Anda di halaman 1dari 77

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CARA MENYUSUI

BAYI TERHADAP PENGETAHUAN IBU NIFAS DI RS PKU


MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

Proposal Penelitian

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir


Dalam Rangka Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi S1 Keperawatan

Disusun Oleh:

NURUL FAJRIYAH SRI MULYANI


NIM : 2020060097

FAKULTAS ILMU KESEHATAN INSTITUT


TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN PKU
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Cara Menyusui Bayi
Terhadap Pengetahuan Ibu Nifas Di RS PKU Muhammadiyah Karanganyar“ telah
diperiksa dan disetujui untuk diujikan dihadapan Tim Penguji Proposal
Skripsi Program SI Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Institut Teknologi Sains dan Kesehatan
PKU Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh:

NURUL FAJRIYAH SRI MULYANI


2020060097

Pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 14 Oktober 2021

Pembimbing I Pembimbing II

HENI PURWANINGSIH,S.Kep.,Ns.,M.Kep SULASTRI,S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN. 0609088102 NIDN. 0604118403
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CARA MENYUSUI


BAYI TERHADAP PENGETAHUAN IBU NIFAS DI RS PKU
MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

Disusun Oleh:

NURUL FAJRIYAH SRI MULYANI


NIM : 2020060097

Proposal Penelitian ini telah diseminarkan dan diujikan


Pada tanggal : 14 Oktober 2021

Susunan Tim Penguji :

No. Nama Jabatan dalam tim Tanda Tangan

1. Sri Mintarsih,S.Kep.,Ns.,M.Kes Ketua Penguji


NIDN. 0624067303 .....................

2. Heni Purwaningsih,S.Kep.,Ns.,M.Kep Penguji 1


NIDN. 0609088102 .....................

3. Nama Penguji 2 Penguji 2


NIDN. 0604118403 .....................

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Ka. Prodi S1 Keperawatan

Dr. Ida Untari, SKM., M.Kes Yuli Widyastuti, S.Kep., Ns., M.Kep
NIDN. 0629037604 NIDN. 0610078604
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir dengan judul :

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CARA MENYUSUI


BAYI TERHADAP PENGETAHUAN IBU NIFAS DI RS PKU
MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

Merupakan karya saya sendiri (ASLI) dan isi dalam Tugas Akhir ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan oleh orang lain atau kelompok lain untuk memperoleh
gelar akademis disuatu Institusi Pendidikan dan sepanjang pengetahuan saya tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan atau diterbitkan oleh orang
lain atau kelompok lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 14 Oktober 2021

NURUL FARIYAH SRI MULYANI


NIM : 2020060097

4
MOTTO

“Maka sesungguhnya Bersama kesulitan ada kemudahan, maka apabila


engkau telah selesai dari urusan tetaplah bekerja keras untuk urusan yang
lain dan hanya kepada Tuhanmulah engkau harapkan”
(Q.S. Al-Insyiroh 5-8)

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai


mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Rad ayat 11)

“Jika seseorang meninggal maka terputuslah amalnya, kecuali tiga hal ;


shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakan
orang tuanya” (HR. Muslim)

“Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat bagi
orang lain” (HR. Thabrani)

“Harga sebuah kegagalan dan kesuksesanbukan nilai dari akhir, melainkan


dari proses perjuangannya.” (Nurul Fajriyah SM)
KATA PENGANTAR

Dengan segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya serta memberi kekuatan,
ketabahan,kemudahan dalam berfikir untuk menyelesaikan proposal penelitian ini.
Sholawat dan salam senantiasa terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW., seluruh
keluarga, para sahabat, dan yang lainnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini.
Penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini mengambil judul
“PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CARA
MENYUSUI BAYI TERHADAP PENGETAHUAN IBU NIFAS DI RS PKU
MUHAMMADIYAH KARANGANYAR”. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini mengalami banyak kesulitan dan hambatan,
namun berkat bantuan, arahan, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak,
maka kesulitan maupun hambatan tersebut dapat teratasi. Untuk itu dalam
kesempatan ini dengan kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih atas
segala bantuan yang telah diberikan dan mohon maaf atas segala kekhilafan
kepada:
1. Dr. Weni Hastuti, S.Kep.Ns., M.Kes., Ph.D selaku Ketua Rektor Institut
Teknologi Sains dan Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
2. Dr. Ida Untari, SKM., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Institut Teknologi Sains dan Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta
3. Yuli Widyastuti, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan Institut Teknologi Sains dan Kesehatan PKU Muhammadiyah
Surakarta.
4. Heni Purwaningsih,S.Kep., Ns., M.Kep. selaku pembimbing I, dengan
bijaksana dan sabar membantu dalam menyumbangkan ide-idenya dalam
mengoreksi, merevisi serta melengkapi dalam penyusunan karya ilmiah ini.
5. Sulastri S.Kep., Ns., M.Kep. selaku pembimbing II dengan sabar dan
meluangkan waktu dalam membantu menyumbangkan ide-idenya dalam
mengoreksi, merevisi dan melengkapi dalam penyusunan proposal karya
ilmiah ini.
6. dr. Aditya Nur Cahyanto selaku Direktur RS PKU Muhammadiyah
Karanganyar yang telah bersedia mengijinkan untuk dilaksanakannya
penelitian.
7. Seluruh dosen dan staf di Institut Tehnologi Sains dan Kesehatan PKU
Muhammadiyah Surakarta, terimaksih atas motivasi, kepedulian, perhatian
serta atas ilmu yang telah diberikan yang sangat bermanfaat.
8. Kedua orang tuaku tercinta yang tak pernah lelah berjuang, berdoa, memberi
motivasi serta memberikan kasih sayang yang teramat besar.
9. Suamiku tercinta Moh Ibrahim Yuwono dan putra putriku tersayang :
Naura-Ranu yang selalu memberikan semangat dan doanya.
10. Keluargaku, Sahabat-sahabatku, yang selalu memberikan motivasi dan
doanya.
11. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan kepada
penulis, yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini
12. Almamaterku INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN PKU
Muhammadiyah Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam keterbatasan pengetahuan kemampuan


dan pengetahuan yang dimiliki penulis dan masih banyak kekurangan dalam
penelitian ini. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat penulis harapkan. Penulis berharap penulisan ini dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak yang terkait, di kalangan akademis dan masyarakat yang berminat
terhadap ilmu keperawatan.
Surakarta, ………………….

Penulis

Nurul Fajriyah Sri Mulyani

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………….. i

LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………….. ii

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………… iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR …………... iv

MOTTO …………………………………………………………… v

KATA PENGANTAR ………………………………………………. Vi

DAFTAR ISI ……………………………………………………… viii

DAFTAR TABEL …………………………………………………. x

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………. xi

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………. 3

C. Tujuan Penelitian …………………………………….... 4

D. Manfaat Penelitian …………………………………….. 4

E. Keaslian Penelitian ……………………………………... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori ………………………………………… 10

8
88
1. Tehnik Menyusui …………………………………… 10

2. Pendidikan Kesehatan ……………………………… 24

3. Teori Pengetahuan …………………………………... 33

4. Teori pembelajaran Audiovisual ……………………. 39

B. Kerangka Teori ………………………………………… 43

C. Kerangka Konsep ……………………………………… 43

D. Hipotesis ……………………………………………….. 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian …………………………… 45

B. Waktu dan Tempat Penelitian ……………………….. 46

C. Populasi, Sampel dan Sampling ………………………. 47

D. Variabel Penelitian ……………………………………… 48

E. Definisi Operasional ……………………………………. 49

F. Instrumen Penelitian ……………………………………. 50

G. Tehnik Pengumpulan Data …………………………… 51

H. Tehnik Analisa Data …………………………………. 51

I. Jalannya Penelitian …………………………………… 53

J. Etika Penelitian ……………………………………….. 54

K. Jadwal Penelitian ……………………………………… 56

DAFTAR PUSTAKA

9
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ………………………………………… 5

Tabel 3.1 Definisi Operasional ………………………………………… 49

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuisioner Tingkat Pengetahuan …………………… 51


DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Posisi Berdiri ………………………………………………. 17

Gambar 2.2 Posisi Rebahan ……………………………………………... 18

Gambar 2.3 Posisi Duduk ……………………………………………….. 19

Gambar 2.4 Posisi Menggendong ……………………………………….. 19

Gambar 2.5 Posisi Menggendong Menyilang …………………………... 20

Gambar 2.6 Posisi Football (Mengepit) ………………………………... 21

Gambar 2.7 Posisi Berbaring Miring …………………………………… 22

Gambar 2.8 Posisi Double Football ………………………………………... 23

Gambar 2.9 Posisi Menyusui ASI Berlimpah ………………………… 24

Gambar 2.10 Kerangka Teori ………………………………………….. 43

Gambar 2.11 Kerangka Konsep ………………………………………... 43


DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Menjadi Responde

2. Surat Kesediaan Menjadi Responden

3. Lembar Kuisioner Pengetahuan Responden tentang Pengaruh Pendidikan


Kesehatan tentang Cara Menyusui Bayi terhadap pengetahuan Ibu Nifas di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menyusui adalah proses pemberian air susu ibu (ASI) kepada bayi
sejak lahir sampai berusia 2 tahun. Jika bayi diberikan ASI saja sampai usia 6
bulan tanpa menambahkan dan mengganti dengan makanan atau minuman
lainnya merupakan proses menyusui eksklusif. Asi eksklusif dapat
melindungi bayi dan anak terhadap penyakit berbahaya dan mempererat
ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan anak. Proses menyusui secara
alami akan membuat bayi mendapatkan asupan gizi yang cukup dan
limpahan kasih sayang yang berguna untuk perkembangannya (Hidayati,
2012).
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada
bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Untuk
mencapai keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai teknik-
teknik menyusui yang benar. Indikator dalam proses menyusui yang efektif
meliputi posisi ibu dan bayi yang benar (body position), perlekatan bayi yang
tepat (latch), keefektifan hisapan bayi pada payudara (effective sucking).
Teknik menyusui yang benar akan mendorong keluarnya ASI secara
maksimal sehingga keberhasilan menyusui bisa tercapai (Evi Rinata , Tutik
Rusdyati, 2016). Praktek cara menyusui yang benar perlu diajarkan pada
setiap ibu yang baru saja melahirkan karena menyusui itu sendiri bukan suatu
hal yang relaktif atau instingtif, tetapi merupakan suatu proses. Proses belajar
menyusui yang baik bukan hanya untuk ibu yang baru pertama kali
melahirkan, tetapi juga untuk ibu yang pernah menyusu bayinya. Ini
disebabkan setiap bayi yang baru lahir merupakan individu tersendiri yang
mempunyai spesifikasi tertentu. Dengan demikian ibu perlu belajar
berinteraksi dengan manusia baru, ini agar dapat sukses dalam memberikan
yang terbaik baginya (Padilla, 2014).

