Anda di halaman 1dari 33

Hospital Operation Report

ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PASIEN GASTROENTERITIS

KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH


2A KEPERAWATAN

Dosen Pembimbing:
Ns. Muthia Deliana,SST.,M.Kep
Hospital Operation Report

Kelompok 5
Nama anggota
Muhammad razali PO72201201647
Nur Rizki Parlinda Siregar PO72201201652
Suryadi PO72201201662
Yusri Angrayni PO72201201665

Dosen pembinmbing
MUTHA DELIANA,S.Kep.Ners.,M.Kep
Hospital Operation
LATAR BELAKANGReport
Data Departemen Kesehatan RI menunjukkan
5.051 kasus diare sepanjang tahun 2005 lalu di
World Health Organization (WHO) 12 provinsi. Jumlah ini meningkat derastis
melaporkan sekitar 3,5 juta kematian dibandingkan dengan jumlah pasien diare pada
pertahun disebabkan oleh Gastroenteritis tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 1.436 orang.
atau diare akut, dimana 80% dari Di awal tahun 2006, tercatat 2.159 orang di
kematian ini mengenai anak – anak Jakarta yang dirawat di rumah sakit akibat
dibawah umur 5 tahun menderita diare (NurQolis,2016).
Masalah
Diare Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah
Angka kejadian diare di Indonesia masih
Tangga (SKRT) tahun 2004 angka kematian
tinggi, angka kejadian diare yang di
akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada
tandai perubahan konsistensi tinja dan
balita 75 per 100 ribu balita. Selama 2006
peningkatan frekuensi berak di sebagian
sebanyak 41 kabupaten di propinsi melaporkan
besar wilayah Indonesia hingga saat ini
kejadian luar biasa diare di wilayah Jakarta.
masih tinggi.

Dalam hal ini peran perawat sangat penting untuk mencegah terjadinya diare
berkepanjangan serta mencegah terjadinya kekurangan cairan, seorang perawat dapat
mengkaji penyebab diare, dan memantau asupan makanan yang masuk kepada pasien,
serta memantau intake dan outputpasien dan membantu mengkosumsi obat-obatan anti
diare dengan cara yang tepat.(Anisa,2016).
Hospital
DEFENISIOperation Report
GASTROENTRITIS

• Gastroenteritis adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang


terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang
encer atau cair (Suriadi dan Yuliani, 2001 : 83).
• Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus yang di
tandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan elektrolit
yang menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan elektrolit (cecyly, Betz.2002).
• Gastroenteritis adalah penyakit akut dan menular menyerang pada lambung dan
usus yang di tandai berak-berak encer 5 kali atau lebih. Gastroenteritis adalah buang
air besar encer lebih dari 3 kali perhari dapat atau tanpa lendir dan darah (Murwani.
2009).
Hospital Operation
ANATOMI Report
FISIOLOGI

Menurut Syaifuddin, ( 2003 ), susunan pencernaan terdiri dari :


1.Mulut
Terdiri dari 2 bagian :
a) Bagian luar yang sempit / vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir, dan pipi. Di
sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam di tutupi oleh selaput
lendir (mukosa). Otot orbikularis oris menutupi bibir. Levator anguli oris mengakat
dan depresor anguli oris menekan ujung mulut.
b) Bagian rongga mulut atau bagian dalam yaitu rongga mulut yang di batasi sisinya
oleh tulang maksilaris palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung
dengan faring.
2.Faring (tekak)
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan (esofagus), di dalam
lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung
limfosit..
.
Hospital Operation
ANATOMI Report
FISIOLOGI

3. Esofagus
Panjang esofagus sekitar 25 cm dan menjalar melalui dada dekat dengan kolumna vertebralis, di belakang
trakea dan jantung. Esofagus melengkung ke depan, menembus diafragma dan menghubungkan lambung.
Jalan masuk esofagus ke dalam lambung adalah kardia.
4. Gaster ( Lambung )
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama didaerah epigaster.
Lambung terdiri dari 13 bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik,
terletak dibawah diafragma di depan pankreas dan limpa,menempel di sebelah kiri fudus uteri.
5. Intestinum minor ( usus halus )
Adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada seikum,
panjang + 6 meter.
6. Intestinium Mayor ( Usus besar )
Panjang ± 1,5 meter lebarnya 5 – 6 cm. Lapisan–lapisan usus besar dari dalam keluar : selaput lendir,
lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, dan jaringan ikat.
7. Rektum dan Anus
Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus, terletak dalam
rongga pelvis di depan os sakrum dan os koksigis.
Hospital Operation
ETIOLOGI Report

Faktor penyebab gastroenteritis adalah:


a) Faktor infeksi
1) Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama gastroenteritis
pada anak, meliputi infeksi internal sebagai berikut:
• Infeksi bakteri : vibrio, ecoly, salmonella shigella, capylabactor, versinia aoromonas dan sebagainya.
• Infeksi virus : entero virus ( v.echo, coxsacria, poliomyelitis)
• Infeksi parasit : cacing ( ascaris, tricuris, oxyuris, srongyloidis, protozoa, jamur).
2) Infeksi parenteral : infeksi di luar alat pencernaan, seperti : OMA, tonsilitis, bronkopneumonia, dan lainnya
.
b) Faktor malabsorbsi:
• Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa), mosiosakarida
(intoleransi glukosa, fruktosa, dan galatosa).
• Malabsorbsi lemak
• Malabsorbsi protein

c) Faktor makanan
Makanan basi, beracun dan alergi terhadap makanan.

d) Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar). (Mansjoer arief, 2000).
MANIFESTASI
Hospital KLINIS
Operation Report

a. Konsistensi feces cair (diare) dan frekuensi


defekasi semakin sering
b. Muntah (umumnya tidak lama)
c. Demam (mungkin ada, mungkin tidak)
d. Kram abdomen, tenesmus
e. Membrane mukosa kering
f. Fontanel cekung (bayi)
g. Berat badan menurun
h. Malaise
(Cecyly, Betz.2002)
HospitalKLASIFIKASI
Operation Report

Menurut Sodikin (2011) klasifikasi gastroenteritis dengan menifestasi diare:


 Diare akut (gastroenteritis)
Diare akut adalah diare yang secara mendadak terjadi pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat. Diare berlangsung kurang dan 14 hari. Penyebab diare aku pada
anak-anak adalah roavirus, Escherichia coil enterotoksigenik, Crytosporidium,
Campylobacterjejuni dan Shigella.

 Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang pada mulanya bersifa akut tetapi berlangsung lebih
dan 14 han. Diare persisten tidak disebabkan oleh penyebab mikroba tunggal, E. Coil
enteoaggregatife, Shigella, dan Cryptosporidium, mungkin penyebab lain berperan lebih
besar.

 Disentri
Disentri adalah diare yang disertai darah dalam feses. Penyebab utama disentri akut
yaitu Shigella dan penyebab lain adalah Campy loba cier jejuni.
HospitalKOMPLIKASI
Operation Report

a. Dehidrasi
b. Renyatan Hiporomelik
c. Kejang
d. Bakterikimia
e. Malnutrisi
f. Hipoglikimia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus

Dari komplikasi Gastroenteritis, tingkat dehidrasi dapat di klasifikasikan sebagai berikut :


- Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum
jatuh pada keadaan syok.
- Dehidrasi sedang
Kehilangan 5 – 8% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi
cepat dan dalam.
- Dehidrasi berat
Kehilangan cairan 8 – 10% dari BB dengan gambaran klinik seperti tanda dihidrasi sedang ditambah dengan
kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot kaku sampai sianosis.
PATOFISIOLOGI
Hospital Operation Report

Berdasarkan Hasan (2005), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
a. Gangguan sekresi
Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan
sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare tidak karena peningkatan isi
rongga usus.
a. Gangguan osmotic
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat di serap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
a. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare, sebaliknya jika peristaltic usus menurun akan mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
WOC
Hospital Operation Report
PENATALAKSANAAN
Hospital Operation Report
Menurut Supartini (2004), penatalaksanaan medis pada pasien diare meliputi pemberian cairan, dan pemberian obat-obatan.

a. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di berikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCL dan
glukosa untuk diare akut.
b. Cairan Parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai dengan kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan
setampat. Pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) di berikan tergantung berat / ringan dehidrasi, yang di perhitungkan dengan
kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
1) Dehidrasi Ringan
1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari, kemudian 125 ml / kg BB /oral.
2) Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral kemudian 125 ml / kg BB /hari.
3) Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit (inperset 1 ml : 20 tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml / kg BB
oralit per oral
LANJUTAN Report
Hospital Operation

a. Obat- obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan / tanpa muntah dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa / karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dsb).
1) Obat anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30 mg.Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari.
1) Obat spasmolitik, umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak beladora, opium loperamia tidak di gunakan untuk
mengatasi diare akut lagi, obat pengeras tinja seperti kaolin, pectin, charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi
diare sehingga tidak diberikan lagi.
2) Antibiotic
Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan
tetrasiklin 25 – 50 mg / kg BB / hari. Antibiotic juga diberikan bila terdapat penyakit seperti OMA, faringitis,
bronchitis / bronkopeneumonia.
EVIDENCE BASE NURSING
Hospital Operation
(EBN) Report

Manfaat Madu Untuk Mengatasi Diare pada Masalah Pencernaan Gastroenteritis

Madu adalah cairan alami yang umumnya mempunyai rasa manis yang dihasilkan oleh lebah
madu dari sari bunga tanaman (floral nektar) atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral nektar) atau ekskresi
serangga (Wulandari, 2017). Kaitan antara terapi madu dan diare, bahwa madu memiliki aktivitas
bakterisidal yang dapat melawan beberapa organisme enteropathogenic, termasuk diantaranya spesies dari
Salmonella, Shigella, dan E.colli. Uji klinis dari pengobatan madu pada anak-anak yang telah diteliti
Adebolu, Adeoye, & Oyetayo (2015), dan menemukan bahwa madu alami dapat menurunkan bakteri pada
penyakit diare. Madu murni dapat membantu terbentuknya jaringan granulasi memperbaiki kerusakan
permukaan kripte usus dan adanya efek madu sebagai prebiotik yang dapat menumbuhkan kuman komensial
dalam usus dengan kemampuan melekat pada enterosit mukosa usus sehingga dapat menghambat kolonisasi
sejumlah bakteri penyebab diare termasuk virus (murine dan rebesus rotavirus) (Lemone, 2016).
LANJUTAN Report
Hospital Operation

Penelitian Khasiat Madu Untuk Mengatasi Diare Pada Penyakit

United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan WHO (2009) menjelaskan penanganan dan
pengobatan diare adalah dengan rehidrasi, nutrisi dan zat besi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011)
menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare pada anak balita baik yang dirawatdi rumah
sakit maupun dirawat di rumah. Lima pilar tersebut adalah dengan pemberian cairan atau rehidrasi, pemberian
zink, pengobatan dietik dan pemberian ASI, pengobatan kausal, dan pengobatan simptomatik. Selain lima pilar di
atas, terdapat alternatif pengobatan yang dapat digunakan pada anakdiare yaitu dengan pemberian madu. Kaitan
antara terapi madu dan diare dilakukan oleh Kajiwara (2012),menemukan bahwa madu murni memiliki aktivitas
bakterisidal yang dapatmelawan beberapa organisme enteropathogenic, termasuk diantaranya spesies dari
Salmonella, Shigella dan E.Colli.
.
LANJUTAN Report
Hospital Operation

Uji klinis dari pengobatan madu padan anak-anak yang menderita gastroenteritis telah diteliti oleh
Adebolu (2005),dan menemukan bahwa madu alami dapat menurunkan bakteri pada penyakit diare. Hal tersebut
diperkuat oleh hasil penelitian Abdulrahman (2010) yang menemukan bahwa madu murni dapat memperbaiki
mukosa pada usus dan lambung pada penyakit diare. Dan dengan penelitiannya Nur Agustini (2014), ia
menemukan bahwa terapi madu efektif untuk menurunkan frekuensi diare dan bising usus pada anak usia balita,
Hal ini sejalan dengan penelitian Rifka Putri Andayani (2020) pemberian madu bermanfaat dalam menurunkan
frekuensi diare anak. Madu memiliki kandungan antibakteri, antiinflamasi, dan antivirus yang dapat mengatasi
diare. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas madu terhadap frekuensi diare anak. Banyaknya kasus
diare terutama terjadi pada balita, hal ini memerlukan perhatian dari semua tenaga kesehatan termasuk perawat.
Perawat memegang peranan penting dalam melakukan usaha pencegahan dan pengobatan diare. Peran perawat
sebagai care giver dapat menerapkan terapi komplementer terapimadu untuk membantu menurunkan frekuensi
diare dan bising usus pada balita dengan diare .
LANJUTAN Report
Hospital Operation

Berikut ini merupakan hasil penelitian Rifka Putri Andayani (2020) dalam Perintis’s Health Journal dengan judul Madu
sebagai Terapi Komplementer Mengatasi Diare pada Anak Balita.

Tabel 1 menunjukkan rerata karakteristik responden Tabel 2 menunjukkan bahwa 60% keluarga memiliki penghasilan
berdasarkan usia anak mengalami diare yaitu 24,25 <Rp.2.000.000, sebagian besar pendidikan Ibu pendidikan
bulan dasar, dan kebiasaan cuci tangan sebagian besar kadang-
kadang dilakukan oleh orangtua.

.
LANJUTAN Report
Hospital Operation

Tabel 3 menunjukkan bahwa rerata karakteristik Tabel 4 menjelaskan bahwa terdapat perbedaan signifikan
responden dilihat dari frekuensi diare anak saat sebelum terhadap frekuensi diare sebelum dan setelah diberi madu
diberi madu 8,15 kali dan sesudah diberi madu frekuensi (p<0,05).
diare menjadi 3,55 kali.

.
LANJUTAN Report
Hospital Operation

Pengaplikasian Madu Untuk Mengatasi Diare

Adapun pengaplikasian Evidence Based Nursing Practice adalah:


1. Melakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik
2. Mengkaji resiko malnutrisi dengan menggunakan NRS (Nutritional Risk Score)
3. Memberikan edukasi pada klien/keluarga tentang kegunaan madu dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi tambahan dan menekan bakteri dan jamur untukmembantu menurunkan
frekuensi BAB.
4. Menjelaskan manfaat madu yang kaya akan zat karbohidrat, vitamin,mineral, protein.
5. Membuat jadwal pemberian madu yaitu diberikan tiga kali dalam sehari(pagi-siang-malam)
sebanyak 2,5 ml (diukur dengan spuit 3 ml)
6. Memberikan madu dioleskan ke mulut atau melalui NGT jika terpasang.
7. Mengkaji ulang dengan NRS setelah 4 hari pemberian madu
Hospital Operation Report

ASUHAN
KEPERAWATAN
LANJUTAN Report
Hospital Operation
Pengkajian e. Kebutuhan dasar
1) Pola Eliminasi
Menurut Cyndi Smith Greenbery, 2004 adalah Mengalami perubahan yaitu BAB lebih
dari 4x sehari
a. Identitas klien 2) Pola Nutrisi
b. Riwayat keperawatan Diawali dengan mual, muntah,
anoreksia, menyebabkan penurunan
- Awal serangan : gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia BAB
kemudian timbul diare. 3) Pola Istirahat dan Tidur
Akan terganggu karena adanya
- Keluhan utama : feses semakin cair, muntah, kehilangan distensi abdomen yang akan
.
banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, BB menimbulkan rasa tidak nyaman
4) Pola Aktifitas
menurun, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput kadir Akan terganggu karena kondisi tubuh
mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4x yang lemah dan adanya nyeri akibat
disentri abdomen.
dengan konsisten encer.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat inflamasi
d. Riwayat Psikososial keluarga
LANJUTAN Report
Hospital Operation

a. Pemeriksaan Penunjang a. Data Fokus


1) Darah 1) Subjektif
Ht meningkat, leukosit menurun - Kelemahan
2) Feses - Diare lunak s/d cair
Bakteri atau parasit - Anoreksia mual dan muntah
3) Elektrolit - Tidak toleran terhadap diit
Natrium dan Kalium
. menurun - Perut mulas s/d nyeri (nyeri pada kuadran kanan bawah,
4) Urinalisa abdomen tengah bawah)
Urin pekat, BJ meningkat - Haus, kencing menurun
5) Analisa Gas Darah - Nadi mkeningkat, tekanan darah turun, respirasi rate turun
Antidosis metabolik (bila sudah kekurangan cairan) cepat dan dalam (kompensasi ascidosis).
LANJUTAN Report
Hospital Operation

1) Objektif
- Lemah, gelisah
- Penurunan lemak / masa otot, penurunan tonus
- Penurunan turgor, pucat, mata cekung
- Nyeri tekan abdomen
- Urine kurang
. dari normal
- Hipertermi
- Hipoksia / Cyanosis,Mukosa kering,Peristaltik usus lebih
dari normal.
Hospital Operation Report

Diagnosa Keperawatan

a. Konstipasi berhubungan dengan frekuensi defekasi BAB encer dan/atau


tanpa darah
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya
absorbsi usus terhadap zat gizi, mual / muntah
c. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi saluran pencernaan akibat
.
agen pirogenik
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi kulit/lecet
disekitar anus
e. Resiko keseimbangan elektrolit berhubungan dengan BAB sering
dengan konsistensi cair yang banyak keluar sehingga dehidrasi
Intervensi
No Hospital
DiagnosaOperation
Keperawatan Report
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

