Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

M DENGAN POST OPERASI


APENDIKTOMI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA
NYAMAN NYERI DI RUANG MAMMINASA BAJI
KOTA MAKASSAR

Di Susun Oleh :
Kelompok 3A

CI INSTITUSI CI LAHAN

(………………………..) (…..……………………)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG
MAKASSAR
2023/2024

i
MOTTO

“TIDAK MUSTAHIL BAGI ORANG BIASA UNTUK MEMUTUSKAN


MENJADI LUAR BIASA”

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat
dan Karunia-nya, sehingga kami kelompok 3A dapat menyelesaikan Asuhan
Keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Post
Operasi Apendiktomi dalam pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri Di
Ruang Mamminasa Baji”.
Dalam penyusunan Asuhan Keperawatan ini, kami kelompok 3A banyak
mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak terkhusus dosen
pembimbing dan pembimbing Lahan yang telah ikhlas meluangkan waktunya
untuk membimbing selama menjalani praktek stase Keperawatan Dasar Profesi.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang setinggi-
tingginya.

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rencana Keperawatan


Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Analisa Data
Tabel 4.2

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Apendisitis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Ada beberapa
bagian yang berperan sebagai faktor pencetusnya, namun sumbatan lumen
apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai pencetus disamping hyperplasia
jaringan limfoid, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat menyebabkan
sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis adalah erosi
mukosa apendiks karena parasit seperti E.histolytica. Penelitian epidemiologi
menunjukan peran kebiasaan makan makanan rendah serat mempengaruhi
terjadinya konstipasi yang mengakibatkan timbulnya apendisitis. Konstipasi akan
menaikan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional
apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa (Arifuddin et
al., 2017).
Apendisitis dapat memunculkan gejala yang khas pada penderitanya. Adapun
Gejala yang pertama kali dirasakan pasien adalah berupa nyeri tumpul di daerah
epigastrium atau di periumbilikal yang akan menyebar ke kuadran kanan bawah
abdomen. Selain itu, mual dan muntah sering terjadi beberapa jam setelah muncul
nyeri, yang berakibat pada penurunan nafsu makan sehingga dapat menyebabkan
anoreksia. Demam dengan derajat ringan juga sering terjadi, tindakan lanjut pada
appendicitis yang telah terinfeksi yaitu biasanya dilakukan tindakan operasi
apendiktomi (Fransisca et al., 2019)
Apendiktomi adalah operasi pengangangkatan atau pembedahan pada
apendiks vermiformis yang telah terinfeksi. Apendiktomi dilakukan sesegera
mungkin untuk menurunkan resiko performasi lebih lanjut. (Simamora & Dkk,
2018)
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization
(2017) menyakatan bahwa klien yang menderita apendisitis didunia sebanyak 1,1

v
juta kasus setiap 1.000 orang pertahun, angka mortalitas akibat apendiksitis
adalah 21.000 jiwa, di mana populasi laki-laki lebih banyak dibandingkan
perempuan. Angka mortalitas apendiksitis sekitar
12.000 jiwa pada laki-laki dan sekitar 10.000 jiwa pada perempuan (Tanjung,
2020)
Departemen Kesehatan RI pada tahun 2018, jumlah pembedahan apendiktomi
di Indonesia mencapai 591.819 orang dan meningkat pada tahun 2019 sebesar
596.132 orang. Kejadian apendiktomi di indonesia menurut data yang dirilis oleh
Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2019 sebesar 596.132 orang dengan
persentase 3.36% dan meningkat pada tahun 2020 menjadi
621.435 orang dengan persentase 3.53%. apendiktomi merupakan penyakit tidak
menular tertinggi kedua di Indonesia pada rawat inap di rumah sakit pada tahun
2019 dan 2020 (Ayu Mira , 2021).
Berdasarkan data di Ruang Melati RSUD Kota Kendari diperoleh data
bahwa, pada bulan Desember sampai dengan Maret 2022 terdapat 36 kasus
penderita apendisitis dan dilakukan tindakan apendiktomi. Berdasarkan
wawancara peneliti kepada petugas rumah sakit, pasien dengan keluhan utama
ketidaknyamanan akibat nyeri sering ditemui terutama pada pasien apendisitis
akibat luka insisi setelah dilakukan apendiktomi (RSUD Kota Kendari 2022).
Intervensi medis untuk appendiksitis akut, kronik, dan perforasi adalah
dengan apendiktomi. Masalah- masalah yang timbul akibat luka insisi setelah
dilakukan apendiktomi dapat berupa pendarahan, shock, gangguan pernafasan,
infeksi, dan nyeri. Nyeri biasanya akan timbul akibat luka insisi yang dapat
mempengaruhi mobilisasi, nafsu makan yang menurun, gangguan istirahat dan
merasa kurang nyaman.
Peran perawat pada klien dengan post op apendiktomi yaitu memberikan
perawatan yang sesuai dengan kondisi klien dan perawat harus dapat mengetahui
segala sesuatu yang berkenaan dengan berbagai macam penyakit, mulai dari tanda
gejala, komplikasi sampai faktor resiko penyakit tersebut, serta perawat dapat
berperan menangani klien dengan apendisitis yaitu sebagai pendidik dalam
memberikan pendidikan kesehatan agar dapat meningkatkan pengetahuan klien

