OLEH
NIM: 70002821
KUPANG
2022
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA KLIEN INFEKSI
OLEH
NIM: 70002821
KUPANG
2022
ii
iii
iv
v
vi
vii
ABSTRAK
Latar Belakang : Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan dimana kuman atau
mikroba tumbuh dan berkembang biak dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna. Infeksi
saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur tetapi bakteri yang sering
jadi penyebabnya. Umunya mempunyai gejala nyeri pinggang, demam, penurunan nafsu makan,
sering mual dan muntah, lemah, disuria, bau aneh pada urin, sering /terburu-buru buang air kecil,
nyeri suprapubik dan hematuria. Tujuan dari penulisan Karya Ilmiah Akhir ini bertujuan untuk
memberikan gambaran pemberian asuhan keperawatan, menganalisis Teknik non-farmakologi
penerapan terapi Relaksasi Nafas Dalam pada berbagai jurnal melalui proses pendekatan ilmiah
Evidence Based Nursing serta menghasilkan inovasi sebuah kontribusi untuk pasien nyeri
dengan Infeksi saluran kemih . Metode : penulisan ini merupakan study kasus. pendekatan yang
digunakan dalam dalam menyelesaikan masalah keperawatan pada pasien nyeri infeksi saluran
kemih yaitu dengan menggunakan proses keperawatan yang komprehensif. Berdasarkan hasil
pengkajian, pasien infeksi saluran kemih mempunyai masalah keperawatan utama yang meliputi
Nyeri akut. Intervensi Tindakan keperawatan 3x24 jam yang dilakukan pada pasien infeksi
saluran kemih adalah mengajarkan teknik nonfarmakologi untuk menurunkan nyeri yaitu
Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi rasa nyeri di lakukan 2 kali dalam
sehari selama 5 menit di ulangi 15 kali dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali. Pada
pemberian terapi ini sebaiknya di berikan selang 6 jam sebelum dan setelah di berikan obat anti
nyeri agar hasil yang diharapkan maksimal. Hasil terapi latihan relaksasi nafas dalam di lakukan
pada pasien nyeri infeksi saluran kemih menunjukan hasil bahwa terjadi penurunan intensitas
nyeri dari skla nyeri sedang (6) berkurang menjadi skala nyeri ringan (3). Kesimpulan dan
Rekomendasi pemberian intervensi keperawatan dengan terapi relaksasi nafas dalam pada
pasien nyeri infeksi saluran kemih dapat menurunkan intensitas nyeri, ketentraman hati, dan
berkurangnya rasa cemas serta meningkatkan istrahat tidur pasien. Rekomendasi Hasil karya
ilmiah ini adalah dengan terapi relaksasi nafas dalam untuk menurunkan nyeri pada pasien
infeksi saluran kemih.
Kata kunci: infeksi saluran kemih, Nyeri, Teknik non-farmakologi
viii
ABSTRACT
Medical Surgical Nursing Care For Clients with Urinary Tract Infection (UTI)
by Applying Therapy for Deep Breathing Relaxation in the Citra Room Tk. III
Wirasakti Hospital Kupang.
Background: Urinary tract Infection (UTI) is a condition in which germs or microbes grow and
multiply in the urinary tract in significant amounts. Urinary tract infection are mostly caused by
bacteria. Viruses and fungi but bacteria are often the cause. Generally have symptoms of low
back pain, fever, decreased appetite. Frequent nausea and vomiting. Weakness, dysuria, strange
odor in urine. Frequent rush to urinate, suprapubic pain and hematuria. Purpose: The purpose of
writing this final scientific paper aims to provide an overview of providing nursing care to
patients with urinary tract infection pain. Method: This writing is a case study. The approach
method used in solving nursing problems in patiens with urinary tract infection pain is by using a
comprehensive nursing process. Based on the results of the assessment, patients with urinary
tract infection have major nursing problem which include acute pain. Intervention: Nursing
intervention performed on patiens with urinary tract infection are teaching non-pharmacological
techniques to reduce pain,namely ancouraging client to relax deep breaths that aim to increase
alveolar ventilation, increase cough efficiency, reduce stress both physical and emotional stress,
namely reducing pain intensity and reducing anxiety. Result: The results of deep breathing
relaxation exercise therapy in patients with urinary tract infection pain showed that there was a
decrease in pain intensity from the moderate pain scalr (6) to a mild pain scale (3). Concluciond
and Recommendations: Conclusions and recommendations for providing nursing interventions
with deep breathing relaxation therapy in patiens with urinary tract infection pain can reduce
pain intensity, peace of mind, and reduce anxiety and increase patient sleep rest.
Recommendations the result of this scientific work is deep breathing relaxation therapy to reduce
pain in petients with urinary tract infection.
ix
DAFTAR ISI
BAB V PENUTUP.................................................................................................................. 27
5.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 27
5.1 Saran ............................................................................................................................ 28
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
xiv
per 100.000 penduduk pertahunnya atau sekitar 180.000 kasus baru pertahun
(Putri Vidiasari Darsono, 2016). Angka ISK masih didominasi karena pemasangan
kateter. Insidensi infeksi saluran kemih terkait penggunaan kateter (Cateter-associated
Urinary Tract Infection) diestimasikan sekitar 0,2-4,8 per 1000 kateter-hari (Isman,
2019).
Provinsi Nusa Tenggara Timur, khususnya di Kota Kupang, dewasa ini banyak
warga masyarakat yang terkena penyakit ISK. Setiap hari banyak penderita penyakit
infeksi saluran kemih yang datang berobat dan melakukan pemeriksaan urine di RSU
Mamami Kupang. Rata–rata pasien dengan diagnosa ISK yang dirawat inap pada 3 bulan
terakhir ini (Desember 2018- Februari 2019) sebanyak 56 orang dari 304 orang jumlah
pasien yang dirawat. Walaupun banyak masyarakat yang terkena penyakit ISK dan
datang berobat, namun banyak juga yang tidak mengetahui kapan dan apa sajakah faktor
risiko terjadinya ISK dan cara pencegahan penyakit ISK.
Berdasarkan epidemiologi ISK merupakan infeksi yang paling sering terjadi pada
wanita, infeksi ini sering terjadi pada usia 16-35 tahun dengan 10% wanita mengalami
infeksi setiap tahun dan 60% lebih berulang. Beberapa wanita mengalami infeksi saluran
kemih hingga 3 kali lipat atau lebih. Wanita yang terkena infeksi di masa muda sekitar
20% akan mengalami ISK berulang, ISK muncul empat kali lebih banyak pada
perempuan dibandingkan pada laki-laki, hal ini disebabkan, karena anatomi saluran
kemih wanita memiliki uretra yang lebih pendek dibandingkan dengan laki-laki.
