengetahui

keluarga anda terkena penyakit TBC. (27)

Responden 6 : Saya menelfon suami saya dan setelah itu langsung

saya membawa bapak saya ke puskesmas lenteng.

(28)

Peneliti : Siapa yang pertama kali memberi tahu bahwa

keluarga menderita TBC? (29)

Responden 6 : Yang pertama kali ya saya karena saya hanya

tinggal bersama bapak saya dan anak saya. (30)

Peneliti : Apakah sebelumnya keluarga menderita penyakit

Tb ini? (31)

Responden 6 : belum pernah sama sekali dan hanya tetangga yang

saya tahu. (32)


124

Peneliti : Sejauh ini apakah keluarga anda rutin minum obat

tuberkulosis? (33)

Responden 6 : Untuk obat bapak saya tidak pernah putus obat.

(34)

Peneliti : Apakah anda ada kesulitan pada saat merawat

keluarga anda yang terkena tuberkulosis? (35)

Responden 6 : Tidak ada kesulitan hana saja jarak untuk embawa

bapak saya yang susah. (36)

Peneliti : Pada saat mengalami penyakit tuberkulosis paru

puskesmas manakah yang menjadi anggota

keluaraga? (37)

Responden 6 : Puskesmas lenteng karena banyak yang sudah

sembuh. (38)

Peneliti : Baik terimakasih telah membantu saya dalam

menjawab pertanyaan yang sudah saya sampaikan

dan jika nanti adadata yang belum ada saya kan

datang lagi untuk melakukan wawancara (39)

Responden 6 : Baik bapak (40)

Responden 7

Peneliti : Assalamualikum Wr.Wb. (1)

Responden 7 : Waalaikumsalam Wr.Wb. (2)

Peneliti : Napa Neka bender compokna bapak. (3)

Responden 7 : Iyah benar (4)


125

Peneliti : Enggi kaule neka dari universitas wiraraja fakultas

ilmu kesehtan terro alaksanaagiye penelitian ben

sabelumma kaule ampon konfirmasi sadeje ka

penanggung jawab p2p neka pak subet. (5)

Responden 7 : oh enggi bender kaule neka andik salah sittong

keluarga se menderita panyakek bato‟ caepon oreng

kaennje penyaket TBC.Ben sareng ngalak obat ka

pak subet. (6)

Peneliti : enggi kaule jugen nelfon bapak/ibu salah settong se

menderita panyekek TBCnika ben ampon lastare

agebey perjanjian sabelumma. (7)

Responden 7 : enggi bender mungkin bede se bisa ebento?pak. (8)

Peneliti : enggi sebelumnya terimakasih sudah memberikan

kesempatan pada saya untuk bisa melakukan

wawancara terhadap bapak. (9)

Responden 7 : enggi eaotore (10)

Peneliti : enggi bapak matorsakalangkong sabelumma

wawan cara neka mau dilakukan elaksanagiye

korang lebih 1 jem atau 60 menit. (11)

Responden 7 : Enggi. (12)

Peneliti : Sabelumma kaule melakukan wawancaraa neka

kaule minta persetujuan sopaje bisa ngesse‟e lembar

persetujuan se amponesiap agi. (13)

Responden 7 : Enggi.(14)
126

Peneliti : Enggi mator sakalangkong ampon lastare ngessek e

lembar persetujuan nika ben lastare nika kaule

anya‟tanya‟ a tentang sputar anggota keluarga saat

arebet oreng se songkan nika ben ibu bisa ajeweb.

