Anda di halaman 1dari 132

PENGARUH PEMBERIAN SUSU TERHADAP GEJALA PSIKIS

DAN EKSRESI ZAT NAPZA PASIEN KETERGANTUNGAN


NARKOBA DI PANTI REHABILITASI Al KAMAL
SIBOLANGIT CENTRE TAHUN 2012

SKRIPSI

ABRAR
01.109.004

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
RUMAH SAKIT HAJI MEDAN
MEDAN
2013

PENGARUH PEMBERIAN SUSU TERHADAP GEJALA PSIKIS


DAN EKSRESI ZAT NAPZA PASIEN KETERGANTUNGAN
NARKOBA DI PANTI REHABILITASI Al KAMAL
SIBOLANGIT CENTRE TAHUN 2012
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
Di Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Rumah Sakit Haji Medan

ABRAR
01.109.004

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
RUMAH SAKIT HAJI MEDAN
MEDAN
2013

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi

: Pengaruh pemberian susu terhadap gejala psikis dan eksresi zat


napza pasien ketergantungan narkoba di panti rehabilitasi
Al - Kamal Sibolangit Centre tahun 2012

Nama

: Abrar

NIM

: 01.109.004

Skripsi ini diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan di hadapan


Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan
STIKes RS.Haji Medan

Oleh
Dosen Pembimbing Skripsi
Pembimbing I

Pembimbing II

(Muhammad Taufik, S.Si, M.Si)

(Srimis Leini Saragih, S.Kep, M.Kes)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
STIKes RS.Haji Medan

(Kristina, S.Kep, M.PH)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi

: Pengaruh pemberian susu terhadap gejala psikis dan eksresi zat


napza pasien ketergantungan narkoba di panti rehabilitasi
Al - Kamal Sibolangit Centre tahun 2012

Nama

: Abrar

NIM

: 01.109.004

Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan
Program Studi Keperawatan
STIKes RS.Haji Medan
Pada Tanggal : 13 April 2013
Tim Penguji
Penguji I

Penguji II

(Hj.Yuridawati, S.Kep, M.Kes)

(Muhammad Taufik, S.Si, M.Si)

Penguji III

(Srimis Leini Saragih, S.Kep, M.Kes)


Mengesahkan,
STIKes RS. Haji Medan
Ketua,

Ka.Prodi Ilmu Keperawatan

(Hj. Masdalifa Pasaribu, S.Kep, SKM, M.Kes)

(Kristina, S.Kep, M.PH)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKes RS HAJI MEDAN
Skripsi, 13 April 2013
Nama : Abrar
Nim : 01.109.004
Judul : Pengaruh pemberian susu terhadap gejala psikis dan eksresi zat
napza pasien ketergantungan narkoba di panti rehabilitasi
Al
- Kamal Sibolangit Centre tahun 2012
vii + 5 bab + 75 halaman + 8 tabel + 10 gambar + 12 lampiran
ABSTRAK
Susu mengandung protein yang baik dan dapat mencegah berbagai racun
kimia yang masuk ke dalam tubuh. Perawat memberikan asuhan keperawatan
untuk memenuhi kebutuhan dan mendorong peningkatan status kesehatan pasien.
Narkoba merupakan obat, bahan, atau zat, yang diatur undang undang dan
peraturan hukum lain maupun yang tidak, dan sering disalahgunakan hingga
menyebabkan ketergantungan. Menurut Laporan Narkoba Dunia (World Drug
Report) dari UNODC (2005), jumlah penyalahguna narkoba di dunia sebesar 200
juta orang (5% dari populasi dunia). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian susu melalui pendekatan asuhan keperawatan terhadap gejala
psikis dan eksresi zat napza pasien ketergantungan narkoba di panti rehabilitasi Al
- Kamal Sibolangit Centre tahun 2012.
Penelitian ini menggunakan desain The Non Randomized Control Group
Pretest-Post test. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien narkoba
yang sedang menjalani proses rehabilitasi narkoba di ruang 7 dan 8 panti
rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre tahun 2012 sebanyak 10 orang responden.
Sampel diambil dengan menggunakan tehnik total sampling. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan prosedur penelitian yang
diolah melalui proses editing, coding, tabulating, scoring. Analisa data dilakukan
dengan menggunakan uji Independen t-test.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh nilai sig F sebesar 3,028
(sig > 0,05). Hasil analisis uji Independen t-test menunjukkan nilai sig t sebesar
0,001, dengan taraf kepercayaan 95%.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
pemberian susu melalui pendekatan asuhan keperawatan terhadap gejala psikis
dan eksresi zat napza pasien ketergantungan narkoba di ruang 7 dan 8 panti
rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre tahun 2012. Disarankan kepada peneliti
selanjutnya untuk mengembangkan metode terapi susu dan asuhan keperawatan
pada pasien naroba.
Kata Kunci
Daftar Pustaka

: Susu, Asuhan Keperawatan, Pasien Narkoba


: Buku 8 (2006-2012)
Internet 18 (2003-2013)

PROGRAM OF NURSING SCIENCE STUDY


HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCE HAJI MEDAN HOSPITAL
Essay, 13 April 2013
Name : Abrar
Nim : 01.109.004
Title : The effect of milk intervention to psychological symptoms and
excretion of drugs substance patient with drug addiction at
Rehabilitation Al Kamal Sibolangit Centre in 2012
vii + 5 capture + 75 page + 8 table + 10 image + 12 appendix
ABSTRACT
Milk contains protein and can prevent a variety of toxic chemicals into the
body. Nurses provide nursing care to meet the needs and enhance the health status
of the patient. Drugs is a drug, material, or substances, which governed in laws
and other legal regulations or not, and often abused and cause addiction.
According to the World Drug Report (World Drug Report) of UNODC (2005), the
number of drug abusers in the world were 200 million people (5% of the world
population). This research aimed to determine the effect of milk intervention
through nursing care approach to psychological symptoms and excretion of drugs
substance patient with drug addiction at rehabilitation Al-Kamal Sibolangit Centre
in 2012.
The design of this research is Non-Randomized Control Group Pretest
Post test. The population in this research were all patients who are undergoing
rehabilitation of the 7 and 8 room at rehabilitation Al-Kamal Sibolangit Center in
2012 for about 10 respondences. Samples were taken using total sampling
technique. The data was collected using observation sheets and research
procedures, processed through a process of editing, coding, tabulating, scoring.
Analize done used Indepeden t-test.
From the results of research conducted, it was gotten sig F value at 3,028
(sig > 0,05). Results of Independent T test analysis showed sig t value was
0.001, with 95 % Confidence Interval of the defference.
Based on these results it can be concluded that there is effect of milk
intervention through nursing care approach to psychological symptoms and
excretion of drugs substance patients with drug addiction of the 7 and 8 room at
rehabilitation Al-Kamal Sibolangit Centre in 2012. Suggested to the next research
in order developting the milk therapeutic methods and nursing care to patients of
drug Addiction.
Key Word
References

: Milk, Nursing Care, Patient With Drug Addiction


: Book 8 (2006-2012)
Internet 18 (2003-2013)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul :
pengaruh pemberian susu terhadap gejala psikis dan eksresi zat napza pasien
ketergantungan narkoba di panti rehabilitasi Al Kamal Sibolangit Centre tahun
2012. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program
Pendidikan Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes
Rumah Sakit Haji Medan.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan arahan
dari berbagai pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini ucapan terima kasih disampaikan kepada :
1.

Yayasan Pendidikan Kesehatan Rumah Sakit Haji


Medan.

2. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rumah Sakit Haji Medan.


3. Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Rumah Sakit Haji Medan.
4. Muhammad Taufik, S.Si, M.Si pembimbing I, Srimis Leini Saragih, S.Kep,
M.Kes pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga
dalam memberikan masukan, arahan dan idenya dengan penuh kesabaran dan
ketulusan selama penyusunan skripsi ini.
5. Hj.Yusridawati, S.Kep, M.Kes penguji I, Muhammad Taufik, S.Si, M.Si
penguji II, Srimis Leini Saragih, S.Kep, M.Kes penguji III, yang memberikan

arahan dan bimbingan yang sangat berguna selama proses ujian skripsi
berlangsung.
6. Teristimewa peneliti ucapkan terima kasih yang paling dalam kepada
Ayahanda tercinta Alm.Ibrahim dan Ibunda tersayang Akmaliati, tetes demi
tetes keringatmu telah menjadikan motivasi kuat dalam mengarungi kerasnya
arus kehidupan dan sentuhan belai kasih sayangmu menjadi inspirasi
perjalanan hidup yang mampu melahirkan goresan-goresan indah di setiap
langkah.
7. Kepada rekan-rekan mahasiswa/i teman sejawat serta sahabat-sahabat terdekat
yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Akhirnya ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan skripsi ini, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya di
bidang keperawatan.

Medan, 13 April 2013


Penulis

ii

(Abrar)

DAFTAR ISI
Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................
DAFTAR TABEL......................................................................
DAFTAR GAMBAR.................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................

i
iii
v
vi
vii

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................

1.1 Latar belakang..................................................................................


1.2 Rumusan masalah............................................................................
1.3 Tujuan penelitian..............................................................................
1.3.1 Tujuan umum..........................................................................
1.3.2 Tujuan khusus.........................................................................
1.4 Manfaat penelitian............................................................................

1
6
7
7
7
7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................

2.1 Penggunaan Zat Antidotum Dalam Tubuh.......................................


2.1.1 Antidotum..............................................................................
2.1.2 Efek Antagonisme Sebagai Dasar Antidotum.......................
2.1.3 Susu Sebagai Antidotum........................................................
2.2 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ketergantungan Narkoba..........
2.2.1 Pengkajian.............................................................................
2.2.2 Diagnosa................................................................................
2.2.3 Intervensi Keperawatan.........................................................
2.2.4 Evaluasi.................................................................................
2.3 Narkoba............................................................................................
2.3.1 Definisi Narkoba...................................................................
2.3.2 Jenis Jenis Narkoba............................................................
2.3.3 Dampak Penyalahgunaan Narkoba........................................
2.3.4 Penanggulangan Masalah Narkoba.......................................
2.3.5 Jenis Program Rehabilitasi Narkoba.....................................
2.4 Eksresi Zat Sisa Melalui Ginjal.......................................................
2.5 Pemeriksaan Narkoba Melalui Urin.................................................
2.5.1 Marquis Test..........................................................................
iii

9
9
10
12
16
16
18
18
18
19
19
20
23
25
27
30
34
34

2.5.2 Fast Blue Test Salt B..............................................................


2.6 Panti Rehabilitasi Narkoba Al-Kamal Sibolangit Centre.................
2.7 Kerangka Konsep.............................................................................
2.8 Hipotesis...........................................................................................

35
35
38
39

BAB 3 METODE PENELITIAN.............................................

40

3.1 Desain Penelitian..............................................................................


3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................
3.3 Populasi dan Sampel........................................................................
3.4 Definisi Operasional........................................................................
3.5 Etika Penelitian................................................................................
3.6 Metode Pengumpulan Data..............................................................
3.7 Instrumen Penelitian........................................................................
3.8 Analisa Data ....................................................................................
3.9 Pengolahan Data..............................................................................

40
42
42
44
45
46
48
48
50

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...........

51

4.1 Hasil Penelitian................................................................................


4.2 Pembahasan......................................................................................
4.3 Keterbatasan Penelitian....................................................................

51
60
72

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN.....................................

73

5.1 Kesimpulan......................................................................................
5.2 Saran.................................................................................................
...............................................................................................

73
74

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.

Analisa Tes Reagen Marquis......................................................

34

Tabel 2.

Definisi Operasional..................................................................

44

Tabel 3.

Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden


Berdasarkan Umur.....................................................................

52

Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden


Berdasarkan Jenjang Pendidikan...............................................

53

Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden


Berdasarkan Pekerjaan...............................................................

54

Jenis Narkoba Berdasarkan Hasil Wawancara Pengkajian


Riwayat Pasien...........................................................................

55

Pengaruh Konsumsi Susu Terhadap Dampak Napza Ditinjau


dari Gejala Psikis Pasien Dengan Ketergantungan Narkoba di
Ruang 7 dan 8 Panti Rehabilitasi Al - Kamal Sibolangit
Centre Tahun 2012.....................................................................

58

Hasil Pengamatan ada tidaknya zat napza di dalam urin


pasien setelah dilakukan intervensi............................................

59

Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.

Tabel 8.

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Molekul Protein........................................................................

13

Gambar 2. Persamaan Reaksi Pengendapan Protein..................................

15

Gambar 3. Denaturasi Protein....................................................................

15

Gambar 4. Kerangka Konsep.....................................................................

38

Gambar 5. Skema Penelitian......................................................................

40

Gambar 6. Diagram Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden


Berdasarkan Umur....................................................................

52

Gambar 7. Diagram Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden


Berdasarkan Jenjang Pendidikan..............................................

53

Gambar 8. Diagram Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden


Berdasarkan Pekerjaan.............................................................

54

Gambar 9. Diagram Jenis Narkoba Berdasarkan Hasil Wawancara


Pengkajian Riwayat Pasien.......................................................

56

Gambar 10. Diagram Perbandingan Rata Rata Lama Hari Hilangnya


Gejala Psikis Pasien Ketergantungan Napza............................

57

vi

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal Penelitian
Lampiran 2 : Surat Pernyataan Selesai Penelitian (Sibolangit Centre)
Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4 : Lembar Pengkajian Responden
Lampiran 5 : Lembar Obervasi Gejala Psikis
Lampiran 6 : Lembar Observasi Analisa Narkoba Melalui Urin
Lampiran 7 : Lembar Prosedur Kegiatan Penelitian
Lampiran 8 : Hasil Pengkajian Responden
Lampiran 9 : Hasil Observasi Gejala Psikis
Lampiran 10 : Hasil Observasi Analisa Narkoba Melalui Urin
Lampiran 11 : Hasil Uji Statistik
Lampiran 12 : Data Skunder
Lampiran 13 : Lembar Konsul
Lampiran 14 : Daftar Riwayat Hidup

vii

viii

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Dalam tiga dekade terakhir ini pengobatan keracunan mengarah ke prinsip

merawat pasien dan tidak memberi pengobatan berlebihan. Banyak ahli


berpendapat bahwa tidak diperlukan pengobatan di suatu sentra tertentu karena
sebagian besar pasien memerlukan pengobatan simtomatik. Pengobatan
simtomatik tidak kalah pentingnya dari penggunaan antidotum. Selama fungsi
vital tubuh pasien dapat dipertahankan maka biotransformasi dan eksresi obat
tetap berlangsung, dengan demikian dapat mengatasi keracunannya sendiri
(Darmansjah dan Metta, 2007).
Antidotum adalah penawar racun, sedangkan antitoksik adalah penawar
terhadap zat yang beracun (toksik) terhadap tubuh. Antidotum lebih difokuskan
terhadap over dosis atau dosis toksik dari suatu obat. Kondisi suatu obat dapat
menimbulkan keracunan bila digunakan melebihi dosis amannya. Selain itu,
perbedaan

metabolisme

tubuh

setiap

orang terhadap

dosis

obat juga

mempengaruhi. Obat dapat menjadi racun bila dikonsumsi dalam dosis berlebihan
(Tristanti, 2013). Dalam perkembangannya telah ditemukan berbagai bahan
berasal dari sumber makanan yang dapat digunakan sebagai antidotum.
Susu merupakan salah satu sumber nutrisi yang baik bagi tubuh.
Disamping itu, susu juga dapat menjadi penetralisir racun yang masuk ke dalam
tubuh, sehingga tubuh mampu bertahan bahkan tidak berpengaruh terhadap racun

tersebut. Di dalam susu terkandung zat yang dikenal dengan antidotum.


Antidotum ini mampu menangkap dan mengendapkan racun - racun yang ada.
Setelah racun dinetralisir oleh sistem tubuh yang mendapat kekuatan dari
kandungan susu tersebut, lalu racun itu dikeluarkan (Shiddiq, 2011).
Susu mengandung protein yang baik dan dapat mencegah berbagai racun
kimia yang masuk ke dalam tubuh. Menurut Prof. Dr Anna Poedjiadi dalam buku
biokimia tentang protein, bahwa partikel ion-ion positif dapat mengendapkan
protein antara lain Ag+, Ca2+, Zn2+, Hg2+,. Jadi menurut sifat tersebut susu
dapat digunakan sebagai antidotum, yang lebih dikenal sebagai penawar racun
bila orang mengalami keracunan logam (Shiddiq, 2011).
Napza (Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktif lain) merupakan istilah
kedokteran untuk menyebutkan sekelompok zat yang apabila masuk ke dalam
tubuh akan menyebabkan ketergantungan (adiktif) dan berpengaruh pada kerja
otak (psikoaktif). Adapun sekelompok zat yang tergolong kedalam Napza adalah
obat, bahan, atau zat, baik yang diatur undang undang dan peraturan hukum lain
maupun yang tidak, tetapi sering disalahgunakan, seperti alkohol, nikotin, kafein,
dan juga inhalasi/solven. Istilah ini lebih tepat, karena mengacu pada undang
undang yang berlaku mengenai narkotika dan psikotropika (Martono dan Jowana,
2006).
Kasus penyalahgunaan narkoba menunjukkan angka yang meningkat dari
tahun ke tahun. Berdasarkan Laporan Narkoba Dunia (World Drug Report) dari
UNODC (2011), jumlah penyalahguna narkoba di dunia diperkirakan 149 - 272
juta orang (3,3% - 6,1% dari populasi dunia). Laporan Badan Narkotika Nasional

(BNN, 2008) tentang kasus tindak pidana narkoba di Indonesia, penyalahgunaan


narkoba meningkat pada 5 tahun terakhir yaitu sebanyak 3.617 pada tahun 2001,
menjadi 17.355 pada tahun 2006, meningkat rata-rata 34,4% per tahun atau
terdapat 20 kasus perharinya.
Di provinsi Sumatera Utara, berdasarkan data kejahatan narkoba yang
diungkapkan Polda Sumut dan jajarannya, sampai dengan April 2012 telah
tertangkap 1.094 tersangka dari 829 kasus narkoba. 3.514 tersangka dari 2.728
kasus tahun 2011, 3.736 tersangka dari 2.718 kasus tahun 2010, 3.531 tersangka
dari 2.802 kasus tahun 2009, 3.896 tersangka dari 2.666 kasus di tahun 2008. Dari
data di atas terlihat bahwa jumlah rata-rata tersangka mencapai lebih dari 3.500
orang per tahun dengan kisaran 2.700 lebih kasus (Widyastuti, 2012).
Permasalahan penyalahgunaan Napza atau dikenal masyarakat sebagai
Narkoba (narkotika dan bahan / obat berbahanya) merupakan masalah yang sangat
kompleks, yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan
melibatkan kerja sama multidisipliner, multisektor, dan peran serta masyarakat
secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen dan
konsisten. Masalah penyalahgunaan NAPZA merupakan masalah global dan
memerlukan partisipasi aktif seluruh komponen bangsa dalam penanganannya,
termasuk tenaga kesehatan khususnya perawat.
Perawat sebagai tenaga kesehatan profesional melakukan beberapa bentuk
penanganan pasien narkoba. Dalam hal ini, perawat dituntut untuk melaksanakan
asuhan keperawatan dan pencarian tindakan alternatif untuk mendukung proses
pemulihan pasien. Untuk mengupayakannya, pengembangan terapi modalitas

dapat menjadi salah satu pilihan. Salah satu jenis terapi modalitas adalah terapi
biologis, dimana penanganan pasien tidak hanya dikaitkan dengan pendekatan
psikologis, tetapi juga aspek medik (obat obatan), dan bahan nutrisi.
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien / pasien,
dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat humanistik, dan berdasarkan pada
kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Menurut
Ali (1997), proses keperawatan adalah metode asuhan keperawatan yang ilmiah,
sistematis, dinamis, dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam rangka
pemecahan masalah kesehatan pasien / klien, dimulai dari pengkajian
(pengumpulan data, analisis data, dan penentuan masalah) diagnosis keperawatan,
pelaksanaan, dan penilaian tindakan keperawatan. Asuhan keperawatan di berikan
dalam upaya memenuhi kebutuhan klien. Menurut A.Maslow ada lima kebutuhan
dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis meliputi oksigen, cairan, nutrisi,
kebutuhan rasa aman dan perlindungan,kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki,
kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri (Amelia, 2010).
Pasien dengan ketergantungan narkoba memiliki tingkat kebutuhan fisik
maupun psikologis dengan berbagai keadaan. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Makaro dkk (2003). Menurutnya, secara umum dampak kecanduan
narkoba dapat terlihat pada keadaan fisik, psikis maupun keadaan sosial
seseorang. Adapun beberapa diantara dampak psikis yang dimaksud meliputi :
lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah, hilang kepercayaan diri,

apatis, pengkhayal, penuh curiga, agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang
brutal, sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan, dan cenderung menyakiti
diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri. Pelaksanaan asuhan keperawatan
pada pasien dengan ketergantungan narkoba diharapkan dapat mengurangi
dampak/gejala psikis tesebut hingga mendukung keadaan kesehatan pasien yang
lebih optimal.
Sulastri (2010), dalam penelitiannya menemukan bahwa ada perubahan
kemampuan mengontrol halusinasi pada kelompok perlakuan setelah diberikan
asuhan keperawatan, sedangkan pada kelompok kontrol tidak terjadi perubahan
kemampuan klien mengontrol halusinasi. Imelisa (2012), menyimpulkan bahwa,
pemberian asuhan keperawatan pada klien, FPE pada keluarga dan pelaksanaan
peran PMO oleh kader meningkatkan kemandirian dan kepatuhan berobat klien
schizophrenia secara bermakna.
Penelitian yang dilakukan PT.Media Herbal yang berkerjasama dengan
BNN dan Yayasan Kelompok Peduli Penyalahgunaan Narkotika dan Obat-Obat
Terlarang (YKP2N) Makasaar (2010), menemukan bahwa herbal Bandrux dapat
membantu upaya menghilangkan kecanduan narkoba. Dengan herbal Bandrux,
para penderita kecanduan narkoba tidak perlu dipaksa untuk berhenti
mengkonsumsi narkoba, tetapi dengan sendirinya akan berhenti karena efeknya
digantikan oleh herbal Bandruk, hanya perlu kemauan untuk berhenti.
Berdasarkan beberapa penelitian diatas, telah terbukti bahwa asuhan
keperawatan mampu menangani permasalahan pasien dengan gangguan
halusinasi. Namun efektifitas penerapan dan pelaksanaan asuhan keperawatan

belum banyak dibuktikan pada gangguan kejiwaan lain khususnya pasien dengan
ketergantungan narkoba. Selain itu, masih diperlukan pengembangan berbagai
bentuk metode terapi pasien dengan ketergantungan narkoba. Metode terapi
alternatif yang dimaksud tidak hanya dengan penggunaan bahan-bahan pengganti
(zat substitusi) untuk menghilangkan efek kecanduan zat narkoba, tetapi juga
ditujukan untuk meningkatkan kondisi kesehatan khususnya psikologis pasien
yang dikombinasikan dengan pelaksanaan asuhan keperawatan.
Penelitian ini dilakukan pada pasien yang sedang menjalani rehabilitasi di
Al-Kamal Sibolangit Centre. Al Kamal Sibolangit Centre merupakan salah satu
tempat rehabilitasi bagi pecandu narkoba. Tempat rehabilitasi tersebut terletak
dikawasan Sibolangit, Sumatera Utara. Saat menjalani proses rehabilitasi, pasien
akan diberikan terapi detoksifikasi, obat obatan herbal, pengembangan diri, dan
bimbingan spiritual. Meskipun demikian, perlu dikembangkan berbagai upaya
tambahan seperti terapi nutrisi dan penerapan asuhan keperawatan untuk
mencapai pemulihan pasien narkoba yang lebih optimal.
Atas dasar latar belakang diatas, maka peneliti tertarik melakukan suatu
penelitian mengenai pengaruh pemberian susu melalui pendekatan asuhan
keperawatan terhadap gejala psikis dan eksresi zat napza pasien ketergantungan
narkoba di panti rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre tahun 2012.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis

merumuskan suatu

permasalahan penelitian yakni : Pengaruh Pemberian Susu Melalui Pendekatan

Asuhan Keperawatan Terhadap Gejala Psikis dan Eksresi Zat Napza Pasien
Ketergantungan Narkoba di Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre tahun
2012.

