Anda di halaman 1dari 108

ANALISIS IMPLEMENTASI KELAS IBU HAMIL (KIH) DI UPT

PUSKESMAS SAMBIREJO KABUPATEN LANGKAT


TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh

NADILA LOMONGGA
NIM. 151000354

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
ANALISIS IMPLEMENTASI KELAS IBU HAMIL (KIH) DI UPT
PUSKESMAS SAMBIREJO KABUPATEN LANGKAT
TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

NADILA LOMONGGA
NIM. 151000354

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
i
Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal: 02 Oktober 2019

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : dr. Fauzi, S.K.M.


Anggota : 1. Dr. Asfriyati, S.K.M., M.Kes.
2. dr. Rusmalawaty, M.Kes.

ii
Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis

Implementasi Kelas Ibu Hamil (KIH) di UPT Puskesmas Sambirejo

Kabupaten Langkat Tahun 2018” beserta seluruh isinya adalah benar karya

saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-

cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam

daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang

dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap

etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian

karya saya ini.

Medan, Oktober 2019

Nadila Lomongga

iii
Abstrak

Upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak sebagian besar berupa konsultasi
perorangan dengan pengetahuan terbatas dan tidak ada pembinaan lintas sektor.
Mengatasi kelemahan tersebut dibentuk kelas ibu hamil yang merupakan
kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur kehamilan antar 4 s/d 36 minggu
dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dalam kehamilan,
persalinan, nifas dan perawatan bayi. Namun demikian perlu dilihat pelaksanaan
kelas ibu hamil telah sesuai dengan pedoman Kemenkes RI. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui implementasi kelas ibu hamil di UPT Puskesmas Sambirejo
Tahun 2018. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
deskriptif melalui wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam kepada 7 orang
informan yaitu Kepala Puskesmas, bidan koordinator, staff KIA, bidan desa dan
peserta kelas ibu hamil. Penetapan informan menggunakan teknik purposive.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kelas ibu hamil di UPT
Puskesmas Sambirejo belum sesuai pedoman kelas ibu hamil oleh Kemenkes RI
Tahun 2018. Hal tersebut disebabkan belum ada pelatihan untuk tim pelaksana,
keikutsertaan suami belum tercapai disebabkan pelaksanaan kelas ibu hamil
dilakukan pada hari kerja juga belum dilaksanakannya monitoring & evaluasi
khusus peserta dan fasilitator. Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten
Langkat untuk melakukan evaluasi khusus pelaksanaan kelas ibu hamil.

Kata kunci: Implementasi, kelas ibu hamil

iv
Abstract

The efforts to improve maternal and newborn health are a large personal
consultation with limited knowledge and no cross-sector coaching. Overcoming
these weakness, antenatal clasees was formed as a study group for pegnant
woman within 4 week to 36 weeks pregnancy with the aim of increasing
knowledge and skills of mothers in pregnancy, childbirth and baby care.
Therefore it is necessary to see the implementation of antenatal classes in
accordance with the guidelines of Ministry of Health. The purpose of this
research is to know the implementation of antenatal class at public health center
in Sambirejo Year 2018. This research used qualitative method with descriptive
approach through in depth interview toward seven informants, head of
Puskesmas, head of midwife, health staff of maternal and newborn health, the
village midwife, an the participants of antenatal classes. Informant are selected
by using purposive technique. The result show that the implementation of
antenatal classes has not been in accordance with the guidelines of antenatal
classes by Ministry of Health. This is cause implementation phase like there is no
training for anteatal classes team like health staff and village midwife, participant
of the husband has not been achieved because the implementation of antenatal
class held in daywork also there is no spesific monitoring & evaluaton for
partiicipants and facilitators. The recommendation for Maternal and Newborn
Health in health office Langkat to made evaluation for implementaion of
antenatal classes.

Keywords: Implementation, antenatal classes

v
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah

yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisis Implementasi Kelas Ibu Hamil (KIH) di UPT Puskesmas

Sambirejo Kabupaten Langkat Tahun 2018”. Skripsi ini adalah salah satu

syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada

kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya

kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes. selaku Ketua Departemen Administrasi &

Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

4. dr. Fauzi, S.K.M., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan

ilmu, saran dan nasihat dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Dr. Asfriyati, S.K.M., M.Kes. selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan

saran dan masukan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

vi
6. dr. Rusmalawaty, M.Kes. selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan

saran dan masukan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

7. Maya Fitria, S.K.M., M.Kes. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis selama mengikuti perkuliahan di

Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

8. Seluruh Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, terkhusus dosen-dosen

peminatan AKK dan seluruh staf FKM USU yang telah memberikan ilmu

selama penulis menjalani pendidikan di bangku kuliah.

9. Arlina Prihesti, S.K.M., selaku Kepala UPT Puskesmas Sambirejo beserta

seluruh pegawai Puskesmas yang telah banyak membantu penulis dalam

melakukan penelitian.

10. Orang tua tercinta yang selalu mendukung dan mendoakan penulis selama

penulisan skripsi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi sesuai

rencana.

11. Terkhusus untuk teman-teman selama KKN (Kuliah Kerja Nyata), PBL

(Pengalaman Belajar Lapangan) dan LKP (Latihan Kerja Peminatan) yang

terus mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Keluarga besar Genta Cakra yang selalu mendukung penulis dalam

penyelesaian skripsi ini.

13. Seluruh keluarga dan sahabat yang telah membantu, mengarahkan, dan

mendukung penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan dan kelemahan serta masih diperlukan penyempurnaannya. Hal ini

vii
tidak terlepas dari keterbatasan, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang

dimiliki penulis. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan

ilmu penegtahuan selanjutnya.

Medan, Oktober 2019

Nadila Lomongga

viii
Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 8
Tujuan Penelitian 9
Tujuan umum 9
Tujuan khusus 9
Manfaat Penelitian 9

Tinjauan Pustaka 11
Konsep Implementasi Program 11
Kehamilan 11
Konsep Pendidikan Prenatal 11
Kelas Ibu Hamil 17
Puskesmas Melaksanakan Kelas Ibu Hamil 25
Landasan Teori 25
Kerangka Berpikir 26

Metode Penelitian 28
Jenis Penelitian 28
Lokasi dan Waktu Penelitian 28
Subjek Penelitian 28
Definisi Konsep 29
Metode Pengumpulan Data 30
Metode Pengukuran 32
Metode Analisis Data 32

Hasil dan Pembahasan 34


Gambaran Umum Lokasi Penelitian 34

ix
Letak geografis dan kependudukan 34
Sumber daya manusia kesehatan 35
Sarana dan prasarana 36
Karakteristik informan 37
Input Implementasi Kelas Ibu Hamil di UPT Puskesmas Sambirejo
Kabupaten Langkat 38
Ketersediaan sumber daya 38
Tim pelaksana kelas ibu hamil 40
Keterlibatan kader 42
Sarana dan prasarana 44
Pendanaan KIH 45
Proses Implementasi Kelas Ibu Hamil di UPT Puskesmas Sambirejo
Kabupaten Langkat 47
Tahap persiapan 47
Persiapan tempat dan pelaksanan 48
Persiapan jadwal dan materi 49
Tahap pelaksanaan 51
Sosialisasi stakeholder 52
Keikutsertaan suami 54
Tahap monitoring evaluasi dan pelaporan 56
Tahap evaluasi 57
Alur pelaporan KIH 59
Pengembangan kelas ibu hamil 60
Keterbatasan Penelitian 62

Kesimpulan dan Saran 63


Kesimpulan 63
Saran 64

Daftar Pustaka 65
Lampiran 67

x
Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Jumlah Tenaga Kesehatan di UPT Puskesmas Sambirejo


Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2018 35

2 Sarana dan Prasarana Gedung Puskesmas di UPT Puskesmas


Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2018 36

3 Karateristik Informan Penelitian 37

xi
Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Kegiatan pelaksanaan KIH 23

2 Kerangka berpikir 26

xii
Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Pedoman Wawancara Mendalam 67

2 Hasil Wawancara Mendalam 71

3 Peralatan dalam Implementasi KIH 80

4 Dokumentasi Penelitian 81

5 Surat Izin Penelitian 83

6 Surat Selesai Penelitian 84

7 RPK/POA Kelas Ibu Hamil 85

8 SPT Pelaksanaan KIH 86

9 Laporan Perjalanan Dinas 92

10 Daftar Hadir Kelas Ibu Hamil 93

11 Jadwal Pelaksanan KIH 94

12 Log Book KIH 95

xiii
Daftar Istilah

AKI Angka Kematian Ibu


AKB Angka Kematian Bayi
ANC Antenatal Care
D III Diploma III
Dinkes Dinas Kesehatan
KB Keluarga Berencana
Kemenkes Kementrian Kesehatan
KIA Kesehatan Ibu dan Anak
KIH Kelas Ibu Hamil
K1 Kunjungan Pertama
K4 Kunjungan Keempat
NCT National Childbirth Trust
Poskesdes Pos Kesehatan Desa
Posyandu Pos Pelayanan Terpadu
Pustu Puskesmas Pembantu
PWS-KIA Pemantauan Wilayah Setempat- Kesehatan Ibu dan Anak
S1 Strata I
SPT Surat Perintah Tugas
SOP Standar Operasional Prosedur
UGD Unit Gawar Darurat
UKM Usaha Kesehatan Masyarakat
UPT Unit Pelaksana Teknis

xiv
Riwayat Hidup

Penulis bernama Nadila Lomongga berumur 22 tahun. Penulis lahir di

Tangerang pada tanggal 27 Februari 1997. Penulis beragama Islam, anak pertama

dari dua bersaudara dari pasangan Alm. Ismail Siregar dan Siti Chodijah

Nasution.

Pendidikan formal penulis dimulai di TK Al-Mubarok Tangerang Tahun

2002-2003. Pendidikan sekolah dasar di SD Swasta Nurul Azhar Tangerang

Tahun 2003 – 2007 lalu melanjutkan sekolah ke SDN 200515 Padang Sidempuan

Tahun 2007-2010, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Pandan Tahun

2010-2012, dan sekolah menengah atas di SMA Swasta Unggulan CT Foundation

Tahun 2012-2015. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi

S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

Medan, Oktober 2019

Nadila Lomongga

xv
Pendahuluan

Latar Belakang

Program kesehatan ibu & anak merupakan salah satu upaya kesehatan

yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,

bayi menyusui, bayi dan anak balita serta anak pra sekolah. Program KIA

bertujuan untuk mencapai kemampuan hidup sehat dan optimal serta mendukung

pemberdayaan masyarakat di bidang KIA dalam upaya mengatasi gawat darurat

terkait kehamilan dan persalinan.

Fase kehamilan merupakan fase unik yang terjadi pada setiap calon Ibu,

karena terdapat perubahan baik secara fisik (bentuk tubuh) dan emosional. Untuk

mengatasi perubahan tersebut, perawatan kehamilan sangatlah diperlukan bagi Ibu

hamil, yang di dalamnya terdapat langkah-langkah seperti merawat diri selama

kehamilan, nutrisi selama hamil, serta hal-hal yang harus dicegah dalam kondisi

hamil.

Pelayanan kesehatan ibu hamil atau sering disebut pelayanan antenatal

merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan (dokter,

perawat atau bidan) kepada ibu hamil selama masa kehamilan sesuai standar

pelayanan antenatal. Cakupan pelayanan antenatal pada ibu hamil berupa

kunjungan pertama (K1) hingga kunjungan keempat (K4). Adapun pemeriksaan

kehamilan ini sebagai salah satu upaya preventif untuk mendeteksi komplikasi

dini pada kehamilan.

WHO (World Health Organization) sendiri telah berkomitmen untuk

mendukung penerapan pedoman antenatal care di wilayah dan berbagai negara

1
2

dengan tujuan memberikan pengalaman positif bagi semua wanita hamil untuk

mengurangi kejadian komplikasi dan kasus neonatal dengan cara meningkatkan

kunjungan selama kehamilan (4 hingga 8 bulan) serta merekomendasikan

konseling diet dan nutrisi yang optimal (Maternal and Newborn Health, 2017).

Pelaksanaan pelayanan antenatal di Indonesia berupa cakupan K1 dari

5.320.550 jumlah ibu hamil sebanyak 5.076.349 Ibu hamil telah mendapatkan

pelayanan K1 atau 95,41 %. Dan untuk cakupan K4 di Indonesia sebanyak

4.554.458 Ibu hamil telah mendapat pelayanan K4 atau 85,60% (Kemenkes RI,

2018). Sedangkan untuk Sumatera Utara angka cakupan K1 di Sumut dari

340.294 dari jumlah Ibu hamil, sebanyak 309.489 Ibu hamil telah mendapatkan

pelayanan K1 atau sebesar 90,95 %. Adapun untuk cakupan K4 di Sumut

sebanyak 296.364 Ibu hamil telah mendapatkan pelayanan K4 atau sebesar 87,09

%. Angka tersebut menunjukkan bahwa pelayanan antenatal untuk kesehatan Ibu

dan anak berjalan dengan baik (Dinkes Provsu, 2018).

Upaya kesehatan ibu & anak terdiri atas : (1) pelayanan Kesehatan Ibu

Hamil, (2) pelayanan imunisasi Tetanus Toksoid wanita usia subur dan ibu hamil,

(3) pelayanan kesehatan ibu bersalin, (4) pelayanan kesehatan ibu nifas, (5)

Puskesmas melaksanakan Kelas Ibu Hamil (KIH) dan Program Perencanaan

Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (Kemenkes RI, 2018).

Adapun upaya kesehatan ibu dan anak khususnya pada pelayanan

antenatal sebagian besar masih berupa konsultasi perorangan saat ibu hamil

melakukan pemeriksaan kehamilan (K1 dan K4) di Pukesmas atau Rumah sakit

maupun dalam kegiatan posyandu. Penyuluhan perorangan memiliki kelemahan


3

berupa:

1. Pengetahuan terbatas karena ilmu yang diberikan berdasarkan pengetahuan

petugas saja.

2. Belum ada pembinaan dan pemantauan lintas sector karena rencana kerja

tidak terstuktur.

3. Penyuluhan tidak terjadwal secara tetap. (Kemenkes RI, 2018).

Mengatasi kelemahan tersebut, dirancang suatu metode pembelajaran

kelompok secara tatap muka antara ibu-ibu hamil dengan pembahasan materi

buku KIA serta tukar pengalaman antara ibu-ibu hamil dan dibantu fasilitator dari

tenaga kesehatan yang telah dilatih melalui on the job training yang disebut

kegiatan Kelas Ibu Hamil (Kemenkes RI, 2018).

Kelas Ibu Hamil termasuk ke dalam perawatan antenatal atau dalam

bahasa inggris sering disebut antenatal class atau prenatal class Kelas Ibu Hamil

merupakan kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur kehamilan antara 4

minggu s/d 36 minggu (menjelang persalinan) dengan jumlah peserta maksimal

10 orang. Kelas inimenyediakan ruang untuk diskusi, tukar pengalaman dan

belajar bersama mengenai KIA secara mendalam dan terarah serta di fasilitasi

oleh bidan/tenaga kesehatan setempat (Kemenkes RI, 2018).

Perawatan antenatal melalui kelas ibu hamil ini juga mempromosikan tujuan

dari SDGs (pembangunan berkelanjutan) yaitu pemerintah dari seluruh dunia

sepakat untuk meningkaatkan kesehatan fisik dan mental untuk memperpanjang

harapan hidup. Memberikan perawatan antenatal yang lebih baik untuk semua ibu

hamil merupakan hal yang sejalan dengan Deklarasi Alma Ata dan kerangka
4

kebijakan Eropa (Maternal and Newborn Health, 2017).

Kelas Ibu Hamil juga dilaksanakan di beberapa negara, salah satunya

negara Inggris. Di Inggris kelas ibu hamil dikenal dengan nama Antenatal Class.

Yang di buat oleh Department of Health policy melalui National Service

Framework for Children yang memperbolehkan diselenggarakannya KIH melalui

suatu lembaga yang disebut NCT (National Childbrith Trust). ((National

Childbrith Trust, 2010).

Berdasarkan studi oleh lembaga NCT Rumah Sakit Ibu di Birmingham

menunjukkan bahwa kebanyakan ibu hamil ingin menghindari prosedur medis

seperti induksi (75%), caesar (88%), dan melahirkan dengan alat bantu (91%).

Serta ingin mengetahui bagaimana cara merawat diri sendiri selama persalinan.

Selain itu 85 % para orang tua yang hadir dalam kelas ibu hamil di Rumah Sakit

Ibu di Birmingham merasa percaya diri dalam menghadapi persalinan dan

kelahiran anak mereka ((National Childbrith Trust, 2010).

Kelas Ibu Hamil pertama kali digagas di Indonesia pada tahun 2009 yaitu

dengan dikeluarkannya buku pedoman KIH oleh Departemen Kesehatan RI. Kelas

ibu hamil adalah suatu kelas yang dapat meningkatkan pengetahuan serta

keterampilan ibu hamil tentang kehamilan,persalinan, masa nifas, KB, perawatan

bayi, dan aktivitas senam hamil yang dituangkan dalam Permenkes No. 97 tahun

2014. (Kemenkes RI, 2014).

Penyelenggaraan KIH sendiri dapat dilaksanakan oleh Pemerintah melalui

Puskesmas, LSM maupun masyarakat sendiri. Puskesmas sebagai pusat kesehatan

masyarakat bertanggung jawab dalam penyelenggaraan KIH. Sedangkan


5

pemerintah kabupaten dan provinsi bertanggung jawab untuk menyiapkan tenaga

pelatih dan fasilitator KIH serta melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan

KIH (Kemenkes RI, 2018).

Kelas Ibu hamil dilaksanakan menggunakan prinsip Belajar Orang Dewasa

(BOD) dengan metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi dan praktek, curah

pendapat, penugasan dan simulasi. Pada awal pertemuan dimulai dengan

pengenalan sesama peserta dan fasilitator selanjutnya pemberian materi akan

disepakati oleh fasilitator dan peserta sesuai dengan prioritas dan kebutuhan.

Pelaksanaan KIH juga sejalan dengan angka cakupan K1 dan K4 pada ibu

hamil. Kunjungan pertama (K1) adalah pemeriksaan kehamilan pertama kali pada

ibu hamil saat usia kehamilan 0-3 bulan (trimester I). Sedangkan kunjungan (K4)

adalah pemeriksaan Ibu hamil yang ke- 4 kali selama masa kehamilan, dan

biasanya usia kandungan sudah memasuki trimester ke III (6-9 bulan.)

Pada tahun 2017 dari 9.825 puskesmas yang ada di seluruh Indonesia

sebanyak 9.212 puskesmas telah melaksanakan KIH atau 93,76 %. Jumlah ini

berarti sebanyak 93,76 % puskesmas di Indonesia telah mencapai target renstra

Kementrian Kesehatan tahun 2017 yang sebesar 84 %. Hampir seluruh provinsi

telah melaksanakan KIH, kecuali provinsi Maluku, Papua Barat, dan Papua.

Sedangkan untuk Provinsi Sumatera Utara sendiri dari 571 Puskesmas yang ada

sebanyak 560 puskesmas telah melaksanakan KIH 98,07 %.

Kabupaten Langkat merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera

Utara yang telah melaksanakan kelas ibu hamil. Pelaksanaan KIH di Kabupaten

Langkat dari 30 puskesmas seluruhnya telah melaksanakan kelas ibu hamil. Setiap
6

puskesmas memberikan laporan berupa jumlah kelas ibu hamil yang telah

dilaksanakan ke Dinkes Kabupaten Langkat selama satu tahun. Keaktifan KIH

dilihat dari jumlah setiap puskesmas melaksanakan KIH yaitu 7-8 kali selama 1

bulan (Dinkes Kabupaten Langkat, 2018).

