Anda di halaman 1dari 65

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.P DENGAN DIAGNOSA


MEDIS HIPERTENSI DI KASUS KEPERAWATAN
GERONTIK

Oleh:
Amelia Fransisca
2017.C.09a.0824

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan ini di susun oleh :


Nama : Amelia Fransisca
NIM : 2017.C.09a.0824
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Judul : Studi Kasus Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Medis
Hipertensi Pada Tn.P Di Kasus Keperawatan Gerontik
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan IV (PPK IV) Program Studi
Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Asuhan Keperawatan ini telah disetujui oleh :


Koordinator Praktik Pra Klinik Pembimbing Akademik
Keperawatan IV

Ika Paskaria, S. Kep.,Ners Ika Paskaria, S. Kep.,Ners

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan ini di susun oleh :


Nama : Amelia Fransisca
NIM : 2017.C.09a.0824
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Judul : Studi Kasus Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Medis
Hipertensi Pada Tn.P Di Kasus Keperawatan Gerontik
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan IV (PPK IV) Program Studi
Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Asuhan Keperawatan ini telah disetujui oleh :

Koordinator Praktik Pra Klinik Pembimbing Akademik


Keperawatan IV

Ika Paskaria, S. Kep.,Ners Ika Paskaria, S. Kep.,Ners

Mengetahui

Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan Studi
Kasus Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Medis Hipertensi Pada Tn.P Di
Kasus Keperawatan Gerontik, dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Saya berharap Studi Kasus dan Asuhan Keperawatan penyakit ini
dapat berguna dan menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai penyakit
Hipertensi.
Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan dan asuhan
keperawatan penyakit ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh
sebab itu berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan
pendahuluan. Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan

Palangka Raya, 01 Januari 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan................................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Keluarga.......................................................................................5
2.3 Konsep Dasar Penyakit........................................................................................10
2.2 Menajemen Asuhan Keperawatan........................................................................20
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian............................................................................................................27
3.2 Analisa Data.........................................................................................................40
3.3 Prioritas Masalah..................................................................................................42
3.4 Rencana Keperawatan..........................................................................................43
3.5 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan............................................................44
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian............................................................................................................50
4.2 Diangnosa Keperawatan.......................................................................................51
4.3 Intervensi Keperawatan........................................................................................51
4.4 Implementasi........................................................................................................53
5.5 Evaluasi Keperawatan..........................................................................................53
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan..............................................................................................................54
5.2 Saran.....................................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik
lebih dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi medis saat seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal. Penyebab hipertensi adalah
volume darah meningkat dan saluran darah menyempit. Oleh karena itu, jantung
harus memompa lebih keras untuk suplai oksigen dan nutrisi ke setiap sel di dalam
tubuh (Puspitorini, 2009).
Menurut Joint National Committee VII (2003) umumnya tekanan darah
bertambah secara perlahan dengan bertambahnya umur. Risiko untuk menderita
hipertensi pada populasi ≥ 55 tahun yang tadinya tekanan darahnya normal adalah
90%, sampai dengan umur 55 tahun, laki-laki lebih banyak menderita hipertensi
dibanding perempuan, dari umur 55-74 tahun, sedikit lebih banyak perempuan
dibandingkan laki-laki yang menderita hipertensi. Populasi lansia (umur ≥ 60
tahun), prevalensi untuk hipertensi sebesar 65,4% (Joint National Committee VII,
2003).
Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2008
memperkirakan bahwa hipertensi menyebabkan 7,5 juta kematian sedangkan tahun
2013 penyakit kardiovaskuler seperti hipertensi telah menyebabkan 17 juta
kematian tiap tahun. Peringkat tertinggi hipertensi adalah Afrika 46% dan terendah
Amerika sekitar 35% baik itu pria maupun wanita. Menurut Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) (2013) prevalensi hipertensi di Indonesia 2 mencapai 26,5%.
Faktor risiko hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu faktor risiko yang tidak
dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah. Faktor risiko hipertensi yang
tidak dapat diubah antara lain adalah umur, jenis kelamin, dan keturunan atau
genetik. Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah antara lain adalah kegemukan
(obesitas), dislipidemia, faktor psikososial atau stres, merokok, kurangnya olahraga,
konsumsi alkohol berlebih, dan pola asupan makanan asin yang berlebihan.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah adalah sebagai
berikut : “Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Tn. P dengan Hipertensi di
Keperawatan Gerontik?”.

1.3 Tujuan Studi Kasus


1.3.1 Tujuan Umum
Dari penulisan studi kasus adalah untuk mendapatkan atau memperoleh
kemampuan dalam menyusun dan menyajikan laporan studi kasus dengan
menggunakan proses keperawatan.
1.3.2 Tujuan Kusus
1.3.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Tn. P dengan
Hipertensi di Keperawatan Gerontik.
1.3.2.2 Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. P dengan
Hipertensi di Keperawatan Gerontik..
1.3.2.3 Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
masalah keperawatan Diabetes Melitus pada Tn. P dengan Hipertensi di
Keperawatan Gerontik.
1.3.2.4 Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan
pada Tn. P dengan Hipertensi di Keperawatan Gerontik.
1.3.2.5 Mahasiswa Mampu membuat evaluasi keperawatan pada Tn. P dengan
Hipertensi di Keperawatan Gerontik.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Teoritis
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat untuk meningkatkan
mutu profesi keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien
dengan diabetes melitus.
1.4.2 Praktis
1.4.2.1 Bagi Mahasiswa
Untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa dalam mempelajari
asuhan keperawatan pada klien dengan Hipertensi Serta sebagai acuan atau
referensi mahasiswa dalam penulisan laporan studi kasus selanjutnya

2
1.4.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan di perpustakaan STIKes Eka Harap Palangka Raya
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan di masa yang akan datang
serta sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam penguasaan terhadap ilmu
keperawatan mulai dari proses keperawatan sampai pendokumentasiaan

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lansia


2.1.1 Definisi Lansia
Lansia atau menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang menyebabkan
penyakit degenerative misal, hipertensi, arterioklerosis, diabetes mellitus dan
kanker (Nurrahmani, 2012).

2.1.2 Batasan Lansia


Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut usia
meliputi :
1. Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun.
2. Lanjut usia (elderly), kelompok 60-74 tahun.
3. Lanjut usia (old), kelompok usia 74-90 tahun
4. Lansia sangat tua (very old), kelompok usia >90 tahun

2.1.3 Klasifikasi Lansia


Depkes RI (2013) mengklasifikasi lansia dalam kategori berikut :
1. Pralansia (prasenilis), seseorang yang berada pada usia antara 45-59 tahun
2. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun lebih
3. Lansia yang beresiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih
atau seseorang lansia yang berusia 60 tahun atau lebih yang memiliki
masalah kesehatan
4. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau
melakukan kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa
5. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya atau tidak bisa mencari
nafkah sehingga dalam kehidupannya bergantung pada orang lain

4
2.1.4 Kebutuhan Dasar Lansia
Kebutuhan lanjut usia adalah kebutuhan manusia pada umumnya, yaitu
kebutuhan makan, perlindungan makan, perlindungan perawatan, kesehatan dan
kebutuhan sosial dalam mengadakan hubunagan dengan orang lain, hubungan antar
pribadi dalam keluarga, teman-teman sebaya dan hubungan dengan organisasi-
organisasi sosial, dengan penjelasan sebagai berikut :
2.1.4.1 Kebutuhan utama
1. Kebutuhan fisiologi/biologis seperti, makanan yang bergizi, seksual, pakaian,
perumahan/tempat berteduh
2. Kebutuhan ekonomi berupa penghasilan yang memadai
3. Kebutuhan kesehatan fisik, mental, perawatan pengobatan
4. Kebutuhan psikologis, berupa kasih sayang adanya tanggapan dari orang lain,
ketentraman, merasa berguna, memilki jati diri, serta status yang jelas
5. Kebutuhan sosial berupa peranan dalam hubungan-hubungan dengan orang
lain, hubungan pribadi dalam keluarga, teman-teman dan organisasi sosial

2.1.4.2 Kebutuhan sekunder


1. Kebutuhan dalam melakukan aktivitas
2. Kebutuhan dalam mengisi waktu luang/rekreasi
3. Kebutuhan yang bersifat kebudayaan, seperti informai dan pengetahuan
4. Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status, perlindungan hukum,
partisipasi dan keterlibatan dalam kegiatan di masyarakat dan Negara atau
pemerintah
5. Kebutuhan yang bersifat keagamaan/spiritual, seperti memahami makna akan
keberadaan diri sendiri di dunia dan memahami hal-hal yang tidak diketahui/
diluar kehidupan termasuk kematian.

2.1.5 Hipertensi pada lansia


Pada usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan
tekanan sistolik. Sedangkan mnurut WHO memakai tekanan diastolik tekanan yang
lebih tepat dipakai dalam menentukan ada tidaknya hipertensi. Tingginya hipertensi
sejalan dengan bertambahnya umur yang disebabkan oleh perubahan struktur pada

5
pembuluh darah besar sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh
darah kaku, sebagai peningkatan pembuluh darah sistolik.

