Anda di halaman 1dari 162

STUDI KASUS

PENATALAKSANAAN TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF


TERHADAP TINGKAT NYERI PADA PASIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: GASTRITIS
DI RUANG IGD RUMAH SAKIT
MUHAMMADIYAH
PALEMBANG

ASIH SEKAR RINI


NIM. 20018008

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2021
STUDI KASUS

PENATALAKSANAAN TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF


TERHADAP TINGKAT NYERI PADA PASIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: GASTRITIS
DI RUANG IGD RUMAH SAKIT
MUHAMMADIYAH
PALEMBANG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ahli Madya Keperawatan

ASIH SEKAR RINI


NIM. 20018008

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2021

i
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :
“Jangan terpaku pada keberhasilan dan kesuksesan orang lain, karena setiap
manusia memiliki tingkat kesuksesan yang berbeda. Dan Allah SWT. lah yang
paling tahu apa yang hamba-Nya butuhkan dan bukan sekedar apa yang ia
inginkan”

Kupersembahkan untuk :
1. Kepada Allah SWT. karena dengan segala pertolongan dan mampu
membantuku dalam menyelesaikan studi kasus ini.
2. Ayahanda (Alm. Marmin & Rokif Ariyanto), Ibunda (Sri Utami), Saudara
kandungku (Maulana Nur Mahmudi) yang telah memberikan do’a, kasih,
sayang dan motivasiku selama ini.
3. Dosen pembimbingku, Ibu Renny Triwijayanti, S.Kep., Ns., M.Kep, yang
telah memberikan ilmu, motivasi, dan bimbingan selama ini yang mungkin
menguras kesabaran dalam menyelesaikan Studi Kasus ini.
4. Dosen penguji I Ibu Annisa Rahmania, S.Kep., Ns., M.Kep dan Penguji II Ibu
Windy Astuti Cahya Ningrum, S.Kep., Ns., M.Kep yang telah banyak
memberikan arahan, karena saya menyadari bahwa masih banyak kesalahan
dan kekurangan dalam penulisan Studi Kasus ini.
5. Teman-teman (Erika, Indah, Ranti, Adelia, Ratih, Usie, Zulfa, Tari) yang
telah memotivasi serta memberikan semangat dalam menyelesaikan studi
kasus ini.
6. Kakak bimbing (Rizki Rivaldo dan Novtri Haryanti) yang telah memberikan
motivasi kepadaku selama pembuatan studi kasus ini.
7. Teman-teman departemen Keperawatan Gawat Darurat (Evi, Rahmi, Dodik,
Sutri, Gilang, Cahya, dan Rezki), terima kasih untuk satu tahun ini karena
sudah menemani, membantu, dan memberikan berbagai ilmu kepadaku.
8. Teman-teman seperjuangan mahasiswa DIII Keperawatan angkatan tahun
2018, terima kasih atas kebersamaan dan kebahagiaannya selama 3 tahun ini.

vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI

I. Identitas
Nama : Asih Sekar Rini
NIM : 20018008
Tempat / Tanggal Lahir : Indralaya, 30 Juni 2020
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Status dalam Keluarga : Anak Kandung
Alamat : Jl. Kemuning Dusun III Rt. 06 Desa Pulau
Semambu, Kec. Indralaya Utara, Kab. Ogan
Ilir
No. Telp : 085758346480
Orang Tua
Ayah : Marmin (Alm)
Ibu : Sri Utami
Email : asih.rini22@gmail.com

II. Riwayat Pendidikan


TK Islam Al-Falah : 2005-2006
SDN 08 Indralaya Utara : 2006- 2012
SMPN 1 Indralaya : 2012-2015
SMAN 1 Indralaya : 2015-2018

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmatnya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul
“Penatalaksanaan Terapi Relaksasi Otot Progresif terhadap Tingkat Nyeri pada
Pasien dengan Gangguan Sistem Pencernaan: Gastritis di Ruang IGD Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang”. Penulisan Studi Kasus ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya
Keperawatan di Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah
Palembang. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan karya tulis ini,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan Proposal Studi Kasus Ini. Oleh
karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Heri Shatriadi CP., M.Kes selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan Dan
Tekhnologi Muhammadiyah Palembang.
2. Ibu Maya Fadlillah, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Institut Ilmu Kesehatan Dan Teknologi Muhammadiyah
Palembang.
3. Ibu Mar’atun Ulaa, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi Diploma
III Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan Dan Teknologi Muhammadiyah
Palembang
4. Ibu Renny Triwijayanti, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Pembimbing dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah
5. Ibu Annisa Rahmania, S.Kep,. Ns,. M.Kep selaku penguji I
6. Ibu Windy Astuti Cahya Ningrum S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji II
7. Seluruh Dosen dan staf Program Studi DIII Keperawatan IKesT
Muhammadiyah Palembang.
8. Pada keluarga yang selalu mendo’akan dan memberi motivasi dalam
menyelesaikan Studi Kasus

viii
9. Pada sahabat dan teman-teman yang selalu memberikan dukungan dan
semangat dalam pembuatan Studi Kasus ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT. berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Studi Kasus ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Palembang, 2021

Penulis

ix
ABSTRAK

Penatalaksanaan Terapi Relaksasi Otot Progresif terhadap Tingkat Nyeri


pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pencernaan: Gastritis di Ruang
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
2020

Asih Sekar Rini


Email: asih.rini22@gmail.com

Latar Belakang: Gastritis merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat adanya
inflamasi atau peradangan pada lapisan lambung yang ditandai dengan keluhan
abdomen yang tidak jelas, seperti anoreksia atau mual, sampai gejala lebih berat
seperti nyeri epigastrium. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri
adalah dengan pemberian terapi relaksasi otot progresif. Tujuan: Penatalaksanaan
terapi relaksasi otot progresif untuk mengurangi nyeri pada pasien Gastritis.
Metode: Penelitian ini menggunakan studi kasus pada 2 pasien Gastritis yang
mengalami nyeri ulu hati. Hasil: Setelah dilakukan penatalaksanaan terapi
relaksasi otot progresif selama 15 menit, terjadi penurunan skala nyeri pada kedua
pasien. Pasien pertama dengan skala nyeri 5 menjadi 3 setelah diberikan
intervensi, dan pada pasien kedua dengan skala nyeri 6 menjadi 4 setelah
diberikan intervensi. Kesimpulan: Penatalaksanaan terapi relaksasi otot progresif
dapat mengurangi nyeri ulu hati yang dirasakan pada pasien Gastritis. Saran:
Diharapkan agar pasien dapat melakukan terapi tersebut di rumah untuk
mengurangi nyeri ketika nyeri tersebut terulang kembali.

Kata kunci : Terapi Relaksasi Otot Progresif, Gastritis, Nyeri Akut


Daftar Pustaka : 26 (2016-2021)

x
xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...........................v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
ABSTRAK ..............................................................................................................x
ABSTRACT .......................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR BAGAN................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................1


A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................4
C. Tujuan Masalah ............................................................................................4
D. Manfaat ........................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7


A. Konsep Penyakit ..........................................................................................7
1. Definisi Gastritis ...................................................................................7
2. Anatomi Fisiologi..................................................................................7
3. Etiologi ................................................................................................15
4. Manifestasi Klinis ...............................................................................16
5. Patofisiologi ........................................................................................17
6. Pathway ...............................................................................................18
7. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................19
8. Penatalaksanaan .................................................................................19
B. Konsep Masalah Keperawatan: Nyeri ........................................................20
1. Definisi Nyeri ......................................................................................20
2. Klasifikasi Nyeri .................................................................................21
3. Cara Mengukur Intensitas Nyeri .........................................................22
4. Manajemen Nyeri ................................................................................25
C. Konsep Relaksasi Otot Progresif ...............................................................26
1. Definisi Relaksasi Otot Progresif ........................................................26
2. Tujuan Relaksasi Otot Progresif .........................................................26
3. Keunggulan Relaksasi Otot Progresif .................................................26
4. Fisiologi Relaksasi Otot Progresif ......................................................27
5. Tahapan Persiapan Terapi Relaksasi Otot Progresif ...........................27
6. Langkah-Langkah Relaksasi Otot Progresif .......................................28
D. Konsep Asuhan Keperawatan Gastritis ......................................................34
1. Pengkajian IGD ...................................................................................34

xii
2. Diagnosis Keperawatan .......................................................................39
3. Intervensi Keperawatan .......................................................................39
4. Implementasi Keperawatan .................................................................50
5. Evaluasi Keperawatan .........................................................................50
6. Discharge Planning.............................................................................51

BAB III METODOLOGI ....................................................................................52


A. Rancangan Studi Kasus............................................................................52
B. Subjek Studi Kasus ..................................................................................52
C. Fokus Studi Kasus....................................................................................52
D. Definisi Operasional ................................................................................53
E. Tempat dan Waktu ...................................................................................54
F. Pengumpulan Data ...................................................................................54
G. Penyajian Data .........................................................................................55
H. Etika Studi................................................................................................55

BAB 1V TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN.......................................58


A. Profil Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang .......................................58
B. Tinjauan Kasus ...........................................................................................58
C. Pembahasan ................................................................................................98

BAB V PENUTUP ..............................................................................................106


A. Kesimpulan ..............................................................................................106
B. Saran .........................................................................................................107

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................109


LAMPIRAN ........................................................................................................111

xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Intervensi Keperawatan Gastritis ....................................................................36
2. Definisi Operasional .......................................................................................47

xiv
DAFTAR BAGAN
Halaman
1. Pathway Gastritis ............................................................................................18

xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gambar Sistem pencernaan ...............................................................................7
2. Gambar Mulut Manusia & lapisan gigi ............................................................8
3. Gambar Kerongkongan (Esofagus) ...................................................................9
4. Gambar Anatomi Lambung ............................................................................10
5. Gambar Usus Halus ........................................................................................13
6. Gambar Usus Besar .........................................................................................13
7. Gambar Rektum & Anus ................................................................................14
8. Gambar Skala wajah .......................................................................................23
9. Gambar Skala Verbal Rating Scale (VRS) .....................................................23
10. Gambar Skala Numerical Rating Scale (NRS) ...............................................23
11. Gambar Skala Visual Analogue Scale (VAS) .................................................24
12. Gambar Melatih otot tangan ...........................................................................27
13. Gambar Melatih otot bagian belakang ............................................................28
14. Gambar Melatih otot biceps ............................................................................28
15. Gambar Melatih otot bahu ..............................................................................29
16. Gambar Melatih otot dahi, mata, rahang, dan mulut ......................................29
17. Gambar Merilekskan otot leher ......................................................................30
18. Gambar Melatih otot leher bagian depan ........................................................30
19. Gambar Melatih otot punggung ......................................................................31
20. Gambar Melemaskan otot dada ......................................................................31
21. Gambar Melatih otot perut ..............................................................................33
22. Gambar Melatih otot-otot kaki........................................................................33

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Format Pengkajian IGD


Lampiran 2 Format Pengukuran Skala Nyeri NRS
Lampiran 3 SOP Terapi Relaksasi Otot Progresif
Lampiran 4 Format Discharge Planning
Lampiran 5 Pengajuan Judul Studi Kasus
Lampiran 6 Surat izin penelitian IKesT Muhammadiyah Palembang
Lampiran 7 Surat Selesai Penelitian Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Lampiran 8 Supervisi
Lampiran 9 Lembar Konsultasi Pembimbing
Lampiran 10 Lembar Konsultasi Penguji I
Lampiran 11 Lembar Konsultasi Penguji II

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan dibidang ilmu pegetahuan serta teknologi di negara
berkembang seperti Indonesia banyak menimbulkan perubahan yang cukup
signifikan dari segi gaya hidup serta pola makan. Sebagai makhluk hidup
tentunya membutuhkan makanan untuk mendapatkan energi kembali.
Masyarakat modern yang saat ini cenderung sibuk dan kerap
mengesampingkan kesehatan menyebabkan pergeseran pola hidup yang serba
cepat dan instan sehingga menimbulkan berbagai masalah kesehatan.(Tandi.
2017)
Gaya hidup yang tidak sehat dengan contoh merokok serta
mengkonsumsi makanan seperti asinan, cuka, sambal serta alhokol dapat
meningkatkan asam lambung yang merupakan penyebab paling sering
terjadinya masalah pencernaan salah satunya gastritis. Gastritis saat ini
menjadi salah satu masalah kesehatan yang paling sering terjadi. (Irianto, dkk.
2019)
Gastritis terjadi karena adanya peradangan pada mukosa lambung.
Peradangan ini akan menyebabkan pembengkakan mukosa lambung sampai
terlepasnya epitel mukosa lambung dan epitel mukosa superfisial yang
menjadi penyebab utama gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan
merangsang peradangan pada lambung yang ditandai dengan nyeri pada perut
disertai dengan mual muntah. (Rizki & Febri. 2020)
Gastritis merupakan satu diantara masalah pencernaan yang banyak
diderita orang. Hampir 10% pasien datang ke instalasi gawat darurat dengan
gejala yang dokter mengindikasikannya dengan diagnosis gastritis. (Sari.
2020). Banyaknya faktor penyebab gastritis membuat angka kejadian gastritis
juga meningkat. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa
angka kematian di dunia akibat kejadian gastritis di rawat inap yaitu 17-21%.
(WHO. 2018)

1
2

Menurut WHO, penderita gastritis di Indonesia sekitar 40,8%. Angka


kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan
prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk. (WHO, 2018).
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2018, gastritis merupakan salah
satu dari 10 penyakit dengan pasien rawat inap terbanyak di rumah sakit
Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus atau 4,9%. (Kementerian Kesehatan,
2018). Menurut Dinas Kesehatan Kota Palembang pada tahun 2018, gastritis
termasuk ke dalam 10 penyakit terbanyak dengan jumlah penderita sebanyak
2237 jiwa. (Dinas Kesehatan Kota Palembang. 2018)
Berdasarkan data dari Ruang Rekam Medik di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang, kejadian penyakit gastritis di ruang Instalasi
Gawat Darurat pada tahun 2018 sebanyak 486 kasus sedangkan di ruang
Rawat Inap sebanyak 469 kasus. Kemudian pada tahun 2019, terjadi
peningkatan di ruang Instalasi Gawat Darurat sebanyak 875 kasus sedangkan
di ruang Rawat Inap sebanyak 653 kasus. Dan pada tahun 2020, mengalami
penurunan di ruang Instalasi Gawat Darurat yaitu sebanyak 662 kasus
sedangkan di ruang Rawat Inap sebanyak 305 kasus (Rekam Medik Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang, 2021)
Tingginya prevalensi pada kejadian gastritis dampaknya sangat terasa
baik individu maupun kehidupan bermasyarakat. Meningkatnya gastritis
mengakibatkan menurunnya produktivitas dan kualitas generasi bangsa. Hal
ini juga berdampak pada pengeluaran untuk biaya pengobatan gastritis. Jika
gastritis akut dibiarkan atau tidak ditangani secara tepat maka akan
menyebabkan tukak lambung dan perdarahan pada lambung, dan episode
berulang gastritis akut akan beralih ke gastritis kronik. (Sari. 2020)
Gastritis terjadi pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong atau
ditunda pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan mukosa
lambung, sehingga timbul rasa nyeri. (Susilowati & Hasan. 2019). Salah satu
manifestasi klinis pada kejadian gastritis yaitu nyeri. Nyeri yang dirasakan
ialah nyeri di ulu hati atau nyeri epigastrium. Nyeri merupakan pengalaman
sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan
yang aktual dan potensial. Secara umum tanda dan gejala pasien yang
3

mengalami nyeri dapat terlihat dari perilaku pasien, misalnya suara


(menangis, merintih, menghembuskan nafas), ekspresi wajah (meringis,
menggigit bibir), pergerakan tubuh (gelisah, otot tegang, mondar-mandir),
interaksi sosial (menghindari percakapan, disorientasi waktu). (Tanjung.
2020)
Manajemen nyeri sudah banyak mengalami perubahan, terdapat dua
cara yang dapat dilakukan dalam memanajemen rasa nyeri yaitu farmakologi
dan nonfarmakologi. (Nur, dkk. 2020). Berdasarkan patofisiologisnya terapi
farmakologi ditujukan untuk mengurangi asam lambung dengan cara
menetralkan asam lambung dan pengobatan juga dilakukan dengan
memperkuat mekanisme defensif mukosa lambung. Pengobatan farmakologi
yang digunakan antara lain Ranitidin untuk mengurangi sekresi asam, Antasid
untuk menetralkan asam yang tersekresi dan Sukralfat untuk melapisi daerah
inflamasi atau ulserasi sehingga dapat mempercepat penyembuhan.
(Wardaniati, Almahdy & Dahlan. 2017).
Penggunaan terapi nonfarmakologi juga memberikan dampak yang
cukup berarti dalam manajemen nyeri. Metode non farmakologi dalam
mengatasi nyeri lebih mudah, aman karena tidak menimbulkan efek samping
seperti obat-obatan serta dapat dilakukan oleh perawat. (Nur, dkk. 2020).
Salah satu terapi non-farmakologi yang dapat diberikan pada pasien yang
mengalami nyeri gastritis adalah terapi komplementer. Tindakan yang dapat
dilakukan perawat yaitu dengan menggunakan Manajemen Nyeri untuk
mengurangi bahkan menghilangkan nyeri serta meningkatkan rasa nyaman.
Dengan menggunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien yaitu dengan menggunakan terapi distraksi, relaksasi nafas
dalam, pijat efflurage, guided imaginary, kompres air hangat, relaksasi otot
progresif, dan relaksasi genggam jari. Salah satu terapi yang bisa digunakan
untuk memanajemen nyeri gastritis dengan menggunakan terapi relaksasi otot
progresif. (Dwi & Rahmayunia. 2018)
Menurut Prio (2009), relaksasi otot skeletal dipercaya dapat
menurunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang
nyeri. Hampir semua orang dengan nyeri kronis maupun akut setelah
4

diberikan terapi relaksasi mendapatkan manfaatnya. Periode relaksasi yang


teratur dapat membantu menghilangkan keletihan dan ketegangan otot.
Setelah diberikan relaksasi otot progresif pada nyeri gastritis, pasien
mengalami penurunan skala nyeri karena pasien sudah tidak terfokus lagi
dengan rasa nyeri-nya tersebut. Hal itu karena hipotalamus sudah tidak
mengaktifkan mediator nyeri. (Nur, dkk. 2019)
Terapi relaksasi otot progresif merupakan terapi dimana teknik yang
digunakan yaitu dengan memusatkan perhatian pada aktivitas otot, dengan
mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan
melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks. (Nurmala &
Puspita. 2020)
Berdasarkan latar belakang diatas, salah satu masalah kesehatan pada
pasien gastritis adalah nyeri. Maka dari itu, penulis tertarik untuk mengambil
studi kasus dengan tema “Penatalaksanaan Terapi Relaksasi Otot Progresif
terhadap Tingkat Nyeri pada Pasien dengan Gangguan Pencernaan: Gastritis
di Ruang IGD Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk membuat
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pencernaan:
Gastritis di Ruang IGD Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum diambilnya studi kasus ini adalah untuk mengetahui
gambaran bagaimana Asuhan Keperawatan melalui penatalaksanaan
Terapi Relaksasi Otot Progresif terhadap tingkat nyeri pada pasien dengan
gangguan pencernaan: Gastritis di ruang IGD Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.
5

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam studi kasus ini adalah:
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem pencernaan: gastritis melalui Terapi Relaksasi Otot Progresif
terhadap tingkat nyeri di ruang IGD Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang.
b. Merumuskan diagnosis keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem pencernaan: gastritis melalui penatalaksanaan Terapi Relaksasi
Otot Progresif terhadap tingkat nyeri di ruang IGD Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.
c. Melakukan intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem pencernaan: gastritis melalui penatalaksanaan Terapi Relaksasi
Otot Progresif terhadap tingkat nyeri di ruang IGD Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.
d. Melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem pencernaan: gastritis melalui penatalaksanaan Terapi Relaksasi
Otot Progresif terhadap tingkat nyeri di ruang IGD Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
pencernaan: gastritis melalui penatalaksanaan Terapi Relaksasi Otot
Progresif terhadap tingkat nyeri di ruang IGD Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.
f. Melakukan discharge planning pada pasien dengan gangguan sistem
pencernaan: gastritis melalui penatalaksanaan Terapi Relaksasi Otot
Progresif terhadap tingkat nyeri di ruang IGD Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.

D. Manfaat
Penulis berharap semoga penatalaksanaan bermanfaat untuk:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis studi kasus diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan
sebagai sumber informasi dalam menjawab permasalahan-permasalahan
6

yang terjadi dalam proses keperawatan terutama dalam meningkatkan


kualitas studi kasus mahasiswa. Selain itu, juga bermanfaat sebagai bahan
referensi dalam pembelajaran dan menerapkan ilmu keperawatan yang
sudah ada.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis studi kasus ini bermanfaat:
a. Bagi institusi pendidikan
Penelitian ini dapat dijadikan jendela ilmu pengetahuan keperawatan
dalam proses penanganan. Diharapkan pada penelitian selanjutnya
untuk menerapkan terapi Guided Imaginary untuk mengurangi tingkat
nyeri pada pasien yang memiliki masalah keperawatan nyeri.

b. Bagi Rumah Sakit


Sebagai bahan pertimbangan atau referensi oleh pihak rumah sakit
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan sistem pencernaan: gastritis di ruang IGD
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
c. Penelitian selanjutnya
Sebagai referensi dan acuan untuk membandingkan, menganalisis,
atau memodifikasi penelitian studi kasus selanjutnya terkait dengan
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pencernaan:
gastritis.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Gastritis merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat adanya
inflamasi atau peradangan pada lapisan lambung. (Verawati & Agustian.
2020). Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan
mukosa lambung yang bersifat akut atau kronik. (Amir. 2015 dalam
Nirmalarumsari & Tandipasang. 2020). Gastritis merupakan radang pada
jaringan dinding lambung yang paling sering diakibatkan karena
ketidakteraturan diet. (Brunner & Suddart. 2008 dalam Fahruddin, dkk.
2021)
Jadi dapat disimpulkan bahwa gastritis merupakan suatu penyakit
yang terjadi akibat adanya peradangan pada mukosa lambung dikarenakan
ketidakteraturan diet serta bisa bersifat akut maupun kronik.

