Anda di halaman 1dari 116

ii

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Skizofrenia Yang Mengalami
Halusinasi Di Ruang Dahlia Rumah Sakit Jiwa Puti Bungsu Padang ”
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar Diploma III pada program Studi D-III Keperawatan
Padang Poltekkes Kemenkes Padang.

Peneliti Menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, sangatlah sulit
bagi peneliti untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, oleh karena itu peneliti
mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Renidayati, S.Kp, M. Kep, Sp. Jiwa selaku pembimbing I, yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan fikiran untuk mengarahkan peneliti dalam
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Bapak Hj. Sunardi, SKM, M. Kes selaku pembimbing II yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan fikiran untuk mengarahkan peneliti dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM,M.Si selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang.
4. Bapak dr. Saiful Bahri, M.M selaku Direktur Rumah sakit Jiwa Puti
Bungsu Padang staf yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan
survey awal.
5. Ibu Ns. Hj. Sila Dewi Anggreni, M.Kep,Sp.KMB selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang.
6. Ibu Heppi Sasmita, M.Kep,Sp. Jiwa selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
Padan

iv
7. Bapak Ibu dosen beserta Civitas Akademika Jurisan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Padang.
8. Teristimewa kepada kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan
kasih sayang, bimbingan dan motivasi sehingga peneliti dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Teman- teman angkatan 2019 terutama teman- teman kelas RPL yang
telah membantu dalam proses perkuliahan dan penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-satu.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Padang, Juni 2020

Peneliti

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Linda Sari

NIM : 193140830

Tempat,Tanggal Lahir : Padang, 13 September 1978

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin

Alamat : Jl. Jihad 66 Badar No 132

Nama Orang Tua

Ayah : Syafar

Ibu : Rasimar

Riwayat Pendidikan

No Jenis Pendidikan Tempat Pendidikan Tahun


1 SD SDN 49 PJKA 1985-1991
2 SMP MTsN padang 1991-1993
3 SMA SPK- DEPKES 1993-1996
4 D-III Keperawatan Politeknik Kemenkes Padang 2019-2020

vi Poltekkes kemenkes Padang


JURUSAN KEPERAWATAN

KARYA TULIS ILMIAH , JUNI 2020

LINDA SARI

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Skizofrenia dengan Halusinasi di Rumah


Sakit Jiwa Puti Bungsu Padang.

Isi : Xiii + 74 Halaman + 12 Lampiran

ABSTRAK

WHO 2016 menyebutkan bahwa terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60
juta terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia dan 47,5 juta terkena
dimensia.Berdasarkan data Riskesdas (2018) terlihat bahwa prevelensi gangguan
jiwa berat seperti skizofrenia mencapai sekitar 282.654 orang. Adapun prevelensi
gangguan jiwa berat pada provinsi Sumatra Barat yaitu 5.184 orang atau dengan
persentase 9,1%. Dibandingkan dengan hasil data Rikesdas (2013) Sumatra Barat
dengan persentase 1,9% didapatkan perbandingan angka kejadian gangguan jiwa
berat mengalami kenaikan sebesar 7,2%. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien gangguan iwa dengan halusinasi di
Ruangan Dahlia RSJ Puti Bungsu Padang tahun 2020.

Metode penelitian yang digunakan yaitu studi kasus dalam bentuk deskritif.
Penelitian dilakukan pada 1 partisipan di Ruang Ruangan Dahlia RSJ Puti Bungsu
Padang. Penyusunan dilakukan dari bulan januari sampai Juni 2020 dengan waktu
penelitian 7 hari. Analisa terhadap proses keperawatan yang peneliti lakukan
meliputi: pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi, dan evaluasi
keperawatan dibandingkan dengan teori.

Hasil pengkajian didapatkan keluhan utama mendengar suara-suara yang tidak


berwujud, melihat bayang-bayangan yang tidak jelas, suka menyendiri di sudut
ruangan dan kurang berinteraksi. Diagnosa keperawatan yang didapatkan yaitu
halusinasi, isolasi sosial dan resiko perilaku kekerasan. Rencana keperawatan jiwa
yang dilaksanakan sudah terstandar, semua rencana tindakan keperawatan jiwa
dapat dilaksanakan pada implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan
terhadap diagnosa keperawatan yang ditemukan dapat teratasi.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran bagi perawat di ruangan Dahlia
Rumah Sakit Jiwa Puti Bungsu Padang dalam melakukan usaha keperawatan dan
memaksimalkan implementasi yang dilakukan.

Kata kunci : (key word) : halusinasi, asuhan keperawatan

Daftar pustaka : 18 (2008-2018)


vii
NURSING MAJOR

SCIENTIFIC WRITING, JUNE 2020

LINDA SARI
Nursing Care for Schizophrenic Patients with Hallucinations at the Puti Bungsu
Mental Hospital, Padang.

Contents: Xiii + 74 Pages + 12 Attachments

ABSTRACT

WHO 2016 states that there are about 35 million people affected by depression, 60
million affected by bipolar disorder, 21 million affected by schizophrenia and 47.5
million affected by dementia. Based on data from Riskesdas (2018), it can be seen that
the prevalence of serious mental disorders such as schizophrenia has reached around
282,654 people. The prevalence of serious mental disorders in the province of West
Sumatra is 5,184 people or with a percentage of 9.1%. Compared with the results of the
West Sumatra Regional Health Research System (Rikesdas) data with a percentage of
1.9%, the comparison of the incidence of serious mental disorders has increased by 7.2%.
The purpose of this study is to apply nursing care to patients with iwa disorders with
hallucinations in the Dahlia Room RSJ Puti Bungsu Padang in 2020.

The research method used is a case study in descriptive form. The study was
conducted on 1 participant in the Dahlia Room at RSJ Puti Bungsu, Padang. The
compilation was carried out from January to June 2020 with a research time of 7 days.
The analysis of the nursing process that researchers conducted includes: assessment,
diagnosis, intervention, implementation, and evaluation of nursing compared to theory.

The results of the study found that the main complaints were hearing intangible voices,
seeing unclear shadows, like being alone in the corner of the room and lacking interaction.
The nursing diagnoses obtained were hallucinations, social isolation and the risk of
violent behavior. The implemented mental nursing plan has been standardized, all mental
nursing action plans can be implemented in nursing implementation and nursing
evaluations of nursing diagnoses that are found to be resolved.

This research is expected to be a description for nurses in the Dahlia room of the Puti
Bungsu Mental Hospital in Padang in carrying out nursing efforts and maximizing the
implementation carried out.

Keywords: (key word): hallucinations, nursing care

Bibliography: 18 (2008-2018)

viii
LEMBAR ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik
yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama :

NIM :

Tanda Tangan :

Tanggal :

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

ABSTRAK iv

DAFTAR ISI.......................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 6
C. Tujuan Penelitian 6
D. Manfaat Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Halusinasi
1. Pengertian 9
2. Rentang respon 9
3. Dimensi Halusinasi 10
4. Proses Halusinasi 12
5. Faktor penyebab 13
6. Psikodinamika 15
7. Tanda Gejala 16
8. Perilaku halusinasi 18
9. Mekanisme koping 19
10. Penatalaksanaan 19

B. Konsep Asuhan Keperawatan Halusinsi


1. Pengkajian Keperawatan 21
2. Pohon masalah 26
3. Diagnosa Keperawatan 26
4. Rencana Keperawatan 27
x
5. Implemtasi keperawatan 36
6. Evaluasi Keperawatan 36
7. Dokumentasi keperawatan 37

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ......................................................................................38


B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 38
C. Populasi dan Sampel .................................................................................39
D. Instrumen ...................................................................................................40
E. Jenis dan Pengumpulan Data.....................................................................41
F. Hasil Analisis .............................................................................................41

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Deskripsi Kasus

1. Pengkajian keperawatan .............................................................42


2. Diagnosa keperawatan ................................................................46
3. Intervensi keperawatan ...............................................................46
4. Implementasi keperawatan..........................................................52
5. Evaluasi Keperawatan ................................................................54

B. Pembahasan Kasus

1. Pengkajian keperawatan ..............................................................56


2. Diagnosa keperawatan .................................................................59
3. Intervensi keperawatan .................................................................59
4. Implementasi keperawatan............................................................60
5. Evaluasi Keperawatan ..................................................................63

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................64
B. Saran ............................................................................................65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
DAFTAR GAMBAR

2.1 Rentang Respon Halusinasi.............................................................


2.2 Psikodinamika Terjadinya Halusinasi............................................
2.3 Pohon masalah Halusinasi ................................................................

xii
DAFTAR TABEL

2.1 Tabel rentang respon halusinasi.........................................................................

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan kondisi ketika seseorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan social sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya. Orang yang mempunyai masalah fisik, mental, social,
pertumbuhan dan perkembangan, dan kualitas sehingga memiliki resiko
mengalami gangguan jiwa (UU No. 18 Tahun 2014).

Menurut (WHO,2016) Gangguan jiwa diseluruh dunia sudah menjadi


masalah yang serius seperti depresi, skizofrenia, dan gangguan bipolar.
Adapun data badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO), di
dunia saat ini terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang
terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia.
Dengan berbagai factor biologi, psikologis dan social dengan
keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus gangguan jiwa terus
bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan
produktivitas manusia untuk jangka panjang.

Berdasarkan data Riskesdas (2018) terlihat bahwa prevelensi gangguan jiwa


berat seperti skizofrenia mencapai sekitar 282.654 orang. Prevelensi psikosis
tertinggi di Jawa Barat yaitu 55.133 orang sedangkan terendah di Kalimantan
Utara yaitu 695 orang. Adapun prevelensi gangguan jiwa berat pada provinsi
Sumatra Barat yaitu 5.184 orang atau dengan persentase 9,1%. Dibandingkan
dengan hasil data Rikesdas (2013) Sumatra Barat dengan persentase 1,9%
didapatkan perbandingan angka kejadian gangguan jiwa berat mengalami
kenaikan sebesar 7,2%.

1
2

Penderita gangguan jiwa di provinsi Sumatra Barat sekitar 111.016 orang.


Prevelensi tertinggi yaitu didaerah Kota Padang dengan 50.577 orang disusul
di daerah Kota Bukit Tinggi urutan kedua dengan kejadian 20.317 orang
(Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat,2017). Pada RSJ Puti Bungsu
kunjungan rawat jalan sebanyak 46.940 orang, kunjungan rawat inap 2.350
orang dengan kunjungan jiwa 38.332 orang (Dinas Kesehatana Kota Padang,
2017).

Poltekkes kemenkes Padang


3

Salah satu gangguan jiwa berat (psikosis) adalah skizofrenia. Menurut


Yudhantara & Istiqomah (2018) skizofrenia adalah salah satu gangguan
jiwa berat yang dapat mempengaruhi pikiran, perasaan dan perilaku
individu. Skizofrenia bagian dari gangguan psikosi yang terutama di tandai
dengan kehilangan pemahaman terhadap realitas dan hilangnya daya titik
diri serta dapat ditemukan gejala gangguan jiwa berat seperti perilaku yang
kacau, dan pembicaraan yang kacau, serta gejala negative, waham dan
halusinasi.

Proses terjadinya halusinasi dapat dijelaskan dengan menggunakan konsep


Stress Adaptasi Stuart (2013) yang meliputi stressor dari factor prespitasi
seperti adanya riwayat penyakit infeksi dan kekerasan dalam keluarga.
Serta factor predisposisi seperti factor psikologis akibat adanya kegagalan
berulang dan kurangnya kasih sayang, factor sosialbudaya dan lingkungan
akibat riwayat penolakan lingkungan pada usia perkembangan serta tidak
bekerja, factor biologis meliputi factor herediter gangguan jiwa dan
riwayat penggunaan NAPZA (Sutejo, 2017).

Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa dimana klien merasakan


suatu stimulus yang sebenarnya tidak ada dan salah satu dari sekian bentuk
psikopatologi yang paling parah serta membingungkan. Secara
fenomenologis, halusinasi adalah gangguan yang paling umum dan
penting. Selain itu, halusinasi dianggap sebagai karakteristik psikosis
(Sutejo,2017)

Menurut Yosep (2013) diperkirakan lebih dari 90% klien skizofrenia


mengalami halusinasi, bentuk halusinasi tersebut mengalami bermacam-
macam variasi.

Stuart dan Laraia (2005, dalam Muhith, 2015) membagi halusinasi


menjadi 7 jenis yaitu halusinasi pendengaran, penglihatan, pengbauan,
pengecapan,perabaan,chenesthetik dan kinesthetik. Halusinasi paling
banyak diderita adalah halusiasi pendengaran mencapai 70% seangkan

Poltekkes kemenkes Padang


4

halusinasi penglihatan 20% sementara halusinasi pengecepan, penghidu,


perabaan, chenesthetik dan kinesthetik hanya meliputi 10%.

Beberapa jenis halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa terdapat
beberapa gejala prilaku yang muncul dimana, Prilaku pasien halusinasi
pendengaran berupa pasiean merasakan mendengar suara padahal tidak
ada stimulus suara, pada halusinasi penglihatan pasien mengatakan
melihat bayangan sesuatu yang menakutkan padahal tidak ada bayangan
tersebut, pada halusinasi penghidu pasien mengatakan mencium bau-bauan
tersebut, padahal orang lain tidak ada merasakan sensasi serupa, mengecap
sesuatu padahal tidak sedang makan apapun merupakan prilaku halusinasi
pengecap dan merasakan sensasi rabaan padahal tidak ada apapun dalam
permukaan kulit merupakan prilaku halusinasi perabaan (Irman, dkk,
2016).

Menurut Sutejo (2017), salah satu manifestasi yang timbul yaitu halusinasi
membuat klien tidak dapat memenuhi kehidupannya sehari-hari, dimana
klien dapat melakukan kekerasan seperti mencederai diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan. Klien juga mengalami intoleransi aktivitas
sehingga perawatan diri klien menjadi kurang, hal ini disebabkan oleh
halusinasi telah mempengaruhi atau memfokuskan pikiran klien ke hal
yang tidak realitas sehingga klien hanya sibuk dengan dunia non realitas
dan lupa akan keadaan realitas (Dermawan & Rudi, 2013).

Guna mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh halusinasi maka


diperlukan penanganan halusinasi yang tepat. Dalam hal ini peran perawat
sangat penting dalam pemberian asuhan keperawatan jiwa. dimana peran
perawat dalam pemberian asuhan keperawatan jiwa adalah melaksanakan
asuhan keperawatan secara individu dan memberikan pelayanan terhadap
keluarga dan komunitas. Perawat melaksanakan asuhan keperawatan
secara kompherensif dalam penguraian yaitu melakukan pengkajian,
penetapan diagnose keperawatan, melakukan tindakan keperawatan,

Poltekkes kemenkes Padang


5

melaksanakan tindakan keperawatan kepada keluarga, mengevaluasi


kemampuan pasien dan keluarga, mendokumentasikan hasil asuhan
keperawatan jiwa (Muhith, 2015). Strategi pelaksanaan yang dilakukan
dengan cara membina hubungan saling percaya, mengontrol halusinasi
dengan menghardik, mengontrol dengan benar minum obat, bercakap-
cakap, dan melakukan aktivitas terjadwal (Irman, dkk, 2016).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Samal,dkk di RSKD Provinsi


Sulawesi Selatan tahun 2018 menjelaskan bahwa pengaruh penerapan
asuhan keperawatan pada klien halusinasi didapatkan hasil bahwa adanya
pengaruh penerapan asuhan keperawatan terhadap kemampuan klien
dalam mengontrol halusinasi. Dalam hal ini penerapan asuhan
keperawatan tersebut memberikan hasil yang bermakna terhadap
kemampuan klien dalam mengontrol halusinasinya. Penelitian yang
dilakukan oleh Kristiadi, dkk di RSJ DR Amino Gondohutomo provinsi
Jawa Tengah tahun 2015 juga mengatakan bahwa pengaruh aktivitas
terjadwal terhadap terjadinya halusinasi mendapatkan hasil bahwa adanya
pengaruh terapi aktivitas terjadwal terhadap terjadinya halusinasi.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada tanggal 12 januari 2020


didapatkan data pasien rawat inap bulan Januari-November 2019 sebanyak
2033 orang yang merupakan pasien dengan diagnose keperawatan
halusinasi. Hasil rincian data yang didapatkan 3 bulan terakhir yaitu dari
bulan September ada 188 orang, bulan Oktober 215 dan November 181
orang (Laporan Tahunan RSJ. Puti Bungsu Padang,2018).

