SKRIPSI
ABRAR
01.109.004
ABRAR
01.109.004
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi
Nama
: Abrar
NIM
: 01.109.004
Oleh
Dosen Pembimbing Skripsi
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
STIKes RS.Haji Medan
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi
Nama
: Abrar
NIM
: 01.109.004
Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan
Program Studi Keperawatan
STIKes RS.Haji Medan
Pada Tanggal : 13 April 2013
Tim Penguji
Penguji I
Penguji II
Penguji III
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul :
pengaruh pemberian susu terhadap gejala psikis dan eksresi zat napza pasien
ketergantungan narkoba di panti rehabilitasi Al Kamal Sibolangit Centre tahun
2012. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program
Pendidikan Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes
Rumah Sakit Haji Medan.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan arahan
dari berbagai pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini ucapan terima kasih disampaikan kepada :
1.
arahan dan bimbingan yang sangat berguna selama proses ujian skripsi
berlangsung.
6. Teristimewa peneliti ucapkan terima kasih yang paling dalam kepada
Ayahanda tercinta Alm.Ibrahim dan Ibunda tersayang Akmaliati, tetes demi
tetes keringatmu telah menjadikan motivasi kuat dalam mengarungi kerasnya
arus kehidupan dan sentuhan belai kasih sayangmu menjadi inspirasi
perjalanan hidup yang mampu melahirkan goresan-goresan indah di setiap
langkah.
7. Kepada rekan-rekan mahasiswa/i teman sejawat serta sahabat-sahabat terdekat
yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Akhirnya ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan skripsi ini, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya di
bidang keperawatan.
ii
(Abrar)
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................
DAFTAR TABEL......................................................................
DAFTAR GAMBAR.................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................
i
iii
v
vi
vii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................
1
6
7
7
7
7
9
9
10
12
16
16
18
18
18
19
19
20
23
25
27
30
34
34
35
35
38
39
40
40
42
42
44
45
46
48
48
50
51
51
60
72
73
5.1 Kesimpulan......................................................................................
5.2 Saran.................................................................................................
...............................................................................................
73
74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.
34
Tabel 2.
Definisi Operasional..................................................................
44
Tabel 3.
52
53
54
55
58
59
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Molekul Protein........................................................................
13
15
15
38
40
52
53
54
56
57
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal Penelitian
Lampiran 2 : Surat Pernyataan Selesai Penelitian (Sibolangit Centre)
Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4 : Lembar Pengkajian Responden
Lampiran 5 : Lembar Obervasi Gejala Psikis
Lampiran 6 : Lembar Observasi Analisa Narkoba Melalui Urin
Lampiran 7 : Lembar Prosedur Kegiatan Penelitian
Lampiran 8 : Hasil Pengkajian Responden
Lampiran 9 : Hasil Observasi Gejala Psikis
Lampiran 10 : Hasil Observasi Analisa Narkoba Melalui Urin
Lampiran 11 : Hasil Uji Statistik
Lampiran 12 : Data Skunder
Lampiran 13 : Lembar Konsul
Lampiran 14 : Daftar Riwayat Hidup
vii
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam tiga dekade terakhir ini pengobatan keracunan mengarah ke prinsip
metabolisme
tubuh
setiap
orang terhadap
dosis
obat juga
mempengaruhi. Obat dapat menjadi racun bila dikonsumsi dalam dosis berlebihan
(Tristanti, 2013). Dalam perkembangannya telah ditemukan berbagai bahan
berasal dari sumber makanan yang dapat digunakan sebagai antidotum.
Susu merupakan salah satu sumber nutrisi yang baik bagi tubuh.
Disamping itu, susu juga dapat menjadi penetralisir racun yang masuk ke dalam
tubuh, sehingga tubuh mampu bertahan bahkan tidak berpengaruh terhadap racun
dapat menjadi salah satu pilihan. Salah satu jenis terapi modalitas adalah terapi
biologis, dimana penanganan pasien tidak hanya dikaitkan dengan pendekatan
psikologis, tetapi juga aspek medik (obat obatan), dan bahan nutrisi.
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien / pasien,
dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat humanistik, dan berdasarkan pada
kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Menurut
Ali (1997), proses keperawatan adalah metode asuhan keperawatan yang ilmiah,
sistematis, dinamis, dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam rangka
pemecahan masalah kesehatan pasien / klien, dimulai dari pengkajian
(pengumpulan data, analisis data, dan penentuan masalah) diagnosis keperawatan,
pelaksanaan, dan penilaian tindakan keperawatan. Asuhan keperawatan di berikan
dalam upaya memenuhi kebutuhan klien. Menurut A.Maslow ada lima kebutuhan
dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis meliputi oksigen, cairan, nutrisi,
kebutuhan rasa aman dan perlindungan,kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki,
kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri (Amelia, 2010).
Pasien dengan ketergantungan narkoba memiliki tingkat kebutuhan fisik
maupun psikologis dengan berbagai keadaan. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Makaro dkk (2003). Menurutnya, secara umum dampak kecanduan
narkoba dapat terlihat pada keadaan fisik, psikis maupun keadaan sosial
seseorang. Adapun beberapa diantara dampak psikis yang dimaksud meliputi :
lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah, hilang kepercayaan diri,
apatis, pengkhayal, penuh curiga, agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang
brutal, sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan, dan cenderung menyakiti
diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri. Pelaksanaan asuhan keperawatan
pada pasien dengan ketergantungan narkoba diharapkan dapat mengurangi
dampak/gejala psikis tesebut hingga mendukung keadaan kesehatan pasien yang
lebih optimal.
Sulastri (2010), dalam penelitiannya menemukan bahwa ada perubahan
kemampuan mengontrol halusinasi pada kelompok perlakuan setelah diberikan
asuhan keperawatan, sedangkan pada kelompok kontrol tidak terjadi perubahan
kemampuan klien mengontrol halusinasi. Imelisa (2012), menyimpulkan bahwa,
pemberian asuhan keperawatan pada klien, FPE pada keluarga dan pelaksanaan
peran PMO oleh kader meningkatkan kemandirian dan kepatuhan berobat klien
schizophrenia secara bermakna.
Penelitian yang dilakukan PT.Media Herbal yang berkerjasama dengan
BNN dan Yayasan Kelompok Peduli Penyalahgunaan Narkotika dan Obat-Obat
Terlarang (YKP2N) Makasaar (2010), menemukan bahwa herbal Bandrux dapat
membantu upaya menghilangkan kecanduan narkoba. Dengan herbal Bandrux,
para penderita kecanduan narkoba tidak perlu dipaksa untuk berhenti
mengkonsumsi narkoba, tetapi dengan sendirinya akan berhenti karena efeknya
digantikan oleh herbal Bandruk, hanya perlu kemauan untuk berhenti.
Berdasarkan beberapa penelitian diatas, telah terbukti bahwa asuhan
keperawatan mampu menangani permasalahan pasien dengan gangguan
halusinasi. Namun efektifitas penerapan dan pelaksanaan asuhan keperawatan
belum banyak dibuktikan pada gangguan kejiwaan lain khususnya pasien dengan
ketergantungan narkoba. Selain itu, masih diperlukan pengembangan berbagai
bentuk metode terapi pasien dengan ketergantungan narkoba. Metode terapi
alternatif yang dimaksud tidak hanya dengan penggunaan bahan-bahan pengganti
(zat substitusi) untuk menghilangkan efek kecanduan zat narkoba, tetapi juga
ditujukan untuk meningkatkan kondisi kesehatan khususnya psikologis pasien
yang dikombinasikan dengan pelaksanaan asuhan keperawatan.
Penelitian ini dilakukan pada pasien yang sedang menjalani rehabilitasi di
Al-Kamal Sibolangit Centre. Al Kamal Sibolangit Centre merupakan salah satu
tempat rehabilitasi bagi pecandu narkoba. Tempat rehabilitasi tersebut terletak
dikawasan Sibolangit, Sumatera Utara. Saat menjalani proses rehabilitasi, pasien
akan diberikan terapi detoksifikasi, obat obatan herbal, pengembangan diri, dan
bimbingan spiritual. Meskipun demikian, perlu dikembangkan berbagai upaya
tambahan seperti terapi nutrisi dan penerapan asuhan keperawatan untuk
mencapai pemulihan pasien narkoba yang lebih optimal.
Atas dasar latar belakang diatas, maka peneliti tertarik melakukan suatu
penelitian mengenai pengaruh pemberian susu melalui pendekatan asuhan
keperawatan terhadap gejala psikis dan eksresi zat napza pasien ketergantungan
narkoba di panti rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre tahun 2012.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis
merumuskan suatu
Asuhan Keperawatan Terhadap Gejala Psikis dan Eksresi Zat Napza Pasien
Ketergantungan Narkoba di Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre tahun
2012.
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pemberian susu melalui pendekatan asuhan
keperawatan terhadap gejala psikis dan eksresi zat napza pasien ketergantungan
narkoba di panti rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre tahun 2012.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi/pengetahuan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
Antidotum
Antidotum adalah penawar racun atau zat yang beracun (toksik) terhadap
tubuh. Antidotum lebih difokuskan terhadap over dosis atau dosis toksik dari
suatu obat. Kondisi suatu obat dapat menimbulkan keracunan bila digunakan
melebihi dosis amannya. Selain itu, perbedaan metabolisme tubuh setiap orang
terhadap dosis obat juga mempengaruhi. Obat dapat menjadi racun bila
dikonsumsi dalam dosis berlebihan. Dalam hal ini, obat tidak akan
menyembuhkan melainkan berbahaya (Tristanti, 2013).
Pengobatan terhadap keracunan obat yang umum untuk keracunan yang
terjadi kurang dari 24 jam yaitu dengan membilas lambung bila obat baru ditelan,
memuntahkan obat sampai tindakan khusus untuk mempercepat pengeluaran obat
dari tubuh. Setelah bilas lambung, karbon aktif dan suatu pencahar perlu
diberikan. Pada keracunan yang parah dibutuhkan antidotum yang memang
terbukti menolong terhadap efek keracunan obat tertentu, misal asam Folinat
untuk keracunan metotrexat (Tristanti, 2013).
Nalokson, atropin, chelating agent, natrium tiosulfat, metilen biru
merupakan antidotum spesifik yang sangat ampuh dan sering menimbulkan reaksi
pengobatan yang dramatis. Namun, sebagian terbesar kasus keracunan harus
dipuaskan dengan pengobatan gejalanya saja, dan itupun hanya untuk menjaga
10
fungsi vital tubuh, yaitu pernafasan dan sirkulasi darah. Racun akan didetoksikasi
oleh hepar secara alamiah dan racun atau metabolitnya akan diekskresi melalui
ginjal dan hati. Selama keracunan hanya perlu dipertahankan pernapasan dan
sistem kardiovaskuler / fungsi vital (Tristanti, 2013).