2. Anatomi dan Fisiologi

Gambar 1. Sistem pencernaan


Sumber: Booth Kathryn, Wyman Terri, 2007

Sistem pencernaan adalah sistem yang membantu dalam mencerna


makanan yang telah dikonsumsi sehingga mudah dicerna oleh tubuh yang
berguna sebagai sumber energi untuk seluruh anggota tubuh. Makanan

7
8

yang diserap berupa nutrisi yang dibantu oleh enzim untuk memecah
molekul kompleks menjadi molekul-molekul yang lebih kecil sehingga
mudah diserap oleh tubuh atau bisa disimpulkan pencernaan merupakan
proses pemecahan secara mekanik dan kimiawi yag diubah menjadi bentuk
lebih sederhana sehingga mudah diserap tubuh, dan sisa-sisa makanan
akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui feses.
Organ gastrointestinal (saluran pencernaan) membentang dari mulut,
faring, esofagus (kerongkongan), lambung, usus kecil, usus besar, dan
lubang anus. Berikut anatomi dan fisiologi sistem pencernaan:
a. Mulut

Gambar 2. Mulut manusia & Lapisan gigi


Sumber: Raven, 2007

Mulut merupakan rongga yang terbuka tempat masuknya


makanan dan air, dengan kata lain mulut merupakan jalan masuk pada
sistem pencernaan. Salah satu bagian mulut yang sangat memegang
peranan penting dalam sistem pencernaan adalah gigi. Gigi berfungsi
untuk mengunyah makanan sehingga makanan menjadi lebih halus
atau kecil yang disebut dengan proses pencernaan mekanik.
Selain gigi, terdapat juga kelenjar ludah yang membantu dalam
proses pencernaan. Kelenjar menghasilkan ludah atau air liur (saliva).
Ludah mengandung musin yang berfungsi untuk melumasi makanan
sehingga memudahkan pada saat menelan makanan. Selain itu ludah
juga berfungsi sebagai penghasil enzim amilase yang membantu
proses pencernaan kimiawi di mulut. Komponen lain pada ludah
terdapat bufer yang membantu mencegah kerusakan gigi dengan
9

menetralisir asam, dan melindungi dari mikroorganisme yang


memasuki mulut bersamaan dengan makanan.
Bagian selanjutnya pada bagian mulut adalah lidah. Lidah
merupakan suatu massa otot lurik yang bersilangan dalam 3 bidang,
berkelompok dalam berkas-berkas, biasanya dipisahkan oleh jaringan
penyambung. Di permukaan lidah, serta terdapat indera pengecap
yang terdiri dari manis, asam, asin dan pahit.
b. Tenggorokan (Faring)
Tenggorokan merupakan penghubung rongga mulut dan
kerongkongan. Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel)
yaitu kelenjar limfa yang mengandung banyak kelenjar limfosit dan
mempunyai fungsi pertahanan terhadap infeksi. Terletak diantara jalan
nafas dan jalan pencernaan, letaknya dibelakang rongga mulut dan
rongga hidung.
c. Kerongkongan (Esofagus)

Gambar 3. Kerongkongan (Esofagus)


Sumber: Anderson, 2007

Kerongkongan merupakan yabung (tube) berotot pada vertebrata


yang dilalui pada saat makanna mengalir dari bagian mulut kr dalam
lambung. Sering juga disebut dengan esophagus (bahasa Yunani).
Panjang kerongkongan ±2 cm. Organ ini berfungsi untuk
menghubungkan mulut dengan lambung. Makanan masuk ke
kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik yang meliputi
gerakan melebar, menyempit, bergelombang, dan meremas-remas
agar makanan terdorong ke lambung.
10

d. Lambung

Gambar 4. Anatomi Lambung


Sumber: Slone, 2016

Lambung merupakan organ berbentuk seperti kantong yang terdiri


dari dinding berotot. Di lambung, terjadi sistem pencernaan mekanik
yang dimana makanan dan minuman akan diremas dan diaduk
menjadi bubur makanan (kim) oleh otot polos.
Lambung dibagi menjadi tiga daerah, yaitu sebagai berikut:
a. Kardiak, yaitu bagian lambung yang paling pertama untuk tempat
masuknya makanan dari kerongkongan (esofagus).
b. Fundus, yaitu bagian lambung tengah yang berfungsi sebagai
penampung makanan serta proses pencernaan secara kimiawi
dengan bantuan enzim.
c. Pilorus, yaitu bagian lambung terakhir yang berfungsi sebagai jalan
keluar makanan menuju usus halus
Fungsi Lambung antara lain:
a. Penyimpanan makanan. Kapasitas lambung normal memungkinkan
adanya interval waktu yang panjang antara saat makan dan
kemampuan menyimpan makanan dalam jumlah besar sampai
makanan ini dapat terakomodasi di bagian bawah saluran.
b. Produksi kimus. Aktivitas lambung mengakibatkan terbentuknya
kimus (massa homogen setengah cair, berkadar asam tinggi yang
berasal dari bolus) dan mendorongnya ke dalam duodenum.
c. Digesti protein. Lambung memulai digesti protein melalui sekresi
tripsin dan asam klorida.
11

d. Produksi mukus. Mukus yang dihasilkan dari kelenjar membentuk


barier setebal 1mm untuk melindungi lambung dari aksi
pencernaan dari sekresinya sendiri.
e. Produksi faktor intrinsik
1) Faktor intrinsik adalah glikoprotein yang disekresi sel parietal
2) Vitamin B12, yang didapat dari makanan yang dicerna lambung,
terikat pada faktor intrinsik. Kompleks faktor intrinsik vitamin
B12 dibawa ke ileum usus halus, tempat vitamin B12 diabsorpsi.
f. Absorpsi. Absorpsi nutrien yang berlangsung dalam lambung
hanya sedikit. Beberapa obat larut lemak (aspirin) dan alkohol
diabsorpsi pada dinding lambung. Zat terlarut dalam air terabsorpsi
dalam jumlah yang tidak jelas (Sloane, 2016)
Menurut McGuire (2012) di bagian dinding lambung sebelah
dalam terdapat kelenjar-kelenjar yang menghasilkan getah lambung.
Aroma, bentuk, warna, dan selera terhadap makanan secara refleks
akan menimbulkan sekresi getah lambung. Getah lambung
mengandung asam lambung (HCl), pepsin, musin, dan renin. Asam
lambung berperan sebagai pembunuh mikroorganisme dan
mengaktifkan enzim pepsinogen menjadi pepsin.
a. Pepsin merupakan enzim yang dapat mengubah protein menjadi
molekul yang lebih kecil.
b. Musin merupakan mukosa protein yang melicinkan makanan.
c. Renin merupakan enzim khusus yang hanya terdapat pada
mamalia, berperan sebagai kesinogen menjadi kasein. Kasein
digumpalkan oleh Ca2+ dari susu sehingga dapat dicerna oleh
pepsin. Tanpa adanya renin susu yang berwujud cair akan lewat
begitu saja di dalam lambung dan usus tanpa sempat dicerna.
d. HCl (Asam Klorida) merupakan asam yang berfungsi sebagai
enzim, yang berguna untuk membunuh kuman dan bakteri pada
makanan.
Kerja enzim dan pelumatan oleh otot lambung mengubah
makanan menjadi lembut seperti bubur, disebut chyme (kim) atau
12

bubur makanan. Otot lambung bagian pilorus mengatur pengeluaran


kim sedikit demi sedikit dalam duodenum. Caranya, otot pilorus yang
mengarah ke lambung akan relaksasi (mengendur) jika tersentuh kim
yang bersifat asam.
Sebaliknya, otot pilorus yang mengarah ke duodenum akan
berkontraksi (mengerut) jika tersentuh kim. Jadi, misalnya kim yang
bersifat asam tiba di pilorus depan, maka pilorus akan membuka,
sehingga makanan lewat. Oleh karena makanan asam mengenai
pilorus belakang, pilorus menutup. Makanan tersebut dicerna sehingga
keasamannya menurun. Makanan yang bersifat basa di belakang
pilorus akan merangsang pilorus untuk membuka. Akibatnya,
makanan yang asam dari lambung masuk ke duodenum. Jadi makanan
melewati pilorus menuju duodenum segumpal demi segumpal agar
makanan tersebut dapat tercerna efektif.
Di dalam lambung terjadi gerakan mengaduk. Gerakan
mengaduk dimulai dari kardiak sampai di daerah pilorus. Gerakan ini
bertujuan untuk mencampurkan bolus makanan dengan getah lambung
yang telah disekresikan oleh kelenjar lambung. Pada saat itu terjadi
digesti kimiawi oleh lambung. HCl dalam getah lambung
mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Tidak seperti sebagian
besar enzim lainnya, pepsin bekerja paling baik dalam suasana asam.
Pepsin ini memutuskan ikatan-ikatan peptida, sehingga mampu
memecah protein menjadi polipeptida yang lebih kecil.
Campuran dari bolus makanan dan enzim ini berubah menjadi
bubur kata nutrien yang asam, dikenal dengan nama kimus. Kimus
kemudian menuju sfingter pilorus akan diteruskan ke dalam usus
halus dengan jangka waktu 2-6 jam setelah makan. (Sherwood, 2009)
13

e. Usus halus

Gambar 5. Usus halus


Sumber: Slone, 2016

Usus halus atau usus kecil merupakan organ pencernaan yang


terletak diantara lambung dan usus besar. Usus halus secara natomi
meliputi usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejenum), dan
usus penyerapan (ileum). Dinding usus sangat kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena
porta. Dinding usus akan melepaskan lendir dan air (melarutkan
pecahan-pencahan makanan). Dinding usus juga melepaskan sedikit
enzim yang mencerna protein, gula, dan lemak.
f. Usus besar

Gambar 6. Usus besar


Sumber: Elaine N. Marieb, 2001

Pencernaan makanan sudah dilakukan di usus kecil, dan hanya air


dan penyerapan garam yang terjadi di usus besar. Dengan demikian
usus besar membantu dalam menjaga keseimbangan cairan darah.
14

Secara umum usus besar pada manusia memiliki fungsi:


1) Untuk menyimpan dan eliminasi sisa makanan.
2) Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan cara
menyerap air.
3) Untuk mendegradasi bakteri.
Usus besar manusia terbagi menjadi 4 bagian yaitu:
1) Ascenden, berfungsi untuk menyerap nutrisi yang belum terserap
di usus halus, menyerap air, dan memadatkan feses.
2) Transversal, kelanjutan dari ascenden yang berfungsi
menyempurnakan penyerapan nutrisi, air, dan memadatkan fesef.
3) Descenden, berfungsi menampung makanan sementara sebelum
ke rektum.
4) Sigmoid, berbentuk S dan pendek sehingga dinamakan sigmoid.
Bagian ini memiliki kontraksi otot yang kuat dan berfungsi dalam
menekankan deser afar mudah pada saat dikeluarkan ketika
menuju rektum.
Pada kolon terjadi pengaturan kadar air feses, dan terjadi gerakan
peristaltik yang mendorong sisa makanan menuju rektum.
g. Rektum dan Anus

Gambar 7. Rektum & Anus


Sumber: Slone, 2016

Dalam bahasa latin retum disebut “regere” yang berati


meluruskan dan mengatur. Rektum merupakan sebuah ruangan yang
berawal dari ujung usus besar setelah kolon sigmoid dan berakhir di
anus. Bila rektum sudah penuh, maka akan ada rangsangan untuk
buang air besar (defekasi), rangsangan ini disebut gastrokolik. Ketika
rektum penuh akan terjadi peningkatan tekanan di dalamnya dan
15

memaksa dinding dari saluran anus. Paksaan ini menyebabkan feses


masuk ke saluran anus dan terjadilah pengeluaran yang diatur oleh
otot spingter.
Mengembangnya dinding rektum yang dikarenakan adanya
penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem syaraf
untuk mengeluarkan keinginan untuk defekasi. Jika defekasi tidak
terjadi, sering kali material dikembalikan ke usus besar, dimana
penyerapan akan dilakukan kembali. Jika defekasi masih tidak terjadi
untuk periode yang lama, konstipasi dan akan terjadi pengerasan pada
feses.
Anus merupakan lubang di ujung sistem pencernaan dimana
limbah-limbah keluar dari tubuh. Feses akan dikeluarkan dari dalam
tubuh melalui proses defekasi.

3. Etiologi
Etiologi dari gastritis adalah stress fisik, radiasi dan kemoterapi,
penggunaan alkohol secara berlebihan, penggunaan kokain, pemakaian
obat penghilang nyeri secara terus menerus, infeksi bakteri. (Setiadi, 2014
dalam Oktoriana & Firsty. 2019)
Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter Pylori, virus,
atau parasit lainnya juga dapat menyebabkan gastritis. Kontributor gastritis
akut adalah meminum alkohol secara berlebihan, infeksi dari kontaminasi
makanan yang dimakan, dan penggunaan kokain. Kortikosteroid juga
dapat menyebabkan gastritis seperti NSAID/OAINS (Obat Anti Inflamasi
Non Steroid) aspirin dan ibuprofen. (Dewit, Stromberg & Dallred, 2016
dalam Eka. 2018).
Menurut Gomez (2012) dalam Eka (2018) penyebab gastritis adalah
sebagai berikut:
a. Infeksi bakteri
Bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada lambung dan
menimbulkan gastritis cukup banyak jenisnya. Namun, yang paling
sering adalah bakteri Helicobacter Pylori yang merupakan bakteri gram
16

negatif, berbentuk spiral, memiliki flagel lopotrikus mampu


berkolonisasi pada lambung dan memicu terjadinya peradangan lokal.
b. Sering menggunakan pereda nyeri
Obat pereda nyeri yang dikonsumsi terlalu sering dapat menghambat
proses regenerasi lapisan mukosa lambung, yang berakibat pada cedera
dan pelemahan dinding lambung, sehingga lebih mudah mengalami
peradangan.
c. Konsumsi makanan alkohol secara berlebihan
Minuman yang beralkohol dapat mengikis lapisan mukosa lambung,
terutama jika seseorang sangat sering mengonsumsinya. Pengikisan
lapisan mukosa oleh alkohol dapat menyebabkan iritasi dan peradangan
pada dinding lambung, sehingga mengakibatkan terjadinya gastritis,
terutama gastritis akut.
d. Stress
Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, taruma,
pembedahan, gagal napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat,
atau refluks usus-lambung.
e. Autoimun
Penyakit autoimun juga bisa memicu terjadinya gastritis. Gangguan
pada sistem imun yang menyerang dinding lambung dapat
mengakibatkan gastritis.

4. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddarth (2014), manifestasi klinis dari gastritis
akut dapat bervariasi dari keluhan abdomen yang tidak jelas, seperti
anoreksia atau mual, sampai gejala lebih berat seperti nyeri epigastrium,
muntah, perdarahan, hematemesis. Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak
ditemukan kelainan, kecuali jika penderita mengalami perdarahan yang
hebat sehingga menimbulkan tanda dan gejala gangguan hemodinamik
yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai
gangguan kesadaran. Klien juga mengeluh kembung, rasa asam di mulut.
Sedangkan manifestasi klinis dari gastritis kronik; gejala defisiensi B12,
17

sakit ulu hati setelah makan, bersendawa rasa pahit dalam mulut, mual,
dan muntah. (Oktoriana & Firsty. 2019)

5. Patofisiologi
Menurut Lemone, Priscilla, dkk (2016), obat-obatan, alkohol, garam
empedu, atau enzim-enzim pankreas dapat merusak lambung (gastritis
erosif), mengganggu pertahanan mukosa lambung dan memungkinkan
difusi kembali, asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung. (Oktariani &
Firsty. 2019)
Mukosa lambung sangat berperan penting dalam melindungi
lambung dari autodigesti oleh HCl dan pepsin. Apabila mukosa lambung
rusak maka terjadi difusi HCl ke mukosa, dan HCl akan merusak mukosa.
Mukosa lambung dapat menstimulasi perubahan pepsinogen menjadi
pepsin karena kehadiran HCl. Pelepasan histamin dari sel mast dapat
terangsang dari pepsin. Histamin dapat menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan cairan dari intrasel ke
ekstrasel dan menyebabkan edema serta kerusakan kapiler sehingga pada
lambung timbul perdarahan. (Oktariani & Firsty. 2019)
Gangguan tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya apabila
lambung melakukan regenerasi mukosa. Tetapi inflamasi akan terjadi terus
menerus lambung sering terpapar zat iritan. Lapisan mukosa lambung akan
hilang dan terjadi atropi sel mukosa lambung apabila jaringan yang
meradang diisi oelh jaringan fibrin. Faktor intrinsik yang dihasilkan sel
mukosa lambung dapat menurun atau hilang, sehingga cobalamin (Vitamin
B12) tidak dapat diserap di usus halus. Sementara dalam pertumbuhan dan
maturasi sel darah merah, vitamin B12 ini sangat penting. Hingga akhirnya
terjadilah anemia pada klien gastritis, selain itu dinding lambung yang
menipis rentan terhadap perforasi lambung serta perdarahan. (Eurica,
Candrawati & Warsono. 2017)
18

6. Pathway
Bagan 1 Pathway Gastritis
(Muttaqin, 2011; Hirlan, 2001)

Helicobacter pylori Makanan yang pedas, Obat-obatan (NSAID, Stress


panas, asam aspirin, sulfanomida
Melekat pada steroid, dietalis Stress psikologis
epitel lambung Fungsi barier
terganggu Mengganggu Sekresin H+
sawar mukosa lambung

Mengganggu lapisan mukosa

Mengurangi prostaglandin Merusak pertahanan mukosa lambung

GASTRITIS Iritasi lambung

Erosi mukosa lambung Nyeri epigastrium Hipotalamus

Perdarahan gaster Nyeri Akut Aktivitas lambung meningkat

Krisis situasional Gangguan Rasa Asam lambung meningkat


ancaman kematian Nyaman
Kontraksi otot lambung
Kurang informasi Anoreksia, mual
muntah Masukan cairan tidak
adekuat/kehilangan cairan
Defisit
Masukan nutrient in adekuat
Pengetahuan
Ansietas
Resiko
Defisit Nutrisi Ketidakseimbangan
Ansietas Elektrolit
19

7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Kimberly (2014) dalam Oktoriana & Firsty (2019) pemeriksaan
diagnostik pada klien dengan Gastritis meliputi:
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah digunakan untuk memeriksa apakah terdapat
Helicobacter Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan
bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri, tapi itu tidak menunjukkan
bahwa pasien tersebut terinfeksi
b. Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rontgen saluran cerna bagian atas, tes ini meliputi akan
adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya
c. Pemeriksaan analisis lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan teknik penting
untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung.
d. Pemeriksaan feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri Helicobacter Pylori dalam
feses. Hasil yang positif mengindikasikan terjadinya infeksi,
pemeriksaan juga dilakukan terhadap ada atau tidaknya darah dalam
feses, hal ini menunjukkan adanya perdarahan dalam lambung.

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gastritis menurut Kimberly (2014) dalam Oktariani &
Firsty (2019):
a. Terapi Farmakologi
1) Antikoagulan. Diberikan bila ada perdarahan pada lambung.
Antasida diberikan pada pasien gastritis yang kronik, cairan dan
elektrolit diberikan intravena untuk mempertahankan keseimbangan
cairan sampai gejala-gejala membaik, untuk gastritis yang tidak
parah diobati dengan antasida dan istirahat.
2) Histonin. Ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan
asam lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung.
20

3) Sucralfate. Diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan


cara menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan
pepsin yang menyebabkan iritasi.
4) Penghambat asam (acid blocker). Obat penghambat asam antara lain:
simetidin, ranitidin, atau femotidin.
5) Proton pump inhibitor (penghambat pompa proton). Diberikan untuk
menghentikan produksi asam lambung dan menghambat infeksi
bakteri Helicobacter Pylori.
b. Terapi Non Farmakologi
Menurut Arief (2011), terapi non farmakologi yang dapat dilakukan
yaitu mengurangi atau menghilangkan stress psikologis, menghentikan
kebiasaan merokok, tidak menggunakan obat-obatan golongan
Nonsteroidal Anti-Inflamatory Drug (NSAID). Selain itu, penderita
gastritis harus menghindari makanan-makanan yang dapat
menyebabkan terjadinya ulcer (tukak) seperti makanan dan minuman
yang mengandung kafein, pedas, dan alkohol. (Oktoriana & Firsty.
2019)

B. Konsep Nyeri
1. Definisi Nyeri
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial.
Secara umum tanda dan gejala yang mengalami nyeri dapat terlihat dari
perilaku pasien, misalnya suara (menangis, merintih, menghembus nafas),
ekspresi wajah (meringis, menggigit bibir), pergerakan tubuh (gelisah, otot
tegang, mondar-mandir), interaksi sosial (menghindari percakapan,
disorientasi waktu). Manajemen nyeri terdapat dua cara yaitu terapi
farmakologi dan non farmakologi. Salah satu terapi non farmakologi yang
dapat diberikan yaitu terapi relaksasi otot progresif. (Dwi & Rahmayunia.
2018)
21

2. Klasifikasi Nyeri
Menurut Mubarak (2015) dalam Ningtyas (2020) klasifikasi nyeri
dibedakan berdasarkan tempat, sifat, intensitas, dan waktu serangan nyeri.
a. Menurut tempat
1) Periferal pain: nyeri permukaan (superficial pain), nyeri dalam
(deep pain), nyeri alihan (reffered pain), nyeri yang dirasakan pada
area yang bukan merupakan sumber nyerinya.
2) Central pain, terjadi karena perangsangan pada sumsum saraf pusat,
medula spinalis, batang otak, dll.
3) Psychogenic pain, nyeri dirasakan tanpa penyebab organik, tetapi
akibat dari trauma psikologis.
4) Phantom pain, merupakan perasaan pada bagian tubuh yang tak ada
lagi. Contohnya pada amputasi, phantom pain timbul akibat
stimulasi dendrit yang berat dibandingkan dengan stimulasi reseptor
biasanya. Oleh karena itu, orang tersebut akan merasa nyeri pada
area yang telah diangkat.
5) Radiating pain, nyeri yang dirasakan pada sumbernya yang meluas
ke jaringan sekitar.
6) Nyeri somatis dan nyeri viseral, kedua nyeri ini umumnya bersumber
dari kulit dan jaringan di bawah kulit (superfisial) pada otot dan
tulang.
b. Menurut Sifat
1) Insidentil: timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang.
2) Steady: nyeri timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang
lama
3) Paroxymal: nyeri dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali
serta biasanya menetap 10-15 menit, lalu menghilang dan
kemudian timbul lagi.
4) Intractable pain: nyeri yang resistan dengan diobati atau dikurangi.
Contoh pada artritis, pemberian analgetik narkotik merupakan
kontraindikasi akibat dari lamanya penyakit yang dapat mengalami
kecanduan.
22

c. Menurut Intensitas Nyeri


1) Nyeri ringan: dalam intensitas rendah
2) Nyeri sedang: menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan psikologis.
3) Nyeri berat: dalam intensitas tinggi.
d. Menurut Waktu Serangan Nyeri
1) Nyeri akut, merupakan nyeri yang terjadi setelah cedera akut,
penyakit atau intervensi bedah, dan memiliki awitan yang cepat,
dengan intensitas bervariasi (ringan sampai berat) serta
berlangsung singkat (kurang dari enam bulan) dan menghilang
dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan pulih pada area
yang rusak. Klien mengalami nyeri akut biasanya menunjukkan
gejala respirasi meningkat, denyut jantung dan tekanan darah
meningkat, serta pallor.
2) Nyeri kronis, merupakan nyeri konstan atau intermiten yang
menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri yang disebabkan
oleh adanya kausa keganasan seperti kanker yang tidak terkontrol
dan nonkeganasan. Nyeri kronis berlangsung lama (lebih dari 6
bulan) dan akan berlanjut walaupun klien diberi pengobatan atau
penyakit tampak sembuh. Karakteristik nyeri kronis adalah area
nyeri tidak mudah diidentifikasi, intensitas nyeri sukar untuk
diturunkan, rasa nyeri biasanya meningkat, sifat nyeri kurang jelas,
dan kemungkinan kecil untuk sembuh atau hilang.

3. Cara Mengukur Intensitas Nyeri


Menurut Mubarak (2015) dalam Ningtyas (2020), intensitas nyeri
adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan oleh klien,
pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual, serta
kemungkinan nyeri yang dalam intensitas sama akan dirasakann berbeda
oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan
objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologis tubuh
terhadap nyeri itu sendiri.
23

Menurut Smeltzer dan Bare (2013) dalam Ningtyas (2020),


pengukuran skala nyeri adalah sebagai berikut:
a. Baker Face Scale Wong Pain Rating
Skala dengan enam gambar wajah dengan ekspresi yang berbeda,
dimulai dari senyuman sampai menangis karena kesakitan. Skala ini
berguna pada pasien dengan gangguan komunikasi seperti anak-anak,
lansia, pasien yang kebingungan atau pada pasien yang tidak mengerti
dengan bahasa lokal setempat.

Gambar 8. Skala Wajah


Sumber : Mubarak et al., 2015
Keterangan:
0 : Tidak Nyeri
1 : Agak Nyeri
2 : Nyeri Sedikit
3 : Nyeri
4 : Lebih Nyeri
5 : Sangat Nyeri

b. Verbal Rating Scale (VRS)


Pasien dinyatakan tentang derajat nyeri yang dirasakan berdasarkan
skala lima poin; tidak nyeri, ringan, sedang, berat dan sangat berat.

Gambar 9 Skala Verbal Rating Scale (VRS)


Sumber : Mubarak et al., 2015
24

c. Numerical Rating Scale (NRS)


Pertama sekali dikemukakan oleh Downie, dkk (1978). Dimana pasien
ditanyakan tentang derajat nyeri yang dirasakan dengan menunjukkan
angka 0-5 atau 0-10, dimana angka 0 menunjukkan tidak ada nyeri dan
angka 5 atau 10 menunjukkan nyeri yang hebat.

Gambar 10. Skala Numerical Rating Scale (NRS)


Sumber : Mubarak et al., 2015
Keterangan:
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan
4-6 : Nyeri sedang
7-9 : Nyeri berat terkontrol
10 : Nyeri berat tidak terkontrol

d. Visual Analogue Scale (VAS)


skala yang pertama kali dikemukakan oleh Keele pada tahun 1948 yang
merupakan skala dengan garis lurus 10 cm, dimana awal garis (0)
penanda tidak ada nyeri dan akhir garis (10) menandakan nyeri hebat.
Pasien diminta untuk membuat tanda di garis tersebut untuk
mengekspresikan nyeri yang dirasakan. Penggunaan skala VAS lebih
mudah, efisien dan lebih mudah dipahami oleh penderita dibanding
dengan skala lainnya. Penggunaan VAS telah direkomendasikan oleh
Coll karena selain telah digunakan secara luas, VAS juga secara
metodologis kualitasnya lebih baik, dimana juga penggunaannya relatif
mudah, hanya dengan menggunakan beberapa kata sehingga kosa kata
tidak menjadi permasalahan. Williason, dkk juga melakukan kajian
pustaka atas tiga skala ukur nyeri dan menarik kesimpulan bahwa VAS
secara statistik paling kuat rasionya karena dapat menyajikan data
25

dalam bentuk rasio. Nilai VAS antara 0-4 cm dianggap sebagai tingkat
nyeri rendah dan digunakan sebagai target untuk tatalaksana analgesia.
Nilai VAS >4 dianggap nyeri sedang menuju berat sehingga pasien
merasa tidak nyaman dan perlu diberikan obat analgesik penyelamat
(rescue analgetic).