Hasil pengkajian keluhan utama saat ini pada Tn. AB di Ruang Citra Rumah Sakit
TK III Wirasakti Kupang di dapatkan data Tn. AB mengatakan nyeri pinggang dan pada
saat di kaji Pasien mengatakan BAK terasa perih, warna urine kuning muda, tidak berbau,
nyeri yang dirasakan tertusuk-tusuk skala nyeri 6 sedang (0-10) nyeri yang dirasakan
hilang timbul, dan nyeri akan bertambah pada pinggang ketika duduk terlalu lama serta
pasien mengatakan sulit untuk tidur, Frekuensi Tidur malam 4-5 jam/hari, tampak tidak
segar, pucat, tampak sering menguap, terdapat lingkaran hitam sekitar mata, lemas.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2018). Masalah
keperawatan yang sering muncul pada asuhan keperawatan medikal bedah dengan ISK
salah satunya adalah Nyeri akut dan Gangguan Pola Tidur.
Pengobatan nonfarmakologis sama penting dengan pengobatan farmakologis, dan
bahkan akan lebih menguntungkan terutama bagi penderita ISK. Pada penderita infeksi
saluran kemih, pengobatan non-farmakologis kadang dapat mengendalikan atau
menurunkan nyeri. Namun pada kondisi ketika pemberian obat sangat diperlukan, maka
pengobatan nonfarmakologis dapat dijadikan sebagai pelengkap sehingga menghasilkan
efek pengobatan yang lebih baik (Junaedi, 2018). Selain dengan obat-obatan, nyeri juga
dapat dikurangi dengan terapi Non-farmakologi yaitu penanganan nyeri dengan
melakukan teknik relaksasi nafas dalam merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan untuk mengurangi nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang
nyeri. (Aini dkk, 2018).
Selain teknik relaksasi nafas dalam sebenarnya ada banyak tindakan non
farmakologi yang dapat menurunkan nyeri seperti: Aromaterapi, listrik syaraf
transkutaneus (TENS), hypnotis, terapi music, akupresur, kompres panas atau dingin dan
pijatan (Bulechek et al.,2016) tetapi tindakan tersebut jarang dilakukan karena banyaknya
klien dan anggota tim kesehatan yang berfokus kepada obat sebagai satu-satunya metode
untuk menurunkan nyeri. Namun dalam implementasi penulis berfokus pada tindakan
non-farmakologi teknik relaksasi nafas dalam.
Studi kasus oleh Gusti Ayu Putu Purwati dkk (2020). pada salah satu pasien
dengan Infeksi Saluran Kemih di Ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Negara di
dapatkan hasil implementasi yang dilakukan dengan mengajarkan teknik relaksasi nafas
dalam dapat merileksasikan otot dan menurunkan nyeri akut derajat sedang hingga berat
segera setelah nyeri.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Igiany (2018) yang
berjudul Perbedaan Nyeri Pada Pasien Pasca Bedah Fraktur Ekstemitas Sebelum Dan
Sesudah Dilakukan Teknik Relaksasi Nafas Dalam. Metode penelitian ini adalah kuasi
eksperimen dengan menggunakan 15 sampel. Hasil penelitian menunjukan bahwa
pemberian teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan intensitas nyeri dari skala
nyeri sedang (5) menurun menjadi skala nyeri ringan (3).
Teknik relaksasi merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini
perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat
2
(menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara
perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga
dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan
Bare, 2019). Latihan nafas dalam adalah cara bernafas yang efektif melalui menarik dan
menghembuskan napas untuk memperoleh nafas yang lambat, dalam dan rileks.
Tujuan dari teknik relaksasi nafas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi
alveoli, memelihara pertukaran gas, meningkatkan efisiensi batuk mengurangi stress baik
stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan
kecemasan. Sedangkan manfaat yang dapat dirasakan oleh klien setelah melakukan
teknik relaksasi nafas dalam adalah dapat menurunkan nyeri, ketentraman hati, dan
berkurangnya rasa cemas serta meningkatkan istrahat tidur pasien (Smeltzer dan Bare,
2019)
Berdasarkan latar belakang yang di kaji, pasien berjenis kelamin laki-laki
berinisial Tn.AB berusia 53 th yang mengalami ISK dengan pola hidup sedemikian yang
jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan karena keterbatasan waktu yang di mana
dirinya berprofesi sebagai Abdi Negara (TNI-AD) dan dari hasil wawancara pada Tn.AB
mengatakan beberapa bulan terakhir menjalani aktivitas berat di luar rumah yang juga
membuat dirinya kurang mengonsumsi air putih dan juga sering menahan BAK.
Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk menganalisis asuhan keperawatan
Medikal Bedah pada klien dengan infeksi saluran kemih (ISK) dengan mengaplikasikan
tindakan non-farmakologis teknik relaksasi napas dalam pada salah satu pasien di Ruang
Citra Rumah Sakit TK.III Wirasakti Kupang.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan untuk melakukan analisa terhadap
penurunan tingkat nyeri pada pasien ISK dengan mengaplikasikan tindakan non-
farmakologis teknik relaksasi napas dalam pada pasien Tn.AB di Ruang Citra Rumah
Sakit TK.III Wirasakti Kupang.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada klien dengan infeksi saluran kemih(ISK)
2. Menegakan diagnosa pada klien dengan infeksi saluran kemih (ISK)
3
3. Merencanakan intervensi pada klien dengan infeksi saluran kemih (ISK)
4. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana
5. Melakukan evaluasi sesuai kasus yang di ambil.
6. Menganalisis intervensi keperawatan pada klien dan melakukan proses
pendekatan ilmiah berdasarkan Evidence Based Nursing dengan masalah ISK
dengan pemberian terapi relaksasi napas dalam pada pasien Tn.AB di Ruang
Citra Rumah Sakit TK.III Wirasakti Kupang.
