SKRIPSI
Oleh
NADILA LOMONGGA
NIM. 151000354
SKRIPSI
Oleh
NADILA LOMONGGA
NIM. 151000354
ii
Pernyataan Keaslian Skripsi
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis
Kabupaten Langkat Tahun 2018” beserta seluruh isinya adalah benar karya
saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-
cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam
daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian
Nadila Lomongga
iii
Abstrak
Upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak sebagian besar berupa konsultasi
perorangan dengan pengetahuan terbatas dan tidak ada pembinaan lintas sektor.
Mengatasi kelemahan tersebut dibentuk kelas ibu hamil yang merupakan
kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur kehamilan antar 4 s/d 36 minggu
dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dalam kehamilan,
persalinan, nifas dan perawatan bayi. Namun demikian perlu dilihat pelaksanaan
kelas ibu hamil telah sesuai dengan pedoman Kemenkes RI. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui implementasi kelas ibu hamil di UPT Puskesmas Sambirejo
Tahun 2018. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
deskriptif melalui wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam kepada 7 orang
informan yaitu Kepala Puskesmas, bidan koordinator, staff KIA, bidan desa dan
peserta kelas ibu hamil. Penetapan informan menggunakan teknik purposive.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kelas ibu hamil di UPT
Puskesmas Sambirejo belum sesuai pedoman kelas ibu hamil oleh Kemenkes RI
Tahun 2018. Hal tersebut disebabkan belum ada pelatihan untuk tim pelaksana,
keikutsertaan suami belum tercapai disebabkan pelaksanaan kelas ibu hamil
dilakukan pada hari kerja juga belum dilaksanakannya monitoring & evaluasi
khusus peserta dan fasilitator. Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten
Langkat untuk melakukan evaluasi khusus pelaksanaan kelas ibu hamil.
iv
Abstract
The efforts to improve maternal and newborn health are a large personal
consultation with limited knowledge and no cross-sector coaching. Overcoming
these weakness, antenatal clasees was formed as a study group for pegnant
woman within 4 week to 36 weeks pregnancy with the aim of increasing
knowledge and skills of mothers in pregnancy, childbirth and baby care.
Therefore it is necessary to see the implementation of antenatal classes in
accordance with the guidelines of Ministry of Health. The purpose of this
research is to know the implementation of antenatal class at public health center
in Sambirejo Year 2018. This research used qualitative method with descriptive
approach through in depth interview toward seven informants, head of
Puskesmas, head of midwife, health staff of maternal and newborn health, the
village midwife, an the participants of antenatal classes. Informant are selected
by using purposive technique. The result show that the implementation of
antenatal classes has not been in accordance with the guidelines of antenatal
classes by Ministry of Health. This is cause implementation phase like there is no
training for anteatal classes team like health staff and village midwife, participant
of the husband has not been achieved because the implementation of antenatal
class held in daywork also there is no spesific monitoring & evaluaton for
partiicipants and facilitators. The recommendation for Maternal and Newborn
Health in health office Langkat to made evaluation for implementaion of
antenatal classes.
v
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah
Sambirejo Kabupaten Langkat Tahun 2018”. Skripsi ini adalah salah satu
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada
kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Utara.
4. dr. Fauzi, S.K.M., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan
5. Dr. Asfriyati, S.K.M., M.Kes. selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan
vi
6. dr. Rusmalawaty, M.Kes. selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan
7. Maya Fitria, S.K.M., M.Kes. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah
peminatan AKK dan seluruh staf FKM USU yang telah memberikan ilmu
melakukan penelitian.
10. Orang tua tercinta yang selalu mendukung dan mendoakan penulis selama
rencana.
11. Terkhusus untuk teman-teman selama KKN (Kuliah Kerja Nyata), PBL
12. Keluarga besar Genta Cakra yang selalu mendukung penulis dalam
13. Seluruh keluarga dan sahabat yang telah membantu, mengarahkan, dan
vii
tidak terlepas dari keterbatasan, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang
dimiliki penulis. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
Nadila Lomongga
viii
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 8
Tujuan Penelitian 9
Tujuan umum 9
Tujuan khusus 9
Manfaat Penelitian 9
Tinjauan Pustaka 11
Konsep Implementasi Program 11
Kehamilan 11
Konsep Pendidikan Prenatal 11
Kelas Ibu Hamil 17
Puskesmas Melaksanakan Kelas Ibu Hamil 25
Landasan Teori 25
Kerangka Berpikir 26
Metode Penelitian 28
Jenis Penelitian 28
Lokasi dan Waktu Penelitian 28
Subjek Penelitian 28
Definisi Konsep 29
Metode Pengumpulan Data 30
Metode Pengukuran 32
Metode Analisis Data 32
ix
Letak geografis dan kependudukan 34
Sumber daya manusia kesehatan 35
Sarana dan prasarana 36
Karakteristik informan 37
Input Implementasi Kelas Ibu Hamil di UPT Puskesmas Sambirejo
Kabupaten Langkat 38
Ketersediaan sumber daya 38
Tim pelaksana kelas ibu hamil 40
Keterlibatan kader 42
Sarana dan prasarana 44
Pendanaan KIH 45
Proses Implementasi Kelas Ibu Hamil di UPT Puskesmas Sambirejo
Kabupaten Langkat 47
Tahap persiapan 47
Persiapan tempat dan pelaksanan 48
Persiapan jadwal dan materi 49
Tahap pelaksanaan 51
Sosialisasi stakeholder 52
Keikutsertaan suami 54
Tahap monitoring evaluasi dan pelaporan 56
Tahap evaluasi 57
Alur pelaporan KIH 59
Pengembangan kelas ibu hamil 60
Keterbatasan Penelitian 62
Daftar Pustaka 65
Lampiran 67
x
Daftar Tabel
No Judul Halaman
xi
Daftar Gambar
No Judul Halaman
2 Kerangka berpikir 26
xii
Daftar Lampiran
4 Dokumentasi Penelitian 81
xiii
Daftar Istilah
xiv
Riwayat Hidup
Tangerang pada tanggal 27 Februari 1997. Penulis beragama Islam, anak pertama
dari dua bersaudara dari pasangan Alm. Ismail Siregar dan Siti Chodijah
Nasution.
Tahun 2003 – 2007 lalu melanjutkan sekolah ke SDN 200515 Padang Sidempuan
Utara.
Nadila Lomongga
xv
Pendahuluan
Latar Belakang
Program kesehatan ibu & anak merupakan salah satu upaya kesehatan
yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,
bayi menyusui, bayi dan anak balita serta anak pra sekolah. Program KIA
bertujuan untuk mencapai kemampuan hidup sehat dan optimal serta mendukung
Fase kehamilan merupakan fase unik yang terjadi pada setiap calon Ibu,
karena terdapat perubahan baik secara fisik (bentuk tubuh) dan emosional. Untuk
kehamilan, nutrisi selama hamil, serta hal-hal yang harus dicegah dalam kondisi
hamil.
perawat atau bidan) kepada ibu hamil selama masa kehamilan sesuai standar
kehamilan ini sebagai salah satu upaya preventif untuk mendeteksi komplikasi
1
2
dengan tujuan memberikan pengalaman positif bagi semua wanita hamil untuk
konseling diet dan nutrisi yang optimal (Maternal and Newborn Health, 2017).
5.320.550 jumlah ibu hamil sebanyak 5.076.349 Ibu hamil telah mendapatkan
4.554.458 Ibu hamil telah mendapat pelayanan K4 atau 85,60% (Kemenkes RI,
340.294 dari jumlah Ibu hamil, sebanyak 309.489 Ibu hamil telah mendapatkan
sebanyak 296.364 Ibu hamil telah mendapatkan pelayanan K4 atau sebesar 87,09
Upaya kesehatan ibu & anak terdiri atas : (1) pelayanan Kesehatan Ibu
Hamil, (2) pelayanan imunisasi Tetanus Toksoid wanita usia subur dan ibu hamil,
(3) pelayanan kesehatan ibu bersalin, (4) pelayanan kesehatan ibu nifas, (5)
antenatal sebagian besar masih berupa konsultasi perorangan saat ibu hamil
melakukan pemeriksaan kehamilan (K1 dan K4) di Pukesmas atau Rumah sakit
berupa:
petugas saja.
2. Belum ada pembinaan dan pemantauan lintas sector karena rencana kerja
tidak terstuktur.
kelompok secara tatap muka antara ibu-ibu hamil dengan pembahasan materi
buku KIA serta tukar pengalaman antara ibu-ibu hamil dan dibantu fasilitator dari
tenaga kesehatan yang telah dilatih melalui on the job training yang disebut
bahasa inggris sering disebut antenatal class atau prenatal class Kelas Ibu Hamil
belajar bersama mengenai KIA secara mendalam dan terarah serta di fasilitasi
Perawatan antenatal melalui kelas ibu hamil ini juga mempromosikan tujuan
harapan hidup. Memberikan perawatan antenatal yang lebih baik untuk semua ibu
hamil merupakan hal yang sejalan dengan Deklarasi Alma Ata dan kerangka
4
negara Inggris. Di Inggris kelas ibu hamil dikenal dengan nama Antenatal Class.
seperti induksi (75%), caesar (88%), dan melahirkan dengan alat bantu (91%).
Serta ingin mengetahui bagaimana cara merawat diri sendiri selama persalinan.
Selain itu 85 % para orang tua yang hadir dalam kelas ibu hamil di Rumah Sakit
Kelas Ibu Hamil pertama kali digagas di Indonesia pada tahun 2009 yaitu
dengan dikeluarkannya buku pedoman KIH oleh Departemen Kesehatan RI. Kelas
ibu hamil adalah suatu kelas yang dapat meningkatkan pengetahuan serta
bayi, dan aktivitas senam hamil yang dituangkan dalam Permenkes No. 97 tahun
pelatih dan fasilitator KIH serta melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
(BOD) dengan metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi dan praktek, curah
disepakati oleh fasilitator dan peserta sesuai dengan prioritas dan kebutuhan.