Gambar 11. Skala Visual Analogue Scale (VAS)


Sumber : Mubarak et al., 2015

Keterangan:
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan. Secara obyektif klien dapat berkomunikasi
dengan baik
4-6 : Nyeri sedang. Secara obyektif klien mendesism menyeringai,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya,
dapat mengikuti perintah dengan baik
7-9 : Nyeri berat. Secara obyektif klien terkadang tidak daoat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya,
tidak dapat diatasi rasa nyeri.
10 : Nyeri sangat berat. Pasien sudah tidak mampu lagi
berkomunikasi, memukul.
4. Manajemen Nyeri
a. Pendekatan Farmakologi
Penatalaksanaan nyeri secara farmakologi melibatkan pengguanan opiat
(narkotik), nonopiat/obat AINS (anti inflamasi nonsteroid), obat-obatan
adjuvans atau koanalgesik. Analgesik opiat mencakup derivat opium,
26

seperti morfin dan kodein. Narkotik meredakan nyeri dan memberikan


perasaan euforia. Semua opiat menimbulkan sedikit rasa kantuk pada
awalnya ketika pertama kali diberikan. Tetapi dengan pemberian yang
teratur, efek samping ini cenderung menurun. Opiat juga menimbulkan
mual, muntah, konstipasi, dan depresi pernapasan serta harus digunakan
secara hati-hati pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan.
(Bernan et al. 2009 dalam Ningtyas. 2020).
b. Pendekatan non-farmakologi
Pendekatan non-farmakologi atau intervensi keperawatan mandiri
merupakan tindakan yang dilakukan perawat secara mandiri untuk
meredakan nyeri tanpa bergantung pada petugas medis lain, dimana
dalam pelaksanaannya perawat mempertimbangkan keputusan dalam
melakukan tindakan. (Bangun & Nur’aeni. 2013 dalam Ningtyas. 2020)

C. Konsep Relaksasi Otot Progresif


1. Definisi Relaksasi Otot Progresif
Terapi relaksasi otot progresif merupakan terapi dimana teknik yang
digunakan yaitu dengan memusatkan perhatian pada aktivitas otot, dengan
mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan
dengan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks. (Nur, dkk.
2019)

2. Tujuan Relaksasi Otot Prrogresif


Tujuan dilakukan terapi relaksasi otot progresif pada pasien gastritis
menurut Prio (2009) dalam Nur, dkk (2018) yaitu untuk merilekskan
ketegangan otot yang menunjang nyeri dengan demikian pasien tidak
terfokus lagi dengan rasa nyeri-nya tersebut. Hal itu karena hipotalamus
sudah tidak mengaktifkan mediator nyeri.

3. Keunggulan Relaksasi Otot Progresif


Keunggulan dilakukan terapi relakasi otot progresif pada pasien gastritis
menurut Prio (2009) dalam Nur (2019) adalah sebagai berikut:
a. Mengurangi rasa nyeri
27

b. Merilekskan ketegangan otot


c. Menghilangkan keletihan otot
d. Mengalihkan fokus rasa nyeri pasien, karena hipotalamus tidak
mengaktifkan mediator nyeri lagi

4. Fisiologi Relaksasi Otot Progresif


Kebanyakan orang tidak bisa merilekskan diri yang mendalam
tanpa latihan. Latihan bisa dilakukan di ruang struktur atau dirumah.
Selama latihan relaksasi berjalan bisa dilakukan perubahan supaya sesuai
dengan kenyamanan klien, seperti lamanya waktu tegang, atau masa
rileksnya, juga kata-kata panggilan yang digunakan. (Ekarini. 2019)
Terapi relaksasi otot progresif bertujuan untuk mengetahui
perbedaan rasa saat otot-otot ditegangkan dan saat dilemaskan. Caranya
dengan menegangkan setiap kelompok otot ± 10-15 detik sampai merasa
otot-otot bergetar, kemudian tarik nafas pendek menjelang akhir waktu
penegangan, kemudian lemaskan tegangan dengan menghembuskan nafas.
Rasakan bagaimana perubahan sensasi otot-otot ketika ketegangan
tersebut dilepaskan. (Nay, 2007 dalam Riskinah & Karunianingtyas, 2017)
Terapi relaksasi otot progresif dapat digunakan untuk menurunkan
nyeri, karena dapat menekan saraf simpatis sehingga mengurangi rasa
tegang yang dialami oleh individu sehingga timbul counter conditioning
(penghilangan). Sistem saraf manusia terdiri dari Sistem Saraf Pusat (SSP)
dan Sistem Saraf Otonom (SSO) . Sistem saraf otonom terdiri dari sistem
saraf simpatis dan parasimpatis yang kerjanya berlawanan. Sistem
simpatis aktif ketika tubuh berada dalam keadaan tegang, nyeri, dan
cemas. Pada kondisi ini, sistem saraf akan memacu aliran darah ke otot
skeletal. Sistem parasimpatis mengontrol aktivitas selama penenangan
tubuh, misal setelah fase ketengan dan menaikkan aliran darah ke sistem
gastrointestinal sehingga rasa nyeri akan berkurang seperti pada terapi
relaksasi otot progresif. Dan kemudian hipotalamus akan merespons
dengan tidak mengaktifkan mediator nyeri. (Ajeng, Hartono &
Kurniawati. 2017)
28

5. Tahapan Persiapan Terapi Relaksasi Otot Progresif


Menurut Setyoadi & Kushariyadi (2011) dalam Rahmawati (2020)
persiapan yang dilakukan ketika terapi relaksasi otot progresif yaitu
persiapan alat dan lingkungan.
a. Alat: kursi, bantal, dan lingkungan yang tenang.
b. Pahami tujuannya, manfaatnya, dan prosedurnya
c. Posisikan tubuh dengan nyaman, dengan berbaring dengan mata
tertutup menggunakan bantal di bawah kepala dan lutut atau duduk
diatasnya kursi dengan kepala ditopang, hindari posisi berdiri
d. Lepaskan aksesoris seperti kacamata, jam tangan, gelang, dan sepatu
e. Kendurkan ikatan, tali pinggang atau barang pengikat lainnya.

6. Langkah-Langkah Relaksasi Otot Progresif


Teknik relaksasi otot progresif terdiri dari 14 gerakan otot yang
berurutan yg memerlukan waktu sekitar 5 menit menurut Setyoadi &
Kushariyadi (2011) dalam Kadri & Fitrianti (2019), sebagai berikut:
a. Gerakan 1: ditujukan untuk melatih otot tangan
1) Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan
2) Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan
yang terjadi. Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk
merasakan rileks selama 10 detik.
3) Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien
dapat membedakan antara ketegangan otot dan keadaan rilaks yang
dialami.
4) Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan

Gambar 12. Melatih otot tangan


Sumber: Kadri & Fitrianti. 2019
29

b. Gerakan 2: ditujukan untuk melatih otot tangan bagian belakang. Tekuk


kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot
ditangan bagian belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari
menghadap ke langit-langit

Gambar 13. Melatih otot bagian belakang


Sumber: Kadri & Fitrianti. 2019

c. Gerakan 3: ditujukan untuk melatih otot biceps (otot besar pada bagian
atas pangkal lengan).
1) Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan
2) Kemudian membawa kedua kepalan tangan ke arah pundak
sehingga otot biceps akan menjadi tegang

Gambar 14. Melatih otot biceps


Sumber: Kadri & Fitrianti. 2019

d. Gerakan 4: ditujukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur


1) Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan sampai
menyentuh kedua telinga
2) Fokuskan perhatian gerakan pada kontras ketegangan yang terjadi
dibahu, punggung atas, dan leher.
30

Gambar 15. Melatih otot bahu


Sumber: Kadri & Fitrianti. 2019

e. Gerakan 5 dan 6: ditujukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti


otot dahi, mata, rahang, dan mulut)
1) Gerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai
otot terasa dan kulitnya keriput
2) Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan
disekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.

f. Gerakan 7: ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami


oleh otot rahang. Ketupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi
sehingga terjadi ketegangan di sekitar otot rahang.

g. Gerakan 8: ditujukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut. Bibir


dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di
sekitar mulut.

Gambar 16. Melatih otot dahi, mata, rahang, dan mulut


Sumber: Kadri & Fitrianti. 2019
31

h. Gerakan 9: ditujukan untuk merilekskan otot leher dibagian depan


maupun belakang
1) Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian
otot leher bagian depan
2) Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
3) Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa
sehingga dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan
punggung atas

Gambar 17. Merilekskan otot leher


Sumber: Kadri & Fitrianti. 2019

i. Gerakan 10: ditujukan untuk melatih otot leher bagian depan


1) Gerakan membawa kepala ke muka
2) Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di
daerah leher bagian muka

Gambar 18. Melatih otot leher bagian depan


Sumber: Kadri & Fitrianti. 2019

j. Gerakan 11: ditujukan untuk melatih otot punggung


1) Angkat tubuh dari sandaran kursi
32

2) Punggung dilengkungkan
3) Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian
rilekskan.
4) Saat rileks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan
otot menjadi lemas.

Gambar 19. Melatih otot punggung


Sumber: Kadri & Fitrianti. 2019

k. Gerakan 12: ditujukan untuk melemaskan otot dada


1) Tarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara
sebanyak-banyaknya
2) Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan
dibagian dada sampai turun ke perut, kemudian dilepas.
3) Saat ketengan dilepas, lakukan nafas normal dengan lega
4) Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara
kondisi tegang dan rileks.

Gambar 20. Melemaskan otot dada


Sumber: Kadri & Fitrianti. 2019

l. Gerakan 13: ditujukan untuk melatih otot perut


1) Tarik dengan kuat perut ke dalam
33

2) Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10 detik, lalu


dilepaskan bebas.
3) Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut ini.

Gambar 21. Melatih otot perut


Sumber: Kadri & Fitrianti. 2019

m. Gerakan 14 dan 15: ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha
dan betis)
1) Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang
2) Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga
ketegangan pindah ke otot betis.
3) Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.
4) Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.

Gambar 22. Melatih otot-otot kaki


Sumber: Kadri & Fitrianti. 2019
34

D. Konsep Asuhan Keperawatan Gastritis


1. Pengkajian IGD
Pengkajian adalah pengumpulan data yang berhubungan dengan
pasien secara sistematis yang meliputi fisik, psikologis, sosial, spiritual,
kognitif, kemampuan fungsional, perkembangan ekonomi dan gaya hidup.
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara dan
pemeriksaan fisik yang terdiri dari:
a. Identitas klien: terdiri dari nama pasien, usia, jenis kelamin, suku
bangsa, agama, diagnosis medis, alamat, dan warna triage.
b. Pengkajian
Primary Survey
1) Airway
a) Hidung/mulut
Dilihat pada jalan nafas apakah ada sekret yang dapat
mengganggu jalan nafas
b) Suara nafas
Auskultasi suara nafas apakah normal
2) Breathing
a) RR
RR atau pernafasan pasien biasanya masih teratur
3) Circulation
a) Perdarahan
Pasien gastritis yang lambungnya terlalu sering terjadi
peradangan akan mengalami tukak yang dapat menyebabkan
perdarahan
b) Sianosis
Pada pasien gastritis biasanya tidak mengalami sianosis
c) Luka bakar
Pada pasien gastritis biasanya tidak terdapat luka bakar
d) Nadi
Cek nadi pasien teraba atau tidak
35

e) Tekanan darah
Pasien dengan diagnosis gastritis biasanya tidak mempengaruhi
perubahan tekanan darah
f) Capilarry refill time
Capilarry refill time pada pasien gastritis biasanya normal
kisaran< 2 detik
g) Akral
Biasanya akral teraba dingin pada pasien gastritis
h) Turgor
Biasanya turgor masih elastis pada pasien gastritis
4) Disability
a) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran penderita gastritis biasanya masih sadar atau
composmentis
b) GCS
GCS dalam kisaran normal
c) Pupil
Reaksi pupil biasanya isokor
d) Fungsi bicara
Fungsi bicara baik
e) Kekuatan otot
Kekuatan otot baik
f) Sensibilitas
Sensibilitas pasien gastritis normal
g) Tonus otot
Tonus otot baik
h) Klonus otot
Klonus otot baik
i) Refleks patologis
Tidak terdapat refleks patologis
5) Exposure
a) Trauma
36

Tidak terdapat trauma pada penderita gastritis


b) Jejas
Jejas biasanya tidak ditemukan pada penderita gastritis
Secondary Survey
1) Wawancara:
a) Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan pasien saat dilakukan
pengkajian biasanya nyeri di ulu hati, mual, dan muntah.
b) Riwayat penyakit sekarang
Penyakit dan keluhan yang dirasakan pasien pada saat ini. Hal
ini yang ditanyakan adalah unsur PQRST, karena keluhan yang
sering disampaikan pasien gastritis adalah nyeri ulu hati.
c) Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah atau tidak mengalami kecelakaan, riwayat
masuk rumah sakit, operasi (jenis dan waktu), riwayat penyakit
akut maupun kronik, dan riwayat pemakaian obat.
d) Riwayat keluarga
Adakah penyakit keturunan pada keluarga.
e) Riwayat alergi
Pasien memiliki riwayat alergi atau tidak. Baik dari segi
makanan, obat, lingkungan, dan lain-lain.
f) Riwayat merokok
Pasien memiliki riwayat merokok atau tidak
2) Pemeriksaan fisik: seperti
a) Keadaan umum
Pada pasien gastritis biasanya keadaan umumnya lemah,
berkeringat, warna kulit pucat
b) Tanda-tanda vital
Tanda vital biasanya tidak stabil baik TD, nadi, suhu dan RR
nya.
c) Pemeriksaan kepala
Kepala biasanya simetris
37

d) Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungitva tidak anemis
e) Telinga
Telinga biasanya simetris
f) Hidung
Hidung simetris tidak terdapat gangguan penciuman karna
adanya sekret
g) Leher
Leher simetris tidak ada penonjolan dan refleks menelan baik
h) Dada/paru
Dada/paru tidak ada masalah atau gangguan
i) Abdomen
Abdomen mengalami nyeri tekan
j) Genetalia
Genetalisa simetris tidak terjadi gangguan
k) Ekstremitas
Pada ekstremitas biasanya lemah
l) Kulit.
Kulit biasanya elastis kecuali pada pasien yang mengalami
muntah akan mempengaruhi keelastisan kulit

c. Pengkajian Psikososial, budaya, dan spiritual


1) Psikologis
a) Perasaan pasien setelah mengalami masalah ini
b) Cara mengatasi perasaan tersebut
c) Rencana pasien setelah masalahnya terselesaikan
2) Sosial
a) Aktivitas/peran pasien di masyarakat
b) Masalah sosial
3) Budaya
a) Budaya yang diikuti pasien dengan aktivitasnya
b) Masalah terkait budaya
38

4) Spiritual
a) Aktivitas ibadah dan kegiatan keagaamaan yang biasa dilakukan
sehari-hari
b) Aktivitas ibadah dan kegiatan keagamaan yang sekarang tidak
dapat dilaksanakan
c) Perasaan pasien akibat tidak dapat melaksanakan hal tersebut
d) Upaya pasien mengatasi perasaan tersebut
e) Keyakinan pasien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang
sekarang sedang dialami

d. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan darah untuk memeriksa apakah pasien
pernah kontak dengan bakteri.
2) Pemeriksaan Diagnostik
Dilakukan pemeriksaan rontgen saluran cerna bagian atas, tes ini
untuk mengetahui adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya dan pemeriksaan analisis lambung tes ini untuk
mengetahui sekresi asam dan merupakan teknik penting untuk
menegakkan diagnosis penyakit lambung.

e. Penatalaksanaan
1) Cairan
Cairan yang diberikan biasanya RL
2) Therapi
Terapi yang diberikan biasanya terapi injeksi Ranitidin dan
Ondansetron.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan
39

bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga, dan


komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. (SDKI,
2017). Diagnosis keperawatan pasien gastritis yaitu:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan
dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif, gelisah,
frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat, pola
napas berubah, dan nafsu makan berubah.
b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit dibuktikan
dengan mengeluh tidak nyaman, gelisah, tidak mampu rileks, mengeluh
mual, menunjukkan gejala distress, dan tampak merintih/menangis.
c. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri serta
ancaman terhadap kematian dibuktikan dengan merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yang dihadapi, tampak gelisah, tampak tegang.
Anoreksia, tremor, dan muka tampak pucat.
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis dibuktikan dengan
nafsu makan menurun, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah, dan
membran mukosa pucat.
e. Risiko hipovolemia dibuktikan dengan kehilangan cairan secara aktif,
kekurangan intake cairan.
f. Defisit pengetahuan tentang manajemen nyeri berhubungan dengan
kurang terpapar informasi serta ketidaktahuan menemukan sumber
informasi dibuktikan dengan menunjukkan perilaku tidak sesuai
anjuranm menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah, dan
menunjukkan perilaku berlebihan.
(SDKI. 2017)

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan segala treatment yang dilakukan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan, dan penilaian klinis
untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. (SIKI. 2018).
Perencanaan atau intervensi berisikan daftar urutan prioritas masalah,
40

tujuan, rencana tindakan keperawatan, dan rasionalisasi. Intervensi terdiri


dari:
a. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) merupakan tolok ukur
yang dipergunakan sebagai pedoman penentuan luaran keperawatan
dalam rangka memberikan asuhan keperawatan yang aman, efektif, dan
etis.
b. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan tolok ukur
yang dipergunakan sebagai panduan dalam penyusunan intervensi
keperawatan dalam rangka memberikan asuhan keperawatan yang
aman, efektif, dan etis.
41

Tabel 1. Intervensi Keperawatan Gastritis


Sumber: SDKI, 2017; SLKI, 2019; SIKI 2018

No. Diagnosis Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Nyeri akut SLKI: Kontrol nyeri SIKI: Terapi Relaksasi


Observasi:
Definisi: Kriteria Hasil A T 1. Identifikasi penurunan tingkat 1. Untuk mengetahui
Pengalaman sensorik atau energi, ketidakmampuan adakah faktor yang
emosional yang berkaitan Melaporkan nyeri terkontrol 1 5 berkonsentrasi, atau gejala lain mempengaruhi perubahan
dengan kerusakan jaringan yang mengganggu kemampuan kognitif
aktual atau fungsional, dengan kemampuan kognitif
onset mendadak atau lambat Kemampuan mengenail onset 1 5 2. Identifikasi teknik relaksasi 2. Untuk mengefektifkan
dan berintensitas ringan hingga nyeri yang pernah efektif digunakan intervensi
berat yang berlangsung kurang Kemampuan mengenali 1 5 3. Identifikasi kesediaan, 3. Untuk meminta respon
dari 3 bulan penyebab nyeri kemampuan, dan penggunaan pasien terhadap terapi
Kemampuan menggunakan 1 5 teknik sebelumnya sebelumnya
Batasan karakteristik: teknik non-farmakologis 4. Periksa ketegangan otot, 4. Untuk mengetahui
1. Mengeluh nyeri Dukungan orang terdekat 1 5 frekuensi nadi, tekanan darah, adakah perubahan
2. Tampak meringis dan suhu sebelum dan sesudah sebelum dan sesudah
3. Bersikap protektif Skala indikator: latihan latihan
4. Gelisah 1. Menurun 5. Monitor respons terhadap 5. Untuk mengetahui respon
5. Frekuensi nadi meningkat 2. Cukup menurun terapi relaksasi pasien
6. Sulit tidur 3. Sedang
7. Tekanan darah meningkat 4. Cukup meningkat Terapeutik
8. Pola napas berubah 5. Meningkat 1. Ciptakan lingkungan tenang 1. Untuk memberikan rasa
9. Nafsu makan berubah dan tanpa gangguan dengan nyaman kepada pasien
10. Proses berpikir terganggu pencahayaan dan suhu ruang
11. Menarik diri nyaman, jika memungkinkan
42

12. Berfokus pada diri sendiri 2. Berikan informasi tertulis 2. Untuk memudahkan
13. Diaforesis tentang persiapan dan pasien dalam melakukan
(SDKI. 2017) prosedur teknik relaksasi terapi secara mandiri
3. Gunakan pakaian longgar 3. Untuk membuat pasien
nyaman
4. Gunakan nada suara lembut 4. Untuk membuat suasana
dengan irama lambat dan tidak tegang
berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai 5. Untuk mengefektifkan
strategi penunjang dengan intervensi
analgetik atau tindakan medis
lain, jika sesuai

Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, 1. Untuk mengedukasi
batasan, dan jenis relaksasi pasien
yang tersedia
2. Jelaskan secara rinci intervensi 2. Untuk mengedukasi
relaksasi yang dipilih pasien
3. Anjurkan mengambil posisi
nyaman 3. Untuk memposisikan
4. Anjurkan rileks dan pasien agar nyaman
merasakan sensasi relaksasi 4. Untuk merilekskan tubuh
5. Anjurkan sering mengulangi pasien
atau melatih teknik yang 5. Untuk mengefektifkan
dipilih terapi
6. Demonstrasikan dan latih 6. Untuk memudahkan
teknik relaksasi otot pasien
progresif. mempraktikkannya
43

2 Gangguan rasa nyaman SLKI: Status Kenyamanan SIKI: Manajemen Nyeri


Observasi
Definisi: Kriteria Hasil A T 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui tingkat
Perasaan kurang senang, lega, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan nyeri
dan sempurna dalam dimensi Keluhan tidak nyaman 5 1 kualitas, intensitas nyeri
fisik, psikospiritual, lingkungan, Gelisah 5 1 2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui tingkat
dan sosial. keparahan nyeri
Mual 5 1 3. Identifikasi respons nyeri non 3. Untuk mengetahui respon
Batasan karakteristik: Merintih 5 1 verbal yang tidak bersumber
1. Mengeluh tidak nyaman Keluhan sulit tidur 5 1 dari verbal
2. Gelisah 4. Identifikasi faktor yang 4. Untuk menghindari faktor
3. Mengeluh sulit tidur memperberat dan pencetus
4. Tidak mampu rileks Skala indikator: memperingan nyeri
5. Mengeluh kedinginan/ 1. Menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan 5. Untuk mengetahui tingkat
kepanasan 2. Cukup menurun keyakinan tentang nyeri pengetahuan dan
6. Merasa gatal 3. Sedang keyakinan pasien
7. Mengeluh mual 4. Cukup meningkat terhadap masalah
8. Mengeluh lelah 5. Meningkat kesehatannya
9. Menunjukkan gejala distress 6. Identifikasi pengaruh budaya 6. Untuk mengetahui
10. Tampak merintih/ terhadap respon nyeri budaya yang
menangis mempengaruhi respon
11. Pola eliminasi berubah nyeri
12. Postur tubuh berubah 7. Identifikasi pengaruh nyeri 7. Untuk mengetahui
13. Iritabilitas pada kualitas hidup apakah nyeri berpengaruh
(SDKI. 2017) terhadap kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi 8. Untuk mengetahui
komplementer yang sudah perkembangan
diberikan kesehataan
9. Monitor efek samping 9. Untuk mengetahui dan
penggunaan analgesik mencegah terjadinya efek
samping yang
44

membahayakan
Terapeutik
1. Berikan teknik 1. Untuk mengurangi rasa
nonfarmakologis terapi nyeri
relaksasi otot progresif untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang 2. Untuk mengetahui apakah
memperberat rasa nyeri lingkungan berpengaruh
pada nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur 3. Untuk memenuhi
kebutuhan istirahat pasien
4. Pertimbangkan jenis dan 4. Untuk menentukan terapi
sumber nyeri dalam pemilihan yang efektif
strategi meredakan nyeri

Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, 1. Untuk mengedukasi
dan pemicu nyeri pasien
2. Jelaskan strategi meredakan 2. Untuk mengedukasi
nyeri pasien
3. Anjurkan memonitor nyeri 3. Untuk membuat pasien
secara mandiri mandiri
4. Anjurkan menggunakan 4. Untuk mengefektifkan
analgetik secara tepat analgetik yang
dikonsumsi
5. Ajarkan teknik terapi relaksasi 5. Untuk mengurangi rasa
otot progresif untuk nyeri melalui teknik non
mengurangi rasa nyeri farmakologis

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Untuk mengefektifkan
45

analgetik, jika perlu terapi

3 Ansietas SLKI: Tingkat Ansietas SIKI: Reduksi Ansietas


Observasi
Definisi: Kriteria Hasil A T 1. Identifikasi saat tingkat 1. Untuk mengetahui apa
Kondisi emosi dan pengalaman ansietas berubah yang menjadi faktor
Verbalisasi kebingungan 5 1
subyektif individu terhadap tingkat ansietas pasien
objek yang tidak jelas dan Verbalisasi khawatir akibat 5 1 berubah
spesifik akibat antisipasi bahaya kondisi yang dihadapi 2. Identifikasi kemampuan 2. Untuk mengetahui
yang memungkinkan individu Perilaku gelisah 5 1 mengambil keputusan adakah gangguan untuk
melakukan tindakan untuk Perilaku tegang 5 1 mengambil keputusan
menghadapi ancaman. 3. Monitor tanda-tanda ansietas 3. Untuk menentukan
Anoreksia 5 1 intervensi yang efektif
Batasan karakteristik: Terapeutik
1. Merasa bingung Skala indikator: 1. Ciptakan suasana terapeutik 1. Untuk meningkatkan
2. Merasa khawatir dengan 1. Menurun untuk menumbuhkan hubungan saling percaya
akibat dari kondisi yang 2. Cukup menurun kepercayaan
dihadapi 3. Sedang 2. Temani pasien untuk 2. Untuk menghilangkan
3. Sulit berkonsentrasi 4. Cukup meningkat mengurangi kecemasan, jika rasa cemas pasien
4. Tampak gelisah 5. Meningkat memungkinkan
5. Tampak tegang 3. Pahami situasi yang membuat 3. Untuk menghindari faktor
6. Sulit tidur ansietas pencetus
7. Mengeluh pusing 4. Dengarkan dengan penuh 4. Untuk menumbuhkan
8. Anoreksia perhatian hubungan yang lebih
9. Palpitasi dekat
10. Merasa tidak berdaya 5. Gunakan pendekatan yang 5. Untuk menumbuhkan
11. Frekuensi napas tenang dan meyakinkan hubungan saling percaya
meningkat 6. Tempatkan barang pribadi yang 6. Untuk meningkatkan rasa
12. Frekuensi nadi meningkat memberikan kenyamanan nyaman pasien
13. Tekanan darah meningkat 7. Motivasi mengidentifikasi 7. Untuk mengetahui situasi
14. Diaforesis situasi yang memicu apa saja yang menjadi
46

