Anda di halaman 1dari 101

i

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. ”R” DENGAN


CHOLELITHIASIS DI RUANG RAWAT INAP
MARWAH RUMAH SAKIT ISLAM SITI
KHADIJAH PALEMBANG

LAPORAN STUDI KASUS

OLEH :

NAMA : SELLA NANDYA NURCAHYATI


NIM : 149012216021

PROGRAM ILMU KEPERAWATAN TAHAP PROFESI


STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. ”R” DENGAN
CHOLELITHIASIS DI RUANG RAWAT INAP
MARWAH RUMAH SAKIT ISLAM SITI
KHADIJAH PALEMBANG

LAPORAN STUDI KASUS

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ners

OLEH :

NAMA : SELLA NANDYA NURCAHYATI


NIM : 149012216021

PROGRAM ILMU KEPERAWATAN TAHAP PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SITI KHADIJAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

ii
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SITI KHADIJAH PALEMBANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STUDI KASUS, JULI 2023

SELLA NANDYA NURCAHYATI

Asuhan Keperawatan Pada Tn. R dengan Cholelithiasis di Ruang Rawat


Inap Marwah Rumah Sakit Islam Palembang.
( xiv + 80 halaman + 2 tabel + 2 gambar + 4 lampiran )

ABSTRAK

Cholelihtiasis dikenal sebagai penyakit batu empedu, merupakan penyakit yang


didalamnya terdapat batu empedu yang dapat ditemukan didalam kandung
empedu atau didalam saluran empedu atau pada kedua-duanya. . Adanya infeksi
dapat menyebabkan kerusakan dinding kandung empedu ,sehingga menyebabkan
terjadinya statis dan dengan demikian menaikkan batu empedu. Penelitian ini
bertujuan untuk mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan
Cholelithiasis di Ruang Rawat Inap Marwah Rumah Rasakit Islam Siti Khadijah
Palembang. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, dan sumber buku, jurnal. Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam pada klien Tn. R dengan diagnosa medis
Cholethiasis, didapatkan hasil dari 3 diagnosa keperawatan berikut ini, diagnosa
nyeri akut, skala nyeri menurun menjadi 2 dari rentang sakala nyei 5, klien tidak
meringis kesakitan. Pada diagnosa kedua gangguan mobilitas fisik, klien
mengatakan sudah dapat duduk dengan bantuan minimal keluarganya. Sedangkan pada
diagnosa ketiga yaitu risiko infeksi didapatkan hasil klien mengatakan nyeri pada luka
operasi sudah berkurang, tampak tidak ada tanda, gejala infeksi sperti bengkak,
kemerahan, demam, abses. Evaluasi dari hasil asuhan keperawatan yang
dilaksanakan selama 3 x 24 jam, dari ke 3 diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut,
gangguan mbilitas fisk, dan risiko infeksi dapat teratasi semua.

Kata kunci : Asuhan Keperawatan Cholethiasis

Dafatar Pustaka : 16 (215-2023)

iii
SITI KHADIJAH HIGHER SCHOOL OF HEALTH SCIENCES
PALEMBANG NERS PROFESSIONAL STUDY PROGRAM
CASE STUDY, JULY 2023

SELLA NANDYA NURCAHYATI

Nursing Care For Mr. R with Cholelithiasis in the Inpatient Room of


Marwah Islamic Hospital Palembang.
( xiv+ 80 pages +2 tables + 2 pictures +4 attachments )

ABSTRACT

Cholelithiasis, known as gallstone disease, is a disease in which some gallstones


can be found in the gallbladder or the bile ducts, or in both. The presence of
infection can cause damage to the gallbladder wall, thus causing static and thus
increasing gallstones. This study aims to be able to carry out nursing care for
clients with Cholelithiasis in the Marwah Inpatient Room, Siti Khadijah Islamic
Hospital, Palembang. Data collection techniques using interviews, observation,
physical examination, and source books, and journals. After nursing care for 3 x
24 hours on the client Mr. R with a medical diagnosis of Cholethiasis, the results
of the following 3 nursing diagnoses were obtained, the diagnosis of acute pain,
the pain scale decreased to 2 from the 5th pain scale range, the client did not
wince in pain. In the second diagnosis of impaired physical mobility, the client
said he was able to sit up with minimal assistance from his family. Whereas in the
third diagnosis, namely the risk of infection, the results showed that the client said
that the pain in the surgical wound had decreased, and there were no signs, or
symptoms of infection such as swelling, redness, fever, or abscess. Evaluation of
the results of nursing care carried out for 3 x 24 hours, from the 3 nursing
diagnoses namely acute pain, impaired physical mobility, and the risk of infection
can all be resolved.

Keywords : Cholelithiasis Nursing Care

Reference : 16 (2015-2023)

iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Laporan kasus ini berjudul ” ASUHAN KEPERAWATAN PADA NT. ”R”


DENGAN CHOLELITHIASIS DI RUANG RAWAT INAP MARWAH
RUMAH SAKIT ISLAM SITI KHADIJAH PALEMBANG” telah disetujui
dan diperiksa untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji studi kasus STIK SITI
KHADIJAH PALEMBANG.

Palembang, Juli 2023

Penulis

(Sella Nandya Nurcahyati)

Pembimbing

(Ns. Lela Aini, S.Kep., M.bmd)

v
HALAMAN PENGESAHAN

DITERIMA / DISETUJUI DAN TELAH DIPERTAHANKAN DALAM


SIDANG LAPORAN STUDI KASUS

Palembang, Juli 2023

Penguji,

1. Ns. Lela Aini, S.Kep., M.bmd ( )

2. Ns. Abdul Syafei, S.Kep., M.Kes ( )

3. Ns. Dea Mega Arini, S. Kep., M.Kes ( )

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Ns. M. Ramadhani Firmansyah, M.Kep


NIK. 118758

vi
MOTOO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

”Mulailah dari tempatmu berada”


”Gunakan yang kamu punya”
”Lakukan yang kamu bisa”
PERSEMBAHAN :

1. Untuk kedua orang tua ku, ibuku Rusyati dan ayahku Nur Muhamad,

keduanya lah yang membuat menjadi mungkin sehingga saya bisa sampai

pada tahap dimana tugas akhir ini akhirnya selesai. Terima kasih atas segala

pengorbanan, nasehat dan doa baik yang tidak pernah berhenti kalian berikan

kepadaku.

2. Terima kasih untuk kakak saya Wulan, yang sudah memberi dukungan dan

mendoakan saya. Kakak yang selama ini sudah menjadi saudara sekaligus

teman bagi saya.

3. Untuk seluruh keluarga ku, terima kasih sudah memotivasi dan do’a nya.

vii
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Sella Nandya Nurcahyati

Tempat dan Tanggal Lahir : OKU, 07 Juli 2023

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswa

Status : Belum Menikah

Alamat : Teluk Tenggulang RT. 02 RW. 05 Kec. Tungkal Ilir

Kab. Banyuasin

Nama orang tua

Ayah : Nur Muhamad

Ibu : Rusiyati

Jumlah saudara : 1 saudara

Anak ke : 2 dari 2 bersaudara

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 2006-2012 : MI Madrasah Ibtidaiyah


2. Tahun 2012-2015 : SMP Pratama Putra Bumi serdang
3. Tahun 2015-2018 : SMK Leanpuri Oku Timur
4. Tahun 2018-2022 : Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Stik Siti
Khadijah Palembang

viii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan

bimbingan-Nya saya dapat menyelesaikan KTI dengan judul ” Asuhan

Keperawatan Pada Tn. ”R” Dengan Cholelithiasis di Ruang Rawat Inap Rumah

Sakit Islam Siti Khadijah Palembang ”. KTI ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar profesi Ners pada Program Studi Tahap Profesi STIK Siti

Khadijah Palembang

Bersamaan ini perkenalkanlah saya mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, masukan dan bimbingan kepada

penulis. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terim akasih sebesar

– besarnya kepada:

1. dr. Syahrizal, M.Kes selaku Ketua STIK Siti Khadijah Palembang

2. Ns. M. Ramadhani Firmansyah, S.Kep., M.Kep selaku ketua Prodi Ilmu

Keperawatan STIK Siti Khadijah Palembang

3. Ns. Lela Aini, S.Kep., M.bmd selaku pembimbing KTI

4. Ns. Abdul Syafei, S.Kep., M.Kes selaku dosen penguji

5. Ns. Dea Mega Arini, S. Kep., M.Kes selaku dosen penguji

Palembang, Juli 2023

Penulis

ix
DAFTAR ISI

x
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel.1.1Intervensi keperawatan……………………………...............

Tabel 1.2 Penelitian terkait……………………………………..........…

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Gambar Anatomi Fisiologi ................................................................................


2.2 Gambar patoflow .................................................................................................

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampira Dokumentasi
Lampitran Izin Penelitian
Lampiran Selesai Penelitian
Lampiran Lembar Konsultasi

xiii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cholelithiasis atau batu empedu merupakan potongan bahan padat

yang terbentuk di kantong empedu. Organ kecil ini terletak di bawah organ

hati. Fungsinya adalah untuk menyimpan dan melepaskan empedu, cairan

yang diproduksi oleh hati, untuk membantu pencernaan. Cholelithiasis

terbentuk ketika salah satu dari dua zat, yaitu kolesterol atau bilirubin,

menjadi jenuh dalam empedu dan mengkristal. Bilirubin adalah zat kuning

kecoklatan yang ditemukan dalam empedu yang dihasilkan ketika sel darah

merah tua di hati rusak. Tubuh biasanya menghilangkan bilirubin melalui

usus. Pembentukan batu akibat bilirubin lebih jarang terjadi, dibanding yang

terbentuk oleh kolesterol yang mengeras (Kumar, 2015 dalam Supriyanto,

2023)

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2017

angka kejadian Colelithiasis di dunia sebesar 11,7%. Cholelithiasis atau

batu empedu terbentuk akibat ketidak seimbangan kandungan kimia dalam

cairan empedu yang menyebabkan pengendapan satu atau lebih komponen

empedu. Cholelithiasis merupakan masalah kesehatan umum dan sering

terjadi di seluruh dunia, walaupun memiliki prevalensi yang berbeda beda di

setiap daerah (Arif & Armiyati, 2017)


Prevalensi batu empedu (cholelithiasis) di Amerika Serikat, pada

tahun 2017 yaitu sekitar 20 juta orang 10%-20% populasi orang dewasa

memiliki cholelihtiasis. Penderita batu empedu (cholelithiasis) setiap tahun

mencapai 1%- 3% dan akan timbul keluhan. Setiap tahunnya diperkirakan

500.000 pasien batu empedu (cholelithiasis) akan timbul keluhan dan

komplikasi sehingga memerlukan kolesistektomi (Heuman, 2017 dalam

Sani ,2020).

Berdasarkan data riset kesehatan dasar di Idonesia tahun 2018

menunjukkan bahwa prevelensi Cholelithiasis pada dewasa adalah sebesar

15,4%, dan prevelensi tersebut meningkat jika dibandingkan dengan tahun

2016 yaitu 11,7 %. Saat ini penderita Cholelithiasis di indonesia meningkat

karena perubahan gaya hidup seperti orang-orang barat yang suka

mengkonsumsi makanan cepat saji yang dapat menyebabkan kegemukan

karena timbunan lemak dan pemicu terjadinya Cholelithiasis (Riskesdes,

2018).

Klien yang mengalami cholelithiasis akan mengalami gejala yang

persisten, kolik bilier dan kolesistisi, salah satu cara penatalaksanaan klien

batu empedu (cholelithiasis) yaitu dengan kolesistektomi laparaskopik

ataupun laparatomi dengan dilakukan melalui insisi atau tusukan kecil yang

dibuat menembus dinding abdomen di umbilikus untuk mengangkat

kantung empedu keluar (Brunner & Suddart, 2013).

Pada klien yang sudah didiagnosa mengalami cholelithiasis dapat

dilakukan tindakan dengan cara bedah maupun non-bedah. Penanganan

2
secara bedah adalah dengan cara kolesistektomi. Sedangkan penanganan

secara non bedah adalah dengan cara melarutkan batu empedu. Sehingga

masalah yang terjadi pada saat sebelum tindakan bedah pasien mengalami

gejala nyeri mendadak dan terus-menerus pada perut kanan atas bahkan

mengalami kecemasan saat ingin menjalani tindakan pembedahan, dan

setelah dilakukannya tindakan Cholecystectomy dapat menimbulkan

masalah baru yaitu, terputusnya kontinuitas jaringan akibat prosedur

tindakan invasif mengakibatkan munculnya gangguan integritas kulit dan

mengakibatkan kuman atau bakteri mudah masuk kedalam jaringan kulit,

sehingga pasien beresiko untuk terkena infeksi (Bruno, 2019).

Berdasarkan teori Menurut Nurarif & Kusuma, (2016) dengan

menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) masalah

keperawatan pada klien Cholelithiasis yang sering ditegakkan pada pre

operasi Cholelithiasis yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera

fisiologis (inflamasi), gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri,

hipertermi berhubungan dengan proses penyakit, defisit nutrisi berhubungan

dengan ketidakmampuan mencerna makanan, risiko hipovolemia ditandai

dengan kekurangan volume. Sedangkan diagnosa post operasi Cholelithiasis

yang sering ditegakkan yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen

pencedera fisik (prosedur operasi), gangguan mobilitas fisik berhubungan

dengan nyeri, risiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif .

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arianto, (2020) dengan judul

asuhan keperawatan pada pasien dengan cholethiasis yang dirawat di rumah

3
sakit, bahwa diagnosa yang akan muncul pada klien post Cholelithiasis

adalah nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik, gangguan

mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, dan risiko infeksi ditandai

dengan efek prosedur invasif.

Berdasarkan data di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang

didapatkan data bahwa dalam 3 tahun terakhir kasus klien dengan

Cholelithiasis di Ruang Rawat Inap Marwah mengalami peningkatan.

