STUDI KASUS
OLEH
GRISANDI DOSGI ANJANI
A.18.11.011
PEMBIMBING
MENGESAHKAN MENGETAHUI
KETUA STIKES KA.PRODI DIII KEPERAWATAN
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
1. Sukses yang sesungguhnya apabila kita sudah bisa membuat orang tua kita
2. Jangan pernah menyerah ketika anda masih mampu berusaha. Tidak ada kata
3. Hadapi segala rintangan dan jangan pernah hilang harapan. Karena ketika
1. Kedua orang tuaku tercinta bapak Suandi dan ibu Endang Yusniar, ku
membantuku untuk mencapai cita-cita dan impianku selama ini, berkat kasih
sayang dari kalian , semangat kalian dukungan serta doa dari kalianlah yang
selalu mengiringi langkahku sehingga aku bisa berada diposisi saat ini.
cindy)
Adelia).
4. Teman-teman Sealmamater
iii
RIWAYAT HIDUP
AGAMA : ISLAM
PENDIDIKAN :
iv
ABSTRAK
STIKES MITRA ADIGUNA PALEMBANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
LAPORAN STUDI KASUS, MEI 2021
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada
pencernaan, dan gangguan kesadaran (Susilaningrum dkk, 2013). World Health
Organization (WHO), 2017 memperkirakan 11-20 juta orang sakit karena demam tifoid
dan antara 128.000 dan 161.000 orang meninggal setiap tahunnya. Risiko demam tifoid
lebih tinggi pada populasi yang tidak memliki akses ke air yang aman dan sanitasi yang
memadai, masyarakat miskin dan kelompok rentan termasuk anak-anak berisiko paling
tinggi. Penelitian bertujuan untuk menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
demam tifoid. Metode yang digunakan adalah studi kasus merupakan studi yang
memfokuskan satu masalah dan dipaparkan secara terperinci dan dilakukan selama 3 hari.
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan masalah
keperawatan yang munculya itu nyeri akut, hipertermia, defisit nutrisi dan gangguan pola
tidur Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan adalah Identifikasi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan Identifikasi skala
nyeri, Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (kompres
hangat/dingin), Kolaborasi pemberian analgesik, Identifikasi penyebab hipertermia,
Monitor suhu tubuh, lakukan pendinginan eksternal (kompres dingin, dahi, leher, axila),
Pemberian anapiretik dan pemberian cairan intravena dan obat antipiretik, Identifikasi
status nutrisi, Monitor asupan makanan, Jelaskan tujuan dan prosedur pemberian cairan
parentral, Berikan obat antiemetik, Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik /
psikologis), Modifikasi lingkungan dan Berikan tindakan non-farmakologis (terapi pijat) .
Hasil :hasil dari penelitian didapatkan diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
semua masalah keperawatan teratasi. Saran :diharapkan kerja sama antara perawat dan
keluarga sangat diperlukan untuk membantu perkembangan kondisi pasien kearah lebih
baik dalam proses penyembuhan pasien.
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus yang
penyusunan laporan studi kasus ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna, baik dari teknik penulisan
maupun dari segi materi. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan
dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan dimasa yang akan
datang.
pihak. Oleh Karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak
Palembang.
akhir.
vi
4. Ibu Ns. EviRoyani, S.Kep, M.Kes selaku Ketua Program Studi D III
5. Ibu Ns. Sherly Widianty S.Kep, M.Kes selaku pembimbing laporan tugas
akhir ini.
6. Ibu Ns.Leni Wijaya S.Kep, M.Kes dan ibu Ns.Fera Siska S.Kep, M.Kes
balasan pahala dari Allah SWT dan semoga laporan studi kasus ini dapat
Wassalamualaikum wr.wb
Penulis
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT bahwa studi kasus yang sangat
sederhana ini dapat diselesaikan tepat waktu tanpa kurang suatu apapun. Proposal
Studi kasus ini terdiri dari 4 (empat) bab dan terbagi lagi dalam sub bab
oleh rumusan masalah, tujuan (tujuan umum dan tujuan khusus), ruang lingkup,
Bab III terdiri dari desain penelitian, batasan istilah, partisipan, lokasi dan
viii
Bab V terdiri dari kesimpulan dan saran ( bagi mahasiswa, penulis dan
rumah sakit).
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................ii
RIWAYAT HIDUP......................................................................................................iv
ABSTRAK....................................................................................................................v
KATA PENGANTAR................................................................................................viii
DAFTAR ISI.................................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
2.1.3 Etiologi........................................................................................................14
2.1.4 Patofisiologi................................................................................................15
2.1.5 Pathway...............................................................................................17
x
2.1.7 Komplikasi...........................................................................................19
2.1.9 Penatalaksanaan..................................................................................22
2.1.10 Pencegahan..........................................................................................24
2.2.1 Pengkajian...........................................................................................25
2.2.5 Implementasi.......................................................................................35
2.2.6 Evaluasi......................................................................................................36
3.3 Partisipan....................................................................................................40
4.2 PEMBAHASAN................................................................................................80
xi
4.2.3 Intervensi Keperawatan............................................................................83
BAB V PENUTUP......................................................................................................89
5.1 Kesimpulan......................................................................................................89
5.2 Saran...........................................................................................................92
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................94
xii
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
halus yang disebabkan oleh salmonella typhosa dan hanya terdapat pada
manusia (Marni, 2016). Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari
keluhan atau gejala. Setelah masa tanpa gejala tersebut, selanjutnya mulai
bermunculan keluhan atau gejala variatif yaitu demam kurang lebih 1 minggu,
diare, mual muntah, rasa tidak nyaman diperut, anoreksia (Inawati, 2017).
