Anda di halaman 1dari 74

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN INTERVENSI

COMMON COLD MASSAGE THERAPY PADA ANAK DENGAN ISPA


NON PNEUMONIA DI WILAYAH MUARA PAHU

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

DI SUSUN OLEH
JIHAN SAFITRI
2011102412052

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2021
ANALISI PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN INTERVENSI
COMMON COLD MASSAGE THERAPY PADA ANAK DENGAN ISPA
NON PNEUMONIA DI WILAYAH MUARA PAHU

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ners Keperawatan

DI SUSUN OLEH
JIHAN SAFITRI
2011102412052

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2021

i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Jihan Safitri

NIM : 2011102412052

Program Studi : Profesi Ners

Judul Penelitian :Analisis Praktik Klinik Keperawatan Dengan Intervensi

Common Cold Massage Therapy Pada Anak Dengan ISPA

Non Pneumonia Di Wilayah Muara Pahu

Menyatakan bahwa penelitian yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya

sendiri, bukan merupakan pengambilan alihan tulisan atau pikiran orang lain yang

saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa terdapat plagiat dalam

penelitian ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan perundang-

undangan (Permendiknas No.17, tahun 2010).

Samarinda, Desember 2021

Jihan Safitri., S.Kep


2011102412052

ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


DENGAN INTERVENSI COMMON COLD MASSAGE THERAPY
PADA ANAK DENGAN ISPA NON PNEUMONIA DI WILAYAH MUARA
PAHU

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

DI SUSUN OLEH :
Jihan Safitri., S.Kep.
2011102412052

Diseminarkan dan diujikan


Pada tanggal, 24 Desember 2021

Penguji I Penguji II Penguji III

Ns. Ni Wayan Wiwin., S.Kep., M.Pd Ns. Fatma Zulaikha., M.Kep Ns. Enok Sureskiarti.,M.Kep
NIDN : 1114128602 NIDN : 1101038301 NIDN :1119018202

Mengetahui ,
Ketua Program Studi Profesi Ners

Ns. Enok Sureskiarti.,M.Kep


NIDN :1119018202
iv
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuhu


Alhamdulilah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat
dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners
(KIAN) ini. Shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW.

Karya Ilmiah Akhir Ners ini berjudul : “Analisis Praktik Klinik Keperawatan
Dengan Intervensi Common Cold Massage Therapy Pada Anak Dengan ISPA
Non Pneumonia Di Wilayah Muara Pahu” disusun dalam rangka memenuhi
salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Profesi Keperawatan
program studi Profesi Ners di Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
tahun 2020.

Selama proses pembuatan Karya Ilmiah Akhir Ners ini, penulis banyak
memperoleh bantuan, motivasi, dukungan dan dorongan semangat dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Bambang Setiaji selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Kalimantan Timur

2. Yth. Bapak Ghozali MH, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan dan Farmasi

Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

3. Yth. Ibu Ns. Enok Sureskiarti.,M.Kep selaku Ketua Program Profesi Ners,

Koordinator Mata Ajar Elektif, dan selaku pembimbing sekaligus penguji III

yang telah menyediakan waktu selama proses pengajuan judul, jurnal, dan

bimbingan hingga terselesaikannya karya ilmiah akhir ners ini

v
4. Yth. Ns. Ni Wayan Wiwin.,S.Kep.,M.Pd selaku penguji I, Ns. Fatma Zulaikha.

M.Kep selaku penguji II yang telah menyediakan waktu dan bersedia menguji

karya imliah akhir ners ini

5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen, serta seluruh karyawan di Universitas

Muhammadiyah Kalimantan Timur yang telah banyak membantu dan

memberikan ilmu pengetahuan kepada saya

6. Keluarga An. A yang telah memberi kesempatan, mengizinkan, membantu, dan

memberikan informasi kepada saya untuk menyelesaikan karya ilmiah akhir

ners ini

7. Kedua orang tua saya yaitu Iskandar dan ibu saya Nur Hidayah, kakak saya

Amanda Kartika, adik pertama saya Hesti Ariani, adik kedua saya Muhammad

Fahrul Ilham dan adik terakihr saya Nurrahimatul Hikmag terima kasih

sedalam-dalamnya atas segala dukungan, nasihat, kasih sayang, perhatian,

semangat dan do’a yang tidak pernah putus dipanjatkan kepada Allah SWT

demi kesuksesan saya

8. Sahabat-sahabat saya Nur Asiyah, Eksa Hentin Sekarningrum, Randy Putra,

Hairiah, Indah Wulandari, Rossi Febri Rahayu, dan Tira Selviana Putri terima

kasih atas dukungan dan semangat yang selalu kalian berikan sehingga

terselesaikannya pembuatan karya ilmiah akhir ners ini

9. Teman-teman sejawat susah senang semasa ners yaitu kelompok 7 yang tidak

bisa saya sebutkan satu persatu terima kasih atas kebersamaan, persaudaraan,

kerjasama dan segala sesuatu yang telah kita lewati beberapa bulan ini

10. Seluruh teman-teman seperjuangan program profesi ners Universitas

Muhammadiyah Kalimantan Timur angkatan 2020

vi
Semoga segala bantuan yang telah diberikan dan berharga ini dapat dibalas satu

persatu oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah

akhir ners ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis berharap semoga karya ilmiah

akhir ners ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Dengan lapang dada penulis

menerima kritik dan saran yang bersifat membangun agar bermanfaat untuk semua

pihak khususnya dalam lingkup kesehatan.

Wassalamualaikum Warahmatullahi’wabarakatuh

Samarinda, Desember 2021

Penulis

vii
Analisis Praktik Klinik Keperawatan Dengan Intervensi Common Cold
Massage Therapy Pada Anak Dengan ISPA Non Pneumonia Di Wilayah
Muara Pahu

Jihan Safitri 1, Enok Sureskiarti 2

ABSTRAK

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi akut yang melibatkan
organ saluran pernapasan atas dan saluran pernapasan bawah. ISPA disebabkan
oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA akan menyerang host apabila kekebalan tubuh
atau immunologi menurun. Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan menganalisis
intervensi common cold massage therapy sebagai terapi komplementer untuk
mengurangi gejala batuk pilek dan memberikan rasa nyaman pada anak di wilayah
Muara Pahu. Hasil analisa menunjukkan adanya perubahan yang dialami anak
setelah diberikan intervensi common cold massage therapy.
Kata Kunci : common cold massage therapy, ISPA

viii
Analysis of Nursing Clinical Practices with Common Cold Massage Therapy
Interventions in Children with ARI Non Pneumonia in the Muara Pahu
Region

Jihan Safitri 1, Enok Sureskiarti 2

ABSTRACT

Acute respiratory infection (ARI) is an acute infection involving the upper


respiratory tract and lower respiratory tract. ARI is caused by viruses, fungi, and
bacteria. ARI will attack the host if the body's immunity or immunology decreases.
This final scientific work by Ners aims to analyze the intervention of common cold
massage therapy as a complementary therapy to reduce symptoms of cough and
cold and provide comfort for children in the Muara Pahu area. The results of the
analysis showed that there were changes experienced by children after being given
the common cold massage therapy intervention.
Keywords: common cold massage therapy, ARI

ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ii

LEMBAR PERSETUJUAN iii

LEMBAR PENGESAHAN iv

KATA PENGANTAR v

ABSTRAK viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan Penulisan 3

1. Tujuan Umum 3

2. Tujuan Khusus 3

D. Manfaat Penulisan 3

1. Manfaat Teoritis 3

2. Manfaat Praktis 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6

A. Konsep Teori 6

x
1. ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) 6

2. Common Cold Massage Therapy 11

3. Anak Usia Sekolah 14

B. Konsep Keperawatan 18

1. Pengkajian 18

2. Diagnosa Keperawatan 21

3. Intervensi Keperawatan 21

4. Implementasi Keperawatan 21

5. Evaluasi Keperawatan 21

BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 23

A. Pengkajian Kasus 23

1. Identitas Klien 23

2. Data Khusus 23

3. Pemeriksaan Fisik 24

B. Analisis data 25

C. Prioritas Masalah Keperawatan 26

D. Intervensi Keperawatan 27

E. Implementasi Inovasi dan Evaluasi 33

BAB IV ANALISA SITUASI 42

A. Profil Lahan Praktik 42

B. Analisa Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait dan Konsep

Kasus Terkait 43

xi
C. Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait

44

D. Alternatif Pemecahan Masalah yang dapat Dilakukan 46

BAB V PENUTUP 48

A. Kesimpulan 48

B. Saran 49

DAFTAR PUSTAKA 50

LAMPIRAN 52

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Analisa Data 25


Tabel 3.2 Intervensi Keperawatan 27
Tabel 3.3 Implementasi dan Evaluasi 33

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Biodata Peneliti 52


Lampiran 2 Standar Operasional Prosedur Terapi Pijat Common Cold 53
Lampiran 3 Lembar Konsultasi 57

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah infeksi yang disebabkan

mikroorganisme di struktur saluran pernapasan atas yang tidak berfungsi

untuk pertukaran gas, termasuk rongga hidung, faring, dan laring, dengan

gejala yaitu pilek, radang tenggrokan, laringitis, dan infuenza (Gunawan,

2020).

ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan akut dengan gejala demam,

batuk kurang dari 2 minggu, pilek/hidung tersumbat dan sakit tenggorokan.

Di Indonesia prevalensi ISPA pada tahun 2018 menurut diagnosa tenaga

Kesehatan (dokter, bidan, dan perawat) dan gejala yang dialami sebanyak

9,3 persen (Kemenkes, 2018).

Salah satu gejala ISPA adalah batuk pilek, dimana kebanyakan orang tua

menganggap bahwa batuk pilek adalah masalah yang sering terjadi dan

wajar dialami oleh balita. Orang tua beranggapan bahwa batuk pilek tidak

perlu penanganan yang khusus dan bisa sembuh dengan sendirinya.

Meskipun bisa sembuh dengan sendirinya, batuk pilek juga harus

diwaspadai jika terlalu sering terjadi dan dalam jangka waktu yang lama.

Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk megobati batuk pilek

adalah terapi pijat. Menurut penelitian yang dilakukan Ratnaningsih 2020

menyebutkan terapi komplementer yang paling sering digunakan saat balita

1
2

mengalami ISPA adalah terapi pijat dengan persentase sebesar 68,4 %

(Ratnaningsih, 2020).

Terapi pijat adalah suatu bentuk terapi yang menggunakan sentuhan

kelembutan yang simpatik, yang difokuskan pada bagian tubuh tertentu,

atau secara keseluruhan, dengan tujuan untuk penyembuhan dan relaksasi.

Terapi pijat anak terbukti sangat efektif untuk anak-anak yang menderita

asma, batuk pilek, konstipasi dan colic abdomen serta bayi premature

(Sutarmi, 2018).

Salah satu pijat sebagai terapi adalah terapi pijat common cold (common

cold massage therapy). Terapi pijat common cold adalah terapi relaksasi

untuk menurunkan rasa gelisah dan depresi pada saluran pernapasan.

Dimana terapi pijat common cold akan merelaksasi otot-otot pernapasan

dan memperbaiki sirkulasi darah yang dapat meningkatkan aktifitas

neurotransmiter serotonin sehingga terjadi penurunan kadar hormone

adrenlin dan terjadilah peningkatan daya tahan tubuh. Menurut penelitian

Nurjanah (2020) menyebutkan bahwa common cold massage therapy sangat

efektif untuk bayi atau anak yang menderita batuk pilek (Nurjanah, dkk

2020).

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini adalah

“Bagaimana Analisis Praktik Klinik Keperawatan Dengan Intervensi

Common Cold Massage Therapy Pada Anak Dengan ISPA Non Pneumonia
3

sebagai terapi komplmenter untuk mengurangi gejala batuk pilek dan

memberikan rasa nyaman pada anak.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini bertujuan untuk

melakukan analisis terhadap kasus kelolaan pada pasien ISPA dengan

intervensi common cold massage therapy sebagai terapi komplementer

untuk mengurangi gejala batuk pilek dan memberikan rasa nyaman pada

anak.

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis kasus kelolaan pada pasien dengan diagnosis ISPA

b. Menganalisis intervensi common cold massage therapy sebagai terapi

komplementer untuk mengurangi gejalan batuk pilek dan memberikan

rasa nyaman

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Penulis

Hasil penulisan ini diharapkan berguna bagi penulis, sehingga

penulis dapat menganalisis praktik klinik keperawatan pada pasien

ISPA dengan common cold massage therapy untuk mengurangi gejala

batuk pilek dan memberikan rasa nyaman pada anak.

b. Bagi Pengetahuan
4

Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan

dan sebagai referensi bagi penulis lain dalam melanjutkan penulisan

dan penelitian.

2.Manfaat Praktis

a. Bagi Pelayanan Keperawatan

1) Memberikan masukan dan contoh dalam melakukan inovasi

keperawatan untuk menjamin kulaitas asuhan keperawatan yang

baik dan memberikan pelayanaan Kesehatan yang lebih baik

pada perawatan anak dengan ISPA.

2) Menambah pengetahuan perawat untuk memberikan proses

asuhan keperawatan yang lebih berkualitas terhadap pasien

ISPA dengan terapi pijat untuk mengurang gejala batuk pilek.

b. Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan

1) Menambah wawasan adan pengetahuan bagi perawat ners dalam

memberikan asuhan keperawatan

2) Memberikan rujukan bagi institusi Pendidikan dalam

melaksanakan proses pembelajran tentang asuhan keperawatan

c. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penulisan ini dapat sebagai bahan referensi dalam kegiatan

proses belajar dan bahan Pustaka tentang Tindakan keperawatan

comman cold massage therapy sebagai terapi komplmenter pada

anak dengan ISPA.


5

d. Bagi Keluarga

Hasil penulisaan ini dapat memberikan informasi kepada pasien

dan keluarga sehingga diharapkan memahami dengan baik bahwa

common cold massage therapy dapat digunakan sebagai terapi

komplementer pada anak.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas)

a. Pengertian

Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) adalah radang akut saluran

pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh bakteri, dan

virus tanpa atau disertai dengan radang parenkim paru

(Wijayaningsi, 2013).

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai

hidung sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga

tengah, pleura). Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World

Health Organization/WHO), ISPA merupakan penyakit saluran

pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang

menimbulkan gejala dalam waktu beberapa jam sampai beberapa

hari. Penyakit ini ditularkan umumnya melalui droplet, namun

berkontak dengan tangan atau permukaan yang terkontaminasi juga

dapat menularkan penyakit ini. ISPA adalah penyebab utama

morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat

juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahunnya Selain itu, ISPA

merupakan penyebab utama konsultasi atau rawat inap di fasilitas

6
7

pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak.Hal yang

serupa juga terjadi di Indonesia (Maharani, 2017).

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi akut yang

melibatkan organ saluran pernapasan atas dan saluran pernapasan

bawah. ISPA disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA akan

menyerang host apabila kekebalan tubuh atau immunologi menurun

(Karundeng Y.M, et al. 2016).

b. Klasifikasi

Klasifikasi penyakit ISPA terdiri dari :

1) Bukan Pneumonia

Mencakup kelompok pasien balita dengan batuk yang tidak

menunjukkan gejala peningkatan frekuensi napas dan tidak

menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke arah

dalam. Contohnya adalah common cold, faringitis, tonsilits, dan

otitis.

2) Pneumonia

didasarkan pada adanya dan atau kesukaran bernapas. Diagnosis

gejala ini berdasarkan umur. Batas frekuensi napas cepat pada

anak berusia dua bulan sampai <1 tahun adalah 50 kali per menit

dan untuk anak usia 1 sampai <5 tahun adalah 40 kali per menit.

3) Pneumonia berat

didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernapas

disertai sesak napas atau tarikan dinding dada bagian bawah ke

arah dalam (chest indrawing) pada anak berusia dua bulan


8

sampai <5 tahun. Untuk anak berusia <2 tahun diagnosis

pneumonia berat ditandai dengan adanya napas cepat yaitu

frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau

adanya tarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah ke

arah dalam (Widoyono, 2011).

c. Etiologi

ISPA dapat disebabkan oleh bakteri dan virus, yang paling sering

menjadi penyebab ISPA diantara bakteri Stafilokokus dan

Streptokokus serta virus Influenza yang diudara bebas akan masuk

dan menempel pada saluran pernapasan bagian ats yaitu hidung dan

tenggorokan. Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi

terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan

antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan

(Wijayaningsi, 2013).

d. Tanda dan gejala

1) Pilek biasa

2) Keluar sekret cair dan jernih dari hidung

3) Kadang bersin-bersin

4) Sakit tenggorokan

5) Batuk

6) Sakit kepala

7) Sekret menjadi kental

8) Demam > 37°c

9) Mual muntah
9

10) Tidak nafsu makan

e. Patofisiologi

Perjalanan penyakit ISPA ada 4 tahapan, yaitu :

1) Tahap prepatogenesis

Pada tahap ini penyebab penyakit telah ada namun belum

menunjukan reaksi apa-apa.

2) Tahap inkubasi

Virus mulai merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh

menjadi lemah apabila gizi dan daya tahan tubuh menurun.

3) Tahap dini penyakit

Pada tahap ini mulai munculnya gejala penyakit, seperti

timbulnya gejala demam dan batuk.

