Anda di halaman 1dari 120

POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STEMI DI


RUANG CVCU RUMAH SAKIT RSUP
Dr. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

ENIKA SINTIA
NIM: 163110243

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STEMI


DI RUANG CVCU RUMAH SAKIT RSUP
Dr. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan ke Program Studi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan


Kemenkes Padang Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

ENIKA SINTIA
NIM: 163110243

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
ii
Poltekkes Kemenkes Padang
iii
Poltekkes Kemenkes Padang
iv
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Enika Sintia


Nim : 163110243
Tempat / Tanggal Lahir : Air Bangis / 10 September 1997
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Orang Tua : Ayah : Irsyad
Ibu : Yusmar Yenni
Alamat : Jl. R.A Kartini N0. 13, Jorong Pasar II Suak, Air
Bangis, Kec. Sungai Beremas, Kab. Pasaman Barat.

Riwayat Pendidikan

No Jenis Pendidikan Tempat Pendidikan Tahuan


1. TK TK SIAB Air Bangis 2002-2004
2. SD SDN 04 Sungai Beremas 2004-2010
3. SMP SMPN 01 Sungai Beremas 2010-2013
4. SMA SMAN 5 Padang 2013-2016
5. D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang 2016-2019

v
Poltekkes Kemenkes Padang
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah

ini dengan judul“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan STEMI Di

Ruang CVCU RSUP DR. M. Djamil Padang tahun 2019”.

Peneliti menyadari, dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini terdapat banyak

kesulitan yang dihadapi oleh peneliti, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, belum tentu peneliti bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh

karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ns. Nova Yanti, S.Kep,M.Kep,Sp.KMB, selaku pembimbing 1 dan ibu

Ns. Sila Dewi Anggreni, M.Kep.Sp.KMB, selaku pembimbing II dan

ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan

RI Padang yang telah mengarahkan, membimbing dan memberikan

masukan dengan penuh kesabaran dan perhatian dalam pembuatan Karya

Tulis Ilmiah ini.

2. Bapak Dr.dr.H.Yusirman Yusuf, Sp.B,Sp.BA(K)MARS selaku Direktur

RSUP DR. M DJAMIL Padang dan staf Rumah Sakit yang telah banyak

membantu dalam usaha memperoleh data yang diperlukan oleh peneliti.

3. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM,M.Si selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang.

4. Ibu Heppi Sasmita, M.Kep,Sp.Jiwa selaku Ketua Program Studi

Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan

Padang.

vi
Poltekkes Kemenkes Padang
5. Bapak/ibu dosen serta staf Program Studi Keperawatan Padang Politeknik

Kesehatan Kementrian Kesehatan Padang yang telah memberikan bekal

ilmu untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Bapak Dr.dr.H.Yusirman Yusuf, Sp.B,Sp.BA(K)MARS selaku Direktur

RSUP DR. M DJAMIL Padang dan staf Rumah Sakit yang telah banyak

membantu dalam usaha memperoleh data yang diperlukan oleh peneliti.

7. Kepada orang tua yang telah meberikan dorongan, semangat, do’a restu

dan kasih sayang.

8. Teman-teman dan semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu

persatu yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini.

Akhir kata peneliti berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi

peneliti sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta peneliti mendoakan

semoga bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga

nantinya dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.Amin.

Padang, Mei 2019

Peneliti

vii
Poltekkes Kemenkes Padang
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG

Karya Tulis Ilmiah, Mei 2019


EnikaSintia

“Asuhan Keperawatan pada Pasien STEMI di Ruang CVCU RSUP DR. M.


Djamil Padang”
xii + 72 Halaman, 1 Gambar, 12 Lampiran

ABSTRAK
Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST, merupakan indikator kejadian
oklusi total pembuluh darah arteri koroner. Ada 32,4 juta kasus miokard infark
didunia, pervalensi STEMI (25 %-40% ). Di ruang CVCU RSUP Dr M. Djamil
Padang didapatkan data STEMIPada tahun 2014 STEMI terjadi sebanyak 408
kasus, tahun 2015 sebanyak 31 kasus, tahun 2016 sebanyak 228 kasus, tahun 2017
sebanyak 817 kasus.Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan asuhan
keperawatan pada pasien STEMI di ruang CVCU RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yaitu berupa asuhan


keperawatan pada klien dengan bentuk rancangan penelitian studi kasus. Populasi
dalam penelitian ini yaitu seluruh pasien STEMI yang dirawat di ruang CVCU
RSUP DR. M. Djamil Padang. Sampel penelitian ini adalah salaah satu pasien
STEMI yang ada di Ruang CVCU RSUP Dr. M. Djamil Padang. Waktu penelitian
dilakukan bulan November 2018 – Juni 2019.

Hasil pengkajian pada pasien dengan STEMI di dapatkan pasien mengalami nyeri
dada sebelah kiri, seperti tertusuk-tusuk pisau, sesak nafas, batuk dan hasil
perekaman EKG nya didapatkan segmen ST-Elevasi di lead III,V1,V2,V3,V4.
Masalah keperawatan ditemukan pada partisipan adalah nyeri akut, resiko
penurunan curah jantung, gangguan pertukaran gas, intoleran aktifitas.

Hasil evaluasi didapatkan tidak semua masalah teratasi. Kesimpulan penelitian ini
adalah tercapainya semua aspek tahapan keperawatan yang merupakan tujuan
penelitian. Melalui direktur RSUP.DR.M.Djamil diharapkan dapat menerapkan
teknik nafas dalam untuk menghilangkan nyeri pada pasien STEMI.

Kata kunci: STEMI, asuhan keperawatan


Daftar Pustaka: 17 (2012-2017)

viii
Poltekkes Kemenkes Padang
Goresan Tinta Emas
Alhamdulilah, alhamdulilahirobbil ‘allamin, tak henti-hentinya nika mengucapkan
rasa Syukur atas rahmad dan karunia yang telah Engkau berikan, sehingga nika
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Terima kasih atas kesempatan,
kelancaran dan kemudahan yang Engkau berikan dalam menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini, semoga ilmu yang nika peroleh dapat bermamfaat bagi orang-orang
disekeliling nika, Amiin...

Selanjutnya terima kasih seluruh keluarga terutama kepada Babak, Ibu, Ayah,
Umak yang telah memfasilitasi nika dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini,
baik secara materil maupun non-materil, terima kasih telah mendengarkan keluh
kesah nika, terima kasih atas do’a dan dukungannya, semoga Babak, Ibu, Ayah,
Umak sehat selalu dan bisa melihat nika sukses nanti, Amiin...

Terima kasih kepada Adik-adik teti; Yelfi, Dewa, Raja, Fahri, Salsabila, Kafka
yang selalu menelvon menanyakan kapan pulang dan juga memberikan dukungan
dan semangat dalam
menyelesaikan Karya Tulis ilmiah ini, semoga kita tetap selalu kompak, selalu
akur dan menjadi anak yang membanggakan bagi Ayah, umak, Babak, Ibu
Amiin...
Terima kasih kepada kanda Rahma Dandi Alfaed yang selalu memberikan
nasehat dan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis ilmiah ini,
semoga selalu ada disaat suka maupun duka, Amiin…

Terima kasih kepada cabe onyetku tercinta Febri Yolanda Amd. Kep, Hany Riani
Syofia Amd.Kep, Lailatul Rahmi Amd.Kep, Lyra Rahmadani Amd. Kep, Yang
selama 3 tahun ini berjuang bersama-sama dan slalu siap mendengarkan keluh
kesah dalam masalah kuliah dan cinta.Terima kasih juga kepada onyet-onyet
lainnya Fajriatul Rizka Amd.Kep (uniang),Ulva Aulia Zikra Amd.Kep yang selalu
memberikan tawa selama 3 tahun ini, Terima Kasih kepada Alfiandry Amd.Kep
dan Muhammad Handoyo Amd.Kep yang selalu membantu ketika perlu motor,
ketika ban motor tiba-tiba bocor ditengah jalan,dan keperluan lainnya wkwk….
Semoga kita sukses dan menjadi perawat yang berguna bagi keluarga,bangsa dan
Negara,amiin…

Terima kasih kepada sahabat-sahabatku( mila,ica,reza,dila,ridh),yang selalu


memebrikan semangat,dukungan,dan nasehat,(iza,nia,ila,indah) yang sudah
datang ke kopre ku,dan nanik yang sudah memberikan tumpangan tidur
dikossannya ketika aku sendirian dikos. Terima kasih kepada kawan seperjungan
(Anak bimbingan buk opa dan buk sila), yang selalu sabar nunggu beliau.Terima
kasih kepada kawan seperjungan (TenC-Squad),yang sama-sama berjuang selama
kuliah dikampus hijau ini.Terima Kasih kepada kawan-kawan Kos Raudah, kak
Aa yang sudah menjadi pembimbing kardiovaskulerku yang selalu ada ketika
ditelvon nanya ini itu,sayang kak Aa dan juag kak Inta,aufa,igis,fitri
yang telah menyemangati ku dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Ini.

ix
Poltekkes Kemenkes Padang
Terima kasih kepada kelompok 1 PKLT Pasaman Barat (Lato Squad rabi jonggor)
kak dea yang kalau tidur ****k karena lelah dilanda rindu dan hampir juga
menjadi menantu kak bidan polindes,kak dhania (manise)yang hampir menjadi
menantu di rabi joggor,kak wiwing yang selalu telvonan dengan ayang bebeb,icha
si pendiam dan suka ketawa,mona yang hobi masak,rilla yang telinga nya
dimasukin ulat dan boneka dogi yang menjadi bulian, regi si teman sama-sama
berbadan kecil imut , dan dendi dengan cerita pendek nya bersama gebetan-
gebetannya,wkwk…terimakasih guys pengalaman bersama kalian begitu
mengesankan, tempat tidur yang roboh ke 2 nya, daun ubi nenek yang habis karna
diambil rilla buat dimasak, bagusnya judul PKLT diganti dengan” sama-sama
berjuang demi toga dirumah nenek”…hehe..

Terima kasih kawan seperjuangan, semoga kita


sama sama sukses. Aamiin...
Terima kasih atas kenangan, dukungan, semangat dan kebersamaannya.
Aamiiin......

x
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINIL ........................................................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
GORESAN TINTA EMAS ............................................................................ ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1


A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6


A. KONSEP STEMI ................................................................................... 6
1. Pengertian ........................................................................................ 6
2. Etiologi ........................................................................................... 6
3. Faktor Resiko ................................................................................... 8
4. Patofisiologi ..................................................................................... 11
5. WOC ................................................................................................ 14
6. Tanda dan Gejala ............................................................................. 16
7. Komplikasi....................................................................................... 17
8. Penatalaksanaan ............................................................................... 19
B. Konsep Asuhan Keperawata teoritis ...................................................... 23
1. Pengkajian Keperawatan ................................................................... 23
2. Diagnosa Keperawatan ..................................................................... 29
3. Intervensi Keperawatan .................................................................... 30
4. Implementasi Keperawatan ................................................................ 37
5. Evaluasi Keperawatan ........................................................................ 37

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 38


A. Desain Penelitian ................................................................................... 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 38
C. Populasi dan Sampel .............................................................................. 38
D. Alat dan Instrumen Pengumpulan Data ................................................. 39
E. Tekhnik Pengumpulan Data ................................................................... 39
F. Rencana Analisis ................................................................................... 40

xi
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB VI DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN ............................... 41
A. Deskripsi Kasus.................................................................................... 41
B. Pembahasan kasus ............................................................................... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................


A. Kesimpulan .......................................................................................... 69
B. Saran..................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan................................................................................... 30

xiii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 WOC............................................................................................................ 14

xiv
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Pembimbing 1

Lampiran 2 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Pembimbing 2

Lampiran 3 Surat Izin Pengambilan Data Dari Institusi Poltekkes Kemenkes

RI Padang

Lampiran 4 Surat Izin Survey Awal Dari RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian Dari Poltekkes Kemenkes RI Padang

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian Dari RSUP Dr. M. Djamil Padang

Lampiran 7 Surat Selesai penelitian Dari RSUP Dr. M. Djamil Padang

Lampiran 8 Ganchart Penelitian

Lampiran 9 Informed Concent

Lampiran 10 Daftar Hadir Penelitian

Lampiran 11 Format Asuhan Keperawatan

Lampiran 12 Hasil Perekaman EKG

xv
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang menyebabkan tinggi nya


angka morbiditas dan mortalitas diseluruh dunia. Setiap tahun nya 17,3 juta
orang di dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskuler (WHO,2013). Salah
satu penyakit kardiovaskuler yaitu Acute Coronary Syndrom (ACS) dimana
angka kejadian setiap tahunnya dinegara maju lebih dari 780.000 orang
mengalami ACS (Amsterdam et al,2014).

Acute Coronary Syndrom merupakan sekumpulan gejala yang diakibatkan


oleh gangguan pada pembuluh darah koroner jantung secara akut yang
disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah koroner akibat aterosklerosis
yang mengalami perobekan dan memicu terjadinya gumpalan-gumpalan
darah (thrombosis) (O’Gara, Kushner, & Ascheim, 2012). Prevalensi
penyakit ACS pada tahun 2013 gejala meningkat seiring dengan
bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok umur 65 -74 tahun yaitu 2,0 %
dan 3,6 % menurun sedikit pada kelompok umur ≥ 75 tahun. Gejala lebih
tinggi pada perempuan (0,5% dan 1,5%). Prevalensi penyakit ACS lebih
tinggi pada masyarakat tidak bersekolah dan tidak bekerja. Prevalensi
kejadian penyakit ACS lebih tinggi di perkotaan, namun gejalanya lebih
tinggi di perdesaan (Riskesdas, 2013). di Asia terdapat 17.050 orang
meninggal karena penyakit ACS dan Infark miokard (AHA, 2015).

Salah satu faktor risiko ACS adalah perubahan dari kadar fraksi lipid yaitu
kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserida yang
dikaitkan dengan pembentukan plak aterosklerosis(Kasron, 2012). Penelitian
di rumah sakit khusus jantung Sumatera Barat gambaran profil lipid pada
pasien ACS tahun 2011-2012, menemukan 98 kasus ACS. hasil ini
menunjukkan bahwa pasien ACS dengan kadar kolesterol total tinggi

1
Poltekkes Kemenkes Padang
2

(44,9%). Pasien ACS dengan kadar kolesterol HDL rendah LDL tinggi
(44,9%). Pasien ACS dengan kadar trigliserida tinggi (21,4%) (Zahara,
Syafri, & Yerizel, 2013)

Manifestasi paling parah dari penyakit ACS salah satunya STEMI (ST
Elevation Myocardial Infarctio). STEMI merupakan suatu keadaan infark
atau nekrosis otot jantung karena kurangnya suplai oksigen pada miokard
(ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen dengan suplai oksigen) yang
ditandai dengan adanya elevasi segment ST pada EKG (Udjianti, 2011).

Menurut WHO (2014) ada 32, 4 juta kasus miokard infark diseluruh dunia
setiap tahun. Pervalensi terjadinya STEMI saat ini sekitar 25% - 40%
(America Heart Association,2013). Pravalensi penyakit jantung di Asia
sekitar 6,1% yang diantaranya STEMI 3,7% (AHA, 2015). Penelitian di RS
khusus jantung Sumatera Barat pada tahun 2010 Kejadian STEMI sebanyak
(52%), NSTEMI sebanyak (24,5%) dan yang paling sedikit adalah angina
pektoris tak stabil sebanyak (23,5%) (Zahara et al., 2013).Berdasarkan data
rekam medik RSUP Dr. M. Djamil Padang Pada tahun 2014 STEMI terjadi
sebanyak 408 kasus, tahun 2015 sebanyak 31 kasus, tahun 2016 sebanyak
228 kasus, tahun 2017 sebanyak 817 kasus.

Faktor resiko STEMI dibagi menjadi dua yaitu faktor risiko yang tidak dapat
dirubah (usia, jenis kelamin, riwayat keluarga) dan faktor risiko yang dapat
dirubah (dislipidemia, obesitas, hipertesi, merokok, diabetes melitus, dan
kurang olahraga) (Kasron, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh dewi di
RSUD Ulin Banjarmasin pada November-Desember 2015 tentang factor
resiko penyakit STEMI. Hasil menunjukkan 17 pasien mengalami STEMI
dengan angka mortalitas (11,8%), rata-rata usia pasien STEMI 57 tahun,
pasien STEMI pada laki-laki sebanyak (88,2%) dan pada perempuan (11,8%).
Pasien yang memiliki factor risiko riwayat penyakit jantung sebanyak
(35,5%), hipertensi (29,4%),merokok (29,4%), stroke (5,9%) dan tidak
memiliki riwayat penyakit (17,6%) (Dewi et al., 2015)

Poltekkes Kemenkes Padang


3

Keluhan dirasakan oleh pasien STEMI adalah rasa nyeri yang menjalar ke
rahang, punggung dan lengan kiri, sebagian pasien juga mengalami sesak
nafas, keringat dingin, mual, muntah, sulit bernafas, cemas dan lemas
(Robinson,2014). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Perkins et al.(2009)
terhadap 228 pasien di Rumah Sakit London juga menemukan bahwa gejala
yang di rasakan pasien adalah nyeri dada di lengan, bahu, leher, punggung
belakang. Menurut pendapat Afni (2014) yang dikutip dari tulisan Mussi
(2013) juga menggambarkan radiasi nyeri yang dirasa-kan menjalar ke
lengan, leher, punggung belakang dan epigastrum dan nyeri yang
dirasakan seperti tertekan benda berat dan terbakar.

Diagnosa keperawatan pada pasien STEMI pertama nyeri akut berhubungan


dengan agen pencedera fisiologis (iskemik). Kedua ketidakefektifan pola
nafas berhubungan dengan nyeri, keletihan fisik. Ketiga penurunan curah
jantung berhubungan dengan kontraktilitas (Ns.Reny Yuli Aspiani, 2017).

Setelah penegakan diagnosa keperawatan diperlukan tindakan penaganan


pada pasien STEMI. Tindakan mandiri yang dilakukan perawat adalah
pengkajian tentang skala nyeri, mengajarkan pasien teknik relaksasi untuk
meredakan nyeri, memantau tanda-tanda vital pasien setiap hari dan
memenuhi kebutuhan oksigenasi pasien serta melakukan tindakan kolaboratif
seperti pemberian obat analgesik pereda nyeri, pemberian cairan intravena,
pemberian obat-obatan seperti terapi trombolitik, terapi antiplatelet dan lain –
lainnya (Nurarif .A.H dan Kusuma.H., 2015).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada tanggal 12 November 2018 di


ruangan CVCU RSUP Dr. M. Djamil Padang ditemukan 4 orang pasien
dengan STEMI. Peneliti menemukan 2 pasien berjenis kelamin laki- laki
dengan usia rata – rata lebih dari 50 tahun, 3 pasien dengan tingkat kesadaran
compos mentis dan 1 orang pasien dengan tingkat kesadaran koma. Saat
diwawancarai 3 dari 4 orang pasien merasakan nyeri di bagian dada sebelah
kiri dan menjalar kepunggung, dengan skala nyeri 5-6, pasien juga

Poltekkes Kemenkes Padang


4

mengatakan nyeri tidak hilang dengan istirahat. 2 dari 4 orang pasien


mengatakan sesak nafas dengan frekuensi nafas lebih dari 25 x/i tampak
terpasang NRM 8 liter/i. 1 pasien tampak terpasang alat bantu nafas yaitu
ventilator.Tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah melatih teknik
nafas dalam dan mengatur posisi pasien,.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Asuhan Keperawatan pada pasien STEMI di Ruang CVCU Rumah
Sakit RSUP Dr. M. Djamil Padang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah penelitian adalah bagaimana
Asuhan Keperawatan pada pasien STEMI di Ruang CVCU Rumah Sakit
RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2019?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian adalah untuk mendeskripsikan asuhan
keperawatan pada pasien STEMI di Ruang CVCU Rumah Sakit RSUP Dr.
M. Djamil Padang tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada pasien STEMI
di Ruang CVCU Rumah Sakit RSUP Dr. M. Djamil Padang.
b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada pasien STEMI di
Ruang CVCU Rumah Sakit RSUP Dr. M. Djamil Padang.
c. Mendeskripsikan intervensi keperawatan pada pasien STEMI di
Ruang CVCU Rumah Sakit RSUP Dr. M. Djamil Padang.
d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien STEMI di Ruang
CVCU Rumah Sakit RSUP Dr. M. Djamil Padang.
e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien STEMI di Ruang
CVCU Rumah Sakit RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Poltekkes Kemenkes Padang


5

D. Manfaat
1. Bagi Peneliti
Hasil kegiatan penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengalamannya bagi peneliti dalam melakukan penelitian tentang asuhan
keperawatan pada pasien STEMI di Ruangan CVCU RSUP Dr. M. Djamil
Padang.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan
oleh mahasiswa/i keperawatan untuk penelitian selanjutnya tentang
perawatan pasien STEMI.
3. Bagi Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Padang
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi akademik
bagi prodi D-III Keperawatan Padang, terutama dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien STEMI di Ruangan CVCU RSUP Dr. M.
Djamil Padang.
4. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan
menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi para perawat yang berada
di CVCU RSUP Dr. M. Djamil Padang, terutama dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien STEMI.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep STEMI
1. Pengertian
Infark Miokard Akut dengan Elevasi Segment ST (STEMI) merupakan
oklusi total dari erteri koroner yang menyebabkan area infark yang lebih
luas meliputi seluruh ketebalan miokardium,yang ditandai dengan adanya
elevasi segment ST pada EKG (Arif Muttaqin, 2012). STEMI atau Infark
miokard akut dengan elevasi segmen ST adalah indikator kejadian oklusi
total pembuluh darah arteri koroner. STEMI ditandai dengan elevasi segmen
ST di 2 sadapan yang bersebelahan dan meningkatnya enzim jantung seperti
troponim I/T dan CKMB (Irmalita, 2015).