(15)

Responden 7 : Enggi bapak. (16)

Peneliti : Coba sampean ceritakan pengalaman sampean

Selma arabet salah sittong keluarga se terkena

penyakit TBC nika.delem hal sampean se melakukan

hal tersebut.? (17)

Responden 7 : enggi biasa bein kaule arabet suami saya suami

saya. (18)

Peneliti : Bile se keluarga tao jek keluarga anada menderita

panyekek TBC? (19)

Responden 7 : Enggi kaule oning lake kaule kena TBC dile saat

suami saya epareng oning sareng pak subet.(20)

Peneliti : Napa se ampon elakoni ampon ngatao e je‟

keluarga terkena penyakit TBC. (21)

Responden 7 : Enggi kaule langsung membawa neka ka

puskesmas. (22)

Peneliti : sapa se apareng oning jek keluarga ,enderita

penyakittbc. Nika? (23)

Responden 7 : Enggi puskesmas. (24)


127

Peneliti : Napa sabelumma keluarga sobung se menderita

panyake‟ nika..(25)

Responden 7 : Enggi sobung perak suami saja. (26)

Peneliti : Sajeuh nika napa keluarga rutin meminumkan

obatde? (27)

Responden 7 : Enggi mon masalah obat rutin polanatak olle potos.

(28)

Peneliti : Apakah anda ada kesulitan pada saat merawat

keluarga anda yang terkena tuberkulosis? (29)

Responden 7 : enten sobung Alhamdulillah perak padena

peralatan ngakan, ngenom, ben pakakas se laenna

kodu epapesa sareng keluarga. Ben kadeng arassa

weswes dile nga‟genika. (30)

Peneliti : Padena Pada saat mengalami penyakit tuberkulosis

paru puskesmas manakah yang menjadi anggota

keluaraga? (31)

Responden 7 : Puskesmas enggi poalana benyak se aobet ka

kassa‟berres. (32)

Peneliti : Enggi kalangkoh ampon abento kaue dalam

menjawab kakbbinna pertanyaan yangampon ejeweb

sareng keluarga ben deggik ebudi are bede

kekurangan nyoon sapora kaule minta tolong sopaje

bisa melkukan wawancra pole sareng keluarga. (33)

Responden 7 : Baik bapak (34)


128

Responden 8

Peneliti : Assalamualikum Wr.Wb. (1)

Responden 8 : Waalaikumsalam Wr.Wb. (2)

Peneliti : Apakah benar ini dengan ibu dari keluarg. (3)

Responden 8 : Iyah benar dengan siapa. (4)

Peneliti : Perkenalkan saya dari mahasiswa fakultas ilmu

kesehatan Universitas Wiraraja Sumenep mau

melakukan penelitian, dan sebelumnya saya sudah

konfirmasi kepada penanggung jawab p2p penyakit

menular TBC. (5)

Responden 8 : Oh iya benar salah satu keluarga saya ada yang

memang menderita penykit batuk – batuk dan sering

ke pak subet untuk mengambil obat dan konsultasi

masalah penykit TBC ini. (6)

Peneliti : Iya saya juga yang menghubungin bapak/ibu salah

satu anggota keluarga penderita TBC dan saya juga

yang sebelumnya menghubungin bapak tadi malam

dan sudah membuat perjanjian. (7)

Responden 8 : iyah benar sekali mungkin ada yang bisa saya

bantu pak (8)

Peneliti : Baik sebelumnya terimakasih sudah memberikan

kesempatan pada saya untuk bisa melakukan

wawancara terhadap bapak.(9)

Responden 8 : Baik silahkan. (10)


129

Peneliti : Baik bapak terimakasih sebelumnya saya akan

menjelaskan tentang wawancara yang akan kita

laksanakan kurang lebih 1 jam atau 60 menit. (11)

Responden 8 : Baik. (12)

Peneliti : Sebelum malakukan wawancara saya mau minta

persetujuan dengan bapak dengan mengisi lembar

persetujuan menjadi informan. (13)

Responden 8 : Baik. (14)

Peneliti : Baik bapak Terimakasih sudah mengisi persetujuan

tersebut dan setelah ini saya akan mengajukan

beberapa pertanyaan dan bapak bisa menjawabnya.

