PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
SKRIPSI
Oleh:
NIM : 098114012
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing:
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
HALAMAN PENGESAHAN
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Ketakutan kita terdalam adalah bukan karena kita tidak cakap. Ketakutan kita
terdalam adalah kekuatan kita dalam mengukur. Kita bertanya pada diri kita sendiri:
siapa aku sehingga aku cerdas, hebat, berbakat dan menakjubkan?
Sebenarnya, Siapa sebenarnya dirimu? Kita dilahirkan untuk membuat manifestasi kemuliaan
Tuhan dalam diri kita. Dan begitu kita biarkan cahaya kita menyala. Kita tanpa sadar
berikan orang lain kesempatan untuk lakukan hal yang sama.
(Kutipan dari Film Akeelah and the Bee)
Hati Kudus Yesus dan Hati Kudus Maria atas cinta kekal yang
senantiasa menyertai peziarahan saya
Persaudaraan konggregasi Franciscanae Filiae Sanctissimae Cordis
Jesus et Mariae (FCJM) atas dukungan doa, kepercayaan serta
kesempatan pada saya untuk mengembangkan diri
Almamater tercinta
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-
Penulis
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Yang bertanda tangan dibawah ini saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
NIM : 098114012
Uji Toksisitas Subkronis Infusa Daun Sirsak (Annona muricata L.): Kajian
Terhadap Sistem Hematologi Pada Tikus Jantan dan Betina
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
Dibuat di Yogyakarta
Yang menyatakan
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PRAKATA
Puji dan syukur pada Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas berkat dan
kasih setia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Uji
Terhadap Sistem Hematologi Pada Tikus Jantan dan Betina sebagai salah satu
Dalam rasa syukur ini pula, penulis mengucapkan terima kasih berlimpah
kepada semua pihak yang dengan ketulusan hatinya berkenan membimbing dan
menyemangati penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini. Oleh karena itu,
2. Ibu Phebe Hendra M. Si., Ph.D.,Apt., selaku Dosen Pembimbing utama yang
3. Bapak Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt., selaku Dosen Penguji yang telah
skripsi ini.
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Parjiman dan Mas Heru) dan laboran-laboran lainnya, yang telah banyak
Meita Eryanti) yang baik hatinya memberikan senyum ceria dan semangat
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini sangat
diharapkan. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat menjadi sumbangan kecil
Penulis
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
INTISARI........................................................................................................... xxvi
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
B. Tujuan Penelitian..........................................................................................6
1. Tujuan umum...........................................................................................6
4. Sistematika ..............................................................................................9
5. Morfologi .................................................................................................9
6. Kandungan kimia..................................................................................11
2. Pembuatan infusa...................................................................................14
3. Trombosit ...............................................................................................20
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
G. Toksisitas ....................................................................................................26
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9. Pengamatan ............................................................................................42
betina .....................................................................................................80
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
A. Kesimpulan .................................................................................................124
B. Saran ............................................................................................................124
LAMPIRAN .........................................................................................................128
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
MeanSEM ........................................................................................... 51
Tabel II. Hasil uji Scheffe kadar hemoglobin tikus jantan setelah pemberian infusa
Tabel III. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
MeanSEM ............................................................................................ 53
Tabel IV. Hasil uji Scheffe kadar eritrosit setelah pemberian infusa daun sirsak
Tabel V. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
meanSEM ........................................................................................... 55
Tabel VI. Hasil uji Scheffe kadar hematokrit setelah pemberian infusa daun sirsak
Tabel VII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
MeanSEM ........................................................................................... 57
Tabel VIII. Hasil uji Scheffe kadar leukosit tikus jantan setelah pemberian infusa
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Tabel IX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
MCV darah tikus jantan tiap kelompok dalam bentuk MeanSEM ... 60
Tabel X. Hasil uji Scheffe kadar MCV setelah pemberian infusa daun sirsak
Tabel XI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
MeanSEM ........................................................................................... 61
Tabel XII. Hasil uji Scheffe kadar MCH setelah pemberian infusa daun sirsak
Tabel XIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
MeanSEM ........................................................................................ 64
Tabel XIV. Hasil uji Scheffe kadar MCHC setelah pemberian infusa daun sirsak
Tabel XV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
MeanSEM ........................................................................................ 66
Tabel XVI. Hasil uji Scheffe kadar RDW setelah pemberian infusa daun sirsak
Tabel XVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Tabel XVIII. Hasil uji Scheffe kadar trombosit (PLT) setelah pemberian infusa
Tabel XIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
Tabel XX. Hasil uji Scheffe kadar limfosit setelah pemberian infusa daun sirsak
Tabel XXI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
MeanSEM ........................................................................................ 73
Tabel XXII. Hasil uji Scheffe kadar monoosit setelah pemberian infusa daun
Tabel XXIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
Tabel XXIV. Hasil uji Mann-Whitney kadar neutrofil setelah pemberian infusa
Tabel XXV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
Tabel XXVI. Hasil uji Mann-Whitney kadar eosinofil tikus jantan setelah
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Tabel XXVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
Tabel XXVIII. Hasil uji Scheffe kadar hemoglobin tikus betina setelah pemberian
Tabel XXIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
MeanSEM ................................................................................... 85
Tabel XXX. Hasil uji Scheffe kadar eritrosit (RBC) tikus betina setelah pemberian
Tabel XXXI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
Tabel XXXII. Hasil uji Scheffe kadar hematokrit (HCT) tikus betina setelah
Tabel XXXIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
Tabel XXXIV. Hasil uji Scheffe kadar leukosit (WBC) tikus betina setelah
Tabel XXXV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
MeanSEM ..................................................................................... 91
xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Tabel XXXVI. Hasil uji Scheffe kadar MCV tikus betina setelah pemberian infusa
Tabel XXXVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p
Tabel XXXVIII. Hasil uji Scheffe kadar MCH tikus betina setelah pemberian
Tabel XXXIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
SEM ............................................................................................. 95
Tabel XL. Hasil uji Scheffe kadar MCHC tikus betina setelah pemberian infusa
Tabel XLI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
RDW tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean SEM
............................................................................................................. 97
Tabel XLII. Hasil uji Scheffe kadar RDW tikus betina setelah pemberian infusa
Tabel XLIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
Tabel XLIV. Hasil uji Scheffe kadar trombosit (PLT) tikus betina setelah
Tabel XLV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
xviii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Tabel XLVI. Hasil uji Scheffe kadar limfosit tikus betina setelah pemberian infusa
Tabel XLVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
Tabel XLVIII. Hasil uji Scheffe kadar neutrofil tikus betina setelah pemberian
Tabel XLIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
Tabel L. Hasil uji Mann-Whitney kadar monosit tikus betina setelah pemberian
Tabel LI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
eosinofil darah tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean
Tabel LII. Hasil uji Mann-Whitney kadar eosinofil tikus betina setelah pemberian
Tabel LIII. Purata berat badanSEM tikus jantan hari ke-0, ke-7, ke-14, ke-21,
dan ke-28 akibat perlakuan infusa daun sirsak dan kontrol aquadest
......................................................................................................... 108
Tabel LIV. Purata berat badanSEM Tikus Betina hari ke-0, ke-7, ke-14, ke-21,
dan ke-28 akibat pemejanan dan infusa daun sirsak dan kontrol
xix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
perlakuan ............................................................................................. 56
perlakuan ............................................................................................. 69
xx
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Gambar 10. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun
Gambar 11. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun
Gambar 12. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun
............................................................................................................. 76
Gambar 13. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun
............................................................................................................. 77
Gambar 14. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun
perlakuan ............................................................................................. 81
Gambar 16. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun
perlakuan ............................................................................................. 87
Gambar 17. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun
perlakuan ............................................................................................. 89
Gambar 18. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun
xxi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Gambar 19. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun
Gambar 20. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun
Gambar 21. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun
Gambar 22. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun
Gambar 23. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun
........................................................................................................... 102
Gambar 24. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun
........................................................................................................... 103
Gambar 25. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun
........................................................................................................... 105
Gambar 26. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun
........................................................................................................... 106
Gambar 27. Grafik perubahan berat badan tikus jantan selama pemberian infusa
daun sirsak hari ke-0 sampai hari ke-28 pada tiap kelompok dosis 110
xxii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Gambar 28. Grafik perubahan berat badan tikus betina selama pemberian infusa
daun sirsak hari ke-0 sampai hari ke-28 pada sesuai kelompok dosis
........................................................................................................... 110
Gambar 29. Grafik jumlah asupan makan tikus jantan akibat perlakuan infusa
Gambar 30. Grafik jumlah asupan makan tikus betina akibat perlakuan infusa
Gambar 31. Grafik jumlah asupan minum tikus jantan akibat perlakuan infusa
Gambar 32. Grafik jumlah asupan minum tikus betina akibat perlakuan infusa
xxiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 2. Hasil kunci determinasi tanaman sirsak (Annona muricata L.) ..... 129
Lampiran 4. Foto serbuk kering simplisia daun sirsak dan infusa daun sirsak ... 130
Lampiran 10. Perhitungan penetapan peringkat dosis infusa daun sirsak pada tiap
Lampiran 11. Uji Normalitas Sistem Hematologi Tikus Jantan Sesudah Perlakuan
Lampiran 12. Uji Normalitas Sistem Hematologi Tikus Betina Sesudah Perlakuan
Lampiran 13. Uji T-Test Kadar Eritrosit (RBC) Tikus Jantan........................ 135
Lampiran 14. Uji statistik one way Anova kadar eritrosit (RBC) tikus jantan ... 136
Oneway 136
Lampiran 15. Uji T-Test Kadar Eritrosit (RBC) Tikus Betina ........................ 137
Lampiran 16. Uji statistik One Way Anova kadar eritrosit (RBC) tikus betina .. 138
Oneway 138
xxiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 17. Uji Paired T-Test Kadar Eosinofil Tikus jantan .......................... 140
Lampiran 18. Analisis statistik dengan uji Kruskal-Wallis kadar eosinofil tikus
Lampiran 19. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil
Lampiran 20. Uji Paired T-Test Kadar Eosinofil Tikus Betina ......................... 151
Lampiran 21. Analisis statistik dengan uji Kruskal-Wallis kadar eosinofil tikus
Lampiran 22. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil
xxv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
INTISARI
Kata kunci: Annona muricata L., daun sirsak, infusa, sistem hematologi,
toksisitas subkronis
xxvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
xxvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
ini didukung oleh kondisi alam yang subur sehingga tanaman mudah tumbuh
ekonomi menengah ke bawah. Selain itu dengan adanya isu back to nature di
dunia barat yang kembali mengakui tradisi pengobatan timur khususnya Asia
Obat tradisional merupakan obat jadi atau ramuan bahan alam yang
berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik atau campuran bahan-
berdasarkan pengalaman (Depkes RI, 2003). Salah satu dari tanaman yang
berkhasiat obat adalah tanaman sirsak. Secara khusus, daun sirsak akhir-akhir ini
sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit atau untuk mencegah penyakit dapat
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 2
daun sirsak oleh Mc. Laughin, Liau, dan Alali, (1999) terutama sebagai
mengkonsumsi air rebusan daun sirsak dalam jangka waktu yang lama tanpa
pengetahuan mengenai dosis yang benar. Belum banyak penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui seberapa besar dosis yang aman jika daun sirsak dikonsumsi
tubuh makhluk hidup. Peranan darah dalam tubuh adalah sebagai berikut: sebagai
kelenjar endokrin yang dilakukan oleh plasma darah, sebagai penyedia bahan
putih, sebagai pengangkut oksigen ke seluruh tubuh yang dilakukan oleh sel-sel
darah merah, menutupi luka yang dilakukan oleh keping-keping darah dan
tersebut.
tidak sesuai dengan range normal. Sebagai contoh, salah satu komponen darah
yakni leukosit. Leukosit berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Jika terjadi
Peningkatan leukosit yang sangat tinggi dapat djumpai pada penderita kanker post
disebabkan oleh infeksi virus, leukemia atau disebabkan oleh konsumsi obat
akut dan subkronis ekstrak air daun sirsak (Annona muricata Linn.) yang
diberikan pada mencit selama 14 hari. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadi
tidak signifikan baik pada jumlah limfosit maupun jumlah White Blood Cell
(WBC).
Penggunaan air rebusan daun sirsak dalam jangka panjang sebagai anti
karena itu, perlu adanya uji toksisitas secara subkronik selama 30 hari pada
hematokrit, RDW (red blood cell distribution width), MCV (mean corpuscular
biokimia yang merupakan salah satu wujud efek toksik. Wujud efek toksik berupa
luas agar dapat mengetahui efek toksik yang dapat ditimbulkan pada sistem
jangka waktu yang lama dengan mengevaluasi perubahan kadar pada sistem
hematologi/ darah.
1. Perumusan masalah
a. Seberapa besar wujud efek toksik yang dapat ditimbulkan infusa daun sirsak
b. Apakah terdapat hubungan kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak yang
2. Keaslian penelitian
a. Sirsak (Annona muricata L.): Hematologi Darah dan Biokimia Serum pada
Tikus Sprague Dawley (Syahida, Maskat, Suri, Mamot, and Hadijah, 2012).
Penelitian ini dilakukan secara in vivo, yang dilakukan selama 28 hari pada
statistik (p<0,05) pada platelet. Hasil uji biokimia serum menunjukkan bahwa
ekstrak Annona muricata L. tidak menimbulkan gagal hati dan ginjal. Total
menggunakan bahan uji ekstrak daging buah sirsak sedangkan penelitian yang
b. Uji toksisitas akut dan subkronik ekstrak air Annona muricata Linn. terhadap
hewan (Arthur et al., 2011). Penelitian ini dilakukan hanya dalam waktu 14
potensi ketoksikan infusa daun sirsak karena konsumsi infusa daun sirsak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 6
dimasyarakat dalam jangka waktu lama lebih dari 14 hari. Dan berdasarkan
subkronis infusa daun sirsak (Annona muricata L.): kajian terhadap sistem
3. Manfaat penelitian
keamanan infusa daun sirsak yang dikonsumsi dalam jangka waktu lama
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
berbuah sepanjang tahun. Tanaman sirsak ini diperkirakan berasal dari Karibia,
kering maupun daerah beriklim basah pada ketinggian 1000 meter dari permukaan
kolonial Belanda pada abad ke-19. Oleh karena itu, sebutan atau nama lain yang
dari tanaman sirsak di Indonesia dikenal dengan nangka belanda atau durian
2. Nama daerah
berarti kantung asam (Rahima, 2011). Penyebaran tanaman sirsak yang begitu
7
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 8
Ada 4 jenis sirsak yang dikenal di Indonesia yang memiliki rasa yang
berbeda yakni: sirsak Ratu, sirsak biasa, sirsak Bali, sirsak Mandalika. Jenis sirsak
akhirnya dikenal sebagai sirsak Ratu. Buah sirsak Ratu memiliki rasa yang manis.
Pada jenis sirsak biasa bercita rasa masam manis dan memiliki kemiripan
tampilan seperti sirsak Ratu. Ciri khas (spesifikasi) sirsak Ratu adalah buahnya
berukuran kecil sampai besar, berkulit licin dan berduri, dengan daging buah
bertepung. Perubahan warna kulit buah sirsak Ratu dari stadium mentah ke
Selanjutnya sirsak Bali dikenal dengan nama sirsak gundul karena berkulit
licin, tidak berduri dan memiliki rasa masam manis. Karakteristik sirsak Bali
buahnya berukuran kecil dengan berat per buah berkisar antara 200-300 gram.