Infark Miokard Akut dengan Elevasi Segment ST (STEMI) merupakan


suatu keadaan infark atau nekrosis otot jantung karena kurangnya suplai
oksigen pada miokard (ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen
dengan suplai oksigen (Udjianti, 2011). STEMI umumnya terjadi jika
aliran darah koroner menurun secara medadak setelah oklusi trombus pada
plak asterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Ini disebabkan karena
injuri yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi dan
akumulasi lipid (Kasron, 2012).

2. Etiologi
Penyebab dari STEMI ini sama dengan infark miokard yaitu karena suplai
oksigen yang tidak sesuai dengan kebutuhan tidak tertangani dengan baik
sehingga menyababkan kematian sel-sel jantung tersebut. Menurut Kasron
(2012) ada beberapa hal yang mengganggu oksigenasi ke jantung.
a. Berkurangnya oksigen ke miokard yang disebabkan oleh:
1) Faktor pembuluh darah
Hal ini berkaitan dengan kepatenan pembuluh darah sebagai jalan
darah mencapai sel- sel jantung, yang menggagu kepatenan pembuluh
darah bisa juga terjadi pada orang yang tidak memiliki riwayat

37
Poltekkkes Kemenkes Padang
7

penyakit jantung sebelumnya, dan biasanya dihubungkan dengan


beberapa hal seperti: mengkonsumsi obat- obatan tertentu, stress
emosional atau nyeri, terpapar suhu yang ekstrim dan merokok.
2) Faktor sirkulasi
Sirkulasi berkaitan dengan kelancaran peredaran darah dari jantung
keseluruh tubuh sampai kembali kejantung dan hal ini tidak terlepas
dari faktor pompaan dan volume darah yang dipompakan. Kondisi ini
yang menyebabkan gangguan pada sirkulasi diantaranya kondisi
hipotensi. Stenosis maupun insufisiensi yang terjadi pada katup-katup
jantung (aorta, mitralis, maupun trikuspidalis) menyebabkan
menurunnya cardiac output (COP). Penurunan COP yang diikuti oleh
penurunan sirkulasi menyebabkan beberapa bagian tubuh tidak
tersuplai dengan adekuat termasuk otot jantung.
3) Faktor darah
Darah merupakan pengangkut oksigen menuju seluruh tubuh, jika
daya angkut darah berkurang, maka sebagus apapun pembuluh darah
dan pompaan jantung maka hal tersebut tidak cukup membantu. Hal
yang menyebakan terganggunya daya angkut darah antara lain:
anemia, hipoksemia dan polisitemia.
4) Faktor kelainan kongenital
Kelainan kongenital seperti anomali arteri koroneria(Udjianti, 2011).

b. Meningkatnya kebutuhan oksigen tubuh


Pada orang normal meningkatnya kebutuhan oksigen maupun
dikompensasi antara lain dengan meningkatnya denyut jantung untuk
meningkatkan COP. Akan tetapi jika orang tersebut telah mengidap
penyakit jantung, mekanisme kompensasi justru akan memperberat
kondisi jantung karena kebutuhan oksigen semakin meningkat sedangkan
suplai oksigen tidak bertambah.

Oleh karena itu segala aktivitas yang menyebabkan meningkatnya


kebutuhan oksigen akan memicu terjadinya infark. Misalnya : aktivitas

Poltekkes Kemenkes Padang


8

berlebih, emosi, makan terlalu banyak dan lain-lain. Hipertropi miokard


biasa memicu terjadiya infark karena semakin banyak sel yang harus
disuplai oksigen, sedangkan asupan oksigen menurun akibat dari
pemompaan yang tidak efektif.

3. Faktor Resiko
Secara garis besar terdapat 2 jenis faktor resiko bagi setiap orang, yaitu faktor resiko yang
dapat di rubah dan yang tidak dapat dirubah:
a. Faktor yang dapat dirubah
1) Hiperlipidemia
Tingginya kadar lemak (lipid) di dalam darah. Kadar lemak
abnormal dalam sirkulasi darah (terutama kolesterol). Bisa
menyebabkan masalah jangka panjang, resiko terjadinya
arterosklerosis dan penyakit arteri koroner dapat meningkat
(Hartanto, 2010).
2) Merokok
Peran rokok dalam penyakit jantung antara lain: menimbulkan
aterosklerosis, peningkatan trombogenesis dan vasokontriksi,
peningkatan tekanan darah, pemicu aritmia jantung meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung, dan penurunan kapasitas pengangkutan
oksigen. merokok 20 batang rokok atau lebih dalam sehari bisa
meningkatkan resiko 2-3 kali dibandingkan yang tidak merokok.
3) Konsumsi alkohol
Meskipun ada dasar teori mengenai efek protektif alkohol dosis
rendah moderat, dimana ia bisa meningkatkan trombolisis endogen,
mengurangi adhesi platelet dan meningkatkan kadar HDL dalam
sirkulasi, akan tetapi semuanya masih kontroversial. Tidak semua
literatur mendukung konsep ini, bahkan peningkatan dosis alkohol
dikaitkan dengan peningkatan mortalilas kardiovaskuler karena
aritmia, hipertensi STEMI dan kardiomiopati dilatasi.

Poltekkes Kemenkes Padang


9

4) Infeksi
Infeksi Chlamydia Pneumoniae, organisme gram negatif intrasesuler
dan penyebab umum penyakit pernafasan, tampaknya berhubungan
dengan penyakit pembuluh jantung aterosklerotik.
5) Hipertensi
Hipertensi menyebabkan meningkatnya afterload yang secara tidak
langsung akan meningkatkan beban kerja jantung. Kondisi ini akan
memicu hipertropi ventrikel kiri sebagai kompensasi dari
meningkatnya afterload yang pada akhirnya terjadi peningkatan
kebutuhan oksigen pada jantung.
6) Obesitas
Hubungan erat antara berat badan, peningkatan tekanan darah, peningkatan
kolesterol darah, diabetes melitus tidak tergantung insulin, dan tingkat aktivitas
yang rendah.
7) Kurang olahraga
Aktivitas aerobik yang teratur akan menurunkan resiko terkena
penyakit jatung pembuluh jantung sekitar 20-40%.
8) Penyakit diabetes
Resiko terjadinya penyakit jantung koroner pada pasien dengan DM
sebesar 2-4 kali lebih tinggi dibandingkan orang biasa. Hal ini
berkaitan dengan adanya abnormalitas metabolisme lipid, obesitas,
hipertensi STEMI, peningkatan trombogenesis (peningkatan tingkat
adhesi platelet dan peningkatan trombogenesis).

b. Faktor resiko yang tidak dapat dirubah


Merupakan faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan yaitu:
1) Usia
Resiko meningkat pada pria diatas 45 tahun dan wanita diatas 33 tahun
(umumnya setelah monopause).
2) Jenis Kelamin
Morbiditas akibat penyakit jantung koroner (STEMI) pada laki laki 2 kali
lipat lebih besar dibandingakan perempuan, hal ini berkaitan dengan

Poltekkes Kemenkes Padang


10

esterogen dan endogen yang bersifat protektif pada perempuan. Hal ini
terbukti insiden STEMI meningkat dengan cepat dan akhirnya setara
dengan laki- laki setelah masa monopause pada perempuan.
3) Riwayat Keluarga
Riwayat anggota keluarga sedarah yang mengalami STEMI sebelum usia
70 tahun merupakan faktor indepeden untuk terjadinya STEMI. Agregasi
STEMI keluarga menandakan ada prediposisi genetik pada keadaan ini.
terdapat bukti bahwa riwayat positif pada keluarga mempengaruhi
penderita STEMI pada keluarga dekat.
4) RAS
Insiden kematian akibat STEMI pada orang Asia yang tinggal di Inggris
lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk lokal, sedangkan angka
yang rendah terdapat pada RAS apro-karabia.
5) Geografi
Tingkat kematian akibat STEMI lebih tinggi di Irlandia utara, Skotlandia
dan bagia Ingris utara dan dapat merefleksikan perbedaaan diet,
kemurnian air, merokok, struktur sosial ekonomi dan kehidupan urban.
6) Tipe Kepribadian
Tipe kepribaian A memiliki sifat agresif, kompetitif, kasar, sinis, gila
hormat, ambisius, dan gampang marah sangat rentang untuk terkena
STEMI, karena antara stress dengan metabolisme lipid saling
berhubungan.
7) Kelas sosial
Tingkat kematian STEMI tiga kali lebih tinggi pada pekerja kasar laki-
laki terlatih dibandingkan dengan kelompok kerja profesi (misal: dokter,
guru, perawat, pengacara dan lain–lain. Selain itu frekuensi pekerja kasar
ternyata 2 kalori lebih besar untuk mengalami kematian dini akibat
STEMI dibandingkan istri pekerja profesional/ non- manual.

4. Patofisiologi STEMI
Infark miokard akut sering terjadi pada orang yang memiliki satu atau lebih
faktor resiko, seperti dislipidemia, obesitas, hipertesi, merokok, diabetes

Poltekkes Kemenkes Padang


11

melitus, dan lain-lain. Faktor ini disertai dengan proses kimiawi


terbentuknya lipoprotein di tunika intima yang dapat menyebabkan
interaksi fibrin dan platelet sehingga menimbulkan cidera endotel pembuluh
darah koroner. Interaksi tersebut menyebabkan invasi dan akumulasi lipid
yang akan membentuk plak fibrosa. Timbunan plak menimbulkan lesi
komplikata yang dapat menimbulkan tekanan pada pembuluh darah dan
apabila ruptur dapat terjadi trombus (Aspiani, 2014).

Trombus yang menyumbat pembuluh darah menyebabkan aliran darah


berkurang sehingga suplai oksigen yang diangkut darah ke jaringan
miokardium berkurang yang berakibat penumpukan asam laktat yang
meningkat menyebabkan nyeri dan perubahan pH endokardium,perubahan
pada elektrofisilogi pada endokardium yang pada akhirnya menyebabkan
perubahan pada sistem konduksi jantung sehingga jantung mengalami
distritmia.Iskemik yang berlangsung lebih dari 30 menit menyebabkan
kerusakan pada otot jantung yang irrevesibel dan kematian otot jantung
(infark) (Aspiani, 2014).Terjadinya nekrosis otot jantung di tandai dengan
elevasi segmen ST yang persisten di 2 sadapan yang bersebelahan (Irmalita,
2015).

Letak infark ditentukan juga oleh letak sumbatan arteri koroner yang
mensuplai darah dan oksigen ke jantung. Terdapat dua arteri koroner yang
besar yaitu arteri kanan dan arteri kiri. Kemudian arteri kiri bercabang
menjadi dua yaitu desenden Arterior dan arteri sirkumpeks kiri. Arteri
koronaria desenden anterior kiri berjalan melalui bawah anterior dinding ke
arah afeks jantung. Bagian ini menyuplai aliran dua pertiga dari septum
intraventrikel sebagian besar apeks dan ventrikel kiri anterior ( Kasron,
2012).

Cabang sirkumpeks kiri berjalan dari koroner kiri ke arah dinding lateral kiri
dan ventrikel kiri. Daerah yang di suplai meliputi atrium kiri, seluruh
dinding posterior. Selanjutnya arteri koroner akan berjalan dari aorta sisi

Poltekkes Kemenkes Padang


12

kanan arteri pulmonal ke arah dinding lateral kanan sampai ke posterior


jantung. Bagian jantung yang di suplai meliputi: atrium kanan, ventrikel
kanan, nodus SA, nodus AV, septum intervetrikel posterior superior, bagian
atrium kiri dan permukaan diafragmatik ventrikel kanan. Berdasarkan hal
diatas maka dapat diketahui jika infark anterior kemungkinan disebabkan
ganguan pada cabang desenden anterior kiri sedangkan infark inferior bisa
disebabkan oleh lesi pada arteri koroner kanan. ( Kasron, 2012).

Berdasarkan ketebalan dinding jantung yang terkena maka infark bisa


dibedakan mejadi infark transmural dan subendokardial. Kerusakan pada
seluruh lapisan miokardiom disebut infark transmural, sedangkan jika hanya
mengenai lapisan saja disebut infark subendokardial. Infark otot jantung
akan mengurangi fungsi ventrikel karena otot jantung yang kematian,
jaringan akan mengalami iskemik disekeliling daerah infark. (Kasron,
2012).

Miokardium yang mengalami kerusakan otot jantung atau nekrosis tidak


lagi dapat memenuhi fungsi kontraksi sehingga otot yang iskemik
disekitarnya juga mengalami gangguan dalam daya kontraksi dan
menyebabkan keluarnya enzim dari intra sel ke pembuluh darah yang dapat
dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium. Otot jantung yang infark
mengalami perubahan selama penyembuhan. Mula-mula otot jantung yang
mengalami infark akan tampak memar dan sianotik karena darah di daerah
sel tersebut berhenti. Dalam jangka waktu selama 24 jam timbul edema dan
terjadi respon peradangan yang di sertai inflamasi leokosit (Aspiani, 2014).
Infark miokardium akan menyebabkan fungsi ventrikel terganggu karena
otot kehilangan daya kontraksi, sedangkan otot yang iskemik disekitarnya
juga mengalami gangguan kontraksi. Secara fungsional infark miokardium
akan mengakibatkan perubahan pada daya kontraksi, gerakan dinding
abnormal, penurunan cardiak output, perubahan daya kembang dinding
ventrikel. Peningkatan volume akhir sistolik dan penurunan volume akhir
diastolik ventrikel. Keadaan tersebut menyebabkan kegagalan jantung

Poltekkes Kemenkes Padang


13

dalam memompa darah dan oksigen sistemik menjadi tidak adekuat


sehingga menimbulkan gejala kelelahan. Selain itu dapat terjadi akumulasi
diparu (edema paru) dan manifestasi sesak nafas (Aspiani. 2014)
5. Woc

Faktor resiko dapat dirubah factor resiko tidak dapat dirubah


( hipertesi, merokok, diabetes (usia, jenis kelamin,riwayatkeluarga)
mellitus,hiperkolesterolemia,obesitas)

hiperkolesterolemia hipertensi diabetes merokok


LDL teroksidasi melitus
Vasokontraksi
Penyempitan lumen pembuluh darah glukosa pelepasan katekolamin
pembuluh darah darah oleh syaraf otonom
bercak lemak
disfungsi endotel viskositas vasokonstriksi dan
darah trombogenesis

aliran darah tidak lancar

penumpukan plak (aterosklerosis) dipembuluh darah

penyumbatan arteri koroner jantung perubahan pada


elektrofisiologi
endokardium
aliran darah ke jantungterjadi kerusakan sel jantung
jantung irreversible infark elevasi segmen ST
dan gelombang Q
patologis
O2 dan nutrisi Resiko Penurunan
Perfusi Jaringan STEMI
Metabolisme anaerob

Asam laktat
Kontraksi ventrikel Kontraksi otot jantung
Nyeri dada tidak maksimal terganggu dan enzim jantung

Nyeri akut aliran darah ke resiko COP


paru terganggu
20-30 menit Penurunan aliran darah
Suplai O2 tidak seimbang
Ansietas Dengan kebutuhan tubuh Penurunan
Curah jantung
Frekuensi nafas meningkat
aliran darah
Pola nafas tidak efektif ke ginjal

produksi urin

Poltekkes Kemenkes Padang


14

volume plasma

aliran balik vena

hipoksia,iskemia,infark meluas beban jantung

Retensi Na dan air,


Suplai O2 ke jaringan Eksresi kalium
menurun
Rasiko kelebihan
Volume cairan
Ke otot jantung ke sel tubuh

Kelelahan
kerusakan kerusakan
>40% >20-25% Aktivitas diminimalkan

Syok gagal jantung Intoleransi aktivitas


kardiogenik

sumber:(Arif Muttaqin, 2012)

6. Tanda dan Gejala

Menurut Kasron (2012) Keluhan yang khas ialah nyeri dada retrosteral,
seperti diremas – remas, ditekan, ditusuk, panas atau di tindih barang berat.
Nyeri dapat menjalar ke lengan (umunya di kiri), bahu, leher, rahang,
bahkan kepunggung dan epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama dari
angina pektoris dan tidak responsif terhadap nitrogliserin. Kadang- kadang
pada pasien diabetes melitus dan orang tua tidak ditemukan nyeri sama
sekali. Nyeri dapat disertai rasa mual, muntah, sesak nafas, pusing, keringat

Poltekkes Kemenkes Padang


15

dingin, jantung berdebar-debar atau sinkope. Pasien sering tampak


ketakutan.

Dapat ditemukaan bunyi jantung di S2 yang pecah, paradoksal dan irama


gallop. Adanya krepitasi basal menunjukan adanya bendungan paru.
Takikardia, kulit yang pucat, dingin dan hipotensi ditemukan dalam kasus
yang lebih berat, kadang-kadang ditemukan pulsasi diskinetik yang tampak
atau barada didinding dada pada infark miokard akut inferior.
Menurut (Nurarif .A.H dan Kusuma.H., 2015) tanda dan gejalanya adalah:
a. Klinis
1) Nyeri dada yang terasa mendadak dan terus-menerus tidak mereda,
biasanya diatas regional sternal bawah dan abdomen bagian atas
yang merupakan gejala utama.
2) Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak
tertahan lagi.
3) Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk–tusuk yang terasa
menjalar ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya
lengan sebelah kiri), tertekan, rasa terbakar, rasa tertindih benda
berat, rasa diperas dan rasa terpelintir.
4) Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau
gangguan emosional ), menetap selama beberapa jam atau beberapa
hari dan tidak hilang dengan istirahat atau nitriogliserin ( NTG) .

5) Nyeri dapat menjalar ke leher dan rahang.


6) Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis
berat, pening, atau kepala terasa melayang, dan mual muntah.
7) Pasien dengan diabetes melitus tidak akan merasa nyeri karena
neuropati yang menyertai diabetes akan menggangu neuroreseptor.

