Anda di halaman 1dari 108

PERBANDINGAN AKTIVITAS MUKOLITIK

EKSTRAK DAN AIR PERASAN BUNGA TELANG


(Clitoria ternatea L.) SECARA In Vitro

SKRIPSI

Oleh:
Made Wike Wiranti
16380043

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Penelitian Skripsi dengan judul :

PERBANDINGAN AKTIVITAS MUKOLITIK EKSTRAK DAN AIR


PERASAN BUNGA TELANG (Clitoria ternatea L.) SECARA in vitro

Nama : Made Wike Wiranti


NPM : 16380043

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk ujian proposal penelitian.

Ditetapkan di : Bandar Lampung


Tanggal :03 Februari 2020

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Dessy Hermawan, S.Kep., Ns., M.Kes Ade Maria Ulfa, M.Kes.,
Apt.

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal penelitian dengan judul :

PERBANDINGAN AKTIVITAS MUKOLITIK EKSTRAK DAN AIR


PERASAN BUNGA TELANG (Clitoria ternatea L.) SECARA in vitro

Nama : Made Wike Wiranti


NPM : 16380043

Telah diuji dan diterima oleh Tim Penguji pada ujian sidang Proposal Program
Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati pada tanggal 05
Februari 2020

Ditetapkan di : Bandar Lampung


Tanggal : 05 Februari 2020

Pembimbing I : Dr. Dessy Hermawan, S.Kep., Ns., M.Kes ........................

Pembimbing II : Ade Maria Ulfa, M.Kes., Apt. ........................

Penguji : Nofita, M.Si., Apt. ........................

Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi
Universitas Malahayati

Ade Maria Ulfa, M.Kes., Apt.

iii
PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Made Wike Wiranti

NPM : 16380043

Program Studi : Farmasi

Judul Skrispsi : Perbandingan Aktivitas Mukolitik Ekstrak dan Air


Perasan
Bunga Telang (Clitoria Ternatea L.) Secara In Vitro

Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini

merupakan hasil karya saya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata

dikemudian hari penulisan Skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiblakan

terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan

sekaligus menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di Universitas

Malahayati Bandar Lampung.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.

Bandar Lampung, Mei 2020


Peneliti

Made Wike Wiranti

iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademika Universitas Malahayati, saya yang bertanda tangan di

bawah ini :

Nama : Made Wike Wiranti

NPM : 16380043

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran

Jenis Karya Ilmiah : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Malahayati Hak Bebas Non-ekslusif (Non-exclusive Royalty Free
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul

PERBANDINGAN AKTIVITAS MUKOLITIK EKSTRAK DAN AIR


PERASAN BUNGA TELANG (Clitoria ternatea L.) SECARA in vitro

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti/Non-
ekslusif ini Universitas Malahayati berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengolah dalam bentuk pangkalan data (database), merawat
dan mempublikasikan karya ilmiah saya selama tetap mencamtumkan nama saya
sebagai penulis atau pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.


Dibuat di : Bandar Lampung
Pada Tanggal : Mei 2020
Yang Menyatakan,

Made Wike Wiranti

v
MOTTO

Berpikir yang benar


Berkata yang benar
Berbuat yang benar
(Tri Kaya Parishuda)

Enjoy simple pleasures in our life


(Made Wike Wiranti)

PERSEMBAHAN

Puji syukur ku sembahkan kepada-Mu ya Tuhan ku, Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Atas takdir-Muaku bisa menjadi pribadi yang berpikir, berilmu, beriman dan
bersabar. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal untuk masa depanku
dalam meraih cita-cita.
Saya persembahkan karya ini kepada keluarga tercinta dirumah. Keluarga yang
sangat saya sayangi, yangmemberikan kasih sayang, dukungan beruapa semangat,
motivasi, materi dan do’a yang tiada henti demi keberhasilanku untuk menjadi
seperti ini: Bapak (I Nyoman Sarjana S.E), Ibu (Ni Ketut Dasni), Mbak (Ni
Wayan Richa Desiyanti, S.Tr.Keb) dan Adik (I Wayan Suana Putra Jaya).
Selain itu, saya persembahkan juga karya ini kepada sahabat ku personil lama E1
27 (Ni Wayan Wulantika, Theodora Oktavia, Kadek Marlina R.D, Yemima
Hutasoit), personil baru E1 27 (Dewa Ayu K.D, Ni Kadek Dwi Diyanti, Wayan
Puspita Dewi), personil E1 28 (kak Eustacia Evelline Oktavia, kak Indah
Apriyanti Amd.Farm., Erna Yulianti, Agnes Dwi Novita), personil PMUB (Papi,
Mami, Ubur) dan kepada sahabat-sahabat seperjungan ku FAREN16EN terkhusus
Kelas B.

vi
RIWAYAT HIDUP

Nama : Made Wike Wiranti


NPM : 16380043
Tempat/Tanggal Lahir : Dharma Agung, 26 Januari 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Alamat : Desa Dharma Agung, Kec. Seputih Mataram, Kab.
Lampung Tengah

Riwayat Pendidikan :
1. SDN 2 Dharma Agung, Tahun 2004-2010
2. SMP Negeri 1 Seputih Mataram, Tahun 2010-2013
3. SMA Negeri 1 Seputih Mataram, Tahun 2013-2016
4. Diterima pada Program S1 Farmasi Universitas Malahayati Bandar
Lampung Tahun 2016

vii
ABSTRAK

viii
ABSTRACT

ix
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis ucapkan kepadaTuhan Yang Maha Esa, berkat

rahmat dan hidayat-Nya yang telah memberikan petunjuk dan perlindungan-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak

terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini,

baik berupa dorongan moril maupun materil. Karena penulis yakin tanpa bantuan

dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

Disamping itu, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih

kepada:

1. Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah memberikan petunjuk atas

rahmat-Nya yang selalu menuntun hamba-Nya.

2. Bapak Dr. dr. Achmad Farich, MM selaku Rektor Universitas

Malahayati Bandar Lampung.

3. Bapak dr. Toni Prasetya, Sp.PD selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Malahayati Bandar Lampung.

4. Ibu Ade Maria Ulfa, M.Kes., Apt. Selaku Kepala Prodi Farmasi

Universitas Malahayati Bandar Lampung.

5. Bapak Dr. Dessy Hermawan, S.Kep., Ns., M.Kes selaku pembimbing I.

Terimakasih atas segala bimbingan, saran dan kritikan selama

penelitian dan penulisan skripsi.

x
6. Ibu Ade Maria Ulfa, M.Kes., Apt. selaku pembimbing II. Terimakasih

atas segala bimbingan, saran dan kritikan selama penelitian dan

penulisan skripsi.

7. Ibu Nofita, M.Si., Apt. selaku penguji. Terimakasih atas segala

bimbingan, saran dan kritikan selama penelitian dan penulisan skripsi.

8. Kepala Laboratorium Biologi FMIPA Universitas Lampung dan Kepala

UPT-LTSIT Universitas Lampung. Terimakasih atas bimbingan dan

bantuan selama penelitian.

9. Bapak, ibu, mbak, adik serta keluarga tersayang yang telah memberikan

dukungan moral maupun material serta doa kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan Skripsi dengan baik.

10. Untuk para sahabatku (personil E1 27, personil E1 28, personil kelas B,

personil PMUB), dan juga untuk abang (Nur Rohmat Soni Setiawan,

S.KM) yang telah menemani, menyemangati dan membantu saya

selama kuliah sampai selesainya penyusunan skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuangan angkatan 2016 (FAREN16EN) dan teman-

teman lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Untuk semua pihak yang saya sebutkan, terima kasih atas semuanya.

Semoga Tuhan senantiasa membalas setiap kebaikan kalian. Serta kehidupan

kalian semua juga dimudahkan dan diberkahi selalu oleh Tuhan Yang Maha

Esa.Selain itu, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan instansi

pendidikan.

Bandar Lampung, Mei 2020

xi
Made Wike Wiranti

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.....................................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................iii

PERNYATAAN KEASLIAN........................................................................................iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..........................................................v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................................vi

RIWAYAT HIDUP.......................................................................................................vii

ABSTRAK.....................................................................................................................viii

ABSTRACT ...................................................................................................................ix

KATA PENGANTAR.....................................................................................................x

DAFTAR ISI .................................................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................xvi

DAFTAR TABEL .......................................................................................................xvii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................xviii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................................3

1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................5

2.1 Tanaman Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) .............................................................5

xii
2.1.1 Deskripsi Jeruk Nipis..................................................................................... 5

2.1.2 Taksonomi Tanaman ..................................................................................... 6

2.1.3 Morfologi Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia).................................................. 6

2.1.4 Manfaat Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) ..................................................... 7

2.1.5 Kandungan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) ............................................... 7

2.2 Kulit .....................................................................................................................10

2.2.1 Epidermis ....................................................................................................... 11

2.2.2 Dermis ........................................................................................................... 13

2.2.3 Hipodermis .................................................................................................... 13

2.3 Ekstraksi .............................................................................................................. 14

2.3.1 Cara Dingin ...................................................................................................15

2.3.2 Cara Panas .....................................................................................................15

2.4 Antioksidan .........................................................................................................16

2.4.1 Antioksidan Primer .......................................................................................16

2.4.2 Antioksidan Sekunder ...................................................................................16

2.4.3 Antioksidan Tersier .......................................................................................17

2.5 Handbody Lotion .................................................................................................17

2.5.1 Bahan Penyusun Losion ................................................................................18

2.5.2 Kelebihan dan Kekurangan Sediaan Losion .................................................19

2.5.3 Preformulasi Sediaan .....................................................................................20

2.6 Uji Stabilitas Sediaan ..........................................................................................22

2.7 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH ..............................................22

2.8 Spektrofotometri UV-Vis ....................................................................................24

2.9 Vitamin C ............................................................................................................25

xiii
2.10 Landasan Teori ................................................................................................26

2.11 Hipotesis ..............................................................................................................27

2.12 Kerangka Pikir ....................................................................................................28

BAB III METODE PENELITIAN...............................................................................29

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ...............................................................................29

3.2 Alat dan Bahan ......................................................................................................29

3.3.1 Alat....................................................................................................................29

3.3.2 Bahan.................................................................................................................29

3.3 Populasi dan Sampel .............................................................................................29

3.4 Definisi Operasional ..............................................................................................31

3.5 Prosedur Kerja .......................................................................................................32

3.5.1 Pengolahan Bahan Baku


........................................................................................................................

32

3.5.2 Pembuatan Ekstrak Kulit Jeruk Nipis


........................................................................................................................

32

3.5.3 Penetapan Kadar Flavonoid


........................................................................................................................

33

3.5.4 Pembuatan Losion Ekstrak Kulit Jeruk Nipis


........................................................................................................................

34

3.5.5 Evaluasi Kestabilan


........................................................................................................................

35

3.5.6 Uji Aktivitas Antioksidan

xiv
........................................................................................................................

37

3.6 Analisis Data


..............................................................................................................................

40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................41

4.1 Hasil.......................................................................................................................41

4.1.1 Ekstraksi Kulit Jeruk Nipis ...............................................................................41

4.1.2 Penetapan Kadar Flavonoid ..............................................................................41

4.1.3 Evaluasi Kestabilan Handbody Lotion .............................................................42

4.1.4 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Jeruk Nipis (Citrus

aurantifolia) dan Vitamin C dengan metode DPPH .........................................45

4.1.5 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Handbody Lotion Kulit Jeruk Nipis

(Citrus aurantifolia) dengan metode DPPH .....................................................47

4.2 Pembahasan ...........................................................................................................50

BAB V PENUTUP ........................................................................................................59

5.1 Kesimpulan ...........................................................................................................59

5.2 Saran ......................................................................................................................59

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................61

LAMPIRAN ..................................................................................................................65

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tanaman Jeruk Nipis....................................................................5

Gambar 2.2 Struktur Kimia Flavonoid ............................................................9

Gambar 2.3 Struktur Kimia Saponin ...............................................................9

Gambar 2.4 Struktur Kimia Alkaloid ..............................................................10

Gambar 2.5 Struktur Kulit................................................................................10

Gambar 2.6 Reaksi DPPH dan Antioksidan ....................................................23

Gambar 2.8 Struktur Vitamin C .......................................................................25

Gambar 2.10 Skema Kerangka Pikir Penelitian...............................................27

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional.........................................................................30

Tabel 3.2 Formulasi Losion Ekstrak Kulit Jeruk Nipis....................................33

Tabel 3.3. Penilaian Reaksi Pada Kulit ...........................................................36

Tabel 3.4. Tingkat Kekuatan Antioksidan........................................................38

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Laik Etik .........................................................57

Lampiran 2. Surat Keterangan Asetilsistein.....................................................58

Lampiran 3. Surat Hasil Determinasi ..............................................................59

Lampiran 4. Surat Hasil Skrining Fitokimia ....................................................61

Lampiran 5.Perhitungan Rendemen Ekstrak....................................................63

Lampiran 6. Perhitungan Kerapatan Sampel Uji .............................................64

Lampiran 7. Perhitungan Viskositas.................................................................67

Lampiran 8. Uji Normalitas Shapiro-Wilk Ekstrak dan Air Perasan Bunga

Telang (Clitoria ternatea L.).........................................................70

Lampiran 9. Uji Homogenitas Ekstrak dan Air Perasan Bunga Telang

(Clitoria ternatea L.).....................................................................71

Lampiran 10. Uji ONE WAY ANOVA Ekstrak dan Air Perasan Bunga

Telang (Clitoria ternatea L.).....................................................72

Lampiran 11. Hasil Post Hoc TestEkstrak dan Air Perasan Bunga Telang

(Clitoria ternatea L.).................................................................74

Lampiran 12. Tumbuhan Bunga Telang (Clitoria ternateaL.) ........................76

Lampiran 13. Proses Pengeringan Bunga Telang (Clitoria ternateaL.) ..........77

Lampiran 14. Proses Penyerbukan Bunga Telang (Clitoria ternateaL.)

Kering .......................................................................................79

Lampiran 15. Proses Ekstraksi Perkolasi Bunga Telang (Clitoria ternatea

L.) dengan Pelarut Etanol 70% ................................................80

Lampiran 16. Proses Pemekatan Ekstrak MenggunakanRotary

Evaporator................................................................................81

xviii
Lampiran 17. Proses Pemerasan Bunga Telang (Clitoria ternateaL.)

