i
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
“Jangan terpaku pada keberhasilan dan kesuksesan orang lain, karena setiap
manusia memiliki tingkat kesuksesan yang berbeda. Dan Allah SWT. lah yang
paling tahu apa yang hamba-Nya butuhkan dan bukan sekedar apa yang ia
inginkan”
Kupersembahkan untuk :
1. Kepada Allah SWT. karena dengan segala pertolongan dan mampu
membantuku dalam menyelesaikan studi kasus ini.
2. Ayahanda (Alm. Marmin & Rokif Ariyanto), Ibunda (Sri Utami), Saudara
kandungku (Maulana Nur Mahmudi) yang telah memberikan do’a, kasih,
sayang dan motivasiku selama ini.
3. Dosen pembimbingku, Ibu Renny Triwijayanti, S.Kep., Ns., M.Kep, yang
telah memberikan ilmu, motivasi, dan bimbingan selama ini yang mungkin
menguras kesabaran dalam menyelesaikan Studi Kasus ini.
4. Dosen penguji I Ibu Annisa Rahmania, S.Kep., Ns., M.Kep dan Penguji II Ibu
Windy Astuti Cahya Ningrum, S.Kep., Ns., M.Kep yang telah banyak
memberikan arahan, karena saya menyadari bahwa masih banyak kesalahan
dan kekurangan dalam penulisan Studi Kasus ini.
5. Teman-teman (Erika, Indah, Ranti, Adelia, Ratih, Usie, Zulfa, Tari) yang
telah memotivasi serta memberikan semangat dalam menyelesaikan studi
kasus ini.
6. Kakak bimbing (Rizki Rivaldo dan Novtri Haryanti) yang telah memberikan
motivasi kepadaku selama pembuatan studi kasus ini.
7. Teman-teman departemen Keperawatan Gawat Darurat (Evi, Rahmi, Dodik,
Sutri, Gilang, Cahya, dan Rezki), terima kasih untuk satu tahun ini karena
sudah menemani, membantu, dan memberikan berbagai ilmu kepadaku.
8. Teman-teman seperjuangan mahasiswa DIII Keperawatan angkatan tahun
2018, terima kasih atas kebersamaan dan kebahagiaannya selama 3 tahun ini.
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI
I. Identitas
Nama : Asih Sekar Rini
NIM : 20018008
Tempat / Tanggal Lahir : Indralaya, 30 Juni 2020
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Status dalam Keluarga : Anak Kandung
Alamat : Jl. Kemuning Dusun III Rt. 06 Desa Pulau
Semambu, Kec. Indralaya Utara, Kab. Ogan
Ilir
No. Telp : 085758346480
Orang Tua
Ayah : Marmin (Alm)
Ibu : Sri Utami
Email : asih.rini22@gmail.com
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmatnya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul
“Penatalaksanaan Terapi Relaksasi Otot Progresif terhadap Tingkat Nyeri pada
Pasien dengan Gangguan Sistem Pencernaan: Gastritis di Ruang IGD Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang”. Penulisan Studi Kasus ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya
Keperawatan di Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah
Palembang. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan karya tulis ini,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan Proposal Studi Kasus Ini. Oleh
karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Heri Shatriadi CP., M.Kes selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan Dan
Tekhnologi Muhammadiyah Palembang.
2. Ibu Maya Fadlillah, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Institut Ilmu Kesehatan Dan Teknologi Muhammadiyah
Palembang.
3. Ibu Mar’atun Ulaa, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi Diploma
III Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan Dan Teknologi Muhammadiyah
Palembang
4. Ibu Renny Triwijayanti, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Pembimbing dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah
5. Ibu Annisa Rahmania, S.Kep,. Ns,. M.Kep selaku penguji I
6. Ibu Windy Astuti Cahya Ningrum S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji II
7. Seluruh Dosen dan staf Program Studi DIII Keperawatan IKesT
Muhammadiyah Palembang.
8. Pada keluarga yang selalu mendo’akan dan memberi motivasi dalam
menyelesaikan Studi Kasus
viii
9. Pada sahabat dan teman-teman yang selalu memberikan dukungan dan
semangat dalam pembuatan Studi Kasus ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT. berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Studi Kasus ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Palembang, 2021
Penulis
ix
ABSTRAK
Latar Belakang: Gastritis merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat adanya
inflamasi atau peradangan pada lapisan lambung yang ditandai dengan keluhan
abdomen yang tidak jelas, seperti anoreksia atau mual, sampai gejala lebih berat
seperti nyeri epigastrium. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri
adalah dengan pemberian terapi relaksasi otot progresif. Tujuan: Penatalaksanaan
terapi relaksasi otot progresif untuk mengurangi nyeri pada pasien Gastritis.
Metode: Penelitian ini menggunakan studi kasus pada 2 pasien Gastritis yang
mengalami nyeri ulu hati. Hasil: Setelah dilakukan penatalaksanaan terapi
relaksasi otot progresif selama 15 menit, terjadi penurunan skala nyeri pada kedua
pasien. Pasien pertama dengan skala nyeri 5 menjadi 3 setelah diberikan
intervensi, dan pada pasien kedua dengan skala nyeri 6 menjadi 4 setelah
diberikan intervensi. Kesimpulan: Penatalaksanaan terapi relaksasi otot progresif
dapat mengurangi nyeri ulu hati yang dirasakan pada pasien Gastritis. Saran:
Diharapkan agar pasien dapat melakukan terapi tersebut di rumah untuk
mengurangi nyeri ketika nyeri tersebut terulang kembali.
x
xi
DAFTAR ISI
xii
2. Diagnosis Keperawatan .......................................................................39
3. Intervensi Keperawatan .......................................................................39
4. Implementasi Keperawatan .................................................................50
5. Evaluasi Keperawatan .........................................................................50
6. Discharge Planning.............................................................................51
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Intervensi Keperawatan Gastritis ....................................................................36
2. Definisi Operasional .......................................................................................47
xiv
DAFTAR BAGAN
Halaman
1. Pathway Gastritis ............................................................................................18
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gambar Sistem pencernaan ...............................................................................7
2. Gambar Mulut Manusia & lapisan gigi ............................................................8
3. Gambar Kerongkongan (Esofagus) ...................................................................9
4. Gambar Anatomi Lambung ............................................................................10
5. Gambar Usus Halus ........................................................................................13
6. Gambar Usus Besar .........................................................................................13
7. Gambar Rektum & Anus ................................................................................14
8. Gambar Skala wajah .......................................................................................23
9. Gambar Skala Verbal Rating Scale (VRS) .....................................................23
10. Gambar Skala Numerical Rating Scale (NRS) ...............................................23
11. Gambar Skala Visual Analogue Scale (VAS) .................................................24
12. Gambar Melatih otot tangan ...........................................................................27
13. Gambar Melatih otot bagian belakang ............................................................28
14. Gambar Melatih otot biceps ............................................................................28
15. Gambar Melatih otot bahu ..............................................................................29
16. Gambar Melatih otot dahi, mata, rahang, dan mulut ......................................29
17. Gambar Merilekskan otot leher ......................................................................30
18. Gambar Melatih otot leher bagian depan ........................................................30
19. Gambar Melatih otot punggung ......................................................................31
20. Gambar Melemaskan otot dada ......................................................................31
21. Gambar Melatih otot perut ..............................................................................33
22. Gambar Melatih otot-otot kaki........................................................................33
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan dibidang ilmu pegetahuan serta teknologi di negara
berkembang seperti Indonesia banyak menimbulkan perubahan yang cukup
signifikan dari segi gaya hidup serta pola makan. Sebagai makhluk hidup
tentunya membutuhkan makanan untuk mendapatkan energi kembali.
Masyarakat modern yang saat ini cenderung sibuk dan kerap
mengesampingkan kesehatan menyebabkan pergeseran pola hidup yang serba
cepat dan instan sehingga menimbulkan berbagai masalah kesehatan.(Tandi.
2017)
Gaya hidup yang tidak sehat dengan contoh merokok serta
mengkonsumsi makanan seperti asinan, cuka, sambal serta alhokol dapat
meningkatkan asam lambung yang merupakan penyebab paling sering
terjadinya masalah pencernaan salah satunya gastritis. Gastritis saat ini
menjadi salah satu masalah kesehatan yang paling sering terjadi. (Irianto, dkk.
2019)
Gastritis terjadi karena adanya peradangan pada mukosa lambung.
Peradangan ini akan menyebabkan pembengkakan mukosa lambung sampai
terlepasnya epitel mukosa lambung dan epitel mukosa superfisial yang
menjadi penyebab utama gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan
merangsang peradangan pada lambung yang ditandai dengan nyeri pada perut
disertai dengan mual muntah. (Rizki & Febri. 2020)
Gastritis merupakan satu diantara masalah pencernaan yang banyak
diderita orang. Hampir 10% pasien datang ke instalasi gawat darurat dengan
gejala yang dokter mengindikasikannya dengan diagnosis gastritis. (Sari.
2020). Banyaknya faktor penyebab gastritis membuat angka kejadian gastritis
juga meningkat. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa
angka kematian di dunia akibat kejadian gastritis di rawat inap yaitu 17-21%.
(WHO. 2018)
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk membuat
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pencernaan:
Gastritis di Ruang IGD Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum diambilnya studi kasus ini adalah untuk mengetahui
gambaran bagaimana Asuhan Keperawatan melalui penatalaksanaan
Terapi Relaksasi Otot Progresif terhadap tingkat nyeri pada pasien dengan
gangguan pencernaan: Gastritis di ruang IGD Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.
5
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam studi kasus ini adalah:
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem pencernaan: gastritis melalui Terapi Relaksasi Otot Progresif
terhadap tingkat nyeri di ruang IGD Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang.
b. Merumuskan diagnosis keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem pencernaan: gastritis melalui penatalaksanaan Terapi Relaksasi
Otot Progresif terhadap tingkat nyeri di ruang IGD Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.
c. Melakukan intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem pencernaan: gastritis melalui penatalaksanaan Terapi Relaksasi
Otot Progresif terhadap tingkat nyeri di ruang IGD Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.
d. Melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem pencernaan: gastritis melalui penatalaksanaan Terapi Relaksasi
Otot Progresif terhadap tingkat nyeri di ruang IGD Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
pencernaan: gastritis melalui penatalaksanaan Terapi Relaksasi Otot
Progresif terhadap tingkat nyeri di ruang IGD Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.
f. Melakukan discharge planning pada pasien dengan gangguan sistem
pencernaan: gastritis melalui penatalaksanaan Terapi Relaksasi Otot
Progresif terhadap tingkat nyeri di ruang IGD Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.