2.1.2
efek-efek yang diinginkan dalam toksikologi dan menjadi dasar dari beberapa
Antidotum. Ada 4 bentuk - bentuk dasar dari antagonisme yakni : fungtional
antagonism,
chemical
antagonism,
dispotitional
antagonism,
receptor
antagonism.
2.1.2.1 Fungsional Antagonism
2 (dua) zat kimia saling mengimbangi satu sama lain dengan menghasilkan
efek-efek yang berlawanan, diatas fungsi fisiologis yang sama. Keuntungan yang
diambil dari asas-asas ini dalam hal tekanan darah yang dapat turun nyata pada
keracunan yang berat dengan barbiturat, dan dia dapat dilawan oleh pemberian
satu agent vasa pressor secara intra vena seperti nor epinephirine atau
metaraminol. Serupa, beberapa zat-zat kimia, bila diberikan pada tingkat dosis
toksis, menimbulkan kejang-kejang, dan kejang-kejang ini dapat diatasi dengan
pemberian anti kejang seperti barbiturat-barbiturat kerja pendek (contoh:
Amobarbital).
2.1.2.2 Chemical Antagonism / Inaktifasi
Jika satu reaksi diantara dua zat kimia untuk menghasilkan satu produk
yang kurang toksis. Sebagai contoh, Dimecaprol (BAL) membuat senyawa chelat
11
mereka.
Penggunaan-penggunaan
antitoksin-antitoksin
untuk
dimana
penempatan,
berupa
penyerapan,
metabolisme,
metabolismenya
(seperti
dalam
organo
fosfat
Parathion),
maka
12
Disamping itu, susu juga dapat menjadi penetralisir racun yang masuk ke dalam
tubuh, sehingga tubuh tidak terpengaruh oleh racun tersebut. Di dalam susu
terkandung zat yang dikenal dengan antidotum. Antidotum ini mampu menangkap
dan mengendapkan racun-racun yang ada. Setelah racun dinetralisir oleh sistem
tubuh yang mendapat kekuatan dari kandungan susu tersebut, lalu racun itu
dikeluarkan. Antidotum umumnya dipergunakan untuk orang yang overdosis,
bisa disebut juga dosis toksis dari pengaruh obat. Obat bisa menimbulkan efek
13
samping bahkan gejala keracunan, bila dipergunakan melebihi dosis atau ukuran
yang tidak tepat (Shiddiq, 2011).
Salah satu kandungan utama susu adalah protein. Protein susu terbagi
menjadi dua kelompok utama, yaitu kasein yang dapat diendapkan oleh asam,
renin dan protein whey yang dapat mengalami denaturasi oleh panas pada suhu
kira-kira 65o C. Kasein merupakan protein yang paling utama dalam susu, yang
jumlahnya kira-kira 80 % dari total protein yang ada dalam susu (Thresia, 2011).
Protein merupakan senyawa yang umum dalam biologi sebagai pertanda
kehidupan. Unsur yang umum untuk protein adalah unsur N, disamping unsur
lainnya seperti C,H,dan O. protein merupakan kumpoulan dar asam amino yang
satu sama lain dihubungkan oleh ikatan peptida. Asam amino merupakan turunan
dari asam karboksilat, satu atom H digantikan oleh gugus NH 2. Pada umumnya,
atom H yang digantikan itu terletak pada atom C posisi alfa (). Ikatan peptida
merupakan suatu ikatan yang menghubungkan asam-asam amino sehingga
terbentuk protein. Ikatan ini berasal dari penggabungan OH dan NH2 dan
penarikan satu molekul air (H2O).
14
positif, sedangkan dalam suasana basa akan membentuk ion negatif. Pada titik
isolistriknya protein mempunyai muatan positif dan negatif yang sama, sehingga
tidak bergerak kearah elektroda positif maupun negatif apabila ditempatkan
diantara kedua elektroda tersebut. Titik isolistrik protein mempunyai arti penting
karena pada umunya sifat fisika, dan kimia erat hubungannya dengan pH
isolistrik. Pada pH diatas titik isolistrik protein bermuatan positif, sedangkan di
bawah titik isolistrik protein bermuatan negatif (Thresia, 2011).
Untuk mengendapkan protein dengan ion logam, diperlukan pH larutan
diatas titik isolistrik, sedangkan pengendapan oleh ion negatif memerlukan pH
dibawah titik isolistrik. Ion-ion positif yang mengendapkan protein antara lain
ialah Ag+, Ca++, Zn++, Hg++, Fe++, CU++, dan Pb++, sedangkan ion negatif yang
dapat mengendapkan protein adalah ion salisilat, triklorasetat, pikrat, tanat dan
sulfosalisilat. Berdasarkan sifat tersebut susu dapat digunakan sebagai antidotum
atau penawar racun apabila orang keracunan logam berat (Thresia, 2011).
Peristiwa pengendapan protein terhadap logam berat dapat dilihat pada
percobaan reaksi Natriumnitroprusida. Pada asam amino sistein, selain terdapat
gugus COOH ,gugus NH2 dan gugus R pada asam amino sistein juga terdapat
SH bebas (gugus sulfidril) bila bereaksi dengan natrium nitroprusida dalam
amonia berlebih menghasilkan kompleks berwarna merah. Beberapa protein yang
memberikan hasil negatif terhadap uji ini, ternyata menjadi positif setelah
dipanaskan sampai mengalami koagulasi atau denaturasi. Hal ini menunjukkan
proses tersebut menghasilkan gugus SH bebas. Adapun persamaan reaksinya
adalah sebagai berikut :
15
Logam berat seperti timah hitam (Pb) dan Hg dapat mengganggu sifat
protein, antara lain kelarutannya sehingga tidak berfungsi lagi dan mengendap.
Disatu pihak logam berat sebagai pencemar lingkungan sangat berbahaya
sedangkan dipihak lain sifat ini dipakai sebagai antiseptik pembunuh kuman
seperti pada penggunaan sublimat (HgCl2 ). Keracunan logam berat yang akut
maupun Kronis dapat dikurangi dengan mengkonsumsi protein dalam jumlah
yang lebih banyak seperti susu atau telur. Pada keracunan akut pemberian susu
16
atau putih telur akan mengendapkan logam berat dalam bentuk garam protein,
sehingga penyerapan logam berkurang. Pada keracunan kronis fungsi protein sel
yang telah rusak oleh ikatan dengan logem berat dapat diimbangi dengan sintesis
protein baru yang asam aminonya berasal dari protein makanan ekstra tersebut
(Zulfikar, 2010).
2.2
Pengkajian
17
18
2.2.2
Diagnosa
Sama seperti diagnosa keperawatan pada pasien gangguan kejiwaan lain
dimana diagnosa yang digunakan adalah diagnosa tunggal. Adapun diagnosa yang
muncul pada pasien dengan ketergantungan Napza adalah : Koping individu tidak
efektif ; belum mampu mengatasi keinginan menggunakan zat (Purba dkk, 2012).
2.2.3
Intervensi Keperawatan
Evaluasi
a. Pasien mengetahui dampak Napza.
b. Pasien mampu melakukan cara meningkatkan motivasi untuk berhenti
menggunakan Napza.
19
2.3
Narkoba
20
2.3.2
2.3.2.1 Narkotika
Menurut UU RI No 35 / 2009, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Narkotika dibedakan menjadi 3 golongan yakni :
a.
Golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Heroin,
Kokain, Ganja.
b. Golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan
terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau pengembangan ilmu
pengetahuan
serta
mempunyai
potensi
tinggi
mengakibatkan
Golongan III
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi atau pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Codein.
21
2.3.2.2 Psikotropika
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis yang bukan narkotika, berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktifitas mental dan perilaku. Psikotropika terdiri dari 4 golongan :
a. Golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh :
Ekstasi.
b. Golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam
terapi atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Ampetamin.
c. Golongan III
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital.
d. Golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan
dalam terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh :
Diazepam, Nitrazepam (BK, DUM).
22
23
24
tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai, dan situasi /
kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada
fisik, psikis maupun sosial seseorang.
2.3.3.1 Dampak Fisik
a. Gangguan pada sistem saraf (neurologis) seperti : kejang-kejang,
halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan saraf tepi.
b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti :
infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah.
c. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti : penanahan (abses) dan
alergi.
d. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti : penekanan fungsi
pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru.
e. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, suhu tubuh meningkat,
pengecilan hati dan sulit tidur.
f. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik khususnya pemakaian
jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit
seperti hepatitis B, C, dan HIV yang sampai saat ini belum ada
obatnya.
g. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis
yaitu
konsumsi
narkoba
melebihi
kemampuan
tubuh
untuk
25
26
2.3.4.2 Pengobatan
Terapi pengobatan bagi pasien Narkoba misalnya dengan detoksifikasi.
Detoksifikasi adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala putus zat.
Upaya ini dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Detoksifikasi tanpa subsitusi
Pasien ketergantungan putaw (heroin) yang berhenti menggunakan zat
yang
mengalami
gajala
putus
zat
tidak
diberi
obat
untuk
27
kemampuan
fungsional
seoptimal
mungkin.
Tujuannya
pemulihan
dan
pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. Sarana rehabilitasi
yang disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan
(Depkes, 2001). Sesudah pasien penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA
menjalani program terapi (detoksifikasi) dan konsultasi medik selama 1 minggu
dan dilanjutkan dengan program pemantapan (pasca detoksifikasi) selama 2
minggu, maka yang bersangkutan dapat melanjutkan ke program berikutnya yaitu
rehabilitasi (Hawari, 2003).
Lama rawat di unit rehabilitasi untuk setiap rumah sakit tidak sama karena
tergantung pada jumlah dan kemampuan sumber daya, fasilitas, dan sarana
penunjang kegiatan yang tersedia di rumah sakit. Menurut Hawari (2003), bahwa
setelah pasien mengalami perawatan selama 1 minggu menjalani program terapi
dan dilanjutkan dengan pemantapan terapi selama 2 minggu maka pasien tersebut
akan dirawat di unit rehabilitasi (rumah sakit, pusat rehabilitasi, dan unit lainnya)
selama 3-6 bulan. Sedangkan lama rawat di unit rehabilitasi berdasarkan
parameter sembuh menurut medis bisa beragam 6 bulan dan 1 tahun, mungkin
saja bisa sampai 2 tahun Rehabilitasi.