7. Komplikasi pada STEMI


Komplikasi pada pasien dengan STEMI adalah:
a. Gagal jantung

Poltekkes Kemenkes Padang


16

Dengan infark besar (> 20%- 25%) pada ventrikel kiri, depresi fungsi
pompa cukup untuk menyebabkan gagal jantung ( Aaronson, 2010).
b. Syok kardiogenik
Infark yang meliputi lebih dari 40% dari ventrikel kiri dapat
menyebabkan syok kardiogenik ( Aaronson, 2010)
c. Aritmia
Aritmia sering ditemukan pada fase akut, hal ini dipandang sebagai
bagian dari perjalan penyakit STEMI. Aritmia perlu diobati bila
menyebabkan gangguan hemodinamik, meningkatkan kebutuhan oksigen
miokard sehingga memperluas terjadinya infark pada jantung dan aritmia
merupakan predisposisi untuk terjadinya aritmia yang lebih gawat seperti
takikardi ventrikel, fibrilasi ventrikel atau asistol. Dilain pihak efek lain
pengobatan harus diperhatikan, karena pervalensi terjadinya aritmia
sering terjadi pada 24 jam pertama serangan jantung akan berkurang
pada hari- hari berikutnya sehingga penanganan yang tepat dan efektif
dibutuhkan dalam 24 jam pertama (Kasron, 2012).
d. Bradikardi Sinus
Bradikardi Sinus umumnya disebabkan oleh Vagotania dan sering
menyertai infark miokard inferior atau posterior. Bila hal ini
menyebabkan keluhan hipotensi, gagal jantung atau disertai dengan
peningkatan intabilitas ventrikel diberi pengobatan dengan sulfas atropin
intravena (Kasron, 2012).
e. Irama Nodal
Irama nodal umumnya timbul karena mekanisme protektif escape dan
tidak perlu diobati, kecuali bila menyebabkan gangguan hemodinamika
maka dapat diberikan atropin atau dipasang pacu jantung temporer
(Kasron, 2012).
f. Asistolik
Pada keadaan asisitolik harus segera dilakukan resusitasi kardiopulmonal
serebral dan di pasang pacu jantung trastorakal. Pemberian adrenalin dan
kalsium klorida dan kalsium glukonas harus dicoba (Kasron, 2012).
g. Takikardi Sinus

Poltekkes Kemenkes Padang


17

Takikardi sinus ditemukan pada sepertiga kasus miokard infark akibat


peningkatan saraf sinus simpatik, gagal jantung, nyeri dada, perikarditis
dan lain-lain. Takikardi sinus meningkatkan kebutuhan oksigen jantung
dan menyebabkan terjadinya peluasan infark pada jantung (Kasron,
2012).
h. Kontraksi atrium premature
Bila kontraksi atrium prematur jarang terjadi maka pengobatan khusus
tidak diperlukan (Kasron, 2012)
i. Ruptur Miokardial
Otot jantung yang mengalami kerusakan akan menjadi lemah, sehingga
kadang mengalami robekan karena tekanan dari aksi pompa jantung.
Bagian jantung yang mengalami robekan adalah dinding otot jantung dan
otot yang mengendalikan pembukaan dan penutupan salah satu katup
jantung (katup mitralis). Jika ototnya robek, maka katup tidak dapat
berfungsi sehingga secara tiba- tiba terjadi gagal jatung yang berat. Otot
jantung pada dinding jantung juga bisa mengalami robekan. Robekan
septum kadang dapat diperbaiki melalui pembedahan, tetapi robekan
pada dinding luar hampir selalu menyebabkan kematian. Otot jantung
yang mengalami kerusakan karena serangan jantung tidak akan
berkontraksi dengan baik meskipun tidak mengalami kerusakan.
Kadang bagian ini akan menggembung pada saat seharusnya
berkontraksi. Untuk mengurangi luasnya daerah yang tidak berfungsi ini
bisa diberikan ACE–inhibiditor. Otot yag rusak bisa berbentuk
penonjolan kecil pada dinding jantung (anuerisma). Adanya aneurisma
bisa diketahui melalui rekaman EKG yang abnormal, dan untuk
memperkuat dugaan ini bisa dilakukan ekokardiogram. Aneurisma tidak
akan mengalami robekan, tetapi bisa menyebabkan irama jantung tidak
teratur dan dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan jantung untuk
memompa. Darah yang melalui aneurisma akan mengalir lebih lambat,
karena itu dapat terbentuk bekuan darah di ruang– ruang jantung
(Kasron, 2012).
j. Bekuan Darah

Poltekkes Kemenkes Padang


18

Pada sekitar 20-60% orang pernah mengalami serangan jantung,


terbentuknya bekuan darah didalam jantung. Pada 5% penderita ini
bekuan bisa pecah, mengalir di dalam arteri dan tersangkut dipembuluh
darah yang lebih kecil diseluruh tubuh menyebabkan penyumbatan pada
aliran darah ke sebagian otak (menyababkan stroke) atau ke organ
lainnya. Untuk mengetahui adanya bekuan darah dijantung atau untuk
mengetahui faktor predisposisi yang dimiliki penderita maka dilakukan
elektrokardiogram. Untuk membantu mencegah pembentukan
pembekuan darah maka diberikan antikoagulan ( misalnya heparin dan
warfarain). Obat ini biasanya diminum selama 2-6 bulan setelah serangan
jatung(Kasron, 2012).

8. Penatalaksaaan STEMI
Menurut Kasron ( 2012) prinsip penatalaksanaanya adalah mengembalikan
aliran darah koroner untuk menyelamatkan jantung dari infark miokard ,
membatasi peluasan infark dan mempertahankan fungsi jatung. Pada
prinsipnya terapi penanganan ini ditujukan untuk mengatasi nyeri angina
yang cepat, intensif dan mencegah berlanjutnya iskemik serta terjadinya
infark miokard dan kematian mendadak. Oleh karena itu, kasus berbeda
derajat keparahan atau riwayat penyakitnya, maka cara terapi terbaik adalah
individualisasi atau bertahap, mulai dengan masuk rumah sakit ( ICCU) dan
istirahat total ( bed rest).
A. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Nurarif .A.H dan Kusuma.H., 2015) Beberapa terapi yang
dapat diberikan antara lain:
a. Terapi Trombolitik
Obat terapi trombolitik mempunyai keuntungan karena dapat diberikan
melalui vena perifer, sehingga terapi ini dapat diberikan seawal mungkin
dan dapat dikerjakan dimanapun. Direkomendasikan penderita infark
miokard akut < 12 jam yang mempunyai elevasi segemn ST atau leaf
bundle brance blok ( LBBB) diberikan intravena fibrinolitik jika tanpa
kontra indikasi. Sedangkan penderita yang mempunyai riwayat

Poltekkes Kemenkes Padang


19

perdarahan intrakarnial, stroke atau perdarahan aktif tidak dapat


diberikan terapi fibrinolitik. Dosis streptokinase diberikan 1.5 juta unit
diberikan dalam tempo 30-60 menit.
b. Terapi Antiplatelet
1) Aspirin
Aspirin mempunyai efek menghambat siklooksigenase platelet secara
irrevesibel. Proses tersebut mencegah formasi tromboksan A2.
Pemberian Aspirin untuk penghambatan agregasi platelet diberikan
dosis awal paling sedikit 160 mg dan dilanjutkann dosis 80-325 mg
per hari.
2) Tiklopidin
Tiklopidin merupakan derivat tienopiridin yang efektif sebagai
pengganti aspirin untuk pengobatan angina tidak stabil.
Mekanismenya berbeda dengan aspirin. Tiklopidin menghambat
agregasi platelet yang dirangsang ADP dan menghambat transformsi
reseptor fibrinogen platelet menjadi bentuk afinitas tinggi.
3) Clopidogrel
Clopidogrel mempunyai efek menghambat agregasi platelet melalui
hambatan aktivitas ADP dependen pada kompleks glikoprotein
llb/lla. Efek samping clopidogrel lebih sedikit dibandingkan tiklopidin
dan tidak perah dilaporkan neutropia.
4) Antagonis reseptor gliprotein llb/ lla
Antagonis reseptor gliprotein llb/ lla menghambat reseptor yang
berinteraksi dengan protein-protein seperti fibrinogen dan faktor von
willebrand. Secara maksimal menghambat jalur akhir dari proses
adhesi, aktivitas dan agregasi platelet.
5) Terapi antitrhombin
Unfractioted heparin, low molecular- weight heparins ( LMWH),
direct antithrombin
6) Terapi Nitrat organik
a) Nitrogliserin

Poltekkes Kemenkes Padang


20

Penggunaan nitrogliserin per oral untuk menanggulangi serangan


angina cukup efektif. Begitu pula sebagai profilisis jangka pendek
misalnya langsung sebelum melakukan aktivitas atau menghadapi
situasi lain yang dapat menginduksi serangan. Secara intravena
digunakan pada dekompensasi terutama setelah infark jantung, jika
digoksin dan diuretika kurang memberikan hasil. Pada penggunan
oral obat ini mengalami metabolisme lintas pertama yang sangat
tinggi sehingga hanya sedikit obat yang mencapai sirkulasi.
Absorpsi sesekali karena bilingual dan oromukosal cepat sekali
karena menghindari efek lintas pertama. Efeknya sesudah 2 menit
dan bertahan selama 30 menit. Dosis sublingual yaitu 0, 15- 0. 6
mg dan dosis oral 6,5 – 13 mg.
b) Isosorbid dinitrat
Kerjanya hampir sama dengan Nitrogliserin, tetapi sifatnya long-
acting. Secara sublingual mulai bekerja dalam 3 menit dan bertahan
sampai 2 jam. Resorpsinya juga baik, tetapi efek lintas prertamanya
cukup besar.
c) Isosorbid mononitrat
Obat ini terutama digunakan sebagai profilaksis untuk mengurangi
frekuensi serangan. Kadang–kadang digunakan pada dekompensasi
yang tidak berhasil dengan obat-obat yang biasa digunakan.Mulai
kerja setelah 15 menit dan bertahan kurang lebih 8 jam, waktu
paruhnya 4-5 jam. Dosis yang dapat digunakan yaitu 20-30 menit (
Nurarif, 2016).

B. Penatalaksanaan Keperawatan
Perawat sebagai salah satu anggota team dalam tatanan keperawatan klinik
sangat berperan dalam melakukan pengkajian riwayat kesehatan secara
teliti, mengidentifikasi tanda dan gejala awal iskemia,memberikan
intervensi dan implementasi keperawatan yang cepat dan tepat sehingga
akan mengembalikan aliran darah koroner dan mencegah pasien dari
komplikasi (Ns.Reny Yuli Aspiani, 2017):

Poltekkes Kemenkes Padang


21

1. Mengurangi atau mengatasi nyeri


Menghilangkan nyeri dada merupakan prioritas utama pada pasien dengan
STEMI, dan terapi medis diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut,
sehingga penatalaksanaan nyeri dada merupakan usaha kolaborasi dokter
dengan perawat. Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi nyeri pada
pasien STEMI adalah memberikan terapi oksigen dan memberikan obat
isosorbid dinitrat (ISDN) sesuai order dokter, mengajarkan teknik nafas
dalam dan relaksasi.
2. Menganjurkan untuk Istirahat fisik
Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah memposisikan pasien semi
fowler, cardiac chair dapat mengurangi nyeri dada dan dispnea.,posisi
kepala yang lebih tinggi sangat bermanfaat bagi pasien,dan memberikan
pendidikan kesehatan tentang apa itu STEMI dan aktivitas-aktivitas yang
boleh dilakukan oleh pasien dengan STEMI.
3. Mengurangi kecemasan
Tindakan keperawatan dapat berupa memberikan pendidikan kesehatan
tentang stemi dan membina hubungan saling percaya dan mengajarkan
teknik relaksasi dalam perawatan pasien sangat penting untuk mengurangi
kecemasan.

4. Pemantauan dan penatalaksanaan komplikasi potensial


Komplikasi yang dapat terjadi antara lain disritmia, syok kardiogenik,
gagal jantung dan lain lain yang dapat menimbulkan kematian, oleh karena
itu perawat harus mengidentifikasi dini tanda dan gejala yang dapat
menimbulkan komplikasi. Perawat memanantau dengan ketat terhadap
perubahan frekuensi, irama, bunyi jantung,tekanan darah, nyeri dada,
status pernafasan, haluaran urine, suhu, warna kulit, perubahan
penginderaan dan perubahan nilai laboratorium, tindakan yang dilakukan
yaitu perekaman EKG, mengukur tanda-tanda vital: tekanan darah,
pernafasan, suhu (Smeltzer & Bare, 2008).
5. Pendidikan pasien dan perawatan di rumah

Poltekkes Kemenkes Padang


22

Discharge planning diberikan segera setelah pasien di rawat di rumah sakit


dan sebelum pulang pasien seharusnya sudah menerima instruksi secara
detail follow up kesehatannya antara lain latihan fisik, diet, obat-obatan,
modifikasi faktor risiko dan kapan harus mencari pertolongan medis.

B. Konsep Asuhan keprawatan teoritis.


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Identitas pasien berisikan: nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, agama, suku bangsa, alamat, pendidikan, pekerjaan, tanggal
masuk rumah sakit, diagnosa medis, nomor registrasi.
b. Identitas penanggung jawab.
Identitas penanggung jawab berisikan: nama, umur, pekerjaan,
alamat, hubungan dengan pasien.
c. Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama yang dirasakan pasien STEMI adalah
nyeri. Biasanya pasien merasakan nyeri di dada sebelah kiri, tidak
hilang saat istirahat. Nyeri yang dirasakan biasanya terasa dihimpit
beban berat dan seperti tertekan. Nyeri dirasakan di daerah diatas
perikardium dan biasanya nyeri terasa menjalar sampai rahang,
keleher, kepunggung dan kelengan sebelah kiri. Biasanya jika ditanya
klien akan mengatakan skala nyerinya 7-9. lama nyeri biasanya 20-30
menit, biasanya nyeri di perburuk ada atau tanpa aktivitas, biasanya
nyeri dirasakan mendadak. Biasanya diikuti dengan gejala penyerta
seperti adalah sesak nafas, nadi lemah dan cepat, gelisah, mual
muntah, kelelahan dan pucat (Arif Muttaqin, 2012).
d. Riwayat Keluhan Sekarang
Pada umumnya keluhan yang dirasakan pasien STEMI adalah nyeri.
Biasanya pasien merasakan nyeri di dada sebelah kiri, biasanya nyeri
terasa menjalar sampai rahang, keleher, kepunggung dan ke lengan
sebelah kiri, nyeri yang dirasakan biasanya terasa di himpit beban
berat, lama nyeri biasanya 10-20 menit, biasanya nyeri di perburuk

Poltekkes Kemenkes Padang


23

ada atau tanpa aktivitas. Biasanya pasien mengatakan nyeri berulang


dengan skala nyeri 5-6. Biasanya saat dikaji kelelahan tambahan
yang dirasakan pasien adalah sesak nafas, nadi lemah dan cepat,
gelisah, mual muntah, kelelahan dan pucat.
e. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien dengan STEMI mememiliki riwayat penyakit
seperti: nyeri dada, hipertensi, angina, distaritmia, kerusakan katup,
diabetes melitus, dan trombus atau lipidemia (Mutaqim, 2012).
f. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit jantung
seperti hipertensi, miokard infark, arteriosklerosis, diaetes melitus
atau penyakit jantung iskemik lainnya (Arif Muttaqin, 2012).

g. Pola Aktivitas
1) Pola presepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada pasien STEMI biasanya mengalami perubahan / gangguan pada
personal hygine, misalnya kebiasaan mandi, ganti pakaian, BAK dan
BAB. Biasanya pada pasien STEMI, ganti pakaian, BAB dan BAK
dibantu oleh perawat dan keluarga karena pasien STEMI biasanya
mengeluh nyeri dada,sesak nafas,dan kelelahan (Mutaqim, 2012).
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya pasien dengan STEMI nafsu makannya terganggu yang
diikuti dengan mual muntah. Biasanya pada pola nutrisi dan
metabolisme pasien STEMI menggunakan diit jantung 1, 2 dan 3
tergantung tingkat keparahan penyakit. Biasanya pasien juga diikuti
dengan mual muntah (Mutaqim, 2012).
3) Pola eliminasi
Biasaya pada pasien tidak mengalami kesulitan eliminasi yang berarti
(Mutaqim, 2012).
4) Pola istirahat dan tidur
Biasanya pada pasien STEMI akan mengalami perubahan pola tidur
karena nyeri dan sering terbangun pada malam hari karena nyeri dan

Poltekkes Kemenkes Padang


24

istirahat mengalami gangguan yang disebabkan oleh nyeri dan


biasanya juga di iringi dengan sesak nafas (Mutaqim, 2012).
5) Pola aktivitas
Biasanya pada pasien infark akan mengalami perubahan dalam
menjalani aktifitas sehari-hari, karena pasien jantung biasanya
mengeluh nyeri dada saat beraktivitas (Mutaqim, 2012).
6) Pola presepsi dan konsep diri
Biasanya pada pasien infark akan mengalami presepsi diri yang
negative (Mutaqim, 2012).

2. Pemeriksaan keadaan umum dan pemeriksaan fisik


Menurut Mutaqim (2012) pada pemeriksaan keadaan umum pada
pasien STEMI adalah sebagai berikut:
Kadaan umum
Tingkat kesadaran: biasnya pasien tampak baik / compos mentis dan
akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi
sistem saraf pusat.
Tanda tanda vital( pemeriksaan dilakaukan Head to too )
1) Kepala :biasanya kepala tampak simetris kiri kanan,tidak ada
teraba pembengkakan
2) Muka :biasanya muka tanpak pucat, biasanya tampak
meringis karena nyeri dada.
3) Mata : biasanya konjungtiva tampak anemis karena
peredarahan darah ke mata berkurang
4) Hidung : biasanya tampak pernafasan cuping hidung
5) Bibir : biasanya bibir tampak pucat
6) Telinga : biasanya telinga tampak simetris dan bersih
7) Leher : bisanya leher tampak tidak ada pembekakan
kelenjer
tiroid dan kelenjer getah bening.
8) Thorak : I: biasanya tampak simetris kiri kanan, tidak ada
menggunakan otot bantu pernafasan,tidak ada

Poltekkes Kemenkes Padang


25

retraksi dinding dada,dan tidak ada lesi.


PA:biasanya fremitus kiri dan kanan sama,tidak
ada nyeri tekan.
PE: biasanya sonor disemua lapang paru
A: biasanya bunyi nafas vesikuler disemua lapangan
paru,tidak ada bunyi suara nafas tambahan
(wheezing dan ronchi)
9) Jantung: I : biasanya tidak tampak iktus kordis.
PA: biasanya iktus kordis tidak teraba
PE: batas jantung kanan atas :RIC II linea para
sternalis dextra,kanan bawah: RIC IV linea
para sternalis dextra,kiri atas: RIC II linea
para sternalis sinistra,kiri bawah: RIC V mid
aksila.
A: bunyi jantung teratur(regular),suara tambahan
(mur-mur jantung) tidak ada.
10) Abdomen :I : biasanya tampak abdomen tidak ada asites
dan lesi.
PE: biasanya saat di perkusi terdengar timpani
PA: biasanya tidak teraba massa,tidak teraba
pembesaran hepar dan limpa,
A :saat di auskultasi terdengar bising usus normal
11) Genitalia : biasanya pada bagian genetalia tidak tampak ada
masalah.
12) ekstremitas secara keseluruhan tidak ada masalah.

3. Pemeriksaan diagnostik
1) EKG
Biasanya pada fase hiperakut (beberapa jam permulaan serangan)
dapat ditemukan: elevasi yang curam dari segmen ST,
gelombang T yang tinggi dan melebar, VAT memanjang dan
gelombang Q tampak. Pada fase perkembangan penuh (1-2 hari

Poltekkes Kemenkes Padang


26

kemudian) dapat ditemukan: gelombang Q patologis, elevasi


segmen ST yang cembung dan ke atas, serta gelombang T yang
terbalik. Pada fase resolusi (beberapa minggu atau beberapa
bulan kemudian) dapat detemukan: gelombang Q patologis tetap
ada, segmen ST mungkin sudah kembali ke garis isoelektrik dan
gelombang T sudah kembali normal (Nurarif .A.H dan
Kusuma.H., 2015).