Beberapa faktor resiko dari penyakit ini antara lain lingkungan dan perilaku
hidup bersih yang rendah (Elon & Simbolon, 2018). Penyakit demam tifoid
dapat ditularkan melalui fekal dan oral yang masuk ke tubuh manusia melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh tinja atau urin yang
kumuh, llingkungan padat, penyediaan air bersih yang tidak adekuat, sanitasi
yang buruk, hygine masing – masing penduduknya kurang memadai dan tidak
1
2
dilakukan rencana tindakan yaitu monitor suhu tubuh minimal 2 jam sekali,
monitor warna kulit dan membran mukosa, serta dapat berkolaborasi dengan
orang sakit karena demam tifoid dan antara 128.000 dan 161.000 orang
meninggal setiap tahunnya. Risiko demam tifoid lebih tinggi pada populasi
yang tidak memliki akses ke air yang aman dan sanitasi yang memadai,
tinggi.
merupakan salah satu penyakit endemis yang dan merupakan salah satu dari
dan kelompok usia produktif, penyakit ini menyebabkan angka absensi yang
tinggi, rata-rata perlu waktu 7-14 hari untuk perawatan apabila seseorang
terkena tifoid. Apabila pengobatan yang dilakukan tidak tuntas maka dapat
3
kelurahan terbanyak yang berada di pinggiran sungai musi dan daerah kumuh
tercemar, sarana air bersih yang kurang sehat, dan kepadatan penduduk yang
menjadi salah satu faktor terjadi penyakit demam tifoid (Kemen PUPR, 2017).
demam tifoid ditemukan sebanyak 923 kasus widal positif pada tahun 2017.
Lebih dari 50% kasus demam tifoid diderita pada usia anak-anak dan usia
1.3 Tujuan
Tifoid.
6
BAB II
KONSEP TEORI
oleh bakteri salmonella tyhpi atau salmonella parathypi A,B dan C. Penularan
tifoid melalui fekal dan oral yang masuk ke tubuh manusia melalui makanan dan
yang sudah terkontaminasi olehfeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
endothelia /endokardial dan juga invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel
fagosit monocular dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan peyer’s patch dan juga
dapat menular pada orang lain melalui makanan /air yang terkontaminasi (Nurarif
6
7
Demam tifoid adalah suatu infeksi sistem yang ditandai dengan demam, sakit
adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang
disebabkan oleh salmonella typosatipe A,B,C. Penularan dapat terjadi secara fecal
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke
dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau
merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut,
tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan
8
anus. Sistem pencernaan dan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar
1. Mulut
dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh
sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan juga pahit. Penciuman
dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan juga lebih rumit, terdiri dari
bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan juga
2. Kerongkongan (Esofagus)
3. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan juga berbentuk seperti
a. Kardia.
b. Fundus.
c. Antrum.
Usus halus /usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak diantara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan
protein, gula dan juga lemak. Lapisan usus halus meliputi, lapisan mukosa
terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari duodenum), usus kosong
(jejenum) dan usus penyerapan (ileum). Villi usus halus terdiri dari pipa
(ileum).
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus
peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat
sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu
jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan
makanan.
adalah bagian dari usus halus, diantara usus dua belas jari (duodenum)
seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus
selgoblet dan plak peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong
dan terletak setelah duodenum dan juga jejunum, dan dilanjutkan oleh
usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa)
Usus besar /kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon
vitaminK. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
13
bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada
mamalia, burung, dan juga beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivore
caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, umbai cacing berukuran
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial
appendiktomi.
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir dianus. Organ ini berfungsi sebagai
tinja disimpang ditempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens.
Jika kolon desendens penuh dan juga tinja masuk ke dalam rektum, maka
dimana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi
untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi
bayi dan juga anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam
lubang diujung saluran pencernaan, dimana bahan limba keluar dari tubuh.
