Anda di halaman 1dari 143

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA HIPERTENSI DENGAN


MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DI PANTI
WERDHA HARGO DEDALI SURABAYA

Oleh :

EKA YUNITA KURNIAWATI


1150018022

DOSEN PEMBIMBING :
CHILYATIZ ZAHROH, S.Kep.Ns.M.Kep

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA HIPERTENSI DENGAN


MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DI PANTI

WERDHA HARGO DEDALI SURABAYA

Oleh :

EKA YUNITA KURNIAWATI

1150018022

DOSEN PEMBIMBING :

CHILYATIZ ZAHROH, S.Kep., Ns., M.Kep.

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS NAHDLHATUL ULAMA SURABAYA

2020

i
LEMBAR PERNYATAAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA HIPERTENSI DENGAN


MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DI PANTI
WERDHA HARGO DEDALI SURABAYA

KARYA TULIS ILMIAH

Sebagai salah satu syarat untukmemperoleh


Gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)
Program Studi DIIIKeperawatan
Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
Universitas Nahdlatul UlamaSurabaya

Oleh :
Eka Yunita Kurniawati
1150018022

Disetujui oleh :
Pembimbing,

Chilyatiz Zahroh,S.Kep.Ns.M.Kep
NPP : 1104811

ii
PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber
baik yang dikutip maupun di rujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Eka Yunita Kurniawati

NIM : 1150018022

Tanda Tangan :

Tanggal :

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Asuhan Keperawatan Pada Lansia Hipertensi


DenganMasalah Keperawatan Nyeri Akut Di Panti Werdha
Hargo DedaliSurabaya.
Penyusun : Eka Yunita Kurniawati
Pembimbing : Chilyatiz Zahroh, S.Kep., Ns., M.Kep.
Tanggal ujian:

Disetujui Oleh :

Pembimbing,

Chilyatiz Zahroh, S.Kep., Ns., M.Kep.


NPP : 11 04 811

Mengetahui,
Ka. PRODI DIII-Keperawatan

Farida Umamah S.Kep.,Ns.,M.Kep


NPP : 99 04 627

LEMBAR PENGESAHAN

iv
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA HIPERTENSI DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DI PANTI
WERDHA HARGO DEDALI SURABAYA

KARYA TULIS ILMIAH TELAH DISETUJUI


PADA TANGGAL :
04 Mei 2021

Disetujui Oleh :
Pembimbing

Chilyatiz Zahroh, S.Kep., Ns., M.Kep.


NPP : 11 04 811

Mengetahui,
Ka. PRODI DIII-Keperawatan

Farida Umamah, S.Kep., Ns., M.Kep


NPP : 99 04 627

v
LEMBAR PENETAPAN PENGUJI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA HIPERTENSI DENGAN


MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DI PANTI
WERDHA HARGO DEDALI SURABAYA

KARYA TULIS ILMIAH INI TELAH DIUJI


PADA TANGGAL : 20 Mei 2021

1. Ketua Penguji:

Chilyatiz Zahroh, S.Kep.,Ns.,M.Kep. : ....................................

NPP : 11 04 811

2. Penguji 1:

Lono Wijayanti,S.Kep.,Ns.,M.Kep. : .....................................

NPP : 04 08 761

3. Penguji 2:

Dr. Eppy Setyowati,S.Kep., M.Kes. :......................................

NPP : 99 07 641

Mengetahui,
Ka. PRODI DIII-Keperawatan

Farida Umamah, S.Kep., Ns., M.Kep


NPP : 99 04 627

vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR

Sebagai sivitas akademik Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, saya yang


bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Eka Yunita Kurniawati


NIM : 1150018022
Program Studi : D-IIIKeperawatan
Fakultas : Keperawatan dan Kebidanan
JenisKarya : Karya Tulis Ilmiah

Demi pengembanan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepada Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya Hak Bebas Loyalti Non
Eksklusif (Non- exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang
berjudul :

Asuhan Keperawatan Pada Lansia Hipertensi Dengan Masalah


Keperawatan Nyeri Akut Di Panti Werdha
Hargo Dedali Surabaya

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Loyalti
Non Eksklusif ini Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas
Nahdlatul Ulama Surabaya berhak menyimpan, mengalih media/formatkan,
merawat dan mempublikasikan Tugas Akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis atau pencipta dan sebagai pemilik
Hak Cipta.

Demikian Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya :

Dibuat di : Surabaya

Pada Tanggal : 24 April 2021

Yangmenyatakan,

Eka Yunita Kurniawati


1150018022

vii
ABSTRAK

Masalah keperawatan yang muncul pada pasien Hipertensi ini


adalah tekanan darah mengalami peningkatan Keluhan utama pada
pasien adalah nyeri akut di bagian kepala. Tujuan penelitian adalah
memberikan asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami
hipertensi dengan masalah keperawatan nyeri akut di panti Werdha
Hargo Dedali Surabaya dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan yang utuh dan komprehensif.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus untuk
mengeksplor masalah asuhan keperawatan pada lansia yang
mengalami hipertensi dengan masalah nyeri akut. Pengumpulan data
dilakukan pada dua pasien yaitu Ny. AZ dan Ny. AN dengan
menggunakan tekhnik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik,
analisis data, pengangkatan diagnosa, intervensi, implementasi, dan
evaluasi.
Hasil penelitian setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam
didapatkan hasil bahwa nyeri di bagian kepala berkurang, keluhan
nyeri menurun dari skala 7 menjadi skala 2 (pasien 1), keluhan nyeri
menurun dari skala 5 menjadi skala 1 (pasien 2), gelisah dan meringis
menurun, kesulitan tidur menurun, pola tidur nyenyak, tidak lesu,
dapat beraktivitas dengan baik dan tampak bersemangat kembali
Kesimpulan dari penelitian ini adalah setelah dilakukan asuhan
keperawatan pasa Ny. AZ dan Ny. AN, masalah nyeri akut teratasi
sebagian dalam waktu 4 hari dengan memberikan teknik relaksasi ,
dan diharapkan bagi perawat di panti dapat membantu melakukan
tindakan teknik relaksasi tarik nafas dalam.
Kata kunci : Nyeri Akut, Hipertensi.

viii
ABSTRACT
The nursing problem that arises in this hypertension patient is
that blood pressure has increased. The main complaint in the patient is
acute pain in the head. The purpose of this research is to provide
nursing care to the elderly who have hypertension with acute pain
nursing problems at the Werdha Hargo Dedali nursing home in
Surabaya by using a complete and comprehensive nursing process
approach.
This study uses a case study method to explore nursing care
problems in the elderly who have hypertension with acute pain
problems. Data collection was carried out on two patients, namely
Mrs. AZ and Mrs. AN using interview, observation, physical
examination, data analysis, diagnosis, intervention, implementation,
and evaluation techniques.
The results of the study after the deep breathing relaxation
technique showed that the pain in the head was reduced, pain
complaints decreased from a scale of 7 to a scale of 2 (patient 1), pain
complaints decreased from a scale of 5 to a scale of 1 (patient 2),
restlessness and grimacing decreased, decreased sleep difficulty,
restful sleep patterns, not lethargic, can move well and seem excited
again
The conclusion of this study is that after nursing care has been
carried out by providing relaxation techniques to both patients, it is
hoped that nurses in the nursing home can help take a comfortable
patient position then perform relaxation techniques, namely deep
breathing techniques..
Key words : Acute Pain, Hypertension

ix
MOTTO

“Berjuanglah untuk orang-orang yang bertahan dan berjuang untukmu, bahkan


ketika sedang berada di hari-hari terburukmu.”

x
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah
SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Lansia Hipertensi Dengan Masalah Nyeri Akut di
Panti werdha Hargo Dedali Surabaya” dapat selesai tepat pada
waktunya.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak
mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena
itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat
1. Ibu Chilyatiz Zahroh, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku dosen
pembimbing dengan sabar dan bijaksana membantu dan
menyumbangkan ide-idenya dalam mengkoreksi, merevisi, serta
melengkapi dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu Lono Wijayanti, S.Kep.,Ns., M.Kep. selaku dosen pennguji 1
dan Dr Eppy Setyowati, S.Kep., M.Kes. selaku dosen penguji 2
yang telah memberikan masukan serta melengkapi dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Ibu Faridah Umamah S.Kep., Ns., M.Kep, selaku kaprodi D3
Keperawatan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya yang selalu
memberi semangat dan support.
4. Ibu Khamida S.Kep., Ns., M.Kep. selaku dekan fakultas
keperawatan dan kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
5. Bapak Prof.Dr.Ir.Achmad Jazidie, M.Eng, selaku Rektor
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
6. Dra. Endang Sinar Gijanti selaku Kepala Panti dan Petugas Panti
Werdha Hargo Dedali Surabaya yang memberikan dukungan serta
keikhlasannya membantu penulis melakukan penelitian.
7. Ny. AZ dan Ny. AN selaku lansia dari Panti Werdha Hargo Dedali
Surabaya yang telah membantu penulis dalam melakukan
penelitian.
8. Kedua orang tua, teman D-III Keperawatan terdekat saya, mas
Fatkhur yang telah memberi semangat, dukungan, masukan untuk
menyelesaikan kuliah dan tugas akhir ini sampai selesai.
Semoga Allah SWT memberikan balasan bimbingan kepada
semua yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini. Demikian, mudah-mudahan karya tulis ilmiah ini
dapat dijadikan pertimbangan, kebiakan, dan bermanfaat bagi semua
pihak, Aamiin Yaa Robbal „Alamin.

Surabaya, 24 April 2021


Penulis

Eka Yunita Kurniawati


1150018022

xi
DAFTAR ISI
Sampul Dalam .................................................................................... i
Lembar Pernyataan ............................................................................ ii
Lembar Orisinilitas ........................................................................... iii
Lembar Persetujuan .......................................................................... iv
Lembar Pengesahan ........................................................................... v
Lembar Penetapan Penguji................................................................ vi
Lembar Pernyataan Publikasi ........................................................... vii
Abstrak ........................................................................................... viii
Abstract ............................................................................................ ix
Motto ................................................................................................. x
Kata Pengantar ................................................................................. xi
Daftar Isi ........................................................................................ xiv
Daftar Gambar ............................................................................... xvii
Daftar Tabel.................................................................................. xviii
Daftar Lampiran ............................................................................. xix
Daftar Singkatan dan Lambang ........................................................ xx
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................ 1
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Batasan Masalah ........................................................................... 3
C. Rumusan Masalah......................................................................... 4
D. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Lansia
1. Definisi Lansia ......................................................................... 6
2. Batasan Umur Lanjut Usia ........................................................ 7
3. Klasifikasi Lansia ..................................................................... 7
4. Karakteristik Lansia .................................................................. 8
5. Tipe Lansia ............................................................................... 8
6. Mitos Lanjut Usia dan Kenyataan ........................................... 10
7. Teori Proses Menua ................................................................ 11
8. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Menua............................. 14
9. Perubahan Akibat Proses Menua ............................................. 15
10.Masalah Yang Sering Terjadi Pada Lansia .............................. 24
B. Konsep Dasar Hipertensi
1. Definisi Hipertensi .................................................................. 28
2. Klasifikasi Hipertensi ............................................................. 30
3. Jenis Hipertensi ...................................................................... 34
4. Patofisiologi Hipertensi .......................................................... 31
5. Etiologi Hipertensi.................................................................. 32
6. Manifestasi Klinis Hipertensi .................................................. 36
7. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi ......................................... 37
8. Penatalaksanaan Hipertensi ..................................................... 37
9. Komplikasi Hipertensi ............................................................ 40
10.Discharge Planning ................................................................. 40

xii
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian .............................................................................. 40
2. Diagnosa Keperawatan ........................................................... 44
3. Intervensi Keperawatan .......................................................... 46
4. Implementasi Keperawatan ..................................................... 53
5. Evaluasi Keperawatan............................................................. 55

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA


A. Metode Penelitian ....................................................................... 57
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 57
C. Subyek Penelitian ....................................................................... 57
D. Pengumpulan Data ...................................................................... 58
E. Uji Keabsahan Data .................................................................... 58
F. Analisis Data .............................................................................. 58
G. Etika Penelitian ........................................................................... 59

BAB 4 HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Lokasi Penelitian ........................................................ 61
B. Pengkajian .................................................................................. 64
1. Identitas Pasien ....................................................................... 64
2. Riwayat Penyakit .................................................................... 65
3. Perubahan Pola Kesehatan ...................................................... 66
4. Pemeriksaan Fisik ................................................................... 70
5. Hasil Pengkajian Status Fungsional ........................................ 73
C. Analisa Data ............................................................................... 89
D. Diagnosa Keperawatan ............................................................... 91
E. Intervensi Keperawatan............................................................... 92
F. Implementasi Keperawatan ......................................................... 94
G. Evaluasi Keperawatan ............................................................... 100

BAB 5 PEMBAHASAN
A. Pengkajian ................................................................................ 101
B. Diagnosa Keperawatan .............................................................. 103
C. Intervensi Keperawatan ............................................................. 104
D. Implementasi Keperawatan ....................................................... 106
E. Evaluasi Keperawatan ............................................................... 107

BAB 6 PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................... 109
1. Pengkajian ............................................................................ 109
2. Diagnosa .............................................................................. 109
3. Intervensi.............................................................................. 109
4. Implementasi ........................................................................ 110
5. Evaluasi ................................................................................ 110
B. Saran ........................................................................................ 111
1. Perawat .............................................................................. 111
2. Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya ................................ 111

xiii
3. Institusi Pendidikan ............................................................ 112
4. Klien .................................................................................. 112
5. Penulis Selanjutnya ............................................................ 112

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 112


LAMPIRAN ....................................................................................... 114

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya ..... 62

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi ........................................................... 30


Tabel 4.1 Identitas Pasien .................................................................... 64
Tabel 4.2 Riwayat Penyakit ................................................................. 65
Tabel 4.3 Perubahan Pola Kesehatan.................................................... 66
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik ................................................................ 70
Tabel 4.5 Indeks Kemandirian Aktivitas/KATZ ................................... 73
Tabel 4.6 Penilaian Barthel Indeks ....................................................... 74
Tabel 4.7 Sullivan Indeks Katz Posisi dan Keseimbangan .................... 75
Tabel 4.8 Status Kognitif/Afektif/Sosial............................................... 76
Tabel 4.9 Mini Mental State Examination (MMSE) ............................ 78
Tabel 4.10 Inventaris Depresi Beck ....................................................... 82
Tabel 4.11 Skala Depresi Geriatrik Yesavage (GSD) Short Version ....... 86
Tabel 4.12 Analisa Data ......................................................................... 89
Tabel 4.13 Diagnosa Keperawatan ......................................................... 91
Tabel 4.14 Interensi Keperawatan .......................................................... 92
Tabel 4.15 Implementasi Keperawatan .................................................. 94
Tabel 4.16 Evaluasi ............................................................................. 100

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat PengajuanJudulKTI ......................................................... 114


Lampiran 2 Surat Pemohonan PengambilanDataAwal dan Penelitian .......... 115
Lampiran 3 Surat Permohonan Pengambilan Data Awal dan Penelitian ....... 116
Lampiran 4 Surat Pemberian Ijin Pengambilan Data Awal dan Penelitian .... 117
Lampiran 5 Surat Permohonan Menjadi Responden..................................... 118
Lampiran 6 Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Responden1....................... 119
Lampiran 7 Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Responden2....................... 120
Lampiran 8 Berita Acara Kunjungan ........................................................... 121
Lampiran 9 Berita Acara Bimbingan KTI .................................................... 122

xvii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

Arti Singkatan :
Amd.Kep : Ahli Madya Keperawatan
BAK : Buang Air Kecil
BAB : Buang Air Besar
BB : BeratBadan
CRT : capillary refilltime
Depkes : Departemen Kesehatan
D-III : Diploma tiga
dr. : Dokter
Dr. : Doktor
Ir : Insinyur
M.Eng : Magister English
M.Kep : Magister Keperawatan
M.Kes : Magister Kesehatan
No : Nomor
NPM : Nomor Pokok Mahasiswa
Npp : Nomor Pokok Pegawai
Ns : Ners
Ny. : Nyonya
SDKI : Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia
SLKI : Standart Luaran Keperawatan Indonesia
SIKI : Standart Intervensi Keperawatan Indonesia
Prodi : Program Studi
Prof. : Profesor
RR : Respiration Rate
S.Kep : Sarjana Keperawatan
SPMSQ : Short Portable Mental StatuQuistioonnaire
TTV : Tanda-tandaVital
WHO : World HealthOrganization

Arti Lambang :
≥ : Lebih dari
≤ : Kurang dari
√ : Centang
: : Banding
= : Sama dengan
% : Persen
+ : Positif
- : Negatif
, : Koma
. : Titik
”“ : Tanda petik

xviii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan

peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari 140

mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013;

Ferri,2017). Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu

jenis penyakit yang mematikan di dunia dan faktor risiko paling utama

terjadinya hipertensi yaitu faktor usia sehingga tidak heran penyakit

hipertensi sering dijumpai pada usia senja / usia lanjut (Fauzi, 2014),

sedangkan menurut Setiati (2015), hipertensi merupakan tanda klinis

ketidakseimbangan hemodinamik suatu sistem kardiovaskular, di mana

penyebab terjadinya disebabkan oleh beberapa faktor/ multi faktor sehingga

tidak bisa terdiagnosis dengan hanya satu faktor tunggal (Setiati,2015). Pada

penderita hipertensi yang mengeluh nyeri kepala yang disebabkan oleh

kerusakan vaskuler pada seluruh pembuluh perifer. Perubahan arteri kecil

dan arteola menyebabkan penyumbatan pembuluh darah yang

mengakibatkan aliran darah akan terganggu.

Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120-140 mmHg

tekanan sistolik dan 80-90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan

mengidap hipertensi apabila tekanan darahnya >140-90 mmHg. Sedangkan

menurut JNCVII2003 tekanan darah pada orang dewasa dengan usia di atas

18 tahun di klasifikasikan menderita hipertensi stadium I apabila tekanan

sistoliknya 140-159mmHg dan tekanan diastoliknya 90-99mmHg.

1
2

RISKESDAS pada tahun 2018 mencatat prevalensi hipertensi di

Indonesia terjadi peningkatan di banding dengan tahun 2013. Prevalensi

hipertensi di Indonesia tahun 2018 sebesar 34,1% dengan prevalensi

tertinggi di P rovinsi Kalimantan Selatan sebesar 44,1%, dan prevalensi

terendah di Provinsi Papua sebesar 22,2% (RISKESDAS,2018). Dari hasil

survay tentang penyakit hipertensi di Provinsi Jawa Timur pada tahun

2017, jumlah penderita hipertensi sebesar 20,43% atau sebanyak 1.828.669

penduduk, dan pada tahun 2018 terjadi peningkatan dengan prevalensi

sebesar 37,1% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2018).

