Anda di halaman 1dari 62

TINGKAT PENGETAHUAN CARA PENGGUNAAN DAN

PENYIMPANAN INSULIN PEN PADA PASIEN DIABETES DI POLI


PENYAKIT DALAM RSAU dr. EFRAM HARSANA LANUD ISWAHJUDI
MAGETAN

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh predikat


Ahli Madya Farmasi

Disusun oleh:
Lutfi Indria Pratiwi
NIM : 32318420

PRODI FARMASI DIPLOMA TIGA


PROGRAM STUDI DI LUAR KAMPUS UTAMA
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA KAMPUS
MADIUN
2021
HALAMAN PENGESAHAN

TINGKAT PENGETAHUAN CARA PENGGUNAAN DAN PENYIMPANAN


INSULIN PEN PADA PASIEN DIABETES DI POLI PENYAKIT DALAM
RSAU dr. EFRAM HARSANA LANUD ISWAHJUDI MAGETAN

Disusun oleh :

Lutfi Indria Pratiwi

NIM : 32318420

Telah disetujui Dosen Pembimbing

Pada tanggal :...........................................

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah

Pada tanggal :............................................

Pembimbing,

Drs. Agus Purwanto, M.Si


NIK 612.19.1099

Mengetahui,

Dekan Fakultas Vokasi, Ketua Program Studi,

Indriana Lestari, S.Sos., MA Erlien Dwi Cahyani, M.


NIK 411.99.0017 NIK 412.19.1177

ii
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN CARA PENGGUNAAN DAN PENYIMPANAN


INSULIN PEN PADA PASIEN DIABETES DI POLI PENYAKIT DALAM
RSAU dr. EFRAM HARSANA LANUD ISWAHJUDI MAGETAN

Laporan Penelitian Karya Tulis Ilmiah


Disusun oleh :
Lutfi Indria Pratiwi
NIM : 32318420

Tim Penguji
Nama Tanda Tangan
1. Drs. Agus Purwanto, M.Si. 1.
NIDN. 0717086401

2. Christianto A.N., M.Si. 2.


NIDN. 0702017001

3. Angga Rahabistara S., M.Si. 3.


NIDN. 0708088701

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah


Dinyatakan telah memenuhi syarat
Pada tanggal..................................................

Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi Diploma Tiga,

Erlien Dwi Cahyani, M. Farm.,Apt


NIK 412.19.1177

iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH DAN

PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya sebagai mahasiswa Universitas

Katolik Widya Mandala Surabaya Kampus Kota Madiun:

Nama : Lutfi Indria Pratiwi

NIM : 32318420

Judul KTI : Tingkat Pengetahuan Cara Penggunaan dan Penyimpanan Insulin


Pen pada Pasien Diabetes Di Poli Penyakit Dalam RSAU dr.
Efram Harsana Lanud Iswahjudi Magetan
Menyatakan bahwa karya tulis ilmiah ini adalah ASLI karya tulis saya. Apabila
terbukti karya ini merupakan plagiarism, saya bersedia menerima sanksi yang
akan diberikan oleh Fakultas Vokasi Universitas Katolik Widya Mandala
Surabaya. Saya menyetujui pula bahwa karya tulis ini dipublikasikan/ditampilkan
di internet atau media lain (digital library Perpustakaan Universitas Katolik
Widya Mandala Surabaya) untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan
Undang-undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan keaslian dan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya
buat dengan sebenarnya.

Madiun, Juni 2021

Yang Menyatakan,

(Lutfi Indria Pratiwi)

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat serta

karunia-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan

Cara Penggunaan Dan Penyimpanan Insulin Pen Pada Pasien Diabetes Di Poli

Penyakit Dalam RSAU dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi Magetan” dapat

diselesaikan tepat waktu.

Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil sehingga

Karya Tulis Ilmiah ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan

kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan perlindungan, kesehatan serta hidayahnya

sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan baik.

2. Ibu Indriana Lestari, S.Sos., MA selaku Dekan Vakultas Vokasi Universitas

Katolik Widya Mandala Surabaya Kampus Kota Madiun.

3. Ibu Erlien Dwi Cahyani, M.Farm.,Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi

Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Kampus Kota Madiun.

4. Bapak Drs. Agus Purwanto, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

mendidik dan memberikan bimbingan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Ibu Vidya Kartikaningrum, M.Farm.,Apt selaku Dosen yang telah

mendampingi selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Ibu Siti Aisyah, yang telah memberikan izin penelitian di RSAU dr. Efram

Harsana.

v
7. Bapak Triyanto, S.Farm., Apt, selaku kepala instalasi farmasi RSAU dr.

Efram Harsana.

8. Seluruh staf instalasi farmasi RSAU dr. Efram harsana yang telah membantu

untuk melakukan penelitian.

9. Keluarga saya yang telah memberikan doa, dorongan dan semangat selama

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Mahinggar Syapna Yowansyah Amd.,Farm, Lintang DCB Amd.,Farm dan

Novelen Yairristi Amd., Farm yang telah membantu dalam penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini.

11. Aqilla Fadia Hayya yang telah membantu dan menemani saya selama

menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

12. Sahabat-sahabat saya yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat

selama ini.

Meskipun telah berusaha menyelesaikan karya tulis ilmiah ini sebaik

mungkin, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih ada kekurangan. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna

menyempurnakan segala kekurangan dalam karya tulis ilmiah ini. Akhir kata,

penulis berharap semoga penelitian ini berguna bagi para pembaca dan pihak-

pihak lain yang berkepentingan.

Penulis,

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan untuk :

1. Kedua orang tua saya tercinta Bapak Romli dan Ibu Indarti, support system

terbaik saya yang selalu mendukung baik moril maupun materiil, serta selalu

mendoakan dan terus memotivasi saya, sehingga saya dapat menyelesaikan

kuliah saya.

2. Adik saya Renatha Indria Pramestya, yang telah memberikan doa dan

dukungannya yang membuat saya terus semangat dalam mengerjakan Karya

Tulis Ilmiah ini.

3. Sahabat-sahabat “Grup WAMA” saya yang selalu memberikan semangat

dalam mengerjakan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Teman-teman saya satu bimbingan penelitian yang telah berjuang bersama-

sama penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Seluruh rekan farmasi yang membanggakan khususnya angkatan 2018 atas

kerjasama dan bantuannya yang telah diberikan kepada saya dalam segala hal.

6. Almamater saya, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Kampus

Madiun

vii
ABSTRAK

Terapi insulin merupakan komponen penting sebagai salah satu


pengobatan diabetes karena dibutuhkan pengetahuan yang cukup agar tepat dalam
penggunaan dan penyimpanan insulin pen guna mendukung keberhasilan terapi
dan menghindari terjadinya hal-hal yang merugikan pasien. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan cara penggunaan dan penyimpanan
insulin pen pada pasien diabetes di poli penyakit dalam RSAU dr. Efram Harsana
Lanud Iswahjudi Magetan. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional
prospektif dengan metode analisa deskriptif. Data diperoleh dengan penyebaran
kuesioner kepada 40 responden. Pemilihan sampel ditentukan dengan metode
purposive sampling kepada responden yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan
baik sebesar 35%, responden yang berpengetahuan cukup sebesar 55% dan
sebesar 10% responden berpengetahuan kurang. Pada indikator cara penyuntikan
insulin pen mendapat persentase paling tinggi sebesar 93% dan persentase paling
rendah sebesar 34% pada indikator kondisi penyimpanan insulin pen.

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Insulin Pen, Lanud Iswahjudi.

viii
ABSTRACT

Insulin therapy is an important component as one of the diabetic


treatments because it requires sufficient knowledge to be precise in the use and
storage of insulin pens to support the success of therapy and avoid things that
harm the patient. The purpose of this study was to determine the level of
knowledge on how to use and store insulin pens in diabetic patients in the internal
medicine clinic of RSAU dr. Efram Harsana Iswahjudi Air Base, Magetan. This
type of research is a prospective observational study with descriptive analysis
method. Data was obtained by distributing questionnaires to 40 respondents.
Sample selection was determined by purposive sampling method to respondents
who met the inclusion criteria. The results showed that respondents who had a
good level of knowledge were 35%, respondents who had sufficient knowledge
were 55% and 10% of respondents had less knowledge. In the indicator of how to
inject insulin pen, the highest percentage is 93% and the lowest percentage is 34%
on the indicator of insulin pen storage conditions.

Keywords: Knowledge Level, Insulin Pen, Iswahjudi Air Base.