Hasil observasi dan wawancara peneliti di ruang Dahlia II pada January


2020 didapatkan 28 orang pasien halusinasi dengan masalah yang muncul
pada pasien yaitu pasien pertama mengatakan sering mendengar suara
aneh, pasien suka menyendiri dan berbicara serta ketawa sendiri
sedangkan pada pasien kedua masalah yang muncul seperti pasien
mengatakan takut dengan suara yang didengar, pasien kadang menangis

Poltekkes kemenkes Padang


6

sambal menutup telinga. Pada perawat, perawat mengatakan sudah


melakukana semua tindakan strategi pelaksanaan seperti melatih cara
menghardik halusinasi, minum obat, bercakap-cakap, serta melakukan
aktivitas yang bertujuan menolong pasien meningkatkan kesadaran tentang
gejala yang pasien alami dan pasien bisa membedakan halusinasi dengan
dunia nyata serta mampu mengendalikan dan mengontrol halusinasi yang
dialami. Akan tetapi, masih ditemukan perawat yang belum optimal dalam
mengevaluasi tindakan yang telah dilaksanakan seperti mengevaluasi
strategi pelaksanaan menghardik pada pasien halusinasi sehingga
pelaksanaan asuhan keperawatan belum terlaksana dengan baik juga
dikarenakan tenaga perawat yang tidak seimbang dengan jumlah pasien
yang ada.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka timbul rasa ketertarikan peneliti untuk


melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi di ruangan
Dahlia II RSJ Puti Bungsu Padang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan diatas,maka
perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana penerapan asuhan
keperawatan jiwa pada pasien dengan gangguan halusinasi diruangan
Dahlia II Rumah Sakit Jiwa Puti Bungsu Padang.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan bagaimana asuhan keperawatan jiwa pada pasien
dengan gangguan halusinasi diruangan Dahlia II Rumah Sakit Jiwa
Puti Bungsu Padang.
2. Tujuan Khusus
a. Konsep dasar halusinasi.
b. Mendeskripsikan hasil pengkajian asuhan keperawatan pada pasien
dengan halusinasi diruangan Dahlia II Rumah Sakit Jiwa Puti
Bungsu Padang.

Poltekkes kemenkes Padang


7

c. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnose keperawatan pada


pasien dengan halusinasi diruangan Dahlia II Rumah Sakit Jiwa
Puti Bungsu Padang.
d. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien dengan
halusinasi diruangan Dahlia II Rumah Sakit Jiwa Puti Bungsu
Padang.
e. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien
dengan halusinasi diruangan Dahlia II Rumah Sakit Jiwa Puti
Bungsu Padang.
f. Mampu mendeskripsikan valuasi keperawatan pada pasien dengan
halusinasi diruangan Dahlia II Rumah Sakit Jiwa Puti Bungsu
Padang.
g. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada pasien
dengan halusinasi diruangan Dahlia II Rumah Sakit Jiwa Puti
Bungsu Padang.

3. Manfaat Penelitian
a. Bagi rumah sakit dan perawat
Sebagai masukan dan acuan bagi perawat dalam meningkatkan
pelayanan keperawatan, terutama dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien dengan halusinasi.

b. Peneliti
Sebagai pengembangan kemampuan peneliti dalam melaksanakan
asuhan keperawatan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi
peneliti dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan
halusinasi.

c. Pengembangan Keilmuan
1) Bagi institusi
Dapat digunakan sebagai referensi sehingga dapat meningkatkan
keilmuan dalam bidang keperawatan jiwa khususnya masalah klien
dengan halusinasi.

Poltekkes kemenkes Padang


8

2) Bagi mahasiswa
Dapat menjadi referensi dan rujukan dalam pembuatan ataupun
pengaplikasian asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi.

Poltekkes kemenkes Padang


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar
1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada
klien gangguan jiwa. halusinasi identic dengan skizofrenia. Seluruh
klien dengan skizofrenia diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan
jiwa lain yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah
maniak depresif dan delirium (Muhith,2015). Halusinasi adalah salah
satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan
perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan,pengecapan, perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan
stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat & Akemat, 2014).

Direja (2011), menjelaskan bahwa halusinasi adalah hilangnya


kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran)
dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi presepsi atau
pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang
nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal
tidak ada orang yang berbicara. Halusinasi juga merupakan presepsi
klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien
menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus atau
rangsangan dari luar.

2. Rentang Respon Halusinasi


Menurut Sutejo (2017) rentang respon halusinasi mengikuti kaidah
rentang respon neurobiology. Rentang respon neurobiology yang
paling adaptif adalah adanya pikiran logis, persepsi akurat, emosi yang
konsisten dengan pengalaman, perilaku cocok, dan terciptanya
hubungan social yang harmonis. Sementara itu respon maladatif
meliputi waham, halusinasi. Berikut gambaran respon neurobiology.
9
10

Respon Adaptif Respon mal Adapif

Gambar 2.1
Table 2.1
1. Pikiran logis 1. Kadang- kadang 1. Waham
2. Persepsi akurat proses piker 2. Halusinasi kerusakan
3. Emosi konsisten terganggu proses emosi
dengan pengalaman 2. Ilusi 3. Prilaku tidak
4. Perilaku cocok 3. Emosi berlebihan terorganisir
5. Hubungan social 4. Prilaku yang tidak 4. Isolais
harmonis biasa
5. Menarik diri

3. Dimensi Halusinasi
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, rasa
tidak aman, gelisah dan bingung, perilaku merusak diri,, kurang
perhatian,tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Masalah halusinasi
berlandaskan atas hakikat keberadaan seorang individu sebagai makluk
yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spritual
sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi (Stuart dan Laraia,
2005) dalam (Muhith, 2015) yaitu:
a. dimensi fisik
manusia dibangun oleh system indra untuk menanggapi rangsang
eksternal yang diberi oleh lingkungannya. Halusinasi dapat
ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar
biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium,
intoksikasi alcohol, dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang
lama.

Poltekkes kemenkes Padang


11

b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien
tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan
kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c. Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu
dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi
ego. Pada awalnya, halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri
untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal
yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh
perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua prilaku klien.
d. Dimensi social
Dimensi social pada individu dengan halusinasi menunjukan
adanya kecenderungan untuk menyendiri. Individu asik dengan
halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi
kebutuhan akan interaksi social, control diri, dan harga diri yang
tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan system
control oleh individu tersebut sehingga jika perintah halusinasi
berupa ancaman, maka individu tersebut bisa membahayakan
orang lain. Oleh karena itu, aspek penting dalam melaksanakan
intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses
interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang
memuaskan, serta mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga
klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasinya
tidak berlangsung.
e. Dimensi spiritual
Manusia diciptakan tuhan sebagai makluk social sehingga interaksi
dengan manusia lainnya merupakan kebutuhan yang mendasar.
Individu yang mengalami halusinasi cendrung menyendiri

Poltekkes kemenkes Padang


12

sehingga proses diatas tidak akan terjadi , individu tidak sadar


dengan keberadaannya sehingga halusinasi menjadi system control
dalam individu tersebut. Saat halusinasi menguasai dirinya,
individu kehilangan control kehidupan dirinya.
4. Proses terjadi halusinasi
Menurut Direja (2011) halusinasi berkembang melalui empat fase
yaitu sebagai berikut:
1) Fase pertama
Disebut juga dengan fase comporting yaitu fase yang
menyenangkan. Pada tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik.
Karakteristik: klien mengalami stress, cemas, perasaan
perpisahan,rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak
dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal
yang menyenangkan. Cara itu hanya menolong sementara. Perilaku
klien: tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan
bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respons verbal yang
lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya, dan suka
menyendiri.
2) Fase kedua
Disebut dengan fase condemning atau asietas berat yaitu halusinasi
menjadi menjijikan, termasuk dalam psikotik ringan.Karakteristik:
pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan, kecemasan
meningkat, melamun dan berfikir sendiri jadi dominan. Mulai
dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain
tahu, dan ia tetap mengontrolnya.
Prilaku klien: meningkatnya tanda-tanda system syaraf otonom
seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asik
dengan halusinasinya dan tidak membedakan realitas.
3) Fase ketiga
Merupakan fase controlling atau asietas yaitu pengalaman sensori
menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik: bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol,

Poltekkes kemenkes Padang


13

menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak


berdaya terhadap halusinasinya.Perilaku klien: kemauan
dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit
atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor, dan
tidak mampu mematuhi perintah.
4) Fase keempat
Merupakan fase conquering atau panic yaitu klien lebur dengan
halusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik:
halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah, dan
memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang control,
dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain
dilingkungan.
Perilaku terror akibat panic, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan,agitasi, menarik diri atau kakatonik, tidak mampu
merespon terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu berespon
lebih dari satu orang.

5. Factor penyebab halusinasi


Adapun factor penyebab halusinasi terdiri atas factor predisposisi dan
factor prespitasi:
1) Factor perkembangan
Menurut Yosep(2009, dan Prabowo, 2014) factor predisposisi yang
menyebabkan halusinasi adalah:
a) Factor perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu misalnya rendahnya
control dan kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak
mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri
dan lebih rentan terhadap stress.
b) Factor sosiokultural

Poltekkes kemenkes Padang


14

Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungannya sejak


bayi akan merasa disisngkirkan, kesepian, dan tidak percaya
pada lingkungannya.
c) Factor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam
tubuh dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan
teraktivasinya neurotransmitter otak.
d) Factor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini
berpengaruh pada ketidakmampuan pasien dalam mengambil
keputusan yang tepat demi masa depannya. Pasien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju
alam khayal.
e) Factor Genetik dan Pola Asuh
Peneliti menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang
tua skizofrenia cnderung mengalami skizofrenia. Hasil studi
menunjukkan bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan
yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
2) Factor prespitasi
Menurut Stuart dan Sundeen yang dikutip oleh jallo (2008, dalam
Prabowo, 2014) factor prespitasi terjadi gangguan halusinasi
adalah:
a) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh
otak untuk diinterprestasikan.
b) Stress Lingkungan

Poltekkes kemenkes Padang


15

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap


stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
c) Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stress.

6. Psikodinamika Terjadinya Halusinasi

Poltekkes kemenkes Padang


16

Gamb
ar 2.2

7. Tanda dan Gejala Halusinasi


Irman, dkk (2016) mengatakan tanda dan gejala halusinasi dinilai dari
hasil observasi terhadap pasien serta ungkapan pasien. Adapun tanda
dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Data Subjektif
Pasien mengatakan :
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan.

Poltekkes kemenkes Padang


17

2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.


3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya.
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun,
melihat hantu dan monster.
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urine, fesef, kadang-
kadang bau itu menyenangkan.
6) Merasakan rasa seperti darah, urin, atau feses.
7) Merasakan takut atau senang dengan halusinasinya.

b. Data Objektif
1) Bicara atau tertawa sendiri.
2) Marah-marah tanpa sebab.
3) Mengarahkan telinga kearah tertentu.
4) Menutup telinga.
5) Menunjuk-nunjuk kearah tertentu.
6) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan
tertentu.
8) Menutup hidung.
9) Sering meludah.
10) Sering muntah.
11) Sering menggaruk-garuk permukaan kulit.

8. Jenis- Jenis Halusinasi


(Prabowo, 2014) Halusinasi terdiri dari beberapa jenis, dengan
karaketristik tertentu, diantaranya:
a. Halusinasi pendengaran ( akustik,audiotorik)
Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara
terutama suara-suara orang, biasanya pasien mendengar suara

Poltekkes kemenkes Padang


18

orang yang sedang membicarakan apa yang sedang


dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan (Visual)
Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometric, gambar kartun dan panorama
yang luas dan kompleks. Bayangan biasanya bisa
menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu (olfaktori)
Gangguan stimulus pada penghidu, yang ditandai dengan
adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikan seperti: darah,
urine atau feses. Kadang-kadang terhidu bau harum. Biasanya
berhubungan dengan stroke,tremor,kejang dan demensia.
d. Halusinasi peraba (taktil,kinaestatik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan adanya rasa sakit atau
tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan
sensasi listrik datang dari tanah, benda mati dan orang lain.
e. Halusinasi pengecap ( gustatorik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan sesuatu
yang busuk, amis dan menjijikan.
f. Halusinasi sinestetik
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi
tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan
dicerna atau pembentukan urine. (Yosep, Iyus, 2007) dalam
(Prabowo,2014).

9. Perilaku Halusinasi
Menurut (Dermawan, 2013) ada beberapa prilaku halusinasi yaitu:
a. Isi Halusinasi
Data tentang isi halusinasi dapat diketahui dari hasil pengkajian
tentang jenis halusinasi, misalnya: melihat sapi yang sedang
mengantuk, padahal sesungguhnya adalah pamannya yang
sedang bekerja diladang. Bisa juga mendengar suara yang

Poltekkes kemenkes Padang


19

menyuruh untuk melakukan sesuatu, sedangkan sesungguhnya


hal tersebut tidak ada.
b. Waktu, Frekuensi dan Situasi yang Menyebabkan Munculnya
Halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi
munculnya halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan
halusinasi terjadi? Frekuensi terjadinya apakah terus menerus
atau hanya sekali-kali saja? Situasi terjadinya, apakah kalua
sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu. Hal ini dilakukan
untuk menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya
halusinasi, sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya.
Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi dapat
direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya
halusinasi.
c. System Pencetus Halusinasi
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami klien
sebelum mengalami halusinasi. Ini dapat dikaji dengan
menanyakan kepada klien peristiwa atau kejadianyang dialami
sebelum halusinasi ini muncul. Selain itu perawat juga bisa
mengobservasi apa yang dialami klien menjelang muncul
halusinasi untuk memvalidasi penyakit klien (Muhith, 2015).
d. Respon Klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi
klien bisa dikaji dengan menanyakan apa yang dilakukan klien
saat mengalami pengalaman halusinasi.

10. Mekanisme Koping


Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi
meliputi (Sutejo, 2017) :
a. Regresi
Regresi berhubungan dengan proses informasi dan upaya yang
digunakan untuk menanggulangi ansietas. Energy yang tersisa

Poltekkes kemenkes Padang


20

untuk aktivitas sehari-hari tinggal sedikit, sehingga klien


menjadi malas beraktivitas sehari-hari.
b. Proteksi
Dalam hal ini, klien mencoba menjelaskan gangguan persepsi
dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau
suatu benda.

c. Menarik diri
Klien sulit mempercayai orang lain dan asik dengan stimulus
internal.
d. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien.
11. Pelaksanaan
Pengobatan harus secepat mungkin harus diberikan, disini peran
keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ
pasien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan
yang sangat penting di dalam hal merawat pasien, menciptakan
lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat
(Maramis, 2004) dalam (Prabowo, 2014).
a. Farmakoterapi
Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita
skizofrenia yang menahun, hasilnya lebih banyak jika mulai
diberi dalam dua tahun penyakit. Neuroleptika dengan dosis
efektif tinggi bermanfaat pada penderita dengan psikomotorik
yang meningkat.
b. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan
kejang grandmall secara artificial dengan melewatkan aliran
listrik melalui electrode yang dipasang pada satu atau dua
temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada skizofrenia
yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi,
dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
c. Psikoterapi dan Rehabilitas

Poltekkes kemenkes Padang


21

Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat


membantu karena berhubungan dengan praktis dengan maksud
mempersiapkan pasien kembali ke masyarakat, selain itu terapi
kerja sangat baik untuk mendorong pasien bergaul dengan
orang lain, pasien lain, perawat dan dikter. Maksudnya supaya
pasien tidak mengasingkan diri karena dapat membentuk
kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan
permainan atau latihan bersama, seperti therapy modalitas yang
terdiri dari:
1) Terapi Aktivitas
a) Terapi music
Focus: mendengar, memainkan alat music, bernyanyi.
Yaitu menikmati dengan relaksasi music yang disukai
pasien.
b) Terapi seni
Focus: untuk mengekspresikan perasaan melalui
berbagai jenis pekerjaan seni.
c) Terapi menari
Focus pada: ekspresi perasaan melalui gerakan tubuh.
d) Terapi relaksasi
Belajar dan praketk relaksasi dalam kelompok
Rasional: untuk koping / perilaku mal adaptif /
deskriptif, meningkatkan partisipasi dan kesenangan
pasien dalam kehidupan.

b. Terapi social
Pasien belajar bersosialisasi dengan pasien lain.
1) Terapi kelompok
a) Terapi group (kelompok terapeutik)
b) Terapi aktivitas kelompok (adjunctive group activity therapy)
c) TAK stimulus persepsi: Halusinasi
(1) Sesi 1 ; mengenal halusinasi

Poltekkes kemenkes Padang


22

(2) Sesi 2 : mengontrol halusinasi dengan menghardik


(3) Sesi 3 : mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
(4) Sesi 4 : mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap
(5) Sesi 5 : mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
2) Terapi lingkungan
Suasana rumah sakit di buat seperti suasana dalam keluarga (home like
atmosphere).

