Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare merupakan salah satu penyakit infeksi pada balita (Sanusingawi,

2011). Diare lebih dominan menyerang balita karena daya tahan tubuh balita

yang masih lemah sehingga balita sangat rentan terhadap penyebaran virus

penyebab diare. diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan,

bertambah cairan, atau bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan

tetapi hal itu sangat relatif terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan

berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila diare berlangsung antara

satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan

(Soegijanto, 2002).

Diare umumnya disebabkan oleh beberapa kuman usus, yaitu rotavirus,

escherichia coli, shigella dan salmonella. ada beberapa faktor yang dapat

meningkatkan resiko terjadinya diare pada anak seperti tidak memberikan ASI

secara penuh untuk 4 - 6 bulan pertama dari kehidupan, menggunakan botol

susu yang kurang bersih, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, air

minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci tangan sesudah buang air

besar maupun sesudah membuang tinja atau sebelum menjamah makanan

(Nursalam, 2015).

Di dunia, diperkirakan sekitar 2,5 miliar orang mempunyai akses

kebersihan yang buruk. Berbagai faktor dapat mempengaruhi terjadinya diare

1
maupun meningkatkan risiko rawat inap anak dengan diare. Faktor risiko yang

berhubungan dengan diare pada anak antara lain tingkat pendidikan,

pengetahuan orang tua dan tindakan pencegahan terhadap diare (Kamalia,

2016). Begitu juga penelitian Khalili (2019), juga menjelaskan bahwa salah

satu faktor risiko yang menyebabkan pasien diare dirawat di rumah sakit di

negara berkembang adalah tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan serta

tindakan pencegahan orang tua yang rendah tentang diare.

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi mortalitas

dan Riset kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih

menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Prevalensi tertinggi

diare terdeteksi pada anak balita usia 1-4 tahun (16,7%) dan merupakan

penyebab tertinggi kematian anak balita usia 12-59 bulan (25,2%). Hal ini

terjadi karena anak dalam kelompok umur ini mulai aktif bermain dan berisiko

terkena infeksi. Masih tingginya angka kesakitan dan kematian karena diare

terutama di Negara berkembang telah menjadi perhatian PBB sehingga

penurunan angka kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai

dengan 2015 merupakan salah satu target yang tertuang dalam Millenium

Development Goals (MDG’s) 2015.

Berdasarkan data Dinkes Provinsi Kalbar (2018), khususnya di Kota

Pontianak, kasus diare pada tahun 2018 masih banyak terjadi dengan jumlah

kasus sebanyak 2.565 dengan presentase 2,0%. Mengingat hal ini, penyakit

diare masih menjadi penyebab kematian tertinggi pada balita setelah ISPA

(Departemen Kesehatan (DepKes), 2013). sebelumnya, peningkatan upaya

2
kontrol penyakit diare sendiri telah lama di upayakan oleh pemerintah

Indonesia untuk penekanan angka kejadian diare. Upaya-upaya yang dilakukan

oleh pemerintah seperti adanya program-program penyediaan air bersih dan

sanitasi total berbasis masyarakat. Adanya promosi pemberian ASI esklusif

sampai enam bulan, termasuk pendidikan kesehatan spesifik dengan tujuan bisa

meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan menurunkan kematian yang

disebabkan oleh penyakit diare.

Penanganan Balita dengan diare harus dimulai di tingkat rumah tangga

diantaranya adalah dengan pemberian Oralit atau LGG serta suplemen Zinc.

WHO dan Departemen Kesehatan RI (2017), telah menggalakkan penggunaan

oralit formula baru dan suplemen Zinc dalam tata laksana diare sejak tahun

2004. Namun demikian, penatalaksanaan diare dengan Oralit dan Zinc ini

belum menunjukkan perbaikan dan belum sesuai dengan harapan.

Penatalaksanaan diare akut (tanpa darah) yang dapat dilakukan di rumah

tangga bertujuan mencegah dehidrasi dan malnutrisi (WHO, 2017).

Rumah Sakit Ibu dan Anak Anugrah Pontianak merupakan rumah sakit ibu

dan anak swasta yang ada di Kota Pontianak. Pada bulan Oktober 2019 selama

2 minggu mahasiswa STIK Muhammadiyah Pontianak praktik di dua ruangan

yaitu di Ruang Anak dan Ruang Perinatology untuk mata ajar stase

keperawatan anak.

Pada bulan Oktober 2019, penulis sedang praktek diruangan anak RSIA

Anugrah Pontianak dan penulis menemukan pasien anak dengan diare yang

berusia 6 bulan. Berdasarkan kasus diare pada bulan November 2019 terdapat 5

3
kasus GEA pada anak/bayi di ruang anak RSIA Anugrah Pontianak.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk

mengambil kasus asuhan keperawatan anak dengan diare untuk menjadi bahan

penulisan Karya Ilmiah Akhir. mengingat diare masih menjadi penyebab

kematian pada bayi/balita. Oleh karena itu, peneliti mencoba memberikan

asuhan keperawatan pada An. K di ruang Anak RSIA Anugrah Pontianak

dengan masalah keperawatan utama adalah hipovolemia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data diatas, rumusan masalah dalam Karya Ilmiah Akhir ini

adalah “ Bagaimanakah asuhan keperawatan pada An. K dengan diare di ruang

Anak RSIA Anugrah Pontianak?”.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan Umum dari penulisan Karya Ilmiah Akhir ini adalah untuk

memberikan gambaran asuhan keperawatan pada An. K dengan diare di

ruang Anak RSIA Anugrah Pontianak.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mendeskripsikan pengkajian tentang asuhan keperawatan An. K

dengan diare di ruang Anak RSIA Anugrah Pontianak.

b. Untuk mendeskripsikan analisa data tentang asuhan keperawatan An. K

dengan diare diare di ruang Anak RSIA Anugrah Pontianak.

