ENIKA SINTIA
NIM: 163110243
ENIKA SINTIA
NIM: 163110243
Riwayat Pendidikan
v
Poltekkes Kemenkes Padang
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
Peneliti menyadari, dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini terdapat banyak
kesulitan yang dihadapi oleh peneliti, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, belum tentu peneliti bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh
RSUP DR. M DJAMIL Padang dan staf Rumah Sakit yang telah banyak
Padang.
vi
Poltekkes Kemenkes Padang
5. Bapak/ibu dosen serta staf Program Studi Keperawatan Padang Politeknik
RSUP DR. M DJAMIL Padang dan staf Rumah Sakit yang telah banyak
7. Kepada orang tua yang telah meberikan dorongan, semangat, do’a restu
8. Teman-teman dan semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu
Ilmiah ini.
Akhir kata peneliti berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi
peneliti sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta peneliti mendoakan
semoga bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga
Peneliti
vii
Poltekkes Kemenkes Padang
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG
ABSTRAK
Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST, merupakan indikator kejadian
oklusi total pembuluh darah arteri koroner. Ada 32,4 juta kasus miokard infark
didunia, pervalensi STEMI (25 %-40% ). Di ruang CVCU RSUP Dr M. Djamil
Padang didapatkan data STEMIPada tahun 2014 STEMI terjadi sebanyak 408
kasus, tahun 2015 sebanyak 31 kasus, tahun 2016 sebanyak 228 kasus, tahun 2017
sebanyak 817 kasus.Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan asuhan
keperawatan pada pasien STEMI di ruang CVCU RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Hasil pengkajian pada pasien dengan STEMI di dapatkan pasien mengalami nyeri
dada sebelah kiri, seperti tertusuk-tusuk pisau, sesak nafas, batuk dan hasil
perekaman EKG nya didapatkan segmen ST-Elevasi di lead III,V1,V2,V3,V4.
Masalah keperawatan ditemukan pada partisipan adalah nyeri akut, resiko
penurunan curah jantung, gangguan pertukaran gas, intoleran aktifitas.
Hasil evaluasi didapatkan tidak semua masalah teratasi. Kesimpulan penelitian ini
adalah tercapainya semua aspek tahapan keperawatan yang merupakan tujuan
penelitian. Melalui direktur RSUP.DR.M.Djamil diharapkan dapat menerapkan
teknik nafas dalam untuk menghilangkan nyeri pada pasien STEMI.
viii
Poltekkes Kemenkes Padang
Goresan Tinta Emas
Alhamdulilah, alhamdulilahirobbil ‘allamin, tak henti-hentinya nika mengucapkan
rasa Syukur atas rahmad dan karunia yang telah Engkau berikan, sehingga nika
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Terima kasih atas kesempatan,
kelancaran dan kemudahan yang Engkau berikan dalam menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini, semoga ilmu yang nika peroleh dapat bermamfaat bagi orang-orang
disekeliling nika, Amiin...
Selanjutnya terima kasih seluruh keluarga terutama kepada Babak, Ibu, Ayah,
Umak yang telah memfasilitasi nika dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini,
baik secara materil maupun non-materil, terima kasih telah mendengarkan keluh
kesah nika, terima kasih atas do’a dan dukungannya, semoga Babak, Ibu, Ayah,
Umak sehat selalu dan bisa melihat nika sukses nanti, Amiin...
Terima kasih kepada Adik-adik teti; Yelfi, Dewa, Raja, Fahri, Salsabila, Kafka
yang selalu menelvon menanyakan kapan pulang dan juga memberikan dukungan
dan semangat dalam
menyelesaikan Karya Tulis ilmiah ini, semoga kita tetap selalu kompak, selalu
akur dan menjadi anak yang membanggakan bagi Ayah, umak, Babak, Ibu
Amiin...
Terima kasih kepada kanda Rahma Dandi Alfaed yang selalu memberikan
nasehat dan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis ilmiah ini,
semoga selalu ada disaat suka maupun duka, Amiin…
Terima kasih kepada cabe onyetku tercinta Febri Yolanda Amd. Kep, Hany Riani
Syofia Amd.Kep, Lailatul Rahmi Amd.Kep, Lyra Rahmadani Amd. Kep, Yang
selama 3 tahun ini berjuang bersama-sama dan slalu siap mendengarkan keluh
kesah dalam masalah kuliah dan cinta.Terima kasih juga kepada onyet-onyet
lainnya Fajriatul Rizka Amd.Kep (uniang),Ulva Aulia Zikra Amd.Kep yang selalu
memberikan tawa selama 3 tahun ini, Terima Kasih kepada Alfiandry Amd.Kep
dan Muhammad Handoyo Amd.Kep yang selalu membantu ketika perlu motor,
ketika ban motor tiba-tiba bocor ditengah jalan,dan keperluan lainnya wkwk….
Semoga kita sukses dan menjadi perawat yang berguna bagi keluarga,bangsa dan
Negara,amiin…
ix
Poltekkes Kemenkes Padang
Terima kasih kepada kelompok 1 PKLT Pasaman Barat (Lato Squad rabi jonggor)
kak dea yang kalau tidur ****k karena lelah dilanda rindu dan hampir juga
menjadi menantu kak bidan polindes,kak dhania (manise)yang hampir menjadi
menantu di rabi joggor,kak wiwing yang selalu telvonan dengan ayang bebeb,icha
si pendiam dan suka ketawa,mona yang hobi masak,rilla yang telinga nya
dimasukin ulat dan boneka dogi yang menjadi bulian, regi si teman sama-sama
berbadan kecil imut , dan dendi dengan cerita pendek nya bersama gebetan-
gebetannya,wkwk…terimakasih guys pengalaman bersama kalian begitu
mengesankan, tempat tidur yang roboh ke 2 nya, daun ubi nenek yang habis karna
diambil rilla buat dimasak, bagusnya judul PKLT diganti dengan” sama-sama
berjuang demi toga dirumah nenek”…hehe..
x
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR ISI
xi
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB VI DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN ............................... 41
A. Deskripsi Kasus.................................................................................... 41
B. Pembahasan kasus ............................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR TABEL
xiii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR GAMBAR
xiv
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR LAMPIRAN
RI Padang
Lampiran 4 Surat Izin Survey Awal Dari RSUP Dr. M. Djamil Padang.
xv
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu faktor risiko ACS adalah perubahan dari kadar fraksi lipid yaitu
kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserida yang
dikaitkan dengan pembentukan plak aterosklerosis(Kasron, 2012). Penelitian
di rumah sakit khusus jantung Sumatera Barat gambaran profil lipid pada
pasien ACS tahun 2011-2012, menemukan 98 kasus ACS. hasil ini
menunjukkan bahwa pasien ACS dengan kadar kolesterol total tinggi
1
Poltekkes Kemenkes Padang
2
(44,9%). Pasien ACS dengan kadar kolesterol HDL rendah LDL tinggi
(44,9%). Pasien ACS dengan kadar trigliserida tinggi (21,4%) (Zahara,
Syafri, & Yerizel, 2013)
Manifestasi paling parah dari penyakit ACS salah satunya STEMI (ST
Elevation Myocardial Infarctio). STEMI merupakan suatu keadaan infark
atau nekrosis otot jantung karena kurangnya suplai oksigen pada miokard
(ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen dengan suplai oksigen) yang
ditandai dengan adanya elevasi segment ST pada EKG (Udjianti, 2011).