Sebagian besar anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan juga
sebagian lainnya dari usus. Pembukaan dan juga penutupan anus diatur
oleh otot spinter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang
2.1.3 Etiologi
Menurut (Karson & Susilawati,2018) Demam tifoid disebabkan oleh
berasal dari penderita atau pembawa kuman dan biasanya keluar bersama-sama
15
dengan tinja. Transmisi juga dapa terjadi secara transplasenta dari seorang ibu
2.1.4 Patofisiologi
Menurut (Mardalena,2018) Penyakit demam tifoid bisa disebabkan oleh
basil salmonella typhosa. Penularan ini dapat terjadi melalui mulut lewat makanan
yang tercemar kemudian kuman mengadakan penetrasi ke usus halus dan jaringan
limfoid lalu berkembang biak. Selanjutnya kuman masuk ke aliran darah dan
Proses ini terjadi pada masa tunas 10-14 hari dan berakhir saat sel-sel
masuk kedalam beberapa organ-organ tubuh terutama kelenjar lympoid usus halus
dan menimbulkan tukak yang berbentuk lonjong pada mukosa di atas plak peyeri.
Setelah masuk ke saluran cerna dan mencapai usus halus, salmonella typhi
akan ditangkap oleh makrofag diusus halus dan memasuki peredaran darah,
aliran darah hingga sampai dikandung empedu. Bersama dengan sekresi empedu
ke saluran cerna, dan akan menginfeksi peyer`s patches, yaitu jaringan limfoid
a. Antigen O (Antigen Somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh
juga endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak
b. Antigen H (Antigen Flagela) yang terletak pada flagela, fimbrae atau pili
dari kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan
c. Anrigen Vi yang terletak pada kapsull (envelope) dari kuman yang dapat
2.1.5 Pathway
Bakteri mengadakan
defisit nutrisi
sumber; (Fauzan,2019)
18
Menurut (Kasron & susilawati, 2018) gejala klinis yang bisa ditemukan yaitu:
a. Demam
remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh
dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua,
penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu
ketiga.
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-
pecah (ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung
c. Gangguan kesadaran
yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.
d. Gejala lain
19
Rose spot dapat dijumpai pada penderita tifoid, yaitu suatu ruam
Tabel 2.1 skala demam tifoid menurut nelwan RHH dalam (Karson &
Susilawati,2018).
No Gejala klinis
1. Demam < 1 minggu
2. Sakit kepala
3. Lemah
4. Mual
5. Nyeri Perut
6. Anoreksia
7. Muntah
8. Gangguan motilitas
9. Insomnia
10. Hepatomegali
11. Splenomegali
12. Demam > 1 minggu
13. Bradikardi relatif
14. Lidah tifoid
15. Melena
16. Gangguan kesadaran
2.1.7 Komplikasi
ekstra-intestinal.
a. Komplikasi intestinal
1. Perdarahan usus.
2. Perforasi usus.
3. Ileus paralitik.
20
b. Komplikasi Ekstra-Intestinal
hemolitik.
katatonia.
fase lanjut.
salmonella typhi dalam biakan dari daah, urine, feses, sumsum tulang
bakteri akan lebih mudah ditemukan dalam daah dan sumsum tulang
dan feses.
c. Uji Serologis
1. Uji Widal.
2. Uji Tubex
magnetik latex.
3. Uji Typhidot
22
Dapat mendeteksi antibodi IgM dan IgG yang tedapat pada protein
2.1.9 Penatalaksanaan
penyebaran kuman.
sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari.
c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4. Pengobatan
dengan cepat.
2.1.10 Pencegahan
a. Pencegahan primer
orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat
imunisasi dengan vaksin yang dibuat dari strain salmonella typhi yang
dilemahkan.
berna. Vaksin ini tersedia dalam kapsul yang diminum selang sehari
dalam 1 minggu satu jam sebelum makan, Vaksin parentral sel utuh:
samping adalah demam, nyeri kepala, lesu, bengkak, dan nyeri pada
tempat suntikan.
hidup bersih dan sehat dengan cara budaya cuci tangan yang benar
b. Pencegahan sekunder
usaha surveilans tifoid serta perawatan umum dan nutrisi diet yang
sesuai.
c. Pencegahan tersier
hidup sehat, sehingga imunitas tubuh tetap terjaga dan dapat terhindar
2.2.1 Pengkajian
pucat (anemia), nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), dan
sakit dan dirawat dengan kasus yang sama, atau jika pasien menderita
penyakit lain.
dalam kesehatanya.
selama sakit.
10. Pola tata nilai dan kepercayaan. Muncul distress dalam piritual
tidak edema, pucat, bibir kering, napas bau, lidah kotor dan bagian tepi
bantu pernapasan.
dari normal).
bawah
koma.
salmonella typhii.
metabolik.
kurang informasi.
typhi
Intervensi keperawatan:
2. Beri kompres dengan air hangat pada daerah axila, lipatan paha,
pembuluh darah
penguapan tubuh
diimbangi dengan asupan cairan yang banyak (sekitar 2,5 liter/24 jam)
Kriteria hasil:
diberikan
Intervensi keperawatan:
8. Beri nutrisi dengan diet lembek, tidak mengandug banyak serat, tidak
ditelan
sangat kurang
metabolik.
optimal
Intervensi keperawatan:
bedrest
33
Kriteria hasil: turgpr kulit meningkat, dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Intervensi keperawatan:
keseimbangan cairan
cairan lanjut
Intervensi keperawatan:
Intervensi keperawatan:
bedrest total
Intervensi keperawatan:
informasi
Intervensi keperawatan:
3. Beri kesempatan pasien dan keluarga pasien untuk bertanya bila ada
2.2.5 Implementasi
masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
2.2.6 Evaluasi
Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan Asuhan
kesehatan lainnya.
dilaksanakan.
perencanaan.