Stadium matang ditandai dengan kulit buah yang berwarna coklat kekuning-
kuningan. Sirsak Bali berasal dari Bali. Laju pertumbuhan sirsak Bali lebih cepat
Sirsak biasa memiliki tampilan yang mirip dengan sirsak Ratu. Buah
sirsak jenis ini berukuran kecil sampai besar, berkulit licin dan berduri, dengan
daging buah yang tidak bertepung, berkadar air tinggi, dan berasa asam manis.
Proses matangnya buah sirsak biasa berlangsung cepat (Rukmana dan Yuniarsih,
2001 ).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 9
atau sirsak biasa berasa manis namun berbeda dalam hal jarak duri-duri kulit buah
4. Sistematika
Subkelas : Magnoliidae
Ordo : Magnoliales
Family : Annonaceae
Genus : Annona
(Plantamor, 2008).
5. Morfologi
Pemerian daun sirsak secara makroskopik pada daun sirsak berupa daun
tunggal, warna kehijauan sampai hijau kecoklatan, helaian daun seperti kulit,
bentuk bundar panjang, lanset atau bundar telur terbalik, panjang helaian daun 6
pangkal daun runcing, tepi rata; panjang tangkai daun lebih kurang 0,7 cm,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 10
permukaan licin agak mengkilat, tulang daun menyirip, ibu tulang daun menonjol
melintang melalui tulang daun tampak sel epidermis atas bentuk empat persegi
panjang dengan dinding bergelombang, kutikula tebal; sel epidermis bawah lebih
kecil dari pada atas, bentuk tidak beraturan dengan dinding bergelombang,
terdapat stomata, rambut penutup bentuk lurus, terdiri dari 2 sel sampai 3 sel,
tipe anomositik, rambut penutup panjang, dinding tebal, lumen tebal, fragmen
pembuluh kayu dengan penebalan tangga, sel batu bundar, fragmen mesofil
dengan palisade; mesofil dengan sel sekresi bentuk bundar dinding tebal; fragmen
Bunga tanaman sirsak termasuk bunga tunggal (flos simplex). Dalam satu
bunga terdapat banyak putik. Bunga berukuran besar, dengan mahkota berjumlah
6 dan sepalum yang terdiri atas 2 lingkaran. Tiga daun mahkota lingkar luar lebih
tebal dan besar sedangkan tiga daun mahkota lingkar dalam berukuran lebih kecil.
Buah tanaman sirsak termasuk buah sejati yaitu buah yang berasal dari
satu buah dengan banyak bakal buah tetapi membentuk satu buah. Buah sirsak
memiliki duri sisik yang halus. Apabila buah sudah tua, daging buah berwarna
putih, lembek, dan berserat dengan banyak biji berwarna coklat kehitaman.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 11
Bentuk buah bagian ujung agak membulat dengan diameter 5 cm, diameter
bagian tengah 7 cm, serta panjang buah 17 cm. Kerapatan duri maksimal 4 cm
(diukur pada bagian buah yang durinya paling jarang). Buah yang sudah
halus mengkilat dengan ukuran panjang kira-kira 16,8 mm dan lebar 9,6 mm.
Batang tanaman sirsak berkayu keras dengan arah cabang tidak menentu.
Ketinggian batang mencapai 8-10 meter dengan diameter batang 10-30 cm. Akar
tanaman sirsak dapat menembus tanah hingga kedalaman 2 meter, memiliki akar
6. Kandungan kimia
anomurine. Buah sirsak yang kaya serat mengandung karbohidrat. Salah satu jenis
karbohidrat yang terkandung dalam buah sirsak adalah gula pereduksi (glukosa
dan fruktosa) dengan kadar 81,9-93,6 persen dari kandungan gula total (Muktiani,
2011).
Pada buah sirsak terdapat pula aroma asam yang berasal dari asam organik
non volatil terutama asam malat, asam sitrat, dan asam isositrat. Pada buah sirsak
2011).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 12
Saraswathy, Vora dan Savai (2010), telah melaporkan bahwa daun sirsak
Penelitian lain yang dilakukan oleh Mc Laughin et al. pada tahun 1999, daun
dari kulit kayu, akar, daun, daging buah, hingga bijinya. Buah sirsak merupakan
sumber vitamin dan mineral dengan rasa yang menyegarkan. Buah sirsak yang
2001).
menyembuhkan sakit di dada. Kulit batang yang direbus dapat memperbaiki kerja
masuk angin dan dapat digunakan sebagai pestisida nabati (Muktiani, 2011). .
terhadap daun sirsak yang berguna sebagai antikanker. Dalam uji in vitro oleh Mc.
Laughin, terbukti keampuhan daun sirsak pada beragam sel kanker seperti sel
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 13
kanker paru-paru, sel kanker payudara, sel kanker usus, sel kanker ginjal, sel
kanker prostat dan sel kanker pankreas (Mc Laughin et al., 1999).
diare, rheumatological dan anti-neuralgik. Infusa air matang daun memiliki sifat
kuning dan digunakan dalam mengobati aliments ginjal. Daunnya juga memiliki
dinding sel dan merusak ATP di dinding mitokondria yang dapat menyebabkan
produksi energi dalam sel kanker terhenti, dengan demikian sel kanker mengalami
8. Efek samping
sirsak ditoleransi dengan baik namun konsumsi dosis tinggi sirsak dapat
gangguan neurologis, dan myeloneuropathy dari saraf optik. Selain itu, dilaporkan
bahwa sirsak menunjukkan aktivitas stimulan rahim dalam studi hewan (tikus)
oleh karena itu tidak boleh digunakan selama kehamilan (Rain tree, 2012).
dosis tunggal yang tinggi bisa menyebabkan mual atau muntah. Dalam studi
epidemiologi, terdapat hubungan yang kuat konsumsi secara teratur buah sirsak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 14
atau teh yang terbuat dari berbagai jenis daun sirsak, dapat menimbulkan
penurunan adenosin trifosfat (ATP) tingkat otak dan merusak ganglia basal dan
B. Sediaan Infusa
1. Pengertian infusa
simplisia nabati dengan air pada suhu 900 C selama 15 menit. Infusa dapat
2. Pembuatan infusa
sediaan herbal dari bahan lunak misalnya daun dan bunga. Pembuatan infusa
dapat dilakukan dengan cara mencampur simplisia derajat halus yang sesuai
air selama 15 terhitung mulai suhu mencapai 900C sambil sesekali diaduk-aduk.
Serkai selagi panas melalui kain flannel, menambahkan air panas secukupnya
pada ampas hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki. Infusa simplisia
yang mengandung minyak atsiri diserkai setelah dingin. Infusa simplisia yang
C. Sistem Hematologi
jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yakni sel-sel darah dan plasma darah.
Darah terdapat didalam pembuluh darah. Sel-sel darah ini tersuspensi didalam
plasma darah. Sel-sel darah terdiri dari tiga komponen penting yakni eritrosit (sel
darah merah), leukosit (sel darah putih) dan trombosit (butir pembeku). Plasma
darah tersusun dari air (91%), protein (8 %), mineral (0,9%), bahan organik
(0,1%), hormon, enzim, antigen, gas oksigen dan karbondioksida (Pearce, 2009).
pasokan oksigen yang konstan, jika pasokan oksigen terhenti maka akan
menimbulkan kematian pada sel-sel otak dalam waktu yang singkat. Jenis-jenis
sel darah yang bertanggung jawab untuk transportasi oksigen dan karbondioksida
adalah platelet, limfosit, sel darah putih, dan sel darah merah (Ganong, 2008).
Sel darah merah (eritrosit) berupa cakram kecil bikonkaf, tidak berinti,
dan berbentuk cekung pada kedua sisinya. Dalam setiap milimeter kubik darah
terdapat 5 juta sel darah. Apabila eritrosit dilihat satu persatu warnanya kuning
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 16
pucat, tetapi bila dalam jumlah banyak akan kelihatan berwarna merah (Pearce,
2009).
per liter (4-5 x 106 per mm3) darah. Produksi sel darah merah (eritrosit) terdapat
didalam sumsum tulang merah, limpa dan hati. Eritrosit mengandung hemoglobin
yang mengikat dan mengangkut oksigen dari paru-paru ke berbagai jaringan dan
Umur sel darah merah normal adalah 120 hari, hal ini berarti bahwa
setiap hari terjadi pergantian kurang dari 1% populasi sel darah merah (200 milyar
sel atau 2 juta per detik). Umur sel darah merah yang sangat singkat terjadi pada
memproduksi jumlah sel darah muda ke dalam sirkulasi untuk mencapai keadaan
darah merah vertebrata yaitu suatu protein dengan dengan berat molekul 64.450.
Hemoglobin berbentuk molekul bulat dan terdiri atas empat subunit. Tiap-tiap sub
unit mengandung satu gugus heme yang terkonyugasi suatu polipeptida. Heme
terkonyugasi pada heme secara kolektif disebut sebagai globin dari molekul
mengandung 141 residu asam amino dan rantai yang masing masing
Tidak semua hemoglobin didalam darah orang dewasa normal berupa hemoglobin
A. Ada derivat hemoglobin A dalam jumlah kecil yang terkait erat dengan
hemoglobin A1c (HbA1c) yang mempunyai satu glukosa yang menempel pada
valin terminal di setiap rantai . Hemoglobin ini sangat menarik karena jumlahnya
dalam darah meningkat pada diabetes melitus yang tidak terkontrol (Ganong,
2008).
membentuk oksihemoglobin didalam sel darah merah. Dengan cara tersebut, maka
dalam dalam darah normal kira-kira 15 gram tiap 100 ml darah (Pearce, 2009).
Sel darah putih (leukosit) berupa sel bulat berinti dengan sitoplasma yang
dapat dengan mudah dibedakan dengan eritrosit karena leukosit memiliki inti
(WHO, 2003).
darah putih per mikroliter. Dari jumlah ini, jenis sel terbanyak adalah granulosit
Sel darah putih (leukosit) dapat dibagi menjadi dua kelompok besar
yakni kelompok fagosit dan imunosit. Granulosit yang mencakup tiga jenis sel
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 18
Sel netrofil memiliki inti padat khas yang terdiri atas dua sampai lima
lobus dan sitoplasma yang pucat, dengan garis batas yang tidak beraturan
biru. Prekursor netrofil secara normal tidak tampak dalam darah tepi normal tetapi
tedapat dalam sumsum tulang. Prekursor paling awal dapat dikenali adalah
Waktu paruh rata-rata sel netrofil dalam sirkulasi adalah 6 jam. Untuk
pembentukkan lebih dari 100 miliar neurofil per hari (Ganong, 2008). Neutrofil
Monosit biasanya berukuran lebih besar dari leukosit darah tepi lainnya
dan mempunyai inti sentral atau berlekuk dengan kromatin yang menggumpal.
Sitoplasmanya yang banyak berwarna biru dan mengandung banyak vakuol halus.
et al, 2005).
kasar, lebih berwarna merah tua, dan jarang dijumpai lebih dari tiga lobus inti. Sel
alergi, pertahanan terhadap parasit dan pembuangan fibrin yang terbentuk selama
Eosinofil memiliki waktu paruh dalam sirkulasi yang singkat, dan ditarik
sel ini ke dinding pembuluh serta masuk ke jaringan melalui diapedesis. Eosinofil
(Ganong, 2008).
Basofil jarang ditemukan dalam darah tepi normal. Sel ini mempunyai
granula sitoplasma yang gelap menutupi inti serta mengandung heparin dan
histamin (Hoffbrand et al, 2005). Basofil menyerap pewarna basa dan pada
beberapa protein dan sitokin. Jumlahnya lebih sedikit dibanding sel leukosit
oleh granulosit dan monosit ini dinamakan fagositosis. Dengan kekuatan gerakan
amuboid pada granulosit dan monosit dapat bergerak bebas masuk keluar
pembuluh darah untuk mengepung daerah yang terkena infeksi atau cedera,
kotoran. Secara khusus, pada granulosit memiliki enzim yang dapat memecah
membuangnya. Dengan cara demikian, jaringan yang sakit atau terluka dapat
limfe. Bentuknya ada yang besar dan kecil, jumlahnya sekitar 20-25 % (Ganong,
2009). Limfosit merupakan sel yang kompeten secara imunologik dan membantu
fagosit dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi dan invasi asing lain. Limfosit
terdiri dari dua jenis yakni sel B dan T. Pada manusia, sel B berasal dari sel
induk sumsum tulang dan pada sel T awalnya berasal dari sel induk sumsum
3. Trombosit
yang dihasilkan oleh ginjal dan hati. Lama hidup trombosit yang normal sekitar 7-
dan berperan dalam proses pembekuan darah. Ukuran trombosit sekitar 2-5 m.
Pada orang dewasa jumlah normal trombosit adalah 150-300 x 109 trombosit per
liter darah (WHO, 2003). Trombosit merupakan elemen terkecil dalam pembuluh
darah, teraktivasi setelah kontak dengan permukaan dinding endotelia (Depkes RI,
2011).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 21
Plasma darah adalah cairan berwarna kuning yang dalam reaksi bersifat
fosfor, magnesium dan besi), bahan organik (asam urat, kreatinin, lemak, glukosa,
Hampir 90% plasma terdiri atas air. Volume plasma normal adalah
sekitar 5% dari berat badan. Plasma menggumpal bila didiamkan dan tetap
menggumpal dan gumpalanya diambil, maka sisa cairannya disebut serum. Pada
dasarnya plasma dan serum memiliki komposisi yang sama namun ada beberapa
kandungan protein yang tidak ada pada serum. Perbedaan plasma dan serum
yakni, pada serum tidak terdapat fibrinogen dan pada plasma masih ada fibrinogen
(Ganong, 2008).
penyaluran makanan, mineral, lemak, glukosa, dan asam amino ke jaringan dan
medium untuk mengangkut bahan buangan misalnya urea, asam urat (Pearce,
2009).
normal terdapat 3-5 gram albumin dalam tiap 100 ml darah. Albumin berperan
untuk jaringan. Protein plasma yang lain lagi adalah globulin, fibrinogen dan
pasien, mengevaluasi efektivitas terapi dan munculnya reaksi obat yang tidak
untuk:
<30mL/menit),
2011).
kuantitatif, kualitatif atau semikuantitatif. Hasil kuantitatif berupa angka pasti atau
rentang nilai. Hasil kualitatif dinyatakan sebagai nilai positif atau negatif tanpa
kualitatif yang menyebutkan derajat positif atau negatif tanpa menyebutkan angka
lengkap (HDL). Tes ini dilakukan untuk memeriksa jenis sel dalam darah
termasuk sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit (The Aids InfoNet,
2012).
