Anda di halaman 1dari 253

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA REMAJA


DENGAN HIV/AIDS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SEBERANG PADANG KOTA PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

NURUL QAMARIA
NIM : 183110265

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA REMAJA


DENGAN HIV/AIDS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SEBERANG PADANG KOTA PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan ke Program Studi D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan


Kemenkes Padang sebagai syarat untuk mendapatkan gelar
Ahli Madya Keperawatan

NURUL QAMARIA
NIM : 183110265

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
ii
Poltekkes Kemenkes Padang
iii
Poltekkes Kemenkes Padang
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis ucapkan atas rahmat dan karunia Allah SWT,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Remaja dengan HIV/AIDS di
Wilayah Kerja Puskesmas Seberang Padang Kota Padang Tahun 2021”.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar Diploma III pada Program Studi D-III Keperawatan
Padang Poltekkes Kemenkes RI Padang. Selama proses pembuatan Karya Tulis
Ilmiah ini penulis tidak terlepas dari dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan membimbing dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Terutama kepada Bapak Tasman, S.Kep, M.Kep, Sp.Kom selaku dosen
pembimbing I dan Ibu Renidayati, S.Kep, M.Kep, Sp.Jiwa selaku dosen
pembimbing II, yang telah memberikan masukan dengan penuh kesabaran dan
perhatian dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini, tanpa bantuan dari bapak dan
ibu sulit bagi penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dan penulis
mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM, M.Si selaku Direktur Poltekkes


Kemenkes RI Padang.
2. Ibu Ns. Hj. Sila Dewi Anggreni, S.Pd, M.Kep, Sp.KMB selaku ketua
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang.
3. Ibu Heppi Sasmita, M.Kep, Sp.Jiwa selaku Ketua Program Studi D-III
Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes RI Padang.
4. Ibu Metri Lidya, S.Kp, M.Biomed selaku Pembimbing akademik Poltekkes
Kemenkes RI Padang.
5. Bapak dan Ibu dosen serta staf yang telah membimbing dan membantu
selama perkuliahan di Jurusan Keperawatan Kemenkes RI Padang.

iv
Poltekkes Kemenkes Padang
6. Ibu dr. Dessy Susanti Kepala Puskesmas Seberang Padang dan Ibu Uwi
Surya S.Tr.Keb Petugas Program LKB yang telah banyak membantu
dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan.
7. Teristimewa kepada orang tua dan saudara saya yang telah memberikan
bantuan dukungan serta restu yang tak dapat ternilai dengan apapun.
8. Sahabat dan teman-teman seperjuangan Bp 2018 yang memberikan
semangat untuk menyelesaikan KTI ini.

Akhir kata peneliti berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi
penulis dan pihak yang telah membacanya, serta penulis mendoakan semoga
segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Aamiin.

Padang, 22 Juni 2021

Nurul Qamaria

v
Poltekkes Kemenkes Padang
vi
Poltekkes Kemenkes Padang
POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERWATAN PADANG

Karya Tulis Ilmiah Juni 2021


NURUL QAMARIA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA REMAJA DENGAN


HIV/AIDS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEBERANG PADANG
KOTA PADANG TAHUN 2021

Xiii + 122 Halaman + 2 Tabel + 1 Gambar + 15 Lampiran

ABSTRAK

Human Immunodeficiency Virus atau HIV merupakan penyakit menular seksual


yang semakin banyak terjadi pada remaja, disebabkan faktor penasaran,
karakteristik mencoba sesuatu, keluarga tidak utuh dan kurang perhatiaan orang
tua. Didapatkan estimasi kejadian HIV/AIDS pada remaja di Wilayah Kerja
Puskesmas Seberang Padang Kota Padang adalah 17 orang. Tujuan penelitian
mendeskripsikan asuhan keperawatan keluarga pada remaja HIV/AIDS di
Wilayah Kerja Puskesmas Seberang Padang Kota Padang. Desain penelitian
deskriptif dalam bentuk studi kasus. Populasi 17 remaja positif HIV bulan April
2021. Sampel penelitian 1 orang ditetapkan dengan teknik Purposive Sampling
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan An.Y
merasa cemas, takut dengan kondisinya, merasa bosan dan malas meminum obat
ARV, mengeluh sakit kepala, pusing dan nyeri pinggang. Masalah keperawatan
ditemukan ansietas, manajemen kesehatan keluarga tidak efektif, dan nyeri akut.
Implementasi keperawatan dilakukan penyuluhan kesehatan, mengambil
keputusan perawatan HIV/AIDS, melakukan perawatan teknik hipnotis lima jari
untuk ansietas, teknik relaksasi otot progresif untuk nyeri, pentingnya minum obat
ARV, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan. Penelitian
menunjukkan masalah mulai teratasi terlihat tingkat kecemasan dan nyeri
menurun, pemahaman kepatuhan pengobatan ARV dan tingkat kemandirian
keluarga meningkat. Penelitian diharapkan menjadi tambahan informasi dalam
mengembangkan program puskesmas untuk keluarga remaja HIV/AIDS.
Intervensi perawatan teknik relaksasi hipnotis lima jari untuk ansietas, teknik
relaksasi otot progresif untuk nyeri, penyuluhan dan motivasi pentingnya minum
obat ARV direkomendasikan untuk petugas puskesmas dalam mangatasi masalah
keperawatan ansietas, manajemen kesehatan keluarga tidak efektif dan nyeri
penderita HIV/AIDS.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, HIV/AIDS, Keluarga


Daftar Pustaka : 80 (2010-2020)

vii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nurul Qamaria


Tempat, Tanggal Lahir : Payakumbuh, 13 Mei 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Kampuang Tangah, Kenagarian Andaleh,
Kecamatan Luak, Kabupaten Lima Puluh Kota
Provinsi Sumatera Barat
Nama Orang Tua
Ayah : Edison
Ibu : Rukmini

Riwayat Pendidikan
No Jenis Kelamin Tempat Pendidkan Tahun

1 Taman Kanak-Kanak TK Pertiwi Andaleh 2005-2006

2 Sekolah dasar SD Negeri 04 Andaleh 2006-2012

3 Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 01 Kec. 2012-2015


Luak

4 Sekolah Mengeah Atas SMA Negeri 01 Kec. 2015-2018


Lareh Sago Halaban
5 D III Keperawatan Poltekkes Kemenkes 2018-2021
RI Padang

viii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
LEMBAR ORISINALITAS ................................................................................ vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL............................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiiii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 7
D. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 8
BAB II TINJUAN TEORITIS ............................................................................. 9
A. Konsep Keluarga .......................................................................................... 9
1. Pengertian ................................................................................................. 9
2. Ciri-ciri keluarga .................................................................................... 10
3. Fungsi Keluarga...................................................................................... 10
4. Tipe dan bentuk keluarga ....................................................................... 12
5. Struktur Keluarga ................................................................................... 15
6. Tahap Perkembangan Keluarga .............................................................. 16
7. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan ............................................. 19
8. Peran Perawat Keluarga ......................................................................... 22
9. Tingkat Kemandirian Keluarga .............................................................. 23
B. Konsep Remaja .......................................................................................... 24
1. Pengertian Remaja .................................................................................. 24
2. Tahap Perkembangan Remaja ................................................................ 25
3. Perkembangan dan Pertumbuhan Pada Remaja ..................................... 26
4. Karakteristik Perkembangan Remaja ..................................................... 27
5. Masalah Kesehatan Remaja .................................................................... 28
C. Konsep HIV/AIDS ..................................................................................... 30
1. Pengertian ............................................................................................... 30
2. Etiologi ................................................................................................... 30
3. Manifestasi Klinik .................................................................................. 31

ix
Poltekkes Kemenkes Padang
4. Patofisiologi ............................................................................................ 33
5. Faktor Resiko Terinfeksi HIV/AIDS...................................................... 35
6. WOC HIV/AIDS .................................................................................... 36
7. Pemeriksaan Diagnostik ......................................................................... 37
8. Komplikasi ............................................................................................. 38
9. Pencegahan ............................................................................................. 40
10.Penatalaksanaan .................................................................................... 41
D. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga..................................................... 42
1. Pengkajian Keperawatan ........................................................................ 42
2. Diagnosis Keperawatan Keluarga .......................................................... 50
3. Penentuan Prioritas ................................................................................. 52
4. Intervensi Keperawatan .......................................................................... 53
5. Implementasi Keperawatan .................................................................... 69
6. Evaluasi Keperawatan Keluarga............................................................. 69
7. Dokumentasi keperawatan keluarga ....................................................... 69
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 70
A. Jenis dan Desain Penelitian ........................................................................ 70
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 70
C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 70
D. Alat Instrumen Pengumpulan Data ............................................................ 72
E. Pengumpulan Data ..................................................................................... 72
F. Prosedur Penelitian..................................................................................... 74
G. Analisis Data .............................................................................................. 75
BAB IV DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN ..................................... 76
A. Deskripsi Kasus .......................................................................................... 76
1. Pengkajian Keperawatan ........................................................................ 76
2. Diagnosis Keperawatan .......................................................................... 81
3. Intervensi Keperawatan .......................................................................... 82
4. Implementasi Keperawatan .................................................................... 85
5. Evaluasi Keperawatan ............................................................................ 87
B. Pembahasan Kasus ..................................................................................... 91
1. Pengkajian .............................................................................................. 91
2. Diagnosis Keperawatan .......................................................................... 99
3. Intervensi Keperawatan ........................................................................ 102
4. Implementasi Keperawatan .................................................................. 107
5. Evaluasi Keperawatan .......................................................................... 112
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 120
A. KESIMPULAN ........................................................................................ 120
B. Saran......................................................................................................... 121
DAFTAR PUSTAKA

x
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 WOC HIV/AIDS .............................................................................. 36

xi
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Prioritas Masalah.................................................................................. 52
Tabel 2. 2 Intervensi.............................................................................................. 54

xii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 2. Lembar Konsultasi Pembimbing 1

Lampiran 3. Lembar Konsultasi Pembimbing 2

Lampiran 4. Informed Consent

Lampiran 5. Jadwal Kunjungan Tim Pelayanan Kesehatan

Lampiran 6. Hasil Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga

Lampiran 7. Laporan Pendahuluan Kunjungan 1-12

Lampiran 8. Laporan Hasil Kegiatan Kunjungan 1-12

Lampiran 9. Foto Kunjungan

Lampiran 10. Satuan Acara Penyuluhan

Lampiran 11. Surat Izin Pengambilan Data dari Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 12. Surat Izin Pengambilan Data dari Dinkes Kota Padang

Lampiran 13. Surat Izin Penelitian dari Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 14. Surat Izin Penelitian dari Dinkes Kota Padang

Lampiran 15. Surat Selesai Penelitian dari Puskesmas Seberang Padang

xiii
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa peralihan manusia dari usia anak-anak menuju
dewasa bentuk masa transisi dari berbagai usia pertumbuhan. Batasan usia
remaja menurut World Health Organization (WHO) adalah 11 sampai 24
tahun atau belum menikah. Remaja mempunyai permasalahan kompleks
seiring dengan masa transisi yang dialami salah satunya permasalahan
kesehatan reproduksi (Sebayang, 2018).

Masa remaja ditandai dengan berbagai perubahan baik fisik, psikis, maupun
sosial. Berbagai perubahan tersebut dapat menimbulkan persoalan-persoalan
yang kemungkinan dapat mengganggu perkembangan remaja selanjutnya.
Masalah kesehatan reproduksi yang dapat dialami remaja yaitu berbagai jenis
Penyakit Menular Seksual (PMS) makin banyak terjadi pada remaja salah
satunya seperti Human Immunodeficiency Virus atau Acquired
Imumunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) (Ract, 2014).

HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang


sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS atau Acquired Imumunodeficiency
Syndrome adalah sindrom kekebalan tubuh oleh infeksi HIV. Virus masuk ke
dalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah, semen dan secret
vagina. Sebagian besar (75%) penularan terjadi melalui hubungan seksual
(Noviana, 2016). Meningkatnya penyimpangan perilaku seks akan berdampak
terhadap meningkatnya kejadian HIV/AIDS (Renidayati, 2016).

Menurut data UNAIDS (Misi PBB untuk HIV dan AIDS) tahun 2018
sebanyak 37,9 juta orang di dunia hidup dengan HIV dan 770.000 orang
meninggal karena AIDS dengan empat dari lima penderita baru tersebut
berusia antara 10 dan 19 tahun dan pada tahun 2018 ditemukan 1,7 juta kasus
baru. Pada tahun 2019 ditemukan kasus HIV/AIDS didunia sebesar 37,8 juta

1
Poltekkes Kemenkes Padang
2

orang di dunia hidup dengan HIV/AIDS. Sedangkan pada tahun 2020 ada 38
juta orang didunia yang positif terinfeksi HIV (Infodatin Kemenkes, 2020).

Kasus HIV/AIDS di Indonesia terjadi peningkatan, pada tahun 2018 kasus


HIV ditemukan sebanyak 46.650 dan kasus AIDS 10.190, pada tahun 2019
ditemukan kasus sebanyak 50.282 kasus dan AIDS dengan 7.036 AIDS.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, hingga 2020 jumlah ODHA (Orang
dengan HIV/AIDS) di Indonesa dilaporkan mencapai 398.784 kasus. Dari
jumlah tersebut, diperkirakan pada tahun 2020 ini jumlahnya meningkat
menjadi 543.100 orang (Kemenkes, 2020).

Menurut Dinkes Prov Sumatera Barat pada tahun 2018 ditemukan jumlah
kasus HIV sebanyak 622 kasus. Terjadi peningkatan kasus HIV/AIDS tahun
2019 mencapai 864 kasus. 566 kasus HIV dan 298 kasus AIDS. Berdasarkan
catatan 2019, kota Padang sebagai daerah tertinggi dengan kasus HIV/AIDS
dari 19 kabupaten dan kota di Sumbar, sementara posisi kedua Bukittinggi dan
selanjutnya Kota Pariaman. Pada tahun 2020 di Sumatera Barat ditemukan
sebanyak sebanyak 332 HIV dan AIDS 126 orang.

Berdasarkan hasil pencatatan Dinas Kesehatan kota Padang Dinas Kesehatan


Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2018 ditemukan 447 HIV kasus dan 104
AIDS , pada tahun 2019 ditemukan HIV sebanyak 287 kasus (231 laki-laki
dan 56 perempuan). Jumlah kasus HIV kota Padang tahun 2019 yaitu umur 5-
14 tahun ( 2 perempuan), umur 15-19 tahun ( 7 laki-laki), umur 20-24 tahun
(56 laki-laki dan 6 perempuan), 25-49 tahun (158 la ki-laki dan 47 perempuan)
dan umur ≥ 50 tahun ( 10 laki-laki dan 1 perempuan). Kasus AIDS yang
ditemukan sebanyak 52 kasus (43 laki-laki dan 9 kasus perempuan) yaitu umur
5-14 tahun (1 perempuan), umur 20-29 tahun (15 laki-laki dan 2 perempuan),
umur 30-39 tahun (14 laki-laki dan 3 perempuan), umur 40-49 tahun (7 laki-
laki dan 2 perempuan), umur 50-59 tahun (6 laki-laki dan 1 perempuan), dan
tidak diketahui (1 laki-laki) (Dinkes Kota Padang, 2019).

Poltekkes Kemenkes Padang


3

Remaja memiliki keingintahuan besar yang menyebabkan ingin mencoba


segala sesuatu. Tidak tersedianya informasi yang tepat dan relevan mengenai
penyakit menular HIV/AIDS menjadi faktor pemicu remaja masuk dalam sub-
populasi berperilaku resiko tinggi tertular HIV/AIDS (Utara 2013, dalam
Afritayeni 2018). Remaja masuk dalam populasi resiko tinggi terinfeksi
HIV/AIDS hal ini disebabkan oleh faktor pemicu seperti perilaku berisiko
melakukan seksual tidak aman, penggunaan jarum suntik tidak steril seperti
narkoba suntik, penggunaan media tidak tepat untuk melihat gambar atau
video porno (Iskandar, 2015).

Keluarga juga dapat menjadi faktor pemicu remaja masuk dalam perilaku
berisiko terjangkit HIV/AIDS seperti tipe dan bentuk keluarga yang tidak
lengkap akibat perceraian atau meninggal. Terganggunya pola asuh orang tua
pada tahap perkembangan remaja memungkinkan adanya gangguan relasi
antara remaja dengan orang tua yang bersifat tidak harmonis yang
menyebabkan remaja berprilaku menyimpang. Selain itu pola komunikasi
orang tua mengenai seksualitas atau kesehatan reproduksi sangat penting
dilakukan untuk mencegah dampak perilaku berisiko pada remaja. Kurangnya
komunikasi antara remaja dan orang tua menyebabkan remaja memilih
tertutup, segan dan malu untuk berkomunikasi dengan orang tuanya, serta
tidak ada kepekaan orang tua, pengawasaan orang tua terhadap perilaku
remaja sehingga pesan-pesan pencegahan dapat terabaikan dan dapat berisiko
pada remaja yang mengarah pada infeksi HIV/AIDS. Faktor lingkungan juga
menjadi pemicu remaja tertular HIV/AIDS seperti pengaruh dari teman sebaya
melakukan dan mengajak untuk berprilaku risiko sepertu hubungan seksual,
narkoba suntik dan kenakalan remaja (Iskandar, 2015).

Hasil penelitian Handayani Dkk (2020) tentang hubungan teman sebaya


dengan kejadian HIV/AIDS bulan Januari di area kerja Puskesmas Seberang
Padang dengan 10 orang responden yang hidup dengan HIV. Didapatkan 5
responden (56%) memiliki pengetahuan yang rendah terhadap transmisi
penularan HIV/AIDS melalui penggunaan kondom yang tidak konsisten,

Poltekkes Kemenkes Padang


4

jarum suntik, dan obat-obatan. 2 responden memiliki sikap buruk (25%) dan
berpikir jika HIV/AIDS tidak berbahaya dan hanya dapat ditularkan melalui
hubungan seksual yang tidak aman. Sedangkan 3 responden (75%) memiliki
gaya hidup buruk terhadap kejadian HIV, mereka merasa lebih percaya diri
dalam mengikuti gaya hidup bebas atau perubahan (Handayani Dkk, 2020)

Epidemi HIV/AIDS yang sudah global, termasuk Indonesia, berdampak


sangat luas dalam kehidupan masyarakat, keluarga, dan individu, termasuk
anak-anak. Dampak khususnya anak remaja menjadikan mereka rentan
terhadap masalah kesehatan, pendidikan, ekonomi dan psikososial, yang
merupakan dampak buruk dan akan mempengaruhi kualitas hidup mereka
dimasa pertumbuhannya yang dapat mempengaruhi struktur keluarga. Pada
keluarga dapat berdampak terjadinya penularan ke anggota keluarga lainnya,
stigma negatif dan diskriminatif yang muncul pada keluarga dari masyarakat
(Muhaimin, 2010).

Perawatan dan pengobatan HIV/AIDS membutuhkan waktu yang lama


terkadang dapat menyebabkan penderita menghentikan pengobatan. Selain itu
juga karena rasa bosan, banyaknya jenis obat, efek samping serta komplikasi
yang mungkin dialami. Untuk mencegah resistensi obat dan tetap bertahan
dengan kepatuhan yang tinggi, memerlukan disiplin pribadi dan bantuan agar
selalu minum obat, dalam hal ini keluarga sangat berperan penting dalam
perawatan dan pengobatan HIV/AIDS. Keluarga sebagai support system utama
dibutuhkan untuk mengembangkan koping yang efektif untuk beradaptasi
menghadapi stresor terkait penyakit, baik fisik, psikologis, informatif maupun
sosial. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan ekonomi, informasi,
dukungan melakukan kegiatan sehari-hari, dukungan dalam perawatan dan
pengobatan dukungan psikologis (Avelina, 2018).

Hasil penelitian Novrianda Dkk (2015) dukungan keluarga dan kualitas hidup
orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dengan jumlah responden 106 orang
menunjukkan 43 orang responden (40,6%) memiliki dukungan keluarga yang

Poltekkes Kemenkes Padang


5

kurang baik. Responden mengatakan tidak pernah atau jarang diperhatikan dan
dibantu keluarga dalam pengobatan dan perawatan. Responden yang
mendapatkan dukungan keluarga yang kurang baik dipengaruhi oleh
kurangnya pemahaman atau pengetahuan keluarga tentang penyakit
HIV/AIDS. Sedangkan 63 orang (59,4%) responden ODHA mempunyai
dukungan keluarga yang baik. Responden menjawab selalu mendapatkan
pendampingan dari keluarga dalam pengobatan penyakitnya dan bantuan
perawatan. Dukungan yang diterima ODHA dari keluarga sangat berarti dapat
berupa sikap, tindakan perawatan dan pengobatan, dan penerimaan keluarga
terhadap penderita yang sedang sakit (Novrianda Dkk, 2015).

Keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu di pahami dan


dilakukan untuk mengatasi masalah keluarga terkait HIV/AIDS dan
memelihara kesehatan anggota keluarga, menurut Friedman (2010) ada 5 tugas
keluarga dalam bidang kesehatan yaitu : mengenal masalah dalam kesehatan
keluarga, mengambil keputusan tindakan yang tepat, memberi perawatan pada
anggota keluarga yang sakit, mempertahankan suasana rumah yang sehat, dan
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan (Friedman, 2010).

Peran perawat keluarga melakukan pelayanan kesehatan yang ditunjukan pada


keluarga sebagai inti pelayanan untuk mewujudkan keluarga sehat dan tetap
memiliki produktivitas dalam menjalankan perannya masing-masing
(Friedman, 2010 dalam Widyanto, 2014). Fungsi perawat membantu keluarga
untuk menyelesaikan masalah kesehatan HIV/AIDS dengan cara
meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan
kesehatan keluarga (Friedman, 2010).

Prevelensi kejadian HIV di Puskesmas Kota Padang Padang tahun 2018


didapatkan kejadian tertinggi di Puskesmas Seberang dengan 56 kasus, di
peringkat kedua Puskesmas Bungus 32 kasus dan ketiga Puskesmas Pauh 24
orang. Berdasarkan umur kelompok pasien positif HIV berasal dari kelompok

Poltekkes Kemenkes Padang


6

umur produktif usia muda yaitu dari 15 sampai 39 tahun (Puskesmas Seberang
Padang, 2018).

Puskesmas Seberang Padang merupakan salah satu dari 23 puskesmas di Kota


Padang terletak di jalan Seberang Padang Utara, Seberang Padang, Kecamatan
Padang Selalatan, Kota Padang, Sumatera Barat dengan 4 wilayah kerja yaitu
Kelurahan Seberang Padang, Alang Laweh, Ranah Parak Rimbo dan Belakang
Pondok. Menurut Dinkes Kota Padang (2019) Puskesmas Seberang Padang
sebagai tempat pelayanan pengobatan HIV semenjak tahun 2017 dengan
program Layanan Komprehensif Berkesinambungan (LKB) untuk
meningkatkan inisiasi Antiretroviral (ARV). Prevelensi kejadian HIV di
Puskesmas Seberang Padang bulan Januari 2021 menurut hasil wawancara
tanggal 26 januari 2021 dengan petugas LKB (Layanan Komprehensif
Berkesinambungan) ada 40 pasien HIV yang rutin berkunjung. Berdasarkan
kelompok umur dan jenis kelamin yaitu umur 15-19 tahun (3 Laki-laki), umur
20-24 tahun (15 laki-laki dan 1 perempuan), dan umur 25-49 tahun (18 laki-
laki dan 3 perempuan).

Saat dilakukan studi pendahuluan pada tanggal 9 februari 2021 di Puskesmas


Seberang Padang, hasil wawancara dengan petugas LKB data sampai januari
2021 ada 40 pasien positif HIV yang rutin berkunjung ke Puskesmas Seberang
Padang dengan jumlah pasien remaja sebanyak 19 orang umur 15 – 24 tahun.
Menurut pemegang program LKB mengatakan program yang telah dilakukan
terkait HIV/AIDS yaitu skreening HIV/AIDS, pengobatan Antiretroviral
(ARV) untuk pasien HIV/AIDS setiap bulannya, obat diberikan kepada pasien
untuk 30 hari. Menurut petugas LKB banyak pasien remaja yang memilih
untuk merahasiakan penyakitnya terhadap keluarga karena takut terjadinya
diskriminasi dan stigma negatif dalam keluarga. Petugas LKB belum ada
melakukan asuhan keperawatan kerumah pasien dan keluarga, hanya
konseling di Puskesmas Seberang Padang. Saat ditanya salah satu pasien
remaja laki-laki HIV yang berobat umur 23 tahun terdiagnosa HIV tahun
2019. Pasien mengatakan tidak mengetahui apasaja yang menjadi penyebab

Poltekkes Kemenkes Padang


7

tertular HIV, pasien mengatakan sebelumnya pernah melakukan seks bebas


tanpa kondom. Pasien mengalami keluhan mudah merasa lelah dan terkadang
nafsu makan menurun terkadang merasa ingin muntah. Pasien tampak pucat
mengatakan cemas terkadang terkait kondisinya. Pasien mengatakan untuk
berobat tidak didampingi keluarga namun keluarga sudah mengetahui terkait
penyakitnya dan keluarga menerima keadaannya saat ini. Keluarga juga tidak
mengetahui cara penularan, pencegahan, dan perawatan remaja dengan
HIV/AIDS.

Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas penulis melakukan penelitian


tentang ―Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Remaja dengan HIV/AIDS di
Puskesmas Seberang Padang Kota Padang‖.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah ―Bagaimana Penerapan Asuhan
Keperawatan Keluarga pada Remaja dengan HIV/AIDS di Wilayah Kerja
Puskesmas Seberang Padang Kota Padang ?‖

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan adalah untuk mengetahui Asuhan Keperawatan
Keluarga pada Remaja dengan HIV/AIDS di Wilayah Kerja Puskesmas
Seberang Padang Kota Padang.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan konsep dasar Asuhan Keperawatan Keluarga
pada Remaja dengan HIV/AIDS.
b. Mampu mendeskripsikan pengkajian pada Asuhan Keperawatan
Keluarga pada Remaja dengan HIV/AIDS di Wilayah Kerja
Puskesmas Seberang Padang Kota Padang.

Poltekkes Kemenkes Padang


8

c. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada Asuhan


Keperawatan Keluarga pada Remaja dengan HIV/AIDS di Wilayah
Kerja Puskesmas Seberang Padang Kota Padang.
d. Mampu mendeskripsikan intervensi keperawatan pada Asuhan
Keperawatan Keluarga Remaja pada dengan HIV/AIDS di Wilayah
Kerja Puskesmas Seberang Padang Kota Padang.
e. Mampu mendeskripsikan implementasi pada Asuhan Keperawatan
Keluarga pada Remaja dengan HIV/AIDS di Wilayah Kerja
Puskesmas Seberang Padang Kota Padang.
f. Mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan Keluarga Remaja
dengan pada HIV/AIDS di Wilayah Kerja Puskesmas Seberang
Padang Kota Padang.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah :
1. Bagi Penulis
Penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis untuk menambah
wawasan dalam mengaplikasikan Asuhan Keperawatan Keluarga Remaja
dengan HIV/AIDS di Wilayah Kerja Puskesmas Seberang Padang Kota
Padang.
2. Bagi Pelayanan Puskesmas
Penulisan ini diharapkan dapat memmberikan banyak informasi dan inivasi
baru dalam menerapkan Asuhan Keperawatan Keluarga Remaja dengan
HIV/AIDS di Wilayah Kerja Puskesmas Seberang Padang Kota Padang.
3. Bagi Institusi
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan inspirasi sekaligus sebagai
referensi dalam menerapkan Asuhan Keperawatan Keluarga Remaja
dengan HIV/AIDS di Wilayah Kerja Puskesmas Seberang Padang Kota
Padang.
4. Bagi Penulis Selanjutnya
Peulisan ini belum sempurna diharapkan dapat memberikan masukan serta
pengetahuan dan data dasar dalam penelitian selanjutnya.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Keluarga

1. Pengertian
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009,
mendefenisikan keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang
terdiri dari suami, istri, suami dan anaknya, istri dan anaknya atau ayah
dan anaknya atau ibu dan anaknya. Anak yang dimaksudkan dalam
pengertian ini yaitu anak yang belum menikah. Apabila ada anak yang
sudah menikah dan tinggal bersama suami/istri atau anak-anaknya, maka
anak tersebut dapat menjadi keluarga tersendiri (keluarga lain atau
keluarga baru) (Nies A Mary & Melanie McEwen, 2018).

Keluarga merupakan suatu lembaga dari satu (unit) terkecil dari


masyarakat, terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga seperti ini disebut
dengan rumah tangga atau keluarga inti (keluarga batin). Untuk keluarga
yang mencakup kakek dan juga nenek atau individu lain yang memiliki
hubungan darah, bahkan yang tidak memiliki hubungan darah (misalnya
pembantu rumah tangga), disebut keluarga luas (extended family)
(Kemenkes RI, 2016).

Menurut Depkes keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal
disuatu tempat dalam satu atap yang sama dan saling ketergantungan
(Harnilawati, 2013).

Dapat disimpulkan keluarga adalah bagian terkecil di dalam masyarakat


yang terdiri dari sekumpulan orang yang tinggal bersama yang memiliki
hubungan seperti perkawinan, hubungan darah atau keturunan, atau hasil
adobsi yang memiliki ketergantungan satu sama lain dan tinggal disuatu
tempat yang sama lalu dipimpin kepala keluarga.

9
Poltekkes Kemenkes Padang
10

2. Ciri-ciri keluarga
Menurut Friedman (2010) dalam Harnilawati (2013) ciri-ciri keluarga
yaitu:
1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2) Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan
hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.
3) Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama termasuk perhitungan
garis keturunan.
4) Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-
anggota berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan
dan membesarkan anak.
5) Keluarga merupakan tempat tinggal bersama dalam rumah yang sama
atau rumah tangga.

3. Fungsi Keluarga
Terdapat 5 fungsi keluarga menurut Friedman (2010) yaitu :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif merupakan suatu hubungan sosial yang bersifat positif
yang berhubungan dengan hasil kesehatan yang baik, umur panjang
dan penurunan tingkat stress (Friedman, 2010). Fungsi afektif keluarga
merupakan fungsi internal dalam keluarga yang berfungsi untuk
memberikan perlindungan dan dukungan psikososial bagi para
anggotanya termasuk pemberian kasih sayang dalam keluarga. Adanya
kenakalan remaja yang dapat menjadi penyebab penularan HIV/AIDS
dan masalah lainnya yang sering timbul dalam keluarga dapat
diakibatkan karena fungsi afektif keluarga yang tidak terpenuhi
(Pattiruhu Dkk, 2019). Salah satu bentuk fungsi afektif yaitu keluarga
memberikan kasih sayang serta mendukung remaja dan memotivasi
remaja HIV/AIDS dalam pengobatannya.
b. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi merupakan proses perkembangan atau perubahan
yang terjadi pada seseorang sebagai bentuk dari interaksi dan

Poltekkes Kemenkes Padang


11

pembelajaran dari peran sosial. Sosialisasi dimulai dari sejak lahir,


keluarga adalah tempat untuk belajar bersosialisasi (Friedman, 2010)..
Fungsi Sosialisasi sangat di perlukan bagi para remaja untuk dapat
berkomunikasi dengan lingkungan sekitar. Peranan lingkungan
terutama orang tua dan komunikasi dalam melaksanakan fungsi
sosialisasi sangat mempengaruhi dalam pembentukan perilaku masa
remaja termasuk pemantauan dari orangtua agar remaja tidak berprilaku
menyimpang. Fungsi sosialisasi yang tidak terpenuhi dapat
menyebabkan perilaku seksual pra nikah pada remaja yang menjadi
salah satu faktor risiko penularan HIV/AIDS (Pattiruhu Dkk, 2019).
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi atau
meneruskan keturunan untuk menjaga kelangsungan hidup manusia
(Friedman, 2010). Keluarga menjadi tempat untuk memperkenalkan
dan menanamkan fungsi reproduksi, penyimpangan fungsi reproduksi
dapat menjadi faktor penularan HIV/AIDS seperti melakukan
hubungan seksual pra nikah, hubungan seksual yang tidak aman, dan
hubungan seksual dengan bergonta-ganti pasangan. Keluarga dapat
melakukan pencegahan penularan pada penerus keturunan dengan
menggunakan alat kontrasepsi yang aman tertutama anggota keluarga
yang terdiagnosa HIV/AIDS (French, 2015).
d. Fungsi Ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
(Friedman, 2010). Fungsi ekomoni yang tidak terpenuhi dapat menjadi
faktor pemicu seseorang tertular HIV/AIDS yang disebabkan karena
pendapatan ekonomi yang kurang. Beberapa kasus HIV/AIDS juga
disebabkan karenan tingkat ekonomi yang tinggi karena alasan coba-
coba dalam seks, penggunaan narkotika, dan lain-lain (Susilowati,
2018).

Poltekkes Kemenkes Padang


12

e. Fungsi Perawatan Kesehatan


Fungsi perawatan kesehatan untuk mempertahankan keadaan kesehatan
setiap anggota keluarga, menyediakan makanan, pakaian dan asuhan
kesehatan/keperawatan. Kemampuan keluarga dalam asuhan
keperawatan atau pemeliharaan kesehatan akan terdampak pada status
kesehatan individu (Friedman, 2010 dalam Harnilawati, 2013).
Pencegahan penularan HIV/AIDS merupakan salah satu bentuk upaya
pencapaian fungsi perawatan kesehatan. Upaya pencegahan penularan
HIV/ AIDS dilakukan melalui upaya peningkatan peran anggota
keluarga secara bersama-sama untuk memproteksi diri (Elisanti, 2018).

4. Tipe dan bentuk keluarga


Keluarga memiliki berbagai macam tipe yang dibedakan menjadi keluarga
tradisional dan non tradisional (Widyanto, 2014) yaitu:
a. Keluarga tradisonal
1) The nuclear family (Keluarga Inti)
Merupakan tipe keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
2) The dyad family
Yaitu keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang hidup dalam
satu rumah tetapi tanpa anak.
3) Keluarga Usila
Yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan
anak sudah memisahkan diri
4) The chidless family
Yaitu keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya. Penyebabnya adalah
karena mengejar karir atau pendidikan yang terjadi pada wanita.
5) The extended family (Keluarga besar)
Yaitu keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama
dalam satu rumah seperti nuclear family disertai paman, bibi, orang
tua (kakek dan nenek), keponakan, dan lain sebagainya.

Poltekkes Kemenkes Padang


13

6) The single parent family (Keluarga duda atau janda)


Yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua bisa ayah atau ibu.
Penyebabnya dapat terjadi karena proses perceraian, kematian atau
bahkan ditinggalkan.
7) Commuter family
Yaitu keluarga dengan kedua orang tua bekerja dikota yang
berbeda, tetapi setiap akhir pekan semua anggota keluarga dapat
berkumpul bersama di salah satu kota yang menjadi tempat tinggal.
8) Multigeneration family
Yaitu keluarga dengan generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah.
9) Kin-network family
Yaitu keluarga dengan beberapa keluarga inti tinggal dalam satu
rumah atau saling berdekatan dan menggunakan barang-barang
serta pelayanan bersama. Seperti menggunakan dapur, kamar
mandi, televisi, atau telepon bersama.
10) Blended family
Yaitu keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
11) The single adult living alonel adult family
Yaitu keluarga yang terdiri dari oraang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihannya atau perpisahan (separasi)
b. Keluarga Non Tradisional
1) The unmarried teenage mother
Yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua terutama ibu dan anak
dari hubungan tanpa nikah.
2) The stepparent family
Yaitu keluarga dengan orangtua tiri
3) Commune family
Yaitu keluarga dengan beberapa pasangan keluarga dengan
anaknya yang tidak memiliki hubungan saudara, hidup bersama
dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman

Poltekkes Kemenkes Padang


14

yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau


membesarkan anak bersama.
4) The nonmarital heterosexsual cohabiting family
Yaitu keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan. Tipe keluarga ini berisiko terjadinya penyakit
menular seperti HIV/AIDS.
5) Gay and lesbian families
Yaitu keluarga dengan seseorang yang mempunyai persamaan jenis
kelamin yang hidup bersama sebagaimana pasangan suami-istri
(marital patners). Masalah kesehatan yang lebih rentan muncul
pada seks anal, misalnya penularan penyakit menluar seksual
seperti HIV serta kanker anus. Seks anal banyak ditemukan pada
kelompok lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL)
(BKKBN, 2019).
6) Cohabitating couple
Yaitu keluarga dengan beberapa orang dewasa yang hidup bersama
diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
7) Group-marriage family
Yaitu keluarga dengan beberapa orang dewasa yang menggunakan
alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah,
berbagi sesuatu, termasuk seksual dan membesarkan anaknya.
8) Group network family
Yaitu keluarga inti dibatasi aturan atau nilai-nilai, hidup berdekatan
satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah
tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan
anaknya.
9) Foster family
Yaitu keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga atau saudara untuk waktu sementara.

Poltekkes Kemenkes Padang


15

10) Homeless family


Yaitu keluarga yang berbentuk tanpa perlindungan yang permanen
karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekomoni
dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang
Yaitu sebuah keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosioal dan keluarga yang mempunyai perhatian,
tetai berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupannya.

5. Struktur Keluarga
Menurut Friedman (2010) dalam Harnilawati (2013) struktur keluarga
sebagai berikut :
1) Pola Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan
secara jujur, terbuka, tidak melibatkan emosi, konflik selesai dan ada
hierarki kekuatan (Friedman, 2010 dalam Harnilawati, 2013). Banyak
orangtua yang mengalami kesulitan berkomunikasi dengan anak remaja
hal ini diakibatkan karena sedang pada tahap pencarian identitas diri,
pengembangan, dan coba-coba akan hal baru. Pola komunikasi antara
remaja dan orangtua yang tidak berfungsi dapat menyebabkan
timbulnya ketegangan yang menyebabkan hubungan renggang.
Komunikasi yang tidak baik tersebut membuat remaja lebih memilih
untuk bergaul dan berbagi cerita dengan teman sebayanya yang ia
yakini bahwa teman sebayanya lebih mengerti dirinya dan selalu ada
untuknya dibandingkan dengan orangtuanya. Namun, tidak semua
teman sebaya memiliki perilaku yang baik sehingga remaja sering kali
terjerumus ke dalam pergaulan bebas yang menjadi faktor pemicu
HIV/AIDS (Surbakti, 2018).
2) Struktur peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa

Poltekkes Kemenkes Padang


16

bersifat formal atau informal. Posisi merupakan status individu dalam


masyarakat misalnya status sebagai suami/istri. Peran didalam keluarga
harus sesuai posisi sosial. Misalnya pencari nafkah adalah peran ayah.
3) Struktur kekuatan
Struktur kekuatan merupakan kemampuan individu untuk mengontrol,
memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak (reward
power), paksa (coercive power), dan affektif power (Friedman, 2010
dalam Harnilawati, 2013). Keluarga berfungsi untuk mengontrol dan
mengubah perilaku remaja untuk menghindari terjadinya
penyimpangan perilaku berisiko dan kenakalan pada remaja dari
penularan HIV/AIDS (Novieastari Dkk, 2020).
4) Struktur nilai dan norma.
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota
keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola
perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu lingkungan
keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga (Friedman, 2010
dalam Harnilawati, 2013). Budaya yang tidak sesuai dengan norma dan
nilai seperti mengikuti budaya barat yang memandang seksualitas
sebagai sesuatu yang wajar menyebabkan penularan HIV/AIDS
(Irwan, 2018).

6. Tahap Perkembangan Keluarga


Menurut Friedman (2010) perkembangan keluarga merupakan proses
perubahan yang terjadi pada sistem keluarga yang mencakup perubahan
pola interaksi dan hubungan antar anggotanya di sepanjang waktu
(Widyanto, 2014). Tahap perkembangan keluarga yaitu :
a. Keluarga baru menikah
Tahap ini dumulai saat masing-masing individu baik laki-laki dan
perempuan membentuk keluarga melalui pernikahan yang sah dan
meninggalkan keluarganya masing-masing. Tugas perkembangan
utama pada tahap ini yaitu :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan.

Poltekkes Kemenkes Padang


17

2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok


sosial.
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak.
b. Keluarga dengan anak baru lahir (child bearing)
Tahap ini dimulai dari kehamilan sampai dengan kelahiran anak
pertama dan berlanjut sampai anak berusia 30 bulan. Tugas
perkembangan (utama) pada tahap ini yaitu :
1) Mempersiapkan mejadi orang tua
2) Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga, interaksi
keluarga, hubungan seksual dan kegiatan keluarga
3) Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan
pasangannya.
c. Keluarga dengan anak usia pra sekolah
Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir
saat anak pertama berusia 5 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini
yaitu :
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga misalnya tempat tinggal,
privasi dan rasa aman
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan adanya anak yang baru lahir, sementara
kebutuhan anak yang lain atau yang lebih tua juga harus dapat
terpenuhi
4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam ataupun di
luar keluarga
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7) Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi tumbuh
kembang anak
d. Keluarga dengan anak usia sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah usia 6 tahun dan berakhir
pada usia 12 tahun. Tugas perkembangan utama pada tahap ini yaitu :

Poltekkes Kemenkes Padang


18

1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah,


sekolah, dan lingkungan lebih luas
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat, termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan anggota keluarga
e. Keluarga dengan anak remaja
Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir 6
sampai 7 tahun kemudian. Tugas perkembangan pada tahap ini yaitu :
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja adalah seorang dewasa muda yang mulai
memiliki otonomi.
2) Mempertahankan hubungan inti dalam keluarga.
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua
untuk menghindari terjadinya perdebatan, kecurigaan, dan
permusuhan.
4) Mempersiapakan perubahan sistem peran dan peraturan keluarga
untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
Pada tahap keluarga dengan anak remaja memilik permasalahan
prioritas kesehatan reproduksi pada remaja yaitu kehamilan tidak
dikehendaki, kehamilan dan persalinan usia muda, masalah PMS
(Premstrual Syndrome), penyakit infeksi menular HIV/AIDS, dan
tindakan kekerasan seksual (Erna, 2014).
f. Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa
Tahap ini dimulai saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir
saat anak terakhir meninggalkan rumah. Tugas tahap ini yaitu :
1) Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga
besar
2) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di
masyarakat
3) Mempertahankan keintiman pasangan
4) Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan rumah tangga.

Poltekkes Kemenkes Padang


19

g. Keluarga usia pertengahan


Tahap ini dumulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Tugas
perkembangan pada tahap ini yaitu :
1) Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia
pertengahan
2) Mempertahankan hubungan serasi dan memuaskan dengan anak-
anaknya dan teman sebaya
3) Meningkatkan keakraban pasangan
h. Keluarga usia tua
Tahap ini dimulai saat salah seorang pensiun, berlanjut salah satu
pasangan meninggal sampai keduannya meninggal. Tugas
perkembangan tahap ini yaiu :
1) Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling
menyenangkan pasangannya
2) Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi seperti kehilangan
pasangan, kekuatan fisik dan penghasilan keluarga
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat
4) Melakukan life review masa lalu

7. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan


Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas
dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Menurut
Friedman (2010) dalam Harnilawati (2013) membagi 5 tugas keluarga
dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan yaitu :
1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka
apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan
terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar
perubahannya (Friedman, 2010). Keluaga mampu mengenal

Poltekkes Kemenkes Padang


20

permasalahan kesehatan HIV/AIDS yang dialami anggota keluarganya


yang itu pada anak remaja dengan HIV/AIDS.
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa di antara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera
melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat
dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan
dan meminta bantuan orang lain disekitar keluarga (Friedman, 2010).
Keluarga mampu mengambil keputusan tindakan keperawatan yang
tepat agar masalah kesehatan anggota keluarga yaitu remaja dengan
HIV/AIDS dapat dikurangi atau teratasi. Pemberian perawatan dan
pengobatan HIV/AIDS pada anak secara komprehensif, memerlukan
keterlibatan penuh dari keluarga. perawatan bertujuan untuk
mengurangi hambatan dalam sistem pelayanan kesehatan, mengurangi
dampak HIV keluarga yang berisiko tertular, mendukung kepatuhan
terhadap pengobatan dan memahami peran keluarga dalam pencegahan
HIV (Ernawati Dkk, 2013).
3) Memberikan keperawatan anggotanya
Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usia yang terlalu
muda. Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga
memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama
atau ke pelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar
masalah yang lebih parah tidak terjadi (Friedman, 2010). Keluarga
mampu memberikan perawatan kesehatan sesuai keputusan yang
diambil untuk mengatasi permasalah kesehatan anggota keluarga yaitu
remaja dengan HIV/AIDS. Anak-anak yang terinfeksi HIV/AIDS
mempunyai kebutuhan perawatan kesehatan khusus.Mereka berisiko
terpapar pada penyakit fisik kronis sehingga kebutuhan perawatan

Poltekkes Kemenkes Padang


21

diarahkan untuk mencegah infeksi oportunistik dan meningkatkan daya


tahan tubuh terhadap virus, kepatuhan terhadap pengobatan dan
konsekuensi psikososial dari pengobatan ART jangka panjang.
Perawatan, dukungan dan pengobatan penderita HIV/AIDS sangat erat
kaitannya dengan upaya pencegahan. Meningkatkan dukungan dan
perawatan terbukti sangat menunjang keberhasilan upaya
pencegahan.Dengan memberikan perhatian yang cukup pada dukungan
dan perawatan, ketakutan yang berlebihan terhadap stigma dan
diskriminasi dapat dikikis dalam masyarakat (baik yang terinfeksi
maupun yang tidak) rasa aman dan nyaman timbul pada penderita dan
dengan demikian HIV/AIDS mulai diterima di masyarakat (Ernawati
Dkk, 2013).
4) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
Keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk menunjang
kesehatan dan pengobatan anggota keluarga yang sedang sakit yaitu
remaja dengan HIV/AIDS dengan menciptakan lingkungan yang
nyaman untuk mengurangi stressor yang dialami remaja.
5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).
Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan dan dapat memilih
fasilitas kesehatan yang diinginkan untuk mengatasi masalah kesehatan
anggota keluarga yaitu remaja dengan HIV/AIDS. Keluarga
memberikan fasilitas yang baik terhadap anggota keluarga yang sakit
dengan memberikan kelayakan selama menjalankan pengobatan
seperti mendampingi remaja, memotivasi remaja untuk melakukan
kunjungan rutin untuk mendapatkan pengobatan yang tepat yaitu ARV
(Rahmaniyar Dkk, 2018).

Poltekkes Kemenkes Padang


22

8. Peran Perawat Keluarga


Perawat memiliki peran dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga
yaitu :
1) Pengenal kesehatan (health monitor)
Perawat berperan dalam membantu keluarga untuk mengenal
penyimpangan dari keadaan normal tentang kesehatannya dengan
menganalisi data secara objektif serta membuat keluarga menyadari
akan akibat masalah tersebut dalam perkembangan keluarga (Padila,
2012). Perawat membantu keluarga dalam mengenal dan memahami
masalah kesehatan yang dialami remaja yaitu HIV/AIDS dengan
memberikan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan keluarga.
2) Pemberi pelayanan pada anggota keluarga yang sakit
Peran perawat memberikan asuhan keperawatan kepada anggota
keluarga yang sakit (Padila, 2012). Perawat berperan untuk
memberikan asuhan keperawatan keluarga pada remaja dengan
HIV/AIDS bersama keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan yang
dialalmi keluarga.
3) Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga
Peran perawat dalam mengkoordinir pelayanan kesehatan keluarga
secara berkelompok dan individu (Padila, 2012). Perawat
berkolaborasi dengan petugas kesehatan dalam pemberian asuhan
keperawatan HIV/AIDS seperti kolaborasi pemebrian obat ARV.
4) Fasilitator
Perawat menjadi fasilitator dengan cara menjadikan pelayanan
kesehatan itu mudah dijangkau oleh keluarga dan membantu
mencarikan jalan pemecahannya (Padila, 2012). Perawat memberikan
asuhan keperawatan keluarga dan membantu keluarga dalam
menjalankan tugas kesehatan keluarga pada anggota keluarga yang
sakit yaitu remaja dengan HIV/AIDS.

Poltekkes Kemenkes Padang


23

5) Pendidikan kesehatan
Merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku
sehat (Padila, 2012). Memberikan penkes untuk mengatasi permasalah
kesehatan keluarga dengan remaja HIV/AIDS.
6) Penyuluh dan konsultan
Perawat dapat berperan dalam memberikan pentunjuk tentang asuhan
keperawatan keluarga (Padila, 2012) Melakukan penyuluhan dan
menjadi tempat konsultasi keluarga terhadap masalah dan tindakan
keperawatan yang akan diberikan pada anggota keluarga remaja
dengan HIV/AIDS.