Segar Menggunakan Kain Batis .................................................82

Lampiran 18. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Bunga Telang (Clitoria

ternatea L.) ...............................................................................84

Lampiran 19. Pengumpulan Mukus Sapi .........................................................85

Lampiran 20. Penentuan Waktu Alir ...............................................................86

Lampiran 21. Pengukuran Kerapatan ..............................................................88

xix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keanekaragaman hayati (biodiversity) di Indonesia termasuk dalam 2 besar

di dunia setelah Brazil, terdiri dari tumbuhan tropis dan biota laut. Di wilayah

Indonesia terdapat sekitar 30.000 jenis tumbuhan dan sebanyak 2500 jenis di

antaranya merupakan tanaman obat. Selama periode 2009- 2013 pertumbuhan

ekspor obat herbal di Indonesia mengalami kenaikan sebesar 6,49% per tahun

(Murdopo, 2014).

Obat tradisional yaitu bahan obat yang berasal dari tumbuh- tumbuhan yang

mempunyai banyak khasiat didalamnya sebagai obat herbal. Obat tradisional

sering kali berupa bahan ramuan dari tumbuh-tumbuhan tertentu yang mudah

didapatkan di sekitar pekarangan rumah. Pengobatan dengan menggunakan

ramuan tumbuhan secara tradisional umumnya tidak menimbulkan efek samping

yang berarti seperti yang sering terjadi pada pengobatan kimiawi (Latief A, 2012).

Tahun 2016 Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) menempati urutan

pertama 10 penyakit rawat jalan di rumah sakit dan tahun 2015 menempati urutan

9 dari 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit. Hal tersebut diduga karena

penyakit ini termasuk penyakit yang akut dan kualitas penatalaksanaannya belum

memadai (Kementerian Kesehatan RI, 2016).Dari data laporan rutin Subdit ISPA,

di Indonesia pada tahun 2017 didapatkan insiden (per 1000 balita) sebesar 20,54%

dan sebesar 20,06% pada tahun 2018 (Kementerian Kesehatan RI, 2017;

Kementerian Kesehatan RI, 2018).

1
2

Bronkitis akut merupakan salah satu penyakit Infeksi Saluran Pernafasan

Akut. Tanda utama dari bronkitis akut adalah batuk (Ikawati, 2007). Infeksi

bronkus menyebabkan membran mukosa udem dan merah serta terjadi

peningkatan sekresi bronkus. Peningkatan sekresi bronkial yang kental dan

lengket akan mengganggu aktifitas mukosiliari (Sukandar et al., 2009).

Tanaman obat yang tumbuh di Indonesia telah digunakan oleh masyarakat

sebagai pengobatan tradisional untuk meredakan batuk. Batuk adalah suatu

refleks fisiologis protektif yang bermanfaat untuk mengeluarkan dan

membersihkan saluran pernafasan dari dahak, debu, zat-zat perangsang asing yang

dihirup, partikel-partikel asing dan unsur-unsur infeksi. Batuk merupakan gejala

penting yang timbul oleh terpicunya refleks batuk. (Ulfa EM, 2019).

Salah satu tanaman obat tradisional yang digunakan untuk meredakan batuk

adalah bunga Telang (Clitoria ternatea L.) dari suku Fabaceae. Menurut Al-Snafi

(2016) bunga telang mengandung senyawa kimia seperti tanin, karbohidrat,

saponin, triterpenoid, fenol, flavonoid, glikosida flavonol, protein, alkaloid,

antrakuinon, antosianin, glikosida jantung, stigmast-4-ene-3,6-dione, minyak

atsiri dan steroid.

Bunga telang sedang ramai dikonsumsi akibat dari tren teh bunga yang

populer melalui sosial media di Inggris dengan sebutan Butterfly Pea Tea

(Andriani, 2016). Dipilihnya bunga telang dalam penelitian ini dikarenakan bunga

telang yang mulai tren dikonsumsi oleh masyarakat dan diindikasikan dapat

mengencerkan dahak. Selain itu penggunaan bunga telang sebagai obat pengencer

dahak belum diketahui secara luas dan belum terdapat penelitian yang valid.
3

Menurut penelitian Kurniati et al. (2018) bahwa senyawa kimia yang diduga

memiliki aktivitas mukolitik adalah saponin, tanin, flavonoid dan alkaloiddengan

mekanisme pengenceran dahak.Dari penelitian Kusuma (2019) larutan teh bunga

telang memiliki potensi aktivitas mukolitik pada konsentrasi 30%v⁄v dikarenakan

terdapat penurunan laju alir mukus setelah penambahan larutan teh bunga telang.

Masyarakat di Indonesia menggunakan tanamanan obat dalam bentuk air

perasan dan mencampurkannya bersamaan dengan bahan lain (BPOM RI, 2011).

Beberapapenelitian mencoba mengambil zat aktif tanamanan obat dengan proses

ekstraksiuntuk memperoleh hasil berupa produk ekstrak agar lebih efektif

danefisien bagi masyarakat (Sardi 2016). Menurut Sarah et al. (2019) metode

ekstraki lebih baik dibandingkan dengan perasan karena zat aktifnya akan lebih

banyak didapat.

Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan pengujian perbandingan

aktivitas mukolitik ekstrak dan air perasan bunga telang terhadap mukosa usus

sapi yang memiliki komposisi hampir sama dengan dahak manusia sehingga

penurunan viskositas (pengenceran) mukosa usus sapi yang ditunjukkan dapat

disamakan dengan pengenceran dahak pada manusia dan dibandingkan dengan

aktivitas mukolitik sediaan asetilsistein secara in vitro.

1.2 Rumusan Masalah`

Berdasarkan gambaran latar belakang diatas, adapun permasalahan yang

diambil sebagai berikut:

1. Apakah tanaman bunga telang (Clitoria ternatea L.) memiliki aktivitas

mukolitik secara in vitro?


4

2. Bagaimana perbandingan ekstrak dan air perasan bunga telang (Clitoria

ternatea L.) terhadap aktivitas mukolitik secara in vitro?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian diatas adalah :

1. Mengetahui aktivitas mukolitik bunga telang (Clitoria ternatea L.) pada

viskositas mukus sapi secara in vitro.

2. Mengetahui perbandingan ekstrak dan air perasan bunga telang (Clitoria

ternatea L.) terhadap aktivitas mukolitik secara in vitro.

1.4 ManfaatPenelitian

Dari tujuan di atas, dapat di jelaskan bahwa manfaat dari hasil penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi bahwa bunga telang (Clitoria ternatea L.)mempunyai

aktivitas yang dapat menurunkan viskositas mukus sapi secara in vitro.

2. Memberikan informasi perbandingan ekstrak dan air perasan bunga telang

(Clitoria ternatea L.) terhadap aktivitas mukolitik secara in vitro.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1. Tinjauan tentang Tanaman Telang

Tanaman telang (Clitoria ternatea L) berasal dari Amerika Selatan

bagian tengah yang menyebar ke daerah tropis sejak abad 19, terutama ke

Asia Tenggara termasuk Indonesia. Tanaman ini secara alami ditemukan

pada daerah padang rumput, hutan terbuka, semak, pinggiran sungai, dan

tempat-tempat terbuka lainnya, serta merupakan tanaman merambat pada

tanaman pohon ataupun pagar pekarangan (Sutedi, 2013).

Tanaman telang merupakan tanaman leguminosa yang cepat

pertumbuhannya, dapat menutupi tanah dalam waktu 30-40 hari setelah

ditanam dan menghasilkan biji pada umur 110-150 hari serta persistensi

sangat tinggi terhadap perubahan musim, kondisi lahan dan sangat cocok

berasosiasi dengan tanaman lain, seperti rumput-rumputan ataupun dengan

jenis leguminosa lainnya. Tanaman kembang telang (Clitoria ternatea L.)

tahan terhadap kekeringan 5-6 bulan di daerah tropis (Sutedi, 2013).

2.1.1.1 Taksonomi Bunga Telang (Clitoria ternatea L.)

Bunga telang dikenal dengan berbagai nama daerah dan nama

asing. Pada setiap daerah di Indonesia bunga ini memiliki nama yang

beraneka ragam seperti di daerah Sumatera dikenal dengan bunga biru,

bunga kelentit, bunga telang, di daerah Sulawesi dikenal dengan bunga

talang, bunga temanraleng, di daerah Jawa dikenal dengan bunga teleng,

5
6

dan di Maluku dikenal dengan bisi, saya ma gulele. Di beberapa negara

bunga ini juga memiliki nama asing seperti di Inggris dikenal dengan

Butterfly pea atau blue pea, dan di Arab dikenal dengan Mazerion

Hidi(Dalimartha, 2008).

Adapun taksonomi tumbuhan telang dikutip dari Budiasih (2017)

adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Infrodivisi : Angiospermae

Kelas : Mangnoliopsida

Ordo : Fabales

Familia : Fabacea

Genus : Clitoria L

Spesies : Clitoria ternatea

Gambar 2.1 Bunga Telang(Clitoria ternatea L.)


7

Sumber: USDA (2019)

2.1.1.2 Morfologi Bunga Telang (Clitoria ternatea L.)

Bunga telang ditanam sebagai tanaman hias yang merambat di

pagar, tetapi bisa ditemukan tumbuh liar di semak-belukar pada tanah

yang kering. Asal tanaman ini diperkirakan dari Amerika dan dapat

ditemukan sampai ketinggian 700 m dpl (Dalimartha, 2008).

Perdu membelit ke kiri, tumbuh menahun, panjang 1-5 m,

berambut halus, bagian pangkal berkayu. Daun majemuk menyirip gasal

dengan 3-9 anak daun. Helaian anak daun berbentuk bulat telur atau elips,

bertangkai pendek, ujung tumpul, pangkal runcing, tepi rata, panjang 2-7

cm, lebar 1-4,5 cm, warna hijau, dan mempunyai daun penumpu berbentuk

garis. Bunga tunggal, berbentuk seperti kupu-kupu yang keluar dari ketiak

daun, panjang mahkota 3,5-4 cm, warna biru nila dengan warna putih atau

kekuningan di bagian tengah. Ada juga bunga yang berwarna putih. Buah

berupa buah polong, pipih, panjang 5-10 cm, berisi 6-10biji yang

berbentuk seperti ginajl pipih. Perasan daun atau bunga digunakan untuk

mewarnai makanan dan kue atau bahan tikar (Dalimartha, 2008).

2.1.1.3 Perkembangbiakan Tanaman

Bunga telang dapat beradaptasi dengan baik pada kisaran tanah

berpasir, tahan terhadap kekeringan dengan curah hujan 500-900 mm,

salinitas dan mampu berkompetisi dengan baik terhadap gulma. Sebagai

tanaman penutup tanah, bunga telang (Clitoria ternatea) mampu menutup

tanah dengan baik pada umur 4 – 6 minggu setelah tanam. Tumbuh baik
8

bersama rumput-rumputan yang tinggi seperti rumput Guinea dan rumput

gajah (Marpaung, 2018).

Pertumbuhan bunga telang terbaik di bawah sinar matahari penuh.

Bunga telang mampu beradaptasi terhadap lahan yang luas. Bunga telang

adalah salah satu dari sebagian kecil kacang polong yang dengan baik

dapat menyesuaikan diri pada tanah liat di daerah lembab. Kebutuhan

curah hujan tahunan untuk dapat bertahan serendah-rendahnya 400 mm.

Habitat bunga telang adalah tumbuhan tropika dataran rendah lembab dan

agak lembab (Marpaung, 2018).

2.1.1.4 Kandungan dan Manfaat Tanaman Telang (Clitoria ternatea L.)

Gambar 2.2 Aktivitas farmakologi dari tanaman Telang (Clitoria ternatea L.)

Sumber: Gollen et al. (2018)


9

Bunga telang mempunyai akar yang beracun. Beberapa bahan

kimia yang terkandung pada bunga telang diantaranya saponin, alkaloid,

flavonoid, kalsium oksalat dan sulfur. Daun tumbuhan ini mengandung

kaemferol3-glucoside, dan triterpenoid, sedangkan bunganya mengandung

delphirridin 3,3’,5’, triglucoside dan fenol (Hariana, 2008).

Dilihat dari kandungan kimia, tanaman bunga telang memiliki

sejumlah bahan aktif yang memiliki potensi farmakologi. Potensi

farmakologi bunga telang antara lain adalah sebagai antioksidan,

antibakteri, anti inflamasi dan analgesik, antiparasit dan antisida,

antidiabetes, antikanker, antihistamin, immunomodulator, dan potensi

berperan dalam susunan syaraf pusat, Central Nervous System (CNS)

(Budiasih, 2017).

2.1.1.5 Kandungan Bunga Telang (Clitoria ternatea L.)

Selain itu senyawa alkoloid, flavonoid, tanin dan saponin juga

berperan dalam proses pengobatan batuk (Ulfa, 2019). Aktivitas mukolitik

dari senyawa flavonoid dan saponin berperan dalam proses pengenceran

dahak (Kusuma, 2019).

Flavonoid adalah senyawa metabolit sekunder yang memiliki struktur

inti C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan dengan 3 atom

C dan biasanya berikatan dengan atom O yang merupakan ikatan oksigen

heterosiklik. Senyawa ini dapat dikatakan sebagai senyawa polifenol

karena mengandung dua atau lebih gugus hidroksil, dan sifatnya agak

asam sehingga dapat larut dalam basa.


10

Beberapa pustaka mengelompokkan flavonoid menjadi 8 yaitu flavon,

flavanon, flavonol, flavanonol, isoflavon, kalkon, auron dan antosianidi.,

pada dosis kecil flavon bekerja bekerja sebagai stimulan jantung. Flavon

terhidroksilasi mempunyai efek diuretik, dan sebagai antioksidan pada

lemak. Beberapa isoflavon menunjukkan aktivitas mengurangi kadar

kolesterol serum. Hesperidin memiliki aktivitas terhadap pembuluh darah

kapiler dan sebagai antimikroba.

Gambar 2.3 Struktur umum flavonoid

Sumber: Hanani (2015)

1. Tanin

Tanin merupakan senyawa polifenol yang tersebar luas dalam

tumbuhan, dan pada beberapa tanaman terutama dalam jaringan kayu

seperti kulit batang, daun dan buah. Beberapa pustaka mengelompokkan

tanin ke dalam senyawa golongan fenol. Tanin berbentuk amorf yang

mengakibatkan terbentuknya koloid dalam air, rasa sepat, dengan protein

membentuk endapan yang menghambat kerja enzim proteolitik. Bobot

molekul tanin >1000, sedangkan bobot molekul <1000 disebut

“pseudotanin” (asam galat, katekin dan klorogenat). Tanin terdiri dari dua

jenis dalam dunia tumbuhan, yaitu tanin terhidrolisis dan tanin


11

terkondensasi. Tanin digunakan sebagai antiseptik karena adanya gugus

fenol (Hanani, 2015).