Menurut WHO (2014) ada 32, 4 juta kasus miokard infark diseluruh dunia
setiap tahun. Pervalensi terjadinya STEMI saat ini sekitar 25% - 40%
(America Heart Association,2013). Pravalensi penyakit jantung di Asia
sekitar 6,1% yang diantaranya STEMI 3,7% (AHA, 2015). Penelitian di RS
khusus jantung Sumatera Barat pada tahun 2010 Kejadian STEMI sebanyak
(52%), NSTEMI sebanyak (24,5%) dan yang paling sedikit adalah angina
pektoris tak stabil sebanyak (23,5%) (Zahara et al., 2013).Berdasarkan data
rekam medik RSUP Dr. M. Djamil Padang Pada tahun 2014 STEMI terjadi
sebanyak 408 kasus, tahun 2015 sebanyak 31 kasus, tahun 2016 sebanyak
228 kasus, tahun 2017 sebanyak 817 kasus.
Faktor resiko STEMI dibagi menjadi dua yaitu faktor risiko yang tidak dapat
dirubah (usia, jenis kelamin, riwayat keluarga) dan faktor risiko yang dapat
dirubah (dislipidemia, obesitas, hipertesi, merokok, diabetes melitus, dan
kurang olahraga) (Kasron, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh dewi di
RSUD Ulin Banjarmasin pada November-Desember 2015 tentang factor
resiko penyakit STEMI. Hasil menunjukkan 17 pasien mengalami STEMI
dengan angka mortalitas (11,8%), rata-rata usia pasien STEMI 57 tahun,
pasien STEMI pada laki-laki sebanyak (88,2%) dan pada perempuan (11,8%).
Pasien yang memiliki factor risiko riwayat penyakit jantung sebanyak
(35,5%), hipertensi (29,4%),merokok (29,4%), stroke (5,9%) dan tidak
memiliki riwayat penyakit (17,6%) (Dewi et al., 2015)
Keluhan dirasakan oleh pasien STEMI adalah rasa nyeri yang menjalar ke
rahang, punggung dan lengan kiri, sebagian pasien juga mengalami sesak
nafas, keringat dingin, mual, muntah, sulit bernafas, cemas dan lemas
(Robinson,2014). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Perkins et al.(2009)
terhadap 228 pasien di Rumah Sakit London juga menemukan bahwa gejala
yang di rasakan pasien adalah nyeri dada di lengan, bahu, leher, punggung
belakang. Menurut pendapat Afni (2014) yang dikutip dari tulisan Mussi
(2013) juga menggambarkan radiasi nyeri yang dirasa-kan menjalar ke
lengan, leher, punggung belakang dan epigastrum dan nyeri yang
dirasakan seperti tertekan benda berat dan terbakar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah penelitian adalah bagaimana
Asuhan Keperawatan pada pasien STEMI di Ruang CVCU Rumah Sakit
RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2019?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian adalah untuk mendeskripsikan asuhan
keperawatan pada pasien STEMI di Ruang CVCU Rumah Sakit RSUP Dr.
M. Djamil Padang tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada pasien STEMI
di Ruang CVCU Rumah Sakit RSUP Dr. M. Djamil Padang.
b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada pasien STEMI di
Ruang CVCU Rumah Sakit RSUP Dr. M. Djamil Padang.
c. Mendeskripsikan intervensi keperawatan pada pasien STEMI di
Ruang CVCU Rumah Sakit RSUP Dr. M. Djamil Padang.
d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien STEMI di Ruang
CVCU Rumah Sakit RSUP Dr. M. Djamil Padang.
e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien STEMI di Ruang
CVCU Rumah Sakit RSUP Dr. M. Djamil Padang.
D. Manfaat
1. Bagi Peneliti
Hasil kegiatan penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengalamannya bagi peneliti dalam melakukan penelitian tentang asuhan
keperawatan pada pasien STEMI di Ruangan CVCU RSUP Dr. M. Djamil
Padang.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan
oleh mahasiswa/i keperawatan untuk penelitian selanjutnya tentang
perawatan pasien STEMI.
3. Bagi Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Padang
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi akademik
bagi prodi D-III Keperawatan Padang, terutama dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien STEMI di Ruangan CVCU RSUP Dr. M.
Djamil Padang.
4. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan
menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi para perawat yang berada
di CVCU RSUP Dr. M. Djamil Padang, terutama dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien STEMI.
A. Konsep STEMI
1. Pengertian
Infark Miokard Akut dengan Elevasi Segment ST (STEMI) merupakan
oklusi total dari erteri koroner yang menyebabkan area infark yang lebih
luas meliputi seluruh ketebalan miokardium,yang ditandai dengan adanya
elevasi segment ST pada EKG (Arif Muttaqin, 2012). STEMI atau Infark
miokard akut dengan elevasi segmen ST adalah indikator kejadian oklusi
total pembuluh darah arteri koroner. STEMI ditandai dengan elevasi segmen
ST di 2 sadapan yang bersebelahan dan meningkatnya enzim jantung seperti
troponim I/T dan CKMB (Irmalita, 2015).
2. Etiologi
Penyebab dari STEMI ini sama dengan infark miokard yaitu karena suplai
oksigen yang tidak sesuai dengan kebutuhan tidak tertangani dengan baik
sehingga menyababkan kematian sel-sel jantung tersebut. Menurut Kasron
(2012) ada beberapa hal yang mengganggu oksigenasi ke jantung.
a. Berkurangnya oksigen ke miokard yang disebabkan oleh:
1) Faktor pembuluh darah
Hal ini berkaitan dengan kepatenan pembuluh darah sebagai jalan
darah mencapai sel- sel jantung, yang menggagu kepatenan pembuluh
darah bisa juga terjadi pada orang yang tidak memiliki riwayat
37
Poltekkkes Kemenkes Padang
7
3. Faktor Resiko
Secara garis besar terdapat 2 jenis faktor resiko bagi setiap orang, yaitu faktor resiko yang
dapat di rubah dan yang tidak dapat dirubah:
a. Faktor yang dapat dirubah
1) Hiperlipidemia
Tingginya kadar lemak (lipid) di dalam darah. Kadar lemak
abnormal dalam sirkulasi darah (terutama kolesterol). Bisa
menyebabkan masalah jangka panjang, resiko terjadinya
arterosklerosis dan penyakit arteri koroner dapat meningkat
(Hartanto, 2010).