(15)

Responden 8 : Baik bapak. (16)

Peneliti : Coba ceritakan pengalaman anda selama ini dalam

merawat pasien TB, dalam hal ini keluarga anda

yang terkena penyakit TBC? (17)

Responden 8 : pertama saya tidak tahu bahwa sumi saya terkena

penyakit tb ini dan yang hanya hanya tahu bapak

batuk – batuk saja.pengalaman nya nya itu saja tidak

ada yang lain merawat saja dengan ikhlas sudah

cukup dan yakin kepada allah s.w.t. (18)

Peneliti : Sejak kapan anda tahu bahwa keluarga anda

terkena penyakit TBC? (19)


130

Responden 8 : Sejak suami saya di bawa ke puskesmas dan

dinyatakan oleh pak subet.(20)

Peneliti : Berarti belu tahu penyakit TBC seperti apa? (21)

Responden 8 : Iya saya belum tahu penyakit itu. (22)

Peneliti : Apa yang anda lakukan setelah anda mengetahui

keluarga anda terkena penyakit TBC. (23)

Responden 8 : iya saya langsung membawanya ke puskesmas

untuk di lakukan pemeriksaan. (24)

Peneliti : Siapa yang pertama kali memberi tahu bahwa

keluarga menderita TBC? (25)

Responden 8 : Yang pertama kali mengetahui iyah saya sendiri

karena segala informasi nya di berikan tahu kepada

saya. (26)

Peneliti : Apakah sebelumnya keluarga menderita penyakit

Tb ini? (27)

Responden 8 : Belum pernah ada yang terkena. (28)

Peneliti : Berarti hanya bapak saja yang terkena(29)

Responden 8 : iyah. (30)

Peneliti : Sejauh ini apakah keluarga anda rutin minum obat

tuberkulosis? (31)

Responden 8 : Untuk obatnya bapak rutin meminumnya dan ada

semngat untuk sembuh karena saya sering beri

semngat hidup yang lebih baik karena jika tidak ada

siapa lagi yang merawat suami saya. (32)


131

Peneliti : Bagus sekali ibu mau mengerti bahwasanya

keluarga juga memerlukan peran dan dukungan

keluarga. (33)

Responden 8 : iyah pak benar sekali itu paling utama. (34)

Peneliti : Apakah anda ada kesulitan pada saat merawat

keluarga anda yang terkena tuberkulosis? (35)

Responden 8 : Untuk Kesulitan itu tidak ada hanya saja saya

sedikit takut dan cemas ketika kambuh penyakit

suami saya. (36)

Peneliti : Pada saat mengalami penyakit tuberkulosis paru

puskesmas manakah yang menjadi anggota

keluaraga? (37)

Responden 8 : Iyah puskesmas lenteng (38)

Peneliti : Baik terimakasih telah membantu saya dalam

menjawab pertanyaan yang sudah saya sampaikan

dan jika nanti adadata yang belum ada saya kan

datang lagi untuk melakukan wawancara.(39)

Responden 8 : Baik bapak .(40)

Responden 9

Peneliti : Assalamualikum Wr.Wb. (1)

Responden 9 : Waalaikumsalam Wr.Wb. (2)

Peneliti : panapa bhender panèka kalabân ibu/bapak dâri

keluarga. 3

Responden 9 : engghi bhender kalabân sèrah. 4


132

Peneliti : Perkenalkan abdhina dâri mahasiswa fakultas

Kesehatan Universitas Wiraraja songennep poron

alakoni penelitian, sareng sabellum epon abdhina

lastarè konfirmasi dhâ' tangghung jâwâb p2p lalaran

nolar TBC. (5)

Responden 9 : Oh engghi bhender sala sittung keluarga abdhina

bâdâh sè lakar menderita penykit bâto' ? bâto' sareng

serrèng dâ' pak subet untuk mondhut ma'jun sareng

konsultasi masalah penykit TBC panèka. (6)

Peneliti : engghi abdhina jhughân sè menghubungin

bapak/ibu sala settong anggota keluarga penderita

TBC sareng abdhina jhughân sè ghita'

menghubungin bhâpa' ghellek malem sareng lastarè

aghâbây pajhânjhian. (7)

Responden 9 : Engghi bhender mungkin bâdâh sè bhisa abdhina

bhântoh pak.(8)

Peneliti : lerres sabellumma sakalangkong lastarè aparèng

kasempadhan ka abdhina untuk bhisa ngalakoni

wawancara mongghu bhâpa'. (9)