2.3.5
28
rehabilitasi.
Yang
termasuk
rehabilitasi
kejiwaan
ini
adalah
29
30
kadang beribadah risiko kekambuhan 21,50%, dan apabila tidak sama sekali
menjalankan ibadah agama risiko kekambuhan mencapai 71,6%.
2.4
31
32
33
34
2.5.
2.5.1
Marquis Test
Tes Marquis adalah tes yang dilakukan dengan menempatkan setetes
cairan reagen ke sampel kecil dari bahan yang diuji. Bahan kimia dalam pereaksi,
bereaksi berbeda dengan suatu bahan kimia, mengubah berbagai warna
berdasarkan apa yang ada dalam materi yang diuji. Reaksi khas untuk MDMA
adalah ungu tua / hitam. Reaksi oranye cerah bisa menunjukkan adanya
amfetamin atau metamfetamin (kecepatan). Reaksi kuning / hijau terang dapat
menunjukkan adanya 2C-B, DOM, atau DOB. Tes ini relatif terbatas dalam apa
yang dapat diuji, tetapi tes ini merupakan sebuah cara sederhana dan murah dalam
mengidentifikasi komponen, kemungkinan pil atau bahan lain (ecstasyData,
2011).
Pengujian ini dilakukan dengan sedikit olesan bahan uji / sampel, dan
menambahkan setetes pereaksi (yang awalnya jelas dan tidak berwarna). Hasilnya
dianalisis dengan melihat warna campuran yang dihasilkan dan pada waktu yang
dibutuhkan untuk perubahan warna menjadi jelas.
Tabel 1. Analisa tes reagen Marquis
Substansi
Warna
Waktu ( detik )
MDMA / MDA
Ungu ke hitam
0- 5
Amphetamin/
Methamphetamin
Orange ke coklat
0-5
2C-B
Orange ke hijau
5-10
DXM
Abuabu ke hitam
15-30
(DanceSafe, 2011)
Catatan
Dapat berwarna
ungu tua
Dapat berwarna
kecoklatan
Warna dapat
berubah dari hasil
awal
Awalnya tidak
berubah ; butuh
waktu lama untuk
mencapai warna
hitam disbanding
MDMA
35
2.5.2
THC pada komposisi rokok. Seperti halnya pengujian lain, dengan Fast Blue Test
Salt B, kita akan dapat mengidentifikasi zat Napza melalui indikasi perubahan
warna yang terjadi. Pencampuran substansi dan reagen dilakukan dalam waktu
sekitar 30 detik. Selanjutnya merupakan tahap untuk menunggu kedua zat untuk
bereaksi. Reaksi pengujian ini akan mengindikasikan keberadaan zat dengan
perubahan warna oranye - merah (coklat kemerahan) menjadi coklat kemerahan
sangat gelap merupakan indikasi dari adanya ganja, ganja, THC ganja dan produk
lainnya. Sampel yang kuat akan menghasilkan warna merah yang sangat gelap
(BVDA, 2004).
2.6
36
37
a. Pengobatan Rohani
Pasien dibimbing mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,
sesuai dengan agama yang dianutnya. Ini merupakan pondasi spiritual
yang diharapkan bisa membingkai kesadarannya secara permanen.
Bimbingan rohani dilakukan oleh pemuka agama sesuai dengan keyakinan
yang dipegang pasien. Bimbingan rohani ini dilakukan 2-3 kali seminggu.
b. Pengobatan Tradisional
Ada 3 jenis pengobatan tradisional, yaitu: Oukup, pijat, dan jamu. Oukup
untuk mengeluarkan racun narkoba dari pori-pori badannya. Pijat untuk
melancarkan
sel-sel
tubuh,
melancarkan
peredaran
darah,
dan
38
dilakukan setiap hari pada waktu sore. Senam dilakukan setiap pagi
sebelum melakukan aktifitas refleksi.
e. Kebatinan
Pasien mendapat olah kebatinan, seperti senam pernafasan. Kegiatan ini
dimaksudkan memulihkan pola berkonsentrasi pasien yang selama ini
terganggu. Kegiatan ini dilakukan setiap pagi hari.
Variabel Dependen
Gejala Psikis Pasien
Ketergantungan
Narkoba
Eksresi Zat Napza
Variabel Confounding
Terapi :
Obat Obatan Herbal
Terapi Detoksifikasi
diteliti
tidak diteliti
Gambar 4. Kerangka Konsep
39
Dari kerangka kerja penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa objek penelitian
ini adalah gejala psikis dan eksresi zat napza pasien ketergantungan narkoba.
Pengkajian gejala psikis pasien dilakukan dengan menggunakan lembar observasi,
sedangkan untuk menganalisa eksresi zat napza pada urin dilakukan dengan
metode Marquis test dan Fast blue salt test b. Adapun pemberian susu melalui
pendekatan asuhan keperawatan dikategorikan sebagai jenis perlakuan (variabel
independen) yang akan dilakukan kepada subjek penelitian. Sedangkan beberapa
variabel Confounding/perancu diantaranya obat obatan herbal dan terapi
detoksifikasi.
2.8
Hipotesis
Hipotesis Kerja ( Ha ), ada pengaruh pemberian susu melalui pendekatan
asuhan keperawatan terhadap gejala psikis dan eksresi zat napza pasien dengan
ketergantungan narkoba di ruang 7 dan 8 panti rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit
Centre tahun 2012. Hipotesis Nol ( Ho ), tidak ada pengaruh pemberian susu
melalui pendekatan asuhan keperawatan terhadap gejala psikis dan eksresi zat
napza pasien dengan ketergantungan narkoba di ruang 7 dan 8 panti rehabilitasi
Al-Kamal Sibolangit Centre tahun 2012.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1.
Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian Quasy Experiment. Desain Quasy
Experiment yang digunakan adalah The Non Randomized Control Group PretestPost test Design dimana pengelompokan anggota sampel pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol tidak dilakukan secara random (Notoatmodjo,
2010).
c.1.1. Skema Penelitian
Populasi
Identifikasi gejala
psikis
Gejala muncul
Kelompok
Perlakuan
Sampel
Kelompok
Kontrol
Analisa data :
- Membandingkan lama
hari hilangnya gejala
psikis dan kandungan
napza
dalam
urin
pasien kelompok intervensi dan kontrol
40
dilakukan identifikasi
gejala psikis pasien 1
kali setiap hari
dilakukan
identifikasi Napza 1
kali setiap hari hingga
kandungan zat napza
41
dengan
ketergantungan
narkoba,
mulai
dari
tahap
pengkajian
42
3.2.
masih
perlunya
pengembangan
upaya
tambahan
dalam
3.3.
3.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh pasien narkoba yang sedang menjalani proses
rehabilitasi narkoba di ruang 7 dan 8 panti rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit
Center tahun 2012. Populasi berjumlah 10 orang pasien laki laki.
43
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti (Arikunto,
2006). Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah pasien narkoba yang saat
dilakukan observasi awal masih ditemukan gejala psikis pasien dengan
ketergantungan narkoba dan sedang menjalani
ruang 7 dan 8 Al-Kamal Sibolangit Center tahun 2012. Sampel diambil dengan
menggunakan metode Non Probability Sampling yaitu dengan teknik Sampel Jenuh.
Menurut Sugiyono (2008), sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila
jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh
adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Dengan
demikian sampel penelitian ini berjumlah 10 orang.
44
3.4.
Defenisi Operasional
Untuk menghindari tanggapan tentang konsep, maka peneliti akan
Variabel
Penelitian
Variabel
Independen :
Pemberian
susu melalui
pendekatan
asuhan
keperawatan
Variabel
Dependen :
Gejala Psikis
pasien ketergantungan
narkoba
Variabel
Dependen :
Eksresi
zat
Napza
melalui urin
Defenisi
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
Lembar
Observasi
Diberi Susu
melalui pende
-katan asuhan
keperawatan :
Ya = 1
Tidak = 0
Ordinal
Lembar
Observasi
Positif = 1
negatif = 0
Ordinal
Lembar
Observasi
Positif = 1
negatif = 0
Ordinal
45
3.5.
Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu mengajukan
permohonan kepada Ketua STIKes Rumah Sakit Haji Medan untuk melakukan
studi pendahuluan. Kemudian surat tersebut dibawa ke Al-Kamal Sibolangit
Center, dan mendapatkan data untuk menyusun proposal. Kemudian setelah
proposal, maka peneliti melakukan penelitian kepada responden yang akan diteliti
dengan menekankan pada masalah etika meliputi (Nursalam, 2008) :
a. Lembar Persetujuan (Informed Concent)
Lembar persetujuan diberikan kepada subjek yang akan diteliti. Peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan serta dampak
yang mungkin terjadi sebelum dan sesudah penelitian. Jika bersedia
dijadikan responden, maka mereka diminta untuk menandatangani lembar
persetujuan tersebut. Jika mereka menolak untuk dijadikan responden,
maka peneliti tidak akan memaksa dan akan tetap menghormati hakhaknya.
b. Tanpa Nama (Anonimity)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan
namanya
46
3.6.
47
pasien
(kelompok
intervensi/kontrol)
akan
mendapatkan
asuhan
keperawatan dari peneliti sesuai dengan kontrak jadwal strategi pertemuan yang
telah
disepakati
masing-masing
pasien.
Perkembangan
gejala
psikis
48
3.7.
Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah lembar observasi
mengenai gejala psikis dan pemeriksaan narkoba melalui urin pasien, serta
prosedur kegiatan penelitian. Untuk lembar observasi gejala psikis pasien
ketergantungan narkoba berisi pengamatan terhadap 11 gejala psikis yang timbul
pada sampel (intervensi dan kontrol) setiap hari. Bila suatu gejala muncul akan
diberi nilai 1, dan bila gejala tidak muncul akan diberi nilai 0. Sedangkan pada
lembar observasi pemeriksaan narkoba melalui urin pasien berisi dokumentasi
hasil pemeriksaan/tes narkoba pada sampel urin pasien yang telah diambil setiap
hari selama 2 minggu. Bila urin pasien positif mengandung narkoba akan diberi
nilai 1, dan bila urin negatif narkoba akan diberi nilai 0. Instrumen yang
digunakan saat melakukan intervensi terhadap pasien berupa prosedur kegiatan
penelitian yang mencakup rangkaian tindakan yang dilakukan dalam peneltian dan
pelaksanaan asuhan keperawatan.