Sel darah merah yang disebut juga sebagai eritrosit berfungsi untuk
mengangkut oksigen dari paru ke seluruh jaringan tubuh. Fungsi ini dapat dapat
b. Tes hemoglobin
c. Tes hematokrit
Pada hitung sel darah merah (Red Blood Cell count/RBC) berguna untuk
menghitung jumlah total sel darah merah. Tes hemoglobin untuk mengetahui
jumlah protein hemoglobin dalam sel darah merah yang bertugas mengangkut
oksigen dari paru ke seluruh jaringan tubuh. Tes hematokrit (Hct) untuk
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 24
mengukur presentase sel darah merah dalam seluruh volume darah. Eritrosit,
hemoglobin dan hematokrit yang sangat rendah menunjukkan adanya anemia (The
MCV, RDW, MCH, dan MCHC. Red Blood Cell Distribution Width (RDW)
mengukur kisaran ukuran sel darah merah. Hasil tes ini dapat membantu
mendiagnosis jenis anemia dan kekurangan beberapa vitamin (The Aids InfoNet,
2012)
ukuran sel darah merah. Rentang normal MCV antara 80-100 fl bermanfaat untuk
MCV yang signifikan dari range normal. Penurunan nilai MCV terlihat pada
pasien anemia kekurangan besi, anemia pernisiosa dan talasemia, disebut juga
valproat, disebut juga anemia makrositik. Pada anemia sel sabit, nilai MCV
adalah sebagai berikut: MCV (femtoliter) = 10 x Hct (%) : Eritrosit (106 sel/L) (
darah merah. MCH dapat digunakan untuk mendiagnosa anemia ( Depkes RI,
2011).
yang ekstrim dari batas nilai normal. Peningkatan MCH mengindikasikan anemia
2011).
dan anemia hipokromik dan peningkatan MCHC pada sferositosis, bukan anemia
Sel darah putih (disebut juga leukosit) membantu melawan infeksi dalam
tubuh. Hitung Sel Darah Putih (White Blood Cell Count/WBC) adalah jumlah
total leukosit. Leukosit tinggi (hitung sel darah putih yang tinggi) umumnya
berarti tubuh sedang melawan infeksi. Leukosit rendah artinya ada masalah
produksi sumsum tulang yang tidak efektif. Leukosit rendah disebut leukopenia
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 26
atau sitopenia, berarti tubuh kurang mampu melawan infeksi. Hitung Jenis
(differential) menghitung lima jenis sel darah putih: limfosit, monosit, neutrofil,
Perhitungannya adalah jumlah absolut = total sel darah putih x persen diferensial
masing-masing tipe sel. Misalnya, dengan limfosit 30% dan leukosit 10.000,
3. Pemeriksaan trombosit
G. Toksisitas
sintesis. Pada keadaan tertentu, pajanan ini berefek buruk bagi kesehatan, yang
saja. Keracunan terjadi ketika ada pemejanan senyawa toksik pada tubuh
penyusun sel sasaran atau dengan resptor. Semua efek toksik ini terjadi karena
interaksinya (mekanisme aksi). Hal ini tergantung pada kondisi pemejanan dan
1. Definisi toksikologi
mekanisme efek toksik berbagai bahan kimia terhadap mahkluk hidup dan sistem
biologik lainnya. Ilmu ini juga membahas penilaian kuantitatif tentang berat dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 28
keberadaan racun ditempat aksi tertentu dalam tubuh, yang berkaitan dengan
pemejanannya pada diri makhluk hidup. Kondisi pemejanan meliputi jenis, jalur,
lama kekerapan dan saat takaran pemejanan racun. Ada dua jenis pemejanan
yakni pemejanan akut dan pemejanan kronis. Jenis pemejanan ini berkaitan erat
dengan lama dan kekerapan pemejanan yang merupakan batas kurun waktu
hidup yang dapat mempengaruhi ketersediaan racun di sel sasaran dan keefektifan
Keadaan fisilogi mencakup berat badan, umur, jenis kelamin, kehamilan, suhu
sifat antaraksi racun (toksidinamik) dan tempat aksinya dan berdasarkan resiko
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 29
merupakan sesuatu proses dimana sel, jaringan, dan organ menanggapi adanya
Wujud efek toksik adalah hasil akhir dari respons toksik. Pada dasarnya
wujud efek toksik sesuatu racun dapat berupa perubahan atau kekacauan biokimia,
fungsional dan struktural. Ketiga wujud efek toksik ini memiliki sifat yang khas
yakni terbalikkan dan tak terbalikkan. Respon biokimiawi dan fungsional bersifat
timbal balik atau terbalikkan sedangkan respon struktural terbalikan atau tak
racun dapat digolongkan menjadi dua, yakni faktor yang bersal dari racun (faktor
intrinsik racun) dan faktor yang berasal dari makhluk hidupnya (faktor intrinsik
makhluk hidup).
Racun merupakan zat kimia. Karena itu ketoksikan racun tak lepas dari
sifat fisika dan sifat kimia bawaan racun tersebut. Faktor intrinsik racun meliputi
cadangan, penyimpanan racun, kecepatan alir darah, status gizi, jenis kelamin,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 30
kehamilan, genetika, irama siskardian, irama diurnal) dan kondisi patologi pada
5. Uji ketoksikan
Uji ketoksikan dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu uji ketoksikan
khas dan uji ketoksikan tak khas. Uji ketoksikan tak khas merupakan uji
toksik suatu senyawa pada aneka ragam jenis hewan uji. Uji ketoksikan tak khas
meliputi uji ketoksikan akut, subkronis, dan kronis. Uji ketoksikan khas sendiri
merupakan uji yang dirancang untuk mengevaluasi secara rinci efek yang khas
suatu senyawa pada aneka jenis ragam hewan uji. Yang termasuk pada golongan
H. Toksisitas Subkronis
Uji ketoksikan ini merupakan uji ketoksikan sesuatu senyawa yang diberikan
dengan dosis berulang pada hewan uji tertentu, selama kurang lebih tiga bulan
waktu yang lebih pendek, misalnya pemberian zat selama 14 hari dan 28 hari (Lu,
1995).
Takaran dosis yang diberikan pada hewan uji terdiri dari beberapa
peringkat dosis. Setiap kelompok perlakuan harus menerima dosis toksik yang
dapat membunuh beberapa hewan uji atau yang memperlihatkan gejala- gejala
toksik yang nyata. Sedangkan kelompok lainnya harus menerima takaran dosis
yang sama sekali tidak menimbulkan efek atau gejala toksik. Takaran dosis
senyawa ini, diberikan sekali sehari selama kurun waktu uji ketoksikan subkronis
subkronis meliputi:
4. Pemeriksaan hematologi paling tidak diperiksa dua kali, pada awal dan pada
5. Pemeriksaaan kimia darah, diperiksa pada awal dan pada akhir uji coba
bermanfaat tentang efek toksik utama senyawa uji dan organ-organ sasaran yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 32
perkembangan efek toksik yang lambat berkaitan dengan takaran dosis yang tidak
teramati pada uji ketoksikan akut, kekerabatan antar kadar senyawa dalam darah
efek toksik. Selanjutnya hasil yang diperoleh dari uji ketoksikan subkronis dapat
klorat dapat mengoksidasi besi yang ada pada hemoglobin, yang kemuadian
Platelet berperan dalam pembekuan darah, hal ini terjadi bila kehilangan
darah akibat cedera. Beberapa zat dapat mengganggu proses pembekuan darah
mikroorganisme patogen. Fungsi lain dari leukosit yakni melakukan respon imun,
(Priyanto, 2009).
J. Keterangan Empiris
mengetahui pengaruh pemberian infusa daun sirsak secara subkronis pada sistem
BAB III
METODE PENELITIAN
kajian terhadap sistem hematologi pada tikus jantan dan betina termasuk
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas
Dosis infusa daun sirsak. Dosis infusa daun sirsak adalah sejumlah mg serbuk
daun sirsak dalam bentuk sediaan infusa, tiap satuan kilogram berat badan subyek
uji.
b. Variabel tergantung
leukosit, MCV, MCH, MCHC, RDW, trombosit, hitung jenis limfosit, hitung
jenis monosit, hitung jenis neutrofil, hitung jenis eosinofil, hitung jenis basofil,
LED jam I dan LED jam II). Efek yang ditimbulkan pada perubahan range kadar
34
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 35
1) Hewan uji
Hewan uji terdiri dari tikus putih jantan dan betina galur Sprague Dawley,
berat badan 170-280 gram, berumur 2-3 bulan, keadaan fisik berstatus sehat,
2) Bahan uji
Daun sirsak yang dipilih adalah daun antara pucuk dan pangkal daun,
memiliki warna yang hijau dan segar. Daun sirsak yang diperoleh dari Jalan
Mei-Juni, 2012.
Keadaan fisiologi dan patologi hewan uji: walaupun keadaan fisik subjek uji
dalam keadaan sehat, hal ini belum menjamin bahwa sistem hematologi juga
berstatus sehat/normal.
2. Definisi Operasional
Infusa daun sirsak diperoleh dengan cara merebus serbuk kering daun sirsak
sebanyak 6,0 gram dalam pelarut aquadest 100,0 ml pada suhu 900C selama 15
Uji ketoksikan Subkronis merupakan uji ketoksikan infusa daun sirsak yang
c. Sistem hematologi
MCH, MCHC, RDW, trombosit (PLT), hitung jenis ( limfosit, monosit, neurofil,
1. Alat penelitian
a. Alat-alat gelas (pyrex) yang terdiri dari beaker glass, batang pengaduk, gelas
ukur, corong digunakan dalam penyiapan dan pembuatan infusa daun sirsak
pakan tikus
e. Kandang tikus (metabolic cage) sebagai tempat karantina tikus selama proses
penelitian
f. Jarum suntik per oral yang digunakan sebagai media pemberian infusa daun
h. Pipa kapiler untuk pengambilan darah tikus jantan dan betina melalui sinus
orbitalis
2. Bahan Penelitian
a. Subyek uji
Subyek uji yang digunakan adalah tikus putih jantan dan betina galur Sprague
Dawley, berat badan 170-280 gram, berumur 2-3 bulan, keadaan fisik berstatus
b. Bahan uji
Daun sirsak yang dipilih adalah daun antara pucuk dan pangkal daun,
memiliki warna yang hijau dan segar, mulus tidak berbintik . Daun sirsak ini
c. Kontrol negatif
Yogyakarta.
Air reverse osmosis merupakan minuman subyek uji yang diberikan tiap hari
sejumlah 120 ml, di peroleh dari Laboratorium Hayati Imono, Fakultas Farmasi,
e. Pelet AD-2
Pelet AD-2 merupakan pakan subyek uji yang diberikan tiap hari sejumlah 20
f. Pereaksi Toluene P
Pereaksi toluene P sebagai pelarut pada penetapan kadar air serbuk daun
tanaman sirsak terutama terkait ciri-ciri daun sirsak dengan buku acuan Flora
Bahan uji yang digunakan adalah daun sirsak dengan ciri daun yang
segar, mulus, tidak berbintik, tidak mengkerut akibat gigitan ulat. Daun yang
dipilih adalah daun berkualitas, daun antara pucuk dan pangkal daun, yang tidak
terlalu muda dan daun yang berwarna hijau tua. Daun sirsak diperoleh hanya dari
satu wilayah yakni wilayah Kaliurang, daerah Sleman, Yogyakarta pada bulan
Mei-Juni, 2012.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 39
Daun sirsak yang telah dipetik dari kebun, dibersihkan terlebih dahulu dari
debu yang menempel pada daun dengan cara diusap dengan tissue kering atau
kain lap. Selanjutnya daun sirsak di cuci dengan air mengalir kemudian
Setelah proses pencucian dan pengeringan maka daun sirsak di iris-iris halus dan
kemudian di oven dengan suhu 500 C selama 3 hari atau 72 jam. Daun sirsak yang
telah dioven, dihaluskan menjadi simplisia serbuk dengan cara diblender, lalu
Penetapan kadar air serbuk daun sirsak dengan metode destilasi toluene P.
rangkaian alat destilasi. Panaskan labu dengan hati-hati selama 15 menit, tunggu
tiap detik.
tiap detik. Destilasi dihentikan setelah 30 menit air tidak lagi bertambah dalam
hari, yaitu menggunakan kurang lebih 10 lembar daun sirsak, setara dengan 2
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 40
gram. Maka dosis yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 g/70 kgBB
Dosis untuk berat badan tikus 200 g = 0,018 x 2 g = 0,036 g/200gBB tikus
= 180 mg/kgBB
konsentrasi infusa daun sirsak (C): 6,0 gram/100 ml. Untuk memperoleh dosis
D X BB = C X V
D = 0, 0005 g/gBB
D = 0, 5 mg/gBB
D = 500 mg/kg BB
Dari dosis peringkat tinggi dan peringkat rendah dicari faktor pengali yang
Faktor pengali =
= = 1, 67
Peringkat dosis yang didapatkan terdiri dari empat peringkat dosis yaitu:
Dosis I= 108 mg/kgBB, dosis II= 180 mg/kgBB, dosis III= 301 mg/kgBB, dosis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 41
infusa dengan aquades 150 ml, dipanaskan di atas tangas air selama 15 menit
terhitung mulai suhu mencapai 900C sambil sekali-sekali diaduk. Diserkai selagi
panas dengan kain flanel, kemudian ditambahkan air panas secukupnya pada
Hewan uji yang digunakan berjumlah 50 ekor (25 ekor jantan dan 25 ekor
betina) berasal dari galur Sprague Dawley. Ditempatkan dalam metabolic cage.
Pada setiap metabolic cage ditempatkan satu tikus. Sebelum perlakuan hewan uji
hari.
Lima puluh tikus jantan dan betina yang ditempatkan dalam metabolic
kelompok perlakuan yang diberi infusa daun sirsak berturut turut dengan dosis
108; 180; 301; dan 503 mg/kgBB dengan kekerapan sekali sehari selama 30 hari
secara per oral. Sebelum diberi perlakuan, semua tikus diambil darahnya,
penentuan pada sistem hematologi. Pada hari ke-31, dilakukan pengambilan darah
9. Pengamatan
Jumlah pakan yang diberikan tiap hari sejumlah 20 gram per tikus, kemudian
hari berikutnya menimbang sisa pakan yang tidak habis kemudian dan dicatat
Jumlah air reverse osmosis yang diberikan tiap hari sebanyak 150 ml.
kedua.
RDW, jumlah trombosit, hitung jenis (limfosit, monosit, netrofil, eosinofil dan
basofil), LED jam I dan LED jam II. Hasil pengamatan pada kelompok hewan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 43
(tanpa perlakuan sediaan uji) sebagai pembanding bagi hasil pengamatan pada
kelompok perlakuan.
mengetahui distribusi data tiap kelompok normal atau tidak normal. Jika analisis
distribusi data normal maka dilanjutkan dengan One Way Anova dengan taraf
perbedaan masing masing kelompok perlakuan. Jika hasil analisis data dengan
lanjutan dengan analisis non-parametrik yakni uji Kruskall Wallis untuk melihat
dilanjutkan uji Mann Whitney untuk mengetahui perbedaan uji tiap kelompok
perlakuan. Dilakukan juga uji paired-T test untuk mengetahui ada tidaknya
(Dahlan, 2012).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB IV
efek toksik yang disebabkan oleh pemberian infusa daun sirsak secara subkronis
pada sistem hematologi tikus jantan dan betina dan secara khusus untuk untuk
biokimia terhadap sistem hematologi tikus jantan dan betina yang dievaluasi dari
perubahan kadar sistem hematologi yang dibandingkan dengan kontrol serta untuk
Dharma Yogyakarta.
44
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 45
berikut:
1b-2b-3b-4b-5b-6b-7b-9b-10b-11b-12b-13b-14a-15a-109b-119b-120b-
128b-29b-135b-136b-139b-140b-142b-143b-146b-154b-155b-156b-162b-
....................................................................1b...2. Annona
penelitian ini adalah benar-benar berasal dari tanaman sirsak (Annona muricata
L.). Bukti hasil determinasi dinyatakan dalam surat keterangan determinasi dapat
Penetapan kadar air pada daun sirsak dilakukan dengan metode destilasi
dalam daun sirsak juga terdapat minyak atsiri yang mudah menguap, maka
metode destilasi merupakan metode yang sesuai (Farmakope Indonesia Edisi IV,
1995).