vi
serta memberikan asuhan perawatan yang sesuai dengan kondisi klien pada
penyakit apendisitis (Awaluddin, 2020)
Pengelolaan intensitas nyeri pada post op apendiktomi yaitu dengan
farmakologi dan nonfarmakologi. Pengelolaan intensitas nyeri dengan
nonfarmakologi antara lain adalah relaksasi nafas dalam, kompres hangat, terapi
masase, dan pemberian analgesik. Teknik relaksasi nafas dalam ini dipercaya
dapat menurunkan intensitas nyeri (Wahyu Widodo dkk 2020)
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan,
yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan
nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri,
teknik relaksasi nafas dalam mampu merangsang tubuh untuk melepaskan epoid
endogen yaitu endorphin dan enkefalin. Endorphin dan enkefalin merupakan
substansi didalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri.
Penurunan intesitas nyeri dipengaruhi oleh peralihan fokus responden pada nyeri
yang dialami terhadap penatalaksanaan teknik relaksasi napas dalam sehingga
suplai oksigen dalam jaringan akan meningkat dan otak bisa berelaksasi.
(Purbalingga, 2018).
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan analisis “Asuhan
keperawatan Pada Tn. M Dengan Post Operasi Apendiktomi Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri Ruang Mamminasa Baji Kota
Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dirumuskan permasalahan dalam
penelitian ini yaitu “Bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan Pada Tn.N
Dengan Post Operasi Apendiktomi dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman
nyeri di Ruang Mamminasa Baji

1. Tujuan Umum
Adapun tujuan askep ini dibuat yaitu untuk menerapkan asuhan
keperawatan Pada Tn.N Dengan Post Operasi Apendiktomi dalam

vii
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri di Ruang Mamminasa Baji di kota
Makassar
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada Tn. M Dengan Post Operasi
Apendiktomi Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri Ruang
Mamminasa Baji Kota Makassar.
b. Merumuskan diagnosis keperawatan pada Tn. M Dengan Post Operasi
Apendiktomi Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri Ruang
Mamminasa Baji Kota Makassar.
c. Merumuskan intervensi keperawatan pada Tn. M Dengan Post Operasi
Apendiktomi Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri Ruang
Mamminasa Baji Kota Makassar.
d. Menerapkan implementasi keperawatan pada Tn. M Dengan Post Operasi
Apendiktomi Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri Ruang
Mamminasa Baji Kota Makassar.
e. Menerapkan evaluasi keperawatan pada Tn. M Dengan Post Operasi
Apendiktomi Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri Ruang
Mamminasa Baji Kota Makassar.

C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Karya ilmiah ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti mengenai
asuhan keperawatan pada pasien Post Operasi Apendiktomi dalam pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman (Nyeri)
2. Bagi Pengembanagan Ilmu dan Teknologi Keperawatan
Manfaatnya bagi pengembangan ilmu dan teknologi terapan di bidang
keperawatan sehingga dapat memberikan teknik relaksasi napas dalam untuk
memenuhi kebutuhan rasa nyaman pada pasien Post Operasi Apendiktomi.
3. Bagi Masyarakat
Manfaatnya untuk masyarakat adalah agar masyarakat dapat menggunakan
teknik relaksasi napas dalam untuk memenuhi kebutuhan rasa aman nyaman nyeri

viii
pada pasien Post Operasi Apendiktomi
4. Bagi Institusi/Pendidikan
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan tambahan informasi
dan ilmu pengetahuan untuk institusi pendidikan dan dapat digunakan sebagai
referensi di perpustakaan Poltekkes Kemenkes Kendari yang bisa digunakan oleh
mahasiswa sebagai bahan bacaan dan dasar untuk penelitian selanjutnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Apendisitis