3.8
Analisa Data
Untuk menganalisis pengaruh pemberian susu melalui pendekatan asuhan
keperawatan terhadap gejala psikis dan eksresi zat napza pasien dengan
ketergantungan narkoba, dilakukan dengan menggunakan uji t (Independen
49
Sample Test). Melalui uji tersebut, akan dibandingkan lama hari hilangnya gejala
psikis pasien dengan ketergantungan narkoba, pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol. Rumus yang digunakan dalam uji t (Independen Sample Test)
adalah sebagai berikut :
t=
Keterangan :
t
= Nilai t hitung
= Rata rata kelompok 1
=
Keterangan :
= Standar error kedua kelompok
50
=
Keterangan :
= Varian dari kedua kelompok
= Varian kelompok 1
= Varian kelompok 2
3.9
Pengolahan Data
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian susu melalui
pendekatan asuhan keperawatan terhadap gejala psikis dan eksresi zat napza
antara kelompok perlakuan dan kontrol, digunakan metode Statistik T-test
(Independen Samples T-test). Instrumen analisis data hasil pengamatan gejala
psikis pasien ketergantungan narkoba dianalisis menggunakan program SPSS
51
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
52
53
scoring dan dilakukan analisa data dengan menggunakan uji t-test (Independen
Samples T-test).
4.1.2 Data Demografi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Pengaruh
pemberian susu melalui pendekatan asuhan keperawatan terhadap gejala psikis
dan eksresi zat napza pasien ketergantungan narkoba di ruang 7 dan 8 panti
rehabilitasi narkoba Al Kamal Sibolangit Centre tahun 2012, didapatkan hasil
penelitian sebagai berikut:
4.1.2.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden Berdasarkan Umur
Saat dilakukan pengkajian tentang gambaran karakteristik demografi
responden berdasarkan umur, maka diperoleh sebagai berikut:
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden Berdasarkan Umur
Kelompok Intervensi
Kelompok Kontrol
No.
Umur
Jumlah (Responden)
Persentase (%)
Jumlah (Responden)
Persentase (%)
<25
20
40
25 35
60
60
>35
20
Total
100
100
54
rentang 25-35 tahun yaitu sebanyak 3 orang (60%). Pada kelompok kontrol
mayoritas responden juga memiliki umur dalam rentang 25-35 tahun yakni
sebanyak 3 orang (60%).
4.1.2.2 Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden Berdasarkan Jenjang
Pendidikan
Pengkajian
tentang
gambaran
karakteristik
demografi
responden
Pendidikan
Kelompok Intervensi
Jumlah
Persentase
(Responden)
(%)
Kelompok Kontrol
Jumlah
Persentase
(Responden)
(%)
SMP
20
60
SMA
60
40
S1
20
Total
100
100
55
Pekerjaan
Kelompok Intervensi
Jumlah
Persentase
(Responden)
(%)
Kelompok Kontrol
Jumlah
Persentase
(Responden)
(%)
Pelajar
20
40
Tenaga Honorer
40
Wiraswasta
20
40
Tidak Bekerja
20
20
Total
100
100
4.1.3
kepada pasien, terdapat berbagai jenis narkoba yang pernah dikonsumsi pasien.
Adapun jenis-jenis narkoba tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
56
Ganja
Shabu
Alkohol
Ekstasi
Putaw
Lem
Heroin
Obat
Penenang
Pemakaian
Kelompok Intervensi
Jumlah
Persentase
(Responden) (%)
Kelompok Kontrol
Jumlah
Persentase
(Responden) (%)
Pernah
100
60
Tidak Pernah
40
Total
100
100
Pernah
60
100
Tidak Pernah
40
Total
100
100
Pernah
40
60
Tidak Pernah
60
40
Total
100
100
Pernah
40
60
Tidak Pernah
60
40
Total
100
100
Pernah
20
20
Tidak Pernah
80
80
Total
100
100
Pernah
20
Tidak Pernah
100
80
Total
100
100
Pernah
20
Tidak Pernah
100
80
Total
100
100
Pernah
40
20
Tidak Pernah
60
80
Total
100
100
57
58
orang (60%). Untuk narkoba jenis shabu, pada kelompok intervensi sebanyak 3
orang (60%), sedangkan responden kelompok kontrol sebanyak 5 orang (100%).
Narkoba jenis alkohol dan ekstasi, responden kelompok intervensi sebanyak 2
orang (40%), sedangkan responden kelompok kontrol sebanyak 3 orang (60%).
Untuk narkoba jenis putaw, masing masing 1 orang (20%) dari kelompok
intervensi dan kelompok kontrol. Selanjutnya, untuk narkoba jenis lem dan
heroin, tidak ada responden kelompok intervensi dan hanya 1 orang (20%)
responden kelompok kontrol yang pernah mengkonsumsi jenis tersebut.
Sedangkan untuk penggunaan obat-obatan penenang, responden kelompok
intervensi sebanyak 2 orang (40%) dan 1 orang responden kelompok kontrol.
4.1.4. Pengaruh pemberian susu melalui pendekatan asuhan keperawatan
terhadap gejala psikis pasien dengan ketergantungan narkoba
Berdasarkan
hasil
pengamatan
yang
telah
dilakukan
mengenai
Gambar 10. Diagram Perbandingan Rata Rata Lama Hari Hilangnya Gejala
Psikis Pasien Ketergantungan Napza
59
penelitian
mengenai
pengaruh
Gejala
Psikis
Equal
variances 3.028
assumed
Equal
variances
not
assumed
Sig.
.120 -4.865 8
Df
Sig.
Mean
Std. Error
(2Difference Difference
tailed)
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper
.001
-26.60000
5.46809
-39.20944 -13.99056
-26.60000
5.46809
-41.14753 -12.05247
60
< 0,05), maka Ho ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan
antara kelompok Intervensi dan Kontrol. Dengan demikian hipotesis alternatif
(Ha) diterima, bahwa ada pengaruh pemberian susu melalui pendekatan asuhan
keperawatan terhadap gejala psikis pasien dengan ketergantungan narkoba di
ruang 7 dan 8 panti rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre tahun 2012.
4.1.5. Hasil Pengamatan ada tidaknya zat napza di dalam urin pasien setelah
dilakukan intervensi
Berdasarkan data skunder yang didapat dari panti rehabilitasi Sibolangit
Centre tahun 2012, saat pemeriksaan awal seluruh sampel penelitian
teridentifikasi positif menggunakan narkoba jenis. Rata-rata sampel penelitian
tersbut telah menjalani masa rehabilitasi selama 2-3 bulan. Dari hasil analisa
kandungan zat Napza melalui urin pasien yang dilakukan, didapatkan bahwa tidak
ada kandungan zat narkoba di dalam urin (urin negatif narkoba) seluruh sampel
anggota kelompok intervensi maupun kelompok kontrol.
Tabel 8. Hasil Pengamatan ada tidaknya zat napza di dalam urin pasien
setelah dilakukan intervensi
No
Nama Responden/Inisial
Kelompok
Tn.MI
Intervensi
Negatif
Tn.Is
Intervensi
Negatif
Tn.Md
Intervensi
Negatif
Tn.IH
Intervensi
Negatif
Tn.Bm
Intervensi
Negatif
Tn.LP
Kontrol
Negatif
Tn.Rs
Kontrol
Negatif
Tn.AS
Kontrol
Negatif
61
Tn.IL
Kontrol
Negatif
10
Tn.RT
Kontrol
Negatif
4.2
Pembahasan
4.2.1
62
Sumut, Jambi dan Maluku merupakan daerah yang paling banyak mengkonsumsi
narkoba jenis daun ganja kering (Butarbutar, 2013). Rekapitulasi Satuan Narkoba
Polres kabupaten Langkat tahun 2012, menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2012
telah menangani 100 kasus dengan 143 tersangka berikut barang bukti ganja dan
shabu-shabu. Sedangkan tahun 2011, Polres Langkat menangani 90 kasus dengan
126 tersangka, total barang bukti ganja 286.265,1 gram dan shabu-shabu 168,44
gram (Siregar, 2012).
Shabu-Shabu merupakan jenis narkoba yang memiliki efek stimulan.
Shabu-Shabu adalah salah satu jenis narkoba yang paling diminati oleh pecandu
narkoba. Shabu dijual dengan satuan berat (gram), dimana harga 1 gram shabushabu dapat mencapai 1 2 juta rupiah. Adapun banyaknya responden yang
menggunakan narkoba jenis shabu disebabkan oleh mayoritas responden memiliki
penghasilan besar dari profesi mereka sebagai wirausahawan. Sebagian responden
lain juga berasal dari keluarga menengah keatas yang memungkinkan mereka
mampu membeli shabu secara rutin.
Ganja (Cannabis sativa) adalah tumbuhan budidaya penghasil serat,
namun
lebih
dikenal
tetrahidrokanabinol
karena
(THC,
kandungan
zat
tetra-hydro-cannabinol)
narkotika
yang
pada
dapat
bijinya,
membuat
63
64
65
66
67
perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri. Hal ini disebabkan oleh rata rata
sampel penelitian / pasien tersebut sudah 2 3 bulan telah menjalani berbagai
program terapi di panti rehabilitasi Al-Kamal Sibolagit Centre. Di panti
rehabilitasi tersebut pasien menjalani program isolasi, kegiatan keagamaan,
aktifitas kelompok, yang sangat berpengaruh dalam upaya pencegahan tindakan
agitatif. Hal ini juga mendukung salah satu slogan panti rehabilitasi tersebut yakni
No Violence (tidak ada kekerasan) yang dijadikan prinsip kehidupan dan telah
diterapkan dalam keseharian pasien di lingkungan pasien.
Dari data yang telah dikumpulkan, diperoleh perbedaan nilai antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol berdasarkan lama hilangnya gejala
psikis pada tiap pasien. Dalam hal ini, peneliti mengamati bahwa gejala psikis
pada pasien kelompok intervensi lebih cepat berkurang / hilang dibandingkan
dengan pasien kelopok kontrol. Ini disebabkan seluruh pasien pada kelompok
intervensi diberikan asuhan keperawatan oleh peneliti, sedangkan pada pasien
kelompok kontrol tidak diberikan intervensi tersebut.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan tentang peranan asuhan
keperawatan jiwa menurut Undang Undang Kesehatan Jiwa no.3 Tahun 1966,
yang menyatakan bahwa keperawatan jiwa merupakan proses interpersonal yang
berusaha untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien dapat
berfungsi utuh sebagai manusia. Asuhan keperawatan yang dilakukan bukan
hanya sekedar penanggulangan penyakit fisik, melainkan pemenuhan kebutuhan
psikis berupa dukungan mental melalui hubungan interpersonal yang dilandasi
68
dengan rasa saling percaya antar perawat dan klien dalam melaksanakan
komunikasi terapeutik.