Selama tahun 2021 kasus klien dengan diagnosa Cholelithiasis adalah

sebanyak 18 kasus, pada tahun 2022 mengalami peningkatan jumlah klien

dengan diagnosa Cholelithiasis sebanyak 34 kasus, sedangkan pada tahun

2023 bulan Januari-Juni jumlah klien dengan diagnosa Cholelithiasis

sebanyak 20 kasus (Rekam Medik Rumah Sakit Islam Siti Khadijah

Palembang, 2023).

Berdasarkan fenomena tersebut, penulis tertarik untuk menyusun

karya tulis ilmiah dengan memberikan asuhan keperawatan pada klien

dengan Cholelithiasis di ruang Rawat Inap Marwah Rumah Sakit Islam Siti

Khadijah Palembang.

1.2 Ruang Lingkup Penulisan

Ruang lingkup penulisan karya tulis ilmiah ini adalah Departemen

Keperawatan Medikal Bedah, sasaran klien dengan kasus Cholelithiasis di

Ruang Rawat Inap Marwah Rumah Sakit Siti Khadijah Palembang dan

dilaksanakan pada tanggal 21-24 Juni 2023.

4
1.3 Tujuan

a. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan

Cholelithiasis di Ruang Rawat Inap Marwah Rumah Rasakit Islam Siti

Khadijah Palembang.

b. Tujuan Khusus

1) Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Tn ”R” dengan

Cholelithiasis di Ruang Marwah Rumah Sakit Islam Siti Khadijah

Palembang.

2) Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada Tn ”R” dengan

Choleliathiasis di Ruang Marwah Rumah Sakit Islam Siti Khadijah

Palembang.

3) Mampu menyusun intervensi keperawatan pada Tn ”R” dengan

Cholelithiasis di Ruang Rawat Inap Marwah Rumah Sakit Islam

Siti Khadijah Palembang.

4) Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada Tn ”R”

dengan Cholelithiasis di Ruang Rawat Inap Marwah Rumah Sakit

Islam Siti Khadijah Palembang.

5) Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada Tn ”R” dengan

Cholelithiasis di Ruang Rawat Inap Marwah Rumah Sakit Islam

Siti Khadijah Palembang.

5
1.4 Manfaat

a. Bagi Lahan Praktik

Diharapkan dapat memberikan masukan kepada bidang

pelayanan kesehatan tentang Asuhan Keperawatan pada pasien dengan

Choleathiasis di Ruang Rawat Inap Marwah Rumah Sakit Islam Siti

Khadijah Palembang

b. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan studi kasus ini dijadikan bahan pertimbangan dalam

proses belajar dan bahan bacaan tentang asuhan keperawatan pada

klien dengan Cholelithiasis

1.5 Metode Penulisan

a. Teknik Pengumpulan Data

1) Wawancara

Tanya jawab dengan klien, dokter, perawat atau tim kesehatan

lainnya

2) Observasi

Mengamati langsung terhadap klien selama melakukan asuhan

keperawatan

3) Pemeriksaan fisik

Melakukan pemeriksaan head to toe kepada klien

4) Sumber buku dan jurnal

Buku-buku serta jurnal yang berhubungan dengan judul kasus

6
b. Sistematika Penulisan

Sistematika karya tulis ilmiah dalam 5 bab, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Yang berisi tentang latar belakang, ruang lingkup penulisan , tujuan

penulisan, manfaat penulisan dan metode penulisan

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

Yang meliputi konsep dasar penyakit, konsep dasar keperawatan, dan

penelitian terkait

BAB III TINJAUAN KASUS

Yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan

BAB IV PEMBAHASAN

Yang meliputi pembahasan pengkajian, diagnosa keperawatan,

implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan, dan kajian islami

tentang kasus

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan dan sara

7
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Konsep Dasar Penyakit

2.1.1 Pengertian

Cholelihtiasis dikenal sebagai penyakit batu empedu,

merupakan penyakit yang didalamnya terdapat batu empedu yang

dapat ditemukan didalam kandung empedu atau didalam saluran

empedu atau pada kedua-duanya (Nurarif dan Kusuma 2015).

Cholelithiasis adalah keadaan dimana terdapatnya batu di

dalam kandung empedu atau di dalam duktus koledokus, atau pada

keduaduanya. Diperkirakan lebih dari 95% penyakit yang

mengenai kandung empedu dan salurannya adalah penyakit

Cholelithiasis. Adanya infeksi dapat menyebabkan kerusakan

dinding kandung empedu,sehingga menyebabkan terjadinya statis

dan dengan demikian menaikkan batu empedu. Infeksi dapat

disebabkan kuman yang berasal dari makanan. Infeksi bisa

merambat ke saluran empedu sampai ke kantong empedu.

Penyebab paling utama adalah infeksi di usus. Infeksi ini menjalar

tanpa terasa menyebabkan peradangan pada saluran dan kantong

empedu sehingga cairan yang berada di kantong empedu

mengendap dan menimbulkan batu. Infeksi tersebut misalnya tifoid

atau tifus. Kuman tifus apabila bermuara di kantong empedu dapat


menyebabkan peradangan lokal yang tidak dirasakan pasien, tanpa

gejala sakit ataupun demam (Fitria, 2019).

2.1.2 Anatomi fisiologi

Gamabar 2.1
Anatomi Kandung Empedu
Sumber gambar : (Bruno, 2019)

Kandung empedu bentuknya seperti kantong, organ

berongga yang panjangnya sekitar 10 cm, terletak dalam suatu fosa

yang menegaskan batas anatomi antara lobus hati kanan dan kiri.

Kandung 12 empedu merupakan kantong berongga berbentuk bulat

lonjong seperti buah advokat tepat di bawah lobus kanan hati.

Kandung empedu mempunyai fundus, korpus, dan kolum. Fundus

bentuknya bulat, ujung buntu dari kandung empedu yang sedikit

memanjang di atas tepi hati. Korpus merupakan bagian terbesar

dari kandung empedu. Kolum adalah bagian yang sempit dari

kandung empedu yang terletak antara korpus dan daerah duktus

sistika. Empedu yang disekresi secara terus-menerus oleh hati

9
masuk ke saluran empedu yang kecil dalam hati. Saluran empedu

yang kecil bersatu membentuk dua saluran lebih besar yang keluar

dari permukaan bawah hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri

yang segera bersatu membentuk duktus hepatikus komunis. Duktus

hepatikus bergabung dengan duktus sistikus membentuk duktus

koledokus (Bruno, 2019).

Empedu memiliki fungsi, yaitu membantu pencernaan dan

penyerapan lemak, berperan dalam pembuangan limbah tertentu

dari tubuh, terutama hemoglobin yang berasal dari penghancuran

sel darah merah dan kelebihan kolesterol, garam empedu

meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut

dalam lemak untuk membantu proses penyerapan, garam empedu

merangsang pelepasan air oleh usus besar untuk membantu

menggerakkan isinya, bilirubin (pigmen utama dari empedu)

dibuang ke dalam empedu sebagai limbah dari sel darah merah

yang dihancurkan, serta obat dan limbah lainnya dibuang dalam

empedu dan selanjutnya dibuang dari tubuh. Garam empedu

kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati dan

dialirkan kembali ke dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai

sirkulasi enterohepatik. Seluruh garam empedu di dalam tubuh

mengalami sirkulasi sebanyak 10-12 kali/hari. Dalam setiap

sirkulasi, sejumlah kecil garam empedu masuk ke dalam usus besar

(kolon). Di dalam kolon, bakteri memecah garam empedu menjadi

10
berbagai unsur pokok. Beberapa dari unsur pokok ini diserap

kembali dan sisanya dibuang bersama tinja. Hanya sekitar 5% dari

asam empedu yang disekresikan dalam feses (Reinecke, 2018).

1.1.6 Etiologi

Cholelithiasis umumnya disebabkan karena gangguan

metabolisme karena perubahan susunan empedu, statis empedu dan

infeksi kandung empedu. Selain itu komponen utama batu empedu

adalah kolestrol yang umumnya tetap berbentuk cairan. Apabila

cairan empedu berubah jenuh karena tingginya kadar kolestrol

maka kolestrol tidak akan larut sehingga membentuk endapan dapat

terjadi karena beberapa faktor risiko. Faktor risiko yang

meningkatkan angka kejadian Cholelithiasis menurut Watiningrum

(2020) antara lain :

a. Usia

Bertambahnya usia sejalan dengan meningkatnya faktor

risiko mengalami Cholelithiasis. Usia >40 tahun cenderung

untuk terkena Cholelitiasis dibandingkan dengan usia lebih

muda. Di Amerika Serikat, 20% wanita dengan usia >40

tahun mengidap Cholelithiasis. Semakin meningkat usia,

prevelansi Cholelithiasis semakin tinggi hal ini disebabkan :

1) Batu empedu jarang mengalami disolusi spontan

2) Meningkatkan sekresi kolestrol kedalam empedu sesuai

dengan bertambahnya usia

11
3) Empedu bersifat litogenik bila usia semakin bertambah

b. Jenis Kelamin

Wanita cenderung berisiko dua kali lipat untuk terkena

Cholelithiasis dibanding dengan pria. Hal ini disebabkan

produksi hormon esterogen yang berpengaruh terhadap

eskresi kolestrol oleh kandung empedu. 20% wanita dan 10%

pria menderita Cholelihtiasis hingga dekade ke enam dan

prevelansi semakin meningkat dengan bertambahnya usia,

walaupun umumnya lebih sering terjadi di wanita.

c. Berat Badan (BMI)

Orang dengan Badan Masa Indeks (BMI) tinggi mempunyai

risiko lebih tinggi mengalami Cholelithiasis. Hal ini

berkaitan dengan tingginya nilai BMI dan kadar kolestrol,

serta mengurangi kontraksi atau proses pengosongan

kandung empedu.

d. Makanan

Konsumsi makanan tinggi lemak terutama lemak hewani

berisiko untuk menderita Cholelithiasis. Kolestrol merupakan

komponen dari lemak. Apabila kadar kolestrol dalam cairan

empedu melebihi nilai normal maka cairan empedu akan

mengendap dan membentuk batu. Intake rendah klorida,

kehilangan berat badan secara drastis menyebabkan

12
gangguan unsur kimia dari empedu dan menyebabkan

penurunan kontraksi kandung empedu.

e. Aktifitas Fisik

Kurangnya aktifitas fisik berkaitan dengan peningkatan risiko

terjadinya Cholelithiasis. Hal ini terjadi karena kandung

empedu semakin sedikit berkontraksi.

13
14
2.1.5 Manifestasi klinis

Menurut Nurarif & Kusuma (2013), tanda dan gejala Cholelithiasis

adalah :

Tanda dan gejala Cholelithiasis Pre Operasi :

a. Sebagian bersifat asimtomatik.

b. Nyeri tekan kuadran kanan atas atau midepigastrik samar yang.

menjalar ke punggung atau region bahu kanan.

c. Sebagian klien rasa nyeri bukan bersifat kolik melainkan

persisten.

d. Mual dan muntah serta demam.

e. Icterus obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum

akan menimbulkan gejala yang khas, yaitu: getah empedu yang

tidak lagi dibawa ke dalam duodenum akan diserap oleh darah

dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan membrane

mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering disertai dengan

gejala gatal-gatal pada kulit

f. Perubahan warna urine dan feses. Ekskresi pigmen empedu

oleh ginjal akan membuat urine berwarna sangat gelap. Feses

yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak

kelabu, dan biasanya pekat yang disebut “clay colored”.

g. Regurgitas gas: flatus dan sendawa.

h. Defisiensi vitamin obstruksi aliran empedu juga akan

membantu absorbsi vitamin A, D, E, K yang larut lemak.

15
Karena itu klien dapat memperlihatkan gejala defisiensi

vitamin-vitamin ini jika obstruksi atau sumbatan bilier

berlangsumg lama. Penurunan jumlah vitamin K dapat

mengganggu pembekuan darah yang normal.

Tanda dan gejala Cholelihtiasis Post Operasi :

a. Rasa nyeri karena sayatan pada kulit.

b. Gangguan integritas kulit.

c. Reaksi alergi. Bagi beberapa orang, ada kemungkinan reaksi

alergi terjadi setelah operasi.

d. Infeksi pada luka operasi.

e. Demam. Kadang-kadang terjadi setelah operasi laparoskopi,

disertai dengan muntah dan mual.

2.1.6 Komplikasi

Komplikasi yang umum dijumpai adalah sebagai berikut :

a. Kolangitis adalah peradangan pada saluran empedu yang

terjadi karena adanya infeksi yang menyebar akibat obstruksi

pada saluran empedu.

b. Hidrops merupakan obstruksi kronik dari kandung empedu

yang biasa terjadi di duktus sistikus sehingga kandung

empedu tidak dapat diisi lagi oleh empedu.

c. Emfiema adalah kandung empedu yang berisi nanah.

Komplikasi pada pasien yang mengalami emfiema

16
membutuhkan penanganan segera karena dapat mengancam

jiwa

d. Kolesistisis merupakan peradangan pada kandung empedu,

dimana terdapat obstruksi atau sumbatan pada leher kandung

empedu atau saluran kandung empedu, yang menyebakan

infeksi dan peradangan pada kandung empedu (Baloyi, &

Morare, 2020)

1.1.8 Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien

cholelithiasis adalah, sebagai berikut :

1. Pemeriksaan laboratorium

Batu kandung empedu yang asimptomatik biasanya tidak

menunjukkan kelainan pada pemeriksaan laboratorium.

Apabila terjadi peradangan akut, dapat terjadi leukositosis.

Apabila terjadi sindroma mirizzi, akan ditemukan kenaikan

ringan bilirubin serum akibat penekanan duktus koledokus

oleh batu. Kadar bilirubin serum yang tinggi mungkin

disebabkan oleh batu di dalam duktus koledokus. Kadar

serum alkali fosfatase dan mungkin juga amilase serum

biasanya meningkat sedang setiap kali terjadi serangan akut.

