K DENGAN DIARE
DI RUANG ANAK RSIA ANUGRAH PONTIANAK
OLEH :
APRELIA AFIATI
NIM SRP19316113
i
HALAMAN PERSETUJUAN
SIDANG KARYA ILMIAH AKHIR
Judul Karya Ilmiah Akhir : Asuhan Keperawatan Pada An. K Dengan Diare
Di Ruang Anak RSIA ANUGRAH Pontianak
Nama : Aprelia Afiati
NIM : SRP19316113
Program Studi : Profesi Ners Keperawatan Reguler A
Menyetujui,
Pembimbing
ii
HALAMAN PENGESAHAN
KARYA ILMIAH AKHIR (KIA)
Oleh :
Aprelia Afiati
NIM SRP19316113
Disetujui,
Pembimbing Penguji
Mengetahui,
iii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Ilmiah Akhir ini adalah benar-
benar hasil pekerjaan penelitian saya. Adapun kutipan atau seduran hanya sebatas
referensi semata, dan apabila dikemudian hari Karya Ilmiah Akhir yang saya buat
ini terbukti meniru atau menjiplak karya orang lain, saya bersedia mendapat
Hormat saya,
Aprelia Afiati
SRP19316113
iv
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas ini STIK
Muhammadiyah Pontianak berhak menyimpan, mengalih media/formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Demikian surat pernyataan persetujuan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Pontianak
Pada Juni, 2020
Yang Menyatakan
Aprelia Afiati
v
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.K DENGAN DIARE DI RUANG ANAK
RSIA ANUGRAH PONTIANAK
Aprelia Afiati
Lilis Lestari, M.Kep
ABSTRAK
Pendahuluan : Diare merupakan salah satu penyakit infeksi pada balita yang
banyak terjadi dan dominan menyerang balita karena daya tahan tubuh balita yang
masih lemah. Survei Kesehatan Rumah Tangga, menyatakan (25,2%) diare masih
menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Dampak yang ditimbulkan
dari diare antara lain BAB meningkat dengan konsistensi tinja cair atau encer,
kekurangan cairan, nafsu makan berkurang, lemah, pucat hingga berakhir
kematian.
Tujuan : penulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran dalam memberikan
asuhan keperawatan anak dengan diare di ruang Anak RSIA Anugrah Pontianak.
Metode : penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan asuhan
keperawatan pada pasien dengan diare di ruang Anak RSIA Anugrah Pontianak.
Pengumpulan data menggunakan format Asuhan Keperawatan yang meliputi Pengkajian,
Diagnosa, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.
Hasil dan Pembahasan : berdasarkan hasil pengkajian dan analisis didapatkan
persamaan dari hasil pengkajian yang diberikan dengan teori, terdapat 4 diagnosa
keperawatan yang ditegakkan yaitu hipovolemia, hipertemia, gangguan intergritas kulit
dan defisit nutrisi.
Kesimpulan dan Saran : pada saat pelaksanaan asuhan keperawatan selama 3 hari yang
diberikan, terdapat diagnosa keperawatan belum teratasi yaitu hipovolemia, hipertemia,
gangguan integritas kulit dan defisit nutrisi. Masalah keperawatan ini harus tetap
dilakukan dan dilanjutkan bahkan sampai pasien pindah ruang perawatan.
vi
NURSING CARE IN CHILD K WITH DIARRHEA IN THE CHILD ROOM RSIA
ANUGRAH PONTIANAK
Aprelia Afiati
Lilis Lestari, M.Kep
ABSTRAK
Background : diarrhea is one of the infectious diseases in infants the often occur and
predominantly attacks toddlers because of the immune system of infants who are still
weak. Household health survey stases that 25,2 percent of diarrhea is still the main cause
of death in children under five. The effects of diarrhea include increased bowel
movements, dehydration, decreased appetite, weakness and death.
Purpose : to provide an overview in providing Nursing Care for children with Diarrhea
in the Children’s Hospital RSIA Anugrah Pontianak.
Method : This writing uses the case study method with Nursing Care approach with
clients in the children’s Hospital RSIA Anugrah Pontianak. Data Collection using format
of Nursing Care includes Assesment, Diagnosis, Intervention, Implementation,
Evaluation of Nursing Care.
Result and Discussion : Based on the results of the assessment and analysis, found
similarities from the results of the study with the theory. There are 4 nursing diagnosis
made on the subject, that are hipovolemia, hipertemia, nutritional deficit, impaired skin
integrity.
