iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Skizofrenia Yang Mengalami
Halusinasi Di Ruang Dahlia Rumah Sakit Jiwa Puti Bungsu Padang ”
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar Diploma III pada program Studi D-III Keperawatan
Padang Poltekkes Kemenkes Padang.
Peneliti Menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, sangatlah sulit
bagi peneliti untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, oleh karena itu peneliti
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Renidayati, S.Kp, M. Kep, Sp. Jiwa selaku pembimbing I, yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan fikiran untuk mengarahkan peneliti dalam
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Bapak Hj. Sunardi, SKM, M. Kes selaku pembimbing II yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan fikiran untuk mengarahkan peneliti dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM,M.Si selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang.
4. Bapak dr. Saiful Bahri, M.M selaku Direktur Rumah sakit Jiwa Puti
Bungsu Padang staf yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan
survey awal.
5. Ibu Ns. Hj. Sila Dewi Anggreni, M.Kep,Sp.KMB selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang.
6. Ibu Heppi Sasmita, M.Kep,Sp. Jiwa selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
Padan
iv
7. Bapak Ibu dosen beserta Civitas Akademika Jurisan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Padang.
8. Teristimewa kepada kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan
kasih sayang, bimbingan dan motivasi sehingga peneliti dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Teman- teman angkatan 2019 terutama teman- teman kelas RPL yang
telah membantu dalam proses perkuliahan dan penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-satu.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.
Peneliti
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NIM : 193140830
Agama : Islam
Ayah : Syafar
Ibu : Rasimar
Riwayat Pendidikan
LINDA SARI
ABSTRAK
WHO 2016 menyebutkan bahwa terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60
juta terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia dan 47,5 juta terkena
dimensia.Berdasarkan data Riskesdas (2018) terlihat bahwa prevelensi gangguan
jiwa berat seperti skizofrenia mencapai sekitar 282.654 orang. Adapun prevelensi
gangguan jiwa berat pada provinsi Sumatra Barat yaitu 5.184 orang atau dengan
persentase 9,1%. Dibandingkan dengan hasil data Rikesdas (2013) Sumatra Barat
dengan persentase 1,9% didapatkan perbandingan angka kejadian gangguan jiwa
berat mengalami kenaikan sebesar 7,2%. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien gangguan iwa dengan halusinasi di
Ruangan Dahlia RSJ Puti Bungsu Padang tahun 2020.
Metode penelitian yang digunakan yaitu studi kasus dalam bentuk deskritif.
Penelitian dilakukan pada 1 partisipan di Ruang Ruangan Dahlia RSJ Puti Bungsu
Padang. Penyusunan dilakukan dari bulan januari sampai Juni 2020 dengan waktu
penelitian 7 hari. Analisa terhadap proses keperawatan yang peneliti lakukan
meliputi: pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi, dan evaluasi
keperawatan dibandingkan dengan teori.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran bagi perawat di ruangan Dahlia
Rumah Sakit Jiwa Puti Bungsu Padang dalam melakukan usaha keperawatan dan
memaksimalkan implementasi yang dilakukan.
LINDA SARI
Nursing Care for Schizophrenic Patients with Hallucinations at the Puti Bungsu
Mental Hospital, Padang.
ABSTRACT
WHO 2016 states that there are about 35 million people affected by depression, 60
million affected by bipolar disorder, 21 million affected by schizophrenia and 47.5
million affected by dementia. Based on data from Riskesdas (2018), it can be seen that
the prevalence of serious mental disorders such as schizophrenia has reached around
282,654 people. The prevalence of serious mental disorders in the province of West
Sumatra is 5,184 people or with a percentage of 9.1%. Compared with the results of the
West Sumatra Regional Health Research System (Rikesdas) data with a percentage of
1.9%, the comparison of the incidence of serious mental disorders has increased by 7.2%.
The purpose of this study is to apply nursing care to patients with iwa disorders with
hallucinations in the Dahlia Room RSJ Puti Bungsu Padang in 2020.
The research method used is a case study in descriptive form. The study was
conducted on 1 participant in the Dahlia Room at RSJ Puti Bungsu, Padang. The
compilation was carried out from January to June 2020 with a research time of 7 days.
The analysis of the nursing process that researchers conducted includes: assessment,
diagnosis, intervention, implementation, and evaluation of nursing compared to theory.
The results of the study found that the main complaints were hearing intangible voices,
seeing unclear shadows, like being alone in the corner of the room and lacking interaction.
The nursing diagnoses obtained were hallucinations, social isolation and the risk of
violent behavior. The implemented mental nursing plan has been standardized, all mental
nursing action plans can be implemented in nursing implementation and nursing
evaluations of nursing diagnoses that are found to be resolved.
This research is expected to be a description for nurses in the Dahlia room of the Puti
Bungsu Mental Hospital in Padang in carrying out nursing efforts and maximizing the
implementation carried out.