2.2 Konsep Penyakit Hipertensi


2.2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka morbiditas
maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg menunjukkan fase darah
yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 mmHg menunjukkan fase
darah yang kembali ke jantung (Triyanto,2014).
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko
tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti
penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin
besar resikonya (Sylvia A. Price, 2015).
Tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan sebutan hipertensi ini
merupakan suatu meningkatnya tekanan darah di dalam arteri atau tekanan systole
> 140 mmhg dan tekanan diastole sedikitnya 90 mmHg. Secara umum, hipertensi
merupakan suatu keadaan tanpa gejala, di mana tekanan yang abnormal tinggi di
dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.

2.2.2 Etiologi
Menurut Paramita, 2011 penyebab hipertensi dibagi menjadi 2, yaitu :
2.2.2.1 Hipertensi Esensial atau Primer
Menurut Lewis (2010) hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi
dimana penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditemukan. Kurang lebih 90%
penderita hipertensi tergolong hipertensi esensial sedangkan 10% nya tergolong
hipertensi sekunder. Onset hipertensi primer terjadi pada usia 30-50 tahun. Pada
hipertensi primer tidak ditemukan penyakit renovakuler, aldosteronism, pheochro-
mocytoma, gagal ginjal, dan penyakit lainnya. Genetik dan ras merupakan bagian
yang menjadi penyebab timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor lain yang

6
diantaranya adalah faktor stress, intake alkohol moderat, merokok, lingkungan,
demografi dan gaya hidup.

2.2.2.2 Hipertensi Sekunder


Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui,
antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid),
penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme). Golongan terbesar dari penderita
hipertensi adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih
banyak ditujukan ke penderita hipertensi esensial. Penyebab hipertensi pada orang
dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kekmampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

2.2.3 Faktor Risiko


Faktor-faktor risiko hipertensi terbagi dalam 2 kelompok yaitu faktor yang
tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah :
2.2.3.1 Faktor yang dapat diubah
1. Gaya hidup modern
Kerja keras penuh tekanan yang mendominasi gaya hidup masa kini
menyebabkan stres berkepanjangan. Kondisi ini memicu berbagai penyakit
seperti sakit kepala, sulit tidur, gastritis, jantung dan hipertensi. Gaya hidup
modern cenderung membuat berkurangnya aktivitas fisik (olah raga).
Konsumsi alkohol tinggi, minum kopi, merokok. Semua perilaku tersebut
merupakan memicu naiknya tekanan darah.

7
2. Pola makan tidak sehat
Tubuh membutuhkan natrium untuk menjaga keseimbangan cairan dan
mengatur tekanan darah. Tetapi bila asupannya berlebihan, tekanan darah
akan meningkat akibat adanya retensi cairan dan bertambahnya volume
darah. Kelebihan natrium diakibatkan dari kebiasaan menyantap makanan
instan yang telah menggantikan bahan makanan yang segar. Gaya hidup
serba cepat menuntut segala sesuatunya serba instan, termasuk konsumsi
makanan. Padahal makanan instan cenderung menggunakan zat pengawet
seperti natrium berzoate dan penyedap rasa seperti monosodium glutamate
(MSG). Jenis makanan yang mengandung zat tersebut apabila dikonsumsi
secara terus menerus akan menyebabkan peningkatan tekanan darah karena
adanya natrium yang berlebihan di dalam tubuh.
3. Obesitas
Saat asupan natrium berlebih, tubuh sebenarnya dapat membuangnya
melalui air seni. Tetapi proses ini bisa terhambat, karena kurang minum air
putih, berat badan berlebihan, kurang gerak atau ada keturunan hipertensi
maupun diabetes mellitus. Berat badan yang berlebih akan membuat
aktifitas fisik menjadi berkurang. Akibatnya jantung bekerja lebih keras
untuk memompa darah.Obesitas dapat ditentukan dari hasil indeks massa
tubuh (IMT). IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status
gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan. Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa
berumur diatas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak,
remaja, ibu hamil dan olahragawan (Supariasa, 2012).

2.2.3.2 Faktor yang tidak dapat diubah


1. Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga
itu mempunyai resiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar Sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
Potassium terhadap Sodium, individu dengan orang tua yang menderita

8
hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar daripada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi (Anggraini dkk, 2012).
2. Usia
Hipertensi bisa terjadi pada semua usia, tetapi semakin bertambah usia
seseorang maka resiko terkena hipertensi semakin meningkat. Penyebab
hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan–
perubahan pada, elastisitas dinding aorta menurun, katub jantung menebal
dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya, kehilangan
elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer (Smeltzer, 2011).
3. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dan wanita sama, akan tetapi
wanita pramenopause (sebelum menopause) prevalensinya lebih terlindung
daripada pria pada usia yang sama. Wanita yang belum menopause
dilindungi oleh oleh hormone estrogen yang berperan meningkatkan kadar
High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolestrol HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
aterosklerosis yang dapat menyebabkan hipertensi (Price & Wilson, 2016).

2.2.4 Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan hasil ukur tekanan darah menurut Joint
National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Bloods
Preassure (JNC) ke-VIII dalam Smeltzer & Bare (2010) yaitu <130 mmHg untuk
tekanan darah systole dan <85 mmHg untuk tekanan darah diastole.

2.2.5 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari

9
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu
dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal menyekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi. Untuk pertimbangan gerontologi perubahan struktural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi
dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
( volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2012).

10
WOC Hipertensi
Faktor yang dapat diubah: Gaya Pemeriksaan Penunjang :
Hipertensi adalah sebagai peningkatan Etiologi Hipertensi yaitu ada hipertensi hidup modern, pola hidup yang - Darah rutin
tekanan darah sistolik sedikitnya 140 primer dan hipertensi sekunder tidak sehat, obesitas - Foto dada
mmHg atau tekanan diastolik Faktor resiko yang tidak dapat - EKG
sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak diubah: Genetik, usia, jenis - Ct Scan
hanya beresiko tinggi menderita kelamin.
penyakit jantung, tetapi juga menderita
penyakit lain seperti penyakit saraf,
ginjal dan pembuluh darah dan makin Hipertensi
tinggi tekanan darah, makin besar
resikonya (Sylvia A. Price, 2015).

B1 (Breating) B2 (Blood) B3 (Brain) B4 (Bladder) B5 (Bowel) B6 (Bone)

Aliran darah Respon nyeri O2 ke jaringan


kebutuhan oksigen Suplay oksigen ke Cadera vaskular
tersumbat menurun
ke jantung miokard turun
meningkat
gangguan perfusi Merangsang
Defisit neurologis Infark jaringan
organ ginjal aktivitas simpatis
Integritas membrane sel
Sesak
berubah
Suplai darah ke otot Gangguan
Retensi Na dan air Metabolisme dan energi
jantung menurun gastrointestinal
Kontraktilitas turun tubuh menurun
Pola nafas tidak Penurunan haluran
Hipoksia miokardium
efektif urine Mual, muntah
Kegagalan pompa dan Anorexia kelemahan otot
Nyeri akut
jantung Resiko
ketidakseimbangan Resiko defisit nutrisi
elektrolit Intoleransi
Penurunan curah
jantung
11 Aktivitas
12
2.2.7 Manifestasi Klinis
2.2.7.1 Tidak ada gejala
Tanda dan gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika
tekanan arteri tidak terukur.
2.2.7.2 Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim
yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Beberapa
pasien yang menderita hipertensi yaitu :
1. Mengeluh sakit kepala, pusing
2. Lemas, kelelahan
3. Sesak nafas
4. Gelisah
5. Mual/Muntah
6. Epitaksis
7. Kesadaran menurun
Menurut Crowin (2012) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis
timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa nyeri kepala saat
terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan
darah intracranial. Pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,
seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan
pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus). Gejala lain yang
umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit
kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, dan tengkuk terasa pegal.

2.2.8 Komplikasi
1. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan darah tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-

13
arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga
aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri
otak yang mengalami aterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma. Gejala terkena stroke
adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti orang bingung, limbung atau
bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah
atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak
dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak.
2. Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang arteroklerosis tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.
Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen
miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia
jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat
menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi
ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan
resiko pembentukan bekuan (Corwin, 2010).
3. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya membrane
glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan
terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan
rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga
tekanan osmotic koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering
dijumpai pada hipertensi kronik.
4. Gagal jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat
untuk memompa darah yang menyebabkan pembesaran otot jantung kiri
sehingga jantung mengalami gagal fungsi. Pembesaran pada otot jantung
kiri disebabkan kerja keras jantung untuk memompa darah.

14
5. Kerusakan pada Mata
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh
darah dan saraf pada mata.