Responden 9 : lerres silahkan. (10)

Peneliti : lerres bhâpa' kalangkong sabellumma abdhina

bhâdhih jellas tentang wawancara sè bhâdhih

abdhina sareng ca-kanca laksanaaghi korang

langkong 1 ejjhâm otabâ 60 mennèt. (11)


133

Responden 9 : lerres. (12)

Peneliti : sabellum malakukan wawancara abdhina poron

parsatojhuan kalabân bhâpa' kalabân èangsel lambâr

parsatojhuan adhâddhih informan. 13

Responden 9 : lerres. (14)

Peneliti : Lerress bhâpa' Terimakasih lastarè èangsel

parsathujuan kasebbhut sareng saampon panèka

abdhina bhâdhih mengajukan brâmpan petanyah

sareng bhâpa' bhisa jâwâb. (15)

Responden 9 : lerres bhâpa'. (16)

Peneliti : coba' cerètaaghi pangalaman panjennengan saabit

panèka dhâlem arabâdhi pasien TB, dhâlem hal

panèka keluarga panjennengan sè capo' lalaran

TBC? (17)

Responden 9 : Pertamana abdhina panèka ghita' toman megalami

bâto' bâto' sè cè' sanget, sareng kaluar dârâ. ka'ruwah

sakolah è pemekkasân samarena ghâpanèkah

bhubhâr dâri pemekkasân bâto' bâto' ste ghâpanèkah

ka'ruwah abdhina bhâktah dâ' puskesmas karea

abdhina mènangka orèng seppo cè' cemas bhâdhih

kondisi kesehtan ana' abdhina. ana' abdhina

alhamdulillah ta' bheller dhâddhih samandhâjâh sè

abdhina amaraghi untuk ngènom ma'jun ghâpanèkah

ank abdhina ngènom tampa nolak . (18)


134

Peneliti : sajjhek bilâ anda mèyarsa bahwa keluarga anda

capo' lalaran TBC? (19)

Responden 9 : sajjhek ana' abdhina bhubhâr dâri lakoh sareng set

ghâpanèkah è bhâktah dâ' puskesmas lalu è parèng

mèyarsa sareng pak subet capo' tb paru. (20)

Peneliti : panapa sè panjennengan pajuhaghi saampon anda

mèyarsa keluarga anda capo' lalaran TBC. (21)

Responden 9 : abdhina terkas abhakta ke puskesmas. (22)

Peneliti : sèrah sè pertama kalè aparèng mèyarsa bahwa

keluarga menderita TBC?(23)

Responden 9 : pak subet sè apareng oneng abdhina. (24)

Peneliti : panapa ghita' keluarga menderita lalaran Tb

panèka? (25)

Responden 9 : ghita' toman bâdâh sè capo'. (26)

Peneliti : Sejauh panèka panapa keluarga panjennengan

parutin ngènom ma'jun tuberkulosis? (27)

Responden 9 : abdhina rutin mangènomaghi ma'jun dhâ' ana'

abdhina serrèna na' abdhina nurut kalabân abdhina.

28

Peneliti : panapa panjennengan bâdâh kakèbuan ka bâjâ

ngrabâdhi keluarga panjennengan sè capo'

tuberkulosis? (29)
135

Responden 9 : ta' bâdâh kamalaradhan serrèna abdhina manè

memotivasi ana' abdhina makle bhisa samangat

bhlâbân lalaran sè è derita. (30)

Peneliti : ka bâjâ tèbâs lalaran tuberkulosis paru puskesmas

ka'dimma sè adhâddhih sakeluaraga? (31)

Responden 9 : engghi puskesmas lenteng. 32

Peneliti : bhâgus sakalangkong la abhântoh abdhina dhâlem

ajâwâb petanyah sè lastarè abdhina dhâghâaghi

sareng kelamon mangkèn badha data sè ghita' bâdâh

abdhina dâpa' agghi' ghabay alakoni wawancara

Responden 9 : lerres bhâpa'. (33)


136

Lampiran 6

HASIL WAWACARA PETUGAS KESEHATAN

Peneliti : Assalamualikum wr.wb

Nakes P2P : Waalikumsalam wr.wb Bagaimana dengan


kesimpulan yang di dapatkan selama melakukan
penelitian terhadap keluarga?