Gambar 2.4 Struktur senyawa tanin

Sumber: Hanani (2015)

2. Alkaloid

Alkaloid merupakan senyawa metabolit sekunder mengandung unsur

nitrogen (N), biasanya pada cincin heterosiklik dan bersifat basa. Senyawa

alkaloid kebanyakan bentuknya padat dan berwarna putihm namun ada

yang berupa cairan yaitu nikotin, dan kolkisin dan risinin merupakan

alkaloid bersifat tidak basa. Alkaloid dalam tumbuhan bentuknya garam,

yaitu berikatan dengan asam organik yang terdapat dalam tumbuhan,

seperti asam suksinat, maleat, mekonat, dan kinat yang bersifat larut dalam

pelarut polar etanol atau air. Dalam bentuk basa, alkaloid lebih larut dalam

pelarut nonpolar seperti eter, benzena, toluen dan kloroform (Hanani,

2015).
12

Gambar 2.5 Struktur senyawa alkoloid

Sumber: Hanani (2015)

3. Saponin

Saponin berasal dari kata tanaman Saponaria vaccaria, tanaman yang

digunakan sebagai sabun. Saponin merupakan senyawa yang memiliki

bobot molekul tinggi dan tersebar dalam beberapa tumbuhan, merupakan

bentuk glikosida dengan molekul gula yang terikat dengan aglikon

triterpen atau steroid. Beberapa triterpen memiliki rasa pahit, seperti

limonin yang terdapat dalam buah jeruk terutama bagian kulit (Hanani,

2015).

Gambar 2.6 Struktur umum saponin

Sumber: Berlian (2016)

2.1.2. Tinjauan tentang Batuk

Batuk merupakan mekanisme refleks yang sangat penting untuk

menjaga jalan napas agar tetap terbuka dengan cara menyingkirkan hasil

sekresi lendir yang menumpuk pada jalan napas. Pada refleks batuk tidak

hanya lendir yang akan disingkirkan tetapi juga gumpalan darah dan benda

asing. Batuk termasuk elemen utama untuk membersihkan saluran napas


13

dari dahak, dan dahak merupakan stimulus umtuk terjadinya batuk

(Djojodibroto, 2009).

2.1.2.1 Etiologi Batuk

Batuk dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti adanya infeksi

saluran pernapasan, alergi (asma), mekanis (asap rokok dan debu),

perubahan suhu yang mendadak, serta rangsangan kimiawi (gas dan bau).

Batuk juga dapat disebabkan oleh peradangan akibat infeksi virus seperti

virus selesma (common cold), influenza, cacar air dan juga oleh radang

pada cabang dan hulu tenggorokan (Bronchitis, Pharyngitis). Virus-virus

tersebut dapat merusak mukosa saluran pernafasan, sehingga menciptakan

“pintu masuk” untuk infeksi virus dan kuman, misalnya Pneumococci dan

Haemophilus. Batuk dapat mengakibatkan menjalarnya infeksi dari suatu

bagian paru ke yang lain dan juga merupakan beban tambahan pada pasien

yang menderita penyakit jantung (Rahardja, 2007).

2.1.2.2 Mekanisme Batuk

Batuk terjadi secara reflektoris karena rangsangan pada reseptor

batuk yang dialirkan melalui serabut aferen (serat sensorik) ke pusat batuk

kemudian diteruskan ke serabut eferen (serat motorik). Reseptor batuk

terutama terdapat dalam saluran napas (SPDF, 2009). Berikut adalah

mekanisme dari batuk:

1. Fase Iritasi
14

Iritasi dari salah satu saraf sensoris nervus vagus di laring, trakea,

bronkus, atau serat aferen cabang faring dari nervus glo faring, esophagus,

rongga pleura, dan saluran telinga luar dirangsang (Guyton, 2008).

2. Fase Inspirasi

Inspirasi diperlukan untuk mendapatkan volume udara sebanyak-

banyaknya sehingga terjadi peningkatan tekanan intratorakal. Inspirasi

terjadi secara dalam dan cepat, sehingga dengan cepat dan dalam jumlah

udara banyak masuk ke dalam paru-paru (Guyton, 2008).

3. Fase Kompresi

Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis dan dan pita suara guna

untuk menjebak udara di dalam paru-paru (Guyton, 2008).

4. Fase Ekspirasi

Pada fase ini glottis terbuka secara tiba-tiba akibat konstraksi aktif

otototot ekspirasi, sehingga terjadi pengeluaran udara dalam jumlah besar

dengan kecepatan yang tinggi disertai dengan pengeluaran benda-benda

asing atau bahan-bahan lain. Gerakan glotis, otot-otot pernafasan, dan

bronkus sangat penting dalam mekanisme batuk karena merupakan fase

batuk yang sesungguhnya. Suara batuk bervariasi akibat getaran sekret

yang ada dalam saluran napas atau getaran pita suara (Guyton, 2008).

2.1.2.3 Jenis-Jenis Batuk

Batuk dapat diklasifikasikan berdasarkan durasi dan

produktivitasnya. Batuk berdasarkan durasinya dibagi menjadi 3

klasifikasi yaitu batuk akut, sub-akut, dan kronis. Sedangkan batuk


15

berdasarkan produktivitasnya dibagi menjadi 2 klasifikasi yaitu batuk

produktif dan non-produktif.

1. Klasifikasi Batuk Berdasarkan Durasi

a. Batuk Akut

Merupakan batuk yang umumnya berlangsung selama kurang dari 3

minggu. Penyebab batuk akut adalah flu, infeksi saluran pernapasan bagian

atas, eksaserbasi asma, penyakit paru obstruksi kronis, pencemaran lingkungan,

inhalasi gas beracun, dll.

b. Batuk Sub-Akut

Merupakan batuk yang berlangsung selama 3-8 minggu.

c. Batuk kronis

Merupakan batuk yang berlangsung selama lebih dari 8 minggudan harus

dievaluasi secara menyeluruh. Merokok adalah penyebab batuk kronis yang

paling umum. Penyebab lainnya termasuk COPD, asma, tuberkulosis, kanker

paru, pneumokoniosis (VaishnavKB, 2013).

2. Klasifikasi Batuk Berdasarkan Produktivitas

a. Batuk Produktif

Batuk produktif adalah batuk yang menghasilkan dahak atau lendir (sputum)

sehingga lebih dikenal dengan sebutan batuk berdahak. Batuk produktif

memiliki ciri khas yaitu dada terasa penuh dan berbunyi.merupakan suatu

mekanismeperlindungan dengan fungsi mengeluarkan zat-zat asing (kuman,

debu) dan dahak dari batang tenggorok.

b. Batuk Non-Produktif
16

Batuk non-produktif bersifat kering tanpa adanya dahak, misalnya pada

batuk rejan (pertussis, kinkhoest), atau juga karena pengeluarannya memang

tidak mungkin, seperti pada tumor. Batuk ini sering dipicu oleh kemasukan

partikel makanan, bahan iritan, asap rokok (baik oleh perokok aktif maupun

pasif), dan perubahan temperatur. Batuk ini dapat merupakan gejala sisa dari

infeksi virus atau flu (Panggalo et al., 2013).

2.1.2.4 Jenis-Jenis Obat Batuk

Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat atuk dapat dikelompokkan

menjadi 3 kelompok besar, yaitu (Rohman, 2018):

1. Ekspektoran

Ekspektoran mempunyai 2 mekanisme kerja. Pertama, bereaksi secara

langsung dengan merangsang sekresi mukus sehingga sputum lebih encer

dan mudah dikeluarkan. Kedua, bereaksi secara tidak langsung dengan

cara mengiritasi saluran gastrointestinal yang berimbas ke sistem

pernapasan sehingga meningkatkan sekresi mukus. Obat yang termasuk

dalam golongan ini adalah guaifenesin.

2. Mukolitik

Mukolitik adalah obat batuk berdahak yang bekerja dengan cara membuat

hancur formasi dahak sehingga dahak tidak lagi memiliki sifat-sifat alaminya.

Mukolitik ini bekerja dengan cara menghancurkan benang-benang mukoprotein

dan mukopolisakarida pada dahak. Yang termasuk dalam golongan obat ini adalah

bromhexin, ambroxol, asetilsistein.

Obat-obatan tersebut berdaya merombak dan melarutkan dahak sehingga

viskositasnya dikurangi dan pengeluarannya dipermudah. Lendir memiliki gugus


17

sulfhidril yang saling mengikat makromolekulnya. Senyawa sistein berdaya

membuka jembatan disulfida, aktivitas mukolitik pada asetilsistein yaitu pada PH

7-9. Bromheksin dan ambroksol bekerja dengan jelas memutuskan serat-serat

(rantai panjang) dari mucopolysakarida. Mukolitik digunakan dengan efektif pada

batuk dengan dahak yang kental sekali (Azhariet al., 2015).

3. Antitusif

Antitusif bekerja dengan cara mengurangi sensitivitas pusat batuk di

otak terhadap stimulus yang datang. Biasanya digunakan pada penderita

yang batuknya sangat mengganggu sehingga tidak bisa beristirahat.

2.1.3. Tinjauan tentang Asetilsistein

Asetilsistein (Acetylcycteine) menurunkan viskositas secret paru

pada pasien radang paru. Kerja utama dari asetilsistein adalah melalui

pemecahan ikatan disulfida. Reaksi ini menurunkan viskositasnya dan

seterusnya memudahkan penyingkiran sekret tersebut. Ia juga bisa

menurunkan viskositas sputum. Efektivitas maksimal terkait dengan pH 7

Hingga 9. Sputum akan menjadi encer dalam waktu 1 menit, dan efek

maksimal akan dicapai dalam waktu 5 hingga 10 setelah di

inhalasi(Estuningtyas, 2008).

Semasa trakeotomi, obat ii juga diberikan secara langsung pada

trakea. Efek samping yang mungkin timbul berupa spasme bronkus,

terutama pada pasien asma. Selain itu terdapat juuga timbul mual,

muntah,stomatitis,pilek, hemoptysis, dan terbentknya sekret berlebihan

sehingga perlu disedot (suction). Maka, jika obat ini diberikan hendaklah
18

disediakan alat penyedot lendir nafas. Biasanya larutan yang digunakan

adalah asetilsistein 10% hingga 20 % (Estuningtyas, 2008).

2.1.4. Tinjauan tentang Mukus

Mukus merupakan cairan kompleks berupa selaput gel mukoprotein

dan mukopolisakarida. Komposisi dari mukus yaitu 95% air dan 5%

glikoprotein. Sedangkan komposisi dari mukus intestinal mamalia adalah

97,5% air dan 0,8% protein, 0.73% substansi organik lainnya dan yang

0,88% garam organik (Frandson, 1986).

2.1.4.1 Mukus Manusia

Mukus Manusia menghasilkan dua jenis mukus yaitu mukus

saluran pernapasan dan mukus lambung. Mukus saluran pernapasan

merupakan cairan kental yang dikeluarkan dengan bikarbonat oleh sel-sel

mukus tertentu. Mukus melapisi semua mukosa, kekentalannya berkurang

bila pH nya meningkat diatas 5. Mukus tersebut terdiri dari air (95%) dan

pencampuran dari lemak dan glikoprotein (Niniket al., 2007).

Fungsi gel mukus adalah sebagai lapisan yang tidak dapat dilewati

air dan menghalangi difusi ion dan molekul seperti pepsin. Bikarbonat,

dikeluarkan sebagai regulasi di bagian sel epitel dari mukosa lambung dan

membentuk gradien derajat keasaman (pH) yang berkisar dari 1 sampai 2

pada lapisan lumen dan mencapai 6 sampai 7 di sepanjang lapisan epitel

sel (Kasperet al., 2008).

Mukus dewasa normal dibentuk sekitar 100 ml dalam saluran

napas setiap hari. Mukus ini diangkut menuju faring oleh gerakan
19

pembersihan normal dari silia yang membatasi saluran pernapasan. Kalau

terbentuk mukus yang berlebihan, proses normal pembersihan mungkin

tidak efektif lagi, sehingga akhirnya mukus tertimbun. Pembentukan

mukus yang berlebihan, mungkin disebabkan oleh gangguan fisik atau

kimiawi, infeksi pada membran mukosa (Leboe et al., 2015).

2.1.4.2 Mukus Sapi

Usus sapi mempunyai dua kelenjar yang penting yaitu kelenjar

intestinal dan duodenal. Kelenjar intestinal yang disebut kripta lieberkum,

berbentuk tubular sederhana yang terdapat di sepanjang usus besar

maupun usus kecil. Sel-sel yang menyelaputi bersifat kontinyu dan

berhubungan dengan sel epitel yang menutupi membran mukosa. Sekresi

oleh kelenjar tersebut disebut cairan intestinal atau mukus interikus.

Kelenjar duodenal atau kelenjar bruner tidak terdapat disepanjang usus,

letaknya berakhir pada usus kecil. Kelenjar tersebut jaraknya dari pilorus

bervariasi tergantung jenis hewan masing-masing. Cairan intestinal

berwarna kuning atau sedikit cokelat, berair, mukoid dan kadang-kadang

mengandung sel debris sedangkan cairan duodenal bersifat kental seperti

lem. Hal ini karena adanya mucin atau pseudomucin (Frendson, 1993)

2.1.5. Tinjauan Pemilihan Konsentrasi

Hasil penelitian Widiarini et al. (2016) menunjukkan bahwa ekstrak

diklorometana batang tumbuhan paku C. Sakayensis memiliki aktivitas

mukolitik dengan konsentrasi 0,6% yang setara dengan asetilsistein 0,1%.

Ekstrak etanol dari daun tembelekan konsentrasi 0,5% memiliki aktivitas


20

mukolitik setara dengan asetilsistein 0,1% secara in vitro (Leboe et al.,

2015).

Penelitian yang dilakukan Afiyati & Mimiek (2013) tentang

Hibiscus rosa-sinensis aktivitas sebagai mukolitik pada konsentrasi 0,6%

dan 0,8% memiliki aktivitas mukolitik setara dengan asetilsistein 0,1%.

Ekstrak etanol daun sirih merah konsentrasi 0,3% mempunyai aktivitas

mukolitik yang setara dengan asetilsistein 0,1% (Windriyati et al.,

2011).Pada penelitian tentang infusa daun belimbing wuluh pada

kosentrasi 10% dan 30% memiliki aktifitas mukolitik setara dengan

asetilsistein 0,1% (Yuliana, 1997). Berdasarkan penelitian diatas maka

pengujian pada bunga telang menggunakan konsentrasi 0,5%; 1% dan

1,5%.