4
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam Laporan Tugas Akhir ini adalah metode deskriptif
yaitu studi kasus dimana gambaran keadaan yang sedang berlangsung dan aktual pada kasus
tertentu dengan mrenggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian,
analisis data, perumusan diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1) Pengamatan observasi (ISK) di ruang Citra untuk mengetahui perjalanan penyakit,
perkembangan serta penalaksanaannya. Teknik ini dilakukan dengan cara mengamati
keadaan umum, perilaku, serta melakukan pemeriksaan fisik secara komprehensif.
2) Wawancara
Penulis melakukan wawancara dengan klien, keluarga klien serta pihak lain yang
dapat memberikan keterangan seperti riwayat dan pengobatan yang pernah
didapatkan klien.
3) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan melalui empat tahap pemeriksaan yaitu inspeksi (melihat
keadaan umum pasien), palpasi dengan menggunakan indra peraba yaitu jari-jari dan
tangan, perkusi yaitu dengan cara mengetuk, auskultasi yaitu dengan cara
mendengarkan suara.
4) Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dapat berupa buku-buku, jurnal ilmiah, dan sumber lain yang
berhubungan dengan judul serta permasalahan dalam laporan tugas pembahasan,
tentang analisa terhadap hasil studi atau kajian dengan mencantukan teori-teori yang
relevan untuk memperkuatkan pembahasan dan difokuskan pada kertkaitan dan
kesenjangan antara kasus dengan teori.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Penyakit ISK
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan dimana kuman atau mikroba
tumbuh dan berkembang biak dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna. Istilah ISK
umum digunakan untuk menandakan adanya invasi mikroorgansime pada saluran kemih
(Haryono, 2019).
2.1.2 Etiologi
Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur
tetapi bakteri yang sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK terbanyak adalah bakteri
gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus dan akan naik ke sistem
saluran kemih antara lain adalah Escherichia coli, Proteus sp, Klebsiella, Enterobacter
(Purnomo, 2018). Pasca operasi juga sering terjadi infeksi oleh Pseudomonas, sedangkan
Chlamydia dan Mycoplasma bisa terjadi tetapi jarang dijumpai pada pasien ISK. Selain
mikroorganisme, ada faktor lain yang dapat memicu ISK yaitu faktor predisposisi (Fauci
dkk., 2020).
6
d) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e) Adanya hambatan pada aliran darah
f) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
2.1.3 Patofisiologi
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam saluran kemih dan
berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung kemih, uretra dan dua ureter dan
ginjal (Purnomo, 2014). Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urin bebas dari
mikroorganisma atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat mikroorganisme ke
dalam saluran kemih dan berkembang biak di dalam media urin (Israr, 2019).
Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan hidup secara
komensal dalam introitus vagina, preposium, penis, kulit perinium, dan sekitar anus.
Kuman yang berasal dari feses atau dubur, masuk ke dalam saluran kemih bagian bawah
atau uretra, kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal (Fitriani, 2018).
1. Ascending, kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari
flora normal usus dan hidup secara komensal introitus,vagina, preposium penis,
kulit perineum, dan sekitar anus. Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi
melalui empat tahapan, yaitu :
a) Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina
b) Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli
c) Mulitiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih
d) Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal (Israr, 2019).
2. Hematogen (descending) disebut demikian bila sebelumnya terjadi infeksi pada
ginjal yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran kemih melalui peredaran
darah
3. Limfogen (jalur limfatik) jika masuknya mikroorganisme melalui sistem limfatik
yang menghubungkan kandung kemih dengan ginjal namun yang terakhir ini
jarang terjadi (Coyle dan Prince, 2019).
7
4. Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau eksogen
sebagai akibat dari pemakaian kateter (Israr, 2019).
Tanda dan gejala yang berhubungan dengan ISK bervariasi. Seperuh dari klien yang
ditemukan adanya bakteri dalam urin (bakteriuria) tidak menunjukkan adanya gejala
(asimtomatik). Gejala yang sering ditemukan pada ISK adalah:
1. Nyeri dan rasa panas ketika berkemih (disuria), polakisuria, dan terdesak terdesak
ingin berkemih (urgency).
2. Stranguria (sulit berkemih dan disertai kejang otot pinggang).
3. Tenesmus (rasa nyeri dengan keinginan mengosongkan kandung meskipun telah
kosong).
4. Nokturia (kecendrungan sering buang air kecil pada malam hari).
5. Prostatismus (kesulitan memulai berkemih).
2.1.5 komplikasi
Infeksi saluran kemih yang di biarkan tidak tertangani dapat menyebabkan komplikasi
berbahaya, seperti, (Nurarif & Kusuma, 2018) :
Penatalaksanaan ISK dibagi menjadi dua yaitu: (Nurarif & Kusuma, 2018):
1. Non farmakologi
a) Istirahat.
8
a) Diet : perbanyak vitamin A dan C untuk mempertahankan epitel
saluran kemih.
2. Farmakologi
a) Antibiotik sesuai kultur, bila hasil kultur belum ada dapat diberikan
antibiotik antara lain cefotaxime, ceftriaxon, kotrimoxsazol, trimetoprim,
fluoroquinolon, amoksilin, doksisiklin, aminoglikosid.
b) Bila tanda urosepsis dapat diberikan kombinasi penisilin dengan
aminoglikosida. Untuk ibu hamil dapat diberikan amoksilin,
nitrofurantoin atau sefalospori
9
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan memiliki lima tahapan, dimana setiap tahapan tersebut saling
berhubungan. Selain itu tahap demi tahap harus dilaksanakan untuk membentuk kerangka
kerja yang saling berkesinambungan untuk mendapatkan output perawatan yang
komprehensif. Perawatan yang komprehensif inilah yang diharapkan dalam perawatan
terhadap pasien (Mufidaturrohmah, 2018).
10
mengacu pada standar diagnosis internasional yang telah dilakukan sebelumnya
(SDKI, 2018). Masalah keperawatan yang sering muncul pada pasien Infeksi
Saluran Kemih yaitu : nyeri akut, Hipertermi, Defisit Nutrisi, Gangguan Pola
Tidur, dan Resiko Infeksi. (SDKI 2018)
2.2.3 Intervensi
2.2.4 Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
perawat. Tindakan keperawatan mencangkup tindakan mandiri (independen) dan
tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri (independen) adalah aktivitas perawat
yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan
petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah
tindakan yang didasarkan dari hasil keputusan bersama, seperti dokter dan petugas
kesehatan lain (Tarwoto & Wartona, 2017).
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah membandingkan suatu hasil/perbuatan dengan standar untuk
tujuan pengambilan keputusan yang tepat sejauh mana tujuan tercapai. Evaluasi
keperawatan membandingkan efek/hasil suatu tindakan keperawatan dengan
normal atau kriteria tujuan yang sudah dibuat. Tujuan dari evaluasi antara lain
untuk menentukan perkembangan kesehatan klien, untuk menilai efektifitas,
efisiensi, dan produktifitas dari tindakan keperawatan yang telah diberikan, untuk
menilai penatalaksanaan asuhan keperawatan, dan mendapatkan umpan balik
(Dermawan, 2019).
11
2.3 Konsep Evidence Based Nursing Yang Diterapkan
Terapi non-farmakologi yang sering digunakan yaitu hipnotis, distraksi dan teknik
relaksasi nafas dalam. Terapi relaksasi merupakan suatu teknik yang berkaitan dengan
tingkah laku manusia dan efektif dalam mengatasi nyeri akibat prosedur diagnostic dan
pembedahan. Manajemen nyeri non-farmakologi yang sering digunakan yaitu teknik
relaksasi nafas dalam untuk mengurangi ketegangan nyeri dengan merileksasikan otot.
Penurunan intensitas nyeri pada responden dikarenakan peningkatan focus terhadap nyeri
yang beralih pada relaksasi nafas, sehingga suplai oksigen dalam jaringan akan
meningkat dan otak bisa berelaksasi dan akan merangsang tubuh untuk menghasilkan
hormone endorphin yang menghambat transmisi inpuls nyeri sehingga menyebabkan
intensitas nyeri yang dialami responden berkurang.
1. Pengertian Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Teknik relaksasi merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan yang dalam hal ini
perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat
(menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara
perlahan. (Smeltzer dan Bare, 2019).
2. Tujuan Dan Manfaat Teknik Relaksasi
Tujuannya untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas,
meningkatkan efisiensi batuk mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu
menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan. Sedangkan manfaat yang dapat
dirasakan oleh klien setelah melakukan teknik relaksasi nafas dalam adalah dapat
menghilangkan nyeri, ketentraman hati, dan berkurangnya rasa cemas. (Smeltzer dan
Bare, 2019)
3. Faktor yang Mempengaruhi Relaksasi
Relaksasi ini menimbulkan respon emosi dan efek menenangkan, sehingga fisiologi
dominan simpatis berubah menjadi dominan sistem parasimpatis. Sensasi tenang, ringan
dan hangat yang menyebar keseluruh tubuh merupakan efek yang bisa dirasakan dari
relaksasi autogenik. Sensai ringan yang muncul adalah merupakan efek dari ketegangan
otot tubuh yang menurun. Perasaan hangat diekstermitas dapat dijelaskan secara
fisiologis sebagai vasodilatasi pembuluh darah karena aktivasi sistem parasimpatis
(Ismarina,dkk, 2018).
12
4. Langkah-langkah Tekhnik Relaksasi Napas Dalam
Adapun langkah-langkah menurut (Smeltzer dan Bare,2019)
13
STIKES MARANATHA KUPANG
STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR
PENERAPAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM
Ruang Citra Rumah Sakit
TK.III Wirasakti Kupang Petugas/ Pelaksana : Mahasiswa
Pengertian Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada
klien bagaimana cara melakukan napas dalam. Napas lambat
(menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan nafas secara perlahan, selain dapat menurunkan
intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi dalam
darah.
Tujuan 1. Mengurangi rasa nyeri
2. Memberikan rasa nyaman
3. Memberikan efek rileks pada tubuh dan pikiran
4. Meningkatkan kualitas tidur
5. Melancarkan sirkulasi darah
Indikasi 1. Klien dengan rasa nyeri
2. Klien dengan kondisi cemas
3. Klien dengan ketegangan otot tubuh yang membutuhkan
keadaan rileks
4. Klien dengan gangguan kualitas tidur
kontraindikasi Terapi relaksasi nafas dalam tidak di berikan pada pasien yang
mengalami sesak nafas.
Persiapan pasien 1. Memberikan klien rasa aman dan nyaman
2. Pastikan klien dengan keadaan siap secara mental dan
fisik
Persiapan lingkungan Memodifikasi lingkungan agar memberikan kenyamanan dan
aman pada klien dengan tujuan untuk pengontrolan suasana agar
terhindar dari kebisingan saat melakukan terapi.
Cara Kerja 1. Ciptakan lingkungan yang tenang
2. Usahakan tetap rileks dan tenang
3. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru paru
dengan udara melalui hitungan 1,2,3
4. Udara dihembuskan melalui mulut sambil
menggoyangkan dan merasakan ekstremitas rileks
(Nurdin dkk,2017)
14
5. Usahakan tetap berkonsentrasi/mata sambil terpejam
6. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
7. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa
berkurang
8. Dapat dilakukan 2 kali selama 5 menit. Ulangi sampai 15
kali dengan diselingi istrahat singkat setiap 5 kali.
(Nurdin dkk,2017)
15
BAB III
1. Identitas Klien
Hasil pengkajian pada Tn. AB di dapat data yaitu pasien berusia 53 tahun, beragama
Kristen Protestan serta menganut suku Timor. Tn. AB bertempat tinggal di Maulafa.
Tn AB tinggal serumah bersama satu anak perempuan dan satu anak laki-laki. istri
Tn. AB telah meninggal dunia pada tahun 2015 silam. Tn AB adalah seorang abdi
Negara (TNI-AD).
Dari hasil pengkajian yang di dapat melalui wawancara bahwa beberapa bulan
terakhir pasien banyak melakukan aktivitas berat di luar rumah sehingga pasien
kurang mengonsumsi air putih yang cukup, menahan BAK dan juga kurang istrahat
yang cukup.
2. Riwayat Kesehatan Keluarga: Di dalam keluarga Tn.AB tidak ada anggota keluarga
yang mengalami penyakit ISK seperti dirinya
3. Riwayat alergi: Tn.AB tidak memiliki alergi makanan minuman maupun obat obatan.
4. pemeriksaan fisik: Keadaan umum Tn.AB tampak sakit sedang dengan keluhan nyeri
pada pinggang. Tn.AB., tampak tidak segar, pucat, tampak sering menguap, terdapat
lingkaran hitam sekitar mata, lemas.tidak memiliki gangguan pada indra pengecap
atau penghidunya karena Tn.AB msih dapat membedakan rasa dari makanan dan juga
bau-bauan. Mulut tampak bersih, mukosa bibir lembab. Serta tidak ada gangguan
pada fungsi pendengaran.