Peneliti : Kesimpulan nya kan saya anggota keluaraga pak


jadi lebih ke pengalaman bagaimana mereka
merwatnya ternyata sudah dapat beberapa tema
nanti yang masukan dalam hasil penelitian ini pak.

Nakes P2P : oh seperti itu?

Peneliti : iyah pak, seperti dukungan keluarga, peran


keluarga, prsepsi, kecemasan anggota keluarga
bermacam – macam ternyata fariasi pak dan juga
sempat keluarga menyampaikan tentang kader –
kader pak subet yang menyampaikan tentang TB ini
yang sangat berfariasi dalam menyampaikan nya.
Dan juga masih belum ada yang tahu tentang t bras
cemas ketakutan dain lain sbaginyaitu banyak di
sampaikan oleh beberapakeluarga bapak ada yang
kita harus pasrah dan lain sebgainya.

Nakes P2P : olah begitu pengamlaman yang di sampaikan


informan atau stigma mereka.

Peneliti : Ada juga pertama yang tertutup kepada kita ketika


kita bilang pak subet baru keluarga terbuka dengan
kita.

Nakes P2P : yah begitu mungkin karena merka baru kenal


makanya mereka seperti itu.

Peneliti : kita cerita bagaimana keluh kesah yang di alami


oleh keluarga pada saat merawat salah satu angoota
keluarganya yang sedang sakit dan bercerita tentang
penobatan pengobatan yang diajlani oleh keluarga.
Di sini saya ingin bertanya Tanya sama pak subet
karena saya juga ada wawancara bersama nakes
yang betanggung jawab atas penyakit TBC ini.
137

Nakes P2P : oke oke silahakan

Peneliti : bagaimana pengalaman pak subet pada saat datang


keluarga respon bagaimana dan awalnya gitu pak?

Nakes P2P : pas saya pertama kali , mereka senang malahjadi


mreka mengharapkan saya dating jadi ketika saya
pak saya mau kesana oh saya tunggu sya tunggu yah
pak.

Peneliti : Tapi dari beberapa sekian kasus yang banyak yang


di datengi oleh pak subet itu ada tidak yang takut
atau merasa cemas ketika di datengi oleh paksubet
atau kader – kadernya?

Nakes P2P : alhadulillah selama ini belum pernah. Jadi mereka


lebih senang jika kita datang kerumah rumah
mereka. Apa kadang kadang saya dating sediri ke
tempat mereka tampa kader- kader.

Peneliti : disana juga kadang ada peran keluarga dukungan


keluaraga yang saya dapatkan dari hasil awancara
bersama keluarga bagaimana motivasi bapak untuk
meningkatkan peran dan dukungan keluarga yang
msing msiang informan lakukan?

Nakes P2P : pengalaman saya adalah ketika kita melakukan


atau memebrikan informasi iyah biaa yang kita
lakukan kita berikan penyulihan penyuluhan tentang
penyakit ini terhadap keluarga dan bagaimana cara
kelarga mengahadi kelurga yang menderita penyakit
tersbut lebih menguatkan keluaraga dan juga kita
memelihi keluarga yang memang siap kami jadikan
PMO dalam menagtai masalah pengobatan yang
harus dilakukan oleh keluarga.

Peneliti : seperti itu bapak?

Nakes P2P : iyah ded kadang – kadang juga banayak sekali


keluarga yang sedikit nakal atau juga keluarga yang
samnagat dalam menjalan kan pengobatan dalam
merawat anggota keluarganya yang sedang sakit.
Dan itu pun juga banyak sekalai gejala - gejala yang
berbedaatau di rasakan oleh keluaraga mulai dari
sesak nafas dan lain sebagaina karena setiap orang
138

memiliki system imun yang berbeda bed dan tidak


sama sehingga juga ada yang berheni pengobatan
karean tidak kuat dan lain lainya.

