Puji syukur Peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Karena atas berkat
dan rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Kanker Kolon Pre dan Post
Laparatomi”. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma III pada program Studi
D-III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang.
Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, sangatlah sulit
bagi Peneliti untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, Oleh karena itu,
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
(1) Bpk Ns. Hendri Budi, M.Kep,Sp.MB selaku dosen pembimbing satu dan Bpk
Tasman,S.Kp,M.Kep,Sp.Kom selaku pembimbing dua yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
(2) Ibu Ns. Netti S.Kep, M.Pd, M.Kep selaku dosen penguji satu dan Bpk H.
Sunardi S. KM, M. Kes selaku dosen penguji dua yang telah menyediakan
waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan
Krya Tulis Ilmiah ini.
(3) Direktur, Ketua Jurusan dan Ketua Prodi D III Keperawatan Padang
Poltekkes Kemenkes Padang yang telah membantu dalam usaha memperoleh
data yang diperlukan.
(4) Pimpinan Rumah sakit RSUP Dr. M. Djamil Padang yang telah banyak
membantu dalam mengizinkan peneli untuk melakukan penelitian.
(5) Hj. Defia Roza, S.Kep, M.Biomed selaku dosen Pembimbing Akademik
(6) Dosen dan staf yang telah membimbing dan membantu selama perkuliahan di
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang.
(7) Teristimewa kepada kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan
kasih sayang, bimbingan dan motivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata, Peneliti berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.
Padang, Juni 2021
Peneliti
Riwayat Pendidikan
No Jenis Pendidikan Tempat Pendidikan Tahun
V
Poltekkes Kemenkes Padang
albi i Ωbϣi
Terimakasih Kepada Allah SWT yang telah memberikan jalan untuk sampai pada
Titik ini. Titik dimana Saya dapat meraih gelar A.Md, Kep selama tiga tahun.
Kesulitan dan Kemudahan yang Engkau beri dapat dilalui. Tak hentinya ku
ucapkan syukur kepada-Mu. Insha-Allah ilmu ini akan memberi banyak manfaat
kepada oranglain, Semoga Engkau meridhoi kebahagiaan Dunia dan Akhirat ku
dengan mebantu oranglain, Aamiin……
VI
Poltekkes Kemenkes Padang
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Kanker Kolon Pre dan Post
Laparatomi
Isi :
ABSTRAK
Jenis penelitian deskriptif dengan metode studi kasus. Penelitian ini dilakukan
dari bulan Desember 2021 sampai dengan bulan Juni 2021. Asuhan keperawatan
dilakukan selama 5 hari dari tanggal 19 - 24 Mei 2021. Populasi yang ditemukan
sebanyak 2 orang. Cara pengambilan sampel dengan cara purposive sampling.
Analisa proses keperawatan yang dilakukan peneliti meliputi pengkajian
keperawatan, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
Hasil penelitian didapatkan keluhan utama yaitu benjolan pada perut sejak 2
bulan yang lalu, BAB keras berwarna hitam, penurunan nafsu makan sejak satu
bulan yang lalu disertai dengan penurunan berat badan (pre operatif) dan nyeri
pada luka bekas operasi, sulit tidur dan luka post operasi masih basah (Post
operatif). Diagnosis keperawatan yang didapatkan ada 6 diagnosis yaitu ansietas,
nyeri kronis, resiko defisit nutrisi,nyeri akut, gangguan pola tidur,dan risiko
infeksi. Hasil evaluasi yang didapatkan setelah melakukan asuhan keperawatan
selama 5 hari yaitu masalah ansietas, Nyeri kronis, Risiko defisit nutrisi, nyeri
akut, gangguan pola tidur teratasi dan risiko infeksi teratasi sebagian.
Diharapkan melalui direktur rumah sakit agar perawat ruangan dapat
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, salah satunya meningkatkan pemberian
asuhan keperawatan pada pasien Kanker Kolon dengan mengajarkan pasien cara
manajemen nyeri non farmakologis (teknik napas dalam, mengatur posisi dan
distraksi.)
VII
Poltekkes Kemenkes Padang
POLTEKKES Kemenkes RI PADANG
D-III NURSING STUDY PROGRAM PADANG
Nursing Care for Patients with Pre and Post Laparotomy Colon Cancer
content:
ABSTRACT
Colon cancer is the 4th leading cause of death in the world and is the 5th leading cause of
death in the world. Data report from RSUP DR. M Djamil Padang patients in 2018 were
59 people. In 2019, the number of cases was 74 people and decreased to 46 cases in 2020
due to pandemic conditions. The purpose of this study was to describe nursing care for
patients with pre- and post-laparatomic colon cancer in the IRNA Surgery Room, RSUP
Dr. M DJamil Padang.
This type of research is descriptive with the case study method. This research was
conducted from December 2021 to June 2021. This research was conducted for 5 days
from 19 - 24 May 2021. The population found was 2 people. The sampling method is by
purposive sampling. Process analysis carried out by researchers includes assessment,
diagnosis, intervention, implementation and evaluation.
The results of the study obtained were a lump in the stomach since 2 months ago, hard
black bowel movements, decreased appetite since one month ago accompanied by weight
loss (before surgery) and pain in the surgical wound, difficulty sleeping and postoperative
wounds are still wet (postoperative). In 2000, there were 6 diagnoses, namely anxiety,
chronic pain, risk of nutritional deficit, acute pain, disturbed sleep patterns, and risk of
infection. The evaluation results obtained after doing care for 5 days are anxiety problems,
chronic, risk of nutritional deficit, acute pain, sleep pattern disturbances are resolved and
infection risk is partially resolved.
Through the hospital director so that room nurses can improve health services, one of
which is increasing the provision of care for colon patients by teaching non-
pharmacological pain management methods (deep breathing techniques, settings and
disorders).
References
VIII
Poltekkes Kemenkes Padang
2. Diagnosa Keperawatan....................................................................30
3. Intervensi ....................................................................................... 35
4. Implementasi ................................................................................. 39
5. Evaluasi ......................................................................................... 42
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 83
C. Saran.....................................................................................................84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
IX
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR TABEL
Tabel Diagnosa dan rencana keperawatan..........................................
X
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 3 : Surat Izin Pengambilan Data awal RSUP Dr. M Djamil Padang
Lampiran 6: Surat Telah Selesai penelitian dari RSUP Dr. M Djamil Padang
IX
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang ditandai
dengan pertumbuhan sel abnormal di luar batas normal yang kemudian dapat
menyerang bagian tubuh yang berdampingan atau menyebar ke organ lain. Istilah
umum lainnya yang digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. (WHO, 2017).
Kanker kolorektal adalah jenis kanker yang mengenai kolon dari caecum sampai
ke rectum dan anus yang sering disebabkan oleh adanya polip pada kelenjar usus
sebagai prakanker. (Handaya, 2017).
Kanker kolon adalah suatu kanker yang berada di kolon. Penyakit ini termasuk
penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai
tingkat yang lebih parah. Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah
kanker kolon. (Padila, 2015 ).
Kanker kolon didominasi oleh orang yang berumur 40 tahun keatas dan
puncaknya umur 60-75 tahun. Kanker usus besar (kanker Kolon) lebih sering
terjadi pada wanita. Sekitar 5% penderita kanker kolon memiliki lebih dari satu
kanker kolon dan rektum pada saat yang bersamaan.. Kanker Kolon dan rektum
didominasi oleh adenokarsinoma (95%) dengan penderita kanker kolon berjumlah
lebih dari dua kali lipat dari jumlah penderita kanker rektum. (Sastrosudarmo,
2012)
Kanker kolon dapat muncul sebagai polip jinak tetapi dapat meluas menjadi,
menginvasi dan menghancurkan jaringan normal, dan meluas ke struktur
sekitarnya. Sel-sel kanker dapat bermigrasi dari tumor primer dan menyebar ke
organ lain di dalam sebuah tubuh (sebagian besar hati, peritoneum, dan paru.)
Insidensi meningkat seiring dengan pertambahan usia (insidensi paling tinggi
terjadi pada individu berusia lebih dari 85 tahun) dan lebih tinggi lagi pada
individu yang memiliki riwayat penyakit radang usus atau polip. Jika penyakit
dideteksi dan diterapi pada stadium dini sebelum menyebar, angka kesintasan
(survival rate) 5 tahun adalah 90% namun, hanya 39% kanker kolon yang
dideteksi di stadium dini. Angka keberlangsungan hidup setelah diagnosis akhir
sangat rendah. (Brunner & Suddrath, 2013).