17
2. Pemeriksaan radiologi

a. Foto polos abdomen

Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan

gambaran yang khas karena hanya sekitar 10-15% batu

kandung empedu yang bersifat radiopak. Kadang-kadang

empedu yang mengandung cairan empedu berkadar

kalsium tinggi dapat dilihat dengan foto polos. Pada

peradangan akut dengan kandung empedu yang membesar

atau hidrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai

massa jaringan lunak di kuadran kanan atas yang menekan

gambaran udara dalam usus besar, di fleksura hepatika.

b. Ultrasonografi (USG)

Ultrasonografi mempunyai kadar spesifisitas

dansensitifitas yang tinggi untuk mendeteksi batu kandung

empedu dan pelebaran saluran empedu intra-hepatik.

Dengan USG juga dapat dilihat dinding kandung empedu

yang menebal karena fibrosis atau udem yang diakibatkan

oleh peradangan maupun sebab lain. Batu yang terdapat

pada duktus koledokus distal kadang sulit dideteksi karena

terhalang oleh udara di dalam usus. Dengan USG punktum

maksimum rasa nyeri pada batu kandung empedu yang

gangren lebih jelas daripada dengan palpasi biasa.

18
c. ERC(EndoscopicRetrograde Cholangio Pancreatography)

Pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop serat-

optik yang fleksibel ke dalam esofagus hingga mencapai

duodenum pars desendens. Sebuah kanul dimasukkan ke

dalam duktus koledokus serta duktus pankreatikus,

kemudian bahan kontras disuntikkan ke dalam duktus

tersebut untuk memungkinkan visualisasi serta evaluasi

percabangan bilier.

2.1.8 Penatalaksanaan medis

Menurut Nurarif & Kusuma 2016 Penetalaksanaan medis adalah

sebagi berikut:

Penatalaksanaan non bedah :

1. Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERC)

Batu yang ada pada saluran empedu akan dikeluarkan

menggunakan basket kawat atau balon ekstraksi memlalui

muara besar, kemudian menuju lumen duodenum, sehingga

batu dapat keluar. Untuk batu berukuran besar, batu yang

terjepit pada saluran empedu , ataupun batu yang terletak diatas

saluran empedu yang semppit, makanan dapat dikeluarkan

melalui prosedur endoskopik.

2. Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)

Adalah salah satu prosedur pemecahan batu yang dilakukan

melalui gelombang suara.

19
Penatalaksanaan bedah :

1. Kolesistektomi per laparoskopik

Digunakan untuk indikasi pembedahan lanjut, atau kandung

empedu yang didalamnya terdapat batu besar, berdiameter

lebih dari 2 cm. Kelebihan dari metode ini adalah luka operasi

yang kecil sampai 10 mm, sehingga nyeri dirasakan pasca

bedah ini bisa di minimalisir.

2. Kolesistektomi per laparatomi

Indikasi dilakukan kolesistektomi adalah kolik billiaris

rekuren, kemudian diikuti oleh kolesistitis akut. Operasi ini

adalah standar terbaik operasi untuk menangani pasien dengan

colelithiasis simptomik.

2.1.9 Penatalaksanaan keperawatan

Tindakan penatalaksanaan pada pasien post kolesistektomi

dilakukan secara farmakologi maupun non farmakologi. Tindakan

farmakologi yang dapat dilakukan perawat yaitu bisa berkolaborasi

dalam pemberian analgetik untuk mengurangi rasa nyeri,

penggunaan analgetik yang paling banyak diberikan pasca bedah

dengan nyeri berat yaitu tramadol injeksi dan ketorolac injeksi,

sedangkan untuk nyeri ringan biasa menggunakan paracetamol

tablet, keefektifan dari ketiga obat yang disebutkan diatas yaitu

tramadol injeksi dapat menurunkan nyeri dari tinggi menjadi

sedang 35,5%, nyeri berat ke nyeri ringan 61,5%. Ketorolak injeksi

20
dapat menurunkan nyeri dari sedang ke ringan 45,2%, dan 3,2%

masih dengan nyeri berat, dan paracetamol tablet nyeri yang

termasuk ringan 100%. Untuk memaksimalkan tindakan

farmakologi dari keefektifan obat perlu adanya intervensi tambahan

untuk mengurangi nyeri yaitu intervensi secara non farmakologi

seperti distraksi untuk mengatasi nyeri salah satu diantaranya

adalah teknik distraksi relaksasi nafas dalam, tindakan lain yang

bisa dilakukan untuk mengontrol nyeri yaitu dapat mengontrol

lingkungan, memfasilitasi istirahat tidur, dan menganjurkan

memonitor nyeri secara mandiri (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,

2018).

2.2 Konsep Dasar Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal dari proses

keperawatan dan merupakan proses yang sistematis dalam

pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi

dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengumpulan data

dapat dilakukan dengan menggunakan tiga metode, yaitu

wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Pengkajian adalah

fase pertama proses keperawatan, Data yang dikumpulkan meliputi

(Lestari et al., 2019)

21
1) Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa,

agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal

pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua

data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan

tindakan selanjutnya.

2) Identitas penanggung jawab

Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk

memudahkan dan jadi penanggung jawab klien selama

perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur,

pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.

a. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama

Merupakan keluhan yang paling utama yang

dirasakan oleh klien saat pengkajian. Biasanya keluhan

utama yang klien rasakan adalah nyeri abdomen pada

kuadran kanan atas.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama

melalui metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu

focus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu

bagaimana nyeri atau gatal dirasakan oleh klien, regional

(R) yaitu nyeri/gatal menjalarkemana, Safety (S) yaitu

22
posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri/gatal

atau klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan

klien merasakan nyeri/gatal tersebut.

3) Riwayat kesehatan yang lalu

Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama

atau pernah di riwayat sebelumnya.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah

menderita penyakit kolelitiasis

c. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan Umum :

a) Penampilan Umum

Mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan klien

b) Kesadaran

Kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas

keadaan klien.

c) Tanda-tanda Vital

Mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi dan

respirasi

2) Sistem endokrin

Mengkaji tentang keadaan abdomen dan kantung

empedu. Biasanya pada penyakit ini kantung empedu

23
dapat terlihat dan teraba oleh tangan karena terjadi

pembengkakan pada kandung empedu.

3) Pola aktivitas

a) Nutrisi

Dikaji tentang porsi makan, nafsu makan

b) Aktivitas

Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan melakukan

aktivitas dan anjuran bedrest

c) Aspek Psikologis

Kaji tentang emosi, Pengetahuan terhadap penyakit, dan

suasana hati

d) Aspek penunjang

1) Hasil pemeriksaan Laboratorium (bilirubin, amylase

serum meningkat)

2) Obat-obatan satu terapi sesuai dengan anjuran dokter

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilain klinis

mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses

kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun

potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi

respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang

berkaitan dengan kesehatan. Berikut adalah masalah yang timbul bagi

24
klien pre dan post cholethiasis dengan menggunakan Standar Diagnosa

Keperawatan Indonesia (SDKI DPP PPNI, 2016)

Masalah keperawatan pada pre operatif :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna

makanan

3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

4. Risiko hipovolemia ditandai dengan kekurangan intake cairan

5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

Masalah keperawatan pada post operatif ;

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur

operasi)

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

3. Risiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif

2.2.3 Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang

dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan

penilaian klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan, dan

pemulihan kesehatan klien individu, keluarga, dan komunitas (SIKI

DPP PPNI 2018).

25
2.1 Tabel Intevensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Intervesi


Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
Pre operatif
1. Nyeri akut Tujuan : Manajemen nyeri
Pengertian : Setelah Observasi :
Pengalaman sensorik
dilakukan 1. Identifikasi
atau emosional yang
intervensi lokasi,
berkaitan dengan
keperawatan karakterisktik,
kerusakan jaringanselama 3x24 jam durasi,
aktual atau
diharapkan frekuensi.
fungsional, dengantingkat nyeri Kualitas,
onset mendadak atau
menurun intensitas nyeri
lambat dan
Kriteria hasil : 2. Identifikasi
berintensitas ringan
1. Keluhan nyeri skala nyeri
hingga berat yang menurun 3. Identifikasi
berlangsung kurang2. Meringis respons nyeri no
dari 3 bulan. menurun verbal
3. Sikap 4. Identifikasi
Penyebab : protektif faktor yang
1. Agen pencedera menurun memperberat
fisiologis 4. Gelisan dan meperingan
2. Agen pencedera menurun nyeri
kimiawi 5. Kesulitan 5. Identifikasi
3. Agen pencedera tidur menurun pengetahuan
fisik dan keyakinan
Gejala dan tanda tentang nyeri
mayor : 6. Identifikasi
a. Subjektif pengaruh
- Mengeluh budaya terhadap
nyeri respon nyeri
identifikasi
b. Objektif pengaruh nyeri
- Tampak pada kualitas
meringis hidup
- Bersikap 7. Monitor
protektif keberhasilan
- Gelisah terapi
frekuensi nadi komplementer
meningkat yang sudah
- Sulit tidur diberikan
Gejala dan tanda 8. Monitor efek
minor : samping
a. Subjektif penggunaan

26
analgetik
b. Objektif Terapeutik :
- Tekanan 1. Berikan teknik
darah nonfarmakologis
meningkat untuk
- Pola napas mengurangi rasa
berubah nyeri (mis.
- Nafsu makan TENS, hipnosis,
berubah skupresur, terapi
- Proses musik,
berpikir biofeedback,
terganggu terapi pijat,
- Menarik diri aromaterapi,
- Berfokus pada teknik imajinasi
diri sendiri terbimbing,
- Diaforesis kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Kontrol
lingkungan yang
memperberat
rasa nyeri (mis.
Suhu ruang,
pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi
istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan
strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan
penyeabab,
peroide, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyri
3. Anjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan teknik

27
farmakologis
untuk
mengurangi
nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik
2. Defisit nutrisi Tujuan : Manajemen
Pengertian : Setelah Nutrisi
Asupan nutrisi tidak dilakukan Observasi :
cukup untuk intervensi 1. Identifikasi
memenuhi kebutuhan keperawatan status nutrisi
metabolisme selama 3x24 jam 2. Identifikasi
Penyebab : diharapkan alergi dan
1. ketidakmampuan status nutrisi intoleransi
menelan makanan menungkat aktivitas
2. ketidakmampuan Kriteria hasil : 3. Identifikasi
mencerna 1. Porsi makanan yang
makanan makanan disukai
3. ketidak mampuan yang 4. Identifikasi
mengabsorsi dihabiskan perlunya
nutrien meningkat penggunaan
4. peningkatan 2. Kekuatan otot selang
kebutuhan pengunyah nasogastrik
metabolisme meningkat 5. Monitor asupan
5. faktor ekonomi 3. Kekuatan otot makanan
6. faktor psikologis menelan 6. Monitor berat
Gejala dan tanda meningkat badan
mayor : 4. Nyeri Terapeutik :
a. Subjektif abdomen 1. Lakukan oral
menurun hygiene
b. Objektif 5. Berat badan sebelum
- Berat badan membaik makan, jika
menurun 6. Frekuensi perlu
minimal 10% makan 2. Fasilitasi
di bawah membaik menentukan
rentang ideal 7. Nafsu makan pedoman diet
Gejala dan tanda membaik (mis. Piramida
minor : 8. Membran makanan)
a. Subjektif mukosa 3. Berikan
- Cepat membaik makanan tinggi
kenyang serat untuk
setelah makan untuk
- Kram/nyeri mencegah
abdomen konstipasi

28
- Nafsu makan 4. Berikan
menurun makanan tinggi
b. Objektif kalori dan
- Bising usus tinggi protein
hiperaktif 5. Hentikan
- Otot pemberian
pengunyah makan melalui
lemah selang
- Otot menelan nasogastrik jika
lemah asupan oral
- Memberan dapat
mukosa pucat ditoleransi
- Sariawan Edukasi :
- Serum 1. Ajarkan posisi
albumin turun duduk, jika
- Rombot perlu
rontok 2. Ajarkan diet
- Diare yang
diprogramkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
dengan ahli
gizi untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan,
jika perlu

3. Hipertermia Tujuan : Manajemen


Pengertian : Setelah Hipertermia :
Suhu tubuh dilakukan 1. Identifikasi
meningkat diatas intervensi penyebab
rentang normal tubuh selama 3x24 jam hipertermia
Penyebab : diharapkan suhu (mis. Dehidrasi,
1. Dehidrasi rentang normal terpapar
2. Ter[papar Kriteria hasil : lingkungan
lingkungan panas 1. Menggigil panas,
3. Proses penyakit meningkat penggunaan
4. Ketidaksesuaian 2. Pucat inkubator)
pakaian dengan meningkat 2. Monitor sushu

29
suhu lingkungan 3. Takikardi tubuh
5. Peningkatan laju meningkat 3. Monitor kadar
metabolisme 4. Bradikardi elektrolit
6. Respon trauma meningkat 4. Monitor
7. Aktivitas 5. Suhu tubuh haluaran urine
berlebihan membaik 5. Monitor
8. Penggunaan 6. Tekanan komplikasi
inkubator darah akibat
Gejala dan tanda membaik hipertermia
mayor : Terapeutik :
a. Subjektif 1. Sediakn
lingkungan
b. Objektif yang dingin
- Suhu tubuh 2. Longgarkan
diatas nilai atau lepaskan
normal pakaian
Gejala dan tanda 3. Basahi dan
minor : kipasi
a. Subjektif permukaan
tubuh
b. Objektif 4. Berikan cairan
- Kulit merah oral
- Kejang 5. Lakukan
- Takikardi pendinginan
- Takipnea eksternal (mis.
- Kulit terasa Selimut
hangat hipotermia atau
kompres dingin
pada dahi,
leher, dada,
abdomen,
aksila)
6. Hindari
pemberian
antipiretik atau
aspirin
Edukasi :
1. Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
cairan dan
elektrolit
intravena, jika
perlu

