Anda di halaman 1dari 179

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK

(Annona muricata L.): KAJIAN TERHADAP SISTEM HEMATOLOGI

PADA TIKUS JANTAN DAN BETINA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Imelda Maria Korbafo

NIM : 098114012

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERSETUJUAN PEMBIMBING

UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK

(Annona muricata L.): KAJIAN TERHADAP SISTEM HEMATOLOGI

PADA TIKUS JANTAN DAN BETINA

Skripsi yang diajukan oleh:


Imelda Maria Korbafo
NIM: 098114012

Telah disetujui oleh:

Pembimbing:

Phebe Hendra M. Si., Ph.D., Apt.

Tanggal 23 Mei 2013

ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN PENGESAHAN

iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Ketakutan kita terdalam adalah bukan karena kita tidak cakap. Ketakutan kita
terdalam adalah kekuatan kita dalam mengukur. Kita bertanya pada diri kita sendiri:
siapa aku sehingga aku cerdas, hebat, berbakat dan menakjubkan?
Sebenarnya, Siapa sebenarnya dirimu? Kita dilahirkan untuk membuat manifestasi kemuliaan
Tuhan dalam diri kita. Dan begitu kita biarkan cahaya kita menyala. Kita tanpa sadar
berikan orang lain kesempatan untuk lakukan hal yang sama.
(Kutipan dari Film Akeelah and the Bee)

Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal


(Kitab Yeremia 31:3b)

Kupersembahkan karya ini kepada:

Hati Kudus Yesus dan Hati Kudus Maria atas cinta kekal yang
senantiasa menyertai peziarahan saya
Persaudaraan konggregasi Franciscanae Filiae Sanctissimae Cordis
Jesus et Mariae (FCJM) atas dukungan doa, kepercayaan serta
kesempatan pada saya untuk mengembangkan diri

Bapak, mama dan adik-adik yang mendoakan dan mengasihiku

Para sahabat yang Tuhan hadiahkan bagi saya

Almamater tercinta

iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah

ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 20 Mei 2013

Penulis

(Imelda Maria Korbafo )

v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Imelda Maria Korbafo

NIM : 098114012

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan


Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Uji Toksisitas Subkronis Infusa Daun Sirsak (Annona muricata L.): Kajian
Terhadap Sistem Hematologi Pada Tikus Jantan dan Betina

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 23 Mei 2013

Yang menyatakan

Imelda Maria Korbafo

vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PRAKATA

Puji dan syukur pada Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas berkat dan

kasih setia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Uji

Toksisitas Subkronis Infusa Daun Sirsak (Annona Muricata L.): Kajian

Terhadap Sistem Hematologi Pada Tikus Jantan dan Betina sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar sarjana Farmasi (S.Farm) pada Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Dalam rasa syukur ini pula, penulis mengucapkan terima kasih berlimpah

kepada semua pihak yang dengan ketulusan hatinya berkenan membimbing dan

menyemangati penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini. Oleh karena itu,

penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Ibu Phebe Hendra M. Si., Ph.D.,Apt., selaku Dosen Pembimbing utama yang

telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan yang bermanfaat hingga

terselesainya skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt., selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan masukan, perhatian, kritik dan saran demi penyempurnaan

skripsi ini.

4. Bapak Ipang Djunarko, M. Sc.,Apt, selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan bimbingan, arahan, kritik dan saran yang bermanfaat demi

penyempurnaan skripsi ini.

vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5. Para karyawan dan laboran Farmakologi-Toksikologi (Mas Kayat, Mas

Parjiman dan Mas Heru) dan laboran-laboran lainnya, yang telah banyak

membantu selama penelitian ini.

6. Persaudaraan Kongregasi FCJM dan Dewan Pimpinan Provinsi Indonesia

yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu, dukungan doa.

7. Teman-teman angkatan 2009 khususnya kelas A, spesial teman-teman tim

Annona muricata L. (Veronica Dita Ayuningtyas, Niken Ambar Sayekti,

Apriliawati Galuh, Christiana Lambang Kristanti, Elisabeth Raras Pramudita,

Meita Eryanti) yang baik hatinya memberikan senyum ceria dan semangat

kebersamaan. Semangat jiwa muda yang pantang menyerah dalam menggapai

cita dan mimpi masing-masing diberkati oleh Yang Maha Kuasa.


8. Semua pihak yang terlibat, yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, segala kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini sangat

diharapkan. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat menjadi sumbangan kecil

bagi ilmu kefarmasian.

Yogyakarta, 20 Mei 2013

Penulis

viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................................v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .............................................................. vi

PRAKATA ............................................................................................................ vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................xx

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xxiv

INTISARI........................................................................................................... xxvi

ABSTRACT ........................................................................................................ xxvii

BAB I. PENGANTAR ............................................................................................1

A. Latar Belakang .............................................................................................1

1. Perumusan masalah .................................................................................4

2. Keaslian penelitian ..................................................................................5

3. Manfaat penelitian ....................................................................................6

ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

B. Tujuan Penelitian..........................................................................................6

1. Tujuan umum...........................................................................................6

2. Tujuan khusus ..........................................................................................6

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA......................................................................7

A. Tanaman Sirsak (Annona muricata L.) ........................................................7

1. Daerah asal dan penyebaran ....................................................................7

2. Nama daerah ............................................................................................7

3. Jenis tanaman sirsak di Indonesia ............................................................8

4. Sistematika ..............................................................................................9

5. Morfologi .................................................................................................9

6. Kandungan kimia..................................................................................11

7. Khasiat dan kegunaan ............................................................................12

8. Efek samping .........................................................................................13

B. Sediaan Infusa ............................................................................................14

1. Pengertian infusa ...................................................................................14

2. Pembuatan infusa...................................................................................14

C. Sistem Hematologi .....................................................................................15

D. Jenis-Jenis Sel Darah ..................................................................................15

1. Sel darah merah (eritrosit) .....................................................................15

2. Sel darah putih (leukosit) .......................................................................17

3. Trombosit ...............................................................................................20

x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

E. Cairan Plasma Darah ..................................................................................21

F. Pemeriksaan Terhadap Sistem Hematologi (Hitung Darah Lengkap) .......22

1. Tes sel darah merah ...............................................................................23

2. Tes sel darah putih .................................................................................25

3. Pemeriksaan trombosit ..........................................................................26

G. Toksisitas ....................................................................................................26

1. Definisi toksikologi ..............................................................................27

2. Asas umum toksikologi .........................................................................28

3. Mekanisme, wujud, dan sifat efek toksik racun ....................................28

4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi ketoksikan racun ...........................29

5. Uji ketoksikan ........................................................................................30

H. Toksisitas Subkronis ..................................................................................30

I. Darah Sebagai Target Efek Toksik ............................................................32

J. Keterangan Empiris .......................................................................................33

BAB III. METODE PENELITIAN........................................................................34

A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................................34

B. Variabel dan Definisi Operasional .............................................................34

1. Variabel penelitian .................................................................................34

2. Definisi Operasional ..............................................................................35

C. Alat dan Bahan Penelitian ..........................................................................36

1. Alat penelitian .......................................................................................36

2. Bahan Penelitian ....................................................................................37

xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

D. Tata Cara Penelitian ...................................................................................38

1. Determinasi daun sirsak.........................................................................38

2. Pengumpulan bahan uji daun sirsak ......................................................38

3. Pembuatan simplisia serbuk daun sirsak ...............................................39

4. Penetapan kadar air daun sirsak............................................................39

5. Penetapan dosis infusa daun sirsak ........................................................39

6. Pembuatan infusa daun sirsak................................................................41

7. Penyiapan hewan uji ..............................................................................41

8. Prosedur pelaksanaan penelitian............................................................41

9. Pengamatan ............................................................................................42

E. Analisis dan Evaluasi Hasil Penelitian .......................................................42

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................44

A. Hasil Determinasi Tanaman .......................................................................44

B. Penetapan Kadar Air Daun Sirsak ..............................................................45

C. Hasil Uji Toksisitas Subkronik Infusa Daun Sirsak Terhadap Sistem


Hematologi Tikus Jantan dan Betina..........................................................46

1. Hasil pemeriksaan sistem hematologi pada tikus jantan .......................48

2. Hasil pemeriksaan kadar hematologi secara lengkap pada tikus

betina .....................................................................................................80

D. Pengamatan Perubahan Berat Badan Tikus Jantan dan Betina Akibat


Perlakuan Infusa Daun Sirsak ..................................................................108

xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

E. Pengamatan Terhadap Jumlah Konsumsi Makan Akibat Perlakuan


Infusa Daun Sirsak ...................................................................................111

F. Pengamatan Terhadap Jumlah Konsumsi Minum Akibat Perlakuan


Infusa Daun Sirsak ...................................................................................113

G. Rangkuman Pembahasan ..........................................................................115

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................124

A. Kesimpulan .................................................................................................124

B. Saran ............................................................................................................124

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................125

LAMPIRAN .........................................................................................................128

BIOGRAFI PENULIS .........................................................................................156

xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar

hemoglobin tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk

MeanSEM ........................................................................................... 51

Tabel II. Hasil uji Scheffe kadar hemoglobin tikus jantan setelah pemberian infusa

daun sirsak selama 30 hari ..................................................................... 52

Tabel III. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar

eritrosit darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk

MeanSEM ............................................................................................ 53

Tabel IV. Hasil uji Scheffe kadar eritrosit setelah pemberian infusa daun sirsak

selama 30 hari ....................................................................................... 54

Tabel V. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar

hematokrit tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk

meanSEM ........................................................................................... 55

Tabel VI. Hasil uji Scheffe kadar hematokrit setelah pemberian infusa daun sirsak

selama 30 hari ....................................................................................... 56

Tabel VII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar

leukosit darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk

MeanSEM ........................................................................................... 57

Tabel VIII. Hasil uji Scheffe kadar leukosit tikus jantan setelah pemberian infusa

daun sirsak selama 30 hari .................................................................... 58

xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Tabel IX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar

MCV darah tikus jantan tiap kelompok dalam bentuk MeanSEM ... 60

Tabel X. Hasil uji Scheffe kadar MCV setelah pemberian infusa daun sirsak

selama 30 hari ..................................................................................... 60

Tabel XI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar

MCH darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk

MeanSEM ........................................................................................... 61

Tabel XII. Hasil uji Scheffe kadar MCH setelah pemberian infusa daun sirsak

selama 30 hari ....................................................................................... 62

Tabel XIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar

MCHC darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk

MeanSEM ........................................................................................ 64

Tabel XIV. Hasil uji Scheffe kadar MCHC setelah pemberian infusa daun sirsak

selama 30 hari .................................................................................... 64

Tabel XV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar

RDW darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam benttuk

MeanSEM ........................................................................................ 66

Tabel XVI. Hasil uji Scheffe kadar RDW setelah pemberian infusa daun sirsak

selama 30 hari .................................................................................... 67

Tabel XVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar

trombosit (PLT) darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam

bentuk MeanSEM ............................................................................ 69

xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Tabel XVIII. Hasil uji Scheffe kadar trombosit (PLT) setelah pemberian infusa

daun sirsak selama 30 hari ............................................................ 69

Tabel XIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar

limfosit darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk

Mean SEM .................................................................................... 71

Tabel XX. Hasil uji Scheffe kadar limfosit setelah pemberian infusa daun sirsak

selama 30 hari .................................................................................... 72

Tabel XXI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar

monosit tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk

MeanSEM ........................................................................................ 73

Tabel XXII. Hasil uji Scheffe kadar monoosit setelah pemberian infusa daun

sirsak selama 30 hari ........................................................................ 74

Tabel XXIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar

neutrofil darah tikus jantan tiap kelompok....................................... 76

Tabel XXIV. Hasil uji Mann-Whitney kadar neutrofil setelah pemberian infusa

daun sirsak selama 30 hari .............................................................. 76

Tabel XXV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar

eosinofil darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk

Mean SEM ................................................................................... 77

Tabel XXVI. Hasil uji Mann-Whitney kadar eosinofil tikus jantan setelah

pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari .............................. 78

xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Tabel XXVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar

hemoglobin tikus betina tiap kelompok perlakuan disajikan dalam

bentuk MeanSEM ....................................................................... 81

Tabel XXVIII. Hasil uji Scheffe kadar hemoglobin tikus betina setelah pemberian

infusa daun sirsak selama 30 hari.................................................. 81

Tabel XXIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar

eritosit (RBC) tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk

MeanSEM ................................................................................... 85

Tabel XXX. Hasil uji Scheffe kadar eritrosit (RBC) tikus betina setelah pemberian

infusa daun sirsak selama 30 hari ................................................... 85

Tabel XXXI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar

hematokrit (HCT) tikus betina tiap kelompok perlakuan disajikan

dlm bentuk MeanSEM.................................................................. 87

Tabel XXXII. Hasil uji Scheffe kadar hematokrit (HCT) tikus betina setelah

pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari ................................. 87

Tabel XXXIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar

leukosit (WBC) tikus betina tiap kelompok ................................... 89

Tabel XXXIV. Hasil uji Scheffe kadar leukosit (WBC) tikus betina setelah

pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari ................................. 90

Tabel XXXV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar

MCV tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk

MeanSEM ..................................................................................... 91

xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Tabel XXXVI. Hasil uji Scheffe kadar MCV tikus betina setelah pemberian infusa

daun sirsak selama 30 hari ........................................................... 92

Tabel XXXVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p

kadar MCH tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk

Mean SEM ................................................................................ 93

Tabel XXXVIII. Hasil uji Scheffe kadar MCH tikus betina setelah pemberian

infusa daun sirsak selama 30 hari ............................................. 94

Tabel XXXIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar

MCHC tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean

SEM ............................................................................................. 95

Tabel XL. Hasil uji Scheffe kadar MCHC tikus betina setelah pemberian infusa

daun sirsak selama 30 hari ................................................................. 96

Tabel XLI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar

RDW tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean SEM

............................................................................................................. 97

Tabel XLII. Hasil uji Scheffe kadar RDW tikus betina setelah pemberian infusa

daun sirsak selama 30 hari ............................................................... 98

Tabel XLIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar

Trombosit (PLT) tikus betina tiap kelompok ................................ 99

Tabel XLIV. Hasil uji Scheffe kadar trombosit (PLT) tikus betina setelah

pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari ............................... 100

Tabel XLV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar

Limfosit tikus betina tiap kelompok ............................................. 101

xviii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Tabel XLVI. Hasil uji Scheffe kadar limfosit tikus betina setelah pemberian infusa

daun sirsak selama 30 hari ............................................................ 102

Tabel XLVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar

neutrofil tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean

SEM ......................................................................................... 103

Tabel XLVIII. Hasil uji Scheffe kadar neutrofil tikus betina setelah pemberian

infusa daun sirsak selama 30 hari .............................................. 104

Tabel XLIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar

monosit tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk

MeanSEM ................................................................................... 105

Tabel L. Hasil uji Mann-Whitney kadar monosit tikus betina setelah pemberian

infusa daun sirsak selama 30 hari ....................................................... 105

Tabel LI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar

eosinofil darah tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean

SEM ................................................................................................. 106

Tabel LII. Hasil uji Mann-Whitney kadar eosinofil tikus betina setelah pemberian

infusa daun sirsak selama 30 hari...................................................... 107

Tabel LIII. Purata berat badanSEM tikus jantan hari ke-0, ke-7, ke-14, ke-21,

dan ke-28 akibat perlakuan infusa daun sirsak dan kontrol aquadest

......................................................................................................... 108

Tabel LIV. Purata berat badanSEM Tikus Betina hari ke-0, ke-7, ke-14, ke-21,

dan ke-28 akibat pemejanan dan infusa daun sirsak dan kontrol

aquadest ........................................................................................... 109

xix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Diagram batang rata-rataSEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak

terhadap kadar hemoglobin tikus jantan antar kelompok perlakuan ... 51

Gambar 2. Diagram batang rata-rataSEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak

terhadap kadar eritrosit tikus jantan antar kelompok perlakuan ......... 54

Gambar 3. Diagram batang rata-rata SEMpengaruh pemberian infusa daun

sirsak terhadap kadar hematokrit tikus jantan antar kelompok

perlakuan ............................................................................................. 56

Gambar 4. Diagram batang rata-rataSEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak

terhadap kadar leukosit tikus jantan antar kelompok perlakuan ......... 58

Gambar 5. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun

sirsak terhadap kadar MCV tikus jantan antar kelompok perlakuan .. 60

Gambar 6. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun

sirsak terhadap kadar MCH tikus jantan antar kelompok perlakuan .. 62

Gambar 7. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun

sirsak terhadap kadar MCHC tikus jantan antar kelompok perlakuan 64

Gambar 8. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun

sirsak terhadap kadar RDW tikus jantan antar kelompok perlakuan .. 67

Gambar 9. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun

sirsak terhadap kadar trombosit (PLT) tikus jantan antar kelompok

perlakuan ............................................................................................. 69

xx
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Gambar 10. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun

sirsak terhadap kadar limfosit tikus jantan antar kelompok perlakuan 71

Gambar 11. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun

sirsak terhadap kadar monosit tikus jantan antar kelompok perlakuan74

Gambar 12. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun

sirsak terhadap kadar neutrofil tikus jantan antar kelompok perlakuan

............................................................................................................. 76

Gambar 13. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun

sirsak terhadap kadar eosinofil tikus jantan antar kelompok perlakuan

............................................................................................................. 77

Gambar 14. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun

sirsak terhadap kadar hemoglobin tikus betina antar kelompok

perlakuan ............................................................................................. 81

Gambar 15. Diagram batang rata-rataSEM pengaruh pemberian infusa daun

sirsak terhadap kadar eritrosit tikus betina antar kelompok perlakuan 85

Gambar 16. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun

sirsak terhadap kadar hematokrit (HCT) tikus betina antar kelompok

perlakuan ............................................................................................. 87

Gambar 17. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun

sirsak terhadap kadar leukosit (WBC) tikus betina antar kelompok

perlakuan ............................................................................................. 89

Gambar 18. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun

sirsak terhadap kadar MCV tikus betina antar kelompok perlakuan .. 92

xxi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Gambar 19. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun

sirsak terhadap kadar MCH tikus betina antar kelompok perlakuan .. 94

Gambar 20. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun

sirsak terhadap kadar MCHC tikus betina antar kelompok perlakuan 96

Gambar 21. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun

sirsak terhadap kadar RDW tikus betina antar kelompok perlakuan .. 98

Gambar 22. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun

sirsak terhadap kadar trombosit (PLT) tikus betina antar kelompok

perlakuan ........................................................................................... 100

Gambar 23. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun

sirsak terhadap kadar limfosit tikus betina antar kelompok perlakuan

........................................................................................................... 102

Gambar 24. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun

sirsak terhadap kadar neutrofil tikus betina antar kelompok perlakuan

........................................................................................................... 103

Gambar 25. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun

sirsak terhadap kadar monosit tikus betina antar kelompok perlakuan

........................................................................................................... 105

Gambar 26. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun

sirsak terhadap kadar eosinofil tikus betina antar kelompok perlakuan

........................................................................................................... 106

Gambar 27. Grafik perubahan berat badan tikus jantan selama pemberian infusa

daun sirsak hari ke-0 sampai hari ke-28 pada tiap kelompok dosis 110

xxii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Gambar 28. Grafik perubahan berat badan tikus betina selama pemberian infusa

daun sirsak hari ke-0 sampai hari ke-28 pada sesuai kelompok dosis

........................................................................................................... 110

Gambar 29. Grafik jumlah asupan makan tikus jantan akibat perlakuan infusa

daun sirsak selama 30 hari ................................................................ 112

Gambar 30. Grafik jumlah asupan makan tikus betina akibat perlakuan infusa

daun sirsak selama 30 hari ................................................................ 112

Gambar 31. Grafik jumlah asupan minum tikus jantan akibat perlakuan infusa

daun sirsak ......................................................................................... 114

Gambar 32. Grafik jumlah asupan minum tikus betina akibat perlakuan infusa

daun sirsak ......................................................................................... 114

xxiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Pengesahan Determinasi ....................................................... 128

Lampiran 2. Hasil kunci determinasi tanaman sirsak (Annona muricata L.) ..... 129

Lampiran 3. Gambar tanaman sirsak dan daun sirsak......................................... 129

Lampiran 4. Foto serbuk kering simplisia daun sirsak dan infusa daun sirsak ... 130

Lampiran 5. Gambar rangkaian alat destilator (destilasi toluen) ........................ 130

Lampiran 6. Surat keterangan Ethical Clearence ............................................... 131

Lampiran 7. Perhitungan bobot tetap daun sirsak ............................................... 132

Lampiran 8. Perhitungan rendemen daun sirsak ................................................. 132

Lampiran 9. Perhitungan kadar air dalam daun sirsak ........................................ 132

Lampiran 10. Perhitungan penetapan peringkat dosis infusa daun sirsak pada tiap

kelompok perlakuan ....................................................................... 132

Lampiran 11. Uji Normalitas Sistem Hematologi Tikus Jantan Sesudah Perlakuan

Infusa Daun Sirsak Selama 30 Hari ............................................... 134

Lampiran 12. Uji Normalitas Sistem Hematologi Tikus Betina Sesudah Perlakuan

Infusa Daun Sirsak Selama 30 Hari ............................................... 134

Lampiran 13. Uji T-Test Kadar Eritrosit (RBC) Tikus Jantan........................ 135

Lampiran 14. Uji statistik one way Anova kadar eritrosit (RBC) tikus jantan ... 136

Oneway 136

Lampiran 15. Uji T-Test Kadar Eritrosit (RBC) Tikus Betina ........................ 137

Lampiran 16. Uji statistik One Way Anova kadar eritrosit (RBC) tikus betina .. 138

Oneway 138

xxiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Lampiran 17. Uji Paired T-Test Kadar Eosinofil Tikus jantan .......................... 140

Lampiran 18. Analisis statistik dengan uji Kruskal-Wallis kadar eosinofil tikus

jantan .............................................................................................. 141

Lampiran 19. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil

tikus jantan .................................................................................... 142

Lampiran 20. Uji Paired T-Test Kadar Eosinofil Tikus Betina ......................... 151

Lampiran 21. Analisis statistik dengan uji Kruskal-Wallis kadar eosinofil tikus

betina .............................................................................................. 151

Lampiran 22. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil

tikus betina .................................................................................... 152

xxv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

INTISARI

Makin maraknya penggunaan daun sirsak di masyarakat sebagai obat


terutama untuk pengobatan kanker, menjadikan masyarakat mengkonsumsi daun
sirsak dalam jangka panjang. Namun belum diketahui secara ilmiah tentang
keamanan daun sirsak bila dikonsumsi dalam jangka waktu panjang. Untuk itu,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wujud efek toksik infusa daun sirsak
pada sistem hematologi secara subkronis.
Penelitian menggunakan metode eksprimental murni dengan rancangan
acak lengkap pola searah. Subjek uji yang digunakan adalah tikus putih galur
Sprague Dawley umur 2-3 bulan, kisaran berat badan 150-250 gram. Sebanyak 50
ekor tikus dibagi secara acak menjadi 5 kelompok, yaitu empat kelompok
perlakuan dan satu kelompok kontrol, setiap kelompok terdiri dari 5 jantan dan 5
betina. Kelompok perlakuan diberikan infusa daun sirsak dengan dosis 108; 180;
301; 503 mg/kgBB dan kontrol aquadest 8333 mg/kgBB, selama 30 hari.
Dilakukan pemeriksaan sistem hematologi pada hari ke-0 dan hari ke-31 dan
pengamatan terhadap berat badan, asupan makan dan minum setiap harinya.
Analisis menggunakan One way Anova dan uji scheffe (distribusi data normal), uji
Kruskal Wallis dan Mann-Whitney (distribusi data tidak normal).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian infusa daun sirsak
selama 30 hari tidak memberikan perubahan yang signifikan terhadap perubahan
sistem hematologi dan tidak ditemukan adanya hubungan kekerabatan antara dosis
dengan spektrum efek toksik.

Kata kunci: Annona muricata L., daun sirsak, infusa, sistem hematologi,
toksisitas subkronis

xxvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT

Increasing usage of Annona muricata L. leaves by people as medicine


especially for cancer treatment makes people consume it for long period. But, it
has not been examined scientifically for its safety when it is being consumed for
long period. So, this study is intended to identify subchronic effect of soursop
leaves infusion toxicity upon hematology system.
This study uses pure experimental method with complete direct current
random plan pattern. Subject research is white Sprague-Dawley rat, 2-3 months of
age, 150-250 gram in weight. Fifty rats are divided into 5 groups randomly, four
treatment-groups and one control-group. Every group consists of 5 female and 5
male. Treatment groups are given soursop leaves infusion with 108; 180; 301; 503
mg/kg body weight dose and water (aquadest) for control group for 30 days.
Examination on hematology system is done on 0th and 31th day and weight
observation, meal, and drink examinations are done daily. The analysis uses one
way Anova and Scheffe test (normal data distribution), Kruskal Wallis test, and
Mann-Whitney (abnormal data distribution).
The research result shows that soursop leaves infusion treatment for 30
days does not give significant change on hematology system and no relationship is
found between the dosage and toxic effect spectrum.

Key words: Annona muricata L. soursop leaves infusa, hematology system,


sub-chronic toxicity

xxvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan tanaman obat-obatan. Hal

ini didukung oleh kondisi alam yang subur sehingga tanaman mudah tumbuh

dengan baik di berbagai daerah di Indonesia. Penggunaan tanaman sebagai obat

tradisional makin marak dimasyarakat khususnya masyarakat dengan tingkat

ekonomi menengah ke bawah. Selain itu dengan adanya isu back to nature di

dunia barat yang kembali mengakui tradisi pengobatan timur khususnya Asia

yakni pengobatan menggunakan tanaman sebagai obat atau pengobatan

menggunakan bahan alam menyebabkan meluasnya penggunaan tanaman-

tanaman yang berkhasiat obat.

Obat tradisional merupakan obat jadi atau ramuan bahan alam yang

berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik atau campuran bahan-

bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan

berdasarkan pengalaman (Depkes RI, 2003). Salah satu dari tanaman yang

berkhasiat obat adalah tanaman sirsak. Secara khusus, daun sirsak akhir-akhir ini

digunakan sebagai obat tradisional yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit.

Air rebusan daun sirsak/infusa daun sirsak yang dikonsumsi di masyarakat

sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit atau untuk mencegah penyakit dapat

memberikan efek farmakologis misalnya sebagai antikanker, antiplasmodik,

1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 2

antidiare, antidiabetes, dan memiliki efek hepatoprotektif (Arthur, Woode, Terlabi

dan Larbie 2011).

Pengetahuan masyarakat tentang obat tradisional dapat mencegah,

menyembuhkan, memulihkan kesehatan dan meningkatkan kesehatan menjadikan

masyarakat mengkonsumsi obat tradisional tersebut secara terus-menerus. Padahal

tidak menutup kemungkinan bahwa penggunaan terus-menerus dari obat

tradisional tersebut dapat menyebabkan toksisitas.

Telah dilakukan penelitian mengenai kegunaan dan kandungan kimia

daun sirsak oleh Mc. Laughin, Liau, dan Alali, (1999) terutama sebagai

antikanker karena mengandung senyawa acetogenins. Kebiasaan masyarakat

mengkonsumsi air rebusan daun sirsak dalam jangka waktu yang lama tanpa

pengetahuan mengenai dosis yang benar. Belum banyak penelitian yang dilakukan

untuk mengetahui seberapa besar dosis yang aman jika daun sirsak dikonsumsi

dalam jangka waktu yang lama.

Sistem hematologi/darah merupakan salah satu organ penting dalam

tubuh makhluk hidup. Peranan darah dalam tubuh adalah sebagai berikut: sebagai

pengangkut/pengedar sari makanan, pengedar hormon yang dikeluarkan oleh

kelenjar endokrin yang dilakukan oleh plasma darah, sebagai penyedia bahan

pelindung terhadap serangan kuman/mikroorganisme dilakukan oleh sel darah

putih, sebagai pengangkut oksigen ke seluruh tubuh yang dilakukan oleh sel-sel

darah merah, menutupi luka yang dilakukan oleh keping-keping darah dan

menjaga kestabilan suhu tubuh (Pearce, 2009). Sistem hematologi/darah yang

demikian penting peranannya dalam tubuh, apabila terpapar senyawa-senyawa


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 3

yang dikonsumsi dalam dosis besar yang menyebabkan ketoksikan sistem

hematologi/darah maka akan sangat mempengaruhi fungsi dan peranannya

tersebut.

Pengaruh efek toksik dari senyawa-senyawa dapat berupa perubahan

kadar sistem hematologi/darah baik peningkatan maupun penurunan kadar yang

tidak sesuai dengan range normal. Sebagai contoh, salah satu komponen darah

yakni leukosit. Leukosit berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Jika terjadi

peningkatan leukosit (leukositosis) menyebabkan inflamasi/radang akut.

Peningkatan leukosit yang sangat tinggi dapat djumpai pada penderita kanker post

operasi. Jika terjadi penurunan jumlah leukosit (leukopenia) sistem kekebalan

tubuh berkurang untuk melawan kuman penyakit. Leukopenia biasanya

disebabkan oleh infeksi virus, leukemia atau disebabkan oleh konsumsi obat

antimetabolit, antibiotik, kemoterapi, dan antikonvulsan. (Depkes RI, 2011).

