MATA KULIAH :
KEPERAWATAN KOMUNITAS
Dosen : Ahmil kidding
TINGKAT 3A KEPERAWATAN
OLEH KELOMPOK 1 :
Mitta : 201601071
Aldina : 201601055
Ayu Andira : 201601007
I Wayan Sumado : 201601020
Ramadani : 201601033
Ady Saputra : 201601051
Leady Lawrency Taruangi : 201601068
Moh. Djunaydi kallo : 201601073
Delka Marpiano : 201601010
Siti Nurhaliza.S : 201601039
Airin A.Solodia :201601053
Vira Hamadi : 201601069
Adel Christi Towinangku : 201601049
Agustina Prasetyawati : 201601002
B. EPIDEMIOLOGI
Data WHO (2006) mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk Indonesia
mengalami gangguan jiwa, dimana panik dan cemas adalah gejala paling
ringan (Maramis, 2006). Empat jenis penyakit langsung yang dapat
ditimbulkan yaitu depresi, penggunaan alkohol, gangguan bipolar, dan
skizofrenia (Irmansyah, 2008). Untuk tahun 2008 diperkirakan terjadi
peningkatan morbiditas gangguan jiwa sekitar 50 juta atau 25 persen dari 220
juta penduduk Indonesia yang mengalami gangguan jiwa. Artinya, satu dari
empat penduduk Indonesia mengidap penyakit jiwa dari tingkat paling ringan
sampai berat (Hawari, 2008). Data di atas menunjukkan bahwa peningkatan
morbiditas gangguan jiwa di Indonesia menunjukkan penyebab yang sama
dengan morbiditas dunia dimana depresi menjadi salah satu penyebab yang
harus diwaspadai sebagai pemicu awal terjadinya gangguan jiwa yang lebih
berat.
C. ETIOLOGI
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit mental,
diantaranya:
1. Faktor genetik (keturunan): di dalam keluarga yang mempunyai sejarah
penyakit mental berisiko lebih tinggi dibanding populasi yang tidak ada
sejarah penyakit mental.
2. Gangguan bahan kimia dalam otak: bila bahan kimia dalam otak yang
dikenali sebagai neurotransmitter tidak berfungsi dengan baik gejala
penyakit mental akan muncul. Sebagai contohnya:
a. Schizophrenia: Penghasilan dopamin secara berlebihan
b. Kemurungan: Paras serotonin terlalu rendah
c. Mania: Paras serotonin meningkat secara melampau.
d. Kebimbangan: terdapat gangguan di dalam pengeluaran dan fungsi
noradrenalin.
3. Serangan virus: dalam penelitian ada penyakit akibat virus telah dikaitkan
dengan kemunculan penyakit mental.
4. Sejarah hidup yang getir. Misalnya kehilangan orang tua semasa kecil,
terlalu banyak ejekan dari teman-teman, dibully secara keterlaluan, dll.
5. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah: Faktor kemiskinan, dll.
E. KLASIFIKASI
Penggolongan gangguan jiwa sangatlah beraneka ragam menurut para ahli
berbeda-beda dalam pengelompokannya, menurut Maslim (1994) macam-
macam gangguan jiwa dibedakan menjadi gangguan mental organik dan
simtomatik, skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham, gangguan
suasana perasaan, gangguan neurotik, gangguan somatoform, sindrom
perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik,
Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa, retardasi mental, gangguan
perkembangan psikologis, gangguan perilaku dan emosional dengan onset
masa kanak dan remaja.
a. Skizofrenia
Merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan menimbulkan
disorganisasi personalitas yang terbesar. Skizofrenia juga merupakan
suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu
kala. Meskipun demikian pengetahuan kita tentang sebab-musabab dan
patogenisanya sangat kurang (Maramis, 1994).
Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan realitas,
sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini
secara bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa
timbul serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan
dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan personalitas yang rusak
“cacat”
b. Depresi
Merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk
perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,
kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri
(Kaplan, 1998). Depresi juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk
gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai dengan
kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna,
putus asa dan lain sebagainya (Hawari, 1997). Depresi adalah suatu
perasaan sedih dan yang berhubungan dengan penderitaan. Dapat berupa
serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang
mendalam (Nugroho, 2000). Depresi adalah gangguan patologis terhadap
mood mempunyai karakteristik berupa bermacam-macam perasaan, sikap
dan kepercayaan bahwa seseorang hidup menyendiri, pesimis, putus asa,
ketidakberdayaan, harga diri rendah, bersalah, harapan yang negatif dan
takut pada bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai kesedihan yang
merupakan perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari situasi
tertentu misalnya kematian orang yang dicintai.
c. Kecemasan
Sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami
oleh setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi
masalah yang dihadapi sebaik-baiknya, Maslim (1991). Suatu keadaan
seseorang merasa khawatir dan takut sebagai bentuk reaksi dari ancaman
yang tidak spesifik (Rawlins 1993). Penyebabnya maupun sumber
biasanya tidak diketahui atau tidak dikenali. Intensitas kecemasan
dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai tingkat berat. Menurut
Sundeen (1995) mengidentifikasi rentang respon kecemasan kedalam
empat tingkatan yang meliputi, kecemasan ringan, sedang, berat dan
kecemasan panic.
d. Gangguan Kepribadian
Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian
(psikopatia) dan gejala-gejala neurosa berbentuk hampir sama pada
orang-orang dengan inteligensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh
dikatakan bahwa gangguan kepribadian, neurosa dan gangguan inteligensi
sebagian besar tidak tergantung pada satu dan lain atau tidak berkorelasi.
Klasifikasi gangguan kepribadian: kepribadian paranoid, kepribadian
afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid, kepribadian axplosif,
kepribadian anankastik atau obsesif-kompulsif, kepribadian histerik,
kepribadian astenik, kepribadian antisosial, Kepribadian pasif agresif,
kepribadian inadequat.
e. Gangguan Mental Organik
Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang
disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak (Maramis,1994).
Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit
badaniah yang terutama mengenai otak atau yang terutama diluar otak.
Bila bagian otak yang terganggu itu luas , maka gangguan dasar mengenai
fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang
menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu saja yang
terganggu, maka lokasi inilah yang menentukan gejala dan sindroma,
bukan penyakit yang menyebabkannya. Pembagian menjadi psikotik dan
tidak psikotik lebih menunjukkan kepada berat gangguan otak pada suatu
penyakit tertentu daripada pembagian akut dan menahun.
f. Gangguan Psikosomati
Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah
(Maramis, 1994). Sering terjadi perkembangan neurotik yang
memperlihatkan sebagian besar atau semata-mata karena gangguan fungsi
alat-alat tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan
psikosomatik dapat disamakan dengan apa yang dinamakan dahulu
neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi faaliah yang terganggu,
maka sering disebut juga gangguan psikofisiologik
g. Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti
atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya
keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada
tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif,
bahasa, motorik dan social.
Sedangkan menurut Yosep (2007) penggolongan gangguan jiwa dan
dibedakan menjadi :
a. Neurosa
Neurosa ialah kondisi psikis dalam ketakutan dan kecemasan yang
kronis dimana tidak ada rangsangan yang spesifik yang menyebabkan
kecemasan tersebut.
b. Psikosa
Psikosis merupakan gangguan penilaian yang menyebabkan ketidak-
mampuan seseorang menilai realita dengan fantasi dirinya. Hasilnya
terdapat realita baru versi orang psikosis tersebut. Psikosis dapat pula
diartikan sebagai suatu kumpulan gejala atau sindrom yang
berhubungan gangguan psikiatri lainnya, tetapi gejala tersebut bukan
merupakan gejala spesifik penyakit tersebut.