2) Laboratorium
Menurut Udjiati (2011) biasanya adanya perubahan kadar
kardiak isoenzim yang di alami oleh pasien STEMI dalah sebagai
berikut:
a) Creatinin Phosphokinase ( CPK)
Biasanya Kadar CPK meningkat dalam 2-6 jam pasca
serangan dan mencapai kadar puncak pada 24 jam pasca
serangan pertama. Kadar CPK akan menurun setelah hari ke
2-3. Enzim ini dihasilkan oleh otak, otot rangka, dan otot
jantung. Enzim yang khusus dilepasakan oleh miokard ketika
mengalami injuri adalah CK-MB. Kadar CKMB meningkat
2-3 jam pasca seranga dan mencapai puncak pada 12 jam
pasca seragan. Kadarnya menurun setelah 24 jam pasca
serangan.
b) Cardiak troponin
Biasanya kardar kardiak tronponin T meningkat 3-6 jam
pasca serangan dan tetap tinggi selama 14-21 hari. Kadar
kardiak troponin I meningkat 7-14 jam pasca serangan dan
tetap tinggi selama 5- 7 hari pasca serangan.
c) Serum Glutamin Oxaloacetic Transaminase (SGOT)
Biasanya kadar SGOT terdeteksi selama 8 jam pasca
serangan. Kadarnya meningkat hingga 24–48 jam pasca
serangan dan menurun pada hari ke 3-4. Oleh karena itu

Poltekkes Kemenkes Padang


27

kadar SGOT harus diperiksa pada 24, 48 dan 72 jam


serangan.
d) Laktat Dehidrokinase
Biasanya kadar LDH menigkat pada hari ke 2-3 kemudian
normal kembali pada hari ke 5-6.
4. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut SDKI (2016), NANDA ( 2015)
adalah :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas (mis.nyeri saat bernapas,kelemahan otot pernapasan).
c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas
d. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
e. Keletiahan berhubungan dengan keletihan fisik
f. Ansietas berubungan dengan ancaman status terkini
g. Resiko syok
h. Resiko penurunan perfusi jaringan jantung
i. Resiko jatuh

5. Intervensi keperawatan
Perencanaan keperawatan untuk pasien infark miokard dengan elevasi
segmen ST dengan 3 diagnosa keperawatan adalah:
Tabel 2.1Intervensi Keperawatan

N DIAGNOSA PERENCANAAN KEPERAWATAN


O KEPERAWATAN NOC NIC
1. Nyeri akut berhubungan Setelah di berikan asuhan 1. Manajemen nyeri
dengan agen pencedera keperawatan diharapkan pasien a. Lakukan pengkajian
fisiologis(iskemik)
Dengan batasan karakteristik:
dapat: nyeri komprehensif
Bukti nyeri dengan 1. Kontrol nyeri yang meliputi lokasi,
menggunakan standar daftar Dengan indikator: karakteristik ,onset/
periksa nyeri untuk pasien a. Pasien mengenal kapan durasi, frekuensi,

Poltekkes Kemenkes Padang


28

yang tidak dapat nyeri terjadi kualitas,intensitas, atau


mengunggkapkan nya b. Pasien mampu beratnya nyeri dan
a. Ekspresi wajah nyeri
menggunakan tindakan pencetus.
(misalnya mata pencegahan b. Pastikan perawatan
tampak kurang c. Pasien mampu analgesik bagi pasien
bercahaya, tampak menggunakan analgesik dilakukan dengan
kacau, meringis) yang direkomendasikan pemantauan ketat.
b. Fokus kepada diri d. Pasien mamapu c. Gunakan strategi
sendiri melaporkan perubahan komunikasi terapeutik
c. keluhan tentang terhadap gejala nyeri pada untuk mengetahui
karakteristik nyeri profesional kesehatan. pengalaman nyeri dan
dengan menggunakan e. Pasien mampu melaporkan sampaikan penerimaan
standar instrumen perubahan terhadap gejala pasien terhadap nyeri.
nyeri nyeri yang tidak terkontrol d. Gali pengetahuan dan
d. Laporan tentang pada profesional kepercayaan pasien
perilaku nyeri/ kesehatan. terhadap nyeri.
perubahan f. Melaporkan nyeri yang e. Pertimbangkan
terkontrol pengaruh budaya
aktivitas (mis,
2. Nyeri:efek yang terhadap nyeri.
anggota keluarga) mengganggu f. Tentukan akibat dari
Dengan indikator: pengalaman nyeri
a. Ketidaknyamanan pasien terhadap kualitas
berkurang. hidup pasien
b. Pasien mampu mengontrol (misalnya: tidur, nafsu
nyeri makan, perasaan,
c. Pasien tidak mengalami hubungan, performa
gangguan konsentrasi kerja dan tanggung
d. Pasien tidak mengalami jawab peran)
ngangguan rutinitas g. Gali bersama pasien
faktor- faktor yang
dapat menurunkan
atau memperberat
nyeri.
h. Berikan informasi
mengenai nyeri ,
seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan
dirasakan, dan
antisipasi dari
ketidaknyamanan
akibat prosedur.
i. Kendalikan faktor
hubungan yang dapat
mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan (
misalnya: suhu

Poltekkes Kemenkes Padang


29

ruangan, pencahayaan,
sura bising)
j. Ajarkan pinsip prinsip
manajemen nyeri
k. Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyeri
yang tepat.
l. Kolaborasi dengan
pasien, orang terdekat
dan tim kesehatan
lainnya untuk
memilih dan
mengimplementasika
n tindakan penurunan
nyeri nonfarmakologi
sesuai kebutuhan.
m. Berikan individu
penurun nyeri yang
optimal dengan
peresepan analgesik
n. Gunakan tindakann
pengontrolan nyeri
sebelum nyeri
bertambah berat.
o. Evaluasi keefektifan
dari tindakan
pengontrolan nyeri
berdasarkan respon
pasien
p. Mulai dan modifikasi
tindakan
pengontrolann nyeri
berdasarkan respon
pasien.
q. Dukung istirahat /
tidur yang adekuat
untuk membantu
penurunan nyeri.
r. Dorong pasien untuk
mendiskusikan
pengalaman nyerinya
sesuai kebutuhan
s. Libatkan keluarga
dalam modalitas
penurun nyeri jika
memungkinkan.

Poltekkes Kemenkes Padang


30

2. Pemberian Obat
a. Pertahankan aturan
dan prosedur yang
sesuai dengan
keakuratan dan
keamanan pemberian
obat-obatan
b. sVerivikasi resep
obat-obatan sebelum
pemberian.
c. Monitor kemungkinan
alergi terhadap obat,
interaksi, kontra
indikasi, termasuk
obat obatan diluar
koter.
d. Pastikan bahwa obat-
obatan hipnotik,
narkotik, dan
antibiotik sudah
diberhentikan atau
diresepkan kembali
dengan tanggal yang
baru.
e. Monitor klien
terhadap efek
terapeutik untuk
semua obat-obatan
f. Monitor klien
terhadap efek lanjut,
toksisitas dan
interaksi pemberian
obat.

2. Intoleran aktivitas Setelah diberikan asuhan 1. Terapi aktivitas


berhubungan dengan keperawatan diharapkan pasien a. Bantu klien untuk
ketidakseimbangan mampu: memilih aktivitas dan
suplai dan kebutuhan 1. toleransi terhadap Aktivitas pencapaian tujuan
oksigen dengan batasan Dengan indikator: memaluli aktivitas
karakteristik: a. Kecepatan berjalan dibatasi yang konsisten yang
Dispnea setelah beraktifitas. b. Jarak berjalan dibatasi dengan kemampuan
a. Keletihan c. Toleransi dalam menaiki fisik, fisiologis dan
b. Ketidaknyamanan tangga sosial.
setelah d. Kemampuan untuk b. bantu klin utnuk
beraktivitas. berbicara saat melakukan mengidentifikasi dan
c. Perubahan EKG ( aktifitas fisik. memperoleh sumber-
mis: aritmia, 2. Status jantung paru: sumber yang
dengan indikator: diperlukan untuk

Poltekkes Kemenkes Padang


31

abnormalitas a. Tekanan darah sistol aktivitas- aktivitas


konduksi) dalam rentang normal yang diinginkan
d. Respons b. Tekanan darah diastol c. Dorong aktifitas yang
dalam rentang normal tepat.
frekuensi jantung
c. Denyut nadi pefifer d. Bantu klien
abnormal teraba teratur memperoleh
terhadap aktivita. d. Irama jantung teratur. transportasi untuk [
e. Respon tekanan e. Irama pernafasan dapat mengikuti]
darah abnormal normal aktivitas, jika
terhadap f. Saturasi oksigen normal memang diperlukan.
aktivitas. 95-100% e. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
diinginkan
f. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
bermakna.
g. Identifikasi strategi
untuk meningkatkan
partisipasi terkait
dengan aktivitas yang
dilakukan.
h. Bantu klien dan
keluarga untuk
beradaptasi dengan
lingkungan pada saat
mengakomodasikan
aktivitas yang
diinginkan.

2. Manajemen Lingkungan
a. Ciptakan lingkungan
yang aman bagi
pasien.
b. dentifikasi kebutuhan
keselamatan pasien
berdasarkan fungsi
fisik, dan kognitif
serta riwayat perilaku
masa lalu.
c. Singkirkan benda-
benda bahaya dari
lingkungan pasien.
d. Lindungi pasien
dengan pegangan
pada sisi/ bantalan di
sisi ruangan yang

Poltekkes Kemenkes Padang


32

sesuai.
e. Sediakan tempat
tidur dengan
ketinggian yang
rendah, yang sesuai.
f. Sediakan tempat
tidur dan lingkungan
yang bersih dan
nyaman
g. Sediakan kasus yang
kokoh
h. Sediakan linen dan
pakaian dalam
dengan kondisi baik,
bebas dari residu dan
noda.
i. Kurangi rangsangan
yang sesuai.
j. Sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan tubuh
pasien jika suhu
tubuh berubah
k. Kendalikan hama
lingkungan yang
sesuai.
l. Sediakan
penghaarum ruangan
jika diperlukan.

3. Penurunan curah jantung Setelah diberikan asuhan 1. Perawatan Jantung


berhubungan dengan selama ... x 24 jam a. Secara rutin mengecek
perubahan volume sekuncup
Dengan bataasan karakteristik:
keperawatan diharapkan pasien baik secara fisik
pasien mampu: dan psikologis sesuai
a. Perubahan EKG ( 1. Manajemen diri: penyakit dengan kebijaksannan
misal: aritmia, jantung tiap agen/ penyedia
abnormalitas a. Klien dapat menerima layanann.
konduksi) diagnosa dengan baik b. Pastikan tingkat
b. Pengisian kapiler b. Klien mampu mencari aktivitas pasien yang
memanjang informasi tentang tidak membahayakan
c. Penurunan nadi metode untuk curah jantung atau
perifer mempertahankan memprovokasi
d. Perubahan tekanan kesehatan serangan jantung.
darah kardiovaskuler. c. Instruksikan pasien
c. Klien mampu tentang pentingnya
berpartisipasi dalam untuk segera
pengambilan melaporkna bila

Poltekkes Kemenkes Padang


33

keputusan terkait merasakan nyeri dada.


kesehatan. d. Evaluasi episiode
d. Klien mamapu nyeri dada ( intensitas ,
berpartisipasi dalam lokasi, radiasi, durasi,
rehabilitas jantung dan fator yang memicu
yang diresepkan serrta meringankan
e. Klien mampu nyeri dada)
memantau gejala awal. e. Monitor EKG , adakah
f. Klien mampu perubahan segen ST ,
memantau gejala yang sebagaimana mestinya.
menetap. f. Lakukan penilaian
g. Melaporkan gejala komprehensif pada
dari perburukan sirkulasi perifer (
penyakit. misalnya cek nadi
2. Perfusi jaringan kardiak, perifer, edema,
dengan indikator: pengisian ulang
a. Tekanan darah sistolik kapiler, warna dan
dalam rentang normal suhu estremitas) secara
b. Tekanan darah diastolik rutin sesuai dengan
dalam rentang normal kebijakann agen.
c. Nilai rata- rata tekanan g. Monitor tanda- tanda
darah daralam batas vital secara rutin.
normal. h. Monitor distritmia
d. Enzim jantung dalam jantung, termasuk
batas normal gangguan ritme dan
kondusi jantung.
i. Dokumentasikan
distritmia jantung
j. Catat tanda dan gejala
pnurunan curah
jantung
k. Monitor status
pernafasanterkait
dengan adanya gejala
gagal jantung.
l. Monitor nilai
laboratorium terkait
dengan enzim jantung
dan erektrolit.
m. Evaluasi perubahan
tekanan darah.
n. Batasi merokok
o. Monitor intoleran
aktivitas pasien
p. Monitor sesak nafas,
kelelahan, takipnea
dan orthopnea

Poltekkes Kemenkes Padang


34

q. Bangun hubungan
saling percaya dengan
pasien dan keluarga.
r. Lakukan terapi
relaksasi sebagaimana
mestinya.
2. Monitor tanda – tanda
vital
a. Monitor tekanan
darah, nadi,suhu, dan
status pernafasan.
b. Monitor tekanan darah
setelah pasien minum
obat jika
memungkinkan.
c. Monitor tekanan darah
,denyut nadi, dan
pernafasan sebelum,
selama dan setelah
beraktifitas dengan
tepat.
d. Monitor keberadaan
dan kualitas nadi.
e. Monitor irama dan
tekanan jantung.
f. Monitor nada jantung.
g. Identifikasi
kemungkinan
penyebab perubahan
tanda-tanda vital .
Sumber: NANDA, 2015-2017)

4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan pada pasien STEMI dilakukan sesuai
dengan perencanaan yang telah dibuat. Saat melakukan asuhan
keperawatan pada pasien STEMI ini juga dilakukan kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lainnya seperti dokter, ahli gizi dan apoteker.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan ada dilakukan saat proses keperawatan
berlangsung dan ada yang diakhir, biasanya evaluasi keperawatan
memakai format SOAP yaitu subjek yaitu dari pernyataan pasien,
STEMI atau dari pihak keluarga, selanjutnya objek yaitu dari hasil

Poltekkes Kemenkes Padang


35

observasi dan pemeriksaan langsung, selanjutnya assesment yaitu


tingkat keberhasilan dalam pemberian asuhan keperawatan dan
terakhir plannning yaitu perencanaan selanjutnya yang akan dilakukan
pada pasien STEMI oleh perawat.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu metode penelitian
yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu
keadaan secara objektif dengan pendekatan studi kasus (Sugiyono, 2012)

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di ruang CVCU RSUP Dr. M.Djamil Padang Waktu
penelitian mulai November 2018 – Juni 2019.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien STEMI di ruang CVCU RSUP Dr. M.
Djami Padang.
2. Sampel
Sampel yang di ambil sesuai kiteria inklusi dengan jumlah Sampel dari penelitian ini
adalah satu pasien STEMI di ruang CVCU RSUP Dr. M. Djamil Padang . Sampel diambil
dengan cara porposif sampling. porposif sampling adalah suatu teknik pemilihan
partisipan atau menetapkan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi
berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:
a. Kriteria Inklusi.
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjagkau dan akan diteliti (Nursalam, 2011).
Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah:
1) Pasien bersedia menjadi responden
Pasien yang kooperatif dan berkomunikasi verbal dengan baik

b. Kriteria Ekslusi
Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah Pasien dengan komplikasi
seperti : gagal jantung dan syok kardiogenik.

35
Poltekkes Kemenkes Padang
36

D. Alat/ Instrument Pengumpulan Data


Alat yang digunakan dalam pemeriksaan fisik berupa APD (Alat Perlindungan Diri)
tensimeter, stetoskop, termometer, skala nyeri, alat tulis dan instrument pengumpulan data
yang digunakan adalah format tahapan asuhan keperawatan di ruang CVCU RSUP Dr. M.
Djamil. Padang mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Pengumpulan data dilakukan dengan
cara anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi langsung dan studi dokumentasi.

E. Teknik Pengumpulan Data


Pada teknik pengumpulan data beberapa hal yang dilakukan seperti:
1. Wawancara
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara
bebas terpimpin. Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari wawancara tidak
terpimpin dan wawancara terpimpin. Meskipun dapat unsur kebebasan, tapi ada pengarah
pembicara secara tegas dan mengarah. Jadi wawancara ini mempunyai ciri yang
fleksibelitas (keluwesan) tapi arahnya yang jelas. Artinya, pewawancara diberi kebebasan
untuk mengolah sendiri pertanyaan sehingga memperoleh jawaban yang diharapkan dan
responden secara bebas dapat memberikan informasi selengkap mungkin.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan cara pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan
secara lansung kepada partisipan penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang
tidak sesuai dengan keadaan normal. Pemeriksaan fisik dilakukann dengan cara head to
too pada pasien STEMI,.
3. Studi dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini
menggunakan dokumen dari RS untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan.

F. Analisis
Analisisi dilakukan pada setiap proses keprawatan yang dimulai dari pengkajian, analisa data,
rumusan diagnosa keperawatan, perencanan keperawatan, implementasi dan evaluasi. Analisis
dilakukan umtuk membandingkan antara temuan pada pasien infark di lapangan dengan teori
keperawatan. Rencana tindakan yang akan dilakukan serta tujuan yang harus dicapai perlu
diperhatikan agar proses keperawatan berjalan lancar. Apabila teori dengan penerapan
dilapangan berbeda, pelu dilakukan evaluasi ulang agar tidak terjadi malpraktek karena tidak
sesuai dengan pedoman SOP (Standard Operating Prosedur).

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB IV
DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan di RSUP Dr. M. Djamil Padang tepatnya di CVCU yang
memiliki 8 tempat tidur dengan peralatan yang canggih untuk penanganan
pasien dengan kasus jantung. Disetiap tempat tidur terdapat monitor
hemodinamik dan ventilator. Ruangan CVCU terletak di lantai 2
UGD,bersebelahan dengan ruang ICU.
B. Deskripsi kasus
Asuhan keperawatan dilakukan pada tanggal 18-22 Februari 2019 dengan
identitas pasien yaitu Tn. S (lk), umur 55 tahun, No. Rekam Medik: 01.04.
03. xx. diagnosa medis STEMI anterior, dengan serangan jantung pertama,
rujukan dari RS AM Bukittinggi . Secara rinci hasil deskripsi kasus dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengkajian keperawatan
Hasil pengkajian yang didapatkan peneliti melalui observasi, wawancara,
dan studi dokumentasi pada partisipan yang dicantumkan sebagai berikut:
1) Identitas Penanggung Jawab
Penaggung jawab: Ny.R, pekerjaan IRT, alamat Sumatera Utara,
hubungan dengan pasien: istri.
2) Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Pasien masuk UGD RSUP DR.M.Djamil Padang pada tanggal 18
Februari 2019 pukul 12.56 WIB. Pasien masuk dengan keluhan
nyeri dada disebelah kiri seperti tertusuk-tusuk pisau dan menjalar
ke punggung, skala nyeri 7, nyeri tidak hilang dengan istirahat,
lama nyeri + 30 menit, nyeri disertai dengan sesak nafas.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang:
Keluhan saat dikaji
Saat dilakukan pengkajian diruangan CVCU pada tanggal 18
Februari pukul 15.10 WIB, pasien mengatakan nyeri dada, skala
nyeri 5, nyeri seperti tertusuk-tusuk pisau, didada sebelah kiri dan

37
Poltekkkes Kemenkes Padang
38

menjalar ke punggung, nyeri hilang timbul, nyeri tidak hilang saat


istirahat, lama nyeri + 10 menit, nafas sesak, dan batuk.
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan pernah berobat ke puskesmas +1 bulan yang
lalu karena sakit kepala, saat dilakukan pengukuran tekanan darah
di dapatkan 140/100 mmHg, tindakan yang didapatkan pasien.
Pasien mengatakan merokok sejak umur 15 tahun, 1-3
bungkus/hari, pasien suka mengkonsumsi makanan seperti seafood,
jeroan, makanan bersantan, dan juga makan gorengan seperti
bakwan, goreng pisang 1-2 kali dalam seminggu. Minum kopi dan
teh 1-2 kali dalam seminggu. Pasien mengatakan tidak pernah olah
raga sejak setelah menikah.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien dan keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit jantung (penyakit jantung koroner), hipertensi,
diabetes mellitus, penyakit darah( hemofilia).
6) Kebutuhan Dasar Makanan
Saat sehat pasien makan 3x sehari dengan lauk pauk,sayur sayuran
dan buah buahan seperti pisang dan papaya,habis 1 porsi. Pasien
suka makan seafood, jeroan, dan gorengan seperti bakwan dan
pisang goreng 1-2 x dalam seminggu. Saat sakit pasien makan 3x
sehari, diet jantung 1800 Kkal (makan biasa),habis hanya 4 sendok
makan.
7) Minum
Saat sehat pasien minum air putih 1300 ml perhari, minum kopi
dan teh 1-2 x dalam seminggu. Saat sakit pasien minum air putih
sedikit-sedikit tapi sering, minum pasien ±880 ml perhari. Minum
susu 1 gelas / hari.
8) Eliminasi
BAB
Saat sehat pasien BAB 1-2 kali perhari dengan konsistensi lunak,
bau khas fesesdan warna kuning. Saat sakit pasien belum ada BAB

Poltekkkes Kemenkes Padang


39

selama dirawat. Pasienmengatakan sulit BAB, BAB terasa keras,


pasien biasa mengedan saat BAB.
BAK
Saat sehat pasien BAK 7-8 kali perhari, warna kuning jernih, bau
khas urine. Saat sakit Pasien terpasang kateter urine, warna urine
kuning jernih, jumlah urine ± 550 cc.
9) Istirahat dan tidur
Saat sehat pasien tidur 6-7 jam/hari, nyenyak dan tidak tidur
siang, posisi supinasi. Saat sakit pasien tidur 5-6 jam/hari sering
terbangun karena nyeri dada secara tiba-tiba, tidur siang selama 1-2
jam/ hari dan sering terbangun posisi semifowler.
10) Pola aktivitas dan latihan
Saat sehat pasien lebih banyak menghabiskan waktu bekerja dan
tidak olahraga. Saat sakit pasien mengatakan sesak nafas dan nyeri
dada jika bergerak seperti duduk dan miring kanan dan miring kiri.
pasien bed rest total, aktivitas ADL dibantu keluarga dan perawat.
11) Pola Bekerja
Saat sehat pasien bekerja sebagai penambang emas pergi jam 08.00
WIB pulang jam 18.00 WIB. Saat sakit tidak bekerja.
12) Pemeriksaan Fisik
Dari hasil pemeriksaan di dapatkan TD= 100/72 mmHg, N= 92x/i,
P=27x/i. Kesadaran Compos mentis, mata tampak lelah, tampak
lingkaran hitam pada mata, pada pemeriksaan thorak (paru)
didapatkan data: inspeksi: dada simetris kiri dan kanan,
penggunaan otot bantu pernafasan (+), rektraksi dinding dada (-),
lesi (-), palpasi: fremitus kiri dan kanan, ada nyeri tekan (-),
perkusi: Sonor di lapang paru kiri,dan redup dilapang paru kanan,
auskultasi : bunyi nafas vesikuler disemua lapangan paru,
whizing (-), rongki (+), pemeriksaan thorak (jantung) didapatkan :
inspeksi: iktus kordis (-), palpasi: iktus kordis tidak kuat angkat,
perkusi: batas jantung kanan atas: RIC II Liniea Para Sternalis
Dextra, kanan bawah: RIC IV Linea Para Sternalis Dextra, kiri

