Anda di halaman 1dari 164

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN


DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUANG CENDRAWASIH
RUMAH SAKIT JIWA PROF. HB. SAANIN PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

TRICIA ANDESKA PUTRI


NIM : 183110276

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN


DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUANG CENDRAWASIH
RUMAH SAKIT JIWA PROF. HB. SAANIN PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Diploma pada
Program Studi D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang

TRICIA ANDESKA PUTRI


NIM : 183110276

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien dengan Defisit
Perawatan Diri di Ruang Cendrawasih Rumah Sakit Prof. HB. Saanin
Padang Tahun 2021”

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar Diploma III pada Program Studi D-III Keperawatan
Padang Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang. Penulis menyadari
bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan
sampai pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah, sangatlah sulit bagi penulis untuk
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Ibu Renidayati, SKp, M.Kep, Sp.Jiwa selaku pembimbing 1 dan Bapak N.
Rachmadanur, SKp, MKM selaku pembimbing 2 yang telah mengarahkan,
membimbing, dan memberikan masukan kepada penulis dengan penuh
kesabaran dan perhatian dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu Ns. Lola Felnanda Amri, S.Kep, M.Kep selaku penguji 1 dan Ibu Heppi
Sasmita SKp, M.Kep, Sp.Jiwa selaku penguji 2 sekaligus Ketua Program
Studi D-III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes RI Padang yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis untuk
lebih melengkapi penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Ibu Dr. Aklima, MPH selaku direktur Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin
Padang yang mengizinkan dan membantu penulis dalam memperoleh data
yang penulis perlukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Bapak Ns. Syafrizal M.Kep selaku Kepala Bidang Keperawatan Rumah Sakit
Jiwa Prof. HB. Saanin Padang dan staff yang telah membantu penulis dalam
melakukan pengambilan data dan melakukan penelitian.
5. Bapak Ns. Agustian, S.Kep selaku Kepala Ruang Rawat Inap Cendrawasih
Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang yang telah mengizinkan penulis
untuk melakukan penelitian diruang rawat inap Cendrawasih dan sudah

Poltekkes Kemenkes Padang


i
menyediakan waktu dalam memberikan masukan kepada penulis selama
melakukan penelitian.
6. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM., M.Si selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
RI Padang.
7. Ibu Ns. Hj. Sila Dewi Anggreni, M.Kep, Sp.KMB selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang.
8. Bapak/Ibu Dosen dan Staff yang telah membimbing dan membantu selama
perkuliahan di Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang.
9. Kepada Kedua Orang Tua dan Keluarga yang telah memberikan bantuan
dukungan material, moral, semangat, serta motivasinya.
10. Teman-teman dan semua pihak yang terlibat yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata, penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi
penulis sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta penulis mendoakan
semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah
SWT. Aamiin.

Padang, 24 Juni 2021

Penulis

Poltekkes Kemenkes Padang


ii
Poltekkes Kemenkes Padang
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Tricia Andeska Putri

NIM : 183110276

Tempat/tanggal lahir : Padang/02 Desember 2000

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Orang Tua : Ayah : Kamarruddin

Ibu : Desnimar, S.Pd

Alamat : Komplek Taruko 3 Blok D nomor 6 RT 01 RW 10


Kelurahan Gunung Sarik, Kecamatan Kuranji, Kota
Padang, Sumatera Barat

Riwayat Pendidikan :

Pendidikan Tahun

SD Negeri 47 Korong Gadang, Padang 2006-2012

SMP Negei 31 Padang 2012-2015

SMA Negeri 5 Padang 2015-2018

Poltekkes Kemenkes RI Padang 2018-2021

Poltekkes Kemenkes Padang


iv
Poltekkes Kemenkes Padang
v
Poltekkes Kemenkes Padang
vi
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2021


Tricia Andeska Putri

“Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien dengan Defisit Perawatan Diri di


Ruang Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang”

Isi : xiv + 92 halaman, 2 gambar, 1 tabel + 12 lampiran

ABSTRAK

Defisit perawatan diri banyak terjadi pada pasien gangguan jiwa terutama pada
kasus skizofrenia dengan penampilan klien tampak tidak rapi dan kotor, rambut
kusut, kuku panjang, tidak dapat makan/minum maupun buang air dengan baik
serta didapatkan interaksi yang kurang. Tujuan penelitian untuk menerapkan
asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan defisit perawatan diri di Ruang
Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang Tahun 2021. Jenis
penelitian deskriptif dalam bentuk studi kasus. Waktu penelitian dari Januari
hingga Juni 2021. Waktu penerapan asuhan keperawatan jiwa selama 7 hari.
Populasi 38 orang, sampel 1 orang ditetapkan dengan teknik purposive sampling
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Instrumen penelitian format
skrinning, format asuhan keperawatan jiwa dan alat pemeriksaan fisik. Hasil
penelitian didapatkan klien malas melakukan perawatan diri, penampilan kotor,
sering menyendiri, merasa tidak memiliki kemampuan dan merasa malu dengan
kondisinya. Diagnosa keperawatan jiwa yang muncul yaitu defisit perawatan diri,
harga diri rendah dan isolasi sosial. Intervensi keperawatan yang dilaksanakan
sudah terstandar, dapat dilaksanakan pada implementasi dan evaluasi
keperawatan. Setelah penerapan asuhan keperawatan jiwa dapat disimpulkan
adanya perubahan ke arah lebih baik pada klien dan ketiga diagnosa yang muncul
dapat teratasi dimana penampilan klien sudah rapi dan bersih, mulai percaya diri,
bangga dengan kemampuan yang dimiliki, jarang menyendiri serta telah mampu
berkenalan dan berinteraksi secara bertahap. Penelitian ini diharapkan dapat
menjadi gambaran bagi perawat ruangan dalam memberikan asuhan keperawatan
jiwa dengan defisit perawatan diri untuk mempertahankan kemampuan klien
dalam perawatan diri secara mandiri dengan tetap mengevaluasi perkembangan
klien terhadap kebersihan dirinya.

Kata Kunci (Key Word): Defisit Perawatan Diri, Asuhan Keperawatan Jiwa
Daftar Pustaka : 33 (2011-2020)

Poltekkes Kemenkes Padang


vii
PADANG HEALTH POLYTECHNIC
D-III NURSING STUDY PROGRAM PADANG

Scientific Writing, June 2021


Tricia Andeska Putri

“Mental Nursing Care in Clients with Self-Care Deficits in the Cendrawsih


Room of Prof HB’s Mental Hospital Saanin Padang”

Contents : xiv + 92 pages, 2 pictures, 1 tables + 12 attachments

ABSTRACT
Self-care deficits occur in patients with mental disorders, especially in cases of
schizophrenia with the appearance of the client looks undity and dirty, matted
hair, long nails, unable to eat and drink even urinate properly and obtained
interactions that are lacking, research objectives to apply mental nursing care to
client with self- care deficits in the Cendrawasih room of Prof. HB Saanin Padang
in 2021. Descriptive research type in the form of case studies, the research time
start from January to June 2021. The time for applying mental nusring care is
seven days, population 38 People, a Sample of one person is determined by
purposive sampling technique that meets the criteria of inclussion and exclusion.
Research instruments screening format, mental nursing care format and physical
examination tool. The result of teh study found that clients are lazy to do self-
care, dirty appearance, often aloof, feel they do not have the ability and feel
ashamed of their condition, emerging mental nursing diagnoses include self- care
deficits, low self esteem and social isolation mental nursing interviews conducted
have been standardized, can be carried out on the implementation and evaluation
of nursing. After the aplication of mental nursing care can be concluded that there
is a change in the direction of the better in the client and the three diagnoses that
appear can be resolved where the client’s appearence is neat and clean, starts
confident, proud of the ability he has, rarely alone and has been able to get
acquainted and ineteract gradually. This research is expected to be an overview
for room nurses in providing mental nursing care with self- care deficits to
maintain the client’s ability in self- care independently while still evaluating the
client’s development of his or her own hygiene.

Keyword : Self-Care Deficits, Mental Nursing Care


Bibliography : 33 (2011-2020)

Poltekkes Kemenkes Padang


viii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................................ iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... v
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL............................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1


A. Latar Belakang .....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 9
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 9
D. Manfaat Penulisan ...................................................................................... 10

BAB II TINJAUAN TEORITIS ........................................................................ 11


A. Konsep Dasar Skizofrenia ................................................................................ 11
1. Pengertian Skizofrenia............................................................................ 11
2. Faktor Penyebab skizofrenia .................................................................. 11
3. Tanda dan Gejala Skizofrenia ................................................................ 15
B. Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri ............................................................. 16
1. Pengertian Defisit Perawatan Diri .......................................................... 16
2. Rentang Respon Defisit Perawatan Diri ................................................. 16
3. Lingkup Defisit Perawatan Diri.............................................................. 17
4. Batasan karakteristik Defisit Perawatan Diri ......................................... 17
5. Etiologi Defisit Perawatan Diri .............................................................. 19
6. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri ............................................... 20
7. Proses Terjadinya Defisit Perawatan Diri .............................................. 22
8. Dampak Defisit Perawatan Diri.............................................................. 23
9. Mekanisme Koping Defisit Perawatan Diri ........................................... 23
10. Sumber Koping Defisit Perawatan Diri .................................................. 23
11. Penatalaksanaan Defisit Perawatan Diri ................................................. 24

Poltekkes Kemenkes Padang


ix
C. Konsep Asuhan Keperawatan .......................................................................... 25
1. Pengkajian Keperawatan ........................................................................ 25
2. Pohon Masalah ...................................................................................... 33
3. Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 33
4. Intervensi Keperawatan ......................................................................... 33
5. Implementasi Keperawatan .................................................................... 48
6. Evaluasi Keperawatan ............................................................................ 48
7. Dokumentasi Keperawatan ..................................................................... 50

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 51


A. Jenis dan Desain Penelitian ........................................................................ 51
B. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 51
C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 51
D. Alat atau instrumen pengumpulan data ........................................................... 53
E. Jenis Data ................................................................................................... 53
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 54
G. Prosedur Penelitian..................................................................................... 55
H. Analisis Data .............................................................................................. 55

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS ...................................... 56


A. Deskripsi Kasus ........................................................................................... 56
1. Pengkajian Keperawatan ......................................................................... 56
2. Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 64
3. Intervensi Keperawatan ........................................................................... 66
4. Implementasi Keperawatan ..................................................................... 67
5. Evaluasi Keperawatan ............................................................................. 70
B. Pembahasan Kasus ...................................................................................... 72
1. Pengkajian Keperawatan ......................................................................... 72
2. Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 77
3. Intervensi Keperawatan ........................................................................... 80
4. Implementasi Keperawatan ..................................................................... 83
5. Evaluasi Keperawatan ............................................................................. 87

Poltekkes Kemenkes Padang


x
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 91
A. Kesimpulan ................................................................................................. 91
B. Saran ................................................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Poltekkes Kemenkes Padang


xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar2.1 Rentang Respon Defisit Perawatan Diri........................................... 16


Gambar2.2 Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri......... ........................... ....... 33

Poltekkes Kemenkes Padang


xii
DAFTAR TABEL

Tabel2.1 Intervensi Keperawatan Jiwa ............................................................... 44

Poltekkes Kemenkes Padang


xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Survey Data Poltekkes Kemenkes RI Padang


Lampiran 2 Surat Izin Pengambilan Data Poltekkes Kemenkes RI Padang
Lampiran 3 Surat Izin Pengambilan Data RSJ. Prof. HB. Saanin Padang
Lampiran 4 Surat izin Penelitian Poltekkes Kemenkes RI Padang
Lampiran 5 Format Skrinning Defisit Perawatan Diri
Lampiran 6 Format Inform Concent
Lampiran 7 Format Asuhan Keperawatan Jiwa
Lampiran 8 Format Kegiatan Harian Klien
Lampiran 9 Lembar Konsultasi KTI Pembimbing 1
Lampiran 10 Lembar Konsultasi KTI Pembimbing 2
Lampiran 11 Surat Keterangan Selesai Penelitian RSJ. Prof. HB. Saanin Padang
Lampiran 12 Jadwal Kegiatan Karya Tulis Ilmiah

Poltekkes Kemenkes Padang


xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya. Kondisi perkembangan yang tidak sesuai atau menyimpang
pada individu disebut gangguan jiwa (UU No. 18 Tahun 2014).

Gangguan jiwa termasuk manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku


akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam
berperilaku. Hal itu terjadi karena menurunnya semua fungsi kejiwaan.
Gangguan jiwa merupakan gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya
emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera).
Gangguan jiwa ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita dan
keluarganya (Sutejo, 2017).

Menurut Renidayati (2016) menyebutkan bahwa gangguan jiwa merupakan


suatu keadaan dimana seseorang tidak mampu lagi berfungsi secara wajar dan
optimal dalam kehidupan sehari-hari baik fungsi biologis, psikologis, sosial,
dan spiritual.

Salah satu gangguan jiwa terbanyak yaitu skizofrenia. Skizofrenia merupakan


gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif
atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antar pribadi normal.
Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi
(persepsi tanpa ada rangsang pancaindra) (Azizah, dkk, 2016).

Poltekkes Kemenkes Padang


1
2

Menurut World Health Organization WHO (2017) menyebutkan bahwa lebih


dari 450 juta orang dewasa secara global mengalami gangguan jiwa yang telah
mencapai 13% dari keseluruhan penyakit yang terjadi di dunia dan di
perkirakan akan menjadi lebih besar yaitu 15% dari keseluruhan penyakit di
dunia pada tahun 2030 dan untuk masalah kejiwaan berat yang sering terjadi
yaitu skizofrenia telah mempengaruhi lebih dari 21 juta orang di seluruh dunia
(Maulana, Indra, 2019).

Data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018 menyatakan bahwa prevalensidata


gangguan jiwa cukup meningkat dari hasil Riskesdas 2013 yaitu naik sekitar
1,7 sampai dengan 7 per mil. Artinya per 1.000 rumah tangga terdapat 7 rumah
tangga yang memiliki ODGJ sehingga dapat disimpulkan terdapat sekitar
450.000 orang yang menderita gangguan jiwa. Pevalensi gangguan jiwa berat
(skizofrenia/psikosis) meningkat dari 0,15% menjadi 0,18%, sementara
prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk usia 15 tahun keatas
meningkat dari 6,1% menjadi 9,8%. Bali menempati posisi tertinggi pada
penderita skizofrenia dari 33 provinsi di Indonesia, posisi kedua yaitu
Yogyakarta dan Sumatera Barat berada diposisi ke 7 (Riskesdas, 2018).

Penderita gangguan jiwa di Provinsi Sumatera Barat sekitar 111.016 orang,


prevelensi tertinggi yaitu di daerah Kota Padang dengan 50.577 orang disusul
di daerah Kota Bukit Tinggi urutan kedua dengan kejadian 20.317 orang
gangguan jiwa. Kunjungan rawat jalan di RS sebanyak 1.511.059 orang dan
kunjungan rawat inap 105.803 orang dengan kunjungan kejiwaan yaitu 45.481
orang. Di RSJ HB. Saanin Padang Tahun 2017 Kunjungan rawat jalan
sebanyak 46.940 orang dan kunjungan rawat inap 2.350 orang dengan 38.332
kunjungan jiwa (Herawati, dkk, 2020).

Secara umum, gejala skizofrenia dibagi menjadi gejala-gejala positif dan


gejala-gejala negatif. Gejala-gejala positif skizofrenia meliputi halusinasi,
delusi, gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-gejala ini disebut positif karena
merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh orang lain. Selain itu,

Poltekkes Kemenkes Padang


3

juga terdapat gejala negatif dari skizofrenia. Gejala-gejala yang dimaksud


disebut negatif karena merupakan kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal
seseorang. Termasuk kurang atau tidak mampu mengekspresikan emosi pada
wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk beraktivitas, tidak dapat
menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan
berbicara (alogia) (Azizah, dkk, 2016).

Skizofrenia ditunjukkan dengan gejala klien suka berbicara sendiri, mata


melihat ke kanan dan ke kiri, jalan mondar mandir, sering tersenyum sendiri,
sering mendengar suara-suara, dan sering mengabaikan perawatan dirinya
(Pinedendi, 2016).

Perawatan diri merupakan salah satu kemampuan dasar manusia dalam


memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupan, kesehatan, dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya. Perawatan diri mencakup
aktivitas yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang
biasanya dikenal dengan istilah aktivitas kehidupan sehari-hari (ADLs) (Sutejo,
2019).

Klien dinyatakan terganggu perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan


perawatan diri baik dalam hal mandi, berpakaian, berhias, makan, BAK dan
BAB. Maka didalam keperawatan disebut klien mengalami defisit perawatan
diri. Defisit perawatan diri merupakan keadaan seseorang yang mengalami
kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri (Sutejo, 2019).

Tanda dan gejala defisit perawatan diri dapat dinilai dari pernyataan klien
tentang kebersihan diri, berdandan dan berpakaian, makan dan minum, BAB
dan BAK dan didukung dengan data hasil observasi baik data subjektif dan
data objektif. Pada data subjektif didapatkan data dari klien mengatakan malas
mandi, tidak mau menggosok gigi, tidak mau menyisir rambut, tidak mau
berhias, tidak bisa menggunakan alat mandi, tidak dapat menggunakan alat

Poltekkes Kemenkes Padang


4

makan dan minum saat makan dan minum, BAB dan BAK sembarangan.
Sedangkan pada data objektif didapatkan data berupa badan klien bau, kotor,
rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang, tidak menggunakan alat mandi saat
mandi, rambut kusut berantakan, tidak mampu berdandan, pakaian tidak rapi,
makan dan minum sembarangan serta berceceran, dan BAB dan BAK tidak
pada tempatnya (Nurhalimah, 2016).

Dampak apabila defisit perawatan diri tidak ditangani, maka akan berakibat
buruk baik bagi dirinya sendiri, orang lain serta lingkungan sekitarnya.
Dampak fisik bagi dirinya sediri yaitu banyaknya gangguan kesehatan yang
diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan diri dengan baik
seperti gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi
pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku. Sedangkan untuk dampak
psikososial yaitu gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi dan gangguan interaksi sosial.
Sedangkan dampak bagi orang lain dan lingkungan sekitarnya adalah
terganggunya kenyamanan dan ketentraman masyarakat (Dermawan, 2013).

Peran perawat terhadap klien dengan defisit perawatan diri yaitu memberikan
bantuan dalam melaksanakan pemenuhan kebutuhan perawatan diri klien,
memberikan penyuluhan dan meningkatkan pengetahuan tentang upaya
perawatan diri dengan prinsip hidup sehat dan bersih. Perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan bagi klien dengan defisit perawatan diri, maka harus
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan prinsip proses keperawatan
sehingga hasil yang diinginkan dapat tercapai dan dapat meningkatkan
kesehatan klien.

Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk mengubah perilaku klien
defisit perawatan diri adalah dengan bentuk Stategi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan (SPTK) yang bertujuan agar klien mampu dan mau melakukan
aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi/membersihkan diri,
berpakaian, berhias/berdandan, makan, BAK dan BAB. Selain itu, rencana

Poltekkes Kemenkes Padang


5

tindakan yang dilakukan pada klien dengan gangguan defisit perawatan diri
yaitu dengan cara mendiskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri
dengan cara menjelaskan pengertian kebersihan diri dan tanda-tanda
kebersihan diri, mendiskusikan fungsi kebersihan diri untuk kesehatan dengan
menggali pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan
diri, dan membantu klien dalam memelihara kebersihan diri (Damaiyanti,
2015).

Intervensi selanjutnya yang juga diperlukan yaitu pelaksanaan intervensi


terhadap keluarga klien dengan defisit perawatan diri dengan bentuk Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) yang bertujuan agar keluarga
mampu merawat anggota keluarga yang mengalami defisit perawatan diri.
Selain itu, rencana tindakan yang dapat dilakukan pada keluarga dengan
anggota keluarga yang mengalami defisit perawatan diri yaitu mendiskusikan
masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan
defisit perawatan diri, menjelaskan kepada keluarga terkait masalah yang
dihadapi, menjelaskan kepada keluarga cara merawat serta melatih keluarga
untuk mempraktekkan cara merawat anggota keluarga dengan masalah defisit
perawatan diri (Damaiyanti, 2015).

Menurut penelitian Laily (2014) menyebutkan bahwa pengaruh aktivitas


mandiri : personal hygiene (mandi dan berpakaian, berdandan, makan,
BAB/BAK) terhadap kemandirian pasien DPD di RSJD. Dr. Amino
Gondohutomo Semarang, dalam penelitian didapatkan bahwa ada perubahan
kemandirian pasien dalam melakukan aktivitas mandiri : personal hygiene
(mandi dan berpakaian, berdandan, makan, BAB/BAK) hal itu ditunjukkan
dengan adanya perubahan nilai kategori buruk ke baik sesudah diajarkan
aktivitas mandiri : personal hygiene (mandi dan berpakaian, berdandan, makan,
BAB/BAK) pada pasien DPD di RSJD. Dr. Amino Gondohutomo Semarang.
Ada perbedaan yang signifikan antara kemandirian personal hygiene sebelum
dan sesudah diajarkan aktivitas mandiri : personal hygiene (mandi dan
berpakaian, berdandan, makan, BAB/BAK) dengan nilai p = 0,000.

Poltekkes Kemenkes Padang


6

Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Pinedendi (2016) menyebutkan


bahwa adanya pengaruh penerapan asuhan keperawatan defisit perawatan diri
terhadap kemandirian personal hygiene pada pasien di ruangan RSJ. Prof. Dr.
V. L. Ratumbuysang Manado. Pengaruh yang sangat nyata antar sebelum dan
sesudah perlakuan menurut asumsi penulis dikarenakan oleh : isi pesan yang
disampaikan dan kejelasan pesan yang disampaikan dan cara komunikasi yang
baik antara peneliti dan pasien sampai serta cara pendekatan yang digunakan
juga mendukung sehingga penelitian mendapat hasil yang sangat signifikan.

Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang merupakan satu-satunya rumah
sakit jiwa Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat dengan kelas Rumah
Sakit Jiwa tipe A yang berada di Jalan Raya Ulu Gadut Kota Padang yang
memberikan pelayanan dan pengobatan serta sebagai pusat rujukan bagi klien
gangguan jiwa. Berdasarkan data yang didapatkan dari Medical Record Rumah
Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang Tahun 2020 didapatkan data jumlah klien
gangguan jiwa rawat inap pada tahun 2020 sebanyak 2.114 orang dengan
kunjungan baru sebanyak 578 orang (27,34%) dan kunjungan lama sebanyak
1536 orang (72,65%). Jumlah klien gangguan jiwa rawat inap selama 3 bulan
terakhir didapatkan pada bulan Oktober 2020 sebanyak 168 orang, November
2020 sebanyak 193 orang, dan pada bulan Desember 2020 sebanyak 167 orang
dengan diagnosa terbanyak klien rawat inap selama tahun 2020 yaitu
skizofrenia sebanyak 1.847 orang.

Laporan bulanan dari Unit Perawatan Intensif Psikiatri (UPIP) Rumah Sakit
Jiwa Prof. HB. Saanin Padang Tahun 2020 menunjukkan bahwa jumlah total
klien rawat inap dengan skizofrenia selama 3 bulan terakhir dari bulan Oktober
2020 sampai Desember 2020 yaitu sebanyak 445 orang klien dengan rincian
bulan Oktober 2020 sebanyak 167 orang klien, bulan November terjadi
penurunan menjadi 136 orang klien, dan bulan Desember kembali terjadi
peningkatan menjadi 142 orang klien.

Poltekkes Kemenkes Padang


7

Hasil wawancara dengan Kabid Keperawatan Rumah Sakit Jiwa. Prof. HB.
Saanin Padang menyatakan bahwa ruangan yang diperbolehkan untuk
melakukan pengambilan data dan melakukan penelitian bagi mahasiswa terdiri
dari 3 ruangan yaitu Ruang Melati, Ruang Flamboyan, dan Ruang
Cendrawasih.

Laporan 3 bulan terakhir dari Ruang Melati yaitu dari bulan November 2020
sampai Januari 2021, didapatkan data pada bulan November 2020 terdapat
klien skizofrenia dengan defisit perawatan diri sebanyak 54 orang klien. Bulan
Desember 2020 terdapat klien skizofrenia dengan defisit perawatan diri
sebanyak 53 orang klien. Tanggal 25 Januari 2021 terdapat klien skizofrenia
dengan defisit perawatan diri sebanyak 25 orang klien.

Data laporan 3 bulan terakhir dari Ruang Flamboyan, pada bulan November
2020 terdapatklien skizofrenia dengan defisit perawatan diri sebanyak 30 orang
klien. Bulan Desember 2020 terdapat klien skizofrenia dengan defisit
perawatan diri sebanyak 21 orang klien. Tanggal 25 Januari 2021 di dapatkan
data terdapat klien skizofrenia dengan defisit perawatan diri sebanyak 18 orang
klien.

Data laporan 3 bulan terakhir dari Ruang Cendrawasih, pada bulan November
2020 klien skizofrenia dengan defisit perawatan diri sebanyak 74 orang klien.
Bulan Desember 2020 terdapat klien skizofrenia dengan defisit perawatan diri
sebanyak 64 orang klien. Tanggal 25 Januari 2021 klien skizofrenia dengan
defisit perawatan diri sebanyak 32 orang klien.

Berdasarkan data laporan 3 bulan terakhir dari bulan November 2020 hingga
Januari 2021 dari 3 ruang inap Rumah Sakit Jiwa. Prof. HB. Saanin Padang
tersebut, didapatkan bahwa Ruang Cendrawasih memiliki populasi klien
skizofrenia dengan defisit perawatan diri terbanyak dibanding ruangan lainnya.

Poltekkes Kemenkes Padang


8

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Ruang Cendrawasih Rumah Sakit


Jiwa Prof. HB. Saanin Padang pada tanggal 25 Januari 2021 didapatkan hasil
observasi terhadap 32 orang klien skizofrenia dengan defisit perawatan diri
ditemukan klien dengan pakaian tampak kotor, penampilan terlihat tidak rapi,
rambut acak-acakan, kuku panjang dan kotor, saat makan terlihat ada klien
yang tidak dapat makan dengan baik tetapi berserakan, ada yang BAK tidak
pada tempatnya, dan terdapat interaksi yang kurang.

Hasil wawancara dengan kepala ruangan rawat inap Cendrawasih Rumah Sakit
Jiwa Prof. HB. Saanin Padang mengatakan bahwa selama pandemi covid-19
pihak Rumah Sakit Jiwa. Prof. HB. Saanin Padang tidak memperbolehkan
adanya kunjungan dari pihak keluarga kecuali saat menjemput klien jika klien
sudah diperbolehkan pulang sehingga tidak bisa dilakukan studi pendahuluan
kepada keluarga klien.

Hasil wawancara dengan salah satu perawat di ruang rawat inap Cendrawasih
Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang menyatakan bahawa
penatalaksanaan yang dilakukan perawat diruang rawat inap Cendrawasih RSJ.
Prof. HB. Saanin Padang terhadap klien dengan defisit perawatan diri yaitu
dengan menerapkan pelaksanaan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
(SPTK) untuk klien dengan defisit perawatan diri yang terdiri dari 4 SP yaitu
menerapkan SP 1 dengan menjelaskan kepada klien tentang perawatan diri atau
mandi dan menyediakan alat-alat yang dibutuhkan klien untuk mandi, untuk SP
2 yaitu dengan menjelaskan kepada klien cara berhias, untuk SP 3 yaitu dengan
menjelaskan cara makan yang tertib kepada klien, serta untuk SP 4 yaitu
dengan menjelaskan cara melakukan BAK/BAB secara mandiri dan sesuai
aturan. Penerapan SP untuk keluarga klien dengan defisit perawatan diri juga
dilakukan saat keluarga menjemput klien jika klien sudah diperbolehkan
pulang.