Bibliography: 18 (2008-2018)
viii
LEMBAR ORISINALITAS
Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik
yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama :
NIM :
Tanda Tangan :
Tanggal :
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
ABSTRAK iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 6
C. Tujuan Penelitian 6
D. Manfaat Penelitian 7
A. Konsep Halusinasi
1. Pengertian 9
2. Rentang respon 9
3. Dimensi Halusinasi 10
4. Proses Halusinasi 12
5. Faktor penyebab 13
6. Psikodinamika 15
7. Tanda Gejala 16
8. Perilaku halusinasi 18
9. Mekanisme koping 19
10. Penatalaksanaan 19
A. Deskripsi Kasus
B. Pembahasan Kasus
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................64
B. Saran ............................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR TABEL
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan kondisi ketika seseorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan social sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya. Orang yang mempunyai masalah fisik, mental, social,
pertumbuhan dan perkembangan, dan kualitas sehingga memiliki resiko
mengalami gangguan jiwa (UU No. 18 Tahun 2014).
1
2
Beberapa jenis halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa terdapat
beberapa gejala prilaku yang muncul dimana, Prilaku pasien halusinasi
pendengaran berupa pasiean merasakan mendengar suara padahal tidak
ada stimulus suara, pada halusinasi penglihatan pasien mengatakan
melihat bayangan sesuatu yang menakutkan padahal tidak ada bayangan
tersebut, pada halusinasi penghidu pasien mengatakan mencium bau-bauan
tersebut, padahal orang lain tidak ada merasakan sensasi serupa, mengecap
sesuatu padahal tidak sedang makan apapun merupakan prilaku halusinasi
pengecap dan merasakan sensasi rabaan padahal tidak ada apapun dalam
permukaan kulit merupakan prilaku halusinasi perabaan (Irman, dkk,
2016).
Menurut Sutejo (2017), salah satu manifestasi yang timbul yaitu halusinasi
membuat klien tidak dapat memenuhi kehidupannya sehari-hari, dimana
klien dapat melakukan kekerasan seperti mencederai diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan. Klien juga mengalami intoleransi aktivitas
sehingga perawatan diri klien menjadi kurang, hal ini disebabkan oleh
halusinasi telah mempengaruhi atau memfokuskan pikiran klien ke hal
yang tidak realitas sehingga klien hanya sibuk dengan dunia non realitas
dan lupa akan keadaan realitas (Dermawan & Rudi, 2013).
3. Manfaat Penelitian
a. Bagi rumah sakit dan perawat
Sebagai masukan dan acuan bagi perawat dalam meningkatkan
pelayanan keperawatan, terutama dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien dengan halusinasi.
b. Peneliti
Sebagai pengembangan kemampuan peneliti dalam melaksanakan
asuhan keperawatan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi
peneliti dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan
halusinasi.
c. Pengembangan Keilmuan
1) Bagi institusi
Dapat digunakan sebagai referensi sehingga dapat meningkatkan
keilmuan dalam bidang keperawatan jiwa khususnya masalah klien
dengan halusinasi.
2) Bagi mahasiswa
Dapat menjadi referensi dan rujukan dalam pembuatan ataupun
pengaplikasian asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada
klien gangguan jiwa. halusinasi identic dengan skizofrenia. Seluruh
klien dengan skizofrenia diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan
jiwa lain yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah
maniak depresif dan delirium (Muhith,2015). Halusinasi adalah salah
satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan
perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan,pengecapan, perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan
stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat & Akemat, 2014).
Gambar 2.1
Table 2.1
1. Pikiran logis 1. Kadang- kadang 1. Waham
2. Persepsi akurat proses piker 2. Halusinasi kerusakan
3. Emosi konsisten terganggu proses emosi
dengan pengalaman 2. Ilusi 3. Prilaku tidak
4. Perilaku cocok 3. Emosi berlebihan terorganisir
5. Hubungan social 4. Prilaku yang tidak 4. Isolais
harmonis biasa
5. Menarik diri
3. Dimensi Halusinasi
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, rasa
tidak aman, gelisah dan bingung, perilaku merusak diri,, kurang
perhatian,tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Masalah halusinasi
berlandaskan atas hakikat keberadaan seorang individu sebagai makluk
yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spritual
sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi (Stuart dan Laraia,
2005) dalam (Muhith, 2015) yaitu:
a. dimensi fisik
manusia dibangun oleh system indra untuk menanggapi rangsang
eksternal yang diberi oleh lingkungannya. Halusinasi dapat
ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar
biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium,
intoksikasi alcohol, dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang
lama.
b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien
tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan
kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c. Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu
dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi
ego. Pada awalnya, halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri
untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal
yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh
perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua prilaku klien.
d. Dimensi social
Dimensi social pada individu dengan halusinasi menunjukan
adanya kecenderungan untuk menyendiri. Individu asik dengan
halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi
kebutuhan akan interaksi social, control diri, dan harga diri yang
tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan system
control oleh individu tersebut sehingga jika perintah halusinasi
berupa ancaman, maka individu tersebut bisa membahayakan
orang lain. Oleh karena itu, aspek penting dalam melaksanakan
intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses
interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang
memuaskan, serta mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga
klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasinya
tidak berlangsung.
e. Dimensi spiritual
Manusia diciptakan tuhan sebagai makluk social sehingga interaksi
dengan manusia lainnya merupakan kebutuhan yang mendasar.
Individu yang mengalami halusinasi cendrung menyendiri
Gamb
ar 2.2
b. Data Objektif
1) Bicara atau tertawa sendiri.