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI KARYA TULIS ILMIAH............iii
HALAMAN PERNYATAAN................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................vii
ABSTRAK............................................................................................................viii
ABSTRACT............................................................................................................ix
DAFTAR ISI............................................................................................................x
DAFTAR TABEL..................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................3
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
A. Diabetes Melitus...........................................................................................5
B. Insulin...........................................................................................................7
C. Cara Penggunaan Insulin Pen.......................................................................9
D. Penyimpanan Insulin Pen...........................................................................12
E. Tingkat Pengetahuan..................................................................................13
F. RSAU dr. Efram Harsana...........................................................................14
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................15
A. Jenis Penelitian...........................................................................................15
B. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................15
C. Populasi dan Sampel..................................................................................15
D. Teknik Sampling........................................................................................16
E. Variabel dan Definisi Operasional.............................................................16

x
F. Instrumen Penelitian...................................................................................17
G. Uji Validitas dan Reliabilitas.....................................................................18
H. Metode Pengumpulan Data........................................................................19
I. Pengolahan dan Analisis Data....................................................................19
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................20
A. Karakteristik Responden............................................................................20
B. Penilaian Tingkat Pengetahuan..................................................................23
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................34
A. Kesimpulan................................................................................................34
B. Saran...........................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................35
LAMPIRAN...........................................................................................................38

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Indikator Kuesioner Yang Digunakan Pada Penelitian.........................18


Tabel 2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin..........20
Tabel 3. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur........................21
Tabel 4. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan...............21
Tabel 5. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan.................22
Tabel 6. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Penggunaan
Insulin Pen.............................................................................................23
Tabel 7. Distribusi Penilaian Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin........................................................................................24
Tabel 8. Distribusi Penilaian Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan
Umur......................................................................................................24
Tabel 9. Distribusi Penilaian Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan
Pendidikan.............................................................................................25
Tabel 10. Distribusi Penilaian Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan
Pekerjaan...............................................................................................26
Tabel 11. Distribusi Penilaian Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan
Lama Penggunaan Insulin Pen..............................................................27
Tabel 12. Distribusi Penilaian Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan
Indikator.................................................................................................28
Tabel 13. Hasil Penilaian Tingkat Pengetahuan Responden..................................33

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian...............................................................................


Lampiran 2. Data Primer Penelitian...........................................................................
Lampiran 3. Lembar Kuesioner Penelitian................................................................
Lampiran 4. Foto Pengisian Kuesioner oleh Responden...........................................
Lampiran 5. Hasil Uji Validitas Kuesioner................................................................
Lampiran 6. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner............................................................

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan penyakit yang ditandai dengan

meningkatnya kadar gula/glukosa dalam darah. Peningkatan glukosa

disebabkan adanya gangguan metabolisme kronis sehingga mengakibatkan

pankreas tidak dapat memproduksi insulin secara cukup atau insulin yang

dihasilkan tidak dapat digunakan secara efektif oleh tubuh (WHO, 2016).

Insulin adalah hormon yang berperan untuk mengubah zat glukosa

menjadi glikogen. Insulin bersama hormon glukagon berfungsi mengatur

kadar gula darah. Kelainan genetik pada pankreas akan mengakibatkan

produksi insulin berkurang, sehingga pankreas tidak dapat memproduksi

insulin pada pasien diabetes mellitus tipe 1 dan terjadi gangguan sekresi

maupun resistensi insulin pada pasien diabetes mellitus tipe 2 (Sinoputro dkk,

2015).

Terapi insulin pada pasien diabetes di rumah sakit masuk dalam

pengobatan risiko tinggi (high risk medication). Terapi insulin menjadi

masalah penting dalam pengobatan karena kesalahan dalam terapi cukup

sering ditemukan. Faktor penyebab kesalahan dalam penggunaan insulin

disebabkan adanya keterbatasan keterampilan, cara, dan pengetahuan

(PERKENI, 2008).

1
Terapi insulin merupakan komponen penting dari pengobatan yang

digunakan dalam pengobatan diabetes. Pengetahuan yang cukup tentang

penggunaan insulin dapat membantu mencegah komplikasi dan hasil yang

merugikan pasien. American Diabetic Association telah membuat beberapa

pedoman mengenai penyimpanan insulin, pencampuran insulin, penggunaan

jarum suntik insulin yang tepat dan pertimbangan lainnya. Namun, pasien

diabetes melitus terutama di negara berkembang masih tidak mengikuti

pedoman yang dibuat dikarenakan masalah pengetahuan, sosial dan ekonomi

rendah (Shrivastava, 2013).

Hasil penelitian Lau dkk (2012), terdapat 74% pasien merasa tidak

nyaman dengan terapi insulin yang dilakukan setiap hari dan mengalami

kesulitan dalam penggunaan insulin disebabkan minimnya pengetahuan

mengenai penggunaan insulin. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh

Atmaja dkk (2017) di RSUD Ulin Banjarmasin sebanyak 33,3% penderita

diabetes melitus masih salah dalam menggunakan insulin pen.

RSAU dr. Efram Harsana merupakan salah satu rumah sakit rujukan

di Kabupaten Magetan. Menurut informasi dari tenaga kefarmasian di

instalasi farmasi RSAU dr. Efram Harsana, masih sering mendapat keluhan

dari pasien diabetes yang mendapat terapi insulin pen seperti mengeluh sakit

saat melakukan penyuntikan dan insulin pen macet sehingga cairan insulin

tidak dapat keluar.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perlu

dilakukan penelitian mengenai tingkat pengetahuan cara penggunaan dan

2
penyimpanan insulin pen pada pasien diabetes di Poli Penyakit Dalam RSAU

dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi Magetan.

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah bagaimana tingkat pengetahuan pasien diabetes di Poli Penyakit

Dalam RSAU dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi Magetan tentang cara

penggunaan dan penyimpanan insulin pen?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat

pengetahuan pasien diabetes di Poli Penyakit Dalam RSAU dr. Efram

Harsana Lanud Iswahjudi Magetan tentang cara penggunaan dan

penyimpanan insulin pen.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat penelitian ini untuk RSAU dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi

Magetan diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah edukasi kepada

pasien diabetes pengguna insulin mengenai cara penggunaan dan

penyimpanan insulin pen.

2. Manfaat untuk jurusan adalah untuk menambah rujukan pustaka

mengenai cara penggunaan dan penyimpanan insulin pen yang baik dan

benar.

3
3. Manfaat penelitian ini untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat

bermanfaat sebagai rujukan atau referensi untuk penelitian selanjutnya

mengenai cara penggunaan dan penyimpanan insulin pen.

4. Manfaat penelitian ini untuk peneliti diharapkan dapat bermanfaat untuk

menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai cara penggunaan

dan penyimpanan insulin pen.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Melitus

Diabetes Melitus atau kencing manis adalah suatu penyakit metabolik

yang disebabkan karena ketidakmampuan tubuh dalam memanfaatkan insulin

yang mengakibatkan kadar glukosa dalam darah menjadi tidak terkontrol atau

tidak terkendali (Nugroho dkk, 2017). Diabetes melitus merupakan penyakit

berupa gangguan metabolisme kronis multietiologi dengan tanda peningkatan

kadar glukosa darah serta gangguan metabolisme lemak, karbohidrat, dan

protein yang disebabkan insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin

terjadi karena adanya gangguan pada sel beta langerhans kelenjar pankreas

sehingga terjadi defisiensi produksi insulin, atau disebabkan karena sel-sel

tubuh terhadap insulin kurang responsif (WHO, 1999).

Klasifikasi diabetes melitus menurut American Diabetes Association

(2021):

a. Diabetes Tipe I, terjadi karena rusaknya sel β autoimun sehingga terjadi

defisiensi insulin absolut, yaitu ketidakmampuan pankreas dalam

memproduksi insulin sehingga membutuhkan insulin dari luar yang

berupa suntikan insulin (PERKENI, 2015) termasuk diabetes autoimun

yang dapat terdeteksi pada saat dewasa atau diabetes auto imun laten

(ADA, 2021).

5
b. Diabetes Tipe II, disebabkan karena terjadinya resistensi insulin yang

melatarbelakangi hilangnya progresif sekresi insulin pada sel beta (ADA,

2021). Resistensi insulin adalah kegagalan sel sasaran insulin dalam

merespon insulin dengan keadaan normal. Resistensi insulin disebabkan

banyak faktor, diantaranya adalah obesitas dan aktivitas fisik yang

kurang (Fatimah, 2015).

c. Diabetes mellitus tipe lain, merupakan penyakit diabetes karena faktor

lain, seperti: sindrom diabetes monogenik, (diabetes neonatal dan

diabetes yang timbul pada usia muda), penyakit pankreas eksokrin.

Diabetes tipe ini juga dapat disebabkan karena penggunaan obat seperti

glukokortikoid, obat-obatan HIV/AIDS, atau menjalani tindakan

transplantasi organ (ADA, 2021).

d. Diabetes mellitus gestasional, yaitu diabetes yang baru tediagnosa pada

saat kehamilan memasuki trimester kedua atau ketiga. Diabetes ini bukan

merupakan diabetes yang diderita sebelum kehamilan (ADA, 2021).

Penyakit diabetes mellitus biasanya ditandai dengan gejala atau

keluhan klasik seperti penurunan berat badan secara drastis tanpa diketahui

penyebanya dan trias poli yaitu polidipsia/banyak minum, polifagia/banyak

makan dan poliuria/banyak kencing. Gejala lain yang umum dikeluhkan oleh

penderita diabetes mellitus adalah kesemutan, badan lemas, rasa gatal pada

kulit, penglihatan kabur, dan disfungsi ereksi (PERKENI, 2015).