Poltekkkes Kemenkes Padang


40

atas: RIC II Linea Para Sternalis Sinistra, kiri bawah: RIC V Mid
aksila, auskultasi: mur-mur jantung (-). Ekstemitas atas: pada
tangan bagian kanan terpasang threeway stopcok with tube dengan
Nacl 0,9 %, 20 tetes, akral teraba dingin, CRT 4 detik. Ekstremitas
bawah: akral teraba dingin, CRT 4 detik.
13) Data Psikososial
Kecemasan
Pasien mengatakan sedikit khawatir dengan penyakitnya karna
baru kali ini dirawat di rumah sakit.
14) Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan labor tanggal 18 Februari 2019 didapatkan
:Tromponin T :>40.000 ng/ml, Pco2: 20,5 mmHg, pO2: 98,2
mmHg, Hco3: 16.8 Mmol/L, BE : -3,6 Mmol/L. Pada pemeriksaan
EKG didapatkan ST elevasi di lead III,V1,V2,V3,V4. Pemeriksaan
Coronary Angiogram pada tanggal 20 Februari 2019 dengan hasil
subtotal oklusi diproximal leftAnterior Descending dengan
trombus grade 3.
15) Terapi Pengobatan
Pasien mendapatkan terapi obat aspilet 1x16 g peroral, ramipril 1x
2,5g peroral, Atorvostatin 1x 40 mg peroral,Bisoprolol 1x 2,5 mg
peroral, laxadyn 1x 15 cc peroral, ranitidin 2x 50 mg (iv),Cefixime
2x 200 mg peroral, N -asetilsistein 2x 1 mg peroral, Dopamin 5
mg/kgBB/menit (IV), Dobutamin 5 mg/kgBB/menit (IV), Lovenox
2x 0,6cc (Sc), Drip lasik 2x 20 mg/50cc (iv), Nacl 0.9 % (iv), diit
jantung 1800 Kkal (makan biasa), oksigen 5 liter.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan data yang didapatkan
berupa data sujektif dan data objektif. Berdasarkan hasil studi dokumentasi
pada pada status pasien ditemukan 5 diagnosa keperawatan pada patisipan
yaitu nyeri akut, penurunan curah jantung, gangguan pertukaran gas,
ketidakefektifan bersihan jalan nafas, intoleransi aktivitas.Berdasarkan

Poltekkkes Kemenkes Padang


41

hasil observasi peneliti mengangkat 5 diagnosa. Diagnosa keperawatan


yang ditegakkan peneliti dapat dilihat sebagai berikut:
Diagnosa yang berdasarkan observasi peneliti:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis. Diagnosa ini
ditegakan karena ada data yang mendukung yaitu; data subjektif: pasien
mengatakan nyeri dada, nyeri seperti tertusuk-tusuk pisau, didada sebelah
kiri dan menjalar ke bagian punggung, nyeri timbul jika batuk, nyeri tidak
hilang saat istirahat, lama nyeri ±10 menit, nafas sesak, dan data objektif
: pasien tampak meringis, tampak pasien sering memegang dada sebelah
kiri, skala nyeri 5, TD: 100/72 mmHg, nadi: 97x/i, RR: 27x/i.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
karakteristik. Diagnosa ini ditegakan karena ada data yang mendukung
yaitu: data subjektif: Pasien mengatakan sering sakit kepala, dan sudah
berobat ke Puskesmas. Pasien mengatakan merokok sejak umur 15 tahun,
2-3 bungkus/hari, tidak pernah olahraga, suka mengkonsumsi jeroan
seafood, cemilan seperti bakwan, pisang goreng, Data Objektif: Akral
pasien teraba dingin, CRT< 4 detik, TD: 100/ 72 mmHg, nadi : 92x/i. RR:
27x/I, segmen ST elevasi di lead III,V1,V2,V3,V4, diagnosa medis Akut
STEMI anterior, hasil labor tanggal 18 Februari 2019(tromponin T:
>40.000 ng/ml, HbsAg nonreaktif), TB: 165 cm, BB: 60 Kg.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi cairan di
alveoli. Diagnosa ini ditegakan karena ada data yang mendukung yaitu:
data subjektif: pasien mengatakan sesak nafas jika bergerak dan batuk,
pasien mengatakan batuknya berdahak. Data objektif : RR: 27x/ i,
saturasi oksigen 98%, hasil labor 18 Februari 2019 (pCO2: 20,5 mmHg,
pO2: 98,2 mmH, HCO3-: 16.8 Mmol, BE: -3.6 Mmol), auskultasi paru
:bunyi nafas , wheezing tidak ada, ronchi ada.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen. Diagnosa ini ditegakan karena ada data
yang mendukung yaitu; data subjektif: Pasien mengatakan sesak nafas
jika beraktifitas, pasien mengatakan badan terasa letih dan lemah. Data

Poltekkkes Kemenkes Padang


42

Objektif aktivitas pasien tampak dibantu oleh perawat dan keluarga,


diagnosa medis Akut STEMI anterior.
3. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan yang dilakukan mengacu kepada NOC NIC 2015-
2017. Intervensi yang dapat disusun berdasarkan diagnosa keperawatan
pada partisipan dapat dilihat sebagai berikut :
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
NOC
Kontrol nyeri
Dengan indikator:
a. Pasien mengenal kapan nyeri terjadi
b. Pasien mampu menggunakan tindakan pencegahan nyeri
c. Pasien mampu menggunakan analgesik yang direkomendasikan
d. Pasien mamapu melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri
pada profesional kesehatan.
e. Pasien mampu melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri
yang tidak terkontrol pada profesional kesehatan.
f. Pasien mampu melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri
yang melaporkan nyeri yang terkontrol
Nyeri: efek yang mengganggu
Dengan indikator:
a. Ketidaknyamanan pasien berkurang.
b. Pasien mampu mengontrol nyeri
c. Pasien tidak mengalami gangguan konsentrasi
d. Pasien tidak mengalami ngangguan rutinitas
NIC
a. Manajemen nyeri
b. Pemberian Obat
c. Monitor tanda-tanda vital
2) Resiko penurunan curah jantung
NOC:
Perfusi jaringan jantung

Poltekkkes Kemenkes Padang


43

Dengan indikator:
a. Tekanan darah sistol normal
b. Tekanan darah diastol normal
c. Denyut nadi radialis teraba
d. Hasil angiogram koroner tidak terjadi penyumbatan
Sirkulasi jantung paru
Dengan indikator:
a. Tekanan darah sistol normal
b. Tekanan darah diastol normal
c. Irama jantung teratur
d. Denyut nadi perifer teraba
Berat badan : massa tubuh
a. Berat badan sesuai dengan tinggi badan
b. Persentase lemak tubuh normal
NIC:
a. Perawatan jantung sirkulasi
b. Manajemen pengobatan
c. Monitor tanda-tanda vital
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi cairan
di alveoli.
NOC
Status pernafasan
Dengan indikator:
a. frekunsi pernafasan 16-24 x/i
b. irama pernafasan teratur
c. suara auskulasi tambahan pernafasan tidak ada
d. jalan nafas paten
e. saturasi oksigen 95-100%
Status pernafasan: ventilasi
Dengan indikator:
a. frekunsi pernafasan 16-24 x/i
b. irama pernafasan

Poltekkkes Kemenkes Padang


44

c. volume tidal
d. dispnea saat istirahat
e. dispnea saat latihan
f. hasil rontgen dada
g. suara nafas tambahan
h. penggunaan otot bantu pernafasan
i. akumulasi sputum
NIC
a. Manajemen jalan nafas
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
NOC
Dengan indikator:
a. peningkatan aktifitas tanpa dispneu
NIC
a. Manajmen energy
b. Terapi aktivitas

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan berdasarkan dari rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat,
tujuan melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana asuhan
keperawatan agar kriteria hasil dapat tercapai
Implementasi Keperawatan pada Partisipan
Implementasi yang telah dilakukan pada Tn. S dari tanggal 18 februari
2019 sampai 22 februari 2018 adalah sebagai berikut:
1. Pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera biologis, tindakan yang dilakukan yaitu manajemen nyeri
(melakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliput:
frekuensi, lokasi, karakteristik, durasi, kualitas, dan pencetusnya,
mengajarkan pasien manajemen nyeri [teknik nafas dalam],

Poltekkkes Kemenkes Padang


45

menggali bersama pasien faktor-faktor yang dapat memperberat


nyeri) dan pemberian obat (melanjutkan kolaborasi dengan medis
dalam pemberian obat pereda nyeri yaitu cedocard 2x 100 mg
injeksi).

2. Pada diagnosa resiko penurunan curah jantung tindakan yang


dilakukan yaitu perawatan jantung akut (merekam dan
memonitor EKG terhadapat perubahan elevasi segmen ST,
lakukan pemeriksaan komprehensif terhadap status jantung
termasuk kedalamannya adalah sirkulasi perifer, memonitor irama
jantung dan kecepatan denyut jantung, mengauskultasi suara
jantung, pertahankan lingkungan yang kondusif untuk istirahat dan
penyembuhan (batasi suara bising, suhu yang terlalu ekstrim),
mengajarkan pasien teknik untuk mengurangi stres,
menginstruksikan pasien untuk menghindari aktivitas yang
menyebabkan valseva manuver (mengejan saat buang air besar),
berkolaborasi dengan tim medis dalam mengelola pemberian obat
yang mencagah valseva manuver (laxadyn 10 ml), berkolaborasi
dalam pemberian obat untuk mencegah nyeri, memonitor
keefektifan pengobatan, manajemen pengobatan (melanjutkan
kolaborasi dengan medis dalam pemberian obat (atorvostatin
1x40mg peroral, aspilet 1x60 mg peroral, ramipril 1x5mg peroral,
brilinta 2x 90 mg peroral, lovenok 2x0,6 mg), memonitor
keefektifan cara pemberian obat yang sesuai, berkolaboras dengan
dokter jika ada perubahan pengobatan, pantau kepatuhan regimen
obat), memonitor tanda-tanda vital (memonitor tekanan darah,
nadi, suhu, frekuensi pernafasan dengan tepat, monitor warna
kulit, suhu dan kelembaban).

3. Pada diagnosa gangguan pertukaran gas berhubungan dengan


akumulasi cairan di alveolitindakan yang dilakukan yaitu
memonitor pernafasan (memonitor kecepatan, irama, kedalaman

Poltekkkes Kemenkes Padang


46

dan kesulitan bernafas, memonitor pola nafas, memonitor saturasi


oksigen pasien), terapi oksigen (pertahankan kepatenan jalan
nafas, memberikan oksigen tambahan [O25 l/i melalui NRM],
memonitor posisi NRM, memonitor keefektifan terapi oksigen),
memonitor tanda-tanda vital (memonitor tekanan darah, nadi,
suhu, frekuensi pernafasan dengan tepat, monitor warna kulit,
suhu dan kelembaban), memonitor asam basa (mengambil
spesimen darah untuk pemeriksaan labor [analisa gas darah],
mencatat nilai pH, mencatat nilai PaCO2, mencatat nilai HCO3,
memonitor adanya tanda dan gejala penurunan PaCO2)

4. Pada diagnosa Intoleransi aktivitas berhubungan dengan


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen tindakan
yang dilakukan yaitu Manajemen Energi (memonitor respon klien
terhadap aktivitas yang dilakukan pasien, mengkaji tanda-tanda
vital pasien sebelum dan sesudah beraktivitas, mengajarkan pasien
melaukan aktivitas-aktivitas ringan, memberikan jeda setiap
tindakan keperawatan, memeberikan pasien motivasi dalam
melakukan tindakan-tindakan keperawatan).
5. Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan implementasi keperawatan yang telah dilakukan pada
partisipan peneliti melakukan evaluasi keperawatan yang akan dibahas
sebagai berikut:
1. Pada diagosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
didapatkan evaluasi masalah keperawatan dapat teratasi sebagian
pada hari ke 5. Kriteria hasil yang telah tercapai yaitu kontrol
nyeri dengan indikator pasien mampu mengenal kapan terjadinya
nyeri, pasien mampu mengatasi nyeri dengan teknik nafas dalam,
pasien mampu mengontrol ketidaknyamanan akibat nyeri. Kriteria
yang belum tercapai yaitu pasien tidak mengalami gangguan
rutinitas, pasien tidak mengalami nyeri saat beraktifitas ringan dan
sedang.

Poltekkkes Kemenkes Padang


47

2. Pada diagnosa resiko penurunan curah jantung kriteria hasil yang


telah dicapai yaitu: denyut nadi radialis teraba, hasil angiogram
koroner tidak terjadi penyumbatan, Irama jantung teratur, denyut
nadi perifer teraba. Kriteria hasil yang belum tercapai yaitu :
Tekanan darah sistol normal, tekanan darah diastol normal.

3. Pada diagnosa gangguan pertukaran gas berhubungan dengan


akumulasi cairan di alveoli didapatkan masalah keperawatan dapat
teratasi pada hari ke 4 dengan kriteria hasil status pernafasan
(frekuensi pernafasan 16-20 x/i, irama pernafasan teratur,
auskultasi suara pernafasan tambahan tidak ada, jalan nafas paten,
saturasi oksigen 95%-100%.) dan status pernafasan : ventilasi
(frekuensi pernafasan 16-22 x/i, irama pernafasan teratur, volume
tidal normal, kapasitas paru normal, hasil rontgen dada baik), batuk
sudah berkurang.
4. Pada diagnosa Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,
didapatkan masalah keperawatan dapat teratasi pada hari ke 4
dengan kriteria hasil pasien dapat melakukan aktivitas tanpa
merasakan sesak nafas.

C. Pembahasan
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas kesinambungan antara
teori dengan laporan kasus pada asuhan keperawatan dengan STEMI.
Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian keperawatan, merumuskan
diagnosa keperawatan, menyusun intervensi keperawatan, melakukan
implementasi keperawatan, dan melakukan evaluasi keperawatan yang
diuraikan sebagai berikut:
1. Pengakajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pada saat
dilakukan pengkajian pada partisipan seorang laki-laki berumur 55 tahun.

Poltekkkes Kemenkes Padang


48

Menurut hasil penelitian Dewi (2015) tentang usia, jenis kelamin dan
riwayat keluarga penyakit jantung koroner sebagai faktor predikator
terjadinya major Adverse Cardiac Event pada pasien sindrom koroner
akut menyatakan bahwa pasien dengan usia lanjut beresiko mengalami
STEMI 2 kali lipat.

Menurut Kasron (2012), resiko terjadinya STEMI meningkat pada pria


diatas 45 tahun dan wanita diatas 33 tahun (umumnya setelah monopause).
Morbiditas akibat STEMI pada laki laki 2 kali lipat lebih besar
dibandingakan perempuan, hal ini berkaitan dengan esterogen dan
endogen yang bersifat protektif pada perempuan. Hal ini terbukti insiden
STEMI meningkat dengan cepat dan akhirnya setara dengan laki-laki
setelah masa monopause pada perempuan.

Menurut analisa peneliti kasus STEMI banyak terjadi pada laki-laki dari
pada perempuan karena kebiasaan laki-laki yang sering mengkonsumsi
makanan tinggi lemak dan kebiasaan merokok. Kasus STEMI juga banyak
terjadi di Usia >50 tahun karena berhubungan dengan penurunan fungsi
organ tubuh.

Pada saat peneliti mengkaji keluhan, pasien mengatakan nyeri pada dada
sebelah kiri seperti tertusuk-tusuk pisau dan menjalar ke bagian punggung,
dengan skala nyeri 5, nyeri hilang timbul, nyeri tidak hilang saat istirahat,
lama nyeri ±10 menit, nafas sesak dan batuk.
Keluhan yang dirasakan klien sesuai dengan teori. Menurut Brunner &
Sudarth (2002) terjadinya penyumbatan darah koroner menyebabkan
aliran darah keseluruh miokardium yang dialiri oleh pembuluh darah
tersebut terhambat. Terhambatnya aliran darah juga akan menghambat
suplai oksigen ke sel-sel miokardium. Kebutuhan oksigen yang melebihi
kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh darah yang mengalami gangguan
menyebabkan terjadinya akut miokardium infark. Sel- sel miokardium
tersebut mulai mati setelah 20 menit karna mengalami kekurangan

Poltekkkes Kemenkes Padang


49

oksigen. Berkurangnya oksigen mendorong miokardium mengubah


metabolisme aerob menjadi metabolisme anaerob. Hasil akhir
metabolisme anaerob yaitu penimbunan asam laktat yang menyebabkan
nyeri subternal hebat atau diseluruh perikardium yang menetap dengan
durasi lebih 20 menit yang bisa menjalar ke lengan atau rahang, kadang
gejala terutama timbul dari epigastrium.

Menurut penelitian Robinson (2014) studi kasus tentang Asuhan


Keperawatan Nyeri Akut pada Tn. S dengan Infark Miokard Akut di
Ruang Sakura RSUD dr. Soehardi Prijonegoro Sragen. Keluhan dirasakan
oleh pasien STEMI adalah rasa nyeri yang menjalar ke rahang, punggung
dan lengan kiri, sebagian pasien juga mengalami sesak nafas, keringat
dingin, mual, muntah, sulit bernafas, cemas dan lemas. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Perkins et al.(2009) terhadap 228 pasien di Rumah
Sakit London juga menemukan bahwa gejala yang di rasakan pasien
adalah nyeri dada di lengan, bahu, leher, punggung belakang.

Pada riwayat kesehatan dahulu pasien, yang dapat menimbulkan faktor


resiko terjadinya penyakit jantung ini sesuai dengan teori. Hal yang dapat
memicu penyakit jantung karena pasien suka mengkonsumsi makanan
yang tinggi kolesterol dan berminyak seperti rendang, gulai, gorengan.
Akibat dari tingginya kolesterol terjadinya penumpukan lemak yang
menimbulkan aterosklerosis dan meyebabkan penyumbatan pada arteri
koroner dan apabila terjadi fissure maka akan terjadi penyumbatan total
yang akan menyebabkan STEMI. Gejala akan timbul nyeri hebat di bagian
dada dan terjadi peningkatan curah jantung sehingga aliran darah
keseluruh tubuh berkurang, oleh karena itu pasien di anjurkan untuk
bedrest total. Karena apabila banyak beraktivitas akan memperberat kerja
jantung.

Menurut kasron (2012) penyakit STEMI ini merupakan penyakit


keturunan yang merupakan faktor resiko yang independen yang tidak

Poltekkkes Kemenkes Padang


50

dapat dimodifikasi. Kesehatan keluarga yang didapatkan pada pasien tidak


sesuai dengan teori, karena penyakit jantung tidak hanya disebabkan oleh
riwayat kesehatan keturunana tetapi bisa disebabkan oleh kebiasaan hidup
yang kurang baik seperti tidak pernah berolahraga, mengkonsumsi
makanan tinggi kolesterol dan merokok.

Pada pemeriksaan labor didapatkan adanya peningkatan enzim jantung.


tromponin T : <40.000 ng/ml, Hal ini sesuai dengan (Irmalita, 2015) yang
menyatakan bahwa pada pemeriksaan laboratorium ditemukan
peningkatan enzim jantung seperti CK-MB, LDH, Troponin I/T, SGOT,
SGPT, leukosit akan meningkat (10.000- 20.000 ribu), kolesterol, dan
natrium meningkan. Tujuan dilakukan pemeriksaan ini untuk menentukan
keadaan jantung, seperti pemeriksaan CKMB menjadi penanda kerusakan
pada otot jantung dan troponin merupakan petunjuk adanya cidera
miokardium. Selain itu yang menjadi pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan kolesterol, HDL, LDL, leukosit dan natrium digunakan untuk
mencari penyebab kerusakan, karena kolesterol yang tinggi akan
menyebabkan penyumbatan dan keruskan pada jantung.

Pada perekaman EKG pada pasien ditemukan adanya segmen ST elevasi


di lead III,V1,V2,V3,V4. Menurut analisa peneliti pasien mengalami
masalah di bagian anterior dibuktikan dengan adanya elevasi segmen ST
di lead III, V1, V2, V3, V4.