1. Definisi
Apendisitis merupakan keadaan inflamasi dan obstruksi pada apendiks
vermiformis. Apendiks vermiformis yang disebut pula umbai cacing atau lebih
dikenal dengan nama usus buntu, merupakan kantung kecil yang buntu dan
melekat pada sekum (Fransisca et al., 2019).
Apendiktomi adalah operasi pengangkatan atau pembedahan pada apendiks
vermiformis yang telah terinfeksi. Apendiktomi merupakan suatu ancaman
potensial atau aktual kepada integritas seseorang baik bio- psiko-sosial yang dapat
menimbulkan respons berupa nyeri. Rasa nyeri tersebut biasanya timbul setelah
operasi (Simamora Dkk, 2018).
Dari beberapa definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
apendiksitis merupakan peradangan pada apendiks yang disebabkan karena
penyumbatan pada apendiks. Sedangkan apendiktomi merupakan pengangkatan
apendiks yang mengalami peradangan dengan cara pembedahan.
2. Etiologi
Penyebab obstruksi lumen apendiks paling sering disebabkan oleh batu
feses. Faktor lain yang dapat menyebabkan obstruksi lumen apendiks antara lain
hiperplasia jaringan limfoid, tumor, benda asing dan sumbatan oleh cacing
(Fransisca et al., 2019).

ix
Menurut Jay dan Marks (2016), etiologi apendisitis yaitu sebagai berikut :
1) Penyebab terjadinya apendisitis dapat terjadi karena adanya makanan keras
(biji-bijian) yang masuk ke dalam usus buntu dan tidak bisa keluar lagi.
Setelah isi usus tercemar dan usus meradang timbullah kuman-kuman yang
dapat memperparah keadaan tadi.
2) Mucus maupun feses kemudian mengeras seperti batu (fekalit) lalu menutup
lubang penghubung antara apendiks dengan caeceum.
3) Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor
pencetus disamping hyperplasia jaringan limfe, tumor apendiks dan cacing
askaris.
4) Penelitian Epidemiologi mengatakan peran kebiasaan makan makanan yang
rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendiksitis.
Konstipasi akan menarik bagian intrasekal, yang berakibat timbulnya
tekanan intrasekal dan terjadi penyumbatan sehingga meningkatnya
pertumbuhan kuman flora kolon.
5) Apendisitis disebabkan oleh adanya obstruksi yang diakibatkan juga karena
gaya hidup manusia yang kurang dalam mengkonsumsi makanan tinggi
serat (Tanjung, 2020).
3. Anatomi
Anatomi dari apendiks adalah sebagai berikut:
a. Anatomi :
1) Terletak di puncak caecum, pada pertemuan ketiga tinea coli
(tinea libera, tinea colica dan tinea omentum).
2) Bentuk tabung, panjang 7-10 cm, diameter 0,7 cm.
3) Dipangkal terhadap valvula appendicularis (Gerlachi).
4) Lumen menyempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal.
Sedangkan pada bayi berbentuk kerucut (Indrawan, 2019).
4. Manifestasi Klinis
Keluhan apendisitis biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau
periumbilikus yang disertai dengan muntah. Dalam 2-12 jam nyeri akan beralih ke
kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperberat bila berjalan. Terdapat

x
juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya
juga terdapat konstipasi, tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual, dan muntah
(Simamora Dkk, 2018)
5. Patofisiologi
Appendicitis terjadi karena penyumbatan lumen apendiks oleh
hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis
akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan
mucus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mucus
tersumbat makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan piningkatan tekanan intralumen. Tekanan
yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan
edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi
appendicitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Bila sekresi mucus
terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan
obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri di darah kanan bawah. Keadaan ini disebut appendicitis
supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding
appendiks yang dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan
tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan
terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena
telah ada gangguan pembuluh darah
Diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan appendicitis
gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh ini pecah, akan terjadi appendicitis
perforasi. Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu masa lokal yang
disebut infiltrate apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses
atau menghilang. Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek (Wedjo, 2019)

xi
6. Pathway

Idiopati Makan tak teratur Kerja fisik keras

Massa keras feses

Obstruksi lumen

Suplay aliran darah


menurun, Mukosa terkikis

 Perforasi
Peradangan pada apendiks Distensi abdomen
 Abses
 Peritonitis

Menekan gaster

Peningkatan produksi
Apendiktomy
Pembatasan intake HCl
cairan
Insisi bedah
Mual, Muntah