4
c. Untuk mendeskripsikan diagnosa keperawatan tentang asuhan

keperawatan pada An. K dengan diare di ruang Anak RSIA Anugrah

Pontianak.

d. Untuk mendeskripsikan intervensi tentang asuhan keperawatan An. K

dengan diare diare di ruang Anak RSIA Anugrah Pontianak.

e. Untuk mendeskripsikan implementasi tentang asuhan keperawatan An.K

dengan diare di ruang Anak RSIA Anugrah Pontianak.

f. Untuk mendeskripsikan evaluasi tentang asuhan keperawatan An. K

dengan diare di ruang Anak RSIA Anugrah Pontianak.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Karya Ilmiah akhir ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan

kesehatan asuhan keperawatan dengan diare khususnya di ruang Anak

RSIA Anugrah Pontianak.

2. Bagi Instansi Pendidikan

Diharapkan hasil penulisan Karya Ilmiah Akhir ini bisa bermanfaat bagi

instansi dalam memberikan gambaran aplikasi asuhan keperawatan dengan

diare pada anak.

3. Bagi Pasien

Diharapkan, pasien dapat menerima Asuhan Keperawatan dengan

pemberian implementasi keperawatan pada kasus diare.

5
4. Bagi Peneliti

Hasil penulisan Karya Ilmiah Akhir ini bisa digunakan penulis selanjutnya

untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan penulis.

5. Bagi Profesi Kesehatan

Karya Ilmiah Akhir ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu bagi

profesi keperawatan dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang

asuhan keperawatan pada anak dengan diare.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada Karya Ilmiah Akhir ini terdiri dari lima (5) bab

dengan sistematika penulisan yaitu pada BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar

belakang yang berisi tentang alasan mengangkat kasus, jumlah kasus,

kemudian terdapat rumusan masalah, tujuan yang terbagi menjadi tujuan umum

dan tujuan khusus, manfaat dan yang terakhir yaitu sistematika penulisan. Pada

BAB II Landasan Teoritis, terdiri dari definisi, etiologi dan konsep masalah,

lainnya, kemudian konsep asuhan keperawatan secara teoritis pada klien

dengan Diare.

Pada BAB III Asuhan Keperawatan, terdiri dari pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan

evaluasi. Pada BAB IV Pembahasan, terdiri dari pembahasan proses asuhan

keperawatan yang diberikan kepada klien dengan Diare mulai dari pengkajian

hingga evaluasi, kemudian pembahasan tentang praktik profesi keperawatan

dalam pencapaian target kompetensi. Kemudian yang terakhir, BAB V Penutup

6
yang terdiri dari kesimpulan dari asuhan keperawatan yang telah dilakukan dan

saran dari penulis.

7
BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Masalah Keperawatan Utama

1. Definisi Hipovolemia

Hipovolemia atau kekurangan volume cairan adalah suatu kondisi

ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi cairan dan elektrolit

di ruang ekstrasel, namun proporsi antar keduanya (cairan dan elektrolit)

mendekati normal (Iqbal, 2016). Respon patologis penting dari

gastroenteritis dengan diare adalah dehidrasi. Dehidrasi dalah suatu

gangguan dalam keseimbangan air yang disebabkan output melebihi input

sehingga jumlah air pada tubuh berkurang. Meskipun yang hilang adalah

cairan tubuh, tetapi dehidrasi juga disertai gangguan elektrolit. Dehidrasi

dapat terjadi karena kekurangan air, kekurangan natrium, serta

kekurangan air dan natrium secara bersama-sama (Prescilla, 2016).

B. Definisi Diare

Diare atau Gastroenteritis adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari

dengan atau tanpa lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang timbul

secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang

sebelumnya sehat (Mansjoer, dkk, 2015 dalam Wicaksono, 2015). Menurut

Hazinski (2013), Diare adalah ketika terjadi perubahan tiba-tiba pada

frekuensi dan konsistensi buang air besar.

8
Mufidah (2018), menyatakan bahwa Gastroenteritis merupakan sindrom

penyakit yang ditandai oleh perubahan bentuk konsistensi tinja, serta

bertambahnya frekuensi buang air besar (hingga 3 kali atau lebih dalam

sehari), dengan tinja yang encer berwarna hijau ataupun dapat bercampur

lendir dan darah atau hanya lendir saja. Sedangkan menurut Guyton & Hall

(2018), Gastroenteritis merupakan suatu peradangan yang biasanya yang

disebabkan baik oleh virus maupun bakteri pada traktus intestinal.

C. Etiologi Diare

Mufidah (2012), menyatakan bahwa penyebab terjadinya diare disebabkan

oleh berbagai faktor, antara lain :

a. Faktor Infeksi

Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman)

yang masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang

dalam usus dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan

daerah permukaan intestinal sehingga terjadintya perubahan kapasitas dari

intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dalam

absorbsi cairan dan elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan

menyebabkan sistem transport terjadi menjadi aktif dalam usus, sehingga

sel mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan elektrolit

akan meningkat.

9
1) Infeksi virus

a) Retavirus ini merupakan penyebab tersering diare akut pada bayi,

yang didahului atau disertai dengan muntah dan timbul sepanjang

tahun,

b) Enterovirus ini biasanya timbul pada musim panas.

c) Adenovirus ini timbul sepanjang tahun yang menyebabkan gejala

d) pada saluran pencernaan dan pernafasan.

2) Infeksi parenteral

Infeksi parenteral adalah infeksi dibagian tubuh lain diluar sistem

pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), bronkopneumonia,

ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terjadi pada bayi dan anak di

bawah 2 tahun.

3) Infeksi bakteri

Jenis jenis bakteri pada diare antara lain :

a) Stigella

b) Salmonella

c) Escherichia coli

d) Campylobacter

e) Yersinia Enterecolitica

b. Faktor Malabsorbsi

Malabsorbsi adalah kegagalan tubuh dalam melakukan absorbs yang

mengakibatkan tekanan osmotik meningkat kemudian akan terjadi

10
pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi

rongga usus sehingga terjadilah gastroenteritis atau diare.

1) Malabsorbsi karbohidrat

2) Malabsorbsi lemak

3) Malabsorbsi protein : asam amino, B – laktoglobulin

c. Faktor makanan

Diare dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu menyerap

makanan dengan baik dan mengakibatkan peningkatan peristaltic usus

yang akhirnya menyebabkan penurunan kesempatan untuk menyerap

makanan. Seperti : Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk

allergy, food allergy, down milk protein senditive enteropathy (CMPSE).

d. Faktor psikologi

Faktor psikologi ini Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan

peristaltik usus yang dapat mempengaruhi proses penyerapan makanan.