1. Konstipasi NOC: NIC


Definisi : Penurunan pada
frekuensi normal defakasi yang 1. Bowel elimination Constipation/ impaction
disertai oleh kesulitan atau 2. Hidration menegement
pengeluaran tidak lengkap feses
atau pengeluaran feses yang 1. Monitor tanda dan gejala
kering, keras dan banyak. Kriteria hasil : konstipasi
1. Mempertahankan bentuk 2. Monitor bising usus
Batasan karakteristik :
feses lunak setiap 1-3 hari 3. Monitor feses, frekuensi,
.
- Nyeri abdomen 2. Bebas dari konsistensi dan volume
- Nyeri tekan abdomen dengan ketidaknyamanan dan 4. Konsultasi dengan dokter tentang
teraba resistensi otot
konstipasi penurunan dan peningkatan bising
- Nyeri tekam abdomen tanpa
3. Mengidentifikasi usus
terabaresistensi otot
- Anoraksia indikator untuk mencegah 5. Moniyor yanda dan gejala ruptur
- Darah merah pada feses konstipasi usus/peritonitis
- Perubahan pada pola 6. Jelaskan etiologi dan rasionalisasi
defekasi 4. Feses lunak dan
tindakan terhadap pasien
- Penurunan frekuensi berbentuk
7. Identifikasi faktor pemyebab dan
- Penurunan vokume feses
- Disternasi abdomen konstipasi
8. Dukung intake cairan
NOC :
Hospital Operation Report
Nutrisi kurang dari kebutuhan
1. Status nutrisi
NIC :

Definisi: a. Manajemen Nutrisi


2. Status asupan nutrisi
Asupan nutrisi tidak cukup memenuhi 1. Tentukan status gizi pasien dan
kebutuhan metabolik kemampuan pasien untuk
Kriteria Hasil : memenuhi kebutuhan gizi
Batasan Karakteristik : 1. Klien mampu mengidentifikasi 2. Tentukan yang menjadi refrensi
factor kekurangan asupan gizi makana bagi pasien
1. Keram abomen
2. Nyeri abdomen 3. Mengintrupsikan pasien mengenai
2. Klien mampu mengidentifikasi
3. Gangguan sensasi rasa kebutuhan nutrisi yairu membahas
. factor kekurangan asupan makanan
4. Berat badan 20% atau lebih pedoman diet
dibawah rentang berat berat badan 3. Klien mampu mengidentifikasi 4. Tentukan jumlah kalori dan jenis
ideal factor kekurangan asupan cairan nutrisi yang dibutuhkan untuk
5. Kerapuhan kapiler memenuhi persyaratan gizi
6. Diare
5. Melakukan atau membantu pasien
7. Kehilangan rambut berlebihan
terkait dengan perawatan mulut
8. Enggan makan
sebelum makan
9. Asupan kurang dari recommended
daily allowance 6. Memastikan diet mencakup
10. Bising usus hiperaktif makanan tinggi kandungan serat
untuk mencegah konstipasi
11. Kurang informasi
Hipertermi NOC : NIC :
Hospital Operation 1.Report
Definisi : Termoregulasi Perawatan demam
2. Termoregulasi bayi baru lahir
Suhu inti tubuh diatas kisaran normal 1. Memantau suhu dan tanda-tanda
diurnl karena kegagalan termoregulasi vital lainnya
Kriteria Hasil : 2. Memonitor warna kulit dan suhu
Batasan Karakteristik :
3. Memonitor asupan dan keluaran
1. Klien merasa kedinginan higga saat dari perubahan, kehilangan
1. Kulit kemerahan
merinding saat dingin cairan yang tidak dirasakan
2. Hipotensi
2. Tubuh klien terasa panas (suhu 4. Fasilitasi istirahat, terapkan
3. Bayi tidak dapat mempertahankan
tubuh naik) pembatasan aktivitas jika
menyusu .
3. Klien merasa mengigil saat suhu diperlukan
4. Gelisah
dingin
5. Letargi
4. Klien merasakan denyut jantung 5. Berikan oksigen yang sesuai
6. Kulit terasa hangat
apical
7. Stupor
5. Klien merasakan denyut nadi radial
8. Takikardia
6. Pernapasan klien mengalami
9. Vasodilatasi
peningkatan
Faktor yang berhubungan : 7. Klien memiliki suhu dibatas normal

