Anda di halaman 1dari 110

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY “S”

DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN DEMAM TYPHOID


DI RSUD SITI FATIMAH PALEMBANG 2021

STUDI KASUS

OLEH
GRISANDI DOSGI ANJANI
A.18.11.011

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHTAN MITRA ADIGUNA


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
PALEMBANG
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Grisandi Dosgi Anjani


NIM : A.18.11.011
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Ny “S” Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan Demam Tifoid Di Rsud Siti Fatimah Palembang
Tahun 2021.

PEMBIMBING

(Ns.SHERLY WIDIANTY S.Kep,M.Kes)


NIDN.0208098101

MENGESAHKAN MENGETAHUI
KETUA STIKES KA.PRODI DIII KEPERAWATAN

(DIANA H SOEBYAKTO, M.Kes) (Ns.EVI ROYANI, S.Pd, S.Kep,M.Kes)


NIDN.0218017003 NIDN.0218097302

ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

1. Sukses yang sesungguhnya apabila kita sudah bisa membuat orang tua kita

tersenyum dan bangga atas apa yang kita lakukan untuknya.

2. Jangan pernah menyerah ketika anda masih mampu berusaha. Tidak ada kata

berakhir sampai anda berhenti mencoba

3. Hadapi segala rintangan dan jangan pernah hilang harapan. Karena ketika

kamu masih memiliki harapan , disitulah kamu memiliki masa depan.

4. Masa depan adalah milik mereka yang menyiapkan hari ini

Studi kasus ini kupersembahkan kepada :

1. Kedua orang tuaku tercinta bapak Suandi dan ibu Endang Yusniar, ku

persembahkan kebahagiaan ini atas segala pengorbanan kalian dalam

membantuku untuk mencapai cita-cita dan impianku selama ini, berkat kasih

sayang dari kalian , semangat kalian dukungan serta doa dari kalianlah yang

selalu mengiringi langkahku sehingga aku bisa berada diposisi saat ini.

2. Keluarga ku tercinta khususnya kakak-kakak ku (yevika, randa, randi &

cindy)

3. Teman-teman seperjuanganku ( Mella, Irin, Yustika, Sulastri, Syafitri,

Adelia).

4. Teman-teman Sealmamater

iii
RIWAYAT HIDUP

NAMA : GRISANDI DOSGI ANJANI

TEMPAT / TANGGAL LAHIR : TANAH ABANG,08 DESEMBER 2000

AGAMA : ISLAM

JENIS KELAMIN : PEREMPUAN

ORANG TUA : AYAH (SUANDI)

IBU (ENDANG YUSNIAR )

ALAMAT : DUSUN III TANAH ABANG SELATAN

KEC.TANAH ABANG KAB.PALI

PENDIDIKAN :

1. SD NEGERI BADAR ALAM BARU TAMAT TAHUN 2012

2. SMP NEGERI 1 MUARADUA KISAM TAMAT TAHUN 2015

3. SMA NEGERI 1 MUARADUAKISAM TAMAT TAHUN 2018

4. STIKES MITRA ADIGUNA PALEMBANG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

 TINGKAT I TAHUN 2018-2019

 TINGKAT II TAHUN 2019-2020

 TINGKAT III TAHUN 2020-2021

iv
ABSTRAK
STIKES MITRA ADIGUNA PALEMBANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
LAPORAN STUDI KASUS, MEI 2021

GRISANDI DOSGI ANJANI


A.18.11.011
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY “S” DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN; DEMAM TIFOID DI RUANG WINGS B LT 7 RSUD
SITI FATIMAH PALEMBANG TAHUN 2021

Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada
pencernaan, dan gangguan kesadaran (Susilaningrum dkk, 2013). World Health
Organization (WHO), 2017 memperkirakan 11-20 juta orang sakit karena demam tifoid
dan antara 128.000 dan 161.000 orang meninggal setiap tahunnya. Risiko demam tifoid
lebih tinggi pada populasi yang tidak memliki akses ke air yang aman dan sanitasi yang
memadai, masyarakat miskin dan kelompok rentan termasuk anak-anak berisiko paling
tinggi. Penelitian bertujuan untuk menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
demam tifoid. Metode yang digunakan adalah studi kasus merupakan studi yang
memfokuskan satu masalah dan dipaparkan secara terperinci dan dilakukan selama 3 hari.
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan masalah
keperawatan yang munculya itu nyeri akut, hipertermia, defisit nutrisi dan gangguan pola
tidur Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan adalah Identifikasi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan Identifikasi skala
nyeri, Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (kompres
hangat/dingin), Kolaborasi pemberian analgesik, Identifikasi penyebab hipertermia,
Monitor suhu tubuh, lakukan pendinginan eksternal (kompres dingin, dahi, leher, axila),
Pemberian anapiretik dan pemberian cairan intravena dan obat antipiretik, Identifikasi
status nutrisi, Monitor asupan makanan, Jelaskan tujuan dan prosedur pemberian cairan
parentral, Berikan obat antiemetik, Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik /
psikologis), Modifikasi lingkungan dan Berikan tindakan non-farmakologis (terapi pijat) .
Hasil :hasil dari penelitian didapatkan diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
semua masalah keperawatan teratasi. Saran :diharapkan kerja sama antara perawat dan
keluarga sangat diperlukan untuk membantu perkembangan kondisi pasien kearah lebih
baik dalam proses penyembuhan pasien.

Kata kunci : AsuhanKeperawatan, Demam Tifoid


Bahan : 4 jurnal, 6 buku (2016-2021)

v
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat

rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus yang

berjudul“ Asuhan Keperawatan Pada Ny “S” Dengan Gangguan Sistem

Pencernaan Demam Tifoid di Rsud Siti Fatimah Palembang”. Dalam

penyusunan laporan studi kasus ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih

banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna, baik dari teknik penulisan

maupun dari segi materi. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan

pengetahuan yang penulis miliki. Dengan demikian penulis mengharapkan kritik

dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan dimasa yang akan

datang.

Dalam penulisan laporan studi kasus ini, penulis banyak mendapat

bantuan, pengarahan, bimbingan, dorongan ataupun saran-saran dari berbagai

pihak. Oleh Karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak

terimakasih kepada yang terhormat :

1. Ibu Diana H. Soebyakto, M.Kes, selakuKetua STIKES MitraAdiguna

Palembang.

2. Ibu Sri Emilda, SST, M.Kes, selakuWakilKetua I BidangAkademik STIKES

MitraAdiguna Palembang sekaligus sebagai dosen pembimbing laporan tugas

akhir.

3. Bapak Drs. BambangB.Soebyakto, M.A.PhD, selakuKetua II Bidang Non

Akademik STIKES MitraAdiguna Palembang

vi
4. Ibu Ns. EviRoyani, S.Kep, M.Kes selaku Ketua Program Studi D III

Keperawatan STIKES MitraAdiguna Palembang

5. Ibu Ns. Sherly Widianty S.Kep, M.Kes selaku pembimbing laporan tugas

akhir ini.

6. Ibu Ns.Leni Wijaya S.Kep, M.Kes dan ibu Ns.Fera Siska S.Kep, M.Kes

selaku dosen penguji Laporan studi kasus.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat

balasan pahala dari Allah SWT dan semoga laporan studi kasus ini dapat

bermanfaat bagi kita.Amin.

Wassalamualaikum wr.wb

Palembang, mei 2021

Penulis

vii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT bahwa studi kasus yang sangat

sederhana ini dapat diselesaikan tepat waktu tanpa kurang suatu apapun. Proposal

studi kasus ini membahas mengenai masalah “Asuhan Keperawatan Pada Ny

“S” dengan Gangguan Sistem Pencernaan: Demam Tifoid di Rsud Siti

Fatimah Palembang Tahun 2021”.

Studi kasus ini terdiri dari 4 (empat) bab dan terbagi lagi dalam sub bab

yang akan memberikan penjelasan sebagai berikut :

Bab. I Pendahuluan berisikan latar belakang masalah yang kemudian diikuti

oleh rumusan masalah, tujuan (tujuan umum dan tujuan khusus), ruang lingkup,

manfaat yang diharapkan dapat memberikan sedikitnya 2 (dua) manfaat yaitu

manfaat teoritis dan juga manfaat praktis.

Bab. II Tinjauan Teoritis terdiri dari definisi, anatomi dan fisiologis,

etiologi, patofisiologi, pathway, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang,

penatalaksanaan, pencegahan dan asuhan keperawatan teoritis yang terdiri dari

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

Bab III terdiri dari desain penelitian, batasan istilah, partisipan, lokasi dan

waktu, cara pengumpulan data, analisa data dan etik penelitian.

Bab IV terdiri dari pengkajian, analisa data, diagnosa keperaawatan,

intervensi keperawatan. Implementasi keperawatan dan evaluasi.

viii
Bab V terdiri dari kesimpulan dan saran ( bagi mahasiswa, penulis dan

rumah sakit).

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN...............................................................................iii

RIWAYAT HIDUP......................................................................................................iv

ABSTRAK....................................................................................................................v

UCAPAN TERIMA KASIH........................................................................................vi

KATA PENGANTAR................................................................................................viii

DAFTAR ISI.................................................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

1.1. Latar Belakang..................................................................................................1

1.2. Tujuan Penulisan...............................................................................................4

1.2.1. Tujuan Umum.............................................................................................4

1.2.2. Tujuan Khusus............................................................................................4

1.3. Manfaat Penulisan............................................................................................5

1.3.1. Manfaat Teoritis..........................................................................................5

1.3.2. Manfaat Praktis...........................................................................................5

BAB II KONSEP TEORI.............................................................................................6

2.1 Konsep Dasar Penyakit.......................................................................................6

2.1.1 Definisi Demam Tifoid.................................................................................6

2.1.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan..................................................7

2.1.3 Etiologi........................................................................................................14

2.1.4 Patofisiologi................................................................................................15

2.1.5 Pathway...............................................................................................17

2.1.6 Manifestasi Klinis................................................................................18

x
2.1.7 Komplikasi...........................................................................................19

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang......................................................................20

2.1.9 Penatalaksanaan..................................................................................22

2.1.10 Pencegahan..........................................................................................24

2.2 Asuhan Keperawatan Secara Teoritis.............................................................25

2.2.1 Pengkajian...........................................................................................25

2.2.2 Pemeriksaan Fisik................................................................................28

2.2.3 Diagnosa Keperawatan........................................................................29

2.2.4 Intervensi keperawatan.......................................................................30

2.2.5 Implementasi.......................................................................................35

2.2.6 Evaluasi......................................................................................................36

BAB III METODE PENELITIAN............................................................................38

3.1 Desain Penelitian..........................................................................................38

3.2 Batasan Istilah.............................................................................................40

3.3 Partisipan....................................................................................................40

3.4 Lokasi Dan Waktu Penelitian.....................................................................41

3.4.1 Lokasi Penelitian.................................................................................41

3.4.2 Waktu Penelitian.................................................................................41

3.5 Cara Pengumpulan Data................................................................................41

3.6 Analisa Data................................................................................................43

3.7 Etik Penelitian.............................................................................................44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................45

4.1 HASIL PENELITIAN......................................................................................45

4.2 PEMBAHASAN................................................................................................80

4.2.1 Pengkajian Keperawatan...........................................................................80

4.2.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................81

xi
4.2.3 Intervensi Keperawatan............................................................................83

4.2.4 Implementasi Keperawatan.................................................................85

4.2.5 Evaluasi Keperawatan.........................................................................87

BAB V PENUTUP......................................................................................................89

5.1 Kesimpulan......................................................................................................89

5.2 Saran...........................................................................................................92

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................94

xii
xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Demam Tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus

halus yang disebabkan oleh salmonella typhosa dan hanya terdapat pada

manusia (Marni, 2016). Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang

biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari

satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran

(Susilaningrum dkk, 2013).

Pada penderita demam tifoid umumnya mengalami 7 – 14 hari tanpa

keluhan atau gejala. Setelah masa tanpa gejala tersebut, selanjutnya mulai

bermunculan keluhan atau gejala variatif yaitu demam kurang lebih 1 minggu,

diare, mual muntah, rasa tidak nyaman diperut, anoreksia (Inawati, 2017).

Beberapa faktor resiko dari penyakit ini antara lain lingkungan dan perilaku

hidup bersih yang rendah (Elon & Simbolon, 2018). Penyakit demam tifoid

dapat ditularkan melalui fekal dan oral yang masuk ke tubuh manusia melalui

makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh tinja atau urin yang

terinfeksi (Pratama, 2018).

Penyakit demam tifoid ini banyak terjadi pada masyarakat yang

kumuh, llingkungan padat, penyediaan air bersih yang tidak adekuat, sanitasi

yang buruk, hygine masing – masing penduduknya kurang memadai dan tidak

memenuhi syarat kesehatan (Marni, 2016).

1
2

Untuk mengatasi masalah-masalah pada demam tifoid maka dapat

dilakukan rencana tindakan yaitu monitor suhu tubuh minimal 2 jam sekali,

monitor warna kulit dan membran mukosa, serta dapat berkolaborasi dengan

dokter dalam pemberian obat antipiretik. Penanganan pada demam dapat

dilakukan dengan tindakan farmakologis dan non farmakologis, tindakan

farmakologis yaitu dengan memberikan obat antipiretik dan antibiotik,

antipiretik yang sering digunakan yaitu paracetamol, antibiotik yang dapat

mengatasi penyakit demam tifoid yang sering digunakan yaitu kloramfenikol,

ampisilin, kotrimoksazol, amoksilin, sedangkan tindakan nonfarmakologis

yang bisa dilakukan untuk menurunkan panas salah satunya menggunakan

kompres hangat (Lestari & Rahmasari, 2018).

World Health Organization (WHO), 2017 memperkirakan 11-20 juta

orang sakit karena demam tifoid dan antara 128.000 dan 161.000 orang

meninggal setiap tahunnya. Risiko demam tifoid lebih tinggi pada populasi

yang tidak memliki akses ke air yang aman dan sanitasi yang memadai,

masyarakat miskin dan kelompok rentan termasuk anak-anak berisiko paling

tinggi.

Data Departemen Kesehatan Indonesia tahun 2015 demam tifoid

merupakan salah satu penyakit endemis yang dan merupakan salah satu dari

lima penyebab kematian di Indonesia. Mayoritas mengenai anak usia sekolah

dan kelompok usia produktif, penyakit ini menyebabkan angka absensi yang

tinggi, rata-rata perlu waktu 7-14 hari untuk perawatan apabila seseorang

terkena tifoid. Apabila pengobatan yang dilakukan tidak tuntas maka dapat
3

menyebabkan terjadinya karier kemudian menjadi sumber penularan bagi

orang lain (Depkes RI, 2015).