Tujuan penetapan kadar air ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
kandungan kadar air yang terdapat dalam serbuk daun sirsak sehingga dapat
serbuk yang baik atau tidak. Hal ini terkait kemurnian dan ketahanan serbuk
Persyaratan serbuk yang baik yaitu mengandung kadar air tidak lebih dari 10%
Hasil penetapan kadar air serbuk daun sirsak pada penelitian ini setelah
replikasi tiga kali dengan rata-rata 4,85 ml yang menunjukkan serbuk daun sirsak
mempunyai kadar air sebesar 9,7%. Dengan demikian, serbuk daun sirsak telah
spektrum efek toksik infusa daun sirsak pada sistem hematologi setelah pemberian
infusa daun sirsak secara oral selama 30 hari dan untuk melihat apakah ada
hubungan spektrum efek toksik yang ditimbulkan dengan takaran dosis. Penelitian
ini bertujuan untuk mengamati perubahan fungsi sistem hematologi apakah terjadi
Dalam penelitian ini, subyek uji yang digunakan adalah tikus putih galur
Sprague Dawley dengan kisaran berat badan 150-300 gram dan berumur 2-3
bulan. Pemilihan hewan uji tikus Sprague Dawley mempunyai alasan karena
manusia.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 47
lengkap di peroleh bahwa pada pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari tidak
sistem hematologi tikus jantan dan betina dilakukan sebelum diberi perlakuan
infusa daun sirsak yaitu pada hari ke-1 penelitian dan sesudah perlakuan yakni
XT- 2000i yaitu suatu sistem alat pengukuran hematologi secara otomatis yang
Sysmex XT- 2000i memiliki keunikan, yang dapat memberikan sensitivitas yang
diperlukan untuk mengukur dan membedakan jenis sel dalam darah utuh dan
data. Selanjutnya dilakukan uji paired T-test untuk membandingkan nilai pre dan
post perlakuan apakah sama atau berbeda serta untuk memperoleh nilai
kepercayaan 95%. Tujuan pemilihan analisis dengan One Way Anova adalah
untuk membandingkan rata-rata dari tiga kelompok atau lebih dan juga untuk
setelah uji One Way Anova adalah uji Scheffe yang bertujuan untuk menegaskan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 48
perbandingan rata-rata antar kedua kelompok sampel. Apabila hasil uji normalitas
menunjukkan distibusi data tidak normal atau data tidak homogen maka uji yang
rata-rata kadar hemoglobin pre dan post perlakuan dosis infusa daun sirsak
dan aquadest. Pada kelompok perlakuan dosis infusa daun sirsak 108
kadar hemoglobin pre dan post perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari
sedangkan pada perlakuan dosis infusa daun sirsak 180; 301 mg/kgBB
infusa daun sirsak 108 mg/kgBB data MeanSEM adalah pre perlakuan
15,820,32 dan post perlakuan 16,420,15. Analisis pre dan post ini,
antara data hemoglobin post perlakuan dengan kelompok kontrol melalui uji
Scheffe menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (tabel II). Maka dapat
bersifat individual. Fenomena yang sama terlihat pada perlakuan infusa daun
sirsak 503 mg/kgBB dengan Mean SEM hemoglobin yaitu pre perlakuan
Pada kelompok perlakuan infusa daun sirsak 180 mg/kgBB dan 301
sirsak selama 30 hari. Hal ini disebabkan oleh karena kondisi fisiologi tikus
jantan dalam keadaan sehat dan normal sehingga kadar hemogloabin juga
normal. Dapat dievaluasi juga dari penambahan berat badan dari waktu ke
waktu (0-30 hari) (tabel LIII ) juga pola makan dan minum yang baik dan
tahap selanjutnya adalah analisis post perlakuan infusa daun sirsak kadar
dibandingkan dengan kontrol. Tujuan analisis One Way Anova adalah untuk
membandingkan lebih dari dua rata-rata maka hal ini sesuai karena dalam
penelitian ini terdiri dari lebih dari dua rata-rata. Hasil uji normalitas kadar
data hemoglobin pada tikus jantan adalah normal maka dapat dilakukan
analisis lanjutan One Way Anova yang bertujuan untuk menguji signifikansi
kontrol.
Hasil uji One Way Anova untuk kadar hemoglobin setelah perlakuan
hoct test (uji Scheffe) (lihat tabel II). Uji Scheffe digunakan juga untuk
infusa daun sirsak. Hasil yang diperoleh pada perlakuan antar kelompok
infusa daun sirsak. Sebagai penegasannya dapat dilihat pada diagram batang
bersifat individual. Dapat dikatakan juga bahwa konsumsi infusa daun sirsak
gangguan hemoglobin.
karbondioksida yang dibawa ke seluruh tubuh. Jadi, jika terjadi anemia maka
diperlukan oleh berbagai jaringan dan organ tubuh menjadi berkurang. Gejala
dan tanda anemia adalah pusing, lesu, kongjungtiva pucat, cepat lelah
(Waterbury, 1998).
Tabel I. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar hemoglobin tikus
jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk MeanSEM
Kadar Hemoglobin
Nilai p
Pre (g/dL) Post (g/dL)
Perlakuan Mean SEM Mean SEM
Tabel II. Hasil uji Scheffe kadar hemoglobin tikus jantan setelah pemberian infusa daun
sirsak selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
rata-rata kadar eritrosit tikus jantan pada pre dan post perlakuan. Dapat
dilihat pada tabel III bahwa pada dosis infusa daun sirsak 503 mg/kgBB
8,100,19 dan post 8,650,13 dengan nilai probabilitasnya kurang dari 0,05
perlakuan infusa daun sirsak. Namun peningkatan ini, sangat kecil dan masih
secara nyata maka di lakukan uji Scheffe. Hasil uji Scheffe yang diperoleh
bahwa infusa daun sirsak 503 mg/kgBB memiliki perbedaan yang tidak
bermakna (tabel IV). Dengan hasil uji Scheffe ini yang menunjukkan
perbedaan yang tidak bermakna maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan spektrum efek toksik dengan dosis. Pada diagram batang (gambar
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 53
Untuk infusa daun sirsak 108 mg/kgBB, 180 mg/kgBB, 301 mg/kgBB, hasil
uji paired t-test menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (tabel IV)
dengan nilai p>0,05. Untuk uji One Way Anova, hasil analisis menunjukkan
Jika diamati pada tabel IV, hasil analisis uji Scheffe menunjukkan
dan dosis, diagram batang (gambar 2) juga mempertegas hal tersebut. Nilai
Tabel III. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar eritrosit darah
tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk MeanSEM
Kadar Eritrosit
Pre (juta/L) Post (juta/L)
Perlakuan Mean SEM Mean SEM p
Tabel IV. Hasil uji Scheffe kadar eritrosit setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30
hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kg BB = Perlakuan Kontrol Aquadest
menunjukkan hasil uji paired T-test, nilai MeanSEM untuk dosis tertentu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 55
perubahan kadar tersebut masih dalam batas normal dan bersifat individual.
Hasil uji One Way Anova diperoleh nilai p=0,673 (p>0,05), selanjutnya hasil
uji Scheffe untuk membandingkan data post kadar hematokrit dengan data
pada kelompok kontrol aquadest (tabel VI). Hal ini menunjukkan hasil
berbeda tidak bermakna yang menandakan tidak adanya efek toksisitas yang
spektrum efek toksik dengan dosis. Pada diagram batang (gambar 3), dapat
diamati bahwa perbedaan mean pada pre dan post perlakuan tidak ada
darah yang keluar dari pembuluh darah. Jika terjadi penurunan hematokrit
maka konsentrasi darah menurun dan hal ini terjadi pada orang yang anemia.
Tabel V. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar hematokrit
tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk meanSEM
Kadar hematokrit
Perlakuan Pre (%) Post (%) Nilai p
Mean SEM Mean SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB
50,041,48 48,340,51 0,172TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB
47,440,89 45,662,5 0,534TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB
49,080,5 47,202,1 0,433TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 48,960,73 47,820,43 0,135TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 47,721,33 48,741,02 0,597TB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 56
Tabel VI. Hasil uji Scheffe kadar hematokrit setelah pemberian infusa daun sirsak selama
30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kg BB = Perlakuan Kontrol Aquadest
Analisis data kadar leukosit antara pre dan post perlakuan infusa daun
sirsak yang di uji dengan paired T-test menunjukkan bahwa data infusa daun
sirsak 180 mg/kgBB; 301 mg/kgBB; 503 mg/kgBB berbeda bermakna yakni
peningkatan jumlah leukosit setelah perlakuan infusa daun sirsak dilihat dari
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 57
nilai MeanSEM. Hasil uji One Way Anova diperoleh nilai probabilitas
0,103 (p>0,05).
semua kelompok berbeda tidak bermakna. Hal ini berarti, tidak ditemukan
adanya proses infeksi atau radang akut sedangkan penurunan jumlah leukosit
Tabel VII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar leukosit darah
tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk MeanSEM
Kadar Leukosit
Perlakuan p
Pre (L) Post (L)
Mean SEM Mean SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 10.104 1190,06 14.938 1700,79 0,080TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 9.906 1.062, 29 14.660 737,17 0,025 B
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 8.384 1166, 12 13.634 957,72 0,045 B
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 9.154 1067,33 14.098 613,50 0,003 B
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 18.072 1461,
8.908 345,07
805 0,005 TB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05 B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 58
Tabel VIII. Hasil uji Scheffe kadar leukosit tikus jantan setelah pemberian infusa daun
sirsak selama 30 hari
Perlakuan (mg/kg BB) IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
IDS 108 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kg BB = Perlakuan Kontrol Aquadest
Hasil analisis kadar MCV dengan uji paired T-test (tabel IX), pada
perbedaan tidak bermakna sedangkan untuk infusa daun sirsak 301 mg/kgBB;
dan 503 mg/kgBB hasil uji paired T-test menunjukkan perbedaan yang
bermakna.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 59
Tahap uji selanjutnya adalah uji One Way Anova diperoleh nilai p=
0,070. Hal ini berarti p>0,05 jadi terdapat perbedaan tidak bermakna antar
kontrol karena yang menjadi pelarut serbuk daun sirsak dalam pembuatan
maupun pada kelompok kontrol. Dapat dilihat hasil uji Scheffe pada tabel X.
Hal ini menandakan bahwa perlakuan infusa daun sirsak dan aquadest tidak
darah merah. Hal ini juga untuk menilai jenis anemia apakah termasuk
normokromik atau normositik. Pada penelitian ini terlihat dari nilai mean
dalam penegasan dengan uji Scheffe penurunan MCV yang tidak bermakna.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 60
Tabel IX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar MCV darah
tikus jantan tiap kelompok dalam bentuk MeanSEM
Kadar MCV
Perlakuan Nilai p
Pre (fl) Post (fl)
Mean SEM Mean SEM
Gambar 5. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar MCV tikus jantan antar kelompok perlakuan
Tabel X. Hasil uji Scheffe kadar MCV setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
Hasil analisis paired T-test pada kadar MCH (tabel XI), infusa daun
sirsak 108; 180; 301; 503 (mg/kg BB) serta kontrol aquadest (8333
mg/kgBB) diperoleh nilai p>0,05, hal ini berarti terdapat perbedaan tidak
bermakna.
Hasil uji One Way Anova juga diperoleh nilai p=0,541. Untuk
dilanjutkan lagi dengan uji Scheffe pada tiap kelompok perlakuan infusa daun
sirsak setelah 30 hari dibandingkan dengan kontrol. Hasil uji Scheffe (tabel
XII), untuk semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak dibanding kontrol
MCH tidak ada kekerabatan spektrum efek toksik dan dosis. Diagram batang
kadar MCH tikus jantan. MCH merupakan parameter yang digunakan untuk
darah merah.
Tabel XI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar MCH darah
tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk MeanSEM
Kadar MCH
Perlakuan Pre (pg) Post (pg) p
Mean SEM Mean SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 19,160,38 19,520,32 0,426TB
Gambar 6. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar MCH tikus jantan antar kelompok perlakuan
Tabel XII. Hasil uji Scheffe kadar MCH setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30
hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/gBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
Uji paired T-test kadar MCHC (tabel XIII) pada kelompok infusa
bermakna pada perlakuan infusa daun sirsak 108, 180, dan 301 mg/kgBB
sedangkan pada infusa daun sirsak 503 mg/kgBB dan kelompok kontrol
analisis One Way Anova menunjukkan nilai probabilitas 0,475 maka nilai
p>0,05 yang berarti terjadi perbedaan tidak bermakna pada tiap kelompok
perlakuan.
sebelumnya (tabel XIII), maka dilanjutkan dengan uji Scheffe yang bertujuan
dibandingkan dengan kontrol. Dan tujuan uji ini juga dapat digunakan untuk
menilai ada tidaknya kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Hasil
uji Scheffe (tabel XIV) menunjukkan bahwa pemberian infusa daun sirsak
tidak memberikan pengaruh signifikan. Hasil uji ini juga menjadi parameter
penilaian ada tidaknya kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Pada
uji ini menunjukkan tidak adanya tidaknya kekerabatan spektrum efek toksik
dengan dosis. Dapat dilihat pada gambar 7, diagram batang rata-rata kadar
dengan dosis.
konsentrasi rata-rata dalam sel darah merah. Semakin kecil sel darah merah,
kadar MCHC dilihat dari nilai Mean SEM perbandingan pre dan post
perlakuan infusa daun sirsak (tabel XIII). Namun peningkatan ini tidak
signifikan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 64
Tabel XIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar MCHC
darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk MeanSEM
Kadar MCHC
Gambar 7. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar MCHC tikus jantan antar kelompok perlakuan
Tabel XIV. Hasil uji Scheffe kadar MCHC setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30
hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/gBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 65
Pada tabel XV, diperoleh hasil analisis data kadar RDW pre dan post
perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari. Pada dosis infusa daun sirsak
301 mg/kgBB; 503 mg/kgBB serta kelompok kontrol diperoleh nilai p<0,05
maka hal ini berarti ada perubahan berbeda bermakna pada kadar RDW
dengan dosis infusa daun sirsak 301 mg/kgBB; 503 mg/kgBB dan kontrol
kadar RDW dilihat dari nilai MeanSEM. Peningkatan ini masih dalam batas
normal karena apabila dilihat hasil analisis Scheffe data post perlakuan infusa
tidak bermakna.