1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pemberian susu melalui pendekatan asuhan

keperawatan terhadap gejala psikis dan eksresi zat napza pasien ketergantungan
narkoba di panti rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre tahun 2012.
1.3.2

Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi kandungan narkoba pada urin pasien kelompok


perlakuan dan kontrol sebelum intervensi.
1.3.2.2 Mengidentifikasi gejala psikis pasien pada kelompok perlakuan dan
kontrol sebelum intervensi.
1.3.2.3 Mengidentifikasi pengaruh pemberian susu melalui pendekatan asuhan
keperawatan terhadap gejala psikis pasien dengan ketergantungan narkoba.
1.3.2.4 Mengetahui ada tidaknya zat napza di dalam urin pasien setelah dilakukan
intervensi.

1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1

Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi/pengetahuan

dan bahan pertimbangan bagi penyelenggara rehabilitasi narkoba dalam

melaksanakan proses penanggulangan pasien dengan ketergantungan narkoba di


panti rehabilitasi narkoba Al Kamal Sibolangit Centre.
1.4.2. Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang bahaya
penyalahgunaan narkoba, upaya penanggulangan narkoba, serta menambah
pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian.
1.4.3. Responden
Memberi pengetahuan dan motivasi pada responden dalam upaya
mempercepat hilangnya keadaan ketergantungan narkoba melalui proses
rehabilitasi yang dijalani.
1.4.4. Peneliti Selanjutnya
Dapat digunakan sebagai referensi dalam pengembangan penelitian di
bidang keperawatan selanjutnya tentang pengaruh pemberian susu melalui
pendekatan asuhan keperawatan terhadap dampak psikis dan eksresi zat Napza
pasien ketergantungan narkoba dengan menggunakan jumlah sampel, metode
pemeriksaan urin, frekuensi pemberian susu, dan lama waktu penelitian yang
berbeda.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Penggunaan Zat Antidotum Dalam Tubuh

2.1.1

Antidotum
Antidotum adalah penawar racun atau zat yang beracun (toksik) terhadap

tubuh. Antidotum lebih difokuskan terhadap over dosis atau dosis toksik dari
suatu obat. Kondisi suatu obat dapat menimbulkan keracunan bila digunakan
melebihi dosis amannya. Selain itu, perbedaan metabolisme tubuh setiap orang
terhadap dosis obat juga mempengaruhi. Obat dapat menjadi racun bila
dikonsumsi dalam dosis berlebihan. Dalam hal ini, obat tidak akan
menyembuhkan melainkan berbahaya (Tristanti, 2013).
Pengobatan terhadap keracunan obat yang umum untuk keracunan yang
terjadi kurang dari 24 jam yaitu dengan membilas lambung bila obat baru ditelan,
memuntahkan obat sampai tindakan khusus untuk mempercepat pengeluaran obat
dari tubuh. Setelah bilas lambung, karbon aktif dan suatu pencahar perlu
diberikan. Pada keracunan yang parah dibutuhkan antidotum yang memang
terbukti menolong terhadap efek keracunan obat tertentu, misal asam Folinat
untuk keracunan metotrexat (Tristanti, 2013).
Nalokson, atropin, chelating agent, natrium tiosulfat, metilen biru
merupakan antidotum spesifik yang sangat ampuh dan sering menimbulkan reaksi
pengobatan yang dramatis. Namun, sebagian terbesar kasus keracunan harus
dipuaskan dengan pengobatan gejalanya saja, dan itupun hanya untuk menjaga

10

fungsi vital tubuh, yaitu pernafasan dan sirkulasi darah. Racun akan didetoksikasi
oleh hepar secara alamiah dan racun atau metabolitnya akan diekskresi melalui
ginjal dan hati. Selama keracunan hanya perlu dipertahankan pernapasan dan
sistem kardiovaskuler / fungsi vital (Tristanti, 2013).
2.1.2

Efek Antagnosime sebagai dasar Antidotum


Menurut Mansyur (2004), Efek antagonis dari zat-zat kimia sering jadi

efek-efek yang diinginkan dalam toksikologi dan menjadi dasar dari beberapa
Antidotum. Ada 4 bentuk - bentuk dasar dari antagonisme yakni : fungtional
antagonism,

chemical

antagonism,

dispotitional

antagonism,

receptor

antagonism.
2.1.2.1 Fungsional Antagonism
2 (dua) zat kimia saling mengimbangi satu sama lain dengan menghasilkan
efek-efek yang berlawanan, diatas fungsi fisiologis yang sama. Keuntungan yang
diambil dari asas-asas ini dalam hal tekanan darah yang dapat turun nyata pada
keracunan yang berat dengan barbiturat, dan dia dapat dilawan oleh pemberian
satu agent vasa pressor secara intra vena seperti nor epinephirine atau
metaraminol. Serupa, beberapa zat-zat kimia, bila diberikan pada tingkat dosis
toksis, menimbulkan kejang-kejang, dan kejang-kejang ini dapat diatasi dengan
pemberian anti kejang seperti barbiturat-barbiturat kerja pendek (contoh:
Amobarbital).
2.1.2.2 Chemical Antagonism / Inaktifasi
Jika satu reaksi diantara dua zat kimia untuk menghasilkan satu produk
yang kurang toksis. Sebagai contoh, Dimecaprol (BAL) membuat senyawa chelat

11

dengan bermacam-macam logam seperti As, Hg, dan Pb yang menurunkan


keracunan

mereka.

Penggunaan-penggunaan

antitoksin-antitoksin

untuk

mengatasi bermacam-macam toksin merupakan contoh lain dari chemical


antagonism. Pengunaan dari protein yang Bmnya rendah dan basa kuat Protamin
Sulfat untuk membentuk komplek yang stabil dengan Heparin akan meniadakan
aktifitas anti koagulannya contoh lainnya.
2.1.2.3 Dispotitional Antagonism
Keadaan

dimana

penempatan,

berupa

penyerapan,

metabolisme,

penyebaran atan pengeluaran dari zat kimia, dirubah sehingga mengurangi


senyawa-senyawa yang mencapai organ-organ sasaran atau lamanya pada organorgan sasaran menjadi berkurang. Jadi, pencegahan penyerapan satu toksikan oleh
Ipecac atau Charcoal dan perubahan ekskresi dari satu zat kimia dengan
pemberian satu diuretic osmosis atau dengan merubah Ph urine merupakan
contoh-contoh dari dispotitional antagonism.
Jika senyawa induk merupakan yang bertanggung jawab untuk daya carun
dari zat kimia (seperti insektisida organo fosfat Paroxon) dan hasil
metabolismenya adalah kurang toksis dari senyawa-senyawa induknya, maka
dengan menaikan biotransformasi senyawa-senyawa melalui suatu penggerak
enzim mikrosom (seperti Fenobabual) akan menurunkan daya racunnya.
Begitupun, jika daya racun zat-zat kimia itu jadi besar dikarenakan hasilhasil

metabolismenya

(seperti

dalam

organo

fosfat

Parathion),

maka

penghambatan biotransformasinya oleh suatu penghambat aktifitas enzim


mikrosom (SKF 525 atau piperonyl butoxide) akan menurunnya daya racunnya.

12

2.1.2.4 Receptor Antagonism


Apabila dua zat kimia yang berikatan ke reseptor yang sama menghasilkan
pengurangan dari suatu efek ketika diberikan bersama-sama dari pada
penjumlahan dari efek-efek mereka secara terpisah (misal: 4+6=8) atau ketika satu
zat kimia melawan efek zat kimia kedua (misal: 0+4=1). Antagonis-Antagonis
Receptor sering diistilahkan sebagai Blocker. Pengertian ini dipergunakan
keuntungannya dalam pengobatan keracunan di klinik. Antagonis receptor
Naloxon dipergunakan untuk pengobatan penekatan pernafasan yang ditimbulkan
oleh Morfin dan Narkotin-narkotin lain yang menyerupai morfin. Pengobatan
keracunan insektisida organo fosfat dengan Atropine adalah satu contoh yang
bukan mengenai anti datum bersaing dengan racun ke receptor, tetapi lebih
merupakan blocking receptor yang bertanggung jawab untuk efek toksis yang
didasarkan ke kelebihan asetil koline yang dihasilkan oleh peracunan asetil koline
esterase oleh fosfat organic.
2.1.3

Susu sebagai Antidotum


Susu merupakan salah satu sumber nutrisi yang baik bagi tubuh.

Disamping itu, susu juga dapat menjadi penetralisir racun yang masuk ke dalam
tubuh, sehingga tubuh tidak terpengaruh oleh racun tersebut. Di dalam susu
terkandung zat yang dikenal dengan antidotum. Antidotum ini mampu menangkap
dan mengendapkan racun-racun yang ada. Setelah racun dinetralisir oleh sistem
tubuh yang mendapat kekuatan dari kandungan susu tersebut, lalu racun itu
dikeluarkan. Antidotum umumnya dipergunakan untuk orang yang overdosis,
bisa disebut juga dosis toksis dari pengaruh obat. Obat bisa menimbulkan efek

13

samping bahkan gejala keracunan, bila dipergunakan melebihi dosis atau ukuran
yang tidak tepat (Shiddiq, 2011).
Salah satu kandungan utama susu adalah protein. Protein susu terbagi
menjadi dua kelompok utama, yaitu kasein yang dapat diendapkan oleh asam,
renin dan protein whey yang dapat mengalami denaturasi oleh panas pada suhu
kira-kira 65o C. Kasein merupakan protein yang paling utama dalam susu, yang
jumlahnya kira-kira 80 % dari total protein yang ada dalam susu (Thresia, 2011).
Protein merupakan senyawa yang umum dalam biologi sebagai pertanda
kehidupan. Unsur yang umum untuk protein adalah unsur N, disamping unsur
lainnya seperti C,H,dan O. protein merupakan kumpoulan dar asam amino yang
satu sama lain dihubungkan oleh ikatan peptida. Asam amino merupakan turunan
dari asam karboksilat, satu atom H digantikan oleh gugus NH 2. Pada umumnya,
atom H yang digantikan itu terletak pada atom C posisi alfa (). Ikatan peptida
merupakan suatu ikatan yang menghubungkan asam-asam amino sehingga
terbentuk protein. Ikatan ini berasal dari penggabungan OH dan NH2 dan
penarikan satu molekul air (H2O).

Gambar 1. Molekul Protein


Protein larut dalam air akan membentuk ion yang mempunyai muatan
positif dan negatif. Dalam suasana asam molekul protein akan membentuk ion

14

positif, sedangkan dalam suasana basa akan membentuk ion negatif. Pada titik
isolistriknya protein mempunyai muatan positif dan negatif yang sama, sehingga
tidak bergerak kearah elektroda positif maupun negatif apabila ditempatkan
diantara kedua elektroda tersebut. Titik isolistrik protein mempunyai arti penting
karena pada umunya sifat fisika, dan kimia erat hubungannya dengan pH
isolistrik. Pada pH diatas titik isolistrik protein bermuatan positif, sedangkan di
bawah titik isolistrik protein bermuatan negatif (Thresia, 2011).
Untuk mengendapkan protein dengan ion logam, diperlukan pH larutan
diatas titik isolistrik, sedangkan pengendapan oleh ion negatif memerlukan pH
dibawah titik isolistrik. Ion-ion positif yang mengendapkan protein antara lain
ialah Ag+, Ca++, Zn++, Hg++, Fe++, CU++, dan Pb++, sedangkan ion negatif yang
dapat mengendapkan protein adalah ion salisilat, triklorasetat, pikrat, tanat dan
sulfosalisilat. Berdasarkan sifat tersebut susu dapat digunakan sebagai antidotum
atau penawar racun apabila orang keracunan logam berat (Thresia, 2011).
Peristiwa pengendapan protein terhadap logam berat dapat dilihat pada
percobaan reaksi Natriumnitroprusida. Pada asam amino sistein, selain terdapat
gugus COOH ,gugus NH2 dan gugus R pada asam amino sistein juga terdapat
SH bebas (gugus sulfidril) bila bereaksi dengan natrium nitroprusida dalam
amonia berlebih menghasilkan kompleks berwarna merah. Beberapa protein yang
memberikan hasil negatif terhadap uji ini, ternyata menjadi positif setelah
dipanaskan sampai mengalami koagulasi atau denaturasi. Hal ini menunjukkan
proses tersebut menghasilkan gugus SH bebas. Adapun persamaan reaksinya
adalah sebagai berikut :

15

[Fe3+(CN)3NC]2- + NH3 + RSH

NH4+ + [Fe2+ (CN)5NOSR]2-

Gambar 2. Persamaan Reaksi Pengendapan Protein


Perubahan pH yang sangat ekstrim akibat penambahan asam kuat atau
basa kuat akan merusak interaksi ionik yang terbentuk antar gugus R polar dari
asam amino penyusun protein. Hal ini juga berakhibat sama pada perusakan
struktur protein. Kehadiran ion logam berat dapat memutuskan ikatan disulfida
(S-S) yang menstabilkan tekukan tekukan yang dibentuk oleh polipeptida dalam
membangun struktur protein (Zulfikar, 2010).

Gambar 3. Denaturasi Protein

Logam berat seperti timah hitam (Pb) dan Hg dapat mengganggu sifat
protein, antara lain kelarutannya sehingga tidak berfungsi lagi dan mengendap.
Disatu pihak logam berat sebagai pencemar lingkungan sangat berbahaya
sedangkan dipihak lain sifat ini dipakai sebagai antiseptik pembunuh kuman
seperti pada penggunaan sublimat (HgCl2 ). Keracunan logam berat yang akut
maupun Kronis dapat dikurangi dengan mengkonsumsi protein dalam jumlah
yang lebih banyak seperti susu atau telur. Pada keracunan akut pemberian susu

16

atau putih telur akan mengendapkan logam berat dalam bentuk garam protein,
sehingga penyerapan logam berkurang. Pada keracunan kronis fungsi protein sel
yang telah rusak oleh ikatan dengan logem berat dapat diimbangi dengan sintesis
protein baru yang asam aminonya berasal dari protein makanan ekstra tersebut
(Zulfikar, 2010).

2.2

Asuhan Keperawatan pada pasien ketergantungan Narkoba


Asuhan Keperawatan pasien dengan ketergantungan narkoba merupakan

aplikasi bagian dari bidang keperawatan jiwa dimana klien / pasien


ketergantungan zat akan mengalami berbagai gejala penyimpangan baik prilaku,
social, emosional dan sebagainya. Asuhan keperawatan pada pasien dengan
ketergantungan narkoba yang dilakukan bertujuan untuk membantu meningkatkan
derajat kesehatan dan pola hidup penderita secara optimal dengan cara membantu
pasien / memotivasi pasien untuk berhenti menggunakan narkoba. Upaya upaya
yang dapat dilakukan oleh seorang perawat telah ditetapkan dalam bentuk asuhan
keperawatan dengan tahapan sebagai berikut :
2.2.1

Pengkajian

2.2.1.1 Kaji situasi kondisi penggunaan zat


a. Kapan zat digunakan
b. Kapan zat menjadi lebih sering digunakan/mulai menjadi masalah
c. Kapan zat dikurangi/dihentikan, sekalipun hanya sementara
2.2.1.2 Kaji risiko yang berkaitan dengan penggunaan zat
a. Berbagi peralatan suntik

17

b. Perilaku seks yang tidak nyaman


c. Menyetir sambil mabuk
d. Riwayat overdosis
e. Riwayat serangan (kejang) selama putus zat
2.2.1.3 Kaji pola penggunaan
a. Waktu penggunaan dalam sehari (pada waktu menyiapkan makan
malam)
b. Penggunaan selama 1 minggu
c. Tipe situasi (setelah berdebat atau bersantai di depan TV)
d. Lokasi (timbul keinginan untuk menggunakan Napza setelah berjalan
melalui rumah bandar)
e. Kehadiran atau bertemu dengan orang-orang tertentu (mantan pacar,
teman pakai)
f. Adanya pikiran-pikiran tertentu ( keinginan memakai )
g. Adanya emosi-emosi tertentu (cemas atau bosan)
h. Adanya faktor-faktor pencetus (jika capek, labil, lapar, tidak dapat
tidur atau stres yang berkepanjangan).
2.2.1.4 Kaji hal baik/buruk tentang penggunaan zat maupun tentang kondisi
bila tidak menggunakan.
a. Tipe situasi (setelah berdebat atau bersantai di depan TV).
b. Lokasi (timbul keinginan untuk menggunakan NAPZA setelah berjalan
melalui rumah bandar).

18

2.2.2

Diagnosa
Sama seperti diagnosa keperawatan pada pasien gangguan kejiwaan lain

dimana diagnosa yang digunakan adalah diagnosa tunggal. Adapun diagnosa yang
muncul pada pasien dengan ketergantungan Napza adalah : Koping individu tidak
efektif ; belum mampu mengatasi keinginan menggunakan zat (Purba dkk, 2012).
2.2.3

Intervensi Keperawatan

2.2.3.1 Strategi Pertemuan 1


a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mendiskusikan dampak penggunaan Napza bagi kesehatan, cara
meningkatkan motivasi berhenti, dan cara mengontrol keinginan.
c. Melatih cara meningkatkan motivasi dan cara mengontrol keinginan.
d. Membuat jadwal latihan dan aktifitas.
2.2.3.2 Strategi Pertemuan 2
a. Mendiskusikan cara menyelesaikan masalah.
b. Mendiskusikan cara hidup sehat.
c. Latihan cara menyelesaikan masalah.
d. Latihan cara hidup sehat.
e. Mendiskusikan tentang obat.
2.2.4

Evaluasi
a. Pasien mengetahui dampak Napza.
b. Pasien mampu melakukan cara meningkatkan motivasi untuk berhenti
menggunakan Napza.

19

c. Pasien mampu mengontrol kemampuan keinginan menggunakan


Napza kembali.
d. Pasien dapat menyelesaikan masalahnya dengan koping yang adaptif.
e. Pasien dapat menerapkan cara hidup yang sehat.
f. Pasien mematuhi program pengobatan.

2.3

Narkoba

2.3.1 Definisi Narkoba


Narkoba (Narkotika dan Obat / Bahan berbahaya) adalah istilah yang
digunakan oleh penegak hukum dan masyarakat. Adapun yang termasuk dalam
bahan berbahaya adalah bahan yang tidak aman digunakan atau membahayakan
dan penggunaannya bertentangan dengan hukum atau melanggar hukum (illegal).
(Martono dan Jowana, 2006).
Napza (Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktif lain) merupakan istilah
kedokteran untuk sekelompok zat yang jika masuk ke dalam tubuh akan
menyebabkan ketergantungan (adiktif) dan berpengaruh pada kerja otak
(psikoaktif). Sekelompok zat yang tergolong kedalam Napza adalah obat, bahan,
atau zat, baik yang diatur undang undang dan peraturan hukum lain maupun
yang tidak, tetapi sering disalahgunakan, seperti alkohol, nikotin, kafein, dan juga
inhalasi/solven. Istilah ini lebih tepat, karena mengacu pada undang undang
yang berlaku mengenai narkotika dan psikotropika (Martono dan Jowana, 2006).

20

2.3.2

Jenis Jenis Narkoba

2.3.2.1 Narkotika
Menurut UU RI No 35 / 2009, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Narkotika dibedakan menjadi 3 golongan yakni :
a.

Golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Heroin,
Kokain, Ganja.

b. Golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan
terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau pengembangan ilmu
pengetahuan

serta

mempunyai

potensi

tinggi

mengakibatkan

ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin.


c.

Golongan III
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi atau pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Codein.

21

2.3.2.2 Psikotropika
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis yang bukan narkotika, berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktifitas mental dan perilaku. Psikotropika terdiri dari 4 golongan :
a. Golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh :
Ekstasi.
b. Golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam
terapi atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Ampetamin.
c. Golongan III
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital.
d. Golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan
dalam terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh :
Diazepam, Nitrazepam (BK, DUM).

22

2.3.2.3 Zat Adiktif lain


Zat Adiktif lainnya merupakan semua bahan / zat zat yang berpengaruh
psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika. Bahan bahan tersebut meliputi :
a. Minuman Alkohol
Mengandung etanol etil alkohol yang berpengaruh menekan susunan
saraf pusat dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari
hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan
Narkotika atau Psikotropika, akan memperkuat pengaruh obat / zat itu
dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol :
a) Golongan A : kadar etanol 1 5 % (Bir)
b) Golongan B : kadar etanol 5 20 % (berbagai minuman anggur)
c) Golongan C : kadar etanol 20 45 % (Whisky, Vodca, Manson
House, Johny Walker).
b. Inhalasi dan solven
Senyawa organik yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah
tangga, kantor, dan pelumas mesin. Solven yang sering disalahgunakan
adalah : Lem, Tiner, Penghapus, Cat kuku, Bensin.
c. Tembakau
Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat. Tembakau digunakan sebagai bahan utama rokok.
Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok
dan alkohol terutama pada remaja harus menjadi bagian dari upaya pencegahan
karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA

23

lain yang berbahaya. Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan


dari NAPZA dapat digolongkan menjadi 3 golongan :
a. Golongan Depresan (Downer)
Jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh.
Jenis ini membuat pemakainya menjadi tenang dan bahkan membuat
tertidur bahkan tak sadarkan diri. Contohnya: Opioda (Morfin, Heroin,
Codein), sedatif (penenang), Hipnotik (obat tidur) dan Tranquilizer
(anti cemas).
b. Golongan Stimulan (Upper)
Jenis NAPZA yang merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan
kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar
dan bersemangat. Contoh : Amphetamin (shabu, ekstasi), kokain.
c. Golongan Halusinogen
Jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat
merubah perasaan, pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang
yang berbeda sehingga seluruh persaan dapat terganggu. Contoh:
kanabis (ganja).
2.3.3

Dampak Penyalahgunaan Narkoba


Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang

telah ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang


akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan
pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru,
hati dan ginjal. Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat

24

tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai, dan situasi /
kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada
fisik, psikis maupun sosial seseorang.
2.3.3.1 Dampak Fisik
a. Gangguan pada sistem saraf (neurologis) seperti : kejang-kejang,
halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan saraf tepi.
b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti :
infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah.
c. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti : penanahan (abses) dan
alergi.
d. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti : penekanan fungsi
pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru.
e. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, suhu tubuh meningkat,
pengecilan hati dan sulit tidur.
f. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik khususnya pemakaian
jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit
seperti hepatitis B, C, dan HIV yang sampai saat ini belum ada
obatnya.
g. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis
yaitu

konsumsi

narkoba

melebihi

kemampuan

tubuh

menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian.