METODE PENELITIAN
kesimpulan.
38
39
2. Usus halus /usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak
3. Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
3.3 Partisipan
dalam suatu kegiatan tanpa ada unsur paksaan dari berbagai pihak dan
dalam hal ini partisipan disamarkan baik nama maupun identitas klien
satu orang yang dirawat di Rsud Siti Fatimah Palembang dengan gangguan
sistem pencernaan.
2021
40
Waktu yang digunakan dalam penelitian studi kasus ini dilakukan pada
1. Wawancara
b) Wawancara terpimpin
2. Observasi
dengan melihat, melihat, mendengar dan mencatat hasil dari tindakan yang
a) Observasi terlibat
b) Observasi sistematis
c) Observasi eksperimental
membuat sebuah hipotesa kerja dan penyusunan analisa data diperoleh dari
(Sugiono, 2011):
1. Pengumpulan data
evaluasi.
(Nursalam, 2016):
1. Informet concent
43
Isi dari inform consent harus jelas baik isi maupun manfaat dari
2. Anonimity
3. Confidentality
Demam Tifoid Di Ruang Wings Lt 7 Rsud Siti Fatimah Palembang Tahun 2021
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny.S
Umur : 43 tahun
Agama : Islam
Lebar
Med.Rec : 00013474
Nama : Tn.M
Umur : 48 tahun
44
45
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alang Lebar
Hubungan : Suami
Klien mengatakan nyeri pada bagian abdomen kuadran kiri atas dorsal
abdomen kuadran kiri atas dorsal abdomen, mual muntah, pusing dan
demam dengan suhu tidak stabil. Pada tanggal 01 februari pukul 23:00
WIB klien di bawa ke IGD Rsud Siti Fatimah dengan keluhan yang
ribu/ui, hasil tanda-tanda vital TD: 127/84 mmHg, Nadi:86 x/m, Suhu
pukul 08:00 WIB klien mengatakan semalam tidak bisa tidur karena
nyeri pada abdomen kuadran kiri atas dorsal abdomen, pusing, dan
mual terkadang juga klien merasa tidak nafsu makan. Tanda tanda vital
secara manndiri.
dan pilek, tetapi klien belum pernah menderita penyakit ini sebelumnya.
penyakit yang sama seperti yang klien alami atau sejenis penyakit
7. Genogram
Keterangan
: Laki-Laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
: Garis Keturunan
: Garis Perkawinan
48
1. Pola nutrisi/metabolik
Makan
2. Persepsi/Penatalaksaan Kesehatan
Jika ada keluarga yang sakit di beri obat terlebih dahulu di rumah kalau
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobilisasi Di Tempat Tidur
Pindah
Ambulasi
Naik Tangga
Keterangan :
Skor: 0 = Mandiri
1 = Dibantu Sebagian
1 = Tergantung/Tidak Mampu
5. Pola Eliminasi
BAB
BAK
waktu
9. Pola Koping
dapat teratasi
lain
d. Muka
Bentuk dada simetris, pola ( ) TAK
nafas reguler, suara (-) Tic Fasialis
tambahan tidak ada. (-) Kelainan Kongenital
(-) Moon Face
(-) Lainnya
Nadi frekuensi e. Mata
70-130x/menit reguler, ( ) TAK
auskultasi bunyi jantung (-) Gangguan Penglihatan
normal, tida ada suara (-) Sklera Ikterik
tambahan. (-) Tidak ada Reaksi Cahaya
(-) Anisokor
(-) Diplopia
Abdomen datar, nyeri (-) Midriasis/Miosis
umum dan nyeri khusus ( )Kongjungtivitis
tidak ada, ascites tidak ada (-) Edema
53
f. Telinga
( ) TAK (-) Berdengung
Warna kulit (-) Nyeri (-) Tuli
kemerahan/pigmentasi, (-) Keluar Cairan
akral hangat, turgor elastik, (-) Lainnya
krepitasi dan oedem tidak g. Hidung
ada. ( ) TAK (-) Asimetris
(-) Epitaksis (-) Lainnya
h. Mulut
Pergerakan bebas, (-) TAK (-) Asimetris
kemampuan kekuatan otot (-) Simetris ( ) Bibir Pucat
nilai 5 ( ) Lainnya : Bibir kering dan
pecah-pecah karena
kekurangan cairan
i. Gigi
(-) TAK ( ) Karies
(-) Goyang (-) Tambal
(-) Gigi Palsu (-) Lainnya
j. Lidah
(-) TAK (-) Kotor
( ) Mukosa Kering (-) Lainnya
(-) Gerakan Simetris
k. Tenggorokan
(-) TAK
(-) Tongsil Membesar
(-) Faring Merah
(-) Sakit menelan
(-) Lainnya
l. Leher
( ) TAK
54
Typhi H TITER
PARATYPHI A-H Positif 1/320
PARATYPHI B-H Positif 1/160
PARATYPHI C-H Positif 1/80
TYPHI O Positif 1/80
PARATYPHI A-O Positif 1/320
PARATYPHI B-O Negatif (-)
PARATYPHI C-O Positif 1/160
URINALISA Positif 1/160
Urine Rutin