2.1.6 Tinjauan Ekstraksi(Hanani, 2015)

Ekstraksiataupenyarianmerupakan proses

pemisahansenyawadarimatriksatausimplisiadenganmenggunakanpelarut yang

sesuai. Peran

ekstraksidalamanalisisfitokimiasangatpentingkarenasejaktahapawalhinggaakhirme

nggunakan proses ekstraksi, termasukfraksinasi dan pemurnian. Metodeekstraksi

yang digunakantergantung pada jenis, sifatfisik, dan kimiakandungansenyawa

yang akandiekstraksi.

Tujuandari ekstraksiadalahuntuk

menarikataumemisahkansenyawadaricampurannya.Pemilihanmetodedilak

ukandengan memperhatikansifatsenyawa, pelarut yang digunakan, dan alat

yangtersedia. Faktor yang


21

perludiperhatikandalammelakukanekstraksiantara lain

strukturuntuksetiapsenyawa, suhu dan tekanan. Metodeekstraksi

dibagimenjadi 2 cara, yaitu ekstraksitanpa pemanasan dan ekstraksi

dengan pemanasan.

1. Ekstraksi tanpa pemanasan

a. Maserasi

Maserasiadalahcaraekstraksisimplisiadenganmerendamdalampelarut pada

suhukamarsehinggakerusakanataudegradasimetabolitdapatdiminimalisasi. Pada

maserasi, terjadi proses keseimbangankonsentrasiantaralarutandiluar dan

didalamselsehinggadiperlukanpenggantianpelarutsecaraberulang.

Kinetikadalahcaraekstraksi, sepertimaserasi yang

dilakukandenganpengadukansedangkandigestiadalahcaramaserasi yang

dilakukan pada suhu yang lebihtinggidarisuhumkamaryaitu 40-60oC.

Maserasidilakukandengancaramerendamserbuksimplisiadalamcairanpenyari

. Cairanpenyariakanmenembusdindingsel dan masukkedalamronggasel yang

mengandungzataktif, zataktifakanlarut dan

karenaadanyaperbedaankonsentrasiantaralarutanzataktif di dalamdengan yang

di luarsel, makalarutan yang terpekatdidesakkeluar.

Peristiwatersebutberulangsehinggaterjadikeseimbangankonsentrasiantaralaruta

n di luardengandalam sel.

Cairanpenyari yang digunakandapatberupa air, etanol, air-etanol,

ataupelarutlain.Bilacairanpenyaridigunakan air

makauntukmencegahtimbulnyakapang, dapatditambahkanbahanpengawet,
22

yang diberikan pada awalpenyarian.

Keuntungancarapenyariandenganmaserasiadalahcarapengerjaan dan

peralatansederhana dan mudahdiusahakan.

Kerugiancaramaserasiadalahpengerjaanya lama, dan

penyariannyakurangsempurna.

b. Perkolasi

Perkolasiadalahcaraekstraksisimplisiamenggunakanpelarut yang selalubaru,

denganmengalirkanpelarutmelaluisimplisiahinggasenyawatersarisempurna.

Cara inimemerlukanwaktulebih lama dan pelarut yang lebihbanyak.

Untukmeyakinkanperkolasisudahsempurnaperkolatdapatdiujiadanyametabolit

metabolitdenganpereaksi yang spesifik.

2. Ekstraksi dengan pemanasan

a. Soxhletasi

Soxletasiadalahcaraekstraksimenggunakanpelarutorganik pada

suhudidihdenganalatsoxleth. Pada soxhletasi, simplisia dan ekstrakberada pada

labuberbeda. Pemanasanmengakibatkanpelarutmenguap, dan

uapmasukdalamlabupendingin. Hasil

kondensasijatuhbagiansimplisiasehinggaekstraksiberlangsungterusmenerusden

ganjumlahpelarutrelativkonstan.

Ekstraksiinidikenalsebagaiekstraksisinambung.

b. Refluks

Refluksadalahcaraekstraksidenganpelarut pada

suhutitikdidihnyaselamawaktutertentu dan jumlahpelarutterbatas yang relative

konstandenganadanyapendinginbalik. Agar
23

hasilpenyarianlebihbaikatausempurna, refluksumumnyadilakukanberulang-

ulang (3 sampai 6 kali) terhadapresidupertama. Cara

inimemungkinkanterjadinyapenguraiansenyawa yang tidaktahanpanas.

c. Destilasi

Destilasi merupakancaraekstraksiuntukmenarikataumenyarisenyawa yang

ikutmenguapdengan air sebagaipelarut. Pada proses pendinginan, senyawa dan

uap air akanterkondensasi dan terpisahmenjadidestilat air dan senyawa yang

diekstraksi herbal dalamskalabesar.

2.1.6.1 Pemilihan Metode Ekstraksi

Ekstraksiadalahsediaanpekat yang

diperolehdenganmengekstraksizataktifdarisimplisianabatiatausimplisiahew

anidenganmenggunakanpelarut yang sesuai,

kemudiansemuaatauhampirsemuapelarutdiuapkan dan masa atauserbuk

yang tersisadiperlakukansedemikianhinggamemenuhibaku yang

telahditetapkan (Depkes RI, 1995).

Berdasarkan Harborne (1987) bahwa beberapa senyawa fenol

terutama flavonoid akan mengalami kerusakan pada suhu tinggi karena

senyawa tersebut tidak tahan panas dan mudah teroksidasi. Semakin lama

waktu ekstraksi,kesempatan untuk bersentuhan makin besar sehingga

hasilnya juga bertambah sampai titikjenuh larutan (Koirewoa et al., 2012).

Proses pemanasan dapat mengakibatkan penurunan kadar total

flavonoid sebesar 15-78%. Suhu 50oC relatif aman serta mencegah


24

terjadinya kerusakan pada senyawa metabolit sekunder tertentu, khususnya

flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa fenol yang memiliki sistem

aromatik yang terkonjugasi. Sistem aromatik terkonjugasi mudah rusak

pada suhu tinggi. Beberapa golongan flavonoid memiliki ikatan glikosida

dengan molekul gula. Ikatan glikosida akan mudah rusak atau putus pada

suhu tinggi (Oktavia, 2011).

Dari penelitian pengaruh metode ekstraksi terhadap kadar fenolat

total dan aktivitas antioksidan daun Salam (Syzygium polyanthum(Wight)

Walp.) didapatkan hasil bahwa kadar ekstraktif tertinggi diperoleh dari

metode perkolasi sebesar 59,8% diikuti sokletasi 44,4% dan maserasi

22%. Kadar fenolat tertinggi diperoleh dari ekstrak perkolasi

(103,91mg/g), diikuti metode sokletasi (72,80 mg/g) dan maserasi (69,76

mg/g) (Verawati et al., 2017).

Hasil penelitian Safitri et al. (2018) yaitu perbandingan kadar

flavonoid dan fenolik total ekstrak metanol daun Beluntas (Pluchea indica

L.) pada berbagai metode ekstraksi menunjukkan kadar flavonoid total

dengan metode perkolasi, maserasi, soxhlet dan refluks berturut-turut

sebesar 66,75; 51, 80 ; 47,72 dan 38,39 mg/gram ekstrak. Adapun kadar

fenolik total berturut-turut sebesar 116,95; 84,11; 67,53 dan 44,36

mg/gram ekstrak.

Pada aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun benalu sawo

(helixanthere sp) hasil ekstraksi soxhletasi dan perkolasi menghasilkan

rendemen 7,65 %b/b, untuk soxhletasi sedangkan rendemen hasil perkolasi

adalah 8,8 %b/b (Hasanah et al., 2015)


25

Suhu dan waktusangat berperan penting dalam menentukan

hasiltanin yang diperoleh dalam proses ekstraksi. Suhuekstraksi dalam

penelitian ini adalah 60oC dan lamaekstraksi ± 5 jam. Suhu yang paling

baik dalam prosesekstraksi tanin adalah 70oC dikarenakan jumlah tanin

yang diperoleh pada suhu tersebut paling banyak (Mihra et al., 2018).

Dari penelitian Oematan (2015) yaitu pengaruh perbedaan suhu

dan waktu ekstraksi terhadap kadar tanin pada ekstrak daun jambu mete

didapat bahwa adanya pengaruh perbedaan suhu dan waktu terhadap kadar

tanin ekstrak daun jambu mete dan kadar tanin terbesar diperoleh pada

suhu 80oC selama 20 menit sebesar 11,28%. Tetapi tidak digunakan suhu

lebih dari 80oC karena tanin tidak tahan dengan pemanasan yang terlalu

tinggi (Dewi, 2011).

Pada uji saponin ekstrak biji pepaya menunjukan hasil uji negatif

yaitu tidak terdapat busa pada sampel uji. Sehingga dapat diketahui bahwa

sampel yang digunakan tidak memiliki senyawa saponin. Hal ini

dikarenakan ketika sampel dikeringkan dengan meggunakan oven terlalu

lama, sehingga mengakibatkan rusaknya senyawa saponin yang rentan

terhadap suhu yang panas (Muflihah, 2015).

Berdasarkan tinjauan diatas maka metode ekstraksi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metodeperkolasi. Perkolasi

merupakanekstraksi dengan pelarut yang benar-benar baru sampai

sempurna (ekstraksi lengkap) yang dilakukan pada suhu ruangan dengan

alat perkolator. 

2.1.7 Tinjauan Viskositas


26

Viskositas adalah suatu tahanan yang mencegah zat cair yang mengalir.

Semakin tinggi viskositas suatu cairan maka semakin besar tahanannya.Jika zat

diklasifikasikan menurut tipe alir dan diformasinya, maka pada umumnya zat

dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu: sistem newton dan sistem non newton.

Pemilihannya tergantung dari sifat alirnya sesuai dengan hukum alir newton atau

tidak. (Martin, 1993).

a. Zat dengan Sistem Newton

Makin tinggi viskositasnya maka akan makin besar tahanannya. Makin

tinggi viskositas suatu zat cair maka makin besar gaya per satuan luas

(takanan geser) yang dibutuhkan untuk menghasilkan kecepatan geser

tertentu. Jadi kecepatan geser berbanding lurus dengan tekanan geser

(Martin,1993)

b. Zat dengan sistem non newton

Zat non newton adalah zat yang tidak mengikuti persamaan alur

newton. Termasuk didalamnya adalah system disperse heterogen cair dan

padat seperti larutan koloidal, emulsi, suspense cair, salep dan produk

yang serupa . Bilamana bahan bukan newton dianalisa di dalam viskositas

dan hasilnya grafik, pseudoplastik, dan dilatan(Martin, 1993).

2.1.8 Tinjauan Viskometer

Beberapa viskometer yang digunakan untuk uji viskositas berdasarkan sifat

alirnya antara lain:

a. Viskometer kapiler

Viskositas cairan newton dapat ditentukan dengan mengukur waktu

yang dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara dua tanda ketika
27

mengalir karena gravitasi melalui suatu tabung kapiler vertikel, yang

sebagai viskometer Oswald. Waktu yang dibutuhkan oleh zat cair yang

diselidiki untuk mengalir diantara dua tanda tersebut dibandingkan dengan

waktu yang dibutuhkan oleh zat cair yang telah diketahui viskositasnya

(biasanya air) (Martin, 1993).

b. Viskometer bola jatuh

Dalam tipe ini, suatu bola gelas atau bola besi jatuh kebawah dalam

suatu tabung gelas yang hampir vertikal, mengandung cairan yang cairan

yang diuji pada temperature konstan. Laju jatuhnya bola yang mempunyai

kerapatan dan diameter tertentu adalah kebalikan fungsi viskositas sampel

tersebut. Viskometer hoeppler, merupakan alat yang kerjanya berdasarkan

pada prinsip ini (Martin,1993).

c. Viskometer cup dan bob

Dalam viskometer cup dan bob, sampel digeser dalam ruangan di antara

dinding luar dari bob dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis

ditengah-tengahnya. Ada bermacam-macam alat tipe ini, yang perbedaannya

terutama terletak pada putaran bobo yang dihasilkan oleh cup atau bobnya sendiri

yang berputar. Dalam viskometer tipe coquette, cupnya yang berputar. Tarikan

sampel yang kental pada bob menyebabkannya berputar. Resultan putarannya

berbanding lurus dengan viskositas sampel.Viskometer mac Micheal adalah salah

satu contoh dari alat tersebut diatas (Martin, 1993).

Viskositas tipe Searle mempunyai prinsip cup-nya diam dan bob-nya berputar.

Putaran yang dihasilkan oleh tarikan sistem yang kental yang diteliti pada

umumnya diukur dengan satuan per atau sensor dalam batang penggerak yang
28

berhubungan dengan bob. Contoh alat yang mempunyai prinsip demikian adalah

viskometer rotovisco. Alat tersebut juga dapat dimodifikasikan agar bekerja

sebagai suatu alat cone and plat. Viskometer yang popular yang kerjanya

berdasarkan prinsip Searle adalah alat stomer (Martin, 1993).

d. Viskometer cone dan plate

Viskositas Ferranti-shirley merupakan contoh dari viskometer cone and

plate yang berputar. Cara pemakaiannya, sampel ditempatkan ditengah-

tengah papan, kemudian dinaikkan posisinya sampai dibawa kerucut.

Kerucut digerakkan oleh motor dengan bermacam-macam kecepatan dan

sampelnya digeser didalam ruang yang sempit antara papan yang diam dan

kerucut yang berputar (Martin, 1993).

2.2 Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Air perasan dan ekstrak bunga Telang(Clitoria ternatea L.) memiliki

aktivitas mukolitik.

2. Perbandingan air perasan dan ekstrak bunga Telang(Clitoria ternatea L.)

bepengaruh terhadap aktivitas mukolitik.

2.3 Kerangka Pikir Penelitian

Bunga Telang

Peras dengan Ekstraksi dengan


meggunakan kain metode maserasi
batis
29

Air perasan bunga Telang Ekstrak bunga Telang

Konsentrasi 0,1%, 0,5%, 1% Konsentrasi 0,1%, 0,5%, 1%

Skrining Fitokimia

Kandungan bunga Telang untuk


aktivitas mukolitik

Flavonoid Alkaloid Saponin Tanin

Uji aktivitas mukolitik


menggunakakan mukus sapi

Analisis data menggunakan uji


ANOVA
r
s
p
y
j
g
e
t
o
k
u
i
l
a
n
b
S
f
P
m
A
h
v
d
3.1

3.2

3.3
BAB III

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara eksperimental yang bertujuan untuk

mengetahui perbedaan aktivitas mukolitik ekstrak dan air perasan bunga

telang (Clitoria ternatea L.) dengan menggunakan metode Rancangan

Acak Kelompok (RAK) yang dibagi dalam 5 kelompok perlakuan, yaitu 3

kelompok konsentrasi dan 2 kelompok kontrol. Pengulangan yang

dilakukan untuk setiap perlakuan pada penelitian ini adalah sebanyak 3

kali. Adapun tahapan penelitian meliputi:

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di UPT Laboratorium Terpadu dan

Sentra Inovasi TeknologiUniversitas Lampung. Penelitian ini direncakan

akan dilaksanakan dari Bulan Februari 2020 hingga April 2020.

Alat dan Bahan

3.3.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah batang

pengaduk, bejana maserasi, cawan porselin, gelas erlenmeyer (Pyrex®),

28
29

gelas kimia (Pyrex®), gelas ukur (Pyrex®), inkubator (Memmert®), kertas

indikator pH (Nesco®), labu tentukur (Pyrex®), penangas (Memmert®),

piknometer (Pyrex®), pipet tetes, stopwatch, termometer, timbangan

analitik (Kern®), viskometer Ostwald.

3.3.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air bebas

CO2, asetilsistein 0,1%, buffer fosfat pH 7, bunga telang (Clitoria

ternatea L.), etanol 70%, kalium dihidrogenfosfat, mukus usus sapi,

natrium hidroksida, tween 80.

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah bunga telang yang didapat dari

Dusun 5 Desa Dharma Agung, Kecamatan Seputih Mataram, Kabupaten

Lampung Tengah. Sedangkan sampel yang digunakan adalah ekstrak dan

air perasan dari bunga telang.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel

terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak dan air perasan

dari bunga telang. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah

adanya aktivitas mukolitik ekstrak dan air perasan bunga telang secara in

vitro.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Indikator/ Hasil Alat Ukur Skala


Penelitian Operasional Ukur Ukur
Ekstrak dan air Cairan yang Ekstrak dan air Gelas ukur Rasio
perasan bunga diperoleh dari perasan yang
30

telang ekstrak dan air dihasilkan dari


perasan bunga ekstraksi dan
telang dengan perasan bunga
menggunakan telang
cara manual

Hasil skrinning Proses untuk Flavonoid : merah Tabung reaksi Ordinal


fitokimia mengetahui jingga, dan pereaksi
ekstrak dan air metabolit Alkaloid : endapan
perasan bunga sekunder suatu jingga (pereaksi
telang sampel dragendorff) atau
meliputi endapan putih
flavonoid, kuning (pereaksi
alkaloid, mayer),
saponin, dan Saponin : busa
tanin stabil
Tanin : warna biru-
hijau

Aktivitas Kemampuan Pengukuran waktu Viskometer Rasio


Mukolitik suatu senyawa laju alir mukus Ostwald
yang dapat sapi
memberikan
efek
pengenceran
dahak dengan
menurunkan
viskositas
larutan mukus

3.6 Prosedur Percobaan

3.6.1 Penyiapan Air Perasan(Makalew et al., 2016)

Pemerasan diawali dengan memetik bunga Telang (Clitoria ternatea

L.) yang masih segar sebanyak 5000 gram. Selanjutnya di potong kecil

kecil dan dimasukkan ke dalam blender. Kemudian peras dan saring

menggunakan kain batis dan dimasukkan ke dalam wadah.Air perasan

tersebut merupakan air perasan bunga telang dengan konsentrasi 100%.

Pemerasan bertujuan untuk mempermudah dalam mendapatkan

cairan yang merupakan sari-sari tumbuhan.


31

3.6.2 Penyiapan Ekstrak

Sebanyak 5000 gram sampel bunga telang(Clitoria ternatea L.)segar

yang diperolehdibersihkan dari kotoran dan dikeringkan tanpa terkena

matarahari langsung, lalu diserbukkan.

Pada proses perkolasi, serbuk kering bunga telang ditimbang

sebanyak 200 gram. Ekstraksi didahului dengan melakukan perendaman

sampel sekurang-kurangnya 3 jam dalam bejana tertutup menggunakan

pelarut etanol 70%. Proses ekstraksi dilanjutkan pada alat perkolator

hingga cairan yang menetes dari alat perkolator berwarna bening.

Kemudian didapatlah ekstrak cair. Ekstrak cair ini selanjutnya dipekatkan

dengan rotary evaporator pada suhu 70o C hingga diperoleh ekstrak kental.

3.6.3 Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia secara reaksi tabung pada ekstrak etanol bunga

Telang (Clitoria ternatea L.) meliputi pemeriksaan alkaloid, flavonoid,

saponin dan tanin.

a. Alkaloid

Sebanyak 40 mg ekstrak ditambahkan beberapa tetes HCL 1%,setelah

larut kemudian ditambahkan 1 ml pereaksi mayer. Reaksi positif

ditunjukkan dengan adanya endapan atau larutan yang berubah menjadi

keruh (Sudjarwo, 2017).

b. Flavonoid
32

Sebanyak 40 mg ekstrak ditambahkan dengan 100 ml air panas,

kemudian didihkan selama 5 menit, dan selanjutnya disaring. Filtrat diukur

sebanyak 5 ml kemudian ditambahkan 0,05 mg serbuk Mg dan 1 ml HCl

pekat, selanjutnya dikocok kuat. Hasil positif ditunjukkan dengan

perubahan larutan menjadi warna merah, kuning atau jingga (Wijaya et al,

2014).

c. Saponin

Sebanyak 40 mg ekstrak ditambahkan dengan 10 ml air, kemudian

dikocok selama 1 menit, selanjutnya ditambahkan 2 tetes HCl 1 N. Bila

busa yang terbentuk tetap stabil ± 7 menit, maka ekstrak menunjukkan

hasil positif mengandung saponin (Wijaya et al, 2014).

d. Tanin

Sebanyak 40 mg ekstrak di larutkan dengan 4 ml air, selanjutnya

ekstrak yang sudah larut diambil sebanyak 2 ml kemudian ditambahkan 1

ml FeCl3 10%.Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru

tua atau hitam kehijauan (Robinson, 1995).

3.6.4 PenyiapanMukus Sapi

Mukus usus sapi berasal dari usus sapi segar yang diperoleh dari

penjagal sapi. Usus sapi yang diperoleh dibersihkan dari kotoran dan sisa-

sisa makanan di bawah air mengalir. Pengumpulan mukus dilakukan

dengan mengurut usus kemudian usus dipotong membujur. Selanjutnya

mukus sapi dipisahkan dari usus dengan cara dikeruk secara perlahan

menggunakan sendok dan diletakkan dalam satu wadah. Mukus yang


33

diperolehberwarna kuning atau sedikit cokelat dan berair. Mukus yang

telah terkumpul diaduk perlahan sampai homogen.

3.6.5 Penyiapan Larutan Uji

3.6.5.1 Pembuatan Larutan Dapar Fosfat pH 7

Dibuat kalium dihidrogenfosfat 0,2 M dengan cara: ditimbang

6,8045 gram kalium dihidrogenfosfat kemudian dilarutkan dengan air

bebas CO2 hingga 250 mL pada labu ukur. Dibuat natrium hidroksida 0,2

N dengan cara: ditimbang 1,6 gram natrium hidroksida dan dimasukkan

dalam labu ukur 200 mL dan dilarutkan dengan air bebas CO2 hingga

batas tanda. Larutan dapar fosfat pH 7 dibuat dengan cara: sebanyak 125

mL kalium dihidrogenfosfat 0,2 M dicampur dengan 72,75 mL natrium

hidroksida 0,2 N dan dimasukkan dalam labu takar 500 mL kemudian

pada campuran ditambah air bebas CO2 sampai batas tanda (Annur, 2015).

Dapar yang telah dibuat kemudian dicek Phnya dengan

menggunakan pH meter. Apabila kurang basa dapat ditambah dengan

NaOH dan apabila kurang asam ditambah dengan kalium dihidrogenfosfat

(Afiyati&Mimiek 2013).

3.6.5.2 Pembuatan Larutan Mukus-dapar Fosfat

Pembuatan larutan mukus-dapar fosfat 20% b/b dibuat dengan cara

mencampur mukus dan dapar fosfat pH 7 dengan perbandingan 20:80

(Annur, 2015).

3.6.5.3 Pembuatan Larutan Kontrol Negatif


34

Dibuat larutan mukus-dapar fosfat 20% b/b tanpa penambahan ekstrak

maupun obat standar (asetilsistein) dengan cara dicampurkan tween 80 sebanyak

0,5% b/b dari bobot total atau sebesar 0,25 gram dengan larutan mukus-dapar

fosfat hingga diperoleh bobot total sebesar 50 gram dan diaduk hingga campuran

homogen (Annur, 2015).

3.6.5.4 Pembuatan Larutan Kontrol Positif

Sebagai kontrol positif digunakan larutan mukus-dapar fosfat yang

ditambah asetilsistein 0,1%.Larutan kontrol positif dibuat dengan

mencampurkan asetilsistein 0,1% (0,05 gram) dengan tween 80 sebanyak

0,5% b/b dari bobot total atau sebesar 0,25 gram. Kemudian ditambahkan

larutan mukus-dapar fosfat hingga diperoleh bobot total sebesar 50 gram

dan diaduk hingga homogen(Annur, 2015).

3.6.5.5 Pembuatan Larutan Uji

Dibuat larutan uji dengan konsentrasi 0,1%, 0,5%, dan 1%. Setiap

konsentrasi air perasan danekstrak bunga telang (Clitoria ternatea L.)

dicampurkan dengan tween 80 sebanyak 0,25 gram kemudian

ditambahkan larutan mukus-dapar fosfat hingga bobot total mencapai 50

gram dan diaduk hingga campuran homogen.

3.6.6 Pengujian Aktivitas Mukolitik

Uji aktivitas mukolitik dilakukan dengan melakukan pengukuran

viskositas menggunakan viskometer Ostwald. Sampel uji diinkubasi pada

suhu 37°C selama 30 menit kemudian diisi larutan uji sebanyak 10 mL

dimasukkan kedalam viskometer Ostwald. Viskometer Ostwalddiletakkan


35

di waterbath sampai viskometer Ostwaldtenggelam di dalam air hingga

bagian yang menggelembung di atas batas garis viskometer Ostwald.

Suhu sampel uji pada viskometer dijaga tetapkonstan selama

pengukuran pada 37oC Waktu yang diperlukan larutan uji untuk melewati

batas garis atas hingga batas garis bawah dicatat. Waktu yang tercatat

merupakan waktu alir (dalam detik) dari sampel uji. Selanjutnya dilakukan

pengukuran kerapatan menggunakan piknometer. Kemudian dihitung

viskositasnya dengan mengalikan waktu alir dan kerapatan. Larutan

kontrol positif dan kontrol negatif diukur viskositasnya dengan cara yang

sama seperti pengukuran pada larutan uji.

3.7 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dan dianalisa dengan menggunakan

sistem komputerisasi dengan program SPSS. Untuk mengetahui perbedaan

terhadap perlakuan yang diberikan dilakukan uji statistic Analisis Of

Varian (ANOVA) satu arah dengan taraf kepercayaan 95 % untuk

mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan pemberian ekstrak dan

air perasan bunga telang terhadap viskositas mukus sapi.

Kemudian dilanjutkan dengan Post-Hoc Least Significant Difference

(LSD) untuk mengetahui perbedaan secara signifikan dari data kelompok

air perasan dengan kelompok ekstrak.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Determinasi Bunga Telang (Clitoria ternatea L.)

Penelitian ini memanfaatkan bunga telang (Clitoria ternatea L.) yang

diperoleh dari dusun 5 desa Dharma Agung, Kec. Seputih Mataram, Kab.

Lampung Tengah. Telah dilakukan determinasi pada spesies tanaman bunga

telang di Laboratorium Botani Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung.

Hasil determinasi menunjukkan bahwa tumbuhan yang digunakan dalam

penelitian benar-benar spesies Clitoria ternateaL. yang merupakan tanaman

darifamili Fabaceae (Lampiran 3.).

4.1.2 Ekstraksi Bunga Telang (Clitoria ternatea L.)

Hasil perkolasi bunga telang (Clitoria ternatea L.)sebanyak 200

gramdengan pelarut etanol 70%diperolehekstrak kentalberwarna biru kehitaman

sebanyak 40,30 gram.

Tabel 4.1 Hasil rendeman ekstrak Bunga Telang (Clitoria ternatea L.)

Metode Bobot Simplisia Bobot Ekstrak Rendemen

Ekstraksi (gram) (gram) (%)


Perkolasi 200 40,30 20,15

4.1.3 Skrining Fitokimia Bunga Telang (Clitoria ternatea L.)

36
37

Skrining fitokima dilakukan untuk mengidentifikasi senyawa yang

terkandung dalam tumbuhan bunga telang yang berperan dalam aktivitas

mukolitik. Uji skrining fitokimia dilakukan di Laboratorium Botani Jurusan

Biologi FMIPA Universitas Lampung. Senyawa kimia yang diidentifikasi

diantaranya adalah flavonoid, alkaloid, tanin dan saponin.

Tabel 4.2 Hasil Skrining Fitokimia Bunga Telang

Golongan Pereaksi Tanda Positif Keterangan

Senyawa

Kimia
Flavonoid Air panas Perubahan larutan Terjadi perubahan warna

(didihkan) + serbuk menjadi warna dari biru menjadi merah

Mg+ HCl Pekat merah, kuning = Positif (+)

(Kocok kuat) atau jingga


Alkaloid HCl 1% + pereaksi Adanya endapan Terdapat endapan putih

mayer atau larutan keruh = Positif (+)

menjadi keruh
Tanin Air + FeCl3 10% Terbentuknya Terbentuk warna biru tua

warna biru tua pekat = Positif (+)

atau hitam

kehijauan
Saponin Air (Kocok) + HCl Terbentuk busa Terbentuk busa yang

1N yang stabil stabil = Positif (+)

4.1.4 Viskositas

4.1.4.1 Penentuan Waktu Alir


38

Penentuan waktu alir sampel uji dilakukan menggunakan viskometer

Ostwald. Sebanyak 10 mL sampel uji dimasukkan ke dalam viskometer Ostwald

dan dipompa hingga melewati batas atas. Hasil menunjukkan kontrol negatif

memiliki waktu yang lama untuk mengalir melewati pipa kapiler. Ekstrak dan air

perasan bunga telang dengan konsentrasi tinggi memiliki waktu yang paling

singkat. Hasil pengukuran waktu alir disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Pengukuran Waktu Alir

Sampel Uji Waktu Alir (detik) Rata-rata


I II III

Kontrol Negatif 38,41 37,72 35,65 37,26


Kontrol Positif 19,67 19,12 18,75 19,18
Ekstrak 0,1% 21,47 22,75 21,82 22,01
Ekstrak 0,5% 17,41 19,96 15,21 17,53
Ekstrak 1% 10,83 9,86 12,39 11,03
Air Perasan 0,1% 25,79 28,27 27,18 27,08
Air Perasan 0,5% 19,29 17,64 15,37 17,43
Air Perasan 1% 15,52 13,47 14,81 14,39

4.1.4.2 Penentuan Kerapatan

Penentuan kerapatan (density) sampel uji dilakukan dengan menggunakan

metode piknometer yang diperoleh dari selisih berat piknometer yang berisi

sampel uji dan berat piknometer kosong. Berat yang diperoleh dibagi dengan

volume piknometer.Hasil pengukuran ditunjukkan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Pengukuran Kerapatan

Sampel Uji Kerapatan Rata-rata


I II III
Kontrol Negatif 1,0256 1,0155 1,0151 1,0187
Kontrol Positif 1,0222 1,0172 1,0204 1,0199
Ekstrak 0,1% 1,0257 1,0206 1,0234 1,0232
Ekstrak 0,5% 1,0155 1,0104 1,0108 1,0122
39

Ekstrak 1% 1,0130 1,0146 1,0147 1,0141


Air Perasan 0,1% 1,0273 1,0220 1,0231 1,0241
Air Perasan 0,5% 1,0215 1,0187 1,0181 1,0194
Air Perasan 1% 1,0230 1,0178 1,0197 1,0202

4.1.4.3 Penentuan Viskositas

Data viskositas yang diperoleh dapat dilihat dalam tabel 4.5 selanjutnya di

analisis secara statistik dengan menggunakan uji ANOVA satu arah dengan taraf

kepercayaan 95%dilanjutkan denganpengujian LSD.Hasil menunjukkan adanya

penurunan viskositas pada ekstrak dan air perasan uji sejalan dengan peningkatan

konsentrasi.

Tabel 4.5 Viskositas Ekstrak dan Air Perasan Bunga Telang (Clitoria ternatea L.)

Sampel Uji Viskositas (cps) Rata-rata


I II III

Kontrol Negatif 39,3933 38,3047 36,1883 37,9621


Kontrol Positif 20,1067 19,4489 19,1325 19,5627
Ekstrak 0,1% 22,0218 23,2187 22,3306 22,5237
Ekstrak 0,5% 17,6799 20,1676 15,3743 17,7406
Ekstrak 1% 10,9708 10,0040 12,5721 11,1823
Air Perasan 0,1% 26,4941 28,8920 27,8079 27,7313
Air Perasan 0,5% 19,7048 17,9699 15,6482 17,7743
Air Perasan 1% 15,8770 13,7098 15,1018 14,8962

4.1.4.4 Aktivitas Mukolitik In Vitro

Dari hasil Shapiro-Wilk terhadap ekstrak dan air perasan bunga telang

dengan perlakuan konsentrasi 0,1%, 05%, 1%, kontrol positif dan kontrol

negatif didapatkan bahwa data terdistribusi normal (P>0,05)dengan nilai


40

probabilitas dari masing-masing perlakuan 0,928, 1,000, 0,980, 0,961,

0,967 dan 0,997, 0,993, 0,974, 0,961, 0,967 pada masing-masing

perlakuan air perasan(Lampiran 8.)

Pada uji homogenitasdiperoleh nilai probabilitas 0,304 untuk ekstrak

bunga telang dan 0,448 untuk air perasan bunga telang. Mengingat nilai

probabilitas lebih besar dari 0,05 maka data hasilpenelitian bersifat

homogen. Selanjutnya padauji ANOVA satu arah yang

dilanjutkandenganuji LSD diperoleh hasil analisis yangdisajikan pada

Tabel 4.6 dan Tabel 4.7. Hasil yang diperoleh bahwa ekstrak dan air

perasan bunga telang dengankonsentrasi 0,5% tidak menunjukkan

perbedaanyang bermakna P>0,05) terhadap kontrolpositif (asetilsistein

0,1%).

Tabel 4.6 Hasil Uji LSD (Least Significant Differences)Ekstrak Bunga

Telang(Clitoria ternatea L.)

Perlakuan Probabilitas Kesimpulan


Kontrol Negatif Kontrol positif 0,000 BB
Konsentrasi 0,1% 0,000 BB
Konsentrasi 0,5% 0,000 BB
Konsentrasi 1% 0,000 BB
Kontrol Positif Kontrol Negatif 0,000 BB
Konsentrasi 0,1% 0,033 BB
Konsentrasi 0,5% 0,158 BTB
Konsentrasi 1% 0,000 BB
Konsentrasi 0,1% Kontrol Negatif 0,000 BB
Kontrol Positif 0,033 BB
Konsentrasi 0,5% 0,003 BB
Konsentrasi 1% 0,000 BB
Konsentrasi 0,5% Kontrol Negatif 0,000 BB
Kontrol Positif 0,158 BTB
Konsentrasi 0,1% 0,000 BB
Konsentrasi 1% 0,000 BB
Konsentrasi 1% Kontrol Negatif 0,000 BB
41

Kontrol Positif 0,000 BB


Konsentrasi 0,1% 0,000 BB
Konsentrasi 0,5% 0,000 BB

Tabel 4.7Hasil Uji LSD(Least Significant Differences) Air Perasan Bunga

Telang(Clitoria ternatea L.)

Perlakuan Probabilitas Kesimpulan


Kontrol Negatif Kontrol positif 0,000 BB
Konsentrasi 0,1% 0,000 BB
Konsentrasi 0,5% 0,000 BB
Konsentrasi 1% 0,000 BB
Kontrol Positif Kontrol Negatif 0,000 BB
Konsentrasi 0,1% 0,000 BB
Konsentrasi 0,5% 0,147 BTB
Konsentrasi 1% 0,002 BB
Konsentrasi 0,1% Kontrol Negatif 0,000 BB
Kontrol Positif 0,000 BB
Konsentrasi 0,5% 0,000 BB
Konsentrasi 1% 0,000 BB
Konsentrasi 0,5% Kontrol Negatif 0,000 BB
Kontrol Positif 0,147 BTB
Konsentrasi 0,1% 0,000 BB
Konsentrasi 1% 0,030 BB
Konsentrasi 1% Kontrol Negatif 0,000 BB
Kontrol Positif 0,002 BB
Konsentrasi 0,1% 0,000 BB
Konsentrasi 0,5% 0,030 BB

Keterangan: BB = Berbeda Bermakna

BTB = Berbeda Tidak Bermakna

4.2 Pembahasan

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga telang (Clitoria

ternatea L). Bunga telang diambil dari beberapa tumbuhan yang hidup di wilayah

yang sama yaitu dusun 5 Desa Dharma Agung, Kec. Seputih Mataram, Kab.

Lampung Tengah. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya perbedaan


42

varietastumbuhan,sehingga perbedaan variasi kandungan senyawa kimia tidak

terlalu besar.

Bunga telang (Clitoria ternatea L) merupakan tanaman yang secara

empirik telah digunakan oleh masyarakat untuk mengobati batuk berdahak

dengan cara meminum air perasannya. Batuk merupakan mekanisme

pengeluaran dahak yang seringkali sulit pengeluarannya karena dahak

yang kental. Namun dalam penelitian ilmiah penggunaan air perasan

maupun ekstrak dari bunga telang untuk mengobati batuk belum banyak

dikaji.Pada penelitian ini dilakukanpengujian perbandingan aktivitas

mukolitik ekstrak dan air perasan bunga telang terhadap mukosa usus sapi

karena menurut Sarah et al. (2019) metode ekstraki lebih baik

dibandingkan dengan perasan karena zat aktifnya akan lebih banyak

tertarik.

Penelitian ini dilakukan secara in vitro dengan menggunakan mukus usus

sapi segar. Usus sapi segar diperoleh dari tempat penjagalan di Plaza Bandar Jaya,

Kab. Lampung Tengah. Digunakannya usus sapi pada penelitian mukolitik karena

usus mamalia merupakan salah satu bagian yang menghasilkan mukus banyak dan

memiliki luas permukaan yang besar sehingga mudah untuk diperoleh. Mukus

usus sapi memiliki komposisi yang sama dengan mukus yang dihasilkan oleh

trakeabronkial. Perbedaannya hanya pada kadar penyusunnya antara lain terdiri

dari air, protein, karbohidrat, lipid, dan substansi organik lain (Annur, 2015).

Usussapi yang sudah dibersihkan dari kotoran maupun sisa makanandibelah

secara vertikal, kemudian pada bagian dalam usus akan didapati tekstur serat otot

usus yang berbentuk silindris memanjang dengan dilapisi lendir. Lendir pada
43

bagian dalam usus ini merupakan mukus yang menjadi bahan untuk penelitian.

Mukus diambil perlahan dengan menggunakan sendok. Proses pengambilan

mukus ini dilakukan dengan perlahan untuk meminimalisir terbawanya serat otot

halus dari bagian dalam usus halus sapi. Hasil mukus yang diperoleh ialah cairan

kental atau lendir berwarna kuning kecoklatan

Mukus merupakan cairan kompleks berupa selaput gel tersusun atas

mukopolisakarida dan glikoprotein yang dihubungkan dengan jembatan disulfida.

Adanya gangguan pada saluran pernapasan menyebabakan tubuh menstimulasi

sel-sel goblet menghasilkan mukus lebih banyak dan kental sebagai respon

pertahanan sistem pernapasan. Mukus bekerja secara fisik dengan cara

menangkap partikel asing yang masuk dan juga dengan mengeluarkan antibodi

IgA, PMN (polimorfonuklear), dan interferon sebagai respon imun. Peningkatan

viskositas mukus menyebabkan sulitnya untuk dikeluarkan dan akan mengganggu

proses pembersihan saluran pernapasan sehingga perlu adanya zat yang dapat

mengurangi viskositas dari mukus agar mudah untuk dikeluarkan (Annur, 2015).

Bunga telang yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 5000 gram

bunga segar tanpa pengeringan untuk air perasan dan 5000 gram bunga segar

dengan pengeringan untuk dijadikan ekstrak.

Sebanyak 200 gram serbuk kering dihasilkan dari hasil

pengeringan.Pengeringan dilakukan untuk mencegah reaksi enzimatis yang dapat

menyebabkan terjadinya penguraian atau pengrusakan senyawa didalam sampel

(Verawatiet al., 2017). Selain itu proses pengeringan dapat membuat simplisia

menjadi lebih awet dan tahan lama.Selanjutnya dilakukan proses ekstraksipada

serbuk keringdengan menggunakan metode perkolasi. Serbuk kering tersebut


44

yang telah di perkolasi dan dipekatkan menghasilkan 40,30 gram ekstrak

kentalsehingga diperoleh rendemen ekstrak sebesar 20,15%.

Metode perkolasi merupakan cara ekstraksi dingin yaitu ekstraksi tanpa

adanya pemanasan namun membutuhkan alat khusus yang disebut perkolator.

Digunakan metode perkolasi karena senyawa yang terdapat dalam bunga telang

(Clitoria ternatea L) dikhawatirkan mudah rusak jika dilakukan dengan metode

yang menggunakan pemanasan.Keuntungandari metode ini adalah dapat menyari

lebih sempurna namun pelarut yang digunakan banyak dan waktunya lama.

Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol 70% karena

sampel dalam bentuk kering, kandungan air relatif sedikit tujuannya untuk

mempermudah membuka pori-pori sampel sehingga lebih mudah untuk

menembus membran sel dan mengekstrak bahan intraseluler dari bahan tanaman..

Etanol merupakan pelarut universal karena mampu mengekstraksi senyawa polar

maupun nonpolar mengingat pengujian bunga telang (Clitroria ternatea L)

sebagai mukolitik ini merupakan pengujian awal. Etanol juga bersifat tidak toksik

sehingga aman digunakan(Verawatiet al., 2017).

Pada pengujian skrining fitokimia, metabolit sekunder yang terdapat pada

ekstrak bunga telang antara lain tanin, saponin, flavonoid dan alkaloid. Senyawa

golongan saponin, tannin, flavonoid dan alkaloid telah dilaporkan memiliki efek

mukolitik (Gairola et al., 2010). Tanin bekerja dengan cara mengkerutkan dinding

sel atau membran sel sehingga mengganggu permeabilitas sel itu sendiri. Saponin

bekerja dengan cara merangsang keluarnya secret dari bronkial. Saponin

meningkatkan aktivasi epitel silia, suatu peristiwa yang membangkitkan batuk

mengeluarkan dahak. Flavonoid bekerja dengan cara memecahkan benang-benang


45

mukoprotein dan mukopolisakarida dari mukus. Alkaloid bekerja dengan cara

mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan

sel bakteri tidak terbentuk.

Larutan mukus 20% dibuat dengan cara mengencerkan mukus dengan

larutan dapar fosfat pH 7. Perbandingan mukus dan dapar fosfat pH 7 20:80.

Larutan dapar fosfat pH 7 dimaksud untuk menjaga agar komposisi dari mukus

tidak berubah dan juga aktivitas mukolitik dapat berlangsung maksimal pada pH

7. Proses inkubasi dan pengujian dilakukan pada suhu 37 oC agar diperoleh suatu

kondisi reaksi antara sampel uji dengan mukus sesuai dengan kondisi fisiologis

manusia. Saat pengukuran waktu alir dengan viskometer Ostwald berlangsung

suhu dijaga agar tetap 37°C karena suhu mempengaruhi kecepatan alir, kekentalan

akan menurun dengan naiknya suhu atau sebaliknya, sehingga pengukuran

menjadi kurang tepat.

Kontrol positif yang digunakan adalah asetilsistein. Mekanisme kerja

asetilsissebagai mukolitik dengan cara memecah struktur mukoprotein yang

terikat satu sama lain oleh rantai disulfida, ikatannya berupa ikatan –S–S–.

Apabila ikatan ini diputuskan oleh aktivitas gugus sulfuhidril bebas pada

asetilsistein maka mukoprotein akan terurai, mukus akan lisis sehingga

menurunkan viskositasnya. Asetilsistein langsung bekerja pada mukus sehingga

dapat digunakan untuk pengujian secara in vitro.

Penambahan tween 80 sebagai surfaktan untuk membantu

menghomogenkan campuran. Mukus yang tersusun atas air dan protein akan sulit

untuk saling bercampur dengan sampel sehingga dibutuhkan suatu surfaktan

untuk menghomogenkan. Tween 80 merupakan surfaktan non-ionik yang


46

memiliki gugus hidrofilik dan lipofilik sehingga mampu menyatukan dua fase

yang tidak saling bercampur (Annur, 2015).

Waktu alir sampel uji ditentukan dengan menggunakan viskometer Ostwald.

Penggunaan viskometer Ostwald untuk mengukur waktu (s) yang diperlukan

untuk mengalirnya sampel uji pada pipa kapiler yang telah diberi tanda batas atas

(a) sampai batas bawah (b). Viskositas dapat diketahui dengan menentukan pula

kerapatan dari masing-masing sampel uji. Kerapatan (g/mL) diperoleh dengan

menggunakan metode piknometer. Piknometer dikeringkan dalam oven dan

didiamkan dalam desikator agar proses pedinginan lebih cepat. Berat piknometer

harus konstan karena berat yang berubah-ubah menandakan adanya zat yang

menempel sehingga dapat mempengaruhi hasil pengukuran. Berat sampel dibagi

volume piknometer diperoleh kerapatan sampel. Hasil kali antara waktu alir dan

kerapatan akan diperoleh nilai viskositas setiap sampel uji.

Menurut Halliday dan Resnick (2010) viskositasberbanding lurus dengan

waktu laju alir dan massa jenis zat. Ketika waktu laju alir dari sampel mengalami

penurunan maka akan menunjukkan bahwa viskositas atau kekentalan dari sampel

zat cair mengalami penurunan. Sedangkan untuk massa jenis akan bernilai tetap

selama tetap pada keadaan STP (Standard Temperature and Pressure).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh viskositas

kontrol negatif (larutan mukus dapar fosfat pH-7) dan kontrol positif (asetilsistein

0,1%dengan tiga kali pengulangan sebesar 37,9621 cps dan 19,5627 cps.

Viskositas yang diperoleh dengan tiga kali pengulangan dari sampel yang

mengandung ekstrak bunga telang konsentrasi 0,1%, 0,5%, dan 1% berturut-turut

adalah22,5237 cps, 17,7406 cps, 11,1823 cps. Sedangkan viskositas yang


47

diperoleh dari sampel yang mengandung air perasan konsentrasi 0,1%, 0,5%, dan

1% dengan tiga kali pengulangan berturut-turut adalah 27,7313 cps, 17,7743 cps,

14,8962 cps.Hasil tersebut menunjukkan adanya penurunan viskositas pada setiap

peningkatan konsentrasi ekstrak. Sampel bebas perlakuan (kontrol negatif)

memiliki viskositas paling tinggi. Sampel ekstrak dan air perasan dengan

konsentrasi 1% memiliki viskositas paling rendah.

Dapat dilihat dari hasil uji LSD(Least Significant Differences)bahwa ekstrak

dan air perasan bunga telang dengan berbagai konsentrasimemberikan penurunan

viskositas yangbermakna terhadapkontrol negatif (P<0,05).Hal ini menunjukkan

bahwa ekstrak dan air perasan bunga telang memiliki aktivitas mukolitik.

Selanjutnya dibandingkan dengan kontrol positifuntuk mengetahui konsentrasi

ekstrak dan air perasan yangaktivitas mukolitiknya setara dengan

asetilsistein0,1%. Hasilnya adalah ekstrak dan air perasan bunga telang

dengankonsentrasi 0,5% tidak menunjukkan perbedaanyang bermakna (P>0.05)

terhadap kontrolpositif (asetilsistein 0,1%). Dari hasil tersebutdapat dinyatakan

bahwa ekstrak dan air perasan bunga telangpada konsentrasi 0,5% memiliki

aktivitasmukolitik yang setara dengan asetilsistein 0,1%.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data hasil uji coba yang dilakukan menggunakan viskometer

Ostwald pada penelitian Perbandingan Aktivitas Mukolitik Ekstrak dan Air

Perasan Bunga Telang (Clitoria ternatea L.) secara In Vitro dapat ditarik

kesimpulan bahwa:

1. Ekstrak dan air perasan bunga telang (Clitoria ternatea L.)

memilikiaktivitas mukolitik.

2. Ekstrak dan air perasan dengan konsentrasi0,5% memiliki aktivitas

mukolitik yang setaradengan asetilsitein 0,1% sebagai kontrol positif.

5.2 Saran

1. Penulis berharap penelitian dilanjutkan pada tahap isolasi senyawa yang

memiliki aktivitas mukolitik dari bunga telang (Clitoria ternatea L.).

2. Dilakukan formulasi sediaan untuk mengetahui apakah hasil dari

esktrak bunga telang(Clitoria ternatea L.) memiliki efek mukolitik

yang stabil pada sediaan.

50
DAFTAR PUSTAKA

Afiyati A & Mimiek M. 2013. Efek Pemberian Fraksi yang Mengandung Alkaloid
dari Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus Rosa-Sinensis L.) Varietas
Merah Tunduk Terhadap Aktivitas Mukolitik Secara In Vitro.
Al-Snafi AE. 2016. Pharmacological Importance Of Clitoria ternatea. IOSR
Journal Of Pharmacy, 6(3): 57-67
Annur M. 2015. Uji Aktivitas Mukolitik Ekstrak Etanol Daun Tembelekan
(Lantana Camara Linn.) Secara In Vitro[Skripsi]. Prodi Farmasi,
Fakultas Ilmu Kesehatan, UIN Alauddin Makassar.
Azhari A, Fitrianingsih SP & Choesrina R. 2015. Uji Aktivitas Mukolitik Ekstrak
Etanol Daun Pare (Momordica charantia L.) Secara In Vitro. Prosiding
Penelitian SPeSIA. Prodi Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Islam
Bandung.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (2011). Formularium
Ramuan Obat Tradisional Indonesia Volume I. Jakarta : Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI.
Berlian, Z., Fatiqin, A., Agustina, E. 2016. Penggunaan Perasan Jeruk Nipis
(citrus aurantifolia) Dalam Menghambat Bakteri Escherichia Coli Pada
Bahan Pangan. Jurnal Bioilmi Vol.2 No. 1.
Budiasih, K.S. 2017. Kajian Potensi Farmakologis Bunga Telang (Clitoria
ternatea). Di dalam: Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk
Mendukung Pengembangan Literasi Kimia pada Era Global. Prosiding
Seminar Nasional Kimia. Ruang Seminar FMIPA UNY: 14 Oktober
2017.
Dalimartha S. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Jilid 5. Jakarta: PT Pustaka Bunda.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Dewi R. 2011. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Tanin pada Kulit Batang dan Daun
Belimbing Waluh (Averrhoa blimbi L.) Secara Spektrofotometri
Menggunakan Pereaksi Biru Prusia. Fakultas Farmasi, Universitas
Surabaya.
Djojodibroto D. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: Buku
Kedokteran.
Estuningtyas A & Arif A. 2008. Obat Lokal. Farmakologi dan terapi. EdisiV,
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Frandson RD. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Frandson RD. 1986. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Guyton AC & Hall JE. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hanani E. 2015. Analisis Fitokimia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Penerbit ITB Bandung.
Hariana A. 2007 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hasanah M, Febi T, David D. 2015. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun
Benalu Sawo (Helixanthere Sp) Hasil Ekstraksi Soxhletasi dan
Perkolasi. Program Studi Farmasi, STIFI Bhakti Pertiwi Palembang.
pISSN 2477-2364 | eISSN 2477-2356.
Ikawati Z. 2007. Farmakoterapi Penyakit Sistem Pernafasan Pustaka Adipura.
Yogyakarta.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2018. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2015. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2017. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.
Koirewoa YA, Fatimawali & Weny IW. 2012. Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid dalam Daun Beluntas (Pluchea Indica L.). Program Studi
Farmasi, FMIPA, UNSRAT Manado.

Kurniati NF, Deden WS & Safira Y. 2018.Aktivitas Mukolitik Kombinasi Ekstrak


Etanol Daun Kemangi dan Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah.
Pharmaceutical Sciences and Research 5(1).
http://psr.ui.ac.id/index.php/journal/article/view/3854 [13 Juli 2018).
Kusuma AD. 2019. Potensi Teh Bunga Telang (Clitoria ternatea) Sebagai Obat
Pengencer Dahak Herbal Melalui Uji Mukositas. Fakultas Matematika
dan llmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta.

Latief A. 2012. Obat Tradisional. Jakarta: EGC.


Leboe DW, Ningsi S, Annur M. 2015. Uji Aktivitas Mukolitik Ekstrak Etanol
Daun Tembelekan (Lantana camara L.) Secara in vitro. Jurnal Farmasi
FIK UINAM, Vol. 3, No. 1.

Marpaung TAB.2018. Efektivitas Konsentrasi Asam Sitrat pada Ekstraksi Pigmen


Antosianin dari Bunga Telang (Clitoria Ternatea) dan Aplikasinya
Pada Permen Jelly Sirsak [Skripsi]. Jurusan Ilmu dan Teknologi
Pangan, Fakultas Pertanian-Peternakan Universitas Muhammadiyah
Malang.
Martin A. 1993.Farmasi Fisika.Jilid 2, terjemahan Yoshita dan Baihaka. Jakarta:
Universitas Indonesia press.
Mihra, Minarni RJ & Purnama N. 2018. Analisis Kadar Tanin dalam Ekstrak
Daun Mimba (Azadirachta Indica A. Juss) dengan Pelarut Air dan
Etanol. ISSN 2302-6030 (p), 2477-5185 (e). Pendidikan Kimia/FKIP –
Universitas Tadulako, Palu. November 2018.
Muflihah. 2015. Analisis Variasi Konsentrasi Terhadap Uji Toksisitas Akut
Golongan Senyawa Metabolit Sekunder dari Ekstrak Biji Pepaya
(Carica Papaya L.) pada Larva Udang (Artemia Salina Leach).
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Samarinda, 5-6 Juni
2015.
Murdopo. 2014. Obat Herbal Tradisional. Warta Ekspor. Jakarta. Hal 2-4.
Oematan ZZB. 2015. Pengaruh Perbedaan Suhu dan Waktu Ekstraksi terhadap
Kandungan Tanin pada Ekstrak Daun Jambu Mete (Anacardium
occidentale L.). Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas
Surabaya. Vol. 4. No. 2.
Oktavia JD. 2011. Pengoptimuman Ekstraksi Flavonoid Daun Salam (Syzygium
polyanthum) dan Analisis Sidik Jari Dengan Kromatografi Lapis Tipis
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian.
Panggalo JT, Porotu’o, J & Buntuan V. 2013. Identifikasi Bakteri Aerob Pada
Penderita Batuk Berdahak Di Poliklinik Interna Blu RSUP Prof. Dr.
R.D. Kandou Manado. Jurnal e-Biomedik (eBM). Vol. 1. No. 1.
Rahardja K & Tjay TH. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-
Efek Sampingya. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
Rohman A. 2018. Analisis Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Safitri I, Maulita CN, Anita DP. 2018. Perbandingan Kadar Flavonoid Dan
Fenolik Total Ekstrak Metanol Daun Beluntas (Pluchea indica L.) Pada
Berbagai Metode Ekstraksi. Fakultas Farmasi, Universitas Wahid
Hasyim. ISSN 2527-6140, e-ISSN 2541-5890.
Sardi VF. 2016. Perbandingan Efektivitas Daya Hambat antara Ekstrak dan
AirPerasan Bawang Putih (Allium Sativum L.) terhadapPertumbuhan
Bakteri Staphylococcus Aureussecara In Vitro[Skripsi]. Padang:
Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas.
Sarah AM, Simorangkir SJV, Simaremare AP. 2019. Perbedaan Daya Hambat
Ekstrak dan Air Perasan Bawang Putih (Allium Sativum) terhadap
Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli Secara In Vitro. Anatomica
Medical Journal Vol (2) E-ISSN: 2614-5219.
http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/AMJ [1 Januari 2019].
Simaremare ES. 2014. Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Gatal (Laportea
decumana (Roxb.) Wedd). Universitas Cendrawasih, Jayapura.
SPDF. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Sudjarwo GW & Hukmiyah MOM. 2017. Kandungan Senyawa Metabolit
Sekunder Dari Fraksi Etil Asetat Kulit Batang Rhizopora mucronata L.
Universitas Hang Tuah Surabaya.
Sukandar EY, Andrajati R, Sigit JI, Adnyana, IK, Setiadi AP, & Kusnandar.
2009. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT ISFI Penerbitan.
Sutedi S. 2013. Potensi Kembang Telang (Clitoria ternatea L.) Sebagai Jurnal
Kesehatan Bakti Tunas Husada .Vol. 17 No. 1.

Ulfa EM. 2019. Uji Aktivitas Mukolitik Ekstrak Daun Rhoeo Discolor Hance
Secara in vitro [Skripsi]. Program Studi Farmasi, Fakultas Ilmu
Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang.
USDA. 2019. The Plant Database. (version 4.0.4) National Plant Data Center,
NRCS, baton rounge, LA, 70874- 4490 USA.

Vaishnav KB. 2013, Diagnostic Approach to Cough. Journal of The Association


of Physicians of India, vol. 61.
Valle JD. 2008. Peptic Ulcer Disease and Related Disorders. In: Fauci AS, Kasper
DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J. eds.
Harrison’s Principle of Internal Medicinie. 17th ed. New York:
McGrawHill, 1855-1857.

Verawati, Dedi N, Petmawati. 2017. Pengaruh Metode Ekstraksi TerhadapKadar


Fenolat Total dan Aktivitas Antioksidan Daun Salam(Syzygium
Polyanthum (Wight) Walp.). Jurnal KatalisatorKopertis Wilayah X.
STIFI Perintis Padang.
Widiarini E, Suyatno & Nurul H. 2016. Aktivitas Mukolitik Ekstrak
Diklorometana Batang Tumbuhan Paku. Prosiding Seminar Nasional
Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6. Universitas
Negeri Surabaya, 17 September 2016.
Wijaya DP, Paendong JE, Abidjulu J. 2014. Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas
Antioksidan dari Daun Nasi (Phrynium capitatum) dengan Metode
DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Universitas Sam Ratulangi,
Manado. Vol. 3.
Windriyati YN, Aqnes B & Igustin AS. 2011. Aktivitas Mukolitik In Vitro
Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper Crocotum Ruiz dan Pav.) Pada
Mukosa Usus Sapi dan Identifikasi Kandungan Kimianya. Fakultas
Farmasi, Universitas Wahid Hasyim, Semarang.

Yuliana., 1997. Uji Pendahuluan Khasiat Mukolitik Infusa Bunga Belimbing


Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) 10 dan 35 Pada Mucus Trakea Sapi
dengan Metode Alcian Blue Secara Spektrofotometri Sinar Tampak.
Fakultas Farmasi Universitas Surabaya.
LAMPIRAN
Lampiran 1.

Surat Keterangan Laik Etik


Lampiran 2.

Surat Keterangan Asetilsistein


Lampiran 3.

Surat Hasil Determinasi


Lampiran 4.

Surat Hasil Skrining Fitokimia


Lampiran5.

Perhitungan Rendemen Ekstrak

Bobot Ekstrak
% Rendemen= X 100 %
Bobot Simplisia

40,30 gram
% Rendemen= X 100 %
200 gram

= 20,15%
Lampiran6.

Perhitungan Kerapatan Sampel Uji

Tabel 5.1 Penentuan Kerapatan dengan Metode Piknometer

Sampel Uji Berat Pikno Berat Pikno + Volume (mL)

Kosong Sampel
Kontrol Negatif 15,0681 10,2555 10 mL
15,1198 10,155
15,1379 10,1508
Kontrol Positif 15,0681 10,2223 10 mL
15,1198 10,1716
15,1379 10,2041
Ekstrak 0,1% 15,0681 10,2573 10 mL
15,1198 10,2066
15,1379 10,2344
Ekstrak 0,5% 15,0681 10,1551 10 mL
15,1198 10,1042
15,1379 10,1081
Ekstrak 1% 15,0681 10,1295 10 mL
15,1198 10,1460
15,1379 10,1468
Air Perasan 0,1% 15,0681 10,2731 10 mL
15,1198 10,2202
15,1379 10,2313
Air Perasan 0,5% 15,0681 10,215 10 mL
15,1198 10,1865
15,1379 10,1807
Air Perasan 1% 15,0681 10,2298 10 mL
15,1198 10,1776
15,1379 10,1965

Perhitungan Kerapatan :

Berat piknoberisi sampel ( g )−Berat pikno kosong (g)


Kerapatan=
Volume (mL)

25,3236 g−15,0681 g
Kontrol Negatif I = =1,0256
10 ml

25,2748 g−15,1198 g
II= =1,0155
10 ml
25,2887 g−15,1379 g
III = =1,0151
10 ml

25,2904 g−15,0681 g
Kontrol Positif I = =1,0222
10 ml

25,2914 g−15,1198 g
II= =1,0172
10 ml

25,342 g−15,1379 g
III = =1 , 0204
10 ml

25,3254 g−15,0681 g
Ekstrak 0,1% I = =1,0257
10 ml

25,3264 g−15,1198 g
II= =1,0206
10 ml

25,3723 g−15,1379 g
III = =1,0234
10 ml

25,2232 g−15,0681 g
Ekstrak 0,5 % I = =1,0155
10 ml

25,224 g−15,1198 g
II= =1,0104
10 ml

25,264 g−15,1379 g
III = =1,0108
10 ml

25,1976 g−15,0681 g
Ekstrak 1 % I = =1,0130
10 ml

25,2658 g−15,1198 g
II= =1,0146
10 ml

25,2847 g−15,1379 g
III = =1,0147
10 ml

25,3412 g−15,0681 g
Perasan 0,1 % I = =1,0273
10 ml

25,34 g−15,1198 g
II= =1,0220
10 ml
25,3692 g−15,1379 g
III = =1,0231
10 ml

25,2831 g−15,0681 g
Perasan 0,5 % I = =1,0215
10 ml

25,3063 g−15,1198 g
II= =1,0187
10 ml

25,3186 g−15,1379 g
III = =1,0181
10 ml

25,2979 g−15,0681 g
Perasan 1 % I = =1,0230
10 ml

25,2974 g−15,1198 g
II= =1,0178
10 ml

25,3344 g−15,1379 g
III = =1,0197
10 ml

Lampiran7.

Perhitungan Viskositas

Tabel 6.1 Waktu Alir dan Kerapatan

Sampel Uji Waktu Alir (Detik) Kerapatan (g/mL)


Kontrol Negatif 38,41 1,0256

37,72 1,0155

35,65 1,0151

Kontrol Positif 19,67 1,0222

19,12 1,0172

18,75 1,0204

Ekstrak 0,1% 21,47 1,0257

22,75 1,0206
21,82 1,0234

Ekstrak 0,5% 17,41 1,0155

19,96 1,0104

15,21 1,0108

Ekstrak 1% 10,83 1,0130

9,86 1,0146

12,39 1,0147

Air Perasan 0,1% 25,79 1,0273

28,27 1,0220

27,18 1,0231

Air Perasan 0,5% 19,29 1,0215

17,64 1,0187

15,37 1,0181

Air Perasan 1% 15,52 1,0230

13,47 1,0178

14,81 1,0197

Perhitungan :

Viskositas (η) = Waktu Alir x Kerapatan

Kontrol Negatif I = 38,41 x 1,0256 = 39,3933 cps

II = 38,41 x 1,0256 = 39,3933 cps

III = 38,41 x 1,0256 = 39,3933 cps

Kontrol Positif I = 19,67 x 1,0222 = 20,1067 cps

II = 19,12 x 1,0172 = 19,4489 cps


III = 18,75 x 1,0204 = 19,1325 cps

Ekstrak 0,1% I = 21,47 x 1,0257 = 22,0218 cps

II = 22,75 x 1,0206 = 23,2187 cps

III = 21,82 x 1,0234 = 22,3306 cps

Ekstrak 0,5% I = 17,41 x 1,0155 = 17,6799 cps

II = 19,96 x 1,0104 = 20,1676 cps

III = 15,21 x 1,0108 = 15,3743 cps

Ekstrak 1% I = 10,83 x 1,0130 = 10,9708 cps

II = 9,86 x 1,0146 = 10,0040 cps

III = 12,39 x 1,0147 = 12,5721 cps

Perasan 0,1% I = 25,79 x 1,0273 = 26,4941cps

II = 28,27 x 1,0220 = 28,8920cps

III = 27,18 x 1,0231 = 27,8079cps

Perasan 0,5% I = 19,29 x 1,0215 = 19,7048cps

II = 17,64 x 1,0187 = 17,9699cps

III = 15,37 x 1,0181 = 15,6482cps

Perasan 1% I = 15,52 x 1,0230 = 15,8770cps

II = 13,47 x 1,0178 = 13,7098cps

III = 14,81 x 1,0197 = 15,101cps


Lampiran8.

Uji Normalitas Shapiro-Wilk Ekstrak dan Air Perasan Bunga Telang

(Clitoria ternatea L.)

Tests of Normality

Perlakuan Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Viskositasairperasanbun 0,1 ,192 3 . ,997 3 ,894


gatelang 0,5 ,205 3 . ,993 3 ,841

1 ,241 3 . ,974 3 ,689

Kontrol positif ,257 3 . ,961 3 ,619

Kontrol negatif ,250 3 . ,967 3 ,650


Viskositasekstrakbungat 0,1 ,289 3 . ,928 3 ,480
elang 0,5 ,178 3 . 1,000 3 ,958

1 ,231 3 . ,980 3 ,729

Kontrol positif ,257 3 . ,961 3 ,619

Kontrol negatif ,250 3 . ,967 3 ,650

a. Lilliefors Significance Correction


Lampiran9.

Uji Homogenitas Ekstrak dan Air Perasan Bunga Telang (Clitoria ternatea

L.)

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Viskositasairperasanbungatelan 1,009 4 10 ,448


g

Viskositasekstrakbungatelang 1,396 4 10 ,304


Lampiran10.

Uji ONE WAY ANOVA Ekstrak dan Air Perasan Bunga Telang (Clitoria ternatea

L.)

Descriptives

95% Confidence
Interval for Mean

Std. Std. Lower Upper


N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum Maximum

Viskositasair 0,1% 3 27,7313 1,20078 ,69327 24,7484 30,7142 26,49 28,89


perasanbung 0,5% 3 17,7743 2,03536 1,17512 12,7182 22,8304 15,65 19,70
atelang 1% 3 14,8962 1,09813 ,63401 12,1683 17,6241 13,71 15,88

Kontrol 3 19,5627 ,49697 ,28693 18,3282 20,7972 19,13 20,11


positif

Kontrol 3 37,9621 1,62974 ,94093 33,9136 42,0106 36,19 39,39


negatif

Total 15 23,5853 8,73164 2,25450 18,7499 28,4207 13,71 39,39

Viskositasek 0,1% 3 22,5237 ,62138 ,35875 20,9801 24,0673 22,02 23,22


strakbungate 0,5% 3 17,7406 2,39723 1,38404 11,7856 23,6956 15,37 20,17
lang 1% 3 11,1823 1,29705 ,74885 7,9603 14,4043 10,00 12,57

Kontrol 3 19,5627 ,49697 ,28693 18,3282 20,7972 19,13 20,11


positif

Kontrol 3 37,9621 1,62974 ,94093 33,9136 42,0106 36,19 39,39


negatif

Total 15 21,7943 9,29403 2,39971 16,6474 26,9411 10,00 39,39


ANOVA

Sum of Mean
Squares Df Square F Sig.

Viskositasairperasanbu Between 1047,994 4 261,999 135,142 ,000


ngatelang Groups

Within Groups 19,387 10 1,939

Total 1067,381 14
Viskositasekstrakbung Between 1187,871 4 296,968 138,535 ,000
atelang Groups

Within Groups 21,436 10 2,144

Total 1209,307 14

Lampiran 11.

Hasil Post Hoc TestEkstrak dan Air Perasan Bunga Telang (Clitoria ternatea L.)

Multiple Comparisons
LSD

Dependent (I) (J) Mean 95% Confidence Interval


Variable Perlakuan Perlakuan Difference Std. Upper
(I-J) Error Sig. Lower Bound Bound
*
Viskositasair 0,1 0,5 9,95703 1,13687 ,000 7,4239 12,4901
perasanbun 1 12,83513* 1,13687 ,000 10,3020 15,3682
gatelang Kontrol 8,16863 *
1,13687 ,000 5,6355 10,7017
positif

Kontrol -10,23077* 1,13687 ,000 -12,7639 -7,6977


negatif

0,5 0,1 -9,95703* 1,13687 ,000 -12,4901 -7,4239

1 2,87810* 1,13687 ,030 ,3450 5,4112

Kontrol -1,78840 1,13687 ,147 -4,3215 ,7447


positif

Kontrol -20,18780* 1,13687 ,000 -22,7209 -17,6547


negatif

1 0,1 -12,83513* 1,13687 ,000 -15,3682 -10,3020

0,5 -2,87810* 1,13687 ,030 -5,4112 -,3450


Kontrol -4,66650* 1,13687 ,002 -7,1996 -2,1334
positif

Kontrol -23,06590* 1,13687 ,000 -25,5990 -20,5328


negatif

Kontrol 0,1 -8,16863* 1,13687 ,000 -10,7017 -5,6355


positif 0,5 1,78840 1,13687 ,147 -,7447 4,3215

1 4,66650* 1,13687 ,002 2,1334 7,1996

Kontrol -18,39940* 1,13687 ,000 -20,9325 -15,8663


negatif

Kontrol 0,1 10,23077* 1,13687 ,000 7,6977 12,7639


negatif 0,5 20,18780* 1,13687 ,000 17,6547 22,7209

1 23,06590* 1,13687 ,000 20,5328 25,5990

Kontrol 18,39940* 1,13687 ,000 15,8663 20,9325


positif
Viskositasek 0,1 0,5 4,78310* 1,19544 ,003 2,1195 7,4467
strakbungat 1 11,34140 *
1,19544 ,000 8,6778 14,0050
elang Kontrol 2,96100* 1,19544 ,033 ,2974 5,6246
positif

Kontrol -15,43840* 1,19544 ,000 -18,1020 -12,7748


negatif

0,5 0,1 -4,78310* 1,19544 ,003 -7,4467 -2,1195


*
1 6,55830 1,19544 ,000 3,8947 9,2219

Kontrol -1,82210 1,19544 ,158 -4,4857 ,8415


positif

Kontrol -20,22150* 1,19544 ,000 -22,8851 -17,5579


negatif

1 0,1 -11,34140* 1,19544 ,000 -14,0050 -8,6778


*
0,5 -6,55830 1,19544 ,000 -9,2219 -3,8947

Kontrol -8,38040* 1,19544 ,000 -11,0440 -5,7168


positif

Kontrol -26,77980* 1,19544 ,000 -29,4434 -24,1162


negatif

Kontrol 0,1 -2,96100* 1,19544 ,033 -5,6246 -,2974


positif 0,5 1,82210 1,19544 ,158 -,8415 4,4857

1 8,38040* 1,19544 ,000 5,7168 11,0440


Kontrol -18,39940* 1,19544 ,000 -21,0630 -15,7358
negatif

Kontrol 0,1 15,43840* 1,19544 ,000 12,7748 18,1020


negatif 0,5 20,22150* 1,19544 ,000 17,5579 22,8851

1 26,77980* 1,19544 ,000 24,1162 29,4434

Kontrol 18,39940* 1,19544 ,000 15,7358 21,0630


positif

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.


Lampiran 12.

Tumbuhan Bunga Telang (Clitoria ternateaL.)


Lampiran 13.

Proses Pengeringan Bunga Telang (Clitoria ternateaL.)


Lampiran 14.

Proses Penyerbukan Bunga Telang (Clitoria ternateaL.) Kering


Lampiran 15.

Proses Ekstraksi Perkolasi Bunga Telang (Clitoria ternateaL.) dengan Pelarut

Etanol 70%
Lampiran 16.

Proses Pemekatan Ekstrak MenggunakanRotary Evaporator


Lampiran 17.

Proses Pemerasan Bunga Telang (Clitoria ternateaL.) Segar Menggunakan Kain

Batis
Lampiran 18.

Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Bunga Telang (Clitoria ternateaL.)

Uji Alkaloid Uji Flavonoid

Uji Saponin Uji Tanin


Lampiran 19.

Pengumpulan Mukus Sapi

Usus Sapi

Pengumpulan Mukus Sapi


Lampiran20.

Penentuan Waktu Alir

Kalium Dihidrogenfosfat Larutan Dapar Fosfat pH-7


dan Natrium Hidroksida

Dapar Fosfat pH-7


Larutan Uji Ekstrak Bunga Larutan Uji Air Perasan Bunga
Telang Telang
Pengujian Waktu Alir
Lampiran 21.

Pengukuran Kerapatan

Piknometer Kosong Piknometer + Sampel Uji

Anda mungkin juga menyukai