Pelaksanaan KIH juga sejalan dengan angka cakupan K1 dan K4 pada ibu
hamil. Kunjungan pertama (K1) adalah pemeriksaan kehamilan pertama kali pada
ibu hamil saat usia kehamilan 0-3 bulan (trimester I). Sedangkan kunjungan (K4)
adalah pemeriksaan Ibu hamil yang ke- 4 kali selama masa kehamilan, dan
Pada tahun 2017 dari 9.825 puskesmas yang ada di seluruh Indonesia
sebanyak 9.212 puskesmas telah melaksanakan KIH atau 93,76 %. Jumlah ini
telah melaksanakan KIH, kecuali provinsi Maluku, Papua Barat, dan Papua.
Sedangkan untuk Provinsi Sumatera Utara sendiri dari 571 Puskesmas yang ada
Utara yang telah melaksanakan kelas ibu hamil. Pelaksanaan KIH di Kabupaten
Langkat dari 30 puskesmas seluruhnya telah melaksanakan kelas ibu hamil. Setiap
6
puskesmas memberikan laporan berupa jumlah kelas ibu hamil yang telah
dilihat dari jumlah setiap puskesmas melaksanakan KIH yaitu 7-8 kali selama 1
ibu hamil yaitu : (1) Cakupan K1 sebanyak 22.684 atau sekitar 98,05 %. (2)
ditolong nakes di Kabupaten Langkat sebesar 20.556 atau sekitar 93,12 %. (4)
Cakupan pelayanan ibu nifas di Kabupaten Langkat sebesar 20.374 atau sekitar
Langkat dengan luas daerah 42,05 km2 (0,67% dari total luas Kabupaten Langkat)
terdapat hanya terdapat 1 (satu) puskesmas yaitu UPT Puskesmas Sambirejo. UPT
Ibu Hamil secara aktif . Kelas Ibu Hamil di UPT Puskesmas Sambirejo di pandu
kesehatan masyarakat dan 8 orang dokter umum (Dinkes Kab. Langkat, 2018).
dan K4. Pada tahun 2016 angka K1 di puskesmas Sambirejo sebanyak 91 % dan
K4 sebanyak 84 %. Pada tahun 2017 angka cakupan K1 naik menjadi 100 % dan
dapat bahwa di UPT Puskesmas Sambirejo terdapat 7 Kelas Ibu Hamil, dimana
setiap kelompok terdiri dari 8-10 orang Ibu hamil. Pelaksanaan KIH dilakukan di
balai desa ataupun tempat-tempat tertentu yang telah disepakati oleh peserta KIH.
Fasilitator dalam KIH adalah 1-2 orang bidan desa, 1 orang petugas KIA dari
Sambirejo berupa pencatatan oleh puskesmas menyiapkan daftar hadir dan SPT
(Surat Perintah Tugas) bagi fasilitator. Selain itu alat penyampaian materi berupa
bagi ibu hamil. Pencatatan dan pelaporan KIH ke dinas kesehatan hanya berupa
jumlah kelas ibu hamil dilaksanakan selama 1 tahun. Untuk pelatihan fasilitator
KIH sendiri dilaksanakan 1 kali setahun selama 2-3 hari oleh dinas kesehatan
Dalam penelitian Noviati Fuada dan Budi Setyawati pada tahun 2015
SWOT menunjukkan bahwa posisi KIH berada pada kuadran III (negatif positif).
Posisi ini menandakan sebuah organisasi (KIH) yang lemah tetapi sangat
menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja KIH dengan cara
promosi dan iklan melalui teknologi informasi dan mengajak stake holder untuk
Malalak adalah kurangnya partisipasi ibu hamil dalam hal kesadaran dan
kehadiran untuk mengikuti KIH karena persebaran wilayah yang sangat luas dan
kurangnya transportasi. Hal ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menekan
anggaran lain dan menambah anggaran penyediaan transportasi bagi ibu hamil.
Menurut Izzah dan Atmansyah (2011) output lain yang menjadi kekuatan
salah satu desa terjadi peningkatan cakupan K4 yang mencapai 100 persen setelah
Kabupaten Langkat tahun 2018. Dimana pelaksanaan KIH sebagai salah satu
peningkatan pengetahuan ibu hamil serta berjalan sesuai dengan pedoman yang
ada, dan mengetahui hambatan serta dampak dari pelaksanaan KIH di wilayah
kerja Puskesmas.
Perumusan Masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana Implementasi Kelas Ibu Hamil di UPT
9
Tujuan Penelitian
Tujuan khusus. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
2. Untuk menjelaskan tahapan kelas ibu hamil yang berupa tahap persiapan, tahap
3. Untuk mengetahui pelaksanaan kelas ibu hamil yang sesuai dengan prosedur
Manfaat Penelitian
pelayanan program kesehatan ibu dan anak, tekhusus program KIH di Dinas
dan diharapkan dapat menjadi salah satu masukan dalam peningkatan program
KIH.
Kehamilan
cairan mani suami dengan sel telur istri. Setelah proses pembuahan , maka
terbentuk kehidupan baru berupa janin yang tumbuh di dalam rahim ibu sebagai
tempat berlindung yang aman dan nyaman bagi janin. Kehamilan normal
memiliki waktu dengan kisaran 280 hari (4 minggu) atau 9 bulan 7 hari dihitung
dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi atas 3 trimester yaitu : 1).
Trimester ke-1 : kehamilan hingga 12 minggu. 2). Trimester ke-2 : kehamilan 12-
24 minggu. 3). Trimester ke-3: kehamilan 24-40 minggu (Kemenkes RI, 2018).
perawatan pada tingkat primer, sekunder dan tersier. Perawat seharusnya tidak
11
12
hanya bisa berperan memberi pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif, tetapi
mereka juga dituntut memberdayakan Ibu dalam usaha yang bersifat preventif.
Pengetahuan dan keterampilan Ibu dalam melakukan perawatan pada bayi baru
dengan baik, sehingga angka morbiditas dan mortalitas bayi dapat diturunkan.
diberikan oleh perawat kepada Ibu selama periode kehamilan guna meningkatkan
pengetahuan Ibu dalam beradaptasi baik secara fisik maupun psikologis, sehingga
Ibu dapat melakukan transisi peran dari orang tua yang menantikan kelahiran bayi
menjadi orang tua yang bertanggung jawab atas bayi mereka yang baru lahir.
ditujukan kepada Ibu sebagai individu, tetapi berpusat pada keluarga. Hal ini
disebabkan perubahan yang terjadi selama masa kehamilan, persalinan dan masa
nifas tidak hanya dirasakan oleh Ibu, tetapi juga calon ayah dan keluarga besar.
Oleh karena itu menurut Rohmah (2010) sasaran pendidikan prenatal yaitu :
1. Ibu hamil
3. Keluarga
Peran serta suami/calon ayah bayi, atau anggota keluarga yang lain sangat
terdekat.
13
setiap perubahan selama fase kehamilan sehingga Ibu dapat memiliki perilaku
sehat dan mampu untuk melakukan transisi peran sebagai orang tua dengan cara
kehamilan,persalinan dan post partum. 2). Membantu persiapan secara fisik untuk
3). Memperoleh pengetahuan dan pemahaman dari esensi perawatan prenatal yang
baik. 4). Memperoleh pengetahuan dan keterampilan mengenai cara merawat diri
selama masa kehamilan, melahirkan dan masa nifas. 5). Memperoleh pengetahuan
dan keterampilan tentang perawatan bayi yang akan dilahirkan. 6). Belajar tentang
sumber daya yang tersedia di masyrakat untuk mendukung harapan Ibu. 7).
dalam memberikan perawatan diri dan bayi baru lahir. 2). Suami/Ayah, yaitu
meningkatnya pendampingan suami selama masa hamil, bersalin, dan masa nifas.
bayi, Ibu hamil, Ibu bersalin, dan masa nifas. Dan terdapat penurunkan angka
1. Faktor Pendidikan
Pada penelitian yang dilakukan oleh Rohma (2008 dalam Rohmah, 2010),
kemampuan Ibu melakukan perawatan pada bayi, tetapi tingkat pendidikan ini
namun pada tingkat pendidikan ini seorang Ibu mempunyai daya serap yang
ulang.
banyak yang belum mampu melakukan perawatan pada bayinya dengan baik,
diberikan. Selain itu, tingkat pendidikan yang rendah ada kecendrungan lebih
memilih taat pada kebiasaan lama yang sudah dikerjakan walaupun hal
2. Faktor Umur
Setiap Ibu hamil adalah mahluk unik yang mengalami tahap perkembangan
normal pada setiap siklus hidupnya. Menurut Supartini (2004 dalam Rohmah,
2010) perubahan seseorang dari usia remaja menjadi orang dewasa muda serta
perkembangan yang normal. Jarak usia tertentu, baik untuk menjalankan peran
terlalu tua mungkin tidak dapat menjalankan peran tersebut secara optimal.
3. Faktor Paritas
yang telah mengalami satu kali persalinan pada masa gestasi lebih dari 20
Sedangkan multipara adalah Ibu yang telah mengalami persalinan dua kali
atau lebih pada masa gestasi lebih dari 20 minggu. Memiliki pengalaman
Prediksi tentang perilaku Ibu multipara pada dua proses dapat digunakan
pendidikan prenatal.
4. Faktor Keluarga
memberikan manfaat yang positif bagi Ibu hamil, bayi yang dilahirkan,
5. Faktor Motivasi
Motivasi menurut Bastable (2002 dalam Rohmah, 2010) adalah suatu tindakan
yang dapat diukur secara tidak langsung yang dapat menghasilkan perubahan
6. Faktor Ekonomi
status ekonomi yang rendah pada kemampuan belajar individu akibat kurang
7. Faktor Budaya
upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak, khususnya kelompok yang
paling rentan yaitu ibu hamil, bersalin dan bayi pada masa perinatal (Kemenkes
RI, 2018).
orang. Di kelas ini ibu-ibu hamil akan belajar bersama, diskusi dan tukar
pengalaman tentang kesehatan ibu dan anak (KIA) secara menyeluruh dan
Kelas Ibu Hamil yaitu Buku KIA, Flip chart (lembar balik), Pedoman
18
Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil, dan Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil.