Penyebab dari pada kanker Kolon tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu
peredaran pada usus besar yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk pencegahan
yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society, The National Cancer Institut,
dan organisasi kanker lainnya. Faktor resiko telah teridentifikasi untuk kanker
kolon. Makanan – makanan yang pasti di curigai mengandung zat-zat kimia yang
menyebabkan kanker pada usus besar. Makanan tersebut juga mengurangi waktu
peredaran pada perut, yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya
kanker. Makanan yang tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging merah,
menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker
di dalam usus besar. Selain makanan faktor resiko yang menjadi penyebab kanker
kolon adalah usia, faktor genetik, gaya hidup, dan lainnya. (Pajong 2019).
Mula-mula gejalanya tidak jelas, seperti berat badan menurun (sebagai gejala
umum keganasan) dari kelelahan yang tidak jelas sebabnya. Setelah berlangsung
beberapa waktu barulah muncul gejala-gejala yang berhubungan dengan
keberadaan tumor dalam ukuran yang bermakna di kolon. Makin dekat lokasi
tumor dengan anus, biasanya gejalanya makin banyak. (Abdul Ghofar, 2015 ).
Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu: Pertumbuhan tumor dapat
menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap, Metastase ke organ sekitar,
melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung, pertumbuhan dan ulserasi
dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi,
perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses, Peritonitis
dan atau sepsis dapat menimbulkan syok dan Pembentukan abses. (Pajong, 2019).
Prevalensi kanker kolon dalam periode 3 tahun terakhir adalah 27,1% per 100.000
jiwa atau sebanyak 2.112.386 jiwa. Kanker kolon menempati posisi keempat
dengan 1.2 juta kasus dan sebanyak 5.76.858 orang meninggal dunia akibat
kanker kolon pada tahun 2020. Dan pada usia < 40 tahun sebanyak 26.915 kasus
dan > 40 tahun sebanyak 1.121.600 kasus pada tahun 2020 (WHO,2021).
Di Amerika Serikat kanker kolon dan rektal pada tahun 2020 ditemukan sebanyak
149.500 orang dan menyebabkan kematian sekitar 52.980 orang. Kanker kolon
dan rektal di dominasi oleh pria sebanyak 79,520 dan wanita sebanyak 69,980
orang. Walaupun tingkat kematian secara keseluruhan terus menurun, kematian
akibat kanker kolorektal pada usia < 55 tahun telah meningkat 1% per tahun dari
2008 hingga 2017. (American Cancer Society, 2021).
Peningkatan prevalensi kanker di Indonesia dari 1,4 persen per 1.000 penduduk
pada 2013 menjadi 1,8 persen per 1.000 penduduk pada 2018. Kasus kanker colon
di Indonesia pada perempuan adalah terbanyak ketiga setelah kanker payudara
dan kanker serviks. Sedangkan pada laki-laki, ia menempati urutan kedua setelah
kanker paru, diikuti yang ketiga kanker prostat . Pada tingkat Sumatera Barat
terdapat peningkatan kasus kanker kolon pada tahun 2015 sekitar 5,1% Pada
tahun 2016 tercatat 5,8% kasus kanker kolon.(Riskesdas, 2018).
Di RSUP Dr. M. Djamil Padang sendiri tercatat pasien kanker kolon pada tahun
2018 sebanyak 59 orang. Pada tahun 2019 mengalami peningkatan dengan jumlah
kasus sebanyak 74 orang dan mengalami penurunan menjadi 46 kasus pada tahun
2020 dikarenakan adanya pandemi Covid- 19 .
Penatalaksanaan kanker kolon saat ini yang paling efektif adalah operasi. Terapi
lain yang digunakan untuk pengobatan kanker kolon dan rektum efektifitasnya
masih kurang baik. Tindakan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan reseksi
secara radikal harus diupayakan dengan tindakan reseksi paliatif. Tindakan
operasi reseksi pada kanker kolon dan rektum yang disertai dengan prosedur
tindakan Laparatomi dan Kolostomi.
Dampak yang dirasakan pasien dengan laparatomi dan kolostomi yaitu sulit
dalam memilih makanan, jika makan makanan yang pedas, asam, minum susu
pasien akan mengalami diare. Kemudian keterbatasan dalam melakukan aktivitas,
istirahat dan tidur, mengalami keluhan dalam buang air kecil, kesulitan dalam
merawat luka dan mengganti kantong, takut hubungan badan. Pasien dengan
stoma menghadapi beberapa stres khusus, yakni kemungkinan terisolasi, harga
diri yang rendah, gangguan citra tubuh, dan memiliki rasa tidak kompeten
(Rangki, 2017).
Pada pasien dengan kanker kolon post laparatomi dan kolostomi asuhan
keperawatan dimulai dengan pengkajian, pada pengkajian biasanya keluhan
utama yang dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri akut karena dilakukan operasi
dan nafsu makan yang menurun dan penurunan berat badan serta tidak percaya
diri dengan bentuk dan fungsi tubuh yang sekarang. Pada pengkajian riwayat
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri 1-3 ringan, 4-6
sedang, 7-9, 10 sangat berat. Dapat dilakukan tindakan berupa teknik nafas dalam,
distraksi dengan menonton, mendengarkan musik, melakukan kegiatan lain yang
dapat mengalihkan rasa nyeri, untuk nyeri hebat dapat diberikan analgesik sesuai
dengan anjuran dari dokter. Sedangkan intervensi untuk resiko infeksi dilakukan
mencuci tangan dengan benar, menjaga kebersihan luka post colostomy. Untuk
defisit nutrisi dapat berkolaborasi dengan ahli gizi untuk makanan yang baik
untuk pasien kanker kolon post colostomy, dan melakukan promosi citra tubuh.
(Bulecheck, Howard & Joanne, 2013).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merawat klien dengan laparatomi dan
kolostomi ialah terkait perubahan pada eliminasi BAB klien, meliputi perubahan
konsistensi serta frekuensi BAB klien. Klien akan merasakan adanya perubahan
tersebut, dan disinilah fungsi perawat sebagai edukator untuk menjelaskan
perubahan-perubahan tersebut agar klien dapat menerima dengan baik. Edukasi
yang diberikan tidak hanya berupa cara perawatan kolostomi, namun juga
meliputi apa yang harus dilakukan klien terkait dietnya agar pengeluaran fesesnya
tidak mengganggu kegiatannya. Selain sebagai edukator, fungsi care giver juga
dapat dijalankan terkait mengembalikan pola eliminasi BAB klien seperti sedia
kala, salah satunya dengan irigasi kolostomi. Irigasi kolostomi merupakan sebuah
tindakan dimana sejumlah cairan dimasukkan melalui stoma untuk mengosongkan
usus besar. Irigasi dapat mengosongkan kolon dari gas, mukus, dan feses sehingga
klien dapat beraktivitas dengan nyaman sesudahnya (Smeltzer & Bare, 2002).
Berdasarkan hasil survey yang didapatkan pada tanggal 18 Mei 2021 di RSUP. Dr.
M. Djamil Padang, didapatkan 1 orang pasien dengan Kanker Kolon di Bedah
Pria.. Pasien tersebut berumur 67 tahun. Kesadaran pasien compos mentis. Pasien
mengtakan nyeri pada bagian abdomen dan skala nyeri 3 dengan durasi sekitar 3-5
menit. Pasien juga mengeluh nafsu makan menurun dan terdapat luka bekas
operasi laparatomy sekitar 12 cm dan tampak kemerahan.
Pasien harus memahami bagaimana cara pencegahan infeksi, maka peran perawat
disini untuk mengajarkan pada pasien dan bagaimana cara mencuci tangan dengan
benar, dan mengajarkan bagaimana memeriksa luka, luka disekitar kulit tidak ada
memerah, bersih, tidak ada pus, tanpa ada iritasi (Black & Hawks, 2014).
