i
ii
iii
iv
PENERAPAN EVDENCE BASED NURSING TEKNIK
DISTRAKSI MENONTON KARTUN ANIMASI TERHADAP
SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH SAAT
PEMASANGAN INFUS DI INSTALASI RAWAT INAP ANAK
RS DR SUYOTO
Abstrak
Kata Kunci : Distraksi Kartun Animasi, Skala Nyeri, Pemasangan Infus, Anak
v
APPLICATION OF EVDENCE BASED NURSING
DISTRACTION TECHNIQUE WATCHING ANIMATED
CARTOON TO THE SCALE OF PAIN CHILDREN AGE
PRASEKOLAH WHEN INFUSING INSTALLATION IN
INSTALLATION OF HOSPITAL DR SUYOTO
Abstract
Infusion is the process of inserting an abocath needle into a vein which is then
connected with an IV tube and infused with intravenous fluid. One non-
pharmacalogical technique that is easy, can be done by nurses and effectively to
reduce pain during invasive actions in children is distraction watching animated
cartoons. This study aims to determine the effect of distraction watching cartoon
animation techniques on children's pain scale during infusion in 22 children (3-6
years), 11 people in the control group and 11 experimental groups. obtained by
using consecutive sampling technique. This study uses a quasi experimental
design with a post test only approach with control group design. The results of the
T-Independent test analysis showed that there was a significant difference in the
average pain scale (p value = 0.01) between children given distraction techniques
watching animated cartoons with children who were not given distraction
techniques during infusion. Researchers suggest that nurses and other health
workers to use animated cartoon watching as a non-pharmacological technique
during infusion so that the child's pain scale is lower
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga KIAN ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam
penelitian ini yang dilaksanakan sejak 17 mei 2017 ini adalah Penerapan Evidence
Based Nursing Teknik Distraksi Menonton Kartun Animasi Terhadap Skala Nyeri
Anak Usia Prasekolah Saat Pemasangan Infus di Instalasi Rawat Inap Anak RS dr
suyoto.Terima kasih penulis ucapkan kepada ibu Ns. Herlina, M.Kep, Sp.Kep.An
selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran yang bermanfaat.
Disamping itu, ucapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah dan ibu
serta seluruh keluarga yang tidak henti-hentinya memberikan penulis semangat
dan doa. Penulis juga sampaikan terima kasih kepada teman-teman yang telah
membantu dalam penulisan KIAN ini.
DAFTAR ISI
vii
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................. ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................ iii
PENGESAHAN ............................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
ABSTRACT ..................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR SKEMA ........................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
viii
IV.7 Tindak Lanjut ..................................................................................... 43
DAFTAR TABEL
ix
Tabel 1 Parameter Instrument Neonatal Infant Scale ..................................... 15
Tabel 2 FLACC Behavioral Pain Scale (<3 tahun) ........................................ 16
Tabel 3 Rekomendasi dalam Pemilihan Kateter ............................................. 26
Tabel 4 Distribusi Responden berdasarkan Usia Responden pada
Kelompok Intervensi dan Kontrol di RS dr Suyoto tahun 2018 ........ 46
Tabel 5 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin Responden
pada Kelompok Intervensi dan Kontrol di RS dr Suyoto tahun 2018 48
Tabel 6 Distribusi Skala Nyeri Responden saat Pemasangan Infus
pada Kelompok Intervensi dan Kontrol di RS dr Suyoto tahun ....... 50
Tabel 7 Hasil Uji Normalitas Data Berdasarkan Skala Nyeri Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol di RS dr Suyoto Tahun 2018....... 51
Tabel 8 Hasil Uji Homogenitas Data Berdasarakan Skala Nyeri
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di RS dr Suyoto
Tahun 2018 ........................................................................................ 52
Tabel 9 Distribusi Perbedaan Skala Nyeri Setelah Pemberian Teknik
Distraksi Menonton Kartun Animasi di RS dr Suyoto Tahun 2018 .. 52
DAFTAR GAMBAR
x
Gambar 1 Kartun Murni ................................................................................... 10
Gambar 2 Kartun Editrotial ............................................................................. 10
Gambar 3 Kartun Karikatur ............................................................................. 11
Gambar 4 Kartun Animasi .............................................................................. 11
Gambar 5 Baker Wong Faces Scale ................................................................. 18
Gambar 6 Visual Analog Scale ........................................................................ 18
Gambar 7 Skala Intensitas Nyeri Deskriptif Sederhana ................................... 18
Gambar 8Skala Intensitas Nyeri Numerik ...................................................... 19
Gambar 9Skala Intensitas Nyeri Visual Analog Scale ..................................... 20
DAFTAR SKEMA
xi
Skema 1 Kerangka Teori ................................................................................. 28
DAFTAR LAMPIRAN
xii
Lampiran 1 Lembar Persetujuan
Lampiran 2 Lembar Berita Acara
Lampiran 3 Riwayat Akademik
Lampiran 4 Kartu Monitor
Lampiran 5 Surat Ijin Studi Pendahuluan dan Penelitian
Lampiran 6 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 8 Lembar Observasi Skala FLACC
Lampiran 9 SOP Teknik Distraksi Menonton Kartun Animasi
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
11
2
merasa nyeri. Prosedur invasif baik yang menimbulkan nyeri atau tidak,
merupakan ancaman bagi anak prasekolah yang konsep integritas tubuhnya belum
berkembang baik (James J. 2012). Reaksi anak usia prasekolah terhadap nyeri
dapat berupa menolak untuk makan dan beraktivitas bila dibandingkan dengan
anak usia toddler (Kirkpatrick & Tobias, 2013).