Data Dinas Kesehatan Sumatera Selatan tahun 2017 menunjukkan

bahwa Palembang memiliki 107 kelurahan dan 41 puskesmas provinsi yang

tersebar di kota Palembang. Ada 17 kelurahan di Seberang Ulu termasuk

wilayah yang berada dipinggiran sungai musi yang memiliki 9 puskesmas

yang tersebar di kelurahan tersebut dan jumlah penduduk di Seberang Ulu

terdapat 448.596 jiwa (Dinkes Prov Sumsel, 2017).

Data kementrian pekerjaan umum dan perumahan rakyat Sumatera

Selatan 2017 menunjukkan ada 59 kelurahan yang berada di pemukiman

kumuh dan rata-rata kelurahan pemukiman kumuh berada di pinggiran sungai

musi sebanyak 33 kelurahan. Di daerah seberang ulu termasuk mempunyai

kelurahan terbanyak yang berada di pinggiran sungai musi dan daerah kumuh

yaitu sebanyak 17 kelurahan. Daerah pinggiran sungai musi merupakan faktor

daerah yang rentan untuk mempunyai faktor resiko terhadap lingkungan

tercemar, sarana air bersih yang kurang sehat, dan kepadatan penduduk yang

menjadi salah satu faktor terjadi penyakit demam tifoid (Kemen PUPR, 2017).

Data Dinas Kesehatan Sumatera Selatan menujukkan bahwa penyakit

demam tifoid ditemukan sebanyak 923 kasus widal positif pada tahun 2017.

Lebih dari 50% kasus demam tifoid diderita pada usia anak-anak dan usia

produktif (Dinkes Prov Sumsel, 2017).

Bedasarkan angka kejadian demam tifoid yang terus meningkat maka

sebagai seorang petugas kesehatan kita dituntut untuk lebih memperhatikan


4

kebersihan dan upaya yang harus dilakukan untuk menurunkan angka

kejadian tersebut dan mengurangi angka kematian yang disebabkan oleh

penyakit ini. Untuk inilah penulis merasa tertarik mengambil judul“Asuhan

Keperawatan Pada Ny “S” dengan Gangguan Sistem Pencernaan; Demam

Tifoid di Rsud. Siti Fatimah Tahun 2021”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan bagaimana

pelaksanaan “Asuhan Keperaawatan pada Ny”S” dengan Gangguan Sitem

Pencernaan Demam Tifoid di Rsud Siti Fatimah.

1.3 Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Menerapkan dan melaksanakan Asuhan keperawatan pada Ny “S”

dengan gangguan sistem pencernaan “Demam Tifoid” di Rsud Siti

Fatimah Palembang Tahun 2021.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Ny “S” dengan

gangguan sistem pencernaan “Demam Tifoid” di Rsud Siti Fatimah

Palembang tahun 2021.

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny “S” dengan

gangguan sistem pencernaan “Demam Tifoid” di Rsud Siti Fatimah

Palembang tahun 2021.


5

c. Mampu menyususun rencana asuhan keperawatan pada Ny “S” dengan

gangguan sistem pencernaan “Demam Typhoid” di Rsud Siti Fatimah

Palembang tahun 2021.

d. Mampu melakukan implementasi pada Ny “S” dengan gangguan sistem

pencernaan “Demam Tifoid” di Rsud Siti Fatimah Palembang tahun 2021.

e. Mampu melakukan evaluasi pada Ny “S” dengan gangguan sistem

pencernaan “Demam Tifoid” di Rsud Siti Fatimah Palembang tahun 2021.

1.4. Manfaat Penulisan

1.4.1. Manfaat Teoritis

Pengelolaan asuhan keperawatan diharapkan akan memberikan

masukan terutama refrensi tentang wawasan dan pengetahuan tenaga

kesehatan untuk dapat menanggulangi pasien dengan Demam Tifoid.

1.4.2. Manfaat Praktis

Sebagai salah satu sumber informasi bagi setiap penentu kebijakan

dan pelaksanaan program baik di Kementrian Kesehatan maupun Pihak

Rsud Siti Fatimah Palembang dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi program sebagai upaya pencegahan atau penanganan Demam

Tifoid.
6
BAB II

KONSEP TEORI

2.1 Konsep Dasar Penyakit

2.1.1 Definisi Demam Tifoid


Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan

oleh bakteri salmonella tyhpi atau salmonella parathypi A,B dan C. Penularan

tifoid melalui fekal dan oral yang masuk ke tubuh manusia melalui makanan dan

minuman yang terkontaminasi (Kementrian Kesehatan RI, 2012) (dalam

Kardiyudiani & susanti,2019).

Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan

infeksi salmonellaThypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman

yang sudah terkontaminasi olehfeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman

salmonella ( Bruner and Sudart, 2014 ). (dalam Fauzan, 2019).

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang

disebabkan oleh salmonellathypi. Penyakit ini ditandai oleh panas

berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur

endothelia /endokardial dan juga invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel

fagosit monocular dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan peyer’s patch dan juga

dapat menular pada orang lain melalui makanan /air yang terkontaminasi (Nurarif

& Kusuma, 2015).

6
7

Demam tifoid adalah suatu infeksi sistem yang ditandai dengan demam, sakit

kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi, kadang;kadang pembesaran hati/limpa. Ini

adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang

disebabkan oleh salmonella typosatipe A,B,C. Penularan dapat terjadi secara fecal

atau oral melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi (Mansoer,2009).

2.1.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan


Menurut (Fauzan,2019) sistem pencernaan pada manusia terdiri dari

beberapa organ yaitu sebagai berikut:

Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan /sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai

anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima

makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke

dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau

merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut,

tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan
8

anus. Sistem pencernaan dan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar

saluran pencernaan yaitu: pankreas, hati dan kandung empedu.

1. Mulut

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan

air pada manusia. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya

merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir

dianus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian

dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh

organ perasa yang terdapat dipermukaan lidah. Pengecapan relatif

sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan juga pahit. Penciuman

dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan juga lebih rumit, terdiri dari

berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan

(incisivus) dan dikunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi

bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah

akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-

enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung

antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan juga

menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar

dan berlanjut secara otomatis.

2. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang

dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut kedalam lambung.

Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses


9

peristaltik. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang

belakang. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:

a. Bagiansuperior (sebagian besar adalah otot rangka).

b. Bagiantengah (campuran otot rangka dan otot halus).

c. Sertabagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

3. Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar dan juga berbentuk seperti

kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu:

a. Kardia.

b. Fundus.

c. Antrum.

Makanan masuk kedalam lambung dari kerongkongan melalui otot

berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam

keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung

kedalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang

berkontraksi secara ritmikuntuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.

Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3zat penting:

a. Lendir Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam

lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini,bisa menyebabkan

kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.

b. Asam klorida(HCl) Asam klorida menciptakan suasana yang sangat

asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman


10

lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi

dengancara membunuh berbagai bakteri.

c. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

4. Usus Halus (usus kecil)

Usus halus /usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang

terletak diantara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan

pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap kehati melalui

vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan

air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).

Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna

protein, gula dan juga lemak. Lapisan usus halus meliputi, lapisan mukosa

(sebelah kanan), lapisan otot melingkar (Msirkuler), lapisan otot

memanjang (M longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar). Usus halus

terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari duodenum), usus kosong

(jejenum) dan usus penyerapan (ileum). Villi usus halus terdiri dari pipa

berotot (>6cm), pencernaan secara kimiawi, penyerapan makanan. Terbagi

menjadi usus 12 jari (duodenum), usus tengah (jejenum), usus penyerapan

(ileum).

a. Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus

yang terletak setelah lambung dan juga menghubungkannya ke usus

kosong (jejenum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian

terpendek dari usushalus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir


11

diligamentum treitz. Usus dua belas jari merupakan organ

retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput

peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat

sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu

dari pancreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari

bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.

Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari

(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.

Makanan masuk kedalam duodenum melalui sfingter pylorus dalam

jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan

mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan

makanan.

b. Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejenum (terkadang sering ditulis yeyunum)

adalah bagian dari usus halus, diantara usus dua belas jari (duodenum)

dan jugausus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang

seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus

kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh

dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran

mukus dan juga terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas

permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus

dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis

pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yaitu sedikitnya


12

selgoblet dan plak peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong

dan usus penyerapan secara makroskopis.

c. Usus Penyerapan (ileum)

Usus penyerapan /ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.

Pada sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m

dan terletak setelah duodenum dan juga jejunum, dan dilanjutkan oleh

usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa)

dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan juga garam-garam empedu.

5. Usus Besar (Kolon)

Usus besar /kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus

buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.

Usus besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon

desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rectum). Banyaknya

bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna makanan

beberapa bahan dan juga membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri

didalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti

vitaminK. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa

penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri

didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan di

keluarkannya lendir dan air dan terjadilah diare.

6. Usus Buntu (sekum)

Usus buntu /sekum (Bahasa Latin : caecus, “buta”) dalam istilah

anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
13

bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada

mamalia, burung, dan juga beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivore

memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora ekslusif memiliki yang

kecil, yang sebagian /seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

7. Umbai Cacing (Appendix)

Umbai cacing /apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.

Infeksi pada organ ini disebut apendisitis /radang umbai cacing.

Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan

membentuk nanah didalam rongga abdomen /peritonitis (infeksi rongga

abdomen). Dalam anatomi manusia, umbai cacing adalah ujung buntu

tabung yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari

caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, umbai cacing berukuran

sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. walaupun lokasi

apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda-beda

diretrocaecal /dipinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.

Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial

(sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi

dalam sistem limfatik. Operasi membuang umba icacing dikenal sebagai

appendiktomi.

8. Rektum dan Anus

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari usus besar

(setelah kolon sigmoid) dan berakhir dianus. Organ ini berfungsi sebagai

tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena


14

tinja disimpang ditempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens.

Jika kolon desendens penuh dan juga tinja masuk ke dalam rektum, maka

timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding

rektum karena penumpukan material didalam rectum akan memicu sistem

saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika

defekasi tidak terjadi, seringkali material akan dikembalikan ke usus besar,

dimana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi

untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.

Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi

bayi dan juga anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam

pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan

lubang diujung saluran pencernaan, dimana bahan limba keluar dari tubuh.

Sebagian besar anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan juga

sebagian lainnya dari usus. Pembukaan dan juga penutupan anus diatur

oleh otot spinter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang

air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

2.1.3 Etiologi
Menurut (Karson & Susilawati,2018) Demam tifoid disebabkan oleh

bakteri salmonella typhi atau salmonella paratyphi dari genus salmonella.

Manusia terinfeksi salmonella typhi secara fekal-oral. Penularan salmonella typhi

sebagian besar melalui minuman/makanan yang tercemar oleh kuman yang

berasal dari penderita atau pembawa kuman dan biasanya keluar bersama-sama
15

dengan tinja. Transmisi juga dapa terjadi secara transplasenta dari seorang ibu

hamil yang berada dalam bakteremia kepada bayinya.

2.1.4 Patofisiologi
Menurut (Mardalena,2018) Penyakit demam tifoid bisa disebabkan oleh

basil salmonella typhosa. Penularan ini dapat terjadi melalui mulut lewat makanan

yang tercemar kemudian kuman mengadakan penetrasi ke usus halus dan jaringan

limfoid lalu berkembang biak. Selanjutnya kuman masuk ke aliran darah dan

mencapai retikuloendotelial pada hati dan limpa, sehingga organ-organ tersebut

membesar disertai rasa nyeri pada perabaan.

Proses ini terjadi pada masa tunas 10-14 hari dan berakhir saat sel-sel

retikuloendotelial melepaskan kuman ke dalam darah. Kuman-kuman selanjutnya

masuk kedalam beberapa organ-organ tubuh terutama kelenjar lympoid usus halus

dan menimbulkan tukak yang berbentuk lonjong pada mukosa di atas plak peyeri.

Tukak dapat menyebabkan terjadinya perdarahan dan perforasi usus.

Setelah masuk ke saluran cerna dan mencapai usus halus, salmonella typhi

akan ditangkap oleh makrofag diusus halus dan memasuki peredaran darah,

menimbulkan bakteremia primer. Selanjutnya, salmonella typhi akan mengikuti

aliran darah hingga sampai dikandung empedu. Bersama dengan sekresi empedu

ke saluran cerna, dan akan menginfeksi peyer`s patches, yaitu jaringan limfoid

yang terdapat di ileum kemudian kembali memasuki peredaran darah,

menimbulkan bakteremia sekunder. Pada terjadi bakteremia sekunder dapat

ditemukan gejala-gejala klinis dari demam tifoid.

Salmonella typhi mempunyai tiga macam antigen yaitu:


16

a. Antigen O (Antigen Somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh

kuman. Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut

juga endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak

tahan terhadap formaldehid.

b. Antigen H (Antigen Flagela) yang terletak pada flagela, fimbrae atau pili

dari kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan

terhadap formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol.

c. Anrigen Vi yang terletak pada kapsull (envelope) dari kuman yang dapat

melindungi kuman terhadap fagositosis.


17

2.1.5 Pathway

Kuman salmonella thypi

Masuk tubuh melalui


Mulut bersama makanan
Dan minuman

Masuk sampai ke usus halus

Bakteri mengadakan

organ tubuh peredaran multifikasi diusus gangguan pemenuhan

limfe, hati darah absorbsi pada usus besar

empedu gejala mual, muntah gangguan pemenuhan

demam panas nafsu makan menurun kebutuhan elimiminasi

hati membesar muka merah BAB

kembung kulit terasa suplai tidak adekuat

perut tegang kering konstipasi

defisit nutrisi

nyeri tekan peningkatan kurang intake

suhu tubuh cairan lemah, lesu

nyeri akut aktivitas dibantu

hipertermia defisit volume

cairan intoleransi aktivitas

sumber; (Fauzan,2019)
18

2.1.6 Manifestasi Klinis

Menurut (Kasron & susilawati, 2018) gejala klinis yang bisa ditemukan yaitu:

a. Demam

pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris

remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh

berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari

dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua,

penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu

tubuh berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu

ketiga.

b. Gangguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-

pecah (ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung

dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin

ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa

membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi,

akan tetapi mungkin pola normal bahkan dapat terjadi diare.

c. Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berada dalam,

yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.

d. Gejala lain
19

Rose spot dapat dijumpai pada penderita tifoid, yaitu suatu ruam

makulopapular yang berwarna merah dengan ukuran 2 sampai 4 um

seringkali dijumpai pada daerah abdomen.

Tabel 2.1 skala demam tifoid menurut nelwan RHH dalam (Karson &

Susilawati,2018).