1
Bertolak belakang dengan anjuran menyusui secara eksklusif,
Persentase cakupan bayi umur 0–6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif
pada tahun 2019 yaitu sebesar 67,74% , angka tersebut sudah melampui
target Renstra tahun 2019 sebesar 50% . Untuk provisi Jawa Tengah, cakupan
bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sebesar 83,63% (Kementrian
1
Kesehatan, 2019). Dikota Surakarta, capaian cakupan bayi yang mendapatkan
ASI eksklusif sebesar 80%, angka tersebut meningkat dari tahun 2017
sebesar 79,7%.
Kematian bayi merupakan salah satu akibat apabila capaian
cakupan bayi mendapatkan asi tidak maksimal. Badan Pusat Statistik
mencatat bahwa AKB di Indonesia mencapai 25,5 per 1000 kelahiran.
Selama beberapa tahun terakhir, AKB di Indonesia berangsur-angsur
mengalami penurunan, namun AKB di Indonesia masih termasuk tinggi
dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura yang
sudah di bawah 10 kematian per 1000 kelahiran bayi (BPS, 2016).
Menanggapi hal tersebut tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan
informasi berupa pendidikan kesehatan tentang teknik menyusui yang benar
kepada ibu hamil agar dapat menyusui bayinya, sehingga masalah yang
terjadi selama proses menyusui dapat dihindari dan capaian cakupan bayi
yang mendapatkan ASI semakin meningkat (Mardiyana & Puspita, 2015).
Pendidikan kesehatan merupakan proses yang direncanakan
dengan sadar untuk menciptakan peluang bagi individu-individu untuk
senantiasa belajar memperbaiki kesadaran (literacy) serta meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan (life skills) demi kepentingan kesehatannya
(Nursalam, 2013). Media atau alat peraga dalam program penyampaian
informasi kesehatan atau pendidikan kesehatan dapat diartikan sebagai alat
bantu untuk memberikan informasi tentang kesehatan yang dapat dilihat,
didengar, diraba, dirasa, atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan
penyebarluasan informasi (Daryanto, 2011). Media mempunyai peranan
yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan dalam proses
penyampaian pesan. Pemilihan media yang tepat akan sangat
membantu keberhasilan proses penyampaian pesan kepada audien,
sebaliknya penggunaan media yang tidak tepat akan mempersulit audien
dalam memahami pesan yang disampaikan. Jenis media yang dapat
digunakan antara lain adalah media cetak, media elektronik dan media
papan. Media cetak seperti booklet, leaflet, buku, flyer, flip chart dan
poster. Media elektronik seperti televisi, radio dan video serta media
papan (Notoatmodjo, 2014).
Pendidikan kesehatan tentang cara menyusui dapat diberikan
melalui media salah satunya adalah media video. Beberapa keuntungan
penggunaan media video untuk menyampaikan pesan atau informasi
antara lain: pesan yang di sampaikan lebih realistik, memiliki beberapa
features yang sangat bermanfaat untuk di gunakan dalam proses
penyampaian pesan (Fuad, Cristin dan Suwarsih, 2017).
Berdasarkan studi pendahuluan di Sakit PKU Muhammadiyah
Karanganyar, didapatkan dari 12 ibu yang ditemui, 8 di antaranya
mempunyai pengetahuan yang kurang dan 4 mempunyai pengetahuan yang
cukup baik tentang tehnik menyusui yang benar. Selain itu tehnik edukasi
cara menyusui yang benar bagi ibu nifas di ruang kebidanan baru
dilaksanakan sebatas dengan cara lesan saja sehingga dimungkinkan
penerimaan oleh pasien belum maksimal dan sangat bagus apabila dalam
proses edukasi bisa dilaksanakan dengan cara yang lebih mudah dipahami
dengan menggunakan media audio visual.
Dari gambaran data di atas yang mendorong peneliti untuk meneliti
“pengaruh pendidikan kesehatan tentang cara menyusui bayi terhadap
pengetahuan ibu nifas di RS PKU Muhammadiyah Karanganyar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dalam latar belakang tersebut di atas maka dapat
dirumuskan masalah penelitian adalah “adakah pengaruh pendidikan
kesehatan tentang cara menyusui bayi terhadap pengetahuan ibu nifas di RS
PKU Muhammadiyah Karanganyar?

3
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang cara menyusui
bayi terhadap pengetahuan ibu nifas di RS PKU Muhammadiyah
Karanganyar.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas dalam menyusui bayi
sebelum pemberian pendidikan kesehatan tentang cara menyusui bayi
dengan menggunakan media video.
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas dalam menyusui bayi
sesudah pemberian pendidikan kesehatan tentang cara menyusui bayi
dengan menggunakan media video.
c. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang cara
menyusui bayi dengan menggunakan media video terhadap
pengetahuan ibu nifas dalam menyusui bayi di RS PKU
Muhammadiyah Karanganyar
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Sebagai bahan kajian dan informasi tambahan bagi perkembangan
pendidikan keperawatan, terkait dengan perkembangan media-media yang
dapat digunakan dalam pendidikan kesehatan.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Profesi Keperawatan
Sebagai gambaran bagi perawat atau petugas kesehatan lainnya
mengenai penggunaan media video dalam penyampaian informasi
kesehatan.
b. Bagi peneliti
Sebagai tambahan pengetahuan, wawasan dan pengalaman untuk
mengembangkan media pendidikan kesehatan yang lebih aplikatif.
c. Bagi Responden
Diharapkan dapat menambah pengetahuan sehingga ibu nifas bisa
menyusui dengan cara yang benar terhadap bayinya.
d. Bagi RS PKU Karanganyar
Hasil penelitian dapat menjadi dasar dalam penyusunan program
keperawatan maupun kebidanan bagi ibu nifas tentang pemberian
pendidikan kesehatan tekhnik menyusui yang benar.

E. Keaslian penelitian
Keaslian penelitian diperlukan sebagai bukti agar tidak ada plagiarisme antara
penelitian sebelumnya dengan penelitian yang baru. Berikut tabel keaslian
penelitian :
No. Keaslian Penelitian
1. Nama dan tahun : Jannah (2018)
penelitian
Judul : pengaruh support edukasi teknik
menyusui yang benar terhadap
efektivitas menyusui ibu
postpartum

Desain dan Variabel : Penelitian ini merupakan penelitian


kuantitatif dengan metode pre .
experimen design dengan
pendekatan one group pre-post test
design
Hasil
: Hasil penelitian inin menunjukan
bahwa sebelum diberikan edukasi
teknik menyusui terhadap
efektivitas menyusui ibu
postpartum, terdapat 11 orang
(73%) yang efektif. menyusui dan
setelah diberikan edukasi teknik
menyusui terdapat sebanyak 14
orang (93.3%) ibu postpartum yang
menyusui efektif. Nilai rata-rata
pre-test yaitu sebesar 7.4 dengan
SD sebesar 1.352 dan pada nilai
rata-rata post-test meningkat
menjadi 11.267 dengan SD sebesar
1.709. Pada hasil juga didapatkan
nilai signifikansi lebih kecil dari
α=0.05 yaitu sebesar p=0.001 yang
berarti hipotesis diterima sehingga
dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan antara hasil efektivitas
menyusui pre-test dan post-test
Persamaan : yang dilakukan pada ibu
postpartum

Meneliti tetang variabel cara


Perbedaan : menyusui dan meneliti responden
ibu dimasa nifas

Perbedaan pada media yang


digunakan, dimana peneliti
menggunakan media video
sedangkan penelitian terkait tidak.
No Keaslian Penelitian
2. Nama dan tahun : Wulandari (2017)
penelitian
Judul : hubungan edukasi menyusui saat
hamil, teknik menyusui ibu dan
produksi ASI ibu nifas di RSIA
pertiwi makasar
Desain dan variabel : Penelitian ini merupakan penelitian
penelitian observasional dengan
menggunakan purposive sampling.

Hasil : Hasil uji chiscuare menunjukan


bahwa tidak ada hubungan antara
edukasi menyusui dengan teknik
menyusui dimana nilai α>0,05
(p=0.069). Dan juga Hasil uji chi-
scuare menunjukan bahwa tidak
ada hubungan antara edukasi
menyusui dengan posisi menyusui
ibu nifas dimana nilai α>0,05
(p=0.056)

Persamaan : Sama-sama menggunakan ibu nifas


sebagai responden penelitian

Perbedaan : Peneliti akan memberikan


intervensi pendidikan kesehatan,
sedangkan penelitian terkait tidak
memberikan pendidikan kesehatan.
Peneliti akan melakukan penelitian
eksperimen sedangkan penelitian
tersebut merupakan penelitian
korelasi
3. Nama dan tahun : Khatarina dan Yuliana (2017)
penelitian
Judul : Pengaruh Penyuluhan Kesehatan
Reproduksi Melalui Audio Visual
dengan Hasil Pengetahuan Setelah
Penyuluhan pada Remaja SMA
Negeri 2 Pontianak.

Desain dan variabel : Metode Penelitian quasi


eksperimental rancangan dengan
one group pretest-post test design
dengan teknik sampling stratified
random sampling.

Hasil : Hasil uji Paired Sample T-Test


didapatkan bahwa nilai T hitung <
T tabel (-10,74 < -2,042) dan hasil
uji statistik didapat nilai p value
0,0001 < alpha (0,05) sehingga
dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima yaitu ada
pengaruh penyuluhan kesehatan
reproduksi melalui audio visual
dengan hasil pengetahuan setelah
penyuluhan

Persamaan : Sama-sama meneliti variabel


pendidikan kesehatan
menggunakan media
video/audivisual

Perbedaan : Perbedaan dengan penelitian yang


dilakukan oleh peneliti adalah pada
variabel dependen yaitu tingkat
pengetahuan tentang cara menyusui
4 Nama peneliti : Azmi, Fitriana Dan Liliana (2016)

Judul : pengaruh pendidikan kesehatan


terhadap posisi dan perlekatan saat
menyusui pada ibu post partum
primipara Di RSUD panembahan
senopati bantul

7
Desain dan variabel : Quasy esperiment dengan
penelitian rancangan one group pretestpostest
without control group

Hasil : Hasil analisis posisi saat menyusui


sebelum diberikan pendidikan
kesehatan kategori kurang tepat
sebanyak 29 responden (85.3%),
sedangkan perlekatan saat
menyusui sebelum diberikan
pendidikan kesehatan kategori
kurang tepat sebanyak 21
responden (61.8%). Posisi saat
menyusui setelah diberikan
pendidikan kesehatan kategori tepat
sebanyak 29 responden (85.3%),
sedangkan perlekatan saat
menyusui sebelum diberikan
pendidikan kesehatan kategori tepat
sebanyak 30 responden (88.2%).
Berdasarkan hasil uji Mc Neamar
diketahui nilai p Value sebesar
0.000.

Persamaan : Sama-sama memberikan intervensi


berupa pendidikan kesehatan

Perbedaan : Peneliti akan menggunakan media


video sedangkan penelitian terkait
tidak menggunakan media
5 Nama peneliti : Munawarah (2018)

: pengaruh edukasi teknik menyusui


Judul terhadap keefektifan ibu nifas
dalam menyusui di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta,

Desain dan variabel : Metode penelitian ini menggunakan


penelitian pre eksperiment dengan desain one
group pretest-posttest. Teknik
pengambilan sampel menggunakan
accidental sampling berjumlah 23
ibu nifas. instrumen penelitian
menggunakan alat ukur Skor
LATCH. Uji statistik menggunakan
Wilcoxon Pairs Test.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan ada
pengaruh keefektifan ibu nifas
sebelum diberikan edukasi dan
setelah diberikan teknik menyusui.
Analisis data diketahu p-value
sebesar 0,000

Persamaan : Sama-sama memberikan intervensi


berupa pendidikan kesehatan
Sama-sama menggunakan ibu nifas
sebagai responden penelitian

Perbedaan : Peneliti akan menggunakan media


video sedangkan penelitian terkait
tidak menggunakan media

9
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Teknik Menyusui
a. Pengertian Teknik Menyusui
Menyusui adalah keterampilan yang dipelajari oleh ibu dan
bayi, dimana keduanya membutuhkan waktu dan kesabaran untuk
pemenuhan nutrisi pada bayi selama 6 bulan (Mulyani, 2013).
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI
kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan
benar (Rini dan Kumala, 2017). Manfaat dari teknik menyusui yang
benar yaitu putting susu tidak lecet, perlekatan menyusu pada bayi
kuat, bayi menjadi tenang dan tidak terjadi gumoh (Wahyuningsih,
2019).
Hasil penjelasan di atas, dapat disimpulkan teknik menyusui
yaitu cara ibu memberikan ASI kepada anaknya dengan
memperhatikan perlekatan dan posisi yang benar, sehingga putting
susu ibu tidak lecet atau luka saat menyusui dan bayi menyusu
dengan nyaman dan tidak gumoh.
b. Teknik Menyusui yang Benar
Teknik menyusui yang benar yang diungkapkan Banowati
(2019) yaitu :
1) Sebelum mulai menyusui putting dan areola mammae
dibersihkan terlebih dahulu dengan kapas basah atau ASI
dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada putting dan
sekitar kalang payudara.
2) Bayi diletakkan menghadap perut ibu / payudara.
a) Ibu duduk atau berbaring dengan santai, jika duduk akan
lebih baik menggunakan kursi yang rendah (hal ini
bertujuan supaya kaki ibu tidak menggantung) dan
punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.

