Anda di halaman 1dari 90

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

K DENGAN DIARE
DI RUANG ANAK RSIA ANUGRAH PONTIANAK

KARYA ILMIAH AKHIR (KIA)


ILMU KEPERAWATAN ANAK

OLEH :
APRELIA AFIATI
NIM SRP19316113

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN REGULER A


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2020

i
HALAMAN PERSETUJUAN
SIDANG KARYA ILMIAH AKHIR

Judul Karya Ilmiah Akhir : Asuhan Keperawatan Pada An. K Dengan Diare
Di Ruang Anak RSIA ANUGRAH Pontianak
Nama : Aprelia Afiati
NIM : SRP19316113
Program Studi : Profesi Ners Keperawatan Reguler A

Menyetujui,
Pembimbing

Lilis Lestari, M.Kep


NIDN: 1101089002

ii
HALAMAN PENGESAHAN
KARYA ILMIAH AKHIR (KIA)

Oleh :
Aprelia Afiati
NIM SRP19316113

Telah dipertahankan dihadapan dewan Penguji Karya Ilmiah Akhir,


Program Studi Ners Reguler A
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak
Juli, 2020

Disetujui,

Pembimbing Penguji

Lilis Lestari, M.Kep Ramadaniyati,M.Kep.Ners.Sp.Kep.An


NIDN : 1101089002 NIDN : 1128068401

Mengetahui,

Ketua STIK Muhammadiyah Ketua Prodi NERS

Ns. Harvanto, S.Kep.,MSN.,Ph.D Ns. Gusti Jhoni Putra, S.Kep.,M.Pd


NIDN: 1131017702 NIDN : 116108503

iii
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Ilmiah Akhir ini adalah benar-

benar hasil pekerjaan penelitian saya. Adapun kutipan atau seduran hanya sebatas

referensi semata, dan apabila dikemudian hari Karya Ilmiah Akhir yang saya buat

ini terbukti meniru atau menjiplak karya orang lain, saya bersedia mendapat

sanksi maupun sanksi pidana dari lembaga yang berwenang.

Pontianak, Juni 2020

Hormat saya,

Aprelia Afiati
SRP19316113

iv
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai civitas akademik Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah


Pontianak, saya yang bertanda di bawah ini :
Nama : Aprelia Afiati
NIM : SRP19316113
Program Studi : Ners
Tahun Akademik : 2019/2020
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir
Demi Pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
STIK Muhammadiyah Pontianak “ Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-
exclusive Royalty- Free Fight)” atas karya ilmiah saya yang berjudul :
“ Asuhan Keperawatan Pada An.K dengan Diare Di Ruang Anak RSIA Anugrah
Pontianak”.

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas ini STIK
Muhammadiyah Pontianak berhak menyimpan, mengalih media/formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Demikian surat pernyataan persetujuan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Pontianak
Pada Juni, 2020
Yang Menyatakan

Aprelia Afiati

v
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.K DENGAN DIARE DI RUANG ANAK
RSIA ANUGRAH PONTIANAK

Aprelia Afiati
Lilis Lestari, M.Kep

ABSTRAK

Pendahuluan : Diare merupakan salah satu penyakit infeksi pada balita yang
banyak terjadi dan dominan menyerang balita karena daya tahan tubuh balita yang
masih lemah. Survei Kesehatan Rumah Tangga, menyatakan (25,2%) diare masih
menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Dampak yang ditimbulkan
dari diare antara lain BAB meningkat dengan konsistensi tinja cair atau encer,
kekurangan cairan, nafsu makan berkurang, lemah, pucat hingga berakhir
kematian.
Tujuan : penulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran dalam memberikan
asuhan keperawatan anak dengan diare di ruang Anak RSIA Anugrah Pontianak.
Metode : penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan asuhan
keperawatan pada pasien dengan diare di ruang Anak RSIA Anugrah Pontianak.
Pengumpulan data menggunakan format Asuhan Keperawatan yang meliputi Pengkajian,
Diagnosa, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.
Hasil dan Pembahasan : berdasarkan hasil pengkajian dan analisis didapatkan
persamaan dari hasil pengkajian yang diberikan dengan teori, terdapat 4 diagnosa
keperawatan yang ditegakkan yaitu hipovolemia, hipertemia, gangguan intergritas kulit
dan defisit nutrisi.
Kesimpulan dan Saran : pada saat pelaksanaan asuhan keperawatan selama 3 hari yang
diberikan, terdapat diagnosa keperawatan belum teratasi yaitu hipovolemia, hipertemia,
gangguan integritas kulit dan defisit nutrisi. Masalah keperawatan ini harus tetap
dilakukan dan dilanjutkan bahkan sampai pasien pindah ruang perawatan.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan Anak, Diare, Hipovolemia


Jumlah : 90 Halaman, Daftar Pustaka : 35 (2010 – 2020)

vi
NURSING CARE IN CHILD K WITH DIARRHEA IN THE CHILD ROOM RSIA
ANUGRAH PONTIANAK

Aprelia Afiati
Lilis Lestari, M.Kep

ABSTRAK

Background : diarrhea is one of the infectious diseases in infants the often occur and
predominantly attacks toddlers because of the immune system of infants who are still
weak. Household health survey stases that 25,2 percent of diarrhea is still the main cause
of death in children under five. The effects of diarrhea include increased bowel
movements, dehydration, decreased appetite, weakness and death.
Purpose : to provide an overview in providing Nursing Care for children with Diarrhea
in the Children’s Hospital RSIA Anugrah Pontianak.
Method : This writing uses the case study method with Nursing Care approach with
clients in the children’s Hospital RSIA Anugrah Pontianak. Data Collection using format
of Nursing Care includes Assesment, Diagnosis, Intervention, Implementation,
Evaluation of Nursing Care.
Result and Discussion : Based on the results of the assessment and analysis, found
similarities from the results of the study with the theory. There are 4 nursing diagnosis
made on the subject, that are hipovolemia, hipertemia, nutritional deficit, impaired skin
integrity.
Conclusions and Recommendations : in the process of implementing nursing care for 3
days obtained partially diagnosed nursing diagnoses namely hypovolemia, hyperthermia,
nutritional deficits and impaired skin integrity. This nursing problem must be continued
and even until the patient changes care.

Keywords : Child Nursing Care, Diarrhea, Hypovolemia


Number of pages : 90 pages, References : 35 (2010 – 2015)

vii
MOTTO

‘’PENDIDIKAN BUKANLAH PERSIAPAN UNTUK HIDUP SEBAB


PENDIDIKAN YANG SESUNGGUHNYA ADALAH KEHIDUPAN ITU
SENDIRI”

“KESENANGAN TERBESAR DALAM HIDUP INI ADALAH MELAKUKAN


HAL DIMANA ORANG LAIN MENGANGGAP BAHWA KITA TIDAK
MAMPU MELAKUKAN HAL TERSEBUT”

“RASA BAHAGIA DAN TIDAK BAHAGIA BUKAN BERASAL DARI APA


YANG ANDA MILIKI, BUKAN PULA BERASAL DARI SIAPA DIRI ANDA,
ATAU APA YANG ANDA KERJAKAN. BAHAGIA DAN TAK BAHAGIA
BERASAL DARI PIKIRAN ANDA”

“KESEMPATAN ANDA UNTUK SUKSES DI SETIAP KONDISI SELALU


DAPAT DIUKUR OLEH SEBERAPA BESAR KEPERCAYAAN ANDA PADA
DIRI SENDIRI”

viii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim serta penulis panjatkan puji

syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Akhir Ilmiah ini dengan judul “

Asuhan Keperawatan Pada An.K Dengan Diare Di Ruang Anak RSIA

Anugrah Pontianak”.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan KIA ini, tidak akan

terlaksana dengan baik sesuai yang diharapkan apabila tanpa dukungan dari

berbagai pihak. Dengan demikian, penulis mengucapkan banyak terimakasih

kepada :

1. Nabi Muhammad SAW, sebagai sebaiknya contoh panutan yang telah

berhasil membimbing kita dari zaman kekafiran ke zaman madaniah islam

rahmatan lil alamin.

2. Orang Tuaku, Ibunda Nyemas Aye Juita, Ayahanda Alyakub serta Adikku

yang tersayang Muhammad Raba’i yang selalu mendukung penulis baik dari

segi motivasi, pengalaman hingga finansial.

3. Haryanto, S.Kep., Ns., MSN., Ph.D selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Keperawatan Muhammadiyah Pontianak.

4. Ns. Gusti Jhoni Putra, S.Kep., M.Pd selaku Kaprodi Ners.

5. Lilis Lestari, M.Kep selaku pembimbing KIA yang telah banyak memberikan

bimbingan dan masukan kepada penulis.

ix
6. Ramadaniyati, M.Kep. Ners. Sp.Kep.An selaku penguji KIA yang telah

banyak memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.

7. Keluarga Besarku yang penulis sayangi dan hormati.

8. Kawan kawanku Angkatan 2015 yang penulis sayangi dan hormati.

9. Semua pihak yang telah bersedia menjadi responden dan berpartisipasi dalam

penyelesaian Karya Ilmiah Akhir ini.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak, orang tua,

keluarga besar, teman teman, sahabat seperjuangan yang telah memberikan

bantuan serta semangat sehingga Karya Ilmiah Akhir ini dapat terselesaikan.

Semoga Karya Ilmiah Akhir ini bermanfaat bagi pembaca, namun penulis

menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir ini masih jauh dari kata kesempurnaan.

Oleh karena itu, penulis membutuhkan saran dan kritik yang membangun guna

penyempurnaan pada KIA ini maupun penelitian – penelitian yang akan datang.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Pontianak, Juni 2020

Penulis

Aprelia Afiati
SRP19316113

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
MOTTO ......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 4
1. Tujuan Umum .................................................................................. 4
2.Tujuan Khusus................................................................................... 4
D. Manfaat Penulisan ................................................................................ 5
E. Sistematika Penulisan .......................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORITIS


A. Masalah Keperawatan Utama .............................................................. 7
B. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan ................................................ 12
C. Definisi Diare ...................................................................................... 19
D. Etiologi Diare ...................................................................................... 19
E. Pathogenesis Diare .............................................................................. 21
F. Klasifikasi Diare .................................................................................. 22
G. Manifestasi Klinis Diare ...................................................................... 24
H. Komplikasi Diare ................................................................................ 26
I. Penatalaksanaan Diare ......................................................................... 27
J. Pemeriksaan Penunjang Diare ............................................................. 28
K. Pengkajian Diare ................................................................................. 28
L. Patofisiologi Diare ............................................................................... 34
M. Diagnosa Keperawatan Pada Diare ..................................................... 37
N. Intervensi Keperawatan ....................................................................... 37

xi
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ........................................................................................... 44
B. Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 49
C. Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan .................... 52

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembahasan proses asuhan keperawatan ........................................... 58
B. Pembahasan praktik profesi keperawatan .......................................... 63

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 67
B. Saran .................................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Table 2.1 Tanda dan Gejala Diare ................................................................... 24

Table 2.2 Derajat Dehidrasi ............................................................................. 25

Tabel 2.3 Intervensi keperawatan Hipovolemia .............................................. 38

Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan Kerusakan Integritas Kulit ....................... 39

Tabel 2.5 intervensi keperawatan Defisit Nutrisi ............................................ 40

Tabel 2.6 Intervensi keperawatan Hipertermia ............................................... 41

Table 2.7 Intervensi keperawatan Gangguan Pola Tidur ................................ 42

Table 2.8 Intervensi keperawatan Nyeri ......................................................... 42

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pencernaan ........................................................ 12

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Konsultasi


Lampiran 2. Daftar Riwayat Hidup

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare merupakan salah satu penyakit infeksi pada balita (Sanusingawi,

2011). Diare lebih dominan menyerang balita karena daya tahan tubuh balita

yang masih lemah sehingga balita sangat rentan terhadap penyebaran virus

penyebab diare. diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan,

bertambah cairan, atau bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan

tetapi hal itu sangat relatif terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan

berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila diare berlangsung antara

satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan

(Soegijanto, 2012).

Diare umumnya disebabkan oleh beberapa kuman usus, yaitu rotavirus,

escherichia coli, shigella dan salmonella. ada beberapa faktor yang dapat

meningkatkan resiko terjadinya diare pada anak seperti tidak memberikan ASI

secara penuh untuk 4 - 6 bulan pertama dari kehidupan, menggunakan botol

susu yang kurang bersih, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, air

minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci tangan sesudah buang air

besar maupun sesudah membuang tinja atau sebelum menjamah makanan

(Nursalam, 2015).