Berdasarkan penelitian Diana dkk (2006), komunikasi terapeutik sangat
penting untuk membina hubungan terapeutik perawat klien dan berpengaruh
terhadap peningkatan kualitas pelayanan keperawatan. Elliot dan Wright (1999),
menyebutkan bahwa rendahnya kualitas komunikasi dapat berimplikasi serius
terhadap kesehatan fisik dan psikologis klien. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Purwanto (1994), bahwa komunikasi terapeutik memegang peranan penting dalam
upaya peningkatan kualitas pelayanan keperawatan dan membantu penyembuhan
klien.
Berdasarkan data yang telah dianalisa, pada pengujian Levene`s test untuk
uji kesamaan ragam, diperoleh nilai sig F sebesar 3,028 (sig > 0,05), sehingga
dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok berasal dari ragam sama. Karena kedua
kelompok pada ragam sama, maka menggunakan uji t pada baris pertama (equal
variances assumed) dan diperoleh nilai sig t sebesar 0,001, dengan taraf
kepercayaan 95% (Confidence Interval of the difference 95%). Karena (sig t <
0,05), maka Ho ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara
kelompok Intervensi dan Kontrol. Dengan demikian hipotesis alternatif (Ha)
diterima, bahwa ada pengaruh pemberian susu melalui pendekatan asuhan
keperawatan terhadap gejala psikis pasien dengan ketergantungan narkoba di
ruang 7 dan 8 panti rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre tahun 2012.
69
4.2.4 Hasil Pengamatan ada tidaknya zat napza di dalam urin pasien setelah
dilakukan intervensi
Susu merupakan salah satu sumber nutrisi yang baik bagi tubuh.
Disamping itu, susu juga dapat menjadi penetralisir racun yang masuk ke dalam
tubuh, sehingga tubuh tidak terpengaruh oleh racun tersebut. Di dalam susu
terkandung
zat
yang
dikenal
dengan
antidotum. Antidotum
umumnya
dipergunakan untuk orang yang overdosis, bisa disebut juga dosis toksis dari
pengaruh obat. Obat bisa menimbulkan efek samping bahkan gejala keracunan,
bila dipergunakan melebihi dosis atau ukuran yang tidak tepat (Shiddiq, 2011).
Protein
merupakan
salah
satu
kandungan
utama
susu.
Untuk
70
fungsional
seoptimal
mungkin.
Tujuannya
pemulihan
dan
pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. Sarana rehabilitasi
yang disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan
(Depkes, 2001). Sesudah pasien penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA
menjalani program terapi (detoksifikasi) dan konsultasi medik selama 1 minggu
dan dilanjutkan dengan program pemantapan (pasca detoksifikasi) selama 2
minggu, maka yang bersangkutan dapat melanjutkan ke program berikutnya yaitu
rehabilitasi (Hawari, 2003).
Lama rawat di unit rehabilitasi untuk setiap rumah sakit tidak sama karena
tergantung pada jumlah dan kemampuan sumber daya, fasilitas, dan sarana
penunjang kegiatan yang tersedia di rumah sakit. Menurut Hawari (2003), bahwa
setelah klien mengalami perawatan selama 1 minggu menjalani program terapi
dan dilanjutkan dengan pemantapan terapi selama 2 minggu maka klien tersebut
71
akan dirawat di unit rehabilitasi (rumah sakit, pusat rehabilitasi, dan unit lainnya)
selama 3-6 bulan. Sedangkan lama rawat di unit rehabilitasi berdasarkan
parameter sembuh menurut medis bisa beragam 6 bulan dan 1 tahun, mungkin
saja bisa sampai 2 tahun. Berdasarkan pengertian dan lama rawat di atas, maka
perawatan di ruang rehabilitasi tidak terlepas dari perawatan sebelumnya yaitu di
ruang detoksifikasi. Berdasarkan prinsip penatalaksanaan keperawatan menurut
Stuart Sundeen (1998), ditinjau dari aspek biologis, detoksifikasi merupakan
tindakan biologis yang bertujuan untuk memberikan asuhan yang aman dalam
withdrawl (proses penghentian) bagi klien pengguna NAPZA. Setelah
detoksifikasi tercapai, mempertahankan kondisi bebas dari zat adiktif , dimana
terapi farmakologis harus diunjang oleh terapi yang lainnya.
Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre adalah panti rehabilitasi bagi pecandu
narkoba yang menggunakan pengobatan tradisional dalam usaha penyembuhan
pasiennya. Adapun jenis pengobatan tradisional yang digunakan adalah
pengobatan jamu dan oukup.
Menurut pakar biokimia Dr. Hj. Anna. P. Roswiem, Ms., jamu adalah
produk yang berasal dari bahan-bahan tradisional tumbuhan dan tidak termasuk
golongan obat. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) dalam jamu
adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari bahan tumbuhan, bahan hewan,
bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Menurut Prorf. DR. Selo Soemardjan jamu adalah meliputi segala bahan alam
yanga diolah atau diracik menurut cara tradisional untuk memperkuat badan
72
73
oukup ini pun akan membuka pori-pori kulit, sehingga membantu mengeluarkan
racun narkoba dan kotoran dari dalam tubuh (Simorangkir, 2008).
4.3
Keterbatasan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, terdapat beberapa keterbatasan
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian tentang : pengaruh pemberian susu melalui
pendekatan asuhan keperawatan terhadap gejala psikis pasien dan eksresi zat
napza dengan ketergantungan narkoba di ruang 7 dan 8 panti rehabilitasi AlKamal Sibolangit Centre tahun 2012 dengan jumlah responden 10 orang, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
2.
3.
74
74
95% (Confidence Interval of the difference 95%). Karena (sig t < 0,05),
maka Ho ditolak.
4.
intervensi
maupun
kelompok
kontrol,
pasien
dengan
5.2
Saran
1. Bagi tempat penelitian
Diharapkan bagi tempat penelitian terutama bagi pengelola panti
rehabilitasi narkoba agar mengimplementasikan hasil penelitian yakni
dengan memberikan terapi nutrisi (pemberian susu) kepada pasien serta
meningkatkan kemampuan perawat yang bertugas dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien guna mendorong peningkatan kualitas
pengobatan pasien di panti rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre yang
lebih baik.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Diharapkan kepada pihak pendidikan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Rumah Sakit Haji Medan agar memotivasi dan mendukung mahasiswa di
bidang penelitian terkait penanggulangan pasien narkoba, khususnya
dalam pengembangan metode terapi dan pemberian asuhan keperawatan
pada pasien narkoba.
75
DAFTAR PUSTAKA
Imelisa, Rahmi. 2012. Pengaruh asuhan keperawatan pada klien, keluarga, dan
peran pengawas minum obat terhadap kemandirian dan kepatuhan
berobat klien Schizophrenia di Kersamanah Garut. diunduh dari website
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20314836-T%2031229-Pengaruh%20
asuhan-full%20text.pdf pada tanggal 02 April 2013 jam 20.32 wib
Makaro dkk. 2003. dikutip dari Simorangkir. 2008. Efektivitas Pengobatan
Tradisional Terhadap Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti
rehabilitasi Sibolangit Centre. diunduh dari website http://repository.
usu.ac.id/bitstream/123456789/30547/3/Chapter%20II.pdf pada tanggal 25
Mei 2012 jam 20.23 wib
Mansyur. 2004. Toxicology Efek-Efek yang Tidak Diinginkan. diunduh dari
website http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3538/1/kedoktera
n-mansyur13.pdf pada tanggal 02 April 2013 jam 21.02 wib
Martono dan Jowana. 2006. diunduh dari website http://www.scribd.com/doc/
60622481/makalah-studi-kasus pada tanggal 02 Mei 2012 jam 11.30 wib
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.Rineka Cipta.
Jakarta
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Purba, dkk. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Masalah Psikososial
dan gangguan Jiwa Edisi Kedua. USU Press. Medan
Purwanto. 1994. Diana dkk. 2006. Hubungan Pengetahuan Komunikasi
Terapeutik Terhadap Kemampuan Komunikasi Perawat Dalam
Melaksanakan Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit Elisabeth
Purwokerto. diunduh dari website http://jos.unsoed.ac.id/index.php/
keperawatan/article/download/221/79 pada tanggal 02 April 2013 jam
15.30 wib
Riset BNN, Fisip dan FKM UI. 2008. dikutip dari Antara Sumut 2010. Laporan
Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia : Studi Kerugian Ekonomi
dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008. diunduh dari website
http://www.scribd.com/doc/51978553/ Laporan-survei-penyalahgunaannar
koba-2008 pada tanggal 25 Mei 2012 jam 20.22 wib
Sambudiyono. 2013. dikutip dari Hasyim. 2013. BNN Tanam Nilam di Eks Lahan
Ganja. diunduh dari website http://www.tribunnews.com/ 2013/05/04/bnntanam-nilam-di-eks-lahan-ganja pada tanggal 27 Juli 2013 jam 09.14 wib
Shiddiq. 2011. Susu Dapat Menetralisir Racun. diunduh dari website http://www.
neraca.co.id/2011/10/18/susu-dapat-menetralisir-racun/ Pada tanggal 02
Juni 2012 jam 15.00 wib
Simorangkir, Roy Aprilla Sandy. 2008. Efektivitas Pengobatan Tradisional
Terhadap Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti rehabilitasi
Sibolangit Centre. diunduh dari website http://repository.usu.ac.id
/bitstream/123456789/30547/3/Chapter%20II .pdf pada tanggal 25 Mei
2012 jam 20.23 wib
Siregar, Lukmin. 2012. dikutip dari Sumut Pos. 2012. Narkoba, Curas, dan
Curat
Tinggi
di
Sumut.
diunduh
dari
website
http://www.hariansumutpos.com/ 2012/12/49001/narkoba-curas-dan-curattinggi-di-sumut pada tanggal 27 Juli 2013 jam 09.02 wib
Stuart Sundeen. 1998. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St Louis :
Mosby Year Book
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung
Sulastri. 2010. Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Klien Halusinasi
Terhadap Kemampuan Klien Mengontrol Halusinasi di RSKD Dadi
Makasar. Program Studi Ilmu Keperawatan FKUH. Makasar. diunduh dari
website
http://205.196.122.131/ 3hr49hgqdubg/7gx8orth1kkd141/27.