15. Tremor kecemasan pencetus kecemasan ada


16. Muka tampak pucat 8. Diskusikan perencanaan 8. Untuk membuat kontrak
17. Suara bergetar realistis tentang peristiwa yang perilaku
(SDKI. 2017) akan datang

Edukasi
1. Jelaskan prosedur, termasuk 1. Untuk mengedukasi
sensasi yang mungkin dialami pasien
2. Informasikan secara faktual 2. Untuk mengedukasi
mengenai diagnosis, pasien
pengobatan, dan prognosis
3. Anjurkan melakukan kegiatan 3. Untuk membuat pasien
yang tidak kompetitif, sesuai tidak merasa cemas
kebutuhan
4. Anjurkan keluarga untuk tetap 4. Untuk mengurangi pasien
bersama pasien, jika perlu merasa cemas
5. Anjurkan mengungkapkan 5. Untuk mengetahui
perasaan dan persepsi perasaan pasien terhadap
masalah kesehatannya
saat ini
6. Latih kegiatan pengalihan 6. Untuk mengalihkan rasa
untuk mengurangi ketegangan cemas
7. Latih penggunaan mekanisme 7. Untuk membuat pasien
pertahanan diri yang tepat lebih bisa
mempertahankan dirinya
dari peristiwa yang akan
datang
8. Latih teknik relaksasi otot 8. Untuk mengedukasi
progresif pasien dan mengurangi
kecemasan
47

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat 1. Untuk mengefektifkan
antiansietas, jika perlu intervensi

4 Defisit nutrisi SLKI: Status Nutrisi SIKI: Manajemen Nutrisi


Observasi
Definisi: Kriteria Hasil A T 1. Identifikasi status nutrisi 1. Untuk mengetahui status
Asupan nutrisi tidak cukup nutrisi pasien saat ini
untuk memenuhi kebutuhan Nyeri abdomen 5 1 2. Identifikasi alergi dan 2. Untuk menghindari
metabolisme. Perasaan cepat kenyang 5 1 intoleransi makanan terjadinya komplikasi
Berat badan 1 5 3. Identifikasi makanan yang 3. Untuk dijadikan alternatif
Batasan karakteristik: Frekuensi makan 1 5 disukai ketika pasien tidak nafsu
1. Berat badan menurun Nafsu makan 1 5 makan
minimal 10% si bawah 4. Identifikasi kebutuhan kalori 4. Untuk dijadikan program
rentang ideal dan jenis nutrien diet dan memenuhi
2. Cepat kenyang setelah Skala indikator: kebutuhan kalori dan
makan 1. Menurun nutrien pasien
3. Kram/nyeri abdomen 2. Cukup menurun 5. Identifikasi perlunya 5. Untuk dijadikan alternatif
4. Nafsu makan menurun 3. Sedang penggunaan selang nasogastrik jika asupan oral tidak bisa
5. Bising usus hiperaktif 4. Cukup meningkat 6. Monitor asupan makanan 6. Untuk mengetahui
6. Otot pengunyah lemah 5. Meningkat seberapa banyak yang
7. Otot menelan lemah dikonsumsi pasien
8. Membran mukosa pucat 7. Monitor berat badan 7. Untuk mengetahui
9. Sariawan adakah perubahan
10. Serum albumin turun 8. Monitor hasil pemeriksaan 8. Untuk mengetahui
11. Rambut rontok berlebihan laboratorium adakah perubahan
12. Diare
(SDKI. 2017) Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum 1. Untuk membantu
makan, jika perlu merangsang nafsu makan
2. Fasilitasi menentukan pedoman 2. Untuk dijadikan pedman
48

diet dalam menentukan diet


3. Sajikan makanan secara 3. Untuk membuat pasien
menarik dan suhu yang sesuai tertarik
4. Berikan makanan tinggi serat 4. Untuk memenuhi
untuk mencegah konstipasi kebutuhan serat
5. Berikan makanan tinggi kalori 5. Untuk memenuhi
dan tinggi protein kebutuhan kalori
6. Berikan suplemen makanan, 6. Untuk mengefektifkan
jika perlu terapi
7. Hentikan pemberian makan 7. Untuk mengaktifkan
melalui selang nasogastrik jika kembali otot pengunyah
asupan oral dapat ditoleransi dan penelan pasien

Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika 1. Untuk menghindari
mampu makanan salah masuk ke
sistem pernafasan
2. Ajarkan diet yang 2. Untuk mengedukasi
diprogramkan pasien

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi 1. Untuk mengefektifkan
sebelum makan intervensi
2. Kolaborasi dengan ahli gizi 2. Untuk mememnuhi
untuk menentukan jumlah kebutuhan diet pasien
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu

5 Risiko Ketidakseimbangan SLKI: Keseimbangan Elektrolit SIKI: Manajemen Mual


Elektrolit Observasi
1. Identifikasi pengalaman mual 1. Untuk mengetahui apa
49

Definisi: Kriteria Hasil A T saja yang berkaitan


Berisiko mengalami penurunan dengan mual pasien
volume cairan intravaskuler, Serum natrium 2 5 2. Identifikasi isyarat nonverbal 2. Untuk mengetahui apa
interstisial, dan/atau Serum kalium 2 5 ketidaknyamanan saja yang menjadi tanda
intraseluler. pasien merasa tidak
Serum klorida 2 5
nyaman
Faktor risiko: Serum kalsium 2 5 3. Identifikasi dampak mual 3. Untuk mengetahui
1. Kehilangan cairan secara Serum magnesium 2 5 terhadap kualitas hidup adakah hubungan mual
aktif terhadap kualitas hidup
2. Gangguan absorbsi cairan 4. Identifikasi faktor penyebab 4. Untuk menghindari faktor
3. Usia lanjut Skala indikator: mual pencetus
4. Kelebihan berat badan 1. Menurun 5. Identifikasi antiemetik untuk 5. Untuk mencegah pasien
5. Status hipermetabolik 2. Cukup menurun mencegah mual mual
6. Kegagalan mekanisme 3. Sedang 6. Monitor mual 6. Untuk mengetahui hal-hal
regulasi 4. Cukup meningkat yang berkaitan dengan
7. Evaporasi 5. Meningkat mual pasien
8. Kekurangan intake cairan 7. Monitor asupan nutrisi dan 7. Untuk mengetahui status
9. Efek agen farmakologis kalori nutrisi dan kalori pasien
(SDKI. 2017)
Terapeutik
1. Kendalikan faktor lingkungan 1. Untuk menghindari faktor
penyebab mual pemicu
2. Kurangi atau hilangkan 2. Untuk menghindari
keadaan penyebab mual pasien merasa mual
3. Berikan makanan dalam jumlah 3. Untuk membuat pasien
kecil dan menarik tertarik
4. Berikan makanan dingin, 4. Untuk menghindari
cairan bening, tidak berbau, pasien merasa mual
dan tidak berwarna, jika perlu
50

Edukasi
1. Anjurkan istirahat dan tidur 1. Untuk memenuhi
yang cukup kebutuhan istirahat
2. Anjurkan sering membersihkan 2. Untuk mengurangi faktor
mulut, kecuali jika merangsang penyebab mual
mual
3. Anjurkan makanan tinggi 3. Untuk memenuhi
karbohidrat dan rendah lemak kebutuhan karbohidrat
4. Ajarkan penggunaan teknik pasien
nonfarmakologis untuk 4. Untuk mengatasi mual
mengatasi mual

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Untuk mengefektifkan
antiemetik, jika perlu intervensi
6 Defisit pengetahuan SLKI: Tingkat Pengetahuan SIKI: Edukasi Proses Penyakit
Observasi 1. Untuk mengetahui tingkat
Definisi: Kriteria Hasil A T 1. Identifikasi kesiapan dan kesiapan dan kemampuan
Ketiadaan atau kurangnya kemampuan menerima pasien dalam menerima
Perilaku sesuai anjuran 2 5
informasi kognitif yang informasi informasi ketika
berkaitan dengan topik tertentu. Verbalisasi minat dalam belajar 2 5 dilakukan pendidikan
Kemampuan menjelaskan 2 5 kesehatan
Batasan karakteristik: pengetahuan tentang suatu Terapeutik
1. Menanyakan masalah yang topik 1. Sediakan materi dan media 1. Untuk dijadikan media
dihadapi Persepsi yang keliru terhadap 5 2 pendidikan kesehatan pendidikan kesehatan
2. Menunjukkan perilaku masalah 2. Jadwalkan pendidikan 2. Untuk mengontrak
tidak sesuai anjuran Perilaku sesuai dengan 2 5 kesehatan sesuai kesepakatan kesepakatan
3. Menunjukkan persepsi pengetahuan 3. Berikan kesempatan untuk 3. Untuk menghindari
yang keliru terhadap bertanya kesalahpahaman
masalah Skala indikator: informasi yang ditangkap
4. Menjalani pemeriksaan 1. Menurun oleh pasien
51

yang tidak tepat 2. Cukup menurun Edukasi


5. Menunjukkan perilaku 3. Sedang 1. Jelaskan penyebab dan faktor 1. Untuk mengedukasi
berlebihan 4. Cukup meningkat risiko penyakit pasien
(SDKI. 2017) 5. Meningkat 2. Jelaskan proses patofisiologi 2. Untuk mengedukasi
munculnya penyakit pasien
3. Jelaskan tanda dan gejala yang 3. Untuk mengedukasi
ditimbulkan oleh penyakit pasien
4. Jelaskan kemungkinan 4. Untuk mengedukasi dan
terjadinya komplikasi menghindari terjadinya
komplikasi
5. Ajarkan cara meredakan atau 5. Untuk meredakan atau
mengatasi gejala yang mengatasi masalah
dirasakan kesehatan yang dirasakan
pasien
6. Ajarkan cara meminimalkan 6. Untuk meminimalisir
efek samping dari intervensi efek samping
atau pengobatan
7. Informasikan kondisi pasien 7. Untuk gambaran pasien
saat ini terhadap kondisinya saat
ini
8. Anjurkan melapor jika 8. Untuk mengatasi tanda
merasakan tanda dan gejala gejala seefektif mungkin
memberat atau tidak biasa
52

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien yang memiliki masalah
status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik lagi.
(Olyvia. 2020)
Implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan masalah
keperawatan pasien yaitu nyeri sehingga tindakan yang dilakukan untuk
mengurangi masalah tersebut adalah pengurangan tingkat nyeri yang
berfokus pada penatalaksanaan terapi relaksasi otot progresif.

5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Marilyn E Doengoes, bahwa evaluasi keperawatan
merupakan proses kontinu atau berlanjut yang penting guna menjamin
kualitas dan ketepatan tindakan keperawatan yang dilakukan dan
keefektifan rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien. Ada
tiga komponen penting dalam evaluasi keperawatan, yakni pengkajian
ulang, modifikasi rencana keperawatan, dan penghentian pelayanan.
(Kusnadi Elon. 2017)
Kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah
dapat diatasi, masalah teratasi sebagian, masalah bekum teratasi atau
timbul masalah baru. Adapun evaluasi dari masalah kesehatan gastritis
secara teoritis adalah apakah nyeri pasien berkurang, apakah pasien sudah
dapat mengkonsumsi makanan dengan baik, apakah terdapat tanda-tanda
infeksi, apakah klien dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri dan
secara baik, apakah pasien mampu mengungkapkan pemahamannya terakit
penyakit gastritis dan perubahan pada kesehatannya. Untuk penilaian
keberhasilan tindakan, maka yang diperlukan adalah penilaian dengan
menggunakan pendekatan SOAP (Subyektif, Obyektif, Analisa, dan
Planning).
S : Keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
53

O : Data berdasarkan pengamatan atau observasi perawat secara


langsung kepada pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan
A : Analisis dan hasil yang telah dicapai yang mengacu pada tujuan
diagnosis terkait.
P : Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi, atau ditambah dari rencana tindakan keperawatan yang
telah dilakukan sebelumnya

6. Discharge Planning
a. Memberikan edukasi pada pasien dan keluarga agar dapat mengatasi
nyeri dengan menggunakan terapi relaksasi otot progresif yang sudah
pernah dilatih ketika berada di rumah.
b. Hindari minuman beralkohol karena dapat mengiritasi lambung
sehingga terjadi inflamasi dan perdarahan.
c. Hindari merokok karena dapat mengganggu lapisan dinding lambung
sehingga lebih mudah mengalami gastritis dan tukak/ulkus. Dan rokok
dapat meningkatkan asam lambung dan memperlambat penyembuhan
tukak.
d. Atasi stress sebaik mungkin
e. Makan makanan buah dan sayur, namun hindari sayur dan buah yang
bersifat asam (misal: jeruk, lemon, grapefruit, nanas, tomato)
f. Jangan berbaring setelah makan untuk menghindari refluks (aliran
balik) asam lambung.
g. Berolahraga secara teratur untuk membantu mempercepat aliran
makanan melalui usus.
h. Bila perut mudah mengalami kembung (banyak gas) untuk sementara
waktu kurangi konsumsi makanan tinggi serat.
i. Makan dalam porsi sedang (tidak terlalu banyak) tetapi sering, berupa
makanan lunak dan rendah lemak. Makanlah secara perlahan dan
rileks
(Nurarif & Kusuma, 2015 dalam Mulya, 2018)
BAB III
METODOLOGI

A. Rancangan Studi Kasus


Karya tulis ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang berbentuk
studi kasus (case study) untuk mengeksplorasikan masalah asuhan
keperawatan dengan menerapkan penatalaksanaan terapi relaksasi otot
progresif pada nyeri pasien dengan gangguan sistem pencernaan: gastritis di
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan, dan discharge planning.

B. Subjek Studi Kasus


Partisipasinya berjumlah 2 orang penderita gastritis. Instrumen dalam
studi kasus ini berupa alat tulis, format pelaksanaan terapi, alat ukur skala
nyeri Numeric Rating Scale (NRS), dan Rekam Medik.
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien gastritis di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.
b. Pasien bersedia menjadi responden penelitian yang dibuktikan
dengan pengisian informed consent.
c. Pasien gastritis yang akan dilakukan tindakan, dengan karakteristik
nyeri ringan skala nyeri 1-3 dan nyeri sedang skala nyeri 4-6.
2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien yang tidak bersedia menjadi responden penelitian.
b. Pasien gastritis dengan karakteristik nyeri berat skala nyeri 7-10.
c. Pasien gastritis yang sudah mengkonsumsi obat penghilang rasa
nyeri.

C. Fokus Studi Kasus


Penerapan terapi relaksasi otot progresif pada pasien gastritis.

54
55

D. Definisi Operasional
Tabel 2 Definisi Operasional Studi Kasus
Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur
Operasional
Gastritis Gastritis Wawancara Form -
adalah suatu dan Observasi pengkajian
keadaan
peradangan
atau
perdarahan
mukosa
lambung yang
bersifat akut
atau kronik.
Nyeri Nyeri Wawancara Numeric Rating Penilaian derajat
merupakan Scale nyeri:
pengalaman (NRS) 0 : Tidak nyeri
sensori dan 1-3 : Nyeri ringan
emosional 4-6 : Nyeri sedang
yang tidak 7-9 : Nyeri berat
menyenangkan 10 : Nyeri sangat
akibat berat
kerusakan (Afnuhazi. 2018)
jaringan yang
aktual maupun
potensial.
Terapi Terapi Dilakukan 15- SOP (Standar 1. Dilakukan sesuai
Relaksasi relaksasi otot 20 menit Operasional SOP
Otot progresif sesuai dengan Prosedur terapi 2. Tidak dilakukan
Progresif merupakan SOP Relaksasi relaksasi otot sesuai SOP
terapi dimana Otot Progresif progresif.
teknik yang
56

digunakan
yaitu dengan
memusatkan
perhatian pada
aktivitas otot,
dengan
mengidentifika
si otot yang
tegang
kemudian
menurunkan
ketegangan
dengan teknik
relaksasi untuk
mendapatkan
perasaan
rileks.

E. Tempat dan Waktu


a. Tempat penelitian
Pengumpulan data ini telah dilaksanakan di Ruang Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
b. Waktu penelitian
Pengumpulan data telah dilaksanakan pada tanggal 13 - 29 April 2021

F. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dari Rekam Medik yang meliputi nama pasien,
jenis kelamin, umur, tingkat keparahan yang tejadi pada pasien gastritis di
Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
tahun 2021. Instrumen yang diperlukan dalam studi kasus ini antara lain: alat
tulis, format pelaksanaan terapi, alat ukur skala nyeri Numeric Rating Scale
(NRS), dan Rekam Medik.
57

Cara pengambilan data Rekam Medik pasien (data sekunder):


1. Setelah persetujuan proposal, membuat surat izin penelitian di BAAK
kemudian mengantarkan surat penelitian ke Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang tahun 2021
2. Setelah mendapat surat ijin dari pihak rumah sakit, menyerahkan surat
izin tersebut ke ruang Ibnu Rusyid untuk masuk ke ruangan dan
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.
3. Menentukan responden penelitian dengan melihat data yang memenuhi
kriteria dengan didampingi oleh perawat ruangan.
4. Melakukan pengakajian dan pengumpulan data secara sistematis untuk
mengidentifikasi keadaan kesehatan pasien dan selanjutnya menganalisis,
menentukan masalah keperawatan dan diagnosis keperawatan.
5. Perumusan diagnosis keperawatan, dibuat berdasarkan acuan Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
6. Menentukan intervensi keperawatan sesuai diagnosis keperawatan
7. Melakukan implementasi keperawatan Relaksasi Otot Progresif untuk
mengatasi masalah nyeri akut tanpa mengesampingkan masalah
keperawatan lain yang muncul pada pasien.
Pelaksanaan Terapi Relaksasi Genggam Jari dan Deep Breathing
diantaranya :
a. Berikan penjelasan kepada pasien tentang tindakan yang akan
diberikan.
b. Mencuci tangan
c. Mengatur posisi yang nyaman bagi pasien dengan posisi setengah
duduk ditempat tidur, dikursi atau dengan lying position ditempat
tidur dengan satu bantal
d. Ciptakan lingkungan yang tenang
e. Usahakan pasien tetap rileks
f. Lakukan Terapi Relaksasi Otot Progresif gerakan 1 – 15 selama
kurang lebih 15-25 menit.
g. Kaji skala nyeri yang dirasakan pasien setelah dilakukan Terapi
Relaksasi Otot Progresif.
58

8. Melakukan evaluasi keperawatan yang dibuat dalam bentuk catatan


perkembangan SOAP.

G. Penyajian Data
Data yang dikumpulkan dengan melakukan pengkajian asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pencernaan: gastritis.

H. Etika Studi
Untuk melakukan pengumpulan data perlu membawa surat rekomendasi
dari institusi pendidikan IKesT Muhammadiyah Palembang dengan cara
mengajukan permohonan izin pengumpulan data kepada direktur Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2021. Setelah mendapat persetujuan,
pada saat pengumpulan data perlu menekankan masalah etika. Menurut
1. Informed Consent (Persetujuan Penelitian)
Sebelum penelitian dilakukan, jelaskan terlebih dahulu informasi-
informasi secara lengkap tentang penelitian yang akan dilaksanakan dan
memberikan kebebasan untuk ikut berpartisipasi atau menolak untuk
menjadi pasrtisipan. Pada informed consent juga perlu dicantumkan
bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakana untuk
mengembangkan ilmu (Nursalam, 2012).
Melakukan pendataan pada pasien yang mengalami nyeri gastritis
dan meminta persetujuan, apabila pasien menolak untuk dijadikan
responden, maka peneliti tidak berhak untuk memaksanya. Apabila
partisipan bersedia, maka partisipan diminta untuk menandatangani
informed consent.
2. Privacy (Rahasia)
Sebagian besar penelitian akan melibatkan manusia yang akan
mengganggu kehidupan pribadinya. Peneliti harus memastikan bahwa
studi kasusnya tersebut tidak mengganggu privasi partisipan. Partisipan
memiliki hak bahwa segala informasi dan data mereka akan disimpan.
59

Pada saat penyusunan laporan, peneliti hanya mencantumkan kode


huruf pertama pada identitas nama klien, No. RM, Usia, Jenis kelamin.
Contoh: Tn. J dan Ny. D
3. Confidentialy (Kerahasiaan)
Prinsip menjaga kerahasiaan hasil penelitian, baik inforasi maupun
masalah-masalah (Hidayat, 2014). Untuk menjaga kerahasiaan
responden, peneliti meyakinkan kepada responden bahwa partisipasinya
dalam penelitian ini hanya untuk penelitian dan informasi yang telah
didapat dalam bentuk apapun akan terjamin kerahasiaan informasinya.
(Nursalam, 2012)
Yakinkan kepada klien gastritis bahwa partisipasinya dalam
pengumpulan data ini hanya untuk mengumpulkan data dan informasi.
Pasien diberikan informasi mengenai tujuan pengumpulan data hanya
untuk keperluan Studi Kasus dan tidak akan disebarluaskan informasi
yang sudah didapat.
4. Respect for Justice Inclusiveness (Menghormati Keadilan)
Prinsip memberikan keadilan dan kesetaraan dalam penelitian,
dengan memberikan perlakuan yang sama pada semua partisipan (Pilot &
Beck, 2012). Setiap partisipan diberikan penjelasan mengenai tujuan,
manfaat dan prosedur penelitian yang akan dilaksanakan. Peneliti
menghormati dan menghargai pasrtisipan apa adanya tanpa membedakan
latar belakang. Peneliti harus berusaha untuk menuliskan segala kejadian
dengan jujur.
5. Nonmaleficence (Tidak Membahayakan)
Peneliti melaksanakan studi kasus berdasarkan prosedur peneliti
yang telah dirancang sesuai Standar prosedur pelaksanaan oleh peneliti
guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin terdapat
subjek penelitian. (Nursalam, 2012)
Menjelaskan kepada pasien yang menderita gastritis tentang manfaat
diberikannya terapi relaksasi otot progresif untuk mengurangi nyeri
epigastrium. Peneliti memiliki kewajiban untuk menghindari, mencegah
60

dan meminimalkan bahaya yang mungkin terjadi, apabila subyek


penelitian adalah manusia.
6. Veracity (Kejujuran)
Kejujuran merupakan dasar penelitian yang harus dimiliki peneliti
untuk kemajuan ilmu pengetahuan, sehingga ilmu pengetahuan tersebut
dapat diterima dan tidak diragukan validitasnya (Sarosa, 2017).
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Profil Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang


1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Rumah sakit muhammadiyah palembang adalah amal usaha
persyarikatan Muhammadiyah yang diresmikan oleh Gubernur Provinsi
Sumatera Selatan, Bapak H. Ramli Hasan Basri bersama dengan Bapak
Prof. Amien Rais selaku ketua PP Muhammadiyah pada tanggal 10
Dzulhijjah 1417 atau 18 April 1997 dalam kalender Masehi. Rumah sakit
ini terletak di jalan Jenderal Ahmad Yani 13 Ulu, Palembang dan
merupakan satu-satunya amal usaha yang dibawah langsung oleh
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumatera Selatan
Sesuai dengan visi dari Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
yakni menjadi Rumah Sakit Islam Unggulan di Kota Palembang. Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang memiliki fasilitas IGD (Instalasi
Gawat Darurat) 24 jam, ICCU/ICU, dan kamar rawat inap sesuai kondisi
pasien seperti kamar bedah dan penyakit dalam. Selain itu juga Rumah
Sakit ini ditunjang oleh fasilitas laboratorium patologi klinik, X-Ray,
USG, ECG, Echo Kardiologi, dan Fisioterapi.