WHO mengatakan di Dunia, diperkirakan sekitar 2,5 miliar orang mempunyai

akses kebersihan yang buruk. Berbagai faktor dapat mempengaruhi terjadinya

1
diare maupun meningkatkan risiko rawat inap anak dengan diare. Faktor risiko

yang berhubungan dengan diare pada anak antara lain tingkat pendidikan,

pengetahuan orang tua dan tindakan pencegahan terhadap diare (Kamalia,

2016). Begitu juga penelitian Khalili (2019), juga menjelaskan bahwa salah

satu faktor risiko yang menyebabkan pasien diare dirawat di rumah sakit di

negara berkembang adalah tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan serta

tindakan pencegahan orang tua yang rendah tentang diare.

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2017, Studi

mortalitas dan Riset kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare

masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Prevalensi

tertinggi diare terdeteksi pada anak balita usia 1-4 tahun (16,7%) dan

merupakan penyebab tertinggi kematian anak balita usia 12-59 bulan (25,2%).

Hal ini terjadi karena anak dalam kelompok umur ini mulai aktif bermain dan

berisiko terkena infeksi. Salah satu program dari SGDs adalah menurunkan

angka kematian anak menjadi 3/3 dalam kurun waktu 25 tahun merupakan

salah satu target yang dilakukan pemerintah guna menghindari angka kematian

pada anak yang lebih jauh lagi di Indonesia dan menjadi ancaman yang serius

saat ini (Jurnal Keperawatan Indonesia, 2018).

Berdasarkan data Dinkes Provinsi Kalbar (2018), khususnya di Kota

Pontianak, kasus diare pada tahun 2018 masih banyak terjadi dengan jumlah

kasus sebanyak 2.565 dengan presentase 2,0%. Mengingat hal ini, penyakit

diare masih menjadi penyebab kematian tertinggi pada balita setelah ISPA

(Departemen Kesehatan (DepKes), 2013). sebelumnya, peningkatan upaya

2
kontrol penyakit diare sendiri telah lama di upayakan oleh pemerintah

Indonesia untuk penekanan angka kejadian diare. Upaya-upaya yang dilakukan

oleh pemerintah seperti adanya program-program penyediaan air bersih dan

sanitasi total berbasis masyarakat. Adanya promosi pemberian ASI esklusif

sampai enam bulan, termasuk pendidikan kesehatan spesifik dengan tujuan bisa

meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan menurunkan kematian yang

disebabkan oleh penyakit diare.

Penanganan Balita dengan diare harus dimulai di tingkat rumah tangga

diantaranya adalah dengan pemberian Oralit atau LGG serta suplemen Zinc.

WHO dan Departemen Kesehatan RI (2017), telah menggalakkan penggunaan

oralit formula baru dan suplemen Zinc dalam tata laksana diare sejak tahun

2004. Namun demikian, penatalaksanaan diare dengan Oralit dan Zinc ini

belum menunjukkan perbaikan dan belum sesuai dengan harapan.

Penatalaksanaan diare akut (tanpa darah) yang dapat dilakukan di rumah

tangga bertujuan mencegah dehidrasi dan malnutrisi (WHO, 2017).

Rumah Sakit Ibu dan Anak Anugrah Pontianak merupakan rumah sakit ibu

dan anak swasta yang ada di Kota Pontianak. Pada bulan Oktober 2019 selama

2 minggu mahasiswa STIK Muhammadiyah Pontianak praktik di dua ruangan

yaitu di Ruang Anak dan Ruang Perinatology untuk mata ajar stase

keperawatan anak.

Pada bulan Oktober 2019, penulis sedang praktek diruangan anak RSIA

Anugrah Pontianak dan penulis menemukan pasien anak dengan diare yang

berusia 6 bulan. Berdasarkan kasus diare pada bulan November 2019 terdapat 5

3
kasus GEA pada anak/bayi di ruang anak RSIA Anugrah Pontianak.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk

mengambil kasus asuhan keperawatan anak dengan diare untuk menjadi bahan

penulisan Karya Ilmiah Akhir. mengingat diare masih menjadi penyebab

kematian pada bayi/balita. Oleh karena itu, peneliti mencoba memberikan

asuhan keperawatan pada An. K di ruang Anak RSIA Anugrah Pontianak

dengan masalah keperawatan utama adalah hipovolemia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data diatas, rumusan masalah dalam Karya Ilmiah Akhir ini

adalah “ Bagaimanakah asuhan keperawatan pada An. K dengan diare di ruang

Anak RSIA Anugrah Pontianak?”.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan Umum dari penulisan Karya Ilmiah Akhir ini adalah untuk

memberikan gambaran aplikasi asuhan keperawatan pada An. K dengan

diare di ruang Anak RSIA Anugrah Pontianak.

2. Tujuan Khusus

a. Menerapkan konsep teori tentang proses asuhan keperawatan pada An.

K dengan diare di ruang Anak RSIA Anugrah Pontianak.

b. Untuk membandingkan antara teoritis dan praktik lapangan asuhan

keperawatan pada An. K dengan diare di ruang Anak RSIA Anugrah

Pontianak.

4
c. Untuk Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat

dilaksanakannya asuhan keperawatan pada An. K dengan diare di ruang

Anak RSIA Anugrah Pontianak.

d. Untuk mengkaji aplikasi asuhan keperawatan pada An. K dengan diare

di ruang Anak RSIA Anugrah Pontianak.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Karya Ilmiah akhir ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan

kesehatan asuhan keperawatan dengan diare khususnya di ruang Anak

RSIA Anugrah Pontianak.

2. Bagi Instansi Pendidikan

Diharapkan hasil penulisan Karya Ilmiah Akhir ini bisa bermanfaat bagi

instansi dalam memberikan gambaran aplikasi asuhan keperawatan dengan

diare pada anak.

3. Bagi Pasien

Diharapkan, pasien dapat menerima Asuhan Keperawatan dengan

pemberian implementasi keperawatan pada kasus diare.

4. Bagi Peneliti

Hasil penulisan Karya Ilmiah Akhir ini bisa digunakan penulis selanjutnya

untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan penulis.

5
5. Bagi Profesi Kesehatan

Karya Ilmiah Akhir ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu bagi

profesi keperawatan dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang

asuhan keperawatan pada anak dengan diare.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada Karya Ilmiah Akhir ini terdiri dari lima (5) bab

dengan sistematika penulisan yaitu pada BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar

belakang yang berisi tentang alasan mengangkat kasus, jumlah kasus,

kemudian terdapat rumusan masalah, tujuan yang terbagi menjadi tujuan umum

dan tujuan khusus, manfaat dan yang terakhir yaitu sistematika penulisan. Pada

BAB II Landasan Teoritis, terdiri dari definisi, etiologi dan konsep masalah,

lainnya, kemudian konsep asuhan keperawatan secara teoritis pada klien

dengan Diare.

Pada BAB III Asuhan Keperawatan, terdiri dari pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan

evaluasi. Pada BAB IV Pembahasan, terdiri dari pembahasan proses asuhan

keperawatan yang diberikan kepada klien dengan Diare mulai dari pengkajian

hingga evaluasi, kemudian pembahasan tentang praktik profesi keperawatan

dalam pencapaian target kompetensi. Kemudian yang terakhir, BAB V Penutup

yang terdiri dari kesimpulan dari asuhan keperawatan yang telah dilakukan dan

saran dari penulis.

6
BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Masalah Keperawatan Utama

1. Definisi Hipovolemia

Hipovolemia atau kekurangan volume cairan adalah suatu kondisi

ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi cairan dan elektrolit

di ruang ekstrasel, namun proporsi antar keduanya (cairan dan elektrolit)

mendekati normal (Iqbal, 2016). Respon patologis penting dari

gastroenteritis dengan diare adalah dehidrasi. Dehidrasi dalah suatu

gangguan dalam keseimbangan air yang disebabkan output melebihi input

sehingga jumlah air pada tubuh berkurang. Meskipun yang hilang adalah

cairan tubuh, tetapi dehidrasi juga disertai gangguan elektrolit. Dehidrasi

dapat terjadi karena kekurangan air, kekurangan natrium, serta

kekurangan air dan natrium secara bersama-sama (Prescilla, 2016).

Hipovolemia merupakan penurunan volume cairan intravaskular,

interstisial, dan/ atau intraselular (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

2. Etiologi Hipovolemia

Penyebab dari hipovolemia adalah sebagai berikut :

a. Kehilangan cairan aktif

b. Kegagalan mekanisme regulasi

c. Peningkatan permeabilitas kapiler

d. Kekurangan intake cairan dan evaporasi

7
3. Tanda dan gejala Hipovolemia

Tanda dan gejala dari hipovolemia adalah sebagai berikut :

a. Wajah tampak pucat

b. Kelemahan

c. Nadi teraba lemah

d. Tekanan darah menurun

e. Turgor kulit menurun

f. Membran mukosa kering

g. Volume urin menurun

4. Dampak Hipovolemia

Balita-balita dengan diare yang berat dan tidak segera diobati,

biasanya meninggal bukan karena infeksi tetapi karena kehilangan cairan

dan elektolit yang sangat banyak (misalnya, sodium, potassium, kalium,

basa) dari buang air besarnya. Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit

merupakan masalah penting, terutama pada balita. Pada diare akut,

kehilangan cairan secara mendadak dapat mengakibatkan terjadinya syok

hipovolemik yang cepat. Kehilangan elektrolit melalui feses potensial

mengarah ke hipokalemia dan asidosis metabolik. Pada kasus-kasus yang

terlambat meminta pertolongan medis dapat mengakibatkan syok

hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi sehingga

menimbulkan komplikasi lain yakni Tubular Nekrosis Akut pada ginjal

yang selanjutnya terjadi gagal multi organ (Irianto Koes, 2014).

8
5. Pencegahan Hipovolemia pada Diare

Balita-balita dengan diare yang berat dan tidak segera diobati,

biasanya meninggal bukan karena infeksi tetapi karena kehilangan cairan

dan elektolit yang sangat banyak (misalnya, sodium, potassium, kalium,

basa) dari buang air besarnya. Pada kasus diare, mengganti kehilangan

cairan dan elektrolit merupakan hal yang penting untuk mencegah

terjadinya hipovolemia, hal ini dapat dilakukan dengan memberikan

banyak minum air, larutan gula-garam, kuah sup, sari buah, oralit, atau

bila kondisi balita buruk biasanya diberi cairan infus. Berikan juga susu

yang berkadar penuh ataupun yang sedikit diencerkan, lewat mulut atau

dengan sonde lambung bila ada muntah dan hilangnya nafsu makan

(Irianto Koes, 2014).

6. Penatalaksanaan Hipovolemia Pada Diare

Bila balita mengalami kehilangan volume cairan saat diare, dapat

dilakukan rehidrasi oral. Cairan oral diberikan sedikit tapi sering (5ml dan

15ml). Dalam hal kehilangan cairan yang berat balita diberikan terapi

intavena untuk mengatasi dehidrasi. Pemberian ASI dilanjutkan apabila itu

bukan penyebab dari terjadinya diare pada balita (Suriadi,2010).

7. Konsep Tumbuh Kembang anak usia Todler (0-6 tahun)

a. Konsep Tumbuh Kembang

Pertumbuhan (growth) adalah bertambahnya jumlah dan besarnya

sel diseluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur,

sedangkan perkembangan (development) adalah bertambah

9
sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh

kematangan dan belajar (Wong, 2017).

Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu yang selalu tumbuh dan

berkembang sejak saat konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal

inilah yang membedakan anak dari orang dewasa. Jadi anak tidak bisa

diidentikan dengan dewasa dalam bentuk kecil. Ilmu pertumbuhan

(Growth) dan perkembangan (Development) merupakan dasar Ilmu

Tumbuh Kembang. oleh karena itu, meskipun merupakan proses yang

berbeda keduanya tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan satu sama

lain.

Pertumbuhan (Growth) merupakan masalah perubahan dalam

ukuran besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ maupun

individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram),

ukuran panjang (centimeter, meter). Perkembangan (Development)

merupakan bertambahnya kemampuan (skill/keterampilan) dalam

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur

dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan (Riyadi dan

Sukarmin, 2018). Tumbuh kembang pada anak meliputi :

1) Berat Badan

Untuk usia 0-6 bulan pertumbuhan berat badan akan mengalami

pertambahan setiap minggu sekitar 140-200 gram dan beratnya akan

menjadi dua kali lipat berat badan lahir pada akhir bulan ke-6.