Penelitian yang dilakukan (Carter & Simons, 2014) pada anak-anak (n =
3822) yang dirawat di delapan Rumah Sakit Anak di Canada dan menemukan
bahwa dalam 24 jam saat penelitian, ada 18,929 prosedur yang dicatat, dan 87 %
dari anak mengalami satu atau lebih prosedur yang menimbulkan nyeri. Prosedur
invasif yang didapatkan oleh anak yang menjalani hospitalisasi yaitu pungsi vena
(pungsi vena jugularis, pungsi vena femoralis, dan pungsi vena eksremitas),
pungsi lumbal, injeksi, dan pemasangan infus (Wong, 2009). Pungsi pengambilan
sampel darah dan pemasangan infus intravena (IV) merupakan bagian dari
prosedur yang rutin dilakukan saat seseorang menjalani perawatan di rumah sakit
(Zemsky, 2008). Prosedur terapi melalui jalur intravena tersebut menimbulkan
kondisi nyeri akut bagi anak (Sulistiyani, 2009).
Nyeri akut merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial
atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International
Association for the Study of Pain; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas
ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan
berlangsung <6 bulan (Bulechek dkk. 2013).
Nyeri yang tidak diatasi memiliki dampak fisik dan psikologis. Dampak
fisik dari nyeri yang tidak diatasi antara lain pernafasan yang cepat dan dangkal
yang dapat menyebabkan hipoksemia dan alkalosis. Ekspansi paru-paru yang
tidak memadai dan batuk yang tidak efektif, sehingga menyebabkan retensi cairan
dan atelektasis. Peningkatan denyut nadi, tekanan darah, peningkatan produksi
hormon stress (cortisol, adrenaline, katekolamines), yang meningkatkan
metabolisme, menghambat penyembuhan dan menurunkan fungsi imun.
Ketegangan otot, kejang dan kelelahan, yang menyebabkan keengganan untuk
bergerak secara spontan dan penolakan ambulasi, sehingga makin menunda
pemulihan. Sedangkan dampak psikologis dari nyeri yang tidak diatasi antara lain
3
gangguan perilaku seperti takut, cemas, stress, gangguan tidur, selain itu juga
mengurangi koping, dan menyebabkan regresi perkembangan (Twycross dkk,
2009).
Tenaga profesional kesehatan memiliki salah satu tanggung jawab yaitu
mempertimbangkan kenyamanan anak baik sebelum, saat, dan sesudah melakukan
prosedur medis atau keperawatan (Carter & Simons, 2014). Terdapat dua cara
yang dapat digunakan dalam manajemen nyeri pada anak yaitu farmakologis dan
non farmakologi (Wong, 2009). Penggunaan metode nonfarmakologi untuk
mengatasi masalah nyeri pada anak lebih mudah dan dapat dilakukan oleh
perawat. Salah satu yang banyak digunakan adalah teknik distraksi. Distraksi
adalah metode atau teknik yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri dengan
mengalihkan perhatian klien dari nyeri (Asmadi, 2008).
Salah satu teknik distraksi yang dapat dilakukan pada anak dalam
penatalaksanaan nyeri adalah menonton kartun animasi (Wong, 2009). Manfaat
menonton film kartun bagi anak-anak yaitu: sebagai hiburan, melatih daya
tangkap anak, menanamkan nilai-nilai dan melatih kreatifitas anak (Legault
Micael, 2006). Ketika anak lebih fokus pada kegiatan menonton film kartun, hal
tersebut membuat impuls nyeri akibat adanya cidera tidak mengalir melalui tulang
belakang, pesan tidak mencapai otak sehingga anak tidak merasakan nyeri
(Brannon dkk, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Ruspita Winda (2015) bahwa ada perbedaan
yang signifikan rata-rata skala nyeri antara anak yang diberikan teknik distraksi
menonton kartun animasi dengan anak yang tidak diberikan teknik distraksi
mononton kartun saat pemasangan infus. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
James dkk., (2012) pada anak usia 3 – 6 tahun, juga menunjukkan anak yang
diberikan teknik distraksi menonton kartun animasi mengalami nyeri lebih sedikit
saat dilakukan pengambilansampel darah melalui vena, hal tersebut terlihat dari
respon perilakunya.
Studi pendahuluan yang dilakukan di ruang rawat inap anak RS dr Suyoto
pada tanggal 29 mei 2018 didapatkan jumlah anak yang dirawat di ruangan
maupun sebanyak 39 orang. Dimana 21 diantaranya adalah anak dengan usia
prasekolah (2-6 tahun). Wawancara yang dilakukan dengan salah seorang perawat
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
8
e. Stimulasi kutaneus
Stimulasi kutaneus adalah stimulasi pada kulit yang dapat membantu
mengurangi nyeri, karena menyebabkan pelepasan endorfin sehingga
klien memiliki rasa kontrol terhadap nyerinya (Potter & Perry, 2010).
f. Herbal
Herbal yang dapat digunakan adalah ekstrak chamomile. Penelitian yang
dilakukan di Jerman, ekstrak chamomile yang mengandung flavonoid
mampu menurunkan skala nyeri dan juga perdarahan (Sharafzadeh &
Alizadeh, 2011)
c. Kartun karikatur
Kartun karikatur adalah kartun yang telah dilukis dengan melakukan
perubahan pada wajah atau bentuk seseorang, contohnya adalah hidung
menjadi besar atau mata menjadi kecil. Kartun ini digunakan untuk
mengkritik secara jenaka (Adhitama, 2014).