Nyeri Resiko terjadinya infeksi Resiko kurang vol. cairan

xii
7. Pemeriksaan penunjang
Menurut (Tanjung, 2020), pemeriksaan penunjanng apendisits meliputi :
a. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi: Akan tampak adanya tanda pembengkakan (swelling),
rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi).
2) Palpasi: Dibagian perut kanan bawah akan terasa nyeri
(Blumbeng Sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis apendsitis akut.
3) Dengan tindakan tungkai dan paha kanan ditekuk kuat / tungkai di
angkat tingi-tinggi, maka rasa nyeri akan semakin parah (Psoas Sign).
4) Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin parah apabila
pemeriksaan dubur dan vagina terasa nyeri.
5) Suhu dubur atau rektal yang lebih tinggi dari suhu ketiak, lebih
menunjang lagi adanya radang usus buntu.
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) SDP: Leukositosis diatas 12.000/mm3, Neutrofil meningkat sampai
75%,
2) Urinalisis: Normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada.
3) Foto abdomen: Dapat menyatakan adanya pergeseran, material
apendiks (fekalit), ileus terlokalisir Kenaikan dari sel darah putih
(leukosit) hingga 10.000- 18.000/mm3. Jika peningkatan lebih dari
itu, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).
c. Pemeriksaan Radiologi
1) Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit.
2) Ultrasonografi (USG)
3) CT Scan
4) Kasus kronik dapat dilakukan rontgen foto abdomen, USG abdomen
dan apendikogram.
8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan dapat dilakukan yaitu:
a. Sebelum operasi

xiii
1) Observasi
Dalam 8-12 jam telah timbulnya keluhan, tanda dan gejala
appendisitis sering kali masih belum jelas. Dalam, keadaan ini
observasi ketat perlu dilakukan. Pasien diminta melakukan
tirah baring dan dipuasakan. Pemeriksaan abdomen dan rektal saat
periksaaan darah diulang secara periodik. Foto abdomen dan toraks
tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya penyulit lain.
Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi nyeri
didaerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan.
2) Intubasi bila perlu.
3) Antibiotik.
b. Operasi appendiktomi
1) Insisi menurut Mc Burney (grip incision atau muscle splitting
incision). Sayatan dilakukan pada garis yang tegak lurus pada garis
yang menghubungkan spina iliaka anterior superior (SIAS) dengan
umbilicus pada batas sepertiga lateral (titik Mc Burney). Sayatan ini
mengenai kutis, subkutis, dan fasia. Otot-otot dinding perut dibelah
secara tumpul menurut arah serabutnya. Setelah itu akan nampak
peritoneum parietal yang disayat secukupnya untuk meluksasi sekum.
Basis apendiks dicari pada pertemuan ketiga taenia koli.
2) Insisi menurut Roux (muscle cutting incision). Lokasi dan arah
sayatan sama dengan Mc Burney, hanya sayatannya langsung
menembus otot dinding perut tanpa memperdulikan arah serabut
sampai tampak serabut.
3) Insisi parektal. Dilakukan sayatan pada garis batas lateral m. rektus
abdomen dekstra secara ventrikal dari cranial ke kaudal sepanjang 10
cm.
c. Pasca operasi.
Perlu dilakukan observsi TTV untuk mengetahui terjadinya
perdarahan didalam, syok, hipertermi, atau gangguan pernafasan. Angkat
sonde lambung bila pasien telah sadar, sehingga aspirasi cairang lambung

xiv
dapat dicegah. Baringkan pasien dalam posisi fowler. Pasien dikatakan baik
bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, Selama itu pasien dipuasakan.
Bila tindakan lebih besar, missalnya pada perforasi atau peritonitis umum,
puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal. Kemudian berikan
minum muilai 15 ml/jam selama 4- 5 jam lalu naikkan menjadi 30 ml/jam.
Keesokan harinya berikan makanan saring, dan hari berikutnya diberikan
makanan lunak.

B. Konsep Dasar Kebutuhan Nyeri


1. Definisi Nyeri
Nyeri adalah respon subjektif terhadap stresor fisk dan psikologi.
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual potensial yang digambarkan
sebagai kerusakan yang tiba-tiba lambat dari intensitas ringan hingga berat
dengan akhir yang dapat diantisipasi. Nyeri post operasi adalah nyeri yang
dirasakan akibat dari hasil pembedahan. Kejadian, intensitas, dan durasi
nyeri post operasi berbeda-beda.

Nyeri bersifat individual sensori yang muncul akibat adanya stimulus


yang berupa biologis, kimia, panas serta listrik (Rahmawati, 2019).

Intensitas skala nyeri dapat di nilai salah satunya menggunakan


metode numerik yang dimana metode ini menggunakan angka sebagai
pengganti alat pendeskripsi kata untuk mengidentifikasi skala nyeri. Nyeri
tersebut dibagi atas :
a. Nyeri ringan dan sedikit menganggu dengan nilai : < 4 (1–3)
b. Nyeri sedang dan cukup mengganggu dengan nilai : (4-6)
c. Nyeri berat dan sangat mengganggu dengan nilai : (7 – 10)

xv
2. Faktor faktor yang mempengaruhi nyeri

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri, Dalam (Rahmawati,


2019) menyatakan bahwa beberapa faktor yang berpengaruh terhadap respon
nyeri individu yaitu antara lain :
a. Usia
Respon nyeri pada setiap umur memiliki perbedaaan. Misalnya, pada anak-
anak mereka belum bisa mengungkapakan respon nyeri yang dirasakan sehingga
membutuhkan perawat untuk lebih teliti mengenali respon nyeri pada anak.
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin individu juga memberikan perbedaan yang signifikan
dalam respon nyeri, diamana hal tersebut lebih dipengaruhi oleh budaya
(laki-laki tidak pantas untuk mengeluh, namun wanita boleh mengeluh akan
respon nyeri).
c. Kultur
Kultur memberikan pengaruh yang signifikan terhadap respon nyeri,
individu belajar dari budaya yang telah ada didaerahya, misalnya terhadap
suatu kepercayaan. Dimana mereka memiliki kepercayaan bahwa nyeri
merupakan sebuah hal yang mutlak diterima karena orang tersebut
melakukan kesalahan, sehingga mereka tidak mengeluh apabila merasakan
adanya nyeri.
d. Makna nyeri
Berkaitan dengan pengalaman seseorang mengalami nyeri serta
caranya untuk mengatasi nyeri tersebut
e. Perhatian

Tingkat perhatian seseorang terhadap nyeri akan mempengaruhi


persepsi nyeri Perhatian yang lebih dikaitkan dengan nyeri yang meningkat,
sehingga teknik relaksasi nafas menjadi teknik untuk mengatasi nyeri.
f. Ansietas
Kecemasan akan meningkatkan persepsi terhadap nyeri. Sebaliknya,
nyeri dapat menyebabkan seorang individu menjadi cemas.

xvi
g. Pola koping
Pola koping juga memberikan pengaruh terhadap individu untuk
mengatasi nyeri, dimana pola koping yang adaptif mempermudah dalam
mengatasi nyeri sedangkan pola koping yang maladaptive menyulitkan
mengatasi nyeri.
h. Dukungan keluarga dan social
Dukungan keluaga serta teman dekat memberikan dampak positif
pada individu yang mengalami respon nyeri.