Penelitian Arthur et al, (2011) telah melaporkan mengenai uji toksisitas

akut dan subkronis ekstrak air daun sirsak (Annona muricata Linn.) yang

diberikan pada mencit selama 14 hari. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadi

peningkatan limfosit seiring dengan peningkatan dosis namun perubahan tersebut

tidak signifikan baik pada jumlah limfosit maupun jumlah White Blood Cell

(WBC).

Penggunaan air rebusan daun sirsak dalam jangka panjang sebagai anti

kanker pada masyarakat membutuhkan informasi ketoksikan jangka panjang. Oleh

karena itu, perlu adanya uji toksisitas secara subkronik selama 30 hari pada

sistem hematologi/darah tikus yang mencakup nilai hemoglobin, eritrosit,


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 4

hematokrit, RDW (red blood cell distribution width), MCV (mean corpuscular

volum), MCH (mean corpuscular hemoglobin), MCHC (mean corpuscular

hemoglobin concentration), trombosit (PLT), leukosit, limfosit, eosinofil,

monosit, neutrofil, basofil, LED jam I dan LED jam II.

Adapun perubahan sistem hematologi merupakan perubahan/kekacauan

biokimia yang merupakan salah satu wujud efek toksik. Wujud efek toksik berupa

perubahan biokimia ini, dapat menyebabkan peningkatan atau pengurangan

aktivitas pada sistem hematologi. Perubahan/kekacauan biokimiawi biasanya

merupakan salah satu tahap awal menuju perubahan/kekacauan struktural akibat

efek toksik (Donatus, 2001).

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat

luas agar dapat mengetahui efek toksik yang dapat ditimbulkan pada sistem

hematologi/darah akibat konsumsi infusa daun sirsak secara berulang dalam

jangka waktu yang lama dengan mengevaluasi perubahan kadar pada sistem

hematologi/ darah.

1. Perumusan masalah

a. Seberapa besar wujud efek toksik yang dapat ditimbulkan infusa daun sirsak

berupa perubahan/kekacauan biokimia sistem hematologi tikus jantan dan

betina yang dievaluasi dari perubahan kadar sistem hematologi?

b. Apakah terdapat hubungan kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak yang

diberikan secara subkronik dengan perubahan kadar sistem hematologi pada

tikus jantan dan betina?


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 5

2. Keaslian penelitian

Penelitian-penelitian yang telah dipublikasikan tentang penggunaan sirsak

adalah sebagai berikut:

a. Sirsak (Annona muricata L.): Hematologi Darah dan Biokimia Serum pada

Tikus Sprague Dawley (Syahida, Maskat, Suri, Mamot, and Hadijah, 2012).

Penelitian ini dilakukan secara in vivo, yang dilakukan selama 28 hari pada

dosis bertingkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daging buah

Annona muricata L. tidak menimbulkan efek negatif terhadap sistem

hematologi meskipun terdapat adanya peningkatan secara signifikan secara

statistik (p<0,05) pada platelet. Hasil uji biokimia serum menunjukkan bahwa

ekstrak Annona muricata L. tidak menimbulkan gagal hati dan ginjal. Total

antioxidant status (TAS) menunjukkan peningkatan signifikan seiring

peningkatan dosis. Namun, peningkatan ini masih dalam batas normal.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian dilakukan dengan

menggunakan bahan uji ekstrak daging buah sirsak sedangkan penelitian yang

dilakukan menggunakan bahan uji berupa infusa daun sirsak.

b. Uji toksisitas akut dan subkronik ekstrak air Annona muricata Linn. terhadap

hewan (Arthur et al., 2011). Penelitian ini dilakukan hanya dalam waktu 14

hari. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan limfosit seiring

dengan peningkatan dosis namun perubahan tersebut tidak signifikan baik

pada jumlah limfosit maupun jumlah WBC (white blood cell).

Menurut penulis, penelitian selama 14 hari belum dapat menggambarkan

potensi ketoksikan infusa daun sirsak karena konsumsi infusa daun sirsak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 6

dimasyarakat dalam jangka waktu lama lebih dari 14 hari. Dan berdasarkan

penelusuran, sejauh penulis ketahui belum dilakukan penelitian uji toksisitas

subkronis infusa daun sirsak (Annona muricata L.): kajian terhadap sistem

hematologi pada tikus jantan dan betina selama 30 hari.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Memberikan informasi mengenai toksisitas subkronis infusa

daun sirsak terhadap sistem hematologi.

b. Manfaat praktis. Memberikan informasi pada masyarakat luas, mengenai

keamanan infusa daun sirsak yang dikonsumsi dalam jangka waktu lama

tentang wujud efek toksik berupa perubahan/kekacauan biokimia terhadap

sistem hematologi yang dievaluasi dari perubahan kadar sistem hematologi

dan menilai hubungan efek toksik dan dosis.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya efek toksik

infusa daun sirsak yang diberikan secara subkronik.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengungkapkan wujud efek toksik infusa daun sirsak berupa

perubahan/kekacauan biokimia terhadap sistem hematologi yang dievaluasi

dari perubahan kadar sistem hematologi.

b. Untuk mengungkapkan kekerabatan dosis infusa daun sirsak yang diberikan

secara subkronik terhadap perubahan sistem hematologi.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Tanaman Sirsak (Annona muricata L.)

1. Daerah asal dan penyebaran

Tanaman sirsak merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dan

berbuah sepanjang tahun. Tanaman sirsak ini diperkirakan berasal dari Karibia,

Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Tanaman sirsak kemudian menyebar

hampir ke seluruh benua (Muktiani, 2011).

Di Indonesia, tanaman sirsak tumbuh baik pada dataran rendah beriklim

kering maupun daerah beriklim basah pada ketinggian 1000 meter dari permukaan

laut. Tanaman sirsak yang terdapat di Indonesia didatangkan oleh pemerintah

kolonial Belanda pada abad ke-19. Oleh karena itu, sebutan atau nama lain yang

dari tanaman sirsak di Indonesia dikenal dengan nangka belanda atau durian

belanda (Muktiani, 2011).

2. Nama daerah

Nama sirsak di Indonesia berasal dari bahasa Belanda zuurzak yang

berarti kantung asam (Rahima, 2011). Penyebaran tanaman sirsak yang begitu

meluas di Indonesia menjadikan sirsak disebutkan dalam berbagai bahasa daerah.

Di beberapa daerah di Indonesia, sirsak dikenal dengan beberapa nama yang

berbeda yaitu: nangka sebrang/nangka landa (Jawa), jambu landa (Lampung),

deureuyan belanda (Aceh), durian betawi (Minangkabau), srikaya jawa (Bali),

nangka buris (Madura), nangka walanda/sirsak (Sunda), durio ulondro (Nias)

(Rukmana dan Yuniarsih, 2001 ).

7
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 8

3. Jenis tanaman sirsak di Indonesia

Ada 4 jenis sirsak yang dikenal di Indonesia yang memiliki rasa yang

berbeda yakni: sirsak Ratu, sirsak biasa, sirsak Bali, sirsak Mandalika. Jenis sirsak

Ratu dikembangkan di pelabuhan Ratu, Sukabumi (Jawa Barat), sehingga

akhirnya dikenal sebagai sirsak Ratu. Buah sirsak Ratu memiliki rasa yang manis.

Pada jenis sirsak biasa bercita rasa masam manis dan memiliki kemiripan

tampilan seperti sirsak Ratu. Ciri khas (spesifikasi) sirsak Ratu adalah buahnya

berukuran kecil sampai besar, berkulit licin dan berduri, dengan daging buah

bertepung. Perubahan warna kulit buah sirsak Ratu dari stadium mentah ke

stadium matang (masak) berlangsung lambat (Rukmana dan Yuniarsih, 2001 ).

Selanjutnya sirsak Bali dikenal dengan nama sirsak gundul karena berkulit

licin, tidak berduri dan memiliki rasa masam manis. Karakteristik sirsak Bali

buahnya berukuran kecil dengan berat per buah berkisar antara 200-300 gram.

Stadium matang ditandai dengan kulit buah yang berwarna coklat kekuning-

kuningan. Sirsak Bali berasal dari Bali. Laju pertumbuhan sirsak Bali lebih cepat

dibandingkan dengan jenis sirsak lainnya (Rukmana dan Yuniarsih, 2001 ).

Sirsak biasa memiliki tampilan yang mirip dengan sirsak Ratu. Buah

sirsak jenis ini berukuran kecil sampai besar, berkulit licin dan berduri, dengan

daging buah yang tidak bertepung, berkadar air tinggi, dan berasa asam manis.

Proses matangnya buah sirsak biasa berlangsung cepat (Rukmana dan Yuniarsih,

2001 ).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 9

Sirsak Mandalika memiliki karakteristik amat mirip dengan sirsak Ratu

atau sirsak biasa berasa manis namun berbeda dalam hal jarak duri-duri kulit buah

yang jarang dan berbiji banyak (Rukmana dan Yuniarsih, 2001).

4. Sistematika

Sistematika tanaman sirsak (Annona muricata L.) sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tanaman)

Subkingdom : Tracheobionta (tanaman berpembuluh)

Superdivisio : Spermatohyta (menghasilkan biji)

Divisio : Magnoliophyta (tanaman berbunga)

Kelas : Magnoliopsida/Dicotyledonae (berkeping dua)

Subkelas : Magnoliidae

Ordo : Magnoliales

Family : Annonaceae

Genus : Annona

Species : Annona muricata L.

(Plantamor, 2008).

5. Morfologi

Pemerian daun sirsak secara makroskopik pada daun sirsak berupa daun

tunggal, warna kehijauan sampai hijau kecoklatan, helaian daun seperti kulit,

bentuk bundar panjang, lanset atau bundar telur terbalik, panjang helaian daun 6

cm sampai 18 cm, lebar 2 cm sampai 6 cm. Ujung daun meruncing pendek,

pangkal daun runcing, tepi rata; panjang tangkai daun lebih kurang 0,7 cm,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 10

permukaan licin agak mengkilat, tulang daun menyirip, ibu tulang daun menonjol

pada permukaan bawah (Depkes RI, 1995).

Pemerian daun sirsak secara mikroskopik meliputi: penampang

melintang melalui tulang daun tampak sel epidermis atas bentuk empat persegi

panjang dengan dinding bergelombang, kutikula tebal; sel epidermis bawah lebih

kecil dari pada atas, bentuk tidak beraturan dengan dinding bergelombang,

terdapat stomata, rambut penutup bentuk lurus, terdiri dari 2 sel sampai 3 sel,

ujung tumpul (Depkes RI, 1995).

Serbuk daun sirsak berwarna kehijauan. Fragmen pengenalnya adalah

epidermis atas bentuknya tidak beraturan, dinding bergelombang terdapat stomata

tipe anomositik, rambut penutup panjang, dinding tebal, lumen tebal, fragmen

pembuluh kayu dengan penebalan tangga, sel batu bundar, fragmen mesofil

dengan palisade; mesofil dengan sel sekresi bentuk bundar dinding tebal; fragmen

parenkim bernokhtah (Depkes RI, 1995).

Bunga tanaman sirsak termasuk bunga tunggal (flos simplex). Dalam satu

bunga terdapat banyak putik. Bunga berukuran besar, dengan mahkota berjumlah

6 dan sepalum yang terdiri atas 2 lingkaran. Tiga daun mahkota lingkar luar lebih

tebal dan besar sedangkan tiga daun mahkota lingkar dalam berukuran lebih kecil.

Bunga berwarna kuning keputih-putihan (Muktiani, 2011).

Buah tanaman sirsak termasuk buah sejati yaitu buah yang berasal dari

satu buah dengan banyak bakal buah tetapi membentuk satu buah. Buah sirsak

memiliki duri sisik yang halus. Apabila buah sudah tua, daging buah berwarna

putih, lembek, dan berserat dengan banyak biji berwarna coklat kehitaman.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 11

Bentuk buah bagian ujung agak membulat dengan diameter 5 cm, diameter

bagian tengah 7 cm, serta panjang buah 17 cm. Kerapatan duri maksimal 4 cm

(diukur pada bagian buah yang durinya paling jarang). Buah yang sudah

tua/matang berwarna hijau agak kekuningan dan mengkilap (Muktiani, 2011).

Biji berwarna coklat kehitaman, keras, berujung tumpul, permukaan

halus mengkilat dengan ukuran panjang kira-kira 16,8 mm dan lebar 9,6 mm.

Batang tanaman sirsak berkayu keras dengan arah cabang tidak menentu.

Ketinggian batang mencapai 8-10 meter dengan diameter batang 10-30 cm. Akar

tanaman sirsak dapat menembus tanah hingga kedalaman 2 meter, memiliki akar

samping yang banyak dan kuat (Muktiani, 2011).

6. Kandungan kimia

Pada kulit batang mengandung senyawa tanin, fitosterol, Ca-oksalat,

muricine dan alkaloid. Biji sirsak mengandung reticuline, solamin, anomuricin,

anomurine. Buah sirsak yang kaya serat mengandung karbohidrat. Salah satu jenis

karbohidrat yang terkandung dalam buah sirsak adalah gula pereduksi (glukosa

dan fruktosa) dengan kadar 81,9-93,6 persen dari kandungan gula total (Muktiani,

2011).

Pada buah sirsak terdapat pula aroma asam yang berasal dari asam organik

non volatil terutama asam malat, asam sitrat, dan asam isositrat. Pada buah sirsak

segar dapat ditemukan minyak atsiri yang mengandung monoterpen dan

seskuiterpen seperti calarene, -caryophyllene, 1,8-cineole, linalool, R-terpineol,

linalyl propionate (Bicas, Molina, Dionisio, Baros, Wagner, and Marostico,

2011).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 12

Melalui analisis kualitatif fitokimia pada serbuk daun sirsak, Pathak,

Saraswathy, Vora dan Savai (2010), telah melaporkan bahwa daun sirsak

mengandung metabolit sekunder berupa steroid, tannin dan glikosida jantung.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Mc Laughin et al. pada tahun 1999, daun

sirsak mengandung acetogenins yang merupakan kumpulan senyawa aktif seperti

muricatosin A, muricatosin B, annomuricin E, muricapentocin, annopentocin A,

annopentocin B, dan annopentocin C.

7. Khasiat dan kegunaan

Semua bagian tanaman sirsak mempunyai khasiat dan kegunaan, mulai

dari kulit kayu, akar, daun, daging buah, hingga bijinya. Buah sirsak merupakan

sumber vitamin dan mineral dengan rasa yang menyegarkan. Buah sirsak yang

kaya serat dapat bermanfaat untuk melancarkan pencernaan (antisembelit),

meningkatkan nafsu makan, anti-skorbut (kekurangan vitamin C) (Rukmana,

2001).

Di negara Brazil, bunga sirsak digunakan untuk mengobati penyakit

saluran pernapasan (bronchitis). Kombinasi bunga, daun dan akar dapat

menyembuhkan sakit di dada. Kulit batang yang direbus dapat memperbaiki kerja

jantung, mengobati hipertensi sedangkan biji sirsak bermanfaat untuk mengatasi

masuk angin dan dapat digunakan sebagai pestisida nabati (Muktiani, 2011). .

Dalam The Journal of Natural Product (1999), mengungkapkan riset

terhadap daun sirsak yang berguna sebagai antikanker. Dalam uji in vitro oleh Mc.

Laughin, terbukti keampuhan daun sirsak pada beragam sel kanker seperti sel
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 13

kanker paru-paru, sel kanker payudara, sel kanker usus, sel kanker ginjal, sel

kanker prostat dan sel kanker pankreas (Mc Laughin et al., 1999).

Daun sirsak mengandung minyak esensial dengan efek parasitisidal, anti-

diare, rheumatological dan anti-neuralgik. Infusa air matang daun memiliki sifat

anti-plasmodik, membantu mengobati diabetes dan gangguan lambung, penyakit

kuning dan digunakan dalam mengobati aliments ginjal. Daunnya juga memiliki

sifat hepatoprotektif terhadap kerusakan yang diinduksi oleh karbontetraklorida

dan acetaminophen (Arthur et al., 2011).

Acetogenins menghambat proses mitosis sel kanker dengan menghambat

pembentukan adenosin trifospat (ATP) dengan cara menempel pada reseptor

dinding sel dan merusak ATP di dinding mitokondria yang dapat menyebabkan

produksi energi dalam sel kanker terhenti, dengan demikian sel kanker mengalami

kematian (Mc Laughin et al., 1999).

8. Efek samping

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa konsumsi

sirsak ditoleransi dengan baik namun konsumsi dosis tinggi sirsak dapat

menyebabkan gangguan pencernaan, hipotensi, disfungsi saraf yang menyebabkan

gangguan neurologis, dan myeloneuropathy dari saraf optik. Selain itu, dilaporkan

bahwa sirsak menunjukkan aktivitas stimulan rahim dalam studi hewan (tikus)

oleh karena itu tidak boleh digunakan selama kehamilan (Rain tree, 2012).

Efek samping pada gastrointestinal dilaporkan bahwa dengan pemberian

dosis tunggal yang tinggi bisa menyebabkan mual atau muntah. Dalam studi

epidemiologi, terdapat hubungan yang kuat konsumsi secara teratur buah sirsak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 14

atau teh yang terbuat dari berbagai jenis daun sirsak, dapat menimbulkan

peningkatan parkinson atipikal. Berdasarkan penelitian terhadap tikus,

neurotoksin yang terdapat dalam sirsak meliputi alkaloid, acetogenins (termasuk

annonacin), dan senyawa isoquinolone. Dalam studi ini, konsentrasi tinggi

annonacin melintasi penghalang darah-otak dan memasuki parenkim otak,

penurunan adenosin trifosfat (ATP) tingkat otak dan merusak ganglia basal dan

inti batang otak. Konsumsi sirsak dapat mempotensiasi obat depresan

antihipertensi dan jantung (Rain tree, 2012).

B. Sediaan Infusa

1. Pengertian infusa

Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi

simplisia nabati dengan air pada suhu 900 C selama 15 menit. Infusa dapat

diminum panas atau dingin (BPOM RI, 2010).

2. Pembuatan infusa

Pembuatan infusa merupakan cara yang paling sederhana untuk membuat

sediaan herbal dari bahan lunak misalnya daun dan bunga. Pembuatan infusa

dapat dilakukan dengan cara mencampur simplisia derajat halus yang sesuai

dalam panci dengan air secukupnya, kemudian memanaskannya diatas penangas

air selama 15 terhitung mulai suhu mencapai 900C sambil sesekali diaduk-aduk.

Serkai selagi panas melalui kain flannel, menambahkan air panas secukupnya

pada ampas hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki. Infusa simplisia

yang mengandung minyak atsiri diserkai setelah dingin. Infusa simplisia yang

mengandung lendir tidak boleh diperas (BPOM RI, 2010).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 15

C. Sistem Hematologi

Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sel-sel darah dan

faktor-faktor yang memengaruhi fungsinya (WHO, 2003). Darah merupakan

jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yakni sel-sel darah dan plasma darah.

Darah terdapat didalam pembuluh darah. Sel-sel darah ini tersuspensi didalam

plasma darah. Sel-sel darah terdiri dari tiga komponen penting yakni eritrosit (sel

darah merah), leukosit (sel darah putih) dan trombosit (butir pembeku). Plasma

darah tersusun dari air (91%), protein (8 %), mineral (0,9%), bahan organik

(0,1%), hormon, enzim, antigen, gas oksigen dan karbondioksida (Pearce, 2009).

Peranan darah amat penting yakni untuk pengangkutan sari-sari makanan

dan pasokan oksigen, membantu mempertahankan suhu tubuh, mengangkut

hormon-hormon dan melawan infeksi. Sel-sel otak secara khusus membutuhkan

pasokan oksigen yang konstan, jika pasokan oksigen terhenti maka akan

menimbulkan kematian pada sel-sel otak dalam waktu yang singkat. Jenis-jenis

sel darah yang bertanggung jawab untuk transportasi oksigen dan karbondioksida

adalah platelet, limfosit, sel darah putih, dan sel darah merah (Ganong, 2008).

D. Jenis-Jenis Sel Darah

1. Sel darah merah (eritrosit)

Sel darah merah (eritrosit) berupa cakram kecil bikonkaf, tidak berinti,

dan berbentuk cekung pada kedua sisinya. Dalam setiap milimeter kubik darah

terdapat 5 juta sel darah. Apabila eritrosit dilihat satu persatu warnanya kuning
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 16

pucat, tetapi bila dalam jumlah banyak akan kelihatan berwarna merah (Pearce,

2009).

Ukuran eritrosit 7-8 m dan konsentrasi normalnya sekitar 4-5 x 1012

per liter (4-5 x 106 per mm3) darah. Produksi sel darah merah (eritrosit) terdapat

didalam sumsum tulang merah, limpa dan hati. Eritrosit mengandung hemoglobin

yang mengikat dan mengangkut oksigen dari paru-paru ke berbagai jaringan dan

kemudian mengangkut karbondioksida dari jaringan ke paru-paru untuk

dieksresikan (WHO, 2003).

Umur sel darah merah normal adalah 120 hari, hal ini berarti bahwa

setiap hari terjadi pergantian kurang dari 1% populasi sel darah merah (200 milyar

sel atau 2 juta per detik). Umur sel darah merah yang sangat singkat terjadi pada

keaadaan anemia hemolitik, pada keadaan ini sumsum tulang berupaya

memproduksi jumlah sel darah muda ke dalam sirkulasi untuk mencapai keadaan

homeostasisnya (Murray, Granner, and Rodwell, 2006).

Hemoglobin merupakan pigmen merah pembawa oksigen dalam sel

darah merah vertebrata yaitu suatu protein dengan dengan berat molekul 64.450.

Hemoglobin berbentuk molekul bulat dan terdiri atas empat subunit. Tiap-tiap sub

unit mengandung satu gugus heme yang terkonyugasi suatu polipeptida. Heme

adalah suatu derivat porfirin yang mengandung besi. Polipeptida-polipeptida yang

terkonyugasi pada heme secara kolektif disebut sebagai globin dari molekul

hemoglobin (Ganong, 2008).

Pada hemoglobin manusia dewasa normal (hemoglobin A), terdapat dua

jenis polipeptida dinamakan rantai dan masing-masing masing-masing


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 17

mengandung 141 residu asam amino dan rantai yang masing masing

mengandung 146 residu asam amino. Jadi, hemoglobin A diberi kode 22 .

Tidak semua hemoglobin didalam darah orang dewasa normal berupa hemoglobin

A. Ada derivat hemoglobin A dalam jumlah kecil yang terkait erat dengan

hemoglobin A dan merupakan hemoglobin terglikasi. Salah satunya adalah

hemoglobin A1c (HbA1c) yang mempunyai satu glukosa yang menempel pada

valin terminal di setiap rantai . Hemoglobin ini sangat menarik karena jumlahnya

dalam darah meningkat pada diabetes melitus yang tidak terkontrol (Ganong,

2008).

Hemoglobin memiliki afinitas terhadap oksigen dan dengan oksigen

membentuk oksihemoglobin didalam sel darah merah. Dengan cara tersebut, maka

oksigen dapat dibawa dari paru-paru ke seluruh jaringan. Jumlah hemoglobin

dalam dalam darah normal kira-kira 15 gram tiap 100 ml darah (Pearce, 2009).

2. Sel darah putih (leukosit)

Sel darah putih (leukosit) berupa sel bulat berinti dengan sitoplasma yang

granuler. Ukurannya sekitar 9-20 m. Pada pemeriksaan mikroskopik leukosit

dapat dengan mudah dibedakan dengan eritrosit karena leukosit memiliki inti

(WHO, 2003).

Pada keadaan normal, darah manusia mengandung 4.000-11.000 sel

darah putih per mikroliter. Dari jumlah ini, jenis sel terbanyak adalah granulosit

(polimorfonukleus, PMN) (Ganong, 2009).

Sel darah putih (leukosit) dapat dibagi menjadi dua kelompok besar

yakni kelompok fagosit dan imunosit. Granulosit yang mencakup tiga jenis sel
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 18

yakni sel netrofil (polimorfonuklear), eosinofil dan basofil beserta monosit

membentuk kelompok fagosit (Hoffbrand, Pettit, and Moss, 2005).

Sel netrofil memiliki inti padat khas yang terdiri atas dua sampai lima

lobus dan sitoplasma yang pucat, dengan garis batas yang tidak beraturan

mengandung banyak granula merah muda-biru (azurofilik) atau warna kelabu-

biru. Prekursor netrofil secara normal tidak tampak dalam darah tepi normal tetapi

tedapat dalam sumsum tulang. Prekursor paling awal dapat dikenali adalah

mieloblas (Hoffbrand et al, 2005).

Waktu paruh rata-rata sel netrofil dalam sirkulasi adalah 6 jam. Untuk

dapat mempertahankan kadar normal dalam peredaran darah diperlukan

pembentukkan lebih dari 100 miliar neurofil per hari (Ganong, 2008). Neutrofil

dalam pewarnaan berwarna ungu/netral karena dapat menyerap pewarna asam

maupun basa, sehingga tampaknya berwarna ungu (Pearce, 2009).

Monosit biasanya berukuran lebih besar dari leukosit darah tepi lainnya

dan mempunyai inti sentral atau berlekuk dengan kromatin yang menggumpal.

Sitoplasmanya yang banyak berwarna biru dan mengandung banyak vakuol halus.

Prekursor monosit dalam sumsum tulang (monoblas dan promonosit) (Hoffbrand

et al, 2005).

Eosinofil mirip dengan netrofil, kecuali granula sitoplasmanya lebih

kasar, lebih berwarna merah tua, dan jarang dijumpai lebih dari tiga lobus inti. Sel

eosinofil memasuki eksudat inflamatorik dan berperan khusus dalam respons

alergi, pertahanan terhadap parasit dan pembuangan fibrin yang terbentuk selama

inflamasi (Hoffbrand et al, 2005).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 19

Eosinofil memiliki waktu paruh dalam sirkulasi yang singkat, dan ditarik

ke permukaan endotel oleh selektin berikatan dengan integrin yang melekatkan

sel ini ke dinding pembuluh serta masuk ke jaringan melalui diapedesis. Eosinofil

akan mengeluarkan berbagai protein, sitokin dan kemokin yang menimbulkan

peradangan dan mampu membunuh organisme yang masuk kedalam tubuh

(Ganong, 2008).

Basofil jarang ditemukan dalam darah tepi normal. Sel ini mempunyai

granula sitoplasma yang gelap menutupi inti serta mengandung heparin dan

histamin (Hoffbrand et al, 2005). Basofil menyerap pewarna basa dan pada

pengamatan berwarna biru. Peranan basofil memasuki jaringan dan membebaskan

beberapa protein dan sitokin. Jumlahnya lebih sedikit dibanding sel leukosit

lainnya (Pearce, 2009).

Sel darah putih (leukosit) berperan penting dalam sistem pertahanan

tubuh (sistem imun). Granulosit dan monosit mempunyai peranan dalam

perlindungan tubuh terhadap mikroorganisme dengan cara memakan bakteri-

bakteri yang masuk ke peredaran darah, kemampuan memakan organisme asing

oleh granulosit dan monosit ini dinamakan fagositosis. Dengan kekuatan gerakan

amuboid pada granulosit dan monosit dapat bergerak bebas masuk keluar

pembuluh darah untuk mengepung daerah yang terkena infeksi atau cedera,

menangkap organisme hidup dan menghancurkannya, menyingkirkan kotoran-

kotoran. Secara khusus, pada granulosit memiliki enzim yang dapat memecah

protein yang memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan dan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 20

membuangnya. Dengan cara demikian, jaringan yang sakit atau terluka dapat

diperbaiki (Pearce, 2009).

Limfosit dihasilkan dari jaringan sistem retikuloendotelial dan kelenjar

limfe. Bentuknya ada yang besar dan kecil, jumlahnya sekitar 20-25 % (Ganong,

2009). Limfosit merupakan sel yang kompeten secara imunologik dan membantu

fagosit dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi dan invasi asing lain. Limfosit

terdiri dari dua jenis yakni sel B dan T. Pada manusia, sel B berasal dari sel

induk sumsum tulang dan pada sel T awalnya berasal dari sel induk sumsum

tulang tetapi bermigrasi ke timus tempat berdiferensiasi menjadi sel T matur

(Hoffbrand et al, 2005).

3. Trombosit

Trombosit dihasilkan dalam sumsum tulang melalui fragmentasi

sitoplasma megakariosit. Pengatur utama produksi trombosit adalah trombopoietin

yang dihasilkan oleh ginjal dan hati. Lama hidup trombosit yang normal sekitar 7-

10 hari ( Hoffbrand et al, 2005).

Trombosit adalah fragmen megakariosit yang ditemukan pada darah tepi

dan berperan dalam proses pembekuan darah. Ukuran trombosit sekitar 2-5 m.

Pada orang dewasa jumlah normal trombosit adalah 150-300 x 109 trombosit per

liter darah (WHO, 2003). Trombosit merupakan elemen terkecil dalam pembuluh

darah, teraktivasi setelah kontak dengan permukaan dinding endotelia (Depkes RI,

2011).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 21

E. Cairan Plasma Darah

Plasma darah adalah cairan berwarna kuning yang dalam reaksi bersifat

sedikit alkali. Komposisi plasma dan bahan-bahan yang terkandung didalam

plasma adalah sebagai berikut: air, protein (albumin, fibrinogen, protrombin,

globulin), mineral (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam dari kalsium,

fosfor, magnesium dan besi), bahan organik (asam urat, kreatinin, lemak, glukosa,

urea, kolestrol, asam amino), gas (oksigen, karbondioksida), hormon, enzim,

antigen (Pearce, 2009).