Peneliti : apakah selama ini penyuluahn tentang tb sudah


dilakuakan oleh bapak sendiri atau kader – kadernya
? soalnya bapak ata beberapa keluarga yang masih
belum tahu tengang penyakit inibapak.

Nakes P2P : ee kumungkianan kita belum datengin atau yang


kamu datengin belum lakukan indeks kasus
kemunhkianan dia belum di ika.

Peneliti : tentang prsepsi keluarga tentang penyakit ini?

Nakes P2P : iyah untuk persepsi mereka yah berbeda beda


tentang penyakit ini dan lain sebaginya seperti
contoh saya suruh melakuka tes dahak utnuk
mengetahuinya akan tetapi ada alasan alasan
keluarga yang menghindar karena dahak nay atidak
keluarr lah, tetapi kita tetap berkan penegertian itu
kan 1 sampai2 hari.

Peneliti : bagaimana peran bapak atau kader tentang kelurgs


yang merawat anggota keluarganya?

Nakes P2P : Oh Kalua Saya Keluarga Alahamdulillah Baik


Dalam Melakukan Perawatantentang Tb .
Alhamdulillah juga saya cariyang sduah fighter atau
sudah luar biaasa kadang kita samapai malem dan
lain sebagaunya untuk kesembuahan para penderita
karena kita kan setia hari target 6 sampel tiap hari
tapi pihak rumah sakit tidak karena terlalu banyak
dulu.

Peneliti : Bagaiamana Dengan Apd Pada Saat Dating


Kepada Keluarga?

Nakes P2P : iyah saya datang saja kepada keluarga dan juga
keluaga tidak takut dengan beberapa penyampain
yang di sampaikan oleh keluarga supaya keluarga
tahu ahwasannya penyzkit ini menular.
139

Peneliti : pak saya mau bertanya bagaimana penlaman bapak


sebagai kader p2p yang menangi penyakit menular
ini ?

Nakes P2P : penalaman saya ada 2 yaitu pengalama positif dan


pengalama negative saya mulai dari yang positif
dulu yah.

Peneliti : baik pak.

Nakes P2P : postifnya yah jadi saya jadi bangga dengan mereka
ketika menjalani pengobatan selama 6 bulan dan di
nyatakan sembuh. Dengan apa dengan
pemerikasaan itu apa ee dahak saya itu bangga
dengan itu senang lah apanya ambil obat mereka
nagsih obat sama mereka yang senang lah. Jadi
kalua jauh dekat huajan dan lain sebgainya tetap
kita jalani itu puas jadiwalaupun tidak da dana
seperti itu yah gpp dan gakmaslah buat saya.
Alhamdulillah setelah 6 bulan pengobatan yang
sudah saya bantu bisa bekerja mencarinafkah lagi
bagi keluarag.

Peneliti : begitu iyah pak

Nakes P2P : iyah sepeti itu ded

Peneliti : kalua dari penalaman negatifnya pak?

Nakes P2P : iyah kalua bicara pengalaman yang tidak


menegenakan adalah kalua mereka minum untuk
menolak minum obat jadi ada pasein itu tb tapi dia
tidak mau nah itu yang sedikit bikin pusing saya ee
saya mencoba bebrepa cara yah saya bilang ini
penykit menular kalua tidak di obati dalam jangka
waktu 5 tahun kan bisa meninggal jadi seperti it
uterus bisa menular ke ktetengga keluarga tatapi
memang meraka tidak bisa terus saya coba batuan
kedua yaitu rt yang ada di lingkup tersebut kalau
memang udha mentok saya berikann surat
penolakan terhadap ini.saya udah katakana ini gratis
selama 6 bulan masih ngotot tidak mau.
140

Peneliti : jadi kalua memang sudah mentok tidak mau


melakukan itu semunya langsung di berikan
penolakan pak ?

Nakes P2P : iyah langsung buat apa coba ayo?

Peneliti : baik bapak.