2. Visi, Misi Dan Motto Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang


a. Visi
“Terwujudnya Rumah Sakit yang Profesional dalam Pelayanan dan
Berkarakter Islam”
b. Misi
1) Memberikan pelayanan, pendidikan, dan penelitian kesehatan
secara professional, modern, dan islami
2) Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
3) Mewujudkan citra sebagai wahana ibadah dan pengemban
dakwah amar ma’ruf nahi munkar dalam bidang kesehatan

61
62

4) Menjadi pusat persemaian kader Muhammadiyah dalam bidang


pelayanan,, pendidikan, dan penelitian kesehatan
c. Motto
“Melayani sebagai ibadah dan dakwah”

3. Profil Ruangan Instalasi Gawat Darurat Muhammadiyah Palembang


Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang merupakan unit kegawatdaruratan Rumah Sakit dengan
dokter dan perawat yang berkualifikasi dalam bidang kegawatdaruratan
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Runah Sakit Muhammadiyah Palembang
dipimpin oleh satu kepala instalasi, satu kepala ruangan, satu kepala tim,
20 perawat pelaksana dan 17 dokter jaga Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Dalam satu shift terdapat perawat, bidan, dokter, dan PJ shift.
Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang memiliki 3 klasifikasi berdasarakan tingkat
kegawatdaruratan pasien, yaitu prioritas 1/P1, prioritas 2/P2, prioritas
3/P3. P1 yaitu tempat untuk pasien dengan gangguan ABC (Airway.
Breathing, Circulation) dan penurunan kesadaran yang memerlukan
tindakan segera atau dengan triage merah. Sedangkan P2 yaitu tempat
pasien yang darurat tidak gawat serta gawat tidak darurat seperti penyakit
akut hingga kronis yang memerlukan perawatan. Dan P3 yaitu tempat
pasien yang tidak gawat dan tidak darurat.

B. Tinjauan Kasus
Asuhan Keperawatan pada Klien Gastritis dengan Nyeri Akut melalui Terapi
Relaksasi Otot Progresif di Ruang Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
63

1. Pengkajian
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny “M”DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS MUHAMMADIYAH PALEMBANG TAHUN 2021

Inisial Klien : Ny. M Diagnosa : Nyeri Akut TD : 100/90mmHg RR : 22x/menit


Umur : 56 tahun No. RM : 64-00-70 Nadi : 80x/menit BB : 45 kg
Alamat : Desa Teluk Kecapi Tgl/ Jam : 29 April 2021/10.15 Suhu : 36,30C TB :

PENGKAJIAN DX. KEPERAWATAN JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TTD


Keluhan utama : 10.15
Pasien datang ke IGD diantar oleh keluarganya WIB
dengan keluhan nyeri di bagian ulu hati,
merasa mual, merasa tidak nyaman, dan pasien
tampak gelisah serta tampak meringis.

SISTEM PERNAPASAN ( ) aktual MANDIRI


AIRWAY ( ) resiko ( ) Memonitor fungsi pernapasan,
Jalan napas: frekuensi, irama, kedalaman,
(✓ ) bersih ( ) sumbatan berupa: ( ) bersihan jalan napas tidak bunyi dan penggunaan otot-otot
( ) sputum ( ) lendir ( ) darah ( ) lainnya, .... efektif tambahan
64

BREATHING b.d  peningkatan produksi sputum ( ) Mengatur posisi semi fowler


Frek: 22x/mnt,  adanya secret di jalan nafas () Mengajarkan napas dalam dan
Sesak: (✓ ) tidak ( ) ya, dengan: ( ) batuk efektif
aktivitas ( ) tanpa aktivitas ( ) pola napas tidak efektif b.d ( ) Memonitor haluaran pasien
Menggunakan otot tambahan : (✓ ) tidak ( ) ya  menurunnya ekspansi paru ( ) Melakukan suction
Irama : (✓ ) teratur ( ) tidakteratur  depresi pusat pernapasan ( ) Tindakan lainnya:
Kedalaman : (✓ ) dalam ( ) dangkal Tidak ada
Sputum : ( ) putih ( ) kuning ( ) Gangguan pertukaran gas b.d
Konsitensi : ( ) kental ( ) encer KOLABORASI
 menurunnya suplai O2/
Terdapat darah`: (✓ ) tidak ( ) ya ( ) Terapi O2, ....... liter/ mnt
hipoventilasi
Bunyi napas `: (✓ ) tidak ( ) ya` ( ) Cek BGA
Suara napas : (✓ )vesikuler ( ) ronchii ( ) Lakukan rontgen thorax
( ) terjadinya aspirasi b.d:
( ) wheezing ( ) Tindakan lainnya:
 penurunan kesadaran
Refleks batuk : ( ) ada ( ✓) tidak Tidak ada
 tidak ada refleks batuk
Analisa BGA:
pH ........, PCO2 ........ mmHg, PO2 ........ mmHg,
( ) Diagnosa Keperawatan lainnya:
HCO3 ........mEq/L, BE ........, SaO2 ........ %
Tidak ada
( ) lainnya:
65

SISTEM KARDIOVASKULER 10.15


SIRKULASI PERIFER ( )aktual WIB MANDIRI
Nadi: 80x/mnt, TD : 100/90mmHg ( ) resiko ( ) Memonitor vital sign
Irama : (✓ ) teratur ( ) tidak teratur ( ) Memonitor sirkulasi perifer
Kekuatan : ( ) kuat (✓ ) lemah ( ) gangguan perfusi jaringan ( ) Memonitor tingkat kesadaran
CRT : (✓ ) < 3 detik ( ) > 3 detik perifer ( ) Membatasi aktifitas
Akral : (✓ ) hangat ( ) dingin b.d  menurunnya aliran darah ( ) Memonitor intake-output
Warna kulit : ( ) pucat (✓ ) kemerahan karena vasokontriksi cairan
( ) sianosis ( ) Mengajarkan teknik relaksasi
Edema : (✓ ) tidak ( ) ya, pada: ( ) penurunan curah jantung b.d dandistraksi
( ) muka ( ) tungkai atas ( ) tungkai bawah  meningkatnya beban kerja ( ) Tindakan lainnya:
( ) seluruh tubuh jantung Tidak ada
Distensi vena jugularis : Kiri : ( )tidak ( )ya  gangguan kontraktilitas
Kanan : ( )tidak ( )ya KOLABORASI

( ) nyeri dada b.d ( ) Terapi O2, ....... liter/ mnt


SIRKULASI JANTUNG  menurunnya aliran darah ( ) Cek BGA
Irama : (✓ ) teratur ( ) tidak teratur miocard ( ) Lakukan ECG 12 Lead
Bunyi : ( ) BJ I ( ) BJ II ( ) Murmur ( ) Tindakan lainnya:
 peningkatan kebutuhan O2
( ) Gallop ( ) lemah Tidak ada
 iskemia jaringan karena
Keluhan : ( ) lelah ( ) berdebar-debar
sumbatan arteri coronaria
( ) kesemutan ( ) keringat dingin
66

( ) gemetaran
Nyeri dada : (✓ ) tidak ( ) ya, timbul: ( ) Diagnosa Keperawatan lainnya:
( ) saat aktivitas ( ) tanpa aktivitas Tidak ada
( ) tidak menetap ( ) hilang timbul
Karakteristik :
( ) seperti ditusuk-tusuk( ) menyebar ( )
seperti terbakar ( ) lainnya:

SISTEM HEMATOLOGI 10.15


Hb: .........gr% Ht: ....... vol%, ( ) aktual WIB MANDIRI
Eritrosit: ........ jt/ul leukosit : ....... rb/ul ( ) resiko ( ) Memonitor vital sign
Trombosit : ....... rb/ul ( ) Memonitor LOC
Mengeluh kesakitan: ( ) tidak ( ) ya ( ) terjadi peradarah b.d ( ) Memonitor status hidrasi
Perdarahan: ( ) gusi mudah berdarah trombositopenia ( ) Membatasi adanya perdarahan
( ) mimisan ( ) petechi ( ) echimosis ( ) mbantu AKS
( ) lemah ( ) pucat ( ) terus-menerus ( ) gangguan perfusi jaringan ( ) Menyarankan untuk bedrest
perifer ( ) Tindakan lainnya:
b.d  perdarahan Tidak ada

( ) intoleransi aktivitas b.d KOLABORASI


( ) Pasang IVFD
67

 insufisiensi transport O2, ( ) Berikan transfusi


sekunder terhadap perdarahan, ( ) Periksa laboratorium darah
anemia rutin
 kelemahan ( ) Tindakan lainnya:
Tidak ada
( ) Diagnosa Keperawatan lainnya:
Tidak ada

SISTEM NEUROLOGY 10.15


LOC: ( ) aktual WIB MANDIRI
(✓ ) CM ( ) apatis ( ) samnolent ( ) resiko ( ) Memonitor tingkat kesadaran
( ) sopor ( ) soprocoma ( ) coma ( ) Memonitor vital sign
Pup : (✓ ) isokor ( ) unisokor ( ) gangguan perfusi jaringan ( ) Memberikan posisi kepala 15-
( ) miosis ( ) midriasis serebral b.d  gangguan aliran 30o
Refleks terhadap cahaya: darah Serebral ( ) Memasang airways tube
Kanan : ( ) positif ( ) negatif  oedema otak ( ) Menjelaskan kondisi klien
Kiri : ( ) positif ( ) negatif pada klien dankeluarga
GCS : E =4, M =6, V =5 score = 15 ( ) Menghindarkan tindakan yang
Terjadi: ( ) cidera fisik b.d dapat meningkatkan TIK
( ) kejang ( ) pelo ( ) mul.ut mencong  kejang  kelumpuhan  ( ) Tindakan lainnya:
( ) afasia ( ) disarthria Tidak ada
68

Kelumpuhan : ( ) kanan ( ) kiri vertigo KOLABORASI


Nilai kekuatan otot : ( ) Terapi O2 ........l/ mnt
4 5 ( ) Intoleransi AKS b.d ( ) Pasang NGT/ Kateter
 menurunnya kemampuan ( ) Pasang IV-line ...... tts/mnt
5 5 neuromaskuler dan hilangnya ( ) Pasang ETT
Refleks : kontrol otot ( ) Lakukan CT-Scan
( ) fisiologis ( ) patologis ( ) Tindakan lainnya:
( ) lainnya: ( ) Diagnosa Keperawatan lainnya: Tidak ada
Tidak ada

ELIMINASI DAN CAIRAN 10.15


Suhu tubuh : 36,3oC ( ) aktual WIB MANDIRI
Diaphoresis : ( ) ya(✓ ) tidak ( ) resiko ( ) Memonitor tanda dehidrasi
Muntah : ( ) ya...x/hr (✓ )tidak ( ) Mensupport banyak minum
BAK : 4x/hari ( ) gangguan keseimbangan cairan ( ) Memonitor vital sign
Keadaan Saat ini: dan elektrolit b.d ( ) Memonitor intake-output
(✓ ) terkontrol ( ) tidak terkontrol output berlebihan ( ) Tindakan lainnya:
( ) sedikit (✓ )sedang ( ) banyak  intake in adekuat Tidak ada
Warna :
(✓ ) kuning jernih ( ) kuning ( ) perubahan eliminasi urine, KOLABORASI
kental ( ) Terapi O2 ........l/ mnt
69

( ) merah ( )bening retensi/ inkontinensia b.d ( ) PasangKateter


Kadar Ureum :  sumbatan saluran BAK ( ) Pasang IV-line ...... tts/mnt
....................................mg/dl gangguan persarafan ( ) Tindakan lainnya:
Kadar Kreatinin Tidak ada
:......................................mg/dl Sakit saat ( ) Diagnosa Keperawatan
BAK : ( ) ya(✓ ) tidak lainnya:
Distensi V U : ( ) ya(✓ ) tidak Tidak ada
Sakit Pinggang : ( ) ya(✓ ) tidak

BAB : 1 x/hari
Keadaan Saat ini:
Konsistensi :
(✓ ) padat ( ) lunak ( ) encer
( ) cair ( ) berlendir
Warna :
(✓ ) kuning ( ) hitam ( ) merah
( ) dempul ( ) berdarah
Perut:
( ) supel ( ) lembek ( ) kembung
( ) asites
Bising Usus : ±15x/ menit
70

Turgor kulit : (✓)<3 dtk ( ) >3 dtk


Mukosa : ( )basah ( )kering
( ) lainnya:

SISTEM PENCERNAAN 10.15


Tonus Otot: (✓ ) aktual WIB MANDIRI
(✓ ) baik ( ) sedang ( ) buruk ( ) resiko (✓) Mengatur posisi
Lidah Kotor : ( ) ya(✓ ) tidak (✓ ) Memonitor mual-muntah
Nyeri Ulu Hati : (✓ ) ya( ) tidak ( ) gangguan nutrisi b.d (✓ ) Memonitor nyeri ulu hati
Nyeri perut kanan atas/ bawah: (✓ ) ya( ) tidak  hipermetabolisme ( ) Memonitor intake-output
Mual : (✓ ) ya( ) tidak  intake in adekuat (✓ ) Tindakan lainnya:
Muntah : ( ) ya(✓ ) tidak Pemberian terapi relaksasi otot
(✓ ) lainnya: (✓ ) Nyeri akut: nyeri ulu hati b.d progresif
agen pencera fisiologis
Data Tambahan: (inflamasi) KOLABORASI
1. Pasien mengeluh nyeri ulu hati  infeksi ( ) Pasang feeding tube
2. Pasien mengatakan merasa mual luka ( ) Pasang IV-line ......... tts/mnt
3. Pasien mengatakan sulit tidur (✓ ) Tindakan lainnya:
4. Pasien merasa tidak nyaman (✓ ) Diagnosa Keperawatan Injeksi obat Ranitidin1 amp dan
5. Pasien tampak meringis kesakitan lainnya: Ondansetron 1 amp
6. Pasien tampak memegangi perutnya
71

7. Pasien mudah emosi Gangguan Rasa Nyaman b.d gejala


8. Pasien terlihat gelisah penyakit
9. Pasien tampak tidak rileks

Penilaian nyeri PQRST:


- P: Nyeri karena telat makan
- Q: Nyeri seperti tertusuk-tusuk
- R: Nyeri di bagian ulu hati
- S: Skala nyeri 5
- T: Nyeri dirasakan terus menerus

MUSKULOSKELETAL/. INTEGUMEN 10.15


Turgor Kulit : (✓ ) ya( ) tidak ( ) aktual WIB MANDIRI
Keadaan kulit : (✓ ) baik( )buruk ( ) resiko ( ) Menghentikan perdarahan
( ) dekubitus ( ) sakit ( ) memar ( ) Immobilisasi dengan spalk
( ) bercak merah ( ) gatal ( ) petechi ( ) kerusakan integritas kulit/ ( ) Membersihkan luka
Terdapat luka : ( ) ya(✓ ) tidak infeksi b.d ( ) Tindakan lainnya:
Ukuran luka : ............. x ................. cm  adanya luka Tidak ada

Kekuatan sendi ekstremitas : (✓ )kuat KOLABORASI


( )lemah ( )gangguan mobilisasi b.d ( ) Terapi O2 .........................lt/
72

Kesulitan dalam pergerakan: ( )ya (✓)tidak  kerusakan neuromuskuler mnt


Fraktur/ dislokasi : ( )ya(✓)tidak luka ( ) pasang gips
Perdarahan : ( )ya fraktur ( ) Pasang IV-line ......... tts/mnt
Jumlah:............cc ( ) Tindakan lainnya:
(✓ ) tidak ( ) Diagnosa Keperawatan Tidak ada
Nyeri : ( ) ya ( )tidak lainnya:
( ) lainnya: Tidak ada
73

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny “U”DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN


DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS MUHAMMADIYAH PALEMBANG TAHUN 2021

Inisial Klien : Ny. U Diagnosa : Nyeri Akut TD : 120/80mmHg RR : 24x/menit


Umur : 59 tahun No. RM : 64-58-56 Nadi : 84x/menit BB : 40 kg
Alamat : Jl. Sentosa Plaju Tgl/ Jam : 29 April 2021/14.25 Suhu : 36,80C TB :

PENGKAJIAN DX. KEPERAWATAN JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TTD


Keluhan utama : 14.25
Pasien datang ke IGD diantar oleh keluarganya WIB
dengan keluhan nyeri di bagian ulu hati,dan
merasa mual. Pasien mengatakan ia telat
makan dan ketika ia selesai makan, ia merasa
nyeri pada abdomen nya dan pasien merasa
tidak nyaman. ( ) aktual MANDIRI
( ) resiko ( ) Memonitor fungsi pernapasan,
SISTEM PERNAPASAN frekuensi, irama, kedalaman,
AIRWAY ( ) bersihan jalan napas tidak bunyi dan penggunaan otot-otot
Jalan napas: efektif tambahan
(✓ ) bersih ( ) sumbatan berupa: b.d  peningkatan produksi sputum ( ) Mengatur posisi semi fowler
74

( ) sputum ( ) lendir ( ) darah ( ) lainnya, ....  adanya secret di jalan nafas () Mengajarkan napas dalam dan
batuk efektif
BREATHING ( ) pola napas tidak efektif b.d ( ) Memonitor haluaran pasien
Frek: 24x/mnt,  menurunnya ekspansi paru ( ) Melakukan suction
Sesak: (✓ ) tidak ( ) ya, dengan: ( )  depresi pusat pernapasan ( ) Tindakan lainnya:
aktivitas ( ) tanpa aktivitas Tidak ada
Menggunakan otot tambahan : (✓ ) tidak ( ) ya ( ) Gangguan pertukaran gas b.d
Irama : (✓ ) teratur ( ) tidakteratur  menurunnya suplai O2/ KOLABORASI

Kedalaman : (✓ ) dalam ( ) dangkal hipoventilasi ( ) Terapi O2, ....... liter/ mnt

Sputum : ( ) putih ( ) kuning ( ) Cek BGA

Konsitensi : ( ) kental ( ) encer ( ) terjadinya aspirasi b.d: ( ) Lakukan rontgen thorax

Terdapat darah`: (✓ ) tidak ( ) Tindakan lainnya:


( ) ya  penurunan kesadaran
Bunyi napas `: (✓ ) tidak Tidak ada
( ) ya`  tidak ada refleks batuk
Suara napas : (✓ )vesikuler ( ) ronchii
( ) wheezing ( ) Diagnosa Keperawatan lainnya:
Refleks batuk : ( ) ada ( ✓) tidak Tidak ada
Analisa BGA:
pH ........, PCO2 ........ mmHg, PO2 ........ mmHg,
HCO3 ........mEq/L, BE ........, SaO2 ........ %
( ) lainnya:
75

SISTEM KARDIOVASKULER 14.25


SIRKULASI PERIFER ( )aktual WIB MANDIRI
Nadi: 84x/mnt, TD : 120/80mmHg ( ) resiko ( ) Memonitor vital sign
Irama : (✓ ) teratur ( ) tidak teratur ( ) Memonitor sirkulasi perifer
Kekuatan : ( ) kuat (✓ ) lemah ( ) gangguan perfusi jaringan ( ) Memonitor tingkat kesadaran
CRT : (✓ ) < 3 detik ( ) > 3 detik perifer ( ) Membatasi aktifitas

Akral : ( ) hangat (✓ ) dingin b.d  menurunnya aliran darah ( ) Memonitor intake-output

Warna kulit : (✓ ) pucat ( ) kemerahan karena vasokontriksi cairan

( ) sianosis ( ) Mengajarkan teknik relaksasi

Edema : (✓ ) tidak ( ) ya, pada: ( ) penurunan curah jantung b.d dandistraksi

( ) muka ( ) tungkai atas ( ) tungkai bawah  meningkatnya beban kerja ( ) Tindakan lainnya:
jantung Tidak ada
( ) seluruh tubuh
Distensi vena jugularis : Kiri : ( )tidak ( )ya  gangguan kontraktilitas
KOLABORASI
Kanan : ( )tidak ( )ya
( ) nyeri dada b.d ( ) Terapi O2, ....... liter/ mnt

 menurunnya aliran darah ( ) Cek BGA


SIRKULASI JANTUNG
( ) Lakukan ECG 12 Lead
Irama : (✓ ) teratur ( ) tidak teratur miocard
( ) Tindakan lainnya:
Bunyi : ( ) BJ I ( ) BJ II ( ) Murmur  peningkatan kebutuhan O2
Tidak ada
( ) Gallop ( ) lemah  iskemia jaringan karena
Keluhan : ( ) lelah ( ) berdebar-debar sumbatan arteri coronaria
76

( ) kesemutan (✓ ) keringat dingin


( ) gemetaran ( ) Diagnosa Keperawatan lainnya:
Nyeri dada : (✓ ) tidak ( ) ya, timbul: Tidak ada
( ) saat aktivitas ( ) tanpa aktivitas
( ) tidak menetap ( ) hilang timbul
Karakteristik :
( ) seperti ditusuk-tusuk( ) menyebar ( )
seperti terbakar ( ) lainnya:

SISTEM HEMATOLOGI 14.25


Hb: .........gr% Ht: ....... vol%, ( ) aktual WIB MANDIRI
Eritrosit: ........ jt/ul leukosit : ....... rb/ul ( ) resiko ( ) Memonitor vital sign
Trombosit : ....... rb/ul ( ) Memonitor LOC
Mengeluh kesakitan: ( ) tidak ( ) ya ( ) terjadi peradarah b.d ( ) Memonitor status hidrasi
Perdarahan: ( ) gusi mudah berdarah trombositopenia ( ) Membatasi adanya perdarahan
( ) mimisan ( ) petechi ( ) echimosis ( ) mbantu AKS
( ) lemah (✓ ) pucat ( ) terus-menerus ( ) gangguan perfusi jaringan ( ) Menyarankan untuk bedrest
perifer ( ) Tindakan lainnya:
b.d  perdarahan Tidak ada

KOLABORASI
77

( ) intoleransi aktivitas b.d ( ) Pasang IVFD


 insufisiensi transport O2, ( ) Berikan transfusi
sekunder terhadap perdarahan, ( ) Periksa laboratorium darah
anemia rutin
 kelemahan ( ) Tindakan lainnya:
Tidak ada
( ) Diagnosa Keperawatan lainnya:
Tidak ada

SISTEM NEUROLOGY 14.25


LOC: ( ) aktual WIB MANDIRI
(✓ ) CM ( ) apatis ( ) samnolent ( ) resiko ( ) Memonitor tingkat kesadaran
( ) sopor ( ) soprocoma ( ) coma ( ) Memonitor vital sign
Pup : (✓ ) isokor ( ) unisokor ( ) gangguan perfusi jaringan ( ) Memberikan posisi kepala 15-
( ) miosis ( ) midriasis serebral b.d  gangguan aliran 30o
Refleks terhadap cahaya: darah Serebral ( ) Memasang airways tube
Kanan : ( ) positif ( ) negatif  oedema otak ( ) Menjelaskan kondisi klien
Kiri : ( ) positif ( ) negatif pada klien dankeluarga
GCS : E =4, M =6, V =5 score = 15 ( ) cidera fisik b.d ( ) Menghindarkan tindakan yang
Terjadi:  kejang  kelumpuhan  dapat meningkatkan TIK
( ) Tindakan lainnya:
78

( ) kejang ( ) pelo ( ) mul.ut mencong vertigo Tidak ada


( ) afasia ( ) disarthria
Kelumpuhan : ( ) kanan ( ) kiri ( ) Intoleransi AKS b.d KOLABORASI
Nilai kekuatan otot :  menurunnya kemampuan ( ) Terapi O2 ........l/ mnt
4 5 neuromaskuler dan hilangnya ( ) Pasang NGT/ Kateter
kontrol otot ( ) Pasang IV-line ...... tts/mnt
5 5 ( ) Pasang ETT
Refleks : ( ) Diagnosa Keperawatan lainnya: ( ) Lakukan CT-Scan
( ) fisiologis ( ) patologis Tidak ada ( ) Tindakan lainnya:
( ) lainnya: Tidak ada

ELIMINASI DAN CAIRAN 14.25


Suhu tubuh : 36,8oC ( ) aktual WIB MANDIRI
Diaphoresis : ( ) ya(✓ ) tidak ( ) resiko ( ) Memonitor tanda dehidrasi
Muntah : ( ) ya...x/hr (✓ )tidak ( ) Mensupport banyak minum
BAK : 6x/hari ( ) gangguan keseimbangan cairan ( ) Memonitor vital sign
Keadaan Saat ini: dan elektrolit b.d ( ) Memonitor intake-output
(✓ ) terkontrol ( ) tidak terkontrol output berlebihan ( ) Tindakan lainnya:

( ) sedikit (✓ )sedang ( ) banyak  intake in adekuat Tidak ada

Warna :
( ) perubahan eliminasi urine, KOLABORASI
79

(✓ ) kuning jernih ( ) kuning kental retensi/ inkontinensia b.d ( ) Terapi O2 ........l/ mnt
( ) merah ( )bening  sumbatan saluran BAK ( ) PasangKateter
Kadar Ureum : gangguan persarafan ( ) Pasang IV-line ...... tts/mnt
....................................mg/dl ( ) Tindakan lainnya:
Kadar Kreatinin ( ) Diagnosa Keperawatan Tidak ada
:......................................mg/dl Sakit saat lainnya:
BAK : ( ) ya(✓ ) tidak Tidak ada
Distensi V U : ( ) ya(✓ ) tidak
Sakit Pinggang : ( ) ya(✓ ) tidak

BAB : 1 x/hari
Keadaan Saat ini:
Konsistensi :
(✓) padat ( ) lunak ( ) encer
( ) cair ( ) berlendir
Warna :
(✓ ) kuning ( ) hitam ( ) merah
( ) dempul ( ) berdarah
Perut:
( ) supel ( ) lembek ( ) kembung
80