6
B. Insulin

1. Definisi

Insulin adalah suatu hormon yang secara alami dihasilkan oleh

pankreas, berfungsi untuk mengubah glukosa darah menjadi energi yang

digunakan tubuh untuk menjalankan fungsinya (Rismayanthi, 2010).

Hormon insulin diproduksi oleh sel beta pada pankreas. Sel beta

memproduksi insulin sebagai molekul besar atau proinsulin, kemudian

dipecah menjadi insulin dan C-peptida (ADA, 2021).

Hormon insulin juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan kadar

gula darah yang diproduksi oleh pankreas. Kekurangan insulin dapat

mengakibatkan seseorang menderita diabetes melitus, sehingga untuk

menjaga agar kadar gula darah tetap terkontrol, penderita memerlukan

perawatan dengan insulin buatan. Insulin buatan merupakan suatu hormon

sintesis yang memiliki susunan zat yang mirip dengan insulin alami yang

dihasilkan oleh tubuh (Laksmita, 2015).

2. Pemberian Terapi Insulin

Menurut PERKENI (2015), terapi insulin diberikan pada beberapa

pasien diabetes melitus, yaitu:

a. Penderita Diabetes Melitus Tipe I

Penderita diabetes tipe I pankreas tidak lagi memproduksi insulin.

Sel beta telah dihancurkan sehingga membutuhkan suntikan insulin untuk

mengolah glukosa dari makanan (ADA, 2021).

7
b. Penderita Diabetes Melitus Tipe II

Penderita diabetes tipe II masih dapat memproduksi insulin, tetapi

sel-sel sasaran insulin tidak dapat merespon dengan baik, sehingga

beberapa penderita diabetes tipe II membutuhkan suntikan insulin apabila

penggunaan OAD (Oral Anti Diabetes) dirasa kurang efektif (ADA,

2021).

c. Penderita diabetes mellitus dengan kondisi khusus seperti kehamilan,

penyakit hati, gagal ginjal, steroid dan lanjut usia.

3. Jenis insulin

Menurut PERKENI (2015) jenis insulin dapat dikelompokkan

berdasarkan:

a. Asal, terdiri dari insulin manusia dan insulin analog.

b. Lama kerja :

1) Insulin kerja cepat (rapid acting), berfungsi untuk mengendalikan

glukosa darah sesudah makan, diberikan 5-15 menit sebelum makan

dengan lama kerja 4-6 jam. Contoh : Apidra, Novorapid, Humalog.

2) Insulin kerja pendek (short acting), berfungsi untuk pengendalian

gula darah sesudah makan. Insulin dapat diberikan 30 sampai 45

menit sebelum makan, memiliki lama kerja 6-8 jam. Contoh :

Humulin R, Novolin R.

3) Insulin kerja menengah (intermediate acting), untuk pengendalian

gula darah basal, yaitu pada saat tidak makan atau puasa. Lama

kerja 8 sampai 12 jam. Insulin ini di serap tubuh lebih lambat, dan

8
pola sekresinya mengikuti insulin endogen. Contoh : Humulin N,

Novolin N.

4) Insulin kerja panjang (long acting), memiliki lama terapi 12 sampai

24 jam, penyerapan lebih lambat dan berfungsi mengontrol glukosa

darah basal. Penggunaan insulin ini adalah satu sampai dua kali

sehari, yaitu hanya pada saat malam hari sebelum tidur atau pada

pagi dan malam hari. Contoh: Lantus, Levemir.

5) Insulin campuran (premixed), biasanya digunakan 2 kali sehari

sebelum makan. Contoh : Mixtard, Novomix.

C. Cara Penggunaan Insulin Pen

1. Cara Penggunaan Insulin menurut Association of Diabetes Care & Education

Specialists (2020):

a. Persiapan menyuntik insulin

Mencuci tangan menggunakan sabun atau handsanitizer untuk

mencegah terjadinya resiko infeksi, kemudian menyiapkan insulin pen

untuk injeksi, memeriksa jenis insulin, kecukupan dosis terapi serta

memeriksa tanggal kadaluwarsa insulin pen sebelum digunakan.

Memasang jarum insulin yang baru pada insulin pen, kemudian

memastikan bahwa insulin pen yang akan digunakan tidak ada udara

didalamnya dengan cara mengeluarkan cairan insulin sebanyak 1 sampai

2 unit dengan posisi insulin pen mengarah ke atas. Menentukan dosis

insulin sesuai anjuran dokter.

b. Cara penyuntikan insulin pen :

9
1) Memilih lokasi penyuntikan dan memastikan lokasi atau bagian

tubuh yang akan diinjeksi insulin dalam keadaan bersih (dapat

menggunakan alkohol swab).

2) Insulin pen digenggam dengan 4 jari dan ibu jari pada posisi plunger

atau tombol. Pasien yang memiliki lemak tubuh terbatas, dapat

mencubit bagian kulit yang akan diinjeksi. Posisi insulin pen tegak

lurus (sudut 90º) dengan bagian kulit. Jarum insulin dibiarkan selama

10 detik pada tempat suntikan untuk memastikan cairan insulin

benar-benar masuk kedalam tubuh dan mencegah cairan insulin

keluar dari tubuh yang suntikkan. Jarum ditarik dari tempat suntikan

dan melepas cubitan pada kulit.

3) Jarum yang telah digunakan sebaiknya dilepas dari pen insulin

karena jika masih terpasang dapat mengakibatkan kebocoran dan

menimbulkan gelembung udara. Penggunaan jarum baru untuk

setiap suntikan adalah terbaik cara untuk meminimalkan

ketidaknyamanan dan memastikan akurasi/efektifitas dari dosis

insulin.

2. Lokasi Penyuntikan Insulin Pen

Lokasi penyuntikan insulin berpengaruh terhadap kadar glukosa

darah. Insulin disuntikkan kedalam lapisan lemak, seperti di bawah kulit perut

(dua jari atau beberapa inci dari pusar), luar paha, pinggul, bokong, atau

lengan. Insulin yang masuk ke dalam aliran darah memiliki kecepatan

berbeda jika disuntikkan di tempat yang berbeda. Insulin yang disuntikkan di

10
perut memiliki kecepatan paling cepat dibandingkan dengan disuntikkan pada

lengan dan lebih lambat lagi jika disuntikkan di paha dan bokong.

Penyuntikan insulin secara terus menerus di lokasi yang sama persis dapat

menimbulkan benjolan/perubahan bentuk/warna kulit atau lipohipertrofi

(Lukito, 2020).

Pencegahan dan terapi pada lipohipertrofi dapat dilakukan dengan

menggunakan insulin manusia yang dimurnikan, melakukan rotasi lokasi

injeksi dan hanya menggunakan jarum insulin sekali pakai. Rotasi injeksi

dibagi menjadi beberapa kuadran (bila disuntikkan pada paha atau bokong),

satu kuadran digunakan sebagai lokasi penyuntikan selama satu minggu

dengan jarak 1 inchi atau dua jari setiap hari antar lokasi penyuntikan,

tujuannya adalah agar jaringan tidak mengalami trauma ulang. Penyuntikan

pada wanita hamil dapat disuntikkan pada lokasi perut dengan mencubit

lipatan kulit dan menghindari area perut sekitar umbilikus selama kehamilan

trimester akhir (PERKENI, 2008).

3. Hal – Hal yang Diperhatikan untuk Meminimalkan Rasa Sakit yang

Berhubungan dengan Insulin (FIT, 2016) :

a. Pemilihan dan persiapan lokasi yang tepat, hindari penyuntikan pada akar

rambut dan bagian kulit yang memar.

b. Pemilihan jarum yang tipis dan pendek, umumnya 4-5mm.

c. Penggunaan jarum baru untuk setiap injeksi. Jarum suntik sebaiknya

hanya digunakan 1 kali, penggunaan jarum secara berulang

mengakibatkan tumpulnya jarum sehingga menyebabkan nyeri,

11
perdarahan dan memar pada lokasi injeksi, serta menyebabkan

kristalisasi insulin yang dapat menghambat aliran insulin pada injeksi

selanjutnya.

d. Insulin yang akan digunakan harus mencapai suhu kamar, jangan

menyuntikkan insulin sewaktu insulin dalam keadaan dingin.

e. Penyuntikan dengan menggunakan alkohol swab harus dibiarkan

mengering sebelum menyuntikkan insulin.

f. Tidak memijat tempat suntikan

D. Penyimpanan Insulin Pen

1. Insulin pen baru atau yang belum dipakai disimpan di lemari es dengan suhu

2-8ºC tetapi jangan di freezer. Tujuan penyimpanan dalam lemari es adalah

untuk menjaga agar insulin tetap stabil hingga masa kadaluwarsanya.

Penyimpanan dalam freezer tidak disarankan karena dapat mengakibatkan

insulin membeku sehingga bentuk partikel insulin mengkristal atau

menggumpal yang dapat mengakibatkan insulin rusak sehingga tidak dapat

digunakan lagi (Laksmita, 2015).