Reaksi
Urobilinogen
Nitrit Normal Normal
Protein Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif
Bilirubin Positif Negatif
Keton Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
PH Negatif Negatif
Berat jenis 6,0 5,0-8,5
Sedimen 1.020 1.005-1.030
- Leukosit
- Eritrosit 2-3
2-3
- Silinder 0-1
2-3
- Epithel Negatif
Negatif
- Bakteri Positif
Positif
- Kristal Negatif
Negatif
(-) (-)
VII. TERAPI
1. Obat-obatan
2. IVFD
hati membesar,
perut kembung dan
tegang
nyeri tekan
nyeri akut
2. DS: klien mengatakan sudah 2 Kuman salmonella Hipertermia Grisandi
minggu mengalami thypi
demam dengan suhu Masuk tubuh
badan tidak stabil. melalui Mulut
DO: TD : 120 / 90 mmHg bersama makanan
Nadi : 86 x / m Dan minuman
Suhu : 38,2 ◦C Masuk sampai ke
RR : 20 x / m usus halus
- Klien tampak lesu dan Bakteri
lemas mengadakan
- Klien tampak pucat multifikasi diusus
- Mukosa bibir kering peredaran darah
mual muntah,
demam, muka
merah, kulit terasa
kering
peningkatan suhu
tubuh
Hipertermia
58
mual muntah,
demam, muka
merah, kulit terasa
kering
nafsu makan
menurun
suplai tidak
adekuat
Defisit Nutrisi
4. DS: klien mengatakan ia sering Kuman salmonella Gangguan pola Grisandi
kesulitan tidur dan thypi tidur
sering terbangun pada Masuk tubuh
malam hari dan tidak melalui Mulut
dapat tidur lagi karena bersama makanan
pusing. Dan minuman
DO: Masuk sampai ke
- Konjungtiva anemis usus halus
- Klien tampak Mengadakan
mengantuk multifikasi diusus
- Wajah pasien tampak peredaran darah
pucat mual muntah,
- Terdapat lingkaran demam, muka
hitam pada area mata merah, kulit terasa
- Tidur malam : 3 jam kering, pusing
- Tidur siang : ± 30
menit terbangun pada
malam hari
gangguan pola
tidur
(INTERVENSI KEPERAWATAN)
tubuh
Kolaborasi
Pemberian anapiretik dan pemberian cairan intravena dan obat Membantu untuk
antipiretik mengurangi suhu tubuh
3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan selama 1 Manajemen nutrisi
berhubungan x 24 jam diharapkan nutrisi klien Observasi
dengan terpenuhi dengan KH: 12. Identifikasi status nutrisi Untuk mengetahui pola
kurangnya 1. Nyeri abdomen menurun makan
asupan makanan 2. Berat badan membaik 13. Monitor asupan makanan Untuk mengetahui
3. Nafsu makan membaik seberapa banyak input
4. Bising usus membaik makanan
5. Membran mukosa membaik Untuk mengurangi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemberian cairan parentral
Kolaborasi mual dan
Berikan obat antiemetikl meningkatkan nafsu
makan
4. Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan selama 1 Dukungan tidur
tidur x 24 jam diharapkan pola tidur klien Observasi
berhubungan membaik dengan KH: Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik / psikologis) Untuk mengetahui
dengan restaint 1. Keluhan sulit tidur menurun Terapeutik faktor penyebab
fisik 2. Keluhan tidak puas tidur Modifikasi lingkungan terjdinya gangguan
menurun pola tidur
3. Keluhan istirahat tidak cukup
menurun Untuk memberikan
Berikan tindakan non-farmakologis (terapi pijat) kenyamanan
Untuk mengurangi
nyeri
63
(IMPLEMENTASI KEPERAWATAN I)
1. Nyeri akut 08.00 Identifikasi lokasi, karakteristik, Ds: klien mengatakan nyeri pada abdomen kuadran kiri atas Grisandi
berhubungan durasi, kualitas nyeri dan dorsal abdomen
dengan agen identifikasi skala nyeri Do:
pencedera fisik P: adanya radang pada usuus
(inflamasi) Q: berdenyut
R: abdomen kuadran kiri atas
S: 4
T: saat makan
- Klien tampak Meringis
Ds: klien mengatakan nyeri pada abdomen kuadran kiri atas
08.30 Memberikan kompres hangat / dorsal abdomen
dingin Do:
P: adanya radang pada usuus
Q: berdenyut
R: abdomen kuadran kiri atas
S: 4
T: saat makan
- Klien tampak Meringis
64
T: saat makan
- Klien tampak Meringis
2. Hipertermia 08.00 Memonitor suhu tubuh Ds: klien mengatakan demam
berhubungan DO:
dengan proses TD : 120 / 90 mmHg
penyakit Nadi : 86 x / m
Suhu : 38,2◦C
RR : 20 x / m