11
d. Kartun Animasi
Kartun animasi ialah kartun yang mampu bergerak atau hidup secara
visual dan bersuara. Kartun ini terdiri dari kartun yang dilukis dan
direkam lalu ditayangkan di televisi atau film
II.3 Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang aktual ataupun potensial. Nyeri merupakan
alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan dan yang
paling banyak dikeluhkan (American Medical Association, 2013).
12
b. Transmisi
Transmisi dari impuls berlanjut saat masuk kedalam kornu dorsalis dari
medulla spinalis melalui serat-serat delta A yang besar dan bermielin
tipis, serta serat-serat tipe C tanpa myelin. Dari sini impuls dibawa
melalui jalur anterolateral ke thalamus dan kemudian ke korteks. Di
korteks inilah impuls diterima sebagai nyeri. Baik transduksi maupun
transmisi terjadi pada jalur aferen.
c. Modulasi
Modulasi adalah proses pengendalian internal oleh sistem saraf, dapat
meningkatkan atau mengurangi penerusan impuls nyeri. Hambatan terjadi
melalui sistem analgesia endogen yang melibatkan bermacam-macam
neurotansmiter antara lain endorphin yang dikeluarkan oleh sel otak dan
neuron di spinalis. Impuls ini bermula dari area periaquaductuagrey (PAG)
dan menghambat transmisi impuls pre maupun pasca sinaps di tingkat
spinalis. Modulasi nyeri dapat timbul di nosiseptor perifer medula spinalis
atau supraspinalis.
d. Persepsi
Persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat tentang impuls nyeri
yang diterima. Rekonstruksi merupakan hasil interaksi sistem saraf sensoris,
informasi kognitif (korteks serebri) dan pengalaman emosional (hipokampus
dan amigdala). Persepsi menentukan berat ringannya nyeri yang dirasakan.
II.3.2Klasifikasi Nyeri
a. Klasifikasi nyeri berdasarkan waktu
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit,
atau intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat dengan intensitas
yang bervariasi (ringan sampai berat), dan berlangsung untuk waktu yang
singkat (Andarmoyo, 2013). Nyeri akut berdurasi singkat (kurang lebih 6
bulan) dan akan menghilang tanpa pengobatan setalh area yang rusak
pulih kembali
Nyeri kronis adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa.
14
Awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat
dengan akhir yang dapat di antisipasi atau diprediksi dan berlangsung >6
bulan (Bulechek dkk. 2013).
b. Klasifikasi nyeri berdasarkan asal
Nyeri nosiseptif merupakan nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas
atau sensivitas nosiseptor perifer yang merupakan respetor khusus yang
mengantarkan stimulus naxious (Andarmoyo, 2013). Nyeri nosiseptor ini
dapat terjadi karna adanya adanya stimulus yang mengenai kulit, tulang,
sendi, otot, jaringan ikat, dan lain-lain (Andarmoyo, 2013)
Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau abnormalitas
yang di dapat pada struktur saraf perifer maupun sentral , nyeri ini lebih
sulit diobati (Andarmoyo, 2013).
c. Klasifikasi nyeri berdasarkan lokasi
Nyeri supervisial adalah nyeri yang disebabkan stimulus kulit.
Karakteristik dari nyeri berlangsung sebentar dan berlokalisasi. Nyeri
biasanya terasa sebagai sensasi yang tajam (Potter dan Perry, 2006 dalam
Sulistyo, 2013). Contohnya tertusuk jarum suntik dan luka potong kecil
atau laserasi.
Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulasi organ-organ
internal (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Nyeri ini bersifat
difusi dan dapat menyebar kebeberapa arah. Nyeri ini menimbulkan rasa
tidak menyenangkan dan berkaitan dengan mual dan gejala-gejala
otonom. Contohnya sensasi pukul (crushing) seperti angina pectoris dan
sensasi terbakar seperti pada ulkus lambung.
Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral karna
banyak organ tidak memiliki reseptor nyeri. Karakteristik nyeri dapat
terasa di bagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan dapat terasa
dengan berbagai karakteristik (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo,
2013). Contohnya nyeri yang terjadi pada infark miokard, yang
menyebabkan nyeri alih ke rahang, lengan kiri, batu empedu, yang
mengalihkan nyeri ke selangkangan.
15
Nyeri radiasi merupakan sensi nyeri yang meluas dari tempat awal
cedera ke bagian tubuh yang lain (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo,
2013). Karakteristik nyeri terasa seakan menyebar ke bagian tubuh
bawah atau sepanjang kebagian tubuh. Contoh nyeri punggung bagian
bawah akibat diskusi interavertebral yang ruptur disertai nyeri yang
meradiasi sepanjang tungkai dari iritasi saraf skiatik.