Pada dosis infusa daun sirsak 108; 180 mg/kgBB hasil analisis data
pre dan post menunjukkan nilai probabilitas lebih besar dari 0,05. Jadi untuk
dengan paired t-test, antara data RDW pre dan post maka dilakukan uji One
Way Anova untuk melihat pengaruh infusa daun sirsak terhadap tiap-tiap
perlakuan infusa daun sirsak pada kadar RDW. Uji lanjutan setelah uji One
Way Anova adalah uji Scheffe untuk melihat perbandingan data post kadar
Selain itu juga hasil uji Scheffe dapat digunakan sebagai indikator penilaian
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 66
ada tidaknya kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Hasil analisis
dengan kontrol.
dan menjadi parameter penilaian jenis anemia. Pada penelitian ini, kadar
Tabel XV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar RDW darah
tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam benttuk MeanSEM
Kadar RDW
Perlakuan Pre (%) Post (%) Nilai p
Gambar 8. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar RDW tikus jantan antar kelompok perlakuan
Tabel XVI. Hasil uji Scheffe kadar RDW setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30
hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
Analisis data pre dan post perlakuan pada kadar trombosit (PLT)
(tabel XVII) menunjukkan infusa daun sirsak 108; 180; 301; 503; dan kontrol
probabilitas masing-masing dosis ini lebih besar dari 0,05. Hasil uji One Way
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 68
pengaruh perlakuan infusa daun sirsak pada tiap kelompok perlakuan berbeda
tidak bermakna.
dosis berbeda tidak bermakna (dapat dilihat pada tabel XVIII). Hasil uji
Scheffe ini juga mengungkapkan bahwa tidak ada kekerabatan spektrum efek
toksik dengan dosis. Dari semua analisis data ini dapat disimpulkan bahwa
pemberian infusa daun sirsak tidak mempengaruhi kadar trombosit pada tikus
jantan.
spontan dalam jangka waktu yang lama, peningkatan waktu pendarahan. Pada
Tabel XVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar trombosit
(PLT) darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk MeanSEM
Kadar trombosit (PLT)
Pre (L)
Perlakuan Post( L) Nilai p
Mean SEM
Mean SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 944.800 0 1.077.000 51.087, 18 0,066TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 1.158.000 36.855, 66 1.030.000 59.516, 38 0,198TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 903.800 61.663,11 998.200 64.623,06 0,125TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 823.400 51.903,37 951.600 24.636,55 0,167TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 917.200 38.575,12 964.800 75.135, 47 0,407TB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
Gambar 9. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar trombosit (PLT) tikus jantan antar kelompok perlakuan
Tabel XVIII. Hasil uji Scheffe kadar trombosit (PLT) setelah pemberian infusa daun sirsak
selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 70
Hasil analisis data kadar limfosit disediakan pada tabel XIX, tabel
XX dan gambar 10. Pada analisis data kadar limfosit tabel XIX merupakan
hasil analisis data paired T-test yang berguna untuk membandingkan data
kadar limfosit sebelum perlakuan infusa daun sirsak dan perlakuan kontrol
aquadest dengan data kadar limfosit sesudah perlakuan infusa daun sirsak dan
perlakuan dengan kontrol aquadest. Hasil uji One Way Anova diperoleh nilai
probabilitas 0,585 maka nilai p>0,05. Hal ini berarti terdapat perbedaan tidak
bermakna pada perubahan kadar limfosit sebelum (pre) dan sesudah (post)
dilakukan uji lanjutan yakni uji Scheffe. Tujuan uji Scheffe adalah untuk
Hasil uji ini terdapat pada tabel XX yang menunjukkan bahwa pada semua
peringkat dosis, perlakuan infusa daun sirsak berbeda tidak bermakna. Pada
gambar 10, diagram batang juga menunjukkan bahwa tidak ada kekerabatan
spektrum efek toksik dengan dosis. Hasil analisis terhadap kadar limfosit
mengenai uji toksisitas akut dan subkronis ekstrak air daun sirsak yang
dilakukan selama 14 hari yang diberikan pada mencit albino bahwa terjadi
Tabel XIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar limfosit
darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean SEM
Kadar Limfosit
Perlakuan p
Pre (%) Post (%)
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 76,23,54 75,62,56 0,822TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 72,22,48 70,04,37 0,432TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 69,41,75 74,81,74 0,055TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 76,61,53 76,21,06 0,845TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 76,01,70 75,63,78 0,882TB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05;B= perbedaan bermakna jika p<0,05
Gambar 10. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar limfosit tikus jantan antar kelompok perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 72
Tabel XX. Hasil uji Scheffe kadar limfosit setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30
hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
perlakuan infusa daun sirsak dan kontrol aquadest sebelum dan sesudah
perlakuan selama 30 hari. Tujuan uji ini adalah untuk melihat pengaruh
perlakuan infusa daun sirsak terhadap kadar monosit sebelum (pre) dan
setelah (post) perlakuan di setiap kelompok. Seperti pada analisis data pada
dengan One Way Anova untuk menilai pengaruh perlakuan infusa daun sirsak
kadar monosit yakni pada pre (sebelum perlakuan) 4,60,60 dan post
ini maka dapat dianalisis dengan uji Scheffe sekaligus untuk melihat
Infusa daun sirsak 108; 180; 301 mg/kgBB yang diuji dengan paired
T-test menunjukkan perbedaan tidak bermakna. Hasil uji One Way Anova
diperoleh nilai probabilitaas 0,756 maka p>0,05. Hal ini berarti, perlakuan
Pada uji Scheffe, hasil yang diperoleh bahwa pada semua peringkat
dosis berbeda tidak bermakna (dapat dilihat pada tabel XXII). Gambar 11
infusa daun sirsak selama 30 hari. Berdasarkan hasil analisis uji Scheffe dan
diagram batang (gambar 11), dapat disimpulkan bahwa perlakuan infusa daun
Tabel XXI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar monosit tikus
jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk MeanSEM
Kadar monosit
Perlakuan Pre (%) Post (%) Nilai p
Mean SEM Mean SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 4,41,02 60,70 0,256TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 60,83 5,80,97 0,876TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 70,77 5,60,87 0,052TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 4,60,60 6,20,73 0,003B
Kontro aquadest 8333 mg/kg BB 5,20,86 4,41,60 0,654TB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 74
Gambar 11. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar monosit tikus jantan antar kelompok perlakuan
Tabel XXII. Hasil uji Scheffe kadar monoosit setelah pemberian infusa daun sirsak selama
30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 0,503
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,0
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
Tabel XXIII merupakan data hasil analisis paired T-test pada kadar
neutrofil sebelum (pre) dan setelah (post) perlakuan infusa daun sirsak
selama 30 hari. Dari data yang disajikan dalam Tabel XXIV, menunjukkan
perlakuan. Analisis uji Scheffe dapat digunakan untuk melihat ada tidak
kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Hasil uji Scheffe (Tabel XX),
kadar neutrofil tikus jantan. Dapat dilihat juga pada diagram batang (gambar
dosis.
disebabkan oleh infeksi jadi infeksi bakteri dan parasit, gangguan metabolit,
hormonal. Pada penelitian ini, hasil uji paired T-test (tabel XI), menunjukkan
Tabel XXIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar neutrofil
darah tikus jantan tiap kelompok
Kadar Neutrofil
Perlakuan p
Pre (%) Post (%)
Mean SEM Mean SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 17,83,6 17,002,12 0,732TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 19,61,91 21,84,35 0,520TB
Gambar 12. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar neutrofil tikus jantan antar kelompok perlakuan
Tabel XXIV. Hasil uji Mann-Whitney kadar neutrofil setelah pemberian infusa daun sirsak
selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 0,503
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 77
probabilitas ini menandakan bahwa distribusi data kadar eosinofil pada tikus
analisis post hoc untuk uji Kruskal Wallis yakni uji Mann-Whitney.
Tabel XXV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar eosinofil
darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean SEM
Kadar Eosinofil
Perlakuan Pre (%) Post (%) p
Mean SEM Mean SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 1,60,24 1,40,40 0,749TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 2,20,73 2,41,40 0,799TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 1,20,20 10,44 0,621TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 3,22,20 2,20,73 0,719TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 1,60,24 0,60,24 0,034B
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
Gambar 13. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar eosinofil tikus jantan antar kelompok perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 78
Tabel XXVI. Hasil uji Mann-Whitney kadar eosinofil tikus jantan setelah pemberian infusa
daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - B
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
Pada tabel XXV, menunjukkan uji paired T-test kadar eosinofil pre
dan post perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari. Infusa daun sirsak 108,
180, 301 dan 503 mg/kgBB menunjukkan perbedaan tidak bermakna artinya
non parametrik untuk menguji perbedaan lebih dari dua kelompok tidak
berpasangan yang memiliki distribusi data tidak normal. Hasil uji Kruskal-
aquadest. Dapat juga dikatakan bahwa infusa daun sirsak tidak berpengaruh
maka dilakukan lagi analisis post hoc untuk uji Kruskal-Wallis yaitu uji
perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari seperti halnya uji Scheffe pada
lainnya dan tidak ditemukan kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis.
Dapat juga dilihat profil diagram batang rata-rata kadar eosinofil (gambar 13)
jantan dan betina menunjukkan bahwa pada tiap peringkat perlakuan dosis
perubahan pada nilai kadar basofil pada tikus jantan dan betina. Secara
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 80
normal juga, bahwa range kadar normal basofil adalah 0-2 %. Jadi, sesuai
data yang diperoleh maka pemberian infusa daun sirsak tidak berpengaruh
o. Pemeriksaan terhadap kadar LED jam I dan jam II tikus jantan dan betina
tidak ditemukan nilai LED baik pada kelompok kontrol maupun tiap tingkat
kelompok perlakuan dosis infusa daun sirsak pada tikus jantan dan tikus
betina. Maka dapat dikatakan bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak
memberikan pengaruh terhadap ada tidaknya LED baik pada jam I maupun
LED jam II tikus jantan dan betina. Peningkatan LED terjadi pada kondisi
infeksi akut dan kronis sedangkan penurunan LED terjadi pada kondisi
dilakukan pada tikus jantan dan juga tikus betina. Karena adanya perbedaan
kadar hemoglobin pada tikus jantan dan tikus betina. Dan aplikasinya pada
manusia juga demikian. Tikus jantan mewakili manusia dengan jenis kelamin
Tabel XXVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
hemoglobin tikus betina tiap kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk MeanSEM
Perlakuan Kadar hemoglobin P
Pre (g/dL) Post (g/dL)
Mean SEM Mean SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 15,050,39 16,180,36 0,01 B
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 15,380,31 15,861,07 0,197 TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 15,380,22 14,760,62 0,475TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 15,100,29 16,020,27 0,070TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kgBB 15,74 0,57 16,160,59 0,303TB
Keterangan: TB= berbeda tidak bermakna jika p>0,05 B= berbeda bermakna jika p<0,05
Gambar 14. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar hemoglobin tikus betina antar kelompok perlakuan
Tabel XXVIII. Hasil uji Scheffe kadar hemoglobin tikus betina setelah pemberian infusa
daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
Hasil analisis data kadar hemoglobin pada tikus betina (tabel XXVII)
antara data hemoglobin post perlakuan dengan kelompok kontrol melalui uji
mg/kgBB masih dalam batas normal dan bersifat individual. Pada infusa daun
sirsak 180; 301; 503 mg/kgBB menunjukkan perbedaan tidak bermakna pada
uji paired T-test. Perbedaan tidak bermakna ini berarti infusa daun sirsak tidak
Hasil uji One Way Anova menunjukkan nilai probabilitas 0,067, maka
nilai p>0,05. Nilai probabilitas ini menunjukkan bahwa terjadi perbedaan tidak
bermakna antar kelompok perlakuan. Uji selanjutnya yang dilakukan adalah uji
Scheffe uji ini berguna untuk menegaskan kelompok mana saja yang memiliki
spektrum efek toksik dengan dosis. Hasil yang diperoleh pada uji Scheffe ini
bermakna untuk semua dosis jika dibandingkan terhadap kontrol aquadest. Hal
efek toksik dengan dosis infusa daun sirsak. Dapat dilihat juga bahwa pada
terdapat kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Hal yang sama seperti
pada hasil pemeriksaan hemoglobin pada tikus jantan. Perlakuan infusa daun
peningkatan hemoglobin maka dapat dikatakan bahwa infusa daun sirsak dapat
yang normal.
Hasil uji paired T-test pada kadar eritrosit pre dan post perlakuan infusa
daun sirsak dan kontrol menunjukkan perbedaan bermakna pada dosis infusa
daun sirsak 108 mg/kgBB, perbedaan ini dilihat dari nilai meanSEM yakni
terjadi peningkatan kadar eritrosit. Pada pre perlakuan infusa daun sirsak 108
normal karena pada hasil uji Scheffe (Tabel XXV) diperoleh bahwa terdapat
perbedaan tidak bermakna pada dosis infusa daun sirsak 108 mg/kgBB
Hasil uji paired T-test pada dosis infusa daun sirsak 180; 301; 503
infusa daun sirsak selama 30 hari tidak berpengaruh terhadap kadar eritrosit.
Setelah uji paired T-test tahap uji selanjutnya adalah uji One Way Anova untuk
selama 30 hari. Hasil uji One Way Anova menunjukkan nilai probabilitas 0,031
kontrol.
tujuan uji Scheffe ini juga untuk melihat kekerabatan spektrum efek toksik yang
ditimbulkan infusa daun sirsak dengan dosis pada tiap kelompok perlakuan.
Hasil yang diperoleh pada uji ini adalah terdapat perbedaan tidak bermakna
tiap kelompok perlakuan infusa daun sirsak dan tidak ada hubungan
kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Pada diagram batang (gambar
Tabel XXIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar eritosit
(RBC) tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk MeanSEM
Kadar eritrosit
Gambar 15. Diagram batang rata-rataSEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar eritrosit tikus betina antar kelompok perlakuan
Tabel XXX. Hasil uji Scheffe kadar eritrosit (RBC) tikus betina setelah pemberian infusa
daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 86
hematokrit dilihat dari nilai Mean SEM yaitu pada pre perlakuan 49,061,8
dan post adalah 49,061,8. Apabila dilihat pada hasil uji Scheffe (tabel
pada perlakuan infusa daun sirsak 108; 180, 301; dan 503 mg/kgBB
kadar/nilai hematokrit tikus betina. Uji Scheffe yang dilakukan setelah uji
One Way Anova bertujuan untuk menegaskan perbedaan bermakna dan tidak
bermakna pada tiap kelompok perlakuan. Hasil yang diperoleh adalah pada
berbeda tidak bermakna. Begitu juga pada diagram batang (gambar 16),
dosis.
yang semakin kental, diasumsikan bahwa banyak plasma darah yang keluar
darah menurun dan hal ini terjadi pada orang yang anemia. Dalam penelitian
ini, menunjukkan bahwa infusa daun sirsak tidak memberikan pengaruh yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 87
signifikan terhadap nilai hematokrit pada tikus betina seperti halnya pada nilai
Tabel XXXI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar hematokrit
(HCT) tikus betina tiap kelompok perlakuan disajikan dlm bentuk MeanSEM
Kadar Hematokrit (HCT)
Post (%)
Perlakuan Pre (%) p
Mean SEM
Mean SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 47,021,32 48,721,18 0,157TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 49,461,05 41,163,7 0,063TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 48,781,22 42,882,47 0,159TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 47,921,09 46,780,5 0,310TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 49,061,8 49,061,8 0,001B
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
Gambar 16. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar hematokrit (HCT) tikus betina antar kelompok perlakuan
Tabel XXXII. Hasil uji Scheffe kadar hematokrit (HCT) tikus betina setelah pemberian
infusa daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/gBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 88
Pada tabel XXXIII menunjukkan hasil analisis uji paired T-test kadar
leukosit tikus betina sebelum perlakuan maupun setelah perlakuan infusa daun
bermakna pada infusa daun sirsak 180, 301 juga kelompok kontrol aquadest
503 mg/kgBB. Perbedaan bermakna ini dilihat dari nilai MeanSEM yakni
terjadi peningkatan leukosit. Pada infusa daun sirsak 180 mg/kgBB nilai Mean
SEM pada pre perlakuan adalah 9.22010.35,35 dan pada post perlakuan
nilai MeanSEM pre perlakuan adalah 7.530483,29 dan pada post perlakuan
kadar leukosit masih termasuk masih dalam batas normal dalam penelitian ini.