No Gejala klinis
1. Demam < 1 minggu
2. Sakit kepala
3. Lemah
4. Mual
5. Nyeri Perut
6. Anoreksia
7. Muntah
8. Gangguan motilitas
9. Insomnia
10. Hepatomegali
11. Splenomegali
12. Demam > 1 minggu
13. Bradikardi relatif
14. Lidah tifoid
15. Melena
16. Gangguan kesadaran

2.1.7 Komplikasi

Inawati (2008) (dalam kardiyudiani & susanti,2019) menjelaskan dua

macam komplikasi demam tifoid, yaitu komplikasi intestinal dan komplikasi

ekstra-intestinal.

a. Komplikasi intestinal

1. Perdarahan usus.

2. Perforasi usus.

3. Ileus paralitik.
20

b. Komplikasi Ekstra-Intestinal

1. Komplikasi kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi perifer (renjatan

septik), miokarditis, trombosis dan trom-bofletbitis.

2. Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombosistopenia, dan

disseminated intravascular coagulation (DIC) dan sindrom uremia

hemolitik.

3. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.

4. Komplikasi hepar dan kandung empedu: hepatitis dan kolesistitis.

5. Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis, dan peinefritis.

6. Komplikasi tulang:bosteomielitis, periostitis, spondilitis, dan artritis.

7. Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, meningismus, meningitis,

polineuritis perifer, sindrom guillainbarre, psikosis dan sindrom

katatonia.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.

Menurut (Kasron & susilawati,2018) pemeriksaan penunjang yaitu:

a. Pemeiksaan darah tepi

Penderita demam tifoid bisa didapatkan anemia, jumlah leukosit

normal, bisa menuun atau meningkat, mungkin didapatkan

trombositopenia dan hitung jenis normal atau sedikit bergeser kekiri

mungkin didapatkan aneosifilia dan limfositosis relatif, terutama pada

fase lanjut.

b. Pemeriksaan bakteiologis drngan isolasi dan biakan kuman.


21

Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakan bila ditemukan bakteri

salmonella typhi dalam biakan dari daah, urine, feses, sumsum tulang

dan cairan duodenum. Berkaitan dengan patogenesis penyakit, maka

bakteri akan lebih mudah ditemukan dalam daah dan sumsum tulang

pada awal penyakit, sedangkan pada stadium berikutnya didalam urine

dan feses.

c. Uji Serologis

1. Uji Widal.

Prinsip uji widal adalah memeriksa reaksi antara antibodi aglutinin

dalam serum penderita yang mengalami pengencean berbeda-beda

terhadap antigen somatik (O) dan flagela (H) yang ditambahkan

dalam jumlah yang sama sehingga tejadi aglutinasi. Pengenceran

tertinggi yang masih menimbulkan aglutinasi menunjukan titer

antibodi dalam serum. Semakin tinggi titernya, semakin besar

kemungkinan infeksi ini.

2. Uji Tubex

Uji tubex merupakan uji semi kuantitatif kolometrik yang cepat

dan mudah untuk dikerjakan. Uji ini mendeteksi antibodi anti-

S.typhi O9 pada serum pasien. Dengan cara menghambat ikatan

antara IgM anti O9 yang terkonjugasi partikel latex yang bewarna

dengan lipopolisakarida S.tyhpi yang terkonjugasi pada partikel

magnetik latex.

3. Uji Typhidot
22

Dapat mendeteksi antibodi IgM dan IgG yang tedapat pada protein

memban luar salmonella typhi. Hasil positif pada uji typhidot

didapatkan 2-3 hari setelah infeksi dan dapat mengidentifikasi

secara spesifik antibodi IgM dan IgG terhadap antigen S.typhi

seberat 50 KD yang terdapat pada strip nitroselulosa.

d. Pemeriksaan kuman secara molekuler

Metode lain untuk identifikasi bakteri S. Typhi yang akurat adalah

mendeteksi DNA dengan cara polymerase chain reaction (PCR)

melalui identifikasi antigen Vi yang spesifik untuk S. Typhi.

2.1.9 Penatalaksanaan

Menurut (Kasron & susilawati,2018).penatalaksanaan demam tifoid, yaitu:

1. Pemberian antibiotik untuk menssghentikan dan memusnsahkan

penyebaran kuman.

2. Istirahat dan perawatan profesional

stirahat dan perawatan profesional bertujuan mencegah

komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Pasien harus tirah baring

sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari.

Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan

pasien. Dalam perawatan perlu sekali dijaga kebersihan pribasi,

kebersihan tempat tidur, pakaian, dan peralatan yang dipakai pasien.

Kesadaran pasien dapat menurun sehingga posisi tidurnya

perlu diubah-ubah untuk mncegah dekubitus, dan pneumonia


23

hipostatik. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena

kadang-kadang terjadi obstipasi dan retensi urin.(Mardalena,2018)

3. Diet dan terapi penunjang (simtomatis dan suporatif)

a. Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.

b. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.

c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.

d. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam

selama 7 hari. (dalam kardiyudiani & susanti,2019)

4. Pengobatan

a. Obat-obat anti mikroba yang sering dipergunakan ialah:

1. Kloramfenikol: obat anti mikroba yang dapat meredakan demam

dengan cepat.

2. Tiamfenikol: efektifitas tiamfenikol pada demam typhoid hampir

sama dengan kloramfenikol.

3. Cotrimokazol (kombinasi dari sulfamitoksasol): efektifitas obat ini

dilaporkan hampir sama dengan kloramfenikol.

b. Obat-obat antibiotik yang sering dippergunakan ialah

1. Ampicilin dan amoksilin: indikasi penggunaanya adalah pasien

demam typhoid dengan leukopenia.

2. Cefalosforin generasi ketiga: beberapa uji klinis menunjukan

cefalosforin generasi ketiga antara lain: sefiperazon, ceftriaxon,

dan cefotaxim efektif untuk demam.


24

3. Fluorokinolon: efektif untuk demam tyhpoid, tetapi dosis dan lama

pemberian yang optimal belum diketahui dengan pasti.

2.1.10 Pencegahan

Menurut (Kasron & Susilawati, 2018) penyakit demam tifoid dapat

dicegah dengan cara sebagai berikut:

a. Pencegahan primer

Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan

orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat

menjadi sakit. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan cara

imunisasi dengan vaksin yang dibuat dari strain salmonella typhi yang

dilemahkan.

Ada 2 jenis vaksin tifoid yaitu: Vaksin oral Ty 21 a vivotif

berna. Vaksin ini tersedia dalam kapsul yang diminum selang sehari

dalam 1 minggu satu jam sebelum makan, Vaksin parentral sel utuh:

Typa Bio Farma. Dikenal 2 jenis vaksin yakni, K vaccine (Acetone in

activated) dan L vacciene (heat in activated-phenol preserved). Efek

samping adalah demam, nyeri kepala, lesu, bengkak, dan nyeri pada

tempat suntikan.

Mengkonsumsi makanan sehat agar meningkatkan daya tahan

tubuh, memberikan pendidikan kesehatan untuk menerapkan perilaku

hidup bersih dan sehat dengan cara budaya cuci tangan yang benar

dengan memakai sabun, peningkatan higiene makanan dan minuman


25

berupa menggunakan cara-cara yang cermat dan bersih dalam

pengelolaan dan penyajian makanan.

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara

mendiagnosa penyakit secara dini dn mengadakan pengobatan yang

cepat dan tepat. Untuk mendiagnosa demam tifoid perlu dilakukan

pemeriksaan laboratorium. Pencegahan sekunder dapat berupa:

penemuan penderita maupun carier secara dini melalui peningkatan

usaha surveilans tifoid serta perawatan umum dan nutrisi diet yang

sesuai.

c. Pencegahan tersier

Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan untuk

mengurangi keparahan akibat komplikasi. Apabila telah dinyatakan

sembuh dari penyakit demam tifoid sebaiknya tetap menerapkan pola

hidup sehat, sehingga imunitas tubuh tetap terjaga dan dapat terhindar

dari infeksi ulang demam tifoid.

2.2 Asuhan Keperawatan Secara Teoritis.

2.2.1 Pengkajian

Menurut (Mardalena, 2018) didapatkan pengkajian secara teoritis

yaitu sebagai berikut:

a. Identitas pasien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,

pendidikan, nomor registrasi, status perkawinan, agama, pekerjaan.


26

b. Keluhan utama. Pasien tifoid biasanya mengeluhkan mual dan

kembung, nafsu makan menurun, panas dan demam.

c. Riwayat kesehatan sekarang. Pada umumnya gejala pada pasien tifoid

adalah demam, anoreksia, mual, diare, perasaan tidak enak diperut,

pucat (anemia), nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), dan

gangguan kesadaran berupa samnolen sampai koma.

d. Riwayat kesehatan sebelumnya. Periksa jika pasien pernah mengalami

sakit dan dirawat dengan kasus yang sama, atau jika pasien menderita

penyakit lain.

e. Riwayat kesehatan keluarga. Periksa jika ada anggota keluarga yang

pernah menderita penyakit sama atau penyakit yang lainya.

f. Riwayat psikososial. Secara intrapersonal cari tau perasaan yang

dirasakan pasien (cemas/sedih), sedangkan secara interpersonal cari

tahu hubungan dnegan orang lain.

g. Pola fungsi kesehatan

1. Pola nutrisi dan metabolisme. Biasanya nafsu makan pasien

berkurang, adanya mual, muntah selama sakit, lidah kotor, dan

terasa pahit waktu makan. Status nutrisi terpengaruh akibat

gangguan pada usus halus.

2. Pola istirahat dan tidur. Pasien tidak dapat beristirahat karena

merasakan sakit pada perut, mual, muntah, kadang diare.

Kebiasaan tidur pasien akan terganggu akibat suhu badan

meningkat, dan pasien merasa gelisah pada waktu tidur.


27

3. Pola persepsi dan tatalaksana kesehatan. Perubahan

penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah

dalam kesehatanya.

4. Pola aktivitas dan latihan. Pasien akan terganggu aktivitasnya

akibat kelemahan fisik atau keterbatasan gerak.

5. Pola eliminasi. Kebiasaan dalam buang air besar menunjukan

referensi bila terjadi dehidrasi akibat demam, dan konsumsi cairan

tidak sesuai dengan kebutuhan.

6. Pola persepsi dan pengetahuan. Perubahan kondisi kesehatan dan

gaya hidup akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan

dalam merawat diri.

7. Pola persepsi dan konsep diri. Perubahan mungkin terjadi apabila

pasien tidak efektif dalam mengatasi penyakitnya.

8. Pola penanggulangan stres. Stres timbul apabila seorang pasien

tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.

9. Pola hubungan interpersonal. Kondisi kesehatan mempengaruhi

hubungan interpersonal dan peran pasien serta tambahan peran

selama sakit.

10. Pola tata nilai dan kepercayaan. Muncul distress dalam piritual

pada pasien sehingga pasien menjadi cemas dan takut akan

kematian. Kebiasaan ibadah pasien memungkinkan terganggu.


28

2.2.2 Pemeriksaan Fisik

a. Kesadaran dan keadaan umum pasien. Keadaran pasien perlu dikaji

dari sadar/tidak sadar (composmentis/coma) untuk mengetahui berat

ringannya prognosis penyakit pasien.

b. Tanda-tanda vital dan keadaan umum. tekanan darah, denyut nadi,

respirasi dan temperature merupakan tolak ukur dari keadaan umum

pasien. Disamping itu juga penimbangan berat badan dilakukan untuk

mengetahui adanya penurunan berat badan akibat gangguan nutrisi.

Biasanya pasien typhoid mengalami kelemahan, demam, pucat, mual,

rasa tak nyaman diperut, atau anorexia.

c. Pemeriksaan kepala dan leher. Tidak ada benjolan di kepala, rambut

normal, kelopak mata normal, konjungtiva anemia, mata cekung, muka

tidak edema, pucat, bibir kering, napas bau, lidah kotor dan bagian tepi

dan tengah kemerahan, fungsi pendengaran normal, leher simetris

tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

d. Pemeriksaan dada dan abdomen. Dada normal, bentuk simetris, pola

napas teratur, didaerah abdoomen ditemukan nyeri tekan.

e. Sistem respirasi. Pernapasan normal, tidak ada suara tambahan, dan

tidak terdapat pernapasan cuping hidung tidak ada penggunaan otot

bantu pernapasan.

f. Sistem kardiovaskuler. Biasanya pada pasien dengan typhoid

ditemukan tekanan darah yang meningkat, namun masih didapatkan

takikardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.


29

g. Sistem integumen. Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat,

berkeringat banyak, akral hangat.

h. Sistem eliminasi. Pada pasien typhoid kadang-kadang diare atau

konstipasi, produk kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang

dari normal).

i. Sistem muskuloskletal. Tidak ada gangguan pada ekstermitas atas dan

bawah

j. Sistem endokrin. Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tonsil.

k. Sistem persarafan. Kesadaran penuh (tidak apatis), samnolen dan

koma.

2.2.3 Diagnosa Keperawatan

Menurut Mardalena (2018) diagnosa secara teoritis sebagai berikut:

a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi

salmonella typhii.

b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan asupan kurang.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan

metabolik.

d. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan

dengan pengeluaran cairan yang berlebihan (mual/muntah).

e. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pencernaan.

f. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan respon imun.

g. Risiko integritas kulit berhubungan dengan terapi bedrest total.


30

h. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan

kurang informasi.

2.2.4 Intervensi keperawatan.

Menurut (Mardalena,2018) intervensi keperawatan yaitu sebagai berikut:

a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi salmonella

typhi

Tujuan: Suhu tubuh normal

Intervensi keperawatan:

1. Observasi suhu tubuh pasien untuk mengetahui perubahan suhu tubuh

2. Beri kompres dengan air hangat pada daerah axila, lipatan paha,

temporal bila terjadi panas untuk melancarkan aliran darah dalam

pembuluh darah

3. Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang tipis dan dapat

menyerap keringat seperti katun untuk menjaga kebersihan badan, agar

pasien merasa nyaman, pakaian tipis akan membantu mempercepat

penguapan tubuh

4. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang peningkatan

suhu tubuh untuk pasien dan keluarga mengetahui sebab dari

peningkatan suhu dan membantu mengurangi kecemasan yang timbul

5. Observasi ttv tiap 4 jam sekali untuk tanda-tanda vital merupakan

acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien


31

6. Anjurkan pasien untuk banyak minum, minum untuk peningkatan suhu

tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu

diimbangi dengan asupan cairan yang banyak (sekitar 2,5 liter/24 jam)

7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiretik untuk

mmenurunkan panas dengan obat

b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan asupan kurang

Tujuan: kebutuhan nutrisi tubuh terpenuhi

Kriteria hasil:

1. Nafsu makan meningkat

2. Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang

diberikan

Intervensi keperawatan:

1. Kaji pola nutrisi pasien untuk mengetahui pola makan, kebiasaan

makan, keteraturan waktu makan

2. Kaji makanan yang disukai untuk meningkatkan status makanan yang

disukai dan menghindari pemberian makan yang tidak disukai

3. Anjurkan tirah baring/ pembatasan aktivitas selama fase akut untuk

penghematan tenaga, dan mengurangi kerja tubuh

4. Timbang berat badan setiap hari untuk mengetahui adanya penurunan

atau kenaikan berat badan

5. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering untuk mengurangi kerja

usus, dan menghindari kebosanan makan


32

6. Hindari pemberian laksatif, laksatif dapat berakibat buruk kerena

digunakan sebagai pembersih makanan / kalori tubuh oleh pasien

7. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang manfaat makanan/nutrisi

untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga

motivasi untuk makan meningkat

8. Beri nutrisi dengan diet lembek, tidak mengandug banyak serat, tidak

merangsang, maupun menimbulkan banyaj gas dan dihidangkan saat

masih hangat untuk meningkatkan asupan makanan karena mudah

ditelan

9. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antisida dan nutrisi

parentral. Antisida dapat mengurangi rasa mual dan muntah sedangkan

nutrisi parentral dibutuhkan terutama jika kebutuhan nutrisi peroral

sangat kurang

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan

metabolik.

