Anda di halaman 1dari 81

KARYA TULIS ILMIAH

APLIKASI TERAPI BERMAIN MENGGAMBAR DEKORATIF


TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA
ANAK USIA PRASEKOLAH DI PERUM GUNTENG
REGENCY KARANGTENGAH CIANJUR

Disusun Oleh :

Rudi Rahayu

42010419147

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON

2022
KARYA TULIS ILMIAH

APLIKASI TERAPI BERMAIN MENGGAMBAR DEKORATIF


TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA
ANAK USIA PRASEKOLAH DI PERUM GUNTENG
REGENCY KARANGTENGAH CIANJUR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Ahli


Madya Keperawatan

Disusun Oleh :

Rudi Rahayu

42010419147

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON

2022
PERNYATAAN PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim
Penguji Karya Tulis Ilmiah Program D-III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Cirebon.

Cianjur, 22 Maret 2022

Pembimbing,

Sri Hartati, Ners., M. Kep


NIK. 742003821

i
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disahkan oleh tim penguji Karya Tulis
Ilmiah Program Studi D-III Keperawatan STIKes Cirebon guna memenuhi
sebagian syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (A.Md Kep).

Mengesahkan

Program Studi D-III Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cirebon

Ketua Sidang,

Obar, Ns., M.Kep

Penguji I Penguji II

Hj. Sri Hartati, Ns., M.Kep Shinta Arini Ayu, Ners., M.Kes

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Rudi Rahayu

NIM : 42010419147

Judul Karya Tulis Ilmiah : Aplikasi Terapi Bermain Menggambar Dekoratif


Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia Prasekolah Di Perum
Gunteng Regency Karangtengah Cianjur.

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atau perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademi yang berlaku.

Cianjur, April 2022

Rudi Rahayu
NIM. 42010419147

iii
ABSTRAK

Rahayu, Rudi. 2022. Aplikasi Terapi Bermain Menggambar Dekoratif Terhadap


Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Pra Sekolah Di Perun
Gunteng Regency Karangtengah. Program D-III Keperawatan,
STIKes Cirebon. Pembimbing : Hj. Sri Hartati Ners., M. Kep

Anak usia prasekolah adalah anak dengan usia 3 sampai 6 tahun, pada usia ini anak
mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Perkembangan anak usia pra sekolah
meliputi perkembangan kognitif, sosial, bahasa serta motorik. Motorik halus adalah
kemampuan motorik terkait dengan bagian otot-otot kecil dan koordinasi dari mata
dan tangan. Pada usia ini anak diharapkan mampu untuk menguasai beberapa
keterampilan yang menuntut motorik halus, dirangsang dengan memberikan
stimulus-stimulus dalam bentuk kegiatan bermain, terapi menggambar dekoratif .
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan asuhan keperawatan yang
komprehensif pada anak usia prasekolah yang mengalami gangguan perkembangan
motorik halus dengan aplikasi tindakan terapi bermain menggambar dekoratif.
Desain penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif dengan pendekatan
studi kasus. Subjek yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 2 orang partisipan
anak usia prasekolah dengan gangguan perkembangan motorik halus. Data
penelitian ini diambil dengan menggunakan metode wawancara, observasi dan
dokumentasi hasil analisa PICOT. Hasil penelitian didapatkan tindakan pemberian
terapi bermain menggambar dekoratif efektif meningkatkan motorik halus pada
anak usia prasekolah. Rekomendasi dari penelitian ini yaitu pemberian tindakan
terapi bermain menggambar dekoratif dapat digunakan untuk perkembangan
motorik halus pada anak usia prasekolah.

Kata Kunci : Terapi Bermain Menggambar Dekoratif, Perkembangan Motorik


Halus, Anak Usia Prasekolah.

iv
ABSTRACT

Rahayu, Rudi. 2022. Application of Decorative Drawing Play Therapy on Fine


Motor Development of Pre-School Age Children in Perun Gunteng Regency
Karangtengah. D-III Nursing Program, STIKes Cirebon. Supervisor : Hj.
Sri Hartati Ners., M. Kep

Preschool age children are children aged 3 to 6 years, at this age children experience
growth and development. The development of pre-school age children includes
cognitive, social, language and motor development. Fine motor skills are motor
skills related to the small muscles and coordination of the eyes and hands. At this
age children are expected to be able to master several skills that require fine motor
skills, stimulated by providing stimuli in the form of play activities, decorative
drawing therapy. The purpose of this study was to apply comprehensive nursing
care to preschool-aged children with impaired fine motor development by applying
decorative drawing play therapy. The research design used is qualitative research
with a case study approach. The subjects taken in this study were 2 participants of
preschool age children with impaired fine motor development. The data of this
study were taken using the method of interviews, observation and documentation
of the results of the PICOT analysis. The results showed that the act of providing
decorative drawing play therapy was effective in improving fine motor skills in
preschool-aged children. The recommendation from this research is that the
therapeutic action of playing decorative drawing can be used for fine motor
development in preschool-aged children.

Keywords: Decorative Drawing Play Therapy, Fine Motor Development, Preschool


Age Children

v
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul
“Aplikasi Terapi Bermain Menggambar Dekoratif Terhadap Perkembangan
Motorik Halus Pada Anak Usia Prasekolah di Perum Gunteng Regency
Karangtengah Cianjur”. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini disusun dalam rangka
menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh gelar Ahli Madiya Keperawatan di
Program Studi Ilmu Keperawatan (D-III) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cirebon.

Pada kesempatan ini peneliti menyadari bahwa selama penyusunan Karya


Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari saran, kritik, bimbingan maupun bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, dalam kesempatan
ini peneliti menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Awis Hamid Dani, ST., M. MPd, selaku Ketua Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Cirebon.
2. Ibu Nuniek Tri Wahyuni, Ns., M.Kep, selaku Ka Prodi D-III Keperawatan
STIKes Cirebon.
3. Ibu Hj. Sri Hartati, Ners., M.Kep, selaku Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu dan memberikan ide, masukan, saran ilmiah dan
bimbingan yang sangat berharga bagi penulis dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
4. Ibu Shinta Arini Ayu, Ners., M.Kes, selaku penguji yang telah memberikan
banyak masukan serta saran pada peneliti untuk menyempurnakan karya tulis
ilmiah ini.
5. Orangtua dari An. A dan An. N yang telah meluangkan waktu dalam proses
penelitian karya tulis ilmiah ini.
6. Seluruh staf dan dosen ajar mata kuliah di Program Studi D3 Keperawatan
yang telah memberi banyak sekali ilmu kepada peneliti dalam penyusunan
karya tulis ilmiah ini.

vi
7. Keluarga dan orang-orang yang sangat saya sayangi : Bapak Hamjah (Alm),
Mamah Maryani, yang telah memberikan dorongan baik dalam bantuan doa
maupun spirit.
8. Kakak dan adik senantiasa memberikan semangat dan doa agar saya bisa
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Keluarga besar saya yang telah memberikan dukungan dan semangat agar
saya bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Seluruh sahabat yang senantiasa memberikan masukan dan arahan serta
semangat agar saya bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
11. Semua pihak yang menjadi alasan peneliti tetap berjuang dalam penyusunan
karya tulis ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini masih banyak kekurangan sehingga saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat diharapkan.
Besar harapan semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan
penuh keberkahan serta dapat diterapkan dalam perkembangan ilmu keperawatan
anak di masa yang akan datang. Semoga amal kebaikan dan kasih sayang yang telah
diberikan mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT.

Cianjur, 22 Maret 2022

Penulis.

vii
DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH ...................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................. iii

ABSTRAK .........................................................................................................................iv

ABSTRACT ........................................................................................................................ v

KATA PENGANTAR .......................................................................................................vi

DAFTAR ISI.................................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 7

A. Konsep Anak Usia Prasekolah ................................................................................ 7


B. Konsep Bermain (Menggambar Dekoratif) .......................................................... 10
C. Gangguan Perkembangan Motorik ....................................................................... 13
D. Asuhan Keperawatan ............................................................................................ 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 20

A. Desain Penelitian .................................................................................................. 20


B. Subjek Penelitian/ Partisipan ................................................................................ 20
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................ 21
D. Setting Penelitian .................................................................................................. 21
E. Metode Pengumpulan Data ................................................................................... 21
F. Metode Uji Keabsahan Data ................................................................................. 22
G. Metode Analisa Data............................................................................................. 23
H. Etika Penelitian ..................................................................................................... 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 27

viii
A. Hasil Penelitian ..................................................................................................... 27
B. Pembahasan........................................................................................................... 41
BAB V PENUTUP........................................................................................................... 50

A. Simpulan ............................................................................................................... 50
B. Saran ..................................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 52

LAMPIRAN..................................................................................................................... 55

ix
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan terdapat dalam undang-undang No.23 tahun 2002
tentang perlindungan anak. Pasal tersebut menjelaskan bahwa, anak adalah
siapa saja yang belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang masih di dalam
kandungan yang berarti segala kepentingan akan pengupayaan perlindungan
terhadap anak sudah di mulai sejak anak tersebut berada dalam kandungan
hingga berusia 18 tahun. Anak-anak yang dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan memiliki rasa keingintahuan yang besar terhadap lingkungan
sekitar. Hal ini ditandai dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan mereka.
Rasa ingin tahu tersebut memberikan kesempatan kepada anak dalam belajar
mengenal sesuatu. Perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor internal
(genetik, hormon dan kecerdasan) dan eksternal (lingkungan prenatal, budaya,
pola asuh orangtua, status sosial ekonomi keluarga, gizi, iklim, cuaca dan status
anak dalam kelaurga. Pertumbuhan anak dilihat dari status gizi. Status gizi pada
balita dipengaruhi secara tidak langsung oleh pendidikan orangtua, pekerjaan
orangtua dan sosial ekonomi (1).
Pertumbuhan anak prasekolah dapat dipantau dari status gizi. Status gizi
balita adalah status kesehatan balita yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
berat badan, panjang badan atau tinggi badan, lingkar lengan dan tebal lengan
di bawah kulit. Status gizi berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan
kecerdasan anak pada usia dini tergantung pada asupan gizi yang diterima.
Semakin rendah asupan gizi yang diterima, semakin rendah pula status gizi dan
kesehatan anak (1).
Ada banyak hal yang masih belum diketahui oleh para orangtua, yaitu
tingkat pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Setiap orang tua akan
mengharapkan anaknya tumbuh dan berkembang secara sempurna tanpa
mengalami hambatan apapun. Namun banyak faktor yang dapat berpengaruh

1
terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut dimana ada
sebagian anak yang tidak selamanya tahapan tumbuh kembangnya sesuai
dengan yang diinginkan orangtua (2).
Menurut WHO (2014), diperkirakan 5-10% anak mengalami keterlambatan
perkembangan. Kemenkes (2016) diperkirakan sekitar 1–3% khusus pada anak
dibawah usia 5 tahun di Indonesia mengalami keterlambatan perkembangan
umum yang meliputi perkembangan motorik, bahasa, sosio-emosional, dan
kognitif (3). Pada tahun 2013 Departemen Kesehatan RI melakukan skrining
perkembangan di 30 provinsi di Indonesia dan dilaporkan 45,12% bayi
mengalami gangguan perkembangan. Selain itu, hampir 30% anak di Jawa
Barat mengalami keterlambatan perkembangan dan sekitar 80% diantaranya
disebabkan oleh kurangnya stimulasi (3).
Pendidikan karakter anak sejak dini adalah langkah awal dari pembentukan
karakter anak sehingga di perlukanya pendidikan sejak awal. Karakter yang
ditanamkan sejak dini pada anak untuk menjadikan manusia memiliki
kepribadian yang baik serta akhlaq yang mulia. Pada usia dini otak anak
berkembang sangat pesat, karena usia dini dianggap sebagai usia keemasan
(golden age) yaitu masa dimana otak anak mengalami perkembangan paling
cepat sepanjang sejarah kehidupannya. Periode ini hanya berlangsung pada saat
anak dalam kandungan hingga usia dini, yaitu 0-6 tahun (4). Kegiatan yang bisa
diterapkan untuk membentuk karakter tersebut yaitu melalui kegiatan yang
berhubungan dengan anak usia dini. Kegiatan anak usia dini dalam hal ini
adalah untuk menstimulasi perkembangan motorik anak membangun karakter,
merupakan proses yang berlangsung seumur hidup. Anak-anak, akan tumbuh
menjadi pribadi yang berkarakter jika ia tumbuh pada lingkungan yang
berkarakter pula. Dengan begitu, fitrah setiap anak yang dilahirkan suci bisa
berkembang optimal. Oleh karenanya ada tiga pihak yang mempunyai peran
penting yaitu, keluarga, sekolah, dan komunitas (4).
Perkembangan motorik ialah proses tumbuh kembang pada kemampuan
gerak seorang anak. Pada dasarnya perkembangan ini berkembang sejalan
dengan kematangan saraf, otot anak ataupun kemampuan kognitifnya (4).