Meringis 0
Meringis 1
Menangis kuat 2
Fleksi/ekstensi 1
Fleksi/ekstensi 1
Rewel 1
0 1 2
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak nyeri sangat nyeri sekali
Sumber : Ramdhani dkk, 2018
Sumber : Andarmoyo, S. (2013). Konsep & Proses Keperawatan Nyeri, Jogjakarta: Ar-
Ruzz
19
Sumber : Andarmoyo, S. (2013). Konsep & Proses Keperawatan Nyeri, Jogjakarta: Ar-
Ruzz
Sumber : Andarmoyo, S. (2013). Konsep & Proses Keperawatan Nyeri, Jogjakarta: Ar-
Ruzz
Gambar 9 Skala Intensitas Nyeri Visual Analog Scale
Skala analog visual (Visual Analog Scale) merupakan suatu garis lurus,
yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat
pendeskripsian verbal pada setiap ujungnya (Andarmoyo, 2013). Visual
Analog Scale merupakan alat ukur pengkajian nyeri pada orang dewasa
di mana pasien memberikan tanda pada garis lurus (10 cm) (Ramdhani
dkk, 2018).
pernafasan; nadi (respon fisiologis), dan anak cenderung melindungi bagian yang
terasa nyeri. Anak usia toddler terus bereaksi dengan kemarahan emosional yang
kuat dan resistensi fisik terhadap pengalaman nyeri baik yang aktual maupun yang
dirasakan. Anak usia toddler dapat bereaksi terhadap prosedur yang tidak
menimbulkan nyeri sama kerasnya denga prosedur yang menyakitkan. Anak usia
toddler cenderung lebih gelisah dan sangat aktif pada saat nyeri. Respon ini sering
tidak diketahui sebagai akibat dari nyeri (Wong, 2008).
Reaksi anak usia prasekolah terhadap nyeri cenderung sama dengan yang
terlihat pada anak usia toddler. Respon anak usia prasekolah terhadap intervensi
persiapan dalam hal penjelasan prosedur dan teknik distraksi lebih baik bila
dibandingkan dengan respon nyeri anak usia toddler (Hockenberry & Wilson,
2009). Reaksi anak usia prasekolah terhadap nyeri dapat berupa menolak untuk
makan dan beraktivitas bila dibandingkan dengan anak usia toddler (Kirkpatrick
& Tobias, 2013).
faktor luar. Faktor genetik adalah potensi bawaan setiap anak dari keluarga yang
menjadi ciri khasnya terdapat beberapa kelainan genetik yang dapat
mempengaruhi pada tumbuh kembang anak seperti kerdil (Yuniarti, 2015). Faktor
lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya
potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya
potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya
(Soetjiningsih& Gde, 2015). Faktor nutrisi selama enam bulan pertama menjadi
masa yang sangat penting karena otak kemungkinan berhenti tumbuh, jika anak
tidak mendapatkan makanan yang cukup.Anak yang mengalam gizi buruk sering
merasa letih dan bersikap apatis (Marsiroh 2014).
Faktor dalam, umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan yang merupakan hasil interaksi banyak faktor, yaitu ras/etnik atau
bangsa beberapa ahli antropologi berpendapat bahwa ras kuning mempunyai
hereditas lebih pendek dibandingkan dengan ras kulit putih (Yuniarti, 2015).
Kedudukan anak dalam keluarga merupakan keadaan yang dapat mempengaruhi
perkembangan pada anak. Anak kedua, ketiga dan sebagainya pada umumnya
perkembangannya lebih cepat bertumbuh dan berkembang dari anak yang pertama
pada anak bungsu biasanya karena dimanja maka perkembangannya menjadi lebih
lambat dibandingkan dengan anak kedua dan ketiga (Yuniarti, 2015).
Faktor luar yang mempengaruhi tumbuh kembang anak antara lain adalah
sosio-ekonomi dan psikologis. Sosio-ekonomiselalu berkaitan dengan kekurangan
makanan kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menhambat
pertumbuhan anak, dan psikologis hubungan anak dengan orang sekitarnya turut
menentukan (Yuniarti, 2015).
akses paling mudah untuk terapi intravena. Daerah tempat infus yang
memungkinkan adalah permukaan dorsal tangan (vena supervisial dorsalis, vena
basalika, vena sefalika), lengan bagian dalam (vena basalika, vena sefalika, vena
kubital median, vena median lengan bawah, dan vena radialis), permukaan dorsal
(vena safena magna, ramus dorsalis) (Dougherty dkk, 2010)
Teknik Distraksi
Menonton Kartun Skala nyeri
Animasi
27
28
BAB III
ANALISA EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE
29
30
diagnosa diare, 88 anak dengan diagnosa DHF, dan 33 anak dengan diagnosa
demam typoid. Populasi anak yang dilakukan pemasangan infus adalah 22 anak.
Hasil wawancara peneliti dengan perawat menyatakan pada anak yang akan
dilakukan pemasangan infus adalah dengan cara mendekati anak dengan orang
tua, lalu diberikan mainan seperti boneka namun anak masih ada yang menangis,
respon nyeri anak saat perawat melakukan pemasangan infus berupa menangis,
berteriak, menarik bagian tubuh yang diinjeksi, dan menolak dilakukan
tindakan/prosedur. Sehingga perawat harus menusukkan jarum berulang kali
karena anak tersebut menarik bagian tubuh yang diinjeksi. Perawat juga
menyatakan respon nyeri tersebut sering terjadi pada anak dengan usia 6 tahun
kebawah. Selain itu, perawat juga mengatakan bahwa skala nyeri dapat diturunkan
dengan istirahat saja dan beberapa keluarga pasien menjelaskan jika nyeri
pemasangan infus dapat diredakan dengan mengobrol atau bermain dengan anak.
