Anda di halaman 1dari 149

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


KANKER KOLON PRE DAN POST LAPARATOMI DI
RUANGAN IRNA BEDAH PRIA RSUP. DR. M DJAMIL
PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

INDAH HELMALIA PUTRI


NIM: 183110256

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


KANKER KOLON PRE DAN POST LAPARATOMI DI
RUANGAN IRNA BEDAH PRIA RSUP M DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Ahli


MadyaKeperawatan di Pendidikan Diploma D-III Politeknik
Keseahatan Kementrian Kesehatan RI Padang

INDAH HELMALIA PUTRI


NIM : 183110256

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Karena atas berkat
dan rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Kanker Kolon Pre dan Post
Laparatomi”. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma III pada program Studi
D-III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang.

Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, sangatlah sulit
bagi Peneliti untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, Oleh karena itu,
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
(1) Bpk Ns. Hendri Budi, M.Kep,Sp.MB selaku dosen pembimbing satu dan Bpk
Tasman,S.Kp,M.Kep,Sp.Kom selaku pembimbing dua yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
(2) Ibu Ns. Netti S.Kep, M.Pd, M.Kep selaku dosen penguji satu dan Bpk H.
Sunardi S. KM, M. Kes selaku dosen penguji dua yang telah menyediakan
waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan
Krya Tulis Ilmiah ini.
(3) Direktur, Ketua Jurusan dan Ketua Prodi D III Keperawatan Padang
Poltekkes Kemenkes Padang yang telah membantu dalam usaha memperoleh
data yang diperlukan.
(4) Pimpinan Rumah sakit RSUP Dr. M. Djamil Padang yang telah banyak
membantu dalam mengizinkan peneli untuk melakukan penelitian.
(5) Hj. Defia Roza, S.Kep, M.Biomed selaku dosen Pembimbing Akademik
(6) Dosen dan staf yang telah membimbing dan membantu selama perkuliahan di
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang.
(7) Teristimewa kepada kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan
kasih sayang, bimbingan dan motivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.

I Poltekkes Kemenkes Padang


(8) Teman- teman angkatan 2018 terutama teman- teman kelas C yang telah
membantu dalam proses perkuliahan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-satu.

Akhir kata, Peneliti berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.
Padang, Juni 2021
Peneliti

Poltekkes Kemenkes Padang


II Poltekkes Kemenkes Padang
III Poltekkes Kemenkes Padang
IV
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Indah Helmalia Putri


NIM 183110256
Tempat/Tanggal Lahir : Padang, 18 Agustus 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat : Piai Tangah RT/RW 01/002 Kelurahan Piai Tangah
Kecamatan Pauh kota Padang
Nama Orang Tua
Ayah : Jamil
Ibu : Marleni

Riwayat Pendidikan
No Jenis Pendidikan Tempat Pendidikan Tahun

1 SD SDN 06 Piai Tangah 2006-2012

2 SMP SMPN 14 Padang 2012- 2015

3 SMA SMAN 15 Padang 2015- 2018

4 D-III Keperawatan Politeknik Kemenkes Padang 2018-2021

V
Poltekkes Kemenkes Padang
albi i Ωbϣi

Terimakasih Kepada Allah SWT yang telah memberikan jalan untuk sampai pada
Titik ini. Titik dimana Saya dapat meraih gelar A.Md, Kep selama tiga tahun.
Kesulitan dan Kemudahan yang Engkau beri dapat dilalui. Tak hentinya ku
ucapkan syukur kepada-Mu. Insha-Allah ilmu ini akan memberi banyak manfaat
kepada oranglain, Semoga Engkau meridhoi kebahagiaan Dunia dan Akhirat ku
dengan mebantu oranglain, Aamiin……

Terimakasih kepada orangtua terutama Mama yang selalu mendoakan agar


dilancarkan proses selama perkuliahan dan support, dan kepada Papa, meski
sudah tak lagi serumah terimakasih telah memenuhi tanggungjawabmu dalam
memberikanku pendidikan yang baik. Tak ada yang mampu menandingi Mama
dan Papa di dunia ini, terimakasih telah berjuang mendidik Ku, Indah sayang
mama dan Papa. Terimakasih kepada keluarga besar yang telah memberikan
support baik dalam bentuk materi, dukungan mental dan selalu mengigatkan
untuk beribadah dan berdoa agar dimudahkan jalan dalam menempuh
perkuliahan.

Terimakasih kepada Teman Keperawatan angkatan 2018, terutama kelas C yang


telah menemani selama tiga tahun hingga masing-masing dari kita dapat
memperoleh gelar A.Md, Kep. Menikmati senda gurau, suka duka dan
kebersamaan bersama anggota The Best C merupakan momen yang tak terlupakan.
Spesial kepada Liwa Unnasari terimakasih telah menemani dari awal sampai akhir,
semoga pertemanan ini tidak berakhir, meski telah wisuda, Aamiin……

VI
Poltekkes Kemenkes Padang
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2021


Indah Helmalia Putri

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Kanker Kolon Pre dan Post
Laparatomi

Isi :
ABSTRAK

Kanker Kolon merupakan penyebab kematian terbanyak ke 4 didunia dan


termasuk 5 penyebab kematian terbesar didunia. Laporan data dari RSUP DR. M
Djamil Padang pasien pada tahun 2018 sebanyak 59 orang. Pada tahun 2019
dengan jumlah kasus sebanyak 74 orang dan mengalami penurunan menjadi 46
kasus pada tahun 2020 karena kondisi pandemi . Tujuan penelitian ini yaitu
menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien dengan Kanker Kolon Pre dan
Post laparatomi di Ruangan IRNA Bedah Pria RSUP Dr. M DJamil Padang.

Jenis penelitian deskriptif dengan metode studi kasus. Penelitian ini dilakukan
dari bulan Desember 2021 sampai dengan bulan Juni 2021. Asuhan keperawatan
dilakukan selama 5 hari dari tanggal 19 - 24 Mei 2021. Populasi yang ditemukan
sebanyak 2 orang. Cara pengambilan sampel dengan cara purposive sampling.
Analisa proses keperawatan yang dilakukan peneliti meliputi pengkajian
keperawatan, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.

Hasil penelitian didapatkan keluhan utama yaitu benjolan pada perut sejak  2
bulan yang lalu, BAB keras berwarna hitam, penurunan nafsu makan sejak satu
bulan yang lalu disertai dengan penurunan berat badan (pre operatif) dan nyeri
pada luka bekas operasi, sulit tidur dan luka post operasi masih basah (Post
operatif). Diagnosis keperawatan yang didapatkan ada 6 diagnosis yaitu ansietas,
nyeri kronis, resiko defisit nutrisi,nyeri akut, gangguan pola tidur,dan risiko
infeksi. Hasil evaluasi yang didapatkan setelah melakukan asuhan keperawatan
selama 5 hari yaitu masalah ansietas, Nyeri kronis, Risiko defisit nutrisi, nyeri
akut, gangguan pola tidur teratasi dan risiko infeksi teratasi sebagian.
Diharapkan melalui direktur rumah sakit agar perawat ruangan dapat
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, salah satunya meningkatkan pemberian
asuhan keperawatan pada pasien Kanker Kolon dengan mengajarkan pasien cara
manajemen nyeri non farmakologis (teknik napas dalam, mengatur posisi dan
distraksi.)

Kata Kunci : Kanker Kolon, asuhan keperawatan


Daftar Pustaka

VII
Poltekkes Kemenkes Padang
POLTEKKES Kemenkes RI PADANG
D-III NURSING STUDY PROGRAM PADANG

Scientific Writing, June 2021


Beautiful Helmalia Putri

Nursing Care for Patients with Pre and Post Laparotomy Colon Cancer
content:

ABSTRACT

Colon cancer is the 4th leading cause of death in the world and is the 5th leading cause of
death in the world. Data report from RSUP DR. M Djamil Padang patients in 2018 were
59 people. In 2019, the number of cases was 74 people and decreased to 46 cases in 2020
due to pandemic conditions. The purpose of this study was to describe nursing care for
patients with pre- and post-laparatomic colon cancer in the IRNA Surgery Room, RSUP
Dr. M DJamil Padang.

This type of research is descriptive with the case study method. This research was
conducted from December 2021 to June 2021. This research was conducted for 5 days
from 19 - 24 May 2021. The population found was 2 people. The sampling method is by
purposive sampling. Process analysis carried out by researchers includes assessment,
diagnosis, intervention, implementation and evaluation.

The results of the study obtained were a lump in the stomach since 2 months ago, hard
black bowel movements, decreased appetite since one month ago accompanied by weight
loss (before surgery) and pain in the surgical wound, difficulty sleeping and postoperative
wounds are still wet (postoperative). In 2000, there were 6 diagnoses, namely anxiety,
chronic pain, risk of nutritional deficit, acute pain, disturbed sleep patterns, and risk of
infection. The evaluation results obtained after doing care for 5 days are anxiety problems,
chronic, risk of nutritional deficit, acute pain, sleep pattern disturbances are resolved and
infection risk is partially resolved.

Through the hospital director so that room nurses can improve health services, one of
which is increasing the provision of care for colon patients by teaching non-
pharmacological pain management methods (deep breathing techniques, settings and
disorders).

Keywords: Colon Cancer, Upbringing

References

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


LEMBAR ORISINALITAS ................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................v
KATA MUTIARA ............................................................................................... vi
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit Kanker Kolon
1. Pengertian.......................................................................................... 9
2. Anatomi Kolon ................................................................................. 10
3. Etiologi ............................................................................................. 11
4. Klasifikasi ......................................................................................... 13
5. Patofisiologi ...................................................................................... 15
6. Gejala klinis ...................................................................................... 17
7. WOC ................................................................................................. 18
8. Dampak penyakit .............................................................................. 21
9. Pemeriksaan Penunjang .................................................................... 21
10. Penatalaksanaan ................................................................................ 23
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kanker Kolon
1. Pengkajian ....................................................................................... 27

VIII
Poltekkes Kemenkes Padang
2. Diagnosa Keperawatan....................................................................30
3. Intervensi ....................................................................................... 35
4. Implementasi ................................................................................. 39
5. Evaluasi ......................................................................................... 42

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian.................................................................................45
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 45
C. Populasi dan Sampel .......................................................................... 45
D. Alat/ Instrumen Pengumpulan Data ................................................... 46
E. Jenis-jenis Data .................................................................................. 47
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN KASUS


A. Hasil Penelitian ................................................................................... 50
B. Pembahasan Kasus .............................................................................. 64

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 83
C. Saran.....................................................................................................84

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

IX
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR TABEL
Tabel Diagnosa dan rencana keperawatan..........................................

X
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Karya Tulis Ilmiah (GANCHART)

Lampiran 2 : Surat Izin Pengambilan Data dari Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 3 : Surat Izin Pengambilan Data awal RSUP Dr. M Djamil Padang

Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian dari Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian RSUP Dr. M Djamil Padang

Lampiran 6: Surat Telah Selesai penelitian dari RSUP Dr. M Djamil Padang

Lampiran 7 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Imiah Pembimbing I

Lampiran 8 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Imiah Pembimbing II

Lampiran 9: Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Lampiran 10 :Daftar Hadir Penelitian di Ruangan

Lampiran 11: Asuhan Keperawatan Tn. B

IX
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang ditandai
dengan pertumbuhan sel abnormal di luar batas normal yang kemudian dapat
menyerang bagian tubuh yang berdampingan atau menyebar ke organ lain. Istilah
umum lainnya yang digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. (WHO, 2017).
Kanker kolorektal adalah jenis kanker yang mengenai kolon dari caecum sampai
ke rectum dan anus yang sering disebabkan oleh adanya polip pada kelenjar usus
sebagai prakanker. (Handaya, 2017).

Kanker kolon adalah suatu kanker yang berada di kolon. Penyakit ini termasuk
penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai
tingkat yang lebih parah. Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah
kanker kolon. (Padila, 2015 ).

Kanker kolon didominasi oleh orang yang berumur 40 tahun keatas dan
puncaknya umur 60-75 tahun. Kanker usus besar (kanker Kolon) lebih sering
terjadi pada wanita. Sekitar 5% penderita kanker kolon memiliki lebih dari satu
kanker kolon dan rektum pada saat yang bersamaan.. Kanker Kolon dan rektum
didominasi oleh adenokarsinoma (95%) dengan penderita kanker kolon berjumlah
lebih dari dua kali lipat dari jumlah penderita kanker rektum. (Sastrosudarmo,
2012)

Kanker kolon dapat muncul sebagai polip jinak tetapi dapat meluas menjadi,
menginvasi dan menghancurkan jaringan normal, dan meluas ke struktur
sekitarnya. Sel-sel kanker dapat bermigrasi dari tumor primer dan menyebar ke
organ lain di dalam sebuah tubuh (sebagian besar hati, peritoneum, dan paru.)
Insidensi meningkat seiring dengan pertambahan usia (insidensi paling tinggi
terjadi pada individu berusia lebih dari 85 tahun) dan lebih tinggi lagi pada
individu yang memiliki riwayat penyakit radang usus atau polip. Jika penyakit
dideteksi dan diterapi pada stadium dini sebelum menyebar, angka kesintasan

Poltekkes Kemenkes Padang


2

(survival rate) 5 tahun adalah 90% namun, hanya 39% kanker kolon yang
dideteksi di stadium dini. Angka keberlangsungan hidup setelah diagnosis akhir
sangat rendah. (Brunner & Suddrath, 2013).

Penyebab dari pada kanker Kolon tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu
peredaran pada usus besar yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk pencegahan
yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society, The National Cancer Institut,
dan organisasi kanker lainnya. Faktor resiko telah teridentifikasi untuk kanker
kolon. Makanan – makanan yang pasti di curigai mengandung zat-zat kimia yang
menyebabkan kanker pada usus besar. Makanan tersebut juga mengurangi waktu
peredaran pada perut, yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya
kanker. Makanan yang tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging merah,
menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker
di dalam usus besar. Selain makanan faktor resiko yang menjadi penyebab kanker
kolon adalah usia, faktor genetik, gaya hidup, dan lainnya. (Pajong 2019).

Mula-mula gejalanya tidak jelas, seperti berat badan menurun (sebagai gejala
umum keganasan) dari kelelahan yang tidak jelas sebabnya. Setelah berlangsung
beberapa waktu barulah muncul gejala-gejala yang berhubungan dengan
keberadaan tumor dalam ukuran yang bermakna di kolon. Makin dekat lokasi
tumor dengan anus, biasanya gejalanya makin banyak. (Abdul Ghofar, 2015 ).

Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu: Pertumbuhan tumor dapat
menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap, Metastase ke organ sekitar,
melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung, pertumbuhan dan ulserasi
dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi,
perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses, Peritonitis
dan atau sepsis dapat menimbulkan syok dan Pembentukan abses. (Pajong, 2019).

Prevalensi kanker kolon dalam periode 3 tahun terakhir adalah 27,1% per 100.000
jiwa atau sebanyak 2.112.386 jiwa. Kanker kolon menempati posisi keempat
dengan 1.2 juta kasus dan sebanyak 5.76.858 orang meninggal dunia akibat

2 Poltekkes Kemenkes Padang


3

kanker kolon pada tahun 2020. Dan pada usia < 40 tahun sebanyak 26.915 kasus
dan > 40 tahun sebanyak 1.121.600 kasus pada tahun 2020 (WHO,2021).

Di Amerika Serikat kanker kolon dan rektal pada tahun 2020 ditemukan sebanyak
149.500 orang dan menyebabkan kematian sekitar 52.980 orang. Kanker kolon
dan rektal di dominasi oleh pria sebanyak 79,520 dan wanita sebanyak 69,980
orang. Walaupun tingkat kematian secara keseluruhan terus menurun, kematian
akibat kanker kolorektal pada usia < 55 tahun telah meningkat 1% per tahun dari
2008 hingga 2017. (American Cancer Society, 2021).

Kanker kolon dan rektal di Asia Tenggara merupakan penyebab kematian


terbanyak keenam. Indonesia menempati urutan keempat , dengan incidence rate
17,2 per 100.000 penduduk dan angka ini diprediksikan akan terus meningkat dari
tahun ke tahun. Kanker kolon dan rektal di Indonesia merupakan jenis kanker
ketiga terbanyak. Menurut data GLOBOCAN tahun 2012, insiden kanker kolon
dan rektal di Indonesia adalah 12,8 per 100.000 penduduk usia dewasa, dengan
mortalitas 9,5% dari seluruh kasus kanker.

Peningkatan prevalensi kanker di Indonesia dari 1,4 persen per 1.000 penduduk
pada 2013 menjadi 1,8 persen per 1.000 penduduk pada 2018. Kasus kanker colon
di Indonesia pada perempuan adalah terbanyak ketiga setelah kanker payudara
dan kanker serviks. Sedangkan pada laki-laki, ia menempati urutan kedua setelah
kanker paru, diikuti yang ketiga kanker prostat . Pada tingkat Sumatera Barat
terdapat peningkatan kasus kanker kolon pada tahun 2015 sekitar 5,1% Pada
tahun 2016 tercatat 5,8% kasus kanker kolon.(Riskesdas, 2018).

Di RSUP Dr. M. Djamil Padang sendiri tercatat pasien kanker kolon pada tahun
2018 sebanyak 59 orang. Pada tahun 2019 mengalami peningkatan dengan jumlah
kasus sebanyak 74 orang dan mengalami penurunan menjadi 46 kasus pada tahun
2020 dikarenakan adanya pandemi Covid- 19 .

Penatalaksanaan kanker kolon saat ini yang paling efektif adalah operasi. Terapi
lain yang digunakan untuk pengobatan kanker kolon dan rektum efektifitasnya

3 Poltekkes Kemenkes Padang


4

masih kurang baik. Tindakan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan reseksi
secara radikal harus diupayakan dengan tindakan reseksi paliatif. Tindakan
operasi reseksi pada kanker kolon dan rektum yang disertai dengan prosedur
tindakan Laparatomi dan Kolostomi.

Laparatomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor, dengan


melakukan penyayatan pada lapisan-lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan
bagian organ abdomen yang mengalami masalah (hemoragi, perforasi, kanker,
dan obstruksi) laparatomi dilakukan pada kasus-kasus digestif dan kandungan.
(Syamsuhidajat, 2010).

Menurut Damayanti (2018) Kolostomi adalah suatu prosedur pembedahan


pengalihan feses dari kolon dengan menarik bagian usus melalui sayatan perut
lalu menjahitnya di kulit yang sering disebut stoma dan disambungkan kesebuah
kantong (Colostomy bag). Kolostomi dapat dilakukan di Kolon desenden , kolon
transversum, kolon asenden. kolostomi juga bersifat sementara dan permanen
tergantung tingkat kesembuhannya.

Dampak yang dirasakan pasien dengan laparatomi dan kolostomi yaitu sulit
dalam memilih makanan, jika makan makanan yang pedas, asam, minum susu
pasien akan mengalami diare. Kemudian keterbatasan dalam melakukan aktivitas,
istirahat dan tidur, mengalami keluhan dalam buang air kecil, kesulitan dalam
merawat luka dan mengganti kantong, takut hubungan badan. Pasien dengan
stoma menghadapi beberapa stres khusus, yakni kemungkinan terisolasi, harga
diri yang rendah, gangguan citra tubuh, dan memiliki rasa tidak kompeten
(Rangki, 2017).

Pada pasien dengan kanker kolon post laparatomi dan kolostomi asuhan
keperawatan dimulai dengan pengkajian, pada pengkajian biasanya keluhan
utama yang dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri akut karena dilakukan operasi
dan nafsu makan yang menurun dan penurunan berat badan serta tidak percaya
diri dengan bentuk dan fungsi tubuh yang sekarang. Pada pengkajian riwayat

4 Poltekkes Kemenkes Padang


5

kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga yang mungkin memiliki penyakit


yang sama sebelumnya. Setelah pengkajian, maka ditegakkan diagnosis
keperawatan yaitu nyeri akut, resiko infeksi, defisit nutrisi dan gangguan citra
tubuh. (Bulecheck,Howard & Joanne, 2013).

Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri 1-3 ringan, 4-6
sedang, 7-9, 10 sangat berat. Dapat dilakukan tindakan berupa teknik nafas dalam,
distraksi dengan menonton, mendengarkan musik, melakukan kegiatan lain yang
dapat mengalihkan rasa nyeri, untuk nyeri hebat dapat diberikan analgesik sesuai
dengan anjuran dari dokter. Sedangkan intervensi untuk resiko infeksi dilakukan
mencuci tangan dengan benar, menjaga kebersihan luka post colostomy. Untuk
defisit nutrisi dapat berkolaborasi dengan ahli gizi untuk makanan yang baik
untuk pasien kanker kolon post colostomy, dan melakukan promosi citra tubuh.
(Bulecheck, Howard & Joanne, 2013).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merawat klien dengan laparatomi dan
kolostomi ialah terkait perubahan pada eliminasi BAB klien, meliputi perubahan
konsistensi serta frekuensi BAB klien. Klien akan merasakan adanya perubahan
tersebut, dan disinilah fungsi perawat sebagai edukator untuk menjelaskan
perubahan-perubahan tersebut agar klien dapat menerima dengan baik. Edukasi
yang diberikan tidak hanya berupa cara perawatan kolostomi, namun juga
meliputi apa yang harus dilakukan klien terkait dietnya agar pengeluaran fesesnya
tidak mengganggu kegiatannya. Selain sebagai edukator, fungsi care giver juga
dapat dijalankan terkait mengembalikan pola eliminasi BAB klien seperti sedia
kala, salah satunya dengan irigasi kolostomi. Irigasi kolostomi merupakan sebuah
tindakan dimana sejumlah cairan dimasukkan melalui stoma untuk mengosongkan
usus besar. Irigasi dapat mengosongkan kolon dari gas, mukus, dan feses sehingga
klien dapat beraktivitas dengan nyaman sesudahnya (Smeltzer & Bare, 2002).

Berdasarkan hasil survey yang didapatkan pada tanggal 18 Mei 2021 di RSUP. Dr.
M. Djamil Padang, didapatkan 1 orang pasien dengan Kanker Kolon di Bedah
Pria.. Pasien tersebut berumur 67 tahun. Kesadaran pasien compos mentis. Pasien

5 Poltekkes Kemenkes Padang


6

mengtakan nyeri pada bagian abdomen dan skala nyeri 3 dengan durasi sekitar 3-5
menit. Pasien juga mengeluh nafsu makan menurun dan terdapat luka bekas
operasi laparatomy sekitar 12 cm dan tampak kemerahan.

Berdasarkan hasil study dokumentasi di RSUP. Dr. M.Djamil Padang didapatkan


bahwa pasien Kanker Kolon di ruang bedah pria ditemukan diagnosa keperawatan
yaitu Nyeri kronis, nyeri akut, Ansietas, Risiko defisit nutrisi, diagnosa utama
keperawatan pada pasien kanker kolon yaitu nyeri kronis dan nyeri akut.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Titania (2019) tentang Asuhan


Keperawatan pada pasien dengan Kanker Colerectal di Ruangan IRNA bedah
RSUP Dr. M. Djamil Padang, diagnosa keperawatan utama yang diangkat pada
pasien Kanker Colorectal adalah Nyeri kronis, konstipasi dan defisit nutrisi.
Diagnosa ini didukung dengan data yang diperoleh berupa tindakan invasif..

Dalam melakukan asuhan keperawatan perawat juga memantau frekuensi dan


konsistensi defekasi terjadi obstruksi pada pasien, peran perawat sangat
dibutuhkan dalam mendorong meningkatkan asupan cairan serta makan tinggi
serat. Persiapan pasien post operasi kolostomi selama periode penyembuhan,
peran perawat disini yaitu menilai karakteristik, volume, bau dari drain untuk
mencegah terjadinya infeksi. Selain itu peran perawat juga untuk membantu
mengurangi kecemasan pada pasien dengan perubahan citra tubuh, peran perawat
untuk memberikan dukungan emosional dan memberikan edukasi yang lengkap
mengenai perawatan luka, terdapat dua manajemen luka yang digunakan yaitu
manajemen luka konvensional dimana hanya membersihkan luka dengan larutan
NaCl 0,9% dan ditutupdengankassa kering, pada manajemen luka konvensional
ini tidak mengenal perawatan luka lembab. (Handayani, 2016)

Pasien harus memahami bagaimana cara pencegahan infeksi, maka peran perawat
disini untuk mengajarkan pada pasien dan bagaimana cara mencuci tangan dengan

6 Poltekkes Kemenkes Padang


7

benar, dan mengajarkan bagaimana memeriksa luka, luka disekitar kulit tidak ada
memerah, bersih, tidak ada pus, tanpa ada iritasi (Black & Hawks, 2014).

Kesenjangan yang ditemukan dirumah sakit adalah perawat hanya mengangkat


satu diagnosa keperawatan pada satu pasien, padahal banyak diagnosa lain yang
perlu diangkat seperti resiko infeksi, defisit nutrisi, kerusakan integritas kulit,
gangguan citra tubuh.