4) Tahap lanjut penyakit

Di tahap ini dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna,

sembuh dengan atelectasis, menjadi kronos dan meninggal

akibat pneumonia.

Saluran pernapasan selau terpapar dunia luar sehingga

dibutuhkan system pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan

saluran pernapasan terhadap infeksi, partikel, dan gas yang ada di

udara sangat tergantung pada tiga unsur alami yang dimiliki pada

orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia,

makrofag alveoli, dan antibodi.

Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran pernapasan yang sel-

sel epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi terdahulu. Selain itu,
10

sel epitel dapat rusak akibat asap rokok dan pencemaran udara,

sindrom imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25% atau

lebih). Makrofagbanyak terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke

tempat lain bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan

kemampuan makrofag membunuh bakteri, sedaangkan alcohol

menurunkan mobilitas sel-sel ini. Ig A adalah antibodi yang terdapat

pada saluran pernapasan dan paling banya ditemukan di mukosa.

Kekurangan antibody ini akan memudahkan terjadinya infeksi

saluran pernapasan, seperti yang sering terjadi pada anak.

Penyebaran infeksi pada iSPA dapat melalui jalan hematogen,

limfogen, perkontinuitatum dan udara napas (Amalia Nurin, dkk,

2014).

f. Komplikasi

1) Meningitis

2) Pneumonia

3) Bronkitis

4) Sinusitis

5) Hipoksia akibat gangguan difusi (Widoyono, 2011)

g. Penatalaksanaan

1) Keperawatan

- Istirahat total

- Peningkatan intake cairan

- Memberikan penyuluhan sesuai penyakit

- Memberikan kompres hangat bila demam


11

- Pencegahan infeksi lebih lanjut

2) Medis

- Sistomatik

- Obat kumur

- Antihitamin

- Vitamin C

- Espektoran

- Vaksinasi

2. Common cold massage therapy

a. Pengertian

Pijat merupakan aplikasi tekanan jaringan lunak tubuh seperti kulit,

otot, tendon, dan ligament. Pijat common cold adalah terapi

relaksasi untuk mengurangi rasa gelisah dan depresi pada gangguan

saluran pernapasan.pijat common cold dilakukan pada daerah

wajah, dada, dan punggung. Pemijatan common cold dilakukan

sebanyak 6-12 kali pada setiap gerakan. Pemijataan ini dilakukan 2

kali sehari (pagi dan sore) selama 15 menit dalam 3 hari.

b. Mekanisme

Gerakan pada dada dan punggung akan merelaksasikan otot-otot

pernapasan dan memperbaiki sirkulasi darah yang meningkatkan

aktifitas neurotransmitter serotonin sehingga terjadi penurunan

kadar hormon adrenalin sehingga meningkatkan daya tahan tubuh.


12

Gerakan menepuk-nepuk dan menggetakan dada dan punggung

untuk membawa lender di saluran besar sehingga anak akan

otiomatis batu-batuk dan lender akan keluar sehingga jalan napas

lebih lancer dan efektif, serta dengan daya tahan tubuh meningkat

akan menurunkan gejala.

c. Manfaat

1) Merileksasikan otot-otot pernapasan

2) Mengurangi hidung tersumbat

3) Mengencerkan batuk

d. Teknik

1) Sinus line

Gerakan dari tulang hidung menuju tulang pipi

2) Ears, neck, and chin

Gerakan dari tulng pipi ke belakang telinga dn menuju kearah

dagu

3) Cheek rain drop

Gerakan seperti hujan rintik rintik di tulang pipi menuju kearah

bawah

4) Big love

Gerakan seperti membentuk love besar

5) Butterfly

Gerakan menyilang didada secara bergantian

6) Toby top – inter costa


13

Gerakan dari intercostal menuju arah putting (Gerakan dari

tengah ke samping). Gerakan ini dimulai dari bagian ats sampai

bawah.

7) Chest rain drop

Gerakan rintik hujan di ddada dari atas kebawah

8) Back and forth

Gerakan maju mundur dari punggu kiri ke kanan

9) Sweeping neck to bottom

Gerakan mengusap dari leher ke pentat dengn posisi pantat

dipegang dengan tangn kanan

10) Sweeping neck to feet

Gerakan mengusap dari leher ke kaki dengan posisi kaki sedikit

ditekuk

11) Back circle

Gerakan memutar dengan menggunakan ujung ibu jari dri

punggung atas ke bawah

12) Circle over scapula

Gerakan memutar di scapula

13) Back rain drop

Gerakan hujan rintik-rintik dari punggung atas menuju

punggung bawah

14) Pitching

Gerakan mencubit dari punggung atas menuju peunggung

bawah
14

15) Relaxation

Gerakan mengangkat pantat klien sedikit ke atas

3. Anak usia sekolah

a. Konsep tumbuh kembang anak usia sekolah

Pertumbuhan adalah perubahan fisik dan penikatan ukuran

byang dapat diukur secara kuantitatif. Indicator dari pertumbuhan

meliputi berat badan, tinggi badan, ukuran tulang dan pertumbuhan

gigi. Pola pertumbuhan secara fisiologis dialami semua orang sama

namun untuk laju pertumbuhan untuk setiap orang bervariasi pada

tahap pertumbuhan dan perkembangan berbeda (Kozier, Erb,

Berman & Anyder, 2011)

Perkembangan dalam Bahasa inggris adalah development.

Santrock mengartikan development is the pattern of change that

begins at conception and continues though the life span

perkembangan adalah pola perubahan yang dimulai sejak masa

konsepsi dan berlajut sepanjang kehidupan). Perkembangan

beradaptasi pada proses mental sedangkan pertumbuhan lebih pada

penikatan ukuran dan struktur. Perkembangan berlangsung seumur

hidup sedangkan pertumbuhan mengalami batas waktu tertentu.

Perkembangan berkaitan dengan hal-hal yang bersifat fungsional

sedagkan pertumbuhan bersifat biologis (Sit, 2015).

Menurut Yuliastati & Arnis (2016) pertumbuhan mempunyai

aspek fisik (kuantitas), sedangkan perkembangan berkaitan dengan

pematangan fungsi organ/individu yang merupakan hasil interakis


15

kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya,

misalnya perkembangan sistem neuromeskuler, kemampuan bicara,

emosi dan sosiaalisasi (kualitas). Kesemua fungsi tersebut berperan

penting dalam kehidupan manusia secara utuh.

Pertumbuhan memiliki ciri-ciri sebagai berikut, yaitu :

1) Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi

dan dewasa.

2) Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan

ini ditandai dengan tanggalnya gigi susu dan timbulnya gigi

permanen, hilangnya reflek primitif pada masa bayi, timbulnya

tanda seks sekunder dan perubahan lainnya.

3) Kecepatan pertumbuhan tidak teratur. Hal ini ditandai dengan

adanya masa-masa tertentu dimana pertumbuhan berlangsung

cepat yang terjadi pada masa prenatal, bayi dan remaja.

Pertumbuhan berlangsung lambat pada masa pra sekolah dan

masa sekolah.

Sedangkan ciri-ciri perkembangan setiap anak sama, yaitu :

1) Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi

bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertubuhan disertai

dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia

pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan

serabut saraf.

2) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan

perkembangan selanjutnya. Seorang anak tidak bisa melewati


16

satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan

sebelumnya.

3) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang

berbeda. Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan juga

mempunyai kecepatan yang berbeda-beda baik dalam

pertumbuhan fisisk maupun perkembangan fungsi organ.

Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan setiap anak juga

berbeda-beda.

4) Pertumbuhan berkorelasi dengan perkembangan. Pada saat

pertumbuhan berlangsung, maka perkembangannyapun

mengikuti. Terjadi peningkatan kemampuan mental, memori,

daya pikir, asosiasi dan lain-lain pada anak, sehingga pada anak

sehat seiring bertambahnya umur maka bertambah pula tinggi

dan berat badannya begitupun kepandainnya.

5) Perkembangan mempunyai pola yang tetap

Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut hukum yang

tepat yaitu :

a) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala,

kemudian menuju ke arah kaudal/ anggota tubuh.

b) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal

(gerak kasar) lalu berkembangan ke bagian distal seperti

jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola

proksimodistal).
17

6) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.

Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola ang teratur

dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik,

misalnya anak mampu berjalan dahulu sebelum berdiri.

Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tubuh

kembang, antara lain :

1) Faktor genetik

Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat

sensitifitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan

berhentinya pertumbuhan tulang, termasuk faktor genetik antara

lain berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis

kelamin dan suku bangsa.

2) Faktor lingkungan

a) Faktor lingkungan pada waktu masih di dalam kandungan

(faktor prenatal). Gizi ibu waktu hamil, faktor mekanis,

toksin atau zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress,

imunitas dan anoksia embrio.

b) Lingkungan biologis, meliputi ras, jnis kelamin, umur, gizi,

perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, fungsi

metabolisme dan hormon.