Sedangkan pada usia 6-12 bulan terjadi penambahan setiap minggu

10
sekitar 25-40 gram dan pada akhir bulan ke-12 akan terjadi

penambahan tiga kali lipat berat badan lahir.

2) Tinggi Badan

Pada usia 0-6 bulan bayi akan mengalami penambahan tinggi

badan sekitar 2.5 cm setiap bulannya. Pada usia 6-12 bulan

mengalami penambahan tinggi badan hanya sekitar 1.25 cm setiap

bulannya. Pada akhir tahun pertama akan meningkat kira-kira 50 %

dari tinggi badan waktu lahir.

3) Lingkar Kepala

Pertumbuhan pada lingkar kepala ini terjadi dengan sangat

cepat sekitar 6 bulan pertama, yaitu dari 35-43 cm. Pada usia-usia

selanjutnya, pertumbuhan lingkar kepala mengalami perlambatan.

Pada usia 1 tahun hanya mengalami pertumbuhan kurang lebih 46.5

cm.

4) Perkembangan Motorik Kasar

Usia 4-8 bulan dapat dilihat pada perubahan dalam aktivitas,

seperti posisi telungkup pada alas dan sudah mulai mengangkat

kepala dengan melakukan gerakan menekan kedua tangannya. Pada

bulan ke-4 sudah mampu memalingkan kepala ke kanan dan ke kiri,

duduk dengan kepala tegak, membalikkan badan, bangkit dengan

kepala tegak, menumpu badan pada kaki dengan lengan berayun ke

depan dan ke belakang, berguling dari telentang ke tengkurap, serta

duduk dengan bantuan dalam waktu yang singkat (Hidayat, 2018).

11
5) Perkembangan Bahasa

Pada usia 4-8 bulan dapat menirukan bunyi atau kata-kata,

menoleh ke arah suara atau ke sumber bunyi, tertawa, menjerit,

menggunakan vokalisasi semakin banyak, serta menggunakan kata

yang terdiri atas dua suku kata dan dapat membuat dua bunyi vocal

yang bersamaan seperti “ba-ba” (Hidayat, 2018).

6) Perkembangan Perilaku/Adaptasi Sosial

Pada usia 4-8 bulan anak merasa takut dan terganggu dengan

keberadaan orang asing, mulai bermain dengan mainan, mudah

frustasi serta memukul-mukul lengan dan kaki jika sedang kesal

(Hidayat, 2018).

12
B. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

Anatomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),

kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan juga anus.

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pencernaan

Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari

mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk

menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap

zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang

tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Anatomi

dan fisiologi sistem pencernaan yaitu :

1. Mulut

Mulut merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan

dan air. Mulut juga bagian awal dari sistem pencernaan lengkap dan jalan

masuk untuk system pencernaan yang berakhir di anus. Bagian dalam dari

mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ

13
perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan sederhana terdiri

dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf

olfaktorius di hidung, yang terdiri dari berbagai macam bau. Makanan

dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi

belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih

mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-

bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai

mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya

lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.

Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.

2. Tenggorokan

Tenggorokan merupakan penghubung antara rongga mulut dan

kerongkongan. Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu

kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan

pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan

nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga

hidung, didepan ruas tulang belakang keatas bagian depan berhubungan

dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana,

keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan

lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari bagian superior

yaitu bagian yang sama tinggi dengan hidung, bagian media yaitu bagian

yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior yaitu bagian yang

sama tinggi dengan laring. Bagian superior disebut nasofaring, pada

14
nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang

gendang telinga. Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas ke

depan sampai di akar lidah. Bagian inferior disebut laringo faring yang

menghubungkan orofaring dengan laring.

3. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot yang dilalui sewaktu

makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan

berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.

Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut

histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian superior

(sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot rangka

dan otot halus), serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

4. Lambung

Lambung merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri

dari tiga bagian yaitu kardia, fundus dan antrium. Lambung berfungsi

sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk

mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi

lambung menghasilkan 3 zat penting yaitu lendir, asam klorida (HCL),

dan prekusor pepsin (enzim yang memecahkan protein). Lendir

melindungi sel – sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan

asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan

oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga

15
berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh

berbagai bakteri.

5. Usus Halus

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan

yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan

pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui

vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan

air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).

Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna

protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa

(sebelah dalam), lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang dan

lapisan serosa. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari

(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum). Usus

Halus terbagi menjadi beberapa bagian yaitu :

a. Usus dua belas jari (duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus

yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus

kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian

terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir

di ligamentum treitz. Usus dua belas jari merupakan organ

retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput

peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat

sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu

16
dari pankreas dan kantung empedu. Lambung melepaskan makanan ke

dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian

pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui

sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika

penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk

berhenti mengalirkan makanan.

b. Usus kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di

antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum).

Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2 - 8 meter,

1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus

penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.

Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat

jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.

c. Usus penyerapan (ileum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus

halus. Pada sistem pencernaan manusia ileum memiliki panjang

sekitar 2- 4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan

dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral

atau sedikit basa) dan berfungsi untuk menyerap vitamin B12 dan

garam empedu.

17
6. Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan

rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus

besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon

desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna

beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam

usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.

Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit

serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam

usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan

dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

7. Rektum

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar

(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai

tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena

tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens.

Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka

timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding

rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu

sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika

defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus

besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak

18
terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan

terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan

ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam

pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.

8. Anus

Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan

limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh

(kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus

diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses

defekasi (buang air besar) yang merupakan fungsi utama anus Pearce

(2015).

C. Kebutuhan Cairan Pada Bayi Dan Anak

Diperkirakan, bayi usia 0 – 6 bulan memerlukan cairan sekitar 700

ml/hari. Kebutuhan cairan adalah bagian dari kebutuhan dasar manusia secara

fisiologi, kebutuhan cairan ini memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh

dengan hampir 90% dari total berat badan anak dan bayi. Rumus kebutuhan

cairan antara lain :

1. < 10 Kg : 100 cc/kgBB

2. 10 – 20 Kg : 1000 cc + 50 cc/kgBB

(BB – 10 kg x 50)

3. > 20 Kg : 1500 cc + 20 cc/kgBB

(BB – 20 kg x 20)

19
D. Definisi Diare

Diare atau Gastroenteritis adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari

dengan atau tanpa lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang timbul

secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang

sebelumnya sehat (Mansjoer, dkk, 2015 dalam Wicaksono, 2015). Menurut

Hazinski (2013), Diare adalah ketika terjadi perubahan tiba-tiba pada

frekuensi dan konsistensi buang air besar.

Mufidah (2018), menyatakan bahwa Gastroenteritis merupakan sindrom

penyakit yang ditandai oleh perubahan bentuk konsistensi tinja, serta

bertambahnya frekuensi buang air besar (hingga 3 kali atau lebih dalam

sehari), dengan tinja yang encer berwarna hijau ataupun dapat bercampur

lendir dan darah atau hanya lendir saja. Sedangkan menurut Guyton & Hall

(2018), Gastroenteritis merupakan suatu peradangan yang biasanya yang

disebabkan baik oleh virus maupun bakteri pada traktus intestinal.

E. Etiologi Diare

Mufidah (2018), menyatakan bahwa penyebab terjadinya diare disebabkan

oleh berbagai faktor, antara lain :

a. Faktor Infeksi

Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman)

yang masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang

dalam usus dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan

daerah permukaan intestinal sehingga terjadintya perubahan kapasitas dari

intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dalam

20
absorbsi cairan dan elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan

menyebabkan sistem transport terjadi menjadi aktif dalam usus, sehingga

sel mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan elektrolit

akan meningkat.

1) Infeksi virus

a) Retavirus ini merupakan penyebab tersering diare akut pada bayi,

yang didahului atau disertai dengan muntah dan timbul sepanjang

tahun,

b) Enterovirus ini biasanya timbul pada musim panas.

c) Adenovirus ini timbul sepanjang tahun yang menyebabkan gejala

d) pada saluran pencernaan dan pernafasan.

2) Infeksi parenteral

Infeksi parenteral adalah infeksi dibagian tubuh lain diluar sistem

pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), bronkopneumonia,

ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terjadi pada bayi dan anak di

bawah 2 tahun.

3) Infeksi bakteri

Jenis jenis bakteri pada diare antara lain :

a) Stigella

b) Salmonella

c) Escherichia coli

d) Campylobacter

e) Yersinia Enterecolitica

21
b. Faktor Malabsorbsi

Malabsorbsi adalah kegagalan tubuh dalam melakukan absorbs yang

mengakibatkan tekanan osmotik meningkat kemudian akan terjadi

pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi

rongga usus sehingga terjadilah gastroenteritis atau diare.

1) Malabsorbsi karbohidrat

2) Malabsorbsi lemak

3) Malabsorbsi protein : asam amino, B – laktoglobulin

c. Faktor makanan

Diare dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu menyerap

makanan dengan baik dan mengakibatkan peningkatan peristaltic usus

yang akhirnya menyebabkan penurunan kesempatan untuk menyerap

makanan. Seperti : Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk

allergy, food allergy, down milk protein senditive enteropathy (CMPSE).

d. Faktor psikologi

Faktor psikologi ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan

peristaltik usus yang dapat mempengaruhi proses penyerapan makanan.

F. Pathogenesis Diare

Menurut Ngastiyah (2015), mekanisme dasar yang menyebabkan

timbulnya diare adalah :

1. Gangguan osmotik

Gangguan osmotik terjadi karena terdapatnya makanan atau zat yang

tidak dapat diserap yang menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga

22
usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam

rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus

untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

2. Gangguan Sekresi

Gangguan ini terjadi karena rangsangan tertentu (missal oleh toksin) pada

dinding usus yang mengakibatkan terjadinya peningkatan sekresi air dan

elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena

terdapat peningkatan isi rongga usus.

3. Gangguan Motilitas Usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus

menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik

usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang

selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

G. Klasifikasi Diare

Diare dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis antara lain :

1. Diare Dehidrasi Berat

Diare dehidrasi berat adalah diare yang disertai dengan letargis atau

mengantuk, tidak sadar, mata cekung, serta turgor kulit jelek.

Penatalaksanaanya yaitu lakukan pemasangan infus, berikan cairan IV

RL, pemberian ASI sebaiknya tetap diberikan, pertahankan agar bayi

dalam keadaan hangat dan kadar gula tidak turun.

23
2. Diare Dehidrasi Sedang atau Ringan

Diare ini mempunyai tanda seperti atau rewel, mata cekung serta

turgor kulit jelek. Penatalaksanaannya berikan ASI lebih sering dan lebih

lama untuk setiap kali pemberian, berikan oralit, ajari ibu cara membuat

oralit, lanjutkan pemberian ASI, berikan penjelasan kapan harus segera di

bawa kepetugas kesehatan.

3. Diare Tanpa Dehidrasi

Diare Tanpa dehidrasi jika hanya ada salah satu tanda pada dehidrasi

berat atau ringan. Penatalaksanaannya berikan ASI lebih sering dan lebih

lama setiap kali pemberian, berikan cairan tambahan yaitu berupa oralit

atau air matang sebanyak bayi mau, ajari ibu cara membuat larutan oralit

dengan memberikan 6 bungkus oralit, anjurkan pada ibu jumlah oralit

yang diberikan sebagai tambahan cairan, anjurkan untuk meminum

sedikit tapi sering.

4. Diare Persisten

Diare persisten adalah diare sudah lebih dari 14 hari. Tindakan dan

pengobatan untuk mengatasi masalah diare persisten dan disentri dalam

manajemen balita sakit adalah sebagai berikut atasi diare sesuai dengan

tingkat diare dan dehidrasi, pertahankan kadar gula agar tidak menurun,

anjurkan agar bayi tetap hangat, lakukan rujukan segera.

24
5. Disentri

Disentri adalah diare yang disertai darah pada tinja dan tidak ada tanda

gangguan saluran pencernaan. Tindakan dan pengobatan sama dengan

diare persisten.