Untuk infusa daun sirsak 018 mg/kgBB dan 503 mg/kgBB, berdasarkan hasil
Hasil uji One Way Anova menunjukan nilai probabilitas 0,848. Hal ini
berarti pemberian infusa daun sirsak tidak memperngaruhi kadar leukosit. Dan
Tabel XXXIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar leukosit
(WBC) tikus betina tiap kelompok
Kadar leukosit (WBC)
Post (/L)
Perlakuan Pre (/L) Nilai p
Mean SEM
Mean SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 7.854952,48 13.8063.098,04 0,177TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 9.2201.035,35 13.6581.503,59 0,014B
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 7.530483,29 12.8601.574, 03 0,010B
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 8.518419,39 13.454832,57 0,005TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 8.100 549,73 15.9282.237,22 0,030B
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
Gambar 17. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar leukosit (WBC) tikus betina antar kelompok perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 90
Tabel XXXIV. Hasil uji Scheffe kadar leukosit (WBC) tikus betina setelah pemberian infusa
daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
MCV sebelum dan sesudah perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari.
Pada infusa daun sirsak 108 mg/kgBB diperoleh hasil berbeda bermakna
dilihat dari nilai Mean SEM yakni terjadi penurunan MCV pada tikus
betina. Apabila dilihat perbandingan pre dan post perlakuan infusa daun
terjadi penurunan kadar MCV. Penurunan kadar MCV ini bersifat individual
Pada infusa daun sirsak 180; 301, 503 mg/kgBB terdapat perbedaan
tidak bermakna. Hasil uji One Way Anova diperoleh nilai p 0,459 maka nilai
p>0,05 artinya terdapat perbedaan tidak bermakna pada kadar MCV tikus
menilai kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Hasil uji Scheffe
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 91
kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Dapat dilihat juga pada
gambar 19, diagram batang rata-rata kadar MCV menunjukkan tidak adanya
MeanSEM (tabel XXXV). Namun penurunan MCV pada tikus betina ini,
terhadap kadar MCV adalah bahwa pada penurunan nilai MCV terlihat pada
folat/vitamin B12, dan terapi valproat, yang disebut juga anemia makrositik.
Tabel XXXV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar MCV tikus
betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk MeanSEM
Kadar MCV
Perlakuan Pre (fl) Post (fl) Nilai p
Mean SEM Mean SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 60,260,76 58,501,04 0,033B
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 61,641,36 58,482,27 0,060TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 59,780,84 55,961,07 0,089TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 60,780,45 58,360,9 0,055TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 59,160,53 56,260,73 0,048B
Keterangan; TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 92
Gambar 18. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar MCV tikus betina antar kelompok perlakuan
Tabel XXXVI. Hasil uji Scheffe kadar MCV tikus betina setelah pemberian infusa daun
sirsak selama 30 hari
Perlakuan (mg/kg BB) IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mgk/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari yang diuji dengan uji paired
betina yang mendapat perlakuan infusa daun sirsak 108;, 180;, 503
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 93
Untuk melihat secara lebih nyata ada tidaknya perbedaan bermakna dan
tidak bermakna ini dilanjutkan dengan uji One Way Anova dan uji Scheffe.
Uji One Way Anova untuk melihat pengaruh pemberian infusa daun sirsak
antar kelompok perlakuan bila dibandingkan dengan kontrol. Hal ini berarti
infusa daun sirsak tidak berpengaruh terhadap kadar MCH yang diberikan
perbedaan tidak bermakna pada tiap kelompok perlakuan dan tidak adanya
19), yang turut menjelaskan bahwa tidak ada kekerabatan spektrum efek
Tabel XXXVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar MCH
tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean SEM
Kadar MCH
Perlakuan Pre (pg) Post (pg) P
Mean SEM Mean SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 19,280,11 19,420,24 0,544TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 19,160,33 19,700,41 0,015B
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 18,860,14 19,320,96 0,110TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 19,160,81 19,980,44 0,093TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 19,000,11 19,480,21 0,058TB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 94
Gambar 19. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar MCH tikus betina antar kelompok perlakuan
Tabel XXXVIII. Hasil uji Scheffe kadar MCH tikus betina setelah pemberian infusa daun
sirsak selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
paired T-test sebelum dan sesudah perlakuan infusa daun sirsak selama 30
MeanSEM pada tiap kelompok perlakuan infusa daun sirsak maupun pada
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 95
kontrol aquadest. Tetapi apabila dilihat hasil uji Scheffe (tabel XL),
uji One Way Anova juga menunjukkan nilai probabilitas 0,354. Nilai
MCHC yang mendapat perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari apabila
terdapat kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis dilihat dari hasil uji
(tabel 27), namun peningkatan ini juga tidak signifikan dan masih dalam
batas normal.
Tabel XXXIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar MCHC
tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean SEM
Kadar MCHC
Perlakuan Pre (g/dL) Post (g/dL) Mean Nilai p
Mean SEM SEM
Gambar 20. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar MCHC tikus betina antar kelompok perlakuan
Tabel XL. Hasil uji Scheffe kadar MCHC tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak
selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
perlakuan dan post perlakuan dilihat dari nilai Mean SEM. Nilai Mean
Akan tetapi bila dilihat pada hasil uji scheffe terdapat perbedaan
dalam batas normal. Hasil uji Anova pada kadar RDW menunjukkan nilai
antar kelompok perlakuan. Hasil uji Scheffe dan profil diagram batang
daun sirsak 108 mg/kgBB bersifat individual. Jadi pemberian infusa daun
Hasil tes ini dapat membantu mendiagnosis jenis anemia dan kekurangan
beberapa vitamin.
Tabel XLI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar RDW tikus
betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean SEM
Kadar RDW
Perlakuan Pre (%) Post (%) Nilai p
Mean SEM Mean SEM
Gambar 21. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar RDW tikus betina antar kelompok perlakuan
Tabel XLII. Hasil uji Scheffe kadar RDW tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak
selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
bahwa terdapat perbedaan tidak bermakna pada kelompok infusa daun sirsak
108;, 180; 301 mg/kgBB dan pada kontrol aquadest 8333 mg/kgBB. Pada
yaitu peningkatan kadar trombosit (PLT). Namun apabila dilihat pada tabel
Hasil uji One Way Anova menunjukkan nilai probabilitas 0,068 dari
perbedaan bermakna pada tiap kelompok perlakuan dan infusa daun sirsak
tikus betina. Hasil uji Scheffe (tabel XLIV) menunjukkan tidak adanya
kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Dapat dilihat juga pada
Tabel XLIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar Trombosit
(PLT) tikus betina tiap kelompok
Kadar trombosit
Perlakuan Pre (/L) Post (L) Nilai p
Mean SEM Mean SEM
Infusa daun sirsak
981.60044.677,28 929.8001.0931 0,509TB
108 mg/kg BB
Infusa daun sirsak
894.20071.556,55 961.20034.249,67 0,204TB
180 mg/kg BB
Infusa daun sirsak
838.00036.246,37 885.80080.071,46 0,576TB
301 mg/kg BB
Infusa daun sirsak
958.40025.669,41 1.188.40079.169,18 0,037B
503 mg/kg BB
Kontrol aquadest
983.200 20.703,62 908.60056.875,83 0,214TB
8333 mg/kg BB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 100
Gambar 22. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar trombosit (PLT) tikus betina antar kelompok perlakuan
Tabel XLIV. Hasil uji Scheffe kadar trombosit (PLT) tikus betina setelah pemberian infusa
daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
kelompok infusa daun sirsak 108; 503 mg/kgBB serta kelompok kontrol
aquadest. Pada infusa daun sirsak 180;, 301 mg/kgBB terdapat perbedaan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 101
yang bermakna yaitu terjadi penurunan kadar limfosit, dilihat dari nilai
Mean SEM. Nilai Mean SEM infusa daun sirsak 180 mg/kgBB pre
perlakuan infusa daun sirsak adalah 78,81,96 dan post perlakuan infusa
daun sirsak adalah 67,23,58 Sedangkan nilai Mean SEM infusa daun
sirsak 301 mg/kgBB pre perlakuan infusa daun sirsak adalah 77,83,39 dan
dengan dosis. Dan uji scheffe ini dapat dijadikan juga sebagai indikator
penilaian kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Pada hasil uji ini
Tabel XLV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar Limfosit
tikus betina tiap kelompok
Kadar limfosit
Perlakuan Pre (%) Post (%) Nilai p
Mean SEM Mean SEM
Gambar 23. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar limfosit tikus betina antar kelompok perlakuan
Tabel XLVI. Hasil uji Scheffe kadar limfosit tikus betina setelah pemberian infusa daun
sirsak selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan. Hal ini berarti infusa
Selanjutnya pada uji One Way Anova menunjukkan nilai probabilitas 0,152.
sirsak selama 30 hari. Hasil uji Scheffe menunjukkan bahwa tidak terdapat
kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Dapat juga dilihat pada
Tabel XLVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar neutrofil
tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean SEM
Perlakuan Kadar neutrofil Nilai p
Pre (%) Post (%)
Mean SEM Mean SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 20,26,18 222,47 0,813TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 171,26 26,63,64 0,058TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 19,23,31 26,84,07 0,153TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 15,60,93 161,51 0,779TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 16,42,27 21,83,7 0,090TB
Keterangan: TB= berbeda tidak bermakna jika p>0,05 B= berbeda bermakna jika p <0,05
Gambar 24. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar neutrofil tikus betina antar kelompok perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 104
Tabel XLVIII. Hasil uji Scheffe kadar neutrofil tikus betina setelah pemberian infusa daun
sirsak selama 30 hari
Perlakuan (mg/kg
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
demikian p<0,05 yang berarti distribusi data tidak normal. Analisis tidak
dapat menggunakan One Way Anova karena distribusi data tidak normal.
Untuk data kadar monosit ini di uji dengan paired T-test kemudian di uji
dengan uji non parametrik Kruskal-Wallis dan uji post hoc Mann-Whitney.
bermakna.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 105
Tabel XLIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar monosit
tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk MeanSEM
Perlakuan Kadar monosit
Pre (%) Post (%) Nilai p
Mean SEM Mean SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 3,80,86 60,63 0,020B
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 30,84 5,21,24 0,086TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 1,80,86 5,80,66 0,037B
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 4,80,97 81,45 0,083TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 4,81,46 5,80,37 0,430TB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
Gambar 25. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar monosit tikus betina antar kelompok perlakuan
Tabel L. Hasil uji Mann-Whitney kadar monosit tikus betina setelah pemberian infusa daun
sirsak selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 106
Seperti pada uji normalitas pada kadar monosit, hasil uji normalitas
kadar eosinofil juga menunjukkan nilai P<0,05 yaitu 0,009. Maka analisis
Tabel LI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar eosinofil darah
tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean SEM
Perlakuan Kadar eosinofil Nilai p
Pre (%) Post (%)
Mean SEM Mean SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 10 2,81,39 0,266TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 1,20,37 10 0,621TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 1,20,20 1,20,37 1,00TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 2,00,77 2,20,96 0,621TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 1,20,20 1,20,49 1,00TB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
Gambar 26. Diagram batang rata-rata SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar eosinofil tikus betina antar kelompok perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 107
Tabel LII. Hasil uji Mann-Whitney kadar eosinofil tikus betina setelah pemberian infusa
daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan
IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
(mg/kg BB)
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - B
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I
IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II
IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III
IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV
KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
Hasil uji paired T-test pada kadar eosinofil pre dan post perlakuan
pada tiap kelompok perlakuan. Tahap uji selanjutnya adalah uji Kruskal-
individual sebab pada kelompok perlakuan infusa daun sirsak 108, 180, 301
tidak bermakna. Hal ini berarti infusa daun sirsak yang diberikan selama
kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis. Hasil uji Mann-
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 108
kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Pada gambar 26, diagram
Perubahan berat badan baik pada tikus jantan dan tikus betina dilakukan
dengan menimbang berat badan tikus pada hari ke-0, 7, 14, 21, dan hari ke-28.
Data perubahan berat badan dianalisis dengan One Way Anova dilanjutkan dengan
General Linear Model. Semua data di uji dengan taraf kepercayaan 95%.
jantan dan betina, hal ini karena adanya perubahan berat badan yang terjadi
merupakan salah satu parameter pendukung jika terjadi gejala toksik pada
pemberian infusa daun sirsak. Berkurangnya berat badan merupakan indeks efek
Tabel LIII. Purata berat badanSEM tikus jantan hari ke-0, ke-7, ke-14, ke-21, dan ke-28
akibat perlakuan infusa daun sirsak dan kontrol aquadest
Tabel LIV. Purata berat badanSEM Tikus Betina hari ke-0, ke-7, ke-14, ke-21, dan ke-28
akibat pemejanan dan infusa daun sirsak dan kontrol aquadest
Data tabel LIII dan tabel LIV, menunjukkan purata berat badan tikus tiap
kelompok SEM. Dengan demikian, apabila purata berat badan dikurangi atau
ditambah dengan SEM akan menunjukkan rentang nilai berat badan tikus dari
yang paling ringan sampai berat badan tikus yang paling tinggi. Data ini
bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara berat badan pada tikus jantan
maupun tikus betina yang menerima perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok
perlakuan kontrol.