Conclusions and Recommendations : in the process of implementing nursing care for 3
days obtained partially diagnosed nursing diagnoses namely hypovolemia, hyperthermia,
nutritional deficits and impaired skin integrity. This nursing problem must be continued
and even until the patient changes care.
vii
MOTTO
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Akhir Ilmiah ini dengan judul “
Anugrah Pontianak”.
terlaksana dengan baik sesuai yang diharapkan apabila tanpa dukungan dari
kepada :
2. Orang Tuaku, Ibunda Nyemas Aye Juita, Ayahanda Alyakub serta Adikku
yang tersayang Muhammad Raba’i yang selalu mendukung penulis baik dari
3. Haryanto, S.Kep., Ns., MSN., Ph.D selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
5. Lilis Lestari, M.Kep selaku pembimbing KIA yang telah banyak memberikan
ix
6. Ramadaniyati, M.Kep. Ners. Sp.Kep.An selaku penguji KIA yang telah
9. Semua pihak yang telah bersedia menjadi responden dan berpartisipasi dalam
bantuan serta semangat sehingga Karya Ilmiah Akhir ini dapat terselesaikan.
Semoga Karya Ilmiah Akhir ini bermanfaat bagi pembaca, namun penulis
menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir ini masih jauh dari kata kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis membutuhkan saran dan kritik yang membangun guna
penyempurnaan pada KIA ini maupun penelitian – penelitian yang akan datang.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penulis
Aprelia Afiati
SRP19316113
x
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 4
1. Tujuan Umum .................................................................................. 4
2.Tujuan Khusus................................................................................... 4
D. Manfaat Penulisan ................................................................................ 5
E. Sistematika Penulisan .......................................................................... 6
xi
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ........................................................................................... 44
B. Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 49
C. Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan .................... 52
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembahasan proses asuhan keperawatan ........................................... 58
B. Pembahasan praktik profesi keperawatan .......................................... 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 67
B. Saran .................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2011). Diare lebih dominan menyerang balita karena daya tahan tubuh balita
yang masih lemah sehingga balita sangat rentan terhadap penyebaran virus
tetapi hal itu sangat relatif terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan
berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila diare berlangsung antara
(Soegijanto, 2012).
escherichia coli, shigella dan salmonella. ada beberapa faktor yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya diare pada anak seperti tidak memberikan ASI
susu yang kurang bersih, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, air
minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci tangan sesudah buang air
(Nursalam, 2015).
1
diare maupun meningkatkan risiko rawat inap anak dengan diare. Faktor risiko
yang berhubungan dengan diare pada anak antara lain tingkat pendidikan,
2016). Begitu juga penelitian Khalili (2019), juga menjelaskan bahwa salah
satu faktor risiko yang menyebabkan pasien diare dirawat di rumah sakit di
mortalitas dan Riset kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare
tertinggi diare terdeteksi pada anak balita usia 1-4 tahun (16,7%) dan
merupakan penyebab tertinggi kematian anak balita usia 12-59 bulan (25,2%).
Hal ini terjadi karena anak dalam kelompok umur ini mulai aktif bermain dan
berisiko terkena infeksi. Salah satu program dari SGDs adalah menurunkan
angka kematian anak menjadi 3/3 dalam kurun waktu 25 tahun merupakan
salah satu target yang dilakukan pemerintah guna menghindari angka kematian
pada anak yang lebih jauh lagi di Indonesia dan menjadi ancaman yang serius
Pontianak, kasus diare pada tahun 2018 masih banyak terjadi dengan jumlah
kasus sebanyak 2.565 dengan presentase 2,0%. Mengingat hal ini, penyakit
diare masih menjadi penyebab kematian tertinggi pada balita setelah ISPA
2
kontrol penyakit diare sendiri telah lama di upayakan oleh pemerintah
sampai enam bulan, termasuk pendidikan kesehatan spesifik dengan tujuan bisa
diantaranya adalah dengan pemberian Oralit atau LGG serta suplemen Zinc.
oralit formula baru dan suplemen Zinc dalam tata laksana diare sejak tahun
2004. Namun demikian, penatalaksanaan diare dengan Oralit dan Zinc ini
Rumah Sakit Ibu dan Anak Anugrah Pontianak merupakan rumah sakit ibu
dan anak swasta yang ada di Kota Pontianak. Pada bulan Oktober 2019 selama
yaitu di Ruang Anak dan Ruang Perinatology untuk mata ajar stase
keperawatan anak.
Pada bulan Oktober 2019, penulis sedang praktek diruangan anak RSIA
Anugrah Pontianak dan penulis menemukan pasien anak dengan diare yang
berusia 6 bulan. Berdasarkan kasus diare pada bulan November 2019 terdapat 5
3
kasus GEA pada anak/bayi di ruang anak RSIA Anugrah Pontianak.
mengambil kasus asuhan keperawatan anak dengan diare untuk menjadi bahan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data diatas, rumusan masalah dalam Karya Ilmiah Akhir ini
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan Umum dari penulisan Karya Ilmiah Akhir ini adalah untuk
2. Tujuan Khusus
Pontianak.