1. Pemberian materi yang sesuai dengan buku pedoman KIH yang berupa
Pemberi materi kelas ibu hamil adalah bidan atau tenaga kesehatan yang
telah mendapat pelatihan fasilitator Kelas Ibu hamil atau melalui on the job
Tujuan kelas ibu hamil. Adapun tujuan kelas ibu hamil berupa
perilaku ibu tentang pemeriksaan kehamilan agar ibu dan janin sehat, persalinan
aman, nifas nyaman, serta perawatan bayi baru lahir agar tumbuh kembang
Output dalam program kelas ibu hamil ini adalah peningkatan cakupan
pelayanan antenatal yaitu K1 dan K4 serta (%) ibu hamil yang melakukan
persalinan oleh tenaga kesehatan yang pada akhirnya program ini menjadi salah
satu upaya promotif dan preventif dalam menurunkan angka kematian ibu dan
anak.
19
Sasaran kelas ibu hamil. Peserta kelas ibu hamil sebaiknya semua ibu
hamil yang ada disuatu wilayah kerja. Jumlah peserta kelas ibu hamil maksimal
Pemberi materi dan narasumber. Pemberi Materi KIH adalah bidan atau
petugas kesehatan yang telah mendapat pelatihan KIH (atau melalui on the job
training) dan setelah itu diperbolehkan untuk melaksanakan fasilitas kelas ibu
hamil. Dalam pelaksanaan kelas ibu hamil, fasilitator dapat meminta bantuan nara
sumber untuk menyampaikan materi bidang tertentu. Nara sumber adalah tenaga
ibu hamil.
2. Alat tulis menulis ( papan tulis, kertas, spidol, balpoin) jika ada
6. Alat peraga (KB, food model, boneka, metode kangguru, dll) jika ada
7. Tikar/karpet (matras)
20
diperlukan).
yang dalam hal ini adalah bidan atau petugas kesehatan. Kegiatan ini
3. Sosialisasi kelas ibu hamil pada tokoh agama dan tokoh masyarakat
respon serta dukungan dari seluruh unsur masyarakat sehingga kelas ibu
serta masalah dalam pelaksanaan kelas ibu hamil. Hal-hal yang perlu di
monitoring yaitu :
kegiatan kelas ibu hamil. Hasil evaluasi nantinya dapat menjadi acuan
sama.
minimal 4 kali pertemuan selama hamil atau sesuai dengan hasil kesepakatan
ibu-ibu, bisa dilakukan pada pagi atau sore hari dengan lama waktu pertemuan
Dalam pelaksanaan kelas ibu hamil, aktivitas fisik ibu hamil dilakukan
bagi ibu hamil dengan umur kehamilan < 20 minggu, sedangkan kegiatan senam
hamil dapat dilakukan bagi ibu hamil dengan umur kehamilan 20-32 minggu
Proses pertemuan kelas ibu hamil dan materi yang disampaikan sesuai
dengan kesepakatan. Adapun contoh penyajian materi pada kelas ibu hamil yaitu:
1). Pemeriksaan kehamilan agar ibu dan janin sehat, 2) persalinan aman, nifas
kehamilan, persalinan dan nifas agar ibu dan bayi sehat, 4) perawatan bayi baru
lahir agar tumbuh kembang optimal, 5) aktivitas fisik seperti senam hamil
kelas ibu hamil dikembangkan sesuai dengan fungsi dan peran pada masing-
masing level yaitu, Provinsi, Kabupaten dan Puskesmas (Kemenkes RI, 2018).
dan prasarana)
pelaporan).
25
setinggi-tingginya.
partisipasi aktif masyarakat terutama kaum ibu sangat diperlukan dalam mencapai
derajat kesehatan yang optimal. Hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 97 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa kelas ibu hamil
sebagai salah satu peran masyarakat dengan maksud memenuhi hak ibu-ibu hamil
seperti induksi (75%), caesar (88%), dan melahirkan dengan alat bantu (91%).
Serta ingin mengetahui bagaimana cara merawat diri sendiri selama persalinan.
Selain itu 85 % para orang tua yang hadir dalam kelas ibu hamil di Rumah Sakit
Kerangka Berpikir
Proses
Masukan (input)
Pelaksanaan Kelas
Pelaksanaan Kelas
Ibu Hamil
Ibu Hamil Keluaran
-Tahap Persiapan
(Output)
-Tahap
-Tenaga
Pelaksanaan
Kesehatan Pelaksanaan Kelas
-Tahap
-Sarana dan Ibu Hamil
Monitoring,
Prasarana
Evaluasi dan
- Pendanaan
Pelaporan
hamil di Puskesmas yang dilakukan oleh tim pelaksana kelas ibu hamil yaitu
Kepala Puskesmas, bidan koordinator, staff KIA dan bidan desa dalam tahap-
bidan koodinator, staff KIA, dan bidan desa sebagai pelaksana KIH di
hamil, tahap pelaksanaan yaitu proses yang dilakukan saat kelas ibu
3. Output. Berupa pelaksanaan kelas ibu hamil yang sesuai prosedur dan
buku pedoman.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
dengan selesai.
Subjek Penelitian
Burns and Grove (1999 dikutip oleh Saryono dan Mekar, 2010), metode purposif
penelitian.
28
29
Puskesmas Sambirejo
Definisi Konsep
a. Unsur masukan (input) adalah suatu hal yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
kelas ibu hamil. Dalam penelitian ini unsur masukannya adalah ketersediaan
dana.
Dalam hal ini adalah Kepala Puskesmas, bidan koordinator, petugas KIA, dan
bidan desa.
c. Sarana dan Prasarana dalam pelaksanaan kelas ibu hamil adalah alat-alat dan
d. Ketersediaan Dana adalah dana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kelas ibu
hamil.
e. Unsur poses adalah segala tindakan yang dilakukan dalam proses kelas ibu
serta pelaporan.
30
g. Tahap pelaksanaan adalah suatu tindakan pelaksanaan kelas ibu hamil yang
dilakukan saat kelas ibu hamil berlangsung serta dilaksanakan secara berkala
i. Unsur keluaran adalah hasil akhir dari kegiatan pelaksanaan kelas ibu hamil
berupa pelaksanaan kelas ibu hamil sesuai prosedur dan buku pedoman.
j. Pelaksanaan kelas ibu hamil yang sesuai dengan prosedur dan buku pedoman
yaitu pelaksanaan kelas ibu hamil berdasarkan prosedur dan buku pedoman
kelas ibu hamil yang telah dikeluarkan oleh Kemenkes RI dan diberikan
langsung ke Puskesmas.
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dengan
menggunakan alat perekam suara (kamera ataupun hp) dan daftar pertanyaan
penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian. Selain itu dilakukan telaah
dokumen untuk membandingkan hasil wawancara dengan data- data seperti data
cakupan K1 dan K4 dan data lainnya yang terkait dengan program kelas ibu
hamil.
swasta, laporan, artefak, foto, data dari flashdisk dan sebagainya (Saryono dan
Mekar, 2010).
waktu, dan perasaan. Alasan peneliti untuk melakukan observasi adalah untuk
Metode Pengukuran
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu (Saryono dan Mekar, 2010).
yaitu melalui wawancara mendalam (in depth interview) dengan informan yang
a. Cross-check data dengan fakta dari sumber lainnya. Sumber tersebut dapat
berupa informan yang berbeda, teknik riset yang berbeda untuk menggali
topik yang sama, atau hasil dari sumber lainnya dan dari studi riset yang sama.
Selain itu, umpan balik dari informan sangat berguna untuk kualitas data
2010) terdapat tiga macam kegiatan dalam analisis data kualitatif yaitu:
1. Reduksi data. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam,
tindakan. Bentuk yang paling sering dari model data kualitatif selama ini
adalah teks naratif. Serta penyajian data dengan merancang matriks yang
berupa deskripsi atau gambaran umum suatu obyek penelitian. Secara singkat
makna atau maksud penelitian akan muncul dari data yang telah teruji
wilayah 42,05 km2 dan terletak lebih kurang 28 meter dari permukaan laut dengan
Binjai
Sambirejo secara aktif melaksanakan kelas ibu hamil sejak tahun 2013.
buah Poskesdes dan 44 buah Posyandu. Sarana upaya kesehatan tersebut dapat
membantu dalam pelayanan KIA, khususnya dalam pelaksanaan kelas ibu hamil.
34
35
wilayah kerja Puskesmas Sambirejo pada tahun 2017 sebanyak 44.830 jiwa dan
Sambirejo terbagi atas tenaga kesehatan untuk pelayanan di Puskesmas dan tenaga
Tabel 1
lingkungan 1 orang, tenaga gizi 2 orang, bidan 47 orang, perawat 12 orang, tenaga
farmasi 2 orang, dan tenaga analis lab 1 orang. Ketersediaan tenaga kesehatan di
Puskesmas Sambirejo untuk pelaksanaan kelas ibu hamil sudah mencukupi karena
jumlah bidan (sudah termasuk bidan desa) sebanyak 47 orang yang tersebar dalam
Puskesmas.