2) Marah-marah tanpa sebab.
3) Mengarahkan telinga kearah tertentu.
4) Menutup telinga.
5) Menunjuk-nunjuk kearah tertentu.
6) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan
tertentu.
8) Menutup hidung.
9) Sering meludah.
10) Sering muntah.
11) Sering menggaruk-garuk permukaan kulit.
9. Perilaku Halusinasi
Menurut (Dermawan, 2013) ada beberapa prilaku halusinasi yaitu:
a. Isi Halusinasi
Data tentang isi halusinasi dapat diketahui dari hasil pengkajian
tentang jenis halusinasi, misalnya: melihat sapi yang sedang
mengantuk, padahal sesungguhnya adalah pamannya yang
sedang bekerja diladang. Bisa juga mendengar suara yang
c. Menarik diri
Klien sulit mempercayai orang lain dan asik dengan stimulus
internal.
d. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien.
11. Pelaksanaan
Pengobatan harus secepat mungkin harus diberikan, disini peran
keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ
pasien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan
yang sangat penting di dalam hal merawat pasien, menciptakan
lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat
(Maramis, 2004) dalam (Prabowo, 2014).
a. Farmakoterapi
Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita
skizofrenia yang menahun, hasilnya lebih banyak jika mulai
diberi dalam dua tahun penyakit. Neuroleptika dengan dosis
efektif tinggi bermanfaat pada penderita dengan psikomotorik
yang meningkat.
b. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan
kejang grandmall secara artificial dengan melewatkan aliran
listrik melalui electrode yang dipasang pada satu atau dua
temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada skizofrenia
yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi,
dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
c. Psikoterapi dan Rehabilitas
b. Terapi social
Pasien belajar bersosialisasi dengan pasien lain.
1) Terapi kelompok
a) Terapi group (kelompok terapeutik)
b) Terapi aktivitas kelompok (adjunctive group activity therapy)
c) TAK stimulus persepsi: Halusinasi
(1) Sesi 1 ; mengenal halusinasi
4) Berpakaian
Biasanya pasien tidak mau mengganti pakaian, dan memakai
pakaian yang tidak serasi.
5) Istirahat
Pohon Masalah
Core Problem
Causa Isolasi
Sosial
Masalah Keperawatan
a. Tujuan
1) Pasien mampu membina hubungan saling percaya
2) Pasien mampu mengenal halusinasi dan mampu mengontrol
halusinasi dengan menghardik
a) Strategi pelaksanaan 1
(1) Identifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien
halusinasi
(2) Jelaskan tentang pengertian halusinasi
(3) Jelaskan tentang jenis halusinasi yang dialami pasien
(4) Jelaskan tentang tanda dan gejala halusinasi
(5) Jelaskan tentang cara merawat pasien halusinasi dengan
latihan yaitu dengan cara menghardik
(6) Suruh keluarga menjelaskan kembali cara merawat
pasien dengan menghardik
(7) Berikan pujian
(8) Kontrak waktu selanjutnya dan jadwalkan keluarga
untuk merawat pasien serta anjurkan keluarga untuk
memberikan pujian saat melatih pasien
b) Startegi pelaksanaan 2
(1) Evaluasi kemampuan keluarga dalam merawat pasien
dengan latihan menghardik halusinasi (Sp1)
(2) Berikan pujian kepada keluarga
(3) Latih keluarga cara merawat pasien dengn 6 benar
minum obat
(4) Jelaskan kepada keluarga akibat putus minum obat
(5) Suruh keluarga untuk menjelaskan kembali bagaimana
cara merawat pasien dengan 6 benar minum obat dan
dampak dari putus obat
(6) Berikan pujian kepada keluarga
(7) Kontrak waktu selanjutnya dan jadwalkan keluarga
untuk merawat pasien serta anjurkan keluarga untuk
memberikan pujian saat melatih pasien
c) Strategi pelaksanaan 3
(1) Evaluasi kemampuankeluarga dalam merawat pasien
halusinasi (Sp 1 dan 2)
(2) Berikan pujian kepada keluarga
d) Berikan pujian
e) Masukkan kedalam buku harian pasien dan RTL
4) Strategi Pelaksanaan 4
a) Evaluasi latihan 1,2,3
b) Ajarkan pasien untuk bercakap-cakap dengan 4 orang
c) Minta pasien untuk memperagakan ulang
d) Berikan pujian
e) Masukkan kedalam buku harian dan lakukan RTL.
b. Tindakan strategoi pelaksanaan keluarga
1) Strategi pelaksanaan 1
a) Diskusikan pada keluarga masalah yang dirasakan dalam
merawat pasien isolasi social
b) Jelaskan pengertian serta tanda dan gejala isolasi social
c) Jelaskan cara merawat pasien dengan isolasi social dngan cara
bercakap-cakap dengan 1 orang
d) Minta keluarga untuk mengulangi kembali
e) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian
f) Masukkan kedalam buku harian
2) Strategi Pelaksanaan 2
a) Evaluasi kemampuan keluarga dalam Sp 1
b) Ajarkan keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan cara
bercakap-cakap dengan 2 orang
c) Meminta keluarga untuk menjelaskan kembali
d) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian
e) Masukkan kedalam buku harian
3) Strategi pelaksanaan 3
a) Evaluasi keluarga latihan isolasi social 1,2
b) Ajarkan keluarga untuk melakukan latihan yang ketiga yaitu
bercakap-cakap dngan 3 orang
c) Minta keluarga untuk mengulangi kembali
d) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian
e) Masukan kedalam buku harian
4) Strategi Pelaksanaan 4
a) Evaluasi keluarga latihan isolasi social 1,2,3
b) Berikan pujian pada keluarga
c) Ajarkan keluarga latihan yang ke 4 yaitu bercakap-cakap
dengan 4 orang
d) Minta keluarga untuk mengulangi kembali
e) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian
f) Masukkan kedalam buku harian
3. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan(Asmadi,2008).
