Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PROYEK INOVASI

PENGARUH PEMBERIAN MADU DENGAN KEJADIAN


DIARE PADA ANAK USIA 1-4 TAHUN DI RUANGAN ARIA
KAMUNING RSUD GUNUNG JATI CIREBON

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Praktikum Klinik Mahasiswa Stase Keperawatan Anak
Dosen Pengampu:
Ns. Nanang Saprudin, S. Kep., M. Kep.
Ns. Neneng Aria Nengsih, S.Kep., M.Kep.

Disusun Oleh :

Kelompok 7

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN


PROGRAM PROFESI NERS
TAHUN 2022/2023
LAPORAN PROYEK INOVASI

PENGARUH PEMBERIAN MADU DENGAN KEJADIAN


DIARE PADA ANAK USIA 2-4 TAHUN DI RUANGAN ARIA
KAMUNING RSUD GUNUNG JATI CIREBON

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Praktikum Klinik Mahasiswa Stase Keperawatan Anak
Dosen Pengampu:
Ns. Nanang Saprudin, S. Kep., M. Kep.
Ns. Neneng Aria Nengsih, S.Kep., M.Kep.

Disusun Oleh :
Kelompok 7
Sigit Rival Mahesa, S,Kep JNR0220088
Lilik Umini, S.Kep JNR0220058
Elis Aninda, S.kep JNR0220031
Winarni Widya A, S.Kep JNR0220107
Pipin Patmawati, S.Kep JNR0220076
Noviana Fatmala M, S.Kep JNR0220068
Nanda Amalia, S.Kep JNR0220066
Iis Istiqomah Nur P, S.Kep JNR0220047
Adinda Nurhaliza, S.Kep JNR0220002
Yani Triyani, S.Kep JNR0220109
Aisyah Maulani P, S.Kep JNR0220005

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
TAHUN 2022-2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas

laporan proyek inovasi dengan judul “Pengaruh Pemberian Madu Dengan

Kejadian Diare Pada Anak Usia 1-4 Tahun DI Ruangan Aria Kamuning RSUD

Gunung Jati Cirebon” yang disusun dalam rangka memenuhi salah satu nilai tugas

mata kuliah “Keperawatan Anak” yang di bimbing oleh Bapak Ns. Nanang

Saprudin, S. Kep., M. Kep. dan Ibu Ns. Neneng Aria Nengsih, S.Kep., M.Kep.

Meski disusun secara maksimal, namun penulis sebagai manusia biasanya

menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Karenanya penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membantu penyusunan laporan ini.

Demikian apa yang penulis sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil

manfaat dari laporan ini. Atas kritik dan sarannya penulis menyampaikan

terimakasih.

Kuningan, Januari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I LATAR BELAKANG................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan Proyek Inovasi...................................................................................4
1.3 Manfaat Proyek Inovasi.................................................................................4
1.3.1 Manfaat Teoritis............................................................................................4
1.3.2 Manfaat Praktis..............................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORITIS...........................................................................6
2.1 Diare..............................................................................................................6
2.1.1 Definisi Diare................................................................................................6
2.1.2 Klasifikasi Diare............................................................................................6
2.1.3 Faktor-Faktor Kejadian Diare........................................................................7
2.2 Inovasi Madu.................................................................................................9
2.2.1 Pengertian Madu............................................................................................9
2.2.2 Kandungan Madu..........................................................................................9
BAB III RENCANA KEGIATAN DAN SOP....................................................11
3.1 Analisa Masalah..........................................................................................11
3.2 Rencana Kegiatan........................................................................................11
3.3 Standar Oprasi Prosedur (SOP)...................................................................11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................13
4.1 Hasil Proyek Inovasi....................................................................................13
4.2 Pembahasan.................................................................................................15
4.3 Literature review.........................................................................................17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................18
5.1 Simpulan......................................................................................................18
5.2 Saran............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19
LAMPIRAN DAN DOKUMENTASI................................................................20

iii
BAB I
LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang

Diare adalah keluamya feses dalam bentuk cairan yang mengandung

sedikit materi dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam sehari (atau lebih sering