19.rar pada tanggal tanggal 02 April 2013 jam 20.17 wib
Thresia, Rara Santi Yonatha. 2011. Laporan Praktikum Biokimia. diunduh dari
website. http://rarasantiyonathathresia28.blogspot.com/2011/06/laporan%
E2%80%93praktikum%E2%80%93biokimia%E2%80%93rara-santi.html.
pada tanggal 04 Juni 2012 jam 09.36 wib
Tristanti, Irma. 2013. Antihistamin, Antialergi, dan Antidotum. diunduh dari
website http://pharmaciststreet.blogspot.com/2013/01/antihistaminantialer
gi-dan-antidotum _21.html Pada tanggal 02 April 2013 jam 21.10 wib
Undang - Undang RI No 35 / 2009. Narkotika. diunduh dari website
http://www.bnn. go.id/portal/_uploads/perundangan/2009/10/27/uu-nomor
-35-tahun-2009-tentang-narkotika-ok.pdf pada tanggal 20 Mei 2012 jam
09.45 wib
United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC). 2011. World Drug Report
2011. diunduh dari website http://www.unodc.org/documents/ data-andanalysis/WDR2011/World_Drug_Report_2011_ebook.pdf pada tanggal 25
Mei 2012 jam 08.40 wib
Widyastuti, Indra. 2012. dikutip dari Waspada Online. Pengguna Narkoba 5,6
juta. diunduh dari website http://www.waspada.co.id/index.php?option=
com_content&view= article&id=249412:2015-pengguna pada tanggal 25
Mei 2012 jam 08.40 wib
Zulfikar. 2010. Peptida Sebagai Rantai Protein. diunduh dari website
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/biomolekul/pep
tida-sebagai-rantai-protein/ pada tanggal 8 April 2012 jam 14.40 wib
Lampiran 1
JADWAL PENELITIAN
No
1
2
3
4
Uraian
Kegiatan
Pra Survei
Pengajuan
Judul
Penelitian
Penyusunan
Proposal
Bimbingan
Proposal
Seminar
Proposal
Perbaikan
8
9
10
Pengumpulan
Data
Pengolahan
Data
Penulisan
Skripsi
Bimbingan
Skripsi
Ujian/Sidang
12
Skripsi
Perbaikan
13
Skripsi
Penggandaan
14
Skripsi
11
2012
Mei
Juni
1 2 3 4
1 2 3 4
Juli
Agustus
2013
September
Oktober
November
Desember
Januari
Februari
Maret
April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Lampiran 3
Judul
Peneliti
: Abrar
Nim
: 01.109.004
Alamat
Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan untuk menyelesaikan tugas
akhir program studi Ilmu Keperawatan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian susu
melalui pendekatan asuhan keperawatan terhadap gejala psikis dan eksresi zat napza pasien
ketergantungan narkoba di panti rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre tahun 2012.
Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat sukarela. Anda mempunyai hak bebas
berpartisipasi atau menolak menjadi responden dan jika anda tidak bersedia menjadi
responden maka saya tetap menghargainya.
Peneliti akan menjamin kerahasiaan identitas. Jika anda mempunyai pertanyaan
mengenai penelitian ini, maka peneliti dengan senang hati akan memberikan penjelasan. Atas
kesediaan anda saya ucapkan terima kasih.
Responden
Peneliti
(.............................)
(Abrar)
Lampiran 4
LEMBAR PENGKAJIAN RESPONDEN
Nama
Umur
Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
Jenis Narkoba :
A. Kaji Situasi / kondisi penggunaan zat
a. Kapan awal penggunaan zat
b. Situasi yang membuat pengguna
lebih sering menggunakan narkoba
c. Situasi yang membuat pengguna
berhenti / dikurangi
Lampiran 5
LEMBAR OBSERVASI GEJALA PSIKIS
Nama/Inisial :
Umur
Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
Jenis Narkoba :
No
Gejala Psikis
Lamban Kerja
Ceroboh Kerja
Apatis
Pengkhayal
Penuh Curiga
Agitatif
Brutal
10
Sulit Berkonsentrasi
11
Hari Ke
1
10
11
12
13
14
Lampiran 6
LEMBAR OBSERVASI ANALISA NARKOBA MELALUI URIN
Nama/Inisial :
Umur
Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
Jenis Narkoba :
No
Hari
Pertama
Kedua
Ketiga
Keempat
Kelima
Keenam
Ketujuh
Kedelapan
Kesembilan
10
Kesepuluh
11
Kesebelas
12
Keduabelas
13
Ketigabelas
14
Keempatbelas
Lampiran 7
PROSEDUR KEGIATAN PENELITIAN
A.
1.
2.
d) Kertas saring
b) Pipet tetes
e) Batang pengaduk
c) Tabung reaksi
f) Cawan petri
Bahan
d) Petrolium benzene
b) Metanol
c) Amoniak
B. Metode Pelaksanaan
1. Pengkajian Awal
Pengkajian awal penelitian dilakukan dengan mengamati gejala psikis pasien
ketergantungan narkoba yang dilakukan terhadap populasi penelitian. Kemudian
dilakukan pendekatan dan penjelasan tentang tujuan pengambilan sampel urin dan
meminta mereka untuk menampung urinnya ke dalam cup saat berkemih
dikumpulkan masing - masing sebanyak 20 cc, cup diberi label identitas pasien
kemudian sampel urin dibawa dan dianalisa di laboratorium kimia STIKes RS.Haji
Medan untuk memastikan jenis narkoba yang dikonsumsi pasien.
2. Penetapan dan pengelompokkan sampel
Ditetapkan 10 orang pasien yang akan dijadikan sampel penelitian berdasakan atas
hasil pengkajian awal tentang gejala psikis pasien. Pasien yang ditetapkan menjadi
sampel penelitian adalah bila masih menunjukkan gejala psikis ketergantungan
narkoba. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok yakni kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol. 5 orang pasien ditetapkan sebagai anggota kelompok perlakuan
dan 5 orang lainnya ditetapkan sebagai anggota kelompok kontrol.
3. Penyediaan air susu
Dilarutkan 54 gr susu ke dalam 270 cc air matang hangat, untuk penyajian 1 gelas.
Disediakan 5 gelas air susu untuk diberikan kepada 5 orang.
4. Pemberian susu melalui pendekatan asuhan keperawatan
Susu yang telah disiapkan diberikan kepada 5 orang anggota kelompok perlakuan
(masing masing 1 gelas per hari) pada siang hari, selama 2 minggu. Setelah
pemberian susu, diterapkan pula intervensi keperawatan (strategi pertemuan 1 dan 2)
sesuai dengan kontrak masing masing pasien dengan intervensi sebagai berikut :
a) Tetap terbuka dan selalu berikan respon positif, serta orientasikan pemikiran
kepada keluhan pasien (bina hubungan saling percaya).
b) Berusaha selalu mendiskusikan dampak penggunaan NAPZA bagi kesehatan
c) Mendiskusikan cara meningkatkan motivasi berhenti
d) Mendiskusikan cara mengontrol keinginan
e) Latihan cara meningkatkan motivasi
f) Latihan cara mengontrol keinginan.
g) Diskusikan pembuatan jadwal aktifitas.
b. Strategi Pertemuan (SP) 2 :
a) Mendiskusikan cara menyelesaikan masalah
b) Mendiskusikan cara hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan bergizi
(konsumsi susu)
c) Latihan cara menyelesaikan masalah
d) Latihan cara hidup sehat
e) Mendiskusikan tentang obat.
5. Observasi gejala psikis pasien dengan ketergantungan narkoba
Pengamatan terhadap gejala psikis pasien dengan ketergantungan narkoba dilakukan
setiap hari terhadap kelompok perlakuan dan kontrol setelah pelaksanaan asuhan
keperawatan diberikan pada kelompok perlakuan. Peneliti mengkaji gejala psikis
pasien dengan ketergantungan narkoba meliputi gejala : lamban kerja, ceroboh kerja,
sering tegang dan gelisah, hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga,
agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal, sulit berkonsentrasi, perasaan
kesal dan tertekan, dan cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh
diri. Hasil pengamatan akan dikumpulkan guna proses analisa data.
6. Pengambilan Sampel Urin
Pengambilan sampel urin dilakukan pada waktu pagi setelah pengamatan gejala psikis
pasien, setiap hari selama penelitian berlangsung. Disediakan sebanyak 10 buah cup /
wadah untuk menempakan sampel urin kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Masing masing cup diberi label identitas pasien. Selanjutnya dilakukan pendekatan
dengan memberi penjelasan kepada subjek penelitian tentang tujuan pengambilan
sampel urin dan meminta mereka untuk menampung urinnya ke dalam cup saat
berkemih. Cup yang telah berisi urin dikumpulkan kembali dan dibawa ke
laboratorium STIKes Rumah Sakit Haji Medan setiap 1 minggu untuk dilakukan
pemeriksaan urin.
7. Pemeriksaan Sampel Urin
Urin diambil sebanyak 20 cc kemudian diekstrak dengan kloroform 20 cc. kemudian
diaduk dan dibiarkan selama 5 menit sampai terjadi endapan. Endapan diambil dan
dikeringkan pada temperatur kamar, selanjutnya ditetesi dengan 5 tetes methanol dan
diberikan kertas saring sebagai indikator (penjelas warna) yang berukuran (1 x 1 cm)
setelah itu kemudian dikeringkan lagi hingga ditetesi petrolium benzene 2 tetes untuk
memperjelas noda. Setelah itu, dilakukan analisis kimia dengan menggunakan
Marquis Test dan Fast Blue Test salt B. Apabila hasil pemeriksaan positif, maka akan
dikonfirmasi dengan metode kromatografi kertas dengan menggunakan methanol,
kloroform, amoniak, dengan perbandingan ( 9:3:1 ).
e. Kehadiran atau bertemu dengan orang-orang tertentu (mantan pacar, teman pakai)
f. Adanya pikiran-pikiran tertentu ( keinginan memakai )
g. Adanya emosi-emosi tertentu (cemas atau bosan)
h. Adanya faktor-faktor pencetus (jika capek, labil, lapar, tidak dapat tidur atau stres
yang berkepanjangan).
d. Kaji hal baik/buruk tentang penggunaan zat maupun tentang kondisi
bila tidak menggunakan.
a. Tipe situasi (setelah berdebat atau bersantai di depan TV).
b. Lokasi (timbul keinginan untuk menggunakan NAPZA setelah berjalan melalui
rumah bandar).
2. Diagnosa
Sama seperti diagnosa keperawatan pada pasien gangguan kejiwaan lain dimana diagnosa
yang digunakan adalah diagnosa tunggal. Adapun diagnosa yang muncul pada pasien dengan
ketergantungan Napza adalah : Koping individu tidak efektif ; belum mampu mengatasi
keinginan menggunakan zat (Purba, dkk, 2012).
3. Intervensi Keperawatan
a.