2.2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah di atas 140/90 mmHg. Prinsip
pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
2.2.9.1 Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan nonfarmakologi sangat
penting untuk mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan nonfarmakologis
pada penderita hipertensi bertujuan untuk menurunkan tekanan darah tinggi
dengan cara memodifikasi faktor resiko yaitu :
1. Mempertahankan berat badan ideal
Mempertahankan berat badan yang ideal sesuai Body Mass Index dengan
rentang 18,5 – 24,9 kg/m2. BMI dapat diketahui dengan rumus membagi
berat badan dengan tinggi badan yang telah dikuadratkan dalam satuan
meter. Obesitas yang terjadi dapat diatasi dengan melakukan diet rendah
kolesterol kaya protein dan serat. Penurunan berat badan sebesar 2,5 – 5
kg dapat menurunkan tekanan darah diastolik sebesar 5 mmHg
(Dalimartha, 2018).
2. Mengurangi asupan natrium (sodium)
Mengurangi asupan sodium dilakukan dengan melakukan diet rendah
garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4 gr
garam/hari), atau dengan mengurangi konsumsi garam sampai dengan
2300 mg setara dengan satu sendok teh setiap harinya. Penurunan tekanan
darah sistolik sebesar 5 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 2,5
mmHg dapat dilakukan dengan cara mengurangi asupan garam menjadi ½
sendok teh/hari (Dalimartha, 2018).
3. Batasi konsumsi alkohol
Mengonsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau lebih dari 1
gelas per hari pada wanita dapat meningkatkan tekanan darah, sehingga

15
membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol dapat membantu dalam
penurunan tekanan darah (PERKI, 2015).
4. Makan Kalium dan Kalsium yang cukup dari diet
Kalium menurunkan tekanan darah dengan cara meningkatkan jumlah
natrium yang terbuang bersamaan dengan urin. Konsumsi buah-buahan
setidaknya sebanyak 3-5 kali dalam sehari dapat membuat asupan
potassium menjadi cukup. Cara mempertahankan asupan diet potasium
(>90 mmol setara 3500 mg/hari) adalah dengan konsumsi diet tinggi buah
dan sayur.
5. Menghindari merokok
Merokok meningkatkan resiko komplikasi pada penderita hipertensi
seperti penyakit jantung dan stroke. Kandungan utama rokok adalah
tembakau, didalam tembakau terdapat nikotin yang membuat jantung
bekerja lebih keras karena mempersempit pembuluh darah dan
meningkatkan frekuensi denyut jantung serta tekanan darah(Dalimartha,
2018).
6. Penurunan stress
Stress yang terlalu lama dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah
sementara. Menghindari stress pada penderita hipertensi dapat dilakukan
dengan cara relaksasi seperti relaksasi otot, yoga atau meditasi yang dapat
mengontrol sistem saraf sehingga menurunkan tekanan darah yang tinggi
(Hartono, 2017).
7. Terapi relaksasi progresif
Di Indonesia Indonesia, penelitian relaksasi progresif sudah cukup banyak
dilakukan. Terapi relakasi progresif terbukti efektif dalam menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi (Erviana, 2015). Teknik relaksasi
menghasilkan respon fisiologis yang terintegrasi dan juga menganggu
bagian dari kesadaran yang dikenal sebagai “respon relaksasi Benson”.
Respon relaksasi diperkirakan menghambat sistem saraf otonom dan
sistem saraf pusat serta meningkatkan aktivitas parasimpatis yang
dikarekteristikan dengan menurunnya otot rangka, tonus otot jantung dan
mengganggu fungsi neuroendokrin. Agar memperoleh manfaat dari

16
respons relaksasi, ketika melakukan teknik ini diperlukan lingkungan yang
tenang, posisi yang nyaman.
2.2.9.2 Penatalaksanaan Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi menurut Saferi & Mariza (2013) merupakan
penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :
1. Golongan Diuretik
Diuretik thiazide biasanya membantu ginjal membuang garam dan air,
yang akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga
menurunkan tekanan darah.
2. Penghambat Adrenergik
Penghambat adrenergik, merupakan sekelompok obat yang terdiri dari
alfablocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang
menghambat sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis adalah istem
saraf yang dengan segera akan memberikan respon terhadap stress, dengan
cara meningkatkan tekanan darah.
3. ACE-inhibitor
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor) menyebabkan
penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.
4. Angiotensin-II-bloker
Angiotensin-II-bloker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan
suatu mekanisme yang mirip ACE-inhibitor.
5. Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan
mekanisme yang berbeda.
6. Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah.
7. Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat
yang menurunkan tekanan darah tinggi dengan cepat dan segera. Beberapa
obat bisa menurunkan tekanan darah dengan cepat dan sebagian besar
diberikan secara intravena : diazoxide, nitroprusside, nitroglycerin,
labetalol.

17
2.2.10 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan 2 cara yaitu :
2.2.10.1 Pemeriksaan yang segera seperti
1. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-
sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor
resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
2. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi /
fungsi ginjal.
3. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan
hipertensi).
4. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
6. Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa
( efek kardiovaskuler ).
7. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi
dan hipertensi.
8. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab).
9. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada
DM.
10. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
11. Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
12. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
13. EKG : perbesaran jantung gangguan konduksi (Smeltzer, 2011)

18
2.2.10.2 Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama ) :
1. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
2. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
4. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT
scan.
5. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis
pasien.

19
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
1. Identitas
Meliputi : Nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan sebelumnya, pendidikan terakhir.
2. Riwayat Keluarga
Menggambarkan silsilah (kakek, nenek, orang tua, saudara kandung,
pasangan, dan anak-anak).
3. Riwayat Pekerjaan
Menjelaskan status pekerjaan saat ini, pekerjaan sebelumnya, dan
sumbersumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan yang tinggi.
4. Riwayat Lingkup Hidup
Meliputi : tipe tempat tinggal, jumlah kamar, jumlah orang yang tinggal di
rumah, derajat privasi, alamat, dan nomor telpon.
5. Riwayat Rekreasi
Meliputi : hoby/minat, keanggotaan organisasi, dan liburan
6. Sumber/ Sistem Pendukung
Sumber pendukung adalah anggota atau staf pelayanan kesehatan seperti
dokter, perawat atau klinik.
7. Status Kesehatan Saat Ini
Meliputi : status kesehatan umum selama stahun yang lalu, status kesehatan
umum selama 5 tahun yang lalu, keluhan-keluhan kesehatan utama, serta
pengetahuan tentang penatalaksanaan masalah kesehatan.
8. Obat-Obatan
Menjelaskan obat yang telah dikonsumsi, bagaimana mengonsumsinya, atas
nama dokter siapa yang menginstruksikan dan tanggal resep
9. Status Imunisasi
Mengkaji status imunisasi klien pada waktu dahulu
10. Nutrisi
Menilai apakah ada perubahan nutrisi dalam makan dan minum, pola
konsumsi makanan dan riwayat peningkatan berat badan. Biasanya pasien
dengan hipertensi perlu memenuhi kandungan nutrisi seperti karbohidrat,

20
protein, mineral, air, lemak, dan serat. Tetapi diet rendah garam juga
berfungsi untuk mengontrol tekanan darah pada klien.
11. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan suatu proses memeriksa tubuh pasien dari
ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe) untuk menemukan tanda klinis
dari suatu penyakit dengan teknik inpeksi, aukultasi, palpasi dan perkusi.
Pada pemeriksaan kepala dan leher meliputi pemeriksaan bentuk kepala,
penyebaran rambut, warna rambut, struktur wajah, warna kulit, kelengkapan
dan kesimetrisan mata, kelopak mata, kornea mata, konjungtiva dan sclera,
pupil dan iris, ketajaman penglihatan, tekanan bola mata, cuping hidung,
lubang hidung, tulang hidung, dan septum nasi, menilai ukuran telinga,
ketegangan telinga, kebersihan lubang telinga, ketajaman pendengaran,
keadaan bibir, gusi dan gigi, keadaan lidah, palatum dan orofaring, posisi
trakea, tiroid, kelenjar limfe, vena jugularis serta denyut nadi karotis. Pada
pemeriksaan payudara meliputi inpeksi terdapat atau tidak kelainan berupa
(warna kemerahan pada mammae, oedema, papilla mammae menonjol atau
tidak, hiperpigmentasi aerola mammae, apakah ada pengeluaran cairan pada
putting susu), palpasi (menilai apakah ada benjolan, pembesaran kelenjar
getah bening, kemudian disertai dengan pengkajian nyeri tekan). Pada
pemeriksaan thoraks meliputi inspeksi terdapat atau tidak kelainan berupa
(bentuk dada, penggunaan otot bantu pernafasan, pola nafas), palpasi
(penilaian vocal premitus), perkusi (menilai bunyi perkusi apakah terdapat
kelainan), dan auskultasi (peniaian suara nafas dan adanya suara nafas
aduh ggup ni tambahan). Pada pemeriksaan jantung meliputi inspeksi dan
palpasi (mengamati ada tidaknya pulsasi serta ictus kordis), perkusi
(menentukan batas-batas jantung untuk mengetahui ukuran jantung),
auskultasi (mendengar bunyi jantung, bunyi jantung tambahan, ada atau
tidak bising/murmur). Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi
terdapat atau tidak kelainan berupa (bentuk abdomen, benjolan/massa,
bayangan pembuluh darah, warna kulit abdomen, lesi pada abdomen),
auskultasi(bising usus atau peristalik usus dengan nilai normal 5-35
kali/menit), palpasi (terdapat nyeri tekan, benjolan/masa, benjolan/massa,
pembesaran hepar dan lien) dan perkusi (penilaian suara abdomen serta