3. Klasifikasi nyeri
Menurut (Rahmawati, 2019) menyatakan bahwa nyeri diklasifikasikan
menjadi dua yaitu :
a. Nyeri akut, yairu nyeri yang penyebabnya mudah diidentifikasi dan terjadi
dalam waktu pendek serta diikuti oleh peningkatan tegang otot dan
kecemasan. Hal tersebut kemudian yang dapat meningkatkan persepsi nyeri.
Misalnya terjadi luka karena kecelakaan atau pasca operasi.
b. Nyeri kronis, merupakan nyeri yang terjadi dalam waktu yang relatif lebih
lama daripada nyeri akut, yaitu kisaran 3-6 bulan. Serta, penyebab tidak
dapat dengan mudah dikenali.
Nyeri diklasifikasikan berdasarkan waktu terdiri atas nyeri akut, sub akut
dan kronik. Nyeri akut merupakan respon normal terhadap jaringan dan bentuk
sinyal terhadao adanya cedera atau kerusakan jaringan misalnya pasca operasi.
Nyeri ini merupakan proteksi tubuh yang berlangsung hingga penyembuhan dan
gejalanya harus segera diatasi. Selanjutnya, nyeri sub akut merupakan fase transisi
yang ditimbulkan karena adanya kerusakan jaringan yang disertai maslah
psikologis dan sosia. Umumnya nyeri tipe ini berlangsung 1-6 bulan. Terakhir,
nyeri kronik merupakan jenis nyeri yang berlangsung selama
lebih dari 6 bulan. Nyeri tipe ini tidak memberikan abnormalitas secara fisik
maupun indikasi klinis seperti laboratorium. Perbedaan psikososial tiap individu,
sehingga memberikan respon emosional yang berbeda antara satu dan lainnya.

xvii
Nyeri kronik dikelompokkan menjadi dua jenis, yakni nyeri kronik tipe maligna
(nyeri kanker) dan nyeri kronik tipe non maglina seperti nyeri sakit kepala serta
nyeri punggung (PULUNGAN, 2021).
4. Pengelolaan Nyeri Pada post operasi apendiktomi
Kontrol nyeri sangat penting pada pasien post operasi, nyeri yang dibebaskan
dapat mengurangi kecemasan, bernafas lebih mudah dan dalam, dapat
mentoleransi mobilisasi yang cepat. Pengkajian nyeri dan kesesuaian analgesik
harus digunakan untuk memastikan bahwa nyeri pasien post operasi dapat
dibebaskan (Setiawan, 2019)
Tujuan keseluruhan dalam pengelolaan nyeri adalah mengurangi nyeri
sebesar-besarnya dengan kemungkinan efek samping paling kecil. Dampak nyeri
post operasi akan meningkatkan stress. Dalam pengelolaan nyeri biasanya
digunakan dua manajemen, yaitu manajemen farmakologi dan nonfarmakologi.
a. Agen Farmakologis
Manajemen farmakologi atau dengan obat-obatan adalah bentuk
pengendalian yang sering digunakan. Obat-obatan diantaranya yaitu analgesik,
macam anagesik dibagi menjadi dua yaitu analgesik ringan yang diantaranya
adalah aspirin atau salisilat, parasetamol dan NSAID, sedangkan analgesik kuat
antara lain adalah morfin, petidin, metadon.
Pengelolaan nyeri dengan obat-obatan analgesik sangat mudah diberikan,
namun banyak yang tidak puas dengan pemberian jangka panjang untuk nyeri.
Situasi ini mendorong berkembangnya metode nonfarmakologik untuk mengatasi
nyeri. Sedangkan pengelolaan secara nonfarmakologik yaitu berupa teknik
distraksi antara lain distraksi visual, distraksi pernafasan, distraksi intelektual dan
imajinasi terbimbing. Sedangkan teknik relaksasi antara lain nafas
dalam, meditasi, pijatan, musik dan aroma terapi dan teknik stimulasi kulit yang
digunakan adalah kompres dingin atau kompres hangat.
b. Agen Non-Farmakologis
Adapun pengelolaan intensitas nyeri pasien post operasi apendisitis meliputi
latihan nafas dalam, pemberian analgesik dan lingkungan yang nyaman.

xvii
i
C. Konsep Asuhan Keperawatan Dengan Post Op Apendiktomi
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu
proses dimana data yang berkaitan dengan klien dikumpulkan secara sistematis.
Proses ini merupakan proses dinamis dan terorganisir meliputi tiga aktivitas dasar,
yaitu mengumpulkan secara sistematis, menyortir dan mengatur data yang di
kumpulkan serta mendokumentasikan data dalam format yang bisa dibuka
kembali.
Pengkajian digunakan untuk mengenali dan mengidentifikasi masalah dan
kebutuhan kesehatan klien secara keperawatan baik fisik, mental, social, dan
lingkungan (Setiawan, 2019).
Adapun pengkajian Menurut Setiawan 2019 meliputi :
a. Identitas
1) Identitas Klien
Nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, umur, alamat, pendidikan, pekerjaan,
agama, suku, diagnose medis, tindakan medis, tanggal masuk, tanggal operasi dan
tanggal pengkajian.
2) Identitas penanggung jawab
Nama, umur, jennies kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, hubungan
dengan klien dan sumber biaya.
b. Riwayat Kesehatan
Dilakukan untuk menggali masalah keperawatan lainnya sesuai keluhan pasien.
1) Keluhan Utama
Klien post operasi apendiktomi biasanya mengeluh nyeri pada luka operasi dan
keterbatasan aktivitas.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien yang telah menjalani operasi pada umumnya mengeluh nyeri pada luka
operasi yang akan bertambah saat digerakkan atau ditekan dan umumnya
berkurang setelah diberi obat dan istirahat. Keluhan dikaji dengan menggunakan
PQRST. Setelah dilakukan pengkajian Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk
dengan skala nyeri lebih dari lima (1-10). Nyeri akan terlokalisasi diarea operasi