( ) asites
Bising Usus : ±13x/ menit
Turgor kulit : (✓)<3 dtk ( ) >3 dtk
Mukosa : ( )basah ( )kering
( ) lainnya:

SISTEM PENCERNAAN 14.25


Tonus Otot: (✓ ) aktual WIB MANDIRI
(✓ ) baik ( ) sedang ( ) buruk ( ) resiko (✓) Mengatur posisi
Lidah Kotor : ( ) ya(✓ ) tidak (✓ ) Memonitor mual-muntah
Nyeri Ulu Hati : (✓ ) ya( ) tidak ( ) gangguan nutrisi b.d (✓ ) Memonitor nyeri ulu hati
Nyeri perut kanan atas/ bawah: (✓ ) ya( ) tidak  hipermetabolisme ( ) Memonitor intake-output
Mual : (✓ ) ya( ) tidak  intake in adekuat (✓ ) Tindakan lainnya:
Muntah : ( ) ya(✓ ) tidak Pemberian terapi relaksasi
( ) lainnya: (✓ ) Nyeri akut: nyeri ulu hati b.d otot progresif
agen pencera fisiologis
Data Tambahan: (inflamasi) KOLABORASI
1. Pasien mengeluh nyeri ulu hati  infeksi ( ) Pasang feeding tube
2. Pasien mengatakan merasa mual luka ( ) Pasang IV-line ......... tts/mnt
3. Pasien mengatakan sulit tidur (✓ ) Tindakan lainnya:
81

4. Pasien merasa tidak nyaman (✓ ) Diagnosa Keperawatan Injeksi obat Ranitidin 1 amp dan
5. Pasien tampak meringis kesakitan lainnya: Ondansetron 1 amp
6. Pasien tampak memegangi perutnya Gangguan Rasa Nyaman b.d
7. Pasien mudah emosi gejala penyakit
8. Pasien terlihat gelisah
9. Pasien tampak tidak rileks

Penilaian nyeri PQRST:


- P: Nyeri karena telat makan
- Q: Nyeri seperti tertusuk-tusuk
- R: Nyeri di bagian ulu hati
- S: Skala nyeri 6
- T: Nyeri dirasakan terusmenerus
MUSKULOSKELETAL/. INTEGUMEN 14.25
Turgor Kulit : (✓ ) ya( ) tidak ( ) aktual WIB MANDIRI
Keadaan kulit : (✓ ) baik( )buruk ( ) resiko ( ) Menghentikan perdarahan
( ) dekubitus ( ) sakit ( ) memar ( ) Immobilisasi dengan spalk
( ) bercak merah ( ) gatal ( ) petechi ( ) kerusakan integritas kulit/ ( ) Membersihkan luka
Terdapat luka : ( ) ya(✓ ) tidak infeksi b.d ( ) Tindakan lainnya:

Ukuran luka : ............. x ................. cm  adanya luka Tidak ada


82

Kekuatan sendi ekstremitas : (✓ )kuat()lemah KOLABORASI


Kesulitan dalam pergerakan: ( )ya (✓)tidak ( )gangguan mobilisasi b.d ( ) Terapi O2 .........................lt/
Fraktur/ dislokasi : ( )ya(✓)tidak  kerusakan neuromuskuler mnt
Perdarahan : ( )ya luka ( ) pasang gips
Jumlah:............cc fraktur ( ) Pasang IV-line ......... tts/mnt

(✓ ) tidak ( ) Tindakan lainnya

Nyeri : ( ) ya (✓)tidak ( ) Diagnosa Keperawatan Tidak ada

( ) lainnya: lainnya:
Tidak ada
83

Interpretasi
Pada pasien I dan II diberikan tindakan keperawatan yang sama yaitu Injeksi
Ranitidin 1 amp dan Ondansetron 1 amp serta pemberian terapi relaksasi otot
progresif untuk mengurangi nyeri ulu hati yang dirasakan. Tindakan intervensi
dihentikan karena pasien dirawat jalan. Penulis berharap pasien bisa mempelajari
terapi relaksasi otot progresif agar dapat mengurangi nyeri jika terasa kembali.
84

2. Diagnosis Keperawatan

No. Ny. M Ny. U


1 Nyeri akut berhubungan dengan agen Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis dibuktikan pencedera fisiologis dibuktikan dengan
dengan mengeluh nyeri, tampak mengeluh nyeri, tampak meringis,
meringis, bersikap protektif, gelisah, bersikap protektif, gelisah, dan nafsu
frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, makan berubah.
dan nafsu makan berubah.

2 Gangguan rasa nyaman berhubungan Gangguan rasa nyaman berhubungan


dengan gejala penyakit dibuktikan dengan gejala penyakit dibuktikan dengan
dengan mengeluh tidak nyaman, mengeluh tidak nyaman, gelisah, tidak
gelisah, tidak mampu rileks, mampu rileks, mengeluh mual,
mengeluh mual, menunjukkan gejala menunjukkan gejala distress, dan tampak
distress, dan tampak merintih/menangis.
merintih/menangis.

Interpretasi
Berdasarkan data dari analisis masalah pada kedua pasien didapatkan
masing-masing masalah sebagai berikut.
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
b) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
85

3. Intervensi Keperawatan
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny.M No. RM: : 64-00-70
Umur : 56 tahun Diagnosis Medis : Gastritis

No. Diagnosis Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Nyeri akut berhubungan SLKI: Kontrol nyeri SIKI: Terapi Relaksasi


dengan agen pencedera Observasi:
fisiologis. Kriteria Hasil A T 1. Identifikasi penurunan 1. Untuk mengetahui adakah
DS: tingkat energi, faktor yang
1. Pasien mengeluh nyeri Melaporkan nyeri terkontrol 1 5 ketidakmampuan mempengaruhi perubahan
ulu hati Kemampuan mengenali onset 1 5 berkonsentrasi, atau gejala kemampuan kognitif
2. Pasien mengatakan nyeri lain yang mengganggu
merasa mual kemampuan kognitif
Kemampuan mengenali 1 5
3. Pasien merasa tidak 2. Identifikasi teknik relaksasi 2. Untuk mengefektifkan
penyebab nyeri
nyaman yang pernah efektif intervensi
Kemampuan menggunakan 1 5
- P: Nyeri karena telat digunakan
teknik non-farmakologis
makan 3. Identifikasi kesediaan, 3. Untuk meminta respon
Dukungan orang terdekat 1 5
- Q: Nyeri seperti kemampuan, dan pasien terhadap terapi
tertusuk-tusuk penggunaan teknik sebelumnya
- R: Nyeri di bagian Skala indikator: sebelumnya
ulu hati 1. Menurun 4. Periksa ketegangan otot, 4. Untuk mengetahui adakah
- S: Skala nyeri 4 2. Cukup menurun frekuensi nadi, tekanan perubahan sebelum dan
- T: Nyeri dirasakan 3. Sedang darah, dan suhu sebelum dan sesudah latihan
terus menerus 4. Cukup meningkat sesudah latihan
5. Meningkat 5. Monitor respons terhadap 5. Untuk mengetahui respon
terapi relaksasi pasien
86

DO:
1. Pasien tampak Terapeutik
meringis kesakitan 1. Ciptakan lingkungan tenang 1. Untuk memberikan rasa
2. Pasien tampak dan tanpa gangguan dengan nyaman kepada pasien
memegangi perutnya pencahayaan dan suhu ruang
3. Pasien terlihat gelisah nyaman, jika memungkinkan
4. TTV: 2. Berikan informasi tertulis 2. Untuk memudahkan
TD : 100/90mmHg tentang persiapan dan pasien dalam melakukan
RR : 22x/menit prosedur teknik relaksasi terapi secara mandiri
N : 80x/menit 3. Gunakan pakaian longgar 3. Untuk membuat pasien
S :36,30C nyaman
4. Gunakan nada suara lembut 4. Untuk membuat suasana
dengan irama lambat dan tidak tegang
berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai 5. Untuk mengefektifkan
strategi penunjang dengan intervensi
analgetik atau tindakan
medis lain, jika sesuai

Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, 1. Untuk mengedukasi
batasan, dan jenis relaksasi pasien
yang tersedia
2. Jelaskan secara rinci 2. Untuk mengedukasi
intervensi relaksasi yang pasien
dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi 3. Untuk memposisikan
nyaman pasien agar nyaman
4. Anjurkan rileks dan 4. Untuk merilekskan tubuh
merasakan sensasi relaksasi pasien
5. Anjurkan sering mengulangi 5. Untuk mengefektifkan
87

atau melatih teknik yang terapi


dipilih
6. Demonstrasikan dan latih 6. Untuk memudahkan
teknik relaksasi otot pasien mempraktikkannya
progresif.

2 Gangguan rasa nyaman SLKI: Status Kenyamanan SIKI: Manajemen Nyeri


berhubungan dengan gejala Kriteria Hasil A T Observasi
penyakit. 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui
Keluhan tidak nyaman 5 1 karakteristik, durasi, tingkat keparahan nyeri
Gelisah 5 1 frekuensi, kualitas, intensitas
DS: nyeri 2. Untuk mengetahui
1. Pasien mengeluh nyeri Mual 5 1 2. Identifikasi skala nyeri tingkat keparahan nyeri
ulu hati Merintih 5 1 3. Untuk mengetahui
2. Pasien mengatakan Keluhan sulit tidur 5 1 3. Identifikasi respons nyeri respon yang tidak
merasa mual non verbal bersumber dari verbal
3. Pasien merasa tidak 4. Identifikasi faktor yang 4. Untuk menghindari
nyaman Skala indikator: memperberat dan faktor pencetus
1. Menurun memperingan nyeri 5. Untuk mengetahui
DO: 2. Cukup menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan tingkat pengetahuan dan
1. Pasien tampak meringis 3. Sedang keyakinan tentang nyeri keyakinan pasien
kesakitan 4. Cukup meningkat terhadap masalah
2. Pasien tampak 5. Meningkat kesehatannya
memegangi perutnya 6. Identifikasi pengaruh 6. Untuk mengetahui
3. Pasien terlihat gelisah budaya terhadap respon budaya yang
4. TTV: nyeri mempengaruhi respon
TD : 100/90mmHg nyeri
RR : 22x/menit 7. Identifikasi pengaruh nyeri 7. Untuk mengetahui
N : 80x/menit pada kualitas hidup apakah nyeri
S :36,30C berpengaruh terhadap
kualitas hidup
88

8. Monitor keberhasilan terapi 8. Untuk mengetahui


komplementer yang sudah perkembangan
diberikan kesehataan
9. Monitor efek samping 9. Untuk mengetahui dan
penggunaan analgesik mencegah terjadinya
efek samping yang
membahayakan
Terapeutik
1. Berikan teknik 1. Untuk mengurangi rasa
nonfarmakologis terapi nyeri
relaksasi otot progresif
untuk mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang 2. Untuk mengetahui
memperberat rasa nyeri apakah lingkungan
berpengaruh pada nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur 3. Untuk memenuhi
kebutuhan istirahat
pasien
4. Pertimbangkan jenis dan 4. Untuk menentukan terapi
sumber nyeri dalam yang efektif
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, 1. Untuk mengedukasi
dan pemicu nyeri pasien
2. Jelaskan strategi meredakan 2. Untuk mengedukasi
nyeri pasien
3. Anjurkan memonitor nyeri 3. Untuk membuat pasien
secara mandiri mandiri
4. Anjurkan menggunakan 4. Untuk mengefektifkan
89

analgetik secara tepat analgetik yang


dikonsumsi
5. Ajarkan teknik terapi 5. Untuk mengurangi rasa
relaksasi otot progresif nyeri melalui teknik non
untuk mengurangi rasa nyeri farmakologis

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Untuk mengefektifkan
analgetik, jika perlu terapi
90

INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny.U No. RM: : 64-58-56
Umur : 59 tahun Diagnosis Medis : Gastritis

No. Diagnosis Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Nyeri akutberhubungan SLKI: Kontrol nyeri SIKI: Terapi Relaksasi


dengan agen pencedera Observasi:
fisiologis. Kriteria Hasil A T 1. Identifikasi penurunan 1. Untuk mengetahui adakah
DS: tingkat energi, faktor yang
1. Pasien mengeluh nyeri Melaporkan nyeri terkontrol 1 5 ketidakmampuan mempengaruhi perubahan
ulu hati Kemampuan mengenail onset 1 5 berkonsentrasi, atau gejala kemampuan kognitif
2. Pasien mengatakan nyeri lain yang mengganggu
merasa mual kemampuan kognitif
Kemampuan mengenali 1 5
3. Pasien merasa tidak 2. Identifikasi teknik relaksasi 2. Untuk mengefektifkan
penyebab nyeri
nyaman yang pernah efektif intervensi
Kemampuan menggunakan 1 5
digunakan
teknik non-farmakologis
DO: 3. Identifikasi kesediaan, 3. Untuk meminta respon
Dukungan orang terdekat 1 5
1. Pasien tampak kemampuan, dan pasien terhadap terapi
meringis kesakitan penggunaan teknik sebelumnya
2. Pasien tampak Skala indikator: sebelumnya
memegangi perutnya 1. Menurun 4. Periksa ketegangan otot, 4. Untuk mengetahui adakah
3. Pasien terlihat gelisah 2. Cukup menurun frekuensi nadi, tekanan perubahan sebelum dan
4. TTV: 3. Sedang darah, dan suhu sebelum dan sesudah latihan
TD : 120/80mmHg 4. Cukup meningkat sesudah latihan
RR : 24x/menit 5. Meningkat 5. Monitor respons terhadap 5. Untuk mengetahui respon
N : 84x/menit terapi relaksasi pasien
S : 36,80C
91

Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan tenang 1. Untuk memberikan rasa
dan tanpa gangguan dengan nyaman kepada pasien
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis 2. Untuk memudahkan
tentang persiapan dan pasien dalam melakukan
prosedur teknik relaksasi terapi secara mandiri
3. Gunakan pakaian longgar 3. Untuk membuat pasien
nyaman
4. Gunakan nada suara lembut 4. Untuk membuat suasana
dengan irama lambat dan tidak tegang
berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai 5. Untuk mengefektifkan
strategi penunjang dengan intervensi
analgetik atau tindakan
medis lain, jika sesuai

Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, 1. Untuk mengedukasi
batasan, dan jenis relaksasi pasien
yang tersedia
2. Jelaskan secara rinci 2. Untuk mengedukasi
intervensi relaksasi yang pasien
dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi 3. Untuk memposisikan
nyaman pasien agar nyaman
4. Anjurkan rileks dan 4. Untuk merilekskan tubuh
merasakan sensasi relaksasi pasien
5. Anjurkan sering mengulangi 5. Untuk mengefektifkan
atau melatih teknik yang terapi
92

dipilih
6. Demonstrasikan dan latih 6. Untuk memudahkan
teknik relaksasi otot pasien mempraktikkannya
progresif.

2 Gangguan rasa SLKI: Status Kenyamanan SIKI: Manajemen Nyeri


nyamanberhubungan Observasi
dengan gejala penyakit. Kriteria Hasil A T 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui tingkat
karakteristik, durasi, keparahan nyeri
Keluhan tidak nyaman 5 1 frekuensi, kualitas, intensitas
DS: Gelisah 5 1 nyeri
1. Pasien mengeluh nyeri 2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui tingkat
ulu hati Mual 5 1 keparahan nyeri
2. Pasien mengatakan Merintih 5 1 3. Identifikasi respons nyeri 3. Untuk mengetahui respon
merasa mual Keluhan sulit tidur 5 1 non verbal yang tidak bersumber dari
3. Pasien merasa tidak verbal
nyaman 4. Identifikasi faktor yang 4. Untuk menghindari faktor
Skala indikator: memperberat dan pencetus
DO: 1. Menurun memperingan nyeri
1. Pasien tampak meringis 2. Cukup menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan 5. Untuk mengetahui tingkat
kesakitan 3. Sedang keyakinan tentang nyeri pengetahuan dan
2. Pasien tampak 4. Cukup meningkat keyakinan pasien terhadap
memegangi perutnya 5. Meningkat masalah kesehatannya
3. Pasien terlihat gelisah 6. Identifikasi pengaruh 6. Untuk mengetahui budaya
4. TTV: budaya terhadap respon yang mempengaruhi
TD : 120/80mmHg nyeri respon nyeri
RR : 24x/menit 7. Identifikasi pengaruh nyeri 7. Untuk mengetahui apakah
N : 84x/menit pada kualitas hidup nyeri berpengaruh
S : 36,80C terhadap kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi 8. Untuk mengetahui
komplementer yang sudah perkembangan kesehataan
93

diberikan
9. Monitor efek samping 9. Untuk mengetahui dan
penggunaan analgesik mencegah terjadinya efek
samping yang
membahayakan
Terapeutik
1. Berikan teknik 1. Untuk mengurangi rasa
nonfarmakologis terapi nyeri
relaksasi otot progresif
untuk mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang 2. Untuk mengetahui apakah
memperberat rasa nyeri lingkungan berpengaruh
pada nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur 3. Untuk memenuhi
kebutuhan istirahat pasien
4. Pertimbangkan jenis dan 4. Untuk menentukan terapi
sumber nyeri dalam yang efektif
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, 1. Untuk mengedukasi
dan pemicu nyeri pasien
2. Jelaskan strategi meredakan 2. Untuk mengedukasi
nyeri pasien
3. Anjurkan memonitor nyeri 3. Untuk membuat pasien
secara mandiri mandiri
4. Anjurkan menggunakan 4. Untuk mengefektifkan
analgetik secara tepat analgetik yang dikonsumsi
5. Ajarkan teknik terapi 5. Untuk mengurangi rasa
relaksasi otot progresif nyeri melalui teknik non
94

untuk mengurangi rasa nyeri farmakologis

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Untuk mengefektifkan
analgetik, jika perlu terapi
95

4. Implementasi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny.M No. RM : 64-00-77
Umur : 56 tahun Diagnosis Medis : Gastritis
No Tanggal & Tindakan Keperawatan dan Paraf Tanggal & Evaluasi Paraf
Jam Respon Jam
1 29 April 2021 1. Melakukan pendekatan 29 April 2021 S: Pasien mengatakan nyeri dan mualnya
10.20 WIB kepada pasien 10.53 WIB sudah berkurang
R: Pasien dapat menjawab O: Pasien tampak membaik dan tidak
dengan baik informasi terlihat gelisah lagi
dan keluhannya Skala nyeri: 3 (nyeri ringan)
10.25 WIB 2. Mengukur skala nyeri TD :100/90mmHg N: 80x/menit
menggunakan NRS RR :22x/menit S: 36,30C
(Numeric Rating Scale) A:
R: Pasien kooperatif dan Kriteria Hasil A T H
dapat menjawab
pertanyaan dengan baik Melaporkan nyeri 1 5 4
serta didapatkan hasil terkontrol
nyeri dengan skala 5
(nyeri berat) Kemampuan mengenali 1 5 5
10.30 WIB 3. Mengajarkan cara onset nyeri
melakukan terapi relaksasi Kemampuan mengenali 1 5 4
otot progresif sebanyak 1 penyebab nyeri
kali Kemampuan menggunakan 1 5 4
R: Pasien melakukan terapi teknik non-farmakologis
relaksasi otot progresif Dukungan orang terdekat 1 5 5
dan berusaha mencoba
melakukannya dengan P: Intervensi dihentikan pasien pulang
96

mandiri
10.45 WIB 4. Mengedukasi pasien untuk
menghindari minuman
beralkohol, merokok, dan
jangan terlalu seringmakan
makanan yang asam dan
merokok
R: Pasien tampak mengerti
apa yang disampaikan
perawat
10.50 WIB 5. Menganjurkan pasien untuk
berolahraga secara teratur
untuk membantu
mempercepat aliran
makanan pada usus
R: Pasien tampak mengerti
penjelasan perawat dan
pasien akan berusaha
untuk berolahraga secara
teratur
97

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny.U No. RM: : 64-58-56
Umur : 59 tahun Diagnosis Medis : Gastritis
No Tanggal & Tindakan Keperawatan dan Paraf Tanggal & Evaluasi Paraf
Jam Respon Jam
1 29 April 2021 1. Melakukan pendekatan 29 April 2021 S: Pasien mengatakan nyeri dan mualnya
14.30 WIB kepada pasien 15.03 WIB sudah mulai berkurang
R: Pasien dapat O: Pasien tampak membaik dan tidak
menyampaikan terlihat gelisah lagi
informasi dan Skala nyeri: 4 (nyeri sedang)
keluhannya dengan TD :120/80mmHg N: 84x/menit
baik RR :24x/menit S: 36,80C
14.35 WIB 2. Mengukur skala nyeri A:
menggunakan NRS Kriteria Hasil A T H
(Numeric Rating Scale)
R: Pasien kooperatif dan Melaporkan nyeri 1 5 4
dapat menjawab terkontrol
pertanyaan dengan baik
serta didapatkan hasil Kemampuan mengenali 1 5 5
onset nyeri
nyeri dengan skala 3
(nyeri berat) Kemampuan mengenali 1 5 5
14.40 WIB 3. Mengajarkan cara penyebab nyeri
melakukan terapi relaksasi Kemampuan menggunakan 1 5 4
otot progresif sebanyak 1 teknik non-farmakologis
kali Dukungan orang terdekat 1 5 5
R: Pasien bersedia untukt
melakukan terapi P: Intervensi dihentikan pasien pulang
relaksasi otot progresif
dan berusaha mencoba
98

melakukannya dengan
mandiri
14.55 WIB 4. Mengedukasi pasien untuk
menghindari minuman
beralkohol, merokok, dan
jangan terlalu sering
makan makanan yang
asam dan merokok, karna
dapat mengganggu lapisan
dinding lambung
R: Pasien tampak mengerti
apa yang disampaikan
perawat
15.00 WIB 5. Menganjurkan pasien
untuk berolahraga secara
teratur untuk membantu
mempercepat aliran
makanan pada usus
R: Pasien tampak mengerti
penjelasan perawat dan
pasien akan berusaha
untuk berolahraga
secara teratur
99

Interpretasi
Pasien pertama dan kedua dilakukan tindakan keperawatan yang sama
yaitu meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital untuk mengetahui keadaan umum
pasien serta memberikan tindakan terapi relaksasi otot progresif untuk
mengurangi nyeri. Tindakan pada kedua pasien dihentikan, karena keadaan pasien
sudah membaik dan pasien pulang.
100

6. Discharge Planning

LEMBAR PERENCANAAN PEMULANGAN PASIEN


(DISCHARGE PLANNING)
No. Reg : 64-00-70 Alamat : Desa Teluk Kecapi

Nama / Umur :Ny. M / 56 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Ruang Rawat : IGD

Tanggal MRS : 29 April 2021 Tanggal KRS : 29 April 2021

Diagnosis MRS : Gastritis Diagnosis KRS :

Aturan diet TTD Perawat


Dianjurkan :
1. Makan karbonhidrat seperti nasi, roti, bubur, gandum,
kentang, ubi
2. Protein seperti ayam, ikan, telur, tempe, tahu dan kacang
hijau
3. Sayuran seperti bayam, buncis, labu siam, wortel,
kacang panjang, tomat dll
Hindari
1. Makanan yang mengandung kafein, nikotin, berbumbu
pedas, minuman alkohol, serta asam
2. Hindari makanan dan minuman yang terkontaminasi
3. Hindari merokok yang dapat menganggu lapisan
dinding lambung

1. Jelaskan tanda-tanda yang muncul


2. Jelaskan mengenai perbedaan nyeri
3. Mengajakan teknik relaksasi nafas dalam
4. Jelaskan pentingnya intake cairan dan nutrisi yang adekuat
5. Atasi strees dengan sebaik mungkin

Obat-obatan yang masih diminum (dosis, warna, dan efek samping) : TTD Perawat

Aktifitas dan istirahat : TTD Perawat

Jalan, lari, joging, bersepeda dan istirahat yang cukup serta hindari
101

stress

Tanggal / Tempat Kontrol :

Pemeriksaan Penunjang yang Dibawa Pulang : -

Dipulangkan dari RS dengan keadaan :

Membaik

√ Meneruskan dengan obat jalan

Pindah ke RS lain

Pulang paksa

Lari

Meninggal
102

LEMBAR PERENCANAAN PEMULANGAN PASIEN


(DISCHARGE PLANNING)
No. Reg : 64-58-56 Alamat : Jl. Sentosa Plaju

Nama / Umur :Ny. U / 59 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Ruang Rawat : IGD

Tanggal MRS : 29 April 2021 Tanggal KRS : 29 April 2021

Diagnosis MRS : Gastritis Diagnosis KRS :

Aturan diet TTD Perawat


Dianjurkan :
1. Makan karbonhidrat seperti nasi, roti, bubur, gandum,
kentang, ubi
2. Protein seperti ayam, ikan, telur, tempe, tahu dan kacang
hijau
3. Sayuran seperti bayam, buncis, labu siam, wortel,
kacang panjang, tomat dll
Hindari
1. Makanan yang mengandung kafein, nikotin, berbumbu
pedas, minuman alkohol, serta asam
2. Hindari makanan dan minuman yang terkontaminasi
3. Hindari merokok yang dapat menganggu lapisan
dinding lambung