Berdasarkan uraian latar belakang dan fenomena diatas, peneliti telah melakukan
Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Kanker Kolon Pre dan Post Laparatomi
di ruangan Irna Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2021.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini “Bagaimana Penerapan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien dengan Kanker Kolon Pre dan Post Laparatomi
RSUP. Dr. M. Djamil Padang tahun 2021”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan Kanker
Kolon Pre dan Post Laparatomi di Ruangan Irna Bedah RSUP. Dr. M.
Djamil Padang 2021
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien dengan dengan
Kanker Kolon Pre dan Post Laparatomi Di IRNA Bedah RSUP. Dr. M.
Djamil Padang 2021
b. Mampu mendeskripsikan Rumusan Diagnosa Keperawatan pada pasien
dengan Kanker Kolon Pre dan Post Laparatomi Di Bangsal Bedah
RSUP. Dr. M. Djamil Padang 2021
c. Mampu mendeskripsikan Rencana Keperawatan pada pasien dengan
Kanker Kolon Pre dan Post Laparatomi Di Bangsal Bedah RSUP. Dr.
M. Djamil Padang 2021
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Kegiatan penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah
pengetahuan dan wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Kanker Kolon Pre dan Post Laparatomi.
Kanker kolon merupakan salah satu jenis kanker yang terjadi pada jaringan
usus besar (Ariani, 2015). Kanker kolon biasanya dimulai pembengkakan
seperti kancing pada permukaan lapisan usus atau pada polip. Penyebaran
secara lokal bermula dari dinding usus, kemudian kanker mengelilingi
sirkumferensia dinding usus. Proses ini memerlukan waktu dua tahun,
setelah menginvasi tunika muskularis akan timbul penyebaran secara
hematogen. Kanker dapat menginvasi seluruh dinding usus dan organ
sekitar seperti kandung kemih, prostat, uterus, hati, lambung dan pankreas.
Penyebaran secara limfogen terjadi melalui jaringan limfatik submukosa
menembus dinding usus menuju ke kelenjar limfe parakolon yang
selanjutnya ke kelenjar limfe media dan pada akhirnya menuju ke kelenjar
limfe sentral (Desen,2011).
9
Poltekkes Kemenkes Padang
10
3. Etiologi
Seseorang dengan riwayat keluarga menderita kanker kolon, memiliki
resiko tinggi mengidap kanker. Riwayat poliposis keturunan atau penyakit
yagn serupa juga meningkatkan resiko kanker kolon. Penderita kolitis
ulserative atau penyakit crohn memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita
kanker. Resikonya berhubungan dengan usia penderita pada saat kelainan
ini timbul dan lamanya penderita mengalami kelainan ini.
Penyebab kanker kolon hingga kin belum diketahui pasti. Namun ada
beberapa faktor risiko yang meningkatkan terjadinya kanker dan tidak
dapat diubah diantaranya :
a. Usia
4. Klasifikasi
Menurut Ariani (2016) kanker kolon dapat dibagi menjadi 4 tipe, yaitu :
a. Tipe nodular
Bentuk nodular berupa suatu massa yang keras dan menonjol kedalam
lumen, dengan permukaan noduler. Biasanya tidak bertangkai dan
meluas ke dinding kolon. Sering juga terjadi ulserasi, dengan dasar
ulkus yang nekrotik dengan tepi yang meninggi, mengalami indurasi
dan noduler. Di daerah sekum, bentuk tumor ini kemungkinan tumbuh
menjadi suat massa yang besar, tumbuh menjadi fungoid atau tipe
ensefaloid. Permukaan ulkus akan mengeluarkan pus dan darah.
b. Tipe koloid
Tipe koloid ini tumbuhnya mengalami degenerasi mukoid
c. Skirous (Schirrous)
Pada tipe ini reaksi fibrous sangat banyak sehingga terjadi pertumbuhan
yang keras serta melingkari dinding kolon sehingga terjadi konstriksi
kolon untuk membentuk napkin ring.
d. Papilary atau polipoid
5. Patofisiologi
Sebagian besar kanker Kolon dimulai dari pertumbuhan polip pada lapisan
dalam usus besar atau rektum. Beberapa jenis polip dapat berubah menjadi
kanker dalam beberapa tahun, namun tidak semua polip menjadi kanker.
Dua jenis polip adalah :
a. Polip adenomatosa (adenoma) : polip ini kadang berubah menjadi
kanker. Oleh karena itu adenoma disebut kondisi pra-kanker.
b. Polip hiperplastik dan polip peradangan : polip ini lebih sering terjadi,
namun secara umum tidak bersifat pra-kanker.
Menurut Black & Hawks (2014) ada banyak penyebab terjadinya kanker
kolon dan rektal biasanya disebabkan oleh factor genetik, riwayat penyakit
usus inflamasi, colitis ulcerative atau penyakit chhron, merokok, diet
tinggi lemak, protein, danging, serta rendah serat. Lebih dari 95% kanker
kolon dan rektal berawal dari polip adenoma. Tipe-tipe adenoma adalah
tubular, tubilovilius, dan vilus. Polip ini tumbuh dengan lambat, dan
sebagian besar butuh waktu 5-10 tahun atau lebih untuk menjadi ganas.
Ketika polip menjadi ganas, polip membesar di dalam lumen dan mulai
menginvasi dinding usus. Tumor pada usus kanan cenderung menjadi tebal
dan besar, serta menyebabkan nekrosis dan ulkus, tumor pada usus kiri
bermula sebagai masa kecil seperti kancing yang menyebabkan ulkus pada
suplai darah.
Secara umum, tumor pada usus halus dan kolon kanan cenderung lebih
menyebabkan nyeri abdomen, kram, mual, dan muntah. Oleh karena usus
besar berdistensi. Pada lokasi ini, lesi sering kali mengalami ulserasi,
sehingga terjadi anemia, serta feses yang bewarna gelap dan coklat
kemerahan pendarahan rectal, perubahan pola defekasi, nyeri abdomen,
penurunan berat badan, anemia, dan anoreksia, penurunan berat
badan,;emas, dan massa teraba pada kuadran kanan bawah mungkin
muncul pada saat diagnosis. Lesi kolon asenden dan tranvesum sering
bermanifestasi sebagai obstruksi progresif.
total atau parsial. Tindakan yang akan dilakukan adalah dengan melakukan
tindakan pembedahan.
Pembedahan yang akan dilakukan pada pasien kanker Colon yaitu dengan
pembuatan kolostomi, prosedur ini melibatkan pembuatan saluran antara
kolon dan dinding perut, dimana feses dapat lewat. Kolostomi dapat
dilakukan dapat dilakukan di kolon asendens, transversal, desendens atau
sigmoid dan dapat bersifat permanen atau sementara. (Black & Hawks
(2014)).
6. Gejala Klinis
Karsinoma kolon sebagian besar menghasilkan adenomotus polip.
Biasanya tumor ini tumbuh tidak terdeksi sampai gejala-gejala muncul
secara perlahan dan tampak membahayakan. Meskipun begitu ada
beberapa tanda yng dapat menjadi peringatan , seperti :
a. perubahan buang air besar, termasuk sembelit atau sering diare ,
perasaaan tidak mampu untuk mengosongkan usus sepenuhnya atau
perdarahan rektum.
b. BAB berdara, dengan bentuk kecil, meringkil dan kecil, panjang (biasa
disebut “BAB pensil”).
c. Kembung dan ketidaknyamanan perut.
d. Kelelahan/lemah, kehilangan nafsu makan atau penurunan berat badan.
e. Nyeri panggul yang terjadi pada tahap akhir dari penyakit. (Handaya,
2019).
Menurut Brunner & Suddarth (2016), Manifestasi Klinis dari Kanker kolon
dan rektal adalah:
a. Perubahan kebiasaan defekasi merupakan manifestasi gejala yang
paling sering terjadi, keduanya darah di dalam atau pada feses (gejala
kedua yang paling sering dijumpai). Letak tumor juga berpengaruh
terhadap bentuk feses yang dikeluarkan, makin menipis atau seperti
kotoran kambing atau lebih cair disertai lendir ataudarah.