Tujuan: pasien bisa melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara

optimal

Intervensi keperawatan:

1. Berikan motivasi pada pasie dan keluarga untuk melakukan mobilisasi

sebatas kemampuan (misalnya, miring kanan, miring kiri) agar pasien

dan keluarga mengetahui pentingnya mobilisasi bagi pasien yang

bedrest
33

2. Kaji kemampuan pasien dalam beraktivitas (makan, minum) untuk

mengetahui sejauh mana kelemahan yang terjadi

3. Dekatkan keperluan pasien dalam jangkuanya

4. Berikan latihan mobilisasi secara bertahap sesudah demam hilang

untuk menghindari kekakuan sendi dan mencegah adanya dekubitus

d. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan

dengan pengeluaran cairan yang berlebihan (mual/muntah)

Tujuan: kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi

Kriteria hasil: turgpr kulit meningkat, dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi

Intervensi keperawatan:

1. Berikan penjelasan tentang kebutuhan cairan pada pasien dan keluarga

untuk mempermudah pemberian cairan (minum) pada pasien

2. Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan untuk mengetahui

keseimbangan cairan

3. Anjurkan pasien untuk banyak minum untuk pemenuhan kebutuhan

cairan 2-2,5 liter/24 jam

4. Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan

laksatif/ diuretik membantu pasien menerima perasaan bahwa akibat

muntah dan atau penggunaan laksatif / diuretik mencegah kehilangan

cairan lanjut

5. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi cairan (oral / parentral)

e. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pencernaan

Tujuan: nyeri tidak dirasakan


34

Kriteria hasil: individu akan menyampaikan kepuasan setelah tindakan

pereda nyeri diberikan

Intervensi keperawatan:

1. Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10)

untuk membantu diagnosis keluhan nyeri

2. Kaji faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri

3. Kolaborasi dalam pemberian obat yang diresepkan (analgesik)

f. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan respons imun

Tujuan: mencegah infeksi dialami oleh pasien

Kriteria hasil: individu dapat menyebutkan faktor risiko yang berkaitan

dengan infeksi dan kewaspadaan yang dibutuhkan

Intervensi keperawatan:

1. Kaji adanya faktor prediktif

2. Kaji adanya faktor penyulit

3. Kurangi masuknya kuman kedalam tubuh untuk mengurangi

kontaminasi risiko infeksi silang

g. Risiko gangguan integritas kulit kulit berhubungan dengan program terapi

bedrest total

Tujuan: mencegah terjadinya gangguan integritas kulit

Kriteria hasil: pasien mempertahankan keutuhan jaringan kulit

Intervensi keperawatan:

1. Kaji faktor penyebab untuk menetapkan terapi yang dapat dilakukan

2. Beri kesempatan pasien beradaptasi dalam aktivitas perawatan diri


35

3. Observasi tanda-tanda gangguan integritas kulit

4. Diskusikan pentingnya perubahan posisi

h. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang

informasi

Tujuan: pengetahuan pasien dan keluarga meningkat

Intervensi keperawatan:

1. Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya

2. Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien

3. Beri kesempatan pasien dan keluarga pasien untuk bertanya bila ada

yang belum dimengerti

4. Beri reinforcement positif jika pasien menjawab dengan tepat untuk

memberikan rasa percaya diri pasien dalam kesembuhan sakitnya

2.2.5 Implementasi

Menurut (Potter & Perry, 2010) Implementasi merupakan tahap ke

empat dari proses keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun

rencana keperawatan. Implementasi keperawatan adalah serangkaian

kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari

masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan

implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor lain

yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi

keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017)


36

2.2.6 Evaluasi
Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan Asuhan

Keperawatan, Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan.

Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan

melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Tahap

evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang

kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan

cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga, dan tenaga

kesehatan lainnya.

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam

mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap

perencanaan (Setiadi, 2012).

Terdapat 2 jenis evaluasi :

a. Evaluasi formatif (Proses) Evaluasi formatif berfokus pada aktifitas

proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi ini

dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan rencana

keperawatan guna menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan.

Evaluasi ini meliputi 4 komponen yang dikenal dengan istilah

SOPA, yakni subjektif (data keluhan pasien), objektif (data hasil

pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan teori), dan

perencanaan.

b. Evaluasi sumatif (hasil) Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan

setelah semua aktifitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi


37

sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan

keperawatan yang telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada

evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara pada akhir pelayanan,

menanyakan respon pasien dan keluarga terkai pelayanan keperawatan,

mengadakan pertemuan pada akhir layanan. Ada tiga kemungkinan hasil

evaluasi dalam pencapaian tujuan keperawatan, yaitu :

1) Tujuan tercapai/masalah teratasi

2) Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian

3) Tujuan tidak tercapai/masalah belum teratasi


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Metode penelitian adalah langkah-langkah dalam sebuah penelitian

mendapatkan informasi atau cara pencegahan dalam masalah

(Notoadmojo,2010). Metode penelitian merupakan langkah-langkah yang

dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan sebuah data dengan cara

mengumpulkan beberapa informasi dan membandingkan kebenarannya.

Metode penelitian dapat memberikan rancangan berupa cara atau langkah,

waktu yang digunakan, data-data yang kemudian dikelola dan ditarik

kesimpulan.

Studi penelitian merupakan studi yang memfokuskan satu masalah

dan dipaparkan secara terperinci.studi penelitian dilakukan dalam

pengambilan data dan informasi serta mencantumkan berbagai sumber yang

digunakan.dalam studi penelitian membatasi beberapa hal dan peneliti hanya

mencantumkan aktivitas dan klien yang berhubungan dengan masalah yang

sedang diteliti (Notoadmojo,2010).

Studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui

asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan Demam

Tifoid di RSUD Siti Fatimah Palembang.

38
39

3.2 Batasan Istilah

Dalam studi kasus ini ada beberapa batasan istilah,yakni:

1. Asuhan keperawatan adalah tindakan keperawatan dimulai dari anamnesa

awal atau pengkajian ,perencanaan tindakan asuhan keperawatan sesuai

dengan diagnosa keperawatan,penatalaksanaan dari rencana yang sudah

ditentukan sebelumnya, evaluasi dari sebuah tindakan untuk melihat

respon klien terhadap asuhan keperawatan.

2. Usus halus /usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak

diantara lambung dan usus besar

3. Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan

oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypiA,B,C. sinonim

dari penyakit ini adalah Tifoid dan juga paratyphoid abdominalis

3.3 Partisipan

Partisipan merupakan orang yang bersedia ikut berperan serta

dalam suatu kegiatan tanpa ada unsur paksaan dari berbagai pihak dan

dalam hal ini partisipan disamarkan baik nama maupun identitas klien

lainnya. Partisipan yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini merupakan

satu orang yang dirawat di Rsud Siti Fatimah Palembang dengan gangguan

sistem pencernaan.

3.4 Lokasi Dan Waktu Penelitian

3.4.1 Lokasi Penelitian

Peneliti melakukan penelitian di Rsud Siti Fatimah Palembang tahun

2021
40

3.4.2 Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan dalam penelitian studi kasus ini dilakukan pada

tanggal 25 januari 2021

3.5 Cara Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara merupakan suatu cara atau metode untuk mendapatkan data

secara langsung dari responden. Metode wawancara dilakukan dengan

memberikan beberapa pertanyaan tentang masalah kepada responden,

dimana responden dan peneliti bertemu secara langsung atau bertatap

muka, informasi atau data yang diperoleh secara linsan.

Wawancara sendiri terdiri dari beberapa jenis, yakni :

a) Wawancara tidak terpimpin

Wawancara yang dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan

kepada narasumber tapi pertanyaan yang diberikan tidak sesuai

dengan topik dan tema.

b) Wawancara terpimpin

Yakni jenis wawancara dimana pertanyaan-pertanyannya telah

disiapkan oleh peneliti sebelumnya. Beberapa pertanyaan disusun

sedemikian rupa sesuai dengan topik atau tema.

c) Wawancara bebas terpimpin

Merupakan teknik wawancara yang dilakukan dengan

menggabungkan teknik wawancara tidak terpimpin dengan


41

wawancara terpimpin. Wawancara ini memiliki sifat fleksibel namun

tetap terarah pada topik atau tema.

2. Observasi

Observasi merupakan tindakan yang sudah terencana dan dilakukan

dengan melihat, melihat, mendengar dan mencatat hasil dari tindakan yang

berhubungan masalah yang sedang diteliti.

Dalam observasi terdapat beberapa jenis-jenis observasi, diantaranya:

a) Observasi terlibat

Merupakan sebuah observasi dimana peneliti berperan serta atau

ikut meneliti dalam aktivitas yang sedang diamati. Umumnya

observasi ini dipakai dalam penelitian yang bersifat ekploratif atau

penelitian yang membutuhkan sebuah analisa.

b) Observasi sistematis

Merupakan observasi yang terstruktur atau tersusun yang berisi

susunan data-data yang dibutuhkan dan dikelompokan kedalam

beberapa kategori yang bertujuan agar penilitian lebih terarah.

Observasi sistematis ini umumnya diawali observasi pendahuluan

yang berfungsi untuk mencari masalah dan rumusan masalah yang

kemudian dijadikan topik penelitian.

c) Observasi eksperimental

Dalam observasi ini peneliti seolah-olah masuk kedalam suatu

kondisi atau keadaan, dimana kondisi tersebut dibuat sedemikian


42

rupa untuk memunculkan gejala atau kondisi yang sebenarnya dari

klien yang sedang diamati.

3.6 Analisa Data

Dalam penyusunan penyusunan studi kasus terdapat beberapa

tahapan mulai dari pengumpulan, menyusun data sehingga membentuk

sebuah tema. Jika peneliti sudah mendapatkan sebuah tema, peneliti

membuat sebuah hipotesa kerja dan penyusunan analisa data diperoleh dari

hasil wawncara, asuhan keperawatan, pemeriksaan fisik, hasil laboratorium,

serta data penunjang lainnya.

Dalam menganalisis data terdapat beberapa teknik penyusunan, yakni,

(Sugiono, 2011):

1. Pengumpulan data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien maupun

keluarga, hasil observasi, selama tindakan keperawatan dan dokumen-

dokumen keperawatan digabungkan di sususn hingga membentuk

sebuah laporan asuhan keperawatan. Isi dari asuhan keperawatan berisi

anamesa awal, diagnosis, perencanaan, penataklaksanaan, hingga

evaluasi.

3.7 Etik Penelitian

Dalam penelitian terdapat prinsip-prinsip etik yang perlu diperhatikan

(Nursalam, 2016):

1. Informet concent
43

Merupakan sebuah sepepertujuan responden untuk dijadikan penelitian.

Isi dari inform consent harus jelas baik isi maupun manfaat dari

penelitian harus disampaikan kepada responden.

2. Anonimity

Merupakan hak sebuah subjek untuk dirahasiakan identitasnya.

Kerahasian identitas subjek menyangkut semua hal yang sekiranya

menyangkut hal pribadi

3. Confidentality

Semua data yang diberikan oleh responden peneliti harus merahasiakan

semua yang menyangkut hal pribadi klien.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN


Asuhan Keperawatan Pada Ny ”S” Dengan Gangguan Sistem Pencernaan :

Demam Tifoid Di Ruang Wings Lt 7 Rsud Siti Fatimah Palembang Tahun 2021

Tanggal MRS : 01 Februari 2021 / pukul 23.50 WIB

Tanggal Pengkajian : 02 Februari 2021 / pukul 08.00 WIB

I. IDENTITAS KLIEN

Nama : Ny.S

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 43 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : DIII keperawatan

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Status Pernikahan : Menikah

Alamat : Perumnas Talang Kelapa Kec.Alang-Alang

Lebar

Diagnosa Medis : Tifoid Fever

Med.Rec : 00013474

II. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Nama : Tn.M

Umur : 48 tahun

44
45

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Perumnas Talang Kelapa Kec. Alang-

Alang Lebar

Hubungan : Suami

III. RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN

1. Alasan Masuk Rumah Sakit

Klien mengatakan nyeri pada bagian abdomen kuadran kiri atas dorsal

abdomen, demam, pusiang dan mual muntah

2. Riwayat Penyakit Sekarang (PQRST)

Sebelum masuk Rsud Siti Fatimah ± 2 minggu yang lalu klien

mengalami kecelakaan kemudian klien mengeluh nyeri pada bagian

abdomen kuadran kiri atas dorsal abdomen, mual muntah, pusing dan

demam dengan suhu tidak stabil. Pada tanggal 01 februari pukul 23:00

WIB klien di bawa ke IGD Rsud Siti Fatimah dengan keluhan yang

sama kemudian klien dilakukan pemeriksaan laboratorium. Hasil

pemeriksaan yaitu Hb:13,9 g/dl, leukosit:13,5 ribu/ui, trombosit 270

ribu/ui, hasil tanda-tanda vital TD: 127/84 mmHg, Nadi:86 x/m, Suhu

38,5ᵓC, RR: 22 x/m. Pada saat pengkajian tanggal 02 februari 2021

pukul 08:00 WIB klien mengatakan semalam tidak bisa tidur karena

nyeri pada abdomen kuadran kiri atas dorsal abdomen, pusing, dan

mual terkadang juga klien merasa tidak nafsu makan. Tanda tanda vital

TD: 120/90 mmHg, Nadi: 86 x / m, RR: 20 x/ m, Suhu: 38,2ᵓC klien


46

mengatakan aktivitas sehari-hari seperti mandi, BAK/BAB dilakukan

secara manndiri.