2.3.3.2 Dampak Psikis
a. Lambat dan ceroboh dalam bekerja, sering tegang dan gelisah.

untuk

25

b. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga.


c. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal.
d. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan.
e. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.
2.3.3.3 Dampak Sosial
a. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan.
b. Merepotkan dan menjadi beban keluarga.
c. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram.
Dampak fisik, psikis, dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan
fisik akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakau) bila terjadi putus obat
(tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa
keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi. Gejala fisik dan psikologis ini juga
berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi orang tua,
mencuri, pemarah, dan manipulatif.
2.3.4. Penanggulangan Masalah Narkoba
Penanggulangan masalah NAPZA dilakukan mulai dari pencegahan,
pengobatan sampai pemulihan (rehabilitasi).
2.3.4.1 Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan, misalnya dengan memberikan informasi dan
pendidikan yang efektif tentang Narkoba dan bahayanya, mendeteksi perubahan
perilaku secara dini, menolak tegas untuk mencoba Say no to drugs atau Katakan
tidak pada narkoba.

26

2.3.4.2 Pengobatan
Terapi pengobatan bagi pasien Narkoba misalnya dengan detoksifikasi.
Detoksifikasi adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala putus zat.
Upaya ini dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Detoksifikasi tanpa subsitusi
Pasien ketergantungan putaw (heroin) yang berhenti menggunakan zat
yang

mengalami

gajala

putus

zat

tidak

diberi

obat

untuk

menghilangkan gejala putus zat tersebut. Pasien hanya dibiarkan saja


sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri.
b. Detoksifikasi dengan substitusi
Putaw atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis opiat
misalnya kodein, bufremorfin, dan metadon. Substitusi bagi pengguna
sedatif-hipnotik dan alkohol dapat dari jenis anti ansietas, misalnya
diazepam. Pemberian substitusi adalah dengan cara penurunan dosis
secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama pemberian
substitusi dapat juga diberikan obat yang menghilangkan gejala
simptomatik, misalnya obat penghilang rasa nyeri, rasa mual, dan obat
tidur atau sesuai dengan gejala yang ditimbulkan akibat putus zat
tersebut.
2.3.4.3 Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan
terpadu melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial, dan religi agar
pengguna NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai

27

kemampuan

fungsional

seoptimal

mungkin.

Tujuannya

pemulihan

dan

pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. Sarana rehabilitasi
yang disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan
(Depkes, 2001). Sesudah pasien penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA
menjalani program terapi (detoksifikasi) dan konsultasi medik selama 1 minggu
dan dilanjutkan dengan program pemantapan (pasca detoksifikasi) selama 2
minggu, maka yang bersangkutan dapat melanjutkan ke program berikutnya yaitu
rehabilitasi (Hawari, 2003).
Lama rawat di unit rehabilitasi untuk setiap rumah sakit tidak sama karena
tergantung pada jumlah dan kemampuan sumber daya, fasilitas, dan sarana
penunjang kegiatan yang tersedia di rumah sakit. Menurut Hawari (2003), bahwa
setelah pasien mengalami perawatan selama 1 minggu menjalani program terapi
dan dilanjutkan dengan pemantapan terapi selama 2 minggu maka pasien tersebut
akan dirawat di unit rehabilitasi (rumah sakit, pusat rehabilitasi, dan unit lainnya)
selama 3-6 bulan. Sedangkan lama rawat di unit rehabilitasi berdasarkan
parameter sembuh menurut medis bisa beragam 6 bulan dan 1 tahun, mungkin
saja bisa sampai 2 tahun Rehabilitasi.
2.3.5

Jenis Program Rehabilitasi Narkoba

2.3.5.1 Rehabilitasi psikososial


Program rehabilitasi psikososial merupakan persiapan untuk kembali ke
masyarakat (reentry program). Pasien perlu dilengkapi dengan pengetahuan dan
keterampilan misalnya dengan berbagai kursus atau balai latihan kerja di pusat-

28

pusat rehabilitasi. Bila pasien selesai menjalani program rehabilitasi diharapkan


dapat melanjutkan kembali sekolah/kuliah atau bekerja.
2.3.5.2 Rehabilitasi kejiwaan
Dengan menjalani rehabilitasi diharapkan agar pasien rehabilitasi yang
semua berperilaku maladaptif berubah menjadi adaptif atau dengan kata lain sikap
dan tindakan antisosial dapat dihilangkan, sehingga mereka dapat bersosialisasi
dengan sesama rekannya maupun personil yang membimbing dan mengasuhnya.
Meskipun pasien telah menjalani terapi detoksifikasi, seringkali perilaku
maladaptif tadi belum hilang, keinginan untuk menggunakan Napza kembali
masih sering muncul, juga keluhan lain seperti kecemasan dan depresi serta tidak
dapat tidur (insomnia) merupakan keluhan yang sering disampaikan ketika
melakukan konsultasi dengan psikiater.
Oleh karena itu, terapi psikofarmaka masih dapat dilanjutkan, dengan
catatan jenis obat psikofarmaka yang diberikan tidak bersifat adiktif
(menimbulkan ketagihan) dan tidak menimbulkan ketergantungan. Dalam
rehabilitasi kejiwaan ini yang penting adalah psikoterapi baik secara individual
maupun secara kelompok. Untuk mencapai tujuan psikoterapi, waktu 2 minggu
(program pasca detoksifikasi) memang tidak cukup. oleh karena itu, perlu
dilanjutkan dalam rentang waktu 3 6 bulan (program rehabilitasi). Dengan
demikian dapat dilaksanakan bentuk psikoterapi yang tepat bagi masing-masing
pasien

rehabilitasi.

Yang

termasuk

rehabilitasi

kejiwaan

ini

adalah

psikoterapi/konsultasi keluarga yang dapat dianggap sebagai rehabilitasi keluarga


terutama keluarga broken home. Gerber (1983), dikutip dari Purba dkk, 2012)

29

menyatakan bahwa konsultasi keluarga perlu dilakukan agar keluarga dapat


memahami aspek-aspek kepribadian anaknya yang mengalami penyalahgunaan
narkoba.
2.3.5.3 Rehabilitasi komunitas
Berupa program terstruktur yang diikuti oleh mereka yang tinggal dalam
satu tempat. Dipimpin oleh mantan pemakai yang dinyatakan memenuhi syarat
sebagai konselor, setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan. Tenaga profesional
hanya sebagai konsultan saja. Pasien dilatih keterampilan mengelola waktu dan
perilakunya secara efektif dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga dapat
mengatasi keinginan mengunakan narkoba lagi atau nagih (craving) dan
mencegah relaps. Dalam program ini semua pasien ikut aktif dalam proses terapi.
Mereka bebas menyatakan perasaan dan perilaku sejauh tidak membahayakan
orang lain. Tiap anggota bertanggung jawab terhadap perbuatannya, penghargaan
bagi yang berperilaku positif dan hukuman bagi yang berperilaku negatif diatur
oleh mereka sendiri.
2.3.5.4 Rehabilitasi keagamaan
Rehabilitasi keagamaan masih perlu dilanjutkan karena waktu
detoksifikasi tidaklah cukup untuk memulihkan pasien rehabilitasi menjalankan
ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya masing-masing. Pendalaman,
penghayatan, dan pengamalan keagamaan atau keimanan ini dapat menumbuhkan
kerohanian (spiritual power) pada diri seseorang sehingga mampu menekan risiko
seminimal mungkin terlibat kembali dalam penyalahgunaan Napza apabila taat
dan rajin menjalankan ibadah, risiko kekambuhan hanya 6,83%, bila kadang-

30

kadang beribadah risiko kekambuhan 21,50%, dan apabila tidak sama sekali
menjalankan ibadah agama risiko kekambuhan mencapai 71,6%.

2.4

Eksresi Zat Sisa Melalui Ginjal


Di dalam tubuh makhluk hidup terjadi proses - proses biologis berupa

pembongkaran dan penyusunan (metabolisme). Metabolisme akan menghasilkan


zat yang berguna bagi tubuh dan zat - zat sisa yang tidak digunakan tubuh. Sisa
hasil metabolisme dikeluarkan melalui alat - alat pengeluaran.
Apabila sisa hasil metabolisme tersebut tidak dikeluarkan maka dapat
menyebabkan tubuh keracunan. Zat-zat sisa yang dikeluarkan tubuh antara lain
karbon dioksida (CO2), amonia (NH4), dan air (H2O). Proses pengeluaran sisa
metabolisme yang tidak berguna tersebut disebut ekskresi. Ekskresi melibatkan
alat-alat khusus dan membentuk suatu sistem yang disebut sistem ekskresi. Sistem
ekskresi sangat berperan penting untuk menjaga keseimbangan cairan dalam
tubuh (homeostatis) dengan cara osmoregulasi. Osmoregulasi, yaitu mekanime
untuk mengatur konsentrasi bahan terlarut dalam cairan sel atau cairan tubuh.
Organ yang terpenting untuk eksresi obat adalah ginjal. Obat dieksresi
melalui ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya. Eksresi dalam
bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan cara eliminasi obat melalui ginjal.
Eksresi melalui ginjal melibatkan tiga proses, yakni filtrasi glomerulus, sekresi
aktif di tubulus proksimal dan reabsorbsi pasif di sepanjang tubulus. Fungsi ginjal
mengalami kematangan pada usia 6 12 bulan, dan setelah dewasa menurun 1 %
per tahun (Setiawati dkk, 2007).

31

Manusia mempunyai sepasang ginjal. Ginjal manusia dewasa memiliki


berat lebih kurang 200 gram dan panjang 10 cm. Ginjal berbentuk seperti kacang
merah dan berwarna merah tua, karena mengandung banyak kapiler darah. Organ
ini terletak di dalam ronga perut bagian belakang agak ke atas.
Ginjal manusia terbagi atas 2 lapisan, yaitu korteks (luar) dan medula
(dalam). Pada lapisan korteks ginjal, terdapat satuan struktural dan fungsional
terkecil yang disebut nefron. Satu buah ginjal manusia mengandung kurang lebih
1 juta nefron. Setiap nefron terdiri atas badan Malpighi (badan renalis) yang
tersusun dari kapsul Bowman dan glomerulus. Kapsul Bowman berdinding
rangkap dengan glomerulus di dalam cekungan kapsulnya. Glomerulus
merupakan kumpulan pembuluh kapiler darah yang dindingnya bersambung
menjadi satu dengan dinding kapsul Bowman. Sementara itu, tubulus-tubulus
yang menyusun nefron adalah tubulus proksimal, tubulus distal, dan tubulus
pengumpul/kolektipus yang dikelilingi oleh pembuluh darah kapiler. Pembuluh
darah kapiler ini dinamakan arteriol eferen yang meninggalkan glomerulus
menuju vasa rekta. Vasa rekta merupakan kapiler yang mengelilingi lengkung
Henle. Adapun pembuluh darah kapiler yang menuju glomerulus dinamakan
arteriol aferen. Arteriol ini banyak menyuplai darah bagi glomerulus.
Pada lapisan medula ginjal terdapat lengkung Henle. Lengkung Henle
merupakan saluran ginjal atau tubulus yang menghubungkan antara tubulus distal
pada daerah korteks dengan tubulus proksimal. Saluran lengkung Henle ini ada
yang menurun dan menaik. Orang dewasa memiliki panjang seluruh tubulus lebih
kurang 7,5-15 m.

32

Pada lapisan medula juga terdapat tubulus kolektipus yang mengalirkan


zat sisa metabolisme (urin) menuju ureter. Ginjal mengendalikan potensial air
darah yang melewatinya. Substansi yang menyebabkan ketidakseimbangan
potensi air pada darah akan dipisahkan dari darah dan diekskresikan dalam bentuk
urin. Sebagai contoh adalah sisa nitrogen hasil pemecahan asam amino dan asam
nukleat.
Ginjal berperan dalam proses pembentukan urin yang terjadi melalui
serangkaian proses, yaitu : penyaringan, penyerapan kembali dan augmentasi.
a. Penyaringan (filtrasi)
Proses pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah yang
terjadi di kapiler glomerulus. Sel-sel kapiler glomerulus yang berpori
(podosit), tekanan dan permeabilitas yang tinggi pada glomerulus
mempermudah proses penyaringan. Selain penyaringan, di glomelurus
juga terjadi penyerapan kembali sel-sel darah, keping darah, dan
sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil yang terlarut di
dalam plasma darah, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium,
klorida, bikarbonat, dan urea dapat melewati saringan dan menjadi
bagian dari endapan. Hasil penyaringan di glomerulus disebut filtrat
glomerolus atau urin primer, mengandung asam amino, glukosa,
natrium, kalium, dan garam - garam lainnya.
b. Penyerapan kembali (reabsorbsi)
Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urin pimer akan diserap
kembali di tubulus kontortus proksimal, sedangkan di tubulus

33

kontortus distal terjadi penambahan zat-zat sisa dan urea. Proses


absorbsi zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino
diabsorbsi melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa
osmosis. Penyerapan air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus
distal. Substansi yang masih diperlukan seperti glukosa dan asam
amino dikembalikan ke darah. Zat amonia, obat-obatan seperti
penisilin, kelebihan garam dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan
bersama urin. Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan
menghasilkan urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan
ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang
bersifat racun bertambah, misalnya urea.
c. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai
terjadi di tubulus kontortus distal. Dari tubulus-tubulus ginjal, urin
akan menuju rongga ginjal, selanjutnya menuju kandung kemih
melalui saluran ginjal. Jika kandung kemih telah penuh terisi urin,
dinding kandung kemih akan tertekan sehingga timbul rasa ingin
buang air kecil. Urin akan keluar melalui uretra. Komposisi urin yang
dikeluarkan melalui uretra adalah air, garam, urea dan sisa substansi
lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau
pada urin. (Anonym, 2010).

34

2.5.

Pemeriksaan Narkoba Melalui Urin

2.5.1

Marquis Test
Tes Marquis adalah tes yang dilakukan dengan menempatkan setetes

cairan reagen ke sampel kecil dari bahan yang diuji. Bahan kimia dalam pereaksi,
bereaksi berbeda dengan suatu bahan kimia, mengubah berbagai warna
berdasarkan apa yang ada dalam materi yang diuji. Reaksi khas untuk MDMA
adalah ungu tua / hitam. Reaksi oranye cerah bisa menunjukkan adanya
amfetamin atau metamfetamin (kecepatan). Reaksi kuning / hijau terang dapat
menunjukkan adanya 2C-B, DOM, atau DOB. Tes ini relatif terbatas dalam apa
yang dapat diuji, tetapi tes ini merupakan sebuah cara sederhana dan murah dalam
mengidentifikasi komponen, kemungkinan pil atau bahan lain (ecstasyData,
2011).
Pengujian ini dilakukan dengan sedikit olesan bahan uji / sampel, dan
menambahkan setetes pereaksi (yang awalnya jelas dan tidak berwarna). Hasilnya
dianalisis dengan melihat warna campuran yang dihasilkan dan pada waktu yang
dibutuhkan untuk perubahan warna menjadi jelas.
Tabel 1. Analisa tes reagen Marquis
Substansi

Warna

Waktu ( detik )

MDMA / MDA

Ungu ke hitam

0- 5

Amphetamin/
Methamphetamin

Orange ke coklat

0-5

2C-B

Orange ke hijau

5-10

DXM

Abuabu ke hitam

15-30

(DanceSafe, 2011)

Catatan
Dapat berwarna
ungu tua
Dapat berwarna
kecoklatan
Warna dapat
berubah dari hasil
awal
Awalnya tidak
berubah ; butuh
waktu lama untuk
mencapai warna
hitam disbanding
MDMA

35

2.5.2

Fast Blue Test Salt B


Suatu tes untuk mengidentifikasi ganja, minyak hash, THC dan residu dari

THC pada komposisi rokok. Seperti halnya pengujian lain, dengan Fast Blue Test
Salt B, kita akan dapat mengidentifikasi zat Napza melalui indikasi perubahan
warna yang terjadi. Pencampuran substansi dan reagen dilakukan dalam waktu
sekitar 30 detik. Selanjutnya merupakan tahap untuk menunggu kedua zat untuk
bereaksi. Reaksi pengujian ini akan mengindikasikan keberadaan zat dengan
perubahan warna oranye - merah (coklat kemerahan) menjadi coklat kemerahan
sangat gelap merupakan indikasi dari adanya ganja, ganja, THC ganja dan produk
lainnya. Sampel yang kuat akan menghasilkan warna merah yang sangat gelap
(BVDA, 2004).

2.6

Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre


Al-Kamal Sibolangit Centre merupakan salah satu panti rehabilitasi pasien

dengan penyalahgunaan narkoba. Berlokasi di jalan Medan Brastagi Km. 45,


desa Suka Makmur, kecamatan Sibolangit, Al-kamal sibolangit centre memiliki
luas lahan sebesar 3,5 ha. Panti rehabilitasi ini memiliki daya tampung maksimal
sebanyak 50 orang residen (sebutan untuk pasien rehabilitasi). Panti yang dikelola
oleh yayasan Al-kamal ini memiliki beberapa tenaga kerja/ahli guna mendukung
seluruh kegiatan panti diantaranya : ahli agama, ahli pengobatan tradisional,
dokter dan perawat, keamanan, dan meyer (pengawas kegiatan residen setiap
hari).

36

Panti ini memiliki berbagai macam fasilitas yang dapat mendukung


seluruh kegiatan residen selama mengikuti program rehabilitasi. Adapun berbagai
fasilitas yang tersedia dalam panti adalah sebagai berikut :
a. Gedung Penginapan dan Penyuluhan Publik : Ruang penerima, kamar
tidur publik dan KM/WC (24 kamar), ruang kumpul, ruang penyuluhan /
seminar (kapasitas 84 orang), ruang makan, ruang tenis meja, dapur,
halaman (kolam, ayunan, dll).
b. Gedung Utama, terdiri dari : Ruang security, Ruang konsultasi pasien dan
orang tua pasien, Kantor supervisor, Aula bersama (ruang nonton dan
ruang musik), Gazebo (kunjungan orang tua, mereka berkumpul dengan
pasien di gazebo ini dari jam 10 pagi sampai jam 3 siang. Kunjungan
dilakukan setelah 6 bulan pertama, setelah itu 3 bulan, dan 1 bulan untuk
berikutnya sampai pasien keluar dari panti ini), dan Lahan untuk berkebun.
c. Gedung Residensial dan Perawatan Pasien, terdiri dari : Ruangan medis
dan obat -obatan standar, Asrama (10 kamar masing masing berisi 5
tempat tidur), Ruang keterampilan (ruang sablon dan ruang komputer),
Ruang makan, Oukup (sauna), Ruangan pijat tradisional, Ruangan ramuramuan tradisional, Ruang Isolasi, Lapangan olahraga (basket, sepakbola,
jogging), dan Kolam berendam.
Ditinjau dari proses pelaksanaan program rehabilitasi, Al-Kamal
Sibolangit Centre menerpkan beberapa metode pengobatan bagi residen / pasien
ketergantungan narkoba sebagai berikut :

37

a. Pengobatan Rohani
Pasien dibimbing mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,
sesuai dengan agama yang dianutnya. Ini merupakan pondasi spiritual
yang diharapkan bisa membingkai kesadarannya secara permanen.
Bimbingan rohani dilakukan oleh pemuka agama sesuai dengan keyakinan
yang dipegang pasien. Bimbingan rohani ini dilakukan 2-3 kali seminggu.
b. Pengobatan Tradisional
Ada 3 jenis pengobatan tradisional, yaitu: Oukup, pijat, dan jamu. Oukup
untuk mengeluarkan racun narkoba dari pori-pori badannya. Pijat untuk
melancarkan

sel-sel

tubuh,

melancarkan

peredaran

darah,

dan

menyehatkan tubuh. Jamu untuk mencuci perut, menghilangkan racun,


menetralisir saraf, dan menstabilkan fungsi tubuh. Pengobatan Oukup
dilakukan 1 kali seminggu sedangkan pemberian jamu dilakukan rutin
setiap hari khususnya pada pasien yang baru masuk / sedang menjalani
proses detoksifikasi.
c. Pengobatan Medis
Pasien memperoleh pengobatan dan perawatan medis. Pengobatan ini
bertujuan memulihkan kesehatan fisik pasien. Secara terjadwal, pasien
diperiksa dokter dan perawat. Pengobatan medis dilakukan sesuai dengan
dignosa penyakit klinis pasien saat sedang sakit.
d. Latihan Fisik
Selain obat medis dan tradisional, pasien juga mendapatkan latihan fisik.
Pasien mempunyai jadwal olah raga, dan senam. Kegiatan olahraga

38

dilakukan setiap hari pada waktu sore. Senam dilakukan setiap pagi
sebelum melakukan aktifitas refleksi.
e. Kebatinan
Pasien mendapat olah kebatinan, seperti senam pernafasan. Kegiatan ini
dimaksudkan memulihkan pola berkonsentrasi pasien yang selama ini
terganggu. Kegiatan ini dilakukan setiap pagi hari.