9. Tingkat Kemandirian Keluarga


Tingkat kemandirian keluarga di Indonesia dibagi menjadi empat
tingkatan. Tingkat kemandirian ini didasarkan pada kemampuan keluarga
dalam menerima petugas kesehatan, mengenali masalah kesehatan yang
terjadi pada keluarga, dan melaksanakan upaya-upaya secara mandiri
dalam bidang kesehatan (Depkes, 2006 dalam Suswanti, 2018). Tingkat
kemandirian keluarga yaitu :
1) Keluarga Mandiri 1 (KM-I)
a. Menerima petugas perawat kesehatan komunitas
b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencanan keperawatan.
2) Keluarga Mandiri Tingkat II (KM-II)
a. Menerima petugas perawat kesehatan komunitas
b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencanan keperawatan
c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar.
d. Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan.
3) Keluarga Mandiri Tingkat III (KM-III)
a. Menerima petugas perawat kesehatan komunitas
b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencanan keperawatan

Poltekkes Kemenkes Padang


24

c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar


d. Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan.
4) Keluarga Mandiri Tingkat IV (KM-IV)
a. Menerima petugas perawat kesehatan komunitas
b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencanan keperawatan
c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
d. Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan
e. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif.

B. Konsep Remaja

1. Pengertian Remaja
Remaja atau adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yaitu berarti
tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan
hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis.
Batas usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut
Depkes RI antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Masa remaja
adalah masa transisi yang ditandai dengan perubahan fisik, emosi, dan
psikis. Masa remaja merupakan suatu periode masa pematangan organ
reproduksi manusia dan seiring disebut masa pubertas. Masa remaja
adalah periode peralihan dari anak ke masa dewasa (Ahmad, 2020).

Menurut World Health Organization (WHO) remaja merupakan mereka


yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth) untuk
usia 15 sampai dengan 24 tahun. Menurut Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), rentang usia remaja adalah 10
sampai 24 tahun serta belum menikah ( BKKBN, 2019).

Poltekkes Kemenkes Padang


25

2. Tahap Perkembangan Remaja


Tahap perkembangan remaja dibagi menjadi tiga kelompok dengan
karakteristik yang khas di masing-masing tahapannya yaitu :
1) Tahap remaja awal (early adolescene)
Remaja awal berlangsung pada usia 11-13 tahun, pada tahapan ini
remaja lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya secara seksual
ditandai dengan adanya perubahan pada tubuhnya. Selain itu remaja
akan merasa cemas dan timbul banyak pertanyaan mengenai
perubahan yang terjadi (Wirenviona, 2020).
2) Remaja pertengahan (middle edolescence)
Usia 14-17 tahun merupakan tahapan pertengahan remaja. Biasnaya
remaja mencari identitas diri, timbul ketertarikan dengan lawan jenis.
Remaja pada masa ini cenderung berprilaku agresif ditandai dengan
emosi yang berlebihan dalam merespon kejadian. Faktor perilaku
agresif remaja umumnya dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti
orangtua, teman, dan lingkungan sekitar, akibat adanya penolakan
karena merasa dirinya bukan seperti anak-anak lagi, dan berharap
memperoleh kebebasan eosional dari orang tua (Wirenviona, 2020).
3) Remaja akhir (late adolescence)
Masa remaja akhir biasanya pada usia 18-21 tahun. Remaja akhir
disebut juga dengan dewasa muda karena mulai meninggalkan dunia
kanak-kanank. Pada masa ini remaja lebih selektif dalam mencari
teman sebaya, mempunyai citra tubuh terhadap dirinya sendiri, dapat
mewujudkan rasa cinta, dan belajar menyesuaikan diri dengan norma-
norma yang berlaku. Remaja akan mulai merasakan beban dan
tanggung jawab terhadap dirinya. Remaja masih berlatih mengambil
keputusan dan apabila keputusan yang diambil tidak tepat remaja akan
jatuh ke dalam perilaku yang berisiko dan harus menanggung akibat
jangka pendek dan jangka panjang dalam berbagai masalah kesehatan
fisik dan psikososial (Wirenviona, 2020).

Poltekkes Kemenkes Padang


26

3. Perkembangan dan Pertumbuhan Pada Remaja


Perkembangan dan pertumbuhan fisik pada masa remaja seringkali
menimbulkan kejutan pada diri remaja. Ketertarikan yang disebabkan
adanya perkembangan hormon ditandai terjadinya mimpi basah pada
remaja pria dan remaja perempuan perkembangan hormon yang dialami
menyebabkan remaja mulai mengalami menstruasi (Yulrina, 2015)
1) Perubahan fisik
Masa remaja, ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, yang
menyangkut perubahan ukuran tubuh, perubahan proposisi tubuh,
perkembangan ciri-ciri seks primer, dan perkembangan ciri-ciri seks
sekunder. Pertumbuhan yang terjadi pada fisik remaja ditandai dengan
perubahan-perubahan fisik internal dan eksternal (Yulrina, 2015).
a. Perubahan internal
Perubahan internal merupakan perubahan yang terjadi dalam organ
tubuh remaja, perubahan ini nantinya akan mempengaruhi kepribadian
remaja. Perubahan tersebut yaitu :
a) Sistem pencernaan
Pada sistem pencernaan remaja akan mengalami perkembangan
pada ukuran usus bertambah panjang dan bertambah besar, otot-
otot di perut dan dinding-dinding usus menjadi lebih tebal dan kuat,
hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah panjang.
b) Sistem peredaran darah
Pada masa remaja jantung akan tumbuh pesat, pada usia 17-18
tahun, berat jantung dua belas kali lebih berat pada waktu lahir.
c) Sistem pernafasan
Kapasitas paru-paru anak perempuan hampir matang pada usia 17
tahun, sedangkan remaja laki-laki mencapai tingkat kematangan 1-2
tahun setelah remaja perempuan.
d) Sistem endokrin
Kelenjar kelamin yang meningkat pada masa remaja menyebabkan
ketidakseimbangan sementara dari seluruh sistem kelamin pada
masa awal remaja. Kelenjar-kelenjar seks berkembang pesat dan

Poltekkes Kemenkes Padang


27

berfungsi, meskipun belum mencapai ukuran yang matang sampai


akhir masa remaja atau masa dewasa muda.
e) Jaringan tubuh
Pada usia 18 tahun perkembangan kerangka pada remaja mencapai
ukuran yang matang. Jaringan sistem tulang, khususnya
perkembangan otot.
b. Perubahan eksternal
Menurut Yulrina (2015) perubahan dalam tubuh seorang remaja terjadi
sangat cepat, perubahan yang terjadi dapat dilihat pada fisik luar
remaja. Perubahan tersebut yaitu :
a) Tinggi badan
Remaja perempuan rata-rata mencapai tinggi yang matang pada usia
antara 17-18 tahun, untuk remaja laki-laki kira-kira setahun
setelahnya. Perubahan tinggi badan pada remaja terjadi akibat
hormon dan juga dipengaruhi asupan nutrisi yang cukup.
b) Berat badan
Perubahan berat badan juga diikuti dengan perkembangan tinggi
badan pada remaja. Ketidakseimbangan perubahan berat badan dan
tinggi badan menimbulkan katidakidealan masa tubuh pada remaja.
c) Proporsi tubuh
Perkembangan pertumbuhan anggota tubuh pada remaja akan
mencapai tingkat kematangan dan membentuk proporsi tubuh.
d) Ciri-ciri seks primer dan sekunder
Pada remaja organ reproduksi akan mencapai ukuran matang pada
akhir masa remaja. Ciri-ciri seks sekunder yang utama pada laki-laki
dengan adanya pertumbuhan kumis dan perempuan ditandai dengan
membesarnya payudara.

4. Karakteristik Perkembangan Remaja


Menurut Ali (2012) membagi karakteristik perkembangan sifat remaja
sebagai berikut yaitu :
1) Kegelisahan

Poltekkes Kemenkes Padang


28

Perkembangan masa remaja diiringi dengan banyaknya keinginan dan


angan-angan yang ingin diwujudkan di masa depan. Angan-angan
yang belum memadai sehingga remaja dihampiri perasaan gelisah.
2) Pertentangan
Remaja seringkali mengalami kebingungan akibat pertentangan antara
diri sendiri dan orangtua, pertentangan yang terjadi menimbulkan
kebingungan dalam diri remaja tersebut.
3) Mengkhayal
Mengkhayal merupakan keinginan atau membayangkan sesuatu dalam
dunia fantasi. Tidak semua khayalan remaja bersifat negatif, khayalan
juga dapat bersifat positif seperti menimbulkan ide-ide tertentu dapat
direalisasikan menjadi kenyataan yang bersifat positif.
4) Aktivitas berkelompok
Kebanyakan remaja mencari jalan keluar dari kesulitan yang sedang
dialami dengan berkumpul bersama teman. Adanya berbagai larangan
dari orangtua menimbulkan kekecewaan remaja dan menyebabkan
patahnya semangat remaja. Mereka akan melakukan kegiatan
berkelompok sehingga berbagai kendala dapat mereka atasi bersama.
5) Keinginan mencoba segala sesuatu
Remaja rata-rata memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Karena rasa ini
remaja cenderung ingin berpetualangan, menjelajahi segala sesuatu,
dan ingin mencoba sesuatu yang baru (Ali, 2012). Mencoba sesuatu
yang baru yang dapat meyebabkan perilaku menyimpang seperti
melakukan seksual pra nikah, tindik dan tato, mengikuti trend dan
ajakan teman yang menjerumuskan remaja kekenakalan remaja.

5. Masalah Kesehatan Remaja


Masalah yang menonjol dikalangan remaja yaitu permasalahan seputar
TRIAD KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS serta Napza) yaitu :
a. Seksualitas
Seksualitas berhubungan dengan hubungan seksual yang dapat
menyebabkan IMS (Infeksi Menular Seksual) ditularkan dari orang ke

Poltekkes Kemenkes Padang


29

orang lain melalui hubungan seksual atau kontak alat kelamin


(BKKBN, 2019).
1) Hubungan seksual sebelum menikah atau seks pra nikah
Hubungan seks sebelum menikah perlu dihindari karena beresiko akan
terjadinya kehamilan. Bila kehamilan terjadi namun remaja tidak siap,
akan beresiko menjadi kehamilan tidak diinginkan (KTD).
2) Hubungan seksual dengan lebih dari satu pasangan
Hubungan seksual lebih dari satu pasangan atau pasangan yang tidak
tetap meningkatkan risiko terjadinya penularan HIV/AIDS,
dikarenakan remaja tidak mengetahui riwayat kesehatan pasangan
seksual tersebut.
3) Hubungan seksual di usia yang terlalu muda
Risiko kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja yang memulai
hubungan seksual di usia yang lebih muda, khususnya dibawah 15
tahun. Dimasa awal remaja organ dan alat reproduksi belum
berkembang sempurna dan kehamilan bisa jadi sangat berbahaya.
4) Hubungan seksual transaksional
Hubungan yang dilakukan untuk mendapat imbalan berisiko membawa
dampak negatif bagi kesejahteraan seseorang.
5) Hubungan seksul lewat anus
Masalah kesehatan yang lebih rentan muncul pada seks anal, misalnya
penularan penyakit menluar seksual seperti HIV. Seks anal banyak
ditemukan pada kelompok lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki.
6) Kehamilan tidak diinginkan (KTD)
KTD pada remaja terjadi karena ketidaktahuan atau minimnya
pengetahuan tentang perilaku seksual yang dapat menyebabkan
kehamilan.
b. HIV/AIDS
HIV merusak sistem kekebalan tubuh dan AIDS terjadi bila tubuh tidak
dapat lagi melawan infeksi karena perkembangan HIV(BKKBN, 2019).
c. NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan zat/bahan adiktif lainnya)

Poltekkes Kemenkes Padang


30

C. Konsep HIV/AIDS

1. Pengertian HIV/AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah penyakit yang menyerang
sel-sel kekebalan tubuh yang meliputi infeksi primer, dengan atau tanpa
sindrom akut, stadium asimtomatik, hingga stadium lanjut. Acquired
Imumunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala atau
penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat
infeksi oleh virus HIV dan merupakan tahap terakhir dari infeksi HIV
(Hidayati, 2019).

HIV atau Human Immunodeficiency Virus yaitu virus yang menyerang sel
darah putih (limfosit) di dalam tubuh manusia. Limfosit (sel darah putih)
berfungsi membantu melawan penyakit yang masuk ke dalam tubuh. HIV
menyerang sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan AIDS. HIV masuk
keluarga retro virus dengan menginfeksi RNA menjadi DNA yang
menyatu dalam DNA sel manusia dengan membentuk pro virus dan
kemudian melakukan replikasi (Elisanti, 2018).

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan


Acquired Imumunodeficiency Syndrome (AIDS). HIV dan AIDS
merupakan suatu spektrum dari penyakit infeksi menyerang sistem imun
sehingga menyebabkan imunodefisiensi. Acquired Imumunodeficiency
Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala berkurangnya kemampuan
mempertahankan diri yang disebabkan oleh virus HIV. Orang yang
terinfeksi HIV dan AIDS selanjutnya dikenal dengan ODHA (Orang
dengan HIV dan AIDS (Daili, 2018).

2. Etiologi HIV/AIDS
Etiologi penyebab HIV/AIDS adalah Human Immunodeficiency Virus
(HIV) adalah golongan virus retro. HIV pertama kali ditemukan pada
tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di
Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2

Poltekkes Kemenkes Padang


31

dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkan dengan HIV-1.


Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV. Retrovirus ini yang
menjangkit sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4
positive T-sel dan macrophages komponen-komponen utama sistem
kekebalan sel) menghancurkan atau mengganggu fungsi sel. Infeksi virus
ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus
menerus (Erna, 2014).

3. Manifestasi Klinik
Infeksi HIV tidak langsung memperlihatkan tanda atau gejala tertentu
dalam waktu dekat setelah terinfeksi (Hidayati, 2019) .Dalam perjalannya,
infeksi HIV dapat melalui 3 fase klinis yaitu :
1) Tahap 1 (infeksi akut)
Dalam 2 sampai 6 minggu setelah terinfeksi HIV mungkin seseorang
akan mengalami penyakit seperti flu yang dapat berlangsung selama
beberapa minggu. Hal ini merupakan respon alami tubuh terhadap
infeksi. Setelah HIV menginfeksi sel target, yang terjadi adalah proses
replikasi menghasilkan berjuta-juta virus baru (virion), terjadi viremia
yang memicu sindrom infeksi akut dengan gejala yang mirip sindrom
seperti flu. Gejala yang dapat terjadi berupa demam, nyeri menelan,
pembengkan kelenjer getah bening, ruam, diare, nyeri otot dan sendi,
atau batuk (Hidayati, 2019).
2) Tahap 2 (infeksi laten)
Setelah infeksi akut pada tahap 1, dimulainya infeksi asimtomatik
(tanpa gejala), yang berlangsung biasanya selama 8-10 tahun.
Pembentukan respons imun spesifik HIV dan terperangkapnya virus
dalam sel dendritik folikuler di pusat graminatium kelenjar limfe
menyebabkan virion dapat dikendalikan, gejala hilang dan mulai
memasuki fase laten. Meskipun pada fase ini virion di plasma
menurun, replikasi tetap terjadi di dalam kelenjar limfe dan jumlah
limfosit T-CD4 perlahan menurun walaupun belum menunjukkan
gejala (asimtomatis). Beberapa pasien dapat menderita sarkoma

Poltekkes Kemenkes Padang


32

Kaposi’s, Herpes zoster, Herpes simpleks, sinusitis bakterial atau


pneumonia yang mungkin berlangsung tidak lama (Hidayati, 2019).
3) Tahap 3 (infeksi kronis)
Sekelompok kecil orang dapat menunjukkan perjalanan penyakit
sangat cepat dalam waktu 2 tahun, dan ada pula yang perjalannya
lambat (non-progressor). Akibat replikasi virus yang diikuti kerusakan
dan kematian sel dendritik folikuler karena banyaknya virus, fungsi
kelenjar limfe sebagai perangkap virus menurun dan virus dicurahkan
kedalam darah. Saat ini terjadi respon imun sudah tidak mampu
meredam jumlah virion yang berlebihan tersebut. Limfosit T-CD4
semakin tertekan oleh karena intervensi HIV yang semakin banyak,
dan jumlahnya dapat menurun hingga di bawah 200 sel/mm3.
Penurunan limfosit T ini mengakibatkan sistem imun menurun dan
pasien semakin rentan terhadap berbagai penyakit infeksi sekunder,
dan akhirnya pasien jatuh pada kondisi AIDS (Hidayati, 2019).

Menurut Kemenkes RI (2012) dalam Hidayati (2019) gejala klinis


terinfeksi HIV adalah
1) Keadaan umum, yakni kehilangan berat badan > 10% dari berat badan
dasar, demam (terus menerus atau intermiten, temperatur > 37,5 oral)
yang lebih dari satu bulan, diare (terus menerus atau intermiten) yang
lebih dari satu bulan, limfadenopati meluas.
2) Kulit, didapatkan prurutic papular eruption dan kulit kering yang luas,
merupakan dugaan kuat terinfeksi HIV. Beberapa kelainan kulit
seperti genital warts, folikulitis, dan psoriasis sering terjadi pada
ODHA tapi tidak selalu terkait dengan HIV.
3) Infeksi jamur ditemukan kandidiasis oral, dermatitis seboroik, atau
kandidiasis vaginan berlubang.
4) Infeksi viral dengan ditemukan herpes zoster (berulang atau
melibatkan lebih dari satu dermatom), herpes genital berulang,
moluskum kontangiosum, atau kondiloma.

Poltekkes Kemenkes Padang


33

5) Gangguan pernafasan dapat berupa batuk lebih dari satu bulan, sesak
nafas, tuberkulosis, pneumonia berulang, sinusitis kronis atau berulang
6) Gejala neurologis dapat berupa nyeri kepala yang semakin parah (terus
menerus dan tidak jelas penyebabnya), kejang demam atau
menurunnya fungsi kognitif.

4. Patofisiologi HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan menyebabkan timbulnya
AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang
bertugas sebagai penghalang terjadinyal infeksi. Sel darah putih tersebut
terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda
yang berada di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4
dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau
limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke
tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4
berkisar antara 1400-1500. Sedangkan ada orang dengan sistem kekebalan
terganggu misalnya pada orang terinfeksi HIV nilai CD4 semakin lama
akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol)
(Hidayati, 2019).

HIV masuk kedalam tubuh manusia melalui berbagai cara, yaitu secara
vertikal, horizontal dan seksual. HIV dapat mencapai sirkulasi sistemik
secara langsung dengan diperantarai benda tajam yang mampu menembus
dinding pembuluh darah atau secara tidak langsung melalui kulit dan
mukosa yang tidak intak seperti yang terjadi pada kontak seksual. Setelah
sampai dalam sirkulasi sistemik, 4-11 hari sejak terpapar virus HIV dapat
terdeteksi didalam darah (Nasronudin, 2020).

Setelah masuk dalam sirkulasi sistemik manusia, sel target utama dari HIV
adalah sel yang mampu mengakses reseptor spesifik CD4, seperti monosit-
makrofag, limfosit, sel dendritik, astrosit, mikroglia, Langerhan’s yang

Poltekkes Kemenkes Padang


34

kebanyakan terdapat dalam sistem imun manusia. Bila virus ini berhasil
memasuki sel target akan terjadi interaksi gp120 dengan CD4 merupakan
Sel darah putih berperan penting dalam memerangi infeksi. Gp120
glikoprotein yang berada di permukaan selubung virus HIV. Gp120
memiliki peran penting dalam masuknya virus HIV ke dalam sel inang,
karena fungsinya mengikat reseptor-reseptor tertentu di permukaan sel.
Interaksi gp120 dengan CD4, dan kemudian atas peran protein
transmembran gp120 akan terjadi fusi membran virus dan membran sel
target. Proses selanjutnya diteruskan melalui peran enzim reverse
transcriptase dan integrase serta protease untuk mendukung proses
replikasi (Nasronudin, 2020).

Replikasi dimungkinkan melalui enzim reverse transcriptase, diawali oleh


transkripsi terbalik RNA genomik ke DNA. DNA yang terbentuk
berintegrasi ke genom sel manusia yang kemudian menjadi proviral DNA.
Secara perlahan sel target HIV yakni limfosit T akan tertekan dan semakin
menurun. Penurunan limfosit T dan CD4 menyebabkan penurunan sistem
imun sehingga pertahanan individu terhadap mikroorganisme patogen
menjadi lemah dah meningkatkan risiko terjadi infeksi sekunder sehingga
masuk ke stadium AIDS (Nasronudin, 2020).

Menurunnya sistem imun semakin lama akan memperburuk kekebalan


tubuh, akibatnya virus HIV mulai menampakkan gejala akibat infeksi
oportunistik seperti berat badan mengalami penurunan, demam lama, rasa
lemah, pembesaran kelenjar getah bening, diare, tuberkulosis, infeksi
jamur, herpes, dan lain-lain. Sekitar 50% dari semua orang terinfeksi HIV,
50% berkembang masuk dalam tahap AIDS sesudah 10 tahun, dan
sesudah 13 tahun, hampir semua menunjukkan gejala AIDS dan
menyebabkan kematian (Nasronudin, 2020).

Poltekkes Kemenkes Padang


35

5. Faktor Resiko Terinfeksi HIV/AIDS


Menurut Nasronudin (2020) faktor risiko epidemiologis infeksi HIV yaitu :
1) Perilaku berisiko tinggi
a. Hubungan seksual dengan pasangan berisiko tinggi tanpa
penggunaan kondom.
b. Pengguna narkotika intravena, terutama bila pemakaian jarum
secara bersama tanpa sterilisasi yang memadai.
c. Hubungan seksual yang tidak aman (multipartner, pasangan seks
individu terpapar HIV, kontak seks per anal).
2) Mempunyai riwayat infeksi menular seksual.
3) Riwayat menerima transfusi darah berulang tanpa tes penapisan.
4) Riwayat perlukaan kulit, tato, tindik, atau sirkumsisi dengan alat yang
tidak disterilisasi.

Menurut French ( 2015) penularan virus HIV/AIDS melalui transmisi


yaitu:
a. Kontak seksual
Sebagai besar infeksi HIV terjadi melalui hubungan intim tanpa
pelindung. HIV terdapat pada semen, pre-cum, caira vagina, dan darah
haid. HIV dapat berpindah dari satu orang ke orang lain melalui kontak
dengan membran mukosa.
b. Kontak darah dengan darah
Virus HIV terdapat dalam darah, setiap kontak dengan darah yang
terinfeksi HIV akan berpotensi menyebakan penularan. Metode infeksi
yang paling umum adalah berbagi pelaratan injeksi diatara obat
terlarang yang diinjeksikan.
c. Transmisi ibu ke anak
HIV dapat ditularkan melalui penularan parental, baik sebelum atau
selama pelahiran atau menyusui. Semua ibu hamil ditawarkan untuk
melalui pemeriksaan HIV, jika positif HIV selama kehamilan,
medikasi dapat diberikan kepada ibu agar janin dapat mengurangi
resiko terpapar HIV (French, 2015).

Poltekkes Kemenkes Padang


36

6. WOC
Human Immunodeficiency Virus

Transmisi seksual, darah kedarah, parental Defisit Pengetahuan

Masuk Ke dalam tubuh


Interaksi gp120 dengan sel target Mengikat Reseptor CD4

Terjadi Replikasi Virus HIV


Resiko Infeksi Perubahan Status Kesehatan Ansieta
Limfosit T tertekan terjadi penurunan
AIDS
Manajemen Kesehatan Keluarga Resiko Harga
Sistem Imun Menurun Tidak Efektif Diri Rendah
Infeksi Opportunistik

Sistem Integumen Sistem Respirasi Sistem Gastrointestinal Sistem Neurologi Sistem Reproduksi
Infeksi Jamur, Herpez Infeksi Paru Infeksi jamur Peristaltik Infeksi jamur criptococcus Candidiasis
Peradangan Kulit Mucobakterium Tb, Candidiasis oral diare Peradangan selaput otak Ulkus genitalia
Pneumonia (PCP)
Ruam, bercak-bercak putih, gatal Gangguan Carian Output
Memproduksi Mukus Meningitiskriptokokus Gangguan
menelan Hipovolemi Integritas Kulit
Nyeri Gangguan Bersihan Jalan Nafas Tdk Sakit kepala Nyeri
Kronis Integritas Kulit Efektif
a
Akut
Gambar 2. 1

(Sumber : Haryono, 2019 dan SDKI, 2017)

Poltekkes Kemenkes Padang


37

7. Pemeriksaan Diagnostik HIV/AIDS


Diagnosis HIV ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium (Hidayati,
2019). Pemeriksaan laboratorium HIV dilakukan jika terdapat gejala klinis
pada individu tertentu yang mengarah ke HIV/AIDS yaitu :
1) Tes cepat
Tes cepat dilakukan untuk kepentingan skrining, dengan reagen yang
sudah dievaluasi oleh institusi yang ditunjuk Kemenkes, dapat
mendekteksi antibodi terrhadap HIV-1 maupun HIV-2.
2) Tes EIA antibodi HIV (Enzyme Immunoassay)
Tes ini berguna sebagai skrining maupun diagnosis HIV dengan
mendeteksi antibodi untuk HIV-1 dan HIV-2.
3) Tes Western Blot
Tes ini merupakan tes antibodi untuk konfirmasi pada kasus yang sulit.
4) Tes virologis terdiri atas
a. HIV DNA kualitatif (EID)
Tes ini mendeteksi keberadaan virus dan tidak bergantung pada
keberadaan antibodi HIV. Tes ini digunakan untuk diagnosis pada
bayi.
b. HIV RNA kuantitatif
Tes ini untuk memeriksa jumlah virus di dalam darah, dan dapat
digunakan untuk pemantauan terapi ARV pada dewasa dan
diagnosis pada bayi jika HIV DNA tidak tersedia.
c. Tes virologis polymerase Chain Reaction (PCR)
Tes virologi digunakan untuk mendiagnosis anak berumur kurang
dari 18 bulan. Tes virologis yang dianjurkan yaitu HIV DNA
kualitatif dari darah lengkap atau Dried Blood Spot (DBS), dan
HIV RNA kuantitatif dengan menggunakan plasma darah. Bayi
yang diketahui terpajan HIV sejak lahir dianjurkan untuk
pemeriksaan tes virologis paling awal pada umur 6 minggu.
5) Tes antigen p24 HIV
Tes antigen p24 dapat mendeteksi protein p24 rata-rata hingga 14 hari
setelah terinfeksi HIV. Tes ini direkomendasikan oleh WHO dan CDC

Poltekkes Kemenkes Padang


38

yang bertujuan untuk mengurangi waktu yang diperlukan untuk


mendiagnosis infeksi HIV.

8. Komplikasi HIV/AIDS
Infeksi HIV memperlemah sistem kekebalan tubuh menyebabkan rentan
terhadap banyak infeksi dan jenis kanker tertentu (Haryono, 2019).
Komplikasi pada HIV/AIDS terutama disebabkan oleh infeksi yaitu :
1) Tuberkulosis (TB)
Di negara-negara berkembang, TB adalah infeksi oportunistik paling
umum yang terkait dengan HIV dan penyebab utama kematian di antara
orang-orang dengan AIDS (Haryono, 2019).
2) Sitomegalovirus
Virus herpes ini ditularkan ke cairan tubuh seperti air liur, darah, air
seni, air mani, dan air susu ibu. Sistem kekebalan tubuh yang sehat
menonaktifkan virus. Jika sistem kekebalan tubuh melemah, virus akan
muncul kembali, menyebabkan kerusakan pada mata, saluran
pencernaan, paru-paru, atau organ tubuh lainnya (Haryono, 2019).
3) Kandidiasis
Kandidiasis adalah infeksi yang berhubungan dengan HIV. Ini
menyebabkan radang dan lapisan putih tebal di selaput lendir mulut,
lidah, kerongkongan atau vagina (Haryono, 2019).
4) Meningitis kriptokokal
Meningitis adalah pembengkakan selaput dan cairan yang mengelilingi
otak dan sumsum tulang belakang (meninges). Meningitis kriptokokus
adalah infeksi sistem saraf pusat yang umum yang terkait dengan HIV,
disebabkan oleh jamur (Haryono, 2019).
5) Toksoplasmosis
Infeksi berpotensi mematikan ini disebabkan oleh toksoplasma gondii,
parasit yang menyebar terutama dari kucing (Haryono, 2019).
6) Kriptosporidiosis
Infeksi ini disebabkan oleh parasit usus yang biasa ditemukan pada
hewan. Kritosporidiosis bisa masuk ke dalam tubuh ketika seseorang

Poltekkes Kemenkes Padang


39

menelan makanan atau air yang terkontaminasi. Parasit itu tumbuh di


usus dan saluran empedu, yang menyebabkan diare kronis yang parah
pada orang dengan AIDS (Haryono 2019).
7) Kanker yang umum terjadi pada HIV/AIDS
a. Tumor sarokoma kaposi dinding pembuluh darah, kanker ini jarang
terjadi pada orang yang tidak terinfeksi HIV, namun umum pada
orang HIV positif (Haryono, 2019).
b. Sarkoma kaposi biasanya muncul sebagai lesi merah muda, merah,
atau ungu pada kulit dan mulut. Pada orang dengan kulit yang lebih
gelap, lesi bisa terlihat coklat tua atau hitam. Sarkoma kaposi juga
dapat mempengaruhi organ dalam, termasuk saluran pencernaan
dan paru-paru (Haryono, 2019).
c. Limfoma. Kanker berasal dari sel darah putih dan biasanya pertama
kali muncul di kelenjar getah bening. Tanda awal yang paling
umum adalah pembengkakan kelenjer getah bening yang tidak
menyakitkan di leher, ketiak, atau pangkal paha (Haryono, 2019).
8) Sindroma wasting
Sindroma wasting merupakan kehilangan setidaknya 10% berat adan,
sering disertai diare, kelemahan kronis, dan demam (Haryono, 2019).
9) Komplikasi neurologis
Dapat menyebabkan gejala neurologis seperti kebingungan, kelupaan,
depresi, kegelisahan dan kesulitan berjalan. Bentuk komplikasi
neurologis yang sering terjadi yaitu komples demensia AIDS, yang
menyebabkan perubahan perilaku dan berkurangnya fungsi mental
(Haryono, 2019).
10) Penyakit ginjal
HIV terkait nefropati (HIVAN) adalah radang filter kecil di ginjal yang
menghilangkan kelebihan cairan dan limbah dari aliran darah, serta
meneruskannya ke urin. Akibat predisposisi genetik, risiko
pengembangan HIVAN jauh lebih tinggi pada orang kulit hitam
(Haryono, 2019).

Poltekkes Kemenkes Padang


40

9. Pencegahan HIV/AIDS
Untuk menghindari terinfeksi HIV/AIDS bisa dilakukan pencegahan
sebagai berikut (Elisanti, 2018) yaitu :
1) Pencegahan penularan lewat hubungan seks
a. Hubungan seks monogami merupakan hal yang paling aman jika
suami dan istri tidak ada yang terinfeksi.
b. Remaja menghindari hubungan seks yang ilegal atau di luar nikah
yang berisiko terjadinya HIV/AIDS.
c. Remaja mengurangi pergaulan bebas Jangan melakukan hubungan
seksual dengan pasangan yang tidak diketahui kondisi
kesehatannnya.
d. Risiko berkurang dengan menghindari hubungan seks dengan
kelompok risiko tinggi seperti laki-laki homoseksual atau
biseksual, pemakaian obat secara intravena (IV), pekerja seks
komersial atau orang diketahui positif untuk antibodi HIV/AIDS.
e. Karena virus HIV bisa terdapat didalam air mani, pemakaian
kondom mengurangi risiko penularan.
2) Pencegahan penularan non-seksual
a. Kelompok risiko tinggi tidak diperbolehkan menjadi pendonor
darah, donor organ, atau jaringan transplantasi.
b. Penggunaan obat secara IV yang ilegal meningkatkan risiko,
hindari pemakaian narkoba, psikotropika, zat aditif (NAPZA) serta
mabuk-mabukan.
c. Pemakaian jarum suntik dan alat yang harus dijamin sterilitasnya.
d. Petugas kesehatan yang terlibat dalam pekerjaan inseminasi
artifisial, tranfusi darah atau produk darah harus berhati-hati
terhadap risiko infeksi HIV/AIDS.
e. Sperma donor harus menjalani screening antibody 3 bulan.
3) Pencegahan penularan perinatal
a. Wanita hamil dengan infeksi HIV/AIDS menghadapi peningkatan
risiko terkena HIV/AIDS menghadapi peningkatan risiko terkena
HIV/AIDS dibandingkan dengan wanita tidak hamil.

Poltekkes Kemenkes Padang


41

b. Ibu yang teridentifikasi HIV/AIDS sebaiknya tidak hamil, karena


berisiko memindahkan virus kepada janinnya.
c. Wanita hamil dengan infeksi HIV/AIDS dapat menularkan infeksi
tersebut kepada bayinya yang baru lahir.
d. Bayi baru lahir yang terinfeksi HIV/AIDS menunjukkan
perjalanan peyakit yang parah dan masa hidup yang lebih singkat
dari pada pasien dewasa.
e. Penggunaan kontrasespsi yang memonyai efektifitas tinggi, untuk
mengurangi penularan kepada pasangannya.

10. Penatalaksanaan HIV/AIDS


Penatalaksaan HIV tergantung pada stadium HIV/AIDS dan setiap infeksi
oportunistik yang terjadi. Secara umum, tujuan pengobatan pada pasien
HIV/AIDS adalah untuk mencegah sistem imun tubuh memburuk ke titik
dimana infeksi oportunistik akan bermuculan. Sindrom pulih imun atau
immune Reconstitutin Inflammatory Syndrome (IRIS) yang bisa muncul
setelah pengobatan juga jarang terjadi pada pasien yang belum mencapai
titik tersebut (Hidayati 2019).

Untuk semua penderita HIV/AIDS diberikan anjuran untuk istirahat sesuai


kemampuan atau derajat sakit, dukungan nutrisi yang memadai berbasis
makronurtrien dan mikronutrien untuk penderita HIV/AIDS, konseling
sebagai pendekatan psikologis dan psikososial dan membiasakan gaya
hidup sehat. Terapi antiretroviral adalah metode utama untuk pencegahan
memburuknya sistem imun tubuh. Terapi infeksi
sekunder/oportunistik/malignansi diberikan sesuai gejala dan diagnosis
penyerta yang ditemukan. Sebagai tambahan, profilaksis utnuk infeksi
oportunistik spesifik diindikasikan pada kasus-kasus tertentu (Hidayati,
2019).

Prinsip pemberian ARV menggunakan kombinasi 3 jenis obat yang


ketiganya harus terserap dan berada dalam dosis terapeutik dalam darah,

Poltekkes Kemenkes Padang


42

dikenal dengan HAART (highly active antiretroviral therapy). Istilah


HAART sering disingkat menjadi ART (antiretroviral therapy) atau terapi
ARV. Pemerintahan dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 87 Tahun 2014 menetapkan paduan yang digunakan
dalam pengobatan ARV dengan berdasarkan pada 5 aspek, yaitu
efektifitas, efek samping/toksisita, Interaksi obat, kepatuhan, harga obat.
Setelah pemberian ARV diperlukan pemantauan dengan tujuan
mengevaluasi respon pengobatan, pemantauan terhadap efek samping
ARV dan substitusi ARV jika diperlukan, pemantauan sindrom pulih imun
(IRIS), serta pemantauan apakah terjadi kegagalan terapi ARV untuk
memulai terapi lini berikutnya (Hidayati, 2019).

D. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga pada Remaja dengan HIV/AIDS


Menurut Friedman (2010) Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses
yang kompleks dengan menggunakan pendekatan yang sistematis antara
perawat untuk bekerja sama dengan keluarga dan individu-individu sebagai
anggota keluarga. tahapan dari proses keperawatan keluarga meliputi
pengkajian, perumusan diagnosa ke perawatan, penyusunan perencanaan,
perencaan asuhan dan pelaksanaan (Padila, 2012)

1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan dilakukan untuk mendapatkan data yang
dilakukan secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibina.
Sumber data pengkajian dapat dilakukan dengan metode wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik, atau melalui data sekunder seperti data di
Puskesmas, desa, bidan, hasil pemeriksaan laboratorium, dan lain
sebagainya (Friedman, 2010 dalam Widyanto, 2014). Pengkajian data yang
dikaji dalam keluarga adalah :
a. Data Umum Keluarga
Pengkajian data umum keluarga terdiri dari:
1) Nama kepala keluarga (KK)
2) Umur dan jenis kelamin KK
3) Pendidikan KK

Poltekkes Kemenkes Padang


43

4) Pekerjaan KK
5) Alamat
6) Komposisi keluarga yang meliputi riwayat anggota keluarga.
7) Genogram/ silsilah keluarga
Data genogram berisi silsilah keluarga yang minimal terdiri dari tiga
generasi yang disajikan dalam bentuk bagan dengan menggunakan simbol-
simbol atau sesuai format pengkajian yang akan dipakai (Friedman, 2010).
Genogram keluarga memuat informasi yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi penyakit keturunan HIV/AIDS yang penularannya dapat
melalui parental yaitu dari ibu ke bayi (French, 2015).
8) Tipe keluarga
Pengkajian data yang menjelaskan tipe keluarga saat ini. Keluarga
memiliki berbagai macam tipe yang dibedakan menjadi keluarga tradisonal
dan non tradisional. Melakukan pengkajian terhadap masalah sesuai tipe
keluarga saat ini, sehingga keluarga dapat mengupayakan peran serta untuk
pemulihan anggota keluarga yang sakit yaitu pada remaja yang terkena
HIV/AIDS. Pada tahap tipe keluarga dengan anak remaja memiliki
permasalah prioritas kesehatan reproduksi pada remaja yaitu kehamilan
tidak dikehendaki, kehamilan dan persalinan usia muda, masalah PMS,
penyakit infeksi menular HIV/AIDS dan tindakan kekerasan seksual (Erna,
2014).
9) Suku bangsa
Data ini menjelaskan mengenai suku bangsa anggota keluarga dan budaya
terkait dengan kesehatan. Mengidentifikasi pengaruh budaya suku yang
berkaitan dengan kesehatan keluarga remaja yang berhubungan dengan
HIV/AIDS. Pengaruh budaya luar yang dapat menyebabkan kenakalan
remaja bisa menjadi faktor pemicu terjadinya HIV/AIDS (Bukit Dkk,
2015).
10) Agama
Data ini menjelaskan mengenai agama yang dianut masing-masing anggota
keluarga serta aturan agama yang dianut keluarga terkait dengan kesehatan
(Friedman 2010, dalam Widyanto, 2014). Seseorang yang terjangkit virus

Poltekkes Kemenkes Padang


44

HIV/AIDS dapat disebabkan melakukan penyimpangan yang tidak sesuai


dengan ajaran agama, seperti melakukan hubungan seksual di luar nikah
dan gonta-ganti pasangan. Kepatuhan terhadap nilai-nila agama
mempunyai peran dalam pencegahan dan penularan HIV/AIDS (Paryati
Dkk, 2012).
11) Status sosial ekonomi
Data ini menjelaskan mengenai pendapatan KK dan anggota keluarga
yang sudah bekerja, kebutuhan sehari-hari serta harta kekayaan atau
barang-barang yang dimiliki keluarga. Status sosial ekomoni dapat
menjadi faktor pemicu seseorang tertular HIV/AIDS. Berdasarkan
penelitian Susilowati (2018) responden yang tertular HIV disebabkan
karena pendapatan ekonomi yang kurang, sedangkan beberapa responden
dengan tingkat sosial yang tinggi banyak yang dinyatakan menderita
HIV/AIDS karena alasan adanya status coba-coba dalam seks,
penggunaan narkoba dan lain-lain (Susilowati, 2018).
12) Aktivitas rekreasi keluarga
Mengenai kebiasaan keluarga dalam rekreasi atau refreshing. Rekreasi
tidak harus ke tempat wisata, namun menonton TV, mendengarkan radio
juga merupakan aktivitas rekreasi keluarga.

b. Riwayat dan perkembangan keluarga


Menurut Friedman (2010) dalam (Widyanto 2014) riwayat dan
perkembangan keluarga adalah
1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap ini ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti untuk
menentukan tahap perkembangan keluarga saat ini pada keluarga.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap ini menjelaskan mengenai tugas dalam tahap perkembangan
keluarga saat ini yang belum terpenuhi dan penyebab belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti
Data ini menjelaskan mengenai penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga, sumber kesehatan yang biasa

Poltekkes Kemenkes Padang


45

digunakan serta pengalamannya menggunakan pelayanan kesehatan.


Riwayat sakit HIV/AIDS dalam keluarga dimana keluarga tersebut
sudah ada yang dinyatakan reaktif atau sakit HIV/AIDS bisa menjadi
faktor pemicu tertular HIV/AIDS (Susilowati, 2018).
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Data ini menjelaskan riwayat kesehatan dari pihak suami dan istri dan
anggota keluarga dirumah. Riwayat keluarga seelumnya yang
terdiagnosa HIV/AIDS seperti ibu berstatus reaktif, jika hamil tidak
teratur konsumsi ARV, persalinan yang berisiko maka akan lebih
berpotensi untuk menularkan HIV/AIDS (Susilowati, 2018).

c. Pengkajian lingkungan
Lingkungan yang perlu dikaji yaitu :
1) Karakteristik rumah
Data ini menjelaskan mengenai luas rumah, tipe, jumlah ruangan, jumlah
jendela, pemanfaatan ruangan, penempatan perabot rumah tangga, jenis
WC, serta jarak WC ke sumber air. Data karakteristik rumah disajikan
dalam bentuk denah (Widyanto, 2014). Penularan virus HIV dapat
terjadi dirumah dari keluarga yang terinfeksi ke anggota keluarga yang
ada di dalamnya. Penyebab penularan hubungan heteroseksual,
hubungan transmisi non seksual seperti terkena cairan atau darah dan
perilaku berisiko (Susilowati, 2018).
2) Karakteristik tetangga dan komunitas setempat
Data ini menjelaskan mengenai lingkungan fisik setempat, kebiasaan,
budaya yang mempengaruhi kesehatan. Lingkungan sekitar tempat
tinggal merupakan tempat memperoleh pengalaman bergaul di
masyarakat yang dapat menjadi penyebab HIV/AIDS terjadinya
pergaulan bebas, ajakan dari teman sebaya yang menyebabkan
penyimpangan (Liawati, 2018).
3) Mobilitas geografis keluarga
Data ini menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga berpindah tempat
(Widyanto, 2014).

Poltekkes Kemenkes Padang


46

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Data ini menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga berkumpul, sejauh
mana keterlibatan keluarga dalam pertemuan dengan masyarakat.
Perkumpulan remaja dengan warga sekitar. Pergaulan dan perkumpulan
dapat menjadi penyebab penularan HIV/AIDS jika terjadi penyimpangan
(Bukit Dkk, 2015).
5) Sistem pendukung keluarga
Data ini menjelaskan mengenai jumlah anggota keluarga yang sehat,
fasilitas keluarga, dukungan keluarga dalam masyarakat sekitar terkait
dengan kesehatan, dan lain-lain (Widyanto, 2014). Dukungan keluarga
terhadap (Orang Dengan HIV AIDS) ODHA sangat penting untuk
meningkatkan kualitas hidup ODHA (Novrianda Dkk, 2015).

d. Struktur Keluarga
1) Pola Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan
secara jujur, terbuka, tidak melibatkan emosi, konflik selesai dan ada
hierarki kekuatan (Friedman, 2010 dalam Harnilawati, 2013).. Banyak
orangtua yang mengalami kesulitan berkomunikasi dengan anak remaja.
Komunikasi yang tidak baik tersebut membuat remaja lebih memilih
untuk bergaul dan berbagi cerita dengan teman sebayanya (Surbakti,
2018). Namun, tidak semua teman sebaya memiliki perilaku yang baik
sehingga remaja sering kali terjerumus ke dalam pergaulan bebas yang
menjadi faktor pemicu HIV/AIDS.
2) Struktur peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan. Posisi merupakan status individu
dalam masyarakat misalnya status sebagai suami/istri. Misalnya pencari
nafkah adalah peran ayah.
3) Struktur kekuatan
Struktur kekuatan merupakan kemampuan individu untuk mengontrol,
memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak (reward power),

Poltekkes Kemenkes Padang


47

paksa (coercive power), dan affektif power (Friedman, 2010 dalam


Harnilawati, 2013). Keluarga berfungsi untuk mengontrol dan mengubah
perilaku remaja untuk menghindari terjadinya penyimpangan perilaku
berisiko dan kenakalan pada remaja dari penularan HIV/AIDS
(Novieastari Dkk, 2020).
4) Struktur nilai dan norma.
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota
keluarga dalam budaya tertentu. Norma adalah pola perilaku yang
diterima pada lingkungan sosial tertentu lingkungan keluarga, dan
lingkungan masyarakat sekitar keluarga (Friedman, 2010 dalam
Harnilawati, 2013). Nilai dan norma dapat berpengaruh terhadap
budaya. Budaya yang tidak sesuai dengan norma dan nilai seperti
mengikuti budaya barat yang memandang seksualitas sebagai sesuatu
yang wajar menyebabkan penularan HIV/AIDS (Irwan, 2018).

e. Stressor dan Koping Keluarga


Stressor merupakan agen-agen pencetus atau menyebabkan stress. Dalam
keluarga stressor biasanya berkaitan dengan kejadian-kejadian dalam hidup
yang cukup serius yang menimbulkan perubahan dalam sistem keluarga,
dapat berupa kejadian atau pengalaman antar pribadi (dalam atau luar
keluarga), lingkungan, ekonomi serta sosial budaya dan presepsi keluarga
terhadap kejadian. Koping keluarga merupakan respon positif yang
dugunakan keluarga untuk memecahkan masalah (mengendali stress).
Berkembang dan berubah sesuai tuntunan/stressor yang dialami. Sumber
koping keluarga bisa internal yaitu dari anggota keluarga sendiri dan
eksternal yaitu dari keluarga (Friedman, 2010 dalam Padila, 2012). Stressor
keluarga masalah kesehatan yang dialami remaja yaitu HIV/AIDS.
1) Stressor jangka pendek dan panjang
a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari enam bulan.
b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari enam bulan.

Poltekkes Kemenkes Padang


48

2) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor dikaji sejauh mana


keluarga berespons terhadap stressor.
3) Stressor koping yang digunakan
Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan/stress. Dukungan dari keluarga tentunya akan sangat
membantu untuk mengurangi gangguan psikologis yang berkaitan
dengan HIV/AIDS. infeksi virus HIV menjadi bagian dari penyakit
kronis yang menimbulkan tekanan psikologis yang tinggi dan rasa cemas
pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Kecemasan sangat berkaitan
dengan perasaan yang tidak pasti, tidak berdaya. ODHa mengalami
kecemasan lebih tinggi dibandingkan dengan orang pada umumnya .
Tersedianya dukungan positif yang diberikan oleh keluarga tentunya
akan membuat seseorang yang teridentifikasi HIV dan AIDS menatap
hidupnya ke depan dengan lebih positif (Izzati Dkk, 2014).
4) Strategi adaptasi disfungsional
Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan/stress. Gambaran mekanisme koping
penderita HIV/AIDS, ada yang maladaptif dengan adanya respon
penolakan terhadap penyakitnya. Keluarga berperan dalam pengobatan
dan perawatan untuk mengatasi masalah kesehatan HIV/AIDS dengan
bentuk dukungan perawatan dan pengobatan (Marzoeki, 2014) .

f. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan terkait harapan keluarga
terhadap kesehatan yang ada saat ini (Padila, 2012).

g. Pemeriksaan Fisik Keluarga


Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode yang
digunakan yaitu head to toe.
1) Keadaan Umum
Biasa ditandai dengan keadaan umum seperti : kehilangan berat badan >
10% , tampak lemah (Hidayati, 2019).

Poltekkes Kemenkes Padang


49

2) Tanda-tanda Vital
Tekanan darah normal atau sedikit menurun, denyut perifer kuat dan
cepat, temperature > 37,5 oral (terus menerus lebih dari satu bulan
terjadi demam) (Hidayati, 2019).
3) Pernafasan
Gangguan pernafasan ditemukan yaitu batuk lebih dari satu bulan, sesak
nafas, tb, pneumonia,, sinusitis kronis atau berulang pada pasien
terinfeksi HIV/AIDS (Hidayati, 2019).
4) Kepala
Terdapat nyeri kepala yang semakin parah merupakan gejala neurologis
atau terganggunya sistem saraf (Hidayati, 2019).
5) Mata
Beberapa kasus HIV/AIDS biasanya ditemukan konjungtiva anemis,
gangguan reflek pupil dan vertigo (Erna, 2014).
6) Pernafasan
Pada beberapa kasus HIV/AIDS ditemukan dyspnea, takipnea, sianosis,
menggunakan otot bantu pernafasan, batuk produktif atau non produktif
(Erna, 2014).
7) Mulut
Ditemukan Infeksi jamur candidiasis oral atau adanya selaput putih dan
perubahan mukosa bibir (Hidayati 2019). Gejala seperti ulser pada bibir
atau mulut dan mulut kering (Erna, 2014).
8) Leher
Pada kasus HIV/AIDS ditemukan pembengkakan kelenjer getah bening
(Hidayati, 2019).
9) Kulit
Biasanya didapatkan prurutic papular eruption dan kulit kering yang
luas,ruam,gatal-gatal, herpez merupakan dugaan kuat terinfeksi HIV
(Hidayati, 2019).
10) Thorax
Jantung : biasanya tidak ditemukan kelainan.
Paru-paru : terdapat nyeri dada, terdapat retraksi dinding dada

Poltekkes Kemenkes Padang


50

pada pasien AIDS yang disertai TB, nafas sesak (dispnea) (Erna, 2014).
11) Abdomen
Biasanya ditemukan bising usus yang hiperaktif. Beberapa kasus
ditemukan gejala perut kram dan hepatosplenomegali (Erna, 2014).
12) Ekstremitas
Ditemukan terjadinya respon sistemik menyebabkan malaise, dan
kelemahan pada ekstremitas dan nyeri otot (Hidayati, 2019).