Tabel 2
Fasilitas Jumlah
Ruang Unit Gawat Darurat 1 buah
Ruang Poli KIA 1 buah
Ruang Bersalin dan Nifas 1 buah
Ruang Kesehatan Gigi dan Mulut 1 buah
Kamar Obat 1 buah
Kamar MTBS 1 buah
Poli Umum 1 buah
Ruang Akreditasi 1 buah
Ruang UKM pengembangan 1 buah
Laboratorium 1 buah
Ambulans 1 buah
puskesmas Sambirejo pada tahun 2017 terbagi atas dua lantai, lantai pertama
37
terdiri dari : Ruangan unit gawat darurat, poli KIA, ruangan bersalin dan nifas,
ruang kesehatan gigi dan mulut, kamar obat, kamar mtbs, laboratorium dan poli
umum. Sedangkan untuk lantai kedua puskesmas terdiri atas: ruang ukm
dinas.
informasi yang berharga bagi penelitian. Adapun informan dalam penelitian ini
Tabel 3
terdiri atas 7 orang, yaitu Kepala Puskesmas Sambirejo, Bidan Koordinator Staff
38
KIA Puskesmas, Bidan Desa dan ibu hamil yang menjadi peserta kelas ibu
hamil.Tingkat pendidikan informan beragam dari SMP, SMA, DIII, dan S1.
hamil adalah bidan dan staff KIA puskesmas yang membentuk tim kelas ibu hamil
pada setiap pertemuan. Adapun tim kelas ibu hamil terdiri atas bidan koordinator,
bidan desa, dan staff KIA puskesmas yang juga memiliki belakang pendidikan
dilatih untuk menjadi fasilitator kelas ibu hamil di Dinas Kesehatan Kabupaten
Langkat yaitu satu orang bidan koordinator sehingga bikor yang sudah dilatih
dapat menjadi fasilitator kelas ibu hamil di Puskesmas dengan cara membentuk
Puskesmas harus memiliki fasilitator yang dalam hal ini fasilitator adalah bidan
39
atau petugas kesehatan yang telah mendapat pelatihan dan setelah itu
diperbolehkan untuk melaksanakan fasilitasi kelas ibu hamil. Bagi bidan atau
dilaksanakan oleh Kabupaten yang dalam hal ini yaitu Dinas Kesehatan
Kabupaten.
jumlah bidan untuk pelaksana kelas ibu hamil sudah mencukupi. Adapun yang
pelatihan dilaksanakan satu sampai empat kali dalam satu tahun. Untuk keadaan
saat ini jumlah bidan di Puskesmas Sambirejo sebanyak 47 orang sudah termasuk
Pelaksanaan pelatihan ini belum dilakukan dengan on the job training sesuai
dengan pedoman kelas ibu hamil oleh Kemenkes RI (2018) yang menyatakan
fasilitator kelas ibu hamil adalah bidan atau tenaga kesehatan yang telah mendapat
Hasil penelitian ini sejalan dengan Nurdian dkk (2015) dimana pelatihan
fasilitator tidak dilakukan dengan on the job training melainkan hanya sosialisasi
oleh Dinas Kesehatan Agam kepada tenaga kesehatan. Menurut Fuada dan
Setyawati (2015) salah satu strategi dalam keberhasilan pelaksanaan kelas ibu
hamil yaitu dengan memberikan pelatihan secara terus-menerus kepada Bidan dan
terdapat tiga orang petugas kesehatan yang melaksanakan kelas ibu hamil di tiap-
tiap desa. Latar belakang pendidikan fasiltator adalah D3 (Diploma III) akademi
kebidanan. Ketiga orang petugas tersebut terdiri atas satu orang bidan desa dan
dua orang bidan dari puskesmas. Setiap bidan bertugas untuk satu desa tiap
bulannya, sehingga kerja bidan tidak merangkap dari satu desa ke desa lainnya.
Adapun jadwal bidan di setiap desa diatur oleh staff KIA pelaksana kelas ibu
hamil, lalu ditanda tangani oleh Kepala Puskesmas dan Bidan Koordinator untuk
dilaksanakan.
kelas ibu hamil adalah petugas kesehatan sebagai fasilitator kelas ibu hamil, dan
Puskesmas Sambirejo sudah mencapai hal tersebut karena fasilitator kelas ibu
Tim pelaksana kelas ibu hamil. Kelas Ibu Hamil memiliki tim pelaksana
pada setiap pertemuan yang dilakukan seperti siapa saja fasilitator dan narasumber
jika diperlukan. Pernyataan informan mengenai tim pelaksana kelas ibu hamil
"Pertama bentuk tim, tim nya itu bidan desa, petugas puskesmas,tiap
pelaksanaan kelas ada tim nya setiap bulan" (Informan 2).
memiliki tim pelaksana terdiri atas bidan desa dan petugas puskesmas. Setiap tim
terdiri atas tiga orang yaitu bidan desa dan petugas puskesmas yang bertugas di
tim pelaksana yaitu pemilihan materi sesuai kebutuhan masyarakat dan tempat,
pertemuan persiapan untuk membentuk tim lalu pembentukan tim pelaksana Tim
Hasil penelitian mengenai tim pelaksana kelas ibu hamil yaitu tim
pelaksana bertugas melaksanakan kelas ibu hamil di setiap desa dan melaporkan
penanggungjawab kelas ibu hamil. Pembagian tim pelaksana kelas ibu hamil di
setiap desa diketahui oleh Kepala Puskesmas dan Bidan Koordinator untuk
dilaksanakan Adapun peran Kepala Puskesmas dalam hal ini hal ini sejalan
desa tertulis pada POA Kelas Ibu. Setiap tim melaksanakan kelas ibu hamil dua
sampai tiga kali dalam sebulan di setiap desa sesuai tanggal yang telah ada di
POA Kelas Ibu. Namun untuk jadwal pelaksanaan sendiri dapat berubah-ubah
42
didapat bahwa belum ada struktur kerja tim dan pembagian tugas yang jelas,
hanya berupa nama-nama anggota tim dan jadwal pelaksanaan. Menurut Arifin
(2014) dikatakan bahwa program kelas ibu hamil di Kota Banjarbaru belum
terdapat struktur tim kerja. Hal ini sejalan dengan penelitian Fuada dan Setyawati
(2015) menyatakan yang termasuk kelemahan dalam pelaksanaan kelas ibu hamil
yaitu tidak ada tim pengajar, struktur tim tidak jelas, koordinasi antar tim kurang,
Struktur kerja tim dan pembagian tugas dalam pelaksanaan kelas ibu hamil
Dengan adanya organisasi tim pelaksana kelas ibu hamil dapat memudahkan
pelaksanaan kelas ibu hamil, serta membantu dalam proses monitoring dan
" Kader ada di setiap dusun, kayak di desa Suka Makmur ini kan
ada 7 dusun jadi ada 7 kader, niu kader nya tadi wa, nanya, kak hari
in ada kelas ibu hamil ya?, karena biasanya kader yang ngajak-
ngajak ibu hamil. Kalau ada ibu-ibu yang gak dateng kita home visit
kerumahnya,kita datengin, "(Informan 4).
“Kader ada, ibu-ibu yang ajak ikut kelas ibu hamil, kadang diajakin
kalau ga datang ditanyain.” (Informan 5).
terdapat kader yang terlibat dalam pelaksanaan kelas ibu hamil. Kader sebagai
mitra bidan desa bertugas untuk mengajak ibu-ibu hamil untuk mengikuti kelas
ibu hamil. Kader tersebar di setiap desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Sambirejo, jumlah kader di setiap desa disesuaikan dengan jumlah dusun Sebagai
contoh di salah satu desa di wilayah kerja Puskesmas Sambirejo yaitu desa Suka
Makmur terdapat 7 orang kader karena desa tersebut terdiri atas 7 buah dusun.
Menurut pernyataan peserta kelas ibu hamil, kader berperan dalam mengajak ibu-
tersebar disetiap dusun di wilayah kerja Puskesmas ikut serta untuk mengajak ibu-
ibu hamil untuk mengikuti kelas ibu hamil, kader yang terlibat ini merupakan
Sambirejo belum memiliki kader ibu hamil. Jadi dapat dikatakan bahwa kader
posyandu merangkap menjadi kader yang membantu ibu-ibu hamil untuk ikut
kelas ibu hamil, serta tugas kader hanya sebatas membantu bidan desa mengajak
ibu-ibu hamil untuk ikut kelas ibu, namun tidak ikut dalam pertemuan kelas ibu
hamil.
Menurut Izzah dan Atmansyah (2011) kader bersama bidan desa dan bidan
hamil yang absen ke rumah mereka, menjadi asisten bidan dan menyelenggarakan
kegiatan posyandu.
kelas ibu hamil degan membantu petugas kesehatan dalam menemukan ibu-ibu
hamil baru yang belum terpapar dengan KIH, mengkonfirmasi jadwal pelaksanaan
kelas ibu hamil kepada bidan desa untuk diberitahukan kepada peserta KIH, dan
mengajak ibu- ibu hamil untuk ikut dalam pelaksanaan kelas ibu hamil.
"Sarana dan prasarana, kalau ntuk kelas ibu hamil sudah lengkap
lah kita ada UGD, ada ambulans juga untuk alat-alat nya sudah
cukup terpenuhilah, kalau untuk KIH mungkin alat peraga iya,
lembar baltk kelas thu hamil kan kita pake itu" (Informan 1).
"Fasiltas untuk kelas ibu udah cukup lengkap, kalau tempat kita di
Pustu atau di rumah warga, eee,, kaluu buat peralatan kadang ada
kita pake lembar balik tuh gambar, ada kadang penyuluhan.
Fasilitator nya bidan puskesmas sama bidan desa.." (Informan 3).
untuk pelaksanaan kelas ibu hamil di Puskesmas Sambirejo sudah lengkap dengan
adanya peralatan pendukung untuk kelas ibu hamil seperti alat peraga, lembar
balik dan tempat pelaksanaan kelas ibu hamil di posko atau di rumah warga.
Selain itu puskesmas Sambirejo sendiri juga memiliki UGD dan transportasi
ambulans.