Poltekkes Kemenkes Padang


9

Berdasarkan fenomena tersebut, penulis telah melakukan Asuhan Keperawatan


Jiwa Pada Klien dengan Defisit Perawatan Diri di Ruang Cendrawasih Rumah
Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang Tahun 2021.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Penerapan Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada Klien dengan Defisit Perawatan Diri di Ruang
Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa Prof. HB Saanin Padang Tahun 2021?“

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan asuhan
keperawatan jiwa pada klien dengan defisit perawatan diri di Ruang
Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang Tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan jiwa pada klien
dengan defisit perawatan diri di Ruang Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa
Prof. HB. Saanin Padang Tahun 2021.
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan jiwa pada klien
dengan defisit perawatan diri di Ruang Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa
Prof. HB. Saanin Padang Tahun 2021.
c. Mampu mendeskripsikan rencana tindakan keperawatan jiwa pada klien
dengan defisit perawatan diri di Ruang Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa
Prof. HB. Saanin Padang Tahun 2021.
d. Mampu mendeskripsikan tindakankeperawatan jiwa pada klien dengan
defisit perawatan diri di Ruang Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa Prof. HB.
Saanin Padang Tahun 2021.
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan jiwa pada klien dengan
defisit perawatan diri di Ruang Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa Prof. HB.
Saanin Padang Tahun 2021.

Poltekkes Kemenkes Padang


10

f. Mampu mendeskripsikan hasil dokumentasi asuhan keperawatan jiwa


pada klien dengan defisit perawatan diri di Ruang Cendrawasih Rumah
Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang Tahun 2021.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari :
1. Aplikatif
a. Bagi Rumah Sakit dan Perawat
Sebagai masukan serta acuan bagi perawat dalam meningkatkan
pelayanan keperawatan, terutama dalam asuhan keperawatan pada klien
dengan defisit perawatan diri.
b. Penulis
Sebagai pengembangan kemampuan penulis dalam melaksanakan asuhan
keperawatan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan penulis dalam
mengaplikasikan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan defisit
perawatan diri.
2. Pengembangan Keilmuan
Hasil penulisan yang diperoleh digunakan sebagai perbandingan dan bahan
untu penelitian selanjutnya di bidang keperawatan dan dapat menjadi
referensi dan rujukan dalam pembuatan ataupun pengaplikasian asuhan
keperawatan pada klien dengan defisit perawatan diri.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Skizofrenia


1. Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia adalah gangguan jiwa psikotik lazim dengan ciri hilangnya
perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan
antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang
salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra) (Azizah,
dkk, 2016).

Skizofrenia sebagai penyakit neurologis yang memengaruhi persepsi klien,


cara berfikir, bahasa, emosi, dan perilaku sosialnya (Direja, 2011).

2. Faktor-faktor Penyebab Skizofrenia


Faktor-faktor penyebab skizofrenia terdiri dari :
a. Faktor Prenatal
Prenatal atau dikenal dengan periode sebelum lahir, yaitu periode
perkembangan manusia paling awal yang dimulai sejak konsepsi (ketika
ovum dibuahi oleh sperma) sampai menjadi janin hingga akhirnya
terlahir sebagai seorang individu. Pada masa prenatal ini, terdapat
beberapa hal yang menyebabkan bayi dalam kandungan menjadi rentan
terkena skizofrenia.

Penyebab skizofrenia dibedakan menjadi dua faktor, yaitu faktor non


genetik, endogen dan eksogen pada masa kehamilan dan kelahiran yang
berkaitan dengan peningkatan risiko terjadinya skizofrenia. Faktor
eksogen berasal dari luar tubuh ibu dan janin. Faktor eksogen dapat
berupa musim kelahiran, infeksi di masa kehamilan, gangguan nutrisi,
dan stress pada ibu. Sedangkan faktor endogen berasal dari dalam tubuh
ibu, uterus, dan fetus. Faktor endogen terdiri dari diabetes pada ibu,

Poltekkes Kemenkes Padang


11
12

inkompatibilitas rhesus, tumbuh kembang fetus yang abnormal,


perdarahan dan preeklamsia, umur parental, dan komplikasi persalinan.
1) Fakor Endogen
Faktor endogen ini bisa didapat melalui ibu dengan diabetes pada
masa kehamilannya, maka tujuh kali lebih sang bayi yang akan lahir
sering mengalami skizofrenia dikemudian hari bila dibandingkan
dengan anak yang lahir dari ibu tanpa diabetes. Hal ini disebabkan
karena insulin-dependent diabetes melitus ditemukan lebih banyak
pada keluarga derajat pertama pasien skizofrenia dibandingkan
kontrol.

Hiperglikemia pada ibu menjadi predisposisi skizofrenia pada anak


yang dikandungnya dikemudian hari. Hal tersebut terjadi karena
adanya tiga mekanisme prenatal yang memengaruhi yaitu hipoksia,
stres oksidatif, dan inflamasi. Hiperglikemia dapat meningkatkan stres
oksidatif, mengubah metabolisme lipid, dan memengaruhi struktur
mitokondria, menyebabkan kekacauan proses kerja neuron dan
akhirnya menyebabkan spesialisasi yang prematur sebelum neural
tube menutup.

Risiko skizofrenia berhubungan dengan penyakit inkompatibilitas


rhesus, terutama pada bayi laki-laki. Risiko skizofrenia ini
berhubungan dengan usia ayah saat konsepsi. Jika semakin tua usia
ayah, maka makin meningkat risiko kemungkinan sang anak akan
berkembang memiliki skizofrenia di kemudian hari. Risiko tersebut
memungkinkan anak terkena skizofrenia sekitar 0,2% pada usia ayah
35 tahun, menjadi 5% pada usia ayah 55 tahun.
2) Faktor Eksogen
Beberapa faktor eksogen yang dapat menyebabkan skizofrenia
diantaranya paparan infus influenza, peningkatan antibodi terhadap
toksoplasma, infeksi rubella, dan infeksi organ genital reproduktif
pada masa prenatal berkaitan dengan risiko skizofrenia pada bayi yang

Poltekkes Kemenkes Padang


13

dikandung. Faktor eksogen lain yang memengaruhi skizofrenia yaitu


kelaparan dalam jangka panjang. Pada masa puncak kelaparan, ibu
hamil juga mengalami kekurangan asupan zat besi yang sangat
dibutuhkan pada perkembangan janin. Jika asupan zat besi dalam
kandungan tidak terpenuhi, dapat beresiko pada perkembangan
struktur otak sistem neurotransmitter, dan proses myelinasi. Rata-rata
konsentrasi hemoglobin ibu hamil 10,0 g/dL atau kurang secara
signifikan berkaitan dengan peningkatan risiko skizophrenian
spectrum disorders pada anak sebesar 4 kali lipat, bila dibandingkan
dengan rata-rata hemoglobin 12,0 g/dL atau lebih.

Selain itu, faktor lain yang dapat menyebabkan bayi rentan terkena
skizofrenia adalah depresi antenatal pada ibu. Paparan stress berat bisa
memengaruhi perkembangan neuron pada sambungan feto lacental
maternal.

b. Fakor Non-prenatal
Selain faktor prenatal diatas, terdapat beberapa faktor yang berasal dari
luar yang dapat menyebabkan terjadinya skizofrenia diantaranya yaitu :
1) Faktor Genetik
Faktor genetik dihubungkan dengan anggota keluarga lain yang juga
menderita skizofrenia. Kemungkinan ini semakin besar jika keluarga
lain yang mengidap skizofrenia memiliki hubungan persaudaraan
yang dekat. Faktor genetik skizofrenia adalah sejumlah faktor
kausatif terimplikasi termasuk pengaruh genetik, ketidakseimbangan
neurotransmitter, kerusakan struktural otak yang disebabkan oleh
virus prenatal atau kecelakaan dalam proses persalinan, dan stress
psikologis.
2) Faktor Biologis
Faktor biologis dapat dilihat dari perubahan pada sistem transmisi
sinyal penghantar syaraf (neurotransmitter) dan reseptor di sel-sel
syaraf otak (neuron) dan interaksi zat neurokimia seperti dopamine

Poltekkes Kemenkes Padang


14

dan serotonin yang dapat memengaruhi fungsi kognitif (alam pikir),


afektif (alam perasaan), dan psikomotor (perilaku) yang menjelma
dalam bentuk gejala-gejala positif maupun negatif skizofrenia.
3) Faktor Psikososial
Faktor ini disebabkan oleh perubahan kehidupan seseorang (anak-
anak, remaja, hingga dewasa) sehingga setiap individu dipaksa harus
beradaptasi dan mampu menanggulanginya, sehingga timbullah
keluhan-keluhan di bidang kejiwaan. Pada sebagian orang, perubahan
serba cepat dapat menjadi stressor psikologis, antara lain :
(a) Pola kehidupan masyarakat yang semula sosial-religius
cenderung berubah ke arah pola masyarakat yang individual,
materialistik, dan sekunder.
(b) Pola hidup sederhana dan produktif berubah ke arah pola hidup
mewah dan konsumtif.
(c) Struktur keluarga yang semula keluarga besar, cenderung
berubah ke arah keluarga inti bahkan sampai pada pola orang
tua tunggal.
(d) Hubungan kekeluargaan (silaturrahmi) yang semula erat dan
kuat, cenderung berubah menjadi longgar dan rapuh. Masing-
masing anggota keluarga seolah hidup sendiri-sendiri, sehingga
antara anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya menjadi
asing.
(e) Nilai moral etika agama dan tradisional masyarakat, cenderung
berubah menjadi masyarakat sekuler dan modern.
(f) Lembaga perkawinan mulai diragukan dan pasangan cenderung
untuk memilih hidup bersama tanpa menikah.
(g) Ambisi karier dan materi yang tak terkendali mengganggu
hubungan interpersonal baik dalam keluarga maupun
masyarakat (Sutejo, 2017).

Poltekkes Kemenkes Padang


15

3. Tanda dan Gejala Skizofrenia


Gejala-gejala yang muncul pada penderita skizofrenia adalah sebagai
berikut:
a. Muncul delusi dan halusinasi
Delusi adalah keyakinan atau pemikiran yang salah dan tidak sesuai
dengan kenyataan namun tetap dipertahankan sekaipun dihadapkan pada
cukup banyak bukti mengenai pemikirannya yang salah itu. Delusi yang
biasanya muncul adalah bahwa penderita skizofrenia meyakini dirinya
tuhan, dewa, nabi, atau orang besar dan penting. Sementara halusinasi
yaitu persepsi panca indera yang tidak sesuai dengan kenyataan.
b. Kehilangan energi dan minat untuk menjalani aktivitas sehari-hari,
bersenang-senang maupun aktivitas seksual, berbicara hanya sedikit,
gagal menjalin hubungan yang dekat dengan orang lain, tidak mampu
memikirkan konsekuensi dari tindakannya, menampilkan ekspresi emosi
yang datar, atau bahkan ekspresi emosional yang tidak sesuai dengan
konteks (misalnya seperti tiba-tiba tertawa atau marah-marah tanpa
alasan yang jelas).

Sedangkan secara umum, gejala skizofrenia dibagi menjadi:

a. Gejala-gejala positif
Gejala-gejala positif skizofrenia antara lain termasuk halusinasi, delusi,
gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-gejala ini disebut positif karena
merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh orang lain.
b. Gejala-gejala negatif
Gejala-gejala yang dimaksud dimaksud negatif karena merupakan
kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang
atau tidak mampu menampakkan atau mengekspresikan emosi pada
wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk beraktivitas, tidak dapat
menikmati kegiatan yang disenangi, dan kurannya kemampuan berbicara
(alogia) (Azizah, dkk, 2016).

Poltekkes Kemenkes Padang


16

B. Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri


1. Pengertian Defisit Perawatan Diri
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupan, kesehatan, dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya. Klien dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri
(Azizah, dkk, 2016).

Perawatan diri mencakup aktivitas yang dibutuhkan untuk memenuhi


kebutuhan sehari-hari, yang biasanya dikenal dengan istilah aktivitas
kehidupan sehari-hari (ADLs). Kegiatan perawatan diri tidak hanya
melibatkan apa yang harus dilakukan (kebersihan, mandi, berpakaian,
makan, dan toilet), tetapi juga berapa, kapan, dimana, dengan siapa, dan
bagaimana (Sutejo, 2019).

Keadaan seseorang yang mengalami kelainan dalam kemampuan untuk


melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara
mandiri disebut dengan defisit perawatan diri. Tidak ada keinginan klien
untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau
badan, bau nafas, dan penampilan tidak rapi (Sutejo, 2019).

2. Rentang Respon Defisit Perawatan Diri


Rentang respon defisit perawatan diri sebagai berikut :

Adaptif Maladaptif

-Pola perawatan diri -Kadangperawatan -Tidakmelakukan


Seimbang diri kadang tidak Perawatansaat stress

Gambar 2.1 : Rentang Respon Defisit Perawatan Diri

Poltekkes Kemenkes Padang


17

a. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stressor dan


mampu untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan
klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
b. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stressor
kadang-kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
c. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stressor (Dermawan, 2013).

3. Lingkup Defisit Perawatan Diri


Lingkup defisit perawatan diri menurut (Yusuf, AH, 2015) yaitu :
a. Kebersihan Diri
Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, pakaian kotor, bau
badan, bau nafas, dan penampilan tidak rapi.
b. Berpakaian dan berhias
Kurangnya minat dalam memilih pakaian yang sesuai, tidak menyisir
rambut, atau mencukur kumis.
c. Makan/minum
Mengalami kesukaran dalam mengambil, ketidakmampuan membawa
makanan/minuman dari piring/gelas ke mulut, dan makan hanya
beberapa suap.
d. Toileting
Ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan untuk melakukan defekasi
atau berkemih tanpa bantuan.

4. Batasan Karakteristik Defisit Perawatan Diri


Menurut Sutejo (2019) menyebutkan batasan karakteristik yang terdapat
pada lingkup defisit perawatan diri meliputi :
a. Defisit Perawatan Diri : Mandi (Bathing Self-Care Defisit)
Hal ini merupakan gangguan kemampuan melakukan atau menyelesaikan
aktivitas mandiuntuk diri sendiri. Batasan karakteristiknya meliputi :
1) Gangguan kemampuan mengeringkan tubuh
2) Gangguan kemampuan untuk mengakses kamar mandi

Poltekkes Kemenkes Padang


18

3) Gangguan kemampuan untuk mengakses air


4) Gangguan kemampuan untuk mengambil perlengkapan mandi
5) Gangguan kemampuan untuk mengatur air mandi
6) Gangguan kemampuan membasuh tubuh
b. Defisit Perawatan Diri : Berhias/berpakaian (Dressing Self-Care Deficit)
Hal ini merupakan gangguan kemampuan dalam melakukan atau
menyelesaikan aktivitas berpakaian/berhias untuk diri sendiri. Batasan
karakteristiknya meliputi :
1) Ketidakmampuan memilih pakaian
2) Ketidakmampuan memadupadankan pakaian
3) Ketidakmampuan mempertahankan penampilan yang memuaskan
4) Ketidakmampuan mengambil pakaian
5) Ketidakmampuan mengenakan pakaian pada bagian bawah tubuh
6) Ketidakmampuan mengenakan pakaian pada bagian atas tubuh
7) Ketidakmampuan memakai berbagai item pakaian ( mis : kemeja,
kaus kaki, sepatu)
8) Ketidakmampuan menggunakan resleting
9) Ketidakmampuan mengancingkan pakaian
c. Defisit Perawatan Diri : Makan (Feeding Self-Care Deficit)
Merupakan gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas makan. Batasan karakteristiknya meliputi :
1) Ketidakmampuan mengambil dan memasukkan makanan ke mulut
2) Ketidakmampuan menggunakan alat bantu
3) Ketidakmampuan mengunyah makanan
4) Ketidakmampuan membuka kontainer/wadah makanan
5) Ketidakmampuan mengambil cangkir
6) Ketidakmampuan meletakkan makanan ke alat makanan
7) Ketidakmampuan menyiapkan makanan untuk dimakan
8) Ketidakmampuan makan dengan tata cara yang bisa diterim
9) Ketidakmampuan menelan makanan
10) Ketidakmampuan menelan jumlah makanan yang memadai
11) Ketidakmampuan memegang alat makan

Poltekkes Kemenkes Padang


19

12) Ketidakmampuan menghabiskan makanan secara mandiri


d. Defisit Perawatan Diri : Toileting (Self-Toileting)
Merupakan gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
kegiatan toileting sendiri. Batasan karakteristik dalam gangguan defisit
perawatan diri meliputi gangguan :
1) Kemampuan untuk melakukan hygiene eliminasi secara komplet
2) Kemampuan untuk menyiram toilet
3) Kemampuan untuk memanipulasi pakaian untuk toileting
4) Kemampuan untuk mencapai toilet
5) Kemampuan untuk naik ke toilet
6) Kemampuan duduk di toilet

5. Etiologi Defisit Perawatan Diri


Etiologi defisit perawatan diri terdiri dari :
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor-faktor yang memengaruhi
terjadinya suatu kondisi. Faktor predisposisi defisit perawatan diri
meliputi :
1) Faktor Psikologis
Pada faktor ini, keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga klien menjadi begitu bergantungan dan perkembangan
inisiatifnya terganggu. Pasien gangguan jiwa, misalnya mengalami
defisit perawatan diri dikarenakan kemampuan realitas yang kurang.
Hal ini menyebabkan klien tidak peduli terhadap diri dan
lingkungannya termasuk perawatan diri.
2) Faktor Biologis
Pada faktor ini, penyakit kronis berperan sebagai penyebab klien tidak
mampu melakukan perawatan diri. Defisit perawatan diri disebabkan
oleh adanya penyakit fisik dan mental yang menyebabkan klien tidak
mampu melakukan perawatan diri. Selain itu, faktor herediter
(keturunan) berupa anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
juga turut menjadi penyebab.

Poltekkes Kemenkes Padang


20

3) Faktor Sosial
Faktor sosial ini berkaitan dengan dukungan dan latihan kemampuan
perawatan diri dan lingkungannya.

b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan defisit perawatan diri
meliputi penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau perseptual, cemas,
lelah, lemah yang dialami klien sehingga menyebabkan klien kurang
mampu melakukan perawatan diri (Sutejo, 2019).

6. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri


Menurut Sutejo (2019) tanda dan gejala yang tampak pada klien dengan
defisit perawatan diri antara lain :
a. Data Subjektif
Pada data subjektif ini didapatkan dari klien yang mengatakan tentang :
1) Malas mandi
2) Tidak mau menyisir rambut
3) Tidak mau menggosok gigi
4) Tidak mau memotong kuku
5) Tidak mau berhias/berdandan
6) Tidak bisa atau tidak mau menggunakan alat mandi atau alat
kebersihan diri
7) Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum
8) BAK dan BAK sembarangan
9) Tidak membersihkan diri dan tempat BAK dan BAB setelah BAK dan
BAB
10) Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar
b. Data Objektif
1) Badan klien bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku
panjang
2) Tidak menggunakan alat-alat mandi saat mandi dan tidak mandi
dengan benar

Poltekkes Kemenkes Padang


21

3) Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, serta tidak
mampu berdandan
4) Pakaian tidak rapi, tidak mampu memilih, mengambil, memakai,
mengencangkan dan memindahkan pakaian, tidak memakai sepatu,
tidak mengancingkan baju atau celana
5) Memakai barang-barang yang tidak perlu dipakai dalam berpakaian,
misalnya memakai pakaian berlapis-lapis, penggunaan pakaian yang
tidak sesuai. Melepas barang-barang yang perlu dalam berpakaian,
misalnya membuka baju atau telanjang
6) Makan dan minum sembarangan serta berceceran, tidak menggunakan
alat makan, tidak mampu (menyiapkan makanan, memindahkan
makanan ke alat makan misalnya dari panci ke piring atau mangkok,
tidak mampu menggunakan sendok dan tidak mengetahui fungsi alat-
alat makan), memegang alat makan, membawa makanan dari piring ke
mulut, mengunyah, menelan makanan secara aman dan menghabiskan
makanan
7) BAK dan BAB tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri
setelah BAK dan BAB, tidak mampu menjaga kebersihan toilet dan
tidak mampu menyiram toilet setelah BAK dan BAB

Sedangkan menurut Direja (2011), tanda dan gejala defisit perawatan diri
terdiri atas :
1) Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air
mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta
masuk dan keluar kamar mandi.
2) Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar
pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan
pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat tambahan,

Poltekkes Kemenkes Padang


22

mengenakan kancing, meleapaskan pakaian,menggunakan kaos kaki,


mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan, dan
mengenakan sepatu.
3) Makan/minum
Klien memiliki ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas makan, mengunyah
makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan,
membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil
makanan dari wadah lalu memasukkannya ke mulut, mengambil cangkir
atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
4) BAK/BAB
Klien memiliki keterbatasan dalam mendapatkan jamban atau kamar
kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk
toileting, membersihkan diri setelah BAK/BAB dengn tepat, dan
menyiram toilet setelah BAK/BAB.

7. Proses Terjadinya Defisit Perawatan Diri


Keterbatasan perawatan diri pada klien gangguan jiwa biasanya diakibatkan
karena adanya stressor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien
mengakibatkan koping individu menjadi tidak efektif sehingga klien
mengalami harga diri rendah. Harga diri rendah tersebut bisa
mengakibatkan perasaan tidak mampu, pandangan hidup pesimis, dan
penolakan diri. Bila hal tersebut dibiarkan secara terus-menerus dalam
jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan berkurangnya perawatan diri
karena perubahan proses pikir. Penurunan perawatan diri dapat
menimbulkan resiko tinggi isolasi sosial dikarenakan timbulnya perasaan
tidak percaya diri dan tidak mampu untuk berhubungan dengan orang lain
(Fitria, 2012).

Poltekkes Kemenkes Padang


23

8. Dampak Defisit Perawatan Diri


a. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada
kuku.
b. Dampak Psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial (Dermawan, 2013).

9. Mekanisme Koping
Mekanisme koping pada pasien dengan defisit perawatan diri adalah :
a. Regresi : kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan merupakan ciri
khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini.
b. Penyangkalan : menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan
mengingkari realitas tersebut.
c. Menarik diri : digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik
secara fisik maupun psikologis.
d. Intelektualisasi : penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk
menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya (Dalami,
2014).

10. SumberKoping
Menurut Sutejo (2019) sumber koping defisit perawatan diri mencakup
kemampuan personal (personal ability) akan :
a. Kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Berhias dan berdandan secara baik
c. Melaksanakan BAB/Bak secara mandiri
d. Mengidentifikasi perilaku kebersihan diri yang maladaptif

Poltekkes Kemenkes Padang


24

e. Kemampuan klien dalam mengubah perilaku maladaptif menjadi


perilaku adaptif

11. Penatalaksanaan Defisit Perawatan Diri


Menurut Azizah (2016) asuhan yang dapat dilakukan bagi klien yang tidak
dapat merawat diri adalah :
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaandiri
1) Bina hubungan saling percaya
2) Bicarakan tentang pentingnya kebersihan
3) Kuatkan kemampuan klien merawat diri
b. Membimbing dan menolong klien merawatdiri
1) Bantu klien merawat diri
2) Ajatkan ketrampilan secara bertahap
3) Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
c. Ciptakan lingkungan yangmendukung
1) Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi
2) Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijngkau oleh klien
3) Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien, misalnya
kamar mandi yang dekat dan tertutup
d. Terapi Farmakologi
1) Clorpromazine (CPZ)
Indikasi untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai
norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-
fungsi mental seperti waham, halusinasi, gangguan perasaan dan
perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi
kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan
melakukan kegiatan rutin. Efek samping terdiri dari sedasi,
gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatik, mulut
kering, kesulitan dalam miksi, dan defikasi, hidung tersumbat, mata
kabur, tekanan intra okuler meninggi), gangguan irama jantung,
gangguan ekstra piramidal, (distonia akut, akatshia,

Poltekkes Kemenkes Padang


25

sindromaparkinson/tremor, bradikinesia rigitas), gangguan endokrin,


metabolik, hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian
jangka panjang.
2) Haloperidol
Indikasi untuk berdaya berat dalam kemampuan menilai realita
dalam fungsi netral serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Efek
samping terdiri dari sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan
otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatik, mulut kering,
kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan
intraokuler meninggi, gangguan irama jantung).
3) Trihexy Phenidyl (THP)
Indikasi untuk segala jenis penyakit parkinson, termasuk paska
ensepalitis dan idiopatik, sindrom parkinson akibat obat misalnya
reserpin dan fenotiazine. Efek samping tediri dari sedasi dan inhibisi
psikomotor, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/
parasimpatik, mulut kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan
irama jantung).

C. Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Defisit Perawatan Diri


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan proses pertama dalam proses keperawatan. Tahap
pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis untuk
menentukan status keseahatan dan fungsional kerja serta respon klien pada
saat ini dan sebelumnya. Tujuan dari pengkajian keperawatan adalah untuk
menyusun database atau data dasar mengenai kebutuhan, masalah
kesehatan, dan respons klien terhadap masalah yang digunakan untuk
merumuskan masalah pasien dan sebagai rencana tindakan keperawatan
(Sutejo, 2017).

Poltekkes Kemenkes Padang


26

Menurut Azizah (2011) pengkajian asuhan keperawatan jiwa pada klien


dengan defisit perawatan diri terdiri dari :
a. Identitas
Biasanya identitas terdiri dari: nama klien, umur, jenis kelamin, alamat,
agama, pekerjaan, tanggal masuk, alasan masuk, nomor rekam medik,
keluarga yang dapat dihubungi, dan diagnosa medisnya. Hal ini dapat
dilihat pada rekam medik atau wawancara langsung pada klien bila
memungkinkan.
b. Alasan Masuk
Tanyakan pada klien atau keluarga mengenai apa yang menyebabkan
pasien atau keluarga datang ke rumah sakit atau dirawat dirumah sakit,
apa yang telah dilakukan oleh klien atau keluarga sebelumnya atau
dirumah untuk mengatasi masalah yang dialami oleh klien tersebut.
Biasanya masalah yang di alami pasien yaitu senang menyendiri, tidak
mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat murung, penampilan
acak-acakan, tidak peduli dengan diri sendiri dan mulai mengganggu
orang lain.
c. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor risiko atau faktor pencetus atau
penyebab utama timbulnya masalah kejiwaan yang dialami klien. Pada
klien yang mengalami defisit perawatan diri ditemukan adanya faktor
herediter mengalami gangguan jiwa, adanya penyakit fisik dan mental
yang diderita klien sehingga menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri. Ditemukan adanya faktor perkembangan dimana keluarga
terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu, menurunnya kemampuan realitas sehingga
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri serta didapatkan kurangnya dukungan dan situasi
lingkungan yang mempengaruhi kemampuan dalam perawatan diri.
d. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian atau pemeriksaan fisik difokuskan pada sistem dan fungsi
organ tubuh. Biasanya pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan

Poltekkes Kemenkes Padang


27

tanda-tanda vital (TTV), pemeriksaan secara keseluruhan tubuh yaitu


pemeriksaan head to toe dan juga mengobservasi penampilan klien,
biasanya penampilan klien tampak kotor dan acak-acakan.
e. Psikososial
1) Genogram
Penelusuran genetik yang menyebabkan atau menurunkan gangguan
jiwa. Biasanya menggambarkan klien dengan anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, dilihat dari pola komunikasi, pengambilan
keputusan dan pola asuh.
2) Konsep Diri
(1) Citra Tubuh
Kumpulan sikap individu yang disadari terhadap tubuhnya
termasuk persepsi masa lalu atau sekarang, perasaan tentang
ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi dirinya.
(2) Identitas Diri
Bagaimana persepsi tentang status dan posisi klien sebelum
dirawat, kepuasan klien terhadap sytatus atau posisi tersebut,
kepuasaan klien sebagai laki-laki atau perempuan.
(3) Peran
Bagaimana harapan klien terhadap tubuhnya, posisi, status, tugas
atau peran yang diembannya dalam keluarga, kelompok,
masyarakat dan bagaimana kemampuan klien dalam
melaksanakan tugas atau peran tersebut.
(4) Ideal Diri
Persepsi individu tentang bagaimana seharusnya ia berperilaku
berdasarkan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu.
(5) Harga Diri
Bagaimana persepsi klien terhadap dirinya dalam hubungannya
dengan orang lain dan bagaimana penilaian atau penghargaan
orang lain terhadap diri dan lingkungan klien.