30
4. Risiko hipovolemia Tujuan : Manajemen
Pengertian : Hipovolemia
Berisiko mengalami Kriteria hasil : Observasi :
penuruan volume 1. Output urine 1. Periksa tanda
cairan intravaskuler, meningkat dan gejala
interstisial, dan 2. Perasaan hipovolemia
intraseluler lemah (mis. Frekuensi
Faktor risiko: menurun nadi meningkat,
1. Kehilangan cairan 3. Keluhan haus nadi terba
secara aktif menurun lemah, tekanan
2. Gangguan 4. Membran darah menurun,
absorbsi cairan mukosa tekanan nadi
3. Usia lanjut membaik menyempit,
4. Kelebihan berat 5. Intake cairan turgor kulit
badan membaik menurun,
5. Status membran
hipermetabolik mukosa kering,
6. Kegagalan volume urine
mekanisme intake menurun)
cairan 2. Monitor intake
7. Efek agen dan outpu cairan
farmakologis Terapeutik :
1. Hitung
kebutuhan
cairan
2. Berikan posisi
modified
trendelenbung
3. Berikan asupan
cairan oral
Edukasi
1. Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan
oral

Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemeberian
cairan IV
isotonis (mis.
NaCi, RL)

31
2. Kolaborasi
pemberian
cairan IV
hipotonis (mis.
Glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%)
5. Gangguan mobilitas Tujuan : Dukungan
fisik Setelah Mobilisasi
Pengertian : dilakukan Observasi :
Keterbatasan dalam intervensi 1. Identifikasi
gerakan fisik dari selama 3x24 jam adanya nyeri
satu atau lebih pergerakan atau keluhan
ekstremitas secara meningkat fisik lainnya
mandiri kriteria hasil : 2. Identifikasi
Penyebab : 1. Pergerakan toleransi fisik
1. Kerusakan ekstremitas melakukan
integritas struktur meningka pergerakan
tulang 2. Kekuatan otot 3. Monitor
2. Perubahan meningkat frekuensi
metabolisme rentang gerak jantung dan
3. Ketidakbugaran (ROM) tekanan darah
fisik meningkat sebelum
4. Penurunan kendali 3. Nyeri memulai
otot menurun mobilisasi
5. Penurunan massa 4. Kaku sendi 4. Monitor kondisi
otot menurun umum selama
6. Penurunan 5. Gerakan melakukan
kekuatan otot terbatas mobilisasi
7. Keterlambatan menurun Terapeutik :
perkembangan 6. Kelemahan 1. Fasilitasi
8. Kekakuan sendi fisik menurun aktivitas
9. Nyeri mobilisasi
10. Kecemasan dengan alat
Gejala dan tanda bantu (mis,
mayor : pagar tempat
a. Subjekstif tidur)
- Mengeluh 2. Fasilitasi
sulit melakukan
menggerakka pergerakan,
n ekstremitas jika perlu
b. Objektif 3. Libatkan
keluarga untuk
- Kekuatan otot
membantu
menurun
pasien dalam
- Rentang meningkatkan
gerak (ROM) pergerakan

32
menurun Edukasi :
Gejala dan tanda 1. Jelaskan tujuan
minor : dan dan
a. Subjektif prosedur
- Nyeri saat mobilisasi
begerak 2. Anjurkan
- Enggan melakukan
melakukan mobilisasi dini
3. Ajarkan
pergerakan
mobilisasi
- Merasa cemas
sederhana yang
saat bergerak harus dilakukan
b. Objektif (mis. Duduk, di
- Sendi kaku tempat tidur,
- Gerakan tidak duduk di sisi
terkoordinasi tempat tidur,
- Gerakan pindah dari
terbatas tempat tidur ke
- Fisik lemah kursi)

Post operasi
1. Nyeri akut Tujuan : Manajemen nyeri
Pengertian : Setelah Observasi :
Pengalaman sensorik dilakukan 1. Identifikasi
atau emosional yang intervensi lokasi,
berkaitan dengan keperawatan karakterisktik,
kerusakan jaringan selama 3x24 jam durasi,
aktual atau diharapkan frekuensi.
fungsional, dengan tingkat nyeri Kualitas,
onset mendadak atau menurun intensitas nyeri
lambat dan Kriteria hasil : 2. Identifikasi
berintensitas ringan 1. Keluhan skala nyeri
hingga berat yang nyeri 3. Identifikasi
berlangsung kurang menurun respons nyeri
dari 3 bulan. 2. Meringis no verbal
Penyebab : menurun 4. Identifikasi
1. Agen pencedera 3. Sikap faktor yang
fisiologis protektif memperberat
2. Agen pencedera menurun dan
kimiawi 4. Gelisan meperingan
3. Agen pencedera menurun nyeri
fisik 5. Kesulitan 5. Identifikasi
Gejala dan tanda tidur pengetahuan
mayor : menurun dan keyakinan
a. Subjektif tentang nyeri
Mengeluh nyeri 6. pada kualitas

33
b.Objektif hidup
-Tampak meringis 7. Monitor
-Bersikap protektif keberhasilan
-Gelisah frekuensi terapi
nadi meningkat komplementer
- Sulit tidur yang sudah
diberikan
Gejala dan tanda 8. Monitor efek
minor : samping
a. Subjektif penggunaan
analgetik
b. Objektif Terapeutik :
- Tekanan darah 1. Berikan teknik
meningkat nonfarmakologi
- Pola napas suntuk
berubah mengurangi
- Nafsu makan rasa nyeri (mis.
berubah TENS,
- Proses berpikir hipnosis,
terganggu skupresur,
- Menarik diri terapi musik,
- Berfokus pada biofeedback,
diri sendiri terapi pijat,
aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Kontrol
lingkungan
yang
memperberat
rasa nyeri (mis.
Suhu ruang,
pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi
istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan
jenis dan
sumber nyeri
dalam
pemilihan
strategi

34
meredakan
nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan
penyeabab,
peroide, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan
strategi
meredakan nyri
3. Anjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri
5. Anjurkan teknik
farmakologis
untuk
mengurangi
nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik

2. Gangguan mobilitas Tujuan : Dukungan


fisik Setelah Mobilisasi
Pengertian : dilakukan Observasi :
Keterbatasan dalam intervensi 1. Identifikasi
gerakan fisik dari selama 3x24 jam adanya nyeri
satu atau lebih pergerakan atau keluhan
ekstremitas secara meningkat fisik lainnya
mandiri kriteria hasil : 2. Identifikasi
Penyebab : 1. Pergerakan toleransi fisik
1. Kerusakan ekstremitas melakukan
integritas struktur meningka pergerakan
tulang 2. Kekuatan otot 3. Monitor
2. Perubahan meningkat frekuensi
metabolisme rentang gerak jantung dan
3. Ketidakbugaran (ROM) tekanan darah
fisik meningkat 4. sebelum
4. Penurunan 3. Nyeri memulai
kendali otot menurun mobilisasi
5. Penurunan massa 4. Kaku sendi 5. Monitor
otot menurun kondisi umum
6. Penurunan 5. Gerakan selama
kekuatan otot terbatas melakukan

35
7. Keterlambatan menurun mobilisasi
perkembangan 6. Kelemahan Terapeutik :
8. Kekakuan sendi fisik menurun 4. Fasilitasi
9. Nyeri aktivitas
10. Kecemasan mobilisasi
Gejala dan tanda dengan alat
mayor : bantu (mis,
a. Subjekstif pagar tempat
- Mengeluh sulit tidur)
menggerakkan 5. Fasilitasi
ekstremitas melakukan
b. Objektif pergerakan,
- Kekuatan otot jika perlu
menurun 6. Libatkan
- Rentang gerak keluarga untuk
(ROM) membantu
menurun pasien dalam
Gejala dan tanda meningkatkan
minor : pergerakan
a. Subjektif Edukasi :
- Nyeri saat 1. Jelaskan tujuan
begerak dan dan
- Enggan prosedur
melakukan mobilisasi
pergerakan 2. Anjurkan
- Merasa cemas melakukan
saat bergerak mobilisasi dini
b. Objektif 3. Ajarkan
- Sendi kaku mobilisasi
- Gerakan tidak sederhana yang
terkoordinasi harus dilakukan
Gejala dan tanda (mis. Duduk, di
minor : tempat tidur,
a. Subjektif duduk di sisi
- Mengeluh tempat tidur,
sulut pindah dari
menggerakan tempat tidur ke
ekstremitas kursi)
c. Objektif
- Kekuatan otot
menurun
- Rentang gerak
(ROM)
menurun
Gejala dan tanda
minor :

36
b. Subjektif
- Nyeri saat
begerak
- Enggan
melakukan
pergerakan
- Merasa cemas
saat bergerak
saat bergerak
c. Objektif
- Sendi kaku
- Gerakan tidak
terkoordinasi
- Gerakan
terbatas
- Fisik lemah

3. Risiko infeksi Tujuan : Pencegahan


Pengertian : Infeksi
Berisiko mengalami Kriteria hasil : Observasi :
peningkatan 1. Kebersihan 1. Monitor tanda
terserang organisme tangan dan gejala
patogenik meningkat infeksi lokasi
Faktor risiko : 2. Demam dan sistemik
1. Penyakit kronis menurun Terapeutik :
2. Efek prosedur 3. Kemerahan 1. Batasi jumlah
invasif menurun pengunjung
3. Malnutrisi 4. Nyeri 2. Berikan
4. Peningkatan menurun perawatan kulit
paparan organisme 5. Bengkak pada area
patogen menurun edema
lingkungan 3. Cuci tangan
5. Ketidakadekuatan sebelum dan
pertahanan tubuh sesudah kontak
primer : dengan pasien
- Gangguan dan lingkungan
peristaltik pasien
- Kerusakan 4. Pertahankan
integritas teknik steril
kulit pada pasien
- Perubahan berisiko tinggi
sekresi pH Edukasi :
6. Ketidakadekuatan 1. Jelaskan tanda
pertahanan tubuh dan gejala
sekunder : infeksi

37
- Penurunan 2. Ajarlkan cuci
hemoglobin tangan dengan
- Imununosupre benar
si 3. Ajarkan cara
- Leukopenia memeriksa
kondisi luka
atau luka
operasi
4. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
5. Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi :
Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika
perlu

2.2.4 Implementasi keperawatan

Implementasi merupakan inisiatif dari rencana

tindakanuntuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi

di mulai setelah rencana tindakan di susun dan di tujukan pada

rencana strategi untuk membantu mencapai tujuan yang di

harapkan. Oleh sebab itu, rencana tindakan yang spesifik di

laksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

masalah kesehatan. Tujuan dari implementasi adalah membantu

dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan, yang mencakup

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan

dan memfasilitasi koping (Arianto, 2020)

38
2.2.5 Evaluasi keperawatan

Evaluasi merupakan perbandingan yang sistematis dan

terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah

ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan

melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan

evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai

tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap

perencanaan (Arianto, 2020).

2.2.6 Penelitian terkait

2.2 Tabel penelitian terkait

Nama Penelitian Judul Metode Hasil Perbedaan


penelitian
Nurjanah & Sani Asuhan Desain Hasil studi - Tempat
(2020) keperawatan penelitian ini kasus ini penelitian
pada pasien adalah menunjukkan, - Hasil
post operasi deskriptif bahwa penelitian
Cholelithiasis dengan pengelolaan menunjuk
dalam menggunakan asuhan kan 4
pemenuhan metode keperawatan diagnosa
kebutuhan pendekatan pada pasien post keperawat
rasa aman dan studi kasus operasi an
nyaman : cholelithiasis
nyeri dalam
pemenuhan
kebutuhan rasa
aman dan
nyaman nyeri
dengan masalah
nyeri akut, yang
dilakukan
tindakan
keperawatan
teknik deep
breathing
exercise
(DBE)/relaksasi

39
napas dalam
selama ± 10
menit dalam 3
hari berturut-
turut didapatkan
hasil penurunan
skala nyeri dari
skala 4 menjadi
skala 1

Adriani & Saudi Asuhan Desain Setelah - Tempat


keperawatan penelitian ini dilakukan penelitian
pada pasien adalah asuhan
post deskriptif keperawatan
kolesistektomi analitik selama 3 x 24
dengan nyeri berupa studi jam pada pasien
akut di kasus dengan Ny. R dan Tn. K
Rumah Sakit menggunakan dengan diagnosa
Wilayah pendekatan medis
Depak asuhan kolelithiasis,
keperawatan. didapatkan hasil
Teknik dari beberapa
pengumpulan diagnosis
data keperawatan
menggunakan berikut ini;
format untuk masalah
asuhan nyeri akut, skala
keperawatan nyeri menurun
medikal menjadi 2 dari
bedah rentang 10,
pasien tidak
meringis
kesakitan. Pada
diagnosis kedua
Ny. R dan Tn. K
yaitu mobilitas
fisik, pasien
mengatakan
dapat
beraktivitas
meskipun harus
perlahan.
Sedangkan,
Pada diagnosis
ketiga Ny. R

40
yaitu nausea
didapatkan hasil
mual menurun,
nafsu makan
meningkat. Pada
diagnosis ketiga
Tn. K yaitu
gangguan pola
tidur didapatkan
data pasien
masih kesulitan
tidur

Arianto (2020) Asuhan Desain Hasil evaluasi - Tempat


Keperawatan penelitian ini yang dilakukan Penelitian
pada pasien adalah peneliti pada
dengan deskriptif pasien 1 post
cholethiasis analitik operatif terdapat
yang dirawat berupa studi 3 diagnosa
di Rumah kasus dengan keperawatan.
Sakit menggunakan Pada diagnosa
pendekatan pertama nyeri
asuhan akut hasil
keperawatan. evaluasi pasien
Teknik mengatakan
pengumpulan neyri berkurang
data dan pasien dapat
menggunakan mengontrol
format nyeri, kondisi
asuhan pasien terlihat
keperawatan mulai membaik,
medikal diagnosa
bedah dinyatakan pada
nyeri akut
masalah teratasi
sebagian. Pada
diagnose kedua
gangguan
mobilitas fisik
hasil evaluasi
pasien
mengatakan
kelemahan fisik

41
menurun dan
pasien dapat
berpindah
tempat sendiri
dengan perlahan
lahan, keadaan
pasien terlihat
tampak tidak
lemas lagi, pada
diagnosa
gangguan
mobilitas fisik
dinyatakan
masalah teratasi
sebagian lalu
lanjutkan
intervensi. Pada
diagnose ketiga
resiko infeksi
hasil evaluasi
dengan luka
operasi pasien
tampak bersih
dan tidak ada
tanda tanda
infeksi pada
luka operasi,
diagnosa resiko
infeksi
dinyatakan
masalah teratasi
sebagian dan
dilanjutkan
intervensi