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang
teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan (Asmadi,2008).
5. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses
keperawatan, karenanya dokumentasi asuhan keperawatan jiwa terdiri
dari, dokumentasi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi (Muhith,2015)
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang terdiri atas beberapa
komponen yang menyatu satu sama lain untuk memperoleh data dan fakta
dalam rangka menjawab pertanyaan atau masalah penelitian (Lapau, 2012).
Penelitian menggunakan desain penelitian deskriptif yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu
fenomena yang terjadi dalam masyarakat tanpa mencari hubungan antar
variable (Ariani,2014). Penelitian ini diarahkan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan bagaimana penerapan asuhan keperawatan jiwa pada pasien
dengan gangguan halusinasi dirumah sakit jiwa Puti Bungsu Padang.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di ruang Dahlia II Rumah Sakit Jiwa Puti Bungsu
Padang. Waktu penerapan asuhan keperawatan mulai dari tanggal January
2020.
1. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan
ditentukan. Populasi dapat berupa orang, gejala atau wilayah yang
ingin diketahui oleh peneliti (Kartika, 2017). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien skizofrenia yang didiagnosa
mengalami halusinasi bulan Januari -Februari di ruang Dahlia II
sebanyak 6 orang.
b. Sampel
Sampel merupakan bagian jumlah dari populasi. Sampel dalam
ilmu keperawatan ditentukan oleh sampel kriteria inklusi dan
kriteria eksklusif (Donsu,2017). Sampel penelitian ini adalah
pasien halusinasi yang berada di ruang Dahlia II Padang tahun
2020.
38
39
A. Deskripsi Kasus
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Partisipan Ny. S adalah seorang pasien yang di rawat di Ruangan
Dahlia II Rumah Sakit Jiwa Puti Bungsu Padang dengan diagnose
keperawatan Halusinasi. Umur Ny. S 26 tahun dan Ny. S di Rawat
di Ruangan Dahlia II sejak tanggal 07 maret 2020 dengan nomor
rekam medis 010899. Ny. S tinggal di Jati, Padang.
b. Keluhan Utama
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 22 juni 2020, Ny. S
mengatakam masih mendengar suara-suara yang tidak bisa ia lihat
dan Ny. S mengatakan suara yang muncul tersebut membuat
dirinya ketakutan. Di ruangan Ny. S sering duduk di pojok ruangan
apabila mendengar suara tersebut, dan terkadang Ny. S suka
berteriak kepada suara yang mengahantuinya. Ny. S jarang
berkomunikasi dnegan pasien lainnya dan sering menyendiri.
Terkadang Ny. S suka melukai dirinya sendiri dan saat di tanya
kenapa ia melukai dirinya Ny. S ,menjawab karena disuruh oleh
suara- suara yang mengganggunya dan suara itu mengatakan
bahwa dirinya tak berguna. Ny. S juga suka marah marah dan
membuang barang disekitarnya.
42
43
f. Aspek medik
Diagnosa medik pasien Ny,. S dirawat dengan diagnosa
Skizofrenia tipe manik dengan terapi mediknya Resperidon 2 kali
dengan dosis 3 Mg, Lorazepam 1 kali sehari dengan dosis 2 Mg
dan asam valproate 2 sampai 3 kali sehari dengan dosis 250 mg.
2. Diagnose Keperawatan
a. Diagnosa pertama yang ditemukan pada Ny S yaitu halusinasi
dengan analisa data klien suka mendengar suara-suara tidak jelas,
dan kadang melihat bayangan sehingga klien merasa ketakukan
dan marah –marah sendiri.
b. Diagnosa yang kedua yang ditemukan yaitu resiko perilaku
kekerasan, di tandai dengan tanda yaitu Ny. S sering marah-marah
saat mendengar suara-suaara, dan suka menjatuhkan
barang0barang yang ada disekitarnya.
c. Diagnose ketiga yang ditemukan pada Ny R yaitu isolasi sosial
dengan analisa data klien suka menyendiri di sudut ruangan, klien
kurang mau berinteraksi dengan teman-temannya, klien
mengatakan malas untuk keluar dari ruangan.