Nakes P2P : saya lakukan apa saja yang bisa saya lakukan
dengan kader – kader saya untuk melakukan dan
mengatasi penyakit menular ini.

Peneliti : jadi semua informasi yang diberikan oleh bapak


dan kader sudah disampaikan smunya pada anggota
kelurga?

Nakes P2P : iyah saya berkin semunaya 24 jam saya ladenin


sampai saya kasih langsung saja memebreikan
informasi dan nomertefon saya segala informasi
memang saya berikan langsung kepada keluarga.

Peneliti : baik bapak terimaksih sudah mmebangu saya


dalam menjawab penelitia ini dan bapak sebagai
informan kunci dalam membatu meluruskan
penyampaian yang telah disamapaikan informan
terimaksih bapak atas kerjasamna selama penelitian
ini.

Nakes P2P : baik sama – smaa


141

Lampiran 7

LEMBAR HASIL OBSERVASI

STUDI KUALITATIF PENGALAMAN SEBUAH ANGGOTA


KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN TUBERCOLOSIS
PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LENTENG
KABUPATEN SUMENEP

No Responden : 1 Jenis Kelamin : Perempuan


Nama Responden : Halimatus Sa‟diyah Usia : 26 Tahun
Hubungan Dengan Keluarga : Anak Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Keluarga memiliki hubungan yang baik dengan keluarga saat ini sedang merawat
orang tuanya tersebut. Keluarga mampu melakukan pencegahan serta pengobatan
secara rutin yang sering dilakukan oleh keluarga tersebut, serta keluarga tersebut
dapat menguatkan peran keluarga dalam merawat salah sat anggota keluarga yang
sedang sakit. Dalam hal ini adapun tingkat kecemasan yang dirasakan oleh
keluarga pada saat merawat orang tuanya dan juga dalam hal iin anak
berpenampilan baik, rapih, sopan dan memiliki keyakinan untuk sembuh.
No Responden : 2 Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Responden : Adsatun Usia : 24 Tahun
Hubungan Dengan Keluarga : Istri Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Respnden merupakan istri dari penderita yang menjadi PMO atau yang merawat
salah satu keluarganya yang saat ini menderita TBC istri atau keluarga murah
senyum, serta berkomunikasi dengan orang baru dikenal. Keluarga memiliki
mekanisme koping yang kuat untuk mempertahankan keluarganya untuk bisa
segera sembuh, seperti keluarga tanggap dalam pemberian obat kepada penderita.
Keluarga ini memiliki persepsi/ tentang pengertian TBC ini. Keluarga agak
tampak sedikit gelisah pada saat merawat dan juga kurang terbuka dengan
masyarakat tentang pengertiannya yang dialami oleh keluarga.
142

No Responden : 3 Jenis Kelamin : Laki-laki


Nama Responden : Uus Usia : 21 Tahun
Hubungan Dengan Keluarga : Anak Pekerjaan : Wiraswasta
Keluarga merupakan kehidupan yang ada untuk keluarga, responden merupakan
anak yang baik, aktif, cerita dan mudah tersenyum, memiliki hubungan yang baik
dengan keluarga, baik dengan tetangga maupun masyarakat di lingkungan
rumahnya. Anak memiliki tanggung jawab yang tinggi pada saat merawat
keluarganya ketika mengalami sakit. Serta keluarga mempunyai kemampuan
untuk mengatasi stress yang dialami oleh keluarga.
No Responden : 4 Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Responden : Waqi‟ah Usia : 41 Tahun
Hubungan Dengan Keluarga : Orang tua Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Keluarga ini memiliki hubungan yang manis ketika sedang merawat anaknya yang
sedang menderita penyakit TBC ini. Keluarga mempersepsikan tentang TBC ini
berdasarkan pengalaman yang pernah terjadi pada dirinya sendiri pada saat
menderita penyakit yang sama, keluarga memiliki perhatin yang sangat luar biasa
terhadap anaknya dan sering mendukung anaknya. Keluarga melakukan
perawatan terhadap anaknya tersebut sehingga fungsi keluarga akan tetap
berjalan. Kesuksesan keluarga mengatasi stress ini yang dirasakan anaknya
keluarga mampu mengatasinya, karena memiliki kepercayaan tinggi untuk
anaknya.
143