Wtiningrum,(2020) Asuhan Desain Hasil penelitian - Tempat


keperawatan penelitian ini pada pasien Ny. penelitian
pada Ny. S adalah S, Diagnosa - Diagnosa
dengan deskriptif risiko infeksi keperawat
diagnosa analitik setelah an
medis berupa studi dilakukan
cholethiasis di kasus dengan intervensi
ruang Mirah menggunakan keperawatan
RS PHC pendekatan selama 5 x 24
Surabaya. asuhan jam maka

42
keperawatan. tingkat infeksi
Teknik menurun,
pengumpulan dengan krtieria
data hasil suhu tubuh
menggunakan membaik
format (36,50C37,50C),
asuhan Tingkat nyeri
keperawatan menurun, Kadar
medikal leukosit
bedah membaik (4-11
103 /L), nafsu
makan
meningkat.
Diagnosa nyeri
akut setelah
dilakukan
intervensi
keperawatan
selama 5 x 24
jam maka
tingkat infeksi
menurun,
dengan krtieria
hasil suhu tubuh
membaik
(36,50C-
37,50C),
Tingkat nyeri
menurun, Kadar
leukosit
membaik (4-11
103 /L), nafsu
makan
meningkat
Diagnosa defisit
nutrisi Setelah
dilakukan
intervensi
keperawatan
selama 5 x 24
jam maka
tingkat nausea
menurun dengan
kriteria hasil
nafsu makan
meningkat,

43
keluhan mual
menurun,
perasaan ingin
muntah
menurun, tidak
tampak pucat,
nadi dalam
rentang normal
(60-100x/menit

44
45

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN

3.1.1 Identitas Klien

Klien merupakan seorang laki-laki berusia 54 tahun dengan inisial

bernama Tn. R beragama islam den bertempat tinggal di Puncak

Kemuning pendidikan Sarjana status sudah menikah dan pekerjaan

wiraswasta dengan diagnosis medis Cholethiasis, klien masuk rumah

sakit pada tanggal 12 Juni 2023 dan tanggal pengkajian 21 Juni 2023.

Sselama di rumah sakit keluarga yang bertangguang jawab adalah Ny. N

berusia 45 tahun pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan SMU, agama

islam hubungan dengan klien istri.

3.1.2 Riwayat kesehatan

Keluhan utama klien mengeluh nyeri bagian abdomen kanan atas post

operasi. Riwayat penyakit dahulu klien ada penyakit gastritis. Riwayat

kesehatan sekarang P : klien mengatakan nyeri pada luka post operasi, Q :

klien merasakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, R : nyeri pada bagian

abdomen kanan atas luka operasi, S : skala nyeri 5, T : nyeri hilang

timbul. Faktor pencetus klien mengatakan sebelum sakit sekarang banyak

mengkonsusmsi makanan yang berlemak seperti gorengan dan tidak suka

makan sayuran, kemudian klien mengeluh kan rasa sakit pada bagian ulu

hati dan menjadi nyeri obdomen bagian kanan atas. Riwayat penyakit
keluarga, klien tinggal bersama istri, kedua anaknya, dan dikeluarganya

tidak ada penyakit seperti yang klien alami.

3.1.3 Pemeriksaan fisik

Hasil pemeriksaan fisik dari kesadaran klien composmenstis. Hasil

pemeriksaan tanda-tanda sign sebagai berikut, Tekanan darah : 150/90

mmHg, Frekuensi nadi: 85x/menit, Respirasi: 22x/menit, Suhu: 36,7 ˚C,

Berat badan: 60 kg, Tinggi badan: 160 cm. Hasil pemeriksaan muka dari

mata, penglihatan normal, kelopak mata normal, konjungtiva anemis,

seklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter kanan dan kiri simetris, reflek

terhadap cahaya baik, dan tidak menggunakan alat bantu penglihatan.

Pemeriksaan hidung bersih, simetris, tidak ada jejas dan tidak ada secret.

Pemeriksaan mulut dengan hasil bentuk simetris warna bibir normal,

kebersihan cukup.

Pemeriksaan dada : inspeksi didapatkan hasil simetris dada kanan

dan kiri tidak ada jejas, palpasi pergerkan didnding dada sama antara kiri

dan kanan. Perkusi normal dan saat diauskultasi bunyi vesikuler di

seluruh lapang paru. Pemeriksaan gastrointestinal nafsu makan menurun,

diet susu, porsi makan 200 ml, kemampuan mengunyah normal,

kemmapuan menelan normal, abdomen ada nyeri tekan kuadran abdomen

kanan atas luka operasi. Pemeriksaan muskuluskletal rentang gerak

terbatas, genggaman tangan sama kuat, kesimbangan jalan tidak tegap,

aktivitas sehari-hari dibantu sebagian, akral hangat, kekuatan otot 4 4 3 3

data lain nyeri luka post operasi saat bergerak. Pemeriksaan integumen

46
warna kulit normal, turgor elastis, terdapat luka operasi panjang 12 cm

lebar 5 cm pada bagian abdomen kanan atas, luka data lain nyeri luka

post operasi. Pemeriksaan genetalia tida ada kelainan, pemeriksaan

eliminasi jumlah urine 900 cc, warna kuning.

3.1.4 Data Penunjang

Pemeriksaan laboratorim pada tanggal 21 Juni 2023 pemeriksaan

hemoglobin 13.2 g/dL (Nilai normal 14.0-18.0 g/dL), Leukosit 17.300

u/L (Nilai normal 5000-10.000 u/L), Hemotokrit 38% (Nilai normal 40-

54%), Trombosit 521 k/ul (Nilai normal 150-450 k/ul), Kreatini 0.8

mg/dL (Nilai normal 0.9-1.3 mg/dL), Natrium 129.6 mmol/L (Nilai

normal 136.0-145.0 mmol/L).

3.1.5 Pemeriksaan Diagnostik

Pada tanggal 12 Juni 2023 dilakukan pemerikasaan rongen thorak

hasil tidak ada, pemerikasaan EKG (Elektrokardiogram) hasil Sinus

Phytm, periksaan USG (Ultrasonografi) hasil Terdapat batu empedu,

hepar tidak ada pembesaran intensitas gema parenkim normal.

Gallbladder tampak hiperechoic dengan diameter terbesar 0,8 cm. Ginjal

kanan dan kiri besar dan kontur normal, vesica urinaria dalam batas

normal.

47
3.1.6 Terapi

Terapi yang diperoleh dari rauang marwah cairan IFVD NaCl Gtt

20x/menit, injeksi Vit K 3x1, injeksi omeprazole 2x1, IFVD paracetamol

1000 mg, injeksi meropenem 2x1, injeksi metronidazole 2x1. Obat oral :

sucralfate 3x1 dan buscupon 3x1.

3.2 ANALISA DATA

Setelah dilakukan analisa data pengkajian diperoleh sebagi berikut

Data subjektif antara lain P : klien mengatakan nyeri pada luka post

operasi Q: klien mengatakan nyeri seperti tertusuk- tusuk R: nyeri dirasakan

bagian abdomen kanan atas S: skala Nyeri 5 T: nyeri hilang timbul. Data

objektif antara lain Klien tampak lemah, klien tampak meringis, klien tampak

gelisah, klien tampak memegangi abdomen, tekanan darah 150/90 mmHg,

Nadi 85x/menit, respirasi 22x/menit, suhu 36,7 ˚C. Dari data tersebut

penyebab agen pencedera fisik dan malah keperawatan nyeri akut.

Data subjektif antara lain klien mengatakan nyeri saat begerak. Data

objektif klien tampak lemah, klien tampak terbatas dalam bergerak, klien

selalu dibantu oleh keluarga dalam aktivitas, kekuatan otot 4 4 3 3, tekanan

darah 150/90 mmHg, Nadi 85x/menit, pernapasan 22x/menit, suhu 36,7 ˚C.

Dari data tersebut penyebab nyeri dan masalah keperawatan gangguan

mobilitas fisik.

Data subjektif antara lain klien mengatakan nyeri luka post operasi. Data

objektif klien tampak lemah, tampak luka post operasi pada bagian abdomen

48
kanan atas, terdapat luka operasi dengan panjang 12 cm, L : 5 cm, Leukosit :

17.300 /µL, tekanan darah 150/90 mmHg, Nadi 85x/menit, pernapasan

22x/menit, suhu 36,7 ˚C. Dari data penyebab efek prosedur invasif dan

masalah keperawatan risiko infeksi.

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Dari hasil analisa data berdasarkan data subjektif dan objekstif, maka

diagnosa keperawatan yang muncul dari kasus tersebut yaitu :

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

ditandai dengan, Klien mengatakan nyeri pada luka post

op, skla nyeri 5, klien tampak meringis klien tampak

gelisah klien tampak memegangi abdomen.

2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

ditandai dengan klien mengatakan nyeri saat begerak,

klien tampak terbatas dalam bergerak, klien selalu dibantu

oleh keluarga dalam aktivitas

3) Risiko infeksi ditandai dengan prosedur invasif , klien

mengatakan nyeri luka post operasi, tampak luka post

operasi pada bagian abdomen kanan atas, terdapat luka

dengan panjang 12 cm lebar 5 cm, Leukosit : 17.300 /µL

49
3.4 INTERVENSI KEPERAWATAN

Inisial klien : Tn. R Dx. Medis : Cholelithiasis

No. Medical Record : 565417 Tanggal pengkajian : 21 Juni 2023

No Tanggal Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
Setelah Manajemen nyeri
1. 21-06-23 Nyeri akut b.d
dilakukan Observasi :
Agen
tindaakan 1. Identifikasi
pencedera
keperawatan lokasi,
fisiologis
selama 3x24 jam karakterisktik,
diharapkan durasi,
tingkat nyeri frekuensi.
menurun dengan Kualitas,
Kriteria hasil : intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi
menurun skala nyeri
2. Meringis 3. Identifikasi
menurun respons nyeri
non verbal
4. Identifikasi
faktor yang
memperberat
dan meperingan
nyeri
Terapeutik :
1. Berikan teknik
non
farmakologis
untuk
mengurangi
rasa nyeri (mis.
teknik relaksasi
napas dalam,
teknik
imajinasi
terbimbing,
2. Kontrol
lingkungan
yang
memperberat
rasa nyeri (mis.

50
Suhu ruang,
pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi
istirahat dan
tidur
Edukasi :
1. Jelaskan
penyeabab,
peroide, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan
strategi
meredakan nyri
Anjurkan
teknik
farmakologis
untuk
mengurangi
nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik

Dukungan
2. 21-06-23 Gangguan Setalah
Mobilisasi
mobilitas fisik dilakukan
Observasi :
b.d Nyeri tidakan
1. Identifikasi
keperawatan
adanya nyeri
selama 3x24 jam
atau keluhan
diharapkan
fisik lainnya
mobilitas fisik
meningkat 2. Identifikasi
dengan kriteria toleransi fisik
hasil : melakukan
1. Pergerakan pergerakan
ekstremitas Terapeutik :
meningka 1. Fasilitasi
2. Kekuatan otot aktivitas
rentang gerak mobilisasi
(ROM) dengan alat
meningkat bantu (mis,
3. Nyeri pagar tempat

51
menurun tidur)
4. Gerakan 2. Fasilitasi
terbatas melakukan
menurun pergerakan,
jika perlu
5. Kelemahan
3. Libatkan
fisik menurun
keluarga untuk
membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan
dan dan
prosedur
mobilisasi
2. Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini
3. Ajarkan
mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis. Duduk, di
tempat tidur,
duduk di sisi
tempat tidur,
pindah dari
tempat tidur ke
kursi)

Setelah Pencegahan
3. 21-06-23 Risiko infeksi
dilakukan Infeksi
d.d efek
tindakan Observasi :
prosedur
keperawatan 1. Monitor tanda
infasiv
selama 3x24 jam dan gejala
diharpkan derajat infeksi lokasi
infeksi menurun dan sistemik
dengan kriteria Terapeutik :
hasil : 1. Batasi jumlah
1. Kebersihan pengunjung
tangan
2. Cuci tangan
meningkat
sebelum dan
2. Kemerahan
sesudah kontak
menurun
dengan
3. Nyeri

52
menurun pasien dan
lingkungan
pasien
3. Pertahankan
teknik steril
pada pasien
berisiko tinggi

Edukasi :
1. Jelaskan tanda
dan gejala
infeksi
2. Ajarlkan cuci
tangan dengan
benar
3. Ajarkan cara
memeriksa
kondisi luka
atau luka
operasi
4. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika
perlu

53
3.5 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Inisial klien : Tn. R Dx. Medis : Cholelithiasis

No. Medical Record : 565417 Tanggal pengkajian : 21 Juni 2023

Tanggal Diagnosa Jam Implementasi Hasil Jam Evaluasi Tand


a
Keperawatan Keperawatan (SOAP)
Tang
an
22-06- Nyeri akut 08.00 14.00 S:
23
1. Mengidentifik 1. P:Nyeri P: klien
asi lokasi, bertambah mengatakan
karakterisktik, saat klien masih nyeri pada
durasi, bergerak luka post op
frekuensi.
Kualitas, Q:Klien Q:Klien
intensitas emengatakan emengatakan
nyeri nyeri seperti nyeri seperti
tertusuk-tusuk tertusuk-tusuk
R:Nyeri R:Nyeri dirasakan
dirasakan bagian abdomen
bagian kanan atas
abdomen
S: Skala nyeri 4
kanan atas
(sedang)
S: Skala nyeri
T:Nyeri hilang
5 (sedang)
timbul
T:Nyeri hilang
O:
timbul
Ku : lemah
2. Mengidentifik 1. Tampak klien
2. Skala nyeri 4
asi skala nyeri memegangi
abdomen
2. Tampak klien
meringis
3. Memberikan 3. Tampak klien
teknik non 3. Klien gelisah
farmakologis menerima
untuk serta 4. Tampak
mengurangi mengikuti terpasang
rasa nyeri latikhan IFVD
(teknik relaksasi paracetamol
relaksasi napas dalam 1000 cc
napas dalam)