7. WOC
Polimerasi karsinogen membuat DNA baru Lemak dalam kolon dipecahkaan oleh bakteri
Penggabungan DNA induk dan asing Ko- karsinogen dalam proses karsinogenesis
Mitosis dipercepat
Transformasi kanker
Persepsi nyeri
MK : Gangguan
MK : Nyeri Akut
pola tidur
Feses menjadi keras Kadar hb dan ht Kehilangan nafsu Kurang terpapar informasi
menurun makan tentang pengobatan
Kesukaran defekasi
Anemia Mk : Defisit nutrisi
MK : Defisit pengetahuan
Distensi abdomen
MK : Defisit nutrisi
21
8. Dampak Masalah
Menurut Padila (2012) Dampak terjadi berhubungan dengan bertambahnya
pertumbuhan pada lokasi kanker atau melalui penyebaran metastase yang
termasuk:
a. Perforasi usus besar yang disebabkan peritonitis
b.Pembentukan abses akibat perforasi dinding usus oleh tunor yang
diikuti kontaminasi dari rongga peritoneal oleh isi kolon
c. Metastase keorgan lain yang berdekatan. Terjadinya fistel pada
kantong kemih
Perubahan yang terjadi pada citra tubuh dan gaya hidup sering sangat
menganggu, dan pasien memerlukan dukungan empatis dalam mencoba
menyesuaikannya. Karena stoma ditempatkan di abdomen, pasien dapat
berpikir bahwa setiap orang akan melihat ostomi (Black & Hawks, 2014).
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan skrining untuk menegakkan diagnosis kanker usus besar,
meliputi pemeriksaan darah samar pada feses (Fecal occult Blood
Test/FOBT), High sensitivity guaiac based, Immunochemical Stool, tes
DNA) yang dilakukan rutin setiap tahun.
a. Double-contrast barium enema, adalah pemeriksaan radiologi dengan
sinar rontgen pada kolon dan rektum. Penderita diberikan enema
dengan larutan barium dan udara yang dipompakan ke dalam rektum
Kemudian difoto. Dan dilihat seluruh lapisan dinding dapat dilihat
apakah normal atau ada kelainan.
b. Digital Rectal Examination (DRE) atau colok dubur adalah tes untuk
pria dan wanita. Ini memungkinkan dokter untuk memeriksa rektum
bawah, panggul, dan perut bagian bawah untuk mengetahui adanya
kanker dan masalah medis lainnya, termasuk:Darah di tinja atau
benjolan abnormal di anus atau rektum.
c. Fecal Occult Blood Test (FOBT), kanker maupun polip dapat
menyebabkan pendarahan dan tes FOB dapat mendeteksi adanya darah
pada tinja. Bila tes ini mendeteksi adanya darah, harus dicari dari mana
sumber darah tersebut, apakah dari rektum, kolon atau bagian usus
lainnya dengan pemeriksaan yang lain. Nilai atau temuan normal 2-2,5
ml/hari.
d. Sigmoidoscopy, adalah suatu pemeriksaan dengan suatu alat berupa
kabel seperti kabel kopling yang diujungnya ada alat petunjuk yang
ada 17 cahaya dan bisa diteropong. Alat ini dimasukkan melalui
lubang dubur kedalam rektum sampai kolon sigmoid, sehingga dinding
dalam rektum dan kolon sigmoid dapat dilihat. Bila ditemukan adanya
polip, dapat sekalian diangkat. Bila ada masa tumor yang dicurigai
kanker, dilakukan biopsi, kemudian diperiksakan ke bagian patologi
anatomi untuk menentukan ganas tidaknya dan jenis keganasannya.
Untuk pemeriksaan dilakukan setiap 5 tahun.
e. Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk
tujuan iagnostic, identifikasi iagnostic, dan evaluasi respons pada
pengobatan.
f. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk iagnostic banding dan
menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum
tulang, kulit, organ dan sebagainya.
g. Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit: Dapat
menunjukkan anemia, perubahan pada sel darah merah dan sel darah
putih: trombosit meningkat atau berkurang.
b. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi
misalnya sinar X, atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah
yang ditumbuhi tumor, merusak genetic sehingga membunuh kanker.
Terapi radiasi merusak sel-sel yang pembelahan dirinya cepat, antara
alin sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung & usus, sel darah.
Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan
kehilangan nafsu makan.
c. Kemotherapy
Chemotherapy memakai obat anti kanker yang kuat , dapat masuk ke
dalam sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah
menyebar. Obat chemotherapy ini ada kira–kira 50 jenis. Biasanya di
injeksi atau dimakan, pada umumnya lebih dari satu macam obat,
karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus (FKUI,
2001 : 211)
e. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2. Meningkatkan kenyamanan.
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4. Mencegah komplikasi.
f. Penatalaksanaan Diet
1) Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur – sayuran dan buah –
buahan Serat dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar
sehingga berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak
berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama mengendap di
usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker.
2) Kacang – kacangan (lima porsi setiap hari)
3) Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan
kolesterol tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan.
4) Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena
hal tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
5) Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
6) Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.
pula kalau klien ada tindakan kolostomi maka klien akan sangat
merasakan tidak nyaman karena bisa jadi akibat anusnya di tutup
maka klien BAB dan flatus di bagian abdomen. Klien juga tidak
bisa bergerak banyak dan susah untuk tidur, tubuh klien biasanya
terasa lemas dan letih, dan nafsu makan akan menurun.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pernah menderita polip kolon, radang kronik kolon dan
kolotis ulseratif yang tidak teratasi, ada infeksi dan obstruksi pada
usus besar, dan diet dan konsumsi diet tidak baik, tinggi protein,
tinggi lemak, tinggi serat.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya keluarga klien adanya riwayat kanker, diindetifikasi
kanker yang menyerang tubuh atau kanker colon adalah turunan
yang sifatnya dominan.
c. Pola Nutrisi
Bagaimana kebiasaan makan, minum sehari – hari, jenis makanan apa
saja yang sering di konsumsi, makanan yang paling disukai, frekuensi
makanannya. Biasanya pasien yang ditemukan suka mengosumsi
makanan tinggi lemak, dan rendah serat.
d. Pola Eliminasi
Perubahan kebiasaan buang air besar, biasanya pasien dengan kanker
Kolon mengeluh konstipasi, diare, feses bercampur dengan darah. Bentuk
feses padat pada saat setelah operasi bab encer dan cair.
e. Pola Latihan atau Aktifitas
Kegiatan sehari – hari, olahraga yang sering dilakukan, aktivitas diluar
kegiatan olahraga.
f. Pola Konsep Diri-Persepsi Diri
Pandangan terhadap image diri pribadi, kecintaan terhadap keluarga,
kebersamaan dengan keluarga
g. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala-leher
2. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
a. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor (D.0078)
b. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas gastrointestinal
(D.0149)
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan,
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien. (D.0019).
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelmahan (D.0056)
e. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (D.0080)
f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
(D.0111)
Post Operasi
a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077).
b. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis, ketidakadekuatan
pertahanan tubuh primer, ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder.
(D.0142)
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien. (D.0019).
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek tindakan/pengobatan
(pembedahan), perubahan struktur/bentuk tubuh, perubahan fungsi
tubuh. (D.0083)
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. (D.0056)
f. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan
status nutrisi, faktor mekanik (pembedahan). (D.0129).
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
(D.0055)
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Luaran Intervensi
Keperawatan Keperawatan
1. Pre Operatif Tingkat nyeri Manajemen nyeri : (201)
menurun : (145) Observasi :
Nyeri kronis berhubungan 1. kemampuan 1. Identifikasi lokasi,
dengan infiltrasi tumor menuntaskan karakteristik durasi,
aktivitas frekuensi, kualitas,
meningkat intensitas nyeri
2. keluhan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
menurun 3. Identifikasi respons
3. meringis menurun nyeri non verbal
4. sikap protektif 4. Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan
5. gelisah menurun memperingankan nyeri
6. kesulitan tidur
menurun Terapeutik :
7. anoreksia 1. Berikan teknik non
menurun farmakologis untuk
8. frekuensi nadi mengurangi rasa nyeri
membaik 2. Kontrol lingkungan yang
9. pola napas memperberat dan
membaik memperingan rasa nyeri
10. nafsu makan 3. Fasilitasi istirahat dan
membaik tidur
pola tidur membaik 4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
meredakan nyeri
Kolaborasi :
kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
obat suppositoria anal,
jika perlu
Kolaborasi :
1. kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Risiko infeksi Tingkat infeksi Pencegahan infeksi :
berhubungan dengan menurun : Observasi :
penyakit kronis, 1. Demam menurun 1. Monitor tanda dan gejala
ketidakadekuatan 2. Kemerahan infeksi lokal atau
pertahanan tubuh primer , menurun sistemik
ketidakadekuatan 3. Nyeri menurun
pertahanan tubuh 4. Bengkak Terapeutik :
sekunder menurun 1. Batasi jumlah
Faktor resiko : 5. Kadar sel darah pengunjung
a. Penyakit kronis putih membaik 2. Berikan perawatan pada
Edukasi :
1. Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit
2. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari
makanan/minuman
yang menggangu tidur
4. Ajarkan faktor-faktor
yang berkontribusi
terhadap gangguan pola
tidur.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan
keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien
mencapai tujuan apa yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus
dimiliki oleh perawat pada tahap implemeentasi adalah kemampuan
komunikasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling
percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor,
kemampuan melakukan observasi sistematis, kemampuan memberikan
pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi.