Berdasarkan uraian latar belakang dan fenomena diatas, peneliti telah melakukan
Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Kanker Kolon Pre dan Post Laparatomi
di ruangan Irna Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2021.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini “Bagaimana Penerapan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien dengan Kanker Kolon Pre dan Post Laparatomi
RSUP. Dr. M. Djamil Padang tahun 2021”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan Kanker
Kolon Pre dan Post Laparatomi di Ruangan Irna Bedah RSUP. Dr. M.
Djamil Padang 2021
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien dengan dengan
Kanker Kolon Pre dan Post Laparatomi Di IRNA Bedah RSUP. Dr. M.
Djamil Padang 2021
b. Mampu mendeskripsikan Rumusan Diagnosa Keperawatan pada pasien
dengan Kanker Kolon Pre dan Post Laparatomi Di Bangsal Bedah
RSUP. Dr. M. Djamil Padang 2021
c. Mampu mendeskripsikan Rencana Keperawatan pada pasien dengan
Kanker Kolon Pre dan Post Laparatomi Di Bangsal Bedah RSUP. Dr.
M. Djamil Padang 2021

7 Poltekkes Kemenkes Padang


8

d. Mampu mendeskripsikan Tindakan Keperawatan pada pasien dengan


Kanker Kolon Pre dan Post Laparatomi Di Bangsal Bedah RSUP. Dr.
M. Djamil Padang 2021
e. Mampu mendeskripsikan Evaluasi Keperawatan pada pasien dengan
Kanker Kolon Pre dan Post Laparatomi Di Bangsal Bedah RSUP. Dr.
M. Djamil Padang 2021

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Kegiatan penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah
pengetahuan dan wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Kanker Kolon Pre dan Post Laparatomi.

2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan


Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan perbandingan oleh
mahasiswa Prodi DII Keperawatan Padang untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


Hasil penelitian yang diperoleh ini dapat menjadi data dasar dalam
penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan Kanker Kolon Pre dan
Post Laparatomi di Bangsal Bedah.

8 Poltekkes Kemenkes Padang


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kanker Kolon


1. Pengertian
Kanker kolon adalah jenis kanker yang mengenai usus besar yang sering
disebabkan oleh adanya polip pada kelenjar usus sebagai prakanker
(Handaya,2017). Penyakit ini termasuk penyakit mematikan karena
penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah.
Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah kanker colon.
Kanker colon adalah suatu penyakit kanker yang menyerang kolon, dimana
terjadi pertumbuhan yang cepat, prosesif dan mematikan, dikarenakan
penyakit ini penyebab kematian kedua. (Padila, 2012).

Kanker kolon merupakan salah satu jenis kanker yang terjadi pada jaringan
usus besar (Ariani, 2015). Kanker kolon biasanya dimulai pembengkakan
seperti kancing pada permukaan lapisan usus atau pada polip. Penyebaran
secara lokal bermula dari dinding usus, kemudian kanker mengelilingi
sirkumferensia dinding usus. Proses ini memerlukan waktu dua tahun,
setelah menginvasi tunika muskularis akan timbul penyebaran secara
hematogen. Kanker dapat menginvasi seluruh dinding usus dan organ
sekitar seperti kandung kemih, prostat, uterus, hati, lambung dan pankreas.
Penyebaran secara limfogen terjadi melalui jaringan limfatik submukosa
menembus dinding usus menuju ke kelenjar limfe parakolon yang
selanjutnya ke kelenjar limfe media dan pada akhirnya menuju ke kelenjar
limfe sentral (Desen,2011).

Kesimpulannya Kanker kolon adalah suatu keganasan yang terjadi didaerah


kolon yang disebabkan oleh adanya polip dengan pertumbuhan yang cepat,
prosesif dan mematikan.

9
Poltekkes Kemenkes Padang
10

2. Anatomi Usus Besar

Usus besar dimulai dari katup ileosekal ke anus. Panjangnya sekitar1,5


meter. Usus besar menerima sisa pencernaan dari usus halus,menyerap
kelebihan air dan elektrolit, membentuk, menyimpan, dan membuang feses
melalui anus. Kolon (usus besar ) dibagi menjadi berikut ini :
a. Sekum dengan appendix vermivormis (umbai cacing), bagian pertama
kolon, bentuknya menyerupai kantong besar.
b. Kolon asenden (panjangnya sekitar 12-20cm), berjalan ke atas sebagai
lanjutan dari sekum, berjalan di sebelah kanan dan saaat mencapai
hepar berlekuk ke kiri.
c. Fleksura hepatika
d. Kolon transversum (pannjangnya sekitar 45 cm) berjalan mendatar di
bagian atas abdomen.
e. Fleksura splennicus
f. Kolon desenden (panjangnya sekitar 22-30 cm) berjalan lurus kebawah
dari fleksura splencnicus ke arah pelvis.
g. Kolon sigmoid (panjangnya bervariasi, antara 12-75 cm dengan
panjang rata-rata 37 cm), bentuknya seperti huruf S, tertekuk di pelvis.
h. Rektum (panjangnya sekitar 12 cm ) adalah bagiaan akhir dari kolon

Poltekkes Kemenkes Padang


11

i. Saluran anal (panjangnya sekitar 4 cm). (Debora, 2012).

Dinding kolon terdiri atas enam lapisan :


a. Mukosa terdapat kripta lieberkuhn. Differentian Diagnosis (DD/)
mukosa intestinal yaitu tidak mempunyai vili.
b. Muskularis mukosa
c. Submukosa paling kuat
d. Muskularis propria
e. Subserosal fat
f. Serosa ( Ardiansyah,2018).

3. Etiologi
Seseorang dengan riwayat keluarga menderita kanker kolon, memiliki
resiko tinggi mengidap kanker. Riwayat poliposis keturunan atau penyakit
yagn serupa juga meningkatkan resiko kanker kolon. Penderita kolitis
ulserative atau penyakit crohn memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita
kanker. Resikonya berhubungan dengan usia penderita pada saat kelainan
ini timbul dan lamanya penderita mengalami kelainan ini.

Makanan memegang perana pentingg dalam resiko kanker kolon. Terapi


bagaimana caranya, tidak diketahui. Umumnya orang yang memiliki resiko
tertinggi adalah yang tinggal di perkotaan dan mengkonsumsi makanan
yang rendah serat dan tinggi protein hewan,lemak dan karbohidrat. Resiko
tersebut agaknya menurun dengan diet tinggi kalsium, vitamin D dan
sayuran seperti kubis dan brokoli (sastrosudarmo,2012)

Penyebab kanker kolon hingga kin belum diketahui pasti. Namun ada
beberapa faktor risiko yang meningkatkan terjadinya kanker dan tidak
dapat diubah diantaranya :
a. Usia

Poltekkes Kemenkes Padang


12

Statistik menunjukkan bahwa 90% dari pendeerita kanker usus besar


adalah golongan orangtua (berusia diatas 50 tahun)karena usus
mengalami penurunan fungsi.
b. Riwayat polip usus
Orang-orang yang sering mengalami polip usus besar lebih besar
memiliki resiko untuk terkena kanker kolon
c. Riwayat penyakit usus
Orang-orang yang menderita penyakit inflamasi usus, seperti ulcerative
colitive atau penyakit crohn berisiko lebih besar.
d. Riwayat keluarga terkena kanker kolon
Jika memiliki keluarga dekat (orangtua, saudara, atau anak-anak) yang
telah menderita kanker, maka risiko terkena kanker akan meningkat.
(Tim Cancerhelps, 2010).

Faktor resiko kanker kolon yang dapat diubah :


a. Kelebihan berat badan (obesitas)
Seseorang dengan obesitas memiliki resiko yang tinggi untuk terkena
kanker kolon. Karena kelebihan lemak dalam tubuh meningkatkan
hormone dalam tubuh (insulin growth factor). Peningkatan hormone
member sinyal untuk memproduksi sel lebih banyak, maka terjadilah
penumpukan sel.
b. Kurang aktivitas fisik
Jika seseorang kurang olahraga/latihan fisik akan membuat pencernaan
tidak lancar dan buruk.
c. Beberapa jenis makanan tertentu
Diet yang tinggi daging merah (seperti daging sapi, babi, domba, atau
hati) dan daging olahan (seperti hot dog) dapat meningkatkan risiko
terkena kanker kolon. Memasak daging akan menghasilkan zat kimia
yang dapat meningkatkan risiko kanker. Diet tinggi sayuran dan buah-
buahan juga serat gandum utuh, dikaitkan dengan menurunnya

Poltekkes Kemenkes Padang


13

risiko kanker kolon. Meski begitu suplemen serat tidak terbukti


bermanfaat untuk mencegah terjadinya kanker kolon.
d. Merokok
Merokok dalam waktu lama lebih besar kemungkinan untuk menderita
kanker kolon. Merokok sudah diketahui dapat menyebabkan kanker
paru, namun juga dikaitkan dengan jenis kanker kolon. Karena rokok
mengandung zazt karsinogen yang dapat terhirup dan masuk kedalam
darah, kemudian menyebabkan kanker pada berbagai organ.
e. Konsumsi alkohol
Kanker kolon dikaitkan dengan konsumsi alkohol dalam jumlah banyak.
Mengurangi dan membatasi alkohol memiliki banyak manfaat untuk
kesehatan, termasuk menurunkan risiko kanker kolon. (Prabowo, 2019)

4. Klasifikasi
Menurut Ariani (2016) kanker kolon dapat dibagi menjadi 4 tipe, yaitu :
a. Tipe nodular
Bentuk nodular berupa suatu massa yang keras dan menonjol kedalam
lumen, dengan permukaan noduler. Biasanya tidak bertangkai dan
meluas ke dinding kolon. Sering juga terjadi ulserasi, dengan dasar
ulkus yang nekrotik dengan tepi yang meninggi, mengalami indurasi
dan noduler. Di daerah sekum, bentuk tumor ini kemungkinan tumbuh
menjadi suat massa yang besar, tumbuh menjadi fungoid atau tipe
ensefaloid. Permukaan ulkus akan mengeluarkan pus dan darah.
b. Tipe koloid
Tipe koloid ini tumbuhnya mengalami degenerasi mukoid
c. Skirous (Schirrous)
Pada tipe ini reaksi fibrous sangat banyak sehingga terjadi pertumbuhan
yang keras serta melingkari dinding kolon sehingga terjadi konstriksi
kolon untuk membentuk napkin ring.
d. Papilary atau polipoid

Poltekkes Kemenkes Padang


14

Tipe ini merupakan peertumbuhan yang sering bersaral dari papiloma


simpple atau adenoma, Secara histologis hampir semua kanker usus
besar adalah adenokarsinoma yang berasal dari epitelkolon. Bentuk dan
diferensiasinya sempurna mempunyai struktur glandula dan kelenjar-
kelenjarnya sendiri membesar, terjadi pembengkakan sel kolumna
dengan nuklei hipokromasi dengan sel yang mengalami mitosis. Pada
bentuk yang kurang berdiferensiasi sel-sel epitel terlihat dalam kolumna
atau massa. Besar sel berariasi dan mungkin terdapat invansi dari
pembuluh darah dan pembuluh limfe. Pada pertumbuhan anplastik
kadang terlihat signet ring (inti mendesak ke arah sel).

Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai


berikut :
A : kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.
B1 : kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa.
B2 : kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.
C1 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening
sebanyak satu sampai empat buah.
C2 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih
dari 5 buah.
D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan
penyebaran yang luas & tidak dapat dioperasi lagi.

Stadium kanker usus besar (colorectal) berdasarkan derajat keganasan dan


penyebarannya dibagi menjadi 4 stadium yaitu :
a. Stadium I : Tumor pada permukaan usus (mukosa)
b. Stadium II : Tumor pada dinding usus (subserosa)
c. Stadium III: Tumor menembus dinding usus, mengenai kelenjar dan
organ sekitar
d. Stadium IV : Tumor menyebar lebih jauh (misalnya ke hati danparu-
paru). (Handaya, 2017).

Poltekkes Kemenkes Padang


15

5. Patofisiologi
Sebagian besar kanker Kolon dimulai dari pertumbuhan polip pada lapisan
dalam usus besar atau rektum. Beberapa jenis polip dapat berubah menjadi
kanker dalam beberapa tahun, namun tidak semua polip menjadi kanker.
Dua jenis polip adalah :
a. Polip adenomatosa (adenoma) : polip ini kadang berubah menjadi
kanker. Oleh karena itu adenoma disebut kondisi pra-kanker.
b. Polip hiperplastik dan polip peradangan : polip ini lebih sering terjadi,
namun secara umum tidak bersifat pra-kanker.

Pertumbuhan tumor biasanya tidak terdeteksi menyebabkan sedikit


manifestasi. Kanker kolorektal dimulai dari lapisan paling dalam mukosa
dan bisa tumbuh keluar melalui beberapa atau semua lapisan lain. Ketika
sel kanker berada di dinding usus, kanker tersebut bisa tumbuh ke
pembuluh darah atau pembuluh getah bening, dari sana sel kanker dapat
melakukan perjalanan ke kelenjar getah bening terdekat atau bagian tubuh
yang jauh. (Prabowo, 2019).

Pada saat manifestasi terjadi, kanker mungkin telah menyebar ke lapisan


lebih dalam pada jaringan usus dan organ yang berdekatan. Kanker kolon
dan rektal menyebar oleh perluasan langsung hingga melibatkan seluruh
lapisan keliling usus submukosa, dan dinding usus terluar. Struktur yang
bersebelahan, seperti hati, kurvatura mayor lambung, duodenum, usus
halus, pankreas, limfa, saluran perkemihan, dan dinding abdomen dapat
terlibat juga oleh perluasan langsung (Priscilla Lemone, dkk, 2016 ).

Menurut Black & Hawks (2014) ada banyak penyebab terjadinya kanker
kolon dan rektal biasanya disebabkan oleh factor genetik, riwayat penyakit
usus inflamasi, colitis ulcerative atau penyakit chhron, merokok, diet
tinggi lemak, protein, danging, serta rendah serat. Lebih dari 95% kanker
kolon dan rektal berawal dari polip adenoma. Tipe-tipe adenoma adalah
tubular, tubilovilius, dan vilus. Polip ini tumbuh dengan lambat, dan

Poltekkes Kemenkes Padang


16

sebagian besar butuh waktu 5-10 tahun atau lebih untuk menjadi ganas.
Ketika polip menjadi ganas, polip membesar di dalam lumen dan mulai
menginvasi dinding usus. Tumor pada usus kanan cenderung menjadi tebal
dan besar, serta menyebabkan nekrosis dan ulkus, tumor pada usus kiri
bermula sebagai masa kecil seperti kancing yang menyebabkan ulkus pada
suplai darah.

Tumor yang ganas menyebar dengan ekstensi langsung ke organ terdekat,


seperti dari kolon transversum ke lambung, saluran limfe dan hematogen,
biasanya ke hati dan sel berkembang pada rongga peritonesis kandung
kemih, ureter dan organ reproduksi sering kali terlihat karena ekstensi
langsung. Metastasis dari darah sering meluas ke hati, paru, ginjal dan
tulang.

Secara umum, tumor pada usus halus dan kolon kanan cenderung lebih
menyebabkan nyeri abdomen, kram, mual, dan muntah. Oleh karena usus
besar berdistensi. Pada lokasi ini, lesi sering kali mengalami ulserasi,
sehingga terjadi anemia, serta feses yang bewarna gelap dan coklat
kemerahan pendarahan rectal, perubahan pola defekasi, nyeri abdomen,
penurunan berat badan, anemia, dan anoreksia, penurunan berat
badan,;emas, dan massa teraba pada kuadran kanan bawah mungkin
muncul pada saat diagnosis. Lesi kolon asenden dan tranvesum sering
bermanifestasi sebagai obstruksi progresif.

Bila adenoma tumbuh didalam lumen luas (asendens dan transvesum),


maka obstruksi jarang terjadi. Hal ini dikarenakan isi (feses masih
mempunyai kosentrasi air cukup) masih dapat melewati lumen tersebut
dengan mengubah bentuk (disesuaikan dengan lekukan lumen karena
tonjolan massa). Tetapi bila adenoma tersebut tumbuh dan bekembang
didaerah lumen yang sempit (desenden atau bagian bawah), maka
obstruksi akan terjadi karena isi tidak dapat melewati lumen yang telah
tersedak oleh massa. Namun kejadian obstruksi tersebut dapat menjadi

Poltekkes Kemenkes Padang


17

total atau parsial. Tindakan yang akan dilakukan adalah dengan melakukan
tindakan pembedahan.

Pembedahan yang akan dilakukan pada pasien kanker Colon yaitu dengan
pembuatan kolostomi, prosedur ini melibatkan pembuatan saluran antara
kolon dan dinding perut, dimana feses dapat lewat. Kolostomi dapat
dilakukan dapat dilakukan di kolon asendens, transversal, desendens atau
sigmoid dan dapat bersifat permanen atau sementara. (Black & Hawks
(2014)).

6. Gejala Klinis
Karsinoma kolon sebagian besar menghasilkan adenomotus polip.
Biasanya tumor ini tumbuh tidak terdeksi sampai gejala-gejala muncul
secara perlahan dan tampak membahayakan. Meskipun begitu ada
beberapa tanda yng dapat menjadi peringatan , seperti :
a. perubahan buang air besar, termasuk sembelit atau sering diare ,
perasaaan tidak mampu untuk mengosongkan usus sepenuhnya atau
perdarahan rektum.
b. BAB berdara, dengan bentuk kecil, meringkil dan kecil, panjang (biasa
disebut “BAB pensil”).
c. Kembung dan ketidaknyamanan perut.
d. Kelelahan/lemah, kehilangan nafsu makan atau penurunan berat badan.
e. Nyeri panggul yang terjadi pada tahap akhir dari penyakit. (Handaya,
2019).

Menurut Brunner & Suddarth (2016), Manifestasi Klinis dari Kanker kolon
dan rektal adalah:
a. Perubahan kebiasaan defekasi merupakan manifestasi gejala yang
paling sering terjadi, keduanya darah di dalam atau pada feses (gejala
kedua yang paling sering dijumpai). Letak tumor juga berpengaruh
terhadap bentuk feses yang dikeluarkan, makin menipis atau seperti
kotoran kambing atau lebih cair disertai lendir ataudarah.

Poltekkes Kemenkes Padang


18

b. Anemia yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya namun bisa


diakibatkan oleh pendarahan yang lama didalam kolon akibat kompresi
tumor, anoreksia, penurunan berat badan, dan keletihan.
c. Lesi disisi kanan kemungkinan disertai dengan nyeri abdomen yang
tumpul dan melene (feses bewarna hitam ke abu-abuan).
d. Lesi sisi kiri dikaitkan dengan obstruksi (nyeri kram abdomen,
penyempitan ukuran feses, konstipasi, dan distensi) dan darah berwarna
mrah terang difeses.
e. Lesi rektal dikaitkan dengan tenesmus (mengejan yang nyeri dan tidak
efeksi saat defeksi), nyeri rectal, merasa tidak lampias setelah defekasi,
mengalami konstipasi dan diare secara bergantian, dan feses berdarah.
f. Tanda-tanda komplikasi: obstruksi usus parsial atau komplit, ekstensi
tumor dan ulserasi ke pemmbuluh darah sekitar (periforasi,
pembentukkan abses, peritonitis, sepsis, atausyok).
g. Dalam banyak kasus, gejala tidak muncul sampai kanker kolon dan
rektal berada dalam stadium lanjut.

7. WOC

Poltekkes Kemenkes Padang


Faktor resiko tidak dapat diubah : polip kolon, usia, keluarga Faktor yang dapat diubah : makanan > lemak dan < serat,
yang punya riwayat kanker kolon, colitis ulseratif obesitas, konsumsi alcohol, kurang aktivitas fisik 19

Polimerasi karsinogen membuat DNA baru Lemak dalam kolon dipecahkaan oleh bakteri

Kerusakan DNA Asam empedu (deoxycholiacid & lithocholiacd

Penggabungan DNA induk dan asing Ko- karsinogen dalam proses karsinogenesis

Sisntesis RNA baru


Mempercepat/mebantu timbulnya karsinoma

Mitosis dipercepat

Transformasi kanker

Pertumbuhan liar sel-sel ganas Kanker kolon

Invasi jaringan sekitar/local dan efek


kompresi oleh sel kanker

Intervensi radiasi dan


Terjadi lesi Kerusakan Intervensi Kompresi saraf
kemoterapi
jaringan vascular pembedahan lokal
Pembentukan jaringan dari Kerusakan sel tubuh
pertumbuhan sel-sel Ulserasi pendarahan Pre op Post op Nyeri abdominal
abnormal dan bersifat ganas
(maligne) Respon psikologis cemas/ gelisah
Luka paska bedah
MK : Risiko
perdarahan Mk : ansietas
Pembengkakan/ benjolan Kerusakan/Cedera

Feses bercampur darah Kelemahan/fatigue Diskontinuitas jaringan


Obstruksi dan aktivitas
peristaltik usus meningkat MK : intoleransi
Volume efektif
aktivitas19
darah menurun
Merangsang 20
noniseptor(reseptor nyeri)

Persepsi nyeri

MK : Gangguan
MK : Nyeri Akut
pola tidur

Feses menjadi keras Kadar hb dan ht Kehilangan nafsu Kurang terpapar informasi
menurun makan tentang pengobatan

Kesukaran defekasi
Anemia Mk : Defisit nutrisi
MK : Defisit pengetahuan

obstipasi Supply O2 tidak adekuat


MK : Resiko infeksi

Mk : konstipasi Kompensasi paru dengan


meningkatkan pernapasan Tidak percaya diri, khawatir
Akumulasi feses di dengan penolakan orang lain
segmental kolorektal dispnea

Mk : Gangguan Citra tubuh


Dilatasi/ pelebaran Mk : pola nafas tidak efektif

Distensi abdomen

Perut terasa penuh

Kehilangan nafsu makan/ anoreksi

MK : Defisit nutrisi
21

8. Dampak Masalah
Menurut Padila (2012) Dampak terjadi berhubungan dengan bertambahnya
pertumbuhan pada lokasi kanker atau melalui penyebaran metastase yang
termasuk:
a. Perforasi usus besar yang disebabkan peritonitis
b.Pembentukan abses akibat perforasi dinding usus oleh tunor yang
diikuti kontaminasi dari rongga peritoneal oleh isi kolon
c. Metastase keorgan lain yang berdekatan. Terjadinya fistel pada
kantong kemih

Biasanya kanker menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang


menyebabkan perdarahan. Kanker tumbuh kedalam usus besar dan secara
berangsur-angsur membantu usus besar dan pada akhirnya tidak bisa sama
sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan pada organ
yang berada disekitar (uterus, urinary bladder, dan ureter) dan penyebab
gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.

Perubahan yang terjadi pada citra tubuh dan gaya hidup sering sangat
menganggu, dan pasien memerlukan dukungan empatis dalam mencoba
menyesuaikannya. Karena stoma ditempatkan di abdomen, pasien dapat
berpikir bahwa setiap orang akan melihat ostomi (Black & Hawks, 2014).

9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan skrining untuk menegakkan diagnosis kanker usus besar,
meliputi pemeriksaan darah samar pada feses (Fecal occult Blood
Test/FOBT), High sensitivity guaiac based, Immunochemical Stool, tes
DNA) yang dilakukan rutin setiap tahun.
a. Double-contrast barium enema, adalah pemeriksaan radiologi dengan
sinar rontgen pada kolon dan rektum. Penderita diberikan enema
dengan larutan barium dan udara yang dipompakan ke dalam rektum
Kemudian difoto. Dan dilihat seluruh lapisan dinding dapat dilihat
apakah normal atau ada kelainan.

Poltekkes Kemenkes Padang


22

b. Digital Rectal Examination (DRE) atau colok dubur adalah tes untuk
pria dan wanita. Ini memungkinkan dokter untuk memeriksa rektum
bawah, panggul, dan perut bagian bawah untuk mengetahui adanya
kanker dan masalah medis lainnya, termasuk:Darah di tinja atau
benjolan abnormal di anus atau rektum.
c. Fecal Occult Blood Test (FOBT), kanker maupun polip dapat
menyebabkan pendarahan dan tes FOB dapat mendeteksi adanya darah
pada tinja. Bila tes ini mendeteksi adanya darah, harus dicari dari mana
sumber darah tersebut, apakah dari rektum, kolon atau bagian usus
lainnya dengan pemeriksaan yang lain. Nilai atau temuan normal 2-2,5
ml/hari.
d. Sigmoidoscopy, adalah suatu pemeriksaan dengan suatu alat berupa
kabel seperti kabel kopling yang diujungnya ada alat petunjuk yang
ada 17 cahaya dan bisa diteropong. Alat ini dimasukkan melalui
lubang dubur kedalam rektum sampai kolon sigmoid, sehingga dinding
dalam rektum dan kolon sigmoid dapat dilihat. Bila ditemukan adanya
polip, dapat sekalian diangkat. Bila ada masa tumor yang dicurigai
kanker, dilakukan biopsi, kemudian diperiksakan ke bagian patologi
anatomi untuk menentukan ganas tidaknya dan jenis keganasannya.
Untuk pemeriksaan dilakukan setiap 5 tahun.
e. Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk
tujuan iagnostic, identifikasi iagnostic, dan evaluasi respons pada
pengobatan.
f. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk iagnostic banding dan
menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum
tulang, kulit, organ dan sebagainya.
g. Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit: Dapat
menunjukkan anemia, perubahan pada sel darah merah dan sel darah
putih: trombosit meningkat atau berkurang.