2. Insulin pen yang sudah dibuka dan sedang dipakai, dapat disimpan pada suhu

ruangan dan terlindung dari sinar matahari dengan 15ºC-25ºC. Insulin ini

tidak perlu di simpan dalam lemari es karena stabilitas insulin telah berubah

sehingga akan sama saja apabila disimpan kembali dalam lemari es. Insulin

pen yang sedang dipakai, hanya dapat dipakai selama satu bulan meskipun

belum mencapai tanggal kadaluwarsa (Laksmita, 2015).

12
3. Insulin pen yang sedang dalam penggunaan, harus disimpan dengan keadaan

tutup insulin selalu terpasang agar melindungi insulin dari paparan cahaya

(Laksmita, 2015).

4. Insulin pen tidak boleh disimpan dengan jarum terpasang, meskipun itu

adalah jarum baru, karena dapat mempengaruhi kebersihan jarum,

mengganggu dosis insulin yang diberikan, dan meningkatkan risiko infeksi

(FIT, 2016).

E. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu hasil dari penginderaan terhadap objek

tertentu melalui pancaindera manusia sehingga manusia tersebut menjadi tahu

(Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor-

faktor tertentu, yaitu pendidikan, informasi/media massa, sosial-budaya-

ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan usia (Budiman dan Riyanto, 2013).

Enam tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010) yaitu :

1. Tahu, artinya dapat mengingat metari dan hal-hal spesifik yang telah

didapat dan dipelajari.

2. Memahami, dapat menjelaskan dan menafsirkan suatu materi secara

tepat.

3. Aplikasi, dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dan dipelajari pada

keadaan yang sesungguhnya.

4. Analisis, kemampuan untuk mendeskripsikan antar materi yang memiliki

keterkaitan.

13
5. Sintesis, kemampuan untuk menghubungkan bagian–bagian materi

sehingga menghasilkan bentuk baru.

6. Evaluasi, suatu kemampuan untuk menilai suatu materi berdasarkan

kriteria tertentu, dapat dilakukan melalui wawancara, angket/kuesioner.

F. RSAU dr. Efram Harsana

RSAU dr.Efram Harsana merupakan salah satu rumah sakit rujukan di

Kabupaten Magetan. RSAU dr.Efram Harsana didirikan pada tahun 1954

dengan nama Seksi Kesehatan Datasemen AURI Maospati. Rumah sakit ini

berlokasi di Komplek Lanud Iswahjudi Jl. Raya Solo, Bakung, Maospati,

Magetan. Pada tahun 1960, seksi kesehatan hanya memiliki fasilitas

sederhana seperti tempat perawatan, laboratorium dan klinik umum.

RSAU dr.Efram Harsana terus mengalami perkembangan dari tahun

ke tahun hingga saat ini sudah memiliki pelayanan medis, pelayanan

penunjang dan pelayanan unggulan. Pelayanan ini diharapkan dapat

membantu meningkatkan pelayanan kesehatan baik untuk TNI maupun

masyarakat umum, hal ini sejalan dengan visi yang dimiliki RSAU dr.Efram

Harsana yaitu menjadi Rumah Sakit andalan untuk TNI dan masyarakat

umum dengan Motto “Kesembuhan, keselamatan, dan kepuasan pasien

adalah tujuan kami”.

14
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

observasional prospektif dengan metode analisa deskriptif yang bertujuan

untuk mendeskripsikan atau menggambarkan mengenai tingkat pengetahuan

pasien mengenai cara penggunaan dan penyimpanan insulin pen pada pasien

diabetes melitus di Poli Penyakit Dalam RSAU dr. Efram Harsana Lanud

Iswahjudi Magetan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSAU dr. Efram Harsana Lanud

Iswahjudi Magetan pada bulan April-Mei 2021.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh objek dalam suatu kelompok yang akan

diteliti, dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh pasien diabetes di

poli penyakit dalam RSAU dr. Efram Harsana.

Sampel adalah bagian dari populasi penelitian. Dalam penelitian ini,

sampel yang digunakan adalah sebagian pasien diabetes di poli penyakit

dalam RSAU dr. Efram Harsana. Menurut Arikunto (2002), penentuan besar

sampel apabila jumlah populasi melebihi 100 maka dapat diambil sampel

sebesar 10-15% atau 20-25% dari total populasi. Berdasarkan data rekam

medis, rata-rata pasien diabetes di poli penyakit dalam RSAU dr. Efram

15
Harsana selama 3 bulan terakhir adalah 159 pasien, sehingga sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 25% x 159 = 39,75 atau dibulatkan

menjadi 40 responden.

D. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik

purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria khusus

yang diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian. Peneliti

mengambil sampel pasien berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria

inklusi adalah kriteria khusus yang harus terpenuhi oleh setiap objek atau

anggota populasi sehingga dapat digunakan sebagai sampel, sedangkan

kriteria eksklusi adalah ciri-ciri objek yang tidak dapat digunakan sebagai

sampel (Notoatmodjo, 2010).

Kriteria inklusi penelitian:

1. Pasien yang terdiagnosa diabetes

2. Pasien yang mendapat resep dan menggunakan insulin pen

3. Pasien yang dapat membaca dan menulis

4. Pasien yang bersedia dijadikan responden

Kriteria ekslusi penelitian :

1. Pasien yang tidak mengambil obatnya sendiri (diambilkan oleh keluarga)

2. Pasien yang tidak bersedia mengisi kuesioner

16
E. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal,

yaitu tingkat pengetahuan cara penggunaan dan penyimpanan insulin pen

pasien diabetes melitus di poli penyakit dalam RSAU dr. Efram Harsana.

2. Definisi operasional merupakan definisi dari semua variabel yang akan

diteliti di lapangan dengan tujuan memudahkan pada saat pengumpulan,

pengolahan serta analisis data (Temesvari & Imas, 2018).

a. Tingkat pengetahuan adalah hasil jawaban kuesioner pasien diabetes

mengenai cara penggunaan dan penyimpanan insulin pen.

b. Cara penggunaan insulin pen meliputi persiapan, cara, lokasi, waktu

dan hal hal yang perlu diperhatikan untuk meminimalkan rasa sakit

saat penggunaan insulin pen.

c. Penyimpanan insulin pen merupakan kegiatan mengelola atau

memelihara insulin pen pada saat insulin masih baru atau belum

digunakan dan sesudah digunakan oleh pasien, meliputi tempat, suhu

dan kondisi penyimpanan insulin pen.

F. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner mengenai

cara penggunaan dan penyimpanan insulin pen. Kuesioner dibagi menjadi

dua:

1. Kuesioner pertama berisi data diri responden (nama, jenis kelamin, umur,

pendidikan, pekerjaan, dan lama penggunaan).

17
2. Kuesioner kedua berisi pertanyaan mengenai tingkat pengetahuan cara

penggunaan dan penyimpanan insulin pen pada pasien diabetes melitus.

Tabel.1 Indikator Kuesioner Yang Digunakan Pada Penelitian


Nomor Jumlah
No. Indikator
Soal Soal
1. Persiapan penyuntikan insulin pen 1,2 2
2. Cara penyuntikan insulin pen 3,4 2
3. Lokasi penyuntikan insulin pen 5,6 2
4. Waktu penyuntikan insulin pen 7 1
5. Hal – hal yang diperhatikan untuk meminimalkan 8,9 2
rasa sakit saat penggunaan insulin pen
6. Tempat dan suhu penyimpanan insulin pen 10,11 2
7. Kondisi penyimpanan insulin pen 12 1

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas berguna untuk menguji keabsahan data

pada penelitian kuantitatif (Temesvari & Imas, 2018). Menurut Suparyanto

(2011), uji validitas kuesioner dapat di ujikan cukup pada 10 responden. Pada

penelitian ini, uji validitas diujikan kepada 15 responden.

Uji validitas dan reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan aplikasi SPSS 25. Pada uji validitas menggunakan pearson

correlation dan hasilnya dibandingkan dengan r tabel, apabila r hitung > r

tabel dinyatakan valid dan jika r hitung < r tabel maka data tidak valid. Uji

reliabilitas menggunakan metode alpha cronbanch. Kategori koefisien

reliabilitas menurut Guilford, 1956:145 adalah 0,80 – 1,00 : reliabilitas sangat

tinggi, 0,60 – 0,80 : reliabilitas tinggi, 0,40 – 0,60 : reliabilitas sedang dan

0,20 – 0,40 : reliabilitas rendah

18
H. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu teknik untuk memperoleh data dalam

penelitian yang kemudian dilakukan suatu analisa (Temesvari & Imas, 2018).

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

memberikan kuesioner kepada responden dengan memberikan penjelasan tata

cara pengisian kuesioner terlebih dahulu.

I. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisa data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik deskriptif, data disajikan dalam kuesioner yang terdiri dari 14

pertanyaan kemudian diberikan skor/nilai pada setiap pertanyaan, jawaban

benar akan diberi nilai 1 dan nilai 0 pada jawaban yang salah. Jumlah

jawaban responden dihitung menggunakan rumus (Arikunto, 2006):

X
P= x 100 %
N

Keterangan:

P = Prosentase hasil

X = Jumlah nilai jawaban yang benar

N = Jumlah nilai soal

Penentuan tingkat pengetahuan responden penelitian tentang cara

penggunaan dan penyimpanan insulin pen dengan cara dikategorikan sebagai

berikut (Temesvari & Imas, 2018) :

a. Pengetahuan baik : 76% - 100%

b. Pengetahuan cukup : 56% - 75%

c. Pengetahuan kurang : kurang dari 56%

19
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karaketristik Responden

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data

pasien dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak menderita diabetes dan

mendapatkan terapi insulin pen dibandingkan pasien dengan jenis kelamin

laki-laki. Pasien perempuan sebanyak 22 pasien (55%) dan pasien laki-laki

sebanyak 18 pasien (45%).