Hampir 90% plasma terdiri atas air. Volume plasma normal adalah

sekitar 5% dari berat badan. Plasma menggumpal bila didiamkan dan tetap

berwujud cair jika ditambahkan antikoagulan. Bila darah lengkap dibiarkan

menggumpal dan gumpalanya diambil, maka sisa cairannya disebut serum. Pada

dasarnya plasma dan serum memiliki komposisi yang sama namun ada beberapa

kandungan protein yang tidak ada pada serum. Perbedaan plasma dan serum

yakni, pada serum tidak terdapat fibrinogen dan pada plasma masih ada fibrinogen

(Ganong, 2008).

Fungsi plasma darah adalah sebagai medium/pengantara untuk

penyaluran makanan, mineral, lemak, glukosa, dan asam amino ke jaringan dan

medium untuk mengangkut bahan buangan misalnya urea, asam urat (Pearce,

2009).

Salah satu protein plasma adalah albumin. Albumin dalam keadaan

normal terdapat 3-5 gram albumin dalam tiap 100 ml darah. Albumin berperan

pada tekanan osmostik yang mempertahankan volume darah, menyediakan protein


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 22

untuk jaringan. Protein plasma yang lain lagi adalah globulin, fibrinogen dan

protrombin. Globulin merupakan antibodi yang melindungi tubuh. Fibrinogen

berperan dalam koagulasi/pembekuan darah. Protrombin, sebagai prekursor

terbentuknya trombin dalam mekanisme pembekuan darah (Pearce, 2009).

F. Pemeriksaan Terhadap Sistem Hematologi (Hitung Darah Lengkap)

Hasil pemeriksaan laboratorium merupakan informasi yang berharga

untuk membedakan diagnosis, mengkonfirmasi diagnosis, menilai status klinik

pasien, mengevaluasi efektivitas terapi dan munculnya reaksi obat yang tidak

diinginkan (Depkes RI, 2011).

Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium oleh apoteker bertujuan

untuk:

a. Menilai kesesuaian terapi (contoh: indikasi obat, ketepatan pemilihan obat,

kontraindikasi obat, penyesuaian dosis obat, risiko interaksi obat),

b. Menilai efektivitas terapi (contoh: efektivitas pemberian kalium diketahui

melalui kadar kalium dalam darah, efektifitas allopurinol di ketahui dari

menurunnya kadar asam urat),

c. Mendeteksi dan mencegah reaksi obat yang tidak dikehendaki (contoh:

penurunan dosis siprofloksasin hingga 50% pada kondisi klirens kreatinin

<30mL/menit),

d. Menilai kepatuhan penggunaan obat (contoh: kepatuhan pasien dalam

menggunakan obat antidiabetik oral diketahui dari nilai HbA1c, kepatuhan

penggunaan statin diketahui dari kadar kolesterol darah), dan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 23

e. Mencegah interpretasi yang salah terhadap hasil pemeriksaan (Depkes RI,

2011).

Hasil pemeriksaan laboratorium dapat dinyatakan sebagai angka

kuantitatif, kualitatif atau semikuantitatif. Hasil kuantitatif berupa angka pasti atau

rentang nilai. Hasil kualitatif dinyatakan sebagai nilai positif atau negatif tanpa

menyebutkan derajat positif atau negatifnya. Hasil semikuantitatif adalah hasil

kualitatif yang menyebutkan derajat positif atau negatif tanpa menyebutkan angka

pasti (contoh: 1+, 2+, 3+) (Depkes RI, 2011).

Tes labotratorium yang paling umum dilakukan adalah hitung darah

lengkap (HDL). Tes ini dilakukan untuk memeriksa jenis sel dalam darah

termasuk sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit (The Aids InfoNet,

2012).

1. Tes sel darah merah

Sel darah merah yang disebut juga sebagai eritrosit berfungsi untuk

mengangkut oksigen dari paru ke seluruh jaringan tubuh. Fungsi ini dapat dapat

diukur melalui beberapa macam tes yaitu:

a. Hitung sel darah merah

b. Tes hemoglobin

c. Tes hematokrit

Pada hitung sel darah merah (Red Blood Cell count/RBC) berguna untuk

menghitung jumlah total sel darah merah. Tes hemoglobin untuk mengetahui

jumlah protein hemoglobin dalam sel darah merah yang bertugas mengangkut

oksigen dari paru ke seluruh jaringan tubuh. Tes hematokrit (Hct) untuk
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 24

mengukur presentase sel darah merah dalam seluruh volume darah. Eritrosit,

hemoglobin dan hematokrit yang sangat rendah menunjukkan adanya anemia (The

Aids InfoNet, 2012).

Hitung sel darah merah dapat dilakukan dengan menghitung/mengukur

MCV, RDW, MCH, dan MCHC. Red Blood Cell Distribution Width (RDW)

mengukur kisaran ukuran sel darah merah. Hasil tes ini dapat membantu

mendiagnosis jenis anemia dan kekurangan beberapa vitamin (The Aids InfoNet,

2012)

Mean Corpuscular Volume (MCV) adalah indeks untuk menentukan

ukuran sel darah merah. Rentang normal MCV antara 80-100 fl bermanfaat untuk

menggolongkan anemia kedalam anemia mikrositik (MCV <80 fl), normositik

(MCV=80-100 fl), atau makrositik (MCV>100 fl) (Waterbury, 1998).

Implikasi klinik MCV dapat berupa penurunan maupun peningkatan

MCV yang signifikan dari range normal. Penurunan nilai MCV terlihat pada

pasien anemia kekurangan besi, anemia pernisiosa dan talasemia, disebut juga

anemia mikrositik. Peningkatan nilai MCV terlihat pada penyakit hati,

alcoholism, terapi antimetabolik, kekurangan folat/vitamin B12, dan terapi

valproat, disebut juga anemia makrositik. Pada anemia sel sabit, nilai MCV

diragukan karena bentuk eritrosit yang abnormal. Perhitungan/ rumus MCV

adalah sebagai berikut: MCV (femtoliter) = 10 x Hct (%) : Eritrosit (106 sel/L) (

Depkes RI, 2011).

Indeks Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) adalah nilai yang

mengindikasikan berat Hb rata-rata (normokromik, hipokromik, hiperkromik) sel


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 25

darah merah. MCH dapat digunakan untuk mendiagnosa anemia ( Depkes RI,

2011).

Implikasi Klinik MCH dapat berupa peningkatan atau penurunan MCH

yang ekstrim dari batas nilai normal. Peningkatan MCH mengindikasikan anemia

makrositik sedangkan penurunan MCH mengindikasikan anemia mikrositik.

Perhitungan : MCH (picogram/sel) = hemoglobin/sel darah merah (Depkes RI,

2011).

Indeks Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)

merupakan indeks untuk mengukur konsentrasi Hb rata-rata dalam sel darah

merah. Perhitungan MCHC tergantung pada Hb dan Hct. Rumus perhitungan

MCHC adalah: MCHC = hemoglobin/hematokrit dan nilai normal MCHC adalah:

32 36 g/dL (Depkes RI, 2011).

Implikasi Klinik dari MCHC adalah adanya penurunan MCHC pada

pasien kekurangan besi, anemia mikrositik, anemia karena piridoksin, talasemia

dan anemia hipokromik dan peningkatan MCHC pada sferositosis, bukan anemia

pernisiosa (Depkes RI, 2011).

2. Tes sel darah putih

Sel darah putih (disebut juga leukosit) membantu melawan infeksi dalam

tubuh. Hitung Sel Darah Putih (White Blood Cell Count/WBC) adalah jumlah

total leukosit. Leukosit tinggi (hitung sel darah putih yang tinggi) umumnya

berarti tubuh sedang melawan infeksi. Leukosit rendah artinya ada masalah

dengan sumsum tulang biasanya berupa penurunan proliferasi sumsum tulang,

produksi sumsum tulang yang tidak efektif. Leukosit rendah disebut leukopenia
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 26

atau sitopenia, berarti tubuh kurang mampu melawan infeksi. Hitung Jenis

(differential) menghitung lima jenis sel darah putih: limfosit, monosit, neutrofil,

eosinofil, basofil (Waterbury, 1998).

Persentase masing-masing hitung jenis leukosit (limfosit, monosit,

neutrofil, eosinofil, basofil) dikalikan leukosit untuk mendapatkan jumlah absolut.

Perhitungannya adalah jumlah absolut = total sel darah putih x persen diferensial

masing-masing tipe sel. Misalnya, dengan limfosit 30% dan leukosit 10.000,

limfosit mutlak adalah 30% dari 10.000 = 3000 (Waterbury, 1998).

3. Pemeriksaan trombosit

Pemeriksaan/uji fungsi trombosit berguna untuk mengukur aktivitas

agregasi/pembekuan trombosit (Hoffbrand, 2005). Peningkatan trombosit

(trombositosis) berhubungan dengan kanker, polisitemia vera, sirosis, dan

rheumatoid artritis. Penurunan trombosit (trombositopenia) berhubungan dengan

anemia hemolotik, anemia aplastik, anemia pernisiosa, leukemia dan multiple

myeloma. Obat-obatan seperti heparin, kinin, asam valproat, antineoplastik,

penisilin dapt menyebabkan trombositopenia (Depkes RI, 2011).

G. Toksisitas

Toksisitas merupakan kualitas/kemampuan suatu senyawa dalam

menimbulkan racun/kerusakan pada organ-organ makhluk hidup. Untuk

mengetahui kemampuan dan karakteristik suatu senyawa toksik selama

pemejanan maupun setelah pemejanan, perlu dilakukan uji toksisitas. Uji


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 27

toksisitas memberikan informasi tentang bahaya kesehatan akibat paparan

senyawa/bahan tertentu pada tubuh (Dandan, 2012).

Manusia biasanya terpejan banyak jenis bahan alami maupun bahan

sintesis. Pada keadaan tertentu, pajanan ini berefek buruk bagi kesehatan, yang

mungkin menyebabkan kematian atau hanya menimbulkan perubahan biologik

saja. Keracunan terjadi ketika ada pemejanan senyawa toksik pada tubuh

mahkluk hidup. Setelah pemejanan senyawa toksik akan mengalami proses

absorbsi, distribusi, metabolisme dan eliminasi. Pemejanan senyawa toksik ini

akan terabsorbsi dari tempat pemejanan, kemudian racun/metabolitnya akan

mengalami distribusi ke tempat sel sasaran/reseptor tertentu. Di tempat aksi inilah

kemudian terjadi interaksi antara senyawa toksik/metabolitnya dengan komponen

penyusun sel sasaran atau dengan resptor. Semua efek toksik ini terjadi karena

interaksi biokimiawi antara senyawa toksik/metabolit toksik dengan struktur

reseptor tertentu dalam tubuh (Lu, 1995).

Ketoksikan suatu senyawa ditentukan oleh keberadaan (kadar dan lama

tinggal) senyawa toksik atau metabolitnya ditempat aksi dan keefektifan

interaksinya (mekanisme aksi). Hal ini tergantung pada kondisi pemejanan dan

kondisi makhluk hidup (Donatus, 2001).

1. Definisi toksikologi

Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang hakikat dan

mekanisme efek toksik berbagai bahan kimia terhadap mahkluk hidup dan sistem

biologik lainnya. Ilmu ini juga membahas penilaian kuantitatif tentang berat dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 28

kekerapan efek yang ditimbulkan oleh xenobiotika sehubungan dengan

pemejanannya. (Lu, 1995).

2. Asas umum toksikologi

Asas umum toksikologi meliputi kondisi pemejanan dan kondisi

makhluk hidup. Kondisi pemejanan merupakan semua faktor yang menentukan

keberadaan racun ditempat aksi tertentu dalam tubuh, yang berkaitan dengan

pemejanannya pada diri makhluk hidup. Kondisi pemejanan meliputi jenis, jalur,

lama kekerapan dan saat takaran pemejanan racun. Ada dua jenis pemejanan

yakni pemejanan akut dan pemejanan kronis. Jenis pemejanan ini berkaitan erat

dengan lama dan kekerapan pemejanan yang merupakan batas kurun waktu

pemejanan terhadap makhluk hidup. Lama dan kekerapan pemejanan dapat

mempengaruhi wujud dan ketoksikan racun (Donatus, 2001).

Kondisi mahkluk hidup adalah keadaan fisologi serta patologi makhluk

hidup yang dapat mempengaruhi ketersediaan racun di sel sasaran dan keefektifan

antaraksi antara keduanya (keadaan fisiologi dan patologi makhluk hidup).

Keadaan fisilogi mencakup berat badan, umur, jenis kelamin, kehamilan, suhu

tubuh, kecepatan pengosongan lambung, kecepatan alir darah, status gizi,

genetika, irama siskardian dan diurnal, sedangkan keadaan patologi meliputi

keadaan penyakit yang dialami makhluk hidup (Donatus, 2001).

3. Mekanisme, wujud, dan sifat efek toksik racun

Mekanisme aksi toksik racun dapat digolongkan menjadi tiga bagian

yakni berdasarkan sifat dan tempat kejadian (fenomena patologi), berdasarkan

sifat antaraksi racun (toksidinamik) dan tempat aksinya dan berdasarkan resiko
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 29

penumpukan racun dalam gudang penyimpanan tubuh. Respons efek toksik

merupakan sesuatu proses dimana sel, jaringan, dan organ menanggapi adanya

luka dan kerusakan dalam diri komponen-komponen tubuhnya (Donatus, 2001)..

Wujud efek toksik adalah hasil akhir dari respons toksik. Pada dasarnya

wujud efek toksik sesuatu racun dapat berupa perubahan atau kekacauan biokimia,

fungsional dan struktural. Ketiga wujud efek toksik ini memiliki sifat yang khas

yakni terbalikkan dan tak terbalikkan. Respon biokimiawi dan fungsional bersifat

timbal balik atau terbalikkan sedangkan respon struktural terbalikan atau tak

terbalikan (Donatus, 2001).

4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi ketoksikan racun

Pada dasarnya, aneka ragam faktor yang dapat mempengaruhi ketoksikan

racun dapat digolongkan menjadi dua, yakni faktor yang bersal dari racun (faktor

intrinsik racun) dan faktor yang berasal dari makhluk hidupnya (faktor intrinsik

makhluk hidup).

Racun merupakan zat kimia. Karena itu ketoksikan racun tak lepas dari

sifat fisika dan sifat kimia bawaan racun tersebut. Faktor intrinsik racun meliputi

faktor kimia, kondisi pemejanan, pengolahan, pengawetan, pengentalan, dan

pengepakkan. Bergantung pada sifat dan berbagai proses yang dapat

mempengaruhi sifat racun maka berbagai faktor tersebut dapat mempengaruhi

keefektifan translokasi atau antaraksi racun dengan tempat aksinya.

Faktor intrinsik makhluk hidup merupakan kondisi fisiologi (berat badan,

umur, suhu tubuh, kecepatan pengosongan lambung, kapasitas fungsional

cadangan, penyimpanan racun, kecepatan alir darah, status gizi, jenis kelamin,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 30

kehamilan, genetika, irama siskardian, irama diurnal) dan kondisi patologi pada

makhluk hidup (penyakit) (Donatus, 2001).

5. Uji ketoksikan

Uji ketoksikan dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu uji ketoksikan

khas dan uji ketoksikan tak khas. Uji ketoksikan tak khas merupakan uji

ketoksikan yang dirancang untuk mengevaluasi keseluruhan atau spektrum efek

toksik suatu senyawa pada aneka ragam jenis hewan uji. Uji ketoksikan tak khas

meliputi uji ketoksikan akut, subkronis, dan kronis. Uji ketoksikan khas sendiri

merupakan uji yang dirancang untuk mengevaluasi secara rinci efek yang khas

suatu senyawa pada aneka jenis ragam hewan uji. Yang termasuk pada golongan

ini adalah uji potensiasi, uji kekarsinogetikan, kemutagenikan, keteratogenikkan,

reproduksi, kulit dan mata, dan perilaku (Donatus, 2001).

H. Toksisitas Subkronis

Uji ketoksikan subkronis (biasanya disebut juga uji ketoksikan subakut).

Uji ketoksikan ini merupakan uji ketoksikan sesuatu senyawa yang diberikan

dengan dosis berulang pada hewan uji tertentu, selama kurang lebih tiga bulan

(Donatus 2001). Meskipun demikian beberapa peneliti menggunakan jangka

waktu yang lebih pendek, misalnya pemberian zat selama 14 hari dan 28 hari (Lu,

1995).

Uji ketoksikan subkronis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan

mengungkapkan spektrum efek toksik senyawa yang diuji dan untuk


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 31

memperlihatkan apakah spektrum efek toksik senyawa uji tersebut berkaitan

denagn takaran dosis (Donatus, 2001).

Takaran dosis yang diberikan pada hewan uji terdiri dari beberapa

peringkat dosis. Setiap kelompok perlakuan harus menerima dosis toksik yang

dapat membunuh beberapa hewan uji atau yang memperlihatkan gejala- gejala

toksik yang nyata. Sedangkan kelompok lainnya harus menerima takaran dosis

yang sama sekali tidak menimbulkan efek atau gejala toksik. Takaran dosis

senyawa ini, diberikan sekali sehari selama kurun waktu uji ketoksikan subkronis

berlangsung, melalui jalur pemberian sesuai dengan yang biasanya digunakan

oleh manusia (Donatus, 2001).

Pengamatan dan pemeriksaan yang dilakukan dalam uji ketoksikan

subkronis meliputi:

1. Perubahan berat badan yang diperiksa paling tidak 7 hari sekali

2. Asupan makan untuk masing-masing hewan atau kelompok hewan diukur

paling tidak 7 hari sekali

3. Gejala-gejala klinis umum yang diamati setiap hari

4. Pemeriksaan hematologi paling tidak diperiksa dua kali, pada awal dan pada

akhir uji coba

5. Pemeriksaaan kimia darah, diperiksa pada awal dan pada akhir uji coba

6. Analisis urin paling tidak sekali

7. Pemeriksaan histopatologi pada akhir uji coba (Donatus, 2001).

Hasil uji ketoksikan subkronis akan memberikan informasi yang

bermanfaat tentang efek toksik utama senyawa uji dan organ-organ sasaran yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 32

dipengaruhinya. Selain itu, dapat juga memberikan informasi tentang

perkembangan efek toksik yang lambat berkaitan dengan takaran dosis yang tidak

teramati pada uji ketoksikan akut, kekerabatan antar kadar senyawa dalam darah

dan jaringan terhadap perkembangan luka toksik dan keterbalikan (reversibilitas)

efek toksik. Selanjutnya hasil yang diperoleh dari uji ketoksikan subkronis dapat

digunakan untuk merancang uji ketoksikan kronis (Donatus, 2001).

I. Darah Sebagai Target Efek Toksik

Ada banyak zat yang dapat mengganggu fungsi eritrosit misalnya

karbonmonooksida (CO), timbal (Pb), nitrit, nitrat, amin aromatis,dan senyawa

klorat dapat mengoksidasi besi yang ada pada hemoglobin, yang kemuadian

membentuk methemoglobin. Arsen, metilen blue, naftalen, fenilhidrazin dan

primaquin dapat mengikat membran eritrosit dan dapat mendenaturasi

hemoglobin (Priyanto, 2009).

Platelet berperan dalam pembekuan darah, hal ini terjadi bila kehilangan

darah akibat cedera. Beberapa zat dapat mengganggu proses pembekuan darah

misalnya obat-obatan anti kanker yang mendepresi sum-sum tulang belakang

sehingga menghambat produksi platelet, warfarin mencegah pembentukkan fibrin

dan asam salisilat mengurangi agregasi trombosit (Priyanto,2009).

Sel darah putih (leukosit) berperan dalam fagositosis terhadap sel-sel

mikroorganisme patogen. Fungsi lain dari leukosit yakni melakukan respon imun,

inflamasi nyeri dan panas. Benzene dan kloramfenikol dapat menyebabkan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 33

proliferasi leukosit berlebihan akibatnya fungsi leukosit menjadi terganggu

(Priyanto, 2009).

J. Keterangan Empiris

Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif yang bertujuan untuk

mengetahui pengaruh pemberian infusa daun sirsak secara subkronis pada sistem

hematologi tikus jantan dan betina.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian uji toksisitas Subkronik daun sirsak (Annona muricata L.):

kajian terhadap sistem hematologi pada tikus jantan dan betina termasuk

penelitian eksperimental murni dengan menggunakan rancangan penelitian acak,

lengkap, pola searah.

B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas

Dosis infusa daun sirsak. Dosis infusa daun sirsak adalah sejumlah mg serbuk

daun sirsak dalam bentuk sediaan infusa, tiap satuan kilogram berat badan subyek

uji.

b. Variabel tergantung

Sistem hematologi subyek uji (kadar hemoglobin, eritrosit, hematokrit,

leukosit, MCV, MCH, MCHC, RDW, trombosit, hitung jenis limfosit, hitung

jenis monosit, hitung jenis neutrofil, hitung jenis eosinofil, hitung jenis basofil,

LED jam I dan LED jam II). Efek yang ditimbulkan pada perubahan range kadar

sistem hematologi setelah pemberian infusa daun sirsak menjadi parameter

penilaian secara kuantitatif.

34
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 35

c. Variabel pengacau terkendali

1) Hewan uji

Hewan uji terdiri dari tikus putih jantan dan betina galur Sprague Dawley,

berat badan 170-280 gram, berumur 2-3 bulan, keadaan fisik berstatus sehat,

diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2) Bahan uji

Daun sirsak yang dipilih adalah daun antara pucuk dan pangkal daun,

memiliki warna yang hijau dan segar. Daun sirsak yang diperoleh dari Jalan

Kaliurang, Km 10, Sleman-Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan

Mei-Juni, 2012.

d. Variabel pengacau tak terkendali

Keadaan fisiologi dan patologi hewan uji: walaupun keadaan fisik subjek uji

dalam keadaan sehat, hal ini belum menjamin bahwa sistem hematologi juga

berstatus sehat/normal.

2. Definisi Operasional

a. Infusa daun sirsak

Infusa daun sirsak diperoleh dengan cara merebus serbuk kering daun sirsak

sebanyak 6,0 gram dalam pelarut aquadest 100,0 ml pada suhu 900C selama 15

menit, kemudian disaring menggunakan kain flannel.

b. Uji ketoksikan subkronis

Uji ketoksikan Subkronis merupakan uji ketoksikan infusa daun sirsak yang

diberikan sekali sehari selama 30 hari secara per oral.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 36

c. Sistem hematologi

Sistem hematologi mencakup komponen-komponen darah rutin lengkap

meliputi kadar hemoglobin, kadar eritrosit, kadar hematokrit, leukosit, MCV,

MCH, MCHC, RDW, trombosit (PLT), hitung jenis ( limfosit, monosit, neurofil,

eosinofil, basofil), LED jam I, dan LED jam II.

C. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat penelitian

a. Alat-alat gelas (pyrex) yang terdiri dari beaker glass, batang pengaduk, gelas

ukur, corong digunakan dalam penyiapan dan pembuatan infusa daun sirsak

b. Blender digunakan untuk menghancurkan daun sirsak menjadi serbuk

c. Panci infusa digunakan untuk membuat sediaan infusa daun sirsak

d. Timbangan (analytical balance) untuk penimbangan berat badan tikus dan

pakan tikus

e. Kandang tikus (metabolic cage) sebagai tempat karantina tikus selama proses

penelitian

f. Jarum suntik per oral yang digunakan sebagai media pemberian infusa daun

sirsak secara per oral

g. Kamera untuk mendokumentasikan hal-hal penting terkait penelitian

h. Pipa kapiler untuk pengambilan darah tikus jantan dan betina melalui sinus

orbitalis

i. Tabung darah (Aquisel) yang sudah diberi EDTA digunakan untuk

menampung darah tikus


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 37

j. Automathic Hematology Analyzers merk Sysmex XT-2000i digunakan untuk

pemeriksaan komponen-komponen sistem hematologi

2. Bahan Penelitian

a. Subyek uji

Subyek uji yang digunakan adalah tikus putih jantan dan betina galur Sprague

Dawley, berat badan 170-280 gram, berumur 2-3 bulan, keadaan fisik berstatus

sehat, diperoleh dari Laboratorium Hayati Imono, Fakultas Farmasi, Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta.

b. Bahan uji

Daun sirsak yang dipilih adalah daun antara pucuk dan pangkal daun,

memiliki warna yang hijau dan segar, mulus tidak berbintik . Daun sirsak ini

diperoleh dari Jalan Kaliurang, Km 10 Sleman-Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta pada bulan Mei-Juni, 2012.

c. Kontrol negatif

Kontrol negatif berupa aquadest yang diperoleh dari Laboratorium

Farmakologi-Toksikolgi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

d. Air reverse osmosis

Air reverse osmosis merupakan minuman subyek uji yang diberikan tiap hari

sejumlah 120 ml, di peroleh dari Laboratorium Hayati Imono, Fakultas Farmasi,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 38

e. Pelet AD-2

Pelet AD-2 merupakan pakan subyek uji yang diberikan tiap hari sejumlah 20

gram, di peroleh dari Laboratorium Hayati Imono, Fakultas Farmasi, Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta.

f. Pereaksi Toluene P

Pereaksi toluene P sebagai pelarut pada penetapan kadar air serbuk daun

sirsak kering dengan metode destilasi.

D. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi daun sirsak

Determinasi daun sirsak dilakukan dengan cara mencocokkan ciri-ciri

tanaman sirsak terutama terkait ciri-ciri daun sirsak dengan buku acuan Flora

untuk Sekolah Indonesia karangan Steenis (1975).

Determinasi daun sirsak dikaji dan disahkan oleh Bapak Yohanes

Dwiatmaka, M.Si, sebagai Dosen Farmakognosi dan Fitokimia, Fakultas Farmasi,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Pengumpulan bahan uji daun sirsak

Bahan uji yang digunakan adalah daun sirsak dengan ciri daun yang

segar, mulus, tidak berbintik, tidak mengkerut akibat gigitan ulat. Daun yang

dipilih adalah daun berkualitas, daun antara pucuk dan pangkal daun, yang tidak

terlalu muda dan daun yang berwarna hijau tua. Daun sirsak diperoleh hanya dari

satu wilayah yakni wilayah Kaliurang, daerah Sleman, Yogyakarta pada bulan

Mei-Juni, 2012.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 39

3. Pembuatan simplisia serbuk daun sirsak

Daun sirsak yang telah dipetik dari kebun, dibersihkan terlebih dahulu dari

debu yang menempel pada daun dengan cara diusap dengan tissue kering atau

kain lap. Selanjutnya daun sirsak di cuci dengan air mengalir kemudian

dikeringkan lagi dengan tissue kering atau kain lap.

Setelah proses pencucian dan pengeringan maka daun sirsak di iris-iris halus dan

kemudian di oven dengan suhu 500 C selama 3 hari atau 72 jam. Daun sirsak yang

telah dioven, dihaluskan menjadi simplisia serbuk dengan cara diblender, lalu

diayak dengan ayakan no.40.

Simplisia serbuk daun sirsak ditempatkan dalam stoples kering yang

kemudian ditutup rapat untuk meminimalkan kontaminasi dengan lingkungan.

4. Penetapan kadar air daun sirsak

Penetapan kadar air serbuk daun sirsak dengan metode destilasi toluene P.

Sebanyak 50 mg serbuk daun sirsak dimasukkan ke dalam labu destilasi kemudian

ditambahkan 200 ml pelarut toluene selanjutnya labu destilasi dipasang pada

rangkaian alat destilasi. Panaskan labu dengan hati-hati selama 15 menit, tunggu

sampai toluene mendidih sehingga terjadi penyulingan dengan kecepatan 2 tetes

tiap detik.

Setelah semua air tersuling, naikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes

tiap detik. Destilasi dihentikan setelah 30 menit air tidak lagi bertambah dalam

tabung penampung. Kadar air daun sirsak dihitung dalam %.

5. Penetapan dosis infusa daun sirsak

Penentuan peringkat dosis berdasarkan pengobatan di masyarakat sehari-

hari, yaitu menggunakan kurang lebih 10 lembar daun sirsak, setara dengan 2
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 40

gram. Maka dosis yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 g/70 kgBB

manusia. Diperoleh Konversi manusia (70 kg ke tikus 200 g) = 0,018 (Laurence

and Bacharach, 1964).

Dosis untuk berat badan tikus 200 g = 0,018 x 2 g = 0,036 g/200gBB tikus

Dosis untuk berat badan tikus 1 gram = 1000/200 0,036 = 0, 18 mg/gBB

= 180 mg/kgBB

Penetapan dosis infusa daun sirsak berdasarkan hasil orientasi diperoleh

konsentrasi infusa daun sirsak (C): 6,0 gram/100 ml. Untuk memperoleh dosis

tertinggi infusa daun sirsak, maka dihitung menggunakan konsentrasi 6,0

gram/100ml dengan rumus:

D X BB = C X V

D x 300 gram = 6 g/100 ml x 2,5 ml

D = 0, 0005 g/gBB

D = 0, 5 mg/gBB

D = 500 mg/kg BB

Dari dosis peringkat tinggi dan peringkat rendah dicari faktor pengali yang

berguna untuk peringkat dosis.

