Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENYULUHAN

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIWARUGA


KABUPATEN BANDUNG BARAT

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Pembimbing:
Sri Quintina Indriyana, dr. M.Kes

Pembimbing Lapangan :
Venita Noor Ajiziah, dr.

Disusun oleh :
Ayrton Fajar Muhamad (4151171420)

LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2019
BERITA ACARA

Pada hari Kamis, tanggal 10 Oktober 2019 telah dilaksanakan kegiatan penyuluhan
oleh Ayrton Fajar Muhamad (NIM: 41541171420), Dokter Muda Laboratorium
Ilmu Kesehatan Masyarakat UNJANI/RS DUSTIRA. Rincian pelaksanaan
kegiatan tersebut diantaranya:

Materi yang disajikan : Diare pada Anak


Tempat penyajian : Posyandu Cigugur RW 04 di Wilayah Kerja
Puskesmas Ciwaruga
Peserta yang hadir : 25 orang

Demikian berita acara ini dibuat untuk diketahui sebagaimana mestinya.

Pembimbing Lapangan

Venita Noor Ajiziah, dr.

Nunuy Noor Dewi, dr.

NIP. 198508112011012003
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penyuluhan Diare
pada Anak. Laporan penyuluhan ini disusun sebagai salah satu tugas kepaniteraan
Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
Jenderal Achmad Yani.
Penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. H. Sutedja, dr., SKM., selaku kepala Laboratorium Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani.
2. Sri Quintina Indriyana, dr., M.Kes, selaku pembimbing Laboratorium Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad
Yani.
3. Welly Narwelly, drg., selaku kepala Puskesmas Ciwaruga.
4. Venita Noor Ajiziah, dr., selaku pembimbing lapangan di Puskesmas
Ciwaruga.
5. Seluruh staf di Puskesmas Ciwaruga.
Penulis menyadari sepenuhnya hasil penulisan dalam laporan penyuluhan ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis
berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi
semua pihak yang membaca.

Cimahi, Oktober 2019


Penulis
LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN

I. Judul Penyuluhan
Diare pada Anak

II. Latar Belakang Penyuluhan


Diare meryupakan gangguan buang air besar (BAB) ditandai dengan BAB
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah.1
Penyakit diare masih menjadi masalah global dengan derajat kesakitan dan
kematian yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan juga
sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak
di dunia. Secara umum diperkirakan lebih dari 10 juta anak berusia kurang dari 5
tahun meninggal setiap tahunnya di dunia dimana sekitar 20% meninggal karena
infeksi diare.2
Kejadian diare dapat terjadi di seluruh dunia dan menyebabkan 4% dari
semua kematia dan 5% dari kehilangan kesehatan menyebabkan kecacatan. Diare
tetapi menjadi penyebab utama kematian pada anak-anak di bawah usia tahun di
negara-negara Sub-sahara di Afrika. Faktor risiko untuk diare akut bervariasi
berdasarkan konteks dan memiliki implikasi penting untuk mengurangi beban
penyait.3
Gejala yang paling berbahaya dari diare infeksi adalah dehidrasi, yang
merupakan penyebab langsung banyak diare kematian, terutama pada bayi dan anak
kecil.4
Menurut data World Health Organization, diare merupakan penyakit yang
berbasis lingkungan dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Setiap
tahunnya ada sekitar 1,7 miliar kasus diare dengan angka kematian 760.000 anak di
bawah 5 tahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia di bawah 3 tahun rata-rata
mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya, diare akan menyebabkan
kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan
penyebab utama malnutrisi pada anak dan menjadi pada tahun 2010 dilaporkan 2,5
juta kasus diare pada anak diseluruh dunia. Kasus diare terbanyak di Asia dan
Afrika kurang memadainya status gizi pada anak dan kurangnya sanitasi air bersih.5
Berdasarkan data United Nation Children’s Fund (UNICEF) dan World
Health Organization (WHO) (World Health Organization, 2013), secara global
terdapat dua juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare. Jumlah
penderita Kejadian Luar Biasa (KLB) diare tahun 2013 di Indonesia menurun
secara signifikan dibandingkan tahun 2012 dari 1.654 kasus menjadi 646 kasus
pada tahun 2013. KLB diare pada tahun 2013 terjadi di 6 provinsi dengan
penderita terbanyak terjadi di Jawa Barat yang mencapai 294 kasus.5
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas
dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih
menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Masalah diare di Indonesia
sering terjadi dalam bentuk KLB. KLB diare sering terjadi terutama di daerah
yang pengendalian faktor risikonya masih rendah. Cakupan perilaku kebersihan
dan sanitasi yang rendah sering menjadi faktor risiko terjadinya KLB diare.6
Beberapa faktor yang menyebabkan kejadian diare pada balita yaitu infeksi
yang disebabkan bakteri, virus atau parasit, adanya gangguan penyerapan
makanan atau malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia atau racun yang
terkandung dalam makanan, imunodefisiensi yaitu kekebalan tubuh yang
menurun serta penyebab lain.7 Faktor penyebab diare akut penyebab kematian
kedua pada anak berusia di bawah 5 tahun. Pada tahun 2010 dilaporkan 2,5 juta
kasus diare pada anak diseluruh dunia. Kasus diare terbanyak di Asia dan Afrika
kurang memadainya status gizi pada anak dan kurangnya sanitasi air bersih.7
Banyak faktor yang dapat menyebabkan kejadian diare pada balita seperti
adanya infeksi yang disebabkan bakteri, virus dan parasit atau adanya gangguan
absobsi makanan pada usus (malabsorbsi), alergi, keracunan bahan kimia atau
adanya racun yang terkandung dalam makanan, imunodefisiensi yaitu kekebalan
tubuh yang menurun serta penyebab lain.8 Faktor penyebab terjadinya diare akut
pada balita ini adalah antara lain faktor lingkungan, tingkat pengetahuan ibu,
sosial ekonomi masyarakat dan makanan atau minuman yang di konsumsi.9
Ada beberapa faktor yang meningkatkan resiko balita mengalami diare
seperti faktor lingkungan yang meliputi pengolahan sampah, saluran limbah
maupun sumber air. Pengolahan sampah dan saluran limbah yang tidak tepat
dapat menyebabkan terjadinya diare pada balita, hal ini disebabkan karena vektor
lalat yang hinggap disampah atau limbah lalu kemudian hinggap dimakanan.
Selain itu, diare dapat terjadi apabila seseorang menggunakan air yang sudah
tercemar baik tercemar dari sumbernya, selama perjalanan sampai kerumah-
rumah, atau tercemar pada saat disimpan dirumah. Selain itu kebiasaan mencuci
tangan pada saat memasak makanan atau sesudah Buang Air Besar (BAB) akan
akan memunkinkan terkontaminasi langsung.8,9
Menurut penelitian Arimbawa IW, didapatkan hasil terdapat hubungan
antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian diare dengan Pvalue= 0,002< 0,05,
dan terdapat hubungan antara pengolahan sampah dengan kejadian diare dengan
Pvalue= 0,043< 0,05. Menurut penelitian Saleh, saluran limbah berhubungan
dengan kejadian diare dengan Pvalue= 0,00< 0,05. Menurut penelitian
Tambuwun, didapatkan hasil terdapat hubungan antara sumber air dengan
penyakit diare dengan Pvalue= 0,001< 0,05, dan terdapat hubungan antara
perilaku cuci tangan terhadap kejadian diare pada siswi di SDN Ciputat 02 dengan
Pvalue= 0,015< 0,05. 10,11
Proporsi terbesar penderita diare pada balita adalah kelompok umur 6-11
bulan yaitu sebesar 21,65% lalu kelompok umur 12-17 bulan sebesar 14,43%,
kelompok umur 24-29 bulan sebesar 12,37%. Hal ini merupakan masalah
kesehatan yang perlu diperhatikan terutama diare yang umumnya diderita bayi
dan balita dapat menjadi penyumbang kematian terbesar. Faktor kebersihan diri
dan sanitasi lingkungan, kesadaran orang tua untuk berperilaku hidup bersih dan
sehat serta pemberian ASI menjadi faktor yang penting dalam menurunkan angka
kesakitan diare pada bayi dan balita. 12

III. Sasaran Penyuluhan


Pasien dan orang tua pasien yang datang ke Puskesmas Ciwaruga pada 10
Oktober 2019.
IV. Target Penyuluhan
Pasien dan orang tua pasien yang datang ke Puskesmas Ciwaruga pada 10
Oktober 2019.
V. Lokasi Penyuluhan
Posyandu Cigugur RW 04 di Wilayah Kerja Puskesmas Ciwaruga.

VI. Metode Penyuluhan


Leaflet dan diskusi.

VII. Proses Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada Kamis, 10 Oktober 2018 bertempat di
Posyandu Cigugur RW 04 di Wilayah Kerja Puskesmas Ciwaruga. Kegiatan
dilaksanakan pada pukul 08.00 WIB – 09.00 WIB dan dihadiri oleh 25 orang pasien.
Penyuluhan dilaksanakan dengan metode presentasi berdasarkan leaflet yang
diberikan. Materi yang disampaikan merupakan penjelasan dari diare pada anak.
Penyuluhan ini bertujuan agar masyarakat dapat mengetahui dan memahami
mengenai diare pada anak. Penyuluhan dilanjutkan dengan sesi diskusi (tanya
jawab) yang berkaitan dengan materi penyuluhan.

VIII. Diskusi
Pertanyaan yang diajukan peserta, yaitu :
1. Mengapa diare tidak selalu diberikan antibiotik?
2. Bagaimana caranya anak agar tidak terkena diare?
Jawaban dari pertanyaan peserta:
1. Penyebab diare bermacam-macam. Pada balita diare lebih sering
disebabkan oleh virus. Jika diare atau bab cair hanya cair, berlendir dan
tidak ada darahnya kemungkinan penyebabnya dalah virus bukan bakteri
maka tidak perlu diberi antibiotik.
2. Pencegahan diare yang dapat dilakukan yaitu memberikan ASI secara penuh
pada bayi usia 4-6 bulan, menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan sekitar
tempat tinggal, mencuci tangan dengan baik dengan sabun enam langkah
(setelah makan, sesudah makan,setelah BAB, setelah BAK, dan setelah
bermain), mendidihkan air sebelum digunakan untuk minum dan makan,
makanan makanan bergizi dan jangan makan makanan yang dihinggapi
lalat.

Cara Pembuatan Oralit rumahan : cuci tangan terlebih dahulu, hangatkan air
sebanyak 200cc atau 1 gelas kecil. Masukan gula pasir sebanyak 1 sendok the
lalu tambahkan ¼ sendok teh garam. Larutkan hingga merata

Tanda dehidrasi yang perlu diperhatikan :


1. air mata anak tidak keluar saat menangis
2. anak jadi lemas dan terlihat tidak aktif
3. kulit kering dan turgor kulit kembali lambat
4. ubun-ubun kecil cekung
5. mata cekung

Dosis pemberian zinc :


1. anak usia 6 bulan sampai 5 tahun diberikan sebanyak 20mg atau sebanyak 1
sendok perhari selama 10 hari
2. anak usia 2-6 bulan diberikan sebanyak 10mg atau ½ sendok the setiap hari
dalam waktu 10 hari
IX. Permasalahan yang Didapat
Pelaksanaan penyuluhan di Posyandu Cigugur RW 04 di Wilayah Kerja
Puskesmas Ciwaruga terdapat kekurangan yaitu kurang kondusifnya kondisi ruang
tunggu. Sehingga dalam penyampaian materi sedikit terhambat. Hambatan lain
yang dihadapi yaitu beberapa peserta sasaran tidak mengikuti penyuluhan dari awal
sampai akhir karena ada yang baru datang ditengah penyuluhan atau pergi karena
sudah dipanggil untuk masuk ke ruang pemeriksaan dan tidak kembali mengikuti
penyuluhan setelah selesai dilakukan pemeriksaan di Poliklinik. Beberapa pasien
juga masih malu untuk bertanya ketika sedang dilakukan penyuluhan namun ketika
di dalam ruangan pemeriksaan masih banyak orang tua yang bertanya mengenai
materi diare.

X. Hasil Evaluasi dari Pelaksanaan Kegiatan


Pada pelaksanaan penyuluhan sudah berjalan dengan cukup baik dan peserta
antusias dalam memperhatikan dan mendengarkan materi yang disampaikan
sehingga materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh peserta
penyuluhan.

XI. Kesimpulan Kegiatan


Penyuluhan dengan tema Diare dilaksanakan pada hari Kamis, 1- Oktober
2019 bertempat di Posyandu Cigugur RW 04 di Wilayah Kerja Puskesmas
Ciwaruga. Kegiatan dilaksanakan pada pukul 08.00 WIB – 09.00 WIB dan dihadiri
oleh 25 orang pasien yang datang ke Posyandu Cigugur RW 04 di Wilayah Kerja
Puskesmas Ciwaruga. Kegiatan penyuluhan berlangsung dengan lancar dan
mendapat respon baik dari peserta yang datang.
LAMPIRAN

Daftar Hadir Peserta


Dokumentasi Kegiatan
Leaflet
DAFTAR PUSTAKA

1. Arimbawa IW, Dewi KAT, A. Z. (2016). Hubungan Faktor Perilaku dan


Faktor Lingkungan terhadap Kejadian Diare pada Balita di Desa
Sukawati, Kabupaten Gianyar Bali Tahun 2014 I Wayan Arimbawa ,
Komang Ayu Trisna Dewi , Zakwan bin Ahmad Program Studi Pendidikan
Dokter , Fakultas Kedokteran Univ, 6(1), 8–15. Aziz. (2006). Diare
Pembunuh Utama Balita. Jakarta: Graha Pustaka.
2. Berhe, H., Mihret, A., & Yitayih, G. (2016). Prevalence of Diarrhea and
Associated Factors Among Children Under-Five Years of Age in Enderta
Woreda, Tigray, Northern Ethiopia, 2014. International Journal of
Therapeutic Applications, 31, 32–37.
https://doi.org/10.20530/IJTA_31_32-37.
3. Christy, M. (2014). faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada
anak. Berkala Epidemiologi, 2 No.3.
4. IDAI. (2012). Buku Ajar Gastroenterologi- Hepatologi. Jakarta: Badan
Penerbit ikatan Dokter Anak Indonesia.
5. Saleh, Muhammad, H. (2014). Hubungan Kondisi Sanitasi Lingkungan
dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Baranti Kabupaten Sindrap Tahun 2013, 7(1).

Anda mungkin juga menyukai