2) Merokok
Peran rokok dalam penyakit jantung antara lain: menimbulkan
aterosklerosis, peningkatan trombogenesis dan vasokontriksi,
peningkatan tekanan darah, pemicu aritmia jantung meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung, dan penurunan kapasitas pengangkutan
oksigen. merokok 20 batang rokok atau lebih dalam sehari bisa
meningkatkan resiko 2-3 kali dibandingkan yang tidak merokok.
3) Konsumsi alkohol
Meskipun ada dasar teori mengenai efek protektif alkohol dosis
rendah moderat, dimana ia bisa meningkatkan trombolisis endogen,
mengurangi adhesi platelet dan meningkatkan kadar HDL dalam
sirkulasi, akan tetapi semuanya masih kontroversial. Tidak semua
literatur mendukung konsep ini, bahkan peningkatan dosis alkohol
dikaitkan dengan peningkatan mortalilas kardiovaskuler karena
aritmia, hipertensi STEMI dan kardiomiopati dilatasi.
4) Infeksi
Infeksi Chlamydia Pneumoniae, organisme gram negatif intrasesuler
dan penyebab umum penyakit pernafasan, tampaknya berhubungan
dengan penyakit pembuluh jantung aterosklerotik.
5) Hipertensi
Hipertensi menyebabkan meningkatnya afterload yang secara tidak
langsung akan meningkatkan beban kerja jantung. Kondisi ini akan
memicu hipertropi ventrikel kiri sebagai kompensasi dari
meningkatnya afterload yang pada akhirnya terjadi peningkatan
kebutuhan oksigen pada jantung.
6) Obesitas
Hubungan erat antara berat badan, peningkatan tekanan darah, peningkatan
kolesterol darah, diabetes melitus tidak tergantung insulin, dan tingkat aktivitas
yang rendah.
7) Kurang olahraga
Aktivitas aerobik yang teratur akan menurunkan resiko terkena
penyakit jatung pembuluh jantung sekitar 20-40%.
8) Penyakit diabetes
Resiko terjadinya penyakit jantung koroner pada pasien dengan DM
sebesar 2-4 kali lebih tinggi dibandingkan orang biasa. Hal ini
berkaitan dengan adanya abnormalitas metabolisme lipid, obesitas,
hipertensi STEMI, peningkatan trombogenesis (peningkatan tingkat
adhesi platelet dan peningkatan trombogenesis).
esterogen dan endogen yang bersifat protektif pada perempuan. Hal ini
terbukti insiden STEMI meningkat dengan cepat dan akhirnya setara
dengan laki- laki setelah masa monopause pada perempuan.
3) Riwayat Keluarga
Riwayat anggota keluarga sedarah yang mengalami STEMI sebelum usia
70 tahun merupakan faktor indepeden untuk terjadinya STEMI. Agregasi
STEMI keluarga menandakan ada prediposisi genetik pada keadaan ini.
terdapat bukti bahwa riwayat positif pada keluarga mempengaruhi
penderita STEMI pada keluarga dekat.
4) RAS
Insiden kematian akibat STEMI pada orang Asia yang tinggal di Inggris
lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk lokal, sedangkan angka
yang rendah terdapat pada RAS apro-karabia.
5) Geografi
Tingkat kematian akibat STEMI lebih tinggi di Irlandia utara, Skotlandia
dan bagia Ingris utara dan dapat merefleksikan perbedaaan diet,
kemurnian air, merokok, struktur sosial ekonomi dan kehidupan urban.
6) Tipe Kepribadian
Tipe kepribaian A memiliki sifat agresif, kompetitif, kasar, sinis, gila
hormat, ambisius, dan gampang marah sangat rentang untuk terkena
STEMI, karena antara stress dengan metabolisme lipid saling
berhubungan.
7) Kelas sosial
Tingkat kematian STEMI tiga kali lebih tinggi pada pekerja kasar laki-
laki terlatih dibandingkan dengan kelompok kerja profesi (misal: dokter,
guru, perawat, pengacara dan lain–lain. Selain itu frekuensi pekerja kasar
ternyata 2 kalori lebih besar untuk mengalami kematian dini akibat
STEMI dibandingkan istri pekerja profesional/ non- manual.
4. Patofisiologi STEMI
Infark miokard akut sering terjadi pada orang yang memiliki satu atau lebih
faktor resiko, seperti dislipidemia, obesitas, hipertesi, merokok, diabetes
Letak infark ditentukan juga oleh letak sumbatan arteri koroner yang
mensuplai darah dan oksigen ke jantung. Terdapat dua arteri koroner yang
besar yaitu arteri kanan dan arteri kiri. Kemudian arteri kiri bercabang
menjadi dua yaitu desenden Arterior dan arteri sirkumpeks kiri. Arteri
koronaria desenden anterior kiri berjalan melalui bawah anterior dinding ke
arah afeks jantung. Bagian ini menyuplai aliran dua pertiga dari septum
intraventrikel sebagian besar apeks dan ventrikel kiri anterior ( Kasron,
2012).
Cabang sirkumpeks kiri berjalan dari koroner kiri ke arah dinding lateral kiri
dan ventrikel kiri. Daerah yang di suplai meliputi atrium kiri, seluruh
dinding posterior. Selanjutnya arteri koroner akan berjalan dari aorta sisi
Asam laktat
Kontraksi ventrikel Kontraksi otot jantung
Nyeri dada tidak maksimal terganggu dan enzim jantung
produksi urin
volume plasma
Kelelahan
kerusakan kerusakan
>40% >20-25% Aktivitas diminimalkan
Menurut Kasron (2012) Keluhan yang khas ialah nyeri dada retrosteral,
seperti diremas – remas, ditekan, ditusuk, panas atau di tindih barang berat.