Strategi Pertemuan 1
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mendiskusikan dampak penggunaan Napza bagi kesehatan, cara meningkatkan
motivasi berhenti, dan cara mengontrol keinginan.
c. Melatih cara meningkatkan motivasi dan cara mengontrol keinginan.
d. Membuat jadwal latihan dan aktifitas.
Orientasi
Kerja
ruangan A?
Apa yang biasa A pakai sebelum masuk ke pusat rehabilitasi ini?
Ganja? Apakah ada keluhan dengan kesehatan A? Bagaimana
hubungan A dengan teman-teman A? Bagaimana dengan sekolah A?
Sejak kapan A menggunakan ganja? Pada situasi yang bagaimana timbul
keinginan A menghisap ganja? Apa saja akibat yang A rasakan kalau
menghisap ganja? Apakah A ingin berhenti? Bagus! Berapa kali A
mencoba berhenti? Bagaimana perasaan A ketika tidak menghisap
ganja? Apa yang menyebabkan A memakai ganja lagi? Baiklah kalau
begitu, M akan jelaskan akibat kesehatan yang dapat terjadi. (Jelaskan
sesuai jenis NAPZA yang dipakai). Yang mana yang sudah A alami? Jadi
A ingin coba berhenti?
Sekarang mari kita bicarakan apa-apa saja yang masih dapat dibanggakan
dari A, kita mulai dari :
*Diri A: Coba A lihat aspek positif yang masih A miliki. Betul A masih
sangat muda, punya pendidikan, sehat, dan masa depan yang cerah sedang
menunggu kamu, bagus sekali.
* Keluarga A: A masih punya ayah, ibu, dan saudara-saudara kamu yang
begitu perhatian dengan kamu. Ternyata banyak sekali hal positif yang
ada pada A Sekarang bagaimana kalau A berlatih mensyukuri hal positif
yang ada pada A Katakan saya masih muda, saya harus berhenti!
Bagaimana kalau kita teruskan diskusi tentang cara-cara menghindari
penggunaan ganja. Ada beberapa cara yaitu:
1. Hindari teman-teman A yang menawarkan ganja
2. Kunjungi teman-teman yang tidak menggunakan
3. Bicara pada teman-teman yang berhasil berhenti
4. Kalau pergi keluar dari rumah sebaiknya ditemani keluarga
Selain itu lakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Apa contohnya
perawat mau tanya lagi : Coba A sebutkan kembali hal-hal positif yang
masih A miliki! Bagus sekali Yang mana yang mau dilatih? Saya bisa
berhenti. (Afirmasi). Sekarang coba sebutkan kembali cara menghindari
penggunaan ganja! Benar Yang mana yang mau dilatih Nah,
masukkan dalam jadwal latihannya dan dicoba Besok pagi M akan datang
kembali, kita akan diskusikan lagi hasil latihannya dan kita latih cara yang
lain. Bagaimana A Baiklah kalau begitu besok jam 11.00 kita ketemu
ya. Sampai jumpaSelamat pagi pak min.
b. Strategi Pertemuan 2
a. Mendiskusikan cara menyelesaikan masalah.
b. Mendiskusikan cara hidup sehat.
c. Latihan cara menyelesaikan masalah.
d. Latihan cara hidup sehat.
e. Mendiskusikan tentang obat.
Strategi Pertemuan 2 Klien
Orientasi
Kerja
menit. Setuju A?
Apa yang biasa A lakukan saat menghadapi suatu masalah? lari dari
masalah dan menggunakan ganja? A masih muda dan memiliki masa
depan yang cerah, A mampu menyelesaikan masalah A tanpa narkoba
kapanpun A mengalami suatu masalah pastikan pikiran A tetap tenang dan
memikirkan hikmah yang didapat dari masalah yang muncul. bicarakan
kepada orang terdekat A tentang apa yang A alami dan minta saran dan
pendapat tentang penyelesaian masalah. A harus menghindarkan diri dari
pengaruh buruk ganja. A memiliki fisik yang kuat, makan-makanan yang
teratur dapat membantu menjaga stamina A. A juga sebaiknya mengikuti
sesi kegiatan olahraga untuk meningkatkan kekuatan dan kebugaran fisik
Lampiran 8
HASIL PENGKAJIAN RESPONDEN
No
Nama/Inisial
Umur
Tn.AS
32
Tahun
Tn.Bm
33
Tahun
Alamat
Jenis
Narkoba
Pendidikan
Pekerjaan
Jl.Pintu Air
No.119
Medan
SMA
Wiraswasta
ganja,
sabu,
ekstasi,
alkohol
Desa Keeh,
Kecamatan
Meurah
Muliah
SMA
Wiraswasta
ganja,
sabu,
ekstasi,
alkohol
Sejak
SMP
sudah
menggunakan zat ganja
dan
sabu.
Klien
mengatakan bahwa dia
lebih sering menggunakan
zat saat berkumpul dengan
sesama teman pengguna
zat. Hampir tidak ada
kondisi yang mendorong
Aspek Pengkajian
Resiko berkaitan dengan
Pola Penggunaan Zat
penggunaan zat
Klien tidak menggunakan
Klien dapat menghabiskan - g
suntik. Jenis narkoba yang dalam sehari. Penggunaan zat dilakukan
pernah dikonsumsi : ganja, saat pagi dan malam hari. Klien
sabu, ekstasi, dan alkohol.
menggunakan zat setiap hari. Klien
hubungan seksual normal.
menggunakan
zat
saat
sedang
Klien mengaku bahwa
berkumpul dan ingin bersenang
istrinya pernah beberapa
senang
bersama
teman.
Klien
mengalami gangguan
menggunakan zat saat berada di rumah
kehamilan / keguguran.
teman. Klien menggunakan zat saat
Klien tidak memiliki
bertemu dan berkumpul dengan sesame
riwayat kecelakaan /
teman
/ pemakai. Awal
mula
dampak dari penggunaan
penggunaan zat, klien mengaku hanya
zat.
ingin coba coba dan berkat ajakan dari
teman. Selanjutnya klien tidak lagi dapat
menghentikan efek kecanduaan dari
penggunaan zat. Klien lebih sering
menggunakan zat saat merasa gembir /
senang. Tidak ada faktor stress dan
emosi yang melatarbelakangi klien
menggunakan zat. Biasanya klien
menggunakan zat saat ia merasakan
kesenangan. Klien tidak mengalami
gangguan tidur dan nafsu makan.
Klien tidak pernah meng- Klien menggunakan zat pada siang dan
gunakan suntik. Sejak sore hari. Setelah kecanduan, Klien
SMP sudah menggunakan mengkonsumsi zat rutin setiap hari.
zat ganja dan sabu. Klien lebih sering menggunakan zat saat
Beberapa zat yang pernah lagi emosi, tidak mood, dan bosan.
digunakan diantaranya : Klien lebih sering menggunakan zat saat
ganja, sabu, ekstasi, dan di rumah teman. Klien menggunakan zat
alkohol.
Tidak
ada saat klien bertemu / bergabung dengan
gangguan
hubungan sesama teman pemakai. Sebelumnya,
Tn.IL
17
Tahun
Jl.Kapten
Muslim
No.7 Medan
SMP
Pelajar
Sabu,
lem
kambing
Klien
tidak
pernah
menggunakan
suntik.
Kelas 2 SMP mulai
menggunakan zat adiktif
(lem kambing). Klien juga
pengkonsumsi sabu. Tidak
memiliki
gangguan
seksual, Tidak ada riwayat
kecelakaan,
pernah
mengalami sakau.
Tn.Is
31
tahun
Jl.Sempurna
Pasar 7
Tembung
SMP
Tidak
Bekerja
sabu,
triaksipenidil
ganja,
alkohol,
Tn.IH
34
tahun
Jl.Pangkalan
Brandan
No.207
Langkat
SMA
Honorer
ganja,
sabu,
ekstasi,
putau
Tn.LP
17
tahun
Jl.Perkutut
Gg.Jeriko
No.60 F
Medan
SMP
Pelajar
ganja,
sabu, pil
distro,
dan
alkohol
Klien
tidak
pernah
menggunakan
suntik.
Adapun beberapa jenis zat
yang pernah digunakan
klien diantaranya : ganja,
sabu, pil distro, dan
alkohol. Klien mengaku
hasrat seksualnya meningkat saat berada dalam efek
Tn.MI
46
tahun
Jl.Ambai
Gg.Seniman
No.11 A
Medan
Sarjana
Ekonomi
Honorer
ganja,
sabu,
obat
obatan
penenan
g
tempat
Bandar.
Klien
terbiasa
menggunakan zat ketika bertemu
dengan teman / sesama pemakai.
Sebelumnya, klien mengaku hanya coba
coba, supaya terlihat hebat, nekat, dan
bagus dalam balapan. Zat digunakan
saat klien labil, capek, bosan, dan stress.
Saat menggunakan zat, klien mengalami
merasa tidak bisa tidur. Gejala lain yang
muncul yakni klien klien merasa lapar
tapi tidak mau makan.
Tn.Md
17
tahun
Jl.Sentosa
Blok II
Medan Binjai
SMA
Pelajar
ganja
Tn.Rs
31
tahun
Padang
Bulan Pasar
IV Medan
SMP
Tidak
Bekerja
sabu
klien meningkat.
Pada saat hendak brangkat sekolah
memakai ganja terlebih dahulu dan
malam hari juga di pakai apalagi pada
sat ada masalah pasti di pakai zat
tersebut. Pemakaian dalam satu hari
sampai 6 kali bahkan lebih. Klien lebih
sering menggunakan zat saat lagi emosi,
labil, ngumpul dengan teman. Klien
menggnakan zat di tempat lokalisasi
menggunakan zat dikamar, tempat sepi.
Zat lebih sering digunakan saat ngumpul
dengan teman. Narkoba digunakan
setiap saat klien inginkan. Klien merasa
kehilangan bila tidak mengkonsumsi
zat. Penggunaan zat juga digunakan saat
klien merasa lelah, labil, dan stress. Saat
menggunakan durasi tidur klien menjadi
singkat (susah tidur). Tidak ada
gangguan pola makan setelah klien
kecanduan zat. Pola makan terganggu
saat awal mula menggunakan sabu.
Klien menjelaskan tidak ada waktu yang
pasti kapan ia harus makai. Kapanpun ia
ingin pakai zat, maka ia akan pakai.
Klien menggunakan zat dalam satu hari
bsa mencapai 3x bahkan lebih krna
kalau badan terasa lemas klien
menggunakan zat. Klien lebih sering
menggunakan zat saat merasa lelah.