D. Pathogenesis Diare

Menurut Ngastiyah (2015), mekanisme dasar yang menyebabkan

timbulnya diare adalah :

1. Gangguan osmotik

Gangguan osmotik terjadi karena terdapatnya makanan atau zat yang

tidak dapat diserap yang menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga

usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam

11
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus

untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

2. Gangguan Sekresi

Gangguan ini terjadi karena rangsangan tertentu (missal oleh toksin) pada

dinding usus yang mengakibatkan terjadinya peningkatan sekresi air dan

elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena

terdapat peningkatan isi rongga usus.

3. Gangguan Motilitas Usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus

menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik

usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang

selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

E. Klasifikasi Diare

Diare dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis antara lain :

1. Diare Dehidrasi Berat

Diare dehidrasi berat adalah diare yang disertai dengan letargis atau

mengantuk, tidak sadar, mata cekung, serta turgor kulit jelek.

Penatalaksanaanya yaitu lakukan pemasangan infus, berikan cairan IV

RL, pemberian ASI sebaiknya tetap diberikan, pertahankan agar bayi

dalam keadaan hangat dan kadar gula tidak turun.

2. Diare Dehidrasi Sedang atau Ringan

Diare ini mempunyai tanda seperti atau rewel, mata ceung serta

turgor kulit jelek. Penatalaksanaannya berikan ASI lebih sering dan lebih

12
lama untuk setiap kali pemberian, berikan oralit, ajari ibu cara membuat

oralit, lanjutkan pemberian ASI, berikan penjelasan kapan harus segera di

bawa kepetugas kesehatan.

3. Diare Tanpa Dehidrasi

Diare Tanpa dehidrasi jika hanya ada salah satu tanda pada dehidrasi

berat atau ringan. Penatalaksanaannya berikan ASI lebih sering dan lebih

lama setiap kali pemberian, berikan cairan tambahan yaitu berupa oralit

atau air matang sebanyak bayi mau, ajari ibu cara membuat larutan oralit

dengan memberikan 6 bungkus oralit, anjurkan pada ibu jumlah oralit

yang diberikan sebagai tambahan cairan, anjurkan untuk meminum sedikit

tapi sering.

4. Diare Persisten

Diare persisten adalah diare sudah lebih dari 14 hari. Tindakan dan

pengobatan untuk mengatasi masalah diare persisten dan disentri dalam

manajemen balita sakit adalah sebagai berikut atasi diare sesuai dengan

tingkat diare dan dehidrasi, pertahankan kadar gula agar tidak menurun,

anjurkan agar bayi tetap hangat, lakukan rujukan segera.

5. Disentri

Disentri adalah diare yang disertai darah pada tinja dan tidak ada tanda

gangguan saluran pencernaan. Tindakan dan pengobatan sama dengan

diare persisten.

13
F. Manifestasi Klinis Diare

Menurut Nursalam (2018), tanda dan gejala diare adalah sebagai berikut :

Tanda dan Gejala Klasifikasi

Terdapat dua atau lebih tanda-tanda Diare dehidrasi berat


berikut :
1. Letargis
2. Mata cekung
3. Tidak bisa minum atau malas
minum
4. Cubitan kulit perut kembalinya
sangat lambat
Terdapat dua atau lebih tanda-tanda Diare Dehidrasi Ringan/sedang
berikut :
1. Gelisah, rewel, mudah marah
2. Mata cekung
3. Haus Diare dehidrasi ringan/sedang
4. Cubitan kulit perut kembali
lambat.
Tidak ada tanda-tanda untuk Diare tanpa dehidrasi
diklasifikasikan sebagai dehidrasi
berat atau ringan/sedang.
Diare selama 14 hari atau lebih Diare Persisten Berat
disertai dengan dehidrasi.
Diare selama 14 hari atau lebih Diare Persisten
tanpa disertai dengan dehidrasi.
Terdapat darah dalam tinja (berak Disentri
bercampur darah).

Secara Umum, tanda dan gejala diare adalah :

1. sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer

14
2. dehidrasi (turgor kulit jelek)

3. demam

4. nafsu makan berkurang

5. mual dan muntah

6. anoreksia

7. lemah

8. Pucat

9. nyeri abdomen

hal hal yang perlu diperhatikan pada saat menentukan derajat dehidrasi pada

anak dan bayi menggunakan Skor Maurice King adalah :

1. untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dicubit selama 30-60

detik kemudian dilepas kembali. Bila kulit kembali normal dalam waktu 1

detik, maka anak menderita dehidrasi ringan bila kembali dalam 1-2 detik,

anak menderita dehidrasi sedang, jika lebih dari 2 detik maka anak

menderita dehidrasi berat.

2. Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan skor yang diperoleh

penderita. Skor 0-2 menunjukkan dehidrasi ringan, skor 3-6 dehidrasi

sedang dan skor 7-12 dehidrasi berat. Nilai atau gejala tersebut adalah

gejala yang terlihat pada dehidrasi isotonic dan hipotonik.

3. Pada anak anak dengan ubun ubun besar yang sudah menutup, penilaian

dehidrasi dapat diganti dengan menilai banyaknya frekuensi buang air

kecil.

G. Komplikasi Diare

15
Diare dapat menimbulkan komplikasi yaitu sebagai berikut :

1. Dehidrasi

2. Hipovolemia

3. Kejang

4. Bakterimia

5. Malnutrisi

6. Hipoglikemia

7. Perubahan tanda-tanda vital

8. tidak adanya pengeluaran urine

Menurut Suriyadi dan Yuliani (2005) akibat diare dan kehilangan cairan

serta elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai

berikut (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, hipertonik).

H. Penatalaksanaan Diare

Menurut Hidayat (2015), penatalaksanaan atau penanggulangan diare di

rumah antara lain :

1. Memberi tambahan cairan

Berikan cairan lebih sering dan lebih lama pada setiap kali

pemberian, jika anak memperoleh ASI eksklusif berikan oralit atau air

matang sebagai tambahan. Anak yang tidak memperoleh ASI berikan 1

atau lebih cairan seperti oralit, cairan makanan (kuah, sayur , air tajin)

atau air matang.