- Klien tampak lesu dan lemas
- Klien tampak pucat
- Mukosa bibir kering
- Kulit teraba hangat
Ds: klien mengatakan demam
08.30 Memberikan kompres hangat/ DO:
dingin (dahi, leher, axila) TD : 120/ 90 mmHg
Nadi : 86 x / m
Suhu : 38,1 ◦C
RR : 20 x / m
- Klien tampak lesu dan lemas
- Klien tampak pucat
- Mukosa bibir kering
- Kulit teraba hangat
Ds: klien mengatakan demam
12:00 DO:
Berkolaborasi dengan tim medis TD : 120 / 90 mmHg
dalam pemberian obat paracetamol Nadi : 86 x / m
tablet Suhu : 37,9 ◦C
RR : 20 x / m
- Klien tampak lesu dan lemas
- Klien tampak pucat
- Mukosa bibir kering
Kulit teraba hangat
3. Defisit nutrisi 08.00 Identifikasi status nutrisi Ds: klien mengatakan tidak nafsu makan dan mual tetapi tidak
berhubungan disertai muntah,
66
4. Gangguan pola tidur 08:00 Identifikasi faktor pengganggu DS: klien mengatakan ia sering kesulitan tidur dan sering
berhubungan tidur terbangun pada malam hari dan tidak dapat tidur lagi
dengan restaint fisik karena pusing.
DO:
- Konjungtiva anemis
67
1. Nyeri akut 14.00 Identifikasi lokasi, karakteristik, Ds: klien mengatakan nyeri pada abdomen kuadran kiri atas Grisandi
berhubungan durasi, kualitas nyeri dan dorsal abdomen sudah berkurang
dengan agen identifikasi skala nyeri Do:
pencedera fisik P: adanya radang pada usuus
(inflamasi) Q: berdenyut
R: abdomen kuadran kiri atas
S: 2
T: saat makan
- Klien tampak Meringis
Ds: klien mengatakan nyeri pada abdomen kuadran kiri atas
14.30 Memberikan kompres hangat / dorsal abdomen sudah berkurang
dingin Do:
P: adanya radang pada usuus
Q: berdenyut
R: abdomen kuadran kiri atas
S: 2
T: saat makan
- Klien tampak Meringis
69
2. Hipertermia 14.00 Memonitor suhu tubuh Ds: klien mengatakan demam sudah berkurang
berhubungan DO:
dengan proses TD : 120 / 80 mmHg
penyakit Nadi : 85 x / m
Suhu : 37,9◦C
RR : 20 x / m
- Klien tampak lesu dan lemas
- Klien tampak pucat
- Mukosa bibir kering
- Kulit teraba hangat
Ds: klien mengatakan demam sudah berkurang
14.30 Memberikan kompres hangat/ DO:
dingin (dahi, leher, axila) TD : 120/ 80 mmHg
Nadi : 85 x / m
Suhu : 37,9 ◦C
RR : 20 x / m
- Klien tampak lesu dan lemas
- Klien tampak pucat
- Mukosa bibir kering
- Kulit teraba hangat
Ds: klien mengatakan demam sudah sangat berkurang
18:00 DO:
Berkolaborasi dengan tim medis TD : 120 / 80 mmHg
dalam pemberian obat paracetamol Nadi : 86 x / m
tablet Suhu : 37,7 ◦C
RR : 20 x / m
- Klien tampak lesu dan lemas
- Klien tampak pucat
- Mukosa bibir kering
- Kulit teraba hangat
3. Defisit nutrisi 14.00 Identifikasi status nutrisi Ds: klien mengatakan tidak nafsu makan dan masih sedikit
berhubungan mual
dengan DO:
ketidakmampuan BB sebelum MRS : 61 kg
70
4. Gangguan pola tidur 14:00 Identifikasi faktor pengganggu DS: klien mengatakan sudah dapat tidur dengan baik
berhubungan tidur DO:
dengan restaint fisik - Konjungtiva tidak anemis
- Klien tampak tidak mengantuk
- Wajah pasien segar
- Terdapat sedikit lingkaran hitam pada area mata
- Tidur malam : 5 jam
- Tidur siang : ± 1 jam
DS: klien mengatakan pusing sudah sangat berkurang
DO:
- Klien melakukan pemijatan pada area dahi
14:40 Memberikan terapi pijat - Wajah pasien tampak pucat
71
1. Nyeri akut 21.00 Identifikasi lokasi, karakteristik, Ds: klien mengatakan nyeri pada abdomen kuadran kiri atas Grisandi
berhubungan durasi, kualitas nyeri dan dorsal abdomen sudah berkurang
dengan agen identifikasi skala nyeri Do:
pencedera fisik P: adanya radang pada usuus
(inflamasi) Q: berdenyut
R: abdomen kuadran kiri atas
S: 2
T: saat makan
- Klien tampak Meringis
Ds: klien mengatakan nyeri pada abdomen kuadran kiri atas
07:00 Berkolaborasi dengan tim medis dorsal abdomen sudah sangat berkurang
dalam pemberian injeksi obat Do:
omeprazole P: adanya radang pada usuus
Q: berdenyut
R: abdomen kuadran kiri atas
72
S: 1
T: saat makan
- Klien tampak tenang
- Klien tidak meringis
2. Hipertermia 21.00 Memonitor suhu tubuh Ds: klien mengatakan demam sudah berkurang
berhubungan DO:
dengan proses TD : 110 / 90 mmHg
penyakit Nadi : 80 x / m
Suhu : 37,5◦C
RR : 20 x / m
- Mukosa bibir lembab
- Kulit tidak teraba hangat
Ds: klien mengatakan demam sudah berkurang
07:00 Berkolaborasi dengan tim medis DO:
dalam pemberian obat paracetamol TD : 110/ 90 mmHg
tablet Nadi : 80 x / m
Suhu : 37,5 ◦C
RR : 20 x / m
- Mukosa bibir lembab
- Kulit tidak teraba hangat
3. Defisit Nutrisi 21:00 Identifikasi status nutrisi Ds: klien mengatakan nafsu makan mulai membaik dan masih
behubungan dengan sedikit mual
ketidakmampuan DO:
mencerna makanan BB sebelum MRS : 61 kg
BB setelah MRS : 52 kg
IMT : 21,66
Hb: 13,9 g/dl
Klien mendapat diet bubur saring
73
EVALUASI
4. Gangguan pola tidur berhubungan 14:00 S: klien mengatakan pusing sudah mulai berkurang dan sudah dapat tidur Grisandi
dengan restaint fisik siang walaupun tidak terlalu lama
O: - klien tampak pucat
A: gangguan pola tidur teratasi sebagian
P: intervensi keperawatan dilanjutkan
- Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik / psikologis)
- Berikan tindakan non farmakologis (terapi pijat)
Intervensi keperawatan distop
- Modifikasi lingkungan
76
EVALUASI
2. Hipertermia berhubungan dengan 20:0 S: klien mengatakan demam sudah sangat berkurang Grisandi
proses penyakit O:
TD : 120 / 80 mmHg
Nadi : 86 x / m
Suhu : 37,7 ◦C
RR : 20 x / m
- Klien tampak lesu dan lemas
- Klien tampak pucat
- Mukosa bibir kering
Kulit teraba hangat
A: Hipertermia teratasi sebagian
P: Intervensi keperawatdilanjutkan
- Monitor suhu tubuh
- Kolaborasi pemberian antipeuretik (paracetamol)
Intervensi keperawatan distop
- Berikan tindakan non-farmakologis (kompres hangat/dingin)
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan 20:00 S: klien mengatakan tidak nafsu makan dan masih sedikit mual Grisandi
ketidakmampuan mencerna O:
makanan BB sebelum MRS : 61 kg
BB setelah MRS : 52 kg
IMT : 21,66
Hb: 13,9 g/dl
Klien mendapat diet bubur saring
A: intervensi keperawatan dilanjutkan
- Identifikasi status nutrisi
- Monitor asupan makanan
- Kolaborasi pemberian obat mual (ondansetron)
4. Gangguan pola tidur berhubungan 20:00 S: klien mengatakan tidak pusing dan sudah dapat tidur dengan baik Grisandi
dengan insomnia O:
78
EVALUASI
2. Hipertermia berhubungan dengan 07:30 S: klien mengatakan tidak merasa demam lagi Grisandi
80
proses penyakit O:
TD : 120 / 80 mmHg
Nadi : 86 x / m
Suhu : 37,2 ◦C
RR : 20 x / m
- Klien tidak tampak pucat
- Mukosa bibir lembab
- Kulit tidak teraba hangat
- Kulit klien tidak kering
A: Hipertermia teratasi
P: Intervensi keperawatdistop
- Monitor suhu tubuh
- Kolaborasi pemberian antipeuretik (paracetamol)
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan 07:30 S: klien mengatakan tidak mual dan nafsu makan mulai membaik Grisandi
kurangnya asupan makanan O:
BB sebelum MRS : 61 kg
BB setelah MRS : 52 kg
IMT : 21,66
Hb: 13,9 g/dl
Klien mendapat diet bubur saring
Makan 2x sehari sebanyak 1 porsi
A: Defisit nutrisi teratasi sebagian
P: intervensi keperawatan dilanjutkan
- Identifikasi status nutrisi
- Monitor asupan makanan
- Kolaborasi pemberian obat mual (ondansetron)
81
80
4.2 PEMBAHASAN
Pembahasan dilakukan membahas secara rinci mengenai
kesenjangan antara teori askep dengan kasus nyata oleh Ny “S” saat
pendokumentasian
pengkajian yang penulis lakukan selama pada study kasus ini, tidak banyak
Mardalena (2018) mual dan kembung, nafsu makan menurun, panas dan
demam, anoreksia, diare, pucat (anemia), nyeri kepala pusing, nyeri otot,
lidah tifoid (kotor), dan gangguan kesadaran berupa samnolen sampai koma
Dan dari pengkajian yang saya lakukan di Rsud Siti Fatimah Palembang,
suhu tidak stabil, tidak nafsu makan, kesulitan tidur, konjungtiva anemis,
mukosa bibir kering, kulit teraba hangat, ekspresi wajah meringis, kulit
kering.
Sedangkan pada pasien Ny “S” tidak ditemukan data tersebut. Hal ini
disebabkan pada pasien Ny “S”pada data tinja tidak berdarah karena tidak
81
adanya pendarahan pada usus atau lambung pasien dan tidak terjadi
typhii.
metabolik.
kurang informasi.
diagnosa yang tidak terdapat pada pengkajian diagnosa yang saya temukan
kebutuhan.
total. Diagnosa ini tidak ditemukan pada Ny. “S” dikarenakan dalam
Pada saat pengkajian kondisi kulit pasien memang kering tapi tidak
dideritanya.
saat saya melakukan pengkajian klien mengeluh tidak bisa tidur dan
menurut Mardalena (2018) sama dengan yang saya temukan di Rsud. Siti
Fatimah Palembang adapun yang tidak saya temukan yaitu pada diagnose:
terdapat 2 persamaan intervensi yang saya lakukan sesuai teori yaitu catat
yang saya lakukan dengan yang ada diteori, dalam pengkajian saya
hangat/dingin).
batas normal dan teratasi. Dalam pengkajian saya di Rsud Siti Fatimah
yang saya rencanakan sesuai dengan teori yaitu observasi suhu tubuh
klien, beri kompres dengan air hangat pada area axila, lipat paha,
bertambah, tidak ada mual dan muntah, porsi makan dihabiskan 1 porsi,
persamaan intervensi yang saya rencanakan sesuai dengan teori yaitu kaji
pola nutrisi klien dan kolaborasi pemberian cairan parentral dan pemberian
monitor asupan makanan klien tetapi di teori tidak ada intervensi timbang
berat badan.
Dan terdapat1 perbedaan intervensi yang saya lakukan dengan yang ada
dengan teori yaitu observasi suhu tubuh klien, beri kompres dengan air
hangat pada area axila, lipat paha, kolaborasi dengan dokter dalam
nafsu makan bertambah, tidak ada mual dan muntah, porsi makan
makanan karena pada teori tidak ada perintah untuk menonitor asupan
makanan .
intervensi inilah yang saya lakukan namun pada intervensi secara teori
dengan masalah utama pasien pada saat melakukan studi kasus ini dalam
demam lagi dan suhu badanya sudah turun hasil ttv dalam batas
normal suhu: 37,2, TD: 110/90 mmHg, N: 80 x/m, RR:20 x/m, mukosa
88
bibir lembab, kuit tidak teraba hangat, kulit tidak kering yang
mengatakan tidak mual lagi tetapi masih tidak nafsu makan dari hasil
badan klien belum naik yang divealuasi pada tanggal 04 februari 2021.
pusing dan sudah dapat tidur dengan baik dari hasil pengkajian
area mata, Tidur malam : 5 jam, Tidur siang : ± 1 jam, Klien tampak
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawataan selama tiga hari dapat
disimpulkan:
pada bagian abdomen kuadran kiri atas dorsal abdomen, mual muntah,
pusing dan demam dengan suhu tidak stabil, klien mengatakan semalam
tidak bisa tidur karena nyeri pada abdomen kuadran kiri atas dorsal
abdomen, pusing, dan mual terkadang juga klien merasa tidak nafsu
Suhu: 38,2ᵓC.
(inflamasi).
hangat/dingin)
klien, beri kompres dengan air hangat pada area axila, lipat paha,
mencerna makanan.
hangat pada area axila, lipat paha, kolaborasi dengan dokter dalam
6. Evaluasi
demam lagi dan suhu badanya sudah turun hasil ttv dalam batas
normal suhu: 37,2, TD: 110/90 mmHg, N: 80 x/m, RR:20 x/m, mukosa
bibir lembab, kuit tidak teraba hangat, kulit tidak kering yang
mengatakan tidak mual lagi tetapi masih tidak nafsu makan dari hasil
badan klien belum naik yang divealuasi pada tanggal 04 februari 2021.
pusing dan sudah dapat tidur dengan baik dari hasil pengkajian
area mata, Tidur malam : 5 jam, Tidur siang : ± 1 jam, Klien tampak
5.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
2. Bagi Penulis
yang cukup maka pasien yang telah mengalami atau menderita Demam
kembali.
DAFTAR PUSTAKA