III.3.2 Intervention ( I )
Intervensi yang sesuai dengan jurnal utama adalah menggunakan penerapan
EBN adalah menurunkan skala nyeri pada anak yang di pasang infus diruang
rawat inap RS dr Suyoto dengan memberikan teknik distraksi menonton kartun
animasi yang disukai oleh anak, dengan menggunakan tab berukuran 10,1 inchi
dengan durasi 10-20 menit pada saat anak akan dilakukan pemasangan infus dan
skala nyeri diukur menggunakan skala FLACC.
III.3.3Comparison (C)
Berdasarkan hasil studi lapangan, teknik distraksi yang digunakan diruangan
sebelum pemasangan infus adalah menggunakan mainan boneka untuk
menurunkan nyeri di ruang rawat inap RS dr Suyoto tidak menggunakan teknik
distraksi menonton kartun animasi. Hal tersebut dikarenakan rumah sakit ini
belum pernah menerapkan terapi teknik distraksi menonton kartun animasi
sebelumnya, khususnya pada pasien anak yang mengalami peningkatan skala
nyeri pada saat pemasangan infus.
32
III.3.4Output (O)
Hasil akhir dari penerapan EBN dengan teknik distraksi menonton kartun
animasi mampu mempengaruhi penurunan skala nyeri sehingga dapat
direkomendasikan sebagai intervensi keperawatan mandiri pada masalah nyeri
akut.
anak usia 6-12 tahun di BPRSUD Labuang Baji Makassar. p=0,031 <
α=0,05. Ada pengaruh tehnik distraksi dengan menonton video
terhadap penurunan nyeri pada tindakan pemasangan infus anak usia
6-12 tahun di BPRSUD Labuang Baji Makassar. p=0,041 < α = 0,05.
Tidak ada pengaruh tehnik distraksi dengan pernapasan terkontrol
terhadap penurunan nyeri pada tindakan pemasangan infus anak usia
6-12 tahun di BPRSUD Labuang Baji Makassar. p=0,055 > α= 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian maka tehnik distraksi (mendengar musik
dan menonton video) dapat dimanfaatkan sebagai intervensi
penanganan nyeri pada pasien yang mengalami tindakan pemasangan
infus.
2) Penerapan EBN dengan judul “Pengaruh Teknik Distraksi Menonton
Film Kartun untuk Menurunkan Stress Hospitalisasi pada Anak Pra
Sekolah di RSUD Tugurejo Semarang” yang di lakukan oleh Rusdi
A, penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen one group
pre post test without control. Penelitian initerdapat satu kelompok
diberi intervensi tanpa ada pembanding. Efektifitas perlakuan dinilai
dengan cara membandingkan nilai pre dan post. Hasil penelitian ini
menunjukkan nilai P = 0,000 value (< 0,05), berarti ada perbedaan
signifikasn pada tingkat kecemasan sebelum dan sesudah terapi
distraksi menonton film kartun.
3) Handayani, A (2017), dengan judul “analisis praktik klinik
keperawatan pada pasien anak usia prasekolah dengan kejang demam
melalui pemberian teknik distraksi menonton kartun animasi untuk
menurunkan tingkat nyeri saat pemsangan infus di ruang instalasi
gawat darurat di RSUD A Wahab Sjahraeni” dimana sampel
berjumlah 3 orang. Metode yang digunakan adalah quasi experiment
dengan pendekatan posted only with control group design. Hasil
penelitian ini menunjukkan nilai P = 0,000 value (< 0,05), berarti ada
pengaruh pemberian terapi teknik distraksi menonton film animasi
saat pemasangan infus.
34
e. Important
Keuntungan dari hasil penerapan ini dapat dimanfaatkan oleh rumah sakit
membantu dalam mempermudah saat tindakan invasif. Anak yang akan
dilakukan pemasangan infus cenderung takut, menangis dan rewel.
Penerapan menonton kartun animasi dapat dilakukan saat pemasangan
infus.
f. Appicability
Pelaksanaan EBNP teknik distraksi menonton kartun animasi untuk
menurunkan skala nyeri anak saat dilakukan pemasangan infus sudah
dilakukan di Padang. Winda (2015), telah membuktikan penerepan
teknik distraksi menonton kartun animasi mampu menurunkan skala
nyeri saat pemasangan infus dengan nilai yang signifikan P value < 0,05
b. Weakness (Kelemahan)
Perawat di RS dr Suyoto mengatakan tidak tersedianya SOP dan
pelatihan dalam pemberian teknik distraksi sehingga tidak dilakukannya
teknik distraski tersebut di RS dr Suyoto
c. Opportunity (Peluang)
Adanya mahasiswa profesi ners UPNVJ yang sedang melakukan
penelitian diharapkan menjadi agen baru dalam keperawatan anak
khususnya dalam pembeharuan teknik distraksi dalam penurunan skala
nyeri. Sikap terbuka yang diberikan pihak rumah sakit beserta perawat
sangat bermanfaat sebagai upaya meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan.
d. Theats (Ancaman)
RS dr Suyoto merupakan rumah sakit Pemerintah DKI kemungkinan
pasien yang datang lebih kritis dari pasien-pasien yang datang kerumah
sakit umum, sehingga di khawatirkan pasien tidak kooperatif saat
pemberian terapi teknik distraksi dalam menurunkan skala nyeri.
h. Desiminasi hasil
Tahap akhit adalah desiminasi hsil kepada seluruh unsur yang terlibat
dalam penerapan EBN. Hasil dari penelitian EBN akan di presentasikan
dalam bentuk seminar.