Faktor pengali =

= = 1, 67

Peringkat dosis yang didapatkan terdiri dari empat peringkat dosis yaitu:

Dosis I= 108 mg/kgBB, dosis II= 180 mg/kgBB, dosis III= 301 mg/kgBB, dosis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 41

IV= 503 mg/kgBB. Kontrol negatif digunakan aquadest dengan volume

pemberian 8333 mg/kgBB karena konsentrasi aquadest 1 g/ml.

6. Pembuatan infusa daun sirsak

Serbuk ditimbang sebanyak 6,0 gram kemudian dilarutkan dalam panci

infusa dengan aquades 150 ml, dipanaskan di atas tangas air selama 15 menit

terhitung mulai suhu mencapai 900C sambil sekali-sekali diaduk. Diserkai selagi

panas dengan kain flanel, kemudian ditambahkan air panas secukupnya pada

ampas hingga diperoleh volume infusa sebanyak 150 ml.

7. Penyiapan hewan uji

Hewan uji yang digunakan berjumlah 50 ekor (25 ekor jantan dan 25 ekor

betina) berasal dari galur Sprague Dawley. Ditempatkan dalam metabolic cage.

Pada setiap metabolic cage ditempatkan satu tikus. Sebelum perlakuan hewan uji

diadaptasikan dengan lingkungan terutama dalam tempat metabolic cage selama 3

hari.

8. Prosedur pelaksanaan penelitian

Lima puluh tikus jantan dan betina yang ditempatkan dalam metabolic

cage, dikelompokkan secara acak menjadi 5 kelompok. Kelompok I sebagai

kontrol negatif berupa aquadest dosis 8333 mg/kgBB, kelompok II V sebagai

kelompok perlakuan yang diberi infusa daun sirsak berturut turut dengan dosis

108; 180; 301; dan 503 mg/kgBB dengan kekerapan sekali sehari selama 30 hari

secara per oral. Sebelum diberi perlakuan, semua tikus diambil darahnya,

ditampung dalam tabung effendorf yang berisi antikoagulan heparin untuk

penentuan pada sistem hematologi. Pada hari ke-31, dilakukan pengambilan darah

untuk penentuan pada sistem hematologi (sama seperti diawal penelitian).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 42

9. Pengamatan

a. Pengamatan perubahan berat badan

Pengamatan terhadap berat badan dilakukan dengan cara menimbang berat

badan tikus setiap hari.

b. Pengukuran jumlah konsumsi pakan

Jumlah pakan yang diberikan tiap hari sejumlah 20 gram per tikus, kemudian

hari berikutnya menimbang sisa pakan yang tidak habis kemudian dan dicatat

sebagai jumlah pakan yang dapat dikonsumsi dalam satu hari.

c. Pengukuran jumlah konsumsi minum (air reverse osmosis)

Jumlah air reverse osmosis yang diberikan tiap hari sebanyak 150 ml.

Perhitungan jumlah minum tikus dilakukan dengan cara memeriksa sisa

minum hari pertama kemudian mengurangkannya dengan jumlah minum hari

kedua.

d. Pemeriksaan komponen-komponen sistem hematologi

Pemeriksaan komponen-komponen sistem hematologi menggunakan

automatic hematology analyzer Sysmex XT-2000i.

E. Analisis dan Evaluasi Hasil Penelitian

Pemeriksaan komponen-komponen sistem hematologi meliputi: Kadar

hemoglobin, jumlah eritrosit, jumlah leukosit, hematokrit, MCV, MCH, MCHC,

RDW, jumlah trombosit, hitung jenis (limfosit, monosit, netrofil, eosinofil dan

basofil), LED jam I dan LED jam II. Hasil pengamatan pada kelompok hewan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 43

(tanpa perlakuan sediaan uji) sebagai pembanding bagi hasil pengamatan pada

kelompok perlakuan.

Data dan profil darah dianalisis dengan Kolmogorov-Smirnov untuk

mengetahui distribusi data tiap kelompok normal atau tidak normal. Jika analisis

distribusi data normal maka dilanjutkan dengan One Way Anova dengan taraf

kepercayaan 95%, kemudian dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk mengetahui

perbedaan masing masing kelompok perlakuan. Jika hasil analisis data dengan

Kolmogorov-Smirnov menunjukan distribusi data tidak normal maka dilakukan uji

lanjutan dengan analisis non-parametrik yakni uji Kruskall Wallis untuk melihat

perbedaan kadar komponen sistem hematologi antar kelompok dan kemudian

dilanjutkan uji Mann Whitney untuk mengetahui perbedaan uji tiap kelompok

perlakuan. Dilakukan juga uji paired-T test untuk mengetahui ada tidaknya

perbedaan signifikansi sebelum dan setelah perlakuan untuk tiap kelompok

(Dahlan, 2012).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya

efek toksik yang disebabkan oleh pemberian infusa daun sirsak secara subkronis

pada sistem hematologi tikus jantan dan betina dan secara khusus untuk untuk

mengungkapkan wujud efek toksik daun sirsak berupa perubahan/kekacauan

biokimia terhadap sistem hematologi tikus jantan dan betina yang dievaluasi dari

perubahan kadar sistem hematologi yang dibandingkan dengan kontrol serta untuk

mengungkapkan kekerabatan dosis infusa daun sirsak yang diberikan secara

subkronik terhadap perubahan sistem hematologi tikus jantan dan betina.

A. Hasil Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman sirsak (Annona muricata L.) bertujuan untuk

memastikan kebenaran identitas tanaman tersebut sehingga tidak menimbulkan

kesalahan dalam pengumpulan bahan. Determinasi tanaman sirsak dilakukan

dibawah bimbingan Bapak Yohanes Dwiatmaka, dosen Farmakognosi Fitokimia,

di Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Proses determinasi

ini di lakukan di laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

44
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 45

Hasil determinasi tanaman sirsak (Annona muricata L.) adalah sebagai

berikut:

1b-2b-3b-4b-5b-6b-7b-9b-10b-11b-12b-13b-14a-15a-109b-119b-120b-

128b-29b-135b-136b-139b-140b-142b-143b-146b-154b-155b-156b-162b-

163a164b-165b-166a... (50. Annonaceae).

....................................................................1b...2. Annona

....................................................................1a... (Annona muricata L.).

Berdasarkan hasil determinasi tersebut maka daun yang digunakan dalam

penelitian ini adalah benar-benar berasal dari tanaman sirsak (Annona muricata

L.). Bukti hasil determinasi dinyatakan dalam surat keterangan determinasi dapat

dilihat pada lampiran 1.

B. Penetapan Kadar Air Daun Sirsak

Penetapan kadar air pada daun sirsak dilakukan dengan metode destilasi

toluene. Pemilihan penetapan kadar air menggunakan metode destilasi karena

dalam daun sirsak juga terdapat minyak atsiri yang mudah menguap, maka

metode destilasi merupakan metode yang sesuai (Farmakope Indonesia Edisi IV,

1995).

Tujuan penetapan kadar air ini adalah untuk mengetahui seberapa besar

kandungan kadar air yang terdapat dalam serbuk daun sirsak sehingga dapat

diketahui serbuk yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi persyaratan

serbuk yang baik atau tidak. Hal ini terkait kemurnian dan ketahanan serbuk

terhadap kontaminan selama penyimpanan dalam jangka waktu tertentu.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 46

Persyaratan serbuk yang baik yaitu mengandung kadar air tidak lebih dari 10%

(Menteri Kesehatan RI, 1994).

Hasil penetapan kadar air serbuk daun sirsak pada penelitian ini setelah

replikasi tiga kali dengan rata-rata 4,85 ml yang menunjukkan serbuk daun sirsak

mempunyai kadar air sebesar 9,7%. Dengan demikian, serbuk daun sirsak telah

memenuhi persyaratan serbuk yang baik.

C. Hasil Uji Toksisitas Subkronis Infusa Daun Sirsak Terhadap Sistem


Hematologi Tikus Jantan dan Betina

Uji toksisitas subkronis ini bertujuan untuk menilai seberapa besar

spektrum efek toksik infusa daun sirsak pada sistem hematologi setelah pemberian

infusa daun sirsak secara oral selama 30 hari dan untuk melihat apakah ada

hubungan spektrum efek toksik yang ditimbulkan dengan takaran dosis. Penelitian

ini bertujuan untuk mengamati perubahan fungsi sistem hematologi apakah terjadi

perubahan/kekacauan biokimia berupa peningkatan atau penurunan kadar darah,

yang menimbulkan perbedaan range jika dilakukan penilaian terhadap nilai

normal komponen-komponen darah yang dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Dalam penelitian ini, subyek uji yang digunakan adalah tikus putih galur

Sprague Dawley dengan kisaran berat badan 150-300 gram dan berumur 2-3

bulan. Pemilihan hewan uji tikus Sprague Dawley mempunyai alasan karena

memiliki kemiripan absorbsi, distribusi, metabolisme maupun eksresi dengan

manusia.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 47

Hasil penelitian dan hasil pemeriksaan pada sistem hematologi secara

lengkap di peroleh bahwa pada pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari tidak

menimbulkan kematian pada hewan uji. Pengamatan dan pemeriksaan terhadap

sistem hematologi tikus jantan dan betina dilakukan sebelum diberi perlakuan

infusa daun sirsak yaitu pada hari ke-1 penelitian dan sesudah perlakuan yakni

pada hari ke 31.


Pemeriksaan atau pengukuran kadar hematologi menggunakan alat Sysmex

XT- 2000i yaitu suatu sistem alat pengukuran hematologi secara otomatis yang

memanfaatkan kekuatan aliran neon cytometry dan hidrodinamik. Prinsip kerja

Sysmex XT- 2000i memiliki keunikan, yang dapat memberikan sensitivitas yang

diperlukan untuk mengukur dan membedakan jenis sel dalam darah utuh dan

cairan sampel tubuh. Teknologi fluorescent dan berfokus hidrodinamik

memungkinkan analisa yang mengklasifikasikan WBC normal, RBC, dan

populasi trombosit (Syxmex Amerika Inc, 2012).

Hasil pemeriksaan sistem hematologi dianalisis sebarannya dengan uji

statistik non parametrik yakni Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui normalitas

data. Selanjutnya dilakukan uji paired T-test untuk membandingkan nilai pre dan

post perlakuan apakah sama atau berbeda serta untuk memperoleh nilai

signifikansinya. Selanjutnya dilakukan uji One Way Anova dengan taraf

kepercayaan 95%. Tujuan pemilihan analisis dengan One Way Anova adalah

untuk membandingkan rata-rata dari tiga kelompok atau lebih dan juga untuk

memberikan informasi perbedaan antar kelompok. Tahap analisis lebih lanjut

setelah uji One Way Anova adalah uji Scheffe yang bertujuan untuk menegaskan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 48

perbandingan rata-rata antar kedua kelompok sampel. Apabila hasil uji normalitas

menunjukkan distibusi data tidak normal atau data tidak homogen maka uji yang

digunakan adalah uji Kruskal-Wallis dan selanjutnya uji Mann-Whitney.

1. Hasil pemeriksaan sistem hematologi pada tikus jantan

a. Pemeriksaan terhadap kadar hemoglobin tikus jantan

Hasil analisis hemoglobin tikus jantan (tabel I) menunjukkan perbandingan

rata-rata kadar hemoglobin pre dan post perlakuan dosis infusa daun sirsak

dan aquadest. Pada kelompok perlakuan dosis infusa daun sirsak 108

mg/kgBB dan 503 mg/kgBB menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05)

kadar hemoglobin pre dan post perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari

sedangkan pada perlakuan dosis infusa daun sirsak 180; 301 mg/kgBB

menunjukkan perbedaan tak bermakna. Perbedaan bermakna ini mengandung

arti bahwa terjadi peningkatan kadar hemoglobin setelah perlakuan infusa

daun sirsak selama 30 hari berdasarkan nilai MeanSEM. Pada perlakuan

infusa daun sirsak 108 mg/kgBB data MeanSEM adalah pre perlakuan

15,820,32 dan post perlakuan 16,420,15. Analisis pre dan post ini,

menunjukkan peningkatan hemoglobin namun apabila dilihat perbandingan

antara data hemoglobin post perlakuan dengan kelompok kontrol melalui uji

Scheffe menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (tabel II). Maka dapat

disimpulkan bahwa peningkatan kadar hemoglobin pada dosis 108 mg/kgBB

bersifat individual. Fenomena yang sama terlihat pada perlakuan infusa daun

sirsak 503 mg/kgBB dengan Mean SEM hemoglobin yaitu pre perlakuan

15,400,29 dan post perlakuan 16,660,20.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 49

Pada kelompok perlakuan infusa daun sirsak 180 mg/kgBB dan 301

mg/kgBB, menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna terhadap kadar

hemoglobin tikus jantan artinya perlakuan infusa daun sirsak tidak

menimbulkan perubahan kadar hemoglobin setelah perlakuan infusa daun

sirsak selama 30 hari. Hal ini disebabkan oleh karena kondisi fisiologi tikus

jantan dalam keadaan sehat dan normal sehingga kadar hemogloabin juga

normal. Dapat dievaluasi juga dari penambahan berat badan dari waktu ke

waktu (0-30 hari) (tabel LIII ) juga pola makan dan minum yang baik dan

normal karena tikus jantan dalam masa perkembangan (gambar 27 ).

Setelah analisis pre dan post perlakuan kadar hemoglobin, maka

tahap selanjutnya adalah analisis post perlakuan infusa daun sirsak kadar

hemoglobin selama 30 hari menggunakan One Way Anova yang akan

dibandingkan dengan kontrol. Tujuan analisis One Way Anova adalah untuk

membandingkan lebih dari dua rata-rata maka hal ini sesuai karena dalam

penelitian ini terdiri dari lebih dari dua rata-rata. Hasil uji normalitas kadar

hemoglobin menunjukkan nilai probabilitas 0,144 maka p>0,05. Distribusi

data hemoglobin pada tikus jantan adalah normal maka dapat dilakukan

analisis lanjutan One Way Anova yang bertujuan untuk menguji signifikansi

dan mengambil kesimpulan tentang perubahan kadar hemoglobin tikus jantan

setelah perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari dibandingkan dengan

kontrol.

Hasil uji One Way Anova untuk kadar hemoglobin setelah perlakuan

infusa daun sirsak menunjukkan nilai signifikansi/nilai probabilitas sebesar


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 50

0,514 (p>0,05). Nilai probabilitas ini menggambarkan adanya perbedaan

tidak bermakna kadar hemoglobin antar kelompok perlakuan.

Untuk menegaskan apakah terjadi perbedaan secara nyata perubahan

kadar hemoglobin yang bermakna antar kelompok perlakuan infusa daun

sirsak dibandingkan dengan kontrol aquadest maka dilakukan analisis post

hoct test (uji Scheffe) (lihat tabel II). Uji Scheffe digunakan juga untuk

menilai hubungan kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis perlakuan

infusa daun sirsak. Hasil yang diperoleh pada perlakuan antar kelompok

menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna untuk semua dosis jika

dibandingkan terhadap kontrol aquadest. Hal ini menunjukkan bahwa tidak

terdapat hubungan kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis

infusa daun sirsak. Sebagai penegasannya dapat dilihat pada diagram batang

(gambar 1), yang menunjukkan tidak adanya kekerabatan spektrum efek

toksik dan dosis.

Perlakuan infusa daun sirsak dalam penelitian ini menunjukkan

peningkatan hemoglobin masih dalam range normal, dan peningkatan ini

bersifat individual. Dapat dikatakan juga bahwa konsumsi infusa daun sirsak

berguna untuk keadaan orang yang anemia sebab tidak menimbulkan

gangguan hemoglobin.

Anemia merupakan keadaan kekurangan hemoglobin. Peranan

hemoglobin sangat berguna sebagai alat transportasi oksigen dan

karbondioksida yang dibawa ke seluruh tubuh. Jadi, jika terjadi anemia maka

pasokan oksigen menjadi berkurang sehingga kebutuhan oksigen yang


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 51

diperlukan oleh berbagai jaringan dan organ tubuh menjadi berkurang. Gejala

dan tanda anemia adalah pusing, lesu, kongjungtiva pucat, cepat lelah

(Waterbury, 1998).

Tabel I. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar hemoglobin tikus
jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk MeanSEM

Kadar Hemoglobin
Nilai p
Pre (g/dL) Post (g/dL)
Perlakuan Mean SEM Mean SEM

Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 15,820,32 16,420,15 0,034B

Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 15,360,24 15,920,73 0,537TB

Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 15,620,20 15,920,54 0,549TB

Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 15,400,29 16,660,20 0,001B

Kontrol Aquadest 8333 mg/kg BB 15,460,41 17,040,54 0,077TB


TB= perbedaan tidak bermakna (p>0,05) B= perbedaan bermakna (p<0,05)

Gambar 1. Diagram batang rata-rataSEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak


terhadap kadar hemoglobin tikus jantan antar kelompok perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 52

Tabel II. Hasil uji Scheffe kadar hemoglobin tikus jantan setelah pemberian infusa daun
sirsak selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05

IDS 108 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I


IDS 180 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kg BB = Perlakuan Kontrol Aquadest

b. Pemeriksaan terhadap kadar eritrosit tikus jantan

Hasil analisis kadar eritrosit (tabel III), menunjukkan perbandingan

rata-rata kadar eritrosit tikus jantan pada pre dan post perlakuan. Dapat

dilihat pada tabel III bahwa pada dosis infusa daun sirsak 503 mg/kgBB

terjadi peningkatan kadar eritrosit dari nilai MeanSEM yakni pre

8,100,19 dan post 8,650,13 dengan nilai probabilitasnya kurang dari 0,05

(0,004<0,05) artinya terdapat perbedaan bermakna antara pre dan post

perlakuan infusa daun sirsak. Namun peningkatan ini, sangat kecil dan masih

dalam batas normal serta bersifat individual.

Selanjutnya untuk menilai apakah pada dosis ini memiliki perbedaan

secara nyata maka di lakukan uji Scheffe. Hasil uji Scheffe yang diperoleh

bahwa infusa daun sirsak 503 mg/kgBB memiliki perbedaan yang tidak

bermakna (tabel IV). Dengan hasil uji Scheffe ini yang menunjukkan

perbedaan yang tidak bermakna maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan spektrum efek toksik dengan dosis. Pada diagram batang (gambar
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 53

2), juga menunjukkan tidak adanya hubungan kekerabatan dengan dosis.

Untuk infusa daun sirsak 108 mg/kgBB, 180 mg/kgBB, 301 mg/kgBB, hasil

uji paired t-test menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (tabel IV)

dengan nilai p>0,05. Untuk uji One Way Anova, hasil analisis menunjukkan

p= 0,717 maka P>0,05.

Jika diamati pada tabel IV, hasil analisis uji Scheffe menunjukkan

bahwa pada semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak yang

dibandingkan dengan kontrol memiliki perbedaan tidak bermakna. Dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan kekerabatan spektrum efek toksik

dan dosis, diagram batang (gambar 2) juga mempertegas hal tersebut. Nilai

eritrosit digunakan untuk memantau derajat anemia. Jadi, peningkatan

eritrosit dalam menunjukkan bahwa tikus jantan tidak mengalami anemia.

Tabel III. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar eritrosit darah
tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk MeanSEM

Kadar Eritrosit
Pre (juta/L) Post (juta/L)
Perlakuan Mean SEM Mean SEM p

Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 8,270,27 8,420,16 0,497TB

Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 8,160,14 8,390,41 0,624TB

Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 8,140,24 8,460,28 0,377TB

Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 8,100,19 8,650,13 0,004B

Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 8,200,32 9,000,29 0,099TB


TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05 B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 54

Gambar 2. Diagram batang rata-rataSEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak


terhadap kadar eritrosit tikus jantan antar kelompok perlakuan

Tabel IV. Hasil uji Scheffe kadar eritrosit setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30
hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kg BB = Perlakuan Kontrol Aquadest

c. Pemeriksaan terhadap kadar hematokrit tikus jantan

Hasil analisis kadar hematokrit baik pada tabel V dan Tabel VI

menunjukkan bahwa pada pada semua peringkat dosis maupun kontrol

aquadest menunjukkan perbedaan tidak bermakna karena nilai

probabilitasnya semuanya lebih besar dari 0,05. Meskipun pada Tabel V

menunjukkan hasil uji paired T-test, nilai MeanSEM untuk dosis tertentu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 55

mengalami peningkatan maupun penurunan kadar hematokrit namun

perubahan kadar tersebut masih dalam batas normal dan bersifat individual.

Hasil uji One Way Anova diperoleh nilai p=0,673 (p>0,05), selanjutnya hasil

uji Scheffe untuk membandingkan data post kadar hematokrit dengan data

pada kelompok kontrol aquadest (tabel VI). Hal ini menunjukkan hasil

berbeda tidak bermakna yang menandakan tidak adanya efek toksisitas yang

dialami oleh tikus jantan serta mengungkapkan tidak adanya kekerabatan

spektrum efek toksik dengan dosis. Pada diagram batang (gambar 3), dapat

diamati bahwa perbedaan mean pada pre dan post perlakuan tidak ada

hubungan spektrum efek toksik dengan dosis.

Nilai hematokrit menunjukkan presentase sel darah merah dalam

seluruh volume darah. Peningkatan nilai hematokrit menunjukkan adanya

konsentrasi darah yang semakin kental, diasumsikan bahwa banyak plasma

darah yang keluar dari pembuluh darah. Jika terjadi penurunan hematokrit

maka konsentrasi darah menurun dan hal ini terjadi pada orang yang anemia.

Dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa infusa daun sirsak tidak

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai hematokrit.

Tabel V. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar hematokrit
tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk meanSEM

Kadar hematokrit
Perlakuan Pre (%) Post (%) Nilai p
Mean SEM Mean SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB
50,041,48 48,340,51 0,172TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB
47,440,89 45,662,5 0,534TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB
49,080,5 47,202,1 0,433TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 48,960,73 47,820,43 0,135TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 47,721,33 48,741,02 0,597TB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 56

Gambar 3. Diagram batang rata-rata SEMpengaruh pemberian infusa daun sirsak


terhadap kadar hematokrit tikus jantan antar kelompok perlakuan

Tabel VI. Hasil uji Scheffe kadar hematokrit setelah pemberian infusa daun sirsak selama
30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kg BB = Perlakuan Kontrol Aquadest

d. Pemeriksaan terhadap kadar leukosit tikus jantan

Analisis data kadar leukosit antara pre dan post perlakuan infusa daun

sirsak yang di uji dengan paired T-test menunjukkan bahwa data infusa daun

sirsak 180 mg/kgBB; 301 mg/kgBB; 503 mg/kgBB berbeda bermakna yakni

peningkatan jumlah leukosit setelah perlakuan infusa daun sirsak dilihat dari
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 57

nilai MeanSEM. Hasil uji One Way Anova diperoleh nilai probabilitas

0,103 (p>0,05).

Hasil uji Scheffe (tabel VIII) yang membandingkan jumlah leukosit

post perlakuan dengan jumlah leukosit kelompok kontrol menunjukkan hasil

semua kelompok berbeda tidak bermakna. Hal ini berarti, tidak ditemukan

kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Diagram batang pada

gambar 4, memperlihatkan penegasan tidak ada kekerabatan spektrum efek

toksik dan dosis.

Leukosit merupakan sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan

hematopoetik. Peningkatan jumlah leukosit (leukositosis) menunjukkan

adanya proses infeksi atau radang akut sedangkan penurunan jumlah leukosit

(leukopenia) menunjukkan infeksi juga terutama pada infeksi virus, malaria,

SLE. Pada penelitian ini menunjukkan peningkatan namun peningkatan

leukosit ini tidak bermakna, kemungkinan memang terjadi infeksi namun

infeksi ini tidak bermakna.

Tabel VII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar leukosit darah
tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk MeanSEM
Kadar Leukosit
Perlakuan p
Pre (L) Post (L)
Mean SEM Mean SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 10.104 1190,06 14.938 1700,79 0,080TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 9.906 1.062, 29 14.660 737,17 0,025 B
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 8.384 1166, 12 13.634 957,72 0,045 B
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 9.154 1067,33 14.098 613,50 0,003 B
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 18.072 1461,
8.908 345,07
805 0,005 TB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05 B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 58

Gambar 4. Diagram batang rata-rataSEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak


terhadap kadar leukosit tikus jantan antar kelompok perlakuan

Tabel VIII. Hasil uji Scheffe kadar leukosit tikus jantan setelah pemberian infusa daun
sirsak selama 30 hari
Perlakuan (mg/kg BB) IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
IDS 108 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kg BB = Perlakuan Kontrol Aquadest

e. Pemeriksaan terhadap kadar MCV tikus jantan

Hasil analisis kadar MCV dengan uji paired T-test (tabel IX), pada

kelompok infusa daun sirsak 108 mg/kgBB; 180 mg/kgBB memperlihatkan

perbedaan tidak bermakna sedangkan untuk infusa daun sirsak 301 mg/kgBB;

dan 503 mg/kgBB hasil uji paired T-test menunjukkan perbedaan yang

bermakna.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 59

Tahap uji selanjutnya adalah uji One Way Anova diperoleh nilai p=

0,070. Hal ini berarti p>0,05 jadi terdapat perbedaan tidak bermakna antar

kelompok perlakuan. Maka untuk melihat ketegasan hasil kebermaknaan dan

ketidakbermaknaan yang telah ditunjukkan oleh tabel IX, dilanjutkan uji

Scheffe. Sekaligus hasil analisis uji Scheffe (Tabel X) dapat menjadi

parameter untuk menilai ada tidaknya kekerabatan spektrum efek toksik

dengan dosis. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan data kadar

MCV post perlakuan dengan kontrol aquadest. Aquadest digunakan sebagai

kontrol karena yang menjadi pelarut serbuk daun sirsak dalam pembuatan

infusa daun sirsak.

Hasil yang diperoleh dari uji Scheffe, menunjukkan perbedaan tidak

bermakna pada semua kelompok perlakuan dengan infusa daun sirsak

maupun pada kelompok kontrol. Dapat dilihat hasil uji Scheffe pada tabel X.

Hal ini menandakan bahwa perlakuan infusa daun sirsak dan aquadest tidak

menimbulkan perbedaan tidak bermakna terhadap kadar MCV tikus jantan.

Diagram batang pada gambar 5, menunjukan bahwa tidak terdapat

kekerabatan antara efek toksik dengan dosis.

MCV digunakan untuk menunjukkan indeks penentuan ukuran sel

darah merah. Hal ini juga untuk menilai jenis anemia apakah termasuk

normokromik atau normositik. Pada penelitian ini terlihat dari nilai mean

dan SEM seiring peningkatan dosis menunjukkan penurunan MCV, namun

dalam penegasan dengan uji Scheffe penurunan MCV yang tidak bermakna.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 60

Tabel IX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar MCV darah
tikus jantan tiap kelompok dalam bentuk MeanSEM
Kadar MCV
Perlakuan Nilai p
Pre (fl) Post (fl)
Mean SEM Mean SEM

Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 58,641,52 57,480,96 0,451TB

Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 58,180,91 54,380,80 0,005B

Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 60,481,63 55,720,92 0,019B

Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 60,480,62 55,320,53 0,000B

Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 58,341,44 54,240,78 0,017B


Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05 B= perbedaan bermakna jika p<0,05

Gambar 5. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar MCV tikus jantan antar kelompok perlakuan

Tabel X. Hasil uji Scheffe kadar MCV setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05

IDS 108 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I


IDS 180 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/gBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 61

f. Pemeriksaan terhadap kadar MCH tikus jantan

Hasil analisis paired T-test pada kadar MCH (tabel XI), infusa daun

sirsak 108; 180; 301; 503 (mg/kg BB) serta kontrol aquadest (8333

mg/kgBB) diperoleh nilai p>0,05, hal ini berarti terdapat perbedaan tidak

bermakna.

Hasil uji One Way Anova juga diperoleh nilai p=0,541. Untuk

mempertegas hasil ketidakbermaknaan perbedaan kadar MCH maka

dilanjutkan lagi dengan uji Scheffe pada tiap kelompok perlakuan infusa daun

sirsak setelah 30 hari dibandingkan dengan kontrol. Hasil uji Scheffe (tabel

XII), untuk semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak dibanding kontrol

menunjukkan perbedaan tidak bermakna. Dapat dikatakan bahwa pada kadar

MCH tidak ada kekerabatan spektrum efek toksik dan dosis. Diagram batang

gambar 6, menggambarkan bahwa infusa daun sirsak tidak mempengaruhi

kadar MCH tikus jantan. MCH merupakan parameter yang digunakan untuk

mengetahui jenis anemia berdasarkan berat hemoglobin rata-rata dalam sel

darah merah.

Tabel XI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar MCH darah
tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk MeanSEM
Kadar MCH
Perlakuan Pre (pg) Post (pg) p
Mean SEM Mean SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 19,160,38 19,520,32 0,426TB

Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 18,840,17 19,020,35 0,651 TB

Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 19,240,45 18,960,32 0,226 TB

Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 19,000,31 19,220,13 0,410 TB

Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 18,880,33 18,920,16 0,916 TB


Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 62

Gambar 6. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar MCH tikus jantan antar kelompok perlakuan

Tabel XII. Hasil uji Scheffe kadar MCH setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30
hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/gBB = Perlakuan Kontrol Aquadest

g. Pemeriksaan terhadap kadar MCHC tikus jantan

Uji paired T-test kadar MCHC (tabel XIII) pada kelompok infusa

daun sirsak dan kelompok perlakuan aquadest menunjukkan perbedaan tidak

bermakna pada perlakuan infusa daun sirsak 108, 180, dan 301 mg/kgBB

sedangkan pada infusa daun sirsak 503 mg/kgBB dan kelompok kontrol

aquadest 8333 mg/kgBB diperoleh perbedaan yang bermakna. Jadi,

perbedaan bermakna yang terjadi adalah bersifat individual saja. Hasil


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 63

analisis One Way Anova menunjukkan nilai probabilitas 0,475 maka nilai

p>0,05 yang berarti terjadi perbedaan tidak bermakna pada tiap kelompok

perlakuan.