3) Faktor fisik yaitu cuaca, sanitasi, keadaan rumah, dan radiasi.

4) Faktor psikososial yaitu stimulasi, motivasi belajar, hukuman

yang wajar, kelompok sebaya, stress, sekolah.

5) Faktor keluarga dan adat istiadat


18

b. Anak usia sekolah

Anak usia sekolah berumur antara 6-12 tahun. Usia sekolah disebut

juga sebagai masa keserasian bersekolah. Pada usia ini anak mulai

masuk sekolah dasar dan memulai sejarah baru kehidupannya yang

akan mengubah sikap dan tingkah laku mereka. Karakteristik anak

usia sekolah adalah individual yang menampilkan perbedaan dalam

segi dan bidang, baik dalam bentuk intelegensi, kemampuan,

perkembangan pribadi maupun perkembangan fisik (Walansendow

& Hamel, 2016).

c. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang

1) Faktor internal

Terdiri dari perbedaan ras/etnik, bangsa, keluarga, umur, jenis

kelamin, kelianan gineteik dan kelianan kromosom.

2) Factor ekternal

Factor lingkuang yang mempengaruhi tubuh kembang anaka

antaralain, status gizi, simulasi, sikologis dan sosial ekonomi.

B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang

dilaksanakan untuk mengumpulakan informasi dari klien, membuat data

dasar klien, dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien.

Dengan demikian hasil pengkajian dapat mendukung untuk

mengidentifikasi masalah kesehatan klien dengan baik dan tepat. Tujuan


19

dari dokumentasi adalah untuk mendapatkan data yang cukup untuk

menentukan strategi perawatan. Pengkajian didapat dari dua data yaitu

data objektif dan data subjektif. Perawat perlu memahami cara

memperoleh data. Data dari hasil pengkajian perlu didokumentasikan

dengan baik (Yustiana & Ghofur, 2016).

Menurut Amalia Nurin, dkk (2014) pengkajian keperawatan terdiri

dari :

a. Identitas klien

b. Umur

Infeksi saluran pernapasan sering terjadi pada anak usia dibawah

3 tahun, terutama pada bayi yang berusia kurang dari 1 tahun.

c. Jenis kelamin

Angka kejadian ISPA pada anak perempuan lebih tinggi daripada

anak laki-laki.

d. Alamat

Diketahui bahwa penyebab ISPA dan penyakit gangguan

pernapasan adalah rendahnya kualitas udara didalam ataupun diluar

rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia. Adanya ventilasi

rumah yang kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah.

e. Riwayat kesehatan

1) Riwayat penyakit sekarang

Klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan

lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, bauk, pilek,

dan sakit tenggorokan.


20

2) Riwayat penyakit dahulu

Klien biasanya sudah pernah mengalami penyakit ini

sebelumnya.

3) Riwayat penyakit keluarga

Anggota keluarga ada yang pernah mengalami penyakit

seperti yang dialami klien.

f. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan :

1) Inspeksi

a) Membran mukosa sampai faring tampak kemerahan

b) Tonsil tampak kemerahan dan edema

c) Batuk tidak produktif

d) Tidak tampak penggunaan otot-otot pernapasan tambahan,

pernapasan cuping hidung

2) Palpasi

a) Demam

b) Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher

dan nyeri tekan pada nodus limfe servikalis

c) Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid

3) Perkusi

Suara paru normal (sonor)

4) Auskultasi

Suara napas vesikular


21

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung aktual maupan potensial. Diagnosa

keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,

keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan

kesehatan (PPNI, 2016).

3. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala tindakan yang dikerjakan oleh

perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk

mencapai luaran (outcome) yang diharapakan (PPNI, 2019).

4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status

kesehatan yang dihadapi. Status kesehatan yang baik menggambarkan

kriteria hasil yang diharapkan. Ukuran implementasi keperawatan yang

diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tidakan

untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien dan keluarga, atau

tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian

hari (Yustiana & Ghofur, 2016).

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses

keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan


22

yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi

keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan

tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan

klien. Penilain adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai.

Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan yaitu pada komponen kognitif,

afektif, psikomotor, perubahan fungsi dan tanda gejala yang spesifik

(Yustiana & Ghofur, 2016).


BAB III

LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

A. Pengkajian Kasus

1. Identitas Klien

Dari hasil pengkajian pada tanggal 23 November 2021 pukul 10.00

WITA didapatkan hasil bahwa klien bernama An. A usia 6 tahun, jenis

kelamin perempuan, agama islam, klien sekolah dasar kelas 1, berat

badan 18 Kg, alamat rumah Jl. Jaya Prana RT.02 No. 73 Sebelang. Klien

dengan diagnose ISPA non pneumonia.

2. Data khusus

a. Subjektif

Keluhan utama berdasarkan dari keterangan Ibu klien mengatakan

klien sudah 2 hari batuk pilek, badan klien teraba hangat, klien susah

tidur, hidung klien terasa tersumbat. Klien tidak memiliki alergi

terhadap makanan maupun obat-obatan. Ibu klien mengataan tidak

tau obat yang bagus untuk anaknya dan Ibu klien merasa khawatir

dengan kondisi anaknya.

b. Objektif

Klien tampak batuk berdahak, rewel, lemas dan tampak sesak napas.

Respirasi rate 28 kali/ menit, tidak terdapat penggunaan otot bantu

napas, pernapasan klien spontan tanpa menggunakan alat bantu

napas. Heart rate 100 kali/menit, temperature 37,7 oC, CRT < 3

detik, membrane mukosa bibir kering. Kesadaran klien compos

mentis

23
24

dengan nilai Glasgow Coma Scale (GCS) 15 (E4V5M6), respon

klien sadar, pupil isokor, konjungtiva anemis.

3. Pemeriksaan Fisik

Pada hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil, pada kepala

didapatkan bentuk kepala mesochepal, tidak ada lesi, tidak ada benjolan,

distribusi rambut merata, rambut berwarna hitam. Pada pemeriksaan

mata didapatkan pupil isokor berespon terhadap cahaya, konjungtiva

anemis, sklera tidak ikterik. Pada telinga didapatkan tidak ada gangguan

pendengaran, tidak ada massa ataupun cairan. Pada daerah hidung

terdapat secret dan tidak ada ganggun penciuman. Pada pemeriksaan

mulut tidak ada stomatitis, membrane mukosa bibir kering. Pada leher

tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah

bening. Pada pemeriksaan thorax didapatkan bentuk dada normal,

simetris. Pada pemeriksaan paru klien tidak menggunkan otot bantu

napas. Pada pemeriksaan abdomen tidak ada asites, tidak ada nyeri

tekan. Pada ekstremitas didapatkan hasil kekuatan otot ekstremitas atas

5 dan kekuatan otot ekstremitas bawah 5.


25

B. Analisa Data Kasus

Tabel 3.1 Analisa Data

No. Data Etiologi Problem

1. Ds : Sekresi yang Bersihan jalan

- Ibu klien mengatakan tertahan napas tidak efektif

klien sudah 2 hari

batuk pilek

- Ibu klien mengatakan

hidung klien seperi

tersumbat dan sesak

napas

- Ibu klien mengtakan

klien batuk dan

dahaknya susah keluar

Do :

- Klien tampak batuk

berdahak

- Klien rewel dan gelisah

- Klien tampak lemas

- Tidak terdapat

penggunan otot bantu

napas

- TTV ( RR : 28 x/menit,

HR : 100x/menit, T :

37,7 oC)

2. Ds : Proses penyakit Hipertermia


26

- Ibu klien mengatakan

tubuh klien terasa

hangat

Do :

- Kulit klien tampak

merah dan teraba

hangat

- TTV ( RR : 28 x/menit,

HR : 100x/menit, T :

37,7 oC)

3. Ds : Gejala penyakit Gangguan rasa

- Ibu klien mengatakan nyaman

klien susah tidur karena

hidungnya tersumbat

- Ibu klien mengatakan

klien sering terbangun

karena batuk-batuk

Do :

- Klien gelisah

- TTV ( RR : 28 x/menit,

HR : 100x/menit, T :

37,7 oC)

C. Prioritas Masalah Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang

tertahan

2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penykit


27

D. Intervensi Keperawatan

Tabel 3.2 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI

1. Bersihan jalan napas tidak SLKI : Bersihan Jalan Napas SIKI : Manajemen Jalan
Napas (I.01011)
efektif berhubungan (L.01001) Obeservasi
1.1 Monitor pola napas
dengan sekresi yang Setelah dilakukan intervensi
(frekuensi,
tertahan keperawatan selama 3x24 jam kedalaman, dan
usaha napas)
diharapkan bersihan jalan 1.2 Monitor bunyi napas
tambahan (missal
napas meningkat dengan nya : gurgling,
mengi, wheezing,
kriteria hasil :
ronkhi kering)
- Batuk efektif (5) 1.3 Monitor sputum
(jumlah, warna,
Dengan Ekspektasi : aroma)