2. Diagnosis Keperawatan Keluarga


Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialami baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis dialaminya baik bertujuan
untuk mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2017).

Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan masalah


keperawatan yang didapat dari data-data pada pengkajian yang berhubungan
dengan etiologi yang berasal dari data-data pengkajian fungsi keperawatan
keluarga. Diagnosis keperawatan mengacu pada rumusan PEB (problem,
etiologi, dan simptom) (Padila, 2012). Problem menggunakan rumusan
masalah dari SDKI, sedangkan untuk etiologi dapat menggunakan
pendeketan lima tugas keluarga.

Kemungkinan diagnosis keperawatan pada keluarga dengan remaja


HIV/AIDS berdasarkan SDKI adalah
1) Ansietas (D.0080)
Definisi : kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman. Penyebab : krisis situasional, kebutuhan tidak terpenuhi,
krisis maturasional, ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap

Poltekkes Kemenkes Padang


51

kematian, kekhawatiran mengalami kegagalan, disfungsi sistem keluarga,


hubungan orang tua-anak tidak memuaskan, faktor keturunan,
penyalahgunaan zat, terpapar bahaya lingkungan, kurang terpapar informasi.
Gejala dan tanda mayor : subjektif yaitu merasa bingung, merasa khawatir
dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, sulit berkonsetrasi, objektif yaitu
tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur. Gejala dan tanda minor :
subjektif yaitu mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi, merasa tidak berdaya.
Objektif yaitu frekuensi nafas meningkat, frekuensi nadi meningkat, tekanan
darah meningkat, diaforesis, tremor, muka tampak pucat, suara bergetar,
kontak mata buruk, sering berkemih, berorientasi pada masa lalu
2) Manajemen kesehatan Keluarga tidak efektif (D.0115)
Definisi : pola penanganan masalah kesehatan dalam keluarga tidak
memuaskan untuk memulihkan kondisi kesehatan anggota keluarga.
Penyebab : kompleksitas sistem pelayanan kesehatan, kompleksitas
program perawatan/pengobatan, konflik pengambilan keputusan, kesulitan
ekonomi, banyak tuntunan, konflik keluarga. Gejala dan Tanda mayor :
subjektif yaitu mengungkapkan tidak memahami masalah kesehatan yang
diderita, mengungkapkan kesulitan menjalankan perawatan yang ditetapkan.
Objektif yaitu gejala penyakit anggota keluarga semakin berat, akivitas
keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan tidak tepat. Gejala dan tanda
minor : objektif yaitu gagal melakukan tindakan untuk mengurangi faktor
risiko.
3) Risiko infeksi (D.0142)
Definisi : berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.
Faktor resiko : penyakit kronis, efek prosedur invasif, malnutrisi,
peningkatan paparan organisme patogen lingkungan, ketidakadekuatan
pertahanan tubuh primer, ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekuder :
imunosupresi.
4) Resiko harga diri rendah situasional (D.0102)
Definisi : berisiko mengalami evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan klien sebagai respon terhadap situasi saat ini.
Faktor risiko : gangguan gambaran diri, gangguan fungsi, gangguan peran

Poltekkes Kemenkes Padang


52

sosial, harapan tidak realistis, kurang pemahaman terhadap lingkungan,


penyakit fisik, perilaku tidak sesuai dengan nilai setempat, kegagalan,
perasaan tidak berdaya, riwayat kehilangan, riwayat pengabaian, riwayat
penolakan, riwayat penganiayaan, transisi perkembangan.
5) Nyeri Akut (D.0077)
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan. Penyebab : agen pencedera fisiologis, agen pencedera kimiawi, agen
pencedera fisik. Gejala dan tanda mayor : subjektif yaitu mengeluh nyeri
dan objektif yaitu tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi
nadi meningkat, sulit tidur. Gejala dan tanda minor : objektif yaitu
tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan berubah, proses
berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, dan diaforesis

3. Penentuan Prioritas
Perawat dapat menemukan lebih dari satu diagnosis keperawatan keluarga.
dalam setiap diagnosis terdapat 4 kriteria yang akan menentukan prioritas
diagnosis. Setiap kriteria memiliki bobotnya masing-masing (IPPKI, 2017).
Kriteria tersebut terdiri dari yaitu :
1) Sifat masalah.
2) Kemungkinan masalah untuk diubah.
3) Potensial dicegah.
4) Menonjolnya masalah.
Tabel 2. 1
Skala Prioritas Masalah

No. Kriteria Skore Bobot Pembenaran


1. Sifat masalah :
a. Aktual 3
b. Resiko 2 1
c. Tinggi 1

Poltekkes Kemenkes Padang


53

2. Kemungkinan masalah dapat diubah :


a. Tinggi 2
b. Sedang 1 2
c. Rendah 0
3. Potensial untnuk dicegah :
a. Mudah 3
b. Cukup 2 1
c. Tidak dapat 1
4. Menonjolnya masalah
a. Masalah dirasakan dan perlu segera 2
ditangani
b. Masalah dirasakan 1 1
c. Masalah tidak dirasakan 0
Total Skore
Sumber : (IPPKI, 2017)
Keterangan :
Total skor didapatkan dengan : Skor (total nilai kriteria) x Bobot = Nilai
Angka tertinggi dalam skor
Cara menentukan skoring yaitu :
a) Tentukan skor untuk setiap kriteria
b) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
c) Jumlah skor untuk semua kriteria
d) Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan diagnosis keperawatan

4. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan adalah perencanaan yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran atau tujuan yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Perencanaan merupakan penyusunan strategi keperawatan dibutuhkan untuk
mencegah, mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan.Perencanaan
mencakup penentuan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan (IPPKI,
2017).

Poltekkes Kemenkes Padang


54

Tabel 2. 2

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


(Berdasarkan SIKI dan SLKI )

Diagnosis Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan


Keperawatan Umum/Tupan Khusus/Tupen Kriteria Standar
Ansietas Setelah Setelah kunjungan Kriteria hasil : Tingkat 1. Kemampuan Intervensi SIKI : Edukasi Proses
(D.0080) dilakukan 1x45 menit pengetahuan (L.12111) menjelaskan Penyakit (I.12444) Tindakan yaitu
kunjungan 1X45 keluarga mampu : 1. Kemapuan pengetahuan tentang a. Observasi
menit 1) Mengenal menjelaskan ansietas dengan 1. Identifikasi kesiapan dan
diharapkan masalah pengetahuan tentang HIV/AIDS meningkat kemampuan menerima informasi
tingkat ansietas ansietas suatu topik meningkat dari 1-5 b. Terapeutik
menurun 2. Kemampuan 2. Kemampuan 1. Sediakan materi dan media
(L.09093 SLKI) menggambarkan menggambarkan pendidikan kesehatan
pengalaman pengalaman 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
sebelumnya sesuai sebelumnya yang sesuai kesepakatan
dengan topik sesuai dengan ansietas 3. Berikan kesempatan untuk
3. Verbalisasi minat dengan HIV/AIDS bertanya
dengan mengenal meningkat dari 1-5 c. Edukasi
masalah 3. Verbalisasi minat 1. Jelaskan penyebab dan faktor
4. Pertanyaan tentang dengan mengenal risiko penyakit HIV/AIDS
masalah yang masalah ansietas 2. Jelaskan proses patofisiologi
dihadapi menurun dengan HIV/AIDS munculnya penyakit HIV/AIDS
meningkat dari 1-5 3. Jelaskan tanda dan gejala yang
4. Pertanyaan tentang ditumbulkan penyakit HIV/AIDS
masalah yang dihadapi 4. Jelaskan kemungkinan terjadinya
menurun dari 1-5 komplikasi
5. Ajarkan cara mengatasi gejala

Poltekkes Kemenkes Padang


55

2) Keluarga Kriteria hasil : 1. Anggota keluarga Intervensi SIKI : Dukungan


mampu Dukungan keluarga verbalisasi keinginan Pengambilan Keputusan (I.09265)
mengambil meningkat (L.13112) untuk mendukung Tindakan yaitu
keputusan 1. Anggota keluarga anggota keluarga yang a. Observasi
tindakan yang verbalisasi keinginan sakit meningkat dari 1. Identifikasi presepsi mengenai
tepat untuk untuk mendukung skala 1-5 masalah dan informasi yang
mengatasi anggota keluarga 2. Bekerja sama dengan memicu ansietas
ansietas pada yang sakit meningkat anggota keluarga yang b. Terapeutik
keluarga 2. Bekerja sama dengan sakit dalam 1. Fasilitas mengklarifikasi nilai
HIV/AIDS anggota keluarga menentukan perawatan dan harapan yang membantu
yang sakit dalam meningkat dari skala 1- membuat pilihan perawatan
menentukan 5 untuk mengurangi ansietas
perawatan 3. Bekerja sama dengan 2. Motivasi mengungkapkan tujuan
3. Bekerja sama dengan penyedia layanan perawatan yang diharapkan
penyedia layanan kesehatan dalam 3. Fasilitasi pengambilan keputusan
kesehatan dalam menentukan perawatan secara kolaboratif
menentukan meningkat dari skala 1- c. Edukasi
perawatan 5 1. Berikan informasi yang diminta
pasien
3) Keluarga Kriteria hasil : 1. Verbalisasi Intervensi SIKI : Manajemen Stres
mampu Tingkat ansietas menurun kebingungan menurun (I.09293) Tindakan yaitu
melakukan (L.09093) dari skala 1-5 a. Observasi
perawatan 2. Verbalisasi 2. Verbalisasi khawatir 1. Identifikasi tingkat stres dan
untuk kebingungan menurun akibat kondisi yang stressor
mengatasi 3. Verbalisasi khawatir dihadapi menurun dari b. Terapeutik
ansietas akibat kondisi yang skala 1-5 1. Lakukan reduksi ansietas
dihadapi menurun 3. Perilaku gelisah 2. Berikan kesempatan untuk
4. Perilaku gelisah menurun dari skala 1-5 menenangkan diri
menurun 4. Perilaku tegang 3. Gunakan metode untuk
5. Perilaku tegang menurun dari 1-5 meningkatkan kenyamanan dan
menurun ketenanganan spritual

Poltekkes Kemenkes Padang


56

c. Edukasi
1. Anjurkan menggunakan teknik
menurunkan stress yang sesuai
untuk diterapkan dirumah
maupun pada situasi lainnya
2. Ajarkan teknik menurunkan
stress (mis. Latihan pernafasan,
relaksasi progresif, imajinasi
terbimbing, terapi musik)

4) Keluarga Kriteria hasil : 1. Pemeliharaan rumah Intervensi SIKI : Manjemen


mampu Keamanan lingkungan meningkat dari skala 1- kenyamanan lingkungan (I.08237)
memodifikasi rumah (L.14126) 5 Tindakan yaitu
lingkungan 1. Pemeliharaan rumah 2. Kebersihan a. Observasi
yang nyaman meningkat penyimpanan obat 1. Identifikasi sumber
2. Kebersihan meningkat dari skala 1- ketidaknyaman
penyimpanan obat 5 b. Terapeutik
meningkat 3. Kebersihan hunian 1. Sediakan ruangan yang tenang
3. Kebersihan hunian meningkat dari skala 1- dan mendukung menurunnya
meningkat 5 ansietas
4. Pengaturan suhu 4. Pengaturan suhu 2. Fasilitas kenyaman lingkungan
ruangan meningkat ruangan meningkat dari (mis.kebersihan)
skala 1-5 meningkat c. Edukasi
1. Jelaskan tujuan manjemen
lingkungan untuk menurunkan
ansietas

5) Keluarga Kriteria hasil : 1. Akses fasilitas Intervensi SIKI : Pengenalan


mampu Status kesehatan keluarga kesehatan meningkat Fasilitas (I.14549). Tindakan yaitu
memanfaatkan meningkat (L.12108) dari skala 1-5 a. Observasi
dan 1. Akses fasilitas 2. Pengawasan perawatan 1. Identifikasi pengetahuan tentang

Poltekkes Kemenkes Padang


57

menentukan kesehatan meningkat anak meningkat dari fasilitas kesehatan


fasilitas 2. Pengawasan skala 1-5 b. Edukasi
kesehatan yang perawatan anak 3. Sumber perawatan 1. Jelaskan peraturan pelayanan
tepat meningkat kesehatan meningkat fasiltas kesehatan
3. Sumber perawatan dari 1-5 2. Jelaskan sistem pelayanan
kesehatan meningkat 3. Informasikan fasilitas kesehatan

Manajemen Setelah Setelah kunjungan Kriteria hasil : Tingkat 1. Kemampuan Intervensi SIKI : Edukasi Kesehatan
kesehatan kunjungan 1x30 menit pengetahuan (L.12111) menjelaskan (I.12383). Tindakan yaitu
keluarga tidak keluarga 1X45 keluarga mampu : 1. Kemapuan pengetahuan tentang a. Observasi
efektif (D.0115) menit 1) Mengenal menjelaskan manajemen kesehatan 1. Identifikasi kesiapan dan
diharapkan masalah pengetahuan tentang keluarga tidak efektif kemampuan menerima informasi
manajemen manajemen manajemen kesehatan meningkat dari skala 1- b. Terapeutik
kesehatan kesehatan keluarga tidak efektif 5 1. Sediakan materi dan media
keluarga keluarga meningkat 2. Kemampuan pendidikan kesehatan
meningkat dengan 2. Kemampuan menggambarkan manajemen kesehatan keluarga
(L.12105 SLKI) HIV/AIDS menggambarkan pengalaman 2. Jadwal pendidikan kesehatan
pengalaman sebelumnya sesuai sesuai kesepakatan bersama
sebelumnya sesuai dengan manajemen keluarga
dengan manajemen kesehatan keluarga 3. Berikan kesempatan untuk
kesehatan keluarga tidak efektif meningkat bertanya
tidak efektif dari skala 1-5 c. Edukasi
meningkat 3. Pertanyaan tentang 1. Jelaskan faktor risiko yang dapat
3. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi mempengaruhi kesehatan akibat
masalah yang menurun dari skala 1-5 manajemen kesehatan keluarga
dihadapi menurun 4. Perilaku manajemen tidak efektif
4. Perilaku membaik kesehatan keluarga
efektif membaik dari
skala 1-5

Poltekkes Kemenkes Padang


58

2) Keluarga Kriteria hasil : 1. Anggota keluarga Intervensi SIKI : Dukungan


mampu Dukungan keluarga verbalisasi keinginan Keluarga Merencanakan Perawatan
mengambil meningkat (L.13112) untuk mendukung (I.13477). Tindakan yaitu
keputusan 1. Anggota keluarga anggota keluarga yang a. Observasi
tindakan yang verbalisasi keinginan sakit meningkat dari 1. Identifikasi kebutuhan dan
tepat untuk untuk mendukung skala 1-5 harapan keluarga tentang
manajemen anggota keluarga 2. Bekerja sama dengan kesehatan dengan
kesehatan yang sakit meningkat anggota keluarga yang mengidentifikasi keputusan
keluarga 2. Bekerja sama dengan sakit dalam keluarga untuk melakukan
dengan anggota keluarga menentukan perawatan manjaemen kesehatan keluarga
HIV/AIDS yang sakit dalam meningkat dari skala 1- dengan HIV/AIDS
menentukan 5 b. Terapeutik
perawatan meningkat 3. Bekerja sama dengan 1. Motivasi keluarga mendukung
3. Bekerja sama dengan penyedia layanan upaya kesehatan
penyedia layanan kesehatan dalam c. Edukasi
kesehatan dalam menentukan perawatan 1. Diskusikan bersama keluarga
menentukan meningkat dari skala 1- tentang keputusan perawatan
perawatan meningkat 5 keluarga yang diambil
2. Evaluasi pemahaman keluarga
tentang manajemen kesehatan
keluarga HIV/AIDS

3) Keluarga Kriteria hasil : 1. Verbalisasi kemauan Intervensi SIKI : Edukasi program


mampu Tingkat Kepatuhan mematuhi program pengobatan (I.12441). Tindakan
merawat (L.12110) perawatan atau yaitu
keluarga 1. Verbalisasi kemauan pengobatan meningkat a. Observasi
dengan mematuhi program dari skala 1-5 1. Identifikasi pengetahuan tentang
masalah perawatan atau 2. Verbalisasi mengikuti pengobatan yang
manajemen pengobatan anjuran meningkat dari direkomendasikan
kesehatan meningkat skala 1-5 b. Terapeutik
keluarga 2. Verbalisasi mengikuti 3. Perilaku mengikuti 1. Fasilitasi informasi tertulis atau

Poltekkes Kemenkes Padang


59

HIV/AIDS anjuran meningkat program gambar untuk meningkatkan


3. Perilaku mengikuti perawatan/pengobatan pemahaman
program meningkat dari skala 1- 2. Berikan dukungan untuk
perawatan/pengobata 5 menjalani pengobatan dengan
n meningkat 4. Perilau menjalankan baik dan benar
4. Perilaku menjalankan program pengobatan 3. Keluarga untuk memberikan
anjuran membaik membaik dari skala 1-5 dukungan pada pasien
pengobatan
c. Edukasi
1. Anjurkan mengkomsumsi obat
sesuai indikasi
2. Anjurkan bertanya jika ada
sesuatu yang tidak dimengerti
sebelum dan sesudah pengobatan
dilakukan
3. Anjurkan melakukan pengobatan
secara mandiri

4) Keluarga Kriteria hasil : 1. Pemeliharaan rumah Intervensi SIKI : Manajemen


mampu Keamanan lingkungan meningkat dari skala 1- Lingkungan (I.14514) Tindakan yaitu
memodifikasi rumah (L.14126) 5 a. Observasi
lingkungan 1. Pemeliharaan rumah 2. Kebersihan 1. Identifikasi keamanan dan
yang nyaman meningkat penyimpanan obat kenyaman lingkungan
2. Kebersihan meniongkat dari skala b. Terapeutik
penyimpanan obat 1-5 1. Sediakan ruang yang cukup dan
meningkat 3. Kebersihan hunian aman
3. Kebersihan hunian meningkat dari skala 1- 2. Sediakan lingkungan yang bersih
meningkat 5 dan nyaman
4. Pengaturan suhu 4. Pengaturan suhu 3. Pertahankan konsistensi
ruangan meningkat ruangan meningkat dari lingkungan
skala 1-5 meningkat c. Edukasi

Poltekkes Kemenkes Padang


60

1. Jelaskan cara membuat


lingkungan rumah yang nyaman

5) Keluarga Kriteria hasil : 1. Akses fasilitas Intervensi SIKI : Pengenalan


mampu Status kesehatan keluarga kesehatan meningkat Fasilitas (I.14549). Tindakan yaitu
memanfaatkan meningkat (L.12108) dari skala 1-5 a. Observasi
fasillitas 1. Akses fasilitas 2. Pengawasan perawatan 1. Identifikasi pengetahuan tentang
kesehatan kesehatan meningkat anak meningkat dari fasilitas kesehatan
2. Pengawasan skala 1-5 b. Edukasi
perawatan anak 3. Sumber perawatan 1. Jelaskan peraturan pelayanan
meningkat kesehatan meningkat fasiltas kesehatan
3. Sumber perawatan dari 1-5 2. Jelaskan sistem pelayanan
kesehatan meningkat kesehatan
3. Informasikan fasilitas kesehatan

Risiko infeksi Setelah Setelah kunjungan Kriteria hasil : Tingkat 1. Kemampuan Intervensi SIKI : Edukasi
(D.0142) kunjungan 1x45 menit pengetahuan (L.12111) menjelaskan Pencegahan Infeksi (I.12406).
keluarga selama keluarga mampu : 1. Kemampuan pengetahuan tentang Tindakan yaitu
1x45 menit 1) mengenal menjelaskan risiko infeksi dengan a. Observasi
diharapkan masalah risiko pengetahuan tentang HIV/AIDS meningkat 1. Periksa kesiapan dan
risiko infeksi infeksi dengan risiko infeksi dengan dari skala 1-5 kemampuan menerima informasi
menurun HIV/AIDS HIV/AIDS meningkat 2. Kemampuan b. Terapeutik
2. Kemampuan menggambarkan 1. Siapkan materi, media tentang
menggambarkan pengalaman faktor-faktor penyebab, cara
pengalaman sebelumnya sesuai identifikasi dan pencegahan
sebelumnya sesuai dengan risiko infeksi risiko infeksi
dengan risiko infeksi dengan HIV/AIDS 2. Jadwalkan waktu yang tepat
dengan HIV/AIDS meningkat dari skala 1- untuk memberikan pendidikan
meningkat 5 kesehatan sesuai kesepakatan
3. Pertanyaan tentang 3. Pertanyaan tentang dengan pasien dan keluarga
masalah yang masalah yang dihadapi 3. Berikan kesempatan untuk

Poltekkes Kemenkes Padang


61

dihadapi menurun menurun dari skala 1-5 bertanya


4. Perilaku membaik 4. Perilaku pencegahan c. Edukasi
infeksi menbaik dari 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
skala 1-5 2. Anjurkan mengikuti tindakan
pencegahan sesuai kondisi

2) Keluarga Kriteria hasil : 1. Anggota keluarga Intervensi SIKI : Dukungan


mampu Dukungan keluarga verbalisasi keinginan pengambilan keputusan (I.09265).
mengambil meningkat (L.13112) untuk mendukung tindakan yaitu :
keputusan 1. Anggota keluarga anggota keluarga yang a. Observasi
tindakan yang verbalisasi keinginan sakit meningkat dari 1. Identifikasi persepsi mengenai
tepat untuk untuk mendukung skala 1-5 masalah
merawat anggota keluarga 2. Bekerja sama dengan b. Terapeutik
anggota yang sakit meningkat anggota keluarga yang 1. Motivasi mengungkapkan tujuan
keluarga 2. Bekerja sama dengan sakit dalam perawatan yang diharapkan
HIV/AIDS anggota keluarga menentukan perawatan 2. Fasilitas pengambilan keputusan
dengan risiko yang sakit dalam meningkat dari skala 1- secara kolaboratif
infeksi menentukan 5 c. Edukasi :
perawatan meningkat 3. Bekerja sama dengan 1. Informasikan alternatif solusi
3. Bekerja sama dengan penyedia layanan secara jelas
penyedia layanan kesehatan dalam 2. Berikan informasi yang diminta
kesehatan dalam menentukan perawatan pasien
menentukan meningkat dari skala 1-
perawatan meningkat 5
3) Keluarga Kriteria hasil : 1. Penerimaan terhadap Intervensi SIKI : Pencegahan infeksi
mampu Perilaku kesehatan status kesehatan (I.14539). Tindakan yaitu :
merawat meningkat (L.12107) meningkat dari skala 1- a. Observasi
anggota 1. Penerimaan terhadap 5 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
keluarga status kesehatan 2. Kemampuan lokal dan sistemik
dengan meningkat melakukan tindakan b. Terapeutik
masalah risiko 2. Kemampuan pencegahan masalah 1. Pertahankan teknik aseptik pada

Poltekkes Kemenkes Padang


62

infeksi melakukan tindakan kesehatan meningkat pasien berisiko tinggi


pencegahan masalah dari skala 1-5 dengan c. Edukasi
kesehatan meningkat rutin meminum obat 1. Jelaskan tanda dan gejala
3. Kemampuan ARV 2. Ajarkan cara pencegahan infeksi
peningkatan 3. Kemampuan
kesehatan meningkat peningkatan kesehatan
meningkat dari skala 1-
5

4) Keluarga Kriteria hasil : 1. Pemeliharaan rumah Intervensi SIKI : Manajemen


mampu Keamanan lingkungan meningkat dari skala 1- Lingkungan (I.14514) Tindakan yaitu
memodifikasi rumah (L.14126) 5 a. Observasi
lingkungan 1. Pemeliharaan rumah 2. Kebersihan 1. Identifikasi keamanan dan
yang sehat meningkat penyimpanan obat kenyaman lingkungan
2. Kebersihan meningkat dari skala 1- b. Terapeutik
penyimpanan obat 5 1. Sediakan ruang yang cukup dan
meningkat 3. Kebersihan hunian aman
3. Kebersihan hunian meningkat dari skala 1- 2. Sediakan lingkungan yang bersih
meningkat 5 dan nyaman
4. Pengaturan suhu 4. Pengaturan suhu 3. Pertahankan konsistensi
ruangan meningkat ruangan meningkat dari lingkungan
skala 1-5 meningkat c. Edukasi
1. Jelaskan cara membuat
lingkungan rumah yang nyaman

5) Keluarga Kriteria hasil : 1. Akses fasilitas Intervensi SIKI : Pengenalan


mampu Status kesehatan keluarga kesehatan meningkat Fasilitas (I.14549). Tindakan yaitu
memanfaatkan meningkat (L.12108) dari skala 1-5 a. Observasi
fasilitas 1. Akses fasilitas 2. Pengawasan perawatan 1. Identifikasi pengetahuan tentang
kesehatan kesehatan meningkat anak emningkat dari fasilitas kesehatan
2. Pengawasan skala 1-5 b. Edukasi

Poltekkes Kemenkes Padang


63

perawatan anak 3. Sumber perawatan 1. Jelaskan peraturan pelayanan


meningkat kesehatan meningkat fasiltas kesehatan
3. Sumber perawatan dari skala 1-5 2. Jelaskan sistem pelayanan
kesehatan meningkat 3. Informasikan fasilitas kesehatan

Harga Diri Setelah Setelah kunjungan Kriteria hasil : Tingkat 1. Kemampuan Intervensi SIKI : Edukasi Kesehatan
Rendah kunjungan 1x45 menit pengetahuan (L.12111) menjelaskan (I.12383). Tindakan yaitu :
Situasional keluarga 1X45 keluarga mampu : 1. Kemampuan pengetahuan tentang a. Observasi
menit 1) Mengenal menjelaskan harga diri meningkat 1. Identifikasi kesiapan dan
diharapkan masalah harga pengetahuan tentang dari skala 1-5 kemampuan menerima informasi
harga diri diri rendah harga diri meningkat 2. Kemampuan b. Terapeutik
meningkat situasional 2. Kemampuan menggambarkan 1. Sediakan materi dan media
(L.09069 SLKI) dengan menggambarkan pengalaman pendidikan kesehatan tentang
HIV/AIDS pengalaman sebelumnya sesuai harga diri
sebelumnya sesai harga diri meningkat 2. Jadwal pendidikan kesehatan
dengan harga diri dari skala 1-5 sesuai kesepakatan
meningkat 3. Pertanyaan tentang 3. Berikan kesempatan untuk
3. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi bertanya
masalah yang menurun dari skala 1-5 c. Edukasi
dihadapi menurun 4. Perilaku harga diri 1. Jelaskan faktor risiko yang dapat
4. Perilaku harga diri membaik dari skala 1-5 mempengaruhi kesehatan
membaik

2) Keluarga Kriteria hasil : Dukungan 1. Anggota keluarga Intervensi SIKI : Dukunga keluarga
mampu keluarga meningkat verbalisasi keinginan Merencanakan Perawatan (I.13477)
mengambil (L.13112) untuk mendukung Tindakan yaitu :
keputusan 1. Anggota keluarga anggota keluarga a. Observasi
tindakan yang verbalisasi keinginan dengan harga diri 1. Identifikasi kebutuhan dan
tepat untuk untuk mendukung rendah situasional harapan keluarga tentang
harga diri anggota keluarga meningkat dari skala 1- kesehatan dengan
rendah yang sakit dengan 5 mengindetifikasi keputusan

Poltekkes Kemenkes Padang


64

situasional harga diri rendah 2. Bekerja sama dengan keluarga untuk melakukan
dengan situasional meningkat anggota keluarga yang promosi harga diri
HIV/AIDS 2. Bekerja sama dengan sakit dalam b. Terapeutik
anggota keluarga menentukan perawatan 1. Motivasi keluarga mendukung
yang sakit dalam harga diri meningkat upaya kesehatan
menentukan dari skala 1-5 c. Edukasi kesehatan
perawatan harga diri 3. Bekerja sama dengan 1. Diskusikan bersama keluarga
meningkat penyedia layanan tentang keputusan perawatan
3. Bekerja sama dengan kesehatan dalam keluarga yang diambil
penyedia layanan menentukan perawatan 2. Evaluasi pemahaman keluarga
kesehatan dalam harga diri meningkat tentang harga diri rendah dengan
menentukan dari skala 1-5 HIV/AIDS
perawatan harga diri
meningkat

3) Keluarga Kriteria hasil : Harga Diri 1. Penilain diri positif Intervensi SIKI : Promosi Harga Diri
mampu meningkat (L.09069) meningkat dari skala 1- (I.09308) Tindakan yaitu :
merawat 1. Penilain diri positif 5 a. Observasi
anggota meningkat 2. Penerimaan penilain 1. Monitor verbalisasi yang
keluarga 2. Penerimaan penilain positif terhadap diri merendahkan diri sendiri
dengan positif terhadap diri sendiri meningkat dari b. Terapeutik
masalah harga sendiri meningkat skala 1-5 1. Motivasi terlibat dalam
diri rendah 3. Perasaan malu 3. Perasaan malu menurun verbalisasi positif untuk diri
situasional menurun dari skala 1-5 sendiri
HIV/AIDS 4. Perasaan bersalah 4. Perasaan bersalah 2. Motivasi menerima hal baru
menurun menurun dari skala 1-5 3. Diskusikan pernyataan tentang
harga diri rendah situasional
4. Diskusikan bersama keluarga
untuk menetapkan harapan dan
batasan yang jelas
c. Edukasi

Poltekkes Kemenkes Padang


65

1. Jelaskan kepada keluarga


pentingnya dukungan dalam
perkembangan konsep positif diri
pasien
2. Latih cara berifik dan berprilaku
positif
3. Latih meningkatkan kepercayaan
pada kemampuan dalam
menangani situasi

4) Keluarga Kriteria hasil 1. Pemeliharaan rumah Intervensi SIKI : Manajemen


mampu Kenyamanan lingkungan meningkat dari skala 1- Lingkungan (I.14514) Tindakan yaitu
memodifikasi rumah (L.14126) 5 a. Observasi
lingkungan 1. Pemeliharaan rumah 2. Kebersihan hunian 1. Identifikasi keamanan dan
yang nyaman meningkat meningkat dari skala 1- kenyaman lingkungan
2. Kebersihan hunian 5 b. Terapeutik
meningkat 3. Pengaturan suhu 1. Sediakan ruang yang cukup dan
3. Pengaturan suhu ruangan meningkat dari aman
ruangan meningkat skala 1-5 2. Sediakan lingkungan yang bersih
dan nyaman
3. Pertahankan konsistensi
lingkungan
c. Edukasi
1. Jelaskan cara membuat
lingkungan rumah yang nyaman

5) Keluarga Kriteria hasil : Status 1. Akses fasilitas Intervensi SIKI : Pengenalan fasilitas
mampu kesehatan keluarga kesehatan meningkat kesehatan (I.14549). Tindakan yaitu
memanfaatkan meningkat (L.12108) dari skala 1-5 a. Observasi
fasilitas 1. Akses fasilitas 2. Pengawasan perawatan 1. Identifikasi pengetahuan tentang
kesehatan kesehatan meningkat anak meningkat dari fasilitas kesehatan

Poltekkes Kemenkes Padang


66

2. Pengawasan skala 1-5 b. Edukasi


perawatan anak 3. Sumber perawatan 1. Jelaskan peraturan pelayanan
meningkat kesehatan meningkat fasilitas kesehatan
3. Sumber perawatan dari skala 1-5 2. Jelaskan sistem pelayanan
kesehatan meningkat kesehatan
3. Informasikan fasilitas kesehatan

Nyeri Akut Setelah Setelah kunjungan Kriteria hasil : Tingkat 1. Kemampuan Intervensi SIKI : Edukasi Manjemen
(D.0077) kunjungan 1x45mneit keluarga pengetahuan (L.12111) menjelaskan Nyeri (I.12391). Tindakan yaitu :
keluarga selama mampu : 1. Kemampuan pengetahuan tentang a. Observasi
1x45 menit 1) Mengenal menjelaskan nyeri akut dengan 1. Periksa kesiapan dan
diharapkan nyeri masalah nyeri pengetahuan tentang HIV/AIDS meningkat kemampuan menerima informasi
akut menurun akut dengan nyeri akut dengan dari skala 1-5 b. Terapeutik
HIV/AIDS HIV/AIDS 2. Kemampuan 1. Siapkan materi, media tentang
2. Kemampuan menggambarkan faktor-faktor penyebab, cara
menggambarkan pengalaman identifikasi nyeri
pengalaman sebelumnya sesuai 2. Jadwalkan waktu yang tepat
sebelumnya sesuai dengan nyeri akut untuk memberikan pendidikan
dengan nyeri akut dengan HIV/AIDS kesehatan sesuai dengan
HIV/AIDS meningkat 3. Pertanyaan tentang kesepakatan dengan pasien dan
3. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi keluarga
masalah yang menurun dari skala 1-5 3. Berikan kesempatan untuk
dihadapi menurun bertanya
c. Edukasi
1. Jelaskan penyebab, cara
identifikasi nyeri
2. Anjurkan mengikuti tindakan
pencegahan sesuai kondisi

Poltekkes Kemenkes Padang


67

2) Keluarga Kriteria hasil : Dukungan 1. Anggota keluarga Intervensi SIKI : Dukungan


mampu keluarga meningkat verbalisasi keinginan Pengambilan Keputusan (I.09265)
mengambil (L.13112) untuk mendukung tindakan yaitu :
keputusan 1. Anggota keluarga anggota keluarga yang a. Observasi
tindakan yang verbalisasi keinginan sakit meningkat dari 1. Identifikasi persepsi mengenail
tepat untuk untuk mendukung skala 1-5 masalah
merawat nyeri anggota keluarga 2. Bekerja sama dengan b. Terapeutik
akut anggota yang sakit meningkat anggota keluarga yang 1. Motivasi mengungkapkan tujuan
keluarga 2. Bekerja sama dengan sakit dalam perawatan yang diharapkan
dengan anggota keluarga menentukan perawatan 2. Fasilitas pengambilan keputusan
HIV/AIDS yang sakit dalam meningkat dari skala 1- secara kolaboratif
menentukan 5 c. Edukasi
perawatan meningkat 3. Bekerja sama dengan 1. Informasikan alternatif solusi
3. Bekerja sama dengan penyedia layanan secara jelas
penyedia layanan kesehatan dalam 2. Berikan informasi yang diminta
kesehatan dalam menentukan perawatan pasien
menentukan meningkat dari skala 1-
perawatan meningkat 5

3) Keluarga Kriteria hasil : tingkat 1. Keluhan nyeri menurun Intervensi SIKI : Manajemen Nyeri
mampu nyeri menurun (L.08066) dari skala 1-5 (I.08238). Tindakan yaitu :
mengambil 1. Keluhan nyeri 2. Meringis menurun dari a. Observasi
keputusan menurun skala 1- 5 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
tindakan yang 2. Meringis menurun 3. Gelisah menurun dari durasi , frekuensi nyeri
tepat untuk 3. Gelisah menurun skala 1-5 2. Identifikasi skala nyeri
merawat nyeri b. Terapeutik
akut anggota 1. Berikan teknik nonfarmakologiis
keluarga untuk mengurangi rasa yeri
dengan c. Edukasi
HIV/AIDS 1. Jelaskan penyebab nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan

Poltekkes Kemenkes Padang


68

nyeri
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri

4) Keluarga Kriteria hasil : 1. Pemeliharaan rumah Intervensi SIKI : Manajemen


mampu Keamanan lingkungan meningkat dari skala 1- Lingkungan (I.14514) Tindakan yaitu
memodifikasi rumah (L.14126) 5 a. Observasi
lingkungan 1. Pemeliharaan rumah 2. Kebersihan 1. Identifikasi keamanan dan
yang sehat meningkat penyimpanan obat kenyaman lingkungan
2. Kebersihan meningkat dari skala 1- b. Terapeutik
penyimpanan obat 5 1. Sediakan ruang yang cukup dan
meningkat 3. Kebersihan hunian aman
3. Kebersihan hunian meningkat dari skala 1- 2. Sediakan lingkungan yang bersih
meningkat 5 dan nyaman
4. Pengaturan suhu 4. Pengaturan suhu 3. Pertahankan konsistensi
ruangan meningkat ruangan meningkat dari lingkungan
skala 1-5 meningkat c. Edukasi
1. Jelaskan cara membuat
lingkungan rumah yang nyaman

5) Keluarga Kriteria hasil : 1. Akses fasilitas Intervensi SIKI : Pengenalan


mampu Status kesehatan keluarga kesehatan meningkat Fasilitas (I.14549). Tindakan yaitu
memanfaatkan meningkat (L.12108) dari skala 1-5 a. Observasi
fasilitas 1. Akses fasilitas 2. Pengawasan perawatan 1. Identifikasi pengetahuan tentang
kesehatan kesehatan meningkat anak meningkat dari fasilitas kesehatan
2. Pengawasan skala 1-5 b. Edukasi
perawatan anak 3. Sumber perawatan 1. Jelaskan peraturan pelayanan
meningkat kesehatan meningkat fasiltas kesehatan
3. Sumber perawatan dari skala 1-5 2. Jelaskan sistem pelayanan
kesehatan meningkat 3. Informasikan fasilitas kesehatan

Poltekkes Kemenkes Padang


69

5. Implementasi
Pada tahap implementasi merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
berdasarkan rencana keperawatan yang telah disusun secara spesifik untuk
setiap individu dan berfokus pada pencapaian hasil. Tindakan yang
dilakukan mencakup monitoring klien terhadap tanda dan perubahan atau
peningkatan, perawatan langsung yang diberikan kepada klien atau
tindakan kolaborasi, pendidikan kesehatan atau intruksi kepada klien
tentang pengelolahan kesehatan dan merujuk klien untuk follow-up care
(IPPKI 2017).

6. Evaluasi Keperawatan Keluarga


Evaluasi keperawatan keluarga adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menilai keberhasilan rencanan tindakan yang telak dilakukan. Apabila
tidak/belum berhasil perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua
tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali
kunjungan kerumah keluarga. untuk itu dapat dilaksanakan secara
bertahap sesuai dengan waktu dan ketersediaan keluarga yang telah
disepakati bersama (Widyanto, 2014).

7. Dokumentasi keperawatan keluarga


Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan suatu catatan yang memuat
seluruh informasi yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosis
keperawatan, menyusun intervensi keperawatan, mengimplementasi dan
mengevaluasi tindakan keperawatan yang disusun secara sistematis, valid
dan dapat dipertanggung jawabkan secara moral dan hukum. Dokumentasi
asuhan keperawatan juga merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang
dimilki perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yang berguna
untuk kepentingan pasien, perawat dan tim kesehatan dalam memberikan
pelayanan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara
tertulis dengan tanggung jawab perawat (Hidayat 2009, dalam Basri dkk,
2020).

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan yaitu deskriptif dengan cara menggambarkan
dan memaparkan masalah penelitian menggunakan desain penelitian studi
kasus. Studi kasus atau penelitian lapangan bertujuan mempelajari secara
intensif latar belakang, status terakhir, dan interaksi lingkungan yang terjadi
pada suatu satuan sosial seperti individu, kelompok, lembaga, atau komunitas
(Siswanto, 2018). Penelitian ini menggunakan studi kasus pada Asuhan
Keperawatan Keluarga Pada Remaja dengan HIV/AIDS di Wilayah Kerja
Puskesmas Seberang Padang Kota Padang untuk mengkaji masalah bio-psiko-
sosio-spritual.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada keluarga An. Y dengan HIV/AIDS di Wilayah
Kerja Puskesmas Seberang Padang Kota Padang Tahun 2021. Waktu
penelitian dilakukan mulai bulan Desember 2020 sampai bulan Juni 2021,
sedangkan waktu untuk menerapkan asuhan keperawatan dilakukan pada
tanggal 12 April sampai 23 April 2021.

C. Populasi dan Sampel


1) Populasi
Populasi yaitu semua individu yang menjadi sumber untuk melakukan
pengambilan sampel, yang terdiri dari objek/subjek yang memiliki kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
ditarik kesimpulannya (Tarjo, 2019). Populasi penelitian ini adalah seluruh
pasien remaja positif HIV/AIDS pada bulan April 2021 di Wilayah Kerja
Puskesmas Seberang Padang Kota Padang yaitu sebanyak 17 remaja positif
HIV umur 15 – 24 tahun.

70
Poltekkes Kemenkes Padang
71

2) Sampel
Sampel merupakan bagian kecil dari anggota populasi yang diambil
berdasarkan prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya (Tarjo,
2019). Teknik pengambilan sampel penelitian ini menggunakan Purposive
Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan memilih sampel
diantara populasi yang ada sesuai dengan tujuan atau masalah penelitian
yang mewakili karakteristik dari populasi. Sampel penelitian ini yaitu satu
orang remaja positif HIV/AIDS. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut :
a. Inklusi
Kriteria inklusi adalah mengambil atau memasukkan objek yang
memenuhi kriteria untuk diikutkan dalam sampel penelitian (Solimun
dkk, 2018). Kriteria inklusi untuk penelitian ini yaitu :
1. klien remaja (batas usia 11-24 tahun menurut WHO atau belum
menikah) dengan HIV/AIDS yang berkunjung ke Puskesmas
Seberang Padang Kota Padang
2. Klien dan keluarga yang mampu berkomunikasi dengan baik dan
lancar serta kooperatif.
3. Klien dan keluarga yang bersedia diberikan asuhan keperawatan
keluarga.
4. Keluarga dengan tingkat kemandirian level I atau II.
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi yaitu mengeluarkan objek yang tidak memenuhi
kriteria (Solimun dkk, 2018). Kritetaria eksklusi untuk penelitian ini
yaitu :
1. Klien remaja HIV/AIDS yang tinggal sendiri tanpa keluarga di
Kota Padang.
2. Klien remaja dengan infeksi oportunistik atau komplikasi.

Dari 17 remaja penderita HIV/AIDS di Wilayah Kerja Puskesmas Seberang


Padang setelah dihubungi terdapat 2 orang yang bersedia diberikan asuhan
keperawatan keluarga. Menurut petugas LKB didapatkan 2 orang sampel yang
bersedia diberikan asuhan keperawatan, setelah ditanyakan dan dihubungi

Poltekkes Kemenkes Padang


72

oleh petugas Puskesmas Seberang Padang, setelah ditanyakan kembali oleh


peneliti didapatakan 1 orang remaja merahasiakan penyakitnya dari keluarga
dan mengatakan untuk tidak ingin memberitahu keluarga, dan hanya 1 orang
yang memenuhi semua kriteria inklusi dan eksklusi, sehingga didapatkan 1
sampel yang sesuai dengan penelitian ini.

D. Alat Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah format pengkajian
asuhan keperawatan keluarga terdiri dari pengkajian, diagnosis keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
Alat instrumen yang digunakan yaitu stetoskop, tensimeter, alat ukur BB, alat
ukur TB. Pengumpulan data didapatkan melalui wawancara atau anamnesa
seperti data umum, riwayat, tahap perkembangan keluarga, struktur keluarga,
fungsi keluarga, stressor dan koping keluarga dan juga harapan keluarga. Data
yang didapatkan melalui obserbvasi yaitu berupa karakteristik rumah dan
pemeriksaan fisik. Data lainnya diperoleh melalui dokumen yang tertulis yang
didapatkan dari medical record di Puskesmas Seberang Padang.

E. Pengumpulan Data
1) Jenis Data
a. Data primer
Data primer adalah bentuk data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara) (Albi Anggito &
Johan Setiawan, 2018). Data pada penelitian ini didapatkan dari hasil
wawancara penderita HIV/AIDS dan keluarga menggunakan format
pengkajian asuhan keperawatan keluarga. Data primer pada penelitiam
ini meliputi pengkajian identitas responden, keluhan utama responden,
keluhan saat ini, riwayat penyakit saat ini, riwayat penyakit dahulu,
aktivitas sehari-hari, data psikososial responden, data spritual, data
sosial ekonomi dan pemeriksaan fisik.
Data yang diperoleh dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu :

Poltekkes Kemenkes Padang


73

a) Data Objektif yaitu data yang ditemukan secara nyata. Data ini
didapatkan melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh
perawat keluarga
b) Data Subjektif yaitu data yang disampaikan secara lisan dari klien
dan keluarga. Data yang diperoleh melalui melalui wawancara
perawat dengan klien dan keluarga
b. Data sekunder
Data sekunder yaitu berupa data dokumen yang dikumpulkan dan
dicatat (Albi Anggito & Johan Setiawan, 2018). Data sekunder pada
penelitian ini diperoleh dari Medical Record Puskesmas Seberang
Padang Kota Padang, data dari kepustakaan, dokumen dari dinas
kesehatan Kota Padang, rekam medis, catatan kesehatan dan laporan
historis responden.

2) Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu :
a) Wawancara
Wawancara yaitu percakapan yang bertujuan untuk penggalian
pemikiran, konsep, dan pengalaman pribadi pendirian atau pandangan
dari narasumber untuk memperoleh informasi (Soewardikoen, 2019).
Dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara bebas terpimpin
tentang data dan keluhan yang dirasakan responden menggunakan
pedoman berupa format pengkajian keperawatan keluarga.
b) Pengukuran
Pengukuran menggunakan alat seperti stetoskop, tensimeter,
termometer, timbangan dan alat ukur TB. Pengukuran bertujuan untuk
memantau kondisi pasien dengan metode mengukur. Pada penelitian ini
dilakukan pengukuran tanda-tanda vital responden yaitu tekanan darah,
suhu, nadi, dan frekuensi pernafasan, pengukuran skala nyeri
menggunakan Numeric rating scale (NRS)

Poltekkes Kemenkes Padang


74

c) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan pemeriksaan Head To Toe kepada
klien dan keluarga untuk menunjang diagnosis yang akan ditegakkan.
Peneliti melakukan pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan status
fisiologis dan pemeriksaan head to toe mulai dari kepala, rambut,
telinga, wajah, hidung, mulut, dada (thorak dan jantung), abdomen, dan
ekstremitas.
d) Studi dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data penelitian dengan
menyalin data tersedia ke dalam form isian yang telah disusun.
Dokumentasi dilakukan menggunakan format asuhan keperawatan,
yaitu format pengkajian keperawatan, analisa data keperawatan, format
intervensi keperawatan, format implementasi keperawatan, format
evaluasi keperawatan serta format dokumentasi keperawatan. Studi
dokumentasi yang dilakukan yaitu dengan meminta data pasien
HIV/AIDS yang berobat.

F. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini adalah
1. Peneliti meminta surat rekomendasi pengambilan data dan surat izin
penelitian dari institusi pendidikan Poltekkes Kemenkes RI Padang ke
Dinas Kesehatan Kota Padang.
2. Peneliti mendatangi Dinas Kesehatan Kota Padang dan menyerahkan surat
izin penelitian dari institusi untuk mendapatkan surat rekomendasi ke
Puskesmas Seberang Padang.
3. Peneliti mendatangi Puskesmas Seberang Kota Padang dan menyerahkan
surat rekomendasi dan surat izin penelitian dari Dinas Kota Padang.
4. Peneliti meminta izin ke Kepala Puskesmas Seberang Padang Kota
Padang.
5. Peneliti mendatangi Poli LKB (Layanan Komprehensif
Berkesinambungan) untuk mengetahui jumlah penderita HIV/AIDS yang
rutin berkunjung ke Puskesmas Seberang Padang Kota Padang

Poltekkes Kemenkes Padang


75

6. Peneliti mendapatkan jumlah populasi remaja yang rutin berkunjungan ke


Puskesmas Seberang Padang
7. Peneliti melakukan pemilihan 1 sample menggunakan teknik Purposive
Sampling berdasarkan pemenuhan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
8. Peneliti melakukan pendekatan pada 1 orang remaja penderita HIV/AIDS
yang sedang berobat di Puskesmas Seberang Padang Kota Padang dengan
didampingi petugas LKB.
9. Peneliti mengunjungi rumah responden.
10. Peneliti memberikan penjelasan maksud dan tujuan dari penelitian yang
di lakukan.
11. Informed Consent diberikan kepada responden.
12. Peneliti meminta waktu responden untuk melakukan pengkajian
menggunakan format pengkajian asuhan keperawatan keluarga dengan
teknik wawancara dan anamnesa. Penulis juga melakukan observasi dan
pengukuran dengan melakukan pemeriksaan fisik secara head to toe pada
responden.
13. Bersama keluarga penulis merumuskan dan menjelaskan intervensi apa
yang akan dilakukan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
keluarga responden.
14. Peneliti melakukan implementasi dan evaluasi dengan dua belas kali
kunjungan pada responden dan setelah itu melakukan dokumentasi
keperawatan dan terminasi terhadap responden.