B. Asuhan Keperawatan Teoritis


1. Pengkajian
Menurut Muhith (2015), pengkajian asuhan keperawatan pada pasien
halusinasi adalah sebafai berikut:
a. Identitas
Biasanya didapatkan identitas terdiri dari : nama pasien, umur
pasien, jenis kelamin, agama, alamat lengkap pekerjaan, tanggal
masuk, alasan masuk, nomor rekam medik, informan, keluarga
yang bisa dihubungi
b. Alasan masuk
Biasanya pasien masuk karena mengalami hal-hal seperti berbicara,
senyum dan tertawa sendirian. Mengatakan mendengar suara-
suara/ bisikan- bisikan makhluk halus atau orang lain. Kadang
pasien marah- marah sendiri tanpa sebab, mengganggu lingkungan,
bermenung, banyak diam, kadang merasa takut dirumah, sikap
curiga, bermusuhan, menarik diri, sulit membuat keputusan,
ketakutan, mudah tersinggung, jengkel, muadah marah, ekspresi
wajah tegang, pembicaraan kacau dan tidak masuk akal.
c. Factor predisposisi
Biasanya pasien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu,
pengobatan yang pernah dilakukan sebelumnya (biasanya berhasil,
kurang berhasil, dan tidak berhasil). Biasanya halusinasi pasien
disebabkan oleh aniaya fisik, aniaya seksual, penolakan, kekerasan

Poltekkes kemenkes Padang


23

dalam rumah tangga atau tindak criminal. Biasanya ada


pengalaman masa lalu pasien yang tidak menyenangkan.
d. Pemeriksaan fisik
Biasanya pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan head to
toe (kepala ke kaki), tanda- tanda vital (TTV), dan keluhan yang
dirasakan pada fisik pasien.
e. Psikososial
1) Genogram
Biasanya adanya anggota keluarga pasien yang lain yang
mengalami gangguan jiwa, pola komunikasi terganggu, begitu
pula dengan pengambilan keputusan dan pola asuh. Genogram
dilihat dari 3 generasi sebelumnya.
2) Konsep diri
a) Gambaran diri
Biasanya berisi tentang persepsi pasien tentang tubuhnya,
bagian tubuh yang disukai dan bagian tubuh yang tidak
disukainya. Biasanya pasien mudah kecewa, mudah putus
asa, menutup diri.
Identitas diri
Biasanya berisi status pasien atau posisi pasien sebelum
dirawat. Kepuasan pasien sebagai laki-laki atau perempuan.
Kepuasaan pasien terhadap status dan posisinya (sekolah,
tempat kerja, dan kelompok).
b) Peran diri
Biasanya pasien menceritakan tentang peran/tugas yang
diemban dalam keluarga/ kelompok masyarakat.
Kemampuan pasien dalam melaksanakan tugas atau peran
tersebut. Biasanya mengalami krisis peran.
c) Ideal diri
Biasanya berisi tentang harapan pasien terhadap
penyakitnya. Harapan pasien terhadap lingkungan (keluarga,
sekolah, tempat kerja, dan masyarakat). Dan harapan pasien

Poltekkes kemenkes Padang


24

terhadap tubuh, posisi, status,dan tugas atau peran.


Biasanya gambaran diri negative.
d) Harga diri
Biasanya tentang bagaimana cara pasien memandang
dirinya, orang lain sesuai dengan kondisi gambaran diri,
identitas diri, peran diri, dan ideal diri. Penilaian /
penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupannya.
Biasanya pasien mengalami harga diri rendah.
f. Hubungan social
Biasanya pasien dengan halusinasi tidak mempunyai orang yang
terdekat dan sering dicemoohkan oleh lingkungan disekitar pasien.
g. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan
Biasanya nilai-nilai dan keyakinan terhadap agama kurang
sekali, keyakinan agama pasien halusinasi juga terganggu.
2) Kegiatan ibadah
Biasanya pasien menjalankan kegiatan ibadah dirumah
sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu atau sangat berlebihan.
h. Status mental
1) Penampilan
Biasanya penampilan pasien tidak rapi, penggunaan pakaian
tidak sesuai, dan cara berpakaian pasien tidak seperti biasanyan.

2) Cara bicara / pembicaraan


Biasanya cara bicara pasien dengan halusinasi biasanya keras,
gagap, inkoheren, apatis, lambat, membisu, dan tidak mampu
memulai pembicaraan.
3) Aktivitas motoric
Biasanya keadaan pasien tampak lesu, tegang, gelisah, sering
menyendiri dan tremor.
4) Alam perasaan

Poltekkes kemenkes Padang


25

Biasanya keadaan pasien tampak seperti sedih, ketakutan,putus


asa, kekawatiran, dan gembira secara berlebihan.
5) Afek
Biasanya afek pasien datar, tumpul, labil tidak sesuai,
berlebihan, dan ambivalen.
6) Interaksi selama wawancara
Biasanya pada saat melakukan wawancara pasien bermusuhan,
tidak koorporstif, mudah tersinggung, kontak mata kurang, dan
selalu curiga.
7) Persepsi
Biasanya tergantung dari halusinasi yang di derita oleh pasien.
Seperti halusinasi pendengaran mendengar sesuatu, penglihatan
melihat sesuatu, penghidu menghidu sesuatu, pengecap
mengecap sesuatu, perabaan merasakan sesuatu.
8) Proses piker
Biasanya pada pasien halusinasi proses pikir pasien
sirkumtansial, tangensial, kehilangan asosiasi, pengulangan
pembicaraan.
i. Kebutuhan persiapan pulang
1) Makan
Biasanya pasien kurang makan dan makan pasien tidak sesuai
kebutuhan.
2) Mandi
Biasanya pasien tidak mau mandi, gosok gigi, tampak kusam
dan tidak mau menggunting kuku.
3) BAK / BAB
Biasanya BAK/BAB pasien normal/tidak ada gangguan.

4) Berpakaian
Biasanya pasien tidak mau mengganti pakaian, dan memakai
pakaian yang tidak serasi.
5) Istirahat

Poltekkes kemenkes Padang


26

Biasanya istirahat pasien terganggu.


6) Penggunaan obat
Biasanya pasien minum obat tidak teratur.
7) Aktivitas dalam rumah
Biasanya pasien malas mengerjakan pekerjaan rumah.
8) Aktivitas diluar rumah
Biasanya pasien tidak mau beraktivitas diluar rumah, karena
pasien selalu merasa ketakutan.
j. Mekanisme Koping
1) Adaptif
Biasanya pasien mampu berbicara dengan orang lain, mampu
menyelesaikan masalah, teknik relaksasi, aktivitas konstruktif,
pasien mampu berolah raga.
2) Maladaptive
Biasanya pasien suka minum alcohol, reaksi pasien
lambat/berlebihan, pasien bekerja secara berlebihan, selalu
menghindar dan mencederai diri sendiri.
3) Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya pasien mengalami masalah dalam berinteraksi dengan
lingkungan, biasanya disebabkan oleh kurangnya dukungan
dari kelompok, masalah dengan pendidikan, masalah dengan
pekerjaan, masalah dengan ekonomi dan masalah dengan
pelayanan kesehatan.
4) Pengetahuan
Biasanya pasien halusinasi mengalami gangguan kognitif.
k. Aspek Medik
Tindakan medis dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan halusinasi adalah dengan memberikan terapi sebagai
berikut:
1) ECT (Electro confilsive teraphy)
2) Obat – obatan seperti: Haloperidol (HLP), Trihexphenidyl
(THP)

Poltekkes kemenkes Padang


27

Pohon Masalah

Effect Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Core Problem

Causa Isolasi
Sosial

Gambar 2.3 Harga Diri Rendah

Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan yang mungkin muncul menurut Muhith (2015),


adalah:
a. Resiko tinggi perilaku kekerasan
b. Perubahan presepsi sensori : Halusinasi
c. Isolasi social
2. Intervensi Keperawatan
Menurut Irman dkk (2016), mengemukakan bahwa rencana tindakan
keperawatan pada klien dan keluarga yaitu:

Diagnose Keperawatan Halusinasi

a. Tujuan
1) Pasien mampu membina hubungan saling percaya
2) Pasien mampu mengenal halusinasi dan mampu mengontrol
halusinasi dengan menghardik

Poltekkes kemenkes Padang


28

3) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan enam benar


minum obat
4) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
5) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan melakukan
aktivitas sehari-hari
6)
b. Tindakan
1) Membina hubungan saling percaya
2) Membantu pasien menyadari gangguan sensori persepsi
halusinasi
3) Melatih pasien cara mengontrol halusinasi dengan menghardik,
enam benar minum obat, bercakap-cakap dan melakukan
kegiatan.
c. Strategi pelaksanaan tindakan pada klien (Direja,2011) yaitu:
1) Strategi pelaksanaan 1 (Menghardik Halusinasi)
a) Bantu pasien mengenal halusinasi seperti: isi halusinasi,
waktu terjadinya halusinasi, frekuensi situasi pencetus
halusinasi, perasaan saat terjadi halusinasi.
b) Latih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
c) Jelaskan cara menghardik halusinasi
d) Peragakan cara menghardik halusinasi
e) Minta pasien memoeragakan ulang cara menghardik
halusinasi
f) Berikan pujian kepada pasien
g) Pantau penerapan cara menghardik halusinasi, beri
penguatan terhadap prilaku pasien
h) Masuk kedalam jadwal kegiatan harian pasien
i) Kontrak waktu selanjutnya latihan yang ke dua latihan
minum obat
2) Strategi pelaksanaan 2 (benar minum obat)
a) Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp 1)
b) Berikan pujian setelah evaluasi Sp 1

Poltekkes kemenkes Padang


29

c) Tanyakan program pengobatan pasien


d) Jelaskan pentingnya penggunaan minum obat pada pasien
gangguan jiwa
e) Jelaskan akibat bila tidak digunakan sesuai program
f) Jelaskan akibat bila putus obat
g) Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
h) Jelaskan pengobatan 6 benar minum obat
i) Latih pasien minum obat
3) Startegi pelaksanaan 3 ( Bercakap-cakap)
a) Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp 1 dan 2)
b) Berikan pujina setelah melakukan evaluasi kegiatan yang
lalu
c) Latih berbicara/bercakap dengan orang lain saat halusinasi
muncul
d) Suruh pasien menjelaskan kembali tentang latihan yang
ketiga
e) Berikan pasien pujian
f) Masukkan kejadwal harian pasien
g) Kontrak waktu selanjutnya
4) Strategi pelaksanaan 4 (Melakukan kegiatan)
a) Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp 1,2 dan 3)
b) Berikan pasien pujian setelah evaluasi latihan yang lalu
c) Latih pasien untuk melakukan kegiatan agar halusinasi
tidak muncul
d) Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi
halusinasi
e) Diskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
f) Latih pasien melakukan aktivitas
g) Suruh pasien menjelaskan kembali bagaimana cara latihan
yang ke empat
h) Berikan pasien pujian

Poltekkes kemenkes Padang


30

i) Susun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas


yang telah dilatih (Dari bangun pagi sampai tidur malam)

d. Tindakan keperawatan pada keluarga (Irman dkk, 2016)


1) Tujuan
a) Keluarga mampu mengenal masalah halusinasi dan masalah
yang dirasakan dalam merawat pasien
b) Keluarga mampu menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
halusinasi, proses terjadinya halusinasi
c) Keluarga mampu merawat pasien halusinasi
d) Keluarga mampu menciptakan suasana keluarga dan
lingkungan untuk mengontrol halusinasi
e) Keluarga mampu mengenal tanda dan gejala kesembuhan
yang memerlukan rujukan segera ke fasilitas kesehatan
f) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan untuk follow up pasien secara teratur
2) Tindakan
a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya
halusinasi
c) Melatih keluarga cara merawat pasien halusinasi
d) Membimbing keluarga merawat pasien halusinasi
e) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan
lingkungan untuk mengontrol halusinasi
f) Mendiskusikan dengan keluarga tanda dan gejala
kekambuhan yang memerlukan rujukan segera ke fasilitas
kesehatan
g) Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan
secara teratur
3) Strategi pelaksanaan tindakan pada keluarga (Direja,2011)
yaitu:

Poltekkes kemenkes Padang


31

a) Strategi pelaksanaan 1
(1) Identifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien
halusinasi
(2) Jelaskan tentang pengertian halusinasi
(3) Jelaskan tentang jenis halusinasi yang dialami pasien
(4) Jelaskan tentang tanda dan gejala halusinasi
(5) Jelaskan tentang cara merawat pasien halusinasi dengan
latihan yaitu dengan cara menghardik
(6) Suruh keluarga menjelaskan kembali cara merawat
pasien dengan menghardik
(7) Berikan pujian
(8) Kontrak waktu selanjutnya dan jadwalkan keluarga
untuk merawat pasien serta anjurkan keluarga untuk
memberikan pujian saat melatih pasien
b) Startegi pelaksanaan 2
(1) Evaluasi kemampuan keluarga dalam merawat pasien
dengan latihan menghardik halusinasi (Sp1)
(2) Berikan pujian kepada keluarga
(3) Latih keluarga cara merawat pasien dengn 6 benar
minum obat
(4) Jelaskan kepada keluarga akibat putus minum obat
(5) Suruh keluarga untuk menjelaskan kembali bagaimana
cara merawat pasien dengan 6 benar minum obat dan
dampak dari putus obat
(6) Berikan pujian kepada keluarga
(7) Kontrak waktu selanjutnya dan jadwalkan keluarga
untuk merawat pasien serta anjurkan keluarga untuk
memberikan pujian saat melatih pasien
c) Strategi pelaksanaan 3
(1) Evaluasi kemampuankeluarga dalam merawat pasien
halusinasi (Sp 1 dan 2)
(2) Berikan pujian kepada keluarga

Poltekkes kemenkes Padang


32

(3) Latih keluarga mengontrol halusinasi pasien dengan


cara bercakap-cakap
(4) Jelaskan cara bercakap-cakao dan melakukan kegiatan
untuk mengontrol halusinasi
(5) Anjurkan keluarga untuk latihan dan sediakan waktu
bercakap-cakap dengan pasien terutama saat halusinasi
(6) Suruh keluarga untuk menjelaskan kembali bagaimana
cara merawat dengan latihan ke 3 dan berikan pujian
terhadap keluarga
(7) Kontrak waktu selanjutnya dengan keluarga dan
jadwalkan keluarga untuk merawat pasien anjurkan
keluarga memuji pasien saat latihan
d) Strategi pelaksanaan 4
(1) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala
halusinasi pasien dan merawat melatih pasien
menghardik, benar minum obat, bercakap-cakap dan
melakukan kegiatan, serta berikan pujian.
(2) Jelaskan follow up ke pelayanan kesehatan masyarakat,
tanda kekambuhan, dan rujukan.
(3) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian.

Diagnose Keperawatan: Perilaku Kekerasan

a. Tindakan keperawatan pada pasien (Sutejo, 2017)


1) Strategi Pelaksanaan 1
a) Mengidentifikasi perilaku kekerasan,dan melatih cara
mengontrol perilaku kekrasan dengan cara latihan fisik
memukul bantal dan nafas dalam.
b) Membina hubungan saling percaya
c) Menjelaskan dan melatih cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara memukul bantal dan nafas kalian

Poltekkes kemenkes Padang


33

d) Tanykan bagaimana perasaan klien setelah melakukan


kegiatan
e) Masukan pada jadwal harian kegiatan klien
2) Strategi Pelaksanaan 2
a) Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan
berbiacara secara verbal yaitu seperti meminta dan menolak
dengan baik
b) Evaluasi cara mengontrol perilaku kekerasan dengan
kegiatan yang pertama
c) Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan
cara berbicara verbal yaitu meminta dan menolak dengan
baik
d) Tanyakan bagaimana perasaan klien setelah melakukan
kegiatan
e) Masukkan kejadwal harian
3) Strategi Pelaksanaan 3
a) Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
patuh minum obat dengan cara 6 benar minum obat
b) Evaluasi cara mengontrol marah dengan cara yang kedua
c) Minta klien untuk mengulangi kembali
d) Berikan pujian
e) Tanyakan bagaimana perasaan klien
f) Masukkan kedalam kegiatan harian
4) Strategi Pelaksanaan 4
a) Melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
latihan spiritual
b) Evaluasi Sp 1,2,3
c) Menjelaskan pada klien bagaimana cara mengontrol marah
dengan latihan spiritual seperti sholat
d) Tanyakan perasaan pasien setelah melakukan latihan
e) Suruh pasien untuk mengulangi kembali
f) Berikan pujian

Poltekkes kemenkes Padang


34

g) Masukan kedalam buku harian


b. Tindakan Keperawatan strategi pelaksanaan pada keluarga
1) Strategi Pelaksanaan 1
a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien.
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan geja beserta proses
terjadinya perilaku kekerasan.
c) Menjelaskan bagaimana cara merawat anggota keluarga
yang mengalami perilaku kekerasan dengan cara memukul
bantal dan nafas dalam.
d) Anjurkan keluarga untuk memberi pujian.
e) Anjurkan keluarga untuk memasukkan kedalam buku
harian.
2) Strategi Pelaksanaan 2
a) Evaluasi kemampuan keluarga cara mengidentifikasi
perilaku kekerasan serta cara merawatnya dengan latihan
yang pertama
b) Berikan keluarga pujian
c) Jelaskan kepada keluarga cara merawat anggota keluarga
yang mengalami perilaku kekerasan dengan cara latihan
berbicara verbal
d) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian
e) Anjurkan keluarga untuk memasukkan kedalam buku
harian pasien
3) Strategi pelaksanaan 3
a) Evaluasi kepada keluarga cara merawat keluarga dengan
perilaku kekerasan dengan latihan yang ke 1,2.
b) Berikan pujian
c) Ajarkan keluarga cara merawat anggota keluarga dengan
prilaku kekerasan dengan patuh minum obat dengan 6
benar minum obat
d) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian

Poltekkes kemenkes Padang


35

e) Anjurkan keluarga memasukkan kedalam kegiatan harian


4) Startegi Pelaksanaan 4
a) Evaluasi keluarga cara merawat anggota keluarga dengan
perilaku kekerasan dengan latihan 1,2,3.
b) Berikan pujian
c) Ajarkan keluarga cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara latihan spiritual seperti sholat
d) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian
e) Masukkan kedalam buku haria

Diagnose Keperawatan : Isolasi Sosial

a. Tindakan keperawatan pada klien


1) Strategi pelaksanaan 1
a) Membina hubungan saling percaya
b) Membantu klien menyadari masalah isolasi social
c) Melatih klien bercakap-cakap dengan 1 orang
d) Minta pasien untuk mengulangi
e) Berikan pujian
f) Masukan kedalam buku harian pasien dan RTL
2) Strategi Pelaksanaan 2
a) Evaluasi latihan isolasi social yang pertama pada klien
b) Ajarkan klien untuk melakukan latihan yang kedua yaitu
bercakap-cakap dengan 2 orang
c) Minta pasien untuk memperagakan kembali
d) Berikan pujian
e) Masukkan pada buku harian pasien dan RTL
3) Strategi Pelaksanaan 3
a) Evaluasi latihan isolasi social 1,2 pada pasien
b) Ajarkan pasien latihan yang ketiga yaitu bercakap-cakap
dengan 3 orang
c) Minta pasien untuk memperagakan kembali

Poltekkes kemenkes Padang


36

d) Berikan pujian
e) Masukkan kedalam buku harian pasien dan RTL
4) Strategi Pelaksanaan 4
a) Evaluasi latihan 1,2,3
b) Ajarkan pasien untuk bercakap-cakap dengan 4 orang
c) Minta pasien untuk memperagakan ulang
d) Berikan pujian
e) Masukkan kedalam buku harian dan lakukan RTL.
b. Tindakan strategoi pelaksanaan keluarga
1) Strategi pelaksanaan 1
a) Diskusikan pada keluarga masalah yang dirasakan dalam
merawat pasien isolasi social
b) Jelaskan pengertian serta tanda dan gejala isolasi social
c) Jelaskan cara merawat pasien dengan isolasi social dngan cara
bercakap-cakap dengan 1 orang
d) Minta keluarga untuk mengulangi kembali
e) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian
f) Masukkan kedalam buku harian
2) Strategi Pelaksanaan 2
a) Evaluasi kemampuan keluarga dalam Sp 1
b) Ajarkan keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan cara
bercakap-cakap dengan 2 orang
c) Meminta keluarga untuk menjelaskan kembali
d) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian
e) Masukkan kedalam buku harian
3) Strategi pelaksanaan 3
a) Evaluasi keluarga latihan isolasi social 1,2
b) Ajarkan keluarga untuk melakukan latihan yang ketiga yaitu
bercakap-cakap dngan 3 orang
c) Minta keluarga untuk mengulangi kembali
d) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian
e) Masukan kedalam buku harian

Poltekkes kemenkes Padang


37

4) Strategi Pelaksanaan 4
a) Evaluasi keluarga latihan isolasi social 1,2,3
b) Berikan pujian pada keluarga
c) Ajarkan keluarga latihan yang ke 4 yaitu bercakap-cakap
dengan 4 orang
d) Minta keluarga untuk mengulangi kembali
e) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian
f) Masukkan kedalam buku harian
3. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan(Asmadi,2008).
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang
teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan (Asmadi,2008).
5. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses
keperawatan, karenanya dokumentasi asuhan keperawatan jiwa terdiri
dari, dokumentasi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi (Muhith,2015)

Poltekkes kemenkes Padang


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang terdiri atas beberapa
komponen yang menyatu satu sama lain untuk memperoleh data dan fakta
dalam rangka menjawab pertanyaan atau masalah penelitian (Lapau, 2012).
Penelitian menggunakan desain penelitian deskriptif yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu
fenomena yang terjadi dalam masyarakat tanpa mencari hubungan antar
variable (Ariani,2014). Penelitian ini diarahkan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan bagaimana penerapan asuhan keperawatan jiwa pada pasien
dengan gangguan halusinasi dirumah sakit jiwa Puti Bungsu Padang.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di ruang Dahlia II Rumah Sakit Jiwa Puti Bungsu
Padang. Waktu penerapan asuhan keperawatan mulai dari tanggal January
2020.
1. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan
ditentukan. Populasi dapat berupa orang, gejala atau wilayah yang
ingin diketahui oleh peneliti (Kartika, 2017). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien skizofrenia yang didiagnosa
mengalami halusinasi bulan Januari -Februari di ruang Dahlia II
sebanyak 6 orang.
b. Sampel
Sampel merupakan bagian jumlah dari populasi. Sampel dalam
ilmu keperawatan ditentukan oleh sampel kriteria inklusi dan
kriteria eksklusif (Donsu,2017). Sampel penelitian ini adalah
pasien halusinasi yang berada di ruang Dahlia II Padang tahun
2020.

38
39

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sample


dari pasien halusinasi peneliti mengambil 1 sample sebagai
partisipan yeng memenuhi kriteria.
Adapun kriteria saple
1) Kriteria inklusi
a) Klien bersedia menjadi responden
b) Klien memiliki tanda dan gejala halusinasi pendengaran
c) Klien dengan skizofrenia yang mengalami halusinasi
d) Klien gangguan jiwa yang kooperatif
2) Kriteria ekslusi
a) Klien mengundurkan diri sebelum proses wawancara
selesai
b) Klien gangguan jiwa berat yang mengalami cacat fisik yang
dapat mengganggu proses penelitian.
C. Instrumen Pengumpulan Data
Instrument yang digunakan dalam penelitian adalah format pengkajian
keperawatan, diagnose keperawatan, perencanaan keperawatan,implementasi
keperawatan, evaluasi keperawatan, dan alat pemeriksaan fisik yang terdiri
dari tensimeter, stetoskop,thermometer.
Pengumpulan data dilakukan dengan acara anamnesa, pemeriksaanfisik,
observasi langsung, dan studi dokumentasi.
1. Format pengkajian keperawatan terdiri dari: identitas pasien,factor
predisposisi, pemeriksaan fisik,psikososial,genografi,konsep diri, dan
program pengobatan.
2. Format analisa data terdiri dari nama pasien,nomor rekam medis,data
masalah, dan entiologi (pohon masalah).
3. Format diagnose keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, diagnose keperawatan,tanggal dan paraf ditentukannya masalah,
serta tanggal dan paraf dipecahkannya masalah.
4. Format rencana asuhan keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor
rekam medik,diagnose keperawatan,intervensi keperawatan.

Poltekkes kemenkes Padang


40

5. Format implementasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor


rekam medik, hari dan tanggal, diagnose keperawatan, implementasi
keperawatan, dan paraf yang melakukan implementasi keperawatan.
6. Format evaluasi keperewatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, hari dan tanggal, diagnose keperawatan, evaluasi keperawatan,
dan paraf yang mengevaluasi tindakan keperawatan.
D. Jenis dan Pengumpulan Data
1. Jenis data
a. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden
berdasarkan format pengkajian asuhan keperawatan kesehatan jiwa.
data primer pada penelitian ini meliputi: identitas pasien, riwayat
kesehatan, pola aktivitas sehari-hari dan pemeriksaan fisik terhadap
pasien.
b. Data sekunder
Data pasien halusinasi yang diperoleh dari Medical Record Rumah
Sakit Jiwa Puti Bungsu Padang. Data sekunder meliputi data rekam
medis, terapi dokter dan data penunjang lainnya.
2. Teknik Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data ada beberapa teknik yang biasa digunakan
yaitu observasi, angket, wawancara dan pengukuran peneliti menggunakan
teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari
sumber yang sama yaitu dengan menggunakan teknik observasi partisipan,
wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama
secara serempak (Kartika , 2017).
a. Observasi
Dalam observasi ini peneliti mengobservasi atau melihat kondisi pada
partisipan, peneliti melihat keadaan umum partisipan dan respon
partisipan pada saat dilakukan wawancara.
b. Pengukuran

Poltekkes kemenkes Padang


41

Pada pengukuran peneliti melakukan pemantauan kondisi pada


partisipan dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan, seperti: alat
ukur suhu tubuh (thermometer) dan alat ukur tekanan darah.
c. Wawancara
Wawancara yang dilakukan peneliti pada partisipan didapatkan data
pengkajian identitas partisipan, alasan masuk partisipan, factor
predisposisi partisipan, dan data psikososial partisipan.

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan


pedoman standar terbuka, peneliti dapat mewawancarai sesuai
sekuensi yang tercantum (format pengkajian yang disediakan).
Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari wawancara tidak
terpimpin dan wawancara terpimpin. Meskipun dapat unsur kebebasan,
tetapi ada pengarahan pembicara secara tegas dan mengarah sehingga
wawancara ini bersifat fleksibelitas dan tegas.
E. Analisa Data
Analisa yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua data
yang ditemukan saat pengkajian, lalu dikelompokan dan dianalisa berdasarkan
data subjektif dan data objektif, sehingga dapat dirumuskan diagnose
keperawatan, kemudian menyusun rencana keperawatan dan melakukan
implementasi serta evaluasi hasil tindakan. Kemudian dinarasikan lalu
dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi.
Analisa yang dilakukan adalah untuk menentukan kesesuaian antara teori yang
ada dengan kondisi pasien

Poltekkes kemenkes Padang


BAB IV

DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

Deskripsi kasus ini menjelaskan tentang ringkasan pelaksanaan asuhan


keperawatan pada partisipan dengan halusinasi yang telah dilaksanakan di
Ruangan Dahlia II Rumah Sakit jiwa Puti Bungsu Padang dimuali pada tanggal 22
Juni 2020 sampai dengan 27 juni 2020. Gambaran asuhan keperawatan yang telah
peneliti lakukan meliputi pengkajian keperawatan, memutuskan diagnose
keperawatan, . intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan

A. Deskripsi Kasus
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Partisipan Ny. S adalah seorang pasien yang di rawat di Ruangan
Dahlia II Rumah Sakit Jiwa Puti Bungsu Padang dengan diagnose
keperawatan Halusinasi. Umur Ny. S 26 tahun dan Ny. S di Rawat
di Ruangan Dahlia II sejak tanggal 07 maret 2020 dengan nomor
rekam medis 010899. Ny. S tinggal di Jati, Padang.
b. Keluhan Utama
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 22 juni 2020, Ny. S
mengatakam masih mendengar suara-suara yang tidak bisa ia lihat
dan Ny. S mengatakan suara yang muncul tersebut membuat
dirinya ketakutan. Di ruangan Ny. S sering duduk di pojok ruangan
apabila mendengar suara tersebut, dan terkadang Ny. S suka
berteriak kepada suara yang mengahantuinya. Ny. S jarang
berkomunikasi dnegan pasien lainnya dan sering menyendiri.
Terkadang Ny. S suka melukai dirinya sendiri dan saat di tanya
kenapa ia melukai dirinya Ny. S ,menjawab karena disuruh oleh
suara- suara yang mengganggunya dan suara itu mengatakan
bahwa dirinya tak berguna. Ny. S juga suka marah marah dan
membuang barang disekitarnya.

42
43

c. Faktor predisposisi dan presipitasi


1) Gangguan jiwa di masa lalu
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat gangguan jiwa
sebelumnya
2) Riwayat Keluarga
Pasien dan keluarga mengatakan bahwa ada keluarga dari ibu
pasien yang dulu pernah dirawat dengan gangguan jiwa dan
keluarga tersebut sekarang sudah meninggal dunia
3) Factor presipitasi
Pengalaman yang tidak menyenangkan yang pernah dirasakan
klien yaitu hubungan dnegan ayahnya yang tidak harmonis dan
penolakan dari teman—temannya.
d. Psikososial
1) Konsep Diri
Konsep diri terdiri dari 5 yaitu citra tubuh, identitas diri, peran
diri, ideal diri, dan harga diri. Pada citra tubuh pasien Ny. S
mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya, identitas diri
pasien mengatakan ia anak ke dua dari 3 bersaudara, Ny. S
lulusan SMA masih kuliah dan belum bekerja. Ny.
S ,mengatakan bersyukur atas dirinya dan menerima kodratnya
sebagai perempuan . Peran diri Ny. S ia adalah seorang anak
dalam keluarga nya dan Ny. S mengatakan dirinya belum bisa
membanggakan kedua orang tua nya karena sakit

Untuk ideal diri pasien mengatakan ia berperan sebagai seorang


anak dan belum bisa bermanfaat bagi orang-orang disekitarnya
dan harga diri pasien mengatakan dirinya putus asa untuk
mempunyai pasangan karena menurutnya tidak ada yang mau
apabila ada orang yeng mengetahui penyakitnya.

Poltekkes kemenkes Padang


44

Saat sebelum sakit pasien tidak mempunyai hubungan baik


dengan ayahnya, pasine mengatakan bahwa ayah nya
membenci nya dan tidak bangga mempunyai anak sepertinya.
2) Hubungan Sosial
Orang terdekat dengan Ny. S adalah ibunya yang merupakan
tempat Ny. S berkeluh kesah. Peran serta Ny. S dalam kegiatan
kelompok/ masyarakat, pasien jarang ikut dan berkumpul
dengan kelompok karena pasien mengatakan tidak suka bergaul
dan ia merasa dirinya tidak bisa bergaul karena Ny. S
mengatakan ia tidak mempunyai kemampuan dan prestasi
apapun, pasien mengatakan dirinya anak yang nakal dan tidak
bisa berguna bagi orang-orang disekitarnya. Pasien juga
mengatakan malu untuk bertemu orang orang karena pasien
tidak mampu menyelasaikan pendidikan nya dengan baik.
3) Spiritual
Nilai dan keyakinan pasien Ny. S mengatakan ia beragama
islam, dan percaya dengan Allah SWT dan penyakit yang
diderita nya merupakan ujian dari Allah SWT. Dalam kegiatan
beribadah, pasien mengatakan bahwa dirinya suka lalai dalam
beribadah dan sering malas jika diingatkan ibunya untuk
beribadah. Dan saat di rawat terkadang Ny. S sering sholat
sendiri.
e. Masalah Mental
Penampilan Ny. S cukup rapi dan bersih namun rambut pasien
terlihat acak-acakan dan Panjang. Ny S mengatakan tidak mau
memotong rambutnya, Ny. S kooperatif saat di ajak
berkomunikasi walau suaranya sedikit pelan dan terkadang
diam dan menunduk. Aktifitas motoric Ny. S tampak lesu dan
dan sering menyendiri didalam kamar. Alam perasaan Ny. S
maran dan sedih saat di antar keluarganya kerumah sakit, ia
mengatakan ia semakin membuat orang tua nya susah jika ia
dirawat di rumah sakit. Afek Ny. S saat diajak berinteraksi

Poltekkes kemenkes Padang


45

tampak labil, konmtak mata nya kurang dan sering menunduk.


Ny. S stabil saat di ajukan pertanyaan-pertanyaan dan tidak
mudah terisnggung saat perawat melakukan asuhan
keperawatan. Namun Ny. S tidak pernh mau berbicara dengan
teman-teman yang ada di rumah sakit dan lebih senang sendiri
dan kadang berbicara sendiri. Ny. S hanya berkomunikasi
dengan orang-orang tertentu saja.

Pada persepsi Ny. S sering mendengar suara – suara yang tidak


jelas dan tidak berwujud, sesekali Ny. S melihat bayangan-
bayangan dan terkadang saat merasa takut Ny. S marah dan
menangis, frekuensi terjadinya tidak menentu namun sering
terjadi pada sore hari menjelang malam. Saat mendengar suara
tersebut Ny. S akan menutup telinganya dan ketakutan. Proses
pikiran Ny. S saat berinteraksi yaitu tidak menentu dalam satu
topik. Dalam isi pemikiran Ny. S ia merasa orang tua nya
marah mempunyai anak seperti dia dan merasa tidak berguna
bagi keluarganya .

Untuk tingkat kesadaran Ny. S tampak bingung tetapi Ny. S


mengetahui dimana dia berada. Dalam memori dan ingatan Ny.
S tidak mengalami gangguan mengingat. Tidak ada masalah
gangguan daya ingat jangka Panjang dan jangka pendek.
Dalam kemampuan menilai Ny. S mampu melakukan penilaian
terhadap sesuatu yang baik contohnya mencci tangannya
sebelum makan dan menggosok gigi nya setiap hari. Untuk
konsentrasi saat berbicara Ny. S mudah dialihkan dan sering
diam dan menunduk saat berbicara. Daya tilik pasien Ny,. S
menyalahkan dirinya sendiri karena merasa tidak berguna saat
sakit.