Untuk mempertegas ada tidaknya kebermaknaan pada hasil uji

sebelumnya (tabel XIII), maka dilanjutkan dengan uji Scheffe yang bertujuan

membandingkan data post antar kelompok perlakuan infusa daun sirsak

dibandingkan dengan kontrol. Dan tujuan uji ini juga dapat digunakan untuk

menilai ada tidaknya kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Hasil

uji Scheffe (tabel XIV) menunjukkan bahwa pemberian infusa daun sirsak

tidak memberikan pengaruh signifikan. Hasil uji ini juga menjadi parameter

penilaian ada tidaknya kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Pada

uji ini menunjukkan tidak adanya tidaknya kekerabatan spektrum efek toksik

dengan dosis. Dapat dilihat pada gambar 7, diagram batang rata-rata kadar

MCHC juga menunjukkan tidak adanya kekerabatan spektrum efek toksis

dengan dosis.

MCHC digunakan untuk menilai jenis anemia berdasarkan

konsentrasi rata-rata dalam sel darah merah. Semakin kecil sel darah merah,

maka semakin tinggi konsentrasinya. Penurunan MCHC menunjukkan

kondisi anemia mikrositik, kekurangan besi sedangkan peningkatan MCHC

menunjukkan adanya sferositosis. Pada penelitian ini, terdapat peningkatan

kadar MCHC dilihat dari nilai Mean SEM perbandingan pre dan post

perlakuan infusa daun sirsak (tabel XIII). Namun peningkatan ini tidak

signifikan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 64

Tabel XIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar MCHC
darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk MeanSEM
Kadar MCHC

Perlakuan Pre (g/dL) Post (g/dL) Nilai p


Mean SEM Mean SEM

Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 31,660,49 33,980,12 0,006B


Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 32,400,25 34,960,61 0,005 TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 31,840,17 34,040,45 0,007 B
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 31,440,39 34,700,20 0,003 B
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 32,400,25 34,940,38 0,001 B
TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05

Gambar 7. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar MCHC tikus jantan antar kelompok perlakuan

Tabel XIV. Hasil uji Scheffe kadar MCHC setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30
hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/gBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 65

h. Pemeriksaan terhadap kadar RDW tikus jantan

Pada tabel XV, diperoleh hasil analisis data kadar RDW pre dan post

perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari. Pada dosis infusa daun sirsak

301 mg/kgBB; 503 mg/kgBB serta kelompok kontrol diperoleh nilai p<0,05

maka hal ini berarti ada perubahan berbeda bermakna pada kadar RDW

dengan dosis infusa daun sirsak 301 mg/kgBB; 503 mg/kgBB dan kontrol

8333 mg/kgBB. Perubahan kadar RDW menunjukkan adanya peningkatan

kadar RDW dilihat dari nilai MeanSEM. Peningkatan ini masih dalam batas

normal karena apabila dilihat hasil analisis Scheffe data post perlakuan infusa

daun sirsak dibandingkan terhadap kontrol (tabel XVI) terdapat perbedaan

tidak bermakna.

Pada dosis infusa daun sirsak 108; 180 mg/kgBB hasil analisis data

pre dan post menunjukkan nilai probabilitas lebih besar dari 0,05. Jadi untuk

kedua dosis ini berbeda tidak bermakna. Selanjutnya setelah pengujian

dengan paired t-test, antara data RDW pre dan post maka dilakukan uji One

Way Anova untuk melihat pengaruh infusa daun sirsak terhadap tiap-tiap

kelompok perlakuan infusa daun sirsak yang dibandingkan dengan kontrol.

Hasil One Way Anova menunjukkan nilai probabilitas 0,972 yang

mengandung arti bahwa terjadi perbedaan tidak bermakna pada kelompok

perlakuan infusa daun sirsak pada kadar RDW. Uji lanjutan setelah uji One

Way Anova adalah uji Scheffe untuk melihat perbandingan data post kadar

RDW dibandingkan dengan data RDW pada kelompok kontrol aquadest .

Selain itu juga hasil uji Scheffe dapat digunakan sebagai indikator penilaian
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 66

ada tidaknya kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Hasil analisis

uji Sheffe (tabel XVI) memperlihatkan perbandingan infusa daun sirsak

dibandingkan dengan kontrol maka pada semua dosis berbeda tidak

bermakna. Pada gambar 8, diagram batang rata-rata kadar RDW

menunjukkan tidak adanya kekerabatan spekrum efek toksik dibandingkan

dengan kontrol.

RDW digunakan untuk mengukur kisaran ukuran sel darah merah,

dan menjadi parameter penilaian jenis anemia. Pada penelitian ini, kadar

RDW menunjukkan perubahan yang tidak signifikan.

Tabel XV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar RDW darah
tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam benttuk MeanSEM
Kadar RDW
Perlakuan Pre (%) Post (%) Nilai p

Mean SEM Mean SEM

Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 17,060,51 18,840,34 0,086TB

Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 17,400,32 18,920,95 0,170 TB

Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 17,500,71 19,160,74 0,020 B

Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 17,580,37 18,980,22 0,032 B

Kontrol aquadest 503 mg/kg BB 16,860,45 19,360,33 0,001 B


Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 67

Gambar 8. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar RDW tikus jantan antar kelompok perlakuan

Tabel XVI. Hasil uji Scheffe kadar RDW setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30
hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.

IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest

i. Pemeriksaan terhadap kadar trombosit (PLT) tikus jantan

Analisis data pre dan post perlakuan pada kadar trombosit (PLT)

(tabel XVII) menunjukkan infusa daun sirsak 108; 180; 301; 503; dan kontrol

aquadest 8333 mg/kgBB berbeda tidak bermakna dilihat dari nilai

probabilitas masing-masing dosis ini lebih besar dari 0,05. Hasil uji One Way
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 68

Anova diperoleh nilai probabilitasnya 0,552 (p>0,05), hal ini berarti

pengaruh perlakuan infusa daun sirsak pada tiap kelompok perlakuan berbeda

tidak bermakna.

Uji selanjutnya adalh uji Scheffe untuk membandingkan data kadar

trombosit (PLT) post perlakuan pada tiap kelompok yang dibandingkan

terhadap kontrol. Hasil yang diperoleh menunjukkan pada semua peringkat

dosis berbeda tidak bermakna (dapat dilihat pada tabel XVIII). Hasil uji

Scheffe ini juga mengungkapkan bahwa tidak ada kekerabatan spektrum efek

toksik dengan dosis.

Dapat dilihat penegasannya pada diagram batang (gambar 9) yang

turut mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan kekerabatan spektrum efek

toksik dengan dosis. Dari semua analisis data ini dapat disimpulkan bahwa

pemberian infusa daun sirsak tidak mempengaruhi kadar trombosit pada tikus

jantan.

Trombosit berguna untuk membantu pembekuan darah. Peningkatan

trombosit (trombositosis) berhubungan dengan indikasi adanya kanker,

sedangkan penurunan trombosit yang ekstrim berkaitan dengan pendarahan

spontan dalam jangka waktu yang lama, peningkatan waktu pendarahan. Pada

penelitian ini, terjadi peningkatan trombosit namun peningkatan ini masih

dalam batas normal.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 69

Tabel XVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar trombosit
(PLT) darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk MeanSEM
Kadar trombosit (PLT)
Pre (L)
Perlakuan Post( L) Nilai p
Mean SEM
Mean SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 944.800 0 1.077.000 51.087, 18 0,066TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 1.158.000 36.855, 66 1.030.000 59.516, 38 0,198TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 903.800 61.663,11 998.200 64.623,06 0,125TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 823.400 51.903,37 951.600 24.636,55 0,167TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 917.200 38.575,12 964.800 75.135, 47 0,407TB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05

Gambar 9. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar trombosit (PLT) tikus jantan antar kelompok perlakuan

Tabel XVIII. Hasil uji Scheffe kadar trombosit (PLT) setelah pemberian infusa daun sirsak
selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 70

j. Pemeriksaan terhadap kadar limfosit tikus jantan

Hasil analisis data kadar limfosit disediakan pada tabel XIX, tabel

XX dan gambar 10. Pada analisis data kadar limfosit tabel XIX merupakan

hasil analisis data paired T-test yang berguna untuk membandingkan data

kadar limfosit sebelum perlakuan infusa daun sirsak dan perlakuan kontrol

aquadest dengan data kadar limfosit sesudah perlakuan infusa daun sirsak dan

perlakuan dengan kontrol aquadest. Hasil uji One Way Anova diperoleh nilai

probabilitas 0,585 maka nilai p>0,05. Hal ini berarti terdapat perbedaan tidak

bermakna pada perubahan kadar limfosit sebelum (pre) dan sesudah (post)

perlakuan infusa daun sirsak.

Untuk menilai dan menegaskan ketidakbermaknaan ini maka

dilakukan uji lanjutan yakni uji Scheffe. Tujuan uji Scheffe adalah untuk

mengetahui ada tidaknya kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis.

Hasil uji ini terdapat pada tabel XX yang menunjukkan bahwa pada semua

peringkat dosis, perlakuan infusa daun sirsak berbeda tidak bermakna. Pada

gambar 10, diagram batang juga menunjukkan bahwa tidak ada kekerabatan

spektrum efek toksik dengan dosis. Hasil analisis terhadap kadar limfosit

menunjukkan bahwa perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari tidak

berpengaruh terhadap perubahan kadar limfosit.

Limfosit berperan dalam proses inflamasi, menyerang dan

membunuh kuman, membuat antibodi/immunoglobulin sebagai respon imun

seluler tubuh. Peningkatan limfosit (limfosistosis) biasanya terjadi pada orang

yang mengidap penyakit virus, penyakit bakteri, gangguan hormonal


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 71

sedangkan penurunan limfosit (limfopenia) biasanya terjadi pada penyakit

Hodgkin, luka bakar. Limfopenia ini menandakan bahwa seseorang dalam

bahaya/sangat rentan terhadap infeksi terutama terhadap infeksi virus.

Berdasarkan laporan penelitian Arthur, Terlabi and Larbie (2011),

mengenai uji toksisitas akut dan subkronis ekstrak air daun sirsak yang

dilakukan selama 14 hari yang diberikan pada mencit albino bahwa terjadi

peningkatan limfosit seiring dengan peningkatan dosis. Namun, dalam

penelitian ini ditemukan bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan limfosit.

Tabel XIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar limfosit
darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean SEM
Kadar Limfosit
Perlakuan p
Pre (%) Post (%)
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 76,23,54 75,62,56 0,822TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 72,22,48 70,04,37 0,432TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 69,41,75 74,81,74 0,055TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 76,61,53 76,21,06 0,845TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 76,01,70 75,63,78 0,882TB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05;B= perbedaan bermakna jika p<0,05

Gambar 10. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar limfosit tikus jantan antar kelompok perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 72

Tabel XX. Hasil uji Scheffe kadar limfosit setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30
hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest

k. Pemeriksaan terhadap kadar monosit tikus jantan

Analisis kadar monosit dengan paired T-test antara kelompok

perlakuan infusa daun sirsak dan kontrol aquadest sebelum dan sesudah

perlakuan selama 30 hari. Tujuan uji ini adalah untuk melihat pengaruh

perlakuan infusa daun sirsak terhadap kadar monosit sebelum (pre) dan

setelah (post) perlakuan di setiap kelompok. Seperti pada analisis data pada

komponen sistem hematologi lainnya, data kadar monosit juga dianalisis

dengan One Way Anova untuk menilai pengaruh perlakuan infusa daun sirsak

selama 30 hari pada tiap kelompok perlakuan.

Sesuai tabel XXI, infusa daun sirsak 503 mg/kgBB menunjukkan

perbedaan bermakna. Perbedaan bermakna ini, karena terjadi peningkatan

kadar monosit yakni pada pre (sebelum perlakuan) 4,60,60 dan post

(sesudah perlakuan) 6,20,73. Untuk melihat penegasan hasil kebermaknaan

ini maka dapat dianalisis dengan uji Scheffe sekaligus untuk melihat

kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Hasil uji Scheffe

memperlihatkan infusa daun sirsak 503 mg/kgBB yang dibandingkan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 73

terhadap kontrol berbeda tidak bermakna. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa perubahan kadar monosit adalah masih dalam batas normal.

Penurunan monosit biasanya tidak mengindikasikan adanya penyakit, namun

mengindikasikan adanya stress, penggunaan obat glukokortikoid,

myelotoksik, dan imunosupresan. Peningkatan monosit menandakan adanya

infeksi virus, bakteri, parasit tertentu.

Infusa daun sirsak 108; 180; 301 mg/kgBB yang diuji dengan paired

T-test menunjukkan perbedaan tidak bermakna. Hasil uji One Way Anova

diperoleh nilai probabilitaas 0,756 maka p>0,05. Hal ini berarti, perlakuan

infusa daun sirsak tidak berpengaruh terhadap perubahan kadar monosit.

Pada uji Scheffe, hasil yang diperoleh bahwa pada semua peringkat

dosis berbeda tidak bermakna (dapat dilihat pada tabel XXII). Gambar 11

menunjukkan diagram batang rata-rata kadar monosit setelah perlakuan

infusa daun sirsak selama 30 hari. Berdasarkan hasil analisis uji Scheffe dan

diagram batang (gambar 11), dapat disimpulkan bahwa perlakuan infusa daun

sirsak selama 30 hari tidak mempengaruhi perubahan kadar monosit. Dalam

penelitian ini, tidak ditemukan perubahan kadar monosit yang menunjukkan

adanya kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis.

Tabel XXI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar monosit tikus
jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk MeanSEM
Kadar monosit
Perlakuan Pre (%) Post (%) Nilai p
Mean SEM Mean SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 4,41,02 60,70 0,256TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 60,83 5,80,97 0,876TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 70,77 5,60,87 0,052TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 4,60,60 6,20,73 0,003B
Kontro aquadest 8333 mg/kg BB 5,20,86 4,41,60 0,654TB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 74

Gambar 11. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar monosit tikus jantan antar kelompok perlakuan

Tabel XXII. Hasil uji Scheffe kadar monoosit setelah pemberian infusa daun sirsak selama
30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 0,503
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,0

IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest

l. Pemeriksaan terhadap kadar neutrofil tikus jantan

Tabel XXIII merupakan data hasil analisis paired T-test pada kadar

neutrofil sebelum (pre) dan setelah (post) perlakuan infusa daun sirsak

selama 30 hari. Dari data yang disajikan dalam Tabel XXIV, menunjukkan

perbedaan tidak bermakna. Selanjutnya untuk mengetahui lebih tegas

perbedaan tersebut maka dilanjutkan dengan uji One Way Anova.

Hasil uji One Way Anova menunjukkan nilai probabilitas 0,477.

Artinya pemberian infusa daun sirsak yang dibandingkan dengan kontrol


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 75

selama 30 hari tidak memberikan pengaruh pada tiap-tiap kelompok

perlakuan. Analisis uji Scheffe dapat digunakan untuk melihat ada tidak

kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Hasil uji Scheffe (Tabel XX),

menampilkan bahwa data kadar neurofil sesudah perlakuan dibandingkan

dengan kontrol aquadest berbeda tidak bermakna. Maka, dapat disimpulkan

bahwa perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari tidak mempengaruhi

kadar neutrofil tikus jantan. Dapat dilihat juga pada diagram batang (gambar

12), menunjukkan tidak adanya kekerabatan spektrum efek toksik denagn

dosis.

Neutrofil berfungsi sebagai pertahanan terhadap invasi mikroba

melalui fagositosis. Sel neutrofil memiliki peranan penting dalam kerusakan

jaringan seperti asma dan radang perut. Peningkatan persentase neutrofil

disebabkan oleh infeksi jadi infeksi bakteri dan parasit, gangguan metabolit,

pendarahan dan gangguan myeloproliferatif. Peningkatan persentase neutrofil

(neutropenia) dapat disebabkan oleh peningkatan kerusakan sel, gangguan

hormonal. Pada penelitian ini, hasil uji paired T-test (tabel XI), menunjukkan

peningkatan maupun penurunan persentase neutrofil dilihat dari nilai

MeanSEM. Namun peningkatan dan penurunan ini tidak signifikan

sehingga dapat dikatakan bahwa perlakuan infusa daun sirsak tidak

mempengaruhi perubahan kadar neutrofil.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 76

Tabel XXIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar neutrofil
darah tikus jantan tiap kelompok
Kadar Neutrofil
Perlakuan p
Pre (%) Post (%)
Mean SEM Mean SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 17,83,6 17,002,12 0,732TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 19,61,91 21,84,35 0,520TB

Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 22,41,75 18,61,29 0,121TB

Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 15,61,57 15,41,74 0,908TB


Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 17,21,59 19,42,03 0,207TB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05

Gambar 12. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar neutrofil tikus jantan antar kelompok perlakuan

Tabel XXIV. Hasil uji Mann-Whitney kadar neutrofil setelah pemberian infusa daun sirsak
selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 0,503
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 77

m. Pemeriksaan terhadap kadar eosinofil tikus jantan

Pada uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov diperoleh kadar

eosinofil tikus jantan menunjukkan nilai p<0,05 yaitu 0,006. Nilai

probabilitas ini menandakan bahwa distribusi data kadar eosinofil pada tikus

jantan antar kelompok perlakuan adalah tidak normal. Dengan demikian

analisis data menggunakan analisis/uji non-parametrik Kruskal Wallis dan

analisis post hoc untuk uji Kruskal Wallis yakni uji Mann-Whitney.

Tabel XXV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar eosinofil
darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean SEM
Kadar Eosinofil
Perlakuan Pre (%) Post (%) p
Mean SEM Mean SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 1,60,24 1,40,40 0,749TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 2,20,73 2,41,40 0,799TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 1,20,20 10,44 0,621TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 3,22,20 2,20,73 0,719TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 1,60,24 0,60,24 0,034B
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05

Gambar 13. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar eosinofil tikus jantan antar kelompok perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 78

Tabel XXVI. Hasil uji Mann-Whitney kadar eosinofil tikus jantan setelah pemberian infusa
daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - B
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest

Pada tabel XXV, menunjukkan uji paired T-test kadar eosinofil pre

dan post perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari. Infusa daun sirsak 108,

180, 301 dan 503 mg/kgBB menunjukkan perbedaan tidak bermakna artinya

perubahan kadar eosinofil tidak berbeda bermakna pada tiap kelompok

perlakuan akibat perlakuan infusa daun sirsak. Namun pada kelompok

kontrol aquadest terdapat perbedaan yang bermakna. Hal ini kemungkinan

disebabkan oleh kondisi patofisiologis tikus jantan.

Uji selanjutnya yang dilakukan adalah uji Kruskal-Wallis yaitu uji

non parametrik untuk menguji perbedaan lebih dari dua kelompok tidak

berpasangan yang memiliki distribusi data tidak normal. Hasil uji Kruskal-

Wallis menunjukkan nilai probabilitas 0,213, maka dapat disimpulkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada perubahan kadar eosinofil

antar kelompok perlakuan yang dibandingkan terhadap kelompok kontrol

aquadest. Dapat juga dikatakan bahwa infusa daun sirsak tidak berpengaruh

terhadap perubahan kadar eosinofil.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 79

Untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai perbedaan,

maka dilakukan lagi analisis post hoc untuk uji Kruskal-Wallis yaitu uji

Mann-Whitney. Melalui uji Mann-Whitney ini juga peneliti dapat mengetahui

apakah terdapat kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis akibat

perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari seperti halnya uji Scheffe pada

komponen-komponen sistem hematologi lainnya dalam penelitian ini yang

memiliki distribusi data normal.

Hasil analisis post hoc (Mann-Whitney) menunjukkan bahwa antar

kelompok perlakuan terdapat perbedaan tidak bermakna satu dengan yang

lainnya dan tidak ditemukan kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis.

Dapat juga dilihat profil diagram batang rata-rata kadar eosinofil (gambar 13)

menunjukkan tidak adanya kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis.

Peningkatan eosinofil (eosinofilia) lebih dari 6 % menandakan

adanya reaksi alergi dan infeksi parasit sedangkan penurunan eosinofil

(eosipenia) terjadi pada saat tubuh merespon stres (peningkatan produksi

glukokortikosteroid). Pada penelitian ini, pemberian infusa daun sirsak tidak

memberikan perubahan persentase eosinofil secara signifikan yang dapat

dilihat pada tabel XXVI.

n. Pemeriksaan terhadap kadar basofil tikus jantan dan betina

Hasil pengukuran dan hasil pemeriksaan kadar basofil pada tikus

jantan dan betina menunjukkan bahwa pada tiap peringkat perlakuan dosis

serta kelompok kontrol diperoleh nilai 0. Dengan demikian tidak terjadi

perubahan pada nilai kadar basofil pada tikus jantan dan betina. Secara
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 80

normal juga, bahwa range kadar normal basofil adalah 0-2 %. Jadi, sesuai

data yang diperoleh maka pemberian infusa daun sirsak tidak berpengaruh

terhadap kadar basofil. Peningkatan basofil berhubungan dengan leukemia

granulositik dan reaksi alergi sedangkan penurunan basofil berkaitan dengan

infeksi akut, reaksi stres, terapi steroid jangka panjang.

o. Pemeriksaan terhadap kadar LED jam I dan jam II tikus jantan dan betina

Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap LED pada jam I dan jam II

tidak ditemukan nilai LED baik pada kelompok kontrol maupun tiap tingkat

kelompok perlakuan dosis infusa daun sirsak pada tikus jantan dan tikus

betina. Maka dapat dikatakan bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak

memberikan pengaruh terhadap ada tidaknya LED baik pada jam I maupun

LED jam II tikus jantan dan betina. Peningkatan LED terjadi pada kondisi

infeksi akut dan kronis sedangkan penurunan LED terjadi pada kondisi

anemia sel sabit dan polisitemia.

2. Hasil pemeriksaan kadar hematologi secara lengkap pada tikus betina

a. Pemeriksaan terhadap kadar hemoglobin tikus betina.

Dalam penelitian ini, pemeriksaan terhadap kadar hemoglobin

dilakukan pada tikus jantan dan juga tikus betina. Karena adanya perbedaan

kadar hemoglobin pada tikus jantan dan tikus betina. Dan aplikasinya pada

manusia juga demikian. Tikus jantan mewakili manusia dengan jenis kelamin

laki-laki dan tikus betina mewakili jenis kelamin perempuan.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 81

Tabel XXVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
hemoglobin tikus betina tiap kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk MeanSEM
Perlakuan Kadar hemoglobin P
Pre (g/dL) Post (g/dL)
Mean SEM Mean SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 15,050,39 16,180,36 0,01 B
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 15,380,31 15,861,07 0,197 TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 15,380,22 14,760,62 0,475TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 15,100,29 16,020,27 0,070TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kgBB 15,74 0,57 16,160,59 0,303TB
Keterangan: TB= berbeda tidak bermakna jika p>0,05 B= berbeda bermakna jika p<0,05

Gambar 14. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar hemoglobin tikus betina antar kelompok perlakuan

Tabel XXVIII. Hasil uji Scheffe kadar hemoglobin tikus betina setelah pemberian infusa
daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest

Hasil analisis data kadar hemoglobin pada tikus betina (tabel XXVII)

menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan yang diberi perlakuan infusa

daun sirsak 108 mg/kgBB menampilkan perbedaan yang bermakna. Perbedaan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 82

bermakna yang dimaksud adalah terjadi peningkatan kadar hemoglobin dilihat

dari nilai MeanSEM.

Pada perlakuan infusa daun sirsak 108 mg/kgBB data MeanSEM

adalah pre perlakuan15,050,39 dan post perlakuan 16,180,36. Analisis pre

dan post ini, menunjukkan peningkatan namun apabila dilihat perbandingan

antara data hemoglobin post perlakuan dengan kelompok kontrol melalui uji

Scheffe menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (tabel XXVIII). Maka

dapat disimpulkan bahwa peningkatan kadar hemoglobin pada dosis 108

mg/kgBB masih dalam batas normal dan bersifat individual. Pada infusa daun

sirsak 180; 301; 503 mg/kgBB menunjukkan perbedaan tidak bermakna pada

uji paired T-test. Perbedaan tidak bermakna ini berarti infusa daun sirsak tidak

menimbulkan pengaruh terhadap kadar hemoglobin tikus betina.

Hasil uji One Way Anova menunjukkan nilai probabilitas 0,067, maka

nilai p>0,05. Nilai probabilitas ini menunjukkan bahwa terjadi perbedaan tidak

bermakna antar kelompok perlakuan. Uji selanjutnya yang dilakukan adalah uji

Scheffe uji ini berguna untuk menegaskan kelompok mana saja yang memiliki

perbedaan bermakna dan sekaligus bertujuan untuk mengetahui kekerabatan

spektrum efek toksik dengan dosis. Hasil yang diperoleh pada uji Scheffe ini

adalah perlakuan antar kelompok menunjukkan perbedaan yang tidak

bermakna untuk semua dosis jika dibandingkan terhadap kontrol aquadest. Hal

ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan kekerabatan antara spektrum

efek toksik dengan dosis infusa daun sirsak. Dapat dilihat juga bahwa pada

gambar 14 diagram batang kadar hemoglobin menunjukkan bahwa tidak


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 83

terdapat kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Hal yang sama seperti

pada hasil pemeriksaan hemoglobin pada tikus jantan. Perlakuan infusa daun

sirsak dalam penelitian ini menunjukkan peningkatan hemoglobin namun

peningkatan ini bersifat individual.

Konsumsi infusa daun sirsak sesuai hasil penelitian menunjukkan

peningkatan hemoglobin maka dapat dikatakan bahwa infusa daun sirsak dapat

berguna terutama bagi orang yang mengalami anemia. Karena anemia

merupakan keadaan kekurangan hemoglobin. Hemoglobin disini berguna

sebagai alat transportasi oksigen dan karbondioksida yang dibawa ke seluruh

tubuh sehingga dapat mempertahankan keadaan hemoglobin tetap pada range

yang normal.

b. Pemeriksaan terhadap kadar eritrosit (RBC) tikus betina.

Hasil uji paired T-test pada kadar eritrosit pre dan post perlakuan infusa

daun sirsak dan kontrol menunjukkan perbedaan bermakna pada dosis infusa

daun sirsak 108 mg/kgBB, perbedaan ini dilihat dari nilai meanSEM yakni

terjadi peningkatan kadar eritrosit. Pada pre perlakuan infusa daun sirsak 108

mg/kgBB nilai meanSEM adalah 7,800,18 dan post perlakuan adalah

8,320,12. Perbedaan kebermaknaan ini sesungguhnya masih dalam batas

normal karena pada hasil uji Scheffe (Tabel XXV) diperoleh bahwa terdapat

perbedaan tidak bermakna pada dosis infusa daun sirsak 108 mg/kgBB

dibandingkan terhadap kontrol.

Hasil uji paired T-test pada dosis infusa daun sirsak 180; 301; 503

mg/kgBB menunjukkan perbedaan tidak bermakna yang berarti perlakuan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 84

infusa daun sirsak selama 30 hari tidak berpengaruh terhadap kadar eritrosit.

Setelah uji paired T-test tahap uji selanjutnya adalah uji One Way Anova untuk

melihat pengaruh pemberian infusa daun sirsak antar kelompok perlakuan

selama 30 hari. Hasil uji One Way Anova menunjukkan nilai probabilitas 0,031

artinya nilai p<0,05. Nilai probabilitas ini menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan dibandingkan terhadap

kontrol.

Uji selanjutnya adalah uji Scheffe untuk melihat ketegasan kelompok

perlakuan mana sajakah yang menunjukkan perbedaan yang signifikan. Dan

tujuan uji Scheffe ini juga untuk melihat kekerabatan spektrum efek toksik yang

ditimbulkan infusa daun sirsak dengan dosis pada tiap kelompok perlakuan.