10
b) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan
menggunakansatu lengan, kepala bayi terletak pada siku
ibu (kepala tidak boleh menengadah dan bokong bayi
ditahan dengan telapak tangan).
c) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan
yang satunya di depan.
d) Perut bayi menempel pada badan ibu, posisi kepala bayi
menghadap payudara (tidak hanya menoleh atau
membelokkan kepala bayi).
e) Telingan dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
f) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
3) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain
menopang di bawah, jangan terlalu menekan putting susu
atau kalang payudara saja.
4) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting refleks)
dengan cara menyentuh pipi dengan putting susu atau
menyentuh sisi mulut bayi.
5) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi
didekatkan ke payudara ibu dan putting susu serta kalang
payudara dimasukkan ke mulut bayi.
a) Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk
kedalam mulut bayi, sehingga putting susu berada di
bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI
keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di
bawah kalang payudara.
b) Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu
dipegang atau disangga.
c) Melepas isapan bayi
Setelah menyusui pada satu payudara sampai kosong,
sebaiknya diganti dengan payudara yang satunya. Cara
melepas isapan bayi yaitu jari kelingking ibu dimasukkan
ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan
ke bawah.

6) Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah untuk mengeluarkan
udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah
menyusu. Cara menyendawakan bayi adalah bayi
digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu
kemudian punggungnya ditepuk secara perlahan atau
dengan cara bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu
kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.
Teknik menyusui yang benar yang diungkapkan Rini
dan Kumala (2017) yaitu :
1) Cuci tangan yang bersih dengan menggunakan sabun,
perah sedikit ASI kemudian oleskan disekitar putting,
duduk dan berbaring dengan santai.
2) Posisi ibu harus nyaman, biasanya duduk tegak di tempat
tidur/kursi, ibu harus merasa rileks.
3) Lengan ibu menopang kepala bayi, leher dan seluruh
badan bayi (kepala dan tubuh berada dalam garis lurus),
muka bayi menghadap ke payudara ibu, hidung bayi di
depan putting susu ibu. Posisi bayi harus sedemikian rupa
sehingga perut bayi menghadap perut ibu. Kepalanya
harus sejajar dengan tubuhnya, tidak melengkung ke
belakang/menyamping, telinga, bahu, dan panggul bayi
berada dalam satu garis lurus.
4) Ibu mendekatkan bayi ke tubuhnya (muka bayi ke
payudara ibu) dan mengamati bayi yang siap menyusu:
membuka mulut, bergerak mencari dan menoleh. Bayi
harus berada dekat dengan payudara ibu dan ibu tidak
harus mencondongkan badan dan bayi tidak
merenggangkan lehernya untuk mencapai putting susu
ibu.

5) Ibu menyentuhkan putting susunya ke bibir bayi,


menunggu hingga mulut bayi terbuka lebar kemudian
mengarahkan mulut bayi ke putting susu ibu hingga bibir
bayi dapat menangkap putting susu tersebut. Ibu
memegang payudara dengan satu tangan dengan cara
meletakkan empat jari di bawah payudara dan ibu jari di
atas payudara. Ibu jari dan telunjuk harus membentuk
huruf “C”.
6) Pastikan bahwa sebagian besar areola masuk ke dalam
mulut bayi. Dagu rapat ke payudara ibu dan hidungnya
menyentuh bagian ataspayudara.
7) Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah
seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya
saja, kepala dan tubuh bayi harus lurus, hadapkan bayi ke
dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan
putting susu ibu, dekatkan badan bayi ke badan ibu,
menyentuh bibir bayi ke putting susunya dan
menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
8) Jika bayi sudah selesai menyusui, ibu mengeluarkan
putting dari mulut bayi dengan cara memasukkan jari
kelingking ibu di antaramulut dan payudara.
9) Menyendawakan bayi dengan menyenderkan bayi di
pundak atau menelungkupkan bayi melintang kemudian
menepuk-nepuk punggung bayi.
Hasil penjelasan teknik menyusui di atas, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1) Sebelum menyusui, ibu harus cuci tangan terlebih dahulu.
2) Payudara dibersihkan dengan kapas basah supaya
bersih daridebu dan keringat.
3) ASI dikeluarkan sedikit untuk membasahi putting dan
areola.
4) Posisi ibu duduk bersandar, pada kursi yang rendah
sehingga punggung ibu bersandar di sandaran kursi
sehingga ibu bisa duduk nyaman dalam menyusui.
5) Bayi digendong dengan satu lengan, posisi kepala bayi
berada di lengkung siku ibu dan bokong bayi disangga
dengan telapak tangan ibu.
6) Posisi tangan bayi, satu dibelakang badan ibu dan satu di
depan.
7) Perut bayi dan perut ibu menempel, kepala bayi
menghadap ke payudara ibu.

8) Lengan dan telinga bayi harus lurus atau sejajar.


9) Ibu melihat bayi dengan tatapan penuh kasih sayang.
10) Ibu jari memegang payudara bagian atas, dan jari yang
lain memegang payudara bagian bawah. Sehingga
membentuk huruf “C”.
11) Sentuhkan putting susu ibu ke pipi bayi, ini adalah cara
merangsang bayi untuk membuka mulutnya.
12) Setelah mulut bayi terbuka, kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu, kemudian putting dan areola dimasukkan
ke mulut bayi.
13) Ketika menyusui bayi, usahakan hampir semua bagian
areola masuk ke mulut bayi.
14) Menyusui dengan bergantian, payudara satu dengan
payudara satunya lagi.
15) Selesai bayi menyusu, hisapan bayi dilepas dengan cara
menekandagu bayi ke bawah.
16) Agar bayi bisa bersendawa dapat dilakukan dengan cara,
bayi digendong tegak dan bersandar pada bahu ibu, atau
ditengkurapkan di pangkuan ibu sambil ditepuk pelan-
pelan punggungnya.
c. Cara Pengamatan Teknik Menyusui yang Benar
Rini dan Kumala (2017) mengungkapkan apabila bayi telah
menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda
sebagai berikut :
1) Bayi nampak tenang.
2) Badan bayi menempel dengan perut ibu.
3) Mulut bayi terbuka lebar.
4) Dagu bayi menempel dengan payudara ibu.
5) Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi.
6) Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh
payudaraibu.
7) Lidah bayi menopang putting dan areola bagian bawah.
d. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyusui
Roslina dan Sindi (2018) menyatakan keberhasilan
pemberian ASI eksklusif di pengaruhi oleh beberapa faktor, baik
faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal meliputi
pengetahuan, pendidikan, sikap ibu dan keadaan payudara.
Sedangkan faktor eksternal meliputi sosial budaya, ekonomi,
pelayanan kesehatan, industri susu formula serta pengaruh dan
peran keluarga serta masyarakat. Selain itu, menurut Mulawati dan
Susilowati (2016) mengatakan ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan menyusui, antara lain faktor ibu
(39,7%), faktor bayi (36,7%), teknik menyusui (22,1%), dan faktor
anatomis payudara(1,5%).
e. Lama dan Frekuensi Menyusui

Banowati (2019) menyebutkan lama menyusui tiap payudara


adalah sekitar 10-15 menit untuk bayi usia 1-12 bulan. Ibu
menyusui sebaiknya sesuai dengan keinginan bayi, tanpa dijadwal
karena kadar protein ASI rendah sehingga bayi akan menyusu
sering, biasanya antara 1,5-2 jam sekali dan ASI dalam lambung
bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Sehingga frekuensi menyusui
kira-kira 8-12 kali/24 jam, setiap kali menyusui kedua payudara
harus digunakan dan usahakan sampai payudara terasa kosong agar
produksi ASI tetap baik. Mulyani (2013) menyebutkan lama
menyusu berbeda-beda setiap periode menyusui. Bayi menyusu
rata-rata selama 5-15 menit, walaupun terkadang ada yang lebih.
Hasil penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ketika
menyusui bayi sebaiknya tidak dijadwal, karena bayi biasanya
menyusu antara 1,5-2 jam sekali. Bayi rata-rata menyusu sekitar 5-
15 menit, walaupun terkadang ada yang lebih. Frekuensi
menyusui bayi kira-kira 8-12 kali/24 jam, sebaiknya setiap kali
menyusui kedua payudara harus digunakan dan usahakan menyusui
sampai payudara terasa kosong.
f. Dampak yang Timbul Jika Tidak Menyusui dengan Benar
Wahyuningsih (2019) menyebutkan dampak yang sering terjadi
pada ibu dan bayi jika ibu tidak menyusui dengan benar yaitu
putting susu ibu menjadi lecet, ASI tidak keluar secara optimal
sehingga mempengaruhi produksi ASI, bayi enggan menyusu, bayi
menjadi kembung. Meihartati dan Sari (2018) menyebutkan teknik
menyusui yang tidak benar dapat menyebabkan putting susu ibu
lecet dan ASI tidak keluar secara optimal. Hal ini dapat
menimbulkan gangguan dalam proses menyusui sehingga
pemberian ASI tidak adekuat, pemberian asi yang tidak adekuat
dapat mengakibatkan payudara bengkak karena sisa-sisa ASI pada
duktus.
Hasil penjelasan di atas, dapat disimpulkan dampak yang
timbul jika tidak menyusui dengan benar adalah putting susu ibu
menjadi lecet, ASI tidak keluar secara maksimal sehingga akan
berpengaruh terhadap produksi ASI, bayi akan enggan menyusu,
perut bayi menjadi kembung, pemberian ASI tidak adekuat,
payudara bengkak.
g. Posisi Menyusui

Posisi menyusui ada beberapa jenis, menurut Mulyani


(2013) menyebutkan posisi menyusui ada 8, antara lain :
1) Posisi Berdiri

Pada posisi berdiri diharapkan bayi merasa nyaman


saat menyusu. Cara menyusui dengan berdiri yaitu :
a) Bayi dapat digendong dengan kain atau alat penggendong
bayi.
b) Pada saat menyusui saat berdiri sebaiknya tetap disangga
dengan lengan ibu agar bayi merasa tenang dan usahakan
tidak terputus saat menyusu.
c) Letakkan badan bayi saat menyusu dengan posisi dada ibu
dengan diletakkan di tangan bayi dibelakang atau
disamping ibu agar tubuh ibu tidak mengganjal saat
menyusu dan bisa nyaman saat menyusu dengan posisi
berdiri.

Gambar 2.1 Posisi Berdiri (Mulyani, 2013).

2) Posisi Rebahan
Posisi rebahan bisa dilakukan dengan cara
menyusui sebagai berikut :
a) Saat posisi rebahan ibu dapat duduk di atas tempat
tidur danpunggung bersandar pada sandaran tempat
tidur atau dapat di ganjal dengan bantal.
b) Kaki ibu dengan posisi lurus di atas tempat tidur.
c) Saat menyusui bayi menghadap ke payudara ibu
atau perutibu.
d) Pada saat menyusui posisi tangan ibu menyangga
bayi secara merata dari kepala, bahu hingga
pantatnya.
e) Posisikan paha ibu untuk turut membantu
menyangga tubuh bayi, namun kalau kurang dapat
ditambah dengan bantal.