2. Diagnosa Keperawatan
Hasil pengkajian yang telah dilakukan didapatkan 4 diagnosa keperawatan
yaitu:
a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera biologis. Nyeri
merupakan diagnosa utama berdasarkan yang ditandai dengan data
subjektif yaitu pasien mengatakan nyeri pada dada sebelah kiri, nyeri
seperti tertusuk- tusuk pisau, nyeri hilang timbul, nyeri tidak hilang
saat istirahat, lama nyeri ±10 menit, nafas sesak, dan data objektif

Poltekkkes Kemenkes Padang


51

yaitu pasien tampak meringis, gelisah, Tekanan darah 100/72 mmHg,


nadi : 97x/I, RR: 27x/I.
b. Resiko Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan Perubahan
kontraktilitas. Resiko penurunan curah jantung diangkat menjadi
diagnosa karena adanya perubahan EKG dengan adanya segment ST
Elevasi yang menandakan iskemia pada jaringan otot jantung.
Berdasarkan data yang mendukung yaitu; data subjektif: Pasien
mengatakan sejak ± 6 bulan yang lalu sering sakit kepala, dan sudah
sering berobat ke Puskesmas, terakhir berobat ke puskesmas + 1 bulan
yang lalu. Pasien mengatakan badan terasa lemah dan nafas sesak.
Pasien mengatakan merokok sejak umur 15 tahun, 2-3 bungkus/hari,
tidak pernah olahraga, suka mengkonsumsi jeroan, seafood, cemilan
seperti bakwan, dan pisang goreng. Data Objektif: CRT<4 detik,
Tekanan darah 100/72 mmHg, nadi : 97x/I, RR: 27x/I, hasil labor
tanggal 18 Februari 2019 Pada pemeriksan EKG didapatkan segment
ST elevasi di lead III,V1,V2,V3,V4. Hasil EKG: Sinus Bradikardi,
Ttroponin T : >40.000, HbsAg nonreaktif, TB: 165 cm, BB: 60 Kg,
hasil labor tanggal 20 februari 2019 didapatkan HDL : 37 Mg/dl, LDL
:127 Mg/dl.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi cairan di
alveoli, peneliti mengangkat diagnosa ini berdasarkan data yang
mendukung yaitu: data subjektif: pasien mengatakan sesak nafas jika
bergerak dan batuk, pasien mengatakan batuknya berdahak. Data
objektif : RR: 27x/ i, saturasi oksigen 98%, hasil labor 18 Februari
2019 (pCO2: 20,5 mmHg, pO2: 98,2 mmH, HCO3-: 16.8 Mmol, BE:
-3.6 Mmol), auskultasi paru : bunyi nafas vesikuler, wheezing tidak
ada, ronchi ada.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen. Diagnosa ini ditegakan karena ada data
yang mendukung yaitu; data subjektif: Pasien mengatakan sesak
nafas jika beraktifitas, pasien mengatakan badan terasa letih dan

Poltekkkes Kemenkes Padang


52

lemah. Data Objektif aktivitas pasien tampak dibantu oleh perawat


dan keluarga, diagnosa medis Akut STEMI anterior.

3. Intervensi keperawatan
Rencana keperawatan yang dilakukan mengacu kepada NOC NIC 2015-
2017 dengan diagnosa nyeri akut b.d agen cidera biologis mempunyai
tujuan yaitu kontrol nyeri dengan kriteria hasil mampu mengenal kapan
terjadinya nyeri, mampu menggunakan tindakan pencegahan, mampu
melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada profesional kesehatan
dan mampu melaporkan nyeri yang terkontrol, nyeri:efek yang menganggu
dengan kriteria hasil meliputi ketidaknyamanan berkurang, mampu
mengontrol nyeri, nyeri tidak mengganggu rutinitas. Intervensi yang
dilakukan yaitu manajemen nyeri dan pemberian obat.

Pada diagnosa resiko penurunan curah jantung mempunyai tujuan yaitu


Perfusi jaringan jantung dengan indikator: tekanan darah sistol
normal,tekanan darah diastol normal, denyut nadi radialis teraba, hasil
angiogram koroner tidak terjadi penyumbatan. Sirkulasi jantung paru
dengan indikator: tekanan darah sistol normal, tekanan darah diastol
normal, irama jantung teratur, denyut nadi perifer teraba. Intervensi yang
dilakukan yaitu Perawatan jantung akut, manajemen pengobatan
danmonitor tanda-tanda vital.
Pada diagnosa gangguan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi
cairan di alveoli mempunyai tujuan yaitu Status pernafasan dengan
indikator: frekunsi pernafasan 16-24 x/I, irama pernafasan teratur, suara
auskulasi tambahan pernafasan tidak ada, jalan nafas paten, saturasi
oksigen 95100%. Status pernafasan: ventilasi dengan indikator: frekunsi
pernafasan16-24 x/I, irama pernafasan , hasil rontgen dada, tidakada suara
nafas tambahan, penggunaan otot bantu pernafasan tidak ada, akumulasi
sputum .
Pada diagnosa Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, mempunyai

Poltekkkes Kemenkes Padang


53

tujuan yaitu Manajemen Energi (memonitor respon klien terhadap


aktivitas yang dilakukan pasien, mengkaji tanda-tanda vital pasien
sebelum dan sesudah beraktivitas, mengajarkan pasien melaukan aktivitas-
aktivitas ringan, memberikan jeda setiap tindakan keperawatan,
memebrikan pasien motivasi dalam melakukan tindakan-tindakan
keperawatan).

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan harus sesuai dengan rencana keperawatan yang
merujuk pada NANDA NIC-NOC 2015-2017. Pada diagnosa keperawatan
nyeri akut b.d agen cidera biologis, tindakan yang dilakukan yaitu
manajemen nyeri (melakukan pengkajian nyeri yang komprehensif
meliput: frekuensi, lokasi, karakteristik, durasi, kualitas, dan pencetusnya,
mengajarkan pasien manajemen nyeri (teknik nafas dalam), menggali
bersama pasien faktor-faktor yang dapat memperberat nyeri) dan
pemberian obat (melanjutkan kolaborasi dengan medis dalam pemberian
obat pereda nyeri yaitu cedocard 2x 100 mg injeksi)

Pada diagnosa resiko penurunan curah jantung tindakan yang dilakukan


yaitu perawatan jantung akut (memonitor EKG terhadapat perubahan
elevasi segmen ST, lakukan pemeriksaan komprehensif terhadap status
jantung termasuk kedalamannya adalah sirkulasi perifer, memonitor irama
jantung dan kecepatan denyut jantung, mengauskultasi suara jantung,
merekam EKG 12 lead, membatasi stimulasi lingkungan (batasi suara
bising), pertahankan lingkungan yang kondusif untuk istirahat dan
penyembuhan (batasi suara bising, suhu yang terlalu ekstrim), berdiskusi
dengan pasien tentang cara mengelola stres, mengajarkan pasien teknik
untuk mengurangi stres, menginstruksikan pasien untuk menghindari
aktivitas yang menyebabkan valseva manuver (mengejan saat buang air
besar), berkolaborasi dengan tim medis dalam mengelola pemberian obat
yang mencagah valseva manuver (laxadyn 10 ml), berkolaborasi dalam
pemberian obat untuk mencegah nyeri, memonitor keefektifan

Poltekkkes Kemenkes Padang


54

pengobatan, menganjurkan pasien beribadah untuk mengelola stres),


manajemen pengobatan (melanjutkan kolaborasi dengan medis dalam
pemberian obat (atorvostatin 1x40mg peroral, aspilet 1x60 mg peroral,
ramipril 1x5mg peroral, brilinta 2x 90 mg peroral, lovenok 2x0,6 mg),
memonitor keefektifan cara pemberian obat yang sesuai, berkolaboras
dengan dokter jika ada perubahan pengobatan, pantau kepatuhan regimen
obat), memonitor tanda-tanda vital (memonitor tekanan darah, nadi,
suhu, frekuensi pernafasan dengan tepat, monitor warna kulit, suhu dan
kelembaban).

Pada diagnosa gangguan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi


cairan di alveoli tindakan yang dilakukan yaitu memonitor pernafasan
(memonitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas,
memonitor pola nafas, memonitor saturasi oksigen pasien), terapi oksigen
(pertahankan kepatenan jalan nafas, memberikan oksigen tambahan [O25
l/i melalui NRM], memonitor posisi NRM, memonitor keefektifan terapi
oksigen), memonitor tanda-tanda vital (memonitor tekanan darah, nadi,
suhu, frekuensi pernafasan dengan tepat, monitor warna kulit, suhu dan
kelembaban), memonitor asam basa (mengambil spesimen darah untuk
pemeriksaan labor (analisa gas darah), mencatat nilai pH, mencatat nilai
PaCO2, mencatat nilai HCO3, memonitor adanya tanda dan gejala
penurunan PaCO2).

Pada diagnosa Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai


dan kebutuhan oksigen. Tindakan yang dilakukan yaitu Manajemen
Energi (memonitor respon klien terhadap aktivitas yang dilakukan pasien,
mengkaji tanda-tanda vital pasien sebelum dan sesudah beraktivitas,
mengajarkan pasien melaukan aktivitas-aktivitas ringan, memberikan jeda
setiap tindakan keperawatan, memebrikan pasien motivasi dalam
melakukan tindakan-tindakan keperawatan).

Poltekkkes Kemenkes Padang


55

5. Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan implementasi keperawatan yang telah dilakukan pada
partisipan peneliti melakukan evaluasi keperawatan yang akan dibahas
sebagai berikut:
Pada diagosa nyeri akut b.d agen cidera biologis didapatkan evaluasi
masalah keperawatan dapat teratasi sebagian pada hari ke 5. Kriteria hasil
yang telah tercapai yaitu kontrol nyeri dengan indikator pasien mampu
mengenal kapan terjadinya nyeri, pasien mampu mengatasi nyeri dengan
teknik nafas dalam, pasien mampu mengontrol ketidaknyamanan akibat
nyeri. Kriteria yang belum tercapai yaitu pasien tidak mengalami
gangguan rutinitas, pasien tidak mengalami nyeri saat beraktifitas ringan
dan sedang.

Pada diagnosa resiko penurunan curah jantung kriteria hasil yang telah
dicapai yaitu: denyut nadi radialis teraba, hasil angiogram koroner tidak
terjadi penyumbatan, Irama jantung teratur, denyut nadi perifer teraba.
Kriteria hasil yang belum tercapai yaitu : Tekanan darah sistol normal,
tekanan darah diastol normal.

Pada diagnosa gangguan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi


cairan di alveoli didapatkan masalah keperawatan dapat teratasi pada hari
ke 4 dengan kriteria hasil status pernafasan (frekuensi pernafasan 16-20
x/i, irama pernafasan teratur, auskultasi suara pernafasan tambahan tidak
ada, jalan nafas paten, saturasi oksigen 95%-100%.) dan status pernafasan
:ventilasi (frekuensi pernafasan 16-22 x/i, irama pernafasan teratur,
volume tidal normal, kapasitas paru normal, hasil rontgen dada baik),
batuk sudah berkurang.

Pada diagnosa Intoleransi aktivitas berhubungan dengan


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen didapatkan
masalah keperawatan dapat teratasi pada hari ke 4 dengan kriteria hasil
pasien dapat melakukan aktivitas tanpa merasakan sesak nafas.

Poltekkkes Kemenkes Padang


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada pasien dengan

STEMI di ruang CVCU RSUP Dr. M. Djamil padang pada tahun 2019

peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pengkajian pada pasien dengan STEMI di dapatkan pasien

mengalami nyeri dada sebelah kiri, seperti tertusuk-tusuk pisau,

sesak nafas, batuk dan hasil perekaman EKG nya didapatkan

segmen ST-Elevasi di lead III,V1,V2,V3,V4.

2. Diagnosa keperawatan yang muncul yaitu nyeri akut, resiko

penurunan curah jantung, gangguan pertukaran gas, intoleransi

aktivitas.

3. Rencana keperawatan yang disusun pada pasien STEMI

berdasarkan NOC NIC 2015-2017 seperti manajemen nyeri,

pemberian obat, perawatan Jantung akut, monitor tanda-tanda vital,

terapi oksigen, monitor pernafasan, manajemen energy

4. Implementasi keperawatan pada pasien STEMI adalah

menggunakan teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri dada.

Memonitor tanda-tanda vital, monitor EKG, melakukan

pemeriksaan sirkulasi, memonitor pernafasan dan melanjutkan

kolaborasi pemberian obat dengan tim medis seperti obat anti

trombolitik dan anti platelet.

Poltekkkes Kemenkes Padang


5. Hasil evaluasi dari tindakan keperawatan yang dilakukan selama 5

hari pada tanggal 18-22 februari 2019 dalam bentuk SOAP.

Evaluasi tersebut dilakukan pada setiap masing-masing masalah

keperawatan yang muncul pada pasien STEMI.

.
B. Saran

1. Bagi direktur RSUP Dr. M. Padang Melalui direktur agar perawat

ruangan lebih mengoptimalkan pemberian asuhan keperawatan

kepada pasien dengan STEMI yaitu dengan menerapkan teknik

nafas dalam untuk menghilangkan nyeri.

2. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan

pembanding dalam penerapan asuhan keperawatan yang lainnya.

Poltekkkes Kemenkes Padang


DAFTAR PUSTAKA

Anggriana, Gustia. 2017. Upaya Penurunan Nyeri Akut Pada Pasien Congestive
Heart Failure. Diakses 29 November 2018.
http://eprints.ums.ac.id/52389/2/PUBLIKAKSI%20ILMIAH.pdf

Ariani, Ayu Putri. 2014. Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan dan


Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika

Aspiani, Reni Yuli. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskular: Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: EGC

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.


2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Diakses 12 November 2018.
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf

Budiono & Pertami. 2016. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Bumi Medika

Bulechek, Gloria dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC).


Indonesia: Mocomedia

Brunner & Suddarth. 2016. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC

Fachrunnisa dkk. 2015. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kualitas Tidur


Pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF). Diakses 29 November
2018. https://media.neliti.com/media/publications/186070-ID-faktor-
faktor-yang-berhubungan-dengan-ku.pdf

Hariyanto, Awan. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah 1: dengan


Diagnosis NANDA International. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Hidayat, A Aziz Alimul. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:


Salemba Medika

Kartika, Iin Ira. 2017. Buku Ajar Dasar-Dasar Riset Keperawatan dan
Pengolahan Data Statistik. Jakarta: TIM

Kasron. 2012. Kelainan dan Penyakit Jantung Pecegahan serta Pengobatannya.


Yogyakarta : Nuhamedika

Kumalasari. 2013. Angka Kematian Pasien Gagal Jantung Kongestif di HCU dan
ICU RSUP dr. Kariadi Semarang. Diakses 29 November 2018.
http://eprints.undip.ac.id/43854/

Poltekkkes Kemenkes Padang


Kusnadi, Engkus. 2013. Askep pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Dasar
Manusia. Garut: In Media

Muharrom, Bagus Setyo. 2016. Upaya Penatalaksanaan Nyeri Dada Pada Pasien
Congestive Heart Failure di RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro. Diakses 29
November 2018. http://eprints.ums.ac.id/45325/2/kti%20upload.pdf

Moorhead, Sue dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Indonesia


Mocomedia

Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan, edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat

Potter & Perry. 2010. Fundamental Keperawatan, edisi 7, volume 1. Jakarta:


Salemba Medika

Potter & Perry. 2010. Fundamental Keperawatan, edisi 7, volume 3. Jakarta:


Salemba Medika

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2013. Situasi Kesehatan
Jantung. Diakses 12 November 2018.
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/
infodatin-jantung.pdf

Saputra, Lyndon. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang


Selatan: Binarupa Aksara

Sutanto, Andina Vita. 2017. Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan Aplikasi
dalam Praktik Keperawatan Profesional. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Udjianti, Wajan Juni. 2011. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba


Medika

Poltekkkes Kemenkes Padang


Lampiran 1

Poltekkkes Kemenkes Padang


Lampiran 2

Poltekkkes Kemenkes Padang


Lampiran 3

Poltekkkes Kemenkes Padang


Lampiran 4

Poltekkkes Kemenkes Padang


Lampiran 5

Poltekkkes Kemenkes Padang


Lampiran 6

Poltekkkes Kemenkes Padang


Lampiran 7

Poltekkkes Kemenkes Padang


Lampiran 8

Poltekkkes Kemenkes Padang


Lampiran 8

Poltekkkes Kemenkes Padang


Lampiran 9

Poltekkkes Kemenkes Padang


Lampiran 9

Poltekkkes Kemenkes Padang


Lampiran 10
KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN
STEMI AKUT ANTERIOR

A. PENGUMPULAN DATA
1. Identitas Pasien
a. Nama :Tn. S
b. No.MR : 01.04. 03. xx
c. Tanggal Lahir : 18Juni 1963
d. Umur : 55 Tahun
e. Jenis Kelamin : Laki-laki
f. Status Kawin : Kawin
g. Agama : Islam
h. Pendidikan : SLTA
i. Pekerjaan : Penambang Emas
j. Tanggal Masuk : 18 Februari 2019
k. Alamat : Sumatera Utara
l. Tanggal Pengkajian : 18 Februari 2019
m. Diagnosa Medis : a.STEMI Akut Anterior
b.Efusi Pleura

2. Identitas Penanggung Jawab


a. Nama : Ny.R
b. Pekerjaan : IRT
c. Alamat : Provinsi SU
d. Hubungan : Istri

3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang

1) Keluhan utama
Pasien masuk UGD RSUP dr.M.Djamil Padang pada tanggal 18
Februari 2019 pukul 12.56 WIB, rujukan dari RS Achmad Mochtar
Bukittinggi dengan keluhan nyeri dada disebelah kiri seperti tertusuk-

Poltekkkes Kemenkes Padang


tusuk pisau dan menjalar ke punggung, skala nyeri 7, nyeri tidak hilang
dengan istirahat, lama nyeri + 30 menit, nyeri disertai dengan sesak
nafas, setelah ± 1 jam di UGD pasien dibawa keruang KET Lab untuk
pemasangan PTCA. Pasien masuk RS Achmad Mochtar Bukittinggi
dengan keluhan nyeri dada, terasa seperti tertusuk-tusuk pisau dengan
skala nyeri 8, telah dirawat selama ± 30 menit dan telah mendapatkan
terapi oksigen 5 L/i, IVFD RL 14 tts/i, mendapatkan terapi lasix 2
ampul.
2) Keluhan saat dikaji :
Saat dilakukan pengkajian diruangan CVCU pada tanggal 18 Februari
pukul 15.10 WIB, pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk pisau
didada sebelah kiri dan menjalar ke punggung, skala nyeri 5, nyeri
hilang timbul, nyeri tidak hilang saat istirahat, lama nyeri + 10 menit,
nafas sesak. Pasien mengatakan batuk berdahak sudah seminggu, Pasien
tampak meringis, gelisah, tampak memegang dada sebelah kiri, pasien
mengatakan cemas dengan penyakitnya karna baru pertama kali dirawat
dirumah sakit, akral teraba dingin.
b. Riwayat kesehatan dahulu :
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit diabetes mellitus, dan
kolesterol. Pasien mengatakan baru mengetahui menderita penyakit
hipertensi sejak ± 6 bulan yang lalu. Pasien mengatakan saat berobat ke
puskesmas +1 bulan yang lalu karena sakit kepala, saat dilakukan
pengukuran tekanan darah di dapatkan 140/100 mmHg. Pasien mengatakan
merokok sejak umur 15 tahun, 1-3 bungkus/hari, pasien suka
mengkonsumsi makanan seperti seafood, jeroan, makanan bersantan, dan
juga makan gorengan seperti bakwan, goreng pisang 1-2 kali dalam
seminggu. Minum kopi dan teh 1-2 kali dalam seminggu. Pasien
mengatakan tidak pernah olah raga sejak setelah menikah. Pasien
mengatakan pekerjaan nya adalah seorang penambang emas dan saat
bekerja tidak pernah memakai masker.
c. Riwayat kesehatan keluarga :
Pasien dan keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit jantung (penyakit jantung koroner),kolesterol, hipertensi, diabetes
melitus, penyakit darah (hemofilia).

Poltekkkes Kemenkes Padang


4. Kebutuhan Dasar
a. Makan
Sehat:
Pasien makan 3x sehari dengan lauk pauk, sayur sayuran dan buah buahan,
habis 1 porsi. Pasien mengatakan suka makanan yang berlemak seperti
jeroan dan suka mengkonsumsi gorengan seperti tahu goreng, bakwan,
pisang goreng.
sakit:
Pasien makan 3x sehari (makan biasa), diet jantung 1800 Kkal, habis 4
sendok makan. Pasien mengatakan makanan terasa hambar.
b. Minum
Sehat:
Pasien minum air putih 5-6 gelas perhari, minum kopi dan teh 1-2 x dalam
seminggu.
Sakit:
Pasien minum air putih sedikit-sedikit tapi sering, minum pasien 3-4 gelas
perhari atau ± 700 cc perhari.
c. Eliminasi
BAB
Sehat:
Pasien BAB 1-2 kali perhari dengan konsistensi lunak, bau khas feses dan
warna kuning.
Sakit:
Pasien belum ada BAB selama dirawat. Pasien mengatakan sulit BAB,
BAB terasa keras, pasien biasa mengedan saat BAB.
BAK:
Sehat
Pasien BAK 7-8 kali perhari, warna kuning jernih, bau khas urine.
Sakit:
Pasien terpasang kateter urine, warna urin kuning jernih, urine pasien 900
cc per 24 jam.
d. Pola isirahat dan tidur
Sehat:
Pasien tidur 7-8 jam/hari, nyenyak dan tidak tidur siang, posisi supinasi.