1. Menurun Terapeutik
1.4 Pertahankan
2. Cukup menurun
kepatenan jalan
3. Sedang napas dengan head
tilt dan chin lift (jaw
4. Cukup meningkat thrust jika curiga ada
nya trauma servikal)
5. Meningkat
1.5 Posisikan semi
fowler atau fowler
1.6 Berikan minum
- Produksi sputum (5) hangat
1.7 Lakukan fisioterapi
- Dispnea (5) dada, jika itu
diperlukan
- Gelisah (5)
1.8 Lakukan
Dengan Ekspektasi : penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
1. Meningkat 1.9 Lakukan
hiperoksigenasi
2. Cukup meningkat sebelum
penghisapan
3. Sedang
endotrakeal
4. Cukup menurun 1.10 Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
5. Menurun forcep mcgill
1.11 Berikan oksigen,
jika itu perlu
28

- Frekuensi napas (5) Edukasi


1.12 Anjurkan asupan
- Pola napas (5) cairan 2000 ml/hari,
jika tidak
Dengan Ekspektasi :
kontraindikasi
1. Memburuk 1.13 Ajarkan teknik
batuk efektif
2. Cukup memburuk
Kolaborasi
3. Sedang 1.14 Kolaborasi
pemberian
4. Cukup membaik
bronkodilator,
5. Membaik ekspektoran,
mukolitik, jika itu
perlu

2. Hipertermia berhubungan SLKI : Termoregulasi SIKI : Manajemen

dengan proses penyakit (L.14134) Hipertermia (I.15506)

Setelah dilakukan intervensi Observasi

keperawatan selama 3x24 jam 2.1 Identifikasi

diharapkan termoregulasi penyebab

membaik dengan kriteria hipertermia (mis.

hasil : Dehidrasi, terpapar

- Menggigil (5) lingkungan panas,

- Kulit merah (5) penggunaan

- Kejang (5) incubator)

Dengan Ekspektasi : 2.2 Monitor suhu tubuh

1. Meningkat 2.3 Monitor kadar

2. Cukup meningkat elektrolit

3. Sedang 2.4 Monitor haluaran

4. Cukup menurun urine

5. Menurun 2.5 Monitor komplikasi

akibat hipertermia

- Suhu tubuh (5) Terapeutik

- Suhu kulit (5)


29

Dengan Ekspektasi : 2.6 sediakan lingungan

1. Memburuk yang dingin

2. Cukup memburuk 2.7 longgarkan atau

3. Sedang lepaskan pakaian

4. Cukup membaik 2.8 basahi dan kipasi

5. Membaik permukaan tubuh

2.9 berikan cairan oral

2.10 ganti linen setiap

hari atau lebih

sering jika

mengalami

hyperhidrosis

(keringat berlebih)

2.11 lakukan

pendinginan

eksternal (mis.

Selimut hipotermia

atau kompres dingin

pada dahi, leher

dada, abdomen,

aksila)

2.12 hindari pemberian

antipiretik atau

aspirin

2.13 berikan oksigen,

jika perlu

Edukasi
30

2.14 anjurkan tirah

baring

Kolaborasi

2.15 kolaborasi

pemberian cairan

dan elektrolit

intravena, jika perlu

3. Gangguan rasa nyaman SLKI : Status Kenyamanan SIKI : Terapi Pemijatan

berhubungan dengan (L.08064) (I.08251)

gejala penykit Setelah dilakukan intervensi Observasi

keperawatan selama 3x24 jam 3.1 identifikasi

diharapkan status kontrindikasi terapi

kenyamanan meningkat pemijatan (mis.

dengan kriteria hasil : Penurunan

- Keluhan tidak trombosit, gangguan

nyaman (5) integritas kulit, deep

- Gelisah (5) vein thrombosis,

- Keluhan sulit tidur area lesi, kemerahan

(5) atau radang, tumor,

Dengan Ekspektasi : dan hipersensitivitas

1. Meningkat terhadap sentuhan)

2. Cukup meningkat 3.2 identifikasi

3. Sedang kesediaan dan

4. Cukup menurun penerimaan

5. Menurun dilakukan pemijatan


31

3.3 monitor respon

terhadap pemijatan

Terapeutik

3.4 tetapkan jangka

waktu pemijatan

3.5 pilih area tubuh

yang akan dipijat

3.6 cuci tangan dengan

air hangat

3.7 siapakan lingungan

yang hangat,

nyaman dan privasi

3.8 buka area yang akan

dipijat, sesuai

kebutuhan

3.9 tutup area yang tidak

terpajan (mis.

Dengan selimut,

seprai, handuk

mandi)

3.10 gunakan lotion atau

minyak untuk

mengurangi gesekan

(perhatikan

kontraindikasi

penggunaan lotion

atau minyak tertentu

pada tiap individu)


32

3.11 Lakukan pemijatan

secara perlahan

3.12 Lakukan pemijatan

dengan Teknik yang

tepat

Edukasi

3.13 jelaskan tujuan dan

prosedur terapi

3.14 anjurkan rilek selama

pemijatan

3.15 anjurkan beristirahat

setelah dilakuan

pemijatan
33

E. Implementasi Inovasi dan Evaluasi

Tabel 3.3 Implementasi dan evaluasi

Hari/tanggal Dx Implementasi Evaluasi

Kep

Selasa, 1 - Memonitor pola napas S : Ibu klien mengatakan klien


(frekuensi, kedalaman,
23/11/2021 dan usaha napas) masih batuk pilek dan masih terasa
- Memonitor bunyi napas
tambahan (missal nya : sesak
gurgling, mengi,
wheezing, ronkhi kering) O : RR : 28 x/menit
- Memonitor sputum
(jumlah, warna, aroma) HR : 100x/menit
- memposisikan semi
fowler atau fowler T : 37,7 oC)
- memberikan minum
hangat Klien tampak gelisah
- Mengajarkan teknik
batuk efetif Tidak terdapat penggunaan

otot bantu napas

A : Masalah bersihan jalan napas

tidak efektif belum teratasi

Kriteria Awal Target akhir

Hasil

Batuk 3 5 3

efektif

Produksi 3 5 3

sputum

dipnea 4 5 4

Gelisah 4 5 4

Frekuensi 4 5 4

napas

Pola 4 5 4

napas
34

P : Lanjutkan intervensi 1.1, 1.2,

1.3, 1.5, 1.6

2 - Mengidentifikasi S : Ibu klien mengatakan badan

penyebab hipertermia klien terasa hangat

(mis. Dehidrasi, O : kulit klien tampak merah

terpapar lingkungan Kulit klien terb hangat

panas, penggunaan RR : 28 x/menit

incubator) HR : 100x/menit

- Memonitor suhu tubuh T : 37,7 oC)

- Memonitor haluaran A : Masalah hipertermi belum

urine teratasi

- Memonitor komplikasi Kriteria Awal Target akhir

akibat hipertermia Hasil

Menggigil 5 5 5
- Melonggarkan atau
Kulit 4 5 4
lepaskan pakaian
merah
- Memberikan cairan
Kejang 5 5 5
oral
Suhu 4 5 4
- Menganjurkan tirah
tubuh
baring
Suhu kulit 4 5 4

P : Lanjutkan intervensi 2.2, 2.4,

2.5, 2.7, 2.9, 2.14

3 - identifikasi S : Klien mengatakan sudah

kontrindikasi terapi merasa sedikit nyaman

pemijatan (mis. Ibu klien mengatakan klien sudah

Penurunan trombosit, mulai bisa tidur

gangguan integritas O : klien masih tampak gelisah

kulit, deep vein RR : 28 x/menit

thrombosis, area lesi, HR : 100x/menit


35

kemerahan atau radang, T : 37,7 oC)

tumor, dan A : Masalah gangguan rasa

hipersensitivitas nyaman belum teratasi

terhadap sentuhan) Kriteria Awal Target akhir

- identifikasi kesediaan Hasil

Keluhan 3 5 4
dan penerimaan
tidak
dilakukan pemijatan
nyaman
- monitor respon
Gelisah 4 5 4
terhadap pemijatan
Keluahan 3 5 4
- tetapkan jangka waktu
sulit tidur
pemijatan
P : Lanjutkan intervensi 3.2, 3.3,
- pilih area tubuh yang
3.4, 3.5, 3.6, 3.7, 3.8, 3.9, 3.10,
akan dipijat
3.11, 3.12, 3.14
- cuci tangan dengan air

hangat

- siapakan lingungan

yang hangat, nyaman

dan privasi

- buka area yang akan

dipijat, sesuai

kebutuhan

- tutup area yang tidak

terpajan (mis. Dengan

selimut, seprai, handuk

mandi)