Poltekkes Kemenkes Padang


28

3) Hubungan Sosial
Biasanya hubungan klien dengan orang lain sangat terganggu karena
penampilan klien yang kotor sehingga orang sekitar menghindari
klien. Adanya hambatan dalam behubungan dengan orang lain, minat
berinteraksi dengan orang lain.
4) Spiritual
Adapun aspek spiritual yang dapat dikaji kepada klien yaitu mengkaji
agama dan keyakinan yang dianut klien dan keluarga, pandangan dan
keyakinan diri klien, keluarga dan masyarakat setempat tentang
gangguan jiwa sesuai dengan norma budaya dan agama yang
dianutnya. Pada klien dengan gangguan jiwa, biasanya pandangan
klien terhadap agama dan keyakinannya terganggu karena klien tidak
menghiraukan lagi dirinya. Selain itu, juga perlu dikaji kegiatan
keagamaan yang dilakukan klien serta bagaimana pendapat klien
tentang ibadah tersebut, tetapi pada klien dengan gangguan jiwa
biasanya kegiatan ibadah tidak dilakukan.
f. Status Mental
1) Penampilan
Mengobservasi kerapian klien dalam penampilan dari ujung rambut
sampai ujung kaki, seperti rambut acak-acakan, kancing baju tidak
tepat, resleting tidak dikunci, baju terbalik, baju tidak diganti beberapa
hari, penggunaan pakaian yang tidak sesuai, cara berpakaian tidak
seperti biasanya terutama penggunaan pakaian yang tidak tepat sesuai
waktu, tempat, identitas, atau situasi kondisinya tidak sesuai.
2) Pembicaraan
Mengkaji bagaimana pembicaraan yang didapatkan pada klien, apakah
cepat, keras, gagap, inkoherensi, apatis, lambat, membisu, tidak
mampu memulai pembicaraan, pembicaraan berpindah-pindah dari
satu kalimat ke kalimat lainnya yang tidak berkaitan.

Poltekkes Kemenkes Padang


29

3) Aktivitas Motorik (Psikomotoik)


Mengkaji aktivitas motorik berkenaan dengan gerakan fisik dalam hal
tingkat aktivitas (letargik, tegang, gelisah, agitasi), jenis (tik, seringai,
tremor), dan isyarat tubuh atau manerisme yang tidak sesuai.
4) Afek dan Emosi
Afek adalah nada perasaan yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan yang menyertai suatu pikiran dan berlangsung relatif
lama dan dengan sedikit komponen fisiologis seperti kebanggan,
kekecewaan. Sedangkan alam perasaan (emosi) adalah manifestasi
afek yang ditampilkan ke luar disertai banyak komponen fisiologis
dan berlangsung relatif lebih singkat atau spontan seperti sedih,
ketakutan, putus asa, khawatir, atau gembira berlebihan. Kaji afek
yang terjadi pada klien seperti datar, tumpul, labil, atau tidak sesuai,
serta juga mengkaji emosi yang terjadi pada klien seperti sedih,
ketakutan, putus asa, khawatir, atau gembira.
5) Interaksi Selama Wawancara
Mengkaji keadaan yang ditampilkan klien saat wawancara seperti
bermusuhan, tidak kooperatif, mudah tersinggung, kontak mata
kurang (tidak mau menatap lawan bicara), defensif (selalu berusaha
mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya), atau curiga
(menunjukkan sikap tidak percaya pada orang lain).
6) Persepsi
Biasanya pasien berhalusinasi tentang ketakutan terhadap hal-hal
kebersihan diri baik halusinasi pendengaran, penglihatan serta
halusinasi perabaan yang membuat pasien tidak mau membersihkan
diri dan pasien mengalami depersonalisasi.
7) Proses Pikir
Mengkaji arus dan bentuk pikir klien, apakah terjadi gangguan atau
tidak yang dapat berupa sirkuntansial, tangensial, asosiasi longgar,
flight of idea, perseverasi, dereistik, otistik, maupun gangguan proses
pikir lainnya.

Poltekkes Kemenkes Padang


30

8) Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran adalah kemampuan individu melakukan hubungan
dengan lingkungan dan dirinya (melalui panca indera), mengadakan
pembatasan terhadap lingkungan atau dirinya (melalui perhatian).
Selanjutnya kaji tingkat kesadaran klien tersebut apakah mengalami
gangguan kesadaran secara kuantitas (kesadaran meninggi atau
menurun) atau secara kualitas (kesadaran berubah).
9) Memori (daya ingat)
Mengkaji kemampuan klien dalam mengingat hal-hal yang telah
terjadi (jangka panjang/jangka pendek/sesaat) dan mengkaji apakah
ada gangguan pada daya ingat klien seperti lupa, hiperamnesia,
paramnesia.
10) Tingkat Konsentrasi
Mengkaji tingkat konsentrasi klien dalam memperhatikan selama
wawancara atau berinteraksi, apakah terjadi gangguan atau tidak,
seperti konsentrasi yang mudah beralih atau tidak mampu
berkonsentrasi.
11) Kemampuan Menilai atau Mengambil Keputusan
Kaji kemampuan klien dalam menilai atau mengambil keputusan, hal
ini dapat dikaji dengan menggali keterlibatan klien dalam aktivitas,
bagaimana kemampuan klien dalam menilai sesuatu hal dan
bagaimana ia mengambil ia suatu keputusan terhadap sesuatu hal,
masalah atau peristiwa di lingkungan sekitarnya. Gangguan
kemampuan penilaian atau mengambil keputusan terbagi menjadi
gangguan ringan yang bilamana gangguan ini terjadi ia tetap dapat
mengambil keputusan secara sederhana tanpa bantuan orang lain,
sedangkan gangguan bermakna bilamana gangguan ini terjadi ia
tidak mampu mengambil keputusan dan perlu bantuan orang lain.
12) Daya Tilik Diri
Daya tilik diri merujuk pada pemahaman klien tentang sifat suatu
penyakit atau gangguan, kaji bagaimana klien menilai atau

Poltekkes Kemenkes Padang


31

memandang dirinya secara keseluruhan terhadap dirinya dan


lingkungan sekitarnya.
g. Kebutuhan Perencanaan Pulang
1) Perawatan Diri (Mandi)
Mengkaji kemampuan klien dalam perawatan diri secara mandiri,
biasanya klien jarang mandi, tidak mengetahui cara mandi yang baik,
klien jarang gosok gigi, tidak mencuci rambut, tidak menggunting
kuku, tubuh klien tampak kotor dan badan klien berbau.
2) Makan
Mengkaji pola makan klien, biasanya klien makan berantakan, cara
makan klien terganggu serta klien tidak memiliki kemampuan untuk
menyiapkan dan membersihkan alat makan.
3) Berpakaian
Biasanya pakaian klien tampak lusuh dan berantakan, pakaian
klientampak kotor, klien tidak mau mengganti pakaian, adanya
hambatan kemampuan dalam memilih dan menggunakan pakaian
yang sesuai dan tidak bisa berdandan.
4) BAB/BAK
Mengkaji kemampuan klien dalam BAB/BAK secara mandiri,
biasanya klien BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak mampu
melakukan hygiene eliminasi yang tepat, tidak bisa membersihkan
WC setelah BAB/BAK.
5) Istirahat
Mengkaji pola tidur dan kebiasaan tidur klien, mengkaji apakah klien
memiliki gangguan tidur seperti sulit tidur, bangun terlalu pagi,
terbangun saat tidur, gelisah saat tidur, atau berbicara saat tidur.
6) Penggunaan Obat
Mengkaji obat apa saja yang diterima klien, mengkaji kepatuhan klien
dalam minum obat apakah teratur atau tidak.

Poltekkes Kemenkes Padang


32

7) Aktivitas Dirumah
Terkadang klien tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari didalam
maupun diluar rumah secara mandiri, seperti berbelanja kebutuhan
harian, melakukan perjalanan secara mandiri, dan lain-lain.
h. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah suatu pola untuk menahan ketegangan yang
mengancam dirinya (pertahanan diri/maladaptif) atau untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi (mekanisme
koping/adaptif). Mengkaji reaksi klien bila menghadapi suatu
permasalahan, apakah menggunakan cara-cara yang adaptif seperti
berbicara dengan orang lain, mampu menyelesaikan masalah, teknik
relaksasi, berolahraga, ataukah menggunakan cara-cara maladaptif
seperti minum alkohol, reaksi lambat berlebihan, bekerja berlebihan,
menghindar, mencederai diri, dan lainnya.
i. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Biasanya pasien mengalami masalah psikososial seperti berinteraksi
dengan orang lain dan lingkungan. Biasanya disebabkan oleh kurangnya
dukungan dari keluarga, pendidikan yang kurang, masalah dengan sosial
ekonomi dan pelayanan kesehatan.
j. Pengetahuan
Kaji bagaimana pengetahuan klien atau keluarga saat ini tentang penyakit
atau gangguan jiwa yang dialami. Biasanya klien dengan defisit
perawatan diri mengalami gangguan kognitif sehingga tidak mampu
mengambil keputusan.

Poltekkes Kemenkes Padang


33

2. Pohon Masalah

Effect
Isolasi Sosial

Core Problem Defisit Perawatan Diri

Causa Harga Diri Rendah Kronis

Sumber : (Fitria, 2012)


Gambar 2.2 : Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis tentang respons
seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan
atau proses kehidupan yang aktual atau potensial (Sutejo, 2017).

Menuut Fitria (2012) diagnosa keperawatan yang muncul pada masalah


defisit perawatan diri berdasarkan pohon masalah defisit perawatan diri
yaitu :
a. Isolasi Sosial
b. Defisit Perawatan Diri
c. Harga Diri Rendah Kronis

4. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah metode pemberian perawatan langsung
kepada klien. Dalam perencaan keperawatan, perawat menetapkannya
berdasarkan hasil pengumpulan data dan rumusan diagnosis keperawatan
yang merupakan petunjuk dalam membuat tujuan dan asuhan keperawatan
untuk mencegah, menurunkan, atau mengeliminasi masalah kesehatan klien
(Sutejo, 2017).

Poltekkes Kemenkes Padang


34

a. Perencanaan Tindakan Keperawatan Untuk Diagnosa Isolasi Sosial


1) Tujuan Tindakan Keperawatan Untuk Klien
(a) Pasien mampu membina hubungan saling percaya.
(b) Pasien mampu menyadari isolasi sosial yang dialaminya.
(c) Pasien mampu berinteraksi secara bertahap dengan anggota keluarga
dan lingkungan sekitarnya.
(d) Pasien mampu berkomunikasi saat melakukan kegiatan rumah
tangga dan kegiatan sosial.

2) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Untuk Klien


(a) Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk klien : Membina hubungan
saling percaya, membantu klien mengenal penyebab isolasi sosial,
menmbantu klien mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan klien
berkenalan dengan 1 orang. Tahapan tindakan yang dapat dilakukan
meliputi :
(1) Bina hubungan saling percaya.
(2) Bantu klien menyadari perilaku isolasi sosial.
(3) Bantu klien mengenal penyebab isolasi sosial.
(4) Bantu klien mengetahui kerugian tidak berinteraksi dengan
orang lain dan keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
(5) Latih klien cara berkenalan dan bercakap-cakap secara bertahap
antara klien dengan anggota keluarga.
(6) Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
(b) Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk klien : Melatih klien berinteraksi
dengan 2-3 orang saat melakukan kegiatan harian. Tahapan tindakan
yang dapat dilakukan meliputi :
(1) Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial.
(2) Validasi kemampuan klien dalam berkenalan, beri pujian.
(3) Latih cara berinteraksi dengan 2 orang saat melakukan kegiatan
harian.
(4) Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

Poltekkes Kemenkes Padang


35

(c) Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk klien : Melatih klien berinteraksi


dengan 4-5 orang saat melakukankegiatan harian baru. Tahapan
tindakan yang dapat dilakukan meliputi :
(1) Evaluasi jadwal kegiatan harian klien.
(2) Validasi kemampuan klien berkenalan dan berinteraksi saat
melakukan kegiatan harian, beri pujian.
(3) Latih cara berkenalan dan berinteraksi dengan 3-4 orang saat
melakukan 2 kegiatan baru.
(4) Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
(d) Strategi pelaksanaan 4 (SP 4) untuk klien : Melatih klien berinteraksi
dengan orang lain saat melakukan kegiatan sosial. Tahapan tindakan
yang dapat dilakukan meliputi :
(1) Evaluasi jadwal kegiatan harian klien.
(2) Validasi kemampuan klien dalam berkenalan dengan 3-4 orang
saat melakukan 2 kegiatan.
(3) Latih cara berinteraksi dengan orang lain saat melakukan
kegiatan sosial.
(4) Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

3) Tujuan Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga


(a) Keluarga mampu mengenal masalah isolasi sosial.
(b) Keluarga mampu memutuskan untuk melakukan perawatan pada
klien isolasi sosial.
(c) Keluarga mampu merawat klien isolasi sosial dengan mengajarkan
dan mendampingi klien berinteraksi secara bertahap, berbicara saat
melakukan kegiatan rumah tangga dan kegiatan sosial.
(d) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang kondusif agar
klien mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
(e) Keluarga mampu mengenal tanda kekambuhan dan mencari
pelayanan kesehatan.

Poltekkes Kemenkes Padang


36

4) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga


(a) Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk keluarga :
(1) Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
klien.
2) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya isolasi
sosial.
3) Memberi kesempatan keluarga untuk memutuskan perawatan
klien.
4) Jelaskan cara merawat klien isolasi sosial.
5) Melatih dua cara merawat: berkenalan dan melakukan kegiatan
harian.
6) Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan
pujian.
(b) Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk keluarga :
(1) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala isolasi
sosial klien.
(2) Validasi kemampuan keluarga melatih klien berkenalan dan
berbicara saat melakukan kegiatan, berikan pujian.
(3) Jelaskan kegiatan rumah tangga yang dapat melibatkan klien
berbicara.
(4) Latih cara membimbing klien berbicara.
(5) Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan beri pujian.

(c) Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk keluarga :


(1) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala isolasi
sosial klien.
(2) Validasi kemampuan keluarga melatih klien berkenalan,
berbicara saat melakukan kegiatan harian dan rumah tangga,
berikan pujian.
(3) Jelaskan cara melatih klien bercakap-cakap dalam melakukan
kegiatan Jelaskan cara melatih keluarga mendampingi klien
melakukan kegiatan.
(4) Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan berikan pujian.

Poltekkes Kemenkes Padang


37

(d) Strategi pelaksanaan 4 (SP 4) untuk keluarga :


(1) Validasi kemampuan keluarga merawat/ melatih klien.
(2) Jelaskan cara melatih klien bercakap-cakap dengan orang lain
saat melakukan kegiatan sosial.
(3) Jelaskan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan, tanda
kambuh, dan rujukan (Dermawan, 2013).

b. Perencanaan Tindakan Keperawatan Untuk Diagnosa Defisit Perawatan


Diri
1) Tujuan Tindakan Keperawatan Untuk Klien
(a) Klien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.
(b) Klien mampu berhias atau berdandan secara mandiri.
(c) Klien mampu melakukan makan dengan baik.
(d) Klien mampu melakukan BAK/BAB secara mandiri.

2) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Untuk Klien


(a) Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk klien : Mendiskusikan
pentingnya kebersihan diri, cara merawat diri, dan melatih klien
tentang cara-cara perawatan diri (mandi). Tahapan tindakan yang
dapat dilakukan meliputi :
(1) Membina hubungan saling percaya.
(2) Jelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri.
(3) Jelaskan alat-alat yang diperlukan untuk menjaga kebersihan
diri.
(4) Jelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri.
(5) Bantu dan latih klien mempraktekkan cara menjaga kebersihan
diri atau mandi secara mandiri.
(6) Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
(b) Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk klien : Melatih klien
berpakaian/berhias dengan benar dan mandiri. Tahapan tindakan
yang dapat dilakukan meliputi :
(1) Evaluasi jadwal kegiatan harian klien.
(2) Jelaskan cara berpakaian/berhias.

Poltekkes Kemenkes Padang


38

(3) Berikan latihan dan membantu klien mempraktekkan cara


berpakaian/berhias secara mandiri (untuk klien laki-laki meliputi
latihan berpakaian, menyisir rambut, dan bercukur. Sedangkan
untuk klien wanita meliputi latihan berpakaian, menyisir rambut,
dan berhias).
(4) Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
(c) Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk klien : Melatih klien makan
dengan benar dan mandiri. Tahapan tindakan yang dapat dilakukan
meliputi :
(1) Evaluasi jadwal kegiatan harian klien.
(2) Jelaskan cara mempersiapkan makan.
(3) Jelaskan cara makan yang tertib.
(4) Jelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan.
(5) Bantu klien mempraktekan cara makan yang sesuai dengan
tahapan makan yang baik.
(6) Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
(d) Strategi pelaksanaan 4 (SP 4) untuk klien : Melatih klien BAK/BAB
pada tempatnya dan secara mandiri. Tahapan tindakan yang dapat
dilakukan meliputi :
(1) Evaluasi jadwal kegiatan harian klien.
(2) Jelaskan tempat BAK/BAB yang sesuai.
(3) Berikan latihan cara BAK/BAB secara mandiri.
(4) Jelaskan cara membersihkan diri setelah BAK/BAB.
(5) Jelaskan cara membersihkan tempat BAK/BAB.
(6) Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

3) Tujuan Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga


Tujuan tindakan keperawatan untuk keluarga yaitu agar keluarga
mampu merawat anggota keluarga yang mengalami defisit perawatan
diri.

Poltekkes Kemenkes Padang


39

4) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga


(a) Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk keluarga :
(1) Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
anggota keluarga dengan defisit perawatan diri.
(2) Jelaskan pengertian, tanda gejala defisit perawatan diri, dan
jenis defisit perawatan diri yang dialami klien serta proses
terjadinya defisit perawatan diri.
(3) Jelaskan cara merawat anggota keluarga dengan masalah defisit
perawatan diri.
(4) Latih keluarga cara merawat klien dengan defisit perawatan diri
: kebersihan diri.
(5) Latih keluarga mempraktekkan cara merawat secara langsung
kepada klien dengan defisit perawatan diri : kebersihan diri.
(6) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri klien dan
membantu klien dalam merawat diri sesuai jadwal yang telah
disepakati.
(7) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan
klien dalam perawatan diri.
(b) Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk keluarga :
(1) Evaluasi kemampuan keluarga mengenal masalah yang dialami
anggota keluarga dengan defisit perawatan diri.
(2) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih klien
dalam kebersihan diri, lalu beri pujian.
(3) Latih keluarga mempraktekkan cara kedua merawat klien
dengan defisit perawatan diri : berpakaian/berhias.
(4) Bimbing keluarga untuk membantu klien dalam
berpakaian/berhias.
(5) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri klien dan
membantu klien dalam merawat diri sesuai jadwal yang telah
disepakati.
(6) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan
klien dalam perawatan diri.

Poltekkes Kemenkes Padang


40

(c) Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk keluarga :


(1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih klien
dalam berpakaian/berhias, lalu beri pujian.
(2) Latih keluarga mempraktekkan cara ketiga merawat klien
dengan defisit perawatan diri : makan/minum.
(3) Bimbing keluarga untuk membantu klien dalam makan/minum.
(4) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri klien dan
membantu klien dalam merawat diri sesuai jadwal yang telah
disepakati.
(5) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan
klien dalam perawatan diri.
(d) Strategi pelaksanaan 4 (SP 4) untuk keluarga :
(1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih klien
dalam makan/minum, lalu beri pujian.
(2) Latih keluarga mempraktekkan cara keempat merawat klien
dengan defisit perawatan diri : BAK/BAB.
(3) Bimbing keluarga untuk membantu klien dalam BAK/BAB.
(4) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri klien dan
membantu klien dalam merawat diri sesuai jadwal yang telah
disepakati.
(5) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan
klien dalam perawatan diri.
(6) Jelaskan kepada keluarga mengenai follow-up klien setelah
pulang, tanda kambuh, dan rujukan (Damaiyanti, 2015).

c. Perencanaan Tindakan Keperawatan Untuk Diagnosa Harga Diri Rendah


1) Tujuan Tindakan Keperawatan Untuk Klien
(a) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
(b) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat dilakukan.
(c) Klien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan.
(d) Klien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan.

Poltekkes Kemenkes Padang


41

(e) Klien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih.

2) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Untuk Klien


(a) Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk klien : Mendiskusikan dan
mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
dan membantu klien menilai kemampuan yang dapat dilakukan serta
memilih kemampuan pertama yang akan dilatih . Tahapan tindakan
yang dapat dilakukan meliputi :
(1) Bina hubungan saling percaya.
(2) Identifikasi pandangan klien terhadap diri sendiri dan
pengaruhnya terhadap hubungan dengan orang lain
(3) Identifikasi dan diskusikan sejumlah kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki klien.
(4) Nilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini oleh klien
(5) Pilih kemampuan pertama yang akan dilatih
(6) Latih kemampuan pertama yang dipilih klien
(7) Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat
dilakukan klien
(8) Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
(b) Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk klien : Membantu klien memilih
kemapuan kedua yang akan dilatih. Tahapan tindakan yang dapat
dilakukan meliputi :
(1) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat
dilakukan saat ini.
(2) Bantu klien menyebutkan kemampuan yang masih dapat
dilakukan saat ini dan beri penguatan terhadap kemampuan diri
yang diungkapkan klien.
(3) Nilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini oleh klien.
(4) Pilih kemampuan kedua yang akan dilatih.
(5) Latih kemampuan kedua yang dipilih.
(6) Beri dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat
dilakukan klien.

Poltekkes Kemenkes Padang


42

(7) Anjurkan klien memasukkkan dalam jadwal kegiatan harian.


(c) Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk klien : Melatih klien melakukan
kemampuan ketiga yang ditetapkan atau dipilih klien. Tahapan
tindakan yang dapat dilakukan meliputi :
(1) Evaluasi jadwal kegiatan harian klien.
(2) Evaluasi kegiatan sebelumnya.
(3) Pilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan klien.
(4) Latih kemampuan ketiga yang dipilih klien.
(5) Beri dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat
dilakukan klien.
(6) Anjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal harian.
(d) Strategi pelaksanaan 4 (SP 4) untuk klien : Melatih klien melakukan
kemampuan keempat yang ditetapkan atau dipilih klien. Tahapan
tindakan yang dapat dilakukan meliputi :
(1) Evaluasi jadwal kegiatan harian klien.
(2) Evaluasi kegiatan sebelumnya.
(3) Pilih kemampuan keempat yang dapat dilakukan klien.
(4) Latih kemampuan keempat yang dipilih klien.
(5) Beri dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat
dilakukan klien.
(6) Anjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal harian.

3) Tujuan Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga


(a) Keluarga mampu membantu klien mengidentifikasi kemampuan
yang dimiliki klien.
(b) Keluarga mampu memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih
dimiliki klien.
(c) Keluarga dapat memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang
sudah dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan klien.
(d) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan
klien.

Poltekkes Kemenkes Padang


43

4) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga (Azizah,


2016)
(a) Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk keluarga :
(1) Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
klien.
(2) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah serta
proses terjadinya masalah yang dialami klien.
(3) Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki klien
dan puji klien atas kemampuannya.
(4) Jelaskan cara-cara merawat klien dengan harga diri rendah.
(5) Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan klien dirumah.
(b) Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk keluarga :
(1) Evaluasi kemampuan keluarga.
(2) Demonstrasikan cara merawat klien dengan harga diri rendah
dengan latihan terhadap kemampuan pertama yang dipilih klien.
(3) Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara
merawat klien dengan harga diri rendah seperti yang telah
perawat demonstrasikan sebelumnya.
(4) Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan beri pujian.
(c) Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk keluarga :
(1) Evaluasi kemampuan keluarga.
(2) Demonstrasikan cara merawat klien dengan harga diri rendah
dengan latihan terhadap kemampuan kedua yang dipilih klien.
(3) Latih keluarga mempraktekkan langsung merawat klien dengan
harga diri rendah dengan latihan terhadap kemampuan kedua
yang dipilih klien.
(4) Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan beri pujian.
(d) Strategi pelaksanaan 4 (SP 4) untuk keluarga :
(1) Evaluasi kemampuan keluarga.
(2) Demonstrasikan cara merawat klien dengan harga diri rendah
dengan latihan terhadap kemampuan ketiga yang dipilih klien.
(3) Latih keluarga mempraktekkan langsung merawat klien dengan

Poltekkes Kemenkes Padang


44

harga diri rendah dengan latihan terhadap kemampuan ketiga


yang dipilih klien.
(4) Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan beri pujian.
(5) Jelaskan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan, tanda
kambuh, dan rujukan.

Berikut intervensi keperawatan jiwa dengan diagnosa defisit perawatan diri,


harga diri rendah, dan isolasi sosial berdasarkan SDKI, SLKI, SIKI :

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Jiwa


No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1 Defisit Setelah dilakukan a. Dukungan Perawatan Diri
Perawatan asuhan Observasi :
Diri keperawatan jiwa, 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas
diharapkan perawatan diri sesuai usia
perawatan diri 2. Monitor tingkat kemandirian
meningkat dengan 3. Identifikasi alat bantu kebersihan diri,
kriteria hasil : berpakaian, berhias, dan makan
1. Kemampuan
mandi Terapeutik :
meningkat 1. Sediakan lingkungan yang terapeutik
2. Kemampuan (misal : suasana hangat, rileks, privasi)
mengenakan 2. Siapkan keperluan pribadi (misal :
pakaian parfum, sikat gigi, dan sabun mandi)
meningkat 3. Dampingi dalam melakukan perawatan
3. Kemampuan diri sampai mandiri
makan 4. Fasilitasi untuk menerima keadaan
meningkat ketergantungan
4. Kemampuan 5. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak
ke toilet (BAB mampu melakukan perawatan diri
dan BAK) 6. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
meningkat
5. Verbalisasi Edukasi :
keinginan 1. Anjurkan melakukan perawatan diri
melakukan secara konsisten sesuai kemampuan
perawatan diri
meningkat b. Dukungan Perawatan Diri : Mandi
6. Minat Observasi :
melakukan 1. Identifikasi usia dan budaya dalam
perawatan diri membantu kebersihan diri
meningkat 2. Identifikasi jenis bantuan yang
dibutuhkan

Poltekkes Kemenkes Padang


45

3. Monitor kebutuhan tubuh (misal :


rambut, mulut, kulit, kuku)
4. Monitor integritas kulit

Terapeutik :
1. Sediakan peralatan mandi (misal :
sabun, sikat gigi, shampo, pelembab
kulit)
2. Sediakan lingkungan yang aman dan
nyaman
3. Fasilitasi menggosok gigi, sesuai
kebutuhan
4. Fasilitasi mandi, sesuai kebutuhan
5. Pertahankan kebiasaan kebersihan diri
6. Berikan bantuan sesuai tingkat
kemandirian

Edukasi :
1. Jelaskan manfaat mandi dan dampak
tidak mandi terhadap kesehatan

c. Dukungan Perawatan Diri : Berpakaian


Observasi :
1. Identifikasi usia dan budaya dalam
membantu berpakaian/berhias

Terapeutik :
1. Sediakan pakaian pada tempat yang
mudah dijangkau
2. Sediakan pakaian pribadi, sesuai
kebutuhan
3. Fasilitasi mengenakan pakaian, jika
perlu
4. Fasilitasi berhias (misal : menyisir
rambut, merapikan kumis/jenggot)
5. Jaga privasi selama berpakaian
6. Berikan pujian terhadap kemampuan
berpakaian secara mandiri

Edukasi :
1. Informasikan pakaian yang tersedia
untuk dipilih, jika perlu
2. Ajarkan mengenakan pakaian, jika
perlu

Poltekkes Kemenkes Padang


46

d. Dukungan Perawatan Diri : Makan/Minum


Observasi :
1. Identifikasi diet yang dianjurkan
2. Monitor kemampuan menelan
3. Monitor status hidrasi pasien, jika perlu

Terapeutik :
1. Ciptakan lingkungan yang
menyenangkan selama makan
2. Atur posisi yang nyaman untuk
makan/minum
3. Lakukan oral hygiene sebelum makan,
jika perlu
4. Letakkan makanan di sisi mata yang
sehat
5. Sediakan sedotan untuk minum, sesuai
kebutuhan
4. Sediakan makanan dengan suhu yang
meningkatkan nafsu makan
5. Sediakan makanan dan minuman yang
disukai
6. Berikan bantuan saat makan/minum
sesuai tingkat kemandirian, jika perlu
7. Motivasi untuk makan di ruang makan,
jika tersedia

Edukasi :
1. Jelaskan posisi makanan pada pasien
yang mengalami gangguan penglihatan
dengan menggunakan arah jarum jam
(misal : sayur di jam 12, rendnag di jam
3)
2. Kolaborasi pemberian obat (misal :
analgesik, antiemetik), sesuai indikasi

e. Dukungan Perawatan Diri : BAB/BAK


Observasi :
1. Identifikasi kebiasaan BAB/BAK sesuai
usia
2. Monitor integritas kulit pasien

Terapeutik :
1. Buka pakaian yang diperlukan untuk
memudahkan eliminasi
2. Dukung penggunaan
toilet/commode/pispot/urinal secara
konsisten
3. Jaga privasi selama eliminasi

Poltekkes Kemenkes Padang


47

4. Ganti pakaian pasien setelah eliminasi,


jika perlu
5. Bersihkan alat bantu BAB/BAK setelah
digunakan
6. Latih BAB/BAK sesuai jadwal, jika
perlu
7. Sediakan alat bantu (misal : kateter
eksternal, urinal), jika perlu

Edukasi :
1. Anjurkan BAB/BAK secara rutin
2. Anjurkan ke kamar mandi/toilet, jika
perlu

2 Harga Diri Setelah dilakukan Promosi Harga Diri


Rendah asuhan Observasi :
keperawatan jiwa, 1. Identifikasi budaya, agama, ras, jenis
diharapkan harga kelamin, dan usia terhadap harga diri
diri meningkat 2. Monitor verbalisasi yang merendahkan diri
dengan kriteria sendiri
hasil : 3. Monitor tingkat harga diri setiap waktu,
1. Penilaian diri sesuai kebutuhan
positif
meningkat Terapeutik :
2. Perasaan 1. Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif
memiliki untuk diri sendiri
kelebihan atau 2. Motivasi menerima tantangan atau hal baru
kemampuan 3. Diskusikan pernyataan tentang harga diri
positif 4. Berikan umpan balik positif atas
meningkat peningkatan mencapai tujuan
3. Penerimaan 5. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang
penilaian meningkatkan harga diri
positif terhadap
diri sendiri Edukasi :
meningkat 1. Anjurkan mengidenifikasi kekuatan yang
4. Minat mencoba dimiliki
hal baru 2. Anjurkan mempertahankan kontak mata saat
meningkat berkomunikasi dengan orang lain
5. Konsentrasi 3. Anjurkan mengevaluasi perilaku
meningkat 4. Latih pernyataan atau kemampuan positif
6. Kontak mata diri
meningkat 5. Latih cara berpikir dan berperilaku positif
7. Perasaan malu
menurun
8. Perasaan tidak
mampu
melakukan
apapun

Poltekkes Kemenkes Padang


48

menurun

3 Isolasi Sosial Setelah dilakukan Promosi Sosialiasi


asuhan Observasi :
keperawatan jiwa, 1. Identifikasi kemampuan untuk berinteraksi
diharapkan dengan orang lain
keterlibatan sosial 2. Identifikasi hambatan dalam melakukan
meningat dengan interaksi dengan orang lain
kriteria hasil :
1. Minat interaksi Terapeutik :
meningkat 1. Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam
2. Verbalisasi suatu hubungan
isolasi 2. Motivasi berpartisipasi dalam
menurun mengembangkan suatu hubungan
3. Verbalisasi 3. Motivasi berinteraksi diluar lingkungan
ketidakamanan 4. Diskusikan kekuatan dan keterbatasan dalam
di tempat berkomunikasi dengan orang lain
umum 5. Berikan umpan balik positif pada setiap
menurun peningkatan kemampuan
4. Perilaku
menarik Edukasi :
menurun 1. Anjurkan berinteraksi dengan orang lain
5. Verbalisasi secara bertahap
perasaan 2. Anjurkan ikut serta kegiatan sosial dan
berbeda kemasyarakatan
dengan orang 3. Anjurkan berbagi pengalaman dengan orang
lain menurun lain
6. Afek murung / 4. Latih bermain peran untuk meningkatkan
sedih menurun kemampuan komunikasi
7. Kontak mata
membaik

5. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
ke status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Sutejo, 2017).

6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan
perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil
meningkatkan kondisi kesehatan klien. Evaluasi merupakan langkah

Poltekkes Kemenkes Padang


49

terakhir dalam proses keperawatan untuk mengetahui sejauh mana tujuan


dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan
cara membandingkan antara hasil akhir yang teramati dengan tujuan atau
kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dapat di bagi
menjadi 2 sebagai berikut :
a. Evaluasi proses (formatik) berfokus pada aktivitas proses keperawatan
dan hasil tindakan keperawatan yang disebut dengan evaluasi proses.
Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah melaksanakan
tujuan/tindakan keperawatan.
b. Evaluasi hasil (sumatif) adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini
bertujuan untuk menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan
yang telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis
ini adalah melakukan wawancara pada akhir pelayanan, menanyakan
respons klien dan keluarga terkait layanan keperawatan, dan
mengadakan pertemuan pada akhir layanan (Sutejo,2017).

Menurut Yusuf (2015), evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP yaitu


sebagai berikut :
S : Respons subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O : Respons objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A : Analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap ada, muncul masalah baru, atau ada
datayang kontraindikasi terhadap masalah yang ada.
P: Tindak lanjut berdasarkan hasil analisis respons klien.

Rencana tindak lanjut dapat berupa hal sebagai berikut (Kusumawati,


2012) :
a. Rencana dilanjutkan jika masalah tidak berubah.
b. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, sudah dilakukan semua
tindakan terapi hasil belum memuaskan.

Poltekkes Kemenkes Padang


50

c. Rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang


dengan masalah yang ada.
d. Rencana selesai jika tujuan sudah tercaai dan perlu mempertahankan
keadaan baru.

7. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang memuat seluruh
informasi yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosis keperawatan,
menyusun rencana keperawatan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan
keperawatan, yang disusun secara sistematis, valid, dan dapat
dipertanggung jawabkan secara moral dan hukum (Basri,dkk, 2020).

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian deskriptif
dengan desain studi kasus. Penelitian deskriptif bertujuan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan fakta – fakta mengenai populasi secara
sistematis dan akurat. Salah satu jenis penelitian deskriptif ialah studi kasus.
Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu
unit penelitian secara intensif (Rinaldi, 2017).

Penelitian ini untuk mendeskripsikan atau menggambarkan bagaimana


penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien dengan Defisit Perawatan
Diri di Ruang Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa. Prof. HB. Saanin Padang Tahun
2021.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Ruang Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa Prof. HB.
Saanin Padang. Rentang waktu penelitian mulai dari Januari 2021 sampai
dengan Juni 2021. Waktu penerapan asuhan keperawatan selama 7 hari dari
tanggal 13 Maret 2021 – 19 Maret 2021.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi yaitu keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sujarweni, 2014).

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh klien dengan skizofrenia yang di
diagnosa mengalami defisit perawatan diri di Ruang Cendrawasih Rumah
Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang. Pada bulan Maret 2021 terdapat
sebanyak 38 orang klien dengan skizofrenia yang mengalami defisit

Poltekkes Kemenkes Padang


51
52

perawatan diri yang berada di Ruangan Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa


Prof. HB. Saanin Padang.

2. Sampel
Sampel yaitu bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi
yang digunakan untuk penelitian (Sujarweni, 2014).

Sampel dalam penelitian yang dilakukan ini sebanyak 1 orang klien


skizofrenia yang mengalami defisit perawatan diri yang berada di Ruang
Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian yang dilakukan ini


menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel
dengan memilih sampel diantara populasi yang ada sebanyak 38 orang klien
yang disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian yang mewakili
karakteristik dari populasi yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi :
1) Klien skizofrenia dengan defisit perawatan diri yaitu tidak mampu
untuk melakukan perawatan diri : mandi, berdandan, makan/minum,
BAK/BAB.
2) Klien kooperatif dan dapat berkomunikasi verbal dengan cukup baik.
3) Klien bersedia menjadi responden dibuktikan dengan
penandatanganan surat persetujuan oleh klien atau perawat yang
bertanggung jawab.
b. Kriteria Eksklusi :
1) Klien skizofrenia gaduh dan gelisah
2) Klien tidak kooperatif
3) Klien belum dapat berkomunikasi dengan baik.

Penulis melakukan skrinning dengan menggunakan format skrinning klien


dengan defisit perawatan diri dan didapatkan hasilsebanyak 38 orang klien
yang mengalami defisit perawatan diri. Dari 38 orang klien dengan defisit
perawatan diri tersebut didapatkan 23 orang klien yang memenuhi kriteria

Poltekkes Kemenkes Padang


53

inklusi dan eksklusi. Kemudian penulis melakukan teknik simple random


sampling yaitu dengan cara mengundi nama-nama klien yang terjaring
sebanyak 23 orang dari hasil kriteria inklusi dan eksklusi tersebut dan
akhirnya didapatkan 1 orang klien sebagai partisipan.

D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dan dipermudah. Pembuatan instrumen harus mengacu pada
variabel penelitian, defenisi operasional, dan skala pengukurannya (Sujarweni,
2014). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Format skrinning keperawatan jiwa dengan masalah defisit perawatan diri.
2. Format pengkajian keperawatan terdiri dari: identitas pasien, alasan masuk,
faktor predisposisi, pemeriksaan fisik, psikososial, genogram, konsep diri,
dan program pengobatan.
3. Format analisa data terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik, data,
masalah, dan etiologi (pohon masalah).
4. Format diagnosa keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, diagnosa keperawatan, tanggal dan paraf ditemukannya masalah,
serta tanggal dan paraf dipecahkannya masalah.
5. Format rencana asuhan keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, diagnosa keperawatan,intervensi keperawatan.
6. Format implementasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, implementasi keperawatan,
dan paraf yang melakukan implementasi keperawatan.
7. Format evaluasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik,
hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, evaluasi keperawatan, dan paraf
yang mengevaluasi tindakan keperawatan.

E. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner,
kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan

Poltekkes Kemenkes Padang


54

narasumber. Data yang diperoleh dari data primer ini harus diolah lagi. Data
primer meliputi identitas klien, riwayat kesehatan klien, konsep diri, status
mental, pola aktivitas sehari-hari, dan pemeriksaan fisik klien.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang didapat dari catatan, buku, laporan-laporan.
Data yang diperoleh dari data sekunder ini tidak perlu diolah lagi
(Sujarweni, 2014). Data sekunder pada penelitian ini dapat diperoleh
langsung dari perawat dan data rekam medis klien di RSJ. Prof. HB. Saanin
Padang.

F. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan peneliti untuk
mengungkap atau menjaring informasi kuantitatif dari responden sesuai
lingkup penelitian. Teknik pengumpulan data terdiri dari :
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap
gejala yang tampak pada objek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti
mengobservasi langsung keadaan klien seperti keadaan umum klien,
ekspresi klien saat berkomunikasi, dan kegiatan yang dilakukan klien di
ruangan.
2. Wawancara
Wawancara adalah salah satu instrumen yang digunakan untuk menggali
data secara lisan. Hal ini harus dilakukan secara mendalam untuk
mendapatkan data yang valid dan detail. Dalam penelitian ini, peneliti
melakukan wawancara dengan partisipan menggunakan format pengkajian
yang telah disediakan mulai dari pengkajian identitas sampai kepada aspek
medik.
3. Pengukuran
Pada penelitian ini, dilakukan dengan metode pengukuran menggunakan
alat ukur pemeriksaan fisik, pengukuran tanda-tanda vital (nadi, suhu,
pernafasan, dan tekanan darah).

Poltekkes Kemenkes Padang


55

4. Studi Dokumentasi
Dokumentasi yang dilakukan yaitu pendokumentasian hasil pengkajian
analisa data, penegakkan diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, dan
evaluasi dari tindakan keperawatan (Sujarweni, 2014).

G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan dalam melakukan pengumpulan data
adalah :
1. Peneliti meminta izin penelitian dari institusi penulis yaitu Poltekkes
Kemenkes RI Padang.
2. Meminta surat rekomendasi ke Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang.
3. Meminta izin ke Direktur Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang.
4. Meminta izin ke Kepala Bidang Keperawatan Rumah Sakit Jiwa Prof. HB.
Saanin Padang.
5. Meminta izin ke Kepala Ruangan Rawat InapRumah Sakit Jiwa Prof. HB.
Saanin Padang untuk mengambil data peruangan dan izin dalam melakukan
penelitian.
6. Melakukan skrining terhadapklien isolasi sosial yang didapatkan dari ruang
rawat inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang tahun 2021.
7. Mendatangi responden dan menjelaskan tentang tujuan penelitian yang akan
dilakukan.
8. Informed Consent diberikan kepada responden.
9. Responden menandatangani Informed Consent, kemudian meminta waktu
responden untuk melakukan asuhan keperawatan.

H. Analisis Data
Data yang ditemukan saat pengkajian dikelompokan dan dianalisis berdasarkan
data subjektif dan objektif, sehingga dapat dirumuskan diagnosa keperawatan,
kemudian menyusun rencana keperawatan dan melakukan implementasi serta
evaluasi keperawatan dengan cara dinarasikan. Analisis selanjutnya
membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien dengan
teori yang ada serta penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB IV
DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN

Deskripsi kasus ini menjelaskan tentang ringkasan pelaksanaan asuhan


keperawatan pada klien defisit perawatan diri yang telah dilaksanakan di Rumah
Sakit Jiwa HB Saanin Padang yang dimulai tanggal 13 Maret 2021 – 19 Maret
2021. Gambaran asuhan keperawatan yang telah peneliti lakukan meliputi
pengkajian keperawatan merumuskan diagnosa keperawatan, merumuskan
intervensi keperawatan, melakukan implementasi keperawatan sampai melakukan
evaluasi keperawatan.

A. Deskripsi Kasus

1. Pengkajian

a. Identitas Klien

Tn.D merupakan seorang klien yang dirawat di Ruang Cendrawasih


Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang. Tn. D dirawat pada tanggal
26 Februari 2021. Pengkajian terhadap Tn.D dilakukan oleh penulis pada
tanggal 13 Maret 2021 pada pukul 10:00 WIB dan didapatkan identitas
klien yaitu berjenis kelamin laki-laki, anak ketiga dari enam bersaudara,
berusia 35 tahun, nomor rekam medik 02-81-40, beragama Islam,
pendidikan terakhir SMK, dan bertempat tinggal di Jorong Talang Barat,
Kel. Talang Babungo, Kec. Hiliran Gumanti, Kab.Solok, sebelum sakit ia
bekerja sebagai kuli bangunan.
b. Alasan Masuk
Tn.D masuk Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang pada tanggal 26
Februari 2021 melalui IGD diantar oleh ayah kandung dan kakak laki-
lakinya karena klien gelisah semenjak 1 hari sebelum masuk rumah sakit,
mengamuk tanpa sebab, emosi labil, semenjak 1 minggu terakhir sebelum
masuk rumah sakit klien sering mengurung diri dikamar, klien ingin
memukul ibunya dengan kayu, tidur kurang, dan kebersihan diri kurang.

Poltekkes Kemenkes Padang


56
57

c. Keluhan Utama
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 13 Maret 2021, klien
mengatakan lebih suka menyendiri dibanding berinteraksi dengan teman-
temannya, karena menurut klien tidak ada hal yang akan ia bicarakan
dengan teman-temannya, ia merasa malu dengan kondisinya saat ini. Klien
juga mengatakan saat ini ia merasa tidak memiliki kemampuan untuk
melakukan aktivitas apapun dan juga ia mengatakan bahwa saat ini ia
merasa tidak berguna lagi bagi keluarganya karena tidak bisa membantu
mencari nafkah. Saat interaksi, kontak mata klien kurang serta klien tidak
mampu menatap lawan bicaranya. Selain itu, saat diwawancara klien
menjawab seadanya dan terkadang juga menjawab dengan berbelit-belit
namun tetap sampai ke tujuan pembicaraan. Penampilan klien tampak tidak
rapi, badan berdaki dan bau, tampak menggaruk badan dan kaki, kuku
panjang dan kotor, rambut panjang dan kusut, gigi kotor dan kuning, mulut
bau, jenggot tampak panjang, klien tidak pernah mandi sejak 2 bulan
terakhir. Klien mengatakan bahwa selama dirawat terkadang ia hanya
mandi 1 kali sehari, jarang gosok gigi dan menyisir rambut, tidak
mencukur jenggot, jarang memotong kuku, saat makan klien tampak
berserakan dan terkadang tampak tidak mencuci tangan sebelum makan
serta tidak mencuci gelasnya setelah makan, ia hanya meninggalkan gelas
dan peralatan makannya di meja makan.
d. Faktor Predisposisi
1) Gangguan Jiwa di Masa Lalu
Klien mengatakan sudah mengalami sakit sejak tahun 2016 dan
sekarang dirawat untuk yang ketiga kalinya, dirawat terakhir kali pada
tahun 2019.
2) Pengobatan Sebelumnya
Klien sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa Prof. HB.
Saanin Padang terakhir tahun 2019 dan mendapatkan pengobatan.
Setelah pulang rawat pada tahun 2019 klien cuma 1 kali kontrol ke Poli

Poltekkes Kemenkes Padang


58

Rumah Sakit Jiwa Prof.HB. Saanin Padang, namun setelah itu klien
putus obat hingga akhirnya kembali di rawat pada 26 Februari 2021.
3) Trauma
Trauma terbagi atas empat bagian yaitu aniaya fisik, aniaya seksual,
penolakan, dan kekerasan dalam keluarga. Untuk aniaya fisik klien
mengatakan ia tidak pernah menjadi pelaku atau korban aniaya fisik.
Untuk aniaya seksual, klien mengatakan ia tidak pernah menjadi pelaku
atau korban aniaya seksual. Untuk penolakan, klien mengatakan tidak
mengalami penolakan sosial baik keluarganya namun masyarakat
sekitar rumahnya mulai menjauji klien karena penyakit yang dialami
klien. Untuk kekerasan dalam keluarga, klien sebelumnya melakukan
kekerasan kepada keluarga yaitu memukul ibunya dengan kayu.
4) Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga klien yang mengalami
gangguan jiwa.
5) Pengalaman Masa Lalu yang Tidak Menyenangkan
Diketahui dari status pasien, klien memiliki pengalaman masa lalu yang
tidak menyenangkan yaitu pernah terjatuh dari motor, kepala terbentur
dan dirawat di RSUD Solok pada tahun 2016.
e. Pemeriksaan Fisik
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik pada klien didapatkan TD : 115/80
mmHg, Nadi : 84 x/i, Pernafasan : 19 x/i, Suhu : 36,5 oC. Tinggi badan
klien 160 cm, berat badan klien 50 kg, dan IMT 19,53 kg/m2.
f. Psikososial
1) Genogram
Klien mengatakan kedua orangtuanya masih hidup, klien tinggal
bersama kedua orang tuanya, 1 kakak laki-laki dan 1 adik
perempuannya. Klien tinggal serumah berlima orang. Klien merupakan
anak ketiga dari 6 orang bersaudara.
2) Konsep Diri
Konsep diri terdiri dari 5 bagian yaitu citra tubuh, identitas diri, peran
diri, ideal diri, dan harga diri. Pada citra tubuh, klien mengatakan ia

Poltekkes Kemenkes Padang


59

menyukai semua angota tubuhnya. Pada identitas diri, klien mengatakan


dirinya seorang laki-laki, klien mengatakan bahwa ia anak ketiga dari 6
orang bersaudara. Pada peran, klien mengatakan bahwa ia sebagai anak
dirumahnya dan sebelum sakit ia ikut membantu mencari nafkah
sebagai kuli bangunan. Untuk ideal diri, klien ingin pulang, cepat
sembuh dan ingin kembali bekerja sebagai kuli bangunan. Dan pada
harga diri, klien mengatakan bahwa saat ini ia merasa malu karena
penyakit yang dialaminya.
3) Hubungan Sosial
Hubungan sosial terdiri atas tiga bagian yaitu orang terdekat, peran
serta dalam kelompok masyarakat, dan hambatan berhubungan dengan
orang lain. Klien mengatakan orang terdekatnya adalah ayah
kandungnya karena sebelum sakit ia ikut bekerja bersama ayahnya
sebagai kuli bangunan dan lebih banyak menghabiskan waktu bersama
ayahnya. Namun selama dirawat dirumah sakit, klien mengatakan tidak
memiliki teman terdekat. Untuk peran serta dalam kegiatan kelompok/
masyarakat, klien mengatakan ia tidak ada berperan serta dalam
kegiatan kelompok/masyarakat sejak sakit, sebelum sakit klien ikut
berperan serta dalam kegiatan masyarakat seperti kegiatan kerja bakti
dilingkungan sekitar rumahnya. Sedangkan untuk hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain, klien tidak memiliki hambatan dalam
hubungan dengan orang lain di sekitarnya saat ia sehat. Namun selama
sakit, klien mengatakan ia malas berinteraksi dengan sekitarnya karena
ia merasa malu dengan kondisinya saat ini dan merasa tidak ada hal
penting yang ingin ia bicarakan, klien lebih senang menyendiri, dan
klien juga mengatakan bahwa ia merasa orang-orang sekitar
menjauhinya karena penyakit yang diderita klien.
4) Spiritual
Klien mengatakan ia berkeyaninan beragama Islam, klien percaya
bahwa penyakit yang dideritanya merupakan ujian dari Allah SWT.
Untuk kegiatan ibadah, klien mengatakan sebelum sakit ia selalu

Poltekkes Kemenkes Padang


60

melaksanakan sholat 5 waktu. Semenjak dirawat klien jarang


melakukan ibadah sholat.
5) Status Mental
Penampilan klien tampak tidak rapi, terkadang memakan celana dengan
terbalik, badan berdaki dan bau, tampak menggaruk badan dan kaki,
kuku panjang kotor, rambut panjang dan kusut, gigi kotor dan kuning,
jenggot tampak panjang. Klien mengatakan ia jarang gosok gigi dan
menyisir rambut, tidak mencukur jenggot dan jarang memotong kuku.
Diketahui dari buku status, klien tidak pernah mandi sejak 2 bulan
terakhir.

Pembicaraan klien selama diwawancara klien berbicara dengan lambat,


tidak mampu memulai pembicaraan, hanya menjawab ketika ditanya
saja, apa yang ditanyakan jawabannya sesuai namun terkadang sedikit
berbelit-belit tetapi tetap sampai ke tujuan pembicaraan.

Aktivitas motorik klien tampak lesu, mengantuk, tidak melakukan


aktivitas apapun hanya duduk, tidur, makan, sering menyendiri dan
terkadang tampak tidak mengikuti kegiatan yang dilakukan bersama
seperti senam pagi, klien juga mengatakan saat ini merasa tidak
memiliki kemampuan untuk melakukan aktivitas apapun. Saat
dilakukan wawancara, klien terkadang terlihat gelisah.

Klien mengatakan ia merasa sedih dirawat di rumah sakit jiwa karena


jauh dari keluarga dan klien juga merasa sedih karena ia merasa diajuhi
oleh orang-orang sekitar, klien juga mengatakan khawatir jika
kondisinya tidak bisa sembuh namun kekhawatirannya itu masih bisa
dikontrol serta ia merasa saat ini ia tidak berguna bagi keluarganya
karena selama sakit ia tidak bisa lagi membantu mencari nafkah.

Afek klien saat diajak berinteraksi tampak labil. Interaksi selama


wawancara, klien sering menunduk (tidak menatap lawan bicara),

Poltekkes Kemenkes Padang


61

kontak mata kurang, cukup kooperatif dengan pertanyaan yang


diajukan.

Persepsi klien, ia mengatakan tidak ada mendengar atau melihat


bayangan atau suara yang tidak nyata. Proses pikir ketika
diwawancarai, klien menjawab pertanyaan dengan sederhana, namun
terkadang klien menjawab dengan sedikit berbelit. Isi pikir saat
diwawancara, klien sering bertanya kapan keluarganya menjemput ia
dari rumah sakit, ia mengatakan ingin segera pulang dan kembali
bekerja serta isi pikir klien tidak memiliki rasa curiga terhadap orang
lain.

Tingkat kesadaran saat dilakukan interaksi, klien dalam keadaan sadar


namun sering tampak bingung, dan klien mengetahui dimana
keberadaannya saat ini.

Memori daya ingat jangka pendek tidak terganggu dibuktikan dengan


klien mampu menyebutkan nama hari, nama orang tua, nama saudara-
saudaranya dan mampu menyebutkan kegiatan-kegiatan yang ia
lakukan. Untuk daya ingat jangka panjang tampak tergangu dibuktikan
dengan klien tidak mengingat bahwa ia pernah terjatuh dari motor pada
tahun 2016.

Tingkat konsentrasi dan berhitung klien saat dilakukan interaksi,


terkadang klien sering mengulangi kembali pertanyaan yang diajukan
kepadanya, kurang berkonsentrasi, dan cendrung mudah teralihkan.

Dalam kemampuan penilaian, klien mampu menentukan pilihan dan


mengambil keputusan sederhana dengan diberikan sedikit bantuan
perawat, misalnya klien mampu memilih melakukan aktivitas mandi
terlebih dahulu sebelum makan.

Poltekkes Kemenkes Padang


62

Daya tilik diri, klien mengatakan ia menyadari penyebab ia dibawa ke


rumah sakit jiwa yaitu karena ia ingin memukul ibunya dengan kayu
dan mengamuk tanpa sebab sehingga ia dibawa ke rumah sakit oleh
orang tua laki-laki dan kakak laki-lakinya, klien mengatakan tidak
menyalahkan orang lain terhadap keadaannya saat ini.
6) Kebutuhan Persiapan Pulang
Kebutuhan persiapan pulang terdiri dari 9 bagian yaitu :
(a) Makan
Klien makan 3 kali sehari dengan lauk dan sayur tanpa ada
pantangan dan alergi. Saat makan, klien tampak makan berserakan
dan setelah makan klien tampak menaruh gelas nya di meja dan
tidak mencucinya.
(b) BAB/BAK
Klien mengatakan BAB 1 kali sehari, dan BAK 6-7 kali sehari.
Klien juga mengatakan bahwa selama dirawat ia pernah BAK di
tengah halaman ruang rawat inap.
(c) Mandi
Klien mengatakan biasanya ia mandi 1-2 kali sehari, tetapi jarang
menggosok gigi dan klien masih terlihat kotor dan gigi juga kotor.
(d) Berpakaian/berhias
Klien terkadang tampak memakai celana dengan terbalik, dan juga
belum bisa berhias/bercukur sendiri.
(e) Istirahat dan Tidur
Klien mengatakan biasanya ia sering tidur siang dari siang hingga
sore. Saat tidur malam, klien mengatakan dapat tidur malam
dengan nyenyak dan jarang terbangun. Kegiatan klien sebelum dan
sesudah tidur yaitu ketika akan tidur klien hanya mencuci wajah,
tidak mencuci kaki dan tidak menggosok gigi ketika akan tidur.
(f) Penggunaan Obat
Selama dirawat, klien mengonsumsi obat secara teratur 3 kali
sehari dengan bantuan minimal dari perawat. Klien mengatakan
kurang mengetahui apa saja obat yang dikonsumsinya.

Poltekkes Kemenkes Padang


63

(g) Pemeliharaan Kesehatan


Klien mengatakan akan merawat dirinya sendiri. Klien juga
mengatakan jika sudah diperbolehkan pulang nanti ia akan teratur
minum obat dan jika obatnya sudah habis ia tetap akan melanjutkan
pengobatannya secara rutin.
(h) Kegiatan Didalam Rumah
Klien mengatakan sebelum sakit, biasanya saat dirumah ia
membantu membersihkan rumah dan halaman rumahnya serta
terkadang juga membantu memasak nasi jika nasi dirumahnya
habis.
(i) Kegiatan Diluar Rumah
Klien mengatakan bahwa sebelum sakit ia bekerja sebagai seorang
kuli bangunan bersama ayahnya, dan terkadang berkumpul bersama
tetangga sekitar rumahnya. Sejak 2 bulan terakhir, klien sering
bergelandangan di jalan dari pagi dan pulang kerumah malam hari.
7) Mekanisme Koping
Mekanisme koping terdiri dari 2 yaitu mekanisme koping adaptif dan
mekanisme koping maladatif. Untuk mekanisme kopingadaptif, klien
mampu menyelesaikan masalah sederhana dengan bantuan orang lain.
Sedangkan untuk mekanisme koping maldaptif, terkadang jika
keinginannya tidak terpenuhi dan saat ia sedang sakit kepala, klien
sering marah tanpa sebab.
8) Masalah Psikososial dan Lingkungan
Masalah psikososial dan lingkungan terdiri dari 6 bagian yaitu masalah
dengan dukungan kelompok, masalah berhubungan dengan lingkungan,
masalah dengan pendidikan, masalah dengan perumahan, masalah
dengan ekonomi, dan masalah dengan pelayanan kesehatan.

Masalah dengan dukungan kelompok, klien mengatakan sebelum sakit


ia bisa diterima dan tidak diasingkan dalam kelompok masyarakat
sekitar rumahnya. Namun semenjak ia sakit, masyarakat sekitar
rumahnya mulai memiliki penilaian berbeda kepada dirinya.

Poltekkes Kemenkes Padang


64

Masalah berhubungan dengan lingkungan, klien mengatakan semenjak


ia sakit, orang-orang disekitar rumahnya menjauhi klien karena
penyakit yang dialami klien. Saat dilakukan interaksi bersama klien,
klien tampak sering menyendiri dan jarang berinteraksi dengan orang
lain, klien banyak diam dan duduk sendiri, terkadang tampak sering
tidur. Klien juga mengatakan bahwa ia malas untuk berbincang-bincang
dengan teman-temannya dan menurutnya tidak ada hal penting yang
akan ia bicarakan serta ia merasa malu dengan kondisinya saat ini.

Klien mengatakan ia menyelesaikan pendidikan hingga SMK.


Selanjutnya, klien mengatakan ia tinggal bersama kedua orangtuanya, 1
kakak laki-laki, 1 adik perempuan dan tidak ada masalah dengan
perumahan.

Untuk masalah ekonomi, klien mengatakan sebelum sakit ia mampu


menghasilkan uang sendiri dengan bekerja sebagai kuli bangunan dan
untuk membayar biaya rumah sakit, klien menggunakan BPJS. Klien
juga mengatakan tidak ada masalah dengan pelayanan kesehatan.
9) Pengetahuan
Klien mengatakan ia menyadari tentang penyakit yang dideritanya
namun klien kurang mengetahui tentang obat yang dikonsumsinya.
10) Aspek Medik
Tn. D dirawat dengan diagnosa skizofrenia paranoid. Terapi medik
yang didapatkan Tn.D terdiri dari risperidon 2x2 mg dan lorazepam
1x1 mg.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit Perawatan Diri
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan terhadap Tn.D
didapatkan diagnosa utama keperawatan pada pasien yaitu defisit
perawatan diri ditandai dengan Tn.D mengatakan bahwa ia malas mandi

Poltekkes Kemenkes Padang


65

dan selama dirawat terkadang ia hanya mandi 1 kali sehari, jarang


menggosok gigi, jarang menyisir rambut, tidak bisa mencukur jenggotnya
sendiri, ia juga mengatakan tidak memotong kuku serta selama dirawat ia
pernah BAK tidak pada tempatnya (BAK di tengah halaman ruang rawat
inap. Dari hasil observasi yang dilakukan didapatkan Tn.D tampak
menggaruk badan dan kakinya, badan tampak berdaki dan berbau, gigi
tampak kotor dan kuning, rambut panjang dan kusut, kuku panjang dan
kotor, jenggot panjang, penampilan tampak tidak rapi, saat makan tampak
berserakan dan selain itu dari data buku status pasien diketahui bahwa
pasien tidak pernah mandi sejak 2 bulan terakhir.
b. Harga Diri Rendah
Diagnosa keperawatan kedua pada Tn.D yaitu harga diri rendah ditandai
dengan Tn.D mengatakan saat ini ia merasa tidak berguna bagi
keluarganya, perasaan tidak memiliki kemampuan untuk melakukan
aktivitas apapun serta perasaan malu dengan penyakit yang dideritanya.
Data hasil observasi didapatkan Tn.D tampak sering duduk menyendiri
dan tidak melakukan aktivitas apapun, berbicara lambat, tidak mampu
memulai pembicaraan, kontak mata kurang serta tidak mampu menatap
lawan bicaranya.
c. Isolasi Sosial
Diagnosa keperawatan ketiga pada Tn.D yaitu isolasi sosial ditandai
dengan Tn.D mengatakan ia lebih senang menyendiri, malas berbincang-
bincang atau berinteraksi dengan teman-temannya, merasa dijauhi oleh
orang-orang karena kondisinya saat ini serta ia juga mengatakan bahwa
selama dirawat dirumah sakit, ia tidak memiliki teman terdekat untuk
bercerita. Data hasil observasi didapatkan Tn.D tampak memisahkan diri
dari orang lain, jarang berbincang dengan sekitarnya dan terkadang
tampak tidak mengikuti kegiatan yang dilakukan bersama seperti senam
pagi, saat diwawancara kontak mata kurang, menjawab seadanya serta
kurang mampu berkonsentrasi.

Poltekkes Kemenkes Padang


66

3. Intervensi Keperawatan
a. Defisit Perawatan Diri
Diagnosa prioritas pertama yang diambil adalah defisit perawatan diri.
Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada
pasien yaitu sebagai berikut :
1) Diskusikan pentingnya kebersihan diri, cara merawat diri, dan latih
pasien tentang cara-cara perawatan diri
2) Latih pasien cara berpakaian/berhias dengan benar dan secara mandiri
3) Latih pasien cara makan/minum dengan baik dan benar
4) Latih pasien cara BAB/BAK dengan benar
b. Harga Diri Rendah
Diagnosa keperawatan prioritas kedua adalah harga diri rendah. Strategi
pelaksanaantindakan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien yaitu
sebagai berikut :
1) Diskusikan dan identifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien dan bantu pasien menilai kemampuan yang dapat
dipilih dengan cara latihan kegiatan pertama yang dipilih pasien
2) Latih pasien melakukan kemampuan kedua yang ditetapkan atau
dipilih pasien
3) Latih klien melakukan kemampuan ketiga yang ditetapkan atau dipilih
pasien
4) Latih klien melakukan kemampuan keempat yang ditetapkan atau
dipilih pasien
c. Isolasi Sosial
Diagnosa keperawatan prioritas ketiga adalah isolasi sosial. Strategi
pelaksanaannya sebagai berikut :
1) Bina hubungan saling percaya, bantu pasien mengenal penyebab isolasi
sosial, bantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain, dan ajarkan pasien berkenalan
dengan 1 orang
2) Latih pasien berinteraksi dengan 2-3 orang saat melakukan kegiatan
harian

Poltekkes Kemenkes Padang


67

3) Latih pasien berinteraksi dengan 4-5 orang saat melakukan kegiatan


baru
4) Latih pasien berinteraksi dengan orang lain saat melakukan kegiatan
sosial atau TAKS sesi 3 tentang bercakap-cakap dengan anggota
kelompok

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan.
Implementasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan dengan membuat strategi pelaksanaan
tindakan keperawatan pada pasien.
a. Defisit Perawatan Diri
1) Strategi Pelaksanaan 1
Strategi pelaksanaan 1 untuk pasien dilaksanakan pada hari Minggu, 14
Maret 2021 jam 11.00 WIB yaitu dengan cara membina hubungan
saling percaya dengan mengucapkan salam, perkenalan diri,
menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan, buat kontrak
asuhan dengan pasien, dan minta persetujuan pasien, mengidentifikasi
masalah perawatan diri yang ada pada pasien, menjelaskan pentingnya
menjaga kebersihan diri, menjelaskan alat-alat dan mengajarkan cara
membersihkan diri yang terdiri dari cara mandi, keramas, menggosok
gigi, memotong kuku dengan baik dan benar.
2) Strategi Pelaksanaan 2
Strategi pelaksanaan 2 untuk pasien dilaksanakan pada hari Senin, 15
Maret 2021 jam 10.00 WIB yaitu dengan cara mengevaluasi dan
memvalidasi kegiatan kebersihan diri pasien, memberikan pujian
kemudian mengajarkan cara berhias dan berdandan/bercukur kumis
pada Tn. D.
3) Strategi Pelaksanaan 3
Strategi pelaksanaan 3 untuk pasien dilaksanakan pada hari Selasa, 16
Maret 2021 jam 10.00 WIB dengan cara mengevaluasi kegiatan
kebersihan diri dan berhias/berdandan kemudian memberikan pujian,

Poltekkes Kemenkes Padang


68

selanjutnya mengajarkan pasien cara makan dan minum yang baik dan
benar serta cara membersihkan tempat makan/minum setelah
digunakan.
4) Strategi Pelaksanaan 4
Strategi pelaksanaan 4 untuk pasien dilaksanakan pada hari Rabu, 17
Maret 2021 jam 11.00 WIB dengan cara mengevaluasi kegiatan
kebersihan diri, berhias/berdandan, makan/minum yang baik dan benar
serta memberikan pujian, mengajarkan pasien cara BAB/BAK yang
baik dan benar serta cara membersihkan diri dan tempat setelah
BAB/BAK.
b. Harga Diri Rendah
1) Strategi Pelaksanaan 1
Strategi pelaksanaan 1 untuk pasien dilaksanakan pada hari Minggu, 14
Maret 2021 jam 13.00 WIB dengan cara membina hubungan saling
percaya dengan pasien, mengidentifikasi pandangan/penilaian pasien
tentang diri sendiri dan pengaruhnya terhadap hubungan dengan orang
lain, mengidentifikasi mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang dapat
dilakukan serta membantu pasien memilih kegiatan pertama yang akan
dilatih (merapikan tepat tidur), menjelaskan manfaat melakukan
kegiatan pertama dan melatih pasien melakukan kegiatan pertama yang
telah dipilih.
2) Strategi Pelaksanaan 2
Strategi pelaksanaan 2 untuk pasien dilaksanakan pada hari Senin, 15
Maret 2021 jam 11.00 WIB dengan mengevaluasi dan memvalidasi
kegiatan pertama yang telah dilatih sebelumnya, mengevaluasi manfaat
melakukan kegiatan pertama yang telah dilatih kemudian memberikan
pujian, setelah itu membantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan
latih, menjelaskan manfaat melakukan kegiatan kedua serta melatih
pasien melakukan kegiatan kedua yang telah dipilih (menyapu
ruangan).

Poltekkes Kemenkes Padang


69

3) Strategi Pelaksanaan 3
Strategi pelaksanaan 3 untuk pasien dilaksanakan pada hari Selasa, 16
Maret 2021 jam 12.30 WIB dengan mengevaluasi kegiatan pertama dan
kedua yang telah dilatih kemudian memberikan pujian, setelah itu
membantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan latih, menjelaskan
manfaat melakukan kegiatan ketiga serta melatih pasien melakukan
kegiatan ketiga yang telah dipilih (mencuci gelas dan mengelap meja
setelah makan).
4) Strategi Pelaksanaan 4
Strategi pelaksanaan 4 untuk pasien dilaksanakan pada hari Rabu, 17
Maret 2021 jam 13.00 WIB dengan mengevaluasi kegiatan pertama,
kedua dan ketiga yang telah dilatih kemudian memberikan pujian,
setelah itu membantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan latih,
menjelaskan manfaat melakukan kegiatan keempat serta melatih pasien
melakukan kegiatan keempat yang telah dipilih (mengepel lantai
ruangan rawat inap).
c. Isolasi Sosial
1) Strategi Pelaksanaan 1
Strategi pelaksanaan 1 untuk pasien dilaksanakan pada hari Selasa, 16
Maret 2021 jam 13.30 WIB dengan cara membina hubungan saling
percaya dengan pasien, membantu pasien mengenal masalah isolasi
sosial seperti mengidentifikasi penyebab isolasi sosial, tanda gejala
isolasi sosial, akibat isolasi sosial, manfaat berkenalan dan berinteraksi
dengan orang lain, kemudian melatih pasien berkenalan dengan 1
orang.
2) Strategi Pelaksanaan 2
Strategi pelaksanaan 2 untuk pasien dilaksanakan pada hari Rabu, 17
Maret 2021 jam 14.00 WIB dengan cara mengevaluasi dan memvalidasi
kemampuan pasien berkenalan dengan 1 orang, mengevaluasi manfaat
berkenalan dengan 1 orang kemudian memberikan pujian, selanjutnya
melatih pasien berkenalan dengan 2-3 orang baru.

Poltekkes Kemenkes Padang


70

3) Strategi Pelaksanaan 3
Strategi pelaksanaan 3 untuk pasien dilaksanakan pada hari Kamis, 18
Maret 2021 jam 09.00 WIB dengan mengevaluasi dan memvalidasi
kemampuan pasien berkenalan dengan 1-3 orang kemudian
memberikan pujian, setelah itu melatih pasien berkenalan dengan 4-5
orang baru lainnya.
4) Strategi Pelaksanaan 4
Strategi pelaksanaan 4 untuk pasien dilaksanakan pada hari Jumat, 19
Maret 2021 jam 10.00 WIB dengan mengevaluasi dan memvalidasi
kemampuan pasien berkenalan dengan 4-5 orang kemudian
memberikan pujian, setelah itu melatih pasien berinteraksi dengan
orang lain sambil melakukan kegiatan sosial (TAKS sesi 3).

5. Evaluasi Keperawatan
a. Defisit Perawatan Diri
Evaluasi keperawatan terhadap strategi pelaksanaan 1 kepada pasien
dengan defisit perawatan diri dilakukan pada tanggal 15 Maret 2021 jam
09:00 WIB didapatkan hasil yaitu pasien tampak lebih bersih yang ditandai
dengan pasien telah mandi 2 kali sehari, telah berkeramas, telah
menggosok gigi, dan telah memotong kuku. Evaluasi pada strategi
pelaksanaan 2 dilakukan pada tanggal 15 Maret 2021 jam 11:30 WIB
didapatkan hasil yaitu pasien telah memotong rambut dan jenggotnya
sehingga penampilan pasien tampak lebih rapi, pasien juga sudah mengerti
cara berhias/berdandan dan dapat mempraktekkannya. Evaluasi pada
strategi pelaksanaan 3 dilakukan pada tanggal 16 Maret 2021 jam 13:00
WIB didapatkan hasil yaitu pasien sudah mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan, sudah dapat mencuci gelas setelah makan, dan pasien
makan sudah tidak berserakan. Evaluasi pada strategi pelaksanaan 4
dilakukan pada tanggal 17 Maret 2021 jam 12:15 WIB didapatkan hasil
yaitu pasien sudah dapat buang air di kamar mandi dan pasien juga
mengatakan sudah membersihkan diri dan tempat BAK/BAB setelah
digunakan.

Poltekkes Kemenkes Padang


71

b. Harga Diri Rendah


Evaluasi keperawatan terhadap strategi pelaksanaan 1 kepada pasien
dengan harga diri rendah dilakukan pada tanggal 14 Maret 2021 jam 14:00
WIB didapatkan hasil yaitu pasien mampu mengetahui kemampuan positif
yang ia miliki dan pasien sudah mampu melakukan kegiatan pertama yang
telah dilatih yaitu merapikan tempat tidur namun masih perlu dibimbing.
Evaluasi pada strategi pelaksanaan 2 dilakukan pada tanggal 15 Maret
2021 jam 11:30 WIB didapatkan hasil yaitu pasien telah mampu
melakukan kegiatan kedua yang dilatih (menyapu ruangan) tetapi tetap
dibimbing oleh perawat. Evaluasi pada strategi pelaksanaan 3 dilakukan
pada tanggal 16 Maret 2021 jam 13:00 WIB didapatkan hasil yaitu pasien
telah mampu mempraktekkan kegiatan ketiga yang telah dilatih (mencuci
gelas dan mengelap meja setelah makan) namun tetap diawasi. Evaluasi
pada strategi pelaksanaan 4 dilakukan pada tanggal 17 Maret 2021 jam
13:15 WIB didapatkan hasil yaitu pasien sudah mampu mempraktekkan
kegiatan keempat yang telah dilatih (mengepel lantai) tetapi tetap diawasi
serta pasien mengatakan ia merasa senang dan berguna dapat melakukan
kegiatan yang bermanfaat.
c. Isolasi Sosial
Evaluasi keperawatan terhadap strategi pelaksanaan 1 kepada pasien
dengan isolasi sosial dilakukan pada tanggal 16 Maret 2021 jam 14:00
WIB didapatkan hasil yaitu pasien bersedia berkenalan dengan perawat,
pasien bersedia menyebutkan nama dan nama panggilan yang disukai oleh
pasien saat berkenalan, pasien mulai bersedia menceritakan masalah yang
dialaminya, pasien bersedia diajarkan cara berkenalan dengan orang lain,
dan pasien mampu berkenalan 1 orang. Evaluasi pada strategi pelaksanaan
2 dilakukan pada tanggal 17 Maret 2021 jam 14:30 WIB didapatkan hasil
yaitu pasien bersedia diajarkan cara berkenalan dengan 2-3 orang, pasien
mengatakan telah mengerti cara berkenalan dengan 2-3 orang, serta pasien
telah mampu berkenalan dengan 2-3 orang temannya diruangan. Evaluasi
pada strategi pelaksanaan 3 dilakukan pada tanggal 18 Maret 2021 jam
09:30 WIB didapatkan hasil yaitu pasienbersedia diajarkan cara

Poltekkes Kemenkes Padang


72

berkenalan dengan 4-5 orang, pasien mengatakan telah mengerti cara


berkenalan dengan 4-5 orang, pasien mampu berkenalan dengan 4-5 orang
temannya diruangan, serta pasien sudah mampu berbaur dengan teman-
temannya yang lain. Evaluasi pada strategi pelaksanaan 4 dilakukan pada
tanggal 19 Maret 2021 jam 10:30 WIB didapatkan hasil yaitu pasien sudah
mampu berinteraksi dengan teman-temannya dalam kegiatan sosial, sudah
jarang menyendiri, dan tampak sudah berkumpul dengan teman-temannya
yang lain.

B. Pembahasan Kasus

Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan jiwa yang dilakukan pada Tn.D
dengan masalah defisit perawatan diri yang dilakukan sejak tanggal 13 Maret
2021 – 19 Maret 2021 di Ruangan Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa Prof. HB
Saanin Padang, maka dalam bab ini penulis akan membahas kesenjangan
antara teori dan kenyataan yang diperoleh sebagai hasil pelaksanaan studi
kasus. Penulis juga membahas kesulitan yang di temukan dalam memberikan
asuhan keperawatan terhadap Tn.D denga masalah defisit perawatan diri.
Dalam penyusunan asuhan keperawatan penulis melakukan proses yang
meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi
keperawatan dengan uraian sebagai berikut :

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Tahap pengkajian dimulai dari pengumpulan data hingga perumusan
kebutuhan atau masalah yang dialami klien. Data yang dikumpulkan
meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.

a. Identitas Pasien

Berdasarkan hasil pengkajian identitas pada pasien yang dilakukan oleh


penulis pada tanggal 13 Maret 2021 pada pukul 10:00 WIB didapatkan
identitas pasien yaitu berinisial Tn.D, berjenis kelamin laki-laki, anak
ketiga dari enam bersaudara, berusia 35 tahun, belum menikah, nomor
rekam medik 02-81-40, beragama Islam, pendidikan terakhir SMK,

Poltekkes Kemenkes Padang


73

bertempat tinggal di Jorong Talang Barat, Kel. Talang Babungo, Kec.


Hiliran Gumanti, Kab.Solok, sebelum sakit ia bekerja sebagai kuli
bangunan.

Terdapat kesesuaian penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dengan


penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2017) mengenai pengkajian
identitas pasien yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, dan pekerjaan pasien.

Menurut teori Prabowo (2014) menyebutkan bahwa pengkajian jiwa


meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan dan
alamat, sehingga dengan ini asumsi penulis tidak terdapat perbedaan
antara teori dengan kasus yang di temukan selama penelitian.
b. Keluhan Utama
Penelitian yang dilakukan pada Tn.D ditemukan data pasien masuk
Rumah Sakit Jiwa Prof HB. Saanin Padang pada tanggal 26 Februari
2021 dengan keluhan utama gelisah semenjak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit, mengamuk tanpa sebab, semenjak 1 minggu terakhir
sebelum masuk rumah sakit sering mengurung diri dikamar, pasien ingin
memukul ibunya dengan kayu, tidur kurang, kebersihan diri kurang
karena sejak 2 bulan terakhir tidak pernah mandi, badan berbau,
penampilan kotor dan tidak rapi.

Terdapat kesesuaian dalam penelitian ini dengan penelitian yang


dilakukan oleh Nababan (2017) dimana keluhan utama klien dengan
defisit perawatan diri didapatkan klien tidak mandi, berpakaian tidak
rapi, kotor, dan berbau.

Hal ini sesuai dengan teori Sutejo (2019) yang menjelaskan bahwa tanda
dan gejala yang tampak pada klien dengan defisit perawatan diri antara
lain badan klien bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku
panjang, rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, serta
tidak mampu berdandan, dan pakaian tidak rapi.

Poltekkes Kemenkes Padang


74

Berdasarkan data yang didapatkan dari Tn.D terdapat kesesuaian antara


kasus dengan konsep teori mengenai tanda dan gejala defisit perawatan
diri yang dialami oleh Tn.D sehingga dengan ini asumsi penulis tidak
terdapat perbedaan antara teori dan kasus yang di temukan selama
penelitian.

c. Faktor Predisposisi
Penelitian yang dilakukan pada Tn.D didapatkan faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya gangguan jiwa (defisit perawatan diri) pada
Tn.D adalah kemampuan realitas menurun dimana Tn.D tidak
memperdulikan dirinya karena sejak 2 bulan terakhir Tn.D
bergelandangan di jalanan dari pagi dan baru pulang kerumahnya di
malam hari, kurangnya dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
dari keluarga yang dibuktikan dengan Tn.D tidak pernah mandi semenjak
2 bulan terakhir.

Terdapat kesesuaian penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dengan


penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2017) dimana pada pasien
gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri adanya faktor predisposisi
seperti faktor kemampuan realitas dan faktor sosial.

Hal ini sesuai dengan teori Sutejo (2019) yang menyebutkan bahwa
faktor predisposisi penyebab defisit perawatan diri pada seseorang
dengan gangguan jiwa yaitu karena kemampuan realitas yang menurun
yang menyebabkan klien tidak peduli terhadap diri dan lingkungannya,
termasuk perawatan diri dan juga karena faktor sosial dimana faktor ini
berkaitan dengan kurangnya dukungan dan latihan kemampuan
perawatan diri. Situasi lingkungan juga mempengaruhi latihan
kemampuan seseorang dalam melakukan perawatan diri.

Asumsi penulis yaitu tidak terdapat perbedaan antara teori dan kasus
yang di temukan selama penelitian. Penulis menemukan bahwa faktor
predisposisi yang menyebabkan Tn.D mengalami defisit perawatan diri
yaitu karena faktor kemampuan realitas yang menurun dan faktor sosial.

Poltekkes Kemenkes Padang


75

d. Hubungan Sosial
Penelitian yang dilakukan pada Tn.D didapatkan data Tn.D mengatakan
orang terdekat adalah ayahnya. Tn. D juga mengatakan ia tinggal
bersama kedua orang tuanya, 1 kakak laki-laki dan 1 adik perempuannya.
Sebelum sakit ia ikut berperan serta dalam kegiatan masyarakat disekitar
rumahnya. Namun semenjak sakit, Tn.D tidak ada berperan serta di
lingkungan masyarakat sekitar. Tn.D juga mengatakan bahwa tetangga
sekitar rumah mulai menjauhinya akibat penyakit yang dialaminya. Tn.D
mengatakan malas berinteraksi dengan sekitar karena merasa malu
dengan kondisinya saat ini serta merasa dijauhi oleh orang-orang sekitar.
Saat dilakukan observasi, didapatkan Tn.D lebih sering menyendiri,
jarang berinteraksi dengan teman-temannya, terkadang tampak tidak
mengikuti kegiatan seperti senam pagi.

Terdapat kesesuaian penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh


Janah (2018), hubungan pasien dengan orang lain terganggu karena
pasien merasa minder karena kondisinya, merasa dijauhi dan malas untuk
berbicara dengan orang lain.

Gangguan pola hubungan sosial ini sesuai dengan teori yang


dikemukakan oleh Azizah (2011) yang menyatakan bahwa biasanya
hubungan klien dengan orang lain sangat terganggu karena penampilan
klien yang kotor sehingga orang sekitar menghindari klien. Adanya
hambatan dalam berhubungan dengan orang lain serta berkurangnya
minat berinteraksi dengan orang lain.

Asumsi penulis adalah tidak terdapat perbedaan antara teori dan kasus
yang di temukan selama penelitian. Penulis menemukan adanya
gangguan hubungan sosial pada Tn.D yang terjadi karena tidak adanya
dukungan dari lingkungan sekitar.

Poltekkes Kemenkes Padang


76

e. Status Mental
Penelitian yang dilakukan terhadap Tn.D didapatkan data Tn.D
mengatakan ia merasa sedih dirawat di rumah sakit jiwa karena jauh dari
keluarga dan merasa sedih dijauhi oleh orang-orang sekitar karena
kondisinya, ia juga khawatir jika penyakitnya tidak bisa sembuh namun
kekhawatirannya itu masih bisa dikontrol, ia juga merasa saat ini tidak
berguna bagi keluarganya karena selama sakit ia tidak bisa lagi
membantu mencari nafkah, saat dilakukan interaksi Tn.D berbicara
dengan lambat dan tidak mampu memulai pembicaraan serta afek tampak
labil.

Terdapat kesesuaian penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh


Janah (2018), dimana status mental pasien yaitu pasien mulai merasa
tidak berguna dalam keluarga, tidak mampu memulai pembicaraan
sehingga perawat yang pertama kali memulai pembicaraan dan respon
pasien terhadap stimulus terlihat labil.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Azizah (2011) yang
menyatakan bahwa biasanya alam perasaan (emosi) yang dialami oleh
klien dengan gangguan jiwa tampak seperti sedih, ketakutan, putus asa,
rendah diri, khawatir, atau gembira berlebihan dan pembicaraan yang
didapatkan pada klien dengan gangguan jiwa biasanya seperti
pembicaraan cepat, keras, atau lambat, gagap, apatis, dan tidak mampu
memulai pembicaraan.

Asumsi penulis adalah tidak terdapat perbedaan antara teori dengan kasus
yang di temukan selama penelitian terkait keadaan status mental yang
terjadi pada pasien dengan gangguan jiwa.

Poltekkes Kemenkes Padang


77

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap Tn.D ditemukan


diagnosa defisit perawatan diri, harga diri rendah dan isolasi sosial. Menurut
teori Fitria (2012) menyatakan bahwa pohon masalah pada pasien dengan
gangguan defisit perawatan diri yaitu harga diri rendah sebagai penyebab,
defisit perawatan diri sebagai coreproblem, dan isolasi sosial sebagai
akibatnya.
a. Defisit Perawatan Diri
Prioritas diagnosa keperawatan yang pertama pada Tn.D yaitu defisit
perawatan diri. Data yang memperkuat penulis mengangkat diagnosa
defisit perawatan diri yaitu pada Tn.D didapatkan data objektif pasien
tampak menggaruk badan dan kaki, badan tampak berdaki dan berbau,
gigi tampak kotor dan kuning, rambut panjang dan kusut, kuku panjang
dan kotor, jenggot panjang, penampilan tampak tidak rapi terkadang
pasien tampak memakai celana dengan terbalik, diketahui dari buku
status pasien tidak pernah mandi sejak 2 bulan terakhir, dan saat makan
pasien tampak makan masih berserakan dan terkadang tidak mencuci
tangan sebelum makan. Untuk data subjektif yang memperkuat penulis
mengangkat diagnosa defisit perawatan diri pada Tn.D yaitu didapatkan
pasien mengatakan malas melakukan perawatan diri, selama dirawat
terkadang ia hanya mandi 1 kali sehari, klien juga mengatakan jarang
menggosok gigi, jarang menyisir rambut, tidak mencukur jenggot, dan
jarang memotong kuku, serta selama dirawat ia pernah BAK tidak pada
tempatnya (BAK di tengah halaman ruang rawat inap).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2019) diagnosa


defisit perawatan diri diangkat berdasarkan hasil yang didapatkan selama
penelitian pada pasien Tn.D yaitu pasien mengalami kurangnya
perawatan diri akibat perubahan proses pikir sehingga aktivitas
perawatan diri menurun yang dapat dilihat dari kondisi pasien hanya
mandi satu kali sehari, saat mandi tidak menggosok gigi, tidak pakai
sabun, pasien tidak rapi, kumis dan jenggot panjang, rambut kotor , kuku

Poltekkes Kemenkes Padang


78

panjang dan kotor, serta makan berserakan.

Pernyataan dan keadaan pasien tersebut sesuai dengan teori Sutejo (2019)
yang menjelaskan bahwa tanda dan gejala yang tampak pada pasien
dengan defisit perawatan diri antara lain badan klien bau, kotor, berdaki,
gigi kotor, kuku panjang, rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot
tidak rapi, tidak mampu berdandan, pakaian tidak rapi, penggunaan
pakaian yang tidak sesuai, makan dan minum berceceran, serta BAK dan
BAB tidak pada tempatnya.

Menurut teori Keliat (2010) defisit perawatan diri tampak dari


ketidakmampuan merawat kebersihan diri yang meliputi mandi, berhias,
makan minum, dan toileting secara benar dan mandiri.

Asumsi penulis tidak terdapat perbedaan antara teori, hasil penelitian


orang lain dengan data diagnosa defisit perawatan diri yang penulis
temukan selama penelitian.

b. Harga Diri Rendah


Prioritas kedua diagnosa keperawatan pada Tn.D yaitu harga diri rendah.
Data yang mendukung penulis mengangkat diagnosa harga diri rendah
yaitu didapatkan data subjektif pasien mengatakan ia merasa tidak
berguna lagi bagi keluarganya karena tidak bisa membantu mencari
nafkah selama sakit dan dirawat, merasa tidak memiliki kemampuan
untuk melakukan aktivitas apapun, merasa malu dengan kondisinya. Data
objektif didapatkan pasien tampak lebih sering duduk menyendiri, saat
interaksi pasienberbicara dengan lambat, sering menunduk, tidak mampu
memulai pembicaraan dan tidak mampu menatap lawan bicaranya
(kontak mata kurang).

Kondisi yang dialami pasien sesuai dengan teori yang dikemukan oleh
Keliat (2020) yang menyebutkan tanda dan gejala yang muncul pada
pasien dengan harga diri rendah yaitu adanya perasaan tidak berguna,
perasaan malu, perasaan tidak mampu melakukan kegiatan, bicara lambat
dan pelan, banyak menunduk atau tidak mampu menatap lawan bicara.

Poltekkes Kemenkes Padang


79

Diagnosa ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2016)
yang menyebutkan diagnosa kedua pada pasien dengan defisit perawatan
diri yaitu harga diri rendah yang ditandai dengan klien merasa malu
dengan kondisi dirinya, klien merasa tidak berarti lagi terhadap
keluarganya karena tidak bisa melakukan apa-apa, kontak mata kurang,
pembicaraan lambat, dan sering menunduk.

Temuan penulis pada diagnosa prioritas kedua sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Fitria (2012) bahwa diagnosa keperawatan yang
muncul pada masalah defisit perawatan diri berdasarkan pohon masalah
defisit perawatan diri salah satunya yaitu harga diri rendah.

Terdapat kesesuaian penelitian ini dengan teori menurut Prabowo (2020)


perasaan tidak berharga menyebabkan pasien semakin sulit dalam
pengembangan berhubungan dengan orang lain, akibatnya pasien
menjadi regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas dan
kurang perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri.

Asumsi penulis tidak terdapat perbedaan antara teori, hasil penelitian


orang lain dengan hasil penelitian yang penulis temukan selama
penelitian.
c. Isolasi Sosial
Prioritas ketiga diagnosa keperawatan pada Tn.D yaitu isolasi sosial.
Data subjektif yang mendukung penulis mengangkat diagnosa isolasi
sosial pada Tn.D yaitu pasien mengatakan ia lebih senang menyendiri,
malas berbincang-bincang dengan teman-temannya karena menurutnya
tidak ada hal penting yang akan ia bicarakan dengan orang lain, pasien
juga merasa orang-orang menjauhinya karena kondisinya saat ini serta
paien mengatakan selama dirawat dirumah sakit ia tidak memiliki teman
terdekat. Data objektif yang mendukung diagnosa isolasi sosial pada
Tn.D yaitu pasien tampak memisahkan diri dari orang lain, jarang
berbincang dengan sekitarnya, terkadang tampak tidak mengikuti
kegiatan yang dilakukan bersama seperti senam pagi, saat interaksi
kontak mata tampak kurang, dan menjawab seadanya serta kurang

Poltekkes Kemenkes Padang


80

mampu berkonsentrasi.

Kondisi yang dialami Tn.D sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Dermawan (2013) yang menyebutkan bahwa tanda dan gejala yang
dialami pasien dengan isolasi sosial meliputi banyak diam, tidak
mengikuti kegiatan, sering menyendiri, tidak mau berinteraksi dengan
orang lain, kontak mata kurang, apatis, mengisolasi diri, merasa ditolak
atau dijauhi orang lain.

Diagnosa ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2016)
yang menyebutkan diagnosa ketiga pada pasien dengan defisit perawatan
diri yaitu isolasi sosial yang ditandai dengan klien malu untuk bergaul
dengan teman-temannya, sering menyendiri, banyak diam, dan kontak
mata kurang.

Temuan penulis pada diagnosa priotas ketiga sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Fitria (2012) bahwa diagnosa keperawatan yang
muncul pada masalah defisit perawatan diri berdasarkan pohon masalah
defisit perawatan diri selain harga diri rendah yaitu ditemukan masalah
isolasi sosial sebagai akibat dari defisit perawatan diri.

Asumsi penulis tidak terdapat perbedaan antara teori dan hasil penelitian
orang lain dengan kasus yang ditemukan penulis saat penelitian.

3. Intervensi Keperawatan

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada Tn.D yaitu defisit


perawatan diri, harga diri rendah dan isolasi sosial. Perawat membuat
rencana keperawatan yang terstandar dengan membuat strategi pelaksanaan
tindakan keperawatan terhadap pasien.

Poltekkes Kemenkes Padang


81

a. Defisit Perawatan Diri

Diagnosa prioritas pertama pada Tn.D yaitu defisit perawatan diri.


Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan yang
dilakukan pada pasien yaitu bina hubungan saling percaya, latihan
kebersihan diri terdiri dari empat latihan,yang pertama latihan cara
mandi, cuci rambut, sikat gigi, potong kuku, kedua latihan cara
berdandan : sisiran, berhias untuk perempuan dan bercukur untuk pria,
ketiga latihan cara makan/minum dengan baik dan benar, keempat latihan
BAB/BAK dengan baik.

Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan yang disusun oleh penulis


terhadap Tn.D sesuai dengan strategi pelaksanaan tindakan
keperawatandalam penelitian yang dilakukan oleh Laili (2014) terhadap
28responden dengan masalah defisit perawatan diri di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Semarang yaitu bina hubungan saling percaya dengan
pasien, latih cara menjaga kebersihan diri secara mandiri, latih berdandan
dan berhias, latih makan secara mandiri, dan latih BAK/BAB pada
tempatnya serta dapat membersihkannya.

Rencana tindakan keperawatan yang disusun oleh penulis sesuai dengan


teori Dermawan (2013) dimana strategi pelaksanaan tindakan
keperawatan untuk pasien dengan defisit perawatan diri yaitu bina
hubungan saling percaya, diskusikan pentingnya kebersihan diri dan
ajarkan cara menjaga keersihan diri (mandi), latih berdandan/berhias
secara mandiri, latih pasien cara makan/minum yang benar dan secara
mandiri, dan latih pasien cara BAK/BAB yang benar secara mandiri,
dimana tujuan dari strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pada
pasien ini yaitu agar perawatan diri pasien dapat meningkat atau
membaik.

Asumsi penulis tidak terdapat perbedaan antara teori dengan kenyataan


yang ditemukan selama penelitian mengenai intervensi keperawatan
terhadap pasien dengan diagnosa defisit perawatan diri.

Poltekkes Kemenkes Padang


82

b. Harga Diri Rendah

Diagnosa keperawatan prioritas kedua pada Tn.D yaitu harga diri rendah.
Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien
terdiri dari bina hubungan saling percaya dengan pasien kemudian
identifikasikemampuan dan aspek positif yang dimilki pasien dan pilih
beberapa kegiatan yang dapat dilakukan serta lakukan latihan kegiatan
pertama yang dipilih pasien, setelah itulatihan kegiatan kedua yang
dipilih pasien, latihan kegiatan ketiga yang dipilih pasien, dan latihan
kegiatan keempat yang dipilih pasien.

Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan yang disusun oleh penulis


terhadap Tn.D sesuai dengan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
dalam penelitian yang dilakukan oleh Febrina (2018) terhadap partisipan
1 dan 2 yaitu menggunakan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
kepada pasien yang terdiri dari bina hubungan saling percaya dengan
pasien lalu bantu pasien memilih kegiatan pertama yang akan dilatih,
selanjutnya latih kegiatan kedua yang dipilih pasien, ketiga yaitu latih
kegiatan ketiga, serta latih kegiatan keempat yang dipilih pasien.

Rencana tindakan keperawatan yang disusun oleh penulis sesuai dengan


teori Dermawan (2013) dimana strategi pelaksanaan tindakan
keperawatan untuk pasien dengan harga diri rendah terdiri dari empat
yaitu pertama diskusikan dan identifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki pasien kemudian bantu pasien memilih kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini serta latih kegiatan pertama yang dipilih pasien, kedua
yaitu bantupasien memilih kegiatan kedua untuk dilatih, ketiga yaitu
bantu pasien memilih kegiatan ketiga untuk dilatih, dan yang keempat
bantu pasien memilih kegiatan keempat untuk dilatih, dimana tujuan dari
strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan harga diri
rendah ini adalah untuk meningkatkan harga diri pasien.

Asumsi penulis tidak terdapat perbedaan antara teori dengan kenyataan


yang ditemukan selama penelitian mengenai intervensi keperawatan
terhadap pasien dengan diagnosa harga diri rendah.

Poltekkes Kemenkes Padang


83

c. Isolasi Sosial

Diagnosa keperawatan prioritas ketiga untuk Tn.D yaitu isolasi sosial.


Strategi pelaksanaan yang dilakukan pada diagnosa isolasi sosial terdiri
dari empat, yang pertama bina hubungan saling percaya kemudian bantu
pasien mengenal isolasi sosial dan latihan berkenalan dengan 1 orang,
kedua yaitu latihan berkenalan dengan 2-3 orang, selanjutnya latihan
berkenalan dengan 4-5 orang, dan yang terakhir latihan berinteraksi
dengan orang lain sambil melakukan kegiatan sosial.

Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan yang disusun oleh penulis


terhadap Tn.D sesuai dengan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
daam penelitian yang dilakukan oleh Martina (2019) terhadap 19 orang
klien yang mengalami isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Marzuki Mahdi
Bogor yaitu latihan berkenalan dengan dua orang atau lebih serta latihan
berinteraksi dalam kegiatan sosial.

Rencana tindakan keperawatan yang disusun oleh penulis sesuai dengan


teori Dermawan (2013) dimana strategi pelaksanaan tindakan
keperawatan untuk pasien dengan isolasi sosial yang terdiri dari empat
latihan yaitu berknenalan degan 1-2 orang, berkenalan dengan 2-3 orang,
berkenalan dngan 4-5 orang serta nlatihan berinteraksi dalam kegiatan
sosial.

Asumsi penulis tidak terdapat perbedaan antara teori dengan kenyataan


yang ditemukan selama penelitian mengenai intervensi keperawatan
terhadap pasien dengan diagnosa isolasi sosial.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada Tn.D disesuaikan dengan


rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan yang berupa strategi
pelaksanaan keperawatan jiwa pada pasien.

Poltekkes Kemenkes Padang


84

a. Defisit Perawatan Diri

Implementasi yang dilakukan penulis terhadap Tn.D yaitu membina


hubungan saling percaya dengan pasien, mengidentifikasi masalah
perawatan diri yang ada pada pasien meliputi kebersihan diri, berdandan,
makan/minum, BAB/BAK, menjelaskan pentingnya kebersihan diri,
menjelaskan alat-alat dan mengajarkan cara-cara menjaga kebersihan diri
dengan benar yang meliputi :mandi, sikat gigi, cuci rambut, dan
memotong kuku dengan baik dan benar. Selanjutnya melatih pasien cara
berhias/berdandan (cukuran untuk pria), melatih cara makan/minum
denganbaik dan benar, melatih cara membersihkan tempat makan/minum
setelah digunakan, dan melatih pasien cara melakukan BAB/BAK dengan
baik sesuai tempat, menjelaskan cara menyiram diri dan tempat setelah
BAB/BAK.

Menurut Sutejo (2017), implementasi keperawatan merupakan kegiatan


yang dilakukan perawat kepada pasien yang disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan yang sebelumnya telah disusun atau ditetapkan.
Dalam hal ini, perawat berperan melaksanakan tindakan keperawatan
dengan penerapan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap
pasien dengan diagnosa defisit perawatan diri secara bertahap dan
optimal dengan cara mengidentifikasi masalah perawatan diri yang ada
pada pasien serta mengajarkanpasien cara-cara untuk mengatasi masalah
defisit perawatan diri tersebut dengan tujuan agar perawatan diri dan
kebersihan diri pasien dapat meningkat.

Asumsi penulis tidak terdapat perbedaan dalam pelaksanaan


implementasi keperawatan yang dilakukan pada Tn. D dengan tahap dan
rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan sesuai masalah
defisit perawatan diri yang dialami pasien.

Poltekkes Kemenkes Padang


85

b. Harga Diri Rendah

Pada diagnosa harga diri rendah implementasi keperawatan yang


dilakukan penulis terhadap Tn.D yaitu membina hubungan saling percaya
dengan pasien, mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang dapat
dilakukan saat ini, membantu pasien memilih kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini, menjelaskan manfaat melakukan kegiatan yang
dipilih, kemudian melatih pasien melakukan kegiatan pertama yang
dipilih (merapikan tepat tidur), melatih pasien melakukan kegiatan kedua
yang telah dipilih (menyapu ruangan), melatih pasien melakukan
kegiatan ketiga (mencuci gelas dan mengelap meja setelah makan) serta
melatih pasien melakukan kegiatan keempat yang telah dipilih (mengepel
lantai ruangan rawat inap).

Menurut Sutejo (2017), implementasi keperawatan merupakan kegiatan


yang dilakukan perawat kepada pasien yang disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan yang sebelumnya telah disusun atau ditetapkan.

Dalam hal ini, perawat berperan melaksanakan tindakan keperawatan


dengan penerapan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap
pasien dengan diagnosa harga diri rendah secara bertahap dan optimal
dengan mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien kemudian membantu pasien memilih kegiatan yang dapat
dilakukan di ruangan rawat inap yang disesuaikan dengan kemampuan
yang dimiliki pasien serta melatih pasien melakukan kegiatan satu
sampai empat yang telah dipilih pasien dengan tujuan agar harga diri
pasien dapat meningkat setelah dilakukan kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat.

Asumsi penulis tidak terdapat perbedaan dalam pelaksanaan


implementasi keperawatan yang dilakukan pada Tn. D dengan tahap dan
rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan sesuai masalah
harga diri rendah yang dialami pasien.

Poltekkes Kemenkes Padang


86

c. Isolasi Sosial

Pada diagnosa isolasi sosial implementasi keperawatan yang telah


dilakukan penulis terhadap Tn.D yaitu membina hubungan saling percaya
dengan pasien, membantu pasien mengenal masalah isolasi sosial seperti
mengidentifikasi penyebab isolasi sosial, tanda gejala isolasi sosial,
akibat isolasi sosial, manfaat berkenalan dan berinteraksi dengan orang
lain, kemudian melatih pasien berkenalan dengan 1 orang, selanjutnya
melatih pasien berkenalan dengan 2-3 orang baru, melatih pasien
berkenalan dengan 4-5 orang baru lainnya, serta melatih pasien
berinteraksi dengan orang lain sambil melakukan kegiatan sosial (TAKS
sesi 3).

Menurut Sutejo (2017), implementasi keperawatan merupakan kegiatan


yang dilakukan perawat kepada pasien yang disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan yang sebelumnya telah disusun atau ditetapkan.

Dalam hal ini, perawat berperan melaksanakan tindakan keperawatan


dengan penerapan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap
membantu pasien mengenal masalah isolasi sosial, manfaat berkenalan
dan berinteraksi dengan orang lain, kemudian melatih pasien berkenalan
dengan 1 orang, berkenalan dengan 2-3 orang, berkenalan dengan 4-5
orang, serta melatih pasien berinteraksi dengan orang lain sambil
melakukan kegiatan sosial dengan tujuan keterlibatan pasien dalam
bersosialisasi meningkat dan masalah isolasi sosial yang dialami pasien
dapat berkurang.

Asumsi penulis tidak terdapat perbedaan dalam pelaksanaan


implementasi keperawatan yang dilakukan pada Tn. D dengan tahap dan
rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan sesuai masalah
isolasi sosial yang dialami pasien.

Dalam melakukan implementasi keperawatan terhadap diagnosa defisit


perawatan diri, harrga diri rendah, dan isolasi sosial, Tn.D mau bekerja sama
dan kooperatif dengan perawat sehingga implementasi keperawatandapat

Poltekkes Kemenkes Padang


87

berjalan cukup baik, tetapi penulis sedikit menemukan kesulitan dalam


melaksanakan tindakan keperawatan karena pasien sering banyak diam.
Untuk tingkat pencapaian pasien, pasien cepat manangkap semua kegiatan
yangdiajarkan. Selain itu, strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
terhadap keluarga tidak dapat dilakukan dikarenakan pihak Rumah Sakit Jiwa
Prof. HB. Saanin Padang melarang adanya kunjungan keluarga ke Rumah
Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang selama terjadinya pandemi Covid-19.

5. Evaluasi Keperawatan

a. Defisit Perawatan Diri

Evaluasi pada diagnosa defisit perawatan diri didapatkan hasil masalah


defisit perawatan diri teratasi yang ditandai dengan pasien sudah
mengerti cara menjaga kebersihan diri, berdandan/berhias, cara makan
dan minum yang baik dan benar, serta cara BAB/BAK dengan baik dan
benar, apa yang telah di ajarkan pasien dapat menerapkannya. Pasien
tampak lebih bersih dan penampilan sudah mulai rapi, sudah memakai
celana dengan benar, sudah mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,
sudah mencuci gelas setelah makan dan makan sudah tidak berserakan
serta sudah dapat BAB/BAK dikamar mandi dan mampu membersihkan
diri dan toilet setelah BAB/BAK.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis sesuai dengan hasil


penelitian yang dilakukan olehLaili (2014) yang menyebutkan bahwa
pengaruh pelaksanaan aktivitas mandiri: personal hygiene (mandi dan
berpakaian, berdandan, makan, BAK/BAB) terhadap kemandirian 28
pasien DPD di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang didapatkan
ada perubahan kemandirian pasien dalam melakukan aktivitas mandiri:
personal hygiene (mandi dan berpakaian, berdandan, makan, dan
BAK/BAB) hal itu ditunjukan dengan adanya perubahan nilai kategori
buruk ke baik sesudah diajarkan aktivitas mandiri: personal hygiene
(mandi dan berpakaian, berdandan, makan, dan BAK/BAB) pada pasien

Poltekkes Kemenkes Padang


88

DPD di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang dengan nilai p=0,000.

Menurut Sutejo (2017), evaluasi keperawatan merupakan proses


keperawatan untuk menentukan apakah intervensi keperawatan yang
telah dilakukan terhadap klien telah berhasil meningkatkan kondisi
kesehatan klien. Evaluasi merupakan langkah untuk mengetahui sejauh
mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Evaluasi
dilakukan secara terus-menerus pada respons paisen terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukan serta membandingkan antara hasil
akhir yang teramati dengan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan tindakan keperawatan.

Menurut asumsi penulis, evaluasi yang dilakukan kepada pasien dengan


defisit perawatan diri sesuai dengan teori dan hasil penelitian orang lain
dimana terdapat perubahan kondisi pasien ke arah yang lebih baik setelah
dilakukan tindakan keperawatan jiwa dan sesuai dengan kriteria hasil
yang dibuat pada tahap perencanaan tindakan keperawatan serta
didapatkan masalah defisit perawatan diri pada Tn.D dapat teratasi.

b. Harga Diri Rendah

Evaluasi pada diagnosa harga diri rendah didapatkan hasil masalah harga
diri rendah dapat teratasi yang ditandai dengan pasien merasa senang
karena sudah mengetahui kemampuan positif yang ia miliki dan merasa
sudah berguna karna dapat melakukan kegiatan yang bermanfaaat yang
ditelah dilatih sebelumnya, pasien juga sudah dapat mempraktekkan
kegiatan yang sudah dilatih kepadanya (merapikan tempat tidur,
menyapu ruangan, mencuci gelas dan mengelap meja makan, serta
mengepel lantai), pasien juga sudah tidak merasakan putus asa, kontak
mata pasien saat berbicara sudah mulai kooperatif, sudah mampu
memulai pembicaraan dan sudah mampu menatap lawan bicara.

Terdapat kesesuaian antara penelitian yang dilakukan penulis dengan


penelitian yang dilakukan oleh Febrina (2018) pada partisipan 2 dengan
masalah harga diri rendah didapatkan partisipan 2 sudah mampu

Poltekkes Kemenkes Padang


89

mengungkapkan aspek positif yang dimiliki, partisipan 2 mengatakan


sudah melakukan kegiatan yang telah dilatih sesuai jadwal. Dari hasil
observasi peneliti partisipan 2 tampak bersemangat dan sudah mulai
berani menatap lawan bicara.

Menurut Sutejo (2017), evaluasi keperawatan merupakan proses


keperawatan untuk menentukan apakah intervensi keperawatan yang
telah dilakukan terhadap klien telah berhasil meningkatkan kondisi
kesehatan klien. Evaluasi merupakan langkah untuk mengetahui sejauh
mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Evaluasi
dilakukan secara terus-menerus pada respons paisen terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukan serta membandingkan antara hasil
akhir yang teramati dengan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan tindakan keperawatan.

Menurut asumsi penulis, evaluasi yang dilakukan kepada pasien dengan


harga diri rendah sesuai dengan teori dan hasil penelitian orang lain
dimana terdapat perubahan kondisi pasien ke arah yang lebih baik setelah
dilakukan tindakan keperawatan jiwa dan masalah harga diri rendah pada
Tn.D dapat teratasi.

c. Isolasi Sosial

Evaluasi pada diagnosa isolasi sosial didapatkan hasil yaitu masalah


isolasi sosial teratasi yang ditandai dengan pasien sudah jarang menyendiri
dan telah mampu berbaur dengan teman-temannya, pasien mampu
memperagakan ulang bagaimana cara berkenalan dengan orang lain,
pasien mengatakan ia merasa senang berkenalan dan berinteraksi dengan
teman-temannya, pasien telah mampu berinteraksi dengan orang lain
dalam kegiatan sosial (TAKS sesi 3).

Hasil evaluasi keperawatan yang ditemukan oleh penulis dalam penelitian


ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Martina (2019) terhadap
19 orang klien yang mengalami isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa
Marzuki Mahdi Bogor didapatkan adanya peningkatan kemampuan pasien

Poltekkes Kemenkes Padang


90

isolasi sosial dalam melakukan hubungan sosial dengan orang lain antara
sebelum dan sesudah diberikan tindakan keperawatan jiwa yaitu dari
0,26% meningkat menjadi 79,5%.

Menurut Sutejo (2017), evaluasi keperawatan merupakan proses


keperawatan untuk menentukan apakah intervensi keperawatan yang telah
dilakukan terhadap klien telah berhasil meningkatkan kondisi kesehatan
klien. Evaluasi merupakan langkah untuk mengetahui sejauh mana tujuan
dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Evaluasi dilakukan secara
terus-menerus pada respons paisen terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilakukan serta membandingkan antara hasil akhir yang teramati
dengan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan
tindakan keperawatan.

Menurut asumsi penulis, evaluasi yang dilakukan kepada pasien dengan


isolasi sosial sesuai dengan teori dan hasil penelitian orang lain dimana
terdapat perubahan kondisi pasien ke arah yang lebih baik setelah
dilakukan tindakan keperawatan jiwa dan masalah isolasi sosial pada Tn.D
dapat teratasi.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan jiwa pada pasien
dengan defisit perawatan diri di Ruang Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa Prof.
HB. Saanin Padang tahun 2021, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut :

1. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengatakan malas melakukan


perawatan diri, malas berinteraksi dengan sekitar dan merasa tidak memiliki
kemampuan apapun. Hasil observasi didapatkan penampilan pasien tidak
rapi,badan berbau dan kotor, gigi kuning, mulut bau, rambut dan jenggot
panjang, kuku kotor dan panjang, tidak bisa berdandan (cukuran bagi pria),
makan tampak berserakan, sering menyendiri dan memisahkan diri dari
orang lain. Penulis berpendapat faktor predisposisi yang menyebabkan
terjadinya gangguan jiwa (defisit perawatan diri) pada pasien karena
kemampuan realitas klien menurun dimana klien tidak mempedulikan
perawatan dirinya karena pasien berkeliaran dijalanan dari pagi hingga
malam serta kurangnya dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
dari keluarga yang dibuktikan dengan klien tidak pernah mandi semenjak 2
bulan terakhir.
2. Dalam menegakkan diagnosa keperawatan penulis mengumpulkan data dan
menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan pohon masalah yang ada
pada teori. Dimana diagnosa utama yang muncul yaitu defisit perawatan diri
sebagai masalah utama, harga diri rendah sebagai penyebab, dan isolasi
sosial sebagai akibat. Asumsi penulis tidak terdapat perbedaan antara teori
dengan kasus yang ditemukan selama penelitian.
3. Intervensi yang dilakukan dirumuskan berdasarkan diagnosa yang
ditegakkan pada pasien, intervensi yang dibuat oleh penulis berdasarkan
teori yang ada dan diharapkan dapat mengatasi masalah pasien. Intervensi
yang dilakukan pada defisit perawatan diri adalah mengajarkan cara
perawatan diri, berdandan dan berhias, makan dan minum dengan baik,

Poltekkes Kemenkes Padang


91
92

buang air besar dan buang air kecil dengan benar. Pada diagnosa harga diri
rendah intervensi yang dilakukan yaitu mengidentifikasi aspek positif yang
dimiliki dan melakukan kegiatan untuk meningkatkan harga diri pasien.
Intervensi yang dilakukan untuk diagnosa isolasi sosial yaitu mengajarkan
cara berkenalan dan berkomunikasi dengan orang lain.
4. Pelaksanaan implementasi keperawatan yang dilakukan adalah untuk
diagnosa defisit perawatan diri, harga diri rendah, dan isolasi sosial yang
dilakukan sesuai perencanaan dan strategi pelaksanaan yang telah disusun.
5. Pada tahap evaluasi keperawatan, setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 7 hari didapatkan masalah keperawatan jiwa pada pasien dapat
teratasi yang terdiri dari defisit perawatan diri, harga diri rendah dan isolasi
sosial dimana pasien telah mampu menjaga kebersihan diri, mampu
melakukan kegiatan yang dipilih untuk meningkatkan harga diri, serta telah
mampu untuk berinteraksi dengan orang lain.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
Agar dapat menambah wawasan dan pengalaman penulis dalam melakukan
asuhan keperawatan jiwa dengan cara mengaplikasikan ilmu dan teori yang
telah di pelajari di perkuliahan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan dan referensi karya tulis ilmiah perpustakaan untuk
menambah ilmu pengetahuan tentang keperawatan jiwa bagi mahasiswa di
Poltekkes Kemenkes RI Padang khususnya pada pasien dengan defisit
perawatan diri.
3. Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran bagi perawat ruangan
dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa dengan defisit perawatan diri
untuk mempertahankan kemampuan klien dalam perawatan diri secara
mandiri dengan tetap mengevaluasi perkembangan klien terhadap
kebersihan dirinya.

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR PUSTAKA

Azizah dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa Teori dan Aplikasi
Praktek Klinik. Yogyakarta : Indomedia Pustaka.

Astuti, Leni Indi. (2019). Gambaran Defisit Perawatan Diri Pada Pasien dengan
Skizofrenia di Wisma Sadewa RSJ Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta.
Yogyakarta : Akademi Keperawatan YKJ.

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Jiwa : Aplkasi Praktik Klinik. Yogyakarta :


Graha Ilmu.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar


(Riskesdas). 2018.

Basri,dkk. (2020). Konsep Dasar Dokumentasi Keperawatan. Bandung : Media


Sains Indonesia.

Dalami, E. (2014). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Jakarta :


Trans Info Media.

Damaiyanti, M. dan I. (2015). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika


Aditama.

Dermawan, D. dan R. (2013). Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan


Jiwa. Yogyakarta : Gosyan Publishing.

Direja. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.

Fitria, N. (2012). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan


dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.

Febrina, Riska. (2018). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Keluarga dengan Harga
Diri Rendah Kronis di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo. Padang :
Poltekkes Kemenkes RI Padang.

Herawati Novi, Syahrum, Sumarni Tintin, Yulastri, Gafar Abd, D. S. (2020).


Indonesian Journal of Global Health Research. The Effect Of Perception

Poltekkes Kemenkes Padang


Stimulation Group ARTctivity Therapy On Controlling Ability Of Patients
Schizophrenia, 2.

Janah, Annisa Nurul. (2018). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn.F dengan
Defisit Perawatan Diri di Ruang Merpati Rumah Sakit Ernaldi Bahar.
Sumatera Selatan : Stikes Siti Khadijah Palembang.
Kusumawati, F.& Hartono, Y. (n.d.). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :
Salemba Medika.

Keliat, B. A. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Laili, D. (2014). Pengaruh Aktivitas Mandiri:Pesonal Hygine Terhadap


Kemandirian Pasien Defisit Perawatan Diri Pada Pasien Gangguan Jiwa
di RSJ. Dr. Gondohutomo Semarang.

Maulana, Indra. (2019). Penyuluhan Kesehatan Jiwa untuk Meningkatkan


Pengetahuan Masyarakat tentang Masalah Kesehatan Jiwa di Lingkungan
Sekitarnya.

Martina, dkk. (2019). Pengaruh Latihan Keterampilan Sosial dan Psikoedukasi


Keluarga Pada Pasien Isolasi Sosial di Rumah Sakit Jiwa Marzuki Mahdi
Bogor.

Nababan, Yosevin Karunia. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Tn.S dengan


Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Perawatan Diri : Berpakaian dan
Mandi di Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia. Sumatera Utara :
Universitas Sumatera Utara.

Pinedendi, N. (2016). Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan Defisit


Perawatan Diri Terhadap Kemandirian Personal Hygine Pada Pasien di
RSJ. Prof. V.L.Ratumbuysang. 4.
Prabowo, E. (2014). Konsep dan Aplikasi AsuhanKeperawatan Jiwa. Jakarta :
Nuha Medika.
Putri, Elvani Dwi. (2016). Asuhan Keperawatan pada Tn.F dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Perawatan Diri di Rumah Sakit Jiwa Prof. dr.
M. Ildrem Provsu Medan. Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara.

Renidayati. (2016). Peningkatan Kemampuan Pasien dan Keluarga dengan


Gangguan Jiwa Melalui Pembentukan Self Help Group (Kelompok Swa

Poltekkes Kemenkes Padang


Bantu) di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang.
Rinaldi, S. F. (2017). Metodologi Penelitian dan Statistik. Yogyakarta : Badan
PPSDM Kesehatan.
Saputra, Dino. (2017). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien dengan Gangguan
Defisit Perawatan Diri di Ruang Dahlia Rumah Sakit Jiwa Prof. HB.
Saanin Padang. Padang : Poltekkes Kemenkes RI Padang.

Sujarweni, V. W. (2014). Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta :


Penerbit Gava Media.

Sutejo. (2017). Keperawatan Kesehatan Jiwa : Prinsip dan Praktik Asuhan


Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Sutejo. (2019). Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Jiwa : Gangguan Jiwa
dan Psikososial. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Tim Pokja SDKI PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.


Jakarta Selatan : PPNI.

Tim Pokja SDKI PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan : PPNI.

Tim Pokja SDKI PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.


Jakarta Selatan : PPNI.

UU Nomor 18 Tahun 2014 Pasal 1 (Ayat 1 dan 3) Tentang Kesehatan Jiwa.

Yusuf, AH, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta
Selatan : Salemba Medika.

Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
LAMPIRAN 2

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
LAMPIRAN 3

Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN 4

Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN 5

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
LAMPIRAN 6

Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN 7

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. D
Tanggal Pengkajian : 13 Maret 2021
Umur : 35 tahun
RM. No. : 02-81-40
Informan : Klien, status dan perawat ruangan
Ruang Rawat : Ruang Rawat Inap Cendrawasih RSJ. Prof. HB. Saanin
Padang
Alamat :Jorong Talang Barat, Kel. Talang Babungo, Kec. Hiliran
Gumanti, Kab.Solok

II. ALASAN MASUK


Klien masuk Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang pada tanggal 26
Februari 2021 melalui IGD karena klien gelisah semenjak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit, mengamuk tanpa sebab, emosi labil, semenjak 1 minggu
terakhir sebelum masuk rumah sakit klien sering mengurung diri dikamar,
klien ingin memukul ibunya dengan kayu, kebersihan diri kurang dan tidur
kurang.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa masa lalu :
Klien sakit semenjak tahun 2016 dan sekarang klien dirawat untuk yang
ke 3 kalinya. Klien dirawat terakhir pada tahun 2019. Sejak ±2 bulan
terakhir klien sering menggelandang dari pagi hingga malam baru ia
balik kerumahnya, serta klien tidak pernah mandi semenjak semenjak 2
bulan terakhir.

Poltekkes Kemenkes Padang


2. Pengobatan sebelumnya :
Klien sebelumnya sudah pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa Prof HB
Saanin Padang dan mendapatkan pegobatan sebelumnya yaitu saat
dirawat terakhir pada tahun 2019. Setelah pulang rawat pada tahun 2019
klien Cuma 1 kali kontrol ke Poli Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin
Padang setelah itu klien putus obat hingga sekarang.
3. Trauma (aniaya fisik, aniaya seksual, penolakan, kekerasan , tindakan
kriminal)
a. Aniaya fisik
Klien tidak pernah mendapatkan perlakuan aniaya fisik baik dari
lingkungan maupun keluarga.
b. Aniaya seksual
Klien tidak pernah menjadi pelaku, korban atau saksi dalam aniaya
seksual.
c. Penolakan
Klien mengatakan tidak mengalami penolakan sosial dari
keluarganya tetapi masyarakat sekitar mulai menjauhi klien karena
penyakit yang dialami klien.
d. Kekerasan dalam keluarga
Klien sebelumnya melakukan kekerasan kepada keluarga yaitu
memukul ibunya dengan kayu.
e. Tindakan kriminal
Klien tidak pernah menjadi pelaku korban atau saksi yang terkait
denan tindakan kriminal apapun.
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga klien yang mengalami
gangguan jiwa.
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Diketahui dari status pasien, klien memiliki pengalaman masa lalu yang
tidak menyenangkan yaitu pernah terjatuh dari motor, kepala terbentur
dan dirawat di RSUD Solok pada tahun 2016.

Poltekkes Kemenkes Padang


IV. FISIK
1. Tanda vital : TD: 115/80 mmHg N: 84 x/menit
S: 36,5°C P: 19 x/menit
2. Ukuran : TB: 160 cm BB: 50 kg
IMT : 19,53 kg/m2 (normal)

3. Keluhan fisik : Untuk keluhan fisik, klien mengatakan terkadang ia


sering sakit kepala. Tampak klien menggaruk tangan dan kakinya.
Rambut klien tampak panjang dan kusut, jenggot tampak panjang, kulit
tampak berdaki, dan gigi tampak kotor.

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Poltekkes Kemenkes Padang


Keterangan :
: Laki-laki

: Laki-laki Meninggal

: Perempuan

: Perempuan Meninggal

: Garis Perkawinan

: Garis Keturunan

: Tinggal Serumah

: Klien

Klien mengatakan kedua orangtuanya masih hidup, klien tinggal bersama


kedua orang tuanya, 1 kakak dan 1 adiknya. Klien tinggal serumah berlima
orang. Klien merupakan anak ketiga dari 6 orang bersaudara.

2. Konsep diri :
a. Citra tubuh :
Klien mengatakan ia menyukai semua angota tubuhnya.
b. Identitas diri :
Klien mengatakan dirinya seorang laki-laki, klien mengatakan bahwa
ia anak ketiga dari 6 orang bersaudara.
c. Peran :
Klien mengatakan bahwa ia sebagai anak dirumahnya dan sebelum
sakit ia ikut membantu mencari nafkah sebagai kuli bangunan.

Poltekkes Kemenkes Padang


d. Ideal diri :
Klien ingin pulang, cepat sembuh dan ingin kembali bekerja sebagai
kuli bangunan.
e. Harga diri :
Klien mengatakan ia merasa malu karena penyakit yang dialaminya.

3. Hubungan sosial :
a. Orang terdekat :
Klien mengatakan bahwa orang terdekatnya adalah ayah
kandungnya. Namun selama dirawat dirumah sakit, klien
mengatakan bahwa ia tidak memiliki teman terdekat.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat :
Klien tidak ada berperan serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
sejak ia sakit, sebelum sakit klien ikut berperan serta dalam kegiatan
masyarakat seperti kegiatan kerja bakti dilingkungan sekitar
rumahnya.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Saat sehat, klien tidak memiliki hambatan dalam hubungan dengan
orang lain di sekitarnya. Namun selama sakit, klien mengatakan
bahwa ia malas berinteraksi dengan sekitarnya karena ia merasa
malu dengan kondisinya saat ini dan merasa tidak ada hal penting
yang ingin ia bicarakan, klien lebih senang menyendiri, dan klien
juga mengatakan bahwa orang-orang sekitar rumahnya menjauhinya
karena penyakit yang diderita klien.

4. Spiritual :
a. Nilai dan keyakinan :
Klien mengatakan bahwa ia berkeyaninan beragama islam.
b. Kegiatan ibadah :
Klien mengatakan sebelum sakit ia selalu melaksanakan sholat 5
waktu. Semenjak dirawat klien mengatakan jarang melakukan
ibadah sholat.

Poltekkes Kemenkes Padang


Masalah keperawatan : distress spiritual

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Klien berpenampilan tidak rapi, badan berdaki dan bau, tampak
menggaruk badan dan kaki, kuku panjang dan kotor, rambut panjang dan
kusut, gigi kotor dan kuning, jenggot tampak panjang. Klien mengatakan
bahwa ia jarang gosok gigi dan menyisir rambut, tidak mencukur jenggot
dan jarang memotong kuku. Diketahui dari buku status, klien tidak
pernah mandi sejak 2 bulan terakhir.
Masalah Keperawatan : defisit perawatan diri
2. Pembicaraan
Klien berbicara dengan lambat, tidak mampu memulai pembicaraan,
hanya menjawab ketika ditanya saja, apa yang ditanyakan jawabannya
sesuai namun terkadang sedikit berbelit-belit tetapi tetap sampai ke
tujuan pembicaraan.
Masalah Keperawatan : harga diri rendah
3. Aktivitas motorik
Klien tampak lesu, mengantuk, tidak melakukan aktivitas apapun hanya
duduk, tidur, makan, sering menyendiri, terkadang tampak tidak
mengikuti kegiatan yang dilakukan bersama seperti senam pagi, klien
mengatakan bahwa saat ini ia tidak memiliki kemampuan untuk
melakukan aktivitas apapun. Saat dilakukan wawancara, klien terkadang
terlihat gelisah.
Masalah Keperawatan : harga diri rendah dan resiko perilaku kekerasan
4. Alam perasaan
Klien mengatakan bahwa ia merasa sedih dirawat di rumah sakit jiwa
karena jauh dari keluarga dan klien juga sedih karena merasa dijauhi oleh
orang-orang sekitar, klien juga mengatakan khawatir jika kondisinya
tidak bisa sembuh namun kekhawatirannya itu masih bisa dikontrol, serta
ia merasa saat ini ia tidak berguna bagi keluarganya karena selama sakit
tidak bisa lagi membantu mencari nafkah.

Poltekkes Kemenkes Padang


Masalah Keperawatan : ansietas dan harga diri rendah
5. Afek
Afek klien saat diajak berinteraksi tampak labil.
Masalah Keperawatan : gangguan proses pikir
6. Interaksi selama wawancara
Saat interaksi, klien sering menunduk (tidak menatap lawan bicara),
kontak mata kurang, cukup kooperatif dengan pertanyaan yang diajukan.
Masalah Keperawatan : harga diri rendah
7. Persepsi
Klien mengatakan tidak ada mendengar atau melihat bayangan atau suara
yang tidak nyata
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
8. Proses pikir
Ketika diwawancarai, klien menjawab pertanyaan dengan sederhana,
namun terkadang klien menjawab dengan sedikit berbelit.
Masalah Keperawatan : gangguan proses pikir
9. Isi pikir
Saat diwawancara klien sering bertanya kapan keluarganya menjemput ia
dari rumah sakit, ia mengatakan ingin segera pulang dan kembali bekerja
serta isi pikir klien tidak memiliki rasa curiga terhadap orang lain.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
10. Waham
Tidak ada masalah
11. Tingkat kesadaran
Saat dilakukan interaksi, klien dalam keadaan sadar namun sering
tampak bingung, dan klien mengetahui dimana keberadaannya saat ini.
Masalah Keperawatan : gangguan proses pikir
12. Memori
Daya ingat jangka pendek tidak terganggu dibuktikan dengan klien
mampu menyebutkan nama hari, nama perawat, klien mampu mengingat
sudah berapa lama ia dirawat di rumah sakit dan mampu menyebutkan
kegiatan-kegiatan yang ia lakukan di rumah sakit.

Poltekkes Kemenkes Padang


Daya ingat jangka panjang tampak tergangu dibuktikan dengan klien
tidak mengingat bahwa ia pernah terjatuh dari motor pada tahun 2016.
Masalah Keperawatan : gangguan proses pikir
13. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Saat dilakukan interaksi, terkadang klien sering mengulangi kembali
pertanyaan yang diajukan kepadanya, kurang berkonsentrasi, dan
cendrung mudah teralihkan.
Masalah Keperawatan : gangguan proses pikir
14. Kemampuan penilaian
Klien mampu menentukan pilihan dan mengambil keputusan sederhana
dengan diberikan sedikit bantuan perawat, misalnya klien mampu
memilih melakukan aktivitas mandi terlebih dahulu sebelum makan.
Masalah Keperawatan :gangguan proses pikir (gangguan kemampuan
penilaian ringan)
15. Daya tilik diri
Klien mengatakan bahwa ia menyadari penyebab ia dibawa ke rumah
sakit jiwa yaitu karena ia ingin memukul ibunya dengan kayu dan
mengamuk tanpa sebab sehingga ia dibawa ke rumah sakit oleh orang tua
laki-laki dan kakak laki-lakinya, klien mengatakan tidak menyalahkan
orang lain terhadap keadaannya saat ini.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Klien makan 3 kali sehari dengan lauk dan sayur tanpa ada pantangan
dan alergi. Saat makan, klien tampak makan berserakan, terkadang tidak
mencuci tangan sebelum makan dan setelah makan klien tampak hanya
menaruh gelas nya di meja dan tidak mencucinya.
2. BAB/BAK
Klien mengatakan BAB 1 kali sehari, dan BAK 6-7 kali sehari. Klien
juga mengatakan bahwa selama dirawat ini ia pernah BAK di tengah
halaman ruang rawat inap.

Poltekkes Kemenkes Padang


3. Mandi
Klien mengatakan selama dirawat ini biasanya ia mandi 1-2 kali sehari
tetapi jarang menggosok gigi dan klien masih terlihat kotor dan gigi juga
kotor.
4. Berpakaian/berhias
Klien terkadang tampak memakai celana dengan terbalik, dan juga belum
bisa berhias/bercukur sendiri.
5. Istirahat dan tidur
a. Tidur siang : Klien mengatakan biasanya ia sering tidur siang
dari siang hingga sore.
b. Tidur malam : Klien mengatakan dapat tidur malam dengan
nyenyak dan jarang terbangun.
a. Kegiatan sebelum dan sesudah tidur:
Klien mengatakan ketika akan tidur ia hanya mencuci wajah, tidak
mencuci kaki dan tidak menggosok gigi ketika akan tidur.
6. Penggunaan obat
Klien mengatakan selama dirumah sakit, ia minum obat secara teratur 3
kali sehari. Klien mengatakan bahwa ia kurang memahami apa saja obat
yang dikonsumsinya.
7. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan akan merawat dirinya sendiri. Klien juga mengatakan
jika sudah diperbolehkan pulang nanti ia akan teratur minum obat dan
jika obatnya sudah habis ia tetap akan melanjutkan pengobatannya secara
rutin.
8. Kegiatan didalam rumah
Klien mengatakan sebelum sakit, biasanya saat dirumah ia membantu
membersihkan rumah dan halaman rumahnya serta terkadang juga
membantu memasak nasi jika nasi dirumahnya habis.
9. Kegiatan diluar rumah
Klien mengatakan bahwa sebelum sakit ia bekerja sebagai seorang kuli
bangunan bersama ayahnya dan terkadang berkumpul bersama tetangga
sekitar rumahnya. Sejak 2 bulan terakhir, klien sering bergelandangan

Poltekkes Kemenkes Padang


diluar dari pagi dan pulang malam hari.

VIII. MEKANISME KOPING


1. Koping adaptif
Klien mampu menyelesaikan masalah sederhana dengan bantuan orang
lain.
2. Koping maldaptif
Jika klien sedang sakit kepala, klien sering marah tanpa sebab.

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


1. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik :
Klien mengatakan sebelum sakit ia bisa diterima dan tidak diasingkan
dalam kelompok masyarakat sekitar rumahnya. Namun semenjak ia sakit,
masyarakat sekitar rumahnya memiliki penilaian berbeda kepada dirinya
dan tidak menerima keberadaannya.
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik :
Klien mengatakan semenjak ia sakit, orang-orang disekitar rumahnya
menjauhi klien karena penyakit yang dialami klien. Saat dilakukan
interaksi bersama klien, klien tampak sering menyendiri dan jarang
berinteraksi dengan orang lain, klien banyak diam dan duduk sendiri,
terkadang tampak sering tidur. Klien juga mengatakan bahwa ia malas
untuk berbincang-bincang dengan teman-temannya dan menurutnya tidak
ada hal penting yang akan ia bicarakan serta ia merasa malu dengan
kondisinya saat ini.
3. Masalah dengan pendidikan, spesifik :
Klien mengatakan bahwa ia menyelesaikan pendidikan hingga SMK.
4. Masalah dengan perumahan, spesifik :
Klien tinggal bersama kedua orangtuanya, 1 kakak laki-laki dan 1 adik
perempuannya.

Poltekkes Kemenkes Padang


5. Masalah ekonomi, spesifik :
Sebelum sakit, klien mampu menghasilkan uang sendiri dengan bekerja
sebagai kuli bangunan. Dalam membayar biaya rumah sakit, klien
menggunakan BPJS.
6. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik :
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan pelayanan kesehatan.
7. Masalah lainnya, spesifik :
Tidak ada masalah

Masalah Keperawatan: isolasi sosial

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


Klien mengatakan bahwa ia menyadari tentang penyakit yang dideritanya
namun klien kurang mengetahui tentang obat yang dikonsumsinya.
Masalah keperawatan : kurang pengetahuan

XI. ASPEK MEDIK


Diagnosa medik : Skizofrenia Paranoid
Terapi medik : Risperidon 2x2 mg
Lorazepam 1x1 mg

XII. ANALISA DATA


No Data Masalah
1 DS : Defisit Perawatan Diri
1. Tn.D mengatakan selama dirawat
terkadang ia hanya mandi 1 kali
sehari
2. Tn.D mengatakan bahwa ia jarang
menggosok gigi
3. Klien mengatakan bahwa ia jarang
menyisir rambut dan tidak
mencukur jenggotnya
4. Tn.D mengatakan bahwa ia jarang
memotong kuku
5. Tn.D juga mengatakan bahwa
selama dirawat ia pernah BAK tidak
pada tempatnya (BAK di tengah

Poltekkes Kemenkes Padang


halaman ruang rawat inap)

DO :
1. Tn.D tampak menggaruk badan dan
kaki
2. Badan Tn.D tampak berdaki dan
berbau
3. Gigi tampak kotor dan kuning
4. Rambut Tn.D tampak panjang dan
kusut
5. Kuku tampak panjang dan kotor
6. Jenggot Tn.D tampak panjang
7. Penampilan tampak tidak rapi
terkadang memakai celana dengan
terbalik
8. Diketahui dari buku status, Tn.D
tidak pernah mandi sejak 2 bulan
terakhir
9. Saat makan, Tn.D tampak makan
berserakan, terkadang tidak mencuci
tangan sebelum makan dan tidak
mencuci gelasnya setelah makan

2 DS : Harga Diri Rendah


1. Tn.D mengatakan bahwa saat ini ia
merasa tidak berguna bagi
keluarganya karena ia tidak bisa
membantu mencari nafkah lagi
selama ia sakit dan dirawat
2. Tn.D mengatakan bahwa saat ini ia
merasa tidak memiliki kemampuan
untuk melakukan aktivitas apapun
3. Tn.D mengatakan bahwa saat ini ia
merasa malu dengan penyakit yang
dideritanya
DO :
1. Tn.D tampak tidak melakukan
aktivitas apa-apa, namun tampak
lebih sering duduk menyendiri
2. Tn.D mengungkapkan perasaan
bahwa saat ini dirinya tidak berguna
lagi bagi keluarganya
3. Saat interaksi, Tn.D tidak mampu
memulai pembicaraan, sering
menunduk, tidak mampu menatap
mata lawan bicaranya

Poltekkes Kemenkes Padang


3 DS : Isolasi Sosial
1. Tn.D mengatakan bahwa ia lebih
senang menyendiri
2. Tn.D mengatakan bahwa ia malas
berbincang-bincang dengan teman-
temannya
3. Tn.D mengatakan bahwa tidak ada
hal penting yang akan ia bicarakan
dengan orang lain
4. Klien mengatakan bahwa ia
merasa orang-orang menjauhinya
karena kondisinya saat ini
5. Tn.D mengatakan bahwa selama
dirawat dirumah sakit, ia tidak
memiliki teman terdekat

DO :
1. Tn.D tampak sering menyendiri
2. Tn.D tampak memisahkan diri dari
orang lain
3. Tn.D tampak jarang berbincang
dengan sekitarnya dan terkadang
tampak tidak mengikuti kegiatan
yang dilakukan bersama seperti
senam pagi
4. Saat interaksi, kontak mata tampak
kurang, dan menjawab seadanya
5. Saat interaksi, Tn.D tampak kurang
mampu berkonsentrasi

XIII. DAFTAR MASALAH


a. Defisit perawatan diri
b. Distress spiritual
c. Harga diri rendah
d. Ansietas
e. Gangguan proses pikir
f. Resiko perilaku kekerasan
g. Gangguan pemeliharaan kesehatan
h. Kurang pengetahuan

Poltekkes Kemenkes Padang


XIV. POHON MASALAH

Isolasi Sosial
Effect :

Core Problem :
Defisit Perawatan Diri

Harga Diri Rendah Kronis


Causa :

XV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Defisit perawatan diri
2. Harga diri rendah
3. Isolasi sosial

XVI. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Nama Klien : Tn. D
No. MR : 02-81-40

Tgl Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan Keperawatan
1 Defisit Pasien Setelah SP 1 Pasien :
perawatan diri mampu : dilakukan 2 – 4 Pengkajian dan
menjaga kali pertemuan melatih cara
kebersihan pasien mampu menjaga
diri sesuai menjaga kebersihan diri:
strategi kebersihan diri mandi, cuci
pelaksanaan dengan cara: rambut, sikat
tindakan 1. Membersih gigi, potong kuku
keperawatan kan diri 1. Bina hubungan
dengan saling percaya
cara mandi dengan klien
2. Mampu dengan
berhias dan mengucapkan
berdandan salam,
3. Mampu perkenalan diri,

Poltekkes Kemenkes Padang


makan dan gunakan
minum pendekatan
dengan yang tenang
baik dan
4. Mampu meyakinkan,
melakukan buat kontrak
BAB/BAK asuhan
dengan keperawatan,
baik dan meminta
persetujuan
pasien
2. Identifikasi
masalah
perawatan diri:
kebersihan diri,
berdandan,
makan/minum,
BAB/BAK
3. Jelaskan
pentingnya
kebersihan diri
4. Jelaskan alat
dan cara
kebersihan diri
5. Latih
cara menjaga
membersihkan
diri : mandi,
mengganti
pakaian, sikat
gigi,cuci
rambut,
potong kuku
6. Tanyakan
perasaan
pasien setelah
melakukan
kegiatan
7. Masukan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
mandi dan
sikat gigi (2
kali sehari),
cuci rambut (2
kali seminggu)
potong kuku
(satu kali

Poltekkes Kemenkes Padang


seminggu)
8. Kontrak waktu
untuk
pertemuan
selanjutnya
yaitu latihan
cara
berdandan/berh
ias

SP 2 Pasien:
Melatih cara
berdandan
setelah
kebersihan diri
:sisiran, berhias
untuk
perempuan,
cukuran untuk
pria
1. Evaluasi
kegiatan
kebersihan diri.
Beripujian
2. Jelaskan cara
dan alat
untuk
berdandan
3. Latih
cara berdandan
setelah
kebersihan diri :
sisiran, cukuran
untuk pria
4. Tanyakan
perasaan pasien
setelah
melakukan
kegiatan
5. Masukan pada
jadwal kegiatan
untuk
kebersihan diri
dan
berdandan
6. Kontrak waktu
untuk pertemuan
selanjutnya yaitu

Poltekkes Kemenkes Padang


latihan cara
makan dan
minum yang
baik dan benar

SP 3 Pasien:
Melatih cara
makan/minum
dengan baik dan
benar
1. Evaluasi
kegiatan
kebersihan diri
dan berdandan.
Beri pujian
2. Jelaskan cara
dan alat makan
dan minum
3. Latih cara
makan/minum
yang baik dan
benar
4. Tanyakan
perasaan
pasien setelah
melakukan
kegiatan
5. Masukan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
kebersihan diri,
berdandan serta
makan/minum
yang baik dan
benar.
6. Kontrak waktu
untuk
pertemuan
selanjutnya
yaitu latihan
cara
BAB/BAK
yang baik

Poltekkes Kemenkes Padang


SP 4 Pasien :
Melatih BAB dan
BAK yang baik
1. Evaluasi
kegiatan
kebersihan
diri, berdandan,
makan/minum.
Beri pujian
2. Jelaskan cara
BAB/BAK
yang baik
3. Latih
cara BAB/BAK
yang baik
4. Tanyakan
perasaan pasien
setelah
melakukan
kegiatan
5. Masukan
pada jadwal
kegiatan untuk
kebersihan diri,
berdandan,
makan/minum,
BAB/BAK

2 Harga diri Pasien Setelah 2-4x SP 1 Pasien :


rendah mampu: pertemuan: Pengkajian
Mening Pasien mampu harga diri
katkan meningkatkan rendah dan
keperca kepercayaan latihan kegiatan
yaan diri dan harga diri pertama
yang dengan cara : 1. Bina hubungan
dimiiki 1. Mengkaji saling percaya
pasien dan kemampu dengan klien
melatih an yang 2. Identifikasi
pasien dimiliki pandangan/peni
sesuai pasien laian pasien
kemam serta tentang diri
puannya melatih sendiri dan
melalui kegiatan pengaruhnya
tindakan pertama terhadap
kepera 2. Latihan hubungan
watan kegiatan dengan orang
sehingga kedua lain, harapan
pasien yang telah yang telah dan

Poltekkes Kemenkes Padang


tidak lagi disepakat belum tercapai,
merasa 3. Latihan upaya yang
putus asa kegiatan dilakukan untuk
dan lebih ketiga mencapai
berarti 4. Latihan harapan yang
kegiatan ke belum terpenuhi
empat 3. Identifikasi
yang telah kemampuan
disepakati melakukan
pasien kegiatandan
aspek positif
pasien(buat
daftar
kegiatan)
4. Bantu pasien
menilai
kegiatan yang
dapat dilakukan
saat ini (pilih
dari daftar
kegiatan mana
kegiatan yang
dapat
dilaksanakan)
5. Buat daftar
kegiatan yang
dapat dilakukan
saat ini
6. Bantu pasien
memilih salah
satu kegiatan
yang dapat
dilakukan saat
ini untuk
dilatih
7. Latih kegiatan
yang dipilih
(alat dan cara
melakukannya)
8. Tanyakan
perasaan
pasien setelah
melakukan
kegiatan
9. Masukkan
kegiatan
yang telah
dilatih pada

Poltekkes Kemenkes Padang


jadwal
kegiatan harian
10. Kontrak
waktu untuk
pertemuan
selanjutnya
yaitu latihan
cara
melakukan
kegiatan kedua
yang dipilih
pasien

SP 2 Pasien:
Latihan kegiatan
kedua yang
dipilih pasien
1. Evaluasi tanda
dan gejala
harga diri
rendah
2. Validasi
kemampuan
pasien
melakukan
kegiatan
pertama yang
telah dilatih
dan berikan
pujian
3. Evaluasi
manfaat
melakukan
kegiatan
pertama
4. Bantu pasien
memilih
kegiatan kedua
yang akan
dilatih
5. Latih kegiatan
kedua (alat dan
cara)
6. Tanyakan
perasaan pasien
setelah
melakukan
kegiatan

Poltekkes Kemenkes Padang


7. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
dua kegiatan
8. Kontrak waktu
untuk
pertemuan
selanjutnya
yaitu latihan
cara melakukan
kegiatan ketiga
yang dipilih
pasien

SP 3 Pasien:
Latihan kegiatan
ketiga yang diilih
pasien
1. Evaluasi tanda
dan gejala
harga diri
rendah
2. Validasi
kemampuan
melakukan
kegiatan
pertama, dan
kedua yang
telah dilatih dan
berikan pujian
3. Evaluasi
manfaat
melakukan
kegiatan
pertama dan
kedua
4. Bantu pasien
memilih
kegitan ketiga
yang akan
dilatih
5. Latih kegiatan
ketiga (alat dan
cara)
6. Tanyakan
perasaan pasien
setelah
melakukan

Poltekkes Kemenkes Padang


kegiatan
7. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
tiga kegiatan
8. Kontrak waktu
untuk
pertemuan
selanjutnya
yaitu latihan
cara melakukan
kegiatan
keempat yang
dipilih klien

SP 4 Pasien:
Latih kegiatan
keempat yang
dipilih pasien
1. Evaluasi tanda
dan gejala
harga diri
rendah
2. Validasi
kemampuan
melakukan
kegiatan
pertama, kedua
dan ketiga yang
telah dilatih
dan berikan
pujian
3. Evaluasi
manfaat
melakukan
kegiatan
pertama, kedua
dan ketiga
4. Bantu pasien
memilih
kegiatan
keempat yang
akan dilatih
5. Latih kegiatan
keempat (alat
dan cara)
6. Tanyakan
perasaan pasien

Poltekkes Kemenkes Padang


setelah
melakukan
kegiatan
7. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
empat kegiatan

3 Isolasi Sosial Pasien Setelah SP 1 (Pasien)


mampu : dilakukan 2 :Melatih pasien
berinterak – 4 kali berkenalan dengan
si dengan pertemuan 1 orang.
orang lain pasien 1. Bina hubungan
sesuai mampu saling percaya
strategi mengontrol dengan pasien
pelaksana isolasi sosial 2. Identifikasi tanda
an dengan cara: dan gejala isolasi
tindakan 1. Berkenalan sosial pada pasien
keperawat dan 3. Bantu pasien
an berinteraksi menyadari
secara masalah isolasi
bertahap sosial
dengan 1 4. Jelaskan dan latih
orang (antara pasien berkenalan
pasien dan dan berinteraksi
perawat) dengan 1 orang
2. Berkenalan (antara pasien
dan dengan perawat)
berinteraksi 5. Minta pasien
secara untuk
bertahap mengulangi
dengan 2 – 3 kegiatan yang
orang telah dilakukan
3. Berkenalan 6. Berikan pujian
dan kepada pasien
berinteraksi 7. Tanyakan
secara perasaan pasien
bertahap setelah
dengan 4 – 5 melakukan
orang kegiatan
4. Berinteraksi 8. Masukan ke
dengan orang dalam jadwal
lain sambil kegiatan harian
melakukan 9. Kontrak waktu
kegiatan untuk pertemuan
sosial selanjutnya yaitu
latihan kedua :
berkenalan dan

Poltekkes Kemenkes Padang


berinteraksi
dengan 2 – 3
orang.

SP 2 (Pasien) :
Melatih pasien
berkenalan dengan
2-3 orang
1. Evaluasi
tanda dan
gejala isolasi
sosial
2. Validasi
kemampuan
pasien dalam
berkenalan
dan
berinteraksi
dengan 1
orang,
berikan
pujian
3. Evaluasi
manfaat
berkenalan
dan
berinteraksi
dengan 1
orang (antara
pasien dan
perawat)
4. Jelaskan dan
latih pasien
cara
berkenalan
dan
berinteraksi
dengan 2 – 3
orang
5. Minta pasien
untuk
memperaga
kan kembali
6. Berikan
pujian
kepada
pasien

Poltekkes Kemenkes Padang


7. Tanyakan
perasaan
paisen
setelah
melakukan
kegiatan
8. Masukkan
pada jadwal
kegiatan
harian
9. Kontrak
waktu untuk
pertemuan
selanjutnya
yaitu latihan
ketiga :
berkenalan
dan
berinteraksi
dengan 4 – 5
orang.

SP 3 (Pasien) :
Melatih pasien
berkenalan dengan
4-5 orang
1. Evaluasi tanda
dan gejala
isolasi sosial
2. Validasi
kemampuan
pasien dalam
berkenalan dan
berinteraksi
dengan 2 – 3
orang
3. Evaluasi
manfaat
berkenalan dan
berinteraksi
dengan 2 – 3
orang
4. Jelaskan dan
latih pasien
berkenalan dan
berinteraksi
dengan 4 – 5

Poltekkes Kemenkes Padang


orang
5. Minta pasien
untuk
memperagakan
kembali
6. Berikan pujian
kepada pasien
7. Tanyakan
perasaan
pasien setelah
melakukan
kegaiatan
8. Masukkan
kedalam
jadwal
kegiatan harian
9. Kontrak waktu
untuk
pertemuan
selanjutnya
yaitu latihan
keempat :
berinteraksi
dengan orang
lain sambil
melakukan
kegiatan sosial.

SP 4 (Pasien) :
Melatih pasien
berinteraksi
dengan orang lain
sambil melakukan
kegiatan sosial
1. Evaluasi tanda
dan gejala
isolasi social
2. Validasi
kemampuan
pasien dalam
berkenalan dan
berinteraksi
dengan 4 – 5
orang
3. Evaluasi
manfaat
berkenalan dan

Poltekkes Kemenkes Padang


berinteraksi
dengan 4 – 5
orang
4. Jelaskan dan
latih pasien
berinteraksi
degan orang
lain sambil
melakukan
kegiatan sosial
5. Minta pasien
untuk
memperagakan
kembali
6. Berikan pujian
kepada pasien
7. Tanyakan
perasaan
pasien setelah
melakukan
kegiatan
8. Masukkan
kedalam
jadwal
kegiatan harian

XVII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Nama Klien : Tn.D
No.MR : 02-81-40
Tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
14 Defisit SP 1 Pasien: S:
Maret perawa pengkajian dan a. Pasien
2021 tan diri melatih cara menjaga mengatakan
kebersihan diri : sudah
mandi,cuci rambut, mengetahui
sikat gigi, potong pentingnya
kuku. kebersihan
a. Membina diri
hubungan saling b. Pasien
percaya dengan mengatakan
mengucapkan sudah
salam, perkenalan mengetahui
diri, gunakan alat-alat
pendekatan yang untuk

Poltekkes Kemenkes Padang


tenang dan kebersihan
meyakinkan, buat diri
kontrak asuhan, c. Pasien
dan minta mengatakan
persetujuan sudah
pasien mengetahui
b. Mengidentifikasi cara untuk
masalah menjaga
perawatan diri: kebersihan
Kebersihan diri, diri
berdandan,
makan/minum, O:
BAB/BAK a. Pasien dapat
c. Menjelaskan menyebutkan
pentingnya alat dan cara
kebersihan diri. membersih
d. Menjelaskan alat kan diri
dan cara dengan benar
kebersihandiri (mandi, sikat
e. Melatih cara gigi, potong
menjaga kuku)
membersihkan diri b. Penampilan
: mandi, sikat gigi, tampak tidak
cuci rambut, rapi, jenggot
potong kuku panjang,
f. Masukkan rambut
kedalam jadwal panjang, gigi
kegiatan harian kuning, kuku
pasien panjang dan
kotor

A : Defisit
perawatan diri
masih ada,
pasien dapat
membina
hubungan saling
percaya dengan
perawat dan
memahami dan
dapat melakukan
kegiatan
perawatan diri
tetapi tetap
diarahkan

P : Optimalkan SP
1, lanjutkan SP 2

Poltekkes Kemenkes Padang


Harga S:
diri SP 1 Pasien : a. Pasien
rendah Pengkajian dan latihan mengatakan
kegiatan pertama yang sudah bisa
dipilih pasien merapikan
a. Mengidentifikasi tempat tidur
pandangan/penilai b. Pasien
an pasien tentang mengatakan
diri sendiri dan bahwa ia
pengaruhnya kadang-kadang
terhadap hubungan merapikan
dengan orang lain, tempat tidur
harapan yang telah setiap pagi dan
dan belum tercapai, setelah bangun
upaya yang sore
dilakukan untuk
mencapai harapan
yang belum O : Pasien tampak
terpenuhi bisa melakukan
b. Membantu pasien kegiatan pertama
menilai kegiatan yang telah dilatih
yang dapat
dilakukan saat ini
(pilih dari daftar A : Pasien dapat
kegiatan melakukan
c. Membantu pasien kegiatan pertama
memilih kegiatan dengan arahan
pertama yang dapat perawat
dilakukan saat ini
untuk dilatih
(merapikan tempat P : Optimalkan
tidur) kemampuan SP 1,
d. Melatih kegiatan lanjutkan SP 2
pertama yang
dipilih (alat dan
cara
melakukannya)
e. Masukkan kedalam
jadwal kegiatan
harian pasien

Poltekkes Kemenkes Padang


15 Defisit SP 2 Pasien: melatih S:
Maret perawatan cara berdandan a. Pasien
2021 diri setelah kebersihan mengatakan hari
diri: sisiran, bercukur ini ia sudah
untuk pria mandi 2 kali
a. Mengevaluasi sehari, telah
kegiatan keramas, dan
kebersihan diri. telah memotong
Beri pujian kuku
b. Menjelaskan cara b. Pasien
dan alat untuk mengatakan
berdandan/bercuk sudah
ur mengetahui alat
c. Melatih cara yang digunakan
berdandan setelah untuk berdandan
kebersihan diri: dan berhias
bercukur bagi pria c. Pasien
d. Masukkan mengatakan
kedalam jadwal sudah
kegiatan harian mengetahui cara
pasien berdandan/berhi
as

O:
a. Pasien dapat
menyebutkan
alat dan cara
berdandan/berhi
as
b. Pasien tampak
lebih bersih dan
lebih rapi
c. Rambut belum
dipotong
d. Jenggot belum
dicukur

A:
a. SP 1 pasien
defisit perawatan
diri sudah mandiri
b. SP 2 pasien
belum mandiri

P : Optimalkan SP 2
dan lanjutkan SP 3

Poltekkes Kemenkes Padang


Harga diri SP 2 Pasien : Melatih S:
rendah kemampuan kedua a. Pasien
yang dipilih mengatakan
a. Memvalidasi sudah melakukan
kemampuan kegiatan pertama
pasien melakukan yaitu merapikan
kegiatan pertama tempat tidur
yang telah dilatih b. Pasien dapat
dan berikan menyebutkan alat
pujian yang digunakan
b. Mengevaluasi untuk kegiatan
manfaat kedua yaitu
melakukan menyapu ruangan
kegiatan pertama c. Pasien dapat
c. Membantupasien menyebutkan
memilih kegiatan cara menyapu
kedua yang akan ruangan
dilatih (menyapu
lantai) O : Pasien tampak
d. Melatih kegiatan sudah bisa
kedua (alat melakukan kegiatan
dancara) kedua yang telah
e. Masukkan dilatih
kedalam jadwal
kegiatan harian A: Pasien dapat
pasien melakukan kegiatan
yang telah dilatih
secara mandiri

P : Lanjutkan SP 3

16 Defisit SP 3 Pasien : melatih S:


Maret perawatan cara makan dan a. Pasien
2021 diri minum dan baik mengatakan
a. Mengevaluasi sudah
kegiatan mengetahui alat-
kebersihan diri alat yang
dan berdandan . digunakan untuk
Beri pujian makan dan
b. Menjelaskan cara minum
dan alat makan b. Pasien
dan minum mengatakan telah
c. Melatih cara mengerti dengan
makan dan minum cara makan dan
yang baik minum yang
d. Masukkan benar
kedalam jadwal
kegiatan harian

Poltekkes Kemenkes Padang


pasien O:
a. Pasien dapat
menyebutkan alat
dan cara
makan/minum
yang benar
b. Pasien tampak
makan dengan
piring dan minum
dengan gelas
c. Pasien tampak
sudah mencuci
tangan sebelum
dan sesudah
makan
d. Pasien tampak
makan sudah
tidak berserakan
e. Pasien sudah
tampak mencuci
gelasnya setelah
selesai makan
dan minum

A:
a. SP 1 pasien defisit
perawatan diri
sudah mandiri
b. SP 2 Pasien
defisit perawatan
diri sudah
mandiri
c. SP 3 pasien defisit
perawatan diri
sudah mandiri

P : Optimalkan SP 3
dan lanjut SP 4

Poltekkes Kemenkes Padang


Harga diri SP 3 Pasien : Melatih S:
rendah kemampuan ketiga a. Pasien
yang dipilih mengatakan
a. Memvalidasi dirinya senang
kemampuan dapat melakukan
pasien melakukan kegiatan yang
kegiatan kedua bermanfaat
yang telah dilatih b. Pasien
dan berikan mengatakan
pujian sudah dapat
b. Mengevaluasi melakukan
manfaat kegiatan kedua
melakukan yaitu menyapu
kegiatan kedua ruangan
c. Membantu pasien c. Pasien dapat
memilih kegiatan menyebutkan alat
ketiga yang akan yang digunakan
dilatih (mencuci untuk kegiatan
gelas dan ketiga yaitu
mengelap meja mencuci gelas
makan) dan mengelap
d. Melatih kegiatan meja setelah
ketiga (alat dan makan
cara) d. Pasien dapat
e. Masukkan menyebutkan
kedalam jadwal cara mencuci
kegiatan harian gelas dan
pasien mengelap meja

O : Pasien tampak
sudah bisa
melakukankegiatan
ketiga, pasien
tampak bersemangat

A : Pasien mampu
melakukan kegiatan
tanpa arahan
perawat

P : Lanjutkan SP 4

Poltekkes Kemenkes Padang


Isolasi SP 1 (Pasien) : S:
sosial Pengkajian isolasi a. Pasien
sosial dan melatih mengatakan
pasien berkenalan malas
dengan 1 orang. berkenalan
a. Mengidentifikasi dengan orang
tanda dan gejala lain
isolasi sosial pada b. Setelah diberi
pasien penjelasan
b. Membantu pasien mengenai
menyadari masalah keuntungan
isolasi sosial dan kerugian
c. Melatih pasien isolasi sosial,
berkenalan dan pasien
berinteraksi dengan mengatakan
1 orang (antara mau untuk
pasien dengan berkenalan
perawat) dengan orang
d. Minta pasien untuk lain atau
mengulangi kegiatan berkenalan
yang telah dilakukan dengan
e. Masukan ke dalam perawat
jadwal kegiatan
harian pasien O:
a. Sebelum diberi
penjelasan,
pasien
tampak sulit
untuk di ajak
berinteraksi dan
hanya
menjawab apa
yang ditanyakan
saja
b. Setelah diberi
penjelasan,
pasien mampu
berkenalan
dengan perawat

A : Masalah isolasi
sosial masih ada,
pasien mampu
berkenalan dengan
arahan perawat

P : Optimalkan SP
1 dan lanjutkan SP2

Poltekkes Kemenkes Padang


17 Defisit SP 4 Pasien : melatih S:
Maret perawatan BAB dan BAK yang a. Pasien
2021 diri baik mengatakan
a. Mengevaluasi sudah
kegiatan mengerti
kebersihan diri, cara
berdandan, BAK/BAB
makan/minum. dengan benar
Beri pujian b. Pasien
b. Menjelaskan mengatakan
cara BAB/BAK ia sudah
yang baik BAK/BAB
c. Melatih cara dikamar
BAB/BAK yang mandi
baik. c. Pasien
d. Masukkan mengatakan
kedalam jadwal sudah
kegiatan harian membersih
pasien kan diri dan
menyiram
toilet setelah
BAK/BAB

O:
a. Pasien tampak
bersih
b. Pasien dapat
menyebutkan
alat dan cara
BAB/BAK
yangbenar
c. Pasien tampak
sudah buang
air dikamar
mandi

A:
a. SP 1 pasien
defisit
perawatan diri
sudah mandiri
b. SP 2 pasien
defisit
perawatan diri
sudah mandiri
c. SP 3 pasien

Poltekkes Kemenkes Padang


defisit
perawatan diri
sudah mandiri
d. SP 4 defisit
perawatan diri
sudah mandiri

P : Optimalkan SP
4 dan evaluasi
kembali SP 1,
2 dan3

Harga diri SP 4 Pasien : Melatih S:


rendah kemampuan keempat a. Pasien
yang dipilih mengatakan
a.Memvalidasi bahwa ia
kemampuan pasien merasa dirinya
melakukan kegiatan lebih mampu
ketiga yang telah dan mandiri
dilatih dan berikan dari biasanya
pujian b. Pasien dapat
b.Mengevaluasi menyebutkan alat
manfaat melakukan yang digunakan
kegiatan ketiga untuk kegiatan
c.Membantu pasien keempat yaitu
memilih kegiatan mengepel lantai
keempat yang akan c. Pasien dapat
dilatih (mengepel menyebutkan
lantai) cara mengepel
d.Melatih kegiatan lantai
keempat (alat dan
cara)
e.Masukkan kedalam O : Pasien tampak
jadwal kegiatan bisa melakukan
harian pasien kegiatan mengelap
meja, pasien
tampak
bersemangat

A : Pasien mampu
melakukan kegiatan
tanpa arahan perawat

P : Optimalkan
kegiatan SP 4 dan
evaluasi kegiatan SP
1, 2 dan 3

Poltekkes Kemenkes Padang


Isolasi SP 2 (pasien) : S:
sosial Melatih pasien a. Pasien
berkenalan dengan mengatakan
2-3 orang sudah tahu
a. Memvalidasi keuntungan
kemampuan dan kerugian
pasien dalam berinteraksi
berkenalan dan dengan orang
berinteraksi lain
dengan 1 orang b. Pasien
b. Mengevaluasi mengatakan
manfaat ingin
berkenalan dan berkenalan
berinteraksi dengan orang
dengan 1 orang yang lainnya
c. Menjelaskan
dan melatih O:
pasien cara a. Pasien sudah
berkenalan dan bisa
berinteraksi berkenalan
dengan 2 – 3 dan
orang berinteraksi
d. Minta pasien dengan 2-3
untuk orang
memperagakan b. Pasien tampak
kembali semangat
e. Masukan ke
dalam jadwal A : Pasien tampak
kegiatan harian sudah mampu
pasien berkenalan dan
berinteraksi
dengan 2-3 orang

P : Optimalkan SP
2 lanjutkan SP3

Poltekkes Kemenkes Padang


18 Isolasi SP 3 (pasien) : S:
Maret sosial Melatih pasien a. Pasien
2021 berkenalan dengan mengatakan
4-5 orang sudah bisa
a. Memvalidasi berkenalan
kemampuan dengan 2-3
pasien dalam orang
berkenalan dan b. Pasien
berinteraksi mengatakan
dengan 2-3 mau
orang berkenalan
b. Menjelaskan lebih banyak
dan melatih lagi dengan
pasien cara orang lain
berkenalan dan
berinteraksi O:
dengan 3-4 a. Pasien sudah
orang bisa
c. Minta pasien berkenalan
untuk dan
memperagakan berinteraksi
kembali dengan 3-4
d. Masukan ke orang
dalam jadwal b. Pasien tampak
kegiatan harian semangat

A : Pasien tampak
sudah mampu
berkenalan dan
berinteraksi dengan
3-4 orang

P : Optimalkan SP
3, lanjutkan SP 4

19 Isolasi SP 4 (pasien) : S:
Maret sosial Melatih pasien a. Pasien
2021 berinteraksi dengan mengatakan
orang lain sambil sudah bisa
melakukan berkenalan
kegiatan dengan 3-4
(membersihkan orang
meja makan b. Pasien
bersama-sama) mengatakan
a. Memvalidasi mau
kemampuan melakukan
pasien dalam kegiatan yang

Poltekkes Kemenkes Padang


berkenalan dan telah
berinteraksi diajarkan
dengan 3-4 (berinteraksi
orang dengan orang
b. Menjelaskan lain sambil
dan melatih melakukan
pasien cara kegitan
berinteraksi sosial/TAKS
dengan orang sesi 3 tentang
lain sambil bercakap-
melakukan cakap dengan
kegiatan sosial anggota
c. Minta pasien kelompok
untuk dalam
memperagakan kegiatan
kembali sosial)
d. Masukan ke
dalam jadwal O:
kegiatan harian a. Pasien
tampak sudah
bisa
berinteraksi
dengan orang
lain sambil
melakukan
kegiatan
b. Pasien tampak
semangat

A : Pasien tampak
sudah mampu
berinteraksi dengan
orang lain sambil
melakukan kegiatan
sosial/TAKS sesi 3

P : Optimalkan SP
4. Evaluasi kegiatan
SP 1,2,3. Pamit dan
melakukan
terminasi dengan
Tn.D

Poltekkes Kemenkes Padang


bingan Proposal Pembimbing 1
LAMPIRAN 8

Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN 9

Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN 10

Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN 11

Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN 12

Poltekkes Kemenkes Padang

Anda mungkin juga menyukai