Poltekkkes Kemenkes Padang


Sakit:
Pasien tidur 5-6 jam/hari sering terbangun karena nyeri dada secara tiba-
tiba, tidur siang selama 1-2 jam/hari dan sering terbangun posisi
semifowler.
e. Pola aktivitas dan latihan
Sehat:
Pasien lebih banyak menghabiskan waktu berkerja dan tidak olahraga. Saat
sakit pasien bed rest total, aktivitas ADL dibantu keluarga dan perawat.
Sakit:
Saat sakit pasien bed rest total, aktivitas ADL dibantu keluarga dan
perawat.
f. Pola bekerja
Sehat:
Saat sehat pasien bekerja sebagai penambang emaspergi jam 08.00 WIB
pulang jam 18.00 WIB.
Sakit:
Pasien mengatakan saat sakit pasien tidak bisa bekerja seperti biasanya.

5. Pemeriksaan Fisik
Pemerikasaan fisikdilakukan pada tanggal 18 februari pukul 16.00 WIB.
a. Tinggi badan : 165 cm
b. Berat badan : 60 kg
c. IMT : 22,2
d. GCS : 15
e. Tingkat kesadaran : Compos mentis
f. TTV : Tekanan darah : 100/ 72 mmhg
Nadi : 97 x/i
RR : 27 x/i
Suhu : 36,5oC
g. Kepala
Kepala simetris kiri kanan, tidak teraba pembengkakan.
h. Rambut
Rambut tampak bersih,warna rambut putih, tidak ada lesi/luka, tidak mudah
rontok, tidak ada ketombe.

Poltekkkes Kemenkes Padang


i. Telinga
Tampaksimetris kiri dan kanan, tampak bersih (tidakada serumen), tidak
ada lesi.
j. Mata
Mata tampak lelah, tampak lingkaran hitam pada mata, pupil isokor Ø
OD/OS: 2mm/2mm, sklera tidak ikterik, kojungtiva anemis, tidak ada
udema palpebra.
k. Hidung
Tampak simetris kiri kanan, tidak ada sianosis, tidak ada secret, tidak ada
polip, pasien terpasang oksigen 8 liter/menit melalui NRM.
l. Mulut
Mukosa bibir tampaklembab dan warna bibir tampak merah kehitaman,
tidak ada lesi, tidak ada stomatitis, tidak ada perdarahan gusi, gigi tampak
bersih dan warna gigi kekuningan, gigi tidak ada berlobang atau rusak,
lidah warna pink dan bersih.
m. Leher
Tidak tampak pembesaran kelenjer tiroid dan kelenjer getah bening,tidak
ada distensi vena jugularis (JVP 5+0 CmH2O),reflek menelan baik.
n. Thoraks (paru) :
Inspeksi :Tampak simetris kiri dan kanan, tidak
menggunakan otot bantu pernafasan, tidak ada rektraksi
dinding dada, tidak ada lesi.
Palpasi :Fremitus kiri dan kanan sama, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Sonor di lapang paru kiri,dan redup dilapang paru
Kanan.
Auskultasi :Bunyi nafas vesikuler, wheezing tidak ada, ronchi ada.
(jantung)
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi :Batas jantung kanan atas: RIC II Liniea Para
Sternalis Dextra, kanan bawah: RIC IV Linea Para
Sternalis Dextra, kiri atas: RIC II Linea Para Sternalis
Sinistra, kiri bawah: RIC V Mid aksila

Poltekkkes Kemenkes Padang


Auskultasi :Bunyi jantung teratur (reguler), suara tambahan (mur-mur
jantung) tidak ada.
o. Abdomen
Inspeksi :Tidak tampak asites, tidak ada lesi.
Perkusi : Timpani.
Palpasi :Tidak teraba massa, tidak terabapembesaran
limpa dan hepar
Auskultasi : Bising usus (+)

p. Genitalia
Pasien tampak tepasang kateter urine
q. Ekstremitas
Atas :Pada tangan bagian kiri terpasang threeway stopcok with
tube dengan Nacl 0,9 %20 tetes,drip lasix 2 ampul,drip
heparin 600 u, akral teraba dingin, CRT 4 detik, tidak ada
udem.
Bawah :akral teraba dingin, CRT 4detik, tidak ada udema
r. Kekuatan Otot: 5555 5555
5555 5555
6. Data Psikologi
a. Status emosional
Pasien kooperatif, pasien bisa menjawab pertanyaan dengan jelas, pasien
dapat berkomunikasi dengan lancar.
b. Kecemasan
Pasien mengatakan sedikit khawatir dengan penyakitnya karna baru kali ini
dirawat di rumah sakit.
c. Pola koping
Pasien tampak menarik nafas panjang dan tampak sering berigstifar.
d. Konsep Diri
Pasien mengatakan bahwa dirinya seorang ayah dan memiliki 3orang
anak,semua anak-anak nya sudah berkeluarga,memiliki 6 cucu, anak no 3
nya baru saja meninggal karena habis melahirkan anak ke 2 nya,selama
sakit pasien mengatakan tidak bisa menjalankan aktivitas normal, pasien
harus mengontrol aktivitas, pola makan dan minum.
e. Gaya komunikasi

Poltekkkes Kemenkes Padang


Pasien lebih nyaman menggunakan bahasa minang.
7. Data sosial ekonomi
Pasien merupakan seorang penambang emas yang bekerja di perusahaan yang
bukan milik pemerintah.

8. Data Spritual
Pasien menganut agama islam dan selama dirawat dirumah sakit tidak
melaksanakan sholat.
9. Pemeriksaan Laboratorium/ Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil laboratorium
Tgl 18- Februari - 2019
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Pria Wanita
Hemoglobin 14,2 g/dl 14-18 12-16
Leokosit 12.560 /mm3 5.000-10.000
Trombosit 326.000 /mm3 150.000-400.000
Hematokrit 42 % 40-48 37-43
Glukosa 131 mg/dl <200
sewaktu
Ureum darah 42 mg/dl 10.0-50.0
Kreatinin 1.1 mg/dl 0.8-1.3 0.6-1.2
darah
Troponin T >40.000 Ng/ml < 0,01
Ph 7,52 7. 35- 7. 45
pCo2 20,5 mmHg 35-45
PO2 98,2 mmHg 80-100
Na+ 136 Mmol/L 135-153
K+ 4,8 Mmol/L 3.5-5.1
Ca++ 8,6 Mmol/L 8.5-10.5
HCO3- 16,8 Mmol/L 22-28
BE -3,6 Mmol/L -2+2
HbsAg Negatif - -

Tanggal 20 April 2019


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Total chol 136 Mg/dl <200
HDL- chol 37 Mg/dl >65
LDL-chol 127 Mg/dl <150
Trigliserida 119 Mg/dl <149
Ureum darah 88 Mg/dl 10.0-50.0

Poltekkkes Kemenkes Padang


Kreatinin darah 1,1 Mg/dl 0.8-1.3

pH 7,56 7. 35- 7. 45
PCO2 27,2 mmHg 35-45
PO2 116,2 mmHg 80-100
HC03 24,8 Mmol/L 22-28
BE 2,4 Mmol/L -2+2
Saturasi O2 98,9 mmHg 75-100

Tanggal :21 april 2019


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Hemoglobin 15,9 g/dl 14-18
Leukosit 10.464 /mm3 5.000-10.000
Hematokrit 44 % 40 – 48
Trombosit 256.000 /mm3 150.000-400.000
Ph 7,5 7. 35- 7. 45
PCO2 32 mmHg 35-45
PO2 115 mmHg 80-100
HCO3 26 Mmol/L 22-28
BE 3,2 Mmol/L -2+2
Saturasi O2 98 mmHg 75-100
Natrium 132 Mmol/L 136 -145
Kalium 4,2 Mmol/L 3,5 -5,1
Klorida 101 Mmol/L 97 – 111
Kalsium 8,7 Mg/ dl 8,1 -10,4
SGOT 90 u/l <32
SGPT 80 u/l <31

b. EKG
Dari hasil perekaman EKG 12 lead didapatkan: Segmen ST elevasi di lead
III,V1,V2,V3,V4.

c. Pemeriksaan Coronary Angiogram

Poltekkkes Kemenkes Padang


Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 20 Februari 2019 dengan hasil subtotal
oklusi diproximal left Anterior Descending dengan trombus grade 3.

10. Program Pengobatan


Nama Dosis Melalui
Aspilet 1x160 mg Oral
Bisoprolol 1x 2,5 mg Oral
Atorvostatin 1x 40 mg Oral
Brilinta 2x 90 mg Oral
Laxadyn 1x15 cc Oral
Ramipril 1x 5 mg / 1x 2,5 mg Oral
Cefixime 2x 200 mg Oral
N –asetilsistein 2x 1 mg Oral
Spironolactone 1x 2,5 mg Oral
Ceftriaxone 1x 2 mg Injeksi
Ranitidin 2x50 mg Injeksi
Heparin 1x 600 u Injeksi
Cedocard 2 x 100 mg Injeksi
Lasix 2 x 20 mg Injeksi
Dopamin 5 mg/kgBB/menit Injeksi
Dobutamin 5 mg/kgBB/menit Injeksi
Lovenox 2x 0,6cc Sc
NaCl 0.9 % 500 cc Injeksi
RL 500 cc Drip /jam
Ventolin 3x3 Nebu
Flumosyl 3x 3 Nebu
Oksigen 5 liter/i NRM
Diet Jantung 1800 Kkal (Makan Oral
biasa)

Poltekkkes Kemenkes Padang


ANALISA DATA
NAMA PASIEN : Tn. S
NO. MR : 01.04. 03. xx

NO DATA PENYEBAB MASALAH

1. Data subjektif Agen cidera Nyeri Akut


a. Pasien mengatakan masih biologis
merasakan nyeri dada
b. Pasien mengatakan nyeri seperti
tertusuk-tusuk pisau dan perih
c. saat ini nyeri dirasakan di dada
sebelah kiri dan menjalar ke bagian
punggung
d. Pasien mengatakan nyeri hilang
timbul
e. Pasien mengatakan nyeri tidak
hilang saat istirahat
f. Pasien mengatakan lama nyeri ±10
menit

Data Objektif
a. Pasien tampak meringis
b. Pasien tampak gelisah
c. Pasien tampak memegang dada
sebelah kiri
d. Skala nyeri : 5
e. TD: 100/72 mmHg
f. Nadi: 97x/i
g. RR: 27x/i
2. Data subjektif: Perubahan Resiko
a. Pasien mengatakan sejak ± 6 bulan kontraktilitas penurunan
yang lalu sering sakit kepala, dan sudah curah
sering berobat ke Puskesmas, terakhir jantung
berobat ke puskesmas + 1 bulan yang
lalu.
b.pasien mengatakan badan terasa
lemah dan nafas sesak
c. Pasien mengatakan merokok sejak
umur 15 tahun, 2-3 bungkus/hari, tidak
pernah olahraga, suka mengkonsumsi
jeroan seafood, cemilan seperti bakwan,
dan pisang goreng
Data objektif:
a. CRT < 4 detik,
b. Tekanan darah 100/72 mmHg,
c. nadi : 97x/i.
d. RR: 27x/i.

Poltekkkes Kemenkes Padang


e. hasil labor tanggal 18 Februari 2019
Pada pemeriksan EKG didapatkan
ST elevasi di lead III,V1,V2,V3,V4.
Hasil EKG: Sinus Bradikardi
f. HDL : 37 Mg/dl
g. LDL :127 Mg/dl
h.Ttroponin T : >40.000
i. Echocardiografi
-kontraktilitas LV menurun;EF :48%
-kontraktilitas RV baik.

3. Data subjektif Akumulasi Gangguan


a. Pasien mengatakan sesak nafas jika cairan di pertukaran
beraktivitas alveoli gas
b.Pasien mengatakan batuknya
berdahak
Data Objektif
a. RR: 27x/i
b. Takipnea
c. batuk tampak berdahak
d. Terpasang oksigen 5 liter/menit
e. Hasil labor 18 Februari 2019
1. pH : 7,52
2. pCO2: 20,5 mmHg
3. pO2: 98,2 mmH
4. HCO3-: 16.8 Mmol
5. BE: -3.6 Mmol
f.Auskultasi paru :bunyi nafas
vesikuler,wheezing tidak ada,ronchi
ada.
4. Data Subjektif Ketidakseimba Intoleran
a.Pasien mengatakan sesak nafas jika ngan antara aktivitas
beraktifitas. suplai dan
b. pasien mengatakan badan terasa letih kebutuhan
dan lemah oksigen.
Data Objektif
a. Aktivitas pasien tampak dibantu oleh
perawat dan keluarga

Sumber : (NANDA 2015-2017)

Poltekkkes Kemenkes Padang


DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO Diagnosa Ditemukan Masalah Dipecahkan Masalah


Keperawatan Tanggal Paraf Tanggal Paraf
1. Nyeri akut b.d agen 18 20 februari
cidera biologis februari 2019
2019
2. Resiko penurunan 18
curah jantung februari
2019
3. Gangguan 18
pertukaran gas februari
2019
4. Intoleransi aktifitas 18 21 Februari
februari 2019
2019

Poltekkkes Kemenkes Padang


RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Intervensi
NO
keperawatan NOC NIC
1. Nyeri akut Setelah di berikan asuhan 3. Manajemen nyeri
berhubungan dengan keperawatan diharapkan t. Lakukan
agen cidera biologis pasien dapat: pengkajian nyeri
Dengan batasan 3. Kontrol nyeri komprehensif yang
karakteristik: Dengan indikator: meliputi lokasi,
g. Bukti nyeri g. Pasien mengenal karakteristik ,onset/
dengan kapan nyeri terjadi durasi, frekuensi,
menggunakan h. Pasien mampu kualitas,intensitas,
standar daftar menggunakan atau beratnya nyeri
periksa nyeri tindakan pencegahan dan pencetus.
untuk pasien i. Pasien mampu
yang tidak dapat menggunakan u. Tentukan akibat
mengunggkapka analgesik yang dari pengalaman
nnya. direkomendasikan nyeri terhadap
h. Ekspresi wajah j. Pasien mamapu kualitas hidup
nyeri ( misalnya melaporkan pasien (misalnya:
mata tampak perubahan terhadap tidur, nafsu makan,
kurang gejala nyeri pada perasaan,
bercahaya, profesional hubungan,
tampak kacau, kesehatan. performa kerja dan
meringis) k. Pasien mampu tanggung jawab
i. Fokus kepada diri melaporkan peran)
sendiri perubahan terhadap v. Gali bersama
j. Keluhan tentang gejala nyeri yang pasien faktor-
karakteristik tidak terkontrol pada faktor yang dapat
nyeri dengan profesional menurunkan atau
menggunakan kesehatan. memperberat nyeri.
standar l. Melaporkan nyeri w.Berikan informasi
instrumen nyeri yang terkontrol mengenai nyeri ,
k. Laporan tentang 4. Nyeri: efek yang seperti penyebab
perilaku nyeri/ mengganggu nyeri, berapa lama
perubahan Dengan indikator: nyeri akan
aktivitas (mis, e. Ketidaknyamanan dirasakan, dan
anggota pasien berkurang. antisipasi dari
keluarga) f. Pasien mampu ketidaknyamanan
mengontrol nyeri akibat prosedur.
g. Pasien tidak x. Kendalikan faktor
mengalami hubungan yang
gangguan dapat
konsentrasi mempengaruhi
h. Pasien tidak respon pasien
mengalami terhadap
ngangguan rutinitas ketidaknyamanan (
misalnya: suhu
ruangan,
pencahayaan, sura

Poltekkkes Kemenkes Padang


bising)
y. Ajarkan pinsip
prinsip manajemen
nyeri
z. Kolaborasi dengan
pasien, orang
terdekat dan tim
kesehatan lainnya
untuk memilih
tindakan
nonfarmakologi
sesuai kebutuhan.
aa. Kolaborasikan
pemberian
analgesik seperti :
ISDN / cedocard.
bb. Tingkatkan istirahat
/tidur yang adekuat
untuk membantu
penurunan nyeri.
cc. Libatkan keluarga
dalam modalitas
penurun nyeri jika
memungkinkan.

2. Resiko penurunan Efektifitas pompa Monitor tanda vital


curah jantung b.d jantung 1.Monitor tekanan
perubahan darah,nadi,suhu,dan
kontraktilitas Setelah dilakukan status pernafasan.
karakteristik: asuhaan keperawatan 2.Kaji denyut jantung
Defenisi diharapkan penurunan dan iramanya,amati
ketidakadekuatan curah jantung teratasi adanya takikardi dan
darah yang dipompa dengan kriteria hasil: distrimia
oleh jantung untuk 1.iram jantung regular 3.pantau kualitas nadi
memenuhi 2.TTV dalam rentang perifer
kebutuhan normal 4. dokumentasi irama
metabolisme tubuh. 3. intake output jantung setiap 8 jam
seimbang dan jika terjadi
Batasan distritmia. Ukur dan
karakteristik: catat denyut jantung
1.Perubahan 5. laporkan distritmia
frekuensi irama kepada dokter atau ikuti
jantung protocol untuk tindakan
a.Bradikardi emergensi
b.Palpitasi jantung
c.Perubahan
elektrokardiogram Perawatan jantung
d.Takikardi Akut
2. Perubahan perload
a.Distensi vena a. Monitor tanda-tanda
jugularis vital.

Poltekkkes Kemenkes Padang


b.Edema b. Monitor nilai
c.Keletihan laboratorium
d.Murmur jantung c. Monitor EKG
e.Peningkatan BB apakah terjadi
f. Peningkatan CVP perubahan segmen
3.Perubahan ST.
afterload d. Monitor irama
a. dispneu jantung dan
b.kulit lembab kecepatan denyut
c.oliguria jantung
d.penurunan nadi e. Berikan dii jantung
perifer yang tepat
e. Perubahan f. Berikan lingkungan
tekanan darah yang kondusif untuk
f. Perubahan warna istirahat dan hindari
kulit. dari sesuatu yang
4.Perubahan memicu status
kotraktilitas emosional
a.Batuk g. Kolaborasikan
b. Bunyi nafas pemberian terapi
tambahan farmakologi
c. Bunyi S3,S4
d. dispneu proximal
e. Ortophneu
f. penurunan fraksi
ejeksi

5.Prilaku /emosi
a. Ansietas
b. Gelisah
3. Gangguan Status Pernafasan Manajemen Jalan Nafas
pertukaran gas b/d Pertukaran Gas
akumulasi cairan di 1.auskultasi suara
alveoli Setelah dilakukan asuhan pernafasan
Defenisi : kelebihan keperawatan diharapkan 2.berikan oksigen
atau deficit tidak terjadi gangguan sesuai terapi
oksigenasi ertukaran gas dengan 3.kaji laju pernafasan
dan/eliminasi kriteria hasil: dan irama pernafasan
karbondioksida pada 4.posisikan klien untuk
membrane alveolar 1. penurunan dispneu memaksimalkan
kapiler 2. tidak ada sianosis ventilasi
Batasan 3. AGD normal 5.monitor denyut
karakteristik: oksimetri
1. Diaphoresis Status pernafasan: 6.lakukan pemeriksaan
2. Dispneu ventilasi AGD jika diperlukan
3. Gangguan kriteria hasil: 7. ajarkan batuk efektif
a.frekunsi pernafasan 16- untuk membuang secret
penglihatan
24 x/i 8. ajarkan teknik nafas
4. AGD b.irama pernafasan dalam
abnormal normal
5. Gelisah c.volume tidal

Poltekkkes Kemenkes Padang


6. Hipoksemia d.dispnea saat istirahat
7. Hipoksia e.dispnea saat latihan
8. Iritabilitas f.hasil rontgen dada
g.tidak ada suara nafas
9. Konfusi
tambahan
10. nafas cuping h.penggunaan otot bantu
hidung pernafasan tidak ada
11. Penurunan i.akumulasi sputum
karbondioksi
da
12. ph arteri
normal
13. Pola
pernafasan
abnormal
14. Sakit kepala
saat bangun
15. Samnolen
16. Takikardi
17. Warna kulit
abnormal

4. Intoleransi aktivitas Toleransi Aktivitas Manajemen Energi


b/d 1. beri jarak
ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan/aktivitas
antara suplai dan tindakan keperawtan keperawatan
kebutuhan oksigen diharapkan klien 2. menjadwalkan
Defenisi: mengalami peningkatan periode istirahat
Ketidakcukupan beraktifitas dengan riteri 3.monitor respon klien
energy psikologis hasil : terhadap aktivitas
atau fisiologis untuk 4. kaji tanda-tanda vital
mempertahankan 1. peningkatan aktifitas sebelum dan sesudah
atau meyelesaikan tanpa dispneu beraktifitas
aktifitas kehidupan 5.tingkatkan aktifitas
sehari-hari yang sesuai perintah dokter
harus atau yang berdasarkab arahan
ingin dilakukan rehabilitas perawtan
Batasan 6. instruksikan klien
karakteristik: untuk menghindari
1. dispneu setelah aktifitas yang
beraktifitas meningkatkan beban
2.keletihan jantung
3.ketidaknyaman 7 keluarga bantu
dalam beraktifitas dengan memberikn
4. perubahan EKG semangat dn motivasis
5. respon frekuensi etiap aktifitas yang
jantung yang dilakukan klien
abnormal terhadap

Poltekkkes Kemenkes Padang


aktivitas
6. respon tekanan
darah abnormal
terhadap aktifitas

Poltekkkes Kemenkes Padang


IMPLEMENTASI dan EVALUASI KEPERAWATAN

No Hari Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


tanggal keperawatan
1. Senin, Nyeri akut b.d a. Melakukan pengkajian S:
18 agen cidera nyeri yang komprehensif a. pasien
februari biologis meliput: frekuensi, lokasi, mengatakan
2019 karakteristik, durasi, masih merasakan
kualitas, dan pencetusnya. nyeri, di bagian
dada sebelah kiri
b. Menggali seperti tertusuk-
bersama pasien faktor- tusuk pisau dan
faktor yang dapat menjalar ke
memperberat nyeri bagian
punggung,
c. Mengajarkan pasien lamanya ± 10
manajemen nyeri (teknik menit, tidak
nafas dalam) hilang saat
istirahat.