Tabel 2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
1 Laki-laki 18 45%
2 Perempuan 22 55%
Jumlah 40 100%

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Trisnawati, dkk (2013) yang

melaporkan bahwa perempuan lebih rentan menderita diabetes dibandingkan

laki-laki dikarenakan fisik perempuan memiliki indeks massa tubuh yang

besar. Faktor lain yang menyebabkan perempuan beresiko menderita diabetes

adalah paritas dan kehamilan serta sindrom siklus haid dan menopause yang

memudahkan penumpukan lemak dalam tubuh sehingga metabolisme glukosa

terhambat.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data responden paling banyak

berumur 46-55 tahun sebanyak 22 pasien (52,5%), responden yang berumur

20
56-65 tahun sebanyak 12 pasien (30%), dan responden paling sedikit adalah

pasien yang berumur 65 tahun keatas, yakni sebanyak 7 pasien (17,5%).

Tabel 3. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur


No Batas Umur Frekuensi Persentase (%)
1 46-55 tahun 21 52,5%
2 56-65 tahun 12 30%
3 65 tahun keatas 7 17,5%
Jumlah 40 100%

Umur menurut Depkes RI (2009), dikelompokkan menjadi beberapa

masa, antara lain: masa lansia awal (46-55tahun), masa lansia akhir (56-

65tahun), dan masa manula (65tahun keatas). Pada penelitian ini, responden

yang menderita diabetes dan menggunakan insulin mulai dari usia 48 tahun.

Hal ini dikarenakan umur memiliki pengaruh dalam kejadian diabetes,

dengan bertambahnya usia maka seseorang memiliki resiko terkena diabetes

terutama pada usia diatas 40 tahun (Sebastinus, 2018).

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa tingkat pendidikan

responden paling banyak adalah SMA sebanyak 18 responden (45%) dan

paling sedikit adalah responden dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi

sebanyak 3 responden (7,5%)

Tabel 4. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan


No Batas Umur Frekuensi Persentase (%)
1 SD 13 32,5%
2 SMP 6 15%
3 SMA 18 45%
4 Perguruan Tinggi 3 7,5%
Jumlah 40 100%

21
Penelitian yang dilakukan oleh Irawan tahun 2010, melaporkan bahwa

semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula

kesadaran diri dalam menjaga kesehatan. Pada penelitian ini berbanding

dengan pernyataan tersebut dan sejalan dengan hasil penelitian Trisnawati

(2013) yang melaporkan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan

antara pendidikan dengan potensi menderita penyakit diabetes.

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis pekerjaan wiraswasta

merupakan jenis pekerjaan responden paling banyak dengan jumlah 16

responden (40%), sebanyak 10 responden (25%) sebagai ibu rumah tangga,

petani sebanyak 6 responden (15%), swasta sebanyak 5 responden (12,5%),

TNI sebanyak 2 responden (5%) dan jumlah paling sedikit adalah jenis

pekerjaan sebagai guru hanya 1 responden (2,5%) saja.

Tabel 5. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan


No Batas Umur Frekuensi Persentase (%)
1 TNI 2 5%
2 Guru 1 2,5%
3 Swasta 5 12,5%
4 Wiraswasta 16 40%
5 Petani 6 15%
6 Ibu Rumah Tangga 10 25%
Jumlah 40 100%

Pekerjaan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang, penyakit

diabetes banyak diderita oleh seseorang yang lebih sedikit melakukan

aktivitas fisik yang menyebabkan adanya timbunan lemak dalam tubuh dan

mengakibatkan resistensi insulin sehingga terjadi peningkatan kadar gula

dalam darah (Atmaja dkk, 2017).

22
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Penggunaan Insulin

Hasil penelitian diperoleh data sebanyak 20 responden (50%)

menggunakan insulin selama 1-5 tahun. Jumlah ini merupakan jumlah paling

banyak dibanding responden lain. Sebanyak 18 responden (45%) telah

menggunakan insulin selama kurang dari 1 tahun dan hanya 2 responden

(5%) yang menggunakan insulin lebih dari 5 tahun.

Tabel 6. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Penggunaan


Insulin
No Lama Penggunaan Frekuensi Persentase (%)
1 < 1 tahun 18 45%
2 1-5 tahun 20 50%
3 > 5 tahun 2 5%
Jumlah 40 100%

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Gamayanthi dkk, 2018

yang melaporkan bahwa rerata lama penggunaan insulin bekisar antara 1-5

tahun. Menurut study dari Tseng pada tahun 2006, menyatakan bahwa

penderita diabetes dengan terapi insulin memiliki rerata lama menderita

dibanding dengan pasien yang tidak mendapat terapi insulin.

B. Penilaian Tingkat Pengetahuan Responden

1. Penilaian Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin

laki-laki memiliki tingkat pengetahuan yang baik sebesar 17,5%, sebesar 20%

memiliki pengetahuan yang cukup dan sebesar 2,5% berpengetahuan kurang.

Pada responden perempuan memiliki tingkat pengetahuan baik sama besarnya

dengan responden laki-laki, sebesar 35% memiliki tingkat pengetahuan yang

cukup dan sebesar 7,5% masih berpengetahuan kurang.

23
Tabel 7. Distribusi Penilaian Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin
Jenis Pengetahuan
No
Kelamin Baik % Cukup % Kurang %
1 Laki-laki 7 17,5% 8 20% 1 2,5%
2 Perempuan 7 17,5% 14 35% 3 7,5%
Jumlah 14 35% 22 55% 4 10%

Berdasarkan beberapa literatur belum ditemukan penjelasan mengenai

tingkat pengetahuan secara kognitif antara laki-laki dan perempuan, walaupun

secara kenyataannya perempuan memiliki ketekunan dan ketelitian dalam

mengerjakan sesuatu tetapi hal tersebut tidak menjamin bahwa tingkat

pengetahuan perempuan lebih baik dibanding dengan tingkat pengetahuan

laki-laki (Suwaryo dkk, 2017).

2. Penilaian Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Umur

Berdasarkan dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden

dengan umur 46-55 tahun paling banyak memiliki pengetahuan yang baik

dengan presentase sebesar 35%, berpengetahuan cukup sebesar 27,5% dan

responden yang memiliki pengetahuan yang kurang adalah responden dengan

umur 65 tahun keatas dengan persentase 5%.

Tabel 8. Distribusi Penilaian Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan


Umur
Pengetahuan
No Batas Umur
Baik % Cukup % Kurang %
1 46-55 th 10 25% 11 27,5% 1 2,5%
2 56-65 th 3 7,5% 8 20% 1 2,5%
3 65 keatas 1 2,5% 3 7,5% 2 5%
Jumlah 14 35% 22 55% 4 10%

Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan Notoadmodjo (2010),

yang menyatakan bahwa umur merupakan salah satu faktor yang

24
mempengaruhi tingkat pengetahuan dalam memahami segala hal yang terjadi

disekitarnya. Semakin bertambahnya usia maka semakin berkurangnya

kemampuan dalam menerima dan memahami informasi yang diperoleh.

3. Penilaian Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan data penelitian, diperoleh hasil responden yang memiliki

tingkat pengetahuan paling baik adalah responden berpendidikan SMA

sebanyak 8 responden, responden yang berpendidikan D3/S1 juga memiliki

tingkat pengetahuan yang baik meskipun persentasenya kecil (7,5%), hal ini

dikarenakan jumlah responden yang ditemui tidak lebih banyak dibandingkan

jumlah responden yang berpendidikan SMA dan yang paling banyak

memiliki tingkat pengetahuan kurang adalah responden yang berpendidikan

SD sebanyak 3 responden.

Tabel 9. Distribusi Penilaian Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan


Pendidikan
Tingkat Pengetahuan
No
Pendidikan Baik % Cukup % Kurang %
1 SD 2 5% 8 20% 3 7,5%
2 SMP 1 2,5% 4 10% 1 2,5%
3 SMA 8 20% 10 25% 0 0%
4 D3/S1 3 7,5% 0 0% 0 0%
Jumlah 14 35% 22 55% 4 10%

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

berpengaruh dengan tingkat pengetahuan. Pendidikan merupakan salah satu

cara dalam usaha pengembangan diri dan kemampuan seseorang. Pendidikan

menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang,

semakin tinggi pendidikan maka semakin baik pengetahuannya (Nursalam,

2011).

25
4. Penilaian Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil

responden yang bekerja sebagai wiraswasta memiliki pengetahuan yang baik

sebanyak 4 responden dan 11 responden berpengetahuan cukup, sedangkan

responden yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga, memiliki pengetahuan

yang kurang sebanyak 2 responden.