No Responden : 5 Jenis Kelamin : Perempuan


Nama Responden : Nuraini Usia : 27 Tahun
Hubungan Dengan Keluarga: Saudara Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Responden merupakan saudara penderita yang memiliki kekuatan dukungan
keluarga dan peran keluarga yang sangat luar biasa, serta memiliki dan mampu
memahami sebuah pesan dan lebih tanggap pada saat penderita membutuhkan
keluarganya yang saat ini sedang menderita penyakit ini. Serta dukungan tidak
mudah tersinggung pada saat merawat salah satu anggota keluarganya yang
menderita penyakit ini. Keluarga memiliki kekuatan yang sangat luar biasa dalam
memberikan obat-obatan yang harus dikonsumsi oleh penderita sehingga
penderita lebih kuat lagi dalam mengahadapi masalah yang terjadi pada dirinya.
No Responden : 6 Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Responden : Nelly Sittiani Usia : 2 Tahun
Hubungan Dengan Keluarga: Anak Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Keluarga ini memiliki tingkat atau respon yang baik pada saat merawat salah satu
anggota keluarganya yang sedang mendera penyakit TBC ini. Peran dan
dukungan keluarga, motivasi keluarga selalu diberikan. Keluarga memiliki
persepsi yang juga sangat kuat tentang penyakit yang saat ini dialami oleh
keluarga. Keluarga juga merasakan sedikit cemas akan kondisi keluarganya serta
memiliki perhatian yang sangat luar biasa dalam pengobatan atau pemberian obat
TBC selama 6 bulan.
144

No Responden : 7 Jenis Kelamin : Perempuan


Nama Responden : Sutikah Usia : 35 Tahun
Hubungan Dengan Keluarg Istria: Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Keluarga selalu memberiakan dukungan-dukungan terhadap salah satu anggota
keluarganya yang saat ini menderita atau mengalami masa sakit, dimana keluarga
tidak memeberitahukan sang suami dalam hal kebutuhan yang harus dilakukan
oleh sang istri. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan serta penerimaan
keluarga memandang bahwa orang yang bersiat mendukung selain siap
memberikan pertolongan dan bantuan terhadap keluarganya.
No Responden : 8 Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Responden : Sittinah Usia : 48 Tahun
Hubungan Dengan Keluarga: Istri Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Keluarga memilikki senyum dan tanggap dalam melakukan atau melaksanakan
tugas dan ungsinya sebagai keluargayang terdekat. Keluarga tidak terlalu khawatir
dengan kondisi keluarganya yang saat ini sedang sakit. Tanpa banyak bicara
keluarga tanggap dengan apa yang harus dilakukan oleh keluarga. Keluarga
sedikit memiliki kecemasan yang rendah namun keluarga sedikit agak khawatir
dengan masalah penyakit yang dialami keluarga. Namun ketika ada keluarga yang
bertanya dengan penyakitnya terbuka, sehingga keluarga mampu
mempertahankan stresornya.
No Responden : 9 Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Responden : Halimatus Sa‟diyah Usia : 34 Tahun
Hubungan Dengan Keluarga: Orang Tua Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Orang tua atau keluarga yang memiliki salah satu anggota keluarga yang sakit
memiliki hubungan yang rukun dan baik-baik saja. Keluarga rutin memberikan
dukungan terhadap penderita, keluarga sering mengontrol dan menerima kondisi
yang saat ini dialami oleh keluarga yang saat ini sedang sakit. Dukungan keluarga
ini melibatkan ekspresi rasa empati, peduli akan terhadap seseorang sehingga
memberikan perasaan nyaman terhadap keluarga yang sedang sakit saat ini.
Dalam hal ini keluarga selalu memberikan dukungan keluarga seoptimal mungkin
kepada keluarga yang sedang sakit TBC ini.
145

Lampiran 8
146

Lampiran 9
147

Lampiran 10
148
149

Anda mungkin juga menyukai