Nyeri dapat menjalar ke lengan (umunya di kiri), bahu, leher, rahang,
bahkan kepunggung dan epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama dari
angina pektoris dan tidak responsif terhadap nitrogliserin. Kadang- kadang
pada pasien diabetes melitus dan orang tua tidak ditemukan nyeri sama
sekali. Nyeri dapat disertai rasa mual, muntah, sesak nafas, pusing, keringat
Dengan infark besar (> 20%- 25%) pada ventrikel kiri, depresi fungsi
pompa cukup untuk menyebabkan gagal jantung ( Aaronson, 2010).
b. Syok kardiogenik
Infark yang meliputi lebih dari 40% dari ventrikel kiri dapat
menyebabkan syok kardiogenik ( Aaronson, 2010)
c. Aritmia
Aritmia sering ditemukan pada fase akut, hal ini dipandang sebagai
bagian dari perjalan penyakit STEMI. Aritmia perlu diobati bila
menyebabkan gangguan hemodinamik, meningkatkan kebutuhan oksigen
miokard sehingga memperluas terjadinya infark pada jantung dan aritmia
merupakan predisposisi untuk terjadinya aritmia yang lebih gawat seperti
takikardi ventrikel, fibrilasi ventrikel atau asistol. Dilain pihak efek lain
pengobatan harus diperhatikan, karena pervalensi terjadinya aritmia
sering terjadi pada 24 jam pertama serangan jantung akan berkurang
pada hari- hari berikutnya sehingga penanganan yang tepat dan efektif
dibutuhkan dalam 24 jam pertama (Kasron, 2012).
d. Bradikardi Sinus
Bradikardi Sinus umumnya disebabkan oleh Vagotania dan sering
menyertai infark miokard inferior atau posterior. Bila hal ini
menyebabkan keluhan hipotensi, gagal jantung atau disertai dengan
peningkatan intabilitas ventrikel diberi pengobatan dengan sulfas atropin
intravena (Kasron, 2012).
e. Irama Nodal
Irama nodal umumnya timbul karena mekanisme protektif escape dan
tidak perlu diobati, kecuali bila menyebabkan gangguan hemodinamika
maka dapat diberikan atropin atau dipasang pacu jantung temporer
(Kasron, 2012).
f. Asistolik
Pada keadaan asisitolik harus segera dilakukan resusitasi kardiopulmonal
serebral dan di pasang pacu jantung trastorakal. Pemberian adrenalin dan
kalsium klorida dan kalsium glukonas harus dicoba (Kasron, 2012).
g. Takikardi Sinus
8. Penatalaksaaan STEMI
Menurut Kasron ( 2012) prinsip penatalaksanaanya adalah mengembalikan
aliran darah koroner untuk menyelamatkan jantung dari infark miokard ,
membatasi peluasan infark dan mempertahankan fungsi jatung. Pada
prinsipnya terapi penanganan ini ditujukan untuk mengatasi nyeri angina
yang cepat, intensif dan mencegah berlanjutnya iskemik serta terjadinya
infark miokard dan kematian mendadak. Oleh karena itu, kasus berbeda
derajat keparahan atau riwayat penyakitnya, maka cara terapi terbaik adalah
individualisasi atau bertahap, mulai dengan masuk rumah sakit ( ICCU) dan
istirahat total ( bed rest).
A. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Nurarif .A.H dan Kusuma.H., 2015) Beberapa terapi yang
dapat diberikan antara lain:
a. Terapi Trombolitik
Obat terapi trombolitik mempunyai keuntungan karena dapat diberikan
melalui vena perifer, sehingga terapi ini dapat diberikan seawal mungkin
dan dapat dikerjakan dimanapun. Direkomendasikan penderita infark
miokard akut < 12 jam yang mempunyai elevasi segemn ST atau leaf
bundle brance blok ( LBBB) diberikan intravena fibrinolitik jika tanpa
kontra indikasi. Sedangkan penderita yang mempunyai riwayat
B. Penatalaksanaan Keperawatan
Perawat sebagai salah satu anggota team dalam tatanan keperawatan klinik
sangat berperan dalam melakukan pengkajian riwayat kesehatan secara
teliti, mengidentifikasi tanda dan gejala awal iskemia,memberikan
intervensi dan implementasi keperawatan yang cepat dan tepat sehingga
akan mengembalikan aliran darah koroner dan mencegah pasien dari
komplikasi (Ns.Reny Yuli Aspiani, 2017):
g. Pola Aktivitas
1) Pola presepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada pasien STEMI biasanya mengalami perubahan / gangguan pada
personal hygine, misalnya kebiasaan mandi, ganti pakaian, BAK dan
BAB. Biasanya pada pasien STEMI, ganti pakaian, BAB dan BAK
dibantu oleh perawat dan keluarga karena pasien STEMI biasanya
mengeluh nyeri dada,sesak nafas,dan kelelahan (Mutaqim, 2012).
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya pasien dengan STEMI nafsu makannya terganggu yang
diikuti dengan mual muntah. Biasanya pada pola nutrisi dan
metabolisme pasien STEMI menggunakan diit jantung 1, 2 dan 3
tergantung tingkat keparahan penyakit. Biasanya pasien juga diikuti
dengan mual muntah (Mutaqim, 2012).
3) Pola eliminasi
Biasaya pada pasien tidak mengalami kesulitan eliminasi yang berarti
(Mutaqim, 2012).
4) Pola istirahat dan tidur
Biasanya pada pasien STEMI akan mengalami perubahan pola tidur
karena nyeri dan sering terbangun pada malam hari karena nyeri dan
3. Pemeriksaan diagnostik
1) EKG
Biasanya pada fase hiperakut (beberapa jam permulaan serangan)
dapat ditemukan: elevasi yang curam dari segmen ST,
gelombang T yang tinggi dan melebar, VAT memanjang dan
gelombang Q tampak. Pada fase perkembangan penuh (1-2 hari
2) Laboratorium
Menurut Udjiati (2011) biasanya adanya perubahan kadar
kardiak isoenzim yang di alami oleh pasien STEMI dalah sebagai
berikut:
a) Creatinin Phosphokinase ( CPK)
Biasanya Kadar CPK meningkat dalam 2-6 jam pasca
serangan dan mencapai kadar puncak pada 24 jam pasca
serangan pertama. Kadar CPK akan menurun setelah hari ke
2-3. Enzim ini dihasilkan oleh otak, otot rangka, dan otot
jantung. Enzim yang khusus dilepasakan oleh miokard ketika
mengalami injuri adalah CK-MB. Kadar CKMB meningkat
2-3 jam pasca seranga dan mencapai puncak pada 12 jam
pasca seragan. Kadarnya menurun setelah 24 jam pasca
serangan.
b) Cardiak troponin
Biasanya kardar kardiak tronponin T meningkat 3-6 jam
pasca serangan dan tetap tinggi selama 14-21 hari. Kadar
kardiak troponin I meningkat 7-14 jam pasca serangan dan
tetap tinggi selama 5- 7 hari pasca serangan.
c) Serum Glutamin Oxaloacetic Transaminase (SGOT)
Biasanya kadar SGOT terdeteksi selama 8 jam pasca
serangan. Kadarnya meningkat hingga 24–48 jam pasca
serangan dan menurun pada hari ke 3-4. Oleh karena itu
5. Intervensi keperawatan
Perencanaan keperawatan untuk pasien infark miokard dengan elevasi
segmen ST dengan 3 diagnosa keperawatan adalah:
Tabel 2.1Intervensi Keperawatan
ruangan, pencahayaan,
sura bising)
j. Ajarkan pinsip prinsip
manajemen nyeri
k. Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyeri
yang tepat.
l. Kolaborasi dengan
pasien, orang terdekat
dan tim kesehatan
lainnya untuk
memilih dan
mengimplementasika
n tindakan penurunan
nyeri nonfarmakologi
sesuai kebutuhan.
m. Berikan individu
penurun nyeri yang
optimal dengan
peresepan analgesik
n. Gunakan tindakann
pengontrolan nyeri
sebelum nyeri
bertambah berat.
o. Evaluasi keefektifan
dari tindakan
pengontrolan nyeri
berdasarkan respon
pasien
p. Mulai dan modifikasi
tindakan
pengontrolann nyeri
berdasarkan respon
pasien.
q. Dukung istirahat /
tidur yang adekuat
untuk membantu
penurunan nyeri.
r. Dorong pasien untuk
mendiskusikan
pengalaman nyerinya
sesuai kebutuhan
s. Libatkan keluarga
dalam modalitas
penurun nyeri jika
memungkinkan.