Sedangkan di Indonesia menunjukkan bahwa secara nasional ; 25,8%

penduduk di Indonesia mengalami penyakit hipertensi. Jika saat ini

penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110

jiwa yaang menderita penyakit hipertensi (Depkes. 2015). Menurut data

Riskesdas pada tahun 2013 provinsi Jawa Timur prevalensi pemyakit

hipertensi mencapai 26,2%. Prevalensi penyakit hipertensi terdapat pada

kelompok usia 75 tahun yaitu 62,4%. Sedangkan prevalensi di kota

Surabaya menccapai 22% lansia penderita penyakit hipertensi (Depkes,

2014). Pada data Riskesdas provinsi Jawa Timur tahun 2018 menunjukkan

bahwa lansia penderita hipertensi terus meningkat seiring bertambahnya

umur, pada lansia penderita hipertensi berusia 65-74 tahun mencapai 31,2%

dan lansia penderita hipertensi berusia 75 tahun lebih mencapai angka

34,6%.

Data awal yang di ambil dari Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya

yang menderita nyeri kepala pada pasien hipertensi didapatkan hasil 5


3

orang.

Pada pasien hipertensi mengalami keluhan yaitu mengeluh sakit

kepala, pusing, lemas, gelisah, mual, muntah. Pada penderita hipertensi

yang mengeluh nyeri kepala yang diakibatkan karena retensi pembuluh

darah ke otak meningkat sehingga penderita mengalami gangguan pola

tidur. Individu mempunyai risiko perubahan jumlah dan kualitas pola

istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan atau gangguan gaya hidup

yang diinginkan. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah tersebut

dibutuhkan peran perawat supaya masalah tersebut bisa membaik ataupun

bisa teratasi (Sonnia Haryan,dkk 2018).

Peran perawat memiliki tanggungjawab untuk membantu klien dalam

memperoleh kesehatan yang optimal, memelihara kesehatan, membimbing

klien dengan cara memberikan intervensi asuhan keperawatan. Intervensi

asuhan keperawatan yang dapat dilakukan yaitu memberikan edukasi atau

pengetahuan tentang nyeri akut. Tindakan yang dapat dilakukan untuk

mengurangi keluhan nyeri bagian kepala dengan menyarankan pasien untuk

mengambil posisi yang nyaman kemudian melakukan tindakan teknik

relaksasi yaitu nafas dalam, menguap, pernafasan perut dan bayangkan hal

yang menyenangkan, kemudian meminta pasien untuk rileks dan merasakan

sensasi yang terjadi. Bantu pasien untuk menentukan posisi yang nyaman,

jelaskan tentang pentingnya beristirahat agar merasa lebih rileks. (Bulechek,

dkk 2013).

Berdasarkan latar belakang penulis tertarik untuk menyusun karya

tulis ilmiah study kasus “ Asuhan Keperawatan pada Lansia Hipertensi


4

dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Panti Werdha Hargo Dedali

Surabaya “

B. Batasan Masalah

Beberapa masalah keperawatan yang terjadi pada kasus hipertensi

antara lain nyeri kepala..gangguan pola tidur, intoleransi aktivitas.

C. Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan keperawatan dengan Masalah Keperawatan

Nyeri Akut pada Lansia yang mengalami hipertensi di Panti Werdha Hargo

Dedali Surabaya?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami

hipertensi dengan masalah keperawatan nyeri akut di Panti Werdha

Hargo Dedali Surabaya dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan yang utuh dan komprehensif

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada lansia dengan masalah keperawatan

nyeri akut di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya.

b. Menetapkan diagnosa keperawatan pada lansia dengan masalah

keperawatan nyeri akut di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya

c. Menyusun rencana keperawatan pada lansia dengan masalah

keperawatan nyeri akut di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya

d. Melakukan tindakan keperawatan pada lansia dengan masalah

keperawatan nyeri akut di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya.


5

e. Melakukan Evaluasi keperawatan pada lansia dengan masalah

keperawatan nyeri akut di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai sarana informasi untuk meningkatkan dan mengembangkan

ilmu pengetahuan tentang lansia yang mengalami hipertensi dengan

masalah keperawatan nyeri akut.

2. Manfaat Praktis

1) Perawat

Sebagai acuan tenaga kesehatan terutama bagi perawat dalam

merawatlansia yang mengalami nyeri akutt di bagian kepala karena

hipertensi

2) Panti Werdha Hargo DedaliSurabaya

Sebagai sumber informasi dan dalam upaya untuk membantu

meningkatkan kualitas serta kuantitas pelayanan pada lansia yang

mengalami hipertensi dengan masalah keperawatan nyeri akut.

3) Institut Pendidikan

Digunakan sebagai informasi bagi insitusi pendidikan dalam

pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan khusunya mata

kuliah keperawatan gerontik dimasa yang akan datang.

4) Pasien

Pasien mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang hipertensi

sehingga dapat mengurangi dampak nyeri di bagian kepala,

mengantuk berlebihan disiang hari, lemah dan lesu serta pasien dapat
6

beraktifitas dengan normal sehingga mampu melakukan aktivitas

sehari-hari secara mandiri di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya


BAB 2

TINJAUANPUSTAKA

A. Konsep Dasar Lansia


1. Definisi Lansia

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir dalam perkembangan

pada daur kehidupan manusia. Tahap lansia merupakan tahap tubuh

mencapai titik perkembangan yang maksimal. Setelah itu tubuh mulai

menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang ada di dalam

tubuh. Sebagai akibatnya tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi

secara perlahan-lahan, itulah yang dikatakan sebagai proses penuaan.

Pernuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangkan

secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri /

mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita

(Hidayatus,2018).

Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun ke

atas. Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan

fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan

terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Oleh karena

itu, dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan

struktural yang disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia

akan mengakhiri hidup dengan episodeterminal (Sunaryo,2016).

Lanjut usia adalah proses menghilangnya kemampuan jaringan

7
8

untuk meregenerasi sel-sel di dalam tubuh yang akan menimbulkan

masalah fisik, mental, sosial, ekonomi bahkan psikologis. Lanjut usia

terjadi secara alamiah dan tidak dapat dihindari oleh manusia

(Mujahidullah, 2012).

2. Batasan Umur Lanjut Usia

Menurut WHO (dikutip Azizah, 2011) menggolongkan lanjut usia

berdasarkan usia biologis menjadi 4 kelompok yaitu : Beberapa pendapat

mengenai batasan-batasan umur lansia yang dikemukakan oleh para ahli

sebagai berikut:

a. Usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun,

b. Lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun.

c. Lanjut usia tua (old) ialah 75- 90tahun.

d. Usia sangat tua (very old) ialah diatas 90 tahun.

3. Klasifikasi Lansia

Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari:

a. Pralansia yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun

b. Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

c. Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun lebih

dengan masalah kesehatan

d. Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan

pekerjaan dan kegiatan yang dapat mengahasilkan barang atau

jasa

e. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari

nafkah, sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang lain


9

4. Karakteristik Lansia

Menurut pusat data dan informasi, kementrian kesehatan RI (2016),

karakteristik lansia dapat dilihat berdasarkan kelompok berikut ini :

a. Jenis kelamin

Lansia lebih didominasi oleh jenis kelamin perempuan. Artinya, ini

menunjukkan bahwa harapan hidup yang paling tinggi adalah

perempuan

b. Status perkawinan

Penduduk lansia ditilik dari status perkawinannya sebagian besar

berstatus kawin 60% dan cerai mati 37%

c. Living arrangement

Angka beban tanggungan adalah angka yang menunjukkan

perbandingan banyaknya orang tidak produktif (umur <15 tahun dan

>65 tahun) dengan orang berusia produktif (umur 15-64 tahun).

Angka tersebut menjadi cermin besarnya bebn ekonomi yang harus

ditanggung penduduk usia produktif untuk membiayai penduduk

usia non produktif.

5. Tipe lansia

Menurut Kuntjoro dikutip Azizah (2011), ada enam tipe

kepribadian pada lanjut usia, yaitu :

a. Tipe kepribadian konstruktif

Individu ini memiliki integritas baik, menikmati hidupnya, toleransi

tinggi dan fleksibel. Tipe kepribadian ini hanya mengalami sedikit

gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.


10

b. Tipe kepribadian mandiri

Ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika

pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan

otonomi.

c. Tipe kepribadian tergantung

Tipe ini biasanya dipengaruhi dengan kehidupan keluarga, apabila

kehidupan keluarga selalu harmonis, maka pada masa lansia tidak

bergejolak. Tipe ini pada saat mengalami pensiun biasanya tidak

mempunyai inisiatif, pasif tetapi masih tahu diri dan dapat diterima

masyarakat.

d. Tipe kepribadian bermusuhan

Lanjut usia di tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak

puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang tidak

diperhitungkan sehingga menyebabkan kegagalan, selalu mengeluh

dan curiga.

e. Tipe kepribadian defensif

Tipe ini selalu menolak bantuan, emosinya tidak terkontrol, bersifat

kompulsif aktif. Mereka takut menjadi tua dan tidak menyenangi

masa pensiun.

f. Tipe kepribadian kritik diri

Pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya

sendiri sulit dibantu oranglain atau cenderung membuat susah

dirinya. Selalu menyalahkan diri, tidak memiliki ambisi dan merasa

korban dari keadaan.


11

6. Mitos Lanjut Usia dan Kenyataan

Menurut Muhith (2016),yaitu:

a. Mitos kedamaian dan ketenangan

Lanjut usia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di

masa muda dan dewasanya. Badai dan berbagai goncangan

kehidupan seakan-akan sudah berhasil dilewati. Kenyataanya :

1) Sering ditemui stres karena kemiskinan dan berbagai keluhan

serta penderitaan karena penyakit

2) Depresi

3) Kekhawatiran

4) Paranoid

5) Masalah psikotik

b. Mitos konservatis medan kemunduran pandangan

Pandangan bahwa lanjut usia pada umumnya konservatif, tidak

kreatif, menolak inovatif, berorientasi ke masa silam, merindukan

masa lalu, kembali ke masa anak-anak, susah berubah, keras kepala,

dan cerewet. Kenyataan : tidak semua lanjut usia bersikap dan

berpikiran demikian.

c. Mitos berpenyakit

Lanjut usia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang

disertai oleh berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang

menyertai proses menua (lanjut usia merupakan masa berpenyakit

dan kemunduran). Kenyataan : memang proses penuaan disertai

dengan menurunnya daya tahan tubuh dan metabolisme sehingga


12

rawan terhadap penyakit, tetapi banyak penyakit yang masa sekarang

dapat dikontrol dan diobati.

d. Mitos senilitas

Lanjut usia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh

kerusakan bagian otak. Kenyataan : banyak lanjut usia yang tetap

sehat dan segar, banyak cara untuk menyesuaikan diri terhadap

perubahan daya ingat

e. Mitos tidak jatuh cinta

Lanjut usia tidak lagi jatuh cinta, gairah kepada lawan jenis tidak

ada.

Kenyataan : perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang

masa

f. Mitos ketidakproduktifan

Lanjut usia dipandang sebagai usia yang tidak produktif. Kenyataan :

banyak lansia yang memiliki kematangan dan produktivitas mental

dan material yang tinggi.

7. Teori Proses Menua (Aging process)

Menurut Depkes RI (2016) tentang proses menua yaitu:

a. Teori – teori biologi

1) Teori genetik dan mutasi

Menurut teori ini menua telah berprogram secara genetik untuk

spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari

perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-

molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami


13

mutasi sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel

2) Pemakaian dan rusak

Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah

(rusak)

3) Reaksi dari kekebalan sendiri

Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu

zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan

terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah

dan sakit

4) Teori “immunology slow virus”

Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan

masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan

organ tubuh

5) Teori stress

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan

tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan

kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres

menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai

6) Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat berbentuk dialam bebas, tidak stabilnya

radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen

bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal

bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi

7) Teori rantai silang


14

Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan

ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini

menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya

fungsi

8) Teori program

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang

membelah setelah sel-sel tersebut mati

b. Teori kejiwaan sosial

1) Aktivitas dan kegiatan

Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat

dilakukan. Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses

adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.

Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari

lansia berupa mempertahankan hubungan antara sistem sosial

dan indvidu agar tetap stabil

2) Kepribadian berlanjut

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia.

Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada

seseorang yang lansia sangat dipengaruhi oleh tipe personality

yang dimiliki

3) Teori pembebasan

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,

seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari

kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi


15

sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun

kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda (triple loss),

yakni : (1) kehilangan peran: (2) Hambatan kontak sosial: (3)

Berkurangnya kontak komitmen

8. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Menua

Menurut Muhith (2016) penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan

patologis. Penuaan yang terjadi sesuai dengan kronologis usia. Faktor

yang mempengaruhi yaitu hereditas atau genetik, nutrisi atau makanan,

status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan, dan stres

a. Hereditas atau genetik

Kematian sel merupakan seluruh program kehidupan yang dikaitkan

dengaperan DNA yang penting dalam mekanisme pengendalian

fungsi sel.secara geneik, perempuan ditentukan oleh sepasang

kromosom X sedangkan laki-laki oleh satu kromosom X. Kromosom

X ini ternyata membawa umur kehidupan sehingga perempuan

berumur lebih panjang dari pada laki-laki.

b. Nutrisi/makanan

Berlebihan atau kekurangan mengganggu keseimbangan reaksi

kekebalan

c. Status kesehatan

Penyakit yang selama ini selalu dikaitkan dengan proses penuaan,

sebenarnya bukan disebabkan oleh proses menuanya sendiri, tetapi

lebih disebabkan oleh faktor luar yang merugikan secara

berlangsung tetap dan berkepanjangan.


16

d. Pengalaman hidup

1. Paparan sinar matahari : kulit yang tak terlindungi sinar

matahari akan mudah ternoda oleh flek, kerutan dan menjadi

kusam

2. Kurang olahraga : olahraga membantu pembentukan otot dan

menyebabkan lancarnya sirkulasi darah

3. Mengkonsumsi alkohol : alkohol dapat memperbesar pembuluh

darah kecil pada kulit dan menyebabkan peningkatan aliran

darah dekat permukaan kulit.

e. Lingkungan

Proses menua secara biologis berlangsung secara alami dan tidak

dapat dihindari, tetapi seharusnya dapat tetap dipertahankan dalam

status sehat.

f. Stres

Tekanan kehidupan sehari-hari dalam lingkungan rumah, pekerjaan

ataupun masyarakat yang tercermin dalam bentuk gaya hidup akan

berpengaruh terhadap proses penuaan.

9. Perubahan Akibat Proses Menua Perubahan fisik dan fungsi:

a. Sistem sel

1) Jumlah sel menurun / lebih sedikit

2) Ukuran sel lebih besar

3) Jumlah cairan tubuh dan cairan intraselular berkurang

4) Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati menurun

5) Jumlah sel otak menurun


17

6) Mekanisme perbaikan sel terganggu

7) Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%

8) Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar

b. Sistem pernafasan

1) Penurunan hubungan persarafan

2) Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang

berkurang setiap harinya)

3) Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap

stress

4) Saraf panca-indera mengecil

5) Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf

penciuman dan perasa mengecil, lebih sensitif terhadap

perubahan suhu, dan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

6) Kurang sensitif terhadap sentuhan

7) Defisit memori

c. Sistem pendengaran

1) Gangguan pendengaran. Hilangnya daya pendengaran pada

telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada yang

tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50%

lebih terjadi pada usia di atas umur 65 tahun.

2) Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis

3) Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena

meningkatnya keratin

4) Fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang


18

mengalami ketegangan / stres

5) Tinitus (bising yang bersifat mendengung, dapat bernada tinggi

atau rendah, dapat terus-menerus atau intermiten)

6) Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau

berputar-putar)

d. Sistem penglihatan

1) Sfingter pupi ltimbul sklerosis dan respon terhadap cahaya

menghilang

2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola)

3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak,

jelas menyebabkan gangguan penglihatan

4) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi

terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam gelap

5) Penurunan/menghilangnya daya akomodasi, dengan manifestasi

presbiopi, seseorang sulit melihat dekat yang dipengaruhi

berkurangnya elastisitas lensa

6) Lapang pandang menurun : luas pandangan berkurang

7) Daya membedakan warna menurun, terutama warna biru atau

hijau pada skala

e. Sistem kardiovaskular

1) Katup jantung menebal dan menjadi kaku

2) Elastisitas dinding aorta menurun

3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan kontraksi dan


19

volume menurun (frekuensi denyut jantung maksimal = 200-

umur)

4) Curah jantung menurun (isi se menit jantung menurun)

5) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, efekticitas pembuluh

darah perifer untuk oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari

tidur ke duduk (duduk ke berdiri) dapat menyebabkan tekanan

darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing

mendadak)

6) Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan

pendarahan

7) Tekanan darah meningkat akibat resistensi pembuluh darah

eprifer meningkat. Sistol normal ±170 mmHg, diastole ±95

mmHg

f. Sistem pengaturan suhu tubuh

Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai

termostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu. Kemunduran terjadi

karena beberapa faktor yang memengaruhinya, yang sering ditemui

antara lain:

1) Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis ±35⁰C

ini mengakibatkan metabolisme menurun

2) Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan dampat

pula menggigil, pucat dan gelisah

3) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi

panas yang banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas otot.


20

g. Sistem pernafasan

1) Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan

kekuatan dan menjadi kaku

2) Aktivitas silia menurun

3) Paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik

napas lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun

dengan kedalaman bernapas menurun

4) Ukuran alveoli melebar (membesar secara progresif) dan jumlah

berkurang

5) Berkurangnya elastisitas bronkus

6) Oksigen pada arteri menurun menjadi 75mmHg

7) Karbondioksida pada arteri tidak berganti. Pertukaran gas

terganggu

8) Refleks dan kemampuan untuk batuk berkurang

9) Sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkabia menurun

10) Sering terjadi emfisema senilis

11) Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernapasan

menurun seiring bertambahnya usia

h. Sistem pencernaan

1) Kehilangan gigi, penyebab utama periodental yang biasa terjadi

setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi

dan gizi yang buruk

2) Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendir yang

kronis, atrofi indra pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas


21

saraf pengecap lidah, terutama rasa manis dan asin, hilangnya

sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa asin, asam, dan pahit

3) Esofagus melebar

4) Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung

menurun, motilitas dan waktu pengosongan lambung menurun

5) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi

6) Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu, terutama

karbohidrar)

7) Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun,

aliran darah berkurang

i. Sistem reproduksi

Wanita

1) Vagina mengalami kontraktur dan mengecil

2) Ovari menciut, uterus mengalami atrofi

3) Atrofi payudara

4) Atrofi vulva

5) Selaput lender vagina menurun, permukaan menjadi halus,

sekresi berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan

warna

Pria

1) Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada

penurunan secara berangsur-angsur

2) Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal

kondisi kesehatannya baik, yaitU:


22

a) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia

b) Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan

kemampuan seksual

c) Tidak perlu epat karena prosesnya alamiah

d) Sebanyak ±75% pria di usia diatas 65 tahun mengalami

pembesaran prostat

j. Sistem endokrin

1) Estrogen, progesteron, das testosteron yang memelihara alat

reproduksi dan gairah seks.Hormon ini mengalami penurunan

2) Kelenjar pankreas (yang memproduksi insulin dan sangat

penting dalam pengaturan gula darah)

3) Kelenjar adrenal/anak ginjal yang memproduksi adrenalin.