O:
a. Pasien tampak
meringis
b. Skala nyeri 5
c. Pasien tampak
mampu
melakukan
teknik nafas
dalam
d. Pasien mampu
menyebutkan
faktor pencetus
dan perberat
nyeri
A: masalah nyeri
akut belum
teratasi
P: manajemen nyeri
dilanjutkan

Resiko Penurunan a. Melakukan penilaian S:


curah jantung komprehensif pada pasien mengatakan
sirkulasi perifer (cek nadi masih merasakan
perifer, edema, suhu dan nyeri dada.
warna kulit ekstremitas) O:
a. CRT < 4 detik
b. Memonitor tanda tanda b. Nadi 97 x/i
vital (tekanan darah, nadi, c. TD: 100/72

Poltekkkes Kemenkes Padang


frekuensi nafas dan suhu) mmHg
d. Segmen ST
c. Memonitor EKG elevasi di lead
III,V1,V2,
d. Melanjutkan kolaborasi V3,V4 .
dengan medis dalam e. EKG Sinus
pemberian obat: Bradikardi
Dopamin 5 mg/kgBB/menit f. Pasien
(IV), dobutamin 5 mendapatkan
kgBB/menit (IV) (jam obat: (jam 16.30
16.30 wib) Wib)
Dopamin
e. Menganjurkan pasien untuk 5mg/kgBB/menit
bed rest total (IV),
dobutamin 5
kgBB/menit (IV)

A: masalah
penurunan curah
jantng belum
teratasi
P: intervensi
perawatan jantung
dan kolaborasi
pemberian obat
dilanjutkan
Gangguan 1. memberikan oksigen sesuai S: pasien
pertukaran gas b/d mengatakan sesak
terapi
akumulasi cairan nafas dan batuk
di alveoli 2. mengkaji laju pernafasan berdahak
O:
dan irama pernafasan
a. RR: 27x/i
3. memposisikan klien untuk b. Batuk berdahak
(+)
memaksimalkan ventilasi
c. Auskultasi paru
4. lakukan pemeriksaan AGD :bunyi nafas
vesikuler,wheezing
jika diperlukan
tidak ada,ronchi ada
5. melakukan auskultasi suara d. klien bisa
melakukan batuk
nafas,mencatat adanya suara
efektif yang di
tambahan ajarkan perawat
e.Saturasi oksigen
6.mengeluarkan secret dengan
98,2 %
mengajarkan batuk efektif f.Pasien terpasang
NRM 5 liter/i
atau suction
6. pH : 7,52
7.mengkolaborasikan 7. pCO2: 20,5
mmHg
pemberian bronkodilator
8. pO2: 98,2
mmH

Poltekkkes Kemenkes Padang


8.mengkolaborasikan 9. HCO3-: 16.8
Mmol
pemberian obat : flumosyl 1
10. BE: -3.6
respul (jam:16.45) Mmol
A: masalah
N–asetilsistein 2x 1 mg
Gangguan
peroral pertukaran gas
P: intervensi
9.memonitor tanda-tanda vital
Manajemen Jalan
Nafas dilanjutkan

Intoleransi Manajemen Energi S:


aktivitas b/d 1. memberikan jarak Klien mengatakan
ketidakseimbangan pada tindakan/aktivitas nafas nya sesak saat
antara suplai dan keperawatan beraktifitas
kebutuhan oksigen 2. menjadwalkan periode O:
istirahat klien Aktivitas klien
3. memonitor respon tampak dibantu
klien terhadap aktivitas oleh perawat dan
4. meningkatkan aktifitas keluarga
klien sesuai perintah A:
dokter berdasarkan Masalah Intoleransi
arahan rehabilitas aktivitas
perawatan P:
5. menginstruksikan Manajemen energy
klien untuk dan aktivitas
menghindari aktifitas dilanjutkan
yang meningkatkan
beban jantung

2. Selasa, Nyeri akut b.d a. Melakukan pengkajian S:


19 agen cidera nyeri yang pasien mengatakan
februari biologis komprehensif meliput: masih merasakan
2019 frekuensi, lokasi, nyeri, di bagian
karakteristik, durasi, dada sebelah kiri
kualitas, dan ±10 menit, tidak

Poltekkkes Kemenkes Padang


pencetusnya hilang saat istirahat.
O:
b. Menganjurkan pasien a. Pasien tampak
untuk mengulangi meringis
manajemen nyeri b. Skala nyeri 5
(teknik nafas dalam) c. Pasien tampak
mampu
c. Melanjutkan melakukan
kolaborasi dengan teknik nafas
medis dalam dalam
pemberian obat pereda A: masalah nyeri
nyeri: 16.30 wib akut belum
Cedocard 2x 100 (IV) teratasi
P: manajemen nyeri
dilanjutkan
Penurunan curah a. Melakukan penilaian S: pasien
jantung komprehensif pada mengatakan masih
sirkulasi perifer (cek nadi merasakan nyeri
perifer, edema, suhu dan dada.
warna kulit ekstremitas) O:
a. CRT < 4 detik
b. Nadi 80 x/i
b. Memonitor tanda tanda c. TD:90/60 mmHg
vital (tekanan darah, nadi, d. RR: 25x/i
frekuensi nafas dan suhu) e. Suhu : 36,7oc

c. Memonitor EKG A: masalah


penurunan curah
jantng belum
d. Melanjutkan kolaborasi teratasi
dengan medis dalam P: intervensi
pemberian obat: perawatan jantung
Menganjurkan pasien untuk dan pemberian obat
bed rest total dilanjutkan

Selasa Gangguan 1. memberikan oksigen sesuai S: pasien


19 pertukaran gas b/d mengatakan sesak
terapi
februari akumulasi cairan nafas
2019 di alveoli 2. mengkaji laju pernafasan O:
c. RR: 25x/i
dan irama pernafasan
d. Saturasi oksigen
3. memposisikan klien untuk 97%
e. Pasien terpasang
memaksimalkan ventilasi
NRM 5 liter/i
4. lakukan pemeriksaan AGD  pH : 7,51
jika diperlukan  pCO2: 24,9
5. melakukan auskultasi suara mmHg
 pO2: 83,9

Poltekkkes Kemenkes Padang


nafas,mencatat adanya suara mmH
 HCO3-:
tambahan
20,4 Mmol
6.mengeluarkan secret dengan  BE: -2,7
mengajarkan batuk efektif f.pasien
mendapatkan terapi
atau suction obat nebu: flumosyl
7.mengkolaborasikan 1 respul 3x dan
ventolin 1 respul 3x
pemberian bronkodilator (jam:09.00)
8.mengkolaborasikan
pemberian obat : flumosyl 1 A: Masalah
respul (jam:16.45) gangguan
pertukaran gas
N–asetilsistein 2x 1 mg belum teratasi
peroral P: intervensi
monitor
9.memonitor tanda-tanda vital pernafasan dan
terapi oksigen
dilanjutkan
Intoleransi Manajemen Energi S:
aktivitas b/d 1. memberikan jarak Klien mengatakan
ketidakseimbangan pada tindakan/aktivitas nafas nya sesak saat
antara suplai dan keperawatan beraktifita
kebutuhan oksigen 2. menjadwalkan periode O:
istirahat klien a.Aktivitas klien
3. memonitor respon tampak dibantu
klien terhadap aktivitas oleh perawat dan
4. meningkatkan aktifitas keluarga
klien sesuai perintah A:
dokter berdasarkanb Masalah Intoleransi
arahan rehabilitas aktivitas
perawatan P:
5. menginstruksikan Manajemen energy
klien untuk dilanjutkan
menghindari aktifitas
yang meningkatkan
beban jantung

3. Rabu, Nyeri akut b.d a. Melakukan pengkajian S:pasien


20 agen cidera nyeri yang komprehensif mengatakan nyeri
februari biologis meliput: frekuensi, lokasi, muncul jika pasien
2019 karakteristik, durasi, batuk, pasien
kualitas, dan pencetusnya mengatakan nyeri
pada dada sebelah
b. Megevaluasi pasien kirinya
tentang manajemen nyeri O:
(teknik nafas dalam) a. Pasien tampak
meringis
c. Menggali bersama pasien b. Skala nyeri 4

Poltekkkes Kemenkes Padang


faktor-faktor yang dapat c. Pasien tampak
memperberat nyeri mampu
melakukan
teknik nafas
dalam
A: masalah nyeri
akut belum
teratasi
P: manajemen nyeri
dilanjutkan
Resiko penurunan a. Melakukan penilaian S: pasien
curah jantung komprehensif pada mengatakan masih
sirkulasi perifer (cek nadi merasakan nyeri
perifer, edema, suhu dan dada.
warna kulit ekstremitas) O:
a. CRT < 3 detik
b. Memonitor tanda tanda b. Nadi 79 x/i
vital (tekanan darah, nadi, c. TD: 98/60
frekuensi nafas dan suhu) mmHg
d. RR: 24x/i
e. Suhu : 36,4oc
c. Memonitor EKG f. Pasien
mendapatkan
obat atorvostatin
d. Melanjutkan kolaborasi 1x40mg peroral,
dengan medis dalam aspilet 1x160 mg
pemberian obat: peroral,
atorvostatin 1x40mg clopidogrel 1x75
peroral, aspilet 1x160 mg mg peroral,
peroral, clopidogrel 1x75 laxadyn 1x15cc
mg peroral, lovenok 2x0,6 peroral, lovenok
mg 2x0,6 mg

e. Menganjurkan pasien A: masalah


untuk bed rest total penurunan curah
jantng belum
teratasi
P: intervensi
perawatan jantung
dan pemberian obat
dilanjutkan

Gangguan S: pasien
pertukaran gas b/d 1. memberikan oksigen sesuai mengatakan sesak
akumulasi cairan terapi nafas
di alveoli O:
2. mengkaji laju pernafasan a. Jalan nafas
dan irama pernafasan pasien paten
b. RR: 24x/i
3. memposisikan klien untuk c. Saturasi oksigen
98%

Poltekkkes Kemenkes Padang


memaksimalkan ventilasi d. Tidak ada rongki
dan wheezing
4. lakukan pemeriksaan AGD
e. Pasien terpasang
jika diperlukan
nasal kasul 4
5. melakukan auskultasi suara
liter/i
nafas,mencatat adanya suara f. Aliran oksigen
lancar
tambahan
 pH : 7,56
6.mengeluarkan secret dengan  pCO2: 27,2
mengajarkan batuk efektif mmHg
 pO2: 116,2
atau suction mmH
7.mengkolaborasikan  HCO3-:
24,8 Mmol
pemberian bronkodilator  BE: 2,4
8.mengkolaborasikan Mmol
f.mengaarkan batuk
pemberian obat : flumosyl 1 efektif untuk
respul (jam:16.45) mengurangi sekret
N–asetilsistein 2x 1 mg A: masalah
peroral ketidakefektifan
pola nafas belum
9.memonitor tanda-tanda vital teratasi
P: intervensi
monitor
pernafasan dan
terapi oksigen
dilanjutkan
Intoleransi Manajemen Energi S:
aktivitas b/d 1. memberikan jarak Klien mengatakan
ketidakseimbangan pada tindakan/aktivitas nafas nya sesak saat
antara suplai dan keperawatan beraktifita
kebutuhan oksigen 2. menjadwalkan periode O:
istirahat klien Aktivitas klien
3. memonitor respon tampak dibantu
klien terhadap aktivitas oleh perawat dan
4. meningkatkan aktifitas keluarga
klien sesuai perintah A:
dokter berdasarkanb Masalah Intoleransi
arahan rehabilitas aktivitas
perawatan P:
5. menginstruksikan Manajemen energi
klien untuk
menghindari aktifitas
yang meningkatkan
beban jantung

4 Kamis, Nyeri akut b.d a. Melakukan pengkajian S:pasien


21 agen cidera nyeri yang komprehensif mengatakan masih

Poltekkkes Kemenkes Padang


februari biologis meliput: frekuensi, lokasi, merasakan nyeri, di
2019 karakteristik, durasi, bagian dada.
kualitas, dan pencetusnya Pasien mengatakan
nyeri timbul jika
batuk
b. Menganjurkan pasien untuk O:
mengulanngi manajemen a. Pasien tampak
nyeri jika nyeri timbul meringis
(teknik nafas dalam) b. Skala nyeri 3
c. Pasien tampak
c. Menggali bersama pasien mampu
faktor-faktor yang dapat melakukan
memperberat nyeri teknik nafas
dalam
d. Pasien mampu
menyebutkan
faktor pencetus
dan perberat
nyeri
A: masalah nyeri
akut belum
teratasi
P: manajemen nyeri
dilanjutkan
Resiko penurunan a. Melakukan penilaian S: pasien
curah jantung komprehensif pada mengatakan
sirkulasi perifer (cek nadi merasakan nyeri
perifer, edema, suhu dan dada jika batuk
warna kulit ekstremitas) O:
a. CRT < 2 detik
b. Nadi 88 x/i
b. Memonitor tanda tanda c. TD: 100/70
vital (tekanan darah, nadi, mmHg
frekuensi nafas dan suhu) d. RR: 22x/i
c. Memonitor EKG e. Suhu : 36,7oc
f. Segmen ST
elevasi tidak
d. Melanjutkan kolaborasi tampak
dengan medis dalam g. Pasien
pemberian obat: mendapatkan
Menganjurkan pasien untuk obat atorvostatin
bed rest total 1x40mg peroral,
aspilet 1x160 mg
peroral,
clopidogrel 1x75
mg peroral,
laxadyn 1x15 cc
peroral, lovenok
2x0,6 mg

Poltekkkes Kemenkes Padang


A: masalah
penurunan curah
jantng belum
teratasi
P: intervensi
perawatan jantung
dan pemberian obat
dilanjutkan
Gangguan S: pasien
pertukaran gas b/d 1. memberikan oksigen sesuai mengatakan sesak
akumulasi cairan terapi nafas dan batuk
di alveoli sudah berkurang
2. mengkaji laju pernafasan O:
dan irama pernafasan f. RR: 22x/i
g. Saturasi oksigen
3. memposisikan klien untuk 94%
memaksimalkan ventilasi h. Pasien terpasang
nasal 3 liter/i
4. lakukan pemeriksaan AGD i. Klien tampak
jika diperlukan sudah bisa
5. melakukan auskultasi suara melakukan batuk
nafas,mencatat adanya suara efektif secara
mandiri
tambahan A: masalah
6.mengeluarkan secret dengan Gangguan
pertukaran gas
mengajarkan batuk efektif dan ventilasi
atau suction P: intervensi
Manajemen Jalan
7.mengkolaborasikan Nafas dihentikan
pemberian bronkodilator
8.mengkolaborasikan
pemberian obat : flumosyl 1
respul, N–asetilsistein 2x 1
mg peroral
9.memonitor tanda-tanda vital
Intoleransi Manajemen Energi S:
aktivitas b/d 1. memberikan jarak Klien mengatakan
ketidakseimbangan pada tindakan/aktivitas nafas nya sesak saat
antara suplai dan keperawatan beraktifita
kebutuhan oksigen 2. menjadwalkan periode O:
istirahat klien Aktivitas klien
3. memonitor respon tamoak dibantu
klien terhadap aktivitas oleh perawat dan
4. meningkatkan aktifitas keluarga
klien sesuai perintah A:
dokter berdasarkanb Masalah Intoleransi
arahan rehabilitas aktivitas

Poltekkkes Kemenkes Padang


perawatan P:
5. menginstruksikan Manajemen energi
klien untuk
menghindari aktifitas
yang meningkatkan
beban jantung

5 Jum’at, Nyeri akut b.d. a. Melakukan pengkajian S:pasien


22 agen cidera nyeri yang komprehensif mengatakan nyeri
februari biologis meliput: frekuensi, lokasi, timbul jika pasien
2019 karakteristik, durasi, batuk
kualitas, dan pencetusnya O:
a. Pasien tampak
meringis
b. Menganjurkan pasien b. Skala nyeri 2
mengulangi teknik c. Pasien tampak
manajemen nyeri (teknik mampu
nafas dalam melakukan
teknik nafas
c. Menggali bersama pasien dalam
faktor-faktor yang dapat d. Pasien mampu
memperberat nyeri menyebutkan
faktor pencetus
dan perberat
nyeri
A: masalah nyeri
akut belum
teratasi
P: pasien pulang
manajemen nyeri
dilanjutkan dirumah
Resiko penurunan a. Melakukan penilaian S: pasien
curah jantung komprehensif pada mengatakan masih
sirkulasi perifer (cek nadi merasakan nyeri
perifer, edema, suhu dan dada jika batuk
warna ekstremitas) O:
b. Memonitor tanda tanda a. CRT < 2 detik
vital (tekanan darah, nadi, b. Nadi 80 x/i
pernafasan dan suhu) c. TD: 100/70
c. Memonitor EKG mmHg
d. Melanjutkan kolaborasi d. RR: 20x/i
dengan medis dalam e. Suhu : 36,6oc
pemberian obat: f. Segmen ST
atorvostatin 1x40mg elevasi tidak
peroral, aspilet 1x160 mg tampak
peroral, clopidogrel 1x75 g. Pasien
mg peroral, lovenok 2x0,6 mendapatkan
mg obat atorvostatin
e. Menganjurkan pasien 1x40mg peroral,
untuk istirahat dirumah aspilet 1x160 mg
peroral,

Poltekkkes Kemenkes Padang


clopidogrel 1x75
mg peroral,
laxadyn 1x15 cc
peroral, lovenok
2x0,6 mg
A: masalah
penurunan
belum curah
jantung
teratasisebagian
P: pasien pulang
intervensi
perawatan jantung
dan pemberian obat
dilanjutkan dirumah
Gangguan S: pasien
pertukaran gas b/d 1. memberikan oksigen sesuai mengatakan sesak
akumulasi cairan nafas
terapi
di alveoli O:
2. mengkaji laju pernafasan j. RR: 20x/i
k. Saturasi oksigen
dan irama pernafasan
96%
3. memposisikan klien untuk l. Pasien terpasang
NRM5 liter/i
memaksimalkan ventilasi
4. lakukan pemeriksaan AGD A: masalah
jika diperlukan Gangguan
5. melakukan auskultasi suara pertukaran gas
belum teratasi
nafas,mencatat adanya suara
P: intervensi
tambahan monitor pernafasan
dan terapi oksigen
6.mengeluarkan secret dengan
dilanjutkan
mengajarkan batuk efektif
atau suction
7.mengkolaborasikan
pemberian bronkodilator
8.mengkolaborasikan
pemberian obat :
N–asetilsistein 2x 1 mg
peroral
9.memonitor tanda-tanda vital
Intoleransi Manajemen Energi S:
aktivitas b/d 1. memberikan jarak Klien mengatakan
ketidakseimbangan pada tindakan/aktivitas jika melakukan
antara suplai dan keperawatan aktivitas sesak
kebutuhan oksigen 2. menjadwalkan periode nafas nya sudah

Poltekkkes Kemenkes Padang


istirahat klien berkurang
3. memonitor respon O:
klien terhadap aktivitas Aktivitas klien
4. meningkatkan aktifitas tampak ada yang
klien sesuai perintah bantu oleh
dokter berdasarkanb perawat/keluarga
arahan rehabilitas dan ada yang
perawatan dilakukan secara
5. menginstruksikan mandiri oleh klien
klien untuk A:
menghindari aktifitas Masalah Intoleransi
yang meningkatkan aktivitas dihentikan
beban jantung P:
Manajemen energy
dihentikan

Poltekkkes Kemenkes Padang


Lampiran 11

Poltekkkes Kemenkes Padang


Lampiran 12

Poltekkkes Kemenkes Padang


Lampiran 13

Poltekkkes Kemenkes Padang


Lampiran 14

Poltekkkes Kemenkes Padang

Anda mungkin juga menyukai