21
pemeriksaan asites). Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya meliputi area
pubis, meatus uretra, anus serta perineum terdapat kelainan atau tidak. Pada
pemeriksaan muskuloskletal meliputi pemeriksaan kekuatan dan kelemahan
eksremitas, kesimetrisan cara berjalan. Pada pemeriksaan integument
meliputi kebersihan, kehangatan, warna, turgor, kulit, tekstur kulit,
kelembaban serta kelainan pada kulit serta terdapat lesi atau tidak. Pada
pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan tingkatan kesadaran (GCS),
pemeriksaan saraf otak (NI-NXII), fungsi motorik dan sensorik, serta
pemeriksaan reflex.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


1. (D.0077) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis,
peningkatan tekanan vaskuler serebral
2. (D.0055) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur
3. (D.0056) Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
4. (D.0011) Resiko penurunan curah jantung d.d perubahan afterload

2.3.3 Intervensi Keperawatan


Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
1. (D.0077) Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri secara komprehensif
berhubungan engan keperawatan …x 24 jam meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
agen pencidera klien dapat mengontrol nyeri frekuensi, kualitas, intensitas.
fisiologis, dengan 2. Observasi reaksi nonverbal dan
peningkatan tekanan kriteria : Ketidaknyamanan
vaskuler serebral 1. Mengenal faktor nyeri 3. Gunakan komunikasi terapeutik agar
2. Tindakan pertolongan klien dapat mengekspresikan nyeri
nonfarmakologi 4. Ajarkan penggunaan teknik non
3. Mengenal tanda pencetus farmakologi : teknik relaksasi
nyeri untuk mencari progresif
pertolongan 5. Berikan analgetik sesuai anjuran
4. Melaporkan nyeri 6. Tentukan lokasi, karakteristik,
berkurang dengan kualitas dan derajat nyeri sebelum
menggunakan pemberian obat
manajemen nyeri 7. Cek instruksi dokter tentang jenis,
5. Menyatakan rasa nyaman obat, dosis dan frekuensi
setelah nyeri berkurang

22
2. (D.0055) Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Ciptakan suasana lingkungan yang
pola tidur keperawatan …x 24 jam tenang dan nyaman
berhubungan dengan tidak terjadi gangguan pola 2. Beri kesempatan klien untuk
kurangnya kontrol tidur istirahat/tidur
tidur dengan kriteria : 3. Evaluasi tingkat stress
1. Jumlah jam tidur dalam 4. Monitor keluhan nyeri kepala
batas normal 6-8 5. Lengkapi jadwal tidur secara teratur
jam/hari.
2. Tidak menunjukkan
perilaku gelisah
3. Wajah tidak pucat dan
konjungtiva tidak anemis
3. (D.0056) Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan keterbatasan klien
aktifitas b.d keperawatan …x 24 jam terhadap aktifitas.
ketidakseimbangan tidak terjadi intoleransi 2. Tentukan penyebab lain kelelahan.
antara suplai dan aktifitas 3. Observasi asupan nutrisi sebagai
kebutuhan oksigen dengan kriteria : sumber energy yang adekuat
1. Meningkatkan energy 4. Observasi respons jantung terhadap
untuk melakukan aktivitas (mis. Takikardia, disritmia,
aktifitas sehari-hari dyspnea, diaphoresis, pucat, tekanan
2. Menunjukkan penurunan hemodinamik dan frekuensi
gejala-gejala intoleransi pernafasan).
aktifitas 5. Dorong klien melakukan aktifitas
sebagai sumber energi
4. (D.0011) Resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji TTV
penurunan curah keperawatan …x 24 jam 2. Berikan lingkungan tenang, nyaman,
jantung d.d tidak terjadi penurunan curah kurangi aktivitas, batasi jumlah
perubahan afterload jantung dengan kriteria: pengunjung
1. TTV dalam batas normal 3. Pertahankan pembatasan aktivitas
2. Berpartisipasi dalam seperti istirahat ditempat tidur/kursi
aktivitas yang 4. Bantu melakukan aktivitas
menurunkan TD perawatan diri sesuai kebutuhan.
3. Mempertahankan TD
dalam rentang yang apat
diterima

1.3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan
keperawatan yang telah dibuat oleh untuk mencapai hasil yang efektif dalam
pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan dan keterampilan dan

23
pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang
diberikan baik mutunya. Dengan demikian rencana yang telah ditentukan tercapai.

1.3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian
proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan poses mulai dari
pengkajian, diagnosa , perencanaan, tindakan dan evaluasi itu sendiri.

24
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Data Biografi
Nama : Tn.P
Tempat & Tanggal Lahir : Palangka Raya, 23 April 1958
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
TB/BB : 160/70
Penampilan : Rambut beruban.
Alamat : Jl. Sapan No.17
Orang Dekat Yang Dihubungi : Keluarga
Hubungan dengan Lansia : Anak Kandung
Alamat : Jl. Sapan No.17

3.1.2 Riwayat keluarga


1. Susunan Anggota Keluarga
Susunan anggota keluarga sulit untuk dikaji, karena klien lupa bagaimana
susunan anggota keluarganya.
2. Genogram

x x x x

Keterangan :
: Laki – Laki : Tinggal satu rumah
: Perempuan : Hubungan Keluarga
: klien : Meninggal

25
3.1.3 Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : Swasta
Alamat pekerjaan :-
Berapa jarak dari rumah :-
Alat transportasi :-
Pekerjaan sebelumnya : Swasta
Sumber pendapatan :-

3.1.4 Riwayat Lingkungan Hidup (Denah)


Tn.P tinggal di rumah bersama istri. Tipe tempat tinggal Tn.P permanen dan
berjumlah 2 kamar. Kondisi tempat tinggal klien cukup bersih, pencahayaan baik,
ventilasi cukup dan tidak pengap. Jumlah orang yang tinggal 2 orang yang terdiri
dari Tn.P dan istri. Tetangga terdekat klien adalah saudaranya dan anak-anaknya.

3.1.5 Riwayat Rekreasi


Klien sering berada di rumah, hobby baca koran, kegiatan Tn.P dirumah
adalah beribadah dan membaca Al-Quran.

3.1.6 Sistem Pendukung


Jarak dari RS Doris Sylavanus ke rumah Tn.P ± 5 km, Klinik Terdekat ± 4
km.

3.1.7 Diskripsi Kekhususan


Kebiasaan dirumah selalu berdoa sebelum memulai kegiatan. Sebelum dan
sesudah makan selalu berdoa.

3.1.8 Status kesehatan


1. Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : Klien mengatakan
selama sakit belum pernah di rawat dirumah sakit dan tidak memiliki
riwayat operasi.
2. Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : sering mengalami
hipertensi

26
Keluhan utama :
Keluhan yang dirasakan saat ini, klien mengatakan sering merasakan pusing,
pusing dirasakan pada saat bangun tidur, dan rasanya seperti nyut-nyutan dan
sakitnya hilang timbul.
Status Imunisasi : (catat tanggal terbaru)
Tetanus, difteri: tidak ada, Influenza: tidak ada, Pneumothoraks: tidak ada
Alergi : (catat agen dan reaksi spesifik)
1. Obat-obatan: Tidak ada alergi
2. Makanan: Tidak ada
3. Faktor lingkungan: Tidak ada
4. Penyakit yang diderita : Tidak Ada

3.1.9 Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari (ADL)


Indeks Katz Tn.P adalah A (kemandirian dalam hal makan, kontinen,
berpindah, kekamar kecil, berpakaian dan mandi).

3.1.10 Data penunjang


Obat Dosis Indikasi
Catopril 25mg 3x1 untuk mengontrol tekanan
darahnya

Paracetamol 500 mg 3x1 Obat ini digunakan untuk


meredakan rasa sakit ringan
hingga menengah, dan
menurunkan demam.

Keadaan Umum :
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, pupil isokor, TTV : TD :
170/110 mmHg, Nadi : 99 x/mnt, Suhu : 36,8 ºC, RR 20 x/mnt. Akral : hangat,
merah, lembab. CRT : < 2 detik, konjungtiva : normal , sklera normal. Kulit
normal, turgor kulit elastis.
- Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
- GCS : Eye : 3, Verbal : 5, Motorik : 6.
- Tanda-Tanda Vital : Nadi : 99x/mnt, RR : 20x/menit, TD : 170/110
mmHg.

