Dosen Pembimbing:
Ns. Muthia Deliana,SST.,M.Kep
Hospital Operation Report
Kelompok 5
Nama anggota
Muhammad razali PO72201201647
Nur Rizki Parlinda Siregar PO72201201652
Suryadi PO72201201662
Yusri Angrayni PO72201201665
Dosen pembinmbing
MUTHA DELIANA,S.Kep.Ners.,M.Kep
Hospital Operation
LATAR BELAKANGReport
Data Departemen Kesehatan RI menunjukkan
5.051 kasus diare sepanjang tahun 2005 lalu di
World Health Organization (WHO) 12 provinsi. Jumlah ini meningkat derastis
melaporkan sekitar 3,5 juta kematian dibandingkan dengan jumlah pasien diare pada
pertahun disebabkan oleh Gastroenteritis tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 1.436 orang.
atau diare akut, dimana 80% dari Di awal tahun 2006, tercatat 2.159 orang di
kematian ini mengenai anak – anak Jakarta yang dirawat di rumah sakit akibat
dibawah umur 5 tahun menderita diare (NurQolis,2016).
Masalah
Diare Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah
Angka kejadian diare di Indonesia masih
Tangga (SKRT) tahun 2004 angka kematian
tinggi, angka kejadian diare yang di
akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada
tandai perubahan konsistensi tinja dan
balita 75 per 100 ribu balita. Selama 2006
peningkatan frekuensi berak di sebagian
sebanyak 41 kabupaten di propinsi melaporkan
besar wilayah Indonesia hingga saat ini
kejadian luar biasa diare di wilayah Jakarta.
masih tinggi.
Dalam hal ini peran perawat sangat penting untuk mencegah terjadinya diare
berkepanjangan serta mencegah terjadinya kekurangan cairan, seorang perawat dapat
mengkaji penyebab diare, dan memantau asupan makanan yang masuk kepada pasien,
serta memantau intake dan outputpasien dan membantu mengkosumsi obat-obatan anti
diare dengan cara yang tepat.(Anisa,2016).
Hospital
DEFENISIOperation Report
GASTROENTRITIS
3. Esofagus
Panjang esofagus sekitar 25 cm dan menjalar melalui dada dekat dengan kolumna vertebralis, di belakang
trakea dan jantung. Esofagus melengkung ke depan, menembus diafragma dan menghubungkan lambung.
Jalan masuk esofagus ke dalam lambung adalah kardia.
4. Gaster ( Lambung )
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama didaerah epigaster.
Lambung terdiri dari 13 bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik,
terletak dibawah diafragma di depan pankreas dan limpa,menempel di sebelah kiri fudus uteri.
5. Intestinum minor ( usus halus )
Adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada seikum,
panjang + 6 meter.
6. Intestinium Mayor ( Usus besar )
Panjang ± 1,5 meter lebarnya 5 – 6 cm. Lapisan–lapisan usus besar dari dalam keluar : selaput lendir,
lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, dan jaringan ikat.
7. Rektum dan Anus
Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus, terletak dalam
rongga pelvis di depan os sakrum dan os koksigis.
Hospital Operation
ETIOLOGI Report
c) Faktor makanan
Makanan basi, beracun dan alergi terhadap makanan.
d) Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar). (Mansjoer arief, 2000).
MANIFESTASI
Hospital KLINIS
Operation Report
Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang pada mulanya bersifa akut tetapi berlangsung lebih
dan 14 han. Diare persisten tidak disebabkan oleh penyebab mikroba tunggal, E. Coil
enteoaggregatife, Shigella, dan Cryptosporidium, mungkin penyebab lain berperan lebih
besar.
Disentri
Disentri adalah diare yang disertai darah dalam feses. Penyebab utama disentri akut
yaitu Shigella dan penyebab lain adalah Campy loba cier jejuni.
HospitalKOMPLIKASI
Operation Report
a. Dehidrasi
b. Renyatan Hiporomelik
c. Kejang
d. Bakterikimia
e. Malnutrisi
f. Hipoglikimia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
Berdasarkan Hasan (2005), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
a. Gangguan sekresi
Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan
sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare tidak karena peningkatan isi
rongga usus.
a. Gangguan osmotic
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat di serap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
a. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare, sebaliknya jika peristaltic usus menurun akan mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
WOC
Hospital Operation Report
PENATALAKSANAAN
Hospital Operation Report
Menurut Supartini (2004), penatalaksanaan medis pada pasien diare meliputi pemberian cairan, dan pemberian obat-obatan.
a. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di berikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCL dan
glukosa untuk diare akut.
b. Cairan Parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai dengan kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan
setampat. Pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) di berikan tergantung berat / ringan dehidrasi, yang di perhitungkan dengan
kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
1) Dehidrasi Ringan
1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari, kemudian 125 ml / kg BB /oral.
2) Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral kemudian 125 ml / kg BB /hari.
3) Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit (inperset 1 ml : 20 tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml / kg BB
oralit per oral
LANJUTAN Report
Hospital Operation
a. Obat- obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan / tanpa muntah dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa / karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dsb).
1) Obat anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30 mg.Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari.
1) Obat spasmolitik, umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak beladora, opium loperamia tidak di gunakan untuk
mengatasi diare akut lagi, obat pengeras tinja seperti kaolin, pectin, charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi
diare sehingga tidak diberikan lagi.
2) Antibiotic
Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan
tetrasiklin 25 – 50 mg / kg BB / hari. Antibiotic juga diberikan bila terdapat penyakit seperti OMA, faringitis,
bronchitis / bronkopeneumonia.
EVIDENCE BASE NURSING
Hospital Operation
(EBN) Report
Madu adalah cairan alami yang umumnya mempunyai rasa manis yang dihasilkan oleh lebah
madu dari sari bunga tanaman (floral nektar) atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral nektar) atau ekskresi
serangga (Wulandari, 2017). Kaitan antara terapi madu dan diare, bahwa madu memiliki aktivitas
bakterisidal yang dapat melawan beberapa organisme enteropathogenic, termasuk diantaranya spesies dari
Salmonella, Shigella, dan E.colli. Uji klinis dari pengobatan madu pada anak-anak yang telah diteliti
Adebolu, Adeoye, & Oyetayo (2015), dan menemukan bahwa madu alami dapat menurunkan bakteri pada
penyakit diare. Madu murni dapat membantu terbentuknya jaringan granulasi memperbaiki kerusakan
permukaan kripte usus dan adanya efek madu sebagai prebiotik yang dapat menumbuhkan kuman komensial
dalam usus dengan kemampuan melekat pada enterosit mukosa usus sehingga dapat menghambat kolonisasi
sejumlah bakteri penyebab diare termasuk virus (murine dan rebesus rotavirus) (Lemone, 2016).
LANJUTAN Report
Hospital Operation
United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan WHO (2009) menjelaskan penanganan dan
pengobatan diare adalah dengan rehidrasi, nutrisi dan zat besi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011)
menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare pada anak balita baik yang dirawatdi rumah
sakit maupun dirawat di rumah. Lima pilar tersebut adalah dengan pemberian cairan atau rehidrasi, pemberian
zink, pengobatan dietik dan pemberian ASI, pengobatan kausal, dan pengobatan simptomatik. Selain lima pilar di
atas, terdapat alternatif pengobatan yang dapat digunakan pada anakdiare yaitu dengan pemberian madu. Kaitan
antara terapi madu dan diare dilakukan oleh Kajiwara (2012),menemukan bahwa madu murni memiliki aktivitas
bakterisidal yang dapatmelawan beberapa organisme enteropathogenic, termasuk diantaranya spesies dari
Salmonella, Shigella dan E.Colli.
.
LANJUTAN Report
Hospital Operation
Uji klinis dari pengobatan madu padan anak-anak yang menderita gastroenteritis telah diteliti oleh
Adebolu (2005),dan menemukan bahwa madu alami dapat menurunkan bakteri pada penyakit diare. Hal tersebut
diperkuat oleh hasil penelitian Abdulrahman (2010) yang menemukan bahwa madu murni dapat memperbaiki
mukosa pada usus dan lambung pada penyakit diare. Dan dengan penelitiannya Nur Agustini (2014), ia
menemukan bahwa terapi madu efektif untuk menurunkan frekuensi diare dan bising usus pada anak usia balita,
Hal ini sejalan dengan penelitian Rifka Putri Andayani (2020) pemberian madu bermanfaat dalam menurunkan
frekuensi diare anak. Madu memiliki kandungan antibakteri, antiinflamasi, dan antivirus yang dapat mengatasi
diare. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas madu terhadap frekuensi diare anak. Banyaknya kasus
diare terutama terjadi pada balita, hal ini memerlukan perhatian dari semua tenaga kesehatan termasuk perawat.
Perawat memegang peranan penting dalam melakukan usaha pencegahan dan pengobatan diare. Peran perawat
sebagai care giver dapat menerapkan terapi komplementer terapimadu untuk membantu menurunkan frekuensi
diare dan bising usus pada balita dengan diare .
LANJUTAN Report
Hospital Operation
Berikut ini merupakan hasil penelitian Rifka Putri Andayani (2020) dalam Perintis’s Health Journal dengan judul Madu
sebagai Terapi Komplementer Mengatasi Diare pada Anak Balita.
Tabel 1 menunjukkan rerata karakteristik responden Tabel 2 menunjukkan bahwa 60% keluarga memiliki penghasilan
berdasarkan usia anak mengalami diare yaitu 24,25 <Rp.2.000.000, sebagian besar pendidikan Ibu pendidikan
bulan dasar, dan kebiasaan cuci tangan sebagian besar kadang-
kadang dilakukan oleh orangtua.
.