Kelenjar berkaitan dengan pria/wanita. Salah satu kelenjar

endokrin dalam tubuh yang mengatur agar arus darah ke organ

tertentu berjalan dengan baik, dengan jalan mengatur

vasokonriksi pembuluh darah. Kegiatan anak ginjal ini

berkurang pada lanjut usia

4) Produksi hamper semua hormone menurun

5) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah

6) Hipofisis : pertumbuhan hormon ada, tetapi lebih rendah dan

hanya didalam pembuluh darah; berkurangnya

produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH

7) Aktivitas tiroid, BMR (basal metabolic rate) dan daya

pertukaran zat menurun


23

8) Produksi aldoesteron menurun

9) Sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen, dan

testosterone menurun

k. Sistem integumen

1) Kulit mengerut dan keriput akibat kehilangan jaringan lemak

2) Permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisik (akrena

kehilangan proses keratinasi serta perubahan ukuran dan

bentuk sel epidermis)

3) Timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang

tidak merata pada permukaan kulit sehingga tampak bintik-

bintik atau noda cokelat

4) Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, munculnya kerut-

kerut halus diujung mata akibat lapisan kulit menipis

5) Respons terhadap trauma menurun

6) Mekanisme proteksi kulit menurun

7) Produksi serum menurun

8) Produksi vitamin D menurun

9) Pigmentasi kulit terganggu

10) Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu

11) Rambut dalam hidung dan telinga menebal

12) Berkurangnya elastisitas akibat menurnnya cairan dan

vaskularisasi

13) Pertumbuhan kuku lebih lambat

14) Kuku jari menjadi rapuh dan keras


24

15) Kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya

16) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk

17) Jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang

l. Sistem muskuloskeletal

1) Tulang kehilangan densitas (cairan)

2) Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi

3) Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebrata,

pergelangan dan paha. Insiden osteoporosis dan fraktur

meningkat pada area tulang tersebut

4) Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga

rusak danaus

5) Kifosis

6) Gerakan pinggang, lutut, jari-jari pergelangan terbatas

7) Gangguan gaya berjalan

8) Kelakuan jaringan penghubung

9) Diskusin verteebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya

berkurang)

10) Persendian membesar dan menjadi kaku

11) Tendon mengerut dan mengalamis klerosis

12) Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan

menjadi lamban, otot kram, dan menjadi tremor (perubahan

pada otot cukup rumit dan sulit dipahami)

13) Komposisi otot berubah sepanjang waktu (myofibril digantikan

oleh lemak, kolagen, dan jaringan parut)


25

14) Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menua

15) Otot polos tidak begitu berpengaruh

10. Perubahan Fisiologis Pada Lansia

Seseorang yang mengalami lanjut usia akan mengalami beberapa

perubahan fisiologis (Mujahidullah, 2012), yaitu :

a. Perubahan Fisik

1) Sel

Jumlah lebih sedikit, ukuran lebih besar, mekanisme perbaikan

sel terganggu, menurunnya proporsi protein di otak, darah, otot,

ginjal dan hati.

2) Sistem Persyarafan

Lambat dalam respons dan untuk bereaksi, mengecilnya saraf

panca indera, kurang sensitif terhadap sentuhan, hubungan

persyarafan menurun.

3) Sistem Pendengaran

Gangguan pendengaran atau presbiakusis, terjadi penumpukan

seruman dan mengeras, hilang kemampuan pendengaran pada

telinga dalam terutama terhadap bunyi suara atau nada yang

tidak jelas, tinggi dan sulit dimengerti.

4) Sistem Penglihatan

Spingter pupil timbul sklerosis, hilang respons terhadap sinar,

kornea lebih berbentuk sferis (bola), kekeruhan pada lensa dan

menurunnya lapang pandang

5) Sistem Kardiovaskuler
26

Menurunnya elastisitas dinding aorta, kemampuan jantung

memompa darah menurun 1% pertahun, katub jantung menebal

dan menjadi kaku, tekanan darah meningkat dan kehilangan

elastisitas pembuluh darah

6) Sistem Pengaturan Suhu Tubuh

Tempertaur tubuh menurun secara fisiologis, keterbatasan reflek

menggigit dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak

sehingga terjadi penurunan aktivitas otot

7) Sistem Respirasi

Menurunnya aktivitas dari silia-silia paru-paru dan kehilangan

elastisitas kekuatan otot pernafasan, menurunkan O2 pada arteri

menjadi 75 mmHg, alveoli ukurannya melebar, menurunnya

batuk

8) Sistem Gastrointestinal

Terjadi penurunan selera makan dan rasa haus, asupan makanan

dan kalori, mudah terjadi konstipasi, terjadi penurunan produksi

saliva, karies gigi, pertambahan waktu pengosongan lambung

dan gerak peristaltik usus

9) Sistem Muskuloskeletal

Tulang makin rapuh dan kehilangan cairan, tafosis, tubuh

menjadi lebih pendek, persendian kaku dan membesar, tendon

mengerut dan sklerosis, atrofi serabut oto, pembengkakan

persendian dan pembengkakan akibat penumpukan kristal asam

urat.
27

b. Perubahan Psikososial

Seorang lansia akan mengalami penurunan produktivitas dan

identitas dalam pekerjaannya. Pada lansia akan mengalami

kehilangan seperti berikut :

1) Kehilangan finansial (income berkurang)

2) Kehilangan status

3) Kehilangan teman/kenalan/relasi

4) Kehilangan pekerjaan/kegiatan

5) Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of

mortality)

6) Perubahan dalam hidup, yaitu memasuki rumah perawatan

bergerak lebih sempit

7) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Meningkatnya

biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya

pengobatan

8) Penyakit kronis dan ketidakmampuan

9) Gangguan syaraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian

10) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan

11) Kehilangan hubungan dengan teman-teman dan keluarga

besar

12) Kehilangan kekuatan dan ketegangan fisik, perubahan

terhadap gambaran diri dan perubahan konsep diri

c. Perubahan Spiritual

1) Agama atau kepercayaan makin terintegritasi dalam


28

kehidupannya

2) Lansia makin teratur dalam kehidupan keagamaan, hal ini

terlihat dalam bertindak dan berpikir dalam sehari-hari

3) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun adalah

universalizing, perkembangan yang telah dicapai adalah

bertindak dan berpikir dengan cara memberikan contoh cara

mencintai dan keadilan

d. Perubahan Mental

1) Perubahan fisik, terutama pada organ perasa

2) Kesehatan umum

3) Hereditas (keturunan)

4) Lingkungan

5) Tingkat pendidikan

e. Perubahan Intelegensia Quantion (IQ)

Intelegensia Dasar (Fluid Intelligence) yang berarti penurunan fungsi

otak bagian kanan yang antara lain berupa pemecahan masalah,

kesulitan dalam komunikasi non verbal, mengenal wajah orang,

kesulitan dalam pemusatan konsentrasi.

f. Perubahan Ingatan (Memory)

Secara fisiologis, ingatan tertentu hanya berlangsung beberapa detik,

dan yang lainnya berlangsung beberapa jam, hari, minggu, bulan

atau bahkan bertahun-tahun. Untuk itu ingatan (memory) dapat

diklasifikasikan menjadi 3 yaitu ingatan jangka pendek, ingatan

jangka menengah dan ingatan jangka panjang,


29

B. Konsep Dasar Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan

peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari

140mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO,

2013; Ferri,2017). Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah

salah satu jenis penyakit yang mematikan di dunia dan faktor risiko

paling utama terjadinya hipertensi yaitu faktor usia sehingga tidak heran

penyakit hipertensi sering dijumpai pada usia senja/ usia lanjut (Fauzi,

2014), sedangkan menurut Setiati (2015), hipertensi merupakan tanda

klinis ketidakseimbangan hemodinamiksuatu sistem kardiovaskular, di

mana penyebab terjadinya disebabkan oleh beberapa faktor/ multi faktor

sehingga tidak bisa terdiagnosis dengan hanya satu faktor tunggal

(Setiati,2015).

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik

sedikitnya 140mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.

Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi

juga menderita penyakit lainseperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh

darah dan makin tinggi tekanan darah maka akan semakin besar

resikonya. (SylviaA.Price,2016)

Hipertensiatautekanandarahtinggiadalahpeningkatantekanandarahsi

stolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90

mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam

keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang


30

berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan

kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner)

dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan

mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan

tekanan darah tidak terkontrol danjumlahnya terus meningkat. Oleh

karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang

peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupu nmasyarakat diperlukan

agar hipertensi dapat dikendalikan. (Kemenkes,RI2014)

Hipertensi secara umum dapat didefinisikan sebagai tekanan

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.

Tekanan darah manusia secara alami berfluktuasi sepanjang hari.

Tekanan darah tinggi menjadi masalah hanya bila tekanan darah tersebut

persisten. Tekanan darah tersebut membuat sistem sirkulasi dan organ

yang mendapat suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang

(Palmer,2011)

Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120-140 mmHg

tekanan sistolik dan 80-90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang

dinyatakan mengidap hipertensi apabila tekanan darahnya >140-90

mmHg. Sedangkan menurut JNCVII2003 tekanan darah pada orang

dewasa dengan usiadi atas 18 tahun diklasifikasikan menderita hipertensi

stadium I apabila tekanan sistoliknya 140-159mmHg dan tekanan

diastoliknya 90-99mmHg.y

Diklasifikasikan menderita hipertensi stadium II apabila tekanan

sistoliknya lebih 160mmHg dan diastoliknya lebih dari 100mmHg,


31

sedangkan hipertensi stadium III apabila tekanan sistoliknya lebih dari

180mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari 116mmHg (Smeltzer,

2011).

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka

yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik),

angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi

(diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80mmHg didefinisikan

sebagai “normal”. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan

tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan

darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam

jangka beberapa minggu (Smeltzer,2011).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa hipertensi merupakan keadaan

tekanan darah yang sama atau melebihi 140mmHg sistolik dan/atau sama

atau melebihi 90mmHg diastolik (Smeltzer, 2011).

2. Klasifikasi Hipertensi

Menurut Endang Triyanto (2014) klasifikasi tekanan darah bisa

dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 2.1klasifikasi Hipertensi

Kategori Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik

Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg


Normal tinggi 130– 139 mmHg 85 –89 mmHg
Stadium 1 (Hipertensi 140– 159 mmHg 90 –99 mmHg
ringan)
Stadium 2 (Hipertensi 160– 179 mmHg 100 –109 mmHg
sedang)
Stadium 3 (Hipertensi 180– 209 mmHg 110 –119 mmHg
berat)
Stadium 4 (Hipertensi 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
sangat berat.maligna)
32

3. Jenis Hipertensi

a. Hipertensi esensial atau primer

Hipertensi primer saat ini masih belum dapat diketaahui penyebab

pastinya. Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi

essensial sedangkan 10% lainnya tergolong sebagai hipertensi

sekunder. Kejadian paling sering pada hipertensi primer terjadi pada

usia 30-50 tahun. Pada hipertensi primer tidak ditemukan penyakit

gagal jantung, renovaskuler, dan penyakit lainnya. Genetik dan ras

merupakan bagian yang menjadi penyebab timbulnya hipertensi

primer, termasuk faktor lain yang diantaranya adalah faktor stress,

intake alkohol, merokok dan lingkungan.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat

diketahui, antaralain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan

kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal

(hiperaldosteronisme). Golongan terbesar dari penyakit hipertensi

adalah hipertensi essensial atau primer.

4. Patofisiologi Hipertensi

Tekanan darah arteri sistemik merupakan hasil perkalian total

resistensi/tahanan perifer dengan curah jantung (cardiac output). Hasil

Cardiac Output didapatkan melalui perkalian antara stroke volume

(volume darah yang dipompa dari ventrikel jantung) dengan hearth rate

(denyut jantung). Sistemotonom dan sirkulasi hormonal berfungsi untuk

mempertahankan pengaturan tahanan perifer. Hipertensi merupakan


33

suatu abnormalitas dari kedua faktor tersebut yang ditandai dengan

adanya peningkatan curah jantung dan resistensi perifer yang juga

meningkat (Kowalak,2011;Ardiansyah,2012).

Berbagai teori yang menjelaskan tentang terjadinya hipertensi,

teori- teori tersebut antara lain (Kowalak,2011):

a. Perubahan yang terjadi pada bantalan dinding pembuluh darah

arteri yang mengakibatkan retensi perifer meningkat.

b. Terjadi peningkatan tonus pada sistem saraf simpatik yang


abnormal dan berasal dalam pusat vasomotor, dapat
mengakibatkan peningkatan retensi perifer.
c. Bertambahnya volume darah yang disebabkan oleh disfungsi renal
atau hormonal.
d. Peningkatan penebalan dinding arteriol akibat factor genetic yang
disebabkan oleh retensi vaskuler perifer.
e. Pelepasan renin yang abnormal sehingga membentuk angiotensin II

yang menimbulkan konstriksi arteriol dan meningkatkan volume

darah.

5. Etiologi Hipertensi

Menurut Smeltzer (2013), berdasarkan penyebab terjadinya,

hipertensi terbagi atas dua bagian, yaitu:

a. Hipertensi Primer (Esensial)

Jenis hipertensi primer sering terjadi pada populasi dewasa

antara 90% -95%. Hipertensi primer, tidak memiliki penyebab

klinis yang dapat diidentifikasi, dan juga kemungkinan kondisi ini

bersifat multi faktor (Smeltzer, 2013; Lewis, Dirksen, Heitkemper,

& Bucher, 2014). Hipertensi primer tidak bisa disembuhkan, akan


34

tetapi bisa dikontrol dengan terapi yang tepat. Dalam hal ini, faktor

genetik mungkin berperan penting untuk pengembangan hipertensi

primer dan bentuk tekanan darah tinggi yang cenderung

berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun

(Bell,Twiggs,&Olin,2015).

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder memiliki ciri dengan peningkatan

tekanan darah dand isertai penyebab yang spesifik, seperti

penyempitan arteri renalis, kehamilan, medikasi tertentu, dan

penyebab lainnya. Hipertensi sekunder juga bisa bersifat menjadi

akut, yang menandakan bahwa adanya perubahan pada curah

jantung (Ignatavicius,Workman,&Rebar,2017).

Hipertensi disebabkan oleh berbagai faktor yang sangat

mempengaruhi satu sama lain. Kondisi masing-masing orang tidak

sama sehingga penyebab hipertensi pada setiap orang sangat

berlainan.

Menurut Yekti Susilo (2011) berikut ini faktor-faktor yang

menyebabkan terjadinya hipertensi secara umum:

a. Faktor genetik

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan

menyebabkan keluarga tersebut mempunyai resiko hipertensi.

Individu dengan orang tua hipertensi mempunyai resiko dua

kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada individu

yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.


35

b. Umur

Orang yang berumur 40 tahun biasanya rentan terhadap

meningkatnya tekanan darah yang lambat laun dapat menjadi

hipertensi seiring dengan bertambahnya umur mereka.

c. Jenis kelamin

Setiap jenis kelamin struktur organ dan hormon yang berbeda.

Berkaitan dengan hipertensi, laki-laki mempunyai resiko lebih

tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Sedangkan pada

wanita biasanya lebih rentan terhadap hipertensi ketika mereka

sudah berumur diatas umur 50 tahun.

d. Ras/suku

Di luar negeri orang kulit hitam > kulit putih. Karena adanya

perbedaan status / derajat ekonomi, orang kulit hitam dianggap

rendah dan pada jaman dahulu dijadikan budak. Sehingga

banyak menimbulkan tekanan batin yang kuat hingga

menyebabkan stres timbullah hipertensi.

e. Stress

Stressakan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer

dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf

simpatik. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan

pekerjaan, kelas sosial, ekonomi dan karakteristik personal.

Stress merupakan respon tubuh yang sifatnya nons pesifik

terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Terdapat beberapa

jenis penyakit yang disebabkan karena stress, diantaranya


36

hipertensi sistolik lebih dari 120mmHg dan tekanan diastolic

diatas 90mmHg.

f. Obesitas

Kegemukan juga merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit berat, salah

satunya hipertensi

g. Nutrisi

Sodium adalah penyebab penting terjadinya hipertensi primer.

Asupan garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran

berlebihan dari hormon netriuretik yang secara tidak langsung

akan meningkatkan tekanan darah.

h. Merokok

Penelitian terbaru menyatakan bahwa rokok menjadi salah satu

faktor risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi. Rokok

merupakan faktor potensial hipertensi dan penyakit

kardiovaskuler lainnya.

i. Alkohol

Penggunaan alkohol secara berlebihan juga akan memicu

tekanan darah seseoraang

j. Kafein

Menikmati kopi dan teh yang mengandung banyak kafein juga

dapat menyebabkan terjadinya hipertensi.

k. Kurangnya olahraga
37

Kurang olahraga atau beraktivitas akan menyebabkan

penumpukan lemak dan dapat mengakibatkan hipertensi.

l. Kolesterol tinggi

Kandungan lemak yang berlebihan akan menyebabkan

timbulnya kolestrol pada dinding pembuluh darah. Hal ini

dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit dan

menimbulkan tekanan darah akan meningkat

6. Manifestasi Klinis Hipertensi

Hipertensi sulit dideteksi oleh seseorang sebab hipertensi tidak

memiliki tanda / gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah untuk diamati

seperti terjadi pada gejala ringan yaitu pusing atau sakit kepala,cemas,

wajah tampak kemerahan, tengkuk terasa pegal, cepat marah, telinga

berdengung, sulit tidur, sesak napas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah,

mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah di hidung) (Fauzi, 2014;

Ignatavicius, Workman, & Rebar,2017).

Selain itu, hipertensi memiliki tanda klinis yang dapat terjadi,

diantaranya adalah (Smeltzer,2013):

a. Pemeriksaan fisik dapat mendeteksi bahwa tidak ada abnormalitas

lain selain tekanan darah tinggi.

b. Perubahan yang terjadi pada retina disertai hemoragi, eksudat,

penyempitan arteriol, dan bintik katun-wol (cotton-woolspots)

(infarksio kecil), dan papil edema bisa terlihat pada penderita

hipertensi berat.

c. Gejala biasanya mengindikasikan kerusakan vascular yang saling


38

berhubungan dengan system organ yang dialiri pembuluh darah yang

terganggu.

d. Dampak yang sering terjadi yaitu penyakit arteri koroner dengan

angina atau infark miokardium.

e. Terjadi Hipertrofi ventrikel kiri dan selanjutnya akan terjadi gagal

jantung.

f. Perubahan patologis bisa terjadi di ginjal (nokturia, peningkatan

BUN, serta kadar kreatinin).

g. Terjadi gangguan serebrovaskular (stroke atau serangan iskemik

transien [TIA] [yaitu perubahan yang terjadi pada penglihatan atau

kemampuan bicara, pening, kelemahan, jatuh mendadak atau

hemiplegia transien atau permanen]).

7. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi

Menurut Aspiani (2016) pemeriksaan penunjang yang sebaiknya

dilakukan adalah :

a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh

b. Pemeriksaan retina

c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ

seperti ginjal dan jantung

d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri

e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa

f. Pemeriksaan : rentjogram, pielogram intravena anterior renal,

pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin

g. Foto dada dan CT scan


39

8. Penatalaksanaan Hipertensi

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan

mortalitas akibat komplikasi katrdiovaskular yang berhubungan dengan

pencapaian dan pemeliharaan tekanan di bawah 140/90 mmHg. Prinsip

pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:

a. Terapi tanpa obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi

ringan sebagai tindakan supportif pada hipertensi sedang dan

berat. Terapi obat ini meliputi:

1) Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi antara lain

restriksi garam secara moderat dari 10gr/hari menjadi 5gr/hari,

diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh,

penurunan berat badan, penurunan asupan etanol,

menghentikan merokok.

2) Latihan fisik

Olahraga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk

penderita hipertensi adalah olahraga yang mempunyai empat

prinsip yaitu :

a) Macam olahraga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,

bersepeda, berenang, dll.

b) Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari

kapasitas aerobik atau 72-87% dari denyut maksimal

yang disebut zona latihan


40

c) Frekuensi latihan sebaiknya 3x/minggu dan paling baik

5x/minggu

3) Edukasi psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi

meliputi:

a) Teknik biofeedback merupakan teknik yang dipakai untuk

menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan

tubuh yang secara sadar oleh subyek yang dianggap tidak

normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk

mengatasi gangguan somatic seperti nyeri kepala dan

miragle, juga untuk gangguan psikologis seperti

kecemasan dan ketegangan

b) Tekhnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang

bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan,

dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar

membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.

b. Terapi dengan obat

Obat-obatan diuretik seperti Chalorthalidon, hydornox, lasix,

direnium bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi

curah jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi

garam dan air.

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan

tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi


41

hipertensi, agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan

hipertensi umunya dilakukan seumur hidup penderita.

9. Komplikasi Hipertensi

Komplikasi hipertensi berdasarkan target organ, antara lain sebagai

berikut (Irwan, 2016):

a. Serebrovaskuler, stroke, transient ischemic attacks, demensia

vaskuler, ensefalopati.

b. Mata : retinopati hipertensif.

c. Kardiovaskuler : penyakit jantung hipertensif, disfungsi atau

hipertrofi ventrikel kiri, penyakit jantung koroner, disfungsi baik

sistolik maupun diastolic dan berakhir pada gagal jantung

(heartfailure).

d. Ginjal: nefropati hipertensif, albuminuria, penyakit ginjal kronis.

e. Arteriperifer : klaudikasio intermiten.

10. Discharge Planning

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) discharge planning untuk penderita

hipertensi sebagai berikut:

a. Berhenti merokok dan mengkonsumsi alcohol

b. Pertahankan gaya hidup sehat

c. Belajar untuk rileks dan mampu mengendalikan stress

d. Penjelasan mengenai hipertensi

e. Mengonsusmsi obat hipertensi secara rutin

f. Diet garam serta pengendalian berat badan

g. Periksa tekanan darah secara teratur.


42

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan.

Pengkajian adalah proses pengumpulan semua data secara sistematis

yang bertujuan untuk menentukan status kesehatan pasien saat ini.

Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek

biologis, psikologis, social, maupun spiritual pasien (Kozier et al., 2010).

Pengkajian nyeri yang akurat penting untuk upaya penatalakasanaan

nyeri yang efektif. Oleh karena nyeri merupakan pengalaman yang

subjektif dan dirasakan secara berbeda padamasing–masingi ndividu,

maka perawat perlu mengkaji semua faktor yang memengaruhi nyeri

seperti faktor fisiologis, psikologis, perilaku, emosional,dan sosio

kultural. Pengkajian nyeri terdiri atas dua komponen utama, yakni

riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari pasien dan observasi langsung

pada respons perilaku dan fisiologis pasien. Tujuan pengkajian adalah

untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap pengalaman subjektif.

(Mubarak etal.,2015).

Data perawatan yang dikaji dan mesti didapatkan pada pasien

mencakup hal sebagai berikut:

a. Alasan masuk rumah sakit (MRS) : keluhan utama pasien saat MRS

dan saat dikaji. Pasien mengeluh nyeri, dilanjutkan dengan riwayat

kesehatan sekarang, dan kesehatan sebelumnya. (Mubaraketal.,

2015). Riwayat kesehatan menurut Suratun & Lusianah (2010)

karakteristik pada gastritis meliputi nafsu makan berkurang, rasa


43

penuh pada perut, nyeri pada epigastrium (ulu hati), dan mual.

b. Kebutuhan rasa nyaman (nyeri). Data didapatkan dengan anamnesis

dan pemeriksaan fisik.Anamnesis untuk mengkaji karakteristik nyeri

yang diungkapkan oleh pasien dengan pendekatan PQRST

(Provokatif/Paliatif,yaitu factor yang memengaruhi gawat atau

ringannya nyeri; quality, kualitas dari nyeri seperti apakah rasa

tajam, tumpul, atau tersayat; region yaitu daerah perjalaran nyeri;

severity adalah keparahan atau intensitas nyeri; dan time adalah lama

atau waktu serangan atau frekuensi nyeri) (Mubarak etal.,2015).

c. Riwayat nyeri

Saat mengkaji riwayat nyeri, perawat sebaiknya memberi pasien

kesempatan untuk mengungkapkan cara pandang mereka terhadap

nyeridan situasi tersebut dengan kata – kata mereka sendiri. Langkah

ini akan membantu perawat memahami makna nyeri bagi pasien dan

bagaimana koping terhadap situasi tersebut. Secara umum,

pengkajian riwayat nyeri meliputi beberapa aspek, antara lain :

(Mubaraketal.,2015)

1) Lokasi. Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta

pasien menunjukkan arean yerinya. Pengkajian ini biasa

dilakukan dengan bantuan gambar tubuh. Pasien biasanya

menandai bagian tubuh yang mengalami nyeri. Ini sangat

bermanfaat, terutama untuk pasien yang memiliki lebih dari satu

sumber nyeri (Mubaraketal.,2015).

2) Intensitas nyeri. Penggunaan skala intensitas nyeri adalah


44

metode yang mudah dan terpercaya untuk menentukan intensitas

nyeri pasien. Skala nyeri yang paling sering digunakan adalah

rentang 0-5 atau 0-10. Angka “0” menandakan tidak nyeri sama

sekali dan angka tertinggi menandakan nyeri terhebat yang

dirasakan pasien (Mubaraketal.,2015).

3) Kualitas nyeri. Terkadang nyeri bias terasa seperti “dipukul-

pukul” atau “ditusuk-tusuk”. Perawat perlu mencatat kata-kata

yang digunakan pasien untuk menggambarkan nyerinya sebab

informasi yang akurat dapat ber pengaruh besar pada diagnosis

dan etiologic nyeri serta pilihan tindakan yang diambil

(Mubaraketal.,2015).

4) Pola. Pola nyeri meliputi waktu kwantitas, durasi, dan

kekambuhan atau interval nyeri. Oleh karenanya, perawat perlu

mengkaji kapan nyeri dimulai, berapa lama nyeri berlangsung,

apakah nyeri berulang, dan kapan nyeri terakhir kali muncul

(Mubaraketal., 2015).

5) Faktor presipitasi. Terkadang aktivitas tertentu dapat memicu

munculnya nyeri. Sebagai contoh, aktivitas fisik yang berat

dapat menimbulkan nyeri. Selain itu, faktor lingkungan

(lingkungan yang sangat dingin atau panas ) serta stressor fisik

dan emosional juga dapat memicu munculnya nyeri

(Mubaraketal.,2015).

6) Pola Nurtisi –Metabolik Menggambarkan masukan nutrisi,

balance cairan dan elektrolit, nafsu makan, pola makan, diet,


45

kesulitan menelan, mual/muntah, makanan kesukaan.

7) Pengaruh pada aktivitas sehari-hari dan istirahat tidur. Dengan

mengetahui sejauh mana nyeri memengaruhi aktivitas harian

pasien akan membantu perawat memahami perspektif pasien

tentang nyeri. Beberapa aspek kehidupan yang perlu dikaji

terkait nyeri adalah sulit tidur dan kelemahan

(Mubaraketal.,2015).

8) Pola Kognitif menjelaskan pengkajian penyuluhan dan

pembelajaran sudah sesuai antara teori kurangnya mengetahui

tentang penyakitnya atau kondisi kesehatannya (Mubaraketal.

,2015).

9) Sumber koping. Setiap individu memiliki strategi koping

berbeda dalam menghadapi nyeri. Strategi tersebut dapat

dipengaruhi oleh pengalaman nyeri sebelumnya atau pengaruh

agama atau budaya (Mubaraketal.,2015).

10) Respons afektif. Respons afektif pasien terhadap nyeri

bervariasi, bergantung pada situasi, derajat dan durasi nyeri,

interpretasi tentang nyeri, serta banyak faktor lainnya. (Mubarak

etal., 2015).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah fase kedua proses keperawatan. Pada

fase ini, perawat menggunakan ketrampilan berpikir kritis untuk

menginterpretasi data pengkajian dan mengidentifikasi kekuatan serta

masalah pasien. (Kozier et al.,2010)


46

Menurut SDKI (2017) diagnosa keperawatan pada pasien

hipertensi yang dapat muncul antara lain:

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai

dengan mengeluh nyeri, pasien tampak meringis, gelisah, dan

mengeluh sulit tidur

b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur

ditandai dengan mengeluh sulit tidur, mengeluh tidak puas tidur,

mengeluh istirahat tidak cukup, mengeluh kemampuan beraktivitas

menurun

c. Intoleransi akitivtas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan

merasa lemah
47

3. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Tujuan dan Intervensi (SIKI)


Keperawatan Kriteria Hasil
(SDKI) (SLKI)
1. Nyeri akut SLKI : Nyeri Manajemen
Definisi: Akut (L08066) Nyeri(I.08238)
Pengalaman Definisi: Definisi :
sensorik atau Pengalaman Mengidentifikasi
emosional yang sensorik atau dan mengelola
berkaitan emosional yang pengalaman
dengan berkaitan sensorik atau
Kerusakan dengan emosional yang
jaringan actual kerusakan berkaitan dengan
atau fungsioanl, jaringan aktual atau
kerusakanfungsioanl,dengan
jaringan onset
dengan onset a. Keluhan atau fungsional
mendadak atau nyeri dari dengan onset
lambat dan skala 1 mendadak atau
berintensitas (menurun) lambat dan
ringan hingga menjadi berintensitas ringan
berat yang skala 3 hingga berat dan
berlangsung (sedang) konstan
kurang dari 3 b. Meringis Observasi:
bulan. dari skala 2 1. Identifikasi
Penyebab: (cukup lokasi,
1. Agen menurun) karakteristik,
pencedera menjadi durasi,
fisiologis (mis. skala frekuensi,
inflamasi, 4(cukup kualitas,
iskemia, meningkat) intensitas nyeri
neoplasma) c. Sikap 2. Identifikasi
Gejala dan protektif skala nyeri
Tanda dari skala2 3. Identifikasi
1. Mayor (cukup respons nyeri
a. Mengeluh meningkat) non verbal
nyeri menjadi 4. Identifikasi
b. Tampak skala 4 fakto yang
meringis (cukup memperberat
c. Gelisah menurun) dan
d. Sulit tidur d. Gelisah dari memperingan
2. Minor skala 2 nyeri
a. Tekanan (cukup 5. Identifikasi
darah meningkat) pengetahuan
meningkat menjadi dan keyakinan
b. Nafsu skala 4 tentang nyeri
makan (cukup 6. Identifikasi
berubah menurun) pengaruh
48

c. Menarik e. Kesulitan budaya terhadap


diri tidur dari respon nyeri
skala 2 7. Identifikasi
(cukup pengaruh nyeri
meningkat) pada kualitas
menjadi hidup
skala 4 8. Monitor
(cukup keberhasilan
menurun) terapi
f. Menarik diri komplementer
dari skala 2 yang sudah
(cukup diberikan
meningkat) 9. Monitor efek
menjadi samping
skala 4 penggunaan
(cukup analgetik
menurun)
g. Berfokus Terapeutik:
pada diri 1.Berikan teknik
sendiri dari nonfarmakolo
skala 2 gis untuk
(cukup mengurangi
meningkat) 2. Fasilitas
menjadi istirahat dan
skala 4 tidur
(cukup 3. Kontrol
menurun) lingkungan yang
h. Diaforesis memperberat
dari skala 2 rasa nyeri (mis.
(cukup suhu ruangan,
meningkat) pencahayaan,
menjadi kebisingan)
skala 4 4. Fasilitasi
(cukup istirahat dan
menurun) tidur
i. Perasaan 5. Pertimbangkan
depresi jenis dan sumber
(tertekan) nyeri dalam
dari skala 2 pemilihan
(cukup strategi
meningkat) meredakan nyeri
menjadi
skala 4 Edukasi:
(cukup 1. Jelaskan
menurun) penyebab,
j. Perasaan periode dan
takut pemicu nyeri
mengalami 2. Jelaskan strategi
49

cedera meredakan
berulang nyeri
dari skala 2 3. Anjurkan
(cukup memonitor
meningkat) nyeri secara
menjadi mandiri
skala 4 4. Anjurkan
(cukup menggunakan
menurun) analgetik secara
k. Anoreksia tepat
dari skala 2 5. Ajarkan teknik
(cukup nonfarmakologi
meningkat) s untuk
menjadi mengurangi
skala 4 nyeri
(cukup
menurun) Kolaborasi
l. Perineum 1. Kolaborasi
terasa pemberian
tertekan analgesik, jika
dariskala2(c perlu
ukupmening
kat)menjadi
skala 4
(cukupmenu
run)
m. Uterus
teraba
membulat
dari skala 2
(cukup
meningkat)
menjadi
skala 4
(cukup
menurun)
n. Ketegangan
otot dari
skala 2
(cukup
meningkat)
menjadi
skala 4
(cukup
menurun)
o. Pupil
dilatasi dari
skala 2
50

(cukup
meningkat)
menjadi
skala 4
(cukup
menurun)
p. Muntah dari
skala 2
(cukup
meningkat)
menjadi
skala 4
(cukup
menurun)
q. Mual dari
skala 2
(cukup
meningkat)
menjadi
skala 4
(cukup
menurun)
r. Pola napas
dari skala 2
(cukup
meningkat)
menjadi
skala 4
(cukup
menurun)
s. Tekanan
darah dari
skala 2
(cukup
meningkat)
menjadi
skala 4
(cukup
menurun)
t. Proses
berpikir dari
skala 2
(cukup
meningkat)
menjadi
skala 4
(cukup
menurun)
51

u. Fokus dari
skala 2
(cukup
meningkat)
menjadi
skala 4
(cukup
menurun)
v. Fungsi
berkemih
dari skala 2
(cukup
meningkat)
menjadi
skala 4
(cukup
menurun)
w. Perilaku dari
skala 2
(cukup
meningkat)
menjadi
skala 4
(cukup
menurun)
x. Nafsu
makan dari
skala 2
(cukup
meningkat)
menjadi
skala 4
(cukup
menurun)
y. Pola tidur
dari skala 2
(cukup
meningkat)
menjadi
skala 4
(cukup
menurun)

Keterangan:
1 = menurun
2 = cukup
menurun
3 = sedang
52

4 = cukup
meningkat
5 = meningkat

2. Gangguan SLKI:PolaTidur Dukungan tidur


pola tidur (L05045) (L05174)
Definisi: Definisi: Definisi :
Gangguan Keadekuatan Memfasilitasi siklus
kualitas dan kualitas dan tidur dan terjaga
kuantitas waktu kuantitas tidur yang teratur
tidur akibat Ekspektasi: Observasi:
faktor eksternal. a. Keluhan 1. Identifikasi pola
Penyebab: sulit tidur aktivitas dan
1. Hambatan dari skala 1 tidur
lingkungan (menurun) 2. Identifikasi
(mis.kelemba menjadi faktor
pan skala 3 pengganggu
lingkungan (sedang) tidur (fisik
sekitar, suhu b. Keluhan dan/atau
lingkungan, sering psikologis)
pencahayaan terjaga dari 2. Identifikasi
kebisingan, skala 2 makanan dan
bau tidak (cukup minuman yang
sedap, jadwal menurun) mengganggu
pemantauan/p menjadi tidur (mis. kopi,
emeriksaan/ti skala 4 teh, alkohol,
ndakan) (cukup makan
2. Kurangnya meningkat) mendekati
control tidur c. Keluhan waktu tidur,
3. Kurangnya tidak puas minum banyak
privasi tidur dari air sebelum
4. Restraint fisik skala 2 tidur
5. Ketiadaan (cukup 3. Idetifikasi obat
teman tidur menurun) tidur yang
6. Tempat menjadi dikonsumsi)
familiar skala 4
Dengan (cukup Terapeutik:
peralatan tidur meningkat) 1. Modifikasi
Gejala dan Tanda d. Keluhan lingkungan
1. Mayor pola tidur (mis,
a. Mengeluh berubah pencahayaan,
sulit tidur dariskala 2
sulittidur kebisingan,
b. Mengeluh (cukup suhu, matras,
sering menurun) dan tempat
terjaga menjadi tidur)
c. Mengeluh skala 4 2. Batasi waktu
tidak puas (cukup tidur siang,
53

tidur meningkat) jika perlu


d. Mengeluh e. Keluhan 3. Fasilitasi
pola tidur istirahat tidak menghilangkan
berubah polatidurberubah
cukup dari setres sebelum
e. Mengeluh skala 2 tidur
istirahat (cukup 4. Tetapkan
tidak menurun) jadwal tidur
cukup menjadi rutin
2. Minor skala 4 5. Lakukan
a. Mengeluh (cukup prosedur untuk
kemampuan meningkat) meningkatkan
beraktivitas kenyamanan
menurun Keterangan: (mis. pijat,
1 = menurun pengaturan
2 = cukup posisi, terapi,
menurun akupresur)
3 = sedang 6. Sesuaikan
4 = cukup jadwal
meningkat pemberian
5 = meningkat obat dan/atau
tindakan untuk
menunjang
siklus tidur
terjaga

Edukasi:
1. Jelaskan
pentingnya
tidur cukup
selama sakit
2. Anjurkan
menepati
kebiasaan
waktu tidur
3. Anjurkan
menghindari
makanan/minu
man yang
mengganggu
tidur
4. Anjurkan
penggunaan
obat tidur yang
tidak
mengandung
supresor
terhadap tidur
REM
54

5. Ajarkan
faktor-faktor
yang
berkontribusi
terhadap
gangguan pola
tidur (mis.
psikologis,
gaya hidup,
sering berubah
shift kerja
6. Ajarkan
relaksasi otot
autogenik atau
cara non
farmakologi
lainnya

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan

yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan.