2.7 Kerangka Konsep


Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat kerangka kerja penelitian
mengenai pengaruh pemberian susu melalui pendekatan asuhan keperawatan
terhadap gejala psikis dan eksresi zat napza dengan ketergantungan narkoba di
ruang 7 dan 8 panti rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre tahun 2012, sebagai
berikut :
Variabel Independen

Variabel Dependen
Gejala Psikis Pasien
Ketergantungan
Narkoba
Eksresi Zat Napza

Pemberian Susu Melalui


Pendekatan Asuhan
Keperawatan

Variabel Confounding
Terapi :
Obat Obatan Herbal
Terapi Detoksifikasi

diteliti
tidak diteliti
Gambar 4. Kerangka Konsep

39

Dari kerangka kerja penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa objek penelitian
ini adalah gejala psikis dan eksresi zat napza pasien ketergantungan narkoba.
Pengkajian gejala psikis pasien dilakukan dengan menggunakan lembar observasi,
sedangkan untuk menganalisa eksresi zat napza pada urin dilakukan dengan
metode Marquis test dan Fast blue salt test b. Adapun pemberian susu melalui
pendekatan asuhan keperawatan dikategorikan sebagai jenis perlakuan (variabel
independen) yang akan dilakukan kepada subjek penelitian. Sedangkan beberapa
variabel Confounding/perancu diantaranya obat obatan herbal dan terapi
detoksifikasi.

2.8

Hipotesis
Hipotesis Kerja ( Ha ), ada pengaruh pemberian susu melalui pendekatan

asuhan keperawatan terhadap gejala psikis dan eksresi zat napza pasien dengan
ketergantungan narkoba di ruang 7 dan 8 panti rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit
Centre tahun 2012. Hipotesis Nol ( Ho ), tidak ada pengaruh pemberian susu
melalui pendekatan asuhan keperawatan terhadap gejala psikis dan eksresi zat
napza pasien dengan ketergantungan narkoba di ruang 7 dan 8 panti rehabilitasi
Al-Kamal Sibolangit Centre tahun 2012.

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1.

Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian Quasy Experiment. Desain Quasy

Experiment yang digunakan adalah The Non Randomized Control Group PretestPost test Design dimana pengelompokan anggota sampel pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol tidak dilakukan secara random (Notoatmodjo,
2010).
c.1.1. Skema Penelitian
Populasi

Identifikasi gejala
psikis

Gejala muncul

Kelompok
Perlakuan

diberikan susu 1 kali


setiap hari melalui
pendekatan asuhan
keperawatan

Sampel
Kelompok
Kontrol

Analisa data :
- Membandingkan lama
hari hilangnya gejala
psikis dan kandungan
napza
dalam
urin
pasien kelompok intervensi dan kontrol

Gambar 5. Skema Penelitian

40

dilakukan identifikasi
gejala psikis pasien 1
kali setiap hari

dilakukan
identifikasi Napza 1
kali setiap hari hingga
kandungan zat napza

41

Berdasarkan skema tersebut, dilakukan identifikasi gejala psikis awal


terhadap populasi penelitian dengan menggunakan lembar observasi untuk
mengidentifikasi pasien yang masih menunjukkan gejala psikis ketergantungan
narkoba. Melalui pemeriksaan ini akan didapatkan pasien dengan gejala psikis
yang selanjutnya ditetapkan sebagai sampel. Sedangkan pasien yang tidak
menunjukkan gejala psikis tidak termasuk ke dalam sampel penelitian.
Dari 10 orang pasien dengan gejala psikis (sampel penelitian), akan dibagi
ke dalam 2 kelompok. 5 orang sampel akan ditetapkan sebagai anggota kelompok
perlakuan, dan 5 orang lainnya sebagai anggota kelompok kontrol. Masing
masing anggota kelompok perlakuan akan diberikan 1 gelas susu melalui
pendekatan asuhan keperawatan, 1 kali setiap hari sedangkan kelompok kontrol
tidak diberikan. Asuhan keperawatan yang dilakukan adalah asuhan keperawatan
pasien

dengan

ketergantungan

narkoba,

mulai

dari

tahap

pengkajian

(pengumpulan data, analisis data, dan penentuan masalah) diagnosis, perencanaan,


pelaksanaan, evaluasi keperawatan melalui strategi pertemuan 1 dan 2 (SP 1 dan
SP 2) pada pasien. Kemudian dilakukan identifikasi gejala psikis pasien dan
kandungan Napza melalui urin 1 kali setiap hari terhadap pasien pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol sampai dengan hari dimana hilangnya gejala
psikis ketergantungan narkoba dan sampel urin dinyatakan negatif mengandung
Narkoba dari seluruh anggota kedua kelompok tersebut. Hasil identifikasi gejala
psikis dan kandungan urin napza tersebut akan dianalisa guna membandingkan
nilai kelompok intervensi dan kontrol.

42

3.2.

Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Al-Kamal Sibolangit Center, dengan
pertimbangan

masih

perlunya

pengembangan

upaya

tambahan

dalam

penanggulangan pasien narkoba yang optimal, pemberian susu melalui


pendekatan asuhan keperawatan sebagai salah satu upaya menurunkan gejala
psikis pasien ketergantungan narkoba dan eliminasi zat napza belum dilakukan,
memiliki jumlah populasi dan sampel yang cukup untuk dijadikan subjek
penelitian, referensi tentang Napza dan penggulangannya cukup, sepanjang
pengetahuan peneliti penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya, serta
lokasi rehabilitasi tersebut merupakan tempat yang dapat dijangkau peneliti
pernah berkunjung hingga lebih mudah bersosialisasi dengan lingkungan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 24 Desember 2012 s/d 6 Januari
2013.

3.3.

Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh pasien narkoba yang sedang menjalani proses
rehabilitasi narkoba di ruang 7 dan 8 panti rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit
Center tahun 2012. Populasi berjumlah 10 orang pasien laki laki.

43

3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti (Arikunto,
2006). Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah pasien narkoba yang saat
dilakukan observasi awal masih ditemukan gejala psikis pasien dengan
ketergantungan narkoba dan sedang menjalani

proses rehabilitasi narkoba di

ruang 7 dan 8 Al-Kamal Sibolangit Center tahun 2012. Sampel diambil dengan
menggunakan metode Non Probability Sampling yaitu dengan teknik Sampel Jenuh.
Menurut Sugiyono (2008), sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila
jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh
adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Dengan
demikian sampel penelitian ini berjumlah 10 orang.

44

3.4.

Defenisi Operasional
Untuk menghindari tanggapan tentang konsep, maka peneliti akan

memberikan batasan operasional sebagai berikut:


Tabel 2. Definisi Operasional
No
1

Variabel
Penelitian
Variabel
Independen :
Pemberian
susu melalui
pendekatan
asuhan
keperawatan

Variabel
Dependen :
Gejala Psikis
pasien ketergantungan
narkoba

Variabel
Dependen :
Eksresi
zat
Napza
melalui urin

Defenisi

Alat Ukur

Hasil Ukur

Skala

Pemberian produk susu


sapi bubuk (54 gr) yang
dilarutkan dalam air
(270 cc) 1 kali setiap
hari saat melakukan
pelaksanaan SP1 dan
SP2 asuhan keperawatan
kepada pasien kelompok
perlakuan yang sedang
menjalani
proses
rehabilitasi narkoba di
ruang 7 dan 8 Al-Kamal
Sibolangit Center tahun
2012

Lembar
Observasi

Diberi Susu
melalui pende
-katan asuhan
keperawatan :
Ya = 1
Tidak = 0

Ordinal

Tanda-tanda ketergantungan/kecanduan narkoba dilihat dari keadaan


psikis yang muncul pada
pasien ketergantungan
narkoba yang sedang
menjalani
proses
rehabilitasi narkoba di
ruang 7 dan 8 Al-Kamal
Sibolangit Center tahun
2012

Lembar
Observasi

Positif = 1
negatif = 0

Ordinal

Urin / sisa metabolisme


yang dikeluarkan melalui
proses perkemihan oleh
pasien ketergantungan
narkoba yang sedang
menjalani
proses
rehabilitasi narkoba di
ruang 7 dan 8 Al-Kamal
Sibolangit Center tahun
2012

Lembar
Observasi

Positif = 1
negatif = 0

Ordinal

45

3.5.

Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu mengajukan

permohonan kepada Ketua STIKes Rumah Sakit Haji Medan untuk melakukan
studi pendahuluan. Kemudian surat tersebut dibawa ke Al-Kamal Sibolangit
Center, dan mendapatkan data untuk menyusun proposal. Kemudian setelah
proposal, maka peneliti melakukan penelitian kepada responden yang akan diteliti
dengan menekankan pada masalah etika meliputi (Nursalam, 2008) :
a. Lembar Persetujuan (Informed Concent)
Lembar persetujuan diberikan kepada subjek yang akan diteliti. Peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan serta dampak
yang mungkin terjadi sebelum dan sesudah penelitian. Jika bersedia
dijadikan responden, maka mereka diminta untuk menandatangani lembar
persetujuan tersebut. Jika mereka menolak untuk dijadikan responden,
maka peneliti tidak akan memaksa dan akan tetap menghormati hakhaknya.
b. Tanpa Nama (Anonimity)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan
namanya

pada lembar pengumpulan data, tetapi cukup dengan

memberikan nomor kode pada masing-masing lembar tersebut.


c. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi responden akan dijamin oleh peneliti, hanya
sekelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai
hasil penelitian.

46

3.6.

Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian. Langkah


langkah dalam pengumpulan data bergantung pada rancangan penelitian dan
teknik instrument yang digunakan (Nursalam, 2008). Data diperoleh dari lembar
observasi yang digunakan selama penelitian berlangsung. Penelitian dilakukan
dipanti rehabilitasi narkoba sibolangit center pada 24 Desember 2012 6 Januari
2013.
Peneliti mengajukan surat pengantar pelaksanaan penelitian kepada ketua
STIKes untuk dibawa ke tempat penelitian. Selanjutnya peneliti bertemu dengan
pengelola panti rehabilitasi Al-kamal Sibolangit Centre untuk memohon izin
pelaksanaan penelitian. Peneliti menjelaskan maksud, tujuan, prosedur, dan
manfaat, sekaligus menyepakati jadwal pelaksanaan penelitian.
Peneliti mulai melakukan penelitian kepada subjek penelitian yakni pasien
rehabilitasi narkoba Sibolangit Centre yang berada di ruang 7 dan 8. Setiap pasien
diminta kesediaannya secara sukarela untuk menjadi subjek penelitian melalui
lembar persetujuan menjadi responden. Pasien memiliki hak untuk menerima atau
menolak persetujuan tersebut. Pasien yang menyetujui diminta menandatangani
lembar persetujuan dan akan diikutsertakan dalam pelaksanaan penelitian.
Sedangkan pasien yang tidak bersedia menjadi subjek penelitian, tidak akan
dipaksa untuk menandatangani lembar persetujuan dan tidak diikutsertakan dalam
pelaksanaan penelitian.

47

Penelitian diawali pada pagi hari pertama dengan melakukan pengkajian


awal tentang gejala psikis pasien dengan ketergantungan narkoba. Selanjutnya
peneliti mendata pasien yang menunjukkan gejala psikis pasien dengan
ketergantungan narkoba dan mengelompokkan pasien tersebut menjadi 2
kelompok (kelompok perlakuan dan kelompok kontrol). Kemudian dilakukan
pengambilan sampel urin masing-masing pasien anggota kelompok perlakuan dan
kontrol.
Pada siang harinya, diberikan susu kepada masing masing anggota
kelompok perlakuan (sesuai penjelasan dalam prosedur penelitian) dan
dilanjutkan dengan melakukan asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan yang
dilakukan adalah proses keperawatan pasien dengan ketergantungan narkoba,
mulai dari tahap pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
keperawatan melalui strategi pertemuan 1 dan 2 (SP 1 dan SP 2) pada pasien.
Setiap

pasien

(kelompok

intervensi/kontrol)

akan

mendapatkan

asuhan

keperawatan dari peneliti sesuai dengan kontrak jadwal strategi pertemuan yang
telah

disepakati

masing-masing

pasien.

Perkembangan

gejala

psikis

ketergantungan narkoba pada tiap pasien diamati dengan menggunakan penilaian


pada lembar observasi. Proses tersebut rutin dilakukan setiap hari selama 2
minggu.
Sampel urin pasien akan dibawa ke laboratorium kimia STIKes RS.Haji
Medan untuk dilakukan pengujian kandungan narkoba setiap satu minggu. Hasil
pengujian akan dicatat dalam lembar observasi. Data yang telah dikumpulkan
akan dianalisa dengan membandingkan perbedaan nilai pada kelompok perlakuan

48

dan kontrol untuk mengetahui pengaruh pemberian susu melalui pendekatan


asuhan keperawatan terhadap gejala psikis dan eksresi zat Napza pasien
ketergantungan narkoba.

3.7.

Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah lembar observasi

mengenai gejala psikis dan pemeriksaan narkoba melalui urin pasien, serta
prosedur kegiatan penelitian. Untuk lembar observasi gejala psikis pasien
ketergantungan narkoba berisi pengamatan terhadap 11 gejala psikis yang timbul
pada sampel (intervensi dan kontrol) setiap hari. Bila suatu gejala muncul akan
diberi nilai 1, dan bila gejala tidak muncul akan diberi nilai 0. Sedangkan pada
lembar observasi pemeriksaan narkoba melalui urin pasien berisi dokumentasi
hasil pemeriksaan/tes narkoba pada sampel urin pasien yang telah diambil setiap
hari selama 2 minggu. Bila urin pasien positif mengandung narkoba akan diberi
nilai 1, dan bila urin negatif narkoba akan diberi nilai 0. Instrumen yang
digunakan saat melakukan intervensi terhadap pasien berupa prosedur kegiatan
penelitian yang mencakup rangkaian tindakan yang dilakukan dalam peneltian dan
pelaksanaan asuhan keperawatan.

3.8

Analisa Data
Untuk menganalisis pengaruh pemberian susu melalui pendekatan asuhan

keperawatan terhadap gejala psikis dan eksresi zat napza pasien dengan
ketergantungan narkoba, dilakukan dengan menggunakan uji t (Independen

49

Sample Test). Melalui uji tersebut, akan dibandingkan lama hari hilangnya gejala
psikis pasien dengan ketergantungan narkoba, pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol. Rumus yang digunakan dalam uji t (Independen Sample Test)
adalah sebagai berikut :

t=
Keterangan :
t

= Nilai t hitung
= Rata rata kelompok 1

= Rata rata kelompok 2

= Standar error kedua kelompok


Namun sebelum menggunakan rumus tersebut, harus ditentukan terlebih
dahulu standar error kedua kelompok dengan menggunakan rumus :

=
Keterangan :
= Standar error kedua kelompok

= Varian dari kedua kelompok

50

= Jumlah sampel kelompok 1

= Jumlah sampel kelompok 2


Sedangkan nilai varian dari kedua kelompok dapat dihitung dengan :

=
Keterangan :
= Varian dari kedua kelompok

= Jumlah sampel kelompok 1

= Jumlah sampel kelompok 2

= Varian kelompok 1

= Varian kelompok 2

3.9

Pengolahan Data
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian susu melalui

pendekatan asuhan keperawatan terhadap gejala psikis dan eksresi zat napza
antara kelompok perlakuan dan kontrol, digunakan metode Statistik T-test
(Independen Samples T-test). Instrumen analisis data hasil pengamatan gejala
psikis pasien ketergantungan narkoba dianalisis menggunakan program SPSS

51

(Statistical Package For Social Science) dengan versi 18 for Windows xp /


2007.

BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di panti rehabilitasi narkoba Al Kamal
Sibolangit Centre tahun 2012. Tempat rehabilitasi tersebut terletak dikawasan
Sibolangit, Sumatera Utara. Tempat ini berdiri sejak tahun 2001 dengan daya
tampung maksimal 50 pasien narkoba, milik keluarga dari seorang pecandu
narkoba. Saat menjalani proses rehabilitasi, pasien akan diberikan terapi
detoksifikasi, obat obatan herbal, pengembangan diri, dan bimbingan spiritual.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien narkoba yang sedang
menjalani proses rehabilitasi narkoba di ruang 7 dan 8 panti rehabilitasi Al-Kamal
Sibolangit Centre tahun 2012 yang berjumlah 10 orang. Sampel diambil dengan
menggunakan metode Non Probability Sampling yaitu dengan teknik Sampel
Jenuh. Sampel penelitian ini berjumlah 10 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok
yakni kelompok Intervensi dan kelompok Kontrol. Peneliti melakukan intervensi
(pemberian susu melalui pendekatan asuhan keperawatan pada kelompok
Intervensi) dan pengamatan mengenai gejala psikis dan kandungan napza urin
pasien dengan ketergantungan narkoba pada sampel dengan menggunakan lembar
observasi setiap hari selama 2 minggu. Setelah seluruh data penelitian terkumpul
kemudian peneliti mengolah data melalui proses editing, coding, tabulating,

52

53

scoring dan dilakukan analisa data dengan menggunakan uji t-test (Independen
Samples T-test).
4.1.2 Data Demografi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Pengaruh
pemberian susu melalui pendekatan asuhan keperawatan terhadap gejala psikis
dan eksresi zat napza pasien ketergantungan narkoba di ruang 7 dan 8 panti
rehabilitasi narkoba Al Kamal Sibolangit Centre tahun 2012, didapatkan hasil
penelitian sebagai berikut:
4.1.2.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden Berdasarkan Umur
Saat dilakukan pengkajian tentang gambaran karakteristik demografi
responden berdasarkan umur, maka diperoleh sebagai berikut:
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden Berdasarkan Umur
Kelompok Intervensi

Kelompok Kontrol

No.

Umur

Jumlah (Responden)

Persentase (%)

Jumlah (Responden)

Persentase (%)

<25

20

40

25 35

60

60

>35

20

Total

100

100

Gambar 6. Diagram Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden


Berdasarkan Umur
Berdasarkan tabel dan diagram di atas dapat diamati bahwa untuk kategori
umur, mayoritas responden pada kelompok intervensi memiliki umur dalam

54

rentang 25-35 tahun yaitu sebanyak 3 orang (60%). Pada kelompok kontrol
mayoritas responden juga memiliki umur dalam rentang 25-35 tahun yakni
sebanyak 3 orang (60%).
4.1.2.2 Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden Berdasarkan Jenjang
Pendidikan
Pengkajian

tentang

gambaran

karakteristik

demografi

responden

berdasarkan jenjang pendidikan, maka diperoleh sebagai berikut :


Tabel 4. Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden Berdasarkan
Jenjang Pendidikan
No.

Pendidikan

Kelompok Intervensi
Jumlah
Persentase
(Responden)
(%)

Kelompok Kontrol
Jumlah
Persentase
(Responden)
(%)

SMP

20

60

SMA

60

40

S1

20

Total

100

100

Gambar 7. Diagram Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden


Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Berdasarkan tabel dan diagram di atas dapat diamati bahwa untuk kategori
jenjang pendidikan, mayoritas responden pada kelompok intervensi berpendidikan
SMA yaitu sebanyak 3 orang (60%). Pada kelompok kontrol mayoritas responden
berpendidikan SMP yakni sebanyak 3 orang (60%).
4.1.2.3 Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden Berdasarkan Pekerjaan

55

Pengkajian yang dilakukan tentang gambaran karakteristik demografi


responden berdasarkan pekerjaan, maka diperoleh sebagai berikut :
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden Berdasarkan
Pekerjaan
No.

Pekerjaan

Kelompok Intervensi
Jumlah
Persentase
(Responden)
(%)

Kelompok Kontrol
Jumlah
Persentase
(Responden)
(%)

Pelajar

20

40

Tenaga Honorer

40

Wiraswasta

20

40

Tidak Bekerja

20

20

Total

100

100

Gambar 8. Diagram Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden


Berdasarkan Pekerjaan
Berdasarkan tabel dan diagram di atas dapat diamati bahwa untuk kategori
pekerjaan, klasifikasi responden terlihat merata. 2 orang (40%) responden dalam
kelompok intervensi bekerja sebagai Tenaga Honorer. Sedangkan responden pada
kelompok kontrol bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 2 orang (40%), dan
berstatus pelajar masing masing sebanyak 2 orang (40%).