2. Memberi makanan

16
Saat diare anak harus tetap diberi makanan yang memadai, jangan pernah

mengurangi makanan yang biasa dikonsumsi anak, termasuk ASI dan

susu. Hindari makanan yang dapat merangsang pencernaan anak seperti

makanan yang asam, pedas atau buah-buahan yang mempunyai sifat

pencahar. Bila diare terjadi berulang kali, balita atau anak akan

kehilangan cairan atau dehidrasi yang ditandai dengan :

a. Anak menangis tanpa air mata

b. Mulut dan bibir kering

c. Selalu merasa haus

d. Air seni keluar sedikit dan berwarna gelap, ada kalanya tidak keluar

sama sekali

e. Mata cekung dan terbenam

f. Bayi tanda dehidrasi bisa dilihat dari ubun-ubun yang menjadi cekung

g. Anak mudah mengantuk

h. Anak pucat dan turgor tidak baik

I. Pemeriksaan Penunjang Diare

Pemeriksaan laboratorium yang meliputi :

1. Pemeriksaan tinja yang terdiri dari :

a. Mikroskopis dan Makroskopis

b. PH dan kadar gula dalam tinja

c. Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi

2. Pemeriksaan darah meliputi :

17
a. PH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium,

Kalsium, dan Fosfor)

b. Kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui foal ginjal

3. Doudenal intubation

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara

kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

J. Pengkajian Diare

1. Head To Toe / Per Sistem

Pemeriksaan fisik pada anak dengan diare adalah :

a. Pengukuran panjang badan, berat badan, lingkar lengan, lingkar kepala

dan lingkar abdomen.

b. Keadaan umum meliputi apakah klien lemah, gelisah, rewel, lesu,

kesadaran menurun.

c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada

anak umur 1 tahun lebih.

d. Mata meliputi apakah mata anak cekung , kering atau sangat cekung.

e. Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis dan kondisi lidah

bersih.

f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limpe, tidak ada

pembesaran vena jugularis dan tidak ada kaku kuduk.

g. Telinga : telinga simetris, tidak ada benjolan, lubang telinga bersih,

tidak ada fraktur.

18
h. Sistem pencernaan meliputi apakah mukosa mulut kering dan distensi

abdomen

i. Kaji apakah gerakan peristaltic meningkat >35x / mnt , nafsu makan

menurun, mual muntah , minum normal atau tidak , minum sedikit atau

tidak.

j. Sistem pernafasan meliputi apakah ada dispnea pernafasan cepat >

40x/menit karena asidosis metabolik (kontraksi otot pernafasan) atau

tidak?

k. Sistem kardiovaskuler meliputi kaji apakah nadi cepat >120x/menit

dan lemah, tensi menurun pada diare sedang.

l. Sistem integument meliputi kaji apakah warna kulit pucat, turgor kulit

menurun > 2detik, suhu meningkat > 37, 5 C, akral hangat , akral

dingin (waspada syok), capillary refiil time memanjang > 2detik dan

lihat apakah ada kemerahan pada daerah perianal atau tidak.

m. Sistem perkemihan meliputi lihat apakah urin produksi oligura sampai

anuria (200-400 ml/24 jam) , frekuensi berkurang dari sebelum sakit

n. Dampak hospitalisasi meliputi apakah semua anak sakit yang dirawat

bisa mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu

bermain, terhadap tindakan intensif meliputi respon yang di tunjukan

adalah protes, putus asa dan kemudian menerima.

o. Sistem musculoskeletal meliputi :

1) Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada nyeri dan kelainan tulang

19
2) Palpasi : tidak adanya kelainan tulang dan sendi, kekuatan otot 5

Menurut Wong (2009) ditemukan pengkajian anak yang mengalami

Gastroenteritis, yaitu :

a. Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan pada anak dengan diare berdasarkan

gejala yang timbul dan riwayat kesehatan pada pasien diare seperti

apaka ada mengkonsumsi makanan atau air yang terkontaminasi,

infeksi ditempat lain (misalnya pernafasan, infeksi saluran kencing),

sedangkan gejala yang sering muncul pada pasien diare yaitu muntah,

BAB cair, frekuensi BAB lebih dari 3 kali, jumlah dan karakteristik

Tinja yang keluar. Pengkajian fisik yang dilakukan secara umum yaitu

observasi adanya menifestasi Gastroenteritis akut dan penyebabnya

infeksi Gastroenteritis akut, kaji status dehidrasi, kulit, warna, suhu

tubuh, turgor, membrane mukosa, air mata dan saliva, bola mata,

fontanel dan nadi.

b. Identitas

Umumnya diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden

paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan.Kebanyakan kuman

usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu

menjelaskan penurunan insiden penyakit pada anak yang lebih besar.

Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk,

kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman

menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status

20
ekonomi juga mempengaruhi terutama dilihat dari pola makan dan

perawatanya.

c. Keluhan utama

d. Tanyakan apakah BAB lebih dari 3 kali atau tidak?

e. Riwayat penyakit sekarang

Tanyakan apakah BAB warna kuning kehijauan, bercampur lender dan

darah atau lender saja, konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali,

waktu pengeluaran 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari (diare

berkepanjangan) dan lebih dari 14 hari (diare kronis).

f. Riwayat penyakit terdahulu

Tanyakan apakah pernah mengalami diare sebelumnya, pemakaian

antibiotic atau kortikosteroid jangka panjang, alergi makanan, ISPA,

ISK, OMA dan juga Campak.

g. Riwayat perkembangan anak

h. Riwayat persalinan meliputi :

1) Riwayat kehamilan : tanyakan penyakit infeksi yang pernah

diderita ibu selama kehamilan

2) Riwayat persalinan : apakah usia kehamilan cukup, lahir

premature, riwayat persalinan dan APGAR skor.

i. Riwayat imunisasi

j. Pola eliminasi

21
Pada BAB juga mengalami gangguan karena terjadi peningkatan

frekuensi, dimana konsistensi lunak sampai cair, volume tinja dapat

sedikit atau banyak. Tanyakan juga buang air kecil mengalami

frekuensi dari biasanya atau tidak.

k. Pola aktifitas meliputi aktifitas klien menurun, diam, kadang tampak

lemah

l. Personal hygiene : biasanya mengalami gangguan karena sering BAB

m. Riwayat nutrisi

Kaji apakah pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti

orang dewasa, tanyakan porsi yang diberikan 3 kali setiap hari degan

tambahan buah dan susu.

n. Riwayat kesehatan keluarga

Tanyakan apakah ada keluarga pasien yang menderita diare

sebelumnya.

o. Riwayat kesehatan lingkungan

Tanyakan apakah penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang

menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.