4
c. Untuk Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat
D. Manfaat Penulisan
Diharapkan hasil penulisan Karya Ilmiah Akhir ini bisa bermanfaat bagi
3. Bagi Pasien
4. Bagi Peneliti
Hasil penulisan Karya Ilmiah Akhir ini bisa digunakan penulis selanjutnya
5
5. Bagi Profesi Kesehatan
Karya Ilmiah Akhir ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu bagi
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada Karya Ilmiah Akhir ini terdiri dari lima (5) bab
dengan sistematika penulisan yaitu pada BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar
kemudian terdapat rumusan masalah, tujuan yang terbagi menjadi tujuan umum
dan tujuan khusus, manfaat dan yang terakhir yaitu sistematika penulisan. Pada
BAB II Landasan Teoritis, terdiri dari definisi, etiologi dan konsep masalah,
dengan Diare.
keperawatan yang diberikan kepada klien dengan Diare mulai dari pengkajian
yang terdiri dari kesimpulan dari asuhan keperawatan yang telah dilakukan dan
6
BAB II
LANDASAN TEORITIS
1. Definisi Hipovolemia
sehingga jumlah air pada tubuh berkurang. Meskipun yang hilang adalah
interstisial, dan/ atau intraselular (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
2. Etiologi Hipovolemia
7
3. Tanda dan gejala Hipovolemia
b. Kelemahan
4. Dampak Hipovolemia
basa) dari buang air besarnya. Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit
8
5. Pencegahan Hipovolemia pada Diare
basa) dari buang air besarnya. Pada kasus diare, mengganti kehilangan
banyak minum air, larutan gula-garam, kuah sup, sari buah, oralit, atau
bila kondisi balita buruk biasanya diberi cairan infus. Berikan juga susu
yang berkadar penuh ataupun yang sedikit diencerkan, lewat mulut atau
dengan sonde lambung bila ada muntah dan hilangnya nafsu makan
dilakukan rehidrasi oral. Cairan oral diberikan sedikit tapi sering (5ml dan
15ml). Dalam hal kehilangan cairan yang berat balita diberikan terapi
9
sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu yang selalu tumbuh dan
inilah yang membedakan anak dari orang dewasa. Jadi anak tidak bisa
berbeda keduanya tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan satu sama
lain.
ukuran besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ maupun
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan (Riyadi dan
1) Berat Badan
menjadi dua kali lipat berat badan lahir pada akhir bulan ke-6.
10
sekitar 25-40 gram dan pada akhir bulan ke-12 akan terjadi
2) Tinggi Badan
3) Lingkar Kepala
cepat sekitar 6 bulan pertama, yaitu dari 35-43 cm. Pada usia-usia
cm.
11
5) Perkembangan Bahasa
yang terdiri atas dua suku kata dan dapat membuat dua bunyi vocal
Pada usia 4-8 bulan anak merasa takut dan terganggu dengan
(Hidayat, 2018).
12
B. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan juga anus.
mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang
tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Anatomi
1. Mulut
dan air. Mulut juga bagian awal dari sistem pencernaan lengkap dan jalan
masuk untuk system pencernaan yang berakhir di anus. Bagian dalam dari
13
perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan sederhana terdiri
dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf
2. Tenggorokan
nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga
lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari bagian superior
yaitu bagian yang sama tinggi dengan hidung, bagian media yaitu bagian
yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior yaitu bagian yang
14
nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang
depan sampai di akar lidah. Bagian inferior disebut laringo faring yang
3. Kerongkongan (Esofagus)
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut
(sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot rangka
dan otot halus), serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
4. Lambung
dari tiga bagian yaitu kardia, fundus dan antrium. Lambung berfungsi
melindungi sel – sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan
oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga
15
berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh
berbagai bakteri.
5. Usus Halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan
protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa
lapisan serosa. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus
terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir
peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat
sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu
16
dari pankreas dan kantung empedu. Lambung melepaskan makanan ke
sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di
antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum).
1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus
atau sedikit basa) dan berfungsi untuk menyerap vitamin B12 dan
garam empedu.
17
6. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit
7. Rektum
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai
tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens.
Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka
besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak
18
terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan
terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan
ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam
8. Anus
limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh
(kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus
diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses
defekasi (buang air besar) yang merupakan fungsi utama anus Pearce
(2015).
ml/hari. Kebutuhan cairan adalah bagian dari kebutuhan dasar manusia secara
fisiologi, kebutuhan cairan ini memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh
dengan hampir 90% dari total berat badan anak dan bayi. Rumus kebutuhan
2. 10 – 20 Kg : 1000 cc + 50 cc/kgBB
(BB – 10 kg x 50)
(BB – 20 kg x 20)
19
D. Definisi Diare
Diare atau Gastroenteritis adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari
dengan atau tanpa lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang timbul
secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang
bertambahnya frekuensi buang air besar (hingga 3 kali atau lebih dalam
sehari), dengan tinja yang encer berwarna hijau ataupun dapat bercampur
lendir dan darah atau hanya lendir saja. Sedangkan menurut Guyton & Hall
E. Etiologi Diare
a. Faktor Infeksi
dalam usus dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan
20
absorbsi cairan dan elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan
sel mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan elektrolit
akan meningkat.