4.1.3

Jenis Narkoba Berdasarkan Hasil Wawancara Pengkajian Riwayat Pasien


Berdasarkan hasil wawancara pada format pengkajian yang dilakukan

kepada pasien, terdapat berbagai jenis narkoba yang pernah dikonsumsi pasien.
Adapun jenis-jenis narkoba tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

56

Tabel 6. Jenis Narkoba Berdasarkan Hasil Wawancara Pengkajian Riwayat


Pasien
Jenis Narkoba

Ganja

Shabu

Alkohol

Ekstasi

Putaw

Lem

Heroin

Obat
Penenang

Pemakaian

Kelompok Intervensi
Jumlah
Persentase
(Responden) (%)

Kelompok Kontrol
Jumlah
Persentase
(Responden) (%)

Pernah

100

60

Tidak Pernah

40

Total

100

100

Pernah

60

100

Tidak Pernah

40

Total

100

100

Pernah

40

60

Tidak Pernah

60

40

Total

100

100

Pernah

40

60

Tidak Pernah

60

40

Total

100

100

Pernah

20

20

Tidak Pernah

80

80

Total

100

100

Pernah

20

Tidak Pernah

100

80

Total

100

100

Pernah

20

Tidak Pernah

100

80

Total

100

100

Pernah

40

20

Tidak Pernah

60

80

Total

100

100

57

Gambar 9. Diagram Jenis Narkoba Berdasarkan Hasil Wawancara


Pengkajian Riwayat Pasien
Tabel dan diagram diatas menyajikan hasil pengamatan mengenai berbagai
jenis narkoba yang pernah dikonsumsi oleh masing masing responden dari
kedua kelompok. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa, seluruh
responden pada kelompok intervensi pernah mengkonsumsi narkoba jenis ganja
yaitu sebanyak 5 orang (100%), pada responden kelompok kontrol sebanyak 3

58

orang (60%). Untuk narkoba jenis shabu, pada kelompok intervensi sebanyak 3
orang (60%), sedangkan responden kelompok kontrol sebanyak 5 orang (100%).
Narkoba jenis alkohol dan ekstasi, responden kelompok intervensi sebanyak 2
orang (40%), sedangkan responden kelompok kontrol sebanyak 3 orang (60%).
Untuk narkoba jenis putaw, masing masing 1 orang (20%) dari kelompok
intervensi dan kelompok kontrol. Selanjutnya, untuk narkoba jenis lem dan
heroin, tidak ada responden kelompok intervensi dan hanya 1 orang (20%)
responden kelompok kontrol yang pernah mengkonsumsi jenis tersebut.
Sedangkan untuk penggunaan obat-obatan penenang, responden kelompok
intervensi sebanyak 2 orang (40%) dan 1 orang responden kelompok kontrol.
4.1.4. Pengaruh pemberian susu melalui pendekatan asuhan keperawatan
terhadap gejala psikis pasien dengan ketergantungan narkoba
Berdasarkan

hasil

pengamatan

yang

telah

dilakukan

mengenai

perkembangan gejala psikis pada pasien ketergantungan Napza, maka didapatkan


hasil seperti yang tergambar dalam diagram berikut ini :

Gambar 10. Diagram Perbandingan Rata Rata Lama Hari Hilangnya Gejala
Psikis Pasien Ketergantungan Napza

59

Dari penyajian diagram diatas, ditemukan terdapat perbedaan rata rata


lama hari hilangnya gejala psikis pada pasien ketergantungan Napza pada pasien
kelompok Intervensi dengan Kontrol. Pada kelompok Intervensi terlihat bahwa
rata rata hilangnya gejala psikis pada pasien dalam 3 4 hari. Sedangkan pada
kelompok Kontrol, rata rata gejala psikis hilang pada hari ke 6 8.
Adapun hasil pengujian hipotesis

penelitian

mengenai

pengaruh

pemberian susu melalui pendekatan asuhan keperawatan terhadap eksresi zat


napza dan gejala psikis pasien dengan ketergantungan narkoba di ruang 7 dan 8
panti rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre tahun 2012, adalah sebagai berikut :
Tabel 7. Pengaruh pemberian susu melalui pendekatan asuhan
keperawatan terhadap gejala psikis pasien dengan ketergantungan
narkoba di ruang 7 dan 8 panti rehabilitasi narkoba Al Kamal
Sibolangit Centre tahun 2012
Levene's
Test for
Equality of
Variances
F

Gejala
Psikis

Equal
variances 3.028
assumed
Equal
variances
not
assumed

Sig.

t-test for Equality of Means

.120 -4.865 8

Df

Sig.
Mean
Std. Error
(2Difference Difference
tailed)

95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper

.001

-26.60000

5.46809

-39.20944 -13.99056

-4.865 4.492 .006

-26.60000

5.46809

-41.14753 -12.05247

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa hasil pengujian Levene`s test


untuk uji kesamaan ragam, diperoleh nilai sig F sebesar 3,028 (sig > 0,05),
sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok berasal dari ragam sama.
Karena kedua kelompok pada ragam sama, maka menggunakan uji t pada baris
pertama (equal variances assumed) dan diperoleh nilai sig t sebesar 0,001, dengan
taraf kepercayaan 95% (Confidence Interval of the difference 95%). Karena (sig t

60

< 0,05), maka Ho ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan
antara kelompok Intervensi dan Kontrol. Dengan demikian hipotesis alternatif
(Ha) diterima, bahwa ada pengaruh pemberian susu melalui pendekatan asuhan
keperawatan terhadap gejala psikis pasien dengan ketergantungan narkoba di
ruang 7 dan 8 panti rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre tahun 2012.
4.1.5. Hasil Pengamatan ada tidaknya zat napza di dalam urin pasien setelah
dilakukan intervensi
Berdasarkan data skunder yang didapat dari panti rehabilitasi Sibolangit
Centre tahun 2012, saat pemeriksaan awal seluruh sampel penelitian
teridentifikasi positif menggunakan narkoba jenis. Rata-rata sampel penelitian
tersbut telah menjalani masa rehabilitasi selama 2-3 bulan. Dari hasil analisa
kandungan zat Napza melalui urin pasien yang dilakukan, didapatkan bahwa tidak
ada kandungan zat narkoba di dalam urin (urin negatif narkoba) seluruh sampel
anggota kelompok intervensi maupun kelompok kontrol.
Tabel 8. Hasil Pengamatan ada tidaknya zat napza di dalam urin pasien
setelah dilakukan intervensi
No

Nama Responden/Inisial

Kelompok

Kandungan Narkoba dalam Urin

Tn.MI

Intervensi

Negatif

Tn.Is

Intervensi

Negatif

Tn.Md

Intervensi

Negatif

Tn.IH

Intervensi

Negatif

Tn.Bm

Intervensi

Negatif

Tn.LP

Kontrol

Negatif

Tn.Rs

Kontrol

Negatif

Tn.AS

Kontrol

Negatif

61

Tn.IL

Kontrol

Negatif

10

Tn.RT

Kontrol

Negatif

4.2

Pembahasan

4.2.1

Jenis narkoba yang dikonsumsi pasien kelompok perlakuan dan kontrol


sebelum intervensi
Berdasarkan data yang diperoleh tentang jenis narkoba yang dikonsumsi

pasien, didapatkan hasil bahwa seluruh responden pada kelompok intervensi


pernah mengkonsumsi narkoba jenis ganja yaitu sebanyak 5 orang (100%), pada
responden kelompok kontrol sebanyak 3 orang (60%). Untuk narkoba jenis shabu,
pada kelompok intervensi sebanyak 3 orang (60%), sedangkan responden
kelompok kontrol sebanyak 5 orang (100%). Narkoba jenis alkohol dan ekstasi,
responden kelompok intervensi sebanyak 2 orang (40%), sedangkan responden
kelompok kontrol sebanyak 3 orang (60%). Untuk narkoba jenis putaw, masing
masing 1 orang (20%) dari kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Selanjutnya, untuk narkoba jenis lem dan heroin, tidak ada responden kelompok
intervensi dan hanya 1 orang (20%) responden kelompok kontrol yang pernah
mengkonsumsi jenis tersebut. Sedangkan untuk penggunaan obat-obatan
penenang, responden kelompok intervensi sebanyak 2 orang (40%) dan 1 orang
responden kelompok kontrol. Data tersebut menunjukkan bahwa narkoba jenis
ganja dan shabu adalah jenis narkoba yang paling banyak digunakan pasien.
Data tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan
Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia yang menyebutkan di provinsi

62

Sumut, Jambi dan Maluku merupakan daerah yang paling banyak mengkonsumsi
narkoba jenis daun ganja kering (Butarbutar, 2013). Rekapitulasi Satuan Narkoba
Polres kabupaten Langkat tahun 2012, menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2012
telah menangani 100 kasus dengan 143 tersangka berikut barang bukti ganja dan
shabu-shabu. Sedangkan tahun 2011, Polres Langkat menangani 90 kasus dengan
126 tersangka, total barang bukti ganja 286.265,1 gram dan shabu-shabu 168,44
gram (Siregar, 2012).
Shabu-Shabu merupakan jenis narkoba yang memiliki efek stimulan.
Shabu-Shabu adalah salah satu jenis narkoba yang paling diminati oleh pecandu
narkoba. Shabu dijual dengan satuan berat (gram), dimana harga 1 gram shabushabu dapat mencapai 1 2 juta rupiah. Adapun banyaknya responden yang
menggunakan narkoba jenis shabu disebabkan oleh mayoritas responden memiliki
penghasilan besar dari profesi mereka sebagai wirausahawan. Sebagian responden
lain juga berasal dari keluarga menengah keatas yang memungkinkan mereka
mampu membeli shabu secara rutin.
Ganja (Cannabis sativa) adalah tumbuhan budidaya penghasil serat,
namun

lebih

dikenal

tetrahidrokanabinol

karena

(THC,

kandungan

zat

tetra-hydro-cannabinol)

narkotika
yang

pada
dapat

bijinya,
membuat

pemakainya mengalami euforia (rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab).


Tanaman ganja biasanya dibuat menjadi rokok mariyuana. Tingginya angka
pengguna narkoba jenis ganja pada responden disebabkan karena mayoritas
responden berasal dari provinsi Sumatera Utara. Letak Sumatera Utara cukup
stategis dalam penyebaran dan peredaran gelap narkoba. Secara langsung,

63

keberadaan pasokan ganja di Sumatera Utara dikarenakan letaknya yang


berbatasan dengan provinsi Aceh.
Menurut Alexander (2013), aliran narkoba dari Aceh masih sangat tinggi.
Razia di jalur perbatasan provinsi Sumatera Utara - Aceh akan terus ditingkatkan
untuk menekan kejahatan tersebut. Dari total penangkapan itu sebanyak 1.725
butir pil ekstasi, 631 gram sabu-sabu, dan 14 kilogram ganja dimusnahkan karena
kasusnya sudah dilimpahkan ke kejaksaan. Data Badan Narkotika Nasional
(BNN) tahun 2012, untuk wilayah Aceh Besar jumlah ladang ganja yang masih
terdapat di beberapa kecamatan mencapai 164 hektar (Sambudiyono, 2013).
4.2.2 Gejala psikis pasien pada kelompok perlakuan dan kontrol sebelum
intervensi
Hasil pengkajian awal tentang gangguan/dampak psikis yang muncul dari
bahaya ketergantungan narkoba pada pasien kelompok intervensi dan kontrol
didapatkan bahwa sebelum dilakukan intervensi pada pasien, terlihat dari seluruh
pasien yang menjadi sampel penelitian tersebut (kelompok intervensi dan kontrol)
memiliki gejala psikis seperti : lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan
gelisah, hilang kepercayaan diri, pengkhayal, penuh curiga, sulit berkonsentrasi,
perasaan kesal dan tertekan. Gejala gejala tersebut seperti yang telah
dikemukakan Makaro dkk (2003). Adanya berbagai gejala yang muncul diatas
diperjelas dengan pernyataan Muryanta (2012), yang menyebutkan bahwa terjadi
perubahan pada kehidupan mental emosional berupa gangguan perilaku yang
tidak wajar pada pecandu narkoba.

64

Salah satu akibat penggunaan narkoba adalah mempengaruhi kerja otak.


Pemakaian narkoba sangat mempengaruhi kerja otak yang berfungsi sebagai pusat
kendali tubuh dan mempengaruhi seluruh fungsi tubuh. Karena bekerja pada otak,
narkoba mengubah suasana perasaan, cara berpikir, kesadaran dan perilaku
pemakainya. Itulah sebabnya narkoba disebut zat psikoaktif (Akim, 2008). Daniel
(2018), menyebutkan bahwa dalam sel otak terdapat bermacam-macam zat kimia
yang disebut neurotransmitter. Zat kimia ini bekerja pada sambungan sel saraf
yang satu dengan sel saraf lainnya (sinaps). Beberapa di antara neurotransmitter
itu mirip dengan beberapa jenis narkoba. Semua zat psikoaktif (narkotika,
psikotropika dan bahan adiktif lain) dapat mengubah perilaku, perasaan dan
pikiran seseorang melalui pengaruhnya terhadap salah satu atau beberapa
neurotransmitter.
Menurut Daniel (2008), ada beberapa macam pengaruh narkoba pada kerja
otak. Ada yang menghambat kerja otak, disebut depresansia, sehingga kesadaran
menurun dan timbul kantuk. Contoh golongan ini adalah opioida yang di
masyarakat awan dikenal dengan candu, morfin, heroin dan petidin. Kemudian
obat penenang atau obat tidur (sedativa dan hipnotika) seperti pil BK, Lexo,
Rohyp, MG dan sebagainya, serta alkohol.
Namun ada pula narkoba yang memacu kerja otak, disebut stimulansia,
sehingga timbul rasa segar dan semangat, percaya diri meningkat, hubungan
dengan orang lain menjadi akrab. Akan tetapi menyebabkan tidak bisa tidur,
gelisah, jantung berdebar lebih cepat dan tekanan darah meningkat. Adapun
contohnya adalah amfetamin, ekstasi, shabu, kokain, dan nikotin yang terdapat

65

dalam tembakau. Ada pula narkoba yang menyebabkan khayal, disebut


halusinogenika, contohnya LSD. Ganja menimbulkan berbagai pengaruh, seperti
berubahnya persepsi waktu dan ruang, serta meningkatnya daya khayal, sehingga
ganja dapat digolongkan sebagai halusinogenika (Daniel, 2008).
4.2.3 Pengaruh pemberian susu melalui pendekatan asuhan keperawatan
terhadap gejala psikis pasien dengan ketergantungan narkoba
Napza (Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktif lain) merupakan istilah
kedokteran untuk sekelompok zat yang jika masuk ke dalam tubuh akan
menyebabkan ketergantungan (adiktif) dan berpengaruh pada kerja otak
(psikoaktif). Sekelompok zat yang tergolong kedalam Napza adalah obat, bahan,
atau zat, baik yang diatur undang undang dan peraturan hukum lain maupun
yang tidak, tetapi sering disalahgunakan, seperti alkohol, nikotin, kafein, dan juga
inhalasi/solven. Istilah ini lebih tepat, karena mengacu pada undang undang
yang berlaku mengenai narkotika dan psikotropika (Martono dan Jowana, 2006).
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NAPZA
dapat digolongkan menjadi 3 golongan yaitu Depresan (Downer), Stimulan
(Upper), dan Halusinogen. Jenis NAPZA golongan Depresan (Downer) berfungsi
mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini membuat pemakainya menjadi
tenang dan bahkan membuat tertidur bahkan tak sadarkan diri. Beberapa contoh
Napza jenis ini adalah : Opioda (Morfin, Heroin, Codein), sedatif (penenang),
Hipnotik (obat tidur) dan Tranquilizer (anti cemas). Golongan Stimulan (Upper)
merupakan Jenis NAPZA yang merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan
kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar dan

66

bersemangat. Adapun contoh zatnya adalah : Amphetamin (shabu, ekstasi),


kokain. Sedangkan Golongan Halusinogen merupakan Jenis NAPZA yang dapat
menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan, pikiran dan
seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh persaan
dapat terganggu. Contoh Napza golongan ini adalah kanabis atau yang biasa
disebut ganja.
Menurut Makaro dkk (2003), Secara umum dampak kecanduan narkoba
dapat terlihat pada keadaan fisik, psikis maupun keadaan sosial seseorang.
Adapun beberapa diantara dampak psikis yang dimaksud meliputi : lamban kerja,
ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah, hilang kepercayaan diri, apatis,
pengkhayal, penuh curiga, agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal,
sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan, dan cenderung menyakiti diri,
perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.
Hasil pengkajian awal tentang gangguan / dampak psikis yang muncul dari
bahaya ketergantungan narkoba pada pasien kelompok intervensi dan kontrol
didapatkan bahwa sebelum dilakukan penerapan asuhan keperawatan pada pasien,
terlihat dari seluruh pasien yang menjadi sampel penelitian tersebut (kelompok
intervensi dan kontrol) memiliki gejala psikis seperti : lamban kerja, ceroboh
kerja, sering tegang dan gelisah, hilang kepercayaan diri, pengkhayal, penuh
curiga, sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan. Gejala gejala tersebut
seperti yang telah dikemukakan Makaro dkk (2003). Berdasarkan pengkajian awal
tersebut tidak ditemukan gejala / kecenderungan pasien yang apatis, agitatif,
menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal, dan cenderung menyakiti diri,

67

perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri. Hal ini disebabkan oleh rata rata
sampel penelitian / pasien tersebut sudah 2 3 bulan telah menjalani berbagai
program terapi di panti rehabilitasi Al-Kamal Sibolagit Centre. Di panti
rehabilitasi tersebut pasien menjalani program isolasi, kegiatan keagamaan,
aktifitas kelompok, yang sangat berpengaruh dalam upaya pencegahan tindakan
agitatif. Hal ini juga mendukung salah satu slogan panti rehabilitasi tersebut yakni
No Violence (tidak ada kekerasan) yang dijadikan prinsip kehidupan dan telah
diterapkan dalam keseharian pasien di lingkungan pasien.
Dari data yang telah dikumpulkan, diperoleh perbedaan nilai antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol berdasarkan lama hilangnya gejala
psikis pada tiap pasien. Dalam hal ini, peneliti mengamati bahwa gejala psikis
pada pasien kelompok intervensi lebih cepat berkurang / hilang dibandingkan
dengan pasien kelopok kontrol. Ini disebabkan seluruh pasien pada kelompok
intervensi diberikan asuhan keperawatan oleh peneliti, sedangkan pada pasien
kelompok kontrol tidak diberikan intervensi tersebut.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan tentang peranan asuhan
keperawatan jiwa menurut Undang Undang Kesehatan Jiwa no.3 Tahun 1966,
yang menyatakan bahwa keperawatan jiwa merupakan proses interpersonal yang
berusaha untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien dapat
berfungsi utuh sebagai manusia. Asuhan keperawatan yang dilakukan bukan
hanya sekedar penanggulangan penyakit fisik, melainkan pemenuhan kebutuhan
psikis berupa dukungan mental melalui hubungan interpersonal yang dilandasi

68

dengan rasa saling percaya antar perawat dan klien dalam melaksanakan
komunikasi terapeutik.
Berdasarkan penelitian Diana dkk (2006), komunikasi terapeutik sangat
penting untuk membina hubungan terapeutik perawat klien dan berpengaruh
terhadap peningkatan kualitas pelayanan keperawatan. Elliot dan Wright (1999),
menyebutkan bahwa rendahnya kualitas komunikasi dapat berimplikasi serius
terhadap kesehatan fisik dan psikologis klien. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Purwanto (1994), bahwa komunikasi terapeutik memegang peranan penting dalam
upaya peningkatan kualitas pelayanan keperawatan dan membantu penyembuhan
klien.
Berdasarkan data yang telah dianalisa, pada pengujian Levene`s test untuk
uji kesamaan ragam, diperoleh nilai sig F sebesar 3,028 (sig > 0,05), sehingga
dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok berasal dari ragam sama. Karena kedua
kelompok pada ragam sama, maka menggunakan uji t pada baris pertama (equal
variances assumed) dan diperoleh nilai sig t sebesar 0,001, dengan taraf
kepercayaan 95% (Confidence Interval of the difference 95%). Karena (sig t <
0,05), maka Ho ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara
kelompok Intervensi dan Kontrol. Dengan demikian hipotesis alternatif (Ha)
diterima, bahwa ada pengaruh pemberian susu melalui pendekatan asuhan
keperawatan terhadap gejala psikis pasien dengan ketergantungan narkoba di
ruang 7 dan 8 panti rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre tahun 2012.

69

4.2.4 Hasil Pengamatan ada tidaknya zat napza di dalam urin pasien setelah
dilakukan intervensi
Susu merupakan salah satu sumber nutrisi yang baik bagi tubuh.
Disamping itu, susu juga dapat menjadi penetralisir racun yang masuk ke dalam
tubuh, sehingga tubuh tidak terpengaruh oleh racun tersebut. Di dalam susu
terkandung

zat

yang

dikenal

dengan

antidotum. Antidotum

umumnya

dipergunakan untuk orang yang overdosis, bisa disebut juga dosis toksis dari
pengaruh obat. Obat bisa menimbulkan efek samping bahkan gejala keracunan,
bila dipergunakan melebihi dosis atau ukuran yang tidak tepat (Shiddiq, 2011).
Protein

merupakan

salah

satu

kandungan

utama

susu.

Untuk

mengendapkan protein dengan ion logam, diperlukan pH larutan diatas titik


isolistrik, sedangkan pengendapan oleh ion negatif memerlukan pH dibawah titik
isolistrik. Ion-ion positif yang mengendapkan protein antara lain ialah Ag+, Ca++,
Zn++, Hg++, Fe++, CU++, dan Pb++, sedangkan ion negatif yang dapat
mengendapkan protein adalah ion salisilat, triklorasetat, pikrat, tanat dan
sulfosalisilat. Berdasarkan sifat tersebut susu dapat digunakan sebagai antidotum
atau penawar racun apabila orang keracunan logam berat (Thresia, 2011).
Berdasarkan data awal (data skunder) yang diperoleh dari panti rehabilitasi
Al-Kamal Sibolangit Centre tahun 2012, diketahui bahwa sampel penelitian yang
berada di ruang 7 dan 8 positif menggunakan narkoba. Rata Rata narkoba yang
digunakan adalah jenis ganja dan shabu. Penelitian dilakukan selama 2 minggu
dengan mengumpulkan sampel urin (kelompok intervensi dan kontrol) setiap hari.
Selanjutnya sampel sampel urin dibawa ke laboratorium kimia STIKes RS.Haji

70

Medan untuk dilakukan pemeriksaan kandungan Narkoba pada urin. Berdasarkan


hasil pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan terhadap sampel urin yang
dikumpulkan mulai hari ke-1 sampai dengan ke-14, tidak ditemukannya indikasi
kandungan narkoba (negatif narkoba) dalam tiap sampel urin masing-masing
anggota kelompok. Hasil tes kandungan narkoba negatif dalam urin tersebut
disebabkan oleh proses pemulihan yang dijalani pasien narkoba yang berada di
panti rehabilitasi Sibolangit Centre.
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan
terpadu melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial, dan religi agar
pengguna NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai
kemampuan

fungsional

seoptimal

mungkin.

Tujuannya

pemulihan

dan

pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. Sarana rehabilitasi
yang disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan
(Depkes, 2001). Sesudah pasien penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA
menjalani program terapi (detoksifikasi) dan konsultasi medik selama 1 minggu
dan dilanjutkan dengan program pemantapan (pasca detoksifikasi) selama 2
minggu, maka yang bersangkutan dapat melanjutkan ke program berikutnya yaitu
rehabilitasi (Hawari, 2003).
Lama rawat di unit rehabilitasi untuk setiap rumah sakit tidak sama karena
tergantung pada jumlah dan kemampuan sumber daya, fasilitas, dan sarana
penunjang kegiatan yang tersedia di rumah sakit. Menurut Hawari (2003), bahwa
setelah klien mengalami perawatan selama 1 minggu menjalani program terapi
dan dilanjutkan dengan pemantapan terapi selama 2 minggu maka klien tersebut

71

akan dirawat di unit rehabilitasi (rumah sakit, pusat rehabilitasi, dan unit lainnya)
selama 3-6 bulan. Sedangkan lama rawat di unit rehabilitasi berdasarkan
parameter sembuh menurut medis bisa beragam 6 bulan dan 1 tahun, mungkin
saja bisa sampai 2 tahun. Berdasarkan pengertian dan lama rawat di atas, maka
perawatan di ruang rehabilitasi tidak terlepas dari perawatan sebelumnya yaitu di
ruang detoksifikasi. Berdasarkan prinsip penatalaksanaan keperawatan menurut
Stuart Sundeen (1998), ditinjau dari aspek biologis, detoksifikasi merupakan
tindakan biologis yang bertujuan untuk memberikan asuhan yang aman dalam
withdrawl (proses penghentian) bagi klien pengguna NAPZA. Setelah
detoksifikasi tercapai, mempertahankan kondisi bebas dari zat adiktif , dimana
terapi farmakologis harus diunjang oleh terapi yang lainnya.
Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre adalah panti rehabilitasi bagi pecandu
narkoba yang menggunakan pengobatan tradisional dalam usaha penyembuhan
pasiennya. Adapun jenis pengobatan tradisional yang digunakan adalah
pengobatan jamu dan oukup.
Menurut pakar biokimia Dr. Hj. Anna. P. Roswiem, Ms., jamu adalah
produk yang berasal dari bahan-bahan tradisional tumbuhan dan tidak termasuk
golongan obat. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) dalam jamu
adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari bahan tumbuhan, bahan hewan,
bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Menurut Prorf. DR. Selo Soemardjan jamu adalah meliputi segala bahan alam
yanga diolah atau diracik menurut cara tradisional untuk memperkuat badan

72

manusia, mencegah penyakit atau menyembuhkan manusia yang menderita


penyakit (Agoes, 1992).
Beragam jenis tumbuhan, akar-akaran, dan bahan-bahan alamiah lainnya
diracik sebagai ramuan jamu untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Pengolahan jamu itu sendiri dapat dilakukan dengan cara direbus atau digodok,
dikeringkan atau dikonsumsi langsung. Secara umum beberapa alasan untuk
mengkomsumsi jamu adalah untuk mengobati sakit, mencegah penyakit, untuk
masa penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh dan juga karena terbuat
dari bahan-bahan alami serta tidak mengandung zat-zat kimiawi. Pada panti
rehabilitasi narkoba manfaat dari pengobatan jamu adalah untuk mencuci perut,
menghilangkan racun, menetralisir saraf, dan menstabilkan fungsi tubuh
(Simorangkir, 2008).
Sedangkan pengobatan Oukup adalah mandi uap hangat dengan aroma
dari rempah-rempah yang khas. Boleh dikatakan bahwa oukup itu adalah sejenis
sauna tradisional yang berasal dari mayarakat batak karo. Fungsi oukup itu cukup
banyak membawa dampak yang positif bagi kesehatan. Mandi oukup ini dapat
membantu mengendurkan kembali otot tubuh yang mengejang dan berkontraksi
saat berolahraga atau setelah bekerja dengan intensitas dan ketegangan tinggi.
Rasa pegal dari otot yang terasa mengejang setelah bekerja bisa disebabkan racun
yang menumpuk di jaringan otot. Dengan melakukan oukup, maka racun dalam
tubuh pun dapat terangkat, melancarkan peredaran darah, dan memperbaiki
jaringan otot sehingga terasa lebih rileks. Pengobatan oukup sangat cocok
digunakan dalam penyembuhan korban narkoba. Uap panas yang dihasilkan dari

73

oukup ini pun akan membuka pori-pori kulit, sehingga membantu mengeluarkan
racun narkoba dan kotoran dari dalam tubuh (Simorangkir, 2008).