2. Pengkajian Tambahan

Pemeriksaan tambahan pada anak dengan diare meliputi :

a. Pemeriksaan Penunjang

1) Laboratorium meliputi :

a) pemeriksaan Feses kultur : bakteri, virus, parasit, candida

22
b) Serum elektrolit meliputi pemeriksaan hiponatremi,

hipernatremi dan hipokalemi.

c) AGD meliputi pemeriksaan asidosis metabolik, ph menurun,

pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun.

d) Faal ginjal meliputi pemeriksaan UC meningkat atau tidak.

2) Radiologi

Apakah mungkin ditemukan bronchopneumonia pada anak dengan

diare.

23
K. Patofisiologi Diare

Proses terjadinya gastroenteritis dapat disebabkan oleh berbagai faktor

yaitu faktor infeksi, kedua faktor malabsorbsi, dan faktor makanan. Sebagian

besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena

infeksi saluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan

gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi.

Gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa.

Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus

enteris, Virus Norwalk), bakteri atau toksin, dan parasit. Beberapa

mikroorganisme pathogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, atau melekat

pada dinding usus pada Gastroenteritis akut. Mekanisme dasar penyebab

timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap

akan menyebabkan tekanan osmitik dalam rongga usus, isi rongga usus

berlebihan sehingga timbul diare).

Menurut Swester (2015), menyatakan bahwa pada dasarnya diare terjadi

ketika terdapat gangguan transportasi air dan elektrolit dalam lumen usus.

Mekanisme patofisiologi dari diare dapat berupa osmosis, sekretori, inflamasi

dan perubahan motilitas. Amin (2015), menyatakan diare yang berlangsung

tanpa penanganan medis dapat menyebabkan kematian akibat kekurangan

cairan dan elektolit dalam tubuh yang mengakibatkan renjatan hipovolemik

berupa asidosis metabolic. Asidosis metabolic ini juga bisa disebabkan karena

pembentukan asam yang berlebihan didalam tubuh, kegagalan ginjal dalam

mengekresikan asam asam organic didalam tubuh. Kehilangan cairan ini

24
menimbulkan rasa haus, berat badan menurun, mata cekung, turgor kulit

menurun, lidah dan bibi menjadi kering. Gejala ini muncul akibat deplesi air

yang isotonik. Gangguan kardiovaskuler akibat hipovolemia berat dapat

mengakibatkan tekanan darah menurun dan takikardia, pasien mulai gelisah,

wajah pucat, ujung ujung ekstremitas menjadi dingin dan sianosis. Tekanan

darah yang menurun juga mengakibatkan gangguan perfusi ginjal sehingga

terjadi perubahan eliminasi seperti anuria dan oliguria.

Tanda awal gejala dehidrasi dapat terjadi pada stadium awal yaitu Na dan

CI keluar bersama dengan cairan tubuh. Pengeluaran cairan yang terus

menerus menyebabkan terjadinya reabsorpsi yang berlebihan oleh ginjal

sehingga Na dan CI ekstrasel meningkat (hipertonik). Peningkatan osmolitas

ekstrasel ini mengakibatkan penarikan air dari dalam sel menjadi dehidrasi

sehingga terjadi stimulasi hipofisis untuk mengeluarkan hormone antidiuretic

( ADH) yang akhirnya menahan cairan dalam ginjal sehingga terjadi oliguria.

Kehilangan cairan dan elektrolit akibat dehidrasi membuat air tidak dapat

pindah dari sel ke dalam vaskuler, yang mengakibatkan cairan dalam vaskuler

berkurang. Aliran darah yang kurang ini menyebabkan tekanan darah

menurun dan terjadi syok.

Mekanisme utama terjadinya diare pada anak adalah :

1. Diare osmotic adalah suatu kondisi adanya substansi yang tidak dapat

diserap seperti gula sintesis, peningkatan osmotik di usus halus yang

mengakibatkan peningkatan tekanan osmotik dan adanya penarikan air

25
berlebih ke dalam usus halus sehingga mengakibatkan berat serta volume

feses.

2. Diare sekretorik, merupakan keberadaan mikroorganisme pathogen atau

tumor mengiritasi otot dan lapisan mukosa intetinum. Peningkatan

motilitas dan secret (air, elektrolit dan lendir) yang mengakibatkan

terjadinya diare.

3. Diare motilitas yaitu suatu kondisi inflamasi, neuropati dan obstruksi

yang menimbulkan reflex kenaikan mobilitas usus yang mendorong

keluarnya iritan dan melepaskan obstruksi. Berdasarkan gambaran

mekanisme diare diatas, gangguan yang paling serius dari penyakit ini

adalah terjadinya dehidrasi, ketidakseimbangan asam dan basa serta syok

akibat dehidrasi berat yang serius pada sistem sirkulasi dalam tubuh.

26
L. Diagnosa Keperawatan Pada Diare

Diagnosa Keperawatan pada pasien dengan diare pada anak adalah :

1. Hipovolemia b.d kehilangan cairan dan elektrolit

2. Kerusakan integritas kulit b.d BAB sering

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan intake makanan

4. Hipertermia b.d inflamasi peningkatan suhu tubuh

5. Gangguan Pola tidur b.d perasaan cemas, gelisah

6. Nyeri berhubungan dengan iritasi anus

M. Intervensi Keperawatan

1. Hipovolemia b.d kehilangan cairan dan elektrolit

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, diharapkan klien

tidak menunjukkan tanda tanda dehidrasi.

Kriteria Hasil:

a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ

b. urine normal, HT normal

c. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal

d. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik,

membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebih

27
Intervensi Keperawatan yang diberikan :

Tabel 2.1 Intervensi keperawatan SIKI PPNI

Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan


Hipovolemia berhubungan dengan 1. Timbang popok anak

kehilangan cairan dan elektrolit 2. Pertahankan catatan intake dan

Hipovolemia b.d kehilangan output yang akurat

cairan dan elektrolit 3. Monitor status hidrasi

4. Monitor tanda tanda vital

5. Kolaborasikan pemberian cairan IV

6. Monitor status cairan termasuk

intake dan output cairan

7. Monitor respon pasien terhadap

penambahan cairan

2. Kerusakan integritas kulit b.d BAB sering

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, diharapkan

integritas kulit membaik.

Kriteria Hasil :

a. Integritas kulit baik

b. Perfusi jaringan baik

Intervensi keperawatan yang diberikan adalah :

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan SIKI PPNI

28
Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan
Kerusakan integritas kulit 1. Anjurkan pasien untuk

berhubungan dengan BAB sering menggunakan pakaian longgar

2. Hindari kerutan pada tempat

tidur

3. Jaga kebersihan kulit agar tetap

Kerusakan integritas kulit bersih dan kering

berhubungan dengan BAB sering. 4. Monitor kulit akan adanya

kemerahan

5. Monitor tanda tanda vital

6. Pantau masukan cairan dan

hidrasi kulit, membran mukosa

7. Ganti posisi tiap 2 jam sekali

8. Jaga keadaan kulit agar tetap

kering dan bersih.

9. Anjurkan klien menggunakan

kompres lembab dan dingin.

10. Kolaborasi dalam

pemeriksaan laboratorium

seperti ureum, kreatinin.

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan intake makanan

Tujuan :

29
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, diharapkan status

nutrisi membaik.

Kriteria hasil :

a. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat

b. Kekuatan otot mengunyah meningkat

c. Serum albumin meningkat

d. Diare menurun

e. BB membaik

f. Nafsu makan membaik

Intervensi keperawatan yang diberikan adalah :

Tabel 2.3 intervensi keperawatan SIKI PPNI

Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan


Defisit nutrisi berhubungan dengan 1. Observasi status nutrisi dengan
a. Perubahan berat badan
penurunan intake makanan
b. Pengukuran antropometrik
c. Nilai lab (BUN, kreatinin,
protein, elektrolit serum,
transferin, kadar besi)
2. Berikan makanan sedikit dan
sering.
3. Kaji adanya alergi makanan
4. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake
5. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori

4. Hipertermia b.d inflamasi peningkatan suhu tubuh

30
Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, diharapkan

hipertermia membaik.

Kriteria hasil :

a. Menggigil menurun

b. Suhu tubuh membaik

c. Pengisian kapiler membaik

Intervensi keperawatan yang diberikan adalah :

Tabel 2.4 Intervensi keperawatan SIKI PPNI

Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan


Hipertermia b.d inflamasi 1. observasi TTV

peningkatan suhu tubuh 2. ajarkan keluarga untuk

memberikan kompres air

hangat kepada klien

3. kolaborasikan pemberian

obat paracetamol syr 3x120

mg

4. anjurkan klien untuk banyak

minum air putih

5. kolaborasi dengan dokter

spesialis anak.

5. Gangguan Pola tidur b.d perasaan cemas, gelisah

Tujuan :

31
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, diharapkan pola

tidur meningkat.

Kriteria hasil :

a. Keluhan sulit tidur menurun

b. Kemampuan beraktifitas menurun

Intervensi keperawatan yang diberikan adalah :

Table 2.5 Intervensi keperawatan SIKI PPNI

Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan


Gangguan pola tidur berhubungan 1. Kaji faktor yang mempengaruhi

dengan perasaan cemas dan gelisah kualitas tidur

2. Ciptakan lingkungan yang

tenang

6. Nyeri berhubungan dengan iritasi anus

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, diharapkan nyeri

berkurang.

Kriteria hasil :

a. Keluhan nyeri menurun

b. Gelisah menurun

c. Meringis menurun

Intervensi keperawatan yang diberikan adalah :

Tabel 4.6 Intervensi Keperawatan SIKI PPNI

32
Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan
Nyeri berhubungan dengan iritasi 1. Kaji riwayat nyeri

anus. 2. Observasi keadaan umum

pasien

3. Berikan posisi yang nyaman

4. Berikan kompres air hangat

untuk mengurangi nyeri

5. Ajarkan relaksasi nafas dalam

pada pasien

6. Kolaborasi pemberian analgetik

untuk mengurangi nyeri pada

pasien.

33
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Bab ini menggambarkan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien An. K,

dengan diare di Ruang Anak RSIA Anugrah, Pontianak. Asuhan keperawatan

dilakukan selama 3 hari mulai dari tanggal 28 oktober sampai dengan 30 oktober

2019.

A. Pengkajian

Klien bernama An. K umur 6 bulan, dirawat sejak tanggal 27 november

2019 dengan diagnosa medik disentri. Klien sebelumnya pernah masuk ke

RSIA Anugrah tanggal 22 november 2019 kemudian masuk kembali pada

tanggal 27 november 2019. Pada saat masuk ke rumah sakit, kondisi An. A

lemah, rewel dan menangis disertai dengan dehidrasi ringan. Tanda tanda

vital pada An. A pertama masuk meliputi TD : 100/60 mmHg, N : 100

x/menit, suhu : 38 C, RR : 24 x/menit.

Keluhan utama An.A pada saat dikaji, keluarga An.A mengatakan An.A

mual, muntah sudah 3 kali disertai dengan BAB cair dengan disertai tinja

berdarah berwarna kehijauan disertai ampas sudah 5 kali dan demam. Klien

sebelumnya pernah dirawat di RSIA Anugrah beberapa hari yang lalu, tetapi

masuk kembali. Keluarga klien mengatakan An.A sebelumnya pernah berobat

dengan dokter spesialis anak tetapi belum ada perubahan.

Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa :

34
a. Kepala : inspeksi : pada pemeriksaan tidak ditemukan adanya lesi, tumor,

pembengkakan, kondisi kepala normal, warna rambut kehitaman dengan

distribusi rambut sedang, kondisi kepala bersih, palpasi : tidak terdapat

nyeri tekan pada kepala anak.

b. Mata : inspeksi : mata tampak cekung,konjungtiva tampak anemis, tidak

terdapat lesi, tidak terdapat tumor, sclera tidak ikterik, pupil isokor,

palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada mata.

c. Hidung : inspeksi : kondisi hidung bersih, tidak ada tumor, tidak ada

pembengkakan, tidak ada penggunaan cuping hidung, anak masih

bernafas dengan baik, palpasi : tidak terdapat nyeri tekan.

d. Mulut : inspeksi : Mukosa bibir kering, kondisi mulut bersih, tidak

terdapat luka di mulut, tidak ada tumor di mulut, palpasi : tidak terdapat

nyeri tekan.

e. Telinga : inspeksi : kondisi telinga bersih, anak dapat mendengar dengan

baik, tidak ada cairan, nanah yang keluar dari telinga, tidak ada tumor

maupun lesi, palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada telinga anak.

f. Leher : inspeksi : tidak ada pembengkakan pada leher, palpasi : tidak

terdapat nyeri tekan pada leher.

g. Dada : inspeksi : pergerakan dada kanan dan dada kiri simetris, tidak ada

retraksi dinding dada, RR : 24 kali permenit, palpasi : tidak terdapat nyeri

tekan, auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan,

perkusi : pada saat dilakukan perkusi terdengar suara sonor.

35
h. Jantung : palpasi : tidak terdapat pembengkakan pada jantung, auskultasi :

pada saat auskultasi terdengar suara normal jantung, tidak terdapat suara

jantung tambahan.

i. Ekstremitas : inspeksi : pada saat dilakukan inspeksi terlihat simetris

antara ekstremitas bawah dan atas, tidak ada kelainan, tidak ada tumor,

tidak ada lesi, palpasi : tidak terdapat nyeri tekan.

j. Abdomen : inspeksi : tidak ada lesi atau tumor pada perut, palpasi : pada

saat dipalpasi perut anak rewel dan menangis, auskultasi : bising usus

9x/menit, perkusi : perut teraba kembung.

k. Genitalia : inspeksi : terdapat ruam kemerahan dan lecet di area sekitar

anus, pada saat dilakukan palpasi anak menangis, BAK sering dan BAB

sudah 5 kali.

l. Nutrisi : keluarga klien mengatakan anak A tidak ada nafsu makan, setiap

kali makan dan minum selalu mual dan juga muntah. Keluarga klien

mengatakan anaknya sudah mual dan muntah 3 kali dan BB klien

mengalami penurunan dari yang sebelumnya 9 kg trun menjadi 7 kg.

Pemeriksaan penunjang meliputi :

a. Pemeriksaan laboratorium

Leukosit 15,8 103 /ul 4,8 – 10,8


Eritrosit 4,42 106/ul 4,2 – 5,40
Hemoglobin 11,0 g/dl L : 14 -18

P : 12 – 16
Hematokrit 31,5 % L : 42 – 52

P : 37 – 47
Trombosit 246 103/ul 150 – 450

36
b. Pemeriksaan laboratorium feses

1) Warna : kehijauan

2) Bau : khas

3) Konsistensi : cair

4) Lendir : tidak ada

5) Darah : ada

6) Parasite : tidak ada

c. Therapy keperawatan

1) Infus RL 50 Tpm

2) Oralit

3) Paracetamol syr 3x120 mg

4) Dexamethasone (IV)

5) Propepsa syr 3x5 ml (oral)

6) Kandistatum 0,5 ml

7) L – Bro Isach

B. Diagnosis Keperawatan, Perencanaan Keperawatan, Implementasi dan

Evaluasi Keperawatan

1. Diagnosa keperawatan

Hasil analisa data menunjukkan diagnosa keperawatan An. A adalah :

a. Hipovolemia berhubungan dengan diare yang ditandai dengan BAB

sudah 5 kali dengan konsistensi cair disertai tinja berwarna kehijauan,

berdarah dan terdapat ampas, kondisi anak lemah, mata cekung, CRT

37
> 2 detik, cubitan kulit perut kembali lambat, cairan yang keluar ± 600

cc dan cairan yang keluar ± 70 cc.

b. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi yang ditandai dengan

peningkatan suhu tubuh 38 C, anak rewel dan menangis.

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi kulit daerah

anus.

d. Defisit nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah sudah 3

kali/hari, anak tampak tidak mau makan, anak rewel dan menangis,

perut kembung, bising usus 9x/menit, BB menurun.

2. Perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan

a. Hipovolemia berhubungan dengan diare

1) Perencanaan

Tujuan perawatan yang diberikan kepada An.A, setelah dilakukan

perawatan selama 3 hari defisit volume cairan pada klien dapat

teratasi dengan kriteria hasil frekuensi BAB kembali normal, TTV

dalam batas normal, tidak ada tanda tanda dehidrasi.

Intervensi keperawatan yang diberikan kepada An.A adalah :

memonitoring status dehidrasi pada An.A pukul 14.00,

mengobservasi TTV pada klien jam 15.30, memberikan cairan L-

Bro Isach jam 17.00 memberikan cairan kandistatum, oralit dan

RL serta berkolaborasi dengan dokter spesialis anak.

2) Implementasi keperawatan

38
Tindakan yang diberikan kepada An.A adalah memonitoring

status dehidrasi pada An.A pukul 14.00, mengobservasi TTV jam

15.30, memberikan terapi cairan L- Bro Isach jam 17.00,

memberikan cairan kandistatum, RL pukul 17.30 dan

berkolaborasi dengan dokter spesialis anak.

3) Evaluasi keperawatan

Respons subjektif klien pada akhir masa dinas pukul 20.00

keluarga klien mengatakan BAB masih cair, frekuensi BAB

meningkat 6 kali, respons objektif feses masih cair dan kuning,

disertai ampas, klien masih rewel dan lemah, mata masih cekung,

CRT > 2 Detik, nadi masih lemah, TD : 110/80 mmHg, cairan

keluar masih ±600 cc dan cairan masuk ± 80 cc. Analisis data

yang diperoleh masalah hipovolemia teratasi sebagian.