3. Intervensi Keperawatan
a. Rencana tindakan keperawatan untuk diagnosa halusinasi (Direja,
2011) yaitu:
1) Strategi pelaksanaan 1 (menghardik halusinasi)
a) Bantu pasien mengenal halusinasi seperti: isi
halusinasi, waktu terjadinya halusinasi, frekuensi
situasi pencetus halusinasi, perasaan saat terjadi
halusinasi.
b) Latih mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik.
c) Jelakan cara menghardik halusinasi.
d) Peragakan cara menghardik halusinasi.
e) Berikan pujian.
f) Masukan ke dalam kegiatan harian pasien.
g) Kontrak waktu selanjutnya.
dilakukan.
c) Menjelaskan cara mengontrol perilaku
kekerasandengan cara fisik, obat, verbal, dan
spiritual.
d) Menjelaskan latihan cara mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik yaitu tarik nafas dalalm dan
memukul kasur dan bantal.
e) Memasukkan latihan fisik kedalam jadwal pasien.
pasien.
e) Tanyakan perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang.
f) Lalu masukkan ke jadwal kegiatan harian pasien.
g) Kontrak waktu akan datang.
2) Strategi pelaksanaan 2
a) Evaluasi kegiatan pasien sebelumnya.
b) Berikan pujian setelah evaluasi kegiatan sebelumnya.
c) Latih pasien berhubungan social kembali secara
bertahap (2-3 orang).
d) Berikan pujian disetiap kegiatan yang dilakukan pasien.
e) Masukkan ke jadwal kegiatan harian pasien.
f) Kontrak waktu akan datang.
3) Strategi pelaksanaan 3
a) Evaluasi kegiatan pasien sebelumnya ( Sp 1 dan 2).
b) Berikan pujian setelah klien selesai evaluasi ( Sp 1 dan
2).
c) Latih pasien berhubungan social kembali secara
bertahap (4-5 orang).
d) Berikan pujian di setiap kegiatan yang dilakukan pasien.
e) Masurkkan ke jadwal kegiatan harian pasien.
f) Kontral waktu akan dating.
4) Strategi pelaksanaan 4
a) Evaluasi kegiatan pasien sebelumnya.
b) Latih pasien berhubungan social kembali secara
bertahap (melakukan kegiatan social).
c) Berikan pujian disetiap kegiatan yang dilakukan pasien.
d) Masukkan ke jadwal harian pasien.
e) Evaluasi semua kegiatan.
4. Implementasi Keperawatan
a. Halusinasi
5. Evaluasi Keperawatan
a. Halusinasi
B. Pembahasan Kasus
1. Pengkajian Keperawatan
a) Keluhan utama
klien juga tidak mempunyai hubungan yang baik dengan ayah nya.
Hal ini juga sesuai dengan penelitian Aldam & Wardani (2019),
yaitu pada penelitian didapatkan pasien dengan riwayat tante klien
mengalami gangguan jiwa. Serta klien juga memiliki riwayat tidak
menyenangkan dalam hidupnya yaitu penolakan dari masyarakat
terhadap dirinya.
Factor predisposisi secara biologis yaitu berarti saudara dari ibu Ny.
S. individu yang memiliki hubungan dengan tingkat pertama
(orang tua, saudara atau keturunan) atau tingkat kedua (cucu,
kakek nenek, bibi paman, sepupu) dengan penderita akan lebih
rentan mengalami gangguan jiwa (Stuart, Keliat, dan
pasaribu,2016).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh maifenti (2019)
tentang asuhan keperawatan pada pasien gangguan persepsi sensori:
halusinasi di ruang melati di Rumah Sakit Prof HB Saanin padang.
Didapatkan diagnosa pada Ny R yaitu isolasi sosial sebagai penyebab,
halusinasi pendengaran sebagai core problemnya dan resiko prilaku
kekerasan sebagai akibat.
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
kalien sudah tahu cara minum obat yang benar dan manfaat obat, klien
sudah tahu kalau bercakap-cakap dapat mengurangi halusinsi dan yang
terakhir klien sudah mulai melakukan kegiatan terjadwal. Evaluasi
keperawatan pada diagnosa resiko perilaku kekerasan yaitu latihan
fisik tarik nafas dalam dam memukul bantal pada saat klien emosi
klien sudah melakukan teknik ini, selanjutnya memintak baik dan
menolak dengan baik klien juga sudah melakukanya yang ketiga
melatih pasien minum obat dengan dengan benar disini klien suda bisa
menyebutkan 6 benar minum obat dan manfaat dari obat yang
diminum dan yang terakhir melakukan latihan spriritual sekarang klien
sudah rajin sholat bahkan pada sholat zuhur klien sholat berjamah
dengn teman-temanya. Evaluasi keperawatan pada diagnosis isolasi
social adalah klien mengatakan mengerti cara berkenalan dengan orang
lain, klien belum mau berinteraksi dengan teman nya , klien mau
berinteraksi dengan peneliti dan perawat lain, klien belum berani
berkenalan dan berinteraksi di dalam kegiatan berkelompok.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada partisipan (Ny. S) Di
ruangan Dahlia Rumah Sakit Jiwa Puti Bungsu Padang dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi berdasarkan hasil pelaksanaan asuhan
keperawtan yang dilaksanakan pada tanggal 22 Juni 2020 sampai 27 Juni
2020 maka dapat disimpulkan:
1. Pengkajian pada Ny. S ditemukan masih mendengar suara-suara
dan melihat bayangan-banyangan yang tidak jelas yang muncul
pada mejelang magrib, tersenyum atau tertawa sendiri, tampak
menutup telingan . Peneliti berpendapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya gangguan jiwa (halusinasi) pada Ny. S
karena adanya faktor heriditer atau keturunan karena tante klien
juga mengalami gangguan jiwa.