H. Manifestasi Klinis Diare

Menurut Buku Bagan MTBS tahun 2018 tanda dan gejala diare adalah

sebagai berikut :

Table 2.1 Tanda dan Gejala Diare

Tanda dan Gejala Klasifikasi

Terdapat dua atau lebih tanda-tanda Diare dehidrasi berat


berikut :
1. Letargis atau tidak sadar
2. Mata cekung
3. Tidak bisa minum atau malas
minum
4. Cubitan kulit perut kembalinya
sangat lambat
Terdapat dua atau lebih tanda-tanda
berikut :
1. Gelisah, rewel, mudah marah
2. Mata cekung
Diare dehidrasi ringan/sedang
3. Haus
4. Cubitan kulit perut kembali
lambat.
Tidak cukup tanda-tanda untuk Diare tanpa dehidrasi
diklasifikasikan sebagai dehidrasi
berat atau ringan/sedang.

25
Diare selama 14 hari atau lebih Diare Persisten Berat
disertai dengan dehidrasi.
Diare selama 14 hari atau lebih Diare Persisten
tanpa disertai dengan dehidrasi.
Terdapat darah dalam tinja (berak Disentri
bercampur darah).

Untuk menentukan derajat dehidrasi yang terjadi pada anak dengan diare, dapat
menggunakan ketentuan tabel derajat dehidrasi dibawah ini :

Table 2.2 Derajat Dehidrasi Berdasarkan Presentase Kehilangan Air dari BB

Derajat Dehidrasi Dewasa Bayi dan Anak


Dehidrasi Ringan 4% dari berat badan 5% dari berat badan
Dehidrasi Sedang 6% dari berat badan 10% dari berat badan
Dehidrasi Berat 8% dari berat badan 15% dari berat badan

Secara umum, tanda dan gejala diare adalah :

1. Frekuensi BAB meningkat dengan konsistensi tinja cair atau encer

2. Dehidrasi (kekurangan cairan)

3. Demam

4. Nafsu makan berkurang

5. Mual dan muntah

6. Anoreksia

7. Lemah

8. Pucat

9. Nyeri abdomen

26
Hal hal yang perlu diperhatikan pada saat menentukan derajat dehidrasi pada

anak dan bayi menggunakan Skor Maurice King adalah :

1. untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dicubit selama 30-60 detik

kemudian dilepas kembali. Bila kulit kembali normal dalam waktu 1 detik,

maka anak menderita dehidrasi ringan bila kembali dalam 1-2 detik, anak

menderita dehidrasi sedang, jika lebih dari 2 detik maka anak menderita

dehidrasi berat.

2. Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan skor yang diperoleh penderita.

Skor 0-2 menunjukkan dehidrasi ringan, skor 3-6 dehidrasi sedang dan skor 7-

12 dehidrasi berat. Nilai atau gejala tersebut adalah gejala yang terlihat pada

dehidrasi isotonic dan hipotonik.

3. Pada anak anak dengan ubun ubun besar yang sudah menutup, penilaian

dehidrasi dapat diganti dengan menilai banyaknya frekuensi buang air kecil.

I. Komplikasi Diare

Diare dapat menimbulkan komplikasi yaitu sebagai berikut :

1. Dehidrasi

2. Hipovolemia

3. Kejang

4. Bakterimia

5. Malnutrisi

6. Hipoglikemia

7. Perubahan tanda-tanda vital

8. tidak adanya pengeluaran urine

27
Menurut Suriyadi dan Yuliani (2015) akibat diare dan kehilangan cairan

serta elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai

berikut (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, hipertonik).

J. Penatalaksanaan Diare

Menurut Hidayat (2015), penatalaksanaan atau penanggulangan diare di

rumah antara lain :

1. Memberi tambahan cairan

Berikan cairan lebih sering dan lebih lama pada setiap kali

pemberian, jika anak memperoleh ASI eksklusif berikan oralit atau air

matang sebagai tambahan. Anak yang tidak memperoleh ASI berikan 1

atau lebih cairan seperti oralit, cairan makanan (kuah, sayur , air tajin)

atau air matang.

2. Memberi makanan

Saat diare anak harus tetap diberi makanan yang memadai, jangan pernah

mengurangi makanan yang biasa dikonsumsi anak, termasuk ASI dan

susu. Hindari makanan yang dapat merangsang pencernaan anak seperti

makanan yang asam, pedas atau buah-buahan yang mempunyai sifat

pencahar. Bila diare terjadi berulang kali, balita atau anak akan

kehilangan cairan atau dehidrasi yang ditandai dengan :

a. Anak menangis tanpa air mata

b. Mulut dan bibir kering

c. Selalu merasa haus

28
d. Air seni keluar sedikit dan berwarna gelap, ada kalanya tidak keluar

sama sekali

e. Mata cekung dan terbenam

f. Bayi tanda dehidrasi bisa dilihat dari ubun-ubun yang menjadi cekung

g. Anak mudah mengantuk

h. Anak pucat dan turgor tidak baik

K. Pemeriksaan Penunjang Diare

Pemeriksaan laboratorium yang meliputi :

1. Pemeriksaan tinja yang terdiri dari :

a. Mikroskopis dan Makroskopis

b. PH dan kadar gula dalam tinja

c. Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi

2. Pemeriksaan darah meliputi :

a. PH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium,

Kalsium, dan Fosfor)

b. Kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui foal ginjal

3. Doudenal intubation

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara

kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

L. Pengkajian Diare

1. Head To Toe / Per Sistem

Pemeriksaan fisik pada anak dengan diare adalah :

29
a. Pengukuran panjang badan, berat badan, lingkar lengan, lingkar kepala

dan lingkar abdomen.

b. Keadaan umum meliputi apakah klien lemah, gelisah, rewel, lesu,

kesadaran menurun.

c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada

anak umur 1 tahun lebih.

d. Mata meliputi apakah mata anak cekung , kering atau sangat cekung.

e. Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis dan kondisi lidah

bersih.

f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limpe, tidak ada

pembesaran vena jugularis dan tidak ada kaku kuduk.

g. Telinga : telinga simetris, tidak ada benjolan, lubang telinga bersih,

tidak ada fraktur.

h. Sistem pencernaan meliputi apakah mukosa mulut kering dan distensi

abdomen

i. Kaji apakah gerakan peristaltic meningkat >35x / mnt , nafsu makan

menurun, mual muntah , minum normal atau tidak , minum sedikit atau

tidak.

j. Sistem pernafasan meliputi apakah ada dispnea pernafasan cepat >

40x/menit karena asidosis metabolik (kontraksi otot pernafasan) atau

tidak?

k. Sistem kardiovaskuler meliputi kaji apakah nadi cepat >120x/menit

dan lemah, tensi menurun pada diare sedang.

30
l. Sistem integument meliputi kaji apakah warna kulit pucat, turgor kulit

menurun > 2detik, suhu meningkat > 37, 5 C, akral hangat , akral

dingin (waspada syok), capillary refiil time memanjang > 2detik dan

lihat apakah ada kemerahan pada daerah perianal atau tidak.

m. Sistem perkemihan meliputi lihat apakah urin produksi oligura sampai

anuria (200-400 ml/24 jam), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.

n. Dampak hospitalisasi meliputi apakah semua anak sakit yang dirawat

bisa mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu

bermain, terhadap tindakan intensif meliputi respon yang di tunjukan

adalah protes, putus asa dan kemudian menerima.

o. Sistem musculoskeletal meliputi :

1) Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada nyeri dan kelainan tulang

2) Palpasi : tidak adanya kelainan tulang dan sendi, kekuatan otot 5

Menurut Wong (2017), ditemukan pengkajian anak yang mengalami

Gastroenteritis, yaitu :

a. Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan pada anak dengan diare berdasarkan

gejala yang timbul dan riwayat kesehatan pada pasien diare seperti

apaka ada mengkonsumsi makanan atau air yang terkontaminasi,

infeksi ditempat lain (misalnya pernafasan, infeksi saluran kencing),

sedangkan gejala yang sering muncul pada pasien diare yaitu muntah,

BAB cair, frekuensi BAB lebih dari 3 kali, jumlah dan karakteristik

Tinja yang keluar. Pengkajian fisik yang dilakukan secara umum yaitu

31
observasi adanya menifestasi Gastroenteritis akut dan penyebabnya

infeksi Gastroenteritis akut, kaji status dehidrasi, kulit, warna, suhu

tubuh, turgor, membrane mukosa, air mata dan saliva, bola mata,

fontanel dan nadi.

b. Identitas

Umumnya diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden

paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan.Kebanyakan kuman

usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu

menjelaskan penurunan insiden penyakit pada anak yang lebih besar.

Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk,

kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman

menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status

ekonomi juga mempengaruhi terutama dilihat dari pola makan dan

perawatanya.

c. Keluhan utama

d. Tanyakan apakah BAB lebih dari 3 kali atau tidak?

e. Riwayat penyakit sekarang

Tanyakan apakah BAB warna kuning kehijauan, bercampur lender dan

darah atau lender saja, konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali,

waktu pengeluaran 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari (diare

berkepanjangan) dan lebih dari 14 hari (diare kronis).

32
f. Riwayat penyakit terdahulu

Tanyakan apakah pernah mengalami diare sebelumnya, pemakaian

antibiotic atau kortikosteroid jangka panjang, alergi makanan, ISPA,

ISK, OMA dan juga Campak.

g. Riwayat perkembangan anak

h. Riwayat persalinan meliputi :

1) Riwayat kehamilan : tanyakan penyakit infeksi yang pernah

diderita ibu selama kehamilan

2) Riwayat persalinan : apakah usia kehamilan cukup, lahir

premature, riwayat persalinan dan APGAR skor.

i. Riwayat imunisasi

Tanyakan kepada keluarga pasien, sudah mendapatkan imunisasi

lengkap atau tidak.

j. Pola eliminasi

Pada BAB juga mengalami gangguan karena terjadi peningkatan

frekuensi, dimana konsistensi lunak sampai cair, volume tinja dapat

sedikit atau banyak. Tanyakan juga buang air kecil mengalami

frekuensi dari biasanya atau tidak.

k. Pola aktifitas meliputi aktifitas klien menurun, diam, kadang tampak

lemah

l. Personal hygiene : biasanya mengalami gangguan karena sering BAB

33
m. Riwayat nutrisi

Kaji apakah pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti

orang dewasa, tanyakan porsi yang diberikan 3 kali setiap hari degan

tambahan buah dan susu.

n. Riwayat kesehatan keluarga

Tanyakan apakah ada keluarga pasien yang menderita diare

sebelumnya.

o. Riwayat kesehatan lingkungan

Tanyakan apakah penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang

menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.

2. Pengkajian Tambahan

Pemeriksaan tambahan pada anak dengan diare meliputi :

a. Pemeriksaan Penunjang

1) Laboratorium meliputi :

a) pemeriksaan Feses kultur : bakteri, virus, parasit, candida

b) Serum elektrolit meliputi pemeriksaan hiponatremi,

hipernatremi dan hipokalemi.

c) AGD meliputi pemeriksaan asidosis metabolik, ph menurun,

pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun.

d) Faal ginjal meliputi pemeriksaan UC meningkat atau tidak.

2) Radiologi

Apakah mungkin ditemukan bronchopneumonia pada anak dengan

diare.

34
M. Patofisiologi Diare

Proses terjadinya gastroenteritis dapat disebabkan oleh berbagai faktor

yaitu faktor infeksi, kedua faktor malabsorbsi, dan faktor makanan. Sebagian

besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena

infeksi saluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan

gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi.

Gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa.

Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus

enteris, Virus Norwalk), bakteri atau toksin, dan parasit. Beberapa

mikroorganisme pathogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, atau melekat

pada dinding usus pada Gastroenteritis akut. Mekanisme dasar penyebab

timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap

akan menyebabkan tekanan osmitik dalam rongga usus, isi rongga usus

berlebihan sehingga timbul diare).

Menurut Swester (2015), menyatakan bahwa pada dasarnya diare terjadi

ketika terdapat gangguan transportasi air dan elektrolit dalam lumen usus.

Mekanisme patofisiologi dari diare dapat berupa osmosis, sekretori, inflamasi

dan perubahan motilitas. Amin (2015), menyatakan diare yang berlangsung

tanpa penanganan medis dapat menyebabkan kematian akibat kekurangan

cairan dan elektolit dalam tubuh yang mengakibatkan renjatan hipovolemik

berupa asidosis metabolic. Asidosis metabolic ini juga bisa disebabkan karena

pembentukan asam yang berlebihan didalam tubuh, kegagalan ginjal dalam

mengekresikan asam asam organic didalam tubuh. Kehilangan cairan ini

35
menimbulkan rasa haus, berat badan menurun, mata cekung, turgor kulit

menurun, lidah dan bibi menjadi kering. Gejala ini muncul akibat deplesi air

yang isotonik. Gangguan kardiovaskuler akibat hipovolemia berat dapat

mengakibatkan tekanan darah menurun dan takikardia, pasien mulai gelisah,

wajah pucat, ujung ujung ekstremitas menjadi dingin dan sianosis. Tekanan

darah yang menurun juga mengakibatkan gangguan perfusi ginjal sehingga

terjadi perubahan eliminasi seperti anuria dan oliguria.