Perencanaan berikutnya, lanjutkan intervensi keperawatan sesuai

dengan rencana.

b. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi yang ditandai dengan

peningkatan suhu tubuh 38 C, anak rewel dan menangis.

1) Perencanaan

Tujuan perawatan yang diberikan kepada An.K , setelah dilakukan

perawatan selama 3 hari hipertermi dapat teratasi dengan kriteria

hasil suhu tubuh kembali normal, anak tidak gelisah, ttv dalam

batas normal. Intervensi keperawatan yang diberikan kepada An.K

adalah observasi TTV, ajarkan keluarga untuk memberikan

39
kompres air hangat kepada klien, kolaborasikan pemberian obat

paracetamol syr 3x120 mg, anjurkan klien untuk banyak minum

air putih, kolaborasi dengan dokter spesialis anak.

2) Implementasi

Tindakan yang diberikan kepada An.K adalah mengobservasi

TTV, ajarkan keluarga untuk memberikan kompres air hangat

kepada klien, kolaborasikan pemberian obat paracetamol syr

3x120 mg, anjurkan klien untuk banyak minum air putih,

kolaborasi dengan dokter spesialis anak.

3) Evaluasi Keperawatan

Respons subjektif klien pada akhir masa dinas pukul 20.00 adalah

keluarga klien mengatakan anaknya badannya masih panas,

keluarga klien mengatakan anaknya masih rewel karena demam

dan lemah. Respon objektif yang terlihat adalah suhu tubuh 37,9

℃, TD : 110/80 mmHg, Nadi 100x/menit, RR 40 kali/menit, anak

tampak rewel dan gelisah. Analisis data yang diperoleh

hipertermia teratasi sebagian. Perencanaan berikutnya, lanjutkan

intervensi keperawatan sesuai dengan rencana.

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi kulit daerah

anus.

1) Perencanaan

40
Tujuan perawatan yang diberikan kepada An.K, setelah

dilakukan perawatan selama 3 hari adalah integritas kulit

membaik, tidak ada kemerahan dan lecet pada luka, perfusi

jaringan baik. Intervensi keperawatan yang diberikan kepada

An.K adalah anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian

longgar, Hindari kerutan pada tempat tidur, Jaga kebersihan kulit

agar tetap bersih dan kering, Monitor kulit akan adanya

kemerahan, Monitor tanda tanda vital, Pantau masukan cairan dan

hidrasi kulit, membran mukosa, Ganti posisi tiap 2 jam sekali,

Jaga keadaan kulit agar tetap kering dan bersih, Anjurkan klien

menggunakan kompres lembab dan dingin. Kolaborasi dalam

pemeriksaan laboratorium seperti ureum, kreatinin.

2) Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan yang diberikan kepada An. K adalah

memberikan salap luka pada pasien, menganjurkan pasien untuk

menggunakan pakaian longgar, menjaga kebersihan kulit agar

tetap bersih dan kering, monitor kulit akan adanya kemerahan,

memonitor tanda tanda vital, memantau masukan cairan dan

hidrasi kulit, membran mukosa, mengganti posisi tiap 2 jam

sekali, menjaga keadaan kulit agar tetap kering dan bersih,

memberikan kompres lembab, dingin dan berkolaborasi

pemeriksaan laboratorium seperti ureum, kreatinin.

41
3) Evaluasi keperawatan

Evaluasi subjektif setelah dilakukan implementasi keperawatan

adalah keluarga klien mengatakan masih terdapat lecet dan

kemerahan pada daerah perianal. Respon objektif yang terlihat

adalah masih terdapat ruam kemerahan di area perineal, TD :

100/80 mmHg, Nadi 100x/menit, RR 40 kali permenit. Analisis

data yang diperoleh integritas kulit teratasi sebagian. Perencanaan

berikutnya, lanjutkan intervensi keperawatan sesuai dengan

rencana.

d. Defisit nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah sudah 3

kali/hari, anak tampak tidak mau makan, anak rewel dan menangis,

perut kembung, bising usus 9x/menit, BB menurun.

1) Perencanaan keperawatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, diharapkan

nutrisi membaik dengan kriteria hasil : BB meningkat, nafsu

makan meningkat, diare menurun. Intervensi keperawatan yang

diberikan kepada An. K adalah Observasi status nutrisi dengan

perubahan berat badan, Pengukuran antropometrik, Nilai lab

(BUN, kreatinin, protein, elektrolit serum, transferin, kadar besi),

Berikan makanan sedikit dan sering, Kaji adanya alergi makanan,

Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake dan Kolaborasi

dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori.

2) Implementasi keperawatan

42
Intervensi keperawatan yang diberikan kepada An. K adalah

mengobservasi status nutrisi meliputi Perubahan berat badan,

mengukur antropometrik, Nilai lab (BUN, kreatinin, protein,

elektrolit serum, transferin, kadar besi), memberikan makanan

sedikit dan sering, mengkaji adanya alergi makanan,

menganjurkan pasien untuk meningkatkan intake serta

berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori.

3) Evaluasi keperawatan

Respon subjektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3

hari adalah keluarga pasien mengatakan anaknya masih sudah mau

makan walaupun sedikit, keluarga pasien juga mengatakan

anaknya masih muntah ketika makanan diberikan, keluarga pasien

juga menyatakan bahwa anaknya memiliki riwayat alergi susu

sapi. Respon objektif setelah dilakukan tindakan keperawatan

adalah BB An. K mengalami peningkatan walaupun sedikit, perut

tidak terlalu kembung lagi saat dilakukan palpasi, anak tampak

sudah mau makan walaupun sedikit, bising usus terdengar, Td :

110/80 mmHg, Nadi 100x/menit, RR 40 kali/menit. Analisis data

yang diperoleh defisit nutrisi teratasi sebagian. Perencanaan

berikutnya, lanjutkan intervensi keperawatan sesuai dengan

rencana.

4)

43
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembahasan proses asuhan keperawatan yang diberikan dari

pengkajian sampai dengan evaluasi

B. Pembahasan praktik profesi keperawatan dalam pencapaian target

kompetensi

44
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

45
DAFTAR PUSTAKA

46
LAMPIRAN

47
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

48

Anda mungkin juga menyukai