D. Manfaat
Penulis berharap semoga penatalaksanaan bermanfaat untuk:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis studi kasus diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan
sebagai sumber informasi dalam menjawab permasalahan-permasalahan
6
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Gastritis merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat adanya
inflamasi atau peradangan pada lapisan lambung. (Verawati & Agustian.
2020). Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan
mukosa lambung yang bersifat akut atau kronik. (Amir. 2015 dalam
Nirmalarumsari & Tandipasang. 2020). Gastritis merupakan radang pada
jaringan dinding lambung yang paling sering diakibatkan karena
ketidakteraturan diet. (Brunner & Suddart. 2008 dalam Fahruddin, dkk.
2021)
Jadi dapat disimpulkan bahwa gastritis merupakan suatu penyakit
yang terjadi akibat adanya peradangan pada mukosa lambung dikarenakan
ketidakteraturan diet serta bisa bersifat akut maupun kronik.
7
8
yang diserap berupa nutrisi yang dibantu oleh enzim untuk memecah
molekul kompleks menjadi molekul-molekul yang lebih kecil sehingga
mudah diserap oleh tubuh atau bisa disimpulkan pencernaan merupakan
proses pemecahan secara mekanik dan kimiawi yag diubah menjadi bentuk
lebih sederhana sehingga mudah diserap tubuh, dan sisa-sisa makanan
akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui feses.
Organ gastrointestinal (saluran pencernaan) membentang dari mulut,
faring, esofagus (kerongkongan), lambung, usus kecil, usus besar, dan
lubang anus. Berikut anatomi dan fisiologi sistem pencernaan:
a. Mulut
d. Lambung
e. Usus halus
3. Etiologi
Etiologi dari gastritis adalah stress fisik, radiasi dan kemoterapi,
penggunaan alkohol secara berlebihan, penggunaan kokain, pemakaian
obat penghilang nyeri secara terus menerus, infeksi bakteri. (Setiadi, 2014
dalam Oktoriana & Firsty. 2019)
Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter Pylori, virus,
atau parasit lainnya juga dapat menyebabkan gastritis. Kontributor gastritis
akut adalah meminum alkohol secara berlebihan, infeksi dari kontaminasi
makanan yang dimakan, dan penggunaan kokain. Kortikosteroid juga
dapat menyebabkan gastritis seperti NSAID/OAINS (Obat Anti Inflamasi
Non Steroid) aspirin dan ibuprofen. (Dewit, Stromberg & Dallred, 2016
dalam Eka. 2018).
Menurut Gomez (2012) dalam Eka (2018) penyebab gastritis adalah
sebagai berikut:
a. Infeksi bakteri
Bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada lambung dan
menimbulkan gastritis cukup banyak jenisnya. Namun, yang paling
sering adalah bakteri Helicobacter Pylori yang merupakan bakteri gram
16
4. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddarth (2014), manifestasi klinis dari gastritis
akut dapat bervariasi dari keluhan abdomen yang tidak jelas, seperti
anoreksia atau mual, sampai gejala lebih berat seperti nyeri epigastrium,
muntah, perdarahan, hematemesis. Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak
ditemukan kelainan, kecuali jika penderita mengalami perdarahan yang
hebat sehingga menimbulkan tanda dan gejala gangguan hemodinamik
yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai
gangguan kesadaran. Klien juga mengeluh kembung, rasa asam di mulut.
Sedangkan manifestasi klinis dari gastritis kronik; gejala defisiensi B12,
17
sakit ulu hati setelah makan, bersendawa rasa pahit dalam mulut, mual,
dan muntah. (Oktoriana & Firsty. 2019)
5. Patofisiologi
Menurut Lemone, Priscilla, dkk (2016), obat-obatan, alkohol, garam
empedu, atau enzim-enzim pankreas dapat merusak lambung (gastritis
erosif), mengganggu pertahanan mukosa lambung dan memungkinkan
difusi kembali, asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung. (Oktariani &
Firsty. 2019)
Mukosa lambung sangat berperan penting dalam melindungi
lambung dari autodigesti oleh HCl dan pepsin. Apabila mukosa lambung
rusak maka terjadi difusi HCl ke mukosa, dan HCl akan merusak mukosa.
Mukosa lambung dapat menstimulasi perubahan pepsinogen menjadi
pepsin karena kehadiran HCl. Pelepasan histamin dari sel mast dapat
terangsang dari pepsin. Histamin dapat menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan cairan dari intrasel ke
ekstrasel dan menyebabkan edema serta kerusakan kapiler sehingga pada
lambung timbul perdarahan. (Oktariani & Firsty. 2019)
Gangguan tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya apabila
lambung melakukan regenerasi mukosa. Tetapi inflamasi akan terjadi terus
menerus lambung sering terpapar zat iritan. Lapisan mukosa lambung akan
hilang dan terjadi atropi sel mukosa lambung apabila jaringan yang
meradang diisi oelh jaringan fibrin. Faktor intrinsik yang dihasilkan sel
mukosa lambung dapat menurun atau hilang, sehingga cobalamin (Vitamin
B12) tidak dapat diserap di usus halus. Sementara dalam pertumbuhan dan
maturasi sel darah merah, vitamin B12 ini sangat penting. Hingga akhirnya
terjadilah anemia pada klien gastritis, selain itu dinding lambung yang
menipis rentan terhadap perforasi lambung serta perdarahan. (Eurica,
Candrawati & Warsono. 2017)
18
6. Pathway
Bagan 1 Pathway Gastritis
(Muttaqin, 2011; Hirlan, 2001)
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Kimberly (2014) dalam Oktoriana & Firsty (2019) pemeriksaan
diagnostik pada klien dengan Gastritis meliputi:
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah digunakan untuk memeriksa apakah terdapat
Helicobacter Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan
bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri, tapi itu tidak menunjukkan
bahwa pasien tersebut terinfeksi
b. Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rontgen saluran cerna bagian atas, tes ini meliputi akan
adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya
c. Pemeriksaan analisis lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan teknik penting
untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung.
d. Pemeriksaan feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri Helicobacter Pylori dalam
feses. Hasil yang positif mengindikasikan terjadinya infeksi,
pemeriksaan juga dilakukan terhadap ada atau tidaknya darah dalam
feses, hal ini menunjukkan adanya perdarahan dalam lambung.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gastritis menurut Kimberly (2014) dalam Oktariani &
Firsty (2019):
a. Terapi Farmakologi
1) Antikoagulan. Diberikan bila ada perdarahan pada lambung.
Antasida diberikan pada pasien gastritis yang kronik, cairan dan
elektrolit diberikan intravena untuk mempertahankan keseimbangan
cairan sampai gejala-gejala membaik, untuk gastritis yang tidak
parah diobati dengan antasida dan istirahat.
2) Histonin. Ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan
asam lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung.
20
B. Konsep Nyeri
1. Definisi Nyeri
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial.
Secara umum tanda dan gejala yang mengalami nyeri dapat terlihat dari
perilaku pasien, misalnya suara (menangis, merintih, menghembus nafas),
ekspresi wajah (meringis, menggigit bibir), pergerakan tubuh (gelisah, otot
tegang, mondar-mandir), interaksi sosial (menghindari percakapan,
disorientasi waktu). Manajemen nyeri terdapat dua cara yaitu terapi
farmakologi dan non farmakologi. Salah satu terapi non farmakologi yang
dapat diberikan yaitu terapi relaksasi otot progresif. (Dwi & Rahmayunia.
2018)
21
2. Klasifikasi Nyeri
Menurut Mubarak (2015) dalam Ningtyas (2020) klasifikasi nyeri
dibedakan berdasarkan tempat, sifat, intensitas, dan waktu serangan nyeri.
a. Menurut tempat
1) Periferal pain: nyeri permukaan (superficial pain), nyeri dalam
(deep pain), nyeri alihan (reffered pain), nyeri yang dirasakan pada
area yang bukan merupakan sumber nyerinya.
2) Central pain, terjadi karena perangsangan pada sumsum saraf pusat,
medula spinalis, batang otak, dll.
3) Psychogenic pain, nyeri dirasakan tanpa penyebab organik, tetapi
akibat dari trauma psikologis.
4) Phantom pain, merupakan perasaan pada bagian tubuh yang tak ada
lagi. Contohnya pada amputasi, phantom pain timbul akibat
stimulasi dendrit yang berat dibandingkan dengan stimulasi reseptor
biasanya. Oleh karena itu, orang tersebut akan merasa nyeri pada
area yang telah diangkat.
5) Radiating pain, nyeri yang dirasakan pada sumbernya yang meluas
ke jaringan sekitar.
6) Nyeri somatis dan nyeri viseral, kedua nyeri ini umumnya bersumber
dari kulit dan jaringan di bawah kulit (superfisial) pada otot dan
tulang.
b. Menurut Sifat
1) Insidentil: timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang.
2) Steady: nyeri timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang
lama
3) Paroxymal: nyeri dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali
serta biasanya menetap 10-15 menit, lalu menghilang dan
kemudian timbul lagi.
4) Intractable pain: nyeri yang resistan dengan diobati atau dikurangi.
Contoh pada artritis, pemberian analgetik narkotik merupakan
kontraindikasi akibat dari lamanya penyakit yang dapat mengalami
kecanduan.
22
dalam bentuk rasio. Nilai VAS antara 0-4 cm dianggap sebagai tingkat
nyeri rendah dan digunakan sebagai target untuk tatalaksana analgesia.
Nilai VAS >4 dianggap nyeri sedang menuju berat sehingga pasien
merasa tidak nyaman dan perlu diberikan obat analgesik penyelamat
(rescue analgetic).
Keterangan:
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan. Secara obyektif klien dapat berkomunikasi
dengan baik
4-6 : Nyeri sedang. Secara obyektif klien mendesism menyeringai,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya,
dapat mengikuti perintah dengan baik
7-9 : Nyeri berat. Secara obyektif klien terkadang tidak daoat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya,
tidak dapat diatasi rasa nyeri.
10 : Nyeri sangat berat. Pasien sudah tidak mampu lagi
berkomunikasi, memukul.
4. Manajemen Nyeri
a. Pendekatan Farmakologi
Penatalaksanaan nyeri secara farmakologi melibatkan pengguanan opiat
(narkotik), nonopiat/obat AINS (anti inflamasi nonsteroid), obat-obatan
adjuvans atau koanalgesik. Analgesik opiat mencakup derivat opium,
26
c. Gerakan 3: ditujukan untuk melatih otot biceps (otot besar pada bagian
atas pangkal lengan).
1) Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan
2) Kemudian membawa kedua kepalan tangan ke arah pundak
sehingga otot biceps akan menjadi tegang
2) Punggung dilengkungkan
3) Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian
rilekskan.