dari pada biasanya) (WHO,2019). Bentuk feses yang keluar dapat berupa cair dan

mungkin disertai lendir atau darah. Pada beberapa kasus bisa terdapat muntah dan

bisa juga tidak terdapat muntah. Diare termasuk penyakit yang bisa dicegah dan

diatasi, tetapi bila tidak ditangani secara langsung dapat menyebabkan kematian

akibat dehidrasi. Diare merupakan salah satu keadaan yang sering terjadi di

negara berkembang. Meskipun diare merupakan penyakit yang bisa dicegah dan

diobati, diare masih merupakan penyakit penyebab kematian kedua pada anak-

anak berumur 5 tahun.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) setiap tahun terdapat

kurang lebih 2 juta kasus diare 1,5 juta dari kasus tersebut menyebabkan kematian

dan 80% dari kasus tersebut adalah anak-anak berumur 2 tahun (WHO, 2019).

Pada tahun 2004 diare menyebabkan 6,9% kematian dan menjadi penyebab

kematian nomor 3 di negara dengan pendapatan rendah. Meskipun angka

kematian yang disebabkan oleh diare di Indonesia sudah menurun dari penyebab

kematian pertama tahun 1972 menjadi nomor 54 pada tahun 1996. Diare menjadi

masalah utama kesehatan di Indonesia. Ada beberapa penyebab terjadinya diare

seperti infeksi, efek samping obat-obatan, alergi, kondisi medis penderita,

penyakit gangguan imunitas, keracunan dan makanan yang dikonsumsi. Diare

1
2

karena faktor infeksi dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, dan parasit.

Efek samping obat-obatan seperti penggunaan antibiotik intoleransi dan alergi

makanan seperti alergi susu sapi dan alergi makanan lainnya defisiensi vitamin

seperti niacin dan folat, dan faktor lingkungan yang tidak higienis sehingga

memudahkan teijadinya infeksi. Terdapat beberapa faktor yang dapat

memperberat terjadinya diare yaitu faktor higienis baik makanan maupun

lingkungan tempat tinggal, faktor pendidikan orang tua, faktor sosial ekonomi,

dan faktor nutrisi bayi baik dari makanan atau keadaan status gizi bayi tersebut

(Kahan.S dan E.G. Smith, 2019).

Penanganan diare selain menggunakan teknik farmakoterapi terdapat juga

terapi komplementer yang dapat digunakan yaitu dengan memberikan madu.

Madu sudah dikenal sebagai obat tradisional berbagai macam penyakit sejak

zaman dahulu, namun madu belum banyak digunakan dalam pengobatan modern

karena banyak munculnya penemuan antibiotik. Rasulullaah SAW serta

kandungan di dalam Al-Quran meriwayatkan bahwa madu merupakan obat yang

dapat menyembuhkan segala macam penyakit. Madu memiliki manfaat yang

tinggi bagi dunia medis. Madu dapat mengatasi berbagai infeksi yang disebabkan

oleh bakteri atau mikroba. Madu dapat dipakai untuk mengatasi diare karena efek

antibakterinya dan kandungan nutrisinya yang mudah dicerna. Manfaat madu lain

adalah membantu dalam penggantian cairan tubuh yang hilang akibat diare.

Dalam cairan rehidrasi, madu dapat menambah kalium dan serapan air tanpa

meningkatkan serapan natrium. Hal itu membantu memperbaiki mukosa usus

yang rusak, merangsang pertumbuhan jaringan baru dan bekerja sebagai agen
3

anti-inflamasi. Pertumbuhan spesies bakteri yang menyebabkan infeksi lambung,

seperti C. Frundii, P. Shigelloides, dan E. Coli, juga dapat dihambat oleh ekstrak

madu (Nurmaningsih et al., 2015).

Uji klinis pemberian madu pada anak yang menderita gastroenteritis telah

diteliti, Para peneliti mengganti glukosa di dalam cairan rehidrasi oral yang

mengandung elektrolit dan hasilnya diare mengalami penurunan yang signifikan.