27
- Sistem Kardiovaskuler : Tekanan darah klien 170/100 mmHg.
- Sistem Pernafasan : RR : 20x/menit, bentuk thorax simetris,
tidak ada bunyi nafas tambahan.
- Sistem Integumen : Kulit tampak keriput, elastisitas kulit
berkurang, warna kulit kuning langsat.
- Sistem Perkemihan : BAK ± 3x sehari
- Sistem Muskuluskeletal : Tidak ada gangguan pada otot kaki dan
tangan, saat di lakukan pengkajian klien tidak ada mengeluh nyeri pada
bagian ototnya.
- Sistem Endokrin : tidak ada riwayat penyakit diabetes, dan
klien tidak ada riwayat terkena gondok atau hipotirioid.
- Sistem Gastrointestinal : Tidak ada mual atau muntah
- Sistem reproduksi : Menopause
- Sistem Persyarafan : Tidak ada cedera kepala, tidak ada riwayat
kejang.
- Sistem Penglihatan : Klien menggunakan kacamata
- Sistem Pendengaran : Dapat mendengar dengan baik, tidak ada
keluaran cairan.
- Sistem Pengecapan : Dapat mengecap dengan baik
- Sistem Penciuman : Tn.P masih mampu mencium bau dengan
baik

Status Kognitif/Afektif/Sosial
Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ) Tn. P yaitu: kerusakan
intelektual ringan. Mini Mental State Exam (MMSE): 22, Inventaris Depresi
Beck: 0 (Depresi tidak ada/Minimal), APGAR keluarga : 9.

28
INDEKS KATZ
Indeks Kemandirian Pada Aktivitas kehidupan Sehari-hari

Nama klien : Tn.P Tanggal : 01 Januari 2021


Jenis kelamin : Laki-laki TB/BB : 160/70
Agama : Islam Gol darah: A
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl. Sapan No 17

Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke
kamar kecil, berpakaian dan mandi.

B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


satu dari fungsi tersebut

C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi, dan satu fungsi tambahan

D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan

E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi, berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan

F Kemandirian dalam smeua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi
tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lainlain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat di
klasifikasikan sebagai C, D, E Atau F

29
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)
Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual lansia

Nama klien : Tn.P Tanggal : 01 Januari 2021


Jenis kelamin : Laki-laki TB/BB : 160/70
Agama : Islam Gol darah: A
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl. Sapan No 17
No. Benar Salah Pertanyaan Jawaban Pasien
1.  Tanggal berapa hari ini? 01 januari 2021
2.  Hari apa sekarang? Senin
3.  Apa nama tempat ini? Puskesmas
4.  Dimana alamat bapak ? Jl. Sapan no.17
5.  Berapa umur bapak? 62 Tahun
6.  Kapan ibu lahir? 23 April 1958
7.  Siapa presiden Indonesia? Jokowi
8.  Siapa presiden Indonesia Jokowi
sebelumnya?
9.  Siapa nama ibu anda? Parhan
10.  Kurang 3 dari 20? 17
Jumlah 10 0
Salah : 0, fungsi intelektualnya Tn.P Fungsi Intelektual Utuh
Keterangan:
Kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4 kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5-7 kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8-10 kerusakan intelektual berat

30
MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)
Menguji Aspek – Kognitif Dari Fungsi Mental
Aspek Nilai Nilai
No. Kriteria Jawaban Klien
Kognitif Max Klien
1. Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan Hari Senin, 01 Jan
benar: Hari, tanggal, 2021, dan musim
bulan, tahun, dan hujan.
musim.
2. Orientasi 5 5 Dimana kota tempat kita Kota Palangka
tinggal sekarang? Raya.
3. Registrasi 3 5 Menyebutkan 3 objek Meja, kursi, dan
benda disekitar (misal kertas.
meja).
4. Perhatian 5 1 Meminta klien berhitung 93
dan dari 100 kemudian
kalkulasi dikurangi 7 sampai lima
tingkat :
93, 86, 78, 71, 60
5. Mengingat 3 3 Meminta klien untuk Meja, kursi dan
mengulangi ketiga objek kertas
pada poin 3 (tiap poin
nilainya 1)
6. Bahasa 9 5 Menanyakan kepada Klien mampu
klien tentang benda mampu mengikuti
(sambil menunjukan semua perintah yang
benda tersebut) dikatakan perawat.
1. Meja
2. Kursi
Minta klien untuk
mengulangi kata
berikut tidak ada, dan,
akan tetapi.
Klien menjawab :
Minta klien untuk
mengikuti perintah
berikut yang terdiri dari
3 langkah :
1. Ambil kertas
ditangan perawat. 2.
Lipat kertas tersebut 3.
Dan letakan dimeja
samping tempat tidur.
Perintahkan kepada
klien untuk hal berikut
(bila aktivitas sesuai
perintah nilai satu poin)

31
“tutup mata anda”
Perintahkan klien
menuliskan kalimat dan
menyalin gambar.
Total 24
Total: 24, Gangguan kognitif sedang Tn.P

KETERANGAN:
Mengkaji tingkat kesadaran klien sepanjang kontinum: Compos mentis.
- Nilai maksimum 30 (nilai 22/ kurang indikasi ada kerusakan kognitif perlu
tindak lanjut)
- Nilai maksimum 30 (nilai 22/ kurang indikasi ada kerusakan kognitif)
Tn.P mampu berorientasi terhadap tahun, musim, tanggal, hari, dan bulan
sekarang, dan mampu mengingat nama-nama benda, tetapi Tn.P tidak mampu
berhitung.

INVENTARIS DEPRESI BECK


(PENILAIAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DARI BECK DAN DECLE, 1972)

32
Nama klien : Tn.P Tanggal : 01 Januari 2021
Jenis kelamin : Laki-laki TB/BB : 160/70
Agama : Islam Gol darah: A
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl. Sapan No 17

URAIAN
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih

B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa dan memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan

C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/ istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal

D KETIDAKPUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas

E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat buruk/tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah

F TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI


3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri

33
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri

G MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI


3 Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan
2 Saya punya rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak punya pikiran tentang membahayakan diri sendiri

H MENARIK DIRI DARI SOSIAL


3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli pada
mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik

J PERUBAHAN GAMBARAN DIRI


3 Merasa bahwa saya jelek/tampak menjijikan
2 Merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan
1 Saya khawatir saya tampak tua/tidak menarik dan ini membuat saya tidak
menarik
0 Tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya

K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja sebaik-baiknya

L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya

34
M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya

Keterangan:
0-4 : depresi tidak ada/ minimal
5-7 : depresi ringan
8-15 : depresi sedang
16+ : depresi berat

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA


Alat skrining singkat yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi social lansia
Nama klien : Tn.P Tanggal : 01 Januari 2021
Jenis kelamin : Laki-laki TB/BB : 160/70
Agama : Islam Gol darah: A

35
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl. Sapan No 17
No Uraian Fungsi Skore
1 Saya puas bahwa saya dapat kembali ADAPTATION 2
pada keluarga (teman-teman) saya untuk
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 Saya puas dengan cara keluarga PARTNERSHIP 2
(temanteman) saya mebicarakan sesuatu
dengan saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya
3 Saya puas dengan cara keluarga GROWTH 2
(temanteman) saya menerima dan
mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas/ arah baru
4 Saya puas dengan cara keluarga AFFECTION 2
(temanteman) saya mengekspresikan
afek dan berespons terhadap emosi-
emosi saya seperti marah, sedih/
mencintai.
5 Saya puas dengan cara teman-teman RESOLVE 1
saya dan saya menyediakan waktu
bersama-sama.
Penilaian: TOTAL 9
Pertanyaan-pertanyaan yang di jawab:
• Selalu: skore 2
• Kadang-kadang: skore 1
• Hampir tidak pernah: skore 0

ANALISA DATA
No. OBYEKTIF DAN DATA INTERPRESTASI (Etiologi) MASALAH
SUBYEKTIF (sign/symptom) (Problem)

36
1. DS: Pasien mengatakan Pembuluh darah tidak dapat Nyeri Akut
merasakan pusing, tengkuk terasa mengembang
berat dan mata sulit dibuka ↓
Vasokonstriksi pembuluh darah
DO: ↓
1. Pasien tampak menahan sakit. Peningkatan tekanan intrakarnial
2. Pasien tampak meringis ↓
3. Pasien terlihat beberapa kali Pusing
memijit kepalanya ↓
Nyeri Akut
4. Skala nyeri 5
5. TTV:
- TD: 170/110 mmHg
- N: 92x/menit
- S:36,8 °C
- RR: 24x/menit

2. DS: Hipertensi Defisit pengetahuan


- Pasien mengatakan masih ↓
belum memahami secara Kurang informasi mengenai
khusus tentang penyakit dan penyakit dan terapi
diet penyakit tsb ↓
DO: Perubahan status kesehatan
- Pasien kurang tidak mengetahui ↓
tentang penyakit dan diet Informasi mengenai penyakit
penyakit tsb masih minim
- Pasien tidak rutin ke puskesmas ↓
untuk memeriksa Kesehatan Kurang pengetahuan
- Klien tidak suka makan sayur
dan buah, Sering makan
makanan yan berlemak
- Klien jarang beraktivitas dan
kurang berolahraga.