Hasil yang diperoleh pada uji ini adalah terdapat perbedaan tidak bermakna

tiap kelompok perlakuan infusa daun sirsak dan tidak ada hubungan

kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Pada diagram batang (gambar

15), mengungkapkan hubungan kekerabatan spektrum efek toksik dengan

dosis. Nilai eritrosit digunakan untuk memantau derajat anemia. Jadi

peningkatan eritrosit dalam menunjukkan bahwa tikus jantan tidak mengalami

anemia. Penurunan eritrosit menunjukkan anemia leukimia, penurunan fungsi

ginjal dan talasemia.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 85

Tabel XXIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar eritosit
(RBC) tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk MeanSEM
Kadar eritrosit

Perlakuan Pre (juta/L) Post (juta/L) Nilai p


Mean SEM Mean SEM

Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 7,800,18 8,320,12 0,040B


Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 8,030,15 7,010,5 0,122TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 8,160,12 7,640,32 0,285TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 7,880,15 8,020,10 0,188TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 8,290,28 8,300,28 0,950TB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05

Gambar 15. Diagram batang rata-rataSEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar eritrosit tikus betina antar kelompok perlakuan

Tabel XXX. Hasil uji Scheffe kadar eritrosit (RBC) tikus betina setelah pemberian infusa
daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 86

c. Pemeriksaan terhadap kadar hematokrit (HCT) tikus betina

Hasil uji paired T-test pada tabel XXXI menunjukkan perbedaan

bermakna pada kelompok kontrol aquadest yakni penurunan kadar/nilai

hematokrit dilihat dari nilai Mean SEM yaitu pada pre perlakuan 49,061,8

dan post adalah 49,061,8. Apabila dilihat pada hasil uji Scheffe (tabel

XXVII) menunjukkan perbedaan tidak bermakna dan hal ini bersifat

individual dan tidak dapat mewakili semua kelompok perlakuan. Sedangkan

pada perlakuan infusa daun sirsak 108; 180, 301; dan 503 mg/kgBB

menunjukkan perbedaan tidak bermakna pada kadar hematokrit.

Pada tabel One Way Anova menunjukkan probabilitas 0,137 yang

menunjukkan pengaruh infusa daun sirsak berbeda tidak bermakna terhadap

kadar/nilai hematokrit tikus betina. Uji Scheffe yang dilakukan setelah uji

One Way Anova bertujuan untuk menegaskan perbedaan bermakna dan tidak

bermakna pada tiap kelompok perlakuan. Hasil yang diperoleh adalah pada

tiap kelompok perlakuan yang dibandingkan terhadap kontrol aquadest

berbeda tidak bermakna. Begitu juga pada diagram batang (gambar 16),

menggungkapkan tidak adanya kekerabatan antar spektrum efek toksik dan

dosis.

Peningkatan nilai hematokrit menunjukkan adanya konsentrasi darah

yang semakin kental, diasumsikan bahwa banyak plasma darah yang keluar

dari pembuluh darah. Jika terjadi penurunan hematokrit maka konsentrasi

darah menurun dan hal ini terjadi pada orang yang anemia. Dalam penelitian

ini, menunjukkan bahwa infusa daun sirsak tidak memberikan pengaruh yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 87

signifikan terhadap nilai hematokrit pada tikus betina seperti halnya pada nilai

hematokrit tikus jantan.

Tabel XXXI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar hematokrit
(HCT) tikus betina tiap kelompok perlakuan disajikan dlm bentuk MeanSEM
Kadar Hematokrit (HCT)
Post (%)
Perlakuan Pre (%) p
Mean SEM
Mean SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 47,021,32 48,721,18 0,157TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 49,461,05 41,163,7 0,063TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 48,781,22 42,882,47 0,159TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 47,921,09 46,780,5 0,310TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 49,061,8 49,061,8 0,001B
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05

Gambar 16. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar hematokrit (HCT) tikus betina antar kelompok perlakuan

Tabel XXXII. Hasil uji Scheffe kadar hematokrit (HCT) tikus betina setelah pemberian
infusa daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/gBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 88

d. Pemeriksaan terhadap kadar leukosit (WBC) tikus betina

Pada tabel XXXIII menunjukkan hasil analisis uji paired T-test kadar

leukosit tikus betina sebelum perlakuan maupun setelah perlakuan infusa daun

sirsak selama 30 hari. Hasil yang diperoleh adalah terdapat perbedaan

bermakna pada infusa daun sirsak 180, 301 juga kelompok kontrol aquadest

503 mg/kgBB. Perbedaan bermakna ini dilihat dari nilai MeanSEM yakni

terjadi peningkatan leukosit. Pada infusa daun sirsak 180 mg/kgBB nilai Mean

SEM pada pre perlakuan adalah 9.22010.35,35 dan pada post perlakuan

adalah 13.6581.503,59 sedangkan pada infusa daun sirsak 301 mg/kgBB

nilai MeanSEM pre perlakuan adalah 7.530483,29 dan pada post perlakuan

12.8601.547,03 tetapi apabila dilihat penegasan kebermaknaan ini dengan uji

Scheffe yang membandingkan data post kadar leukosit dengan kontrol

aquadest namun tidak ditemukan adanya perbedaan bermakna. Peningkatan

kadar leukosit masih termasuk masih dalam batas normal dalam penelitian ini.

Untuk infusa daun sirsak 018 mg/kgBB dan 503 mg/kgBB, berdasarkan hasil

uji paired T-test menunjukkan hasil berbeda tidak bermakna.

Hasil uji One Way Anova menunjukan nilai probabilitas 0,848. Hal ini

berarti pemberian infusa daun sirsak tidak memperngaruhi kadar leukosit. Dan

perubahan/peningkatan masih dalam batas normal. Hasil uji Scheffe (tabel

XXIV) menegaskan bahwa tidak ada kekerabatan spektrum efek toksik

dengan dosis. Diagram batang (gambar 17) menunjukkan tidak berbeda

bermakna, dan tidak adanya hubungan kekerabatan dengan dosis.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 89

Peningkatan jumlah leukosit disebabkan oleh leukemia serta gangguan

pada sumsum tulang sedangkan penurunan jumlah leukosit disebabkan oleh

infeksi virus, leukemia, anemia aplastik (pernisiosa).

Tabel XXXIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar leukosit
(WBC) tikus betina tiap kelompok
Kadar leukosit (WBC)
Post (/L)
Perlakuan Pre (/L) Nilai p
Mean SEM
Mean SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 7.854952,48 13.8063.098,04 0,177TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 9.2201.035,35 13.6581.503,59 0,014B
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 7.530483,29 12.8601.574, 03 0,010B
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 8.518419,39 13.454832,57 0,005TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 8.100 549,73 15.9282.237,22 0,030B
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05

Gambar 17. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar leukosit (WBC) tikus betina antar kelompok perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 90

Tabel XXXIV. Hasil uji Scheffe kadar leukosit (WBC) tikus betina setelah pemberian infusa
daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest

e. Pemeriksaan terhadap kadar MCV tikus betina

Pada tabel XXXV menunjukkan hasil analisis paired T-test kadar

MCV sebelum dan sesudah perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari.

Pada infusa daun sirsak 108 mg/kgBB diperoleh hasil berbeda bermakna

dilihat dari nilai Mean SEM yakni terjadi penurunan MCV pada tikus

betina. Apabila dilihat perbandingan pre dan post perlakuan infusa daun

sirsak, pada semua kelompok perlakuan serta kelompok kontrol aquadest

terjadi penurunan kadar MCV. Penurunan kadar MCV ini bersifat individual

karena nilai MeanSEM pada tiap kelompok perlakuan menunjukkan nilai

yang semakin meningkat atau semakin menurun seiring peningkatan dosis.

Pada infusa daun sirsak 180; 301, 503 mg/kgBB terdapat perbedaan

tidak bermakna. Hasil uji One Way Anova diperoleh nilai p 0,459 maka nilai

p>0,05 artinya terdapat perbedaan tidak bermakna pada kadar MCV tikus

betina akibat perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari.

Hasil uji Scheffe untuk melihat penegasan hasil kebermaknaan antar

kelompok perlakuan yang dibandingkan dengan kontrol aquadest dan

menilai kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Hasil uji Scheffe
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 91

XXXVI menunjukkan perbedaan tidak bermakna pada tiap kelompok

perlakuan apabila dibandingkan dengan kontrol dan tidak ditemukan

kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Dapat dilihat juga pada

gambar 19, diagram batang rata-rata kadar MCV menunjukkan tidak adanya

kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis.

Pada penelitian ini, terdapat penurunan MCV dilihat dari nilai

MeanSEM (tabel XXXV). Namun penurunan MCV pada tikus betina ini,

tidak signifikan setelah di analisis dengan uji Scheffe. Implikasi klinik

terhadap kadar MCV adalah bahwa pada penurunan nilai MCV terlihat pada

pasien anemia kekurangan besi, anemia pernisiosa dan talasemia disebut

juga anemia mikrositik.

Peningkatan nilai MCV terlihat pada penyakit hati, kekurangan

folat/vitamin B12, dan terapi valproat, yang disebut juga anemia makrositik.

Tabel XXXV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar MCV tikus
betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk MeanSEM
Kadar MCV
Perlakuan Pre (fl) Post (fl) Nilai p
Mean SEM Mean SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 60,260,76 58,501,04 0,033B
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 61,641,36 58,482,27 0,060TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 59,780,84 55,961,07 0,089TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 60,780,45 58,360,9 0,055TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 59,160,53 56,260,73 0,048B
Keterangan; TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 92

Gambar 18. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar MCV tikus betina antar kelompok perlakuan

Tabel XXXVI. Hasil uji Scheffe kadar MCV tikus betina setelah pemberian infusa daun
sirsak selama 30 hari
Perlakuan (mg/kg BB) IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333

IDS 108 - TB TB TB TB

IDS 180 TB - TB TB TB

IDS 301 TB TB - TB TB

IDS 503 TB TB TB - TB

KA 8333 TB TB TB TB -

Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mgk/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest

f. Pemeriksaan terhadap kadar MCH tikus betina

Hasil analisis data kadar MCH tikus betina yang mendapat

perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari yang diuji dengan uji paired

T-test menunjukkan perbedaan tidak bermakna pada kelompok tikus

betina yang mendapat perlakuan infusa daun sirsak 108;, 180;, 503
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 93

mg/kgBB sedangkan kelompok tikus betina yang menerima perlakuan

infusa daun sirsak 301 mg/kgBB menunjukkan perbedaan bermakna.

Untuk melihat secara lebih nyata ada tidaknya perbedaan bermakna dan

tidak bermakna ini dilanjutkan dengan uji One Way Anova dan uji Scheffe.

Uji One Way Anova untuk melihat pengaruh pemberian infusa daun sirsak

antar kelompok perlakuan yang dibandingkan dengan kontrol aquadest

sedangkan uji Scheffe untuk melihat kelompok perlakuan mana sajakah

yang berbeda secara nyata apabila dibandingkan dengan kontrol aquadest.

Hasil uji One Way Anova menunjukkan nilai probabilitas 0,595.

Nilai p>0,05 menunjukkan perbedaan tidak bermakna terhadap kadar MCH

antar kelompok perlakuan bila dibandingkan dengan kontrol. Hal ini berarti

infusa daun sirsak tidak berpengaruh terhadap kadar MCH yang diberikan

pada tiap kelompok perlakuan selama 30 hari.

Hasil uji Scheffe (tabel XXXIII) juga menentukan bahwa terdapat

perbedaan tidak bermakna pada tiap kelompok perlakuan dan tidak adanya

kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Diagram batang (gambar

19), yang turut menjelaskan bahwa tidak ada kekerabatan spektrum efek

toksik dengan dosis.

Tabel XXXVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar MCH
tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean SEM
Kadar MCH
Perlakuan Pre (pg) Post (pg) P
Mean SEM Mean SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 19,280,11 19,420,24 0,544TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 19,160,33 19,700,41 0,015B
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 18,860,14 19,320,96 0,110TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 19,160,81 19,980,44 0,093TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 19,000,11 19,480,21 0,058TB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 94

Gambar 19. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar MCH tikus betina antar kelompok perlakuan

Tabel XXXVIII. Hasil uji Scheffe kadar MCH tikus betina setelah pemberian infusa daun
sirsak selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest

g. Pemeriksaan terhadap kadar MCHC tikus betina

Tabel XXXIX merupakan hasil analisis kadar MCHC dengan

paired T-test sebelum dan sesudah perlakuan infusa daun sirsak selama 30

hari. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada semua kelompok

perlakuan terdapat perbedaan yang bermakna. Perbedaan bermakna yang

dimaksud adalah terjadi peningkatan kadar MCHC dilihat dari nilai

MeanSEM pada tiap kelompok perlakuan infusa daun sirsak maupun pada
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 95

kontrol aquadest. Tetapi apabila dilihat hasil uji Scheffe (tabel XL),

terdapat perbedaan tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan. Hasil

uji One Way Anova juga menunjukkan nilai probabilitas 0,354. Nilai

p>0,05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tidak bermakna pada kadar

MCHC yang mendapat perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari apabila

dibandingkan dengan kontrol. Ditemukan informasi juga bahwa tidak

terdapat kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis dilihat dari hasil uji

Scheffe dan profil diagram batang (gambar 20).

Peningkatan pada kadar MCHC dalam penelitian ini, dimungkinkan

karena ada kaitanya dengan peningkatan hemoglobin pada tikus betina

(tabel 27), namun peningkatan ini juga tidak signifikan dan masih dalam

batas normal.

Tabel XXXIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar MCHC
tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean SEM
Kadar MCHC
Perlakuan Pre (g/dL) Post (g/dL) Mean Nilai p
Mean SEM SEM

Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 320,25 33,220,49 0,010B


Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 31,10,21 33,860,71 0,007B
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 31,560,47 34,560,60 0,029B
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 31,520,25 34,240,26 0,001B
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 32,080,35 34,640,51 0,032B
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 96

Gambar 20. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar MCHC tikus betina antar kelompok perlakuan

Tabel XL. Hasil uji Scheffe kadar MCHC tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak
selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest

h. Pemeriksaan terhadap kadar RDW tikus betina

Tabel XLI menunjukkan perbedaan bermakna kadar RDW tikus

betina pada kelompok infusa daun sirsak 108 mg/kgBB. Perbedaan

bermakna yang dimaksud adalah peningkatan kadar RDW dari pre

perlakuan dan post perlakuan dilihat dari nilai Mean SEM. Nilai Mean

SEM pre perlakuan 14,880,18 dan post perlakuan 18,160,31.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 97

Akan tetapi bila dilihat pada hasil uji scheffe terdapat perbedaan

tidak bermakna maka dapat disimpulkan peningkatan kadar RDW masih

dalam batas normal. Hasil uji Anova pada kadar RDW menunjukkan nilai

probabilitas 0,037. Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan bermakna

antar kelompok perlakuan. Hasil uji Scheffe dan profil diagram batang

kadar RDW menunjukkan tidak adanya kekerabatan spektrum efek toksik

dengan dosis. Perbedaan bermakna yang diperoleh pada kelompok infusa

daun sirsak 108 mg/kgBB bersifat individual. Jadi pemberian infusa daun

sirsak selama 30 hari tidak berpengaruh terhadap kadar RDW. RDW

digunakan sebagai parameter pengukuran kisaran ukuran sel darah merah.

Hasil tes ini dapat membantu mendiagnosis jenis anemia dan kekurangan

beberapa vitamin.

Implikasi klinis terhadap peningkatan Red Blood Cell Distribution

Width) (RDW) adalah terjadi anemia makrositik dan sebaliknya penurunan

RDW menunjukkan adanya anemia jenis mikrositik.

Tabel XLI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar RDW tikus
betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean SEM
Kadar RDW
Perlakuan Pre (%) Post (%) Nilai p
Mean SEM Mean SEM

Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 14,880,18 18,160,31 0,002B


Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 15,720,52 15,960,65 0,817TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 15,220,29 16,060,74 0,443TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 15,640,67 17,460,47 0,131TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 15,120,59 17,080,33 0,036B
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 98

Gambar 21. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar RDW tikus betina antar kelompok perlakuan

Tabel XLII. Hasil uji Scheffe kadar RDW tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak
selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest

i. Pemeriksaan terhadap kadar trombosit (PLT) tikus betina.

Hasil analisis terhadap kadar trombosit (PLT) tikus betina,

menunjukkan bahwa pada perbandingan Mean SEM sebelum (pre) dan

sesudah (post) perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan tidak bermakna pada kelompok infusa daun sirsak

108;, 180; 301 mg/kgBB dan pada kontrol aquadest 8333 mg/kgBB. Pada

infusa daun sirsak 503 mg/kgBB menunjukkan perbedaan yang bermakna


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 99

yaitu peningkatan kadar trombosit (PLT). Namun apabila dilihat pada tabel

hasil uji Scheffe, hal menunjukkan perbedaan tidak bermakna.

Hasil uji One Way Anova menunjukkan nilai probabilitas 0,068 dari

nilai probabilitas ini dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan tidak

perbedaan bermakna pada tiap kelompok perlakuan dan infusa daun sirsak

yang diberikan selama 30 hari tidak berpengarruh terhadap kadar trombosit

tikus betina. Hasil uji Scheffe (tabel XLIV) menunjukkan tidak adanya

kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Dapat dilihat juga pada

diagram batang rata-rata kadar trombosit/PLT (gambar 22).

Tabel XLIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar Trombosit
(PLT) tikus betina tiap kelompok
Kadar trombosit
Perlakuan Pre (/L) Post (L) Nilai p
Mean SEM Mean SEM
Infusa daun sirsak
981.60044.677,28 929.8001.0931 0,509TB
108 mg/kg BB
Infusa daun sirsak
894.20071.556,55 961.20034.249,67 0,204TB
180 mg/kg BB
Infusa daun sirsak
838.00036.246,37 885.80080.071,46 0,576TB
301 mg/kg BB
Infusa daun sirsak
958.40025.669,41 1.188.40079.169,18 0,037B
503 mg/kg BB
Kontrol aquadest
983.200 20.703,62 908.60056.875,83 0,214TB
8333 mg/kg BB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 100

Gambar 22. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar trombosit (PLT) tikus betina antar kelompok perlakuan

Tabel XLIV. Hasil uji Scheffe kadar trombosit (PLT) tikus betina setelah pemberian infusa
daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest

j. Pemeriksaan terhadap kadar limfosit tikus betina.

Hasil analisis terhadap data kadar limfosit tikus betina dengan

membandingkan data kadar sebelum (pre) perlakuan dan sesudah (post)

perlakuan infusa daun sirsak menunjukkan perbedaaan tidak bermakna pada

kelompok infusa daun sirsak 108; 503 mg/kgBB serta kelompok kontrol

aquadest. Pada infusa daun sirsak 180;, 301 mg/kgBB terdapat perbedaan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 101

yang bermakna yaitu terjadi penurunan kadar limfosit, dilihat dari nilai

Mean SEM. Nilai Mean SEM infusa daun sirsak 180 mg/kgBB pre

perlakuan infusa daun sirsak adalah 78,81,96 dan post perlakuan infusa

daun sirsak adalah 67,23,58 Sedangkan nilai Mean SEM infusa daun

sirsak 301 mg/kgBB pre perlakuan infusa daun sirsak adalah 77,83,39 dan

post perlakuan infusa daun sirsak adalah 66,23,9.

Apabila dilihat tabel XLV, hasil uji Scheffe menunjukkan

perbedaan tidak bermakna antar kelompok perlakuan bila dibandingkan

dengan dosis. Dan uji scheffe ini dapat dijadikan juga sebagai indikator

penilaian kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Pada hasil uji ini

tidak ditemukan kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Pada

gambar 22, profil diagram batang rata-rata kadar limfosit menunjukkan

bahwa tidak terdapat kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis.

Tabel XLV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar Limfosit
tikus betina tiap kelompok
Kadar limfosit
Perlakuan Pre (%) Post (%) Nilai p
Mean SEM Mean SEM

Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 756,53 69,22,49 0,478TB


Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 78,81,96 67,23,58 0,046B
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 77,83,39 66,23,9 0,045B
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 77,62,27 73,82,53 0,139TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 77,62,42 71,23,27 0,056TB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 102

Gambar 23. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar limfosit tikus betina antar kelompok perlakuan

Tabel XLVI. Hasil uji Scheffe kadar limfosit tikus betina setelah pemberian infusa daun
sirsak selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest

k. Pemeriksaan terhadap kadar neutrofil tikus betina

Hasil uji paired T-test kadar neutrofil menunjukkan perbedaan

tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan. Hal ini berarti infusa

daun sirsak tidak berpengaruh terhadap perubahan kadar neutrofil.

Selanjutnya pada uji One Way Anova menunjukkan nilai probabilitas 0,152.

Nilai p>0,05 menunjukkan bahwa pada tiap kelompok perlakuan terdapat


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 103

perbedaan tidak bermakna yang ditimbulkan oleh pemberian infusa daun

sirsak selama 30 hari. Hasil uji Scheffe menunjukkan bahwa tidak terdapat

kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Dapat juga dilihat pada

gambar 23, profil diagram batang rata-rata kadar neutrofil.

Tabel XLVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar neutrofil
tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean SEM
Perlakuan Kadar neutrofil Nilai p
Pre (%) Post (%)
Mean SEM Mean SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 20,26,18 222,47 0,813TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 171,26 26,63,64 0,058TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 19,23,31 26,84,07 0,153TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 15,60,93 161,51 0,779TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 16,42,27 21,83,7 0,090TB
Keterangan: TB= berbeda tidak bermakna jika p>0,05 B= berbeda bermakna jika p <0,05

Gambar 24. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar neutrofil tikus betina antar kelompok perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 104

Tabel XLVIII. Hasil uji Scheffe kadar neutrofil tikus betina setelah pemberian infusa daun
sirsak selama 30 hari
Perlakuan (mg/kg
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest

l. Pemeriksaan terhadap kadar monosit tikus betina

Hasil uji normalitas kadar monosit tikus betina dengan

Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai probabilitas 0,031 dengan

demikian p<0,05 yang berarti distribusi data tidak normal. Analisis tidak

dapat menggunakan One Way Anova karena distribusi data tidak normal.

Untuk data kadar monosit ini di uji dengan paired T-test kemudian di uji

dengan uji non parametrik Kruskal-Wallis dan uji post hoc Mann-Whitney.

Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan nilai probabilitas 0,323 yang berarti

tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tiap kelompok perlakuan.

Selanjutnya, uji Mann-Whitney untuk membandingkan data post perlakuan

infusa daun sirsak dan data kontrol aquadest. Di peroleh bahwa

perbandingan perlakuan antar dosis menunjukkan perbedaan tidak

bermakna.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 105

Tabel XLIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar monosit
tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk MeanSEM
Perlakuan Kadar monosit
Pre (%) Post (%) Nilai p
Mean SEM Mean SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 3,80,86 60,63 0,020B
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 30,84 5,21,24 0,086TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 1,80,86 5,80,66 0,037B
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 4,80,97 81,45 0,083TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 4,81,46 5,80,37 0,430TB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05

Gambar 25. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar monosit tikus betina antar kelompok perlakuan

Tabel L. Hasil uji Mann-Whitney kadar monosit tikus betina setelah pemberian infusa daun
sirsak selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 106

m. Pemeriksaan terhadap kadar eosinofil tikus betina

Seperti pada uji normalitas pada kadar monosit, hasil uji normalitas

kadar eosinofil juga menunjukkan nilai P<0,05 yaitu 0,009. Maka analisis

yang digunakan adalah analisis non parametrik Kruskal-Wallis dan analisis

Post hoc (Mann-Whitney).

Tabel LI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar eosinofil darah
tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean SEM
Perlakuan Kadar eosinofil Nilai p
Pre (%) Post (%)
Mean SEM Mean SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 10 2,81,39 0,266TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 1,20,37 10 0,621TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 1,20,20 1,20,37 1,00TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 2,00,77 2,20,96 0,621TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 1,20,20 1,20,49 1,00TB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05

Gambar 26. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar eosinofil tikus betina antar kelompok perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 107

Tabel LII. Hasil uji Mann-Whitney kadar eosinofil tikus betina setelah pemberian infusa
daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - B
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest

Hasil uji paired T-test pada kadar eosinofil pre dan post perlakuan

infusa daun sirsak selama 30 hari menunjukkan perbedaan tidak bermakna

pada tiap kelompok perlakuan. Tahap uji selanjutnya adalah uji Kruskal-

Wallis. Hasil uji Kruskal-Wallis pada kadar eosinofil post perlakuan

menunjukkan nilai probabilitas 0,643. Nilai ini menandakan bahwa tidak

terdapat perbedaan bermakna pada perubahan kadar eosinofil. Untuk

mengetahui secara jelas kelompok perlakuan mana yang menunjukkan

perbedaan maka dilakukan analisis menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil

analisis Mann-Whitney menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan

infusa daun sirsak 503 mg/kgBB yang dibandingkan terhadap kontrol

aquadest menunjukkan perbedaan yang bermakna dan fenomena ini bersifat

individual sebab pada kelompok perlakuan infusa daun sirsak 108, 180, 301

mg/kgBB, yang dibandingkan terhadap kontrol menunjukkan perbedaan

tidak bermakna. Hal ini berarti infusa daun sirsak yang diberikan selama

30 hari tidak berpengaruh terhadap kadar eosinofil dan tidak ada

kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis. Hasil uji Mann-
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 108

Whitney juga dapat memberikan informasi mengenai tidak adanya

kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Pada gambar 26, diagram

batang rata-rata kadar eosinofil menunjukkan tidak ada kekerabatan

spektrum efek toksik dengan dosis.

D. Pengamatan Perubahan Berat Badan Tikus Jantan dan Betina Akibat


Perlakuan Infusa Daun Sirsak

Perubahan berat badan baik pada tikus jantan dan tikus betina dilakukan

dengan menimbang berat badan tikus pada hari ke-0, 7, 14, 21, dan hari ke-28.

Data perubahan berat badan dianalisis dengan One Way Anova dilanjutkan dengan

General Linear Model. Semua data di uji dengan taraf kepercayaan 95%.

Perubahan berat badan diamati pada masing-masing tikus yakni tikus

jantan dan betina, hal ini karena adanya perubahan berat badan yang terjadi

merupakan salah satu parameter pendukung jika terjadi gejala toksik pada

pemberian infusa daun sirsak. Berkurangnya berat badan merupakan indeks efek

toksik sederhana namun sensitif (Lu, 1995).

Tabel LIII. Purata berat badanSEM tikus jantan hari ke-0, ke-7, ke-14, ke-21, dan ke-28
akibat perlakuan infusa daun sirsak dan kontrol aquadest

Perlakuan Pada Tikus Mean BB Tikus Jantan SEM (gram)


N
Jantan 0 7 14 21 28
IDS 108 mg/kgBB 5 234,913,11 246,58,34 267,19,33 279,111,02 295,18,94
IDS 180 mg/kgBB 5 237,111,73 252,710,55 274,411,79 289,111,98 303,29,94
IDS 301 mg/kgBB 5 227,315,03 256,613,67 272,49,73 281,69,05 294,99,30
IDS 503 mg/kgBB 5 235,811,95 25610,78 2708,07 283,96,65 298,26,56
KA 8333 mg/kgBB 5 23912,73 255,911,50 276,111,08 289,68,44 298,67,55
Keterangan: IDS 108 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
N = Jumlah tikus jantan dalam tiap perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 109

Tabel LIV. Purata berat badanSEM Tikus Betina hari ke-0, ke-7, ke-14, ke-21, dan ke-28
akibat pemejanan dan infusa daun sirsak dan kontrol aquadest

Perlakuan Pada Tikus Mean BB Tikus BetinaSEM (gram )


N
Betina 0 7 14 21 28
IDS 108 mg/kgBB 5 194,48,11 191,74,79 196,22,81 201,53,43 206,34,69
IDS 180 mg/kgBB 5 202,89,45 202,76,57 2067,54 212,28,07 2247,36
IDS 301 mg/kgBB 5 192,55,14 186,85,44 188,25,83 192,54,48 1976,07
IDS 503 mg/kgBB 5 195,44,21 194,76,00 1948,60 194,18,97 2028,36
KA 8333 mg/kgBB 5 194,85,15 191,46,57 1936,25 1958,39 199,57,83
Keterangan: IDS 108 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kg BB = Perlakuan Kontrol Aquadest
N = Jumlah tikus betina dalam tiap perlakuan

Data tabel LIII dan tabel LIV, menunjukkan purata berat badan tikus tiap

kelompok SEM. Dengan demikian, apabila purata berat badan dikurangi atau

ditambah dengan SEM akan menunjukkan rentang nilai berat badan tikus dari

yang paling ringan sampai berat badan tikus yang paling tinggi. Data ini

kemudian dianalisis dengan General Linear Model. Hasil analisis menunjukkan

bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara berat badan pada tikus jantan

maupun tikus betina yang menerima perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok

perlakuan kontrol.

Berat badan tikus jantan (tabel LIII) menunjukkan pertambahan berat

badan yang semakin meningkat seiring bertambahnya waktu (hari 0-28). Dan hal

yang sama pada berat badan tikus betina (tabel LIV). Hasil analisis ini

menunjukkan bahwa perlakuan infusa daun sirsak tidak berpengaruh terhadap

berat badan tikus. Pertambahan berat badan yang terjadi diakibatkan oleh

pertumbuhan tikus secara normal.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 110

Gambar 27. Grafik perubahan berat badan tikus jantan selama pemberian infusa daun
sirsak hari ke-0 sampai hari ke-28 pada tiap kelompok dosis
Keterangan : Dosis 1= pemberian infusa daun sirsak 108 mg/kgBB
Dosis 2= pemberian infusa daun sirsak 180 mg/kgBB
Dosis 3= pemberian infusa daun sirsak 301 mg/kgBB
Dosis 4= pemberian infusa daun sirsak 503 mg/kgBB
Kontrol = pemberian aquadest 8333 mg/kgBB

Gambar 28. Grafik perubahan berat badan tikus betina selama pemberian infusa daun
sirsak hari ke-0 sampai hari ke-28 pada sesuai kelompok dosis
Keterangan : Dosis 1= pemberian infusa daun sirsak 108 mg/kgBB
Dosis 2= pemberian infusa daun sirsak 180 mg/kgBB
Dosis 3= pemberian infusa daun sirsak 301 mg/kgBB
Dosis 4= pemberian infusa daun sirsak 503 mg/kgBB
Kontrol= pemberian aquadest 8333 mg/kgBB

Gambar 27 dan gambar 28, menunjukkan grafik perubahan berat badan

pada tikus jantan dan tikus betina. Penambahan berat badan pada tikus jantan dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 111

tikus betina berbeda karena tergantung juga pada kondisi fisik maupun banyaknya

asupan makan dan minum. Berat badan tikus jantan dari hari 0, 7, 14, 21, 28

semakin bertambah dan selanjutnya pada tikus betina juga bahwa seiring

pertambahan waktu terjadi juga berat badan tikus betina.