LANJUTAN Report
Hospital Operation
Tabel 3 menunjukkan bahwa rerata karakteristik Tabel 4 menjelaskan bahwa terdapat perbedaan signifikan
responden dilihat dari frekuensi diare anak saat sebelum terhadap frekuensi diare sebelum dan setelah diberi madu
diberi madu 8,15 kali dan sesudah diberi madu frekuensi (p<0,05).
diare menjadi 3,55 kali.
.
LANJUTAN Report
Hospital Operation
ASUHAN
KEPERAWATAN
LANJUTAN Report
Hospital Operation
Pengkajian e. Kebutuhan dasar
1) Pola Eliminasi
Menurut Cyndi Smith Greenbery, 2004 adalah Mengalami perubahan yaitu BAB lebih
dari 4x sehari
a. Identitas klien 2) Pola Nutrisi
b. Riwayat keperawatan Diawali dengan mual, muntah,
anoreksia, menyebabkan penurunan
- Awal serangan : gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia BAB
kemudian timbul diare. 3) Pola Istirahat dan Tidur
Akan terganggu karena adanya
- Keluhan utama : feses semakin cair, muntah, kehilangan distensi abdomen yang akan
.
banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, BB menimbulkan rasa tidak nyaman
4) Pola Aktifitas
menurun, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput kadir Akan terganggu karena kondisi tubuh
mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4x yang lemah dan adanya nyeri akibat
disentri abdomen.
dengan konsisten encer.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat inflamasi
d. Riwayat Psikososial keluarga
LANJUTAN Report
Hospital Operation
1) Objektif
- Lemah, gelisah
- Penurunan lemak / masa otot, penurunan tonus
- Penurunan turgor, pucat, mata cekung
- Nyeri tekan abdomen
- Urine kurang
. dari normal
- Hipertermi
- Hipoksia / Cyanosis,Mukosa kering,Peristaltik usus lebih
dari normal.
Hospital Operation Report
Diagnosa Keperawatan
1. Dehidrasi
2. Pakaian yang tidak sesuai
3. Aktivitas yang berlebihan
Kerusakan Integritas Kulit NOC : NIC
Hospital Operation 1.Report
Definisi : Tissue integrity : skin and mucous a. Pressure Management
2. Membranes
Perubahan/gangguan epidermis dan/atau 3. Hemodyalis akses 1) Menganjurkan klien untuk
dermis. menggunakan pakaian yang
longgar
Batasan karakteristik :
Kriteria hasil : 2) Menghindarkan klien dari kerutan
1) kerusakan lapisan kulit tempat tidur
1) Klien mampu mempertahankan
2) gangguan permukaan kulit 3) Menjaga kebersihan kulit agar tetap
intregitas kulit dengan baik
(epidermis) 2) Klien memahami proses perbaikan kulit
bersih dan kering
. dan mencegah terjadinya cedera kulit 4) Mengubah posisi pasien setiap dua
Faktor yang berhubungan : berulang jam sekali
1) Eksternal 5) Memonitor kulit akan adanya
3) Klien mampu melindungi kulit, kemerahan
- Zat kimia
mempertahankan kelembapan kulit dan
- Usia 6) Mengoleskan lotior atau
perawatan alami.
- Kelembapan udara minyak/baby oil pada daerah yang
- Imobilitas fisik tertekan
1) Internal 7) Memonitor aktivitas dan mobilisasi
- Perubahan status cairan pasien
- Perubahan pigmentasi kulit
- Perubahan turgor kulit
- Kondisi gangguan metabolic
Risiko ketidakkeseimbangan elektrolit NOC : NIC
Hospital Operation 1.Report
Definisi :
Fluid balance
a. Fluid management
2. Hydration
3. Nutritional Status : Food and Fluid
Rentan mengalami perubahan kadar 1. Pertahankan catatan intake dan output
elektrolit serum, yang menganggu Kriteria Hasil : yang akurat
kesehatan. 2. Monitor status hidrasi (kelembaban
1. Mempertahankan urine output sesuai membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
dengan usia dan BB, BJ urine normal, darah ortostatik), jika diperlukan
HT normal 3. Monitor vital sign
Faktor Resiko : 4. Monitor masukan makanan / cairan dan
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam hitung intake kalori harian
1) Diare 5. Kolaborasikan pemberian cairan IV
. batas normal
2) Kelebihan volume cairan
3) Kekurangan volume cairan 3. Tidak ada tanda tanda dehidrasi
b.Hypovolemia Management
4) Kurang pengetahuan tentang factor 1.Monitor tingkat Hb dan hematokrit
diubah 4. Elastisitas turgor kulit baik, membran 2.Monitor tanda vital
5) Muntah mukosa lembab, tidak ada rasa haus 3.Monitor respon pasien terhadap
yang berlebihan penambahan cairan
4.Monitor berat badan
5.Dorong pasien untuk menambah intake oral
6.Pemberian cairan lV monitor adanya tanda
dan gejala kelebihan volume cairan
Hospital Operation Report
Penatalaksanaan
Evaluasi
THANKS