Poltekkes kemenkes Padang


46

f. Aspek medik
Diagnosa medik pasien Ny,. S dirawat dengan diagnosa
Skizofrenia tipe manik dengan terapi mediknya Resperidon 2 kali
dengan dosis 3 Mg, Lorazepam 1 kali sehari dengan dosis 2 Mg
dan asam valproate 2 sampai 3 kali sehari dengan dosis 250 mg.
2. Diagnose Keperawatan
a. Diagnosa pertama yang ditemukan pada Ny S yaitu halusinasi
dengan analisa data klien suka mendengar suara-suara tidak jelas,
dan kadang melihat bayangan sehingga klien merasa ketakukan
dan marah –marah sendiri.
b. Diagnosa yang kedua yang ditemukan yaitu resiko perilaku
kekerasan, di tandai dengan tanda yaitu Ny. S sering marah-marah
saat mendengar suara-suaara, dan suka menjatuhkan
barang0barang yang ada disekitarnya.
c. Diagnose ketiga yang ditemukan pada Ny R yaitu isolasi sosial
dengan analisa data klien suka menyendiri di sudut ruangan, klien
kurang mau berinteraksi dengan teman-temannya, klien
mengatakan malas untuk keluar dari ruangan.

3. Intervensi Keperawatan
a. Rencana tindakan keperawatan untuk diagnosa halusinasi (Direja,
2011) yaitu:
1) Strategi pelaksanaan 1 (menghardik halusinasi)
a) Bantu pasien mengenal halusinasi seperti: isi
halusinasi, waktu terjadinya halusinasi, frekuensi
situasi pencetus halusinasi, perasaan saat terjadi
halusinasi.
b) Latih mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik.
c) Jelakan cara menghardik halusinasi.
d) Peragakan cara menghardik halusinasi.

Poltekkes kemenkes Padang


47

e) Minta pasien memperakan ulang cara mengahardik


halusinasi.
f) Berika pujian kepada pasien.
g) Pantau penerapan cara menghardik halusinasi, beri
penguatan terhadap perilaku pasien.
h) Masukan kedalam jadwal kegiatan harian pasien.
i) Kontrak waktu selanjutnya latihan yang kedua
latihan minum obat.
2) Strategi pelaksanaan 2 (benar minum obat)
a) Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp 1).
b) Berikan pujian setelah evaluasi Sp 1.
c) Tanyakan program pengobatan pasien.
d) Jelaskan pentingnya penggunaan minum
obat pada pasien gangguan jiwa.
e) Jelaskan akibat bila tidak digunakan sesuai program.
f) Jelaskan akibat bila putus obat.
g) Jelaskan cara mendapatkan obat atau berobat.
h) Jelaskan pengobatan enam benar minum obat.
i) Latih pasien minum obat.
j) Suruh pasien mengulangi cara minum obat dengan 6
benar minum obat.
k) Berikan pasien pujian.
l) Masukan kedalam jadwal kegiatan harian pasien.
m) Kontak waktu selanjutnya latihan ke tiga bercakap-
cakap.
3) Strategi pelaksanaan 3 ( Bercakap-cakap)
a) Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp 1 dan 2).
b) Berikan pujian setelah evaluasi kegiatan yang lalu.
c) Latih berbicara atau bercakap dengan orang lain
saat halusinasi muncul.
d) Suruh pasien menjelaskan kembali latihan yang
ketiga.

Poltekkes kemenkes Padang


48

e) Berikan pujian.
f) Masukan ke dalam kegiatan harian pasien.
g) Kontrak waktu selanjutnya.

4) Strategi Pelaksanaan 4 (melakukan kegiatan)


a) Evaluasi kegiatan yang lalu ( Sp 1, 2 dan 3).
b) Berikan pasien pujian setelah evaluasi kegiatan
yang lalu.
c) Latih pasien melakukan kegiatan agar halusinasi
tidak muncul.
d) Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratus untuk
mengatasi halusinasi.
e) Diskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh
pasien.
f) Latih pasien melakukan aktivitas.
g) Suruh pasien meenjelaskan kembali bagaimana cara
latihan yang ke empat.
h) Berikan pujian.
i) Susun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan
aktifitas yang telah dilatih (dari bangun pagi sampai
tidur malam).
j) Kontrak waktu selanjutnya evaluasi semua latihan
yang telah di ajarkan.

b. Rencana Tindakan keperawatan untuk diagnosa resiko perilaku


kekerasan

1) Strategi pelaksanaan 1: pengkajian dan nafas dalam dan


memukul kasur atau bantal

a) Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala


perilaku kekerasan yang dilakukan.
b) Mendiskusikan akibat perilaku kekerasan yang

Poltekkes kemenkes Padang


49

dilakukan.
c) Menjelaskan cara mengontrol perilaku
kekerasandengan cara fisik, obat, verbal, dan
spiritual.
d) Menjelaskan latihan cara mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik yaitu tarik nafas dalalm dan
memukul kasur dan bantal.
e) Memasukkan latihan fisik kedalam jadwal pasien.

2) Strategi pelaksanaan 2: Latihan patuh minum obat

a) Mengevaluasi tanda dan gejala perilaku kekerasan.


b) Memvalidasi kemampuan melakukan tarikan nafas
dalam dan pukul kasur atau bantal.
c) Menanyakan manfaat yang dirasakan pasien dan
berikan pujian.
d) Menjelaskan latihan yang selanjutnya yaitu latihan
cara mengontrol perilaku kekerasan dengan obat.
e) Menjelaskan 6 benar minum obat, yaitu benar nama,
jenis, dosis, waktu, cara dan kontinuitas minum obat
dan dampak jika tidak rutin minum obat.
f) Masukkan minum obat ke jadwal pasien bersama
dengan latihan fisik.

3) Strategi pelaksanaan 3: Latihan cara sosial atau verbal

a) Mengevaluasi tanda dan gejala perilaku kekerasan.


b) Memvalidasi kemampuan pasien melakukan teknik
nafas dalam, pukul kasur atau bantal, makan obat
dengan patuh dan benar.
c) Menanyakan manfaatnya dan memberikan pujian.
d) Menjelaskan latihan yang selanjutnya yaitu latihan
cara mengontrol perilaku kekerasan secara verbal

Poltekkes kemenkes Padang


50

(mengungkapkan, meminta, dan menolak dengan


benar).
e) Memasukkan latihan secara verbal ke dalam jadwal
pasien

4) Strategi pelaksanaan 4: Latihan cara spriritual

a) Mengevaluasi tanda dan gejala perilaku kekerasan.


b) Memvalidasi kemampuan pasien melakukan teknik
nafas dalam, pukul kasur atau bantal, makan obat
dengan patuh dan benar, dan latihan cara verbal.
c) Menanyakan manfaatnya dan memberikan pujian.
d) Menjelaskan latihan yang selanjutnya yaitu latihan
cara mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
dengan memilih 2 kegiatan.
e) Memasukkan latihan secara psiritual ke dalam
jadwal pasien.
c. Rencana tindakan keperawatan untuk diagnose isolasi social yaitu:
1) Strategi Pelaksanaan 1
a) Identifikasi penyebab terjadinya isolasi social dengan
menanyakan siapa orang yang serumah dengan pasien,
orang terdekat dan orang yang tidak dekat dengan pasien.
Tanyakan pada pasien dengan keuntungan dan kerugian jika
ia berinteraksi dengan orang lain berupa pendapat pasien
tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain, penyebab
pasien tidak ingin berinteraksi, keuntungan bila memiliki
banyak teman, kerugian bila tidak bergaul, dan jelaskan
pengaruh isolasi social terhadap kesehatan fisik pasien.
b) Latih pasien untuk berkenalan dengan menjelaskan
bagaimana cara berinteraksi dan memberikan contoh.
c) Suruh pasien mempraktekkan cara berinteraksi dan
membantu pasien berinteraksi dengan 1 orang.
d) Berikan pujian untuk setiap kemajuan yang dilakukan

Poltekkes kemenkes Padang


51

pasien.
e) Tanyakan perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang.
f) Lalu masukkan ke jadwal kegiatan harian pasien.
g) Kontrak waktu akan datang.

2) Strategi pelaksanaan 2
a) Evaluasi kegiatan pasien sebelumnya.
b) Berikan pujian setelah evaluasi kegiatan sebelumnya.
c) Latih pasien berhubungan social kembali secara
bertahap (2-3 orang).
d) Berikan pujian disetiap kegiatan yang dilakukan pasien.
e) Masukkan ke jadwal kegiatan harian pasien.
f) Kontrak waktu akan datang.
3) Strategi pelaksanaan 3
a) Evaluasi kegiatan pasien sebelumnya ( Sp 1 dan 2).
b) Berikan pujian setelah klien selesai evaluasi ( Sp 1 dan
2).
c) Latih pasien berhubungan social kembali secara
bertahap (4-5 orang).
d) Berikan pujian di setiap kegiatan yang dilakukan pasien.
e) Masurkkan ke jadwal kegiatan harian pasien.
f) Kontral waktu akan dating.
4) Strategi pelaksanaan 4
a) Evaluasi kegiatan pasien sebelumnya.
b) Latih pasien berhubungan social kembali secara
bertahap (melakukan kegiatan social).
c) Berikan pujian disetiap kegiatan yang dilakukan pasien.
d) Masukkan ke jadwal harian pasien.
e) Evaluasi semua kegiatan.

4. Implementasi Keperawatan

a. Halusinasi

Poltekkes kemenkes Padang


52

1) Pada hari Senin, 22 Juni 2020 jam 08.30-9.30 wib dilakukan


strategi pelaksanaan I halusinasi dengan cara : Bantu pasien
mengenal halusinasi seperti: isi halusinasi, waktu terjadinya
halusinasi, frekuensi situasi pencetus halusinasi, perasaan saat
terjadi halusinasi, latih mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik, Jelakan cara menghardik halusinasi, peragakan
cara menghardik halusinasi, minta pasien memperakan ulang
cara mengahardik halusinasi, berikan pujian kepada pasien,
pantau penerapan cara menghardik halusinasi, beri penguatan
terhadap perilaku pasien, masukan kedalam jadwal kegiatan
harian pasien, kontrak waktu selanjutnya latihan yang kedua
latihan minum obat.
2) Hari Selasa 22,Juni 2020 pukul 12.30-13.00 wib dilakukan
strategi pelaksanaan II Halusinasi yaitu menjelaskan penting
nya benar minum obat kepada pasien.
3) Hari rabu, 24 Juni 2020 pukul 09. 30 wib dilakukan strategi
pelaksanaan 3 halusinasi yaitu mengajarkan pasien berbicara
dengan orang lain saat halusinasi muncul.

4) Hari kamis, 25 Juni 2020 pukul 09.00 wib dilakukan strategi


pelaksanaan 4 halusinasi yaitu mengajarkan pasien untuk
melakukan kegiatan

b. Resiko perilaku Kekerasan

1) Hari jumat 26 Juni 2020 pukul 08.30 dilakukan Strategi


pelaksanaan 1 resiko perilaku kekerasan yaitu dengan melatih
pasien tarik nafas dalam dan memukul bantal
2) Hari Jumat , 26 Juni 2020 pukul 13.00 di lakukan strategi
pelaksanaan 2 resiko perilaku kekerasan yaitu dengan
mengajarkan pasien tentang benar minum obat

Poltekkes kemenkes Padang


53

3) Hari Sabtu, 28 Juni 2020 pukul 09.00 wib dilakukan strategi


pelaksanaan 3 resiko perilaku kekerasan yaitu dengan cara
mengajarkan pasien meminta dengan baik,menolak dengan
baik (verbal)
4) Hari sabtu, 28 Juni 2020 pukul 12.30 wib dilakukan strategi
pelaksanaan 4 resiko perilaku kekerasan yaitu dengan
mengajarkan klien dengan cara sholat

c. Diagnosa Isolasi Sosial

1) Hari rabu, 24 Juni 2020, pukul 10.00 wib, dilakukan strategi


pelaksanaan 1 isolasi sosial, yaitu dnegan mengajarkan pasien
untuk berkomunikasi dengan satu orang yaitu dicoba kepada
perawat ruangan
2) Hari rabu, 24 juni 2020, pukul 11.00- 12.00 wib dilakukan
strategi pelaksanaan 2 isolasi sosial yaitu mengajarkan pasien
berinteraksi dengan 2-3 orang yatu teman- teman satu ruangan
dengan pasien
3) Hari kamis 25 Juni 2020 pukul 11.00 wib dilakukan strategi
pelaksanaan 3 isolasi sosial yaitu mengajarkan pasien
berinteraksi dengan 3-4 orang yaitu teman- teman pasien di
ruangan.
4) Hari kamis 25 Juni 2020 pukul 13.30 wib dilakukan strategi
pelkasanaan 4 isolasi sosial yaitu mengajarkan pasien
berinteraksi sosial di warung

5. Evaluasi Keperawatan

a. Halusinasi

Poltekkes kemenkes Padang


54

1) Pada hari Senin, 22 Juni 2020 jam 08.30-9.30 wib dilakukan


strategi pelaksanaan I halusinasi dengan cara didapatkan evaluasi
Tn. S belum sepenuh nya mengerti tentang halusinasi
2) Hari selasa 23 ,Juni 2020 pukul 12.30-13.00 wib dilakukan
strategi pelaksanaan II Halusinasi yaitu menjelaskan penting nya
benar minum obat kepada pasien. Didapatkan evaluasi pasien bisa
melakukan minum obat dngan benar
3) Hari rabu, 24 Juni 2020 pukul 09. 30 wib dilakukan strategi
pelaksanaan 3 halusinasi yaitu mengajarkan pasien berbicara
dengan orang lain saat halusinasi muncul. Didapatkan evaluasi
pasien belum sepenuhnya bisa berbicara dnegan orang lain saat
haluasinasi nya muncul dan pasien masih suka menunduk
4) Hari kamis, 25 Juni 2020 pukul 10.00 wib dilakukan strategi
pelaksanaan 4 halusinasi yaitu mengajarkan pasien untuk
melakukan kegiatan. Didapat kan evaluasi pasien dapat melakukan
kegiatan seperti membersihkan kamar tidurnya

b. Resiko perilaku Kekerasan

1) Hari jumat 26 Juni 2020 pukul 08.30 dilakukan Strategi


pelaksanaan 1 resiko perilaku kekerasan yaitu dengan melatih
pasien tarik nafas dalam dan memukul bantal. Didapatkan hasil
evaluasi pasien dapat melakukan nafas dalam dan memukul bantal
2) Hari Jumat , 26 Juni 2020 pukul 13.00 di lakukan strategi
pelaksanaan 2 resiko perilaku kekerasan yaitu dengan mengajarkan
pasien tentang benar minum obat. Didapatkan hasil evaluasi pasien
bisa meminum obat dengan benar
3) Hari Sabtu, 28 Juni 2020 pukul 09.00 wib dilakukan strategi
pelaksanaan 3 resiko perilaku kekerasan yaitu dengan cara
mengajarkan pasien meminta dengan baik,menolak dengan baik
(verbal). Didapat kan hasil evaluasi pasien dapat melakukan dan
mempraktekkan cara meminta dengan baik
4) Hari sabtu, 28 Juni 2020 pukul 12.30 wib dilakukan strategi

Poltekkes kemenkes Padang


55

pelaksanaan 4 resiko perilaku kekerasan yaitu dengan mengajarkan


klien dengan cara sholat . didapatkan evaluasi klien mau dan bisa
melaksanakan sholat untuk mengontrol dirinya

c. Diagnosa Isolasi Sosial

1) Hari rabu, 24 Juni 2020, pukul 10.00 wib, dilakukan strategi


pelaksanaan 1 isolasi sosial, yaitu dengan mengajarkan pasien
untuk berkomunikasi dengan satu orang yaitu dicoba kepada
perawat ruangan. Didapatkan hasil evaluasi pasien bisa berinteraksi
dengan perawat ruangan walau masih belum jelas dan masih
menunduk
2) Hari rabu, 24 juni 2020, pukul 11.00- 12.00 wib dilakukan strategi
pelaksanaan 2 isolasi sosial yaitu mengajarkan pasien berinteraksi
dengan 2-3 orang yatu teman- teman satu ruangan dengan pasien.
Didapatkan hasil evaluasi pasien masih belum mau untuk
berinteraksi dengan teman-teman nya
3) Hari kamis 25 Juni 2020 pukul 09.00 wib dilakukan strategi
pelaksanaan 3 isolasi sosial yaitu mengajarkan pasien berinteraksi
dengan 3-4 orang yaitu teman- teman pasien di ruangan.
Didapatkan hasil evaluasi pasien masih belum mau untuk
berinteraksi dengan teman-teman nya
4) Hari kamis 25 Juni 2020 pukul 11.00 wib dilakukan strategi
pelkasanaan 4 isolasi sosial yaitu mengajarkan pasien berinteraksi
sosial di warung. Didapatkan hasil evaluasi pasien mau diajak
berbelanja kewarung namun belum bisa berinteraksi sosial dengan
orang-orang disana

B. Pembahasan Kasus
1. Pengkajian Keperawatan
a) Keluhan utama

Poltekkes kemenkes Padang


56

Ny. S mengatakam masih mendengar suara-suara yang tidak bisa ia


lihat dan Ny. S mengatakan suara yang muncul tersebut membuat
dirinya ketakutan. Di ruangan Ny. S sering duduk di pojok ruangan
apabila mendengar suara tersebut, dan terkadang Ny. S suka
berteriak kepada suara yang mengahantuinya. Ny. S jarang
berkomunikasi dengan pasien lainnya dan sering menyendiri.
Terkadang Ny. S suka melukai dirinya sendiri dan saat di tanya
kenapa ia melukai dirinya Ny. S ,menjawab karena disuruh oleh
suara- suara yang mengganggunya. Ny. S juga suka membuang
barang-barang yang ada disekitarnya apabila suara itu datang.

Keluhan yang dirasakan oleh Ny. S ini sesuai dengan hasil


penelitian Aldam & Wardani (2019), yaitu ditemukan pada pasien
sering marah-marah dan mendengar suara-suara yang mengatakan
bahwa dirinya tak bisa melakukan aktifitas. Selain itu ada juga
suara- suara yang mengatakan klien bodoh, pelacur, dan orang –
orang tidak ada yang suka dengan dirinya.
Sedangkan menurut teori Irman, dkk (2016) tanda dan gejala yang
ditemukan pada pasien halusinasi yaitu Mendengar suara-suara
atau kegaduhan, mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap,
mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya,
melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat
hantu dan monster, dan merasakan takut atau senang dengan
halusinasinya.

Menurut analisa yang dilakukan peneliti, tidak ada kesenjanagan


yang ditemukan antara teori dnegan hasil penelitian , dan tidak ada
kesenjangan yang ditemukan antara hasil penelitian dan penelitian
sebelumnya.
b) Factor predisposisi
Keluarga mengatakan bahwa adik dari ibunya juga pernah
mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan klien. Selain itu

Poltekkes kemenkes Padang


57

klien juga tidak mempunyai hubungan yang baik dengan ayah nya.

Hal ini juga sesuai dengan penelitian Aldam & Wardani (2019),
yaitu pada penelitian didapatkan pasien dengan riwayat tante klien
mengalami gangguan jiwa. Serta klien juga memiliki riwayat tidak
menyenangkan dalam hidupnya yaitu penolakan dari masyarakat
terhadap dirinya.

Factor predisposisi secara biologis yaitu berarti saudara dari ibu Ny.
S. individu yang memiliki hubungan dengan tingkat pertama
(orang tua, saudara atau keturunan) atau tingkat kedua (cucu,
kakek nenek, bibi paman, sepupu) dengan penderita akan lebih
rentan mengalami gangguan jiwa (Stuart, Keliat, dan
pasaribu,2016).

Pasien Ny S juga mengatakan tidak ingin berteman dengan orang-


orang disekitarnya karena menurut klien tidak ada lingkungan yang
mau menerimanya dan orangorang hanyaa memanfaatkannya. Hal
ini didukung oleh penelitian Aldam & Wardani (2019) yang hasil
penelitiannya yang mendapatkan pastisipan yang tidak mempunyai
teman untuk bercerita dan ia berpikiran bahwa berteman tidak
berguna karena akan menceritakan orang lain.

Aldam & Keliat menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang


bermakna antara masalah dalam keluarga dan masalah dengan
dengan teman sebaya terhadap kesehatan remaja. Dan menurut
Kozier & Synder (2012), menjelaskan bahwa remaja akan sering
menghabiskan waktu dengan teman-temannya untuk mengetahui
identitasnya, hal ini sesuai dengan teori Wong (2009), bahwa
tugas perkembangan remaja yaitu mencari identitas dirinya. Tugas
dan perkembangan yang tidak terselesaikan pada usia sebelumnya
akan menjadi stressor untuk perkembangan berikutnya dan stressor

Poltekkes kemenkes Padang


58

yang menumpuk akan beresiko terhadap gangguan jiwa (Hidayat,


Keliat & Mustikasari,2014).

Pasien Ny. S juga mengatakan bahwa dirinya merasa bersalah


karena tidak bisa menjadi anak yang membanggakan kedua orang
tuanya, ia merasa bersalah telah mejadi anak yang bodoh dan
membuat ayah nya membencinya. Hal ini sesuai dengan teori
Bostom & McGuinnes (2011), bahwa stressor psiologis yang dapat
berpengaruh terhadap terjadinya ggangguan jiwa yaitu rasa
bersalah, berduka dan rasa kehilangan , dan takut terhadap
penolakan.
c) Konsep diri
Pada gambaran diri klien mengatakan ia menyukai semua anggota
tubuhnya. Identitas diri klien mengatakan ia anak kedua, klien
mengatakan ia sedang menjalankan kuliah namun tidak
menyelesaikan nya dan membuat nya merasa bersalah kepada
orang tuanya. Klien mengatakan puas dengan kodratnya sebagai
perempuan dan bersyukur atas apa yang diberikan Allah SWT.
Peran diri, klien mengatakan ia berperan sebagai anak didalam
keluarganya namun ia mengatakan belum bisa menjadi anak yang
baik untuk orang tua nya. Ideal diri, klien mengatakan ia ingin
cepat sembuh dan cepat pulang kerumah. Harga diri, klien
mengatakan dirinya tidak berharga lagi karena sakit yang
dialaminya saat ini dan merasa malu jika mempunyai pasangan dan
takut orang-orang tidak menerima dirinya.

Menurut Muhith (2015) mengatakan konsep diri dibagi menjadi 5


bagian yaitu gambaran diri, identitas diri, peran diri, ideal diri dan
harga diri. Pertama gambaran diri merupakan sikap seseorang pada
tubuhnya sikap ini mencakup tentang perasaan ataupun persepsi
terhadap tubuhnya. Kedua identitas diri merupakan cerminan siapa
diri seseorang yang ditandai dengan identitas jenis kelamin yang

Poltekkes kemenkes Padang


59

dimiliki dirinya. Selanjutnya yang ketiga yaitu peran merupankan


sikap dan perilaku serta tujuan yang diharapkan diri. Keempat ideal
diri merupakan persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berprilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan atau penilaian
personal tertentu. Selanjutnya harga diri, jika individu mengalami
kegagalan atau penolakan maka individu tersebut cenderung
mengalami harga diri rendah dan isolasi sosial.
2. Diagnose Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang dilakukan pada partisipan Ny.
S dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi yaitu resiko perilaku
kekerasan merupakan akibat dari halusinasi dan isolasi sosial penyebab
dari halusinasi.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh maifenti (2019)
tentang asuhan keperawatan pada pasien gangguan persepsi sensori:
halusinasi di ruang melati di Rumah Sakit Prof HB Saanin padang.
Didapatkan diagnosa pada Ny R yaitu isolasi sosial sebagai penyebab,
halusinasi pendengaran sebagai core problemnya dan resiko prilaku
kekerasan sebagai akibat.

3. Intervensi Keperawatan

Sesuai dengan diagnosa kepearawatan yang ditemukan pada partisipan


Ny. S yaitu gangguan persepsi sensor: halusinasi, resiko prilaku
kekerasan dan isolasi sosial. Peneliti menyusun rencana tindakan
keperawatan sesuai dengan teori yang telah ada dengan menyusun
strategi pelaksanaan tindakan keperatan pada Ny. S.

Intervensi untuk halusinasi yaitu melatih pasien menghardik halusinasi,


melatih pasien patuh minum obat dengan cara mengajarkan 6 benar
minum obat, melatih pasien untuk bercakap-cakap dengan orang lain,
melatih pasien dengan melakukan kegiatan atau aktifitas sehari-hari.

Poltekkes kemenkes Padang


60

Untuk intervensi resiko perilaku kekerasan yaitu latihan fisik melatih


pasien nafas dalam dan memukul bantal, melatih pasien berbicara
secara verbal seperti meminta dan menolak dengan baik, melatih
pasien patuh minum obat dengan cara 6 benar minum obat, melatih
pasien untuk melakukan latihan spiritual seperti sholat dan kegiatan
keagamaan lainnya. Sedangkan untuk intervensi isolasi sosial yaitu
yang petaman membantu pasien untuk berinteraksi dan berkenalan
dengan 1 orang yang kedua membantu pasien untuk berinteraksi dan
berkenalan dengan 2 orang dan yang ketiga membantu pasien untuk
berinteraksi dan berkenalan dengan 3 orang yang terakhir membantu
pasien untuk berinteraksi dan berkenalan dengan 4 orang atau
kelompok.

Penyusunan rencana keperawtan pada Ny. S telah sesuai dengan


rencana teoritis yang sudah terstandar menurut Irma, dkk (2016)
namun tetap harus disesuaikan kembali dengan kondisi klien sehingga
tujuan dan kriteria yang diharapkan dapat tercapai. Peneliti juga
mengikuti langkah-langkah perencanaan yang telah disusun mulai dari
menentukan prioritas masalah sampai dengan kriteria hasil yang
diharapkan. Dalam perencanaan tidak terdapat kesenjangan antara teori
dan praktek dalam memprioritaskan masalah dan perencanaan
tindakan keperawatan disini peneliti berusaha memprioritaskan
masalah sesuai dengan masalah yang telah ada baik itu dari penyebab
ataupun akibat yang akan muncul.

Pada penelitian Maifenti (2019) mengenai penatalakasanaan pasien


gangguan jiwa dengan halusnasi, intervensi keperawatan yang
direncanakan oleh peneliti adalah strategi pelaksanaan yang sesuai
dengan kondisi klien saat itu yaitu melatih pasien menghardik
halusinasi, melatih pasien patuh minum obat dengan cara mengajarkan
6 benar minum obat, melatih pasien untuk bercakap-cakap dengan
orang lain, melatih pasien dengan melakukan kegiatan atau aktifitas
sehari-hari.

Poltekkes kemenkes Padang


61

Menurut kesimpulan penelti tentang intervensi keperawatan pada


pasien dengan gangguan persepsi; halusinasi tidak ada kesenjangan
antara teori, kasus dan penelitian sebelumnya.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi yang dilakukan pada Ny. S dilakukan sesuai dengan


intervensi keperawatan yang telah dikelompokan berdasarkan diganosa
keperawatan. Impelemtasi yang dilakukan untuk diagnosa halusinasi
adalah strategi pelaksanaan 1: ajarkan klien menghardik apabila
halusinasi datang yaitu dengan cara menutup telinggan dan
mengucapkan pergi kau suara-suara palsu. Strategi pelaksanaan 2:
yaitu patuh minum obat mengajarkan pasien fungsi setiap obat yang di
minum dan apa akibat bila tidak minum obat, mengajarkan 6 benar
minum obat. Strategi pelaksanaan 3: becakap-cakap dan strategi 4:
melakukan kegiatan terjadwal contohnya membersihkan tempat tidur.

Implementasi untuk diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan


yaitu strategi pelaksanaan 1: latihan fisik yaitu tarik nafas dalam dan
memukul bantal pertama ajarkan klien tarik nafas dalam dan ambil
bantal dan pukul bantal. Strategi pelaksanaan 2: melatih pasien patuh
minum obat dengan cara 6 benar minum obat, melatih pasien berbicara
secara verbal seperti meminta dan menolak dengan baik. Strategi
pelaksanaan 3:melatih pasien berbicara secara verbal seperti meminta
dan menolak dengan baik. Strategi pelaksanaan 4: melatih pasien
untuk melakukan latihan spiritual seperti sholat dan kegiatan
keagamaan lainnya. Implementasi untuk diagnosis keperawatan isolasi
sosial adalah Strategi pelaksanaan 1: mengidentifikasi perilaku isolasi
sosial klien dengan menanyakan pendapat klien tentang kebiasaan
berinteraksi dengan orang lain, menanyakan apa yang menyebabkan
klien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain. mendiskusikan
keuntungan bila klien memiliki banyak teman dan bergaul akrab
dengan mereka, diskusikan kerugian bila klien hanya mengurung diri

Poltekkes kemenkes Padang


62

dan tidak bergaul dengan orang lain, menjelaskan pengaruh isolasi


sosial terhadap kesehatan fisik klien. Latih klien berinteraksi dengan
orang lain secara bertahap yaitu dengan 1 orang. Strategi pelaksanaan
2 : mengevaluasi tanda dan gejala isolasi social, melatih berkenalan
dengan 2-3 orang. Strategi pelaksanaan 3 : mengevaluasi tanda dan
gejala isolasi social, melatih berkenalan dengan 4- 5 orang. Strategi
pelaksanaan 4 : mengevaluasi tanda dan gejala isolasi social, melatih
berkenalan dan berinteraksi di dalam kegiatan kelompok seperti TAK.

Pada penelitian yang di lakukan oleh Maifenti (2019) tindakan


keperawatan dilakukan sesuai waktu yang telah di tetapkan. Hasil
penelitian pada klien terdapat beberapa pelaksanaan keperawatan yang
sudah peneliti lakukan diantaranya: stategi pelaksanaan 1 sampai 4
halusinasi, stategi pelaksanaan 1 sampai 4 resiko perilaku kekerasan,
strategi pelaksanaan 1 samapai 4 isolasi sosial. Peneliti tidak hanya
berfokus pada masalah halusinasi pada klien, namun juga berusaha
melakukan implementasi pada penyebab dan akibat yang ditimbulkan
oleh halusinasi.

Menurut asumsi peneliti, Tindakan keperawatan dilakukan sesuai


dengan kebutuhan dan kondisi pasien saat ini. Peneliti tidak
menemukan kesulitan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan,
karena klien memahami semua kegiatan yang telah diajarkan. Klien
mampu bekerja sama dengan baik bersama peneliti dalam melakukan
kegiatan. Disini tidak terdapat kesenjangan antara penelitian dan teori.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan yang didapatkan pada diagnosa halusinasi yaitu


klien sudah bisa melakukan cara menghardik apabila halusinasi datang,

Poltekkes kemenkes Padang


63

kalien sudah tahu cara minum obat yang benar dan manfaat obat, klien
sudah tahu kalau bercakap-cakap dapat mengurangi halusinsi dan yang
terakhir klien sudah mulai melakukan kegiatan terjadwal. Evaluasi
keperawatan pada diagnosa resiko perilaku kekerasan yaitu latihan
fisik tarik nafas dalam dam memukul bantal pada saat klien emosi
klien sudah melakukan teknik ini, selanjutnya memintak baik dan
menolak dengan baik klien juga sudah melakukanya yang ketiga
melatih pasien minum obat dengan dengan benar disini klien suda bisa
menyebutkan 6 benar minum obat dan manfaat dari obat yang
diminum dan yang terakhir melakukan latihan spriritual sekarang klien
sudah rajin sholat bahkan pada sholat zuhur klien sholat berjamah
dengn teman-temanya. Evaluasi keperawatan pada diagnosis isolasi
social adalah klien mengatakan mengerti cara berkenalan dengan orang
lain, klien belum mau berinteraksi dengan teman nya , klien mau
berinteraksi dengan peneliti dan perawat lain, klien belum berani
berkenalan dan berinteraksi di dalam kegiatan berkelompok.

Asumsi peneliti evaluasi yang dilakukan sesuai dengan tindakan


keperawatan yang telah dilakukan. Pada klien ditemukan halusinasi
klien menurun, dengan tanda dan gejala dan praktek yang diajarkan
klien sudah merasa halusinasi berkurang.

Poltekkes kemenkes Padang


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada partisipan (Ny. S) Di
ruangan Dahlia Rumah Sakit Jiwa Puti Bungsu Padang dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi berdasarkan hasil pelaksanaan asuhan
keperawtan yang dilaksanakan pada tanggal 22 Juni 2020 sampai 27 Juni
2020 maka dapat disimpulkan:
1. Pengkajian pada Ny. S ditemukan masih mendengar suara-suara
dan melihat bayangan-banyangan yang tidak jelas yang muncul
pada mejelang magrib, tersenyum atau tertawa sendiri, tampak
menutup telingan . Peneliti berpendapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya gangguan jiwa (halusinasi) pada Ny. S
karena adanya faktor heriditer atau keturunan karena tante klien
juga mengalami gangguan jiwa.
2. Diganosa keperawatan yang muncul yaitu gangguan persepsi
sensori:halusinasi resiko perilaku kekerasan.dan , isolasi social
3. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada partisipan Ny. S yaitu
berdasarkan strategi pelaksanaan gangguan persepsi sensori:
halusinasi yang telah diterapkan yaitu menghardik halusinasi,
patuh minum obat, bercakap-cakap, dan melakukan kegitan.
Selanjutnya resiko perilaku kekerasan yang telah ditetapkan yaitu
latihan fisik 1 dan 2 (Teknk nafas dalam dan pukul bantal),
menintak, menolak dan mengungkapkan perasaan dengan baik,
patuh minum obat dengan 6 benr minum obat dan latihan spiritual.
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada tanggal 22 Juni –
27 Juni 2020. Tindakan keperawatan disesuaikan dengan
perencanaan yang telah telah peneliti susun. Pelaksanaan tindakan
keperawatan yang dilakukan adalah dignosa gangguan persepsi
sensori: halusinasi, yaitu cara menghardik, patuh minum obat,
64
65

Bercakap cakap dan kegiatan terjadwal, sedangkan untuk resiko


perilaku kekerasan tindakan yang dilakukan pertama latihan fisik tarik
nafas dalam dan memukul bantal, patuh minum obat serta latihan
verbal dan yang terakhir latihan spiritual. Dan untuk isolasi social
dilakukan mengenal penyebab kline menarik diri ajarkan klien
berkenalan dengan satu orang, untuk pelaksanaan yang kedua ajarkan
berkenalan dengan 2 damp 3 orang, dan ketiga ajarkan berkenalan
dengan 4 saampai 5 orang dan yang terakhir ajarkan berkenalan dalam
kelompok contohnya pada saat TAK. Ini dilakukan sampai strategi
pelaksanaan empat sesuai strategi pelaksanaan yang direncanakan.

5. Pada tahap evaluasi yang dilakukan pada tanggal 22 Juni- 27 Juni 2020
dengan evaluasi masalah halusinasi didapatkan bahwa tujuan dari
pemberian strategi pelaksanaan halusinsi telah tercapai. Ny S mampu
mengontrol halusinasi dengan latihan yang telah diajarkan peneliti yaitu
dengan cara mengardik, klien sudah tahu pentingnya patuh minum obat,
dan kegunaan bercakap-cakap serta bisa melakukan kegiatan terjadwal
guna mengurangi halusinsasi. Untuk perilaku kekerasan klien sudah
bisa melakukan latiha fisik tarik nafas dalam dan memukuk bantal, dan
keguanaan dari obat yang diminum, serta klien sudah bisa memintak
dan menolak dengan benar dan klien sudah mulai melakukan kegiatan
spritual. Sedangkan untuk diagnosa isolasi sosial klien sudah bisa
berkenalan dengan beberapan orang diruangan. Peneliti berharap setelah
penelitian ini selesai evaluasi keperawatan dapat dilanjutkan kembali
oleh perawat pelaksana ruangan agar strategi pelaksanaan dapat menjadi
lebih optimal.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Agar dapat menambah wawasan mahasiswa dan pengalaman
mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa dengan
mengapliksikan ilmu dan teori yang diperoleh dibangku perkulihan
khususnya pada pasien dengan gangguan persepsi sensori:

Poltekkes kemenkes Padang


66

halusinasi
2. Rumah Sakit
Sebagai gambaran dalam pemberian asuhan keperawatan
khususnya pada pasien gangguan persepsi sensori: halusinasi,
tetapi tetap harus memperhatian pesikososial pada pasien dengan
gangguan jiwa tersebut.
3. Pasien dan keluarga
a) Pasien diharapkan dapat mengikuti program terapi yang
sudah direncanakan oleh dokter dan parawat agar dapat
mempercepat proses penyembuhan pada pasien khususnya
pada pasien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi
b) Keluarga diharapkan mampu memberikan dukungan pada
pasien dalam mengontrol halusinasi baik dirumah sakit
ataupun dirumah khususnya pada pasien dengan gangguan
persepsi sensori: halusinsi

Poltekkes kemenkes Padang


DAFTAR PUSTAKA

Aldam,. S. F.S & Wardani, I. Y. 2019. Jurnal Keperawatan Jiwa. Efektifitas


Penerapan Standar Askep Jiwa Generalis Pada pasien Skizofrenia.Vol7
no 2.

Ariani, A. P (2014). Aplikasi Metode Penelitian Kebidanan dan Kesehatan


Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika

Barat, D. K. P. S. (2017). Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.


Diakses Januarir 2020.

Dermawan,.D.,& Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja


Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Goshyen Publishing.

Donsu, J. D. T(2017) . Metode Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka


Baru Press.

Fitria, N. (2012). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan


dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika

Kelliat, B. A., & Akemat. (2014). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Kusumawati, F., & Hartono,Y. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.

Lapau, B (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Pustaka Obor Indonesia.

Muhith, A.(2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Andi Offset.

Prabowo, E.(2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta.


Nuha Medika.

Poltekkes kemenkes Padang


Sutejo, (n.d.). Keperawatan Jiwa . Yogyakarta: Pustaka baru press.

Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Yudhantara, S.,& Istiqomah,R. (2018). Sinopsis Skizofrenia. Malang: UB Press.

Poltekkes kemenkes Padang


Poltekkes kemenkes Padang
Poltekkes kemenkes Padang
Poltekkes kemenkes Padang
Poltekkes kemenkes Padang
Poltekkes kemenkes Padang
Poltekkes kemenkes Padang
Poltekkes kemenkes Padang
Format Pengkajian Keperawatan Kesehatan Jiwa

Ruangan Rawat : Dahlia

Tanggal Dirawat :

I. Identitas Pasien
Inisial : Nn. S (L)
Tanggal Pengkajian : 22 Juni 2020
Umur : 26 th
RM No. : 13.3.24.
Informan : Pasien dan perawat

II. Alasan Masuk


Nn. S masuk rumah sakit Jiwa Puti Bungsu Padang pada tanggal 20 Juni 2020,
karena Nn. S suka berbicara sendiri dan sering berteriak-teriak dan melempar-
lempar barang.

III. Faktor Presdisposisi


1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ?
Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya.
Klien tidak pernah menjalani pengobatan sebelumnya
3. Trauma
a. Aniaya fisik
Klien mengatakan ia tidak pernah mengalami aniaya fisik
b. Aniaya seksual

Klien mengatakan ia tidak pernah mengalami anaiaya seksual

c. Penolakan
Klien mengatakan ia pernah mengalami penolakan dari ayah nya dan
teman-temannya
d. Kekerasan dalam keluarga

Poltekkes kemenkes Padang


Klien mengatakan tidak pernah mengalami kekerasan dalam keluarga
e. Tindakan criminal
Klien mengatakan ia tidak pernah mengalami tindakan criminal.

f. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa


Ya Tidak
Hubungan dengan pasien yaitu adik dari ibu pasien atau tante pasien
g. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu penolakan dan
dikucilkan oleh teman0temannya dan kuliah nya yang tidak terselesaikan dan
membuat ayahya marah dan malu
IV. Fisik
1. Tanda –Tanda Vital:
TD: 130/70 MmHg N: 98x/i S: 36,7 ℃ P: 20x/i
2. Ukur: TB: 158 cm BB: 45 kg
3. Keluhan fisik: Ya Tidak
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik
V. Psikososial
Pada akhir pengkajian, tulis tempat dan tanggal pengkajian serta tanda tangan dan
nama jelas mahasiswa.
1. Genogram

KETERANGAN :

Poltekkes kemenkes Padang


: Laki – laki

: Perempuan

X : Meninggal

- - - - : Tinggal dirumah

: Pasien

2. Konsep diri
a) Citra tubuh
Klien mengatakan ia menyukai seluruh anggota tubuh yang dimilikinya
b) Identitas diri
Klien mengatakan anak kedua dari tiga saudara .
c) Peran diri

Klien mengatakan ia berperan sebagai anak didalam keluarganya dan


merasa belum menjadi anak yang berguna bagi orang tuanya .

d) Ideal diri

Klien mengatakan ingin sembuh dan keluar dari rumah sakit agar bisa
mewujudkan cita-citanya .

e) Harga diri

Klien merasa malu karena penyakit yang di deritanya dan klien merasa
tidak berguna bagi anggota keluarganya karena pasien belum bias
menyelesaikan sekolah nya

Poltekkes kemenkes Padang


Masalah Keperawatam : Halusinasi

3. Hubungan social
a) Orang terdekat
Klien mengatakan dekat dengan ibunya dan apabila ada masalah ia cerita
ke ibunya.
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat Klien mengatakan ia
jarang ikut serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat.
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan tidak memiliki hambatan dalam berhubungan dnegan
oramg lain.
Masalah keperawatan : Halusinasi

f) Spritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan pandangan masyarakat di tempat tinggal tidak mau
mendekatinya karena menganggap dia orang gila
b. Kegiatan ibadah
Klien beragama islam dan menyakini tuhan itu ada. Klien jarang
melaksanakan sholat 5 waktu karena malasa melakukannya, tetapi waktu di
ruangan klien rajin melaksanakan sholat 5 waktu
Diagnosis Keperawatan: Halusinasi

IV. Status Mental


1. Penampilan
Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan: klien terlihat rapi bersih dan saat selesai makan klien membersihkan
tangam dan piringnya
Diagnosis Keperawatan:
2. Pembicaraan

Poltekkes kemenkes Padang


Cepat Apatis
Keras Lambat
Gagap Membisu
Inkoheren Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan: Klien berbicara apabila ditanya, suara lambat dan pelan, kontak mata
kurang dank lien tidak mampu memulai percakapan
3. Aktivitas Motorik
Lesu Tik Agitasi
Tegang Grimasen Komplusif
Gelisah Tremor
Jelaskan: klien tampak sedih , suka menyendiri dan tidak mau melakukan
kegiatan
Diagnosis Keperawatan: tidak ada
4. Alam perasaan
Sedih Ketakutan Putus asa
Khawatir Gembira berlebihan
Jelaskan: klien mengatakan ingin pulang, merasa kecewa dengan dirinya yang
tidak berguna
5. Afek
Datar Labil
Tumpul Tidak sesuai
Jelaskan: afek klien datar dimana tidak ada perubahan roman muka saat ada
stimulus yang menyenangkan
6. Intraksi selama wawancara
Bermusuhan Tidak Komprehensif Curiga
Kontak mata (-) Mudah tersinggung Defensif
Jelaskan: selama berinteraksi kontak mata klien kurang

7. Persepsi
Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu

Poltekkes kemenkes Padang


Jelaskan: klien mengatakan sering mendengar suara-suara dan seseklai
terkadang melihat bayangan

Diagnosis Keperawatan: halusinasi

8. Proses Pikir

Sirkumtansial Kehilangan sosial


Tangensial Bloking
Flight Of Idea Pengulangan pembicaraan

Jelaskan: klien saat berbicara kadang berhenti tanpa ada gangguan

9. Isi Pikir
Obsesi Ide yang terkait
Depersonalisas Hipokondria
Fobia Pikiran magis

Jelaskan: klien tampak takut dan berpikiran curiga terhadap orang-orang baru

10. Tingkat Kesadaran


Bingung Sedasi Stupor
Disorientasi waktu DisorientasiTempat Disorientasi Orang

Jelaskan: klien tampak bingung

11. Memori

Jelaskan: klien tidak mengalami gangguan ingatan jangka panjang maupun


jangka pendek

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Mudah beralih
Tidak mampu konsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana

Poltekkes kemenkes Padang


Jelaskan: klien mampu berhitung dan konsentrasi klien bagus

13. Daya tilik diri


Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal – hal diluar dirinya

Jelaskan: klien menyadari penyakitnya dan menyalahkan dirinya sendiri

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang

1. Makan
Bantuan minimal Bantuan total

Klien makan 3 kali sehari dan selalu menghabiskan makanan yang disediakan.
klien tidak mengambil makanan orang lain dan makan dengan tenang.

2. Eliminasi (BAB/BAK)

Klien mampu BAB/BAK secara mandiri ke kamar mandi dan membersihkan


diri

3. Kebersihan diri

Klien mengatakan mandi 2 kali sehari, mampu bersabun, bersampo,


menggosok gigi dengan mandiri.

4. Berhias/ Berdandan
Bantuan minimal Bantuan total

Klien rapid an bersih, rambut klien disisir, kuku bersih, dan gigi pasien bersih

5. Istirahat dan tidur


Lama tidur siang :.14.00.s.d.15.30 wib
Lama tidur malam:.09.00 s.d 06.00
Kegiatan sebelum/ sesudah tidur

Poltekkes kemenkes Padang


6. Penggunaan obat
Bantuan minimal Bantuan total

Klien selalu minum obat dengan rurtin dan mengantuk setelah minum obat

7. Pemeliharaan Kesehatan
Jika klien sudah diizinkan pulang, klien akan meminum obat secara rutin dan
jika obat telah habis klien akan mengambilnya dipelayanan kesehatan terdekat.

8. Kegiatan di dalam rumah


Mempersiapkan makanan Ya Tidak
Menjaga kerapian rumah Ya Tidak
Mencuci pakaian Ya Tidak
Mengatur keuangan Ya Tidak

9. Kegiatan diluar rumah


Belanja Ya Tidak
Transportasi Ya Tidak
Lain-lain Ya Tidak

Jelaskan: kegiatan klien diluarr rumah biasanya kuliah

VIII. Mekanisme Koping


Adaptif Maldaptif
Bicara dengan orang lain Minum Alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebihan
Teknik relaksasi Bekerja berlebih
Aktivitas kelompok Menghindar
Olahraga Mencederai diri
Lainnya Lainnya

Jika ada masalah pasien hanya diam dan memendam dan terkadang bercerita
kepada ibunya

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan

Poltekkes kemenkes Padang


Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik

Klien mengatakan tidak ada dukungan dari kelompok

Masalah dengan lingkungan, spesifik

Klien mengatakan tidak mau bergaul dengan orang disekeliling nya karena
orang-orang mengejek nya bodoh

Masalah dengan pendidikan, spesifik

klien tidak menyelesaikan kuiah nya

Masalah dengan pekerjaan, spesifik

klien belum bekerja

Masalah dengan perumahan, spesifik

klien tinggal dengan orang tuanya

Masalah ekonomi, spesifik

Klien merupakan dari keluarga yang mampu

Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik

X. Kurang Pengetahuan Tentang:


Penyakit Jiwa Sistem Pendukung
Faktor Presipitasi Penyakit Fisik
Koping Obat-obatan
Lainnya

Klien mengetahui tentang penyaitnya, klien tidak mengetahui


penyebab dan kurang mengerti tentang obat-obatan nya

Aspek Medik

Poltekkes kemenkes Padang


Diagnosa medic : Skizoefekttif manik

Terapi medic : Resperidon 2 kali dengan dosis 3 mg

Lorazepam 1 kali sehari


dengan dosis 2 mg Asam
valproat 2 sampai 3 kali
sehari dengan dosis 250 mg

Perawat,

(...................................)

Poltekkes kemenkes Padang


Analisa Data

No Data Masalah
1. DS : Halusinasi

1. Kien mengatakan ia mendengar


suara-suara yang tidak jelas
2. Klien mengatakan melihat
bayangan yang tidak jelas

DO :

1. Klien tampak suka melihat kearah


tertentu
2. Klien suka duduk sendiri di pojok
sambil bicaras sendiri
3. Klien tampak suka bejalan-jalan
diruangan
2. DS : Resiko perilaku
kekerasan
1. Kien mengatakan suka
marah-marah saat mendengar
suara
2. Klien melemper barang-
barang saat marah

DO :

1. Klien matanya tampak merah


2. Klien nafasnya cepat
3. Klien nada bicaranya keras
3. DS : Isolasi Sosial

1. Klien mengatakan malas untuk


berinteraksi dengan orang lain.
2. Klien mengatakan ia tidak diterima
oleh temannya

DO :

1. Klien tampak diam


2. Klien tampak bosan
3. Klien kurang mampu berkonsentrasi

Poltekkes kemenkes Padang


Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnostik (Dx) Rencana Keperawatan
Dx Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Halusinasi 1. Pasien mampu SP 1
membina hubungan
saling percaya 1. Bantu pasien
2. Pasien mampu mengenal halusinasi
mengenalhalusinasi seperti: isi halusinasi,
dan mampu waktu terjadinya
mengontrol halusinasi halusinasi, frekuensi
dengan mengahardik situasi pencetus
3. Pasien mampu halusinasi, perasaan
mengontrol halusinasi saat terjadi
dengan 6 benar minum halusinasi.
obat 2. Latih mengontrol
4. Pasien mampu halusinasi dengan
mengontrol halusinasi cara menghardik.
dengan becakap-cakap 3. Jelakan cara
5. Pasien mampu menghardik
mengontrol halusinasi halusinasi.
dengan melakukan 4. Peragakan cara
aktifitas sehari-hari menghardik
halusinasi.
5. Minta pasien
memperakan ulang
cara mengahardik
halusinasi.
6. Berikan pujian
kepada pasien.
7. Pantau penerapan
cara menghardik
halusinasi, beri
penguatan terhadap
perilaku pasien.
8. Masukan kedalam
jadwal kegiatan
harian pasien.
9. Kontrak waktu
selanjutnya latihan
yang kedua latihan
minum obat.

SP 2

Poltekkes kemenkes Padang


1. Evaluasi kegiatan
yang lalu (Sp 1).
2. Berikan pujian
setelah evaluasi Sp 1
3. Tanyakan program
pengobatan pasien.
4. Jelaskan pentingnya
penggunaan minum
obat pada pasien
gangguan jiwa.
5. Jelaskan akibat bila
tidak digunakan
sesuai program.
6. Jelaskan akibat bila
putus obat.
7. Jelaskan cara
mendapatkan obat
atau berobat.
8. Jelaskan pengobatan
enam benar minum
obat.
9. Latih pasien minum
obat.
10. Suruh pasien
mengulangi cara
minum obat dengan
6 benar minum obat.
11. Berikan pasien
pujian.
12. Masukan kedalam
jadwal kegiatan
harian pasien.
13. Kontak waktu
selanjutnya latihan
ke tiga bercakap-
cakap.

SP 3

1. Evaluasi kegiatan
yang lalu (Sp 1 dan
2).
2. Berikan pujian

setelah evaluasi
kegiatan yang lalu.