Tabel 10. Distribusi Penilaian Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan


Pekerjaan
Pengetahuan
No Pekerjaan
Baik % Cukup % Kurang %
1 TNI 2 5% 0 0% 0 0%
2 Guru 1 2,5% 0 0% 0 0%
3 Swasta 4 10% 1 2,5% 0 0%
4 Wiraswasta 4 10% 11 27,5% 1 2,5%
5 Petani 1 2,5% 4 10% 1 2,5%
6 IRT 2 5% 6 15% 2 5%
Jumlah 14 35% 22 55% 4 10%

Pada penelitian ini, responden yang bekerja mendapat persentase yang

lebih kecil pada kolom pengetahuan kurang sedangkan pada responden ibu

rumah tangga atau tidak bekerja masih terdapat responden yang memiliki

pengetahuan kurang. Hal ini berarti pekerjaan berpengaruh terhadap tingkat

pengetahuan responden khususnya mengenai cara penggunaan dan

penyimpanan insulin pen. Pekerjaan menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi tingkat pengetahuan, seseorang yang pekerjaannya sering

melakukan interaksi dengan orang lain maka akan mendapatkan pengetahuan

yang lebih banyak. Secara langsung ataupun tidak langsung, lingkungan

pekerjaan dapat menyebabkan seseorang memiliki pengetahuan serta

pengalaman (Wati, 2009).

26
5. Penilaian Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Lama

Penggunaan Insulin Pen

Pada penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa tingkat

pengetahuan paling baik adalah responden yang telah lama menggunakan

insulin selama kurang dari 1 tahun sebanyak 8 responden (20%) dan

responden yang berpengetahuan cukup sebanyak 13 (32,5%) pada responden

dengan lama penggunaan 1-5 tahun.

Tabel 11. Distribusi Penilaian Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan


Lama penggunaan Insulin
Lama Pengetahuan
No Penggunaan
Insulin Baik % Cukup % Kurang %
1 < 1 tahun 8 20% 8 20% 2 5%
2 1-5 tahun 5 12,5% 13 32,5% 2 5%
3 > 5 tahun 1 2,5% 1 2,5% 0 0%
Jumlah 14 35% 22 55% 4 10%

Hasil penelitian ini, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Talitha (2017) yang melaporkan bahwa responden yang menderita diabetes

dan mendapat terapi insulin kurang dari 1 tahun memiliki pengetahuan yang

baik dikarenakan pasien tersebut lebih waspada terhadap perkembangan yang

buruk dari penyakit yang dideritanya. Sedangkan pada responden yang lebih

lama menggunaka insulin masih memiliki pengetahuan yang cukup bahkan

kurang disebabkan kurangnya edukasi yang tepat terkait penggunaan terapi

insulin.

Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa karakteristik

responden berhubungan terhadap tingkat pengetahuan tentang cara

penggunaan dan penyimpanan insulin pen. Dari data penelitian sebagian

27
besar responden berjenis kelamin perempuan dan terdapat responden yang

memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 3 responden. Hal ini

dipengaruhi karena responden pada penelitian ini lebih banyak memiliki

tingkat pendidikan yang lebih rendah dibanding dengan responden laki-laki

dan sebagian besar responden perempuan tidak bekerja atau sebagai ibu

rumah tangga. Perempuan dengan pendidikan yang kurang dan tidak

memiliki pekerjaan cenderung lebih bergantung dari pendapatan suaminya

dan memiliki pengetahuan yang terbatas (Talitha, 2017).

6. Penilaian Indikator Tingkat Pengetahuan Responden

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa soal nomor 3 dari

indikator cara penyuntikan insulin pen memperoleh nilai tertinggi dengan

persentase 93% dan pada indikator kondisi penyimpanan insulin pen

diperoleh persentase paling rendah sebesar 34%.

Tabel 12. Distribusi Penilaian Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Indikator


Nomo
No Indikator % Keterangan
r Soal
1 85% Baik
1 Persiapan penyuntikan insulin pen
2 76% Baik
3 93% Baik
2 Cara penyuntikan insulin pen
4 61% Cukup
5 73% Cukup
3 Lokasi penyuntikan insulin pen
6 90% Baik
4 Waktu penyuntikan insulin pen 7 85% Baik
Hal – hal yang diperhatikan untuk 8 46% Kurang
5 meminimalkan rasa sakit saat
penggunaan insulin pen 9 85% Baik
Tempat dan suhu penyimpanan insulin 10 85% Baik
6
pen 11 61% Cukup
7 Kondisi penyimpanan insulin pen 12 34% Kurang

Berdasarkan data tabel penelitian, pada soal nomor 1 memiliki

persentase 85% yang berarti sebagian besar responden telah mengetahui

28
bahwa sebelum melakukan penyuntikan insulin pen harus mencuci tangan

terlebih dahulu untuk membersihkan tangan dari kontaminasi. Namun masih

ada responden yang tidak melakukan cuci tengan, menurut hasil wawancara

secara tersirat hal ini disebabkan karena malas dan ketidaktahuan responden.

Tangan merupakan tempat berkumpulnya kuman dan sebagai jalur utama

penyebaran kuman, sehingga mencuci tangan perlu dilakukan utuk menjaga

higienitas agar dapat mencegah terjadinya infeksi (WHO, 2009).

Pada pernyataan kedua, sebesar 76% responden telah mengetahui

bahwa sebelum menyuntikkan insulin harus melakukan pengecekan ada

tidaknya gelembung dengan mengeluarkan cairan insulin pen sebanyak 1

sampai 2 unit. Adanya gelembung pada insulin pen tidak terlalu

membahayakan, tetapi akan berpengaruh pada ketepatan dosis terapi insulin

(Soegondo, 2015).

Pada pernyataan nomor 3 diperoleh hasil baik dengan prosentase 93%

yang berarti hampir seluruh responden telah mengetahui bahwa posisi

penyuntikan insulin pen adalah membentuk sudut 90º atau tegak lurus dengan

bagian tubuh yang akan disuntikkan. Pernyataan nomor 4 mendapat hasil

cukup dengan persentase 61%. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada

responden yang langsung mencabut insulin tanpa menunggu 10 detik.

Penyuntikkan insulin pen harus dibiarkan dahulu selama 10 detik bertujuan

untuk memastikan bahwa insulin benar benar meresap kedalam tubuh dan

mencegah keluarnya kembali cairan insulin yang mengakibatkan dosis insulin

berkurang (ADA, 2020).

29
Pada pernyataan nomor 5, responden memiliki pengetahuan yang

cukup dengan prosentase 73%. Hal ini menunjukkan bahwa responden

banyak yang mengetahui bahwa lokasi penyuntikan tidak hanya dilakukan

pada perut saja. Hasil wawancara dengan responden, diketahui bahwa

responden juga melakukan penyuntikan pada bagian tubuh lain seperti pada

paha dan juga lengan. Penyuntikan insulin dapat dilakukan pada perut, paha,

lengan dan pantat, namun disarankan pada bagian perut karena memiliki

absorbsi paling cepat. Tetapi beberapa pasien memilih menyuntikkan insulin

di bagian lengan atas karena dianggap paling nyaman terlebih jika saat

penyuntikan pasien berada di tempat umum (Strauss, 2002).

Pada pernyataan nomor 6 responden telah mengetahui dengan baik

dan mendapat persentase sebesar 90%, bahwa lokasi penyuntikan insulin

harus di rotasi atau tidak disuntikkan di titik penyuntikan yang sama. Pada

penelitian ini masih ada responden yang menjawab salah. Berdasarkan

informasi, responden tidak melakukan rotasi penyuntikan sehingga

mengalami memar pada bagian yang disuntik insulin. Rotasi penyuntikan

dilakukan setiap hari dengan jarak 1 inchi atau selebar dua jari agar mencegah

terjadinya lipohipertrofi (PERKENI, 2008).

Pada indikator waktu penyuntikan insulin, responden memiliki

pengetahuan yang baik sebesar 85%, yang berarti responden telah mengetahui

bahwa penyuntikan insulin dilakukan sebelum makan. Namun masih terdapat

responden yang menjawab salah. Hasil wawancara dengan responden hal ini

dikarenakan terdapat responden yang menyuntikkan insulin sesudah makan

30
dan juga ada yang disuntikkan seingatnya pasien. Menurut Bararah (2010),

beberapa ahli menyarankan penyuntikan insulin sesaat sebelum makan atau

sekitar 20-30 menit sebelum makan karena dinilai lebih efektif dan akan

bekerja lebih baik ketika glukosa dari makanan mulai memasuki darah.

Pada indikator hal-hal yang diperhatikan untuk meminimalkan rasa

sakit mendapat prosentase hasil 46% yang artinya kurang. Sebagian

responden masih belum mengetahui bahwa penyuntikan insulin harus dalam

keadaan suhu ruang, sehingga terdapat beberapa responden yang

menyuntikkan insulin langsung dalam keadaan dingin. Pada pernyataan

mengenai penggunaan jarum secara berulang didapatkan prosentase sebesar

85% yang artinya baik. Meski demikian, hasil wawancara dengan responden

masih banyak responden yang mengaku bahwa tidak mengganti jarum insulin

bahkan setelah pemakaian lebih dari enam kali. Hal ini tentu tidak sesuai

dengan guidline yang menyarankan jarum insulin pen hanya boleh digunakan

sekali pakai. Menurut Strauss (2002), penggunaan jarum insulin secara

berulang akan mempengaruhi bentuk ujung jarum yang dapat menyayat pada

jaringan sekitar, jarum menjadi tumpul sehingga sulit menembus kulit dan

akan menimbulkan rasa sakit. Munculnya rasa sakit dapat mempengaruhi

kepatuhan pasien dalam menjalankan terapi insulin.