5. system pernafasan : Saat di inspeksi di dapatkan frekuensi nafas Tn.AB 20x/menit
dengan suara nafas
6. system perkemihan : Keluhan kencing : disuria, Produksi urine : 500 ml/hari , Warna
: kuning pucat, Bau: khas urine, Intake cairan, oral : 800 cc/hari, parenteral :1000
cc/hari
16
7. Sistem pencernaan : Mulut pasien bersih , Mukosa bibir : lembab , Abdomen: tidak
ada nyeri tekan dan tidak ada luka operasi , Nafsu makan: Baik, frekuensi:3x sehari ,
Porsi makan : habis
8. Analisa data :
Nyeri akut
17
3.2 Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis di tandai dengan Nyeri pada
pinggang, nyeri yang di rasakan pasien seperti tertusuk-tusuk, nyeri saat duduk & BAK,
skala nyeri pada pasien terdapat pada skala nyeri 6 (0-10), nyeri tersebut hilang muncul.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur di tandai dengan keluhan
sulit tidur pada malam hari.
20
4. Hari/Tanggal 28 Agustus 2022
Subjektif : Klien mengatakan sudah bisa istrahat pada malam hari. Frekuensi
Tidur malam 7-8 jam/hari
Objektif : Tampak rileks, tampak sering menguap, masih terdapat lingkaran hitam
sekitar mata, lemas, Keadaan umum sedang, Kesadaran compos mentis , Tekanan
Darah : 130/90 mmHg
Analisis Masalah pada Tn.AB teratasi dan Intervensi di hentikan. Waktu istrahat
pasien sudah teratur 7-8 jam/hari
21
BAB IV
ANALISIS SITUASI
Rumah Sakit TK III Wirasakti beralamat di Jl. Dr. Moh Hatta, No 9-11 Oebobo,
Fontein Kec. Kota Raja, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Bangunan Rumah Sakit
TK III Wirasakti Kupang di bangun oleh pemerintahan Belanda pada Tahun 1938 dan
merupakan Instalansi kesehatan milik Tentara Belanda yang dibangun untuk menampung
prajurit yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
Type Rumah Sakit TK III Wirasakti Kupang berdasarkan Surat Keputusan Mentri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor : HK 02.03/I/0522/2015 tanggal 02 Maret 2015.
Telah menetapkan kelas Rumah Sakit Wirasakti Kupang sebagai Rumah Sakit Umum
kelas “C”.
Rumah Sakit TK III Wirasakti Kupang pada bulan januari 2016 mulai
mempersiapkan akreditasi rumah sakit wirasakti. Renovasi dan kelengkapan sarana
sesuai akreditasi. Berdasarkan surat KARS nomor 1956/KARS/VI/2016 tanggal 09
juni2016 rumah sakit TK IV Wirasakti kupang LULUS AKREDITASI TINGKAT
PERDANA . Kelulusan yang pertama di kota Kupang dan pertama antar Rumah Sakit
jajaran kodam IX / Udayana selanjutnya RST Wirasakti Kupang telah lulus aktreditasi
sesuai yang termuat pada berita website KARS tanggal 10 juni 2019 pada daftar Rumah
Sakit terakreditasi yang tercantum Rumah Sakit TK III Wirasakti Kupang kelas C
dinyatakan Lulus survey terakreditasi tingkat madya Bintang 3 berlaku sampai dengan
tanggal 26 Mei 2022.
Namun pada fakta yang di dapat di lapangan bahwa ISK di alami oleh laki-laki
karena setelah di kaji lebih lanjut di dapatkan data bahwa kebiasaan pasien yang
mempunyai aktivitas berat di luar rumah serta sering menahan BAK dan juga kurang pola
mengonsumsi air putih juga menjadi factor penyebab terjadinya ISK. Jenis kelamin
bukanlah tolak ukur untuk seseorang mengalami ISK. Pada dasarnya factor usia juga
dapat mempengaruhi seseorang mengalami ISK karena factor usia menyebabkan
penurunan urusan perawatan diri khususnya organ intim (Wisnu Kundarto, 2017).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rani Purnama Sari dkk (2018) dari
hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat 13 responden yang mengalami
infeksi saluran kemih menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifkan terhadap
pola kebiasaan menahan buang air kecil dan kebiasaan minum air putih dengan kejadian
infeksi saluran kemih pada karyawan wanita di Universitas Lampung.
Pada saat mengkaji riwayat kesehatan keluarga, keluarga mengatakan bahwa tidak
ada yang mengalami penyakit menular mapun penyakit seperti yang dialami pasien.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shanti Herlina dkk (2015)
Di nyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat kesehatan keluarga
dengan kejadian Infeksi Saluran Kemih.
4.3 Analisis Salah satu Intervensi Dengan Konsep Dan Penelitian Terkait Perencanaan
Keperawatan
23
Hasil pengkajian pada Tn. AB di dapat data yaitu pasien berusia 53 tahun,
beragama Kristen Protestan serta menganut suku Timor. Tn. AB bertempat tinggal di
Maulafa. Tn AB tinggal serumah bersama satu anak perempuan dan satu anak laki-laki.
istri Tn. AB telah meninggal dunia pada tahun 2015 silam. Tn AB adalah berprofesi
sebagai abdi Negara (TNI-AD). Dari hasil pengkajian yang di dapat melalui wawancara
bahwa beberapa bulan terakhir pasien banyak melakukan aktivitas berat di luar rumah
sehingga pasien kurang mengonsumsi air putih yang cukup, menahan BAK dan juga
kurang istrahat yang cukup. Pola kebiasaan pasien yang kurang sehat sehingga pasien
mengalami ISK di mana muncul masalah keperawatan Nyeri akut.
Setelah dilakukan intervensi dengan terapi relaksasi nafas dalam selama 3 hari
pasien mengalami penurunan nyeri dan dan keluhan istrahat tidur menurun. Nyeri yang di
rasakan pasien sebelum di berikan terapi relaksasi nafas dalam yaitu nyeri sedang dengan
skala nyeri 6 dan setelah di berikan terapi relaksasi nafas dalam pasien mengatakan nyeri
berkurang dengan skala nyeri ringan 3. Pengukuran skala nyeri menggunakan Numeric
Rating Scale yaitu pasien di minta untuk menilai rasa nyeri yang dialami menggunakan
skala 0-10.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Igiany (2018) yang
berjudul Perbedaan Nyeri Pada Pasien Pasca Bedah Fraktur Ekstemitas Sebelum Dan
Sesudah Dilakukan Teknik Relaksasi Nafas Dalam. Metode penelitian ini adalah kuasi
eksperimen dengan menggunakan 15 sampel. Hasil penelitian menunjukan bahwa
pemberian teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan intensitas nyeri.