- gunakan lotion atau

minyak untuk

mengurangi gesekan

(perhatikan
36

kontraindikasi

penggunaan lotion atau

minyak tertentu pada

tiap individu)

- Lakukan pemijatan

secara perlahan

- Lakukan pemijatan

dengan Teknik yang

tepat

- jelaskan tujuan dan

prosedur terapi

anjurkan rilek selama

pemijatan

- anjurkan beristirahat

setelah dilakuan

pemijatan

Rabu, 1 - Memonitor pola napas S : Ibu klien mengatakan pilek


(frekuensi,
24/11/2021 kedalaman, dan usaha klien sudah berkurang namun
napas)
- Memonitor bunyi batuk klien masih masih batuk dan
napas tambahan
(missal nya : gurgling, tidak ada sesak
mengi, wheezing,
ronkhi kering) O : RR : 25 x/menit
- Memonitor sputum
(jumlah, warna, HR : 96 x/menit
aroma)
- memposisikan semi T : 37,2 oC)
fowler atau fowler
- memberikan minum Klien sudah tidak terlalu
hangat
gelisah

A : Masalah bersihan jalan napas

tidak efektif teratasi sebagian


37

Kriteria Awal Target akhir

Hasil

Batuk 3 5 4

efektif

Produksi 3 5 4

sputum

dipnea 5 5 5

Gelisah 4 5 4

Frekuensi 5 5 5

napas

Pola 4 5 4

napas

P : Lanjutkan intervensi Lanjutkan

intervensi 1.1, 1.2, 1.3, 1.5, 1.6

2 - Mengidentifikasi S : Ibu klien mengatakan badan

penyebab hipertermia klien tidak panas lagi

(mis. Dehidrasi, O : kulit klien tidak merah dan

terpapar lingkungan tidak teraba hangat

panas, penggunaan RR : 25 x/menit

incubator) HR : 96 x/menit

- Memonitor suhu tubuh T : 37,2 oC)

- Memonitor haluaran A :Masalah hipertermi teratasi

urine Kriteria Awal Target akhir

- Memonitor komplikasi Hasil

Menggigil 5 5 5
akibat hipertermia
Kulit 4 5 5
- Melonggarkan atau
merah
lepaskan pakaian
Kejang 5 5 5
- Memberikan cairan

oral
38

- Menganjurkan tirah Suhu 4 5 5

baring tubuh

Suhu kulit 4 5 5

P : Hentikan intervensi

3 - identifikasi kesediaan S : Klien mengatakan merasa

dan penerimaan nyaman

dilakukan pemijatan Ibu klien mengatakan klien sudah

- monitor respon bisa tidur

terhadap pemijatan O : klien masih tampak sedikit

- tetapkan jangka waktu gelisah

pemijatan RR : 25 x/menit

- pilih area tubuh yang HR : 96 x/menit

akan dipijat T : 37,2 oC)

- cuci tangan dengan air A : Masalah gangguan rasa

hangat nyaman teratasi sebagian

- siapakan lingungan Kriteria Awal Target akhir

yang hangat, nyaman Hasil

Keluhan 4 5 5
dan privasi
tidak
- buka area yang akan
nyaman
dipijat, sesuai
Gelisah 4 5 4
kebutuhan
Keluahan 4 5 5
- tutup area yang tidak
sulit tidur
terpajan (mis. Dengan
P : Lanjutkan intervensi 3.2, 3.3,
selimut, seprai, handuk
3.4, 3.5, 3.6, 3.7, 3.8, 3.9, 3.10,
mandi)
3.11, 3.12, 3.14
- gunakan lotion atau

minyak untuk

mengurangi gesekan

(perhatikan
39

kontraindikasi

penggunaan lotion atau

minyak tertentu pada

tiap individu)

- Lakukan pemijatan

secara perlahan

- Lakukan pemijatan

dengan Teknik yang

tepat

- jelaskan tujuan dan

prosedur terapi

anjurkan rilek selama

pemijatan

- anjurkan beristirahat

setelah dilakuan

pemijatan

Kamis, 1 - Memonitor pola napas S : Ibu klien mengatakan klien


(frekuensi,
25/11/2021 kedalaman, dan usaha sudah tidak pilek lagi dan masih
napas)
- Memonitor bunyi sedikit batuk
napas tambahan
(missal nya : gurgling, O : RR : 23 x/menit
mengi, wheezing,
ronkhi kering) HR : 88 x/menit
- Memonitor sputum
(jumlah, warna, T : 36,5 oC
aroma)
- memposisikan semi Klien sudah tidak gelisah
fowler atau fowler
- memberikan minum A : Masalah bersihan jalan napas
hangat
tidak efektif teratasi sebagian

Kriteria Awal Target akhir

Hasil
40

Batuk 4 5 4

efektif

Produksi 4 5 4

sputum

dipnea 5 5 5

Gelisah 4 5 5

Frekuensi 5 5 5

napas

Pola 4 5 5

napas

P : Intervensi dilanjutkan kelurga

1.6

3 - identifikasi kesediaan S : Ibu klien mengatakan klien

dan penerimaan tidur dengan nyaman

dilakukan pemijatan O : klien sudah tidak gelisah

- monitor respon RR : 23 x/menit

terhadap pemijatan HR : 88 x/menit

- tetapkan jangka waktu T : 36,5 oC

pemijatan A : Masalah gangguan rasa

- pilih area tubuh yang nyaman teratasi sebagian

akan dipijat Kriteria Awal Target akhir

- cuci tangan dengan air Hasil

Keluhan 5 5 5
hangat
tidak
- siapakan lingungan
nyaman
yang hangat, nyaman
Gelisah 4 5 5
dan privasi
Keluahan 5 5 5

sulit tidur

P : Hentikan intervensi
41

- buka area yang akan

dipijat, sesuai

kebutuhan

- tutup area yang tidak

terpajan (mis. Dengan

selimut, seprai, handuk

mandi)

- gunakan lotion atau

minyak untuk

mengurangi gesekan

(perhatikan

kontraindikasi

penggunaan lotion atau

minyak tertentu pada

tiap individu)

- Lakukan pemijatan

secara perlahan

- Lakukan pemijatan

dengan Teknik yang

tepat

- jelaskan tujuan dan

prosedur terapi

anjurkan rilek selama

pemijatan

- anjurkan beristirahat

setelah dilakuan

pemijatan
BAB IV

ANALISA SITUASI

A. Profil Lahan Praktik

Tempat lahan praktik di lakukan di lingkungan sekitar rumah mahasiswa

yaitu di Desa Sebelang, Kecamatan Muara Pahu, Kabupaten Kutai Barat.

Muara Pahu merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Kutai

Barat dengan luas 496.68 Km². Secara geografis Muara Pahu terletak 115o

50’57” Bujur Timur, 116o 14’11” Bujur Timur 0 o 01’ Lintang Selatan 0 o

27’ Lintang Selatan. Sebelah utara Muara Pahu berbatasan dengan

Kabupten Kutai Kartanegara, sebelah timur Muara Pahu berbatasan dengan

kecematan Penyinggahan, dan sebelah barat Mura Pahu berbatasan dengan

kecamatan Muara Lawa, Kecamatan Melak dan Kecamatan Manoor Bulatn.

Di Muara Pahu menurut 10 besar penyakit yang diderita masyarakat

setempat yang paling banyak adalah penyakit ISPA pada urutan pertama

dengan diderita oleh 1989 orang.

Muara Pahu memiliki 12 desa, salah satunya adalah desa sebelang. Desa

sebelang mempunyai luas 13.30 Km² dengan penduduk berjumlah 1382

jiwa. secara geografis Desa Sebelang terletak di daerah aliran sungai dengan

sumber air minum PDAM (Perusahan Daerah Air Minum). Mayoritas

penduduk Desa Sebelang bekerja sebagai petani dan nelayan. Penduduk

setempat sebagian besar masih memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan

sehari-hari seperti mandi, mencuci baju, dan mencuci piring. Penduduk desa

sebelang sebagian besar masih menggunakan kayu bakar untuk memasak.

42
43

Meski sudah memiliki kompor gas, penduduk lebih memilih menggunakan

kayu bakar karena lebih murah dan mudah didapatkan.

B. Analisa Masalah Keperawatan Dengan Konsep Terkait Dan Konsep

Kasus Terkait

Setelah dilakukan pengkajian pada 1 kasus yang dijelaskan pada BAB

sebelumnya, didapatkan data subjektif dan data objetif yang mengarah pada

masalah keperwatan. Tidak semua masalah keperawatan yang ada pada

teori yang dialami oleh klien. Masalah keperawatan yang muncul pada klien

salah satunya adalah bersihan jalan napas tidak efektif.