Pada sub variabel kedua mengenai penyimpanan insulin pen, pada

pernyataan nomor 10 mendapatkan hasil baik. Responden telah mengetahui

bahwa penyimpanan insulin yang belum digunakan harus disimpan dalam

lemari es. Namun masih terdapat responden yang tidak menyimpannya

31
didalam lemari es hal ini dikarenakan responden tidak mempunyai lemari es.

Insulin pen yang masih baru atau belum digunakan harus disiman di lemari es

dan bukan pada freezer dengan suhu 2-8ºC agar insulin tetap stabil hingga

masa kadaluwarsa (Laksmita, 2015).

Pada pernyataan nomor 11 didapatkan hasil cukup, sebanyak 61%

responden menyimpan insulinnya di meja makan, di laci atau ditempat lain

yang terlindung dari cahaya. Sebagian responden lainnya menyimpan

insulinnya kembali kedalam lemari es, hal ini dilakukan karena

sepengetahuan responden insulin pen harus selalu disimpan didalam lemari

es. Menurut Laksmita (2015), insulin pen yang telah digunakan akan percuma

apabila disimpan kembali dalam lemari es karena telah mengalami perubahan

stabilitas dan meskipun disimpan dalam lemari es akan tetap bertahan selama

1 bulan saja.

Pada indikator kondisi penyimpanan insulin pen, pengetahuan

responden masih kurang dengan prosentase 34%. Hasil wawancara dengan

responden menyatakan bahwa insulin disimpan dengan kondisi jarum masih

terpasang, hal ini terjadi karena kebiasaan responden yang menggunakan

jarum insulin secara berulang, sehingga jarum akan dilepas setelah beberapa

kali pemakaian dan dirasa sudah tumpul. Insulin pen tidak boleh disimpan

dengan jarum terpasang karena dapat mempengaruhi kebersihan jarum,

mengganggu dosis insulin, dan meningkatkan risiko infeksi (FIT, 2016).

32
7. Penilaian Keseluruhan Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Cara

Penggunaan dan Penyimpanan Insulin Pen.

Data hasil penelitian menunjukkan sebanyak 23 responden (55%)

berpengetahuan cukup, sebanyak 14 responden (35%) berpengetahuan baik

dan hanya 4 responden (10%) masih memiliki tingkat pengetahuan yang

kurang.

Tabel 13. Hasil Penilaian Tingkat Pengetahuan Responden


Jumlah Pengetahuan
Keterangan
N % Baik % Cukup % Kurang %
Responden 40 100 14 35 22 55 4 10

Pada hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden memiliki pengetahuan yang cukup. Hal ini berarti bahwa

responden masih belum mengetahui secara keseluruhan mengenai cara

penggunaan dan penyimpanan insulin pen yang tepat. Dengan demikian, tentu

akan berpengaruh terhadap efektivitas terapi insulin bahkan dapat

menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.

Hawthorne (1999) menyatakan bahwa adanya perbedaan hasil

penilaian tidak hanya ditentukan dari tingkat kecerdasan seseorang namun

dapat dipengaruhi oleh pendidikan yang dijalaninya serta faktor edukasi yang

diterima seseorang. Menurut Sebastianus (2018) faktor yang mendukung

kurangnya pengetahuan dalam penggunaan dan penyimpanan insulin

diakibatkan karena faktor pasien itu sendiri yang sibuk mementingkan

keperluan dirinya sendiri dan mengesampingkan masalah kesehatan. Selain

itu juga disebabkan karena kurangnya kesadaran dan rasa keingintahuan

pasien tentang cara penggunaan dan penyimpanan insulin pen secara tepat.

33
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap tingkat pengetahuan pasien

diabetes tentang cara penggunaan dan penyimpanan insulin pen di poli

penyakit dalam RSAU dr. Efram Harsana adalah pasien diabetes yang

berpengetahuan baik sebesar 35%, berpengetahuan cukup sebesar 55% dan

berpengetahuan kurang sebesar 10%. Pada indikator cara penyuntikan insulin

pen mendapat persentase paling tinggi sebesar 93% dan persentase paling

rendah sebesar 34% mengenai kondisi penyimpanan insulin pen.

B. Saran

Untuk penelitian selanjutnya, disarankan dapat melakukan penelitian

lanjutan mengenai evaluasi ketepatan responden dalam penggunaan dan

penyimpanan insulin pen.

34
DAFTAR PUSTAKA

ADA. 2021. Classification and Diagnosis of Diabetes: Standards of Medical Care


in Diabetes. Diabetes Care, 44 (1) : S15-S3.

ADA. 2021. Insulin & Other Injectables. www.diabetes.org diakses pada 27


Maret 2021.

ADCES. 2020. Isulin Injection Know-How. www.diabeteseducator.org diakses


pada 27 Maret 2021.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Proposal.


Rineka Cipta: Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Rineka Cipta: Jakarta.

Atmaja, dkk. 2017. Evaluasi Cara Penggunaan Injeksi Insulin Pen Pada
Penderita Diabetes Mellitus di RSUD Ulin Banjarmasin, 5 (1) : 37-42.

Bararah, V.H. 2010. Cara Suntik Insulin Diabetes yang Tepat. Jakarta.

Budiman dan Riyanto A. 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap
dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.

Depkes RI. 2009. Klasifikasi Umur Menurut Kategori. Jakarta Ditjen Yankes

Fatimah, Restyana Noor. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. J Majority 4 (5) : 93-101.

FIT. 2016. The Indonesian Recommendations for Best Practice in Insulin


Injection Technique.

Gamayanthi, Vitriana dkk. 2018. Pola Penggunaan Insulin Pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2 di Poli Penyakit Dalam RSU Negara Periode Juli-
Agustus 2018. Intisari Sains Media 9 (3) : 68-73.

Irawan, Dedi. 2010. Prevalensi Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tie 2 di
Daerah Urban Indonesia (Analisa Data Sekunder Riskesdas 2007).
Thesis Universitas Indonesia.

35
Laksmita, Meirisa Mona. 2019. Penggunaan Terapi Insulin Pen Pada Pasien
Diabetes Mellitus. http://rsudungaran.semarangkab.go.id/images/terapi-
pen-insulin-Apoteker-RSUDUngaran.pdf diakses pada 26 Maret 2021.

Lau, Tang, Halapy, Thorpem & Yu. 2012. Initiating Insulin in Patients with Tyoe
2 Diabetes. Canadian Medical Association Journal, 184 (7) : 767-775.

Lukito, Johan Indra. 2020. Practical Guidelines for Using Insulin : Gunakan
Insulin Dengan CERMAT. CDK 289 (47) : 734-736.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nugroho, Rizky Adhi, Tarno, Alan Prahutama. 2017. Klasifikasi Pasien Diabetes
Mellitus Menggunakan Metode Smooth Support Vector Machine (SSVM).
Jurnal Gaussian, 6 (3) : 439-448.

Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan Profesional Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.

PERKENI, 2008. Petunjuk Praktis Terapi Insulin pada Pasien Diabetes Mellitus.
PERKENI : Jakarta.

PERKENI, 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus


Tipe 2 di Indonesia. PB PERKENI : Jakarta.

Rismayanthi, C. 2010. Terapi Insulin Sebagai Alternatif Pengobatan Bagi


Penderita Diabetes. Medikora, 6 (2) : 29-36.

Sebastianus, Kodu. 2018. Tingkat Pengetahuan Pasien DM Tipe II Tentang Cara


Penggunaan Dan Cara Penyimpanan Insulin. Karya Tulis Ilmiah Akfar
Putra Indonesia Malang.

Shrivastava et al. 2018. Journal of Diabetes & Metabolic Disorders.

36
Sinoputro, Diporapdwijoyo dkk. 2015. Penggunaan Insulin untuk Pasien
Diabetes Melitus dari Generasi ke Generasi. Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana.

Suwaryo, dkk. 2017. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan


Masyarakat. University Research Colloquium, 6 : 305-314.

Talitha. 2017. Hubungan Lama Menderita DM Tipe 2 dengan Ketepatan Cara


penggunaan Insulin. Skripsi Universitas Brawijaya

Temesvari, Nauri & Imas Masturoh. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan.


Kemenkes RI.

Trisnawati, SK & Setyorogo, S. 2013. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus


Tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5 (1) : 6-11.

Tseng CH. Exogenous Insulin Use and Hypertension in Adult patients with type 2
Diabetes Mellitus. Arc Intern Med. 2006 Jun ; 166 : 1184-9.

Wati, R. 2009. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan.


Universitas Sebelas Maret.

