INNAYAH NURSAFITRI
NIM 183110217
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan pada Program Studi D-III Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Padang
Innayah Nursafitri
183110217
Riwayat Pendidikan:
No Jenis Pendidikan Tempat Pendidikan Tahun
1. TK TK Kemala Bhayangkari 19 Brimob 2005-2006
Padang
2. SD SD Negeri 02 Lubuk Buaya Padang 2006-2012
3. SMP SMP Negeri 34 Padang 2012-2015
4. SMA SMA Swasta Laboratorium UNP Padang 2015-2018
5. DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang 2018-2021
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
karunianya serta memberikan kemudahan kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ―Asuhan Keperawatan Jiwa dengan
Masalah Psikososial Gangguan Citra Tubuh pada Klien Fraktur Terbuka Ekstremitas
Bawah di Ruang Trauma Center RSUP Dr. M.Djamil Padang Tahun 2021‖.
Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada Ibu Renidayati, S.Kp, M.Kep,
Sp.Jiwa selaku pembimbing satu, Ibu Ns. Murniati Muchtar, S.Kep, SKM, M.Biomed
selaku pembimbing dua, yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan
petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis juga
berterima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM, M.Si selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI Padang.
2. Bapak Dr. dr. Yusirwan Yusuf , Sp.B, Sp.BA (K) MARS selaku direktur umum
RSUP Dr. M.Djamil Padang
3. Ibu Ns. Silla Dewi Anggreni, S.Pd, M.Kep,Sp.KMB selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang.
4. Ibu Heppi Sasmita, M.Kep, Sp.Jiwa selaku Ketua Program Studi Keperawatan
Padang dan Ketua Penguji
5. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku sebagai penguji dua.
6. Bapak dan ibu dosen Program Studi Keperawatan Poltekkes Kementrian
Kesehatan RI Padang.
7. Orang Tua dan keluarga penulis yang telah memberikan dukungan dan doa untuk
saya dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Lidia Warni dan Savikri Jurali selaku teman dekat saya yang membrikan doa dan
membantu untuk mengurus hal-hal yang dibutuhkan dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini.
9. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Padang Program
Studi D-III Keperawatan Padang serta semua pihak yang tidak dapat saya
Penulis
ABSTRAK
WHO menuliskan kejadian fraktur akibat kecelakaan di Indonesia sebesar 12,2% per
100.000 populasi.Berdasarkan hasil Rekam Medis RSUP Dr. M.Djamil Padang tahun
2018 jumlah fraktur ekstremitas bawah 114 pasien. Pada tahun 2019 jumlah fraktur
ekstermitas bawah 237 pasien. Tujuan penelitian mengetahui asuhan keperawatan
jiwa dengan masalah psikososial gangguan citra tubuh pada klien fraktur ekstremitas
bawah di Ruang Trauma Center RSUP Dr. M.Djamil Padang. Jenis penelitian
deskriptif dengan desain studi kasus. Penelitian dilakukan dari Januari sampai Juli
2021. Asuhan keperawatan dilakukan selama 7 hari dari tanggal 30 Maret – 06 April
2021. Populasi adalah pasien fraktur terbuka ekstremitas bawah di ruangan Trauma
Center RSUP Dr. Mdjamil Padang saat dilakukan penelitian ada 4 orang. Sampel
diambil sebanyak satu orang dengan cara purposive sampling. Pengambilan
dilakukan dengan melakukan screening terhadap 4 pasien lalu mengambil satu pasien
dengan cara random sampling. Hasil penelitian didapatkan klien dengan fraktur
femur distal dextra terbuka, merasa asing, malu,kesal, takut, menolak melihat
kakinya,merasa merepotkan dan karna aktivitas dibantu. Didapatkan masalah
keperawatan diantaranya, gangguan citra tubuh, resiko harga diri rendah situasional,
dan ansietas. Tindakan keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan yaitu
promosi citra tubuh, promosi harga diri, dan reduksi ansietas. Hasil evaluasi yang
didapatkan selama 7 hari yaitu masalah gangguan citra tubuh, harga diri rendah
situasional dan ansietas teratasi. Melalui pimpinan rumah sakit diharapkan perawat
pelaksana dapat memberikan asuhan keperawatan dengan masalah psikososial
gangguan citra tubuh khususnya dengan pasien fraktur dengan pendekatan
keperawatan jiwa.
A. Latar Belakang
Fraktur merupakan salah satu penyebab cacat salah satunya akibat suatu trauma
karena kecelakaan. Fraktur yang terbanyak di Indonesia yaitu fraktur ekstremitas
bawah. Bagian tubuh yang banyak mengalami cedera adalah ekstremitas bagian
bawah (Riskesdas 2018a). Fraktur atau patah tulang merupakan suatu kondisi
terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang biasanya
disebabkan oleh rudapaksa.Trauma yang mengakibatkan tulang patah dapat berupa
trauma langsung dan trauma tidak langsung (Ridwan, Pattiiha, and Selomo 2019).
Fraktur ekstremitas bawah yang sebagian besar adalah hasil dari syok dampak
kecelakaan mempunyai taraf rawat inap yang tinggi, lama rawat dan operasi.
Fraktur ekstremitas bawah antara lain fraktur femur, tibia, dan fibula sebagai
akibatnya pasien tidak bisa beraktivitas seperti umumnya lantaran immobilisasi.
Dalam beraktivitas pasien fraktur sering kali mengandalkan orang lain bahkan bagi
kebutuhan dasar. Masalah sistem muskuloskeletal berdampak signifikan pada
orang lain, keluarga, masyarakat dan pula negara karena hal itu mengurangi
produktivitas individu (Dwira Mayorin 2018).
Tanda dan gejala pada pasien yang mengalami fraktur terbuka ekstremitas bawah
yaitu nyeri, deformitas, hematoma yang jelas, edema berat, terganggunya
integritas integumen yang akan berisiko terjadinya infeksi dan waktu
penyembuhannya lebih lama dari pada fraktur tertutup. Pada pasien fraktur terbuka
atau kominutif dapat ditangani dengan pemasangan traksi (fiksator) internal atau
eksternal. Dengan adanya pemasangan alat, adanya keterbatasan gerak pada pasien
fraktur, perawatan yang mengharuskan pasien tirah baring dalam waktu lama,
kelemahan fisik, adanya luka akan dapat menimbulkan terjadinya perubahan pada
konsep diri pasien salah satunya citra tubuh, walaupun tidak semua pasien fraktur
WHO menuliskan kejadian fraktur akibat kecelakaan lalu lintas di Liberia sebesar
35,9% per 100.000 populasi, di Karibia sebesar 35,4% per 100.000 populasi, di
Zimbabwe dan Burundi sebesar 34,7% per 100.000 populasi. Sedangkan di
Indonesia sebesar 12,2% per 100.000 populasi (WHO 2016).
Berdasarkan hasil (Riskesdas 2018a) kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera
antara lain karena terjatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam atau
tumpul. Proporsi bagian tubuh yang terkena cedera terbanyak adalah ekstremitas
bawah (67,9%), ekstremitas bagian atas (32,7%), cedera kepala (11,9%), cedera
dada (2,6%), cedera punggung (6,5%), dan cedera perut (2,2%). Selain itu, Proposi
kecacatan fisik permanen akibat dari cedera dengan bekas luka permanen
mengganggu kenyamanan (9,2%), kehilangan sebagian anggota badan (0,6%), dan
panca indra tidak berfungsi (0,5%).
Gangguan citra tubuh (body image) adalah perubahan persepsi tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna
dan objek seseorang. Gangguan ini dapat terjadi kapan saja seperti penurunan atau
peningkatan berat badan yang tidak diinginkan, berubahan bentuk tubuh,
kehilangan anggota tubuh, timbul jerawat dan sakit (Nugroho 2016).
Hasil penelitian dari (Dwira Mayorin 2018) tentang Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Fraktur Terbuka Ekstremitas Bawah Dengan Gangguan Citra Tubuh Di
Ruang Trauma Center RSUP Dr. M.Djamil Padang dari 2 responden yang
termasuk kriteria inklusi dan eklusi terdapat pasien 2 lebih cepat mandiri dan citra
tubuh meningkat dari pada pasien 1. Citra tubuh pasien 2 lebih cepat meningkat
disebabkan karena pasien 2 memiliki faktor pendukung seperti teman, keluarga,
kemampuan diri pasien. Sedangkan pasien 1 faktor pendukung hanya keluarga saja
dan tingkat stress pasien 1 lebih tinggi dari pada pasien 2.
Menurut (Suerni, Keliat, and C.D 2013) tindakan keperawatan yang sesuai
menggunakan standar asuhan keperawatan jiwa. Standar pelaksanaan yang
diberikan untuk pasien yaitu membina hubungan saling percaya, mendiskusikan
mengenai citra tubuh, dan cara meningkatkan citra tubuh serta melatih hubungan
secara bertahap. Sedangkan strategi pelaksanaan untuk keluarga yaitu
mendiskusikan mengenai gangguan citra tubuh, melatih keluarga cara merawat
pasien dan menyusun rencana tindakan untuk pasien.
RSUP Dr. M.Djamil Padang merupakan rumah sakit pendidikan serta milik
pemerintah pusat yang berada di Kota Padang. RSUP Dr. M.Djamil merupakan
rumah sakit rujukan untuk wilayah Sumatera Barat.yang telah lulus akreditasi dari
Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dan telah memenuhi syarat menjadi
Rumah Sakit negri tipe A.
Hasil data Rekam Medis RSUP Dr. M.Djamil Padang pada tahun 2018
didapatkam jumlah fraktur ekstremitas bawah 114 pasien. Pada tahun 2019
didapatkan jumlah fraktur ekstermitas bawah 237 pasien. Jadi, terjadi peningkatan
angka kejadian fraktur ektremitas bawah tahun 2018 dan 2019 di RSUP Dr.
M.Djamil Padang. Sementara itu angka kejadian psikologis gangguan citra tubuh
di RSUP Dr. M.Djamil Padang Tahun 2020 tidak diketahui karena gangguan citra
tubuh tidak masuk dalam catatan rekam medis di RSUP Dr. Mdjamil Padang.
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 25 Januari 2021 pukul 10.00 WIB
dengan 1 orang pasien post ORIF (Open Reduction Interna Fixation) dan OREF
(Open Reduction External Fixation) mengatakan ia malu dengan kondisinya saat
ini dan malu jika ada saudaranya melihat kondisi kakinya, serta ia saat ini enggan
untuk melihat kondisinya, dan ia merasa tidak bisa melakukan apapun dengan
kondisinya saat ini. Hasil wawancara dengan keluarga pasien, keluarga pasien ada
memotivasi pasien agar tidak merasa malu dan bersabar dengan keadaan saat ini.
Akan tetapi, keluarga juga mengatakan untuk saat ini perawat hanya memberikan
perawatan fisik yaitu terapi obat.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis telah
melakukan penelitian tentang Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah
Psikososial Gangguan Citra Tubuh Pada Klien Fraktur Terbuka Ekstremitas
Bawah di Ruang Trauma Center RSUP Dr. M.Djamil Padang.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ―Bagaimana penerapan Asuhan
Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial Gangguan Citra Tubuh Pada Klien
Fraktur Terbuka Ekstremitas Bawah di Ruang Trauma Center RSUP Dr. M.Djamil
Padang‖.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial
Gangguan Citra Tubuh Pada Klien Fraktur Terbuka Ekstremitas Bawah di
Ruang Trauma Center RSUP Dr. M.Djamil Padang.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan konsep dasar masalah psikososial Gangguan Citra
Tubuh Pada Klien Fraktur Terbuka Ekstremitas Bawah di Ruang Trauma
Center RSUP Dr. M.Djamil Padang.
b. Mampu mendeskripsikan pengkajian Keperawatan Jiwa dengan Masalah
Psikososial Gangguan Citra Tubuh Pada Klien Fraktur Terbuka Ekstremitas
Bawah di Ruang Trauma Center RSUP Dr. M.Djamil Padang
c. Mampu mendeskripsikan diagnosa Keperawatan Jiwa dengan Masalah
Psikososial Gangguan Citra Tubuh Pada Klien Fraktur Terbuka Ekstremitas
Bawah di Ruang Trauma Center RSUP Dr. M.Djamil Padang
d. Mampu mendeskripsikan intervensi Keperawatan Jiwa dengan Masalah
Psikososial Gangguan Citra Tubuh Pada Klien Fraktur Terbuka Ekstremitas
Bawah di Ruang Trauma Center RSUP Dr. M.Djamil Padang
e. Mampu mendeskripsikan implementasi Keperawatan Jiwa dengan Masalah
Psikososial Gangguan Citra Tubuh Pada Klien Fraktur Terbuka Ekstremitas
Bawah di Ruang Trauma Center RSUP Dr. M.Djamil Padang
f. Mampu mendeskripsikan evaluasi Keperawatan Jiwa dengan Masalah
Psikososial Gangguan Citra Tubuh Pada Klien Fraktur Terbuka Ekstremitas
Bawah di Ruang Trauma Center RSUP Dr. M.Djamil Padang
g. Mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah
Psikososial Gangguan Citra Tubuh Pada Klien Fraktur Terbuka Ekstremitas
Bawah di Ruang Trauma Center RSUP Dr. M.Djamil Padang
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Karya Tulisa Ilmiah ini dapat menambah wawansan, ilmu pengetahuan dam
pengalaman serta mengetahui asuhan keperawatan pada pasien fraktur
ekstremitas bawah dengan gangguan citra tubuh.
2. Bagi Rumah Sakit
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan masukan
bagi perawat dalam meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien fraktur
terbuka ekstremitas bawah dengan gangguan citra tubuh pada pasien fraktur.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan untuk
pembaharuan praktik keperawatan dan pemecahan masalah keperawatan pada
pasien fraktur ekstremitas bawah dengan gangguan citra tubuh
4. Bagi Pelayanan Kesehatan
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan acuan
yang perlu dipertimbangkan dalam program peningkatan mutu pelayanan
kesehatan.
A. Fraktur
1. Pengertian Fraktur
Fraktur merupakan suatu patahan pada kontinuitas struktur jaringan tulang atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan trauma, baik trauma langsung ataupun
tidak langsung. Akibat dari suatu trauma pada tulang dapat bervariasi
tergantung pada jenis, kekuatan dan arahnya trauma. Patahan tadi mungkin
tidak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau perimpilan korteks,
biasanya patahan itu lengkap dan fragmen tulang bergeser. Kalau kulit atasnya
masih keadaan utuh keadaan ini disebut fraktur tertutup (fraktur sederhana),
kalau kulit atau salah satu dari rongga tulang tertembus keadaan ini disebut
fraktur terbuka (fraktur compound) yang cenderung mengalami kontaminasi
dan infeksi (Manurung 2018).
Fraktur merupakan istilah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang
bersifat total maupun sebagian (Noor 2016).
2. Penyebab Fraktur
Menurut (Manurung 2018) penyebab dari fraktur yaitu:
a. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis
patah melintang atau miring
b. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh
dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang
paling lemah dalam jalur hantaran vector kekerasan.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic yang umum dilakukan pada kasus fraktur adalah (Rudi
and Maria 2019)
1) Foto rontgen (X-ray) untuk menentukan lokasi dan luasnya fraktur.
2) Scan tulang, tomogram, atau CT/MRI scan untuk memperlihatkan fraktur
secara lebih jelas dan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3) Arteriogram dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler.
4) Hitung darah lengkap. Hemokonsentrasi mungkin meningkat atau menurun
pada perdarahan. Selain itu, peningkatan lekosit terjadi sebagai respons
terhadap peradangan.
5) Kretinin. Trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal.
6) Profil koagulasi. Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi,
atau cedera organ hati.
6. Patofisiologi
Fraktur bisa terjadi secara terbuka atau tertutup. Fraktur terbuka terjadi apabila
terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan udara luar atau
permukaan kulit, sedangkan fraktur tertutup terjadi apabila kulit yang
menyelubungi tulang tetap utuh. Fraktur terjadi ketika kekuatan ringan atau
minimal mematahkan area tulang yang dilemahkan oleh gangguan (misalnya,
osteoporosis, kanker, infeksi, dan kista tulang) (Rudi and Maria 2019).
7. WOC
Trauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi patologis
Pergeseran Nyeri
Fraktur
frakmen tulang Kronis/ Akut
Diskontinuitas tulang
Perubahan Kerusakan
jaringan sekitar fragmen tulang
Leserasi kulit: Spasme otot
Pergeseran putus vena/ arteri
Tekanan sumsum
fragmen tulang Peningkatan tulang lebih tinggi
Pendarahan tekanan kapiler dari tekanan kapiller
Deformitas
Kehilangan Pelepasan histamine Reaksi stres klien
volume cairan
Kerusakan
Gangguan integritas
fungsi kulit Protein plasma hilang Melepaskan kalekolamin
Defisit
Volume
Hambatan Cairan Edema Memobilisasi asam
Mobilitas fisik gangguan lemak
citra tubuh Penekanan pembuluuh darah
Bergabung
Penurunan fungsi jaringan dengan trombosit
Gambar 2. 1
Menyumbat
WOC Fraktur pembuluh Emboli
Perfusi Perifer Tidak Efektif
darah
Sumber: (Rudi and Maria 2019)
8. Penatalaksanaan
1) Reduksi
Tujuan dari reduksi adalah untuk mengembalikan panjdang dan kesejajaran
garis tulang yang dapat dicapai dengan reduksi tertutup atau reduksi terbuka.
Reduksi tertutup dilakukan dengan traksi manual atau mekanis untuk
menarik fraktur kemudian memanipulasinya untuk mengembalikan
kesejajaran garis normal. Jika reduksi tertutup gagal atau kurang
memuaskan, maka nisa dilakukan reduksi terbuka.
Reduksi terbuka dilakukan dengan menggunakan alat fiksasi internal untuk
mempertahankan posisi sampai penyembuhan tulang menjadi solid. Alat
fiksasi internal tersebut antara lain pen, kawat, skrup, dan plat. Alat-alat
tersebut dimasukkan ke dalam fraktur melalui pembedahan terbuka ini akan
mengimobilisasikan fraktur hingga bagian tulang yang patah dapat
tersambung kembali.
2) Retensi
Imobilisasi fraktur bertujuan untuk mencegah pergeseran dan mencegah
pergerakan yang dapat mengancam penyatuan. Pemasangan plat atau traksi
dimaksudkan untuk mempertahankan reduksi ekstremitas yang mengalami
fraktur.
3) Rehabilitasi
Mengembalikan aktivitas fungsional seoptimal mungkin (Rudi and Maria
2019).
Berbagai dampak negatif muncul yang diakibatkan oleh lamanya periode proses
penyembuhan pasien fraktur yang meliputi aspek psikologis, sosial, dan
spiritual. Berbagai efek tersebut masalah psikososial yang muncul pada pasien
fraktur yaitu, ansietas, kehilangan, ketidakberdayaan, keputusasaan, dan
gangguan citra tubuh (Umaroh 2016).
Sedangkan menurut Price didalam (Sutejo 2018) menyatakan citra tubuh terdiri
dari tiga komponen yaitu:
a. Realitas tubuh
Pada komponen ini, tubuh seperti itu benar-benar ada, dibatasi oleh efek
genetika manusia dan keausan kehidupan di lingkungan luar (seperti yang
mungkin dijelaskan dalam pemeriksaan dokter formal). Hal ini dapat
berubah, baik akibat proses penuaan dan karena kita menggunakan dan
menyalahgunakannya. Perubahan nyata dalam realitas tubuh dikaitkan
dengan trauma, keganasan, infeksi, dan malnutrisi.
b. Ideal tubuh
Ideal tubuh merupakan gambaran di kepala kita tentang bagaimana kita ingin
tubuh kita terlihat dan tampil. Hal-hal yang mempengaruhi ideal tubuh
meliputi norma sosial dan budaya, periklanan, dan perubahan sikap terhadap
kebugaran dan kesehatan. Perubahan dalam realitas tubuh mengancam ideal
tubuh, namun kelainan pada ideal tubuh (misalnya: anoreksia nervosa) juga
dapat mempengaruhi ekuilibrium secara langsung.
c. Perwujudan Tubuh
Kenyataan tubuh jarang memenuhi standar ideal tubuh. Dalam upaya
membuat kedua keseimbangan ini, penyajian tubuh digunakan. Hal ini
adalah tentang bagaimana tubuh secara harafiah disajikan ke lingkungan
luar, seperti cara kita berpakaian, mempelai pria, berjalan, berbicara,
berpose, dan menggunakan alat peraga, seperti tongkat atau alat bantu
dengar. Sama halnya, kelumpuhan atau kehilangan anggota tubuh (realitas
tubuh) juga mempengaruhi penyajian tubuh.
3. Etiologi
Gangguan citra tubuh disebebkan oleh beberapa hal, yaitu kerusakan atau
kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh,
serta tindakan pembedahan. Selain itu, gangguan citra tubuh juga dapat
disebabkan oleh penyakit, seperti Splenomegali. Splenomegaly merupakan
pembesaran organ limpa yang terus-menerus, sehingga mengakibatkan
pembesaran abdomen kuadran kiri klien. Kondisi semacam ini membuat klien
tidak puas dengan kondisi tubuhnya (Sutejo 2018).
Menurut (Stuart dalam Dwira Mayorin 2018) etiologi dari gangguan citra tubuh
yaitu:
a. Factor Predisposisi
1) Biologi
Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat atau sakit. Stressor fisik atau jasmani yang lain seperti
suhu dingin atau panas, rasa nyeri atau sakit, kelelahan fisik, lingkungan
yang tidak memadai.
2) Psikologi
Penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan
yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
Stresor lainnya adalah konflik, tekanan, krisis, dan kegagalan.
3) Sosio kultural
Factor sosio kultural yang mempengaruhi seperti peran, gender, tuntutan
peran kerja, harapan peran budaya, tekanan dari kelompok sebaya dan
perubahan struktur sosial.
4) Perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh.
5) Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun
fungsi tubuh.
6) Prosedur pengobatan seperti radiasi, transplantasi, kemoterapi
7) Faktor predisposisi gangguan harga diri.
2) Menarik diri
Pasien menjadi sadar pada kenyataan, tetapi karena ingin lari dari
kenyataan maka pasien akan menghindar secara emosional. Hal tersebut
menyebabkan pasien menjadi pasif, tergantung pada orang lain.
3) Penerimaan atau pengakuan secara bertahap
Setelah pasien sadar akan kenyataan, maka respon kehilangan atau
berduka akan muncul. Dan setelah fase ini pasien akan mulai melakukan
reintegrasi terhadap gambaran dirinya yang baru.
b. Respon pasien maladaptive
1) Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang merubaha.
2) Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.
3) Perasaan atau pandangan negative terhadap tubuhnya.
4) Mengungkapkan keputusasaan.
5) Menolak penjelasan mengenai perubahan citra tubuhnya
Perasaan atau
pandangan negative Koping tidak efektif
terhadap tubuhnya
Gambar 2. 2
Psikodinamika Gangguan Citra Tubuh
C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut (Sutejo 2017) Pengkajian merupakan proses pertama dalam proses
keperawatan. Tahap pengkajian adalah proses pengumpulan data secara
sistematis untuk menentukan status kesehatan dan fungsional kerja serta
respons klien pada saat ini dan selamanya. Tujuan dari pengkajian keperawatan
adalah untuk menyusun database atau data dasar mengenai kebutuhan, masalah
kesehatan, dan respons klien terhadap masalah.
Isi dari pengkajian meliputi:
a. Identitas pasien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
pendidikan, status perkawainan, tanggal masuk RS, asuransi, nomor rekam
medis, tanggal pengkajian dan diagnosa medis.
b. Identitas penanggung jawab
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat dan
hubungan dengan pasien.
c. Alasan masuk
Yang menyebabkan pasien masuk Rumah Sakit dan dirawat. Biasanya
pasien masuk karena kecelakaan, fraktur, luka bakar, dan mengalami
penganiayaann fisik.
d. Riwayat penyakit sekarang dan faktor presipitasi
Biasanya pasien mengalami perubahan kondisi fisik, seperti adanya fraktur,
amputasi, luka bakar, yang dapat menimbulkan masalah psikologis pada
pasien.
e. Faktor predisposisi
Biasanya pasien mempunyai riwayat gangguan jiwa, pernah melakukan atau
mengalami penganiayaan fisik atau seksual, kekerasan dalam keluarga
f. Pemeriksaan fisik
Meliputi pemeriksaan fisik tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan dan
keluhan fisik yang dirasakan pasien seperti fraktur,.
g. Pengkajian psikososial
1) Genogram
Genogram menggambarkan mengenai silsilah dan riwayat penyakit
pasien dan keluarga.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Kaji mengenai persepsi pasien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukasi dan bagian tubuh yang tidak disukai. Persepsi pasien terhadap
citra tubuh dapat positif maupun negative. Biasanya pasien yang
mengalami gangguan citra tubuh akan memiliki citra tubuh yang
negative.
b) Identitas diri
Kaji mengenai status dan posisi pasien sebelum dirawat, kepuasan
pasien terhadap status dan posisinya serta keunikan yang dimilikinya
sesuai dengan jenis kelamin dan posisinya.
c) Harga diri
Kaji mengenai hubungan pasien dengan orang lain sesuai dengan
kondisi, dampak pada pasien dalam berhubungan dengan orang lain,
ideal diri tidak sesuai harapan, dan penilaian pasien terhadap
pandangan atau penghargaan orang lain terhadap dirinya.
d) Ideal diri
Kaji mengenai harapan pasien dalam keluarga. Dan harapan pasien
terhadap penyakitnya serta adanya kesesuaian antara harapan dan
kenyataan.
e) Peran diri
Kaji mengenai tugas atau peran pasien dalam keluarga, pekerjaan,
kelompok masyarakat, kemampuan pasien dalam melaksanakan fungsi
dan perannya, perubahan yang terjadi saat pasien dirawat serta
perasaan pasien terhadap perubahan tersebut.
3) Hubungan sosial
Kaji mengenai orang penting bagi pasien, upaya yang dilakukan pasien
dalam menghadapi masalah, adanya hambatan dalam berhubungan
dengan orang lain, keterlibatan pasien mengikuti daam kegiatan
kelompok atau masyarakat.
4) Spiritual
Kaji mengenai nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah serta kepuasan pasien
dalam menjalankan ibadah.
h. Status mental
1) Penampilan
Melihat penampilan pasien dan cara pasien menggunakan pakaian yang
sesuai dan seperti biasanya, nilai ketidakmampuan pasien dalam
berpenampilann terhadap status psikologis pasien.
2) Pembicaraan
Amati cara pasien dalam berbicara apakah cepat, keras, gagap, sering
terhenti, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu memulai
pembicaraan.
3) Aktivitas motorik
Amati aktivitas motorik pasien apakah lesu, tegang, gelisah, agitsi,
ataupun termor.
4) Afek dan emosi
a) Afek
Kaji afek meliputi:
(1) Adekuat merupakan perubahan roman muka yang sesuai dengan
stimulus eksternal.
(2) Datar merupakan tidak adanya perubahan roman muka saat ada
stimulus yang menyenangkan maupun menyedihkan
(3) Tumpul merupakan reaksi yang timbul ketika ada stimulus emosi
yang sangat kuat.
(4) Labil merupakan emosi pasien yang cepat berubah-rubah.
7) Proses berfikir
a) Bentuk piker
(1) Otistik
Pasien hidup dalam dirinya sendiri dan cenderung tidak
memperdulikan lingkungannya.
(2) Dereistik
Proses mental pasien tidak diikuti dengan kenyataan, logika, dan
pengalaman
(3) Non realistic
Pikiran pasien tidak sesuai kenyataan
b) Arus pikir
(1) Sirkumtansial
Pasien berbicara berbelit-belit tapi sampai pada tujuan.
(2) Tangensial
Pasien berbicara berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan
(3) Kehilangan dan asosiasi
Tidak ada hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya
dalam pembicaraan pasien.
(4) Flight of ideas
Cara bicara pasien meloncat dari satu topik ke topic lainnya.
(5) Bloking
Cara bicara pasien terhenti tiba-tiba tanpa ada gangguan dari luar
kemudian dilanjutkan kembali.
(6) Perseferasi
Dalam berbicara pasien menggunakan kalimat yang diulang
berkali-kali.
c) Isi pikir
(1) Obsesi merupakan pikiran yang selalu muncul walaupun pasien
berusaha menghilangkannya.
(2) Phobia merupakan ketakutan yang patologis atau tidak logis
terhadap objek atau situasi.
(3) Hipokondria merupakan keyakinan terhadap gangguan organ
tubuh yang sebenarnya tidak ada.
(4) Depersonalisasi merupakan keyakinan terhadap gangguan organ
tubuh terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
(5) Ide yang terkait merupakan keyakinan pasien terhadap kejadian
dilingkungan yang bermakna dan terkait dengan diri pasien.
(6) Pikiran magis merupakan keyakinan pasien tentang kemampuan
dalam melakukan hal yang mustahil atau diluar kemampuannya.
(7) Waham
(a) Agama, keyakinan pasien terhadap suatu agama yang
berlebihan dan diucapkan terulang-ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan
(b) Somatik merupakan keyakinan pasien terhadap tubuhnya
dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
keyakinan.
(c) Kebesaran merupakan keyakinan pasien yang berlebihan
terhadap kemampuannya dan diucapkan secara berulang-
ulang tapi tidak sesuai kenyataan.
(d) Curiga merupakan keyakinan pasien bahwa ada orang yang
berusaha merugikan, mencederai dirinya yang diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
8) Tingkat kesadaran
(a) Bingung
Pasien tampak bingung dan kacau atau perilaku pasien tidak
mengarah pada tujuan
(b) Sedasi
Pasien mengatakan merasa melayang-layang antara sadar dan tidak
sadar.
(c) Stupor
Terjadinya gangguan motorik seperti ketakutan, ada gerakan yang
diulang-ulang tetapi pasien mengerti semua hal yang terjadi
dilingkungan.
9) Orientasi
Meliputi orientasi terhadap waktu, tempat dan orang.
10) Memori
(a) Gangguan menginat jangka panjang yaitu tidak dapat menginat
kejadian lebih dari satu bulan
(b) Gangguan mengingat jangka pendek yaitu tidak dapat mengingat
kejadian dalam minggu terakhir.
(c) Gangguan mengingat saat ini yaitu tidak dapat mengingat kejadian
yang baru saja terjadi.
(d) Konfabulasi yaitu hal yang dibicarakan pasien tidak sesuai dengan
kenyataan dengan memasukkan cerita yang tidak benar untuk
menutupi gangguan daya ingatnya.
11) Tingkat konsentrasi
(a) Mudah beralih : perhatian pasien mudah berganti dari satu objek ke
objek lainnya.
(b) Tidak mampu berkonsentrasi : pasien selalu meminta agar
pertanyaan yang diajukan diulang Karena tidak dapat menangkap
apa yang ditanyakan.
k. Masalah Psikososial
Kaji mengenai masalah yang berhubungan dengan pendidikan, pekerjaan,
ekonomi, pelayanan kesehatan dan lingkungan
l. Tingkat pengetahuan
Kaji mengenai masalah yang berkaitan dengan tingkat pendidikan pasien
misalnya tentang penyakit fisik, gangguan jiwa, faktor predisposisi dan
faktor presipitasi, mekanisme koping serta obat-obatan.
m. Aspek Medis
Merupakan diagnosa medis yang menyangkut masalah psikososial, obat-
pbatan pasien saat ini baik fisik, psikofarmaka dan terapi lainnya.
2. Pohon Masalah
Berdasarkan data yang dikaji, diagnosis masalah gangguan citra tubuh
ditampilkan dalam pohon masalah berikut ini:
Gangguan konsep diri: Harga
diri rendah Effect
Gambar 2. 3
Pohon Masalah
3. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pohon masalah gangguan citra tubuh, dapat ditegakkan diagnosa
keperawatan sebagai berikut:
a. Gangguan citra tubuh
b. Harga diri rendah situasional
c. Koping tidak efektif (Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2019).
4. Intervensi Keperawatan
Standar asuhan keperawatan memiliki tiga komponen utama, yaitu diagnosis
keperawatan, intervensi keperawatan, dan luaran (outcome) keperawatan (Tim
Pokja SLKI DPP PPNI 2016) Intervensi keperawatan secara komprehensif yang
meliputi intervensi pada berbagai level praktik (generalis dan spesialis),
berbagai kategori (fisiologis dan psikososial), berbagai upaya kesehatan
(kuratif, preventif, dan promotif), berbagai jenis klien (individu, keluarga,
komunitas) jenis intervensi (mandiri dan kolaborasi) serta intervensi
komplementer dan alternatif (Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2018).
Tabel 2. 1
Intervensi Berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) dan SIKI
(Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) Ber dasark an SLKI dan SI KI
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan. Tujuan dari tahap pelaksanaan proses keperawatan adalah
melakukan, membantu, atau mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan sehari-
hari, memberikan arahan keperawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat
kepada klien, mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relavan
dengan perawatan kesehatan yang berkelanjutan dari klien (Sutejo 2017).
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan perawat
untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan
kondisi klien. Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan
untuk mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan antara hasil akhir yang
teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan
(Sutejo 2017).
7. Dokumentasi Keperawatan
Langkah terakhir dari asuhan keperawatan adalah melakukan dokumnetasi
asuhan keperawatan. Dokumentasi dilakukan pada setiap tahap proses
keperawatan yang meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosis keperawatan,
intervensi, implementasi tindakan keperawatan, dan evaluasi keperawatan
(Nurhalimah 2016).
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah
deskriptif dengan bentuk studi kasus. Penelitian deskriptif yaitu metode
penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau memaparkan peristiwa-
peristiwa yang terjadi pada masa kini. Sedangkan bentuk studi kasus
merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit
penelitian secara intensif misalnya satu klien, keluarga, kelompok, komunitas,
atau institusi. (Nursalam 2013). Hasil yang diharapkan dari peneliti adalah
mengetahui asuhan keperawatan dengan masalah psikososial: gangguan citra
tubuh klien fraktur terbuka ekstremitas bawah di ruang Trauma Center RSUP
Dr. M.Djamil Padang tahun 2021.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di RSUP Dr. M.Djamil dengan gangguan citra
tubuh pada klien fraktur terbuka ekstremitas bawah di ruang Trauma Center
RSUP Dr. M.Djamil Padang dengan waktu dimulai dari bulan Januari hingga
Juli 2021. Waktu penelitian dilakukan dimulai tanggal 30 Maret sampai
dengan 06 April 2021 .
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan sesuatu yang dikarakteristiknya mungkin
diselidiki atau diteliti (Surahman, Mochamad Rahmad 2016). Populasi
dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia, klien) yang memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
pasien fraktur terbuka ekstremitas bawah yang tercatat selama sebulan
terakhir pada bulan Maret 2021 di ruang Trauma Center RSUP Dr.
M.Djamil Padang yaitu 4 pasien.
2. Sampel
Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai subjek penelitian melalui sampling. Teknik sampling adalah
proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang
ada (Nursalam 2013). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian inin
menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penetapan
sampelnya dengan cara memilih sampel diantara populasi yang dapat
mewakili karakteristik populasinya (Nursalam 2013).
Sampel dalam penelitian ini satu orang yang diambil dari 4 pasien fraktur
terbuka ekstremitas bawah di ruang Trauma Center RSUP Dr. M.Djamil
Padang. Agar menjaring pasien fraktur terbuka ekstremitas bawah yang
mengalami gangguan citra tubuh, maka dilakukan screening pada seluruh
pasien fraktur terbuka ekstremitas bawah. Kemudian penulis
menggunakan teknik random sampling untuk memilih Dilakukan teknik
purposive sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah
ditetapkan sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien bersedia menjadi responden dalam penelitian.
b. Pasien bersedia diberikan asuhan keperawatan.
c. Pasien fraktur terbuka ekstremitas bawah yang mengalami
gangguan citra tubuh.
d. Pasien kooperatif dan mampu berkomunikasi verbal dengan baik
dan benar.
e. Keluarga pasien bersedia menjadi responden dan berpartisipasi
dalam penelitian.
2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien yang pindah ruang rawatan
b. Pasien yang tidak sadar
c. Pasien yang mengalami penyakit lain seperti cedera kepala berat
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang ringkasan pelaksanaan asuhn
keperawatan jiwa dengan masalah psikososial gangguan citra tubuh pada klien
fraktur terbuka ekstremitas bawah di RSUP Dr. M.Djamil Padang dimulai
pada 30 Maret sampai dengan 6 April 2021 dengan proses asuhan
keperawatan yang telah penulis lakukan meliputi pengkajian keperawatan,
merumuskan diagnosa keperawatan, merencanakan intervensi keperawatan,
melakukan implementasi keperawatan sampai melakukan evaluasi
keperawaran. Secara rinci hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
Hasil pengkajian dari identitas pasien yaitu pasien berjenis kelamin
perempuan berusia 16 tahun, dengan status belum menikah, agama
islam, pendidikan terakhir SMP, sebagai pelajar SMA. Pasien masuk RS
pada tanggal 30 Maret 2021 jam 06.25 WIB dengan no MR 01.10.18.41
dan sumber informasi bersumber dari pasien dan keluarga.
b. Keluhan Utama
Saat dilakukan pengkajian keluhan utama pada pasien yaitu pasien
tampak mengalami fraktur femur distal dextra terbuka. Pasien
mengatakan ia merasa , merasa asing, malu,kesal, takut dan enggan
melihat bagian tubuhnya terutama pada bagian kakinya saat ini, pasien
mengatakan ia merasa dalam melakukan pekerjaan baik setelah
perawatan tidak intensif, terhambat. Pasien mengatakan bahwa ia
berharap tidak ada efek samping dari perawatan yang dilakukannya saat
ini hingga menghambat aktivitas dan produktivitasnya, pasien juga
bahagia, namun saat ini ia tidak bisa melakukan hal-hal tersebut karena
adanya keterbatasan fisik yang dirasakan klien dalam berhubungan
dengan orang lain. Dan hal tersebut membuat klien tidak dapat
melakukan aktivitas seperti sebelumnya.
l. Spiritual
Dalam melakukan ibadah, pasien selalu tepat waktu dan tidak pernah
meninggalkan sholat, sesekali pasien bersama keluarga juga mengaji
bersama.
m. Status Mental
Hasil pengkajian mengenai status mental klien yaitu, klien menjawab
pertanyaan dengan cara berbelit-belit. Saat dilakukan observasi, pasien
tampak menolak akan kondisi yang dialaminya, menolak untuk melihat
kakinya, kontak mata pasien tampak kurang saat berkomunikasi, pasien
tampak sedih serta tidak merima keadaan, aktivitas hanya dilakukan di
tempat tidur. Afek pasien saat sedih dan senang pun tampak berbeda.
Pengkajian aktivitas motorik klien, saat wawancara klien tampak tenang
dalam berbicara, ada pergerakan pada tangan pasien terkadang juga
gemetar, Namun saat membicarakan mengenai citra diri ia tampak
sedikit gelisah. Pada saat dilakukan interaksi dengan klien tampak klien
kooperatif dan kontak mata kurang dengan penulis.
n. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Hasil pengkajian masalah psikososial dan lingkungan pada pasien yaitu,
pasien mengatakan tidak ada masalah baik dalam pendidikan ataupun
hal lain, namun disaat ia sakit
o. Terapi Medis
Nacl 0,9% 3x1(IV), Ceftriaxon 1gr 2x1 (IV), Katerolax 30mg 3x1 (IV).
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien didapatkan diagnosa
keperawatan yaitu gangguan citra tubuh, harga diri rendah situasional, dan
ansietas.
Diagnosa keperawatan 1 klien yaitu gangguan citra tubuh yang ditandai
dengan klien merasa bahwa saat ini merasa enggan untuk melihat kondisi
kakinya, pasien tidak mau menyentuh bagian kakinya. Klien takut jika
kakinya tidak sembuh dan menganggu atau tidak dapat beraktivitas seperti
sebelumnya. Klien merasa karena kondisinya saat ini akan membuat ia
malu didepan teman-temannya. Klien juga mengatakan jika adanya efek
samping dari tindakan medis klien akan merasa akan menyulitkan orang-
orang disekitarnya terutama keluarganya. Dan pada saat observasi, klien
tampak selalu menutupi kakinya dengan selimut serta kontak mata dengan
klien saat berinteraksi kurang.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan yang akan dilakukan pada pasien dengan diagnosa
gangguan citra tubuh berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia). Tindakan-tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas
sebagai berikut, observasi (identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan
tahap perkembangan, identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur
terkait citra tubuh, identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan
isolasi sosial, monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang
berubah), terapeutik (diskusi perubahan tubuh dan fungsinya, diskusikan
perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri, diskusikan kondisi stress
yang mempengaruhi citra tubuh, diskusikan cara mengembangkan harapan
citra tubuh secara realistis, diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang
perubahan citra tubuh), edukasi (jelaskan kepada keluarga tentang
perawatan perubahan citra tubuh, anjurkan mengungkapkan gambaran diri
terhadap citra tubuh, anjurkan menggunakan alat bantu, anjurkan mengikuti
kelompok pendukung, latih fungsi tubuh yang dimiliki, latih peningkatan
penampilan diri, latih mengungkapan kemampuan diri kepada orang lain
maupun kelompok).
penetapan tujuan realistis untuk mencapai harga diri yang lebih tinggi,
diskusikan bersama keluarga untuk menetapkan harapan dan batasan yang
jelas, diskusikan bersama keluarga untuk menetapkan mencapai tujuan,
fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan harga diri), edukasi
(jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan dalam perkembangan
konsep positif diri pasien, anjurkan mengidentifikasi kekuatan yang
dimiliki, anjurkan mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi
dengan orang lain, anjurkan membuka diri terhadap kritik negatif, anjurkan
mengevaluasi perilaku, ajarkan cara mengatasi bullying, latih peningkatan
tanggung jawab untuk diri sendiri, latih pernyataan/ kemampuan positif
diri, latih cara berfikir dan berperilaku positif, dan latih meningkatkan
kepercayaan pada kemampuan dalam menangani situasi).
latih teknik relaksasi seperti relaksasi nafas dalam, hipnosis lima jari, dan
lainnya), dan kolaborasi (kolaborasi pemberian obat antiansietas).
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan diagnosa
gangguan citra tubuh dilakukan pada Minggu 4 April 2021 pukul 15.00-
15.30 yaitu membina hubungan saling percaya, memonitor frekuensi
penyataan kritik terhadap diri sendiri, memonitor apakah pasien bisa
melihat bagian tubuh yang berubah, menganjurkan mengungkapkan
gambaran diri terhadap citra tubuh, mendiskusikan perubahan tubuh dan
fungsinya dengan pasien, Senin 5 April 2021 pukul 16.00-16.15
mengedukasi kepada keluarga dan klien tentang perawatan perubahan citra
tubuh, Selasa 6 April 2021 pukul 17.00-17.35 mengevaluasi persepsi klien
terkait gangguan citra tubuh.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan setelah diberikan asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien selama 5 hari yaitu pada diagnosa gangguan citra
tubuh, klien mengatakan bahwa saat ini ia sudah mulai merasa tidak asing
dengan kondisinya,sudah mulai menerima situasi mengenai kakinya, klien
mengatakan bahwa ia mampu menerima bagaimana kondisi kakinya
kedepannya nanti. Dan pada saat observasi klien tampak sudah berani
untuk melihat kakinya, kontak mata dengan klien sudah baik saat interaksi.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan psikososial penulis akan
membahas antara teori dengan laporan kasus asuhan keperawatan dengan
masalah gangguan citra tubuh pada klien fraktur terbuka ekstremitas bawah
yang telah dilakukan sejak 30 Maret sampai 6 April diruang Trauma Center
RSUP Dr. M.Djamil Padang. Kegiatan dalam penyusunan asuhan
keperawatan penulis melakukan proses yang meliputi pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, membuat intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, dan melakukan evaluasi keperawatan dengan
uraian sebagai berikut:
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
Pasien berjenis kelamin perempuan dengan usia remaja mengalami
kecelakaan yang menyebabkan pasien menderita fraktur.
Menurut penelitian (Platini dan Rizal Chaidir 2020) bahwa untuk usia
sebagian usia produktif. Hal ini dikarenakan usia tersebut merupakan
usia produktif yang lebih banyak melakukan aktivitas dan mobilisasi.
Pada usia produktif apabila terjadi fraktur maka akan memengaruhi
aktivitas dan produktivitas. Tidak hanya usia produktif, semua usia
apabila mengalami cedera seperti fraktur terutama ekstremitas bawah
maka akan mengalami penurunan fungsi.
Menurut hasil penelitian (Denich and Ifdil 2015) yang menyatakan usia
remaja terjadi proses peralihan perkembangan yang melibatkan
perubahan-perubahan dalam diri individu, seperti perubahan fisik, sosio-
emosional, dan kognitif. Dan menurut hasil penelitian (Purba 2017)
bahwa usia seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan
psikologis.
Menurut (D. Agustin, Iqomh, and Prasetya 2019) citra tubuh positif
terjadi karena responden memiliki hubungan interpersonal yang baik
sehingga mempengaruhi konsep diri termasuk mempengaruhi
bagaimana perasaan terhadap penampilan fisik. Dan menurut (Turnip,
Hamid, and Wardani 2017) salah satu penyebab terjadinya konsep diri
yang negatif dipengaruhi oleh adanya proses kehilangan atau perubahan
bentuk, struktur, dan fungsi tubuh yang sifatnya sudah kronis.
Perubahan bentuk, struktur dan fungsi dapat dimaknai sebagai
Hasil analisa penulis faktor presipitasi pada klien yaitu disebabkan oleh
kecelakaan. Dan tingginya angka kejadian kecelakaan juga dapat
menyebabkan tingginya angka kejadian fraktur. Oleh sebab itu, klien
fraktur sangat rentan untuk mengalami gangguan citra tubuh walaupun
belum semua klien fraktur mengalami gangguan citra tubuh.
e. Konsep Diri
Hasil pengkajian mengenai konsep diri salah satunya citra tubuh, klien
mengatakan ia merasa enggan melihat bagian tubuhnya terutama pada
bagian kakinya saat ini, pasien mengatakan ia merasa dalam melakukan
pekerjaan baik setelah perawatan tidak intensif, terhambat. Pasien
Sesuai menurut (Daniel, Warjiman 2016) harga diri tinggi adalah hasil
dari kemampuan bertahan dan beradaptasi dengan kebutuhan dan
tekanan secara lebih baik sehingga tidak menyebabkan perasaan kosong
dan terpisah dari orang lain, yidak mengalami depresi, rasa gelisah atau
rasa cemas yang berkepanjangan. Sedangkan menurut pendapat Potter
dan Perry didalam (Daniel, Warjiman 2016) perasaan dasar tentang diri
cenderung bersifat konstan meskipun terkadang situasi krisis
mempengaruhi harga diri.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil yang didapatkan penulis pada pengkajian didapatkan
diagnosa keperawatan pada klien yaitu gangguan citra tubuh, harga diri
rendah situasional dan ansietas. Pada diagnosa pertama yaitu gangguan
citra tubuh, hal ini sejalan dengan penelitian (Daniel, Warjiman 2016)
mengenai gambaran konsep diri pasien post op fraktur ekstremitas di ruang
rawat inap tahun 2015 pada penderita fraktur yang mengalami perubahan
dari sehat menjadi sakit yang mengakibatkan terjadinya perubahan, baik
perubahan fisik maupun psikologis. Perubahan yang terjadi berupa citra
diri, identitas personal, konsep diri, performa peran, ideal diri dan harga
diri.
Diagnosa kedua pada klien yaitu harga diri rendah situasional. Kasus
ini terjadi pada klien sesuai menurut (I. M. Agustin and Handayani 2017)
Diagnosa ketiga pada klien yaitu ansietas. Kasus ini terjadi menurut
(Ayuningtyas, Triredjeki, and Talib 2018) usia remaja rentan terhadap
terjadinya kecemasan, karena remaja masih menggantungkan diri kepada
orang yang lebih tua dan lingkungannya. Selain itu, seorang remaja
memperhatikkan keutuhan dan kesempurnaan bentuk tubuhnya, sehingga
setiap perubahan yang membedakan bentuk tubuhnya dengan teman
sebayanya membuat remaja mengalami kecemasan.
Secara teori terdapat tiga diagnosa keperawatan jiwa yaitu gangguan citra
tubuh, harga diri rendah situasional dan koping tidak efektif namun
terdapat diagnosa gangguan citra tubuh harga diri rendah situasional dan
ansietas, hal ini dikarenakan pada kasus tidak ditemukannya tanda dan
gejala yang sesuai dengan standar yang merujuk pada SDKI.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan yang akan dilakukan pada klien dengan diagnosa
gangguan citra tubuh diantaranya, menjalin hubungan saling percaya,
meningkatkan keterbukaan, mengidentifikasi dan mendiskusikan
perubahan yang terjadi pada klien, mengidentifikasi persepsi klien terhadap
tubuhnya, mendiskusikan persepsi keluarga terkait citra tubuh, serta
membuat pernyataan positif mengenai kondisi klien.
Menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2018) intervensi yang dilakukan
untuk diagnosa gangguan citra tubuh yaitu identifikasi harapan citra
tubuh berdasarkan tahap perkembangan, identifikasi budaya, umur, agama,
jenis kelamin, dan umur terkait citra tubuh, monitor frekuensi pernyataan
kritik terhadap diri sendiri, monitor apakah pasien bisa melihat bagian
tubuh yang berubah, diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya,
diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh,
jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh, latih
peningkatan penampilan diri.
Menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2018) intervensi yang dilakukan pada
diagnosa harga diri rendah situasional diantaranya monitor verbalisasi
yang merendahkan diri sendiri, motivasi terlibat dalam verbalisasi positif
untuk diri sendiri, diskusikan pernyataan tentang harga diri, diskusikan
kepercayaan terhadap penilaian diri, diskusikan pengalaman yang
meningkatkan harga diri, diskusikan persepsi negatif diri, diskusikan alasan
mengkritik diri atau rasa bersalah, diskusikan bersama keluarga untuk
menetapkan harapan dan batasan yang jelas, jelaskan kepada keluarga
pentingnya dukungan dalam perkembangan konsep positif diri pasien,
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada klien dengan diagnosa
gangguan citra tubuh yang dilakukan dengan membina hubungan saling
percaya, meningkatkan keterbukaan, mengidentifikasi dan mendiskusikan
perubahan yang terjadi pada klien, mengidentifikasi persepsi klien terhadap
tubuhnya, mendiskusikan persepsi keluarga terkait citra tubuh, serta
membuat pernyataan positif mengenai kondisi klien.
5. Evaluasi Keperawatan
Hasil evaluasi keperawatan setelah diberikan asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien selama 5 hari yaitu pada diagnosa gangguan citra
tubuh, setelah dilakukan implementasi keperawatan selama tiga hari klien
mengatakan bahwa saat ini ia sudah mulai merasa tidak asing dengan
kondisinya,sudah mulai menerima situasi mengenai kakinya, klien
mengatakan bahwa ia mampu menerima bagaimana kondisi kakinya
kedepannya nanti. Dan pada saat observasi klien tampak sudah berani
untuk melihat kakinya, kontak mata dengan klien sudah baik saat interaksi.
hal-hal kecil dirumah sakit seperti melipat baju. Saat dilakukan observasi
kontak mata sudah membaik.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
citra tubuh diruang Trauma Center RSUP Dr. Mdjamil Padang, penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan klien didapatkan adanya perubahan persepsi
negatif yang diakibatkan oleh fraktur. Klien mengatakan ia merasa enggan
melihat bagian tubuh terutama pada bagian kakinya, mengatakan takut
nantinya akan adanya penolakan ataupun reaksi teman-teman sebayanya
mengenai kondisinya saat ini.
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengumpulan data, diagnosa yang ditemukan pada klien
yaitu, gangguan citra tubuh ,harga diri rendah situasional dan ansietas.
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan pada klien dibuat secara teoritis dan menerapkan
berdasarkan SDKI, SLKI dan SIKI yang disesuaikan dengan strategi
pelaksanaan keperawatan.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan kepada klien dengan diagnosa
gangguan citra tubuh, harga diri rendah situasional dan ansietas yaitu
promosi citra tubuh dilanjutkan dengan promosi harga diri, serta reduksi
ansietas.
5. Evaluasi Keperawatan
Hasil evaluasi yang dilakukan selama 5 hari pada klien masalah dengan
masalah gangguan citra tubuh, harga diri rendah situasional, dan ansietas
sudah teratasi.
67
B. Saran
1. Bagi perawat ruang rawat inap Trauma Center
Disarankan dapat memberikan wawasan dan masukan bagi perawat dalam
meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien fraktur terbuka ekstremitas
bawah dengan gangguan citra tubuh pada pasien fraktur.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan untuk pembaharuan praktik
keperawatan dan pemecahan masalah keperawatan pada pasien fraktur
ekstremitas bawah dengan gangguan citra tubuh
3. Bagi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan acuan yang perlu
dipertimbangkan dalam program peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
4. Bagi penulis selanjutnya
Diharapkan penulis dapat melakukan pengkajian secara tepat dan optimal
lagi dalam memberikan asuhan keperawatan, serta mendokumentasikan
hasil tindakan yang telah dilakukan dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Dian, Muhammad Khabib Burhanuddin Iqomh, and Hendra Adi Prasetya.
2019. ―Gambaran Harga Diri, Citra Tubuh, Dan Ideal Diri Remaja Putri
Berjerawat.‖ Jurnal Keperawatan Jiwa 6(1): 8.
Agustin, Ike Mardiati, and Sri Handayani. 2017. ―Case Report: Afirmasi Positif Pada
Harga Diri Rendah Situasional Pasien Fraktur Femur.‖ Jurnal Ilmiah Kesehatan
Keperawatan 13(2): 94–98.
Ayuningtyas, Vincenicia Desy, Hermani Triredjeki, and Susi Tentrem Roestyati
Talib. 2018. ―Psikoedukasi Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre
Operasi Fraktur Usia Remaja.‖ Jurnal Riset Kesehatan 7(2): 110.
Brunner dan Suddart. 2017. Keperawatan Medikal Bedah. ed. EGC. Jakarta.
Budi Anna Keliat, Novi Helena dan Pipin Farida. 2011. Manajemen Keperawatan
Psikososial Dan Kader Kesehatan JIwa. ed. Pamilih Eko Karyuni. Jakarta:
EGC.
Cheryl Wagner dkk. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) Eds Bahasa
Indosensia. Kelima. Indonesia: CV. Mocomedia.
Daniel, Warjiman, Siti Munawaroh. 2016. ―Gambaran Konsep Diri Pasien Post Op
Fraktur Ekstremitas Di Ruang Rawat Inap.‖ 1: 37–44.
Denich, Amandha Unziila, and Ifdil Ifdil. 2015. ―Konsep Body Image Remaja Putri.‖
Jurnal Konseling dan Pendidikan 3(2): 55.
Dwira Mayorin. 2018. ―Asuhan Keperawatan Pada Pasien Fraktur Terbuka
Ekstremitas Bawah Dengan Gangguan Citra Tubuh Di Ruang Trauma Center
RSUP Dr. Mdjamil Padang.‖ Poltekkes Kemenkes Padang.
Fatma Desi, Anisah. 2016. 9 Revista Brasileira de Ergonomia ―Pengaruh Citra Tubuh
Terhadap Keyakinan Kemampuan Diri Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 9
Yogyakarta.‖
Gani Maisyaroh, Seviya, Urip Rahayu, and Siti Yuyun Rahayu. 2015. ―Tingkat
Kecemasan Pasien Post Operasi Yang Mengalami Fraktur Ekstremitas.‖ Jurnal
Keperawatan Padjadjaran v3(n2): 77–87.
Hasmalawati, Nur. 2017. ―Pengaruh Citra Tubuh Dan Perilaku Makan Terhadap
Penerimaan Diri Pada Wanita.‖ Jurnal Psikoislamedia 2(2): 107–15.
Ilyas, Muh. 2013. ―Gambaran Body Image Pada Pemakaian Skeletal Traksi Pada
Klien Fraktur Femur Di Ruang Bedah RSUD Labuang Baji Makasar.‖ 3: 7–11.
Laura Sri Hamdani Sitepu. 2014. ―Gambaran CitraTubuh Pasien Paska Operasi
Fraktur Ekstremitas Bawah Di Rumah Sakit TK II Putri Hijau, Medan.‖