2. Pemberian Obat
a. Pertahankan aturan
dan prosedur yang
sesuai dengan
keakuratan dan
keamanan pemberian
obat-obatan
b. sVerivikasi resep
obat-obatan sebelum
pemberian.
c. Monitor kemungkinan
alergi terhadap obat,
interaksi, kontra
indikasi, termasuk
obat obatan diluar
koter.
d. Pastikan bahwa obat-
obatan hipnotik,
narkotik, dan
antibiotik sudah
diberhentikan atau
diresepkan kembali
dengan tanggal yang
baru.
e. Monitor klien
terhadap efek
terapeutik untuk
semua obat-obatan
f. Monitor klien
terhadap efek lanjut,
toksisitas dan
interaksi pemberian
obat.
2. Manajemen Lingkungan
a. Ciptakan lingkungan
yang aman bagi
pasien.
b. dentifikasi kebutuhan
keselamatan pasien
berdasarkan fungsi
fisik, dan kognitif
serta riwayat perilaku
masa lalu.
c. Singkirkan benda-
benda bahaya dari
lingkungan pasien.
d. Lindungi pasien
dengan pegangan
pada sisi/ bantalan di
sisi ruangan yang
sesuai.
e. Sediakan tempat
tidur dengan
ketinggian yang
rendah, yang sesuai.
f. Sediakan tempat
tidur dan lingkungan
yang bersih dan
nyaman
g. Sediakan kasus yang
kokoh
h. Sediakan linen dan
pakaian dalam
dengan kondisi baik,
bebas dari residu dan
noda.
i. Kurangi rangsangan
yang sesuai.
j. Sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan tubuh
pasien jika suhu
tubuh berubah
k. Kendalikan hama
lingkungan yang
sesuai.
l. Sediakan
penghaarum ruangan
jika diperlukan.
q. Bangun hubungan
saling percaya dengan
pasien dan keluarga.
r. Lakukan terapi
relaksasi sebagaimana
mestinya.
2. Monitor tanda – tanda
vital
a. Monitor tekanan
darah, nadi,suhu, dan
status pernafasan.
b. Monitor tekanan darah
setelah pasien minum
obat jika
memungkinkan.
c. Monitor tekanan darah
,denyut nadi, dan
pernafasan sebelum,
selama dan setelah
beraktifitas dengan
tepat.
d. Monitor keberadaan
dan kualitas nadi.
e. Monitor irama dan
tekanan jantung.
f. Monitor nada jantung.
g. Identifikasi
kemungkinan
penyebab perubahan
tanda-tanda vital .
Sumber: NANDA, 2015-2017)
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan pada pasien STEMI dilakukan sesuai
dengan perencanaan yang telah dibuat. Saat melakukan asuhan
keperawatan pada pasien STEMI ini juga dilakukan kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lainnya seperti dokter, ahli gizi dan apoteker.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan ada dilakukan saat proses keperawatan
berlangsung dan ada yang diakhir, biasanya evaluasi keperawatan
memakai format SOAP yaitu subjek yaitu dari pernyataan pasien,
STEMI atau dari pihak keluarga, selanjutnya objek yaitu dari hasil
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah Pasien dengan komplikasi
seperti : gagal jantung dan syok kardiogenik.
35
Poltekkes Kemenkes Padang
36
F. Analisis
Analisisi dilakukan pada setiap proses keprawatan yang dimulai dari pengkajian, analisa data,
rumusan diagnosa keperawatan, perencanan keperawatan, implementasi dan evaluasi. Analisis
dilakukan umtuk membandingkan antara temuan pada pasien infark di lapangan dengan teori
keperawatan. Rencana tindakan yang akan dilakukan serta tujuan yang harus dicapai perlu
diperhatikan agar proses keperawatan berjalan lancar. Apabila teori dengan penerapan
dilapangan berbeda, pelu dilakukan evaluasi ulang agar tidak terjadi malpraktek karena tidak
sesuai dengan pedoman SOP (Standard Operating Prosedur).
37
Poltekkkes Kemenkes Padang
38
atas: RIC II Linea Para Sternalis Sinistra, kiri bawah: RIC V Mid
aksila, auskultasi: mur-mur jantung (-). Ekstemitas atas: pada
tangan bagian kanan terpasang threeway stopcok with tube dengan
Nacl 0,9 %, 20 tetes, akral teraba dingin, CRT 4 detik. Ekstremitas
bawah: akral teraba dingin, CRT 4 detik.
13) Data Psikososial
Kecemasan
Pasien mengatakan sedikit khawatir dengan penyakitnya karna
baru kali ini dirawat di rumah sakit.
14) Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan labor tanggal 18 Februari 2019 didapatkan
:Tromponin T :>40.000 ng/ml, Pco2: 20,5 mmHg, pO2: 98,2
mmHg, Hco3: 16.8 Mmol/L, BE : -3,6 Mmol/L. Pada pemeriksaan
EKG didapatkan ST elevasi di lead III,V1,V2,V3,V4. Pemeriksaan
Coronary Angiogram pada tanggal 20 Februari 2019 dengan hasil
subtotal oklusi diproximal leftAnterior Descending dengan
trombus grade 3.