4.3

Keterbatasan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, terdapat beberapa keterbatasan

dimiliki oleh penulis. Adapun keterbatasan penelitian yang pertama adalah


pemilihan sampel. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah pasien
ketergantungan narkoba yang sedang menjalani proses rehabilitasi di Al-Kamal
Sibolangit Centre. Adapun permasalahan utama dalam memilih sampel di lokasi
tersebut yakni, adanya kecendrungan mayoritas pasien dengan ketergantungan
narkoba yang urinnya sudah tidak lagi teridentifikasi mengandung narkoba. Hal
ini disebabkan karena pasien-pasien tersebut sudah menjalani masa rehabilitasi
dan pengobatan.
Keterbatasan lain dalam penelitian ini adalah metode pemeriksaan narkoba
yang dilakukan. Pemeriksaan narkoba yang dilakukan menggunakan sampel urin
yang akan diuji melalui metode Marquis Test dan Fast Blue Salt-B. Metode
tersebut adalah metode pertama yang digunakan untuk mengidentifikasi apakah
seseorang menggunakan narkoba dalam kurun waktu kurang dari satu minggu.
Sedangkan untuk tersangka narkoba yang sudah lama tidak menggunakan
narkoba, dapat digunakan metode pemeriksaan lain dengan melakukan
pemeriksaan kandungan narkoba melalui darah dan juga rambut.

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian tentang : pengaruh pemberian susu melalui

pendekatan asuhan keperawatan terhadap gejala psikis pasien dan eksresi zat
napza dengan ketergantungan narkoba di ruang 7 dan 8 panti rehabilitasi AlKamal Sibolangit Centre tahun 2012 dengan jumlah responden 10 orang, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.

Narkoba jenis ganja dan shabu merupakan jenis narkoba yang


mayoritas pernah dikonsumsi responden.

2.

Gejala psikis yang muncul pada pasien (kelompok perlakuan dan


kontrol) sebelum dilakukan intervensi adalah lamban kerja, ceroboh kerja,
sering tegang dan gelisah, hilang kepercayaan diri, pengkhayal, penuh
curiga, sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan.

3.

Hipotesis penelitian diterima bahwa terdapat pengaruh pemberian susu


melalui pendekatan asuhan keperawatan terhadap gejala psikis pasien
dengan ketergantungan narkoba. Pada pengujian Levene`s test untuk uji
kesamaan ragam, diperoleh nilai sig F sebesar 3,028 (sig > 0,05),
sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok berasal dari ragam
sama. Hasil uji Independen T Test pada baris pertama (equal variances
assumed) dan diperoleh nilai sig t sebesar 0,001, dengan taraf kepercayaan

74

74

95% (Confidence Interval of the difference 95%). Karena (sig t < 0,05),
maka Ho ditolak.
4.

Hasil analisa dan pengujian seluruh sampel urin pasien menunjukkan


bahwa tidak ada kandungan zat narkoba di dalam urin seluruh anggota
kelompok

intervensi

maupun

kelompok

kontrol,

pasien

dengan

ketergantungan narkoba di Al Kamal Sibolangit Centre 2012.

5.2

Saran
1. Bagi tempat penelitian
Diharapkan bagi tempat penelitian terutama bagi pengelola panti
rehabilitasi narkoba agar mengimplementasikan hasil penelitian yakni
dengan memberikan terapi nutrisi (pemberian susu) kepada pasien serta
meningkatkan kemampuan perawat yang bertugas dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien guna mendorong peningkatan kualitas
pengobatan pasien di panti rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre yang
lebih baik.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Diharapkan kepada pihak pendidikan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Rumah Sakit Haji Medan agar memotivasi dan mendukung mahasiswa di
bidang penelitian terkait penanggulangan pasien narkoba, khususnya
dalam pengembangan metode terapi dan pemberian asuhan keperawatan
pada pasien narkoba.

75

3. Bagi peneliti selanjutnya


Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan
penelitian ini dengan mengunakan metode analisa narkoba yang berbeda
untuk mendapatkan sampel penelitian dengan kriteria spesifik yakni pasien
dengan ketergantungan narkoba yang urinnya masih positif mengandung
narkoba. Hal ini sebaiknya menjadi fokus utama sebelum melakukan
penelitian dengan mengadakan survey kandungan narkoba pada urin
seluruh pasien dan segera melakukan pemeriksaan di laboratorium. Proses
tersebut dilakukan agar dapat menjawab hipotesis tentang adanya
pengaruh pemberian susu melalui pendekatan asuhan keperawatan
terhadap eksresi zat napza pasien dengan ketergantungan narkoba.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes. 1992. dikutip dari Simorangkir. 2008. Efektivitas Pengobatan Tradisional


Terhadap Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti rehabilitasi
Sibolangit Centre. diunduh dari website http://repository.usu.ac.id/bitst
ream/123456789/30547/3/Chapter%20II .pdf pada tanggal 25 Mei 2012
jam 20.23 wib
Akim. 2008. Narkoba Mempengaruhi Kerja Otak. diunduh dari website
http://stefanusakim.wordpress.com/2008/02/08/narkoba-mempengaruhi-ke
rja-otak/ pada tanggal 27 Juli 2013 jam 10.33 wib
Alexander, Dony. 2013. dikutip dari Wiguna, Rahmad. 2013. Pasokan Narkoba
dari Aceh Masih Tinggi. diunduh dari website http://aceh.tribunnews.com/
2013/03/01/pasokan-narkoba-dari-aceh-masih-tinggi pada tanggal 27 Juli
2013 jam 09.21 wib
Ali. 1997. dikutip dari Nita Amelia. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kinerja Perawat Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan di Rumah
Sakit Roemani Semarang. diunduh dari website http://digilib.unimus.ac.id/
files/disk1/107/jtptunimus-gdl-nitaamelia-5341-3-babii.pdf pada tanggal
01 April 2013 jam 13.38 wib
Amelia, Nita. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Perawat Dalam
Memberikan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Roemani Semarang.
diunduh dari website http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptuni
mus-gdl-nitaamelia-5341-3-babii.pdf pada tanggal 01 April 2013 jam
13.38 wib
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (edisi
revisi VI). Rineka Cipta. Jakarta
Butarbutar, Mangasi. 2013. Konsumsi Ganja Paling Tinggi di Sumut. diunduh dari
website http://www.starberita.com/index.php?option=com_content&view=
article&id=100751:-konsumsi-ganja-paling-tinggi-di-sumut&catid=134:hu
kum&Itemid=728 pada tanggal 27 Juli 2013 jam 08.42 wib
BVDA. 2004. Preparation Of Suspect Material. diunduh dari website http://www.
bvda.com/EN/prdctinf/pf_en_np.html pada tanggal 1 Juni 2012 jam 22.53
wib

Daniel, Laurensius. 2008. dikutip dari Akim. 2008. Narkoba Mempengaruhi


Kerja Otak. diunduh dari website http://stefanusakim.wordpress.
com/2008/02/08/narkoba-mempengaruhi-kerja-otak/ pada tanggal 27 Juli
2013 jam 10.33 wib
Darmansjah dan Metta. 2007. dikutip dari Sulistia Gan Gunawan. 2009.
Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
DanceSafe. 2011. Marquist Reagent. diunduh dari website http://en.wikipedia.
org/wiki/Marquis_reagent pada tanggal 1 Juni 2012 jam 22.29 wib
DepKes. 2001. dikutip dari Purba dkk. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien
dengan Masalah Psikososial dan gangguan Jiwa Edisi Kedua. USU Press.
Medan
Diana dkk. 2006. Hubungan Pengetahuan Komunikasi Terapeutik Terhadap
Kemampuan Komunikasi Perawat Dalam Melaksanakan Asuhan
Keperawatan Di Rumah Sakit Elisabeth Purwokerto. diunduh dari website
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/keperawatan/article/download/
221/79
pada tanggal 02 April 2013 jam 15.30 wib
EcstasyData. 2011. Test Types. diunduh dari website http://www.ecstasydata.org/
about_data_test_types.php pada tanggal 29 Mei 2012 jam 08.00 wib
Elliot & Wright. 1999. Diana dkk. 2006. Hubungan Pengetahuan Komunikasi
Terapeutik Terhadap Kemampuan Komunikasi Perawat Dalam
Melaksanakan Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit Elisabeth
Purwokerto. diunduh dari website http://jos.unsoed.ac.id/index.php/
keperawatan/article/download/221/79 pada tanggal 02 April 2013 jam
15.30 wib
Gerber. 1983. dikutip dari Purba dkk. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien
dengan Masalah Psikososial dan gangguan Jiwa Edisi Kedua. USU Press.
Medan
Hawari. 2003. dikutip dari Purba dkk. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien
dengan Masalah Psikososial dan gangguan Jiwa Edisi Kedua. USU Press.
Medan
Herbal Media, BNN, YKP2N. 2010. Laporan Terapi Pengobatan Pasien
Penderita Ketergantungan Narkoba Dengan Menggunakan Herbal
Bandrux. diunduh dari website http://perpres542010.files.wordpress.
com/2012/08/laporan-terapi-pengobatan-ketergantungan-narkoba.pdf. pada
tanggal 03 April 2013 jam 08.56 wib

Imelisa, Rahmi. 2012. Pengaruh asuhan keperawatan pada klien, keluarga, dan
peran pengawas minum obat terhadap kemandirian dan kepatuhan
berobat klien Schizophrenia di Kersamanah Garut. diunduh dari website
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20314836-T%2031229-Pengaruh%20
asuhan-full%20text.pdf pada tanggal 02 April 2013 jam 20.32 wib
Makaro dkk. 2003. dikutip dari Simorangkir. 2008. Efektivitas Pengobatan
Tradisional Terhadap Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti
rehabilitasi Sibolangit Centre. diunduh dari website http://repository.
usu.ac.id/bitstream/123456789/30547/3/Chapter%20II.pdf pada tanggal 25
Mei 2012 jam 20.23 wib
Mansyur. 2004. Toxicology Efek-Efek yang Tidak Diinginkan. diunduh dari
website http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3538/1/kedoktera
n-mansyur13.pdf pada tanggal 02 April 2013 jam 21.02 wib
Martono dan Jowana. 2006. diunduh dari website http://www.scribd.com/doc/
60622481/makalah-studi-kasus pada tanggal 02 Mei 2012 jam 11.30 wib
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.Rineka Cipta.
Jakarta
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta

Metodologi

Penelitian

Ilmu

Purba, dkk. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Masalah Psikososial
dan gangguan Jiwa Edisi Kedua. USU Press. Medan
Purwanto. 1994. Diana dkk. 2006. Hubungan Pengetahuan Komunikasi
Terapeutik Terhadap Kemampuan Komunikasi Perawat Dalam
Melaksanakan Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit Elisabeth
Purwokerto. diunduh dari website http://jos.unsoed.ac.id/index.php/
keperawatan/article/download/221/79 pada tanggal 02 April 2013 jam
15.30 wib
Riset BNN, Fisip dan FKM UI. 2008. dikutip dari Antara Sumut 2010. Laporan
Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia : Studi Kerugian Ekonomi
dan Sosial Akibat Narkoba, tahun 2008. diunduh dari website
http://www.scribd.com/doc/51978553/ Laporan-survei-penyalahgunaannar
koba-2008 pada tanggal 25 Mei 2012 jam 20.22 wib
Sambudiyono. 2013. dikutip dari Hasyim. 2013. BNN Tanam Nilam di Eks Lahan
Ganja. diunduh dari website http://www.tribunnews.com/ 2013/05/04/bnntanam-nilam-di-eks-lahan-ganja pada tanggal 27 Juli 2013 jam 09.14 wib

Shiddiq. 2011. Susu Dapat Menetralisir Racun. diunduh dari website http://www.
neraca.co.id/2011/10/18/susu-dapat-menetralisir-racun/ Pada tanggal 02
Juni 2012 jam 15.00 wib
Simorangkir, Roy Aprilla Sandy. 2008. Efektivitas Pengobatan Tradisional
Terhadap Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti rehabilitasi
Sibolangit Centre. diunduh dari website http://repository.usu.ac.id
/bitstream/123456789/30547/3/Chapter%20II .pdf pada tanggal 25 Mei
2012 jam 20.23 wib
Siregar, Lukmin. 2012. dikutip dari Sumut Pos. 2012. Narkoba, Curas, dan
Curat
Tinggi
di
Sumut.
diunduh
dari
website
http://www.hariansumutpos.com/ 2012/12/49001/narkoba-curas-dan-curattinggi-di-sumut pada tanggal 27 Juli 2013 jam 09.02 wib
Stuart Sundeen. 1998. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St Louis :
Mosby Year Book
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung
Sulastri. 2010. Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Klien Halusinasi
Terhadap Kemampuan Klien Mengontrol Halusinasi di RSKD Dadi
Makasar. Program Studi Ilmu Keperawatan FKUH. Makasar. diunduh dari
website
http://205.196.122.131/ 3hr49hgqdubg/7gx8orth1kkd141/27.
19.rar pada tanggal tanggal 02 April 2013 jam 20.17 wib
Thresia, Rara Santi Yonatha. 2011. Laporan Praktikum Biokimia. diunduh dari
website. http://rarasantiyonathathresia28.blogspot.com/2011/06/laporan%
E2%80%93praktikum%E2%80%93biokimia%E2%80%93rara-santi.html.
pada tanggal 04 Juni 2012 jam 09.36 wib
Tristanti, Irma. 2013. Antihistamin, Antialergi, dan Antidotum. diunduh dari
website http://pharmaciststreet.blogspot.com/2013/01/antihistaminantialer
gi-dan-antidotum _21.html Pada tanggal 02 April 2013 jam 21.10 wib
Undang - Undang RI No 35 / 2009. Narkotika. diunduh dari website
http://www.bnn. go.id/portal/_uploads/perundangan/2009/10/27/uu-nomor
-35-tahun-2009-tentang-narkotika-ok.pdf pada tanggal 20 Mei 2012 jam
09.45 wib
United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC). 2011. World Drug Report
2011. diunduh dari website http://www.unodc.org/documents/ data-andanalysis/WDR2011/World_Drug_Report_2011_ebook.pdf pada tanggal 25
Mei 2012 jam 08.40 wib

Widyastuti, Indra. 2012. dikutip dari Waspada Online. Pengguna Narkoba 5,6
juta. diunduh dari website http://www.waspada.co.id/index.php?option=
com_content&view= article&id=249412:2015-pengguna pada tanggal 25
Mei 2012 jam 08.40 wib
Zulfikar. 2010. Peptida Sebagai Rantai Protein. diunduh dari website
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/biomolekul/pep
tida-sebagai-rantai-protein/ pada tanggal 8 April 2012 jam 14.40 wib

Lampiran 1
JADWAL PENELITIAN

No

1
2
3
4

Uraian
Kegiatan
Pra Survei
Pengajuan
Judul
Penelitian
Penyusunan
Proposal
Bimbingan
Proposal

Seminar
Proposal

Perbaikan

8
9
10

Pengumpulan
Data
Pengolahan
Data
Penulisan
Skripsi

Bimbingan
Skripsi
Ujian/Sidang
12
Skripsi
Perbaikan
13
Skripsi
Penggandaan
14
Skripsi
11

2012
Mei

Juni

1 2 3 4

1 2 3 4

Juli

Agustus

2013
September

Oktober

November

Desember

Januari

Februari

Maret

April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Judul

: Pengaruh pemberian susu melalui pendekatan asuhan keperawatan terhadap


gejala psikis dan eksresi zat napza pasien ketergantungan narkoba di panti
rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre tahun 2012

Peneliti

: Abrar

Nim

: 01.109.004

Alamat

: Jln. Masjid Taufik kel.Tegal Rejo kec.Medan Perjuangan

Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan untuk menyelesaikan tugas
akhir program studi Ilmu Keperawatan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian susu
melalui pendekatan asuhan keperawatan terhadap gejala psikis dan eksresi zat napza pasien
ketergantungan narkoba di panti rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre tahun 2012.
Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat sukarela. Anda mempunyai hak bebas
berpartisipasi atau menolak menjadi responden dan jika anda tidak bersedia menjadi
responden maka saya tetap menghargainya.
Peneliti akan menjamin kerahasiaan identitas. Jika anda mempunyai pertanyaan
mengenai penelitian ini, maka peneliti dengan senang hati akan memberikan penjelasan. Atas
kesediaan anda saya ucapkan terima kasih.

Responden

Peneliti

(.............................)

(Abrar)

Lampiran 4
LEMBAR PENGKAJIAN RESPONDEN

Nama

Umur

Alamat

Pendidikan

Pekerjaan

Jenis Narkoba :
A. Kaji Situasi / kondisi penggunaan zat
a. Kapan awal penggunaan zat
b. Situasi yang membuat pengguna
lebih sering menggunakan narkoba
c. Situasi yang membuat pengguna
berhenti / dikurangi

B. Kaji Resiko berkaitan dengan penggunaan zat


a. Menggunakan peralatan suntik
b. Riwayat penggunaan zat ( jenis
narkoba )
c. Kondisi seksualitas / hubungan seks
tidak nyaman
d. Kejadian dan riwayat menyetir
sambil mabuk / kecelakaan
e. Riwayat over dosis
f. Riwayat serangan kejang (sakau)
saat putus obat

C. Kaji Pola penggunaan zat


a. Waktu penggunaan zat dalam sehari,
kapan waktunya?
b. Berapa kali zat digunakan dalam
sehari / 1 minggu
c. Saat kapan obat digunakan
(melamun, lagi nonton, dan berdebat,
lg sendiri).
d. Saat dimana (lokasi) pengguna
mempunyai keinginan untuk
menggunakan narkoba (melintas di
lingkungan Bandar).
e. Kapan obat digunakan, apakah saat
kehadiran / bertemu dengan orang
tertentu (pacar / mantan pemakai).
f. Apakah obat digunakan karena
pikiran tertentu (hanya mencoba,
sekali aja, udah tidak tahan kalau
tidak mengkonsumsi narkoba).
g. Bila ada emosi tertentu (capek dan
bosan).
h. Bila ada faktor pencetus (capek,
labil, lapar, tidak dapat tidur atau
stress yang berkepanjangan).

Lampiran 5
LEMBAR OBSERVASI GEJALA PSIKIS
Nama/Inisial :
Umur

Alamat

Pendidikan

Pekerjaan

Jenis Narkoba :
No

Gejala Psikis

Lamban Kerja

Ceroboh Kerja

Sering Tegang dan Gelisah

Hilang Kepercayaan Diri

Apatis

Pengkhayal

Penuh Curiga

Agitatif

Brutal

10

Sulit Berkonsentrasi

11

Kesal dan Tertekan

Keterangan : (+) Ada gejala


(- ) Tidak ada gejala

Hari Ke
1

10

11

12

13

14

Lampiran 6
LEMBAR OBSERVASI ANALISA NARKOBA MELALUI URIN
Nama/Inisial :
Umur

Alamat

Pendidikan

Pekerjaan

Jenis Narkoba :
No

Hari

Pertama

Kedua

Ketiga

Keempat

Kelima

Keenam

Ketujuh

Kedelapan

Kesembilan

10

Kesepuluh

11

Kesebelas

12

Keduabelas

13

Ketigabelas

14

Keempatbelas

Hasil Test Narkoba Melalui Urin

Keterangan : a.Positif, bila urin mengandung narkoba


b.Negatif, bila
urin tidak mengandung
narkoba

Lampiran 7
PROSEDUR KEGIATAN PENELITIAN

A.
1.

Alat dan Bahan (penyediaan susu)


Alat

a. Penyediaan dan pemberian air susu


a) Gelas minum
b) Sendok Takar
b. Pengambilan dan pengujian sampel urin

2.

a) Cup / wadah sampel

d) Kertas saring

b) Pipet tetes

e) Batang pengaduk

c) Tabung reaksi

f) Cawan petri

Bahan

a. Penyediaan air susu


a) Susu bubuk
b) Air Matang ( hangat )
b. Pengambilan dan pegujian sampel urin
a) Kloroform

d) Petrolium benzene

b) Metanol

e) Reagen Marquis test

c) Amoniak

f) Reagen Fast Blue Test Salt B

B. Metode Pelaksanaan
1. Pengkajian Awal
Pengkajian awal penelitian dilakukan dengan mengamati gejala psikis pasien
ketergantungan narkoba yang dilakukan terhadap populasi penelitian. Kemudian
dilakukan pendekatan dan penjelasan tentang tujuan pengambilan sampel urin dan
meminta mereka untuk menampung urinnya ke dalam cup saat berkemih
dikumpulkan masing - masing sebanyak 20 cc, cup diberi label identitas pasien
kemudian sampel urin dibawa dan dianalisa di laboratorium kimia STIKes RS.Haji
Medan untuk memastikan jenis narkoba yang dikonsumsi pasien.
2. Penetapan dan pengelompokkan sampel
Ditetapkan 10 orang pasien yang akan dijadikan sampel penelitian berdasakan atas
hasil pengkajian awal tentang gejala psikis pasien. Pasien yang ditetapkan menjadi
sampel penelitian adalah bila masih menunjukkan gejala psikis ketergantungan
narkoba. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok yakni kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol. 5 orang pasien ditetapkan sebagai anggota kelompok perlakuan
dan 5 orang lainnya ditetapkan sebagai anggota kelompok kontrol.
3. Penyediaan air susu
Dilarutkan 54 gr susu ke dalam 270 cc air matang hangat, untuk penyajian 1 gelas.
Disediakan 5 gelas air susu untuk diberikan kepada 5 orang.
4. Pemberian susu melalui pendekatan asuhan keperawatan
Susu yang telah disiapkan diberikan kepada 5 orang anggota kelompok perlakuan
(masing masing 1 gelas per hari) pada siang hari, selama 2 minggu. Setelah
pemberian susu, diterapkan pula intervensi keperawatan (strategi pertemuan 1 dan 2)
sesuai dengan kontrak masing masing pasien dengan intervensi sebagai berikut :

a. Strategi Pertemuan (SP) 1 :

a) Tetap terbuka dan selalu berikan respon positif, serta orientasikan pemikiran
kepada keluhan pasien (bina hubungan saling percaya).
b) Berusaha selalu mendiskusikan dampak penggunaan NAPZA bagi kesehatan
c) Mendiskusikan cara meningkatkan motivasi berhenti
d) Mendiskusikan cara mengontrol keinginan
e) Latihan cara meningkatkan motivasi
f) Latihan cara mengontrol keinginan.
g) Diskusikan pembuatan jadwal aktifitas.
b. Strategi Pertemuan (SP) 2 :
a) Mendiskusikan cara menyelesaikan masalah
b) Mendiskusikan cara hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan bergizi
(konsumsi susu)
c) Latihan cara menyelesaikan masalah
d) Latihan cara hidup sehat
e) Mendiskusikan tentang obat.
5. Observasi gejala psikis pasien dengan ketergantungan narkoba
Pengamatan terhadap gejala psikis pasien dengan ketergantungan narkoba dilakukan
setiap hari terhadap kelompok perlakuan dan kontrol setelah pelaksanaan asuhan
keperawatan diberikan pada kelompok perlakuan. Peneliti mengkaji gejala psikis
pasien dengan ketergantungan narkoba meliputi gejala : lamban kerja, ceroboh kerja,
sering tegang dan gelisah, hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga,
agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal, sulit berkonsentrasi, perasaan
kesal dan tertekan, dan cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh
diri. Hasil pengamatan akan dikumpulkan guna proses analisa data.
6. Pengambilan Sampel Urin

Pengambilan sampel urin dilakukan pada waktu pagi setelah pengamatan gejala psikis
pasien, setiap hari selama penelitian berlangsung. Disediakan sebanyak 10 buah cup /
wadah untuk menempakan sampel urin kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Masing masing cup diberi label identitas pasien. Selanjutnya dilakukan pendekatan
dengan memberi penjelasan kepada subjek penelitian tentang tujuan pengambilan
sampel urin dan meminta mereka untuk menampung urinnya ke dalam cup saat
berkemih. Cup yang telah berisi urin dikumpulkan kembali dan dibawa ke
laboratorium STIKes Rumah Sakit Haji Medan setiap 1 minggu untuk dilakukan
pemeriksaan urin.
7. Pemeriksaan Sampel Urin
Urin diambil sebanyak 20 cc kemudian diekstrak dengan kloroform 20 cc. kemudian
diaduk dan dibiarkan selama 5 menit sampai terjadi endapan. Endapan diambil dan
dikeringkan pada temperatur kamar, selanjutnya ditetesi dengan 5 tetes methanol dan
diberikan kertas saring sebagai indikator (penjelas warna) yang berukuran (1 x 1 cm)
setelah itu kemudian dikeringkan lagi hingga ditetesi petrolium benzene 2 tetes untuk
memperjelas noda. Setelah itu, dilakukan analisis kimia dengan menggunakan
Marquis Test dan Fast Blue Test salt B. Apabila hasil pemeriksaan positif, maka akan
dikonfirmasi dengan metode kromatografi kertas dengan menggunakan methanol,
kloroform, amoniak, dengan perbandingan ( 9:3:1 ).

C. PROSEDUR PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


KETERGANTUNGAN NARKOBA

Asuhan Keperawatan pasien dengan ketergantungan narkoba merupakan aplikasi


bagian dari bidang keperawatan jiwa dimana klien / pasien ketergantungan zat akan
mengalami berbagai gejala penyimpangan baik prilaku, sosial, emosional dan sebagainya.
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ketergantungan narkoba yang dilakukan bertujuan
untuk membantu meningkatkan derajat kesehatan dan pola hidup penderita secara optimal
dengan cara membantu pasien / memotivasi pasien untuk berhenti menggunakan narkoba.
Upaya upaya yang dapat dilakukan oleh seorang perawat telah ditetapkan dalam bentuk
asuhan keperawatan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Pengkajian
a. Kaji situasi kondisi penggunaan zat
a. Kapan zat digunakan
b. Kapan zat menjadi lebih sering digunakan/mulai menjadi masalah
c. Kapan zat dikurangi/dihentikan, sekalipun hanya sementara
b. Kaji risiko yang berkaitan dengan penggunaan zat
a. Berbagi peralatan suntik
b. Perilaku seks yang tidak nyaman
c. Menyetir sambil mabuk
d. Riwayat overdosis
e. Riwayat serangan (kejang) selama putus zat
c. Kaji pola penggunaan
a. Waktu penggunaan dalam sehari (pada waktu menyiapkan makan malam)
b. Penggunaan selama 1 minggu
c. Tipe situasi (setelah berdebat atau bersantai di depan TV)
d. Lokasi (timbul keinginan untuk menggunakan Napza setelah berjalan melalui
rumah bandar)

e. Kehadiran atau bertemu dengan orang-orang tertentu (mantan pacar, teman pakai)
f. Adanya pikiran-pikiran tertentu ( keinginan memakai )
g. Adanya emosi-emosi tertentu (cemas atau bosan)
h. Adanya faktor-faktor pencetus (jika capek, labil, lapar, tidak dapat tidur atau stres
yang berkepanjangan).
d. Kaji hal baik/buruk tentang penggunaan zat maupun tentang kondisi
bila tidak menggunakan.
a. Tipe situasi (setelah berdebat atau bersantai di depan TV).
b. Lokasi (timbul keinginan untuk menggunakan NAPZA setelah berjalan melalui
rumah bandar).
2. Diagnosa
Sama seperti diagnosa keperawatan pada pasien gangguan kejiwaan lain dimana diagnosa
yang digunakan adalah diagnosa tunggal. Adapun diagnosa yang muncul pada pasien dengan
ketergantungan Napza adalah : Koping individu tidak efektif ; belum mampu mengatasi
keinginan menggunakan zat (Purba, dkk, 2012).
3. Intervensi Keperawatan
a.

Strategi Pertemuan 1
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mendiskusikan dampak penggunaan Napza bagi kesehatan, cara meningkatkan
motivasi berhenti, dan cara mengontrol keinginan.
c. Melatih cara meningkatkan motivasi dan cara mengontrol keinginan.
d. Membuat jadwal latihan dan aktifitas.

Strategi Pertemuan 1 Klien

Orientasi

Selamat pagi Dik, perkenalkan saya perawat M. Nama adik siapa?


Lebih senang dipanggil apa Bagaimana keadaan kamu pagi ini? Kalau
A tidak keberatan, selama 20 menit kedepan kita akan bercakap-cakap
tentang kesehatan A? Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di teras depan

Kerja

ruangan A?
Apa yang biasa A pakai sebelum masuk ke pusat rehabilitasi ini?
Ganja? Apakah ada keluhan dengan kesehatan A? Bagaimana
hubungan A dengan teman-teman A? Bagaimana dengan sekolah A?
Sejak kapan A menggunakan ganja? Pada situasi yang bagaimana timbul
keinginan A menghisap ganja? Apa saja akibat yang A rasakan kalau
menghisap ganja? Apakah A ingin berhenti? Bagus! Berapa kali A
mencoba berhenti? Bagaimana perasaan A ketika tidak menghisap
ganja? Apa yang menyebabkan A memakai ganja lagi? Baiklah kalau
begitu, M akan jelaskan akibat kesehatan yang dapat terjadi. (Jelaskan
sesuai jenis NAPZA yang dipakai). Yang mana yang sudah A alami? Jadi
A ingin coba berhenti?
Sekarang mari kita bicarakan apa-apa saja yang masih dapat dibanggakan
dari A, kita mulai dari :
*Diri A: Coba A lihat aspek positif yang masih A miliki. Betul A masih
sangat muda, punya pendidikan, sehat, dan masa depan yang cerah sedang
menunggu kamu, bagus sekali.
* Keluarga A: A masih punya ayah, ibu, dan saudara-saudara kamu yang
begitu perhatian dengan kamu. Ternyata banyak sekali hal positif yang
ada pada A Sekarang bagaimana kalau A berlatih mensyukuri hal positif
yang ada pada A Katakan saya masih muda, saya harus berhenti!
Bagaimana kalau kita teruskan diskusi tentang cara-cara menghindari
penggunaan ganja. Ada beberapa cara yaitu:
1. Hindari teman-teman A yang menawarkan ganja
2. Kunjungi teman-teman yang tidak menggunakan
3. Bicara pada teman-teman yang berhasil berhenti
4. Kalau pergi keluar dari rumah sebaiknya ditemani keluarga
Selain itu lakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Apa contohnya

A? Bagus! Mari kita buat jadwal kegiatannya.


Terminasi Bagaimana perasaan A setelah bercakap-cakap? Bagus sekali. Nah,

perawat mau tanya lagi : Coba A sebutkan kembali hal-hal positif yang
masih A miliki! Bagus sekali Yang mana yang mau dilatih? Saya bisa
berhenti. (Afirmasi). Sekarang coba sebutkan kembali cara menghindari
penggunaan ganja! Benar Yang mana yang mau dilatih Nah,
masukkan dalam jadwal latihannya dan dicoba Besok pagi M akan datang
kembali, kita akan diskusikan lagi hasil latihannya dan kita latih cara yang
lain. Bagaimana A Baiklah kalau begitu besok jam 11.00 kita ketemu
ya. Sampai jumpaSelamat pagi pak min.
b. Strategi Pertemuan 2
a. Mendiskusikan cara menyelesaikan masalah.
b. Mendiskusikan cara hidup sehat.
c. Latihan cara menyelesaikan masalah.
d. Latihan cara hidup sehat.
e. Mendiskusikan tentang obat.
Strategi Pertemuan 2 Klien
Orientasi

Selamat pagi A. Bagaimana perasaan A pagi ini?


Apakah A masih mengetahui bagaimana cara menghilangkan keinginan
menggunakan ganja? bisakah A tunjukkan cara tersebut
Sesuai dengan janji saya sebelumnya hari ini kita akan belajar cara lain
menyelesaikan masalah dan cara hidup sehat. Kita akan berlatih selama 20

Kerja

menit. Setuju A?
Apa yang biasa A lakukan saat menghadapi suatu masalah? lari dari
masalah dan menggunakan ganja? A masih muda dan memiliki masa
depan yang cerah, A mampu menyelesaikan masalah A tanpa narkoba
kapanpun A mengalami suatu masalah pastikan pikiran A tetap tenang dan
memikirkan hikmah yang didapat dari masalah yang muncul. bicarakan
kepada orang terdekat A tentang apa yang A alami dan minta saran dan
pendapat tentang penyelesaian masalah. A harus menghindarkan diri dari
pengaruh buruk ganja. A memiliki fisik yang kuat, makan-makanan yang
teratur dapat membantu menjaga stamina A. A juga sebaiknya mengikuti
sesi kegiatan olahraga untuk meningkatkan kekuatan dan kebugaran fisik

A.Olahraga apa yang A suka? bisakah A melakukannya rutin? Bagus


Bagaimana kalau kita teruskan diskusi tentang pentingnya meminum
obat? agar A dapat terhindar dari pengaruh buruk/efek ketergantungan
narkoba, A perlu makan obat sesuai dengan program pengobatan yang telah
ditetapkan. Obat-obatan yang disediakan berperan sebagai zat pengganti,
dan mengurangi efek narkoba dalam tubuh. sebelum meminum obat,
pastikan obat tersebut benar punya A, dosis sesuai, cara penggunaan benar,
dan dimakan pada jam yang tepat. Apakah A sudah mengerti? bagus
Terminasi Bagaimana perasaan A setelah bercakap-cakap? Bagus sekali. Nah,
M mau tanya lagi : Coba A sebutkan cara mengatasi masalah! Bagus
sekali Yang mana yang mau dilatih? Sekarang coba sebutkan kembali
cara hidup sehat! Benar Yang mana yang mau dilatih? Nah,
masukkan dalam jadwal latihannya dan dicoba. bisakah A menyebutkan
pentingnya obat dalam proses rehabilitasi A? Besok pagi M akan datang
kembali, kita akan diskusikan lagi hasil latihannya. Bagaimana A?
Baiklah kalau begitu. besok jam 11.00 kita ketemu ya. Sampai
jumpa
4. Evaluasi
a. Pasien mengetahui dampak Napza.
b. Pasien mampu melakukan cara meningkatkan motivasi untuk berhenti menggunakan
Napza.
c. Pasien mampu mengontrol kemampuan keinginan menggunakan Napza kembali.
d. Pasien dapat menyelesaikan masalahnya dengan koping yang adaptif.
e. Pasien dapat menerapkan cara hidup yang sehat.
f. Pasien mematuhi program pengobatan.

Lampiran 8
HASIL PENGKAJIAN RESPONDEN

No

Nama/Inisial

Umur

Tn.AS

32
Tahun

Tn.Bm

33
Tahun

Alamat

Jenis
Narkoba

Pendidikan

Pekerjaan

Jl.Pintu Air
No.119
Medan

SMA

Wiraswasta

ganja,
sabu,
ekstasi,
alkohol

Klien mulai menggunakan


ganja saat duduk di kelas
5 SD. Klien mengatakan
bahwa ia menggunakan
zat saat berada bersama
teman / jumpa teman
sesama pemakai. Klien
tidak menggunakan zat
bila di rumah / sedang
bersama keluarga. Klien
pernah berhenti untuk
tidak menggunakan zat
selama 5 tahun karena
sadar akan bahaya narkoba
dan mendapat pengarahan
oleh keluarga.

Desa Keeh,
Kecamatan
Meurah
Muliah

SMA

Wiraswasta

ganja,
sabu,
ekstasi,
alkohol

Sejak
SMP
sudah
menggunakan zat ganja
dan
sabu.
Klien
mengatakan bahwa dia
lebih sering menggunakan
zat saat berkumpul dengan
sesama teman pengguna
zat. Hampir tidak ada
kondisi yang mendorong

Kondisi Penggunan Zat

Aspek Pengkajian
Resiko berkaitan dengan
Pola Penggunaan Zat
penggunaan zat
Klien tidak menggunakan
Klien dapat menghabiskan - g
suntik. Jenis narkoba yang dalam sehari. Penggunaan zat dilakukan
pernah dikonsumsi : ganja, saat pagi dan malam hari. Klien
sabu, ekstasi, dan alkohol.
menggunakan zat setiap hari. Klien
hubungan seksual normal.
menggunakan
zat
saat
sedang
Klien mengaku bahwa
berkumpul dan ingin bersenang
istrinya pernah beberapa
senang
bersama
teman.
Klien
mengalami gangguan
menggunakan zat saat berada di rumah
kehamilan / keguguran.
teman. Klien menggunakan zat saat
Klien tidak memiliki
bertemu dan berkumpul dengan sesame
riwayat kecelakaan /
teman
/ pemakai. Awal
mula
dampak dari penggunaan
penggunaan zat, klien mengaku hanya
zat.
ingin coba coba dan berkat ajakan dari
teman. Selanjutnya klien tidak lagi dapat
menghentikan efek kecanduaan dari
penggunaan zat. Klien lebih sering
menggunakan zat saat merasa gembir /
senang. Tidak ada faktor stress dan
emosi yang melatarbelakangi klien
menggunakan zat. Biasanya klien
menggunakan zat saat ia merasakan
kesenangan. Klien tidak mengalami
gangguan tidur dan nafsu makan.
Klien tidak pernah meng- Klien menggunakan zat pada siang dan
gunakan suntik. Sejak sore hari. Setelah kecanduan, Klien
SMP sudah menggunakan mengkonsumsi zat rutin setiap hari.
zat ganja dan sabu. Klien lebih sering menggunakan zat saat
Beberapa zat yang pernah lagi emosi, tidak mood, dan bosan.
digunakan diantaranya : Klien lebih sering menggunakan zat saat
ganja, sabu, ekstasi, dan di rumah teman. Klien menggunakan zat
alkohol.
Tidak
ada saat klien bertemu / bergabung dengan
gangguan
hubungan sesama teman pemakai. Sebelumnya,

klien untuk berhenti. Klien


tidak menggunakan zat
bila sedang berada dekat
dengan keluarga.

seksual / kondisi seksual


normal. Tidak ada riwayat
kecelakaan

Tn.IL

17
Tahun

Jl.Kapten
Muslim
No.7 Medan

SMP

Pelajar

Sabu,
lem
kambing

Saat SMP sudah merokok.


Kelas 2 SMP mulai
menggunakan zat adiktif
(lem kambing). Klien
menggunakan zat saat
bertemu/berkumpul
dengan teman. Klien tidak
menggu-nakan zat saat
sedang berkegiatan.

Klien
tidak
pernah
menggunakan
suntik.
Kelas 2 SMP mulai
menggunakan zat adiktif
(lem kambing). Klien juga
pengkonsumsi sabu. Tidak
memiliki
gangguan
seksual, Tidak ada riwayat
kecelakaan,
pernah
mengalami sakau.

Tn.Is

31
tahun

Jl.Sempurna
Pasar 7
Tembung

SMP

Tidak
Bekerja

sabu,
triaksipenidil
ganja,
alkohol,

Sejak usia 19 tahun, klien


sudah mulai menggunakan
zat. Klien mengatakan dia
lebih sering menggunakan
zat saat memiliki banyak
masalah dan stress. Klien
tidak menggunakan saat
tidak memiliki masalah.
Namun pada akhirnya
tidak ada situasi yang
membuat klien berhenti
mengguna-kan
(klien
sudah kecanduan)

Klien tidak menggunakan


suntik.
Merokok
dan
minum alkohol sejak umur
14 tahun, menggunakan
ganja pada usia 19 tahun
(coba-coba). Klien juga
menggunakan
triaksipenidil pada akhirakhir
ini. Klien mengatakan
pernah
berhenti
total
(tidak menggunakan zat).
Hasrat seks meningkat
pada saat menggunakan
sabu. Hubungan seksual
normal / tidak ada

klien mengaku hanya ingin coba-coba.


Klien mulai mengenal zat dari teman.
Namun klien tidak bisa melupakan /
menghentikan penggunaan zat saat
sudah kecanduan. Zat digunakan saat
klien emosi, ingin menenangkan diri.
Saat menggunakan zat, klien mengalami
susah tidur. Mula mula klien tidak
selera makan saat berada dalam efek zat,
namun setelah itu nafsu makan klien
normal.
Klien sering menggunakan zat pada
malam hari. Klien mengkonsumsi zat 2
kali dalam 1 minggu. Klien lebih sering
menggunakan zat saat lagi ada cemas,
dan rohadi. Klien lebih sering
menggunakan zat saat di rumah Bandar
dan rumah kawan. zat lebih sering
digunakan saat klien bertemu pemakai.
Sebelumnya, klien hanya mencoba
untuk mengetahui efek dari zat,
disamping itu klien mulai mengenal zat
dari teman. Zat digunakan saat klien
labil,
emosi,
dan
stress.
Saat
menggunakan zat, klien mengalami
susah tidur. Klien mengaku sering
membolos sekolah. Saat berada dalam
efek zat, Klien selalu merasa kenyang.
Triaksipenidil 1 hari sekali. (4 butir
sekali minum). Obat rutin digunakan
setiap hari. Dalam seminggu setelah
kecanduan klien dapat menghabiskan 1
2 box ooabat. Klien menggunakan
obat obatan saat berada di rumah.
Klien mengaku pada awalnya hanya
ingin merasakan efek penggunn zat
sekali sja (coba-coba). Seteterusnya
klien
sudh
kecanduan.
Klien
menggunakan
lebih
sering
menggunakan zat saat labil dan stress.
Saat menggunkan zat,, klien merasa
susah tidur.

Tn.IH

34
tahun

Jl.Pangkalan
Brandan
No.207
Langkat

SMA

Honorer

ganja,
sabu,
ekstasi,
putau

Klien sejak SMP kelas 2


sudah merokok dan ganja.
Klien mengatakan bahwa
dia
lebih
sering
menggunakan zat saat
sedang berkumpul dengan
teman, emosi/marah, dan
saat sedang tidak mood.
Klien mengaku bahwa ia
mengurangi penggunaan
zat jika tidak ada uang
(kehabisan uang).

Tn.LP

17
tahun

Jl.Perkutut
Gg.Jeriko
No.60 F
Medan

SMP

Pelajar

ganja,
sabu, pil
distro,
dan
alkohol

Sejak SD kelas 6 klien


sudah mulai menggunakan
ganja dan sabu. Klien
menggunakan zat saat
sebelum
mengikuti
balapan
liar.
Klien
mengaku dengan memakai
zat sebelum balapan, klien
akan merasa percaya diri

gangguan saat berhubungan seksual. Klien mengatakan


tak
pernah
menggunakan zat saat
berkendara.
Klien pernah 2 kali
menggunakan
suntik.
Beberapa jenis zat yang
pernah
digunakan
diantaranya : ganja, sabu,
ekstasi, dan putau.
Tidak
ada
gangguan
seksual
/
hubungan
seksual normal
Tidak
ada
riwayat
kecelakaan

Klien
tidak
pernah
menggunakan
suntik.
Adapun beberapa jenis zat
yang pernah digunakan
klien diantaranya : ganja,
sabu, pil distro, dan
alkohol. Klien mengaku
hasrat seksualnya meningkat saat berada dalam efek

Klien menggunakan zat dominan saat


pagi dan malam hari. Sebelumnya klien
mengatakan ia menggunakan zat setiap
hari.
Namun
belakangan
Klien
mengkonsumsi zat 2 3 kali dalam
seminggu. Hal tersebut dikarenakan
klien tidak lagi memiliki cukup uang
membeli zat terlalu sering. Klien biasa
menggantinya dengan merokok. Klien
lebih sering menggunakan zat saat lagi
ada masalah, emosi, bosan, dan capek.
Klien sering menggunakan zat di halte
saat masih SMP. Namun lokasi yang
lebih sering digunakan diantaranya :
ruko, rumah, warung dan di dalam
kamar mandi. Zat lebih sering
digunakan saat klien berkumpul dengan
teman / sesama pemakai. Klien
mengaku awalnya hanya mencoba untuk
mengetahui efek dari zat, dan didukung
dengan kodisi keuangan klien yang
mendukung. Namun akhirnya narkoba
digunakan setiap saat klien merasa
emosi jika tidak memakai zat. Zat
digunakan saat klien labil, emosi, dan
bosan. Saat menggunakan zat, klien
mengalami susah tidur. Namun klien
sering menggunakan ganja agar dapat
tidur. Nafsu makan klien terganggu.
Klien sering menggunakan zat pada
malam hari. Setelah kecanduan Klien
mengkonsumsi zat 1 kali sehari.
Belakangan klien dapat menggunkan zat
sebanyak 3 kali dalam sehari. Klien
lebih sering menggunakan zat saat lagi
sendiri, berkumpul dengan teman /
sesame pemakai. Klien menggunakan
zat saat berada di rumah, dan di TKP /

dalam balapan dan lebih


nekat dan terlihat hebat.
Klien tidak menggunakan
zat saat sedang berkumpul
dengan keluarga.

Tn.MI

46
tahun

Jl.Ambai
Gg.Seniman
No.11 A
Medan

Sarjana
Ekonomi

Honorer

ganja,
sabu,
obat
obatan
penenan
g

Sejak SMP kelas sudah


menggunakan ganja. Klien
mengatakan bahwa ia
menggunakan zat saat
sedang sendiri, suntuk,
jenuh, dan bosan. Klien
mengaku pernah diberhentikan dari pekerjaan. Klien
tidak menggunakan zat
bila di rumah / sedang
bersama keluarga, dan bila
tidak memiliki uang.

narkoba. Namun, secra


umum tidak ada gangguan
seksual yang dirasakan
klien.
Ada
riwayat
menggunakan zat sambil
berkendara
(balapan).
Klien pernah mengalami
kecelakaan. Klien pernah
mengalami sakau akibat
respon putus zat yang
dialaminya. Saat itu klien
berhenti menggunakan zat
selama 4 hari dan klien
merasa tubuhnya gemetar,
badan berkeringat, dan
suhu tubuh meningkat.
Riwayat
sakau
klien
sebanyak 2 kali.
Klien tidak menggunakan
suntik. Jenis jenis
narkoba yang pernah
dikonsumsi diantaranya :
ganja, sabu, dan obat
obatan penenang. Hubungan seksual normal.
Klien mengaku bahwa
istrinya pernah beberapa
mengalami gangguan kehamilan / keguguran.
Tidak
ada
riwayat
kecelakaan

tempat
Bandar.
Klien
terbiasa
menggunakan zat ketika bertemu
dengan teman / sesama pemakai.
Sebelumnya, klien mengaku hanya coba
coba, supaya terlihat hebat, nekat, dan
bagus dalam balapan. Zat digunakan
saat klien labil, capek, bosan, dan stress.
Saat menggunakan zat, klien mengalami
merasa tidak bisa tidur. Gejala lain yang
muncul yakni klien klien merasa lapar
tapi tidak mau makan.

Klien dapat menghabiskan 4 8 batang


(rokok/ganja) dalam sehari. Waktu yang
paling sering digunakan klien untuk
menggunakan zat adalah saat klien mau
berangkat kerja. Klien menggunakan zat
setiap hari. Klien menggunakan zat saat
merasa jenuh, sendiri, dan bosan. Klien
lebih sering menggunakan zat saat
berada di rumah teman. Klien juga
menggunakan zat saat berada di
lingkungan pemakai / bersama dengan
teman sesame pemakai. Awal mula
penyebab penggunaan zat, klien
mengaku pernah mendapatkan perhatian
yang kurang / pernah dihianati pacar.
Selanjutnya faktor stress / bosan yang
mendorong klien menggunakan zat
disamping juga klien sudah merasakan
ketagihan. Klien mengaku menggunakan zat setiap sebelum bekerja dan saat
stress. Saat menggunakan zat (ganja),
klien akan mengalami peningkatan
durasi tidur. Sebelum kecanduan zat,
klien mengalami kurng nafsu makan.
Namun setelah kecanduan, nafsu makan

Tn.Md

17
tahun

Jl.Sentosa
Blok II
Medan Binjai

SMA

Pelajar

ganja

Klien sudah enggunakan


ganja sejak bulan 6 tahun
2012. Klien mengatakan
bahwa dia lebih sering
memakai karna ada ajakan
teman karena ada paksaan
dari orang tuanya

Klien tidak menggunakan


suntik.
Hasrat
seks
meningkat
pada
saat
menggunakan ganja. Ia
melakukan hubungan seks
dengan pacarnya. sering
menggunakan ganja saat
berkendara namun tidak
ada riwayat kecelakaan.

Tn.Rs

31
tahun

Padang
Bulan Pasar
IV Medan

SMP

Tidak
Bekerja

sabu

Awal penggunaan zat


tahun 2002. Saat bekerja
di bengkel milik ayanya
dan saat bersama dengan
teman. Tak ada situasi
yang
membuat
klien
berhenti menggunakan zat.
Bagi klien mengkonsumsi
zat seperti kebutuhan yang
harus dipenuhi

Klien tidak menggunakan


suntik.
Klien
mulai
menggunakan zat pada
usia 22 tahun, yang di
gunakan adalah zat sabu.
Hasrat seks meningkat.
Tidak
ada
riwayat
kecelakaan lalu lintas saat
berada pada pengaruh zat.

klien meningkat.
Pada saat hendak brangkat sekolah
memakai ganja terlebih dahulu dan
malam hari juga di pakai apalagi pada
sat ada masalah pasti di pakai zat
tersebut. Pemakaian dalam satu hari
sampai 6 kali bahkan lebih. Klien lebih
sering menggunakan zat saat lagi emosi,
labil, ngumpul dengan teman. Klien
menggnakan zat di tempat lokalisasi
menggunakan zat dikamar, tempat sepi.
Zat lebih sering digunakan saat ngumpul
dengan teman. Narkoba digunakan
setiap saat klien inginkan. Klien merasa
kehilangan bila tidak mengkonsumsi
zat. Penggunaan zat juga digunakan saat
klien merasa lelah, labil, dan stress. Saat
menggunakan durasi tidur klien menjadi
singkat (susah tidur). Tidak ada
gangguan pola makan setelah klien
kecanduan zat. Pola makan terganggu
saat awal mula menggunakan sabu.
Klien menjelaskan tidak ada waktu yang
pasti kapan ia harus makai. Kapanpun ia
ingin pakai zat, maka ia akan pakai.
Klien menggunakan zat dalam satu hari
bsa mencapai 3x bahkan lebih krna
kalau badan terasa lemas klien
menggunakan zat. Klien lebih sering
menggunakan zat saat merasa lelah.
Tempat yang biasa digunakan klien
untuk menggunakan zat tersebut di
tempat kerja (benggkel mobil). Klien
mengatakan bahwa waktu pemakaian
zat, saat klien bekerja dan sendiri. Awal
mula penggunaan zat, klien diajak dan
kerna menurut klien setelah memakai
zat badan tersa emangat.apa lagi pada
saat klien bekerja. Klien lebih sering
menggunakan zat saat merasa lelah
dalam bekerja , dan biasanya klien
mengalami
susah
tidur
saat
menggunakan zat.

10

Tn.RT

32
tahun

Jl.Pasundan
No.115
Medan

SMA

Wiraswasta

obat
penenan
g,
ekstasi,
heavy
five,
heroin,
putau,
sabu

Sejak SMP kelas 2 klien


sudah
menggunakan
ganja. Klien mengatakan
bahwa sebelum kecanduan
dia
lebih
sering
menggunakan zat saat ikut
dan
bersama
dengan
teman. Namun setelah itu
dia sering menggunakan
tanpa ada sebab tertentu.
Kapanpun klien merasa
meu menggunakan zat,
klien
akan
menggunakannya. Tak ada
situasi yang membuat
klien
berhenti
menggunakan zat. Bagi
klien mengkonsumsi zat
seperti kebutuhan yang
harus dipenuhi

Tidak
menggunakan
suntik.
Klien
mulai
merokok saat SMP kelas
1. Adapun zat lain yang
pernah digunakan klien
adalah obat penenang,
ekstasi, heavy five, heroin,
putau, dan sabu. Hasrat
seks meningkat / berlebihan. Tidak ada riwayat
kecelakaan lalu lintas saat
berada pada pengaruh zat.
Klien mengaku sering
mengalami sakau. Saat
sakau klien merasakan
kaku pada bagian tulang.
Klien
mengaku
saat
berada pada hari ke 8 di
panti rehabilitasi, ia sering
mengalami sakau dan
dimasukkan ke dalam
kolam taubat

Klien menjelaskan tidak ada waktu yang


pasti kapan ia harus makai. Kapanpun ia
ingin pakai zat, maka ia akan pakai.
Sebelum kecanduan klien menggunakan
zat sekitar 2 kali dalam seminggu.
Setelah
kecanduan
klien
dapat
menggunakan 2 3 kali dalam sehari.
Klien lebih sering menggunakan zat saat
merasa lelah dan lagi tidak beraktifitas.
Tempat yang biasa digunakan klien
untuk menggunakan zat diantaranya :
rumah, mobil, dan hotel. Klien
mengatakan bahwa waktu pemakaian
zat, tidak tergantung saat ketemu
pemakai dan pacar. Sudah sejak lama Ia
memakai zat saat sendiri. Awal mula
penggunaan zat, klien diajak dan
dpengaruhi teman-teman dan ada
keinginan untuk mencoba. Selanjutnya
klien merasa narkoba sudah menjadi
kebutuhan
baginya.
Saat
lagi
bermasalah dengan istri dan keluarga.
Klien lebih sering menggunakan zat saat
merasa labil, dan biasanya klien
mengalami
susah
tidur
saat
menggunakan zat.

Lampiran 9
HASIL OBSERVASI GEJALA PSIKIS

No

Gejala Psikis

Lamban Kerja

Ceroboh Kerja

Tegang dan Gelisah

Hilang Kepercayaan Diri

Nama Sampel / Residen


Kelompok Pelakuan
Kelompok Kontrol
Tn.MI
Tn.Is
Tn.Md
Tn.IH
Tn.Bm
Tn.LP
Tn.Rs
Tn.AS
Tn.IL
Tn.RT
Tn.MI
Tn.Is
Tn.Md
Tn.IH
Tn.Bm
Tn.LP
Tn.Rs
Tn.AS
Tn.IL
Tn.RT
Tn.MI
Tn.Is
Tn.Md
Tn.IH
Tn.Bm
Tn.LP
Tn.Rs
Tn.AS
Tn.IL
Tn.RT
Tn.MI
Tn.Is

1
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-

2
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-

3
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-

4
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-

5
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-

6
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-

Hari Ke
7
8
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-

9
+
+
+
+
-

10
+
-

11
+
-

12
-

13
-

14
-

Total
5
4
2
5
3
6
9
9
5
6
6
4
3
5
2
9
6
5
11
8
5
3
3
2
1
5
6
8
6
8
0
0

Tn.Md
Tn.IH
Tn.Bm
Tn.LP
Tn.Rs
Tn.AS
Tn.IL
Tn.RT
5

Apatis

Tn.MI
Tn.Is
Tn.Md
Tn.IH
Tn.Bm
Tn.LP
Tn.Rs
Tn.AS
Tn.IL
Tn.RT

Berhayal

Tn.MI
Tn.Is
Tn.Md
Tn.IH
Tn.Bm
Tn.LP
Tn.Rs
Tn.AS
Tn.IL
Tn.RT

Penuh Curiga

Tn.MI
Tn.Is
Tn.Md
Tn.IH
Tn.Bm
Tn.LP
Tn.Rs
Tn.AS
Tn.IL
Tn.RT

Agitatif

Tn.MI
Tn.Is
Tn.Md

+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-

+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-

+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-

+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-

+
+
+
+
+
+
+
+
+
-

+
+
+
+
+
+
+
+
-

+
+
+
+
+
+
-

+
+
+
+
+
-

+
+
+
+
+
-

+
+
-

+
-

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9
3
1
4
2
9
4
6
10
11
4
2
1
3
1
4
9
6
7
5
0
0
0

Tn.IH
Tn.Bm
Tn.LP
Tn.Rs
Tn.AS
Tn.IL
Tn.RT
9

Brutal

Tn.MI
Tn.Is
Tn.Md
Tn.IH
Tn.Bm
Tn.LP
Tn.Rs
Tn.AS
Tn.IL
Tn.RT

10

Sulit Berkomunikasi

Tn.MI
Tn.Is
Tn.Md
Tn.IH
Tn.Bm
Tn.LP
Tn.Rs
Tn.AS
Tn.IL
Tn.RT

11

Kesal dan Tertekan

Tn.MI
Tn.Is
Tn.Md
Tn.IH
Tn.Bm
Tn.LP
Tn.Rs
Tn.AS
Tn.IL
Tn.RT

+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+

+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+

Keterangan :
(+) Ada Gejala
(- ) Tidak Ada Gejala

Total : Lama Hari Hilangnya Gejala Psikis

+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+

+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+

+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+

+
+
+
+
+
+
+
+
+

+
+
+
+
+
+
+

+
+
+
+
+
+

+
+
+
+
+

+
+
-

+
+
-

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
2
1
3
1
3
9
7
3
5
8
3
5
3
2
11
9
6
9
7

Lampiran 10

HASIL OBSERVASI ANALISA NARKOBA MELALUI URIN

Nama Sampel / Residen

No

Kelompok Pelakuan

Kelompok Kontrol

Hari Ke
1

10

11

12

13

14

Tn.MI

Tn.Is

Tn.Md

Tn.IH

Tn.Bm

Tn.LP

Tn.Rs

Tn.AS

Tn.IL

10

Tn.RT

Keterangan :

+ Urin Positif Napza


- Urin Negatif Napza

Lampiran 11
HASIL UJI STATISTIK

1. Data Demografi Responden (Univariat)


1.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur, Pendidikan, dan Pekerjaan
Statistics
Umur
N

Pendidikan

Valid

Pekerjaan

10

10

10

Mean

1.80

1.7000

1.6000

Median

2.00

2.0000

1.5000

2.00

1.00a

.632

.67495

1.17379

Minimum

1.00

.00

Maximum

3.00

3.00

Missing

Mode
Std. Deviation

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Umur
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

<25

30.0

30.0

30.0

25 - 35

60.0

60.0

90.0

>35

10.0

10.0

100.0

Total

10

100.0

100.0

Pendidikan
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

SMP

40.0

40.0

40.0

SMA

50.0

50.0

90.0

S1

10.0

10.0

100.0

10

100.0

100.0

Total

Pekerjaan
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Tidak Bekerja

20.0

20.0

20.0

Pelajar

30.0

30.0

50.0

Tenaga Honorer

20.0

20.0

70.0

Wiraswasta

30.0

30.0

100.0

10

100.0

100.0

Total

1.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Penggunaan Narkoba


Statistics
Shabu -

Ganja
N

Valid

Alkohol

Shabu

Ekstasi

Lem

Putaw

Heroin

Kambing

Obat
Penenang

10

10

10

10

10

10

10

10

Mean

1.8000

1.8000

1.5000

1.5000

1.2000

1.1000

1.1000

1.3000

Median

2.0000

2.0000

1.5000

1.5000

1.0000

1.0000

1.0000

1.0000

2.00

2.00

1.00a

1.00a

1.00

1.00

1.00

1.00

.42164

.42164

.52705

.52705

.42164

.31623

.31623

.48305

Minimum

1.00

1.00

1.00

1.00

1.00

1.00

1.00

1.00

Maximum

2.00

2.00

2.00

2.00

2.00

2.00

2.00

2.00

Missing

Mode
Std. Deviation

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Ganja
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Tidak Pernah

20.0

20.0

20.0

Pernah

80.0

80.0

100.0

10

100.0

100.0

Total

Shabu Shabu
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Tidak Pernah

20.0

20.0

20.0

Pernah

80.0

80.0

100.0

10

100.0

100.0

Total

Alkohol
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Tidak Pernah

50.0

50.0

50.0

Pernah

50.0

50.0

100.0

10

100.0

100.0

Total

Ekstasi
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Tidak Pernah

50.0

50.0

50.0

Pernah

50.0

50.0

100.0

10

100.0

100.0

Total

Putaw
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Tidak Pernah

80.0

80.0

80.0

Pernah

20.0

20.0

100.0

10

100.0

100.0

Total

Lem Kambing
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Tidak Pernah

90.0

90.0

90.0

Pernah

10.0

10.0

100.0

10

100.0

100.0

Total

Heroin
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Tidak Pernah

90.0

90.0

90.0

Pernah

10.0

10.0

100.0

10

100.0

100.0

Total

Obat Penenang
Cumulative
Frequency
Valid

Valid Percent

Percent

Tidak Pernah

70.0

70.0

70.0

Pernah

30.0

30.0

100.0

10

100.0

100.0

Total

2.

Percent

Uji Independen T-test (Bivariat)

Group Statistics
Kelompok
Gejala Psikis
dimension1

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

Intervensi

23.6000

11.86592

5.30660

Kontrol

50.2000

2.94958

1.31909

Independent Samples Test


Levene's Test for
Equality of
Variances

t-test for Equality of Means


95% Confidence
Interval of the
Sig. (2-

F
Gejala

Equal variances

Psikis

assumed
Equal variances
not assumed

3.028

Sig.
.120

df
-

tailed)
8

Mean

Std. Error

Difference Difference

.001 -26.60000

5.46809

4.865
- 4.492
4.865

Difference
Lower

Upper
- -13.99056

39.20944
.006 -26.60000

5.46809

- -12.05247
41.14753

Lampiran 12
DATA SKUNDER

No

Inisial

Usia

Alamat

Pendidikan

Pekerjaan

D.O.C

Tn.MI

46 tahun

Jl.Ambai Gg.Seniman No.11 A Medan

Sarjana Ekonomi

Honorer

Ganja, Sabu, dan


Alhohol

Tn.Is

31 tahun

Jl.Sempurna Pasar 7 Tembung

SMP

Tidak Bekerja

Triex

Tn.Md

17 tahun

Jl.Sentosa Blok II Medan Binjai

SMA

Pelajar

Tn.IH

34 tahun

Jl.Pangkalan Brandan No.207 Langkat

SMA

Honorer

Ganja, Sabu,
Extasy, Alkohol
Sabu

Tn.Bm

33 Tahun

Desa Keeh, Kecamatan Meurah Muliah

SMA

Wiraswasta

Sabu dan Alkohol

Tn.LP

17 tahun

Jl.Perkutut Gg.Jeriko No.60 F Medan

SMP

Pelajar

Tn.Rs

31 tahun

Padang Bulan Pasar IV Medan

SMP

Tidak Bekerja

Ganja, Sabu,
Dextro, Triex
Sabu dan Alkohol

Tn.AS

32 Tahun

Jl.Pintu Air No.119 Medan

SMA

Wiraswasta

Tn.IL

17 Tahun

Jl.Kapten Muslim No.7 Medan

SMP

Pelajar

Ganja, Sabu,
Extasy, Alkohol
Sabu

10

Tn.RT

32 tahun

Jl.Pasundan No.115 Medan

SMA

Wiraswasta

Sabu

Lampiran 13
LEMBAR KONSUL

Nama

: Abrar

NIM

: 01.109.004

Pembimbing

: I. Muhammad Taufik, S.Si, M.Si

Judul Skripsi

: Pengaruh pemberian susu melalui pendekatan asuhan keperawatan


terhadap gejala psikis dan eksresi zat napza pasien ketergantungan
narkoba di panti rehabilitasi Al - Kamal Sibolangit Centre tahun 2012

No

Hari / Tanggal

Materi

16/5/2012

Konsultasi Judul

23/5/2012

Konsultasi BAB
I,II,III

25/5/2012

Perbaikan BAB
I,II,III

30/5/2012

Lanjutkan
Perbaikan

2/6/2012

Lengkapi Berkas

5/6/2012

ACC Proposal

11/10/2012

ACC dilakukan
Penelitian

24/03/2013

Konsultasi hasil

03/04/2013

Perbaikan Judul

Saran

Paraf
Pembimbing

Ket

(BAB1-5)
10

06/04/2013

(Perbaikan BAB
1-5)

11

08/04/2013

Setuju Seminar
Skripsi

12

18/06/2013

Perbaikan
Skripsi

13

06/07/2013

ACC Jilid
Skripsi

Medan,

Juli 2013

Pembimbing I

(Muhammad Taufik, S.Si, M.Si)

LEMBAR KONSUL

Nama

: Abrar

NIM

: 01.109.004

Pembimbing

: II. Srimis Leini Saragih, S.Kep, M.Kes

Judul Skripsi

: Pengaruh pemberian susu melalui pendekatan asuhan keperawatan


terhadap gejala psikis dan eksresi zat napza pasien ketergantungan
narkoba di panti rehabilitasi Al - Kamal Sibolangit Centre tahun 2012

No

Hari / Tanggal

Materi

Saran

Paraf
Pembimbing

Jum`at,

Perbaikan BAB

1/6/2012

1, 2, 3

Senin,

Lanjutkan

4/6/2012

Perbaikan

Rabu, 6/6/2012 Setuju Seminar


Proposal

Senin,

Judul, Definisi

1/10/2012

Operasional,
Lembar Obervasi

Rabu,

Lembar

3/10/2012

Observasi

Senin,

Setuju dilakukan

8/10/2012

Penelitian

Senin,

Konsultasi Hasil

Ket

10

25/3/2013

Penelitian

Kamis,

Setuju Seminar

11/04/2013

Skripsi

Kamis,

Perbaikan

20/06/2013

Skripsi

Selasa,

ACC Jilid

02/07/2013

Skripsi

Medan,

Juli 2013

Pembimbing II

(Srimis Leini Saragih, S.Kep, M.Kes)

Lampiran 14
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi
Nama

: Abrar

Tempat / Tgl Lahir

: Pangkalan Berandan / 11 Agustus 1991

Suku / Bangsa

: Melayu / Indonesia

Agama

: Islam

Jenis Kelamin

: Laki - Laki

Anak Ke

: 3 dari 3 Bersaudara

Alamat

: Jalan Besitang Kampung Baru No.72 Alur Dua


Baru Sei Lepan Langkat

No. Hp

: 082368669992

II. Data Orang Tua


Nama Ayah

: (Alm) H.Ibrahim

Pekerjaan

: PNS

Nama Ibu

: Hj. Akmaliati

Pekerjaan

: IRT

Alamat

: Jalan Besitang Kampung Baru No.72 Alur Dua


Baru Sei Lepan Langkat

III. Pendidikan
Tahun 1997 - 2003

: SDN 050757 Sei Lepan Langkat

Tahun 2003 - 2006

: MTsS Darul Arafah Babalan Langkat

Tahun 2006 - 2009

: SMA Muhammadiyah-4 Babalan Langkat

Tahun 2009 2013

: Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes RS.Haji


Medan

Anda mungkin juga menyukai