Adapun pelayanan antenatal ibu hamil di Kabupaten Langkat dari 23.136

ibu hamil yaitu : (1) Cakupan K1 sebanyak 22.684 atau sekitar 98,05 %. (2)

Cakupan K4 di sebanyak 21.553 atau sekitar 93,16 %. (3) Cakupan persalinan

ditolong nakes di Kabupaten Langkat sebesar 20.556 atau sekitar 93,12 %. (4)

Cakupan pelayanan ibu nifas di Kabupaten Langkat sebesar 20.374 atau sekitar

92,25 %. (Dinkes Kabupaten Langkat, 2018).

Kecamatan Binjai merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten

Langkat dengan luas daerah 42,05 km2 (0,67% dari total luas Kabupaten Langkat)

dan terdapat 7 buah desa/kelurahan yaitu : Sambirejo, Sendangrejo,Tanjung Jati

Sidomulyo, Kwala Begumit,Suka Makmur dan Pardamean. Di kecamatan Binjai

terdapat hanya terdapat 1 (satu) puskesmas yaitu UPT Puskesmas Sambirejo. UPT

Puskesmas Sambirejo termasuk ke dalam puskesmas yang melaksanakan Kelas

Ibu Hamil secara aktif . Kelas Ibu Hamil di UPT Puskesmas Sambirejo di pandu

oleh masing-masing bidan desa. Di UPT Puskesmas Sambirejo sendiri, terdapat

47 orang bidan, 12 orang perawat, 2 orang tenaga kefarmasian, 6 orang tenaga

kesehatan masyarakat dan 8 orang dokter umum (Dinkes Kab. Langkat, 2018).

Kelas Ibu Hamil di Puskesmas Sambirejo telah dilaksanakan sejak tahun

2012 secara aktif bersamaan dengan kunjungan K1 dan K4 di wilayah kerja

puskesmas Sambirejo. Kelas Ibu Hamil berperan dalam peningkatan cakupan K1


7

dan K4. Pada tahun 2016 angka K1 di puskesmas Sambirejo sebanyak 91 % dan

K4 sebanyak 84 %. Pada tahun 2017 angka cakupan K1 naik menjadi 100 % dan

K4 menjadi 91,55 % (PWS-KIA Puskesmas Sambirejo, 2018).

Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan mulai November 2018 di

dapat bahwa di UPT Puskesmas Sambirejo terdapat 7 Kelas Ibu Hamil, dimana

setiap kelompok terdiri dari 8-10 orang Ibu hamil. Pelaksanaan KIH dilakukan di

balai desa ataupun tempat-tempat tertentu yang telah disepakati oleh peserta KIH.

Fasilitator dalam KIH adalah 1-2 orang bidan desa, 1 orang petugas KIA dari

puskesmas dan 1 orang Bidan koordinator. Pelaksanaan KIH di Puskesmas

Sambirejo berupa pencatatan oleh puskesmas menyiapkan daftar hadir dan SPT

(Surat Perintah Tugas) bagi fasilitator. Selain itu alat penyampaian materi berupa

lembar balik berukuran tinggi 38,5 cm, lebar 32 cm sebanyak 37 halaman.

Penyampaian materi oleh fasilitator kurang lebih selama 15 menit,

dilanjutkan dengan pemeriksaan kehamilan dan pemberian makanan tambahan

bagi ibu hamil. Pencatatan dan pelaporan KIH ke dinas kesehatan hanya berupa

jumlah kelas ibu hamil dilaksanakan selama 1 tahun. Untuk pelatihan fasilitator

KIH sendiri dilaksanakan 1 kali setahun selama 2-3 hari oleh dinas kesehatan

Kabupaten Langkat kepada 30 puskesmas yang ada di Kabupaten Langkat.

Dalam penelitian Noviati Fuada dan Budi Setyawati pada tahun 2015

tentang pelaksanaan Kelas Ibu Hamil di Indonesia dengan menggunakan analisis

SWOT menunjukkan bahwa posisi KIH berada pada kuadran III (negatif positif).

Posisi ini menandakan sebuah organisasi (KIH) yang lemah tetapi sangat

berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah ubah strategi untuk


8

menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja KIH dengan cara

promosi dan iklan melalui teknologi informasi dan mengajak stake holder untuk

terlibat pelaksanaan KIH.

Penelitian oleh Ayu Nurdian, Desmiwiarti, dan Rizanda Machmud (2015)

menunjukkan bahwa permasalahan umum dari pelaksanaan KIH di Puskesmas

Malalak adalah kurangnya partisipasi ibu hamil dalam hal kesadaran dan

kehadiran untuk mengikuti KIH karena persebaran wilayah yang sangat luas dan

kurangnya transportasi. Hal ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menekan

anggaran lain dan menambah anggaran penyediaan transportasi bagi ibu hamil.

Menurut Izzah dan Atmansyah (2011) output lain yang menjadi kekuatan

dalam program KIH di Kabupaten Bulukumba adalah peningkatan K1 dan K4 di

salah satu desa terjadi peningkatan cakupan K4 yang mencapai 100 persen setelah

dilaksanakannya kelas ibu hamil.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis berminat untuk melaksanakan

penelitian berupa Analisis Implementasi KIH di UPT Puskesmas Sambirejo

Kabupaten Langkat tahun 2018. Dimana pelaksanaan KIH sebagai salah satu

upaya preventif dalam mendeteksi komplikasi dini pada kehamilan dan

peningkatan pengetahuan ibu hamil serta berjalan sesuai dengan pedoman yang

ada, dan mengetahui hambatan serta dampak dari pelaksanaan KIH di wilayah

kerja Puskesmas.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimana Implementasi Kelas Ibu Hamil di UPT
9

Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tahun 2018.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Penelitian ini memiliki tujuan umum untuk mengetahui

implementasi KIH di UPT Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten

Langkat tahun 2018.

Tujuan khusus. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui ketersediaan sumber daya, sarana dan prasarana, serta

pendanaan dalam pelaksanaan kelas ibu hamil di UPT Puskesmas Sambirejo

Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tahun 2018.

2. Untuk menjelaskan tahapan kelas ibu hamil yang berupa tahap persiapan, tahap

pelaksanaan, dan tahap monitoring evaluasi dan pelaporan di UPT Puskesmas

Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tahun 2018.

3. Untuk mengetahui pelaksanaan kelas ibu hamil yang sesuai dengan prosedur

dan buku pedoman di UPT Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai

Kabupaten Langkat tahun 2018.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan informasi bagi

pelayanan program kesehatan ibu dan anak, tekhusus program KIH di Dinas

Kesehatan Kabupaten Langkat.


10

2. Sebagai gambaran bagi UPT Puskesmas Sambirejo mengenai program KIH

dan diharapkan dapat menjadi salah satu masukan dalam peningkatan program

KIH.

3. Sebagai sumber referensi untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai

pelaksanaan program KIH di UPT Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai

Kabupaten Langkat Tahun 2018.


Tinjauan Pustaka

Konsep Implementasi Program

Implementasi menurut KBBI adalah pelaksanaan atau penerapan. Definisi

implementasi menurut Dunn (1994 dalam Ayuningtyas 2014) adalah suatu

pelaksanaan kebijakan di waktu tertentu. Lesten dan Stewart mengartikan secara

luas bahwa implementasi berupa pelaksanaan kebijakan yang mengikutsertakan

aktor kebijakan, organisasi, untuk mendapatkan tujuan dari suatu kebijakan.

(Winarno, 2012 dalam Ayuningtyas, 2014).

Kehamilan

Kehamilan adalah suatu keadaan berupa terdapat janin di dalam rahim

seorang perempuan. Kehamilan disebabkan adanya pembuahan, yaitu bertemunya

cairan mani suami dengan sel telur istri. Setelah proses pembuahan , maka

terbentuk kehidupan baru berupa janin yang tumbuh di dalam rahim ibu sebagai

tempat berlindung yang aman dan nyaman bagi janin. Kehamilan normal

memiliki waktu dengan kisaran 280 hari (4 minggu) atau 9 bulan 7 hari dihitung

dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi atas 3 trimester yaitu : 1).

Trimester ke-1 : kehamilan hingga 12 minggu. 2). Trimester ke-2 : kehamilan 12-

24 minggu. 3). Trimester ke-3: kehamilan 24-40 minggu (Kemenkes RI, 2018).

Konsep Pendidikan Prenatal (Masa Kehamilan)

Berdasarkan pendapat Sahar dan Hapsari (dalam Rohmah, 2010)

mengemukakan bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan

pentingnya peran perawat, bahwa perawat merupakan pusat keberlangsungan

perawatan pada tingkat primer, sekunder dan tersier. Perawat seharusnya tidak

11
12

hanya bisa berperan memberi pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif, tetapi

mereka juga dituntut memberdayakan Ibu dalam usaha yang bersifat preventif.

Pengetahuan dan keterampilan Ibu dalam melakukan perawatan pada bayi baru

lahir akan membantu memfasilitasi proses pertumbuhan dan perkembangan bayi

dengan baik, sehingga angka morbiditas dan mortalitas bayi dapat diturunkan.

Pengertian pendidikan prenatal. Menurut Indriyani (2007 dalam

Rohmah, 2010) pendidikan prenatal adalah suatu proses pembelajaran yang

diberikan oleh perawat kepada Ibu selama periode kehamilan guna meningkatkan

pengetahuan Ibu dalam beradaptasi baik secara fisik maupun psikologis, sehingga

Ibu dapat melakukan transisi peran dari orang tua yang menantikan kelahiran bayi

menjadi orang tua yang bertanggung jawab atas bayi mereka yang baru lahir.

Sasaran pendidikan prenatal. Keperawatan maternitas tidak hanya

ditujukan kepada Ibu sebagai individu, tetapi berpusat pada keluarga. Hal ini

disebabkan perubahan yang terjadi selama masa kehamilan, persalinan dan masa

nifas tidak hanya dirasakan oleh Ibu, tetapi juga calon ayah dan keluarga besar.

Oleh karena itu menurut Rohmah (2010) sasaran pendidikan prenatal yaitu :

1. Ibu hamil

2. Suami/calon ayah bayi, dan

3. Keluarga

Peran serta suami/calon ayah bayi, atau anggota keluarga yang lain sangat

penting, karena keluhan fisiologis selama kehamilan,persalinan, dan masa nifas,

serta kehadiran bayi dalam keluarga membutuhkan dukungan dari orang-orang

terdekat.
13

Tujuan pendidikan prenatal. Adapun tujuan pendidikan prenatal terdiri

atas tujuan umum dan tujuan khusus , sebagai berikut :

Tujuan umum. Menurut Indriyani (2007 dalam Rohmah, 2010)

pendidikan prenatal dapat meningkatkan pengetahuan Ibu dalam mengidentifikasi

setiap perubahan selama fase kehamilan sehingga Ibu dapat memiliki perilaku

sehat dan mampu untuk melakukan transisi peran sebagai orang tua dengan cara

beradaptasi baik secara fisik dan psikologis.

Tujuan khusus. 1). Memahami perubahan fisik dan emosional selama

kehamilan,persalinan dan post partum. 2). Membantu persiapan secara fisik untuk

persalinan melalui pembelajaran dan teknik relaksasi, kenyamanan latihan nafas.

3). Memperoleh pengetahuan dan pemahaman dari esensi perawatan prenatal yang

baik. 4). Memperoleh pengetahuan dan keterampilan mengenai cara merawat diri

selama masa kehamilan, melahirkan dan masa nifas. 5). Memperoleh pengetahuan

dan keterampilan tentang perawatan bayi yang akan dilahirkan. 6). Belajar tentang

sumber daya yang tersedia di masyrakat untuk mendukung harapan Ibu. 7).

Meningkatkan hubungan kasih saying antar anggota keluarga. 8). Memfasilitasi

proses terbentuknya bonding attachment.

Manfaat pendidikan prenatal. Pendidikan prenatal dapat bermafaat bagi

: 1). Ibu, yaitu meningkatnya pengetahuan, kemampuan, dan kemandirian Ibu

dalam memberikan perawatan diri dan bayi baru lahir. 2). Suami/Ayah, yaitu

meningkatnya pendampingan suami selama masa hamil, bersalin, dan masa nifas.

3). Bayi, yaitu meningkatnya hubungan kedekatan Ibu-bayi-ayah sejak konsepsi

sampai periode kelahiran anak. 4). Institusi kesehatan yaitu: Membantu


14

mengoptimalkan program pendidikan kesehatan masyarakat. Meningkatkan usaha

memandirikan masyarakat bidang kesehatan.Meningkatkan derajat kesehatan

bayi, Ibu hamil, Ibu bersalin, dan masa nifas. Dan terdapat penurunkan angka

kesakitan dan kematian bayi (Rohmah, 2010).

Faktor-faktor pendidikan prenatal. Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi pendidikan prental, sebagai berikut:

1. Faktor Pendidikan

Pada penelitian yang dilakukan oleh Rohma (2008 dalam Rohmah, 2010),

mendapatkan fakta bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap

kemampuan Ibu melakukan perawatan pada bayi, tetapi tingkat pendidikan ini

sangat berpengaruh pada saat pemberian pendidikan prenatal.

Ibu dengan tingkat pendidikan sekolah menengah dan perguruan tinggi

ternyata tidak selamanya dapat melakukan perawatan bayi dengan baik,

namun pada tingkat pendidikan ini seorang Ibu mempunyai daya serap yang

baik saat pendidikan prenatal. Penjelasan yang diberikan dengan mudah

dipahami dan peragaan yang dilakukan juga dengan mudah diperagakan

ulang.

Pada Ibu dengan tingkat pendidikan SMP ke bawah, selain menunjukkan

banyak yang belum mampu melakukan perawatan pada bayinya dengan baik,

ia juga relative lebih lama memahami materi pendidikan prenatal yang

diberikan. Selain itu, tingkat pendidikan yang rendah ada kecendrungan lebih

memilih taat pada kebiasaan lama yang sudah dikerjakan walaupun hal

tersebut kebiasaan tidak sehat.


15

2. Faktor Umur

Setiap Ibu hamil adalah mahluk unik yang mengalami tahap perkembangan

normal pada setiap siklus hidupnya. Menurut Supartini (2004 dalam Rohmah,

2010) perubahan seseorang dari usia remaja menjadi orang dewasa muda serta

pertambahan peran menjadi seorang Ibu merupakan proses peningkatan tahap

perkembangan yang normal. Jarak usia tertentu, baik untuk menjalankan peran

pengasuhan dan mengikuti pendidikan prenatal, apabila terlalu muda atau

terlalu tua mungkin tidak dapat menjalankan peran tersebut secara optimal.

3. Faktor Paritas

Mengutip pendapat (Bobak,2005 dalam Rohmah, 2010), primipara adalah Ibu

yang telah mengalami satu kali persalinan pada masa gestasi lebih dari 20

minggu, pasangan dalam keluarga primipara cenderung berbagai persiapan

unuk menjadi orang tua yang baik sangat kuat.

Sedangkan multipara adalah Ibu yang telah mengalami persalinan dua kali

atau lebih pada masa gestasi lebih dari 20 minggu. Memiliki pengalaman

melahirkan dan merawat bayi sebelumnya akan terjadi proses kognitif

(ambilan pengetahuan) dan persepsi kompetensi (resapan kemampuan).

Prediksi tentang perilaku Ibu multipara pada dua proses dapat digunakan

untuk memahami kemungkinan Ibu dapat berpartisipasi dalam program

pendidikan prenatal.

4. Faktor Keluarga

Motif utama dalam pendidikan prenatal dengan melibatkan keluarga menurut

Bastable (2002 dalam Rohmah, 2010) adalah dalam penyelenggaraan


16

perawatan dan proses pembuatan keputusan. Perawat dalam pemberian

pendidikan prenatal bertanggung jawab untuk membantu Ibu hamil dan

keluarga memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk

perawatan Ibu dan bayi yang akan lahir.

Keterlibatan anggota keluarga di dalam proses pendidikan prenatal akan

membantu menciptakan win-win solution bagi Ibu hamil dan perawat.

Peningkatan peran keluarga dan bertambahnya pengetahuan keluarga akan

memberikan manfaat yang positif bagi Ibu hamil, bayi yang dilahirkan,

keluarga secara keseluruhan.

5. Faktor Motivasi

Motivasi menurut Bastable (2002 dalam Rohmah, 2010) adalah suatu tindakan

yang dapat diukur secara tidak langsung yang dapat menghasilkan perubahan

terhadap perilaku seseorang. Perilaku yang dapat diukur adalah kepatuhan

pada hasil dari pendidikan prenatal. Dengan adanya kepatuhan dapat

menghasilkan komitmen untuk mempertahankan program-program yang ada

pada pendidikan prenatal.

6. Faktor Ekonomi

Menurut Rohmah (2010) sosial ekonomi yang rendah memungkinkan

memiliki pandangan yang menyimpang dari pandangan profesi kesehatan.

Perawat pendidik harus menyadari akibat yang mungkin ditimbulkan oleh

status ekonomi yang rendah pada kemampuan belajar individu akibat kurang

optimalnya fungsi kognitif, prestasi akademis yang rendah, dan kerentanan

yang tinggi terhadap penyakit.


17

7. Faktor Budaya

Asuhan keperawatan pada Ibu hamil yang holistik menekankan pada

ligkungan (budaya) dan aspek-aspek keperawatan lainnya. M. Leininger

(dalam Rohmah, 2010) menerangkan terdapat tiga kategori budaya yang

memerlukan tindakan keperawatan yang berbeda. Tiga kategori tersebut

antara lain: 1) culture preservation (baik dan mendukung kesehatan), 2)

culture accommodation (tidak bertentangan dengan kesehatan), dan 3) culture

repattering (bertentangan dengan kesehatan).

Kelas Ibu Hamil

Derajat pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini masih fokus kepada

upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak, khususnya kelompok yang

paling rentan yaitu ibu hamil, bersalin dan bayi pada masa perinatal (Kemenkes

RI, 2018).

Kelas Ibu Hamil berfungsi untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan ibu hamil mengenai kehamilan, persalinan, masa nifas, KB dan

pencegahan komplikasi. Pengetahuan diperoleh dengan belajar bersama dalam

bentuk tatap muka secara kelompok. (Kemenkes RI, 2018).

Kelompok belajar ibu-ibu hamil memiliki jumlah peserta maksimal 10

orang. Di kelas ini ibu-ibu hamil akan belajar bersama, diskusi dan tukar

pengalaman tentang kesehatan ibu dan anak (KIA) secara menyeluruh dan

sistematis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal dan berkesinambungan. Kelas

ibu hamil difasilitasi oleh bidan/tenaga kesehtan dengan menggunakan paket

Kelas Ibu Hamil yaitu Buku KIA, Flip chart (lembar balik), Pedoman
18

Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil, dan Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil.

Beberapa keuntungan Kelas Ibu Hamil adalah:

1. Pemberian materi yang sesuai dengan buku pedoman KIH yang berupa

perawatan selama masa kehamilan dan sesudah melahirkan.

2. Pemberian materi dapat diberikan dengan mengundang tenaga ahli untuk

menjelaskan topik mengenai KIH.

3. Pelaksanaan KIH dilakukan secara berkelanjutan dengan mengandalkan

interaksi sesama ibu hamil saat pembahasan materi.

4. Kualitas pemberian materi dilakukan dengan evaluasi petugas kesehatan

terhadap pelaksanaan KIH. (Kemenkes RI, 2018).