Penelitian yang dilakukan oleh Tuti Elyta dkk (2021), dengan judul Penerapan
Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien
Gastritis. Sampel di ambil pada dua pasien dengan Gastritis. menunjukan bahwa pasien
pertama Tn.H di dapatkan pasien tidak merasa nyeri lagi, sebelum di berikan teknik
relaksasi nafas dalam skala nyeri sedang (5), masalah teratasi dan intervensi di
24
hentikan.dan pasien ke dua Ny.S didapatkan sebelum pemberian teknik relaksasi nafas
dalam skala nyeri sedang (6) dan sesudah pemberian teknik relaksasi nafa dalam skala
nyeri ringan (2), Masalah teratasi dan intervensi di hentikan. Hal ini Membuktikan
bahwa ada pengaruh pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap perubahan
intensitas nyeri.
Alternatif pemecahan atau rencana tindak lanjut yang dapat dilakukan untuk
masalah nyeri akut pada penyakit Infeksi Saluran Kemih yaitu dengan melakukan
pengobatan non farmakologi salah satu terapi dengan pemberian terapi Relaksasi Nafas
Dalam. (Smeltzer dan Bare, 2019).
Teknik relaksasi merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini
perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat
(menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara
perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga
dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan
Bare, 2019).
Tujuan dari teknik relaksasi nafas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi
alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efisiensi
batuk mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas
nyeri dan menurunkan kecemasan. Sedangkan manfaat yang dapat dirasakan oleh klien
setelah melakukan teknik relaksasi nafas dalam adalah dapat menghilangkan nyeri,
ketentraman hati, dan berkurangnya rasa cemas serta meningkatkan istrahat tidur pasien
(Smeltzer dan Bare, 2019)
Pemberian intervensi ini dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pagi dan malam
selama 5 menit, diulangi 15 kali di selingi istrahat singkat tiap 5 kali. pemberian
intervensi selama 3 hari (Nurdin dkk,2017), Setelah itu dilakukan pengukuran skala nyeri
menggunakan Numeric Rating Scale yaitu pasien di minta untuk menilai rasa sakit yang
dialami menggunakan angka 0-10, Semakin besar angka yang dipilih maka semakin sakit
juga nyeri yang dirasakan. Setelah pemberian terapi relakasi nyeri, nyeri yang dirasakan
25
pasien berkurang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan pemberian terapi
relaksasi nafas dalam dapat menurunkan intensitas nyeri dari nyeri sedang dengan skala
nyeri 6 (0-10) menjadi nyeri ringan dengan skala nyeri 3 (0-10)
Alternatif lain untuk pemecahan masalah atau rencana tindak lanjut yang dapat
dilakukan untuk masalah Nyeri akut pada penyakit Infeksi Saluran Kemih adalah
pemberian Aromaterapi (Deni Maryani dkk, 2020 dalam journal Of Midwifery).
Aromaterapi adalah terapi dengan menggunakan wewangian alamiah yang mengandung
unsur-unsur herbal dengan pendekatan system keseimbangan alam. Terapi wewangian
membuat efek rileks, menghilangkan stres dan membuat pikiran menjadi tenang.
Wewangian tertentu diyakini dapat mempengaruhi system syaraf terutama otak untuk
bekerja untuk memproduksi penetral yang menyebabkan nyeri. (Mustika wati,2021).
Hasil penelitian sejalan dengan yang dilakukan oleh Argi Virgona Bangun dkk
(2016) dengan judul ”pengaruh aroma terapi lavender terhadap intensitas nyeri pada
pasien pasca operasi di RS Dustira Cimahi” pada 10 orang pasien pasca operasi di
dapatkan bahwa pemberian Aromaterapi lavender memberikan efek relaksasi dan
penurunan intensitas nyeri dari skala nyeri sedang (5) menjadi skala nyeri ringan (3). Hal
ini menunjukan bahwa ada pengaruh pemberian Aromaterapi terhadap penurunan skala
nyeri.
26
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah di lakukan Asuhan Keperawatn pada Tn.AB dengan Infeksi Saluran Kemih, dapat
disimpulkan :
1. Hasil Pengkajian pada Tn.AB dengan Infeksi Saluran Kemih didapat data nyeri pada
pinggang, nyeri yang dirasakan tertusuk-tusuk skala nyeri 6 sedang (0-10) nyeri yang
dirasakan hilang timbul, dan nyeri akan bertambah saat BAK dan duduk terlalu lama.
2. Diagnosa yang muncul pada Tn.AB adalah keperawatan : nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologis di tandai dengan Nyeri pada pinggang, nyeri yang di
rasakan pasien seperti tertusuk-tusuk, nyeri saat duduk & BAK, skala nyeri pada pasien
terdapat pada skala nyeri 6 (0-10),nyeri tersebut hilang muncul. Diagnose yang ke dua :
Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur di tandai dengan keluhan
sulit tidur pada malam hari.
3. Pada intervensi keperawatan pada pasien Tn.AB dengan diagnosis yang muncul yaitu
nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis di tandai dengan Nyeri pada
pinggang, nyeri yang di rasakan pasien seperti tertusuk-tusuk, nyeri saat duduk & BAK,
skala nyeri pada pasien terdapat pada skala nyeri 6 (sedang), nyeri tersebut hilang
muncul. Intervensi : identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, identifikasi respon non verbal, berikan teknik
non-farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri yaitu teknik relaksasi nafas dalam,
jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri, anjurkan mengambil posisi nyaman,
demonstrasi dan latih teknik relaksasi dan kolaborasi pemberian analgetik.
4. Implementasi penerapan teknik relaksasi nafas dalam dengan nyeri Infeksi Saluran
Kemih pada pasien Tn.AB mengatakan nyeri berkurang dari skala nyeri 6 (sedang)
menjadi skala nyeri 3 (ringan).
5. Evaluasi pada Tn.AB yaitu sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam skala nyeri 6
(sedang) dan Setelah pemberian relakasi nafas dalam, nyeri yang dirasakan Tn.AB
berkurangmenjadi skala nyeri 3 (ringan).
27
6. Di berikan teknik nonfarmakologi terapi relaksasi nafas dalam pada pasien ISK karena
salah satu masalah keperawatan yang di alami pasien adalah nyeri akut.
5.2 Saran
1. Bagi institusi pendidikan
Hasil dari penelitian ini di harapakan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dalam
bidang keperawatan untuk melakukan asuhan keperawatan tentang teknik penanganan
nyeri pada pasien dengan diagnosa medis infeksi saluran kemih (ISK).
2. Bagi Rumah sakit
Bagi Rumah Sakit hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah variasi SOP
(standar operasional prosedur ) di rumah sakit sehingga meningkatkan kenyamanan
pasien dalam mengatasi masalah nyeri setelah di lakukan pemeriksaan infeksi saluran
kemih dengan mengaplikasikan tindakan keperawatan mandiri dalam manajemen
nyeri seperti teknik relaksasi nafas dalam pengaruhnya mengatasi nyeri pada infeksi
saluran kemih.
3. Bagi perawat
Hasil kajian implementasi di harapakan mampu memotivasi perawat untuk
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan infeksi saluran kemih dengan
upaya pencegahan, dan penanganan pada nyeri pada infeksi saluran kemih. Sehingga
mutu pelayanan dapat di pertahankan dengan baik.
28
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, 2018. Tekhnik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien.Jakarta: Salemba Medika
Bulechek,G.M., 2016 Nursing Interventions Classification , Edisi keenam : Elseiver
Haryono, 2019, Keperawatan Medical Bedah : System Perkemihan, Jakarta: Rapha Publishing
Smeltzer & Bare. 2019. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Gusti Ayu Putu Purwati dkk (2020) Manajemen Nyeri Pada Klien Infeksi Saluran Kemih di
Ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Negara: jurnal Kesehatan Vol.1
Argi Virgona Bangun dkk (2016)”pengaruh aroma terapi lavender terhadap intensitas nyeri
pada pasien pasca operasi di RS Dustira Cimahi. Jurnal kesehatan
Igiany (2018) Perbedaan Nyeri Pada Pasien Pasca Bedah Fraktur Ekstemitas Sebelum Dan
Sesudah Dilakukan Teknik Relaksasi Nafas;.Jurnal Kesehatan.
Tuti Elyta dkk (2021), Penerapan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Pada Pasien Gastritis.: Jurnal Kesehatan
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Defenisi dan
Indikator Diagnostik, Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
Deni Maryani dkk, 2020 : Relaksasi menggunakan Aromaterapi Jakarta: journal Of Midwifery
Elyta dkk (2021), Penerapan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Pada Pasien Gastritis. Jakarta : Journal Of Midwifery
29
Lampiran 1
ASUHAN KEPERAWATAN
IDENTITAS
1. Nama Klien :Tn. AB
2. Umur : 53 tahun
3. Suku/bangsa : Timor/ Indonesia
4. Agama : Kristen Protestan
5. Pendidikan : SLTA
6. Pekerjaan : TNI-AD
7. Alamat : Maulafa
3. Riwayat Saat Di Kaji : Pasien mengatakan jika BAK terasa perih, warna urine
kuning muda, tidak berbau, nyeri yang dirasakan tertusuk-tusuk skala nyeri 6 sedang (0-
10) nyeri yang dirasakan hilang timbul, dan nyeri akan bertambah pada pinggang ketika
duduk terlalu lama. pasien mengatakan sulit untuk tidur, Frekuensi Tidur malam 4-5
jam/hari, tampak tidak segar, pucat, tampak sering menguap, terdapat lingkaran hitam
sekitar mata, lemas
30
6. Riwayat operasi : Tidak
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA : Tidak
GENOGRAM
KETERANGAN :
= Laki laki
=Perempuan
=Garis keturunan
= Sudah meninggal
= Tinggal Serumah
= Pasien
5. System perkemihan
a. Kebersihan : bersih
b. Keluhan kencing : disuria
c. Produksi urine : 500 ml/hari
Warna : kuning pucat Bau : khas urine
d. Kandung kemih : Kembung membesar :tidak
Nyeri tekan : tidak
e. Intake cairan oral : 800 cc/hari parenteral :1000 cc/hari
f. Alat bantu kateter :tidak
6. System pencernaan
a. Mulut : bersih
b. Mukosa bibir : lembab
c. Tenggorokan : tidak ada pembesaran tongsil
d. Nafsu makan : Baik frekuensi : 3x sehari
e. Porsi makan : habis
TIDAK TERDAPAT MASALAH KEPERAWATAN
32
g. Kompartemen syndrome : tidak ada
h. Kulit : normal
i. Luka : tidak ada
TIDAK TERDAPAT MASALAH KEPERAWATAN
8. Sistem Endokrin
a. Pembesaran kelenjar tiroid : tidak
b. Pembesaran kelenjar getah bening : tidak
c. Hipoglikemia : tidak
d. Hiperglikemia : tidak
e. Luka ganggren : tidak
TIDAK TERDAPAT MASALAH KEPERAWATAN
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya : klien mengatakan bahwa ini karena faktor
usia dan penyakit bawaan
b. Ekpresi klien terhadap penyakit : Gelisah
c. Reaksi saat interaksi : kooperatif
TIDAK TERDAPAT MASALAH KEPERAWATAN
PENGKAJIAN SPIRITUAL
Kebiasaan beribadah
a. Sebelum sakit : klien mengatakan sering beribadah
b. Selama sakit : klien mengatakan kadang -kadang beribadah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
33
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
TERAPI
NO JENIS TERAPI DOSIS INDIKASI KONTRAINDIKASI
1. Ringer Laktat 500 ml resusitasi cairan dan penggunaannya bersamaan
20 tpm terapi cairan rumatan dengan ceftriaxone dilaporkan
dapat menimbulkan presipitasi
pada aliran darah
2. Amlodipin 1x10 mg Untuk menurunkan Gagal jantung,ancaman infrak
/Oral tekanan darah tinggi atau miokard dan hipotensi
hipertensi
3. Ketorolac 2x1/IV Mengurangi nyeri Hipersensitivitas
4. Sucralfate 3x1/Oral Mengatasi tukak Ginjal kronik
lambung
5. Omz 3x1 /IV Mengatasi tukak Hipersensitivitas
lambung
6. Ceftriaxone 2x1/IV Antibiotic
34
ANALISA DATA
Nyeri akut
35
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
37
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
P : Intervensi di lanjutkan
P : Intervensi di lanjutkan
40
CATATAN PERKEMBANGAN
41
- masih terdapat lingkaran hitam sekitar
mata, lemas
- K/u: sedang
- Kes : cm
- TD : 130/90 mmHg
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan
I :
- Membatasi pengunjung
- Menganjurkan untuk istrahat yang cukup
42
Pathway
Invasi mikroorganisme Pelepasan
mediator pirogen
(bakteri,virus)
Inflamasi/kerusakan (Traktus
Urinarius) Suhu tubuh meningkat
Referensi :
Ball,J.W.,Bindler,R.C.,&Cowen,K.J.(2012). health nursing : 2nd Ed. USA : Person.