45
vang terdapat dalam pelaksanaan KIH berupa ruangan, karpet, buku KIA, lembar
balik, timbangan, alat tensi, meja pemeriksaan, matras, CD senam hamil, buku
pedoman kelas ibu hamil, buku pegangan fasilitator, dan alat ukur tinggi badan.
prasarana dalam pelaksanaan KIH adalah Ruang belajar untuk kapasitas minimal
10 orang kira-kira ukuran 4 x 5 m, alat tulis, buku KIA, lembar balik, buku
pedoman KIH, buku pegangan fasilitator, alat peraga, tikar/karpet, bantal, kursi
Pendanaan dari ee.apa nama nya itu,de, BOK dek. Nanti kita buat
pengeluaran terus kita kasih ke puskesmas. Pengeluaran nya untuk
makanan sama aqua ini lah dek. (Informan 4).
hamil sebagian berasal dari dana BOK (bantuan operasional kesehatan) dan
sebagian lagi menggunakan dana Puskesmas, Dana BOK hanya membiayai satu
kelas ibu hamil di setiap desa, sedangkan Puskesmas Sambirejo memiliki satu
sampai tiga kelas di setiap desa nya Untuk mendukung berjalannya seluruh kelas
46
ibu hamil tersebut, maka puskesmas menggunakan dana tersendiri dan sebagian
Penggunaan dana BOK ini diatur dalam Permenkes Nomor 3 Tahun 2019
tentang petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Non Fisik Bidang
kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Salah satu kegiatan penggunaan
Puskesmas. Upaya kesehatan esensial yang termasuk dalam pendanaan BOK yaitu
pelayanan antenatal care yang terdiri atas : pelayanan antenatal. pelaksanaan P4K,
kematian ibu, pembinaan pelayanan kesehatan ibu dan pelaksanaan kelas ibu
hamil.
pelaksanaan kelas ibu hamil bersumber dari dana BOK dan puskesmas Pendanaan
kelas ibu hamil yang bersumber dari BOK hanya untuk pelaksanaan satu kelas ibu
hamil di setiap desa. Adapun setiap desa memiliki satu sampai tiga kelas ibu
untuk menggunakan dana puskesmas guna menutupi kekurangan tersebut. Hal ini
berarti pelaksanaan kelas ibu hamil hanya didukung sebagian dari BOK dan
sebagian lagi bersumber dari dana Puskesmas Adapun dana tersebut digunakan
yang memfasilitasi kelas ibu hamil di setiap desa yang ada di wilayah kerja
47
Puskesmas Sambirejo.
ini hanya berupa makanan dan transport petugas saja. Namun untuk perencanaan
dana yang digunakan untuk kelas ibu hamil bersumber dari BOK dan digunakan
untuk konsumsi peserta ibu hamil dan biaya transportasi tenaga atau petugas
kelas ibu hamil di Puskesmas Sambirejo Kabupaten Langkat ialah sebagai berikut:
"Arahan ada lah. Kalau untuk arahan dari kapus ada lah dek, tapi
sifatnya mengawasi. (Informan 3).
pelaksanaan kelas ibu hamil ada arahan yang diberikan oleh pimpinan Puskesmas
48
dalam hal ini Kepala Puskesmas, arahan yang diberikan berupa pengawasan
dalam pelaksanaan kelas ibu hamil. Arahan lain yang diberikan pimpinan berupa
pembuatan SOP, dokumentasi dan kerangka acuan yang nantinya akan dilaporkan
bahwa ada arahan yang diberikan dalam pelaksanaan kelas ibu hamil, dimulai dari
arahan dari Kepala Puskesmas, lalu arahan untuk tim pelaksana kelas ibu hamil.
Arahan tersebut hanya bersifat mengawasi berjalannya kelas ibu hamil, namun
untuk langkah-langkah penyiapan tempat dan materi kelas ibu hamil diserahkan
pelaksanaan kelas ibu hamil di wilayah kerjanya. Dalam hal ini Kepala Puskesmas
"Pelaksanaannya setiap desa, ada yang satu, dua sampai tiga kali di
setiap desa. Biasanya di Pustu atau di rumah warga" (Informan 3).
"Tempat kelas nya di pustu, tapi ini Cuma sebagian dusun aja,
disana ada dusun 7 yang jauh, jadi ga mungkin kan ibu hamilnya ke
pustu, nah untuk disana kita laksanakan di rumah warga, rumah
kepala dusunmya lah, agak besar juga" (Informan 4)
49
warga yang ukurannya cukup besar, karena jarak yang dibutuhkan dari dusun ke
posko cukup jauh, maka hanya beberapa dusun yang melaksanakan kelas ibu
hamil di Pustu, dan dusun lain melaksanakan kelas ibu hamil di rumah-rumah
Adapun pelaksanaan kelas ibu hamil di setiap desa dilakukan satu hingga warga
salah satu peserta KIH, penyediaan tempat di tentukan oleh Puskesmas, dan
letaknya tidak terlalu jauh dari rumah peserta sehingga memudahkan akses untuk
Rumah Sakit, Kantor desa, Balai pertemuan, Posyandu atau di rumah salah
seorang warga. Adapun yang harus dipersiapkan di tempat tersebut adalah sarana
"Kadang ibu hamilnya ada juga yang dia kita tentukan tanggal dia
mau, ada yang dia misalnya tanggal 19, bulan depan tanggal 19 tu
jatulnya hari jumat orang tu ga mau hari pendek, orang tu mintanya
di haIt sabtu. Ada yang dia (desa) tetap mau tanggal 19,ada kayak
50
di Kwala Gumit dia minta nya hari Sabtu Ada yang dia (desal mau
hari apapun ga masalah yang penting tanggal nya yang 10 bulan
depan itu juga, bedua-beda tiap desa.. Waktunya biasa jam-jam 10
paling lama jam 12" (Informan 3).
kelas ibu hamil setiap bulannya dilakukan sesuai kesepakatan antara fasilitator
dan peserta. Jadwal pelaksanaan KIH terlebih dahulu ditentukan oleh Puskesmas
lalu disepakati bersama peserta kelas ibu hamil. Tanggal pelaksanaan seharusnya
pada tanggal 18 di setiap bulannya, namun jadwal ini bisa dipercepat atau diundur
sesuai kesepakatan di setiap desa Waktu pelaksanaan dimulai dari pukul 10.00
peserta/ibu hamil. Adapun lama waktu pertemuan sekitar 120 menit dengan
metode diskusi yaitu dimana informasi yang akan disampaikan disusun dalam
sharing yang di dalamnya terdapat diskusi antar peserta, tanya jawab serta
menggunakan alat bantu berupa lembar balik. Ketika proses pelaksanaan KIH, ibu
hamil lebih antusias dengan metode tanya jawab. Selain itu pelaksanaan KIH
"Nanti ada ukur berat badan, terus dikasih tau pantangan selama
hamil, jadi lebih tau tentang kehamilan, apalagi ini kan anak
pertama" (Informan 6).
hamil sejalan dengan pelaksanaan antenatal care dan peserta dalam satu kelas
sebanyak 10-15 orang. Pelaksanaan kelas ibu hamil bekerja sama derngan kader
desa untuk mengajak ibu-ibu hamil yang tidak datang ke kelas ibu hamil, selain
itu pemeriksaan kehamilan yang juga dilakukan oleh bidan dan petugas dari
Puskesmas Sambirejo.
dimulai dari pengisian daftar hadir, mengukur BB, TB, tensi darah, pemeriksaan
kelas ibu hamil yang hadir berkisar 10-15 orang untuk setiap kelas.
selanjutnya fasilitator bersama peserta menyepakati materi apa saja yang akan
dibahas pada pertemuan sesuai dengan kebutuhan dan pada akhıir pertemuan
dapat dilakukan aktivitas fisik/senam hamil bagi usia kehamilan <20 minggu,
dimana dalam aktivitas fisik ini diharapkan dapat dipraktekkan oleh ibu hamil di
rumah masing-masing.
rutin, dan pada pelaksanaan kelas ibu hamil di Puskesmas Sambirejo tidak selalu
dilakukan aktivitas fisik berupa senam hamil kepada ibu-ibu hamil. Hasil
penelitian ini sejalan dengan Fuada dan Setyawati (2015) yang menyatakan bahwa
salah satu kelemahan pelaksanaan KIH disebabkan metode praktik tidak ada atau
Menurut Izzah dan Atmansyah (2011) para ibu hamil dikumpulkan untuk
mengikuti kelas ibu hamil dan pemeriksaan kehamilan oleh bidan desa setempat
tinggi, sehingga lebih mudah untuk dilakukan penyuluhan dan pemantauan secara
"Kalo kecamatan kita hanya laporan saja kita selalu kasih jadwal,
jadwal kegiatan, semua jadwal kegiatan puskesmas itu Camat ada,
Jadi mau mereka datang atau tidak terserah mereka. Termasuk
kapolsek pun kami, kapolsek, danramil. jadi mereka tetep dikasih
jadwal supaya mereka kalau mau buat pertemuan boleh saja
melibatkan diri" (Informan 1).
“Ibu kepala dusun pernah liat (ikut), tapi yang sering sih kader”
(Informan 7).
sosialisasi kelas ibu hamil kepada stake holder di Puskesmas Sambirejo yang
dalam hal ini adalah kecamatan, kapolsek dan danramil telah dilakukan dengan
memberikan jadwal kegiatan kelas ibu hamil agar stake holder bisa hadir dan
melibatkan diri dalam pelaksanaan kelas ibu hamil. Selain itu menurut penuturan
peserta kelas ibu hamil stake holder yang pernah ikut adalah ibu kepala dusun dan
kader.
dari stake holder yang mendukung pelaksanaan KIH, adanya peran kelompok
sosialisasi stake holder dalam pelaksanaan KIH sudah berjalan karena adanya
respon dan dukungan dari Kader, Ibu Kepala Desa dan Ibu Kepala Dusun berupa
54
pelaksanaan kelas ibu hamil di rumah-rumah mereka Para unsur masyarakat ini
kerja sama dengan lintas sektor secara intensif menjadi salah satu strategi dalam
Puskesmas Biaro pada tokoh agama, tokoh masyarakat, dan stake holder sudah
berjalan dengan baik, namun pada Puskesmas Malalak kesadaran dari pemerintah
peran untuk mendukung KIH berupa memotivasi serta mengajak ibu-ibu hamil
dan keluarganya untuk mengikuti kelas ibu hamil, dan memberikan informasi
tentang kelas ibu hamil kepada masyarakat khususnya keluarga ibu hamil atau
"kadang kita kan sarankan ibu hamil ini ikut suami, suami nya ga
tkut, seharusmya kan suami tkut.Karena kan suami nya kerja, cari
uang Jadi istrinya tu diantar tetangga, kadang dia pergi
sendiri,kadang diantar saudara. Itulah yang kadang ga datang-
datang itu dijemput sama bidannya, ada yang ditelfon" (Informan 3).
“Engga pernah ikut, karena kerja kan, susah. Tapi kalau ke bidan
mau periksa baru suami nganter, ikut. Udah pernah diajak juga tapi
ya waktu nya tabrakan sama waktu kerja kan,, jadi ndak bisa ikut”
(Informan 6).
suami bekerja dan sebagian lain berada di perantauan sehingga tidak dapat
mengikuti kelas ibu hamil. Selain itu ada sebagian suami yang hanya mengantar
istri nya untuk mengikuti kelas ibu hamil dan pemeriksaan kehamilan di bidan,
namun masih belum bisa untuk ikut kelas ibu hamil bersama istrinya.
sebagian besar alasan suami tidak ikut serta disebabkan karena pekerjaan/ suami
masih bekerja pada saat jam pelaksanaan kelas ibu hamil. Menurut penelitian
Fatimah (2009) menyatakan bahwa dukungan dari keluarga terutama suami dalam
mengikuti kelas ibu hamil sangat berpengaruh besar pada ibu hamil.
dengan penelitian Rafidah (2016) bahwa suami/keluarga yang mengikuti kelas ibu
hamil belum tercapai dikarenakan hanya beberapa ibu hamil yang di dampingi
keluarga.
suami/ayah cukup signifikan dalam mendukung kelas kesehatan ibu hamil yaitu
pemeriksaan antenatal (61%), satu kali atau lebih mengikuti pemeriksaan USG
(88%) dan hadir selama persalinan dan kelahiran (89%) (Redshaw & Heikkila,
2010).
hamil belum tercapai akibat pelaksanaan kelas ibu hamil dilakukan pada jam kerja
pegawai/ pekerja sehingga suami tidak bisa turut serta dalam kelas ibu hamil.
56
Sehingga pelu adanya upaya dari Puskesmas dan ibu hamil agar mengatur
kembali jadwal pelaksanaan kelas ibu hamil di luar jam kerja pegawai sehingga
suami atau keluarga dapat mengikuti kelas ibu hamil minimal 1 kali pertemuan
sehingga dapat mengikuti berbagai materi yang penting misalnya materi mengenai
sasaran dalam pelaksanaan kelas ibu hamil setelah ibu hamil dan kader.
mengenai tahap monitoring, evaluasi dan pelaporan kelas ibu hamil di Puskesmas
“Monitoring selalu ya,, setiap kelas ibu hamil,, kan ada dokumen
SPT, daftar hadir sama laporan perjalanan, nanti hasil ANC kita buat
ke laporan PWS-KIA. Biasanya monitoring saya ke lapangan untuk
lihat pelaksanannya gimana” (Informan 2).
Anak) yang didalamnya sudah termasuk laporan keuangan. Namun dalam tabel
PWS-KIA tidak tertulis jumlah pelaksanaan kelas ibu hamil secara khusus.
Puskesmas dan hasil monitoring nantinya akan dibuat kedalam dokumen log
berisi kegiatan dan hambatan pada keas ibu hamil yang diaksanakan di setiap
desa.
dan hasil pelaksanaan. Dokumen tersebut akan dikumpulkan setiap bulannya atas
sebagai berikut:
“Untuk evaluasi biasanya kita rapat, tapi gak nentu ya, sesekali
aja dalam beberapa bulan. Tapi yang pasti itu rapat akhir tahun
sekalian evaluasi sama ee,,apa pembuatan kerangka acuan, SOP”
(Informan 2).
58
kelas ibu hamil belum dilakukan secara penuh atau berkala pada setiap kelas ibu
hamil, namun evaluasi akhir tahun tetap dilaksanakan sebagai dasar perencanaan
pelaksanaan kelas ibu hamil di tahun berikutnya. Adapun proses evaluasi ini akan
kelas ibu hamil di setiap desa hanya berdasarkan hasil dokumen pelaksanaan kelas
ibu hamil di Puskesmas Sambirejo yaitu dokumen Laporan Perjalanan Dinas yang
berisi proses pelaksanaan, hasil kunjungan, masalah yang dihadapi dan tidak
KIH dan tidak ada evaluasi khusus untuk penjajakan pengetahuan ibu hamil. Hasil
penelitian ini tidak sesuai dengan Kemenkes RI (2018) mengenai evaluasi pada
pelaksanaan kelas ibu hamil oleh bidan koordinator dilakukan setiap selesai
pertemuan kelas ibu hamil dengan cara melakukan penjajakan pengetahuan awal
peserta kelas ibu hamil melalui memberikan pertanyaan kepada peserta dan
evaluasi akhir yaitu setelah selesai penyampaian materi dengan cara memberikan
pertanyaan kembali kepada peserta kelas ibu hamil untuk melihat peningkatan
hamil belum dilakukan secara khusus, tetapi evaluasi hanya dilakukan melalui
setempat. Hal ini sejalan dengan penelitian Rafidah (2016) bahwa evaluasi
59
pelaksanaan kelas ibu hamil bila dilihat secara rutinitas hanya bersifat informal
mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan kelas ibu hamil. Hal tersebut sejalan
dengan hasil penelitian ini dimana belum ada evaluasi khusus dari Kepala
Puskesmas dan tim pelaksanaan KIH secara khusus dan hanya berupa dokumen-
dokumen.
Salah satu kelemahan dalam pelaksanaan kelas ibu hamil menurut Fuada
dan Setyawati (2015) adalah tidak dilakukannya evaluasi pelaksanaan kelas ibu
dengan SPM bidang kesehatan misalnya cakupan K1 dan K4, menurunnya AKI
Desa Manjalling menunjukkan angka nol untuk AKI serta tercapainya target K1
“ SOP,, ama kerangka acuan dia apa, akhir tahun atau awal tahun
kalau kami mengumpulkan laporan semua jadikan satu baru dibuat
SOP nya “ (informan 3).
kelas ibu hamil dimulai dari laporan bidan desa kepada bidan koordinator,
kemudian laporan di rekapitulasi oleh bidan koordinator dan ditanda tangani oleh
Langkat. Sedangkan untuk pembuatan SOP pelaksanaan kelas ibu hamil dibuat
tahun.
Sambirejo didapat bahwa dokumen yang akan dialporkan ke dinas berupa POA
kelas ibu hamil, surat perintah tugas, laporan perjalanan dinas, daftar hadir
peserta, dokumentasi foto, log book program KIA-KB UKM, dan jadwal
pelaksanaan kelas ibu hamil yang dikumpulkan setiap bulannya. Hal ini dengan
bulannya.
dikhususkan untuk ibu hamil dengan usia kehamilan trimester ketiga dengan
tujuan agar ibu hamil dapat melakukan persalinan aman dan kesiapan lahir batin,
serta membuat ibu hamil lebih mandiri dan dapat mengurus kehamilannya.
Konsep kelas persiapan persalinan ini sama dengan kelas ibu hamil hanya berbeda
boleh dilakukan oleh fasilitator kelas ibu hamil di setiap wilayah kerjanya. Hal ini
menjadi penyandang dana. Dalam artian bahwa penyelenggara kelas ibu hamil
kehamilan dan stiker indikator dasar yang berisi tentang tanggal prediksi
mendeteksi ibu hamil dengan resiko tinggi serta menjadikan persalinan aman
Keterbatasan Penelitian
pengumpulan data ataupun pengolahan data penelitian. Berbagai faktor baik dari
peneliti ataupun lokasi tempat penelitian di sisi lain, kelemahan dan keterbatasan
yang ditemukan dalam penelitian ini dapat menjadi masukan bagi penelitian
1. Kurangnya informasi atau data yang diperoleh peneliti dari pihak puskesmas
karena beberapa akses data yang terbatas dan tidak terdokumentasi oleh
puskesmas.
2. Kurangnya informasi yang diperoleh dari informan baik peserta kelas ibu
hamil maupun pegawai dalam proses wawancara yang dilakukan oleh peneliti.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
sesuai dengan pedoman kelas ibu hamil oleh Kemenkes RI Tahun 2018, dengan
1. Sumber daya manusia kesehatan yang menjadi fasilitator kelas ibu hamil
adalah bidan koordinator dan tim pelaksana kelas ibu hamil yang terdiri dari 3
orang bidan. Pelatihan bidan koordinator kelas ibu hamil dilaksanakan oleh
Dinas Kesehatan, akan tetapi tim pelaksana tidak mendapatkan pelatihan secara
khusus baik dari Dinas Kesehatan maupun Puskesmas. Struktur organisasi tim
sudah dikatakan lengkap yang tediri dari ruangan, matras, karpet/tikar, alat
peraga, buku pedoman, buku KIA, lembar balik dan CD aktivitas fisik.
Pendanaan kelas ibu hamil tidak sepenuhnya bersumber dari dana BOK karena
sebagian berasal dari dana Puskesmas. Hal ini disebabkan alokasi anggaran
BOK hanya untuk membiayai satu kelas ibu hamil di tiap desa sedangkan
3. Tahapan pelaksanaan kelas ibu hamil terdiri atas tahap persiapan, tahap
tetapi tahap pelaksanaan serta tahap monitoring, evaluasi dan pelaporan belum
63
64
berjalan sesuai dengan pedoman yang ada. Tahapan yang belum sesuai yaitu
belum adanya keikutsertaan suami, monitoring dan evaluasi kelas ibu hamil
belum diadakan secara khusus, baik untuk evaluasi peserta dan fasilitator.
Saran
Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan pelaksanaan kelas ibu hamil
pelatihan kelas ibu hamil untuk seluruh bidan pelaksana kelas ibu hamil untuk
berkala.
b. Fasilitator kelas ibu hamil agar melaksanakan monitoring kelas ibu hamil
Emzir. (2010). Metodologi penelitian kualitatif analisis data (Edisi 1). Depok: PT.
Raja Grafindo Persada.
Fuada, N. & Budi, S. (2015). Pelaksanaan kelas ibu hamil di Indonesia. Jurnal
Kesehatan Reproduksi, 6(2), 71-75. Diakses dari http://www.ejournal2.
litbang.kemkes.go.id/index.php/kespro
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Buku Pedoman Kelas Ibu Hamil. Diakses dari
http://www.depkes.go.id
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Buku Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil.
Diakses dari http:// www.depkes.go.id
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Profil Kesehatan RI Tahun 2017. Diakses dari
http:// www.depkes.go.id
65
65
Rohmah, N. (2010). Pendidikan prenatal upaya promosi kesehatan bagi ibu hamil
(Edisi 1). Depok: Gramata Publishing.
Tanggal Wawancara :
2. Data Khusus
a. Input
1) Apakah ada arahan dari pimpinan Puskesmas untuk pelaksanaan
KIH di Puskesmas Sambirejo ?
2) Bagaimana koordinasi antara Bidan Koordinator KIA dengan
petugas KIA dalam pelaksanaan KIH ?
3) Langkah-langkah apa saja yang dilakukan Puskesmas untuk
mengumpulkan ibu hamil agar mengikuti KIH ?
4) Apa saja yang mendukung implementasi program KIH di
Puskesmas Sambirejo ?
5) Adakah bantuan (seperti fasilitator, alat-alat peraga ibu hamil, dll)
serta dana dari Dinas Kesehatan dan stakeholder terkait, untuk
mendukung pelaksanaan program KIH ?
6) Siapa sajakah petugas kesehatan di Puskesmas Sambirejo ? Apakah
petugas kesehatan tersebut sudah mendapatkan pelatihan?
7) Apakah tersedia pendanaan untuk kelas ibu hamil ? Darimanakah
sumber pendanaan tersebut ?
b. Proses
1) Bagaimana pelaksanaan KIH di Puskesmas Sambirejo ?
2) Siapa stakeholder yang terlibat dalam pelaksanaan program KIH di
Puskesmas Sambirejo ?
Informan Jawaban
Informan 1 Semuanya, semuanya mendukung deh, kalau secara sektoral dinas
kesehatan mendukung jelas ya,, kemudian dari program lain kan
banyak juga kita. Kalau bidan ga ada masalah, kita jumlah bidan
ga masalah, pelatihan sekali-sekali, emm kalau kalian kan
mikirnya pelatihan itu satu dua hari yaa, tapi ini hanya semacam
diseminasi pertemuan-pertemuan biasa, berkala, setahun bisa
empat kali yang diutus bikor
Cuma mungkin dari program kami gini, misalnya,ee,,apa
namanya,,apa sih,, program P2P ya kan, sekarang kan ibu hamil
harus periksa HIV,periksa golongan darah,periksa lain-lain dari lab
itu untuk program lintas puskesmas itu jelas.
Informan 2 Pelatihan bidan dari dinas, biasanya,,ee satu sampai empat kali
setahun lah, saya yang diutus sebagai bikor.
Informan 3 Pelatihan ada, udah lama,, dari dinas orang tu dari kesga. Orang itu
bidan, kadang ada bawa narasumber dari luar, ada juga dokter.
Setahun sekali, pernah tiga tahun sekali.
Informan 4 Ikut pelatihan pernah satu kali, setelah itu jarang dengar ada lagi.
Informan 5 Bidan yang kasih materi sama periksa kehamilan.
Informan 6 Ada bu bidan untuk tanya-tanya tentang kehamilan
Informan 7 Bidan ada terus, kalau dokter belum pernah sih dek
Matriks 2
Pernyataan Informan Mengenai Tim Pelaksana pada pelaksanaan KIH di UPT
Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
Informan Jawaban
Informan 1 Iya, setiap bulan kita ada tim pelaksananya.
Informan 2 Pertama,, bentuk tim,, tim nya itu bidan desa, petugas
puskesmas,,tiap pelaksanaan kelas ada tim nya setiap bulan
Informan 3 Dia setiap bulannya ada nama-nama timnya, ada 3 orang, ada
bidan desa, ada petugas puskesmasnya
72
Matriks 3
Pernyataan Informan Mengenai Keterlibatan Kader KIH di UPT Puskesmas
Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
Informan Jawaban
Informan 1 Kemudian lintas program untuk,,ee,, lintas sektor desa itu kan
sangat berpengaruh, kader desa itu kan mereka yang
mengumpulkan ibu-ibu hamil, dikumpulkan di suatu tempat untuk
kita kasih penyuluhan ibu hamil. Ya ada kader, mereka mitra nya
bidan desa itu kader sama kepala desa lah, pkk dalam hal ini
Informan 2 Bekerja sama kader desa, home visit ke rumah-rumah ibu-ibu
yang tdak datang kelas ibu hamil. Di kelas ibu hamil sekalian
periksa ANC lah, sama petugas puskesmas dan bidan desa
Informan 3 Kadang kader posyandu itu udah tau mana ibu-ibu yang hamil,
orang tu yang bantu-bantu bidan desa
Informan 4 Kader ada di setiap dusun, kayak di desa Suka Makmur ini kan
ada 7 dusun jadi ada 7 kader,, nii kader nya tadi wa, nanya, kak
hari ini ada kelas ibu hamil ya?, karena biasanya kader yang
ngajak-ngajak ibu hamil. Kalau ada ibu-ibu yang gak dateng kita
home visit kerumahnya,,kita datengin,,
Informan 5 Kader ada ibu-ibu yang ajak ikut kelas ibu hamil, kadang diajakin
kalau ga datang ditanyain.
Informan 6 Kalo kader ada,ee, biasanya yang ngajak-ngajak, ayo ibu-ibu
gituu..
Informan 7 Kader di desa ada, biasanya kader posyandu.
Matriks 4
Pernyataan Informan Mengenai Sarana dan Prasarana Pelaksanaan KIH di
UPT Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
Informan Jawaban
Informan 1 Sarana dan prasarana,, kalau untuk kelas ibu hamil sudah lengkap
lah, kita ada UGD, ada ambulans juga untuk alat-alat nya sudah
cukup terpenuhilah,, kalau untuk KIH mungkin alat peraga iya,
lembar balik kelas ibu hamil kan kita pake itu
Informan 2 Kalau sarana prasarana,,ee,, fasilitas untuk kelas ibu ini udah
lengkaplah saya rasa.
Informan 3 Fasilitas untuk kelas ibu udah cukup lengkap, kalau tempat kita di
Pustu atau di rumah warga, eee,, kalau buat peralatan kadang ada
kita pake lembar balik tuh gambar, ada kadang penyuluhan.
Fasilitator nya bidan puskesmas sama bidan desa
73
Informan 4 Kalau itu lengkap lah dek menurut saya, dari buku pedoman kita
ada, alat-alat pemeriksaan juga ada. Kalaupun tempat kita
sebagian di rumah warga itu sebenarnya sekalian untuk
pemberdayaan masyarakat aja ya dek, jadi biar masyakat juga
merasa kelas ibu ini bagian dari ehm, mereka gitu.
Informan 5 Kalo untuk fasilitas lengkap sih, palingan ruangan ini aja dek
agak pengap tapi alat-alat periksa lain ada kok
Informan 6 Fasilitas cukup lengkap, ada alat periksa juga
Informan 7 Fasilitas untuk kelas ini kayaknya lengkap,, biasanya kalau
periksa saya sih ke praktik bidan, saya ada bidan sendiri
Matriks 5
Pernyataan Informan Mengenai Pendanaan Pelaksanaan KIH di UPT
Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
Informan Jawaban
Informan 1 Pendanaannya dari BOK dan dari Puskesmas. Tidak semua dari
Puskesmas. Gini loh kalau dari puskesmas itu gini, kita dari BOK
tidak 12 bulan. Satu desa dibiayai satu kelas ibu, tetapi saya
punya satu desa ada dua kelas ibu gitu, jadi ada yang dibiayai, ada
juga yang tidak, artinya apa,, bahwa kelas ibu hamil dilaksanakan
penuh oleh,,ee,,apa puskesmas Sambirejo atau disupport sebagian
oleh BOK iya. Yang masuk pendanaan PMT sama transport
petugas.
Informan 2 Biaya nya dari BOK sebagian lagi dari Puskesmas karena kita
punya lebih dari satu kelas ibu hamil di setiap desa nya.
Informan 3 Dari BOK itu,,nanti bidan desa kasih rincian biaya terus dikasih
ke Puskesmas, nanti diketahui sama Kapus juga.
Informan 4 Pendanaan dari ee,,apa nama nya itu,,ee,BOK dek. Nanti kita buat
pengeluaran terus kita kasih ke puskesmas. Pengeluaran nya
untuk makanan sama aqua ini lah dek.
2. Proses
a. Tahap Persiapan Pelaksanaan KIH di UPT Puskesmas Sambirejo
Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2018
Matriks 6
Pernyataan Informan Mengenai Tahap Persiapan KIH di UPT Puskesmas
Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
Informan Jawaban
Informan 1 Pasti ada arahan, karena mereka kan bikin dokumentasi ibu hamil,
SOP, kerangka acauan, laporan dan itu semua diketahui oleh
kepala Puskesmas.
Informan 2 Ada arahan dari Kapus, dan semua laporan pelaksanannya kan
74
Matriks 7
Pernyataan Informan Mengenai Persiapan Jadwal dan Materi KIH di UPT
Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
Informan Jawaban
Informan 1 Jadwal itu tadi dibuat sama tim ya, materi dan kerangka acuan juga
mereka yang buat. Yang jelas pelaksanaan nya setiap bulan di
setiap desa.
Informan 2 Kita yang buat jadwal, nanti disepakati sama ibu hamil, itu
biasanya bidan desa yang nanya ke mereka, baru kita ikutin. Untuk
materi kita ambil dari lembar balik lah,iya gitu..
Informan 3 Kadang ibu hamilnya ada juga yang dia kita tentukan tanggal dia
mau, ada yang dia misalnya tanggal 19, bulan depan tanggal 19 itu
jatuhnya hari jumat, orang tu ga mau hari pendek, orang tu
mintanya di hari sabtu. Ada yang dia (desa) tetap mau tanggal
19,adakayak di Kwala Gumit dia minta nya hari Sabtu. Ada yang
dia (desa) mau hari apapun ga masalah yang penting tanggal nya
yang tiap bulan depan itu juga, beda-beda tiap desa.. Waktunya
biasa jam-jam 10 paling lama jam 12.