Menurut SDKI (2016) bersihan jalan napas tidak efektif adalah

ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan napas untuk

mempertahankan jalan napas tetap paten. Bersihan jalan napas tidak efektif

terjadi karena virus yang masuk ke dalam saluran pernapasan maka silia

yang ada pada permukaan saluran pernapasan bergerak ke atas mendorong

virus ke arah faring. Jika reflek tersebut gagal virus dapat merusak lapisan

epitel dan lapisan mukosa saluran pernapasan. Sehingga menyebabkan

timbulnya batuk kering aktivitas kelenjar mucus yang berlebihan pada

dinding saluran pernapasan yang menyebabkan terjadinya pengeluran

cairan muosa secara berlebih yang menimbulkan gejala batuk (Rahayu,

2020).

Batuk adalah bagian dari mekanisme pertahanan tubuh di paru-paru.

Batuk terjadi jika ujung serabut saraf (reseptor batuk) di saluran pernapasan

teriritasi oleh mediator peradangan yang diproduksi sebagai respon terhadap


44

infeksi atau akibat adanya lendir. Sebagian besar reseptor batuk terletak di

laring dan trakea (In Health, 2014).

Penatalaksanaan batuk pilek pada umumnya bertujuan meredakan atau

mengurangi gejala. Salah satunya adalah pemberian terapi non farmakologi.

Menurut Hartono (dalam Sagita, 2021) terapi non farmakologi lebih aman

digunakan untuk penanganan batuk pilek karena tidak menggunakan efek

samping seperti obat-obatan sedangkan terapi non farmakologi

menggunakan proses fisiologis. Terapi non farmakologi yang adapat

digunakan adalah terapi pijat common cold.

Terapi pijat common cold sangat efektif untuk bayi atau anak yang

menderita batuk pilek. Dengan gerakan pada dada dan punggung akan

merelaksasikan otot-otot pernapasan dan memperbaiki sirkulasi darah yang

meningkatkan aktifitas neurotransmitter serotonin sehingga terjadi

penurunan kadar hormon adrenalin sehingga meningkatkan daya tahan

tubuh (Sutarmi, 2018).

C. Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait

Intervensi inovasi yang dilakukan pada kasus diatas adalah common cold

massage therapy. Dalam memberikan rasa nyaman dan rileks, perawat juga

mengharapkan adanya penurunan gejala batuk pilek. Batuk pilek

disebabkan karenakan rhinovirus, adenovirus, virus influenza, RSV, dan

coronavirus (Diane and Owen, 2011 dalam Sofiyanti, 2020).

Penanganan batuk pilek pada anak dengan terapi pijat common cold

akan merelaksasi otot-otot pernapasan dan memperbaiki sirkulasi darah


45

yang dapat meningkatkan aktifitas neurotransmiter serotonin sehingga

terjadi penurunan kadar hormone adrenlin dan terjadilah peningkatan daya

tahan tubuh (Sutarmi, 2018).

Dari klien yang telah dilakukan implementasi inovasi didapatkan hasil

bahwa klien yang menderita ISPA non pneumonia mengalami

berkurangnya gejala batuk pilek pada hari kedua dan ketiga perawatan.

Keluarga klien jugaa mengatakan setelah dilakukan terapi pijat common

cold, klien sudah mulai bisa tidur dan batuk pileknya berkurang.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Widyastutik

(2019) dengan judul “Terapi pijat bayi terhadap peningkatan kualitas tidur

pada asuhan keperawatan anak ISPA”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh pijat bayi terhadap peningkatan kualitas tidur, dimana

pada pasien ISPA sering muncul masalah ketidakefektifan bersihan jalan

napas yang menimbulkan pola tidur terganggu. Hasil penelitian ini yaitu

setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam dengan

intervensi pijat bayi, gangguan pola tidur balita ISPA dapat teratasi dengan

nilai BQSI tidak mengalami masalah.

Penelitian selanjutnya dengan penelitian yang dilakukan Ratnaningsih

(2020) dengan judul “Terapi Komplementer Dalam Mengatasi ISPA Pada

Ibu Yang Memiliki Balita Di Dusun Setan Desa Maguwoharjo, Kelurahan

Depok, Kabupaten Sleman”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

penggunaan terapi komplementer dalam mengatasi ISPA pada balita di

Dusun Setan, Maguwoharjo, Kabupaten Sleman. Hasil penelitian ini

mayoritas anggota keluarga memberikan terapi komplementer pada balita


46

saat mengalami ISPA dengan presentase 81,2 % dengan pemilihan terapi

terbanyak yaitu terapi pijat secara tunggal sebesar 25 % dan kombinasi

sebesar 73,1 %.

Penelitian dari Sagita, dkk (2021), dengan judul “ Pendidikan Kesehatan

Batuk Pilek Dan Pijat Common Cold Dalam Upaya Mengatasi Batuk Pilek

Pada Batita”. Penelitian ini memberikan pengetahuan pada ibu terkait terapi

komplementer yang dapat digunakan untuk mengatasi batuk pilek dengan

pijat common cold yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan ibu dalam mengatasi batuk pilek pada batita. Hasil penelitian

menunjukkan pada hasil pre test didapatkan nilai paling rendah 50 dan

paling tinggi 100 dan nilai rata-ratanya adalah 78, 50 ini menunjukkan

masih kurangnya pengetahuan peserta penyuluhan tentang pendidikan

kesehatan batuk pilek dan pijat common cold dalam upaya megatasi batuk

pilek sedangkan hasil post test didapatkan nilai terendah 65 dan nilai

tertinggi 100 dengan nilai rata-rata 89,00 ini menunjukkan adanya

peningkatan pengetahuan pada Ibu setelah diberikannya informasi

mengenai pendidikan kesehatan batuk pilek dan pijat common cold.

D. Alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan

Alternatif pemecahan masalah batuk pilek adalah dengan memberikan

pengetahuan tentang penanganan batuk pilek yang baik dan tepat, baik

secara farmakologi maupun non farmakologi. Perawat yang memberikan

asuhan keperawatan pada pasien batuk pilek diharapkan dalam meberikan

asuhan keperawatan pada pasien tidak selalu beraspek pada pemberian


47

farmakologi, tetapi juga non farmakologis seperti terapi pijat common cold.

Dengan pemberian asuhan keperawatan secara non farmakologi diharapkan

dapat meningkatkan kegiatan mandiri perawat tidak hanya pentalaksanan

farmakologi seperti advis pengobatan medis. Dengan penatalaksanaan ini

dilakukan sebagai upaya saling mendukung dan kolaborasi antara

penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi, sehingga pengetahuan

pasien dan keluarga dalam penanganan batuk pilek ini tidak hanya dengan

pengobatan advis medis saja namun juga non farmakologis seperti terapi

pijat common cold untuk mengurangi batuk pilek.

Terapi pijat common cold dapat dilakukan dirumah dengan cara memijat

bagian dada dan punggung dengan menggunakan minyak dan pada setiap

gerakan dilakukan sbanyak 6 kali. Cara ini dapat dilakukan di rumah dengan

mudah karena tidak memerlukan alat dan bahan yang susah didapatkan.

Untuk alternatif lain selain terapi pijat common cold adalah terapi uap.

Terapi uap merupakan terapi menggunakan air panas. Uap air dan mandi air

panas adalh cara menyembuhkan flu yang paling umum. Tindakan ini

memiliki sejumlah efek terapeutik, diantaranya berguna untuk

mengencerkan lendir di saluran hidung dan sinus serta di bawah saluran

pernapasan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada karya ilmiah ini

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari gejala yang ditemukan pada klien yaitu gejala batuk pilek yang

nanti dapat menyebabakan pneumonia. Selain itu ditemukan gejala

sesak napas, gelisah rewel dan susah tidur.

2. Diagnosa keperawatan yang ditegakan pada kasus ini adalah Bersihan

jalan naps tidak efektif berhubungan dengn sekresi yang tertahan,

hipertermia berhubungan dengan proses penyakit, dan gngguan rasa

nyaman berhubungan dengan gejala penyakit.

3. Intervensi yang diberikan sesuai standar menggunakan SIKI (Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia) dan SLKI (Standar Luaran

Keperawatan Indonesia).

4. Implementasi inovasi yang dilakukan pada klien adalah terapi pijat

common cold.

5. Evaluasi yang didapat dari klien yang telah dilakukan implementasi

inovasi terapi pijat common cold selama 3 hari didapatkan hasil bahwa

batuk pilek berkurang dan keluarga klien mengatakan dengan adannya

terapi pijat common cold ini anaknya sudah mulai tidak gelisah dan tidur

dengan nyaman.