badan yang semakin meningkat seiring bertambahnya waktu (hari 0-28). Dan hal
yang sama pada berat badan tikus betina (tabel LIV). Hasil analisis ini
berat badan tikus. Pertambahan berat badan yang terjadi diakibatkan oleh
Gambar 27. Grafik perubahan berat badan tikus jantan selama pemberian infusa daun
sirsak hari ke-0 sampai hari ke-28 pada tiap kelompok dosis
Keterangan : Dosis 1= pemberian infusa daun sirsak 108 mg/kgBB
Dosis 2= pemberian infusa daun sirsak 180 mg/kgBB
Dosis 3= pemberian infusa daun sirsak 301 mg/kgBB
Dosis 4= pemberian infusa daun sirsak 503 mg/kgBB
Kontrol = pemberian aquadest 8333 mg/kgBB
Gambar 28. Grafik perubahan berat badan tikus betina selama pemberian infusa daun
sirsak hari ke-0 sampai hari ke-28 pada sesuai kelompok dosis
Keterangan : Dosis 1= pemberian infusa daun sirsak 108 mg/kgBB
Dosis 2= pemberian infusa daun sirsak 180 mg/kgBB
Dosis 3= pemberian infusa daun sirsak 301 mg/kgBB
Dosis 4= pemberian infusa daun sirsak 503 mg/kgBB
Kontrol= pemberian aquadest 8333 mg/kgBB
pada tikus jantan dan tikus betina. Penambahan berat badan pada tikus jantan dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 111
tikus betina berbeda karena tergantung juga pada kondisi fisik maupun banyaknya
asupan makan dan minum. Berat badan tikus jantan dari hari 0, 7, 14, 21, 28
semakin bertambah dan selanjutnya pada tikus betina juga bahwa seiring
salah satu indikator pendukung dalam evaluasi penilaian terhadap gejala efek
toksik yang ditimbulkan oleh perlakuan infusa daun sirsak. Indikator konsumsi ini
digunakan untuk menilai pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap pola
berat badan. Jika terjadi penurunan konsumsi (pola makan) maka dapat dikatakan
bahwa berat badan) juga berkurang. Konsumsi makanan yang secara nyata
Gambar 29. Grafik jumlah asupan makan tikus jantan akibat perlakuan infusa daun sirsak
selama 30 hari
Keterangan: Dosis 1 = perlakuan infusa daun sirsak 108 mg/kgBB
Dosis 2 = perlakuan infusa daun sirsak 180 mg/kgBB
Dosis 3 = perlakuan infusa daun sirsak 301 mg/kgBB
Dosis 4 = perlakuan infusa daun sirsak 503 mg/kgBB
Kontrol aquadest 8333 mg/kgBB
Gambar 30. Grafik jumlah asupan makan tikus betina akibat perlakuan infusa daun sirsak
selama 30 hari
Keterangan: Dosis 1 = perlakuan infusa daun sirsak 108 mg/kgBB
Dosis 2 = perlakuan infusa daun sirsak 180 mg/kgBB
Dosis 3 = perlakuan infusa daun sirsak 301 mg/kgBB
Dosis 4 = perlakuan infusa daun sirsak 503 mg/kgBB
Kontrol aquadest 8333 mg/kgBB
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 113
Pada gambar 29, menunjukkan bahwa jumlah makan tikus jantan adalah
normal dari waktu ke waktu (hari). Pada gambar 30, grafik menunjukkan jumlah
makan tikus betina cukup bervariasi pada tiap dosis, secara khusus tikus betina
yang menerima perlakuan infusa daun sirsak dosis 2, mengalami siklus jumlah
makan yang tidak stabil. Namun, perbedaan variasi pola makan ini sesungguhnya
konsumsi (pola makan) tikus jantan dan betina ditunjukkan pada grafik (gambar
29 dan 30) adalah normal. Dengan demikian, pada pengamatan perubahan berat
tikus (tabel LIII dan tabel LIV) karena salah satu komponen pendukung
sirsak. Sama halnya dengan pengamatan terhadap berat badan dan konsumsi
(pola makan). Karena ketiga hal ini saling berkaitan satu sama lain.
tikus jantan dan betina seiring lamanya hari perlakuan infusa daun sirsak adalah
normal. Hasil pengamatan dan perhitungan terhadap jumlah asupan minum pada
tikus jantan maupun tikus betina tidak memberikan perbedaan signifikan. Maka
dapat disimpulkan bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak berpengaruh pada
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 114
konsumsi (pola minum) tikus jantan dan tikus betina dan tidak menunjukkan efek
toksik.
Gambar 31. Grafik jumlah asupan minum tikus jantan akibat perlakuan infusa daun sirsak
Keterangan: Dosis 1 = perlakuan infusa daun sirsak 108 mg/kgBB
Dosis 2 = perlakuan infusa daun sirsak 180 mg/kgBB
Dosis 3 = perlakuan infusa daun sirsak 301 mg/kgBB
Dosis 4 = perlakuan infusa daun sirsak 503 mg/kgBB
Kontrol aquadest 8333 mg/kgBB
Gambar 32. Grafik jumlah asupan minum tikus betina akibat perlakuan infusa daun
sirsak
Keterangan: Dosis 1 = perlakuan infusa daun sirsak 108 mg/kgBB
Dosis 2 = perlakuan infusa daun sirsak 180 mg/kgBB
Dosis 3 = perlakuan infusa daun sirsak 301 mg/kgBB
Dosis 4 = perlakuan infusa daun sirsak 503 mg/kgBB
Kontrol aquadest 8333 mg/kgBB
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 115
G. Rangkuman Pembahasan
selama 30 hari pada tikus jantan dan betina menunjukkan bahwa infusa daun
sirsak tidak menimbulkan efek toksik yang berupa kekacauan atau perubahan
monosit, limfosit, netrofil, trombosit (PLT), LED jam I dan LED jam II). Dalam
penelitian ini juga, disimpulkan juga bahwa tidak ada kekerabatan antara
spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun sirsak. Informasi yang dapat
MCHC dan juga peningkatan leukosit (WBC), namun terjadi penurunan MCV.
Dan terjadi akibat perlakuan dari penelitian yang menyebabkan stress pada hewan
uji.
hemoglobin sesudah perlakuan secara bermakna pada dosis infusa daun sirsak 108
mg/kgBB dan 503 mg/kgBB tikus jantan, namun peningkatan ini masih dalam
batas normal. Pada analisis data kadar hemoglobin tikus betina terdapat
infusa daun sirsak 108 mg/kgBB, hal yang sama juga menunjukkan bahwa
peningkatan kadar hemoglobin ini masih dalam batas normal pada tikus betina.
Peningkatan kadar hemoglobin setelah perlakuan infusa daun sirsak pada tiap
tikus jantan maupun tikus betina setelah 30 hari menunjukkan perbedaan tidak
bermakna. Hal ini berarti perlakuan infusa daun sirsak tidak ditemukan adanya
kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun sirsak.
eritrosit secara bermakna setelah perlakuan infusa daun sirsak 503 mg/kgBB
sedangkan pada kadar eritrosit tikus betina terdapat peningkatan eritrosit setelah
perlakuan infusa daun sirsak 108 mg/kgBB. Namun, peningkatan kadar eritrosit
pada tikus jantan dan tikus betina ini menunjukkan peningkatan dalam batas
normal dan hal ini merupakan fenomena individual. Dapat juga dilihat dari hasil
pengukuran kadar eritrosit antar kelompok perlakuan pada tikus jantan maupun
tikus betina setelah 30 hari yang menggambarkan perbedaan tidak bermakna jika
dibandingkan terhadap kontrol aquadest. Hal ini berarti tidak ada kekerabatan
menunjukkan perbedaan tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan. Hal ini
berlaku baik pada tikus jantan maupun tikus betina. Selanjutnya, pengukuran
infusa daun sirsak yang dibandingkan terhadap kontrol aquadest. Hal ini berarti
tidak ada kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun
sirsak.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 117
perlakuan infusa daun sirsak 180, 301, 503 mg/kgBB sedangkan pada tikus betina
mg/kgBB;, 503 mg/kgBB. Pengukuran kadar leukosit tikus jantan maupun tikus
perbedaan tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak
yang dibandingkan dengan kontrol aquadest. Hal ini berarti tidak ada kekerabatan
perlakuan infusa daun sirsak 180;, dan 301 mg/kgBB sedangkan pada kadar MCV
bermakna pada kelompok kontrol aquadest dan kelompok infusa daun sirsak 108
mg/kgBB. Namun penurunan MCV ini masih dalam batas normal dan bersifat
individual. Hasil pengukuran kadar MCV tikus jantan maupun tikus betina setelah
menunjukkan perbedaan tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan. Hal ini
berarti tidak ada kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa
daun sirsak.
infusa daun sirsak secara tidak bermakna. Pada kelompok perlakuan infusa daun
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 118
sirsak 180 mg/kgBB tikus betina menunjukkan peningkatan kadar MCH yang
yang terjadi masih dalam batas normal. Hal ini terlihat pada kadar MCH setelah
perlakuan infusa daun sirsak 180 mg/kgBB memberikan perbedaan yang tidak
Hasil pengukuran kadar MCH pada tikus jantan maupun tikus betina
setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari antar kelompok perlakuan
kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun sirsak.
Hasil pengukuran terhadap kadar MCHC tikus jantan dan betina setelah
dosis kecuali pada kelompok infusa daun sirsak 180 mg/kgBB tikus jantan.
Namun peningkatan kadar MCHC yang terjadi masih dalam batas normal. Hal ini
dapat terlihat pada kadar MCHC setelah perlakuan infusa daun sirsak pada semua
kelompok dosis infusa daun sirsak memberikan perbedaan yang tidak bermakna
perlakuan pada tikus jantan maupun tikus betina setelah infusa daun sirsak selama
Untuk itu dalam penelitian ini, infusa daun sirsak tidak memberikan pengaruh
terhadap MCHC dan tidak ditemukan adanya kekerabatan antara spektrum efek
Pada kelompok perlakuan infusa daun sirsak 301;, 503 mg/kgBB tikus
Namun peningkatan ini masih dalam batas normal. Hal ini terlihat pada infusa
daun sirsak 301, 503 mg/kgBB tikus jantan memberikan perbedaan yang tidak
Hasil pemeriksaan kadar RDW pada tikus betina setelah perlakuan infusa
daun sirsak menunjukkan juga peningkatan kadar pada kelompok dosis 108
mg/kgBB dan pada kelompok kontrol 8333 mg/kgBB. Seperti halnya pada tikus
jantan, peningkatan kadar ini masih dalam batas normal. Pengukuran kadar RDW
pada tikus jantan dan tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30
perlakuan infusa daun sirsak yang dibandingkan dengan kontrol aquadest. Maka
dapat disimpulkan bahwa perubahan kadar RDW pada tikus dan tikus betina
bersifat induvidual dan tidak ditemukan kekerabatan spektrum efek toksik dengan
pada semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak namun peningkatan ini
kelompok dosis infusa daun sirsak 503 mg/kgBB menunjukkan peningkatan yang
berbeda bermakna. Namun peningkatan ini juga masih dalam batas normal. Hal
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 120
ini dapat diamati pada kadar trombosit (PLT) setelah perlakuan infusa daun sirsak
aquadest.
tidak bermakna. Hal ini berarti infusa daun sirsak tidak mempengaruhi kadar
Hasil pemeriksaan terhadap kadar limfosit tikus jantan dan tikus betina
diperoleh perubahan kadar limfosit pada tikus jantan setelah perlakuan infusa
bermakna sedangkan pada tikus betina terdapat penurunan kadar limfosit pada
kelompok dosis 301 mg/kgBB setelah perlakuan infusa daun sirsak. Hasil
pemeriksaan limfosit setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari antar
berarti infusa daun sirsak tidak mempengaruhi kadar perubahan kadar limfosit
dan tidak ada kekerabatn spektrum efek toksik dengan dengan dosis infusa daun
sirsak.
menunjukkan perbedaan bermakna pada kelompok dosis infusa daun sirsak 503
sedangkan pada dosis infusa daun sirsak 108;, 180;, dan 301 mg/kgBB
ini, bersifat individual dan masih dalam batas normal sehingga dapat disimpulkan
bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak berpengaruh terhadap kadar perubahan
daun sirsak 301 mg/kgBB namun peningkatan ini masih dalam batas normal.
Dapat dilihat pada pemeriksaan persentase monosit setelah perlakuan infusa daun
terhadap kontrol aquadest. Pemeriksaan persentase monosit tikus jantan dan tikus
betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 antar kelompok perlakuan
menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Hal ini mengandung arti bahwa
tidak ada kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun
sirsak.
dosis. Hal yang sama, bahwa pemeriksaan persentase netrofil pada tikus jantan
dan tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari antar
dibandingkan dengan kontrol aquadest. Hal ini berarti, pemberian infusa daun
sirsak tidak mempengaruhi perubahan persentase netrofil baik pada tikus jantan
betina setelah perlakuan infusa daun sirsak menunjukkan perbedaan yang tidak
perbedaan bermakna antara dosis infusa daun sirsak 503 mg/kgBB dan kontrol
antar kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Hal ini,
memberikan informasi bahwa tidak ada kekerabatan antara spektrum efek toksik
betina menunjukkan bahwa pada semua kelompok dosis infusa daun sirsak
diperoleh 0% baik pada sebelum dan sesudah perlakuan infusa daun sirsak. Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari pada tiap
Hasil pemeriksaan terhadap LED jam I dan LED jam II pada tikus jantan
dan tikus betina tidak diperoleh nilai LED baik pada jam I maupun pada LED jam
II. Maka dapat disimpulkan bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak
mempengaruhi ada tidaknya LED pada jam I maupun pada LED jam II.
penelitian ini adalah data perubahan berat badan, data jumlah asupan makan, dan
data jumlah asupan minum tikus jantan dan betina. Hasil analisis data perubahan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 123
berat badan menunjukkan perbedaan tidak bermakna baik pada berat badan tikus
Perubahan berat badan pada tikus jantan maupun tikus betina disebabkan
oleh proses pertumbuhan dan juga oleh jumlah asupan makan dan minum.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemberian infusa daun sirsak secara
subkronik selama 30 hari tidak memberikan pengaruh terhadap berat badan tikus
BAB V
A. Kesimpulan
2. Tidak ada hubungan kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak dengan
B. Saran
Perlu dilakukan uji toksisitas dengan jangka waktu yang lebih panjang
misalnya uji toksisitas selama 90 hari. Uji toksisitas kronis selama 90 hari
bertujuan untuk melacak ada tidaknya kekerabatan spektrum efek toksik dengan
124
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 125
DAFTAR PUSTAKA
Arthur, F. K. N., Woode, E., Terlabi, E.O., and Larbie, C., 2011, Evaluation of
Acute and Subchronic Toxicity of Annona Muricata (Linn.) Aqueous
Extract in Animals, Euro. J. Exp. Bio., 1 (4), 115 124.
Bicas, J. L., Molina, G., Dionisio, A. P., Baros, F. F. C., Wagner, R., Marostico,
M. R., et al., 2011, Volatile Constituents Of Exotic Fruits From Brazil,
Elsevier Ltd., 1843-1855.
BPOM RI, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Volume kelima, edisi pertama,
Direktorat Obat Asli Indonesia, Jakarta, pp. 3.
Derelanko, M. J., Hollinger, M. A., 2002, Handbook of Toxicology, 2th Ed., CEC
Press LLC, USA, pp 456-464.
Depkes RI, 1995, Materia Medika Indonesia, Jilid VI, Direktorat Jenderal
pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, pp.323-324.
Enas, Riduwan, Rusyana A., 2011, Cara Mudah Belajar SPSS 17.0 dan Aplikasi
statistik Penelitian, ALFABETA CV, Bandung, pp. 61-62.
Ganong, W. F., 2008, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 22, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta. pp 533-538
Handayani, W., dan Haribowo, A.S., 2008, Buku ajar Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi, Salemba Medika, Jakarta,
pp. 1-21.
Hoffbrand, A.V., Pettit, J.E., Moss P.A.H., 2005, Essential Haematology, edisi 4,
diterjemahkan oleh Setiawan. L,. hal.14-17 EGC, Jakarta
Lu, F.C, 1995, Toksikologi Dasar, Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko,
edisi 2, Universitas Indonesia Press, Jakarta, pp. 96.
Muktiani, 2011, Khasiat dan Cara Olah Sirsak untuk Kesehatan dan Bisnis
Makanan, Pustaka Baru Press, Yogyakarta, pp. 3-16.
Mc Laughin, J.L., Liau, X., and Alali, F.Q., 1999, Annonaceous Acetogenin: In
Progress, J. Nat. Prod., 62, 504 540.
Media, D.T., 2011, Sirsak Penjinak Kanker, Penerbit Delta Media, Surakarta, pp.
34-35.
Pearce, E., 2009, Anatomy & Fisiology For Nurses, diterjemahkan oleh Handoyo,
Y.S., hal. 133-134, 136-140, PT. Gramedia, Jakarta
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 127
Rain Tree, 2012, Tropical Plant Database, Database file for Graviola (Annona
muricata) http://www.rain-tree.com/graviola.htm#.UYMielI6-_J, diakses
tanggal 2 Mei, 2013
Rahima, E., 2011, Menyembuhkan Kanker dengan Daun Sirsak, Arta Pustaka
Yogyakarta
Steenis, C. G.G.J van, 1975, Flora untuk Sekolah Indonesia, PT. Pradnya
Paramita, Jakarta
Syahida M., Maskat M. Y., Suri, R., Mamot, S., and Hadijah, H., 2012, Soursop
(Annona muricata L.): Blood Hematology and Serum Biochemistry of
Sprague-Dawley Rats, International Food Research Journal, 19 (3),
955-959.