F. PENANGANAN
1. Psikofarmakologi
Penanganan penderita gangguan jiwa dengan cara ini adalah dengan
memberikan terapi obat-obatan yang akan ditujukan pada gangguan fungsi
neuro-transmitter sehingga gejala-gejala klinis tadi dapat dihilangkan.
Terapi obat diberikan dalam jangka waktu relatif lama, berbulan bahkan
bertahun.
2. Psikoterapi
Terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan
terapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan
menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik.
Psikoterapi ini bermacam-macam bentuknya antara lain psikoterapi
suportif dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat dan
motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan semangat juangnya.
Psikoterapi Re-eduktif dimaksudkan untuk memberikan
pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di
waktu lalu, psikoterapi rekonstruktif dimaksudkan untuk memperbaiki
kembali kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi kepribadian
utuh seperti semula sebelum sakit, psikologi kognitif, dimaksudkan untuk
memulihkan kembali fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat) rasional
sehingga penderita mampu membedakan nilai- nilai moral etika.
Psikoterapi perilaku dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku
yang terganggu menjadi perilaku yang mampu menyesuaikan diri,
psikoterapi keluarga dimaksudkan untuk memulihkan penderita dan
keluarganya (Maramis, 1990)
3. Terapi Psikososial
Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi
dengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri
tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga.
Penderita selama menjalani terapi psikososial ini hendaknya masih tetap
mengkonsumsi obat psikofarmaka( Hawari, 2007).
4. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual keagamaan seperti
sembahyang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah
keagamaan, kajian kitab suci. Menurut Ramachandran dalam
Yosep( 2007), telah mengatakan serangkaian penenelitian terhadap pasien
pasca epilepsi sebagian besar mengungkapkan pengalaman spiritualnya
sehingga semua yang dirasa menjadi sirna dan menemukan kebenaran
tertinggi yang tidak dialami pikiran biasa merasa berdekatan dengan
cahaya illahi.
5. Rehabilitas
Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan
kembali kekeluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di
lembaga (institusi) rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam
program rehabilitasi dilakukan berbagai kegiatan antara lain; dengan terapi
kelompok yang bertujuan membebaskan penderita dari stress dan dapat
membantu agar dapat mengerti jelas sebab dari kesukaran dan membantu
terbentuknya mekanisme pembelaan yang lebih baik dan dapt diterima
oleh keluarga dan masyarakat, menjalankan ibadah keagamaan bersama,
kegiatan kesenian, terapi fisik berupa olah raga, keterampilan, berbagai
macam kursus, bercocok tanam, rekreasi (Maramis, 1990). Pada umumnya
program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Identitas
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Status Perkawinan
Pendidikan
Tidak ada
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Keluarga
c. Pola Pemenuhan Kesehatan
Aktivitas/kesehatan
Makanan/cairan
Konsep diri
o Citra tubuh
o Identitas
o Peran
o Ideal diri
o Harga diri
Hubungan social
d. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Tingkat kesadaran
Tanda-tanda vital :
a. Kepala
b. Mata-Telinga-Hidung
Penglihatan
Pendengaran
Hidung, pembau
Leher
c. Dada
Dada dan punggung
Paru-paru
Jantung, abdomen, pinggang
d. Sistem pencernaan
e. Sistem Genitourinaria
f. Ekstremitas atas dan bawah
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan otak.
2. Resiko mencederai orang lain berhubungan dengan disorientasi
3. Isolasi social berhubungan dengan menarik diri
DAFTAR PUSTAKA
Stuart Gail W dan Sandra J. Sundeen. 1995. Buku Saku. Keperawatan Jiwa.
Edisi 3. Jakarta: EGC. Buku Kedokteran.
Sundari, Siti. 2005. Kesehatan Mental dalam Kehidupan. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
Renata Komalasari, Alfrina Hany; Editor edisi bahasa Indonesia, Pemilih Eko
Karyuni, Jakarta: EGC.
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Editor: Aep Gunarsa. Bandung. PT.
Refika Aditama.