2. Diganosa keperawatan yang muncul yaitu gangguan persepsi
sensori:halusinasi resiko perilaku kekerasan.dan , isolasi social
3. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada partisipan Ny. S yaitu
berdasarkan strategi pelaksanaan gangguan persepsi sensori:
halusinasi yang telah diterapkan yaitu menghardik halusinasi,
patuh minum obat, bercakap-cakap, dan melakukan kegitan.
Selanjutnya resiko perilaku kekerasan yang telah ditetapkan yaitu
latihan fisik 1 dan 2 (Teknk nafas dalam dan pukul bantal),
menintak, menolak dan mengungkapkan perasaan dengan baik,
patuh minum obat dengan 6 benr minum obat dan latihan spiritual.
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada tanggal 22 Juni –
27 Juni 2020. Tindakan keperawatan disesuaikan dengan
perencanaan yang telah telah peneliti susun. Pelaksanaan tindakan
keperawatan yang dilakukan adalah dignosa gangguan persepsi
sensori: halusinasi, yaitu cara menghardik, patuh minum obat,
64
65
5. Pada tahap evaluasi yang dilakukan pada tanggal 22 Juni- 27 Juni 2020
dengan evaluasi masalah halusinasi didapatkan bahwa tujuan dari
pemberian strategi pelaksanaan halusinsi telah tercapai. Ny S mampu
mengontrol halusinasi dengan latihan yang telah diajarkan peneliti yaitu
dengan cara mengardik, klien sudah tahu pentingnya patuh minum obat,
dan kegunaan bercakap-cakap serta bisa melakukan kegiatan terjadwal
guna mengurangi halusinsasi. Untuk perilaku kekerasan klien sudah
bisa melakukan latiha fisik tarik nafas dalam dan memukuk bantal, dan
keguanaan dari obat yang diminum, serta klien sudah bisa memintak
dan menolak dengan benar dan klien sudah mulai melakukan kegiatan
spritual. Sedangkan untuk diagnosa isolasi sosial klien sudah bisa
berkenalan dengan beberapan orang diruangan. Peneliti berharap setelah
penelitian ini selesai evaluasi keperawatan dapat dilanjutkan kembali
oleh perawat pelaksana ruangan agar strategi pelaksanaan dapat menjadi
lebih optimal.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Agar dapat menambah wawasan mahasiswa dan pengalaman
mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa dengan
mengapliksikan ilmu dan teori yang diperoleh dibangku perkulihan
khususnya pada pasien dengan gangguan persepsi sensori:
halusinasi
2. Rumah Sakit
Sebagai gambaran dalam pemberian asuhan keperawatan
khususnya pada pasien gangguan persepsi sensori: halusinasi,
tetapi tetap harus memperhatian pesikososial pada pasien dengan
gangguan jiwa tersebut.
3. Pasien dan keluarga
a) Pasien diharapkan dapat mengikuti program terapi yang
sudah direncanakan oleh dokter dan parawat agar dapat
mempercepat proses penyembuhan pada pasien khususnya
pada pasien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi
b) Keluarga diharapkan mampu memberikan dukungan pada
pasien dalam mengontrol halusinasi baik dirumah sakit
ataupun dirumah khususnya pada pasien dengan gangguan
persepsi sensori: halusinsi
Kelliat, B. A., & Akemat. (2014). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Kusumawati, F., & Hartono,Y. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
Tanggal Dirawat :
I. Identitas Pasien
Inisial : Nn. S (L)
Tanggal Pengkajian : 22 Juni 2020
Umur : 26 th
RM No. : 13.3.24.
Informan : Pasien dan perawat
c. Penolakan
Klien mengatakan ia pernah mengalami penolakan dari ayah nya dan
teman-temannya
d. Kekerasan dalam keluarga
KETERANGAN :
: Perempuan
X : Meninggal
- - - - : Tinggal dirumah
: Pasien
2. Konsep diri
a) Citra tubuh
Klien mengatakan ia menyukai seluruh anggota tubuh yang dimilikinya
b) Identitas diri
Klien mengatakan anak kedua dari tiga saudara .
c) Peran diri
d) Ideal diri
Klien mengatakan ingin sembuh dan keluar dari rumah sakit agar bisa
mewujudkan cita-citanya .
e) Harga diri
Klien merasa malu karena penyakit yang di deritanya dan klien merasa
tidak berguna bagi anggota keluarganya karena pasien belum bias
menyelesaikan sekolah nya
3. Hubungan social
a) Orang terdekat
Klien mengatakan dekat dengan ibunya dan apabila ada masalah ia cerita
ke ibunya.
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat Klien mengatakan ia
jarang ikut serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat.
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan tidak memiliki hambatan dalam berhubungan dnegan
oramg lain.