Trubus, R., 2012., My Healthy Life Daun Sirsak Vs Kanker, PT. Trubus Swadaya,
Depok, Jakarta, pp. 86,96,108 6-15.
Waterbury, L., 1998, Hematology for House Officer, Ed.3, diterjemahkan oleh
Suhandi, S., hal. 179, EGC, Jakarta
LAMPIRAN
Lampiran 4. Foto serbuk kering simplisia daun sirsak dan infusa daun sirsak
Pemberian infusa dengan volume maksimal pemberian per oral yaitu 2,5 ml
Atas dasar tersebut, maka dapat ditetapkan dosis tertinggi infusa daun sirsak
sebagai berikut:
D x BB =CxV
D = 0,0005 g/gBB
D = 0,5 mg/gBB
D = 500 mg/kgBB
Dosis untuk 1 kg tikus = 1000/200 x 0,036 = 0,18 g/ kgBB tikus = 180 mg/kgBB
tikus
Untuk dua peringkat di atas peringkat 180 mg/kgBB dikali 1,67 kemudian
Diperoleh 4 peringkat dosis yaitu : 108 mg/kg; 180 mg/kg; 301 mg/kg; 503
mg/kg.
Monosit
Limfosit sesudah Neutrofil Eosinofil
WBC sesudah sesudah perlakua sesudah sesudah PLT sesudah
perlakuan perlakuan n perlakuan perlakuan perlakuan
N 25 25 25 25 25 25
Normal Parametersa,b Mean 13941.2000 69.5200 6.1600 22.6400 1.6800 974760.0000
Std. Deviation 4222.72061 7.11875 2.19241 7.70757 1.79629 1.91643E5
Most Extreme Differences Absolute .184 .093 .289 .194 .327 .171
Positive .184 .084 .289 .194 .327 .171
Negative -.114 -.093 -.122 -.101 -.233 -.084
Kolmogorov-Smirnov Z .920 .467 1.445 .970 1.637 .853
Asymp. Sig. (2-tailed) .365 .981 .031 .303 .009 .460
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Lampiran 14. Uji statistik one way Anova kadar eritrosit (RBC) tikus jantan
Oneway
Descriptives
RBC sesudah perlakuan
Std. 95% Confidence Interval for Mean
N Mean Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
Dosis I (0,018 5 8.4240 .37713 .16866 7.9557 8.8923 7.86 8.89
mg/gBB)
Dosis II (0,180 5 8.3860 .92716 .41464 7.2348 9.5372 6.78 9.05
mg/gBB)
Dosis III ( 0,301 5 8.1400 .55687 .24904 7.4486 8.8314 7.42 8.95
mg/gBB)
Dosis IV ( 0,503 5 8.6500 .29232 .13073 8.2870 9.0130 8.38 9.11
mg/gBB)
kontrol aquadest 5 8.2020 .72662 .32495 7.2998 9.1042 6.99 8.79
(8,333 mg/gBB)
Total 25 8.3604 .59556 .11911 8.1146 8.6062 6.78 9.11
ANOVA
RBC sesudah perlakuan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .811 4 .203 .527 .717
Within Groups 7.702 20 .385
Total 8.513 24
Multiple Comparisons
RBC sesudah perlakuan
Scheffe
(I) perlakuan dosis (J) perlakuan dosis
Mean Difference 95% Confidence Interval
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Dosis I (0,018 mg/gBB) Dosis II (0,180 mg/gBB) .03800 .39247 1.000 -1.2909 1.3669
Dosis III ( 0,301 .28400 .39247 .969 -1.0449 1.6129
mg/gBB)
Dosis IV ( 0,503 -.22600 .39247 .987 -1.5549 1.1029
mg/gBB)
kontrol aquadest (8,333 .22200 .39247 .988 -1.1069 1.5509
mg/gBB)
Dosis II (0,180 mg/gBB) Dosis I (0,018 mg/gBB) -.03800 .39247 1.000 -1.3669 1.2909
Dosis III ( 0,301 .24600 .39247 .982 -1.0829 1.5749
mg/gBB)
Dosis IV ( 0,503 -.26400 .39247 .976 -1.5929 1.0649
mg/gBB)
kontrol aquadest (8,333 .18400 .39247 .994 -1.1449 1.5129
mg/gBB)
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) Dosis I (0,018 mg/gBB) -.28400 .39247 .969 -1.6129 1.0449
Dosis II (0,180 mg/gBB) -.24600 .39247 .982 -1.5749 1.0829
Dosis IV ( 0,503 -.51000 .39247 .791 -1.8389 .8189
mg/gBB)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 137
Homogeneous Subsets
N 1
Sig. .791
T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Dosis_1_pre 7.8020 5 .41361 .18497
Dosis_1_post 8.3240 5 .26025 .11639
Pair 2 Dosis_2_Pre 8.0320 5 .34658 .15500
Dosis_2_post 7.0120 5 1.10733 .49521
Pair 3 Dosis_3_pre 8.1580 5 .28367 .12686
Dosis_3_post 7.6420 5 .72029 .32212
Pair 4 Dosis_4_pre 7.8840 5 .34414 .15390
Dosis_4_post 8.0240 5 .24048 .10755
Pair 5 Kontrol_pre 8.2880 5 .62906 .28133
Kontrol_post 8.2980 5 .63728 .28500
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 138
Paired Differences
Pair 1 Dosis_1_pre - Dosis_1_post -.52200 .38919 .17405 -1.00525 -.03875 -2.999 4 .040
Pair 2 Dosis_2_Pre - Dosis_2_post 1.02000 1.16398 .52055 -.42527 2.46527 1.959 4 .122
Pair 3 Dosis_3_pre - Dosis_3_post .51600 .93637 .41876 -.64665 1.67865 1.232 4 .285
Pair 4 Dosis_4_pre - Dosis_4_post -.14000 .19748 .08832 -.38521 .10521 -1.585 4 .188
Pair 5 Kontrol_pre - Kontrol_post -.01000 .33526 .14993 -.42628 .40628 -.067 4 .950
Lampiran 16. Uji statistik One Way Anova kadar eritrosit (RBC) tikus betina
Oneway
Descriptives
RBC sesudah perlakuan
Std. Std. 95% Confidence Interval for Mean
N Mean Deviation Error Lower Bound Upper Bound Min Max
Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 8.3240 .26025 .11639 8.0009 8.6471 7.98 8.63
Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 7.0120 1.10733 .49521 5.6371 8.3869 5.84 8.34
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 7.6420 .72029 .32212 6.7476 8.5364 6.84 8.64
Dosis IV (0,503 mg/gBB) 5 8.0240 .24048 .10755 7.7254 8.3226 7.74 8.29
kontrol aquadest (8,333 mg/gBB) 5 8.2980 .63728 .28500 7.5067 9.0893 7.43 8.85
Total 25 7.8600 .79346 .15869 7.5325 8.1875 5.84 8.85
ANOVA
RBC sesudah perlakuan
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between 6.003 4 1.501 3.296 .031
Groups
Within Groups 9.107 20 .455
Total 15.110 24
Homogeneous Subsets
RBC sesudah perlakuan
Scheffea
Perlakuan dosis Subset for alpha =
0.05
N 1
Dosis II (180 mg/kgBB) 5 7.0120
Dosis III ( 301 mg/kgBB) 5 7.6420
Dosis IV (503 mg/kgBB) 5 8.0240
kontrol aquadest (8333 mg/kgBB) 5 8.2980
Dosis I (108 mg/kgBB) 5 8.3240
Sig. .088
N Correlation Sig.
Ranks
Total 25
a,b
Test Statistics
Eosinofil
sesudah
perlakuan
Chi-square 5.816
Df 4
Asymp. Sig. .213
Ranks
perlakuan dosis Sum of
N Mean Rank Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 6.80 34.00
kontrol aquadest (8,333 5 4.20 21.00
mg/gBB)
Total 10
b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 6.000
Wilcoxon W 21.000
Z -1.678
Asymp. Sig. (2-tailed) .093
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan dosis
Ranks
perlakuan dosis Mean
N Rank Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 6.80 34.00
kontrol aquadest (8,333 5 4.20 21.00
mg/gBB)
Total 10
b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 6.000
Wilcoxon W 21.000
Z -1.678
Asymp. Sig. (2-tailed) .093
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan dosis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 143
Lanjutan lampiran 19. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
perlakuan dosis Sum of
N Mean Rank Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 6.10 30.50
kontrol aquadest (8,333 5 4.90 24.50
mg/gBB)
Total 10
b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 9.500
Wilcoxon W 24.500
Z -.671
Asymp. Sig. (2-tailed) .502
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan dosis
Ranks
perlakuan dosis Sum of
N Mean Rank Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis IV ( 0,503 mg/gBB) 5 7.40 37.00
kontrol aquadest (8,333 5 3.60 18.00
mg/gBB)
Total 10
b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 3.000
Wilcoxon W 18.000
Z -2.132
Asymp. Sig. (2-tailed) .033
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .056a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan dosis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 144
Lanjutan lampiran 19. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar
eosinofil tikus jantan
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
perlakuan dosis Mean Sum of
N Rank Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 5.40 27.00
Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 5.60 28.00
Total 10
b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 12.000
Wilcoxon W 27.000
Z -.149
Asymp. Sig. (2-tailed) .881
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan dosis
Ranks
perlakuan dosis Sum of
N Mean Rank Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 6.00 30.00
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 5.00 25.00
Total 10
b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 10.000
Wilcoxon W 25.000
Z -.561
Asymp. Sig. (2-tailed) .575
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan dosis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 145
Lanjutan lampiran 19. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar
eosinofil tikus jantan
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
perlakuan dosis N Mean Rank Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 4.60 23.00
Dosis IV ( 0,503 mg/gBB) 5 6.40 32.00
Total 10
b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 8.000
Wilcoxon W 23.000
Z -1.063
Asymp. Sig. (2-tailed) .288
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan dosis
Ranks
perlakuan dosis N Mean Rank Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 6.00 30.00
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 5.00 25.00
Total 10
b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 10.000
Wilcoxon W 25.000
Z -.561
Asymp. Sig. (2-tailed) .575
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan dosis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 146
Lanjutan lampiran 19. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar
eosinofil tikus jantan
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
perlakuan dosis N Mean Rank Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 4.80 24.00
Dosis IV ( 0,503 mg/gBB) 5 6.20 31.00
Total 10
b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 9.000
Wilcoxon W 24.000
Z -.827
Asymp. Sig. (2-tailed) .408
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan dosis
Ranks
perlakuan dosis N Mean Rank Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 4.40 22.00
Dosis IV ( 0,503 mg/gBB) 5 6.60 33.00
Total 10
b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 7.000
Wilcoxon W 22.000
Z -1.205
Asymp. Sig. (2-tailed) .228
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: perlakuan dosis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Paired Differences
95% Confidence Interval
Std. Std. Error of the Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 Dosis_1_pre - -1.80000 3.11448 1.39284 -5.66714 2.06714 -1.292 4 .266
Dosis_1_post
Pair 2 dosis_2_pre - .20000 .83666 .37417 -.83885 1.23885 .535 4 .621
Dosis_2_post
Pair 3 dosis_3_pre - dosis_3_post .00000 .70711 .31623 -.87799 .87799 .000 4 1.000
Pair 4 dosis_4_pre - dosis_4_post -.20000 .83666 .37417 -1.23885 .83885 -.535 4 .621
Pair 5 kontrol_pre - kontrol_post .00000 1.22474 .54772 -1.52072 1.52072 .000 4 1.000
Lampiran 21. Analisis statistik dengan uji Kruskal-Wallis kadar eosinofil tikus betina
NPar Tests
Kruskal-Wallis Test
Ranks
Perlakuan dosis N Mean Rank
151
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 152
Ranks
Perlakuan dosis N Mean Rank
Total 25
a,b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Chi-square 2.508
Df 4
Asymp. Sig. .643
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Perlakuan dosis
Lampiran 22. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil tikus
betina
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
Perlakuan dosis Mean Sum of
N Rank Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 6.30 31.50
kontrol aquadest (8,333 5 4.70 23.50
mg/gBB)
Total 10
Test Statisticsb
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 8.500
Wilcoxon W 23.500
Z -.868
Asymp. Sig. (2-tailed) .386
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan dosis
Ranks
Perlakuan dosis N Mean Rank Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 5.50 27.50
kontrol aquadest (8,333 5 5.50 27.50
mg/gBB)
Total 10
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 153
b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 12.500
Wilcoxon W 27.500
Z .000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan dosis
Lanjutan Lampiran 22. Uji statitstik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil
tikus betina
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
Perlakuan dosis N Mean Rank Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 5.70 28.50
kontrol aquadest (8,333 5 5.30 26.50
mg/gBB)
Total 10
b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 11.500
Wilcoxon W 26.500
Z -.224
Asymp. Sig. (2-tailed) .822
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan dosis
Ranks
Perlakuan dosis N Mean Rank Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis IV (0,503 mg/gBB) 5 6.30 31.50
kontrol aquadest (8,333 5 4.70 23.50
mg/gBB)
Total 10
b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 8.500
Wilcoxon W 23.500
Z -.941
Asymp. Sig. (2-tailed) .347
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan dosis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 154
Lanjutan Lampiran 22. Uji statitstik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil
tikus betina
Ranks
Perlakuan dosis Sum of
N Mean Rank Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 6.50 32.50
Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 4.50 22.50
Total 10
b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 7.500
Wilcoxon W 22.500
Z -1.177
Asymp. Sig. (2-tailed) .239
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan dosis
Ranks
Perlakuan dosis Sum of
N Mean Rank Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 6.30 31.50
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 4.70 23.50
Total 10
b
Test Statistics
Eosinofil
sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 8.500
Wilcoxon W 23.500
Z -.859
Asymp. Sig. (2-tailed) .390
a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan dosis
Lanjutan Lampiran 22. Uji statitstik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil
tikus betina
Ranks
Perlakuan dosis Sum of
N Mean Rank Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 5.80 29.00
Dosis IV (0,503 mg/gBB) 5 5.20 26.00
Total 10
b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 11.000
Wilcoxon W 26.000
Z -.324
Asymp. Sig. (2-tailed) .746
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841a
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 155
b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 10.000
Wilcoxon W 25.000
Z -.645
Asymp. Sig. (2-tailed) .519
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan dosis
Lanjutan Lampiran 22. Uji statitstik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil
betina
Ranks
Perlakuan dosis N Mean Rank Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 4.50 22.50
Dosis IV (0,503 mg/gBB) 5 6.50 32.50
Total 10
b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 7.500
Wilcoxon W 22.500
Z -1.491
Asymp. Sig. (2-tailed) .136
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan dosis
Ranks
Perlakuan dosis Mean
N Rank Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 5.00 25.00
Dosis IV (0,503 mg/gBB) 5 6.00 30.00
Total 10
b
Test Statistics
Eosinofil sesudah
perlakuan
Mann-Whitney U 10.000
Wilcoxon W 25.000
Z -.565
Asymp. Sig. (2-tailed) .572
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan dosis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 156
BIOGRAFI PENULIS