Pemberi materi kelas ibu hamil adalah bidan atau tenaga kesehatan yang

telah mendapat pelatihan fasilitator Kelas Ibu hamil atau melalui on the job

training (Kemenkes RI, 2018).

Tujuan kelas ibu hamil. Adapun tujuan kelas ibu hamil berupa

peningkatan pengetahuan ibu-ibu hamil sehingga terdapat perubahan sikap dan

perilaku ibu tentang pemeriksaan kehamilan agar ibu dan janin sehat, persalinan

aman, nifas nyaman, serta perawatan bayi baru lahir agar tumbuh kembang

optimal (Kemenkes RI, 2018).

Output dalam program kelas ibu hamil ini adalah peningkatan cakupan

pelayanan antenatal yaitu K1 dan K4 serta (%) ibu hamil yang melakukan

persalinan oleh tenaga kesehatan yang pada akhirnya program ini menjadi salah

satu upaya promotif dan preventif dalam menurunkan angka kematian ibu dan

anak.
19

Sasaran kelas ibu hamil. Peserta kelas ibu hamil sebaiknya semua ibu

hamil yang ada disuatu wilayah kerja. Jumlah peserta kelas ibu hamil maksimal

sebanyak 10 orang setiap kelas. Suami/keluarga ikut minimal 1 kali pertemuan

sehingga dapat mengikuti berbagai materi penting (Kemenkes RI, 2018).

Pelaksanaan kelas ibu hamil. Penyelenggaraan kelas Ibu Hamil dapat

dilaksanakan oleh Pemerintah, Swasta LSM dan Masyarakat.

Pemberi materi dan narasumber. Pemberi Materi KIH adalah bidan atau

petugas kesehatan yang telah mendapat pelatihan KIH (atau melalui on the job

training) dan setelah itu diperbolehkan untuk melaksanakan fasilitas kelas ibu

hamil. Dalam pelaksanaan kelas ibu hamil, fasilitator dapat meminta bantuan nara

sumber untuk menyampaikan materi bidang tertentu. Nara sumber adalah tenaga

kesehatan yang mempunyai keahlian di bidang tertentu untuk mendukung kelas

ibu hamil.

Sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk

melakukan kelas ibu hamil adalah :

1. Ruang belajar untuk kapsitas 10 orang peserta kira-kira ukuran 4 m x

5m, dengan ventilasi dan pencahayaan yang cukup.

2. Alat tulis menulis ( papan tulis, kertas, spidol, balpoin) jika ada

3. Buku KIA dan Lembar Balik kelas ibu hamil

4. Buku pedoman pelaksanaan kelas ibu hamil

5. Buku pegangan fasilitator

6. Alat peraga (KB, food model, boneka, metode kangguru, dll) jika ada

7. Tikar/karpet (matras)
20

8. Bantal, kursi (jika ada)

9. CD aktivitas fisik (Kemenkes RI, 2018).

Persiapan pelaksanaan kelas ibu hamil. Hal-hal yang harus dipersiapkan

sebelum pelaksanaan kelas ibu hamil adalah :

a. Melakukan identifkasi dengan mengetahui jumlah ibu hamil dan umur

kehamilannya di wilayah kerja untuk menentukan jumlah peserta KIH

dan berapa kelas yang akan dibutuhkan.

b. Mempersiapkan tempat dan sarana pelaksanaan KIH, misalnya di

Puskesmas, Polindes, atau Balai desa.

c. Mempersiapkan materi yang akan disampaikan ,alat bantu penyuluhan

dan jadwal pelaksanaan KIH.

d. Menyiapkan tim pelaksana KIH berupa fasilitator dan narasumber (jika

diperlukan).

Tahapan pelaksanaan kelas ibu hamil. Beberapa tahapan yang

dilakukan pelaksanaan kelas ibu hamil:

1. Pelatihan bagi pelatih (TOT)

Pelatihan dipersiapkan untuk melatih para pelatih kelas ibu hamil

yang dalam hal ini adalah bidan atau petugas kesehatan. Kegiatan ini

dilakukan secara berjenjang dari tingkat provinsi ke tingkat

kabupaten/kota. Selanjutnya pelatih KIH yang telah dilatih akan

memberikan pelatihan bagi fasilitator di masing-masing wilayah kerja.

2. Pelatihan bagi fasilitator

Fasilitator KIH adalah bidan atau petugas kesehatan yang telah


21

mendapat pelatihan fasilitator oleh pelatih (TOT). Adapun fasilitator

KIH dipersiapkan untuk melaksanakan kelas ibu hamil di wilayah kerja

masing-masing. Fasilitator KIH akan diberikan buku pegangan

fasilitator untuk peningkatan kemampuan penyajian materi kelas ibu

hamil. Fasilitator juga boleh melakukan pengembangan dalam

pelaksanaan kelas ibu hamil.

3. Sosialisasi kelas ibu hamil pada tokoh agama dan tokoh masyarakat

Sosialisasi kelas ibu hamil sangat penting dilakukan sebelum

pelaksanaan kelas ibu hamil, karena melalui sosialisasi diharapkan

respon serta dukungan dari seluruh unsur masyarakat sehingga kelas ibu

hamildapat berjalan sesuai hasil yang diharapkan.

4. Pelaksanaan kelas ibu hamil

Pelaksanaan KIH berupa pertemuan tatap muka antara fasilitator

yaitu bidan/petugas kesehatan dengan peserta/ibu hamil sesuai dengan

kesepakatan dan jadwal yang sesuai.

5. Monitoring, evaluasi dan pelaporan

Monitoring dilakukan untuk melihat perkembangan dan pencapaian,

serta masalah dalam pelaksanaan kelas ibu hamil. Hal-hal yang perlu di

monitoring yaitu :

a. Peserta (keadaan dan minat, kehadiran, dan keaktifan bertanya)

b. Sarana dan prasarana (waktu dan tempat)

c. Fasilitator (persiapan, penyampaian materi, penggunaan alat

bantu, membangun suasana belajar aktif)


22

d. Waktu pelaksanaan (mulai tepat waktu)

Evaluasi berfungsi untuk melihat dampak postif dan negatif

kegiatan kelas ibu hamil. Hasil evaluasi nantinya dapat menjadi acuan

dalam pembelajaran serta perbaikan untuk kegiatan kelas ibu hamil

selanjutnya. Adapun evaluasi program dilakukan oleh pelaksana (bidan

koordinator/ bidan) setiap kelas ibu hamil berakhir. Untuk tingkat

Kabupaten/Kota dan Provinsi, evaluasi bisa dilakukan secara bersama-

sama.

Pelaporan kelas ibu hamil yang berupa proses berjalannya KIH

akan dilaporkan dalam bentuk dokumen sebagai bahan ataupun

informasi untuk pembelajaran selanjutnya. Pelaporan ini disusun setelah

selesai melaksanakan KIH. Adapun isi laporan mengenai: 1) Waktu

pelaksanaan, 2) Jumlah peserta, 3) Proses pertemuan, 4) Masalah dan

capaian pelaksanaan, 5) Hasil evaluasi pelaporan. Pelaporan dilakukan

secara berkala dan berjenjang dari bidan/tenaga kesehatan pelaksana

KIH ke Puskesmas – Dinas Kesehatan Kabupaten Dinas Kesehatan

Provinsi Kementrian Kesehatan (Kemenkes RI, 2018). Skema Kegiatan

Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil :


23

Gambar 1. Kegiatan pelaksanaan KIH

Kegiatan pelaksanaan kelas ibu hamil. Kelas ibu hamil dilakukan

minimal 4 kali pertemuan selama hamil atau sesuai dengan hasil kesepakatan

penyelenggara dengan peserta. Waktu pertemuan disesuaikan dengan kesiapan

ibu-ibu, bisa dilakukan pada pagi atau sore hari dengan lama waktu pertemuan

120 menit termasuk senam hamil 15-20 menit.

Dalam pelaksanaan kelas ibu hamil, aktivitas fisik ibu hamil dilakukan

bagi ibu hamil dengan umur kehamilan < 20 minggu, sedangkan kegiatan senam

hamil dapat dilakukan bagi ibu hamil dengan umur kehamilan 20-32 minggu

dapat mengikuti senam ibu hamil (Kemenkes RI, 2018).

Proses pertemuan kelas ibu hamil dan materi yang disampaikan sesuai

dengan kesepakatan. Adapun contoh penyajian materi pada kelas ibu hamil yaitu:

1). Pemeriksaan kehamilan agar ibu dan janin sehat, 2) persalinan aman, nifas

nyaman, ibu selamat dan bayi sehat, 3) pencegahan penyakit, komplikasi


24

kehamilan, persalinan dan nifas agar ibu dan bayi sehat, 4) perawatan bayi baru

lahir agar tumbuh kembang optimal, 5) aktivitas fisik seperti senam hamil

(Kemenkes RI, 2018).

Fungsi dan peran (provinsi, kabupaten dan puskesmas). Pelaksanaan

kelas ibu hamil dikembangkan sesuai dengan fungsi dan peran pada masing-

masing level yaitu, Provinsi, Kabupaten dan Puskesmas (Kemenkes RI, 2018).

Provinsi. Pada tingkat provinsi :

1. Menyiapkan tenaga pelatih

2. Mendukung pelaksanaan kelas ibu hamil (sarana dan prasarana)

3. Monitoring dan evaluasi.

Kabupaten. Pada tingkat kabupaten :

1. Menyiapkan tenaga fasillitator kelas ibu hamil

2. Bertanggung jawab atas terlaksananya kelas ibu hamil (dana,sarana

dan prasarana)

3. Monitoring dan evaluasi.

Puskesmas. Pada tingkat puskesmas :

1. Kepala Puskesmas sebagai penanggungjawab dan mengkoordinir

pelaksanaan kelas ibu hamil di wilayah kerjanya.

2. Bidan/tenaga kesehatan bertanggung jawab dalam pelakanaan

kelas, ibu hamil (identifikasi calon peserta, koordinasi dengan

stake holder, fasilitas pertemuan, monitoring, evaluasi dan

pelaporan).
25

Puskesmas Melaksanakan Kelas Ibu Hamil

Puskesmas. Definisi Puskesmas sebagaimana yang tertuang dalam

Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2014 adalah pusat pelayanan kesehatan sebagai

penyelenggara upaya kesehatan masyarakat secara promotive dan preventif di

tingkat pertama dengan tujuan mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya.

Upaya kesehatan di puskesmas terbagi atas dua yaitu upaya kesehatan

esensial dan pengembangan. Yang termasuk kedalam upaya kesehatan tersebut

adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat yang berupa penggerakan kelompok

masyarakat untuk ikut dalam kegiatan puskesmas.

Kelas Ibu Hamil merupakan salah satu pemberdayaan masyarakat dimana

partisipasi aktif masyarakat terutama kaum ibu sangat diperlukan dalam mencapai

derajat kesehatan yang optimal. Hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri

Kesehatan RI Nomor 97 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa kelas ibu hamil

sebagai salah satu peran masyarakat dengan maksud memenuhi hak ibu-ibu hamil

agar memperoleh pelayanan antenatal sehingga ibu mampu menjalani masa

kehamilan dan bayi lahir selamat dan berkualitas.

Berdasarkan studi oleh lembaga NCT Rumah Sakit Ibu di Birmingham

menunjukkan bahwa kebanyakan ibu hamil ingin menghindari prosedur medis

seperti induksi (75%), caesar (88%), dan melahirkan dengan alat bantu (91%).

Serta ingin mengetahui bagaimana cara merawat diri sendiri selama persalinan.

Selain itu 85 % para orang tua yang hadir dalam kelas ibu hamil di Rumah Sakit

Ibu di Birmingham merasa percaya diri dalam menghadapi persalinan dan


26

kelahiran anak mereka ((National Childbrith Trust, 2010).

Kerangka Berpikir

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, maka kerangka

berpikir dalam penelitian ini adalah :

Proses
Masukan (input)
Pelaksanaan Kelas
Pelaksanaan Kelas
Ibu Hamil
Ibu Hamil Keluaran
-Tahap Persiapan
(Output)
-Tahap
-Tenaga
Pelaksanaan
Kesehatan Pelaksanaan Kelas
-Tahap
-Sarana dan Ibu Hamil
Monitoring,
Prasarana
Evaluasi dan
- Pendanaan
Pelaporan

Gambar2. Kerangka berpikir

Kerangka pikir diatas menggambarkan tentang pelaksanaan kelas ibu

hamil di Puskesmas yang dilakukan oleh tim pelaksana kelas ibu hamil yaitu

Kepala Puskesmas, bidan koordinator, staff KIA dan bidan desa dalam tahap-

tahap pelaksanaan KIH, menentukan tempat sampai dengan proses pelaksanaan

KIH. Dengan pendekatan sistem yang menjadi variabel penelitian :

1. Input. Berupa ketersediaan SDM atau tenaga kesehatan pelaksana kelas

ibu hamil yang terdiri dari Kepala Pukesmas sebagai koordinator,

bidan koodinator, staff KIA, dan bidan desa sebagai pelaksana KIH di

lapangan. Ketersediaan sarana dan prasarana di Puskesmas yaitu

peralatan kesehatan yang menunjang pelaksanaan KIH. Serta

ketersediaan dana dalam pelaksanaankelas ibu hamil.


27

2. Proses. Berupa tahap-tahap pelaksanaan kelas ibu hamil dimulai dari

tahap persiapan yang dilaksanakan sebelum melakukan kelas ibu

hamil, tahap pelaksanaan yaitu proses yang dilakukan saat kelas ibu

hamil sedang berlangsung, serta tahap monitoring, evaluasi, dan

pelaporan berupa proses pengawasan kelas ibu hamil untuk

mengetahui perkembangan dalam pelaksanaan KIH.

3. Output. Berupa pelaksanaan kelas ibu hamil yang sesuai prosedur dan

buku pedoman.
Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini berupa penelitian deskriptif kualitatif. Metode penelitian

kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan,

menggambarkan,dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial

yang tidak dapat dijelaskan,diukur,atau digambarkan melalui pendekatan

kuantitatif (Saryono dan Mekar, 2010).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sambirejo

Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat. Puskesmas ini merupakan salah satu

puskesmas yang melaksanakan KIH secara aktif.

Waktu penelitian. Penelitian ini dimulai dari November 2018 sampai

dengan selesai.

Subjek Penelitian

Penentuan informan berdasarkan metode purposive sampling. Menurut

Burns and Grove (1999 dikutip oleh Saryono dan Mekar, 2010), metode purposif

adalah metode pemilihan partisipan dalam suatu penelitian dengan menentukan

terlebih dahulu kriteria yang akan dimasukkan dalam penelitian, dimana

partisipan yang diambil dapat memberikan informasi yang berharga bagi

penelitian.

Adapun informan dalam penelitian ini merupakan pihak-pihak yang terkait

dalam pelaksanaan KIH di Puskesmas Sambirejo, terdiri dari atas:

a) Kepala UPT Puskesmas Sambirejo

28
29

b) Bidan Koordinator KIA UPT Puskesmas Sambirejo.

c) Staff bagian KIA yang menangani KIH di UPT Puskesmas Sambirejo.

d) Bidan desa yang menjadi fasilitator dalam pelaksanaan KIH di UPT

Puskesmas Sambirejo

e) Peserta KIH di UPT Puskesmas Sambirejo.

Definisi Konsep

Definisi konsep dari penelitian ini :

a. Unsur masukan (input) adalah suatu hal yang dibutuhkan dalam pelaksanaan

kelas ibu hamil. Dalam penelitian ini unsur masukannya adalah ketersediaan

SDM/ tenaga kesehatan, ketersediaan sarana dan prasarana, dan ketersediaan

dana.

b. Sumber daya manusia kesehatan adalah tenaga kesehatan di Pusksmas

Sambirejo yang melaksanakan kelas ibu hamil di wilayah kerja puskesmas.

Dalam hal ini adalah Kepala Puskesmas, bidan koordinator, petugas KIA, dan

bidan desa.

c. Sarana dan Prasarana dalam pelaksanaan kelas ibu hamil adalah alat-alat dan

tempat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kelas ibu hamil.

d. Ketersediaan Dana adalah dana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kelas ibu

hamil.

e. Unsur poses adalah segala tindakan yang dilakukan dalam proses kelas ibu

hamil yang berupa tahapan persiapan, pelaksanaan dan monitoring, evaluasi

serta pelaporan.
30

f. Tahap persiapan adalah suatu proses yang dilakukan sebelum melaksanakan

kelas ibu hamil di UPT Puskesmas Sambirejo.

g. Tahap pelaksanaan adalah suatu tindakan pelaksanaan kelas ibu hamil yang

dilakukan saat kelas ibu hamil berlangsung serta dilaksanakan secara berkala

di UPT Puskesmas Sambirejo.

h. Tahap monitoring, evaluasi dan pelaporan adalah suatu proses

pengawasan,evaluasi, dan pelaporan oleh Kepala Puskesmas selaku

koordinator ke Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan KIH dengan memantau

perkembangan dan dampak pelaksanaan kelas ibu hamil secara berkala.

i. Unsur keluaran adalah hasil akhir dari kegiatan pelaksanaan kelas ibu hamil

berupa pelaksanaan kelas ibu hamil sesuai prosedur dan buku pedoman.

j. Pelaksanaan kelas ibu hamil yang sesuai dengan prosedur dan buku pedoman

yaitu pelaksanaan kelas ibu hamil berdasarkan prosedur dan buku pedoman

kelas ibu hamil yang telah dikeluarkan oleh Kemenkes RI dan diberikan

langsung ke Puskesmas.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan cara pengumpulan data

primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dengan

melakukan wawancara mendalam (indepth interview) kepada informan dengan

menggunakan alat perekam suara (kamera ataupun hp) dan daftar pertanyaan

wawancara (Saryono dan Mekar, 2010).

Data sekunder didapat dengan mengumpulkan data dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Langkat, Profil Puskesmas Sambirejo, studi kepustakaan serta


31

penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian. Selain itu dilakukan telaah

dokumen untuk membandingkan hasil wawancara dengan data- data seperti data

cakupan K1 dan K4 dan data lainnya yang terkait dengan program kelas ibu

hamil.

Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu:

1. Dokumentasi. Merupakan fakta-fakta dan data yang tersimpan didalam bahan

yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah

berbentuk surat-surat, buku, catatan harian, dukumen pemerintah ataupun

swasta, laporan, artefak, foto, data dari flashdisk dan sebagainya (Saryono dan

Mekar, 2010).

2. Wawancara mendalam. Cara mengumpulkan data melalui wawancara,

menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan terbuka, dan

sebagian besar berbasis pada interaksi antara 1 pewawancara dengan 1

responden (Saryono dan Mekar, 2010). Dalam penelitian ini wawancara

ditujukan kepada Kepala UPT Puskesmas Sambirejo, Bidan koordinator,

petugas KIA, Bidan desa, dan peserta kelas ibu hamil.

3. Observasi. Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah

ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa,

waktu, dan perasaan. Alasan peneliti untuk melakukan observasi adalah untuk

menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk membantu

mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran

terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap aspek tersebut

(Saryono dan Mekar, 2010).


32

Metode Pengukuran

Metode pengukuran yang diguakan pada penelitian kualitatif ini adalah

triangulasi. Triangulasi digunakan sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data itu (Saryono dan Mekar, 2010).

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber

yaitu melalui wawancara mendalam (in depth interview) dengan informan yang

ada dalam penelitian.

Adapun triangulasi sumber meliputi:

a. Cross-check data dengan fakta dari sumber lainnya. Sumber tersebut dapat

berupa informan yang berbeda, teknik riset yang berbeda untuk menggali

topik yang sama, atau hasil dari sumber lainnya dan dari studi riset yang sama.

Datanya harus memperkuat atau tidak ada kontradiksi.

b. Membandingkan dan melakukan kontras data. Dapat dilakukan pada

rancangan penelitian dengan memasukkan kategori informan yang berbeda

c. Menggunakan kelompok informan yang sangat berbeda semaksimal mungkin.

Selain itu, umpan balik dari informan sangat berguna untuk kualitas data

dan kesimpulan dari penelitian (Sumantri, 2011).

Metode Analisis Data

Analisis data meurut Miles dan Huberman (1984:21-23 dalam Emzir,

2010) terdapat tiga macam kegiatan dalam analisis data kualitatif yaitu:

1. Reduksi data. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam,

memilih, memokuskan, membuang, dan menyusun data dalam suatu cara


33

dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan. Data

kualitatif dapat direduksi dan ditransformasikan dalam banyak cara, yaitu:

melalui seleksi halus, melalui rangkuman atau parafrase menjadikannya

bagian dalam suatu pola yang besar dan seterusnya.

2. Data display. Data display merupakan suatu kumpulan informasi yang

tersusun yang membolehkan pendeskripsian kesimpulan dalam pengambilan

tindakan. Bentuk yang paling sering dari model data kualitatif selama ini

adalah teks naratif. Serta penyajian data dengan merancang matriks yang

berupa baris dan kolom.

3. Penarikan kesimpulan/ verifikasi. Langkah ketiga dalam analisis data

kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan

verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan yang

berupa deskripsi atau gambaran umum suatu obyek penelitian. Secara singkat

makna atau maksud penelitian akan muncul dari data yang telah teruji

kepercayaan, kekuatan dan validitasnya.


Hasil dan Pembahasan

Gambaran Lokasi Penelitian

Gambaran umum lokasi penelitian. Puskesmas Sambirejo merupakan

Puskesmas yang terletak di Kecamatan Binjai kabupaten Langkat dengan luas

wilayah 42,05 km2 dan terletak lebih kurang 28 meter dari permukaan laut dengan

batas-batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Stabat

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kota

Binjai

3. Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Binjai

4. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Selesai.

Secara administrasi kecamatan Binjai terbagi atas 7 desa dan 1 kelurahan

yaitu desa Sambirejo, Suka Makmur, Sendangrejo, Sidomulyo, Tanjung Jati,

Kw.Begumit, dan Perdamean. Puskesmas Sambirejo merupakan puskesmas non

perawatan yang hanya melakukan pelayanan kesehatan rawat jalan. Puskesmas

Sambirejo secara aktif melaksanakan kelas ibu hamil sejak tahun 2013.

Peningkatan cakupan pelayanan kesehatan dibantu dengan adanya sarana

upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang meliputi Pos Kesehatan Desa

(Poskesdes), Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Pos Pelayanan Terpadu

(Posyandu). Berdasarkan data puskesmas Sambirejo pada tahun 2017 terdapat 7

buah Poskesdes dan 44 buah Posyandu. Sarana upaya kesehatan tersebut dapat

membantu dalam pelayanan KIA, khususnya dalam pelaksanaan kelas ibu hamil.

Letak geografis dan kependudukan. Puskesmas Sambirejo merupakan

puskesmas non perawatan yang terletak di kecamatan Binjai dengan jarak ke

34
35

kabupaten Langkat sejauh ± 23 km. Kecamatan Binjai merupakan daerah

perkotaan di kabupaten Langkat bersamaan dengan kecamatan Stabat. Kepadatan

penduduk di kecamatan Binjai sebesar 1.066,11 jiwa/km2 dan setiap desa

memiliki tingkat kepadatan yang berbeda-beda, sehingga dapat menimbulkan

masalah kesehatan jika tidak dilakukan intervensi. Adapun jumlah penduduk di

wilayah kerja Puskesmas Sambirejo pada tahun 2017 sebanyak 44.830 jiwa dan

11.018 KK yang tersebar di 6 desa dan 1 kelurahan (kelurahan Kwala Begumit).

Mata pencaharian warga di kecamatan Binjai yaitu Petani, Kuli Bangunan,

Pegawai dan sebagian merantau.

Sumber daya manusia kesehatan. Puskesmas Sambirejo dipimpin oleh

seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat. Sumber daya kesehatan di Puskesmas

Sambirejo terbagi atas tenaga kesehatan untuk pelayanan di Puskesmas dan tenaga

kesehatan untuk UKM (Usaha Kesehatan Masyarakat) yang memberikan

pelayanan di luar Puskesmas melalui program-program Puskesmas.

Berdasarkan data yang diperoleh di Puskesmas Sambirejo mengenai

tenaga kesehatan dirincikan pada tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1

Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten


Langkat Tahun 2017

Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah


Dokter Umum 8 orang
Dokter Gigi 2 orang
Tenaga Kesehatan Masyarakat 5 orang
Tenaga Kesehatan Lingkungan 1 orang
Tenaga Gizi 2 orang
Bidan 47 orang
Perawat 12 orang
Tenaga Farmasi 2 orang
Tenaga Analis Lab 1 orang
Jumlah 80 orang
36

Bedasarkan tabel di atas didapat bahwa jumlah tenaga kesehatan di

Puskesmas Sambirejo sebanyak 80 orang dengan rincian dokter umum 8 orang,

dokter gigi 2 orang, tenaga kesehatan masyarakat 5 orang, tenaga kesehatan

lingkungan 1 orang, tenaga gizi 2 orang, bidan 47 orang, perawat 12 orang, tenaga

farmasi 2 orang, dan tenaga analis lab 1 orang. Ketersediaan tenaga kesehatan di

Puskesmas Sambirejo untuk pelaksanaan kelas ibu hamil sudah mencukupi karena

jumlah bidan (sudah termasuk bidan desa) sebanyak 47 orang yang tersebar dalam

7 desa dan 1 kelurahan. Adapun ketersediaan dokter umum di Puskesmas

Sambirejo memiliki peran dalam melayani pengobatan pasien yang berobat ke

Puskesmas.

Sarana dan prasarana. Adapun sarana dan prasarana gedung di

Puskesmas Sambirejo dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2

Sarana dan Prasarana di Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten


Langkat Tahun 2017

Fasilitas Jumlah
Ruang Unit Gawat Darurat 1 buah
Ruang Poli KIA 1 buah
Ruang Bersalin dan Nifas 1 buah
Ruang Kesehatan Gigi dan Mulut 1 buah
Kamar Obat 1 buah
Kamar MTBS 1 buah
Poli Umum 1 buah
Ruang Akreditasi 1 buah
Ruang UKM pengembangan 1 buah
Laboratorium 1 buah
Ambulans 1 buah

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana gedung

puskesmas Sambirejo pada tahun 2017 terbagi atas dua lantai, lantai pertama
37

terdiri dari : Ruangan unit gawat darurat, poli KIA, ruangan bersalin dan nifas,

ruang kesehatan gigi dan mulut, kamar obat, kamar mtbs, laboratorium dan poli

umum. Sedangkan untuk lantai kedua puskesmas terdiri atas: ruang ukm

pengembangan (pelaksanaan program KIA di lapangan) dan ruang akreditasi.

Transportasi di Puskesmas Sambirejo, terdapat 1 buah ambulans dan kendaraan

dinas.

Karateristik informan. Pemilihan informan berdasarkan metode

purposive sampling dimana pemilihan informan dalam suatu penelitian ditentukan

kriteria yang akan dimasukkan dalam penelitian serta dapat memberikan

informasi yang berharga bagi penelitian. Adapun informan dalam penelitian ini

dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3

Karateristik Informan Penelitian

Informan Nama Jabatan Pendidikan Umur


Informan 1 Arlina Kepala S1 Kesehatan 47 Tahun
Prihhesti, Puskesmas Masyarakat
SKM
Informan 2 Sarbaiah, Bidan DIII 47 Tahun
Amd.Keb. Koordinator Kebidanan
Informan 3 Suryawati Staff KIA DIII 42 Tahun
Amd.Keb Puskesmas Kebidanan
Informan 4 Jufiana Bidan Desa DIII 39 Tahun
Amd.Keb Kebidanan
Informan 5 Ema Peserta SMP 24 Tahun
KIH
Informan 6 Siti Peserta SMA 22 Tahun
Zalillah KIH
Informan 7 Indah Peserta SMP 35 Tahun
KIH

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa jumlah informan dalam penelitian ini

terdiri atas 7 orang, yaitu Kepala Puskesmas Sambirejo, Bidan Koordinator Staff
38

KIA Puskesmas, Bidan Desa dan ibu hamil yang menjadi peserta kelas ibu

hamil.Tingkat pendidikan informan beragam dari SMP, SMA, DIII, dan S1.

Untuk umur informan berkisar antara 22 – 47 Tahun.

Input Implementasi Kelas Ibu Hamil di Puskesmas Sambirejo Kecamatan


Binjai Kabupaten Langkat

Ketersediaan sumber daya. Tenaga kesehatan dalam pelaksanaan ibu

hamil adalah bidan dan staff KIA puskesmas yang membentuk tim kelas ibu hamil

pada setiap pertemuan. Adapun tim kelas ibu hamil terdiri atas bidan koordinator,

bidan desa, dan staff KIA puskesmas yang juga memiliki belakang pendidikan

bidan. Pernyataan informan mengenai ketersediaan sumber daya manusia pada

implementasi kelas ibu hamil di Puskesmas Sambirejo ialah sebagai berikut:

"semuanya, semuanya mendukung deh, kalau secara sektoral dinas


kesehatan mendukung jelas ya,, kemudian dari program lain kan
banyak juga kita. Kalau bidan ga ada masalah, kita jumlah bidan ga
masalah, pelatihan sekali-sekali, emm kalau kalian kan mikirnya
pelatihan itu satu dua hari yaa, tapi ini hanya semacam diseminası
pertemuan-pertemuan biasa, berkala, setahun bisa empat kali yang
diutus bikor" (Informan 1).

"Pelatihan bidan dari dinas, biasanya.,ee satu sampai empat kali


setahun lah, saya yang diutus sebagai bikor" (Informan 2).

Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa ada petugas yang telah

dilatih untuk menjadi fasilitator kelas ibu hamil di Dinas Kesehatan Kabupaten

Langkat yaitu satu orang bidan koordinator sehingga bikor yang sudah dilatih

dapat menjadi fasilitator kelas ibu hamil di Puskesmas dengan cara membentuk

tim-tim pelaksana kelas ibu hamil di wilayah kerja puskesmas.

Menurut Kemenkes RI (2018), dalam implementasi kelas ibu hamil,

Puskesmas harus memiliki fasilitator yang dalam hal ini fasilitator adalah bidan
39

atau petugas kesehatan yang telah mendapat pelatihan dan setelah itu

diperbolehkan untuk melaksanakan fasilitasi kelas ibu hamil. Bagi bidan atau

petugas kesehatan ini, boleh melaksanakan pengembangan kelas ibu hamil di

wilayah kerja nya. Adapun pelatihan fasilitator di masing-masing Puskesmas

dilaksanakan oleh Kabupaten yang dalam hal ini yaitu Dinas Kesehatan

Kabupaten.

Berdasarkan hasil wawancara dengan seluruh informan diperoleh bahwa

jumlah bidan untuk pelaksana kelas ibu hamil sudah mencukupi. Adapun yang

diutus untuk mengikuti pelatihan fasilitator adalah bidan koordinator dan

pelatihan dilaksanakan satu sampai empat kali dalam satu tahun. Untuk keadaan

saat ini jumlah bidan di Puskesmas Sambirejo sebanyak 47 orang sudah termasuk

bidan desa. Adapun untuk pelatihan bidan hanya berupa pertemuan-pertemuan

atau diseminasi biasa yang dilaksanakan oleh Dinas Kabupaten Langkat

Pelaksanaan pelatihan ini belum dilakukan dengan on the job training sesuai

dengan pedoman kelas ibu hamil oleh Kemenkes RI (2018) yang menyatakan

fasilitator kelas ibu hamil adalah bidan atau tenaga kesehatan yang telah mendapat

pelatihan melalui on the job training.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Nurdian dkk (2015) dimana pelatihan

fasilitator tidak dilakukan dengan on the job training melainkan hanya sosialisasi

oleh Dinas Kesehatan Agam kepada tenaga kesehatan. Menurut Fuada dan

Setyawati (2015) salah satu strategi dalam keberhasilan pelaksanaan kelas ibu

hamil yaitu dengan memberikan pelatihan secara terus-menerus kepada Bidan dan

pelatihan harus didasarkan atas evaluasi pelaksanaan pelatihan maupun


40

pelaksanaan KIH sendiri.

Adapun hasil telaah dokumen pelaksanaan KIH di Puskesmas Sambirejo

terdapat tiga orang petugas kesehatan yang melaksanakan kelas ibu hamil di tiap-

tiap desa. Latar belakang pendidikan fasiltator adalah D3 (Diploma III) akademi

kebidanan. Ketiga orang petugas tersebut terdiri atas satu orang bidan desa dan

dua orang bidan dari puskesmas. Setiap bidan bertugas untuk satu desa tiap

bulannya, sehingga kerja bidan tidak merangkap dari satu desa ke desa lainnya.

Adapun jadwal bidan di setiap desa diatur oleh staff KIA pelaksana kelas ibu

hamil, lalu ditanda tangani oleh Kepala Puskesmas dan Bidan Koordinator untuk

dilaksanakan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan ketentuan Kemenkes RI (2018) yang

menyatakan bahwa salah satu indikator input keberhasilan dalam pelaksanaan

kelas ibu hamil adalah petugas kesehatan sebagai fasilitator kelas ibu hamil, dan

Puskesmas Sambirejo sudah mencapai hal tersebut karena fasilitator kelas ibu

hamil merupakan tenaga kesehatan, dalam hal ini adalah Bidan

Tim pelaksana kelas ibu hamil. Kelas Ibu Hamil memiliki tim pelaksana

pada setiap pertemuan yang dilakukan seperti siapa saja fasilitator dan narasumber

jika diperlukan. Pernyataan informan mengenai tim pelaksana kelas ibu hamil

ialah sebagai berikut:

"Pertama bentuk tim, tim nya itu bidan desa, petugas puskesmas,tiap
pelaksanaan kelas ada tim nya setiap bulan" (Informan 2).

Dia setiap bulannya ada nama-nama timnya, ada 3 orang, ada


bidan desa, ada petugas puskesmasnya" (Informan 3).

Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa kelas ibu hamil


41

memiliki tim pelaksana terdiri atas bidan desa dan petugas puskesmas. Setiap tim

terdiri atas tiga orang yaitu bidan desa dan petugas puskesmas yang bertugas di

masing-masing desa setiap bulannya.

Menurut Kemenkes RI (2018) pembentukan tim pelaksana kelas ibu hamil

diperlukan saat persiapan pelaksanaan kelas ibu hamil untuk menentukan

fasilitator dan narasumber jika diperlukan. Adapun tahapan sebelum membentuk

tim pelaksana yaitu pemilihan materi sesuai kebutuhan masyarakat dan tempat,

pertemuan persiapan untuk membentuk tim lalu pembentukan tim pelaksana Tim

pelaksana juga melakukan sosialisasi kelas ibu hamil ke masyarakat.

Hasil penelitian mengenai tim pelaksana kelas ibu hamil yaitu tim

pelaksana bertugas melaksanakan kelas ibu hamil di setiap desa dan melaporkan

hasil pelaksanaan kepada Bidan koordinator dan Kepala Puskesmas selaku

penanggungjawab kelas ibu hamil. Pembagian tim pelaksana kelas ibu hamil di

setiap desa diketahui oleh Kepala Puskesmas dan Bidan Koordinator untuk

dilaksanakan Adapun peran Kepala Puskesmas dalam hal ini hal ini sejalan

dengan penelitian Rafidah (2016) bahwa Kepala Puskesmas sebagai pelindung

pengarah, pemberi kebijakan, memantau, dan berkoordinasi dengan fasilitator,

dimana fasilitator bertugas sebagai pembuat program.

Berdasarkan hasil telaah dokumen pelaksana KIH di Puskesmas Sambirejo

ditemukan bahwa nama-nama tim pelaksana kelas ibu hamil di masing-masing

desa tertulis pada POA Kelas Ibu. Setiap tim melaksanakan kelas ibu hamil dua

sampai tiga kali dalam sebulan di setiap desa sesuai tanggal yang telah ada di

POA Kelas Ibu. Namun untuk jadwal pelaksanaan sendiri dapat berubah-ubah
42

sesuai kesepakatan antara fasilitator dengan peserta kelas ibu hamil.

Berdasarkan hasil observasi mengenai tim pelaksana kelas ibu hamil

didapat bahwa belum ada struktur kerja tim dan pembagian tugas yang jelas,

hanya berupa nama-nama anggota tim dan jadwal pelaksanaan. Menurut Arifin

(2014) dikatakan bahwa program kelas ibu hamil di Kota Banjarbaru belum

terdapat struktur tim kerja. Hal ini sejalan dengan penelitian Fuada dan Setyawati

(2015) menyatakan yang termasuk kelemahan dalam pelaksanaan kelas ibu hamil

yaitu tidak ada tim pengajar, struktur tim tidak jelas, koordinasi antar tim kurang,

dan belum ada struktur tim kerja.

Struktur kerja tim dan pembagian tugas dalam pelaksanaan kelas ibu hamil

sangat diperlukan, dimana keberadaan tim pelaksana sebagai suatu organisasi

tentunya memerlukan struktur dan pembagian tugas masing-masing anggota.

Dengan adanya organisasi tim pelaksana kelas ibu hamil dapat memudahkan

pelaksanaan kelas ibu hamil, serta membantu dalam proses monitoring dan

evaluasi KIH untuk dilaksanakan secara berjenjang.

Keterlibatan kader. Pernyataan informan mengenai keterlibatan kader

dalam pelaksanaan kelas ibu hamil di Puskesmas Sambirejo Kabupaten Langkat

ialah sebagai berikut:

" Kader ada di setiap dusun, kayak di desa Suka Makmur ini kan
ada 7 dusun jadi ada 7 kader, niu kader nya tadi wa, nanya, kak hari
in ada kelas ibu hamil ya?, karena biasanya kader yang ngajak-
ngajak ibu hamil. Kalau ada ibu-ibu yang gak dateng kita home visit
kerumahnya,kita datengin, "(Informan 4).

“Kader ada, ibu-ibu yang ajak ikut kelas ibu hamil, kadang diajakin
kalau ga datang ditanyain.” (Informan 5).

Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui di Puskesmas Sambirejo


43

terdapat kader yang terlibat dalam pelaksanaan kelas ibu hamil. Kader sebagai

mitra bidan desa bertugas untuk mengajak ibu-ibu hamil untuk mengikuti kelas

ibu hamil. Kader tersebar di setiap desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas

Sambirejo, jumlah kader di setiap desa disesuaikan dengan jumlah dusun Sebagai

contoh di salah satu desa di wilayah kerja Puskesmas Sambirejo yaitu desa Suka

Makmur terdapat 7 orang kader karena desa tersebut terdiri atas 7 buah dusun.

Menurut pernyataan peserta kelas ibu hamil, kader berperan dalam mengajak ibu-

ibu hamil untuk mengikuti KIH.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap seluruh informan, kader yang

tersebar disetiap dusun di wilayah kerja Puskesmas ikut serta untuk mengajak ibu-

ibu hamil untuk mengikuti kelas ibu hamil, kader yang terlibat ini merupakan

kader posyandu, dikarenakan pada setiap desa di wilayah kerja Puskesmas

Sambirejo belum memiliki kader ibu hamil. Jadi dapat dikatakan bahwa kader

posyandu merangkap menjadi kader yang membantu ibu-ibu hamil untuk ikut

kelas ibu hamil, serta tugas kader hanya sebatas membantu bidan desa mengajak

ibu-ibu hamil untuk ikut kelas ibu, namun tidak ikut dalam pertemuan kelas ibu

hamil.

Menurut Izzah dan Atmansyah (2011) kader bersama bidan desa dan bidan

koordinator berperan dalam keberlangsungan aktivitas kelas ibu hamil seperti:

mengorganisir ibu-ibu hamil agar datang mengikuti kelas .mendatangi ibu-ibu

hamil yang absen ke rumah mereka, menjadi asisten bidan dan menyelenggarakan

kegiatan posyandu.

Berdasarkan hasil observasi dalam keterlibatan kader dalam pelaksanaan


44

kelas ibu hamil degan membantu petugas kesehatan dalam menemukan ibu-ibu

hamil baru yang belum terpapar dengan KIH, mengkonfirmasi jadwal pelaksanaan

kelas ibu hamil kepada bidan desa untuk diberitahukan kepada peserta KIH, dan

membantu bidan desa dalam mempromosikan kelas ibu hamil di masyarakat.

Keterlibatan kader dalam Kemenkes RI (2018 ) termasuk kedalam

indikator proses dalam keberhasilan pelaksanaan kelas ibu hamil di Puskesmas

yaitu dengan melihat berapa (% ) persen kader yang terlibat dalam

penyelenggaraan kelas ibu hamil. Kader diharapkan dapat memotivasi dan

mengajak ibu- ibu hamil untuk ikut dalam pelaksanaan kelas ibu hamil.

Sarana dan prasarana. Pernyataan informan mengenai ketersedian sarana

dan prasarana yang mednukung implementasi kelas ibu hamil di Puskesmas

Sambirejo Kabupaten Langkat ialah sebagai berikut

"Sarana dan prasarana, kalau ntuk kelas ibu hamil sudah lengkap
lah kita ada UGD, ada ambulans juga untuk alat-alat nya sudah
cukup terpenuhilah, kalau untuk KIH mungkin alat peraga iya,
lembar baltk kelas thu hamil kan kita pake itu" (Informan 1).

"Fasiltas untuk kelas ibu udah cukup lengkap, kalau tempat kita di
Pustu atau di rumah warga, eee,, kaluu buat peralatan kadang ada
kita pake lembar balik tuh gambar, ada kadang penyuluhan.
Fasilitator nya bidan puskesmas sama bidan desa.." (Informan 3).

Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa sarana dan prasarana

untuk pelaksanaan kelas ibu hamil di Puskesmas Sambirejo sudah lengkap dengan

adanya peralatan pendukung untuk kelas ibu hamil seperti alat peraga, lembar

balik dan tempat pelaksanaan kelas ibu hamil di posko atau di rumah warga.

Selain itu puskesmas Sambirejo sendiri juga memiliki UGD dan transportasi

ambulans.
45

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, sarana dan prasarana

vang terdapat dalam pelaksanaan KIH berupa ruangan, karpet, buku KIA, lembar

balik, timbangan, alat tensi, meja pemeriksaan, matras, CD senam hamil, buku

pedoman kelas ibu hamil, buku pegangan fasilitator, dan alat ukur tinggi badan.

Disebutkan dalam Kemenkes RI (2018) bahwa yang menjadi sarana dan

prasarana dalam pelaksanaan KIH adalah Ruang belajar untuk kapasitas minimal

10 orang kira-kira ukuran 4 x 5 m, alat tulis, buku KIA, lembar balik, buku

pedoman KIH, buku pegangan fasilitator, alat peraga, tikar/karpet, bantal, kursi

(jika ada), CD aktivitas fisik (jika ada)

Pendanaan KIH. Permyataan informan mengenai ketersediaan dana yang

mendukung implementasi kelas ibu hamil di Puskesmas Sambirejo Kabupaten

Langkat ialah sebagai berikut:

"Pendanaanya dari BOK dan dari Puskesmas. Tidak semua dari


Puskesmas. Gini loh kalau dari puskesmas itu gini, kita dari BOK
1sdak 12 bulan. Satu desa dibiayar satu kelas thu, tetapi saya ya
sanu desa ada dua kelas ibu gitu, jadi ada yang dibiayai, ada juga
yang tidak, artinya apa, bahwa oleh,ee..apa puskesmas Sambirejo
atau disupport sebagian oleh BOK iya. Yang masuk pendanaan PMT
sama transport petugas (Informan 1).

Pendanaan dari ee.apa nama nya itu,de, BOK dek. Nanti kita buat
pengeluaran terus kita kasih ke puskesmas. Pengeluaran nya untuk
makanan sama aqua ini lah dek. (Informan 4).

Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa pendanaan kelas ibu

hamil sebagian berasal dari dana BOK (bantuan operasional kesehatan) dan

sebagian lagi menggunakan dana Puskesmas, Dana BOK hanya membiayai satu

kelas ibu hamil di setiap desa, sedangkan Puskesmas Sambirejo memiliki satu

sampai tiga kelas di setiap desa nya Untuk mendukung berjalannya seluruh kelas
46

ibu hamil tersebut, maka puskesmas menggunakan dana tersendiri dan sebagian

didukung oleh BOK.

Penggunaan dana BOK ini diatur dalam Permenkes Nomor 3 Tahun 2019

tentang petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Non Fisik Bidang

Kesehatan dimana penggunaan BOK di Puskesmas diutamakan untuk upaya

kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Salah satu kegiatan penggunaan

BOK di Puskesmas adalah penyelenggaraan berbagai upaya keschatan masyarakat

esensial dan pengembangan baik di dalam gedung maupun díluar gedung

Puskesmas. Upaya kesehatan esensial yang termasuk dalam pendanaan BOK yaitu

pelayanan antenatal care yang terdiri atas : pelayanan antenatal. pelaksanaan P4K,

pemantauan bumil resiko tinggi, kemitraan bidan dukun, pelacakan kasus

kematian ibu, pembinaan pelayanan kesehatan ibu dan pelaksanaan kelas ibu

hamil.

Berdasarkan hasil wawancara dengan seluruh informan bahwa dana

pelaksanaan kelas ibu hamil bersumber dari dana BOK dan puskesmas Pendanaan

kelas ibu hamil yang bersumber dari BOK hanya untuk pelaksanaan satu kelas ibu

hamil di setiap desa. Adapun setiap desa memiliki satu sampai tiga kelas ibu

hamil, untuk itu Kepala Puskesmas selaku penanggungjawab membuat kebijakan

untuk menggunakan dana puskesmas guna menutupi kekurangan tersebut. Hal ini

berarti pelaksanaan kelas ibu hamil hanya didukung sebagian dari BOK dan

sebagian lagi bersumber dari dana Puskesmas Adapun dana tersebut digunakan

untuk pemberian makanan tambahan dan biaya transportasi petugas kesehatan

yang memfasilitasi kelas ibu hamil di setiap desa yang ada di wilayah kerja
47

Puskesmas Sambirejo.

Berdasarkan hasil observasi mengenai pendanaan kelas ibu hamil selama

ini hanya berupa makanan dan transport petugas saja. Namun untuk perencanaan

selanjutnya penambahan alokasi dana KIH akan ditambahkan untuk honor

mengundang narasumber berupa dokter spesialis obgyn.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Puspitasari (2012) bahwa

dana yang digunakan untuk kelas ibu hamil bersumber dari BOK dan digunakan

untuk konsumsi peserta ibu hamil dan biaya transportasi tenaga atau petugas

kesehatan. Pengelolaan dana untuk pelaksanaan KIH di Puskesmas Sambirejo

sudah sesuai dengan Permenkes No 3 Tahun 2019, selanjutnya rincian

penggunaan dana tersebut akan dimasukkan ke laporan Puskesmas dan diberikan

ke Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat sebagai salah satu laporan pelaksanaan

kelas ibu hamil.

Proses Implementasi Kelas Ibu Hamil di Puskesmas Sambirejo Kecamatan


Binjai Kabupaten Langkat

Tahap persiapan. Pernyataan informan mengenai persiapan pelaksanaan

kelas ibu hamil di Puskesmas Sambirejo Kabupaten Langkat ialah sebagai berikut:

“Pasti ada arahan, karena mereka kan bikin dokumentasi ibu


hamil,SOP kerangka acauan, laporan dan itu semua diketahui oleh
kepala puskesmas" (Informan 1).

"Arahan ada lah. Kalau untuk arahan dari kapus ada lah dek, tapi
sifatnya mengawasi. (Informan 3).

Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa dari hasil wawancara

informan di Puskesmas Sambirejo menyatakan dalam tahap persiapan

pelaksanaan kelas ibu hamil ada arahan yang diberikan oleh pimpinan Puskesmas
48

dalam hal ini Kepala Puskesmas, arahan yang diberikan berupa pengawasan

dalam pelaksanaan kelas ibu hamil. Arahan lain yang diberikan pimpinan berupa

pembuatan SOP, dokumentasi dan kerangka acuan yang nantinya akan dilaporkan

ke Kepala Puskesmas untuk disetujui.

Berdasarkan hasil wawancara dengan seluruh informan menyatakan

bahwa ada arahan yang diberikan dalam pelaksanaan kelas ibu hamil, dimulai dari

arahan dari Kepala Puskesmas, lalu arahan untuk tim pelaksana kelas ibu hamil.

Arahan tersebut hanya bersifat mengawasi berjalannya kelas ibu hamil, namun

untuk langkah-langkah penyiapan tempat dan materi kelas ibu hamil diserahkan

kepada tim pelaksana kelas ibu hamil.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Kemenkes RI (2018) yang menyatakan

bahwa Kepala Puskesmas sebagai penanggungiawab dan mengkoordinir

pelaksanaan kelas ibu hamil di wilayah kerjanya. Dalam hal ini Kepala Puskesmas

berkoordinasi dengan fasilitator yaitu bidan koordinator, dimana fasilitator

bertugas dalam pembuatan program, penyampaian materi dan melaporkan jumlah

peserta kelas ibu hamil di seluruh wilayah kerja Puskesmas.

Persiapan tempat pelaksanaan. Pernyataan informan mengenai

persiapan tempat pelaksanaan kelas ibu hamil di Puskesmas Sambirejo

Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat ialah sebagai berikut:

"Pelaksanaannya setiap desa, ada yang satu, dua sampai tiga kali di
setiap desa. Biasanya di Pustu atau di rumah warga" (Informan 3).

"Tempat kelas nya di pustu, tapi ini Cuma sebagian dusun aja,
disana ada dusun 7 yang jauh, jadi ga mungkin kan ibu hamilnya ke
pustu, nah untuk disana kita laksanakan di rumah warga, rumah
kepala dusunmya lah, agak besar juga" (Informan 4)
49

Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa persiapan tempat

pelaksanaan kelas ibu hamil dilaksanakan di puskesmas pembantu dan di rumah

warga yang ukurannya cukup besar, karena jarak yang dibutuhkan dari dusun ke

posko cukup jauh, maka hanya beberapa dusun yang melaksanakan kelas ibu

hamil di Pustu, dan dusun lain melaksanakan kelas ibu hamil di rumah-rumah

Adapun pelaksanaan kelas ibu hamil di setiap desa dilakukan satu hingga warga

empat kali dalam setiap bulannya.

Berdasarkan wawancara dengan seluruh informan bahwa pelaksanaan

tempat kelas ibu hamil di Puskesmas Sambirejo dilaksanakan di Pustu, Balai

Desa, Posyandu dan sebagian besar di rumah-rumah warga. Menurut penuturan

salah satu peserta KIH, penyediaan tempat di tentukan oleh Puskesmas, dan

letaknya tidak terlalu jauh dari rumah peserta sehingga memudahkan akses untuk

ke tempat pelaksanaan KIH.

Menurut Kemenkes RI (2018) bahwa tempat pelaksanaan kelas ibu hamil

dapat dilakukan di Puskesmas, Polindes. Poskesdes, bidan praktik mandiri,

Rumah Sakit, Kantor desa, Balai pertemuan, Posyandu atau di rumah salah

seorang warga. Adapun yang harus dipersiapkan di tempat tersebut adalah sarana

belajar seperti tikar/karpet, bantal dan lain-lain.

Persiapan jadwal pelaksanaan dan materi. Pernyataan informan

mengenai jadwal pelaksanaan kelas ibu hamil di Puskesmas Sambirejo

Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat ialah sebagai berikut:

"Kadang ibu hamilnya ada juga yang dia kita tentukan tanggal dia
mau, ada yang dia misalnya tanggal 19, bulan depan tanggal 19 tu
jatulnya hari jumat orang tu ga mau hari pendek, orang tu mintanya
di haIt sabtu. Ada yang dia (desa) tetap mau tanggal 19,ada kayak
50

di Kwala Gumit dia minta nya hari Sabtu Ada yang dia (desal mau
hari apapun ga masalah yang penting tanggal nya yang 10 bulan
depan itu juga, bedua-beda tiap desa.. Waktunya biasa jam-jam 10
paling lama jam 12" (Informan 3).

"Biasanya di tanggal 18 tiap bulan, mulai kadang jam 9 atau jam


10. Nanti materi dikasih bu bidan terus kita tanya-tanya lah masalah
kita selama kehamilan, ada diskusi juga sama ibu-ibu yang udah
pernah melahirkan." (Informan 6).

Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa jadwal pelaksanaan

kelas ibu hamil setiap bulannya dilakukan sesuai kesepakatan antara fasilitator

dan peserta. Jadwal pelaksanaan KIH terlebih dahulu ditentukan oleh Puskesmas

lalu disepakati bersama peserta kelas ibu hamil. Tanggal pelaksanaan seharusnya

pada tanggal 18 di setiap bulannya, namun jadwal ini bisa dipercepat atau diundur

sesuai kesepakatan di setiap desa Waktu pelaksanaan dimulai dari pukul 10.00

WIB sampai pukul 12.00 WIB.

Menurut Kemenkes RI (2018) pelaksanaan pertemuan kelas ibu hamil

dilakukan sesuai dengan kesepakatan antara bidan/petugas kesehatan dengan

peserta/ibu hamil. Adapun lama waktu pertemuan sekitar 120 menit dengan

metode ceramah, tanya jawab, demosntrasi dan praktek dengan menggunakan

prinsip belajar orang dewasa (BOD).

Pemberian materi dalam pelaksanaan kelas ibu hamil dilaksanakan oleh

bidan sebagai fasilitator Menurut Notoatmodjo (2009), ceramah merupakan cara

penyajian dimana pengajar (narasumber) bertafap muka secara langsung dengan

peserta, dan peserta pasif mendengarkan. Sedangkan penyajian materi dengan

metode diskusi yaitu dimana informasi yang akan disampaikan disusun dalam

bentuk pertanyaan-pertanyaan yang harus dibahas dan didiskusikan oleh peserta.


51

Berdasarkan hasil observasi, di dapat bahwa penyampaian materi dalam

pelaksanaan KIH di Puskesmas Sambirejo disampaikan oleh bidan dengan metode

sharing yang di dalamnya terdapat diskusi antar peserta, tanya jawab serta

menggunakan alat bantu berupa lembar balik. Ketika proses pelaksanaan KIH, ibu

hamil lebih antusias dengan metode tanya jawab. Selain itu pelaksanaan KIH

tidak sepenuhnya 120 menit dihabiskan untuk penyampaian materi, dikarenakan

adanya kegiatan lain yaitu pemeriksaan kehamilan.

Tahap pelaksanaan. Pernyataan informan mengenai tahap pelaksanaan

kelas ibu hamil di Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat

ialah sebagai berikut:

“Pelaksanaannya sekalian dengan ANC yaa,, biasanya ada 10


sampe 15 orang lah dalam satu kelas ini, dan semua bumil di
kecamatan ini ikut kelas ibu hamil. Rata-rata yang ikut ini usia
kandungannya 2 bulan,, kan udah liat tadi yaa,,ada yang hamil
pertama, ada yang anak kedua gitu " (Informan 4) .

"Nanti ada ukur berat badan, terus dikasih tau pantangan selama
hamil, jadi lebih tau tentang kehamilan, apalagi ini kan anak
pertama" (Informan 6).

Berdasarkan pernyataan informan tersebut di dapat bahwa pelaksanaan ibu

hamil sejalan dengan pelaksanaan antenatal care dan peserta dalam satu kelas

sebanyak 10-15 orang. Pelaksanaan kelas ibu hamil bekerja sama derngan kader

desa untuk mengajak ibu-ibu hamil yang tidak datang ke kelas ibu hamil, selain

itu pemeriksaan kehamilan yang juga dilakukan oleh bidan dan petugas dari

Puskesmas Sambirejo.

Berdasarkan hasil telaah dokumen pelaksanaan kelas ibu hamil di

Puskesmas Sambirejo mengenai pelaksanaan KIH bahwa proses pelaksanaan KIH


52

dimulai dari pengisian daftar hadir, mengukur BB, TB, tensi darah, pemeriksaan

kehamilan dan penyuluhan penyampaian materi seputar kehamilan.Untuk peserta

kelas ibu hamil yang hadir berkisar 10-15 orang untuk setiap kelas.

Menurut Kemenkes RI (2018) dalam pelaksanaan kelas ibu hamil,

fasilitator terlebih dahulu menyampaikan materi-materi kelas ibu hamil,

selanjutnya fasilitator bersama peserta menyepakati materi apa saja yang akan

dibahas pada pertemuan sesuai dengan kebutuhan dan pada akhıir pertemuan

dapat dilakukan aktivitas fisik/senam hamil bagi usia kehamilan <20 minggu,

dimana dalam aktivitas fisik ini diharapkan dapat dipraktekkan oleh ibu hamil di

rumah masing-masing.

Hasil penelitian berupa pemeriksaan kehamilan yang dilakukan secara

rutin, dan pada pelaksanaan kelas ibu hamil di Puskesmas Sambirejo tidak selalu

dilakukan aktivitas fisik berupa senam hamil kepada ibu-ibu hamil. Hasil

penelitian ini sejalan dengan Fuada dan Setyawati (2015) yang menyatakan bahwa

salah satu kelemahan pelaksanaan KIH disebabkan metode praktik tidak ada atau

senam hamil tidak dilaksanakan.

Menurut Izzah dan Atmansyah (2011) para ibu hamil dikumpulkan untuk

mengikuti kelas ibu hamil dan pemeriksaan kehamilan oleh bidan desa setempat

Berdasarkan observasi diketahui bahwa pelaksanaan pemeriksaan kehamilan di

wilayah Puskesmas Sambirejo untuk mendeteksi ibu-ibu hamil dengan resiko

tinggi, sehingga lebih mudah untuk dilakukan penyuluhan dan pemantauan secara

berkala melalui kelas ibu hamil.

Sosialisasi stakeholder. Pernyataan informan mengenai sosialisasi stake


53

holder dalam pelaksanaan kelas ibu hamil di Puskesmas Sambirejo Kecamatan

Binjai Kabupaten Langkat ialah sebagai berikut:

"Kalo kecamatan kita hanya laporan saja kita selalu kasih jadwal,
jadwal kegiatan, semua jadwal kegiatan puskesmas itu Camat ada,
Jadi mau mereka datang atau tidak terserah mereka. Termasuk
kapolsek pun kami, kapolsek, danramil. jadi mereka tetep dikasih
jadwal supaya mereka kalau mau buat pertemuan boleh saja
melibatkan diri" (Informan 1).

“Ibu kepala dusun pernah liat (ikut), tapi yang sering sih kader”
(Informan 7).

Berdasarkan pernyataan informan dari hasil wawancara diketahui bahwa

sosialisasi kelas ibu hamil kepada stake holder di Puskesmas Sambirejo yang

dalam hal ini adalah kecamatan, kapolsek dan danramil telah dilakukan dengan

memberikan jadwal kegiatan kelas ibu hamil agar stake holder bisa hadir dan

melibatkan diri dalam pelaksanaan kelas ibu hamil. Selain itu menurut penuturan

peserta kelas ibu hamil stake holder yang pernah ikut adalah ibu kepala dusun dan

kader.

Berdasarkan hasil penelitian Izzah dan Atmansyah (2011) pelaksanaan

KIH di Kabupaten Bulukumba berjalan lancar karena adanya partisipasi penuh

dari stake holder yang mendukung pelaksanaan KIH, adanya peran kelompok

pendukung, penggerak PKK, KPKIA, Pemerintah Desa dan bidan. Partisipasi

stake holder sangat mendukung pelaksanaan KIH sehingga pengembangan KIH

dapat dilakukan dan berjalan sesuai dengan harapan.

Berdasarkan hasil wawancaran dengan seluruh informan mengenai

sosialisasi stake holder dalam pelaksanaan KIH sudah berjalan karena adanya

respon dan dukungan dari Kader, Ibu Kepala Desa dan Ibu Kepala Dusun berupa
54

pelaksanaan kelas ibu hamil di rumah-rumah mereka Para unsur masyarakat ini

bekerja sama dengan bidan desa dalam penyelenggaraan KIH Penyelenggaraan

kerja sama dengan lintas sektor secara intensif menjadi salah satu strategi dalam

keberhasilan pelaksanaan KIH (Fuada dan Setyawati, 2015).

Penelitian Nurdian dkk (2015) menyatakan bahwa sosialisasi KIH di

Puskesmas Biaro pada tokoh agama, tokoh masyarakat, dan stake holder sudah

berjalan dengan baik, namun pada Puskesmas Malalak kesadaran dari pemerintah

dan masyarakat belum ada untuk mendukung dan mengikuti KIH.

Sosialisasi stake holder dalam Kemenkes RI (2018) dapat memberikan

peran untuk mendukung KIH berupa memotivasi serta mengajak ibu-ibu hamil

dan keluarganya untuk mengikuti kelas ibu hamil, dan memberikan informasi

tentang kelas ibu hamil kepada masyarakat khususnya keluarga ibu hamil atau

memberikan dukungan fasilitas bagi kelas ibu hamil.

Keikutsertaan suami. Pernyataan informan mengenai keikutsertaan

suami dalam pelaksanaan kelas ibu hamil di Puskesmas Sambirejo Kecamatan

Binjai Kabupaten Langkat ialah sebagai berikut:

"kadang kita kan sarankan ibu hamil ini ikut suami, suami nya ga
tkut, seharusmya kan suami tkut.Karena kan suami nya kerja, cari
uang Jadi istrinya tu diantar tetangga, kadang dia pergi
sendiri,kadang diantar saudara. Itulah yang kadang ga datang-
datang itu dijemput sama bidannya, ada yang ditelfon" (Informan 3).

“Engga pernah ikut, karena kerja kan, susah. Tapi kalau ke bidan
mau periksa baru suami nganter, ikut. Udah pernah diajak juga tapi
ya waktu nya tabrakan sama waktu kerja kan,, jadi ndak bisa ikut”
(Informan 6).

Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa keikutsertaan suami

pada pelaksanaan KIH di Puskesmas Sambirejo belum berjalan baik, disebabkan


55

suami bekerja dan sebagian lain berada di perantauan sehingga tidak dapat

mengikuti kelas ibu hamil. Selain itu ada sebagian suami yang hanya mengantar

istri nya untuk mengikuti kelas ibu hamil dan pemeriksaan kehamilan di bidan,

namun masih belum bisa untuk ikut kelas ibu hamil bersama istrinya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan seluruh informan diketahui bahwa

sebagian besar alasan suami tidak ikut serta disebabkan karena pekerjaan/ suami

masih bekerja pada saat jam pelaksanaan kelas ibu hamil. Menurut penelitian

Fatimah (2009) menyatakan bahwa dukungan dari keluarga terutama suami dalam

mengikuti kelas ibu hamil sangat berpengaruh besar pada ibu hamil.

Keikutsertaan suami di Puskesmas Sambirejo belum tercapai. hal ini sejalan

dengan penelitian Rafidah (2016) bahwa suami/keluarga yang mengikuti kelas ibu

hamil belum tercapai dikarenakan hanya beberapa ibu hamil yang di dampingi

keluarga.

Pada data Maternity Survey Report di Negara Inggris mengenai

pengalaman wanita dalam perawatan kehamilan disebutkan bahwa dukungan

suami/ayah cukup signifikan dalam mendukung kelas kesehatan ibu hamil yaitu

dengan proporsi keterlibatan suami/ayah dalam menghadiri setidaknya satu kali

pemeriksaan antenatal (61%), satu kali atau lebih mengikuti pemeriksaan USG

(88%) dan hadir selama persalinan dan kelahiran (89%) (Redshaw & Heikkila,

2010).

Berdasarkan hasil observasi mengenai keikutsertaan suami dalam kelas ibu

hamil belum tercapai akibat pelaksanaan kelas ibu hamil dilakukan pada jam kerja

pegawai/ pekerja sehingga suami tidak bisa turut serta dalam kelas ibu hamil.
56

Sehingga pelu adanya upaya dari Puskesmas dan ibu hamil agar mengatur

kembali jadwal pelaksanaan kelas ibu hamil di luar jam kerja pegawai sehingga

para suami atau keluarga dapat turut serta.

Menurut Kemenkes RI (2018) bahwa keikutsertaan suami dan keluarga

termasuk ke dalam indikator proses keberhasilan kelas ibu hamil. Diharapkan

suami atau keluarga dapat mengikuti kelas ibu hamil minimal 1 kali pertemuan

sehingga dapat mengikuti berbagai materi yang penting misalnya materi mengenai

tanda-tanda bahaya kehamilan. Karena suami ataupun keluarga juga termasuk

sasaran dalam pelaksanaan kelas ibu hamil setelah ibu hamil dan kader.

Tahap monitoring, evaluasi dan pelaporan. Pernyatan informan

mengenai tahap monitoring, evaluasi dan pelaporan kelas ibu hamil di Puskesmas

Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat ialah sebagai berikut:

“Koordinasi ke dinas kesehatan bentuknya laporan, pelaksanaan, isi


laporannya ya LPD, laporan kegiatan termasuk foto. Kan ada PWS-
KIA, PWS-KIA itu kan semua kegitana KIA ada disitu, jadi otomatis
kelas ibu hamil tidak spesifik di tabel itu tidak, tetapi disitu kan ada
kita melaksanakan ANC, disitu kan, laporannya ke dinkes bentuknya
PWS-KIA juga bentuk laporan keuangan” (informan 1).

“Monitoring selalu ya,, setiap kelas ibu hamil,, kan ada dokumen
SPT, daftar hadir sama laporan perjalanan, nanti hasil ANC kita buat
ke laporan PWS-KIA. Biasanya monitoring saya ke lapangan untuk
lihat pelaksanannya gimana” (Informan 2).

Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa monitoring dilakukan

setiap pelaksanaan kelas ibu hamil oleh Puskesmas. Pelaksanaan monitoring di

lapangan dilaksanakan oleh Bidan Koordinator untuk melihat pelaksanaan kelas

ibu hamil berjalan. Sedangkan untuk monitoring ke Dinas Kesehatan dalam

bentuk laporan PWS-KIA (Pemantauan Wilayah Setempat-Kesehatan Ibu dan


57

Anak) yang didalamnya sudah termasuk laporan keuangan. Namun dalam tabel

PWS-KIA tidak tertulis jumlah pelaksanaan kelas ibu hamil secara khusus.

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa monitoring kelas ibu hamil

di Puskesmas dilaksanakan setiap melaksanakan kelas ibu hamil oleh petugas

Puskesmas dan hasil monitoring nantinya akan dibuat kedalam dokumen log

book. Program KIA-KB UKM UPT Puskesmas Sambirejo. Dokumen tersebut

berisi kegiatan dan hambatan pada keas ibu hamil yang diaksanakan di setiap

desa.

Adapun monitoring yang dilakukan oleh Kepala Puskesmas oleh setiap

pelaksanaan kelas ibu hamil berupa dokumen-dokumen pelaksanaan KIH yang

diketahui dan ditandatangani langsung oleh Kepala Puskesmas seperti dokumen

pembentukan tim pelaksana, jadwal pelaksanaan KIH, fasilitator yang bertugas

dan hasil pelaksanaan. Dokumen tersebut akan dikumpulkan setiap bulannya atas

arahan Kepala Puskesmas untuk dilaporkan ke Dinas Kesehatan.

Tahap evaluasi. Pernyatan informan mengenai tahap evaluasi kelas ibu

hamil di Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat ialah

sebagai berikut:

“Evaluasi belum kita laksanakan secara penuh ya, biasanya


diantara bidan koordinator dan tim pelaksana saja. Kalau evaluasi
per tahun bahannya itu berasal dari dokumen pelaksanaan selama
setahun itu, kita evaluasi lalu dari sana kita buat kerangka acuan,
SOP sama perencanaan untuk pelaksanaan selanjutnya lah”
(Informan 1)

“Untuk evaluasi biasanya kita rapat, tapi gak nentu ya, sesekali
aja dalam beberapa bulan. Tapi yang pasti itu rapat akhir tahun
sekalian evaluasi sama ee,,apa pembuatan kerangka acuan, SOP”
(Informan 2).
58

Berdasarkan pernyataan informan diketahui bahwa pelaksanaan evaluasi

kelas ibu hamil belum dilakukan secara penuh atau berkala pada setiap kelas ibu

hamil, namun evaluasi akhir tahun tetap dilaksanakan sebagai dasar perencanaan

pelaksanaan kelas ibu hamil di tahun berikutnya. Adapun proses evaluasi ini akan

menghasilkan kerangka acuan dan SOP kelas ibu hamil.

Evaluasi kelas ibu hamil yang dilaksanakan setiap selesai pelaksanaan

kelas ibu hamil di setiap desa hanya berdasarkan hasil dokumen pelaksanaan kelas

ibu hamil di Puskesmas Sambirejo yaitu dokumen Laporan Perjalanan Dinas yang

berisi proses pelaksanaan, hasil kunjungan, masalah yang dihadapi dan tidak

lanjut masalah yang diisi oleh fasilitator kelas ibu hamil.

Evaluasi hanya berupa dokumen-dokumen yang dibawa saat pelaksanaan

KIH dan tidak ada evaluasi khusus untuk penjajakan pengetahuan ibu hamil. Hasil

penelitian ini tidak sesuai dengan Kemenkes RI (2018) mengenai evaluasi pada

pelaksanaan kelas ibu hamil oleh bidan koordinator dilakukan setiap selesai

pertemuan kelas ibu hamil dengan cara melakukan penjajakan pengetahuan awal

peserta kelas ibu hamil melalui memberikan pertanyaan kepada peserta dan

evaluasi akhir yaitu setelah selesai penyampaian materi dengan cara memberikan

pertanyaan kembali kepada peserta kelas ibu hamil untuk melihat peningkatan

pengetahuan ibu hamil setelah mengikuti KIH.

Menurut Nurdian dkk (2015) mengenai evaluasi pelaksanaan kelas ibu

hamil belum dilakukan secara khusus, tetapi evaluasi hanya dilakukan melalui

pertemun bulanan antara bidan dengan pengelola KIA di Dinas Kesehatan

setempat. Hal ini sejalan dengan penelitian Rafidah (2016) bahwa evaluasi
59

pelaksanaan kelas ibu hamil bila dilihat secara rutinitas hanya bersifat informal

mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan kelas ibu hamil. Hal tersebut sejalan

dengan hasil penelitian ini dimana belum ada evaluasi khusus dari Kepala

Puskesmas dan tim pelaksanaan KIH secara khusus dan hanya berupa dokumen-

dokumen.

Salah satu kelemahan dalam pelaksanaan kelas ibu hamil menurut Fuada

dan Setyawati (2015) adalah tidak dilakukannya evaluasi pelaksanaan kelas ibu

hamil secara berkala. Evaluasi sebagai upaya dalam sebuah programmuntuk

melakukan perbaikan dan mencegah terjadinya kesalahan berulang. Evaluasi dan

monitoring di kabupaten Bulukumba dilaksanakan dengan indicator dasar sesuai

dengan SPM bidang kesehatan misalnya cakupan K1 dan K4, menurunnya AKI

dan meningkatnya persalinan oleh Nakes. Desa-desa yang menyelenggarakan

KIH di Kabupaten Bulukumba menunjukkan kemajuan positif, seperti contoh

Desa Manjalling menunjukkan angka nol untuk AKI serta tercapainya target K1

dan K4 (Izzah & Luthfi, 2011)

Alur pelaporan KIH. Pernyataan informan mengenai pelaporan

inplementasi kelas ibu hamil di puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai

Kabupaten langkat ialah sebagai berikut:

“ Dari bidan desa melapor ke bikor. Bidan coordinator


merekapitulasi kemudian saya tanda tangani untuk dilaporkan ke
kabupaten, ke seksi KIA nya “ (informan 1).

“ SOP,, ama kerangka acuan dia apa, akhir tahun atau awal tahun
kalau kami mengumpulkan laporan semua jadikan satu baru dibuat
SOP nya “ (informan 3).

Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa pelaporan pelaksanaan


60

kelas ibu hamil dimulai dari laporan bidan desa kepada bidan koordinator,

kemudian laporan di rekapitulasi oleh bidan koordinator dan ditanda tangani oleh

Kepala Puskesmas untuk dilaporkan ke bagian KIA Dinas Kesehatan Kabupaten

Langkat. Sedangkan untuk pembuatan SOP pelaksanaan kelas ibu hamil dibuat

berdasarkan hasil laporan selama setahun, pembuatan SOP dilakukan di akhir

tahun.

Berdasarkan hasil telaah dokumen pelaksanaan KIH di Puskesmas

Sambirejo didapat bahwa dokumen yang akan dialporkan ke dinas berupa POA

kelas ibu hamil, surat perintah tugas, laporan perjalanan dinas, daftar hadir

peserta, dokumentasi foto, log book program KIA-KB UKM, dan jadwal

pelaksanaan kelas ibu hamil yang dikumpulkan setiap bulannya. Hal ini dengan

penelitian Nurdian dkk (2015) bahwa pelaporan seluruh program puskesmas

termasuk kelas ibu hamil diberikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten setiap

bulannya.

Menurut Kemenkes RI (2018) pelaporan hasil pelaksanaan kelas ibu

hamildibuat dlam dokumen dengan isi laporan minimal memuat: waktu

pelaksanaan, jumlah peserta, proses pertemuan, masalah dan hasil capaian

pelaksanaan, serta hasil evaluasi. Pelaporan dilakukan secara berkala dan

berjenjang dari bidan pelaksana ke Puskesmas lalu ke Dinas Kesehatan

Kabupaten, Dinas Kesehatan Provinsi dan terakhir ke Kementrian Kesehatan.

Pengembangan kelas ibu hamil. Pernyataan informan mengenai

pengembangan kelas ibu hamil di Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai

Kabupaten Langkat ialah sebagai berikut:


61

“pengembangan kelas ibu hamil itu kita masuk ke kelas persiapan


persalinan, jadi hanya diberikan kepada, kita bikin kelas persiapan
perkawinan, sasarannya adalah trimester ketiga, supaya mereka
aman bersalin, apa ya istilahnya ya, persiapan lahir batin lah untuk
persalinan gitu. Makanya bunyinya kelas persiapan persalinan ini
tahun ini. Konsepnya sama dengan kelas ibu hamil, hanya materiya
berbeda ya. Penambahan materi yang diberikan oleh ee,, apa
namanya,, spesialis, dokter spesialis anak dalam perawatan bayi, atau
spesialis ee,, obgyn” (Informan 1)

“Pengembangan kelas persiapan persalinan,,ee,, terus inginnya


membuat ibu hamil itu mandiri lah deh, yaa punya kesadaran diri ga
manja dan bisa ngurus kehamilannya sendiri” (Informan 2)

Berdasarkan pernyataan informan diketahui bahwa pengembangan kelas

ibu hamil di Puskesmas Sambirejo adalah kelas persiapan persalinan yang

dikhususkan untuk ibu hamil dengan usia kehamilan trimester ketiga dengan

tujuan agar ibu hamil dapat melakukan persalinan aman dan kesiapan lahir batin,

serta membuat ibu hamil lebih mandiri dan dapat mengurus kehamilannya.

Konsep kelas persiapan persalinan ini sama dengan kelas ibu hamil hanya berbeda

di pemberian materi yang akan diberikan oleh dokter spesialis obgyn.

Menurut Kemenkes RI (2018) mengenai pengembangan kelas ibu hamil

boleh dilakukan oleh fasilitator kelas ibu hamil di setiap wilayah kerjanya. Hal ini

sejalan dengan penelitian Nurdian dkk (2015) bahwa penyelenggaraan KIH

adalah praktik pengembangan kesehatan berbasis masyarakat, dimana masyarakat

tidak hanya menjadi objek melainkan menjadi pelaksana, penggerak, bahkan

menjadi penyandang dana. Dalam artian bahwa penyelenggara kelas ibu hamil

dapat menjadi salah satu pengembangan program-program kesehatan yang dapat

melibatkan masyarakat secara langsung.

Pengembangan KIH juga dilakukan di Kabupaten Bulukumba dengan


62

mengadaptasi praktik desa siaga yakni dengan memberikan stiker indicator

kehamilan dan stiker indikator dasar yang berisi tentang tanggal prediksi

persalinan, bidan penanggungjawab, dukun pendamping, dan pendonor darah jika

terjadi pendarahan sewaktu persalinan. Pengembangan ini dilakukan guna

mendeteksi ibu hamil dengan resiko tinggi serta menjadikan persalinan aman

(Izzah dan Atmansyah, 2011).

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak luput dari kelemahan atau keterbatasan, ditahap

pengumpulan data ataupun pengolahan data penelitian. Berbagai faktor baik dari

peneliti ataupun lokasi tempat penelitian di sisi lain, kelemahan dan keterbatasan

yang ditemukan dalam penelitian ini dapat menjadi masukan bagi penelitian

selanjutnya dengan fokus ataupun lokasi penelitian yang sama. Adapun

keterbatasan penelitian ini adalah:

1. Kurangnya informasi atau data yang diperoleh peneliti dari pihak puskesmas

karena beberapa akses data yang terbatas dan tidak terdokumentasi oleh

puskesmas.

2. Kurangnya informasi yang diperoleh dari informan baik peserta kelas ibu

hamil maupun pegawai dalam proses wawancara yang dilakukan oleh peneliti.
Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Pelaksanaan kelas ibu hamil berjalan rutin setiap bulannya di wilayah

kerja Puskesmas Sambirejo. Adapun implementasi secara keseluruhan belum

sesuai dengan pedoman kelas ibu hamil oleh Kemenkes RI Tahun 2018, dengan

rincian sebagai berikut :

1. Sumber daya manusia kesehatan yang menjadi fasilitator kelas ibu hamil

adalah bidan koordinator dan tim pelaksana kelas ibu hamil yang terdiri dari 3

orang bidan. Pelatihan bidan koordinator kelas ibu hamil dilaksanakan oleh

Dinas Kesehatan, akan tetapi tim pelaksana tidak mendapatkan pelatihan secara

khusus baik dari Dinas Kesehatan maupun Puskesmas. Struktur organisasi tim

pelaksana masih belum tersedia.

2. Ketersediaan sarana dan prasarana kelas ibu hamil di Puskesmas Sambirejo

sudah dikatakan lengkap yang tediri dari ruangan, matras, karpet/tikar, alat

peraga, buku pedoman, buku KIA, lembar balik dan CD aktivitas fisik.

Pendanaan kelas ibu hamil tidak sepenuhnya bersumber dari dana BOK karena

sebagian berasal dari dana Puskesmas. Hal ini disebabkan alokasi anggaran

BOK hanya untuk membiayai satu kelas ibu hamil di tiap desa sedangkan

Puskesmas Sambirejo memiliki dua kelas ibu hamil di setiap desa.

3. Tahapan pelaksanaan kelas ibu hamil terdiri atas tahap persiapan, tahap

pelaksanaan serta tahap monitoring, evaluasi dan pelaporan. Puskesmas

Sambirejo telah melaksanakan tahap persiapan sesuai dengan pedoman. Akan

tetapi tahap pelaksanaan serta tahap monitoring, evaluasi dan pelaporan belum

63
64

berjalan sesuai dengan pedoman yang ada. Tahapan yang belum sesuai yaitu

belum adanya keikutsertaan suami, monitoring dan evaluasi kelas ibu hamil

belum diadakan secara khusus, baik untuk evaluasi peserta dan fasilitator.

Saran

Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan pelaksanaan kelas ibu hamil

adalah sebagai berikut :

1. Kepada Bagian KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat untuk melaksanakan

pelatihan kelas ibu hamil untuk seluruh bidan pelaksana kelas ibu hamil untuk

menambah pengetahuan bidan sebagai fasilitator dalam manajemen

pelaksanaan kelas ibu hamil serta melakukan monitoring secara berkala ke

Puskesmas untuk melihat perkembangan pelaksanaan kelas ibu hamil.

2. Kepada Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat untuk :

a. Kepada Kepala Puskesmas untuk mengikutsertakan bidan-bidan pelaksana

KIH dalam pelatihan sehingga dapat menambah pengetahuan bidan

pelaksana untuk melaksanakan kelas ibu hamil. Serta mengkoordinir

pelaksanaan kelas ibu hamil melalui monitoring dan evaluasi secara

berkala.

b. Fasilitator kelas ibu hamil agar melaksanakan monitoring kelas ibu hamil

setiap selesai pelaksanaan kelas ibu hamil sehingga pelaksanaan

monitoring tidak hanya berasal dari dokumen pelaksanaan saja. Serta

pembuatan struktur organisasi tim pelaksana kelas ibu hamil sehingga

dapat memudahkan pelaksanaan monitoring dan evaluasi.


Daftar Pustaka

Arifin, D. A. (2014). Strategi pengembangan program KIH di Kota Banjarbaru


(Tesis, Universitas Diponegoro). Diakses dari http://www.eprints.undip.
ac.id

Ayuningtyas, D. (2014). Kebijakan kesehatan : prinsip dan praktik (Edisi 1).


Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. (2017). Profil Kesehatan Provinsi


Sumatera Utara Tahun 2016. Diakses dari http://dinkes.sumutprov.go.id

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. (2018). Profil Kesehatan Provinsi


Sumatera Utara Tahun 2017. Diakses dari http://dinkes.sumutprov.go.id

Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat. (2018). Profil Kesehatan Kabupaten


Langkat Tahun 2017. Langkat, Sumatera Utara.

Emzir. (2010). Metodologi penelitian kualitatif analisis data (Edisi 1). Depok: PT.
Raja Grafindo Persada.

Fatimah, S. (2009). Hubungan dukungan suami dengan kejadian postpartum


blues pada ibu primipara di ruang Bugenvile RSUD Tugurejo Semarang.
(Skripsi, UNDIP Semarang). Diakses dari http://eprints.undip.ac.id

Fuada, N. & Budi, S. (2015). Pelaksanaan kelas ibu hamil di Indonesia. Jurnal
Kesehatan Reproduksi, 6(2), 71-75. Diakses dari http://www.ejournal2.
litbang.kemkes.go.id/index.php/kespro

Izzah, A. (2011). Memantau kehamilan melalui kelas ibu hamil di Kabupaten


Bulukumba Tahun 2011. Jurnal IGI Fisipol UGM. Diakses dari
http://www.igi.fisipol.ugm.ac.id

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Buku Pedoman Kelas Ibu Hamil. Diakses dari
http://www.depkes.go.id

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Buku Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil.
Diakses dari http:// www.depkes.go.id

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Profil Kesehatan RI Tahun 2017. Diakses dari
http:// www.depkes.go.id

Maternal and Newborn Health. (2017, 1 Agustus). Prenatal Classes in Georgia


Turn Pregnancy Into a Life-Course Oppurtunity For Health. Diakses 26
November 2018, dari http:// www.euro.who.int

65
65

National Childbirth Trust. (2010). NCT-Antenatal Services : Policy,Practice and


Evidence. Diakses 21 November 2018, dari http:// www.nct.org.uk

Notoatmodjo, S. (2009). Pengembangan sumber daya manusia (Edisi 4). Jakarta:


PT. Rineka Cipta.

Nurdian, A. D. & Rizanda, M. (2015). Analisis sistem pelaksanaan kelas ibu


hamil di Puskesmas Malalak dan Biaro Kabupaten Agam. Jurnal FK
Unand, 4(1), 3-8 dari http://www. jurnal.fk.unand.ac.id.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 tentang


Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan
Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta
Pelayanan Kesehatan Seksual.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang


Pusat Kesehatan Masyarakat.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2019 tentang


Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Non Fisik Bidang
Kesehatan.

Purwoastuti, E. T. & Elisabeth, S. (2015). Ilmu kesehatan masyarakat dalam


kebidanan (Edisi 1). Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Puspitasari, L. (2012). Gambaran pelaksanaan kelas ibu hamil di Puskesmas


Bangetayu Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1(2), 1054-
1060. Diakses dari http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm/article/
view/1392

Puskesmas Sambirejo.(2017). Profil Kesehatan Puskesmas Sambirejo Tahun


2016. Sambirejo.

Puskesmas Sambirejo.(2018). Profil Kesehatan Puskesmas Sambirejo Tahun


2017. Sambirejo.

Rafidah, A. (2016). Gambaran manajemen kelas ibu hamil di Puskesmas


Kampung Sawah Kota Tangerang-Banten Tahun 2016 (Skripsi, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta). Diakses dari http://repository.uinjkt.ac.id

Rohmah, N. (2010). Pendidikan prenatal upaya promosi kesehatan bagi ibu hamil
(Edisi 1). Depok: Gramata Publishing.

Saryono & Mekar, D. A. (2010). Metodologi penelitian kualitatif dalam bidang


kesehatan (Edisi 1). Yogyakarta: Nuha Medika.
66

Sumantri, A. (2011). Metodologi penelitian kesehatan (Edisi 1). Jakarta: Kencana


Prenada Media Group.
67

Lampiran 1. Pedoman Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

Analisis Implementasi Kelas Ibu Hamil di UPT Puskesmas


Sambirejo Kabupaten Langkat tahun 2018

Daftar Pertanyaan untuk Kepala UPT Puskesmas Sambirejo


1. Data Umum
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
Tanggal Wawancara :
2. Data Khusus
a. Input
1) Kapan Kelas Ibu Hamil mulai dilaksanakan di Puskesmas
Sambirejo ?
2) Apakah ada arahan yang Ibu berikan selaku Kepala Puskesmas
kepada petugas Puskesmas dalam pelaksanaan KIH?
3) Apa saja yang mendukung implementasi program KIH di
Puskesmas Sambirejo ?
4) Adakah bantuan (seperti fasilitator, alat-alat peraga ibu hamil, dll)
serta dana dari Dinas Kesehatan dan stakeholder terkait, untuk
mendukung pelaksanaan program KIH ?
5) Siapa sajakah petugas kesehatan di Puskesmas Sambirejo ? Apakah
petugas kesehatan tersebut sudah mendapatkan pelatihan?
6) Apakah tersedia pendanaan untuk kelas ibu hamil ? Darimanakah
sumber pendanaan tersebut ?
b. Proses
1) Bagaimana pelaksanaan KIH di Puskesmas Sambirejo ?
2) Siapa stakeholder yang terlibat dalam pelaksanaan program KIH di
3) Puskesmas Sambirejo ?
4) Bagaimana koordinasi Puskesmas dengan Dinkes Kab. Langkat
terkait pelaksanaan program KIH ?
5) Apakah ada perencanaan pengembangan kelas ibu hamil ?
6) Bagaimana proses pelaporan (alur kebijakan) puskesmas ke Dinkes
Kab. Langkat terhadap pelaksanaan program KIH ?
7) Hambatan apa saja yang dihadapi dalam manajemen pelaksanaan
program KIH ? Bagaimana mengatasi hambatan tersebut ?

Daftar Pertanyaan untuk Bidan Koordinator Puskesmas Sambirejo


1. Data Umum
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
68

Tanggal Wawancara :
2. Data Khusus
a. Input
1) Apakah ada arahan dari pimpinan Puskesmas untuk pelaksanaan
KIH di Puskesmas Sambirejo ?
2) Bagaimana koordinasi antara Bidan Koordinator KIA dengan
petugas KIA dalam pelaksanaan KIH ?
3) Langkah-langkah apa saja yang dilakukan Puskesmas untuk
mengumpulkan ibu hamil agar mengikuti KIH ?
4) Apa saja yang mendukung implementasi program KIH di
Puskesmas Sambirejo ?
5) Adakah bantuan (seperti fasilitator, alat-alat peraga ibu hamil, dll)
serta dana dari Dinas Kesehatan dan stakeholder terkait, untuk
mendukung pelaksanaan program KIH ?
6) Siapa sajakah petugas kesehatan di Puskesmas Sambirejo ? Apakah
petugas kesehatan tersebut sudah mendapatkan pelatihan?
7) Apakah tersedia pendanaan untuk kelas ibu hamil ? Darimanakah
sumber pendanaan tersebut ?
b. Proses
1) Bagaimana pelaksanaan KIH di Puskesmas Sambirejo ?
2) Siapa stakeholder yang terlibat dalam pelaksanaan program KIH di
Puskesmas Sambirejo ?

3) Bagaimana koordinasi Puskesmas dengan Dinkes Kab. Langkat


terkait pelaksanaan program KIH ?
4) Apakah ada perencanaan pengembangan kelas ibu hamil ?
5) Bagaimana proses pelaporan (alur kebijakan) puskesmas ke Dinkes
Kab. Langkat terhadap pelaksanaan program KIH ?
6) Hambatan apa saja yang dihadapi dalam manajemen pelaksanaan
program KIH ? Bagaimana mengatasi hambatan tersebut ?

Daftar Pertanyaan untuk Staff Puskesmas KIA Puskesmas Sambirejo


1. Data Umum
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
Tanggal Wawancara :
2. Data Khusus
a. Input
1) Apakah ada arahan dari pimpinan Puskesmas untuk pelaksanaan KIH
di Puskesmas Sambirejo ?
2) Bagaimana koordinasi antara Bidan Koordinator KIA dengan petugas
KIA dalam pelaksanaan KIH ?
3) Langkah-langkah apa saja yang dilakukan Puskesmas untuk
mengumpulkan ibu hamil agar mengikuti KIH ?
69

4) Apa saja yang mendukung implementasi program KIH di Puskesmas


Sambirejo ?
5) Adakah bantuan (seperti fasilitator, alat-alat peraga ibu hamil, dll)
serta dana dari Dinas Kesehatan dan stakeholder terkait, untuk
mendukung pelaksanaan program KIH ?
6) Siapa sajakah petugas kesehatan di Puskesmas Sambirejo ? Apakah
petugas kesehatan tersebut sudah mendapatkan pelatihan?
7) Apakah tersedia pendanaan untuk kelas ibu hamil ? Darimanakah
sumber pendanaan tersebut ?
b. Proses
1) Bagaimana pelaksanaan KIH di Puskesmas Sambirejo ?
2) Siapa stakeholder yang terlibat dalam pelaksanaan program KIH
di Puskesmas Sambirejo ?
3) Bagaimana koordinasi Puskesmas dengan Dinkes Kab. Langkat
terkait pelaksanaan program KIH ?
4) Apakah ada perencanaan pengembangan kelas ibu hamil ?
5) Bagaimana proses pelaporan (alur kebijakan) puskesmas ke
Dinkes Kab. Langkat terhadap pelaksanaan program KIH ?
6) Hambatan apa saja yang dihadapi dalam manajemen pelaksanaan
program KIH ? Bagaimana mengatasi hambatan tersebut ?

Daftar Pertanyaan untuk Bidan Desa Puskesmas Sambirejo


1. Data Umum
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
Tanggal Wawancara :
2. Data Khusus
a. Input
1) Bagaimana pelaksanaan program KIH di Puskesmas Sambirejo ?
Apakah bidan desa mengikuti pelatihan program KIH ?
2) Siapa sajakah petugas kesehatan di Puskesmas Sambirejo ?
Apakah petugas kesehatan tersebut sudah mendapatkan pelatihan?
3) Apakah tersedia pendanaan untuk kelas ibu hamil ? Darimanakah
sumber pendanaan tersebut ?
b. Proses
1) Bagaimana pelaksanaan KIH di Puskesmas Sambirejo, terkhusus
di desa sebagai tempat pelaksanaan ?
2) Apakah pernah dilakukan monitoring fasilitator KIH oleh
Puskesmas ke bidan desa ?
3) Cara apa saja yang dilakukan puskesmas untuk memberikan
informasi mengenai pentingnya program KIH ? Bagaimana
antusiasme ibu-ibu hamil terhadap informasi tersebut ?
4) Adakah keterlibatan kader dalam pelaksanaan program KIH ? Jika
ada, apakah kader sudah dilatih ?
70

5) Hambatan apa saja yang dihadapi saat pelaksanaan program KIH ?


6) Adakah saran serta rekomendasi Ibu untuk peningkatan program
KIH ke depannya ?

Daftar Pertanyaan untuk Peserta Kelas Ibu Hamil di Puskesmas Sambirejo


1. Data Umum
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
Tanggal Wawancara :
2. Data Khusus
1) Apakah ibu tertarik dengan program KIH yang dilaksanakan oleh
pemerintah melalui Puskesmas ? Mengapa ?
2) Apakah ada manfaat yang ibu rasakan saat mengikuti KIH ?
3) Sudah berapa kali Ibu mengikuti Kelas Ibu Hamil yang dilaksanakan
oleh Puskesmas ?
4) Bagaimana pelaksanaan KIH di puskesmas daerah tempat ibu
tinggal/tempat ibu memeriksakan kehamilan ?
5) Apakah menurut ibu pelaksanaan KIH di puskesmas daerah tempat ibu
tinggal/tempat ibu telah berhasil dengan baik ?
6) Bagaimana peranan petugas Puskesmas dalam melakukan program
KIH?
7) Bagaimana peran suami selama ibu menjalani masa kehamilan?
8) Adakah saran yang ingin ibu sampaikan untuk peningkatan program
KIH ke depannya ?
71

Lampiran 2. Hasil Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

Analisis Implementasi Kelas Ibu Hamil di UPT Puskesmas Sambirejo


Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2018
1. Input
a. Ketersediaan Sumber Daya Manusia pada pelaksanaan Kelas Ibu Hamil di
Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
Matriks 1

Pernyataan Informan Mengenai Jumlah Sumber Daya Manusia Pelaksana KIH di


UPT Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat

Informan Jawaban
Informan 1 Semuanya, semuanya mendukung deh, kalau secara sektoral dinas
kesehatan mendukung jelas ya,, kemudian dari program lain kan
banyak juga kita. Kalau bidan ga ada masalah, kita jumlah bidan
ga masalah, pelatihan sekali-sekali, emm kalau kalian kan
mikirnya pelatihan itu satu dua hari yaa, tapi ini hanya semacam
diseminasi pertemuan-pertemuan biasa, berkala, setahun bisa
empat kali yang diutus bikor
Cuma mungkin dari program kami gini, misalnya,ee,,apa
namanya,,apa sih,, program P2P ya kan, sekarang kan ibu hamil
harus periksa HIV,periksa golongan darah,periksa lain-lain dari lab
itu untuk program lintas puskesmas itu jelas.
Informan 2 Pelatihan bidan dari dinas, biasanya,,ee satu sampai empat kali
setahun lah, saya yang diutus sebagai bikor.
Informan 3 Pelatihan ada, udah lama,, dari dinas orang tu dari kesga. Orang itu
bidan, kadang ada bawa narasumber dari luar, ada juga dokter.
Setahun sekali, pernah tiga tahun sekali.
Informan 4 Ikut pelatihan pernah satu kali, setelah itu jarang dengar ada lagi.
Informan 5 Bidan yang kasih materi sama periksa kehamilan.
Informan 6 Ada bu bidan untuk tanya-tanya tentang kehamilan
Informan 7 Bidan ada terus, kalau dokter belum pernah sih dek

b. Ketersediaan Tim Pelaksana pada pelaksanaan Kelas Ibu Hamil di


Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat

Matriks 2
Pernyataan Informan Mengenai Tim Pelaksana pada pelaksanaan KIH di UPT
Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
Informan Jawaban
Informan 1 Iya, setiap bulan kita ada tim pelaksananya.
Informan 2 Pertama,, bentuk tim,, tim nya itu bidan desa, petugas
puskesmas,,tiap pelaksanaan kelas ada tim nya setiap bulan
Informan 3 Dia setiap bulannya ada nama-nama timnya, ada 3 orang, ada
bidan desa, ada petugas puskesmasnya
72

Informan 4 Setiap kelas kita ada tim nya, disetiap desa


c. Keterlibatan Kader pada pelaksanaan Kelas Ibu Hamil di Puskesmas
Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat

Matriks 3
Pernyataan Informan Mengenai Keterlibatan Kader KIH di UPT Puskesmas
Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
Informan Jawaban
Informan 1 Kemudian lintas program untuk,,ee,, lintas sektor desa itu kan
sangat berpengaruh, kader desa itu kan mereka yang
mengumpulkan ibu-ibu hamil, dikumpulkan di suatu tempat untuk
kita kasih penyuluhan ibu hamil. Ya ada kader, mereka mitra nya
bidan desa itu kader sama kepala desa lah, pkk dalam hal ini
Informan 2 Bekerja sama kader desa, home visit ke rumah-rumah ibu-ibu
yang tdak datang kelas ibu hamil. Di kelas ibu hamil sekalian
periksa ANC lah, sama petugas puskesmas dan bidan desa
Informan 3 Kadang kader posyandu itu udah tau mana ibu-ibu yang hamil,
orang tu yang bantu-bantu bidan desa
Informan 4 Kader ada di setiap dusun, kayak di desa Suka Makmur ini kan
ada 7 dusun jadi ada 7 kader,, nii kader nya tadi wa, nanya, kak
hari ini ada kelas ibu hamil ya?, karena biasanya kader yang
ngajak-ngajak ibu hamil. Kalau ada ibu-ibu yang gak dateng kita
home visit kerumahnya,,kita datengin,,
Informan 5 Kader ada ibu-ibu yang ajak ikut kelas ibu hamil, kadang diajakin
kalau ga datang ditanyain.
Informan 6 Kalo kader ada,ee, biasanya yang ngajak-ngajak, ayo ibu-ibu
gituu..
Informan 7 Kader di desa ada, biasanya kader posyandu.

d. Sarana dan Prasarana pada pelaksanaan Kelas Ibu Hamil di Puskesmas


Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat

Matriks 4
Pernyataan Informan Mengenai Sarana dan Prasarana Pelaksanaan KIH di
UPT Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
Informan Jawaban
Informan 1 Sarana dan prasarana,, kalau untuk kelas ibu hamil sudah lengkap
lah, kita ada UGD, ada ambulans juga untuk alat-alat nya sudah
cukup terpenuhilah,, kalau untuk KIH mungkin alat peraga iya,
lembar balik kelas ibu hamil kan kita pake itu
Informan 2 Kalau sarana prasarana,,ee,, fasilitas untuk kelas ibu ini udah
lengkaplah saya rasa.
Informan 3 Fasilitas untuk kelas ibu udah cukup lengkap, kalau tempat kita di
Pustu atau di rumah warga, eee,, kalau buat peralatan kadang ada
kita pake lembar balik tuh gambar, ada kadang penyuluhan.
Fasilitator nya bidan puskesmas sama bidan desa
73

Informan 4 Kalau itu lengkap lah dek menurut saya, dari buku pedoman kita
ada, alat-alat pemeriksaan juga ada. Kalaupun tempat kita
sebagian di rumah warga itu sebenarnya sekalian untuk
pemberdayaan masyarakat aja ya dek, jadi biar masyakat juga
merasa kelas ibu ini bagian dari ehm, mereka gitu.
Informan 5 Kalo untuk fasilitas lengkap sih, palingan ruangan ini aja dek
agak pengap tapi alat-alat periksa lain ada kok
Informan 6 Fasilitas cukup lengkap, ada alat periksa juga
Informan 7 Fasilitas untuk kelas ini kayaknya lengkap,, biasanya kalau
periksa saya sih ke praktik bidan, saya ada bidan sendiri

e. Pendanaan pada pelaksanaan Kelas Ibu Hamil di Puskesmas Sambirejo


Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat

Matriks 5
Pernyataan Informan Mengenai Pendanaan Pelaksanaan KIH di UPT
Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
Informan Jawaban
Informan 1 Pendanaannya dari BOK dan dari Puskesmas. Tidak semua dari
Puskesmas. Gini loh kalau dari puskesmas itu gini, kita dari BOK
tidak 12 bulan. Satu desa dibiayai satu kelas ibu, tetapi saya
punya satu desa ada dua kelas ibu gitu, jadi ada yang dibiayai, ada
juga yang tidak, artinya apa,, bahwa kelas ibu hamil dilaksanakan
penuh oleh,,ee,,apa puskesmas Sambirejo atau disupport sebagian
oleh BOK iya. Yang masuk pendanaan PMT sama transport
petugas.
Informan 2 Biaya nya dari BOK sebagian lagi dari Puskesmas karena kita
punya lebih dari satu kelas ibu hamil di setiap desa nya.
Informan 3 Dari BOK itu,,nanti bidan desa kasih rincian biaya terus dikasih
ke Puskesmas, nanti diketahui sama Kapus juga.
Informan 4 Pendanaan dari ee,,apa nama nya itu,,ee,BOK dek. Nanti kita buat
pengeluaran terus kita kasih ke puskesmas. Pengeluaran nya
untuk makanan sama aqua ini lah dek.

2. Proses
a. Tahap Persiapan Pelaksanaan KIH di UPT Puskesmas Sambirejo
Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2018

Matriks 6
Pernyataan Informan Mengenai Tahap Persiapan KIH di UPT Puskesmas
Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
Informan Jawaban
Informan 1 Pasti ada arahan, karena mereka kan bikin dokumentasi ibu hamil,
SOP, kerangka acauan, laporan dan itu semua diketahui oleh
kepala Puskesmas.
Informan 2 Ada arahan dari Kapus, dan semua laporan pelaksanannya kan
74

nanti harus diketahui sama Kapus.


Informan 3 Arahan ada lah. Kalau untuk arahan dari kapus ada lah dek, tapi
sifatnya,,lebih ke mengawasi.
Informan 4 Pengarahan sebelum kelas ibu hamil itu ada ya dari Puskesmas
biasanya tentang materi dan jadwal dek, nanti kan dari Puskesmas
nanya di desa ini kesepakatan kelas ibu hamil nya tanggal berapa,
dimana tempatnya ya gitulah.

b. Persiapan Jadwal dan Materi Pelaksanaan KIH di UPT Puskesmas


Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2018

Matriks 7
Pernyataan Informan Mengenai Persiapan Jadwal dan Materi KIH di UPT
Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
Informan Jawaban
Informan 1 Jadwal itu tadi dibuat sama tim ya, materi dan kerangka acuan juga
mereka yang buat. Yang jelas pelaksanaan nya setiap bulan di
setiap desa.
Informan 2 Kita yang buat jadwal, nanti disepakati sama ibu hamil, itu
biasanya bidan desa yang nanya ke mereka, baru kita ikutin. Untuk
materi kita ambil dari lembar balik lah,iya gitu..
Informan 3 Kadang ibu hamilnya ada juga yang dia kita tentukan tanggal dia
mau, ada yang dia misalnya tanggal 19, bulan depan tanggal 19 itu
jatuhnya hari jumat, orang tu ga mau hari pendek, orang tu
mintanya di hari sabtu. Ada yang dia (desa) tetap mau tanggal
19,adakayak di Kwala Gumit dia minta nya hari Sabtu. Ada yang
dia (desa) mau hari apapun ga masalah yang penting tanggal nya
yang tiap bulan depan itu juga, beda-beda tiap desa.. Waktunya
biasa jam-jam 10 paling lama jam 12.
Informan 4 Pelaksanaan kelas ibu biasanya jadwal disepakati, kayak ini kan
tanggal 16 padahal seharusnya kelas nya tanggal 18 tapi karena
gabisa jadi dipercepat ke tanggal 16, biasanya buat jadwal ditanya
lagi ke ibu-ibu hamilnya.
Informan 5 Waktu nya sekitaran jam 10 nanti siap jam segini, jam 12.
Biasanya di tanggal 18 tiap bulan, terus materi nya tentang
kehamilan, ada periksa tinggi sama berat pokoknya periksa
kehamilan gitu dek.
Informan 6 Biasanya di tanggal 18 tiap bulan mulai kadang jam 9 atau jam 10,
nanti materi dikasih bu bidan terus kita tanya-tanya lah masalah
kita selama kehamilan, ada diskusi juga sama ibu-ibu yang udah
pernah melahirkan
Informan 7 Ikut terus saya tiap bulan dari bulan pertama hamil,kalau materi
nanti dibuat sama bidan ya, kadang kita minta materi lain tentang
masalah kehamilan gitu.
75

c. Persiapan Tempat Pelaksanaan KIH di UPT Puskesmas Sambirejo


Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2018
Informan Jawaban
Informan 1 Tempat pelaksanaan di Pustu yaa di rumah warga juga ada mereka
yang mau rumahnya di pakai untuk pelaksanaan kelas ibu, karena
memang masyarakat cukup antusias lah dengan adanya kelas ibu
hamil ini.
Informan 2 Tempat kita di Pustu, rumah-rumah warga, ada di balai desa.
Informan 3 Pelaksanaannya setiap desa, ada yang satu, dua sampai tiga kali di
setiap desa. Biasanya di Pustu atau di rumah warga
Informan 4 Tempat kelas nya di pustu, tapi ini Cuma sebagian dusun aja,
disana ada dusun 7 yang jauh, jadi ga mungkin kan ibu hamilnya
ke pustu, nah untuk disana kita laksanakan di rumah warga, rumah
kepala dusunmya lah, agak besar juga
Informan 5 Kelas ibu nya di Pustu aja sih dek
Informan 6 Nanti tempat kelas ibu hamilnya di Pustu sih tapi ada yang
dirumah warga tapi itu di dusun yang sebelah sana.
Informan 7 Iya tempatnya di pustu

d. Tahap Pelaksanaan KIH di UPT Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai


Kabupaten Langkat Tahun 2018

Matriks 9
Pernyataan Informan Mengenai Tahap Pelaksanaan KIH di UPT Puskesmas
Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
Informan Jawaban
Informan 1 Di kelas ibu hamil kan kita melaksanakan ANC, nah distu kan
otomatis cakupannya masuk di PWS-KIA.
Informan 2 Bekerja sama kader desa, home visit ke rumah-rumah ibu-ibu yang
tidak datang kelas ibu hamil. Di kelas ibu hamil sekalian periksa
kehamilan, ANC lah, sama petugas puskesmas dan bidan desa.
Informan 3 Kelas ibu nya dilaksanakan di desa ya, sekalian pemeriksaan
kehamilan, ANC juga. Kadang ada kita pake lembar balik tuh
gambar, ada kadang penyuluhan. Fasilitator nya bidan puskesmas
sama bidan desa..
Informan 4 Pelaksanaannya sekalian dengan ANC yaa,, biasanya ada 10 sampe
15 orang lah dalam satu kelas ini, dan semua bumil di kecamatan
ini ikut kelas ibu hamil. Rata-rata yang ikut ini usia kandungannya
2 bulan,, kan udah liat tadi yaa,,ada yang hamil pertama, ada yang
anak kedua gitu.
Informan 5 Kelas ibu nya, bareng sama ee,, itu periksa kehamilan lah
Informan 6 Nanti ada ukur berat badan, terus ada dikasih tau pantangan selama
hamil, jadi lebih tau tentang kehamilan, apalagi ini kan anak
pertama ya,hehe..
Informan 7 Iya, nanti ada dikasih materi terus periksa terus dikasih pmt kita
nya..
76

e. Sosialisasi Stake Holder Pelaksanaan KIH di UPT Puskesmas Sambirejo


Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2018

Matriks 10
Pernyataan Informan Mengenai Sosialisasi Stake Holder Pelaksanaan KIH di
UPT Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
Informan Jawaban
Informan 1 Kalo kecamatan kita hanya laporan saja,,ee,,kita selalu kasih
jadwal, jadwal kegiatan, semua jadwal kegiatan puskesmas itu
camat ada. Jadi mau mereka datang atau tidak terserah mereka.
Termasuk kapolsek pun kami, kapolsek,danramil, jadi mereka tetep
dikasih jadwal supaya mereka kalau mau buat pertemuan boleh
saja, melibatkan diri.
Informan 2 Camat, kapolsek danramil gitu-gitu.
Informan 3 Sosialisasi melalui kader,,ee,, untuk supaya ibu hamil nya ini
kumpul sesuai kesepakatan, selain itu sama ibu PKK.
Informan 4 Stake holder kita disini dari kecamatan,,emm,,kader posyandu juga
yaa, selain itu ibu kepala desa, ibu kepala dusun juga ikut,,ee
partisipasilah. Bahkan ada ibu kepala dusun yang rumahnya dipakai
untuk pelaksanaan KIH dek.
Informan 5 Kalau ibu kepala dusun ikutlah kadang-kadang
Informan 6 Belum pernah liat sih kalau ibu pkk, mungkin saya nya aja yang gak
tau, karena baru ikut kali yaa..
Informan 7 Ibu kepala dusun pernah liat, tapi yang sering sih kader liat gitu aja

f. Keikutsertaan Suami Pada Pelaksanaan KIH di UPT Puskesmas Sambirejo


Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2018

Matriks 11
Pernyataan Informan Mengenai Keikutsertaan Suami Pada Pelaksanaan KIH di
UPT Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
Informan Jawaban
Informan 1 Peran suami itu yang agak sulit, belum optimal ya.
Karena suami kan bekerja ada yang merantau, jadi
tidak,tidak bisa kita paksakanlah. Sejauh ini gitu sih.
Informan 2 Kalo untuk peran suami ya, seharusnya kan ikut tapi
jarang lah karena suami masih merasa tabu, ada juga yang
suami nya kerja, ada yang suaminya di perantauan.
Informan 3 Kadang kita kan sarankan ibu hamil ini ikut suami, suami
nya ga ikut, seharusnya kan suami ikut.Karena kan suami
nya kerja, cari uang, jadi istrinya tu diantar tetangga,
kadang dia pergi sendiri,kadang diantar saudara. Itulah
yang kadang ga datang-datang itu dijemput sama
bidannya, ada yang ditelfon.
Informan 4 Tidak ada hambatan sih dekk,,ee,,karena memang udah
rutin dilaksanakan setiap bulan. Paling di buku pedoman
77

kan ada ya suami ikut dalam kelas ibu, tapi gak bisa
karena kalau jam-jam segini kan pasti pada kerja,atau ada
suami nya yang merantau. Palingan sebagian cuma
nganter aja.
Informan 5 Suami kerja dek makanya gak bisa ikut, tapi kalau
nganter ke bidan buat periksa sekali sebulan dia ikut
antar.
Informan 6 Suami saya kerja jadi gak bisa ngantar, apalagi ikut gitu.
Informan 7 Suami paling cuma nganter aja, ga ikut masuk karena ini
kan banyak ibu-ibu juga yaa.
g. Tahap Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan KIH di UPT
Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2018

Matriks 12
Pernyataan Informan Mengenai Tahap Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
Pada Pelaksanaan KIH di UPT Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai
Kabupaten Langkat
Informan Jawaban
Informan 1 Koordinasi ke dinas kesehatan bentuknya laporan, pelaksanaan, isi
laporannya ya LPD, laporan kegiatan termasuk foto. Kan ada PWS-
KIA. PWS-KIA itu kan semua kegiatan KIA ada disitu, jadi
otomatis kelas ibu hamil tidak spesifik di tabel itu tidak, tetapi
disitu kan ada kita melaksanakan ANC, disitu kan, Laporannya ke
dinkes bentuknya PWS-KIA juga bentuk laporan keuangan.
Evaluasi belum kita laksanakan secara penuh ya, biasanya diantara
bidan koordinator dan tim pelaksana saja. Kalau evaluasi per tahun
bahannya itu berasal dari dokumen pelaksanaan selama setahun itu,
kita evaluasi lalu dari sana kita buat kerangka acuan, SOP sama
perencanaan untuk pelaksanaan selanjutnya lah.
Informan 2 Monitoring selalu ya,, setiap kelas ibu hamil,, kan ada dokumen
SPT, daftar hadir sama laporan perjalanan, nanti hasil ANC kita
buat ke laporan PWS-KIA. Untuk evaluasi biasanya kita rapat, tapi
gak nentu ya, sesekali aja dalam beberapa bulan. Tapi yang pasti itu
rapat akhir tahun sekalian evaluasi sama ee,,apa pembuatan
kerangka acuan, SOP.
Informan 3 Eee, monitoring berjalan lah, setiap kelas ibu hamil di monitoring,
kan disana ada fasilitator dan petugas puskesmas, nanti hasil
monitoring dibuat ke laporan, laporan PWS-KIA. Kalau evaluasi itu
gak nentu waktunya kadang ada, kadang ga ada. Tapi kalau tiap
tahun kita ada evaluasi akhir lah.
Informan 4 Kalau monitoring,,ee,,setiap kelas ibu hamil lah. Yang datang
monitoring secara langsung biasanya bidan koordinator, ibu itu
yang ke lapangan untuk liat-liat. Pelaksanaan evaluasi kalau dari
tim jarang yaa, yang pasti itu sekali setahun lah dek.
78

h. Alur Pelaporan Pelaksanaan KIH di UPT Puskesmas Sambirejo Kecamatan


Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2018
Matriks 13
Pernyataan Informan Mengenai Alur Pelaporan Pada Pelaksanaan KIH di UPT
Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
Informan Jawaban
Informan 1 Dari bidan desa melapor ke bikor. Bidan koordinator merekapitulasi
kemudian saya tanda tangani untuk dilaporkan ke kabupaten, ke
seksi KIA nya.
Informan 2 Nanti bidan desa kasih laporan pelaksanaan itu, terus direkapitulasi
di Puskesmas sama bagian KIA-KB UKM yang khusus di
Lapangan terus ditanda tangani Kapus dan dikasih ke Dinkes.
Informan 3 Nanti laporan dari desa kami rekapitulasi terus ditanda tangani
Kapus, hasil laporannya setiap bulan di klip terus Puskesmas kasih
ke Dinas Kesehatan sebagai laporan lah.
Informan 4 Hasil pelaksanaan setiap pertemuan saya kasih ke petugas
Puskesmas dek,, yang ikut juga tadi di kelas ibu hamil, nanti di
rekap lah di sana, di Puskesmas terus nanti dikasih ke dinas.

i. Pengembangan KIH di UPT Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai


Kabupaten Langkat Tahun 2018

Matriks 14
Pernyataan Informan Mengenai Pengembangan KIH di UPT Puskesmas
Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
Informan Jawaban
Informan 1 Pengembangan kelas ibu hamil itu kita masuk ke kelas persiapan
persalinan, jadi hanya diberikan kepada, kita bikin kelas persiapan
persalinan, sasarannya adalah trimester ketiga, supaya mereka aman
bersalin, apa ya istilahnya ya, persiapan lahir batin lah untuk
persalinan gitu. Makanya bunyinya kelas persiapan persalinanni
tahun ini.
Konsepnya sama dengan kelas ibu hamil, hanya materi nya berbeda,
ya. Penambahan materi yang diberikan oleh ee,, apa
namanya,,spesialis, dokter spesialis anak dalam perawatan bayi,
atau spesialis ee,, obygn.
Informan 2 Pengembangannya, kelas persiapan persalinan,,ee,,terus inginnya
membuat ibu hamil itu mandiri lah dek, yaa punya kesadaran diri,
ga manja dan bisa ngurus kehamilannya sendiri.
Informan 3 Pengembangan, kelas persiapan persalinan, untuk trimester ketiga,
dilaksanakan di desa, itu baru tahun ini lah dilaksanakan. Eee,,
jadwalnya untuk bulan ini masih kami bikin sama kayak kelas ibu
hamil, cuman membedakannya nanti dipisah, karena kan untuk ibu
hamil trimester ketiga, jadi dipisah buat pembinaannya.
Informan 4 Iya, kita ada kelas persiapan persalinan,, tapi untuk ibu hamil
dengan usia trimester ketiga, baru tahun inilah dimulai,,biar ibu-ibu
79

hamil itu lebih mandiri lah, terutama persalinan aman, karena kan
ini udah gak ada lagi dukun ya, jadi semua nya udah bersalin ke
faskes, ada yang ke Rumah Sakit, Bidan Desa, Puskesmas, ada juga
yang ke praktik bidan mandiri. Jadwalnya masih sama kayak kelas
ibu, mungkin materi nya aja yang beda.
80

Lampiran 3. Peralatan dalam Implementasi Kelas Ibu Hamil di UPT Puskesmas


Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2019

No. Alat Keterangan


1 Ruangan ukuran 4m x 5m Ada
2 Tikar / Karpet Ada
3 Alat Peraga Ada
4 Matras Ada
5 Buku Pedoman KIH dan Fasilitator Ada
6 Lembar Balik Ada
7 Meja Periksa Ada
8 Tensi Darah Ada
9 Pengukur Tinggi Badan Ada
10 Pengukur LiLA Ada
11 Timbangan BB Ada
81

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Wawancara dengan Kepala UPT. Puskesmas Sambirejo

Gambar 2. Wawancara dengan Bidan Koordinator UPT Puskesmas Sambirejo


82

Gambar 3. Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

Gambar 4. Wawancara dengan peserta kelas ibu hamil


83

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian


84

Lampiran 6. Surat Keterangan Selesai Penelitian


85

Lampiran 7. RPK/POA Kelas Ibu


86

Lampiran 8. Surat Perintah Tugas Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil


87

Lampiran 9. Laporan Perjalanan Dinas Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil


88

Lampiran 10. Daftar Hadir Kelas Ibu Hamil


89

Lampiran 11. Jadwal Kelas Ibu Hamil


90

Lampiran 12. Log Book Program KIA-KB UKM

Anda mungkin juga menyukai