Poltekkes Kemenkes Padang


23

h. Kolonoskopi adalah pemeriksaan dengan memasukkan alat lentur dan


diberi cahaya ke dalam kolon melalui rektum dan kolon sigmoid. Usus
besar diperiksa dan biopsi dapat diambil.
(Fitrianingrum, 2014).

10. Penatalaksanaan Medis


Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah
sebagai berikut :
a. Pembedahan (Operasi)
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon
dan rektal, pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang
terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi
laparoskopi dengan polipektomi merupakan suatu prosedur yang baru
dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada
beberapa kasus. Laparoskopi digunakan sebagai pedoman dalam
membuat keputusan di kolon, massa tumor kemudian di eksisi. Reseksi
usus diindikasikan untuk kebanyakan lesi kelas A dan semua kelas B
serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker
kolon kelas D. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah paliatif.
Apabila tumor sudah menyebar dan mencakup struktur vital sekitar,
operasi tidak dapat dilakukan. Tipe pembedahan tergantung dari lokasi
dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai
berikut.
1) Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan
porsi usus pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus
limfatik)
2) Reseksi abominoperineal dengan kolostomi signoid permanen
(pengangkatan tumor dan porsisigmoid dan semua rektum serta
sfingter anal)
3) Colostomy adalah sebuah ostomy yang dibuat di kolon (Lemone &
Burke). Colostomy dibuat jika terjadi sumbatan pada usus oleh

Poltekkes Kemenkes Padang


24

karena tumor, sifatnya bisa sementara atau tetap. Colostomy


sementara dibuat untuk meningkatkan penyembuhan pada
anastomosis, sedangkan colostomy tetap dibuat ketika bagian
distal kolon dan rektum diangkat sehingga colostomy berfungsi
untuk pengeluaran feses. Menurut Damayanti (2018) Kolostomi
adalah suatu prosedur pembedahan pengalihan feses dari Colon
dengan menarik bagian usus melalui sayatan perut lalu
menjahitnya di kulit yang sering disebut stoma dan disambungkan
kesebuah kantong (Colostomy bag).

Secara umum indikasi dibuatnya colostomy adalah adanya


karsinoma pada rektum, karsinoma pada anus dan anal canal,
obstruksi usus besar, fistula vesicocolic, untuk melindungi
anastomosis, trauma pada usus besar dan indikasi lainnya seperti
diverticulitis atau komplikasi dari diverticulitis, nyeri hebat pada
rektum, terapi radiasi pada rahim dan fistula rektovaginal.

Pembagian colostomy didasarkan pada bagian kolon tempat


dibuatnya colostomy, yaitu ascending colostomy, transverse
colostomy, descending colostomy dan colostomy sigmoid.
Colostomy sigmoid merupakan colostomy tetap yang paling sering
dibuat. Colostomy ini dibuat pada saat dilakukan operasi reseksi
abdominoperineal. Kolon sigmoid, rektum dan anus diangkat
melalui insisi abdominal dan perineal, anal canal ditutup kemudian
dibuatkan stoma pada proksimal kolon sigmoid. Stoma biasanya
berada pada kuadran kiri bawah dari abdomen.

Menurut Harkness and Dincher, terdapat tiga tipe stoma :


a) End Stoma
End stoma dibuat dengan memotong usus dan membawa
ujung bagian proksimal yang masih berfungsi keluar dari kulit

Poltekkes Kemenkes Padang


25

sebagai single stoma. Sedangkan bagian distalnya diangkat


atau tetap berada di abdomen.
b) Double-barreled Stoma
Double-barrel stoma dibuat ketika bagian proksimal dan distal
dariusus yang telah dipotong dikeluarkan ke permukaan kulit
sebagai dua stoma yang terpisah. Ujung proksimal merupakan
bagian yang berfungsi sebagai usus dan bagian distal sebagai
fistulamucous.
c) Loop Stoma
Pada kasus-kasus trauma, penyakit, atau obstruksi pada usus
sering dibuat stoma jenis ini. Loop dari usus halus dibawa
keluar melalui pembedahan pada dinding abdomen. Usus tidak
dipotong tetapi dibuka pada sepanjang permukaan usus yang
keluar. Bagian tepi yang terbuka kemudian dibiarkan everted
dan sutured pada kulit
4) Laparatomi
Laparatomi merupakan suatu potongan pada dingding abdomen
sampai membuka selaput perut dan yang telah didiagnosa oleh
dokter, Laparatomi merupakan prosedur pembedahan yang
melibatkan suatu insisi pada dinding abdomen hingga ke cavitas
abdomen Ditambahkan pula bahwa laparatomi merupakan teknik
sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat
dilakukan pada bedah digestif dan obgyn. Adapun tindakan bedah
digestif yang sering dilakukan dengan tenik insisi laparatomi ini
adalah herniotomi, gasterektomi, kolesistoduodenostomi,
hepatorektomi, splenoktomi, apendektomi, kolostomi,
hemoroidektomi dan fistuloktomi sedangkan teknik bedah
perkemihan dengan teknik laparatomi adalah nefrektomi dan
ureterostomi (Syamsuhidayat & Wim De Jong, 2014).

Poltekkes Kemenkes Padang


26

b. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi
misalnya sinar X, atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah
yang ditumbuhi tumor, merusak genetic sehingga membunuh kanker.
Terapi radiasi merusak sel-sel yang pembelahan dirinya cepat, antara
alin sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung & usus, sel darah.
Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan
kehilangan nafsu makan.

c. Kemotherapy
Chemotherapy memakai obat anti kanker yang kuat , dapat masuk ke
dalam sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah
menyebar. Obat chemotherapy ini ada kira–kira 50 jenis. Biasanya di
injeksi atau dimakan, pada umumnya lebih dari satu macam obat,
karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus (FKUI,
2001 : 211)

d. Difersi vekal untuk kanker kolon dan rektum


Berkenaan dengan teknik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi
dilakukan pada kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal.
Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah.
Stoma ini dapat berfungsi sebagai difersi sementara atau permanen. Ini
memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh.
Konsistensi drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi yang
ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasi pada jaringan sekitar.

e. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2. Meningkatkan kenyamanan.
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4. Mencegah komplikasi.

Poltekkes Kemenkes Padang


27

5. Memberikan informasi tentang proses/kondisi penyakit, prognosis,


dan kebutuhan pengobatan.

f. Penatalaksanaan Diet
1) Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur – sayuran dan buah –
buahan Serat dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar
sehingga berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak
berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama mengendap di
usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker.
2) Kacang – kacangan (lima porsi setiap hari)
3) Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan
kolesterol tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan.
4) Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena
hal tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
5) Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
6) Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Kanker Kolon


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang dapat dilakukan menurut Wijaya dan Putri (2013).
a. Indetitas klien
Terdiri Nama, umur, jenis kelamin, status, agama, perkerjaan,
pendidikan, alamat, penanggung jawaban juga terdiri dari nama, umur
penanggung jawab, hub.keluarga, dan perkerjaan. Pada kanker kolon
lebih sering terjadi pada usia 40 tahun, pada wanita sering ditemukan
kanker colon dan pada laki-laki lebih sering terjadi kanker rekti.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh nyeri dibagian abdomen karena sudah
melakukan tindakan laparatomi juga kolostomi, jadi klien
merasakan tidak nyaman dengan kondisinya yang sekarang, lagi

Poltekkes Kemenkes Padang


28

pula kalau klien ada tindakan kolostomi maka klien akan sangat
merasakan tidak nyaman karena bisa jadi akibat anusnya di tutup
maka klien BAB dan flatus di bagian abdomen. Klien juga tidak
bisa bergerak banyak dan susah untuk tidur, tubuh klien biasanya
terasa lemas dan letih, dan nafsu makan akan menurun.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pernah menderita polip kolon, radang kronik kolon dan
kolotis ulseratif yang tidak teratasi, ada infeksi dan obstruksi pada
usus besar, dan diet dan konsumsi diet tidak baik, tinggi protein,
tinggi lemak, tinggi serat.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya keluarga klien adanya riwayat kanker, diindetifikasi
kanker yang menyerang tubuh atau kanker colon adalah turunan
yang sifatnya dominan.
c. Pola Nutrisi
Bagaimana kebiasaan makan, minum sehari – hari, jenis makanan apa
saja yang sering di konsumsi, makanan yang paling disukai, frekuensi
makanannya. Biasanya pasien yang ditemukan suka mengosumsi
makanan tinggi lemak, dan rendah serat.
d. Pola Eliminasi
Perubahan kebiasaan buang air besar, biasanya pasien dengan kanker
Kolon mengeluh konstipasi, diare, feses bercampur dengan darah. Bentuk
feses padat pada saat setelah operasi bab encer dan cair.
e. Pola Latihan atau Aktifitas
Kegiatan sehari – hari, olahraga yang sering dilakukan, aktivitas diluar
kegiatan olahraga.
f. Pola Konsep Diri-Persepsi Diri
Pandangan terhadap image diri pribadi, kecintaan terhadap keluarga,
kebersamaan dengan keluarga
g. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala-leher

Poltekkes Kemenkes Padang


29

Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, kadang ditemukan


pembesaran kelenjar getah bening.
2) Mata
Biasanya pada pasien dengan kanker kolon mengalami anemis
konjungtiva yang disebabkan oleh anemia.
3) Hidung
Pada pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan.
4) Mulut
Biasanya pada wajah klien kanker kolon terlihat sianosis terutama pada
bibir.
5) Leher
Lihat apakah ada pembengkakan pada kelenjar getah bening.
6) Thorax
Tidak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
7) Abdomen
Inspeksi : Pada inspeksi perlu diperlihatkan, apakah abdomen
membuncit atau datar, tapi perut menonjol atau tidak,
umbilikus menonjol atau tidak, apakah ada benjolan –
benjolan / massa. Bekas luka Laparatomi dan colostomy
Palpasi : Teraba massa. Pembuntuan colon sebagian atau seluruhnya.
Perkusi : Abdomen normal tympanik, adanya massa padat atau cair
akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesika
urinaria, tumor)
Auskultasi : peningkatan bising usus.
8) Kulit
Tampak luka bekas operasi kolostomi.
9) Ekstremitas
Biasanya pada pasien kanker kolon tidak ada kelainan pada eksremitas
atas dan bawah.

Poltekkes Kemenkes Padang


30

2. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
a. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor (D.0078)
b. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas gastrointestinal
(D.0149)
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan,
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien. (D.0019).
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelmahan (D.0056)
e. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (D.0080)
f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
(D.0111)

Post Operasi
a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077).
b. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis, ketidakadekuatan
pertahanan tubuh primer, ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder.
(D.0142)
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien. (D.0019).
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek tindakan/pengobatan
(pembedahan), perubahan struktur/bentuk tubuh, perubahan fungsi
tubuh. (D.0083)
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. (D.0056)
f. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan
status nutrisi, faktor mekanik (pembedahan). (D.0129).
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
(D.0055)

Poltekkes Kemenkes Padang


31

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Luaran Intervensi
Keperawatan Keperawatan
1. Pre Operatif Tingkat nyeri Manajemen nyeri : (201)
menurun : (145) Observasi :
Nyeri kronis berhubungan 1. kemampuan 1. Identifikasi lokasi,
dengan infiltrasi tumor menuntaskan karakteristik durasi,
aktivitas frekuensi, kualitas,
meningkat intensitas nyeri
2. keluhan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
menurun 3. Identifikasi respons
3. meringis menurun nyeri non verbal
4. sikap protektif 4. Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan
5. gelisah menurun memperingankan nyeri
6. kesulitan tidur
menurun Terapeutik :
7. anoreksia 1. Berikan teknik non
menurun farmakologis untuk
8. frekuensi nadi mengurangi rasa nyeri
membaik 2. Kontrol lingkungan yang
9. pola napas memperberat dan
membaik memperingan rasa nyeri
10. nafsu makan 3. Fasilitasi istirahat dan
membaik tidur
pola tidur membaik 4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
meredakan nyeri

Kolaborasi :
kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Poltekkes Kemenkes Padang


32

2. Konstipasi berhubungan Eliminasi fekal Manajemen eliminasi


dengan penurunan membaik: (23) fekal (174)
motilitas gastrointestinal 1. Kontrol Observasi :
pengeluaran 1. Identifikasi masalah
feses meningkat usus dan penggunaan
2. Keluhan defekasi obat pencahar
lama dan sulit 2. Monitor BAB
menurun 3. Monitor tanda dan
3. Mengejan saat gejala diare, konstipasi
defekasi atau impaksi
mennurun
4. Konsistensi feses Terapeutik :
membaik 1. Berikan air hangat
5. Frekuensi BAB setelah makan
membaik 2. Sediakan makanan
6. Peristaltik usus tinggi serat
membaik
Edukasi
1. Jelaskan jenis makanan
yang membantu
meningkatkan
keteraturan peristaltik
usus
2. Anjurkan mencatat
warna, frekuensi,
konsistensi, volume
feses.
3. Anjurkan meningkatkan
aktivitas fisik sesuai
toleransi

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
obat suppositoria anal,
jika perlu

Poltekkes Kemenkes Padang


33

3 Defisit nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutri (200) :


. berhubungan dengan Membaik : (121) Observasi :
ketidakmampuan 1. Porsi makan 1. Identifikasi status nutrisi
mencerna makanan, yang dihabiskan 2. Identifikasi alergi dan
ketidakmampuan meningkat intoleransi makanan
mengabsorbsi nutrien. 2. Kekuatan otot 3. Identifikasi makanan
Gejala dan tanda penganyahmening yang disukai
mayor : kat 4. Identifikasi kebutuhan
Subjektif : 3. Pengetahuan Kalori dan Jenis nutrient
Objektif : tentang pemilihan 5. Monitor asupan makan
a. berat baddan menurun makanan yang 6. Monitor berat badan
minimal 10% dibawah sehat meningkat
rentang ideal 4. Pengetahuan Terapeutik :
Gejala dan tanda tentang pemilihan 1. Fasilitasi menentukan
Minor : minuman yang program diet
Subjektif : sehat meningkat 2. Sajikan makanan secara
a. Cepat kenyang setelah 5. Pengetahuan menarik dan suhu yang
makan tentang standar sesuai
b. Kram/nyeri abdomen dan asupan 3. Berikan makanan yang
c. Nafsu makan menurun nutrisi yang tepat tinggi kalori dan protein
Objektif : 6. Nyeri abdomen 4. Berikan suplemen
a. Bising usus hiperaktfi menurun makanan, jika perlu
b. Otot pengunyah lemah 7. Frekuensi makan
c. Otot menelan lemah membaik Edukasi :
d. Membran mukosa 8. Nafsu makan 1. Ajarkan diet yang
pucat membaik diprogramkan
e. Sariawan 9. Bising usus
f. Serum albumin turun membaik Kolaborasi :
g. Rambut rontok 1. Kolaborasi dengan ahli
berlebihan gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu

4. Keletihan berhubungan Tingkat keletihan Edukasi


dengan kondisi fisologis menurun (141) : aktivitas/istirahat : (50)
penyakit kronik. 1. Verbalisasi Observasi :
Tanda dan gejala mayor : tingkat kepulihan 1. Identifikasi kesiapan
Subjektif : energi meningkat dan kemampuan
a. Merasa Energi tidak 2. Tenaga meningkat menerima informasi
pulih walaupun telah 3. Kemampuan
tidur melakukan Terapeutik :
b. Mersa kurang tenaga aktivitas rutin 1. Sediakan materi dan
c. Mengeluh lelah meningkat media pengaturan
Objektif : 4. Verbalisasi lelah aktivitas istirahat
a. Tidak mampu menurun 2. Jadwalkan pemberian

Poltekkes Kemenkes Padang


34

mempertahankan 5. Lesu menurun pendidikan kesehatan


aktivitas rutin 6. Nafsu makan sesuai kesepakatan
b. Tampak lesu membaik 3. Berikan kesempatan
Gejala dan tanda minor pada pasien dan
Subjektif : keluarga untuk bertanya
a. Merasa bersalah akibat
tidak menjalankan Edukasi :
tanggungjawab 1. Jelaskan pentingnya
b. libido menurun melakukan aktivitas
Objektif : fisik/istirahat/ olahraga
a.Kebutuhan istirahat secara rutin
meningkat 2. Anjurkan menyusun
jadwal aktivitas dan
istirahat
5. Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas Manajemen Energi (176) :
berhubungan dengan meningkat (149) : Observasi :
kelemahan 1. Kemudahan 2. Identifikasi ganggan
Gejala dan tanda mayor melakukan fungsi tubuh yang
Subjektif : aktivitas mengakibatkan
a. Mengeluh lelah sehari-hari keletihan
Objektif : meningkat 3. Monitor kelelahan fisik
a. Frekuensi jantung 2. Keluhan lelah dan emosional
meningkat > 20% dari menurun 4. Monitor pola jam tidur
kondisi istirahat 3. Dispnea saat 5. Monitor lokasi dan
Gejala dan tanda beraktivitas ketidaknyamanan
Minor : menurun selama melakukan
a. Dispnea saat/setelah 4. Dispnea setelah aktivitas
aktivitas beraktivitas
b. Merasa tidak nyaman menurun Terapeutik :
setelah beraktivitas 5. Sianosis menurun 1. Sediakan lingkungan
c. Merasa lemah 6. Perasaaan lemah nyaman dan redah
Objektif : menurun stimulus
a. Tekanan darah berubah 7. Frekuensi nadi 2. Lakukan latihan rentan
>20% dari kondisi membaik gerak aktif dan/pasif
istirahat 3. Berikan Aktivitas
b. Gambaran EKG distraksi yang
menunjukkan aritmia menenangkan
saat/setelah melakukan
aktivitas Edukasi :
c. Gambaran EKG 1. Anjurkan tirah baring
menunjukkan iskemia 2. Anjurkan melakukan
d. Sianosis aktivitas secara betahap
1. Post Operasi : Tingkat nyeri Manajemen nyeri : (201)
menurun : (145) Observasi :
Nyeri akut berhubungan 11. kemampuan 5. Identifikasi lokasi,
dengan agen pencedera menuntaskan karakteristik durasi,

Poltekkes Kemenkes Padang


35

fisiologis aktivitas frekuensi, kualitas,


Gejala dan tanda meningkat intensitas nyeri
mayor : 12. keluhan nyeri 6. Identifikasi skala nyeri
Subjektif menurun 7. Identifikasi respons
a. Mengeluh nyeri 13. meringis menurun nyeri non verbal
Objektif 14. sikap protektif 8. Identifikasi faktor yang
a. Tampak meringis menurun memperberat dan
b. Bersikap protektif 15. gelisah menurun memperingankan nyeri
c. Gelisah 16. kesulitan tidur
d. Frekuensi nadi menurun Terapeutik :
meningkat 17. anoreksia 5. Berikan teknik non
e. Sulit tidur menurun farmakologis untuk
Gejala dan tanda 18. frekuensi nadi mengurangi rasa nyeri
minor : membaik 6. Kontrol lingkungan yang
Subjektif : 19. pola napas memperberat dan
Objektif : membaik memperingan rasa nyeri
a. Tekanan darah 20. nafsu makan 7. Fasilitasi istirahat dan
meningkat membaik tidur
b. Pola napas berubah 21. pola tidur 8. Pertimbangkan jenis dan
c. Nafsu makan berubah membaik sumber nyeri dalam
d. Proses berpikir pemilihan strategi
terganggu meredakan nyeri
e. Menarik diri
f. Berfokus pada diri Edukasi :
sendiri 4. Jelaskan penyebab,
g. Diaforesis periode, dan pemicu
nyeri
5. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
6. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
meredakan nyeri

Kolaborasi :
1. kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Risiko infeksi Tingkat infeksi Pencegahan infeksi :
berhubungan dengan menurun : Observasi :
penyakit kronis, 1. Demam menurun 1. Monitor tanda dan gejala
ketidakadekuatan 2. Kemerahan infeksi lokal atau
pertahanan tubuh primer , menurun sistemik
ketidakadekuatan 3. Nyeri menurun
pertahanan tubuh 4. Bengkak Terapeutik :
sekunder menurun 1. Batasi jumlah
Faktor resiko : 5. Kadar sel darah pengunjung
a. Penyakit kronis putih membaik 2. Berikan perawatan pada

Poltekkes Kemenkes Padang


36

b. Efek prosedur invansif area kulit edema


c. Malnutrisi 3. Cuci tangan sebelum
d. Peningkatan paparan dan sesudah kontak
organisme patogen dengan pasien
lingkungan 4. Pertahankan teknik
e. Ketidakadekuatan aseptik pada pasien
pertahanan tubuh berisiko tinggi
primer.
1) Gangguan peristaltik Edukasi :
2) Kerusakan integritas 1. Jelaskan tanda gejala
kulit infeksi
3) Perubahan sekresi 2. Anjurkan meningkatkan
pH asupan nutrisi
4) Merokok 3. Anjurkan meningkatkan
5) Status cairan tubuh asupan cairan
f. Ketidakadekuatan
pertahanan sekunder.
1) Penurunan
hemoglobin
2) Imunosupresi
3) Leukopenia
4) Supresi respon
inflamasi
3. Gangguan citra tubuh Citra tubuh Promosi citra tubuh :
berhubungan dengan efek meningkat : Observasi :
tindakan/pengobatan 1.Verbalisasi 7. Identifikasi harapan citra
(pembedahan), perubahan perasaan negative tubuh berdasarkan tahap
struktur/bentuk tubuh, tentang perubahan perkembangan
perubahan fungsi tubuh. tubuh menurun 8. Identifikasi budaya,
Tanda dan gejala mayor 2. verbalisasi agama, jenis kelamin,
Objektif : kekhawatiran pada dan umur terkait citra
a. Mengungkapkan penolakan/reaksi tubuh
kecacatan/kehilangan oranglain menurun 9. Identifikasi perubahan
bagian tubuh 3. Menyembunyikan citra tubuh yang
Subjektif : bagian tubuh mengakibatkan isolasi
a. Kehilangan bagian berlebihan social
tubuh 4. verbalisasi 10. Monitor frekuensi
b. Fungsi/struktur tubuh perubahan gaya pernyataan kritik
berubah/ hilang hidup menurun terhadap diri sendiri
5. fokus pada bagian 11. Monitor apakah pasien
Gejala dan tanda minor tubuh menurun bisa melihat bagian
Subjektif : 6. fokus pada tubuh yang berubah
a. Tidak mau penampilan Terapeutik :
mengungkapkan masalalu menurun 1. Diskusikan perubahan
kecatatan/kehilangan 7. Fokus pada tubuh dan fungsinya
bagian tubuh kekuatan masalalu 2. Diskusikan perbedaan

Poltekkes Kemenkes Padang


37

b. Mengungkapkan menurun penampilan fisik


perasaan negative 8. Melihat bagian terhadap harga diri
tentang perubahan tubuh membaik 3. Diskusikan perubahan
tubuh 9. Menyentuh bagian akibat pubertas,
c. Mengungkapkan tubuh membaik kehamilan, dan penuaan.
kekhawatiran pada 10. Verbalisasi 4. Diskusikan cara
penolakan/reaksi orang kecacatan bagian mengembangkan
lain. tubuh menurun harapan citra tubuh
d. Mengungkapkan 11. Hubungan social secara realistis
perubahan gaya hidup membaik 5. Diskusikan persepsi
pasien dan keluarga
Objektif : tentang perubahan citra
a.Menyembunyikan/ tubuh
menunjukkan bagian Edukasi :
tubuh secara berlebihan 1. Jelaskan kepada
b. Menghindari melihat keluarga tentang
dan/ menyentuh bagian perawatan perubahan
tubuh citra tubuh
c. Fokus berlebihan pada 2. Anjurkan
perubahan tubuh mengungkapkan
d. Respon nonverbal pada gambaran diri terhadap
perubahan dan persepsi citra tubuh
tubuh 3. Latih pengungkapan
e. Fokus pada penampilan kemampuan diri
dan kekuatan masa lalu
f. Hubungan social
berubah

4. Gangguan pola tidur Pola tidur Dukungan tidur : (48)


berhubungan dengan membaik : (96) Observasi :
hambatan lingkungan 1. Kemampuan 1. Identifikasi pola aktivitas
beraktivitas dan tidur
Gejala dan tanda mayor meningkat 2. Identifikasi faktor
Subjektif : 2. Keluhan sulit pengganggu tidur
1. Mengeluh sulit tidur tidur menurun 3. Identifikasi makanan dan
2. Mengeluh sering 3. Keluhan sering minuman yang
terjaga terjaga menurun mengganggu tidur
3. Mengeluh pola tidur 4. Keluhan tidak 4. Identifikasi obat tidur
berubah puas tidur yang dikonsumsi
4. Mengeluh istirahat menurun
tidak cukup 5. Keluhan pola Terapeutik :
5. Mengeluh istirahat tidur berubah 1. Modifikasi lingkungan
tidak cukup menurun 2. Batasi aktu tidur siang,
6. Keluhan istirahat jika perlu
Objektif : tidak puas 3. Fasilitasi
1. (tidak tersedia) menurun menghilangkan stres

Poltekkes Kemenkes Padang


38

Tanda dan gejala minor sebelum tidur


Subjektif : 4. Tetapkan jadwal rutin
1. Mengeluh kemampuan tidur
beraktivitas menurun 5. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan
Objektif kenyamanan
1. (tidak tersedia) 6. Sesuaikan jadwal
pemberian obat dan/
atau tindakan untuk
menunjang siklus
terjaga tidur.