Informan 4 Pelaksanaan kelas ibu biasanya jadwal disepakati, kayak ini kan
tanggal 16 padahal seharusnya kelas nya tanggal 18 tapi karena
gabisa jadi dipercepat ke tanggal 16, biasanya buat jadwal ditanya
lagi ke ibu-ibu hamilnya.
Informan 5 Waktu nya sekitaran jam 10 nanti siap jam segini, jam 12.
Biasanya di tanggal 18 tiap bulan, terus materi nya tentang
kehamilan, ada periksa tinggi sama berat pokoknya periksa
kehamilan gitu dek.
Informan 6 Biasanya di tanggal 18 tiap bulan mulai kadang jam 9 atau jam 10,
nanti materi dikasih bu bidan terus kita tanya-tanya lah masalah
kita selama kehamilan, ada diskusi juga sama ibu-ibu yang udah
pernah melahirkan
Informan 7 Ikut terus saya tiap bulan dari bulan pertama hamil,kalau materi
nanti dibuat sama bidan ya, kadang kita minta materi lain tentang
masalah kehamilan gitu.
75
Matriks 9
Pernyataan Informan Mengenai Tahap Pelaksanaan KIH di UPT Puskesmas
Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
Informan Jawaban
Informan 1 Di kelas ibu hamil kan kita melaksanakan ANC, nah distu kan
otomatis cakupannya masuk di PWS-KIA.
Informan 2 Bekerja sama kader desa, home visit ke rumah-rumah ibu-ibu yang
tidak datang kelas ibu hamil. Di kelas ibu hamil sekalian periksa
kehamilan, ANC lah, sama petugas puskesmas dan bidan desa.
Informan 3 Kelas ibu nya dilaksanakan di desa ya, sekalian pemeriksaan
kehamilan, ANC juga. Kadang ada kita pake lembar balik tuh
gambar, ada kadang penyuluhan. Fasilitator nya bidan puskesmas
sama bidan desa..
Informan 4 Pelaksanaannya sekalian dengan ANC yaa,, biasanya ada 10 sampe
15 orang lah dalam satu kelas ini, dan semua bumil di kecamatan
ini ikut kelas ibu hamil. Rata-rata yang ikut ini usia kandungannya
2 bulan,, kan udah liat tadi yaa,,ada yang hamil pertama, ada yang
anak kedua gitu.
Informan 5 Kelas ibu nya, bareng sama ee,, itu periksa kehamilan lah
Informan 6 Nanti ada ukur berat badan, terus ada dikasih tau pantangan selama
hamil, jadi lebih tau tentang kehamilan, apalagi ini kan anak
pertama ya,hehe..
Informan 7 Iya, nanti ada dikasih materi terus periksa terus dikasih pmt kita
nya..
76
Matriks 10
Pernyataan Informan Mengenai Sosialisasi Stake Holder Pelaksanaan KIH di
UPT Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
Informan Jawaban
Informan 1 Kalo kecamatan kita hanya laporan saja,,ee,,kita selalu kasih
jadwal, jadwal kegiatan, semua jadwal kegiatan puskesmas itu
camat ada. Jadi mau mereka datang atau tidak terserah mereka.
Termasuk kapolsek pun kami, kapolsek,danramil, jadi mereka tetep
dikasih jadwal supaya mereka kalau mau buat pertemuan boleh
saja, melibatkan diri.
Informan 2 Camat, kapolsek danramil gitu-gitu.
Informan 3 Sosialisasi melalui kader,,ee,, untuk supaya ibu hamil nya ini
kumpul sesuai kesepakatan, selain itu sama ibu PKK.
Informan 4 Stake holder kita disini dari kecamatan,,emm,,kader posyandu juga
yaa, selain itu ibu kepala desa, ibu kepala dusun juga ikut,,ee
partisipasilah. Bahkan ada ibu kepala dusun yang rumahnya dipakai
untuk pelaksanaan KIH dek.
Informan 5 Kalau ibu kepala dusun ikutlah kadang-kadang
Informan 6 Belum pernah liat sih kalau ibu pkk, mungkin saya nya aja yang gak
tau, karena baru ikut kali yaa..
Informan 7 Ibu kepala dusun pernah liat, tapi yang sering sih kader liat gitu aja
Matriks 11
Pernyataan Informan Mengenai Keikutsertaan Suami Pada Pelaksanaan KIH di
UPT Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
Informan Jawaban
Informan 1 Peran suami itu yang agak sulit, belum optimal ya.
Karena suami kan bekerja ada yang merantau, jadi
tidak,tidak bisa kita paksakanlah. Sejauh ini gitu sih.
Informan 2 Kalo untuk peran suami ya, seharusnya kan ikut tapi
jarang lah karena suami masih merasa tabu, ada juga yang
suami nya kerja, ada yang suaminya di perantauan.
Informan 3 Kadang kita kan sarankan ibu hamil ini ikut suami, suami
nya ga ikut, seharusnya kan suami ikut.Karena kan suami
nya kerja, cari uang, jadi istrinya tu diantar tetangga,
kadang dia pergi sendiri,kadang diantar saudara. Itulah
yang kadang ga datang-datang itu dijemput sama
bidannya, ada yang ditelfon.
Informan 4 Tidak ada hambatan sih dekk,,ee,,karena memang udah
rutin dilaksanakan setiap bulan. Paling di buku pedoman
77
kan ada ya suami ikut dalam kelas ibu, tapi gak bisa
karena kalau jam-jam segini kan pasti pada kerja,atau ada
suami nya yang merantau. Palingan sebagian cuma
nganter aja.
Informan 5 Suami kerja dek makanya gak bisa ikut, tapi kalau
nganter ke bidan buat periksa sekali sebulan dia ikut
antar.
Informan 6 Suami saya kerja jadi gak bisa ngantar, apalagi ikut gitu.
Informan 7 Suami paling cuma nganter aja, ga ikut masuk karena ini
kan banyak ibu-ibu juga yaa.
g. Tahap Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan KIH di UPT
Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2018
Matriks 12
Pernyataan Informan Mengenai Tahap Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
Pada Pelaksanaan KIH di UPT Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai
Kabupaten Langkat
Informan Jawaban
Informan 1 Koordinasi ke dinas kesehatan bentuknya laporan, pelaksanaan, isi
laporannya ya LPD, laporan kegiatan termasuk foto. Kan ada PWS-
KIA. PWS-KIA itu kan semua kegiatan KIA ada disitu, jadi
otomatis kelas ibu hamil tidak spesifik di tabel itu tidak, tetapi
disitu kan ada kita melaksanakan ANC, disitu kan, Laporannya ke
dinkes bentuknya PWS-KIA juga bentuk laporan keuangan.
Evaluasi belum kita laksanakan secara penuh ya, biasanya diantara
bidan koordinator dan tim pelaksana saja. Kalau evaluasi per tahun
bahannya itu berasal dari dokumen pelaksanaan selama setahun itu,
kita evaluasi lalu dari sana kita buat kerangka acuan, SOP sama
perencanaan untuk pelaksanaan selanjutnya lah.
Informan 2 Monitoring selalu ya,, setiap kelas ibu hamil,, kan ada dokumen
SPT, daftar hadir sama laporan perjalanan, nanti hasil ANC kita
buat ke laporan PWS-KIA. Untuk evaluasi biasanya kita rapat, tapi
gak nentu ya, sesekali aja dalam beberapa bulan. Tapi yang pasti itu
rapat akhir tahun sekalian evaluasi sama ee,,apa pembuatan
kerangka acuan, SOP.
Informan 3 Eee, monitoring berjalan lah, setiap kelas ibu hamil di monitoring,
kan disana ada fasilitator dan petugas puskesmas, nanti hasil
monitoring dibuat ke laporan, laporan PWS-KIA. Kalau evaluasi itu
gak nentu waktunya kadang ada, kadang ga ada. Tapi kalau tiap
tahun kita ada evaluasi akhir lah.
Informan 4 Kalau monitoring,,ee,,setiap kelas ibu hamil lah. Yang datang
monitoring secara langsung biasanya bidan koordinator, ibu itu
yang ke lapangan untuk liat-liat. Pelaksanaan evaluasi kalau dari
tim jarang yaa, yang pasti itu sekali setahun lah dek.
78
Matriks 14
Pernyataan Informan Mengenai Pengembangan KIH di UPT Puskesmas
Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
Informan Jawaban
Informan 1 Pengembangan kelas ibu hamil itu kita masuk ke kelas persiapan
persalinan, jadi hanya diberikan kepada, kita bikin kelas persiapan
persalinan, sasarannya adalah trimester ketiga, supaya mereka aman
bersalin, apa ya istilahnya ya, persiapan lahir batin lah untuk
persalinan gitu. Makanya bunyinya kelas persiapan persalinanni
tahun ini.
Konsepnya sama dengan kelas ibu hamil, hanya materi nya berbeda,
ya. Penambahan materi yang diberikan oleh ee,, apa
namanya,,spesialis, dokter spesialis anak dalam perawatan bayi,
atau spesialis ee,, obygn.
Informan 2 Pengembangannya, kelas persiapan persalinan,,ee,,terus inginnya
membuat ibu hamil itu mandiri lah dek, yaa punya kesadaran diri,
ga manja dan bisa ngurus kehamilannya sendiri.
Informan 3 Pengembangan, kelas persiapan persalinan, untuk trimester ketiga,
dilaksanakan di desa, itu baru tahun ini lah dilaksanakan. Eee,,
jadwalnya untuk bulan ini masih kami bikin sama kayak kelas ibu
hamil, cuman membedakannya nanti dipisah, karena kan untuk ibu
hamil trimester ketiga, jadi dipisah buat pembinaannya.
Informan 4 Iya, kita ada kelas persiapan persalinan,, tapi untuk ibu hamil
dengan usia trimester ketiga, baru tahun inilah dimulai,,biar ibu-ibu
79
hamil itu lebih mandiri lah, terutama persalinan aman, karena kan
ini udah gak ada lagi dukun ya, jadi semua nya udah bersalin ke
faskes, ada yang ke Rumah Sakit, Bidan Desa, Puskesmas, ada juga
yang ke praktik bidan mandiri. Jadwalnya masih sama kayak kelas
ibu, mungkin materi nya aja yang beda.
80