Tempat yang biasa digunakan klien
untuk menggunakan zat tersebut di
tempat kerja (benggkel mobil). Klien
mengatakan bahwa waktu pemakaian
zat, saat klien bekerja dan sendiri. Awal
mula penggunaan zat, klien diajak dan
kerna menurut klien setelah memakai
zat badan tersa emangat.apa lagi pada
saat klien bekerja. Klien lebih sering
menggunakan zat saat merasa lelah
dalam bekerja , dan biasanya klien
mengalami
susah
tidur
saat
menggunakan zat.
10
Tn.RT
32
tahun
Jl.Pasundan
No.115
Medan
SMA
Wiraswasta
obat
penenan
g,
ekstasi,
heavy
five,
heroin,
putau,
sabu
Tidak
menggunakan
suntik.
Klien
mulai
merokok saat SMP kelas
1. Adapun zat lain yang
pernah digunakan klien
adalah obat penenang,
ekstasi, heavy five, heroin,
putau, dan sabu. Hasrat
seks meningkat / berlebihan. Tidak ada riwayat
kecelakaan lalu lintas saat
berada pada pengaruh zat.
Klien mengaku sering
mengalami sakau. Saat
sakau klien merasakan
kaku pada bagian tulang.
Klien
mengaku
saat
berada pada hari ke 8 di
panti rehabilitasi, ia sering
mengalami sakau dan
dimasukkan ke dalam
kolam taubat
Lampiran 9
HASIL OBSERVASI GEJALA PSIKIS
No
Gejala Psikis
Lamban Kerja
Ceroboh Kerja
1
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
2
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
3
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
4
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
5
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
6
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
Hari Ke
7
8
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
9
+
+
+
+
-
10
+
-
11
+
-
12
-
13
-
14
-
Total
5
4
2
5
3
6
9
9
5
6
6
4
3
5
2
9
6
5
11
8
5
3
3
2
1
5
6
8
6
8
0
0
Tn.Md
Tn.IH
Tn.Bm
Tn.LP
Tn.Rs
Tn.AS
Tn.IL
Tn.RT
5
Apatis
Tn.MI
Tn.Is
Tn.Md
Tn.IH
Tn.Bm
Tn.LP
Tn.Rs
Tn.AS
Tn.IL
Tn.RT
Berhayal
Tn.MI
Tn.Is
Tn.Md
Tn.IH
Tn.Bm
Tn.LP
Tn.Rs
Tn.AS
Tn.IL
Tn.RT
Penuh Curiga
Tn.MI
Tn.Is
Tn.Md
Tn.IH
Tn.Bm
Tn.LP
Tn.Rs
Tn.AS
Tn.IL
Tn.RT
Agitatif
Tn.MI
Tn.Is
Tn.Md
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
-
+
+
-
+
-
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9
3
1
4
2
9
4
6
10
11
4
2
1
3
1
4
9
6
7
5
0
0
0
Tn.IH
Tn.Bm
Tn.LP
Tn.Rs
Tn.AS
Tn.IL
Tn.RT
9
Brutal
Tn.MI
Tn.Is
Tn.Md
Tn.IH
Tn.Bm
Tn.LP
Tn.Rs
Tn.AS
Tn.IL
Tn.RT
10
Sulit Berkomunikasi
Tn.MI
Tn.Is
Tn.Md
Tn.IH
Tn.Bm
Tn.LP
Tn.Rs
Tn.AS
Tn.IL
Tn.RT
11
Tn.MI
Tn.Is
Tn.Md
Tn.IH
Tn.Bm
Tn.LP
Tn.Rs
Tn.AS
Tn.IL
Tn.RT
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Keterangan :
(+) Ada Gejala
(- ) Tidak Ada Gejala
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
-
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
2
1
3
1
3
9
7
3
5
8
3
5
3
2
11
9
6
9
7
Lampiran 10
No
Kelompok Pelakuan
Kelompok Kontrol
Hari Ke
1
10
11
12
13
14
Tn.MI
Tn.Is
Tn.Md
Tn.IH
Tn.Bm
Tn.LP
Tn.Rs
Tn.AS
Tn.IL
10
Tn.RT
Keterangan :
Lampiran 11
HASIL UJI STATISTIK
Pendidikan
Valid
Pekerjaan
10
10
10
Mean
1.80
1.7000
1.6000
Median
2.00
2.0000
1.5000
2.00
1.00a
.632
.67495
1.17379
Minimum
1.00
.00
Maximum
3.00
3.00
Missing
Mode
Std. Deviation
Umur
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
<25
30.0
30.0
30.0
25 - 35
60.0
60.0
90.0
>35
10.0
10.0
100.0
Total
10
100.0
100.0
Pendidikan
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
SMP
40.0
40.0
40.0
SMA
50.0
50.0
90.0
S1
10.0
10.0
100.0
10
100.0
100.0
Total
Pekerjaan
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Bekerja
20.0
20.0
20.0
Pelajar
30.0
30.0
50.0
Tenaga Honorer
20.0
20.0
70.0
Wiraswasta
30.0
30.0
100.0
10
100.0
100.0
Total
Ganja
N
Valid
Alkohol
Shabu
Ekstasi
Lem
Putaw
Heroin
Kambing
Obat
Penenang
10
10
10
10
10
10
10
10
Mean
1.8000
1.8000
1.5000
1.5000
1.2000
1.1000
1.1000
1.3000
Median
2.0000
2.0000
1.5000
1.5000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
2.00
2.00
1.00a
1.00a
1.00
1.00
1.00
1.00
.42164
.42164
.52705
.52705
.42164
.31623
.31623
.48305
Minimum
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
Maximum
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
2.00
Missing
Mode
Std. Deviation
Ganja
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Pernah
20.0
20.0
20.0
Pernah
80.0
80.0
100.0
10
100.0
100.0
Total
Shabu Shabu
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Pernah
20.0
20.0
20.0
Pernah
80.0
80.0
100.0
10
100.0
100.0
Total
Alkohol
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Pernah
50.0
50.0
50.0
Pernah
50.0
50.0
100.0
10
100.0
100.0
Total
Ekstasi
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Pernah
50.0
50.0
50.0
Pernah
50.0
50.0
100.0
10
100.0
100.0
Total
Putaw
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Pernah
80.0
80.0
80.0
Pernah
20.0
20.0
100.0
10
100.0
100.0
Total
Lem Kambing
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Pernah
90.0
90.0
90.0
Pernah
10.0
10.0
100.0
10
100.0
100.0
Total
Heroin
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Pernah
90.0
90.0
90.0
Pernah
10.0
10.0
100.0
10
100.0
100.0
Total
Obat Penenang
Cumulative
Frequency
Valid
Valid Percent
Percent
Tidak Pernah
70.0
70.0
70.0
Pernah
30.0
30.0
100.0
10
100.0
100.0
Total
2.
Percent
Group Statistics
Kelompok
Gejala Psikis
dimension1
Mean
Std. Deviation
Intervensi
23.6000
11.86592
5.30660
Kontrol
50.2000
2.94958
1.31909
F
Gejala
Equal variances
Psikis
assumed
Equal variances
not assumed
3.028
Sig.
.120
df
-
tailed)
8
Mean
Std. Error
Difference Difference
.001 -26.60000
5.46809
4.865
- 4.492
4.865
Difference
Lower
Upper
- -13.99056
39.20944
.006 -26.60000
5.46809
- -12.05247
41.14753
Lampiran 12
DATA SKUNDER
No
Inisial
Usia
Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
D.O.C
Tn.MI
46 tahun
Sarjana Ekonomi
Honorer
Tn.Is
31 tahun
SMP
Tidak Bekerja
Triex
Tn.Md
17 tahun
SMA
Pelajar
Tn.IH
34 tahun
SMA
Honorer
Ganja, Sabu,
Extasy, Alkohol
Sabu
Tn.Bm
33 Tahun
SMA
Wiraswasta
Tn.LP
17 tahun
SMP
Pelajar
Tn.Rs
31 tahun
SMP
Tidak Bekerja
Ganja, Sabu,
Dextro, Triex
Sabu dan Alkohol
Tn.AS
32 Tahun
SMA
Wiraswasta
Tn.IL
17 Tahun
SMP
Pelajar
Ganja, Sabu,
Extasy, Alkohol
Sabu
10
Tn.RT
32 tahun
SMA
Wiraswasta
Sabu
Lampiran 13
LEMBAR KONSUL
Nama
: Abrar
NIM
: 01.109.004
Pembimbing
Judul Skripsi
No
Hari / Tanggal
Materi
16/5/2012
Konsultasi Judul
23/5/2012
Konsultasi BAB
I,II,III
25/5/2012
Perbaikan BAB
I,II,III
30/5/2012
Lanjutkan
Perbaikan
2/6/2012
Lengkapi Berkas
5/6/2012
ACC Proposal
11/10/2012
ACC dilakukan
Penelitian
24/03/2013
Konsultasi hasil
03/04/2013
Perbaikan Judul
Saran
Paraf
Pembimbing
Ket
(BAB1-5)
10
06/04/2013
(Perbaikan BAB
1-5)
11
08/04/2013
Setuju Seminar
Skripsi
12
18/06/2013
Perbaikan
Skripsi
13
06/07/2013
ACC Jilid
Skripsi
Medan,
Juli 2013
Pembimbing I
LEMBAR KONSUL
Nama
: Abrar
NIM
: 01.109.004
Pembimbing
Judul Skripsi
No
Hari / Tanggal
Materi
Saran
Paraf
Pembimbing
Jum`at,
Perbaikan BAB
1/6/2012
1, 2, 3
Senin,
Lanjutkan
4/6/2012
Perbaikan
Senin,
Judul, Definisi
1/10/2012
Operasional,
Lembar Obervasi
Rabu,
Lembar
3/10/2012
Observasi
Senin,
Setuju dilakukan
8/10/2012
Penelitian
Senin,
Konsultasi Hasil
Ket
10
25/3/2013
Penelitian
Kamis,
Setuju Seminar
11/04/2013
Skripsi
Kamis,
Perbaikan
20/06/2013
Skripsi
Selasa,
ACC Jilid
02/07/2013
Skripsi
Medan,
Juli 2013
Pembimbing II
Lampiran 14
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Data Pribadi
Nama
: Abrar
Suku / Bangsa
: Melayu / Indonesia
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Laki - Laki
Anak Ke
: 3 dari 3 Bersaudara
Alamat
No. Hp
: 082368669992
: (Alm) H.Ibrahim
Pekerjaan
: PNS
Nama Ibu
: Hj. Akmaliati
Pekerjaan
: IRT
Alamat
III. Pendidikan
Tahun 1997 - 2003