Wong D,L, Hockenbery-Eaton,M.,Wilson,D.,Winkelstein,M.L& Schwartz,P. (2012)
43
NO AUTOR SAMPEL INTERVENSI HASIL
1. GustiAyuPutuPurwa Salah satu klien di
Tindakan keperawatan Berdasarkan
ti dkk. Ruang Anggrek 2x24 jam yang implementasi yang
dilakukan pada klien
jurnalkesehatan Rumah Sakit dilakukan adalah
dengan infeksi saluran
( STUDI KASUS : Umum Negara kemih adalah mengajarkan teknik
MANAJEMEN yaitu Tn. S dengan mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
non-farmakologi
NYERI PADA KLIEN infeksi saluran dapat merileksasikan otot
untuk menurunkan
INFEKSI SALURAN kemih. nyeri yaitu dengan dan menurunkan nyeri
KEMIH DI RUANG menganjurkan klien akut derajat sedang
untuk relaksasi nafas
ANGGREK RUMAH hingga berat segera
dalam.
SAKIT UMUM setelah nyeri.
NEGARA
BULELENG)
2. Igni dkk 2018 Pengambilan Tindakan keperawatan Dari hasil analis abivariat
Jurnalilmiah sampel pada yang dilakukan pada diperoleh nilai z hitung
(TERDAPAT penelitian ini pasien post op dengan sebesar 4,830 dengan
PENGARUH adalah 15 pasien anastesi umum di angka signifikan (p)
PEMBERIAN pasca operasi yang RSUD Dr. Moewardi 0,000. Berdasarkan hasi
TEKNIK dirawat inap kelas Surakarta terhadap ltersebu tdiketahui z
RELAKSASI NAFAS III di RSUD Dr. tingkat nyeri adalah hitung (4,380) > z table
DALAM TERHADAP Moewardi pemberian teknik (1,96) dan angka
TINGKAT NYERI Surakarta pada relaksasi nafas dalam. signifikan (p) < 0,05
PADA PASIEN POST bulan juni-juli sehingga ada pengaruh
OP DENGAN 2018. yang signifikan
ANASTESI UMUM pemberian teknik
DI RSUD Dr. relaksasi nafas dalam
MOEWARDI terhadap tingkat nyeri
SURAKARTA ) pada pasien post operasi
dengan anastesi umum di
RSUD Dr. Moewardi
3. Eni Kusyati, Lestari Pengambilan Tindakan keperawatan Dari hasil penelitian di
Puji Astuti & Diah sampel pada yang dilakukan pada puskesmas Tlogo Wetan
Dwi Pratiwi. penelitian ini responden adalah Semarang sebagian besar
44
Jurnalkebidanan adalah ibu bersalin dengan pemberian nyeri sebelum teknik
(EFEKTIVITAS di puskesmas teknik relaksasi nafas relaksasi rata-rata 6,80.
TEKNIK Tlogosari Wetan dalam terhadap tingkat Nyeri sesudah teknik
RELAKSASI NAFAS pada bulan mei nyeri. relaksasi rata-rata 5,10.
DALAM TERHADAP 2012 sebanyak 30 Teknik relaksasi nafas
TINGKAT NYERI ibu bersalin. dalam efektif dalam
PERSALINAN KALA menurunkan tingkat nyeri
I DI WILAYAH persalinan kala I di
KERJA PUSKESMAS wilayah kerja puskesmas
TLOGOSARI Tlogosari Wetan
WETAN semarang dengan hasil
SEMARANG nilai p value = 0,00
TAHUN 2012) (p<5,05).
4. Wahyu Widodo & Subjek dalam Tindakan keperawatan Sebelum dilakukan
Neli Qoniah. penelitian ini yang dilakukan pada tindakan relaksasi nafas
Nursing Scince adalah klien 2 klien adalah diberikan dalam, skala nyeri 6 dan
Journal (NSJ) orang dan teknik relaksasi nafas 5, setelah dilakukan
(PENERAPAN keluarganya dalam untuk tindakan, skala nyeri
TEKNIK yang mengalami menurunkan intensitas menjadi 3 dan2. Hasil
RELAKSASI NAFAS Appendicitis nyeri. penelitian menunjukan
DALAM UNTUK dengan masalah adanya penurunan skala
MENURUNKAN nyeriakut. nyeri sedang menjadi
INTENSITAS NYERI Pengumpulan skala nyeri ringan.
PADA PASIEN data di lakukan
APPENDISICITIS DI di RSUD Wates.
RSUD WATES)
5. Candra Kristanto Sampel pada Tindakan keperawatan Hasil penelitian
Patasik, Jon Tangka penelitian ini yang dilakukan pada menunjukan bahwa teknik
& Julia Routie. adalah 20 pasien klien adalah diberikan relaksasi nafas dalam
Jurnalkeperawatan yang telah teknik relaksasi nafas terbukti efektif dalam
(EFEKTIVITAS menjalani dalam terhadap menurunkan intensitas
PEMBERIAN operasi penurunan nyeri. nyeri pada pasien post
TEKNIK sectiocaesarea operasi sectiocaesarea di
45
RELAKSASI NAFAS di Irina D BLU Irina D BLU RSUP Prof.
DALAM TERHADAP RSUP Prof. Dr. Dr. R. D Kandou Manado
PENURUNAN R. D Kandou dengan hasil(nilai
NYERI PADA Manado. p=0,000; a 0,05) yang
PASIEN POST berarti hipotesis diterima.
OPERASI SECTIO
CAESAREA DI IRINA
D BLU RSUP Prof.
Dr. R. D. KANDOU
MANADO)
46
47
48