4) Saat rileks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan
otot menjadi lemas.
m. Gerakan 14 dan 15: ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha
dan betis)
1) Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang
2) Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga
ketegangan pindah ke otot betis.
3) Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.
4) Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.
e) Tekanan darah
Pasien dengan diagnosis gastritis biasanya tidak mempengaruhi
perubahan tekanan darah
f) Capilarry refill time
Capilarry refill time pada pasien gastritis biasanya normal
kisaran< 2 detik
g) Akral
Biasanya akral teraba dingin pada pasien gastritis
h) Turgor
Biasanya turgor masih elastis pada pasien gastritis
4) Disability
a) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran penderita gastritis biasanya masih sadar atau
composmentis
b) GCS
GCS dalam kisaran normal
c) Pupil
Reaksi pupil biasanya isokor
d) Fungsi bicara
Fungsi bicara baik
e) Kekuatan otot
Kekuatan otot baik
f) Sensibilitas
Sensibilitas pasien gastritis normal
g) Tonus otot
Tonus otot baik
h) Klonus otot
Klonus otot baik
i) Refleks patologis
Tidak terdapat refleks patologis
5) Exposure
a) Trauma
36
d) Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungitva tidak anemis
e) Telinga
Telinga biasanya simetris
f) Hidung
Hidung simetris tidak terdapat gangguan penciuman karna
adanya sekret
g) Leher
Leher simetris tidak ada penonjolan dan refleks menelan baik
h) Dada/paru
Dada/paru tidak ada masalah atau gangguan
i) Abdomen
Abdomen mengalami nyeri tekan
j) Genetalia
Genetalisa simetris tidak terjadi gangguan
k) Ekstremitas
Pada ekstremitas biasanya lemah
l) Kulit.
Kulit biasanya elastis kecuali pada pasien yang mengalami
muntah akan mempengaruhi keelastisan kulit
4) Spiritual
a) Aktivitas ibadah dan kegiatan keagaamaan yang biasa dilakukan
sehari-hari
b) Aktivitas ibadah dan kegiatan keagamaan yang sekarang tidak
dapat dilaksanakan
c) Perasaan pasien akibat tidak dapat melaksanakan hal tersebut
d) Upaya pasien mengatasi perasaan tersebut
e) Keyakinan pasien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang
sekarang sedang dialami
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan darah untuk memeriksa apakah pasien
pernah kontak dengan bakteri.
2) Pemeriksaan Diagnostik
Dilakukan pemeriksaan rontgen saluran cerna bagian atas, tes ini
untuk mengetahui adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya dan pemeriksaan analisis lambung tes ini untuk
mengetahui sekresi asam dan merupakan teknik penting untuk
menegakkan diagnosis penyakit lambung.
e. Penatalaksanaan
1) Cairan
Cairan yang diberikan biasanya RL
2) Therapi
Terapi yang diberikan biasanya terapi injeksi Ranitidin dan
Ondansetron.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan
39
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan segala treatment yang dilakukan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan, dan penilaian klinis
untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. (SIKI. 2018).
Perencanaan atau intervensi berisikan daftar urutan prioritas masalah,
40
12. Berfokus pada diri sendiri 2. Berikan informasi tertulis 2. Untuk memudahkan
13. Diaforesis tentang persiapan dan pasien dalam melakukan
(SDKI. 2017) prosedur teknik relaksasi terapi secara mandiri
3. Gunakan pakaian longgar 3. Untuk membuat pasien
nyaman
4. Gunakan nada suara lembut 4. Untuk membuat suasana
dengan irama lambat dan tidak tegang
berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai 5. Untuk mengefektifkan
strategi penunjang dengan intervensi
analgetik atau tindakan medis
lain, jika sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, 1. Untuk mengedukasi
batasan, dan jenis relaksasi pasien
yang tersedia
2. Jelaskan secara rinci intervensi 2. Untuk mengedukasi
relaksasi yang dipilih pasien
3. Anjurkan mengambil posisi
nyaman 3. Untuk memposisikan
4. Anjurkan rileks dan pasien agar nyaman
merasakan sensasi relaksasi 4. Untuk merilekskan tubuh
5. Anjurkan sering mengulangi pasien
atau melatih teknik yang 5. Untuk mengefektifkan
dipilih terapi
6. Demonstrasikan dan latih 6. Untuk memudahkan
teknik relaksasi otot pasien
progresif. mempraktikkannya
43
membahayakan
Terapeutik
1. Berikan teknik 1. Untuk mengurangi rasa
nonfarmakologis terapi nyeri
relaksasi otot progresif untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang 2. Untuk mengetahui apakah
memperberat rasa nyeri lingkungan berpengaruh
pada nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur 3. Untuk memenuhi
kebutuhan istirahat pasien
4. Pertimbangkan jenis dan 4. Untuk menentukan terapi
sumber nyeri dalam pemilihan yang efektif
strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, 1. Untuk mengedukasi
dan pemicu nyeri pasien
2. Jelaskan strategi meredakan 2. Untuk mengedukasi
nyeri pasien
3. Anjurkan memonitor nyeri 3. Untuk membuat pasien
secara mandiri mandiri
4. Anjurkan menggunakan 4. Untuk mengefektifkan
analgetik secara tepat analgetik yang
dikonsumsi
5. Ajarkan teknik terapi relaksasi 5. Untuk mengurangi rasa
otot progresif untuk nyeri melalui teknik non
mengurangi rasa nyeri farmakologis
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Untuk mengefektifkan
45
Edukasi
1. Jelaskan prosedur, termasuk 1. Untuk mengedukasi
sensasi yang mungkin dialami pasien
2. Informasikan secara faktual 2. Untuk mengedukasi
mengenai diagnosis, pasien
pengobatan, dan prognosis
3. Anjurkan melakukan kegiatan 3. Untuk membuat pasien
yang tidak kompetitif, sesuai tidak merasa cemas
kebutuhan
4. Anjurkan keluarga untuk tetap 4. Untuk mengurangi pasien
bersama pasien, jika perlu merasa cemas
5. Anjurkan mengungkapkan 5. Untuk mengetahui
perasaan dan persepsi perasaan pasien terhadap
masalah kesehatannya
saat ini
6. Latih kegiatan pengalihan 6. Untuk mengalihkan rasa
untuk mengurangi ketegangan cemas
7. Latih penggunaan mekanisme 7. Untuk membuat pasien
pertahanan diri yang tepat lebih bisa
mempertahankan dirinya
dari peristiwa yang akan
datang
8. Latih teknik relaksasi otot 8. Untuk mengedukasi
progresif pasien dan mengurangi
kecemasan
47
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat 1. Untuk mengefektifkan
antiansietas, jika perlu intervensi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika 1. Untuk menghindari
mampu makanan salah masuk ke
sistem pernafasan
2. Ajarkan diet yang 2. Untuk mengedukasi
diprogramkan pasien
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi 1. Untuk mengefektifkan
sebelum makan intervensi
2. Kolaborasi dengan ahli gizi 2. Untuk mememnuhi
untuk menentukan jumlah kebutuhan diet pasien
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan istirahat dan tidur 1. Untuk memenuhi
yang cukup kebutuhan istirahat
2. Anjurkan sering membersihkan 2. Untuk mengurangi faktor
mulut, kecuali jika merangsang penyebab mual
mual
3. Anjurkan makanan tinggi 3. Untuk memenuhi
karbohidrat dan rendah lemak kebutuhan karbohidrat
4. Ajarkan penggunaan teknik pasien
nonfarmakologis untuk 4. Untuk mengatasi mual
mengatasi mual
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Untuk mengefektifkan
antiemetik, jika perlu intervensi
6 Defisit pengetahuan SLKI: Tingkat Pengetahuan SIKI: Edukasi Proses Penyakit
Observasi 1. Untuk mengetahui tingkat
Definisi: Kriteria Hasil A T 1. Identifikasi kesiapan dan kesiapan dan kemampuan
Ketiadaan atau kurangnya kemampuan menerima pasien dalam menerima
Perilaku sesuai anjuran 2 5
informasi kognitif yang informasi informasi ketika
berkaitan dengan topik tertentu. Verbalisasi minat dalam belajar 2 5 dilakukan pendidikan
Kemampuan menjelaskan 2 5 kesehatan
Batasan karakteristik: pengetahuan tentang suatu Terapeutik
1. Menanyakan masalah yang topik 1. Sediakan materi dan media 1. Untuk dijadikan media
dihadapi Persepsi yang keliru terhadap 5 2 pendidikan kesehatan pendidikan kesehatan
2. Menunjukkan perilaku masalah 2. Jadwalkan pendidikan 2. Untuk mengontrak
tidak sesuai anjuran Perilaku sesuai dengan 2 5 kesehatan sesuai kesepakatan kesepakatan
3. Menunjukkan persepsi pengetahuan 3. Berikan kesempatan untuk 3. Untuk menghindari
yang keliru terhadap bertanya kesalahpahaman
masalah Skala indikator: informasi yang ditangkap
4. Menjalani pemeriksaan 1. Menurun oleh pasien
51
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien yang memiliki masalah
status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik lagi.
(Olyvia. 2020)
Implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan masalah
keperawatan pasien yaitu nyeri sehingga tindakan yang dilakukan untuk
mengurangi masalah tersebut adalah pengurangan tingkat nyeri yang
berfokus pada penatalaksanaan terapi relaksasi otot progresif.
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Marilyn E Doengoes, bahwa evaluasi keperawatan
merupakan proses kontinu atau berlanjut yang penting guna menjamin
kualitas dan ketepatan tindakan keperawatan yang dilakukan dan
keefektifan rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien. Ada
tiga komponen penting dalam evaluasi keperawatan, yakni pengkajian
ulang, modifikasi rencana keperawatan, dan penghentian pelayanan.
(Kusnadi Elon. 2017)
Kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah
dapat diatasi, masalah teratasi sebagian, masalah bekum teratasi atau
timbul masalah baru. Adapun evaluasi dari masalah kesehatan gastritis
secara teoritis adalah apakah nyeri pasien berkurang, apakah pasien sudah
dapat mengkonsumsi makanan dengan baik, apakah terdapat tanda-tanda
infeksi, apakah klien dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri dan
secara baik, apakah pasien mampu mengungkapkan pemahamannya terakit
penyakit gastritis dan perubahan pada kesehatannya. Untuk penilaian
keberhasilan tindakan, maka yang diperlukan adalah penilaian dengan
menggunakan pendekatan SOAP (Subyektif, Obyektif, Analisa, dan
Planning).
S : Keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
53
6. Discharge Planning
a. Memberikan edukasi pada pasien dan keluarga agar dapat mengatasi
nyeri dengan menggunakan terapi relaksasi otot progresif yang sudah
pernah dilatih ketika berada di rumah.
b. Hindari minuman beralkohol karena dapat mengiritasi lambung
sehingga terjadi inflamasi dan perdarahan.
c. Hindari merokok karena dapat mengganggu lapisan dinding lambung
sehingga lebih mudah mengalami gastritis dan tukak/ulkus. Dan rokok
dapat meningkatkan asam lambung dan memperlambat penyembuhan
tukak.
d. Atasi stress sebaik mungkin
e. Makan makanan buah dan sayur, namun hindari sayur dan buah yang
bersifat asam (misal: jeruk, lemon, grapefruit, nanas, tomato)
f. Jangan berbaring setelah makan untuk menghindari refluks (aliran
balik) asam lambung.
g. Berolahraga secara teratur untuk membantu mempercepat aliran
makanan melalui usus.
h. Bila perut mudah mengalami kembung (banyak gas) untuk sementara
waktu kurangi konsumsi makanan tinggi serat.
i. Makan dalam porsi sedang (tidak terlalu banyak) tetapi sering, berupa
makanan lunak dan rendah lemak. Makanlah secara perlahan dan
rileks
(Nurarif & Kusuma, 2015 dalam Mulya, 2018)
BAB III
METODOLOGI
54
55
D. Definisi Operasional
Tabel 2 Definisi Operasional Studi Kasus
Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur
Operasional
Gastritis Gastritis Wawancara Form -
adalah suatu dan Observasi pengkajian
keadaan
peradangan
atau
perdarahan
mukosa
lambung yang
bersifat akut
atau kronik.
Nyeri Nyeri Wawancara Numeric Rating Penilaian derajat
merupakan Scale nyeri:
pengalaman (NRS) 0 : Tidak nyeri
sensori dan 1-3 : Nyeri ringan
emosional 4-6 : Nyeri sedang
yang tidak 7-9 : Nyeri berat
menyenangkan 10 : Nyeri sangat
akibat berat
kerusakan (Afnuhazi. 2018)
jaringan yang
aktual maupun
potensial.
Terapi Terapi Dilakukan 15- SOP (Standar 1. Dilakukan sesuai
Relaksasi relaksasi otot 20 menit Operasional SOP
Otot progresif sesuai dengan Prosedur terapi 2. Tidak dilakukan
Progresif merupakan SOP Relaksasi relaksasi otot sesuai SOP
terapi dimana Otot Progresif progresif.
teknik yang
56
digunakan
yaitu dengan
memusatkan
perhatian pada
aktivitas otot,
dengan
mengidentifika
si otot yang
tegang
kemudian
menurunkan
ketegangan
dengan teknik
relaksasi untuk
mendapatkan
perasaan
rileks.
F. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dari Rekam Medik yang meliputi nama pasien,
jenis kelamin, umur, tingkat keparahan yang tejadi pada pasien gastritis di
Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
tahun 2021. Instrumen yang diperlukan dalam studi kasus ini antara lain: alat
tulis, format pelaksanaan terapi, alat ukur skala nyeri Numeric Rating Scale
(NRS), dan Rekam Medik.
57
G. Penyajian Data
Data yang dikumpulkan dengan melakukan pengkajian asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pencernaan: gastritis.
H. Etika Studi
Untuk melakukan pengumpulan data perlu membawa surat rekomendasi
dari institusi pendidikan IKesT Muhammadiyah Palembang dengan cara
mengajukan permohonan izin pengumpulan data kepada direktur Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2021. Setelah mendapat persetujuan,
pada saat pengumpulan data perlu menekankan masalah etika. Menurut
1. Informed Consent (Persetujuan Penelitian)
Sebelum penelitian dilakukan, jelaskan terlebih dahulu informasi-
informasi secara lengkap tentang penelitian yang akan dilaksanakan dan
memberikan kebebasan untuk ikut berpartisipasi atau menolak untuk
menjadi pasrtisipan. Pada informed consent juga perlu dicantumkan
bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakana untuk
mengembangkan ilmu (Nursalam, 2012).
Melakukan pendataan pada pasien yang mengalami nyeri gastritis
dan meminta persetujuan, apabila pasien menolak untuk dijadikan
responden, maka peneliti tidak berhak untuk memaksanya. Apabila
partisipan bersedia, maka partisipan diminta untuk menandatangani
informed consent.
2. Privacy (Rahasia)
Sebagian besar penelitian akan melibatkan manusia yang akan
mengganggu kehidupan pribadinya. Peneliti harus memastikan bahwa
studi kasusnya tersebut tidak mengganggu privasi partisipan. Partisipan
memiliki hak bahwa segala informasi dan data mereka akan disimpan.
59
61
62
B. Tinjauan Kasus
Asuhan Keperawatan pada Klien Gastritis dengan Nyeri Akut melalui Terapi
Relaksasi Otot Progresif di Ruang Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
63
1. Pengkajian
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny “M”DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS MUHAMMADIYAH PALEMBANG TAHUN 2021
( ) gemetaran
Nyeri dada : (✓ ) tidak ( ) ya, timbul: ( ) Diagnosa Keperawatan lainnya:
( ) saat aktivitas ( ) tanpa aktivitas Tidak ada
( ) tidak menetap ( ) hilang timbul
Karakteristik :
( ) seperti ditusuk-tusuk( ) menyebar ( )
seperti terbakar ( ) lainnya:
BAB : 1 x/hari
Keadaan Saat ini:
Konsistensi :
(✓ ) padat ( ) lunak ( ) encer
( ) cair ( ) berlendir
Warna :
(✓ ) kuning ( ) hitam ( ) merah
( ) dempul ( ) berdarah
Perut:
( ) supel ( ) lembek ( ) kembung
( ) asites
Bising Usus : ±15x/ menit
70
( ) sputum ( ) lendir ( ) darah ( ) lainnya, .... adanya secret di jalan nafas () Mengajarkan napas dalam dan
batuk efektif
BREATHING ( ) pola napas tidak efektif b.d ( ) Memonitor haluaran pasien
Frek: 24x/mnt, menurunnya ekspansi paru ( ) Melakukan suction
Sesak: (✓ ) tidak ( ) ya, dengan: ( ) depresi pusat pernapasan ( ) Tindakan lainnya:
aktivitas ( ) tanpa aktivitas Tidak ada
Menggunakan otot tambahan : (✓ ) tidak ( ) ya ( ) Gangguan pertukaran gas b.d
Irama : (✓ ) teratur ( ) tidakteratur menurunnya suplai O2/ KOLABORASI
( ) muka ( ) tungkai atas ( ) tungkai bawah meningkatnya beban kerja ( ) Tindakan lainnya:
jantung Tidak ada
( ) seluruh tubuh
Distensi vena jugularis : Kiri : ( )tidak ( )ya gangguan kontraktilitas
KOLABORASI
Kanan : ( )tidak ( )ya
( ) nyeri dada b.d ( ) Terapi O2, ....... liter/ mnt
KOLABORASI
77
Warna :
( ) perubahan eliminasi urine, KOLABORASI
79
(✓ ) kuning jernih ( ) kuning kental retensi/ inkontinensia b.d ( ) Terapi O2 ........l/ mnt
( ) merah ( )bening sumbatan saluran BAK ( ) PasangKateter
Kadar Ureum : gangguan persarafan ( ) Pasang IV-line ...... tts/mnt
....................................mg/dl ( ) Tindakan lainnya:
Kadar Kreatinin ( ) Diagnosa Keperawatan Tidak ada
:......................................mg/dl Sakit saat lainnya:
BAK : ( ) ya(✓ ) tidak Tidak ada
Distensi V U : ( ) ya(✓ ) tidak
Sakit Pinggang : ( ) ya(✓ ) tidak
BAB : 1 x/hari
Keadaan Saat ini:
Konsistensi :
(✓) padat ( ) lunak ( ) encer
( ) cair ( ) berlendir
Warna :
(✓ ) kuning ( ) hitam ( ) merah
( ) dempul ( ) berdarah
Perut:
( ) supel ( ) lembek ( ) kembung
80
( ) asites
Bising Usus : ±13x/ menit
Turgor kulit : (✓)<3 dtk ( ) >3 dtk
Mukosa : ( )basah ( )kering
( ) lainnya:
4. Pasien merasa tidak nyaman (✓ ) Diagnosa Keperawatan Injeksi obat Ranitidin 1 amp dan
5. Pasien tampak meringis kesakitan lainnya: Ondansetron 1 amp
6. Pasien tampak memegangi perutnya Gangguan Rasa Nyaman b.d
7. Pasien mudah emosi gejala penyakit
8. Pasien terlihat gelisah
9. Pasien tampak tidak rileks
( ) lainnya: lainnya:
Tidak ada
83
Interpretasi
Pada pasien I dan II diberikan tindakan keperawatan yang sama yaitu Injeksi
Ranitidin 1 amp dan Ondansetron 1 amp serta pemberian terapi relaksasi otot
progresif untuk mengurangi nyeri ulu hati yang dirasakan. Tindakan intervensi
dihentikan karena pasien dirawat jalan. Penulis berharap pasien bisa mempelajari
terapi relaksasi otot progresif agar dapat mengurangi nyeri jika terasa kembali.
84
2. Diagnosis Keperawatan
Interpretasi
Berdasarkan data dari analisis masalah pada kedua pasien didapatkan
masing-masing masalah sebagai berikut.