Edukasi :
1. Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit
2. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari
makanan/minuman
yang menggangu tidur
4. Ajarkan faktor-faktor
yang berkontribusi
terhadap gangguan pola
tidur.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan
keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien
mencapai tujuan apa yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus
dimiliki oleh perawat pada tahap implemeentasi adalah kemampuan
komunikasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling
percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor,
kemampuan melakukan observasi sistematis, kemampuan memberikan
pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi.
(Asmadi, 2008).

Implementasi tindakan keperawatan dibedakan menjad tiga kategori, yaitu


independent, interdependent, dan dependen. Independent yaitu kegiatan

Poltekkes Kemenkes Padang


39

yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dari dokter atau tenaga
kesehatan lainnya. Lingkup keperawatan independen antara lain, mengkaji
klien atau keluarga melalui riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik
untuk mengetahui status kesehatan klien, merumuskan diagnosis
keperawatan sesuai respons klien yang memerlukan intervensi
keperawatan ,mengidentifikasi tindakan keperawatan untuk
mempertahankan atau memulihkan kesehatan klien, mengevaluasi respons
klienterhadap tindakan keperawatan dan medis. (Asmadi, 2008).

Interdependent yaitu suatu kegiatan yang memerlukan kerja sama dari


tenaga kesehatan lain (mis, ahli gizi, fisioterapi, dan dokter). Dependen
berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis/ instruksi dari
tenaga medis. Hal lain yang tidak kalah penting pada tahap implementasi
ini adalah mengevaluasi respons atau hasil dari tindakan keperawatan yang
dilakukan terhadap klien serta mendokumentasikan semua tindakan yang
telah dilaksanakan berikut respons atau hasilnnya. (Asmadi, 2008).

Implementasi yang dilakukan pada pasien dengan kanker kolon dalam


meredakan nyeri akut adalah manajemen nyeri, Berikan teknik non
farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, Kontrol lingkungan yang
memperberat dan memperingan rasa nyeri, Fasilitasi istirahat dan tidur,
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri. (SIKI, 2018).

Untuk implementasi resiko infeksi dilakukan membatasi jumlah


pengunjung, memberikan perawatan pada area kulit edema, mencuci tangan
sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, mempertahankan teknik
aseptik pada pasien berisiko tinggi serta memonitor infeksi local pada
pasien. (SIKI, 2018).

Untuk implementasi defisit nutrisi dilakukan memfasilitasi menentukan


program diet, menyajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai,

Poltekkes Kemenkes Padang


40

memberikan makanan yang tinggi kalori dan protein, memberikan


suplemen makanan. Sedangkan untuk implementasi gangguan citra tubuh
dilakukan mendiskusikan perubahan tubuh dan fungsinya, mendiskusikan
perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri, mendiskusikan perubahan
akibat pubertas, kehamilan, dan penuaan, mendiskusikan cara
mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis, mendiskusikan
persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh. (SIKI, 2018).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang
teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Evaluasi dilakukan secara bersinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya
tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari proses keperawatan. Jika
sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari
pengkajian ulang (reassessment). Secara umum, evaluasi ditujukan untuk
melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan, menentukan
apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, dan mengkaji
penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai.

Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil
tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah
perawat mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan guna menilai
keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan
evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah
SOAP, yakni Subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data hasil
pemeriksaan), analisis data ( pembandingan data dengan teori), dan
perencanaan.

Poltekkes Kemenkes Padang


41

Evaluasi sumatif adalah evaluasi evaluasi yang dilakukan setelah semua


aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini
bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah
diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah
melakukan wawancara tahap akhir layanan, menanyakan respons klien dan
keluarga terkait layanan keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir
layanan.

Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan pencapaian


tujuan keperawatan, yaitu : tujuan tercapai jika klien menunjukkan
perubahan sesuai dengan standar yang telah ditentukan, tujuan tercapai
sebagian atau klien masih dalam proses pencapaian tujuan jika klien
menunjukkan perubahan pada sebagian criteria yang telah ditetapkan.
Tujuan tidak tercapai jika klien hanya menunjukkan sedikit perubahan dan
tidak ada kemajuan sama sekali serta dapat masalah baru. (Asmadi, 2008).

Evaluasi akhir yang diharapkan pada pasien dengan kanker kolon yaitu
mengkonsumsi diet sehat dan mempertahankan keseimbangan cairan,
mengalami penurunan ansietas, mempertahankan insisi, stoma dan luka
tetap bersih, mengungkapkan perasaan dan kekhawatiran mengenai diri
sendiri dan pulih tanpa mengalami komplikasi. (Brunnner & Suddarth,
2013).

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
penelitian ini adalah deskriptif, dalam bentuk studi kasus. Penelitian deskriptif
adalah Penelitian yang berusaha untuk menggambarkan fenomena yang terjadi
secara nyata, realistik, aktual, nyata dan pada saat ini, karena penelitian ini
untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki ( Rujakat, 2018).

B. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah di lakukan di ruangan IRNA Bedah RSUP Dr. M Djamil
Padang. Waktu penelitian dimulai dari bulan Desember 2020 sampai Juni 2021.
pengambilan data pada tanggal 19- 24 Mei 2021.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari satu variabel yang menyangkut masalah
yang di teliti. Variabel tersebut berupa orang, kejadian, perilaku, atau
sesuatu lain yang akan dilakukan peneliti. Populasi dari penelitian ini
adalah semua pasien dengan Kanker Kolon di ruangan IRNA Bedah RSUP
Dr. M Djamil pada tahun 2021. Pada saat dilakukan pengambilan kasus
ditemukan sebanyak 2 kasus pasien kanker kolon yang sedang dalam
perawatan di Ruang IRNA Bedah RSU P Dr. M. Djamil Padang.

2. Sampel
Sampel adalah sebuah gugus atau jumlah tertentu anggota himpunan yang
dipilih dengan cara tertentu agar mewakili populasi. Cara pengambilan
sampel (sampling) merupakan cara pengambilan sejumlah sampel agar
dapat mewakili jumlah dan karakterisitik populasinya (Supardi dkk,2013).

Poltekkes Kemenkes Padang


42
43

Sampel penelitian ini diambil sebanyak satu orang secara purposive


sampling. Purposive sampling adalah menentukan pemilihan sampel
dengan alasan tertentu, disa dikarenakan alasan mudah mendapatkan data
maupun alasan lainnya. (Jaya, 2019).

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :


a. Kriteria Inklusi
1) Pasien dan keluarga bersedia menjadi responden
2) Pasien dirawat dengan keadaan kooperatif
b. Kritera Ekslusi
1) Pasien dengan Kanker Kolon yang telah mengalami metastase
2) Pasien yang dilakukan perawatan kurang dari 5 hari karena pulang
atau meninggal.

Pada saat dilakukan pengambilan kasus ditemukan sebanyak 2 kasus


pasien kanker kolon yang sedang dalam perawatan di Ruang IRNA Bedah
RSU P Dr. M. Djamil Padang. Namun, yang memenuhi kriteria hanya satu
orang, dikarenakan pada kasus lainnya pasien hanya melakukan
kemotherapy dan dirawat kurang dari 5 hari perawatan.

D. Alat dan Instrumen Pengumpulan Data


Alat atau instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah format tahapan
proses keperawatan medikal bedah mulai dari pengkajian sampai pada evaluasi.
Instrumen pengumpulan data berupa format tahapan proses keperawatan pada
pasien dengan Kanker Kolon mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
Cara pengumpulan data mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi, dan
studi dokumentasi.

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah pemeriksaan fisik yang terdiri
dari Stetoskop, Sphygmomanometer, Termometer dan Penlight.

Poltekkes Kemenkes Padang


44

E. Jenis-Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti
secara langsung dari sumber datanya (Siyoto, 2015). data primer dalam
penelitian ini dikumpulkan langsung dari pasien seperti pengkajian pada
pasien dan keluarga, meliputi indentas pasien dan keluarga pasien serta
pemeriksaan fisik pada pasien.

Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan langsung dari pasien seperti
pengkajian pada pasien dan keluarga, meliputi : identitas pasien dan
keluarga serta pemeriksaan fisik terhadap pasien.

2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari
berbagai sumber yang telah ada (penelii sebagai tangan kedua). Data
sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro pusat statistik,
buku, laporan,jurnal dan lain-lain (Siyoto, 2015)

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari rekam medis dan
Ruangan Bedah Pria RSUP Dr. M Djamil Padang. Data sekunder adalah
berupa bukti, data penunjang, catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip yang tidak dipublikasikan.

F. Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data penelitian melalui pengamatan
terhadap suatu objek atau proses, baik secara visual maupun menggunakan
alat. Kelebihan dalam observasi adalah memerlukan pedoman untuk
pegamatan (Supardi dkk,2013)
Dalam observasi peneliti melihat keadaan pasien, dan keadaan umum
pasien. Selain itu peneliti juga mengamati dan mengobservasi tindakan apa
saja yang dilakukan kepada pasien.

Poltekkes Kemenkes Padang


45

2. Pengukuran
Pengukuran adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan mengukur
objek yang akan di teliti dnegan alat ukur tertentu, misalnya berat badan
dengan mengguanakan timbangan berat badan, tekanan darah dengan
tensimeter dan stetoskop dan sebaginya ( Supardi dkk,2013).

Dalam penelirian ini, peneliti mengukur menggunakan alat ukur


pemeriksaan, seperti melakukan pengukuran tekanan darah, menghitung
frekuensi nadi dan tanda- tanda vital lainnya.

3. Wawancara
Wawancara adalah cara pengumpulan data dalam penelitian dengan
menggunakan pertanyaan yang akan diajukan langsung kepada responden
secara lisan lalu responden menjawabnya. Wawancara bisa dilakukan
secara tatap muka antara peneliti dengan responden ataupun cara lain nya
misalnya melalui telepon (Supardi dkk,2013).

Dalam penelitian ini wawancara yang akan dilakukan dengan


menggunakan pedoman wawancara bebas terpimpin. Wawancara jenis ini
merupakan kombinasi dari wawancara tidak terpimpin dan wawancara
terpimpin. Walaupun terdapat unsur kebebasan, tapi ada pengarah
pembicara secara tegas dan terarah. Jadi wawancara ini mempunyai ciri
yang fleksibelitas tapi memiliki arah yang jelas.

4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data untuk
memperoleh informasi melalui fakta yang tersimpan dalam bentuk data
sekunder, misalnya rekam medis pasien, laporan bulanan, laporan tahunan,
catatan pasien dan lain sebagainya (Supardi dkk,2013).

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PENGKAJIAN

Bab ini akan menguraikan asuhan keperawatan beserta analisis pada pasien
Kanker Kolon sebagai kasus kelolaan. Pengambilan kasus dilakukan tanggal
di 19-24 Mei 2021 Ruang IRNA Bedah Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang.

A. HASIL PENELITIAN
PRE OPERASI
1. Pengkajian

Pasien Tn. B berjenis kelamin laki-laki berumur 67 tahun merupakan


seorang pedagang sayur dengan 5 orang anak. Pendidikan pasien yaitu
tamatan SD. Pasien masuk ke RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal
17 Mei 2021, atas rujukan Rsi Yarsi Ibnu Sina Pasaman Barat, sekarang
pasien masih di rawat di Ruang Bedah Pria.

Pasien masuk dengan keluhan utama benjolan di perut sejak  2 bulan


yang lalu disertai dengan nyeri pada abdomen. BAB keras bewarna
hitam. Pasien juga merasakan penurunan nafsu makan sejak ±1 bulan
disertai dengan penurunan berat badan.

Pada saat dilakukan pengkajian pada hari Rabu tanggal 1 9 M e i 2021


pukul 10.00 WIB diruang bedah pria, pasien mengatakan terdapat
benjolan pada perut bekas operasi sebelumnya, pasien juga mengeluh
nyeri, nyeri hilang timbul pada bagian abdomen dengan skala nyeri 3 ,
durasi  5 menit, nyeri terasa apabila dibawa bergerak, nyeri seperti
ditusuk- tus uk . pasien juga mengatakan cemas dan akan penyakitnya
karena akan dilakukan operasi, pasien mengatakan bingung dan merasa
tidak berdaya nafsu makan berkurang sejak sebulan yang lalu dan
mengalami penurunan berat badan dari 60 kg menjadi 50 kg.

46 Poltekkes Kemenkes Padang


47

Pasien mengatakan pernah menderita penyakit kanker kolon sebelumnya


dan telah mengalami operasi  4 tahun yang lalu. Dalam keluarga pasien
tidak ada anggota keluarga pasien yang pernah menderita penyakit yang
sama dengannya dan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai
riwayat penyakit keturunan seperti jantung, hipertensi, dan DM, pasien
juga mengatakan BAB nya pernah berdarah dan sering sembelit.

Pada kebutuhan dasar pasien diantaranya untuk pola nutrisi, pasien


mengatakan nafsu makan menurun sejak 1 bulan yang lalu, pasien hanya
menghabiskan ½ porsi makanan yang diberikan karena sudah merasa
kenyang, pasien mengatakan mengalami penurunan berat badan, BB
sebelum sakit ±60 Kg, dan BB sekarang ±50 Kg, mukosa mulut kering,
ada karies gigi, kemampuan mengunyah baik.

Kebiasaan makan dirumah pasien makan 3x sehari nasi dan lauk pauk,
jarang memakan sayur dan buah-buahan dan kurang minum air putih.
Pasien suka memakan makanan yang mengandung micin dan MSG
seperti makan mie instan. IMT pasien 20,5 kg/B . Penatalaksanaan yang
diberikan untuk kebutuhan nutrisi adalah diet MC (makanan cair berupa
susu dan jus buah), selama dirumah sakit pasien menghabiskan ± 3-4
botol aqua ukuran sedang dalam sehari / 1.800-2.400 ml.

Sedangkan untuk pola eliminasi saat sebelum operasi BAB nya 1x sehari
warna agak hitam kekuningan dan konsistensi lunak dan bau khas. BAK
tidak ada masalah, klien BAK 5-7 x dalam sehari dengan konsistensi cair,
warna bening kekuningan, bau khas. Setelah operasi pasien mengatakan
BAB 1x sehari pasien memakai pampers, karakter feses hitam
kekuningan, pasien mengatakan konsistensi kadang cair kadang lunak.
BAK tidak ada masalah,pasien menggunakan kateter dengan konsistensi
cair, warna hitam kekuningan, bau khas.

Poltekkes Kemenkes Padang


48

Pasien mengatakan saat sebelum operasi tidak dapat tidur karena cemas,
dan hanya tidur  6-8 jam dan pasien tidur siang selama 30 menit- 2 jam.
Pada saat setelah operasi pasien mengatakan tidur ± 4-6 jam/hari, pasien
mengatakan tidurnya terganggu karena nyeri dan disekitarnya terlalu
berisik, pasien juga mengatakan sering terbangun pada saat malam hari.
Untuk pola aktivitas pasien mengatakan badannya terasa lemas, cepat
lelah apabila dibawa beraktivitas walaupun pasien hanya terbaring
ditempat tidur dan segala aktivitas dibantu oleh keluarga.

Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik sebelum operasi pasien tampak


lemah, cemas dan gelisah, kesadaran compos mentis dengan GCS : 15,
TD 142/87 mmHg, Nadi: 72x/I, Suhu: 36,5ºC, Berat badan pasien 50 Kg
dan tinggi badan pasien 156 cm. Rambut mudah rontok, tidak ada
benjolan di kepala pasien.Wajah pasien tampak pucat dan lesu, terkadang
pasien meringis karena nyeri pada abdomennya. Mata pasien terlihat
simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil
isokor, reaksi pupil 2mm/2mm. reflek terhadap cahaya positif.
Penggunaan alat bantu baca(-), lensa kontak (-), Hidung simetris, tidak
terdapat benjolan, penciuman masih tajam,tidak ada sekret, tidak ada
pernafasan cuping hidung. Mukosa bibir kering dan tidak terdapat
sariawan. Telinga pasien simetris kiri dan kanan, terdapat serumen, tidak
ada luka dan benjolan pada telinga pasien, tidak menggunakan alat bantu
dengar. Pada leher tidak terdapat pelebaran vena jugularis, tidak terdapat
peradangan kelenjar getah bening, tidak terjadi pembengkakan kalenjer
tyroid.

Pada pemeriksaan paru di dapatkan dada terlihat simetris, tidak terdapat


tarikan dinding dada, saat dilakukan palpasi tidak ada masa dan benjolan,
fremitus kiri dan kanan, saat dilakukan perkusi terdengar sonor, bunyi
irama nafas vesikular. Saat dilakukan pemeriksaan jantung didapatkan
ictus cordis tidak terlihat dan ictus cordis saat di palpasi teraba, saat
diperkusi bunyi terdengar redup dan saat auskultasi irama jantung

Poltekkes Kemenkes Padang


49

terdengar reguler. Saat dilakukan pemeriksaan abdomen didapatkan perut


perut buncit, terlihat bekas operasi dahulu  10-12 cm di sebelah kiri
dekat simfisis pubis/ descending kolon. Kulit mengkilap dan kering. Pada
saat palpasi terasa benjolan di perut dan terdapat nyeri tekan pada area
usus besar, pada saat diauskultasi terdengar bising usus 15x/menit, saat
diperkusi terdengar bunyi timpani. Pada ekstremitas atas tidak terdapat
edema, pada ekstremitas bawah tidak ditemukan edema. Pasien hanya
terbaring ditempat tidur, deformitas (-), tremor(-).

Pasien mengatakan saat ini merasa cemas dengan keadaannya sekarang


dan kadang merasa putus asa karena penyakitnya tidak kunjung sembuh,
emosi pasien terkontrol dan tidak ada kesulitan untuk mengungkapkan
apa saja yang dirasakan. Pasien mengatakan hubungan pasien dengan
keluarga dan masyarakat baik, pasien mengatakan keluarganya selalu
mendukung dan memberikan support untuk kesembuhan pasien sehingga
pasien tidak merasa sendiri menghadapi penyakitnya.

Berikut hasil program dan rencana pengobatan Tn.B pada tanggal 19-21
Mei 2021 terdiri dari kalnex 3x sehari, vit k 3x sehari, Metronidazole 3x
sehari, dan eritromisin 3x sehari.

Hasil pemeriksaan laboratorium hematologi pada tanggal 10 mei 2021


kimia klinik didapatkan total protein 7.2 g/dL, Albumin 3.7 g/dL,
Globulin 3.5 g/dL, SGOT 31 U/L, SGPT 32 U/L, Ureum darah 17 mg/dL,
kreatinin darah 0.8 mg/dL, gula darah sewaktu 154 mg/dL. Pemerikasaan
elektrolit didapatkan natrium 134 mmol/L, kalium 3.8 mmol/L dan
Klorida 110 mmol/L. dengan kesimpulan albumin turun, globulin
meningkat, dan natrium turun. Dan hasil pemeriksaan laboratorium
hematologi di dapatkan hemoglobin 14,1 g/dL, Leukosit 7,34 103/m3,
trombosit 291 103/m3, hematokrit 42% , eritrosit 4,69 106/µL. Pada
hitung jenis basofil 0%, eosinofil 5%, neutrofil batang 0%, neutrofil
segmen 54%, Limfosit 29%, Monosit 12%.dan Hemostasis PT 10.9 detik,

Poltekkes Kemenkes Padang


50

INR 1.03 detik, PT control 11.1 detik, APTT 27.1 detik dan APTT
control 27.4 detik. Kesimpulannya pasien mengalami monositosis.

2. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan analisis data pada tanggal pengkajian 19 mei 2021
ditemukan masalah keperawatan pada pasien ansietas berhubungan
dengan krisis situasional. Data subjektif maupun objektif yang
menunjang masalah keperawatan ini adalah pasien mengatakan cemas
dan khawatir pada penyakitnya karena akan dilakukan operasi laparatomi
pasien mengatakan bingung dan merasa tidak berdaya. Selanjutnya
ditemukan masalah keperawatan yaitu nyeri kronis berhubungan dengan
infiltrasi tumor. Daya subjektif dan objektif yang menunjang masalah
keperawatan ini adalah pasien mengeluh nyeri pada abdomen skala nyeri
 3 dan nyeri hilang timbul seperti ditusuk-tusuk. Pasien juga
mengeluhkan nafsu makan berkurang dan hanya menghabiskan 3/4 porsi
makan.

Berdasarkan data tersebut dapat ditegakkan diagnosa keperawatan pre


operasi yang pertama adalah ansietas berhubungan dengan krisis
situasional. Diagnosa keperawatan yang kedua adalah nyeri kronis
berhubungan dengan infiltrasi tumor.

3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan yang akan dilakukan pada pasien masalah
keperawatan ansietas adalah reduksi ansietas dengan lakukan identifikasi
saat tingkat ansietas berubah, identifikasi kemampuan mengambil
keputusan, monitor tanda-tanda ansietas, ciptakan suasana terapeutik
untuk menumbuhkan kepercayaan, temani pasien untuk mengurangi
kecemasan, pahami situasi yang membuat ansietas, dengarkan dengan
penuh perhatian, gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan,
tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan, anjurkan

Poltekkes Kemenkes Padang


51

keluarga untuk tetap bersama pasien, anjurkan mengungkapkan perasaan


dan persepsi, latih teknik relaksasi (napas dalam).

Rencana keperawatan yang dilakukan pada pasien masalah nyeri kronis


adalah manajemen nyeri dengan lakukan identifikasi lokasi,
karakteristik,durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi skala
nyeri, identifikasi respons nyeri non verbal, identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri, berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri, kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri, fasillitasi istirahat dan tidur, jelaskan strategi meredakan nyeri,
anjurkan menggunakan analgetik secara tepat, ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

Rencana keperawatan yang akan dilakukan pada pasien denngan masalah


keperawatan risiko defisit nutrisi adalah manajemen nutrisi dengan
melakukan identifikasi status nutrisi, alergi dan intoleransi makantuan,
makanan yang disukai, kebutuhan kalori dan jenis nutrien, monitor
asupan makan, monitor berat badan, monitor hasil pemeriksaan
laboratorium, fasilitasi menentukan program diet, sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai, berikan makanan yang tinggi serat untuk
mencegah konstipasi, berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein,
ajarkan diet yang diprogramkan, kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan, dan kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang dibutuhkan.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang telah dilakukan pada pasien mulai dari tanggal 19
Mei 2021 sampai dengan tanggal 21 Mei 2021 pada masalah ansietas
berhubungan dengan krisis situasional adalah mengidentifikasi saat
tingkat ansietas berubah, mencek tanda-tanda ansietas (bingung, khawatir,
sulit berkonsentrasi, gelisah, tegang, sulit tidur, peningkatan napas, nadi
dan tekanan darah, pucat, tremor). Menciptakan suasana terapeutik untuk

Poltekkes Kemenkes Padang


52

menumbuhkan kepercayaan dengan cara aktif mendengarkan pasien


ketika berbicara dan menunjukkan minat pada cerita pasien, menemani
pasien untuk mengurangi kecemasan, menggunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan, memotivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan dengan menanyakan penyebab pasien cemas,
menganjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, melatih kegiatan
pengalihan untuk mengurangi ketegangan (menonton, mendengarkan
lagu, ceramah agama), dan melatih teknik relaksi (napas dalam).

Implementasi yang telah dilakukan pada nyeri kronis adalah


mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, mengidentifikasi skala nyeri, identifikasi respons nyeri
non verbal, mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri (batuk, berbicara, bergerak banyak), memberikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( napas dalam dan
distraksi pendengaran dan penglihatan), mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri, memfasillitasi istirahat dan tidur, menjelaskan
strategi meredakan nyeri dengan napas dalam dan pengobatan dari dokter,
menganjurkan menggunakan analgetik secara tepat, memberikan obat
kalnex 500mg 3x sehari, vit k 10 mg 3x sehari, metronidazole 500mg 3x
sehari, eritromisin 250 mg 3x sehari.

Implementasi yang telah dilakukan pada masalah risiko defisit nutrisi


adalah mengidentifikasi status nutrisi (IMT 20,5 dalam batasan normal),
alergi dan intoleransi makanan , makanan yang disukai, kebutuhan kalori
dan jenis nutrien, mencek asupan makan habis atau tidak , memonitor
berat badan dengan mencek berat badan 50 kg, memonitor hasil
pemeriksaan laboratorium, memfasilitasi menentukan program diet
(Makanan cair yang mengandung banyak serat), menyajikan makanan
secara menarik dan suhu yang sesuai, memberikan makanan yang tinggi
serat untuk mencegah konstipasi (susu dan jus buah), memberikan
makanan tinggi kalori dan tinggi protein, mengajarkan diet yang

Poltekkes Kemenkes Padang


53

diprogramkan MC (Makanan Cair), berkolaborasi dalam pemberian


medikasi sebelum makan, dan berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan.

5. Hasil Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5 hari dan dievaluasi serta
dilakukan modifikasi pada Tn.B, maka didapatkan hasil evaluasi pada
masalah Ansietas berhubungan dengan krisis situasional yaitu pasien
mengatakan cemasnya sudah jauh berkurang dari awal masuk, pasien
sudah bisa mengontrol rasa cemasnya dengan latihan teknik relaksasi dan
pengalihan untuk mengurangi ketegangan dengan mendengarkan lagu
dan film atau lainnya. Masalah ansietas sudah teratasi intervensi
dihentikan.

Pada masalah nyeri kronis yang berhubungan dengan infiltrasi tumor


yaitu pasien mengatakan nyeri sudah jauh berkurang dari awal masuk
rumah sakit dan pasien mengatakan dapat mengontrol nyeri dengan cara
teknik nafas dalam, dan pasien dapat mengenali skala nyeri,durasi dan
hal pemberat dan cara mengurangi nyerinya. Masalah nyeri kronis sudah
teratasi dan intervensi dihentikan.

Pada masalah risiko defisit nutrisi ditandai dengan infiltrasi tumor yaitu
pasien mengatakan porsi makan yang dihabiskan sudah lebih meningkat
dibanding awal masuk rumah sakit. Yang sebelumnya hanya
menghabiskan 1/2 porsi sekarang 3/4 porsi makan.

POST OPERASI
1. Pengkajian
Pada tanggal 22 Mei 2021 dilakukan pengkajian ulang pada pukul 10.00
WIB di ruang bedah pria, pasien mengeluh nyeri pada bagian abdomen
tempat luka operasinya, skala nyeri  6 , nyeri hilang timbul dan seperti
ditusuk-tusuk, durasi nyeri  5 menit, nyeri terasa lebih berat saat

Poltekkes Kemenkes Padang


54

bergerak dan batuk. Pasien juga mengatakan perutnya terasa menegang.


Pasien juga mengeluhkan sulit tidur, sulit untuk memulai tidur karena
nyeri perutnya, dan juga karena tidak terbiasa dengan lingkungan rumah
sakit. Pasien mengatakan lukanya tampak kemerahan.

Pada kebutuhan dasar pasien diantaranya untuk pola nutrisi, pasien


mengatakan nafsu makan menurun, pasien hanya menghabiskan ½ porsi
makanan yang diberikan karena sudah merasa kenyang, mukosa mulut
kering, ada karies gigi, kemampuan mengunyah baik. Kebiasaan makan
setelah operasi pasien makan 3x sehari makanan cair (MC) makanan cair
berupa susu dan jus buah.

Sedangkan untuk pola eliminasi setelah operasi pasien mengatakan BAB


1x sehari pasien memakai pampers, karakter feses hitam kekuningan,
pasien mengatakan konsistensi kadang cair kadang lunak. BAK tidak ada
masalah, pasien menggunakan kateter, klien BAK 1-2x dalam sehari
dengan konsistensi cair, warna hitam kekuningan, bau khas.

Pada saat setelah operasi pasien mengatakan tidur ± 4-6 jam/hari, pasien
mengatakan tidurnya terganggu karena nyeri dan disekitarnya terlalu
berisik, pasien juga mengatakan sering terbangun pada saat malam hari.
Untuk pola aktivitas pasien mengatakan badannya terasa lemas, cepat
lelah apabila dibawa beraktivitas walaupun pasien hanya terbaring
ditempat tidur dan segala aktivitas dibantu oleh keluargadan perawat.

Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik setelah operasi pasien tampak


lemah, lesu dan tidak bersemangat , kesadaran compos mentis dengan
GCS : 15, TD 140/76 mmHg, Nadi: 102x/I, Suhu: 36,5ºC, Berat badan
pasien 50 Kg dan tinggi badan pasien 156 cm. Rambut mudah rontok,
tidak ada benjolan di kepala pasien.Wajah pasien tampak pucat dan lesu,
terkadang pasien meringis karena nyeri pada abdomennya. Mata pasien
terlihat simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,

Poltekkes Kemenkes Padang


55

pupil isokor, reaksi pupil 2mm/2mm. reflek terhadap cahaya positif.


Penggunaan alat bantu baca(-), lensa kontak (-), Hidung simetris, tidak
terdapat benjolan, penciuman masih tajam,tidak ada sekret, tidak ada
pernafasan cuping hidung. Mukosa bibir kering dan tidak terdapat
sariawan. Telinga pasien simetris kiri dan kanan, terdapat serumen, tidak
ada luka dan benjolan pada telinga pasien, tidak menggunakan alat bantu
dengar. Pada leher tidak terdapat pelebaran vena jugularis, tidak terdapat
peradangan kelenjar getah bening, tidak terjadi pembengkakan kalenjer
tyroid.

Pada pemeriksaan paru di dapatkan dada terlihat simetris, tidak terdapat


tarikan dinding dada, saat dilakukan palpasi fremitus taktil normal, saat
dilakukan perkusi terdengar sonor, bunyi irama nafas vesikular. Saat
dilakukan pemeriksaan jantung didapatkan ictus cordis tidak terlihat dan
ictus cordis saat di palpasi teraba, saat diperkusi bunyi terdengar redup
dan saat auskultasi irama jantung terdengar reguler. Saat dilakukan
pemeriksaan abdomen didapatkan perut buncit, terlihat luka operasi
 10-12 cm di sebelah kiri/ descending kolon, luka jaitannya masih
sedikit basah dan menggunakan drain. Kulit mengkilap dan kering. Pada
saat palpasi terasa benjolan di perut dan terdapat nyeri tekan pada area
usus besar descending dekat simfisis pubis, pada saat diauskultasi
terdengar bising usus 15x/menit, saat diperkusi terdengar bunyi timpani.
Pada ekstremitas atas tidak terdapat edema, pada tangan kiri terpasang
infus, pada ekstremitas bawah tidak ditemukan edema. Pasien hanya
terbaring ditempat tidur, deformitas (-), tremor(-).

Pasien mengatakan saat ini merasa cemas dengan keadaannya sekarang


dan kadang merasa putus asa karena penyakitnya tidak kunjung sembuh,
emosi pasien terkontrol dan tidak ada kesulitan untuk mengungkapkan
apa saja yang dirasakan. Pasien mengatakan hubungan pasien dengan
keluarga dan masyarakat baik, pasien mengatakan keluarganya selalu

Poltekkes Kemenkes Padang


56

mendukung dan memberikan support untuk kesembuhan pasien sehingga


pasien tidak merasa sendiri menghadapi penyakitnya.

Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 21 Mei 2021 didapatkan


Hemoglobin 13,9 g/dl, leukosit 22.510/mm3, Trombosit
296.000/mm3,Hematokrit 40%, MCV 88 fL, MCH 31 pg, MCHC 35%.
dengan kesimpulan pasien mengalami leukositosis.

Berikut hasil program dan rencana pengobatan Tn.B pada tanggal 22-24
Mei 2021 terdiri dari ceftriaxone 2x 1 g sehari, Ranitidine 2x 50 mg
sehari, ketorolac 3x 30 mg sehari kalnex 3x 500 mg sehari, vit k 3x 10
mg sehari.

2. Diagnosa keperawatan
Dan pada tanggal 22 Mei 2021 ditemukan masalah keperawatan pada
pasien nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik. Data
subjektif maupun objektif yang menunjang masalah keperawatan ini
diangkat adalah pasien mengatakan nyeri hilang timbul pada daerah
laparatomi, pasien merasakan nyeri dengan skala 6 durasi 3-5 menit,
nyeri terasa lebih berat apabila dibawa bergerak dan batuk, nyeri seperti
ditusuk-tusuk, pasien tampak,meringis tampak luka insisi post operasi
dibagian abdomen.

Selanjutnya ditemukan masalah keperawatan gangguan pola tidur


berhubungan dengan hambatan lingkungan. Adapun data-data subjektif
maupun objektif diangkat masalah ini diantaranya terdapat pasien
mengatakan sulit tidur karena nyeri pada perutnya, pasien mengatakan
sulit untuk memulai tidur dan pasien mengatakan sering terbangun ketika
tidur dan sulit melanjutkannya pasien hanya tidur  4-6 jam sehari dan
pasien mengeluh istirahat kurang.

Poltekkes Kemenkes Padang


57

Masalah keperawatan yang terakhir ditemukan adalah Risiko infeksi


berhubungan dengan . Data yang didapatkan pasien mengatakan sulit
bergerak dan tidak mampu untuk membersihkan kolostomi sendiri pasien
mengatakan tidak mampu mandi sendiri tanpa adanya bantuan dari
keluarga, KU lemah ,kesadaran komposmentis, rambut dan kepala
tampak kotor dan bau, ADL terpenuhi dengan bantuan.

3. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan yang akan dilakukan pada pasien post operasi
masalah keperawatannya nyeri akut adalah manajemen nyeri dengan
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekunsi, kualitas, dan factor presipitasi, observasi
reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan, kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan,
kurangi factor presipitasi nyeri, pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi, interpersonal), ajarkan teknik non
farmakologi, berikan analgetik untuk mengurangi nyeri, evaluasi tingkat
keefektifan control nyeri, tingkatkan istirahat, monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri.

Rencana keperawatan yang akan dilakukan pada pasien masalah


gangguan pola tidur adalah identifikasi pola aktivitas dan tidur,
identifikasi faktor pengganggu tidur, identifikasi makanan dan minuman
yang mengganggu tidur, modifikasi lingkungan, batasi waktu tidur siang,
fasilitaasi menghilangkan stres sebelum tidur, lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan, jelaskan pentingnnya tidur cukup selama
sakit, ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola
tidur.

Rencana masalah keperawatan risiko infeksi berhubungan dengan


penyakit kronis adalah monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
sistemik, batasi jumlah pengunjung, berikan perawatan kulit pada area

Poltekkes Kemenkes Padang


58

edema, cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien, pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi,
jelaskan tanda dan gejala infeksi, ajarkan cara mencuci tangan dengan
benr, ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau operasi, anjurkan
meningkatkan asupan nutrisi, ,anjurkan meningkatkan asupan cairan.

4. Implementasi keperawatan
Implementasi yang telah dilakukan pada tanggal 22-24 Mei 2021 pada
masalah Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik adalah cek
riwayat alergi (ceftriaxone), menentukan jumlah analgesik yang
digunakan, mencek tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan
dan suhu), mencek pemberian analgesic selama 24 jam, terapi
pengobatan Nacl 0,9%, ceftriaxone 2x 1 mg sehari, ranitidine 2x 50 mg
sehari, ketorolac 3x 30 mg sehari, kalnex 3x 500 mg sehari, vit k 3x 10
mg sehari.

Implementasi yang telah dilakukan pada masalah gangguan pola tidur


berhubungan dengan hambatan lingkungan adalah mengidentifikasi pola
aktivitas dan tidur, mengidentifikasi faktor pengganggu tidur,
mengidentifikasi makanan dan minuman yang mengganggu
tidur( menganjurkan untuk tidak meminum kopi), memodifikasi
lingkungan (memindahkan barang yang dapat mengganggu pasien, suhu
ruangan 20 sampai 25 derajat celcius), membatasi waktu tidur siang
(cukup 15-20 menit), memfasilitaasi menghilangkan stres sebelum tidur
yaitu dengan menyampaikan keluhan dan hal yang menggangu pikiran
pasien, melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan dengan
membaca bacaan ringan , menjelaskan pentingnnya tidur cukup selama
sakit (saat tidur penyembuhan terjadi lebih cepat, karena saat tidur tubuh
memproduksi hormon pertumbuhan sehingga ada proses perbaikan tubuh,
proses itu membantu memperbaiki sel dan meningkatkan sel T yang
bertugas melawan penyakit) , mengajarkan faktor-faktor yang

Poltekkes Kemenkes Padang


59

berkontribusi terhadap gangguan pola tidur (tidak berdebat sebelum tidur


dan melakukan hal yang dapat memancing emosi pasien).

Implementasi yang telah dilakukan pada masalah keperawatan risiko


infeksi berhubungan dengan penyakit kronis adalah memonitor tanda dan
gejala infeksi lokal dan sistemik (mencek adanya kemerahan, sakit/nyeri,
demam, pembengkakan dan penurunan fungsi pada daerah luka),
membatasi jumlah pengunjung, mencuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungan pasien, menjelaskan tanda dan
gejala infeksi (kemerahan, sakit/nyeri, demam, pembengkakan dan
penurunan fungsi pada daerah luka), mengajarkan cara mencuci tangan
dengan benar, mengajarkan cara memeriksa kondisi luka atau operasi,
menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi dengan banyak makan
makanan yang bergizi dan mengandung banyak serat seperti buah dan
sayur (jeruk, apel, pisang, bayam, kangkung,dll), menganjurkan
meningkatkan asupan cairan dengan banyak minum air putih minimal 8
gelas perhari.

5. Evaluasi
Pada masalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik yaitu
pasien mengatakan nyeri sudah jauh berkurang dari awal masuk rumah
sakit, pasien mampu untuk mengontrol nyeri dengan cara teknik nafas
dalam, pasien mampu mengenali nyeri (skala nyeri : 2, durasi : 2-3 menit,
nyeri kadang terasa saat dibawa bergerak, masalah nyeri akut teratasi
dimana kenyamanan fisik, control nyeri, dan level nyeri sudah teratasi
dan intervensi pada masalah nyei akut dihentikan.

Pada masalah Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan


lingkungan setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5 hari masalah
gangguan pola tidur teratasi, pasien mengatakan tidurnya sudah mulai
nyenyak dan sudah tidak sering terbangun lagi, pasien sudah tidak sulit

Poltekkes Kemenkes Padang


60

lagi untuk memulai tidur dan keluhan tidak cukup istirahat telah teratasi
dan intervensi pada masalah gangguan pola tidur dihentikan.

Pada masalah risiko infeksi ditandai dengan penyakit kronis, setelah


dilakukan intervensi masalah teratasi sebagian keluhan nyeri pada luka
post operasi masih ada. Pasien mengatakan lukanya sedikit berdarah
karena pasien bergerak leukosit pasien juga masih mengalami
peningkatan . Intervensi pada masalah risiko infeksi tetap dilanjutkan
oleh perawat ruangan.

B. PEMBAHASAN KASUS

Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membandingkan hasil penelitian


dengan teori dengan hasil penelitian orang lain asuhan keperawatan pada
pasien dengan kasus Kanker Kolon yang telah dilakukan sejak tanggal 19 Mei
- 24 Mei 2021 di Ruang IRNA Bedah Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian,masalah keperawatan yang
muncul (diagnosa keperawata), rencana keperawatan, implementasi
keperawatan dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian
PRE OPERASI
a. Identitas klien

Pasien didapatkan jenis kelamin laki-laki, Dan usia pasien 67 tahun. Hal
ini juga sesuai dengan teori (Sastrosudarmo, 2012) yang mengatakan
bahwa kanker kolon didominasi oleh orang berumur 40 tahun keatas dan
puncaknya umur 60-75 tahun.

Menurut (Rizki, K.P et,al. 2015) dalam penelitiannya mengatakan bahwa


kanker kolon umumnya ditemukan pada usia diatas 40 tahun, namun
juga dapat menyerang pasien dengan komplikasi penyakit sindrom
Gardner, sindrom Turcot, Kolitis ulseratif, kolitis granulomatosa serta
pada poliposis multipel familial. Menurut analisa peneliti terdapat

Poltekkes Kemenkes Padang


61

kesamaan antara teori dan kasus yaitu sama-sama terjadi pada usia diatas
40 tahun.

Pada kasus, pasien berusia 67 tahun diperkuat dengan penelitian Weni


Amelia (2017) pada pasien dengan diagnosis Kanker kolon menunjukkan
bahwa umur mereka rata-rata sekitar 50 tahun dan mayoritas pasien
adalah pria. Kematian terbesar dari Kanker Kolon adalah kelompok
umur >50 tahun.

b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Pasien masuk dengan keluhan utama benjolan di perut sejak  2 bulan
yang lalu disertai dengan nyeri pada abdomen. BAB keras berwarna
hitam. Pasien juga merasakan penurunan nanfsu makan sejak  1 bulan
disertai dengan penurunan berat badan.

Hal ini sesuai dengan teori Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson,
2012) yang mengatakan bahwa gejala dan tanda kanker kolon
bervariasi berdasarkan letaknya, gejala dan tanda kanker kolon kiri
adalah : (1) perubahan yang nyata pada kebiasaan usus (konstipasi atau
diare, tinja berbentuk pensil atau pita, tenesmus), (2) darah
makroskopis pada tinja, (3) nyeri, (4) anemia dan penurunan berat
badan dan (5) Massa yang dapat diraba dan terdeteksi dengan
pemeriksaan digital atau endoskopik.

2) Riwayat kesehatan sekarang


Pada hasil penelitian didapatkan pasien mengatakan cemas karena akan
dilakukan operasi yang sama seperti 4 tahun sebelumnya yaitu operasi
laparatomi, pasien mengatakan bingung dan khawatir akan kondisinya.

Hal ini sesuai dengan teori (Muttaqin dan Sari, 2009) mengatakan
bahwa kecemasan pre operasi dapat menimbulkan adanya perubahan

Poltekkes Kemenkes Padang


62

secara fisik maupun secara psikologis seperti meningkatnya tekanan


darah, nadi, pernafasan dan suhu tubuh.

Pasien juga mengatakan merasakan nyeri pada abdomen, kelelahan,


dan perubahan defekasi dimana pasien mengalami konstipasi sebelum
masuk RS dan BAB bewarna kehitaman dan berdarah. Hal ini sesuai
dengan teori Brunner dan Suddarth (2016) yaitu manifestasi klinis dari
Kanker Kolon yaitu perubahan defekasi (merupakan gejala yang paling
sering terjadi), keluarnya darah didalam tinja atau feses (gejala kedua
yang paling sering dijumpai), anemia, anoreksi, penurunan berat badan,
dan keletihan, nyeri abdomen, kram abdomen, penyempitan ukuran
feses, konstipasi dan distensi.

Menurut Black dan Hawks (2014) penatalaksanaan pada pasien Kanker


Kolon yaitu dengan salah satunya dengan cara pembedahan
Laparatomi yaitu suatu potongan pada dinding abdomen sampai
membuka selaput perut dan yang telah didiagnosa oleh dokter,
Laparatomi merupakan prose dur pembedahan yang melibatkan suatu
insisi pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen Ditambahkan
pula bahwa laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada
daerah abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan obgyn.

3) Pemeriksaan laboratorium
Pada hasil pemeriksaan laboratorium Hematologi didapatkan
kesimpulan pasien mengalami monositosis. Hal ini sesuai dengan
penelitian Jessica Elizabeth, 2020) yang mengatakan bahwa
Pemeriksaan hematologi seperti darah lengkap, penanda tumor, dan
sitokin serum dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis
dan prognosis. Perubahan hematologi terjadi pada lebih dari 40% kasus
sarkoma jaringan lunak dan lebih sering ditemukan pada pasien
stadium lanjut. Perubahan tersebut berupa neutrofilia (28,3% kasus),

Poltekkes Kemenkes Padang


63

leukositosis (27,6% kasus), penurunan jumlah hemoglobin (25,5%


kasus), monositosis (19,3% kasus), dan trombositosis (14,5% kasus).

Pada pemeriksaan kimia klinik darah didapatkan penurunan albumin,


peningkatan globulin dan penurunan natrium. Hal ini sesuai dengan
penelitian (Tjin Willy, 2018) mengatakan bahwa hipoalbumin biasanya
terjadi pada seseorang dengan penyakit berat atau sudah berlangsung
lama (kronis). Menurut teori (Healthoracle,2014) mengatakan kadar
globulin meningkat pada infeksi kronis, penyakit hati (sirosis bilier,
ikterus obstruktif), rheumatoid arthritis, leukimia, lupus dan disfungsi
ginjal. (Diana putri veronica, 2021) dalam penelitiannya mengatakan
bahwa seseorang dapat mengalami kekurangan natrium akibat
menderita malnutrisi. Menurut peneliti hal ini ada kesesuaian antara
pasien dan teori karena pasien mengeluh mengalami penurunan nafsu
makan dan penurunan berat badan.

POST OPERASI

1) Riwayat kesehatan sekarang


Pasien mengeluh nyeri pada bagian abdomen tempat luka operasinya,
skala nyeri  6, nyeri hilang timbul dan seperti ditusuk-tusuk, durasi
nyeri sekitar 5 menit, nyeri terasa lebih berat saat bergerak dan batuk.
Pasien juga mengatakan perutnya terasa menegang. Pasien juga
mengeluhkan sulit tidur, sulit untuk memulai tidur karena nyeri
perutnya, dan juga karena tidak terbiasa dengan lingkungan rumah
sakit, Pasien mengatakan lukanya tampak kemerahan dan masih
basah.

Menurut analisa peneliti nyeri yang dikeluhkan oleh Tn. B karena


setelah dilakukan operasi dan nyeri yang dirasakan menggangu
kenyamanan fisik dan jiwa sehingga pasien juga mengeluh sulit tidur
dan karena lukanya masih baru luka masih tampak kemerahan.

Poltekkes Kemenkes Padang


64

2) Pemeriksaan fisik
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik setelah operasi pasien tampak
lemah, lesu dan tidak bersemangat , kesadaran compos mentis
dengan GCS : 15, TD 140/76 mmHg, Nadi: 102x/I, Suhu: 36,5ºC,
Berat badan pasien 50 Kg dan tinggi badan pasien 156 cm. Rambut
mudah rontok, tidak ada benjolan di kepala pasien.Wajah pasien
tampak pucat dan lesu, terkadang pasien meringis karena nyeri pada
abdomennya. Mata pasien terlihat simetris kiri dan kanan,
konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, reaksi pupil
2mm/2mm. reflek terhadap cahaya positif. Penggunaan alat bantu
baca(-), lensa kontak (-), Hidung simetris, tidak terdapat benjolan,
penciuman masih tajam,tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping
hidung. Mukosa bibir kering dan tidak terdapat sariawan. Telinga
pasien simetris kiri dan kanan, terdapat serumen, tidak ada luka dan
benjolan pada telinga pasien, tidak menggunakan alat bantu dengar.
Pada leher tidak terdapat pelebaran vena jugularis, tidak terdapat
peradangan kelenjar getah bening, tidak terjadi pembengkakan
kalenjer tyroid.

Pada pemeriksaan paru di dapatkan dada terlihat simetris, tidak


terdapat tarikan dinding dada, saat dilakukan palpasi tidak ada masa
dan benjolan, fremitus taktil normal, saat dilakukan perkusi
terdengar sonor, bunyi irama nafas vesikular. Saat dilakukan
pemeriksaan jantung didapatkan ictus cordis tidak terlihat dan ictus
cordis saat di palpasi teraba, saat diperkusi bunyi terdengar redup
dan saat auskultasi irama jantung terdengar reguler. Saat dilakukan
pemeriksaan abdomen didapatkan perut datar, terlihat luka operasi
 10-12 cm di sebelah kiri dekat simfisis pubis/ descending kolon,
jaitannya masih sedikit basah dan menggunakan drain. Kulit
mengkilap dan kering. Pada saat palpasi terdapat nyeri tekan pada

Poltekkes Kemenkes Padang


65

area usus besar, pada saat diauskultasi terdengar bising usus


15x/menit, saat diperkusi terdengar bunyi timpani. Pada ekstremitas
atas tidak terdapat edema, pada tangan kiri terpasang infus, pada
ekstremitas bawah tidak ditemukan edema. Pasien hanya terbaring
ditempat tidur, deformitas (-), tremor(-).

Menurut penelitian Ahmad Fandi (2018) pemeriksaan fisik yang


didapatkan pada pasien dengan kanker kolon post operasi pada
abdomennya ditemukan perut datar, luka post operasi  10-12 cm
dan nyeri tekan area abdomen. Hal menunjukkan adanya kesesuain
dengan yang ditemukan pada Tn. B dimana saat dilakukan
pemeriksaan fisik juga ditemukan hal yang sama yaitu perut datar,
luka post operasi  10-12 cm dan nyeri tekan area abdomen.

3) Pemeriksaan laboratorium
Pada tanggal 21 Mei 2021 didapatkan Hemoglobin 13,9 g/dl,
leukosit 22.510/mm3, Trombosit 296.000/mm3,Hematokrit 40%,
MCV 88 fL, MCH 31 pg, MCHC 35%. dengan kesimpulan pasien
mengalami leukositosis.

Menurut penelitian Astuti (2017) nilai krisis leukositosis yaitu


30.000 m3. Nilai leukosit yang tinggi disebabkan oleh leukimia.
Penderita kanker post operasi (setelah menjalani operasi)
menunjukan pula peningkatan leukosit walaupun belum tentu terjadi
infeksi.

2. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosa pada pasien Kanker Kolon pre terdapat 7
diagnosa keperawatan yaitu nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi
tumor, konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas
gastrointestinal, diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal,
defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi

Poltekkes Kemenkes Padang


66

nutrien, intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ansietas


berhubungan dengan krisis situasional, dan defisit pengetahuan
berhubungan dengan kurang terpapar informasi mengenai kanker kolon.

Pada kasus muncul 3 diagnosa keperawatan yang ada dari 7


kemungkinan diagnosa yang muncul pada pasien dengan kanker kolon
dalam teori.

1) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

SDKI (2017) menjelaskan bahwa ansietas merupakan kondisi emosi dan


pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan
spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman. Tanda dan gejala
mayor dari diagnosis tersebut yaitu pasien merasa bingung, merasa
khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi,
tampak gelisah, tampak tegang dan sulit tidur. Sedangkan pada tanda dan
gejala minor yaitu mengeluh pusing, anoreksi, palpitasi, merasa tidak
berdaya, frekuensi napas meningkat, frekuensi nadi meningkat, tekanan
darah meningkat, diaforesis, tremor, muka tampak pucat, suara bergetar,
kontak mata buruk, sering berkemih dan berorientasi pada masa lalu.
Tanda dan gejala yang ditemukan pada pasien Tn. B yaitu mersa bingung,
merasa khawatir dengan kondisi yang dihadapi, tampak gelisah, tampak
tegang dan sulit tidur, mengeluh pusing, merasa tidak berdaya, frekuensi
napas meningkat, frekuensi nadi meningkat, tekanan darah meningkat,
dan muka tampak pucat.

Hal ini sesuai dengan teori (Nugroho, 2011) menyebutkan salah satu
diagnosa keperawatan pada pasien kanker kolon yaitu kecemasan
(ansietas) berhubungan dengan recana operasi dan diagnosa kanker.
Menurut penelitian Weni (2017) diagnosa keperawatan pada pasien
dengan kanker kolon pre operasi juga dapat ditegakkan Ansietas

Poltekkes Kemenkes Padang


67

berhubungan dengan perubahan dalam kasus kesehatan. Menurut analisa


peneliti hal ini menunjukkan kesesuaian antara teori dan hasil penelitian.

2) Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor

SDKI (2017) menjelaskan bahwa nyeri kronis merupakan suatu


pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan yang berlangsung lebih dari
3 bulan. Tanda dan gejala mayor pada masalah nyeri kronis yaitu
mengeluh nyeri, merasa depresi, tampak meringis, gelisah, dan tidak
mampu menuntaskan aktivitas. Sedangkan tanda dan gejala mayor yaitu
pasien merasa takut mengalami cedera berulang, bersikap protektif,
waspada, pola tidur berubah, anoreksia,fokus menyempit, dan berfokus
pada diri sendiri. Pada Tn. B ditemukan tanda dan gejala berupa
mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah dan tidak mampu menuntaskan
aktivitas, dan pola tidur berubah.

Menurut teori (Nugroho 2011) diagnosa nyeri dapat ditegakkan pada


pasien kanker kolon yaitu nyeri berhubungan dengan penekanan jaringan
oleh tumor. Pada penelitian yang dilakukan oleh (Weni 2017) diagnosa
pada pasien kanker kolon yaitu nyeri kronis berhubungan dengan
infiltrasi tumor.

3) Risiko defisit nutrisi ditandai dengan ketidakmampuan mengabsorbsi


nutrien.
SDKI (2017) menjelaskan bahwa risiko defisit nutrisi adalah berisiko
mengalami asupan nutrien tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme. Kondisi klinik yang terkait diantaranya stroke, Parkinson,
Mobius Syndrome, Cerebral Palsy, Cleft lip, Cleft palate, Amyotropic
lateral sclerosis, kerusakan neuromuskular, luka bakar, kanker, infeksi,

Poltekkes Kemenkes Padang


68

AIDS, penyakit Chron’s, enterokolitis dan fibrosis kistik. Pada pasien


kondisi klinis yang sesuai dengan SDKI yaitu kanker.

Menurut teori (Nugroho 2011) diagnosa keperawatan pada pasien dengan


kanker kolon salah satunya perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mual, anoreksia. Mennurut analisa peneliti hal ini
menunjukkan kesesuaian dengan teori, meski peneliti menegakkan
diagnosa defisit nutrisi dikarenakan IMT pasien masih dalam batas
Normal dan telah mengalami penurunan berat badan dari 60 kg ke 50 kg.

Kemungkinan diagnosa pada pasien Kanker Kolon Post Operasi terdapat


6 diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan faktor
pencedera fisik, risiko infeksi ditandai dengan oenyakit kronis,
intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, gangguan integritas
kulit berhubungan dengan faktor mekanik (pembedahan), gangguan citra
tubuh berhubungan dengan efek tindakan atau pengobatan dan gangguan
pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan. Pada kasus juga
muncul 3 diagnosa keperawatan post operasi yang ada dari 6
kemungkinan diagnosa yang muncul pada pasien dengan kanker kolon
dalam teori.

1) Nyeri akut berhubungan dengan faktor pencedera fisik (prosedur


pembedahan)

SDKI (2017) menjelaskan bahwa nyeri akut adalah pengalaman sensorik


atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat yang berlngsung kurang dari 3 bulan. Tanda dan gejala
mayor menurut SDKI yaitu mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap
protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, dan sulit tidur. Sedangkan
tanda dan gejala minor yaitu tekanan darah meningkat, pola napas
berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri,

Poltekkes Kemenkes Padang


69

berfokus pada diri sendiri, dan diaforesis. Tanda dan gejala pada Tn. B
yang sesuai diantaranya pasien mengeluh nyeri, tampak meringis,
bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan
darah meningkat, dan nafsu makan berubah. Menurut Hidayat Alimul
(2010) terdapat beberapa jenis stimulus nyeri diantaranya: trauma pada
jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya kerusakan
jarigan dan iritasi secara langsung pada reseptor. Karena nyeri
merupakan sesuatu yang kompleks, banyak factor yang mempengaruhi
pengalaman nyeri individu.

Menurut penelitian (Fandi, 2018) juga mendapatkan diagnosa


keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik
(pembedahan). Dan juga sama- sama memiliki keluhan nyeri ketika
bergerak, tampak meringis, dan gelisah.

2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan

SDKI (2017) menjelaskan bahwa gangguan pola tidur adalah gangguan


kualitas tidur dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal. Tanda
dan gejala mayornya yaitu mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga,
mengeluh tidak puas tidur, mengeluh pola tidur berubah, mengeluh
istirahat tidak cukup. Dan pada gejala minor yaitu mengeluh kemampuan
beraktivitas menurun. Pada tuan Tn. B ditemukan tanda dan gejala
berupa mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga, mengeluh tidak
puas tidur, mengeluh istirahat tidak cukup dan kemampuan dalam
beraktivitas menurun karena ketika bergerak akan terasa nyeri.

Menurut penelitian (Weni 2017) diagnosa yang ditegakkan yaitu


gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik dengan
data pasien mengeluh sulit tidur karena nyeri pada perutnya dan sering
terbangun di malam hari. Menurut analisa peneliti hal ini sesuai dengan
teori, karena didapatkan data yang mendukung Tn. B mengatakan nyeri

Poltekkes Kemenkes Padang


70

yang dirasakan membuatnya susah tidur, pasien sering terbangun pada


malam hari karena nyeri pada luka operasi, pasien tampak lelah, mata
tampak cekung, pasien tampak kurang bersemangat.

3) Risiko infeksi ditandai dengan penyakit kronis

SDKI (2017) menjelaskan bahwa risiko infeksi adalah berisiko


mengalami peningkatan terserang organisme patogenik. Kondisi klinis
terkait pada pada SDKI diantaranya AIDS, luka bakar, penyakit paru
obstruktif kronis,diabetes melitus, tindakan invansif, penyahgunaan obat,
Kanker, gagal ginjal, gangguan fungsi hati. Pada Tn. B kondisi klinis
terkait yang sesuai dengan Tn. B yaitu kanker.

Menurut penelitian Weni (2017) diagnosa keperawatan pada pasien


kanker kolon dapat ditegakkan resiko infeksi berhubungan dengan
prosedur invasif.

3. Rencana Keperawatan
Intervensi atau perencanaan keperawatan diartikan sebagai suatu
dokumen tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan dan
intervensi keperawatan dan merupakan metode dokumentasi, tentang
asuhan keperawatan kepada klien (Nursalam, 2011) Intervensi atau
perencanaan tindakan keperawatan pada kasus pasien disusun
berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan yaitu :

Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan dengan ansietas


berhubungan dengan krisis situasional dengan kriteria hasil berdasarkan
SLKI yaitu : tingkat ansietas menurun. Rencana tindakan yang dilakukan
yang berupa observasi yaitu identifikasi saat tingkat ansietas berubah,
monitor tanda-tanda ansietas, Identifikasi kemampuan mengambil
keputusan. Terapeutik : ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan, temani pasien untuk mengurangi kecemasan, pahami situasi

Poltekkes Kemenkes Padang


71

yang membuat ansietas, dengarkan dengan penuh perhatian, gunakan


pendekatan yang tenang dan meyakinkan, tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan, motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan, Edukasi : anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi, latih kegiatan
pengalihan untuk mengurangi ketegangan dan latih teknik relaksasi
(napas dalam). beberapa terapi komplementer yang dapat digunakan
untuk mengurangi kecemasan pre operasi diantaranya teknik berlatih
napas dalam, relaksasi otot, imagery, menyiapkan informasi, teknik
distraksi, terapi energi dan penggunaan metode koping sebelumnya
(Shari, Suryani, & Emliyawati, 2014). Salah satu latihan yang diajarkan
pada Tn. B adalah distraksi yaitu dengan pengalihan pikiran agar tidak
fokus ke penyakit pasien, latihan dilakukan dengan mendengarkan
pengajian, musik dan film. Dan latihan teknik napas dalam.

Rencana yang dilakukan pada Tn. B dengan masalah nyeri kronis dengan
kriteria hasil berdasarkan SLKI yaitu : Manajemen nyeri, aktivitas yang
dilakukan adalah aktivitas yang dilakukan adalah melakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi nyeri, mengobservasi reaksi
nonverbal dari ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh nyeri. Salah satu
intervensi yang dilakukan kepada Tn.B adalah manajemen nyeri yaitu
dengan mengajarkan teknik nafas dalam dan berkolaborasi dengan dokter
pemberian obat analgetik .

Rencana yang dilakukan dengan masalah keperawatan risiko defisit


nutrisi ditandai dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien dengan
kriteria hasil berdasarkan SLKI yaitu dengan manajemen nutrisi, aktivitas
yang dilakukan adalah identifikasi status nutrisi, alergi dan intoleransi
makanan, makanan yang disukai, monitor asupan makan, monitor berat
badan, fasilitasi menentukan pedoman diet, sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai, berikan makanan tinggi serat untuk

Poltekkes Kemenkes Padang


72

mencegah konstipasi, berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein,


dan ajarkan diet yang diprogramkan. Intervensi yang dilakukan pada Tn.
B adalah mengidentifikasi status nutrisi, alergi dan intoleransi makanan,
makanan yang disukai, monitor asupan makan, monitor berat badan,
memfasilitasi menentukan pedoman diet. (diet MC : Makanan Cair).

Rencana yang dilakukan pada Tn. B dengan masalah keperawatan nyeri


akut berhubungan dengan agen pencidera fisik dengan criteria hasil
berdasarkan SLKI yaitu: manajemen nyeri, aktivitas yang dilakukan
adalah melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi nyeri,
mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan yang ditimbulkan
oleh nyeri. Salah satu intervensi yang dilakukan kepada Tn. B adalah
manajemen nyeri yaitu dengan mengajarkan teknik nafas dalam. Menurut
Smeltzer & Bare (2015), teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu
bentuk asuhan keperawatan, yang dalam ini perawat mengajarkan kepada
pasien bagaimana cara melakukan nafas dalam. Selain dapat menurunkan
tingkat nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan
ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah.

Rencana yang dilakukan pada Tn.B dengan masalah keperawatan


gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan dengan
kriteria hasil menurut SLKI yaitu dukungan tidur, aktivitas yang
dilakukan adalah identifikasi pola aktivitas dan tidur, identifikasi faktor
pengganggu tidur, identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu
tidur, modifikasi lingkungan, batasi waktu tidur siang, fasilitasi
menghilangkan stres sebelm tidur, lakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan, jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit, anjurkan
menghindari makanan/ minuman yang mengganggu tidur, ajarkan faktor-
faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur. Salah satu
intervensi yang dilakukan dalam mengatasi gangguan pola tidur pada Tn.
B adalah modifikasi lingkungan. Lingkungan fisik tempat seseorang tidur

Poltekkes Kemenkes Padang


73

berpengaruh penting pada kemampuan untuk tidur dan tetap tertidur.


Ventilasi yang baik adalah esensial untuk tidur yang tenang,
ukuran,kekerasan, posisi tempat tidur, dan suara juga mempengaruhi
tidur, suara yang rendah lebih sering membangunkan seseorang dari
tahap tidur I, sementara suaran yang keras tahap 3 dan 4. (Potter & Perry,
2005).

Intervensi yang dilakukan pada Tn.B dengan masalah keperawatan risiko


infeksi salah satunya adalah cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan pasien, mengajarkan cara mencuci tangan
dengan benar, dan menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi dan cairan.
Menurut analisa peneliti, tindakan ini dilakukan agar luka post operasi Tn.
B tidak mengalami infeksi dengan cara menjaga kebersihan luka dan
tangan serta meningkatkan asupan cairan dan nutrisi daya tahan tubuhnya
meningkat dalam menghindari infeksi.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien mencapai tujuan apa yang telah ditetapkan. Kemampuan
yang harus dimiliki oleh perawat pada tahap implemeentasi adalah
kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan
hubungan saling percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan
teknik psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistematis,
kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi,
dan kemampuan evaluasi. (Asmadi, 2008).

Implementasi keperawatan masalah ansietas tidak semua dilakukan oleh


peneliti, dari 20 tindakan peneliti hanya melakukan 15 tindakan. 5
tindakan tidak peneliti lakukan yaitu menjelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami sudah dijelaskan oleh perawat ruangan,
menginformasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan dan

Poltekkes Kemenkes Padang


74

prognosis sudah dijelaskan oleh dokter dan perawat ruangan, anjurkan


melakukan tindakan yang tidak kompetitif karena tidak sesuai dengan
kebutuhan, latih penggunaan mekanisme pertahanan diri dan kolaborasi
pemberian obat antiansietas, jika perlu.

Implementasi keperawatan masalah nyeri kronis tidak semua dilakukan


oleh peneliti, dari 23 tindakan peneliti hanya melakukan 20 tindakan. 3
tindakan tidak peneliti lakukan yaitu mengontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan.
Memberikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama
nyeri akan berkurang, dan anstipasi ketidaknyamanan dari prosedur,
memfasilitasi pasien terhadap obat, tindakan ini tidak dilakukan karena
pasien sudah mengetahui penyebab, lama, dan antisipasi
ketidaknyamanan prosedur, memeriksa alergi obat dari perawat ruangan.

Implementasi keperawatan masalah risiko defisit nutrisi tidak semua


dilakukan oleh peneliti, dari 19 tindakan peneliti hanya melakukan 16
tindakan. 3 tindakan yang tidak peneliti lakukan yaitu identifikasi
perlunya penggunaan selang nasogastrik, lakukan oral hygiene sebelum
makan jika perlu, berikan suplemen makan jika perlu dan hentikan
pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan oral dapat
ditoleransi. Ketiga tindakan tidak dilakukan karena Tn. B tidak
menggunakan selang nasogastrik.

Hal ini sejalan dengan penelitian (Fandi 2018) dengan diagnosa Defisit
nutrisi dengan ketidakmampuan mencerna makanan, implementasi nya
(mengkaji alergi klien, mengkolaborasi dengan ahli gizi, menganjurkan
klien untuk memeperbanyak makanan mengandung vitamin c dan tinggi
protein, memberikan informasi kebutuhan nutrisi, memonitor mual dan
muntah, menyakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat).

Poltekkes Kemenkes Padang


75

Implementasi post operasi yang pertama masalah nyeri akut tidak semua
dilakukan oleh peneliti, dari 23 tindakan peneliti hanya melakukan 20
tindakan. 3 tindakan yang tidak peneliti lakukan yaitu mengontrol
lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan. Memberikan informasi tentang nyeri
seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang, dan anstipasi
ketidaknyamanan dari prosedur, memfasilitasi pasien terhadap obat,
tindakan ini tidak dilakukan karena pasien sudah mengetahui penyebab,
lama, dan antisipasi ketidaknyamanan prosedur, memeriksa alergi obat
dari perawat ruangan.

Hal ini sejalan dengan penelitian (Weni 2017) implementasi yang


dilakukan pada pasien dengan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan
agen pencidera fisik yaitu melakukan penilaian nyeri secara
komprehensif, mengkaji ketidaknyamanan secara non-verbal, mencek
riwayat alergi obat (Cefriaxone), menentukan jumlah analgesic yang
digunakan, memonitor TTV, Mencek pemberian analgesic selama 24
jam , terapi pengobatan Nacl 0,9%, Tramadol 3x sehari, Ceftriaxon 2x
sehari, Ranitidine 2x sehari. Menurut analisisa peneliti, tindakan
keperawatan yang dilakukan pada pasien sudah sesuai dengan teori yang
telah ada. Namun, tindakan keperawatan yang dilakukan lebih kepada
pemberian terapi farmakologi. Untuk mengontrol nyeri tindakan yang
tidak dilakukan oleh perawat dengan mengajarkan tentang teknik non
farmakologi dengan cara teknik relaksai dan nafas dalam, ini bertujuan
untuk menurunkan nyeri yang merupakan pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan dengan mekanismenya
menghentikan siklus nyeri.

Implementasi pada masalah keperawatan gangguan pola tidur tidak


semua dilakukan oleh peneliti dari 16 tindakan peeliti hanya melakukan
12 tindakan. 4 tindakan yang tidak dilakukan yaitu menetapkan jadwal
rutin tidur, anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur, anjurkan

Poltekkes Kemenkes Padang


76

penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor terhadap tidur


REM dan ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi
lainnya. Keempat tindakan tidak dilakukan karena tidak sesuai dengan
pasien.

Hal ini sejalan dengan penelitian (Fandi 2018) Implementasi pada


diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan imobilisasi yaitu
menciptakan lingkungan yang nyaman, memonitor tandatanda vital,
menjelaskan tidur yang adekuat

Implementasi pada masalah keeperawatan risiko infeksi ditandai dengan


penyakit kronis tidak semua dilakukan oleh peneliti. Dari 12 tindakan
rencana tindakan peneliti hanya melakukan 9 tindakan, 3 tindakan yang
tidak peneliti lakukan diantaranya berikan perawatan kulit pada area
edema, ajarkan etika batuk tidak dilakukan karena dilakukan oleh
perawat ruangan, kemudian kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu.

Hal ini sejalan dengan penelitian (Weni, 2017) pada implementasi pada
pasien kanker kolon dengan diagnosa risiko infeksi berhubungan dengan
prosedur invasif denga cara mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah
tindakan, memberikan terapi antibiotik (ceftriaxon 2x1 dan Ranitidine),
melakukan pengukuran tanda-tanda vital.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Pada tahap ini
yang dilakukan adalah mengkaji respon pasien dengan kriteria hasil,
memodifikasi asuhan keperawatan sesuai dengan hasil evaluasi dan
mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien
(Deswani, 2009).Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan
yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil
akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan.

Poltekkes Kemenkes Padang


77

Evaluasi dilakukan secara bersinambungan dengan melibatkan klien dan


tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya
tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari proses keperawatan. Jika
sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai
dari pengkajian ulang (reassessment). Secara umum, evaluasi ditujukan
untuk melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan,
menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, dan
mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai.

Evaluasi yang peneliti lakukan pada pasien tanggal 19 Mei 2021 sampai
tanggal 24 Mei 2021 menggunakan metode SOAP untuk mengetahui
keefektifan dari tindakan keprawatan yang sudah dilakukan. Didapatkan
masalah keperawatan ansietas berhubungan dengan krisis situasional
teratasi pada hari ke-3 dengan kriteria hasil keluhan kebingungan
menurun, keluhan khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun,
perilaku tegang dan gelisah menurun, pucat menurun, frekuensi
pernapasan membaik, frekuensi nadi membaik, dan tekanan darah
membaik.

Pada masalah keperawatan nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi


tumor teratasi pada hari ke-3 didapatkan pasien mengatakan nyeri yang
dirasakan sudah lebih berkurang dibandingkan dengan awal masuk,
meringis menurun, gelisah menurun, frekuensi nadi membaik, pola napas
membaik, tekanan darah membaik, nafsu makan membaik dan pola tidur
membaik.

Pada masalah keperawatan risiko defisit nutrisi ditandai dengan


ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien teratasi pada hari ke-3 didapatkan
pasien nafsu makan masih berkurang namun sudah lebih lebih baik
dibanding awal masuk rumah sakit, porsi makanan yang dihabiskan

Poltekkes Kemenkes Padang


78

meningkat, berat badan membaik dan indeks masa tubuh (IMT) membaik,
nyeri abdomen berkurang.

Pada masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen


pencedera fisik teratasi pada hari ke 5 dengan kriteria hasil pasien mampu
mengontrol nyeri, pasien mengatakan nyeri telah berkurang, dan pasien
mengatakan nyaman setelah nyeri berkurang.

Didapatkan evaluasi pada masalah keperawatan gangguan pola tidur


berhubungan dengan hambatan lingkungan teratasi pada hari ke-5 dengan
kriteria hasil keluhan sulit tidur berkurang, keluhan sering terjaga
berkurang, keluhan tidak puas tidur menurun, keluhan pola tidur berubah
menurun, keluhan istirahat tidak cukup menurun.

Didapatkan evaluasi pada masalah keperawatan risiko infeksi ditandai


dengan penyakit kronis teratasi sebagian,terdapat peningkatakan leukosit
pada Tn.B . Menurut analisa peneliti dari hasil evaluasi keperawatan
yang dilakukan selama 5 hari, maka risiko infeksi hanya teratasi sebagian
hal ini menyebabkan pasien masih membutuhkan perawatan dalam
penyembuhan dan perawatan luka laparatomi. Menurut analisa peneliti,
dari hasil evaluasi keperawatan yang telah dilakukan selama 6 hari pasien
masih perlu dilakukan tindakan keperawatan untuk mengurangi gejala
subjektif yang dirasakan pasien.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilalukan pada Tn. B dengan kasus Kanker


Kolon di ruangan IRNA Bedah RSUP DR.M.Djamil Padang tahun 2021,
peneliti dapat mengammbil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pengkajian yang didapatkan pada kasus Kanker kolon Pre operasi
didapatkan pasien mengatakan cemas dengan keadaaan dan penyakitnya
dan cemas karena akan dilakukan operasi, pasien juga mengeluh nyeri
pada abdomren, dan nafsu makan menurun sejak sebulan yang lalu. Dan
Post Operasi Laparatomi didapatkan partisipan mengeluh nyeri pada luka
pasca operasi, terdapat luka operasi ± 12-15 cm ditutupi perban, pasien
mengeluh tidak nyaman pada perut, tidak bisa tidur, bergerak terbatas
dan sulit beraktivitas. Pasien memiliki riwayat penyakit kanker kolon 4
tahun yang lalu dan pernah mengalami BAB berdarah sekitar sebulan
yang lalu.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Tn.B ditemukan 3
diagnosa keperawatan pre operasi yaitu ansietas berhubungan dengan
krisis situasional, nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor, dan
risiko defisit nutrisi ditandai dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien. Dan 3 diagnosa keperawatan post operasi yaitu nyeri akut b/d
agen pencidera fisik, gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan
lingkungan dan risiko infeksi ditandai dengan penyakit kronis.
3. Rencana keperawatan yang disusun tergantung kepada masalah
keperawatan yang ditemukan yang sesuai dengan teori yang telah ada,
berdasarkan dengan SDKI SLKI dan SIKI. Rencana keperawatan tersebut
berupa reduksi ansietas, manajemen nyeri, manajemen nutrisi, dukungan
tidur, dan pencegahan infeksi.

79 Poltekkes Kemenkes Padang


80

4. Implementasi keperawatan mengacu kepada rencana tindakan yang telah


disusun. Implementasi keperawatan dilakukan pada tanggal 19- 24 Mei
2021. Sebagian besar tindakan keperawatan dapat dilaksanakan pada
implementasi keperawatan. Implementasi keperawatan tersebut berupa
reduksi ansietas, manajemen nyeri, manajemen nutrisi, dukungan tidur,
dan pencegahan infeksi.
5. Hasil evaluasi yang dilakukan selama 5 hari pada tanggal 19- 24 Mei
2021 dalam SOAP. Evaluasi tersebut dilakukan pada masalah
keperawatan yang muncul pada Tn. B masalah keperawatan teratasi.
Terdapat 5 masalah yang terasi yaitu ansietas, nyeri kronis, risiko defisit
nutrisi, nyeri akut, gangguan pola tidur dan 1 masalah teratasi sebagian
yaitu risiko infeksi.