54
TD:140/90
mmHg
Nadi:80x/men
it
4. Mengontrol 4. pencahayaan
RR:22 x/menit
lingkungan ruangan klien
yang cukup baik S : 36,5˚C
memperberat
A:
rasa nyeri
Masalah belum
teratasi
5. Memfasilitasi 5. Klien
istirahat dan mengatakan P:
tidur tidur dengan
Lanjutkan
cukup
intervensi
1. Identifikasi
lokasi,
karakterisktik,
6. Meganjurkan 6. Klien paham durasi,
teknik dan menerima frekuensi.
farmakologis anjuran yang Kualitas,
untuk diberikan intensitas
mengurangi nyeri
nyeri (teknik 2. Identifikasi
relaksasi skala nyeri
napas dalam) 3. Kontrol
lingkungan
7. Berkolaborasi 7. Diberikan ifvd yang
pemberian Paracetamol memperberat
analgetik rasa nyeri
4 Anjurkan
teknik
farmakologis
untuk
mengurangi
nyeri (teknik
relaksasi
napas dalam)
2. Kolaborasi
pemberian
analgetik

Gangguan 08.00
1. Mengidentifik 14.00 S:
asi adanya
1.klen
mobilitas fisik mengatakan
nyeri atau Klien mengatakan
masih nyeri saat
keluhan fisik masih nyeri saat
bergerak
lainnya bergerak

55
2. Mengidentifik 2. klien O:
asi toleransi mengatakan
fisik pergerakan
- Klien tampak
lemah
melakukan masih dibantu
pergerakan keluarga - Klien tampak
terbatas dalam
bergerak

3. Melibatkan - Klien tampak


keluarga untuk
3. Keluarga dibantu
tampak keluarga
membantu
membantu dalam
klien dalam
aktivitas klien melakukan
meningkatkan
pergerakan pergerakan
TD:140/90
4. Menjelaskan 4.Klien dan
mmHg
tujuan dan keluarga
prosedur memahami Nadi:80x/menit
mobilisasi tujuan dari
RR:22 x/menit
mobilisasi yang
sudah S : 36,5˚C
dijelaskan
A:

5. Mengajarkan Masalah belum


5. Klien tampak
mobilisasi teratasi
melakukan
sederhana pergerakan P:
yang harus miring kanan
dilakukan dan kiri dengan Intervensi
(mis. Duduk, bantuan dilanjutkan
di tempat minimal 1. Identifikasi
tidur, duduk di keluarga adanya nyeri
sisi tempat atau keluhan
tidur, pindah fisik lainnya
dari tempat
2. Identifikasi
tidur ke kursi)
toleransi fisik
melakukan
pergerakan
4. Libatkan
keluarga untuk
membantu
klien dalam
meningkatkan
pergerakan
5. Ajarkan
mobilisasi
sederhana
yang harus
dilakukan
(Duduk, di

56
tempat tidur,
duduk di sisi
tempat tidur,
pindah dari
tempat tidur
ke kursi)
Risiko infeksi 08.00
1. Memonitor 1. klien 14.00 S:
tanda dan
mengatakan
gejala infeksi Klien mengatakan
nyeri pada
lokasi dan merasakan nyeri
luka operasi
sistemik pada luka operasi
2. Mencuci 2. keluarga klien
O:
tangan dan
sebelum dan pengunjung - Klien tampak
sesudah mencuci lemah
kontak dengan tangan
pasien dan sebelum dan - Tampak luka
lingkungan sesudah post operasi
pasien kontak dengan pada bagian
klien abdomen
kanan atas
3. Memprertahan - Terdapat luka
kan teknik 3. mencuci dengan
steril pada tangan panjang 12
pasien sebelum dan cm, lebar 5
berisiko tinggi sesudah cm abdomen
kontak dengan kanan atas
klien
TD:140/90
4. Menjelaskan mmHg
4. keluarga dan
tanda dan klien mengerti Nadi:80x/menit
gejala infeksi jika ada tanda RR:22 x/menit
dan gejala
pada luka S : 36,5˚C
operasi
A:
Masalah belum
5. Ajarlkan cuci 5. kleuaga klien
tertasi
tangan dengan dapat
benar melakukan P:
cuci tangan
Lanjutkan
dengan benar
intervensi
1. Monitor tanda
6. Mengajarkan 6. keluarga klien dan gejala
cara mengerti infeksi lokasi
memeriksa bagaimana dan sistemik
kondisi luka merawat luka 2. pertahankan
atau luka
teknik steril
operasi
pada pasien

57
berisiko tinggi
3. Jelaskan tanda
dan gejala
infeksi
4. Ajarkan cara
memeriksa
kondisi luka
atau luka
operasi

23-06-23 Nyeri akut 19.00


1. Mengidentifik 08.00 S:
asi lokasi,
1. klien
karakterisktik, mengatakan Klien mengatakan
durasi, nyeri mal nyeri pada luka
frekuensi. post op mulai
Kualitas, berkurang
intensitas
Klien mengatakan
nyeri
skala nyeri 3
2. Mengidentifik 2. skala nyeri 3
asi skala nyeri 3. klien dapat O:
3. Meganjurkan memperaktek Ku : Sedang
teknik a relaksaai
farmakologis napas daalm 1. Tampak sikap
untuk klien protektif
untuk
mengurangi menurun
nyeri (teknik
mengurangi
relaksasi napas rasa nyeri 2. Tampak klien
dalam) tenang
4. klien
4. Berkolaborasi diberikan TD:130/80
pemberian injeksi mmHg
analgetik merepenom Nadi : 80x/menit
500 mg
RR : 20 x/menit
S : 36,3˚C
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan
intervensi
1. Mengidentifik
asi lokasi,
karakterisktik,
durasi,
frekuensi.
Kualitas,
intensitas

58
nyeri
2. Mengidentifik
asi skala nyeri
3. Meganjurkan
teknik
farmakologis
untuk
mengurangi
nyeri (teknik
relaksasi napas
dalam)
4. Berkolaborasi
pemberian
analgetik

Gangguan 19.00
1. Mengidentifik 08.00 S:
asi adanya
1. Klien
mobilitas fisik mengatakan
nyeri atau Klien mengatakan
nyeri sudah
keluhan fisik sudah bisa miring
berkurang
lainnya kanan dan miring
kiri dengan
2. Mengidentifik bantuan minimal
asi toleransi 2. Klien dapat keluarga
fisik miring kanan
melakukan dan kiri O:
pergerakan dengan Ku : sedang
bantuan
1. Klien tampak
3. Melibatkan 3. Kleuarga masih dibantu
keluarga untuk membantu keluarga
membantu dalam dalam
pasien dalam pergerakan beraktivitas
meningkatkan klien
pergerakan 2. Klien tampak
miring kanan
dan kiri
4. Mengajarkan dengan
mobilisasi 4. Klien bantuan
sederhana mempraktekan minimal
yang harus mobilisasi
miring kanan TD : 130/80
dilakukan mmHg
(Duduk, di dan kiri
tempat tidur, Nadi : 80x/menit
duduk di sisi
RR : 20 x/menit
tempat tidur,
pindah dari S : 36,3˚C
tempat tidur
ke kursi, A:
miring kanan Masalah teratasi
dan kiri ) sebagian

59
P:
Intervensi
dilanjutkan
1. Libatkan
keluarga
untuk
membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
2. Ajarkan
mobilisasi
sederhana
yang harus
dilakukan
(Duduk, di
tempat tidur,
duduk di sisi
tempat tidur,
pindah dari
tempat tidur
ke kursi)

Risiko infeksi 19.00


1. Memonitor 08.00 S:
tanda dan
1. Klien
mengatakan
gejala infeksi Klien mengatakan
masih nyeri
lokasi dan masih merasakan
tetapi, Tidak
sistemik nyeri pada luka
tampak
op
kemerahan
pada luka, O:
abses,
Ku : sedang
bengkak,
demam 1. Tidak tampak
adanya abses,
bengkak,
kemerahan
2. Memprertahan 2. Mencuci pada luka
operasi
kan teknik tangan
steril pada sebelum dan 2. Terdapat luka
klien berisiko sesudah dengan
tinggi kontak dengan panjang 12
klien cm, lebar 5
cm abdomen
kanan atas
TD : 130/80
mmHg

60
3. Keluarga klien Nadi : 80x/menit
paham adanya
RR : 20 x/menit
gejala dan
3. Menjelaskan
tanda infeksi S : 36,3˚C
tanda dan
pada luka
gejala infeksi A:
Masalah teratasi
sebagian
4. Keluarga klien P:
paham cara
4. Mengajarkan Intervensi
memeriksa
cara dilanjutkan
kondi luka
memeriksa 3. Ajarrkan
kondisi luka cara
atau luka memeriks
operasi a kondisi
luka atau
luka
operasi

24-06-23 Nyeri akut 08.00


1. Mengidentifik 14.00 S:
asi lokasi,
1. Klien
mengatakan
karakterisktik, Klien mengatakan
nyeri sudah
durasi, nyeri sudah
berkurang
frekuensi. berkurang
pada luka
Kualitas,
operasi dengan skala
intensitas
nyeri 2
nyeri
O:
2. Mengidentifik 2. Skala nyeri 2
Ku : baik
asi skala nyeri
1. Tampak klien
tidak meringis
3. Meganjurkan 3. Klien
teknik mengatakan 2. Tampak klien
farmakologis mempraktek rileks
untuk kan relaksasi TD:130/70
mengurangi napas dalam mmHg
nyeri (teknik pada saat
relaksasi terasa nyeri Nadi : 78x/menit
dan setelah

61
napas dalam) relaksasi
RR : 20 x/menit
nyeri yang
dirasakan S : 36,3˚C
klien
berkurang
A:
Masalah tertasi
P:
Pertahankan
intervensi
1. Anjurkan
teknik
farmakologis
untuk
mengurangi
nyeri (teknik
relaksasi
napas dalam)
24-06-23 Gangguan
1. Libatkan S:
keluarga
1. Keluaraga
mobilitas b.d selalu
untuk Klien mengatakan
nyeri membantu
membantu sudah dapat
meningkatkan
pasien dalam duduk dengan
pergerakan
meningkatkan bantuan minimal
pada klien
pergerakan keluarganya
O:
2. Ajarkan 2. Klien sudah Ku : baik
mobilisasi dapat duduk
sederhana dengan 1. Kalien tampak
bantuan sudah mampu
yang harus
dilakukan keluarga nya duduk
(Duduk, di 2. Tampak klien
tempat tidur, rileks
duduk di sisi
tempat tidur, TD:130/70
pindah dari mmHg
tempat tidur Nadi : 78x/menit
ke kursi)
RR : 20 x/menit
S : 36,3˚C
A:
Masalah teratasi
P : pertahankan
intervensi
1. Libatkan

62
keluarga untuk
membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakaan
24-06-23 Risiko infeksi S:
d.d prosedur
1. Memprertahan 1. Cuci tangan
sebelum dan
kan teknik Klien mengatakan
infasiv sesudah
steril pada nyeri pada luka
kontak dengan
klien berisiko operasi sudah
klien
tinggi berkurang
2. Mengajarkan 2. Keluarga klen O:
cara paham
memeriksa bagaimana Ku : baik
kondisi luka memeriksa
atau luka 1. Tampak tidak
kondisi luka
operasi ada tanda-
pada Tn. R
tanda infeksi
seperi demam,
bengkak,
abses,
kemerahan
pada luka
2. terdapat luka
dengan
panjang 12
cm, lebar 5
cm abdomen
kanan atas
TD:130/70mmHg
Nadi : 78x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,3˚C
A:
Masalah teratasi
P:
Pertankan
intervensi

63
62

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian keperawatan

Berdasarkan asuhan keperawatan yang dilakukan pada Tn. R mulai dari

tanggal 21 Juni sampai tanggal 24 Juni 2023 di Ruang Rawat Inap Marwah

Rumah Sakit Siti Khadijah Palembang maka didapatkan hasil sebagai berikut:

Pada pengkajian diperoleh dari studi kasus ini yaitu klien post operasi

dengan keluhan utama mengalami nyeri dibagain abdomen kanan atas post

operasi. Tn. R mengatakan P : nyeri luka post op, Q: nyeri dirasakan seperti

ditusuk-tusuk, R: nyeri pada post op bagian abdomen sebelah kanan, S: skala

nyeri 5, T: klien mengatakan nyeri hilang timbul, klien tampak lemah, klien

tampak meringis, klien tampak gelisah, klien tampak memegangi abdomen. Hasil

tekanan darah 150/90 mmHg, Nadi 85 x/menit, respirasi 22 x/menit suhu 36,7˚C

Hasil penelitian yang dilakuakn oleh Arianto (2020) berjudul Asuhan

Keperawatan pada pasien dengan cholelithiasis yang dirawat di rumah sakit

dengan keluhan P: klien mengatakan nyeri pada luka post operasi Q: klien

mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk R:klien mengatakan nyeri pada perut

kanan atas S: klien mengatakan skala nyeri 4 T: nyeri terasa hilang timbul

nyeri yang dirasakan pada klien 1 dan 2 merupakan tanda dan gejala dari

cholelithiasis yang terjadi karena adanya Obstruksi pada duktus sistikus yang

tersumbat oleh batu empedu dan menimbulkan infeksi sehingga menimbulkan

rasa nyeri
Berdasarkan teori Nurjanah dan Sani (2020), nyeri akut terjadi setelah

adanya cedera akut, inflamasi penyakit atau intervensi bedah yang

berlangsung kurang dari enam bulan. Data yang mendukung diagnosa

keperawatan nyeri akut mengacu pada batasan karakteristik yaitu data

subjektif klien melaporkan nyeri dan skala nyeri, data objektif yaitu respon

otonom seperti perubahan ekspresi wajah, perubahan pada tekanan darah,

pernafasan, denyut nadi, perilaku ekpresif seperti pasien terlihat pucat,

menghela nafas panjang dan gelisah menahan sakitnya, kesakitan atau

merintih.