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
b) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
85
3. Intervensi Keperawatan
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny.M No. RM: : 64-00-70
Umur : 56 tahun Diagnosis Medis : Gastritis
DO:
1. Pasien tampak Terapeutik
meringis kesakitan 1. Ciptakan lingkungan tenang 1. Untuk memberikan rasa
2. Pasien tampak dan tanpa gangguan dengan nyaman kepada pasien
memegangi perutnya pencahayaan dan suhu ruang
3. Pasien terlihat gelisah nyaman, jika memungkinkan
4. TTV: 2. Berikan informasi tertulis 2. Untuk memudahkan
TD : 100/90mmHg tentang persiapan dan pasien dalam melakukan
RR : 22x/menit prosedur teknik relaksasi terapi secara mandiri
N : 80x/menit 3. Gunakan pakaian longgar 3. Untuk membuat pasien
S :36,30C nyaman
4. Gunakan nada suara lembut 4. Untuk membuat suasana
dengan irama lambat dan tidak tegang
berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai 5. Untuk mengefektifkan
strategi penunjang dengan intervensi
analgetik atau tindakan
medis lain, jika sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, 1. Untuk mengedukasi
batasan, dan jenis relaksasi pasien
yang tersedia
2. Jelaskan secara rinci 2. Untuk mengedukasi
intervensi relaksasi yang pasien
dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi 3. Untuk memposisikan
nyaman pasien agar nyaman
4. Anjurkan rileks dan 4. Untuk merilekskan tubuh
merasakan sensasi relaksasi pasien
5. Anjurkan sering mengulangi 5. Untuk mengefektifkan
87
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, 1. Untuk mengedukasi
dan pemicu nyeri pasien
2. Jelaskan strategi meredakan 2. Untuk mengedukasi
nyeri pasien
3. Anjurkan memonitor nyeri 3. Untuk membuat pasien
secara mandiri mandiri
4. Anjurkan menggunakan 4. Untuk mengefektifkan
89
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Untuk mengefektifkan
analgetik, jika perlu terapi
90
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny.U No. RM: : 64-58-56
Umur : 59 tahun Diagnosis Medis : Gastritis
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan tenang 1. Untuk memberikan rasa
dan tanpa gangguan dengan nyaman kepada pasien
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis 2. Untuk memudahkan
tentang persiapan dan pasien dalam melakukan
prosedur teknik relaksasi terapi secara mandiri
3. Gunakan pakaian longgar 3. Untuk membuat pasien
nyaman
4. Gunakan nada suara lembut 4. Untuk membuat suasana
dengan irama lambat dan tidak tegang
berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai 5. Untuk mengefektifkan
strategi penunjang dengan intervensi
analgetik atau tindakan
medis lain, jika sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, 1. Untuk mengedukasi
batasan, dan jenis relaksasi pasien
yang tersedia
2. Jelaskan secara rinci 2. Untuk mengedukasi
intervensi relaksasi yang pasien
dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi 3. Untuk memposisikan
nyaman pasien agar nyaman
4. Anjurkan rileks dan 4. Untuk merilekskan tubuh
merasakan sensasi relaksasi pasien
5. Anjurkan sering mengulangi 5. Untuk mengefektifkan
atau melatih teknik yang terapi
92
dipilih
6. Demonstrasikan dan latih 6. Untuk memudahkan
teknik relaksasi otot pasien mempraktikkannya
progresif.
diberikan
9. Monitor efek samping 9. Untuk mengetahui dan
penggunaan analgesik mencegah terjadinya efek
samping yang
membahayakan
Terapeutik
1. Berikan teknik 1. Untuk mengurangi rasa
nonfarmakologis terapi nyeri
relaksasi otot progresif
untuk mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang 2. Untuk mengetahui apakah
memperberat rasa nyeri lingkungan berpengaruh
pada nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur 3. Untuk memenuhi
kebutuhan istirahat pasien
4. Pertimbangkan jenis dan 4. Untuk menentukan terapi
sumber nyeri dalam yang efektif
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, 1. Untuk mengedukasi
dan pemicu nyeri pasien
2. Jelaskan strategi meredakan 2. Untuk mengedukasi
nyeri pasien
3. Anjurkan memonitor nyeri 3. Untuk membuat pasien
secara mandiri mandiri
4. Anjurkan menggunakan 4. Untuk mengefektifkan
analgetik secara tepat analgetik yang dikonsumsi
5. Ajarkan teknik terapi 5. Untuk mengurangi rasa
relaksasi otot progresif nyeri melalui teknik non
94
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Untuk mengefektifkan
analgetik, jika perlu terapi
95
4. Implementasi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny.M No. RM : 64-00-77
Umur : 56 tahun Diagnosis Medis : Gastritis
No Tanggal & Tindakan Keperawatan dan Paraf Tanggal & Evaluasi Paraf
Jam Respon Jam
1 29 April 2021 1. Melakukan pendekatan 29 April 2021 S: Pasien mengatakan nyeri dan mualnya
10.20 WIB kepada pasien 10.53 WIB sudah berkurang
R: Pasien dapat menjawab O: Pasien tampak membaik dan tidak
dengan baik informasi terlihat gelisah lagi
dan keluhannya Skala nyeri: 3 (nyeri ringan)
10.25 WIB 2. Mengukur skala nyeri TD :100/90mmHg N: 80x/menit
menggunakan NRS RR :22x/menit S: 36,30C
(Numeric Rating Scale) A:
R: Pasien kooperatif dan Kriteria Hasil A T H
dapat menjawab
pertanyaan dengan baik Melaporkan nyeri 1 5 4
serta didapatkan hasil terkontrol
nyeri dengan skala 5
(nyeri berat) Kemampuan mengenali 1 5 5
10.30 WIB 3. Mengajarkan cara onset nyeri
melakukan terapi relaksasi Kemampuan mengenali 1 5 4
otot progresif sebanyak 1 penyebab nyeri
kali Kemampuan menggunakan 1 5 4
R: Pasien melakukan terapi teknik non-farmakologis
relaksasi otot progresif Dukungan orang terdekat 1 5 5
dan berusaha mencoba
melakukannya dengan P: Intervensi dihentikan pasien pulang
96
mandiri
10.45 WIB 4. Mengedukasi pasien untuk
menghindari minuman
beralkohol, merokok, dan
jangan terlalu seringmakan
makanan yang asam dan
merokok
R: Pasien tampak mengerti
apa yang disampaikan
perawat
10.50 WIB 5. Menganjurkan pasien untuk
berolahraga secara teratur
untuk membantu
mempercepat aliran
makanan pada usus
R: Pasien tampak mengerti
penjelasan perawat dan
pasien akan berusaha
untuk berolahraga secara
teratur
97
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny.U No. RM: : 64-58-56
Umur : 59 tahun Diagnosis Medis : Gastritis
No Tanggal & Tindakan Keperawatan dan Paraf Tanggal & Evaluasi Paraf
Jam Respon Jam
1 29 April 2021 1. Melakukan pendekatan 29 April 2021 S: Pasien mengatakan nyeri dan mualnya
14.30 WIB kepada pasien 15.03 WIB sudah mulai berkurang
R: Pasien dapat O: Pasien tampak membaik dan tidak
menyampaikan terlihat gelisah lagi
informasi dan Skala nyeri: 4 (nyeri sedang)
keluhannya dengan TD :120/80mmHg N: 84x/menit
baik RR :24x/menit S: 36,80C
14.35 WIB 2. Mengukur skala nyeri A:
menggunakan NRS Kriteria Hasil A T H
(Numeric Rating Scale)
R: Pasien kooperatif dan Melaporkan nyeri 1 5 4
dapat menjawab terkontrol
pertanyaan dengan baik
serta didapatkan hasil Kemampuan mengenali 1 5 5
onset nyeri
nyeri dengan skala 3
(nyeri berat) Kemampuan mengenali 1 5 5
14.40 WIB 3. Mengajarkan cara penyebab nyeri
melakukan terapi relaksasi Kemampuan menggunakan 1 5 4
otot progresif sebanyak 1 teknik non-farmakologis
kali Dukungan orang terdekat 1 5 5
R: Pasien bersedia untukt
melakukan terapi P: Intervensi dihentikan pasien pulang
relaksasi otot progresif
dan berusaha mencoba
98
melakukannya dengan
mandiri
14.55 WIB 4. Mengedukasi pasien untuk
menghindari minuman
beralkohol, merokok, dan
jangan terlalu sering
makan makanan yang
asam dan merokok, karna
dapat mengganggu lapisan
dinding lambung
R: Pasien tampak mengerti
apa yang disampaikan
perawat
15.00 WIB 5. Menganjurkan pasien
untuk berolahraga secara
teratur untuk membantu
mempercepat aliran
makanan pada usus
R: Pasien tampak mengerti
penjelasan perawat dan
pasien akan berusaha
untuk berolahraga
secara teratur
99
Interpretasi
Pasien pertama dan kedua dilakukan tindakan keperawatan yang sama
yaitu meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital untuk mengetahui keadaan umum
pasien serta memberikan tindakan terapi relaksasi otot progresif untuk
mengurangi nyeri. Tindakan pada kedua pasien dihentikan, karena keadaan pasien
sudah membaik dan pasien pulang.
100
6. Discharge Planning
Obat-obatan yang masih diminum (dosis, warna, dan efek samping) : TTD Perawat
Jalan, lari, joging, bersepeda dan istirahat yang cukup serta hindari
101
stress
Membaik
√
√ Meneruskan dengan obat jalan
Pindah ke RS lain
Pulang paksa
Lari
Meninggal
102
Obat-obatan yang masih diminum (dosis, warna, dan efek samping) : TTD Perawat
Jalan, lari, joging, bersepeda dan istirahat yang cukup serta hindari
stress
√ Membaik
Pulang paksa
Lari
Meninggal
104
C. Pembahasan
Pada subbab ini, penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan
yang diberikan pada pasien Ny.M dan Ny.U. Fokus dari asuhan keperawatan
pada pasien Ny.M dan Ny.U adalah penatalaksanaan terapi relaksasi otot
progresif antara konsep teori dengan Asuhan Keperawatan pada Ny. M dan
Ny. U dengan Gangguan Sistem Pencernaan: Gastritis di Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dari tanggal 13 – 29 April
2021. Pembahasan dibuat menggunakan proses keperawatan melalui
pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan, evaluasi, dan discharge planning.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber
hal ini bertujuan untuk menganalisis dan merumuskan diagnosis
keperawatan (Padila, 2012).
Pengkajian yang penulis lakukan dalam asuhan keperawatan pada
pasien Ny.M dan Ny.U dengan Gangguan Sistem Pencernaan: Gastritis
di Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang meliputi: identitas pasien, primary survey, secondary survey,
pengkajian psikososial, budaya, spiritual, pemeriksaan penunjang dan
penatalaksanaan. Pada saat melakukan pengkajian, penulis menggunakan
format pengkajian sebagai pedoman berdasarkan buku panduan
keperawatan gawat darurat di Ruang Instalasi Gawat Darurat IKesT
Muhammadiyah Palembang tahun 2021.
Berdasarkan data pengkajian tanggal 29 April 2021, pada Ny. M dan
Ny. U didapatkan bahwa keluhan utama yang dirasakan Ny. M adalah
pasien mengatakan nyeri pada ulu hati, merasa mual, gelisah, tidak
nyaman, dan tampak meringis. Setelah dilakukan pemeriksaan skala
nyeri menggunakan NRS (Numeric Rating Scale) didapatkan skala nyeri
6 yang tergolong nyeri sedang. Pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk-
tusuk dan nyeri dirasakan terus menerus. Hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital Ny. M: TD: 100/90mmHg, RR: 22x/menit, N: 80x/menit, S:36,30C.
105
Gastritis pada Ny.M disebabkan karena pasien telat makan dan pasien
memakan makanan asam.