15) Terapi Pengobatan
Pasien mendapatkan terapi obat aspilet 1x16 g peroral, ramipril 1x
2,5g peroral, Atorvostatin 1x 40 mg peroral,Bisoprolol 1x 2,5 mg
peroral, laxadyn 1x 15 cc peroral, ranitidin 2x 50 mg (iv),Cefixime
2x 200 mg peroral, N -asetilsistein 2x 1 mg peroral, Dopamin 5
mg/kgBB/menit (IV), Dobutamin 5 mg/kgBB/menit (IV), Lovenox
2x 0,6cc (Sc), Drip lasik 2x 20 mg/50cc (iv), Nacl 0.9 % (iv), diit
jantung 1800 Kkal (makan biasa), oksigen 5 liter.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan data yang didapatkan
berupa data sujektif dan data objektif. Berdasarkan hasil studi dokumentasi
pada pada status pasien ditemukan 5 diagnosa keperawatan pada patisipan
yaitu nyeri akut, penurunan curah jantung, gangguan pertukaran gas,
ketidakefektifan bersihan jalan nafas, intoleransi aktivitas.Berdasarkan
Dengan indikator:
a. Tekanan darah sistol normal
b. Tekanan darah diastol normal
c. Denyut nadi radialis teraba
d. Hasil angiogram koroner tidak terjadi penyumbatan
Sirkulasi jantung paru
Dengan indikator:
a. Tekanan darah sistol normal
b. Tekanan darah diastol normal
c. Irama jantung teratur
d. Denyut nadi perifer teraba
Berat badan : massa tubuh
a. Berat badan sesuai dengan tinggi badan
b. Persentase lemak tubuh normal
NIC:
a. Perawatan jantung sirkulasi
b. Manajemen pengobatan
c. Monitor tanda-tanda vital
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi cairan
di alveoli.
NOC
Status pernafasan
Dengan indikator:
a. frekunsi pernafasan 16-24 x/i
b. irama pernafasan teratur
c. suara auskulasi tambahan pernafasan tidak ada
d. jalan nafas paten
e. saturasi oksigen 95-100%
Status pernafasan: ventilasi
Dengan indikator:
a. frekunsi pernafasan 16-24 x/i
b. irama pernafasan
c. volume tidal
d. dispnea saat istirahat
e. dispnea saat latihan
f. hasil rontgen dada
g. suara nafas tambahan
h. penggunaan otot bantu pernafasan
i. akumulasi sputum
NIC
a. Manajemen jalan nafas
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
NOC
Dengan indikator:
a. peningkatan aktifitas tanpa dispneu
NIC
a. Manajmen energy
b. Terapi aktivitas
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan berdasarkan dari rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat,
tujuan melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana asuhan
keperawatan agar kriteria hasil dapat tercapai
Implementasi Keperawatan pada Partisipan
Implementasi yang telah dilakukan pada Tn. S dari tanggal 18 februari
2019 sampai 22 februari 2018 adalah sebagai berikut:
1. Pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera biologis, tindakan yang dilakukan yaitu manajemen nyeri
(melakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliput:
frekuensi, lokasi, karakteristik, durasi, kualitas, dan pencetusnya,
mengajarkan pasien manajemen nyeri [teknik nafas dalam],
C. Pembahasan
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas kesinambungan antara
teori dengan laporan kasus pada asuhan keperawatan dengan STEMI.
Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian keperawatan, merumuskan
diagnosa keperawatan, menyusun intervensi keperawatan, melakukan
implementasi keperawatan, dan melakukan evaluasi keperawatan yang
diuraikan sebagai berikut:
1. Pengakajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pada saat
dilakukan pengkajian pada partisipan seorang laki-laki berumur 55 tahun.
Menurut hasil penelitian Dewi (2015) tentang usia, jenis kelamin dan
riwayat keluarga penyakit jantung koroner sebagai faktor predikator
terjadinya major Adverse Cardiac Event pada pasien sindrom koroner
akut menyatakan bahwa pasien dengan usia lanjut beresiko mengalami
STEMI 2 kali lipat.
Menurut analisa peneliti kasus STEMI banyak terjadi pada laki-laki dari
pada perempuan karena kebiasaan laki-laki yang sering mengkonsumsi
makanan tinggi lemak dan kebiasaan merokok. Kasus STEMI juga banyak
terjadi di Usia >50 tahun karena berhubungan dengan penurunan fungsi
organ tubuh.
Pada saat peneliti mengkaji keluhan, pasien mengatakan nyeri pada dada
sebelah kiri seperti tertusuk-tusuk pisau dan menjalar ke bagian punggung,
dengan skala nyeri 5, nyeri hilang timbul, nyeri tidak hilang saat istirahat,
lama nyeri ±10 menit, nafas sesak dan batuk.
Keluhan yang dirasakan klien sesuai dengan teori. Menurut Brunner &
Sudarth (2002) terjadinya penyumbatan darah koroner menyebabkan
aliran darah keseluruh miokardium yang dialiri oleh pembuluh darah
tersebut terhambat. Terhambatnya aliran darah juga akan menghambat
suplai oksigen ke sel-sel miokardium. Kebutuhan oksigen yang melebihi
kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh darah yang mengalami gangguan
menyebabkan terjadinya akut miokardium infark. Sel- sel miokardium
tersebut mulai mati setelah 20 menit karna mengalami kekurangan
2. Diagnosa Keperawatan
Hasil pengkajian yang telah dilakukan didapatkan 4 diagnosa keperawatan
yaitu:
a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera biologis. Nyeri
merupakan diagnosa utama berdasarkan yang ditandai dengan data
subjektif yaitu pasien mengatakan nyeri pada dada sebelah kiri, nyeri
seperti tertusuk- tusuk pisau, nyeri hilang timbul, nyeri tidak hilang
saat istirahat, lama nyeri ±10 menit, nafas sesak, dan data objektif
3. Intervensi keperawatan
Rencana keperawatan yang dilakukan mengacu kepada NOC NIC 2015-
2017 dengan diagnosa nyeri akut b.d agen cidera biologis mempunyai
tujuan yaitu kontrol nyeri dengan kriteria hasil mampu mengenal kapan
terjadinya nyeri, mampu menggunakan tindakan pencegahan, mampu
melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada profesional kesehatan
dan mampu melaporkan nyeri yang terkontrol, nyeri:efek yang menganggu
dengan kriteria hasil meliputi ketidaknyamanan berkurang, mampu
mengontrol nyeri, nyeri tidak mengganggu rutinitas. Intervensi yang
dilakukan yaitu manajemen nyeri dan pemberian obat.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan harus sesuai dengan rencana keperawatan yang
merujuk pada NANDA NIC-NOC 2015-2017. Pada diagnosa keperawatan
nyeri akut b.d agen cidera biologis, tindakan yang dilakukan yaitu
manajemen nyeri (melakukan pengkajian nyeri yang komprehensif
meliput: frekuensi, lokasi, karakteristik, durasi, kualitas, dan pencetusnya,
mengajarkan pasien manajemen nyeri (teknik nafas dalam), menggali
bersama pasien faktor-faktor yang dapat memperberat nyeri) dan
pemberian obat (melanjutkan kolaborasi dengan medis dalam pemberian
obat pereda nyeri yaitu cedocard 2x 100 mg injeksi)
5. Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan implementasi keperawatan yang telah dilakukan pada
partisipan peneliti melakukan evaluasi keperawatan yang akan dibahas
sebagai berikut:
Pada diagosa nyeri akut b.d agen cidera biologis didapatkan evaluasi
masalah keperawatan dapat teratasi sebagian pada hari ke 5. Kriteria hasil
yang telah tercapai yaitu kontrol nyeri dengan indikator pasien mampu
mengenal kapan terjadinya nyeri, pasien mampu mengatasi nyeri dengan
teknik nafas dalam, pasien mampu mengontrol ketidaknyamanan akibat
nyeri. Kriteria yang belum tercapai yaitu pasien tidak mengalami
gangguan rutinitas, pasien tidak mengalami nyeri saat beraktifitas ringan
dan sedang.