Penulis berasumsi keluhan yang umum dirasakan pada klien post

cholethiasis adanya nyeri pada luka post post operasi. Lokasi nyeri pada

abdomen kanan atas post operasi.

Pada pengkajian pemeriksaan muskuloskletal rentang gerak terbatas,

keseimbangan jalan tidak tegap, aktivitas sehari-hari dibantu sebagian, akral

hangat. Data lain klien mengatakan nyeri luka post operasi saat begerak. Hasil

tekanan darah 150/90 mmHg, Nadi 85 x/menit, respirasi 22 x/menit suhu 36,7˚C.

Berdasarkan teori mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan

fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri (Tim Pokja SDKI DPP

PPNI, 2016).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Watiningrum (2020) Hasil

pengkajian pada Ny.S didapatkan hasil warna kulit sawo matang, kuku bersih,

turgor kulit turun, tidak terdapat fraktur / gangguan, tidak terdapat kelainan

jaringan dan nyeri, kekuatan otot ekstremitas atas 5, esktremitas bawah 5,

63
mengeluh nyeri saat bergerak, tampak cemas saat melakukan pergerakan,

pasien tampak lemah, aktivitas banyak dilakukan diatas tempat tidur, tidak

ada paralisis, tidak ada hemiparase pada ekstremitas kanan maupun kiri, tidak

ada fraktur, tidak ada dislokasi, tidak memakai alat bantu traksi, tidak ada

krepitasi dan tidak ada atrofi otot.

Penulis berasumsi bahwa pada klien dengan post operasi pengangkatan

batu empedu menyebabkan gangguan pada keterbatasan anggota gerak tubuh

karena nyeri

Pada pengkajian pemeriksaan integumen warna kulit normal, turgor

elastis, terdapat luka operasi panjang 12 cm lebar 5 cm pada bagian abdomen

kanan atas, luka tampak memerah pada luka post operasi abdomen kanan

atas, dan luka terasa nyeri. Hasil tekanan darah 150/90 mmHg, Nadi 85 x/menit,

respirasi 22 x/menit suhu 36,7˚C

Berdasarkan teori Meylinda (2020 ) Risiko infeksi adalah keadaan

dimana seorang individu terserang oleh agen patogenik atau aportunistik

(virus, jamur, bakteri, protozoa, parasit), bahwa diagnosa risiko tinggi infeksi

dapat ditegakkan apabila ada faktor – faktor resiko diantaranya tindakan

pembedahan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arianto (2020) berjudul Asuhan

keperawatan pada pasien dengan cholelithiasis yang dirawat dirumah sakit

saat pengkajian ditemukan pada kedua pasien selanjutnya adalah resiko

infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif. Pada saat dilakukan

64
pengkajian sistem integumen ditemukan data objektif pada kedua pasien yaitu

terdapat luka hasil operasi dibagian perut

Penulis berasumsi bahwa nyeri dan kemerahan yang timbul

menandakan respon jika terjadi proses peradangan pada luka post operasi.

tanda-tanda infeksi salah satunya adalah nyeri, kemerahan.

4.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilain klinis mengenai

respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa

keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,

keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan

(Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, 2016).

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis diagnosa keperawatan

yang ditemukan pada Tn. R yaitu :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan

data subjektif yaitu: P : klien mengeluh nyeri pada luka post operasi, Q:

nyeri seperti di tusuk-tusuk, R: nyeri di bagian abdoomen kanan atas, S:

skala nyeri 5, T: nyeri hilang timbul. Data objektif: klien tampak lemah,

klien tampak meringis, klien tampak gelisah. TD: 150/90 mmHg, Nadi:

85x/menit, RR: 22x/menit, S: 36,7 ˚C.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan

data subjektif yaitu: klien mengatakan nyeri saat bergerak. Data objektif:

klien tampak Klien tampak lemah, klien tampak terbatas dalam bergerak klien

65
selalu dibantu oleh keluarga dalam aktivitas. TD: 150/90 mmHg, Nadi:

85x/menit, RR: 22x/menit, S: 36,7 ˚C.

3. Risiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif dibuktikan dengan

data subjektif yaitu klien mengatakan nyeri pada luka post op. Data objektif

yaitu klien tampak lemah, tampak luka post operasi pada bagian abdomen

kanan atas, terdapat luka dengan panjang 12 cm lebar 5 cm, Leukosit 17.300

/ul. TD: 150/90 mmHg, Nadi: 85x/menit, RR: 22x/menit, S: 36,7 ˚C.

Berdasarkan teori Menurut Nurarif & Kusuma, 2016 dengan

menggunakan standar diagnosis keperawatan indonesia masalah

keperawatan pada klien Cholelithiasis yang sering ditegakkan pada

diagnosa post operasi Cholelithiasis yang sering ditegakkan yaitu nyeri

akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi),

gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, risiko infeksi

ditandai dengan efek prosedur invasif .

Studi kasus ini sejalan dengan penelitian Arianto, (2020) bahwa

diagnosa yang akan muncul pada klien post cholelithiasis adalah nyeri

akut berhubungan dengan agen pencedera fisik nyeri akut terjadi setelah

adanya cedera akut, inflamasi penyakit atau intervensi bedah yang

berlangsung kurang dari enam bulan, gangguan mobilitas fisik

berhubungan dengan nyeri pada klien cholelithiasis setelah dilakukan nya

operasi pengangkatan batu empedu menyebabkan gangguan pada keterbatasan

anggota gerak tubuh karena nyeri saat bergerak sehingga mobilitas fisik

terganggu, dan risiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif setelah

dilakukannya tindakan cholecystectomy dapat menimbulkan masalah

66
terputusnya kontinuitas jaringan akibat prosedur tindakan invasif

mengakibatkan munculnya gangguan integritas kulit dan mengakibatkan

kuman atau bakteri mudah masuk kedalam jaringan kulit, sehingga

pasien beresiko untuk terkena infeksi, dan menunjukkan peningkatan

leukosit 17.300/ L menandakaan adanya proses infeksi.

Menurut asumsi penulis dalam pengambilan diagnosa keperawatan

sudah sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan

Indonesia) terdapat data mayor dan minor diagnosa nyeri akut yakni

mengeluh nyeri, tampak meringis, klien gelisah, tekanan darah

meningkat. Data mayor dan minor diagnosa gangguan mobilitas fisik

mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas, rentang gerak (ROM)

menurun, nyeri saat begerak, enggan melakukan pergerakan, merasa

cemas saat bergerak, sedangkan dignosa risiko infeksi faktor risiko dari

adanya efek prosedur invasif.

4.3 Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang

dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian

klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan, dan pemulihan kesehatan

klien individu, keluarga, dan komunitas (Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia, 2016).

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

Penulis menyusun rencana asuhan keperawatan pada diagnosa

nyeri akut setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam di

67
harapkan tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil keluhan nyeri

menurun, meringis menurun (Standar Luaran Keperawatan Indonesi).

Adapun intrvensi yang dapat dilakukan antara lain identifikasi lokasi,

karakteristik, duarasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi skala

nyeri, berikan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

(teknik relaksasi napas dalam, teknik imajinasi terbimbing) (Standar

Intervensi Keperawatan Indonesi).

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

Penulis menyusun rencana asuhan keperawatan gangguan mobilitas

fisik dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24

jam di harapkan mobilitas fisik meningkat dengan kriteria hasil ergerakan

ekstremitas meningka, kekuatan otot rentang gerak (ROM) meningkat,

nyeri menurun, gerakan terbatas menurun, Kelemahan fisik menurun

(Standar Luaran Keperawatan Indonesia). Adapun intervensi yang dapat

dilakukan antara lain identifikasi adanya keluhan nyeri atau keluhan fisik

lainnya, anjurkan melakukan mobilisasi dini, ajarkan mobilisasi sederhana

yang harus dilakukan (mis. Duduk, di tempat tidur, duduk di sisi tempat

tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi). (Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia ).

3. Risiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif

Penulis menyusun rencana asuhan keperawatan risiko infeksi

dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

di harapkan derajat infeksi menurun dengan kriteria hasil kebersihan

68
tangan meningkat kemerahan menurun nyeri ( Standar Luaran

Keperawatan Indonesia ) adapun intervensi yang dapat dilakukan antara

lain monitor tanda dan gejala infeksi lokasi dan sistemik batasi jumlah

pengunjung, cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan, jelaskan

tanda dan gejala infeksi, ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka

operasi (Standar Intervensi Keperawatan Indonesi)

Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016), diagnosa

keperawatan yang dapat ditegakkan pada klien post op cholethiasis.

Disertai dengan tujuan, kriteria hasil, dan intervensi yang menunjang

untuk mengatasi masalah nyeri akut, gangguan mobilitas fisik, dan risiko

infeksi.

Berdasarkan uraian diatas secara hasil penelitian yang dilkukan

oleh penulis, toeri ada kesamaan mengenai intervensi keperawatan pada ke

3 diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera

fisik, gangguan mobilitas fisk berhubungan dengan nyeri, dan risiko

infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif

4.4 Implementasi keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

Pada Tn. R dengan post op cholelithiasis dilakukan implementasi

keperawatan dari tanggal 22 Juni – 24 Juni 2023 yaitu : identifikasi lokasi,

karakterisktik, durasi, frekuensi. Kualitas, intensitas nyeri, identifikasi

skala nyeri memberikan teknik relaksasi napas dalam dan berkolaborasi

dalam pemberian analgesik IVFD paracetamol 1000 mg pada 3x24 jam.

69
Berdasarkan teori Mubarak dkk (2015) Penatalaksanaan klien

post operasi cholelithiasis dilakukan secara farmakologi maupun non

farmakologi. Salah satu bentuk pelaksanaan nyeri secara non farmakologi

adalah tehnik distraksi. Mekanisme distraksi terjadi penurunan perhatian

atau persepsi terhadap nyeri dengan memfokuskan perhatian pasien pada

stimulasi lain atau menjauhkan pikiran terhadap nyeri. Salah satu bentuk

distraksi untuk mengatasi nyeri adalah distraksi teknik relaksasi napas

dalam atau deep breathing exercise (DBE). Jenis distraksi ini biasanya

dilakukan dengan posisi rileks serta menghirup udara lewat hidung

menahan 2-3 detik kemudian dihembuskan lewat mulut. Relaksasi napas

dalam ini dapat memberikan efek positif mengurangi ketegangan otot,

rasa jenuh, kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulus nyeri.

Berdasarkan teori perry & potter (2016) Nyeri merupakan

masalah yang sering muncul setelah pembedahan yang akan

menyebabkan stress selama masa penyembuhan akibat dari nutrisi yang

tidak adekuat, gangguan pada sirkulasi dan perubahan metabolisme yang

dapat memperlambat penyembuhan luka keluhan yang menonjol pada

penderita pasca pembedahan yaitu mengeluh nyeri secara efektif.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah & Sani

(2020) yang berjudul asuhan keperawatan pada pasien post operasi

cholethiasis dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman: nyeri

dengan masalah nyeri akut, yang dilakukan tindakan keperawatan dengan

teknik relaksasi napas dalam selama lebih dari 10 menit dengan dilakukan

70
dua kali sehari selama tiga hari hari berturut - turut didapatkan hasil

penurunan skala nyeri dari skala 4 menjadi skala 1. Hal ini menunjukkan

bahwa pemberian tindaakn terapi relaksasi napas dalam dapat

menurunkan nyeri pada pasien post operasi cholelithiasis.

Berdasarkan uraian diatas penulis berasumsi bahwa tindakan

mandiri keperawatan dengan memberikan teknik relaksasi napas dalam

pada klien post op cholelithiasis dapat menurunkan nyeri yang mengalami

masalah nyeri akut.

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

Pada Tn. R dengan post op cholelithiasis dilakukan implementasi

dari tanggal 22 Juni – 24 Juni 2023 yaitu : memfasilitasi aktivitas

pergerakan dengan alat bantu (memasang pinggiran tempat tidur),

memfasilitasi melakukan pergerakan (klien dibantu keluarga dalam

melakukan pergerakan), melibatkan keluarga untuk membantu pasien

dalam meningkatkan pergerakan, perbanyak istirahat tidur, mengajarkan

pergerakan sederhana yang harus dilakukan (klien dibantu melakukan

pergerakan miring kanan miring kiri dan duduk ditempat tidur).

Berdasarkan teori Kurniawan (2017) bahwa klien post operasi

mengeluhkan nyeri seperti di tusuk-tusuk dan nyeri secara serius dapat

menghambat aktivitas klien, dengan adanya bantuan kepada klien dalam

pemasangan pinggiran tempat tidur, membantu pergerakan seperti miring

kanan dan miring kiri, dan memperbanyak istirahat agar nyeri yang dirasa

berkurang dapat meningkatkan pergerakan klien.

71
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adriani & Saudi

(2022) yang berjudul asuhan keperawatan pada pasien post kolesistektomi

dengan nyeri akut di Rumah Sakit Wilayah Depok. Pada diagnosis Ny. R

yaitu gangguan mobilitas fisik setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x24 jam dengan memberikan tindakan seperti melibatkan

keluarga untuk membantu pasien melakukan pergerakan, mengajarkan

mobilisasi sederhana seperti miring kanan miring kiri, dan menganjurkan

perbanyak istirahat, didapatkan masalah mobilitas fisik teratasi sesuai

dengan kriteria hasil yaitu pasien menunjukan aktivitas tanpa dibantu.