Implementasi keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam implementasi

juga meliputi mengumpulkan data berkelanjutan, mengobservasi respon

klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang

baru (Rohmah danWahid,2014).

Penatalaksanaan atau implementasi adalah serangkaian tindakan

keperawatan pada pasien berdasarkan perencanaan.Tindakan

keperawatan meliputi:

a. Menstimulasi kesadaran atau penerima pasien mengenai masalah

atau kebutuhan kesadaran, dengan cara

1) Memberikan informasi

2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan


55

3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah

b. Menstimulus pasien untuk memutuskan cara perawatan yang

tepat, dengan cara:

1) Mengidentifikasi konsekuensi jika tidak melakukan tindakan

2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki pasien

3) Mendiskusikan tentang konsekuensi sehat terhadap masalah

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat yang sakit:

1) Mendemonstrasikan cara perawatan

2) Menggunakan alat dan fasilitas yang tersedia di panti

3) Mengawasi pasien melakukan tindakan keperawatan

d. Membantu pasien menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi:

1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan dalam

membantu pasien khususnya dalam memanfaatkan lingkungan

2) Melakukan perubahan lingkungan pasien seoptimal mungkin

sesuai dengan sumber daya perawat

e. Memotivasi pasien untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang

ada, dengan cara:

1) Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada didalam

lingkungan pasien

2) Membantu pasien menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

3) Metode yang dapat dilakukan untuk menerapkan implementasi

dapat bervariasi seperti partisipasi aktif dalam hal kesehatan

5. Evaluasi Keperawatan
56

Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan,

dalam konteks ini aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan dan terarah

ketika pasien dan professional kesehatan menentukan kemajuan-

kemajuan pasien menuju pencapaian tujuan / hasil dan keefektifan

rencana asuhan keperawatan (Kozieretal.,2010). Evaluasi nyeri

merupakan salah satu dari berbagai tanggungjawab keperawatan yang

membutuhkan pemikiran kritis yang efektif . Perawat harus melakukan

observasi dengan penuh perhatian dan mengetahui respon apa yang akan

di antisipasi berdasarkan jenis terapi nyeri, waktu pemberian terapi, sifat

fisiologis setiap cedera atau penyakit dan respon pasien terdahulu

(Perry&Potter,2009).

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan pasien dari hasil yang dibuat pada perencanaan untuk penilaian

keberhasilan tindakan maka selanjutnya dilakukan penilaian (Rohmah

dan Wahid, 2014).

Tindakan-tindakan keperawatan lansia mungkin saja tidak dapat

dilakukan dengan satu kali kunjungan, untuk itu dilakukan secara

bertahap demikian halnya dengan penelitian. Penilaian ini dilakukan

dengan menggunakan metode SOAP (Subjektif, Objektif, Analisa, dan

Planning).

S:Hal-hal yang dikemukakan pasien,misalnya klien mengatakan bahwa

tingkat nyerinya menurun setelah dilakukan tindakan keperawatan

O : Hal-hal yang dapat ditemukan perawat dengan cara diukur, misalnya

TTV, klien khusunya tekanan darah


57

A :Analisa hasil yang telah dicapai,mengacu pada tujuan dan diagnosa

(misalnya masalah teratasi, masalah teratasi sebagian, atau masalah

belum teratasi)

P : Perencanaan selanjutnya, setelah perawat melakukan analisis pada

klien.
BAB 3

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian dalam studi kasus ini menggunakan pendekatan study kasus

untuk mengeksplorasikan masalah asuhan keperawatan pada lansia yang

mengalami Hipertensi dengan masalah keperawatan Nyeri Akut di Panti

Werdha Hargo Dedali Surabaya.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Panti Werdha Hargo Dedali

Surabaya, atas beberapa pertimbangan antara lain :

a) Terdapat klien yang mengalami masalah keperawatan nyeri akut pada

penderita Hipertensi di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya.

b) Peneliti sudah mengenal tempat dan lansia dengan baik

c) Belum ada studi kasus serupa tentang masalah nyeri akut pada lansia

dengan Hipertensi di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya.

2. Waktu penelitian

Lama penelitian pada klien adalah 4 hari (16-19 Maret 2021).

Mahasiswa akan melakukan asuhan keperawatan terhadap lansia yang

mengalami nyeri akut dengan hipertensi. Lama waktu menyesuaikan

dengan target keberhasilan tindakan minimal 4 hari selama masa

perawatan.

C. Subyek Penelitian

Pada peneliti ini, subjek akan diteliti menggunakan 2 pasien dengan

58
59

diagnosa medis dan masalah keperawatan yang sama yaitu asuhan

keperawatan pada lansia Hipertensi dengan masalah keperawatan nyeri akut

di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya.

D. Pengumpulan Data

1. Wawancara dengan 2 (dua) pasien (hasil anamnesis berisi tentang,

identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang-dahulu keluarga-

lingkungan, dll). Sumber data berasal dari klien, keluarga, perawat dan

orang terdekat klien.

2. Observasi dan pemeriksaan fisik (dengan pendekatan: inspeksi, palpasi,

perkusi, auskultasi) pada system tubuh klien

3. Studi dokumentasi dan angket (hasil pemeriksaan diagnostik dan data lain

yang relevan).

E. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data ini dilakukan dengan :

1. Pengamatan terhadap kedua pasien dilakukan selama 4 (empat) kali

kunjungan.

2. Sumber informasi tambahan menggunakan trigulasi dari tiga sumber data

utama yaitu : pasien, perawat, dan keluarga pasien yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti

F. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan mengemukakan fakta, selanjutnya

membandingkan teori yang ada di ruangan opini pembahasan. Urutan dalam

analisis data adalah :


60

1. Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan kemudian disalin dalam

bentuk transkip

2. Meredukasi data dengan membuat coding dan kategori

Data hasil pengumpulan yang terkumpul dalam bentuk catatan dijadikan

satu dan bentuk dalam transkip data yang terkumpul kemudian

dimasukkan dalam kategori-kategori data yang telah dibuat oleh peneliti

sesuai dengan topik penelitian yang diterapkan

3. Penyajian data

Penyajian data dapat disajikan dengan tabel, teks narasi, atau gambar.

Kerahasiaan dari responden dijamin dengan cara menginisialkan identitas

responden.

4. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan

hasil-hasil peneliti terdahulu dan secara teoritis dan perilaku kesehatan.

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data yang

dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan,

tindakan keperawatan dan evaluasi.

G. Etika Penelitian

Dalam pengambilan data untuk studi kasus ini peneliti mengajukan

permohonan izin kepada kepala ruangan atau kepala panti Werdha Hargo

Dedali Surabaya untuk mendapatkan persetujuan pengambilan data dari

pelaksanaan asuhan keperawatan. Mengenai etika yang harus diperhatikan


61

adalah :

1. Informed concent

Lembar persetujuan ini diberikan sebelum pengambilan data dilakukan

dengan memberikan lembar persetujuan kepada responden. Jika subyek

bersedia maka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut, tetapi

jika responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak

responden,

2. Anomtiy (tanpa nama)

Merupakan masalah etika dalam penelitin dengan cara tidak memberikan

nama responden, menulisnya dengan inisial responden pada lembar

pengkajian asuhan keperawatan yang digunakan untuk pengumpulan data.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang didapat dan telah digunakan dari subyek

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan

disajikan atau dilaporkan pada hasil studi kasus.


BAB 4

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Panti Werdha Hargo Dedali berkedudukan di Jalan Manyar Kartika IX

no 22-24 resmi beroperasi sejak tanggal 30 Januari 1987, setelah diresmikan

oleh Menteri Sosial Republik Indonesia yakni Ibu Soedarsono Sh, dan

pembangunannya dilaksanakan sejak peletakan batu pertama pada tanggal 10

November 1982.

Panti Werdha ini kedudukannya berada di bawah pengelolaan

Yayasan Hargo Dedali, yang didirikan tanggal 27 September 1979 dan

mendapatkan status yang dikukuhkan oleh Menteri Sosial RI, dengan surat

keputusan nomor 1155/Y/PSSM/1991.

Sampai saat ini Panti werdha Hargo Dedali masih di khusukan untuk

wanita/lanjut usia, karena pada awal berdiri Panti Werdha Hargo Dedali ini

secara khusus diperuntukkan untuk menampung para wanita pejuang 1945

yang sudah lanjut usia, sudah tidak berkeluarga, dan para janda pejuan yang

ditinggal suaminya. Namun seiring dengan perkembangan waktu, panti ini

menerima lansia dari berbagai latar belakang kehidupan maupun status sosial,

tentunya yang telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah berlaku

salah satunya lansia yang berusia diatas 60 tahun.

Luas bangunan berkisar 900M2, yang terdiri dari ruang kantor, aula

atau ruang bersama, ruang kesehatan, ruang kamar tidur kapasitas 1-4 orang,

ruang makan bersama, dapur, gudang, mushollah, ruang cuci, pos satpam,

62
63

kamar mandi perawat, kamar mandi lansia dan halaman. Ruangan untuk

lansia terbagi menjadi 3 (tiga) yakni:

1. Ruang Melati

Ruangan ini terdiri dari 5 kamar tidur, setiap kamar tidur memiliki 4

tempat tidur/bed.

2. Ruang Mawar

Ruangan ini terdiri dari 6 kamar tidur, setiap kamar tidur memiliki 4

tempat tidur/bed.

3. Ruang Kenanga

Ruangan ini terdiri dari 6 kamar tidur, terbagi menjdi 4 kamar tidur dengan

4 tempat tidur dan 2 kamar tidur dengan 1 tempat tidur.

4. Struktur organisasi kedudukan kepengurusan Panti Werdha Hargo Dedali

Surabaya berada di bawah Yayasan Hargo Dedali, dengan susunan sebagai

berikut :

YAYASAN WERDHA HARGO DEDALI

KETUA YAYASAN

PENGAWAS PEMBINA

KETUA PANTI

BENDAHARA SEKRETARIS

PERAWAT RUMAH SIE KEAMANAN


KESEHATAN TANGGA USAHA

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Panti Werdha Hargo DedalI


64

Sistem pelayanan yang sudah secara berkelanjutan di Panti werdha

Hargo Dedali Surabaya adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan baik secara fisik maupun psikis, mendaapat bantuan

dari hasil kerja sama dari berbagai Perguruaan Tinggi dan sekolah

kejuruan jurusan kesehatan, psikologi di Jawa Timur.

2. Pelayanan Kerohanian

Untuk penghuni yang beragama Islam, diadakan ceramah agama dan

pengajian setiap hari Senin, Kamis, Jum‟at, Sabtu sedangkan yang

beragama Nasrani setiap minggu diberi kesempatan untuk melaksanakan

di gereja terdekat.

3. Pelayanan Ketrampilan

Untuk melatih daya ingat dan mengisi kegiatan pada waktu luang tertentu,

diberikan kegiatan ketrampilan kerajinan merangkai bunga dari bahan daur

ulang, origami, dan lain-lain. Bagi ibu lansia yang potensial diberdayakan

dengan ketrampilan membuat kerajinan batik celup, kerajinan merangkai

manik-manik, emmbuat berbagai souvenir, sehingga hasilnya dapat

bermanfaat bagi panti.

4. Pelayanan Olahraga

Olahraga senam dilaksanakan setiap hari senin dan kamis dan secara

berkala dibantu oleh mahasiswa Jurusan Kesehatan yang sedang Kerja

Praktek.

5. Pelayanan Sosialisasi Penghuni

Sosialisasi penghuni, selain dengan interaksi antar penghuni pada waktu


65

luang, juga selalu dilibatkan apabila ada kunjungan dari lembaga, instansi

maupun organisasi social lainnya. Secara berkala diberi kesempatan untuk

jalan-jalan disekitar lingkungan panti di dampingi oleh para perawat.

6. PelayananKeamanan

Pelayanan Keamanan pihak Panti bekerja sama dengan keamanan

setempat, Polsek dan Koramil

7. Pelayanan Administrasi

Pelayanan Administrasi diberikan berkaitan dengan RT, RW, Kelurahan

dan Kecamatan, maupun pihak Rumah Sakit, Poliklinik, Puskesmas, serta

BTPN bagi penghuni yang mempunyai hak pensiun.

8. PelayananKematian

Pelayanan Kematian Panti bekerja sama dengan organisasi kematian.

Jumlah keseluruhan penghuni Panti Werdha Hrgo Dedali Surabaya 38

orang lansia seluruhnya adalah perempuan. Jumlah pegawai Panti Werdha

Hargo Dedali adalah 15 orang terdiri dari 5 perawat, 6 pegawai serabutan,

4 petugas keamanan/satpam.

B. Pengkajian

1. Identitaspasien

Tabel 4.1 Identitas pasien

Identitas Pasien 1 Pasien 2


Nama Ny. AZ Ny. AN
Umur 74 Tahun 83 Tahun
Tempat tanggal lahir Surabaya, 30 Juni 1947 Surabaya, 1 Januari
1938
Agama Islam Kristen
Pendidikan S1 SMA
Status Perkawinan Cerai mati Tidak menikah
66

Berat Badan 55 Kg 65 Kg

Ciri-ciri tubuh Tinggi badan 160 cm, Tinggi badan 148cm,


tidak memakai memakai kaca mata, agak
kacamata, warna kulit membungkuk, warna
putih, rambut berwarna kulit sawo matang,
hitam dan beruban rambut berwarna hitam
dan beruban.

Penampilan Rapi, bersih, Rapi, bersih, tidak


berkerudung, memakai berkerudung, dan
daster. memakai daster

Alamat Surabaya Balikpapan

Lama tinggal di panti 1 Tahun 3 Tahun

2. RiwayatPenyakit

Tabel 4.2 Riwayat penyakit

Riwayat penyakit Pasien 1 Pasien 2


Keluhan utama Pasien mengeluh Pasien mengeluh
pusing dibagian kepala dan pusing dibagian pelipis
tengkuk leher terasa kaku

Riwayat penyakit Pasien mengatakan bahwa Pasien mengatakan bahwa


sekarang sering pusing semenjak sering merasa pusing
terlalu sering memikirkan semenjak pasien
cucunya, nyeri dirasakan menyukai jalan-jalan
sejak 3 bulan yang lalu dan mengelilingi panti dan
bersifat terus menerus seperti karena sering memikirkan
tertimpa benda berat dengan anak-anaknya yang jauh
skala nyeri 7, nyeri kepala di Balikpapan karena
muncul saat terbangun dari sudah beberapa tahun
tidut dan dibuat untuk tidak menjenguk ke panti,
memiringkan badan, tetapi nyeri dirasakan 2 bulan
pasien selalu yang lalu dan bersifat
mengimbanginya dengan hilang timbul,nyeri
mengoleskan minyak dibagian pelipis
aromatherapy, dan dapat kepalaseperti tertusuk
menghambat aktivitasnya benda tajam dengan skala
67

P : ketika dibuat nyeri 5, nyeri kepala


memiringkan badan muncul ketika dibuat
Q : seperti tertimpa benda berdiri setelah bangun
berat tidur
R : dibagian kepala dan P : ketika dibuat berdiri
tengkuk leher setelah bangun tidur
S:7 Q : seperti tertusuk benda
T : terus menerus tajam
R : dibagian pelipis
S:5
T : hilang timbul

Pasien mengatakan Pasien mengatakan


Riwayat penyakit memilikiriwayat penyakit mempunyai riwayat
dahulu darah tinggi dan diabetes penyakit darah tinggi
melitus

Riwayat terapi a. Nifedipine10mg(1x1) a. Amlodipin (1x1)


famakologi b. Metformin (2x1)

Riwayat kesehatan Pasien mengatakan bahwa Pasien mengatakan


keluarga keluarganya ada yang bahwa ibunya memiliki
mempunyai riwayat penyakit riwayat penyakit darah
hipertensi dan tinggi.
diabetes melitus
Riwayat Pasien mengatakan Pasien mengatakan
kebersihan lingkungannya selalu bahwa lingkungannya
lingkungan bersih dan tertata rapi selalu bersih dan rapi

3. Perubahan polakesehatan

Tabel 4.3. Perubahan pola kesehatan

Pola kesehatan Pasien 1 Pasien 2


Oksigenasi Pasien bernafas secara Pasien bernafas secara
spontan tanpa spontan tanpa
menggunakan alat menggunakan alat bantu
bantu pernafasan, tidak pernafasan, tidak
mengeluh sesak, dan mengeluh sesak, dan
tidak mengeluh nyeri tidak mengeluh nyeri
dada serta tidak ada dada serta tidak ada
keluhan. keluhan.
68

Nutrisi a. Pasien mengatakan a. Pasien mengatakan


makan 3 kali sehari makan 3 kali sehari
dalam porsi sedang, dalam porsi sedang,
nafsu makan baik, nafsu makan baik,
makan selalu habis. makan terkadang
b. Pasien mengatakan tidak habis.
mengkonsumsi air Biasanya jika siang
putih lebih dari 3 hari juga nyemil
gelas/hari , biskuit dan
mengkonsumsi susu 1 makanan ringan.
gelas/hari , dan b. Pasien mengatakan
tehhangat setiap pagi mengkonsumsi air
hari putih lebih dari 3
c. Jenis makanan : nasi, gelas/hari, dan
sayur, lauk pauk, mengkonsumsi teh
buah segar.. Tidak hangat
ada alergi makanan c. Jenis makanan : nasi,
sayur, lauk pauk,
buah segar.Ada alergi
terhadap ikan lele

Eliminasi BAB : BAB :


a. Frekuensi: 1x/hari di a. Frekuensi :1x/hari
pagi hari b. Konsistensi :
b. Konsistensi : Normal (lembek)
Normal (lembek) c. Warna : Kuning
c. Warna : Kuning d. Bau : Khas feses
d. Bau : Khas feses e. Dilakukan secara
e. Dilakukan secara mandiri tanpa
mandiri tanpa bantuan alat dan tidak
bantuan alat dan tidak menggunakan
menggunakan pampers.
pampers.