WHO. 2009. Hand Hygiene : Why, How and When Patient Safety. 56 : 1-7.

WHO. 2016. Global Report On Diabetes. France : World Health Organization.

37
LAMPIRAN

38
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian
Lampiran 2. Data Primer Penelitian
No. Nama JK U Pd P LP TP
1 Tn. Sp L 47 SMA TNI 1 bln Baik
2 Ny. Sm P 57 SMA Swasta 1 th Baik
3 Ny. Sk P 47 SMA Wiraswasta 5 bln Cukup
4 Tn. M L 69 SMA Wiraswasta 9 th Baik
5 Ny. Sr P 53 SMP IRT 3 th Cukup
6 Tn. Ma L 53 SMP Wiraswasta 5 bln Cukup
7 Ny. Ta P 62 SD IRT 1 th Baik
8 Ny. UD P 49 SMA Swasta 2 bln Baik
9 Tn. P L 65 SMP Petani 1 th Cukup
10 Ny. Le P 63 SD IRT 3 th Cukup
11 Ny. Sk P 59 SD Petani 1 th Cukup
12 Tn. AS L 54 SMA Wiraswasta 2 bln Cukup
13 Tn. BA L 48 SMA Wiraswasta 9 bln Baik
14 Ny. NK P 49 D3 Swasta 7 bln Baik
15 Tn. Wi L 53 SMA Wiraswasta 2 bln Cukup
16 Ny. K P 65 SD IRT 2 th Kurang
17 Ny. Mur P 55 SMA IRT 1 th Cukup
18 Tn. MA L 57 SMA Wiraswasta 2 th Baik
19 Ny. SB P 56 SMP IRT 2 th Cukup
20 Ny. Ma P 51 SMA Wiraswasta 5 bln Cukup
21 Tn. K L 73 SD Petani 1 th Kurang
22 Ny. SH P 55 SMA Wiraswasta 6 bln Cukup
23 Tn. Sa L 62 SD Petani 2 th Cukup
24 Tn. RP L 52 D3/S1 Swasta 1 bln Baik
25 Ny. Suk P 51 SD IRT 1 th Baik
26 Tn. SD L 61 SMA Swasta 6 bln Cukup
27 Ny.Su P 52 SD IRT 3 th Cukup
28 Ny. Ka P 48 SD Wiraswasta 6 bln Cukup
29 Ny. S P 69 SD IRT 1 th Cukup
30 Ny. Si P 54 SMP Wiraswasta 1 th Kurang
31 Tn. BT L 67 SD Wiraswasta 9 th Cukup
32 Ny. Sg P 50 SMP Wiraswasta 1 th Baik
33 Ny. K P 69 SD IRT 3 th Kurang
34 Tn. Ka L 56 SMA Petani 4 bln Baik
35 Tn. IH L 50 SMA TNI 2 bln Baik
36 Ny. TH P 51 D3/S1 Guru 3 bln Baik
37 Ny. Sar P 62 SD Petani 2 th Cukup
38 Tn. N L 47 SMA Wiraswasta 3 bln Baik
39 Tn. WBI L 57 SMA Wiraswasta 1 th Cukup
40 Tn. Isr L 68 SMA Wiraswasta 1 bln Cukup
P1 P1 P1 Tota
No P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 %
0 1 2 l
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 10 83,3%
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 11 91,7%
3 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 9 75,0%
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 11 91,7%
5 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 9 75,0%
6 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 7 58,3%
7 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 10 83,3%
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 11 91,7%
9 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 9 75,0%
10 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 9 75,0%
11 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 8 66,7%
12 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 9 75,0%
100,0
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
%
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 10 83,3%
15 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 9 75,0%
16 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 6 50,0%
17 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 8 66,7%
18 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 10 83,3%
19 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 9 75,0%
20 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 9 75,0%
21 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 6 50,0%
22 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 9 75,0%
23 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 7 58,3%
24 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 10 83,3%
25 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 10 83,3%
26 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 9 75,0%
27 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 9 75,0%
28 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 8 66,7%
29 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 7 58,3%
30 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 6 50,0%
31 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 9 75,0%
32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 11 91,7%
33 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 6 50,0%
34 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 10 83,3%
35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 11 91,7%
36 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 10 83,3%
37 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 8 66,7%
38 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 10 83,3%
39 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 8 66,7%
40 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 9 75,0%
Lampiran 3. Lembar Jawaban Kuesioner Penelitian
Lampiran 4. Foto Pengisian Kuesioner oleh Responden
Lampiran 5. Hasil Uji Validitas Kuesioner

Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 T
* * *
P1 Pearson Correlation 1 ,354 ,533 ,533 ,289 -,277 ,354 ,289 ,533 ,289 ,354 -,277
Sig. (2-tailed) ,196 ,041 ,041 ,297 ,317 ,196 ,297 ,041 ,297 ,196 ,317
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
* * *
P2 Pearson Correlation ,354 1 ,075 ,452 ,612 ,294 ,167 ,612 ,075 ,612 ,167 ,294
Sig. (2-tailed) ,196 ,789 ,091 ,015 ,287 ,553 ,015 ,789 ,015 ,553 ,287
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
P3 Pearson Correlation ,533* ,075 1 -,023 ,123 ,207 ,829** ,123 1,000** ,123 ,829** ,207
Sig. (2-tailed) ,041 ,789 ,936 ,662 ,459 ,000 ,662 ,000 ,662 ,000 ,459
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
* ** ** **
P4 Pearson Correlation ,533 ,452 -,023 1 ,739 ,207 -,302 ,739 -,023 ,739 -,302 ,207
Sig. (2-tailed) ,041 ,091 ,936 ,002 ,459 ,275 ,002 ,936 ,002 ,275 ,459
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
* ** ** **
P5 Pearson Correlation ,289 ,612 ,123 ,739 1 ,480 -,068 1,000 ,123 1,000 -,068 ,480
Sig. (2-tailed) ,297 ,015 ,662 ,002 ,070 ,810 ,000 ,662 ,000 ,810 ,070
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
P6 Pearson Correlation -,277 ,294 ,207 ,207 ,480 1 ,294 ,480 ,207 ,480 ,294 1,000**
Sig. (2-tailed) ,317 ,287 ,459 ,459 ,070 ,287 ,070 ,459 ,070 ,287 ,000
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
P7 Pearson Correlation ,354 ,167 ,829** -,302 -,068 ,294 1 -,068 ,829** -,068 1,000** ,294
Sig. (2-tailed) ,196 ,553 ,000 ,275 ,810 ,287 ,810 ,000 ,810 ,000 ,287
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
* ** ** **
P8 Pearson Correlation ,289 ,612 ,123 ,739 1,000 ,480 -,068 1 ,123 1,000 -,068 ,480
Sig. (2-tailed) ,297 ,015 ,662 ,002 ,000 ,070 ,810 ,662 ,000 ,810 ,070
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
* ** ** **
P9 Pearson Correlation ,533 ,075 1,000 -,023 ,123 ,207 ,829 ,123 1 ,123 ,829 ,207
Sig. (2-tailed) ,041 ,789 ,000 ,936 ,662 ,459 ,000 ,662 ,662 ,000 ,459
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
* ** ** **
P10 Pearson Correlation ,289 ,612 ,123 ,739 1,000 ,480 -,068 1,000 ,123 1 -,068 ,480
Sig. (2-tailed) ,297 ,015 ,662 ,002 ,000 ,070 ,810 ,000 ,662 ,810 ,070
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
P11 Pearson Correlation ,354 ,167 ,829** -,302 -,068 ,294 1,000** -,068 ,829** -,068 1 ,294
Sig. (2-tailed) ,196 ,553 ,000 ,275 ,810 ,287 ,000 ,810 ,000 ,810 ,287
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
**
P12 Pearson Correlation -,277 ,294 ,207 ,207 ,480 1,000 ,294 ,480 ,207 ,480 ,294 1
Sig. (2-tailed) ,317 ,287 ,459 ,459 ,070 ,000 ,287 ,070 ,459 ,070 ,287
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
* * ** * ** * * ** ** ** *
TOTAL Pearson Correlation ,559 ,628 ,651 ,559 ,778 ,572 ,527 ,778 ,651 ,778 ,527 ,572*
Sig. (2-tailed) ,030 ,012 ,009 ,030 ,001 ,026 ,044 ,001 ,009 ,001 ,044 ,026
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Tabel Hasil Perhitungan Uji Validitas

No. r Tabel r Hitung Keterangan


1 0,514 0,559 Valid
2 0,514 0,628 Valid
3 0,514 0,651 Valid
4 0,514 0,559 Valid
5 0,514 0,778 Valid
6 0,514 0,572 Valid
7 0,514 0,527 Valid
8 0,514 0,778 Valid
9 0,514 0,651 Valid
10 0,514 0,778 Valid
11 0,514 0,527 Valid
12 0,514 0,572 Valid
Lampiran 6. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner

RELIABILITY
/VARIABLES=P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA.

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 15 100,0
a
Excluded 0 ,0
Total 15 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,865 12

Hasil uji reliabilitas adalah 0,865 yang berarti kuesioner reliabel.

Anda mungkin juga menyukai