2
Keterampilan motorik halus merupakan komponen yang mendukung
pengembangan yang lainnya contohnya pengembangan kognitif, sosial dan
emosional anak. Pengembangan kemampuan motorik yang benar dan bertahap
akan meningkatkan kemampuan kognitif anak sehingga dapat terbentuk
kemampuan kognitif yang optimal. Pengembangan keterampilan motorik halus
dapat ditunjukkan dalam kemampuan kognitif anak yaitu ditunjukkan dengan
kemampuan mengenali, membandingkan, menghubungkan, menyelesaikan
masalah sederhana dan mempunyai banyak gagasan tentang berbagai konsep
dan gejala sederhana yang ada di lingkungannya. Kurangnya kesempatan
berpartisipasi dalam salah satu kegiatan motorik akan memperlambat
pertumbuhan dan intelektual anak (5).
Kemampuan motorik halus dirangsang dengan memberikan stimulus-
stimulus dalam bentuk kegiatan bermain, seperti meniru garis lurus, melipat
kertas, menggambar, meniru gambar, mewarnai sesuai dengan garis dan
menggambar. Menggambar atau mewarnai gambar juga dapat memberikan rasa
senang karena pada dasarnya anak usia prasekolah sudah sangat aktif dan
imajinatif selain itu anak masih tetap dapat melanjutkan perkembangan
kemampuan motorik halus dengan kegiatan menggambar, motorik halus anak
dilatih dan akan sangat berguna ketika anak mulai belajar menulis di usia
sekolah (6).
Anak suka dengan mewarnai atau menggambar, ini menjadi sebuah
keterampilan anak untuk menstimulus kemampuan sehingga anak dapat
menuangkan imajinasi dan inspirasi secara alami, anak juga dapat
mengekspresikan perasaannya dengan cara menggambar, ini berarti bisa
mengalihkan perasaan anak yang tidak di temani oleh orang tua mereka pada
saat di sekolah, jika perkembangan tidak distimulus akan menyebabkan
kemampuan yang di miliki oleh anak akan menurun, ini menjadi salah satu
kekhawatiran setiap orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak
mereka dengan baik dan benar (7).
Sehingga dengan kegiatan menggambar dapat memberikan kesempatan
kepada anak untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung oleh

3
guru ataupun kedua orang tua. Metode pemberian tugas untuk menggambar
sangatlah berguna bagi peningkatan kemampuan fisik perkembangan motorik
halus pada anak dan akan melatih otot-otot jemari anak dan dapat meningkatkan
konsentrasi terhadap suatu objek yang sedang diperhatikan oleh anak (7).
Menurut hasil penelitian Arisyadewi, Wirya, Ujiyanti (2015) yang berjudul
aplikasi terapi bermain menggambar dekoratif didapatkan hasil yaitu terdapat
pengaruh terhadap perkembangan motorik halus pada anak usia prasekolah. Hal
ini juga sejalan dengan penelitian Suwandi et all (2017) yang berjudul aplikasi
terapi bermain menggambar dekoratif didapatkan hasil yaitu terdapat pengaruh
terhadap perkembangan motorik halus pada anak usia prasekolah.
Dari uraian diatas penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Aplikasi Terapi Bermain Menggambar Dekoratif Terhadap
Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia Prasekolah Di Perum Gunteng
Regency Karangtengah Cianjur.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah
“Bagaimana Aplikasi Terapi Bermain Menggambar Dekoratif Terhadap
Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia Prasekolah Di Perum Gunteng
Regency Karangtengah Cianjur?.”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menerapkan asuhan keperawatan yang komprehensif pada anak usia
prasekolah dengan aplikasi terapi bermain menggambar dekoratif terhadap
perkembangan motorik halus pada anak usia prasekolah.

2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada partisipan yang mengalami
perkembangan motorik halus di Perum Gunteng Regency Karangtengah
Cianjur;

4
b. Menetapkan diagnosis keperawatan pada partisipan yang mengalami
perkembangan motorik halus di Perum Gunteng Regency Karangtengah
Cianjur;
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada partisipan yang mengalami
perkembangan motorik halus di Perum Gunteng Regency Karangtengah
Cianjur;
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada partisipan yang mengalami
perkembangan motorik halus di Perum Gunteng Regency Karangtengah
Cianjur;
e. Melakukan evaluasi pada partisipan yang mengalami perkembangan
motorik halus di Perum Gunteng Regency Karangtengah Cianjur;
f. Menganalisis hasil aplikasi tindakan terapi menggambar pada partisipan
yang mengalami perkembangan motorik halus di Perum Gunteng
Regency Karangtengah Cianjur;

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumber ilmu pengetahuan
keperawatan untuk memberikan wawasan baru tentang terapi alternatif yaitu
terapi bermain dengan menggambar dekoratif terhadap perkembangan
motorik halus pada anak usia prasekolah sehingga dapat digunakan sebagai
bahan perbaikan ataupun peningkatan pengetahuan.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perawat
Terapi ini diharapkan dapat memberikan referensi baru bagi
pelayanan asuhan keperawatan di wilayah kabupaten Cianjur untuk
mengelola pasien dengan terapi menggambar dekoratif.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan untuk kegiatan proses belajar mengajar
mengenai terapi menggambar dekoratif terhadap perkembangan

5
motorik halus pada klien anak prasekolah. Serta sebagai bahan bacaan
dan menambah wawasan bagi mahasiswa Stikes Cirebon.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menjadi pengalaman belajar dalam
meningkatkan pengetahuan peneliti.
d. Bagi Partisipan
Hasil dari pemberian terapi ini sangat berguna untuk pasien karena
dapat meningkatkan perkembangan motorik tanpa ada risiko efek
samping yang membahayakan pasien dan mudah di lakukan.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Anak Usia Prasekolah


1. Pengertian
Periode prasekolah mendekati tahun antara 3 dan 6 tahun. Anak-anak
menyempurnakan penguasaan terhadap tubuh mereka. Perkembangan fisik
pada anak usia prasekolah berlangsung menjadi lambat, dimana
perkembangan kognitif dan psikososial terjadi cepat. Pada masa ini dikenal
dengan golden age atau generasi emas karena masa pertumbuhan dan
perkembangan berkembang (1).
Anak-anak pada usia ini membutuhkan bahasa dan hubungan sosial yang
lebih luas, memperlajari standar peran, memperoleh kontrol dan penguasaan
diri, semakin menyadari sifat ketergantungan dan kemandirian dan mulai
membentuk konsep diri. Periode prasekolah (3-6 tahun) dimulai dari anak-
anak mulai bisa bergerak sambil berdiri sampai mereka masuk sekolah,
dicirikan dengan aktivitas yang tinggi dan penemuan-penemuan (1).
Menurut Wong (2008) anak usia prasekolah mempunyai usia 3-5 tahun.
Pencapaian perkembangan anak usia prasekolah yaitu biologis, psikososial,
kognitif, spiritual, dan sosial. keberhasilan pencapaiaan tingkat pertumbuhan
dan perkembangan sebelumnya sangat penting bagi anak prasekolah untuk
memperluas tugas-tugas yang telah mereka kuasai selama masa toddler.
2. Perkembangan dan pertumbuhan anak usia prasekolah
Perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor internal (genetik, hormon
dan kecerdasan) dan eksternal (lingkungan prenatal, budaya, pola asuh
orangtua, status sosial ekonomi keluarga, gizi, iklim, cuaca dan status anak
dalam keluarga. Pertumbuhan anak dilihat dari status gizi. Status gizi pada
balita dipengaruhi secara tidak langsung oleh pendidikan orangtua,
pekerjaan orangtua dan sosial ekonomi (1).

7
Pertumbuhan anak prasekolah dapat dipantau dari status gizi. Status gizi
balita adalah status kesehatan balita yang dihasilkan oleh keseimbangan
antara berat badan, panjang badan atau tinggi badan, lingkar lengan dan tebal
lengan di bawah kulit. Status gizi berhubungan dengan kecerdasan anak.
Pembentukan kecerdasan anak pada usia dini tergantung pada asupan gizi
yang diterima (1).
Anak usia prasekolah seringkali dapat membantu mengetahui apakah
seorang anak memiliki kebutuhan dan memberikan kesempatan untuk
intervensi dini. Intervensi awal membantu untuk merawat kebutuhan anak-
anak di tahun-tahun formatif mereka, yang biasanya menghasilkan hasil
yang jauh lebih baik daripada jika ditemukan dan diobati di kemudian hari
(8).
Pendidikan prasekolah membantu anak-anak kecil mengembangkan
keterampilan fungsi kognitif, motorik, dan fungsi eksekutif yang merupakan
dasar membangun kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional yang
baik. Lingkungan prasekolah memungkinkan anak-anak untuk
mengeksplorasi baik di dalam maupun di luar ruangan, dan yang paling
penting adalah dapat memberikan anak-anak kesempatan untuk berinteraksi
dengan teman sebayanya dan menstimulus pertumbuhan atau perkembangan
sosial dan emosional (8).
Menurut Erik Erikson, tugas perkembangan psikososial pada usia
prasekolah adalah Membangun Rasa Inisiatif Versus Rasa Bersalah, anak
usia prasekolah adalah siswa yang ingin tahu, mereka sangat antusias
mempelajari hal-hal baru. Anak usia prasekolah merasakan suatu perasaan
prestasi ketika berhasil dalam melakukan suatu kegiatan, dan merasa bangga
dengan seseorang yang membantu anak untuk menggunakan inisiatifnya.
Anak usia prasekolah ingin mengembangkan dirinya melebihi
kemampuannya, kondisi ini dapat menyebabkan dirinya merasa bersalah.
Tahap pengembangan hati nurani selesai selama periode prasekolah, dan
tahap ini merupakan dasar untuk tahap perkembangan moral yaitu anak dapat
memahami benar dan salah (8).

8
Anak-anak yang berhasil menyelesaikan tahap ini merasa aman dan
percaya diri, sedangkan mereka yang tidak berhasil dibiarkan dengan rasa
tidak mampu dan keraguan diri. Anak-anak yang memiliki kepercayaan pada
keterampilan mereka lebih mungkin untuk berhasil dalam tugas-tugas
berikutnya seperti menguasai keterampilan sosial, akademik, dan lainnya
(8).
3. Keterampilan motorik halus
Anak usia 4 hingga 5 tahun, anak-anak terus mengasah keterampilan
motorik halus dan membangun keterampilan sebelumnya. Misalnya, mereka
sekarang dapat mengancingkan dan membuka kancing pakaian mereka
sendiri. Keahlian artistik mereka meningkat, dan mereka dapat menggambar
figur tongkat sederhana dan menyalin bentuk seperti lingkaran, kotak, dan
huruf besar. Namun, menggambar bentuk yang lebih rumit mungkin
membutuhkan waktu lebih lama (9).
Keterampilan motorik halus berbeda dari keterampilan motorik kasar,
Keterampilan motorik halus diperlukan untuk banyak aspek perawatan diri
seperti anak-anak, misalnya: mengenakan sepatu, makan sendiri,
membersihkan gigi sendiri. Perkembangan motorik halus merupakan
komponen penting dari kesejahteraan anak-anak. Sejak lahir hingga usia
anak delapan tahun, anak-anak secara terus-menerus mendapatkan,
memperbaiki, dan menggabungkan fungsi dan keterampilan motorik mereka
dan menginteggrasikan keterampilan mereka (9).
Perkembangan motorik halus memiliki implikasi penting bagi
keterlibatan anak-anak dalam seni rupa, menggambar, dan pengalaman
menulis yang muncul. Kontrol motorik untuk menghasilkan teks melalui
menggambar, membuat tanda dan representasi simbol dari huruf sangat
penting dalam mengkomunikasikan pesan. Pengembangan motorik halus
sangat penting dalam mengembangkan kemampuan membuat tanda dan
menulis secara efektif, sehingga pesan dapat di komunikasikan (9).

9
B. Konsep Bermain (Menggambar Dekoratif)
Dunia anak adalah dunia bermain anak biasanya cenderung lebih banyak
menghabiskan waktunya melalui bermain hal ini dapat kita amati dalam
kehidupan sehari-hari bahwa waktu yang digunakan untuk bermain oleh anak
lebih banyak di bandingakan dengan belajarnya maka dari itu dengan memahami
hal diatas maka kita perlu menstimulus atau memberikan pembelajaran bagi
anak melalui bermain kerana belajar pada anak usia dini adalah bermain dan
bermain pada anak usia dini adalah belajar (10).
Bermain bagi anak tidak hanya memberikan kepuasan terhadap anak akan
tetapi bermain dapat pula membangun karakter dan membentuk sikap dan
kepribadian anak Docket dan Fleer berpendapat bahwa bermain merupakan
kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan memperoleh
pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya (10).
Berkaitan dengan pembelajaran di sekolah, sebenarnya banyak cara
pendekatan dan kegiatan pembelajaran yang dapat mendukung pengembangan
aspek motorik halus pada anak. Hal yang begitu di sukai oleh anak-anak adalah
seni yang merupakan salah satu proses pembelajaran yang dapat meningkatkan
keterampilan motorik halus anak. Seni adalah kegiatan manusia dalam
mengekspresikan pengalaman hidup dan kesadaran artistiknya yang melibatkan
kemampuan intuisi, kepekaan indriawi dan rasa, kemampuan intelektual,
kreativitas serta keterampilan teknik untuk menciptakan karya yang memiliki
fungsi personal atau sosial dengan menggunakan berbagai media (10).
Gambar dekoratif telah memasuki segala aspek kehidupan manusia, Dengan
demikian menggambar dekoratif memiliki peranan pada semua bidang
tergantung pada kebutuhan manusia, termasuk peranannya dalam bidang
pendidikan untuk keperluan melatih kemampuan motorik halus pada suatu
pembelajaran (10).

10
a. Definisi menggambar dekoratif
Menggambar yaitu membuat gambar. Kegiatan ini dilakukan dengan
cara mencoret, menggores, menorehkan benda tajam ke benda lain dan
memberi warna, sehingga menimbulkan gambar (5).
Menggambar dekoratif merupakan kegiatan menggambar hiasan
(ornamen) pada kertas gambar atau pada benda benda tertentu menggambar
dekoratif peranannya bisa meluas ke segala bidang, misalnya dipergunakan
sebagai bagian dari perlengkapan hidup. Pengertian dekoratif adalah
menggambar dengan tujuan mengolah suatu permukaan benda menjadi
lebih indah (5).
Gambar dekoratif adalah berupa gambar hiasan yang dalam
perwujudannya tampak rata, tidak ada kesan ruang jarak jauh dekat atau
gelap terang tidak terlalu ditonjolkan. Untuk memperoleh objek gambar
dekoratif, perlu dilakukan deformasi atau penstiliran alami. Bentuk - bentuk
objek di alam disederhanakan dan digayakan tanpa meninggalkan bentuk
aslinya. Misalnya bunga, hewan, tumbuhan yang di gayakan. Kesan tentang
bunga, hewan, tumbuhan harus masih ada pada motif itu. Dan masih banyak
motif-motif hias lain (5).
b. Tujuan menggambar dekoratif
Menggambar dekoratif itu juga bertujuan agar anak melatih otot-otot
tangan mereka, imajinasi, gagasan, ide, kreatifitas serta daya penglihatan
mereka dalam memilih warna untuk mereka tuangkan dalam media gambar
agar terlihat lebih menarik (5).
Setiap anak yang gemar menggambar dan mewarnai, kegiatan tersebut
bermanfaat untuk anak bukan hanya bagi pengembangan seni melainkan
dengan kemampuan motorik halus anak, jika dilatih dengan sangat teliti
akan berguna ketika anak mulai belajar menulis diusia sekolah (5).
c. Keterkaitan menggambar dekoratif dengan motorik halus
Salah satu tanda perkembangan anak adalah kemampuannya
berkomunikasi dengan pihak lain. Perkembangan ini merupakan bagian
perkembangan sosial. Perkembangan selanjutnya, anak akan menjelaskan

11
isi gambar yang mengungkapkan sifat temanya. Anak bisa dikatakan
berkembang jika anak tersebut telah mampu mengkoordinasikan setiap otot-
otot dan panca indera mereka dengan sesuai, seperti meniru sesuatu
kemudian di gambar kembali. Dalam hal ini kemampuan yang sedang
berkembang adalah kemampuan motorik halus. Aktifitas yang memicu
motorik halus seorang anak adalah anak sudah dapat menggambar sesuai
gagasannya, meniru bentuk, melakukan eksplorasi dengan berbagai media
dan kegiatan, menggunakan alat tulis dengan benar, menggunting sesuai
dengan pola, menempel gambar dengan tepat, mengekspresikan diri melalui
gerakan menggambar secara detail dan indicator tersebut sangat cocok pada
kegiatan menggambar dekoratif (5).

Contoh Gambar dekoratif 1

Contoh Gambar dekoratif 2

12
Contoh Gambar dekoratif 3

C. Gangguan Perkembangan Motorik


Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak
seorang anak. Pada dasarnya perkembangan ini berkembang sejalan dengan
kematangan saraf, otot anak ataupun kemampuan kognitifnya. Sehingga, setiap
gerakan sesederhana apapun adalah merupakan hasil pola interaksi yang
kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak
(4).
1. Pengertian motorik halus
Perkembangan fisik berkaitan dengan motorik. Motorik yaitu
perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang
terkoordinir antara susuan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan
motorik merupakan kesempatan untuk anak agar dapat bergerak sesuai
dengan usianya. Penggunaan otot-otot besar atau kecil memungkinkan anak
untuk memenuhi perkembangan motorik. Motorik terbagi dua, motorik
kasar dan motorik halus, Motorik kasar yaitu berkaitan dengan otot-otot
besar, seperti berlari, menendang, naik turun tangga dan lain-lain.
Sedangkan motorik halus itu berhubungan dengan otot-otot kecil, seperti,
menulis, meremas, menggunting dan lain-lain (11).
Motorik halus merupakan kemampuan individu yang berhubungan
dengan keterampilan fisik dan melibatkan otot kecil yang memerlukan
koordinasi mata dan tangan. Saraf motorik halus dapat dilatih melalui
pemberian rangsangan yang continue secara rutin (11).

13
Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan
dengan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi antara mata dan
tangan. Motorik halus dapat dilatih dan dikembangkan melalui aktivitas dan
rangsangan yang dilakukan secara terus-menerus (11).
2. Faktor yang mendukung perkembangan motorik halus
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan motorik
halus pada anak usia dini, yaitu:
a. Faktor genetik, adalah faktor keturunan. Ada beberapa faktor yang
dapat menunjang proses perkembangan motorik, misal otot kuat, syaraf
baik, dan kecerdasan yang dapat menyebabkan perkembangan motorik
halus menjadi lebih cepat.
b. Faktor Kesehatan dan Periode Prenatal adalah keadaan di mana janin
selama dalam kandungan dalam keadaan sehat, tidak keracunan, tidak
kekurangan gizi dan vitamin dapat menyebabkan perkembangan
motorik yang baik dan cepat.
c. Faktor kesulitan dalam melahirkan misalnya pada saat melahirkan
menggunakan alat bantu seperti vacuum, tang sehingga mengakibatkan
bayi mengalami kerusakan otak dan dapat memperlambat
perkembangan motorik halus bayi
d. Faktor kesehatan dan gizi setelah kelahiran akan mempercepat
perkembangan motorik.
e. Adanya rangsangan dan bimbingan serta kesempatan anak untuk
menggerakkan semua anggota tubuh akan mempercepat perkembangan
motorik.
f. Perlindungan yang berlebihan sehingga anak tidak boleh melakukan
banyak kegiatan. Misalnya anak tidak boleh naik tangga akan
menghambat perkembangan motorik halusnya.
g. Prematur adalah kelahiran bayi sebelum waktunya biasa juga akan
mempengaruhi proses perkembangan motorik halus bayi.

14
h. Individu yang memiliki kelainan baik kelainan fisik maupun psikis,
sosial dan mental biasanya akan mengalami hambatan dalam
perkembangannya.
i. Kebudayaan dalam suatu daerah juga dapat mempengaruhi
perkembangan motorik halus anak. misalnya disuatu daerah anak
perempuan tidak dibenarkan naik sepeda maka anak perempuan
tersebut tidak mendapat pelajaran mengenai naik sepeda.
j. Faktor yang menghambat perkembangan motorik halus

Dari uraian diatas dapat di katakan bahwa perkembangan motorik perlu


diperhatikan sejak masih dalam kandungan atau pada masa prenatal sampai
masa postnatal, agar motorik halus dapat berkembang dengan baik sesuai
dengan standar tingkat pencapaian perkembangan anak.
D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data, untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengkajian yang akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan serta kebenaran
data sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan
memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan respon individu
sebagaimana yang telah ditentukan dalam praktik keperawatan (12).
2. Biodata
Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan, penanggung
jawab, data dasar, pengkajian, pasien tergantung pada keparahan dan
ketertiban organ-organ lainya.
3. Pemeriksaan fisik head toe toe
a. Rambut
Infeksi dan palpasi penyebaran rontok, warna, merata atau tidak.
b. Kepala
Bentuk kepala simetris atau tidak.

15
c. Wajah
Inspeksi ekspresi wajah klien, struktur wajah klien, sembab atau
tidak, adakah kelumpuhan otot-otot fasialis atau tidak, warna sama
dengan bagian tubuh lain, tidak pucat atau ikterik, simetris atau tidak.
d. Mata
Inspeksi mata simetris atau tidak, kaji kornea sklera dan
konjungtiva kemudian palpasi apakah ada nyeri tekan atau tidak.
e. Telinga
Inspeksi telinga apakah simetris atau tidak, inspeksi daun telinga
apakah mengalami gangguan pendengaran atau tidak, kaji apakah ketika
di palpasi ada nyeri tekan atau tidak.
f. Hidung
Hidung apakah simetris atau tidak, kaji apakah terjadi
pembengkakan atau tidak, apakah terdapat benjolan atau tidak,
kemudian ketika di palpasi apakah ada nyeri tekan atau tidak.
g. Pemeriksaan mulut
Inspeksi apakah terdapat mukosa atau tidak, apakah simetris atau
tidak, palpasi apakah terdapat nyeri tekan atau tidak.
h. Leher
Inspeksi apakah simetris atau tidak, adanya kelenjar tiroid atau tidak,
terdapat nyeri tekan atau tidak ketika di palpasi.
i. Thorak
Inspeksi simetris atau tidak, auskultasi suara nafas.
j. Abdomen
Inspeksi abdomen apakah busung atau datar, auskultasi normalnya
bising usus dan bunyinya normal atau tidak.
k. Ekstermitas atas dan bawah
Ekstermitas atas inspeksi apakah simetris atau tidak, inspeksi
integritas kulit baik, kekuatan otot penuh, palpasi apakah ada nyeri tekan
atau tidak.

16
Ekstermitas bawah inspeksi apakah simetris atau tidak, inspeksi
integritas kulit baik, kekuatan otot penuh, palpasi apakah ada nyeri tekan
atau tidak.
4. Diagnosa keperawatan
Diagnosi keperawatan merupakan suatu penilaian klinik mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan
(13).

No Diagnosa
1. D.0107 Resiko gangguan
perkembangan

5. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan. Sedangkan tindakan keperawatan adalah
perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan (14).
Tindakan intervensi terdiri atas observasi terapeutik, edukasi, dan
kolaborasi (15).

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1. D.0107 Resiko - Observasi
gangguan keterampilan/perilaku - identifikasi
perkembangan sesuai usia membaik kebutuhan
- kemampuan untuk khusus anak dan
berkembang sesuai

17
dengan kelompok kemampuan
usia adaptasi anak.
- mampu melakukan
perawatan diri Terapeutik
- dukung anak
berinteraksi
dengan orang
lain
- dukung anak
dalam bermimpi
atau berfantasi
sewajarnya
- berikan mainan
yang sesuai
dengan usia anak
- sediakan
kesempatan dan
alat-alat untuk
menggambar,
melukis, dan
mewarnai

6. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan
oleh perawat dan pasien. Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan (16).
7. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan
intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah

18
diberikan. Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus
dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan
bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau
menghentikan rencana keperawatan (12).

19
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian atau strategi penelitian yang digunakan yaitu penelitian
kualitatif yang digolongkan ke dalam strategi penelitian case study research
(penelitian studi kasus). Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang memahami
fenomena tentang yang dialami oleh subjek peneliti secara menyeluruh dengan
cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah. Penelitian ini mengumpulkan data-data naratif bukan
angka dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian. Biasanya
penelitian ini memiliki beberapa jenis rancangan (design) dalam bidang sosial
dan kesehatan, metode ini merupakan salah satu bentuk penelitian formatif
yang menerapkan teknik tertentu untuk memperoleh jawaban yang mendekati
tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh semua sasaran (17).
Metode studi kasus adalah sebuah metode penelitian yang secara khusus
menyelidiki fenomena kontemporer yang terdapat di konteks yang belum jelas,
dengan menggunakan berbagai sumber data. Dalam kaitannya dengan waktu
dan tempat, secara khusus (18).
Metode ini dipilih oleh peneliti untuk mengaplikasikan Terapi Bermain
Menggambar Dekoratif Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pada Anak
Usia Prasekolah Di Perum Gunteng Regency Karangtengah Cianjur.
B. Subjek Penelitian/ Partisipan
Subjek yang akan digunakan adalah 2 orang anak usia prasekolah di Perum
Gunteng Regency Karangtengah Cianjur.
1. Kriteria inklusi
Anak usia 5 tahun (prasekolah) baik perempuan maupun laki-laki
2. Kriteria eksklusi
Anak yang mengalami hambatan perkembangan motorik.

20
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Perum Gunteng Regency
Karangtengah Cianjur.
2. Waktu
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2022.
D. Setting Penelitian
Penelitian dilaksanakan di rumah partisipan yang nyaman bagi anak dan
suhu ruangan yang tidak terlalu panas. Saat dilakukan penelitian hanya ada
partisipan, peneliti, dan orangtua.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan peneliti dalam
mengumpulkan data-data penelitian. Cara pengumpulan data tersebut meliputi:
wawancara, observasi, angket, pengukuran, atau melihat data sekunder
(statistik) seperti dokumentasi (19). Metode pengumpulan data yang digunakan
oleh peneliti ialah:
1. Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang dahulu keluarga dll). (Sumber data dari klien,
keluarga perawat lainnya). Wawancara yaitu proses komunikasi atau
interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara
penilitian dengan informan atau subjek penelitian (20). Dalam metode ini
peneliti melakukan anamnesis dengan fokus pertanyaan :
a. Pengkajian identitas klien
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan sekarang
d. Riwayat kesehatan dahulu
e. Riwayat kesehatan keluarga, dll

21
2. Observasi
Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan observasi
secara langsung kepada partisipan yang dilakukan penelitian untuk mencari
perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Dalam metode observasi ini,
instrument yang dapat digunakan adalah observasi, panduan pengamatan,
atau lembar checklist (19).
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi dengan meninjau
langsung perkembangan motorik halus anak usia prasekolah.
3. Studi dokumentasi dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data
lain yang relevan).
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa bisa
diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian,
arsip, hasil rapat, cendramata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa
dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali informasi yang terjadi di
masa silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoritik untuk memaknai
semua dokumen tersebut sehingga tidak sekedar barang yang tidak
bermakna (21). Dalam penelitian ini peneliti menuliskan dalam asuhan
keperawatan dan catatan perkembangan.
F. Metode Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dimaksukan untuk menguji kualitas data/ informasi yang
diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan validasi tinggi.
Disamping integritas peneliti (karena peneliti menjadi instrumen utama) maka
uji keabsahan data dapat menggunakan triangulasi sumber/metode. Yaitu
menggunakan klien, perawat keluarga klien, sebagai sumber informasi, sumber
dokumentasi dll. Jika informasi yang didapatkan dari sumber klien, sama
dengan yang didapatkan dari perawat dan keluarga klien, maka informasi
tersebut valid (22).
Keabsahan hasil penelitian merupakan kredibilitas hasil riset dan kekuatan
ilmiah yang digunakan untuk meningkatkan validasi dan reabilitasi. Untuk itu
digunakan :

22
1. Memperpanjang waktu pengamatan atau pengaplikasian terapi bermain
menggambar dekoratif
2. Sumber informasi menggunakan trigulasi dari tiga sumber utama yaitu
klien (anak usia prasekolah), guru, dan orangtua partisipan yang
berhubungan dengan masalah Perkembangan Motorik Halus Pada Anak
Usia Prasekolah
Trigulasi : sebagai gabungan/ kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk
mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang
berbeda (22).
1. Trigulasi metode
Dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan
cara yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan
metode wawancara (bebas/terstruktur), observasi dan survei.
Triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang
diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya.
(Pasien, perawat, keluarga).
2. Triangulasi sumber data
Menggali kebenaran informal tertentu melalui berbagai metode dan
sumber perolehan data. Misalnya selain wawancara dan observasi, peneliti
bisa menggunakan observasi terlibat, catatan resmi, catatan atau tulisan
pribadi.
G. Metode Analisa Data
Metode analisis, dalam penelitian kualtatif, penulisan deskripsi
sebagaimana yang dikemukakan (22).
1. Analisis deskriptif dengan mengembangkan kategori-kategori yang relevan
dengan tujuan.
2. Kreatifitas anak atas hasil analisis deskriptif dengan berpedoman dengan
teori yang sesuai.
3. Mengacu pada pendapat tersebut, maka dalam penelitian ini data yang
terkumpul diolah dan di interpretasikan secara kualitatif dengan maksud
menjawab masalah penelitian. Data tersebut ditafsirkan menjadi kategori-

23
kategori yang berarti menjadi bagian dari teori atau mendukung teori yang
diformulasikan secara deskriptif.

ANALISIS PICOT
P: Pasien/ problem/ populasi (seperti apa karakteristik pasien kita/ poin-poin
pentingnya saja, hal-hal yang berhubungan atau relevan).
Problem : 2 orang anak usia prasekolah dengan masalah perkembangan
motorik halus
I: Intervensi (berisikan hal berhubungan dengan intervensi yang diberikan ke
pasien).
Intervensi yang diberikan adalah aplikasi terapi bermain menggambar
dekoratif.
C: Comparison (pembanding/ hal yang dapat menjadi alternative intervensi
yang digunakan/ pembanding tindakan yang lain/relasi hubungan dari
intervensi). Peneliti mengidentifikasikan intervensi yang digunakan dalam
perencanaan.
Comparison: Penelitian ini dilakukan pada 2 orang anak dengan 2 jurnal
pembanding.
O: Outcome (hasil/ harapan yang kita inginkan dari intervensi yang diberikan).
Outcome: Aplikasi terapi bermain menggambar dekoratif dapat meningkatkan
gangguan perkembangan motorik halus pada usia anak prasekolah.
T: Timing (Waktu). Mendeskripsikan durasi dalam pengumpulan data
Time: Penelitian yang dilaksankan selama 3 hari dengan waktu 15 menit sesuai
dengan jurnal Suwandi et all (2017) Pengaruh terapi bermain menggambar
dekoratif terhadap perkembangan motorik halus pada anak usia prasekolah
dengan, Hasil bahwa sebagian besar anak menunjukan perkembangan motorik
halus dalam katergorik melebihi (advance) setelah mendapatkan menggambar
dekoratif sebanyak 4 kali, yang artinya anak dapat melakukan tugas
perkembangan yang seharusnya dikuasai oleh anak yang lebih tua.

24
H. Etika Penelitian
Indonesia memiliki standar etik penelitian kesehatan yang dimana
penelitian ini melibatkan manusia sebagai subjek didasarkan pada asas
perikemanusiaan yang merupakan salah satu dasar falsafah bangsa Indonesia,
pancasila. Dengan demikian, penelitian yang bersubjek manusia harus didasari
moral serta etika dengan memegang prinsip etika penelitian untuk menjunjung
tinggi harkat dan martabat kemanusiaan (23).
Penelitian dilakukan setelah peneliti mendapatkan izin dari pihak kampus
STIKes Cirebon dan pengambilan data penelitian dilakukan setelah mendapat
izin dari pihak klien/orang tua anak. Setelah mendapat izin persetujuan barulah
dilakukan penelitian ini dilakukan dengan sebagai berikut:
1. Informed Consed (lembar persetujuan)
Lembar persetujuan diberikan kepada respondenya yang akan diteliti,
peneliti menjelaskan maksud dari penelitian serta dampak yang mungkin
terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika responden bersedia,
maka mereka harus menandatangani surat persetujuan peneliti, jika
responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan
tetap menghormati hak-haknya (23).
2. Anonymity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan
dicantumkan nama dan lembar pengumpulan data dan cukup diberikan
kode tertentu (23).
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etik dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah–masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya
oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil penelitian (23).
4. Benefisience (Manfaat Penelitian)
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur untuk
mendapatkan hasil yang bermanfaat bagi subjek dan dapat

25
digeneralisasikan di tingkat populasi (beneficence) dan tidak boleh
membahayakan. Keterlibatan partisipan tidak seharusnya merugikan atau
memaparkan mereka pada situasi yang mereka tidak disiapkan (24). Pada
penelitian ini, peneliti melakukan pengaplikasian terapi bermain
menggambar dekoratif terhadap perkembangan motorik halus pada anak
usia prasekolah.
5. Non Malefisience (Meminimalkan Resiko)
Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan subjek
(nonmaleficence). Penelitian harus dirancang dengan teliti, resiko harus
diminimalkan dan manfaat dimaksimalkan (24). Peneliti berusaha meminta
pendampingan dari orangtua partisipan untuk meminimalkan resiko atau
kerugian pada partisipan.

26
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Pengkajian
a. Kasus I
Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 April 2022 pukul
09.00 WIB. Pengkajian dilakukan dengan metode wawancara,
observasi langsung. Hasil pengkajian didapatkan identitas
partisipan An. A dengan usia 5 tahun, jenis kelamin laki laki, suku
sunda, beragama islam, BB 18 kg, TB 108 cm, partisipan sudah
duduk di TK, alamat rumah di Perum Gunteng Regency
Karangtengah.
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik partisipan dengan
keadaan umum baik, kesadaran composmentis dengan tanda-tanda
vital yang mencakup suhu tubuh 35,4°C, nadi 82x/menit, respirasi
22x/menit. Keluhan utama An. A yaitu didapatkan hasil partisipan
belum mampu untuk meniru bentuk sesuai intruksi. An. A tidak
memiliki riwayat penyakit yang berat, hanya pernah mengalami
demam dan dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat seperti
puskesmas. Keluarga An. A tidak pernah mengalami kecelakaan
atau jatuh dan tidak memiliki riwayat alergi apapun. Riwayat
nutrisi baik, partisipan diasuh oleh orangtua dan tinggal dirumah
yang sama. Hubungan antar anggota keluarga baik, tempat tinggal
partisipan dekat dengan sekolah.
Pemeriksaan fisik head to toe didapatkan pemeriksaan
kepala bentuk bulat, dengan rambut pendek berwarna hitam, kulit
kepala bersih dan tidak ada nyeri tekan. Pemeriksaan mata dalam
keadaan normal dengan bentuk simetris, sklera putih, konjungtiva
anemis, pupil normal dan tidak ada nyeri tekan. Dibagian hidung,

27
bentuk hidung simetris, tidak ada luka, tidak ada secret dan tidak
ada nyeri tekan. Pemeriksaan telinga, telinga simetris sejajar
dengan ujung alis dan tidak ada nyeri tekan. Pemeriksaan mulut
bibir, bibir partisipan simetris, mukosa bibir sedikit kering, fungsi
pengecapan baik. Dibagian leher, tidak terdapat nyeri tekan
ataupun luka. Dibagian dada, dada partisipan simetris, tidak terapat
nyeri tekan, pergerakan dinding dada kanan dan kiri sama.
Permeriksaan abdomen, terdengar bising usus normal 9x/menit.
Ekstremitas atas, simetris kanan dan kiri, tidak ada benjolan dan
nyeri tekan, reflex pada kedua tangan baik. Ekstremitas bawah,
simetris kiri kanan, tidak ada nyeri tekan, reflex kedua kaki baik
tidak ada hambatan.
Pada saat dilakukan pengkajian partisipan tampak sehat dan
kooperatif. Orang tua partisipan mengatakan bahwa partisipan
mampu membaca tetapi masih tidak terlalu lancar namun
kemampuan menulis kurang baik. Pada saat dirumah, ketika ada
tugas sekolah partisipan terkadang susah untuk disuruh belajar,
namun orangtua partisipan selalu mendampingi dan membujuk
agar partisipan mau mengerjakan tugas. Orangtua partisipan juga
mengatakan anaknya belum mampu mandi dan menggunakan
pakaian sendiri. Ketika dilakukan penelitian, partisipan diajak
untuk melakukan beberapa kegiatan namun saat diajak berbincang
respon dari partisipan sedikit lambat untuk merespon.
Pada saat dikaji oleh penulis menggunakan aspek penilaian
KPSP didapatkan hasil bahwa terdapat poin yang belum mampu
anak capai dalam tahapan perkembangan anak usia 5 tahun.
Dengan demikian, terdapat adanya gangguan tumbuh kembang
pada partisipan.
Dari hasil pengkajian responden I, didapatkan Analisa data
sebagai berikut:

1) D.0107 Resiko gangguan perkembangan

28
Analisa data yang didapatkan pada An. A pada tanggal 25 April
2022 pukul 09.00 WIB. Secara subjektif partisipan mengatakan
belum mampu meniru bentuk sesuai intruksi. Secara objektif
partisipan tampak kebingungan ketika diintruksikan untuk
menirukan bentuk.

b. Kasus II
Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 Mei 2022 pukul
09.00 WIB. Pengkajian dilakukan dengan metode wawancara, dan
observasi langsung dan pengkajian fisik partisipan. Hasil
pengkajian didapatkan identitas partisipan An. N dengan usia 5
tahun, jenis kelamin perempuan, suku sunda, beragama islam, BB
19 kg, TB 110 cm, partisipan sudah duduk di TK, alamat rumah di
Perum Gunteng Regency Karangtengah.
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik partisipan dengan
keadaan umum baik, kesadaran composmentis dengan tanda-tanda
vital yang mencakup suhu tubuh 35,5°C, nadi 80x/menit, respirasi
22x/menit. Keluhan utama An. N yaitu didapatkan hasil partisipan
belum mampu untuk meniru bentuk sesuai intruksi. An. N tidak
memiliki riwayat penyakit yang berat, hanya pernah mengalami
demam atau diare dan dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat seperti
puskesmas. Keluarga An. N tidak pernah mengalami kecelakaan
atau jatuh dan tidak memiliki riwayat alergi apapun. Riwayat
nutrisi baik, partisipan diasuh oleh orangtua dan tinggal dirumah
yang sama. Hubungan antar anggota keluarga baik, tempat tinggal
partisipan lumayan dekat dengan sekolah.
Pemeriksaan fisik head to toe didapatkan pemeriksaan
kepala bentuk bulat, dengan rambut panjang berwarna hitam, kulit
kepala bersih dan tidak ada nyeri tekan. Pemeriksaan mata dalam
keadaan normal dengan bentuk simetris, sklera putih, konjungtiva
anemis, pupil normal dan tidak ada nyeri tekan. Dibagian hidung,
bentuk hidung simetris, tidak ada luka, tidak ada secret dan tidak

29
ada nyeri tekan. Pemeriksaan telinga, telinga simetris sejajar
dengan ujung alis dan tidak ada nyeri tekan. Pemeriksaan mulut
bibir, bibir partisipan simetris, mukosa bibir sedikit kering, fungsi
pengecapan baik. Dibagian leher, tidak terdapat nyeri tekan
ataupun luka. Dibagian dada, dada partisipan simetris, tidak terapat
nyeri tekan, pergerakan dinding dada kanan dan kiri sama.
Permeriksaan abdomen, terdengar bising usus normal 9x/menit.
Ekstremitas atas, simetris kanan dan kiri, tidak ada benjolan dan
nyeri tekan, reflex pada kedua tangan baik. Ekstremitas bawah,
simetris kiri kanan, tidak ada nyeri tekan, reflex kedua kaki baik
tidak ada hambatan.
Pada saat dilakukan pengkajian partisipan tampak sehat dan
kooperatif. Orangtua partisipan sudah bisa menulis namun
kemampuan membaca anak kurang baik. Ibu partisipan
mengatakan anaknya belum mampu berpakaian dan mandi sendiri
dan harus dibantu. Pada saat ada tugas dari sekolah, orangtua selalu
mendampingi partisipan agar mengerjakan tugas. Ketika partisipan
diajak berbincang partisipan sedikit lambat merespon perkataan
peneliti. Pada saat dikaji oleh penulis menggunakan aspek
penilaian KPSP didapatkan hasil bahwa terdapat poin yang belum
mampu untuk anak capai dalam tahapan perkembangan anak usia
5 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat gangguan tumbuh
kembang pada partisipan.
Dari hasil pengkajian responden II, didapatkan Analisa data
sebagai berikut :

1) D.0107 Resiko gangguan perkembangan


Analisa data yang didapatkan pada An. N pada tanggal 10 Mei
2022 pukul 09.00 WIB. Secara subjektif partisipan mengatakan
belum mampu meniru bentuk yang diintrusikan oleh penulis.
Secara subjektif partisipan tampak bingung ketika diintruksikan

30
untuk membuat bentuk-bentuk seperti angka dan buah ataupun
bunga bahkan membuat bentuk lingkaran.

2. Diagnosa keperawatan
a. Kasus I
1) D.0107 Resiko gangguan perkembangan
b. Kasus II
1) D.0107 Resiko gangguan perkembangan
3. Intervensi keperawatan (SIKI, Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia)
a. Kasus I
1) Berdasarkan diagnosa keperawatan yaitu D.0107 Resiko
gangguan perkembangan, tujuannya setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan status
perkembangan membaik dengan kriteria hasil
keterampilan/perilaku sesuai usia membaik,kemampuan untuk
berkembang sesuai dengan kelompok usia,mampu melakukan
perawatan diri.
2) Penulis menyusun rencana keperawatan yaitu identifikasi
pencapaian tugas perkembangan anak, motivasi anak
berinteraksi dengan anak lain, sediakan aktivitas yang
memotivasi anak berinteraksi dengan anak lainnya, fasilitasi
anak melatih keterampilan pemenuhan kebutuhan secara
mandiri, ajarkan terapi bermain menggambar dekoratif 1x
selama 3 hari dengan waktu 15 menit berjudul Pengaruh Terapi
Bermain Menggambar Dekoratif Terhadap Perkembangan
Motorik Halus Pada Anak Usia Prasekolah. Lakukan penilaian
KPSP untuk mengukur perkembangan anak, jelaskan kepada
orangtua mengenai manfaat terapi bermain menggambar
dekoratif.

31
b. Kasus II
1) Berdasarkan diagnosa keperawatan pertama yaitu D.0107
Resiko gangguan perkembangan, tujuannya setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan status
perkembangan membaik dengan kriteria hasil
keterampilan/perilaku sesuai usia membaik,kemampuan untuk
berkembang sesuai dengan kelompok usia,mampu melakukan
perawatan diri.
2) Penulis menyusun rencana keperawatan yaitu identifikasi
pencapaian tugas perkembangan anak, motivasi anak
berinteraksi dengan anak lain, sediakan aktivitas yang
memotivasi anak berinteraksi dengan anak lainnya, fasilitasi
anak melatih keterampilan pemenuhan kebutuhan secara
mandiri, ajarkan terapi bermain menggambar dekoratif 1 kali
selama 3 hari dengan waktu 15 menit berjudul Pengaruh Terapi
Bermain Menggambar Dekoratif Terhadap Perkembangan
Motorik Halus Pada Anak Usia Prasekolah. Lakukan penilaian
KPSP untuk mengukur perkembangan anak, jelaskan kepada
orangtua mengenai manfaat terapi bermain menggambar
dekoratif.
4. Implementasi Keperawatan
a. Kasus I
Berdasarkan masalah keperawatan yang muncul pada An. A
penulis melakukan implementasi selama tiga hari sesuai dengan
tujuan, kriteria hasil dan intervensi yang telah dibuat.
1) Hari pertama
a) Diagnosa keperawatan I : D.0107 Resiko gangguan
perkembangan
b) Implementasi dilakukan pada tanggal 25 April 2022 pada
pukul 10.00 WIB yaitu mengidentifikasi pencapaian tugas
perkembangan anak, memotivasi anak berinteraksi

32
dengan anak lain, menyediakan aktivitas yang memotivasi
anak berinteraksi dengan anak lainnya, memfasilitasi anak
melatih keterampilan pemenuhan kebutuhan secara
mandiri, ajarkan terapi bermain menggambar dekoratif 1x
selama 3 hari dengan waktu 15 menit sesuai judul
Pengaruh Terapi Bermain Menggambar Dekoratif
Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia
Prasekolah melakukan penilaian KPSP untuk mengukur
perkembangan anak, mejelaskan orangtua mengenai
manfaat terapi bermain menggambar dekoratif.
2) Hari kedua
a) Diagnosa keperawatan I : D.0107 Resiko gangguan
perkembangan
b) Implementasi dilakukan pada tanggal 26 April 2022 pada
pukul 10.00 WIB yaitu mengidentifikasi pencapaian tugas
perkembangan anak, memotivasi anak berinteraksi
dengan anak lain, menyediakan aktivitas yang memotivasi
anak berinteraksi dengan anak lainnya, memfasilitasi anak
melatih keterampilan pemenuhan kebutuhan secara
mandiri, ajarkan terapi bermain menggambar dekoratif 1
kali selama 3 hari dengan waktu 15 menit sesuai judul
Pengaruh Terapi Bermain Menggambar Dekoratif
Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia
Prasekolah melakukan penilaian KPSP untuk mengukur
perkembangan anak, mejelaskan orangtua mengenai
manfaat terapi bermain menggambar dekoratif.
3) Hari ketiga
a) Diagnosa keperawatan I : D.0107 Resiko gangguan
perkembangan
b) Implementasi dilakukan pada tanggal 27 April 2022 pada
pukul 10.00 WIB yaitu identifikasi pencapaian tugas

33
perkembangan anak, motivasi anak berinteraksi dengan
anak lain, sediakan aktivitas yang memotivasi anak
berinteraksi dengan anak lainnya, fasilitasi anak melatih
keterampilan pemenuhan kebutuhan secara mandiri,
ajarkan terapi bermain menggambar dekoratif 1 kali
selama 3 hari dengan waktu 15 menit sesuai judul
Pengaruh Terapi Bermain Menggambar Dekoratif
Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pada Anak
Prasekolah. Lakukan penilaian KPSP untuk mengukur
perkembangan anak.
b. Kasus II
Berdasarkan masalah keperawatan yang muncul pada An. N
penulis melakukan implementasi selama tiga hari sesuai dengan
tujuan, kriteria hasil dan intervensi yang telah dibuat.
1) Hari pertama
a) Diagnosa keperawatan I : D.0107 Resiko gangguan
perkembangan
b) Implementasi dilakukan pada tanggal 10 Mei 2022 pada
pukul 10.00 WIB yaitu mengidentifikasi pencapaian tugas
perkembangan anak, memotivasi anak berinteraksi
dengan anak lain, menyediakan aktivitas yang memotivasi
anak berinteraksi dengan anak lainnya, memfasilitasi anak
melatih keterampilan pemenuhan kebutuhan secara
mandiri, ajarkan terapi bermain menggambar dekoratif 1
kali selama 3 hari dengan waktu 15 menit sesuai judul
Pengaruh Terapi Bermain Menggambar Dekoratif
Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia
Prasekolah. Melakukan penilaian KPSP untuk mengukur
perkembangan anak, menjelaskan orangtua mengenai
manfaat terapi bermain menggambar dekoratif.

34
2) Hari kedua
a) Diagnosa keperawatan I : D.0107 Resiko gangguan
perkembangan
b) Implementasi dilakukan pada tanggal 11 Mei 2022 pada
pukul 10.00 WIB yaitu mengidentifikasi pencapaian tugas
perkembangan anak, memotivasi anak berinteraksi
dengan anak lain, menyediakan aktivitas yang memotivasi
anak berinteraksi dengan anak lainnya, memfasilitasi anak
melatih keterampilan pemenuhan kebutuhan secara
mandiri, ajarkan terapi bermain menggambar dekoratif 1
kali selama 3 hari dengan waktu 15 menit sesuai judul
Pengaruh Terapi Bermain Menggambar Dekoratif
Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia
Prasekolah. Melakukan penilaian KPSP untuk mengukur
perkembangan anak, menjelaskan orangtua mengenai
manfaat terapi bermain menggambar dekoratif.
3) Hari ketiga
a) Diagnosa keperawatan I : D.0107 Resiko gangguan
perkembangan
b) Implementasi dilakukan pada tanggal 14 Mei 2022 pada
pukul 10.00 WIB yaitu mengidentifikasi pencapaian tugas
perkembangan anak, memotivasi anak berinteraksi
dengan anak lain, menyediakan aktivitas yang memotivasi
anak berinteraksi dengan anak lainnya, memfasilitasi anak
melatih keterampilan pemenuhan kebutuhan secara
mandiri, ajarkan terapi bermain menggambar dekoratif 1
kali selama 3 hari dengan waktu 15 menit sesuai judul
Pengaruh Terapi Bermain Menggambar Dekoratif
Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia
Prasekolah. Melakukan penilaian KPSP untuk mengukur

35
perkembangan anak, menjelaskan orangtua mengenai
manfaat terapi bermain menggambar dekoratif.
5. Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan tindakan keperawatan yang dilakukan pada partisipan,
penulis melakukan evaluasi tindakan dengan menggunakan SOAP, S :
Subjektif, O : Objektif, A : Analisis, P : Planning atau rencana.

a. Kasus I An. A
1) Hari pertama
a) Diagnosa keperawatan I : D.0107 Resiko gangguan
perkembangan
b) Hasil evaluasi hari pertama pada tanggal 25 April 2022
pukul 10.30 WIB yaitu, Subjektif : partisipan mengatakan
mengerti dengan penjelasan yang diberikan, partisipan
mengatakan bisa meniru bentuk yang dicontohkan, ibu
partisipan mengatakan kemampuan menulis partisipan
kurang dan respon dari partisipan cukup lambat ketika
diajak berkomunikasi, ibu partisipan mengatakan tingkat
kemandirian partisipan kurang, ibu partisipan mengatakan
mengerti tentang penjelasan yang telah disampaikan oleh
penulis. Objektif : partisipan tampak mengerti dengan
penjelasan yang diberikan, partisipan tampak mencoba
mengikuti bentuk yang sudah dicontohkan oleh penulis,
partisipan tampak senang. Analisa : masalah belum
teratasi. Planning : lanjutkan intervensi identifikasi
pencapaian tugas perkembangan anak, motivasi anak
berinteraksi dengan anak lain, sediakan aktivitas yang
memotivasi anak berinteraksi dengan anak lainnya,
fasilitasi anak melatih keterampilan pemenuhan
kebutuhan secara mandiri, ajarkan terapi bermain

36
mengambar dekoratif 1 kali selama 3 hari dengan waktu
15 menit dan lanjutkan dihari berikutnya.
2) Hari kedua
a) Diagnosa keperawatan I : D.0107 Resiko gangguan
perkembangan
b) Hasil evaluasi hari kedua pada tanggal 26 April 2022
pukul 10.30 WIB yaitu, Subjektif : partisipan mengatakan
mencoba mengenal bentuk-bentuk yang ada dirumahnya.
Partisipan mengatakan bisa meniru bentuk yang
diintruksikan. Objektif : partisipan tampak biasa
menirukan bentuk yang diintruksikan oleh penulis seperti
bentuk lingkaran dan bintang. Analisa : masalah teratasi
sebagian. Planning : lanjutkan intervensi identifikasi
pencapaian tugas perkembangan anak, motivasi anak
berinteraksi dengan anak lain, sediakan aktivitas yang
memotivasi anak berinteraksi dengan anak lainnya,
fasilitasi anak melatih keterampilan pemenuhan
kebutuhan secara mandiri, ajarkan terapi bermain
menggambar dekoratif 1 kali selama 3 hari dengan waktu
15 menit dan lanjutkan dihari beerikutnya.
3) Hari ketiga
a) Diagnosa keperawatan I : D.0107 Resiko gangguan
perkembangan
b) Hasil evaluasi hari ketiga pada tanggal 27 April 2022
pukul 10.30 WIB yaitu, Subjektif : partisipan mengatakan
mampu meniru bentuk-bentuk dan bisa membuat bentuk
seperti angka, buah, bunga, bulat dan bentuk lainnya, ibu
partisipan mengatakan kemampuan menulis anaknya
mengingkat dan kebiasaan sehari-hari seperti mandi dan
berpakaian sudah mampu sendiri. Objektif : partisipan
tampak paham mengenai bentuk yang diinstruksikan,

37
partisipan tampak senang dan fokus bermain menggambar
dekoratif, partisipan tampak mampu membuat bentuk-
bentuk sesuai kreativitasnya. Analisa : masalah teratasi.
Planning : intervensi dihentikan.
b. Kasus II An. N
1) Hari pertama
a) Diagnosa keperawatan I : D.0107 Resiko gangguan
perkembangan
b) Hasil evaluasi hari pertama pada tanggal 10 Mei 2022
pukul 10.30 WIB yaitu, Subjektif :. Partisipan mengatakan
mengerti dengan penjelasan yang disampaikan, partisipan
diam saja ketika penulis menginstruksikan bentuk
bintang, setelah dicontohkan partisipan mengatakan bisa
menirukan bentuk yang diontohkan, ibu partisipan
mengatakan kemampuan membaca partisipan kurang dan
tingkat kemandirian anaknya kurang seperti mandi dan
berpaiakan masih dibantu, ketika diajak berdiskusi
partisipan sedikit lambat merespon. Objektif : partisipan
tampak mengerti dengan penjelasan yang diberikan,
partisipan tampak mencoba membuat bentuk yang
dicontohkan. Ibu partisipan tampak mengerti mengenai
materi yang telah disampaikan tentang manfaat terapi
bermain menggambar dekoratif. Analisa : masalah belum
teratasi. Planning : lanjutkan intervensi identifikasi
pencapaian tugas perkembangan anak, motivasi anak
berinteraksi dengan anak lain, sediakan aktivitas yang
memotivasi anak berinteraksi dengan anak lainnya,
fasilitasi anak melatih keterampilan pemenuhan
kebutuhan secara mandiri, ajarkan terapi bermain
menggambar dekoratif 1 kali selama 3 hari dengan waktu
15 menit dan dilanjutkan dihari berikutnya.

38
2) Hari kedua
a) Diagnosa keperawatan I : D.0107 Resiko gangguan
perkembangan
b) Hasil evaluasi hari kedua pada tanggal 11 Mei 2022 pukul
00.30 WIB yaitu, Subjektif : partisipan mengatakan sudah
mengenal bentuk-bentuk yang ada disekitarnya, partisipan
mencoba menirukan bentuk yang sudah diintruksikan, ibu
partisipan mengatakan kemampuan partisipan dalam
membaca meningkat dan kebiasaan sehari-harinya masih
dibantu, ibu partisipan mengatakan mengerti tentang
penjelasan yang sudah penulis berikan. Objektif :
partisipan tampak mencoba membuat bentuk yang
diintruksikan, ibu partisipan tampak mengerti. Analisa :
masalah teratasi sebagian. Planning : lanjutkan intervensi
identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak,
sediakan aktivitas yang memotivasi anak berinteraksi
dengan anak lainnya, fasilitasi anak melatih keterampilan
pemenuhan kebutuhan secara mandiri, ajarkan terapi
bermain menggambar dekoratif 1 kali selama 3 hari
dengan waktu 15 menit dan lanjutkan dihari berikutnya.
3) Hari ketiga
a) Diagnosa keperawatan I : D.0107 Resiko gangguan
perkembangan
b) Hasil evaluasi hari ketiga pada tanggal 14 Mei 2022 pukul
10.30 WIB yaitu, Subjektif : partisipan mengatakan sudah
tahu bentuk-bentuk seperti angka, bunga, buah dan
lainnya, ibu partisipan mengatakan partisipan sudah
mampu sendiri dalam hal berpakaian dan mandi. Objektif
: partisipan tampak mengerti ketika diintruksikan untuk
membuat bentuk-bentuk, partisipan tampak nyaman dan

39
fokus. Analisa : masalah teratasi. Planning : intervensi
dihentikan
6. Aplikasi Terapi Bermain Menggambar Dekoratif
a. Kasus I
Pada tanggal 25-27 April 2022 penulis melakukan
pengkajian kepada partisipan dengan penilaian KPSP. Pengkajian
tanggal 25 April 2022 pukul 09.00 WIB terhadap An. A didapatkan
hasil bahwa pasrtisipan mengalami gangguan perkembangan
dimana partisipan belum mampu untuk menirukan bentuk yang
diintruksikan oleh penulis, selain itu respon partisipan sedikit
lambat dan kebiasaan sehari-hari partisipan masih dibantu seperti
mandi dan berpakaian. Setalah itu penulis memberikan intervensi
kepada partisipan dengan menggunakan terapi bermain
menggambar dekoratif selama 15 menit dan didapatkan hasil
bahwa partisipan dapat mengikuti kegiatan bermain menggambar
dekoratif ini. Kemudian pada tanggal 26 April 2022 pukul 09.00
WIB penulis kembali melakukan pemeriksaan dan hasilnya yaitu
partisipan mulai memahami dan meniru bentuk bintang bahkan
membuat bentuk lingkaran. Setelah itu penulis kembali
memberikan intervensi terapi bermain menggambar dekoratif
selama 15 menit kepada partisipan dan hasilnya partisipan mampu
membuat berbagai bentuk dekoratif, kemampuan menulis
meningkat dan kemandirian partisipan meningkat. Kemudian pada
tanggal 27 April 2022 penulis kembali melakukan pemeriksaan
kepada partisipan selama 15 menit dan hasilnya partisipan dapat
membuat berbagai bentuk gambar dekoratif sesuai dengan intruksi
dan partisipan berkreasi dengan membuat berbagai bentuk sesuai
keinginannya.

40
b. Kasus II
Pada tanggal 10-14 Mei 2022 penulis melakukan pengkajian
kepada partisipan dengan menggunakan penilaian KPSP. Pada
tanggal 10 Mei 2022 pukul 09.00 WIB didapatkan hasil bahwa An.
N memiliki gangguan perkembangan, dimana partisipan belum
mampu meniru bentuk dan dalam hal kegiatan sehari-hari
partisipan masih dibantu oleh orangtua dan kemampuan membaca
kurang baik, kemudian penulis memberikan intervensi terapi
bermain menggabar dekoratif selama 15 menit dan hasilnya
partisipan dapat mengikuti kegiatan dengan baik. Pada tanggal 11
Mei 2022 pukul 09.00 WIB penulis melakukan pemeriksaan
kembali kepada partisipan dengan terapi bermain menggambar
dekoratif selama 15 menit dan hasilnya partisipan mampu meniru
bentuk yang diintruksikan oleh penulis, partisipaan mengikuti dan
memahami apa yang telah dijelaskan oleh penulis, kemampuan
membaca meningkat dan kebiasaan sehari hari masih dibantu.
Setelah itu, tanggal 14 Mei 2022 penulis melakukan pemeriksaan
kepada partisipan dan hasilnya partisipan mampu meniru bentuk
dengan baik sesuai intruksi dan arahan dari penulis, partisipan
membuat bentuk-bentuk sesuai keinginannya serta kemampuan
membaca meningkat dan partisipan mampu melakukan kebiasaan
sehari-hari secara mandiri.
B. Pembahasan
Bab ini merupakan pembahasan yang akan menguraikan Analisa dan
perbandingan teori dan aplikasi yang terdapat dilapangan. Pembahasan ini
memfokuskan pada proses keperawatan yang terdiri dari mulai pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan
dan evaluasi keperawatan.

41
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data, untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. Pengkajian yang akurat, lengkap, sesuai dengan
kenyataan serta kebenaran data sangat penting dalam merumuskan suatu
diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan respon individu sebagaimana yang telah ditentukan dalam
praktik keperawatan (12).
Berdasarkan hasil pengkajian pada partisipan I dan partisipan II
didapatkan hasil yaitu kedua partisipan memiliki gangguan
pertumbuhan, dimana kemampuan meniru bentuk partisipan kurang
baik dan kemampuan membaca dan menulis partisipan belum lancar
serta tingkat kemandirian partisipan kurang.

Anak dengan usia antara 3 – 6 tahun dapat diajari menulis, membaca


dan belajar membaca. Kemampuan motorik halus dirangsang dengan
memberikan stimulus-stimulus dalam bentuk kegiatan bermain, seperti
meniru garis lurus, melipat kertas, menggambar, meniru gambar,
mewarnai sesuai dengan garis dan menggambar. Menggambar atau
mewarnai gambar juga dapat memberikan rasa senang karena pada
dasarnya anak usia prasekolah sudah sangat aktif dan imajinatif selain
itu anak masih tetap dapat melanjutkan perkembangan kemampuan
motorik halus dengan kegiatan menggambar, motorik halus anak dilatih
dan akan sangat berguna ketika anak mulai belajar menulis di usia
prasekolah (6).

Sebenarnya banyak cara pendekatan dan kegiatan pembelajaran


yang dapat mendukung pengembangan aspek motorik halus pada anak.
Hal yang begitu di sukai oleh anak-anak adalah seni yang merupakan
salah satu proses pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan
motorik halus anak. Gambar dekoratif telah memasuki segala aspek

42
kehidupan manusia, Dengan demikian menggambar dekoratif memiliki
peranan pada semua bidang tergantung pada kebutuhan manusia,
termasuk peranannya dalam bidang pendidikan untuk keperluan melatih
kemampuan motorik halus pada suatu pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas, tidak terjadi kesenjangan antara
partisipan I dan partisipan II sesuai dengan teori.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosi keperawatan merupakan suatu penilaian klinik mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan (13).
Berdasarkan teori pada buku SDKI 2016 diagnosa yang muncul
pada kedua partisipan yang mengalami gangguan perkembangan
motorik halus pada anak usia prasekolah yaitu Resiko gangguan
perkembangan.
Pada diagnosa partisipan I dan partisipan II terdapat diagnosa
keperawatan untuk dilakukan intervensi yaitu Resiko gangguan
perkembangan. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi kesenjangan antara partisipan I dan partisipan II
sesuai dengan teori.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan
oleh perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Sedangkan tindakan
keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh
perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan (14).
Pada diagnosa keperawatan pertama yaitu Resiko gangguan
perkembangan. Penulis membuat rencana keperawatan yaitu
identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak, motivasi anak

43
berinteraksi dengan anak lain, sediakan aktivitas yang memotivasi anak
berinteraksi dengan anak lainnya, fasilitasi anak melatih keterampilan
pemenuhan kebutuhan secara mandiri, ajarkan terapi bermain
menggambar dekoratif 1x selama 3 hari dengan waktu 15 menit sesuai
judul Pengaruh Terapi Bermain Menggambar Dekoratif Terhadap
Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia Prasekolah. Lakukan
penilaian KPSP untuk mengukur perkembangan anak, jelaskan kepada
orangtua mengenai manfaat terapi bermain menggambar dekoratif.
Intervensi yang diberikan pada kasus dengan diagnosa yang sama
tidak terjadi kesenjangan karena sesuai dengan teori menurut buku SIKI
(2018).
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana
keperawatan oleh perawat dan pasien. Implementasi keperawatan
adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan (16).
Pada partisipan I dan partisipan II penulis mengimplementasikan
tindakan yang telah dicantumkan dalam intervensi.
Terdapat kesesuaian implementasi keperawatan partisipan I dan
partisipan II.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah
dilakukan intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan
keperawatan yang telah diberikan. Evaluasi keperawatan adalah kegiatan
yang terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana
keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan,
merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (12).

44
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
sebagai berikut :
S : Respon subjektif partisipan terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan.
O : Respon Objektif partisipan terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan
A :Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru
atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atas tindakan lanjut berdasarkan hasil Analisa
pada respon partisipan.
Tidak ada kesenjangan dalam evaluasi keperwatan karena partisipan
I dan partisipan II sesuai dengan teori. Evaluasi keperawatan pada kasus
I dan kasus II menggunakan SOAP sesuai teori.
6. Analisa PICOT
UNSUR KASUS ANALISIS
Problem /Partisipan Kasus I Pada kasus I dan
Partisipan bernama kasus II memiliki
An. A berusia 5 umur yang sama dan
tahun, jenis kelamin jenis kelamin yang
dengan laki laki berbeda.
gangguan
perkembangan
masalah gangguan
motorik halus pada
anak usia prasekolah.

Kasus II
Partisipan bermana
An. N berusia 5

45
tahun, jenis kelamin
perempuan dengan
gangguan
perkembangan
masalah gangguan
motorik halus pada
anak usia prasekolah.
Intervensi Kasus I Pada kasus I dan
Tindakan yang kasus II aplikasi yang
diberikan pada kasus diberikan sama yaitu
I yaitu aplikasi terapi pemberian terapi
bermain menggambar bermain menggambar
dekoratif pada anak dekoratif.
usia prasekolah.

Kasus II
Tindakan yang
diberikan pada kasus
II yaitu aplikasi terapi
bermain menggambar
dekoratif pada anak
usia prasekolah.
Comparison Kasus I Pada kasus I dan
Partisipan bernama kasus II partisipan
An. A berusia 5 tahun berusia 5 tahun (Anak
Usia Prasekolah).
Kasus II
Partisipan bernama
An. N berusia 5 tahun

46
Outcome / Hasil Kasus I Hasil penelitian
Hari ke satu : menunjukkan bahwa
partisipan belum aplikasi terapi
mampu meniru bermain menggambar
bentuk, kemampuan dekoratif terbukti
menulis kurang dan efektif terhadap
pola kebiasaan perkembangan
sehari-hari partisipan motorik halus pada
masih dibantu. anak usia prasekolah.
Hari ke dua :
partisipan mampu
meniru bentuk yang
diintruksikan dan
setelah dilakukan
intervensi partisipan
mampu membuat
banyak bentuk sesuai
kreativitasnya.
Hari ke tiga :
partisipan sudah
mengikuti mampu
meniru bentuk yang
diintruksikan dan
setelah dilakukan
intervensi partisipan
mampu membuat
banyak bentuk sesuai
kreativitasnya.

47
Kasus II
Hari ke satu :
partisipan belum
mampu meniru
bentuk, kemampuan
menulis kurang dan
pola kebiasaan
sehari-hari partisipan
masih dibantu.
Hari ke dua :
partisipan mampu
meniru bentuk yang
diintruksikan dan
setelah dilakukan
intervensi partisipan
mampu membuat
banyak bentuk sesuai
kreativitasnya.
Hari ke tiga :
partisipan sudah
mengikuti mampu
meniru bentuk yang
diintruksikan dan
setelah dilakukan
intervensi partisipan
mampu membuat
banyak bentuk sesuai
kreativitasnya.
Time / Teori Kasus I dan kasus II Hasil penelitian
terdapat kesamaan menunjukkan bahwa
dalam waktu tidak ada kesenjangan

48
pemberian tindakan antara kasus I dan
yaitu melakukan kasus II dengan
terapi bermain jurnal, dimana terapi
menggambar bermain menggambar
dekoratif selama 3 dekoratif pada
hari berturut-turut partisipan I dan
dengan waktu 15 partisipan II yang
menit. dilakukan selama 15
menit setiap harinya
Teori : dalam waktu 3 hari
Berdasarkan hasil sesuai dengan jurnal
penelitian Suwandi et Suwandi et all (2017).
all (2017) berjudul
pengaruh terapi
bermain menggambar
dekoratif terhadap
perkembangan
motorik halus anak
usia prasekolah.
Menyatakan hasil
yaitu terdapat
pengaruh
perkembangan
motorik halus anak
prasekolah setelah
dilakukan terapi
bermain menggambar
dekoratif.

49
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
1. Dari hasil pengkajian, tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
partisipan, yaitu partisipan I dan partisipan II yang mengalami gangguan
perkembangan motorik halus.
2. Berdasarkan diagnosa yang ada dalam landasan teori tidak terdapat
kesenjangan antara partisipan dan teori. Diagnosa yang diangkat untuk
dilakukan intervensi yaitu D.0107 Resiko gangguan perkembangan
dengan intervensi terapi bermain menggambar dekoratif sesuai dengan
teori yang terdapat pada buku SDKI (2016)
3. Intervensi keperawatan pada penelitian ini dilakukan pada An. A dan
An. N sesuai dengan teori.
4. Pada penelitian ini, implementasi keperawatan pada An. A dan An. N
tidak terdapat kesenjangan.
5. Evaluasi keperawatan pada penelitian yang dilakukan selama 3 hari
pada An. A dan An. N tidak terjadi kesenjangan dan hasilnya sesuai
dengan jurnal yaitu meningkatnya kemampuan motorik halus pada
anak.
6. Berdasarkan Analisa PICOT didapatkan hasil terapi bermain
menggambar dekoratif terbukti efektif terhadap perkembangan motorik
halus pada anak usia prasekolah sejalan dengan penelitian Suwandi et
all (2017) dengan judul pengaruh terapi bermain menggambar dekoratif
terhadap perkembangan motorik halus anak usia prasekolah.
B. Saran
1. Bagi Perawat
Terapi ini bermanfaat bagi perawat sebagai referensi untuk mengetahui
perkembangan motorik halus pada anak usia pra sekolah serta stimulasi

50
yang efektif untuk perkembangan motorik halus dengan terapi bermain
menggambar dekoratif.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Terapi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi pendidikan
untuk bahan masukan dan untuk menambah wawasan pengetahuan
tentang terapi bermain menggambar dekoratif.
3. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat membantu peneliti selanjutnya dan menjadikan
bahan referensi dalam proses penelitian selanjutnya mengenai terapi
bermain menggambar dekoratif.
4. Bagi Partisipan
Hasil dari pemberian terapi ini sangat berguna untuk pasien karena
dapat meningkatkan perkembangan motorik tanpa ada risiko efek
samping yang membahayakan pasien dan mudah di lakukan.

51
DAFTAR PUSTAKA
1. sujianti. Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Prasekolah Yang
Menggunakan Gadget Di Tk Islam Al Irsyad 01 Cilacap Growth and
Development of Children in School That Uses the Gadget At Islamic Al
Irsyad 01 Cilacap 1 Program Studi D3 Kebidanan Stikes Al-Irsyad Al-
Islami. 2014;34:52–8.
2. Siskawati Y, Poernomo DISH, Mahanani S. PERKEMBANGAN
MOTORIK ANAK USIA PRASEKOLAH DI POSYANDU BALITA
MAWAR DAN KENANGA. J Penelit KEPERAWATAN. 2018;4(2).
3. Puspita L, Umar MY. Perkembangan motorik kasar dan motorik halus
ditinjau dari pengetahuan ibu tentang pertumbuhan dan perkembangan anak
usia 4-5 tahun. Wellness Heal Mag. 2020;2(1):121–6.
4. Romlah R. Pengaruh Motorik Halus dan Motorik Kasar terhadap
Perkembangan Kreatifitas Anak Usia Dini. Tadris J Kegur dan Ilmu Tarb.
2017;2(2):131.
5. Annisa K. Bermain Menggambar Dekoratif untuk Meningkatkan
Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini. Aulad J Early Child.
2019;2(1):44–50.
6. Suwandi AK, Alfiyanti D, Nurullita U, Studi AP, Keperawatan I,
Telogorejo S, et al. Pengaruh Bermain Menggambar Dekoratif Terhadap
Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 4-5 Tahun di TK Dharma Wanita
Raci Kabupaten Pati. J Ilmu Keperawatan dan Kebidanan. :1–6.
7. A Buchari ·2018. PENGARUH MENGGAMBAR TERHADAP
PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA ANAK USIA
PRASEKOLAH DI TK AL-KHAIRAT KELURAHAN MOGOLAING.
2018;1(September).
8. Merita M. Tumbuh Kembang Anak Usia 0-5 Tahun. Vol. 1, Jurnal
Abdimas Kesehatan (JAK). 2019. 83 p.
9. Mansur AR. Tumbuh kembang anak usia prasekolah [Internet]. Vol. 1,
Andalas University Pres. 2019. 1–86 p. Available from:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33035/1/Istiqoma

52
h Aprilaz-FKIK.pdf
10. Pratiwi W. Konsep Bermain Pada Anak Usia Dini. Manaj Pendidik Islam.
2017;5:106–17.
11. Amaliyyah R. PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA
DINI MELALUI BERBAGAI KEGIATAN (KAJIAN JURNAL PIAUD).
2021;6.
12. Rahmi U. Rahmi U. Dokumentasi Keperawatan. Sari Fatmawati B, editor.
2022. 257 p. 2022.
13. PPNI TPSD. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Cetakan II. PPNI
TPD editor. DPPPPNI 2017. 328 p. PPNI TPSD. Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia. Cetakan II. PPNI TPD, editor. Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia; 2017. 328 p.
14. PPNI TPSD. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Cetakan II. PPNI
TPD editor. DPPPPI 2018. 527 p. PPNI TPSD. Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia. Cetakan II. PPNI TPD, editor. Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Indonesia; 2018. 527 p.
15. Perry.Potter. Fundamental Keperawatan. 2013.
16. Reni Asmara Ariga, S.Kp. MAR. J. Buku Ajar Implementasi Manajemen
Pelayanan Kesehatan Dalam Keperawatan. Vol. 5, SELL Journal. 2020. 55
p.
17. Chang W. Metodologi Penulisan Ilmiah [Internet]. ICB Research Reports.
2014. Available from:
https://openlibrary.telkomuniversity.ac.id/home/catalog/id/103461/slug/met
odologi-penulisan-
ilmiah.html%0Ahttps://openlibrary.telkomuniversity.ac.id/pustaka/103461/
metodologi-penulisan-ilmiah.html
18. Yin. K. Robert. Case Studi Research: Desain and Methods Third Edition.
2003.
19. Hidayat AA. Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan (A. Suslia
& T. Utami, eds). 2017.
20. Prof. Dr. Emzir MP. Metodologi penelitian pendidikan [Internet]. Pustaka

53
Ramadhan. 2010. 366 p. Available from:
http://repository.uncp.ac.id/22/1/2. Buku-Metodologi Penelitian Pendidikan
Matematika.pdf
21. Creswel JW. Research Design –Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif,
dan Campuran. 2016. 164 p.
22. DR, PROF. LEXI J. MOLEONG M. Metodologi Penelitian Kualitatif.
2009.
23. Herdiannsyah H. metodologi penelitian kualitatif. 2009.
24. Cahyadi I. Definisi Etika Penelitian. 2004 [Internet]. 2004;1–8. Available
from: https://docplayer.info/70073445-A-definisi-etika-penelitian-b-
prinsip-prinsip-etika-penelitian.html.

54
LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri
Nama : Rudi Rahayu
NIM : 42010419147
Tempat, Tangagl Lahir : Cianjur, 25 Agustus 1999
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Suku/Kebangsaan : Sunda/Indonesia
Alamat : Kp. Pasar Cijati 001/001 Desa. Cijati Kec.
Cijati Kab. Cianjur
No. Hp : +6285624551881
Email : rudirahayu06@gmail.com

B. Riwayat pendidikan
SD NEGERI KARANGANYAR 2006-2012
SMP NEGERI 1 CIJATI 2012-2015
SMK NEGERI 1 CIJATI 2015-2018

55
Lampiran 2 Informed Consent
Lembar Persetujuan
(informed consent)
Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Rudi Rahayu
Nim : 42010419147
Orang tua dari anak :
Nama :
Kelas :
Dengan ini menyatakan bahwa saya mengijinkan anak saya untuk ikut
berpartisipasi dalam penelitian studi kasus yang berjudul “Aplikasi Terapi Bermain
Menggambar Dekoratif Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia
Prasekolah Di Perum Gunteng Regency Karangtengah Cianjur” dengan penuh
kesabaran dan tanpa paksaan dari siapapun dengan konsisi :
1. Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan hanya
dipergunakan untuk kepentingan ilmiah
2. Apabila saya menginginkan, saya boleh memutuskan anak saya untuk tidak
berpartisipasi lagi dalam penelitian ini tanpa harus menyampaikan alasan
apapun.

Tanda Tangan Orangtua.

56
Lampiran 3 Informed Consent

Lembar Persetujuan
(informed consent)
Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Rudi Rahayu
Nim : 42010419147
Orang tua dari anak :
Nama :
Kelas :
Dengan ini menyatakan bahwa saya mengijinkan anak saya untuk ikut
berpartisipasi dalam penelitian studi kasus yang berjudul “Aplikasi Terapi Bermain
Menggambar Dekoratif Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia
Prasekolah Di Perum Gunteng Regency Karangtengah Cianjur” dengan penuh
kesabaran dan tanpa paksaan dari siapapun dengan konsisi :
1. Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan hanya
dipergunakan untuk kepentingan ilmiah
2. Apabila saya menginginkan, saya boleh memutuskan anak saya untuk tidak
berpartisipasi lagi dalam penelitian ini tanpa harus menyampaikan alasan
apapun.

Tanda Tangan Orangtua.

57
Lampiran 4 Jurnal Utama

58
Lampiran 5 Jurnal Pendukung

59
Lampiran 6 Standar Oprasional Prosedur KPSP (Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan)
NO PEMERIKSAAN YA TIDAK
1. Jangan membantu anak dan jangan Gerakan
memberitahu nama gambar ini, suruh anak halus
menggambar seperti contoh ini dikertas
kosong yang telah tersdia. Berikan 3 kali
kesempatan. Apakah anak dapat menggambar
seperti contoh ini?

2. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan Bicara &


memberi isyarat dengan telunjuk atau mata Bahasa
pada saat memberikan perintah berikut ini :
“Letakkan kertas ini di atas lantai”
“Letakkan kertas ini di bawah kursi”
"Letakkan kertas ini di depan kamu”
“Letakkan kertas ini di belakang kamu”
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti “di
atas”, “di bawah”, “di depan”, dan “di
belakang”
3. Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak Sosialisasi
rewel (tanpa menangis atau menggelanyut &
pada anda) pada saat anda meninggalkannya? kemandirian
4. Jangan menunjuk, membantu atau Bicara &
membetulkan, katakana pada anak : Bahasa

60
“Tunjukkan segi empat merah”
“Tunjukkan segi empat kuning”
“Tunjukkan segi empat biru”
“Tunjukkan segi empat hijau”
Dapatkah anak menunjuk keempat warna itu
dengan benar?
5. Suruh anak melompat dengan satu kaki Gerak kasar
beberapa kali tanpa berpegangan (lompatan
dengan dua kaki tidak ikut dinilai). Apakah ia
dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki?
6. Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri Sosialisasi
tanpa bantuan? &
kemandirian
7. Suruh anak menggambar di tempat kosong Gerak halus
yang tersedia. Katakana padanya “Buatlah
gambar orang”
Jangan memberi perintah lebih dari itu. Jangan
bertanya / mengingatkan anak bila ada bagian
yang belum tergambar. Untuk bagian tubuh
yang berpasangan seperti mata, telinga, lengan
dan kaki, setiap pasang dinilai satu bagian.
Dapatkah anak menggambar sedikitnya 3
bagian tubuh?
8. Pada gambar orang yang dibuat pada no 7, Gerak halus
dapatkah anak menggambar sedikitnya 6
bagian tubuh?

61
9. Tulis apa yang dikatakan anak pada kalimat- Bicara &
kalimat yang belum selesai ini, jangan Bahasa
membantu kecuali mengulang pertanyaan:
“Jika kuda besar maka tikus ……
“Jika api panas maka es …..
“Jika ibu seorang wanita maka ayah seorang
…..
Apakah anak menjawab dengan benar (Tikus
kecil, es dingin, ayah seorang pria)?
10. Apakah anak dapat menangkap bola kecil Gerak kasar
sebesar bola tenis/bola kasti hanya dengan
menggunakan kedua tangannya? (Bola besar
tidak ikut dinilai)

62
Lampiran 7 Standar Oprasional Prosedur Intervensi
Dilakukan
No Instruksi Kerja Terapi bermain menggambar dekoratif
Ya Tidak
1 Pengertian Menggambar dekoratif merupakan
kegiatan menggambar hiasan (ornamen)
pada kertas gambar atau pada benda benda
tertentu menggambar dekoratif
peranannya bisa meluas ke segala bidang.
2 Tujuan a. Keterampilan/perilaku sesuai usia
membaik
b. Kemampuan untuk berkembang sesuai
dengan kelompok usia
c. Mampu melakukan perawatan diri
3 Indikasi a. Klien yang mengalami keterlambatan
motorik
4 Alat dan Bahan a. Kertas buat menggambar
b. Bolpoint
c. Pensil
d. Penghapus
e. Pensil warna
5 Prosedur A. Tahap Persiapan
Pelaksanaan Persiapan alat dan lingkungan. Ciptakan
lingkungan yang tenang dan nga panas.
1. Pahami tujuan, manfaat prosedur.
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan menyapa nama
partisipan
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur
3. Melakukan kontrak waktu
C. Tahap Kerja
1. Dasar membuat gambar dekoratif
a. Membuat garis lurus

63
b. Membuat bentuk bintang
c. Membuat bentuk lingkaran
d. Membuat huruf dan angka
2. Membuat variasi gambar dekoratif
3. Pewarnaan gambar dekoratif sesuai
keinginan
4. Membuat gambar dekoratif berdasarkan
bentuknya
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Dokumentasi keperawatan, catat respons
partisipan.

64
Lampiran 7 Instrumen Penelitian Cheklist Perkembangan Motorik Halus

Instrumen Penelitian Cheklist Perkembangan Motorik Halus


Nama :
Kelompok :
No Nama Kriteria Penelitian Total
Anak Meniru Menggunakan Eksplorasi Menempel Melipat Skor
Bentuk Alat Tulis Gambar Kertas
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

Keterangan : 1 = Tidak Mampu 2 = Belum Mampu 3 = Mampu.

65
Lampiran 8 Instrumen Penelitian Cheklist Perkembangan Motorik Halus

Instrumen Penelitian Cheklist Perkembangan Motorik Halus


Nama :
Kelompok :
No Nama Kriteria Penelitian Total
Anak Meniru Menggunakan Eksplorasi Menempel Melipat Skor
Bentuk Alat Tulis Gambar Kertas
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

Keterangan : 1 = Tidak Mampu 2 = Belum Mampu 3 = Mampu.

66
Lampiran 9 Lembar Bimbingan
KEGIATAN BIMBINGAN PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN STIKes CIREBON
TAHUN AJARAN 2021/2022

Nama : Rudi Rahayu


Nim : 42010419147
Pembimbing : Sri Hartati, Ners., M. Kep

Tanggal Materi Saran Paraf


Pembimbing Pembimbing
Yang Dibicarakan
07 Maret 2022 Pengajuan Jurnal ACC Jurnal dan
dan Judul Judul
Aplikasi Terapi
Bermain
Menggambar
Dekoratif
Terhadap
Perkembangan
Motorik Halus
Pada Anak Usia
Prasekolah.
15 Maret 2022 Pengajuan Bab 1, Masukan untuk
2 dan 3 Bab 1, 2 dan 3
17 Maret 2022 Pengajuan Masukan untuk
perbaikan Bab 1, Bab 1, 2 dan 3
2 dan 3

67
22 Maret 2022 Pengajuan ACC Bab 1, 2
perbaikan Bab 1, dan 3 lanjut
2 dan 3 seminar proposal
19 Mei 2022 Pengajuan Bab 4, Masukan untuk
5 dan Abstrak Bab 4, 5 dan
Abstrak
20 Mei 2022 Pengajuan ACC Bab 4, 5
perbaikan Bab 4, dan Abstrak
5 dan Abstrak lanjut sidang
akhir

68
Lampiran 10 Dokumentasi

69
70

Anda mungkin juga menyukai