E. Pengamatan Terhadap Jumlah Konsumsi Makan Akibat Perlakuan


Infusa Daun Sirsak

Pengamatan terhadap jumlah konsumsi makan tikus merupakan juga

salah satu indikator pendukung dalam evaluasi penilaian terhadap gejala efek

toksik yang ditimbulkan oleh perlakuan infusa daun sirsak. Indikator konsumsi ini

digunakan untuk menilai pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap pola

makan dan minum.

Terdapat hubungan antara konsumsi (pola makan) terhadap perubahan

berat badan. Jika terjadi penurunan konsumsi (pola makan) maka dapat dikatakan

bahwa berat badan) juga berkurang. Konsumsi makanan yang secara nyata

berkurang dapat menimbulkan efek toksik atau bahkan memperberat manifestasi

toksik zat kimia.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 112

Gambar 29. Grafik jumlah asupan makan tikus jantan akibat perlakuan infusa daun sirsak
selama 30 hari
Keterangan: Dosis 1 = perlakuan infusa daun sirsak 108 mg/kgBB
Dosis 2 = perlakuan infusa daun sirsak 180 mg/kgBB
Dosis 3 = perlakuan infusa daun sirsak 301 mg/kgBB
Dosis 4 = perlakuan infusa daun sirsak 503 mg/kgBB
Kontrol aquadest 8333 mg/kgBB

Gambar 30. Grafik jumlah asupan makan tikus betina akibat perlakuan infusa daun sirsak
selama 30 hari
Keterangan: Dosis 1 = perlakuan infusa daun sirsak 108 mg/kgBB
Dosis 2 = perlakuan infusa daun sirsak 180 mg/kgBB
Dosis 3 = perlakuan infusa daun sirsak 301 mg/kgBB
Dosis 4 = perlakuan infusa daun sirsak 503 mg/kgBB
Kontrol aquadest 8333 mg/kgBB
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 113

Pada gambar 29, menunjukkan bahwa jumlah makan tikus jantan adalah

normal dari waktu ke waktu (hari). Pada gambar 30, grafik menunjukkan jumlah

makan tikus betina cukup bervariasi pada tiap dosis, secara khusus tikus betina

yang menerima perlakuan infusa daun sirsak dosis 2, mengalami siklus jumlah

makan yang tidak stabil. Namun, perbedaan variasi pola makan ini sesungguhnya

merupakan perbedaan yang tidak bermakna. Maka dapat disimpulkan bahwa

konsumsi (pola makan) tikus jantan dan betina ditunjukkan pada grafik (gambar

29 dan 30) adalah normal. Dengan demikian, pada pengamatan perubahan berat

badan yang semakin meningkat karena proses perkembangan dan pertumbuhan

tikus (tabel LIII dan tabel LIV) karena salah satu komponen pendukung

pertumbuhan yakni pola makan yang baik.

F. Pengamatan Terhadap Jumlah Konsumsi Minum Akibat Perlakuan


Infusa Daun Sirsak

Pengamatan terhadap jumlah konsumsi minum juga merupakan indikator

pendukung untuk menilai gejala toksisitas pengaruh perlakuan infusa daun

sirsak. Sama halnya dengan pengamatan terhadap berat badan dan konsumsi

(pola makan). Karena ketiga hal ini saling berkaitan satu sama lain.

Pada gambar 31 dan 32 menunjukkan bahwa jumlah asupan minum

tikus jantan dan betina seiring lamanya hari perlakuan infusa daun sirsak adalah

normal. Hasil pengamatan dan perhitungan terhadap jumlah asupan minum pada

tikus jantan maupun tikus betina tidak memberikan perbedaan signifikan. Maka

dapat disimpulkan bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak berpengaruh pada
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 114

konsumsi (pola minum) tikus jantan dan tikus betina dan tidak menunjukkan efek

toksik.

Gambar 31. Grafik jumlah asupan minum tikus jantan akibat perlakuan infusa daun sirsak
Keterangan: Dosis 1 = perlakuan infusa daun sirsak 108 mg/kgBB
Dosis 2 = perlakuan infusa daun sirsak 180 mg/kgBB
Dosis 3 = perlakuan infusa daun sirsak 301 mg/kgBB
Dosis 4 = perlakuan infusa daun sirsak 503 mg/kgBB
Kontrol aquadest 8333 mg/kgBB

Gambar 32. Grafik jumlah asupan minum tikus betina akibat perlakuan infusa daun
sirsak
Keterangan: Dosis 1 = perlakuan infusa daun sirsak 108 mg/kgBB
Dosis 2 = perlakuan infusa daun sirsak 180 mg/kgBB
Dosis 3 = perlakuan infusa daun sirsak 301 mg/kgBB
Dosis 4 = perlakuan infusa daun sirsak 503 mg/kgBB
Kontrol aquadest 8333 mg/kgBB
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 115

G. Rangkuman Pembahasan

Pada penelitian ini, perlakuan infusa daun sirsak secara subkronik

selama 30 hari pada tikus jantan dan betina menunjukkan bahwa infusa daun

sirsak tidak menimbulkan efek toksik yang berupa kekacauan atau perubahan

biokimiawi terhadap sistem hematologi tikus jantan dan betina (hemoglobin,

eritrosit, hematokrit, MCV, MCH, MCHC, RDW, leukosit, limfosit, eosinofil,

monosit, limfosit, netrofil, trombosit (PLT), LED jam I dan LED jam II). Dalam

penelitian ini juga, disimpulkan juga bahwa tidak ada kekerabatan antara

spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun sirsak. Informasi yang dapat

diperoleh dari penelitian ini bahwa terdapat peningkatan hemoglobin, MCH,

MCHC dan juga peningkatan leukosit (WBC), namun terjadi penurunan MCV.

Namun peningkatan maupun penurunan ini, merupakan fenomena individual saja.

Dan terjadi akibat perlakuan dari penelitian yang menyebabkan stress pada hewan

uji.

Hasil analisis data pada kadar hemoglobin, menunjukkan peningkatan

hemoglobin sesudah perlakuan secara bermakna pada dosis infusa daun sirsak 108

mg/kgBB dan 503 mg/kgBB tikus jantan, namun peningkatan ini masih dalam

batas normal. Pada analisis data kadar hemoglobin tikus betina terdapat

peningkatan kadar hemoglobin sesudah perlakuan secara bermakna pada dosis

infusa daun sirsak 108 mg/kgBB, hal yang sama juga menunjukkan bahwa

peningkatan kadar hemoglobin ini masih dalam batas normal pada tikus betina.

Peningkatan kadar hemoglobin setelah perlakuan infusa daun sirsak pada tiap

dosis ini memberikan perbedaan tidak bermakna terhadap kontrol aquadest.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 116

Hasil pengukuran kadar hemoglobin antar kelompok perlakuan baik pada

tikus jantan maupun tikus betina setelah 30 hari menunjukkan perbedaan tidak

bermakna. Hal ini berarti perlakuan infusa daun sirsak tidak ditemukan adanya

kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun sirsak.

Pada analisis data kadar eritrosit tikus jantan terdapat peningkatan

eritrosit secara bermakna setelah perlakuan infusa daun sirsak 503 mg/kgBB

sedangkan pada kadar eritrosit tikus betina terdapat peningkatan eritrosit setelah

perlakuan infusa daun sirsak 108 mg/kgBB. Namun, peningkatan kadar eritrosit

pada tikus jantan dan tikus betina ini menunjukkan peningkatan dalam batas

normal dan hal ini merupakan fenomena individual. Dapat juga dilihat dari hasil

pengukuran kadar eritrosit antar kelompok perlakuan pada tikus jantan maupun

tikus betina setelah 30 hari yang menggambarkan perbedaan tidak bermakna jika

dibandingkan terhadap kontrol aquadest. Hal ini berarti tidak ada kekerabatan

antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun sirsak.

Analisis kadar hematokrit sebelum perlakuan dan setelah perlakuan,

menunjukkan perbedaan tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan. Hal ini

berlaku baik pada tikus jantan maupun tikus betina. Selanjutnya, pengukuran

kadar hematokrit antar kelompok perlakuan selama 30 hari setelah perlakuan

menunjukkan juga perbedaan tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan

infusa daun sirsak yang dibandingkan terhadap kontrol aquadest. Hal ini berarti

tidak ada kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun

sirsak.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 117

Hasil pemeriksaan terhadap kadar leukosit tikus jantan menunjukkan

peningkatan kadar leukosit setelah perlakuan secara bermakna pada kelompok

perlakuan infusa daun sirsak 180, 301, 503 mg/kgBB sedangkan pada tikus betina

menunjukkan peningkatan kadar leukosit juga pada kelompok perlakuan 301

mg/kgBB;, 503 mg/kgBB. Pengukuran kadar leukosit tikus jantan maupun tikus

betina setelah perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari menunjukkan

perbedaan tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak

yang dibandingkan dengan kontrol aquadest. Hal ini berarti tidak ada kekerabatan

antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun sirsak.

Untuk hasil pengukuran kadar MCV tikus jantan menggambarkan

penurunan kadar MCV setelah perlakuan secara bermakna pada kelompok

perlakuan infusa daun sirsak 180;, dan 301 mg/kgBB sedangkan pada kadar MCV

tikus betina menggambarkan penurunan kadar MCV setelah perlakuan secara

bermakna pada kelompok kontrol aquadest dan kelompok infusa daun sirsak 108

mg/kgBB. Namun penurunan MCV ini masih dalam batas normal dan bersifat

individual. Hasil pengukuran kadar MCV tikus jantan maupun tikus betina setelah

pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari antar kelompok perlakuan

menunjukkan perbedaan tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan. Hal ini

berarti tidak ada kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa

daun sirsak.

Pada semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak tikus jantan

memberikan informasi perubahan kadar MCH sebelum dan setelah pemberian

infusa daun sirsak secara tidak bermakna. Pada kelompok perlakuan infusa daun
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 118

sirsak 180 mg/kgBB tikus betina menunjukkan peningkatan kadar MCH yang

bermakna dibandingkan dengan kadar MCH sebelumnya, namun peningkatan

yang terjadi masih dalam batas normal. Hal ini terlihat pada kadar MCH setelah

perlakuan infusa daun sirsak 180 mg/kgBB memberikan perbedaan yang tidak

bermakna terhadap kontrol aquadest.

Hasil pengukuran kadar MCH pada tikus jantan maupun tikus betina

setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari antar kelompok perlakuan

menunjukkan perbedaan tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan yang

dibandingkan dengan kontrol aquadest. Dengan demikian, berarti tidak ada

kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun sirsak.

Hasil pengukuran terhadap kadar MCHC tikus jantan dan betina setelah

perlakuan infusa daun sirsak dibandingkan dengan data sebelum perlakuan

menunjukkan peningkatan kadar MCHC secara bermakna pada semua kelompok

dosis kecuali pada kelompok infusa daun sirsak 180 mg/kgBB tikus jantan.

Namun peningkatan kadar MCHC yang terjadi masih dalam batas normal. Hal ini

dapat terlihat pada kadar MCHC setelah perlakuan infusa daun sirsak pada semua

kelompok dosis infusa daun sirsak memberikan perbedaan yang tidak bermakna

terhadap kontrol aquadest. Selanjutnya pengukuran kadar MCHC antar kelompok

perlakuan pada tikus jantan maupun tikus betina setelah infusa daun sirsak selama

30 hari antar kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan tidak bermakna.

Untuk itu dalam penelitian ini, infusa daun sirsak tidak memberikan pengaruh

terhadap MCHC dan tidak ditemukan adanya kekerabatan antara spektrum efek

toksik dengan dosis infusa daun sirsak.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 119

Pada kelompok perlakuan infusa daun sirsak 301;, 503 mg/kgBB tikus

jantan dan kelompok kontrol aquadest 8333 mg/kgBB menunjukkan peningkatan

kadar RDW setelah perlakuan dibandingkan kadar RDW sebelum perlakuan.

Namun peningkatan ini masih dalam batas normal. Hal ini terlihat pada infusa

daun sirsak 301, 503 mg/kgBB tikus jantan memberikan perbedaan yang tidak

bermakna terhadap kontrol aquadest.

Hasil pemeriksaan kadar RDW pada tikus betina setelah perlakuan infusa

daun sirsak menunjukkan juga peningkatan kadar pada kelompok dosis 108

mg/kgBB dan pada kelompok kontrol 8333 mg/kgBB. Seperti halnya pada tikus

jantan, peningkatan kadar ini masih dalam batas normal. Pengukuran kadar RDW

pada tikus jantan dan tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30

hari menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna pada semua kelompok

perlakuan infusa daun sirsak yang dibandingkan dengan kontrol aquadest. Maka

dapat disimpulkan bahwa perubahan kadar RDW pada tikus dan tikus betina

bersifat induvidual dan tidak ditemukan kekerabatan spektrum efek toksik dengan

dosis infusa daun sirsak.

Hasil pengukuran kadar trombosit (PLT) tikus jantan menunjukkan

peningkatan kadar setelah perlakuan dibandingkan dengan sebelum perlakuan

pada semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak namun peningkatan ini

berbeda tidak bermakna.

Pengukuran kadar trombosit (PLT) tikus betina setelah perlakuan pada

kelompok dosis infusa daun sirsak 503 mg/kgBB menunjukkan peningkatan yang

berbeda bermakna. Namun peningkatan ini juga masih dalam batas normal. Hal
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 120

ini dapat diamati pada kadar trombosit (PLT) setelah perlakuan infusa daun sirsak

503 mg/kgBB memberikan perbedaan yang tidak bermakna terhadap kontrol

aquadest.

Hasil pengukuran kadar trombosit (PLT) setelah pemberian infusa daun

sirsak selama 30 hari antar kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan yang

tidak bermakna. Hal ini berarti infusa daun sirsak tidak mempengaruhi kadar

trombosit (PLT) perubahan kadar trombosit (PLT).

Hasil pemeriksaan terhadap kadar limfosit tikus jantan dan tikus betina

diperoleh perubahan kadar limfosit pada tikus jantan setelah perlakuan infusa

daun sirsak dalam semua kelompok perlakuan menunjukan perbedaan tidak

bermakna sedangkan pada tikus betina terdapat penurunan kadar limfosit pada

kelompok dosis 301 mg/kgBB setelah perlakuan infusa daun sirsak. Hasil

pemeriksaan limfosit setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari antar

kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Hal ini

berarti infusa daun sirsak tidak mempengaruhi kadar perubahan kadar limfosit

dan tidak ada kekerabatn spektrum efek toksik dengan dengan dosis infusa daun

sirsak.

Hasil pemeriksaan terhadap jumlah persentase monosit tikus jantan

menunjukkan perbedaan bermakna pada kelompok dosis infusa daun sirsak 503

mg/kgBB. Perbedaan bermakna yang dimaksud adalah peningkatan persentase

setelah perlakuan infusa daun sirsak dibandingkan dengan sebelum perlakuan

sedangkan pada dosis infusa daun sirsak 108;, 180;, dan 301 mg/kgBB

menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Peningkatan persentase monosit


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 121

ini, bersifat individual dan masih dalam batas normal sehingga dapat disimpulkan

bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak berpengaruh terhadap kadar perubahan

persentase kadar monosit tikus jantan.

Pemeriksaan jumlah persentase monosit pada tikus betina menunjukkan

peningkatan persentase monosit yang berbeda bermakna pada perlakuan infusa

daun sirsak 301 mg/kgBB namun peningkatan ini masih dalam batas normal.

Dapat dilihat pada pemeriksaan persentase monosit setelah perlakuan infusa daun

sirsak 301 mg/kgBB memberikan gambaran perbedaan yang tidak bermakna

terhadap kontrol aquadest. Pemeriksaan persentase monosit tikus jantan dan tikus

betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 antar kelompok perlakuan

menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Hal ini mengandung arti bahwa

tidak ada kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun

sirsak.

Hasil pemeriksaan terhadap persentase netrofil tikus jantan dan tikus

setelah perlakuan infusa daun sirsak dibandingkan dengan sebelum perlakuan

menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan

dosis. Hal yang sama, bahwa pemeriksaan persentase netrofil pada tikus jantan

dan tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari antar

kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna yang

dibandingkan dengan kontrol aquadest. Hal ini berarti, pemberian infusa daun

sirsak tidak mempengaruhi perubahan persentase netrofil baik pada tikus jantan

maupun tikus betina.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 122

Hasil pemeriksaan terhadap persentase eosinofil tikus jantan dan tikus

betina setelah perlakuan infusa daun sirsak menunjukkan perbedaan yang tidak

bermakna pada semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak dibandingkan

dengan persentase eosinofil sebelum perlakuan infusa daun sirsak.

Pada pemeriksaan persentase eosinofil tikus jantan setelah pemberian

infusa daun sirsak selama 30 hari antar kelompok perlakuan menunjukkan

perbedaan bermakna antara dosis infusa daun sirsak 503 mg/kgBB dan kontrol

aquadest 8333 mg/kgBB. Hasil pemeriksaan persentase eosinofil tikus betina

antar kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Hal ini,

memberikan informasi bahwa tidak ada kekerabatan antara spektrum efek toksik

dengan dosis infusa daun sirsak.

Hasil pemeriksaan terhadap persentase basofil pada tikus jantan dan

betina menunjukkan bahwa pada semua kelompok dosis infusa daun sirsak

diperoleh 0% baik pada sebelum dan sesudah perlakuan infusa daun sirsak. Hal ini

menunjukkan bahwa pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari pada tiap

kelompok perlakuan tidak mempengaruhi perubahan persentase basofil.

Hasil pemeriksaan terhadap LED jam I dan LED jam II pada tikus jantan

dan tikus betina tidak diperoleh nilai LED baik pada jam I maupun pada LED jam

II. Maka dapat disimpulkan bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak

mempengaruhi ada tidaknya LED pada jam I maupun pada LED jam II.

Data lain sebagai informasi tambahan yang dapat mendukung dalam

penelitian ini adalah data perubahan berat badan, data jumlah asupan makan, dan

data jumlah asupan minum tikus jantan dan betina. Hasil analisis data perubahan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 123

berat badan menunjukkan perbedaan tidak bermakna baik pada berat badan tikus

jantan maupun tikus betina.

Perubahan berat badan pada tikus jantan maupun tikus betina disebabkan

oleh proses pertumbuhan dan juga oleh jumlah asupan makan dan minum.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemberian infusa daun sirsak secara

subkronik selama 30 hari tidak memberikan pengaruh terhadap berat badan tikus

jantan maupun tikus betina.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Tidak terdapat wujud efek toksik perubahan/kekacauan biokimia pada

komponen-komponen sistem hematologi (hemoglobin, eritrosit, hematokrit,

leukosit, limfosit, trombosit (PLT), RDW, MCV, MCH, MCHC, neutrofil,

monosit, eosinofil, basofil, LED jam I dan LED jam II).

2. Tidak ada hubungan kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak dengan

peningkatan efek toksik.

B. Saran

Perlu dilakukan uji toksisitas dengan jangka waktu yang lebih panjang

misalnya uji toksisitas selama 90 hari. Uji toksisitas kronis selama 90 hari

bertujuan untuk melacak ada tidaknya kekerabatan spektrum efek toksik dengan

dosis pada sistem hematologi.

124
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 125

DAFTAR PUSTAKA

Arthur, F. K. N., Woode, E., Terlabi, E.O., and Larbie, C., 2011, Evaluation of
Acute and Subchronic Toxicity of Annona Muricata (Linn.) Aqueous
Extract in Animals, Euro. J. Exp. Bio., 1 (4), 115 124.

Bicas, J. L., Molina, G., Dionisio, A. P., Baros, F. F. C., Wagner, R., Marostico,
M. R., et al., 2011, Volatile Constituents Of Exotic Fruits From Brazil,
Elsevier Ltd., 1843-1855.

BPOM RI, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Volume kelima, edisi pertama,
Direktorat Obat Asli Indonesia, Jakarta, pp. 3.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995, Farmakope


Indonesia, jilid 4, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta,
pp. 1033-1036.

Dandan., L. K., 2012, Uji Toksisitas Obat Herbal Paling Penting,


http://health.kompas.com/read/2012/09/24/05403733/ diakses tanggal 16
Januari, 2012

Donatus, I. A., 2001, Toksikologi Dasar, Edisi 2, Universitas Gadjah Mada,


Yogyakarta, pp. 124-126, 141-146, 188 189, 201-202.

Derelanko, M. J., Hollinger, M. A., 2002, Handbook of Toxicology, 2th Ed., CEC
Press LLC, USA, pp 456-464.

Depkes RI, 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V , Direktorat Jenderal


pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, pp.41-45.

Depkes RI, 1995, Materia Medika Indonesia, Jilid VI, Direktorat Jenderal
pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, pp.323-324.

Depkes RI, 2011, Pedoman Interpretasi Data Klinik, Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta, pp. 8-15, 17-23

Departemen Kesehatan RI, 2012,./KMK-No.-1076-Th-2003-ttg-penyelenggaraan-


Pengobatan-Tradisional.pdf, http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-
content/uploads/downloads/2011/03 diakses tanggal 13 Januari, 2013

Dahlan, S. M., 2012, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: deskriptif,


Bivariat, dan Multivariat, dan Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan
SPSS, edisi 5, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, pp. 47-50, 75-80, 88-
112.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 126

Enas, Riduwan, Rusyana A., 2011, Cara Mudah Belajar SPSS 17.0 dan Aplikasi
statistik Penelitian, ALFABETA CV, Bandung, pp. 61-62.
Ganong, W. F., 2008, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 22, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta. pp 533-538

Handayani, W., dan Haribowo, A.S., 2008, Buku ajar Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi, Salemba Medika, Jakarta,
pp. 1-21.

Hoffbrand, A.V., Pettit, J.E., Moss P.A.H., 2005, Essential Haematology, edisi 4,
diterjemahkan oleh Setiawan. L,. hal.14-17 EGC, Jakarta

Laurence, J., Bacharach, M., 1964, Analytical Toxicology, CRC press,


Philadelphia.

Lu, F.C, 1995, Toksikologi Dasar, Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko,
edisi 2, Universitas Indonesia Press, Jakarta, pp. 96.

Murray, R. K., Granner, D. K., Rodwell V. W., 2006, Harper Illustrated


Biochemistry, 27th ed., diterjemahkan oleh Pendit, B. U., hal. 636, EGC,
Jakarta

Muktiani, 2011, Khasiat dan Cara Olah Sirsak untuk Kesehatan dan Bisnis
Makanan, Pustaka Baru Press, Yogyakarta, pp. 3-16.

Mc Laughin, J.L., Liau, X., and Alali, F.Q., 1999, Annonaceous Acetogenin: In
Progress, J. Nat. Prod., 62, 504 540.

Mehta, A., Hoffbrand V., 2008, At A Glance Hematologi, edisi 2, Erlangga,


Jakarta, pp. 67-70.

Media, D.T., 2011, Sirsak Penjinak Kanker, Penerbit Delta Media, Surakarta, pp.
34-35.

Pathak, Saraswathy, Vora, Savai, 2010, In Vitro Antimicrobial Activity and


Phytochemical Analysis of The Leaves of Annona muricata,
International Journal of Pharma Research and Development, 3.

Plantamor, 2008, Sirsak (Annona muricata L.), plantamor.com,


http://www.plantamor.com/index.php?plant=106, diakses tanggal 25
Februari, 2013

Pearce, E., 2009, Anatomy & Fisiology For Nurses, diterjemahkan oleh Handoyo,
Y.S., hal. 133-134, 136-140, PT. Gramedia, Jakarta
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 127

Priyanto, 2009, Toksikologi, Mekanisme, Terapi Antidotum, dan penilaian Resiko,


Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi Indonesia, Jawa Barat, pp.
53-54.

Rain Tree, 2012, Tropical Plant Database, Database file for Graviola (Annona
muricata) http://www.rain-tree.com/graviola.htm#.UYMielI6-_J, diakses
tanggal 2 Mei, 2013

Rahmat R, Yuyun, 2001, Usaha Tani Sirsak, Percetakan Kanisius, Yogyakarta

Rahima, E., 2011, Menyembuhkan Kanker dengan Daun Sirsak, Arta Pustaka
Yogyakarta

Steenis, C. G.G.J van, 1975, Flora untuk Sekolah Indonesia, PT. Pradnya
Paramita, Jakarta

Syahida M., Maskat M. Y., Suri, R., Mamot, S., and Hadijah, H., 2012, Soursop
(Annona muricata L.): Blood Hematology and Serum Biochemistry of
Sprague-Dawley Rats, International Food Research Journal, 19 (3),
955-959.

Syxmex Amerika Inc., 2012, XT-2000i and XT-1800i Automated Hematology


Analyzers, https://www.sysmex.com/us/en/Brochures/Brochure_XT-
2000i_and_XT-1800i_MKT-10-1136.pdf, diakses tanggal 6 Maret, 2013

Trubus, R., 2012., My Healthy Life Daun Sirsak Vs Kanker, PT. Trubus Swadaya,
Depok, Jakarta, pp. 86,96,108 6-15.

The Aids InfoNet, 2012, The Complete Blood Count (CBC),


http://www.aidsinfonet.org/fact_sheets/view/121#THE_COMPLETE_B
LOOD_COUNT__CBC__, diakses tanggal 2 Mei 2013

Waterbury, L., 1998, Hematology for House Officer, Ed.3, diterjemahkan oleh
Suhandi, S., hal. 179, EGC, Jakarta

World Health Organizaation, 2003., Manual of Basic Techniques for a Health


Laboratory, Ed. 2., diterjemahkan oleh Chairlan, Biomed. M., Lestari. E.,
hal. 258-259, EGC, Jakarta
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 128

LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pengesahan Determinasi


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 129

Lampiran 2. Hasil kunci determinasi tanaman sirsak (Annona muricata L.)

Lampiran 3. Gambar tanaman sirsak dan daun sirsak

(A) Foto tanaman sirsak (B) daun sirsak


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 130

Lampiran 4. Foto serbuk kering simplisia daun sirsak dan infusa daun sirsak

(A) serbuk kering simplisia daun (B) infusa daun sirsak


sirsak

Lampiran 5. Gambar rangkaian alat destilator (destilasi toluen)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 131

Lampiran 6. Surat keterangan Ethical Clearence


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 132

Lampiran 7. Perhitungan bobot tetap daun sirsak


Daun sirsak basah : 184,0 g

Serbuk kering daun sirsak : 41,04 g

Pengayakan I (serbuk daun sirsak) : 39,03

Pengayakan II (serbuk daun sirsak) : 39,03

Bobot tetap yang dipeoleh : 39,03

Lampiran 8. Perhitungan rendemen daun sirsak


Daun sirsak basah : 184,0 g

Serbuk kering daun sirsak : 41,04 g

Lampiran 9. Perhitungan kadar air dalam daun sirsak


Perhitungan kadar air dalam persentasi massa:

Lampiran 10. Perhitungan penetapan peringkat dosis infusa daun sirsak


pada tiap kelompok perlakuan
Dasar penetapan peringkat dosis :

Bobot tertinggi tikus : 300 g

Konsentrasi (maksimal) : 6 g/ 100 ml


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 133

Pemberian infusa dengan volume maksimal pemberian per oral yaitu 2,5 ml

Atas dasar tersebut, maka dapat ditetapkan dosis tertinggi infusa daun sirsak

sebagai berikut:

Dosis x Berat Badan = Konsentrasi x Volume pemberian

D x BB =CxV

D x 300 g = 6 g/100 ml x 2,5 ml

D = 0,0005 g/gBB

D = 0,5 mg/gBB

D = 500 mg/kgBB

Dosis yang digunakan berdasarkan pengobatan pada masyarakat sehari-


hari, dosis pada perlakuan ini adalah 2 gram/ 70 kgBB manusia.

Konversi manusia (70 kg ke tikus 200 g) = 0,018 (Laurence and


Bacharach, 1964).

Dosis untuk 200 g tikus = 0,018 x 2 g = 0,036 g/ 200gBB tikus

Dosis untuk 1 kg tikus = 1000/200 x 0,036 = 0,18 g/ kgBB tikus = 180 mg/kgBB

tikus

Dosis terapi dijadikan sebagai peringkat dosis kedua

Peringkat dosis pertama dosis 180 mg/kgBB dibagi 1,67


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 134

Untuk dua peringkat di atas peringkat 180 mg/kgBB dikali 1,67 kemudian

dikali lagi 1,67

Diperoleh 4 peringkat dosis yaitu : 108 mg/kg; 180 mg/kg; 301 mg/kg; 503
mg/kg.