1. Jelaskan tanda-tanda yang muncul


2. Jelaskan mengenai perbedaan nyeri
3. Mengajakan teknik relaksasi nafas dalam
4. Jelaskan pentingnya intake cairan dan nutrisi yang adekuat
5. Atasi strees dengan sebaik mungkin

Obat-obatan yang masih diminum (dosis, warna, dan efek samping) : TTD Perawat

Aktifitas dan istirahat : TTD Perawat

Jalan, lari, joging, bersepeda dan istirahat yang cukup serta hindari
stress

Tanggal / Tempat Kontrol :

Pemeriksaan Penunjang yang Dibawa Pulang : -


103

Dipulangkan dari RS dengan keadaan :

√ Membaik

√ Meneruskan dengan obat jalan


Pindah ke RS lain

Pulang paksa

Lari

Meninggal
104

C. Pembahasan
Pada subbab ini, penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan
yang diberikan pada pasien Ny.M dan Ny.U. Fokus dari asuhan keperawatan
pada pasien Ny.M dan Ny.U adalah penatalaksanaan terapi relaksasi otot
progresif antara konsep teori dengan Asuhan Keperawatan pada Ny. M dan
Ny. U dengan Gangguan Sistem Pencernaan: Gastritis di Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dari tanggal 13 – 29 April
2021. Pembahasan dibuat menggunakan proses keperawatan melalui
pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan, evaluasi, dan discharge planning.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber
hal ini bertujuan untuk menganalisis dan merumuskan diagnosis
keperawatan (Padila, 2012).
Pengkajian yang penulis lakukan dalam asuhan keperawatan pada
pasien Ny.M dan Ny.U dengan Gangguan Sistem Pencernaan: Gastritis
di Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang meliputi: identitas pasien, primary survey, secondary survey,
pengkajian psikososial, budaya, spiritual, pemeriksaan penunjang dan
penatalaksanaan. Pada saat melakukan pengkajian, penulis menggunakan
format pengkajian sebagai pedoman berdasarkan buku panduan
keperawatan gawat darurat di Ruang Instalasi Gawat Darurat IKesT
Muhammadiyah Palembang tahun 2021.
Berdasarkan data pengkajian tanggal 29 April 2021, pada Ny. M dan
Ny. U didapatkan bahwa keluhan utama yang dirasakan Ny. M adalah
pasien mengatakan nyeri pada ulu hati, merasa mual, gelisah, tidak
nyaman, dan tampak meringis. Setelah dilakukan pemeriksaan skala
nyeri menggunakan NRS (Numeric Rating Scale) didapatkan skala nyeri
6 yang tergolong nyeri sedang. Pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk-
tusuk dan nyeri dirasakan terus menerus. Hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital Ny. M: TD: 100/90mmHg, RR: 22x/menit, N: 80x/menit, S:36,30C.
105

Gastritis pada Ny.M disebabkan karena pasien telat makan dan pasien
memakan makanan asam.
Pada pasien kedua berinisial Ny. U didapatkan bahwa keluhan utama
yang dirasakan adalah pasien merasa nyeri pada ulu hati, merasa mual,
tidak nyaman, gelisah dan tampak merintih sakit. Setelah dilakukan
pemeriksaan skala nyeri menggunakan NRS (Numeric Rating Scale)
didapatkan skala nyeri 5 yang tergolong nyeri sedang. Pasien
mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk dan nyeri dirasakan terus
menerus. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital Ny. U: TD: 120/80mmHg,
RR: 24x/menit, N: 84x/menit, S: 36,80C. Gastritis pada Ny.U disebabkan
karena pasien telat makan, ketika selesai makan pasien merasa sakit pada
ulu hatinya dan di sekitar abdomennya. Berdasarkan data pengkajian
yang didapatkan masalah dari kedua pasien adalah nyeri akut.
Hal ini sesuai dengan teori Nur, dkk (2020) yang menjelaskan bahwa
individu yang menderita gastritis memiliki gejala yang menunjukkan
adanya inflamasi atau peradangan pada mukosa lambung. Pada Ny. M
dan Ny. U didapatkan keluhan nyeri ulu hati, dimana nyeri ulu hati
muncul akibat proses penyakit. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Oktariani dan Firsty (2019) pasien dengan penyakit
gastritis memiliki keluhan bervariasi mulai dengan nyeri epigastrium atau
nyeri ulu hati, keluhan abdomen yang tidak jelas, anoreksia atau mual.
Berdasarkan hasil penelitian, teori, dan jurnal peneliti
mengasumsikan bahwa pasien dengan penyakit Gastritis akan mengalami
nyeri di ulu hati akibat adanya inflamasi atau peradangan dari proses
penyakit. Sesuai dengan pengkajian PQRST yang dilakukan pada kedua
pasien tersebut, memang benar kedua pasien mengalami nyeri.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan
bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga, dan
106

komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. (SDKI,


2017).
Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon
individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual dan potensial dimana berdasarkan pendidikan dan
pengalamannya perawat secara akuntalitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi untuk menjaga, menurunkan, mencegah, dan
merubah status kesehatan klien.
Berdasarkan hasil data pengkajian tanggal 29 April 2021 pada Ny. M
dan Ny. U didapatkan bahwa diagnosis keperawatan pada Ny. M dan Ny.
U adalah nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
dibuktikan dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif,
gelisah, dan nafsu makan berubah. Diagnosis kedua yaitu gangguan rasa
nyaman berhubungan dengan gejala penyakit dibuktikan dengan
mengeluh tidak nyaman, gelisah, tidak mampu rileks, mengeluh mual,
menunjukkan gejala distress, dan tampak merintih/menangis. Namun,
pada studi kasus ini peneliti berfokus pada masalah nyeri akut dimana
pada pasien Ny. M dan Ny. U didapatkan nyeri ulu hati dengan skala
nyeri sedang.
Berdasarkan teori Dwi & Rahmayunia (2018) nyeri merupakan
pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. Secara umum tanda dan
gejala yang mengalami nyeri dapat terlihat dari perilaku pasien, misalnya
suara (menangis, merintih, menghembus nafas), ekspresi wajah
(meringis, menggigit bibir), pergerakan tubuh (gelisah, otot tegang,
mondar-mandir), interaksi sosial (menghindari percakapan, disorientasi
waktu). Manajemen nyeri terdapat dua cara yaitu terapi farmakologi dan
non farmakologi. Salah satu terapi non farmakologi yang dapat diberikan
yaitu terapi relaksasi otot progresif.
Hal ini sejalan dengan penelitian Rahmawati (2018) yang
mengatakan bahwa pasien gastritis akan mengalami nyeri ulu hati karena
adanya inflamasi atau peradangan pada dinding mukosa lambung. Gejala
107

penyakit gastritis dapat dikenali dengan rasa perih, sakit tebakar pada
perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika
makan. Gejala gastritis sangat bervariasi, mulai dari sangat ringan sampai
yang berat. Ada sebagian besar kasus, gejalanya sangat ringan misalnya
keluhan mual dan muntah, kehilangan selera makan, kembung, perih
terasa penuh di bagian atas perut setelah makan
Berdasarkan hasil penelitian, teori, dan jurnal penelit berasumsi
bahwa pasien dengan gastritis akan mengalami berbagai diagnosis
keperawatan, diantaranya nyeri akut dan gangguan rasa nyaman. Namun,
diagnosis yang paling utama diangkat dari kasus tersebut adalah nyeri
akut dan diagnosis yang lain merupakan diagnosis penyerta.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan segala treatment yang dilakukan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan, dan penilaian klinis
untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. (SIKI. 2018).
Intervensi keperawatan merupakan suatu gambaran secara tepat
rencana keperawatan yang dilakukan kepada pasien sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan diagnosis keperawatan. Intervensi berisikan
tujuan, kriteria hasil, rencana tindakan dan rasional dari tindakan yang
akan dilakukan.
Berdasarkan masalah keperawatan yang didapatkan dari data
pengkajian pada Ny. M dan Ny. U sama-sama memiliki masalah
keperawatan nyeri akut, dimana intervensi keperawatan menurut Nur,
dkk (2019) pada masalah nyeri ulu hati pasien gastritis adalah terapi
relaksasi otot progresif, gambarkan prosedur dan manfaat terapi, dorong
pasien untuk mengambil posisi nyaman, tunjukkan dan praktikkan teknik
terapi pada pasien, dorong penggunaan teknik secara berkala, gunakan
terapi sebagai strategi tambahan dengan penggunaan obat nyeri, dan
evaluasi serta dokumentasikan respon terhadap terapi.
Intervensi ini dapat dilakukan pasien dan keluarga untuk mengurangi
nyeri ulu hati. Terapi ini dilakukan dengan rileks dan tenang selama
108

kurang lebih 15 menit pada saat pasien merasa nyeri, terapi ini efektif
untuk menurunkan nyeri ulu hati pada pasien gastritis.
Menurut teori Nur, dkk (2019), terapi relaksasi otot progresif
merupakan terapi dimana teknik yang digunakan yaitu dengan
memusatkan perhatian pada aktivitas otot, dengan mengidentifikasi otot
yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan teknik relaksasi
untuk mendapatkan perasaan rileks. (Nur, dkk. 2019)
Hal ini sejalan dengan dengan penelitian Nur, dkk. (2019) yang
menyatakan bahwa setelah diberikan relaksasi otot progresif pada nyeri
gastritis, pasien mengalami penurunan skala nyeri karena pasien sudah
tidak terfokus lagi dengan rasa nyeri-nya tersebut. Hal itu karena
hipotalamus sudah tidak mengaktifkan mediator nyeri.
Menurut pendapat Prio (2009), relaksasi otot skeletal dipercaya
dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang
menunjang nyeri. Hampir semua orang dengan nyeri kronis mendapatkan
manfaat dari metode relaksasi. Periode relaksasi yang teratur dapat
membantu untuk melawan keletihan dan ketegangan otot yang terjadi
dengan nyeri kronis dan yang meningkatkan nyeri. Sedangkan setelah
diberikan relaksasi otot progresif pada pasien gastritis mengalami
penurunan skala nyeri karena pasien sudah tidak terfokus lagi pada rasa
sakitnya itu. Sehingga hipotalamus tidak mengaktifkan mediator nyeri
Menurut hasil penelitian Iwayan (2016), menunjukkan setelah
diberikan relaksasi otot progresif sebagian besar pasien sudah tidak
mengalami nyeri. Setelah diberikan relaksasi otot progresif pasien
merasakan nyerinya berkurang, karena gerakan-gerakan yang telah
diberikan secara perlahan membantu merilekskan saraf baik yang
simpatis maupun yang parasimpatis. Saraf yang rileks menurunkan rasa
nyeri secara perlahan.
Berdasarkan hasil, teori, dan jurnal penelitian, maka peneliti
berasumsi bahwa terapi relaksasi otot progresif merupakan intervensi
yang tepat dilakukan pada Ny. M dan Ny. U yang dapat mengurangi rasa
nyeri pasien. Selain menerapkan terapi Relaksasi Otot Progresif, peneliti
109

juga menyarankan kepada kedua pasien untuk menerapkan gaya hidup


sehat.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien yang memiliki masalah
status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik lagi.
(Handono, dkk. 2018)
Secara umum tidak ada hambatan yang ditemukan selama
implementasi keperawatan dilakukan. Pasien Ny. M dan Ny. U
kooperatif selama pelaksanaan terapi Relaksasi Otot Progresif.
Berdasarkan intervensi keperawatan yang direncanakan,
implementasi keperawatan yang dilakukan antara lain melakukan
pendekatan pada pasien, mengukur skala nyeri pasien menggunakan NRS
(Numeric Rating Scale) sebelum dan sesudah diberikan terapi, dan
memberikan terapi relaksasi otot progresif selama 15 menit sebanyak 1
kali, mengedukasi pasien untuk menghindari minuman beralkohol,
merokok, dan jangan terlalu sering makan makanan yang asam dan
merokok, karna dapat mengganggu lapisan dinding lambung, dan
berolahraga secara rutin.
Pengkajian nyeri menggunakan NRS (Numeric Rating Scale)
dikembangkan oleh Mubarak, dkk (2015). NRS adalah skala penilaian
yang digunakan untuk menilai nyeri dengan menggunakan skala angka
dari 0-10.
Respon dari Ny. M dan Ny. U adalah pasien kooperatif dalam
melakukan terapi Relaksasi Otot Progresif dan mengatakan nyeri yang
dialaminya sudah berkurang setelah dilakukan implementasi. Sebelum
diberikan terapi Relaksasi Otot Progresif pada Ny. M dilakukan
pemeriksaan skala nyeri menggunakan NRS (Numeric Rating Scale)
didapatkan skala nyeri 5 tergolong nyeri sedang dan nyeri berkurang
setelah diberikan intervensi menjadi skala nyeri 3 tergolong nyeri ringan.
Sedangkan pada Ny.U sebelum diberikan terapi Relaksasi Otot Progresif
110

dilakukan pemeriksaan skala nyeri menggunakan NRS (Numeric Rating


Scale) didapatkan data skala nyeri 6 tergolong nyeri sedang dan setelah
diberikan intervensi skala nyeri berkurang menjadi 4.
Hal ini sejalan dengan penelitian Nur, dkk. (2019) tentang pengaruh
relaksasi otot progresif terhadap skala nyeri pada pasien gastritis. Pada
penelitian tersebut disebutkan sebelum dilakukan teknik relaksasi otot
progresif pasien merasakan nyeri karena pasien masih berfokus pada titik
nyeri, namun setelah diberikan terapi relaksasi otot progresif pasien
merasakan nyeri berkurang.
Menurut penelitian Iwayan (2016), menunjukkan setelah diberikan
relaksasi otot progresif sebagian besar pasien sudah tidak mengalami
nyeri. Setelah diberikan relaksasi otot progresif pasien merasakan
nyerinya berkurang, karena gerakan-gerakan yang telah diberikan secara
perlahan membantu merilekskan saraf baik yang simpatis maupun yang
parasimpatis. Saraf yang rileks menurunkan rasa nyeri secara perlahan.
Berdasarkan referensi tersebut, peneliti berasumsi bahwa pasien
gastritis yang mengalami nyeri ulu hati dapat menggunakan terapi
Relaksasi Otot Progresif. Namun, selain menerapkan terapi Relaksasi
Otot Progresif, peneliti juga menyarankan kepada kedua pasien untuk
menerapkan gaya hidup sehat.

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan proses kontinu atau berlanjut
yang penting guna menjamin kualitas dan ketepatan tindakan
keperawatan yang dilakukan dan keefektifan rencana keperawatan dalam
memenuhi kebutuhan klien. Ada tiga komponen penting dalam evaluasi
keperawatan, yakni pengkajian ulang, modifikasi rencana keperawatan,
dan penghentian pelayanan. (Kusnadi Elon. 2017).
Setelah dilakukan terapi Relaksasi Otot Progresif selama kurang
lebih 15 menit pada Ny. M dan Ny. U evaluasi didapatkan hasil sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur, dkk. (2019). Adapun
evaluasi dilakukan pada tanggal 29 April 2021 pada Ny. M dilakukan
111

pada pukul 10.53 WIB adalah masalah nyeri akut berkurang ditunjukkan
dengan data subjektif pasien mengatakan nyeri ulu hati sudah berkurang,
setelah dilakukan penilaian skala nyeri menggunakan NRS (Numeric
Rating Scale) didapakan skala nyeri 4 tergolong nyeri sedang, TD:
100/90mmHg, RR: 22x/menit, N: 80x/menit, S:36,30C. Masalah nyeri
pasien teratasi sebagian, intervensi dihentikan, dan pasien pulang.
Evaluasi pada Ny. U dilakukan pada tanggal 29 April 2021 pada
pukul 15.03 WIB masalah nyeri akut berkurang ditunjukkan dengan data
subjektif pasien mengatakan nyeri ulu hati sudah berkurang, setelah
dilakukan penilaian skala nyeri menggunakan NRS (Numeric Rating
Scale) didapakan skala nyeri 3 tergolong nyeri ringan, TD:
120/80mmHg, RR: 24x/menit, N: 84x/menit, S: 36,80C. Masalah nyeri
pasien teratasi sebagian, intervensi dihentikan, dan pasien pulang.
Berdasarkan penelitian Nur, dkk (2019) hampir semua orang
dengan nyeri kronis maupun akut setelah diberikan terapi relaksasi
mendapatkan manfaatnya. Periode relaksasi yang teratur dapat membantu
menghilangkan keletihan dan ketegangan otot. Setelah diberikan
relaksasi otot progresif pada nyeri gastritis, pasien mengalami penurunan
skala nyeri karena pasien sudah tidak terfokus lagi dengan rasa nyeri-nya
tersebut. Hal itu karena hipotalamus sudah tidak mengaktifkan mediator
nyeri.
Berdasarkan referensi tersebut, peneliti berasumsi bahwa setelah
dilakukan terapi Relaksasi Otot Progresif selam kurang lebih 15 menit
pada kedua pasien, didapatkan penurunan skala nyeri. Penurunan skala
nyeri pada kedua pasien terjadi karena pasien melakukan terapi Relaksasi
Otot Progresif dengan kooperatif dan saat melakukan terapi ini pasien
bisa merilekskan kondisinya. Penurunan skala nyeri pada pasien Ny. M
menjadi skala nyeri 4 tergolong nyeri sedang dan penurunan skala nyeri
pada pasien Ny. U menjadi skala nyeri 3 tergolong nyeri ringan.
112

6. Discharge Planning
Discharge Planning adalah serangkaian aktivitas-aktivitas yang
kontinu ketika klien dipulangkan dari lembaga pelayanan kesehatan.
Menurut teori Majid (2017) ketidakpauhan pasien akan perawatan
selama dirumah merupakan bukti gagalnya informasi yang disampaikan
petugas kesehatan saat Discharge Planning. Discharge Planning
merupakan perencanaan kepulangan pasien untuk kembali ke
lingkungannya dengan memberikan informasi kepada pasien dan
keluarganya tentang hal-hal yang penting dan perlu dihindari serta
dilakukan yang berhubungan dengan penyakitnya. Kepatuhan pasien
dalam minum obat sangatlah penting karena berhubungan dengan proses
penyembuhan penyakit.
Discharge Planning yang diberikan pada Ny.M dan Ny.U adalah
memberikan edukasi pada pasien dan keluarga agar dapat mengatasi
nyeri dengan menggunakan terapi relaksasi otot progresif yang sudah
pernah dilatih ketika berada di rumah, hindari minuman beralkohol,
hindari merokok, atasi stress sebaik mungkin, makan makanan buah dan
sayur, namun hindari sayur dan buah yang bersifat asam, jangan
berbaring setelah makan, berolahraga secara teratur untuk membantu
mempercepat aliran makanan melalui usus, bila perut mudah mengalami
kembung (banyak gas) untuk sementara waktu kurangi konsumsi
makanan tinggi serat, makan dalam porsi sedang (tidak terlalu banyak)
tetapi sering.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mulya (2018) mengatakan
bahwa pasien gastritis yang mengalami ulu hati dapat diajarkan teknik
Relaksasi Otot Progresif untuk menurunkan skala nyeri pada ulu hati
pasien.
Discharge Planning yang diberikan sesuai dengan hasil dan teori
yang ada, peneliti berasumsi bahwa Discharge Planning yang dilakukan
sudah tepat.
113

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hasil proses keperawatan yang telah dilakukan pada Ny.M dan Ny.U
dimulai dari proses pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan, dan Discharge Planning di
IGD Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Pengkajian Data
Pengkajian diperoleh menggunakan beberapa metode yaitu wawancara
langsung dengan klien dan keluarga, observasi, dan pemeriksaan fisik dari
Ny.M dan Ny.U. Hasil dari pengkajian didapatkan kedua klien memiliki
masalah keperawatan utama yang sama yaitu nyeri.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan utama yang ditemukan pada Ny.M dan Ny.U adalah
nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang diterapkan pada Ny.M dan Ny.U adalah
penatalaksanaan terapi relaksasi otot progresif.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada Ny.M dan Ny.U selama
kurang lebih 15 menit sesuai dengan masalah keperawatan kedua klien yaitu
nyeri sehingga tindakan yang dilakukan untuk mengurangi masalah tersebut
pada kedua klien adalah pengurangan skala nyeri yang berfokus pada
penatalaksanaan terapi relaksasi otot progresif
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan telah dilakukan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil
yang dicapai. Hasil yang didapat dari Ny.M dan Ny.U setelah dilakukan
implementasi adalah nyeri berkurang ditunjukkan setelah dilakukan
kuesioner skala nyeri dengan menggunakan Numeric Rating Scale (NRS)
114

didapatkan data pada Ny.M penilaian tingkat nyeri dengan hasil 3


sedangkan Ny. U penilaian tingkat nyeri dengan hasil 4.
6. Discharge Planning
Persiapan pulang klien dilakukan dengan cara pemberian informasi pada
Ny.M dan Ny.U. Adapun informasi yang diberikan adalah sebagai berikut :
memberikan edukasi pada pasien dan keluarga agar dapat mengatasi nyeri
dengan menggunakan terapi relaksasi otot progresif yang sudah pernah
dilatih ketika berada di rumah, hindari minuman beralkohol, hindari
merokok, atasi stress sebaik mungkin, makan makanan buah dan sayur,
namun hindari sayur dan buah yang bersifat asam, jangan berbaring setelah
makan, berolahraga secara teratur untuk membantu mempercepat aliran
makanan melalui usus, bila perut mudah mengalami kembung (banyak gas)
untuk sementara waktu kurangi konsumsi makanan tinggi serat, makan
dalam porsi sedang (tidak terlalu banyak) tetapi sering.

B. Saran
Berdasarkan hasil penerapan asuhan keperawatan yang dilakukan, maka
penulis dapat memberikan beberapa saran antara lain:
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian studi kasus ini dapat dijadikan materi untuk menambah
wawasan ilmu pengetahuan dalam memberikan proses asuhan keperawatan
pada klien dengan gangguan sistem pencernaan: gastritis melalui terapi
relaksasi otot progresif.
2. Bagi Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Sebagai bahan pertimbangan atau referensi oleh pihak rumah sakit untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem pencernaan: gastritis dalam melakukan penatalaksanaan
Terapi Relaksasi Otot Progresif dalam mengatasi masalah nyeri akut.
3. Bagi Pasien dan Keluarga
Hasil penulisan studi kasus ini dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan
keluarga tentang penatalaksanaan terapi relaksasi otot progresif dalam
115

mengatasi masalah nyeri akut serta dapat mengaplikasikannya saat di


rumah.
4. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penulisan studi kasus ini dapat menjadi salah satu referensi dan
sumber pengetahuan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan kualitas
dan meningkatkan pelayanan kesehatan.
5. Bagi Penulis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan menjadi
pengalaman langsung bagi penulis dalam melakukan penatalaksanaan terapi
relaksasi otot progresif dalam mengatasi masalah nyeri akut pada pasien
dengan gangguan sistem pencernaan: gastritis
DAFTAR PUSTAKA

Ajeng Sea, Hartono & Kurniawati. 2017. Studi Kasus: Implementasi Progressive
Muscle Relaxation untuk Mengatasi Kecemasan pada Pasien Pre
Operasi di Ruang IBS RSUD Tugurejo. Poltekkes Kemenkes: Semarang

Dinas Kesehatan Kota Palembang. 2018. Profil Kesehatan Kota Palembang tahun
2018. Palembang: Dinkes Palembang

Dwi Utami Andinna & Rahmayunia Kartika Imelda. 2018. Terapi Komplementer
Guna Menurunkan Nyeri Pasien Gastritis: Literature Review. STIKes
Fort de Kock: Bukittingi. Vol. 1 No. 3

Eka Putu Sri Wahyuni. 2018. Asuhan Keperawatan Keluarga Gastritis dengan
Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif di UPT Kesmas Sukawati
1 Gianyar. Jurusan Keperawatan: Gianyar

Ekarini Ni Luh Putu, Heryati & Siti Maryam Raden. 2019. Pengaruh Relaksasi
Otot Progresif terhadap Respon Fisiologis Pasien Hipertensi. Politeknik
Kesehatan Kemenkes: Jakarta. Vol. 10 No. 1

Eurica Rosalia Natun, Candrawati E. & Warsono. 2017. Hubungan Konsumsi


Alkohol dengan Nyeri Lambung pada Mahasiswa Laki-Laki Program
Studi Teknik Sipil Universitas Tribhuwana Tunggadewi. Universitas
Tribhuwana Tunggadewi: Malang.