1. Dehidrasi
2. Pakaian yang tidak sesuai
3. Aktivitas yang berlebihan
Kerusakan Integritas Kulit NOC : NIC
Hospital Operation 1.Report
Definisi : Tissue integrity : skin and mucous a. Pressure Management
2. Membranes
Perubahan/gangguan epidermis dan/atau 3. Hemodyalis akses 1) Menganjurkan klien untuk
dermis. menggunakan pakaian yang
longgar
Batasan karakteristik :
Kriteria hasil : 2) Menghindarkan klien dari kerutan
1) kerusakan lapisan kulit tempat tidur
1) Klien mampu mempertahankan
2) gangguan permukaan kulit 3) Menjaga kebersihan kulit agar tetap
intregitas kulit dengan baik
(epidermis) 2) Klien memahami proses perbaikan kulit
bersih dan kering
. dan mencegah terjadinya cedera kulit 4) Mengubah posisi pasien setiap dua
Faktor yang berhubungan : berulang jam sekali
1) Eksternal 5) Memonitor kulit akan adanya
3) Klien mampu melindungi kulit, kemerahan
- Zat kimia
mempertahankan kelembapan kulit dan
- Usia 6) Mengoleskan lotior atau
perawatan alami.
- Kelembapan udara minyak/baby oil pada daerah yang
- Imobilitas fisik tertekan
1) Internal 7) Memonitor aktivitas dan mobilisasi
- Perubahan status cairan pasien
- Perubahan pigmentasi kulit
- Perubahan turgor kulit
- Kondisi gangguan metabolic
Risiko ketidakkeseimbangan elektrolit NOC : NIC
Hospital Operation 1.Report
Definisi :
Fluid balance
a. Fluid management
2. Hydration
3. Nutritional Status : Food and Fluid
Rentan mengalami perubahan kadar 1. Pertahankan catatan intake dan output
elektrolit serum, yang menganggu Kriteria Hasil : yang akurat
kesehatan. 2. Monitor status hidrasi (kelembaban
1. Mempertahankan urine output sesuai membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
dengan usia dan BB, BJ urine normal, darah ortostatik), jika diperlukan
HT normal 3. Monitor vital sign
Faktor Resiko : 4. Monitor masukan makanan / cairan dan
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam hitung intake kalori harian
1) Diare 5. Kolaborasikan pemberian cairan IV
. batas normal
2) Kelebihan volume cairan
3) Kekurangan volume cairan 3. Tidak ada tanda tanda dehidrasi
b.Hypovolemia Management
4) Kurang pengetahuan tentang factor 1.Monitor tingkat Hb dan hematokrit
diubah 4. Elastisitas turgor kulit baik, membran 2.Monitor tanda vital
5) Muntah mukosa lembab, tidak ada rasa haus 3.Monitor respon pasien terhadap
yang berlebihan penambahan cairan
4.Monitor berat badan
5.Dorong pasien untuk menambah intake oral
6.Pemberian cairan lV monitor adanya tanda
dan gejala kelebihan volume cairan
Hospital Operation Report

Penatalaksanaan

Pelaksanaan adalah realisasi dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan


yang spesifik (Nursalam, 2006). Jenis – jenis tindakan pada tahap pelaksanaan
adalah :
a. Secara mandiri (independent)
Adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu
pasien dalam mengatasi masalahnya dan menanggapi reaksi karena
.
adanya stressor.
b. Saling ketergantungan (interdependent)
Adalah tindakan keperawatan atas dasar kerja sama tim keperawatan
dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter, fisioterapi, dan lain- lain.
c. Rujukan/ketergantungan (dependent)
Adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dan profesi lainnya diantaranya
dokter, psikiater, ahli gizi dan sebagainya
Hospital Operation Report

Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan untuk mengukur respons pasien terhadap tindakan


keperawatan dan kemajuan pasien ke arah pencapaian tujuan (Reeder, 2011).
Perawat melaksanakan evaluasi sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
dan terdapat 3 kemungkinan hasil, menurut Hidayat,A.(2007) yaitu:
a. Tujuan tercapai
Apabila pasien telah menunjukkan perubahan dan kemajuan yg sesuai
.
dengan kriteria yang telah di tetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian
Jika tujuan tidak tercapai secara keseluruhan sehingga masih perlu dicari
berbagai masalah atau penyebabnya.
c. Tujuan tidak tercapai
Jika pasien tidak menunjukkan suatu perubahan ke arah kemajuan
sebagaimana dengan kriteria yang diharapkan.
Hospital Operation Report

THANKS

Anda mungkin juga menyukai