1) Infeksi virus
tahun,
2) Infeksi parenteral
ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terjadi pada bayi dan anak di
bawah 2 tahun.
3) Infeksi bakteri
a) Stigella
b) Salmonella
c) Escherichia coli
d) Campylobacter
e) Yersinia Enterecolitica
21
b. Faktor Malabsorbsi
pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi
1) Malabsorbsi karbohidrat
2) Malabsorbsi lemak
c. Faktor makanan
Diare dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu menyerap
d. Faktor psikologi
F. Pathogenesis Diare
1. Gangguan osmotik
22
usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus
2. Gangguan Sekresi
Gangguan ini terjadi karena rangsangan tertentu (missal oleh toksin) pada
G. Klasifikasi Diare
Diare dehidrasi berat adalah diare yang disertai dengan letargis atau
23
2. Diare Dehidrasi Sedang atau Ringan
Diare ini mempunyai tanda seperti atau rewel, mata cekung serta
turgor kulit jelek. Penatalaksanaannya berikan ASI lebih sering dan lebih
lama untuk setiap kali pemberian, berikan oralit, ajari ibu cara membuat
Diare Tanpa dehidrasi jika hanya ada salah satu tanda pada dehidrasi
berat atau ringan. Penatalaksanaannya berikan ASI lebih sering dan lebih
lama setiap kali pemberian, berikan cairan tambahan yaitu berupa oralit
atau air matang sebanyak bayi mau, ajari ibu cara membuat larutan oralit
4. Diare Persisten
Diare persisten adalah diare sudah lebih dari 14 hari. Tindakan dan
manajemen balita sakit adalah sebagai berikut atasi diare sesuai dengan
tingkat diare dan dehidrasi, pertahankan kadar gula agar tidak menurun,
24
5. Disentri
Disentri adalah diare yang disertai darah pada tinja dan tidak ada tanda
diare persisten.
Menurut Buku Bagan MTBS tahun 2018 tanda dan gejala diare adalah
sebagai berikut :
25
Diare selama 14 hari atau lebih Diare Persisten Berat
disertai dengan dehidrasi.
Diare selama 14 hari atau lebih Diare Persisten
tanpa disertai dengan dehidrasi.
Terdapat darah dalam tinja (berak Disentri
bercampur darah).
Untuk menentukan derajat dehidrasi yang terjadi pada anak dengan diare, dapat
menggunakan ketentuan tabel derajat dehidrasi dibawah ini :
3. Demam
6. Anoreksia
7. Lemah
8. Pucat
9. Nyeri abdomen
26
Hal hal yang perlu diperhatikan pada saat menentukan derajat dehidrasi pada
1. untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dicubit selama 30-60 detik
kemudian dilepas kembali. Bila kulit kembali normal dalam waktu 1 detik,
maka anak menderita dehidrasi ringan bila kembali dalam 1-2 detik, anak
menderita dehidrasi sedang, jika lebih dari 2 detik maka anak menderita
dehidrasi berat.
Skor 0-2 menunjukkan dehidrasi ringan, skor 3-6 dehidrasi sedang dan skor 7-
12 dehidrasi berat. Nilai atau gejala tersebut adalah gejala yang terlihat pada
3. Pada anak anak dengan ubun ubun besar yang sudah menutup, penilaian
dehidrasi dapat diganti dengan menilai banyaknya frekuensi buang air kecil.
I. Komplikasi Diare
1. Dehidrasi
2. Hipovolemia
3. Kejang
4. Bakterimia
5. Malnutrisi
6. Hipoglikemia
27
Menurut Suriyadi dan Yuliani (2015) akibat diare dan kehilangan cairan
J. Penatalaksanaan Diare
Berikan cairan lebih sering dan lebih lama pada setiap kali
pemberian, jika anak memperoleh ASI eksklusif berikan oralit atau air
atau lebih cairan seperti oralit, cairan makanan (kuah, sayur , air tajin)
2. Memberi makanan
Saat diare anak harus tetap diberi makanan yang memadai, jangan pernah
pencahar. Bila diare terjadi berulang kali, balita atau anak akan
28
d. Air seni keluar sedikit dan berwarna gelap, ada kalanya tidak keluar
sama sekali
f. Bayi tanda dehidrasi bisa dilihat dari ubun-ubun yang menjadi cekung
3. Doudenal intubation
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara
L. Pengkajian Diare
29
a. Pengukuran panjang badan, berat badan, lingkar lengan, lingkar kepala
kesadaran menurun.
d. Mata meliputi apakah mata anak cekung , kering atau sangat cekung.
e. Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis dan kondisi lidah
bersih.
abdomen
menurun, mual muntah , minum normal atau tidak , minum sedikit atau
tidak.
tidak?