40
BAB IV
PELAKSANAAN EVIDENCE BASE NURSING PRACTICE
IV.1 Subjek
Kritesia subjek yang ditetapkan berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria
ekslusi. kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Sedangkan kriteria
eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel
(Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini terdapat kriteria inklusi dan eksklusi
yaitu:
a. Kriteria Inklusi
1) Pasien yang dilakukan pemasangan infus
2) Pasien berusia 3-6 tahun
3) Pasien yang bersedia menjadi responden
4) Pasien laki-laki dan perempuan
b. Kriteria Eksklusi
1) Pasien yang berusia kurang dari 3 tahun
2) Pasien yang berusia lebih dari 6 tahun
3) GCS <15
𝑁.𝑍 2 .𝑝.𝑞
n = 𝑑 (𝑁−1)+ 𝑧 2 .𝑝 .𝑞
Keterangan :
n = perkiraan jumlah sampel
N = perkiraan besar populasi
40
41
= 10,509
= 11 orang
Peneliti menghindari adanya drop out dengan menambahkan 10% dari perkiraan
sampel sehingga besar sampel sejumlah 11 + 1 = 12 responden. Total besar
sampel untuk kelompok perlakuan dan kontrol adalah 22 responden. Hal ini
sesuai dengan jurnal utama yang memiliki jumlah responden 22 anak yang dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu 11 responden kelompok intervensi dan 11 responden
kelompok kontrol.
44
44
45
V.2.1 Analisis Frekuensi Usia, Jensi Kelamin dan Skala Nyeri Pada
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
responden adalah 3 tahun dan usia tertua responden adalah 6 tahun. Selain
itu rata-rata (mean) dari usia responden kelompok intervensi adalah 4,55
dengan standar deviasi 1,128. Usia termuda responden adalah 3 tahun dan
usia tertua responden adalah 6 tahun. Sehingga dapat disimpulkan rata-rata
usia pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi adalah 5 tahun.
Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3 sampai 6 tahun yang
mempunyai berbagai macam potensi. Potensi-potensi itu di rangsang dan di
kembangkan agar pribadi anak tesebut berkembang secara optimal
(Supartini, 2004).
Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3-6 tahun, usia ini anak
mampu mengikuti program kelompok bermain (usia 3 tahun), sedangkan
usia 4-6 tahun mereka akan mengikuti program di Taman Kanak-Kanak
(Pamonedowo, 2008).Pertumbuhan dan perkembangan pada masa
prasekolah merupakan tahap dasar yang sangat berpengaruh dan menjadi
landasan untuk perkembangan selanjutnya (Adriana, 2013)
Anak prasekolah sangat rentan terhadap ancaman cedera tubuh.
Semua prosedur invasif dapat mengancam integritas anak usia prasekolah.
Pemahaman anak usia prasekolah yang terbatas mengenai fungsi tubuh juga
meningkatkan kesulitan dalam memahami bagaimana dan mengapa anggota
tubuh “diperbaiki” sehingga menyebabkan perasaan lebih takut terhadap
nyeri (Wong, 2008). Anak prasekolah dapat bereaksi terhadap injeksi sama
khawatirnya dengan nyeri saat jarum dicabut, takut intrusive atau fungsi
pada tubuh tidak akan menutup kembali dan isi tubuh akan bocor keluar
(Wong, 2006).
Perilaku distress yang ditunjukkan anak merupakan cara anak
mengkomunikasikan rasa nyeri yang dirasakannya. Rasa ketidaknyamanan
pada anak yang ditimbulkan akibat nyeri berupa penolakan, menangis, serta
kekhawatiran terhadap dampak prosedur keperawatan (Sekriptini, 2013).
Anak dengan kondisi nyeri menunjukkan berbagai komplikasi seperti
timbulnya kecemasan, gangguan perilaku, psikososial, dan fisiologis
(Sekriptini, 2013). Toleransi terhadap nyeri akan terus meningkat sesuai
dengan pertambahan usia, semakin bertambah usia anak maka makin
48
Hasil analisis data didapatkan uji statistik untuk rata-rata skala nyeri
responden terhadap kelompok intervensi post dengan nilai mean 4,0909, standar
deviasi 1,22103 serta nilai p value 0.001. Hal ini menunjukkan nilai p < α (0,05)
53
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan rata-rata skala nyeri antara anak
yang diberi teknik distraksi menonton kartun animasi dan tidak diberi teknik
distraksi menonton kartun animasi.
Hasil penerapan evidence based nursing ini didasari oleh penelitian yang
dilakukan oleh Winda R, dengan judul “pengaruh teknik distraksi menonton
kartun animasi terhadap skala nyeri anak usia prasekolah saat pemasangan infus di
instalasi rawat inap anak RSUP dr. M Djamil Padang” jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian tersebut adalah 22 sampel yang dibagi menjadi
kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan pembanding 11:11.