Pada pasien kedua berinisial Ny. U didapatkan bahwa keluhan utama
yang dirasakan adalah pasien merasa nyeri pada ulu hati, merasa mual,
tidak nyaman, gelisah dan tampak merintih sakit. Setelah dilakukan
pemeriksaan skala nyeri menggunakan NRS (Numeric Rating Scale)
didapatkan skala nyeri 5 yang tergolong nyeri sedang. Pasien
mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk dan nyeri dirasakan terus
menerus. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital Ny. U: TD: 120/80mmHg,
RR: 24x/menit, N: 84x/menit, S: 36,80C. Gastritis pada Ny.U disebabkan
karena pasien telat makan, ketika selesai makan pasien merasa sakit pada
ulu hatinya dan di sekitar abdomennya. Berdasarkan data pengkajian
yang didapatkan masalah dari kedua pasien adalah nyeri akut.
Hal ini sesuai dengan teori Nur, dkk (2020) yang menjelaskan bahwa
individu yang menderita gastritis memiliki gejala yang menunjukkan
adanya inflamasi atau peradangan pada mukosa lambung. Pada Ny. M
dan Ny. U didapatkan keluhan nyeri ulu hati, dimana nyeri ulu hati
muncul akibat proses penyakit. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Oktariani dan Firsty (2019) pasien dengan penyakit
gastritis memiliki keluhan bervariasi mulai dengan nyeri epigastrium atau
nyeri ulu hati, keluhan abdomen yang tidak jelas, anoreksia atau mual.
Berdasarkan hasil penelitian, teori, dan jurnal peneliti
mengasumsikan bahwa pasien dengan penyakit Gastritis akan mengalami
nyeri di ulu hati akibat adanya inflamasi atau peradangan dari proses
penyakit. Sesuai dengan pengkajian PQRST yang dilakukan pada kedua
pasien tersebut, memang benar kedua pasien mengalami nyeri.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan
bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga, dan
106
penyakit gastritis dapat dikenali dengan rasa perih, sakit tebakar pada
perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika
makan. Gejala gastritis sangat bervariasi, mulai dari sangat ringan sampai
yang berat. Ada sebagian besar kasus, gejalanya sangat ringan misalnya
keluhan mual dan muntah, kehilangan selera makan, kembung, perih
terasa penuh di bagian atas perut setelah makan
Berdasarkan hasil penelitian, teori, dan jurnal penelit berasumsi
bahwa pasien dengan gastritis akan mengalami berbagai diagnosis
keperawatan, diantaranya nyeri akut dan gangguan rasa nyaman. Namun,
diagnosis yang paling utama diangkat dari kasus tersebut adalah nyeri
akut dan diagnosis yang lain merupakan diagnosis penyerta.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan segala treatment yang dilakukan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan, dan penilaian klinis
untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. (SIKI. 2018).
Intervensi keperawatan merupakan suatu gambaran secara tepat
rencana keperawatan yang dilakukan kepada pasien sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan diagnosis keperawatan. Intervensi berisikan
tujuan, kriteria hasil, rencana tindakan dan rasional dari tindakan yang
akan dilakukan.
Berdasarkan masalah keperawatan yang didapatkan dari data
pengkajian pada Ny. M dan Ny. U sama-sama memiliki masalah
keperawatan nyeri akut, dimana intervensi keperawatan menurut Nur,
dkk (2019) pada masalah nyeri ulu hati pasien gastritis adalah terapi
relaksasi otot progresif, gambarkan prosedur dan manfaat terapi, dorong
pasien untuk mengambil posisi nyaman, tunjukkan dan praktikkan teknik
terapi pada pasien, dorong penggunaan teknik secara berkala, gunakan
terapi sebagai strategi tambahan dengan penggunaan obat nyeri, dan
evaluasi serta dokumentasikan respon terhadap terapi.
Intervensi ini dapat dilakukan pasien dan keluarga untuk mengurangi
nyeri ulu hati. Terapi ini dilakukan dengan rileks dan tenang selama
108
kurang lebih 15 menit pada saat pasien merasa nyeri, terapi ini efektif
untuk menurunkan nyeri ulu hati pada pasien gastritis.
Menurut teori Nur, dkk (2019), terapi relaksasi otot progresif
merupakan terapi dimana teknik yang digunakan yaitu dengan
memusatkan perhatian pada aktivitas otot, dengan mengidentifikasi otot
yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan teknik relaksasi
untuk mendapatkan perasaan rileks. (Nur, dkk. 2019)
Hal ini sejalan dengan dengan penelitian Nur, dkk. (2019) yang
menyatakan bahwa setelah diberikan relaksasi otot progresif pada nyeri
gastritis, pasien mengalami penurunan skala nyeri karena pasien sudah
tidak terfokus lagi dengan rasa nyeri-nya tersebut. Hal itu karena
hipotalamus sudah tidak mengaktifkan mediator nyeri.
Menurut pendapat Prio (2009), relaksasi otot skeletal dipercaya
dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang
menunjang nyeri. Hampir semua orang dengan nyeri kronis mendapatkan
manfaat dari metode relaksasi. Periode relaksasi yang teratur dapat
membantu untuk melawan keletihan dan ketegangan otot yang terjadi
dengan nyeri kronis dan yang meningkatkan nyeri. Sedangkan setelah
diberikan relaksasi otot progresif pada pasien gastritis mengalami
penurunan skala nyeri karena pasien sudah tidak terfokus lagi pada rasa
sakitnya itu. Sehingga hipotalamus tidak mengaktifkan mediator nyeri
Menurut hasil penelitian Iwayan (2016), menunjukkan setelah
diberikan relaksasi otot progresif sebagian besar pasien sudah tidak
mengalami nyeri. Setelah diberikan relaksasi otot progresif pasien
merasakan nyerinya berkurang, karena gerakan-gerakan yang telah
diberikan secara perlahan membantu merilekskan saraf baik yang
simpatis maupun yang parasimpatis. Saraf yang rileks menurunkan rasa
nyeri secara perlahan.
Berdasarkan hasil, teori, dan jurnal penelitian, maka peneliti
berasumsi bahwa terapi relaksasi otot progresif merupakan intervensi
yang tepat dilakukan pada Ny. M dan Ny. U yang dapat mengurangi rasa
nyeri pasien. Selain menerapkan terapi Relaksasi Otot Progresif, peneliti
109
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien yang memiliki masalah
status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik lagi.
(Handono, dkk. 2018)
Secara umum tidak ada hambatan yang ditemukan selama
implementasi keperawatan dilakukan. Pasien Ny. M dan Ny. U
kooperatif selama pelaksanaan terapi Relaksasi Otot Progresif.
Berdasarkan intervensi keperawatan yang direncanakan,
implementasi keperawatan yang dilakukan antara lain melakukan
pendekatan pada pasien, mengukur skala nyeri pasien menggunakan NRS
(Numeric Rating Scale) sebelum dan sesudah diberikan terapi, dan
memberikan terapi relaksasi otot progresif selama 15 menit sebanyak 1
kali, mengedukasi pasien untuk menghindari minuman beralkohol,
merokok, dan jangan terlalu sering makan makanan yang asam dan
merokok, karna dapat mengganggu lapisan dinding lambung, dan
berolahraga secara rutin.
Pengkajian nyeri menggunakan NRS (Numeric Rating Scale)
dikembangkan oleh Mubarak, dkk (2015). NRS adalah skala penilaian
yang digunakan untuk menilai nyeri dengan menggunakan skala angka
dari 0-10.
Respon dari Ny. M dan Ny. U adalah pasien kooperatif dalam
melakukan terapi Relaksasi Otot Progresif dan mengatakan nyeri yang
dialaminya sudah berkurang setelah dilakukan implementasi. Sebelum
diberikan terapi Relaksasi Otot Progresif pada Ny. M dilakukan
pemeriksaan skala nyeri menggunakan NRS (Numeric Rating Scale)
didapatkan skala nyeri 5 tergolong nyeri sedang dan nyeri berkurang
setelah diberikan intervensi menjadi skala nyeri 3 tergolong nyeri ringan.
Sedangkan pada Ny.U sebelum diberikan terapi Relaksasi Otot Progresif
110
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan proses kontinu atau berlanjut
yang penting guna menjamin kualitas dan ketepatan tindakan
keperawatan yang dilakukan dan keefektifan rencana keperawatan dalam
memenuhi kebutuhan klien. Ada tiga komponen penting dalam evaluasi
keperawatan, yakni pengkajian ulang, modifikasi rencana keperawatan,
dan penghentian pelayanan. (Kusnadi Elon. 2017).
Setelah dilakukan terapi Relaksasi Otot Progresif selama kurang
lebih 15 menit pada Ny. M dan Ny. U evaluasi didapatkan hasil sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur, dkk. (2019). Adapun
evaluasi dilakukan pada tanggal 29 April 2021 pada Ny. M dilakukan
111
pada pukul 10.53 WIB adalah masalah nyeri akut berkurang ditunjukkan
dengan data subjektif pasien mengatakan nyeri ulu hati sudah berkurang,
setelah dilakukan penilaian skala nyeri menggunakan NRS (Numeric
Rating Scale) didapakan skala nyeri 4 tergolong nyeri sedang, TD:
100/90mmHg, RR: 22x/menit, N: 80x/menit, S:36,30C. Masalah nyeri
pasien teratasi sebagian, intervensi dihentikan, dan pasien pulang.
Evaluasi pada Ny. U dilakukan pada tanggal 29 April 2021 pada
pukul 15.03 WIB masalah nyeri akut berkurang ditunjukkan dengan data
subjektif pasien mengatakan nyeri ulu hati sudah berkurang, setelah
dilakukan penilaian skala nyeri menggunakan NRS (Numeric Rating
Scale) didapakan skala nyeri 3 tergolong nyeri ringan, TD:
120/80mmHg, RR: 24x/menit, N: 84x/menit, S: 36,80C. Masalah nyeri
pasien teratasi sebagian, intervensi dihentikan, dan pasien pulang.
Berdasarkan penelitian Nur, dkk (2019) hampir semua orang
dengan nyeri kronis maupun akut setelah diberikan terapi relaksasi
mendapatkan manfaatnya. Periode relaksasi yang teratur dapat membantu
menghilangkan keletihan dan ketegangan otot. Setelah diberikan
relaksasi otot progresif pada nyeri gastritis, pasien mengalami penurunan
skala nyeri karena pasien sudah tidak terfokus lagi dengan rasa nyeri-nya
tersebut. Hal itu karena hipotalamus sudah tidak mengaktifkan mediator
nyeri.