(Asmadi, 2008).
yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dari dokter atau tenaga
kesehatan lainnya. Lingkup keperawatan independen antara lain, mengkaji
klien atau keluarga melalui riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik
untuk mengetahui status kesehatan klien, merumuskan diagnosis
keperawatan sesuai respons klien yang memerlukan intervensi
keperawatan ,mengidentifikasi tindakan keperawatan untuk
mempertahankan atau memulihkan kesehatan klien, mengevaluasi respons
klienterhadap tindakan keperawatan dan medis. (Asmadi, 2008).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang
teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Evaluasi dilakukan secara bersinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya
tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari proses keperawatan. Jika
sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari
pengkajian ulang (reassessment). Secara umum, evaluasi ditujukan untuk
melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan, menentukan
apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, dan mengkaji
penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai.
Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil
tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah
perawat mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan guna menilai
keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan
evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah
SOAP, yakni Subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data hasil
pemeriksaan), analisis data ( pembandingan data dengan teori), dan
perencanaan.
Evaluasi akhir yang diharapkan pada pasien dengan kanker kolon yaitu
mengkonsumsi diet sehat dan mempertahankan keseimbangan cairan,
mengalami penurunan ansietas, mempertahankan insisi, stoma dan luka
tetap bersih, mengungkapkan perasaan dan kekhawatiran mengenai diri
sendiri dan pulih tanpa mengalami komplikasi. (Brunnner & Suddarth,
2013).
A. Desain Penelitian
penelitian ini adalah deskriptif, dalam bentuk studi kasus. Penelitian deskriptif
adalah Penelitian yang berusaha untuk menggambarkan fenomena yang terjadi
secara nyata, realistik, aktual, nyata dan pada saat ini, karena penelitian ini
untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki ( Rujakat, 2018).
B. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah di lakukan di ruangan IRNA Bedah RSUP Dr. M Djamil
Padang. Waktu penelitian dimulai dari bulan Desember 2020 sampai Juni 2021.
pengambilan data pada tanggal 19- 24 Mei 2021.
2. Sampel
Sampel adalah sebuah gugus atau jumlah tertentu anggota himpunan yang
dipilih dengan cara tertentu agar mewakili populasi. Cara pengambilan
sampel (sampling) merupakan cara pengambilan sejumlah sampel agar
dapat mewakili jumlah dan karakterisitik populasinya (Supardi dkk,2013).
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah pemeriksaan fisik yang terdiri
dari Stetoskop, Sphygmomanometer, Termometer dan Penlight.
E. Jenis-Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti
secara langsung dari sumber datanya (Siyoto, 2015). data primer dalam
penelitian ini dikumpulkan langsung dari pasien seperti pengkajian pada
pasien dan keluarga, meliputi indentas pasien dan keluarga pasien serta
pemeriksaan fisik pada pasien.
Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan langsung dari pasien seperti
pengkajian pada pasien dan keluarga, meliputi : identitas pasien dan
keluarga serta pemeriksaan fisik terhadap pasien.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari
berbagai sumber yang telah ada (penelii sebagai tangan kedua). Data
sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro pusat statistik,
buku, laporan,jurnal dan lain-lain (Siyoto, 2015)
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari rekam medis dan
Ruangan Bedah Pria RSUP Dr. M Djamil Padang. Data sekunder adalah
berupa bukti, data penunjang, catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip yang tidak dipublikasikan.
2. Pengukuran
Pengukuran adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan mengukur
objek yang akan di teliti dnegan alat ukur tertentu, misalnya berat badan
dengan mengguanakan timbangan berat badan, tekanan darah dengan
tensimeter dan stetoskop dan sebaginya ( Supardi dkk,2013).
3. Wawancara
Wawancara adalah cara pengumpulan data dalam penelitian dengan
menggunakan pertanyaan yang akan diajukan langsung kepada responden
secara lisan lalu responden menjawabnya. Wawancara bisa dilakukan
secara tatap muka antara peneliti dengan responden ataupun cara lain nya
misalnya melalui telepon (Supardi dkk,2013).
4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data untuk
memperoleh informasi melalui fakta yang tersimpan dalam bentuk data
sekunder, misalnya rekam medis pasien, laporan bulanan, laporan tahunan,
catatan pasien dan lain sebagainya (Supardi dkk,2013).
Bab ini akan menguraikan asuhan keperawatan beserta analisis pada pasien
Kanker Kolon sebagai kasus kelolaan. Pengambilan kasus dilakukan tanggal
di 19-24 Mei 2021 Ruang IRNA Bedah Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang.
A. HASIL PENELITIAN
PRE OPERASI
1. Pengkajian
Kebiasaan makan dirumah pasien makan 3x sehari nasi dan lauk pauk,
jarang memakan sayur dan buah-buahan dan kurang minum air putih.
Pasien suka memakan makanan yang mengandung micin dan MSG
seperti makan mie instan. IMT pasien 20,5 kg/B . Penatalaksanaan yang
diberikan untuk kebutuhan nutrisi adalah diet MC (makanan cair berupa
susu dan jus buah), selama dirumah sakit pasien menghabiskan ± 3-4
botol aqua ukuran sedang dalam sehari / 1.800-2.400 ml.
Sedangkan untuk pola eliminasi saat sebelum operasi BAB nya 1x sehari
warna agak hitam kekuningan dan konsistensi lunak dan bau khas. BAK
tidak ada masalah, klien BAK 5-7 x dalam sehari dengan konsistensi cair,
warna bening kekuningan, bau khas. Setelah operasi pasien mengatakan
BAB 1x sehari pasien memakai pampers, karakter feses hitam
kekuningan, pasien mengatakan konsistensi kadang cair kadang lunak.
BAK tidak ada masalah,pasien menggunakan kateter dengan konsistensi
cair, warna hitam kekuningan, bau khas.
Pasien mengatakan saat sebelum operasi tidak dapat tidur karena cemas,
dan hanya tidur 6-8 jam dan pasien tidur siang selama 30 menit- 2 jam.
Pada saat setelah operasi pasien mengatakan tidur ± 4-6 jam/hari, pasien
mengatakan tidurnya terganggu karena nyeri dan disekitarnya terlalu
berisik, pasien juga mengatakan sering terbangun pada saat malam hari.
Untuk pola aktivitas pasien mengatakan badannya terasa lemas, cepat
lelah apabila dibawa beraktivitas walaupun pasien hanya terbaring
ditempat tidur dan segala aktivitas dibantu oleh keluarga.
Berikut hasil program dan rencana pengobatan Tn.B pada tanggal 19-21
Mei 2021 terdiri dari kalnex 3x sehari, vit k 3x sehari, Metronidazole 3x
sehari, dan eritromisin 3x sehari.
INR 1.03 detik, PT control 11.1 detik, APTT 27.1 detik dan APTT
control 27.4 detik. Kesimpulannya pasien mengalami monositosis.
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan analisis data pada tanggal pengkajian 19 mei 2021
ditemukan masalah keperawatan pada pasien ansietas berhubungan
dengan krisis situasional. Data subjektif maupun objektif yang
menunjang masalah keperawatan ini adalah pasien mengatakan cemas
dan khawatir pada penyakitnya karena akan dilakukan operasi laparatomi
pasien mengatakan bingung dan merasa tidak berdaya. Selanjutnya
ditemukan masalah keperawatan yaitu nyeri kronis berhubungan dengan
infiltrasi tumor. Daya subjektif dan objektif yang menunjang masalah
keperawatan ini adalah pasien mengeluh nyeri pada abdomen skala nyeri
3 dan nyeri hilang timbul seperti ditusuk-tusuk. Pasien juga
mengeluhkan nafsu makan berkurang dan hanya menghabiskan 3/4 porsi
makan.