Tanda awal gejala dehidrasi dapat terjadi pada stadium awal yaitu Na dan

CI keluar bersama dengan cairan tubuh. Pengeluaran cairan yang terus

menerus menyebabkan terjadinya reabsorpsi yang berlebihan oleh ginjal

sehingga Na dan CI ekstrasel meningkat (hipertonik). Peningkatan osmolitas

ekstrasel ini mengakibatkan penarikan air dari dalam sel menjadi dehidrasi

sehingga terjadi stimulasi hipofisis untuk mengeluarkan hormone antidiuretic

( ADH) yang akhirnya menahan cairan dalam ginjal sehingga terjadi oliguria.

Kehilangan cairan dan elektrolit akibat dehidrasi membuat air tidak dapat

pindah dari sel ke dalam vaskuler, yang mengakibatkan cairan dalam vaskuler

berkurang. Aliran darah yang kurang ini menyebabkan tekanan darah

menurun dan terjadi syok.

Mekanisme utama terjadinya diare pada anak adalah :

1. Diare osmotic adalah suatu kondisi adanya substansi yang tidak dapat

diserap seperti gula sintesis, peningkatan osmotik di usus halus yang

mengakibatkan peningkatan tekanan osmotik dan adanya penarikan air

36
berlebih ke dalam usus halus sehingga mengakibatkan berat serta volume

feses.

2. Diare sekretorik, merupakan keberadaan mikroorganisme pathogen atau

tumor mengiritasi otot dan lapisan mukosa intetinum. Peningkatan

motilitas dan secret (air, elektrolit dan lendir) yang mengakibatkan

terjadinya diare.

3. Diare motilitas yaitu suatu kondisi inflamasi, neuropati dan obstruksi

yang menimbulkan reflex kenaikan mobilitas usus yang mendorong

keluarnya iritan dan melepaskan obstruksi. Berdasarkan gambaran

mekanisme diare diatas, gangguan yang paling serius dari penyakit ini

adalah terjadinya dehidrasi, ketidakseimbangan asam dan basa serta syok

akibat dehidrasi berat yang serius pada sistem sirkulasi dalam tubuh.

37
N. Diagnosa Keperawatan Pada Diare

Diagnosa Keperawatan pada pasien dengan diare pada anak adalah :

1. Hipovolemia b.d kehilangan cairan dan elektrolit

2. Kerusakan integritas kulit b.d BAB sering

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan intake makanan

4. Hipertermia b.d inflamasi peningkatan suhu tubuh

5. Gangguan Pola tidur b.d perasaan cemas, gelisah

6. Nyeri berhubungan dengan iritasi anus

O. Intervensi Keperawatan

1. Hipovolemia b.d kehilangan cairan dan elektrolit

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, diharapkan klien

tidak menunjukkan tanda tanda dehidrasi.

Kriteria Hasil:

a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ

b. urine normal, HB normal

c. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal

d. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik,

membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebih

38
Intervensi Keperawatan yang diberikan :

Tabel 2.3 Intervensi keperawatan Hipovolemia

Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan

Hipovolemia berhubungan dengan 1. Timbang popok anak

kehilangan cairan dan elektrolit 2. Pertahankan catatan intake dan

(diare) output yang akurat

3. Monitor status hidrasi

4. Monitor tanda tanda vital

5. Kolaborasikan pemberian cairan IV

6. Monitor status cairan termasuk

intake dan output cairan

7. Monitor nilai HB dan HT

8. Monitor respon pasien terhadap

penambahan cairan

2. Kerusakan integritas kulit b.d BAB sering

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, diharapkan

integritas kulit membaik.

Kriteria Hasil :

a. Integritas kulit baik

b. Perfusi jaringan baik

39
Intervensi keperawatan yang diberikan adalah :

Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan SIKI PPNI

Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan

Kerusakan integritas kulit 1. Anjurkan pasien untuk

berhubungan dengan BAB sering menggunakan pakaian longgar

2. Hindari kerutan pada tempat

tidur

3. Jaga kebersihan kulit agar tetap

Kerusakan integritas kulit bersih dan kering

berhubungan dengan BAB sering. 4. Monitor kulit akan adanya

kemerahan

5. Monitor tanda tanda vital

6. Pantau masukan cairan dan

hidrasi kulit, membran mukosa

7. Ganti posisi tiap 2 jam sekali

8. Jaga keadaan kulit agar tetap

kering dan bersih.

9. Anjurkan klien menggunakan

kompres lembab dan dingin.

10. Kolaborasi dalam

pemeriksaan laboratorium

seperti ureum, kreatinin.

40
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan intake makanan

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, diharapkan status

nutrisi membaik.

Kriteria hasil :

a. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat

b. Kekuatan otot mengunyah meningkat

c. Serum albumin meningkat

d. Diare menurun

e. BB membaik

f. Nafsu makan membaik

Intervensi keperawatan yang diberikan adalah :

Tabel 2.5 intervensi keperawatan SIKI PPNI

Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan

Defisit nutrisi berhubungan dengan 1. Observasi status nutrisi dengan


a. Perubahan berat badan
penurunan intake makanan
b. Pengukuran antropometrik
c. Nilai lab (BUN, kreatinin,
albumin, protein, elektrolit
serum, transferin, kadar
besi)
2. Berikan makanan sedikit dan
sering.
3. Kaji adanya alergi makanan
4. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake

41
5. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori

4. Hipertermia b.d inflamasi peningkatan suhu tubuh

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, diharapkan

hipertermia membaik.

Kriteria hasil :

a. Menggigil menurun

b. Suhu tubuh membaik

c. Pengisian kapiler membaik

Intervensi keperawatan yang diberikan adalah :

Tabel 2.6 Intervensi keperawatan SIKI PPNI

Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan

Hipertermia b.d inflamasi 1. observasi TTV

peningkatan suhu tubuh 2. ajarkan keluarga untuk

memberikan kompres air

hangat kepada klien

3. kolaborasikan pemberian

obat paracetamol

4. anjurkan klien untuk banyak

minum air putih

42
5. kolaborasi dengan dokter

spesialis anak.

5. Gangguan Pola tidur b.d perasaan cemas, gelisah

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, diharapkan pola

tidur meningkat.

Kriteria hasil :

a. Keluhan sulit tidur menurun

b. Kemampuan beraktifitas menurun

Intervensi keperawatan yang diberikan adalah :

Table 2.7 Intervensi keperawatan SIKI PPNI

Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan

Gangguan pola tidur berhubungan 1. Kaji faktor yang mempengaruhi

dengan perasaan cemas dan gelisah kualitas tidur

2. Ciptakan lingkungan yang

tenang

6. Nyeri berhubungan dengan iritasi anus

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, diharapkan nyeri

berkurang.

43
Kriteria hasil :

a. Keluhan nyeri menurun

b. Gelisah menurun

c. Meringis menurun

Intervensi keperawatan yang diberikan adalah :

Tabel 2.8 Intervensi Keperawatan SIKI PPNI

Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan

Nyeri berhubungan dengan iritasi 1. Kaji riwayat nyeri

anus. 2. Observasi keadaan umum

pasien

3. Berikan posisi yang nyaman

4. Berikan kompres air hangat

untuk mengurangi nyeri

5. Ajarkan relaksasi nafas dalam

pada pasien

6. Kolaborasi pemberian analgetik

untuk mengurangi nyeri pada

pasien.

44
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Bab ini menggambarkan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien An. K,

dengan diare di Ruang Anak RSIA Anugrah, Pontianak. Asuhan keperawatan

dilakukan selama 3 hari mulai dari tanggal 28 oktober sampai dengan 30 oktober

2019.

A. Pengkajian

Klien bernama An. K umur 6 bulan, dirawat sejak tanggal 27 november

2019 dengan diagnosa medis Diare. Klien sebelumnya pernah masuk ke

RSIA Anugrah tanggal 22 november 2019 kemudian masuk kembali pada

tanggal 27 november 2019. Pada saat masuk ke rumah sakit, kondisi An. K

tampak lemah dan pucat. GCS E: 4, V: 5, M: 6, disertai dengan dehidrasi

sedang. Tanda tanda vital pada An. K pertama masuk meliputi TD : 100/60

mmHg, N : 100 x/menit, suhu : 38 ℃, RR : 24 x/menit.

Keluhan utama An.K pada saat dikaji, keluarga An.K mengatakan An.K

mual, muntah sudah 3 kali disertai dengan BAB cair dengan disertai tinja,

darah, tinja berwarna kehijauan disertai ampas sudah 5 kali dan demam. Klien

sebelumnya pernah dirawat di RSIA Anugrah beberapa hari yang lalu, tetapi

masuk kembali. Keluarga klien mengatakan An.K sebelumnya pernah berobat

dengan dokter spesialis anak tetapi belum ada perubahan.

Riwayat kehamilan : selama hamil ibu pasien melakukan pemeriksaan

kehamilan di klinik dokter praktek 2 kali dan di puskesmas sebanyak 8 kali.

45
Selama dalam pemeriksaan kehamilan, ibu pasien tidak mengalami sakit,

hanya mual muntah saja. Pasien dilahirkan di RS YARSI pada tanggal 1 Mei

2019 dengan bantuan dokter dan bidan dengan persalinan spontan usia

kehamilan 39 minggu, berat badan waktu lahir 3000 gram, panjang badan 50

cm, saat dilahirkan anak langsung menangis. Setelah dilahirkan, pasien hanya

sebentar mendapatkan ASI dari ibunya, kemudian dilanjutkan dengan susu

formula karena ASI ibu pasien sedikit.

Riwayat masa lalu : pasien sebelumnya belum pernah sakit mengingat

usianya yang baru 6 bulan, pasien juga belum mendapatkan imunisasi dasar

lengkap. Riwayat keluarga : keluarga pasien mengatakan tidak ada keluarga

yang menderita diare yang sama. Riwayat sosial : keluarga pasien

mengatakan yang mengasuh anak. K adalah orang tua kandungnya sendiri,

keluarga pasien juga mengatakan hubungan dengan anggota keluarga,

tetangga dan masyarakat juga baik.

Kondisi lingkungan : keluarga klien mengatakan kondisi lingkungan

dirumahnya cukup baik dan juga bersih. Personal hygiene : keluarga klien

mengatakan sebelum sakit pasien mandi 2 kali sehari, keramas 2 kali, gunting

kuku 2 kali dalam seminggu. Aktivitas bermain : keluarga klien mengatakan

anaknya sebelum sakit anak tampak aktif dan ceria. Pola eliminasi : keluarga

klien mengatakan sebelum masuk RS BAB anak 2 kali dalam sehari dan

BAK 6 kali dalam sehari.

Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa :

46
a. Keadaan umum : keadaan An. K tampak lemah dan pucat dengan GSC : E

: 4, V : 5, M : 6

b. Kepala : inspeksi : pada pemeriksaan tidak ditemukan adanya lesi, tumor,

pembengkakan, kondisi kepala normal, warna rambut kehitaman dengan

distribusi rambut sedang, kondisi kepala bersih, palpasi : tidak terdapat

nyeri tekan pada kepala anak.

c. Mata : inspeksi : mata tampak cekung, konjungtiva tampak anemis, tidak

terdapat lesi, tidak terdapat tumor, sclera tidak ikterik, pupil isokor,

palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada mata.

d. Hidung : inspeksi : kondisi hidung bersih, tidak ada tumor, tidak ada

pembengkakan, tidak ada penggunaan cuping hidung, anak masih

bernafas dengan baik, palpasi : tidak terdapat nyeri tekan.

e. Mulut : inspeksi : Mukosa bibir kering, kondisi mulut bersih, tidak

terdapat luka di mulut, tidak ada tumor di mulut, palpasi : tidak terdapat

nyeri tekan.

f. Telinga : inspeksi : kondisi telinga bersih, anak dapat mendengar dengan

baik, tidak ada cairan, nanah yang keluar dari telinga, tidak ada tumor

maupun lesi, palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada telinga anak.

g. Leher : inspeksi : tidak ada pembengkakan pada leher, palpasi : tidak

terdapat nyeri tekan pada leher.

h. Dada : inspeksi : pergerakan dada kanan dan dada kiri simetris, tidak ada

retraksi dinding dada, RR : 24 kali permenit, palpasi : tidak terdapat nyeri

47
tekan, auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan,

perkusi : pada saat dilakukan perkusi terdengar suara sonor.

i. Jantung : palpasi : tidak terdapat pembengkakan pada jantung, auskultasi :

pada saat auskultasi terdengar suara normal jantung, tidak terdapat suara

jantung tambahan.

j. Ekstremitas : inspeksi : pada saat dilakukan inspeksi terlihat simetris

antara ekstremitas bawah dan atas, tidak ada kelainan, tidak ada tumor,

tidak ada lesi, palpasi : tidak terdapat nyeri tekan.

k. Abdomen : inspeksi : tidak ada lesi atau tumor pada perut, palpasi : pada

saat dipalpasi cubitan perut kembali lambat, auskultasi : bising usus

39x/menit, perkusi : perut teraba kembung.

l. Genitalia : inspeksi : terdapat ruam kemerahan dan lecet di area sekitar

anus, kondisi perianal tampak lembab, pasien tampak menggunakan

popok yang ketat, pada saat dilakukan palpasi anak menangis, BAK

sedikit dan BAB sudah 5 kali.

m. Cairan

Kebutuhan cairan pada An.K yang berusia 6 bulan, berdasarkan rumus

kebutuhan cairan berdasarkan BB didapatkan hasil bahwa kebutuhan

cairan pada An.K dalam 24 jam adalah 800 cc/24 jam dan balance cairan

pada An.K adalah 818 cc.

n. Nutrisi : keluarga klien mengatakan anak A tidak ada nafsu makan, setiap

kali makan dan minum selalu mual dan juga muntah. Keluarga klien

48
mengatakan anaknya sudah mual dan muntah 3 kali dan BB klien

mengalami penurunan dari yang sebelumnya 10 kg trun menjadi 8 kg.

Pemeriksaan penunjang meliputi :

a. Pemeriksaan laboratorium

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


Leukosit 15,8 103 /ul 4,8 – 10,8
Eritrosit 4,42 106 /ul 4,2 – 5,40
Hemoglobin 11,0 g/dl L : 14 - 18
P : 12 – 16
Hematokrit 35 % L : 42 - 52
P : 37 – 47
Trombosit 246 103 /ul 150 – 450

b. Pemeriksaan laboratorium feses

1) Warna : kehijauan

2) Bau : khas

3) Konsistensi : cair

4) Lendir : tidak ada

5) Darah : ada

6) Parasite : tidak ada

c. Terapi keperawatan yang terpasang pada An.K adalah Infus RL 50

Tpm/24 jam.

d. Terapi Keperawatan An.K adalah :

1) Oralit

49
2) Paracetamol syr 3x120 mg

3) Dexamethasone (IV) 1 mg

4) Ondansentron 3x 0,8 mg

5) Propepsa syr 3x5 ml (oral)

6) Kandistatum 0,5 ml

7) L – Bio Isach 1x1/oral

8) Zinc 1x20 mg/oral

9) Pedialit 85 cc

B. Diagnosa Keperawatan

1. Analisa data menunjukkan diagnosa keperawatan pada An. K adalah :

No. Data Masalah Etiologi


1. DS: ibu klien Hipovolemia Diare
mengatakan (kekurangan
anaknya BAB sudah volume cairan)
5 kali dengan
konsistensi cair
disertai tinja
berwarna kehijauan,
terdapat darah dan
ampas.
DO: anak tampak lemah
anak tampak pucat
HB menurun 11,0
mata cekung
mukosa bibir kering
anak tampak haus
cubitan kulit perut

50
kembali lambat
TD : 100/60 mmHg
N : 100 x/menit
Kebutuhan cairan :
800 cc/24 jam
Balance cairan : 818
cc
2. DO: keluarga pasien Hipertermia Inflamasi
mengatakan dan peningkatan
anaknya demam dan leukosit
rewel.
DO : badan teraba panas
suhu tubuh 38 ℃
leukosit: 15,8 103 /ul
3. DS : Keluarga pasien Gangguan Kelembapan
mengatakan terdapat Integritas Kulit Kulit daerah
lecet dan kemerahan perianal
pada daerah perianal
karena anaknya
BAB 5 kali dalam
sehari.
DO : terdapat ruam
kemerahan dan lecet
pada daerah perianal
(anus)
kondisi perianal
tampak lembab
pasien tampak
menggunakan popok
yang ketat

51
4. DS : Keluarga pasien Defisit Nutrisi Mual Muntah
mengatakan
anaknya mual dan
muntah sudah 3
kali/hari.
Keluarga pasien
juga mengatakan
anaknya susah untuk
makan
DO : anak tampak mual
dan muntah
perut kembung,
gerakan peristaltik
usus 39 x/menit
BB sebelum masuk
RS 10 kg
BB saat masuk RS
8 kg.

Diagnosa Keperawatan yang ditegakkan berdasarkan analisa data diatas

adalah :

a. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

b. Hipertermia berhubungan dengan inflamasi dan peningkatan leukosit

c. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan kelembapan kulit daerah

perianal

d. Defisit nutrisi berhubungan dengan mual, muntah

52
C. Perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan

1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

a. Perencanaan Keperawatan

Tujuan perawatan yang diberikan kepada An.K, setelah dilakukan

perawatan selama 3 hari defisit volume cairan pada klien dapat

teratasi dengan kriteria hasil frekuensi BAB kembali normal, TTV

dalam batas normal, tidak ada tanda tanda dehidrasi, balance cairan

±100 cc. Tindakan keperawatan yang diberikan kepada An.K adalah :

monitoring status dehidrasi pada An.K, monitoring input dan output

cairan, observasi TTV pada klien, berikan terapi zink 1x20 mg/oral,

Pedialit 85 cc, berikan cairan L-Bio Isach 1x1/oral, berikan cairan

kandistatum 0,5 ml, oralit dan RL serta kolaborasi dengan dokter

spesialis anak.

b. Implementasi keperawatan

Tindakan yang diberikan kepada An.K adalah memonitoring status

dehidrasi pada An.K pukul 14.00 WIB, memonitoring input dan

output cairan, berikan terapi zink 1x20 mg/oral dan Pedialit 85 cc

pukul 14.30 WIB, mengobservasi TTV jam 15.30 WIB, memberikan

terapi cairan L - Bio Isach 1x1/oral jam 17.00, memberikan cairan

kandistatum, RL pukul 17.30 dan berkolaborasi dengan dokter

spesialis anak.

53
c. Evaluasi keperawatan

Respons subjektif klien pada hari ke 3 akhir masa dinas pukul 20.00

keluarga klien mengatakan BAB masih cair, frekuensi BAB 3 kali,

respons objektif feses masih cair dan kuning, balance cairan 262 cc.

klien masih lemah, mata masih cekung, nadi masih lemah, TD :

100/80 mmHg, Analisis data yang diperoleh masalah hipovolemia

belum teratasi. Perencanaan berikutnya, lanjutkan intervensi

keperawatan sesuai dengan rencana.

2. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi yang ditandai dengan

peningkatan suhu tubuh 38 C, anak rewel dan menangis.

a. Perencanaan Keperawatan

Tujuan perawatan yang diberikan kepada An.K , setelah dilakukan

perawatan selama 3 hari hipertermi dapat teratasi dengan kriteria hasil

suhu tubuh kembali normal, anak tidak gelisah, ttv dalam batas

normal. Intervensi keperawatan yang diberikan kepada An.K adalah

observasi TTV, ajarkan keluarga untuk memberikan kompres air

hangat kepada klien, kolaborasikan pemberian obat paracetamol syr

3x120 mg, anjurkan klien untuk banyak minum air putih, kolaborasi

dengan dokter spesialis anak.

b. Implementasi Keperawatan

Tindakan yang diberikan kepada An.K adalah mengobservasi TTV,

ajarkan keluarga untuk memberikan kompres air hangat kepada klien,

kolaborasikan pemberian obat paracetamol syr 3x120 mg, anjurkan

54
klien untuk banyak minum air putih, kolaborasi dengan dokter

spesialis anak.

c. Evaluasi Keperawatan

Respons subjektif klien pada akhir masa dinas pukul 20.00 pada hari

ke 3 adalah keluarga klien mengatakan anaknya badannya masih

panas saat diraba dan lemah. Respon objektif yang terlihat adalah

suhu tubuh 37,8 ℃, TD : 110/80 mmHg, Nadi 100x/menit, RR 22

kali/menit. Analisis data yang diperoleh hipertermia teratasi sebagian.

Perencanaan berikutnya, lanjutkan intervensi keperawatan sesuai

dengan rencana.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelembapan kulit daerah

perianal.

a. Perencanaan Keperawatan

Tujuan perawatan yang diberikan kepada An.K, setelah dilakukan

perawatan selama 3 hari adalah integritas kulit membaik, tidak ada

kemerahan dan lecet pada luka, perfusi jaringan baik. Intervensi

keperawatan yang diberikan kepada An.K adalah berikan lotion pada

daerah perianal, anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian longgar,

Hindari kerutan pada tempat tidur, Jaga kebersihan kulit agar tetap

bersih dan kering, Monitor kulit akan adanya kemerahan, Monitor

tanda tanda vital, Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit, membran

mukosa, Ganti posisi tiap 2 jam sekali, Jaga keadaan kulit agar tetap

kering dan bersih, Anjurkan klien menggunakan kompres lembab dan

55
dingin. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium seperti ureum,

kreatinin.

b. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan yang diberikan kepada An. K adalah

memberikan lotion pada daerah perianal pasien, menganjurkan pasien

untuk menggunakan pakaian longgar, menjaga kebersihan kulit agar

tetap bersih dan kering, monitor kulit akan adanya kemerahan,

memonitor tanda tanda vital, memantau masukan cairan dan hidrasi

kulit, membran mukosa, mengganti posisi tiap 2 jam sekali, menjaga

keadaan kulit agar tetap kering dan bersih, memberikan kompres

lembab, dingin dan berkolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium

seperti ureum, kreatinin.

c. Evaluasi keperawatan

Evaluasi subjektif setelah dilakukan implementasi keperawatan adalah

keluarga klien mengatakan masih terdapat lecet dan kemerahan pada

daerah perianal, keluarga pasien mengatakan sudah merubah posisi

anak tiap 2 jam sekali, keluarga klien mengatakan sudah memberikan

kompres lembab dingin pada daerah perianal. Respon objektif yang

terlihat adalah masih terdapat ruam kemerahan di area perineal, pasien

tidak lagi menggunakan popok yang ketat. Tekanan darah 110/80

mmHg, Nadi 100x/menit, RR 22 kali permenit. Analisis data yang

diperoleh integritas kulit teratasi sebagian. Perencanaan berikutnya,

lanjutkan intervensi keperawatan sesuai dengan rencana.

56
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah

a. Perencanaan keperawatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, diharapkan

nutrisi membaik dengan kriteria hasil : BB meningkat, nafsu makan

meningkat, diare menurun. Intervensi keperawatan yang diberikan

kepada An. K adalah Observasi status nutrisi dengan perubahan berat

badan, Pengukuran antropometrik, Nilai lab (BUN, albumin,

kreatinin, protein, elektrolit serum, transferin, kadar besi), Berikan

makanan sedikit dan sering, Kaji adanya alergi makanan, Anjurkan

pasien untuk meningkatkan intake dan Kolaborasi dengan ahli gizi

untuk menentukan jumlah kalori.

b. Implementasi keperawatan

Intervensi keperawatan yang diberikan kepada An. K adalah

mengobservasi status nutrisi meliputi Perubahan berat badan,

mengukur antropometrik, Nilai lab (BUN, kreatinin, protein, elektrolit

serum, transferin, kadar besi), memberikan makanan sedikit dan

sering, mengkaji adanya alergi makanan, menganjurkan pasien untuk

meningkatkan intake serta berkolaborasi dengan ahli gizi untuk

menentukan jumlah kalori.

c. Evaluasi keperawatan

Respon subjektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3

hari adalah keluarga pasien mengatakan anaknya masih sudah mau

makan walaupun sedikit, keluarga pasien juga mengatakan anaknya

57
masih muntah ketika makanan diberikan, keluarga pasien juga

menyatakan bahwa anaknya memiliki riwayat alergi susu sapi.