G. Analisis Data
Data yang ditemukan saat melakukan pengkajian dikelompokkan dan
dianalisis berdasarkan data subjektif dan data objektif, sehingga dapat
dirumuskan diagnosis keperawatan yang tepat, peneliti selanjutnya
menentukan prioritas masalah, kemudian menyusun rencana keperawatan,
melakukan implementasi dan kemudian evaluasi keperawatan keluarga.
Analisis selanjutnya membandingkan asuhan keperawatan keluarga yang telah
dilakukan dengan teori-teori yang ada serta penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB IV
DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kasus
Asuhan keperawatan keluarga dilakukan pada keluarga An.Y, khususnya pada
An.Y dengan masalah HIV/AIDS. Kunjungan dimulai pada tanggal 12 April
2021 sampai 23 April 2021 dengan kunjungan 1 kali sehari sebanyak 12 hari.
Berikut peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian secara narasi.

1. Pengkajian Keperawatan
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 12 April 2021 di rumah keluarga
An.Y didapatkan data, An.Y tinggal bersama Nenek yaitu Ibu D (69 Tahun)
sebagai kepala keluarga dan ibu E (48 Tahun) orangtua An.Y. Klien adalah
anak tunggal dari Ibu E single parent family. Keluarga An.Y merupakan
keluarga besar atau extended family. Karena terdiri dari Ibu D yang tinggal
bersama anaknya Ibu E, dan cucunya An.Y, dan untuk ayah An.Y sudah
meninggal saat An.Y bayi.

Keluarga An.Y bersuku melayu dengan berlatar belakang budaya minang,


semua anggota keluarga beragama islam. Keluarga An. Y adalah keluarga
tahap perkembangan tahap V yaitu keluarga dengan anak remaja. Tujuan
utama pada keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatan
keluarga untuk memberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yang lebih
besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda.

Ibu D tinggal bersama anak keduanya Ibu E dan cucunya An.Y. penghasilan
keluarga berasal dari Ibu D bekerja sebagai buruh gosok dengan penghasilan ±
Rp. 1.200.000 perbulan, An.Y juga bekerja sebagai wiraswasta dan membantu
saudara berjualan dengan penghasilan ± Rp. 1.000.000 perbulan dan Ibu E
sebagai ibu rumah tangga yang mengurus rumah tangga.

76
Poltekkes Kemenkes Padang
77

An.Y mengatakan dinyatakan positif HIV/AIDS pada bulan November 2019.


An.Y juga mengatakan melakukan seks bebas semenjak berusia 16 tahun
karena penasaraan dan ingin coba-coba. An.Y mengatakan 3 bulan sebelum
dinyatakan positif sempat melakukan seks bebas . An.Y mengatakan merasa
kesepian dan kurangnya perhatian dari orangtua, karena orangtua An.Y
bekerja dan tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari Bapaknya yang
sudah meninggal semenjak An.Y bayi.

An.Y mengatakan merasa cemas dengan kondisinya yang mengalami


HIV/AIDS di usia masih remaja, merasa khawatir dengan masa depannya
An.Y dan juga merasa cemas jika tertular ke anggota keluarga yang lain. An.Y
juga tampak cemas saat kunjungan pertama kali dan menjelaskan tentang
maksud kedatangan. An.Y mengatakan kadang sulit tidur karena memikirkan
penyakitnya saat ini.

An.Y juga mengatakan sudah setahun ini berobat dengan teratur setiap
bulannya. An.Y tau akan penyakitnya hanya saja An.Y terkadang merasa
jenuh dan malas untuk minum obat terus menerus. An.Y minum obat 1 kali
sehari, biasanya diminum pada jam 10 malam sebelum tidur. An.Y
mendapatkan pengobatan ARV yaitu Tenofovir Disoproxil Fumarate 300 mg,
Lamivudinade 150 mg dan Efavirenz 600 mg. An.Y mengatakan melakukan
pengobatan di Puskesmas Seberang Padang, obat diminum untuk 30 hari, obat
diminum 1 kali sehari sebelum tidur. Pengobatan ARV yang telah dilakukan
An.Y selama 1 tahun, semenjak mengetahui terdiagnosa HIV.

An Y mengatakan sering merasa sakit kepala, pusing, tampak meringis,


terkadang juga merasa sakit dan nyeri pinggang, nyeri yang dirasakan hilang
timbul, nyeri pinggang yang dirasakan kadang membuat An.Y tidak mampu
berdiri, An.Y juga mengatakan nyeri lebih sering dirasakan setelah 1 tahun
meminum obat ARV yang diakibatkan oleh efeksamping pengobatan.
Didapatkan skala nyeri yang dirasakan An.Y sedang yaitu 5 dengan
melakukan pengukuran menggunakan Numeric rating scale (NRS) dengan

Poltekkes Kemenkes Padang


78

meminta An.Y memilih angka dari 0-10, dengan menjelaskan angka 0 artinya
tidak nyeri, 1-3 nyeri ringan, 4-6 nyeri sedangg, angka 7-10 nyeri berat. An. Y
mengatakan nyeri dirasakan hilang timbul dengan durasi 5 menit.

Riwayat penyakit keluarga yaitu Ibu D pernah dirawat pada tahun 2014 dan
2019 karena penyakit jantung. Ibu E memiliki riwayat gastritis, keluarga
mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit infeksi
menular sebelumnya.

Rumah yang ditempati keluarga An.Y merupakan rumah kontrakan permanen


dengan 10 X 8 meter. Terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu dan keluarga, 1
dapur, dan 1 kamar mandi. Rumah An.Y bersih dan rapi, perabotan tampak
tersusun rapi, lantai rumah tembok yang dialasi karpet, tidak ada benda-benda
yang membahayakan, lantai kamar mandi dari tembok dan sedikit licin.
Ventilasi dan penerangan dirumah cukup. Sumber listrik dari PLN dan air
yang digunakan bersumber dari PDAM untuk mandi, dan memasak.
Sedangkan untuk air minum biasanya menggunakan air isi ulang. Halaman
rumah An.Y tampak bersih dan sampah dibuang ke tempat pembuangan
umum dan untuk limbah menggunakan septic tank.

Keluarga An.Y biasanya berkumpul dirumah pada sore hari saat keluarga
pulang bekerja dan berinteraksi satu sama lain. Keluarga An.Y mengatakan
jarang melakukan perkumpulan dengan masyarakat. Hubungan keluarga An.Y
dengan tetangga juga harmonis, keluarga An.Y mengatakan semenjak An.Y
lahir keluarga merantau kepadang sebelumnya keluarga tinggal dikampung
halaman yaitu di Kerinci. Keluarga beradaptasi dengan baik di lingkungan
yang sekarang. Penduduk dilingkungan rumah An.Y kebanyakan bersuku
minang. Karteristik komunitas tempat tinggal An.Y adalah kelas mengah ke
bawah. Lingkungan di RT merupakan lingkungan yang cukup padat, jarak
satu rumah kerumah lain berjarak 2-3 meter.

Poltekkes Kemenkes Padang


79

Keluarga An. Y dalam kehidupan sehari-hari menggunakan norma dan nilai


sesuai dengan agama dan adat istiadat minangkabau. Pola Komunikasi
Keluarga An.Y mengatakan kurang mendapat perhatian dari orangtuanya dan
lebih tertutup, An.Y setlah 3 bulan terdiagnosa HIV mula terbuka dengan
keluaga mengenai penyakitnya. Sistem pendukung keluarga adalah Ibu D
dalam memutuskan segala hal yang baik untuk keluarga dan sebagai pengatur
kebutuhan sehari-hari dalam keluarga, namun keluarga kurang berperan untuk
mengingatkan An.Y untuk meminum obat dan kurang berperan sebagai
koordinator untuk menemani An.Y ke puskesmas untuk mengambil obat.

Keluarga An.Y menerima saat tahu penyakit yang dialami An.Y dan mencoba
memberikan semangat dan membantu kesembuhanan An.Y, tetapi keluarga
belum sepenuhnya tahu cara merawat An.Y dengan HIV/AIDS. Fungsi afektif
pada keluarga An.y dengan menerima penyakit HIV/AIDS yang dialami
An.Y, memberikan kasih sayang serta mendukung An.Y.

Fungsi perawatan keluarga An.Y juga cukup baik, dimana keluarga An.Y
mampu mengenal masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya, dan
memiliki ketertarikan untuk mengetahui dan mencari tahu masalah kesehatan
yang dialami khususnya HIV/AIDS yang dialami An.Y, akan tetapi belum
melakukan semua hal yang diketahui seperti masalah kecemasan atau ansietas,
pengobatan ARV dan penyebab nyeri. Pengambilan keputusan terkait
tindakan kesehatan cukup baik, terlihat dari saat ada anggota keluarga yang
sakit dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat, dan keluarga An.Y mampu
menerima penjelasan mengenai keputusan yang tepat untuk meningkatkan
kesehatan anggota keluarga.

Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit cukup baik, karena jika ada
anggota keluarga yang sakit, maka anggota keluarga yang lainnya akan ikut
merawat anggota keluarga tersebut. Akan tetapi, untuk merawat anggota
keluarga dengan HIV/AIDS tidak terlalu bisa, karena kurangnya pengetahuan
mengenai cara perawatan yang tepat. Kemampuan keluarga dalam memelihara

Poltekkes Kemenkes Padang


80

kesehatan lingkungan sebenarnya cukup bagus, karena setiap hari selalu


menyapu rumah, meskipun pada beberapa hal kecil sering terlupa seperti
membuka jendela, tapi anggota keluarga mengetahui lingkungan yang sehat,
dan manfaat lingkungan sehat. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada sesuai dengan yang diharapkan dimana anggota keluarga
tahu manfaat dari berbagai fasilitas kesehatan yang ada, dibuktikan dengan
An.Y yang rutin mengambi obat setiap bulannya ke Puskesmas Seberang
Padang.

Stressor jangka pendek yang dialami keluarga kesembuhan An.Y dan agar
tidak menular kepada anggota keluarganya. Keluarga memiliki stressor jangka
panjang yaitu memikirkan biaya kesehatan yang dialami An.Y dan tahap
perkembangan An.Y yang akan memasuki usia dewasa.keluarga ini selalu
menyelesaikan masalah dengan bersama-sama dengan melakukan
musyawarah untuk mencari penyelesaian masalah. Jika ada keluarga yang
bermasalah terkait dengan kesehatan maka keluarga akan segera pergi
kefasilitas kesehatan dan memanfaatkan pelayan kesehatan seperti:
puskesmas, bidan dan rumah sakit.

Keluarga An.Y berharap semua anggota keluarga diberikan kesehatan dan


umur panjang, An.Y berharap penyakitnya tidak menimbulkan komplikasi dan
tidak menular pada anggota yang lainnya, diharapkan dapat ditangani oleh
pelayanan kesehatan dengan tepat dan keluarga bisa merawat An.Y dirumah
dengan benar.

Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan pada An.Y didapatkan KU : baik,


TB:180 cm, BB :50 Kg, IMT : 15,43 kg/m2 (Kurus) sebelum terdiagnosa HIV
BB : 68 Kg TD :120/70 mmHg, HR : 88x/i, RR : 20x/i, kepala bentuk normal,
tidak ada benjolan, tidak ada lesi, rambut berwarna hitam, mata simetris,
sklera tidak ikterik, konjungtia anemis, hidung simetris, tidak ada pernafasan
cuping hidung, tidak sianosis, tidak ada pembengkakan serta lesi, telinga
simetris, tidak tampak serumen, pendengaran bagus, mukosa mulut lembaba,

Poltekkes Kemenkes Padang


81

bibir tidak pucat, lidah berwarna keputihan, tidak ada pelebaran vena
jugularis, kelenjar tiroid, kelenjar limfe pada leher, dada simetris kiri kanan,
fremitus kiri kanan, sonor, auskultasi veskuler, paru pergerakan dada simetris,
tidak ada tarikan dinding dada, fremitus kiri dan kanan, sonor, tidak ada suara
nafas tambahan, jantung ictus cordis tidak tampak dan tidak teraba, redup,
tidak ada bunyi jantung tambahan dan irama jantung teratur, abdomen tidak
ada asites, bising usus normal, tympani, tidak ada pembesaran organ,
ekstremitas tidak ada masalah dan genitalia tidak dilakukan pemeriksaan

2. Diagnosis Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian pada keluarga An.Y, perawat mendapatkan data
subjektif dan data objektif, dimana dari analisa data dapat diangkat diagnosis
keperawatan diantaranya :

Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (D.0080). Dimana


didapatkan data menurut An.Y merasa cemas dengan kondisinya yang
mengalami HIV/AIDS diusia masih remaja, An.Y merasa khawatir dengan
masa depannya, mengatakan takut jika penyakitnya ini menimbulkan
komplikasi yang parah dan anggota keluarga yang lain ikut tertular penyakit
HIV/AIDS. An.Y mengatakan kadang sulit tidur karena memikirkan
penyakitnya saat ini. An.Y juga tampak cemas saat pertama kali melakukan
kunjungan kerumah

Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan


Kompleksitas program pengobatan (D.0142). Dimana didapatkan data
An.Y merasa jenuh meminum obat, An.Y mengatakan terkadang malas untuk
minum obat, dan keluarga mengatakan An.Y sulit disuruh minum obat.

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077).


Dimana didapatkan data An.Y mengatakan terkadang merasa sakit kepala,
merasakan nyeri pada pinggang, nyeri yang dirasakan hilang timbul dengan
durasi 5 menit, dengan skala nyeri 5

Poltekkes Kemenkes Padang


82

Setelah didapatkan diagnosis keperawatan lalu perawat memperioritaskan


masalah berdasarakan sifat masalah, kemungkinan masalah dapat diubah,
potensial untuk dicegah, dan menonjolnya masalah dan didapatkan masalah
utama yaitu Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (D.0080)

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan dibuat perawat berdasarkan diagnosis yang telah
didapatkan, lalu dibuat intervensi untuk memecahkan masalah yang telah
didapatkan, berdasarkan tujuan umum dan tujuan khusus yang dilengkapi
dengan kriteria.

Diagnosis pertama Ansietas berhubungan dengan krisis Situasional


(D.0080). Tujuan umum dari diagnosis ini adalah setelah dilakukan intervensi
keperawatan keluarga mampu mengenal masalah kesehatan keluarga tentang
ansietas pada pasien HIV/AIDS, sesuai dengan tugas keperawatan keluarga
yang pertama yaitu mengenal masalah ansietas dengan intervensi SIKI
Edukasi proses penyakit (I.12444)

Tujuan yang kedua yaitu mengambil keputusan dengan rencana kegiatan


mengkaji keputusan keluarga dalam merawat anggota dengan masalah
ansietas dengan intervensi SIKI Dukungan Pengambilan Keputusan
(I.09265). Motivasi keluarga untuk mengamil keputusan dan menyebutkan
perawatan ansietas pada penderita HIV/AIDS

Tujuan ketiga merawat anggota keluarga dengan rencana kegiatan ajarkan


keluarga bagaimana cara merawat anggota keluarga dengan ansietas dengan
intervensi SIKI Manajemen Stress (I.09293) dengan mendemonstrasikan
teknik hipnotis lima jari (menyentuh lima jari secara berurutan dengan
membayangkan kenangan), motivasi keluarga untuk melakukan atau
menyebutkan perawatan memberikan perawatan ansietas. Tindakan yang
dapat dilakukan yaitu teknik hipnotis lima jari (menyentuh jari dan
membayangkan kenangan).

Poltekkes Kemenkes Padang


83

Rencana yang keempat memodifikasi lingkungan intervensi SIKI


Manajemen Kesehatan Lingkungan (I.08237) dengan rencana kegiatan kaji
pengetahuan keluarga, diskusikan dengan keluarga tentang lingkungan yang
baik dan nyaman yang menunjang kesehatan

Rencana kelima memanfaatkan fasilitas kesehatan intervensi SIKI


Pengenalan Fasilitas Kesehatan (I.14549) dengan rencana kegiatan kaji
pengetahuan keluarga, diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kesehatan,
beri pujian dan evaluasi kembali tentang memanfaatkan fasilitas kesehatan.

Diagnosis kedua yaitu Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan


dengan komplesitas program pengobatan (D.0115), dengan tujuan umum
dari diagnosis ini adalah setelah dilakukan intervensi keperawatan keluarga
mampu mengenal masalah kesehatan keluarga tentang manajemen kesehatan
keluarga tidak efektif pada pesien HIV/AIDS, sesuai dengan tugas
keperawatan keluarga yang pertama yaitu mengenal masalah tentang
manajemen kesehatan dengan intervensi SIKI Edukasi Kesehatan (I.12383)

Tujuan yang kedua yaitu mengambil keputusan dengan intervensi SIKI


Dukungan Keluarga Merencanakan Perawatan (I.13477) dengan rencana
kegiatan mengkaji keputusan keluarga dalam merawat anggota dengan
masalah manajemen kesehatan keluarga tidak efektif. Motivasi keluarga untuk
mengamil keputusan dan menyebutkan perawatan manajemen kesehatan
keluarga tidak efektif pada penderita HIV/AIDS

Tujuan ketiga merawat anggota keluarga menggunakan intervensi SIKI


Edukasi Program Pengobatan (I.12441) dengan rencana kegiatan ajarkan
keluarga bagaimana cara merawat anggota keluarga dengan pemeliharaan
kesehatan tidak efektif, motivasi keluarga untuk melakukan atau menyebutkan
perawatan memberikan manajemen kesehatan keluarga tidak efektif. dimana
tindakan yang dapat dilakukan adalah pendidikan kesehatan mengenai
manajemen pengobatan ARV untuk pasien HIV/AIDS

Poltekkes Kemenkes Padang


84

Rencana yang keempat memodifikasi lingkungan menggunanakan intervensi


SIKI Manajemen Lingkungan (I.14514) dengan rencana kegiatan kaji
pengetahuan keluarga, diskusikan dengan keluarga tentang lingkungan yang
baik dan nyaman yang menunjang kesehatan

Rencana kelima memanfaatkan fasilitas kesehatan menggunakan intervensi


SIKI Pengenalan Fasilitas Kesehatan (I.14549) dengan rencana kegiatan
kaji pengetahuan keluarga, diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas
kesehatan, beri pujian dan evaluasi kembali tentang memanfaatkan fasilitas
kesehatan.

Diagnosis ketiga yaitu Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera


fisiologis (D.0077), dengan tujuan umum dari diagnosis ini adalah setelah
dilakukan intervensi keperawatan keluarga mampu mengenal masalah
kesehatan keluarga tentang nyeri pada penderita HIV/AIDS, sesuai dengan
tugas keperawatan keluarga mampu mengenal masalah kesehatan keluarga
tentang nyeri pada penderita HIV/AIDS dengan menggunakan intervensi
SIKI Edukasi Manajemen Nyeri (I.12391)

Tujuan yang kedua yaitu mengambil keputusan menggunakan intervensi


SIKI Dukungan Pengambilan Keputusan (I.09265) dengan rencana
kegiatan mengkaji keputusan keluarga dalam merawat anggota dengan
masalah nyeri. Motivasi keluarga untuk mengamil keputusan dan
menyebutkan perawatan nyeri pada penderita HIV/AIDS

Tujuan ketiga merawat anggota keluarga menggunakan intervensi SIKI


Manjemen Nyeri (I.08238) dengan rencana kegiatan ajarkan keluarga
bagaimana cara merawat anggota keluarga dengan nyeri, motivasi keluarga
untuk melakukan atau menyebutkan perawatan memberikan perawatan nyeri.
Dimana tindakan yang dapat dilakukan adalah demonstrasi teknik relaksasi
otot progresif (relaksasi mengkombinasikan latihan nafas dalam dan relaksasi
otot)

Poltekkes Kemenkes Padang


85

Rencana yang keempat memodifikasi lingkungan menggunakan intervensi


SIKI Manajemen Lingkungan (I.14514) dengan rencana kegiatan kaji
pengetahuan keluarga, diskusikan dengan keluarga tentang lingkungan yang
baik dan nyaman yang menunjang kesehatan

Rencana kelima memanfaatkan fasilitas kesehatan menggunakan intervensi


SIKI Pengenalan Fasilitas (I.14549) dengan rencana kegiatan kaji
pengetahuan keluarga, diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kesehatan,
beri pujian dan evaluasi kembali tentang memanfaatkan fasilitas kesehatan.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada keluarga An.Y yaitu berdasarkan
intervensi yang telah dibuat berdasarkan diagnosis yang ditetapkan. Diagnosis
yang pertama yaitu, ansietas berhubungan dengan krisis situasional,
implementasi TUK 1 dilakukan pada tanggal 14 April 2021 yaitu mengenal
masalah kesehatan dengan menanyakan dan mendiskusikan dengan keluarga
mengenai ansietas, mendiskusikan penyebab ansietas akibat HIV/AIDS
dengan menjelaskan pengertian, penyebab HIV, Faktor penularan HIV, tanda
dan gejala HIV, serta menjelaskan tanda dan gejala ansietas. Pada tanggal 15
April 2021 melakukan implementasi TUK 2 dengan menjelaskan tentang
mengambil keputusan pada anggota keluarga yang terkena ansietas dengan
merekomendasikan kepada keluarga perawatan ansietas dengan teknik
hipnotis lima jari. Selanjutnya tanggal 16 April 2021 melakukan implementasi
TUK 3 yaitu merawat anggota keluarga yang mengalami HIV/AIDS dengan
ansietas dengan mendemostrasikan teknik hipnotis lima jari (menyentuh jari
dengan membayangkan kenangan ) untuk mengurangi tingkat kecemasan yang
dialami dengan menggunakan media lembar balik dan leafleat, diharapkan
keluarga mampu melakukan perawatan pada keluarga dengan ansietas akibat
HIV/AIDS.

Diagnosis kedua Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif


berhubungan dengan kompleksitas program pengobatan implementasi

Poltekkes Kemenkes Padang


86

TUK 1 dilakukan pada tanggal 17 April 2021 yaitu mengenal masalah


kesehatan dengan menanyakan dan mendiskusikan dengan keluarga
manajemen kesehatan, sekaligus implementasi TUK 2 yaitu menganjurkan
keluarga untuk mengambil keputusan dalam memanajemen kesehatan
keluarga pada keluarga yang menderita HIV/AIDS dan diharapkan klien dan
keluarga mampu mengambil keputusan mengenai manajemen kesehatan
keluarga pada keluarga dengan HIV/AIDS. Selanjutnya tanggal 18 April 2021
melakukan implementasi TUK 3 yaitu bagaimanan cara perawatan dengan
manajemen pengobatan ARV dengan HIV/AIDS dimana pada implementasi
ini menggunakan metode diskusi dan tanya jawab menggunakan metode
diskusi dan tanya jawab menggunakan media lembar balik dan leaflet,
diharapkan keluarga mampu melakukan perawatan pada keluarga dengan
HIV/AIDS

Diagnosis ketiga yaitu Nyeri akut berhubungan dengan krisis situasional


dilakukan pada tanggal 19 April 2021 yaitu TUK 1 megenal masalah
kesehatan dengan menanyakan dan mendiskusikan dengan keluarga terkait
pengertian, penyebab, serta tanda dan gejala nyeri pada penderita HIV/AIDS.
Sekaligus melakukan implementasi TUK 2 dengan menjelaskan tentang cara
mengambil keputusan pada anggota keluarga yang mengalami HIV/AIDS dan
nyeri. Selanjutnya tanggal 20 April 2021 melakukan implementasi TUK 3
yaitu merawat anggota keluarga yang mengalami nyeri dengan
mendemonstrasikan teknik relaksasi progresif untuk mengurangi tingkat nyeri
yang dialami dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet, diharapkan
keluarga mampu melakukan perawatan pada keluarga dengan nyeri

Pada tanggal 21 April 2021 dilakukan implementasi TUK 4 yaitu cara


memodifikasi lingkungan yang aman dan nyaman untuk penderita HIV/AIDS,
dan diharapkan keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang aman dan
nyaman, bersih dan sehat. Pada tanggal 21 April 2021 dilakukan implementasi
TUK 5 menjelaskan dan mendiskusikan pemanfaatan pelayanan kesehatan
bagi penderita HIV/AIDS agar klien dan keluarga mampu memanfaatkan

Poltekkes Kemenkes Padang


87

fasilitas kesehatan yang tersedia dalam melakukan pemeriksaan kesehatan


pada pasien HIV/AIDS dan juga sebagai tempat berobat secara rutin

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan setiap kali implementasi selesai dilakukan, saat
implementasi pada diagnosis pertama yaitu Ansietas berhubungan dengan
krisis situasional yang dilakukan pada 14 April 2021 didapatkan evaluasi
TUK 1 yaitu subjektif (S) klien dan keluarga mengatakan sudah mengerti
pengertian, tanda dan gejala serta penyebab dari ansietas yang dialami.
Evaluasi objektif (O) klien dan keluarga tampak mengerti dan paham serta
dapat mengulangi materi yang dijelaskan menggunakan bahasa sendiri dan
memiliki ketertarikan dengan materi yang dijelaskan. Evaluasi analisa (A)
masalah mengenal masalah ansietas teratasi dan evaluasi planning (P)
intervensi edukasi proses penyakit dengan mengenal masalah ansietas
dihentikan.

TUK 2 pada tanggal 15 April 2021 didapatkan evaluasi objektif (S), klien dan
keluarga mengatakan mampu mengambil keputusan untuk perawatan An.Y
dengan masalah Ansietas, yaitu mampu mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan untuk mengurangi tingkat kecemasan dengan menyetujui
perawatan menggunakan teknik hipnotis lima jari. Evaluasi objektif (O) klien
tampak mengerti dan mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
ansietas yang dialami. Evaluasi analisa (A) masalah mengambil keputusan
tindakan yang tepat untuk mengatasi ansietas teratasi dan evaluasi planning
(P) intervensi dukungan pengambilan keputusan untuk perawatan ansietas
dihentikan.

TUK 3 yang dilakukan pada tanggal 16 April 2021 didapatkan evaluasi (S)
klien dan keluarga mengatakan mengerti dan bisa melakukan teknik hipnotis
lima jari meskipun harus melihat catatan terlebih dahulu. Evaluasi objektif (O)
klien bisa melakukan teknik hipnotis lima jari dengan benar dan mengikuti
instuksi yang diberikan dengan baik, Klien mengatakan merasa lebih relaks

Poltekkes Kemenkes Padang


88

setelah melakukan teknik hipnotis lima jari, An.Y dari tampak tegang dan
takut menjadi lebih rileks dan tidak mengungkapkan ketakutan lagi. Evaluasi
analisa (A) masalah ansietas dengan keluarga mampu melakukan perawatan
untuk mengatasi ansietas teratasi dan evaluasi planning (P) intervensi
manajemen stress dilanjutkan dengan An.Y tetap melakukan teknik hipnotis
lima jari secara rutin serta diberi penjelasan mengenai pengendalian stress dan
membuat kecemasan menurun.

Kemudian evaluasi diagnosis kedua Manajemen Kesehatan Keluarga tidak


efektif berhubungan dengan kompleksitas program pengobatan setelah
dilakukan tindakan keperawatan untuk TUK 1 pada tanggal 17 April 2021
didapatkan evaluasi subjektif (S), klien dan keluarga mengatakan sudah
mengerti dengan pengertian, tanda dan gejala serta penyebab dari manajemen
kesehatan keluarga tidak efektif terhadap HIV/AIDS yang dialami An.Y
evaluasi objektif (O) klien dan keluarga tampak mengerti dan paham, serta
dapat mengulangi materi yang dijelaskan dengan bahasa sendiri dan memiliki
ketertarikan dengan materi yang dijelaskan. Evaluasi analisa (A) masalah
mengenal manajemen kesehatan keluarga tidak efektif teratasi dan evaluasi
planning (P) intervensi edukasi kesehatan manajemen kesehatan efektif
dihentikan.

TUK 2 yang juga dilakukan pada tanggal 17 April 2021 didapatkan evaluasi
subjektif (S) Klien dan keluarga mengatakan mampu mengambil keputusan
terkait perawatan yang akan dilakukan untuk masalah manajemen kesehatan
tidak efektif yaitu dengan melakukan tindakan yang membuat manajemen
kesehatan keluarga menjadi efektif dengan manajemen pengobatan ARV.
Evaluasi objektif (O) klien tampak mengerti dan mampu mengambil
keputusan untuk mengatasi masalah yang dialami dengan menyetujui
melakukan manajemen pengobatan ARV. Evaluasi analisa (A) masalah
keluarga mampu mengambil keputusan tindakan yang tepat untuk manajemen
kesehatan keluarga dengan HIV/AIDS teratasi dan evaluasi planning (P)
intervensi dukungan keluarga merencanakan perawatan dihentikan.

Poltekkes Kemenkes Padang


89

TUK 3 18 April 2021 didapatkan evaluasi (S), klien dan keluarga mengatakan
sudah mengerti dengan materi yang dijelaskan dan mengetahui manajemen
pengobatan ARV untuk An.Y. Evaluasi objektif (O) klien dan keluarga
tampak mengerti dan mampu merawat anggota keluarga yang sakit, klien dan
keluarga mampu menyebutkan kembali pentingnya pengobatan ARV
menggunakan bahasanya sendiri. Evaluasi analisa (A) masalah keluarga
mampu merawat anggota keluarga dengan masalah manajemen kesehatan
tidak efektif dengan manjemen pengobatan ARV teratasi dan evaluasi
planning (P) intervensi dilanjutkan dengan memberikan penjelasan agar An.Y
menerapkan manajemen pengobatan ARV untuk manajemen kesehatan
keluarga kedepannya dan mampu menerapkan manajemen kesehatan keluarga.

Evaluasi diagnosis ketiga Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera


fisiologis setelah dilakukan tindakan keperawatan untuk TUK 1 pada tanggal
19 April 2021 didapatkan evaluasi subjektif (S), klien dan keluarga
mengatakan sudah mengerti dengan pengertian, tanda dan gejala serta
penyebab nyeri akut dengan HIV/AIDS. Evaluasi objektif (O) klien dan
keluarga tampak mengerti dan paham, serta dapat mengulangi materi nyeri
yang dijelaskan menggunakan bahasa sendiri dan memiliki ketertarikan
dengan materi nyeri yang dijelaskan. Evaluasi analisa (A) mengenal masalah
nyeri akut dengan HIV/AIDS teratasi dan evaluasi planning (P) intervensi
edukasi manajemen nyeri untuk mengenal masalah kesehatan nyeri
dihentikan.

Tuk 2 yang juga dilakukan pada tanggal 19 April 2021 didapatkan evaluasi
subjektif (S), klien dan keluarga mengatakan mampu mengambil keputusan
perawatan untuk masalah nyeri dengan menyetujui melakukan perawatan
nyeri menggunakan manajemen nyeri. Evaluasi objektif (O) klien tampak dan
mampu mengambil keputusan untuk melakukan perawatan nyeri. Evaluasi
analisa (A) masalah keluarga mampu mengambil keputusan tindakan yang
tepat untuk merawat anggota keluarga HIV/AIDS dengan nyeri teratasi, dan
evaluasi planning (P) intervensi dukungan mengambil keputusan dihentikan.

Poltekkes Kemenkes Padang


90

TUK 3 yang dilaksanakan pada tanggal 20 April 2021 didapatkan evaluasi (S)
klien dan keluarga mengatakan mengerti dan mampu melakukan teknik
relaksasi progresif meskipun harus melihat catatan terlebih dahulu. Evaluasi
objektif (O) klien tampak mengerti dan bisa mengikuti instruksi dengan baik
dan keluarga tampak bisa merawat anggota keluarga yang sakit dengan
menggunakan teknik relaksasi otot progresif, klien mengatakan skala nyeri
menurun dari skala 5 menjadi skala 3, klien mengatakan lebih merasa tenang
dan nyaman setelah melakukan relaksasi otot progresif. Evaluasi analisa (A)
masalah keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan masalah nyeri
menggunakan teknik relaksasi otot progresif teratasi dan evaluasi planning (P)
intervensi dilanjutkan dengan menjelaskan agar An.Y melakukan teknik
relaksasi progresif untuk nyeri.

TUK 4 yang dilakukan pada tanggal 21 April 2021 didapatkan evaluasi (S),
klien dan keluarga mengatakan mengerti dan bisa melakukan modifikasi
lingkungan untuk mengatasi masalah kesehatan dengan HIV/AIDS. Evaluasi
objektif (O) klien dan keluarga tampak mengerti dan mampu memodifikasi
lingkungan dengan melakukan penataan rumah lebih nyaman serta melakukan
pemantauan anak meminum obat dirumah. Evaluasi analisa (A) masalah
keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang sehat teratasi dan evaluasi
planning (P) intervensi manajemen lingkungan dihentikan.

TUK 5 dilakukan pada tanggal 22 April 2021 didapatkan evaluasi (S)


subjektif tentang fasilitas kesehatan dan manfaatnya untuk perawatan
HIV/AIDS. Evaluasi objektif (O) klien tampak mengerti dan bisa menjelaskan
kembali tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang ada untuk perawatan dan
pengobatan HIV/AIDS dengan bahasa sendiri, klien mengatakan rutin
melakukan pengobatan setiap bulan. Evaluasi analisa (A) masalah keluarga
mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan tertasu dan evaluasi planning (P)
intervensi pengenalan fasilitas kesehatan dihentikan.

Poltekkes Kemenkes Padang


91

Evaluasi semua implementasi yang dilakukan pada tanggal 23 April 2021


didapatkan hasil evaluasi (S), klien dan keluarga mengatakan sudah mengerti
dengan HIV/AIDS dan masalah kesehatan yang dialami mulai dari ansietas,
manajemen kesehatan keluarga tidak efektif, dan nyeri akut. Klien dan
keluarga mengatakan sudah bisa mengambil keputusan terkait masalah
kesehatan yang dialami, kemudian klien dan keluarga mengatakan sudah
mampu merawat anggota keluarga yang sakit sesuai dengan masalah yang
dialami, klien dan keluarga juga mengatakan mampu memodifikasi
lingkungan, dan klien beserta keluarga mengatakan mengerti dengan manfaat
fasilitas kesehatan yang ada. Evaluasi objektif (O) klien dan keluarga tampak
mampu mengulang kembali dengan baik materi yang telah dijelaskan pada
pertemuan-pertemuan sebelumnya. Evaluasi analisa (A) masalah teratasi dan
evaluasi planning (P) intervensi dihentikan. Meskipun demikian tetap diberi
penjelasan agar klien dan keluarga melakukan semua penjelasan dan
demonstrasi yang diberikan agar status kesehatan klien dan keluarga
meningkat, serta tingkat kemamndirian keluarga menjadi meningkat.

B. Pembahasan Kasus
Setelah dilakukan penerapan asuhan keperawatan keluarga pada remaja
dengan HIV/AIDS di wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang, maka pada
bab pembahasan ini penulis akan menjabarkan adanya kesesuaian maupun
kesenjangan yang terdapat pada pasien antara teori dan kasus. Tahapan
pembahasan sesuai dengan tahapan asuhan keperawatan keluarga yang
dimulai dari pengkajian, merumuskan diagnosis, menyusun rencana
keperawatan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses perawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap
pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kenyataan. Kebenaran data sangat penting
dalam merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan memberikan

Poltekkes Kemenkes Padang


92

pelayanan keperawatan sesuai dengan respon individu (Nursalam, 2015).


Sesuai dengan teori yang di jabarkan, penulis melakukan pengkajian
keluarga sesuai dengan teori (Friedman (2010), pengkajian pada penderita
HIV/AIDS menggunakan metode wawancara, observasi/pengamatan,
pemeriksaan fisik dari anggota keluarga (head to toe), studi dokumentasi
untuk menambah data yang diperlukan.

Pengkajian yang dilakukan pada keluarga An.Y remaja usia 24 tahun.


Berdasarkan data diatas An.Y terinfeksi HIV/AIDS disebabkan karena
seks bebas tanpa kondom. Didukung dengan teori dalam French (2015)
infeksi HIV terjadi melalui hubungan intim tanpa kondom. Data ini juga
didukung oleh penelitian Sidjabat et al (2017) perilaku seksual yang tidak
aman atau berisiko tinggi terinfeksi HIV,terbukti dari usia pertama
berhubungan seksual yang masih muda, tidak konsisten menggunakan
kondom, dan berhubungan seksual dengan pasangan seksual lebih dari
satu menjadi faktor risiko kejadian HIV.

An. Y melakukan seks bebas karena penasaran dan akibat rasa ingin coba-
coba. Menurut teori dalam Ali (2012) salah satu karakteristik
perkembangan remaja yaitu keinginan mecoba segala sesuatu, karena rasa
ini remaja cenderung ingin berpetualang, menjelajahi segala sesuatu dan
ingin mencoba segala sesuatu. Didukung Penelitian Utara (2013) dimana
remaja memiliki keingintahuan besar yang menyebabkan ingin mencoba
segala sesuatu yang menyebakan remaja melakukan perilaku menyimpang.
Sesuai dengan penelitian Sangadah (2020) yaitu faktor penyebab seks
bebas pada remaja berasal dari faktor internal seperti rasa penasaran serta
ingin tahu dan dari keluarga yang tidak utuh orangtua bahkan kurang
perhatiaan orang tua untuk anaknya.

Tipe keluarga An.Y extended family dan single parent family Karena
terdiri dari nenek An.Y, dan Ibu An.Y, orangtua An.Y merupakan Single
Parent dimana Ayah An.Y sudah meninggal ketika An.Y masih bayi.

Poltekkes Kemenkes Padang


93

An.Y merasa kurangnya kasih sayang dari ayah yang sudah meninggal dan
kurangnya perhatian akibat orangtua yang bekerja. Data sesuai dengan
teori dalam Iskandar (2015) bentuk keluarga tidak lengkap akibat
perceraian atau meninggal akibatnya terganggunya pola asuh juga dapat
menjadi faktor pemicu remaja terjangkit HIV/AIDS.

Data diatas sesuai dengan penelitian Maimunah (2015) terdapat hubungan


yang sangat signifikan antara keluarga dengan orang tua tunggal dengan
prilaku seksual penyebab HIV/AIDS, remaja merasa bebas dan mencoba
prilaku menyimpang seperti seks bebas karena kesibukan orang tua
sehingga tidak bisa mengontrol tingkah laku anaknya.

Keluarga An.Y berlatar budaya minang, tidak ditemukan pengaruh budaya


suku yang berkaitan dengan kesehatan keluarga remaja dengan
HIV/AIDS. Status sosial ekonomi keluarga An.Y menengah kebawah dan
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini sedikit berbeda
dengan penjelasan Susilowati (2018) dimana status sosial ekonomi dapat
menjadi faktor pemicu seseorang tertular HIV/AIDS, penularan
HIV/AIDS disebebakan karena tingkat sosial yang tinggi sehingga
dinyatakan menderita HIV/AIDS karena alasan adanya status coba-coba
dalam seks.

Keluarga An. Y adalah keluarga tahap perkembangan tahap V yaitu


keluarga dengan anak remaja. Menurut teori dalam Erna (2014) pada tahap
keluarga dengan anak remaja memiliki permasalahan prioritas kesehatan
reproduksi seperti penyakit infeksi menular HIV/AIDS dan tindakan
kekerasan seksual. Di dukung oleh penelitian Wulandari (2014) pada tahap
keluarga dengan remaja memiliki masalah kesehatan yang lebih kompleks,
yaitu terkait dengan masa pubertas, didapatkan masalah kesehatan remaja
berawal dari perilaku berisiko seperti seks bebas yang menjadi faktor
terjadinya HIV/AIDS.

Poltekkes Kemenkes Padang


94

An.Y merasa cemas dan takut terkait kondisinya, masa depannya dan
mengatakan takut jika penyakitnya ini menimbulkan komplikasi yang
parah dan keluarganya ikut tertular penyakit HIV/AIDS, sulit tidur karena
memikirkan penyakitnya. Hal ini disebut ansietas pada pasien HIV/AIDS,
sesuai dengan penelitian Ethel, Dkk (2016) infeksi virus HIV menjadi
bagian dari penyakit kronis yang menimbulkan tekanan psikologis yang
tinggi dan rasa cemas pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Kecemasan
sangat berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti, tidak berdaya. ODHA
mengalami kecemasan lebih tinggi dibandingkan dengan orang pada
umumnya.

Data diatas juga didukung oleh penelitian Beydag (2012) HIV/AIDS


penyakit yang tingkat kematian penderitanya tinggi, maka remaja yang
mengidap penyakit ini timbul rasa kecemasan, hasil penelitian
menunjukkan pada kelompok usia 17 – 30 tahun memperoleh skor yang
paling tinggi tingkat kecemasan, alasannya pada kelompok usia tersebut
belum memiliki pengalaman yang cukup untuk melakukan koping dalam
mengatasi rasa sakit yang dialami.

An.Y merasa jenuh untuk memimun obat terus menerus, keluarga


mengatakan terkadang An.Y malas minum obat, kurangnya kepatuhan
An.Y dalam pengobatan. Keluarga kurang memperhatikan kepatuhan
pengobatan anak remaja. Menurut Avelina (2018) bahwa perawatan dan
pengobatan HIV/AIDS membutuhkan waktu yang lama terkadang dapat
menyebabkan penderita menghentikan pengobatan. Selain itu juga karena
rasa bosan, banyaknya jenis obat, efek samping serta komplikasi yang
mungkin dialami. Untuk mencegah resistensi obat dan tetap bertahan
dengan kepatuhan yang tinggi, memerlukan disiplin pribadi dan bantuan
agar selalu minum obat, dalam hal ini keluarga sangat berperan penting
dalam perawatan dan pengobatan HIV/AIDS.

Poltekkes Kemenkes Padang


95

Data diatas sesuai dengan penjelasan Komisi Penanggulangan AIDS


Kabupaten Medium (2015) dimana ketidakpatuhan pengobatan ARV
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum
obat ARV yaitu karena pasien masih belum merasakan sakit jadi tidak
mau minum obat ARV, ODHA merasa bosan karena harus minum obat
seumur hidup, karakteristik penyakit penyerta atau infeksi oportunistik
hubungan pasien dengan tenaga kesehatan dan hubungan pasien dengan
keluarga. didukung juga dengan Penelitian Fresia (2017) ARV harus
diminum setiap hari pada pasien HIV, akibatnya sering menimbulkan
kebosanan.

An.Y mendapatkan pengobatan ARV yaitu Tenofovir Disoproxil Fumarate


300 mg, Lamivudinade 150 mg dan Efavirenz 600 mg. An.Y mengatakan
melakukan pengobatan di Puskesmas Seberang Padang, obat diminum
untuk 30 hari, obat diminum 1 kali sehari sebelum tidur jam 22.00 WIB.
Pengobatan ARV yang telah dilakukan An.Y selama 1 tahun, semenjak
mengetahui terdiagnosa HIV. Menurut (Kemenkes 2011) panduan obat
ARV harus menggunakan 3 macam jenis obat yang terserap dan berada
dalam dosis terapeutik yang bertujuan untuk menjamin efektivitas
penggunaan obat, pengobatan ARV diberikan dapat terdiri TDF + 3TC +
EFV yaitu Tenofovir + Lamivudine + Efavirenz. Fungsi penggunaan ARV
yaitu untuk membantu mengontrol infeksi HIV, membantu mengurangi
jumlah HIV pada tubuh sehingga membuat kinerja sistem imun tubuh
meningkat dan menurunkan peluang terjadinya komplikasi HIV seperti
infeksi baru dan kanker, serta meningkatkan kualitas kehidupan. Didukung
dengan Penelitian Pada et al (2020) kombinasi obat ARV yang paling
efektif dan paling banyak digunakan untuk pasien HIV/AIDS yaitu TDF +
TC + EFV yang efektif untuk meningkatkan jumlah kadar CD4 yang
berfungsi dalam sistem imun tubuh.

An.Y sering mengalami nyeri kepala, pusing dan nyeri pinggang, skala 5,
An.Y juga mengatakan nyeri yang dirasakan semenjak meminum obat

Poltekkes Kemenkes Padang


96

ARV akibat efeksamping pengobatan. Sesuai dengan teori dalam Hidayati


(2019) gejala HIV/AIDS yang dirasakan dapat berupa nyeri kepala yang
semakin parah yang merupakan gejala neurologis atau terganggunya
sistem saraf. Menurunnya sistem imun semakin lama akan memperburuk
kekebalan tubuh, akibatnya virus HIV mulai menampakkan gejala seperti
gangguan neurologis. Hal ini sesuai dengan penjelasan Kemenkes (2011)
pengobatan ARV dapat menimbulkan efek samping jangka pendek yaitu
sakit kepala, mual, muntah, diare, dan nyeri otot. Efek samping ini
berbeda-beda pada setiap orang. Didukung juga dengan penelitian
Puspasari, Dkk ( 2018) yaitu efek samping yang sering terjadi adalah
terkait sistem saraf pusat yang tidak spesifik sehingga menyebabkan mual,
pusing, vertigo dan nyeri kepala.

Pola komunikasi orang tua dengan remaja juga dapat menjadi faktor
pemicu anak tertular HIV/AIDS. An.Y mengatakan sering merasa
kesepian dan kurang diperhatikan oleh keluarga karena nenek bekerja saat
An.Y masih anak-anak dan kurang terbuka, An.Y mulai terbuka setelah 3
bulan terdiagnosa HIV pada keluarga, untuk saat ini keluarga An.Y lebih
banyak dirumah, hanya nenek atau Ny.E yang bekerja sebagai buruh kerja.
Pola komunikasi orang tua mengenai seksualitas atau kesehatan reproduksi
sangat penting dilakukan untuk mencegah dampak perilaku berisiko pada
remaja. Hal ini Sesuai dengan yang dijelaskan Iskandar (2015) kurangnya
komunikasi antara remaja dan orang tua menyebabkan remaja memilih
tertutup, serta tidak adanya kepekaan orang tua, pengawasaan orang tua
terhadap perilaku remaja yang mengarah pada infeksi HIV/AIDS.

Data diatas didukung oleh penelitian Yuliantini (2012) banyaknya orang


tua yang kurang mengawasi pergaulan anak dan kurangnya kasih sayang
orangtua bisa menjadi penyebab utama seorang remaja menjadi salah
pergaulan dan terjerumus pada hal-hal negatif salah satunya seks bebas
yang menjadi pemicu penyakit HIV/AIDS.

Poltekkes Kemenkes Padang


97

Keluarga An.Y mengatakan jarang melakukan perkumpulan dengan


masyarakat sekitar, biasanya berkumpul jika ada acara penting seperti
pesta pernikahan. An.Y mengatakan setelah mengetahui terkena
HIV/AIDS jarang melakukan perkumpulan bersama teman-teman.
Menurut penelitian Nila, Dkk (2019) pengalaman interaksi sosial orang
dengan HIV/AIDS terhadap lingkungan masyarakat tempat tinggal, tempat
kerja, serta di lingkungan keluarga mereka cenderung menarik diri.

Fungsi afektif pada keluarga An.Y dengan penerimaan penyakit


HIV/AIDS yang dialami An.Y dan mendukung An.Y, hal ini sesuai
dengan penelitian Pattiruhu, Dkk (2019) yaitu salah satu bentuk fungsi
afektif yaitu keluarga memberikan kasih sayang serta mendukung remaja
dan memotivasi remaja HIV/AIDS dalam pengobatannya. Sesuai dengan
penelitian Gustiani, Dkk (2016) fungsi afektif dalam keluarga diharapkan
menjadi dasar keluarga untuk menjamin anak remaja dalam keluarga
terbebas dari masalah, khususnya pada remaja berisiko dengan pemberian
perlindungan, penciptaan rasa aman, pengadaan interaksi dapat
mendukung kualitas hidup remaja dengan HIV.

Fungsi perawatan keluarga An.Y juga cukup baik, keluarga An.Y mampu
mengenal masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya, akan
tetapi belum melakukan semua hal yang diketahui seperti masalah
kecemasan atau ansietas, penyebab nyeri dan pengobatan ARV.
Pengambilan keputusan terkait tindakan kesehatan cukup baik dan
keluarga An.Y yang mampu menerima penjelasan mengenai keputusan
yang tepat untuk peningkatan kesehatan anggota keluarga. Untuk merawat
anggota keluarga dengan HIV/AIDS tidak terlalu bisa, karena kurangnya
pengetahuan mengenai cara perawatan yang tepat. Kemampuan keluarga
dalam memelihara kesehatan lingkungan sebenarnya cukup bagus, karena
setiap hari selalu menyapu rumah, meskipun pada beberapa hal kecil
sering terlupa seperti membuka jendela, tapi anggota keluarga mengetahui
lingkungan yang sehat, hygine dan manfaat lingkungan sehat. Kemampuan

Poltekkes Kemenkes Padang


98

keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada sesuai dengan yang


diharapkan dimana anggota keluarga tahu manfaat dari berbagai fasilitas
kesehatan yang ada, dibuktikan dengan An.Y yang rutin mengambi obat.

Data diatas menunjukkan bahwa keluarga An.Y memiliki fungsi keluarga


cukup baik karena mampu memenuhi fungsi – fungsi keluarga sesuai
dengan teori Friedman (2010) dimana pentingnya terpenuhi fungsi
keluarga untuk mendukung peningkatan kesehatan individu dalam
keluarga.

Stressor jangka pendek keluarga An.Y yaitu kesembuhan An.Y dan tidak
menular pada anggota keluarganya dan stressor jangka panjang yaitu
memikirkan biaya kesehatan yang dialami An.Y dan tahap perkembangan
An.Y memasuki usia dewasa. Menurut penelitian Soliha (2017) keluarga
dengan HIV/AIDS cenderung memiliki kecemasan yang tinggi yang
berhubungan dengan penyakit dan biaya pengobatan pada ODHA.