Penerapan EBNP didukung oleh penelitian Rusdi, Alfiyanti & Nurullita
(2016) dengan judul “pengaruh teknik distraksi menonton film kartun untuk
menurunkan stress hospitalisasi pada anak pra sekolah di RSUD Tugurejo
Semarang” didapatkan hasil bahwa penerapan teknik kartun animasi dapat
menurunkan stress hospitalisasi dengan nilai P value 0,000.
Penerapan EBNP ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Maspupah (2011) Pengaruh Tayangan Kartun Animasi Upin & Ipin di Media
Nusantara Citra Televisi Terhadap Penggunaan Kosa Kata Murid Raudhatul
Athfal Al-Bariyyah Kramat Jati Jakarta Timur, didapatkan hasil pengaruh
tayangan kartun animasi upin dan ipin terhadap penggunaan kosa kata didapatkan
nilai P value 0,037.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbandingan antara skala nyeri
yang diberikan teknik distraksi menonton kartun animasi dan skala nyeri yang
tidak diberikan teknik distaksi menonton kartun animasi pada saat pemasangan
infus dengan nilai P value 0,01. Hal ini sejalan dengan jurnal utama yang
digunakan oleh peneliti yaitu pada hasil uji Mann-Whitney didapatkan nilai P
value 0,01.
Respon nyeri yang ditunjukkan oleh kelompok anak yang diberi perlakuan
seperti : sesekali meringis, merintih, rileks, mengeliat, tegang, merintih, sesekali
menangis, mengeluh, diyakinkan dengan diajak berbicara dan sesekali anak
tenang. Hal tersebut menunjukkan bahwa nyeri yang dirasakan oleh anak dapat
dialihkan distraksi, sehingga nyeri yang dirasakan oleh anak menjadi lebih ringan
dan perawat menjadi lebih mudah saat melakukan tindakan pemasangan infus.
54
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penerapan evidence based nursing practice yang
dilakukan terhadap 22 responden (11 intervensi dan 11 kontrol) tentang pengaruh
teknik distraksi menonton kartun animasi terhadap skala nyeri saat pemasangan
infus di instalasi rawat inap anak RS dr Suyoto, maka peneliti menarik
kesimpulan sebagai berikut :
a. Gambaran karakteristik dari 11 responden kelompok kontrol dari rata-
rata usia adalah 5 tahun, jenis kelamin laki-laki terbanyak adalah laki-
laki, rata-rata skala nyeri pada kelompok kontrol 6,73dengan standar
deviasi 1,555.Skala nyeri terendah adalah 5 dan skala nyeri tertinggi
adalah 9.
b. Gambaran karakteristik responden dari 11 responden kelompok
intervensi dari rata-rata usia adalah 5 tahun, jenis kelamin laki-laki
terbanyak adalah laki-laki, rata-rata dari skala nyeri kelompok intervensi
adalah 4,09 dengan standar deviasi 1,221. Skala nyeri terendah 2 dan
skala nyeri tertinggi adalah 6.
c. Ada perbedaan yang signifikan antara teknik distraksi terhadap
penurunan skala nyeri pada kelompok intervensi di Rumah Sakit dr
Soeyoto dengan P value 0,001.
VI.2 Saran
Berdasarkan hasil penerapan evidence based nursing practice yang
dilakukan terhadap beberapa hal yang perlu di rekomendasikan terkait dengan
penerapan EBN ini, yaitu :
a. Bagi profesi keperawatan
Hasil penerapan evidence based nursing practice ini dapat dijadikan
sebuah informasi dan intervensi keperawatan mandiri untuk mengatasi
56
57
Adhitama, T 2014, ‘KARTUN Humor dan Misi Dakwah dalam Media Cetak’
Jurnal Komunikasi Islam, vol.04, no.01, Juni 2014, diakses 5 Juli 2018.
http://jki.uinsby.ac.id/index.php/jki/article/view/39
Black, JM & Hawks, JH 2014, Medical- surgical nursing clinical management for
positive outcomes. (7th ed), Elsevier Saunders, St. Louis, Missouri
58
59
Dougherty, L. dkk. 2010, Standars for infusion therapy: The RCN IV therapy
forum, diakses 23 mei 2018. http://www.bbraun.it/documents/RCN-
Guidlines-for-IV-therapy.pdf
Hayati, N 2014, ‘Pengaruh teknik distraksi dan relasksasi terhadap tingkat nyeri
pada pasien post operasi di rumah sakit immanuel bandung’ Immanuel
Junal Ilmu Kesehatan, vol.8, no.2, Desember 2014, hlm 325-336
INS 2006, ‘Setting the Standard for Infusion Care’, diakses 23 mei 2018,
http://www.ins1.org.
Judha M, Afroh F, Sudarti 2012, Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan,
Nuha Medika, Yogyakarta
Kirkpatrick, T & Tobias, K 2013, Pediatric age specific: self learning module,
diakses 28 Februari 2015 http://hr.uclahealth.org/workfiles/AgeSpe
cificSLM-Peds.pdf.