Lampiran 11. Uji Normalitas Sistem Hematologi Tikus Jantan Sesudah


Perlakuan Infusa Daun Sirsak Selama 30 Hari
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Hemoglobin RBC HCT MCV MCH MCHC
sesudah sesudah sesudah RDW sesudah sesudah sesudah sesudah
perlakuan perlakuan perlakuan perlakuan perlakuan perlakuan perlakuan
N 25 25 25 25 25 25 25
Normal Parametersa,b Mean 16.4040 8.3604 47.5520 19.0520 55.4280 19.1280 34.7080
Std. 1.08108 .59556 3.38183 1.22206 2.04787 .60932 .97891
Deviatio
n
Most Extreme Differences Absolute .229 .153 .236 .188 .129 .135 .142
Positive .151 .104 .145 .188 .129 .128 .142
Negative -.229 -.153 -.236 -.177 -.075 -.135 -.107
Kolmogorov-Smirnov Z 1.146 .766 1.178 .940 .644 .676 .708
Asymp. Sig. (2-tailed) .144 .601 .125 .340 .801 .751 .698
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


WBC Limfosit Monosit Neutrofil
sesudah sesudah sesudah Eosinofil sesudah sesudah PLT sesudah
perlakuan perlakuan perlakuan perlakuan perlakuan perlakuan
N 25 25 25 25 25 25
Normal Parametersa,b Mean 15080.4000 74.4400 5.6000 1.5200 18.4400 1.0043E6
Std. 2874.83402 6.49410 2.19848 1.71075 5.64269 1.26361E5
Deviation
Most Extreme Differences Absolute .133 .173 .152 .339 .129 .088
Positive .133 .087 .128 .339 .129 .088
Negative -.084 -.173 -.152 -.221 -.088 -.074
Kolmogorov-Smirnov Z .665 .866 .762 1.697 .645 .439
Asymp. Sig. (2-tailed) .769 .441 .607 .006 .800 .991
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Lampiran 12. Uji Normalitas Sistem Hematologi Tikus Betina Sesudah


Perlakuan Infusa Daun Sirsak Selama 30 Hari
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Hemoglobin RBC HCT RDW MCV
sesudah sesudah sesudah sesudah sesudah MCH sesudah MCHC sesudah
perlakuan perlakuan perlakuan perlakuan perlakuan perlakuan perlakuan
N 25 25 25 25 25 25 25
Normal Parametersa,b Mean 15.3960 7.8600 45.2480 16.9440 57.5120 19.5800 34.1040
Std. 1.62826 .79346 5.34518 1.37722 2.94340 .68252 1.22014
Deviation
Most Extreme Differences Absolute .165 .160 .194 .202 .154 .187 .096
Positive .114 .106 .114 .108 .154 .187 .093
Negative -.165 -.160 -.194 -.202 -.067 -.160 -.096
Kolmogorov-Smirnov Z .827 .801 .970 1.010 .772 .933 .480
Asymp. Sig. (2-tailed) .500 .543 .303 .260 .590 .348 .976
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 135

Monosit
Limfosit sesudah Neutrofil Eosinofil
WBC sesudah sesudah perlakua sesudah sesudah PLT sesudah
perlakuan perlakuan n perlakuan perlakuan perlakuan
N 25 25 25 25 25 25
Normal Parametersa,b Mean 13941.2000 69.5200 6.1600 22.6400 1.6800 974760.0000
Std. Deviation 4222.72061 7.11875 2.19241 7.70757 1.79629 1.91643E5
Most Extreme Differences Absolute .184 .093 .289 .194 .327 .171
Positive .184 .084 .289 .194 .327 .171
Negative -.114 -.093 -.122 -.101 -.233 -.084
Kolmogorov-Smirnov Z .920 .467 1.445 .970 1.637 .853
Asymp. Sig. (2-tailed) .365 .981 .031 .303 .009 .460
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Lampiran 13. Uji T-Test Kadar Eritrosit (RBC) Tikus Jantan

Paired Samples Test


Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Dosis_1_pre 8.2700 5 .61041 .27298
Dosis_1_post 8.4240 5 .37713 .16866
Pair 2 dosis_2_pre 8.1580 5 .32942 .14732
Dosis_2_post 8.3860 5 .92716 .41464
Pair 3 dosis_3_pre 8.1400 5 .55687 .24904
dosis_3_post 8.4620 5 .63712 .28493
Pair 4 dosis_4_pre 8.1020 5 .43095 .19273
dosis_4_post 8.6500 5 .29232 .13073
Pair 5 kontrol_pre 8.2020 5 .72662 .32495
kontrol_post 9.0020 5 .65217 .29166
Paired Differences
95% Confidence Interval of the
Std. Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 Dosis_1_pre - -.15400 .46161 .20644 -.72716 .41916 -.746 4 .497
Dosis_1_post
Pair 2 dosis_2_pre - -.22800 .96024 .42943 -1.42030 .96430 -.531 4 .624
Dosis_2_post
Pair 3 dosis_3_pre - -.32200 .72503 .32424 -1.22224 .57824 -.993 4 .377
dosis_3_post
Pair 4 dosis_4_pre - -.54800 .20179 .09024 -.79856 -.29744 -6.072 4 .004
dosis_4_post
Pair 5 kontrol_pre - -.80000 .83531 .37356 -1.83718 .23718 -2.142 4 .099
kontrol_post

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 Dosis_1_pre & Dosis_1_post 5 .655 .230
Pair 2 dosis_2_pre & Dosis_2_post 5 .075 .904
Pair 3 dosis_3_pre & dosis_3_post 5 .268 .663
Pair 4 dosis_4_pre & dosis_4_post 5 .915 .030
Pair 5 kontrol_pre & kontrol_post 5 .270 .661
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 136

Lampiran 14. Uji statistik one way Anova kadar eritrosit (RBC) tikus jantan
Oneway
Descriptives
RBC sesudah perlakuan
Std. 95% Confidence Interval for Mean
N Mean Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
Dosis I (0,018 5 8.4240 .37713 .16866 7.9557 8.8923 7.86 8.89
mg/gBB)
Dosis II (0,180 5 8.3860 .92716 .41464 7.2348 9.5372 6.78 9.05
mg/gBB)
Dosis III ( 0,301 5 8.1400 .55687 .24904 7.4486 8.8314 7.42 8.95
mg/gBB)
Dosis IV ( 0,503 5 8.6500 .29232 .13073 8.2870 9.0130 8.38 9.11
mg/gBB)
kontrol aquadest 5 8.2020 .72662 .32495 7.2998 9.1042 6.99 8.79
(8,333 mg/gBB)
Total 25 8.3604 .59556 .11911 8.1146 8.6062 6.78 9.11

Test of Homogeneity of Variances


RBC sesudah perlakuan
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.075 4 20 .395

ANOVA
RBC sesudah perlakuan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .811 4 .203 .527 .717
Within Groups 7.702 20 .385
Total 8.513 24

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons
RBC sesudah perlakuan
Scheffe
(I) perlakuan dosis (J) perlakuan dosis
Mean Difference 95% Confidence Interval
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Dosis I (0,018 mg/gBB) Dosis II (0,180 mg/gBB) .03800 .39247 1.000 -1.2909 1.3669
Dosis III ( 0,301 .28400 .39247 .969 -1.0449 1.6129
mg/gBB)
Dosis IV ( 0,503 -.22600 .39247 .987 -1.5549 1.1029
mg/gBB)
kontrol aquadest (8,333 .22200 .39247 .988 -1.1069 1.5509
mg/gBB)
Dosis II (0,180 mg/gBB) Dosis I (0,018 mg/gBB) -.03800 .39247 1.000 -1.3669 1.2909
Dosis III ( 0,301 .24600 .39247 .982 -1.0829 1.5749
mg/gBB)
Dosis IV ( 0,503 -.26400 .39247 .976 -1.5929 1.0649
mg/gBB)
kontrol aquadest (8,333 .18400 .39247 .994 -1.1449 1.5129
mg/gBB)
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) Dosis I (0,018 mg/gBB) -.28400 .39247 .969 -1.6129 1.0449
Dosis II (0,180 mg/gBB) -.24600 .39247 .982 -1.5749 1.0829
Dosis IV ( 0,503 -.51000 .39247 .791 -1.8389 .8189
mg/gBB)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 137

kontrol aquadest (8,333 -.06200 .39247 1.000 -1.3909 1.2669


mg/gBB)
Dosis IV ( 0,503 mg/gBB) Dosis I (0,018 mg/gBB) .22600 .39247 .987 -1.1029 1.5549
Dosis II (0,180 mg/gBB) .26400 .39247 .976 -1.0649 1.5929
Dosis III ( 0,301 .51000 .39247 .791 -.8189 1.8389
mg/gBB)
kontrol aquadest (8,333 .44800 .39247 .857 -.8809 1.7769
mg/gBB)
kontrol aquadest (8,333 Dosis I (0,018 mg/gBB) -.22200 .39247 .988 -1.5509 1.1069
mg/gBB) Dosis II (0,180 mg/gBB) -.18400 .39247 .994 -1.5129 1.1449
Dosis III ( 0,301 .06200 .39247 1.000 -1.2669 1.3909
mg/gBB)
Dosis IV ( 0,503 -.44800 .39247 .857 -1.7769 .8809
mg/gBB)

Homogeneous Subsets

RBC sesudah perlakuan


Scheffea

perlakuan dosis Subset for alpha =


0.05

N 1

Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 8.1400


kontrol aquadest (8,333 mg/gBB) 5 8.2020
Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 8.3860
Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 8.4240
Dosis IV ( 0,503 mg/gBB) 5 8.6500

Sig. .791

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Lampiran 15. Uji T-Test Kadar Eritrosit (RBC) Tikus Betina

T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Dosis_1_pre 7.8020 5 .41361 .18497
Dosis_1_post 8.3240 5 .26025 .11639
Pair 2 Dosis_2_Pre 8.0320 5 .34658 .15500
Dosis_2_post 7.0120 5 1.10733 .49521
Pair 3 Dosis_3_pre 8.1580 5 .28367 .12686
Dosis_3_post 7.6420 5 .72029 .32212
Pair 4 Dosis_4_pre 7.8840 5 .34414 .15390
Dosis_4_post 8.0240 5 .24048 .10755
Pair 5 Kontrol_pre 8.2880 5 .62906 .28133
Kontrol_post 8.2980 5 .63728 .28500
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 138

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 Dosis_1_pre & Dosis_1_post 5 .406 .498
Pair 2 Dosis_2_Pre & Dosis_2_post 5 -.011 .986
Pair 3 Dosis_3_pre & Dosis_3_post 5 -.679 .207
Pair 4 Dosis_4_pre & Dosis_4_post 5 .829 .082
Pair 5 Kontrol_pre & Kontrol_post 5 .860 .062

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval

Std. Std. Error of the Difference Sig. (2-


Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 Dosis_1_pre - Dosis_1_post -.52200 .38919 .17405 -1.00525 -.03875 -2.999 4 .040
Pair 2 Dosis_2_Pre - Dosis_2_post 1.02000 1.16398 .52055 -.42527 2.46527 1.959 4 .122
Pair 3 Dosis_3_pre - Dosis_3_post .51600 .93637 .41876 -.64665 1.67865 1.232 4 .285
Pair 4 Dosis_4_pre - Dosis_4_post -.14000 .19748 .08832 -.38521 .10521 -1.585 4 .188
Pair 5 Kontrol_pre - Kontrol_post -.01000 .33526 .14993 -.42628 .40628 -.067 4 .950

Lampiran 16. Uji statistik One Way Anova kadar eritrosit (RBC) tikus betina
Oneway

Descriptives
RBC sesudah perlakuan
Std. Std. 95% Confidence Interval for Mean
N Mean Deviation Error Lower Bound Upper Bound Min Max
Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 8.3240 .26025 .11639 8.0009 8.6471 7.98 8.63
Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 7.0120 1.10733 .49521 5.6371 8.3869 5.84 8.34
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 7.6420 .72029 .32212 6.7476 8.5364 6.84 8.64
Dosis IV (0,503 mg/gBB) 5 8.0240 .24048 .10755 7.7254 8.3226 7.74 8.29
kontrol aquadest (8,333 mg/gBB) 5 8.2980 .63728 .28500 7.5067 9.0893 7.43 8.85
Total 25 7.8600 .79346 .15869 7.5325 8.1875 5.84 8.85

Test of Homogeneity of Variances


RBC sesudah perlakuan
Levene Statistic df1 df2 Sig.
7.404 4 20 .001
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 139

ANOVA
RBC sesudah perlakuan
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between 6.003 4 1.501 3.296 .031
Groups
Within Groups 9.107 20 .455
Total 15.110 24

Post Hoc Tests


Multiple Comparisons
RBC sesudah perlakuan
Scheffe
(I) Perlakuan dosis (J) Perlakuan dosis Mean 95% Confidence Interval
Difference (I-
J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Dosis I (0,018 mg/gBB) Dosis II (0,180 mg/gBB) 1.31200 .42677 .088 -.1330 2.7570
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) .68200 .42677 .641 -.7630 2.1270
Dosis IV (0,503 mg/gBB) .30000 .42677 .972 -1.1450 1.7450
kontrol aquadest (8,333 .02600 .42677 1.000 -1.4190 1.4710
mg/gBB)
Dosis II (0,180 mg/gBB) Dosis I (0,018 mg/gBB) -1.31200 .42677 .088 -2.7570 .1330
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) -.63000 .42677 .705 -2.0750 .8150
Dosis IV (0,503 mg/gBB) -1.01200 .42677 .268 -2.4570 .4330
kontrol aquadest (8,333 -1.28600 .42677 .098 -2.7310 .1590
mg/gBB)
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) Dosis I (0,018 mg/gBB) -.68200 .42677 .641 -2.1270 .7630
Dosis II (0,180 mg/gBB) .63000 .42677 .705 -.8150 2.0750
Dosis IV (0,503 mg/gBB) -.38200 .42677 .935 -1.8270 1.0630
kontrol aquadest (8,333 -.65600 .42677 .673 -2.1010 .7890
mg/gBB)
Dosis IV (0,503 mg/gBB) Dosis I (0,018 mg/gBB) -.30000 .42677 .972 -1.7450 1.1450
Dosis II (0,180 mg/gBB) 1.01200 .42677 .268 -.4330 2.4570
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) .38200 .42677 .935 -1.0630 1.8270
kontrol aquadest (8,333 -.27400 .42677 .980 -1.7190 1.1710
mg/gBB)
kontrol aquadest (8,333 Dosis I (0,018 mg/gBB) -.02600 .42677 1.000 -1.4710 1.4190
mg/gBB) Dosis II (0,180 mg/gBB) 1.28600 .42677 .098 -.1590 2.7310
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) .65600 .42677 .673 -.7890 2.1010
Dosis IV (0,503 mg/gBB) .27400 .42677 .980 -1.1710 1.7190
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 140

Homogeneous Subsets
RBC sesudah perlakuan
Scheffea
Perlakuan dosis Subset for alpha =
0.05
N 1
Dosis II (180 mg/kgBB) 5 7.0120
Dosis III ( 301 mg/kgBB) 5 7.6420
Dosis IV (503 mg/kgBB) 5 8.0240
kontrol aquadest (8333 mg/kgBB) 5 8.2980
Dosis I (108 mg/kgBB) 5 8.3240
Sig. .088

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Lampiran 17. Uji Paired T-Test Kadar Eosinofil Tikus jantan

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Dosis_1_pre 1.6000 5 .54772 .24495
Dosis_1_post 1.4000 5 .89443 .40000
Pair 2 dosis_2_pre 2.2000 5 1.64317 .73485
Dosis_2_post 2.4000 5 3.13050 1.40000
Pair 3 dosis_3_pre 1.2000 5 .44721 .20000
dosis_3_post 1.0000 5 1.00000 .44721
Pair 4 dosis_4_pre 3.2000 5 4.91935 2.20000
dosis_4_post 2.2000 5 1.64317 .73485
Pair 5 kontrol_pre 1.6000 5 .54772 .24495
kontrol_post .6000 5 .54772 .24495

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Dosis_1_pre & Dosis_1_post 5 -.612 .272


Pair 2 dosis_2_pre & Dosis_2_post 5 .953 .012

Pair 3 dosis_3_pre & dosis_3_post 5 .559 .327


Pair 4 dosis_4_pre & dosis_4_post 5 -.408 .495
Pair 5 kontrol_pre & kontrol_post 5 .167 .789

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence Interval of the
Std. Std. Error Difference
Mean Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 Dosis_1_pre - .20000 1.30384 .58310 -1.41893 1.81893 .343 4 .749
Dosis_1_post
Pair 2 dosis_2_pre - -.20000 1.64317 .73485 -2.24026 1.84026 -.272 4 .799
Dosis_2_post
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 141

Pair 3 dosis_3_pre - .20000 .83666 .37417 -.83885 1.23885 .535 4 .621


dosis_3_post
Pair 4 dosis_4_pre - 1.00000 5.78792 2.58844 -6.18665 8.18665 .386 4 .719
dosis_4_post
Pair 5 kontrol_pre - 1.00000 .70711 .31623 .12201 1.87799 3.162 4 .034
kontrol_post

Lampiran 18. Analisis statistik dengan uji Kruskal-Wallis kadar eosinofil


tikus jantan
NPar Tests
Kruskal-Wallis Test

Ranks

perlakuan dosis N Mean Rank

Eosinofil sesudah perlakuan Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 13.80

Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 14.20

Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 11.50

Dosis IV ( 0,503 mg/gBB) 5 17.60

kontrol aquadest (8,333 mg/gBB) 5 7.90

Total 25

a,b
Test Statistics

Eosinofil
sesudah
perlakuan

Chi-square 5.816
Df 4
Asymp. Sig. .213

a. Kruskal Wallis Test


b. Grouping Variable: perlakuan
dosis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 142

Lampiran 19. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar


eosinofil tikus jantan
NPar Tests
Mann-Whitney Test

Ranks
perlakuan dosis Sum of
N Mean Rank Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 6.80 34.00
kontrol aquadest (8,333 5 4.20 21.00
mg/gBB)
Total 10

b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 6.000
Wilcoxon W 21.000
Z -1.678
Asymp. Sig. (2-tailed) .093
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan dosis

Ranks
perlakuan dosis Mean
N Rank Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 6.80 34.00
kontrol aquadest (8,333 5 4.20 21.00
mg/gBB)
Total 10

b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 6.000
Wilcoxon W 21.000
Z -1.678
Asymp. Sig. (2-tailed) .093
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan dosis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 143

Lanjutan lampiran 19. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar

eosinofil tikus jantan

NPar Tests
Mann-Whitney Test

Ranks
perlakuan dosis Sum of
N Mean Rank Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 6.10 30.50
kontrol aquadest (8,333 5 4.90 24.50
mg/gBB)
Total 10

b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 9.500
Wilcoxon W 24.500
Z -.671
Asymp. Sig. (2-tailed) .502
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan dosis

Ranks
perlakuan dosis Sum of
N Mean Rank Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis IV ( 0,503 mg/gBB) 5 7.40 37.00
kontrol aquadest (8,333 5 3.60 18.00
mg/gBB)
Total 10

b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 3.000
Wilcoxon W 18.000
Z -2.132
Asymp. Sig. (2-tailed) .033
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .056a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan dosis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 144

Lanjutan lampiran 19. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar
eosinofil tikus jantan
NPar Tests
Mann-Whitney Test

Ranks
perlakuan dosis Mean Sum of
N Rank Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 5.40 27.00
Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 5.60 28.00
Total 10

b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 12.000
Wilcoxon W 27.000
Z -.149
Asymp. Sig. (2-tailed) .881
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan dosis

Ranks
perlakuan dosis Sum of
N Mean Rank Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 6.00 30.00
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 5.00 25.00
Total 10

b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 10.000
Wilcoxon W 25.000
Z -.561
Asymp. Sig. (2-tailed) .575
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan dosis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 145

Lanjutan lampiran 19. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar
eosinofil tikus jantan
NPar Tests
Mann-Whitney Test

Ranks
perlakuan dosis N Mean Rank Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 4.60 23.00
Dosis IV ( 0,503 mg/gBB) 5 6.40 32.00
Total 10

b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 8.000
Wilcoxon W 23.000
Z -1.063
Asymp. Sig. (2-tailed) .288
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan dosis

Ranks
perlakuan dosis N Mean Rank Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 6.00 30.00
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 5.00 25.00
Total 10

b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 10.000
Wilcoxon W 25.000
Z -.561
Asymp. Sig. (2-tailed) .575
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan dosis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 146

Lanjutan lampiran 19. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar
eosinofil tikus jantan
NPar Tests
Mann-Whitney Test

Ranks
perlakuan dosis N Mean Rank Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 4.80 24.00
Dosis IV ( 0,503 mg/gBB) 5 6.20 31.00
Total 10

b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 9.000
Wilcoxon W 24.000
Z -.827
Asymp. Sig. (2-tailed) .408
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan dosis

Ranks
perlakuan dosis N Mean Rank Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 4.40 22.00
Dosis IV ( 0,503 mg/gBB) 5 6.60 33.00
Total 10

b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 7.000
Wilcoxon W 22.000
Z -1.205
Asymp. Sig. (2-tailed) .228
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan dosis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Lampiran 20. Uji Paired T-Test Kadar Eosinofil Tikus Betina

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Dosis_1_pre 1.0000 5 .00000 .00000
Dosis_1_post 2.8000 5 3.11448 1.39284
Pair 2 dosis_2_pre 1.2000 5 .83666 .37417
Dosis_2_post 1.0000 5 .00000 .00000
Pair 3 dosis_3_pre 1.2000 5 .44721 .20000
dosis_3_post 1.2000 5 .83666 .37417
Pair 4 dosis_4_pre 2.0000 5 1.73205 .77460
dosis_4_post 2.2000 5 2.16795 .96954
Pair 5 kontrol_pre 1.2000 5 .44721 .20000
kontrol_post 1.2000 5 1.09545 .48990

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 Dosis_1_pre & Dosis_1_post 5 . .
Pair 2 dosis_2_pre & Dosis_2_post 5 . .
Pair 3 dosis_3_pre & dosis_3_post 5 .535 .353
Pair 4 dosis_4_pre & dosis_4_post 5 .932 .021
Pair 5 kontrol_pre & kontrol_post 5 -.102 .870

Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence Interval
Std. Std. Error of the Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 Dosis_1_pre - -1.80000 3.11448 1.39284 -5.66714 2.06714 -1.292 4 .266
Dosis_1_post
Pair 2 dosis_2_pre - .20000 .83666 .37417 -.83885 1.23885 .535 4 .621
Dosis_2_post
Pair 3 dosis_3_pre - dosis_3_post .00000 .70711 .31623 -.87799 .87799 .000 4 1.000
Pair 4 dosis_4_pre - dosis_4_post -.20000 .83666 .37417 -1.23885 .83885 -.535 4 .621
Pair 5 kontrol_pre - kontrol_post .00000 1.22474 .54772 -1.52072 1.52072 .000 4 1.000

Lampiran 21. Analisis statistik dengan uji Kruskal-Wallis kadar eosinofil tikus betina
NPar Tests
Kruskal-Wallis Test

Ranks
Perlakuan dosis N Mean Rank

Eosinofil sesudah perlakuan Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 15.90

Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 10.50

Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 12.40

Dosis IV (0,503 mg/gBB) 5 15.00

kontrol aquadest (8,333 5 11.20


mg/gBB)

151
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 152

Ranks
Perlakuan dosis N Mean Rank

Eosinofil sesudah perlakuan Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 15.90

Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 10.50

Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 12.40

Dosis IV (0,503 mg/gBB) 5 15.00

kontrol aquadest (8,333 5 11.20


mg/gBB)

Total 25
a,b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan

Chi-square 2.508
Df 4
Asymp. Sig. .643
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Perlakuan dosis

Lampiran 22. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil tikus
betina
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
Perlakuan dosis Mean Sum of
N Rank Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 6.30 31.50
kontrol aquadest (8,333 5 4.70 23.50
mg/gBB)
Total 10

Test Statisticsb
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 8.500
Wilcoxon W 23.500
Z -.868
Asymp. Sig. (2-tailed) .386
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan dosis

Ranks
Perlakuan dosis N Mean Rank Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 5.50 27.50
kontrol aquadest (8,333 5 5.50 27.50
mg/gBB)
Total 10
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 153

b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 12.500
Wilcoxon W 27.500
Z .000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan dosis

Lanjutan Lampiran 22. Uji statitstik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil
tikus betina
NPar Tests
Mann-Whitney Test

Ranks
Perlakuan dosis N Mean Rank Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 5.70 28.50
kontrol aquadest (8,333 5 5.30 26.50
mg/gBB)
Total 10

b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 11.500
Wilcoxon W 26.500
Z -.224
Asymp. Sig. (2-tailed) .822
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan dosis

Ranks
Perlakuan dosis N Mean Rank Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis IV (0,503 mg/gBB) 5 6.30 31.50
kontrol aquadest (8,333 5 4.70 23.50
mg/gBB)
Total 10

b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 8.500
Wilcoxon W 23.500
Z -.941
Asymp. Sig. (2-tailed) .347
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan dosis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 154

Lanjutan Lampiran 22. Uji statitstik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil
tikus betina
Ranks
Perlakuan dosis Sum of
N Mean Rank Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 6.50 32.50
Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 4.50 22.50
Total 10

b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 7.500
Wilcoxon W 22.500
Z -1.177
Asymp. Sig. (2-tailed) .239
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan dosis
Ranks
Perlakuan dosis Sum of
N Mean Rank Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 6.30 31.50
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 4.70 23.50
Total 10

b
Test Statistics
Eosinofil
sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 8.500
Wilcoxon W 23.500
Z -.859
Asymp. Sig. (2-tailed) .390
a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan dosis

Lanjutan Lampiran 22. Uji statitstik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil
tikus betina
Ranks
Perlakuan dosis Sum of
N Mean Rank Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 5.80 29.00
Dosis IV (0,503 mg/gBB) 5 5.20 26.00
Total 10

b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 11.000
Wilcoxon W 26.000
Z -.324
Asymp. Sig. (2-tailed) .746
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841a
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 155

a. Not corrected for ties.


b. Grouping Variable: Perlakuan dosis
Ranks
Perlakuan dosis N Mean Rank Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 5.00 25.00
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 6.00 30.00
Total 10

b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 10.000
Wilcoxon W 25.000
Z -.645
Asymp. Sig. (2-tailed) .519
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan dosis

Lanjutan Lampiran 22. Uji statitstik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil
betina
Ranks
Perlakuan dosis N Mean Rank Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 4.50 22.50
Dosis IV (0,503 mg/gBB) 5 6.50 32.50
Total 10

b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 7.500
Wilcoxon W 22.500
Z -1.491
Asymp. Sig. (2-tailed) .136
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan dosis
Ranks
Perlakuan dosis Mean
N Rank Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 5.00 25.00
Dosis IV (0,503 mg/gBB) 5 6.00 30.00
Total 10
b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 10.000
Wilcoxon W 25.000
Z -.565
Asymp. Sig. (2-tailed) .572
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan dosis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 156

BIOGRAFI PENULIS

Imelda Maria Korbafo dilahirkan di Banoco (Timor Leste), 26 Maret


1986 dari pasangan Yulius Elu Korbafo dan Gracinda Cofi. Anak sulung
dari lima bersaudari ini mengawali pendidikan formalnya di SDN 13
Makelab (1991-1997), kemudian melanjutkan ke SLTP Katolik Santo
Mikhael, Padiae (1997-1999), karena kerusuhan Timor Leste ia pindah ke
SLTP Kristen Kefamenanu (1999-2000) dan menamatkan jenjang SLTP
disana. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 2 Kefamenanu- NTT (2000-
2003).
Atas rahmat panggilan Tuhan, ia memulai hidup membiara dalam kongregasi FCJM, di
Sumatera Utara pada tahun 2003 dan mengikrarkan kaul perdana pada tahun 2007.
Selanjutnya pada tahun 2009, kongregasi FCJM mempercayakan tugas padanya untuk
melanjutkan pendidikan ke Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Selama menempuh masa perkuliahan, penulis juga aktif dalam kegiatan-kegiatan
kepanitiaan baik dalam fakultas maupun luar fakultas. Penulis pernah menjadi anggota seksi
dana dan usaha untuk kegiatan pelepasan wisuda Sarjana Farmasi (November 2010) dan pada
tahun berikutnya menjadi koordinator seksi dana dan usaha untuk kegiatan yang sama yakni
pelepasan wisuda Sarjana Farmasi (Oktober 2011), menjadi bendahara dalam Forum
Biarawan/Biarawati Kevikepan Yogyakarta (2011-2012). Pernah menjadi anggota tim dalam
kegiatan pengabdian masyarakat bersama dosen dengan judul kegiatan Pelatihan dan
penyuluhan Home Schooling Herbal Medicine pada Juli - Desember 2012, di Gadingan,
Argomulyo, Cangkringan Sleman DIY, Pelatihan dan penyuluhan Home Schooling Herbal
Medicine pada September - Desember 2012, di Ngrangkah, Umbulhardjo, Cangkringan
Sleman DIY. Penulis pernah menjadi anggota pemenang Program Kreativitas Mahasiswa
bidang Pengabdian Masyarakat tahun 2012 dengan judul Pemberdayaan Penjual Jamu
Gendong Dukuh Watu Desa Argomulyo Kabupaten Bantul dalam Pengolahan Simplisia
Empon-Empon Dengan Metode PAIKEM.
Penulis juga pernah menjadi asisten dosen pada praktikum mata kuliah Komunikasi Farmasi
pada tahun ajaran 2012/2013.

Anda mungkin juga menyukai