Pada diagnosa resiko penurunan curah jantung kriteria hasil yang telah
dicapai yaitu: denyut nadi radialis teraba, hasil angiogram koroner tidak
terjadi penyumbatan, Irama jantung teratur, denyut nadi perifer teraba.
Kriteria hasil yang belum tercapai yaitu : Tekanan darah sistol normal,
tekanan darah diastol normal.
A. Kesimpulan
STEMI di ruang CVCU RSUP Dr. M. Djamil padang pada tahun 2019
aktivitas.
.
B. Saran
Anggriana, Gustia. 2017. Upaya Penurunan Nyeri Akut Pada Pasien Congestive
Heart Failure. Diakses 29 November 2018.
http://eprints.ums.ac.id/52389/2/PUBLIKAKSI%20ILMIAH.pdf
Aspiani, Reni Yuli. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskular: Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: EGC
Budiono & Pertami. 2016. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Bumi Medika
Kartika, Iin Ira. 2017. Buku Ajar Dasar-Dasar Riset Keperawatan dan
Pengolahan Data Statistik. Jakarta: TIM
Kumalasari. 2013. Angka Kematian Pasien Gagal Jantung Kongestif di HCU dan
ICU RSUP dr. Kariadi Semarang. Diakses 29 November 2018.
http://eprints.undip.ac.id/43854/
Muharrom, Bagus Setyo. 2016. Upaya Penatalaksanaan Nyeri Dada Pada Pasien
Congestive Heart Failure di RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro. Diakses 29
November 2018. http://eprints.ums.ac.id/45325/2/kti%20upload.pdf
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2013. Situasi Kesehatan
Jantung. Diakses 12 November 2018.
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/
infodatin-jantung.pdf
Sutanto, Andina Vita. 2017. Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan Aplikasi
dalam Praktik Keperawatan Profesional. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
A. PENGUMPULAN DATA
1. Identitas Pasien
a. Nama :Tn. S
b. No.MR : 01.04. 03. xx
c. Tanggal Lahir : 18Juni 1963
d. Umur : 55 Tahun
e. Jenis Kelamin : Laki-laki
f. Status Kawin : Kawin
g. Agama : Islam
h. Pendidikan : SLTA
i. Pekerjaan : Penambang Emas
j. Tanggal Masuk : 18 Februari 2019
k. Alamat : Sumatera Utara
l. Tanggal Pengkajian : 18 Februari 2019
m. Diagnosa Medis : a.STEMI Akut Anterior
b.Efusi Pleura
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan utama
Pasien masuk UGD RSUP dr.M.Djamil Padang pada tanggal 18
Februari 2019 pukul 12.56 WIB, rujukan dari RS Achmad Mochtar
Bukittinggi dengan keluhan nyeri dada disebelah kiri seperti tertusuk-
5. Pemeriksaan Fisik
Pemerikasaan fisikdilakukan pada tanggal 18 februari pukul 16.00 WIB.
a. Tinggi badan : 165 cm
b. Berat badan : 60 kg
c. IMT : 22,2
d. GCS : 15
e. Tingkat kesadaran : Compos mentis
f. TTV : Tekanan darah : 100/ 72 mmhg
Nadi : 97 x/i
RR : 27 x/i
Suhu : 36,5oC
g. Kepala
Kepala simetris kiri kanan, tidak teraba pembengkakan.
h. Rambut
Rambut tampak bersih,warna rambut putih, tidak ada lesi/luka, tidak mudah
rontok, tidak ada ketombe.
p. Genitalia
Pasien tampak tepasang kateter urine
q. Ekstremitas
Atas :Pada tangan bagian kiri terpasang threeway stopcok with
tube dengan Nacl 0,9 %20 tetes,drip lasix 2 ampul,drip
heparin 600 u, akral teraba dingin, CRT 4 detik, tidak ada
udem.
Bawah :akral teraba dingin, CRT 4detik, tidak ada udema
r. Kekuatan Otot: 5555 5555
5555 5555
6. Data Psikologi
a. Status emosional
Pasien kooperatif, pasien bisa menjawab pertanyaan dengan jelas, pasien
dapat berkomunikasi dengan lancar.
b. Kecemasan
Pasien mengatakan sedikit khawatir dengan penyakitnya karna baru kali ini
dirawat di rumah sakit.
c. Pola koping
Pasien tampak menarik nafas panjang dan tampak sering berigstifar.
d. Konsep Diri
Pasien mengatakan bahwa dirinya seorang ayah dan memiliki 3orang
anak,semua anak-anak nya sudah berkeluarga,memiliki 6 cucu, anak no 3
nya baru saja meninggal karena habis melahirkan anak ke 2 nya,selama
sakit pasien mengatakan tidak bisa menjalankan aktivitas normal, pasien
harus mengontrol aktivitas, pola makan dan minum.
e. Gaya komunikasi
8. Data Spritual
Pasien menganut agama islam dan selama dirawat dirumah sakit tidak
melaksanakan sholat.
9. Pemeriksaan Laboratorium/ Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil laboratorium
Tgl 18- Februari - 2019
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Pria Wanita
Hemoglobin 14,2 g/dl 14-18 12-16
Leokosit 12.560 /mm3 5.000-10.000
Trombosit 326.000 /mm3 150.000-400.000
Hematokrit 42 % 40-48 37-43
Glukosa 131 mg/dl <200
sewaktu
Ureum darah 42 mg/dl 10.0-50.0
Kreatinin 1.1 mg/dl 0.8-1.3 0.6-1.2
darah
Troponin T >40.000 Ng/ml < 0,01
Ph 7,52 7. 35- 7. 45
pCo2 20,5 mmHg 35-45
PO2 98,2 mmHg 80-100
Na+ 136 Mmol/L 135-153
K+ 4,8 Mmol/L 3.5-5.1
Ca++ 8,6 Mmol/L 8.5-10.5
HCO3- 16,8 Mmol/L 22-28
BE -3,6 Mmol/L -2+2
HbsAg Negatif - -
pH 7,56 7. 35- 7. 45
PCO2 27,2 mmHg 35-45
PO2 116,2 mmHg 80-100
HC03 24,8 Mmol/L 22-28
BE 2,4 Mmol/L -2+2
Saturasi O2 98,9 mmHg 75-100
b. EKG
Dari hasil perekaman EKG 12 lead didapatkan: Segmen ST elevasi di lead
III,V1,V2,V3,V4.