PRIORITAS MASALAH

37
1. Nyeri Akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakarnial ditandai dengan
Pasien tampak menahan sakit, pasien tampak meringis, Pasien terlihat beberapa kali
memijit kepalanya, Skala nyeri 5, TTV: TD: 170/110 mmHg, N: 92x/menit, S:36,8 °C,
RR: 24x/menit.
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informs terkait program
aktivitas dan program diet ditandai dengan Pasien kurang tidak mengetahui tentang
penyakit dan diet penyakit tsb, Pasien tidak rutin ke puskesmas untuk memeriksa
Kesehatan, Klien tidak suka makan sayur dan buah, Sering makan makanan yan
berlemak, Klien jarang beraktivitas dan kurang berolahraga.

38
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan kunjungan 1. Kaji nyeri secara komprehensif 1. Tindakan ini yaitu untuk
dengan peningkatan tekanan 3x/hari diharapkan kriteria hasil: meliputi lokasi, karakteristik, durasi, mengetahui secara komprehensif
intrakarnial ditandai dengan - Keluhan nyeri menurun (5) frekuensi, kualitas, intensitas. tentang nyeri yang dialami
Pasien tampak menahan sakit, - Meringis menurun (5) 2. Observasi reaksi nonverbal dan 2. Untuk mengetahui reaksi nonverbal
pasien tampak meringis, - Kesulitan tidur menurun (5) Ketidaknyamanan dan ketidaknyamanan pasien
Pasien terlihat beberapa kali - Tekanan darah membaik (5) 3. Gunakan komunikasi terapeutik agar 3. Dengan menggunakan komunikasi
memijit kepalanya, Skala klien dapat mengekspresikan nyeri terapeutik pasien bisa lebih
nyeri 5, TTV: TD: 170/110 4. Ajarkan penggunaan teknik non nyaman untuk mengekspresikan
mmHg, N: 92x/menit, S:36,8 farmakologi : teknik relaksasi nyeri
°C, RR: 24x/menit. progresif 4. Untuk mengurangi nyeri yang
5. Berikan analgetik sesuai anjuran dialami
6. Kolaborasi dengan tenaga medis 5. Memaksimalkan bernafas dan
untuk pemberian obat antihipertensi menurunkan kerja nafas.
6. Agar tekanan darah menurun.
2. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan kunjungan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan 1. Mengetahui tingkat pemahaman
berhubungan dengan kurang 3x/hari diharapkan kriteria hasil menerima informasi dan pengetahuan pasien tentang
terpapar informs terkait Perilaku sesuai anjuran 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat penyakitnya serta indikator dalam
program aktivitas dan meningkat (5)
meningkatkan dan menurunkan melakukan intervensi
program diet ditandai dengan 1. Perilaku sesuai dengan
Pasien kurang tidak motivasi perilaku hidup bersih dan 2. Meningkatkan pemahaman klien
pengetahuan meningkat (5)
mengetahui tentang penyakit sehat tentang kondisi kesehatan
2. Persepsi yang keliru terhadap
dan diet penyakit tsb, Pasien masalah menurun (5) 3. Sediakan materi dan media 3. Mengurangi tingkat kecemasan
tidak rutin ke puskesmas pendidikan kesehatan dan membantu meningkatkan
untuk memeriksa Kesehatan, 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan kerjasama dalam mendukung
Klien tidak suka makan sayur sesuai kesapakatan program terapi yang diberikan
dan buah, Sering makan
5. Jelaskan faktor resiko yang dapat 4. Menambah pengetahuan klien
makanan yan berlemak, Klien

39
jarang beraktivitas dan mempengaruhi kesehatan sehingga klien bisa mencegah dan
kurang berolahraga. mengatasi hipertensi.
5. Memberikan informasi terlalu luas
tidak lebih bermanfaat daripada
penjelasan ringkas dengan
penekanan pada hal-hal penting
yang signifikan bagi Kesehatan.

40
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda Tangan
Senin, 01 Januari 2021 1. Mengkaji nyeri secara S: Pasien mengatakan kepala masih
09.00 WIB komprehensif meliputi lokasi, pusing dan tengkuk terasa berat
karakteristik, durasi, frekuensi, O:
kualitas, intensitas. 1. Kepala terasa masih pusing yang
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dirasakan masih sakit
dan Ketidaknyamanan 2. Tengkuk terasa berat
Amelia Fransisca
3. Menggunakan komunikasi 3. Pasien tampak menahan sakit
terapeutik agar klien dapat kepala
mengekspresikan nyeri 4. Melakukan Teknik relaksasi nafas
4. Mengajarkan penggunaan teknik dalam
non farmakologi : teknik relaksasi 5. Paracetamol 500mg dosis 3x1
progresif 6. Captopril 25mg dosis 3x1
5. Memberikan analgetik sesuai 7. Pasien koperatif
anjuran A: Masalah sebagian teratasi
6. Berkolaborasi dengan tenaga P: lanjutkan Intervensi
medis untuk pemberian obat
antihipertensi.
Senin, 01 Januari 2021 1. Mengidentifikasi kesiapan dan S: Pasien mengatakan masih belum
09.20 WIB kemampuan menerima informasi memahami secara khusus tentang
2. Mengidentifikasi faktor-faktor penyakit dan diet penyakit tsb
yang dapat meningkatkan dan Amelia.f
menurunkan motivasi perilaku O:
hidup bersih dan sehat 1. Pasien sudah bisa sedikit
3. Menyediakan materi dan media menerima informasi
pendidikan kesehatan 2. Pasien sedia untuk mengikuti
4. Menjadwalkan pendidikan pendidikan kesehatan.

41
kesehatan sesuai kesapakatan 3. Sudah mengikuti kegiatan penkes
5. Menjelaskan faktor resiko yang yang sudah di jelaskan
dapat mempengaruhi kesehatan 4. Pasien mengerti apa yang telah
disampaikan mengenai faktor
resiko yan dapat mempenaruhi
kesehatannya
5. Pasien kooperatif
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi

42
BAB 4
PEMBAHASAN

Pada BAB 4 ini merupakan pembahasan mengenai asuhan keperawatan


keluarga pada Tn . P dengan diagnosa Hipertensi . Dalam pembahasan ini
penulis membandingkan antara teori dengan asuhan keperawatan dalam kasus
melihat kesenjangan-kesenjangan yang ada. Adapun pembahasan kasus ini
meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.
4.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan,
proses sistematis dari pengumpulan, dan komunikasi dengan klien. Pengumpulan
data harus berhubungan dengan masalah kesehatan tertentu sehingga data
pengkajian harus relevan seperti yang ditampilkan. Fase proses keperawatan ini
mencakup dua langkah yaitu dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder
(keluarga, tenaga kesehatan), dan analisa data sebagai dasar untuk diagnosa
keperawatan.
Penulis mengumpulkan data menggunakan metode wawancara,
observasi,dan pemeriksaan fisik. Selama pengkajian, penulis mendapatkan data
subyektif dan objektif. Data subjektif adalah persepsi klien tentang masalah
kesehatan mereka, klien yang dapat memberikan informasi tersebut. Data
obyektif adalah pengamatan yang dibuat oleh pengumpul data.
Asuhan keperawatan pada Tn P dilakukan pada tanggal 01 Januari
2021 jam 09.00 WIB. Pengkajian didapatkan data klien mengeluh Pasien
mengatakan merasakan pusing, tengkuk terasa berat dan mata sulit dibuka,
Pasien tampak menahan sakit, Pasien tampak meringis, Pasien terlihat beberapa
kali memijit kepalanya, Skala nyeri 5, TTV: TD: 170/110 mmHg, N: 92x/menit,
S:36,8 °C, RR: 24x/menit. Dilakukan pengkajian gerontik dengan hasil; fungsi
kesehatan keluarga kurang mampu merawat anggota keluarga yg sakit, keluarga
pasien tidak memahami diet Hipertensi, Pasien tidak rutin ke puskesmas untuk
memeriksa Kesehatan, Klien tidak suka makan sayur dan buah, Sering makan
makanan yan berlemak, Klien jarang beraktivitas dan kurang berolahraga.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang menguraikan respon
aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai
ijin dan berkompeten untuk mengatasinya. Berdasarkian Buku Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia ( SDKI ) maka Diagnosa yang penulis angkat adalah
Nyeri Akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakarnial, Defisit
pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informs terkait program
aktivitas dan program diet.
Kedua diagnosa ini ditegakkan berdasarkan data yang ditemukan pada
saat pengkajian yaitu pada diagnose keperawatan satu, data subyektif di mana
Tn.P mengatakan merasakan pusing, tengkuk terasa berat dan mata sulit dibuka,
Pasien tampak menahan sakit, Pasien tampak meringis, Pasien terlihat beberapa
kali memijit kepalanya, Skala nyeri 5, TTV: TD: 170/110 mmHg, N: 92x/menit,
S:36,8 °C, RR: 24x/menit, data subjektif diagnose kedua yaitu Pasien kurang
tidak mengetahui tentang penyakit dan diet penyakit tsb, Pasien tidak rutin ke
puskesmas untuk memeriksa Kesehatan, Klien tidak suka makan sayur dan buah,
Sering makan makanan yan berlemak, Klien jarang beraktivitas dan kurang
berolahraga. Mengenai diagnosa yang lain Kelompok tidak mengangkat
diagnose karena tidak ditemukan tanda gejala dan data-data yang mendukung
diagnosa untuk diangkat .