30
l. Sistem integument meliputi kaji apakah warna kulit pucat, turgor kulit
menurun > 2detik, suhu meningkat > 37, 5 C, akral hangat , akral
dingin (waspada syok), capillary refiil time memanjang > 2detik dan
1) Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada nyeri dan kelainan tulang
Gastroenteritis, yaitu :
a. Pengkajian
gejala yang timbul dan riwayat kesehatan pada pasien diare seperti
sedangkan gejala yang sering muncul pada pasien diare yaitu muntah,
BAB cair, frekuensi BAB lebih dari 3 kali, jumlah dan karakteristik
Tinja yang keluar. Pengkajian fisik yang dilakukan secara umum yaitu
31
observasi adanya menifestasi Gastroenteritis akut dan penyebabnya
tubuh, turgor, membrane mukosa, air mata dan saliva, bola mata,
b. Identitas
perawatanya.
c. Keluhan utama
darah atau lender saja, konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali,
waktu pengeluaran 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari (diare
32
f. Riwayat penyakit terdahulu
i. Riwayat imunisasi
j. Pola eliminasi
lemah
33
m. Riwayat nutrisi
Kaji apakah pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti
orang dewasa, tanyakan porsi yang diberikan 3 kali setiap hari degan
sebelumnya.
2. Pengkajian Tambahan
a. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium meliputi :
2) Radiologi
diare.
34
M. Patofisiologi Diare
yaitu faktor infeksi, kedua faktor malabsorbsi, dan faktor makanan. Sebagian
besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena
infeksi saluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan
gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi.
timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap
akan menyebabkan tekanan osmitik dalam rongga usus, isi rongga usus
ketika terdapat gangguan transportasi air dan elektrolit dalam lumen usus.
berupa asidosis metabolic. Asidosis metabolic ini juga bisa disebabkan karena
35
menimbulkan rasa haus, berat badan menurun, mata cekung, turgor kulit
menurun, lidah dan bibi menjadi kering. Gejala ini muncul akibat deplesi air
wajah pucat, ujung ujung ekstremitas menjadi dingin dan sianosis. Tekanan
Tanda awal gejala dehidrasi dapat terjadi pada stadium awal yaitu Na dan
ekstrasel ini mengakibatkan penarikan air dari dalam sel menjadi dehidrasi
( ADH) yang akhirnya menahan cairan dalam ginjal sehingga terjadi oliguria.
Kehilangan cairan dan elektrolit akibat dehidrasi membuat air tidak dapat
pindah dari sel ke dalam vaskuler, yang mengakibatkan cairan dalam vaskuler
1. Diare osmotic adalah suatu kondisi adanya substansi yang tidak dapat
36
berlebih ke dalam usus halus sehingga mengakibatkan berat serta volume
feses.
terjadinya diare.
mekanisme diare diatas, gangguan yang paling serius dari penyakit ini
akibat dehidrasi berat yang serius pada sistem sirkulasi dalam tubuh.
37
N. Diagnosa Keperawatan Pada Diare
O. Intervensi Keperawatan
Tujuan :
Kriteria Hasil:
38
Intervensi Keperawatan yang diberikan :
penambahan cairan
Tujuan :
Kriteria Hasil :
39
Intervensi keperawatan yang diberikan adalah :
tidur
kemerahan
pemeriksaan laboratorium
40
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan intake makanan
Tujuan :
nutrisi membaik.
Kriteria hasil :
d. Diare menurun
e. BB membaik
41
5. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori
Tujuan :
hipertermia membaik.
Kriteria hasil :
a. Menggigil menurun
3. kolaborasikan pemberian
obat paracetamol
42
5. kolaborasi dengan dokter
spesialis anak.
Tujuan
tidur meningkat.
Kriteria hasil :
tenang
Tujuan :
berkurang.
43
Kriteria hasil :
b. Gelisah menurun
c. Meringis menurun
pasien
pada pasien
pasien.
44
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Bab ini menggambarkan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien An. K,
dilakukan selama 3 hari mulai dari tanggal 28 oktober sampai dengan 30 oktober
2019.
A. Pengkajian
tanggal 27 november 2019. Pada saat masuk ke rumah sakit, kondisi An. K
sedang. Tanda tanda vital pada An. K pertama masuk meliputi TD : 100/60
Keluhan utama An.K pada saat dikaji, keluarga An.K mengatakan An.K
mual, muntah sudah 3 kali disertai dengan BAB cair dengan disertai tinja,
darah, tinja berwarna kehijauan disertai ampas sudah 5 kali dan demam. Klien
sebelumnya pernah dirawat di RSIA Anugrah beberapa hari yang lalu, tetapi
45
Selama dalam pemeriksaan kehamilan, ibu pasien tidak mengalami sakit,
hanya mual muntah saja. Pasien dilahirkan di RS YARSI pada tanggal 1 Mei
2019 dengan bantuan dokter dan bidan dengan persalinan spontan usia
kehamilan 39 minggu, berat badan waktu lahir 3000 gram, panjang badan 50
cm, saat dilahirkan anak langsung menangis. Setelah dilahirkan, pasien hanya
usianya yang baru 6 bulan, pasien juga belum mendapatkan imunisasi dasar
dirumahnya cukup baik dan juga bersih. Personal hygiene : keluarga klien
mengatakan sebelum sakit pasien mandi 2 kali sehari, keramas 2 kali, gunting
anaknya sebelum sakit anak tampak aktif dan ceria. Pola eliminasi : keluarga
klien mengatakan sebelum masuk RS BAB anak 2 kali dalam sehari dan
46
a. Keadaan umum : keadaan An. K tampak lemah dan pucat dengan GSC : E
: 4, V : 5, M : 6
terdapat lesi, tidak terdapat tumor, sclera tidak ikterik, pupil isokor,
d. Hidung : inspeksi : kondisi hidung bersih, tidak ada tumor, tidak ada
terdapat luka di mulut, tidak ada tumor di mulut, palpasi : tidak terdapat
nyeri tekan.