BAK : BAK :
a. Frekuensi : 4-6x/hari a. Frekuensi : 7x/hari
b. Konsistensi :cair b. Konsistensi : cair
c. Bau : Amoniak c. Bau : Amoniak
d. Dilakukan secara d. Dilakukan secara
mandiri tanpa mandiri tanpa
bantuan alat dan tidak bantuan alat dan tidak
menggunakan menggunakan
pampers pampers
69

Istirahat dan tidur a. Tidur siang: a. Tidur siang:


Pasien mengatakan Pasien mengatakan
tidur siang dari jam tidak siang.dari jam
13.14.00 setelah 13.00-15.00
makan siang b. Tidur malam : Lama
b. Tidur malam : Lama tidur 5 jam pada jam
tidur 8 jam pada jam 22.00 s/d 03.00
20.00s/d c. Kesulitan tidur :
04.00 Sering terbangun
c. Kesulitan tidur : saat tidur dan sulit
Tidak megalami untuk melanjutkan
kesulitan tidur tidur lagi.
d. Istirahat: d. Istirahat:
Pasien hanya Pasien duduk-
berbaring sembari duduk dan hanya
berbincang dengan berbaring di tempat
teman satu kamar dan tidur.
mendengarkan
lantunan musik
rohani, mengaji

Aktivitas a. Pagi : a. Pagi :


Shalat subuh, mandi, Mandi, sarapan,
sarapan, pengajian berkeliling- keliling di
bersama, senam area panti, duduk-
bersama dengan lansia duduk dan
lainnya. berbincang dengan
b. Siang : temansekamar.
Makan siang, shalat b. Siang :
dhuhur Makan siang, jalan-
c. Sore dan malam : jalan di depan kamar
Mandi, sholat c. Sore dan malam
ashar, maghrib dan Mandi, makan malam,
isya, makan malam, berbincang-bincang
mendengarkan lagu dengan temannya
rohani/ mengaji / sebentar lalu tidur
berbincang-bincang
dengan temannya
70

Personal Hygine a. Mandi :3x/hari a. Mandi :2x/hari


b. Keramas : 3x/minggu b. Keramas :
c. Berpakaian : ganti 1x/minggu
setiap kali mandi c. Berpakaian : ganti
(mandi pagi dan sore) setiap kali mandi
d. Dilakukan secara (mandi pagi dan sore)
mandiri tanpa bantuan d. Dilakukan secara
oranglain mandiri tanpa
e. Memotong kuku : bantuan oranglain
1x/minggu (dilakukan e. Memotong kuku :
dengan mandiri tanpa 1x/minggu
bantuan oranglain) (dilakukan secara
mandiri)

Seksual Pasien menopause pada Pasien menopause pada


usia 56 tahun , ketika usia 59 tahun, saat
menopause pasien menopause pasien
mengatakan nyeri pada merasakan nyeri pada
bagian perut bawah. bagian punggung.
Pasien mengatakan Saat Pasien mengatakan
menopause mengalami sebelum menopause
pendarahan yang tidak menstruasi terjadi lebih
seperti biasanya, lama dari biasanya yaitu
pendarahan yang 9 hari
bercampur dengan lendir
saat hari ke7.

Rekreasi Pasien mengatakan jika Pasien mengatakan jarang


mengikuti rekreasi hanya mengikuti rekreasi
ketika anak dan
keluarganya libur kerja

4. PemeriksaanFisik

Tabel 4.4. Pemeriksaan fisik

Tinjauan system Pasien 1 Pasien 2


71

Keadaan umum a. Pasien tampak lesu a. Pasien tampak


dan tidak lemas dan
bersemangat saat mengalami penurunan
diajak berbicara aktivitas karena
b. Terdapat kantung penyakit yang
mata diderita.
c. Pasien sering b. Terdapat kantung mata
memegangi kepala c. Pasien tampak tidak
bagian tengkuk bersemangat saat
belakang sedang diajak
aromathraphy berbicara
d. BB/TB : 55Kg / d. Pasien nampak kurang
160cm bersemangat dan
sering memegangi
kepala
e. BB/TB : 60Kg /
148cm

Tingkat Kesadaran Composmentis Composmentis


Tingkat kesadaran Mata 4 Mata 4
Glascow coma scale Verbal 5 Verbal 5
(GCS) Motorik 6 Motorik 6
Tanda – tanda vital TD : 160/80mmHg TD : 150/80mmHg
RR : 24x/menit RR : 20x/menit
S : 36,7°C S : 36°C
N : 89x/menit N : 84x/menit
Breathing (B1) a. Inpeksi : bentuk a. Inpeksi : bentuk dada
dada simetris simetris kanan- kiri,
kanan-kiri, benjolan benjolan (-), lesi (-),
(-), lesi (-), tidak tidak ada retraksi
ada retraksi intercostae.
intercostae. b. Palpasi : tidak ada
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan
nyeri tekan c. Perkusi : bunyi paru
c. Perkusi : bunyi paru sonor (normal)
sonor (normal) d. Auskultasi : irama
d. Auskultasi : irama nafas vesikuler,
nafas vesikuler, suara nafas
suara nafas tambahan (-)
tambahan (-) e. Keluhan tidak ada
e. Keluhan tidak ada
72

Blood (B2) a. Inpeksi : normal, a. Inpeksi : normal, tidak


tidak terlihat ictus terlihat ictus cordis,
cordis, benjolan(- benjolan (-), lesi(-).
), lesi (-). b. Palpasi : nyeri tekan (-
b. Palpasi : nyeri tekan ), tidak ada
(-), tidak ada pembesaran hepar,
pembesaran hepar, ictus cordis teraba di
ictus cordis teraba ICS 5 middle
di ICS 5 middle clavicula sinistra
clavicula sinistra (tidakbergeser)
(tidak bergeser) c. Perkusi : kecepatan
c. Perkusi : denyut apicalpekak
kecepatan denyut d. Auskultasi : irama
apicalpekak jantung teratur, S1 S2
d. Auskultasi : irama tunggal berbunyi lub
jantung teratur, S1 dub
S2 tunggal
berbunyi lubdub

Brain (B3) a. Bentuk kepala a. Bentuk kepala


normal, tidak ada normal, tidak ada lesi
lesi (-), benjolan (-), benjolan(-)
(-) b. Mata normal,
b. Mata normal, konjungtiva merah
konjungtiva merah muda, sklera
muda, sklera berwarna merah,
berwarna merah, pupil isokor, reflek
pupil isokor, cahaya (+), tampak
reflek cahaya (+), kantung mata dan
tampak kantung berwarna kehitaman.
mata dan c. Leher normal,
berwarna benjolan (-), tidak ada
kehitaman. pembesaran limfe dan
c. Leher normal, tiroid, nyeri kepala
benjolan (-), tidak bagian depan,
ada pembesaran bendungan jugularis(-
limfe dan tiroid, )
nyeri pada bagian
tengkuk, bendungan
jugularis(-)

Bladder (B4) a. Frekuensi : 6-7 a. Frekuensi : 5-6


x/hari x/hari
b. Konsistensi :cair b. Konsistensi :cair
c. Warna : c. Warna :
bening/kuning bening/kuning
73

d. Bau :Amoniak d. Bau :Amoniak


e. Tidak ada masalah e. Tidak ada masalah
keperawatan keperawatan
f. Dilakukan dengan f. Dilakukan secara
bantuan petugas dan mandiri tanpa bantuan
alat bantu jalan alat dan tidak
(kruk) menggunakan
pampers

Bowel (B5) a. Inpeksi : tidak ada a. Inpeksi : tidak ada


benjolan dan tidak benjolan dan tidak
adalesi adalesi
b. Palpasi : tidak ada b. Palpasi : tidak ada
nyeri tekan, nyeri tekan,
hypertimpani (-), hypertimpani (-),
pembesaran hepar (- pembesaran hepar (-)
) c. Perkusi : bunyi
c. Perkusi : bunyi suaratympani
suaratympani d. Auskultasi : bising
d. Auskultasi : bising usus normal
usus normal (peristaltik usus:11)
(peristaltic usus
:13)

Bone (B6) a. Kekuatan otot a. Kekuatan otot


anggota gerak atas anggota gerak atas :
: 4444 | 4444 4444 |4444
b. Kekuatan otot b. Kekuatan otot
anggota gerak anggota gerak
bawah : 4444 | 4444 bawah : 4444 |4444
c. Sianosis(-) c. Sianosis (-)
d. Parase (-), Paralise d. Parase (-), Paralise (-)
(-) e. Warna kulit
e. Warna kulit kemerahan, akral
kemerahan, akral hangat, turgor kulit
hangat, turgor kulit (CRT <2detik)
(CRT <2 detik) f. Tidak ada oedema dan
f. Tidak ada oedema lesi
dan lesi
74

5. Hasil Pengkajian Status Fungsional

Tabel 4.5. Indeks Kemandirian pada aktivitas kehidupan sehari-


hari/KATZ

SCORE KRITERIA Klien 1 Klien 2


A Usia lanjut mandiri  √
B Usia lanjut dengan ketergantungan
bila mandi
C Usia lanjut dengan ketergantungan
bila mandi, dan berpakaian
D Usia lanjut dengan ketergantungan
bila mandi, berpakaian, di toilet
E Usia lanjut dengan
ketergantungan bila mandi
berpakaian,ditoilet,Transfer.
F Usia lanjut dengan
ketergantungan bila mandi
berpakaian, di toilet, BAK
dan BAB.
G Ketergantungan pada keenam
komponen sekaligus
H Kemandirian dalam semua
aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
satu dari
fungsi tersebut.

Dari hasil indeks katz Ny. AZ (klien 1) termasuk dalam kriteria A

(yaitu usia lanjut mandiri), dan Ny. AN (klien 2) termasuk dalam kriteria

A (yaitu usia lanjut mandiri).

Keterangan :

A. : Mandiri

B. : Bathing

C. : Bathing, Dressing,

D. : Bathing, Dressing, Toileting

E. : Bathing, Dressing, Toileting, Transfering


75

F. : Bathing, Dressing, Toileting, Transfering, Continence, Feeding

G. : Semua Komponen

H. : Mandiri, kecuali salah satu dari komponen tersebut

Tabel 4.6. penilaian Barthel Indeks

Dengan Bantuan Mandiri


No. Kriteria Klien
Klien 1 Klien 2 Klien 1
2
1 Makan 0 0 10 10
2 Aktivitas ke toilet 2 0 10 10
3 Berpindah ke kursi roda atau 0 0 10 8
sebaliknya, termasuk duduk
di tempat tidur
4 Kebersihan diri mencuci 0 0 10 8
muka menyisir rambut dan
menggosok gigi
5 Mandi 0 0 8 10
6 Berjalan di permukaan datar 0 0 10 10
7 Naik turun tangga 2 0 10 6
8 Berpakaian 0 0 10 10
9 Mengontrol defekasi 0 0 10 10
10 Mengontrol berkemih 0 0 10 10
Total 0 0 98 92

Dari hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa Ny. AZ (pasien 1)

tergolong dalam lansia yang memiliki nilai ketergantungan ringan dengan

jumlah nilai 98, dan Ny. AN (pasien 2) tergolong dalam lansia yang

memiliki nilai ketergantungan ringan dengan nilai 92

Keterangan :

0-20 : Ketergantungan

21-61 : Ketergantungan berat/sangat bergantung

62-90 : Ketergantungan berat


76

91-99 : Ketergantungan ringan

100 : Mandiri

Tabel 4.7. Sullivan Indeks Katz Posisi dan Keseimbangan

Keterangan
No. Kriteria Pasien 1 Pasien 2
1. Berdiri dengan postur normal 4 3
2. Berdiri dengan postur normal 4 3
menutup mata
3. Berdiri dengan kaki rapat 4 4
4. Berdiri dengan satu kaki 3 3
5. Berdiri fleksi trunk dan 3 3
berdiri ke posisi netral
6. Berdiri lateral dan fleksi 3 3
Trunk
7. Berjalan tempatkan tumit 3 3
salah satu kaki didepanjari
kaki yang lain
8. Berjalan sepanjang garis 3 3
Lulus
9. Berjalan mengikuti tanda 4 3
gambar pada lantai
10. Berjalan menyamping 4 3
11. Berjalan mundur 3 3
12. Berjalanmengikuti 3 3
Lingkungan
13. Berjalan pada tumit 3 3
14. Berjalan dengan ujung kaki 3 3
TOTAL 47 43

Dari hasil penilaian diatas menunjukkan bahwa Ny. AZ (pasien 1)

memiliki nilai 47 yaitu lansia yang mampu melakukan aktivitas,

sedangkan Ny. AN (pasien 2) memiliki nilai 48 yaitu lansia yang mampu

melakukan aktivitas.

Keterangan :

4 : Mampu melakukan aktivitas dengan lengkap

3 : Mampu melakukan aktivitas dengan bantuan


77

2 : Mampu melakukan aktivitas dengan bantuan maksimal

1 : Tidak mampu melakukan aktivitas

Nilai :

42-54 : Mampu melakukan aktivitas

28-41 : Mampu melakukan aktivitas dengan sedikit bantuan

14-27 : Mampu melakukan aktivitas dengan bantuan maksimal

14 : Tidak mampu melakukan aktivitas

Tabel 4.8. Status Kognitif/Afektif/Sosial

Jawaban Jawaban Jawaban


Pasien 1 No. Pertanyaan Pasien Benar
Benar Salah
√ 1 Tanggal berapa hari ini Lupa 16-03-2021
?
√ 2 Hari apa sekarang ? Selasa Selasa
√ 3 Apa nama tempat ini ? Panti Panti
Jompo Werdha
Hargo Hargo
Dedali Dedali
√ 4 Dimana alamat anda ? Surabaya Surabaya
√ 5 Berapa anak anda ? 3 (tiga) 3 (tiga)
√ 6 Kapan anda lahir ? 26-06-1941 20-06-1941
01-01-1938
√ 7 Siapa presiden Bapak Bapak
Indonesia sekarang? Jokowi Jokowi
√ 8 Siapa presiden Bapak SBY Bapak
Indonesia sebelumnya? Susilo
Bambang
Yudhoyono
√ 9 Siapa nama ibu anda ? Ibu Ibu
Mirna Mirna
√ 10 Kurangi 3 angka dari Tidak tahu 17, 14, 11,
20 dan tetap 8, 5, 2
pengurangan3
Dari setiap angka baru,
78

sebutkan secara
menurun!

2 Jumlah total kesalahan


Jawaban
Pasien 2 No. Jawaban Jawaban
Benar Salah Pertanyaan Pasien Benar

√ 1 Tanggal berapa hari ini Lupa 16-03-2021


?
√ 2 Hari apa sekarang ? Lupa Selasa
√ 3 Apa nama tempat ini ? Panti Panti
Werdha Werdha
Hargo Hargo
Dedali Dedali
√ 4 Dimana alamat anda ? Surabaya Surabaya
√ 5 Berapa anak anda ? 1 1

√ 6 Kapan anda lahir ? 01-01-1938 01-01-1938

√ 7 Siapa presiden Tidak tau Bapak


Indonesia sekarang? Jokowi
√ 8 Siapa presiden Tidak tau Bapak
Indonesia sebelumnya Susilo
? Bambang
Yudhoyono
√ 9 Siapa nama ibu anda ? Ibu Yanti Ibu Yanti
√ 10 Kurangi 3 angka dari Tidak tahu 17, 14, 11,
20 dan tetap 8, 5, 2
pengurangan 3
dari setiap angka baru, sebutkan secaramenurun!
3 Jumlah total kesalahan

Dari hasil pengkajian menunjukkan bahwa Ny. AZ dan Ny. AN fungsi

intelektualnya masih utuh.

Keterangan :

1. Kesalahan 0-3 Fungsi intelektual utuh

2. Kesalahan 4-5 kerusakan intelektual ringan

3. Kesalahan 6-8 kerusakan intelektualsedang

4. Kesalahan 9-10 kerusakan intelektualberat


79

Tabel 4.9 Mini Mental State Examination (MMSE)

N Aspek Nilai Pasie Kriteria Jawaban Jawaban


O kognitif maksima n1 pasien benar
l
1. Orientasi 5 3 Menyebutkan : 1. 2021 1. 2021
1. Tahun 2. Hujan 2. Hujan
2. Musim 3.Tidak tahu 3.16
3. Tanggal 4.Selasa 4.Selasa
4. Hari 5.Tidak tahu 5.Maret
5. Bulan
2. Orientasi 5 5 Dimana 1. Indonesia 1.
sekarang kita 2.Jawa Timur Indonesia
tinggal? 3. Surabaya 2.Jawa
1. Negara Timur
2. Provinsi 3.
3. Kabupaten Surabaya

Registrasi 3 3 Sebutkan 3 Kursi Kursi


nama objek Meja Meja
(kursi, meja, Kertas Kertas
kertas),
kemudian
ditanyakan
kepada klien
3. Perhatian 5 4 Meminta 100 100
dan untuk 93 93
kalkulasi berhitung 86 86
mulai dari 79 79
100, kemudian Tidak tahu 72
dkurangi 7
sampai 3
tingkat
4 Menginga 3 3 Meminta klien Meja Meja
t untuk Kursi Kursi
menyebutkan Kertas Kertas
objek pada
point no 3
5. Bahasa 9 9 a. Menanyaka Jendela Jendela
n kepada Jam dinding Jam
klien dinding
tentang
benda
(sambil
menunjuk
benda
80

tersebut)
 Jendela
 Jam
dinding
b. Meminta Tanpa Tanpa
klien untuk Jika Jika
mengulang Dan Dan
kata berikut Tetapi Tetapi
“tanpa, jika,
dan, tetapi.”
Kemudian
klien
menjawab
c. Meminta Pasien dapat Mengambi
klien untuk melakukanny l bulpen,
mengikuti a dengan kemudian
perinah baik menulis
berikut satu
“ambil kalimat
bulpen di 1saya mau
tangan makan`.
anda, Kemudian
kemudian neletakkan
menulis bulpen
`saya mau
makan` ,
kemudian
klien
meletakkan
bulpen
tersebut.”
d. Perintahkan
Klien Menutup
klien untuk
melakukan mata dan
hal berikut :
aktivitas membuka
 Klien mata
dengan baik
menutup
mata
 Klien
membuk
a mata
e. Perintahkan
klien untuk Pasien dapat
menulis melakukanny
satu kalimat a dengan
dan baik
menyalin
gambar
berikut
81

Total : 30 27
No Asspek Nilai Pasien Kriteria Jawaban Jawaban
kognitif maksimal 2 pasien benar
1. Orientasi 5 2 Menyebutkan : 1. 2021 1. 2021
1. Tahun 2. Hujan 2. Hujan
2. Musim 3.Tidak 3.Tidak
3. Tanggal tahu tahu
4. Hari 4.Tidak 4. Selasa
5. Bulan tahu 5.Maret
5.Tidak
tahu

2. Orientasi 5 5 Dimana sekarang 1. 1.


kita tinggal? Indonesia Indonesia
1. Negara 2.Jawa 2.Jawa
2. Provinsi Timur Timur
3. Kabupaten 3. 3.
Surabaya Surabaya

Sebutkan 3 nama Meja Meja


Registras 3 3 objek (kursi, Kursi Kursi
i meja, kertas), Kertas Kertas
kemudian
ditanyakan
kepada klien
3. Perhatia 5 2 Meminta untuk 100 100
dan berhitung mulai 93 93
kalkulasi dari 100, Tidak 86
kemudian tahu 79
dkurangi 7 Tidak 72
sampai 3 tingkat tahu
Tidak
tahu
4. Menging 3 3 Meminta klien Meja Meja
at untuk Kursi Kursi
menyebutkan Kertas Kertas
objek pada point
no 3
5. Bahasa 9 9 a. Menanyakan Jendela Jendela
kepada klien Jam Jam
tentang benda dinding dinding
(sambil
82

menunjuk
benda
tersebut)
 Jendela
 Jam dinding
b. Meminta klien
untuk Tanpa Tanpa
mengulang Jika Jika
kata berikut Dan Dan
“tanpa, jika, Tetapi Tetapi
dan, tetapi.”
Kemudian
klien
menjawab
c. Meminta klien Pasien Mengambi
untuk dapat l bulpen,
mengikuti melakuka kemudian
perinah nnya menulis
berikut “ambil dengan satu
bulpen di baik kalimat
tangan anda, 1saya mau
kemudian makan`.
menulis `saya Kemudian
mau makan` , neletakkan
kemudian bulpen
klien
meletakkan
bulpen
tersebut.”
d. Perintahkan Pasien Menutup
klien untuk hal melakuka mata dan
berikut : n aktivitas membuka
 Klien dengan mata
menutup baik
mata
 Klien
membuka
mata
e. Perintahkan Pasien
klien untuk dapat
menulis satu melakuka
kalimat dan nnya
menyalin dengan
gambar baik
berikut
83

Total : 30 24

Dari penelitian diatas menunjukkan hasil penilaian pada Ny.AZ (pasien

1) dengan nilai 27 dan Ny. AN (pasien 2) dengan nilai 24, hasil

nilai keduanya menunjukkan bahwa tidak ada gangguan kognitif

berdasarkan keterangan jumlah skor.