48
49

B. Saran

1. Bagi klien

Dapat diaplikasikannya terapi pijat common cold di keseharian klien

karena salah satu alternatif terapi yang dapat dilakukan untuk

mengurang gejala batuk pilek dan menggunakan alat dan bahan yang

mudah dicari.

2. Bagi perawat

Dapat mengaplikasikan langsung kepada klien atau mencari inovasi

yang lain sehingga dapat menambah refernsi dalam dunia kesehatan

untuk dapat memberikan intervensi pada klien dengan batuk pilek sesuai

dengan SOP.

3. Bagi institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menambh terapi pijat common cold dalam target

kompetensi dan dapat digunakan sebagai materi tambahan untuk

menambah pengetahuan mahasiswa tentang terapi komplementer dan

membuat SOP.

4. Bagi peneliti

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mampu meneliti mengenai

perbedaan efektifitas terapi pijat common cold dan terapi uap.


DAFTAR PUSTAKA

Amalia Nurin, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan ISPA.

Poltekes Kemenkes Riau : DIII Keperawatan

Kozier, B, Erb, G, Berman, A, & Snyder, S. (2011). Buku Ajar Fundamental

Keperawatan Konsep, Proses & Praktik (volume 1). Jakarta : EGC

Maharani. 2017. Profil Balita Penderita Infeksi Saluran Nafas Akut Atas di

Poliklinik Anak RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2017

Nurjanah, dkk. (2020). Upaya Peningkatan Keterampilan Kader Dengan

Common Cold Massage Therapy Di Wilayah Kerja Puskesmas

Gambirsari Surakarta. Jurnal Salam Sehat Masyarakat, 2, (1), 75-81

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi Dan

Indikator Daigonstik. Jakarta : DPP PPNI.

. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan

Tindakan Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI

. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan

Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI

Ratnaningsih, E. (2020). Terapi Komplementer Dalam Mengatasi ISPA Pada

Ibu Yang Memiliki Balita Di Dusun Setan Desa Maguwoharjo

Kelurahan Depok, Kabupaten Sleman. Jurnal Ilmiah Ilmu Kebidanan

dan Kesehatan, 11, (2), 8-18

Sagita, dkk. (2021). Pendidikan Kesehatan Batuk Pilek dan Pijat Common

Cold dalam Upaya Mengatasi Batuk Pilek pada Batita. Call For Paper

Seminar Nasional Kebidanan, 103-109

50
Sit, Magasti. (2015). Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini Jilid 1. Medan

: PERDANA PUBLISHING

Sofiyanti, dkk. (2020). Edukasi Penatalaksanaan Common Cold dengan Terapi

Herbal dan Terapi Pijat. Call For Paper Seminar Nasional Kebidanan,

1, (1), 44-50

Sutarmi, dkk. (2018). Pediatric Massage Therapy. Semarang : Indonesia

Holistik Care Association.

Walansendow, dkk. (2016). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Prestasi Anak Usia Sekolah Di SD GMIM Tumpengan Sea Dua

Kecamatan Pineleng. E-journal Keperawatan, 4, (2), 1-5

Widoyono. (2011). Penyakit Tropis : Epidemologi, Penularan, Pencegahan,

dan Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga.

Widyastutik, EN. (2019). Terapi Pijat Bayi Terhadap Peningkatan Kualitas

Tidur Balita Pada Asuhan Keperawatan Anak ISPA. KTI,

dipublikasikan, Surakarta, PKU Muhammadiyah Surakarta, Indonesia.

Wijayaningsih, K.S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta : TIM.

Yuliastati & Arnis. (2016). Keperawatan Anak. Jakarta : Kementerian

Kesehatan Indonesia.

Yustiana & Ghofur. (2016). Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia.

51
LAMPIRAN
Lampiran 1

BIODATA PENELITI

A. Data Pribadi

Nama : Jihan Safitri

Tempat tanggal lahir : Muara Pahu, 18 Januari 1998

Alamat asal : Kam. Sebelang Rt. 02 Muara Pahu Kab.

Kutai Barat

Alamat sekarang : Jl. Lempake Jaya Perum Grha Mandiri 2

Blok F

B. Riwayat Pendidikan

 Tamat SD : 2009 di SDN 005 Muara Pahu

 Tamat SMP : 2012 di SMPN 13 Sendawar Muara Pahu

 Tamat SLTA : 2015 di SMK Kesehatan Samarinda

 Tamat S1 : 2020 di Universitas Muhammadiyah

Kalimantan Timur

52
Lampiran 2

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


TERAPI PIJAT COMMON COLD
1 Tujuan Mengurangi gejala batuk pilek dan memberikan rasa
.
Umum nyaman

2 Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien dapat “


.
Khusus 1. Merasa nyaman setelah dilakukan terapi pijat common
cold
2. Mengeluarkan lendir
3. Orang tua mampu melakukan prosedur terapi pijat
common cold secara mandiri
3 Pengertian Suatu tindakan keperawatan yang dilakukan untuk
.
membantu mengurangi gejala batuk pilek, merelaksasikan
otot-otot pernapasan serta memberikan rasa nyaman pada
klien
4 Diagnosa Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
.
5 Tahap 1. Mencuci tangan
.
Prainteraksi 2. Persiapan alat
 Minyak (Zaitun, baby oil, VOC)
 Handuk
 Handscoon

6 Pelaksanaan
.
a. Tahap 3. Memberikan salam dan panggil nama klien dengan
Orientasi senyum dan sapa
4. Memperkenalkan diri kepada klien
5. Melakukan kontrak dan menjelaskan tujuan
dilakukannya tindakan

53
6. Menanyakan kesediaan klien/keluarga untuk
dilakukannya tindakan
7. Mendekatkan alat
8. Memberikan kesempatan klien/keluarga untuk bertanya
b. Tahap 9. Membaca Basmalah
Kerja 10. Menjaga privasi klien
11. Menginstruksikan pada Ibu klien untuk melepaskan
baju klien
12. Memasang sarung tangan dengan prinsip bersih
13. Memposisikan anak terlentang
14. Melakukan terapi pijat common cold
a. Sinus line
Gerakan dari tulang hidung menuju tulang pipi
b. Ears, neck, & chin
Gerakan dari tulng pipi ke belakang telinga dn
menuju kearah dagu
c. Cheek rain drop
Gerakan seperti hujan rintik rintik di tulang pipi
menuju kearah bawah
d. Big love
Gerakan seperti membentuk love besar
e. Butterfly
Gerakan menyilang didada secara bergantian
f. Tobytop intercostal
Gerakan dari intercostal menuju arah putting
(Gerakan dari tengah ke samping). Gerakan ini
dimulai dari bagian ats sampai bawah.
g. Chest rain drop
Gerakan rintik hujan di ddada dari atas kebawah
15. Posisikan klien dengan posisi telungkup
h. Back & forth
Gerakan maju mundur dari punggu kiri ke kanan

54
i. Sweeping neck to bottom
Gerakan mengusap dari leher ke pentat dengn posisi
pantat dipegang dengan tangn kanan
j. Sweeping neck to feet
Gerakan mengusap dari leher ke kaki dengan posisi
kaki sedikit ditekuk
k. Back circles
Gerakan memutar dengan menggunakan ujung ibu
jari dri punggung atas ke bawah
l. Circles over the scapula
Gerakan memutar di scapula
m. Back rain drop
Gerakan hujan rintik-rintik dari punggung atas
menuju punggung bawah
n. Pitching
Gerakan mencubit dari punggung atas menuju
peunggung bawah
16. Posisikan klien dengan posisi terlentang
o. Relaxation
Gerakan mengangkat pantat klien sedikit ke atas
c. Tahap 17. Membaca Hamdalah
Terminas 18. Merapikan klien dan memberikan posisi nyaman
i 19. Mengevaluasi respon klien
20. Beri reinforcement positif pada pasien
21. Kontrak pertemuan selanjutnya
22. Mengakhiri pertemuan dengan baik : bersama klien
membaca doa

Artinya : Ya Allah Tuhan segala manusia, hilangkan


segala kelainannya, angkat penyakitnya, sembuhkanlah

55
ia, engkau maha penyembuh, tiada yang
menyembuhkan selain engkau, sembuhkanlah dengan
kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi.
23. Berpamitan dengan klien dan mengucapkan salam
24. Membersihkan alat dan mencuci tangan
7 Evaluasi 25. Evaluasi respon verbal dan nonverbal klien
.
26. Evaluasi respon pasien terhadap tindakan
27. Evaluasi diri perawat
8 Dokumentas 28. Catat tanggal dilakukannya tindakan
.
i 29. Catat hasil dari pemeriksaan

56
Lampiran 3

57
58

Anda mungkin juga menyukai