Berdasarkan uraian diatas penulis berasumsi bahwa klien setelah

dilakukan tindakan mobilisasi dini dan membantu pergerakan miring

kanan miring kiri dan perbanyak istirahat tidur mampu meningkatkan

aktivitas klien .

c. Risiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif

Pada Tn. R dengan post op cholelithiasis dilakukan implementasi

dari tanggal 22 Juni – 24 Juni 2023 yaitu : memonitor tanda dan gejala

infeksi sistemik, mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan

klien dan lingkungan klien, mempertahankan teknik aseptik pada klien,

menjelaskan kepada keluarga tentang tanda dan gejala infeksi (tanda

infeksi yang dipantau perubahan suhu tubuh, kulit pucat, luka

kemerahan, bengkak, adanya abses, nyeri), mengajarkan cara memeriksa

kondisi luka atau luka operasi

72
Berdasarkan teori WatiNingrum (2020) mencuci tangan adalah

langkah efektif untuk membantu melindungi perkembangan organisme

yang dapat menyebabkan infeksi pada pasien. Tingginya angka kejadian

infeksi dapat berpengaruh terhadap mutu pelayanan kesehatan sehingga

diperlukan upcaya pencegahan dan pengendaliankegiatan yang penting

dilakukan dilingkungan rumah sakit dan terbukti signifikan menurunkan

kejadian infeksi. Pencegahan dan pengendalian infeksi wajib

dilaksanakan oleh perawat, dokter dan seluruh orang yang terlibat dalam

perawatan pasien Karena seluruh orang terlibat dalam perawatan pasien

juga termasuk keluarga.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Watiningrum (2020)

berjudul Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Diagnosa Medi

Cholelithiasis di ruang Mirah RS PHC Surabaya. Dengan diagnosa risiko

infeksi mengajarkan kepada keluarga cara mencuci tangan dengan benar

(6 langkah) adalah kegiatan yang penting dilakukan dilingkungan rumah

sakit dan terbukti signifikan menurunkan kejadian infeksi.

Berdasrkan uraian diatas tindakan mencuci tangan sebelum dan

sesuda kontak dengan klien dengan risiko infeksi dapat menurunkan

kejadian infeksi.

73
4.5 Evaluasi keperawatan

4.5.1 Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam didapatkan

hasil pada Tn. R dengan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan

agen pencedera fisik

Pada hari pertama didapatkan hasil evaluasi pada Tn. R

mengatakan P: klien mengatakan masih nyeri pada luka post op

Q:Klien emengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk R:Nyeri dirasakan

bagian abdomen kanan atas S: Skala nyeri 4 (sedang) T:Nyeri hilang

timbul, tmpak klien memegangi abdomen, tampak klien meringis,

tampak klien gelisah, tampak terpasang IFVD paracetamol 1000

cc,tekanan darah 140/90 mmHg, Nadi 80 x/menit, pernapasan 22

x/menit, suhu 36 ˚C.

Pada hari kedua didapatkan hasil evaluasi pada Tn. R

mengatakan klien mengatakan nyeri pada luka post op mulai berkurang

skala nyeri 3, tampak sikap klien protektif menurun tampak klien tenang,

tekanan darah 130/90 mmHg, pernapasan 20x/menit, Nadi

80x/menit , suhu 36.3 ˚C.

Pada hari ketiga didapatkan hasil evaluasi pada Tn. R

mengatakan Klien mengatakan nyeri sudah berkurang dengan skala

nyeri 2 tampak klien tidak meringis, tampak klien rileks, tekanan

darah 130/70 mmHg nadi 78x/menit, pernapasan 20 x/menit, sushu

36,3˚C

74
4.5.2 Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam didapatkan

hasil pada Tn. R dengan diagnosa keperawatan gangguan mobilitas

fisk berhungan dengan nyeri

Pada hari pertama didapatkan hasil evaluasi pada Tn. R

mengatakan Klien mengatakan masih nyeri saat bergerak, klien tampak

lemah, Klien tampak terbatas dalam bergerak, klien tampak dibantu keluarga

dalam melakukan pergerakan, tekanan darah 140/90 mmHg, Nadi 80

x/menit, pernapasan 22 x/menit, suhu 36 ˚C.

Pada hari kedua didapatkan hasil evaluasi pada Tn. R

mengatakan klien mengatakan sudah bisa miring kanan dan miring kiri

dengan bantuan minimal keluarga, keadaan klien sedang, kien tampak masih

dibantu keluarga dalam beraktivitas, klien tampak miring kanan dan kiri

dengan bantuan minimal, tekanan darah 130/90 mmHg, pernapasan

20x/menit, Nadi 80x/menit , suhu 36.3 ˚C.

Pada hari ketiga didapatkan hasil evaluasi pada Tn. R

mengatakan klien mengatakan sudah dapat duduk dengan bantuan minimal

keluarganya, kalien tampak sudah mampu duduk, tampak klien rileks,

tekanan darah 130/70 mmHg nadi 78x/menit, pernapasan 20 x/menit,

sushu 36,3˚C

4.5.3 Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam didapatkan

hasil pada Tn. R dengan diagnosa keperawatan risiko infeksi

dintandai dengan efek prosedur invasif

75
Pada hari pertama didapatkan hasil evaluasi pada Tn. R

mengatakan Klien mengatakan merasakan nyeri pada luka operasi,

klien tampak lemah tampak luka post operasi pada bagian abdomen

kanan atas, terdapat luka dengan panjang 12 cm, lebar 5 cm, tekanan

darah 140/90 mmHg, Nadi 80 x/menit, pernapasan 22 x/menit, suhu

36 ˚C.

Pada hari kedua didapatkan hasil evaluasi pada Tn. R

mengatakan Klien mengatakan masih merasakan nyeri pada luka

operasi, keadaan klien sedang, tidak tampak adanya abses, bengkak,

kemerahan pada luka operasi, terdapat luka dengan panjang 12 cm,

lebar 5 cm, tekanan darah 130/90 mmHg, pernapasan 20x/menit,

Nadi 80x/menit , suhu 36.3 ˚C.

Pada hari ketiga didapatkan hasil evaluasi pada Tn. R

mengatakan Klien mengatakan nyeri pada luka operasi sudah berkurang,

keadaan klien baik, tampak tidak ada tanda- tanda infeksi seperi demam,

bengkak, abses, kemerahan pada luka, terdapat luka dengan panjang 12

cm abdomen kanan atas lebar 5 cm tekanan darah 130/70 mmHg nadi

78x/menit, pernapasan 20 x/menit, sushu 36,3˚

4.6 Kajian islami tentang kasus

Allah swt telah menyempurnakan susunan tubuh manusia menjadi

nyaman, termasuk pada saat tubuh kita melakukan proses pencernaan.

Makanan yang kita makan sesungguhnya mengalami proses yang panjang

dan rumit didalam tubuh kita sampai dikeluarkan kembali melalui

76
pembuangan yaitu anus. Islam menegaskan kepada orang muslim untuk

menjaga etika ketika makan. Allah memerintahkan kita untuk makan tidak

berlebih-lebihan dan Rasulullah SAW mengatakan bahwa perut adalah

seburuk-buruk tempat untuk diisi. Sebagian besar penyakit bersumber dari

perut.

Nabi Saw bersabda: Artinya: dari Al-Miqdam berkata. Aku mendengar

Rasulullah Saw. bersabda, ”tidak ada wadah yang sangat buruk jika diisi

penuh melebihi perut. Untuk seorang (anak Adam) itu sebenarnya cukup

untuk beberapa suap untuk menegakkan tulang belakangnya (bertenaga).

Tapi, jika terpaksa harus (makan) melebihi dari itu (beberapa suap), maka

(hendaklah dibagi) sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minum, sepertiga

lagi untuk pernapasan (udara)”. (HR Ahmad dan Al-Tirmidzi).

Perut yang terlalu penuh adalah sumber kerusakan dan sumber

sebagian besar penyakit. Yang dimaksud “perut” dalam hadis tersebut adalah

sistem pencernaan. Hal ini mengingat makanan yang dimakan manusia masuk

kedalam tubuh melewati sistem pencernaan. Sedangkan pada pandangan

herbalis yang dimaksud dengan “perut” sebagaimana disebutkan dalam hadis

tersebut lebih mengarah pada kolon (usus besar). Sebab pada organ ini sering

terjadi penumpukan sisa-sisa makanan yang pada akhirnya bisa menjadi

pemicu munculnya beberapa penyakit. Gangguan pada sistem pencernaan

umumnya disebabkan oleh kebiasaan cara makan yang salah atau berlebih-

lebihan. Yang telah dijelaskan dalam firman Allah Swt Qs. Al-A’raf

77
Artinya: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap

(memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.(Qs.

Al-A’raf: 31)

Janganlah makan berlebih-lebihan karena selain terkesan rakus dan tidak

ingat orang lain, juga tidak baik bagi kesehatan. Hal ini juga sesuai dengan

prinsip ilmu gizi - makanlah sesuai dengan kebutuhan dan berhentilah

sebelum kenyang.” dan janganlah kamu berlebih-lebihan dalam segala hal,

baik dalam beribadah dengan menambah cara atau kadarnya demikian juga

dalam makanan dan minuman apa saja, Karena sesungguhnya Allah tidak

menyukai. Yakni tidak melimpahkan rahmat dan ganjaran bagi orang-orang

yang berlebih-lebihan dalam hal apapun. Makan yang berlebih-lebihan

merupakan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam, selain

itu mempunyai dampak negatif bagi kesehatan.

78
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Asuhan Keperawatan pada Tn. R dengan

Cholelithiasis di Ruang Rawat Inap Marwah Rumah Sakit Islam Siti

Khadijah Palembang peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

5.1.1 Pengkajian keperawatan

Metode yang digunakan dalam pengkajian adalah wawancara,

observasi, pemeriksaan fisik. Pada saat pengkajian penulis

memperoleh beberapa data antara lain nyeri akut, gangguan mobilitas

fieik, risiko infeksi. Data tersebut muncul berdasarkan kondisi klien.

5.1.2 Diagnosa keperawatan

Pada Tn. R dengan diagnosa cholelithiasis diadaptkan 3

diagnosa yang muncul berdasarkan kondisi klien diantara nya adalah

nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik, gangguan

mobilitas berhubungan dengan nyeri, dan risiko infeksi ditandai

dengan efek prosedur invasif.

5.1.3 Intervensi keperawatan

Pada perencanaan Asuhan Keperawatan pada Tn. R dengan

Cholelithiasis di Ruang Rawat Inap Marwah Rumah Sakit Islam Siti

Khadijah palembang semua perencanaan dapat diterapkan dengan

menyesuaikan pada kondisi klien.

79
5.1.1 Implementasi keperawatan

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada kasus ini dilaksanankan

sesuai dengan intervesnsi keperawatan yang sudah dibuat, sesuai

diagnosa yang ditegakkan yaitu nyeri akut berhubungan dengan agek

pencedera fisik, gangguan mobilitas fisik berhungan dengan nyeri, dan

risiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif.

5.1.4 Evaluasi keperawatan

Evaluasi dari hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan

selama 3 x 24 jam, dari ke 3 diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut,

gangguan mbilitas fisk, dan risiko infeksi dapat teratasi semua

5.2 Saran

5.2.1 Bagi penulis

Hasil penelitian yang didapatkan bisa menjadi bahan acuan dan

menjadi bahan perbandingan pada peneliti selanjutnya dalam

melakukan penelitian pada klien dengan mengunakan riferensi SDKI,

SLKI, dan SIKI. Pada asuhan keperawatan pada klie dengan

cholelithiasis.

5.2.2 Bagi perawat

Asuhan keperawatan pada klien dengan cholelithiasis dapat

menjadi acuan bagi perwat dalam memberikan asuhan keperawatan

secara profesional dan komrehensif.

80
5.2.3 Bagi ilmu keperawatan

Menambah keluasan ilmu dalam keperawatan pada klien

dengan cholelithiasis berkembang setuap tahunnya dan juga pada

peneliti selanjutnya menjadikan perbandingan dalam melakukan

penelitian pada klien cholelithiasis.

5.2.4 Bagi masyarakat

Diaharapkan bagi masyarakat hendaknya lebih menambah

informasi melalui tenaga kesehatan, media masa maupun media

elektronik untuk mengetahui cara pencegahan dari penyakit

cholelithiasis dan mendukung sosialisasi tentang penyakit

cholelithiasis yang diberikan oleh tenaga kesehatan.

81
DAFTAR PUSTAKA

A. Nurarif, H. K. 2016. Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Penerapan Diagnosa


Medis dan Nanda Nic-NOC. Edisi 2. Jokjakarta: Mediaction Publishing.

Andriani, S. & Saudi. 2022. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post


Kolesistektomi Dengan Nyeri Akut Di Rumah Sakit Wilayah Depok. Jurnal
Of Nursing Scientific. ISSN : 2964-0059.

Arianto. F.M. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Denagn Cholelithiasis ynag
di Rawat Rumah Sakit. Karya Tulis Ilmiah.. Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur Jurusan Keperawatan

Baloyi, E. R. J., Rose, D. M., & Morare, N. M. T. 2020. Incidental gastric


diverticulum in a young female with chronic gastritis: A case report.
International Journal of Surgery Case Reports, 66, 63–67.

Bruno, L. 2019. Buku Ajar Anatomi Dan Fisiologi. Journal of Chemical


Information and Modeling (Vol. 53).

Kurniawan, A. A. Y. 2017. Buku ilmu kholelithiasis. Jakarta: Pt Penerbit buku


Kedokteran

Meylinda Eva. 2020. Asuhan keperawatan Pada Pasien Pre dan Post Operasi
Cholelithiasis Yang diRawat Rumah Sakit. Karya Tulis Ilmiah. Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Samarinda.

Mubarak, Iqbal W., Indrawati, Lilis & Susanto, Joko. 2015. Buku Ajar Ilmu
Keperawatan Dasar. Buku 2. Jakarta: Salemba Medika

Nurjannah & Sani. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi
Cholelithiasis Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman:
Nyeri. Jurnal Program Studi D3 Keperawatan. Universitas Kusuma Husada
Surakarta.

Potter & Perry., 2016. Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Rekam Medik Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang. 2023

Supriyanto, dkk. 2023. Studi Kasus : Penerapan Perioperatif Care Pada


Diagnosa Choleliathiasis Dengan Tindakan Operasi Kolesistektomi
Laparatomi. Jurnal Sains dan Kesehatan. Vol. 7, No.1. ISSN: 2962-1569.

Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

82
Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Jakarta: DPP PPNI.

Tim pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
DefinisiKriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Watiningrum Lila. 2020. Asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis
cholelitiasis di ruang mirah rs phc surabaya. Prodi Profesi Ners
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya.

83
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai