Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Diploma pada
Program Studi D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien dengan Defisit
Perawatan Diri di Ruang Cendrawasih Rumah Sakit Prof. HB. Saanin
Padang Tahun 2021”
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar Diploma III pada Program Studi D-III Keperawatan
Padang Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang. Penulis menyadari
bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan
sampai pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah, sangatlah sulit bagi penulis untuk
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Ibu Renidayati, SKp, M.Kep, Sp.Jiwa selaku pembimbing 1 dan Bapak N.
Rachmadanur, SKp, MKM selaku pembimbing 2 yang telah mengarahkan,
membimbing, dan memberikan masukan kepada penulis dengan penuh
kesabaran dan perhatian dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu Ns. Lola Felnanda Amri, S.Kep, M.Kep selaku penguji 1 dan Ibu Heppi
Sasmita SKp, M.Kep, Sp.Jiwa selaku penguji 2 sekaligus Ketua Program
Studi D-III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes RI Padang yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis untuk
lebih melengkapi penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Ibu Dr. Aklima, MPH selaku direktur Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin
Padang yang mengizinkan dan membantu penulis dalam memperoleh data
yang penulis perlukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Bapak Ns. Syafrizal M.Kep selaku Kepala Bidang Keperawatan Rumah Sakit
Jiwa Prof. HB. Saanin Padang dan staff yang telah membantu penulis dalam
melakukan pengambilan data dan melakukan penelitian.
5. Bapak Ns. Agustian, S.Kep selaku Kepala Ruang Rawat Inap Cendrawasih
Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang yang telah mengizinkan penulis
untuk melakukan penelitian diruang rawat inap Cendrawasih dan sudah
Akhir kata, penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi
penulis sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta penulis mendoakan
semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah
SWT. Aamiin.
Penulis
NIM : 183110276
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan :
Pendidikan Tahun
ABSTRAK
Defisit perawatan diri banyak terjadi pada pasien gangguan jiwa terutama pada
kasus skizofrenia dengan penampilan klien tampak tidak rapi dan kotor, rambut
kusut, kuku panjang, tidak dapat makan/minum maupun buang air dengan baik
serta didapatkan interaksi yang kurang. Tujuan penelitian untuk menerapkan
asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan defisit perawatan diri di Ruang
Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang Tahun 2021. Jenis
penelitian deskriptif dalam bentuk studi kasus. Waktu penelitian dari Januari
hingga Juni 2021. Waktu penerapan asuhan keperawatan jiwa selama 7 hari.
Populasi 38 orang, sampel 1 orang ditetapkan dengan teknik purposive sampling
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Instrumen penelitian format
skrinning, format asuhan keperawatan jiwa dan alat pemeriksaan fisik. Hasil
penelitian didapatkan klien malas melakukan perawatan diri, penampilan kotor,
sering menyendiri, merasa tidak memiliki kemampuan dan merasa malu dengan
kondisinya. Diagnosa keperawatan jiwa yang muncul yaitu defisit perawatan diri,
harga diri rendah dan isolasi sosial. Intervensi keperawatan yang dilaksanakan
sudah terstandar, dapat dilaksanakan pada implementasi dan evaluasi
keperawatan. Setelah penerapan asuhan keperawatan jiwa dapat disimpulkan
adanya perubahan ke arah lebih baik pada klien dan ketiga diagnosa yang muncul
dapat teratasi dimana penampilan klien sudah rapi dan bersih, mulai percaya diri,
bangga dengan kemampuan yang dimiliki, jarang menyendiri serta telah mampu
berkenalan dan berinteraksi secara bertahap. Penelitian ini diharapkan dapat
menjadi gambaran bagi perawat ruangan dalam memberikan asuhan keperawatan
jiwa dengan defisit perawatan diri untuk mempertahankan kemampuan klien
dalam perawatan diri secara mandiri dengan tetap mengevaluasi perkembangan
klien terhadap kebersihan dirinya.
Kata Kunci (Key Word): Defisit Perawatan Diri, Asuhan Keperawatan Jiwa
Daftar Pustaka : 33 (2011-2020)
ABSTRACT
Self-care deficits occur in patients with mental disorders, especially in cases of
schizophrenia with the appearance of the client looks undity and dirty, matted
hair, long nails, unable to eat and drink even urinate properly and obtained
interactions that are lacking, research objectives to apply mental nursing care to
client with self- care deficits in the Cendrawasih room of Prof. HB Saanin Padang
in 2021. Descriptive research type in the form of case studies, the research time
start from January to June 2021. The time for applying mental nusring care is
seven days, population 38 People, a Sample of one person is determined by
purposive sampling technique that meets the criteria of inclussion and exclusion.
Research instruments screening format, mental nursing care format and physical
examination tool. The result of teh study found that clients are lazy to do self-
care, dirty appearance, often aloof, feel they do not have the ability and feel
ashamed of their condition, emerging mental nursing diagnoses include self- care
deficits, low self esteem and social isolation mental nursing interviews conducted
have been standardized, can be carried out on the implementation and evaluation
of nursing. After the aplication of mental nursing care can be concluded that there
is a change in the direction of the better in the client and the three diagnoses that
appear can be resolved where the client’s appearence is neat and clean, starts
confident, proud of the ability he has, rarely alone and has been able to get
acquainted and ineteract gradually. This research is expected to be an overview
for room nurses in providing mental nursing care with self- care deficits to
maintain the client’s ability in self- care independently while still evaluating the
client’s development of his or her own hygiene.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya. Kondisi perkembangan yang tidak sesuai atau menyimpang
pada individu disebut gangguan jiwa (UU No. 18 Tahun 2014).
Tanda dan gejala defisit perawatan diri dapat dinilai dari pernyataan klien
tentang kebersihan diri, berdandan dan berpakaian, makan dan minum, BAB
dan BAK dan didukung dengan data hasil observasi baik data subjektif dan
data objektif. Pada data subjektif didapatkan data dari klien mengatakan malas
mandi, tidak mau menggosok gigi, tidak mau menyisir rambut, tidak mau
berhias, tidak bisa menggunakan alat mandi, tidak dapat menggunakan alat
makan dan minum saat makan dan minum, BAB dan BAK sembarangan.
Sedangkan pada data objektif didapatkan data berupa badan klien bau, kotor,
rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang, tidak menggunakan alat mandi saat
mandi, rambut kusut berantakan, tidak mampu berdandan, pakaian tidak rapi,
makan dan minum sembarangan serta berceceran, dan BAB dan BAK tidak
pada tempatnya (Nurhalimah, 2016).
Dampak apabila defisit perawatan diri tidak ditangani, maka akan berakibat
buruk baik bagi dirinya sendiri, orang lain serta lingkungan sekitarnya.
Dampak fisik bagi dirinya sediri yaitu banyaknya gangguan kesehatan yang
diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan diri dengan baik
seperti gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi
pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku. Sedangkan untuk dampak
psikososial yaitu gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi dan gangguan interaksi sosial.
Sedangkan dampak bagi orang lain dan lingkungan sekitarnya adalah
terganggunya kenyamanan dan ketentraman masyarakat (Dermawan, 2013).
Peran perawat terhadap klien dengan defisit perawatan diri yaitu memberikan
bantuan dalam melaksanakan pemenuhan kebutuhan perawatan diri klien,
memberikan penyuluhan dan meningkatkan pengetahuan tentang upaya
perawatan diri dengan prinsip hidup sehat dan bersih. Perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan bagi klien dengan defisit perawatan diri, maka harus
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan prinsip proses keperawatan
sehingga hasil yang diinginkan dapat tercapai dan dapat meningkatkan
kesehatan klien.
Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk mengubah perilaku klien
defisit perawatan diri adalah dengan bentuk Stategi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan (SPTK) yang bertujuan agar klien mampu dan mau melakukan
aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi/membersihkan diri,
berpakaian, berhias/berdandan, makan, BAK dan BAB. Selain itu, rencana
tindakan yang dilakukan pada klien dengan gangguan defisit perawatan diri
yaitu dengan cara mendiskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri
dengan cara menjelaskan pengertian kebersihan diri dan tanda-tanda
kebersihan diri, mendiskusikan fungsi kebersihan diri untuk kesehatan dengan
menggali pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan
diri, dan membantu klien dalam memelihara kebersihan diri (Damaiyanti,
2015).
Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang merupakan satu-satunya rumah
sakit jiwa Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat dengan kelas Rumah
Sakit Jiwa tipe A yang berada di Jalan Raya Ulu Gadut Kota Padang yang
memberikan pelayanan dan pengobatan serta sebagai pusat rujukan bagi klien
gangguan jiwa. Berdasarkan data yang didapatkan dari Medical Record Rumah
Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang Tahun 2020 didapatkan data jumlah klien
gangguan jiwa rawat inap pada tahun 2020 sebanyak 2.114 orang dengan
kunjungan baru sebanyak 578 orang (27,34%) dan kunjungan lama sebanyak
1536 orang (72,65%). Jumlah klien gangguan jiwa rawat inap selama 3 bulan
terakhir didapatkan pada bulan Oktober 2020 sebanyak 168 orang, November
2020 sebanyak 193 orang, dan pada bulan Desember 2020 sebanyak 167 orang
dengan diagnosa terbanyak klien rawat inap selama tahun 2020 yaitu
skizofrenia sebanyak 1.847 orang.
Laporan bulanan dari Unit Perawatan Intensif Psikiatri (UPIP) Rumah Sakit
Jiwa Prof. HB. Saanin Padang Tahun 2020 menunjukkan bahwa jumlah total
klien rawat inap dengan skizofrenia selama 3 bulan terakhir dari bulan Oktober
2020 sampai Desember 2020 yaitu sebanyak 445 orang klien dengan rincian
bulan Oktober 2020 sebanyak 167 orang klien, bulan November terjadi
penurunan menjadi 136 orang klien, dan bulan Desember kembali terjadi
peningkatan menjadi 142 orang klien.
Hasil wawancara dengan Kabid Keperawatan Rumah Sakit Jiwa. Prof. HB.
Saanin Padang menyatakan bahwa ruangan yang diperbolehkan untuk
melakukan pengambilan data dan melakukan penelitian bagi mahasiswa terdiri
dari 3 ruangan yaitu Ruang Melati, Ruang Flamboyan, dan Ruang
Cendrawasih.
Laporan 3 bulan terakhir dari Ruang Melati yaitu dari bulan November 2020
sampai Januari 2021, didapatkan data pada bulan November 2020 terdapat
klien skizofrenia dengan defisit perawatan diri sebanyak 54 orang klien. Bulan
Desember 2020 terdapat klien skizofrenia dengan defisit perawatan diri
sebanyak 53 orang klien. Tanggal 25 Januari 2021 terdapat klien skizofrenia
dengan defisit perawatan diri sebanyak 25 orang klien.
Data laporan 3 bulan terakhir dari Ruang Flamboyan, pada bulan November
2020 terdapatklien skizofrenia dengan defisit perawatan diri sebanyak 30 orang
klien. Bulan Desember 2020 terdapat klien skizofrenia dengan defisit
perawatan diri sebanyak 21 orang klien. Tanggal 25 Januari 2021 di dapatkan
data terdapat klien skizofrenia dengan defisit perawatan diri sebanyak 18 orang
klien.
Data laporan 3 bulan terakhir dari Ruang Cendrawasih, pada bulan November
2020 klien skizofrenia dengan defisit perawatan diri sebanyak 74 orang klien.
Bulan Desember 2020 terdapat klien skizofrenia dengan defisit perawatan diri
sebanyak 64 orang klien. Tanggal 25 Januari 2021 klien skizofrenia dengan
defisit perawatan diri sebanyak 32 orang klien.
Berdasarkan data laporan 3 bulan terakhir dari bulan November 2020 hingga
Januari 2021 dari 3 ruang inap Rumah Sakit Jiwa. Prof. HB. Saanin Padang
tersebut, didapatkan bahwa Ruang Cendrawasih memiliki populasi klien
skizofrenia dengan defisit perawatan diri terbanyak dibanding ruangan lainnya.
Hasil wawancara dengan kepala ruangan rawat inap Cendrawasih Rumah Sakit
Jiwa Prof. HB. Saanin Padang mengatakan bahwa selama pandemi covid-19
pihak Rumah Sakit Jiwa. Prof. HB. Saanin Padang tidak memperbolehkan
adanya kunjungan dari pihak keluarga kecuali saat menjemput klien jika klien
sudah diperbolehkan pulang sehingga tidak bisa dilakukan studi pendahuluan
kepada keluarga klien.
Hasil wawancara dengan salah satu perawat di ruang rawat inap Cendrawasih
Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang menyatakan bahawa
penatalaksanaan yang dilakukan perawat diruang rawat inap Cendrawasih RSJ.
Prof. HB. Saanin Padang terhadap klien dengan defisit perawatan diri yaitu
dengan menerapkan pelaksanaan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
(SPTK) untuk klien dengan defisit perawatan diri yang terdiri dari 4 SP yaitu
menerapkan SP 1 dengan menjelaskan kepada klien tentang perawatan diri atau
mandi dan menyediakan alat-alat yang dibutuhkan klien untuk mandi, untuk SP
2 yaitu dengan menjelaskan kepada klien cara berhias, untuk SP 3 yaitu dengan
menjelaskan cara makan yang tertib kepada klien, serta untuk SP 4 yaitu
dengan menjelaskan cara melakukan BAK/BAB secara mandiri dan sesuai
aturan. Penerapan SP untuk keluarga klien dengan defisit perawatan diri juga
dilakukan saat keluarga menjemput klien jika klien sudah diperbolehkan
pulang.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Penerapan Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada Klien dengan Defisit Perawatan Diri di Ruang
Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa Prof. HB Saanin Padang Tahun 2021?“
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan asuhan
keperawatan jiwa pada klien dengan defisit perawatan diri di Ruang
Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang Tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan jiwa pada klien
dengan defisit perawatan diri di Ruang Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa
Prof. HB. Saanin Padang Tahun 2021.
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan jiwa pada klien
dengan defisit perawatan diri di Ruang Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa
Prof. HB. Saanin Padang Tahun 2021.
c. Mampu mendeskripsikan rencana tindakan keperawatan jiwa pada klien
dengan defisit perawatan diri di Ruang Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa
Prof. HB. Saanin Padang Tahun 2021.
d. Mampu mendeskripsikan tindakankeperawatan jiwa pada klien dengan
defisit perawatan diri di Ruang Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa Prof. HB.
Saanin Padang Tahun 2021.
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan jiwa pada klien dengan
defisit perawatan diri di Ruang Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa Prof. HB.
Saanin Padang Tahun 2021.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari :
1. Aplikatif
a. Bagi Rumah Sakit dan Perawat
Sebagai masukan serta acuan bagi perawat dalam meningkatkan
pelayanan keperawatan, terutama dalam asuhan keperawatan pada klien
dengan defisit perawatan diri.
b. Penulis
Sebagai pengembangan kemampuan penulis dalam melaksanakan asuhan
keperawatan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan penulis dalam
mengaplikasikan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan defisit
perawatan diri.
2. Pengembangan Keilmuan
Hasil penulisan yang diperoleh digunakan sebagai perbandingan dan bahan
untu penelitian selanjutnya di bidang keperawatan dan dapat menjadi
referensi dan rujukan dalam pembuatan ataupun pengaplikasian asuhan
keperawatan pada klien dengan defisit perawatan diri.
Selain itu, faktor lain yang dapat menyebabkan bayi rentan terkena
skizofrenia adalah depresi antenatal pada ibu. Paparan stress berat bisa
memengaruhi perkembangan neuron pada sambungan feto lacental
maternal.
b. Fakor Non-prenatal
Selain faktor prenatal diatas, terdapat beberapa faktor yang berasal dari
luar yang dapat menyebabkan terjadinya skizofrenia diantaranya yaitu :
1) Faktor Genetik
Faktor genetik dihubungkan dengan anggota keluarga lain yang juga
menderita skizofrenia. Kemungkinan ini semakin besar jika keluarga
lain yang mengidap skizofrenia memiliki hubungan persaudaraan
yang dekat. Faktor genetik skizofrenia adalah sejumlah faktor
kausatif terimplikasi termasuk pengaruh genetik, ketidakseimbangan
neurotransmitter, kerusakan struktural otak yang disebabkan oleh
virus prenatal atau kecelakaan dalam proses persalinan, dan stress
psikologis.
2) Faktor Biologis
Faktor biologis dapat dilihat dari perubahan pada sistem transmisi
sinyal penghantar syaraf (neurotransmitter) dan reseptor di sel-sel
syaraf otak (neuron) dan interaksi zat neurokimia seperti dopamine
a. Gejala-gejala positif
Gejala-gejala positif skizofrenia antara lain termasuk halusinasi, delusi,
gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-gejala ini disebut positif karena
merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh orang lain.
b. Gejala-gejala negatif
Gejala-gejala yang dimaksud dimaksud negatif karena merupakan
kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang
atau tidak mampu menampakkan atau mengekspresikan emosi pada
wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk beraktivitas, tidak dapat
menikmati kegiatan yang disenangi, dan kurannya kemampuan berbicara
(alogia) (Azizah, dkk, 2016).
Adaptif Maladaptif
3) Faktor Sosial
Faktor sosial ini berkaitan dengan dukungan dan latihan kemampuan
perawatan diri dan lingkungannya.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan defisit perawatan diri
meliputi penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau perseptual, cemas,
lelah, lemah yang dialami klien sehingga menyebabkan klien kurang
mampu melakukan perawatan diri (Sutejo, 2019).
3) Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, serta tidak
mampu berdandan
4) Pakaian tidak rapi, tidak mampu memilih, mengambil, memakai,
mengencangkan dan memindahkan pakaian, tidak memakai sepatu,
tidak mengancingkan baju atau celana
5) Memakai barang-barang yang tidak perlu dipakai dalam berpakaian,
misalnya memakai pakaian berlapis-lapis, penggunaan pakaian yang
tidak sesuai. Melepas barang-barang yang perlu dalam berpakaian,
misalnya membuka baju atau telanjang
6) Makan dan minum sembarangan serta berceceran, tidak menggunakan
alat makan, tidak mampu (menyiapkan makanan, memindahkan
makanan ke alat makan misalnya dari panci ke piring atau mangkok,
tidak mampu menggunakan sendok dan tidak mengetahui fungsi alat-
alat makan), memegang alat makan, membawa makanan dari piring ke
mulut, mengunyah, menelan makanan secara aman dan menghabiskan
makanan
7) BAK dan BAB tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri
setelah BAK dan BAB, tidak mampu menjaga kebersihan toilet dan
tidak mampu menyiram toilet setelah BAK dan BAB
Sedangkan menurut Direja (2011), tanda dan gejala defisit perawatan diri
terdiri atas :
1) Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air
mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta
masuk dan keluar kamar mandi.
2) Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar
pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan
pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat tambahan,
9. Mekanisme Koping
Mekanisme koping pada pasien dengan defisit perawatan diri adalah :
a. Regresi : kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan merupakan ciri
khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini.
b. Penyangkalan : menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan
mengingkari realitas tersebut.
c. Menarik diri : digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik
secara fisik maupun psikologis.
d. Intelektualisasi : penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk
menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya (Dalami,
2014).
10. SumberKoping
Menurut Sutejo (2019) sumber koping defisit perawatan diri mencakup
kemampuan personal (personal ability) akan :
a. Kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Berhias dan berdandan secara baik
c. Melaksanakan BAB/Bak secara mandiri
d. Mengidentifikasi perilaku kebersihan diri yang maladaptif
3) Hubungan Sosial
Biasanya hubungan klien dengan orang lain sangat terganggu karena
penampilan klien yang kotor sehingga orang sekitar menghindari
klien. Adanya hambatan dalam behubungan dengan orang lain, minat
berinteraksi dengan orang lain.
4) Spiritual
Adapun aspek spiritual yang dapat dikaji kepada klien yaitu mengkaji
agama dan keyakinan yang dianut klien dan keluarga, pandangan dan
keyakinan diri klien, keluarga dan masyarakat setempat tentang
gangguan jiwa sesuai dengan norma budaya dan agama yang
dianutnya. Pada klien dengan gangguan jiwa, biasanya pandangan
klien terhadap agama dan keyakinannya terganggu karena klien tidak
menghiraukan lagi dirinya. Selain itu, juga perlu dikaji kegiatan
keagamaan yang dilakukan klien serta bagaimana pendapat klien
tentang ibadah tersebut, tetapi pada klien dengan gangguan jiwa
biasanya kegiatan ibadah tidak dilakukan.
f. Status Mental
1) Penampilan
Mengobservasi kerapian klien dalam penampilan dari ujung rambut
sampai ujung kaki, seperti rambut acak-acakan, kancing baju tidak
tepat, resleting tidak dikunci, baju terbalik, baju tidak diganti beberapa
hari, penggunaan pakaian yang tidak sesuai, cara berpakaian tidak
seperti biasanya terutama penggunaan pakaian yang tidak tepat sesuai
waktu, tempat, identitas, atau situasi kondisinya tidak sesuai.
2) Pembicaraan
Mengkaji bagaimana pembicaraan yang didapatkan pada klien, apakah
cepat, keras, gagap, inkoherensi, apatis, lambat, membisu, tidak
mampu memulai pembicaraan, pembicaraan berpindah-pindah dari
satu kalimat ke kalimat lainnya yang tidak berkaitan.
8) Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran adalah kemampuan individu melakukan hubungan
dengan lingkungan dan dirinya (melalui panca indera), mengadakan
pembatasan terhadap lingkungan atau dirinya (melalui perhatian).
Selanjutnya kaji tingkat kesadaran klien tersebut apakah mengalami
gangguan kesadaran secara kuantitas (kesadaran meninggi atau
menurun) atau secara kualitas (kesadaran berubah).
9) Memori (daya ingat)
Mengkaji kemampuan klien dalam mengingat hal-hal yang telah
terjadi (jangka panjang/jangka pendek/sesaat) dan mengkaji apakah
ada gangguan pada daya ingat klien seperti lupa, hiperamnesia,
paramnesia.
10) Tingkat Konsentrasi
Mengkaji tingkat konsentrasi klien dalam memperhatikan selama
wawancara atau berinteraksi, apakah terjadi gangguan atau tidak,
seperti konsentrasi yang mudah beralih atau tidak mampu
berkonsentrasi.
11) Kemampuan Menilai atau Mengambil Keputusan
Kaji kemampuan klien dalam menilai atau mengambil keputusan, hal
ini dapat dikaji dengan menggali keterlibatan klien dalam aktivitas,
bagaimana kemampuan klien dalam menilai sesuatu hal dan
bagaimana ia mengambil ia suatu keputusan terhadap sesuatu hal,
masalah atau peristiwa di lingkungan sekitarnya. Gangguan
kemampuan penilaian atau mengambil keputusan terbagi menjadi
gangguan ringan yang bilamana gangguan ini terjadi ia tetap dapat
mengambil keputusan secara sederhana tanpa bantuan orang lain,
sedangkan gangguan bermakna bilamana gangguan ini terjadi ia
tidak mampu mengambil keputusan dan perlu bantuan orang lain.
12) Daya Tilik Diri
Daya tilik diri merujuk pada pemahaman klien tentang sifat suatu
penyakit atau gangguan, kaji bagaimana klien menilai atau
7) Aktivitas Dirumah
Terkadang klien tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari didalam
maupun diluar rumah secara mandiri, seperti berbelanja kebutuhan
harian, melakukan perjalanan secara mandiri, dan lain-lain.
h. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah suatu pola untuk menahan ketegangan yang
mengancam dirinya (pertahanan diri/maladaptif) atau untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi (mekanisme
koping/adaptif). Mengkaji reaksi klien bila menghadapi suatu
permasalahan, apakah menggunakan cara-cara yang adaptif seperti
berbicara dengan orang lain, mampu menyelesaikan masalah, teknik
relaksasi, berolahraga, ataukah menggunakan cara-cara maladaptif
seperti minum alkohol, reaksi lambat berlebihan, bekerja berlebihan,
menghindar, mencederai diri, dan lainnya.
i. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Biasanya pasien mengalami masalah psikososial seperti berinteraksi
dengan orang lain dan lingkungan. Biasanya disebabkan oleh kurangnya
dukungan dari keluarga, pendidikan yang kurang, masalah dengan sosial
ekonomi dan pelayanan kesehatan.
j. Pengetahuan
Kaji bagaimana pengetahuan klien atau keluarga saat ini tentang penyakit
atau gangguan jiwa yang dialami. Biasanya klien dengan defisit
perawatan diri mengalami gangguan kognitif sehingga tidak mampu
mengambil keputusan.
2. Pohon Masalah
Effect
Isolasi Sosial
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis tentang respons
seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan
atau proses kehidupan yang aktual atau potensial (Sutejo, 2017).
4. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah metode pemberian perawatan langsung
kepada klien. Dalam perencaan keperawatan, perawat menetapkannya
berdasarkan hasil pengumpulan data dan rumusan diagnosis keperawatan
yang merupakan petunjuk dalam membuat tujuan dan asuhan keperawatan
untuk mencegah, menurunkan, atau mengeliminasi masalah kesehatan klien
(Sutejo, 2017).
(e) Klien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih.
Terapeutik :
1. Sediakan peralatan mandi (misal :
sabun, sikat gigi, shampo, pelembab
kulit)
2. Sediakan lingkungan yang aman dan
nyaman
3. Fasilitasi menggosok gigi, sesuai
kebutuhan
4. Fasilitasi mandi, sesuai kebutuhan
5. Pertahankan kebiasaan kebersihan diri
6. Berikan bantuan sesuai tingkat
kemandirian
Edukasi :
1. Jelaskan manfaat mandi dan dampak
tidak mandi terhadap kesehatan
Terapeutik :
1. Sediakan pakaian pada tempat yang
mudah dijangkau
2. Sediakan pakaian pribadi, sesuai
kebutuhan
3. Fasilitasi mengenakan pakaian, jika
perlu
4. Fasilitasi berhias (misal : menyisir
rambut, merapikan kumis/jenggot)
5. Jaga privasi selama berpakaian
6. Berikan pujian terhadap kemampuan
berpakaian secara mandiri
Edukasi :
1. Informasikan pakaian yang tersedia
untuk dipilih, jika perlu
2. Ajarkan mengenakan pakaian, jika
perlu
Terapeutik :
1. Ciptakan lingkungan yang
menyenangkan selama makan
2. Atur posisi yang nyaman untuk
makan/minum
3. Lakukan oral hygiene sebelum makan,
jika perlu
4. Letakkan makanan di sisi mata yang
sehat
5. Sediakan sedotan untuk minum, sesuai
kebutuhan
4. Sediakan makanan dengan suhu yang
meningkatkan nafsu makan
5. Sediakan makanan dan minuman yang
disukai
6. Berikan bantuan saat makan/minum
sesuai tingkat kemandirian, jika perlu
7. Motivasi untuk makan di ruang makan,
jika tersedia
Edukasi :
1. Jelaskan posisi makanan pada pasien
yang mengalami gangguan penglihatan
dengan menggunakan arah jarum jam
(misal : sayur di jam 12, rendnag di jam
3)
2. Kolaborasi pemberian obat (misal :
analgesik, antiemetik), sesuai indikasi
Terapeutik :
1. Buka pakaian yang diperlukan untuk
memudahkan eliminasi
2. Dukung penggunaan
toilet/commode/pispot/urinal secara
konsisten
3. Jaga privasi selama eliminasi
Edukasi :
1. Anjurkan BAB/BAK secara rutin
2. Anjurkan ke kamar mandi/toilet, jika
perlu
menurun
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
ke status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Sutejo, 2017).
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan
perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil
meningkatkan kondisi kesehatan klien. Evaluasi merupakan langkah
7. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang memuat seluruh
informasi yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosis keperawatan,
menyusun rencana keperawatan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan
keperawatan, yang disusun secara sistematis, valid, dan dapat
dipertanggung jawabkan secara moral dan hukum (Basri,dkk, 2020).
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh klien dengan skizofrenia yang di
diagnosa mengalami defisit perawatan diri di Ruang Cendrawasih Rumah
Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang. Pada bulan Maret 2021 terdapat
sebanyak 38 orang klien dengan skizofrenia yang mengalami defisit
2. Sampel
Sampel yaitu bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi
yang digunakan untuk penelitian (Sujarweni, 2014).
E. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner,
kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan
narasumber. Data yang diperoleh dari data primer ini harus diolah lagi. Data
primer meliputi identitas klien, riwayat kesehatan klien, konsep diri, status
mental, pola aktivitas sehari-hari, dan pemeriksaan fisik klien.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang didapat dari catatan, buku, laporan-laporan.
Data yang diperoleh dari data sekunder ini tidak perlu diolah lagi
(Sujarweni, 2014). Data sekunder pada penelitian ini dapat diperoleh
langsung dari perawat dan data rekam medis klien di RSJ. Prof. HB. Saanin
Padang.
4. Studi Dokumentasi
Dokumentasi yang dilakukan yaitu pendokumentasian hasil pengkajian
analisa data, penegakkan diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, dan
evaluasi dari tindakan keperawatan (Sujarweni, 2014).
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan dalam melakukan pengumpulan data
adalah :
1. Peneliti meminta izin penelitian dari institusi penulis yaitu Poltekkes
Kemenkes RI Padang.
2. Meminta surat rekomendasi ke Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang.
3. Meminta izin ke Direktur Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang.
4. Meminta izin ke Kepala Bidang Keperawatan Rumah Sakit Jiwa Prof. HB.
Saanin Padang.
5. Meminta izin ke Kepala Ruangan Rawat InapRumah Sakit Jiwa Prof. HB.
Saanin Padang untuk mengambil data peruangan dan izin dalam melakukan
penelitian.
6. Melakukan skrining terhadapklien isolasi sosial yang didapatkan dari ruang
rawat inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang tahun 2021.
7. Mendatangi responden dan menjelaskan tentang tujuan penelitian yang akan
dilakukan.
8. Informed Consent diberikan kepada responden.
9. Responden menandatangani Informed Consent, kemudian meminta waktu
responden untuk melakukan asuhan keperawatan.
H. Analisis Data
Data yang ditemukan saat pengkajian dikelompokan dan dianalisis berdasarkan
data subjektif dan objektif, sehingga dapat dirumuskan diagnosa keperawatan,
kemudian menyusun rencana keperawatan dan melakukan implementasi serta
evaluasi keperawatan dengan cara dinarasikan. Analisis selanjutnya
membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien dengan
teori yang ada serta penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
A. Deskripsi Kasus
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
c. Keluhan Utama
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 13 Maret 2021, klien
mengatakan lebih suka menyendiri dibanding berinteraksi dengan teman-
temannya, karena menurut klien tidak ada hal yang akan ia bicarakan
dengan teman-temannya, ia merasa malu dengan kondisinya saat ini. Klien
juga mengatakan saat ini ia merasa tidak memiliki kemampuan untuk
melakukan aktivitas apapun dan juga ia mengatakan bahwa saat ini ia
merasa tidak berguna lagi bagi keluarganya karena tidak bisa membantu
mencari nafkah. Saat interaksi, kontak mata klien kurang serta klien tidak
mampu menatap lawan bicaranya. Selain itu, saat diwawancara klien
menjawab seadanya dan terkadang juga menjawab dengan berbelit-belit
namun tetap sampai ke tujuan pembicaraan. Penampilan klien tampak tidak
rapi, badan berdaki dan bau, tampak menggaruk badan dan kaki, kuku
panjang dan kotor, rambut panjang dan kusut, gigi kotor dan kuning, mulut
bau, jenggot tampak panjang, klien tidak pernah mandi sejak 2 bulan
terakhir. Klien mengatakan bahwa selama dirawat terkadang ia hanya
mandi 1 kali sehari, jarang gosok gigi dan menyisir rambut, tidak
mencukur jenggot, jarang memotong kuku, saat makan klien tampak
berserakan dan terkadang tampak tidak mencuci tangan sebelum makan
serta tidak mencuci gelasnya setelah makan, ia hanya meninggalkan gelas
dan peralatan makannya di meja makan.
d. Faktor Predisposisi
1) Gangguan Jiwa di Masa Lalu
Klien mengatakan sudah mengalami sakit sejak tahun 2016 dan
sekarang dirawat untuk yang ketiga kalinya, dirawat terakhir kali pada
tahun 2019.
2) Pengobatan Sebelumnya
Klien sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa Prof. HB.
Saanin Padang terakhir tahun 2019 dan mendapatkan pengobatan.
Setelah pulang rawat pada tahun 2019 klien cuma 1 kali kontrol ke Poli
Rumah Sakit Jiwa Prof.HB. Saanin Padang, namun setelah itu klien
putus obat hingga akhirnya kembali di rawat pada 26 Februari 2021.
3) Trauma
Trauma terbagi atas empat bagian yaitu aniaya fisik, aniaya seksual,
penolakan, dan kekerasan dalam keluarga. Untuk aniaya fisik klien
mengatakan ia tidak pernah menjadi pelaku atau korban aniaya fisik.
Untuk aniaya seksual, klien mengatakan ia tidak pernah menjadi pelaku
atau korban aniaya seksual. Untuk penolakan, klien mengatakan tidak
mengalami penolakan sosial baik keluarganya namun masyarakat
sekitar rumahnya mulai menjauji klien karena penyakit yang dialami
klien. Untuk kekerasan dalam keluarga, klien sebelumnya melakukan
kekerasan kepada keluarga yaitu memukul ibunya dengan kayu.
4) Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga klien yang mengalami
gangguan jiwa.
5) Pengalaman Masa Lalu yang Tidak Menyenangkan
Diketahui dari status pasien, klien memiliki pengalaman masa lalu yang
tidak menyenangkan yaitu pernah terjatuh dari motor, kepala terbentur
dan dirawat di RSUD Solok pada tahun 2016.
e. Pemeriksaan Fisik
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik pada klien didapatkan TD : 115/80
mmHg, Nadi : 84 x/i, Pernafasan : 19 x/i, Suhu : 36,5 oC. Tinggi badan
klien 160 cm, berat badan klien 50 kg, dan IMT 19,53 kg/m2.
f. Psikososial
1) Genogram
Klien mengatakan kedua orangtuanya masih hidup, klien tinggal
bersama kedua orang tuanya, 1 kakak laki-laki dan 1 adik
perempuannya. Klien tinggal serumah berlima orang. Klien merupakan
anak ketiga dari 6 orang bersaudara.
2) Konsep Diri
Konsep diri terdiri dari 5 bagian yaitu citra tubuh, identitas diri, peran
diri, ideal diri, dan harga diri. Pada citra tubuh, klien mengatakan ia
2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit Perawatan Diri
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan terhadap Tn.D
didapatkan diagnosa utama keperawatan pada pasien yaitu defisit
perawatan diri ditandai dengan Tn.D mengatakan bahwa ia malas mandi
3. Intervensi Keperawatan
a. Defisit Perawatan Diri
Diagnosa prioritas pertama yang diambil adalah defisit perawatan diri.
Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada
pasien yaitu sebagai berikut :
1) Diskusikan pentingnya kebersihan diri, cara merawat diri, dan latih
pasien tentang cara-cara perawatan diri
2) Latih pasien cara berpakaian/berhias dengan benar dan secara mandiri
3) Latih pasien cara makan/minum dengan baik dan benar
4) Latih pasien cara BAB/BAK dengan benar
b. Harga Diri Rendah
Diagnosa keperawatan prioritas kedua adalah harga diri rendah. Strategi
pelaksanaantindakan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien yaitu
sebagai berikut :
1) Diskusikan dan identifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien dan bantu pasien menilai kemampuan yang dapat
dipilih dengan cara latihan kegiatan pertama yang dipilih pasien
2) Latih pasien melakukan kemampuan kedua yang ditetapkan atau
dipilih pasien
3) Latih klien melakukan kemampuan ketiga yang ditetapkan atau dipilih
pasien
4) Latih klien melakukan kemampuan keempat yang ditetapkan atau
dipilih pasien
c. Isolasi Sosial
Diagnosa keperawatan prioritas ketiga adalah isolasi sosial. Strategi
pelaksanaannya sebagai berikut :
1) Bina hubungan saling percaya, bantu pasien mengenal penyebab isolasi
sosial, bantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain, dan ajarkan pasien berkenalan
dengan 1 orang
2) Latih pasien berinteraksi dengan 2-3 orang saat melakukan kegiatan
harian
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan.
Implementasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan dengan membuat strategi pelaksanaan
tindakan keperawatan pada pasien.
a. Defisit Perawatan Diri
1) Strategi Pelaksanaan 1
Strategi pelaksanaan 1 untuk pasien dilaksanakan pada hari Minggu, 14
Maret 2021 jam 11.00 WIB yaitu dengan cara membina hubungan
saling percaya dengan mengucapkan salam, perkenalan diri,
menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan, buat kontrak
asuhan dengan pasien, dan minta persetujuan pasien, mengidentifikasi
masalah perawatan diri yang ada pada pasien, menjelaskan pentingnya
menjaga kebersihan diri, menjelaskan alat-alat dan mengajarkan cara
membersihkan diri yang terdiri dari cara mandi, keramas, menggosok
gigi, memotong kuku dengan baik dan benar.
2) Strategi Pelaksanaan 2
Strategi pelaksanaan 2 untuk pasien dilaksanakan pada hari Senin, 15
Maret 2021 jam 10.00 WIB yaitu dengan cara mengevaluasi dan
memvalidasi kegiatan kebersihan diri pasien, memberikan pujian
kemudian mengajarkan cara berhias dan berdandan/bercukur kumis
pada Tn. D.
3) Strategi Pelaksanaan 3
Strategi pelaksanaan 3 untuk pasien dilaksanakan pada hari Selasa, 16
Maret 2021 jam 10.00 WIB dengan cara mengevaluasi kegiatan
kebersihan diri dan berhias/berdandan kemudian memberikan pujian,
selanjutnya mengajarkan pasien cara makan dan minum yang baik dan
benar serta cara membersihkan tempat makan/minum setelah
digunakan.
4) Strategi Pelaksanaan 4
Strategi pelaksanaan 4 untuk pasien dilaksanakan pada hari Rabu, 17
Maret 2021 jam 11.00 WIB dengan cara mengevaluasi kegiatan
kebersihan diri, berhias/berdandan, makan/minum yang baik dan benar
serta memberikan pujian, mengajarkan pasien cara BAB/BAK yang
baik dan benar serta cara membersihkan diri dan tempat setelah
BAB/BAK.
b. Harga Diri Rendah
1) Strategi Pelaksanaan 1
Strategi pelaksanaan 1 untuk pasien dilaksanakan pada hari Minggu, 14
Maret 2021 jam 13.00 WIB dengan cara membina hubungan saling
percaya dengan pasien, mengidentifikasi pandangan/penilaian pasien
tentang diri sendiri dan pengaruhnya terhadap hubungan dengan orang
lain, mengidentifikasi mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang dapat
dilakukan serta membantu pasien memilih kegiatan pertama yang akan
dilatih (merapikan tepat tidur), menjelaskan manfaat melakukan
kegiatan pertama dan melatih pasien melakukan kegiatan pertama yang
telah dipilih.
2) Strategi Pelaksanaan 2
Strategi pelaksanaan 2 untuk pasien dilaksanakan pada hari Senin, 15
Maret 2021 jam 11.00 WIB dengan mengevaluasi dan memvalidasi
kegiatan pertama yang telah dilatih sebelumnya, mengevaluasi manfaat
melakukan kegiatan pertama yang telah dilatih kemudian memberikan
pujian, setelah itu membantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan
latih, menjelaskan manfaat melakukan kegiatan kedua serta melatih
pasien melakukan kegiatan kedua yang telah dipilih (menyapu
ruangan).
3) Strategi Pelaksanaan 3
Strategi pelaksanaan 3 untuk pasien dilaksanakan pada hari Selasa, 16
Maret 2021 jam 12.30 WIB dengan mengevaluasi kegiatan pertama dan
kedua yang telah dilatih kemudian memberikan pujian, setelah itu
membantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan latih, menjelaskan
manfaat melakukan kegiatan ketiga serta melatih pasien melakukan
kegiatan ketiga yang telah dipilih (mencuci gelas dan mengelap meja
setelah makan).
4) Strategi Pelaksanaan 4
Strategi pelaksanaan 4 untuk pasien dilaksanakan pada hari Rabu, 17
Maret 2021 jam 13.00 WIB dengan mengevaluasi kegiatan pertama,
kedua dan ketiga yang telah dilatih kemudian memberikan pujian,
setelah itu membantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan latih,
menjelaskan manfaat melakukan kegiatan keempat serta melatih pasien
melakukan kegiatan keempat yang telah dipilih (mengepel lantai
ruangan rawat inap).
c. Isolasi Sosial
1) Strategi Pelaksanaan 1
Strategi pelaksanaan 1 untuk pasien dilaksanakan pada hari Selasa, 16
Maret 2021 jam 13.30 WIB dengan cara membina hubungan saling
percaya dengan pasien, membantu pasien mengenal masalah isolasi
sosial seperti mengidentifikasi penyebab isolasi sosial, tanda gejala
isolasi sosial, akibat isolasi sosial, manfaat berkenalan dan berinteraksi
dengan orang lain, kemudian melatih pasien berkenalan dengan 1
orang.
2) Strategi Pelaksanaan 2
Strategi pelaksanaan 2 untuk pasien dilaksanakan pada hari Rabu, 17
Maret 2021 jam 14.00 WIB dengan cara mengevaluasi dan memvalidasi
kemampuan pasien berkenalan dengan 1 orang, mengevaluasi manfaat
berkenalan dengan 1 orang kemudian memberikan pujian, selanjutnya
melatih pasien berkenalan dengan 2-3 orang baru.
3) Strategi Pelaksanaan 3
Strategi pelaksanaan 3 untuk pasien dilaksanakan pada hari Kamis, 18
Maret 2021 jam 09.00 WIB dengan mengevaluasi dan memvalidasi
kemampuan pasien berkenalan dengan 1-3 orang kemudian
memberikan pujian, setelah itu melatih pasien berkenalan dengan 4-5
orang baru lainnya.
4) Strategi Pelaksanaan 4
Strategi pelaksanaan 4 untuk pasien dilaksanakan pada hari Jumat, 19
Maret 2021 jam 10.00 WIB dengan mengevaluasi dan memvalidasi
kemampuan pasien berkenalan dengan 4-5 orang kemudian
memberikan pujian, setelah itu melatih pasien berinteraksi dengan
orang lain sambil melakukan kegiatan sosial (TAKS sesi 3).
5. Evaluasi Keperawatan
a. Defisit Perawatan Diri
Evaluasi keperawatan terhadap strategi pelaksanaan 1 kepada pasien
dengan defisit perawatan diri dilakukan pada tanggal 15 Maret 2021 jam
09:00 WIB didapatkan hasil yaitu pasien tampak lebih bersih yang ditandai
dengan pasien telah mandi 2 kali sehari, telah berkeramas, telah
menggosok gigi, dan telah memotong kuku. Evaluasi pada strategi
pelaksanaan 2 dilakukan pada tanggal 15 Maret 2021 jam 11:30 WIB
didapatkan hasil yaitu pasien telah memotong rambut dan jenggotnya
sehingga penampilan pasien tampak lebih rapi, pasien juga sudah mengerti
cara berhias/berdandan dan dapat mempraktekkannya. Evaluasi pada
strategi pelaksanaan 3 dilakukan pada tanggal 16 Maret 2021 jam 13:00
WIB didapatkan hasil yaitu pasien sudah mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan, sudah dapat mencuci gelas setelah makan, dan pasien
makan sudah tidak berserakan. Evaluasi pada strategi pelaksanaan 4
dilakukan pada tanggal 17 Maret 2021 jam 12:15 WIB didapatkan hasil
yaitu pasien sudah dapat buang air di kamar mandi dan pasien juga
mengatakan sudah membersihkan diri dan tempat BAK/BAB setelah
digunakan.
B. Pembahasan Kasus
Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan jiwa yang dilakukan pada Tn.D
dengan masalah defisit perawatan diri yang dilakukan sejak tanggal 13 Maret
2021 – 19 Maret 2021 di Ruangan Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa Prof. HB
Saanin Padang, maka dalam bab ini penulis akan membahas kesenjangan
antara teori dan kenyataan yang diperoleh sebagai hasil pelaksanaan studi
kasus. Penulis juga membahas kesulitan yang di temukan dalam memberikan
asuhan keperawatan terhadap Tn.D denga masalah defisit perawatan diri.
Dalam penyusunan asuhan keperawatan penulis melakukan proses yang
meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi
keperawatan dengan uraian sebagai berikut :
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Tahap pengkajian dimulai dari pengumpulan data hingga perumusan
kebutuhan atau masalah yang dialami klien. Data yang dikumpulkan
meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
a. Identitas Pasien
Hal ini sesuai dengan teori Sutejo (2019) yang menjelaskan bahwa tanda
dan gejala yang tampak pada klien dengan defisit perawatan diri antara
lain badan klien bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku
panjang, rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, serta
tidak mampu berdandan, dan pakaian tidak rapi.
c. Faktor Predisposisi
Penelitian yang dilakukan pada Tn.D didapatkan faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya gangguan jiwa (defisit perawatan diri) pada
Tn.D adalah kemampuan realitas menurun dimana Tn.D tidak
memperdulikan dirinya karena sejak 2 bulan terakhir Tn.D
bergelandangan di jalanan dari pagi dan baru pulang kerumahnya di
malam hari, kurangnya dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
dari keluarga yang dibuktikan dengan Tn.D tidak pernah mandi semenjak
2 bulan terakhir.
Hal ini sesuai dengan teori Sutejo (2019) yang menyebutkan bahwa
faktor predisposisi penyebab defisit perawatan diri pada seseorang
dengan gangguan jiwa yaitu karena kemampuan realitas yang menurun
yang menyebabkan klien tidak peduli terhadap diri dan lingkungannya,
termasuk perawatan diri dan juga karena faktor sosial dimana faktor ini
berkaitan dengan kurangnya dukungan dan latihan kemampuan
perawatan diri. Situasi lingkungan juga mempengaruhi latihan
kemampuan seseorang dalam melakukan perawatan diri.
Asumsi penulis yaitu tidak terdapat perbedaan antara teori dan kasus
yang di temukan selama penelitian. Penulis menemukan bahwa faktor
predisposisi yang menyebabkan Tn.D mengalami defisit perawatan diri
yaitu karena faktor kemampuan realitas yang menurun dan faktor sosial.
d. Hubungan Sosial
Penelitian yang dilakukan pada Tn.D didapatkan data Tn.D mengatakan
orang terdekat adalah ayahnya. Tn. D juga mengatakan ia tinggal
bersama kedua orang tuanya, 1 kakak laki-laki dan 1 adik perempuannya.
Sebelum sakit ia ikut berperan serta dalam kegiatan masyarakat disekitar
rumahnya. Namun semenjak sakit, Tn.D tidak ada berperan serta di
lingkungan masyarakat sekitar. Tn.D juga mengatakan bahwa tetangga
sekitar rumah mulai menjauhinya akibat penyakit yang dialaminya. Tn.D
mengatakan malas berinteraksi dengan sekitar karena merasa malu
dengan kondisinya saat ini serta merasa dijauhi oleh orang-orang sekitar.
Saat dilakukan observasi, didapatkan Tn.D lebih sering menyendiri,
jarang berinteraksi dengan teman-temannya, terkadang tampak tidak
mengikuti kegiatan seperti senam pagi.
Asumsi penulis adalah tidak terdapat perbedaan antara teori dan kasus
yang di temukan selama penelitian. Penulis menemukan adanya
gangguan hubungan sosial pada Tn.D yang terjadi karena tidak adanya
dukungan dari lingkungan sekitar.
e. Status Mental
Penelitian yang dilakukan terhadap Tn.D didapatkan data Tn.D
mengatakan ia merasa sedih dirawat di rumah sakit jiwa karena jauh dari
keluarga dan merasa sedih dijauhi oleh orang-orang sekitar karena
kondisinya, ia juga khawatir jika penyakitnya tidak bisa sembuh namun
kekhawatirannya itu masih bisa dikontrol, ia juga merasa saat ini tidak
berguna bagi keluarganya karena selama sakit ia tidak bisa lagi
membantu mencari nafkah, saat dilakukan interaksi Tn.D berbicara
dengan lambat dan tidak mampu memulai pembicaraan serta afek tampak
labil.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Azizah (2011) yang
menyatakan bahwa biasanya alam perasaan (emosi) yang dialami oleh
klien dengan gangguan jiwa tampak seperti sedih, ketakutan, putus asa,
rendah diri, khawatir, atau gembira berlebihan dan pembicaraan yang
didapatkan pada klien dengan gangguan jiwa biasanya seperti
pembicaraan cepat, keras, atau lambat, gagap, apatis, dan tidak mampu
memulai pembicaraan.
Asumsi penulis adalah tidak terdapat perbedaan antara teori dengan kasus
yang di temukan selama penelitian terkait keadaan status mental yang
terjadi pada pasien dengan gangguan jiwa.
2. Diagnosa Keperawatan
Pernyataan dan keadaan pasien tersebut sesuai dengan teori Sutejo (2019)
yang menjelaskan bahwa tanda dan gejala yang tampak pada pasien
dengan defisit perawatan diri antara lain badan klien bau, kotor, berdaki,
gigi kotor, kuku panjang, rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot
tidak rapi, tidak mampu berdandan, pakaian tidak rapi, penggunaan
pakaian yang tidak sesuai, makan dan minum berceceran, serta BAK dan
BAB tidak pada tempatnya.
Kondisi yang dialami pasien sesuai dengan teori yang dikemukan oleh
Keliat (2020) yang menyebutkan tanda dan gejala yang muncul pada
pasien dengan harga diri rendah yaitu adanya perasaan tidak berguna,
perasaan malu, perasaan tidak mampu melakukan kegiatan, bicara lambat
dan pelan, banyak menunduk atau tidak mampu menatap lawan bicara.
Diagnosa ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2016)
yang menyebutkan diagnosa kedua pada pasien dengan defisit perawatan
diri yaitu harga diri rendah yang ditandai dengan klien merasa malu
dengan kondisi dirinya, klien merasa tidak berarti lagi terhadap
keluarganya karena tidak bisa melakukan apa-apa, kontak mata kurang,
pembicaraan lambat, dan sering menunduk.
Temuan penulis pada diagnosa prioritas kedua sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Fitria (2012) bahwa diagnosa keperawatan yang
muncul pada masalah defisit perawatan diri berdasarkan pohon masalah
defisit perawatan diri salah satunya yaitu harga diri rendah.
mampu berkonsentrasi.
Kondisi yang dialami Tn.D sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Dermawan (2013) yang menyebutkan bahwa tanda dan gejala yang
dialami pasien dengan isolasi sosial meliputi banyak diam, tidak
mengikuti kegiatan, sering menyendiri, tidak mau berinteraksi dengan
orang lain, kontak mata kurang, apatis, mengisolasi diri, merasa ditolak
atau dijauhi orang lain.
Diagnosa ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2016)
yang menyebutkan diagnosa ketiga pada pasien dengan defisit perawatan
diri yaitu isolasi sosial yang ditandai dengan klien malu untuk bergaul
dengan teman-temannya, sering menyendiri, banyak diam, dan kontak
mata kurang.
Temuan penulis pada diagnosa priotas ketiga sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Fitria (2012) bahwa diagnosa keperawatan yang
muncul pada masalah defisit perawatan diri berdasarkan pohon masalah
defisit perawatan diri selain harga diri rendah yaitu ditemukan masalah
isolasi sosial sebagai akibat dari defisit perawatan diri.
Asumsi penulis tidak terdapat perbedaan antara teori dan hasil penelitian
orang lain dengan kasus yang ditemukan penulis saat penelitian.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan prioritas kedua pada Tn.D yaitu harga diri rendah.
Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien
terdiri dari bina hubungan saling percaya dengan pasien kemudian
identifikasikemampuan dan aspek positif yang dimilki pasien dan pilih
beberapa kegiatan yang dapat dilakukan serta lakukan latihan kegiatan
pertama yang dipilih pasien, setelah itulatihan kegiatan kedua yang
dipilih pasien, latihan kegiatan ketiga yang dipilih pasien, dan latihan
kegiatan keempat yang dipilih pasien.
c. Isolasi Sosial
4. Implementasi Keperawatan
c. Isolasi Sosial
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi pada diagnosa harga diri rendah didapatkan hasil masalah harga
diri rendah dapat teratasi yang ditandai dengan pasien merasa senang
karena sudah mengetahui kemampuan positif yang ia miliki dan merasa
sudah berguna karna dapat melakukan kegiatan yang bermanfaaat yang
ditelah dilatih sebelumnya, pasien juga sudah dapat mempraktekkan
kegiatan yang sudah dilatih kepadanya (merapikan tempat tidur,
menyapu ruangan, mencuci gelas dan mengelap meja makan, serta
mengepel lantai), pasien juga sudah tidak merasakan putus asa, kontak
mata pasien saat berbicara sudah mulai kooperatif, sudah mampu
memulai pembicaraan dan sudah mampu menatap lawan bicara.
c. Isolasi Sosial
isolasi sosial dalam melakukan hubungan sosial dengan orang lain antara
sebelum dan sesudah diberikan tindakan keperawatan jiwa yaitu dari
0,26% meningkat menjadi 79,5%.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan jiwa pada pasien
dengan defisit perawatan diri di Ruang Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa Prof.
HB. Saanin Padang tahun 2021, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
buang air besar dan buang air kecil dengan benar. Pada diagnosa harga diri
rendah intervensi yang dilakukan yaitu mengidentifikasi aspek positif yang
dimiliki dan melakukan kegiatan untuk meningkatkan harga diri pasien.
Intervensi yang dilakukan untuk diagnosa isolasi sosial yaitu mengajarkan
cara berkenalan dan berkomunikasi dengan orang lain.
4. Pelaksanaan implementasi keperawatan yang dilakukan adalah untuk
diagnosa defisit perawatan diri, harga diri rendah, dan isolasi sosial yang
dilakukan sesuai perencanaan dan strategi pelaksanaan yang telah disusun.
5. Pada tahap evaluasi keperawatan, setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 7 hari didapatkan masalah keperawatan jiwa pada pasien dapat
teratasi yang terdiri dari defisit perawatan diri, harga diri rendah dan isolasi
sosial dimana pasien telah mampu menjaga kebersihan diri, mampu
melakukan kegiatan yang dipilih untuk meningkatkan harga diri, serta telah
mampu untuk berinteraksi dengan orang lain.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
Agar dapat menambah wawasan dan pengalaman penulis dalam melakukan
asuhan keperawatan jiwa dengan cara mengaplikasikan ilmu dan teori yang
telah di pelajari di perkuliahan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan dan referensi karya tulis ilmiah perpustakaan untuk
menambah ilmu pengetahuan tentang keperawatan jiwa bagi mahasiswa di
Poltekkes Kemenkes RI Padang khususnya pada pasien dengan defisit
perawatan diri.
3. Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran bagi perawat ruangan
dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa dengan defisit perawatan diri
untuk mempertahankan kemampuan klien dalam perawatan diri secara
mandiri dengan tetap mengevaluasi perkembangan klien terhadap
kebersihan dirinya.
Azizah dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa Teori dan Aplikasi
Praktek Klinik. Yogyakarta : Indomedia Pustaka.
Astuti, Leni Indi. (2019). Gambaran Defisit Perawatan Diri Pada Pasien dengan
Skizofrenia di Wisma Sadewa RSJ Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta.
Yogyakarta : Akademi Keperawatan YKJ.
Direja. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.
Febrina, Riska. (2018). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Keluarga dengan Harga
Diri Rendah Kronis di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo. Padang :
Poltekkes Kemenkes RI Padang.
Janah, Annisa Nurul. (2018). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn.F dengan
Defisit Perawatan Diri di Ruang Merpati Rumah Sakit Ernaldi Bahar.
Sumatera Selatan : Stikes Siti Khadijah Palembang.
Kusumawati, F.& Hartono, Y. (n.d.). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :
Salemba Medika.
Sutejo. (2019). Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Jiwa : Gangguan Jiwa
dan Psikososial. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Tim Pokja SDKI PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan : PPNI.
Yusuf, AH, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta
Selatan : Salemba Medika.
LAMPIRAN 1
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. D
Tanggal Pengkajian : 13 Maret 2021
Umur : 35 tahun
RM. No. : 02-81-40
Informan : Klien, status dan perawat ruangan
Ruang Rawat : Ruang Rawat Inap Cendrawasih RSJ. Prof. HB. Saanin
Padang
Alamat :Jorong Talang Barat, Kel. Talang Babungo, Kec. Hiliran
Gumanti, Kab.Solok
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
: Laki-laki Meninggal
: Perempuan
: Perempuan Meninggal
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
: Tinggal Serumah
: Klien
2. Konsep diri :
a. Citra tubuh :
Klien mengatakan ia menyukai semua angota tubuhnya.
b. Identitas diri :
Klien mengatakan dirinya seorang laki-laki, klien mengatakan bahwa
ia anak ketiga dari 6 orang bersaudara.
c. Peran :
Klien mengatakan bahwa ia sebagai anak dirumahnya dan sebelum
sakit ia ikut membantu mencari nafkah sebagai kuli bangunan.
3. Hubungan sosial :
a. Orang terdekat :
Klien mengatakan bahwa orang terdekatnya adalah ayah
kandungnya. Namun selama dirawat dirumah sakit, klien
mengatakan bahwa ia tidak memiliki teman terdekat.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat :
Klien tidak ada berperan serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
sejak ia sakit, sebelum sakit klien ikut berperan serta dalam kegiatan
masyarakat seperti kegiatan kerja bakti dilingkungan sekitar
rumahnya.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Saat sehat, klien tidak memiliki hambatan dalam hubungan dengan
orang lain di sekitarnya. Namun selama sakit, klien mengatakan
bahwa ia malas berinteraksi dengan sekitarnya karena ia merasa
malu dengan kondisinya saat ini dan merasa tidak ada hal penting
yang ingin ia bicarakan, klien lebih senang menyendiri, dan klien
juga mengatakan bahwa orang-orang sekitar rumahnya menjauhinya
karena penyakit yang diderita klien.
4. Spiritual :
a. Nilai dan keyakinan :
Klien mengatakan bahwa ia berkeyaninan beragama islam.
b. Kegiatan ibadah :
Klien mengatakan sebelum sakit ia selalu melaksanakan sholat 5
waktu. Semenjak dirawat klien mengatakan jarang melakukan
ibadah sholat.
DO :
1. Tn.D tampak menggaruk badan dan
kaki
2. Badan Tn.D tampak berdaki dan
berbau
3. Gigi tampak kotor dan kuning
4. Rambut Tn.D tampak panjang dan
kusut
5. Kuku tampak panjang dan kotor
6. Jenggot Tn.D tampak panjang
7. Penampilan tampak tidak rapi
terkadang memakai celana dengan
terbalik
8. Diketahui dari buku status, Tn.D
tidak pernah mandi sejak 2 bulan
terakhir
9. Saat makan, Tn.D tampak makan
berserakan, terkadang tidak mencuci
tangan sebelum makan dan tidak
mencuci gelasnya setelah makan
DO :
1. Tn.D tampak sering menyendiri
2. Tn.D tampak memisahkan diri dari
orang lain
3. Tn.D tampak jarang berbincang
dengan sekitarnya dan terkadang
tampak tidak mengikuti kegiatan
yang dilakukan bersama seperti
senam pagi
4. Saat interaksi, kontak mata tampak
kurang, dan menjawab seadanya
5. Saat interaksi, Tn.D tampak kurang
mampu berkonsentrasi
Isolasi Sosial
Effect :
Core Problem :
Defisit Perawatan Diri
SP 2 Pasien:
Melatih cara
berdandan
setelah
kebersihan diri
:sisiran, berhias
untuk
perempuan,
cukuran untuk
pria
1. Evaluasi
kegiatan
kebersihan diri.
Beripujian
2. Jelaskan cara
dan alat
untuk
berdandan
3. Latih
cara berdandan
setelah
kebersihan diri :
sisiran, cukuran
untuk pria
4. Tanyakan
perasaan pasien
setelah
melakukan
kegiatan
5. Masukan pada
jadwal kegiatan
untuk
kebersihan diri
dan
berdandan
6. Kontrak waktu
untuk pertemuan
selanjutnya yaitu
SP 3 Pasien:
Melatih cara
makan/minum
dengan baik dan
benar
1. Evaluasi
kegiatan
kebersihan diri
dan berdandan.
Beri pujian
2. Jelaskan cara
dan alat makan
dan minum
3. Latih cara
makan/minum
yang baik dan
benar
4. Tanyakan
perasaan
pasien setelah
melakukan
kegiatan
5. Masukan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
kebersihan diri,
berdandan serta
makan/minum
yang baik dan
benar.
6. Kontrak waktu
untuk
pertemuan
selanjutnya
yaitu latihan
cara
BAB/BAK
yang baik
SP 2 Pasien:
Latihan kegiatan
kedua yang
dipilih pasien
1. Evaluasi tanda
dan gejala
harga diri
rendah
2. Validasi
kemampuan
pasien
melakukan
kegiatan
pertama yang
telah dilatih
dan berikan
pujian
3. Evaluasi
manfaat
melakukan
kegiatan
pertama
4. Bantu pasien
memilih
kegiatan kedua
yang akan
dilatih
5. Latih kegiatan
kedua (alat dan
cara)
6. Tanyakan
perasaan pasien
setelah
melakukan
kegiatan
SP 3 Pasien:
Latihan kegiatan
ketiga yang diilih
pasien
1. Evaluasi tanda
dan gejala
harga diri
rendah
2. Validasi
kemampuan
melakukan
kegiatan
pertama, dan
kedua yang
telah dilatih dan
berikan pujian
3. Evaluasi
manfaat
melakukan
kegiatan
pertama dan
kedua
4. Bantu pasien
memilih
kegitan ketiga
yang akan
dilatih
5. Latih kegiatan
ketiga (alat dan
cara)
6. Tanyakan
perasaan pasien
setelah
melakukan
SP 4 Pasien:
Latih kegiatan
keempat yang
dipilih pasien
1. Evaluasi tanda
dan gejala
harga diri
rendah
2. Validasi
kemampuan
melakukan
kegiatan
pertama, kedua
dan ketiga yang
telah dilatih
dan berikan
pujian
3. Evaluasi
manfaat
melakukan
kegiatan
pertama, kedua
dan ketiga
4. Bantu pasien
memilih
kegiatan
keempat yang
akan dilatih
5. Latih kegiatan
keempat (alat
dan cara)
6. Tanyakan
perasaan pasien
SP 2 (Pasien) :
Melatih pasien
berkenalan dengan
2-3 orang
1. Evaluasi
tanda dan
gejala isolasi
sosial
2. Validasi
kemampuan
pasien dalam
berkenalan
dan
berinteraksi
dengan 1
orang,
berikan
pujian
3. Evaluasi
manfaat
berkenalan
dan
berinteraksi
dengan 1
orang (antara
pasien dan
perawat)
4. Jelaskan dan
latih pasien
cara
berkenalan
dan
berinteraksi
dengan 2 – 3
orang
5. Minta pasien
untuk
memperaga
kan kembali
6. Berikan
pujian
kepada
pasien
SP 3 (Pasien) :
Melatih pasien
berkenalan dengan
4-5 orang
1. Evaluasi tanda
dan gejala
isolasi sosial
2. Validasi
kemampuan
pasien dalam
berkenalan dan
berinteraksi
dengan 2 – 3
orang
3. Evaluasi
manfaat
berkenalan dan
berinteraksi
dengan 2 – 3
orang
4. Jelaskan dan
latih pasien
berkenalan dan
berinteraksi
dengan 4 – 5
SP 4 (Pasien) :
Melatih pasien
berinteraksi
dengan orang lain
sambil melakukan
kegiatan sosial
1. Evaluasi tanda
dan gejala
isolasi social
2. Validasi
kemampuan
pasien dalam
berkenalan dan
berinteraksi
dengan 4 – 5
orang
3. Evaluasi
manfaat
berkenalan dan
A : Defisit
perawatan diri
masih ada,
pasien dapat
membina
hubungan saling
percaya dengan
perawat dan
memahami dan
dapat melakukan
kegiatan
perawatan diri
tetapi tetap
diarahkan
P : Optimalkan SP
1, lanjutkan SP 2
O:
a. Pasien dapat
menyebutkan
alat dan cara
berdandan/berhi
as
b. Pasien tampak
lebih bersih dan
lebih rapi
c. Rambut belum
dipotong
d. Jenggot belum
dicukur
A:
a. SP 1 pasien
defisit perawatan
diri sudah mandiri
b. SP 2 pasien
belum mandiri
P : Optimalkan SP 2
dan lanjutkan SP 3
P : Lanjutkan SP 3
A:
a. SP 1 pasien defisit
perawatan diri
sudah mandiri
b. SP 2 Pasien
defisit perawatan
diri sudah
mandiri
c. SP 3 pasien defisit
perawatan diri
sudah mandiri
P : Optimalkan SP 3
dan lanjut SP 4
O : Pasien tampak
sudah bisa
melakukankegiatan
ketiga, pasien
tampak bersemangat
A : Pasien mampu
melakukan kegiatan
tanpa arahan
perawat
P : Lanjutkan SP 4
A : Masalah isolasi
sosial masih ada,
pasien mampu
berkenalan dengan
arahan perawat
P : Optimalkan SP
1 dan lanjutkan SP2
O:
a. Pasien tampak
bersih
b. Pasien dapat
menyebutkan
alat dan cara
BAB/BAK
yangbenar
c. Pasien tampak
sudah buang
air dikamar
mandi
A:
a. SP 1 pasien
defisit
perawatan diri
sudah mandiri
b. SP 2 pasien
defisit
perawatan diri
sudah mandiri
c. SP 3 pasien
P : Optimalkan SP
4 dan evaluasi
kembali SP 1,
2 dan3
A : Pasien mampu
melakukan kegiatan
tanpa arahan perawat
P : Optimalkan
kegiatan SP 4 dan
evaluasi kegiatan SP
1, 2 dan 3
P : Optimalkan SP
2 lanjutkan SP3
A : Pasien tampak
sudah mampu
berkenalan dan
berinteraksi dengan
3-4 orang
P : Optimalkan SP
3, lanjutkan SP 4
19 Isolasi SP 4 (pasien) : S:
Maret sosial Melatih pasien a. Pasien
2021 berinteraksi dengan mengatakan
orang lain sambil sudah bisa
melakukan berkenalan
kegiatan dengan 3-4
(membersihkan orang
meja makan b. Pasien
bersama-sama) mengatakan
a. Memvalidasi mau
kemampuan melakukan
pasien dalam kegiatan yang
A : Pasien tampak
sudah mampu
berinteraksi dengan
orang lain sambil
melakukan kegiatan
sosial/TAKS sesi 3
P : Optimalkan SP
4. Evaluasi kegiatan
SP 1,2,3. Pamit dan
melakukan
terminasi dengan
Tn.D