Fahruddin, Roza Andalia & Wulandini Putri. 2021.Tingkat Pengetahuan Pasien


Gastritis pada Penyebab Gastritis Relapse. Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Abdurrab. Vol. 4 No. 2

Irianto Rizky Irfan, J. Kepel Billy & Killing Maykel. 2019. Hubungan
Penanganan Awal Gastritis dengan Skala Nyeri UGD Rumah Sakit
GMIM Bethesda Tomohon. PSIK: Universitas Sam Ratulngi. Vol. 7 No.
1

Ismail FFD, Sengkey LS & Lolombulan JH. 2017. Pengaruh Latihan Aerobik
Two-Step Stool Terhadap Fungsi Paru Pada Remaja Dengan Aktivitas
Fisik Kurang. Fakultas Kedokteran: Universitas Sam Ratulangi. Vol 1
No 3

Kadri Hasyim & Fitrianti Salvita. 2019. Penatalaksanaan Hipertensi dengan


Relaksasi Otot Progresif pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Luhur Kota Jambi. STIKes Baiturrahim: Jakarta. Vol. 1 No. 2

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta:


Kemenkes RI
117

Kusnadi elon. 2017. Analisis Kelengkapan Dokumentasi Keperawatan di Ruang


Rawat Inap Intensive Rumah Sakit X. Universitas Respati: Jakarta. Vol. 9
No. 1

Magdalena TC, dkk. 2020. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Kebidanan.
Yayasan Kita Menulis

Mulya Sri Ningsih & Hadi Indriono. 2018. Studi Kasus Keperawatan pada Pasien
Gastritis dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman di Ruang
Perawatan RSAD DR. R. Ismoyo. Poltekkes Kemenkes: Kendari

Oktoriana Penny & Firsty Lucia P.K. 2019. Asuhan Keperawatan Keluarga
dengan Gastritis. Buletin Kesehatan Publikasi Ilmiah Bidang Kesehatan:
Pasar Rebo. Vol. 3 No 2

Olyvia Adisty Hutagalung. 2020. Tahap Perencanaan dan Implementasi Dalam


Proses Keperawatan.

Ningtyas Aprilia Wijaya, Wahyuni & Indarwati. 2020. Relaksasi Otot Progresif
terhadap Penurunan Nyeri Kepala pada Pasien Hipertensi Melalui
Media Buku Saku. Universitas Aisyiyah: Surakarta

Nirmalarumsari Chrecencya & Tandipasang Febriani. 2020. Faktor Risiko


Kejadian Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Bantilang Tahun 2019.
STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya: Palopo. Vol. 7 No. 2

Nur Aini Septy, Suyadi & Dwi Harjayanti Arum. 2019. Relaksasi Otot Progresif
dalam Menurunkan Tingkat Nyeri pada Asuhan Keperawatan Gastritis.
Akademi Keperawatan YAPPI: Sragen. Vol. 9 No. 1

Nurmala G.N & Puspita S.R. 2020. Literature Review Peningkatan Kualitas Tidur
Lansia Melalui Relaksasi Otot Progresif. STIKes Yatsi Tangerang
Banten. Vol. 2 No. 11

Putu LN, Putu ASN & Eka AP. 2020. Gambaran Tingkat Pengetahuan
Penggunaan Swamedikasi Analgesik Di Kota Denpasar. Program Studi
Farmasi Klinis: Universitas Bali Internasional. Vol. 2 No 2

Rahmawati Fuji. 2020. Therapies for Gastritis Pain. Fakultas Kedokteran:


Universitas Sriwijaya. Vol. 2 No. 1

Ridhyalla Afnuhazi. 2018. Pengaruh Senam Rematik terhadap Penurunan Nyeri


Rematik pada Lansia. Akademi Keperawatan Nabila Padang Panjanf.
Vol. 12 Jilid 1 No. 79

Riskinah Dian & Karunianingtyas Maulidta W. 2017. Upaya Penurunan Kadar


Gula Darah dengan Penerapan Relaksasi Otot Progresif pada Penderita
Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD dr. H. Soewondo Kendal. Akademi
Keperawatan Widya Husada: Semarang. Vol. 1 No. 1
118

Rizky W.A & Febri N.A. 2020. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada
Pasien Gastritis Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman Dan
Nyaman. Program Studi D3 Keperawatan: Universitas Kusuma Husada
Surakarta.

Sari Purbaningsih Endah. 2020. Analisis Faktor Gaya Hidup yang Berhubungan
dengan Risiko Kejadian Gastritis Berulang. Cirebon: STIKes Mahardika.
Vol. 2 No. 5

Solehati Tetti, dkk. 2018. Terapi Non Farmakologi Nyeri Pada Persalinan:
Sistematic Review. Fakultas Keperawatan: Universitas Padjajaran. Vol. 3
No 1

Susilowati Lilik & Hasan Hariri Muhammad. 2019. Hubungan Pola Makan
dengan Kejadian Gastritis pada Pelajar Kelas X. Program Studi DIII
Keperawatan: STIKes Abdi Nusantara Jakarta. Vol. 2 No. 2

Tandi Joni. 2017. Tinjauan Pola Pengobatan Gastritis pada Pasien Rawat Inap
RSUD Luwuk. Program Studi S1 Farmasi: STIFA Pelita Mas Palu. Vol. 6
No. 3

Tanjung Herlina. 2020. Hubungan Terapi Musik Klasik Dengan Nyeri Persalinan
Pada Ibu Bersalin Kala 1 Fase Aktif Di Klinik Pratama Tanjung Kec.
Deli Tua Kab. Deli Serdang Tahun 2017. Poltekkes Kemenkes Medan

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Titha NNR. 2019. Evaluasi Asuhan Keperawatan untuk Menentukan


Keberhasilan Terapi pada Klien. OSF Preprints

Verawati & Agustian. 2020. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Prilaku


Pencegahan Gastritis Pada Mahasiswa Keperawatan Universitas Advent
Indonesia. Fakultas Ilmu Kesehatan: Universitas Advent Indonesia. Vol.
4 no. 2

Wardaniati, Almahdy & Dahlan A. 2017. Gambaran Terapi Kombinasi Ranitidin


Dengan Sukratlfat Dan Ranitidin Dengan Antasida Dalam Pengobatan
Gastritis Di SMF Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Ahmad Mochtar Bukittinggi. Universitas Abdurrah Pekanbaru. Vol. 8
No. 1
LAMPIRAN

119
Lampiran 1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn./ Ny. ”.....” DENGAN GANGGUAN SISTEM............................;................................
DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS. ................................................................................ PALEMBANG TAHUN 2021

Inisial Klien : Diagnosa : TD : RR :


Umur : No. RM : Nadi : BB :
Alamat : Tgl/ Jam : Suhu : TB :
PENGKAJIAN DX. KEPERAWATAN JAM TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI TTD
Keluhan utama :
.........................................................................
.........................................................................
.........................................................................

SISTEM PERNAPASAN
AIRWAY ( ) aktual MANDIRI
Jalan napas: ( ) resiko ( ) Memonitor fungsi pernapasan,
( ) bersih ( ) sumbatan berupa: frekuensi, irama, kedalaman,
( ) sputum ( ) lendir ( ) darah ( ) lainnya, .... ( ) bersihan jalan napas tidak efektif bunyi dan penggunaan otot-otot
b.d  peningkatan produksi sputum tambahan
BREATHING  adanya secret di jalan nafas ( ) Mengatur posisi semi fowler
Frek:......x/mnt, () Mengajarkan napas dalam dan
Sesak: ( ) tidak ( ) ya, dengan: ( ) aktivitas ( ) ( ) pola napas tidak efektif b.d batuk efektif
tanpa aktivitas  menurunnya ekspansi paru ( ) Memonitor haluaran pasien
Menggunakan otot tambahan : ( ) tidak ( ) ya ( ) Melakukan suction
Irama : ( ) teratur ( ) tidak teratur  depresi pusat pernapasan ( ) Tindakan lainnya:
Kedalaman : ( ) dalam ( ) dangkal .................................................
Sputum : ( ) putih ( ) kuning ( ) Gangguan pertukaran gas b.d .................................................
Konsitensi : ( ) kental ( ) encer  menurunnya suplai O2/ .................................................
Terdapat darah`: ( ) tidak ( ) ya hipoventilasi
Bunyi napas `: ( ) tidak ( ) ya` KOLABORASI
Suara napas : ( )vesikuler ( ) ronchii ( ) terjadinya aspirasi b.d: ( ) Terapi O2, ....... liter/ mnt
( ) wheezing  penurunan kesadaran ( ) Cek BGA
Refleks batuk : ( ) ada ( ) tidak  tidak ada refleks batuk ( ) Lakukan rontgen thorax
Analisa BGA: ( ) Tindakan lainnya:
pH ........, PCO2 ........ mmHg, PO2 ........ mmHg, ( ) Diagnosa Keperawatan lainnya: .................................................
HCO3 ........mEq/L, BE ........, SaO2 ........ % .................................................... .................................................
( ) lainnya: .................................................... .................................................
............................................................................. ....................................................
.............................................................................
.............................................................................

SISTEM KARDIOVASKULER
SIRKULASI PERIFER ( )aktual MANDIRI
Nadi:..... x/mnt, TD : ............... mmHg ( ) resiko ( ) Memonitor vital sign
Irama : ( ) teratur ( ) tidak teratur ( ) Memonitor sirkulasi perifer
Kekuatan : ( ) kuat ( ) lemah ( ) gangguan perfusi jaringan perifer ( ) Memonitor tingkat kesadaran
CRT : ( ) < 3 detik ( ) > 3 detik b.d  menurunnya aliran darah ( ) Membatasi aktifitas
Akral : ( ) hangat ( ) dingin karena vasokontriksi ( ) Memonitor intake-output cairan
Warna kulit : ( ) pucat ( ) kemerahan ( ) Mengajarkan teknik relaksasi
( ) sianosis ( ) penurunan curah jantung b.d dandistraksi
Edema : ( ) tidak ( ) ya, pada:  meningkatnya beban kerja jantung ( ) Tindakan lainnya:
( ) muka ( ) tungkai atas ( ) tungkai bawah  gangguan kontraktilitas .................................................
( ) seluruh tubuh .................................................
Distensi vena jugularis : Kiri : ( )tidak ( )ya ( ) nyeri dada b.d .................................................
Kanan : ( )tidak ( )ya  menurunnya aliran darah miocard
 peningkatan kebutuhan O2 KOLABORASI
SIRKULASI JANTUNG ( ) Terapi O2, ....... liter/ mnt
 iskemia jaringan karena sumbatan
Irama : ( ) teratur ( ) tidak teratur ( ) Cek BGA
arteri coronaria
Bunyi : ( ) BJ I ( ) BJ II ( ) Murmur ( ) Lakukan ECG 12 Lead
( ) Gallop ( ) lemah ( ) Tindakan lainnya:
( ) Diagnosa Keperawatan lainnya:
Keluhan : ( ) lelah ( ) berdebar-debar .................................................
....................................................
( ) kesemutan ( ) keringat dingin .................................................
....................................................
( ) gemetaran .................................................
....................................................
Nyeri dada : ( ) tidak ( ) ya, timbul:
( ) saat aktivitas ( ) tanpa aktivitas
( ) tidak menetap ( ) hilang timbul
Karakteristik :
( ) seperti ditusuk-tusuk( ) menyebar ( ) seperti
terbakar ( ) lainnya:
.............................................................................
.............................................................................
.............................................................................

SISTEM HEMATOLOGI
Hb: .........gr% Ht: ....... vol%, ( ) aktual MANDIRI
Eritrosit: ........ jt/ul leukosit : ....... rb/ul ( ) resiko ( ) Memonitor vital sign
Trombosit : ....... rb/ul ( ) Memonitor LOC
Mengeluh kesakitan: ( ) tidak ( ) ya ( ) terjadi peradarah b.d ( ) Memonitor status hidrasi
Perdarahan: ( ) gusi mudah berdarah trombositopenia ( ) Membatasi adanya perdarahan
( ) mimisan ( ) petechi ( ) echimosis ( ) mbantu AKS
( ) lemah ( ) o\pucat ( ) terus-menerus ( ) gangguan perfusi jaringan perifer ( ) Menyarankan untuk bedrest
b.d  perdarahan ( ) Tindakan lainnya:
.................................................
( ) intoleransi aktivitas b.d .................................................

 insufisiensi transport O2, sekunder .................................................

terhadap perdarahan, anemia


 kelemahan KOLABORASI
( ) Pasang IVFD

( ) Diagnosa Keperawatan lainnya: ( ) Berikan transfusi

.................................................... ( ) Periksa laboratorium darah rutin

.................................................... ( ) Tindakan lainnya:

.................................................... .................................................
.................................................
.................................................

SISTEM NEUROLOGY
LOC: ( ) aktual MANDIRI
( ) CM ( ) apatis ( ) samnolent ( ) resiko ( ) Memonitor tingkat kesadaran
( ) sopor ( ) soprocoma ( ) coma ( ) Memonitor vital sign
Pup : ( ) isokor ( ) unisokor ( ) gangguan perfusi jaringan ( ) Memberikan posisi kepala 15-
( ) miosis ( ) midriasis serebral b.d  gangguan aliran 30o
Refleks terhadap cahaya: darah Serebral ( ) Memasang airways tube
Kanan : ( ) positif ( ) negatif  oedema otak ( ) Menjelaskan kondisi klien pada
Kiri : ( ) positif ( ) negatif klien dankeluarga
GCS : E =........., M =........., V =......... score = ( ) Menghindarkan tindakan yang
Terjadi: ( ) cidera fisik b.d dapat meningkatkan TIK
( ) kejang ( ) pelo ( ) mul.ut mencong  kejang  kelumpuhan  vertigo ( ) Tindakan lainnya:
( ) afasia ( ) disarthria .................................................
Kelumpuhan : ( ) kanan ( ) kiri ( ) Intoleransi AKS b.d .................................................
Nilai kekuatan oto : .......................................  menurunnya kemampuan .................................................
Refleks : neuromaskuler dan hilangnya
( ) fisiologis ( ) patologis kontrol otot KOLABORASI
( ) lainnya: ( ) Terapi O2 ........l/ mnt
............................................................................. ( ) Diagnosa Keperawatan lainnya: ( ) Pasang NGT/ Kateter
............................................................................. .................................................... ( ) Pasang IV-line ...... tts/mnt
............................................................................. .................................................... ( ) Pasang ETT

.................................................... ( ) Lakukan CT-Scan


( ) Tindakan lainnya:
.................................................
.................................................
.................................................

ELIMINASI DAN CAIRAN


Suhu tubuh : .......oC ( ) aktual MANDIRI
Diaphoresis : ( ) ya( ) tidak ( ) resiko ( ) Memonitor tanda dehidrasi
Muntah : ( ) ya...x/hr ( )tidak ( ) Mensupport banyak minum
BAK : .....................x/hari ( ) gangguan keseimbangan cairan ( ) Memonitor vital sign
Keadaan Saat ini: dan elektrolit b.d ( ) Memonitor intake-output
( ) terkontrol ( ) tidak terkontrol output berlebihan ( ) Tindakan lainnya:
( ) sedikit ( )sedang ( ) banyak  intake in adekuat .................................................
Warna : .................................................
( ) kuning jernih ( ) kunimh kental ( ) perubahan eliminasi urine, .................................................
( ) merah ( )bening retensi/ inkontinensia b.d
Kadar Ureum : ....................................mg/dl  sumbatan saluran BAK KOLABORASI
Kadar Kreatinin :......................................mg/dl gangguan persarafan ( ) Terapi O2 ........l/ mnt
Sakit saat BAK : ( ) ya( ) tidak ( ) PasangKateter
Distensi V U : ( ) ya( ) tidak ( ) Diagnosa Keperawatan lainnya: ( ) Pasang IV-line ...... tts/mnt
Sakit Pinggang : ( ) ya( ) tidak .................................................... ( ) Tindakan lainnya:

.................................................... .................................................
BAB : .....................x/hari .................................................... .................................................
Keadaan Saat ini: .................................................
Konsistensi :
( ) padat ( ) lunak ( ) encer
( ) cair ( ) berlendir
Warna :
( ) kuning ( ) hitam ( ) merah
( ) dempul ( ) berdarah
Perut:
( ) supel ( ) lembek ( ) kembung
( ) asites
Bising Usus : ....................................mg/dl
Turgor kulit : ( )<3 dtk ( ) >3 dtk
Mukosa : ( )basah ( )kering
( ) lainnya:
.............................................................................
.............................................................................
.............................................................................
SISTEM PENCERNAAN
Tonus Otot: ( ) aktual MANDIRI
( ) baik ( ) sedang ( ) buruk ( ) resiko ( ) Mengatur posisi
Lidah Kotor : ( ) ya( ) tidak ( ) Memonitor mual-muntah
Nyeri Ulu Hati : ( ) ya( ) tidak ( ) gangguan nutrisi b.d ( ) Memonitor nyeri ulu hati
Nyeri perut kanan atas/ bawah: ( ) ya( ) tidak  hipermetabolisme ( ) Memonitor intake-output
Mual : ( ) ya( ) tidak  intake in adekuat ( ) Tindakan lainnya:
Muntah : ( ) ya( ) tidak .................................................
( ) lainnya: ( ) Nyeri akut/ kronis b.d .................................................
.............................................................................  infeksi .................................................
............................................................................. luka
............................................................................. KOLABORASI

( ) Diagnosa Keperawatan lainnya: ( ) Pasang feeding tube

.................................................... ( ) Pasang IV-line ......... tts/mnt

.................................................... ( ) Tindakan lainnya:

.................................................... .................................................
.................................................
.................................................
MUSKULOSKELETAL/. INTEGUMEN
Turgor Kulit : ( ) ya( ) tidak ( ) aktual MANDIRI
Keadaan kulit : ( ) baik( )buruk ( ) resiko ( ) Menghentikan perdarahan
( ) dekubitus ( ) sakit ( ) memar ( ) Immobilisasi dengan spalk
( ) bercak merah ( ) gatal ( ) petechi ( ) kerusakan integritas kulit/ infeksi ( ) Membersihkan luka
Terdapat luka : ( ) ya( ) tidak b.d ( ) Tindakan lainnya:
Ukuran luka : ............. x ................. cm  adanya luka .................................................
.................................................
Kekuatan sendi ekstremitas : ( )kuat ( )lemah .................................................
Kesulitan dalam pergerakan: ( )ya( )tidak ( )gangguan mobilisasi b.d
Fraktur/ dislokasi : ( )ya ( )tidak  kerusakan neuromuskuler KOLABORASI
Perdarahan : ( )ya luka ( ) Terapi O2 .........................lt/ mnt
Jumlah:............cc fraktur ( ) pasang gips
( ) tidak ( ) Pasang IV-line ......... tts/mnt
Nyeri : ( ) ya( ) tidak ( ) Diagnosa Keperawatan lainnya: ( ) Tindakan lainnya:
( ) lainnya: .................................................... .................................................
............................................................................. .................................................... .................................................
............................................................................. .................................................... .................................................
.............................................................................

Perawat jaga,

(………………………)
Lampiran 2
LEMBAR PENGUKURAN SKALA NYERI
A. Data Demografi Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pekerjaan :
5. Penilaian nyeri PQRST
- P :
- Q :
- R :
- S :
- T :
6. Makanan yang disukai :

B. Petunjuk Deskriptif
Untuk pengumpulan data skala nyeri terdapat penilaian nyeri PQRST: P
(Preventif= penyebab nyeri); Q (Quality = kualitas nyeri); R (Regio = daerah
lokasi atau penyebaran nyeri); S (Scale = skala nyeri yang dirasakan); T
(Time = lama rasa nyeri dirasakan).
Berikut terdapat skala pengukuran nyeri menggunakanNumeric Rating
Scale (NRS) yang berbentuk garis horizontal yang menunjukkan penilaian
deskriptif.

Keterangan:
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan
4-6 : Nyeri sedang
7-9 : Nyeri berat terkontrol
10 : Nyeri berat tidak terkontrol
Lampiran 3
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF

Pengertian Terapi relaksasi otot progresif merupakan terapi dimana


teknik yang digunakan yaitu dengan memusatkan perhatian
pada aktivitas otot, dengan mengidentifikasi otot yang tegang
kemudian menurunkan ketegangan dengan teknik relaksasi
untuk mendapatkan perasaan relaks

Tujuan Merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri dengan


demikian pasien tidak terfokus lagi dengan rasa nyeri-nya
tersebut. Hal itu karena hipotalamus sudah tidak
mengaktifkan mediator nyeri.

Indikasi 1) Pasien yang mengalami nyeri akut tingkat ringan sampai


sedang
2) Pasien yang mengalami stress
3) Pasien yang mengalami gangguan tidur
4) Pasien yang mengalami kecemasan

Kontra Indikasi 1) Pasien yang mengalami keterbatasan gerak, misalnya


tidak bisa menggerakkan badannya
2) Pasien yang menjalani perawatan tirah baring

Persiapan Alat Persiapan alat dan lingkungan: kursi, bantal serta lingkungan
yang tenang.

Prosedur Kerja 1. Gerakan 1: ditujukan untuk melatih otot tangan


a. Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan
b. Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi
ketegangan yang terjadi. Pada saat kepalan dilepaskan,
klien dipandu untuk merasakan rileks selama 10 detik.
c. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali
sehingga klien dapat membedakan antara ketegangan
otot dan keadaan rilaks yang dialami.
d. Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan
2. Gerakan 2: ditujukan untuk melatih otot tangan bagian
belakang. Tekuk kedua lengan ke belakang pada
pergelangan tangan sehingga otot ditangan bagian
belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari menghadap
ke langit-langit
3. Gerakan 3: ditujukan untuk melatih otot biceps (otot besar
pada bagian atas pangkal lengan).
a. Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan
b. Kemudian membawa kedua kepalan tangan ke arah
pundak sehingga otot biceps akan menjadi tegang
4. Gerakan 4: ditujukan untuk melatih otot bahu supaya
mengendur
a. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan
sampai menyentuh kedua telinga
b. Fokuskan perhatian gerakan pada kontras ketegangan
yang terjadi dibahu, punggung atas, dan leher.
5. Gerakan 5 dan 6: ditujukan untuk melemaskan otot-otot
wajah (seperti otot dahi, mata, rahang, dan mulut)
a. Gerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan
alis sampai otot terasa dan kulitnya keriput
b. Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan
ketegangan disekitar mata dan otot-otot yang
mengendalikan gerakan mata.
6. Gerakan 7: ditujukan untuk mengendurkan ketegangan
yang dialami oleh otot rahang. Ketupkan rahang, diikuti
dengan menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan di
sekitar otot rahang.
7. Gerakan 8: ditujukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar
mulut. Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan
dirasakan ketegangan di sekitar mulut.
8. Gerakan 9: ditujukan untuk merilekskan otot leher dibagian
depan maupun belakang
a. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang
baru kemudian otot leher bagian depan
b. Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
c. Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi
sedemikian rupa sehingga dapat merasakan ketegangan
di bagian belakang leher dan punggung atas
9. Gerakan 10: ditujukan untuk melatih otot leher bagian
depan
a. Gerakan membawa kepala ke muka
b. Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan
ketegangan di daerah leher bagian muka
10. Gerakan 11: ditujukan untuk melatih otot punggung
a. Angkat tubuh dari sandaran kursi
b. Punggung dilengkungkan
c. Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik,
kemudian rilekskan.
d. Saat rileks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil
membiarkan otot menjadi lemas.
11. Gerakan 12: ditujukan untuk melemaskan otot dada
a. Tarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan
udara sebanyak-banyaknya
b. Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan
ketegangan dibagian dada sampai turun ke perut,
kemudian dilepas.
c. Saat ketengan dilepas, lakukan nafas normal dengan
lega
d. Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan
antara kondisi tegang dan rileks.
12. Gerakan 13: ditujukan untuk melatih otot perut
a. Tarik dengan kuat perut ke dalam
b. Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10
detik, lalu dilepaskan bebas.
c. Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut ini.
13. Gerakan 14 dan 15: ditujukan untuk melatih otot-otot kaki
(seperti paha dan betis)
a. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa
tegang
b. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa
sehingga ketegangan pindah ke otot betis.
c. Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas
d. Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali
Lampiran 4

LEMBAR PERENCANAAN PEMULANGAN PASIEN


(DISCHARGE PLANNING)
No. Reg : Alamat :

Nama / Umur :

Jenis Kelamin : Ruang Rawat :

Tanggal MRS : Tanggal KRS :

Diagnosis MRS : Diagnosis KRS :

Aturan diet TTD Perawat


Dianjurkan :
1. Makan karbonhidrat seperti nasi, roti, bubur, gandum,
kentang, ubi
2. Protein seperti ayam, ikan, telur, tempe, tahu dan kacang
hijau
3. Sayuran seperti bayam, buncis, labu siam, wortel,
kacang panjang, tomat dll
Hindari
1. Makanan yang mengandung kafein, nikotin, berbumbu
pedas, minuman alkohol, serta asam
2. Hindari makanan dan minuman yang terkontaminasi
3. Hindari merokok yang dapat menganggu lapisan dinding
lambung
1. Jelaskan tanda-tanda yang muncul
2. Jelaskan mengenai perbedaan nyeri
3. Mengajakan teknik relaksasi nafas dalam
4. Jelaskan pentingnya intake cairan dan nutrisi yang adekuat
5. Atasi stress dengan sebaik mungkin

Obat-obatan yang masih diminum (dosis, warna, dan efek samping) : TTD Perawat

Aktifitas dan istirahat : TTD Perawat

Jalan, lari, joging, bersepeda dan istirahat yang cukup serta hindari
stress

Tanggal / Tempat Kontrol :


Pemeriksaan Penunjang yang Dibawa Pulang :

Dipulangkan dari RS dengan keadaan :

√ Membaik

√ Meneruskan dengan obat jalan

Pindah ke RS lain

Pulang paksa

Lari

Meninggal
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8

Anda mungkin juga menyukai