Data Objektif
a. Pasien tampak meringis
b. Pasien tampak gelisah
c. Pasien tampak memegang dada
sebelah kiri
d. Skala nyeri : 5
e. TD: 100/72 mmHg
f. Nadi: 97x/i
g. RR: 27x/i
2. Data subjektif: Perubahan Resiko
a. Pasien mengatakan sejak ± 6 bulan kontraktilitas penurunan
yang lalu sering sakit kepala, dan sudah curah
sering berobat ke Puskesmas, terakhir jantung
berobat ke puskesmas + 1 bulan yang
lalu.
b.pasien mengatakan badan terasa
lemah dan nafas sesak
c. Pasien mengatakan merokok sejak
umur 15 tahun, 2-3 bungkus/hari, tidak
pernah olahraga, suka mengkonsumsi
jeroan seafood, cemilan seperti bakwan,
dan pisang goreng
Data objektif:
a. CRT < 4 detik,
b. Tekanan darah 100/72 mmHg,
c. nadi : 97x/i.
d. RR: 27x/i.
Diagnosa Intervensi
NO
keperawatan NOC NIC
1. Nyeri akut Setelah di berikan asuhan 3. Manajemen nyeri
berhubungan dengan keperawatan diharapkan t. Lakukan
agen cidera biologis pasien dapat: pengkajian nyeri
Dengan batasan 3. Kontrol nyeri komprehensif yang
karakteristik: Dengan indikator: meliputi lokasi,
g. Bukti nyeri g. Pasien mengenal karakteristik ,onset/
dengan kapan nyeri terjadi durasi, frekuensi,
menggunakan h. Pasien mampu kualitas,intensitas,
standar daftar menggunakan atau beratnya nyeri
periksa nyeri tindakan pencegahan dan pencetus.
untuk pasien i. Pasien mampu
yang tidak dapat menggunakan u. Tentukan akibat
mengunggkapka analgesik yang dari pengalaman
nnya. direkomendasikan nyeri terhadap
h. Ekspresi wajah j. Pasien mamapu kualitas hidup
nyeri ( misalnya melaporkan pasien (misalnya:
mata tampak perubahan terhadap tidur, nafsu makan,
kurang gejala nyeri pada perasaan,
bercahaya, profesional hubungan,
tampak kacau, kesehatan. performa kerja dan
meringis) k. Pasien mampu tanggung jawab
i. Fokus kepada diri melaporkan peran)
sendiri perubahan terhadap v. Gali bersama
j. Keluhan tentang gejala nyeri yang pasien faktor-
karakteristik tidak terkontrol pada faktor yang dapat
nyeri dengan profesional menurunkan atau
menggunakan kesehatan. memperberat nyeri.
standar l. Melaporkan nyeri w.Berikan informasi
instrumen nyeri yang terkontrol mengenai nyeri ,
k. Laporan tentang 4. Nyeri: efek yang seperti penyebab
perilaku nyeri/ mengganggu nyeri, berapa lama
perubahan Dengan indikator: nyeri akan
aktivitas (mis, e. Ketidaknyamanan dirasakan, dan
anggota pasien berkurang. antisipasi dari
keluarga) f. Pasien mampu ketidaknyamanan
mengontrol nyeri akibat prosedur.
g. Pasien tidak x. Kendalikan faktor
mengalami hubungan yang
gangguan dapat
konsentrasi mempengaruhi
h. Pasien tidak respon pasien
mengalami terhadap
ngangguan rutinitas ketidaknyamanan (
misalnya: suhu
ruangan,
pencahayaan, sura
5.Prilaku /emosi
a. Ansietas
b. Gelisah
3. Gangguan Status Pernafasan Manajemen Jalan Nafas
pertukaran gas b/d Pertukaran Gas
akumulasi cairan di 1.auskultasi suara
alveoli Setelah dilakukan asuhan pernafasan
Defenisi : kelebihan keperawatan diharapkan 2.berikan oksigen
atau deficit tidak terjadi gangguan sesuai terapi
oksigenasi ertukaran gas dengan 3.kaji laju pernafasan
dan/eliminasi kriteria hasil: dan irama pernafasan
karbondioksida pada 4.posisikan klien untuk
membrane alveolar 1. penurunan dispneu memaksimalkan
kapiler 2. tidak ada sianosis ventilasi
Batasan 3. AGD normal 5.monitor denyut
karakteristik: oksimetri
1. Diaphoresis Status pernafasan: 6.lakukan pemeriksaan
2. Dispneu ventilasi AGD jika diperlukan
3. Gangguan kriteria hasil: 7. ajarkan batuk efektif
a.frekunsi pernafasan 16- untuk membuang secret
penglihatan
24 x/i 8. ajarkan teknik nafas
4. AGD b.irama pernafasan dalam
abnormal normal
5. Gelisah c.volume tidal
O:
a. Pasien tampak
meringis
b. Skala nyeri 5
c. Pasien tampak
mampu
melakukan
teknik nafas
dalam
d. Pasien mampu
menyebutkan
faktor pencetus
dan perberat
nyeri
A: masalah nyeri
akut belum
teratasi
P: manajemen nyeri
dilanjutkan
A: masalah
penurunan curah
jantng belum
teratasi
P: intervensi
perawatan jantung
dan kolaborasi
pemberian obat
dilanjutkan
Gangguan 1. memberikan oksigen sesuai S: pasien
pertukaran gas b/d mengatakan sesak
terapi
akumulasi cairan nafas dan batuk
di alveoli 2. mengkaji laju pernafasan berdahak
O:
dan irama pernafasan
a. RR: 27x/i
3. memposisikan klien untuk b. Batuk berdahak
(+)
memaksimalkan ventilasi
c. Auskultasi paru
4. lakukan pemeriksaan AGD :bunyi nafas
vesikuler,wheezing
jika diperlukan
tidak ada,ronchi ada
5. melakukan auskultasi suara d. klien bisa
melakukan batuk
nafas,mencatat adanya suara
efektif yang di
tambahan ajarkan perawat
e.Saturasi oksigen
6.mengeluarkan secret dengan
98,2 %
mengajarkan batuk efektif f.Pasien terpasang
NRM 5 liter/i
atau suction
6. pH : 7,52
7.mengkolaborasikan 7. pCO2: 20,5
mmHg
pemberian bronkodilator
8. pO2: 98,2
mmH
Gangguan S: pasien
pertukaran gas b/d 1. memberikan oksigen sesuai mengatakan sesak
akumulasi cairan terapi nafas
di alveoli O:
2. mengkaji laju pernafasan a. Jalan nafas
dan irama pernafasan pasien paten
b. RR: 24x/i
3. memposisikan klien untuk c. Saturasi oksigen
98%