Gambar 2.2 Posisi Rebahan (Mulyani, 2013).

3) Posisi Duduk
Posisi menyusu dengan duduk dapat dilakukan
posisi santai dan tegak menggunakan kursi yang rendah
agar posisi kaki ibu menapak ke lantai dan punggung ibu
bisa bersandar pada sandarankursi. Adapun caranya posisi
dengan duduk yaitu dengan cara :
a) Dengan menggunakan bantal atau selimut untuk
menopang bayi, bayi ditidurkan di atas pangkuan ibu.
b) Bayi dipegang satu lengan, kepala bayi diletakkan
pada lengkungan siku ibu dan bokong bayi diletakkan
pada lengan.Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau
bokong bayi ditahandengan telapak tangan ibu.
c) Posisi lengan bayi satu diletakkan di belakang badan
ibu danyang satu di depan badan ibu.
d) Posisi perut bayi menempel ke badan ibu dan kepala
bayi menghadap ke payudara ibu.
e) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
Gambar 2.3 Posisi Duduk (Mulyani, 2013).

4) Posisi Menggendong (The Cradle Hold)


Posisi menggendong sangat baik untuk ibu yang
bersalin secara normal. Posisi menggendong dengan cara:
a) Peluk bayi dan kepala bayi pada lekuk siku tangan.
b) Jika bayi menyusu pada payudara kanan, letakkan
kepalanya pada lekuk siku tangan kanan dan
bokongnya pada telapak tangan kanan.
c) Mengarahkan badan bayi dan kuping bayi berada
dengan satugaris lurus dengan tangan bayi yang ada
di atas atau berbaring menyamping dengan muka,
perut dan lutut menempel pada dada dan perut ibu.
d) Posisi bayi saat menyusui seolah-olah merangkul
badan ibu supaya mempermudah bayi dalam
mencapai payudara.

e) Tangan kiri ibu memegang payudara jika diperlukan.


Gambar 2.4 Posisi Menggendong (The Cradle Hold) .
(Mulyani, 2013).
5) Posisi Menggendong Menyilang (Transisi)
Posisi ini sangat baik untuk bayi yang mengalami
kesulitan menempelkan mulutnya ke putting susu karena
payudara ibu yang besar sementara mulut bayi yang
kecil dan posisi ini juga baik untuk bayi yang sedang
sakit. Cara posisi menggendong menyilang yaitu :
a) Posisi ini dengan cara telapak tangan menyangga
kepala bayi.
b) Jika menyusui pada payudara kanan maka
menggunakantangan kiri untuk memegangi bayi.
c) Memeluk bayi sehingga kepala, dada dan perut
bayi untukmenghadap ibu.
d) Arahkan mulutnya ke putting susu dengan ibu jari
dengan tangan ibu di belakang kepala dan bawah
telinga bayi.
e) Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk
memegangpayudara jika diperlukan.

Gambar 2.5 Posisi Menggendong Menyilang


(Transisi). (Mulyani, 2013).

6) Posisi Football (Mengepit)


Posisi football sangat baik untuk ibu yang sedang
menjalani operasi caesar yang berfungsi untuk
menghindari bayi berbaring diatas perut dan posisi ini
juga dapat digunakan untuk bayi lahir kecil atau memiliki
kesulitan dalam menyusu, putting susu ibu datar atau flat
nipple dan bisa digunakan untuk posisi menyusui untuk
bayi kembar. Cara menyusui posisi football dengan cara
yaitu :

a) Telapak tangan menyangga kepala bayi dan bayi


diselipkan ke bawah tangan ibu seperti memegang
bola atau tas pada tangan.
b) Menyusui dengan payudara kanan maka memegang
dengan payudara kanan, demikian pula sebaliknya.
c) Arahkan mulut bayi ke putting susu ibu, mula-mula
dagu bayi atau dengan tindakan ini harus dilakukan
dengan hati-hati, jika mendorong bayinya dengan
keras kearah payudara. Bayi akan menolak
menggerakkan kepalanya atau melawan tanganibu.
d) Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi
dan bayi menggunakan tangan sebelahnya untuk
memegang payudarajika diperlukan.

Gambar 2.6 Posisi Football (Mengepit). (Mulyani,


2013).

7) Posisi Berbaring Miring


Posisi berbaring miring ini baik untuk ibu yang
pertama kali menyusui atau ibu merasakan lelah atau
nyeri. Ini biasanya dilakukan pada ibu menyusui yang
melahirkan melalui operasi caesar. Hal yang harus
diperhatikan dengan posisi berbaring miring adalah
pertahankan jalan nafas bayi agar tidak tertutup oleh
payudara ibu. Adapun cara menyusui dengan posisi
berbaring miring adalah :
a) Posisi dilakukan dengan posisi berbaring tempat tidur.
b) Mintalah bantuan pasangan untuk meletakkan bantal
dibawah kepala dan bahu, serta diantara lutut. Hal ini
akan membuat punggung dan pinggul pada posisi
yang lurus.

c) Muka ibu dan bayi tidur berhadapan dan bantu


menempelkan mulut bayi ke putting susu.
d) Letakkan bantal kecil atau lipatan selimut di bawah
kepala bayi agar bayi tidak menegangkan lehernya
untuk mencapai putting dan ibu tidak perlu
membungkukkan badan kea rah bayinya, sehingga
bayi akan tidak cepat lelah.

Gambar 2.7 Posisi Berbaring Miring (Mulyani, 2013).

8) Posisi Menyusui dengan Kondisi Khusus


Posisi-posisi yang dapat dilakukan untuk posisi
menyusuidengan kondisi khusus yaitu :
a) Posisi menyusui pasca operasi caesar bisa
menggunakan duaposisi yaitu :
(1) Posisi dengan berbaring miring.
(2) Posisi football atau mengepit.
b) Posisi double football atau mengepit sama dengan
ibu yang melahirkan melalui seksio caesaria, posisi
football juga tepat untuk bayi yang kembar, dimana
kedua bayi disusui bersamaan kiri dan kanan,
dengan cara :
(1) Kedua tangan ibu memeluk masing-masing satu
kepalabayi, seperti memegang bola.
(2) Letakkan tepat di bawah payudara ibu.
(3) Membiarkan posisikan kaki menjuntai keluar.
(4) Untuk memudahkan, kedua bayi diletakkan pada
satu bidang datar yang memiliki ketinggian
kurang lebihsepinggang ibu.
(5) Dengan demikian, ibu cukup menopang kepala
kedua bayi kembarnya saja.
(6) Cara lain adalah dengan meletakkan bantal
diataspangkuan ibu.

Gambar 2.8 Posisi double football (Mulyani, 2013).

c) Posisi menyusui dengan ASI berlimpah, biasanya


dilakukan untuk ibu yang memiliki ASI yang
berlimpah dan memancar secara penuh dan alirannya
deras, posisi untuk mengurangi resiko tersedak pada
bayi dengan cara ibu tidur terlentang lurus di tempat
tidur dan sementara bayi di atas perut ibu dalam
posisi berbaring lurus dengan kepala menghadap ke
payudara ibu atau bayi dengan posisi tengkurap di
atas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi
dengan posisi ini bayi tidak akan tersedak.
Gambar 2.9 Posisi Menyusui ASI Berlimpah (Mulyani, 2013).