Keterangan Skor :

24-30 : Tidak ada gangguan kognitif

18-23 : Gangguan kognitif sedang

0-17 : Gangguan kognitif berat

Tabel 4.10. Inventaris Depresi Beck

SKOR URAIAN

Klien 1 Klien 2

A KESEDIHAN

Saya sangat sedih/ tidak bahagia dimana saya tidak


dapat menghadapinya

Saya galau/ sepanjang waktu dan saya tidak dapat


keluar darinya

Saya merasa sedih atau galau

0 0 Saya tidak merasa sedih

B PESIMISME

Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan


sesuatu tidak dapat membalik
84

Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk


memandang ke depan

Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan

0 0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa


depan

C RASA KEGAGALAN

Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua


(suami/istri)

Saya melihat kehidupan ke belakang, semua yang


dapat saya lihat hanya kegelapan

Saya merasa telah gagal melebihi orang pada


umumnya

0 0 Saya tidak merasa gagal

D KETIDAKPUASAN

Saya tidak puas dengan segalanya

Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun

Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan

0 0 Saya tidak merasa tidak puas

E RASA BERSALAH

Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tidak


berharga

Saya merasa sangat bersalah

Saya merasa buruk/ tak berharga sebagai bagian dari


waktu yang baik

0 0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah


85

F TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI

Saya benci diri saya sendiri

Saya muak dengan diri saya sendiri

Saya tidak suka dengan diri saya sendiri

0 0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri saya sendiri

G MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI

Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya


mempunyai kesempatan

Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh


diri

Saya merasa lebih baik mati

0 0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai


membahayakan diri sendiri

H MENARIK DIRI DARI SOSIAL

Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang


lain dan tidak peduli pada mereka semuanya

Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang


lain dan mempunyai sedikit perasaan pada mereka

Saya kurang berminat pada orang lain dari pada


sebelumnya

0 0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

I KERAGU-RAGUAN

Saya tidak sapat membuat keputusan sama sekali

Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat


keputusan

Saya berusaha membuat keputusan


86

0 0 Saya membuat keputusan yang baik

J PERUBAHAN GAMBARAN DIRI

Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak


menjijikkan

Saya merasa bahwa ada perubahan - perubahan yang


permanen dalam penampilan saya dan ini membuat
saya tidak menarik

0 0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk


daripada sebelumnya

K KESULITAN KERJA

Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali

Saya telah mendorong diri saya untuk melakukan


sesuatu

Saya memerlukan upaya tambahan untuk


melakukan sesuatu

0 0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya

L KELETIHAN

Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu

Saya merasa lelah unuk melakukan sesuatu

1 1 Saya merasa lelah dari yang biasanya

Saya tidak merasa lelah lebih dari biasanya

M ANOREKSIA

Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali

Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang


87

Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya

0 0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang


sebelumnya
1 1 Nilai Total

Dari hasil pengkajian diatas Ny. AZ dan Ny. AN masuk dalam kategori

depresi tidak ada/minimal

Keterangan :

Penilaian :

0-4 : Depresi Tidak Ada / Minimal

5-7 : Depresi Ringan

8-15 : Depresi Sedang

16> : Depresi Berat

Tabel 4.11 Skala Depresi Geriatrik Yesavage (GSD) Short Version

Jawaban
No Pertanyaan Pasien 1 Pasien 2

1. Apakah pada dasarnya anda puas dengan Ya Ya


kehidupan anda ?
(0) (0)

2. Apakah anda sudah meninggalkan banyak Tidak Tidak


kegiatan dan minat / kesenangananda?
(0) (0)

3. Apakah anda merasa kehidupan anda hampa ? Tidak Tidak


(0) (0)

4. Apakah anda sering merasa bosan ? Ya Ya


(1) (1)

5. Apakah anda memiliki semangat yang baik Ya Ya


sepanjang waktu ?
(1) (1)
88

6. Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk Tidak Tidak


akan terjadi pada anda?
(0) (0)

7. Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian Ya Ya


besar hidup anda?
(0) (0)

8. Apakah anda merasa sering tidak berdaya ? Tidak Tidak


(1) (2)

9. Apakah anda lebih senang tinggal dirumah Ya Ya


dari pada pergi keluar dan mengerjakan
sesuatu hal yang baru ? (0) (0)

10. Apakah anda merasa mempunyai banyak Tidak Tidak


masalah dengan daya ingat anda
dibandingkan kebanyakan orang ? (0) (0)

11. Apakah anda pikir hidup anda Ya Ya


sekarang ini menyenangkan?
(1) (1)
12. Apakah anda merasa tidak berharga seperti Tidak Tidak
perasaan anda saat ini?
(0) (0)

13. Apakah anda merasa penuh semangat? Ya Ya


(0) (0)

14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda Tidak Tidak


tidak ada harapan?
(0) (1)

15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih Tidak Tidak
baik keadaannya daripada anda?
(1) (2)

Total 5 8

Interpretasi :

Skor 0 – 9 : Not Depressed (tidak depresi /


normal)

Skor 10 – 19 : Mild Depressed (depresi ringan)


89

Skor 20 – 30 : Severe Depressed (depresi sedang


/ berat)

Dari pengkajian tersebut menunjukkan bahwa Ny. AZ dan Ny. AN

masuk dalam kategori tidak depresi / normal.


90

C. Analisa Data

Tabel 4.12. Analisa Data

Pasien 1

Analis Data Etiologi Masalah


DS: Agen pencedera Nyeri akut
1. Pasien mengatakan sering fisiologis Kategori :
pusing semenjak terlalu (iskemia) Psikologis Sub
sering memikirkan Kategori : Nyeri
cucunya, nyeri dirasakan dan Kenyamanan
sejak 3 bulan yang lalu dan Kode : D.0077
bersifat terus menerus
seperti tertimpa benda berat
2. Pusing terasa ketika saat
terbangun dari tidur dan
dibuat memiringkan
badannya.
3. Jika pusing berlebihan
dapat menghambat
aktivitasnya

DO:
1. Pasien gelisah dan tampak
meringis
2. Pasien nampaklesu
3. Tampak sering memegangi
kepala dan bagian tengkuk
belakang
4. TTV:
TD : 160/80mmHg
RR : 23x/menit
S : 36,7˚C
N : 89x/menit
Pasien 2
91

DS : Agen pencedera Nyeri akut


1. Pasien mengatakan sering fisiologis Kategori :
merasa pusing semenjak (iskemia) Psikologis Sub
pasien menyukai jalan- Kategori : Nyeri
jalan mengelilingi panti dan Kenyamanan
dan sering memikirkan Kode : D.0077
anak-anaknya yang jauh
di Balikpapan karena
sudah beberapa tahun
tidak menjenguk ke panti,
nyeri dirasakan 2 bulan
yang lalu dan bersifat
hilang timbul seperti
tertusuk benda tajam
2. Pusing timbul ketika
dibuat berdiri setelaah
bangun tidur tidur

DO :
1. Pasien gelisah
2. Pasien nampak lemah,
lesu dan kurang
bersemangat
3. Pasien nampak sesekali
memegangikepala
4. TTV:
TD : 150/80 mmHg
RR : 20x/menit
S : 36˚C
N : 84x/menit
92

D. Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.13. Diagnosa keperawatan

Klien 1
Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (iskemia)
ditandai dengan pasien mengeluh pusing di bagian kepala dan tengkuk
leher sakit seperti tertimpa benda berat, pasien gelisah dan tampak meringis
menahan nyeri, jika pusingnya berlebihan dapat menghambat aktivitasnya

Klien 2
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (iskemia)
ditandai dengan pasien mengatakan nyeri di bagian pelipis kepala seperti
ditusuk benda tajam, pasien gelisah dan mengalami kesulitan tidur
93

E. Intervensi Keperawatan (perencanaan)

Tabel 4.14. Intervensi keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawat
an
Pasien 1
Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
berhubungan keperawatan selama 4x24 jam, Observasi :
dengan agen diharapkan tingkat nyeri dapat 1. Identifikasi lokasi,
pencedera teratasi dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi,
fisiologis a. Keluhan nyeri dari skala frekuensi, kualitas,
(iskemia) ditandai 1(menurun) menjadi skala 3 intensitas nyeri
dengan pasien (sedang) 2. Identifikasi skala
mengeluh pusing b. Meringis dari skala 2 (cukup nyeri
di bagian kepala meningkat) menjadi skala 4 3. Identifikasi respons
dan tengkuk leher (cukup menurun) nyeri non verbal
sakit seperti c. Gelisah dari skala 2 (cukup 4. Identifikasi faktor
tertimpa benda meningkat) menjadi skala 4 yang memperberat
berat, pasien (cukup menurun) dan memperingan
gelisah dan nyeri
tampak meringis Terapeutik :
menahan nyeri, Keterangan: 1. Berikan teknik
jika pusingnya 1 = menurun nonfarmakologis
berlebihan dapat 2 = cukup menurun untuk mengurangi
menghambat 3 = sedang rasa nyeri (kompres
aktivitasnya 4 = cukup meningkat hangat)
5 = meningkat 2. Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgesik, jika perlu

Pasien 2
94

Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri


berhubungan dengan keperawatan selama 4x24 jam, Tindakan :
agen pencedera diharapkan tingkat nyeri dapat 1. Identifikasi lokasi,
fisiologis (iskemia) teratasi dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi,
ditandai dengan a. Keluhan nyeri dari skala frekuensi, kualitas,
pasien mengatakan 1(menurun) menjadi skala intensitas nyeri
nyeri di bagian 3(sedang) 2. Identifikasi skala
pelipis kepala seperti b. Gelisah dari skala 2 (cukup nyeri
ditusuk benda tajam, meningkat) menjadi skala 4 3. Identifikasi respons
pasin gelisah dan (cukup menurun) nyeri non verbal
mengalami kesulitan c. Kesulitan tidur dari skala 2 4. Identifikasi faktor
tidur (cukup meningkat) menjadi yang memperberat
skala 4 (cukup menurun) dan memperingan
nyeri
Terapeutik :
Keterangan: 1. Berikan teknik
1 =menurun nonfarmakologis
2 = cukup menurun untuk mengurangi
3 = sedang rasa nyeri (kompres
4 = cukup meningkat hangat)
5 = meningkat 2. Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Kolaborasi
pemberian
analgesik, jika perlu
95

F. Implementasi Keperawatan(pelaksanaan)

Tabel 4.15. Implementasi


Pasien 1
Tanggal Waktu Implementasi
Hari ke-1 10.00 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
Selasa durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
16-03-2021 R/ lokasi : kepala
karakteristik : tertimpa benda berat
durasi : 15 menit
kualitas : terus menerus
intensitas : nyeri berat

10.10 2. Mengidentifikasi skala nyeri


R/skala nyeri 7

10.15 3. Mengidentifikasi respons nyeri non verbal


R/px gelisah dan tidak nyaman

4. Mengidentifikasi faktor yang memperberat


10.20
dan memperingan nyeri
R/memperberat : aktivitas
memperingan : istirahat/tidur

5. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk


10.25 mengurangi rasa nyeri
R/teknik relaksasi

6. Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu


10.35 nyeri
R/px memahami penjelasan dari perawat

10.45 7. Menjelaskan strategi meredakan nyeri


R/px dapat mengerti tentang strategi
menurunkan nyeri

10.55 8. Mengkolaborasi pemberian analgesik, jika


perlu
R/diberikan obat nifedipine dan metformin

Pasien 2
Hari ke-1 11.00 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
Selasa durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
16-03-2021 R/ lokasi : pelipis kepala
karakteristik : tertusuk-tusuk
96

durasi : 10 menit
kualitas : hilang timbul
intensitas : nyeri sedang

11.10 2. Mengidentifikasi skala nyeri


R/skala nyeri 5

11.15 3. Mengidentifikasi respons nyeri non verbal


R/px gelisah dan tidak nyaman

11.20 4. Mengidentifikasi faktor yang memperberat


dan memperingan nyeri
R/memperberat : kurang beristirahat
Memperingan : istirahat yang cukup

5. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk


11.25
mengurangi rasa nyeri
R/teknik relaksasi

6. Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu


11.35 nyeri
R/ px memahami penjelasan dari perawat
11.45 7. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
R/ px dapat mengerti tentang strategi
menurunkan nyeri
11.55
8. Mengkolaborasi pemberian analgesik, jika
perlu
R/diberikan obat amlodipin
Pasien 1
Tanggal Waktu Implementasi
Hari ke-2 10.00 1. Mengidentifikasilokasi, karakteristik, durasi,
Rabu frekuensi, kualitas, intensitasnyeri
17-03-2021 R/ lokasi : kepala
karakteristik : tertimpa benda berat
durasi : 10 menit
kualitas : terus menerus
intensitas : nyeri sedang

10.10 2. Mengidentifikasi skala nyeri


R/skala nyeri 5

10.15 3. Mengidentifikasi respons nyeri non verbal


R/px gelisah dan tidak nyaman

4. Mengidentifikasi faktor yang memperberat


10.20
dan memperingan nyeri
97

R/memperberat : aktivitas
memperingan : istirahat/tidur

10.25 5. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri
R/teknik relaksasi

10.35 6. Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu


nyeri
R/px memahami penjelasan dari perawat
10.45
7. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
R/px dapat mengerti tentang strategi
menurunkan nyeri
10.55
8. Mengkolaborasi pemberian analgesik, jika
perlu
R/diberikan obat nifedipine dan metformin

Pasien 2
Hari ke-2 11.00 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
Rabu durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
17-03-2021 R/ lokasi : pelipis kepala
karakteristik : tertusuk-tusuk
durasi : 10 menit
kualitas : hilang timbul
intensitas : nyeri sedang

11.10 2. Mengidentifikasi skala nyeri


R/skala nyeri 4

11.15 3. Mengidentifikasi respons nyeri non verbal


R/px gelisah dan tidak nyaman

4. Mengidentifikasi faktor yang memperberat


11.20
dan memperingan nyeri
R/memperberat : kurang beristirahat
Memperingan : istirahat yang cukup

5. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk


11.25 mengurangi rasa nyeri
R/teknik relaksasi

6. Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu


11.35 nyeri
R/ px memahami penjelasan dari perawat
98

11.45 7. Menjelaskan strategi meredakan nyeri


R/ px dapat mengerti tentang strategi
menurunkan nyeri
11.55
8. Mengkolaborasi pemberian analgesik, jika
perlu
R/diberikan obat amlodipin
Pasien 1
Tanggal Waktu Implementasi
Hari ke-3 10.00 1. Mengidentifikasilokasi, karakteristik,
Kamis durasi, frekuensi, kualitas, intensitasnyeri
18-03-2021 R/ lokasi : kepala
karakteristik : tertimpa benda berat
durasi : 5 menit
kualitas : terus menerus
intensitas : nyeri sedang

10.10 2. Mengidentifikasiskalanyeri
R/skala nyeri 4

10.15 3. Mengidentifikasi respons nyeri non verbal


R/px gelisah dan tidak nyaman berkurang

4. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk


10.20
mengurangi rasa nyeri
R/teknik relaksasi

5. Mengkolaborasi pemberian analgesik, jika


10.35 perlu
R/diberikan obat nifedipinedan metformin

Pasien 2
Hari ke-3 11.00 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
Kamis durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
18-03-2021 R/ lokasi : pelipis kepala
karakteristik : tertusuk-tusuk
durasi : 5 menit
kualitas : hilang timbul
intensitas : nyeri ringan

11.10 2. Mengidentifikasi skala nyeri


R/skala nyeri 3

11.15 3. Mengidentifikasi respons nyeri non verbal


R/px gelisah dan tidak nyaman berkurang

4. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk


99

11.20 mengurangi rasa nyeri


R/teknik relaksasi

5. Mengkolaborasi pemberian analgesik, jika


11.35 perlu
R/diberikan obat amlodipin
Pasien 1
Tanggal Waktu Implementasi
Hari ke-4 10.00 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
Jumat durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
19-03-2021 R/ lokasi : kepala
karakteristik : tertimpa benda berat
durasi : 3 menit
kualitas : terus menerus
intensitas : nyeri ringan

10.10 2. Mengidentifikasi skala nyeri


R/skala nyeri 2

10.15 3. Mengidentifikasi respons nyeri non verbal


R/px sudah tidak merasa gelisah dan tmerasa
nyaman
10.20
4. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
R/teknk relaksasi
10.35 5. Mengkolaborasi pemberian analgesik, jika
perlu
R/diberikan obat nifedipinedan metformin

Pasien 2
Hari ke-4 11.00 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
Kamis durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
19-03-2021 R/ lokasi : pelipis kepal
karakteristik : tertusuk-tusuk
durasi : 3 menit
kualitas : hilang timbul
intensitas : nyeri ringan

11.10 2. Mengidentifikasi skala nyeri


R/skala nyeri 1

11.15 3. Mengidentifikasi respons nyeri non verbal


R/px sudah tidak merasa gelisah dan merasa
nyaman
100

11.20 4. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri
R/teknik relaksasi

11.25 5. Mengkolaborasi pemberian analgesik, jika


perlu
R/diberikan obat amlodipin

G. Evaluasi Keperawatan

Tabel 4.16. Evaluasi

Pasien 1

Diagnosa Keperawatan Intervensi

Nyeri Akut berhubungan S : pasien mengatakan nyeri di bagian kepala berkurang


dengan agen pencedera dan tengkuk leher sedikit tidak sakit lagi, dan dapat
fisiologis (iskemia) beraktivitas dengan baik

O:
1. Keluhan nyeri menurun dari skala 7 menjadi skala 2
2. Gelisah menurun
3. Meringis menurun
4. KU : Baik
5. Kesadaran : Composmentis
6. TD : 157/90 mmHg
7. RR : 23x/menit
8. N : 89x/menit
9. S : 36,70C

A : masalah teratasi sebagian


P : intervensi dilanjutkan oleh petugas Panti Werdha
Hargo Dedali Surabaya

Pasien 2
Nyeri Akut berhubungan S : Pasien mengatakan nyeri di bagian kepala berkurang,
dengan agen pencedera sudah tdak lesu dan tampak bersemangat, kesulitan tidur
fisiologis (iskemia) menurun, pola tidur nyenyak

O:
1. Keluhan nyeri menurun dari skala 5 menjadi skala 1
2. Gelisah menurun
101

3. Kesulitan tidur menurun


4. KU : Baik
5. Kesadaran : Composmentis
6. TD:140/100 mmHg
7. RR : 20x/menit
8. N : 84x/menit
9. S : 360C
A ; masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan oleh petugas Panti Werdha
Hargo Dedali Surabaya
BAB 5
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang “Asuhan Keperawatan pada

Ny. AZ dan Ny. AN yang mengalami Hipertensi dengan Masalah Nyeri Akut di

Panri Werdha Hargo Dedali Surabaya”. Penulis memberikan asuhan keperawatan

selama 4 hari sejak tanggal 16 Maret 2021 – 19Maret 2021. Pembahasan tentang

proses asuhan keperawatan ini menggunakan 5 tahapan proses keperawatan yang

meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi,

danevaluasi.