3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Klien mengatakan pernah berobat ke puskesmas karena demam biasa

dan pilek, tetapi klien belum pernah menderita penyakit ini sebelumnya.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang menderita

penyakit yang sama seperti yang klien alami atau sejenis penyakit

lainya seperti hipertensi dan diabetes melitus (DM)

5. Riwayat Alergi Terhadap Pengobatan

Klien mengatakan tidak ada alergi obat.

6. Riwayat Kasus Kelolaan

Tanggal Dx medis Pemeriksaan Terapi yang diberikan


penunjang
01/02/2021 Tifoid fever Lab. Darah 1. IVFD RL gtt 20 x / m
Ro. Thorax 2. Injeksi ceftriaxone
1 x 2 gr drip dalam NaCl
100 cc
3. Injeksi omeprazole 1 x 40
mg
4. Injeksi odansetron 2 x 1
amp
5. Paracetamol tablet 500 gr
47

7. Genogram

Keterangan

: Laki-Laki

: Perempuan

: Klien

: Meninggal

: Tinggal dalam 1 Rumah

: Garis Keturunan

: Garis Perkawinan
48

IV. POLA FUNGSI KESEHATAN

1. Pola nutrisi/metabolik

Makan

NO Aktivitas Sebelum MRS Saat MRS


1. Jenis Nasi, sayur, lauk Bubur saring
2. Porsi 1 Piring ½ Piring
3. Frekuensi 3 x sehari 2 x sehari
4. Diet Khusus Tidak Ada Bubur saring
5. Makanan yang Semua Makanan Semua Makanan
Disukai

6. Pantangan Tidak Ada Tidak Ada


7. Nafsu Makan Normal Menurun
8. Kesulitan Menelan Tidak Tidak

9. Gigi Palsu Tidak Ada Tidak Ada


Masalah keperawatan: nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Minuman
NO Aktivitas Sebelum MRS Saat MRS
1. Frekuensi Banyak Sedikit
2. Jenis Air putih, teh Air putih
3. Jumlah 6-8 gelas/hari 3-4 gelas/hari
4. Masalah Keperawatan Tidak Ada Tidak Ada

2. Persepsi/Penatalaksaan Kesehatan

Jika ada keluarga yang sakit di beri obat terlebih dahulu di rumah kalau

tidak ada perubahan di bawa berobat ke puskesmas atau rumah sakit.

3. Pola Istirahat dan tidur

NO Aktivitas Sebelum MRS Saat MRS


1. Waktu tidur 21.00-05.00 WIB Tidak tentu
2. Jumlah ±6-7 jam ±3 jam
3. Insomnia Tidak Ada Ada
49

4. Pola aktivitas dan latihan

NO Aktivitas Sebelum MRS Saat MRS


1. Mandi 3 x sehari 2 x sehari
2. Gosok gigi 3 x sehari 2 x sehari
3. Keramas 3 x seminggu 2 x seminggu
4. Potong kuku 1 x seminggu Belum pernah
5. Aktivitas sehari-hari Bekerja Tidak Ada
6. Rekreasi Tidak Ada Tidak Ada

Kemampuan Perawatan Diri

Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobilisasi Di Tempat Tidur
Pindah
Ambulasi
Naik Tangga
Keterangan :

Skor: 0 = Mandiri

1 = Dibantu Sebagian

2 = Perlu Bantuan Orang Lain

3 = Perlu Bantuan Orang Lain dan Alat

1 = Tergantung/Tidak Mampu

5. Pola Eliminasi

BAB

NO Aktivitas Sebelum MRS Saat MRS


1. Frekuensi 1 x sehari 1 x sehari
2. Konsistensi Lunak Lunak
3. Warna Kuning Kuning
50

BAK

NO Aktivitas Sebelum MRS Saat MRS


1. Frekuensi 6 x sehari 5 x sehari
2. Warna Kuning Kuning

6. Pola Nilai dan Kepercayaan

a. Pelaksanaan ibadah : pasien tetap melaksanakan sholat 5

waktu

b. Larangan/ pantangan agama : tidak ada

c. Keterangan lainya : tidak ada

7. Pola Seksual Reproduksi

Klien berjenis kelamin perempaun dan klien mengatakan tidak ada

masalah dalam pola seksualitas dan reproduksi

8. Pola Kognitif Perseptual

a. Bicara : Normal dan lancar

b. Bahasa : Indonesia ( Palembang )

c. Kemampuan Membaca : Baik dan lancar

d. Tingkat Ansietas : Tingkat ansietas ringan

e. Perubahan Sensori : Tidak ada perubahan sensori

9. Pola Koping

a. Kehilangan Perubahan Yang Terjadi Sebelumya:

Klien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasa dan

harus istirahat penuh di rumah sakit.

b. Koping Adaptasi Yang Sering Di Pakai :


51

Mekanisme pertahanan diri yang dipakai adalah rasionalisasi,yakni

usaha yang dilakukan untuk menghindari dari masalah dengan selalu

memberikan alasan secara rasional,sehingga masalah yang dihadapi

dapat teratasi

10. Pola Peran Berhubungan

a. Status Pernikahan : Menikah

b. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS)

c. Kualitas Bekerja : Baik

d. Hubungan Dengan Orang Lain : Pasien mengatakan selalu

berhubungan baik dengan orang

lain

e. Sistem Dukungan : Suami dan anak-anak pasien selalu

mendoakan agar pasien cepat

sembuh dan sepat pulang kerumah

V. PEMERIKSAAN HEAD TO TOE (KEPALA KE KAKI)

a. PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL

Batas Normal Hasil Pemeriksaan

TD : 120/80 mmHg TD : 120/90 mmHg

Suhu : 36-3,75ºC Suhu : 38,2ºC

Nadi : 60-100 x/menit Nadi : 90 x/menit

RR : 16-24 x/menit RR : 20 x/menit


52

b. PEMERIKSAAN HEAD TO TOE (KEPALA KE KAKI)

Kesadaran compos mentis, a. Kesadaran


GCS 15, visus mata 6/6, ( ) CM (-) Apatis
tidak buta warna, hidung, (-) Somnolen (-) Koma
sekret jernih, telinga bersih, (-) Delirium (-) Sopor
tidak ada gangguan. b. Kepala
Pendengaran, bbibir ( ) TAK (-) Mesosefal
normal, gigi lengkap (-) Asimetris (-) Hematoma
bersih, selaput lendir mulut (-) Lainnya
lembab, lidah normal c. Rambut
bersih, tidak ada kesulitan ( ) TAK (-) Kotor
menelan, kelenjar tyroid (-) Berminyak (-) Kering
tidak teraba. (-) Rontok (-) Lainnya

d. Muka
Bentuk dada simetris, pola ( ) TAK
nafas reguler, suara (-) Tic Fasialis
tambahan tidak ada. (-) Kelainan Kongenital
(-) Moon Face
(-) Lainnya
Nadi frekuensi e. Mata
70-130x/menit reguler, ( ) TAK
auskultasi bunyi jantung (-) Gangguan Penglihatan
normal, tida ada suara (-) Sklera Ikterik
tambahan. (-) Tidak ada Reaksi Cahaya
(-) Anisokor
(-) Diplopia
Abdomen datar, nyeri (-) Midriasis/Miosis
umum dan nyeri khusus ( )Kongjungtivitis
tidak ada, ascites tidak ada (-) Edema
53

f. Telinga
( ) TAK (-) Berdengung
Warna kulit (-) Nyeri (-) Tuli
kemerahan/pigmentasi, (-) Keluar Cairan
akral hangat, turgor elastik, (-) Lainnya
krepitasi dan oedem tidak g. Hidung
ada. ( ) TAK (-) Asimetris
(-) Epitaksis (-) Lainnya
h. Mulut
Pergerakan bebas, (-) TAK (-) Asimetris
kemampuan kekuatan otot (-) Simetris ( ) Bibir Pucat
nilai 5 ( ) Lainnya : Bibir kering dan
pecah-pecah karena
kekurangan cairan

i. Gigi
(-) TAK ( ) Karies
(-) Goyang (-) Tambal
(-) Gigi Palsu (-) Lainnya
j. Lidah
(-) TAK (-) Kotor
( ) Mukosa Kering (-) Lainnya
(-) Gerakan Simetris
k. Tenggorokan
(-) TAK
(-) Tongsil Membesar
(-) Faring Merah
(-) Sakit menelan
(-) Lainnya
l. Leher
( ) TAK
54

(-) Pembesaran Tiroid


(-) Pembesaran Vena Jugularis
(-) Kaku Kuduk
(-) Keterbatsan Gerak
(-) Lainnya
m. Dada
( ) TAK
(-) Takhikardi
(-) Murmur
(-) Retraksi
(-) Krepitasi
(-) Aritmia
(-) Rales
(-) AsimetriS
(-) Bradikardi
(-) Suara s1/s2
(-) Ronchi
(-) Nyeri dada
(-) Whezzing
(-) Lainnya
n. Abdomen
(-) TAK (-)Hepatomegali
( ) Nyeri (-) Splenomegali
(-) Benjolan (+) Bising Usus
(-) Ascites
o. Integumen
(-) TAK (-) Turgor
(-) Dingin (-) Bulae
(-) Dekubitus (-)Fistula
(-) Pucat (-) Baal
(-) RL positif
55

( ) Lainnya : Kulit kering karena


kekurangan cairan
p. Ektremitas
( ) TAK
(-) Kejang
(-) Tremor
(-) Kelainan kongenital
( ) Inkoordinasi
( ) Parese ditangan dan kaki kiri
(-) Lainnya
q. Genetalia
( ) TAK
(-) Nyeri Tekan
(-) Sirkulasi Haid Tidak Teratur
(-) Lesi

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Sampel ID : 0221Z00044 Tanggal Pemeriksaan : 01/02/2021
Nama/ No. RM : Ny.S/00013474 Tanggal Hasil : 01/02/2021
Umur : 43 tahun Dokter Pengirim : dr.Umum
Jenis Kelamin : Perempuan Ruang : Wings Lt 7
PARAMETER HASIL NILAI NORMAL
HEMATOLOGI
PAKET DARAH RUTIN 3
Hemogobin 13,9 l:13,5-18,0 p: 12,0-16,0 GR%
Leukosit 13,5 4,5-10,5 103
Led 17 l:0-10 p: 0-20 MM/JAM
Hitung jenis
- Basofil 0 0-1
- Eosinofil 0 1-3%
- Stab/Batang 1 2-6%
- Segmen 68 50-70%
- Limfosit 26 20-40%
- Monosit 5 2-8%
Thrombosit 270 150-450 103 UL
SEROLOGI
Tes-WIDAL
56

Typhi H TITER
PARATYPHI A-H Positif 1/320
PARATYPHI B-H Positif 1/160
PARATYPHI C-H Positif 1/80
TYPHI O Positif 1/80
PARATYPHI A-O Positif 1/320
PARATYPHI B-O Negatif (-)
PARATYPHI C-O Positif 1/160
URINALISA Positif 1/160
Urine Rutin
Reaksi
Urobilinogen
Nitrit Normal Normal
Protein Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif
Bilirubin Positif Negatif
Keton Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
PH Negatif Negatif
Berat jenis 6,0 5,0-8,5
Sedimen 1.020 1.005-1.030
- Leukosit
- Eritrosit 2-3
2-3
- Silinder 0-1
2-3
- Epithel Negatif
Negatif
- Bakteri Positif
Positif
- Kristal Negatif
Negatif
(-) (-)

VII. TERAPI

1. Obat-obatan

Nama obat Dosis Csrs pemberian


Inj. Ceftriaxone 1 x 2 gr Drip dalam Ns 100 cc
Inj. Ondansentron 1 x 40 gr IV
Inj.Omeprazole 2 x 1 amp IV
Paracetamol tablet k/p 3 x 500 gr Oral
K/P ( di berikan jika suhu
tubuh lebih dari 38ºC)
Geriavita 1x1 Oral

2. IVFD

RL gtt 20 tetes permenit makro


57

VIII. ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn.S Dx.Medis : tifoid fever

Jenis Kelamin : Perempuan No.Med.Rec : 00013474

No.Kamar/Bed : 23/1 Hari/Tanggal : selasa/02-02-2021

No Data Penunjang Etiologi Masalah Paraf


Keperawatan
1. DS: klien mengatakan nyeri Kuman salmonella Nyeri Akut grisandi
pada bagian abdomen thypi
kuadran kiri atas Masuk tubuh
dorsal abdomen. melalui Mulut
DO: bersama makanan
P : Adanya radang pada usus Dan minuman
halus Masuk sampai ke
Q : ditusuk-tusuk usus halus
R : Abdomen kiri atas Bakteri
S :4 mengadakan
T : Saat makan multifikasi diusus
- Klien tampak meringis organ tubuh limfe,
hati dan empedu

hati membesar,
perut kembung dan
tegang

nyeri tekan

nyeri akut
2. DS: klien mengatakan sudah 2 Kuman salmonella Hipertermia Grisandi
minggu mengalami thypi
demam dengan suhu Masuk tubuh
badan tidak stabil. melalui Mulut
DO: TD : 120 / 90 mmHg bersama makanan
Nadi : 86 x / m Dan minuman
Suhu : 38,2 ◦C Masuk sampai ke
RR : 20 x / m usus halus
- Klien tampak lesu dan Bakteri
lemas mengadakan
- Klien tampak pucat multifikasi diusus
- Mukosa bibir kering peredaran darah
mual muntah,
demam, muka
merah, kulit terasa
kering

peningkatan suhu
tubuh

Hipertermia
58

3. DS: klien mengatakan ia makan Kuman salmonella Defisit Nutrisi Grisandi


2 x sehari dan dihabiskan thypi
sebanyak ½ porsi dan klien Masuk tubuh
merasa mual tetapi tidak melalui Mulut
disertai muntah, klien juga bersama makanan
merasa tidak nafsu makan Dan minuman
DO: Masuk sampai ke
BB sebelum MRS : 61 kg usus halus
BB setelah MRS : 52 kg Bakteri
IMT : 21,66 mengadakan
Hb: 13,9 g/dl multifikasi diusus
Klien mendapat diet bubur peredaran darah

mual muntah,
demam, muka
merah, kulit terasa
kering

nafsu makan
menurun

suplai tidak
adekuat

Defisit Nutrisi
4. DS: klien mengatakan ia sering Kuman salmonella Gangguan pola Grisandi
kesulitan tidur dan thypi tidur
sering terbangun pada Masuk tubuh
malam hari dan tidak melalui Mulut
dapat tidur lagi karena bersama makanan
pusing. Dan minuman
DO: Masuk sampai ke
- Konjungtiva anemis usus halus
- Klien tampak Mengadakan
mengantuk multifikasi diusus
- Wajah pasien tampak peredaran darah
pucat mual muntah,
- Terdapat lingkaran demam, muka
hitam pada area mata merah, kulit terasa
- Tidur malam : 3 jam kering, pusing
- Tidur siang : ± 30
menit terbangun pada
malam hari

gangguan pola
tidur

IX. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny.S Dx.Medis : tifoid fever