2. Pendidikan kesehatan
a. Pengertian edukasi kesehatan
Edukasi kesehatan Menurut Notoatmodjo (2010) pendidikan
kesehatan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada
masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan - tindakan
untuk memelihara, dan meningkatkan taraf kesehatannya. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk
kegiatan dengan menyampaikan materi tentang kesehatan yang
bertujuan untuk mengubahperilaku sasaran.
b. Tujuan pendidikan kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan (Nursalam dan Efendi, 2013)
yaitu: Terjadi perubahan sikap dan tingkah laku individu, keluarga,
kelompok khusus dan masyarakat dalam membina serta memelihara
perilaku hidup sehat serta berperan aktif dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatanyang optimal.
c. Sasaran pendidikan kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2010) sasaran pendidikan kesehatan dibagi
dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu :
1) Sasaran primer (Primary Target)
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala
upaya pendidikan atau promosi kesehatan Sesuai dengan
permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan
menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu
hamil dan menyusui untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan
Anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan juga
sebagainya.
2) Sasaran sekunder (Secondary Target)
Yang termasuk dalam sasaran ini adalah para tokoh masyarakat,
tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran
sekunder, karena dengan memberikan pendidikan kesehatan
kepada kelompok ini diharapkan untuk nantinya kelompok ini
akan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat di
sekitarnya.
3) Sasaran tersier (Tertiary Target)
Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat
pusat, maupun daerah. Dengan kebijakan-kebijakan atau
keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai
dampak langsung terhadap perilaku tokoh masyarakat dan
kepada masyarakat umum.
d. Ruang lingkup pendidikan kesehatan
Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari 3 dimensi
menurut Fitriani (2011) yaitu;
1) Dimensi sasaran
a) Pendidikan kesehatan individu dengan sasarannya adalah
individu.
b) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasarannya
adalahkelompok masyarakat tertentu.
c) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasarannya
adalahmasyarakat luas.
2) Dimensi tempat pelaksanaan
a) Pendidikan kesehatan di rumah sakit dengan sasarannya
adalahpasien dan keluarga
b) Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasarannya
adalah pelajar.
c) Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja
dengan sasarannya adalah masyarakat atau pekerja.
3) Dimensi tingkat pelayanan kesehatan
a) Pendidikan kesehatan untuk promosi kesehatan (Health
Promotion), misal : peningkatan gizi, perbaikan sanitasi
lingkungan, gaya hidup dan sebagainya.
b) Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus
(SpecificProtection) misal : imunisasi
c) Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan
tepat (Early diagnostic and prompt treatment) misal :
denganpengobatan layak dan sempurna dapat menghindari
dari resiko kecacatan.
d) Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi (Rehabilitation)
misal : dengan memulihkan kondisi cacat melalui latihan -
latihan tertentu.
e. Langkah-langkah dalam pendidikan kesehatan
Menurut Subari (2016) ada beberapa langkah yang harus ditempuh
dalam melaksanakan pendidikan kesehatan, yaitu :
1) Tahap I. Perencanaan dan pemilihan strategi
Tahap ini merupakan dasar dari proses komunikasi yang akan
dilakukan oleh pendidik kesehatan dan juga merupakan kunci
penting untuk memahami kebutuhan belajar sasaran dan
mengetahui sasaran atau pesan yang akan disampaikan.
Tindakan perawat yang perlu dilakukan pada tahap ini antara
lain:
a) Review data yang berhubungan dengan kesehatan,
keluhan,kepustakaan, media massa, dan tokoh masyarakat.
b) Cari data baru melalui wawancara, fokus grup (dialog
masalah yang dirasakan).
c) Bedakan kebutuhan sasaran dan persepsi terhadap
masalah kesehatan, termasuk identifikasi sasaran.
d) Identifikasi kesenjangan pengetahuan kesehatan.
e) Tulis tujuan yang spesifik, dapat dilakukan,
menggunakan prioritas, dan ada jangka waktu.
f) Kaji sumber - sumber yang tersedia (dana,sarana dan
manusia)
2) Tahap II. Memilih saluran dan materi/media.
Pada tahap pertama diatas membantu untuk memilih saluran
yang efektif dan materi yang relevan dengan kebutuhan
sasaran. Saluran yang dapat digunakan adalah melalui
kegiatan yang ada di masyarakat. Sedangkan materi yang
digunakan disesuaikan dengan kemampuan sasaran. Tindakan
keperawatan yang perlu dilakukan adalah :
a) Identifikasi pesan dan media yang digunakan.
b) Gunakan media yang sudah ada atau menggunakan media
baru.
c) Pilihlah saluran dan caranya.
3) Tahap III. Mengembangkan materi dan uji coba
Materi yang ada sebaiknya diuji coba ( diteliti ulang )
apakah sudah sesuai dengan sasaran dan mendapat respon
atau tidak. Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan
adalah:
a) Kembangkan materi yang relevan dengan sasaran.
b) Uji terlebih dahulu materi dan media yang ada. Hasil uji
coba akan membantu apakah meningkatkan pengetahuan,
dapat diterima, dan sesuai dengan individu.
4) Tahap IV. Implementasi
Merupakan tahapan pelaksanaan pendidikan kesehatan.
Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan adalah sebagai
berikut:
a) Bekerjasama dengan organisasi yang ada di komunitas
agar efektif.
b) Pantau dan catat perkembangannya.
c) Mengevaluasi kegiatan yang dilakukan.
5) Tahap V. Mengkaji efektifitas
Mengkaji keefektifan program dan pesan yang telah
disampaikan terhadap perubahan perilaku yang diharapkan.
Evaluasi hasil hendaknya berorientasi pada kriteria jangka
waktu (panjang / pendek) yang telah ditetapkan.
Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan adalah melakukan
evaluasi proses dan hasil.
6) Tahap VI. Umpan balik untuk evaluasi program
Langkah ini merupakan tanggung jawab perawat terhadap
pendidikan kesehatan yang telah diberikan. Apakah perlu
diadakan perubahan terhadap isi pesan dan apakah telah
sesuai dengan kebutuhan sasaran. Informasi dapat memberikan
gambaran tentang kekuatan yang telah digunakan dan
memungkinkan adanya modifikasi.Tindakan keperawatan yang
perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Kaji ulang tujuan, sesuaikan dengan kebutuhan.
b) Modifikasi strategi bila tidak berhasil.
c) Lakukan kerjasama lintas sektor dan program.
d) Catatan perkembangan dan evaluasI terhadap
pendidikan kesehatan yang telah dilakukan.
e) Pertahankan alasan terhadap upaya yang akan dilakukan.
f) Hubungan status kesehatan, perilaku, dan pendidikan
kesehatan.
f. Faktor - faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam Pendidikan
Kesehatan.
Subari (2016) mengelompokkan faktor- faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pendidikan kesehatan yaitu:
1) Faktor materi atau hal yang dipelajari yang meliputi kurangnya
persiapan, kurangnya penguasaan materi yang akan dijelaskan
oleh pemberi materi, penampilan yang kurang meyakinkan
sasaran, bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh
sasaran, suara pemberi materi yang terlalu kecil, dan penampilan
materi yang monoton sehingga membosankan.
2) Faktor lingkungan, dikelompokkan menjadi dua yaitu :
(a) Lingkungan fisik yang terdiri atas suhu,kelembaban
udara,dan kondisi tempat belajar.
(b) Lingkungan sosial yaitu manusia dengan segala
interaksinya serta representasinya seperti keramaian atau
kegaduhan,lalulintas, pasar dan sebagainya
3) Faktor instrument yang terdiri atas perangkat keras (hardware)
seperti perlengkapan belajar alat - alat peraga dan perangkat
lunak (software) seperti kurikulum (dalam pendidikan formal),
pengajar atau fasilitator belajar, serta metode belajar mengajar.
4) Faktor kondisi individu subjek belajar, yang meliputi kondisi
fisiologis seperti kondisi panca indra (terutama pendengaran dan
penglihatan) dan kondisi psikologis, misalnya intelegensi,
pengamatan,daya tangkap, ingatan, motivasi, dan sebaginya.
g. Media dalam pendidikan kesehatan
1) Media cetak
a) Booklet : digunakan untuk menyampaikan pesan dalam
bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.
b) Leaflet : melalui lembar yang dilipat, isi pesan bisa
gambar/tulisan atau pun keduanya.
c) Flyer (selebaran) ; seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk
lipatan.
d) Flip chart (lembar Balik) ; pesan/informasi kesehatan
dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku,
dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan
di baliknya berisi kalimat sebagai pesan/informasi
berkaitan dengan gambar tersebut.
e) Rubrik/tulisan-tulisan : pada surat kabar atau majalah,
mengenai bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal
yang berkaitan dengan kesehatan.
f) Poster : merupakan suatu bentuk media cetak berisi pesan-
pesan/informasi kesehatan, yang biasanya ditempel di
tembok- tembok, di tempat-tempat umum, atau di
kendaraan umum.
g) Foto : digunakan untuk mengungkapkan informasi -
informasi kesehatan.
2) Media elektronik
a) Televisi : dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum
diskusi/tanya jawab, pidato/ceramah, TV, quiz, atau
cerdas cermat.
b) Radio : bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, ceramah.
c) Video Compact Disc (VCD)
d) Slide : digunakan untuk menyampaikan
pesan/informasikesehatan.
e) Film strip : digunakan untuk menyampaikan pesan
kesehatan.
3) Media papan (Bill Board)
Papan/bill board yang dipasang di tempat-tempat umum dapat
dipakai diisi dengan pesan - pesan atau informasi – informasi
kesehatan. Media papan di sini juga mencakup pesan-pesan
yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan
umum (bus/taksi).
h. Strategi dan metode pendidikan kesehatan
1) Strategi pendidikan kesehatan
Strategi pendidikan kesehatan adalah cara-cara yang dipilih
untuk menyampaikan materi dalam lingkungan pendidikan
kesehatan yangmeliputi sifat, ruang lingkup dan urutan kegiatan
yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada klien.
Strategi pendidikan kesehatan tidak hanya terbatas pada
prosedur kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi
atau paket pendidikan kesehatannya (Ririn,2013).
2) Metode pendidikan kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2010) metode pendidikan kesehatan
dibagi menjadi :
a) Metode pendidikan individu. Metode ini bersifat individual
digunakan untuk membina perilaku atau membina seseorang
yang mulai tertarik untuk melakukan sesuatu perubahan
perilaku. Bentuk pendekatan ini antara lain:
(1) Bimbingan dan penyuluhan (guidance dan councellin)
Dengan cara ini kontak antara keluarga dengan petugas
lebih intensif. Klien dengan kesadaran dan penuh
pengertian menerima perilaku tersebut.
(2) Wawancara (interview)
Wawancara petugas dengan klien untuk menggali
informasi, berminat atau tidak terhadap perubahan untuk
mengetahui apakah perilaku yang sudah atau akan
diadopsi itu mempunyai dasar pengertian atau dasar yang
kuat.
b) Metode pendidikan kelompok
Metode tergantung dari besar sasaran kelompok serta
pendidikan formal dari sasaran.
(1) Kelompok besar
Kelompok besar di sini adalah apabila peserta
penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang baik
untuk kelompokbesar adalah
(a) Ceramah, yaitu metode yang baik untuk sasaran
yang berpendidikan tinggi atau rendah,
(b) Seminar yaitu metode yang baik untuk sasaran
dengan pendidikan menengah keatas berupa
presentasi dari satu atau beberapa ahli tentang
topik
yang menarik dan aktual.
(2) Kelompok kecil
Jumlah sasaran kurang dari 15 orang, metode yang
cocok untuk kelompok ini adalah:
(a) Diskusi kelompok, kelompok bisa bebas
berpartisipasi dalam diskusi sehingga formasi
duduk peserta diatur saling berhadapan.
(b) Curah pendapat (brain storming) merupakan
modifikasi metode diskusi kelompok. Usulan atau
komentar yang diberikan peserta terhadap
tanggapan-tanggapannya, tidak dapat diberikan
sebelum pendapat semuanya terkumpul.
(c) Bola salju, kelompok dibagi dalam pasangan
kemudian dilontarkan masalah atau pertanyaan
untuk diskusi mencari kesimpulan.
(d) Memainkan peran yaitu metode dengan anggota
kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran
tertentuuntuk memainkan peranan.
(e) Simulasi merupakan gabungan antara role play dan
diskusi kelompok.
c) Metode pendidikan massa
Metode ini menyampaikan pesan-pesan kesehatan yang
ditujukan untuk masyarakat umum (tidak membedakan
umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi
dan sebagainya). Pada umumnya pendekatan ini tidak
langsung, biasanya menggunakan media massa,
beberapa contoh metode ini antara lain:
(1) Ceramah umum, metode ini baik untuk sasaran
yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
(2) Pidato atau diskusi melalui media elektronik.
(3) Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter /
petugas kesehatan tentang suatu penyakit.
(4) Artikel/tulisan yang terdapat dalam majalah atau
Koran tentang kesehatan.
(5) Bill board yang dipasang di pinggir jalan,
spanduk, poster dan sebagainya.
3. Teori pengetahuan
a. Definisi
Pengetahuan adalah suatu hasil tau dari manusia atas
penggabungan atau kerjasama antara suatu subyek yang mengetahui
dan objek yang diketahui. Segenap apa yang diketahui tentang
sesuatu objek tertentu (Suriasumantri, 2017).
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indramanusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan rabamenurut
Bachtiar yang dikutip dari Notoatmodjo (2012).
b. Tingkat pengetahuan
Notoatmodjo (2012) menyebutkan secara garis besar dibagi menjadi
6 tingkat pengetahuan, yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai recallatau memanggil memori yang telah
ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu yang spesifik dan
seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Tahu disisni merupakan tingkatan yang paling rendah.
Kata kerja yang digunakan untuk mengukur orang yang tahu
tentang apa yang dipelajari yaitu dapat menyebutkan,
menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.
2) Memahami (Comprehention)
Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu terhadap
objek tersebut, dan juga tidak sekedar menyebutkan, tetapi orang
tersebut dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek
yang diketahuinya. Orang yang telah memahami objek dan
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menarik
kesimpulan, meramalkan terhadap suatu objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek
yang dimaksud dapat menggunakan ataupun mengaplikasikan
prinsip yang diketahui tersebut pada situasi atau kondisi yang
lain. Aplikasi juga diartikan aplikasi atau penggunaan hukum,
rumus, metode, prinsip, rencana program dalam situasi yang
lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang dalam menjabarkan atau
memisahkan, lalu kemudian mencari hubungan antara
komponen-komponen dalam suatu objek atau masalah yang
diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah sampai
pada tingkatan ini adalah jika orang tersebut dapat membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, membuat bagan (diagram)
terhadap pengetahuan objek tersebut.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam merangkum
atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari
komponen pengetahuan yang sudah dimilikinya. Dengan kata
lain suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi yang sudah ada sebelumnya.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-
norma yang berlaku dimasyarakat.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
Menurut Budiman dan Riyanto (2013) faktor yang mempengaruhi
pengetahuan:
1) Pendidikan, Proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau
kelompok dan merupakan usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Semakin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin capat menerima dan
memahami suatu informasi sehingga pengetahuan yang dimiliki
juga semakin tinggi .
2) Informasi atau Media Massa, Suatu teknik untuk
mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi,
mengumumkan, menganalisis dan menyebarkan informasi
dengan tujuan tertentu. Informasi mempengaruhi pengetahuan
seseorang jika sering mendapatkan informasi tentang suatu
pembelajaran maka akan menambah pengetahuan dan
wawasannya, sedangkan seseorang yang tidak sering menerima
informasi tidak akan menambah pengetahuan dan wawasannya.
3) Sosial, Budaya dan Ekonomi. Tradisi atau budaya seseorang
yang dilakukan tanpa penalaran apakah yang dilakukan baik
atau buruk akan menambah pengetahuannya walaupun tidak
melakukan. Status ekonomi juga akan menentukan tersedianya
fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu. Seseorang
yang mempunyai sosial budaya yang baik maka pengetahuannya
akan baik tapi jika sosial budayanya kurang baik maka
pengetahuannya akan kurang baik. Status ekonomi seseorang
mempengaruhi tingkat pengetahuan karena seseorang yang
memiliki status ekonomi dibawah rata-rata maka seseorang
tersebut akan sulit untuk meningkatkan pengetahuan.
4) Lingkungan, mempengaruhi proses masuknya pengetahuan
kedalam individu karena adanya interaksi timbal balik ataupun
tidak yang akan direspons sebagai pengetahuan oleh individu.
Lingkungan yang baik akan pengetahuan yang didapatkan akan
baik tapi jika lingkungan kurang baik maka pengetahuan yang
didapat juga akan kurang baik. Jika seseorang berada di sekitar
orang yang berpendidikan maka pengetahuan yang dimiliki
seseorang akan berbeda dengan orang yang berada di sekitar
orang pengangguran dan tidak berpendidikan.
5) Pengalaman. Bagaimana cara menyelesaikan permasalahan dari
pengalaman sebelumnya yang telah dialami sehingga
pengalaman yang didapat bisa dijadikan sebagai pengetahuan
apabila medapatkan masalah yang sama. Usia, Semakin
bertambahnya usia maka akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh
juga akan semakin membaik dan bertambah.
d. Pengukuran tingkat pengetahuan
Menurut Budiman dan Riyanto (2013) tingkat pengetahuan
dikelompokkan menjadi dua kelompok apabila respondennya adalah
masyarakat umum, yaitu :
1) Tingkat pengetahuan kategori Baik nilainya > 50%
2) Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik nilainya ≤ 50%
e. Proses tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012), sebelum seseorang mengadopsi
perilaku baru, di dalam diri orang tersebut sudah terjadi proses
berurutan, yaitu:
1. Awareness (kesadaran) dimana orangtersebut menyadari dalam
arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus(objek).
2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.
Disini sikap subjek sudah mulai timbul.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagidirinya.
4. Trial (mencoba) dimana subjek mulai mencoba untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
stimulus.
5. Adoption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
f. Cara memperoleh pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo (2012), ada
beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu :
1) Cara coba-salah (trial and error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang
lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba
dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga
gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai
masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara
ini disebut metode trial (coba) dan error (gagal atau salah) atau
metode coba-salah/coba-coba.
2) Cara kekuasaan atau otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-
kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau
tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun
temurun dari generasi kegenerasi berikutnya. Dengan kata lain,
pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasan,
baik tradisi, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin
agam, maupun ahli-ahli ilmu pengetahuan.Prinsip ini adalah
orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang
yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji atau
membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris,
ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan
karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap
bahwa yang dikemukakannya adalah benar.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, dimana pepatah ini
mengandung arti bahwa pengalaman itu merupakan sumber
pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh pengetahuan.
4) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir
manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh
kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan
pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.
5) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistematis, logis dan ilmiah
g. Pengukuran tingkat pengetahuan
Menurut Budiman dan Riyanto (2013) pengetahuan seseorang
ditetapkan menurut hal-hal berikut :
1) Bobot I : tahap tahu dan pemahaman.
2) Bobot II : tahap tahu, pemahaman, aplikasi dan analisis
3) Bobot III : tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis sintesis dan
evaluasi
Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan wawancara atau
kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari
subjek penelitian atau responden. Menurut Arikunto (2014) terdapat
3 kategori tingkat pengetahuan yang didasarkan pada nilai presentase
sebagai berikut :
1) Tingkat Pengetahuan kategori Baik jika nilainya ≥ 75%.
2) Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 56 – 74%
3) Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya < 55%
Menurut Budiman dan Riyanto (2013) tingkat pengetahuan
dikelompokkan menjadi dua kelompok apabila respondennya adalah
masyarakat umum, yaitu :
1) Tingkat pengetahuan kategori Baik nilainya > 50%
2) Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik nilainya ≤ 50%
4. Teori perilaku
a. Definisi perilaku
Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam
berinteraksi dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak
sampai yang tidak tampak, dari yang dirasakan sampai paling yang tidak
dirasakan (Okviana, 2015).
Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkunganya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,
sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu
terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari
dalam dirinya (Notoatmojo, 2010).Sedangkan menurut Wawan (2011)
Perilaku merupakan suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai
frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak.
b. Jenis-jenis perilaku
Jenis-jenis perilaku individu menurut Okviana(2015):
1) Perilaku sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan
saraf,
2) Perilaku tak sadar, perilaku yang spontan atau instingtif,
3) Perilaku tampak dan tidak tampak,
4) Perilaku sederhana dan kompleks,
5) Perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor.
c. Bentuk-bentuk perilaku
Menurut Notoatmodjo (2011), dilihat dari bentuk respons terhadap
stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua.
1) Bentuk pasif /Perilaku tertutup (covert behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung
atau tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih
terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan
sikap yang terjadi pada seseorang yang menerima stimulus tersebut,
dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2) Perilaku terbuka (overt behavior)
Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau
dilihat orang lain.
d. Bentuk-bentuk Perubahan perilaku
Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep
yang digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku.
Bentuk – bentuk perilaku dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
1) Perubahan alamiah (Neonatal chage) :
Perilaku manusia selalu berubah sebagian perubahan itu disebabkan

karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi


suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial, budaya dan ekonomi
maka anggota masyarakat didalamnya yang akan mengalami
perubahan.
2) Perubahan Rencana (Plane Change) :
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri
oleh subjek.
3) Kesediaan Untuk Berubah (Readiness to Change) :
Apabila terjadi sesuatu inovasi atau program pembangunan di
dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang
sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut
(berubah perilakunya).Tetapi sebagian orang sangat lambat untuk
menerima perubahan tersebut.Hal ini disebabkan setiap orang
mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda
(Notoatmodjo, 2011).
5. Teori pembelajaran audiovisual
a. Pengertian
Bentuk-bentuk media pembelajaran itu sendiri terdapat berbagai
macam bentuk. Klasifikasi menurut pemakaiannya ada tiga macam
bentuk media yang digunakan, yaitu media auditif, media visual,
dan media audiovisual. Media audiovisual mempunyai unsur
memadukan antara media auditif dan mediavisual (Djamarah &
Zein, 2010).
Media audio visual adalah jenis media yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan
penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Pesan dan
informasi yang dapat disalurkan melalui media ini dapat berupa
pesan verbal dan nonverbal yang mengandalkan baik penglihatan
maupun pendengaran. Beberapa contoh media audio visual adalah
film, video, program TV dan lain-lain (Asyhar. 2011)
1) Film
Menurut Warren, Ault dan Emery (2011) film atau motion
pictures adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual.
Lebih dari jutaan orang menonton film di bioskop, film
televisi, dan film video laser. Film kartun merupakan bagian
dari film animasi. Kata animasi sebenarnya adalah penyesuaian
dari kata animation, yang berasal dari kata dasar to animate
yang dalam kamus umum Inggris - Indonesia berarti
“menghidupkan”. Secara umum, animasi merupakan suatu
kegiatan menghidupkan atau menggerakkan benda mati.
Maksudnya, sebuah benda mati diberikan dorongan kekuatan,
semangat, dan emosi untuk menjadi hidup dan bergerak atau
hanya berkesan hidup (Hayward, 2014)
2) Video
Video merupakan gambar-gambar dalam frame, dimana frame
demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara
mekanis sehingga pada layar terlihat gambar hidup.
Kemampuan video melukiskan gambar hidup dan suara
memberikan daya tarik tersendiri. Video dapat
menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan
konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan,
menyingkat atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi
sikap. Media video pembelajaran adalah media yang
menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan
pembelajaran baik yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori
aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman terhadap
suatu materi pembelajaran (Arsyad, 2011).
Media video pembelajaran dapat digolongkan ke dalam jenis
media Audiovisual Aids (AVA) atau media yang dapat dilihat
dan dindengar. Biasanya media ini disimpan dalam bentuk
piringan atau pita. Media VCD adalah media dengan sistem
penyimpanan dan perekam video dimana signal audiovisual
direkam pada disk plastic bukan pada pita magnetic (Arsyad,
2011).
3) Televisi
Televisi diartikan dengan televisi siaran yang dapat dilakukan
melalui transmisi/pancaran, gambar dan suara yang dihasilkan
oleh kamera elektronik diubah menjadi gelombang
elektromagnetik dan selanjutnya ditransmisikan melalui
pemancar. Gelombang elektromagnetik itu diubah kembali
menjadi gambar dan suara yang dapat kita nikmati di layar
televisi. Televisi sebagai media massa dapat berfungsi sangat
luas juga dapat mencapai pemirsa yang sangat banyak
dalam waktu yang relatif singkat. Televisi mempunyai banyak
kelebihan dalam menyampaikan pesan-pesannya dibandingkan
dengan media massa lain, karena pesan-pesan yang
disampaikan melalui gambar dan suara secara bersamaan
(sinkron) dan hidup, sangat cepat (aktual), terlebih lagi
siaran langsung (live broadcast) (Wahyudi, 2016).
Karakteristik media audiovisual sebagai sarana pembelajaran
menggunakan teknologi audiovisual adalah satu cara
menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin
mekanis dan elektronis untuk menyajikan pesan-pesan
audiovisual. Arsyad (2011) mengemukakan bahwa media
audiovisual memiliki karakteristik sebagai berikut:
(a) Biasanya bersifat
linear
(b)Biasanya menyajikan visual yang
dinamis
(c) Digunakan dengan cara yang telah ditetapkan
sebelumnya oleh pembuatnya
(d)Merupakan gambaran fisik dari gagasan real atau abstrak
(e) Dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme
dan kognitif.
(f) Umumnya berorientasi pada pemberi informasi dengan
tingkat pelibatan interaktif peserta yang rendah
b. Kelebihan dan kekurangan
Setiap jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran
memiliki kelebihan dan kelemahan begitu pula dengan media
audiovisual. Arsyad (2011) mengungkapkan beberapa kelebihan dan
kelemahan media audio visual dalam pembelajaran sebagai berikut.
(1) Kelebihan media audiovisual
(a) Film dan vidio dapat melengkapi pengalaman dasar audien
(b) Film dan vidio dapat menggambarkan suatu proses secara
tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang jika perlu

(c) Di samping mendorong dan meningkatkan motivasi film


dan video menanamkan sikap-sikap dan segi afektif lainnya.
(d) Film dan video yang mengandung nilai-nilai positif dapat
mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok.
(e) Film dan video dapat menyajikan peristiwa yang
berbahaya jika dilihat secara langsung.
(f) Film dan video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar
atau kelompok kecil, kelompok yang heterogen maupun
homogen maupun perorangan.
(g) Film yang dalam kecepatan normal memakan waktu satu
minggu dapat ditampilkan dalam satu atau dua menit.
(2) Kelemahan media audiovisual
(a) Pengadaan film dan video umumnya memerlukan biaya
mahal dan waktu yang banyak
(b) Tidak semua audien mampu mengikuti informasi yang
ingin disampaikan melalui film tersebut.
(c) Film dan vidio yang tersedia tidak selalu sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan, kecuali
dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri.
B. Kerangka teori

Faktor yang mempengaruhi tingkat Domain pengetahuan


pengetahuan
1. Tahu (know)
1. Pendidikan, 2. Memahami
2. Informasi atau Media Massa 3. Aplikasi
3. Sosial, Budaya dan Ekonomi 4. Analisis
4. Lingkungan 5. Sintesis
5. Pengalaman 6. Evaluasi
(Budiman dan Riyanto (2013) (Notoatmodjo (2012)

Baik
Tingkat pengetahuan tentang
cara menyusui
Kurang
baik

Pendidikan Kesehatan
Menyusui dengan media Pendidikan Individu
video

Diteliti
Tidak diteliti
Gambar 2.1 kerangka teori
Sumber : Budiman dan Riyanto (2013) ,Notoatmodjo (2012)
C. Kerangka konsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu
terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang akan diteliti (Hidayat, 2017).
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Bebas Variabel Terkait


Pendidikan kesehatan Tingkat pengetahuan
menggunakan video

perilaku

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


D. Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan
penelitian yang harus dibuktikan kebenarannya dengan fakta empiris dari
hasil penelitian yang dilakukan (Siswanto, dkk 2017). Hipotesa dalam
penelitian ini adalah terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang cara
menyusui menggunakan media video terhadap tingkat pengetahuan ibu nifas
di RS PKU Muhammadiyah Karanganyar.
Ha : terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang cara menyusui terhadap
tingkat pengetahuan ibu nifas di RS PKU Muhammadiyah Karanganyar.
Ho : Tidak terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang cara menyusui
terhadap tingkat pengetahuan ibu nifas di RS PKU Muhammadiyah
Karanganyar
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen.
Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara
memberikan treatment/perlakuan tertentu terhadap subjek penelitian guna
membangkitkan sesuatu kejadian/keadaan yang akan diteliti bagaimana
akibatnya (Jaedun, 2011). Desain penelitian yang digunakan Pre
Eksperimental design dengan pendekatan One Group Pretest Posttest,
rancangan ini dari awal sudah dilakukan observasi melalui pretest terlebih
dahulu, kemudian diberikan perlakuan atau intervensi, selanjutnya diberikan
posttest sehingga dapat mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan atau intervensi, namun dalam
desain ini tidak ada kontrol sebagai pembanding antar kelompok (Imas, 2018).
Pelaksanaan eksperimen dengan desain ini dilakukan dengan
memberikan perlakuan X terhadap suatu kelompok, yaitu kelompok
eksperimen. Sebelum diberikan perlakuan, kelompok tersebut diberi pre
test/Tes Awal (O1) dan setelah itu diberikan post test/Tes Akhir (O2). Hasil
dari kedua tes tersebut dibandingkan, untuk menguji apakah perlakuan yang
diberikan memberi pengaruh kepada kelompok tersebut. Tujuan pemberian
pretest dan posttest adalah untuk mengetahui hasil perlakuan secara akurat
dan sebagai pembanding sebelum dan setelah diberikan perlakuan.
Mulai

Identifikasi Masalah Rumusan Masalah

Hipotesis

Metode Penelitin Kuantitatif

Pengumpulan Data Pre Test (Kuisioner)

Perlakuan

Pengumpulan Data Post Test (Kuisioner)

Analisis Data ( Dieskriptif)

Hasil Penelitian

Pembahasan

Kesimpulan

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian akan dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Karanganyar pada
bulan Oktober - November 2021.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2019) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek / subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini yaitu ibu melahirkan
spontan dan primipara yang dirawat di RS PKU Muhammadiyah
Karanganyar rata-rata perbulan di tahun 2020-2021 adalah 33 pasien.
2. Sampel dan Teknik Sampling
Menurut Sugiyono (2019) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Prosedur pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probabilitay
dengan teknik purposive sampling. Sugiyono (2019) mengemukakan
bahwa teknik purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu.
Sample dalam penelitian ini diambil dari seluruh ibu yang melahirkan di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar pada bulan oktober 2021
minggu kedua – november 2021 minggu kedua, tetapi karena banyaknya
ibu melahirkan rata-rata satu bulan 110 pasien dan besarnya sample dalam
penelitian ini harus representatif bagi populasi, serta oleh karena jumlah
populasi kurang dari 10.000 maka penentuan besarnya sample
menggunakan rumus dari Slovin ( dalam Notoatmojo, 2010) yaitu :
N
n= 2
1  N (d
)

Keterangan:

n = Besarnya sampel

N = Besarnya populasi

d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang digunakan yaitu sebesar

10% atau 0.1


Adapun penerapan rumus yang ada adalah :

33
n = 2
1 33(0.1 )

33
=
1.33

n = 24.81 sehingga dibulatkan menjadi 25 pasien.


Pertimbangan lain yang digunakan dalam menentukan besaran sampel,
juga digunakan kriteria inklusi dan ekslusi sebagai tolak ukur dalam
pemilihan sampel.
a. Kriteria inklusi yaitu kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat di ambil sebagai sampel
(Notoatmodjo, 2012) antara lain:
1) ibu nifas setuju menjadi responden
2) ibu nifas dengan primipara
3) ibu nifas partus spontan
4) ibu nifas dengan bayi berat badan lebih dari 2500 gr

b. Kriteria ekslusi, yaitu ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat


diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012). Kriteria ekslusi dalam
penelitian yang akan dilakukan adalah:
1) Ibu nifas tidak menyetujui
2) Ibu nifas yang membutuhkan perawatan intensif
3) Ibu Nifas dengan fetal death
4) Ibu melahirkan dengan penyulit persalinan

D. Variable penelitian
Variabel penelitian adalah karakteristik subjek penelitian yang berubah
dari satu subjek ke subjek lainnya (Hidayat, 2017). Variabel penelitian dalam
penelitian yang dilakukan adalah :
1. Variabel independen (bebas)
Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel ini juga dikenal dengan
nama variabel bebas artinya bebas dalam mempengaruhi variabel lain
(Hidayat, 2017). Variabel independen yang terdapat pada panelitian ini
adalah pendidikan kesehatan
2. Variabel Dependent (tergantung/terikat)
Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi. Variabel tergantung
juga disebut kejadian, manfaat, efek atau dampak (Hidayat, 2017).
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan
tentang tekhnik menyusui yang benar.

E. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
Independent: Proses pemberian SAP Tidak dilakukan
informasi dengan
Pendidikan
menggunakan
kesehatan
media video
media video
tentang tekhnik
menyusui yang
benar. Video
berdurasi ± 9 menit
dan berasal dari
aplikasi youtube
yang dikeluarkan
oleh UMY dan
akan diberikan
melalui LCD
Dependent : Pengetahuan Kuesioner Hasil ukur Nominal
Tingkat responden tentang yang berisi dikategorikan:
pengetahuan cara menyusui yang 18
3. Nilai di atas
tentang benar, meliputi pertanyaan
mean, nilai
tekhnik Posisi menyusui, dengan > 50 %
menyusui langkah-langkah pilihan berarti
menyusui yang jawaban tingkat
benar, cara mengguna pengetahuan
menyandwakan dan kan skala baik
keberhasilan gutman, 4. Nilai
menyusui Ya (1), dan dibawah
tidak (0) nilai mean,
nilai ≤ 50 %
berarti
pengetahuan
kurang baik

F. Instrument Penelitian
Penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner yang
dibuat sendiri oleh peneliti. Sugiyono (2014) menyatakan bahwa instrumen
penelitian adalah suatu alat pengumpul data yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dengan demikian, penggunaan
instrumen penelitian yaitu untuk mencari informasi yang lengkap mengenai
suatu masalah, fenomena alam maupun sosial. Instrumen pada penelitian ini
akan menggunakan :
1. SAP (Satuan acara pelaksanaan)
Berisi tentang prosedur dan proses pendidikan kesehatan yang akan
dilakukan.
2. Video cara menyusui
Video akan di ambil dari aplikasi youtube dan dipilih berdasarkan tujuan
penelitian yang dikeluarkan oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3. Kuesioner tingkat pengetahuan
Kuesioner yang berisi 18 pertanyaan dengan pilihan jawaban
menggunakan skala gutman, Ya (1), dan tidak (0). Peneliti berencana akan
menggunakan kuesioner dari Anggun Kartikasari (2017) yang sudah valid
sehingga tidak memerlukan uji validitas terlebih dahulu.
Kisi-kisi kuesioner tingkat pengetahuan
Item soal No soal Jumlah
Posisi Menyusui 1-9 9
Langkah Menyusui 10-13, 18 5
Cara menyendawakan 15 – 17 3
Keberhasilan menyusui 14 1
Total 18

G. Teknik pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan dalam
pengumpulan data penelitian (Hidayat, 2017). Adapun teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah:
a. Pengumpulan data primer
Pengumpulan data primer adalah data yang diperoleh dari responden
melalui lembar observasi, kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga
data hasil wawancara peneliti dengan narasumber (Sujarweni, 2014). Data
primer dalam penelitian ini adalah kuesioner. Adapun identitas yang
dimasukkan dalam kuisioner meliputi nama, usia, pekerjaan , tingkat
pendidikan, jumlah anak .
b. Pengumpulan data sekunder
Sugiyono (2016) mengatakan bahwa data sekunder merupakan sumber
data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,
misalnya melalui orang lain atau lewat dokumen. Sumber data sekunder
digunakan untuk mendukung informasi yang didapatkan dari sumber data
primer yaitu dari bahan pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku,
laporan-laporan kegiatan yang ada dan lain sebagainya.

H. Teknik Analisa Data


Pengolahan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data pretest dan
posttest. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan bantuan
program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) V.21 dengan
signifikasi 95%. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan sebagai prasyarat untuk
melakukan analisis data. Uji normalitas dilakukan sebelum data diolah
berdasarkan model-model penelitian yang diajukan. Uji normalitas
data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data dalam satu variabel
yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak
untuk membuktikan model model penelitian tersebut adalah data
distribusi normal. Uji normalitas yang digunakan adalah uji shapiro-
wilk. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas menurut
Sugiono (2013) adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai probabilitas < 0.05, maka dikatakan bahwa varian dari
dua atau lebih kelompok populasi data adalah tidak sama.
2) Jika nilai probabilitas > 0,05 maka dikatakan bahwa populasi
berdistribusi normal.
3) Jika nilai hitung > 0.05, maka dikatakan bahwa varian dari dua
atau lebih kelompok populasi data adalah sama.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data akhir kedua
sampel mempunyai varian yang sama atau tidak. Apabila kedua
kelompok data atau sampel tersebut berasal dari populasi-populasi
dengan varian yang sama dinamakan populasinya homogen, ini juga
dikenal dengan uji homogenitas dua varian menggunakan uji F
Levene. Varian data pre dan post akan diuji sama pihak. Uji
homogenitas pada penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS
18 for Windows. Kesimpulan dari uji ini adalah H0 diterima jika
sampel berasal dari populasi yang homogen. H0 ditolak jika sampel
berasal dari populasi yang tidak homogen.
c. Uji-T
Uji-t yang digunakan pada penelitian ini adalah uji-t berpasangan.
Teknik analisis dalam penelitian ini tergantung dari hasil uji
normalitas. Apabila nilai berdistribusi normal maka menggunakan uji
paired t test namun jika tidak normal maka menggunakan uji wilcaxon
test. Uji tersebut bertujuan untuk menguji asumsi dasar apakah varians
kedua kelompok sama atau berbeda. Jika F hitung < F tabel maka Ho
diterima, jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak. Jika signifikansi >,
maka Ho diterima, dan jika signifikansi < t tabel maka Ho diterima,
jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak. Jika signifikansi (2-tailed) > ɑ,
maka Ho diterima, Jika signifikansi (2-tailed) < ɑ, maka Ho ditolak.
Penelitian ini menggunakan analisis uji statistik parametrik yang
bertujuan untuk melakukan uji perbandingan dan perbedaan rata-rata
dari dua sampel baik data independen maupun data berpasangan dan
ata harus berdistribusi normal. Analisis tersebut menggunakan
program SPSS (Statistic Program For Sosial Science) versi 22 dalam
analisi datanya.

I. Jalannya penelitian
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah
sebagai berikut:
a. Penyusunan judul penelitian
b. Mengajukan ijin studi pendahuluan dan penelitian ke Rumah Sakit
Umum PKU Muhammadiyah Karanganyar
c. Studi pendahuluan yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2021
d. Menyiapkan kelengkapan data, kuisioner penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Di bawah ini adalah prosedur teknis secara rinci yang telah akan dilalui
oleh peneliti dalam memperoleh data peneltian:
1) Instrumen penelitian yang digunakan, adalah dengan menggunakan
kuisioner penelitian lain yang telah digunakan sebelumnya yang sudah
dilakukan uji vailiditas
2) Pemilihan responden dilakukan dengan mengambil pasien yang
ditemui saat penelitian berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi yang
sudah ditetapkan sebelumnya
3) Peneliti memperkenalkan diri kepada calon responden sebagai upaya
untuk bina hubungan saling percaya (BHSP) antara peneliti dengan
calon responden.
4) Kemudian menjelaskan tujuan penelitian kepada calon responden,
Setelah calon responden mendapatkan penjelasan dan bersedia
menjadi responden lau responden mengisi persetujuan ikut
berpartisipasi dalam penelitian.
5) Peneliti melakukan pengambilan data PRE dengan memberikan
kuesioner kepada responden dengan jumlah sample sebanyak 52
pasien dengan menggunakan rumus Slovin.
6) Melakukan pemberian pendidikan kesehatan dengan menggunakan
media video
7) Melakukan pengambilan data POST menggunakan kuesioner
3. Tahap Pelaporan
1) Setelah dilakukan penelitian, peneliti akan melaporkan hasil penelitian
kepada pembimbing.
2) Setelah disetujui hasil penelitian akan di presentasikan kepada dosen
pembimbing

J. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti perlu mendapatkan rekomendasi dari
Universitas terkait untuk dapat melakukan penelitian sesuai dengan judul
penelitian. Setelah mendapatkan izin baru melakukan penelitian dengan
mempertimbangkan masalah etika yang meliputi:
1. Inform Concent (Lembar persetujuan menjadi responden)
Inform Concent adalah bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan (Hidayat,
2011). Peneliti memberikan informasi kepada sampel penelitian tentang
tujuan dan sifat-sifat keikutsertaan dalam penelitian. Bagi yang setuju
berpartisipasi dalam penelitian diminta untuk menandatangani lembar
persetujuan penelitian.
2. Prinsip manfaat
Yaitu penelitian yang akan dilaksanakan tidak mengakibatkan penderitaan
dan eksploitasi pada subjek dan peneliti secara hati-hati
mempertimbangkan resiko dan keuntungan yang akan berakibat pada
subjek pada setiap tindakan.
3. Prinsip menghargai hak asasi manusia
a. Subjek berhak untuk ikut atau tidak ikut menjadi responden atau
partisipan penelitian.
b. Subjek berhak mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan
(righ to full disclosur).
c. Informed consent yaitu subjek akan mendapatkan informasi secara
lengkap tentang tujuan penelitian dan data yang diperoleh hanya akan
dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
4. Prinsip keadilan
a. Mendapatkan pengobatan yang adil (righ in fair treatment) yaitu
subjek diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah
keikutsertaanya dalam penelitian tanpa ada diskriminasi apabila
ternyata mereka tidak bersedia atau dropped out sebagai responden.
b. Hak dijaga kerahasiaannya (tigh to privacy) meliputi anominity yaitu
data yang diberikan akan dirahasiakan dengan tanpa nama dan
confidentiality yaitu subjek akan dijamin kerahasiannya.
K. Jadwal Penelitian
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CARA MENYUSUI
BAYI TERHADAP PENGETAHUAN IBU NIFAS DI
RS PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR
Agustus 2021 Sep-21 Oktober 2021 Nov-21 Desember 2021
Jenis Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan Judul
Penyusunan Proposal
Ujian Proposasl /
Seminar
Revisi Pasca Seminar
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Analisa
Penyusunan Bab IV-V
Konsultasi Bab IV - V
Revisi dari
Pembimbing
Ujian Skripsi
Revisi dan
Penggandaan

56
DAFTAR PUSTAKA

Arismawati & Effendy, 2017. Hubungan Teknik Menyusui yang Benar dengan
Tingkat Keberhasilan Laktasi. Jurnal Keperawatan & Kebidanan, 6(1),
22–30. Diterima dari
http://jurnalonline.lppmdianhusada.ac.id/index.php/jkk/article/view/56
pada bulan Agustus 2021
Banowati (2019). Ilmu Gizi Dasar. Yogyakarta: CV Budi Utama
BPS, 2016. Angka Kematian Ibu (AKI). 2017; https://sirusa.bps.go.id/index.php?
r=indikator/view&id=80 . Di akses pada bulan Agustus 2021.

Fitriani. 2011. Promosi Kesehatan. Ed 1. Yogyakarta: Graha Ilmu

Jannah.2018. pengaruh support edukasi teknik menyusui yang benar terhadap


efektivitas menyusui ibu postpartum

Jaedun, 2011. Metodologi Penelitian Eksperimen. Yogyakarta: Fakultas. Teknik


Universitas Negeri Yogyakarta.

Hidayat, (2017). Metode Penelitian Keperawatan dan Kesehatan. Jakarta: Salemba


Medika

Khatarina dan Yuliana. 2017.pengaruh pendidikan kesehatan terhadap posisi dan


perlekatan saat menyusui pada ibu post partum primipara Di RSUD
panembahan senopati bantul

Mardiyana & Puspita, 2015. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Teknik


Menyusui terhadap Ketepatan Teknik Menyusui di Desa Purworejo
Kecamatan Pungging Mojokerto. Jurnal Keperawatan Sehat, 12(2),
207–221. Diterima dari
http://ejournal.stikesppni.ac.id/index.php/JKS/article/view/211

Munawarah. 2018.pengaruh edukasi teknik menyusui terhadap keefektifan ibu


nifas dalam menyusui di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Mulyani, 2013. Asi dan Pedoman Ibu Menyusui. Nuha Medika, Yogyakarta

Meihartati dan Sari. 2018. Hubungan Antara Perawatan Payudara Dengan


Kejadian Bendungan ASI (Engorgement) Pada Ibu Nifas, 13, 24.

57
Nursalam dan Efendi, 2013. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba.
Medika

Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, 2014. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta. Rineka Cipta

Notoatmodjo,(2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nastiti. 2009. Hubungan banyaknya media massa dengan tingkat pengetahuan


kesehatan reproduksi remaja di SMU Negeri 5 Madiun,
http://www.scribd.com , acces 26 mei 2011.

Perry et al., 2010. Fundamental Of Nursing edisi 7. Jakarta : Salemba medika.

Padilla, 2014. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika

Roesli, 2008. nisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif .Jakarta : Pustaka Bunda.

Rini dan Kumala.2017. Panduan Asuhan Nifas & Evidance. Klinis. Jakarta :
Erlangga

Suryoprajogo, 2009. Keajaiban Menyusui. Yogyakarta: Key Word. Jannah.2018.


pengaruh support edukasi teknik menyusui yang benar terhadap
efektivitas menyusui ibu postpartum

Sugiyono (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D. Bandung:


Alfabeta

Sujarweni, (2014). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru. Press

Wulandari (2017). hubungan edukasi menyusui saat hamil, teknik menyusui ibu
dan produksi ASI ibu nifas di RSIA pertiwi makasar

Wahyuningsih, 2019. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta:


Kementerian Kesehatan R.I
LAMPIRAN
Lampiran 1.

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Ibu
Di tempat.

Dengan segala kerendahan hati, perkenankanlah saya memohon bantuan


untuk dapat mengisi kuesioner penelitian yang sedang saya lakukan dalam rangka
penyusunan skripsi yang berjudul : “Pengaruh pendidikan Kesehatan tentang Cara
Menyusui Bayi Terhadap Pengetahuan Ibu Nifas di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Karanganyar”.
Penelitian ini saya lakukan semata-mata untuk kepentingan ilmu
pengetahuan, dan tidak memberikan konsekuensi atau akibat apapun Ibu, serta
kerahasiaan data yang telah diisikan saya jamin kerahasiaannya.
Apabila dalam Ibu membutuhkan penjelasan lebih lanjut tentang pengisian
kuesioner ini silahkan untuk menghubungi nomor peneliti : 083849641718
Atas kesediaannya sekalian saya haturkan banyak terima kasih, semoga
amal baik Ibu mendapat imbalan dari Allah Tuhan Yang Maha Kuasa.

Surakarta, ………Oktober 2021


Peneliti,

NURUL FAJRIYAH SRI MULYANI


NIM: 2020060097
Lampiran 2

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : ……………………………………………………
Umur : …………………………………………………..
Alamat : ……………………………………………………
……………………………………………………

Dengan ini menyatakan sesungguhnya bahwa saya telah mendapatkan penjelasan


mengenai maksud pengumpulan data untuk penelitian tentang: “Pengaruh
pendidikan Kesehatan tentang Cara Menyusui Bayi Terhadap Pengetahuan Ibu
Nifas di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar”, untuk itu secara
sukarela saya menyatakan bersedia menjadi responden penelitian tersebut.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dengan penuh
kesadaran tanpa paksaan.

Saya yang menyatakan,

( ……………………………..)
Lampiran 3. Lembar Kuesioner

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CARA MENYUSUI


BAYI TERHADAP PENGETAHUAN IBU NIFAS DI RUMAH SAKIT PKU
MUHAMMADIYAH KARANGANYAR
A. Data Karakteristik Responden

Petunjuk: Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini sesuai dengan

kondisi saudara.

1. Nama/ Initial : …………................................


2. Umur : …………. Tahun
3. Pekerjaan : ......................
4. Pendidikan Terakhir : ...................
5. Jumlah Anak : ................

B. Pengetahuan
Petunjuk Pengisian :
Berilah tanda centang (
Ya atau Tidak ) pada kolom pilihan jawaban yang Ibu anggap sesuai
No Pernyataan Ya Tidak
1. Menyusui boleh dilakukan dengan posisi berdiri.
2. Saat menyusui dagu bayi menempel pada payudara ibu
3. Posisi mulut bayi pada saat menyusu adalah menghadap pada
payudara
4. Kaki ibu harus menyentuh lantai saat menyusui bayi dengan
posisi dusuk di kursi
5. Posisi kepala bayi saat menusu berada di lengkung siku ibu
6. Posisi perut bayi saat menyusu adalah menempel pada
pinggang ibu
7. Kepala bayi saat menyusu dapat dalam posisi menoleh pada
payudara
No Pernyataan Ya Tidak
8. Posisi perut bayi saat menyusu adalah menempel pada perut
ibu
9. Menyusu yang baik dan benar adalah posisi bayi menempel
diperut ibu, telinga bayi sejajar dengan lengan bayi (tidak
menoleh)
10. Ibu manatap bayi ketika bayi sedang menyusu
11. Bayi hendaknya diberikan rangsangan di sekitar mulut agar
bersedia membuka mulut
12. Payudara tidak perlu dipegang pada saat bayi menyusu
13. Jari telunjuk dapat digunakan untuk melepaskan isapan bayi
14. Mulut bayi terbuka lebar juga merupakan tanda bayi brhasil
menyusui
15. Cara menyendawakan bayi dengan posisi bayi digendong
tegak bersandar di bahu ibu kemudian punggungnya di tepuk-
tepuk perlahan
16. Menyendawakan bayi dengan cara menelungkupkan bayi di
atas pangkuan ibu, lalu usap-usap punggung bayi sampai bayi
bersendawa
17. Setelah menyusui bayi tidak perlu disendawakan
18. Mengolesi putting susu dengan ASI merupakan langkah
pertama dalam proses menyusui
KUNCI JAWABAN

1. Ya 10. Ya

2. Ya 11. Ya

3. Ya 12. Ya

4. Ya 13. Tidak

5. Ya 14. Ya

6. Tidak 15. Ya

7. Ya 16. Ya

8. Ya 17. Tidak

9. Ya

Anda mungkin juga menyukai