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan yang akan dilakukan pada pasien masalah
keperawatan ansietas adalah reduksi ansietas dengan lakukan identifikasi
saat tingkat ansietas berubah, identifikasi kemampuan mengambil
keputusan, monitor tanda-tanda ansietas, ciptakan suasana terapeutik
untuk menumbuhkan kepercayaan, temani pasien untuk mengurangi
kecemasan, pahami situasi yang membuat ansietas, dengarkan dengan
penuh perhatian, gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan,
tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan, anjurkan
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang telah dilakukan pada pasien mulai dari tanggal 19
Mei 2021 sampai dengan tanggal 21 Mei 2021 pada masalah ansietas
berhubungan dengan krisis situasional adalah mengidentifikasi saat
tingkat ansietas berubah, mencek tanda-tanda ansietas (bingung, khawatir,
sulit berkonsentrasi, gelisah, tegang, sulit tidur, peningkatan napas, nadi
dan tekanan darah, pucat, tremor). Menciptakan suasana terapeutik untuk
5. Hasil Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5 hari dan dievaluasi serta
dilakukan modifikasi pada Tn.B, maka didapatkan hasil evaluasi pada
masalah Ansietas berhubungan dengan krisis situasional yaitu pasien
mengatakan cemasnya sudah jauh berkurang dari awal masuk, pasien
sudah bisa mengontrol rasa cemasnya dengan latihan teknik relaksasi dan
pengalihan untuk mengurangi ketegangan dengan mendengarkan lagu
dan film atau lainnya. Masalah ansietas sudah teratasi intervensi
dihentikan.
Pada masalah risiko defisit nutrisi ditandai dengan infiltrasi tumor yaitu
pasien mengatakan porsi makan yang dihabiskan sudah lebih meningkat
dibanding awal masuk rumah sakit. Yang sebelumnya hanya
menghabiskan 1/2 porsi sekarang 3/4 porsi makan.
POST OPERASI
1. Pengkajian
Pada tanggal 22 Mei 2021 dilakukan pengkajian ulang pada pukul 10.00
WIB di ruang bedah pria, pasien mengeluh nyeri pada bagian abdomen
tempat luka operasinya, skala nyeri 6 , nyeri hilang timbul dan seperti
ditusuk-tusuk, durasi nyeri 5 menit, nyeri terasa lebih berat saat
Pada saat setelah operasi pasien mengatakan tidur ± 4-6 jam/hari, pasien
mengatakan tidurnya terganggu karena nyeri dan disekitarnya terlalu
berisik, pasien juga mengatakan sering terbangun pada saat malam hari.
Untuk pola aktivitas pasien mengatakan badannya terasa lemas, cepat
lelah apabila dibawa beraktivitas walaupun pasien hanya terbaring
ditempat tidur dan segala aktivitas dibantu oleh keluargadan perawat.
Berikut hasil program dan rencana pengobatan Tn.B pada tanggal 22-24
Mei 2021 terdiri dari ceftriaxone 2x 1 g sehari, Ranitidine 2x 50 mg
sehari, ketorolac 3x 30 mg sehari kalnex 3x 500 mg sehari, vit k 3x 10
mg sehari.
2. Diagnosa keperawatan
Dan pada tanggal 22 Mei 2021 ditemukan masalah keperawatan pada
pasien nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik. Data
subjektif maupun objektif yang menunjang masalah keperawatan ini
diangkat adalah pasien mengatakan nyeri hilang timbul pada daerah
laparatomi, pasien merasakan nyeri dengan skala 6 durasi 3-5 menit,
nyeri terasa lebih berat apabila dibawa bergerak dan batuk, nyeri seperti
ditusuk-tusuk, pasien tampak,meringis tampak luka insisi post operasi
dibagian abdomen.
3. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan yang akan dilakukan pada pasien post operasi
masalah keperawatannya nyeri akut adalah manajemen nyeri dengan
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekunsi, kualitas, dan factor presipitasi, observasi
reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan, kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan,
kurangi factor presipitasi nyeri, pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi, interpersonal), ajarkan teknik non
farmakologi, berikan analgetik untuk mengurangi nyeri, evaluasi tingkat
keefektifan control nyeri, tingkatkan istirahat, monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri.
edema, cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien, pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi,
jelaskan tanda dan gejala infeksi, ajarkan cara mencuci tangan dengan
benr, ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau operasi, anjurkan
meningkatkan asupan nutrisi, ,anjurkan meningkatkan asupan cairan.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi yang telah dilakukan pada tanggal 22-24 Mei 2021 pada
masalah Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik adalah cek
riwayat alergi (ceftriaxone), menentukan jumlah analgesik yang
digunakan, mencek tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan
dan suhu), mencek pemberian analgesic selama 24 jam, terapi
pengobatan Nacl 0,9%, ceftriaxone 2x 1 mg sehari, ranitidine 2x 50 mg
sehari, ketorolac 3x 30 mg sehari, kalnex 3x 500 mg sehari, vit k 3x 10
mg sehari.
5. Evaluasi
Pada masalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik yaitu
pasien mengatakan nyeri sudah jauh berkurang dari awal masuk rumah
sakit, pasien mampu untuk mengontrol nyeri dengan cara teknik nafas
dalam, pasien mampu mengenali nyeri (skala nyeri : 2, durasi : 2-3 menit,
nyeri kadang terasa saat dibawa bergerak, masalah nyeri akut teratasi
dimana kenyamanan fisik, control nyeri, dan level nyeri sudah teratasi
dan intervensi pada masalah nyei akut dihentikan.
lagi untuk memulai tidur dan keluhan tidak cukup istirahat telah teratasi
dan intervensi pada masalah gangguan pola tidur dihentikan.
B. PEMBAHASAN KASUS
1. Pengkajian
PRE OPERASI
a. Identitas klien
Pasien didapatkan jenis kelamin laki-laki, Dan usia pasien 67 tahun. Hal
ini juga sesuai dengan teori (Sastrosudarmo, 2012) yang mengatakan
bahwa kanker kolon didominasi oleh orang berumur 40 tahun keatas dan
puncaknya umur 60-75 tahun.
kesamaan antara teori dan kasus yaitu sama-sama terjadi pada usia diatas
40 tahun.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Pasien masuk dengan keluhan utama benjolan di perut sejak 2 bulan
yang lalu disertai dengan nyeri pada abdomen. BAB keras berwarna
hitam. Pasien juga merasakan penurunan nanfsu makan sejak 1 bulan
disertai dengan penurunan berat badan.
Hal ini sesuai dengan teori Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson,
2012) yang mengatakan bahwa gejala dan tanda kanker kolon
bervariasi berdasarkan letaknya, gejala dan tanda kanker kolon kiri
adalah : (1) perubahan yang nyata pada kebiasaan usus (konstipasi atau
diare, tinja berbentuk pensil atau pita, tenesmus), (2) darah
makroskopis pada tinja, (3) nyeri, (4) anemia dan penurunan berat
badan dan (5) Massa yang dapat diraba dan terdeteksi dengan
pemeriksaan digital atau endoskopik.
Hal ini sesuai dengan teori (Muttaqin dan Sari, 2009) mengatakan
bahwa kecemasan pre operasi dapat menimbulkan adanya perubahan
3) Pemeriksaan laboratorium
Pada hasil pemeriksaan laboratorium Hematologi didapatkan
kesimpulan pasien mengalami monositosis. Hal ini sesuai dengan
penelitian Jessica Elizabeth, 2020) yang mengatakan bahwa
Pemeriksaan hematologi seperti darah lengkap, penanda tumor, dan
sitokin serum dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis
dan prognosis. Perubahan hematologi terjadi pada lebih dari 40% kasus
sarkoma jaringan lunak dan lebih sering ditemukan pada pasien
stadium lanjut. Perubahan tersebut berupa neutrofilia (28,3% kasus),
POST OPERASI
2) Pemeriksaan fisik
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik setelah operasi pasien tampak
lemah, lesu dan tidak bersemangat , kesadaran compos mentis
dengan GCS : 15, TD 140/76 mmHg, Nadi: 102x/I, Suhu: 36,5ºC,
Berat badan pasien 50 Kg dan tinggi badan pasien 156 cm. Rambut
mudah rontok, tidak ada benjolan di kepala pasien.Wajah pasien
tampak pucat dan lesu, terkadang pasien meringis karena nyeri pada
abdomennya. Mata pasien terlihat simetris kiri dan kanan,
konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, reaksi pupil
2mm/2mm. reflek terhadap cahaya positif. Penggunaan alat bantu
baca(-), lensa kontak (-), Hidung simetris, tidak terdapat benjolan,
penciuman masih tajam,tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping
hidung. Mukosa bibir kering dan tidak terdapat sariawan. Telinga
pasien simetris kiri dan kanan, terdapat serumen, tidak ada luka dan
benjolan pada telinga pasien, tidak menggunakan alat bantu dengar.