Hipertensi adalah penyakit yang membunuh diam-diam karena bisa

mengakibatkan penyakit jantung, pembuluh darah, dan stroke. Penyebab kematian

karena penyakit jantung, pembuluh darah yang menduduki urutan pertama pada

orang-orang lanjut usia, selanjutnya kanker dan stroke (CVA) (Muhith, 2016).

A. Pengkajian

Tujuan perawatan pada lansia adalah untuk mengoptimalkan kesehatan

mereka secara umum, dan memperbaiki kapasitas fungsionalnya. Sebagai

seorang perawat profesional dalam memberikan bantuan kepada lanjut usia

melalui pendekatan proses keperawatan perlu memperhatikan aspek

pendekatan fisik, psikis, social, dan spiritual. Dalam hal ini memberikan

bantuan, bimbingan, pengawasan, dan perlindungan untuk pertolongan lanjut

usia secara individu maupun kelompok seperti di rumah/lingkungan keluarga,

panti werdha, maupun puskesmas yang diberikan oleh perawat (Muhith,

2016).

Dari hasil sudah dilakukan pada 2 pasien dengan masalah keperawatan

102
103

yang sama yaitu nyeri akut. Pada Ny. AZ berumur 74 tahun dan Ny. AN

berumur 83 tahun , dengan diagnosa medis hipertensi.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil tanda-tanda vital pada Ny. AZ

tekanan darah : 160/120 mmHg, pernafasan : 24x/menit, suhu : 36,70C, nadi :

89x/menit, kesadaran : composmentis, GCS : 4-5-6, sedangkan pada Ny. AN

tekanan darah : 150/80 mmHg, pernafasan : 20x/menit, suhu : 36,60C, nadi :

84x/menit, kesadaran : composmentis, GCS : 4-5-6. Dari kedua klien

didapatkan hasil tekanan darah lebih dari batas normal sehingga

memunculkan gejala-gejala yang menimbulkan rasa tidak nyaman bahkan

mengganggu lansia seperti nyeri kepala dan kesulitan tidur.

Pada hasil observasi dan pemeriksaan fisik di temukan persamaan yang

di derita klien yaitu tekanan darah kedua klien tinggi melebihi 140/90 mmHg,

klien mengeluh nyeri di bagian kepala, klien nampak lesu dan tidak

bersemangat. Mereka mengeluh nyeri pada kepala dengan skala nyeri Ny. AZ

= 7, dan Ny.AN = 5. Manifestasi klinis utama pada klien dengan hipertensi

adalah pengukuran tekanan darah secara serial atau berkala yang

menunjukkan sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥90 mmHg. Terjadi

peningkatan darah merupakan satu-satunya gejala. Gejala lain yang dirasakan

: sakit kepala, gelisah, sulit tidur, rasa berat di tengkuk leher, nyeri di daerah

bagian belakang kepala, denyut jantung kuat dan cepat, pusing.

Menurut penulis dari hasil pengkajian kedua pada kedua pasien

ditemukan tanda gejala yang menunjukkan pasien mengalami nyeri pada

bagian kepala, yaitu pada pasien Ny. AZ sejak 3 bulan yang lalu mengeluh

nyeri pada kepala bagian belakang dan tengkuk leher terasa sakit yang
104

bersifat terus menerus seperti tertimpa benda berat, pusing terasa ketika saat

terbangun dari tidur dan dibuat memiringkan badannya, pasien nampak lesu

sehingga aktivitas pasien terhambat sedangkan pada pasien Ny. AN mengeluh

nyeri pada pelipis kepala yang bersifat hilang tmbul seperti tertusuk benda

tajam, pusing terasa ketika dibuat berdiri setelah bangun tidur, pasien nampak

lemah, lesu dan tidak bersemangat.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon

manusia (keadaan sehat atau perubahan pola internal aktual / potensial dari

individu atau kelompok tempat perawat secara legal mengidentifikasi dan

perawat dapat memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status

kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan, atau mencegah perubahan

(penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap

masalah kesehatan atau proses kehidupan aktual ataupun potensial sebagai

dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil tempat perawat

bertanggung jawab) (Rohmah dan Walid, 2014).

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) terdapat diagnosa keperawatan

pada kasus hipertensi yaitu : penuruna curah jantung berhubungan dengan

peningkatan afterload, vasokontriksi, hipertrofi/rigitidas ventrikuler, iskeia

miokard, gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri kepala,

ketidaknyamanan fisik dan psikologis yang lama, nyeri akut berhubungan

dengan peningkatan tekanan vaskuler selebral dan iskemia, insomnia

berhubungan dengan depresi, kesepian, berduka, terlambat tidur, kehilangan

teman tidur, takut berpisah dengan orang terdekat, penuaan, serta intoleransi
105

aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan

kebutuhan oksigen.

Dari hasil pengkajian yang sudah dilakukan pada klien dengan masalah

keperawatan yang sama pada Ny. AZ berumur 74 tahun dan Ny.AN berumur

83 tahun. Dengan diagnosa medis hipertensi. Pada pengkajian riwayat

kesehatan sekarang didapatkan data keluhan utama Ny. AZ yaitu pasien

mengatakan semalam tidak enak badan, mengeluh pusing pada bagian kepala

dan tengkuk leher sakit, gelisah dan tampak merintih kesakitan. Sedangkan

pada Ny. AN pasien mengatakan lesu dan gelisah karena semalam susah

untuk tidur karena pusing yang berlebihan di bagian pelipis kepala nya.

Menurut penulis pada kasus didapatkan dua diagnosa keperawatan pada

prioritas yang sama, yaitu nyeri akut pada Ny. AZ ditandai dengan pasien

mengeluh nyeri pada kepala bagian belakang dan tengkuk leher terasa sakit,

pasien gelisah dan tampak meringis, pasien nampak lesu dan memegangi

kepalanya. Nyeri akut pada Ny. AN ditandai dengan pasien mengeluh nyeri

pada bagian pelipis kepala , pasien sering terbangun di tengah malam karena

pusing yang berlebihan, pasien gelisah.

C. Intervensi Keperawatan

Setelah didapatkan diagnosa keperawatan maka perlu penetapan

intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut.

Intervensi adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,

mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam

diagnosa keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana

perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah dengan efektif dan


106

efisien (Rohmah dan Walid, 2014)

Pada perumusan masalah antara tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak

ada kesenjangan. Kegiatan intervensi keperawatan ini meliputi :

memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan, kriteria hasil, serta tindakan

dalam intervensi. Perawat dalam perumusan intervensi keperawatan mengacu

pada Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standart Luaran

Keperawatan

Indonesia (SLKI). Dalam studi kasus perawat melakukan 4 kali

kunjungan hingga kunjungan terakhir, perawat terus memantau sejauh mana

keberhasilan dalam memecahkan masalah atas rencana keperawatan yang

telah ditegakkan oleh perawat.

Intervensi yang di berikan pada Ny. AZ dan Ny.AN adalah

mengukur tanda – tanda vital klien meliputi tekanan darah, cek suhu, nadi,

serta pernafasan. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas

dan intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, identifikasi respon nyeri non

verbal, identifikasi yang memperberat dan memperingan nyeri, berikan teknik

non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri dengan cara mengkompres

hangat pada bagian leher, menjelaskan strategi meredakan nyeri, dan

kolaborasi pemberian analgetik dengan tujuan dan kriteria hasil yang

diharapkan setelah dilakukan tindakan 4x24 jam diharapkan keluhan nyeri

menurun, pasien tampak meringis menurun, gelisah menurun, kesulitan tidur

menurun.

Menurut SIKI (2018), pasien yang mengalami nyeri akut maka

intervensi yang di berikan adalah manajemen nyeri yaitu identifikasi lokasi,


107

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri, identifikasi skala

nyeri, identifikasi respon nyeri non verbal, identifikasi yang memperberat dan

memperingan nyeri, berikan teknik non farmakologis dengan cara teknik

relaksasi napas dalam, menjelaskan strategi meredakan nyeri, dan kolaborasi

pemberian analg etik.

Menurut penulis, intervensi yang akan diterapkan pada pasien yaitu

teknik relaksasi napas dalam akan dapat menurunkan tekanan darah dan

mengurangi rasa nyeri di kepala pasien, oleh karena itu intervensi yang akan

diterapkan juga harus membutuhkan dukungan yang baik dan kerjasama

dengan pasien.

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang

dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Implementasi

keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Kegiatan dalam implementasi juga meliputi pengumpulan

data berkelanjutan, mengobservasi respon pasien selama dan sesudah

pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah dan Walid,

2014).

Implementasi keperawatan yang dilakukan oleh penulis dalam asuhan

keperawatan pada pasien yang mengalami hipertensi dengan masalah

keperawatan nyeri akut berpedoman pada intervensi yang telah disusun dan

tidak terdapat kesenjangan antara intervensi dengan implementasi yang

dilakukan.

Pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen


108

pencedera fisiologis (iskemia) dilakukan selama 4 hari.pada pasien 1 dan 2

yang dilakukan pada tanggal 16 Maret 2021 sampai dengan 19 Maret 2021.

Tindakan utama yang dilakukan yaitu memberikan teknik relaksasi napas

dalam untuk mengurangi intensitas nyeri pada Ny. AZ dan Ny. AN. selain itu

tindakan yang dilakukan adalah memonitor tanda – tanda vital, menjelaskan

faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, menjelaskan penyebab

timbulnya nyeri, menjelaskan strategi mengurangi nyeri.

Menurut penulis, implementasi pada kedua pasien yang telah dilakukan

berdasarkan teori untuk menurunkan nyeri dapat dilakukan dengan

menggunakan teknik non farmakologi, yaitu teknikrelaksasi dengan cara tarik

napas dalam. Fakta yang didapatkan, implementasi yang dilakukan pada Ny.

AZ dan Ny. AN mengajarkan teknik napas dalam. Tidak ada kesenjangan

antara teori dan fakta.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah penulaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap

perencanaan (Rohmah dan Walid, 2014). Dalam melakukan evaluasi tindakan

keperawatan penulis menggunakan pedoman SOAP, yaitu S (Subjektif) :

ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluarkan secara langsung oleh

pasien atau keluarga pasien setelah diberikan implementasi keperawatan O

(objektif) : yaitu keadaan objektif yang didefinisikan oleh perawat

menggunakan pengamatan yang objektif, A (Assesment) : yaitu analisis

perawatsetelahmengetahui respon subjektif dan objektif, P (Planning) :

perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.


109

Evaluasi keperawatan dilakukan selama 4 hari, dan dalam karya tulis ini

penulis akan membahas mengenai evaluasi tindakan keperawatan terhadap

intervensi keperawatan dengan masalah nyeri akut pada Ny. AZ dan Ny. AN,

evaluasi pada hari keempat Ny. AZ mengatakan nyeri berkurang dari skala 7

menjadi skala 2, pada hari keempat hasil observasi S: 36,7 ◦C, N: 89x/menit,

RR: 23x/menit, TD: 150/90 mmHg, dan evaluasi pada Ny. AN, mengatakan

nyeri berkurang dari skala 5 menjadi skala 1, hasil observasi S: 36°C, N:

84x/menit, RR: 20x/menit, TD: 140/100mmHg., A : masalah teratasi

sebagian, P : intervensi dilanjutkan oleh petugas Panti werdha Hargo Dedali

Surabaya.

Menurut penulis, pada evaluasi akhir kedua pasien mengalami

penurunan skala, intensitas nyeri yang berbeda dan respon yang berbeda.

Pada teori dijelaskan bahwa perencanaan sudah tercapai atau belum dapat

juga tercapai sebagian atau timbul masalah baru. Faktanya pada pasien 1 dan

pasien 2 masalah teratasi dengan skala dan intensitas nyeri yang berbeda,

sehingga evaluasi teratasi pada hari ke 4.


BAB 6

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada kedua responden

dengan masalah gangguan pola tidur di Panti Werdha Hargo Dedali

Surabaya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran yang

dibuat berdasarkan laporan kasus adalah sebagai berikut :

1. Pengkajian

Pada pengkajian terhadap pasien 1 dan pasien 2 sama – sama

mengalami nyeri akut akibat tekanan darah meningkat. Dan yang

berbeda yaitu intensitas nyeri pada kedua pasien. Pada pasien 1

intensitas nyeri pada saat pengkajian di dapatkan skala 7 sedangkan

pasien 2 intensitas nyeri berskala 5.

2. Diagnosakeperawatan

Diagnosa keperawatan mengacu pada buku SDKI (Standard Diagnosis

Keperawatan Indonesia, tahun 2017) dan diagnosa keperawatan

prioritas yang ditemukan pada pasien 1 dan pasien 2 yaitu nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (iskemia).

3. Intervensi

Intervensi yang dilakukan sesuai dengan SLKI (Standard Luaran

Keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standard Intervensi Keperawatan

Indonesia) dalam mengatasi diagnosis prioritas yaitu nyeri akut yang

dialami oleh kedua pasien dengan menggunakan manajemen nyeri

perencanaan yang akan dilakukanyaitu mengukur tanda – tanda vital

110
111

klien meliputi tekanan darah, cek suhu, nadi, serta pernafasan.

Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan

intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, identifikasi respon nyeri non

verbal, identifikasi yang memperberat dan memperingan nyeri,

berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri dengan

cara teknik relaksasi napas dalam, menjelaskan strategi meredakan

nyeri, dan kolaborasi pemberian analgetik

4. Implementasi

Tindakan keperawatan pada klien 1 dan 2 dengan diagnosa Hipertensi

dengan masalah nyeri akut dilaksanakan sesuai dengan perencanaan

keperawatan yang telah dibuat. Tindakan keperawatan yang dilakukan

penulis selama 4 hari yaitu mengukur tanda – tanda vital klien

meliputi tekanan darah, cek suhu, nadi, serta pernafasan. Identifikasi

lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri,

identifikasi skala nyeri, identifikasi respon nyeri non verbal,

identifikasi yang memperberat dan memperingan nyeri, berikan teknik

non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri dengan cara teknik

relaksasi napas dalam, menjelaskan strategi meredakan nyeri, dan

kolaborasi pemberian anlgetik

5. Evaluasi

Setelah dilakukan tidakan keperawatan dalam asuhan keperawatan

dengan hasil evaluasi yang dilakukan selama 4 hari pada kedua

pasien menunjukan penurunan skala nyeri di hari keempat pengkajian,

pada Ny.AZ mengalami penurunan nyeri dari skala 7 menjadi skala 2,


112

sedangkan Ny. AN.mengalami penurunan nyeri dari skala 5 menjadi

skala 1, intervensi kedua pasien dihentikan karena masalah teratasi.

Evaluasi keperawatan pasien menggunakan pedoman SOAP

(Subjektif, Objektif, Assesment, Planning).

Dan untuk terus menyemangati pasien terutama orang terdekat

pasien yaitu keluarga juga ikut andil dalam mengatasi masalah tidur

klien, jadi keluarga diharapkan memahami dan memantau kegiatan

sertakondisi klien juga apa yang dibutuhkan oleh klien dan terus

memperhatikan klien. Tanpa disadari dukungan dan support orang

terdekat, serta motivasi klien untuk sembuh dapat mempercepat proses

kesembuhan klien, jadi dukungan dan support selalu diberikan.

B. Saran

1. Perawat

Mampu memberikan asuhan keperawatan klien yang mengalami

masalah nyeri akut pada penderita hipertensi harus dilakukan sesuai

standart yang telah ditetapkan. Keputusan dan tindakan yang tepat

dalam menangani masalah yang timbul dibutuhkan pengetahuan dan

kemampuan bagi petugas khususnya perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan.

2. Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya

Karya tulis ini dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan

asuhan keperawatan klien yang mengalami masalah nyeri akut pada

penderita hipertensi sehingga petugas dapat memberikan pelayanan

kesehatan yang tepat dan efektif.


113

3. Institusi Pendidikan

Digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam

pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan

datang.

4. Klien

Klien mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang cara klien yang

mengalami masalah nyeri akut pada penderita hipertensi dalam

mengatasi masalahnya.

5. Penulis selanjutnya

Melihat keterbatasan penelitian yang dilakukan dalam karya tulis ini,

penulis berharap dalam penulisan laporan mengenai asuhan

keperawatan yang sama, penulis selanjutnya mampu memanfaatkan

waktu dengan selektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan

keperawatan pada klien secara optimal.


DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma`rifatul (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Doenges., (2010). Merawat manusia Lanjut usia. Jakarta: Trans Info Media.

Maryam, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika

Mujahidullah, Khalid. (2012). Keperawatan Geriatrik Merawat Lansia Dengan


Cinta dan Kasih Sayang. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Sunaryo. (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV ANDI


OFFSET

Susilo, Yekti. (2011). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta.: CV ANDI


OFFSET

NURARIF, Amin Huda dan Kusuma Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Jilid 2.
Yogyakarta: Mediaction Jogja

Kemenkes RI, 2018. Hipertensi Membunuh Diam-diam, Ketahui Tekanan Darah


Anda.Mei, 2018 [Internet] [diakses pada tanggal 27 Oktober 2019 pukul
15:54] didapat dari
https://www.kemkes.go.id/article/view/18051600004/hipertensi-membunuh-
diam-diam-ketahui-tekanan-darah-anda.html

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2017.Starndart Diagnosa Keperawatan Indonesia,


Jakarta : DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2018.Standart Luaran Keperawatan Indonesia.


Jakarta : DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018.Standart Intervensi Keperawatan Indonesia.


Jakarta : DPP PPNI.

114
115

Lampiran 1 Pengajuan Usulan Judul KTI


116

Lampiran 2 Permohonan Pengambilan Data Awal Dan Penelitian


117

Lampiran 3 Surat Pengantar


118

Lampiran 4 Surat Balasan dari Panti


119

Lampiran 5 Surat Permohonan Menjadi Responden


120

Lampiran 6 Pernyataan Bersedia Menjadi Responden (Px 1)


121

Lampiran 7 Pernyataan Menjadi Responden (Px 2)


122

Lampiran 8 Berita Acara Kunjungan


123

Lampiran 9 Berita Acara Bimbingan KTI

Anda mungkin juga menyukai