Masalah keperawatan : Halusinasi
f) Spritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan pandangan masyarakat di tempat tinggal tidak mau
mendekatinya karena menganggap dia orang gila
b. Kegiatan ibadah
Klien beragama islam dan menyakini tuhan itu ada. Klien jarang
melaksanakan sholat 5 waktu karena malasa melakukannya, tetapi waktu di
ruangan klien rajin melaksanakan sholat 5 waktu
Diagnosis Keperawatan: Halusinasi
7. Persepsi
Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu
8. Proses Pikir
9. Isi Pikir
Obsesi Ide yang terkait
Depersonalisas Hipokondria
Fobia Pikiran magis
Jelaskan: klien tampak takut dan berpikiran curiga terhadap orang-orang baru
11. Memori
1. Makan
Bantuan minimal Bantuan total
Klien makan 3 kali sehari dan selalu menghabiskan makanan yang disediakan.
klien tidak mengambil makanan orang lain dan makan dengan tenang.
2. Eliminasi (BAB/BAK)
3. Kebersihan diri
4. Berhias/ Berdandan
Bantuan minimal Bantuan total
Klien rapid an bersih, rambut klien disisir, kuku bersih, dan gigi pasien bersih
Klien selalu minum obat dengan rurtin dan mengantuk setelah minum obat
7. Pemeliharaan Kesehatan
Jika klien sudah diizinkan pulang, klien akan meminum obat secara rutin dan
jika obat telah habis klien akan mengambilnya dipelayanan kesehatan terdekat.
Jika ada masalah pasien hanya diam dan memendam dan terkadang bercerita
kepada ibunya
Klien mengatakan tidak mau bergaul dengan orang disekeliling nya karena
orang-orang mengejek nya bodoh
Aspek Medik
Perawat,
(...................................)
No Data Masalah
1. DS : Halusinasi
DO :
DO :
DO :
SP 2
SP 3
1. Evaluasi kegiatan
yang lalu (Sp 1 dan
2).
2. Berikan pujian
setelah evaluasi
kegiatan yang lalu.
SP 4
1. Evaluasi kegiatan
yang lalu ( Sp 1, 2
dan 3).
2. Berikan pasien
pujiansetelah
evaluasi kegiatan
yang lalu.
3. Latih pasien
melakukan kegiatan
agar halusinasi tidak
muncul.
4. Jelaskan pentingnya
aktivitas yang
teratus untuk
mengatasi halusinasi.
5. Diskusikan aktivitas
yang biasa
dilakukan oleh
pasien.
6. Latih pasien
melakukan
aktivitas.
7. Suruh pasien
meenjelaskan
kembali bagaimana
cara latihan yang ke
empat.
8. Berikan pujian.
di ajarkan.
2. Resiko perilaku SP 1
kekerasan
1. Mengidentifikasi
penyebab, tanda
dan gejala perilaku
kekerasan yang
dilakukan.
2. Mendiskusikan akibat
perilaku kekerasan
yang dilakukan.
3. Menjelaskan cara
mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara
fisik, obat, verbal, dan
spiritual.
4. Menjelaskan latihan cara
mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik
yaitu tarik nafas dalalm
dan memukul kasur dan
bantal.
5. Memasukkan latihan
fisik kedalam jadwal
pasien.
SP 2
SP 3
SP 4
SP 2
1. Evaluasi kegiatan
sebelumnya.
2. Latih pasien
berhubungan social
kembali secara
bertahap (2-3 orang).
3. Berikan pujian
disetiap kegiatan
yang dilakukan
pasien.
4. Masukkan ke
jadwal kegiatan
harian klien.
SP 3
1. Evaluasi kegiatan
sebelumnya.
2. Latih pasien
berhubungan social
kembali secara
bertahap (4-5 orang).
3. Berikan pujian disetiap
kegiatan yang
dilakukan pasien.
SP 4
1. Evaluasi kegiatan
sebelumnya.
2. Latih pasien
berhubungan social
kembali (melakukan
kegiatan social).
3. Berikan pujian
disetiap kegiatan
yang dilakukan
pasien.
4. Masukkan ke jadwal
kegiatan harian klien
Strategi pelaksanaan 1
tercapai
P: lanjut strategi
Selasa, 23 Halusinasi SP 2 S:
Juni 2020
1. Menyuruh pasien - Partisipan
mengevaluasi kegiatan mengatakan
yang lalu (Sp 1). senang diajarkan 6
2. Berikan pujian setelah bernar minum
evaluasi Sp 1. obat.
3. Tanyakan program - Pasien Nn. S
pengobatan pasien. mengatakan cara
4. Menjelaskan pentingnya menghilangkan
penggunaan minum obat halusinasi yang ke
pada pasien gangguan dua yaitu dengan
jiwa. patuh minum obat
5. Menjelaskan akibat bila - Partisipan
tidak digunakan sesuai memgatakan obata
program. yang di
6. Menjelaskan akibat bila konsumsinya saat
putus obat. ini yaitu
7. Menjelaskan cara Resperidon,
mendapatkan obat atau Lorazepam, Asam
berobat. valproat
8. Menjelaskan pengobatan
enam benar minum obat.