4.3 Intervensi Keperawatan


Menurut PPNI ( 2018 ) Standar intervensi Keperawatan yang mencakup
intevensi keperawatan komprehensif yang meliputi intervensi pada berbagai
level praktik ( Generalis dan spesialis), berbagai kategori ( fisiologis dan
psikososial), Berbagaai upaya kesehatan ( kuratif, preventif, dan promotivf)
berbagai jenis klien ( individu, keluarga, komunitas), jenis intervensi (mandiri
dan kolaborasi ) serta intervensi komplementer dan alternative, standar ini
diaharpkan menjadi acuan bagi perawat dalam merencanakn intervensi
keperawatan , meningktkan otonomi perawatan dalam memberikan pelayanan
keehatan, memudahkan komunikasi intraprofesional dan interprofesional
sehingga dapat meningktakan mutu asuhan keperawatan yang diberikan kepada

44
klien Standar Intervensi Keperawatan Indonesia ( SIKI ) merupakan tolak ukur
yang diguankan sebagai panduan dalam penyususnan intervensi keperawatan
dalam rangka memberikan asuhan keperawatan yang aman, efektif dan etis.
Perencanaan tindakan terhadap pasien Tn .P disusun berdasarkan prioritas
masalah, konsep dan teori yang telah disusun disesuaikan dengan literature yang
ada, tetapi tidak semua dimasukan dalam kasus pasien ini. Pada kasus ini rencana
keperawatan yang akan dilaksanakan pada pasien Tn. P untuk diagnosa Nyeri
Akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakarnial, Perencanaan untuk
diagnosa yang diambil yaitu sesuai dengan teori ( SIKI ) yaitu : 1. Mengkaji
nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas. Mengobservasi reaksi nonverbal dan Ketidaknyamanan
Menggunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri.
Mengajarkan penggunaan teknik non farmakologi : teknik relaksasi progresif.
Memberikan analgetik sesuai anjuran. Berkolaborasi dengan tenaga medis untuk
pemberian obat antihipertensi. Rencana keperawatan yang akan dilaksanakan
pada pasien Tn. P untuk diagnosa Defisit pengetahuan berhubungan dengan
kurang terpapar informasi terkait penyakit dan program aktivitas, program diet.
Perencanaan untuk diagnosa yang diambil yaitu sesuai dengan teori ( SIKI )
yaitu : Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi,
Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat, Menyediakan materi dan media
pendidikan kesehatan, Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesapakatan,
Menjelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatanBerikan makanan
tinggi kalori dan tinggi protein, Ajarkan diet yang diprogramkan.

4.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi merupakan tindakan yang harus dilakukan perawat dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
Pada pelaksanaan keperawatan yang penulis lakukan hampir sama secara
umum dengan landasan teoritis, tetapi dilakukan penyesuaian dengan masalah
pasien. Pada Tn . P pelaksanaan asuhan keperawatan yang dikelola sesuai dengan
rencana keperawatan yang telah disusun.

45
4.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah mengukur dari rencana dan pelaksanaan
tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien.
Pada evaluasi untuk diagnosa pertama Nyeri Akut berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakarnial masalah teratasi sebagian, Defisit
pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi terkait
penyakit dan program aktivitas, program diet masalah teratasi Sebagian.
Dari hasil evaluasi klien mengatakan mengatakan merasakan pusing,
tengkuk terasa berat dan mata sulit dibuka, Pasien tampak menahan sakit,
Pasien tampak meringis, Pasien terlihat beberapa kali memijit kepalanya,
Skala nyeri 5, untuk pemeriksaan TTV klien belum dalam batas normal
dan klien serta keluarga sudah mengerti tentang penyakit Hipertensi yang
dialaminya serta cara pengobatan hipertensi itu sendiri.

46
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Lansia atau menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur
dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas
(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang menyebabkan
penyakit degenerative misal, hipertensi, arterioklerosis, diabetes
mellitus dan kanker (Nurrahmani, 2012).
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan
peningkatan angka morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah
fase sistolik 140 mmHg menunjukkan fase darah yang sedang
dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 mmHg menunjukkan
fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto,2014).

5.2 Saran
Sebagai seorang perawat harus benar-benar mengetahui bagaimana
cara merawat pasien yang baik sesuai penggolongan penyakitnya, sesuai
rencana keperawatan dan implementasi keperawatan yang ada. Oleh
karena itu kita harus selalu belajar supaya kita dapat merawat pasien sesuai
prosedur yang di anjurkan.

47
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani Yuli Reny. (2010). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC. Jakarta : EGC
Riskesdas (2018). Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Triyanto ,Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita
Hipertensi Secara Terpadu. Jogjakarta : Graha Ilmu
WHO (2015), World Health Day 2015 : Measure your blood pressure,
reduceyourrisk.http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2013/w
orld

48
SATUAN ACARA PENYULUHAN MANFAAT JUS
TIMUN UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH
(HIPERTENSI)

Oleh:
Amelia Fransisca
2017.C.09a.0824

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN

49
TAHUN AJARAN 2020/2021

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Manfaat Jus Timun Untuk Menurunkan Tekanan Darah


(Hipertensi)
Sasaran : Pasien dan keluarga
Tempat :
Hari/tanggal :
Alokasi Waktu : ± 20 menit

1. Tujuan
1.1 Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 20 menit tentang
hipertensi dan demonstrasi tentang cara pengolahan mentimun,
diharapkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang hipertensi dan
cara pengolahan mentimun meningkat.
1.2 Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapakan:
a. Pasien dan Keluarga mengerti arti dari hipertensi.
b. Pasien dan Keluarga mengetahui tanda dan gejala hipertensi
c. Pasien dan Keluarga mengetahui cara mencegah hipertensi
d. Pasien dan Keluarga mengetahui cara pengolahan mentimun
2. Materi
Penyuluhan Hipertensi dan manfaat jus timun untuk
menurunkan tekanan darah.
3. Metode
Ceramah dan demonstrasi
4. Media
Leaflet

50
5. Kegiatan

No Tahap Waktu Kegiatan Pengajar Kegiatan Peserta


1 Pembukaan 5 menit 1. Mengucap salam 1. Menjawab salam
pembuka 2. Memperhatikan
2. Perkenalan 3. Memperhatikan
3. Menggali pengalaman dan menanggapi
peserta penyuluhan
dengan topik yang akan
disampaikan

2 Penyampaian 5 menit Menjelaskan tentang Mendengarkan dan


materi hipertensi memperhatikan

3 Demonstrasi 10 Mendemonstrasikan cara Melihat dan


menit pengolahan mentimun memperhatikan

4 Penutup 5 menit 1. Menyimpulkan materi 1. Memperhatikan


yang telah diberikan dan mencatat
2. Melakukan evaluasi 2. Memperhatikan
hasil penyuluhan. dan memahami
a. Memberikan 3. Menjawab salam
kesempatan peserta
penyuluhan untuk
menanyakan hal-hal
yang kurang jelas
b. Menjawab
pertanyaan yang
diajukan peserta
penyuluhan
3. Memberi salam penutup

51
MATERI PENYULUHAN
HIPERTENSI DAN CARA PENGOLAHAN MENTIMUN

A. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan
diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah
normal bervariasi sesuai usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi harus
bersifat spesifik usia. Namun, secara umum seseorang dianggap mengalami
hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi daripada 160mmHg sistolik
atau 90mmHg diastolik. (Elizabeth J. Corwin, 2010). Menurut WHO
(Organisasi Kesehatan Dunia), di dalam Guidlines tahun 2012, batas
tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 135/85
mmHg. Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi.

B. Penyebab Hipertensi
Beberapa hal yang dimungkinkan menjadi faktor penyebab
adalah faktor keturunan (genetik), ciri perseorangan, dan kebiasaan
hidup.
1. Faktor keturunan
Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah
umur, jenis kelamin, dan ras. Umur yang bertambah akan
menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah. Namun, tidak
selalu dengan bertambahnya usia akan menderita hipertensi.
Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi dibandingkan wanita, hal

52
ini dikarenakan laki-laki banyak memiliki faktor pendorong seperti
stres, kelelahan, dan makan tidak terkontrol. Sedangkan pada wanita
kebanyakan terjadi setelah masa manopouse (sekitar 5 tahun). Data
statistik di Amerika menunjukkan prevalensi hipertensi pada orang
kulit hitam hampir dua kali lebih banyak dibandingkan dengan orang
kulit putih.

3. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah konsumsi garam yang tinggi, kegemukan atau makan
berlebihan, stres, dan pengaruh lain.
4. Konsumsi garam yang tinggi
Pembatasan konsumsi garam dapat menurunkan tekanan darah, dan
pengeluaran garam (natrium) oleh obat diuretik (pelancar kencing)
akan menurunkan tekanan darah lebih lanjut.
5. Kegemukan atau makan berlebihan
Dari penelitian kesehatan yang banyak dilaksanakan, terbukti bahwa
ada hubungan antara kegemukan (obesitas) dan hipertensi. Setiap
kenaikan berat badan sekitar 0,5 kg meningkatkan tekanan sistolik 1
mmHg dan diastolik 0,5 mmHg. Selain itu, kelebihan lemak tubuh
akibat berat badan naik diduga akan meningkatkan volume plasma,
menyempitkan pembuluh darah, dan memacu jantung untuk bekerja
lebih berat. Sudah terbukti penurunan berat badan dapat menurunkan
tekanan darah.
6. Stres
Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung rasa marah,
dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak
ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut
lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat.
Jika stres berlangsung cukup lama, tubuh akan berusaha
mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau
perubahan patologis (Dr. Hans Selye: General Adaptation

53
Syndrome, 1957). Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau
penyakit maag.
7. Pengaruh lain
Pengaruh lain yang dapat menyebabkan naiknya tekanan darah
yaitu: merokok, karena merangsang sistem adrenergik dan
meningkatkan tekanan darah, minum alkohol, konsumsi obat-obatan
(Ephedrin, Prednison, Epinefrin), ataupun hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan. Penyakit diabetes dan kolesterol
juga dapat meningkatkan tekanan darah (Julianti dkk, 2015).

C. Tanda dan Gejala Hipertensi


Gejala-gejala hipertensi yang sering dijumpai:
1. Pusing
2. Mudah marah
3. Telinga berdenging
4. Mimisan (jarang)
5. Sulit tidur
6. Sesak napas
7. Rasa berat di tengkuk
8. Mudah lelah
9. Mata berkunang-kunang (Dalimartha dkk, 2008)

D. Cara Mencegah Hipertensi


Berikut cara mencegah agar terhindar dari hipertensi atau
tekanan darah tinggi (Dalimartha dkk, 2008):
1. Periksa tekanan darah secara teratur ke pelayanan kesehatan terdekat
2. Diet rendah lemak dengan mengurangi atau menghindari makanan
berminyak, daging yang berlemak, jerohan, susu full cream, dan
kuning telur (telur boleh dikonsumsi maksimal 2 butir dalam 1
minggu dan diutamakan putih telurnya saja)
3. Diet rendah garam, dan makanan yang diasinkan, seperti cumi asin,
ikan asin, telur asin, dan kecap asin.

54
4. Hindari konsumsi daging kambing, buah durian, daun singkong,
daun melinjo, dan melinjonya, serta minuman beralkohol tinggi.
5. Hindari makanan yang di awetkan seperti makanan kaleng, mie
instant, minuman kaleng
6. Berolahraga teratur dan terkontrol, seperti jalan kaki cepat, berlari,
naik sepeda, dan berenang. Namun, untuk lansia lebih disarankan
berolahraga maksimal selama 30 menit sehari dengan olahraga yang
ringan seperti jalan santai atau senam ringan dan dilakukan secara
rutin setiap hari.
7. Berhenti merokok
8. Berhenti minum kopi
9. Menurunkan berat badan bagi penderita obesitas.
10. Menghindari stres dengan gaya dan sikap hidup lebih santai dan
istirahat yang cukup.
11. Obati penyakit penyerta, seperti kencing manis, hipertiroid, dan
kolesterol tinggi.

E. Pengobatan Tradisional
Terdapat pula cara untuk menghindari atau menurunkan
tekanan darah agar tetap dalam batas normal yang dapat dibuat di
rumah, antara lain dengan mengkonsumsi secara teratur jus:
1. Buah mentimun

F. Cara membuat obat tradisional dari mentimun


Bahan-bahan:
1. 250 gram mentimun
2. Air secukupnya

Cara Membuat:
1. 250 gram mentimun dicuci bersih
2. Dikupas kulitnya kemudian diparut atau diblender
3. Proseslah hingga halus

55
4. Lalu tuang ke gelas dan jus siap dihidangkan
5. Minum selagi masih segar

Rekomendasi:
1. Konsumsi setiap hari agar manfaat dan hasilnya dapat terasa
2. Boleh ditambahkan tomat, seledri, belimbing, ataupun air jeruk
lemon secukupnya
3. Direkomendasi untuk pembuatan jus tersebut untuk tidak
menggunakan gula pasir karena konsumsi berlebih gula pasir dapat
mempengaruhi pada tekanan darah.
4. Ada baiknya juga anda berkonsultasi ke dokter sebelum
mengkonsumsi Resep Jus Untuk Penderita Darah Tinggi,

G. Manfaat Mentimun
Mentimun mengandung mineral seperti potassium,
magnesium, kalium, zat besi, dan fosfor. Adanya kandungan
potassium, magnesium, dan fosfor ini ketimun bagus sebagai obat
alami hipertensi. Mentimun juga merupakan sumber Vitamin A ,
vitamin K, folat, asam caffeic, dan silika, serta mengandung banyak
vitamin C, yaitu antioksidan kuat yang juga dapat membantu
menurunkan tekanan darah (Sulaksono, 2016).

56
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, L. R. 2015. Jus Mentimun Untuk Mengobati Hipertensi.


Dalimartha, S., Purnama, B. T., Sutarina, N., Mahendra., Darmawan, R.
2008. Care Your Self Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus+.
Julianti, E. D., Nurjanah, N., Soetrisno, U. 2015. Bebas Hipertensi Dengan
Terapi Jus. Jakarta: Puspa Swara.
Sulaksono, S. 2016. Khasiat Jus Mentimun Untuk Menurunkan Tekanan
Darah Tinggi.

57
58
JUS MENTIMUN UNTUK
MENURUNKAN TEKANAN APA ITU HIPERTENSI?
DARAH TINGGI (HIPERTENSI)
5. Kurang Aktivitas
Hipertensi merupakan kondisi aliran 6. Stres
darah secara konsisten memiliki
tekanan yang tinggi pada dinding
arteri, yaitu tekanan diatas 140/90
mmHg.

Disusun oleh:
ANGGI Apa Bahaya Hipertensi?
2017.C.09a.0825
Apa Penyebab Hipertensi? Hipertensi yang buruk dapat
menyebabkan penyakit lain yang lebih
parah, diantaranya:
1. makanan tinggi
garam 1. penyakit jantung koroner,
2. stroke,
2. Obesitas atau kegemukan 3. infark miokardia,
4. gagal jantung
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Bagaimana Penanganan Hipertensi?
PRODI SARJANA KEPERAWATAN 3. Merokok
TAHUN 2020/2021 1. Obat-obatan
4. Keturunan

2. Diet dan Nutrisi

59
1. Mentimun mengandung 3. tambahkan air matang sekitar 100
KALIUM dan MAGNESIUM ml
Salah satu terapi nutrisi untuk yang tinggi  vasodilatasi 4. tambahkan madu jika perlu
menurunkan tekanan darah tinggi adalah vaskuler atau melebarkan 5. kemudian diblender dan
diameter pembuluh darah  6. siap untuk disajikan / dikonsumsi.
penampang untuk darah mengalir Kapan mengkonsumsi Jus
MENTIMUN menjadi luas  tekanan darah mentimun?
menurun Sebaiknya penderita hipertensi atau
2. Mengandung banyak air  tekanan darah tinggi mengkonsumsi
melancarkan air seni dan jus mentimun setiap hari 1-2 kali
mengurangi beban jantung dengan dosis 100-200 ml jus
3. Memberi efek ketenangan mentimun secara rutin selama 5-7
Apa Saja Kandungan Mentimun?
Bagaimana membuat Jus
Dalam 100 gram buah timun terdapat : hari atau sampai tekanan darah
Mentimun?
energi 20 kkal, karbohidrat 3.63 gr, gula menjadi normal.
Sediakan bahan dan alat
1.67 gr, serat pangan 0.5 gr, lemak 0.11
sebagai berikut : 100-200
gr, protein 0.65 gr, Vitamin B1 0.027
mg mentimun, blender, 100
mg, Vitamin B2 0.033 mg, Vitamin B3
ml air matang, dan madu
0.098 mg, vitamin B5 0.259 mg, vitamin
atau sirup jika perlu.
B6 0.040 mg, folate 2%, vitamin C 2.8
mg, kalcium 16 mg, zat besi 0.28 mg,
Cara membuat jus mentimun, sebagai
magnesium 13 mg, fospor 24 mg,
berikut:
potassium 147 mg, zinc 0.20 mg.
1. mentimun dicuci bersih dengan
air bersih
Mengapa Mentimun dapat menurunkan 2. kemudian mentimun dipotong Dengan memanfaatkan fungsi
tekanan darah tinggi? dan masukkan ke blender, mentimun, penderita hipertensi dapat
mengontrol tekanan darahnya setiap
waktu dengan biaya yang ekonomis,
60
cara yang mudah, tidak memberikan
efek samping yang berbahaya dan
bahan yang mudah dijangkau.

Anda mungkin juga menyukai