Respon objektif setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah BB

An. K mengalami peningkatan walaupun sedikit, perut tidak terlalu

kembung lagi saat dilakukan palpasi, anak tampak sudah mau makan

bubur walaupun sedikit, bising usus menurun 35x/menit, tekanan

darah : 110/80 mmHg, Nadi 100x/menit, RR 22 kali/menit. Analisis

data yang diperoleh defisit nutrisi teratasi sebagian. Perencanaan

berikutnya, lanjutkan intervensi keperawatan sesuai dengan rencana.

58
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan studi kasus asuhan keperawatan pada An. K dengan diare yang

dilakukan di Ruang Anak RSIA Anugrah Pontianak selama 3 hari yang dimulai

dari tanggal 28 oktober sampai dengan 30 oktober 2019, pada bab ini akan

membahas tahapan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa,

intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.

A. Pembahasan proses asuhan keperawatan yang diberikan dari

pengkajian sampai dengan evaluasi

Langkah pertama yang dilakukan penulis dalam melakukan pengkajian

terhadap pasien adalah mengkaji identitas pasien, gejala klinis, faktor resiko,

etiologi, penatalaksanaan dan pemeriksaan penunjang dengan diagnosa medis

diare (gastroenteritis). Berdasarkan analisa data yang penulis peroleh, penulis

mendapatkan 4 masalah keperawatan pada anak dengan diare yaitu

Hipovolemia, Hipertermia, Gangguan intergritas kulit dan Defisit nutrisi yang

mana keempat diagnosa keperawatan ini sama sama terjadi pada masalah

diare.

Pada An.K terdapat 4 diagnosis keperawatan saja yang terjadi. Secara teori

pada tinjauan pustaka pada bab sebelumnya, terdapat 6 diagnosa keperawatan

yang terjadi pada anak dengan diare, diantaranya adalah :

1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit

59
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan BAB sering

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan intake makanan

4. Hipertermia berhubungan dengan inflamasi peningkatan suhu tubuh

5. Gangguan Pola tidur berhubungan dengan perasaan cemas, gelisah

6. Nyeri berhubungan dengan iritasi anus

Dari diagnosa keperawatan diatas, tidak semua terjadi pada kasus ini.

Diagnosa keperawatan pada kasus ini adalah :

1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

2. Hipertermia berhubungan dengan inflamasi dan peningkatan leukosit

3. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan kelembapan kulit daerah

perianal

4. Defisit nutrisi berhubungan dengan mual, muntah

Berdasarkan hal ini, tidak semua diagnosa keperawatan pada teori

muncul pada kasus karena tidak ada data yang menunjang untuk mengangkat

diagnosa keperawatan yang ada di teori. Hal ini juga sejalan dengan

penelitian Khalid (2018), bahwa diagnosa keperawatan yang ada di teori

merupakan diagnosa keperawatan anak dengan diare secara umum, belum

tentu sama dengan keadaan pasien secara nyata yang dirawat di RS. pada

kasus ini, diagnosa keperawatan disesuaikan dengan kondisi pasien secara

langsung. Faktor yang berhubungan di dalam teori merupakan faktor yang

terjadi secara umum, tetapi pada kasus disesuaikan berdasarkan kondisi

pasien. Dari data diatas, menurut penulis ada kesenjangan antara teori dan

kasus nyata seperti tidak ditemukan diagnosa gangguan pola tidur dan nyeri

60
pada anak dengan diare. Untuk diagnosa gangguan pola tidur tidak ditemukan

karena pada saat pengkajian tidak terdapat gangguan pada pola tidur anak

karena orang tua anak memberikan obat diare pada anak sebelum tidur. Hal

ini didukung oleh teori yang menyatakan bahwa pemberian obat diare pada

anak sebelum tidur dapat memperlambat gerak usus agar feses menjadi lebih

padat, sakit perut akibat diare juga akan berangsur angsur pulih dan anak bisa

tidur dengan nyenyak. Untuk diagnosa nyeri tidak ditemukan karena pada

saat pengkajian tidak terdapat nyeri tekan pada anak. Hal ini juga sejalan

dengan teori yang dikemukakan oleh Carman (2016), yang menyatakan

bahwa nyeri pada anak dengan diare biasanya tidak ditemukan pada saat

palpasi dan tidak selalu mengindikasikan adanya gastroeinteritis. Banyak

faktor yang mengindikasikan adanya nyeri tekan seperti apendisitis atau

peritonitis.

Pada kasus ini, penulis tertarik untuk mengangkat diagnosa keperawatan

utama yang terjadi pada anak dengan diare yaitu hipovolemia berhubungan

dengan kehilangan cairan aktif. Adapun alasannya adalah sebagai berikut :

Masalah keperawatan utama hipovolemia yang terjadi pada An. K ini

merupakan masalah keperawatan utama yang memerlukan penanganan yang

cepat dan tanggap. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa diare

banyak menyebabkan hilangnya cairan dan elektrolit yang menimbulkan

terjadinya dehidrasi. Dehidrasi dapat menyebabkan gangguan keseimbangan

cairan yaitu defisit volume cairan, kondisi ini merupakan suatu

ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi cairan dan elektrolit di

61
ruang ekstrasel, namun proporsi antara keduanya (cairan dan elektrolit)

mendekati normal. Kondisi ini dikenal dengan hipovolemia. Pada keadaan

ini, tekanan osmotik mengalami perubahan sehingga cairan interstisil masuk

ke ruang intravaskuler. Akibatnya ruang interstisiil menjadi kosong dan

cairan intrasel masuk ke ruang interstisiil sehingga mengganggu kehidupan

sel. Hipovolemia ini menyebabkan anak menjadi lemah karena banyak

kehilangan cairan dan eletkrolit. Kehilangan cairan ekstrasel secara

berlebihan dapat menimbulkan beberapa perubahan. Diantaranya adalah

penurunan volume ekstrasel (hipovolemia) dan perubahan hematokrit. (Iqbal,

2018).

Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khotijah

(2015), yang menyatakan bahwa masalah keperawatan utama prioritas yang

terjadi pada diare adalah kurangnya volume cairan dan elektrolit

(hipovolemia). Kematian akibat diare bukan disebabkan karena diarenya,

melainkan disebabkan karena hilangnya cairan yang keluar bersama tinja,

sehingga penanganan awal sangat penting pada anak dengan diare dengan

mencegah dan mengatasi keadaan dehidrasi.

Diagnosa keperawatan ini didukung oleh data subjektif klien yang

didapat penulis saat melakukan pengkajian yaitu ibu klien mengatakan

anaknya BAB sudah 5 kali dengan konsistensi cair disertai tinja berwarna

kehijauan, terdapat darah dan ampas. Menurut penulis, kekurangan volume

cairan dan elektrolit (hipovolemia) terjadi karena hilangnya cairan dan

elektrolit secara berlebih pada saat BAB. Pada normalnya, BAB pada balita

62
memiliki konsistensi lunak (tidak cair dan tidak lunak) dengan frekuensi 3

kali dalam sehari. Pada saat terjadi diare feses cair maupun cair, kuman,

virus, bakteri dan parasite masuk kedalam tubuh dan menyebabkan mukosa

lambung teriritasi, kecepatan sekresi di lambung menjadi tinggi dan motilitas

usus meningkat sehingga cairan membuat agen infeksi terdorong ke anus.

Frekuensi BAB yang sering ini juga merupakan respon tubuh untuk

mengeluarkan toksik atau racun yang ada di dalam saluran pencernaan.

Melihat frekuensi BAB pada klien 5 kali/hari menurut peneliti hal ini bisa

terjadi karena kurangnya asupan ASI yang diberikan oleh ibu klien. ASI

merupakan makanan terbaik untuk melindungi bayi dari berbagai jenis

penyakit salah satunya adalah diare. Menurut Depkes RI (2018), ASI adalah

makanan yang paling baik untuk bayi dan dapat dicerna secara optimal oleh

balita daripada susu sapi. Kurangnya ASI ini juga bisa menyebabkan balita

mengalami frekuensi BAB lebih banyak dari biasanya.

Data subjektif klien yang mendukung diagnosa keperawatan ini adalah

kondisi anak lemah mata cekung, mukosa bibir kering anak tampak minum

dengan lahap (haus), cubitan kulit perut kembali lambat. Menurut penulis,

An. K mengalami dehidrasi sedang, hal ini dibuktikan dengan tanda dan

gejala yang peneliti dapatkan selama pengkajian. Hal ini juga sejalan dengan

pendapat Umar (2019), yang menyatakan tanda dan gejala diare dehidrasi

sedang adalah lemah, mata cekung, mukosa bibir kering dan cubitan perut

kembali lambat. Asmadi (2019), juga menyatakan batasan karakteristik diare

adalah mukosa kering, keadaan umum lemah, mata cekung dan cubitan kulit

63
perut kembali lambat. Hal ini disebabkan karena hilangnya cairan dan

elektrolit di dalam tubuh yang menyebabkan terjadinya hipovolemia.

Berdasarkan hal ini, penulis mengambil diagnosa keperawatan hipovolemia

berhubungan dengan kehilangan cairan aktif sebagai diagnosa utama dalam

kasus ini.

B. Pembahasan praktik profesi keperawatan dalam pencapaian target

kompetensi

Pada perumusan tujuan antara tinjauan pustaka dan kasus, terdapat

kesenjangan. Pada tinjauan pustaka, perencanaan menggunakan kriteria hasil

yang mengacu pada pencapaian tujuan. Dalam tujuan dalam tinjauan kasus,

perencanaan menggunakan kriteria waktu karena pada kasus nyata diketahui

keadaan klien secara langsung. Setiap diagnosa terdapat intervensinya masing

masing, pada tinjauan kasus rencana tindakan sama dengan tinjauan pustaka

mengenai jumlah intervensinya tetapi berbeda dalam pelaksanaanya yang

disesuaikan dengan kondisi pasien. Hal ini juga sejalan dengan penelitian

Mita (2017), semua tindakan yang dilakukan kepada pasien disesuaikan

dengan kondisi dan data data yang ada pada pasien yang kita tangani.

1. Perencanaan Keperawatan Diagnosa Utama

Hipovolemia berhubungan dengan diare (kehilangan cairan aktif).

tindakan keperawatan yang dilakukan pada An. K dengan masalah

hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif adalah

monitoring status dehidrasi pada An.K, observasi TTV pada klien, berikan

terapi zink 1x20 mg/oral, terapi Pedialit 85 cc, berikan cairan L-Bio Isach

64
1x1/oral, berikan cairan kandistatum 0,5 ml, oralit dan RL serta kolaborasi

dengan dokter spesialis anak.

Pada An. K direncanakan tindakan monitoring status dehidrasi pada

An.K, observasi TTV pada klien, berikan terapi zink 1x20 mg/oral, terapi

Pedialit 85 cc, berikan cairan L-Bio Isach 1x1/oral, berikan cairan

kandistatum 0,5 ml, oralit dan RL serta kolaborasi dengan dokter spesialis

anak.

Tindakan monitoring status hidrasi sangat penting dilakukan pada

anak dengan diare yang bertujuan untuk mengetahui menentukan derajat

dehidrasi pada anak guna mencegah dehidrasi, mengoreksi kekurangan

cairan dan elektrolit secara cepat, monitoring input dan output klien

tujuannya untuk mengetahui keseimbangan cairan. Observasi TTV ini

penting pada klien yang bertujuan untuk menilai perkembangan pasien dan

menunjukkan adanya ketidaknormalan pada klien. Pemberian terapi zink

ini sebagai faktor inflamasi yang penting dan dapat melindungi membrane

sel dari kerusakan oksidatif. Terapi pedialit bertujuan untuk mencegah

terjadinya diare lebih lanjut. Pemberian L-bio isach bertujuan untuk

mengurangi diare pada bayi, perut kembung, serta memelihara kesehatan

saluran pencernaan. L-bio isach ini adalah probiotik. Pemberian

kandistatum diberikan untuk mengobati infeksi. Pemberian oralit dan

cairan RL bertujuan untuk mengganti cairan tubuh dan elektrolit yang

hilang saat terjadi diare. kolaborasi dengan dokter spesialis anak bertujuan

untuk mengoptimalkan kesembuhan pasien. Hal ini sejalan dengan teori

65
yang menyatakan bahwa monitoring status hidrasi, observasi TTV,

pemberian terapi zink merupakan tindakan keperawatan yang diberikan

kepada anak guna menghindari terjadinya syok hipovolemia lebih lanjut.

2. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Diagnosa Utama

Pelaksanaan tindakan keperawatan ini dilakukan secara koordinasi dan

terintegrasi. Untuk pelaksanaan diagnosis pada kasus ini, tidak sama

dengan tinjauan pustaka, hal ini disesuaikan dengan kondisi klien. Dalam

melaksanakan tindakan keperawatan, ada faktor penunjang maupun faktor

penghambat yang penulis alami. Hal hal yang menunjang dalam asuhan

keperawatan ini antara lain adanya kerjasama yang baik antara perawat

dengan dokter spesialis anak, tersedianya sarana dan prasarana di ruangan

yang menunjang dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dan penerimaan

adanya penulis, keterbukaan dan keramahan serta kesiapan klien untuk

bekerja sama dengan perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

Adapun hambatan yang penulis hadapi antara lain keadaan klien yang

lemah tidak memungkinkan berada pada kondisi yang fit dan selaras.

Masalah hipovolemia berhubungan dengan diare yang sudah penulis

berikan intervensi keperawatan sudah terlaksana, namun kondisi pasien

belum membaik secara optimal. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun

tindakan keperawatan sudah dilakukan, kondisi pasien belum membaik

secara optimal karena kondisi An. K yang masih berusia 6 bulan, yang

mana pada kondisi ini belum optimalnya fungsi dari sistem pencernaan

66
yang mengakibatkan anak rentan terserang penyakit. mengingat

sebelumnya An.K juga pernah masuk ke RS karena menderita diare.

Karena kondisi ini juga sangat mempengaruhi kesembuhan klien. Kendala

lainnya yang penulis alami saat memberikan asuhan keperawatan adalah

kurangnya waktu asuhan keperawatan yang penulis berikan. Dapat penulis

simpulkan bahwa evaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan pada

kasus ini adalah masalah belum teratasi yang dibuktikan dengan data BAB

masih cair, frekuensi BAB menjadi 3 kali dalam sehari, feses masih cair

dan kuning, klien masih lemah, mata masih cekung, nadi masih lemah.

intervensi keperawatan masih sesuai dan relevan sehingga intervensi harus

tetap di pertahankan dan di lanjutkan bahkan sampai klien pindah ruangan

perawatan agar penyembuhan pasien juga lebih cepat teratasi.

67
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis menbahas, menegakkan asuhan keperawatan dan melaksanakan

pengkajian langsung terhadap pasien serta membahas permasalahan yang timbul

pada bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis tertarik untuk menarik

kesimpulan serta memberikan beberapa masukan atau saran yang diharapkan

dapat bermanfaat bagi kemajuan asuhan keperawatan pada anak dengan diare

dimasa yang akan datang.

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan diare,

maka dapat penulis simpulkan bahwa :

1. Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 28 oktober sampai dengan 30

oktober 2019. Klien bernama An. K umur 6 bulan, kondisi An. K tampak

lemah, pucat, GCS E: 4, V: 5, M: 6, disertai dengan dehidrasi sedang.

Tanda tanda vital pada An. K pertama masuk meliputi TD : 100/60

mmHg, N : 100 x/menit, suhu : 38 C, RR : 24 x/menit. Keluhan utama

An.K adalah mual, muntah sudah 3 kali, BAB cair sudah 5 kali dan

demam. Diagnosa medis diare.

2. Setelah penulis membandingkan pengkajian secara teoritis dengan hasil

pengkajian dilapangan, penulis menemukan perbedaan dari hasil

pengkajian yang diberikan dan teori. Persamaan antara pengkajian dengan

teori yaitu didapatkan diagnosa keperawatan hipovolemia, hipertermia,

68
gangguan integritas kulit dan defisit nutrisi. Perbedaan yang penulis

dapatkan adalah pada An.K tidak ada diagnosa nyeri dan gangguan pola

tidur karena tidak ditemukan data yang relevan untuk diangkat.

3. Faktor pendukung yang ada didalam penyelesaian asuhan keperawatan

yang diberikan adalah kerjasama yang baik antara perawat dengan dokter

spesialis anak, tersedianya sarana dan prasarana di ruangan yang

menunjang dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dan penerimaan

adanya penulis, keterbukaan dan keramahan serta kesiapan keluarga klien

untuk bekerja sama dengan perawat dalam melaksanakan asuhan

keperawatan kepada pasien. Adapun hambatan yang penulis hadapi antara

lain keadaan klien yang lemah tidak memungkinkan berada pada kondisi

yang fit dan selaras dan kurangnya waktu asuhan keperawatan yang

penulis coba berikan kepada klien.

4. Asuhan keperawatan pada An. K dengan diare penulis berikan selama 3

hari, terhitung sejak tanggal 28 Oktober 2019 s/d 30 Oktober 2019

diruang Anak RSIA Anugrah Pontianak, penulis menemukan 4 diagnosa

keperawatan seperti :

a. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

b. Hipertermia berhubungan dengan inflamasi dan peningkatan leukosit

c. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan kelembapan kulit

daerah perianal

d. Defisit nutrisi berhubungan dengan mual, muntah

69
5. Evaluasi keperawatan pada An.K dengan diare hasilnya adalah sebagai

berikut : masalah hipovolemia belum teratasi, hipertermia teratasi

sebagian, gangguan integritas kulit teratasi sebagian dan defisit nutrisi

teratasi sebagian.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka penulis dapat memberikan

saran sebagai pertimbangan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan

pada anak dengan diare. Adapun saran saranya adalah sebagai berikut :

1. Bagi pihak Rumah Sakit

Diharapkan pihak Rumah Sakit mampu membuat manajemen

penatalaksanaan asuhan keperawatan pada anak dengan diare yang terarah

dan fasilitas yang lebih memadai guna menyembuhkan pasien agar

terhindar dari komplikasi lebih lanjut.

2. Bagi pihak Perawat

Diharapkan seorang perawat selalu berlandaskan pada konsep teoritis

yang disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi tanpa mengabaikan

kondisi klien itu sendiri, sehingga bisa memodifikasi intervensi

keperawatan yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien, dan

hendaknya seorang perawat selalu menjadikan hal-hal baru yang

didapatinya itu sebagai pelajaran yang berharga untuk dirinya sehingga

dengan adanya pembelajaran ini diharapkan mampu menjadikan perawat

lebih siap dan dapat memberikan asuhan keperawatan yang profesional

70
dalam menangani anak dengan diare apabila dikemudian hari berhadapan

dengan kasus yang serupa.

3. Bagi pihak Institusi Keperawatan

Diharapkan seiring dengan perkembangan teknologi informasi

khususnya dibidang kesehatan, hendaknya setiap institusi dapat

memaksimalkan perannya sebagai wadah pencetak tenaga profesional

dengan memperhatikan perkembangan dari kondisi medan yang nantinya

akan mereka lalui agar institusi dapat lebih membekali mahasiswanya

dengan teori dan praktek dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang

terkait dengan masalah kesehatan.

4. Bagi Mahasiswa

Diharapkan bagi calon tenaga perawat profesional, hendaknya

mahasiswa keperawatan dapat mempergunakan wadah tempat mereka

menimba ilmu dengan semaksimal mungkin, agar nantinya mahasiswa

lebih siap dan mampu mengaplikasikan ilmu keperawatan dengan sebaik-

baiknya apabila mereka telah terjun ke lapangan praktek.

5. Bagi Pasien

Pelaksanaan asuhan keperawatan tidak lepas dari dukungan dan

peran serta pasien, hendaknya pasien dapat memanfaatkan perannya

dengan sebaik-baiknya. Pasien diharapkan bisa memberikan keterangan

mengenai kondisinya secara keseluruhan guna terciptanya pelayanan

kesehatan yang efektif.

71
DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. (2015). Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta : CV Sagung


Seto.
Asmadi. (2019). Kumpulan Tips Pediatrik. Jakarta : Ikatan Dokter Anak
Indonesia.
Buku Bagan MTBS. (2018). Penatalaksaanaan Diare Pada Anak.
Buku SDKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia).
Carman. (2016). Analisis Kebutuhan Program Pencegahan Diare Pada Anak
Berusia di Bawah Dua Tahun volume 24. Yogyakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar. Riskesdas. Direktoran
Peneliti dan Pengembangan, Kementrian Kesehatan RI.
Dinkes Provinsi Kalbar (2018). Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat.
Dinkes Kalbar
Guyton & Hall. (2018). Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Hazinski. (2013). Kapita Selekta Kedokteran (Edisi 3) Jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI.
Hidayat. (2018). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktek Volume 2 Edisi 4. Jakarta : EGC.
Iqbal, M. (2018). Asuhan Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Irianto, K. (2014). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6,


Volume 3. Jakarta : EGC.
Jurnal Keperawatan Indonesia. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Diare.
Kamalia. (2016). Berita Kedokteran Masyarakat. Yogyakarta.
Khalili. (2019). Pengantar Ilmu Keperawatan anak Buku 2. Jakarta : Salemba
Medika.
Khalid. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gastroentretis. Jakarta :
EGC.

72
Khotijah. (2015). Faktor Risiko Diare Akut pada Balita.Berita Kedokteran
Masyarakat. Vol. 27.
Mansjoer, D. (2015). Faktor Risiko Diare Pada Bayi dan Balita di Indonesia :
Systematic Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat.
Makara Kesehatan. Vol.11.
Mita. (2017). Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare Akut Pada Anak 0 – 35 Bulan
(Batita) di Kabupaten Bantul Tahun 2017. Tesis, Universitas Gadjah Mada :
Yogyakarta.
Mufidah. (2018). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa Keperawatan. DIVA Press :
Yogyakarta.
Ngastiyah. (2015). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Medika :
Jakarta.
Nursalam. (2015). Asuhan Keperawatan Anak : Gangguan Sistem
Gastrointestinal. Salemba Medika : Jakarta.
Pearce. (2015). Anatomi Fisiologi Manusia Jilid 2. Jakarta : EGC.
Prescilla. (2016). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol. 2. EGC : Jakarta.
Riyadi, Sukarmin. (2018). Gastroenterologi. Sagung Seto : Jakarta.
Sanusingawi. (2011). Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Salemba Medika :
Jakarta.
Soegijanto. (2012). Buku Ajar Keperawatan Pediatri vol.1. Jakarta : EGC.
Survei Kesehatan Rumah Tangga. (2017). Profil Kesehatan Rumah Tangga.
Suriadi. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : EGC.
Suriyadi, Y. (2015). Keperawatan Anak dan Tumbuh Kembang ( Pengkajian dan
Pengukuran). Yogyakarta : Medical Book.
Studi mortalitas dan Riset kesehatan Dasar. (2018). Profil Kesehatan Indonesia.
Swester, F. (2015). Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta : EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
WHO. (2017).
Wicaksono. (2015). Kapita Selekta Gastroenterologi. Jakarta : Sagung Seto.
Wong. (2017). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Jakarta : EGC.

73
LEMBAR KONSULTASI KIA

Nama : Aprelia Afiati


NIM : SRP19316113
Judul KIA : Asuhan Keperawatan Pada An.K dengan Diare Di Ruang Anak
RSIA Anugrah Pontianak
Pembimbing : Lilis Lestari, M.Kep

No. Tanggal Materi Bimbingan Paraf Pembimbing


1. 15/11/2019 Pengajuan Judul KIA

2. 20/11/2019 Konsultasi kasus KIA

3. 25/11/2019 Konsultasi BAB 1

4. 30/11/2019 Konsultasi BAB 1-3

5. 2/2/2020 Revisi BAB 1-3

6. 12/5/2020 Konsultasi BAB 1-5

7. 20/5/2020 Perbaikan BAB 2

8. 22/5/2020 Perbaikan BAB 3 (askep)

9. 27/5/2020 Perbaikan BAB 4

10. 23/6/2020 ACC

74
BIODATA PENULIS

Nama : Aprelia Afiati

Tempat Tanggal Lahir : Ngabang, 15 April 1998

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Status Dalam Keluarga : Anak ke 1 dari 2 bersaudara

Alamat Penulis : Jalan Padat Karya No. 84 Dusun Tungkul Desa

Hilir Kantor Kecamatan Ngabang Kabupaten

Landak

No. Hp : 082125723585

Email : apriliaafiati29@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 69 Emplasmen

2. SMP Negeri 1 Ngabang

3. MAN 1 Ngabang

4. Sejak Tahun 2015 Kuliah di STIK

Muhammadiyah Pontianak Prodi S1

Keperawatan

75

Anda mungkin juga menyukai