Seluruh tindakan yang dilakukan pada pasien dengan Kanker Kolon di


dokumentasikan pada format asuhan keperawatan, dimana berisi identitas,
riwayat kesehatan, tindakan yang dilakukan pada pasien, serta catatan
perkembangan keperawatan.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan saran sebagai berikut

1. Bagi Direktur RSUP Dr. M. Djamil Padang

Melalui direktur agar diadakannya pelatihan tentang metode asuhan


keperawatan pada pasien Kanker Kolon kepada pegawai khususnya
perawat seperti melakukan manajemen nyeri non farmakologis dengan
cara mengajarkan teknik relaksasi napas dalam dan distraksi
(pengalihan).

2. Bagi Ruang Rawat Inap Bedah

Semoga studi kasus yang peneliti lakukan pada pasien Kanker Kolon
dapat menjadi acuan bagi perawat di Ruang Rawat Inap Bedah RSUP Dr.
M. Djamil Padang dalam melakukan asuhan keperawatan.

Poltekkes Kemenkes Padang


81

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti melakukan pengkajian secara tepat dan mengambil


diagnosa secara tepat menurut pengkajian yang didapatkan dan dalam
melaksanakan tindakan keperawatan, harus terlebih dahulu memahami
masalah dengan baik, serta mendokumentasikan hasil tindakan yang telah
dilakukan.

81 Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR PUSTAKA

Adrian, Kevin. 2020. Memahami Tujuan Kolostomi dan Jenis-jenisnya. diakses


pada tanggal 18-02-2021
https://www.alodokter.com/memahami-tujuan-kolostomi-dan-jenis-jenisnya

Ardiansyah, Azril Okta. 2018. Kanker Kolorektal. Surabaya: Airlangga University


Press.

Ariani, Sofi. 2015. Stop Kanker. Yogyakarta : Istana Media.

Asmadi. 2008. Kosep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC

Astuti,NSA, dkk. 2019. Profil Dan Kesintasan Penderita Kanker Kolorektal Di


RSUP Dr. M. Djamil Padang. Heme, Vol I No 1 : 46

Astuti, Elyta, W. 2017. Kadar Benzena di Lingkungan Kerja dan Jumlah Leukosit
pada Mekanik Bengkel AHASS. Jember : Universitas Jember.

Black & Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. Edisi 8. Buku 2. Indonesia: CV Pentasada Media
Edukasi.

Brunnner & Suddarth.2013. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Bulechek, Gloria M.& Butcher, Howard k. Dkk. (2013). Nursing Interventions


Classification (NIC) Edisi keenam. Jakarta:Elsevier.

Fandi, Ahmad. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny.Y Dengan Post
Operasi Laparatomi Dan Kolostomi Atas Indikasi Ca Colon Diruangan
Rawat Inap Bendah Lantai 2 Ambun Suri Rsud Dr.Achmad Mochtar
Bukitinggi. Padang : STIKES Perintis PAdang.

82 Poltekkes Kemenkes Padang


Fitrianingrum, Ratih Eka.2014. Medikal Bedah Gastrointestinal.Tangerang
selatan : Binarupa Aksara

Ghofar, Abdul. 2015. Cara Mudah Mengenal dan Mengobati Kanker.


Yogyakarta : Flamingo

Handaya, Adeodatus Yuda.2017. Deteksi Dini & Atasi 31 Penyakit Bedah


Saluran Cerna (Digestif). Yogyakarta : Rapha Publishing.

Jaya, Indra.2019. Penerapan Statistik untuk Penelitian Pendidikan.Jakarta :


Prenadamedia Group

Lubis, Khairunnisa. 2019. Hubungan Pemberian Informasi Dengan Tingkat


Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi di Ruang Kenanga I dan Melati III
RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019. Medan : Poltekkes Kemenkes RI
Medan.

Muttaqin,Arif & Sari,Kurmala.2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi


Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika.

Nugrohoho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah,


Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika

Padila . 2015 . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah . Yogjakarta : Nuha.


Medika.

Pajong, Yustinus Edang. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Tn J.M dengan


Diagnosa Medik Kanker Usus Di ruang Asoka RSUD Kupang. Poltekkes
Kupang.

Prabowo, Sony. 2019. Kenali Kanker Usus Besar (Kolorektal) Sejak Dini.
Yogyakarta : Rapha Publishing

83 Poltekkes Kemenkes Padang


Rachmawati, Aida Sri. 2020.Prevalensi Kanker Di Rumah Sakit Jasa Kartini
Kota Tasikmalaya Tahun 2018. Jurnal Kesehatan komunitas Indonesia Vol
16 No 1 : 120

Rukajat, Ajat. 2018. Pendekatan Penelitian Kuantitatif: Quantitative Research


Approach. Yogyakarta : Deepublish.

Sastrosudarmo,WH.2012. Kanker The Silent Killer. Jakarta : Garda Media.

Sayuti, Muhammad, Nouva. 2019. Kanker Kolorektal. Jurnal Averrous Vol.5


No.2 : 76-88

Setyowati, Putri Y. 2019. Asuhan Keperawatan Pasien Post Laparatomi Atas


Indikasi Kanker Kolon Dalam Pemenuhan Rasa Aman dan Nyaman Nyeri.
Surakarta : Stikes Surakarta

Siyoto, Sandu. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Literasi Media


Publishing

Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medical bedah. (Penerjemah:
Waluyo, A.). Jakarta: EGC

Supardi, Sudihyo & Rustika.2013. Buku Ajar Metodologi Riset Metodologi Riset
Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media

Yunita. 2010. Stop Kanker. Jakarta : Agro Media Pustaka.

84 Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN
85

85 Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN
86

86 Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN
87

87 Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN
88

88 Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN
89

89 Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN
90

90 Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN
91

91 Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN
92

92 Poltekkes Kemenkes Padang


LAMPIRAN
93

93 Poltekkes Kemenkes Padang


94 Poltekkes Kemenkes Padang
LAMPIRAN 10

95 Poltekkes Kemenkes Padang


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PADANG
JLN. SIMP. PONDOK KOPI SITEBA NANGGALO PADANG TELP. (0751) 7051300 PADANG 25146

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

NAMA MAHASISWA : INDAH HELMALIA PUTRI

NIM 183110256

RUANGAN PRAKTIK : BEDAH PRIA

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1) PENGUMPULAN DATA
a. Identitas Klien :
1) Nama : Tn. B
2) Tempat/ tanggal lahir : Simpang Tiga, 08/09/1953
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Status Kawin : Menikah
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : Sd
7) Alamat : Lubuk sianok lubuk pudiang kapar luhak
nan duo Pasaman Barat
8) Diagnosa Medis : Kanker Kolon Resesif

b. Identifikasi Penanggung jawab


1) Nama : Ny. A
2) Pekerjaan : Ibu rumah tangga
3) Alamat : Lubuk sianok lubuk pudiang kapar luhak nan duo
Pasaman Barat
4) Hubungan : Istri
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang

96 Poltekkes Kemenkes Padang


a) Keluhan Utama Masuk : Pasien masuk dengan keluhan utama
benjolan di perut sejak  2 bulan yang lalu disertai dengan nyeri
pada abdomen kuadran kiri bawah. BAB keras berwarna hitam. Pasien
juga merasakan penurunan nafsu makan sejak ±1 bulan disertai dengan
penurunan berat badan.

b) Keluhan Saat Dikaji : Saat dilakukan pengkajian pada hari Rabu


tanggal 1 9 M e i 2021 pukul10.00 WIB diruang bedah pria,
pasien mengatakan terdapat benjolan pada perut bekas operasi
sebelumnya di dekat simfisis pubis, pasien juga mengeluh nyeri,
nyeri hilang timbul pada bagian abdomen dengan skala nyeri 3 ,
durasi  5 menit, nyeri terasa apabila dibawa bergerak, nyeri
seperti ditusuk- tusuk. Pasien juga mengatakan cemas dan akan
penyakitnya karena akan dilakukan operasi kedua, pasien
mengatakan bingung dan merasa tidak berdaya nafsu makan
berkurang sejak sebulan yang lalu dan mengalami penurunan berat
baadan sebanyak 10 kg. Kesadaran compos mentis kooperatif
dengan GCS 15, TD : 142 /87 mmHg, Nadi : 7 2x/menit,
pernafasan : 20 x/menit, Suhu: 36,5ºc. Pada tanggal 22 Mei 2021
dilakukan pengkajian pada pukul 10.00 WIB di ruang bedah pria,
pasien mengeluh nyeri pada bagian abdomen tempat luka
operasinya di abdomen kuadran kiri bawah, skala nyeri  6 , nyeri
hilang timbul dan seperti ditusuk-tusuk, durasi nyeri  5 menit,
nyeri terasa lebih berat saat bergerak dan batuk. Pasien juga
mengatakan perutnya terasa menegang. Pasien juga mengeluhkan
sulit tidur, sulit untuk memulai tidur karena nyeri perutnya, dan
juga karena tidak terbiasa dengan lingkungan rumah sakit.

2) Riwayat Kesehatan dahulu : Pasien mengatakan pernah menderita


penyakit kanker kolon sebelumnya dan telah mengalami operasi

97 Poltekkes Kemenkes Padang


 4 tahun yang lalu.Pasien juga mengatakan BAB nya pernah
berdarah dan sering sembelit.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga: Pasien mengatakan tidak ada


anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengannya
dan tidak memiliki anggota keluarga yang mempunyai riwayat
penyakit keturunan seperti jantung, hipertensi, dan DM.

d. Kebutuhan Dasar
1) Pola Nutrisi
a) Makan
Pre op: Pasien makan makanan cair berupa 150cc x 6 ditambah
dengan jus jambu biji yang disediakan oleh rumah
sakit.
Post op: Pasien hanya makan makanan yang disediakan oleh
rumah sakit yaitu MC (Makanan Cair) berupa susu
150cc x 6 ditambah jus buah.

a) Minum
Pre op : Pasien mengatakan sedikit minum air putih sekitar 6-7
gelas dan sering mengkonsumsi kopi, setiap harinya
sekitar 2 gelas.
Post op : pasien mengatakan minum air putih  5-6 gelas air
putih setiap harinya

2) Pola Eliminasi
a) BAK
Pre op : BAK pasien normal tidak ada keluhan saat akan BAK
ataupun sesudah BAK dengan warna BAK kekuningan,
frekuensi BAK selama sakit sekitar 5-7 kali sehari, bau
pesing.

98 Poltekkes Kemenkes Padang


Post op : Pasien terpasang kateter dengan jumlah BAK
sebanyak 1500 cc/hari warna kekuningan, dan
bau pesing.

b) BAB
Pre op : pasien mengatakan BAB keras berwarna hitam karena
bercampur darah, dan susah buang air besar.
Post op : Pasien mengatakan BAB cair warna kuning kehitaman

3) Pola Istirahat dan Tidur


Pre op : Pasien mengatakan hanya tidur sekitar 4-5 jam perhari,
susah memulai tidur dan sering terbangun.
Post op : Pasien mengatakan tidurnya 4-5 jam. Pasien tidur siang
1-2 jam.pasien mendapatkan obat anti nyeri

4) Pola aktivitas dan latihan


Pre op : Klien mengatakan dapat melakukan kebutuhan
aktivitas perawatan diri secara mandiri.
Post op : Pasien mengatakan hanya berbaring di tempat tidur,
semua kebutuhan sehari-hari dibantu keluarga dan
perawat.

5) Pola Bekerja
Pre op : Klien sudah berada di rumah sakit menunggu jadwal
operasi.
Post op : Pasien hanya berbaring di tempat tidur di ruang
rawatan bedah pria. kebutuhan sehari-hari dibantu
keluarga dan perawat.

e. Pemeriksaan Fisik

99 Poltekkes Kemenkes Padang


1) Keadaan Umum : sedang
2) Tingkat Kesadaran : Compos mentis kooperatif, GCS : 15
3) Tinggi Badan : 156 cm
4) Berat Badan : 50 kg
5) IMT : 20,5 (Normal)
6) Tanda-Tanda Vital
Pre operasi :
Tekanan Darah : 142/87 mmHg
Nadi : 72x/ menit
Suhu : 36,5℃
Pernafasan : 20x/menit
TTV Post operasi :
Tekanan darah : 140/76 mmHg
Nadi : 102x/menit
Suhu : 37,5 ℃
Pernafasan : 20x/menit

7) Kepala : Rambut terdapat uban dan kotor, tidak


terdapat benjolan yang abnormal dan
rambutnya mudah dicabut.
8) Wajah : wajah tampak pucat, tidak ada edema,
tidak ada lesi,sesekali pasien meringis
sambil memegang perutnya.
9) Mata : simetris, konjungtiva anemis, sklera tidak
ikterik, pupil isokor, dan penglihatan
sudah mulai menurun.
10) Hidung : hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada
sekret, tidak ditemukan nafas cuping
hidung.

100 Poltekkes Kemenkes Padang


11) Mulut : bibir pucat, mukosa mulut kering
pecah-pecah, tidak ada lesi tidak terdapat
karies pada gigi.
12) Telingga : telinga simetris kiri dan kanan,
pendengaran normal, terdapat serumen di
kedua telinga.
13) Leher : tidak ada bendungan vena jugularis,
tidak ada pembengkakan kelenjer tyroid
dan kelenjer getah bening tidak ada
pembengkakan.
14) Sistem Pernafasan :
I : Dada simetris, pergerakan dada kiri dan kanan sama.
P : Taktil fremitus sama kiri kanan.
P : Sonor
A : Bunyi nafas vesikuler.
15) Sistem Kardiovaskuler :
I : Tidak ada pembesaran kelenjer limpe dan iktus cordis tidak
terlihat
P: Tidak ada massa/benjolan, ictus cordis teraba.

P: Tidak ada pelebaran batas-batas jantung

A: Bunyi jantung reguler

16) Abdomen :
I : Terdapat luka  12 cm dekat simfisis pubis, luka tertutup
dengan kain kassa dan difiksasi dengan hypafix
P : Terdapat nyeri tekan di daerah abdomen kuadran 1/4 kiri
bawah.
P : Tympani
A : Bising usus 15x/menit
17) Ekstremitas :

101 Poltekkes Kemenkes Padang


Atas : Ektremitas atas terpasang infus di tangan kiri NACL 20
x tetes/8 jam. Turgor kulit jelek
Bawah : Ekstremitas bawah tidak ada edema dan lesi
18) Genetalia : Terpasang poli kateter dan pasien menggunakan
pempers dan kateter.
f) Data Psikologis
Status emosional : Pasien dapat mengendalikan emosi dengan
baik pasien mau bercerita dengan perawat, pasien terbuka,
dan bisa tersenyum.
Kecemasan : Pasien mengatakan cemas dengan keadaannya
karena sudah sudah 4 tahun belum ada
perubahan dengan penyakitnya dan harus
dilakukan operasi kedua.
Pola koping : pasien tidak bisa tidur dengan lampu terang,
pasien takut operasinya tidak berhasil.
Gaya komunikasi : pasien berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa minang, dapat dimengerti dan setiap
pertanyaan dijawab dgn baik oleh pasien
dengan baik.
Konsep Diri :
a) Gambaran diri : Pasien tampak cemas dan
tidak nyaman dengan keadaannya namun
tetap kooperatif
b) Ideal diri: Pasien ingin cepat sembuh dan
ingin dapat beraktifitas dengan normal
c) Harga diri : Pasien merasa diperlakukan baik
oleh dokter dan perawat
d) Peran diri : Pasien merupakan seorang suami
dengan 5 orang anak, dengan

102 Poltekkes Kemenkes Padang


e) Identitas diri: Pasien seorang laki-laki yang
berumur 67 tahun dan bekerja sebagai
penjual sayur dan pembawa becak.

g) Data Ekonomi Sosial : hubungan pasien dengan keluarga dan tetangga


terjalin dengan baik. Pasien bekerja sebagai penjual sayur dan
pembawa becak penghasilannya  Rp. 2.000.000 per bulan dan ada
uang tambahan dari anaknya. Pasien berobat menggunakan BPJS .

h) Data Spiritual : Pasien menganut agama islam dan pada saat sehat
selalu melakukan shalat 5 waktu dan saat sakit melakukan sholat.

i) Pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan Kimia Klinik dan Elektrolit

Tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan

10/05/2021 Kimia klinik

Albumin 7.2 G/dL 6.6-8.7

Globulin 3.7 G/dL 3.8-5.0

SGOT 3.5 G/dL 1.3-2.7

SGPT 31 U/L <38


Ureum darah
32 U/L <41
Kreatinin darah
17 mg/dL 10-50
Gula darah
0.8 mg/dL 0.8-1.3
sewaktu
154 mg/dL 50-200

Elektrolit

Natrium 134 mmol/L 136-145

103 Poltekkes Kemenkes Padang


Kalium 3.8 mmol/L 3.5-5.1

Klorida 110 mmol/L 97-111

Keterangan : albumin turun, globulin meningkat, dan natrium turun

2) Pemerikasaan hematologi

Tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

10/05/2021 Hematologi

CBC+DIFF

Hemoglobin 14.1 g/dL 13.0-16.0

Leukosit 7.34 103/mm3 5.0-10.0

Trombosit 291 103/mm3 150-400

Hematokrit 42 % 40.0-48.0

Eritrosit 4.69 106/µ/L 4.50-5.50

104 Poltekkes Kemenkes Padang


Hitung jenis

Basofil 0 % 0-1

%
Eosinofil 5 1-3

Neutrofil batang 0 % 2.0 - 6.0

Neutrofil segmen 54 % 50.0 - 70.0

Limfosit 29 % 20.0 - 40.0

Monosit 12 % 2.0 - 8.0

Sel patologis - %

Hemostasis

PT

PT 10.9 detik 9.25-12.46

INR 1.03 <1.2

PT kontrol 11.1

APTT

APTT 27.1 detik 22.43 - 29.83

APTT control 27.4

3) Pemeriksaan hematologi CBC

Tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

21/05/20221 Hemoglobin 13.9 g/dL 13.0-16.0

Leukosit 22.51 103/mm3 5.0-10.0

105 Poltekkes Kemenkes Padang


Hematokrit 40 % 40.0-48.0

Trombosit 296 103/mm3 150-400

MCV 88 fL 82.0-92.0

MCH 31 pg 27.0-31.0

MCHC 35 % 32.0-36.0

Keterangan : leukosit meningkat

j) Program Terapi Dokter

No Nama Obat Dosis Cara

1. Kalnex 3x 500 mg Po

Vit K 3x10 mg Po

Metronidazole 3x 500 mg Po

Eritrosin 3x 250 mg Po

Ceftriaxone 2x1 IV

Ranitidine 2x 50 mg IV

Ketorolac 3x 30 mg IV

( Indah Helmalia Putri )

NIM : 183110256

106 Poltekkes Kemenkes Padang


ANALISA DATA

NAMA PASIEN : Tn. B


NO. MR : 00.96.52.04

NO DATA PENYEBAB MASALAH

1. PRE OPERASI
DS : Infiltrasi tumor Nyeri kronis
- Pasien mengatakan nyeri
pada bagian perutnya skala
nyeri  3 dengan durasi 3-5
menit seperti ditusuk-tusuk
dan hilang timbul.
DO :
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
- Pasien melakukan aktivitas
dibantu keluarga dan tidak
mampu menuntaskan
aktivitas

2. DS : Krisis situasional Ansietas


- Pasien mengatakan cemas
dengan penyakitnya dan
akan dilakukan operasi
kedua
- Pasien mengatakan khawatir
dan cemas
- Pasien mengatakan bingung

107 Poltekkes Kemenkes Padang


dan merasa tidak berdaya
DO :
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak pucat
- Pasien tampak tegang
- Td : 142x/menit
- RR : 20x/menit
- N : 72x/menit
- S : 36,5℃

3. DS : Ketidakmampuan Risiko defisit


- Pasien mengeluh nafsu mengabsorbsi nutrisi
makan berkurang nutrien
- Pasien hanya makan 1/2
porsi makan
- Pasien mengatakan turun
berat badan sebanyak 10 kg
dari 60 kg ke 50 kg.
DO :
- Membran mukosa pucat
- Bising Usus : 15x/menit

4. POST OPERASI Agen pencedera Nyeri akut


DS : fisik
- Pasien mengataka nyeri pada
bagian abdomen luka
operasidi kuadran kiri bawah
DO :
- Pasien tampak meringis
- Pasien bersikap protektif
tidak melakukan pergerakan
sedikitpun karena nyeri

108 Poltekkes Kemenkes Padang


- Pasien gelisah
- Pasien Sulit tidur
- N : 102x/menit

5. DS : Hambatan Gangguan pola


- Pasien mengeluh sulit tidur lingkungan tidur
- Pasien mengatakan sering
terjaga di malam hari
- Pasien mengetakan tidak puas
tidur dan istirahat
- Pasien mengatakan istirahat
tidak cukup
DO :
- Pasien sulit tidur

6. DS : Penyakit kronis Risiko infeksi


- Pasien mengatakan luka tersa
nyeri
- Pasien mengatakan badannya
terasa agak panas

DO :
- Luka tampak kemerahan
- Leukosit : 22.510 /mm3
- S : 37,5℃

109 Poltekkes Kemenkes Padang


DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. B

NO. MR : 00.96.52.04

Tanggal No Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanda


Muncul Teratasi Tangan

19/05/2021 1. Nyeri kronis berhubungan dengan 21/05/2021


infiltrasi tumor

2. Ansietas berhubungan dengan krisis 21/05/2021


situasional

3. Risiko defisit nutrisi ditandai dengan 21/05/2021


ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien

22/05/2021 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen 24/05/2021


pencedera fisik

2. Gangguan pola tidur berhubungan 24/05/2021


dengan hambatan lingkungan.

3. Risiko infeksi ditandai dengan 24/05/2021


penyakit kronis

110 Poltekkes Kemenkes Padang


PERENCANAAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. B


NO. MR : 00.96.52.04

Perencanaan
Diagnosa
No
Keperawatan SLKI SIKI

1. Nyeri kronis Setelah dilakukan Terapeutik :


berhubungan asuhan keperawatan 3x 9. Berikan teknik non
dengan infiltrasi 24 jam diharapkan farmakologis untuk
tumor Tingkat nyeri mengurangi rasa nyeri
menurun dengan 10. Kontrol lingkungan
kriteria hasil : yang memperberat dan
22. kemampuan memperingan rasa
menuntaskan nyeri
aktivitas meningkat 11. Fasilitasi istirahat dan
23. keluhan nyeri tidur
menurun 12. Pertimbangkan jenis
24. meringis menurun dan sumber nyeri
25. sikap protektif dalam pemilihan
menurun strategi meredakan
26. gelisah menurun nyeri
27. kesulitan tidur
menurun Edukasi :
28. anoreksia menurun 7. Jelaskan penyebab,
29. frekuensi nadi periode, dan pemicu
membaik nyeri
30. pola napas 8. Jelaskan strategi
membaik meredakan nyeri
31. nafsu makan 9. Ajarkan teknik non
membaik farmakologis untuk
32. pola tidur membaik meredakan nyeri

Kolaborasi :
kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas :


berhubungan asuhan keperawatan 3x observasi
dengan krisis 24 jam diharapkan 1) Identifikasi saat tingkat
situasional Tingkat ansietas ansietas berubah
menurun dengan 2) Identifikasi kemampuan
kriteria hasil : mengambil keputusan
1) Verbalisasi 3) Monitor tanda-tanda

111 Poltekkes Kemenkes Padang


kebingungan ansietas
menurun
2) Verbalisasi khawatir Terapeutik
akibat kondisi yang 1) Ciptakan suasana
dihadapi menurun terapeutik untuk
3) Perilaku gelisah menumbuhkan
menurun kepercayaan
4) Perilaku tegang 2) Temani pasien untuk
menurun mengurangi kecemasan,
5) Pucat menurun jika memungkinkan
6) Konsentrasi 3) Pahami situasi yang
membaik membuat ansietas
7) Pola tidur membaik 4) Dengarkan dengan
8) Frekuensi penuh perhatian
pernapasan membaik 5) Gunakan pendekatan
9) Frekuensi nadi yang tenang dan
membaik meyakinkan
10) Tekanan darah 6) Tempatkan barang
membaik pribadi yang
memberikan
kenyamanan
7) Motivasi
mengidentifikasi situasi
yang memicu
kecemasan

Edukasi
1) Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2) Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan
dan prognosis
3) Anjurkan keluarga tetap
bersama pasien, jika
perlu
4) Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
5) Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
6) Latih teknik relaksasi.