Jenis Kelamin : Perempuan No.Med.Rec : 00013474


59

No.Kamar/Bed : 23/1 Hari/Tanggal : selasa /02-02-2021

NO Diagnosa Keperawatan Tanggal Paraf


Ditemukan Teratasi
1. Nyeri akut berhubungan 02-02-2021 04-02-2021
degngan agen pencedera
fisik (inflamasi) di buktikan
dengan Adanya radang pada
usus halus Q : ditusuk-tusuk
, R : Abdomen kiri atas ,S :
4 , T : Saat makan, Klien
tampak meringis
2. Hipertermia berhubungan 02-02-2021 04-02-2021
dengan proses penyakit
dibuktikan dengan TD : 120
/ 90 mmHg, Nadi : 86 x / m,
Suhu : 38,2 ◦C, RR : 20 x /
m, Klien tampak lesu dan
lemas, Klien tampak pucat,
Mukosa bibir kering

3. Defisit nutrisi berhubungan 02-02-2020 04-02-2021


dengan kurangnya asupan
makanan dibuktikan dengan
BB sebelum MRS : 61 kg,
BB setelah MRS : 52 kg,
IMT : 21,66, Hb: 13,9 g/dl,
Klien mendapat diet bubur
saring
4. - Ganguan pola tidur 02-02-2021 03-02-2021
berhubungan
dengan restaint
fisik dibuktikan
dengan
Konjungtiva
anemis
- Klien tampak
mengantuk
- Wajah pasien
tampak pucat
- Terdapat lingkaran
hitam pada area
mata
- Tidur malam : 3
jam
- Tidur siang : ± 30
menit
60
61

NURSING CARE PLANNING

(INTERVENSI KEPERAWATAN)

Nama Pasien : Ny.S Dx.Medis : Tifoid Fever

Jenis Kelamin : Perempuan No.Med.Rec : 00013474

No.Kamar/Bed : 23/1 Hari/Tanggal : Selasa/22-02-2021

NO Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi Keperawatan Rasional


Keperawatan
1. Nyeri akut setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
berhubungan keperawatan selama 1 x 24 jam Observasi
dengan agen diharapkan nyeri menurun dengan Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, Untuk membantu
pencedera fisik KH: intensitas nyeri dan Identifikasi skala nyeri diagnosis keluhan nyeri
(inflamasi) 1. Keluhan nyeri menurun Terapeutik
2. Meringis menurun Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Membantu untuk
3. Gelisah menurun (kompres hangat/dingin) mengurangi nyeri
4. Kesulitan tidur menurun Kolaborasi
5. Frekuensi nadi membaik Kolaborasi pemberian analgesik Membantu untuk
6. Pola nafas membaik mengurangi nyeri
7. Tekanan darah membaik
2. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan selama 1 Manajemen hipertermia
berhubungan x 24 jam diharapkan suhu tubuh Observasi
dengan proses dalam batas normal dengan KH: c. Identifikasi penyebab hipertermia
penyakit 8. Menggigil menurun d. Monitor suhu tubuh Untuk mengetahui
9. Pucat menurun perubahan suhu tubuh
10. Suhu tubuh menurun Terapeutik
11. Suhu kulit menurun lakukan pendinginan eksternal (kompres dingin, dahi, leher, Untuk membantu
axila) menurunkan suhu
62

tubuh
Kolaborasi
Pemberian anapiretik dan pemberian cairan intravena dan obat Membantu untuk
antipiretik mengurangi suhu tubuh
3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan selama 1 Manajemen nutrisi
berhubungan x 24 jam diharapkan nutrisi klien Observasi
dengan terpenuhi dengan KH: 12. Identifikasi status nutrisi Untuk mengetahui pola
kurangnya 1. Nyeri abdomen menurun makan
asupan makanan 2. Berat badan membaik 13. Monitor asupan makanan Untuk mengetahui
3. Nafsu makan membaik seberapa banyak input
4. Bising usus membaik makanan
5. Membran mukosa membaik Untuk mengurangi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemberian cairan parentral
Kolaborasi mual dan
Berikan obat antiemetikl meningkatkan nafsu
makan
4. Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan selama 1 Dukungan tidur
tidur x 24 jam diharapkan pola tidur klien Observasi
berhubungan membaik dengan KH: Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik / psikologis) Untuk mengetahui
dengan restaint 1. Keluhan sulit tidur menurun Terapeutik faktor penyebab
fisik 2. Keluhan tidak puas tidur Modifikasi lingkungan terjdinya gangguan
menurun pola tidur
3. Keluhan istirahat tidak cukup
menurun Untuk memberikan
Berikan tindakan non-farmakologis (terapi pijat) kenyamanan

Untuk mengurangi
nyeri
63

NURSING CARE IMPLEMENTASI

(IMPLEMENTASI KEPERAWATAN I)

Nama Pasien : Ny.S Dx.Medis : Tifoid fever

Jenis Kelamin : Perempuan No.Med.Rec : 00013474

No.Kamar/Bed : 23/1 Hari/Tanggal : selasa /02-02-2021

No Diagnosa Jam Implementasi Respon Paraf


Keperawatan Keperawatan

1. Nyeri akut 08.00 Identifikasi lokasi, karakteristik, Ds: klien mengatakan nyeri pada abdomen kuadran kiri atas Grisandi
berhubungan durasi, kualitas nyeri dan dorsal abdomen
dengan agen identifikasi skala nyeri Do:
pencedera fisik P: adanya radang pada usuus
(inflamasi) Q: berdenyut
R: abdomen kuadran kiri atas
S: 4
T: saat makan
- Klien tampak Meringis
Ds: klien mengatakan nyeri pada abdomen kuadran kiri atas
08.30 Memberikan kompres hangat / dorsal abdomen
dingin Do:
P: adanya radang pada usuus
Q: berdenyut
R: abdomen kuadran kiri atas
S: 4
T: saat makan
- Klien tampak Meringis
64

Ds: klien mengatakan nyeri pada abdomen kuadran kiri atas


09 : 00 Berkolaborasi dengan tim medis dorsal abdomen mulai berkurang
dalam pemberian cairan Do:
parenteral :RL gtt 20x/menit Ns P: adanya radang pada usuus
100 cc drip ceftriaxone Q: berdenyut
R: abdomen kuadran kiri atas
S: 3
T: saat makan
- Klien tampak Meringis
Ds: klien mengatakan nyeri pada abdomen kuadran kiri atas
dorsal abdomen mulai berkurang
Do:
P: adanya radang pada usuus
Q: berdenyut
R: abdomen kuadran kiri atas
S: 3
T: saat makan
- Klien tampak Meringis
Ds: klien mengatakan nyeri pada abdomen kuadran kiri atas
dorsal abdomen mulai berkurang
Do:
P: adanya radang pada usuus
Q: berdenyut
R: abdomen kuadran kiri atas
S: 3
T: saat makan
- Klien tampak Meringis
Ds: klien mengatakan nyeri pada abdomen kuadran kiri atas
dorsal abdomen mulai berkurang
Do:
P: adanya radang pada usuus
Q: berdenyut
R: abdomen kuadran kiri atas
S: 3
65

T: saat makan
- Klien tampak Meringis
2. Hipertermia 08.00 Memonitor suhu tubuh Ds: klien mengatakan demam
berhubungan DO:
dengan proses TD : 120 / 90 mmHg
penyakit Nadi : 86 x / m
Suhu : 38,2◦C
RR : 20 x / m
- Klien tampak lesu dan lemas
- Klien tampak pucat
- Mukosa bibir kering
- Kulit teraba hangat
Ds: klien mengatakan demam
08.30 Memberikan kompres hangat/ DO:
dingin (dahi, leher, axila) TD : 120/ 90 mmHg
Nadi : 86 x / m
Suhu : 38,1 ◦C
RR : 20 x / m
- Klien tampak lesu dan lemas
- Klien tampak pucat
- Mukosa bibir kering
- Kulit teraba hangat
Ds: klien mengatakan demam
12:00 DO:
Berkolaborasi dengan tim medis TD : 120 / 90 mmHg
dalam pemberian obat paracetamol Nadi : 86 x / m
tablet Suhu : 37,9 ◦C
RR : 20 x / m
- Klien tampak lesu dan lemas
- Klien tampak pucat
- Mukosa bibir kering
Kulit teraba hangat
3. Defisit nutrisi 08.00 Identifikasi status nutrisi Ds: klien mengatakan tidak nafsu makan dan mual tetapi tidak
berhubungan disertai muntah,
66

dengan kurangnya DO:


asupan makanan BB sebelum MRS : 61 kg
BB setelah MRS : 52 kg
IMT : 21,66
Hb: 13,9 g/dl
Klien mendapat diet bubur saring
Ds: klien mengatakan makan 2 x sehari sebanyak ½
12.00 Memonitor asupan makanan DO:
BB sebelum MRS : 61 kg
BB setelah MRS : 52 kg
IMT : 21,66
Hb: 13,9 g/dl
Klien mendapat diet bubur saring
Ds: klien mengatakan mual muntah sudah berkurang tetapi
09.00 Berkolaborasi dengan tim medis masih tidak nafsu makan
dalam Memberikan injeksi obat DO:
ondansetron BB sebelum MRS : 61 kg
BB setelah MRS : 52 kg
IMT : 21,66
Hb: 13,9 g/dl
Klien mendapat diet bubur
Ds: klien mengatakan makan 2 x sehari sebanyak ½
DO:
12.00 Berkolaborasi dengan tim medis BB sebelum MRS : 61 kg
dalam pemberian obat geriavita BB setelah MRS : 52 kg
IMT : 21,66
Hb: 13,9 g/dl
Klien mendapat diet bubur saring

4. Gangguan pola tidur 08:00 Identifikasi faktor pengganggu DS: klien mengatakan ia sering kesulitan tidur dan sering
berhubungan tidur terbangun pada malam hari dan tidak dapat tidur lagi
dengan restaint fisik karena pusing.
DO:
- Konjungtiva anemis
67

- Klien tampak mengantuk


- Wajah pasien tampak pucat
- Terdapat lingkaran hitam pada area mata
- Tidur malam : 3 jam
- Tidur siang : ± 30 menit
DS: klien mengatakan ia sering kesulitan tidur dan sering
terbangun pada malam hari dan tidak dapat tidur lagi
10:00 Modifikasi lingkungan karena pusing.
DO:
- Konjungtiva anemis
- Klien tampak mengantuk
- Wajah pasien tampak pucat
- Terdapat lingkaran hitam pada area mata
- Tidur malam : 3 jam
- Tidur siang : ± 30 menit
DS: klien mengatakan pusing sudah mulai berkurang
DO:
10:30 Memberikan terapi pijat - Klien melakukan pemijatan pada area dahi
- Wajah pasien tampak pucat
- Klien tampak rileks dan tenang
68

NURSING CARE IMPLEMENTASI

(IMPLEMENTASI KEPERAWATAN II)

Nama Pasien : Ny.S Dx.Medis : Tifoid fever

Jenis Kelamin : Perempuan No.Med.Rec : 00013474

No.Kamar/Bed : 23/1 Hari/Tanggal : Rabu /03-02-2021

No Diagnosa Jam Implementasi Respon Paraf


Keperawatan Keperawatan

1. Nyeri akut 14.00 Identifikasi lokasi, karakteristik, Ds: klien mengatakan nyeri pada abdomen kuadran kiri atas Grisandi
berhubungan durasi, kualitas nyeri dan dorsal abdomen sudah berkurang
dengan agen identifikasi skala nyeri Do:
pencedera fisik P: adanya radang pada usuus
(inflamasi) Q: berdenyut
R: abdomen kuadran kiri atas
S: 2
T: saat makan
- Klien tampak Meringis
Ds: klien mengatakan nyeri pada abdomen kuadran kiri atas
14.30 Memberikan kompres hangat / dorsal abdomen sudah berkurang
dingin Do:
P: adanya radang pada usuus
Q: berdenyut
R: abdomen kuadran kiri atas
S: 2
T: saat makan
- Klien tampak Meringis
69

2. Hipertermia 14.00 Memonitor suhu tubuh Ds: klien mengatakan demam sudah berkurang
berhubungan DO:
dengan proses TD : 120 / 80 mmHg
penyakit Nadi : 85 x / m
Suhu : 37,9◦C
RR : 20 x / m
- Klien tampak lesu dan lemas
- Klien tampak pucat
- Mukosa bibir kering
- Kulit teraba hangat
Ds: klien mengatakan demam sudah berkurang
14.30 Memberikan kompres hangat/ DO:
dingin (dahi, leher, axila) TD : 120/ 80 mmHg
Nadi : 85 x / m
Suhu : 37,9 ◦C
RR : 20 x / m
- Klien tampak lesu dan lemas
- Klien tampak pucat
- Mukosa bibir kering
- Kulit teraba hangat
Ds: klien mengatakan demam sudah sangat berkurang
18:00 DO:
Berkolaborasi dengan tim medis TD : 120 / 80 mmHg
dalam pemberian obat paracetamol Nadi : 86 x / m
tablet Suhu : 37,7 ◦C
RR : 20 x / m
- Klien tampak lesu dan lemas
- Klien tampak pucat
- Mukosa bibir kering
- Kulit teraba hangat
3. Defisit nutrisi 14.00 Identifikasi status nutrisi Ds: klien mengatakan tidak nafsu makan dan masih sedikit
berhubungan mual
dengan DO:
ketidakmampuan BB sebelum MRS : 61 kg
70

mencerna makanan BB setelah MRS : 52 kg


IMT : 21,66
Hb: 13,9 g/dl
Klien mendapat diet bubur saring
Ds: klien mengatakan makan 2 x sehari sebanyak ½
DO:
16.00 Memonitor asupan makanan
BB sebelum MRS : 61 kg
BB setelah MRS : 52 kg
IMT : 21,66
Hb: 13,9 g/dl
Klien mendapat diet bubur saring
Ds: klien mengatakan masih tidak nafsu makan
DO:
15:.00 Berkolaborasi dengan tim medis BB sebelum MRS : 61 kg
dalam Memberikan injeksi obat BB setelah MRS : 52 kg
ondansetron IMT : 21,66
Hb: 13,9 g/dl
Klien mendapat diet bubur saring

4. Gangguan pola tidur 14:00 Identifikasi faktor pengganggu DS: klien mengatakan sudah dapat tidur dengan baik
berhubungan tidur DO:
dengan restaint fisik - Konjungtiva tidak anemis
- Klien tampak tidak mengantuk
- Wajah pasien segar
- Terdapat sedikit lingkaran hitam pada area mata
- Tidur malam : 5 jam
- Tidur siang : ± 1 jam
DS: klien mengatakan pusing sudah sangat berkurang
DO:
- Klien melakukan pemijatan pada area dahi
14:40 Memberikan terapi pijat - Wajah pasien tampak pucat
71

- Klien tampak rileks dan tenang

NURSING CARE IMPLEMENTASI

(IMPLEMENTASI KEPERAWATAN III)

Nama Pasien : Ny.S Dx.Medis : Tifoid fever

Jenis Kelamin : Perempuan No.Med.Rec : 00013474

No.Kamar/Bed : 23/1 Hari/Tanggal : Kamis /04-02-2021

No Diagnosa Jam Implementasi Respon Paraf


Keperawatan Keperawatan

1. Nyeri akut 21.00 Identifikasi lokasi, karakteristik, Ds: klien mengatakan nyeri pada abdomen kuadran kiri atas Grisandi
berhubungan durasi, kualitas nyeri dan dorsal abdomen sudah berkurang
dengan agen identifikasi skala nyeri Do:
pencedera fisik P: adanya radang pada usuus
(inflamasi) Q: berdenyut
R: abdomen kuadran kiri atas
S: 2
T: saat makan
- Klien tampak Meringis
Ds: klien mengatakan nyeri pada abdomen kuadran kiri atas
07:00 Berkolaborasi dengan tim medis dorsal abdomen sudah sangat berkurang
dalam pemberian injeksi obat Do:
omeprazole P: adanya radang pada usuus
Q: berdenyut
R: abdomen kuadran kiri atas
72

S: 1
T: saat makan
- Klien tampak tenang
- Klien tidak meringis

2. Hipertermia 21.00 Memonitor suhu tubuh Ds: klien mengatakan demam sudah berkurang
berhubungan DO:
dengan proses TD : 110 / 90 mmHg
penyakit Nadi : 80 x / m
Suhu : 37,5◦C
RR : 20 x / m
- Mukosa bibir lembab
- Kulit tidak teraba hangat
Ds: klien mengatakan demam sudah berkurang
07:00 Berkolaborasi dengan tim medis DO:
dalam pemberian obat paracetamol TD : 110/ 90 mmHg
tablet Nadi : 80 x / m
Suhu : 37,5 ◦C
RR : 20 x / m
- Mukosa bibir lembab
- Kulit tidak teraba hangat

3. Defisit Nutrisi 21:00 Identifikasi status nutrisi Ds: klien mengatakan nafsu makan mulai membaik dan masih
behubungan dengan sedikit mual
ketidakmampuan DO:
mencerna makanan BB sebelum MRS : 61 kg
BB setelah MRS : 52 kg
IMT : 21,66
Hb: 13,9 g/dl
Klien mendapat diet bubur saring
73

Ds: klien mengatakan makan 3x sehari sebanyak ½


07:00 Memonitor asupan makanan DO:
BB sebelum MRS : 61 kg
BB setelah MRS : 52 kg
IMT : 21,66
Hb: 13,9 g/dl
Klien mendapat diet bubur saring
Ds: klien mengatakan nafsu makan sudah membaik
DO:
BB sebelum MRS : 61 kg
BB setelah MRS : 52 kg
07:00 Berkolaborasi dengan tim medis IMT : 21,66
dalam Memberikan injeksi obat Hb: 13,9 g/dl
ondansetron Klien mendapat diet bubur saring
74

EVALUASI

Nama Pasien : Ny.S Dx.Medis : Tifoid fever

Jenis Kelamin : Perempuan No.Med.Rec : 00013474

No.Kamar/Bed : 23/1 Hari/Tanggal : Selasa /02-02-2021

No Diagnosa keperawatan Jam Evaluasi Paraf


1. Nyeri akut berhubungan dengan 14:00 S: klien mengatakan nyeri pada abdomen kuadran kiri atas dorsal sudah Grisandi
agen pencedera fisik (inflamasi) berkurang
O: P: adanya radang pada usus
Q: Berdenyut
R: abdomen kuadran kiri atas
S: 3
T: saat makan
A: nyeri akut teratasi sebagian
P: intervensi keperawatan dilanjutkan
- Identifikasi durasi, frekuensi dan skala nyeri
- Berikan kompres hangat/dingin
- Kolaborasi pemberian analgesik (omeprazole)
2. Hipertermia berhubungan dengan 14:00 S: klien mengatakan demam sudah mulai berkurang Grisandi
proses penyakit O: TD : 127 / 89 mmHg
Nadi : 89 x / m
Suhu : 37,9 ◦C
RR : 20 x / m
75

- Klien tampak lesu dan lemas


- Klien tampak pucat
- Mukosa bibir kering
- Kulit teraba hangat
A: hipertermia teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
- Monitor suhu tubuh
- Berikan kompres hangat/dingin
- Kolaborasi pemberian antipeuretik (paracetamol)
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan 14:00 S: klien mengatakan mual muntah sudah berkurang tetapi masih tidak Grisandi
ketidakmampuan mencerna nafsu makan
makanan O: BB sebelum MRS : 61 kg
BB setelah MRS : 52 kg
IMT : 21,66
Hb: 13,9 g/dl
Klien mendapat diet bubur
A: defisit nutrisi
P: intervensi dilanjutkan
1. Identifikasi status nutrisi
2. Monitor asupan makanan
3. Kolaborasi pemberian obat mual (ondansetron)

4. Gangguan pola tidur berhubungan 14:00 S: klien mengatakan pusing sudah mulai berkurang dan sudah dapat tidur Grisandi
dengan restaint fisik siang walaupun tidak terlalu lama
O: - klien tampak pucat
A: gangguan pola tidur teratasi sebagian
P: intervensi keperawatan dilanjutkan
- Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik / psikologis)
- Berikan tindakan non farmakologis (terapi pijat)
Intervensi keperawatan distop
- Modifikasi lingkungan
76

EVALUASI

Nama Pasien : Ny.S Dx.Medis : Tifoid fever

Jenis Kelamin : Perempuan No.Med.Rec : 00013474

No.Kamar/Bed : 23/1 Hari/Tanggal : Rabu /03-02-2021

No Diagnosa keperawatan Jam Evaluasi Paraf


1. Nyeri akut berhubungan dengan 20:00 S: pasien mengatakan nyeri pada abdomen kuadran kiri atas dorsal Grisandi
agen pencedera fisik (inflamasi) abdomen sudah berkurang
O:
P: adanya radang pada usuus
Q: berdenyut
R: abdomen kuadran kiri atas
S: 2
T: saat makan
Klien tampak Meringis
A: nyeri akut teratasi sebagaian
P: intervensi keperawatan dilanjutkan
- Identifikasi durasi, frekuensi dan skala nyeri
- Kolaborasi pemberian analgesik (omeprazole)
Intervensi keperawatan distp
77

- Berikan tindakan non-farmakologis (kompres hangat/dingin)

2. Hipertermia berhubungan dengan 20:0 S: klien mengatakan demam sudah sangat berkurang Grisandi
proses penyakit O:
TD : 120 / 80 mmHg
Nadi : 86 x / m
Suhu : 37,7 ◦C
RR : 20 x / m
- Klien tampak lesu dan lemas
- Klien tampak pucat
- Mukosa bibir kering
Kulit teraba hangat
A: Hipertermia teratasi sebagian
P: Intervensi keperawatdilanjutkan
- Monitor suhu tubuh
- Kolaborasi pemberian antipeuretik (paracetamol)
Intervensi keperawatan distop
- Berikan tindakan non-farmakologis (kompres hangat/dingin)

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan 20:00 S: klien mengatakan tidak nafsu makan dan masih sedikit mual Grisandi
ketidakmampuan mencerna O:
makanan BB sebelum MRS : 61 kg
BB setelah MRS : 52 kg
IMT : 21,66
Hb: 13,9 g/dl
Klien mendapat diet bubur saring
A: intervensi keperawatan dilanjutkan
- Identifikasi status nutrisi
- Monitor asupan makanan
- Kolaborasi pemberian obat mual (ondansetron)

4. Gangguan pola tidur berhubungan 20:00 S: klien mengatakan tidak pusing dan sudah dapat tidur dengan baik Grisandi
dengan insomnia O:
78

- Konjungtiva tidak anemis


- Klien tampak tidak mengantuk
- Wajah pasien segar
- Terdapat sedikit lingkaran hitam pada area mata
- Tidur malam : 5 jam
- Tidur siang : ± 1 jam
- Klien melakukan pemijatan pada area dahi
- Wajah pasien tampak pucat
- Klien tampak rileks dan tenang
A: gangguan pola tidur teratasi
P: intervensi keperawatan distop
- Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik / psikologis)
- Modifikasi lingkungan
- Berikan tindakan non farmakologis (terapi pijat)
79

EVALUASI

Nama Pasien : Ny.S Dx.Medis : Tifoid Fever

Jenis Kelamin : Perempuan No.Med.Rec : 00013474

No.Kamar/Bed : 23/1 Hari/Tanggal : Kamis/04-02-2021

No Diagnosa keperawatan Jam Evaluasi Paraf


1. Nyeri akut berhubungan dengan 07:30 S: pasien mengatakan tidak nyeri lagi pada abdomen kuadran kiri atas Grisandi
agen pencedera fisik (inflamasi) dorsal abdomen
O:
- Klien tampak tenang
- Klien tidak meringis
- Ekspresi wajah klien datar
- Skala:0
- klien sudah tampak tenang bisa berjalan
- klien juga bisa mobilisasi secara mandiri
A: nyeri akut teratasi
P: intervensi keperawatan distop
- Identifikasi durasi, frekuensi dan skala nyeri
- Kolaborasi pemberian analgesik (omeprazole)

2. Hipertermia berhubungan dengan 07:30 S: klien mengatakan tidak merasa demam lagi Grisandi
80

proses penyakit O:
TD : 120 / 80 mmHg
Nadi : 86 x / m
Suhu : 37,2 ◦C
RR : 20 x / m
- Klien tidak tampak pucat
- Mukosa bibir lembab
- Kulit tidak teraba hangat
- Kulit klien tidak kering
A: Hipertermia teratasi
P: Intervensi keperawatdistop
- Monitor suhu tubuh
- Kolaborasi pemberian antipeuretik (paracetamol)

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan 07:30 S: klien mengatakan tidak mual dan nafsu makan mulai membaik Grisandi
kurangnya asupan makanan O:
BB sebelum MRS : 61 kg
BB setelah MRS : 52 kg
IMT : 21,66
Hb: 13,9 g/dl
Klien mendapat diet bubur saring
Makan 2x sehari sebanyak 1 porsi
A: Defisit nutrisi teratasi sebagian
P: intervensi keperawatan dilanjutkan
- Identifikasi status nutrisi
- Monitor asupan makanan
- Kolaborasi pemberian obat mual (ondansetron)
81
80

4.2 PEMBAHASAN
Pembahasan dilakukan membahas secara rinci mengenai

kesenjangan antara teori askep dengan kasus nyata oleh Ny “S” saat

dirawat oleh penulis di Rsud Siti Fatimah Palembang melalui pendekatan

proses keperawatan , perencanaan , pelaksanaan , evaluasi , dan

pendokumentasian

4.2.1 Pengkajian Keperawatan


Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Dalam

mengumpulkan data di temukan beberapa kesenjangan dan persamaan. Pada

pengkajian yang penulis lakukan selama pada study kasus ini, tidak banyak

perbedaan antara teori dan hasil pengkajian. Dalam pengkajian menurut

Mardalena (2018) mual dan kembung, nafsu makan menurun, panas dan

demam, anoreksia, diare, pucat (anemia), nyeri kepala pusing, nyeri otot,

lidah tifoid (kotor), dan gangguan kesadaran berupa samnolen sampai koma

Dan dari pengkajian yang saya lakukan di Rsud Siti Fatimah Palembang,

Klien mengatakan nyeri perut, mual, pusing, demam ± 2 minggu dengan

suhu tidak stabil, tidak nafsu makan, kesulitan tidur, konjungtiva anemis,

mukosa bibir kering, kulit teraba hangat, ekspresi wajah meringis, kulit

kering.

Berdasarkan data menurut Mardalena (2018) terjadi diare dengan

tinja bercampur lendir dan darah/lendir saja dan terjadi konstipasi.

Sedangkan pada pasien Ny “S” tidak ditemukan data tersebut. Hal ini

disebabkan pada pasien Ny “S”pada data tinja tidak berdarah karena tidak
81

adanya pendarahan pada usus atau lambung pasien dan tidak terjadi

konstipasi karena tidak adanya tanda –tanda konstipasi pada klien.

4.2.2 Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Demam

Tifoid menurut Mardalena (2018) :

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi salmonella

typhii.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan asupan kurang.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan

metabolik.

4. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan

dengan pengeluaran cairan yang berlebihan (mual/muntah).

5. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pencernaan.

6. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan respon imun.

7. Risiko integritas kulit berhubungan dengan terapi bedrest total.

8. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan

kurang informasi.

Sedangkan yang saya dapatkan saat mengkaji Ny “S” di Rsud Siti

Fatimah Palembang terdapat 4 diagnosa yaitu:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (inflamasi).

2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan.


82

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia.

Perbedaan dari diagnosa diatas menurut teori Mardalena (2018), 5

diagnosa yang tidak terdapat pada pengkajian diagnosa yang saya temukan

pada Ny “S” di Rsud Siti Fatimah Palembang yaitu:

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan

metabolik. Diagnosa ini tidak ditemukan pada Ny “S” dikarenakan

dalam pengkajian tidak menunjukan bahwa klien mengalami

intoleransi aktivitas. Pada saat pengkajian kondisi klien memang

lemah dan hanya membutuhkan sedikit bantuan dalam memenuhi

kebutuhan.

2. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan)

berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan

(mual/muntah). Diagnosa ini tidak ditemukan pada Ny “S”

dikarenakan dalam pengkajian tidak menunjukan bahwa klien

mengalami gangguan keseimbangan cairan. Pada saat pengkajiam

kondisi klien memang mengalami mual saja tanpa disertai muntah.

3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.

Diagnosa ini tidak ditemukan pada Ny “S” dikarenakan dalam

pengkajian tidak menunjukan bahwa klien mengalami penurunan

imunitas yang sangat drastis. Pada saat pengkajian kondisi klien

memang mengalami penigkatan suhu tubuh saja tanpa muncul tanda-

tanda infeksi lainya.


83

4. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan terapi bedrest

total. Diagnosa ini tidak ditemukan pada Ny. “S” dikarenakan dalam

pengkajian tidak menunjukan bahwa klien mengalami iritasi kulit.

Pada saat pengkajian kondisi kulit pasien memang kering tapi tidak

sampai terjadi iritasi atau luka.

5. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan informasi

tentang ini tidak ditemukan pada Tn.”F” dikarenakan pendidikan

klien sarjana-S1, dan klien sudah memahami tentang penyakit yang

dideritanya.