Dalam menghadapi masalah keluarga muncul biasanya berdisukusi dan


meminta pendapat dan dukungan dengan ibu D. Keluarga An.Y selalu
menyelesaikan dengan bersama-sama dengan mendiskusikan dan mencari
penyelesaian masalah. Sesuai dengan penelitian Novrianda, Dkk (2015)
dukungan keluarga terhadap ODHA sangat penting untuk meningkatkan
kualitas hidup ODHA.

Hasil pemeriksaan fisik yang bermasalah ditemukan pada An.Y


didapatkan TB:180 cm, BB :50 Kg, IMT : 15,43 kg/m2, sebelum
terdiagnosa BB: 68 Kg terjadi pengurangan berat badan 18 Kg. Menurut
Kemenkes (2011) dalam Hidayati (2019) gejala klinis terinfeksi HIV
terjadi kehilangan berat badan >10%. Lidah tampak berwarna keputihan,
menurut teori dalam Daili (2018) gejala HIV ditandai dengan membran
putih pada permukaan dorsal lidah.

Poltekkes Kemenkes Padang


99

Pada pemeriksaan fisik lainnya tidak ditemukan adanya kelainan atau


gangguan, hal ini terdapat kesenjangan dengan teori menurut Kemenkes
(2012) dalam Hidayati (2019) yang menyatakan biasanya ditemukan
batuk, sesak nafas, sinusitis, konjungtiva anemis, gangguan reflek pupil,
vertigo, gangguan pernafasan dsypnea, takipnea, sianosis, menggunakan
otot bantu pernafasan, pembengkakan kelenjar getah bening, gangguan
kulit seperti ruam, gatal-gatal, herpez, gangguan ekstremitas menyebabkan
malaise, dan kelemahan pada ekstremitas.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan mengacu pada P-E-S dimana untuk problem (P)
dapat digunakan tipologi dari (SDKI, 2017) dan etiologi (E) sesuai dengan
5 tugas keluarga dalam hal kesehatan atau keperawatan menurut (Friedman,
2010). Pada perumusan diagnosis yang didapatkan dari analisa data
berdasarkan data subjektif dan objektif
Diagnosis yang ditemukan pada pasien yaitu :
a. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (D.0080)
b. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan
kompleksitas program pengobatan (D.0115)
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)

Diagnosis pertama yaitu Ansietas berhubungan dengan krisis situasional


(D.0080) didapatkan data dari klien yaitu, An. Y merasa cemas, takut
dengan kondisinya dan masa depannya karena menderita HIV/AIDS pada
usia masih remaja, takut menimbulkan komplikasi dan menular kepada
keluarganya. An.Y juga tampak cemas. Data ini sesuai dengan pendapat
Ethel (2016) menyatakan infeksi virus HIV menjadi bagian dari penyakit
kronis yang menimbulkan tekanan psikologis yang tinggi dan rasa cemas
pada orang dengan HIV/AIDS.

Berdasarkan data diatas sesuai dengan penelitian Beydag (2012) HIV/AIDS


penyakit yang tingkat kematian penderitanya tinggi, maka remaja yang

Poltekkes Kemenkes Padang


100

mengidap penyakit ini timbul rasa kecemasan, hasil penelitian menunjukkan


pada kelompok usia 17 – 30 tahun memperoleh skor yang paling tinggi
tingkat kecemasan, alasannya pada kelompok usia tersebut belum memiliki
pengalaman yang cukup untuk melakukan koping dalam mengatasi rasa
sakit yang dialami.

Selain itu data tersebut juga sesuai dengan gejala dan tanda mayor pada
SDKI (2017) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (D.0080) yaitu
merasa khawatir dengan kondisi yang dihadapi, serta tampak gelisah dan
juga tegang. Gejala dan tanda minornya juga tampak dari, mengeluh pusing
dan berorientasi pada masa lalu. sesuai juga dengan kondisi klinis terkait
HIV/AIDS yang merupakan penyakit kronis progresif (penyakit autoimun).

Diagnosis kedua yaitu Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif


berhubungan dengan kompleksitas program pengobatan (D.0115) data
ini didukung oleh An.Y yang merasa jenuh meminum obat, An.Y
mengatakan terkadang malas untuk minum obat dan keluarga An.Y
mengatakan An.Y sulit disuruh minum obat. Data diatas sesuai dengan
penjelasan Avelina (2018), mengatakan perawatan dan pengobatan
HIV/AIDS membutuhkan waktu yang lama terkadang dapat menyebabkan
penderita menghentikan pengobatan. Selain itu juga karena rasa bosan,
banyak jenis obat, efek samping serta komplikasi yang mungkin dialami.
Untuk mencegah resistensi obat dan tetap bertahan dengan kepatuhan yang
tinggi, memerlukan disiplin pribadi dan bantuan agar selalu minum obat,
dalam hali ini keluarga sangat berperan penting dalam perawatan dan
pengobatan HIV/AIDS.

Menurut pernyataan Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Medium


(2015) dimana ketidakpatuhan pengobatan ARV dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat ARV yaitu karena pasien
masih belum merasakan sakit jadi tidak mau minum obat ARV, ODHA
merasa bosan karena harus minum obat seumur hidup, karakteristik

Poltekkes Kemenkes Padang


101

penyakit penyerta atau infeksi oportunistik hubungan pasien dengan tenaga


kesehatan dan hubungan pasien dengan keluarga.

Data ini diatas sesuai dengan SDKI (2017) , dimana manajemen kesehatan
keluarga tidak efektif (D.0115) merupakan pola penanganan masalah
kesehatan dalam keluarga tidak memuaskan untuk memulihkan kondisi
kesehatan anggota keluarga, yang dapat disebabkan kompleksitas program
perawatan/pengobatan. Sesuai dengan gejala dan tanda mayor dimana klien
mengungkapkan tidak memahami masalah kesehatan yang diderita.

Diagnosa ketiga yaitu Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera


Fisiologis (D.0077) didapatkan data dari klien yaitu dimana An.Y
mengatakan terkadang merasa sakit kepala, dan nyeri pada pinggang, nyeri
dirasakan hilang timbul durasi 5 menit dengan skala 5 menggunakan
pengukuran Numeric Rating Scale. Berdasarkan data diatas terdapat
kesesuaian dengan penjelasan (Hidayati 2019) gejala yang dirasakan
penderita HIV/AIDS terdapat nyeri kepala yang semakin parah merupakan
gejala neurologis atau terganggunya sistem saraf, hal ini sesuai dengan
penjelasan (Kemenkes 2011) ARV dapat menimbulkan efek samping jangka
pendek yaitu sakit kepala, mual, muntah, diare, dan nyeri otot. Efek
samping ini berbeda-beda pada setiap orang. Didukung juga dengan
penelitian Puspasari, Dkk ( 2018) yaitu efek samping yang sering terjadi
adalah terkait sistem saraf pusat yang tidak spesifik sehingga menyebabkan
mual, pusing, vertigo dan nyeri kepala.

Data diatas sesuai dengan diagnosis nyeri akut (D.0077) di SDKI (2017)
dimana nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan actual dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat, yang dapat disebabkan oleh
agen pencedera fisiologis. Gejala dan tanda mayornya juga sesuai, dimana
An.Y mengeluh nyeri, tampak meringis, dan gelisah.

Poltekkes Kemenkes Padang


102

Setelah didapatkan diagnosis keperawatan keluarga lalu perawat


memprioritaskan masalah berdasarkan sifat masalah, kemungkinan masalah
dapat diubah, potensial untuk dicegah, dan menonjolnya masalah dan
didapatkan masalah kperawatan. Faktor pendukung tegaknya diagnosis
yaitu terdapat kaitan antara problem, etiologi, dan symptom sehingga
memudahkan peneliti menegakkan diagnosis. Setelah didapatkan beberapa
diagnosa keperawatan keluarga, penulis memprioritasikan masalah dan
didapatkan masalah utama adalah Ansietas berhubungan dengan krisis
situasional (D.0080).

Berdasarkan diagnosis keperawatan yang ditegakkan, peneliti beramsumsi


bahwa untuk diagnosis keperawatan pada keluarga An.Y sesuai dengan
teori asuhan keperawatan keluarga pada remaja dengan HIV/AIDS yaitu
ansietas, manajemen kesehatan keluarga tidak efektif dan nyeri akut.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang dilakukan sesuai dengan tugas dalam pemeliharaan
kesehatan para anggota keluarga yaitu mengenal masalah HIV/AIDS,
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan perawatan yang tepat,
memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
mempertahankan kondisi rumah yang kondusif bagi kesehatan dan mampu
memanfaatkan pelayanan kesehatan. Dalam mengatasi masalah peran
perawat adalah memberikan asuhan keperawatan keluarga untuk mencegah
komplikasi yang berlanjut (Friedman, 2010). Pembahasan intervensi dalam
keperawatan keluarga meliputi tujuan umum, tujuan khusus, kriteria hasil
dan kriteria standar. Dalam mengatasi masalah ini peran perawat adalah
memberikan asuhan keperawatan keluarga untuk mencegah komplikasi
lebih lanjut Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian,
diagnosis keperawatan, pernyataan keluarga (Friedman, 2010).

Intervensi Keperawatan adalah segala perencanaan yang dikerjakan oleh


perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk

Poltekkes Kemenkes Padang


103

mencapai luaran atau tujuan yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018). Perencanaan merupakan proses penyusunan strategi atau intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, mengurangi atau mengatasi
masalah kesehatan klien yang telah diidentifikasi dan divalidasi pada tahap
perumusan diagnosis keperawatan. Perencanaan disusun dengan penekanan
pada partisipasi klien, keluarga dan koordinasi dengan tim kesehatan lain.
Perencanaan mencakup penentuan prioritas masalah, tujuan dan rencana
tindakan (IPPKI, 2017).

Intervensi dari diagnosis pertama Ansietas berhubungan dengan Krisis


Situasional (D.0080) yaitu sesuai dengan tugas perawatan keluarga yang
pertama yaitu mengenal masalah kesehatan sesuai dengan intervensi SIKI
edukasi proses penyakit (I.12444) dengan mendiskusikan bersama keluarga
tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta cara perawatan
penderita HIV/AIDS dengan ansietas. Intervensi ini sesuai dengan teori
dalam (2010) keluarga mampu mengenal masalah kesehatan anggota
keluarga.

Intervensi kedua mengambil keputusan sesuai intervensi SIKI dukungan


pengambilan keputusan (I.09265) untuk mengatasi masalah ansietas pada
HIV/AIDS dan mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga
dengan HIV/AIDS yang mengalami ansietas. Intervensi ini sesuai dengan
teori Friedman (2010) mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
perawatan dengan masalah kesehatan keluarga.

Interevensi ketiga merawat anggota keluarga dengan menggunakan


intervensi SIKI manajemen stress (I.09293) untuk masalah ansietas dengan
mendemonstrasikan teknik hipnotis lima jari dan penjelasan mengenai
pengobatan non farmakologis yaitu teknik relaksasi bagi penderita untuk
mengurangi tingkat kecemasan. Teknik relaksasi ini memiliki faktor-faktor
untuk memungkinkan masalah dapat diubah sesuai IPPKI (2017) yakni
tersedianya sumber daya keluarga baik dalam bentuk fisik, keuangan dan

Poltekkes Kemenkes Padang


104

tenaga, sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan


waktu, disebabkan kedua teknik ini tidak terlalu sulit untuk dilakukan dan
memiliki manfaat yang lebih terlihat dibanding hanya memberikan
penyuluhan mengenai cara menciptakan situasi yang kondusif.

Intervensi diatas sejalan dengan penelitian Fitria (2013) intervensi


manajemen stress menggunakan penatalaksanaan secara non farmakologis
dengan teknik hipnotis lima jari sangat dianjurkan digunakan karena tidak
menimbulkan efek bagi organ tubuh serta dapat dilakukan secara mandiri
dimana saja, kapan saja pada tempat yang nyaman.

Intervensi selanjutnya memodifikasi lingkungan menggunakan intervensi


SIKI manajemen kenyaman lingkungan (I.08237) dengan kriteria keluarga
tahu dan mampu meciptakan lingkungan rumah yang aman, nyaman dan
memantau meminum obat pada remaja dirumah. Intervensi ini sesuai
dengan teori Friedman (2010) keluarga mampu memodifikasi lingkungan
untuk menunjang kesehatan dan pengobatan anggota keluarga yang sakit

Intervensi kelima memanfaatkan fasilitas kesehatan dan membawa anggota


keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan. Intervensi ini sesuai dengan
teori Friedman (2010) keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan
dan dapat memilih fasilitas kesehatan yang diinginkan untuk mengatasi
masalah kesehatan anggota keluarga.

Intervensi pada diagnosis kedua Manajemen kesehatan keluarga tidak


efektif berhubungan dengan kompleksitas program pengobatan
(D.0115) yaitu sesuai dengan tugas perawatan keluarga yang pertama yaitu
mengenal masalah kesehatan menggunakan intervensi SIKI edukasi
kesehatan (I.12383) dengan mendiskusikan bersama keluarga tentang
pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta cara perawatan penderita
HIV/AIDS dengan manajemen kesehatan keluarga tidak efektif. Intervensi

Poltekkes Kemenkes Padang


105

ini sesuai dengan teori Friedman (2010) mengenal masalah kesehatan


anggota keluarga

Intervensi kedua mengambil keputusan dengan intervensi SIKI dukungan


keluarga merencanakan perawatan (I.13477) untuk mengatasi masalah
manajemen kesehatan tidak efektif pada HIV/AIDS dan mengambil
keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan HIV/AIDS yang
manajemen kesehatan keluarga tidak efektif. Intervensi ini sesuai dengan
teori Friedman (2010) mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
perawatan dengan masalah kesehatan keluarga.

Selanjutnya merawat anggota keluarga dengan manajemen kesehatan


keluarga tidak efektif menggunakan intervensi SIKI edukasi manajemen
program pengobatan (I.12441) dengan menjelaskan mengenai manajemen
pengobatan ARV yang tepat pada penderita HIV/AIDS, pendidikan
kesehatan terkait panduan pengobatan ARV, pendidikan kesehatan terkait
peran keluarga dalam pengobatan ARV. Semua bentuk cara perawatan
penderita HIV/AIDS dengan masalah kesehatan keluarga tidak efektif dapat
direncanakan dengan baik, dikarenakan semua perencanaan berupa
pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga untuk memungkinkan
masalah dapat diubah, dan tersedianya sumber daya yang dapat mendukung
terlaksananya perencanaan dengan baik (IPKKI, 2017).

Intervensi diatas sesuai dengan penelitian Kambu (2020 )melakukan


intervensi edukasi dan evaluasi perkembangan terhadap kemajuan kesehatan
ODHA, khususnya dalam pengobatan ARV yang digunakan untuk
mendukung kepatuhan antiretroviral therapy ODHA.

Intervensi keempat memodifikasi lingkungan menggunakan intervensi SIKI


manjemen lingkungan (I.14514) dengan kriteria keluarga tahu dan mampu
menciptakan lingkungan rumah yang aman, nyaman dan memantau anak
meminum obat dirumah. Intervensi ini sesuai dengan teori Friedman (2010)

Poltekkes Kemenkes Padang


106

keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk menunjang kesehatan dan


pengobatan anggota keluarga yang sakit.

Intervensi kelima memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai dengan intervensi


SIKI pengenalan fasilitas kesehatan (I.14549) dan membawa anggota
keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan. Intervensi ini sesuai dengan
teori Friedman (2010) keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan
dan dapat memilih fasilitas kesehatan yang diinginkan untuk mengatasi
masalah kesehatan anggota keluarga.

Intervensi pada diagnosis ketiga Nyeri Akut berhubungan dengan Agen


Pencedera Fisiologis (D.0077) yaitu sesuai dengan tugas perawatan
keluarga yang pertama yaitu mengenal masalah kesehatan menggunakan
intervensi SIKI Edukasi Manjemen Nyeri (I.12391) dengan mendiskusikan
bersama keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta cara
perawatan penderita HIV/AIDS dengan nyeri. Intervensi ini sesuai dengan
teori Friedman (2010) mengenal masalah kesehatan anggota keluarga.

Intervensi kedua mengambil keputusan dengan menggunakan intervensi


SIKI Dukungan pengambilan Keputusan (I.09265) untuk mengatasi masalah
nyeri pada HIV/AIDS dan mengambil keputusan untuk merawat anggota
keluarga dengan HIV/AIDS yang mengalami nyeri. Intervensi ini sesuai
dengan teori Friedman (2010) mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan perawatan dengan masalah kesehatan keluarga.

Intervensi ketiga merawat anggota keluarga menggunakan intervensi SIKI


Manajemen Nyeri (I.08238) dengan masalah nyeri dengan
mendemonstrasikan terapi relaksasi otot progresif dengan mengunakan
pengobatan non farmakologis.

Intervensi ini sesuai dengan penelitian Dalam (2020) teknik relaksasi otot
progresif merupakan penatalaksanan non farmakologis yang menjadi salah

Poltekkes Kemenkes Padang


107

satu intervensi perawat dan manajemen nyeri. Manajemen nyeri dengan


teknik relaksasi otot progresi ini dapat dilakukan oleh perawat pada
pemberian asuhan keperawatan di rumah pasien.

Intervensi keempat modifikasi lingkungan menggunakan intervensi SIKI


Manajemen Lingkungan (I.14514) dengan kriteria keluarga tahu dan mampu
menciptakan lingkungan rumah yang aman, nyaman dan bersih untuk
HIV/AIDS. Intervensi ini sesuai dengan teori Friedman (2010) keluarga
mampu memodifikasi lingkungan untuk menunjang kesehatan dan
pengobatan anggota keluarga yang sakit.

Intervensi selanjutnya memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai dengan


intervensi SIKI Pengenalan Fasilitas Kesehatan (I.14549) dan membawa
anggota keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan. Intervensi ini sesuai
dengan teori Friedman (2010) keluarga mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan dan dapat memilih fasilitas kesehatan yang diinginkan untuk
mengatasi masalah kesehatan anggota keluarga.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan berdasarkan
rencana keperawatan yang telah disusun secara spesifik untuk setiap
individu dan berfokus pada pencapaian hasil. Peran perawat keluarga
membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara
meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan
kesehatan keluarga Friedman (2010) Tindakan yang dilakukan mencakup
monitoring klien terhadap tanda dan perubahan atau peningkatan, perawatan
langsung yang diberikan kepada klien atau tindakan kolaborasi, pendidikan
kesehatan atau intruksi kepada klien tentang pengelolahan kesehatan dan
merujuk klien untuk follow-up care (IPPKI, 2017).

Implementasi diagnosis pertama Ansietas berhubungan dengan krisis


situasional tanggal 14 April 2021. Sesuai dengan TUK 1 mengenal masalah

Poltekkes Kemenkes Padang


108

kesehatan, dengan menjelaskan dan mendiskusikan bersama keluarga


tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta bentuk-bentuk
penangan masalah ansietas pada penderita HIV/AIDS serta mendiskusikan
ansietas akibat HIV/AIDS meliputi pengertian HIV/AIDS, penyabeb dan
gejala HIV/AIDS, faktor penyebab dan cara penularan HIV/AIDS . Peran
perawat membantu keluarga dalam mengenal dan memahami masalah
kesehatan yang dialami keluarga remaja HIV/AIDS dengan memberikan
edukasi tentang ansietas. Menurut teori Padila (2012) peran perawat sebagai
health monitor atau pengenal masalah untuk membantu keluarga mengenal
penyimpangan kesehatan keluarga.

Implementasi TUK 2 tanggal 15 April 2021 dengan cara pengambilan


keputusan terkait dengan masalah kesehatan yang dialami dengan
mendiskusikan cara perawatan ansietas pada penderita HIV/AIDS. Perawat
bersama keluarga memberikan asuhan keperawatan dengan memutuskan
perawatan yang akan diberikan kepada anggota keluarga yang sakit.
Menurut teori Padila (2012) peran perawat sebagai fasilitator untuk
membantu keluarga mencarikan jalan pemecahan masalah keperawatan.

Implementasi TUK 3 tanggal 16 April 2021 dengan mendemonstrasikan


teknik hipnotis lima jari (menyentuh lima jari secara berurutan dengan
membayangkan kenangan) untuk mengurangi tingkat kecemasan yang
dialaminya. Teknik hipnotis lima jari sudah direncanakan juga telah
dilakukan. Menurut teori dalam Evangelista (2016) untuk menghindari efek
dari kecemasan ini maka diperlukan tindakan keperawatan, salah satu
tindakan keperawatan yang dapat menurunkan kecemasan pasien ODHA
ialah terapi hipnotis lima jari.

Data diatas sesuai dengan penelitian Pardede et al (2018) hipnotis lima jari
berpengaruh terhadap perubahan tingkat kecemasan pada pasien HIV/AIDS
karena relaksasi merupakan suatu kegiatan yang ditunjukkan untuk

Poltekkes Kemenkes Padang


109

menghilangkan ketegangan tubuh dan merileksasikan tubuh maupun pikiran


sehingga memberikan rasa nyaman dalam diri.

Berdasarkan teori diatas, peneliti beramsumsi bahwa penerapan asuhan


keperawatan keluarga remaja dengan HIV/AIDS sudah sesuai denga teori,
di mana peneliti melakukan demonstrasi teknik hipnotis lima jari untuk
menurunkan tingkat kecemasan, dan implementasi yang dilakukan sesuai
dengan intervensi yang direncanakan.

Implementasi diagnosis kedua Manajemen kesehatan keluarga tidak


efektif berhubungan dengan kompleksitas program pengobatan
dilakukan pada tanggal 17 April 2021. Peran perawat membantu keluarga
dalam mengenal dan memahami masalah kesehatan yang dialami keluarga
remaja HIV/AIDS dengan memberikan edukasi tentang manajemen
kesehatan keluarga. Sesuai dengan TUK 1 mengenai masalah kesehatan,
dengan menjelaskan dan mendiskusikan bersama keluarga tentang
pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta perawatan. Didukung oleh teori
Padila (2012) peran perawat sebagai health monitor atau pengenal masalah
untuk membantu keluarga mengenal penyimpangan kesehatan keluarga.
Sekaligus melakukan TUK 2 yaitu cara pengambilan keputusan terkait
masalah kesehatan yang dialami dengan mendiskusikan tindakan yang harus
dilakukan jika terjadi masalah dalam keluarga. Perawat bersama keluarga
memberikan asuhan keperawatan dengan memutuskan perawatan yang akan
diberikan kepada anggota keluarga yang sakit. Didukung oleh teori Padila
(2012) peran perawat sebagai fasilitator untuk membantu keluarga
mencarikan jalan pemecahan masalah keperawatan.

Implementasi TUK 3 tanggal 18 April 2021 dengan melakukan penyuluhan


mengenai manajemen pengobatan ARV. Memberikan penjelasan kepada
klien dan keluarga mengenai pengobatan ARV pada penderita HIV/AIDS
akan sangat tepat untuk mengatasi masalah klien, serta menjamin
keterlibatan keluarga agar pengobatan ARV dapat dilaksanakan dengan

Poltekkes Kemenkes Padang


110

tepat dan tercapai tujuan yang diinginkan. Implementasi diagnosis diatas


sesuai dengan penjelasan Avelina (2018) pengobatan antiretroviral intuk
mencegah resistensi obat dan tetap bertahan dengan kepatuhan yang tinggi
memerlukan disiplin pribadi dan didukung keluarga agar selalu meminum
obat.

Berdasarkan teori diatas, peneliti berasumsi bahwa penerapan asuhan


keperawatan keluarga dengan memberikan penyuluhan sudah sesuai dengan
teori, dimana peneliti melakukan penyuluhan pengobatan ARV dan
implementasi yang dilakukan telah sesuai dengan intervensi yang
direncanakan.

Implementasi dari diagnosis ketiga Nyeri akut berhubungan dengan agen


pencedera fisiologis dilakukan pada tanggal 19 April 2021 Peran perawat
membantu keluarga dalam mengenal dan memahami masalah kesehatan
yang dialami keluarga remaja HIV/AIDS, sesuai dengan TUK 1 mengenal
masalah kesehatan, dengan menjelaskan dan mendiskusikan bersama
keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta perawatan.
Sekaligus melakukan TUK 2 yaitu cara pengambilan keputusan terkait
masalah kesehatan yang dialami dengan mendiskusikan tindakan yang harus
dilakukan jika terjadi masalah dalam keluarga.

Selanjutnya pada tanggal 20 April 2021 dilakukan implementasi TUK 3


yaitu dengan mendemonstrasikan terapi otot progresif (relaksasi otot dengan
nafas dalam) untuk mengurangi tingkat nyeri yang dialami. Implementasi
diagnosa ini didukung oleh penelitian Prihanto Dkk (2020) penggunaan
teknik relaksasi otot progresif memberikan manfaat yang sama yaitu
menurunkan nyeri akut atau nyeri kronis. Kelebihan dari teknik relaksasi
otot progresif yaitu dapat memberikan manfaat sebagai penatalaksanaan
manajemen nyeri yang tidak membutuhkan dana, tenaga yang besar dan
dapat dilakukan secara mandiri ataupun bimbingan. Sesuai dengan

Poltekkes Kemenkes Padang


111

penelitian Amal (2019) teknik relaksasi otot progresif ini telah digunakan
untuk mengobati ketegangan, sakit kepala, sakit kepala migrain.

Berdasarkan teori diatas, peneliti berasumsi bahwa penerapan asuhan


keperawatan keluarga remaja dengan HIV/AIDS sudah sesuai dengan teori,
dimana peneliti melakukan demonstrasi teknik relaksasi otot progresif dan
implementasi yang dilakukan telah sesuai dengan intervensi yang
direncanakan.

Kemudian melakukan implementasi TUK 4 yaitu cara memodifikasi


lingkungan yang aman dan nyaman untuk penderita HIV/AIDS pada tanggal
21 April 2021, dan diharapkan keluarga dapat memodifikasi lingkungan
yang aman dan nyaman,dan memantau kepatuhan meminum obat An.Y
dirumah. Didukung oleh penelitan Khairunniza (2020) dimana ODHA
memerlukan dukungan dari keluarga untuk menghambat berbagai pengaruh
negatif maupun perubahan kronis akibat HIV/AIDS, dukungan berupa
lingkungan yang nyaman dan aman dapat meningkatkan kualitas hidup
ODHA.

Berdasarkan teori diatas, peneliti berasumsi bahwa penerapan asuhan


keperawatan keluarga remaja dengan HIV/AIDS sudah sesuai dengan teori,
dimana peneliti melakukan penyuluhan lingkungan yang nyaman untuk
perawatan HIV/AIDS dan implementasi yang dilakukan telah sesuai dengan
intervensi yang direncanakan.

Selanjutnya pada tanggal 22 April 2021 melakukan implemntasi TUK 5


menjelaskan dan mendiskusikan pemanfaatan pelayanan kesehatan bagi
penderita HIV/AIDS agar klien dan keluarga mampu memilih fasilitas
kesehatan yang tepat dan mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
tersedia dalam melakukan pemeriksaan kesehatan pada penderita HIV/AIDS
dan melakukan pengobatan secara rutin. Di dukung dengan penelitian
Burhan (2015) pengetahuan yang baik tentang penyakit HIV/AIDS dan

Poltekkes Kemenkes Padang


112

sikap positif terhadap pelayanan kesehatan berhubungan positif dengan


pemanfaatan pelayanan kesehatan untuk dukungan hidup ODHA.

Berdasarkan teori diatas, peneliti berasumsi bahwa penerapan asuhan


keperawatan keluarga remaja dengan HIV/AIDS sudah sesuai dengan teori,
dimana peneliti melakukan penyuluhan penggunaan fasilitas kesehatan
untuk perawatan dan pengobatan HIV/AIDS, dan implementasi yang
dilakukan telah sesuai dengan intervensi yang direncanakan.

Pada implementasi keperawatan keluarga An.Y terdapat faktor penghambat


yaitu klien tampak sulit melakukan lengkah-langkah relaksasi otot progresif
sehingga masih perlu untuk melihat catatan agar dapat melakukannya
dengan baik, selain itu kadang keluarga tidak bisa mengikuti semua
implementasi dikarenakan bekerja dan kewajiban lainnya hanya bisa
dilakukan dengan memberikan penjelasan saat betemu sesekali.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan keluarga adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menilai keberhasilan rencana tindakan yang telah dilakukan. Apabila
tidak/belum berhasil perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua
tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali
kunjungan kerumah keluarga. untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap
sesuai dengan waktu dan ketersediaan keluarga yang telah disepakati
bersama (Widyanto, 2014).

Untuk evaluasi diagnosis pertama Ansietas berhubungan dengan krisis


situasional (D.0080) dilakukan tanggal 14 April 2021 didapatkan evaluasi
TUK 1 yaitu subjektif (S) klien dan keluarga mengatakan sudah mengerti
pengertian, tanda dan gejala serta penyebab dari ansietas yang dialami.
Evaluasi objektif (O) klien dan keluarga tampak mengerti dan paham serta
dapat mengulangi materi yang dijelaskan menggunakan bahasa sendiri dan
memiliki ketertarikan dengan materi yang dijelaskan. Evaluasi analisa (A)

Poltekkes Kemenkes Padang


113

masalah mengenal masalah ansietas teratasi dan evaluasi planning (P)


intervensi edukasi proses penyakit dengan mengenal masalah ansietas
dihentikan.

Hasil evaluasi TUK 1 sesuai dengan teori standar rencana evaluasi yang
diharapkan menurut SLKI (2017) kemampuan menjelaskan pengetahuan
tentang ansietas meningkat, verbalisasi minat dan mengenal masalah
ansietas dengan HIV/AIDS meningkat.

TUK 2 pada tanggal 15 April 2021 didapatkan evaluasi objektif (S), klien
dan keluarga mengatakan mampu mengambil keputusan untuk perawatan
An.Y dengan masalah Ansietas, yaitu mampu keputusan untuk melakukan
tindakan untuk mengurangi tingkat kecemasan dengan menyetujui
perawatan menggunakan teknik hipnotis lima jari. Evaluasi objektif (O)
klien tampak mengerti dan mampu mengambil keputusan untuk mengatasi
masalah ansietas yang dialami. Evaluasi analisa (A) masalah mengambil
keputusan tindakan yang tepat untuk mengatasi ansietas teratasi dan
evaluasi planning (P) intervensi dukungan pengambilan keputusan untuk
perawatan ansietas dihentikan. Hasil evaluasi TUK 2 sesuai dengan teori
standar rencana evaluasi yang diharapkan menurut SLKI (2017) keluarga
verbalisasi keinginan untuk mendukung anggota keluarga yang sakit
meningkat, bekerja sama dengan anggota keluarga yang sakit dalam
menentukan perawatan, bekerja sama dengan perawat menentukan
perawatan meningkat.

TUK 3 yang dilakukan pada tanggal 16 April 2021 didapatkan evaluasi (S)
klien dan keluarga mengatakan mengerti dan bisa melakukan teknik hipnotis
lima jari meskipun harus melihat catatan terlebih dahulu. Evaluasi objektif
(O) klien bisa melakukan teknik hipnotis lima jari dengan benar dan
mengikuti instuksi yang diberikan dengan baik, Klien mengatakan merasa
lebih relaks setelah melakukan teknik hipnotis lima jari, An.Y dari tampak
tegang dan takut menjadi lebih rileks dan tidak mengungkapkan ketakutan

Poltekkes Kemenkes Padang


114

lagi. Evaluasi analisa (A) masalah ansietas dengan keluarga mampu


melakukan perawatan untuk mengatasi ansietas teratasi dan evaluasi
palnning (P) intervensi manajemen stress dilanjutkan dengan An.Y tetap
melakukan teknik hipnotis lima jari secara rutin serta diberi penjelasan
mengenai pengendalian stress dan membuat kecemasan menurun.

Berdasarkan hasil evaluasi diatas sesuai dengan penelitan Pardede et al.


(2018) menunjukkan bahwa ada pengaruh hipnotis lima jari terhadap
kecemasan pasien HIV/AIDS yang menunjukkan bahwa hipnotis lima jari
berpengaruh terhadap perubahan tingkat kecemasan pada pasien HIV/AIDS.
Setelah diberikan terapi hipnotis lima jari terjadi perubahan tingkat
kecemasan dari berat ke sedang dengan hipnotis lima jari menyebabkan
rileks dan memberikan ketenangan.

Hasil evaluasi TUK 3 sesuai dengan teori standar rencana evaluasi yang
diharapkan menurut SLKI (2017) verbalisasi khawatir akibat kondisi yang
dihadapi menurun, perilaku gelisah menurun dan verbalisasi cemas
menurun.

Kemudian evaluasi diagnosis kedua Manajemen Kesehatan Keluarga


tidak efektif berhubungan dengan komplesitas program pengobatan
setelah dilakukan tindakan keperawatan untuk TUK 1 pada tanggal 17 April
2021 didapatkan evaluasi subjektif (S), klien dan keluarga mengatakan
sudah mengerti dengan pengertian, tanda dan gejala serta penyebab dari
manajemen kesehatan keluarga tidak efektif terhadap HIV/AIDS yang
dialami An.Y evaluasi objektif (O) klien dan keluarga tampak mengerti dan
paham, serta dapat mengulangi materi yang dijelaskan dengan bahasa
sendiri dan memiliki ketertarikan dengan materi yang dijelaskan. Evaluasi
analisa (A) masalah mengenal manajemen kesehatan keluarga tidak efektif
teratasi dan evaluasi planning (P) intervensi edukasi kesehatan manajemen
kesehatan efektif dihentikan. Hasil evaluasi TUK 1 sesuai dengan teori
standar rencana evaluasi yang diharapkan menurut SLKI (2017)

Poltekkes Kemenkes Padang


115

kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang manajemen kesehatan


keluarga meningkat.

TUK 2 yang juga dilakukan pada tanggal 17 April 2021 didapatkan evaluasi
subjektif (S) Klien dan keluarga mengatakan mampu mengambil keputusan
terkait perawatan yang akan dilakukan untuk masalah manajemen kesehatan
tidak efetif yaitu dengan melakukan tindakan yang membuat manajemen
kesehatan keluarga menjadi efektif dengan manajemen pengobatan ARV.
Evaluasi objektif (O) klien tampak mengerti dan mampu mengambil
keputusan untuk mengatasi masalah yang dialami dengan menyetujui
melakukan manajemen pengobatan ARV. Evaluasi analisa (A) masalah
keluarga mampu mengambil keputusan tindakan yang tepat untuk
manajemen kesehatan keluarga dengan HIV/AIDS teratasi dan evaluasi
planning (P) intervensi dukungan keluarga merencanakan perawatan
dihentikan. Hasil evaluasi TUK 2 sesuai dengan teori standar rencana
evaluasi yang diharapkan menurut SLKI (2017) keluarga verbalisasi
keinginan untuk mendukung anggota keluarga yang sakit meningkat,
bekerja sama dengan anggota keluarga yang sakit dalam menentukan
perawatan, bekerja sama dengan perawat menentukan perawatan.

TUK 3 18 April 2021 didapatkan evaluasi (S), klien dan keluarga


mengatakan sudah mengerti dengan materi yang dijelaskan dan mengetahui
manajemen pengobatan ARV untuk An.Y, keluarga mengatakan lebih
memantau pengobatan ARV An.Y, klien mengatakan akan meningkatkan
kepatuhan pengobatan ARV. Evaluasi objektif (O) klien dan keluarga
tampak mengerti dan mampu merawat anggota keluarga yang sakit, klien
dan keluarga mampu menyebutkan kembali pentingnya pengobatan ARV
menggunakan bahasanya sendiri . Evaluasi analisa (A) masalah keluarga
mampu merawat anggota keluarga dengan masalah manajemen kesehatan
tidak efektif dengan manjemen pengobatan ARV teratasi dan evaluasi
planning (P) intervensi dilanjutkan dengan memberi penjelasan agar An.Y
menerapkan manajemen pengobatan ARV untuk manajemen kesehatan

Poltekkes Kemenkes Padang


116

keluarga kedepannya dan mampu menerapkan manjemen kesehatan


keluarga.

Hasil evaluasi TUK 3 sesuai dengan teori standar rencana evaluasi yang
diharapkan menurut SLKI (2017) verbalisasi kemauan mematuhi program
perawatan atau pengobatan meningkat, perilaku mengikuti program
pengobata meningkat, dan perilaku menjalankan pengobatan meningkat.

Didukung dengan penelitian Novrianda Dkk (2015) adanya pemahaman


atau pengetahuan keluarga tantang pengobatan ODHA dapat meningkatkan
dukungan keluarga yang baik dalam pengobatan ARV berupa sikap,
tindakan dan pengobatan akan meningkatkan kualitas hidup ODHA
sehingga keluarga dapat melakukan perawatan pada penderita HIV/AIDS.

Evaluasi diagnosis ketiga Nyeri Akut berhubungan dengan agen


pencedera fisiologis setelah dilakukan tindakan keperawatan untuk TUK 1
pada tanggal 19 April 2021 didapatkan evaluasi subjektif (S), klien dan
keluarga mengatakan sudah mengerti dengan pengertian, tanda dan gejala
serta penyebab nyeri akut dengan HIV/AIDS. Evaluasi objektif (O) klien
dan keluarga tampak mengerti dan paham, serta dapat mengulangi materi
nyeri yang dijelaskan menggunakan bahasa sendiri dan memiliki
ketertarikan dengan materi nyeri yang dijelaskan. Evaluasi analisa (A)
masalah mengenal masalah nyeri akut dengan HIV/AIDS teratasi dan
evaluasi planning (P) intervensi edukasi manjemen nyeri untuk mengenal
masalah kesehatan nyeri dihentikan. Hasil evaluasi TUK 1 sesuai dengan
teori standar rencana evaluasi yang diharapkan menurut SLKI (2017)
kemampuan menjelaskan pengetahuan nyeri akut dengan HIV/AIDS
meningkat.

Tuk 2 yang juga dilakukan pada tanggal 19 April 2021 didapatkan evaluasi
subjektif (S), klien dan keluarga mengatakan mampu mengambil keputusan
perawatan untuk masalah nyeri dengan menyetujui melakukan perawatan

Poltekkes Kemenkes Padang


117

nyeri menggunakan manjemen nyeri. Evaluasi objektif (O) klien tampak


dan mampu mengambil keputusan untuk melakukan perawatan nyeri.
Evaluasi analisa (A) masalah keluarga mampu mengambil keputusan
tindakan yang tepat untuk merawat anggota keluarga HIV/AIDS dengan
nyeri teratasi, dan evaluasi planning (P) intervensi dukungan mengambil
keputusan dihentikan.

Hasil evaluasi TUK 2 sesuai dengan teori standar rencana evaluasi yang
diharapkan menurut SLKI (2017) keluarga verbalisasi keinginan untuk
mendukung anggota keluarga yang sakit meningkat, bekerja sama dengan
anggota keluarga yang sakit dalam menentukan perawatan, bekerja sama
dengan perawat menentukan perawatan.

TUK 3 yang dilaksanakan pada tanggal 20 April 2021 didapatkan evaluasi


(S) klien dan keluarga mengatakan mengerti dan mampu melakukan teknik
relaksasi progresif meskipun harus harus melihat catatan terlebih dahulu.
Evaluasi objektif (O) klien tampak mengerti dan bisa mengikuti instruksi
dengan baik dan keluarga tampak bisa merawat anggota keluarga yang sakit
dengan menggunakan teknik relaksasi otot progresif, klien mengatakan
skala nyeri menurun dari skala 5 menjadi skala 3, klien mengatakan lebih
merasa tenang dan nyaman setelah melakukan relaksasi otot progresif.
Evaluasi analisa (A) masalah keluarga mampu merawat anggota keluarga
dengan masalah nyeri menggunakan teknik relaksasi otot progresif teratasi
dan evaluasi planning (P) intervensi dilanjutkan dengan menjelaskan agar
An.Y melakukan teknik relaksasi progresif untuk nyeri. Hasil evaluasi TUK
3 sesuai dengan teori standar rencana evaluasi yang diharapkan menurut
SLKI (2017) keluhan nyeri menurun, meringis menurun dan gelisah
menurun.

Hasil evaluasi diatas sesuai dengan penelitian Dalam (2020) manajemen


nyeri dengan teknik relaksasi otot progresif dapat berdampak terhadap

Poltekkes Kemenkes Padang


118

meningkatnya tingkat kenyamana dan kesembuhan pasien. Yang


memberikan efek maksimal untuk mengatasi atau menurunkan nyeri.

TUK 4 yang dilakukan pada tanggal 21 April 2021 didapatkan evaluasi (S),
klien dan keluarga mengatakan mengerti dan bisa melakukan modifikasi
lingkungan untuk mengatasi masalah kesehatan dengan HIV/AIDS.
Evaluasi objektif (O) klien dan keluarga tampak mengerti dan mampu
memodifikasi lingkungan dengan melakukan penataan rumah lebih nyaman
dan tenang. Evaluasi analisa (A) masalah keluarga mampu memodifikasi
lingkungan yang sehat teratasi dan evaluasi planning (P) intervensi
manajemen lingkungan dihentikan. Hasil evaluasi TUK 4 sesuai dengan
teori standar rencana evaluasi yang diharapkan menurut SLKI (2017)
pemeliharaan rumah meningkat dan kebersihan hunian meningkat.

TUK 5 dilakukan pada tanggal 22 April 2021 didapatkan evaluasi (S)


subjektif tentang fasilitas kesehatan dan manfaatnya untuk perawatan
HIV/AIDS. Evaluasi objektif (O) klien tampak mengerti dan bisa
menjelaskan kembali tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang ada untuk
perawatan dan pengobatan HIV/AIDS dengan bahasa sendiri, klien
mengatakan rutin melakukan pengobatan setiap bulan di Puskesmas
Seberang Padang. Evaluasi analisa (A) masalah keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan tertasu dan evaluasi planning (P)
intervensi pengenalan fasilitas kesehatan dihentikan. Hasil evaluasi TUK 5
sesuai dengan teori standar rencana evaluasi yang diharapkan menurut SLKI
(2017) memanfaatkan kesehatan meningkat, pengawasan perawatan akan
meningkat, mennetukan sumber perawatan meningkat

Evaluasi semua implementasi yang dilakukan pada tanggal 23 April 2021


didapatkan hasil evaluasi (S), klien dan keluarga mengatakan sudah
mengerti dengan HIV/AIDS dan masalah kesehatan yang dialami mulai dari
ansietas, manajemen kesehatan keluarga tidak efektif, dan nyeri akut. Klien
dan keluarga mengatakan sudah bisa mengambil keputusan terkait masalah

Poltekkes Kemenkes Padang


119

kesehatan yang dialami, kemudian klien dan keluarga mengatakan sudah


mampu merawat anggota keluarga yang sakit sesuai dengan masalah yang
dialami, klien dan keluarga juga mengatakan mampu memodifikasi
lingkungan, dan klien beserta keluarga mengatakan mengerti dengan
manfaat fasilitas kesehatan yang ada. Evaluasi objektif (O) klien dan
keluarga tampak mampu mengulang kembali dengan baik materi yang telah
dijelaskan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Evaluasi analisa (A)
masalah teratasi dan evaluasi planning (P) intervensi dihentikan

Berdasarkan hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa partisipan sudah


mampu untuk mengenal masalah yang ada pada keluarga, mampu
mengambil keputusan, merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi
lingkungan dan memanfaatkan pelayanan fasilitas kesehatan. Klien dan
keluarga sudah mampu menerapkan demontrasi yang telah diajarkan selama
kunjungan. Serta didapatkan peningkatan kesehatan sebelum dan sesudah
dilakukan implementasi. Berdasarkan hasil evaluasi peneliti beramsumsi
evaluasi yang didapatkan sesuai dengan rencana evaluasi intervensi.

Setelah dilakukan evaluasi didapatkan hasil tingkat kemandirian pada


partisipan dari tingkat kemandirian kedua yaitu menerima petugas
perawatan kesehatan dan menerima pelayanan keperawatan yang sesuai
dengan rencana keperawatan, mengetahui dan dapat mengungkapkan
masalah kesehatan secara benar, memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai anjuran dan melakukan tindakan keperawatan sederhana
sesuai anjuran. Meningkat menjadi tingkat mandiri ketiga yaitu menerima
petugas perawatan kesehatan, menerima pelayanan keperawatan yang
diberian, mengetahui dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara
benar, melakukan tindakan keperawatan sederhana, memanfaatkan fasilitas
kesehatan secara aktif dan melaksanakan tindakan pencegahan sesuai
anjuran.

Poltekkes Kemenkes Padang


120

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan keluarga pada remaja dengan
HIV/AIDS pada keluarga An.Y di Wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang
Kota Padang, peneliti dapat mengambil keseimpulan sebagai berikut ;

1. Hasil pengkajian yang telah peneliti lakukan didapatkan kesamaan yadata


kasus yang diangkat dengan teori yang sudah ada. Dimana penyebab klien
terinfeksi HIV/AIDS adalah melalui hubungan seksual yaitu seks bebas.
Karakteristik remaja yang mecoba segala seuatu yang dapat menyebabkan
perilaku berisiko tekena HIV/AIDS, serta faktor dari keluarga seperti tipe
keluarga dan bentuk keluarga yang tidak lengkap akibat meninggal.
Terganggungnya pola asuh orang tua pada tahap perkembangan remaja,
remaja merasa kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang
tua. Hasil pengkajian didapatkan juga klien mengeluh cemas dengan
kondisinya, nyeri kepala, pusing dan nyeri pada pinggang yang merupakan
gejala akibat HIV/AIDS. Klien juga jarang melakukan perkumpulan dan
lebih tertutup semenjak mengetahui terdiagnosis HIV/AIDS

2. Diagnosis keperawatan yang muncul pada klien sesuai dengan teori


diagnosa keperawatan keluarga yaitu Ansietas, Manajemen Kesehatan
Keluarga Tidak Efektif dan Nyeri Akut

3. Intervensi keperawatan yang direncanakan tergantung kepada masalah


keperawatan yang ditemukan. Intervensi yang dilakukan dirumuskan
berdasarkan diagnosis yang telah didapatkan dan berdasarkan 5 tugas
khusus keluarga yaitu mengenal masalah, memutuskan tindakan, merawat
anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan
fasilitas kesehatan.

Poltekkes Kemenkes Padang


121

4. Implementasi mulai dilakukan pada tanggal 14 April dampai 22 April


2021 berdasarkan intervensi keperawatan yang telah dibuat. Implementasi
yang telah dilakukan dengan metode konseling, diskusi, demonstrasi dan
penyuluhan. Dalam pelaksanaan ada beberpa implementasi yang digabung
seperti TUK 1 mengenal masalah dan TUK 2 mengambil keputusan

5. Pada tahap akhir dilakukan evaluasi kepada klien dan keluarga didapatkan
klien dan keluarga sudah paham mengenai tindakan keperawatan yang
telah dilakukan berdasarkan catatan perkembangan. Ditemukan klien dan
keluarga sudah paham bagaimana perawatan HIV/AIDS, pentingnya
menjaga kesehatan, dan keluarga juga mengatakan menjadi lebih tau cara
merawat anggota keluarga yang sakit. Terjadi juga peningkatan tingkat
keluarga dari KM II menjadi KM III dibuktikan dengan keluarga mampu
melaksanakan tindakan sesuai anjuran.

B. Saran
1. Bagi Keluarga
Diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dan pengetahuan untuk
keluarga agar dapat melakukan fungsi perawatan kesehatan dengan baik
khususnya terkait masalah HIV/AIDS, mulai dari pengenalan masalah,
pengambilan keputusan, merawat anggota keluarga yang sakit,
memodifikasi lingkungan sampai memanfaatkan pelayanan kesehatan
yang ada.

2. Bagi Institusi Puskesmas Seberang Padang Kota Padang


Puskesmas Seberang Padang Kota Padang diharapkan dapat memberikan
dan mengembangkan konseling, edukasi dan memotivasi pasien
HIV/AIDS, dengan memberikan konseling untuk pencegahan stress dan
kecemasan akibat HIV/AIDS dan juga dapat mengajarkan teknik relaksasi
untuk menghilangkan kecemasan serta teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri yang dapat dilakukan dirumah, memberikan motivasi
pada penderita HIV/AIDS untuk rutin dan meningkatkan kepatuhan

Poltekkes Kemenkes Padang


122

pengobatan ARV, memberikan edukasi serta pemahaman efek samping


pengobatan ARV dan pencegahan penularan pada keluarga, memberikan
edukasi kepada keluarga untuk mendukung penderita HIV/AIDS sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup penderita HIV/AIDS, serta menjelaskan
kepada keluarga tentang penyakit dan cara perawatan pada penderita
HIV/AIDS dan melakukan penyuluhan pada masyarakat agar
berkurangnya stigma negatif masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Sebagi tambahan informasi dan bahan kepustakaan dalam pemberian
asuhan keperawatan keluarga pada remaja dengan HIV/AIDS

4. Bagi Peneliti Selanjutnya


Diharapkan peneliti selanjutnya lebih aktif dalam memberikan asuhan
keperawatan keluarga pada remaja dengan HIV/AIDS dan sebagai bahan
tambahan bagi mahasiswa keperawatan untuk melakukan tindakan
keperawatan pada keluarga dengan HIV/AIDS

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Mukhlisiana. 2020. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi. Bandung: media


sains indonesia.
https://books.google.co.id/books?id=5ccLEAAAQBAJ&printsec=frontcover
&dq=Buku+Ajar+Kesehatan+Reproduksi&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiip
M27jrruAhWezTgGHUDCA4UQuwUwAHoECAQQBw#v=onepage&q&f=
false.
Albi Anggito & Johan Setiawan. 2018. Metodologi penelitian kualitatif.
Sukabumi: Cv Jejak.
https://books.google.co.id/books?id=59V8DwAAQBAJ&printsec=frontcove
r&dq=metode+penelitian&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiBvObO2MXuAhU
A63MBHfSfA9UQuwUwAXoECAMQBw#v=onepage&q&f=false.
Ali, Muhammad. 2012. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik Buku
Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.
Amal, Ahmad Ikhlasul. 2019. ―Penguatan Kempampuan Caring Spiritual Dan
Teknik Relaksasi Otot Progresif Bagi Kader Warga Peduli Aids ( Wpa )
Genuksari Semarang.‖ : 41–46.
Avelina, Yuldensia. 2018. ―Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan
Kualitas Hidup Pasien Hiv/Aids Yang Menjalani Terapi Di Klinik Vct Sehati
Rsud Dr. T.C. Hillers Maumere.‖ : 93–103.
Beydag, K.D. 2012. ―Factors Affecting The Death Anxiety Levels Of Relatives
Of Cancer Patients Undergoing Treatment.‖ Asian Pacific Journal of Cancer
Prevention. Volume 13.
BKKBN. 2019. Modul PKBR PIK. jakarta timur: Direktorat Advokasi dan KIE.
BKKBN, PROVINSI NTB. 2019. ―Mengenal Remaja Generasi Z (Dalam Rangka
Memperingati Hari Remaja Internasional).‖ BKKBN PROVINSI NTB.
http://ntb.bkkbn.go.id/?p=1467.
Bukit, Lydia Melissa et al. 2015. ―Dimensi Budaya Dan Penyebaran Penyakit
Hiv/Aids Di Perkumpulan Kasih Rakyat.‖ Perspektif Sosiologi 3(1): 90–103.
Burhan, Rialike. 2015. ―Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Perempuan
Terinfeksi HIV / AIDS Health Service Utilization in Women Living with
HIV / AIDS.‖ (03): 33–38.
Daerah, Komisi Penanggulangan AIDS, and Kab.Madiun. 2015. ―Penanggulangan
AIDS dearah Kab.Madiun.‖
Daili, Fahmi Sjaiful. 2018. Manifestasi dan Tatalaksana Kelainan Kulit
danKelamin pada Pasien HIV/AIDS. Jakarta: Universitas Indonesia
Publishing.
https://books.google.co.id/books?id=dfoEEAAAQBAJ&printsec=frontcover
&dq=Manifestasi+dan+Tatalaksana+Kelainan+Kulit+danKelamin+pada+Pas
ien+HIV/AIDS&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwieyMiIkMruAhUjzDgGHUan
BDEQ6AEwAHoECAMQAg.
Dalam, Butcher Prihanto. 2020. ―Relaksasi Otot Progresif Untuk Menurukan
Nyeri.‖ Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 10 No.(4):
Hal 491–500.
Dinkes Kota Padang. 2020. ―Profil Kesehatan.‖
http://library1.nida.ac.th/termpaper6/sd/2554/19755.pdf.
Dinkes Prov Sumatera Barat. 2019. ―Prevelensi Kejadian HIV di Sumatera
Barat.‖
Elisanti, Dwi Alinea. 2018. HIV-AIDS, Ibu dan Hamil dan Pencegahan Pada
Janin. Yogyakarta: Deepublish Publiser.
https://books.google.co.id/books?id=BSmJDwAAQBAJ&pg=PR8&dq=HIV
-
AIDS,+Ibu+dan+Hamil+dan+Pencegahan+Pada+Janin&hl=id&sa=X&ved=
2ahUKEwiey__NzLzuAhVg73MBHXlBCDoQuwUwAHoECAUQBw#v=o
nepage&q&f=false.
Erna, Dkk. 2014. Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.
Jakarta: Cv. Trans Info Media.
Ernawati, and Yunie Armiyati. 2013. ―Analisis Kebutuhan Perawatan Di Rumah
Untuk Penderita Hiv / Aids Anak (An Analysis Caring For Children Hiv /
Aids Infected At Home).‖ Jurnal Keperawatan Komunitas.
Ethel, Dkk. 2016. ―Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Hidup Pasien
Hiv/Aids Di Rsup Dr. Kariadi Semarang.‖ Jurnal Kedokteran Diponegoro
5(4): 1623–1633.
Evangelista, Teofilus, Dyah Widodo, and Esti Widiani. 2016. ―Pengaruh Hipnosis
5 Jari Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Sirkumsisi Di Tempat Praktik
Mandiri Mulyorejo Sukun Malang.‖ Nursing News 1: 63–74.
Fitria. 2013. ―Efektifitas Metode Hipnoterapi Lima Jari (Hp Majar) Terhadap
Tingkat Stres Akademik Remaja Di Smk Muhammadiyah 2 Kabupaten
Magelang.‖ Journal of Chemical Information and Modeling 53(9): 1689–
1699.
French, Kathy. 2015. Kesehatan Seksual/Penerjemah. ed. Bhetsy Angelina.
Jakarta: Bumi Medika.
Fresia, Sinta. 2017. ―Efektivitas Pemberian Edukasi Berbasis Audiovisual dan
Tutorial Tentang Antiretroviral (ARV) Terhadap Kepatuhan Pengobatan
pada Pasien HIV/AIDS di Klinik.‖ The Indonesian Journal of Infectious
Disease: 38–45. http://ijid-
rspisuliantisaroso.co.id/index.php/ijid/article/view/35.
Friedman. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, dan Praktek.
Jakarta: EGC.
Gustiani, Yesi, and Titin Ungsianik. 2016. ―Gambaran Fungsi Afektif Keluarga
Remaja dengan HIV/AIDS.‖ Jurnal Keperawatan Indonesia 19(2): 85–91.
Handayani Dkk. 2020. ―The Relationship Between The Role Of Peers And The
Incidence Of Hiv / Aids In The Seberang Padang Community Health
Center.‖ The 1st Syedza Saintika International Conference On Nursing,
Midwifery, Medical Laboratory Technology, Public Health, And Health
Information Management(Sesicnimph.
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ve
d=2ahUKEwiJ8c3pqr7uAhVaVH0KHXnADs0QFjABegQIAxAC&url=http
%3A%2F%2Fjurnal.syedzasaintika.ac.id%2Findex.php%2FPICSS%2Farticl
e%2FviewFile%2F736%2F454&usg=AOvVaw0rVWb2X7I-pOElulPM6uhI.
Harnilawati. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan:
pustaka As Salam.
https://books.google.co.id/books?id=Ta3GAwAAQBAJ&printsec=frontcove
r&dq=harnilawati&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwigi5vx7bTuAhVQaCsKHb
fNBbgQuwUwAHoECAQQBw#v=onepage&q=harnilawati&f=false.
Haryono, Rudi. 2019. Keperawatan Medikal Bedah II. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
Hidayat 2009, dalam Basri dkk, 2020. 2020. Konsep Dasar Dokumentasi
Keperawatan. Bandung: media sains indonesia.
https://books.google.co.id/books?id=uiwNEAAAQBAJ&pg=PA10&dq=dok
umnetasi+keperawatan&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiHwvTbzMXuAhUF
U30KHfZ2BccQuwUwA3oECAYQCQ#v=onepage&q=dokumnetasi
keperawatan&f=false.
Hidayati, Afif Nurul. 2019. Manajemen HIV/AIDS Terkini, Komprehensif, dan
Multidisplin. Surabaya: Airlangga University Press.
https://books.google.co.id/books?id=hhrIDwAAQBAJ&printsec=frontcover
&dq=Manajemen+HIV/AIDS+Terkini,+Komprehensif,+dan+Multidisplin&
hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj0mOjWy7zuAhVPIbcAHRreDJUQuwUwAH
oECAYQBw#v=onepage&q=Manajemen HIV%2FAIDS Terkini%2C
Komprehensif%2C d.
Infodatin Kemenkes. 2020. Sistem Informasi HIV/AIDS dan IMS (SIHA). Jakarta:
Kemenkes RI.
IPPKI. 2017. Panduan Asuhan Keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok, dan
Komunitas dengan memodifikasi nanda, ICNP, NOc, NIC di Puskesmas dan
Masyarakat. Jakarta: Universitas Indonesia Publishing.
Irwan. 2018. Kearifan Lokal Dalam Pencegahan HIV/AIDS Pada Remaja
Beresiko Tinggi. Yogyakarta: CV. Absolute Media.
https://books.google.co.id/books?id=hMf0DwAAQBAJ&pg=PA50&dq=pen
garuh+budaya+dengan+hiv&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjo-
LjVwevuAhVXbysKHcvUDcgQuwUwAnoECAUQBw#v=onepage&q=pen
garuh budaya dengan hiv&f=false.
Iskandar, Arfan. 2015. ―Faktor Resiko Kejadian HIV/AIDS Pada Remaja 14-24
Tahun.‖ 02(1): 1–6.
Izzati Wisnatul. 2014. ―Hubungan Dukungan Keluarga dengan Mekanisme
Koping Pasien HIV/AIDS di Poli Serunai RS Achmad Mochtar Bukittinggi.‖
Afiyah Vol 1 No 1 Bulan Januari 1.
Kambu, Yowel. 2020. ―Aplikasi Short Message Service ( SMS ) Mendukung
Kepatuhan Antiretroviral Therapy ( ART ) ODHA.‖ Nursing Arts XIV(01):
1–7.
Kemenkes. 2020. ―Jumlah Kasus HIV/AIDS di Indonesia 2020.‖
https://www.kemkes.go.id/article/view/20120200002/puncak-peringatan-
hari-aids-sedunia-kemenkes-jangan-ada-lagi-stigma-dan-diskriminasi-pada-
odha.html.
———. 2011. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi
Antiretroviral. Jakarta: Direktoral Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan.
Kemenkes RI. 2016. Kemenkes RI Buku Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga. Jakarta Selatan.
Khairunniza, Nazarwin Saputra. 2020. ―Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Kualitas Hidup Odha Di Yayasan Pelita Ilmu Tahun 2020.‖ Kajian dan
Pengembangan Kesehatan Masyarakat 01(3): 57–79.
Liawati. 2018. ―Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perilaku Pencegahan Hiv /
Aids Pada Pekerja Seks Komersial ( Psk ) Di Kota Bandung Tahun 2017.‖
Jurnal Bidan “Midwife Journal” 4(02): 25–35.
Maimunah, Siti. 2015. ―Pengaruh Faktor Keluarga terhadap Perilaku Seksual
Remaja.‖ : 978–979.
Marzoeki, Mahdi. 2014. ―Gambaran Strategi Koping Pasien Hiv / Aids Di
Poliklinik Napza Rumah Sakit.‖ 2(2): 100–109.
Muhaimin, Toha. 2010. ―Kualitas Hidup Anak Remaja pada Keluarga dengan
HIV / AIDS di Indonesia The Quality of Life of Adolescents in Family with
HIV / AIDS in Indonesia.‖ Jurnal Kesmas UI: 131–138.
Nasronudin. 2020. HIV & AIDS Pendekatan Biologi Molekuler Klinis & Sosial.
2nd ed. Surabaya: Airlangga University Press.
https://books.google.co.id/books?id=WG_IDwAAQBAJ&printsec=frontcove
r&dq=HIV+%26+AIDS+Pendekatan+Biologi+Molekuler+Klinis+%26+Sosi
al&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiLvpzG173uAhXvzTgGHaxSCVUQuwUw
AHoECAMQBw#v=onepage&q=HIV %26 AIDS Pendekatan Biologi
Molekuler Klinis.
Nies A Mary & Melanie McEwen. 2018. Keperawatan Kesehatan Komunitas dan
Keluarga Terjemahan. Singapore: Elseverie Singapore Ptre Ltd.
https://books.google.co.id/books?id=s-
z3DwAAQBAJ&pg=PA14&dq=keperawatan+kesehatan+komunitas&hl=id
&sa=X&ved=2ahUKEwi3v-
Km47TuAhWYXCsKHegdAlYQuwUwBnoECAkQCg#v=onepage&q&f=fa
lse.
Nila Putri Purwandari, Andrew Johan, Untung Sujianto. 2019. ―Studi Kasus
Interaksi Sosial Orang Dengan Hiv/Aids (Odha) Terhadap Stigma.‖ Jurnal
Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat STIKES Cendekia Utama Kudus.
Noviana, Nana. 2016. Konsep HIV/AIDS, Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi.
Jakarta: Cv. Trans Info Media.
Novieastari, Ennie Dkk. 2020. Dasar-Dasar Keperawatan Edisi Indonesia. 9th
ed. Jakarta: Hooi Ping Chee. https://books.google.co.id/books?id=u-
z3DwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&c
ad=0#v=onepage&q&f=false.
Novrianda, Dwi, Yonrizal Nurdin, and Gusnita Ananda. 2015. ―Dukungan
Keluarga Dan Kualitas Hidup Orang Dengan Hiv/Aids Family Support And
Quality Of Life For People With Hiv/Aids In Lantera Minangkabau
Support.‖ Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA 1(1).
Pada, C D et al. 2020. ―Evaluasi Efektivitas Sebelum dan Sesudah Penggunaan
Obat Antiretroviral (ARV) menggunakan Indikator CD4 Pada Pasien
HIV/AIDS di RSUD Kabupaten Bekasi.‖ 5(1): 69–76.
Padang, Puskesmas Seberang. 2018. ―Prevelensi Kejadian HIV di Puskesmas
Seberang Padang.‖
Padila. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.
Pardede, Jek Amidos et al. 2018. ―Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien
HIV/AIDS melalui Terapi Hipnotis Lima Jari.‖ Community of Publishing in
Nursing Journal 8(1): 85–90.
Paryati, Tri, Ardini S Raksanagara, and Irvan Afriandi. 2012. ―Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Stigma dan Diskriminasi kepada ODHA ( Orang dengan HIV
/ AIDS ) oleh petugas kesehatan : kajian literatur Factors Influencing
Stigmatization and Discrimination of PLHA ( People living with HIV / AIDS
) among health workers .‖ (38): 1–11.
Pattiruhu, Immanuel Chandra Supit, Sefti Rompas, and Valen Simak. 2019.
―Fungsi Afektif Keluarga dan Fungsi Sosialisasi Keluarga dengan Perilaku
Seksual Remaja.‖ e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 7 Nomor 2, 7(2):
120–127.
Puspasari, Dewi, Rudi Wisaksana, and Rovina Rovina. 2018. ―Gambaran Efek
Samping dan Kepatuhan Terapi Antiretroviral pada Pasien HIV di Rumah
Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2015.‖ Jurnal Sistem Kesehatan
3(4): 175–181.
Ract. 2014. ―Pengembangan Edukasi Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas
Remaja.‖ Jurnal Studi Pemuda 3(2): 123–132.
Rahmaniyar. 2018. ―Kebutuhan Keperawatan Kleuarga Pada Anak HIV/AIDS di
Kabupaten Indramayu.‖ Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Penelitian &
Pengabdian Masyarakat (PINLITAMAS 1) 1.
https://www.google.com/search?safe=strict&client=firefox-b-
d&sxsrf=ALeKk00ZO1BPV9H4RHSPxRdyHHfxiJ3rIg%3A161414224279
4&ei=Its1YKP-
L8TFrQHMi7iAAw&q=jurnal+asuhan+keperawatan+keluarga+pada+hiv%2
Faids&oq=jurnal+asuhan+keperawatan+keluarga+pada+hiv%2Faids&gs_l.
Renidayati. 2016. ―Pengalaman Waria Menjalani Kehidupan Di Kota Padang.‖
Jurnal Pembangunan Nagari Vol 1 No 1 Vol 1. https://main.poltekkes-
pdg.ac.id/html/index.php?id=lihmateri2&kode=286.
sangadah, khotimatus. 2020. ―Faktor Penyebab Seks Bebas Pada Remaja.‖
Orphanet Journal of Rare Diseases 21(1): 1–9.
Sebayang, Wellina. 2018. Perilaku Seksual Remaja. 1st ed. Yogyakarta:
Deepublish Publiser.
https://books.google.co.id/books?id=sTeBDwAAQBAJ&printsec=frontcover
&dq=perilaku+seksual+remaja&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwivw8Dn8sXu
AhVaVH0KHadeAWsQ6AEwAHoECAUQAg.
Sidjabat, Forman et al. 2017. ―Lelaki Seks Lelaki, Hiv/Aids Dan Aktivitas
Seksualnya Di Semarang.‖ Jurnal Kesehatan Reproduksi 8(2): 131–142.
Siswanto, Dkk. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan dan Kedokteran.
Yogyakarta: Bursa Ilmu.
Soewardikoen, Didit widiatmoko. 2019. Metode Penelitian Desain Komunikasi
Visual. Yogyakarta: PT Kanisius. https://books.google.co.id/books?id=-
uQWEAAAQBAJ&pg=PT69&dq=wawancara+adalah&hl=id&sa=X&ved=2
ahUKEwiKi7e9vcbuAhVJQH0KHQ0sCdQQuwUwAHoECAAQBw#v=one
page&q=wawancara adalah&f=false.
Soliha, achmad Masfi. 2017. ―Mekanisme koping, penerimaan diri, HIV/AIDS
C.‖
Solimun dkk. 2018. ―Metodologi Penelitian Kuantitatif Perspektif Sistem:
Mengungkap Novelty dan ... - Solimun, Armanu, Adji Achmad Rinaldo
Fernandes - Google Buku.‖ Universitas Brawijaya Press.
https://books.google.co.id/books?id=tv2EDwAAQBAJ&printsec=frontcover
&dq=Metodologi+Penelitian+Kuantitatif+Perspektif+Sistem&hl=id&sa=X&
ved=2ahUKEwiyhITiksruAhXyQ3wKHWlgCHQQ6AEwAHoECAMQAg.
Surbakti. 2018. Kenakalan Orang Tua Penyebab Kenakalan Remaja. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo.
https://books.google.co.id/books?id=MxpbDwAAQBAJ&pg=PA114&dq=pola+k
omunikasi+dengan+remaja&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjAoeW10enuAhX
V7HMBHeXNAEEQuwUwB3oECAgQBw#v=onepage&q=pola
komunikasi dengan remaja&f=false.
Susilowati, Tuti. 2018. ―Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian Hiv/Aids
Di Magelang.‖ Poltekkes Permata Indonesia (Yogyakarta) ISBN: 978-.
Suswanti, Irma Dkk. 2018. Interprofessional Education (IPE) Panduan Tutorial
dan Homevisit Kesehatan Keluarga. Malang: Universitas Muhammadiyah
Padang.
https://books.google.co.id/books?id=DDnrDwAAQBAJ&printsec=frontcove
r&hl=id#v=onepage&q&f=false.
Tarjo. 2019. Metode Penelitian Sistem 3X Baca. Yogyakarta: Deepublish
Publiser.
https://books.google.co.id/books?id=SizGDwAAQBAJ&printsec=frontcover
&dq=metode+penelitian+sistem+3x+baca&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwji2
9CT08XuAhVjILcAHdwOB4QQ6AEwAHoECAIQAg#v=onepage&q=met
ode penelitian sistem 3x baca&f=false.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. DPP PPNI Standar Luaran Keperawatan
Indonesia.
Utara 2013, dalam Afritayeni, 2017. 2018. ―Analisis Perilaku Seksual Berisiko
Pada Remaja Terinfeksi Hiv Dan Aids.‖ Jurnal Endurance 3(1): 69.
Widyanto, Candra Faisalado. 2014. Keperawatan Komunitas dengan Pendekatan
Praktis. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wirenviona, Rima. 2020. Edukasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Surabaya:
Airlangga University Press.
https://books.google.co.id/books?id=Ssf0DwAAQBAJ&printsec=frontcover
&dq=Edukasi+Kesehatan+Reproduksi+Remaja&hl=id&sa=X&ved=2ahUK
Ewj7npKQw7zuAhVIWX0KHeLPDBUQuwUwAHoECAYQBw#v=onepag
e&q&f=false.
Wulandari, Ade. 2014. ―Karakteristik pertumbuhan perkembangan remaja dan
implikasinya terhadap masalah kesehatan dan keperawatannya.‖ Jurnal
Keperawatan Anak 2: 39–43.
Yuliantini. 2012. ―Tingkat Pengetahuan HIV/AIDS dan Sikap Remaja Terhadap
Perilaku Seksual PraNikah di SMA X.‖ Journal of Chemical Information
and Modeling 53(9): 1689–1699.
Yulrina. 2015. Bahan Ajar AIDS pada Asuhan Kebidanan. Yogyakarta:
Deepublish Publiser.
https://books.google.co.id/books?id=CD9yDwAAQBAJ&printsec=frontcove
r&dq=Bahan+Ajar+AIDS+pada+Asuhan+Kebidanan&hl=id&sa=X&ved=2a
hUKEwje14bJxbzuAhXGWisKHfC2DpwQuwUwAHoECAUQBw#v=onep
age&q&f=false.
LAMPIRAN
HASIL PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA
AN .Y DENGAN HIV/AIDS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SEBERANG PADANG KOTA PADANG

1. DATA UMUM
a. Nama Kepala Keluarga : Ibu D
b. Usia : 69 Tahun
c. Agama : Islam
d. Pekerjaan : Buruh Harian
e. Alamat : Seberang Padang, Kecamatan Padang
Selatan Kota Padang
f. Pendidikan : SD
g. Komposisi Keluarga :
No. Nama Hubungan Tanggal Lahir/ Umur Pendidikan
dengan KK
1. Ibu E Anak Pesisir Selatan,15 Juni 1972/ 48 Tidak
tahun Sekolah
2. An.Y Cucu Padang, 10 Juli 1997/ 24 tahun SD

h. Genogram

Keterangan :

: Perempuan

: Laki-laki
: Pasien

: Tinggal Serumah

X : Meninggal

i. Tipe Keluarga
Tipe Keluarga An.Y adalah keluarga besar atau extended family. Karena
An.Y tinggal bersama neneknya Ibu D (69 tahun) dan Ibu E (48 tahun)
j. Suku
Keluarga An.Y bersuku melayu dan berlatar belakang budaya minang
k. Agama
Keluarga An.Y beragama islam dan selalu melaksanakan ibadah sesuai
dengan keyakinan.
l. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Ibu D sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah bekerja sebagai buruh
gosok dengan penghasilan rata-rata Rp.1.200.000 perbulan dan dibantu
An.Y yang berkerja sebagai pegawai swasta dengan penghasilan Rp.
1.000.000 perbulan, untuk ibu E berkerja sebagai ibu rumah tangga.
Penghasilan tersebut cukup digunakan untuk keperluan sehari-hari.
m. Aktifitas Rekreasi Keluarga
Keluarga ini jarang melakukan rekreasi, biasanya untuk rekreasi dilakukan
dengan pergi mengunjungi saudara, keluarga ini lebih sering dirumah
untuk hiburan didapatkan dari nonton TV

2. Riwayat & Tahap Perkembangan Keluarga


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap keluarga saat ini yaitu Tahap V (Keluarga dengan anak remaja).
Tujuan utama pada keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggarkan
ikatan keluarga untuk meberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja
yang lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa
muda.

b. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi yaitu
mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan.
c. Riwayat keluarga inti
- Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 12 April 2021 pukul 16.00
WIB, An.Y mengatakan dinyatakan positif HIV/AIDS pada bulan
November 2019. An.Y mengatakan 3 bulan sebelum dinyatakan positif
melakukan seks bebas. An.Y juga mengatakan sudah melakukan
pergaulan bebas semenjak berusia 16 tahun karena penasaraan dan ingin
coba-coba. An.Y mengatakan merasa kesepian dan kurangnya perhatian
dari orangtua, karena orangtua An.Y bekerja dan tidak pernah
mendapatkan kasih sayang dari Bapaknya yang sudah meninggal
semenjak An.Y bayi. An.Y mengatakan sudah setahun ini melakukan
pengobatan ARV. An.Y tau akan penyakitnya hanya saja An.Y terkadang
merasa bosan untuk minum obat, menurut Ibu D terkadang An.Y sulit
disuruh untuk minum obat secara teratur. An.Y juga mengatakan
terkadang merasakan nyeri kepala, pusing dan nyeri pinggang yang
dirasakan setelah melakukan pengobatan akibat efek samping obat.
- Ibu D mengatakan memiliki riwayat penyakit jantung pernah di rawat
pada tahun 2014 dan 2019
- Ibu E memiliki riwayat gastritis pada tahun 2018
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
An.Y mengatakan orangtuanya tidak memiliki penyakit yang sama dengan
An.Y, keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit menular seksual,
riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi, DM atau penyakit keturunan
lainnya

3. LINGKUNGAN
a. Karakteristik rumah
Rumah yang ditempati keluarga An.Y merupakan rumah kontrakan
permanen ukuran 10 X 8 meter. Terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu
dan keluarga, 1 dapur, dan 1 kamar mandi. Rumah An.Y bersih dan rapi.
Perabotan tampak tersusu rapi, lantai rumah tembok yang dialasi karpet,
tidak ada benda-benda yang membahayakan, lantai kamar mandi dari
tembok dan agak licin. Ventilasi dan penerangan dirumah kurang. Sumber
listrik dari PLN dan air yang digunakan bersumber dari PDAM untuk
mandi, dan memasak. Sedangkan untuk air minum biasanya menggunakan
air isi ulang. Halaman rumah An.Y tampak bersih dan sampah dibuang ke
tempat pembuangan umum dan untuk limbah septic tank.

Denah Rumah

4 5

3 1 2

Keterangan :
1 : Pintu
2 : Kamar Tidur
3 : Ruang Tamu dan keluarga
4 : Kamar Mandi
5 : Dapur

b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Penduduk dilingkungan rumah An.Y kebanyakan bersuku minang.
Karteristik komunitas tempat tinggal An.Y adalah kelas menengah ke
bawah. Lingkungan rumah An.Y merupakan lingkungan yang cukup
padat, jarak satu rumah kerumah lain berjarak 2-3 meter
c. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga An.Y mengatakan semenjak An.Y lahir keluarga merantau
kepadang sebelumnya keluarga tinggal dikampung halaman yaitu di
Kerinci. Keluarga beradaptasi dengan baik di lingkungan yang sekarang.

d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Keluarga An.Y mengatakan jarang melakukan perkumpulan dengan
masyarakat sekitar, biasanya berkumpul jika ada acara penting seperti
pesta pernikahan. An.Y mengatakan setelah mengetahui terkena
HIV/AIDS jarang melakukan perkumpulan bersama teman-teman.

e. Sistem pendukung keluarga


Sistem pendukung keluarga adalah Ibu D dalam memutuskan segala hal
yang baik untuk keluarga dan sebagai pengatur kebutuhan sehari-hari
dalam keluarga. namun keluarga kurang berperan untuk mengingatkan
An.Y meminum obat.

4. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola Komunikasi Keluarga
Sebelum An.Y terinfeksi HIV/AIDS pola komunikasi antar keluarga
kurang lancar. Kurangnya perhatian dan mkasih sayang serta kurang
terbuka komunikasi antara orangtua dan An.Y akibat kesibukan yang
menyebabkan An.Y mencoba hal baru yaitu seks bebas.
Dalam struktur kekuatan keluarga Ibu D memegang peranan penting,
karena setiap hal yang ada dirumah tersebut selalu dibicarakan dan
didiskusikan serta meminta pendapat dan nasehat dari Ibu D
b. Struktur Peran
 Ibu D sebagai kepala keluarga, ibu dan nenek bertanggung jawab
dalam memberikan nasehat serta mengingatkan anggota keluarga yang
lain jika ada masalah serta sebagai pencari nafkah guna memenuhi
kebutuhan sehari-hari
 Ibu E sebagai anak dari Ibu D dan Ibu dari An.Y bertanggung jawab
sebagai pemberi kasih sayang pada anak dan mengurus rumah tangga
 An. Y sebagai anak yang harus menghormati dan menolong orangtua
dalam kehidupan sehari-hari
c. Nilai atau norma keluarga
Dalam kehidupan sehari-hari keluarga An.Y menekankan etika dan sopan
santun dalam bergaul dengan orang lain, saling menghormati dan saling
menghargai satu sama lain.

5. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi Afektif
Keluarga An.Y merupakan keluarga yang cukup harmonis dan rukun.
Sesama anggota keluarga juga saling menyayangi dan menghormati yang
lebih tua. Fungsi afektif dalam keluarga An.Y yaitu dengan penerimaan
penyakit HIV/AIDS yang dialami An.Y dan mendukung An.Y
b. Fungsi sosialisasi
Keluarga An.Y bersosialisasi dengan baik sesama anggota keluarga dan
tetangga sekitar
c. Fungsi Ekonomi
Keluarga An.Y secara umum dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari,
ditambah lagi An.Y juga bekerja sehingga kebutuhan sehari-hari bisa
terpenuhi
d. Fungsi Reproduksi
Pada saat pengkajian Ibu D diketahui sudah menopause, sedangkan
anaknya Ibu E merupakan janda dengan 1 orang anak yang masih remaja
e. Fungsi Perawatan Keluarga
1) Mengenal masalah kesehatan
An.Y sudah mengetahui penyakitnya, Ibu D dan Ibu S belum
sepenuhnya mengerti tentang penyakit An.Y seperti bagaimana cara
perawatannya
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan
Pengambilan keputusan terkait tindakan kesehatan yang diperlukan
masih kurang cukup, karena keluarga kurang berperan sebagai
koordinator dalam menemani An.Y untuk berobat dan mengawasi An.
Y meminum obat.
3) Merawat anggota keluarga
Kemampuan merawat anggota keluarga masih kurang cukup. Saat
ditanya masalah yang dihadapi oleh keluarga mengatakan masih
kurang mengerti tentang bagaimana perawatan remaja dengan
HIV/AIDS. Ibu D mengatakan jika tidak ada anggota keluarga lain
yang memiliki riwayat HIV/AIDS sehingga tidak mengetahui
bagaimana perawatan yang tepat
4) Memodifikasi lingkungan
Keluarga An.Y sudah mampu memelihara lingkungan yang sehat,
tampak lingkungan bersih dan rapi
5) Menggunakan fasilitas kesehatan
Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan yang
ada cukup baik dan anggota keluarga suda tahu manfaat dari berbagai
fasilitas kesehatan yang ada, dibuktikan dari An.Y menggunakan
fasilitas kesehatan untuk mengobati penyakitnya yaitu Puskesmas
Seberang Padang

6. STRES DAN KOPING KELUARGA


a. Stressor
1) Stressor jangka pendek
Keluarga memiliki stressor jangka pendek yaitu kesembuhan An.Y dan
agar tidak menular kepada anggota keluarganya
2) Stressor jangka panjang
Keluarga memiliki stressor jangka panjang yaitu memikirkan biaya
kesehatan yang dialami An.Y dan tahap perkembangan An.Y yang
akan memasuki usia dewasa
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Setiap masalah keluarga ini selalu menyelesaikannya dengan bersama-
sama dengan melakukan musyawarah untuk mencari penyelesaian
masalah
c. Strategi koping yang digunakan
Apabila ada keluarga yang bermasalah terkait dengan kesehatan maka
keluarga akan segera pergi kefasilitas kesehatan dan memanfaatkan
pelayan kesehatan seperti: puskesmas, bidan dan rumah sakit

7. HARAPAN KELUARGA
Keluarga An. Y berharap semua anggota keluarga diberikan kesehatan dan
umur panjang. An.Y berharap penyakitnya tidak menimbulkan komplikasi dan
tidak menular pada anggota keluarga yang lainnya, diharapkan dapat ditangani
oleh pelayanan kesehatan dengan tepat dan keluarga bisa merawat An.Y
dirumah dengan benar

8. PEMERIKSAAN FISIK ANGGOTA KELUARGA


No. Pemeriksaan Ibu. D Ibu. E An.Y
Fisik
1. Keadaan KU : Baik KU : Baik KU : Baik
Umum TB : 145 Cm TB : 158 cm TB : 180 cm
BB : 40 Kg BB : 55 Kg BB : 50 Kg
IMT: 19,02 kg/m2 IMT : 22, 03kg/m2 IMT: 15,43 kg/m2
TD:100/70 TD : 110/80 mmHg TD:120/70
mmHg HR : 89x/i mmHg
HR : 88x/i RR : 20x/i HR : 88x/i
RR : 20x/i RR : 20x/i
2. Kepala Bentuk normal, Bentuk normal, Bentuk normal,
tidak ada tidak ada tidak ada
benjolan, tidak benjolan, tidak benjolan, tidak
ada lesi, rambut ada lesi, rambut ada lesi, rambut
beruban berwarna hitam berwarna hitam
ada beberapa
uban
3. Mata Simetris, sklera Simetris, sklera Simetris, sklera
tidak ikterik, tidak ikterik, tidak ikterik,
konjungtiva konjungtiva tidak konjungtiva
tidak anemis, anemis, bersih anemis, bersih
bersih
4. Hidung Simetris, bersih, Simetris, bersih,Simetris, bersih,
tidak ada tidak ada
tidak ada
pernafasan pernafasan cupingpernafasan
cuping hidung, hidung, tidak
cuping hidung,
tidak sianosis, sianosis, tidak ada
tidak sianosis,
tidak ada pembengkakan tidak ada
pembengkakan dan lesi pembengkakan
dan lesi dan lesi
5. Telinga Simetris, bersih Simetris, bersih Simetris, bersih
dan tidak dan tidak tampak dan tidak
tampak serumen, tampak
serumen, pendengaran serumen,
pendengaran bagus pendengaran
bagus bagus

6. Mulut Mukosa mulut Mukosa mulut Mukosa mulut


lembab, bibir lembab, bibir lembab, bibir
tidak pucat, tidak pucat, lidah tidak pucat,
lidah keputihan berwarna merah lidah berwarna
muda keputihan
7. Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pelebaran vena pelebaran vena pelebaran vena
jugularis, jugularis, kelenjar jugularis,
kelenjar tiroid tiroid dan kelenjar kelenjar tiroid
dan kelenjar limfe dan kelenjar
limfe limfe
8. Dada I : Simetris kiri I : Simetris kiri I : Simetris kiri
dan kanan dan kanan dan kanan
P : Fremitus kiri P : Fremitus kiri P : Fremitus kiri
dan kanan dan kanan dan kanan
P : Sonor P : Sonor P : Sonor
A : Vesikuler A : Vesikuler A : Vesikuler
9. Paru I : Pergerakan I : Pergerakan I : Pergerakan
dada simetris dada simetris dan dada simetris
dan tidaka da tidaka da tarikan dan tidak ada
tarikan dinding dinding dada tarikan dinding
dada P : Fremitus kiri dada
P : Fremitus kiri dan kanan P : Fremitus kiri
dan kanan P : Sonor dan kanan
P : Sonor A : Tidak ada P : Sonor
A : Tidak ada suara nafas A : Tidak ada
suara nafas tambahan suara nafas
tambahan tambahan
10. Jantung I : Ictus cordis I : Ictus cordis I : Ictus cordis
tidak tampak tidak tampak tidak tampak
P : Ictus cordis P : Ictus cordis P : Ictus cordis
tidak teraba tidak teraba tidak teraba
P : Redup P : Redup P : Redup
A : Tiduak ada A : Tiduak ada A : Tidak ada
bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung
tambahan dan tambahan dan tambahan dan
irama jantung irama jantung irama jantung
teratur teratur teratur
11. Abdomen I : Tidak ada I : Tidak ada I : Tidak ada
asites asites asites
A : Bising usus A : Bising usus A : Bising usus
normal normal normal
P : Tympani P : Tympani P : Tympani
P : Tidak ada P : Tidak ada P : Tidak ada
pemebesaran pemebesaran pemebesaran
organ organ organ
12. Ekstremitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada
masalah masalah masalah
13. Genitalia Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan pemeriksaan

9. Terapi Dokter
Pengobatan ARV An.Y yaitu :
 Tenofovir Disoproxil Fumarate 300 mg
 Lamivudinade 150 mg
 Efavirenz 600 mg
ANALISIS DATA
Nama Klien : An. Y
No. Data Masalah Penyebab
1. Data Subjektif : Ansietas Krisis
 An. Y mengatakan cemas dengan kondisinya Situasional
yang mengalami HIV/AIDS diusia masih
remaja
 An.Y mengatakan khawatir dengan masa
depannya
 An. Y mengatakan takut jika penyakitnya ini
menimbulkan komplikasi yang parah
 An.Y mengatakan cemas jika keluarganya
ikut tertular penyakit HIV/AIDS
 An.Y kadang sulit tidur karena memikirkan
penyakitnya
Data Objektif :
 An. Y tampak cemas saat pertama kali
kunjungan dan menjelaskan tentang maksud
kedatangan
 An. Y tampak cemas saat menceritakan
penyakitnya
 TD : 120/70 mmHg
 HR : 88x/i
 RR : 20x/i
2. Data Subjektif : Manajemen Kompleksita
 An. Y mengatakan terkadang merasa jenuh Kesehatan s program
meminum obat Keluarga perawatan/p
 Keluarga mengatakan An.Y terkadang malas Tidak Efektif engobatan
untuk minum obat
 Keuarga mengatakan An.Y terkadang sulit
disuruh minum obat
Data Objektif
 TD : 120/70 mmHg
 HR : 88x/i
 RR : 20x/i
3. Data Subjektif : Nyeri Akut Agen
 An. Y mengatakan sering merasa sakit kepala Pencedera
dan pusing Fisologis
 An. Y mengatakan kadang muncul nyeri dan
terasa sakit pada pinggang An.Y mengatakan
nyeri yang dirasakan hilang timbul, durasi 5
menit, dengan skala 5,
Data Objektif :
 An. Y tampak meringis
 TD : 120/70 mmHg
 HR : 88x/i
 RR : 20x/i
PRIORITAS MASALAH
DX 1 : Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
No. Kriteria Nilai Bobot Skor Pembenaran
1. Sifat masalah : Masalah ini aktual karena
 Aktual : 3 sedang dirasakan oleh
 Resiko : 2 3 1 3/3 x 1 = 1 An.Y, dimana klien
 Potensial: 1 merasakan kecemasan
berlebihan terkait
kondisinya

2. Kemungkinan Kemungkinan masalah ini


masalah untuk mudah diubah jika An.Y
diubah : mengikuti anjuran untuk
 Mudah : 2 melakukan perawatan
 Sebagian : 1 2 2 2/2 x 2 = 2 untuk mengurangi
 Sulit : 0 kecemasan

3. Potensial Potensial masalah untuk


masalah untuk dicegah cukup karena
dicegah : An.Y mengatakan mau
 Tinggi : 3 2 1 2/3 x 1 = dan akan melakukan
 Cukup : 2 2/3 perawatan pada masalah
 Rendah : 1 yang dialami

4. Menonjolnya Keluarga melihat adanya


masalah : masalah pada An.Y, tapi
 Segera 2 1 2/2 x 1 = 1 tidak segera ditangani
ditangani : 3 karena belum merasakan
 Tidak dampak langsung dari
segera : 2 masalah yang dialami
 Tidak
dirasakan : 1
Total Skore 4 2/3
DX 2 : Manajemen Kesehatan Keluarga tidak efektif berhubungan dengan
kompleksitas program pengobatan
No. Kriteria Nilai Bobot Skor Pembenaran
1. Sifat masalah : Masalah ini kemungkinan
 Aktual : 3 beresiko jika tidak segera
 Resiko : 2 2 1 2/3 x 1 = ditindak lanjuti karena
 Potensial : 1 2/3 klien dan keluarga kurang
mampu memanajemen
kesehatan keluarga
terutama mengenai
pengobatan

2. Kemungkinan Kemungkinan masalah ini


masalah untuk diubah sebagian jika An.Y
diubah : mengikuti ruti program
 Mudah : 2 1 2 1/2x2= pengobatan rutin
 Sebagian : 1 1
 Sulit : 0

3. Potensial Potensial masalah untuk


masalah untuk dicegah cukup karena
dicegah : An.Y mengatakan mau
 Tinggi : 3 2 1 2/3 x 1 = dan akan melakukan
 Cukup : 2 2/3 perawatan pada masalah
 Rendah : 1 yang dialami serta
keluarga yang mampu
bekerjasama dengan
kooperatif sehingga
masalah cukup mampu
untuk dicegah

4. Menonjolnya Keluarga melihat adanya


masalah : masalah pada An.Y, tapi
 Segera 1 1 1/2 x 1 = tidak segera ditangani
ditangani : 2 1/2 karena belum merasakan
 Tidak dampak langsung dari
segera : 1 masalah yang dialami
 Tidak
dirasakan : 0
Total Skore 2 5/6
DX 3 : Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis
No. Kriteria Nilai Bobot Skor Pembenaran
1. Sifat masalah : Masalah ini kemungkinan
 Aktual : 3 beresiko dirasakan jika
 Resiko : 2 2 1 2/3 x 1 = hanya dibiarkan tanpa
 Potensial : 1 2/3 dilakukan penangangan
karena rasa nyeri hanya
dirasakan sesekali

2. Kemungkinan Kemungkinan masalah ini


masalah untuk diubah sebagian karena jika
diubah : 1 2 An.Y mau melakukan
 Mudah : 2 anjuran yang diberikan
 Sebagian : 1 untuk mengurangi tingkat
 Sulit : 0 nyeri dan dapat diubah
bertahap dengan mengurangi
stress serta istirahat

3. Potensial maslaah Potensial masalah untuk


untuk dicegah : dicegah rendah karena An.Y
 Tinggi : 3 mengatakan belum terlalu
 Cukup : 2 1 1 1/3 x 1 = merasakan efek dan cukup
 Rendah : 1 1/3 jarang mengalami masalah
ini, akan tetapi keluarga
cukup kooperatif dan
memberi dukungan penuh
untuk mengatasi masalah

4. Menonjolnya Keluarga melihat adanya


masalah : masalah pada An.Y, tapi
 Segera 1 1 1/2 x 1 = tidak ada upaya untuk
ditangani : 2 1/2 menangani karena
 Tidak segera mengungkapkan masih
:1 belum terasa dan tidak
 Tidak terlalu mengganggu
dirasakan : 0 kesehatan
Total Skore 2 1/2

DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


a. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
b. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan
kompleksitas program pengobatan
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Diagnosis Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan
Keperawatan Umum/Tupan Khusus/Tupen Kriteria Standar
Ansietas Setelah Setelah kunjungan Kriteria hasil : Tingkat 1. Kemampuan Intervensi SIKI : Edukasi Proses Penyakit
(D.0080) dilakukan 1x45 menit pengetahuan (L.12111) menjelaskan (I.12444) Tindakan yaitu
kunjungan 1X45 keluarga mampu : 1. Kemapuan pengetahuan a. Observasi
menit 1) Mengenal menjelaskan tentang ansietas 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
diharapkan masalah pengetahuan tentang dengan HIV/AIDS menerima informasi
tingkat ansietas ansietas suatu topik meningkat menongkat dari 1- b. Terapeutik
menurun 2. Kemampuan 5 1. Sediakan materi dan media
(L.09093 SLKI) menggambarkan 2. Kemampuan pendidikan kesehtan
pengalaman menggambarkan 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
sebelumnya sesuai pengalaman sesuai kesepakatan
dengan topik sebelumnya yang 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
3. Verbalisasi minat sesuai dengan c. Edukasi
denga mengenal ansietas dengan 1. Jelaskan penyebab dan faktor risiko
masalah HIV/AIDS penyakit HIV/AIDS
4. Pertanyaan tentang meningkat dari 1-5 2. Jelaskan proses patofisiologi
masalah yang 3. Verbalisasi minat munculnya penyakit HIV/AIDS
dihadapi menurun dengan mengenal 3. Jelaskan tanda dan gejala yang
masalah ansietas ditumbulkan penyakit HIV/AIDS
dengan HIV/AIDS 4. Jelaskan kemungkinan terjadinya
meningkat dari 1-5 komplikasi
4. Pertanyaan tentang 5. Ajarkan cara meredakan atau
masalah yang mengatasi gejala yang dirasakan
dihadapi menurun
dari 1-5

2) Keluarga Kriteria hasil : 1. Anggota Intervensi SIKI : Dukungan


mampu Dukungan keluarga keluarga Pengambilan Keputusan (I.09265)
mengambil meningkat (L.13112) verbalisasi Tindakan yaitu
keputusan 1. Anggota keluarga keinginan untuk a. Observasi
tindakan yang verbalisasi mendukung 1. Identifikasi presepsi mengenai
tepat untuk keinginan untuk anggota keluarga masalah dan informasi yang
mengatasi mendukung anggota yang sakit memicu ansietas
ansietas pada keluarga yang sakit meningkat dari b. Terapeutik
keluarga meningkat skala 1-5 1. Fasilitas mengklarifikasi nilai dan
HIV/AIDS 2. Bekerja sama 2. Bekerja sama harapan yang membantu membuat
dengan anggota dengan anggota pilihan perawatan untuk
keluarga yang sakit keluarga yang mengurangi ansietas
dalam menentukan sakit dalam 2. Motivasi mengungkapkan tujuan
perawatan menentukan perawatan yang diharapkan
3. Bekerja sama perawatan 3. Fasilitasi pengambilan keputusan
dengan penyedia meningkat dari secara kolaboratif
layanan kesehatan skala 1-5 c. Edukasi
dalam menentukan 3. Bekerja sama 1. Berikan informasi yang diminta
perawatan dengan penyedia pasien
layanan
kesehatan dalam
menentukan
perawatan
meningkat dari
skala 1-5
3) Keluarga Kriteria hasil : 1. Verbalisasi Intervensi SIKI : Manjemen Stres
mampu Tingkat ansietas kebingungan (I.09293) Tindakan yaitu
melakukan menurun (L.09093) menurun dari a. Observasi
perawatan 1. Verbalisasi skala 1-5 1. Identifikasi tingkat stres dan
untuk kebingungan 2. Verbalisasi stressor
mengatasi menurun khawatir akibat b. Terapeutik
ansietas 2. Verbalisasi kondisi yang 1. Lakukan reduksi ansietas
khawatir akibat dihadapi 2. Berikan kesempatan untuk
kondisi yang menurun dari menenangkan diri
dihadapi menurun skala 1-5 3. Gunakan metode untuk
3. Perilaku gelisah 3. Perilaku gelisah meningkatkan kenyamanan dan
menurun menurun dari ketenanganan spritual
4. Perilaku tegang skala 1-5 c. Edukasi
menurun 4. Perilaku tegang 1. Anjurkan menggunakan teknik
5. Pola tidur membaik menurun dari 1-5 menurunkan stress yang sesuai
5. Pola tidur untuk diterapkan dirumah maupun
membaik dari pada situasi lainnya
skala 1-5 2. Ajarkan teknik menurunkan stress
(mis. Latihan pernafasan, relaksasi
progresif, imajinasi terbimbing,
terapi musik)

4) Keluarga Kriteria hasil : 1. Pemeliharaan Intervensi SIKI : Manjemen


mampu Keamanan lingkungan rumah meningkat kenyamanan lingkungan (I.08237)
memodifikasi rumah (L.14126) dari skala 1-5 Tindakan yaitu
lingkungan 1. Pemeliharaan 2. Kebersihan a. Observasi
yang nyaman rumah meningkat penyimpanan 1. Identifikasi sumber ketidaknyaman
2. Kebersihan obat meniongkat b. Terapeutik
penyimpanan obat dari skala 1-5 1. Sediakan ruangan yang tenang dan
meningkat 3. Kebersihan mendukung menurunnya ansietas
3. Kebersihan hunian hunian 2. Fasilitas kenyaman lingkungan
meningkat meningkat dari (mis.kebersihan)
4. Pengaturan suhu skala 1-5 c. Edukasi
ruangan meningkat 4. Pengaturan suhu 1. Jelaskan tujuan manjemen
ruangan lingkungan untuk menurunkan
meningkat dari ansietas
skala 1-5
meningkat

5) Keluarga Kriteria hasil : 1. Akses fasilitas Intervensi SIKI : Pengenalan Fasilitas


mampu Status kesehatan kesehatan (I.14549). Tindakan yaitu
memanfaatka keluarga meningkat meningkat dari a. Observasi
n dan (L.12108) skala 1-5 1. Identifikasi pengetahuan tentang
menentukan 1. Akses fasilitas 2. Pengawasan fasilitas kesehatan
fasilitas kesehatan perawatan anak b. Edukasi
kesehatan meningkat meningkat dari 1. Jelaskan peraturan pelayanan
yang tepat 2. Pengawasan skala 1-5 fasiltas kesehatan
perawatan anak 3. Sumber 2. Jelaskan sistem pelayanan
meningkat perawatan 3. Informasikan fasilitas kesehatan
3. Sumber perawatan kesehatan
kesehatan meningkat dari
meningkat 1-5

Manajemen Setelah Setelah Kriteria hasil : Tingkat 1. Kemampuan Intervensi SIKI : Edukasi Kesehatan
kesehatan kunjungan kunjungan 1x30 pengetahuan (L.12111) menjelaskan (I.12383). Tindakan yaitu
keluarga tidak keluarga 1X45 menit keluarga 1. Kemapuan pengetahuan a. Observasi
efektif menit mampu : menjelaskan tentang 1. Identifikasi kesiapan dan
(D.0115) diharapkan 1) Mengenal pengetahuan manajemen kemampuan menerima informasi
manajemen masalah tentang manjemen kesehatan b. Terapeutik
kesehatan manajemen kesehatan keluarga keluarga tidak 1. Sediakan materi dan media
keluarga kesehatan tidak efektif efektif pendidikan kesehatan
meningkat keluarga meningkat meningkat dari 2. Jadwal pendidikan kesehatan
(L.12105 dengan 2. Kemampuan skala 1-5 sesuai kesepakatan
SLKI) menggambarkan 2. Kemampuan 3. Berikan kesempatan untuk
pengalaman menggambarkan bertanya
sebelumnya sesuai pengalaman c. Edukasi
dengan manajemen sebelumnya 1. Jelaskan faktor risiko yang dapat
kesehatan keluarga sesuai dari mempengaruhi kesehatan
tidak efektif manjemen
meningkat kesehatan
3. Pertanyaan tentang keluarga tidak
masalah yang efektif
dihadapi menurun meningkat dari
4. Perilaku membaik skala 1-5
3. Pertanyaan
tentang masalah
yang dihadapi
menurun dari
skala 1-5
4. Perilaku
manajemen
kesehatan
keluarga efektif
membaik dari
skala 1-5

2) Keluarga Kriteria hasil : 1. Anggota Intervensi SIKI : Dukungan Keluarga


mampu Dukungan keluarga keluarga Merencanakan Perawatan (I.13477).
mengambil meningkat (L.13112) verbalisasi Tindakan yaitu
keputusan 1. Anggota keluarga keinginan untuk a. Observasi
tindakan yang verbalisasi mendukung 1. Identifikasi kebutuhan dan harapan
tepat untuk keinginan untuk anggota keluarga keluarga tentang kesehatan dengan
manjemen mendukung anggota yang sakit mengidentifikasi keputusan
kesehatan keluarga yang sakit meningkat dari keluarga untuk melakukan
keluarga meningkat skala 1-5 manjemen kesehatan keluarga
dengan 2. Bekerja sama 2. Bekerja sama dengan HIV/AIDS
HIV/AIDS dengan anggota dengan anggota b. Terapeutik
keluarga yang sakit keluarga yang 1. Motivasi keluarga mendukung
dalam menentukan sakit dalam upaya kesehatan
perawatan menentukan c. Edukasi
meningkat perawatan 1. Diskusikan bersama keluarga
3. Bekerja sama meningkat dari tentang keputusan perawatan
dengan penyedia skala 1-5 keluarga yang diambil
layanan kesehatan 3. Bekerja sama 2. Evaluasi pemahaman keluarga
dalam menentukan dengan penyedia tentang manajemen kesehatan
perawatan layanan keluarga HIV/AIDS
meningkat kesehatan dalam
menentukan
perawatan
meningkat dari
skala 1-5
3) Keluarga Kriteria hasil : 1. Verbalisasi Intervensi SIKI : Edukasi program
mampu Tingkat Kepatuhan kemauan pengobatan (I.12441). Tindakan yaitu
merawat (L.12110) mematuhi a. Observasi
keluarga 1. Verbalisasi program 1. Identifikasi pengetahuan tentang
dengan kemauan mematuhi perawatan atau pengobatan yang
masalah program perawatan pengobatan direkomendasikan
manajemen atau pengobatan meningkat dari b. Terapeutik
kesehatan meningkat skala 1-5 1. Fasilitasi informasi tertulis atau
keluarga 2. Verbalisasi 2. Verbalisasi gambar untuk meningkatkan
HIV/AIDS mengikuti anjuran mengikuti pemahaman
meningkat anjuran 2. Berikan dukungan untuk menjalani
3. Perilaku mengikuti meningkat dari pengobatan dengan baik dan benar
program skala 1-5 3. Keluarga untuk memberikan
perawatan/pengobat 3. Perilaku dukungan pada pasien pengobatan
an mengikuti c. Edukasi
4. Perilaku program 1. Anjurkan mengkomsumsi obat
menjalankan perawatan/pengo sesuai indikasi
anjuran membaik batan meningkat 2. Anjurkan bertanya jika ada sesuatu
dari skala 1-5 yang tidak dimengerti sebelum dan
4. Perilau sesudah pengobatan dilakukan
menjalankan 3. Anjurkan melakukan pengobatan
program secara mandiri
pengobatan
membaik dari
skala 1-5

4) Keluarga Kriteria hasil : 1. Pemeliharaan Intervensi SIKI : Manjemen


mampu Keamanan lingkungan rumah meningkat Lingkungan (I.14514) Tindakan yaitu
memodifikasi rumah (L.14126) dari skala 1-5 a. Observasi
lingkungan 1. Pemeliharaan 2. Kebersihan 1. Identifikasi keamanan dan
yang nyaman rumah meningkat penyimpanan kenyaman lingkungan
2. Kebersihan obat meniongkat b. Terapeutik
penyimpanan obat dari skala 1-5 1. Sediakan ruang yang cukup dan
meningkat 3. Kebersihan aman
3. Kebersihan hunian hunian 2. Sediakan lingkungan yang bersih
meningkat meningkat dari dan nyaman
4. Pengaturan suhu skala 1-5 3. Pertahankan konsistensi
ruangan meningkat 4. Pengaturan suhu lingkungan
ruangan c. Edukasi
meningkat dari 1. Jelaskan cara membuat lingkungan
skala 1-5 rumah yang nyaman
meningkat

5) Keluarga Kriteria hasil : 1. Akses fasilitas Intervensi SIKI : Pengenalan Fasilitas


mampu Status kesehatan kesehatan (I.14549). Tindakan yaitu
memanfaatka keluarga meningkat meningkat dari a. Observasi
n fasillitas (L.12108) skala 1-5 1. Identifikasi pengetahuan tentang
kesehatan 1. Akses fasilitas 2. Pengawasan fasilitas kesehatan
kesehatan perawatan anak b. Edukasi
meningkat meningkat dari 1. Jelaskan peraturan pelayanan
2. Pengawasan skala 1-5 fasiltas kesehatan
perawatan anak 3. Sumber 2. Jelaskan sistem pelayanan
meningkat perawatan 3. Informasikan fasilitas kesehatan
3. Sumber perawatan kesehatan
kesehatan meningkat dari
meningkat 1-5

Nyeri Akut Setelah Setelah Kriteria hasil : Tingkat 1. Kemampuan Intervensi SIKI : Edukasi Manajemen
(D.0077) kunjungan kunjungan 1x45 pengetahuan (L.12111) menjelaskan Nyeri (I.12406). Tindakan yaitu
keluarga menit keluarga 1. Kemampuan pengetahuan a. Observasi
selama 1x45 mampu : menjelaskan tentang nyeri 1. Periksa kesiapan dan kemampuan
menit 1) mengenal pengetahuan akut dengan menerima informasi
diharapkan masalah nyeri tentang nyeri akut HIV/AIDS b. Terapeutik
nyeri akut akut dengan dengan HIV/AIDS meningkat dari 1. Siapkan materi, media tentang
menurun HIV/AIDS meningkat skala 1-5 faktor-faktor penyebab, cara
2. Kemampuan 2. Kemampuan identifikasi nyeri
menggambarkan menggambarkan 2. Jadwalkan waktu yang tepat untuk
pengalaman pengalaman memberikan pendidikan kesehatan
sebelumnya sesuai sebelumnya sesuai kesepakatan dengan pasien
dengan nyeri akut sesuai dengan dan keluarga
HIV/AIDS nyeri akut 3. Berikan kesempatan untuk
meningkat dengan bertanya
3. Pertanyaan tentang HIV/AIDS c. Edukasi
masalah yang meningkat dari 1. Jelaskan penyebab, cara
dihadapi menurun skala 1-5 identifikasi nyeri
3. Pertanyaan 2. Anjurkan mengikuti tindakan
tentang masalah pencegahan sesuai kondisi
yang dihadapi
menurun dari
skala 1-5

2) Keluarga Kriteria hasil : 1. Anggota Intervensi SIKI : Dukungan


mampu Dukungan keluarga keluarga pengambilan keputusan (I.09265).
mengambil meningkat (L.13112) verbalisasi tindakan yaitu :
keputusan 1. Anggota keluarga keinginan untuk a. Observasi
tindakan yang verbalisasi mendukung 1. Identifikasi persepsi mengenai
tepat untuk keinginan untuk anggota keluarga masalah
merawat mendukung anggota yang sakit b. Terapeutik
anggota keluarga yang sakit meningkat dari 1. Motivasi mengungkapkan tujuan
keluarga meningkat skala 1-5 perawatan yang diharapkan
HIV/AIDS 2. Bekerja sama 2. Bekerja sama 2. Fasilitas pengambilan keputusan
dengan nyeri dengan anggota dengan anggota secara kolaboratif
keluarga yang sakit keluarga yang c. Edukasi :
dalam menentukan sakit dalam 1. Informasikan alternatif solusi
perawatan menentukan secara jelas
meningkat perawatan 2. Berikan informasi yang diminta
3. Bekerja sama meningkat dari pasien
dengan penyedia skala 1-5
layanan kesehatan 3. Bekerja sama
dalam menentukan dengan penyedia
perawatan layanan
meningkat kesehatan dalam
menentukan
perawatan
meningkat dari
skala 1-5

3) Keluarga Kriteria hasil : 1. Keluhan nyeri Intervensi SIKI : Manajemen Nyeri


mampu Tingkat nyeri menrun t menurun dari (I.08238). Tindakan yaitu :
merawat (L.08066) skala 1-5 a. Observasi
anggota 1. Keluhan nyeri 2. Meringis 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
keluarga menurun menurun dari durasi , frekuensi nyeri
dengan 2. Meringis menurus skala 1- 5 2. Identifikasi skala nyeri
masalah nyeri 3. Gelisah menurun 3. Gelisah menurun b. Terapeutik
akut 4. dari skala 1-5 1. Berikan teknik nonfarmakologiis
untuk mengurangi rasa yeri
c. Edukasi
1. Jelaskan penyebab nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri

4) Keluarga Kriteria hasil : 1. Pemeliharaan Intervensi SIKI : Manajemen


mampu Keamanan lingkungan rumah meningkat Lingkungan (I.14514) Tindakan yaitu
memodifikasi rumah (L.14126) dari skala 1-5 a. Observasi
lingkungan 1. Pemeliharaan 2. Kebersihan 1. Identifikasi keamanan dan
yang sehat rumah meningkat penyimpanan kenyaman lingkungan
2. Kebersihan obat meningkat b. Terapeutik
penyimpanan obat dari skala 1-5 1. Sediakan ruang yang cukup dan
meningkat 3. Kebersihan aman
3. Kebersihan hunian hunian 2. Sediakan lingkungan yang bersih
meningkat meningkat dari dan nyaman
4. Pengaturan suhu skala 1-5 3. Pertahankan konsistensi
ruangan meningkat 4. Pengaturan suhu lingkungan
ruangan c. Edukasi
meningkat dari 1. Jelaskan cara membuat lingkungan
skala 1-5 rumah yang nyaman
meningkat

5) Keluarga Kriteria hasil : 1. Akses fasilitas Intervensi SIKI : Pengenalan Fasilitas


mampu Status kesehatan kesehatan (I.14549). Tindakan yaitu
memanfaatka keluarga meningkat meningkat dari a. Observasi
n fasilitas (L.12108) skala 1-5 1. Identifikasi pengetahuan tentang
kesehatan 1. Akses fasilitas 2. Pengawasan fasilitas kesehatan
kesehatan perawatan anak b. Edukasi
meningkat emningkat dari 1. Jelaskan peraturan pelayanan
2. Pengawasan skala 1-5 fasiltas kesehatan
perawatan anak 3. Sumber 2. Jelaskan sistem pelayanan
meningkat perawatan 3. Informasikan fasilitas kesehatan
3. Sumber perawatan kesehatan
kesehatan meningkat dari
meningkat skala 1-5
CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosis Implementasi Evaluasi Tgl/Waktu/TT
Keperawatan
Ansietas TUK 1 : S: 14 April 2021
Yaitu mengenal  Klien dan keluarga mengatakan sudah mengerti dengan pengertian, tanda
masalah, dengan cara dan gejala serta penyebab dari ansietas yang dialami An. Y
melakukan O:
penyuluhan kesehatan  Klien dan keluarga tampak mengerti dan paham, serta dapat mengulangi
tentang ansietas materi yang dijelaskan
bersama anggota  Klien dan keluarga memiliki ketrtarikan dengan materi yang disampaikan
keluarga A:
Masalah keluarga mampu mengenal masalah ansietas teratasi
P:
Intervensi edukasi proses penyakit di hentikan

TUK 2 : S: 15 April 2021


Yaitu mengambil  Klien dan keluarga mengatakan sudah mengetahui akibat jika masalah
keputusan untuk tidak diatasi dan akan memperhatikan lagi kedepannya
mengatasi masalah  Klien dan keluarga mengatakan mampu mengambil keputusan terkait
ansietas dengan masalah yang dialami, yaitu dengan melakukan tindakan untuk
mendiskusikan mengurangi tingkat kecemasan
tindakan yang harus O :
dilakukan jika terjadi  Klien tampak mengerti dan mampu mengambil keputusan untuk
masalah dalam mengatasi masalah yang dialami
keluarga A:
Masalah keluarga mampu mengambil keputusan untuk merawat keluarga dengan
ansietas teratasi
P:
Intrvensi dukungan pengambilan keputusan dihentikan

TUK 3 : S: 16 April 2021


Yaitu merawat  Klien dan keluarga mengatakan mengerti dan bisa melakukan teknik
anggota keluarga yang melihat catatan terlebih dahulu
mengalami ansietas  Klien mengatakan setelah melakukan teknik hipnotis lima jari lebih relaks
akibat hipertensi yaitu O :
melakukan penjelasan  Klien bisa melakukan teknik hipnotis lima jari dengan benar dan
dan demonstrasi mengikuti instuksi yang diberikan dengan baik
teknik hipnotis lima  Klien tampak relaks
jari A:
Masalah keluarga mampu merawat keluarga dengan ansietas teratasi
P:
Intervensi manajemen ansietas dilanjutkan
 An.Y dianjurkan melakukan teknik hipnotis lima jari secara ruti dan
pengolaan stress

Manajemen TUK 1 : S: 17 April 2021


Kesehtan Yaitu mengenal  Klien dan keluarga mengatakan sudah mengerti dengan pengertian, faktor
Keluarga masalah manajemen resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
Tidak kesehatan terhadap O:
Efektid HIV/AIDS, dengan  Klien dan keluarga tampak mengerti dan paham, serta dapat mengulangi
cara melakukan materi yang dijelaskan
penyuluhan kesehatan  Klien dan keluarga memiliki ketertarikan dengan materi yang dijelaskan
tentang manajemen A:
pengobatan bersama Masalah keluarga mampu mengenal masalah manajemen keluarga tidak efektif
anggota keluarga teratasi
P:
Intervensi edukasi kesehatan dihentikan

TUK 2 : S: 17 April 2021


Yaitu mengambil  Klien dan keluarga mengatakan mampu mengambil keputusan terkait
keputusan untuk masalah yang dialami, yaitu dengan melakukan tindakan yang membuat
mengatasi masalah manajemen kesehatan keluarga efektif dengan manajemen pengobatan
manajemen kesehatan HIV/AIDS
keluarga yang efektif O:
dengan mendiskusikan  Klien tampak mengerti dan mampu mengambil keputusan untuk
tindakan yang harus mengatasi masalah yang dialami
dilakukan jika terjadi A:
masalah dalam Masalah keluarga mampu mengambil keputusan untuk merawat anggota sakit
keluarga teratasi
P:
Intervensi dukungan keluarga merencanakan perawatan dihentikan

TUK 3 : S: 18 April 2021


Yaitu merawat  Klien dan keluarga mengatakan sudah mengerti dengan materi yang
anggotankeluarga dijelaskan dan mengetahui manajemen pengobatan ARV yang tepat untuk
yang mengalami An.Y
HIV/AIDS dengan O:
melakukan  Klien dan keluarga tampak mengerti dan mampu merawat anggota
penyuluhan dan keluarga yang sakit
menjelaskan A:
manajemen Masalah keluarga mampu merawat kleuarga dengan masalah manjemen keluarga
pengobatan ARV pada tidak efektif teratasi
HIV/AIDS P:
Intervensi edukasi program pengobatan dilanjutkan
 An.Y dianjurkan menerapkan pengobatan ARV dengan rutin dan teratur

Nyeri Akut TUK 1 : S: 19 April 2021


Yaitu mengenal  Klien dan keluarga mengatakan sudah mengerti dengan pengertian, tanda
masalah nyeri, dengan dan gejala serta penyebab dari nyeri yang dialami An.Y
cara melakukan O :
penyuluhahn  Klien dan keluarga tampak mengerti dan paham, serta dapat mengulangi
kesehatan tentang materi yang dijelaskan
nyeri bersama anggota  Klien dan keluarga memiliki ketertarikan dengan materi yang dijelaskan
keluarga A:
Masalah keluarga mampu mengenal masalah nyeri teratasi
P:
Intervensi edukasi manajemen nyeri dihentikan

TUK 2 : S: 19 April 2021


Yaitu mengambil  Klien dan keluarga mengatakan mampu mengambil keputusan terkait
keputusan untuk masalah yang dialami, yaitu dengan melakukan tindakan untuk
mengatasi masalah mengurangi tingkat nyeri
nyeri dengan O:
mendiskusikan  Klien tampak mengerti dan mampu mengambil keputusan untuk
tindakan yang harus mengatasi masalah yang dialami
dilakukan jika terjadi A:
masalah dalam Masalah keluarga mampu mengambil keputusan merawat keluarga dengan nyeri
keluarga teratasi
P:
Intervensi dukungan pengambilan keputusan di hentikan
TUK 3 : S: 20 April 2021
Yaitu merawat  Klien dan keluarga mengatakan mengerti dan mampu melakukan teknik
anggota keluarga yang relakasasi progresif dan bisa merawat anggota keluarga yang sakit
mengalami nyeri O:
dengan melakukan  Klien tampak mengerti dan bisa mengikuti instruksi dengan baik
penjelasan dan  Klien tampak bisa merawat anggota keluarga yang sakit
demostrasi teknik A:
relaksasi otot Masalah keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan nyeri teratasi
progresif P:
Intervensi manajemen nyeri dilanjutkan
 An.Y dianjurkan melakukan teknik relaksasi progresif jika mengalami
nyeri

TUK 4 : S: 21 April 2021


Yaitu memodifikasi  Klien dan keluarga mengatakan mengerti dan bisa melakukan modifikasi
lingkungan rumah lingkungan untuk mengatasi masalah yang dialami
yang aman dan O:
nyaman untuk  Klien dan keluarga tampak mengerti dan mampu memodifikasi lingkunga
mengatasi akibat A:
HIV/AIDS Masalah keluarga mampu memodifikasi lingkungan sehat teratasi
P:
Intervensi manajemen lingkungan di hentikan

TUK 5 : S: 22 April 2021


Yaitu menjelaskan  Klien dan keluarga mengatakan mengerti tentang fasilitas kesehatan dan
fasilitas kesehatan manfaatnya
yang ada serta O :
manfaatnya untuk  Klien tampak mengerti dan bisa menjelaskan kembali tentang fasilitas
mengatasi masalah pelayanan kesehatan
HIV/AIDS A:
Masalah keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan teratasi
P:
Intervensi pengenalan fasilitas kesehatan dihentikan
Evaluasi Yaitu menanyakan S: 23 April 2021
Diagnosa 1, dan meminta klien  Klien dan keluarga mengatakan sudah mengerti tentang HIV/AIDS dan
2 dan 3 serta keluarga masalah kesehatan yang dialami mulai dari ansietas, manajemen
menjelaskan dan kesehatan keluarga yang tidak efektif dan nyeri
mengulangi kembali  Klien dan keluarga mengatakan sudah bisa mengatakan sudah bisa
materi yang telah mengambil keputusan terkait masalah kesehatan yang dialami
disampaikan dan  Klien dan keluarga mengatakan sudah mampu merawat anggota keluarga
menjelaskan hal-hal yang sakit sesuai dengan masalah yang dialamu
yang masih kurang  Klien dan keluarga mengatakan mampu memodifikasi lingkungan
mengerti atau  Klien dan keluarga mengatakan mengertu dengan manfaat fasilitas
terlupakan kesehatan yang ada
O:
 Klien dan keluarga tampak mampu mengulang kembali dengan baik
materi yang telah dijelaskan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya
A:
Masalah tugas keperawatan keluarga mengenal masalah, mengambil keputusan,
melakukan perawatan, memodifikasi lingkungan, memanfaatkan fasilitas
kesehatan teratasi
P:
Intervensi tugas keperawatan keluarga mengenal masalah, mengambil keputusan,
melakukan perawatan, memodifikasi lingkngan, memanfaatkan fasilitas
kesehatan dihentikan
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

KUNJUNGAN KE : SATU
TANGGAL : 12 April 2021
1. LATAR BELAKANG
a. Karakteristik Keluarga
keluarga adalah bagian terkecil di dalam masyarakat yang terdiri dari
sekumpulan orang yang tinggal bersama yang memiliki hubungan seperti
perkawinan, hubungan darah atau keturunan, atau hasil adobsi yang
memiliki ketergantungan satu sama lain dan tinggal disuatu tempat yang
sama lalu dipimpin kepala keluarga. Dalam menentukan masalah pada
suatu keluarga diperlukan beberapa unsur yang terkait dengan proses
keperawatan keluarga mulai dari tahap pengkajian, penentuan diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Pengkajian merupakan tahapan awal untuk mengidentifikasi data – data


yang ada pada keluarga. Sebelum melakukan pengkajian dan mendapat
data yang diharapkan, perawat harus membina hubungan saling percaya
terlebih dahulu dengan seluruh anggota keluarga untuk mempermudah
perawat dalam mengumpulkan dan mendapatkan data secara akurat.
Sehingga dapat memudahkan klien dalam menentukan masalah yang ada
pada keluarga.

Pada kunjungan pertama ini perawat menjelaskan tujuan yaitu untuk


mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada mulai dari yang dirasakan
secara pasti, beresiko ataupun berpotensi terjadi. Kemudian menyepakati
kontrak waktu selanjutnya.

2. RENCANA KEPERAWATAN
a. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa belum ditegakkan karena masih melakukan pengkajian
keperawatan keluarga
b. Tujuan Umum
Setelah interaksi selama 30 menit diharapkan perawat dan keluarga
terciptanya komunikasi terapeutik dan hubungan saling percaya serta
berlanjut kepada pengenalan masalah pada keluarga An.Y
c. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pertemuan keluarga :
1) Mampu berkenalan dan berinteraksi dengan baik
2) Mampu mempercayai perawat sehingga keluarga mau memberi
informasi kepada perawat
3) Menunjukkan sikap terbuka kepada mahasiswa, ditandai dengan
menatap dan menunjukkan respon menerima mahasiswa secara verbal
dan nonverbal
4) Mampu berkomunikasi dengan baik dengan perawat
5) Terciptanya komunikasi terapeutik antara perawat dan keluarga

3. RANCANGAN KEGIATAN
a. Topik : Identifikasi masalah kesehatan anggota keluarga
b. Metode : Wawancara dan observasi
c. Media : Format Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga
d. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Senin/12 April 2021
Waktu : 16.00 WIB
Tempat : Rumah Keluarga An.Y

e. Pengorganisasian
No. Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Waktu
Keluarga
1. Pembukaan : 5 Menit
a. Salam pembuka a. Menjawab salam
b. Menjelaskan tujuan b. Mendengarkan
c. Membuat kontrak waktu dan menyetujui
2. Pelaksanaan : 20 Menit
a. Melakukan kontrak waktu a. Mendengarkan
dengan keluarga dan klien dan menjawab
b. Melakukan kontrak pertanyaan
kunjungan dengan klien b. Menyetujui
dan keluarga kontrak waktu
c. Melakukan penandatangan c. Menandatangani
informed consent dengan informed consent
klien
3. Terminasi : 5 Menit
a. Mengucapkan terimaksih a. Menjawab
b. Kontrak yang akan datang
c. Salam penutup b. Menyetujui

c. Menjawab salam

4. KRITERIAN EVALUASI
a. Evaluasi Struktur
 Rencana berkenalan dan interaksi dengan keluarga berlangsung dengan
baik
 Waktu dan tempat sesuai dengan perencanaan
 Struktur pengorganisasian sesuai rencana
 Mahasiswa bertemu dengan anggota keluarga
b. Evaluasi proses
 Selama interaksi sesuai dengan tujuan yang ditentukan
 Keluarga dapat ditemui dirumahnya
 Perkenalan dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
 Keluarga dapat berkomunikasi dengan baik dan percaya terhadap
perawat
 Keluarga kooperatif dalam proses perkenalan
c. Evaluasi Hasil
Dapat terciptanya perkenalan dan interaksi yang baik antara keluarga dan
perawat sehingga terciptanya hubungan saling percaya dan informasi
yang dibutuhkan didapatkan dengan sebaik-baiknya serta dapat
menentukan pertemuan selanjutnya.
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

KUNJUNGAN KE : DUA
TANGGAL : 13 April 2021
1. LATAR BELAKANG
a. Karateristik Keluarga
Pada kegiatan sebelumnya telah didapatkan persetujuan dan
penandatanganan informed consent serta telah diadakan perkenalan dan
pengenalan masalah ke rumah An.Y, namun dirasa masih perlu untuk
mengenal lebih jelas masalah kesehatan keluarga dan pada pertemuan ini
akan diadakan identifikasi dan mengenal masalah serta pengkajian terhadap
masalah kesehatan pada keluarga An.Y
b. Data yang akan digali lebih lanjut
 Data umum keluarga
 Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
 Lingkungan tempat tinggal keluarga
 Struktur keluarga
 Fungsi keluarga
 Stres dan koping keluarga
 Pemeriksaan fisik anggota keluarga
 Analisa data
 Pengkajian HIV/AIDS pada An.Y

2. RENCANA KEPERAWATAN
a. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa belum diteggak karena masih melakukan pengkajian keperawatan
keluarga

b. Tujuan Umum
Dalam waktu 45 menit didapatkan pengkajian awal kasus dan pengkajian
data umum klien dan keluarga
c. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pertemuan keluarga :
1) Melakukan pengkajian awal dengan klien dan keluarga
2) Melakukan pengkajian data umum dengan klien dan keluarga
3) Melakukan pengkajian riwayat dan tahapperkembangan keluarga
4) Melakukan pengkajian lingkungan, struktur , fungsi keluarga, stres dan
pola koping
5) Melakukan kembali pengkajian untuk melengkapai informasi sebaik-
baiknya dan kooperatif

3. RANCANGAN KEGIATAN
a. Topik : Melakukan pengkajian dan juga pemeriksaan fisik
b. Metode : Wawancara dan observasi
c. Media : Format data dasar dan format pengkajian
d. Waktu dan tempat
Hari/tanggal : Selasa/13 April 2021
Waktu : 16.30 WIB
Tempat : Rumah An.Y
e. Pengorganisasian
No. Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Waktu
Keluarga
1. Pembukaan : 5 Menit
a. Salam pembuka a. Menjawab salam
b. Menjelaskan tujuan b. Mendengarkan
c. Membuat kontrak waktu dan menyetujui
2. Pelaksanaan : 25 Menit
a. Melakukan pengkajian Mendengarkan dan
awal dengan klien dan menjawab pertanyaan
keluarga
b. Melakukan pengkajian
data umum dengan klien
dan keluarga
c. Melakukan pemeriksaan
fisik pada An.Y dan
anggota keluarga
3. Terminasi 5 Menit
a. Mengucapkan terimakasih a. Menjawab
b. Kontrak yang akan datang b. Menyetujui
c. Salam penutup c. Menjawab salam

4. KRITERIA EVALUASI
a. Evaluasi Struktur
 Rencana pengkajian masalah kesehatan keluarga An.Y
 Alat memadai
 Tempat sesuai dengan kegiatan
 Struktur pengorganisasian sesuai perencanaan
 Menyiapkan laporan pendahuluan
 Melakukan kontrak waktu yang akan datang
b. Evaluasi Proses
 Semua anggota keluarga dapat hadir dan berperan aktif
 Pengkajian dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
 Anggota keluarga kooperatif dalam pengkajian
 Kegiatan pengkajian asuhan keperawatan berjalan dengan lancar
c. Evaluasi Hasil
Keluarga mampu memberi informasi sehingga dapat dikumpulkan dan
diidentifikasi data kesehatan keluarga An.Y, serta klien dan keluarga dapat
menyetujui masalah.
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

KUNJUNGAN KE : TIGA
TANGGAL : 14 April 2021
1. LATAR BELAKANG
Pada pertemuan sebelumnya telah didapatkan data data yang dapat
mendukung untuk penegakan diagnosa dengan menentukan prioritas masalah
yang muncul, dimana masalah yang muncul adalah ansietas. Sehingga pada
pertemuan ini akan dilakukan intervensi sesuai dengan diagnosa yang ada

2. RENCANA KEPERAWATAN
a. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan yang didapatkan adalah ansietas
b. Tujuan Umum
Dalam 45 menit, diharapkan dapat dilakukan satu intervensi kepada
klien dan keluarga
c. Tujuan Khusus
Melakukan intervensi keperawatan kepada keluarga terhadap diagnosa
yang telah ditegakkan

3. RANCANGAN KEGIATAN
a. Topik : Melakukan intervensi pertama TUK 1
b. Metode : Ceramah dan tanya jawab
c. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Rabu/14 April 2021
Waktu : 16.00 WIB
Tempat : Rumah Keluarga An.Y

d. Pengorganisasian
No. Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Waktu
Keluarga

1. Pembukaan : 5 Menit
a. Salam pembuka a. Menjawab salam
b. Menjelaskan tujuan b. Mendengarkan
c. Membuat kontrak waktu dan menyetujui
2. Pelaksanaan : 25 Menit
Menjelaskan tentang ansietas mendengarkan
3. Terminasi : 5 Menit
a. Mengucapkan terimakasih a. Menjawab
b. Kontrak yang akan datang b. Menyetujui
c. Salam penutup c. Menjawab salam
4. KRITERIA EVALUASI
a. Evaluasi Struktut
 Menyiapkan laporan pendahuluan
 Menyiapkan media
 Melakukan kontrak waktu yang akan datang
b. Evaluasi Proses
 Keluarga berperan aktif
 Kegiatan implementasi asuhan keperawatan berjalan dengan lancar
 Anggota keluarga berperan aktif
c. Evaluasi hasil
Dapat terlaksananya implementasi yang diharapkan dan klien serta
keluarga mendapat hasil yang diharapkan
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

KUNJUNGAN KE : EMPAT
TANGGAL : 15 April 2021
1. LATAR BELAKANG
Pada pertemuan sebelumnya telah dilakukan implementasi untuk satu
diagnosa yaitu mengenai masalah kesehatan ansietas pada pasien dengan
HIV/AIDS. Pada pertemuan ini, akan dilakukan tindakan lanjut dari masalah
yang dimiliki klien, dengan melakukan implementasi kedua yaitu mengambil
keputusan.

2. RENCANA KEPERAWATAN
a. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan kleuarga yang didapatkan adalah masalah ansietas
b. Tujuan Umum
Dalam waktu 45 menit, diharapkan satu intervensi dilakukan kepada klien
dan keluarga
c. Tujuan Khusus
Melakukan intervensi keperawatan kepada keluarga terhadap satu diagnosa
yang telah diteggakkan

3. RANCANGAN KEGIATAN
a. Topik : Melakukan intervensi TUK 2
b. Metode : Ceramah dan tanya jawab
c. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Kamis/15 April 2021
Waktu : 16.00 WIB
Tempat :Rumah Keluarga An.Y

d. Pengorganisasian
No. Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Waktu
Keluarga

1. Pembukaan : 5 Menit
a. Salam pembuka a. Menjawab salam
b. Menjelaskan tujuan b. Mendengarkan
c. Membuat kontrak waktu dan menyetujui
2. Pelaksanaan : 25 Menit
a. Menanyakan dan a. Menjawab dan
menjelaskan akibat dari mendengarkan
masalah kesehatan yang b. Menjawab dan
dialami mendengarkan
b. Menanyakan dan
menjelaskan keputusan
yang tepat untuk masalah
kesehatan yang dialami
3. Terminasi : 5 Menit
a. Mengucapkan terimakasih a. Menjawab
b. Kontrak yang akan datang b. Menyetujui
c. Salam penutup c. Menjawab salam

4. KRITERIA EVALUASI
a. Evaluasi Struktur
 Menyiapkan laporan pendahuluan
 Menyiapkan media
 Melakukan kontrak waktu yang akan datang
b. Evaluasi Proses
 Keluarga dan klien berperan aktif
 Waktu yang ditentukan sesuai rencana
 Kegiatan pelaksanaan intervensi keperawatan berjalan lancar
c. Evaluasi Hasil
Klien dan keluarga dapat melakukan intervensi yang sudah diberikan
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
KUNJUNGAN KE : LIMA
TANGGAL : 16 April 2021
1. LATAR BELAKANG
a. Karakteristik Keluarga
Pada pertemuan sebelumnya, telah diteggakkan diagnosa yaitu
ansietas, dan sudah dilakukan pengenalan masalah serta pengambilan
keputusan terkait masalah yang dialami. Pada pertemuan ini, akan
dilakukan tindak lanjut dari masalah yang dialami yaitu dengan
mengajarkan keluarga untukmerawat anggota keluarga yang sakit.

2. RENCANAN KEPERAWATAN
a. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga yang didapatkan adalah ansietas
b. Tujuan Umum
Dalam waktu 45 menit, diharapkan satu intervensi dilakukan kepada klien
dan keluarga
c. Tujuan Khusus
Melakukan intervensi keperawatan kepada keluarga terhadap satu
diagnosa yang telah ditegakkan

3. RANCANGAN KEGIATAN
a. Topik : Melakukan intervensi pertama TUK 3
b. Metode : Ceramah, tanya jawab dan demonstrasi
c. Media : Leaflet dan lembar balik
d. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Jumat/16 April 2021
Waktu : 15.00 WIB
Tempat : Rumah Keluarga An.Y
e. Pengorganisasian
No. Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Waktu
Keluarga

1. Pembukaan : 5 Menit
a. Salam pembuka a. Menjawab salam
b. Menjelaskan tujuan b. Mendengarkan
c. Membuat kontrak waktu dan menyetujui
2. Pelaksanaan : 25 Menit
a. Menjelaskan tentang terapi a. Mendengarkan
hipnotis 5 jari
b. Mendemonstrasikan terapi b. Mendengarkan
hipnotis 5 jari dan mengulang
kembali
3. Terminasi : 5 Menit
a. Mengucapkan terimakasih a. Menjawab
b. Kontrak yang akan datang b. Menyetujui
c. Salam penutup c. Menjawab salam

4. KRITERIA EVALUASI
a. Evaluasi struktur
 Menyiapkan laporan pendahuluan
 Menyiapkan media
 Melakukan kontak waktu yang akan datang
b. Evaluasi Proses
 Waktu yang ditentukan sesuai rencanan
 Kegiatan pelaksanaan demonstrasi lancar dan sesuai harapan
 Klien dan anggota keluarga berperan aktif

c. Evaluasi Hasil
Klien dan keluarga dapat melakukan intervensi yang sudah
didemonstrasikan
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

KUNJUNGAN KE : ENAM
TANGGAL : 17 April 2021
1. LATAR BELAKANG
Pada pertemuan sebelumnya telah dilakukan implementasi pada diagnosa
pertama dengan melakukan demonstrasi. Pada pertemuan ini akan dilakukan
tindak lanjut dari masalah berikutnya yaitu manajemen kesehatan keluarga
tidak efektif, dengan melakukan pengenalan masalah dan pengambilan
keputusan terkait masalah yang dihadapi.

2. RENCANAN KEPERAWATAN
a. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa keluarga yang ditegakan adalah manajemen kesehatan keluarga
tidak efektif
b. Tujuan Umum
Dalam waktu 45 menit, diharapkan dua intervensi dilakukan kepada klien
dan keluarga
c. Tujuan Khusus
Melakukan iontervensi keperawatan kepada keluarga terhadap satu
diagnosa yang telah ditegakkan

3. RANCANGAN KEGIATAN
a. Topik : Melakukan intervensi TUK 1 dan TUK 2
b. Metode : Ceramah dan Tanya Jawab
c. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Sabtu/17 April 2021
Waktu : 16.00 WIB
Tempat : Rumah Keluarga An.Y
d. Pengorganisasian
No. Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Waktu
Keluarga

1. Pembukaan : 5 Menit
a. Salam pembuka a. Menjawab salam
b. Menjelaskan tujuan b. Mendengarkan
c. Membuat kontrak waktu dan menyetujui
2. Pelaksanaan : 25 Menit
a. Menjelaskan tentang a. Menjawab dan
manajmen kesehatan mendengarkan
keluarga dengan
HIV/AIDS b. Menjawab dan
b. Menanyakan dan mendengarkan
menjelaskan akibat dari
masalah yang dialami c. Menjawab dan
c. Menanyakan dan mendengarkan
menjelaskan keputusan
yang tepat untuk masalah
kesehatan yang dialami
klien
3. Terminasi : 5 Menit
a. Mengucapkan terimaksih a. Menjawab
b. Kontrak yang akan datang b. Menyetujui
c. Salam penutup c. Menjawab salam

4. KRITERIA EVALUASI
a. Evaluasi Struktur
 Menyiapkan laporan pendahuluan
 Menyiapkan media
 Melakukan kontrak waktu yang akan datang
b. Evaluasi Proses
 Keluarga dan klien berperan aktif
 Waktu yang ditentukan sesuai rencana
 Kegiatan pelaksanaan intervensi keperawatan berjalan lancar
c. Evaluasi Hasil
Klien dan keluarga dapat melakukan intervensi yang sudah diberikan
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

KUNJUNGAN KE : TUJUH
TANGGAL : 18 April 2021
1. LATAR BELAKANG
Pada pertemuan sebelumnya telah dilakukan pengenalan masalah dan
pengambilan keputusan mengenai masalah yang dialami keluarga. Pada
pertemuan ini akan dilakukan intervensi yaitu merawat anggota keluarga yang
sakit

2. RENCANA KEPERAWATAN
a. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan yaitu pemeliharaan kesehatan tidak
efektif
b. Tujuan Umum
Dalam waktu 45 menit diharapkan satu intervensi dilakukan kepada klien
dan keluarga
c. Tujuan Khusus
Melakukan intervensi keperawatan kepada keluarga terhadap satu diagnosa
yang telah ditegakkan

3. RANCANGAN KEGIATAN
a. Topik : Melakukan Intervensi TUK 3
b. Metode : Ceramah dan tanya jawab
c. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Minggu/18 April 2021
Waktu : 13.00 WIB
Tempat : Rumah Keluarga An. Y

d. Pengorganisasian
No. Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Waktu
Keluarga

1. Pembukaan : 5 Menit
a. Salam pembuka a. Menjawab salam
b. Menjelaskan tujuan b. Mendengarkan
c. Membuat kontrak waktu dan menyetujui
2. Pelaksanaan : 25 Menit
a. Menjelaskan cara merawat a. Menjawab dan
anggota keluarga yang mendengarkan
sakit dengan memberikan
penjelasan mengenai
manjemen pengobatan
ARV
3. Terminasi : 5 Menit
a. Mengucapkan terimakasih a. Menjawab
b. Kontrak yang akan datang b. Menyetujui
c. Salam penutup c. Menjawab salam

4. KRITERIA EVALUASI
a. Evaluasi Struktur
 Menyiapkan laporan pendahuluan
 Menyiapkan media
 Melakukan kontrak waktu yang akan datang
b. Evaluasi Proses
 Keluarga dan klien berperan aktif
 Waktu yang ditentukan sesuai rencana
 Kegiatan pelaksaan intervensi keperawatan berjalan lancar

c. Evaluasi Hasil
Klien dan keluarga dapat melakukan intervensi yang sudah diberikan
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

KUNJUNGAN KE : DELAPAN
TANGGAL : 19 April 2021
1. LATAR BELAKANG
Pertemuan sebelumnya telah dilakukan intervensi berupa cara merawat
anggota keluarga yang sakit sesuai dengan masalah yang dihadapi
keluarga. Pada pertemuan ini, dilakukan tindak lanjut pada masalah yang
dihadapi keluarga yaitu diagnosa nyeri. Sehingga akan dilakukan
pengenalan masalah dan pengambilan keputusan sesuai dengan masalah
yang dihadapi.

2. RENCANA KEPERAWATAN
a. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga yang ditegakkan adalah nyeri
b. Tujuan Umum
Dalam waktu 45 menit, diharapkan dua intervensi dilakukan kepada
klien dan keluarga
c. Tujuan Khusus
Melakukan intervensi keperawatan kepada keluarga terhadap satu
diagnosa yang telah ditegakkan

3. RANCANGAN KEPERAWATAN
a. Topik : Melakukan intervensi TUK 1 dan TUK 2
b. Metode : Ceramah dan tanya jawab
c. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Senin/19 April 2021
Waktu : 16.30 WIB
Tempat : Rumah Keluarga An.Y
d. Pengorgarnisasian
No. Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Waktu
Keluarga

1. Pembukaan : 5 Menit
a. Salam pembuka a. Menjawab salam
b. Menjelaskan tujuan b. Mendengarkan
c. Membuat kontrak waktu dan menyetujui
2. Pelaksanaan : 25 Menit
a. Menjelaskan mengenai a. Menjawab dan
nyeri yang dialami klien mendengarkan
b. Menanyakan dan b. Menjawab dan
menjelaskan akibat dari mendengarkan
masalah kesehatan yang
dialami
c. Menanyakan dan c. Menjawab dan
menjelaskan keputusan mendengarkan
yang tepat untuk masalah
kesehatan yang dialami
klien

4. KRITERIA EVALUASI
a. Evaluasi Struktur
 Menyiapkan laporan pendahuluan
 Menyiapkan media
 Melakukan kontrak waktu yang akan datang
b. Evaluasi Proses
 Keluarga dan klien berperan aktif
 Waktu yang ditentukan sesuai rencana
 Kegiatan pelaksanaan intervensi keperawatan berjalan lancar
c. Evaluasi Hasil
Klien dan keluarga dapat melakukan intervensi yang sudah diberikan
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

KUNJUNGAN KE : SEMBILAN
TANGGAL : 20 April 2021
1. LATAR BELAKANG
Pada pertemuan sebelumnya telah dijelaskan mengenai pengenalan
masalah dan pengambilan keputusan mengenai masalah yang dialami.
Pada pertemuan ini, akan dilakukan intervensi merawat anggota keluarga
yang sakit.

2. RENCANA KEPERAWATAN
a. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga yang ditegakkan adalah nyeri
b. Tujuan Umum
Dalam waktu 30 menit, diharapkan satu intervensi dilakukan pada
klien dan keluarga
c. Tujuan Khusus
Melakukan intervensi keperawatan kepada keluarga terhadap satu
diagnosa yang telah ditegakkan

3. RANCANGAN KEGIATAN
a. Topik : Melakukan intervensi TUK 3
b. Metode : Cermah, tanya jawab dan demonstrasi
c. Waktu dan tempat
Hari/tanggal : Selasa/20 April 2021
Waktu : 16.00 WIB
Tempat : Rumah keluarga An.Y

d. Pengorganisasian
No. Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Waktu
Keluarga

1. Pembukaan : 5 Menit
a. Salam pembuka a. Menjawab salam
b. Menjelaskan tujuan b. Mendengarkan
c. Membuat kontrak waktu dan menyetujui
2. Pelaksanaan : 25 Menit
a. Menjelaskan tentang a. Mendengarkan
manajemen nyeri teknik
hipnotis 5 jari
b. Mendemonstrasikan b. Menyimak dan
manjemen nyeri teknik mengulang
hipnotis 5 jari kembali
3. Terminasi : 5 Menit
a. Mengucapkan terimakasih a. Menjawab
b. Kontrak yang akan datang b. Menyetujui
c. Salam penutup c. Menjawab salam

4. KRITERIA EVALUASI
a. Evaluasi Struktur
 Menyiapkan laporan pendahuluan
 Menyiapkan media
 Melakukan kontrak waktu yang akan datang
b. Evaluasi Proses
 Keluarga dan klien berperan aktif
 Waktu yang ditentukan sesuai rencana
 Kegiatan pelaksanaan intervensi keperawatan berjalan lancar
c. Evaluasi Hasil
Klien dan keluarga dapat melakukan intervensi yang sudah doiberikan
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
KUNJUNGAN KE : SEPULUH
TANGGAL : 21 April 2021
1. LATAR BELAKANG
Pada pertemuan sebelumnya telah dilakukan demonstrasi cara merawat
anggota yang keluarga yang sakit dengan manajemen nyeri. Pada
pertemuan ini akan dilakukan demonstrasi cara memodifikasi lingkungan
terkait status kesehatan anggota keluarga

2. RENCANA KEPERAWATAN
a. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga yang ditegakkan adalah nyeri
b. Tujuan Umum
Dalam waktu 45 menit, diharapkan satu intervensi dilakukan kepada
klien dan keluarga
c. Tujuan Khusus
Melakukan intervensi keperawatan kepeda keluarga terhadap satu
diagnosa yang telah ditegakkan

3. RANCANGAN KEGIATAN
a. Topik : Melakukan intervensi TUK 4
b. Metode : Ceramah dan demonstrasi
c. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Rabu/21 April 2021
Waktu : 16.00 WIB
Tempat : Rumah Kleuarga An.Y
d. Pengorganisasian
No. Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Waktu
Keluarga

1. Pembukaan : 5 Menit
a. Salam pembuka a. Menjawab salam
b. Menjelaskan tujuan b. Mendengarkan
c. Membuat kontrak waktu dan menyetujui
2. Pelaksanaan : 25 Menit
a. Menjelaskan terkait a. Mendengarkan
lingkungan yang sehat
b. Menjelaskan cara b. mendengarkan
memodifikasi lingkungan
3. Terminasi : 5 Menit
a. mengucapkan terimaksih a. menjawab
b. kontrak yang akan datang b. menyetujui
c. salam penutup c. menjawab salam
4. KRITERIA EVALUASI
a. Evaluasi Struktur
 Menyiapkan laporan pendahuluan
 Menyiapkan media
 Melakukan kontrak waktu yang akan datag
b. Evaluasi Proses
 Keluarga dan klien berperan aktif
 Waktu yang ditentukan sesuai rencana
 Kegiatan pelaksanaan intervensi keperawatan berjalan lancar
c. Evaluasi Hasil
Klien dan keluarga dapat melakukan intervensi yang sudah diberikan
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
KUNJUNGAN KE : SEBELAS
TANGGAL : 22 April 2021
1. LATAR BELAKANG
Pada pertemuan sebelumnya telah dijelaskan cara memodifikasi
lingkungan yang sehat bagi keluarga. pada pertemuan ini akan dilakukan
intervensi memberikan penjelasan mengenai pemanfaatan fasilitas
pelayanan kesehatan bagi keluarga dan anggota keluarga yang sakit

2. RENCANAN KEPERAWATAN
a. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga yang ditegakkan adalah nyeri
b. Tujuan Umum
Dalam waktu 45 menit, diharapkan satu intervensi dilakukan kepada
klien dan keluarga
c. Tujuan Khusus
Melakukan intervensi keperawatan kepada keluarga terhadap satu
diagnosa yang telah ditegakkan

3. RANCANGAN KEGIATAN
a. Topik : Melakukan intervensi TUK 5
b. Metode : Ceramah dan tanya jawab
c. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Kamis/22 April 2021
Waktu : 16.00 WIB
Tempat : Rumah Keluarga An.Y
d. Pengorganisasian
No. Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Waktu
Keluarga

1. Pembukaan : 5 Menit
a. Salam pembuka a. Menjawab salam
b. Menjelaskan tujuan b. Mendengarkan
c. Membuat kontrak waktu dan menyetujui
2. Pelaksanaan : 25 Menit
a. Menjelaskan fasilitas a. Mendengarkan
kesehatan yang ada
b. Menjelaskan manfaat b. Mendengarkan
fasilitas kesehatan yang ada
3. Terminasi : 5 Menit
a. Mengucapkan terimakasih a. Menjawab
b. Kontrak yang akan datang b. Menyetujui
c. Salam penutup c. Menjawab salam
4. KRITERIA EVALUASI
a. Evaluasi Struktur
 Menyiapkan laporan pendahuluan
 Menyiapkan media
 Melakukan kontrak waktu yang akan datang
b. Evaluasi Proses
 Keluarga dan klien berperan aktif
 Waktu yang ditentukan sesuai rencanan
 Kegiatan pelaksanaan intervensi keperawatan berjalan lancar
c. Evaluasi Hasil
Klien dan keluarga dapat melakukan intervensi yang sudah diberikan
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
KUNJUNGAN KE : DUA BELAS
TANGGAL : 23 April 2021
1. LATAR BELAKANG
Pada pertemuan sebelumnya telah dijelaskan mengenai fasilitas kesehatan
beserta manfaatnya. Pada pertemuan terakhir selain perpisahan dengan
keluarga akan dilakukan terminasi intervensi semua diagnosa yang telah
dilakukan sebelumnya untuk melihat bagaimanan perkembangan keluarga
menangani masalah kesehatan yang dialami

2. RENCANA KEPERAWATAN
a. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga yang ditegakkan adalah ansietas,
manjemen kesehatan keluarga tidak efektif, dan nyeri
b. Tujuan Umum
Dalam waktu 45 menit, diharapkan masalah klien teratasi
c. Tujuan Khusus
Klien dan keluarga mampu mengevaluasi materi dari awal sampai
akhir

3. RANCANGAN KEGIATAN
a. Topik : Mengevaluasi kunjungan awal sampai akhir
b. Metode : Diskusi
c. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Jumat/23 April 2021
Waktu : 15.00 WIB
Tempat : Rumah Keluarga An.Y
d. Pengorganisasian
No. Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Klien dan Waktu
Keluarga

1. Pembukaan : 5 Menit
a. Salam pembuka a. Menjawab salam
b. Menjelaskan tujuan b. Mendengarkan
c. Membuat kontrak waktu dan menyetujui
2. Pelaksanaan : 25 Menit
a. Mengevaluasi kembali a. Menjawab dan
materi dari pertemuan menjelaskan
pertama dan akhir kembali
3. Terminasi : 5 Menit
a. Mengucapkan terimakasih a. Menjawab
b. Kontrak yang akan datang b. Menyetujui
c. Salam penutup c. Menjawab salam
4. KRITERIA EVALUASI
a. Evaluasi Struktur
 Pengimplementasian dilakukan dirumah klien
 Klien ada dirumah saat kegiatan evaluasi berlangsung
b. Evaluasi Proses
 Keluarga dan klien berperan aktif
 Waktu yang ditentukan sesuai rencana
 Kegiatan implementasi asuhan keperawatan berjalan sesuai
rencana
c. Evaluasi Hasil
Klien dan keluarga dapat menjelaskan evaluasi materi yang sudah
diberikan
LAPORAN HASIL KEGIATAN
KUNJUNGAN PERTAMA

Sesuai dengan rencanan yang telah diterapkan, kegiatan perkenalan dan


pengenalan masalah dilakukan di rumah An.Y pada tanggal 12 April 2021 pada
pukul 16.00 WIB. Dari hasil kegiatan diperoleh :

a. Evaluasi Struktur
 Rencanan berkenalan dan interaksi dengan keluarga berlangsung
dengan baik
 Waktu dan tempat sesuai dengan perencanaan yaitu di rumah An.Y
 Struktur pengorganisasian sesuai yang telah direncanakan
 Penulis bertemu dengan klien dan anggota keluarga

b. Evaluasi Proses
 Interaksi berlangsung selama ± 45 menit dan sesuai dengan tujuan
yang telah dilakukan
 Keluarga dapat ditemui dirumahnya
 Perkenalan dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
 Keluarga dapat berkomunikasi dengan baik dan percaya terhadap
perawat dengan memberikan informasi yang dibutuhkan
 Keluarga cukup kooperatif dalam proses perkenalan

c. Evaluasi Hasil
Dari hasil interaksi terciptanya perkenalan dan interaksi yang baik antara
keluarga dan perawat dan dapat menentukan pertemuan selanjutnya untuk
pengkajian lanjutan.
LAPORAN HASIL KEGIATAN
KUNJUNGAN KEDUA

Sesuai dengan rencanan yang telah diterapkan, lanjutan pengkajian dilakukan di


rumah An.Y pada tanggal 13 April 2021 pada pukul 16.30 WIB. Dari hasil
kegiatan diperoleh :

a. Evaluasi Struktur
 Rencana pengkajian masalah kesehatan keluarga An.Y berjalan sesuai
dengan yang diharapkan
 Alat yang diperlukan untuk pengkajian tersedia
 Tempat sesuai dengan kegiatan yaitu rumah An.Y
 Struktur pengorganisasian sesuai perencanaan
 Laporan pendahuluan sudah disiapkan sebelum melakukan kunjungan

b. Evaluasi Proses
 Semua anggota keluarga hadir dan berperan aktif dalam melengkapi
hasil pengkajian
 Pengkajian berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
 Anggota keluarga cukup kooperatif dalam pengkajian
 Kegiatan pengkajian asuahan keperawatan berjalan lancar

c. Evaluasi Hasil
Keluarga memberi informasi yang baik dan sesuai dengan yang
diharapkan sehingga data terkumpul dan masalah kesehatan dapat
diidentifikasi dan keluarga menyetujui masalah.
LAPORAN HASIL KEGIATAN
KUNJUNGAN KETIGA

Sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, kegiatan intervensi TUK 1 untuk
diagnosa keperawatan keluarga yaitu ansietas dilakukan dirumah An.Y pada
tanggal 14 April 2021 pada pukul 16.00 WIB. Dari hasil kegiatan diperoleh :

a. Evaluasi Struktur
 Laporan pendahuluan sudah disiapkan sebelum melakukan kunjungan
 Media yang dibutuhkan tersedia

b. Evaluasi Proses
 Kegiatan berlangsung selama ± 45 menit
 Keluarga berperan aktif dalam pelaksanaan intervensi
 Kegiatan implementasi asuhan keperawatan berjalan dengan lancar
 Anggota keluarga berperan aktif

c. Evaluasi Hasil
Implementasi terlaksana sesuai yang diharapkan dan klien serta keluarga
mendapat hasil yang diharapkan dengan mengungkapkan mengerti dengan
materi yang dijelaskan
LAPORAN HASIL KEGIATAN
KUNJUNGAN KEEMPAT

Sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, kegiatan intervensi TUK 2 dengan
diagnosa keperawatan keluarga yaitu ansietas dilakukan di rumah An.Y pada
tanggal 15 April 2021 pada pukul 16.00 WIB. Dari hasil kegiatan di peroleh :

a. Evaluasi Struktur
 Laporan pendahuluan sudah disiapkan sebelum melakukan kunjungan
 Media yang dibutuhkan tersedia

b. Evaluasi Proses
 Kegiatan berlangsung selama ± 45 menit
 Keluarga berperan aktif dalam pelaksanaan intervensi
 Kegiatan implementasi asuhan keperawatan berjalan dengan lancar
 Anggota keluarga berperan aktif

c. Evaluasi Hasil
Implementasi terlaksana sesuai yang diharapkan dan klien serta keluarga
mendapat hasil yang diharapkan dengan mengungkapkan mengerti dengan
materi yang dijelaskan
LAPORAN HASIL KEGIATAN
KUNJUNGAN KELIMA
Sesuai dengan rencana yang telah diharapkan, kegiatan intervensi TUK 3 untuk
diagnosa keerawatan kelurga yaitu ansietas dilakukan di rumah Ibu pada tanggal
16 April 2020 pada pukul 15.00 WIB. Dari hasil kegiatan diperoleh :

a. Evaluasi Struktur
 Laporan pendahuluan sudah disiapkan sebelum melakukan kunjungan
 Media yang dibutuhkan tersedia

b. Evaluasi Proses
 Kegiatan berlangsung selama ± 45 menit
 Keluarga berperan aktif dalam pelaksanaan intervensi
 Kegiatan implementasi asuhan keperawatan berjalan dengan lancar
 Anggota keluarga berperan aktif

c. Evaluasi Hasil
Implementasi terlaksana sesuai yang diharapkan dan klien serta keluarga
mendapat hasil yang diharapkan dengan mengungkapkan mengerti dengan
materi yang dijelaskan
KUNJUNGAN HASIL KEGIATAN
KUNJUNGAN KEENAM

Sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, kegiatan intervensi TUK 1 dan TUK
2 untuk diagnosa keperewatan keluarga kedua yaitu manajemen kesehatan
keluarga tidak efektif yang dilakukan di rumah An.Y pada tanggal 17 April 2021
pada pukul 16.00 WIB. Dari hasil kegiatan di peroleh :

a. Evaluasi Struktur
 Laporan pendahuluan sudah disiapkan sebelum melakukan kunjungan
 Media yang dibutuhkan tersedia

b. Evaluasi Proses
 Kegiatan berlangsung selama ± 45 menit
 Keluarga berperan aktif dalam pelaksanaan intervensi
 Kegiatan implementasi asuhan keperawatan berjalan dengan lancar
 Anggota keluarga berperan aktif

c. Evaluasi Hasil
Implementasi terlaksana sesuai yang diharapkan dan klien serta keluarga
mendapat hasil yang diharapkan dengan mengungkapkan mengerti dengan
materi yang dijelaskan
LAPORAN HASIL KEGIATAN
KUNJUNGAN KETUJUH

Sesuai dengan rencanan yang telah ditetapkan, kegiatan intervensi TUK 3 untuk
diagnosa keperawatan keluarga kedua yaitu manajemen kesehatan kleuarga tidak
efektif yang dilakukan di rumah An.Y pada tanggal 18 April 2021 pada pukul
13.00 WIB. Dari hasil kegiatan di peroleh :

a. Evaluasi Struktur
 Laporan pendahuluan sudah disiapkan sebelum melakukan kunjungan
 Media yang dibutuhkan tersedia

b. Evaluasi Proses
 Kegiatan berlangsung selama ±45 menit
 Keluarga berperan aktif dalam pelaksanaan intervensi
 Kegiatan implementasi asuhan keperawatan berjalan dengan lancar
 Anggota keluarga berperan aktif

c. Evaluasi Hasil
Implemetasi terlaksana sesuai yang diharapkan dan klien serta kleuarga
mendapatkan hasil yang diharapkan dengan mengungkapkan mengerti
dengan materi yang dijelaskan
LAPORAN HASIL KEGIATAN
KUNJUNGAN KEDELAPAN

Sesuai dengan rencanan yang telah ditetapkan kegiatan intervensi TUK 1 dan
TUK 2 untuk diagnosa keperawatan keluarga yaitu Nyeri Akut yang dilakukan di
rumah An.Y pada tanggal 19 April 2020 pada pukul 16.30 WIB. Dari hasil
kegiatan diperoleh :

a. Evaluasi Struktur
 Laporan pendahuluan sudah disiapkan sebelum melakukan kunjungan
 Media yang dibutuhkan tersedia

b. Evaluasi Proses
 Kegiatan berlangsung selama ± 45 menit
 Keluarga berperan aktif dalam pelaksanaan intervensi
 Kegiatan implementasi asuhan keperawatan berjalan dengan lancar
 Anggota keluarga berperan aktif

c. Evaluasi Hasil
Implementasi terlaksana sesuai dengan yang diharapkan dan klien serta
keluarga mendapat hasil yang diharapkan dengan mengungkapkan
mengerti dengan materi yang dijelaskan
LAPORAN HASIL KEGIATAN
KUNJUNGAN KESEMBILAN

Sesuai dengan rencanan yang telah ditetapkan, kegiatan intervensi TUK 3 yaitu
diagnosa keperawatan keluarga NyeriAkut dilakukan di rumah An.Y pada tanggal
20 April 2021 pada pukul 16.00 WIB. Dari hasil kegiatan di peroleh :

a. Evaluasi Struktur
 Laporan pendahuluan sudah disiapkan sebelum melakukan kunjungan
 Media yang dibutuhkan tersedia

b. Evaluasi Proses
 Kegiatan berlangsung selama ± 45 menit
 Keluarga berperan aktif dalam pelaksanaan intervensi
 Kegiatan implementasi asuhan keperawatan berjalan dengan lancar
 Anggota keluarga berperan aktif

c. Evaluasi Hasil
Implementasi terlaksana sesuai yang diharapkan dan klien serta keluarga
mendapatkan hasil yang diharapkan dengan mengungkapkan mengerti
dengan materi yang diberikan
LAPORAN HASIL KEGIATAN
KUNJUNGAN KESEPULUH

Sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, kegiatan intervensi TUK 4


dilakukan dirumah An.Y pada tanggal 21 April 2021 pada pukul 16.00 WIB. Dari
hasil kegiatan diperoleh :

a. Evaluasi Stuktur
 Laporan pendahuluan sudah disiapkan sebelum melakukan kunjungan
 Media yang dibtuhkan tersedia

b. Evaluasi Proses
 Kegiatan berlangsung selama ± 45 menit
 Keluarga berperan aktif dalam pelaksanaan intervensi
 Kegiatan implementasi asuhan keperawatan berjalan dengan lancar
 Anggota keluarga berperan aktif

c. Evaluasi Hasil
Implementasi terlaksana sesuai yang diharapkan dan klien serta kleuarga
mendapatkan hasil yang diharapkan dengan mengungkapkan mengerti
dengan materi yang dijelaskan
LAPORAN KUNJUNGAN KEGIATAN
KUNJUNGAN KESEBELAS

Sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, kegiatan intervensi TUK 5


dilakukan di rumah An.Y pada tanggal 22 April 2021 pada pukul 16.00 WIB. Dari
hasil kegiatan di peroleh :

a. Evaluasi Struktur
 Laporan pendahuluan sudah disiapkan sebelum melakukan kunjungan
 Media yang dibutuhkan tersedia

b. Evaluasi Proses
 Kegiatan berlangsung selama ± 45 menit
 Keluarga berperan aktif dalam pelaksanaan intervensi
 Kegiatan implementasi asuhan keperawatan berjalan dengan lancar
 Anggota keluarga berperan aktif

c. Evaluasi Hasil
Implementasi terlaksana sesuai yang diharapkan dan klien serta keluarga
mendapatkan hasil yang diharapkan dengan mengungkapkan mengerti
dengan materi yang dijelaskan
LAPORAN HASIL KEGIATAN
KUNJUNGAN KEDUABELAS

Sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, kegiatan evaluasi semua intervensii
yang telah dilakukan di rumah An.Y pada tanggal 23 April 2020 pada pukul 15.00
WIB. Dari hasil kegiatan di peroleh :

a. Evaluasi Struktur
 Pengimplementasian dilakukan di rumah klien
 Klien ada dirumah saat dilakukan evaluasi berlangsung

b. Evaluasi Proses
 Keluarga dan klien berperan aktif dalam pelaksanaan evaluasi
 Waktu yang ditentukan sesuai rencana
 Kegiatan implementasi asuhan keperawatan sesuai rencana

c. Evaluasi Hasil
 Klien dan keluarga dapat mengevaluasi materi yang sudah diberikan
sebelumnya
LAMPIRAN DOKUMENTASI
1) Kunjungan Pertama (12 April 2021) 7) Kunjungan Ke Tujuh (18 April 2021)

2) Kunjungan Kedua (13 April 2021) 8) Kunjungan Ke Deleapan (19 April 2021)

3) Kunjungan Ketiga (14 April 2021) 9) Kunjungan Ke Sembilan (20 April 2021)

4) Kunjungan Ke empat (15 April 2021) 10) Kunjugan Ke Sepuluh (21 April 2021)

5) Kunjungan Ke lima (16 April 2021) 11) Kunjungan Ke Sebelas (22 April 2021)

6) Kunjungan Ke Enam (17 April 2021) 12) Kunjungan Ke Duabelas (23 April 2021)
SATUAN ACARA KEGIATAN

Pokok Pembahasan : Teknik Hipnotis Lima Jari Untuk Mengurangi Ansietas

pada Pasien HIV/AIDS

Sub Pokok Bahasan : - Ansietas pada penderita HIV/AIDS

- Teknik Hipnotis Lima Jari untuk mengurangi ansietas

Sasaran : Klien dan Keluarga

Waktu : 30 Menit

Tanggal : Jumat/16 April 2021

Tempat : Rumah An.Y

Pemateri : Nurul Qamaria

A. Latar Belakang
Infeksi virus HIV menjadi bagian dari penyakit kronis yang menimbulkan
tekanan psikologis yang tinggi dan rasa cemas pada orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) memiliki permasalahan pada
aspek psikososial dan spiritual yang akan menimbulkan permasalahan yang
kompleks yang dapat mempengaruhi perjalanan penyakit dan kondisi fisik
ODHA (Armiyati, Rahayu, & Aisah, 2015). Dampak HIV/AIDS pada aspek
social dan spiritual seperti stigma, diskriminasi, kehilangan iman pada ODHA,
dan akan menambah beban bagi aspek psikologis ODHA itu sendiri (Diatmi &
Fridari, 2014).

Efek kecemasan yang dialami pasien ODHA ialah gangguan mental, kurang
konsentrasi, depresi, perasaan bersalah, menutup diri, pikiran tidak teratur,
kehilangan kemampuan persepsi, phobia, ilusi dan halusinasi, kegelisahan,
kemarahan dan tindakan untuk bunuh diri (Yudiati & Rahayu 2017). Untuk
menghindari efek dari kecemasan ini maka diperlukan tindakan keperawatan,
salah satu tindakan keperawatan yang dapat menurunkan kecemasan pasien
ODHA ialah terapi hipnotis lima jari (Evangelista et al, 2016).

Teknik hipnotis lima jari merupakan proses yang menggunakan kekuatan


pikiran dengan mengarahkan tubuh untuk menyembuhkan diri memelihara
kesehatan/ relaksasi melalui komunikasi dalam tubuh melibatkan semua indra
visual, sentuhan, pedoman, penglihatan dan pendengaran (Saputri, 2011).
Hipnotis lima jari adalah pemberian perlakuan pada pasien dalam keadaan
rileks, kemudian memusatkan pikiran pada bayangan atau kenangan yang
diciptakan sambil menyentuh lima jari secara berurutan dengan
membayangkan kenangan (Hastuti & Arumsari, 2016).

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah di berikan penyuluhan dan dilakukan demonstrasi Terapi Hipnotis
lima jari selama 30 menit, diharapkan pasien dengan HIV/AIDS yang
mengalami ansietas dapat memahami dan mengerti sehingga dapat
melakukan sendiri Terapi Hipnotis Lima Jari untuk menurunkan tingkat
ansietas yang dialami
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan dan demonstrasi di harapkan pasien
mampu:
1. Memahimi defenisi dari Teknik Hipnotis Lima Jari
2. Memahami tujuan dari Teknik Hipnotis Lima Jari
3. Mengetahui manfaat dari Teknik Hipnotis Lima Jari
4. Mengetahui langkah-langka dari Teknik Hipnotis Lima Jari
5. Melakukan demonstrasi Teknik Hipnotis Lima Jari
c. Manfaat
1. Meningkatkan pemahaman tentang pengertian dan tujuan dari Teknik
Hipnotis Lima Jari
2. Meningkatkan kemampuan dalam melakukan Teknik Hipnotis Lima
Jari
d. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik : Teknik Hipnotis Lima Jari
2. Sasaran : Penderita HIV/AIDS di rumah
3. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab dan diskusi
c. Demonstrasi
4. Media dan alat
a. Lembar balik
b. Leafleat
c. Waktu dan tempat
Hari / Tanggal : Jumat/16 April 2021
Waktu : 15.00 WIB
Tempat : Ruang tamu rumah An.Y
5. Pengorganisasian
a. Pendemonstrasian : Nurul Qamaria
b. Dokumentasi : Melia Engla Putri
6. Setting Tempat

Keterangan :
: Pasien
: Dokumenter
: Penyaji

e. Kegiatan Penyuluhan
NO DURASI KEGIATAN KEGIATAN KEGIATAN
PEMATERI PESERTA
1 3 Menit Pembukaan 1. Memberi salam Menjawab
2. Memperkenalkan salam dan
diri mendengarkan
3. Menjelaskan
tujuan melakukan
konseling
4. Menjelaskan
cakupan materi
yang akan
disimpulkan
2 10 Menit Isi 1. Menjelaskan Menyimak dan
materi mengenai mendengarkan
mengurangi
ansietas pada
HIV/AIDS
2. Memberikan Bertanya,
kesempatan audies menyimak dan
untuk bertanya mendengarkan
3. Menjawab
pertanyaan audies
4. Memberikan Bertanya
kesempatan pada
audies untuk
menanyakan
materi yang
kurang jelas
5. Memberikan Menyimak
penjelasan
kembali pada
audies mngenai
hal yang kurang
jelas
3 2 Menit Penutup 1. Menutup Mendengarkan
pertemuan dengan
menyimpulkan
materi yang telah
dibahas
2. Melakukan Menjawab
evaluasi dengan
memberikan
pertanyaan pada
audies
3. Salam penutup Menjawab
salam

f. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Diharapkan dapat mempersiapkan dan menyajikan materi yang
sesuai dan mudah di pahami
b. Diharapkan terjalinnya komunikasi dua arah yang baik antara
perawat dengan klien
c. Diharapkan dengan adanya pembentukan keorganisasian dapat
memperlancar kegiatan
d. Diharapkan media dan alat memadai dan tempat sesuai kegiatan
2. Evaluasi Proses
a. Diharapkan penyaji sudah melakukan kontrak waktu sebelumnya
b. Diharapkan penyaji sudah standby sebelum kegiatan dimulai.
c. Diharapkan tempat, alat, media, dalam kondisi siap untuk digunakan.
d. Diharapkan peserta/ keluarga hadir tepat waktu dan mengisi daftar
kunjungan
e. Diharapkan penyaji mampu menyajikan materi dengan bahasa yang
mudah dipahami oleh klien.
f. Diharapkan klien dapat mengikuti demonstrasi sampai selesai, jika
ingin meninggalkan sesegara mungkin kembali keruangan.
g. Selama proses penyajian dan presentasi berlangsung diharapkan tidak
ada peserta yang meninggalkan ruangan.
h. Diharapkan diskusi dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan
i. Diharapkan peserta dapat aktif bertanya terhadap materi yang
disampaikan dan dapat tercipta suasana yang interaktif.
3. Evaluasi Hasil
a. Diharapkan klien dapat memahami materi yang disampaikan terkait
terapi hipnotis lima jari
b. Diharapkan klien dapat mengetahui langkah-langkah terapi hipnotis
lima jari
c. Diharapkan klien dapat mengikuti demonstrasi yang diberikan

LAMPIRAN MATERI
TEKNIK HIPNOTIS LIMA JARI
A. Defenisi
Teknik hipnotis lima jari merupakan proses yang menggunakan kekuatan
pikiran dengan mengarahkan tubuh untuk menyembuhkan diri memelihara
kesehatan/ relaksasi melalui komunikasi dalam tubuh melibatkan semua indra
visual, sentuhan, pedoman, penglihatan dan pendengaran (Saputri, 2011).
Hipnotis lima jari adalah pemberian perlakuan pada pasien dalam keadaan
rileks, kemudian memusatkan pikiran pada bayangan atau kenangan yang
diciptakan sambil menyentuh lima jari secara berurutan dengan
membayangkan kenangan (Hastuti & Arumsari, 2016).

B. Tujuan
Penggunaan hipnotis lima jari merupakan seni komunikas verbal yang
bertujuan membawa gelombang pikiran klien menuju trance (gelombang
alpha/theta). Dikenal jugan dengan hipnotis diri yang bertujuan untuk
mengendalikan diri, menghilangkan kecemasan dengan melibatkan saraf
parasimpatis dan akan menurunkan peningkatan kerja jantung, pernapasan,
tekanan darah, kelenjar keringat Dll (Barbara, 2010 dalam Evangelista et al,
2016).

C. Manfaat
Untuk membantu mengurangi kecemasan, menurunkan tingkat stres,
menciptakan perasaan tenang dan nyaman dan membantu tubuh agar lebih
rileks

D. Langkah-langkah
Sebelum dimulai terapi ini yang harus dipersiapkan adalah persiapan alat dan
persiapan klien. Persiapan alat dan lingkungan: kursi, bantal, serta lingkungan
yang tenang dan sunyi
Persiapan Klien :
a) Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan pengisian lembar persetujuan
terapi pada klien;
b) Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu berbaring dengan mata
tertutup menggunakan bantal dibawah kepala dan lutut atau duduk
dikursi dengan kepala ditopang, hindari posisi berdiri;
c) Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu;
d) Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya
mengikat ketat

Prosedur.
1) Ciptakan lingkungan yang nyaman
2) Bantu klien untuk mendapatkan posisi istirahat yang nyaman duduk
atau berbaring
3) Latih klien untuk menyentuh keempat jadi dengan ibu jari tangan
4) Minta klien untuk tarik nafas dalam sebanyak 2-3 kali
5) Minta klien untuk menutup mata agar rileks
6) Dengan diiringi musik (jika klien mau), pandu klien untuk
menghipnosisi dirinya sendiri dengan arahan berikut ini :
 Bayangkan saat kondisi badan sehat
 Bayangkan saat mencapai prestasi atau sebuah kesuksesan
 Bayangkan saat bersama dengan orang yang dicintai
 Bayangkan saat berada di tempat yang paling menyenangkan
 Minta klien untuk membuka mata secara perlahan
 Minta klien untuk tarik nafas dalam 2-3 kali.
DAFTAR PUSTAKA
Armiyati, Y., Rahayu, D. A., &Aisah, S. (2015). Manajemen masalah psikososio
spiritual pasien hiv/aids di kota semarang. In Prosiding Seminar Nasional
& Internasional.

Diatmi, K., &Fridari, D. I. G. A. (2014). Hubungan antara dukungan social


dengan kualitas hidup pada orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) Di
Yayasan Spirit Paramacitta. Jurnal Psikologi Udayana, 1(2), 353-362.

Evangelista, T., Widodo, D., & Widiani, E. (2016). Pengaruh Hipnosis 5 Jari
Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Sirkumsisi Di Tempat Praktik
Mandiri Mulyorejo Sukun Malang. Nursing News: Jurnal Ilmiah
Keperawatan, 1(2).

Sumirta, I. N., Candra, I. W., & Inlamsari, N. K. D. (2018). Pengaruh Relaksasi


Lima Jari Terhadap Depresi Pada Orang Dengan Hiv/Aids (Odha).

Yudiati, E. A., & Rahayu, E. (2017). Coping stress dan kecemasan pada orang-
orang pengidap hiv/aids yang menjalani tes darah dan VCT (Voluntary
Counseling Testing). Prosiding Temu Ilmiah Nasional X Ikatan Psikologi
Perkembangan Indonesia, 1.
SATUAN ACARA KEGIATAN

Pokok Bahasan : Manajemen Pengobatan ARV untuk Pasien HIV/AIDS

Sub Pokok Bahasan : - Manajemen Kesehatan Keluarga

-Manajemen Pengobatan ARV

Sasaran : Klien dan Keluarga

Waktu : 30 Menit

Tanggal : 18 April 2021

Tempat : Rumah An.Y

Pemateri : Nurul Qamaria

A. Latar Belakang
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan
Acquired Imumunodeficiency Syndrome (AIDS). HIV dan AIDS merupakan
suatu spektrum dari penyakit infeksi menyerang sistem imun sehingga
menyebabkan imunodefisiensi. Acquired Imumunodeficiency Syndrome
(AIDS) adalah kumpulan gejala berkurangnya kemampuan mempertahankan
diri yang disebabkan oleh virus HIV. Orang yang terinfeksi HIV dan AIDS
selanjutnya dikenal dengan ODHA (Orang dengan HIV dan AIDS (Daili,
2018).

Terapi antiretroviral adalah metode utama untuk pencegahan memburuknya


sistem imun tubuh. Terapi infeksi sekunder/oportunistik/malignansi diberikan
sesuai gejala dan diagnosis penyerta yang ditemukan. Sebagai tambahan,
profilaksis utnuk infeksi oportunistik spesifik diindikasikan pada kasus-kasus
tertentu (Hidayati, 2019).
Pengobatan antiretroviral (ARV) kombinasi merupakan terapi terbaik bagi
pasien terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) hingga saat ini.
Tujuan utama pemberian ARV adalah untuk menekan jumlah virus (viral
load), sehingga akan meningkatkan status imun pasien HIV dan mengurangi
kematian akibat infeksi oportunistik. Pada tahun 2015, menurut World Health
Organization (WHO) antiretroviral sudah digunakan pada 46% pasien HIV di
berbagai negara. Penggunaan ARV tersebut telah berhasil menurunkan angka
kematian terkait HIV/AIDS dari 1,5 juta pada tahun 2010 menjadi 1,1 juta
pada tahun 2015. Antiretroviral selain sebagai antivirus juga berguna untuk
mencegah penularan HIV kepada pasangan seksual, maupun penularan HIV
dari ibu ke anaknya. Hingga pada akhirnya diharapkan mengurangi jumlah
kasus orang terinfeksi HIV baru di berbagai negara (Kemenkes, 2012).

B. Tujuan
a. Tujuan Umum\
Setelah di berikan penyuluhan mengenai manajemen pengobatan ARV
selama 30 menit, diharapkan pasien dengan HIV/AIDS yang mengalami
manjemen kesehatan keluarga tidak efektif dapat memahami dan mengerti
sehingga dapat menerapkan manjemen pengobatan ARV
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan di harapkan pasien mampu :
1. Memahami pengertian pengobatan ARV
2. Memahami tujuan pengobatan ARV
3. Mengetahui prinsip pemberian ARV
4. Mengetahui panduan pemberian pengobatan ARV
5. Mengetahui peran keluarga dalam pengobatan ARV
c. Manfaat
1. Meningkatkan pemahaman tentang manajemen pengobatan ARV
2. Meningkatkan kemampuan dalam menerapkan manajemen pengobatan
ARV
d. Pelaksanaan kegiatan
1. Topik : Manajemen pengobatan ARV
2. Sasaran : Penderita HIV/AIDS di rumah\
3. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab dan diskusi
4. Media dan alat
a. Lembar balik
b. Leaflet
c. Waktu dan tenpat
Hari / Tanggal : Minggu / 18 April 2021
Waktu : 13.00 WIB
Tempat : Rumah An. Y
5. Pengorganisasian
a. Pendemonstrasi : Nurul Qamaria\
b. Dokumentasi : Fitri Aulia
6. Setting Tempat

Keterangan :
: Pasien
: Dokumenter
: Penyaji

E. Kegiatan Penyuluhan
NO DURASI KEGIATAN KEGIATAN KEGIATAN
PEMATERI PESERTA
1 3 Menit Pembukaan 1. Memberi salam Menjawab
2. Memperkenalkan salam dan
diri mendengarkan
3. Menjelaskan
tujuan melakukan
konseling
4. Menjelaskan
cakupan materi
yang akan
disimpulkan
2 10 Menit Isi 1. Menjelaskan Menyimak dan
materi mengenai mendengarkan
manjemen
pengobatan ARV
2. Memberikan Bertanya,
kesempatan audies menyimak dan
untuk bertanya mendengarkan
3. Menjawab
pertanyaan audies
4. Memberikan Bertanya
kesempatan pada
audies untuk
menanyakan
materi yang
kurang jelas
5. Memberikan Menyimak
penjelasan
kembali pada
audies mngenai
hal yang kurang
jelas
3 2 Menit Penutup 1. Menutup Mendengarkan
pertemuan dengan
menyimpulkan
materi yang telah
dibahas
2. Melakukan Menjawab
evaluasi dengan
memberikan
pertanyaan pada
audies
3. Salam penutup Menjawab
salam

F. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Diharapkan dapat mempersiapkan dan menyajikan materi yang
sesuai dan mudah di pahami
b. Diharapkan terjalinnya komunikasi dua arah yang baik antara
perawat dengan klien
c. Diharapkan dengan adanya pembentukan keorganisasian dapat
memperlancar kegiatan
d. Diharapkan media dan alat memadai dan tempat sesuai kegiatan
2. Evaluasi Proses
a. Diharapkan penyaji sudah melakukan kontrak waktu sebelumnya
b. Diharapkan penyaji sudah standby sebelum kegiatan dimulai.
c. Diharapkan tempat, alat, media, dalam kondisi siap untuk digunakan.
d. Diharapkan peserta/keluarga hadir tepat waktu dan mengisi daftar
kunjungan
e. Diharapkan penyaji mampu menyajikan materi dengan bahasa yang
mudah dipahami oleh klien. .
f. Selama proses penyajian dan presentasi berlangsung diharapkan tidak
ada peserta yang meninggalkan ruangan.

g. Diharapkan diskusi dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah


ditentukan

h. Diharapkan peserta dapat aktif bertanya terhadap materi yang


disampaikan dan dapat tercipta suasana yang interaktif.
3. Evaluasi Hasil
a. Diharapkan klien dapat memahami materi yang disampaikan terkait
manejemen kesehatan keluarga
b. Diharapkan klien dapat memahami materi yang disampaikan terkait
manjemen pengobatan ARV
c. Diharapkan klien dapat mengikuti penjelasan yang diberikan

LAMPIRAN MATERI

MANAJEMEN PENGOBATAN ARV

A. Pengertian
Antiretroviral (ARV) dapat menurunkan angka kematian dan kesakitan,
meningkatkan kualitas hidup ODHA, dan meningkatkan harapan masyarakat
(Kemenkes RI, 2012). ARV memiliki 2 golongan yaitu NRTI (Nucleoside
Reverse Transcriptase Inhibitor) dan ARV golongan NNRTI (Non
Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor) yang berperan menghambat
proses perubahan kode genetik virus HIV dari RNA menjadi DNA.

Untuk ODHA yang akan memulai terapi ARV dalam keadaan jumlah CD4
di bawah 200 sel/mm3 maka dianjurkan untuk memberikan Kotrimoksasol
(1x960mg sebagai pencegahan IO) 2 minggu sebelum terapi ARV. Hal ini
dimaksudkan untuk: 1. Mengkaji kepatuhan pasien untuk minum obat,dan 2.
Menyingkirkan kemungkinan efek samping tumpang tindih antara
kotrimoksasol dan obat ARV, mengingat bahwa banyak obat ARV
mempunyai efek samping yang sama dengan efek samping kotrimoksasol
(Kemenkes, 2012)

B. Tujuan
Penemuan obat antiretroviral (ARV) pada tahun 1996 mendorong suatu
revolusi dalam perawatan ODHA di negara maju. Meskipun belum mampu
menyembuhkan penyakit dan menambah tantangan dalam hal efek samping
serta resistensi kronis terhadap obat, namun secara dramatis terapi ARV
menurunkan angka kematian dan kesakitan, meningkatkan kualitas hidup
ODHA, dan meningkatkan harapan masyarakat, sehingga pada saat ini HIV
dan AIDS telah diterima sebagai penyakit yang dapat dikendalikan dan tidak
lagi dianggap sebagai penyakit yang menakutkan (Kemenkes, 2011).

Terapi antiretroviral adalah metode utama untuk pencegahan memburuknya


sistem imun tubuh. Terapi infeksi sekunder/oportunistik/malignansi
diberikan sesuai gejala dan diagnosis penyerta yang ditemukan. Sebagai
tambahan, profilaksis utnuk infeksi oportunistik spesifik diindikasikan pada
kasus-kasus tertentu (Hidayati, 2019).

C. Prinsip pemberian ARV


Prinsip pemberian ARV menggunakan kombinasi 3 jenis obat yang
ketiganya harus terserap dan berada dalam dosis terapeutik dalam darah,
dikenal dengan HAART (highly active antiretroviral therapy). Istilah
HAART sering disingkat menjadi ART (antiretroviral therapy) atau terapi
ARV (Hidayati, 2019).
D. Panduan Pemberian pengobatan ARV
Pemerintahan dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
87 Tahun 2014 menetapkan paduan yang digunakan dalam pengobatan ARV
dengan berdasarkan pada 5 aspek, yaitu
1) Efektifitas
2) Efek samping/toksisita
3) Interaksi obat
4) Kepatuhan
5) Harga obat.

Setelah pemberian ARV diperlukan pemantauan dengan tujuan


mengevaluasi respon pengobatan, pemantauan terhadap efek samping ARV
dan substitusi ARV jika diperlukan, pemantauan sindrom pulih imun (IRIS),
serta pemantauan apakah terjadi kegagalan terapi ARV untuk memulai terapi
lini berikutnya

E. Peran keluarga dalam pengobatan ARV


Perawatan dan pengobatan HIV/AIDS membutuhkan waktu yang lamam
terkadang dapat menyebabkan penderita menghentikan pengobatan. Untuk
mencegah resistensi obat dan tetap bertahan dengan kepatuhan yang tinggi,
memerlukan disiplin pribadi dan bantuan agar selalu meminum obat.

Keluarga sebagai support system utama dibutuhkan untuk mengembangkan


koping yang efektif untuk perawatan dan pengobatan dengan yaitu :
1) Keluarga memberikan dukungan untuk menjalani pengobatan dengan
baik dan benar
2) Keluarga memberikan dukungan pada pasien untuk rutin mengkomsumsi
obat
3) Keluarga melakukan pemantauan dalam proses pengobatan pasien
4) Keluarga berperan dalam pemberian prinsip benar obat, dosis obatnya,
prinsip pemberiannya
5) Keluarga memotivasi pasien untuk rutin berkunjung kefasilitas kesehatan
untuk melakukan pengobatan
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat 2009, dalam Basri dkk, 2020. 2020. Konsep Dasar Dokumentasi

Keperawatan. Bandung: media sains indonesia.

Daili, Fahmi Sjaiful. 2018. Manifestasi dan Tatalaksana Kelainan Kuli

danKelamin pada Pasien HIV/AIDS. Jakarta: Universitas Indonesia

kemenkes. 2012. Pedoman Tatalaksanan Klinis Infeksi HIV dan Terapi

Antiretroviral Pada Orang Dewasa dan Remaja. Jakarta. Kementerian

Kesehatan RI 2021
SATUAN ACARA KEGIATAN

Pokok Pembahasan : Terapi Relaksasi Otot Progresif Untuk Mengurangi Nyeri

pada Pasien HIV/AIDS

Sub Pokok Bahasan : - Nyeri pada penderita HIV/AIDS

- Terapi Relaksasi Otot Progresif untuk mengurangi


Nyeri

Sasaran : Klien dan Keluarga

Waktu : 30 Menit

Tanggal : Selasa/20 April 2021

Tempat : Rumah An.Y

Pemateri : Nurul Qamaria

A. Latar Belakang
Nyeri adalah salah satu gejala yang sering didapatkan pada penderita
HIV/AIDS, sringkali gejala nyeri ini timbul, walaupun tidak didapatkan
infeksi oportunistik. Nyeri pada penderita HIV memberikan dampak negatif
pada fungsi fisik dan psikis, sehingga akan mempengaruhi kualitas hidup
secara keseluruhan.

Virus HIV bersofat neurotropik, sehingga sistem saraf sudah terkena pada
awal penyakit. Keluhan nyeri yang timbul pada sistem saraf sudah terkena
pada awal penyakit. Keluhan nyeri yang timbul pada sistem saraf pada
penderita HIV pada umumnya berupa keluhan nyeri kepalal, nyeri oleh
karenan neurotropik, sehingga sistem saraf sudah terkena pada awal penyakit.
Keluhan nyeri yang timbul pada sistem saraf pada penderita HIV pada
umumnya berupa keluhan nyeri kepala, nyeri oleh karena neuropati, mietopati
dan radikulopati.Masalah nyeri pada pasien dapat diatasi melalui
penatalaksanaan farmakologis dan non farmakologis. Salah satu terapi yaitu
terapi relaksasi otot progresif (Butcher, dkk, 2018)

Prinsip dasar relaksasi otot progresif yaitu aktifitas fisik. Terapi relaksasi ini
telah digunakan untuk mengobati ketegangan, sakit kepala, sakit kepala
migrain, asma, insomnia, dan hipertensi. Aktivitas fisik merupakan sarana
penting untuk mengurangi tingkat stres dan mencegah beberapa efek
merusaknya pada tubuh. Olah raga menghabiskan adrenalin dan hormon lain
yang diproduksi tubuh di bawah tekanan dan mengendurkan otot. Ini akan
membantu memperkuat jantung dan meningkatkan sirkulasi darah juga
(Bommareddi, Valsaraj, & Shalini, 2015).

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan dan dilakukan demonstrasi Terapi Relaksasi
Otot Progresif selama 30 menit, diharapkan pasien dengan HIV/AIDS
yang mengalami nyeri dapat memahami dan mengerti sehingga dapat
melakukan sendiri terapi relaksasi otot progresif untuk menurunkan
tingkat nyeri yang dialami
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan dan demonstrasi diharapkan pasien mampu:
1) Memahami defenisi dari terapi relaksasi otot progresif
2) Memahami tujuan dari terapi relaksasi otot progresif
3) Mengetahui manfaat dari terapi relaksasi otot progresif
4) Mengetahui langkah-langkah dari terapi relaksasi otot progresif\
5) Melakukan demonstrasi terapi relaksasi otot progresif
C. Manfaat
1. Meningkatkan pemahaman tentang pengertian dan tujuan dari terapi
relaksasi otot progresif
2. Meningkatkan kemampuan dalam melakukan terapi relaksasi otot
progresif

D. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik : Terapi Relaksasi Otot Progresif
2. Sasaran : Penderita HIV/AIDS di rumah
3. Metode
a. Lembar balik
b. Tanya jawab dan diskusi
c. Demonstrasi
4. Media dan alat
a. Lembar balik
b. Leaflet
c. Waktu dan Tempat
Hari / Tanggal : Selasa / 20 April 2021
Waktu : 16.00 WIB
Tempat : Ruang tamu rumah An.Y
5. Pengorganisasian
a. Pendemonstrasi : Nurul Qamaria
b. Dokumentasi : Melia Engla Putri
6. Setting tempat

Keterangan :
: Pasien
: Dokumenter
: Penyaji
E. Kegiatan Penyuluhan
NO DURASI KEGIATAN KEGIATAN KEGIATAN
PEMATERI PESERTA
1 3 Menit Pembukaan 1. Memberi salam Menjawab
2. Memperkenalkan salam dan
diri mendengarkan
3. Menjelaskan
tujuan melakukan
konseling
4. Menjelaskan
cakupan materi
yang akan
disimpulkan
2 10 Menit Isi 1. Menjelaskan Menyimak dan
materi mengenai mendengarkan
mengurangi nyeri
pada HIV/AIDS
2. Memberikan Bertanya,
kesempatan audies menyimak dan
untuk bertanya mendengarkan
3. Menjawab
pertanyaan audies
4. Memberikan Bertanya
kesempatan pada
audies untuk
menanyakan
materi yang
kurang jelas
5. Memberikan Menyimak
penjelasan
kembali pada
audies mngenai
hal yang kurang
jelas
3 2 Menit Penutup 1. Menutup Mendengarkan
pertemuan dengan
menyimpulkan
materi yang telah
dibahas
2. Melakukan Menjawab
evaluasi dengan
memberikan
pertanyaan pada
audies
3. Salam penutup Menjawab
salam

F. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Diharapkan dapat mempersiapkan dan menyajikan materi yang
sesuai dan mudah di pahami
b. Diharapkan terjalinnya komunikasi dua arah yang baik antara
perawat dengan klien
c. Diharapkan dengan adanya pembentukan keorganisasian dapat
memperlancar kegiatan
d. Diharapkan media dan alat memadai dan tempat sesuai kegiatan
2. Evaluasi Proses
a. Diharapkan penyaji sudah melakukan kontrak waktu sebelumnya
b. Diharapkan penyaji sudah standby sebelum kegiatan dimulai.
c. Diharapkan tempat, alat, media, dalam kondisi siap untuk digunakan.

d. Diharapkan peserta/ keluarga hadir tepat waktu dan mengisi daftar


kunjungan

e. Diharapkan penyaji mampu menyajikan materi dengan bahasa yang


mudah dipahami oleh klien.

f. Diharapkan klien dapat mengikuti demonstrasi sampai selesai, jika


ingin meninggalkan sesegara mungkin kembali keruangan.

g. Selama proses penyajian dan presentasi berlangsung diharapkan tidak


ada peserta yang meninggalkan ruangan.

h. Diharapkan diskusi dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah


ditentukan

i. Diharapkan peserta dapat aktif bertanya terhadap materi yang


disampaikan dan dapat tercipta suasana yang interaktif.
3. Evaluasi Hasil
a. Diharapkan klien dapat memahami materi yang disampaikan terkait
Teknik Relaksasi Progresif

b. Diharapkan klien dapat mengetahui langkah-langkah Teknik


Relaksasi Progresif

c. Diharapkan klien dapat mengikuti demonstrasi yang diberikan

LAMPIRAN MATERI

TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF

A. Defenisi
Terapi relaksasi otot progresif (Progressive Muscle Relaxation/PMR)
merupakan teknik relaksasi yang digunakan oleh Edmud Jacobson pada
tahun 1930 an berdasarkan prinsip bahwa ketenanagn jiwa (mental) adalah
hasil alami dari fisik yang relaksasi

Terapi relaksasi otot progresif yaitu terapi yang digunakan untuk


menurunkan ketegangan otot seseorang. Prinsip dari terapi ini adalah
melakukan latihan peregangan otot setelah dilakukan relaksasi otot
(Prihanto, dkk, 2020).

Nyeri dapat terjadi akibat fenomena neural-biochemical didalam tubuh


manusia, yang dipicu oleh faktor-faktor lain. Agar masalah nyeri pada pasien
dapat diatasi, dalan keperawatan tugas perawat memberikan intervensi yaitu
dapat berupa terapi farmakologis dan non farmakologi. Salah satu terapi
yang dapat digunakan perawat yaitu terapi relaksasi otot progresif (Butcher,
dkk, 2018)

Relaksasi progresif adalah salah satu cara dari teknik relaksasi yang
mengkombinasikan latihan napas dalam dan serangkaian seri kontraksi dan
relaksasi otot tertentu (Kustanti dan Widodo, 2008).

B. Tujuan
Terapi relaksasi otot progresif yaitu terapi digunakan untuk menurunkan
ketegangan otot seseorang. Terapi ini merupakan terapi yang menghemat
biaya, dapat dilakukan dirumah (Prihanto, dkk, 2020).

Terapi relaksasi otot progresif merupakan salah satu teknik dalam


menurunkan nyeri. Keuntungan terapi ini selain mengurangi nyeri adalah
meningkatkan kualitas hidup, menurunkan tingkat stress dan kecemasab
seseorang. Terapi ini dikembangkan oleh Jacobson’s untuk membantu
meningkatkan kualitas hidup pasien dengan penyakit kronis (Prihanto, dkk,
2020).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam terapi relaksasi otot progresif yaitu
a. Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri
sendiri
b. Dibutuhkan waktu sekitar 20-50 detik untuk membuat otot-otot relaks
c. Perhatikan posisi tubuh. lebih nyaman dengan mata tertutup. Hindari
dengan posisi berdiri
d. Menegangkan kelompok otot dua kali tegangan
e. Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudian bagian kiri dua
kali
f. Memeriksa apakah klien benar-benar relaks
g. Terus-menerus memberikan instruksi
h. Memberikan instruksi tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat

C. Langkah-langkah Terapi
Sebelum dimulai terapi yang harus dipersiapkan persiapan alat dan persiapan
klien. Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal, serta lingkungan yang
tenang dan sunyi.
Persiapan klien :
1. Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan pengisian lembar persetujuan
terapi pada klien
2. Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu berbaring dengan mata
tertutup menggunakan bantal dibawah kepala dan lutut atau duduk
dikursi dengan kepala ditopang, hindari posisi terdiri
3. Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam dan sepatu
4. Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya
mengikat ketat
Prosedur :
Gerakan 1 : Ditujukan untuk melatih otot tangan
1. Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan
2. Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang
terjadi
3. Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan relaks
selama 10 detik
4. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat
membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang
dialami
5. Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan

Gerakan 2 : Ditujukan untuk melatih otot tangan bagian belakang


1. Tekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot
di tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari
menghadap ke langit-langit

Gerakan 3 : Ditujukan untuk melatih otot biseps


1. Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan
2. Kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot biseps akan
menjadi tegang

Gerakan 4 : Ditunjukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur


1. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga menyentuh
kedua telinga
2. Fokuskan atas, dan leher

Gerakan 5-6 : Ditunjukan untuk melemaskan otot-otot wajah


1. Gerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot
terasa dan kulitnya keriput
2. Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan disekitar mata dan otot-
otot yang mengendalikan gerakan mata
Gerakan 7 : Ditujukan untuk mengendurkan otot rahang
1. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi
ketegangan disekitar otot rahang

Gerakan 8 : Untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut


1. Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasan ketegangan di
sekitar mulut

Gerakan 9 : Ditujukan untuk merileksikan otot leher


1. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot
leher bagian depan
2. Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat
3. Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga
dapat merasakan ketegangan dibagian belakang leher dsn punggung atas

Gerakan 10 : Ditunjukkan untuk melatih otot leher bagian depan


1. Gerakan membawa kepala ke muka
2. Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di
daerah leher bagian muka

Gerakan 11 : Ditunnjukan untuk melatih otot punggung


1. Angkat tubuh dari sandaran kursi
2. Punggung dilengkungkan
3. Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian relaks
4. Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot
menjadi lemas

Gerakan 12 : Ditunjukan untuk melemaskan otot dada


1. Tarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-
banyaknya
2. Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian
dada sampai turun ke perut, kemudian dilepas
3. Saat ketegangan dilepas, lakukan nafas normal dengan lega
4. Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi
tegang dan relaks

Gerakan 13 : Ditunjukan untuk melatih otot perut


1. Tarik dengan kuat perut kedalam
2. Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10 detik, lalu
dilepaskan bebas
3. Ulangi kembali seperti gerakan awal perut ini

Gerakan 14-15 : untuk melatih otot-otot kaki (paha & betis)


1. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang
2. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga ketegangan
pindah ke otot betis
3. Tahap posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas
4. Ulangi setiap gerakan masang-masing dua kali

DAFTAR PUSTAKA

Alim. 2009. ―Langkah-Langkah Relaksasi Otot Progresif‖.


Butcher, H. K, Dochterman, J. M., Wagner, C. M., & Bulechek. (20218). Nursing
Intervention Classification (NIC) (7th ed.: I. Nurjannah, Ed.). Singapore:
Elsevier
Prihanto, Dkk. (2020). Relaksasi Otot Progresif Untuk Menurunkan Nyeri. Jurnal
Ilmiah Stikes Kendal Vol. 10 No 4

Anda mungkin juga menyukai