Laksono, G 2010, Studi Analisis Semiotika dalam kartun Panji Koming pada
Surat Kabar Harian Kompas Terkait Pelaksanaan Pemilu tahun 2009,
Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Mariyam 2013, ‘Tingkat Nyeri Anak Usia 7-13 Tahun Saat Dilakukan
Pemasangan Infus di RSUD Kota Semarang’ Jurnal Keperawatan Anak,
vol.1,No.1, Mei 2013, diakses pada tanggal 25 Juli 2018
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=98475&val=5091&title
=TINGKAT%20NYERI%20ANAK%20USIA%207-
13%20TAHUN%20SAAT%20DILAKUKAN%20PEMASANGAN%20IN
FUS%20%20DI%20RSUD%20KOTA%20SEMARANG
Miller, E., Jacob, E., & Hockenberry, M. J 2011, ‘Nausea, pain, fatigue, and
multiple symptoms in hospitalized children with cancer. Oncology Nursing
Forum, 38(5), E382-93’ Retrieved from http://search.
proquest.com/docview/889971273?account id=48290.
Priyanto, S 2005, Metafora Visual Kartun pada Surat Kabar Jakarta 1950-1957,
FSRD ITB, Bandung
Ramdhani AN, Istikarini IF, Susiyanti R, Asih DR, Rahayu MP, Hanjari TR,
2018, Buku Saku Praktik Klinik Keperawatan edisi 2, Salemba Medika,
Jakarta
inap anak RSUP Dr. M. Djamil Padang’ Ners Jurnal Keperawatan, vol.11,
no.1, Maret 2015, hlm 32-40.
Rusdi EA, Alfiyanti D & Nurullita U 2016, ‘Pangaruh Teknik Distraksi Menonton
Film Kartun Untuk Menurunkan Stress Hospitalisasi pada Anak Pra Sekolah
di RSUD Tugurejo Semarang’
Smaldino S.E., Lowther D.L., and Russell J.D 2007, Instructional Technology and
Media for Learning (9 th Edition,. Upper Saddle River, New Jersey,
Columbus, Ohio
Smeltzer, S.C., & Bare, B 2012, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth, Volume 1 Edisi 12, EGC, Jakarta
Sulistiyani, E 2009, Pengaruh kompres es batu pada anak usia pra sekolah yang
dilakukan pemasangan infus di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Tesis
Program Magister Keperawatan Perminatan Keperawatan Anak, Universitas
Indonesia
Urden, L. D., M.Stacy, K., & E.Lough, M 2010, Critical Care Nursing (6ed.), St
Louis; Mosby Elvisier Inc.
Willis, H, Markel, S., Lewis, T & Malviya, S 2003, FLACC behavioral pain
assessment scale: Acomparison with the child’s selfreport, diakses 28 juni
2015 http://www.medscape.com/viewarticl e/457480
PENDIDIKAN FORMAL :
PENGALAMAN ORGANISASI
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri Pondok Labu 13 Pagi, Kecamatan Cilandak Lulus Tahun 2007
2. SMP Negeri 37 Jakarta, Kota Jakarta Selatan Lulus Tahun 2010
3. SMA 3 PGRI Jakarta, Kota Jakarta Selatan Lulus Tahun 2013
4. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta S1 Keperawatan Lulus
Tahun 2017
5. Diterima di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta Program
Studi Profesi Ners Tahun 2017
Lampiran 4
Kartu Monitor
Lampiran 5
Surat Izin Studi Pendahuluan dan Penelitian
Lampiran 6
Lembar Permohonan Menjadi Responden
Yth. Responden
Di RS dr Suyoto
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta :
Nama : Sulistiari Rizki Nugraheni
NRP : 1710721060
Akan melaksanakan penelitian dengan judul “Penerapan Evidence Base
Nursing Practis Teknik Distraksi Menonton Kartun Animasi Terhadap Skala
Nyeri Anak Usia Prasekolah Saat Pemasangan Infus Di Intsalasi Rawat Inap Anak
RS dr Suyoto”.
Bersama ini saya mohon kesediaan Ibu/Bapak untuk menandatangani
lembar persetujuan yang ada. Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan
sangat bermanfaat bagi peneliti, institusi keperawatan, institusi pendidikan
keperawatan, institusi pendidikan.
Jakarta, 23 Mei 2018
Peneliti
Lampiran 7
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Kepada Yth,
Calon Sdr. Responden
Ditempat
Dengan Hormat,
Saya Mahasiswi Prodi Ners Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jakarta (UPNVJ) bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan
Evidence Based Nursing Practis Teknik Distraksi Menonton Kartun Animasi
Terhadap Skala Nyeri Anak Usia Prasekolah Saat Pemasangan Infus Di
Intsalasi Rawat Inap Anak RS dr Suyoto”
Saya mengharap partisipasi anda dalam penelitian yang saya lakukan, saya
menjamin kerahasiaan dan identitas anda. Informasi yang anda berikan hanya
semata-mata digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak
digunakan untuk maksud lain. Apabila anda bersedia menjadi responden, anda
mengisi dan menandatangi lembar persetujuan menjadi responden.
\
Jakarta, 2018
Peneliti
Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya
bersedia berperan serta dalam penelitian
(Lanjutan)
Jakarta, Juni 2018
Responden Peneliti
LEMBAR OBSERVASI
B. Data Pemeriksaan
Pengkajian nyeri FLACC (Face, Legs, Activity and Cry)
0 1 2
Petunjuk :
0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan
4-6 : nyeri sedang
7-10 : nyeri berat
Lampiran 9
SOP (Standar Operasional Prosedur)