Pada leher tidak terdapat pelebaran vena jugularis, tidak terdapat
peradangan kelenjar getah bening, tidak terjadi pembengkakan
kalenjer tyroid.
3) Pemeriksaan laboratorium
Pada tanggal 21 Mei 2021 didapatkan Hemoglobin 13,9 g/dl,
leukosit 22.510/mm3, Trombosit 296.000/mm3,Hematokrit 40%,
MCV 88 fL, MCH 31 pg, MCHC 35%. dengan kesimpulan pasien
mengalami leukositosis.
2. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosa pada pasien Kanker Kolon pre terdapat 7
diagnosa keperawatan yaitu nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi
tumor, konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas
gastrointestinal, diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal,
defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
Hal ini sesuai dengan teori (Nugroho, 2011) menyebutkan salah satu
diagnosa keperawatan pada pasien kanker kolon yaitu kecemasan
(ansietas) berhubungan dengan recana operasi dan diagnosa kanker.
Menurut penelitian Weni (2017) diagnosa keperawatan pada pasien
dengan kanker kolon pre operasi juga dapat ditegakkan Ansietas
berfokus pada diri sendiri, dan diaforesis. Tanda dan gejala pada Tn. B
yang sesuai diantaranya pasien mengeluh nyeri, tampak meringis,
bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan
darah meningkat, dan nafsu makan berubah. Menurut Hidayat Alimul
(2010) terdapat beberapa jenis stimulus nyeri diantaranya: trauma pada
jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya kerusakan
jarigan dan iritasi secara langsung pada reseptor. Karena nyeri
merupakan sesuatu yang kompleks, banyak factor yang mempengaruhi
pengalaman nyeri individu.
3. Rencana Keperawatan
Intervensi atau perencanaan keperawatan diartikan sebagai suatu
dokumen tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan dan
intervensi keperawatan dan merupakan metode dokumentasi, tentang
asuhan keperawatan kepada klien (Nursalam, 2011) Intervensi atau
perencanaan tindakan keperawatan pada kasus pasien disusun
berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan yaitu :
Rencana yang dilakukan pada Tn. B dengan masalah nyeri kronis dengan
kriteria hasil berdasarkan SLKI yaitu : Manajemen nyeri, aktivitas yang
dilakukan adalah aktivitas yang dilakukan adalah melakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi nyeri, mengobservasi reaksi
nonverbal dari ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh nyeri. Salah satu
intervensi yang dilakukan kepada Tn.B adalah manajemen nyeri yaitu
dengan mengajarkan teknik nafas dalam dan berkolaborasi dengan dokter
pemberian obat analgetik .
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien mencapai tujuan apa yang telah ditetapkan. Kemampuan
yang harus dimiliki oleh perawat pada tahap implemeentasi adalah
kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan
hubungan saling percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan
teknik psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistematis,
kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi,
dan kemampuan evaluasi. (Asmadi, 2008).
Hal ini sejalan dengan penelitian (Fandi 2018) dengan diagnosa Defisit
nutrisi dengan ketidakmampuan mencerna makanan, implementasi nya
(mengkaji alergi klien, mengkolaborasi dengan ahli gizi, menganjurkan
klien untuk memeperbanyak makanan mengandung vitamin c dan tinggi
protein, memberikan informasi kebutuhan nutrisi, memonitor mual dan
muntah, menyakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat).
Implementasi post operasi yang pertama masalah nyeri akut tidak semua
dilakukan oleh peneliti, dari 23 tindakan peneliti hanya melakukan 20
tindakan. 3 tindakan yang tidak peneliti lakukan yaitu mengontrol
lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan. Memberikan informasi tentang nyeri
seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang, dan anstipasi
ketidaknyamanan dari prosedur, memfasilitasi pasien terhadap obat,
tindakan ini tidak dilakukan karena pasien sudah mengetahui penyebab,
lama, dan antisipasi ketidaknyamanan prosedur, memeriksa alergi obat
dari perawat ruangan.
Hal ini sejalan dengan penelitian (Weni, 2017) pada implementasi pada
pasien kanker kolon dengan diagnosa risiko infeksi berhubungan dengan
prosedur invasif denga cara mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah
tindakan, memberikan terapi antibiotik (ceftriaxon 2x1 dan Ranitidine),
melakukan pengukuran tanda-tanda vital.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Pada tahap ini
yang dilakukan adalah mengkaji respon pasien dengan kriteria hasil,
memodifikasi asuhan keperawatan sesuai dengan hasil evaluasi dan
mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien
(Deswani, 2009).Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan
yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil
akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan.
Evaluasi yang peneliti lakukan pada pasien tanggal 19 Mei 2021 sampai
tanggal 24 Mei 2021 menggunakan metode SOAP untuk mengetahui
keefektifan dari tindakan keprawatan yang sudah dilakukan. Didapatkan
masalah keperawatan ansietas berhubungan dengan krisis situasional
teratasi pada hari ke-3 dengan kriteria hasil keluhan kebingungan
menurun, keluhan khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun,
perilaku tegang dan gelisah menurun, pucat menurun, frekuensi
pernapasan membaik, frekuensi nadi membaik, dan tekanan darah
membaik.
meningkat, berat badan membaik dan indeks masa tubuh (IMT) membaik,
nyeri abdomen berkurang.
A. Kesimpulan
1. Hasil pengkajian yang didapatkan pada kasus Kanker kolon Pre operasi
didapatkan pasien mengatakan cemas dengan keadaaan dan penyakitnya
dan cemas karena akan dilakukan operasi, pasien juga mengeluh nyeri
pada abdomren, dan nafsu makan menurun sejak sebulan yang lalu. Dan
Post Operasi Laparatomi didapatkan partisipan mengeluh nyeri pada luka
pasca operasi, terdapat luka operasi ± 12-15 cm ditutupi perban, pasien
mengeluh tidak nyaman pada perut, tidak bisa tidur, bergerak terbatas
dan sulit beraktivitas. Pasien memiliki riwayat penyakit kanker kolon 4
tahun yang lalu dan pernah mengalami BAB berdarah sekitar sebulan
yang lalu.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Tn.B ditemukan 3
diagnosa keperawatan pre operasi yaitu ansietas berhubungan dengan
krisis situasional, nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor, dan
risiko defisit nutrisi ditandai dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien. Dan 3 diagnosa keperawatan post operasi yaitu nyeri akut b/d
agen pencidera fisik, gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan
lingkungan dan risiko infeksi ditandai dengan penyakit kronis.
3. Rencana keperawatan yang disusun tergantung kepada masalah
keperawatan yang ditemukan yang sesuai dengan teori yang telah ada,
berdasarkan dengan SDKI SLKI dan SIKI. Rencana keperawatan tersebut
berupa reduksi ansietas, manajemen nyeri, manajemen nutrisi, dukungan
tidur, dan pencegahan infeksi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan saran sebagai berikut
Semoga studi kasus yang peneliti lakukan pada pasien Kanker Kolon
dapat menjadi acuan bagi perawat di Ruang Rawat Inap Bedah RSUP Dr.
M. Djamil Padang dalam melakukan asuhan keperawatan.
Astuti, Elyta, W. 2017. Kadar Benzena di Lingkungan Kerja dan Jumlah Leukosit
pada Mekanik Bengkel AHASS. Jember : Universitas Jember.
Black & Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. Edisi 8. Buku 2. Indonesia: CV Pentasada Media
Edukasi.
Fandi, Ahmad. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny.Y Dengan Post
Operasi Laparatomi Dan Kolostomi Atas Indikasi Ca Colon Diruangan
Rawat Inap Bendah Lantai 2 Ambun Suri Rsud Dr.Achmad Mochtar
Bukitinggi. Padang : STIKES Perintis PAdang.
Prabowo, Sony. 2019. Kenali Kanker Usus Besar (Kolorektal) Sejak Dini.
Yogyakarta : Rapha Publishing
Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medical bedah. (Penerjemah:
Waluyo, A.). Jakarta: EGC
Supardi, Sudihyo & Rustika.2013. Buku Ajar Metodologi Riset Metodologi Riset
Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media
NIM 183110256
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1) PENGUMPULAN DATA
a. Identitas Klien :
1) Nama : Tn. B
2) Tempat/ tanggal lahir : Simpang Tiga, 08/09/1953
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Status Kawin : Menikah
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : Sd
7) Alamat : Lubuk sianok lubuk pudiang kapar luhak
nan duo Pasaman Barat
8) Diagnosa Medis : Kanker Kolon Resesif
d. Kebutuhan Dasar
1) Pola Nutrisi
a) Makan
Pre op: Pasien makan makanan cair berupa 150cc x 6 ditambah
dengan jus jambu biji yang disediakan oleh rumah
sakit.
Post op: Pasien hanya makan makanan yang disediakan oleh
rumah sakit yaitu MC (Makanan Cair) berupa susu
150cc x 6 ditambah jus buah.
a) Minum
Pre op : Pasien mengatakan sedikit minum air putih sekitar 6-7
gelas dan sering mengkonsumsi kopi, setiap harinya
sekitar 2 gelas.
Post op : pasien mengatakan minum air putih 5-6 gelas air
putih setiap harinya
2) Pola Eliminasi
a) BAK
Pre op : BAK pasien normal tidak ada keluhan saat akan BAK
ataupun sesudah BAK dengan warna BAK kekuningan,
frekuensi BAK selama sakit sekitar 5-7 kali sehari, bau
pesing.
b) BAB
Pre op : pasien mengatakan BAB keras berwarna hitam karena
bercampur darah, dan susah buang air besar.
Post op : Pasien mengatakan BAB cair warna kuning kehitaman
5) Pola Bekerja
Pre op : Klien sudah berada di rumah sakit menunggu jadwal
operasi.
Post op : Pasien hanya berbaring di tempat tidur di ruang
rawatan bedah pria. kebutuhan sehari-hari dibantu
keluarga dan perawat.
e. Pemeriksaan Fisik
16) Abdomen :
I : Terdapat luka 12 cm dekat simfisis pubis, luka tertutup
dengan kain kassa dan difiksasi dengan hypafix
P : Terdapat nyeri tekan di daerah abdomen kuadran 1/4 kiri
bawah.
P : Tympani
A : Bising usus 15x/menit
17) Ekstremitas :
h) Data Spiritual : Pasien menganut agama islam dan pada saat sehat
selalu melakukan shalat 5 waktu dan saat sakit melakukan sholat.
Elektrolit
2) Pemerikasaan hematologi
10/05/2021 Hematologi
CBC+DIFF
Hematokrit 42 % 40.0-48.0
Basofil 0 % 0-1
%
Eosinofil 5 1-3
Sel patologis - %
Hemostasis
PT
PT kontrol 11.1
APTT
MCV 88 fL 82.0-92.0
MCH 31 pg 27.0-31.0
MCHC 35 % 32.0-36.0
1. Kalnex 3x 500 mg Po
Vit K 3x10 mg Po
Metronidazole 3x 500 mg Po
Eritrosin 3x 250 mg Po
Ceftriaxone 2x1 IV
Ranitidine 2x 50 mg IV
Ketorolac 3x 30 mg IV
NIM : 183110256
1. PRE OPERASI
DS : Infiltrasi tumor Nyeri kronis
- Pasien mengatakan nyeri
pada bagian perutnya skala
nyeri 3 dengan durasi 3-5
menit seperti ditusuk-tusuk
dan hilang timbul.
DO :
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
- Pasien melakukan aktivitas
dibantu keluarga dan tidak
mampu menuntaskan
aktivitas
DO :
- Luka tampak kemerahan
- Leukosit : 22.510 /mm3
- S : 37,5℃
NO. MR : 00.96.52.04
Perencanaan
Diagnosa
No
Keperawatan SLKI SIKI
Kolaborasi :
kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Edukasi
1) Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2) Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan
dan prognosis
3) Anjurkan keluarga tetap
bersama pasien, jika
perlu
4) Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
5) Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
6) Latih teknik relaksasi.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
Kolaborasi :
kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
5. Gangguan pola tidur Pola tidur membaik : Dukungan tidur :
berhubungan 1) Keluhan sulit tidur Observasi
dengan hambatan menurun 1. Identifikasi pola
lingkungan 2) Keluhan sering aktivitas dan tidur
terjaga menurun 2. Identifikasi faktor
3) Keluhan tidak puas pengganggu tidur
tidur menurun 3. Identifikasi makanan
4) Keluhan pola tidur dan minuman yang
berubah menurun mengganggu tidur
5) Keluhan istirahat 4. Identifikasi obat tidur
tidak cukup menurun yang dikonsumsi
Terapeutik
1. Modifikasi lingkungan
2. Batasi waktu tidur
siang, jika perlu.
3. Fasilitasi
menghilangkan stres
sebelum tidur
4. Tetapkan jadwal rutin
tidur
5. Lakukan prosedur
untuk meningkatkan
kenyamanan
6. Sesuaikan jadwal
pemberian obat
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya
tidur selama sakit
2. Anjurka menepati
kebiasaaan tidur
3. Anjurkan menghindari
makanan/minuman
yang mengganggu tidur
4. Ajarkan faktor-faktor
yang berkontribusi
terhadap gangguan pola
tidur.
Edukasi :
4. Jelaskan tanda gejala
infeksi
5. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
6. Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
Edukasi :
1. Menjelaskan O:
penyebab, periode,
- Pasien tampak
dan pemicu nyeri.
2. Menjelaskan strategi meringis
meredakan nyeri - Pasien tampak
3. Mengajarkan teknik
gelisah
non farmakologis
untuk meredakan - Nafsu makan
nyeri menurun hanya
menghabiskan
Kolaborasi : 1/2 porsi
1. Berkolaborasi dalam
pemberian analgetik -TD : 140/80
mmhg
- N : 88x/menit
-S : 36,7℃
A : Masalah
teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
Edukasi :
1. Mengajarkan diet O:
yang diprogramkan
(makanan cair) MC - pasien tampak
lesu
Kolaborasi :
- pasien tampak
1. Berkolaborasi
lemah
dengan ahli gizi
untuk menentukan - pasien tampak
jumlah kalori dan pucat
jenis nutrien yang
dibutuhkan. -TD : 140/80
mmhg
-N : 88x/menit
-RR : 20x/menit
-S : 36,7℃
A: Masalah
teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
- N : 70x/menit
- RR : 20x/menit
- S : 36,5℃
A: Masalah
P : intervensi
dihentikan
-S : 36,5℃
A: Masalah
teratasi
P : intervensi
dihentikan
- Pasien tampak
Edukasi :
1. Menjelaskan meringis
penyebab, periode,
- Pasien tampak
dan pemicu nyeri.
gelisah
2. Menjelaskan strategi
meredakan nyeri - Nafsu makan
3. Mengajarkan teknik menurun hanya
non farmakologis menghabiskan
untuk meredakan
1/2 porsi
nyeri
-TD : 140/76
Kolaborasi : mmhg
1. Berkolaborasi dalam
pemberian analgetik -N : 102x/menit
-RR : 20x/menit
-S : 375℃
A: Masalah
belum teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
-TD:111/74
mmhg
-N : 108x/menit
-RR : 20x/menit
-S : 36,7℃
A: Masalah
teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
P : intervensi
dilanjutkan
P : intervensi
dilanjutkan
-N : 100x/menit
-RR : 20x/menit
-S : 36,5℃
A: Masalah
teratasi sebagian
P : intervensi
-S : 36,5℃
A : Masalahh
teratasi
P : Intervensi
dihentikan
-N : 100x/menit
-RR : 20x/menit
-S : 36,5℃
A : masalah
belum teratasi
P : intervensi
dilanjutkan