3. Latih berbicara atau

Poltekkes kemenkes Padang


bercakap dengan
orang lain saat
halusinasi muncul.
4. Suruh pasien
menjelaskan
kembali latihan
yang ketiga.
5. Berikan pujian.
6. Masukan ke dalam
kegiatan harian
pasien.
7. Kontrak waktu
selanjutnya

SP 4

1. Evaluasi kegiatan
yang lalu ( Sp 1, 2
dan 3).
2. Berikan pasien
pujiansetelah
evaluasi kegiatan
yang lalu.
3. Latih pasien
melakukan kegiatan
agar halusinasi tidak
muncul.
4. Jelaskan pentingnya

aktivitas yang

teratus untuk
mengatasi halusinasi.

5. Diskusikan aktivitas
yang biasa
dilakukan oleh
pasien.
6. Latih pasien
melakukan
aktivitas.
7. Suruh pasien
meenjelaskan
kembali bagaimana
cara latihan yang ke
empat.
8. Berikan pujian.

Poltekkes kemenkes Padang


9. Susun jadwal
aktivitas sehari-hari
sesuai dengan
aktifitas yang telah
dilatih (dari bangun
pagi sampai tidur
malam).
10. Kontrak waktu
selanjutnya
11. evaluasi semua
latihan yang telah

di ajarkan.
2. Resiko perilaku SP 1
kekerasan
1. Mengidentifikasi
penyebab, tanda
dan gejala perilaku
kekerasan yang
dilakukan.
2. Mendiskusikan akibat
perilaku kekerasan
yang dilakukan.
3. Menjelaskan cara
mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara
fisik, obat, verbal, dan
spiritual.
4. Menjelaskan latihan cara
mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik
yaitu tarik nafas dalalm
dan memukul kasur dan
bantal.
5. Memasukkan latihan
fisik kedalam jadwal
pasien.

SP 2

1. Mengevaluasi tanda dan


gejala perilaku
kekerasan.
2. Memvalidasi
kemampuan melakukan

Poltekkes kemenkes Padang


tarikan nafas dalam
dan pukul kasur atau
bantal.
3. Menanyakan manfaat
yang dirasakan
pasien dan berikan
pujian.
4. Menjelaskan latihan
yang selanjutnya yaitu
latihan cara mengontrol
perilaku kekerasan
dengan obat.
5. Menjelaskan 6 benar
minum obat, yaitu
benar nama, jenis,
dosis, waktu, cara dan
kontinuitas minum obat
dan dampak jika tidak
rutin minum obat.
6. Masukkan minum obat
ke jadwal pasien
bersama dengan latihan
fisik.

SP 3

1. Mengevaluasi tanda dan


gejala perilaku
kekerasan.
2. Memvalidasi
kemampuan pasien
melakukan teknik
nafas dalam, pukul
kasur atau bantal,
makan obat dengan
patuh dan benar.
3. Menanyakan
manfaatnya dan
memberikan pujian.
4. Menjelaskan latihan
yang selanjutnya yaitu
latihan cara mengontrol
perilaku kekerasan
secara verbal
(mengungkapkan,
meminta, dan menolak
dengan benar).
5. Memasukkan latihan

Poltekkes kemenkes Padang


secara verbal ke
dalam jadwal pasien.

SP 4

1. Mengevaluasi tanda dan


gejala perilaku
kekerasan.
2. Memvalidasi
kemampuan pasien
melakukan teknik nafas
dalam, pukul kasur atau
bantal, makan obat
dengan patuh dan
benar, dan latihan cara
verbal.
3. Menanyakan
manfaatnya dan
memberikan pujian.
4. Menjelaskan latihan
yang selanjutnya yaitu
latihan cara mengontrol
perilaku kekerasan
secara spiritual
dengan memilih 2
kegiatan.
5. Memasukkan latihan
secara spsiritual ke
dalam jadwal pasien
3. Isolasi social 1. Menyadari penyebab SP 1
isolasi social
2. Berinteraksi dengan 1. Identifikasi penyebab
orang lain terjadinya isolasi
social dengan
menanyakan siapa
orang serumah dengan
pasien, orang terdekat
dan orang yang tidak
dekat dengan pasien.
Tanyakan pada pasien
keuntungan dan
kerugian jika tidak
beriteraksi dengan
orang lain.
2. Latih pasien untuk

Poltekkes kemenkes Padang


berkenalan dengan
menjelaskan
bagaiamana cara
berinteraksi dan
memberikan contoh.
3. Menyuruh pasien
untuk mempraktekkan
cara berinteraksi dan
membantu pasien
berinteraksi dengan 1
orang.
4. Berikan pujian setiap
kemajuan yang
dilakukan pasien.
5. Tanyakan perasaan
pasien setelah
berinteraksi dengan
orang lain.
6. Masukkan ke jadwal
kegiatan harian klien.

SP 2

1. Evaluasi kegiatan
sebelumnya.
2. Latih pasien
berhubungan social
kembali secara
bertahap (2-3 orang).
3. Berikan pujian
disetiap kegiatan
yang dilakukan
pasien.
4. Masukkan ke
jadwal kegiatan
harian klien.

SP 3

1. Evaluasi kegiatan
sebelumnya.
2. Latih pasien
berhubungan social
kembali secara
bertahap (4-5 orang).
3. Berikan pujian disetiap
kegiatan yang
dilakukan pasien.

Poltekkes kemenkes Padang


4. Masukkan ke jadwal
kegiatan harian klien

SP 4

1. Evaluasi kegiatan
sebelumnya.
2. Latih pasien
berhubungan social
kembali (melakukan
kegiatan social).
3. Berikan pujian
disetiap kegiatan
yang dilakukan
pasien.
4. Masukkan ke jadwal
kegiatan harian klien

Poltekkes kemenkes Padang


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Hari/tanggal Diagnose Implementasi Evaluasi


Senin, 22 Halusinasi SP 1 S:
Juni 2020
1. Membantu pasien - Nn S
mengenal halusinasi
seperti: isi halusinasi, menyebuatkan namanya
waktu terjadinya
halusinasi, frekuensi - Nn S
situasi pencetus
halusinasi, perasaan saat mengatakan sering
terjadi halusinasi. mendengarkan suara
2. Melatih pasien orang tindak berwujut dan
mengontrol halusinasi menyuruhnya untuk
dengan cara menghardik. menciderai diri nya dan
3. Membantu menjelaskan orang lain
cara menghardik
halusinasi. - Nn S
4. Membantu
memperagakan cara mengatakan halusinasi
menghardik halusinasi. terjadi bila dia lagi
5. Menyuruh pasien sendiri
memperakan ulang cara
mengahardik halusinasi.
6. Berika pujian kepada
pasien. O:
7. Melihat penerapan cara
menghardik - Nn. S mengerti
halusinasi, beri tentang
penguatan terhadap halusinasi
perilaku pasien.
8. Masukan kedalam jadwal
kegiatan harian pasien.
A:

Strategi pelaksanaan 1
tercapai

P: lanjut strategi

Poltekkes kemenkes Padang


pelaksanan 2

Selasa, 23 Halusinasi SP 2 S:
Juni 2020
1. Menyuruh pasien - Partisipan
mengevaluasi kegiatan mengatakan
yang lalu (Sp 1). senang diajarkan 6
2. Berikan pujian setelah bernar minum
evaluasi Sp 1. obat.
3. Tanyakan program - Pasien Nn. S
pengobatan pasien. mengatakan cara
4. Menjelaskan pentingnya menghilangkan
penggunaan minum obat halusinasi yang ke
pada pasien gangguan dua yaitu dengan
jiwa. patuh minum obat
5. Menjelaskan akibat bila - Partisipan
tidak digunakan sesuai memgatakan obata
program. yang di
6. Menjelaskan akibat bila konsumsinya saat
putus obat. ini yaitu
7. Menjelaskan cara Resperidon,
mendapatkan obat atau Lorazepam, Asam
berobat. valproat
8. Menjelaskan pengobatan
enam benar minum obat.
9. Melatih pasien minum
obat. O:
10. Menyuruh pasien
mengulangi cara minum - Pasien mempu
obat dengan 6 benar menyebutkan 4
minum obat. dari 6 cara minum
11. Berikan pasien pujian. obat
12. Masukan kedalam jadwal - Partisipan tampak
kegiatan harian pasien antusia dan
melakukan
tindakan sp 2
secara mandiri

A:

- Strategi
pelaksanaan 2
tercapai

Poltekkes kemenkes Padang


P:

- Lanjut ke Sp 3

Rabu, 24 Halusinasi SP 3 S:
Juni 2020
1. Mengevaluasi - Partisipan
kegiatan yang lalu mengatakan
(Sp 1 dan 2). apabila ia
2. Berikan pujian mendengar suara
setelah evaluasi orang tidak
kegiatan yang lalu. berwujut
3. Melatih berbicara partisipan akan
atau bercakap mengatasinya
dengan orang lain dengan cara
saat halusinasi bercakap-cakap
muncul. dengan teman
4. Menyuruh pasien dan petugas
menjelaskan kembali ruangan
latihan yang ketiga. - Nn. S
5. Berikan pujian.
6. Masukan ke dalam mengatakan merasa
kegiatan harian senang melakukan latihan
pasien. bercakap-cakap sehingga
7. Mengontrak waktu frekuensi terjadi
selanjutnya. halusinasi menjadi
berkurang

O:

- Partisipan tampak
paham cara
mengontrol
halusinasi dengan
cara yang ke 3
- Partisipan tampak
sering bercakap
dengan petugas
ruangan
- Partisipan tampak
paham dengan apa
yang disampaikan
peneliti dan
melakukan latihan
secara mandiri

Poltekkes kemenkes Padang


A:

- Strategi
pelaksanaan 3
tercapai

P:

- Lanjut ke sp 4
halusinasi

SP 1 S:
Isolasi
social
1. Identifikasi penyebab - Nn S mengatakan
terjadinya isolasi social malas
dengan menanyakan berinteraksi
siapa orang serumah dengan orang
dengan pasien, orang lain.
terdekat dan orang yang - Nn. S
tidak dekat dengan mengatakan ia
pasien. tidak diterima
2. Tanyakan pada pasien oleh temannya
keuntungan dan kerugian
jika tidak beriteraksi O :
dengan orang lain.
3. Latih pasien untuk - Nn. S mau
berkenalan dengam melakukan
menjelaskan kegiatannnya
bagaiamana cara - Nn. S banyak
berinteraksi dan diam
memberikan contoh.
4. Menyuruh pasien untuk A :
mempraktekkan cara
berinteraksi dan - Nn. S mau
membantu pasien dan mampu
berinteraksi dengan 1 berinteraksi
orang. dengan 1
5. Berikan pujian setiap orang
kemajuan yang temannya dan
dilakukan pasien. melakukan
6. Tanyakan perasaan secara mandiri
pasien setelah
berinteraksi dengan P :
orang lain.
7. Masukkan ke jadwal

Poltekkes kemenkes Padang


kegiatan harian klien. - Optimalkan SP 1
- Lanjut SP 2

SP 2
S:
Isolasi 1. Evaluasi kegiatan
Sosial sebelumnya. - Nn. S
2. Latih pasien mengatakn
berhubungan social bosan
kembali secara - Nn. S
bertahap (2- 3 mengatakan
orang) tidak diterima
3. Berikan pujian orang lain
disetiap kegiatan
yag dilakukan O:
pasien
4. Masukkan ke - Nn. S mau
jadwal kegiatan malakukan
harian klien kegiatan
- Nn S banyak
diam di kamar
- Nn S agak susah
berkumpul
dengan teman-
temnnya

A:

Nn S belum mamp
berinterasksi dengan
teman-temnnya

P:

Optimalkan sp 1 dan 2

Lanjutkan SP 3
Kamis, 25 Halusinasi SP 4 S:
Juni 2020
1. Evaluasi tanda dan - Partisipan
gejala megatakan
2. Mengevaluasi melakukan
kegiatan yang lalu aktifitas yang
( Sp 1, 2 dan 3). dipilihnya

Poltekkes kemenkes Padang


3. Berikan pasien diruangan dan
pujian setelah dengan beratifitas
evaluasi kegiatan halusinasinya
yang lalu. dapat berkurang
4. Melatih pasien dan tidak muncul
melakukan kegiatan lagi
agar Halusinasi - Partisipan
tidak muncul. mengatakan ia
5. Menjelaskan senang berlatih
pentingnya aktivitas kegiatan
yang Teratur untuk mengontrol
mengatasi halusinasi yang
halusinasi. ke 4 dan berharap
6. Mendiskusikan halusinasinya
aktivitas yang biasa tidak muncul lagi
dilakukan oleh
pasien. O:
7. Melatih pasien
melakukan aktivitas. - Pasien tampak
8. Menyuruh pasien melakukan
meenjelaskan ativitas terjadwal
kembali bagaimana seperti menyapu
cara latihan yang sesudah makan
ke empat. - Nn S tampak
9. Berikan pujian. merapikan
10. Menyusun jadwal tempat tidur
aktivitas sehari- hari secara mandiri
sesuai dengan - Nn S tampak
aktifitas yang telah melakukan
dilatih (dari aktivitas secara
bangun pagi Sampai mandiri tanpa
tidur malam). diingatkan
11. Mengontrak waktu dengan senang
selanjutnya hati melakukan
dengan sendiri

A:

- Sp 4 halusinasi
tercapai

P:

- Optimalkan sp 4
halusinasi

Poltekkes kemenkes Padang


Jumat, 26 Resiko SP 1 S:
Juni 2020 Perilaku
kekerasan 1. Mengidentifikasi - Nn. S
penyebab, tanda mengatakan
dan gejala perilaku mengerti cara
kekerasan yang mengontrol
dilakukan. dengan terik
2. Mendiskusikan nafas dalam dan
akibat perilaku memukul bantal
kekerasan yang
dilakukan.
3. Menjelaskan cara
mengontrol perilaku O:
kekerasan dengan
cara fisik, obat, - Nn S mampu
verbal, dan tarik nafas dalam
spiritual. - Nn S mamp
4. Menjelaskan Latihan melakukan pukul
cara mengontrol bantal
perilaku kekerasan
secara fisik A:
yaitu tarik nafas
dalalm dan memukul SP 1 tercapai
kasur dan bantal.
5. Memasukkan latihan P:
fisik Kedalam jadwal
pasien. Lanjut SP 2 Resiko
perilaku kekerasan

Resiko
Perilaku SP 2
kekerasan S:
1. Mengevaluasi tanda
dan gejala perilaku - Pasien
kekerasan. mengatakan
2. Memvalidasi mengerti tentang
kemampuan sp1
melakukan tarikan - Pasien
nafas dalam mengatakan
dan pukul kasur mengerti tentang
atau bantal. benar minum
3. Menanyakan obat
manfaat yang
Dirasakan pasien O:
dan berikan pujian.
4. Menjelaskan Latihan - Pasien tampak
yang selanjutnya mengerti
yaitu latihan cara

Poltekkes kemenkes Padang


mengontrol perilaku - Pasien mampu
kekerasan dengan miunum obat
obat. dengan benar
5. Menjelaskan 6
benar minum obat, A:
yaitu benar nama,
jenis, dosis, waktu, - SP 2 terlaksana
cara dan kontinuitas
minum obat dan P:
dampak jika tidak
rutin minum obat. - Lanjut SP 3
6. Masukkan minum resiko perilaku
obat ke jadwal kekerasan
pasien bersama
dengan latihan fisik.

Sabtu, 27 Resiko SP 3 S:
Juni 2020 perilaku
kekerasan 1. Mengevaluasi tanda - Pasien
dan gejala perilaku mengatakam
kekerasan. mengerti tentang
2. Memvalidasi meminta dengan
kemampuan pasien baik menolak
melakukan teknik dengan baik dan
nafas dalam, pukul mengungkap kan
kasur atau bantal, dengan baik
makan obat dengan
patuh dan benar. O:
3. Menanyakan
manfaatnya dan - Pasien terlihat
memberikan pujian. mengerti
4. Menjelaskan Latihan - Pasien mamou
yang selanjutnya mempergakan
yaitu latihan cara katihan verbal
mengontrol perilaku
kekerasan secara A:
verbal
(mengungkapkan, - Sp 3 tercapai
meminta, dan
Menolak dengan P :
benar). - lanjut Sp 4 resiko
5. Memasukkan latihan perilaku kekerasan
secara verbal ke
dalam jadwal pasien

Resiko SP 4

Poltekkes kemenkes Padang


perilaku 1. Mengevaluasi tanda S:
kekerasan dan gejala perilaku
kekerasan. - Pasien
2. Memvalidasi mengatakan
kemampuan pasien mengerti tentang
melakukan teknik mengendalikan
nafas dalam, pukul marah dnegan
kasur atau bantal, sholat
makan obat dengan - Pasien
patuh dan benar, mengatakan mau
dan latihan cara untuk
verbal. melaksanakan
3. Menanyakan sholat
manfaatnya dan
memberikan pujian. O:
4. Menjelaskan Latihan
yang selanjutnya - Pasien mengerti
yaitu latihan cara - Pasien mau di
mengontrol perilaku ajak untuk sholat
kekerasan secara - Pasien bisa
spiritual dengan melaksanakan
memilih 2 kegiatan. sholat mandiri
5. Memasukkan latihan
secara psiritual ke A: SP 4 tercapai
dalam jadwal pasien.
P: mengoptimalkan SP 1 –
4

Poltekkes kemenkes Padang

Anda mungkin juga menyukai