Berdasarkan referensi tersebut, peneliti berasumsi bahwa setelah
dilakukan terapi Relaksasi Otot Progresif selam kurang lebih 15 menit
pada kedua pasien, didapatkan penurunan skala nyeri. Penurunan skala
nyeri pada kedua pasien terjadi karena pasien melakukan terapi Relaksasi
Otot Progresif dengan kooperatif dan saat melakukan terapi ini pasien
bisa merilekskan kondisinya. Penurunan skala nyeri pada pasien Ny. M
menjadi skala nyeri 4 tergolong nyeri sedang dan penurunan skala nyeri
pada pasien Ny. U menjadi skala nyeri 3 tergolong nyeri ringan.
112
6. Discharge Planning
Discharge Planning adalah serangkaian aktivitas-aktivitas yang
kontinu ketika klien dipulangkan dari lembaga pelayanan kesehatan.
Menurut teori Majid (2017) ketidakpauhan pasien akan perawatan
selama dirumah merupakan bukti gagalnya informasi yang disampaikan
petugas kesehatan saat Discharge Planning. Discharge Planning
merupakan perencanaan kepulangan pasien untuk kembali ke
lingkungannya dengan memberikan informasi kepada pasien dan
keluarganya tentang hal-hal yang penting dan perlu dihindari serta
dilakukan yang berhubungan dengan penyakitnya. Kepatuhan pasien
dalam minum obat sangatlah penting karena berhubungan dengan proses
penyembuhan penyakit.
Discharge Planning yang diberikan pada Ny.M dan Ny.U adalah
memberikan edukasi pada pasien dan keluarga agar dapat mengatasi
nyeri dengan menggunakan terapi relaksasi otot progresif yang sudah
pernah dilatih ketika berada di rumah, hindari minuman beralkohol,
hindari merokok, atasi stress sebaik mungkin, makan makanan buah dan
sayur, namun hindari sayur dan buah yang bersifat asam, jangan
berbaring setelah makan, berolahraga secara teratur untuk membantu
mempercepat aliran makanan melalui usus, bila perut mudah mengalami
kembung (banyak gas) untuk sementara waktu kurangi konsumsi
makanan tinggi serat, makan dalam porsi sedang (tidak terlalu banyak)
tetapi sering.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mulya (2018) mengatakan
bahwa pasien gastritis yang mengalami ulu hati dapat diajarkan teknik
Relaksasi Otot Progresif untuk menurunkan skala nyeri pada ulu hati
pasien.
Discharge Planning yang diberikan sesuai dengan hasil dan teori
yang ada, peneliti berasumsi bahwa Discharge Planning yang dilakukan
sudah tepat.
113
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil proses keperawatan yang telah dilakukan pada Ny.M dan Ny.U
dimulai dari proses pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan, dan Discharge Planning di
IGD Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Pengkajian Data
Pengkajian diperoleh menggunakan beberapa metode yaitu wawancara
langsung dengan klien dan keluarga, observasi, dan pemeriksaan fisik dari
Ny.M dan Ny.U. Hasil dari pengkajian didapatkan kedua klien memiliki
masalah keperawatan utama yang sama yaitu nyeri.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan utama yang ditemukan pada Ny.M dan Ny.U adalah
nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang diterapkan pada Ny.M dan Ny.U adalah
penatalaksanaan terapi relaksasi otot progresif.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada Ny.M dan Ny.U selama
kurang lebih 15 menit sesuai dengan masalah keperawatan kedua klien yaitu
nyeri sehingga tindakan yang dilakukan untuk mengurangi masalah tersebut
pada kedua klien adalah pengurangan skala nyeri yang berfokus pada
penatalaksanaan terapi relaksasi otot progresif
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan telah dilakukan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil
yang dicapai. Hasil yang didapat dari Ny.M dan Ny.U setelah dilakukan
implementasi adalah nyeri berkurang ditunjukkan setelah dilakukan
kuesioner skala nyeri dengan menggunakan Numeric Rating Scale (NRS)
114
B. Saran
Berdasarkan hasil penerapan asuhan keperawatan yang dilakukan, maka
penulis dapat memberikan beberapa saran antara lain:
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian studi kasus ini dapat dijadikan materi untuk menambah
wawasan ilmu pengetahuan dalam memberikan proses asuhan keperawatan
pada klien dengan gangguan sistem pencernaan: gastritis melalui terapi
relaksasi otot progresif.
2. Bagi Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Sebagai bahan pertimbangan atau referensi oleh pihak rumah sakit untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem pencernaan: gastritis dalam melakukan penatalaksanaan
Terapi Relaksasi Otot Progresif dalam mengatasi masalah nyeri akut.
3. Bagi Pasien dan Keluarga
Hasil penulisan studi kasus ini dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan
keluarga tentang penatalaksanaan terapi relaksasi otot progresif dalam
115
Ajeng Sea, Hartono & Kurniawati. 2017. Studi Kasus: Implementasi Progressive
Muscle Relaxation untuk Mengatasi Kecemasan pada Pasien Pre
Operasi di Ruang IBS RSUD Tugurejo. Poltekkes Kemenkes: Semarang
Dinas Kesehatan Kota Palembang. 2018. Profil Kesehatan Kota Palembang tahun
2018. Palembang: Dinkes Palembang
Dwi Utami Andinna & Rahmayunia Kartika Imelda. 2018. Terapi Komplementer
Guna Menurunkan Nyeri Pasien Gastritis: Literature Review. STIKes
Fort de Kock: Bukittingi. Vol. 1 No. 3
Eka Putu Sri Wahyuni. 2018. Asuhan Keperawatan Keluarga Gastritis dengan
Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif di UPT Kesmas Sukawati
1 Gianyar. Jurusan Keperawatan: Gianyar
Ekarini Ni Luh Putu, Heryati & Siti Maryam Raden. 2019. Pengaruh Relaksasi
Otot Progresif terhadap Respon Fisiologis Pasien Hipertensi. Politeknik
Kesehatan Kemenkes: Jakarta. Vol. 10 No. 1
Irianto Rizky Irfan, J. Kepel Billy & Killing Maykel. 2019. Hubungan
Penanganan Awal Gastritis dengan Skala Nyeri UGD Rumah Sakit
GMIM Bethesda Tomohon. PSIK: Universitas Sam Ratulngi. Vol. 7 No.
1
Ismail FFD, Sengkey LS & Lolombulan JH. 2017. Pengaruh Latihan Aerobik
Two-Step Stool Terhadap Fungsi Paru Pada Remaja Dengan Aktivitas
Fisik Kurang. Fakultas Kedokteran: Universitas Sam Ratulangi. Vol 1
No 3
Magdalena TC, dkk. 2020. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Kebidanan.
Yayasan Kita Menulis
Mulya Sri Ningsih & Hadi Indriono. 2018. Studi Kasus Keperawatan pada Pasien
Gastritis dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman di Ruang
Perawatan RSAD DR. R. Ismoyo. Poltekkes Kemenkes: Kendari
Oktoriana Penny & Firsty Lucia P.K. 2019. Asuhan Keperawatan Keluarga
dengan Gastritis. Buletin Kesehatan Publikasi Ilmiah Bidang Kesehatan:
Pasar Rebo. Vol. 3 No 2
Ningtyas Aprilia Wijaya, Wahyuni & Indarwati. 2020. Relaksasi Otot Progresif
terhadap Penurunan Nyeri Kepala pada Pasien Hipertensi Melalui
Media Buku Saku. Universitas Aisyiyah: Surakarta
Nur Aini Septy, Suyadi & Dwi Harjayanti Arum. 2019. Relaksasi Otot Progresif
dalam Menurunkan Tingkat Nyeri pada Asuhan Keperawatan Gastritis.
Akademi Keperawatan YAPPI: Sragen. Vol. 9 No. 1
Nurmala G.N & Puspita S.R. 2020. Literature Review Peningkatan Kualitas Tidur
Lansia Melalui Relaksasi Otot Progresif. STIKes Yatsi Tangerang
Banten. Vol. 2 No. 11
Putu LN, Putu ASN & Eka AP. 2020. Gambaran Tingkat Pengetahuan
Penggunaan Swamedikasi Analgesik Di Kota Denpasar. Program Studi
Farmasi Klinis: Universitas Bali Internasional. Vol. 2 No 2
Rizky W.A & Febri N.A. 2020. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada
Pasien Gastritis Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman Dan
Nyaman. Program Studi D3 Keperawatan: Universitas Kusuma Husada
Surakarta.
Sari Purbaningsih Endah. 2020. Analisis Faktor Gaya Hidup yang Berhubungan
dengan Risiko Kejadian Gastritis Berulang. Cirebon: STIKes Mahardika.
Vol. 2 No. 5
Solehati Tetti, dkk. 2018. Terapi Non Farmakologi Nyeri Pada Persalinan:
Sistematic Review. Fakultas Keperawatan: Universitas Padjajaran. Vol. 3
No 1
Susilowati Lilik & Hasan Hariri Muhammad. 2019. Hubungan Pola Makan
dengan Kejadian Gastritis pada Pelajar Kelas X. Program Studi DIII
Keperawatan: STIKes Abdi Nusantara Jakarta. Vol. 2 No. 2
Tandi Joni. 2017. Tinjauan Pola Pengobatan Gastritis pada Pasien Rawat Inap
RSUD Luwuk. Program Studi S1 Farmasi: STIFA Pelita Mas Palu. Vol. 6
No. 3
Tanjung Herlina. 2020. Hubungan Terapi Musik Klasik Dengan Nyeri Persalinan
Pada Ibu Bersalin Kala 1 Fase Aktif Di Klinik Pratama Tanjung Kec.
Deli Tua Kab. Deli Serdang Tahun 2017. Poltekkes Kemenkes Medan
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
119
Lampiran 1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn./ Ny. ”.....” DENGAN GANGGUAN SISTEM............................;................................
DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS. ................................................................................ PALEMBANG TAHUN 2021
SISTEM PERNAPASAN
AIRWAY ( ) aktual MANDIRI
Jalan napas: ( ) resiko ( ) Memonitor fungsi pernapasan,
( ) bersih ( ) sumbatan berupa: frekuensi, irama, kedalaman,
( ) sputum ( ) lendir ( ) darah ( ) lainnya, .... ( ) bersihan jalan napas tidak efektif bunyi dan penggunaan otot-otot
b.d peningkatan produksi sputum tambahan
BREATHING adanya secret di jalan nafas ( ) Mengatur posisi semi fowler
Frek:......x/mnt, () Mengajarkan napas dalam dan
Sesak: ( ) tidak ( ) ya, dengan: ( ) aktivitas ( ) ( ) pola napas tidak efektif b.d batuk efektif
tanpa aktivitas menurunnya ekspansi paru ( ) Memonitor haluaran pasien
Menggunakan otot tambahan : ( ) tidak ( ) ya ( ) Melakukan suction
Irama : ( ) teratur ( ) tidak teratur depresi pusat pernapasan ( ) Tindakan lainnya:
Kedalaman : ( ) dalam ( ) dangkal .................................................
Sputum : ( ) putih ( ) kuning ( ) Gangguan pertukaran gas b.d .................................................
Konsitensi : ( ) kental ( ) encer menurunnya suplai O2/ .................................................
Terdapat darah`: ( ) tidak ( ) ya hipoventilasi
Bunyi napas `: ( ) tidak ( ) ya` KOLABORASI
Suara napas : ( )vesikuler ( ) ronchii ( ) terjadinya aspirasi b.d: ( ) Terapi O2, ....... liter/ mnt
( ) wheezing penurunan kesadaran ( ) Cek BGA
Refleks batuk : ( ) ada ( ) tidak tidak ada refleks batuk ( ) Lakukan rontgen thorax
Analisa BGA: ( ) Tindakan lainnya:
pH ........, PCO2 ........ mmHg, PO2 ........ mmHg, ( ) Diagnosa Keperawatan lainnya: .................................................
HCO3 ........mEq/L, BE ........, SaO2 ........ % .................................................... .................................................
( ) lainnya: .................................................... .................................................
............................................................................. ....................................................
.............................................................................
.............................................................................
SISTEM KARDIOVASKULER
SIRKULASI PERIFER ( )aktual MANDIRI
Nadi:..... x/mnt, TD : ............... mmHg ( ) resiko ( ) Memonitor vital sign
Irama : ( ) teratur ( ) tidak teratur ( ) Memonitor sirkulasi perifer
Kekuatan : ( ) kuat ( ) lemah ( ) gangguan perfusi jaringan perifer ( ) Memonitor tingkat kesadaran
CRT : ( ) < 3 detik ( ) > 3 detik b.d menurunnya aliran darah ( ) Membatasi aktifitas
Akral : ( ) hangat ( ) dingin karena vasokontriksi ( ) Memonitor intake-output cairan
Warna kulit : ( ) pucat ( ) kemerahan ( ) Mengajarkan teknik relaksasi
( ) sianosis ( ) penurunan curah jantung b.d dandistraksi
Edema : ( ) tidak ( ) ya, pada: meningkatnya beban kerja jantung ( ) Tindakan lainnya:
( ) muka ( ) tungkai atas ( ) tungkai bawah gangguan kontraktilitas .................................................
( ) seluruh tubuh .................................................
Distensi vena jugularis : Kiri : ( )tidak ( )ya ( ) nyeri dada b.d .................................................
Kanan : ( )tidak ( )ya menurunnya aliran darah miocard
peningkatan kebutuhan O2 KOLABORASI
SIRKULASI JANTUNG ( ) Terapi O2, ....... liter/ mnt
iskemia jaringan karena sumbatan
Irama : ( ) teratur ( ) tidak teratur ( ) Cek BGA
arteri coronaria
Bunyi : ( ) BJ I ( ) BJ II ( ) Murmur ( ) Lakukan ECG 12 Lead
( ) Gallop ( ) lemah ( ) Tindakan lainnya:
( ) Diagnosa Keperawatan lainnya:
Keluhan : ( ) lelah ( ) berdebar-debar .................................................
....................................................
( ) kesemutan ( ) keringat dingin .................................................
....................................................
( ) gemetaran .................................................
....................................................
Nyeri dada : ( ) tidak ( ) ya, timbul:
( ) saat aktivitas ( ) tanpa aktivitas
( ) tidak menetap ( ) hilang timbul
Karakteristik :
( ) seperti ditusuk-tusuk( ) menyebar ( ) seperti
terbakar ( ) lainnya:
.............................................................................
.............................................................................
.............................................................................
SISTEM HEMATOLOGI
Hb: .........gr% Ht: ....... vol%, ( ) aktual MANDIRI
Eritrosit: ........ jt/ul leukosit : ....... rb/ul ( ) resiko ( ) Memonitor vital sign
Trombosit : ....... rb/ul ( ) Memonitor LOC
Mengeluh kesakitan: ( ) tidak ( ) ya ( ) terjadi peradarah b.d ( ) Memonitor status hidrasi
Perdarahan: ( ) gusi mudah berdarah trombositopenia ( ) Membatasi adanya perdarahan
( ) mimisan ( ) petechi ( ) echimosis ( ) mbantu AKS
( ) lemah ( ) o\pucat ( ) terus-menerus ( ) gangguan perfusi jaringan perifer ( ) Menyarankan untuk bedrest
b.d perdarahan ( ) Tindakan lainnya:
.................................................
( ) intoleransi aktivitas b.d .................................................
.................................................... .................................................
.................................................
.................................................
SISTEM NEUROLOGY
LOC: ( ) aktual MANDIRI
( ) CM ( ) apatis ( ) samnolent ( ) resiko ( ) Memonitor tingkat kesadaran
( ) sopor ( ) soprocoma ( ) coma ( ) Memonitor vital sign
Pup : ( ) isokor ( ) unisokor ( ) gangguan perfusi jaringan ( ) Memberikan posisi kepala 15-
( ) miosis ( ) midriasis serebral b.d gangguan aliran 30o
Refleks terhadap cahaya: darah Serebral ( ) Memasang airways tube
Kanan : ( ) positif ( ) negatif oedema otak ( ) Menjelaskan kondisi klien pada
Kiri : ( ) positif ( ) negatif klien dankeluarga
GCS : E =........., M =........., V =......... score = ( ) Menghindarkan tindakan yang
Terjadi: ( ) cidera fisik b.d dapat meningkatkan TIK
( ) kejang ( ) pelo ( ) mul.ut mencong kejang kelumpuhan vertigo ( ) Tindakan lainnya:
( ) afasia ( ) disarthria .................................................
Kelumpuhan : ( ) kanan ( ) kiri ( ) Intoleransi AKS b.d .................................................
Nilai kekuatan oto : ....................................... menurunnya kemampuan .................................................
Refleks : neuromaskuler dan hilangnya
( ) fisiologis ( ) patologis kontrol otot KOLABORASI
( ) lainnya: ( ) Terapi O2 ........l/ mnt
............................................................................. ( ) Diagnosa Keperawatan lainnya: ( ) Pasang NGT/ Kateter
............................................................................. .................................................... ( ) Pasang IV-line ...... tts/mnt
............................................................................. .................................................... ( ) Pasang ETT
.................................................... .................................................
BAB : .....................x/hari .................................................... .................................................
Keadaan Saat ini: .................................................
Konsistensi :
( ) padat ( ) lunak ( ) encer
( ) cair ( ) berlendir
Warna :
( ) kuning ( ) hitam ( ) merah
( ) dempul ( ) berdarah
Perut:
( ) supel ( ) lembek ( ) kembung
( ) asites
Bising Usus : ....................................mg/dl
Turgor kulit : ( )<3 dtk ( ) >3 dtk
Mukosa : ( )basah ( )kering
( ) lainnya:
.............................................................................
.............................................................................
.............................................................................
SISTEM PENCERNAAN
Tonus Otot: ( ) aktual MANDIRI
( ) baik ( ) sedang ( ) buruk ( ) resiko ( ) Mengatur posisi
Lidah Kotor : ( ) ya( ) tidak ( ) Memonitor mual-muntah
Nyeri Ulu Hati : ( ) ya( ) tidak ( ) gangguan nutrisi b.d ( ) Memonitor nyeri ulu hati
Nyeri perut kanan atas/ bawah: ( ) ya( ) tidak hipermetabolisme ( ) Memonitor intake-output
Mual : ( ) ya( ) tidak intake in adekuat ( ) Tindakan lainnya:
Muntah : ( ) ya( ) tidak .................................................
( ) lainnya: ( ) Nyeri akut/ kronis b.d .................................................
............................................................................. infeksi .................................................
............................................................................. luka
............................................................................. KOLABORASI
.................................................... .................................................
.................................................
.................................................
MUSKULOSKELETAL/. INTEGUMEN
Turgor Kulit : ( ) ya( ) tidak ( ) aktual MANDIRI
Keadaan kulit : ( ) baik( )buruk ( ) resiko ( ) Menghentikan perdarahan
( ) dekubitus ( ) sakit ( ) memar ( ) Immobilisasi dengan spalk
( ) bercak merah ( ) gatal ( ) petechi ( ) kerusakan integritas kulit/ infeksi ( ) Membersihkan luka
Terdapat luka : ( ) ya( ) tidak b.d ( ) Tindakan lainnya:
Ukuran luka : ............. x ................. cm adanya luka .................................................
.................................................
Kekuatan sendi ekstremitas : ( )kuat ( )lemah .................................................
Kesulitan dalam pergerakan: ( )ya( )tidak ( )gangguan mobilisasi b.d
Fraktur/ dislokasi : ( )ya ( )tidak kerusakan neuromuskuler KOLABORASI
Perdarahan : ( )ya luka ( ) Terapi O2 .........................lt/ mnt
Jumlah:............cc fraktur ( ) pasang gips
( ) tidak ( ) Pasang IV-line ......... tts/mnt
Nyeri : ( ) ya( ) tidak ( ) Diagnosa Keperawatan lainnya: ( ) Tindakan lainnya:
( ) lainnya: .................................................... .................................................
............................................................................. .................................................... .................................................
............................................................................. .................................................... .................................................
.............................................................................
Perawat jaga,
(………………………)
Lampiran 2
LEMBAR PENGUKURAN SKALA NYERI
A. Data Demografi Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pekerjaan :
5. Penilaian nyeri PQRST
- P :
- Q :
- R :
- S :
- T :
6. Makanan yang disukai :
B. Petunjuk Deskriptif
Untuk pengumpulan data skala nyeri terdapat penilaian nyeri PQRST: P
(Preventif= penyebab nyeri); Q (Quality = kualitas nyeri); R (Regio = daerah
lokasi atau penyebaran nyeri); S (Scale = skala nyeri yang dirasakan); T
(Time = lama rasa nyeri dirasakan).
Berikut terdapat skala pengukuran nyeri menggunakanNumeric Rating
Scale (NRS) yang berbentuk garis horizontal yang menunjukkan penilaian
deskriptif.
Keterangan:
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan
4-6 : Nyeri sedang
7-9 : Nyeri berat terkontrol
10 : Nyeri berat tidak terkontrol
Lampiran 3
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF
Persiapan Alat Persiapan alat dan lingkungan: kursi, bantal serta lingkungan
yang tenang.
Nama / Umur :
Obat-obatan yang masih diminum (dosis, warna, dan efek samping) : TTD Perawat
Jalan, lari, joging, bersepeda dan istirahat yang cukup serta hindari
stress
√ Membaik
Pindah ke RS lain
Pulang paksa
Lari
Meninggal
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8