9. Melatih pasien minum
obat. O:
10. Menyuruh pasien
mengulangi cara minum - Pasien mempu
obat dengan 6 benar menyebutkan 4
minum obat. dari 6 cara minum
11. Berikan pasien pujian. obat
12. Masukan kedalam jadwal - Partisipan tampak
kegiatan harian pasien antusia dan
melakukan
tindakan sp 2
secara mandiri
A:
- Strategi
pelaksanaan 2
tercapai
- Lanjut ke Sp 3
Rabu, 24 Halusinasi SP 3 S:
Juni 2020
1. Mengevaluasi - Partisipan
kegiatan yang lalu mengatakan
(Sp 1 dan 2). apabila ia
2. Berikan pujian mendengar suara
setelah evaluasi orang tidak
kegiatan yang lalu. berwujut
3. Melatih berbicara partisipan akan
atau bercakap mengatasinya
dengan orang lain dengan cara
saat halusinasi bercakap-cakap
muncul. dengan teman
4. Menyuruh pasien dan petugas
menjelaskan kembali ruangan
latihan yang ketiga. - Nn. S
5. Berikan pujian.
6. Masukan ke dalam mengatakan merasa
kegiatan harian senang melakukan latihan
pasien. bercakap-cakap sehingga
7. Mengontrak waktu frekuensi terjadi
selanjutnya. halusinasi menjadi
berkurang
O:
- Partisipan tampak
paham cara
mengontrol
halusinasi dengan
cara yang ke 3
- Partisipan tampak
sering bercakap
dengan petugas
ruangan
- Partisipan tampak
paham dengan apa
yang disampaikan
peneliti dan
melakukan latihan
secara mandiri
- Strategi
pelaksanaan 3
tercapai
P:
- Lanjut ke sp 4
halusinasi
SP 1 S:
Isolasi
social
1. Identifikasi penyebab - Nn S mengatakan
terjadinya isolasi social malas
dengan menanyakan berinteraksi
siapa orang serumah dengan orang
dengan pasien, orang lain.
terdekat dan orang yang - Nn. S
tidak dekat dengan mengatakan ia
pasien. tidak diterima
2. Tanyakan pada pasien oleh temannya
keuntungan dan kerugian
jika tidak beriteraksi O :
dengan orang lain.
3. Latih pasien untuk - Nn. S mau
berkenalan dengam melakukan
menjelaskan kegiatannnya
bagaiamana cara - Nn. S banyak
berinteraksi dan diam
memberikan contoh.
4. Menyuruh pasien untuk A :
mempraktekkan cara
berinteraksi dan - Nn. S mau
membantu pasien dan mampu
berinteraksi dengan 1 berinteraksi
orang. dengan 1
5. Berikan pujian setiap orang
kemajuan yang temannya dan
dilakukan pasien. melakukan
6. Tanyakan perasaan secara mandiri
pasien setelah
berinteraksi dengan P :
orang lain.
7. Masukkan ke jadwal
SP 2
S:
Isolasi 1. Evaluasi kegiatan
Sosial sebelumnya. - Nn. S
2. Latih pasien mengatakn
berhubungan social bosan
kembali secara - Nn. S
bertahap (2- 3 mengatakan
orang) tidak diterima
3. Berikan pujian orang lain
disetiap kegiatan
yag dilakukan O:
pasien
4. Masukkan ke - Nn. S mau
jadwal kegiatan malakukan
harian klien kegiatan
- Nn S banyak
diam di kamar
- Nn S agak susah
berkumpul
dengan teman-
temnnya
A:
Nn S belum mamp
berinterasksi dengan
teman-temnnya
P:
Optimalkan sp 1 dan 2
Lanjutkan SP 3
Kamis, 25 Halusinasi SP 4 S:
Juni 2020
1. Evaluasi tanda dan - Partisipan
gejala megatakan
2. Mengevaluasi melakukan
kegiatan yang lalu aktifitas yang
( Sp 1, 2 dan 3). dipilihnya
A:
- Sp 4 halusinasi
tercapai
P:
- Optimalkan sp 4
halusinasi
Resiko
Perilaku SP 2
kekerasan S:
1. Mengevaluasi tanda
dan gejala perilaku - Pasien
kekerasan. mengatakan
2. Memvalidasi mengerti tentang
kemampuan sp1
melakukan tarikan - Pasien
nafas dalam mengatakan
dan pukul kasur mengerti tentang
atau bantal. benar minum
3. Menanyakan obat
manfaat yang
Dirasakan pasien O:
dan berikan pujian.
4. Menjelaskan Latihan - Pasien tampak
yang selanjutnya mengerti
yaitu latihan cara
Sabtu, 27 Resiko SP 3 S:
Juni 2020 perilaku
kekerasan 1. Mengevaluasi tanda - Pasien
dan gejala perilaku mengatakam
kekerasan. mengerti tentang
2. Memvalidasi meminta dengan
kemampuan pasien baik menolak
melakukan teknik dengan baik dan
nafas dalam, pukul mengungkap kan
kasur atau bantal, dengan baik
makan obat dengan
patuh dan benar. O:
3. Menanyakan
manfaatnya dan - Pasien terlihat
memberikan pujian. mengerti
4. Menjelaskan Latihan - Pasien mamou
yang selanjutnya mempergakan
yaitu latihan cara katihan verbal
mengontrol perilaku
kekerasan secara A:
verbal
(mengungkapkan, - Sp 3 tercapai
meminta, dan
Menolak dengan P :
benar). - lanjut Sp 4 resiko
5. Memasukkan latihan perilaku kekerasan
secara verbal ke
dalam jadwal pasien
Resiko SP 4