xix
dapat pula menyebar di seluruh abdomen dan paha kanan dan umumnya menetap
sepanjang hari. Nyeri mungkin dapat mengganggu aktivitas sesuai dengan
rentang toleransi masing-masing klien.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Berisi pengalaman penyakit sebelumnya, apakah memberi pengaruh pada
penyakit yang di derita sekarang serta apakah pernah mengalami pembedahan
sebelumnya.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang menderita sakit yang
sama seperti klien, dikaji pula mengenai adanya penyakit keturunan atau menular
dalam keluarga.
5) Riwayat Psikologis
Secara umum klien dengan post operasi apendisitis tidak mengalami
penyimpangan dalam fungsi psikologis. Namun tetap perlu dilakukan mengenai
kelima konsep diri klien (citra tubuh, identitas diri, fungsi peran, ideal diri dan
harga diri).
6) Riwayat Sosial
Klien dengan post operasi apendisitis tidak mengalami gangguan dalam
hubungan sosial dengan orang lain, akan tetapi tetap harus dibandingkan
hubungan sosial klien antara sebelum dan sesudah menjalani operasi.
7) Riwayat Spiritual
Pada umumnya klien yang menjalani perawatan akan mengalami keterbatasan
dalam aktivitas, begitu juga dalam kegiatan ibadah. Perlu dikaji keyakinan klien
terhadap keadaan sakit dan motivasi auntuk kesembuhannya.
8) Kebiasaan Sehari-hari
Setelah klien menjalani operasi apendisitis pada umumnya mengalami kesulitan
dalam beraktivitas karena nyeri dan kelemahan. Klien dapat mengalami gangguan
dalam perawatan diri (mandi, gosok gigi, perawatan kembali kedalam rentang
normal nya). Kemungkinan klien akan mengalami mual muntah dan konstipasi
pada periode awal post operasi karena pengaruh anastasi. Intake oral dapat mulai
diberikan setelah fungsi pencernaan kembali normal. Klien juga dapat mengalami

xx
penurunan keluaran urin karena adanya pembatasan masukan oral. Keluaran urin
akan berangsur normal setelah peningkatan masukan oral. Pada pola istirahat
klien dapat terganggu ataupun tidak terganggu, tergantung toleransi klien terhadap
nyeri yang dirasakan.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi :
1) Keadaan umum
Klien post operasi apendisitis mencapai kesadaran penuh setelah beberapa jam
kembali dari meja operasi, penampilan menunjukkan keadaan sakit ringan sampai
berat tergantung pada periode akut rasa nyeri. Tanda vital pada umumnya stabil
kecuali akan mengalami ketidakstabilan pada klien yang mengalami perforasi
apendiks.
2) Sistem Pernafasan
Klien post operasi apendisitis akan mengalami penurunan atau peningkatan
frekuensi nafas (takipneu) serta pernafasan dangkal, sesuai yang dapat ditoleransi
oleh klien.
3) Sistem Kardiovaskuler
Umumnya klien mengalami takikardi (sebagai respon terhadap stres dan
hipovolemia), mengalami hipertensi (sebagai respon terhadap nyeri), hipotensi
(kelemahan dan tirah baring). Pengisian kapiler biasanya normal, dikaji pula
keadaan konjungtiva, adanya sianosis dan auskultasi bunyi jantung.
4) Sistem Pencernaan
Adanya nyeri pada luka operasi di abdomen kanan bawah saat dipalpasi. Klien
post operasi apendisitis biasanya mengeluh mual muntah, konstipasi pada awitan
awal post operasi dan penurunan bising usus, akan tampak adanya luka operasi di
abdomen kanan bawah bekas sayatan operasi. Inspeksi abdomen untuk memeriksa
perut kembung akibat akumulasi gas. Memantau asupan oral awal klien yang
beresiko menyebabkan aspirasi atau adanya mual dan muntah. Kaji pula
kembalinya peristaltik setiap 4-8 jam. Auskultasi perut secara rutin untuk
mendeteksi suara usus kembali normal, 5-30 bunyi keras per menit pada masing-
masing kuadran menunjukkan gerak peristaltik yang telah kembali. Tanyakan