baik, tidak ada cairan, nanah yang keluar dari telinga, tidak ada tumor
maupun lesi, palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada telinga anak.
h. Dada : inspeksi : pergerakan dada kanan dan dada kiri simetris, tidak ada
47
tekan, auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan,
pada saat auskultasi terdengar suara normal jantung, tidak terdapat suara
jantung tambahan.
antara ekstremitas bawah dan atas, tidak ada kelainan, tidak ada tumor,
k. Abdomen : inspeksi : tidak ada lesi atau tumor pada perut, palpasi : pada
popok yang ketat, pada saat dilakukan palpasi anak menangis, BAK
m. Cairan
cairan pada An.K dalam 24 jam adalah 800 cc/24 jam dan balance cairan
n. Nutrisi : keluarga klien mengatakan anak A tidak ada nafsu makan, setiap
kali makan dan minum selalu mual dan juga muntah. Keluarga klien
48
mengatakan anaknya sudah mual dan muntah 3 kali dan BB klien
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Warna : kehijauan
2) Bau : khas
3) Konsistensi : cair
5) Darah : ada
Tpm/24 jam.
1) Oralit
49
2) Paracetamol syr 3x120 mg
3) Dexamethasone (IV) 1 mg
4) Ondansentron 3x 0,8 mg
6) Kandistatum 0,5 ml
9) Pedialit 85 cc
B. Diagnosa Keperawatan
50
kembali lambat
TD : 100/60 mmHg
N : 100 x/menit
Kebutuhan cairan :
800 cc/24 jam
Balance cairan : 818
cc
2. DO: keluarga pasien Hipertermia Inflamasi
mengatakan dan peningkatan
anaknya demam dan leukosit
rewel.
DO : badan teraba panas
suhu tubuh 38 ℃
leukosit: 15,8 103 /ul
3. DS : Keluarga pasien Gangguan Kelembapan
mengatakan terdapat Integritas Kulit Kulit daerah
lecet dan kemerahan perianal
pada daerah perianal
karena anaknya
BAB 5 kali dalam
sehari.
DO : terdapat ruam
kemerahan dan lecet
pada daerah perianal
(anus)
kondisi perianal
tampak lembab
pasien tampak
menggunakan popok
yang ketat
51
4. DS : Keluarga pasien Defisit Nutrisi Mual Muntah
mengatakan
anaknya mual dan
muntah sudah 3
kali/hari.
Keluarga pasien
juga mengatakan
anaknya susah untuk
makan
DO : anak tampak mual
dan muntah
perut kembung,
gerakan peristaltik
usus 39 x/menit
BB sebelum masuk
RS 10 kg
BB saat masuk RS
8 kg.
adalah :
perianal
52
C. Perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan
a. Perencanaan Keperawatan
dalam batas normal, tidak ada tanda tanda dehidrasi, balance cairan
cairan, observasi TTV pada klien, berikan terapi zink 1x20 mg/oral,
spesialis anak.
b. Implementasi keperawatan
spesialis anak.
53
c. Evaluasi keperawatan
Respons subjektif klien pada hari ke 3 akhir masa dinas pukul 20.00
respons objektif feses masih cair dan kuning, balance cairan 262 cc.
a. Perencanaan Keperawatan
suhu tubuh kembali normal, anak tidak gelisah, ttv dalam batas
3x120 mg, anjurkan klien untuk banyak minum air putih, kolaborasi
b. Implementasi Keperawatan
54
klien untuk banyak minum air putih, kolaborasi dengan dokter
spesialis anak.
c. Evaluasi Keperawatan
Respons subjektif klien pada akhir masa dinas pukul 20.00 pada hari
panas saat diraba dan lemah. Respon objektif yang terlihat adalah
dengan rencana.
perianal.
a. Perencanaan Keperawatan
Hindari kerutan pada tempat tidur, Jaga kebersihan kulit agar tetap
tanda tanda vital, Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit, membran
mukosa, Ganti posisi tiap 2 jam sekali, Jaga keadaan kulit agar tetap
55
dingin. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium seperti ureum,
kreatinin.
b. Implementasi keperawatan
c. Evaluasi keperawatan
56
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah
a. Perencanaan keperawatan
b. Implementasi keperawatan
c. Evaluasi keperawatan
57
masih muntah ketika makanan diberikan, keluarga pasien juga
kembung lagi saat dilakukan palpasi, anak tampak sudah mau makan
58
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan studi kasus asuhan keperawatan pada An. K dengan diare yang
dilakukan di Ruang Anak RSIA Anugrah Pontianak selama 3 hari yang dimulai
dari tanggal 28 oktober sampai dengan 30 oktober 2019, pada bab ini akan
terhadap pasien adalah mengkaji identitas pasien, gejala klinis, faktor resiko,
mana keempat diagnosa keperawatan ini sama sama terjadi pada masalah
diare.
Pada An.K terdapat 4 diagnosis keperawatan saja yang terjadi. Secara teori
59
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan BAB sering
Dari diagnosa keperawatan diatas, tidak semua terjadi pada kasus ini.
perianal
muncul pada kasus karena tidak ada data yang menunjang untuk mengangkat
diagnosa keperawatan yang ada di teori. Hal ini juga sejalan dengan
tentu sama dengan keadaan pasien secara nyata yang dirawat di RS. pada
pasien. Dari data diatas, menurut penulis ada kesenjangan antara teori dan
kasus nyata seperti tidak ditemukan diagnosa gangguan pola tidur dan nyeri
60
pada anak dengan diare. Untuk diagnosa gangguan pola tidur tidak ditemukan
karena pada saat pengkajian tidak terdapat gangguan pada pola tidur anak
karena orang tua anak memberikan obat diare pada anak sebelum tidur. Hal
ini didukung oleh teori yang menyatakan bahwa pemberian obat diare pada
anak sebelum tidur dapat memperlambat gerak usus agar feses menjadi lebih
padat, sakit perut akibat diare juga akan berangsur angsur pulih dan anak bisa
tidur dengan nyenyak. Untuk diagnosa nyeri tidak ditemukan karena pada
saat pengkajian tidak terdapat nyeri tekan pada anak. Hal ini juga sejalan
bahwa nyeri pada anak dengan diare biasanya tidak ditemukan pada saat
peritonitis.
utama yang terjadi pada anak dengan diare yaitu hipovolemia berhubungan
cepat dan tanggap. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa diare
61
ruang ekstrasel, namun proporsi antara keduanya (cairan dan elektrolit)
2018).
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khotijah
sehingga penanganan awal sangat penting pada anak dengan diare dengan
anaknya BAB sudah 5 kali dengan konsistensi cair disertai tinja berwarna
elektrolit secara berlebih pada saat BAB. Pada normalnya, BAB pada balita
62
memiliki konsistensi lunak (tidak cair dan tidak lunak) dengan frekuensi 3
kali dalam sehari. Pada saat terjadi diare feses cair maupun cair, kuman,
virus, bakteri dan parasite masuk kedalam tubuh dan menyebabkan mukosa
Frekuensi BAB yang sering ini juga merupakan respon tubuh untuk
Melihat frekuensi BAB pada klien 5 kali/hari menurut peneliti hal ini bisa
terjadi karena kurangnya asupan ASI yang diberikan oleh ibu klien. ASI
penyakit salah satunya adalah diare. Menurut Depkes RI (2018), ASI adalah
makanan yang paling baik untuk bayi dan dapat dicerna secara optimal oleh
balita daripada susu sapi. Kurangnya ASI ini juga bisa menyebabkan balita
kondisi anak lemah mata cekung, mukosa bibir kering anak tampak minum
dengan lahap (haus), cubitan kulit perut kembali lambat. Menurut penulis,
An. K mengalami dehidrasi sedang, hal ini dibuktikan dengan tanda dan
gejala yang peneliti dapatkan selama pengkajian. Hal ini juga sejalan dengan
pendapat Umar (2019), yang menyatakan tanda dan gejala diare dehidrasi
sedang adalah lemah, mata cekung, mukosa bibir kering dan cubitan perut
adalah mukosa kering, keadaan umum lemah, mata cekung dan cubitan kulit
63
perut kembali lambat. Hal ini disebabkan karena hilangnya cairan dan
kasus ini.
kompetensi
yang mengacu pada pencapaian tujuan. Dalam tujuan dalam tinjauan kasus,
masing, pada tinjauan kasus rencana tindakan sama dengan tinjauan pustaka
disesuaikan dengan kondisi pasien. Hal ini juga sejalan dengan penelitian
dengan kondisi dan data data yang ada pada pasien yang kita tangani.
monitoring status dehidrasi pada An.K, observasi TTV pada klien, berikan
terapi zink 1x20 mg/oral, terapi Pedialit 85 cc, berikan cairan L-Bio Isach
64
1x1/oral, berikan cairan kandistatum 0,5 ml, oralit dan RL serta kolaborasi
An.K, observasi TTV pada klien, berikan terapi zink 1x20 mg/oral, terapi
kandistatum 0,5 ml, oralit dan RL serta kolaborasi dengan dokter spesialis
anak.
cairan dan elektrolit secara cepat, monitoring input dan output klien
penting pada klien yang bertujuan untuk menilai perkembangan pasien dan
ini sebagai faktor inflamasi yang penting dan dapat melindungi membrane
hilang saat terjadi diare. kolaborasi dengan dokter spesialis anak bertujuan
65
yang menyatakan bahwa monitoring status hidrasi, observasi TTV,
dengan tinjauan pustaka, hal ini disesuaikan dengan kondisi klien. Dalam
penghambat yang penulis alami. Hal hal yang menunjang dalam asuhan
keperawatan ini antara lain adanya kerjasama yang baik antara perawat
Adapun hambatan yang penulis hadapi antara lain keadaan klien yang
lemah tidak memungkinkan berada pada kondisi yang fit dan selaras.
secara optimal karena kondisi An. K yang masih berusia 6 bulan, yang
mana pada kondisi ini belum optimalnya fungsi dari sistem pencernaan
66
yang mengakibatkan anak rentan terserang penyakit. mengingat
kasus ini adalah masalah belum teratasi yang dibuktikan dengan data BAB
masih cair, frekuensi BAB menjadi 3 kali dalam sehari, feses masih cair
dan kuning, klien masih lemah, mata masih cekung, nadi masih lemah.
67
BAB V
pada bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis tertarik untuk menarik
dapat bermanfaat bagi kemajuan asuhan keperawatan pada anak dengan diare
A. Kesimpulan
oktober 2019. Klien bernama An. K umur 6 bulan, kondisi An. K tampak
An.K adalah mual, muntah sudah 3 kali, BAB cair sudah 5 kali dan
68
gangguan integritas kulit dan defisit nutrisi. Perbedaan yang penulis
dapatkan adalah pada An.K tidak ada diagnosa nyeri dan gangguan pola
yang diberikan adalah kerjasama yang baik antara perawat dengan dokter
lain keadaan klien yang lemah tidak memungkinkan berada pada kondisi
yang fit dan selaras dan kurangnya waktu asuhan keperawatan yang
keperawatan seperti :
daerah perianal
69
5. Evaluasi keperawatan pada An.K dengan diare hasilnya adalah sebagai
teratasi sebagian.
B. Saran
pada anak dengan diare. Adapun saran saranya adalah sebagai berikut :
70
dalam menangani anak dengan diare apabila dikemudian hari berhadapan
4. Bagi Mahasiswa
5. Bagi Pasien
71
DAFTAR PUSTAKA
72
Khotijah. (2015). Faktor Risiko Diare Akut pada Balita.Berita Kedokteran
Masyarakat. Vol. 27.
Mansjoer, D. (2015). Faktor Risiko Diare Pada Bayi dan Balita di Indonesia :
Systematic Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat.
Makara Kesehatan. Vol.11.
Mita. (2017). Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare Akut Pada Anak 0 – 35 Bulan
(Batita) di Kabupaten Bantul Tahun 2017. Tesis, Universitas Gadjah Mada :
Yogyakarta.
Mufidah. (2018). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa Keperawatan. DIVA Press :
Yogyakarta.
Ngastiyah. (2015). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Medika :
Jakarta.
Nursalam. (2015). Asuhan Keperawatan Anak : Gangguan Sistem
Gastrointestinal. Salemba Medika : Jakarta.
Pearce. (2015). Anatomi Fisiologi Manusia Jilid 2. Jakarta : EGC.
Prescilla. (2016). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol. 2. EGC : Jakarta.
Riyadi, Sukarmin. (2018). Gastroenterologi. Sagung Seto : Jakarta.
Sanusingawi. (2011). Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Salemba Medika :
Jakarta.
Soegijanto. (2012). Buku Ajar Keperawatan Pediatri vol.1. Jakarta : EGC.
Survei Kesehatan Rumah Tangga. (2017). Profil Kesehatan Rumah Tangga.
Suriadi. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : EGC.
Suriyadi, Y. (2015). Keperawatan Anak dan Tumbuh Kembang ( Pengkajian dan
Pengukuran). Yogyakarta : Medical Book.
Studi mortalitas dan Riset kesehatan Dasar. (2018). Profil Kesehatan Indonesia.
Swester, F. (2015). Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta : EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
WHO. (2017).
Wicaksono. (2015). Kapita Selekta Gastroenterologi. Jakarta : Sagung Seto.
Wong. (2017). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Jakarta : EGC.
73
LEMBAR KONSULTASI KIA
74
BIODATA PENULIS
Agama : Islam
Landak
No. Hp : 082125723585
Email : apriliaafiati29@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri 69 Emplasmen
3. MAN 1 Ngabang
Keperawatan
75