Dan 1 diagnosa pada pengkajian saya lakukan yang tidak

ditemukan menurut teori Mardalena (2018) di Rsud Siti Fatimah

Palembang yaitu: “Gangguan pola tidur berhubungan dengan

insomnia”. Diagnosa ini ditemukan pada Ny “S” dikarenakan pada

saat saya melakukan pengkajian klien mengeluh tidak bisa tidur dan

sering terbangun pada malam hari karena pusing sedangkan secara

teori tidak terdapat gangguan tidur pada penderita demam tifoid.

4.2.3 Intervensi Keperawatan


Perencanaan keperawatan intervensi pada pasien demam tifoid

menurut Mardalena (2018) sama dengan yang saya temukan di Rsud. Siti

Fatimah Palembang adapun yang tidak saya temukan yaitu pada diagnose:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (inflamasi). Tujuan

setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan nyeri pada klien

dapat teratasi. Dalam pengkajian saya di Rsud Siti Fatimah Palembang


84

terdapat 2 persamaan intervensi yang saya lakukan sesuai teori yaitu catat

keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10),

kolaborasi dalam pemberian analgesik. Dan terdapat1 perbedaan intervensi

yang saya lakukan dengan yang ada diteori, dalam pengkajian saya

pemberian tindakan non-farmakologis (kompres hangat/dingin) tetapi di

teori tidak ada intervensi pemberian tindakan non-farmakologis (kompres

hangat/dingin).

2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit. Tujuan setelah

dilakukan intervensi keperawatan diharapkan suhu tubuh pada klien dalam

batas normal dan teratasi. Dalam pengkajian saya di Rsud Siti Fatimah

Palembang intervensi yang saya lakukan terdapat 3 persamaan intervensi

yang saya rencanakan sesuai dengan teori yaitu observasi suhu tubuh

klien, beri kompres dengan air hangat pada area axila, lipat paha,

kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiretik.

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan. Dengan

tujuan setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan nafsu makan

bertambah, tidak ada mual dan muntah, porsi makan dihabiskan 1 porsi,

Dalam pengkajian saya di Rsud Siti Fatimah Palembang terdapat 2

persamaan intervensi yang saya rencanakan sesuai dengan teori yaitu kaji

pola nutrisi klien dan kolaborasi pemberian cairan parentral dan pemberian

obat antiemtik. Dan terdapat1 perbedaan intervensi yang saya lakukan

dengan yang ada diteori, dalam pengkajian saya melakukan intervensi


85

monitor asupan makanan klien tetapi di teori tidak ada intervensi timbang

berat badan.

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia. Tujuan setelah

dilakukan intervensi keperawatan diharapkan gangguan pola tidur teratasi.

Dalam pengkajian yang saya lakukan di Rsud Siti Fatimah Palembang

terdapat 3 intervensi keperawatan tidak sesuai dengan teori yaitu

Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik / psikologis) , modifikasi

lingkungan dan Berikan tindakan non farmakologis (terapi pijat).

4.2.4 Implementasi Keperawatan

Tindakan implementasi keperawatan pada pasien dengan Demam

Tifoid menurut Mardalena (2018) adalah:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (inflamasi).

Tujuan setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan nyeri pada

klien dapat teratasi Keluhan nyeri menurun, Meringis menuru, Gelisah

menurun, Kesulitan tidur menurun, Frekuensi nadi membaik, Pola nafas

membaik, Tekanan darah membaik. Dalam pengkajian saya di Rsud Siti

Fatimah Palembang implementasi yang saya lakukan sesuai

intervensimenurut teori yaitu catat keluhan nyeri, termasuk lokasi,

lamanya, intensitas (skala 0-10), kolaborasi dalam pemberian analgesik.

Dan terdapat1 perbedaan intervensi yang saya lakukan dengan yang ada

diteori, dalam pengkajian saya pemberian tindakan non-farmakologis

(kompres hangat/dingin) tetapi di teori tidak ada intervensi pemberian

tindakan non-farmakologis (kompres hangat/dingin).


86

2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit. Tujuan setelah

dilakukan intervensi keperawatan diharapkan suhu tubuh pada klien

dalam batas normal dan teratasi dengan kriteria hasil Menggigil

menurun, Pucat menurun, Suhu tubuh menurun, Suhu kulit menurun.

Dalam pengkajian saya di Rsud Siti Fatimah Palembang implementasi

yang saya lakukan dengan intervensi yang saya rencanakan sesuai

dengan teori yaitu observasi suhu tubuh klien, beri kompres dengan air

hangat pada area axila, lipat paha, kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian obat antipiretik.

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan.

Dengan tujuan setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan

nafsu makan bertambah, tidak ada mual dan muntah, porsi makan

dihabiskan 1 porsi, Dalam pengkajian saya di Rsud Siti Fatimah

Palembang implementasi yang saya lakukan dengan intervensi yang

saya rencanakan sesuai dengan teori menurut Mardalena (2018), yaitu

tedapat 2 persamaan intervensi secara kaji pola nutrisi klien dan

kolaborasi pemberian cairan parentral dan pemberian obat antiemtik.

Dan terdapat 1 implementasi yang saya lakukan tidak sesuai dengan

intervensi yang ada diteori yaitu melakukan intervensi monitor asupan

makanan karena pada teori tidak ada perintah untuk menonitor asupan

makanan .

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia. Tujuan setelah

dilakukan intervensi keperawatan diharapkan gangguan pola tidur


87

teratasi. Dalam pengkajian yang saya lakukan di Rsud Siti Fatimah

Palembang terdapat ganguan pola tidur pada klien sedangkan secara

teori gangguan pola tidur tidak ditemukan sehingga saya mendapatkan

3 intervensi keperawatan tidak sesuai dengan teori yaitu Identifikasi

faktor pengganggu tidur (fisik / psikologis) , modifikasi lingkungan dan

Berikan tindakan non farmakologis (terapi pijat) 3 kesenjangan

intervensi inilah yang saya lakukan namun pada intervensi secara teori

tidak ada perintah untuk melakukan intervensi tersebut.

4.2.5 Evaluasi Keperawatan

Evalusi menurut Mardalena (2018) yaitu:

Dari beberapa diagnosa keperawatan yang ditegakkan sesuai

dengan masalah utama pasien pada saat melakukan studi kasus ini dalam

perawatan selama 3x24 jam dari tanggal 02 february 2021 sampai 04

february 2021, diagnosa ada yang sebagian teratasi dan teratasi.

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (inflamasi)

ditemukan pada tanggal 02 februari 2021 sudah teratasi Klien

mengatakan perutnya tidak nyeri lagi dari hasil yang didapatkan

menunjukkan tanda-tanda nyeri abdomen sudah tidak ada, skala nyeri

0, tidak meringis yang di evaluasi pada tanggal 04 februari 2021.

2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit dtemukan pada

tanggal 02 februari 2021 sudah teratasi klien mengatakan sudah tidak

demam lagi dan suhu badanya sudah turun hasil ttv dalam batas

normal suhu: 37,2, TD: 110/90 mmHg, N: 80 x/m, RR:20 x/m, mukosa
88

bibir lembab, kuit tidak teraba hangat, kulit tidak kering yang

dievaluasi pada tanggal 04 februari 2021.

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan

ditemukan pada tanggal 02 februari 2021 sudah teratasi sebagian klien

mengatakan tidak mual lagi tetapi masih tidak nafsu makan dari hasil

yang didapatkan kebutuhan nutrisi klien belum terpenuhi, makan 2 x

sehari menghabiskan ½ porsi makanan, diet bubur saring dan berat

badan klien belum naik yang divealuasi pada tanggal 04 februari 2021.

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia yang ditemukan

pada tanggal 02 februari 2021 sudah teratasi klien mengatakan tidak

pusing dan sudah dapat tidur dengan baik dari hasil pengkajian

didapatkan hasil Konjungtiva tidak anemis, Klien tampak tidak

mengantuk, Wajah pasien segar, tidak terdapat lingkaran hitam pada

area mata, Tidur malam : 5 jam, Tidur siang : ± 1 jam, Klien tampak

rileks dan tenang yang dievaluasi pada tanggal 03 februari 2021.


BAB V

PENUTUP

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny “S”dengan

gangguan sistem pencernaan : Demam Tifoid di ruang Wings Lt 7 Rsud Siti

Fatimah Palembang tahun 2021, maka sebagai langkah terakhir dalam

penyusunan studi kasus ini dapat diambil beberapa kesimpulan dan

pemberian saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan bagi

pemberi asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem

pencernaan Demam Tifoid.

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawataan selama tiga hari dapat

disimpulkan:

1. Pengkajian yang dilakukan sejak tanggal 02 Februari didapatkan data

subjektif sebagai berikut: Sebelum masuk Rsud Siti Fatimah ± 2 minggu

yang lalu klien mengalami kecelakaan kemudian klien mengeluh nyeri

pada bagian abdomen kuadran kiri atas dorsal abdomen, mual muntah,

pusing dan demam dengan suhu tidak stabil, klien mengatakan semalam

tidak bisa tidur karena nyeri pada abdomen kuadran kiri atas dorsal

abdomen, pusing, dan mual terkadang juga klien merasa tidak nafsu

makan. Tanda tanda vital TD: 120/90 mmHg, Nadi: 86 x / m, RR: 20 x/ m,

Suhu: 38,2ᵓC.

2. Diagnosa yang timbul saat pengkajian adalah: nyeri akut berhubungan

dengan agen pencedera fisik (inflamasi), hipertermia berhubungan dengan


90

3. proses penyakit, defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan

mencerna makanan, gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia.

4. Intervensi keperawatan antara lain:

- Diagnosa I Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

(inflamasi).

Intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu: Catat keluhan nyeri,

termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10), kolaborasi dalam

pemberian analgesic, pemberian tindakan non-farmakologis (kompres

hangat/dingin)

- Diagnosa II hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.

Intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu: observasi suhu tubuh

klien, beri kompres dengan air hangat pada area axila, lipat paha,

kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiretik.

- Diagnosa III Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan

mencerna makanan.

intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu kaji pola nutrisi klien,

kolaborasi pemberian cairan parentral dan pemberian obat antiemtik,

monitor asupan makanan.

- Diagnosa IV Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia.

Intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu: Identifikasi faktor

pengganggu tidur (fisik / psikologis) , modifikasi lingkungan dan

Berikan tindakan non farmakologis (terapi pijat).


91

5. Implementasi yang sudah dilakukan antara lain: Catat keluhan nyeri,

termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10), kolaborasi dalam

pemberian analgesic, pemberian tindakan non-farmakologis (kompres

hangat/dingin), observasi suhu tubuh klien, beri kompres dengan air

hangat pada area axila, lipat paha, kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian obat antipiretik, kaji pola nutrisi klien, kolaborasi pemberian

cairan parentral dan pemberian obat antiemtik, monitor asupan makanan,

Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik / psikologis) , modifikasi

lingkungan dan Berikan tindakan non farmakologis (terapi pijat).

6. Evaluasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (inflamasi)

ditemukan pada tanggal 02 februari 2021 sudah teratasi Klien

mengatakan perutnya tidak nyeri lagi dari hasil yang didapatkan

menunjukkan tanda-tanda nyeri abdomen sudah tidak ada, skala nyeri

0, tidak meringis yang di evaluasi pada tanggal 04 februari 2021.

2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit dtemukan pada

tanggal 02 februari 2021 sudah teratasi klien mengatakan sudah tidak

demam lagi dan suhu badanya sudah turun hasil ttv dalam batas

normal suhu: 37,2, TD: 110/90 mmHg, N: 80 x/m, RR:20 x/m, mukosa

bibir lembab, kuit tidak teraba hangat, kulit tidak kering yang

dievaluasi pada tanggal 04 februari 2021.

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan

ditemukan pada tanggal 02 februari 2021 sudah teratasi sebagian klien


92

mengatakan tidak mual lagi tetapi masih tidak nafsu makan dari hasil

yang didapatkan kebutuhan nutrisi klien belum terpenuhi, makan 2 x

sehari menghabiskan ½ porsi makanan, diet bubur saring dan berat

badan klien belum naik yang divealuasi pada tanggal 04 februari 2021.

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia yang ditemukan

pada tanggal 02 februari 2021 sudah teratasi klien mengatakan tidak

pusing dan sudah dapat tidur dengan baik dari hasil pengkajian

didapatkan hasil Konjungtiva tidak anemis, Klien tampak tidak

mengantuk, Wajah pasien segar, tidak terdapat lingkaran hitam pada

area mata, Tidur malam : 5 jam, Tidur siang : ± 1 jam, Klien tampak

rileks dan tenang yang dievaluasi pada tanggal 03 februari 2021.

5.2 Saran

1. Bagi Mahasiswa

Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan memperluas

wawasan mengenai penyakit Demam Tifoid karena dengan adanya

pengetahuan dan wawasan yang luas mahasiswa akan mampu

mengembangkan diri dalam masyarakat dan memberikan pendidikan

kesehatan bagi masyarakat mengenai Demaam Tifoid dan factor-faktor

pencetusnya serta bagaimana pencegahan untuk kasus tersebut.

2. Bagi Penulis

Merupakan pengalaman yang berharga bagi peneliti, dan dapat

dijadikan bekal pada saat peneliti melakukan asuhan keperawatan kepada

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.


93

3. Bagi Rumah Sakit

Untuk mencegah meningkatnya penyakit Demam Tifoid sebaiknya

pasien dan keluarga diberikan informasi yang memadai mengenai Demam

Tifoid itu sendiri dan aspek-aspeknya. Dengan diperolehnya informasi

yang cukup maka pasien yang telah mengalami atau menderita Demam

Tifoid harus dilakukan perawatan yang intensif, agar tidak terulang

kembali.
DAFTAR PUSTAKA

Agustin. (2020). Asuhan Keperawatan Pasien Demam Tifoid Dalam Pemenuhan


Kebutuhan Termoregulasi. Universitas Kusuma Husada Surakarta.

Fauzan. (2019). Asuhan Keperawatan Dengan Demam Tifoid. Sekolah Tinggi


Ilmu Kesehatan Perintis Padang.

Mardalena. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem


Pencernaan. Yogyakarta: PT Pustaka Baru.

PPNI. (2016). Standar diagnosa keperawatan indonesia: definisi dan indikator


diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan indonesia: definisi dan tindakan


keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2016). Standar luaran keperawatan indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

Septina. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam


Tifoid. Universitas Sriwijaya.

Susanti. (2019). Keperawatan Medikal Bedah I. Yogyakarta: PT Pustaka Baru.

Susilaningsih. (2020). Asuhan Keperawatan Demam Tifoid Dalam Pemenuhan


Kebutuhan Fisiologis Keseimbangan Suhu Tubuh. Universitas Kusuma
Husada.

Susilawati. (2018). Buku Ajar Anatomi Fisiologi Dan Gangguan Sistem


Pencernaan. Jakarta: CV Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai