Anda di halaman 1dari 83

ASUHAN KEPERAWATAN Ny.

M: NYERI BERKEMIH
PADA INFEKSI SALURAN KEMIH DENGAN
TEKNIK DEEP BREATHING EXERCISE
DI RUMAH SAKIT ADVENT MEDAN

KARYA ILMIAH AKHIR

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar (Ns)
Keperawatan dari Universitas Advent Indonesia

Disusun Oleh:
VICKA VERONIKA
NIM: 2153059

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA
BANDUNG
2022
HALAMAN PENGESAHAN JUDUL

ASUHAN KEPERAWATAN Ny. M : NYERI BERKEMIH


PADA INFEKSI SALURAN KEMIH DENGAN
TEKNIK DEEP BREATHING EXERCISE
DI RUMAH SAKIT ADVENT MEDAN

KARYA ILMIAH AKHIR

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar (Ns)
Keperawatan dari Universitas Advent Indonesia

Disusun Oleh:
VICKA VERONIKA
NIM: 2153059

Menyetujui

(Evelin Malinti., MSN)


Pembimbing

(Samuel Maju Simanjuntak, Ph.D) (Denny P. Ricky, M.Kep., Sp.Kep.J)


Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Kaprodi Profesi Ners

i
HALAMAN PENGESAHAN

Karya ilmiah akhir dengan judul:

ASUHAN KEPERAWATAN Ny. M : NYERI BERKEMIH


PADA INFEKSI SALURAN KEMIH DENGAN
TEKNIK DEEP BREATHING EXERCISE
DI RUMAH SAKIT ADVENT MEDAN

Diterima dan disetujui oleh panitia ujian karya ilmiah akhir di Program Profesi
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Advent Indonesia sebagai
persyaratan akhir untuk memperoleh gelar Ners Keperawatan (Ns)

Bandung, September 2022

(Evelin Malinti., MSN)


Pembimbing

(Idauli S, Skep, Ns, MSN, PhDNED) (Nurhayati S,S.Kep.,Ns., M.Kes.,AIFO)


Ketua Penguji Anggota Penguji

ii
HALAMAN PERNYATAAN NON-PLAGIASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, telah menyusun suatu karya
ilmiah skripsi dengan judul:

ASUHAN KEPERAWATAN Ny. M : NYERI BERKEMIH


PADA INFEKSI SALURAN KEMIH DENGAN
TEKNIK DEEP BREATHING EXERCISE
DI RUMAH SAKIT ADVENT MEDAN

Dengan ini menyatakan bahwa:

Dalam karya ilmiah ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah
ditulis atau dipublikasikan orang lain atau bukan merupakan plagiasi dari karya
orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan dalam daftar pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Bandung, Oktober 2022


Pembuat pernyataan

Vicka Veronika
NIM: 2153059

iii
ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN Ny. M : NYERI BERKEMIH


PADA INFEKSI SALURAN KEMIH DENGAN
TEKNIK DEEP BREATHING EXERCISE
DI RUMAH SAKIT ADVENT MEDAN

Disusun Oleh:
VICKA VERONIKA
NIM: 2153059

Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan masalah yang umum terjadi dan
keluhan yang sering disampaikan adalah nyeri saat berkemih. Deep breathing
exercises merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan yang dalam hal ini
perawat mengajarkan kepada klien bagaiama cara melakukan nafas dalam, nafas
lambat dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Salah satu terapi
nonfarmakologi yang dapat dilakukan untuk menangani nyeri saat berkemih
(disuria) adalah Deep Breathing exercise. Tujuan: untuk melakukan analisa
terhadap kasus nyeri dengan terapi Latihan Deep Brething exercise Di Mawar 5/2
Rumah Sakit Advent Medan. Metode: yang digunakan adalah deskriptif dengan
melakukan wawacara langsung kepada pasien dan keluarga, observasi serta
kepustakaan. Hasil: didapatkan skala nyeri awal 5 (0-10) pengaruh Latihan Deep
Brething exercise dapat menurunkan skala nyeri dengan hasil skala nyeri menjadi
1 (0-10) dan didapatkan ada 3 masalah keperawatan pada klien dengan infeksi
saluran kemih yaitu nyeri akut, gangguan eliminasi urine, hipertermi. Berdasarkan
kasus keluhan utama klien adalah nyeri maka diobservasi selama 3 hari klien
berada di ruang mawar Rumah Sakit Adven Medan. Saran penulis berikan pada
pasien dan keluarga, diharapkan mampu dan mengetahui cara mengatasi nyeri
pada infeksi saluran kemih dengan Latihan Deep Brething exercise.

Kata kunci : Infeksi Saluran Kemih, Nyeri, Latihan Deep Brething exercise.

iv
ABSTRACT

NURSING CARE Ny. M: URINARY PAIN ON


URINARY TRACT INFECTIONS WITH
DEEP BREATHING EXERCISE IN
MEDAN ADVENTIST HOSPITAL

Compiled By:
VICKA VERONIKA
NIM: 2153059

Urinary Tract Infection (UTI) is a condition where some bacteria or


microorganisms grow and multiply in the urinary tract. One of the problems that
occur in UTI sufferers is urinary elimination disorders. Urinary elimination
disorders in patients with UTI are usually caused by pain when urinating (dysuria)
that is felt by the patient. Deep breathing exercises are a form of nursing care in
which nurses teach clients how to do deep breaths, and slow breaths, and how to
exhale slowly. One of the non-pharmacological therapies that can be used to treat
pain when urinating (dysuria) is deep breathing exercises. Purpose: to analyze
cases of pain with Deep Breathing Exercise therapy at Mawar 5/2 Medan
Adventist Hospital. Method: used is descriptive by conducting direct interviews
with patients and families, observation, and literature. Results: the initial pain
scale is 5 (0-10) the effect of Deep Breathing Exercises can reduce the pain scale
with the results of the pain scale being 1 (0-10) and it is found that there are 3
nursing problems in clients with urinary tract infections, namely acute pain,
impaired elimination urine, hyperthermia. Based on the case that the client's main
complaint was pain, the client was observed for 3 days in the Rose Room of the
Medan Adventist Hospital. Suggestions the authors give to patients and families,
are expected to be able and know how to deal with pain in urinary tract infections
with Deep Breathing Exercises.

Keywords: Urinary Tract Infection, Pain, Deep Breathing Exercise

v
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

atas berkat-Nya yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya

ilmiah akhir ini tepat pada waktunya. Dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini,

penulis telah mendapat banyak bantuan berupa dukungan, ide, bimbingan, saran,

doa, dan semangat dari berbagai pihak, sehingga karya ilmiah akhir ini dapat

terselesaikan. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Evelin Malinti, MSN., sebagai pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, waktu, saran,

kesabaran dan pengarahan yang sangat bermanfaat sehingga penulisan

karya ilmiah akhir ini dapat selesai dengan tepat waktu.

2. Idauli Simbolon, Skep, Ns, MSN, PhDNED., selaku ketua penguji yang

telah meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk penulisan, nasihat

serta saran

3. Nurhayati Siagian, S.Kep., Ns., M.Kes., AIFO., selaku anggota penguji

yang telah meluangkan waktu dalam memberikan nasihat, pentunjuk, serta

saran sehingga penulisan karya ilmiah akhir ini dapat selesai dengan tepat

waktu.

4. Denny Paul Ricky, M.Kep. Ns. Sp.Kep.J., selaku ketua program studi

profesi Ners FIK UNAI yang telah memberikan kesempatan dan dorongan

kepada peneliti untuk menyelesaikan program profesi Ners.

vi
5. Kepada Ny. M yang telah bersedia menjadi bagian dalam melakukan

asuhan keperawatan dalam penyusunan karya ilmiah akhir, tanpa paksaan

ataupun tekanan dari siapapun.

6. Kepada orang tua penulis yang terkasih Bapak Jhonson Barus dan Ibu

Solina Wati Ginting serta kedua adik yang tersayang Melva Sonita Barus

dan Ari Wahyu Suranta Barus yang telah memberikan dukungan melalui

materi, motivasi, semangat, doa, bahkan menjadi motivasi bagi penulis

untuk menyelesaikan perkuliahan terlebih dalam menyusun karya ilmiah

akhir ini.

7. Kepada Paulsen Sitanggang sebagai sahabat dekat penulis yang telah

membantu dan memberi semangat, serta doa. Penulis juga mengucapkan

terimakasih kepada teman-teman penulis Anggun, Regina, Geovanni, dan

teman-teman sekelas penulis yang telah menyemangati, memberi motivasi,

serta dukungan kepada peneliti selama perkuliahan dan penyusunan karya

ilmiah akhir ini.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir ini dapat

bermanfaat dan memperluas ilmu pengetahuan para pembaca.

Bandung, Oktober 2022

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN JUDUL................................................................i


HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN NON-PLAGIASI.............................................iii
ABSTRAK...........................................................................................................iv
ABSTRACT..........................................................................................................v
KATA PENGANTAR........................................................................................vi
DAFTAR ISI.....................................................................................................viii
DAFTAR TABEL................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xii

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................1
1.2 Tujuan ...........................................................................................3
1.2.1 Tujuan Umum......................................................................3
1.2.2 Tujuan Khusus.....................................................................4
1.3 Manfaat .........................................................................................4
1.3.1 Manfaat Aplikatif.................................................................4
1.3.2 Keilmuan..............................................................................5
1.4 Metode Penulisan...........................................................................5

BAB 2 TINJAUAN TEORI.............................................................................7


2.1 Konsep Dasar Infeksi Saluran Kemih............................................7
2.1.1 Definisi Infeksi Saluran Kemih............................................7
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi.........................................................8
2.1.3 Etiologi...............................................................................13
2.1.4 Patofisiologi.......................................................................14
2.1.5 Tanda dan Gejala...............................................................17
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang.....................................................17
2.1.7 Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih............................18
2.2 Konsep Nyeri................................................................................19
2.2.1 Definisi Nyeri.....................................................................19
2.2.2 Klasifikasi Nyeri................................................................20
2.2.3 Pengkajian Nyeri................................................................20
2.2.4 Penatalaksanaan Nyeri.......................................................22
2.3 Konsep Deep Breathing Exerise..................................................23
2.3.1 Definisi Deep Breathing Exercise......................................23
2.3.2 Fisiologi Latihan Deep Breathing Dalam Mempengaruhi
nyeri....................................................................................24
2.3.3 Tehnik Deep Breathing Exercise.......................................25
2.4 Konsep Proses Keperawatan........................................................26
2.4.1 Pengkajian Keperawatan....................................................26
2.4.2 Analisa Data.......................................................................28

viii
2.4.3 Diagnosa Keperawatan......................................................28
2.4.4 Intervensi Keperawatan.....................................................29
2.4.5 Implementasi Keperawatan................................................34
2.4.6 Evaluasi...............................................................................34

BAB 3 LAPORAN KASUS.............................................................................35


3.1 Pengkajian.......................................................................................35
3.1.1 Identitas Klien.......................................................................35
3.1.2 Identitas Penanggungjawab..................................................36
3.1.3 Riwayat Kesehatan...............................................................36
3.1.4 Pola Aktifitas Sehari-hari......................................................38
3.1.5 Pemeriksaan Fisik.................................................................39
3.1.6 Pemeriksaan Penunjang........................................................41
3.1.7 Medikasi................................................................................43
3.1.8 Analisa Data..........................................................................44
3.2 Diagnosa Keperawatan...................................................................45
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan.......................................................45
3.4 Catatan Perkembangan...................................................................50
3.5 Evaluasi...........................................................................................54
3.6 Dokumentasi...................................................................................54

BAB 4 PEMBAHASAN .................................................................................55


4.1 Pengkajian......................................................................................55
4.2 Tahap Intervensi............................................................................56
4.3 Tahan Implementasi.......................................................................57
4.4 Evaluasi..........................................................................................58

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................59


5.1 Kesimpulan.....................................................................................59
5.2 Saran...............................................................................................60

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................62
LAMPIRAN.......................................................................................................66
DAFTAR RIWAYAT HIDUP (BIODATA)....................................................69

ix
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan..........................................................................30


Tabel 3.1 Pola Aktifitas..........................................................................................38
Tabel 3.2 Pemeriksaan Fisik..................................................................................40
Tabel 3.3 Hasil Pemeriksaan Laboratorium...........................................................41
Tabel 3.4 Medikasi Klien.......................................................................................43
Tabel 3.5 Analisa Data...........................................................................................44
Tabel 3.6 Rencana Asuhan Keperawatan...............................................................46
Tabel 3.7 Pemantauan Intake Output Cairan.........................................................49
Tabel 3.8 Catatan Perkembangan...........................................................................50

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Sistem Perkemihan....................................................................................8


Gambar 2.2 Ginjal.........................................................................................................9
Gambar 2.3 Vesika Urinaria.......................................................................................12
Gambar 2.4 Bagan Patofisiologi.................................................................................16
Gambar 2.5 Skala Nyeri Face Pain.............................................................................21
Gambar 2.6 Verbal Rating Scale................................................................................21
Gambar 2.7 Skala Intensitas Nyeri Numerik..............................................................21
Gambar 3.1 Genogram................................................................................................37

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 SOP Deep Breathing Exercise.................................................................65


Lampiran 2 Jadwal Bimbingan...................................................................................67
Lampiran 3 Daftar Riwayat Hidup.............................................................................68

xii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi saluran kemih atau sering disebut ISK merupakan suatu keadaan

dimana terdapat pertumbuhan mikroorganisme pada sistem perkemihan sehingga

menyebabkan saluran kemih terinfeksi. Infeksi saluran kemih dapat dialami segala

usia mulai bayi sampai kepada orang tua dengan gejala yang berbeda-beda.

Wanita lebih sering terkena ISK dari pada laki-laki dengan angka populasi umum

kurang lebih 5-15% (Tessy & Suwanto, 2019). Ini dikarenakan perbedaan

anatomis pada wanita yang memiliki uretra lebih pendek sehingga bakteri

kontaminan lebih mudah melewati jalur ke kandung kemih. Bagian yang dapat

terkena ISK adalah uretra, kandung kemih, ureter, dan bila tidak ditangani dengan

baik akan menyebabkan penyakit ke ginjal. saluran kemih, namun apabila terkena

dapat menjadi masalah yang serius (Gradwhol, 2020).

Menurut World Health Organization (WHO, 2019) sebanyak 25 juta

kematian di seluruh dunia, sepertiganya disebabkan oleh penyakit infeksi. Infeksi

saluran kemih merupakan infeksi dengan keterlibatan bakteri tersering di

komunitas dan hampir 10% orang pernah terkena ISK selama hidupnya. Sekitar

150 juta penduduk diseluruh dunia tiap tahunnya terdiagnosis menderita infeksi

saluran kemih dan menempati posisi kedua tersering 23% di negara berkembang

setelah infeksi luka operasi 29,1% sebagai infeksi yang paling sering didapatkan

pada pasien di fasilitas kesehatan.

1
2

Di Indonesia yang menderita ISK diperkirakan sebanyak 222 juta dan

pravelensi masih cukup tinggi. Menurut perkiraan Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, jumlah penderita ISK di Indonesia adalah 90- 100 kasus per

100.000 penduduk pertahun nya atau sekitar 180.000 kasus baru pertahun (Depkes

RI , 2019).

Secara lokal penulis mendapatkan data penderita infeksi saluran kemih

menurut data rekam medik Rumah Sakit Advent Medan, untuk kasus unfeksi

saluran kemih tiga tahun terakhir yaitu tahun 2019-2021. Pada tahun 2019

terdapat 68 jiwa, pada tahun 2020 berjumlah 88 jiwa, dan tahun 2021 didapati ada

92 jiwa yang didiagnosa infeksi saluran kemih, maka jumlah keseluruhan

penderita infeksi saluran kemih dari tahu 2019-2021 berjumlah 248 jiwa dan

setiap tahunnya mengalami peningkatan.

Salah satu masalah yang terjadi pada penderita ISK adalah gangguan

eliminasi urine. Gangguan eliminasi urine pada penderita ISK biasanya

disebabkan oleh rasa nyeri saat berkemih (disuria) yang dirasakan penderita. Jika

keluhan ini terus dirasakan dan tidak segera ditangani oleh perawat maka

penderita ISK akan mengalami gangguan eliminasi urine dimana penderita tidak

merasa tuntas untuk berkemih. Oleh sebab itu diperlukan penanganan yang tepat

dilakukan seorang perawat. Salah satu terapi nonfarmakologi yang dapat

dilakukan untuk menangani nyeri saat berkemih (disuria) adalah latihan nafas

dalam (Purnamayanti, 2020)

Tehnik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan

keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana
3

cara melakukan nafas dalam (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana

menghembuskan nafas secara perlahan, selain dapat menurunkan intensitas nyeri,

tehnik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan

meningkatkan oksigenasi darah. Teknik relaksasi nafas dalam akan menciptakan

ketenangan serta efektif dalam menurunkan persepsi nyeri (Yusrizal, 2012)

Hasil penelitian studi kasus tentang manajemen nyeri pada klien infeksi

saluran kemih Purnamayanti (2020) tempat pengambilan kasus di Ruang Anggrek

Rumah Sakit Umum Negara. Menyimpulkan teknik relaksasi nafas dalam dan

teknik distraksi merupakan teknik nonfarmakologi untuk menurunkan nyeri,

menyatakan bahwa terapi nafas dalam dapat menurunkan nyeri yang dirasakan

pasien infeksi saluran kemih dan disertai kolaborasi pemberian analgesik yaitu

keterolak.

Berdasarkan uraian diatas dan terdapatnya peningkatan jumlah pasien

infeksi saluran kemih di rumah sakit Advent Medan maka penulis tertarik untuk

membuat karya ilmiah akhir (KIA) dengan judul “Asuhan Keperawatan Ny. M :

Nyeri Berkemih Pada Infeksi Saluran Kemih Dengan Teknik Deep

Breathing Exercise Di Rumah Sakit Advent Medan”

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan dari karya ilmiah akhir (KIA) ini dibagi menjadi dua

bagian yaitu tujuan umum dan tujuan Khusus.

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari karya ilmiah akhir (KIA) ini adalah: memperoleh

pengalaman nyata dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan Ny.M : Nyeri


4

Berkemih Pada Infeksi Saluran Kemih Dengan Teknik Deep Breathing Exercise

Di Rumah Sakit Advent Medan.

1.2.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penulisan karya ilmiah akhir (KIA) ini adalah

agar penulis mampu:

1. Melakukan pengkajian keperawatan Ny.M : Nyeri Berkemih Pada Infeksi

Saluran Kemih Dengan Teknik Deep Breathing Exercise.

2. Menetapkan diagnosa keperawatan Ny.M : Nyeri Berkemih Pada Infeksi

Saluran Kemih Dengan Teknik Deep Breathing Exercise.

3. Memberikan intervensi dan implementasi keperawatan pada Ny.M : Nyeri

Berkemih Pada Infeksi Saluran Kemih Dengan Teknik Deep Breathing

Exercise.

4. Melakukan evaluasi pada Ny.M : Nyeri Berkemih Pada Infeksi Saluran

Kemih Dengan Teknik Deep Breathing Exercise.

5. Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang sudah dilakukan pada

Ny.M : Nyeri Berkemih Pada Infeksi Saluran Kemih Dengan Teknik

Deep Breathing Exercise.

1.3 Manfaat

Manfaat dari karya ilmiah akhir ini (KIA) dibagi menjadi 2, yaitu secara

aplikatif dan manfaat bagi keilmuan.

1.3.1 Manfaat Aplikatif

1) Klien dan keluarga


5

Hasil penulisan karya ilmiah akhir ini diharapkan dapat menambah

wawasan dan ilmu pengetahuan bagi klien dan keluarga terhadap masalah

kesehatan yang dialami, sehingga lebih memahami cara mencegah

penyakit infeksi saluran kemih.

2) Perawat

Hasil penelitian karya ilmiah akhir ini diharapkan dapat digunakan sebagai

dasar dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien dengan

gangguan penyakit infeksi saluran kemih.

3) Mahasiswa

Hasil penelitian karya ilmiah ini diharapkan dapat membantu sebagai dasar

dalam penerapan intervensi keperawatan bagi mahasiswa yang berpraktik,

sehingga terdapat wawasan lebih dalam memberikan asuhan keperawatan

khususnya kepada pasien dengan penyakit infeksi saluran kemih.

1.3.2 Keilmuan

Diharapkan karya ilmiah akhir ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu

pengetahuan keperawatan dalam memberikan gambaran asuhan keperawatan

nyeri berkemih pada infeksi saluran kemih dengan teknik Deep Breathing

Exercise.

1.4 Metode Penulisan

Dalam penulisan karya ilmiah akhi ini menggunakan Metode Deskriptif

dengan tehnik pengumpulan data yang terdiri dari:

1) Studi Kepustakaan (library Research): Studi kepustakaan adalah

pengumpulan data yang dilakukan melalui membaca, mempelajari,

memahami literature literatur yang bersifat teoritis berdasarkan pendapat


6

para ahli yang berhubungan dengan judul penulisan karya ilmiah akhir

(KIA).

2) Studi kasus (case research): Pengumpulan data melalui mempelajari dan

menyelidiki suatu kejadian mengenai individu yang menjadi obyek

penelitian.

3) Wawancara, melakukan percakapan atau berbincang-bincang secara

langsung kepada klien ataupun keluarga klien, dan menanyakan riwayat

kesehatan klien dan riwayat kesehatan keluarga klien, pola hidup, riwayat

pengobatan klien, riwayat hospitalisasi, dan psiko-sosial dan spiritual

klien.

4) Dokumentasi: Dengan melihat catatan pada status pasien tentang

pemeriksaan penunjang, laboratorium, radiologi, dan pemeriksaan lainya

yang berkaitan dengan masalah pasien serta intrepretasi dari tindakan yang

dilakukan.
BAB 2

TINJAUAN TEORI

Tinjauan teori dalam bab ini akan membahas mengenai konsep dasar

penyakit infeksi saluran kemih, konsep nyeri, teknik deep breathing exercise, dan

konsep proses keperawatan.

2.1 Konsep Dasar Infeksi Saluran Kemih

Penulis akan membahas tentang defenisi, anatomi dan fisiologi, etiologi,

patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan penunjang serta penatalaksanaan

penyakit infeksi saluran kemih.

2.1.1 Definisi Infeksi Saluran Kemih

Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan suatu keadaaan dimana terdapat

bakteri atau mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang biak didalam saluran

kemih. Istilah infeksi saluran kemih umum digunakan untuk menandakan adanya

invasi mikroorganisme pada sistem perkemihan (Haryono, 2013). Seseorang

dinyatakan menderita infeksi saluran kemih bila terdapat mikroorganisme dalam

urin yang jumlahnya sangat banyak dan mampu menimbulkan infeksi pada

saluran kemih (Dipiro dkk, 2011).

Infeksi saluran kemih merupakan infeksi akibat berkembang biaknya

kuman dan mikroba didalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal urine

tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih

dapat dialami oleh pria maupun wanita dari segala umur, wanita lebih sering

7
8

terkena infeksi saluran kemih dari pada pria ini dikarenakan perbedaan anatomis

pada wanita yang memiliki uretra lebih pendek sehingga bakteri lebih mudah

melewati jalur ke kandung kemih (Tessy & Suwanto, 2019)

2.1.2 Anatomi dan Fisiologi

Sistem perkemihan merupakan serangkaian organ tubuh yang berfungsi

dan bertanggung jawab terhadap pembentukan sekresi berupa urine, meliputi

ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra (Dorland, 2012). Saluran kemih terdiri

dari Ginjal, Ureter, Kandung kemih, dan Uretra (Sherwood, 2015).

Gambar 2.1 Sistem perkemihan


(Sumber : www.healthtap.com)

Pada bagian ini menjelaskan tentang sistem perkemihan serta struktur dan

fungsinya yang terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
9

1. Ginjal

Ginjal merupakan bagian dari sistem urinaria yang terletak pada ruang

retroperitoneal pada binding belakang abdomen. Letak ginjal kanan lebih rendah

dibanding ginjal kiri karena adanya hepar. Bentuk ginjal menyerupai kacang

kedelai. Ginjal memiliki ukuran panjang ±11,5 cm, lebar 5-7,6 cm, dan ketebalan

± 3 cm. Posisi ginjal berada pada abdomen posterior setinggi L3 (Long, 2016).

Ginjal pria relatif lebih besar ukurannya dari pada ginjal wanita. Ginjal

dibungkus oleh jaringan fibrus tipis dan mengkilat yang disebut kapsula fibrosa

(true capsule) ginjal, yang melekat pada parenkim ginjal (Purnomo, 2011). Fungsi

ginjal menurut (Long, 2016) sebagai berikut :

1) Menyaring dan membuang zat sisa metabolisme dan toxin dalam darah.

2) Pengatur keseimbangan ion kalsium dan vitamin dalam tubuh.

3) Organ untuk mengatur kadar air dalam tubuh

Gambar 2.2 Ginjal (Sumber : www.healthsurgeon.com)


10

2. Ureter

Ureter merupakan tabung fibromuskulur yang menghubungkan setiap

ginjal dan kandung kemih (ureter kiri sedikit lebih panajang dari ureter kanan),

dikelilingi oleh tiga lapisan dinding. Tebal ureter kira-kira setebal tangkai bulu

angsa dan panjangnya 35 sampai 40 cm. Ureter Berperan sebagai saluran yang

membawa urin dari ginjal kekandung kemih. Mempunyai gelombang peristaltik

satu sampai lima kali setiap menit untuk mengalirkan urin ke kandung kemih

(Smeltzer & Bare, 2013).

Ureter membentang dari peritoneum, kedepan psoas, melewati posterior

inferior sakral wing, dan berakhir pada kandung kemih. Ureter memiliki fungsi

sebagai jalur sekresi dari ginjal menuju kandung kemih, ureter juga memiliki

gerak peristaltik meski tidak sebesar gerak peristaltik pada kerongkongan (Long,

2016).

Ureter pada pria terdapat didalam visura seminalis atas dan disilang oleh

duktus deferens dan dikelilingi oleh leksus vesikalis. Selanjutnya ureter berjalan 2

cm di dalam dinding vesika urinaria pada sudut lateral dari trigonum vesika.

Sewaktu menembus vesika urinaria, dinding atas dan dinding bawah ureter akan

tertutup dan pada waktu vesika urinaria penuh akan membentuk katup (valvula)

dan mencegah pengambilan urine dan vesika urinaria. Ureter pada wanita terdapat

dibelakang fossa ovarika dan berjalan ke bagian medial dan ke depan bagian

lateral serviks uteri bagian atas, vagina untuk mencapai fundus vesika urinaria.

Dalam perjalanannya, ureter di dampingi oleh arteri uterina sepanjang 2,5 cm dan
11

selanjunya arteri ini menyilang ureter dan menuju ke atas di antara lapisan

ligamentum latum, ureter mempunyai jarak 2 cm dari sisi serviks uteri.

3. Vesika Urinarius (Kandung Kemih)

Kandung kemih adalah organ yang terdiri atas tiga lapis otot destrusor

yang saling beranyaman. Dinding kandung kemih terdapat dua bagian besar yakni

ruangan yang berdinding otot polos yang terdiri dari badan (korpus) yang

merupakan bagian utama dimana urin berkumpul dan leher (kolum) yang

merupakan lanjutan dari badan yang berbentuk corong. Kendung kemih memiliki

kapasitas maksimal dalam menampung urin, dimana pada orang dewasa besarnya

adalah 300-450 ml (Muttaqin & Sari, 2014).

Kandung kemih berfungsi menampung urine dari ureter dan kemudian

mengeluarkan melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). kandung kemih

dalam keadaan kosong terletak di belakang simfifif pubis sedangkan pada kondisi

penuh berada di atas simfisis sehingga dapat dipalpasi dan diperkusi. Buli-buli

yang terisi penuh memberikan rangsangan pada sarf aferen dan menyebabkan

aktivasi pusat miksi di medula spinalis segmen sakral S2-4. Hal ini kan

menyebabkan kontrkasi otot detrusor, terbukanya leher buli-buli, dan relaksasi

sfingter uretra sehingga terjadilah proses miksi (Purnomo, 2019).


12

Gambar 2.3 Vesika Urinaria (Sumber : www.current-health-articles.com)

4. Uretra

Uretra merupakan suatu saluran sambungan yang membawa urine ke arah

luar dari kandung kemih. Uretra pada laki-laki terdiri dari uretra prostaria, uretra

membranosa, dan uretra kavernosa. Uretra laki-laki menjalankan dua tugas, tugas

pertama adalah menyalurkan urine dan kedua dalah menyalurkan mani. Lapisan

uretra pada pria terdiri dari lapisan dalam dan lapisan subkosa yaitu lapisan

dibawah membrane mukosa. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari tunika

muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena,

dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara uretra wanita terletak di

sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina). Uretra pada wanita memiliki

panjang 3-5 cm, sedangkan panjang uretra pada pria memiliki panjang 23-25 cm

dari kandung kemih ke lubang keluarnya di ujung penis. Uretra dilengkapi dengan

sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasan kandung kemih dan uretra,

serta sfingter uretra eksterna yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan

posterior. (Purnomo, 2014)


13

1) Sfingter uretra interna Sfingter uretra interna terdiri atas otot polos yang

dipersarafi oleh sistem simpatik sehingga pada saat kandung kemih penuh,

sfingter terbuka.

2) Sfingter uretra eksterna Sfingter uretra eksterna terdiri atas otot bergaris

dipersarafi oleh sistem somatik yang dapat diperintah sesuai dengan

keinginan seseorang. Pada saat BAK, sfingter ini terbuka dan tetap

tertutup pada saat menahan urine.

2.1.3 Etiologi

Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus dan

jamur tetapi bakteri yang sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK terbanyak

adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus dan

akan naik ke sistem saluran kemih antara lain adalah Escherichia coli, Proteus sp,

Klebsiella, Enterobacter (Purnomo, 2014). Pasca operasi juga sering terjadi

infeksi oleh Pseudomonas, sedangkan Chlamydia dan Mycoplasma bisa terjadi

tetapi jarang dijumpai pada pasien ISK. Selain mikroorganisme, ada faktor lain

yang dapat memicu ISK yaitu faktor predisposisi (Fauci dkk., 2011).

E.coli adalah penyebab tersering. Penyebab lain ialah klebsiela,

enterobakteri, pseudomonas, streptokok, dan stafilokok (SudoyoAru, dkk 2014).

1) Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :

(1) Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated (simple)

(2) Psedomonas, proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated

(3) Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain


14

2) Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :

(1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan

kandung kemih yang kurang efektif.

(2) Mobilitas menurun

(3) Nutrisi yang sering kurang baik

(4) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral

(5) Adanya hambatan pada aliran darah

(6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

Berbagai jenis orgnisme dapat menyebabkan ISK. Escherichia coli (80%

kasus) dan organism enterik garam-negatif lainny merupakan organisme yang

paling sering menyebabkan ISK : kuman-kuman ini biasanya ditemukan di daerah

anus dan perineum. Organisme lain yag menyebabkan ISK antara lain Proteus,

Pseudomonas, Klebsiella, Staphylococcus aureus, Haemophilus, dan

Staphylococcus koagulsenegatif. Beberapa faktor menyebabkan munculnya ISK

di masa kanak-kanak (Wong, 2012).

Menurut Potter & Perry (2012) yang menjadi penyebab utama infeksi saluran

kemih adalah:

(1) Perubahan lingkungan, kognitif, defisit sensori, maupun mobilitas.

(2) Stres yang dapat mengakibatkan meningkatnya tekanan pada

intra abdomen yang menyebabkan merembesnya sejumlah urine

kecil.

(3) Pertumbuhan mikroorganisme di saluran kemih manusia.

(4) Kurangnya personal hygine.


15

(5) Menahan buang air kecil.

(6) Kurangnya asupan air mineral.

(7) Kurangnya asupan nutrisi.

(8) Dan sistem imun yang menurun.

2.1.4 Patofisiologi

Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam

saluran kemih dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung kemih,

uretra dan dua ureter dan ginjal (Purnomo, 2014). Mikroorganisme penyebab ISK

umumnya berasal dari flora usus dan hidup secara komensal dalam introitus

vagina, preposium, penis, kulit perinium, dan sekitar anus. Kuman yang berasal

dari feses atau dubur, masuk ke dalam saluran kemih bagian bawah atau uretra,

kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal (Fitriani, 2013).

Menurut LeMone (2016) patogen biasanya masuk kedalam saluran kemih

dengan cara naik dari membrane mukosa daerah perineum menuju saluran kemih

bawah. Bakteri yang telah berkolonisasi di jaringan uretra, vagina, atau perineum

adalah sumber infeksi biasanya. Dari kandung kemih, bakteri dapat terus naik ke

saluran kemih, akhirnya menginfeksi parenkim ginjal. Bakteri yang masuk ke

dalam saluran kemih dapat menyebabkan bakteriuria asimtomatik atau respon

inflamatorik disertai manifestasi klinis ISK.


16

Bagan Patofisiologi Indeksi Saluran Kemih

Mikroorganisme

Masuk kedalam saluran kemih

Ureter Ginjal
Kandung kemih

Uretritis
Cystitis Pielenefritis

Reaksi antigen
Ansietas
antibodi Inflamasi

Pembengkakan Kekhawatiran klien


Peningkatan suhu/ akan penyakitnya
hipertermia

Obstruksi saluran kemih


Nyeri saat berkemih
Hipertermia

Gangguan eliminasi urine Nyeri akut

Gambar 2.4 Bagan Patofisiologi Sumber: (Purnomo, 2014)


17

2.1.5 Tanda dan Gejala

Pada penderita infeksi saluran kemih dapat mengalami beberapa seperti

demam, susah buang air kecil, nyeri setelah buang air kecil (disuria terminal),

sering buang air kecil, kadang-kadang merasa panas ketika berkemih, nyeri

pinggang dan nyeri suprapubik (Kemkes RI , 2011). Namun, gejala-gejala klinis

tersebut tidak selalu diketahui atau ditemukan pada penderita ISK.

Gejala yang lazim ditemukan adalah disuria, piuria, polaksaria, dan

terdesak untuk buang air kecil. Rasa nyeri biasanya didapatkan di daerah supra

pubic atau pelvis berupa nyeri atau seperti terbakar di uretra atau muara uretra luar

sewaktu kencing dapat menyebabkan seseorang penderita ISK yaitu mengompol,

dan gejala ini juga didapatkan pada penderita yang memiliki batu atau benda asing

di dalam kandung kemih (Billota, 2012).

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Penegakan diagnosis ISK selain dengan manifestasi klinis juga diperlukan

pemeriksaan penunjang seperti analisis urin rutin, analisis urin rutin pemeriksaan

mikroskop urine segar tanpa putar, kultur urine serta jumlah bakteri/ml urine

merupakan protokol standar untuk pendekatan diagnosis infeksi saluran kemih

(Grabe M, 2015).

Pemeriksaan lainnya renal imaging. Pemeriksaan ini memiliki kelemahan

tidak diperbolehkan silakukan secara rutin dan harus berdasarkan indikasi klinis

yang kuat seperti ultrasonography (USG), radiografi (foto polos perut, pielografi

IV, sistogram miksi) dan isotop scanning.


18

2.1.7 Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih

Penatalaksaan infeksi saluran kemih sangatlah penting untuk mendapatkan

hasil yang lebih optimal dengan berdasarkan penyebab dari infeksi saluran kemih.

Dalam penatalaksaan infeksi saluran kemih dibagi menjadi du acara.

1. Penatalaksanaan Keperawatan

Menurut Rendy (2012 : hal. 221), pengobatan infeksi saluran kemih

bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat, membebaskan saluran kemih

dari mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang. Tujuan tersebut dapat

dicapai dengan dengan perawatan berupa :

1) Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra indikasi.

2) Mencegah konstipasi

3) Perubahan pola hidup, diantaranya :

(1) Membersihkan perineum dari depan ke belakang.

(2) Pakaian dalam tidak ketat dan dari bahan katun.

(3) Menghilangkan kebiasaan menahan buang air kecil.

(4) Menghindari kopi, alcohol

2. Penatalaksanaan Medis

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDA, 2011) tatalaksana

medis mengenai infeksi saluran kemih antara lain melalui medikamentosa

yaitu pemberian obat-obatan berupa antibiotik secara empirik selama 7-10

hari untuk eridikasi infeksi akut. Pemberian analgesik dan anti spasmodik

untuk mengatasi rasa nyeri yang dialami oleh penderita infeksi saluran

kemih.
19

Penatalaksanaan terapi dapat diawali dengan pertimbangan faktor

pasien, faktor mikrobiologis dan data hasil klinis (Kurniawan, 2010).

Antibiotik (antibakteri) merupakan zat yang diperoleh dari suatu sintesis

atau yang berasal dari senyawa nonorganik yang dapat membunuh bakteri

patogen tanpa membahayakan manusia (inangnya). Antibiotik harus

bersifat selektif dan dapat menembus membran agar dapat mencapai

tempat bakteri berada (Priyanto, 2010). Penggunaan antibiotik yang tidak

tepat dapat menyebabkan kekebalan bakteri, munculnya bakteri-bakteri

yang resisten.

2.2 Konsep Nyeri

2.2.1 Defenisi Nyeri

Nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat.

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan

eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2012).

Menurut International Association for study of pain (IASP), nyeri adalah

pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya

kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya

kerusakan.

Nyeri pada saat proses BAK pada umumnya dialami oleh penderita infeksi

saluran kemih. Pada umumnya banyak orang enggan atau sungkan untuk pergi

ke dokter ketika merasakan nyeri saat berkemih, rasa ingin berkemih kembali usai

berkemih, atau nyeri perut pada bagian bawah padahal berbagai keluhan tersebut
20

sangatlah berarti sebagai alarm tubuh ketika terdapat suatu masalah pada sistem

perkemihan atau sistem urinarial.

2.2.2 Klasifikasi Nyeri

Nyeri dikelompokkan sebagai nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut

adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan

jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan

berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari tiga bulan (PPNI,

2019).

Nyeri kronis merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang

berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset

mendadak atau lambat dan berintensitas ringan atau berat dan konstan, yang

berlangsung lebih dari tiga bulan (PPNI, 2019).

2.2.3 Pengkajian Nyeri

Intensitas nyeri (skala nyeri) adalah gambaran tentang seberapa parah

nyeri dirasakan individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan

individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat

berbeda oleh dua orang yang berbeda (Tamsuri, 2012). Pengkajian skala nyeri

dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

1. Face Pain Rating Scale

Skala nyeri enam wajah dengan eskpresi yang berbeda,

menampilkan wajah bahagia hingga wajah sedih. Digunakan untuk

mengekspresikan rasa nyeri pada anak mulai usia 3 (tiga) tahun

(Handayani, 2015).
21

Gambar 2.5 Skala nyeri face pain (Handayani, 2015).

2. Verbal Rating Scale (VRS)

Skala ini untuk menggambarkan rasa nyeri, efektif untuk menilai

nyeri akut, dianggap sederhana dan mudah dimengerti, ranking nyerinya

dimulai dari tidak nyeri sampai nyeri yang tidak tertahankan (Khoirunnisa

& Novitasari, 2015)

Gambar 2.6 Verbal Rating Scale (Khoirunnisa& Novitasari, 2015)

3. Skala intensitas nyeri numerik

Skala ini sudah biasa dipergunakan dan tellah divalidasi. Berat dan

ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan

mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala numeric dari 0 (nol)

hingga 10 (sepuluh) (Handayani, 2015).

Gambar 2.7 Skala intensitas nyeri numerik (Handayani, 2015).


22

2.2.4 Penatalaksanaan Nyeri

Penatalaksanaan nyeri bersifat sangat individual, dan intervensi yang

berhasil untuk satu orang klien mungkin tidak berhasil untuk klien lain.ada dua

jenis penatalaksaan nyeri yaitu meliputi tindakan farmakologi dan tindakan non

farmakologi.

1. Terapi farmakologi

Analgesik adalah obat yang meredakan nyeri. Analgesik biasanya efektif

jika diberikan secara teratur atau saat awitan nyeri sangat dini. Analgesik pada

umumnya meredakan nyeri dengan mengubah kadar natrium dan kalium tubuh,

sehingga memperlambat atau memutus transmisi nyeri. Tiga kelas analgesik

umumnya digunakan untuk meredakan nyeri.

Ketiga kelas analgesik adalah:

1) Obat anti-inflamasi non steroid (nonsteroidal anti-inflammatory drugs,

NSAID) non opioid: contoh NSAID antara lain aspirin, ibuprofen,

(Morfin), dan naproksen (naprosyn, Aleve). Obatobatan ini biasanya

diberikan kepada klien yang memiliki nyeri ringan sampai sedang.

Analgesik nonopioid lain yang umunya digunakan untuk nyeri ringan

adalah asetaminofen (tylenol).

2) Analgesik opioid/narkotik: contoh yang paling sering digunakan adalah

morfin untuk mengatasi nyeri pada klien nyeri yang mengalami nyeri

sedang sampai berat.

3) Obat pelengkap (adjuvan): contoh umumnya mencakup antikonvulsan dan

antidepresan. Obat ini dapat membantu meningkatkan alam perasaan

klien, dengan demikian membantu relaksasi otot. Ketika otot relaks, nyeri
23

membaik dan produksi endorfin sering meningkat (Rosdahl & Kowalski,

2017).

2. Terapi Non Farmakologi

Klien dapat menggunakan banyak tindakan non farmakologi untuk

menangani nyeri. Diuraikan sebagai intervensi fisik dan kognitif-perilaku.

1) Intervensi fisik memberikan kenyamanan, meningkatkan mobilitas, dan

membantu respon fisiologis. Contoh tindakannya meliputi: pijat, kompres

hangat dan dingin, Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation, akupuntur,

akupresur.

2) Intervensi kognitif-perilaku mengubah persepsi nyeri, menurunkan

ketakutan, juga memberikan perubahan fisiologis. Contoh tindakannya

meliputi: relaksasi napas dalam, relaksasi progresif, musik,napas ritmik,

Guided Imagery, distraksi, biofeedback, terapi sentuhan, meditasi,

hipnotis, humor (Black & Hawks, 2014).

2.3 Konsep Deep Breathing Exercise

2.3.1 Definisi Deep Breathing Exercise

Latihan napas dalam yaitu bentuk latihan napas yang terdiri dari

pernapasan abdominal (diafragma) dan pursed lip breathing (Lusianah, Indaryani,

& Suratun, 2012). Salah satu tindakan non farmakologis untuk mengurangi nyeri

adalah latihan nafas dalam (deep breathing exercise) yang merupakan metode

efektif mengurangi rasa nyeri terutama pada klien yang mengalami nyeri akut

maupun kronis. Rileks sempurna yang dapat mengurangi ketegangan otot, rasa

jenuh, kecemasan sehingga mencegah stimulasi nyeri. Prosedur nafas dalam yaitu
24

menganjurkan pasien untuk duduk, menarik nafas dalam dengan pelan, menahan

beberapa detik, kemudian melepaskan (meniup lewat bibir) dan menghembuskan

udara untuk merasakan relaksasi (Tamsuri, 2012).

Deep breathing Exercise atau disebut relaksasi nafas dalam adalah

pernafasan abdomen dengan frekuensi lambat atau perlahan, berirama dan

nyaman dilakukan dengan memejamkan mata (Potter & Perry, 2012) Deep

breathing exercises dalam bertujuan untuk meningkatkan ventilasi alveoli,

memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasis, paru, meningktakan efesiensi

batuk, mengurangi stres baik stres fisik maupun emosional yaitu menurunkan

intensitas nyeri dan kecemasan. Tujuan dari deep breathing exercises adalah

mencapai keadaan relaksasi menyeluruh, mencakup keadaan relaksasi secara

fisiologis, secara kognitif dan secara behavioral (Patasik dkk, 2013).

2.3.2 Fisiologi Latihan Deep Breathing Exercises Dalam Mempengaruhi

Nyeri

Relaksasi merupakan suatu tindakan untuk menurunkan nyeri dengan

menurunkan ketegangan otot agar tidak terjadi nyeri yang lebih berat. Relaksasi

yaitu suatu cara mengurangi rangsangan nyeri dengan mengistirahatkan atau

merelaksasikan otot-otot tubuh. Teknik relaksasi nafas dalam dipercaya mampu

merangsang tubuh untuk melepaskan opoid endogen yaitu endorfin dan enkefalin.

Endorfin dan enkefalin merupakan substansi di dalam tubuh yang berfungsi

sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri. Prinsip yang mendasari penurunan

nyeri oleh teknik relaksasi napas dalam terletak pada fisiologi sistem saraf otonom
25

yang merupakan bagian dari sistem saraf perifer yang mempertahankan

homeostasis lingkungan internal individu (Azizah, Zumrotun, Fanianurul, & Nisa,

2015).

Teknik relaksasi napas dalam dapat mengendalikan nyeri dengan

meminimalkan aktivitas simpatik dalam sistem saraf otonom. Penurunan

intensitas nyeri tersebut dipengaruhi oleh peralihan fokus responden pada nyeri

yang dialami terhadap penatalaksanaan teknik relaksasi napas dalam sehingga

suplai oksigen dalam jaringan akan meningkat dan otak bisa berelaksasi. Otak

yang relaksasi itulah yang akan merangsang tubuh untuk menghasilkan hormon

endorfin untuk menghambat transmisi impuls nyeri ke otak dan dapat menurunkan

sensasi terhadap nyeri yang akhirnya menyebabkan intensitas nyeri yang dialami

responden berkurang (Widiatie, 2015).

2.3.3 Teknik Deep Breathing Exercises

Langkah – langkah deep breathing exercises (Potter dan Perry, 2012):

1. Atur posisi pasien dengan posis duduk ditempat tidur atau dikursi.

2. Letakkan satu tangan pasien diatas abdomen(tepat di bawah iga) dan

tangan lainnya berada di tenga-tengan dada untuk merasakan gerakan dada

dan abdomen saat bernafas.

3. Keluarkan nafas dengan perlahan- lahan.

4. Tarik nafas dalam melalui hidung secara perlahan-lahan selama empat

detik sampai dada dan abdomen terasa terangkat maksimal, jaga mulut

tetap tertutup selama menarik nafas.


26

5. Tahan nafas selama tiga detik.

6. Hembuskanlah dan keluarkan nafas secara perlahan-lahan melalui mulut

selama empat detik.

7. Lakukan secara berulang dalam waktu lima siklus selama lima belas menit

dengan periode istirahat dua menit (satu siklus adalah satu kali proses

mulai dari tarik nafas, tahan dan hembuskan).

2.4 Konsep Proses Keperawatan

Konsep dasar asuhan keperawatan terdiri dari lima tahap yaitu dimulai dari

proses pengkajian, analisa data, penentuan diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi.

2.4.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah tahapan awal dari proses keperawatan dan merupakan

suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data

untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien sehingga

didapatkan masalah dan kebutuhan untuk perawatan. Tujuan utama pengkajian

adalah untuk memberikan gambaran secara terus-menerus mengenai keadaan

kesehatan pasien yang memungkinkan perawat melakukan asuhan keperawatan.

1. Identitas
27

Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, status

perkawinan, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, no. rekam medis, dan

diagnosa medis. Sedangkan identitas bagi penanggung jawab yaitu nama, umur,

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan hubungan dengan klien.

2. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

Keluhan utama yang biasa terjadi pada klien dengan infeksi saluran kemih

adalah demam, nyeri saat berkemih, rasa ingin berkemih kembali usai berkemih,

atau nyeri perut pada bagian bawah.

2) Pada riwayat kesehatan sekarang

Pada riwayat kesehatan sekarang adalah rincian dari keluhan utama yang

berisi tentang riwayat perjalan pasien selama mengalami keluhan secara lengkap.

Keluhan yang dirasakan oleh klien sesuai dengan gejala-gejala pada klien dengan

infeksi saluran kemih seperti nyeri pada saat BAK, peningkatan suhu tubuh, rasa

ingin berkemih setelah selesai berkemih, dan nyeri perut pada bagian bawah.

3) Riwayat Kesehatan Dahulu

Riwayat kesehatan dahulu adalah riwayat penyakit yang pernah dialami

klien sebelumya. Riwayat kesehatan dahulu perlu diketahui sebagai bahan

pertimbangan dan pemilihan tindakan yang dilakukan.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga


28

Riwayat kesehatan keluarga memegang peranan penting dalam kondisi

kesehatan seseorang. Dan pada kasus ini tidak ada keluarga yang menderita

penyakit infeksi saluran kemih seperti yang dialami oleh klien.

2.4.2 Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan

berfikir rasional sesuai latar belakang ilmu pengetahuan. Data yang dikumpulkan

lalu dianalisis untuk menentukan apakah ada masalah yang nyata maupun

potensial. Analisa data dibagi menjadi dua bagian yaitu data objektif maupun data

subjektif.

2.4.3 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai repons

pasien tentang masalah kesehatan dan proses kehidupan dialaminya baik yang

berlangsung aktual ataupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk

megidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi

yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2019). Pada klien dengan infeksi saluran

kemih diagnosa keperawatan yang ditegakkan sebagai berikut:

1. Nyeri akut sehubungan dengan agen pancedera fisiologis (mis. inflamasi)

SDKI D.0077 hal 172.

2. Gangguan eliminasi urine sehubungan dengan penurunan kapasitas

kandung kemih SDKI D.0040 hal 96.

3. Hipertermia sehubungan dengan proses penyakit (mis. Infeksi) SDKI

D.0130 hal 284.

4. Ansietas sehubungan dengan krisis situasional SDKI D.0080 hal 180.


29

2.4.4 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan segala cara yang dilakukan oleh

seorang perawat yang didasarkan oleh ilmu pengetahuan serta penilaian klinis

untuk mencapai tujuan yang diharapkan (PPNI, 2019), hal ini dapat dilihat pada

tabel 2.1 Intervensi Keperawatan.


30

No. Diagnosa (SDKI) Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)

1. D.0077-172 L.08066-145 I.08238-201


Nyeri akut berhubungan dengan agen Luaran Utama Manajemen Nyeri
pencedera fisiologi (inflamasi) 1. Tingkat Nyeri Observasi:
a. Kemampuan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
Definisi : pengalaman sensorik atau menuntaskan aktivitas durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
emosional yang berkaitan dengan (1-5) 2. Identifikasi skala nyeri
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, b. Keluhan nyeri (1-5) 3. Identifikasi faktor yang memperberat
dengan onset mendadak atau lambat dan c. Meringis (1-5) dan memperingan rasa nyeri
berintensitas ringan hingga berat yang d. Sikap protektif (1-5) Terapeutik:
berlangsung kurang dari 3 bulan. e. Gelisah (1-5) 4. Berikan teknik non-farmakologis untuk
f. Kesulitan tidur (1-5) mengurangi rasa nyeri( terapi relaksasi deep
Penyebab : breathing exercises)
1. Agen pencedera fisiologis (mis. Keterangan: 5. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
Inflamasi, iskemia, neoplasma) 1 : Meningkat nyeri (mis.suhu ruangan, kebisingan,pencahayaan)
2. Agen pancedera kimiawi 2 : Cukup Edukasi:
(mis. Terbakar, bahan kimia meningkat 3 : 6. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.
iritan) Sedang 7. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Agen pencedera fisik (mis. 4 : Cukup menurun 8. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
Abses, amputasi, terbakar, 5 : Menurun Kolaborasi:
terpotong, mengangkat berat, 9. Kolaborasi pemberian analgetik
prosedur operasi, trauma, latihan Keterangan:
fisik berlebihan) 1 : Menurun
2 : Cukup
menurun 3 :
Sedang
4 : Cukup meningkat
5 : Meningkat
31

2. D.0149-96 L.04034-24 I.04152-175


Gangguan eliminasi urine sehubungan Luaran Utama Manajemen Eliminasi Urine
dengan penurunan kapasitas kandung 2. Eliminasi Urine Observasi:
kemih a. Sensasi berkemih (1-5) 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi
b. Desakan berkemih (1-5) atau inkontinensia urine.
Definisi : Disfungsi eliminasi urine c. Distensi kandung kemih (1- 2. Identifikasi faktor yang menyebabkan
5) retensi atau inkontinensia urine.
Penyebab : d. Berkemih tidak tuntas (1-5) 3. Monitor eliminasi urine (mis.
1. Penurunan kapasitas kandung e. Frekuensi BAK (1-5) Frekuensi, konsistensi, arome, volume dan
kemih warna) Terapeutik:
2. Iritasi kandung kemih Keterangan: 4. Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih.
3. Penurunan kemampuan 1 : Meningkat Edukasi:
menyadari tanda-tanda 2 : Cukup 5. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
gangguan kandung kemih meningkat 3 : 6. Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu
4. Efek tindakan medis dan Sedang yang tepat untuk berkemih.
diagnostik (mis. Operasi ginjal, 4 : Cukup menurun 7. Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur.
operasi saluran kemih, 5 : Menurun
anestesi, dan obat-obatan)
5. Kelemahan otot pelvis Keterangan:
6. Ketidakmampuan 1 : Menurun
mengakses toilet (mis. 2 : Cukup
Imobilisasi) menurun 3 :
7. Hambatan lingkungan Sedang
8. Ketidakmampuan 4 : Cukup meningkat
mengkomunikasikan kebutuhan 5 : Meningkat
eliminasi
9. Outlet kandung kemih tidak Keterangan:
lengkap (mis. Anormali 1 : Memburuk
saluran kemih kongenital) 2 : Cukup
10. Imaturitas (pada anak usia <3 memburuk 3 :
tahun) Sedang
4 : Cukup membaik
5 : Membaik
3. D.0130-284 L.14134-126 I.15506-181
Hipertermia sehubungan dengan proses Luaran utama Manajemen Hipertermia
penyakit (mis. Infeksi) 3. Termoregulasi Observasi:
32

a. Suhu tubuh (1-5) 1. Identifikasi penyebab Hipertermia


Definisi: Suhu tubuh meningkat di atas b. suhu kulit (1-5) 2. Monitor suhu tubuh
rentang normal tubuh. c. menggigil (1-5) Terapeutik
d. pucat (1-5) 3. Sediakan lingkungan yang dingin
Penyebab: 4. Longgarkan atau lepaskan pakaian
1. Dehidrasi Keterangan: 5. Berikan cairan oral
2. Terpapar lingkungan panas 1 : Meningkat 6. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
3. Proses penyakit (mis. 2 : Cukup mengalami hiperhidrosis (keringat
Infeksi, kanker) meningkat 3 : berlebihan). Edukasi
4. Ketidaksesuaian pakaian Sedang 7. Anjurkan tirah baring
dengan suhu lingkungan 4 : Cukup menurun Kolaborasi
5. Peningkatan laju metabolisme 5 : Menurun 8. Kolaborasi pemberian cairan dan
4.6. D.0080-180
Respon trauma L.09093-132 I.09314-387
elektrolit intravena,
7. Ansietas sehubungan
Aktivitas berlebihan Luaran Utama
Keterangan: Reduksi Ansietas
8. Penggunaan situasional
dengan krisis inkubator 4.1Tingkat Ansietas
: Memburuk Observasi
a.2Verbalisasi
: Cukup kebingungan (1-5) 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
Definisi: kondisi emosi dan b.memburuk
Verbalisasi3 khawatir
: akibat (mis. Kondisi, waktu, stresor)
pengalaman subyektif individu kondisi
Sedang yang dihadapi (1-5) Terapeutik
terhadap objek yang tidak jelas c.4Perilaku
: Cukupgelisah
membaik(1-5) 2. Ciptakan suasana terapeutik untuk
dan spesifik akibat antisipasi d.5Pola tidur (1-5)
: membaik menumbuhkan kepercayaan
bahaya yang memungkinkan 3. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
individu melakukan tindakan Keterangan: 4. Pahami situasi yang membuat ansietas
untuk menghadapi ancaman. 1 : Meningkat 5. Gunakan pendekatan yang tenang
2 : Cukup dan meyakinkan
Penyebab: meningkat 3 : Edukasi
1. Krisis situasional Sedang 6. Informasikan secara faktual mengenai
2. Kebutiuhan tidak terpenuhi 4 : Cukup menurun diagnosis, pengobatan, dan prognosis.
3. Krisis maturasional 5 : Menurun
4. Ancaman terhadap konsep diri
5. Ancaman terhadap kematian Keterangan:
6.Kekhawatiran mengalami 1 : Memburuk
kegagalan 2 : Cukup
7. Disfungsi sistem keluarga memburuk 3 :
8.Hubungan orang tua-anak tidak Sedang
memuaskan 4 : Cukup membaik
9.Faktor keturunan (temperamen 5 : Membaik
mudah teragitasi sejal lahir)
10. Penyalahgunaan zat
11. Terpapar bahaya lingkungan
(mis. Toksin, polutan, dan lain-
lain)
12. Kurang terpapar informasi.
33
34

2.4.5 Implementasi Keperawatan

PPNI (2019) implementasi keperawatan merupakan perilaku atau aktivitas

spesifik yang dikerjakan oleh perawat mengimplementasikan intervensi

keperawatan. Implementasi dimulai setelah intervensi disusun dengan tujuan

untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapakan. Implementasi

keperawatan dapat berjalan dengan baik jika klien memiliki keinginan untuk

berpartisipasi dalam pelaksanaan implemantasi keperawatan.

2.4.6 Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan, intervensi dan implementasi yang dilakukan sudah berhasil dicapai.

Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor yang terjadi selama

tahap pengkajian, analisa data, intervensi dan implementasi (PPNI, 2019).

Meskipun tahap evaluasi merupakan tahap terakhir pada proses

keperawatan, tahap evaluasi merupakan bagian integral pada proses keperawatan.

Pengumpulan data perlu direvisi dengan tujuan untuk menentukan apakah

informasi yang telah dikumpulkan sudah mencukupi atau apakah perilaku yang

diobservasi sudah sesuai. Diagnosa yang sudah ada juga perlu dievaluasi dalam

hal keakuratan serta kelengkapannya. Tujuan serta intervensi dievaluasi dengan

tujuan untuk menentukan apakah tujuan tersebut dapat tercapai secara efektif.
BAB 3

LAPORAN KASUS

Bab ini penulis akan membahas proses keperawatan meliputi pengkajian

fisik, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi, evaluasi, dan

dokumentasi keperawatan.

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas Klien

Identitas Ny. M dengan gangguan sistem Perkemihan : Infeksi Saluran Kemih

adalah sebagai berikut:

Nama : Ny. M

Tempat/ tanggal lahir : Medan, 08 April 1974

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 48 Tahun

Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta

Kamar : Mawar 5/2

Diagnosa : Infeksi Saluran Kemih

Alamat : Jln. Turi II Gatot Subroto Medan

Tanggal rawatan : 02-04 Juni 2022


36

3.1.2 Identitas Penanggungjawab

Nama penanggung jawab : Tn. P


Hubungan dengan klien : Suami
Alamat : Jln. Turi II Gatot Subroto Medan

3.1.3 Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan dikembangkan menjadi keluhan utama, riwayat

penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat penyakit keluarga.

1. Keluhan Utama

Pasien mengatakan nyeri saat berkemih, nyeri pada bagian perut bawah.

Nyeri yang dirasakan seperti panas dan perih. Nyeri ini muncul ketika

pasien berkemih. Skala nyeri yang dirasakan 5 dari 0-10.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien merasakan nyeri setiap kali berkemih dan merasakan sakit

dibagian perut bawah selama seminggu terakhir, selain itu klien juga

mengeluh meriang dan lemas sejak tiga hari yang lalu. Selama dirumah

klien memilih hanya istirahat saja, namun suhu tubuh klien meningkat lalu

pasien di bawa ke IGD Rumah Sakit Advent Medan pada tanggal 02 Juni

2022 dengan tanda-tanda vital: tekanan darah 130/80 mmHg, suhu 38,1° c,

frekuensi nadi 88x/menit, Frekuensi pernafasan 22 x/menit. Setelah

diperiksa oleh dokter klien dirawat dirungan mawar 5/2 di rumah sakit

advent medan.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


37

Klien tidak ada riwayat penyakit yang mengancam jiwa, tidak ada riwayat

alergi dan tidak ada mengkomsumsi obat-obat rutin. Klien memiliki

riwayat melahirkan dengan operasi Caesar pada tahun 2001 dan tahun

2004 dirumah sakit lain.. Klien pernah dirawat dirumah sakit Advent

Medan pada tahun 2019 dengan penyakit thypoid. Klien baru pertama

mengalami infeksi saluran kemih.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan bahwa ada riwayat penyakit keturunan dikeluarga yaitu

penyakit diabetes melitus dan hipertensi.

Genogram

Gambar 3.1 Genogram


(sumber dari keluarga:)

Keterangan :
: Laki-laki : Keturunan : Meninggal
z
: Perempuan : Garis Pernikahan

: Pasien ---- : Hubungan Kakak Beradik


38

3.1.4 Pola Aktifitas Sehari-hari

Pola aktifitas pasien sehari-hari dapat dilihat dalam tabel 3.1

Tabel 3.1 Pola Aktifitas


Kegiatan Di Rumah Di Rumah Sakit

Nutrisi :

Jenis Nasi, sayur, serta makanan- Reguler


makanan yang berlemak.

2-3 kali sehari


Frekuensi
500-1000 liter/H
3 kali sehari (makan ½
Minum porsi
Tidak ada
Sangat baik 1,5-2 liter/H
Gangguan
Selera makan
Tidak ada
Cukup baik

Eliminasi

Urine : 5-8 x/hari 6-9 x/hari


Frekuensi Kuning pekat Kuning pekat
Tidak ada Tidak ada
Warna
Kesulitan

Feses :
1x per 1-2 hari Selama dirawat di RSA
Frekuensi
Keras masih 1 x BAB
Konsistensi
Coklat Coklat
Warna

Tidur :

Tidur malam 22.00-05.00 (7 jam) 22.00-05.00 (7 jam)


Tidur siang 15-30 menit (tidak Rutin) ± 1 jam
Gangguan Tidak ada Terbangun-bangun
39

Lanjutan tabel 3.1 Pola Aktifitas


Personal Hygiene :

Mandi 2 kali / hari 1 kali / hari


Gosok gigi 2 kali / hari 2 kali / hari
Keramas 2 kali seminggu -
Ganti Pakaian 1 kali / hari 1 kali / hari
Kebiasaan Tidak merokok dan tidak Tidak ada
minum alcohol. Pasien rutin
minum teh/kopi setiap pagi.

Pasien tampak tenang


Pasien tampak tenang
Pasien dapat melakukan
ibadah secara rutin seperti Pasien dapat melakukan
Psikologis solat lima waktu. ibadah dan solat ditempat
tidur
Sosial & Spiritual

3.1.5 Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

1) Tingkat Kesadaran:

Kualitatif : Compos Mentis

Kuantitatif : GCS : 15

2) Tanda-tanda Vital :

Tekanan darah : 130/80mmHg

Nadi : 88 x/menit

Respirasi : 22 x/menit

Suhu : 38,1℃

Saturasi : 99%

2. Data Fisik (Head to Toe) atau Persistem, metode : inspeksi,


40

palpasi, auskultasi, perkusi

Tabel 3.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Hasil
Kepala Simetris, rambut berwarna hitam, bentuk kepala
mesocepal, benjolan (-), lesi (-) dan rambut bersih.

Mata Penglihatan baik, sklera berwarna putih, konjungtiva


tidak anemis, palpebral tidak odem, pupil isokor, reflek
cahaya positif, pergerakan bola mata normal.

Hidung
Simetris, penciuman baik, mukosa hidung bersih.
Telinga
Simetris, pendengaran baik, benjolan (-), lesi (-).
Mulut
Mukosa mulut merah muda, gigi bersih,bicara
Tidak ada lesi di bibir, lidah putih, pengecapan
pahit dan manis masih baik.

Leher
Simetris, pembesaran tiroid (-), tidak ada kaku kuduk dan
nyeri tekan, dapat digerakkan.
Dada/pernafasan
Inspeksi : Tidak ada tampak pembengkakan ataupun lesi
pada pada dada klien, frekuensi pernafasan 22 x/i.
Palpasi : tidak teraba massa.
Perkusi : terdapat suara sonor

Auskultasi : Vesikuler

Abdomen Tidak ada lesi dan jejas, bising usus 18 x/menit, tidak ada
nyeri tekan dan pembesaran hati, kuadrant 1 bunyi pekak
karena ada hati, kuadran 2,3,4 bunyi tympani.

Akral terasa dingin


Ekstremitas atas dan bawah Ekstremitas atas : Terpasang infus Rl 20gtt/i
Ekstremitas bawah : Tidak ada tampak odem maupun
fraktur
Genitalia
Normal
Haid: normal dan teratur
41

3.1.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

Hasil laboratorium Ny. M dapat dilihat pada tabel 3.3

Tabel 3.3 Hasil Pemeriksaan Laboratorium (01/06/2022)


Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interprestasi

Imunoglobulin
Rapid Tes Antigen Negatif Negatif Normal
SARS-CoV-2
Darah Lengkap
Hemoglobin 13,7 P: 13-18 W:12-16 Normal
Lekosit 15.060 5.000-10.000 Meningkat
Laju Endap Darah 10 P<15 W<20 Normal
Jumlah Trobosit 232.000 150.000-450.000 Normal
Hematokrit 39,1 P: 39-54 W: 36-47 Normal
Eritrosit 4,64 P: 4,50-6,50 W: 3,80-5,80 Normal
MCV 84,2 76-96 Normal
MCH 29,6 27-32 Normal
MCHC 35 30-35 Normal
RDW 13,3 11.50-14.50 Normal
PDW 16,1 10-18 Normal
MPV 8,8 6.50-9.50 Normal
PCT 0,201 0.100-0.500 Normal
Eosinofil 1 1-3 Normal
Basofil 0 0-1 Normal
Neutrofil Batang 3 2-6 Normal
Neutrofil Segmen 68 50-70 Normal
Limfosit 24 20-40 Normal
Monosit 2 2-8 Normal
Hasil Fall Ginjal
42

Lanjutan Tabel 3.3 Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Ureum 20 15-43 Normal
Creatinin 0,8 P: 0.9-1.3 W: 0.6-1.1 Normal
Urinalisis
Warna Kuning Keruh
Glucosa Negatif Negatif Normal
Bilirubin Negatif Negatif Normal
Ketones Negatif Negatif Normal
Berat Jenis 1,025 1,005-1,030 Normal
PH 6,5 5-8 Normal
Protein Negatif Negatif Normal
Urobilinogen 3,4 3,4-17 Normal
Nitrit +1 Negatif Meningkat
Darah Negatif Negatif Normal
Sedimen Urine Normal
Eritrosit/lpb 1-2 <3 Normal
Lekosit/lpb 1-2 <6 Normal
Sel Epitel 2-3
Casts Negatif Negatif Normal
Kristal - -

2. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi pada Ny.M yang dilakukan adalah sebagai

nberikut:

1) Foto Thorax : Tidak tampak kelainan (01/06/2022)

2) Ultrasonografi : Cystitis + Suspect Nefrolitiasis (02/06/2022)


43

3.1.7 Medikasi

Medikasi atau terapi yang yang diberikan oleh dokter selama perawatan di

rumah sakit dapat dilihat pada tabel 3.4

Tabel 3.4 Medikasi klien


Nama obat Dosis obat Cara Indikasi Efek samping
pemberian

Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 jam Parenteral Mengobati dan pusing, mual


mencegah infeksi muntah, ruam
bakteri kulit, diare,
kantuk,
keringat
berlebih, dll.
Inj. Santagesik 1amp/12 jam Parenteral Meredakan nyeri Hipotensi,
sedang hingga mual, muntah,
berat dan demam nyeri dada,
jantung
berdebar-debar.
Inj. Keterolac 1 amp/12 jam Parenteral Meredakan Kantuk, sakit
peradangan dan perut, pusing,
nyeri mual muntah,
diare, kontipasi.
Inj. 40 mg/12 Parenteral Mengurangi Sakit kepala,
Omeprazole jam kadar asam perut kembung,
lambung mual, muntah,
diare, sembelit.
Antasida sirup 3 x C1 Oral Menetralisir asam Diare, perut
lambung kembung, mual
muntah, kram
perut, sembelit.
Tabel 3.4 Medikasi klien (sumber : Alodokter.com)
44

3.1.8 Analisa Data

Setelah melakukan pengkajian, penulis membuat analisa data. Data-data

yang ditemukan baik subjektif dan objektif yang dapat dilihat dalam tabel 3.6

dibawah ini.

Tabel 3.5 Analisa Data


No Data Etiologi Masalah

1 DS: Mikroorganisme pada saluran Nyeri akut


kemih
“nyeri BAK”

Terjadinya inflamasi pada


DO: saluran kemih
-skala nyeri 4 (1-10)
-pasien tampak
meringis
-pasien tampak gelisah.
Nyeri akut
-ttv
TD: 130/80 mmHg
N : 88 x/menit
S : 38,1℃
P : 22 x/menit

2 DS : Bakteri di sistem perkemihan Hipertermi


“Demam sus”
DO : Infeksi pada sistem perkemihan
TD : 130/80mmHg
N : 88 x/menit
Peningkatan suhu tubuh
P : 22x/menit
S : 38,1℃
45

3 DS : Mikroorganisme pada saluran Gangguan eliminasi


kemih urine
“tidak puas untuk BAK
dan ingin berkemih Inflamasi
setelah BAK”

Disuria
DO :
Pasien gelisah
Tampak meringis
Sulit untuk BAK

3.2 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan analisa data pada tabel 3.6, maka dapat diangkat diagnosa

keperawatan :

1. Nyeri akut sehubungan dengan agen pancedera fisiologis (mis. inflamasi)

SDKI D.0077 hal 172.

2. Gangguan eliminasi urine sehubungan dengan penurunan kapasitas

kandung kemih SDKI D.0040 hal 96.

3. Hipertermia sehubungan dengan proses penyakit (mis. Infeksi) SDKI

D.0130 hal 284.

3.3 Rencana Asuhan Keperawatan

Rencana atau intervensi keperawatan merupakan segala cara yang

dilakukan oleh seorang perawat yang didasarkan oleh ilmu pengetahuan serta

penilaian klinis untuk mencapai tujuan yang diharapkan (PPNI, 2019). Intervensi

keperawatan yang diberikan kepada Ny. M dapat dilihat pada tabel 3.6
46

No/ Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi


Tgl Keperawatan
1 SDKI.0077-172 Setelah SIKI.08238-201 Manajemen 1. Untuk Jam 09.00 Jam 15.00
02 Juni Nyeri akut dilakukan Nyeri: mengidentifikasi lokasi, 1. Nyeri pasien sudah
2022 berhubungan dengan tindakan Observasi karakteristik, durasi, dikaji. S : “ Nyeri
agen pancedera keperawatan 1. Identifikasi lokasi, frekuensi, kualitas, P : nyeri saat BAK, nyeri saya berkurang
fisiologis: inflamasi selama 8 jam karakteristik, durasi, intensitas nyeri. berkurang saat melakukan sus,”
pada kandung kemih. diharapkan frekuensi, kualitas, 2.Untuk mengetahui apa relaksasi nafas dalam
masalah yang intensitas nyeri yang menjadi faktor Q : nyeri seperti panas dan O:
Ds: “ Sus saya dirasakan 2. Identifikasi faktor pemicu nyeri terasa lebih perih, skala nyeri 5 - Skala nyeri
merasakan nyeri klien dapat yang memperberat dan berat atau ringan. R : nyeri pada daerah 3 (0-10)
pada saat melakukan teratasi meringankan nyeri 3. Untuk mengurangi suprapubis - Gelisah
proses BAK”. dengan Terapeutik rasa nyeri dengan teknik S : saat BAK, pasien meringis menurun
kriteria hasil: 3. Berikan teknik Non-farmakologis. T : durasi nyeri selama BAK
Do: A:
SLKI.08066- non- farmakologis 4.Untuk memberikan 2. Pasien sudah diidentifikasi
- Pasien tampak Masalah
145 Tingkat untuk mengurangi rasa nyaman kepada faktor yang memperberat
meringis kesakitan belum
Nyeri: rasa nyeri klien. dan meringankan nyeri
teratasi
1. 4. Kontrol lingkungan 5. Untuk memberikan pengaruh nyeri terhadap
- Pasien tampak
Kemampuan yang memperberat rasa waktu bagi pasien untuk kualitas hidup klien. P: tingkatkan
gelisah
menuntaskan nyeri beristirahat dan tidur intervensi
- Skala nyeri 5 (0-10) 5. Fasilitasi istirahat Jam 09.30
aktivitas guna pemulihan
menurun dan tidur kesehatan 3. Pasien sudah diajarkan Deep
TTV
dengan skala 3 6. Kaloborasi dengan 6. Untuk mengurangi breathings exercises dan
BP:130/80 mmHg
dokter dalam memberi nyeri pasien melakukannya ketika St. Vicka
P: 88x/menit
2. Keluhan terapi analgesik 7. Memberikan informasi merasa nyeri saat BAK.
T: 38,1°C
nyeri kepada klien penyebab, 4. Pasien sudah diberikan
RR : 22x/m Edukasi periode dan pemicu lingkungan yang nyaman dan
7. Jelaskan penyebab, nyeri. tenang.
periode, dan pemicu
nyeri Jam 10.00
8. Jelaskan strategi 5. Terapi inj. Keterolac 1amp
meredakan nyeri telah diberikan sesuai order
dokter.
6. Pasien sudah diedukasi dokter
47

2 SDKI.0149-96 Setelah SIKI.04152-175(Manajemen 1. Untuk mengetahui Jam 08.30 15.00


02 Juni Gangguan eliminasi dilakukan eliminasi urine ): tanda dan gejala retensi 1. Pasien sudah
2022 urine berhubungan tindakan atau inkontinensia diidentifikasi tanda dan S : “ Sus BAK
dengan penurunan keperawatan Observasi urine. gejala retensi atau saya sudah
kapasitas kandung selama 8 jam 1. Identifikasi tanda dan inkontinensia urine sedikit lancar”
kemih diharapkan gejala retensi atau 2. Untuk mengetahui 2. Pasien sudah diidentifikasi
masalah yang inkontinensia urine faktor yang faktor yang menyebabkan O:
Ds: “ Sus BAK saya dirasakan 2. Identifikasi faktor menyebabkan retensi retensi atau inkontinensia urine
tidak lancar” yang menyebabkan atau inkontinensia 3. Pasien sudah - Pola
klien dapat
retensi atau inkontinensia urine. eliminasi
teratasi dimonitor eliminasi
Do: urine urine : Frekuensi: 10 urine normal
dengan
- Sering BAK namun kriteria hasil: 3. Monitor eliminasi urine 3. Untuk mengetahui kali/sehari Aroma:
sedikit (mis. Frekuensi, konsistensi, karakteristik urine, - Skala nyeri
SLKI.04034- amonia
- Berkemih tidak aroma, volume dan warna) Frekuensi, berkurang
24 Eliminasi Volume: 1010 cc menjadi 3
tuntas. Urine Konsistensi, Aroma, Warna: kuning pekat
-Warna urine kuning Terapeutik Volume, dan Warna.
pekat 4. Pemantauan cairan - Warna urine
1. Pola Jam 09.0 normal
- BAK disertai rasa eliminasi 5. Manajemen nyeri 4. Untuk mengetahui 4. Perawat sudah mencatat
nyeri dengan skala 5 6. Pengontrolan infeksi intake out put
urine normal waktu dan haluaran A: masalah
- Distensi kandung 2. Skalaa nyeri
pasien. berkemih a.pemasukan :
Edukasi teratasi
kemih. berkurang 2010cc b.pengeluaran: 1460
7. Ajarkan tanda dan 5. Untuk mengurangi sebagian
3. Warna urine cc
gejala infeksi saluran nyeri saat berkemih
jernih dan pasien sudah diberikan P: tingkatkan
kemih
minum air putih setiap 200 intervensi
8. Ajarkan mengenali 6. Untuk menghindari
cc/2jam
tanda berkemih dan waktu infeksi lanjutan 5. Pasien sudah diajarkan teknik
yang tepat untuk berkemih
Deep breathings exercises dan
9. Anjurkan 7. Edukasi agar pasien sudah diberikan inj. Keterolac
mengurangi minum dapat memahami
1amp.
menjelang tidur penyakit yang dialami St. Vicka
6. Pasien sudah diberi antibiotik
ceftrixon 1gr
7. Pasien sudah diberi
penjelasan mengenai tanda dan
gejala isk, dan Pasien sudah
48

diberikan anjuran untuk


mengurangi minum dimalam
hari.

3. SDKI I.0130-96 Setelah SIKI I.15506-181 1. Untuk mengetahui Jam 08.00 13.00
2 Juni Hipertermia dilakukan (Manajemen Hipertermia): penyebab hipertermia 1. Pasien sudah S : “ Saya
2022 berhubungan dengan tindakan Observasi terjadi pada pasien diidentifikasi penyebab tidak demam
proses penyakit keperawatan 1. Identifikasi 2. Untuk mengetahui hipertermia yang terjadi sus”
(infeksi) selama 8 jam penyebab kenaikan suhu tubuh pada pasien.
diharapkan hipertermia secara tiba-tiba. 2. Pasien sudah dimonitor O:
DS: “ Saya demam masalah yang 2. Monitor suhu tubuh 3. Untuk mencegah suhu tubuh pasien. - Suhu tubuh
sus” dirasakan Terapeutik terjadinya dehidrasi normal
DO: klien dapat 3. Pemantauan cairan 4. Untuk menurunkan Jam 09.00 - Tem: 36,8°C
-Kulit terasa hangat teratasi 4. Kompres dingin suhu tubuh 3. Pasien sudah diberikan
dengan Edukasi 5. Untuk membuat minum 200cc/2 jam dan A: masalah
TTV kriteria hasil: 5. Program pengobatan pasien mengerti proses dipantau I-O teratasi
BP: 130/80 mmHg SLKI.14134- Kolaborasi pengobatan yang 4. Pasien sudah
P: 88x/menit 129 6. Kolaborasi pemberian dilakukan selama di dikompres dengan air P: intervensi
T: 38,1°C Termoregulsi anti piretik via intravena rumah sakit dingin teratasi
R: 22x/menit - Suhu tubuh 6. Untuk menurunkan Jam 12.00
normal suhu tubuh 5. Pasien sudah diberikan
penddidikan kesehatan tentang St. Vicka
proses pengobatan
6. Pasien sudah memberikan
inj. Santagesik 1amp.
49

Tabel 3.7 Pemantauan Intake Output Cairan

Nama : Ny. M Diagnosa : ISK


Umur : 48 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan
Hari/ Tanggal Waktu Intake cairan Output Cairan Hasil
Kamis 05.00-13.00 Makanan : 50 cc Muntah : - 700 cc – 480 cc = 220 cc
02 July 2022 Minum : 150 cc BAB : 150 cc (tidak balance)
Cairan IV : 500 cc Urine : 330 cc
13.00-21.00 Makanan : 50 cc Muntah : - 700 cc – 480 cc = 220 cc
Minum : 150 cc BAB : 150 cc (tidak balance)
Cairan IV : 500 cc Urine : 330 cc
21.00-05.00 Makanan : 50 cc Muntah : - 700 cc – 500 cc = 200 cc
Minum : 150 cc BAB : 150 cc (tidak balance)
Cairan IV : 500 cc Urine : 350 cc
Jumat 05.00-13.00 Makanan : 50 cc Muntah : - 700 cc – 580 cc = 120 cc
03 July 2022 Minum : 150 cc BAB : 150 cc (tidak balance)
Cairan IV : 500 cc Urine : 430 cc
13.00-21.00 Makanan : 50 cc Muntah : - 700 cc – 590 cc = 110 cc
Minum : 150 cc BAB : 150 cc (tidak balance)
Cairan IV : 500 cc Urine : 440 cc
21.00-05.00 Makanan : 50 cc Muntah : - 700 cc – 600 cc = 100 cc
Minum : 150 cc BAB : 150 cc (tidak balance)
Cairan IV : 500 cc Urine : 450 cc
Sabtu 05.00-13.00 Makanan : 50 cc Muntah : - 700 cc – 680 cc = 20 cc
04 July 2022 Minum : 150 cc BAB : 180 cc
Cairan IV : 500 cc Urine : 500 cc
13.00-21.00 Makanan : 50 cc Muntah : - 700 cc – 690 cc = 10 cc
Minum : 150 cc BAB : 190 cc (tidak balance)
Cairan IV : 500 cc Urine : 500 cc
50

21.00-05.00 Makanan : 50 cc Muntah : - 700 cc – 750 cc = 0 cc


Minum : 150 cc BAB : 180 cc (balance)
Cairan IV : 500 cc Urine : 520 cc
51

3.4 Catatan Perkembangan

Catatan perkembangan pasien selama perawatan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.8 Catatan Perkembangan

No./ Diagnosa Implementasi Evaluasi


Tgl.
1 Nyeri akut Jam 08.30 S:“Nyeri
berhubungan berkurang ”
3 dengan agen -Memantau tanda-tanda vital.
Juni pancedera At.08.30
202 fisiologis: O:
inflamasi pada -Dikaji karakteristik dan frekuensi
2
kandung nyeri -Keadaan umum
kemih. baik
-Diberikan lingkungan yang
Ds: “ Sus nyaman dan tenang -pasien tampak
saya tenang
merasakan
Skala nyeri 2 (0-
nyeri pada Jam 09.00
saat 10)
melakukan - Berikan teknik non-
proses BAK”. farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri A:Masalah
Do: -Kontrol lingkungan yang belum Teratasi
-Pasien memperberat rasa nyeri
tampak -Fasilitasi istirahat dan tidur
meringis Jam 10.00 P: Pertahankan
-Kaloborasi dengan dokter
intervensi dan
-Pasien dalam memberi terapi
tampak kaji masalah lain
analgesik
gelisah
-Skala nyeri 3
(0-10) Jam 12.00
TTV -Mengobservasi tanda-tand vital
BP:120/80
P: TTV; T: 36,6⁰C; P: 84x/m; R: St. Vicka
84x/menit 22x/m; BP: 120/80 mmHg, Spo2 :
T: 36,6°C 98%
RR : 22x/m

Jam 13.00
-Mengganti cairan IV
52

No./ Diagnosa Implementasi Evaluasi


Tgl.
2 Gangguan Jam 08.30
eliminasi S: “Sus BAK
3 urine -Memantau tanda-tanda vital. saya sudah
berhubungan sedikit lancar”
Juni
202 dengan
penurunan At.08.30 O:
2 -Pola eliminasi
kapasitas
-Pemantauan cairan urine normal
kandung
-Manajemen nyeri
kemih -Skala nyeri
-Pengontrolan infeksi
berkurang
D: “Sus saya menjadi 2
merasakan Jam 09.00
nyeri pada -Warna urine
saat - Ajar teknik Deep normal
melakukan breathings exercises
proses BAK” A: masalah
Jam 10.00 teratasi
Do: -Kaloborasi dengan dokter sebagian
dalam memberi terapi
-Tampak analgesik P: tingkatkan
meringis intervensi
-Warna urine
kuning pekat Jam 12.00
-BAK disertai
-Mengobservasi tanda-tand vital
rasa nyeri St. Vicka
dengan skala TTV; T: 36,6⁰C; P: 84x/m; R:
3 22x/m; BP: 120/80 mmHg, Spo2 :
-Distensi 99%
kandung kemih.

Jam 13.00
-Mengganti cairan IV
53

No./ Diagnosa Implementasi Evaluasi


Tgl.
1 Nyeri akut Jam 08.30 S:“Nyeri sudah
berhubungan jauh berkurang
4 dengan agen -Memantau tanda-tanda vital.
sus”
Juni pancedera At.08.30
202 fisiologis:
inflamasi pada -Dikaji karakteristik dan frekuensi O:
2
kandung nyeri
kemih. -Keadaan umum
-Diberikan lingkungan yang baik
Ds: “ Sus nyaman dan tenang
saya -pasien tampak
merasakan tenang
nyeri pada Jam 09.00
saat Skala nyeri 0-1
melakukan - Berikan teknik non- (0-10)
proses BAK”. farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Do: -Kontrol lingkungan yang A:Masalah
-Pasien memperberat rasa nyeri teratasi
tampak -Fasilitasi istirahat dan tidur
meringis
Jam 10.00
P: Pertahankan
-Pasien -Kaloborasi dengan dokter
tampak dalam memberi terapi intervensi dan
gelisah analgesik kaji masalah lain
-Skala nyeri 2
(0-10)
Jam 12.00
TTV
BP:130/90 -Mengobservasi tanda-tand vital
P:
89x/menit TTV; T: 36,6⁰C; P: 89x/m; R: St. Vicka
T: 36,9°C 20x/m; BP: 130/90 mmHg, Spo2 :
RR : 20x/m 98%

Jam 13.30
-Mengganti cairan IV
54

No./ Diagnosa Implementasi Evaluasi


Tgl.
2 Gangguan Jam 08.30
eliminasi S: “Sus BAK
4 urine -Memantau tanda-tanda vital. saya sudah
berhubungan sedikit lancar”
Juni
202 dengan
penurunan At.08.30 O:
2 -Pola eliminasi
kapasitas
-Pemantauan cairan urine normal
kandung
-Manajemen nyeri
kemih -Skala nyeri
-Pengontrolan infeksi
berkurang
Ds: “Sus saya menjadi 0-1
merasakan Jam 09.00
nyeri pada -Warna urine
saat - Ajar teknik Deep normal
melakukan breathings exercises
proses BAK” A: masalah
Jam 10.00 teratasi
Do: -Kaloborasi dengan dokter sebagian
dalam memberi terapi
-Tampak analgesik P: tingkatkan
meringis intervensi kaji
-Warna urine masalah lain
kuning pekat Jam 12.00
-BAK disertai
-Mengobservasi tanda-tand vital
rasa nyeri
dengan skala TTV; T: 36,6⁰C; P: 89x/m; R: St. Vicka
2 20x/m; BP: 130/90 mmHg, Spo2 :
-Distensi 98%
kandung kemih.

Jam 13.30
-Mengganti cairan IV

3.5 Evaluasi
55

Asuhan keperawatan pada klien Ny. W dengan Hipertensi dilakukan

sejak tanggal 02 Juni 2022. Pengkajian keperawatan dilakukan di ruang Mawar

5/2 Rumah Sakit Advent Medan. Masalah keperawatan yang diambil yaitu

Nyeri akut b.d agen agen pencedera fisiologis pada saat pengkajian di dapatkan

data subjektif : klien mengatakan merasakan nyeri saat melakukan proses BAK,

nyeri yang dirasakan skala nyeri 5 dari rentang 0-10. Sedangkan data objektif :

klien tampak meringis, TTV ;T: 38,1⁰C; P: 88x/m; R: 22x/m; Spo2 : 98%. TD:

130/80 mmHg. Gangguan eliminasi urine sehubungan dengan penurunan

kapasitas kandung kemih data subjektif pasien merasakan nyeri pada saat

melakukan proses BAK data objektif pasien tampak meringis, warna urine

kuning pekat BAK disertai rasa nyeri dengan skala 5, dan dustensi kandung

kemih. Diagnosa ke tiga hipertermia sehubungan dengan proses penyakit

dengan data subjektif pasien mengeluh deman, data objektif pasien teraba

hangat, temperatur : 38,1 ⁰C. Penulis merawat Ny. M selama tiga hari dan

masalah dapat teratasi pada rawatan hari ketiga.

3. 6 Dokumentasi

Selama perawatan penulis langsung mendokumentasikan hasil pengkajian

dan asuhan keperawatan yang diberikan dengan menulis pada format penulisan

kasus dimana pengkajian dan pemberian intervensi didampingi oleh perawat yang

bertugas untuk menangani pasien tersebut.


BAB 4

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai analisa studi kasus Asuhan

Keperawatan Ny.M : Nyeri Berkemih Pada Infeksi Saluran Kemih Dengan

Teknik Deep Breathing Exercise Di Rumah Sakit Advent Medan. Pembahasan

berdasarkan kesenjangan teori dan praktik. Asuhan keperawatan yang dilakukan

pada Ny. M dilakukan berdasarkan proses keperawtan yaitu pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

4.1 Pengkajian

Pengkajian terdiri dari pengumpulan informasi subjektif dan objektif

(TTV, pengkajian fisik, hasil pemeriksaan penunjang) dan informasi riwayat

pasien pada rekam medik. Perawat juga mengumpulkan informasi tentang

kekuatan (untuk mengidentifikasi peluang promosi kesehatan) dan resiko dalam

area perawat sehingga dapat mencegah atau potensi masalah yang dapat ditunda.

Pengumpulan data pasien dilakukan oleh perawat secara sistematis guna

mengdidentifikasi keadaan umum pasien untuk mendapatkan masalah

keperawatan (Sari, 2019).

Pada tahap pengkajian penulis tidak menemukan kendala. Pada saat

melakukan pengkajian pasien dan keluarga tidak mengetahui pasti riwayat

penyakit keluarga sehingga pada awalnya kesulitan melengkapi data-data pasien.

Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny. M didapatkan bahwa penyebab

infeksi saluran kemih Ny. M yaitu gaya hidup saat sebelum sakit, Ny. M kurang

minum, sering menahan ketika ingin BAK, Ny. M juga menyadari kurangnya
57

Kurangnya personal hygine dalam proses BAK. Setelah mendapatkan penjelasan

dari dokter dan perawat Ny. M sudah mengubah pola hidup yang lebih sehat,

minum air putih yang cukup dan menjaga personal hygine dengan baik.

Menurut Sholihah (2017) Infeksi Saluran Kemih merupakan penyakit

infeksi yang sering ditemukan di praktik umum. Beberapa penelitian

menunjukkan adanya faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya ISK

seperti jenis kelamin, berbaring lama, penggunaan obat immunosupresan dan

steroid, pemasangan katerisasi, kebiasaan menahan kemih, kebersihan genitalia,

dan faktor predisposisi lain.

4.2 Tahap Intervensi

Pada tahap intervensi asuhan sangat penting untuk adanya kesiapan untuk

tujuan pencapaian yang lebih sistematik dan terperinci guna mencegah kesalah

pada saat memberikan tindakan keperawatan pada pasien. Berdasarkan analisa

dari pengkajian yang dilakukan pada Ny. M penulis menetapkan tiga masalah

keperawatan yaitu Nyeri akut sehubungan dengan agen pancedera fisiologis,

Gangguan eliminasi urine sehubungan dengan penurunan kapasitas kandung

kemih, Hipertermia sehubungan dengan proses penyakit. Hal ini disesuaikan

dangan hasil pengkajian yang didapatkan saat penulis malakukan pengkajian

kepada Ny. M.

Intervensi yang dilakukan kepada Ny. M yaitu melakukan latihan Deep

Breathing Exercise. Latihan Deep Breathing Exercise bertujuan untuk

mengurangi nyeri yang dirasakan oleh Ny. M pada saat melakukan proses BAK.

Tehnik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang

dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas
58

dalam (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan

nafas secara perlahan

Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, tehnik relaksasi nafas dalam

juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah.

Teknik relaksasi nafas dalam akan menciptakan ketenangan serta efektif dalam

menurunkan persepsi nyeri (Yusrizal, 2012).

4.3 Tahap Implementasi

Implementasi yang diberikan penulis kepada Ny. M didapatkan setelah

dilakukan latihan Deep Breathing Exercise setiap merasakan nyeri skala 5 (0-10)

pada saat melakukan proses BAK. Setelah Ny. M melakukan Deep Breathing

Exercise dan terapi lain dari dokter selama perawatan tiga hari didapatkan hasil

nyeri berkurang menjadi skala 1 (0-10).

Seiring dengan Hasil penelitian studi kasus tentang manajemen nyeri pada

klien infeksi saluran kemih Purnamayanti (2020) tempat pengambilan kasus di

Ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Negara. Menyimpulkan teknik relaksasi

nafas dalam dan teknik distraksi merupakan teknik nonfarmakologi untuk

menurunkan nyeri, menyatakan bahwa terapi nafas dalam dapat menurunkan nyeri

yang dirasakan pasien infeksi saluran kemih dan disertai kolaborasi pemberian

analgesik yaitu keterolak.

4.4 Evaluasi

Pada tahap evaluasi penulis menemukan hasil yang dapat dilihat dan

diukur. Setelah pelaksanaan dari rencana tindakan tang dilakukan, adalah penting
59

bagi seorang perawat untuk mengevaluasi keefektifan tindakan yang sudah

dilakukan. Diharapkan klien tidak menunjukan nyeri serta pasien dan keluarga

memahami mengenai penyakit infeksi saluran kemih. Peran perawat dalam

penanganan masalah infeksi saluran kemih tergantung pada kerja sama yang baik

antara perawat dan pasien. Maka perawatan dengan penderita infeksi saluran

kemih dapat melakukan Deep Breathing Exercise yang telah di ajarkan oleh

penulis dan tetap mempertahankan pola hidup sehat seperti menjaga personal

hygine dan mengkomsumsi air putih yang cukup, serta tidak menahan BAK.
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah melakukan Asuhan Keperawatan Ny.M : Nyeri Berkemih Pada

Infeksi Saluran Kemih Dengan Teknik Deep Breathing Exercise Di Rumah Sakit

Advent Medan, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan yang dapat

diambil dari kata tersebut dan memberikan saran-saran yang dapat berguna

terutama pada bidang keperawan.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Ny. M selama

tiga hari, yaitu pada tanggal 02 Juni 2022 sampai 04 Juni 2022 Asuhan

Keperawatan “Ny.M : Nyeri Berkemih Pada Infeksi Saluran Kemih Dengan

Teknik Deep Breathing Exercise Di Rumah Sakit Advent Medan”, maka dapat

diketahui hal-hal sebagai berikut:

1. Hasil pengkajian keperawatan yang dilakukan pada Ny.M penulis

mendapatkan data klien merasakan nyeri saat berkemih, nyeri pada bagian

perut bawah. Nyeri yang dirasakan seperti panas dan perih. Nyeri ini

muncul ketika pasien berkemih. Skala nyeri yang dirasakan 5 dari 0-10.

Klien tampak lemas, meringis, dan teraba hangat.

2. Berdasarkan hasil analisa data maka penulis menetapkan tiga diagnosa

keperawatan yaitu: nyeri akut berhubungan dengan agen pancedera

fisiologis, gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan


61

kapasitas kandung kemih, hipertermia berhubungan dengan proses

penyakit.

3. Intervensi keperawatan yang diberikan yaitu mengajarkan teknik Deep

Breathing Exercise sebanyak tiga kali dan dilakukan setiap Ny. M

merasakan nyeri saat berkemih.

4. Hasil evaluasi menunjukan adanya penurunan tingkat nyeri pada awal

masuk skala nyeri Ny. M pada tingkat skala 5 (0-10), setelah diberikan

intervensi keperawatan teknik Deep Breathing Exercise selama tiga hari

skala nyeri berkurang menjadi skala 0-1 (0-10).

5. Pada tahap akhir semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan

penulis terhadap Ny. M, penulis mendokumentasikannya distatus rawatan

medis Ny. M.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dari karya ilmiah akhir serta kesimpulan yang diambil,

maka penulis memberikan saran sebagai berikut: Setelah dilakukan “Asuhan

Keperawatan Ny.M : Nyeri Berkemih Pada Infeksi Saluran Kemih Dengan

Teknik Deep Breathing Exercise Di Rumah Sakit Advent Medan”, diharapkan

dapat memberikan masukan terutama pada :

1. Bagi Penulis

Diharapkan mahasiswa/i dapat memahami dan menerapkan asuhan

keperawatan pada klien denga infeksi saluran kemih sesuai Standar

Operasional Prosedur (SOP).


62

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan kepada institusi pendidikan yang dapat

dimanfaatkan sebagai bahan ajar untuk perbandingan dalam pemberian

konsep asuhan keperawatan secara teori dan praktek.


63

DAFTAR PUSTAKA

Albert Kurniawan.(2010). BelajarMudah SPSS UntukPemula. Yogyakarta


Mediakom

Alodokter. (2021). Manfaat, Dosis dan Efek Samping Omeprazole. 17 September


2021.

Alodokter. (2022). Manfaat, Dosis dan Efek Samping Ceftriaxone. 7 Juni 2022.

Alodokter. (2022). Manfaat, Dosis dan Efek Samping Ketorolac. 13 Mei 2022.

Alodokter. (2022). Manfaat, Dosis dan Efek Samping Santegesik. 5 July 2022.

Alodokter. (2021). Manfaat, Dosis dan Efek Samping Antasida. 21 Febuari 2021.

Azizah, N., Zumrotun, A., Fanianurul, N., & Nisa, K. (2015). Teknik Relaksasi
Nafas Dalam dan Terapi Musik sebagai Upaya Penurunan Intensitas
Nyeri Haid (Dysmenorrhea), 80–87.

Basuki B. Purnomo. (2011). Dasar-Dasar Urologi. Jakarta: CV. Sagung Seto

Billota, K. A. (2012). Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi Keperawatan


Edisi2. Jakarta : EGC.

Black, J dan Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis


untuk Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta:
Salemba Emban Patria

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medeikal Bedah :


Manaje6men Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. (A. Suslia, F.
Ganiajri, P. P. Lestari, & R. W. A. Sari, Eds.) (8th Vol 3). Singapore:
Elsevier Ltd.

DEPKES. (2019). Waspada Infeksi Saluran Kemih .

Dipiro J.T., Talbert R.L., Yee G.C., Matzke G.R., Wells B.G. and Posey L.M.,
(2011), Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 8th ed., Mc
Graw Hill, United State of America.
64

Fauci AS, Kasper DL, Longo DL (2008). Harrison’s Principles of Internal


Medicine. 17th edition. USA: The McGraw-Hill Companies.
http://bit.ly/1WtNcAY. Di akses tanggal 13 Mei 2016.

Fitriani, (2013). Faktor-Faktor Risiko Kejadian Infeksi Saluran Kemih pada


Pasien yang Terpasang Kateter Menetap Di ruang Rawat Inap RSUD
Tarakan. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Hassanudin Makasar

Grabe M., et al., (2015), Guidlines on Urological Infections, European


Association of Urology (EEU), 11.

Gradwhol & prince, R. A. (2020). Urinary Tract Infection and Prostatitis


The McGraw.

Handayani, S. (2015). Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Intensitas Nyeri


Pasien post Sectio Caesarea di RSUD Moewardi. Skripsi. STIKES
Kesuma Husada. Surakarta.

Haryono, Rudi. (2013). Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Perkemihan.


Yogyakarta: Rapha Publishing

Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2011). Konsensus Infeksi Saluran Kemih pada
Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDA

Kemenkes RI, (2011), Pedoman umum penggunaan antibiotik, Jakarta :


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

LeMone, P. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Jakarta : Penerbit


Buku Kedokteran ECG.

Long, B. C. (2016). Perawatan Medikal Bedah. Volume 1. (terjemah).


Bandung: Yayasan Ikatn Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran.

Muttaqin, A & Sari, K. (2014). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem


Perkemihan. Jakarta: salemba Medika.

Novitasari, R. W., Khoirunnisa, N., & Yudiyanta. (2015). Assessment Nyeri.


Kalbemed.com, 42 (3), 214-234.

Patasik, CH., Tangka, Jon & Rottie, Julia. (2013). Efektifitas Teknik
Relaksasi Nafas Dalam Dan Guided Imagery Terhadap
Penurunan Nyeri Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesare
Di Irina D Blu Rsup Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Program
65

Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran. Universitas


Sam Ratulangi Manado.

Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and


Practice. Edisi 7. Vol. 3. Jakarta : EGC.

Potter, P. (2012). Fundamental Of Nursing: Concep, Proses and Practice.


Edisi 7.Vol. 3. Jakarta : EGC.

PPNI. (2019). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi dan


Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan


Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Priyanto, Duwi. (2010). Paham Analisa Statistik dengan SPSS.


Yogyakarta: MediaKom.

PURNAMAYANTI, N. K. (2020). Studi Kasus Manajemen Nyeri Pada Klien


Infeksi Saluran Kemih Di Ruangan Anggrek Rumah Sakit Umum
Negara. Jurnal Kesehatan Stikes Buleleng .

Purnomo, B. (2019). Dasar- Dasar Urologi. Jakarta : EGC.

Purnomo, B. B., (2014). Dasar-dasar urologi. Malang: CV Sagung Seto.

Rendy, M. Clevo & Margareth, TH. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Penyakit Dalam. Yogjakarta : Nuha Medika

Rosdahl, C. B., & Kowalski, M. T. (2017). Buku Ajar Keperawatan


Dasar (10th ed.). Jakarta: EGC.

Sari, R. P. (2019). Angka Kejadian Infeksi Saluran Kemih dan Faktor Resiko
Yang Mempengaruhi Pada Karyawan Wanita Di Universitas
Lampung. Jurnal Majority, 7(3), 115-120.

Sherwood L. In: Herman OO, Albertus AM, Dian R editors. Fisiologi Manusia
dari Sel ke Sistem. Jakarta: ECG; 2015. p. 730.

Sholihah, H.A.. (2017). Analisis Faktor Risiko Kejadian Infeksi Saluran Kemih
(ISK) oleh Bakteri Uropatogen di Puskesmas Ciputat dan Pamulang Pada
Agustus - Oktober 2017. Skripsi diterbitkan oleh Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
66

Smeltzer, S. B. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol.1. Jakarta:


EGC.

Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi VI. Jakarta:
Interna Publishing; 2014.

Tamsuri, A. (2012). Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri . Jakarta : EGC.

Tessy A, A. S. (2019). Infeksi Saluran Kemih Dalam Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbitan FKUI.

WHO. (2019). Jumlah Penderita ISK Diakses tanggal 12 januari 2022.

Widiatie, W. (2015). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap


Penurunan Intensitas Nyeri pada Ibu Post Seksio Sesarea di Rumah Sakit
Unipdu Medika Jombang, 5(2), 94–101.

Wong D, W. L. (2012). Clinical Handbook of Urinary Nursing. Edisi ke 2. . USA:


St.

Yusrizal. (2012). Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam dan Masase


terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Pasien Apendiktomi di Ruang
Bedah RSUD DR. M. Zein Painan Tahun 2012.
67

Lampiran 1
Standar Operasional Prosedur Deep Breathing exercises
Pengertian Deep breathing exercises merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaiama cara melakukan nafas dalam, nafas lambat dan
bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan
Tujuan Untuk mengurangi ketegangan otot,mengurangi intensitas nyeri.

Pelaksanaan PRA INTERAKSI


1) Membaca status klien
2) Mencuci tangan
INTERAKSI
Orientasi
1) Salam : Memberi salam sesuai waktu.
2) Memperkenalkan diri.
3) Validasi kondisi klien saat ini.
Menanyakan kondisi klien dan kesiapan klien untuk
melakukan kegiatan sesuai kontrak sebelumnya
4) Menjaga privasi klien
5) Kontrak.
Menyampaiakan tujuan dan menyepakati waktu dan tempat
dilakukannya kegiatan
KERJA
1) Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya bila
ada sesuatu yang kurang dipahami/ jelas
2) Atur posisi agar klien rileks tanpa adanya beban fisik, baik
duduk maupun berdiri. Apabila pasien memilih duduk,
maka bantu pasien duduk di tepi tempat tidur atau posisi
duduk tegak di kursi. Posisi juga bisa semifowler, berbaring
di tempat tidur dengan punggung tersangga bantal.
3) Instruksikan pasien untuk melakukan tarik nafas dalam
sehingga rongga paru berisi udara
4) Instruksikan pasien dengan cara perlahan dan hembuskan
udara membiarkannya ke luar dari setiap bagian anggota
tubuh, pada saat bersamaan minta klien untuk memusatkan
perhatiannya pada sesuatu hal yang indah dan merasakan
lega
5) Instruksikan pasien untuk bernafas dengan irama normal
beberapa saat (1-2 menit)
6) Instruksikan pasien untuk kembali menarik nafas dalam,
kemudian menghembuskan dengan cara perlahan dan
merasakan saat ini udara mulai mengalir dari tangan, kaki,
68

menuju keparu-paru dan seterusnya, rasakan udara mengalir


keseluruh tubuh
7) Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan
tangan, udara yang mengalir dan merasakan ke luar dari
ujung-ujung jari tangan dan kaki kemudian rasakan
kehangatanya
8) Instruksikan pasien untuk mengulangi teknik-teknik ini
apabila rasa nyeri kembali lagi
9) Setelah pasien mulai merasakan ketenangan, minta pasien
untuk melakukan secara mandiri
10) Ulangi latihan nafas dalam ini sebanyak 3 sampai 5 kali
dalam sehari dalam waktu 5-10 menit
TERMINASI
1) Evaluasi hasil: kemampuan pasien untuk melakukan teknik
ini
2) Memberikan kesempatan pada klien untuk memberikan
umpan balik dari terapi yang dilakukan.
3) Tindak lanjut: menjadwalkan latihan teknik relaksasi
banafas dalam
4) Kontrak: topik, waktu, tempat untuk kegiatan selanjutnya.
DOKUMENTASI
1) Mencatat waktu pelaksanaan tindakan.
2) Mencatat perasaan dan respon pasien setelah diberikan
tindakan
Sumber Potter & Perry (2010)
69

Lampiran 2
JADWAL BIMBINGAN

Nama : Vicka Veronika


Nim : 2053059
Judul Skripsi : “Asuhan Keperawatan Ny.M : Nyeri Berkemih Pada Infeksi

Saluran Kemih Dengan Teknik Deep Breathing Exercise Di

Rumah Sakit Advent Medan”

Dosen Pembimbing : Evelin Malinti, MSN

No Tanggal Uraian Bimbingan Paraf

1) 08 Juni 2022 Konsultasi judul

2) 10 Juni 2022 ACC judul

3) 10 Agustus 2022 Konsultasi bab 1

4) 26 Agustus 2022 Konsultasi bab 2 dan revisi bab 1

5) 09 September 2022 Konsultasi bab 3 dan revisi bab 1-2

6) 21 September 2022 Konsultasi cover sampai bab 5

7) 25 0ktober 2022 Konsultasi revisi lengkkap

8) 10 November 2022 Konsultasi revisi lengkap


70

Lampiran 3
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(CURRICULUM VITAE)

Data Pribadi

Nama Lengkap : Vicka Veronika

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, tanggal lahir : Medan, 12 Juni 1998

Alamat : Jalan Gatot Subroto Gg Damai No.10 Medan

Agama : Kristen (Advent)

Status : Belum Menikah

No. HP : 081361056616

Email : vickaveronika12@gmail.com

Pendidikan

Sekolah Dasar : SD Negeri 013 Kusau Makmur (2004-2010)

Sekolah Menengah Pertama : SMP Advent 2 Medan (2010-2013)

Sekolah Menengah Atas : SMA Advent 1 Medan (2013-2016)

Diploma 3 Keperawatan : Akademi Keperawatan Surya Nusantara


(2016-2019)

Sarjana / S1 : Universitas Advent Indonesia (2020-2021)

Anda mungkin juga menyukai