3. Risiko defisit nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi

112 Poltekkes Kemenkes Padang


ditandai dengan Membaik : (121) (200) :
ketidakmampuan 10. Porsi makan yang Observasi :
mengabsorbsi dihabiskan 12. Identifikasi status
nutrien meningkat nutrisi
11. Kekuatan otot 13. Identifikasi alergi dan
penganyahmeningk intoleransi makanan
at 14. Identifikasi makanan
12. Pengetahuan yang disukai
tentang pemilihan 15. Identifikasi kebutuhan
makanan yang Kalori dan Jenis
sehat meningkat nutrient
13. Pengetahuan 16. Monitor asupan makan
tentang pemilihan 17. Monitor berat badan
minuman yang
sehat meningkat Terapeutik :
14. Pengetahuan 5. Fasilitasi menentukan
tentang standar dan program diet
asupan nutrisi yang 6. Sajikan makanan
tepat secara menarik dan
15. Nyeri abdomen suhu yang sesuai
menurun 7. Berikan makanan yang
16. Frekuensi makan tinggi kalori dan
membaik protein
17. Nafsu makan 8. Berikan suplemen
membaik makanan, jika perlu
18. Bising usus
membaik Edukasi :
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu

4. POST OPERASI : Tingkat nyeri Terapeutik :


Nyeri akut menurun : (145) 13. Berikan teknik non
berhubungan 1) kemampuan farmakologis untuk
dengan menuntaskan mengurangi rasa nyeri
aktivitas 14. Kontrol lingkungan
meningkat yang memperberat dan
2) keluhan nyeri memperingan rasa
menurun nyeri
3) meringis menurun 15. Fasilitasi istirahat dan

113 Poltekkes Kemenkes Padang


4) sikap protektif tidur
menurun 16. Pertimbangkan jenis
5) gelisah menurun dan sumber nyeri
6) kesulitan tidur dalam pemilihan
menurun strategi meredakan
7) anoreksia menurun nyeri
8) frekuensi nadi
membaik Edukasi :
9) pola napas 10. Jelaskan penyebab,
membaik periode, dan pemicu
10) nafsu makan nyeri
membaik 11. Jelaskan strategi
11) pola tidur meredakan nyeri
membaik 12. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
meredakan nyeri

Kolaborasi :
kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
5. Gangguan pola tidur Pola tidur membaik : Dukungan tidur :
berhubungan 1) Keluhan sulit tidur Observasi
dengan hambatan menurun 1. Identifikasi pola
lingkungan 2) Keluhan sering aktivitas dan tidur
terjaga menurun 2. Identifikasi faktor
3) Keluhan tidak puas pengganggu tidur
tidur menurun 3. Identifikasi makanan
4) Keluhan pola tidur dan minuman yang
berubah menurun mengganggu tidur
5) Keluhan istirahat 4. Identifikasi obat tidur
tidak cukup menurun yang dikonsumsi

Terapeutik
1. Modifikasi lingkungan
2. Batasi waktu tidur
siang, jika perlu.
3. Fasilitasi
menghilangkan stres
sebelum tidur
4. Tetapkan jadwal rutin
tidur
5. Lakukan prosedur
untuk meningkatkan
kenyamanan
6. Sesuaikan jadwal
pemberian obat

114 Poltekkes Kemenkes Padang


dan/tindakan untuk
menunjang siklus
tidur-terjaga

Edukasi
1. Jelaskan pentingnya
tidur selama sakit
2. Anjurka menepati
kebiasaaan tidur
3. Anjurkan menghindari
makanan/minuman
yang mengganggu tidur
4. Ajarkan faktor-faktor
yang berkontribusi
terhadap gangguan pola
tidur.

6. Risiko infeksi Tingkat infeksi Pencegahan infeksi :


ditandai dengan menurun : Observasi :
penyakit kronis 6. Demam menurun 2. Monitor tanda dan
7. Kemerahan gejala infeksi lokal
menurun atau sistemik
8. Nyeri menurun
9. Bengkak menurun Terapeutik :
10. Kadar sel darah 5. Batasi jumlah
putih membaik pengunjung
6. Berikan perawatan
pada area kulit edema
7. Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
dengan pasien
8. Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
berisiko tinggi

Edukasi :
4. Jelaskan tanda gejala
infeksi
5. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
6. Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan

115 Poltekkes Kemenkes Padang


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. B


NO. MR : 00.96.52.04

Hari /Tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keperawatan Keperawatan Keperawatan
Paraf
( SOAP )

Kamis Nyeri kronis Terapeutik : S:


berhubungan 1. Memberikan teknik
20/05/2021 dengan infiltrasi non farmakologis - Pasien
tumor untuk mengurangi mengatakan
rasa nyeri (mengatur nyeri sudah
posisi) mulai
2. Mengontrol berkurang,
lingkungan yang skala nyeri 3,
memperberat dan durasi 3-5
memperingan rasa menit seperti
nyeri ditusuk-tusuk
3. Memfasilitasi dan hilang
istirahat dan tidur timbul
4. Mempertimbangkan
jenis dan sumber - Pasien
nyeri dalam mengatakan
pemilihan strategi sulit tidur
meredakan nyeri

Edukasi :
1. Menjelaskan O:
penyebab, periode,
- Pasien tampak
dan pemicu nyeri.
2. Menjelaskan strategi meringis
meredakan nyeri - Pasien tampak
3. Mengajarkan teknik
gelisah
non farmakologis
untuk meredakan - Nafsu makan
nyeri menurun hanya
menghabiskan
Kolaborasi : 1/2 porsi
1. Berkolaborasi dalam
pemberian analgetik -TD : 140/80
mmhg

- N : 88x/menit

116 Poltekkes Kemenkes Padang


-RR : 20x/menit

-S : 36,7℃

A : Masalah
teratasi
sebagian

P : intervensi
dilanjutkan

20/05/2021 Ansietas Reduksi Ansietas : S:


berhubungan observasi
dengan krisis 1) Mengidentifikasi - Pasien
situasional saat itngkat ansietas mengatakan
berubah masih cemas
2) Mengidentifikasi dengan
kemampuan penyakitnya
mengambil
keputusan - Pasien juga
3) Memonitor masih bingung
tanda-tanda ansietas tentang
penyakitnya
Terapeutik
1) Menciptakan
suasana terapeutik
O:
untuk
menumbuhkan - pasien masih
kepercayaan dengan tampak gelisah
berbincang-bincang berkurang
2) Menemani pasien
untuk mengurangi - pasien tampak
kecemasan tegang
3) Memahami situasi
yang membuat - pasen tampak
ansietas karena pucat
cemas akan operasi berkurang
4) Mendengarkan
dengan penuh - TD : 140/80
perhatian mmhg
5) Menggunakan
pendekatan yang -N : 88x/menit
tenang dan

117 Poltekkes Kemenkes Padang


meyakinkan -RR : 20x/menit
6) Menempatkan
barang pribadi yang -S : 36,7℃
memberikan
kenyamanan
7) Memotivasi A: Masalah
mengidentifikasi teratasi
situasi yang memicu sebagian
kecemasan
P : intervensi
Edukasi dilanjutkan
1) Menginformasikan
secara faktual
mengenai diagnosis,
pengobatan dan
prognosis
2) Menganjurkan
keluarga tetap
bersama pasien
3) Menganjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
4) Melatih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan dengan
mendengarkan lagu,
ceramah dan film
5) Melatih teknik
relaksasi (napas
dalam)

20/05/2021 Risiko defisit Manajemen Nutrisi S:


nutrisi ditandai Observasi :
dengan 1. Mengidentifikasi - pasien
ketidakmampuan status nutrisi mengatakan
mengabsorbsi 2. Mengidentifikasi nafsu makan
nutrien alergi dan berkurang dan
intoleransi makanan hanya
3. Mengidentifikasi menghabiskan
makanan yang 1/2 porsi
disukai makan
4. Mengidentifikasi
kebutuhan Kalori - pasien juga
dan Jenis nutrient mengatakan

118 Poltekkes Kemenkes Padang


5. Memoonitor asupan nafsu makan
makan brkurang
6. Memonitor berat karena merasa
badan nyeri di
perutnya
Terapeutik :
1. Memfasilitasi - pasien juga
menentukan mengatakan
program diet mengkonsumsi
2. Menyajikan kopi dan tidak
makanan secara tahu tentang
menarik dan suhu pemilihan
yang sesuai makanan dan
3. Memberikan minuman yang
makanan yang tinggi baik.
kalori dan protein

Edukasi :
1. Mengajarkan diet O:
yang diprogramkan
(makanan cair) MC - pasien tampak
lesu
Kolaborasi :
- pasien tampak
1. Berkolaborasi
lemah
dengan ahli gizi
untuk menentukan - pasien tampak
jumlah kalori dan pucat
jenis nutrien yang
dibutuhkan. -TD : 140/80
mmhg

-N : 88x/menit

-RR : 20x/menit

-S : 36,7℃

A: Masalah
teratasi
sebagian

P : intervensi
dilanjutkan

119 Poltekkes Kemenkes Padang


21/05/2021 Nyeri kronis Tingkat nyeri S :
berhubungan menurun :
dengan infiltrasi Terapeutik : - Pasien
tumor 1. Memberikan teknik mengatakan
non farmakologis nyeri sudah
untuk mengurangi mulai
rasa nyeri (mengatur berkurang,
posisi) skala nyeri 2,
2. Mengontrol durasi 2-3
lingkungan yang menit seperti
memperberat dan ditusuk-tusuk
memperingan rasa dan hilang
nyeri timbul
3. Memfasilitasi
istirahat dan tidur - Pasien
4. Mempertimbangkan mengatakan
jenis dan sumber sulit tidur
nyeri dalam berkurang
pemilihan strategi
meredakan nyeri O:

Edukasi : - Pasien tampak


1. Menjelaskan meringis
penyebab, periode, berkurang
dan pemicu nyeri.
2. Menjelaskan strategi - Pasien tampak
meredakan nyeri gelisah
3. Mengajarkan teknik berkurang
non farmakologis
untuk meredakan - Nafsu makan
nyeri mulai membaik
dan
Kolaborasi : menghabiskan
1. Berkolaborasi dalam 3/4 porsi
pemberian analgetik
- TD : 124/70
mmhg

- N : 70x/menit

- RR : 20x/menit

- S : 36,5℃

A: Masalah

120 Poltekkes Kemenkes Padang


teratasi

P : intervensi
dihentikan

21/05/2021 Ansietas Reduksi Ansietas :


berhubungan observasi
dengan krisis 1) Mengidentifikasi S:
situasional saat itngkat ansietas
- Pasien
berubah
2) Mengidentifikasi mengatakan
kemampuan cemasnya
mengambil sudah
keputusan berkurang
3) Memonitor dibanding awal
tanda-tanda ansietas masuk rumah
sakit
Terapeutik
1) Menciptakan - Pasien juga
suasana terapeutik mengatakan
untuk tidak bingung
menumbuhkan lagi tentang
kepercayaan penyakitnya
2) Menemani pasien
untuk mengurangi
kecemasan, jika
O:
memungkinkan
3) Memahami situasi - pasien masih
yang membuat tampak gelisah
ansietas berkurang
4) Mendengarkan
dengan penuh - pasien tampak
perhatian tegang
5) Menggunakan berkurang
pendekatan yang
tenang dan - pasien tampak
meyakinkan pucat
6) Menempatkan berkurang
barang pribadi yang
memberikan - TD : 124/70
kenyamanan mmhg
7) Memotivasi
mengidentifikasi - N : 70x/menit
situasi yang memicu
-RR : 20x/menit
kecemasan

121 Poltekkes Kemenkes Padang


Edukasi -S : 36,5℃
1) Menjelaskan
prosedur, termasuk
sensasi yang
A: Masalah
mungkin dialami
teratasi
2) Menginformasikan
secara faktual P : intervensi
mengenai diagnosis, dihentikan
pengobatan dan
prognosis
3) Menganjurkan
keluarga tetap
bersama pasien
4) Menganjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
5) Melatih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
6) Melatih teknik
relaksasi (napas dalam)

21/05/2021 Risiko defisit Manajemen Nutrisi S:


nutrisi ditandai Observasi :
dengan 1. Mengidentifikasi - pasien
ketidakmampuan status nutrisi mengatakan
mengabsorbsi 2. Mengidentifikasi nafsu makan
nutrien alergi dan mulai
intoleransi makanan meningkat dan
3. Mengidentifikasi menghabiskan
makanan yang 3/4 porsi
disukai makan
4. Mengidentifikasi
kebutuhan Kalori - pasien juga
dan Jenis nutrient mengatakan
5. Memoonitor asupan nafsu makan
makan mulsi membaik
6. Memonitor berat
badan - pasien juga
mengatakan
Terapeutik : sudah sedikit
1. Memfasilitasi tahu tentang
menentukan pemilihan
program diet makanan dan

122 Poltekkes Kemenkes Padang


2. Menyajikan minuman yang
makanan secara baik.
menarik dan suhu
yang sesuai
3. Memberikan
makanan yang tinggi O :
kalori dan protein - pasien tampak
lesu menurun
Edukasi :
1. Mengajarkan diet - pasien tampak
yang diprogramkan lemah menurun
(makanan cair) MC
- pasien tampak
Kolaborasi : pucat menurun
1. Berkolaborasi
dengan ahli gizi - TD : 124/70
untuk menentukan mmhg
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang -N : 70x/menit
dibutuhkan.
-RR : 20x/menit

-S : 36,5℃

A: Masalah
teratasi

P : intervensi
dihentikan

22/05/2021 Nyeri akut Terapeutik : S:


berhubungan 1. Memberikan teknik
dengan agen non farmakologis - Pasien
pencedera fisik untuk mengurangi mengatakan
rasa nyeri (mengatur nyeri di luka
posisi) operasinya,
2. Mengontrol skala nyeri 6,
lingkungan yang durasi 3-5
memperberat dan menit seperti
memperingan rasa ditusuk-tusuk
nyeri dan hilang
3. Memfasilitasi timbul
istirahat dan tidur
4. Mempertimbangkan - Pasien

123 Poltekkes Kemenkes Padang


jenis dan sumber mengatakan
nyeri dalam sulit tidur
pemilihan strategi
meredakan nyeri O:

- Pasien tampak
Edukasi :
1. Menjelaskan meringis
penyebab, periode,
- Pasien tampak
dan pemicu nyeri.
gelisah
2. Menjelaskan strategi
meredakan nyeri - Nafsu makan
3. Mengajarkan teknik menurun hanya
non farmakologis menghabiskan
untuk meredakan
1/2 porsi
nyeri
-TD : 140/76
Kolaborasi : mmhg
1. Berkolaborasi dalam
pemberian analgetik -N : 102x/menit

-RR : 20x/menit

-S : 375℃

A: Masalah
belum teratasi

P : intervensi
dilanjutkan

22/05/2021 Gangguan pola Dukungan tidur : S:


tidur Observasi
berhubungan 1. Mengidentifikasi - Pasien
dengan pola aktivitas dan mengatakan
hambatan tidur sulit tidur
lingkungan 2. Mengidentifikasi karena nyeri
faktor pengganggu pada bekas
tidur operasi
3. Mengidentifikasi
makanan dan - Pasien tidak bisa
minuman yang mengubah
mengganggu tidur posisi tidur
4. Mengidentifikasi karena sakit

124 Poltekkes Kemenkes Padang


obat tidur yang ketika bergerak
dikonsumsi
- Pasien
Terapeutik mengatakan
1. Memodifikasi ketika tidur
lingkungan sering
2. Membatasi waktu terbangun dan
tidur siang tidak bisa tidur
3. Memfasilitasi lagi
menghilangkan stres
sebelum tidur - Pasien
4. Menetapkan jadwal mengatakan
rutin tidur tidak cukup
5. Melakukan prosedur tidur dan
untuk meningkatkan istirahat.
kenyamanan
6. Menyesuaikan
jadwal pemberian
obat dan/tindakan O:
untuk menunjang - Pasien tampak
siklus tidur-terjaga
kelelahan
Edukasi - Pasien tampak
1. Menjelaskan lemas
pentingnya tidur
selama sakit - Pasien tampak
2. Menganjurkan pucat dan tidak
menepati kebiasaaan bersemangat
tidur
3. Menganjurkan
menghindari
makanan/minuman A : Masalah
yang mengganggu belum teratasi
tidur
P : intervensi
4. Mengajarkan
dilanjutkan
faktor-faktor yang
berkontribusi
terhadap gangguan
pola tidur.

125 Poltekkes Kemenkes Padang


22/05/2021 Risiko infeksi Pencegahan infeksi : S:
ditandai dengan Observasi :
penyakit kronis 1. Memonitor tanda - Pasien
dan gejala infeksi mengatakan
lokal atau sistemik badan terasa
panas
Terapeutik :
1. Membatasi jumlah - Pasien juga
pengunjung mengatakan
2. Memberikan nyeri pada luka
perawatan pada area bekas operasi
kulit edema
3. Mencuci tangan
sebelum dan
O:
sesudah kontak
dengan pasien - pasien tampak
4. Mempertahankan meringis
teknik aseptik pada
pasien berisiko - Leukosit :
tinggi 22.510 mm3
-
Edukasi : Pasien tampak
1) Menjelaskan tanda menahan sakit
gejala infeksi
2) Menganjurkan
meningkatkan
A : masalah
asupan nutrisi
belum teratasi
3) Menganjurkan
meningkatkan P : intervensi
asupan cairan dilanjutkan

23/05/2021 Nyeri akut Terapeutik : S:


berhubungan 1. Memberikan teknik
dengan agen non farmakologis - Pasien
pencedera fisik untuk mengurangi mengatakan
rasa nyeri (mengatur nyeri di luka
posisi) operasinya,
2. Mengontrol skala nyeri 4,
lingkungan yang durasi 3-5
memperberat dan menit seperti
memperingan rasa ditusuk-tusuk
nyeri dan hilang
3. Memfasilitasi timbul
istirahat dan tidur
4. Mempertimbangkan - Pasien
jenis dan sumber mengatakan

126 Poltekkes Kemenkes Padang


nyeri dalam sulit tidur
pemilihan strategi sudah mulai
meredakan nyeri berkurang
walaupun
Edukasi : masih sering
1. Menjelaskan terjaga
penyebab, periode, dimalam hari
dan pemicu nyeri.
2. Menjelaskan strategi O:
meredakan nyeri
3. Mengajarkan teknik - Pasien tampak
non farmakologis meringis
untuk meredakan menurun
nyeri
- Pasien tampak
Kolaborasi : gelisah
1. Berkolaborasi dalam menurun
pemberian analgetik
- Nafsu makan
menurun hanya
menghabiskan
1/2 porsi

-TD:111/74
mmhg

-N : 108x/menit

-RR : 20x/menit

-S : 36,7℃

A: Masalah
teratasi
sebagian

P : intervensi
dilanjutkan

23/05/2021 Gangguan pola Dukungan tidur : S:


tidur Observasi
berhubungan 1. Mengidentifikasi - Pasien
dengan pola aktivitas dan mengatakan
hambatan tidur sulit tidur

127 Poltekkes Kemenkes Padang


lingkungan 2. Mengidentifikasi karena nyeri
faktor pengganggu pada bekas
tidur operasisudah
3. Mengidentifikasi mulai
makanan dan berkurang
minuman yang
mengganggu tidur - Pasien masih
4. Mengidentifikasi tidak bisa
obat tidur yang mengubah
dikonsumsi posisi tidur
karena sakit
Terapeutik ketika bergerak
1. Memodifikasi
lingkungan - Pasien masih
2. Membatasi waktu mengatakan
tidur siang ketika tidur
3. Memfasilitasi sering
menghilangkan stres terbangun dan
sebelum tidur tidak bisa tidur
4. Menetapkan jadwal lagi
rutin tidur
5. Melakukan prosedur - Pasien masih
untuk meningkatkan mengatakan
kenyamanan tidak cukup
6. Menyesuaikan tidur dan
jadwal pemberian istirahat.
obat dan/tindakan
untuk menunjang
siklus tidur-terjaga
O:
Edukasi
1. Menjelaskan - Pasien tampak
pentingnya tidur kelelahan
selama sakit berkurang
2. Menganjurkan
- Pasien tampak
menepati kebiasaaan
lemas
tidur
3. Menganjurkan berkuranng
menghindari - Pasien masih
makanan/minuman
tampak pucat
yang mengganggu
dan sudah
tidur
sedikit
4. Mengajarkan
faktor-faktor yang bersemangat
berkontribusi
terhadap gangguan

128 Poltekkes Kemenkes Padang


pola tidur. A : Masalah
teratasi
sebagian

P : intervensi
dilanjutkan

23/05/2021 Risiko infeksi Pencegahan infeksi : S:


ditandai dengan Observasi :
penyakit kronis 1. Memonitor tanda - Pasien
dan gejala infeksi mengatakan
lokal atau sistemik panas badan
telah menurun
Terapeutik :
1. Membatasi jumlah - Pasien juga
pengunjung mengatakan
2. Memberikan masih nyeri
perawatan pada area pada luka
kulit edema bekas operasi
3. Mencuci tangan walaupun
sebelum dan sudah
sesudah kontak berkurang dari
dengan pasien hari
4. Mempertahankan sebelumnya.
teknik aseptik pada
pasien berisiko
tinggi
O:
Edukasi :
1) Menjelaskan tanda - Pasien tampak
gejala infeksi meringis
2) Menganjurkan berkurang
meningkatkan
- Pasien tampak
asupan nutrisi
menahan sakit
3) Menganjurkan
meningkatkan
asupan cairan
A : masalah
belum teratasi

P : intervensi
dilanjutkan

129 Poltekkes Kemenkes Padang


24/05/2021 Nyeri akut Terapeutik : S:
berhubungan 1. Memberikan teknik
dengan agen non farmakologis - Pasien
pencedera fisik untuk mengurangi mengatakan
rasa nyeri (mengatur nyeri di luka
posisi) operasinya,
2. Mengontrol skala nyeri 3,
lingkungan yang durasi 2-3
memperberat dan menit seperti
memperingan rasa ditusuk-tusuk
nyeri dan hilang
3. Memfasilitasi timbul
istirahat dan tidur
4. Mempertimbangkan - Pasien
jenis dan sumber mengatakan
nyeri dalam sudah tidak
pemilihan strategi sulit tidur
meredakan nyeri
O:
Edukasi :
1. Menjelaskan - Pasien tampak
penyebab, periode, meringis
dan pemicu nyeri. berkurang
2. Menjelaskan strategi
- Pasien tampak
meredakan nyeri
3. Mengajarkan teknik gelisah
non farmakologis berkurang
untuk meredakan - Nafsu makan
nyeri
menurun hanya
menghabiskan
Kolaborasi :
1. Berkolaborasi dalam 3/4 porsi
pemberian analgetik -TD : 174/71
mmhg

-N : 100x/menit

-RR : 20x/menit

-S : 36,5℃

A: Masalah
teratasi sebagian

P : intervensi

130 Poltekkes Kemenkes Padang


dilanjutkan
oleh perawat
ruangan

24/05/2021 Gangguan pola Dukungan tidur : S:


tidur Observasi
berhubungan 1. Mengidentifikasi - Pasien
dengan pola aktivitas dan mengatakan
hambatan tidur sudah tidak
lingkungan 2. Mengidentifikasi sulit tidur
faktor pengganggu
tidur - Pasien sudah
3. Mengidentifikasi bisa mengubah
makanan dan posisi tidur
minuman yang walaupun
mengganggu tidur hanya sebentar
4. Mengidentifikasi
obat tidur yang - Pasien
dikonsumsi mengatakan
ketika tidur
Terapeutik sering
1. Memodifikasi terbangun dan
lingkungan tidak bisa tidur
2. Membatasi waktu lagi sudah
tidur siang berkurang
3. Memfasilitasi
menghilangkan stres - Pasien
sebelum tidur mengatakan
4. Menetapkan jadwal tidak cukup
rutin tidur tidur dan
5. Melakukan prosedur istirahat sudah
untuk meningkatkan berkurang dan
kenyamanan mulai membaik
6. Menyesuaikan
jadwal pemberian obat
dan/tindakan untuk
menunjang siklus O:
tidur-terjaga
- Pasien tampak
Edukasi kelelahan
1. Menjelaskan berkurang
pentingnya tidur
- Pasien tampak
selama sakit
lemas
2. Menganjurkan
berkurang
menepati kebiasaaan
tidur - Pasien masih

131 Poltekkes Kemenkes Padang


3. Menganjurkan tampak pucat
menghindari dan sudah
makanan/minuman lebih
yang mengganggu bersemangat
tidur
4. Mengajarkan -TD : 174/71
faktor-faktor yang mmhg
berkontribusi
terhadap gangguan -N : 100x/menit
pola tidur.
-RR : 20x/menit

-S : 36,5℃

A : Masalahh
teratasi

P : Intervensi
dihentikan

24/05/2021 Risiko infeksi Pencegahan infeksi : S:


ditandai dengan Observasi :
penyakit kronis 1. Memonitor tanda - Pasien
dan gejala infeksi mengatakan
lokal atau sistemik badan sudah
tidak panas
Terapeutik :
1. Membatasi jumlah - Pasien juga
pengunjung mengatakan
2. Memberikan masih nyeri
perawatan pada area pada luka
kulit edema bekas operasi
3. Mencuci tangan walaupun
sebelum dan sudah
sesudah kontak berkurang dari
dengan pasien hari
4. Mempertahankan sebelumnya.
teknik aseptik pada
pasien berisiko
tinggi
O:
Edukasi :
- Pasien tampak
1) Menjelaskan tanda
meringis
gejala infeksi
berkurang
2) Menganjurkan

132 Poltekkes Kemenkes Padang


meningkatkan - Pasien tampak
asupan nutrisi menahan sakit
3) Menganjurkan
meningkatkan - TD : 174/71
asupan cairan mmhg

-N : 100x/menit

-RR : 20x/menit

-S : 36,5℃

A : masalah
belum teratasi

P : intervensi
dilanjutkan

133 Poltekkes Kemenkes Padang

Anda mungkin juga menyukai