Dari studi laboratorium dan uji klinis, madu murni memiliki aktivitas bakterisidal

yang dapat melawan beberapa organisme enteropathogenic, termasuk diantaranya

spesies dari Salmonella, shigela, dan E.colli.

Madu yang ditambahkan ke larutan oralit, dapat memperpendek masa diare

akut pada anak yang berusia 1-5 tahun. Madu juga dapat mengendalikan berbagai

jenis bakteri dan penyakit menular. Madu juga mempunyai pH yang rendah hal

tersebut terbukti ketika keasaman tersebut dapat menghambat bakteri patogen

yang berada dalam usus dan lambung. Untuk metode terapi madu yang diberikan

pada anak usia 1-5 tahun ini diberikan selama 5 hari dengan dosis madu 5 cc yang

ditambahkan pada air hangat 10 cc diberikan 3 kali sehari pada pukul 07.00,

15.00, dan 21.00 WIB. Madu yang digunakan dalam studi kasus ini adalah madu

murni.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk menerapkan metode

pemberian madu sebagai langkah efektif dalam mengatasi masalah diare akut

yang terjadi pada anak yang berusia 1-4 tahun.


4

1.2 Tujuan Proyek Inovasi

1.2.1 Tujuan Umum


Untuk Mengetahui Pengaruh Pemberian Madu Untuk Mengurangi Diare
Terhadap Anak Usia 1-4 Tahun Di Ruang Arya Kemuning Rsud Gunung Jati
Kota Cirebon.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tingkat diare sebelum pemberian madu pada anak
usia 1-4 tahun di ruang Arya Kemuning RSUD Gunung Jati Cirebon
Tahun 2023.
2. Mengidentifikasi tingkat diare setelah pemberian madu pada anak usia
1-4 tahun di ruang Arya Kemuning RSUD Gunung Jati Cirebon
Tahun 2023.
3. Menganalisis Pengaruh pemberian madu untuk mengurangi diare
terhadap anak usia 1-4 tahun Di Ruang Arya Kemuning Rsud Gunung
Jati Kota Cirebon Tahun 2023.

1.3 Manfaat Proyek Inovasi

1.3.1 Manfaat Teoritis

Hasil proyek inovasi ini untuk pengembangan ilmu pengetahuan

keperawatan anak terutama dalam terapi non farmakologis proyek inovasi ini

diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam alternatif pengobatan non

farmakologis dalam pelaksanaan penurunan kejadian diare.


5

1.3.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Pasien
Dengan memberikan madu dapat menurunkan tingkat diare yang di
alami pasien
2. Bagi Rumah Sakit Khususnya Ruang bedah anak
Dengan dilaksanakannya proyek inovasi ini dapat menambah
pengetahuan pada tenaga kesehatan mengenai intervensi non
farmakologis pemberian madu dapat menurunkan kejadian diare pasien
3. Bagi Mahasiswa
Dapat menambah ilmu pengetahuan tentang pemberian terapi non
farmakologis dalam menangani pasien dengan penurunan kejadian
diare dengan memberikan madu pada pasien.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Diare

2.1.1 Definisi Diare

Pengertian diare bermacam-macam, berbagai sumber mendefinisikan diare

secara berbeda-beda, menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia diare adalah

kumpulan gejala yang ditandai buang air besar encer (cair), lebih banyak dari

biasa, bisa atau tidak disertai darah dan lendir, dapat atau tidak disertai muntah.

Frekuensi pada bayi baru lahir lebih dari 3 kali, pada bayi dan anak lebih dari 2

kali per hari (Ikatan Dokter Anak Indonesia,2009). Berdasarkan World Health

Organization (WHO) diare adalah keluamya feses dalam bentuk cairan ataupun

mengandung sedikit materi dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam sehari (atau

lebih sering dari pada biasanya) (WHO,2009). Pengertian diare berdasarkan

Nelson Textbook of Pediatrics adalah keluamya tinja air dan elektrolit yang hebat.

Pada bayi, volume tinja lebih dari 15g/kg/24 jam dapat disebut diare. Pada umur 3

tahun, yang volume tinjanya sudah sama dengan volume orang dewasa, volume

lebih dari 200g/24 jam (Jenson, 2000).

2.1.2 Klasifikasi Diare

Berdasarkan waktunya, diare dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Diare akut yaitu diare yang terjadinya mendadak dengan frekuensi

meningkat dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari dengan

konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan berlangsung dalam

waktu kurang dari dua minggu.

6
7

2. Diare kronik yaitu diare yang berkelanjut sampai 2 minggu atau lebih

dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama

masa diare tersebut (Sustraatmaja,2020).

2.1.3 Faktor-Faktor Kejadian Diare

Menurut Widjaja (2002) dan Depkes (2010) ada beberapa faktor faktor

terjadinya kejadian diare antara Iain :

1. Faktor infeksi Faktor infeksi penyebab diare dapat dibagi dalam

infeksi parenteral dan infeksi enteral. Di Negara berkembang

campak yang disertai dengan diare mempakan faktor yang sangat

penting pada morbiditas dan mortalitas anak. Walaupun

mekanisme sinergik antara campak dan diare pada anak belum

diketahui, diperkirakan kemungkinan virus campak sebagai

penyebab diare secara enteropatogen. Walaupun diakui pada

umumnya bahwa enteropatogen tersebut biasanya sangat

kompleks dan dipengaruhi oleh faktor-faktor umur, tempat, waktu

dan keadaan sosio ekonomi.

2. Faktor umur

Semakin muda umur balita semakin besar kemungkinan terkena

diare, karena semakin muda umur balita keadaan integritas

mukosa usus masih belum baik, sehingga daya tahan tubuh masih

beliun sempitma. Kejadian diare terbanyak menyerang anak usia

7-24 bulan, hal ini teijadi karena : a. Bayi usia 7 bulan ini

mendapat makanan tambahan diluar ASI dimana risiko ikut


8

sertanya kuman pada makanan tambahan adalah tinggi (terutama

jika sterilisasinya kurang). b. Produksi ASI mulai berkurang, yang

berarti juga anti bodi yang masuk bersama ASI berkurang. Setelah

usia 24 bulan tubuh anak mulai membentuk sendiri anti bodi

dalam jumlah cukup sehingga serangan virus berkurang.

3. Faktor status gizi

Pada penderita kurang gizi serangan diare lebih sering terjadi.

Semakin buruk keadaan gizi anak, semakin sering dan berat diare

yang diderita. Diduga bahwa mukosa penderita malnutrisi sangat

peka terhadap infeksi karena daya tahan tubuh yang kurang.

Status gizi ini sangat dipengaruhi oleh kemiskinan, ketidaktahuan

dan penyakit. Begitu pula rangkaian antara pendapatan, biaya

pemeliharaan kesehatan dan penyakit. keadaan sosio ekonomi

yang kurang, sanitasi yang buruk, kepadatan penduduk rumah,

pendidikan tentang pengertian penyakit, cara penanggulangan

penyakit serta pemeliharaan kesehatan.

4. Faktor lingkungan

Penularan penyakit diare sangat dipengaruhi oleh faktor

lingkungan dimana sebagian besar penularan melalui faecal oral

yang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sarana air bersih dan

jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan serta perilaku

hidup sehat dari keluarga. Oleh karena itu dalam usaha mencegah

timbuinya diare yaitu dengan melalui penyediaan fasilitas jamban


9

keluarga yang disertai dengan penyediaan air yang cukup, baik

kuantitas maupun kualitasnya. Upaya tersebut harus diikuti

dengan peningkatan pengetahuan dan sosial ekonomi masyarakat,

karena tingkat pendidikan dan ekonomi seseorang dapat

berpengaruh pada upaya perbaikan lingkungan.

2.2 Inovasi Madu

2.2.1 Pengertian Madu

Madu adalah cairan alami yang umumnya mempunyai rasa manis yang

dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nektar) atau bagian

lain dari tanaman (ekstra floral nektar) atau ekskresi serangga Madu mengandung

sejumlah senyawa dan sifat antioksidan yang telah banyak diketahui. Sifat

antioksidan dari madu yang berasal dari zat-zat enzimatik (misalnya, katalase,

glukosa oksidase dan peroksidase) dan zat-zat non enzimatik (misalnya, asam

askorbat, α-tokoferol, karotenoid, asam amino, protein, produk reaksi Maillard,

flavonoid dan asam fenolat). Jumlah dan jenis antioksidan ini sangat tergantung

pada sumber bunga atau varietas madu, dan telah banyak banyak penelitian yang

menunjukkan bahwa adanya hubungan antara aktivitas antioksidan dengan

kandungan total fenol (Wulandari, 2019).

2.2.2 Kandungan Madu

Masyarakat Indonesia menggunakan madu sebagai campuran pada jamu

tradisional untuk meningkatkan khasiat penyembuhan penyakit seperti infeksi

pada saluran cerna dan pernafasan, serta meningkatkan kebugaran tubuh. Madu
10

juga memiliki kemampuan untuk meningkatkan kecepatan pertumbuhan jaringan

baru. Madu mengandung banyak mineral seperti natrium, kalsium, magnesium,

alumunium, besi, fosfor, dan kalium. Vitamin–vitamin yang terdapat dalam madu

adalah thiamin (B1), riboflavin (B2), asam askorbat (C), piridoksin (B6), niasin,

asam pantotenat, biotin, asam folat, dan vitamin K. Sedangkan enzim yang

penting dalam madu adalah enzim diastase, invertase, glukosa oksidase,

peroksidase, dan lipase. Selain itu unsur kandungan lain madu adalah memiliki zat

antibiotik atau antibakteri. Salah satu metode yang telah ditekankan dalam

pengobatan tradisional untuk pengobatan diare adalah dengan mengkonsumsi

madu. Madu adalah satu nutrisi kaya yang mengandung karbohidrat, enzim, asam

amino, asam organik, mineral, senyawa aromatik, pigmen, dan serbuk sari. Kaitan

antara terapi madu dan diare, bahwa madu memiliki aktivitas bakterisidal yang

dapat melawan beberapa organisme enteropathogenic, termasuk diantaranya

spesies dari Salmonella, Shigella, dan E.colli. Uji klinis dari pengobatan madu

pada anak-anak yang telah diteliti Adebolu, Adeoye, & Oyetayo (2015), dan

menemukan bahwa madu alami dapat menurunkan bakteri pada penyakit diare.

Madu murni dapat membantu terbentuknya jaringan granulasi memperbaiki

kerusakan permukaan kripte usus dan adanya efek madu sebagai prebiotik yang

dapat menumbuhkan kuman komensial dalam usus dengan kemampuan melekat

pada enterosit mukosa usus sehingga dapat menghambat kolonisasi sejumlah

bakteri penyebab diare termasuk virus (Wulandari, 2019).


BAB III
RENCANA KEGIATAN DAN SOP

3.1 Analisa Masalah

a. Ruangan: Aria Kemuning RSUD Gunung Jati Cirebon

b. Masalah yang ditemukan: sebagia besar pasien yang di rawat di Ruang

Aria Kemuning mengalami penyakit diare, sehingga kelompok kami

mencari literatur intervensi non farmakologis kepada 3 responden yang

mengalami penyakit diare sehingga diputuskan untuk memberikan madu

kepada pasien untuk menanggulangi kejadian diare pada pasien.

c. Tanggal pengkajian: …….

3.2 Rencana Kegiatan

No Masalah Kegiatan Sasaran Media Waktu


Pelaksanaan
1. Diare Pemberian Anak usia madu ………
madu murni 1-4 tahun

3.3 Standar Oprasi Prosedur (SOP)

PENGARUH PEMBERIAN MADU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA


ANAK USIA 2-4 TAHUN DI RSUD GUNUNG JATI CIREBON

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PENGERTIAN : Upaya yang dilakukan oleh petugas kesehatan untuk
menurunkan diare pada anak usia 1-4 tahun .
TUJUAN : Untuk menurunkan kejadian diare
ALAT DAN BAHAN :

11
12

1. Madu murni
PROSEDUR PELAKSANAAN
a. Tahap pra interaksi
1. Mengkonfirmasi identitas klien
2. Menyiapkan madu sesuai takaran
b. Tahap orientasi
1. Memberikan salam kepada klien dengan menyapa nama pasien dan
perawat memperkenalkan diri
2. Menjelaskan prosedur dan tujuan pemberian madu murni pada
pasien
3. Melakukan kontrak waktu dan tempat kepada pasien
4. Menanyakan persetujuan dan persiapan klien sebelum kegiatan
pemberian madu
c. Tahap kerja
Langkah-langkah :
1. Persiapan alat
a) Persiapan 5 cc madu murni
b) Siapkan 10 cc air mineral hangat
c) Gelas & Sendok teh
2. Fase Kerja
a) Siapkan gelas dan sendok teh
b) Berikan 5 cc madu murni dicampurkan dengan 10 cc air mineral hangat
dan berikan pada anak usia 1-5 tahun. Pemberiannya dapat dilakukan 3
kali sehari dalam jangka waktu pemberian inovasi madu 5 hari.
d. Tahap terminasi
1. Merapikan alat dan bahan
2. Evaluasi setelah melakukan pemberian madu murni
3. Salam
4. Dokumentasi tindakan yang sudah dilakukan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Proyek Inovasi

Hasil dari proyek inovasi ini akan menyajikan hasil pelaksnaan tentang

pengaruh pemberian madu terhadap anak usia 1-4 tahun yang sedang mengalami

diare di ruang anak Aria Kemuning RSUD Gunung Jati. Waktu pelaksanaan

dimulai dari tanggal ………………. Pelaksanaan ini menggunakan metode pra-

eksperimental dengan pendekatan t-tes independent design dan teknik

pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Data diperoleh langsung

dengan jumlah 3 orang pasien sedang mengalami diare di ruang anak RSUD

Gunung Jati Cirebon, dengan masing masing pasien diberikan madu.

Berikut sajian gambaran penderita diare sebelum dan sesudah di berikan

madu di ruang anak.

4.1.1 Gambaran Kejadian Diare Sebelum Pemberian Madu Pada Anak


Usia 1-4 Tahun di Ruangan Arya Kamuning RS Gunung Jati
Cirebon
Berikut ini disajikan data tentang gambaran kejadian diare sebelum

pemberian madu pada anak usia 1-4 tahun di RSUD Gunung Jati Cirebon.

Tabel 4.1 Gambaran Kejadian Diare Sebelum Pemberian Madu Pada Anak
Usia 1-4 Tahun di Ruangan RSUD Gunung Jati Cirebon Tahun
2023.
Kejadian Diare Frekuensi (n) Persentase (%)
Ya 3 100
Tidak 0 0
Total 3 100

13
14

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa hampir seluruh pasien

mengalami diare (100%).

4.1.2 Gambaran Kejadian Diare Sesudah Pemberian Madu Pada Anak


Usia 1-4 Tahun di RSUD Gunung Jati Cirebon Tahun 2023.
Berikut ini disajikan data tentang gambaran kejadian diare sebelum

pemberian madu pada anak usia 1-4 tahun di RSUD Gunung Jati Cirebon.

Tabel 4.2 Gambaran Kejadian Diare Sesudah Pemberian Madu Pada Anak
Usia 1-4 Tahun di RSUD Gunung Jati Cirebon
Kejadian Diare Frekuensi (n) Persentase (%)
Ya 1 33,3
Tidak 2 66,7
Total 3 100

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa mengalami penyembuhan

sebanyak 2 pasien (66,7%).

4.1.3 Perbedaan Intensitas stress Sebelum Dan Sesudah Membaca


Dongeng Di Ruang Anak RSUD Gunung Jati Cirebon Tahun 2023
Tabel 4.3 Gambaran Kejadian Diare Sebelum dan Sesudah Pemberian
Madu Pada Anak Usia 1-4 Tahun di RSUD Gunung Jati
Cirebon
Kejadian Diare
No Responden
Sebelum Sesudah
1 Ya Tidak
2 Ya Tidak
3 Ya Ya

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa sebagian besar responden

sebelum implementasi mengalami kejadian diare 3 (100%). Sedangkan setelah


15

melakukan pemberian madu murni responden mengalami penurunan kejadian

diare menjadi 1 (33,3%).

Uji hipotesis penelitian tentang perbedaan kejadian diare sebelum dan

sesudah pemberian madu pada anak usia 1-4 tahun di RSUD Gunung Jati Cirebon

Diukur menggunakan uji t-test independent. Berikut disajikan hasil analisis t-test

independent dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.4 Kejadian Diare Sebelum dan Sesudah Pemberian Madu Pada
Anak Usia 1-4 Tahun di RSUD Gunung Jati Cirebon Tahun 2023

Pemberian P
N Mean SD SE Signifikasi
Madu Value
Nilai Sig. (2-
Pre Test 3 1,00 0,000 0,00 tailed) > 0,05,
0,000 maka tidak
Post Test 3 1,67 0,577 0,333 terdapat Pengaruh
yang signifikan

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa pada kelompok sebelum

pemberian madu diperoleh nilai Mean = 1,00 , pada kelompok setelah pemberian

madu nilai Mean = 1,67 dan diperoleh hasil p value = 0,00 (> 0,05) yang artinya

terdapat pengaruh pemberian madu pada kejadian diare pada anak usia 1-4 Tahun

di RSUD Gunung Jati Cirebon.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil implementasi proyek inovasi yang dilakukan kelompok

di ruang anak RSUD Gunung Jati Cirebon dann berdasaekan hasil analisis

statistik di dapatkan p value 0,000 > 0,05 artinya terdapat pengaruh pemberian

madu terhadap penderita diare anak. Hal ini sejalan dengan penelitian Abdul
16

hamid (2019) Hasil analisis menggunakan T-Test Dependent menunjukkan bahwa

ada pengaruh yang bermakna sebelum dan sesudah pemberian madu terhadap

penderita diare yaitu p value 0,000.

Prevalensi diare di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 8.0%, meningkat

dari tahun 2017 sebesar 7.0%. tingginya angka diare disebabkan oleh beberpa

faktor di antaranya kesehatan lingkungan yang belum memadai, keadaan gizi yang

belum memuaskan, kepadatan penduduk, sosial ekonomi maupun pendidikan atau

pengetahuan dan perilaku masyarakat yang secara langsung atau tidak langsung

mempengaruhi penyakit diare ini (Halimah 2018).

Madu dapat digunakan sebagai anti bakteri dan prabiotik yang dapat

mengatasi diare. Selain itu, madu juga mampu mengobati masalah konstipasi dan

diare anak, meminimalkan pathogen dan menurunkan durasi diare. Kandungan

antibiotic madu juga mampu melawan beberapa organisme enterophagetic,

termasuk spesies dari salmonella,shigella dan e-coli. Sifat anti abkteri yang

terdapat pada madu dipengaruhi oleh osmolaritas madu yang tinggi, kandungan

rendah air, pH yang rendah sehingga keasaman madu menjadi lebih tinggi. Madu

memiliki kandungan tinggi gula yang mampu meningkatkan tekanan osmosis

sehingga dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri (Lusiana

2021).
17

4.3 Literature review

No. Nama Judul Lokasi Desain Jumlah Metode Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian Penelitian Penelitian Sample Pemilihan
Sample

1 Abdul Pengaruh RSUD Pre-test 15 pasien consecutive Variabel Terdapat Pengaruh


Hamid Pemberian Kembangan and Post- sampling independen : Antara Pemberin
Madu Jakarta test One Pemberian Madu Madu Dengan
Dengan Barat Group Variabel Dependen : Kejadian Diare
Kejadian Design Kejadian Diare Pada Dengan Nilai
Diare Pada Anak p=0,000
Anak di
RSUD
Kembangan
2 Ega Lusiana Penerapan RSUD Pre-test 20 Pasien Case Study Variabel Independen Terdapat Pengaruh
Pemberian Mitra Sehat and Post- : Pemberian Madu Pemberian Madu
Madu Untuk Ygyakarta test One Variabel Dependen : Dengan Kejadian
Mengatasi Group Kejadian Diare Pada Diare Pada Anak
Diare Pada Design Anak Dengan Nilai
Anak Usia p=0,001
Prasekolah
(3-5 Tahun)
di RSUD
Mitra Sehat
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Dari hasil analisis diperoleh nilai kejadian diare sebelum diberikan madu
kepada 3 pasien, menunjukkan seluruhnya mengalami diare (100%).
2. Dari hasil analisis diperoleh nilai kejadian diare sesudah diberikan madu
kepada 3 pasien, menunjukkan sebagian besar tidak mengalami kejadian
diare 2 pasien (66,7%) dan 1 pasien mengalami kejadian diare (33,3%).
3. Dari hasil analisis sebelum diberikan madu diperoleh nilai Mean = 1,00,
sedangkan setelah diberikan madu diperoleh nilai Mean = 1,67 dan
diperoleh hasil p value = 0,00 (< 0,05) yang artinya terdapat pengaruh
pemberian madu untuk mengurangi kejadian diare di Ruang Aria
Kemuning RSUD Gunung Jati Cirebon tahun 2023.

5.2 Saran

1. Bagi Pasien
Dapat menambah pengetahuan tentang mengatasi kejadian diare pada anak
dengan cara pemberian madu, sehingga dapat mengurangi kejadian diare
pada pasien.
2. Bagi Rumah Sakit Khususnya Ruang Anak
Bagi Rumah Sakit Khususnya Ruang Aria Kemuning diharapkan dengan
dilaksanakannya proyek inovasi ini dapat menambah pengetahuan
mengenai intervensi non farmakologis.
3. Bagi Mahasiswa
Menambah ilmu pengetahuan dalam impelentasi pemberian terapi non
farmakologis untuk menurunkan kejadian diare pada anak yang sedang
menjalani perawatan dengan cara diberikan madu.
19

DAFTAR PUSTAKA

Jenson. (2000). kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare pada anak

sekolah dasar kota waingapu jurmal keperawatan.

Nurmaningsih et al. (2015). pengaruh edukasi PHBS tentang cuci tangan terhadap

peningkatan kejadian diare pada anak.

Smith, K. . dan E. G. (2019). Faktor yang memengaruhi kejadian diare pada anak

jurnal kesehatan masyarakat.

Sustraatmaja. (2020). faktor-faktor yang berhubungan dengan diare pada balita

jurnal kesehatan masyarakat.

who. (2019). Gambaran kejadian diare pada anak usia 1-4 tahun.

Widjaja. (2002). faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada anak usia

1-4 tahun.

Wulandari. (2019). obat diare yang disimpan di rumah tangga di Indonesia. media

penelitian dan pengembangan kesehatan, 26(4), 277-234.


20

LAMPIRAN DAN DOKUMENTASI

Statistics
sebelum sesudah
pemberian pemberian
madu terhadap madu terhadap
kejadian diare kejadian diare
N Valid 3 3
Missing 0 0
Mean 1.00 1.67
Std. Error of Mean .000 .333
Median 1.00 2.00
Std. Deviation .000 .577

sebelum pemberian madu terhadap kejadian diare


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 3 100.0 100.0 100.0

sesudah pemberian madu terhadap kejadian diare


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 1 33.3 33.3 33.3
tidak 2 66.7 66.7 100.0
Total 3 100.0 100.0

t-test independent
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 27.363 a
2 .000
Likelihood Ratio 35.854 2 .000
Linear-by-Linear Association 25.390 1 .000
N of Valid Cases 3

Anda mungkin juga menyukai