xxi
apakah klien membuang gas (flatus), ini merupakan tanda penting yang
menunjukkan fungsi usus normal
5) Sistem Perkemihan
Awal post operasi klien akan mengalami penurunan jumlah output urin, hal ini
akan terjadi karena adanya pembatasan intake oral selama periode awal post
operasi apendisitis.
6) Sistem Muskuluskeletal
Secara umum, klien dapat mengalami kelemahan karena tirah baring post operasi
dan kekakuan. Kekuatan otot berangsur membaik seiring dengan peningkatan
toleransi aktivitas.
7) Sistem Intergumen
Akan tampak adanya luka operasi diabdomen kanan bawah karena insisi bedah
disertai kemerahan (biasanya pada awitan).
8) Sistem persarafasan
Umumnya, klien tidak mengalami penyimpangan dalam persarafan. Pengkajian
fungsi persarafan meliputi tingkat kesadaran, saraf kranial dan reflek.
9) Kenyamanan Nyeri
insisi akut menyebabkan penderita menjadi cemas dan mungkin
bertanggungjawab atas perubahan sementara tanda vital. Kaji nyeri penderita
dengan skala nyeri.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan yang
aktual dan potensial. Yang dimaksud dengan masalah aktual adalah masalah yang
ditemukan pada saat dilakukan pengkajian. Sedangkan masalah potensial adalah
kemungkinan akan timbul kemudian (Indrawan, 2019)
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien post op apendiktomi
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI., 2017). Dengan data yang mendukung adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan :
a. Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma
b. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat

xxii
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan :
a. Penyakit kronis (mis. Diabetes mellitus)
b. Efek prosedur invasive
c. Malnutrisi
d. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
e. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :
1) Gangguan peristaltic
2) Kerusakan integritas kulit
3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan bagian dari fase pengorganisasian dalam
proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan
dalam usaha membantu, memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan
klien (Tim Pokja SIKI DPP PPNI., 2017).
Tabel 2.1
Diagnosis (SDKI), Luaran (SLKI), dan Intervensi (SIKI)

No Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan


Keperawatan (SLKI, 2017) (SIKI, 2017)
(SDKI, 2017)

1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


agen pencedera tindakan keperawatan
fisik selama 3x24 jam maka Observasi :
Tingkat nyeri menurun  Identifikasi lokasi,
dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi,
 Keluhan nyeri dari frekuensi, kualitas,
meningkat menjadi intensitas nyeri
menurun  Identifikasi skala
 Meringis dari nyeri
meningkat menjadi  Identifikasi respons
menurun nyeri non verbal
 Gelisah dari  Identifikasi faktor
meningkat menjadi yang memperberat
menurun dan memperingan
 Frekuensi nadi dari nyeri
memburuk menjadi  Identifikasi

xxii
i
membaik pengetahuan
 Pola napas dari dan keyakinan
memburuk menjadi tentang nyeri
membaik  Identifikasi
 Tekanan darah dari pengaruh budaya
memburuk menjadi terhadap respon
membaik nyeri
 Fokus dari  Identifikasi
memburuk menjadi pengaruh nyeri pada
membaik kualitas hidup
 Monitor
keberhasilan terapi
komplementer yang
sudah diberikan
 Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik

xxi
v
Terapeutik:
 Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat,
 aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
 Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat
dan tidur
 Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
 Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
analgetik, Jika perlu

xxv
Intervensi dukungan :
Terapi relaksasi

Observasi :
 Identifikasi penurunan
tingkat energy, ketidak
mampuan
berkonsentrasi, atau
gejala lain yang
mengganggu
kemampuan kognitif
 Identifikasiteknik
relaksasi yang
 Pernah efektif
digunakan
 Identifikasi kesediaan,
kemampuan dan
penggunaa teknik
sebelumnya
 Periksa ketegangan
otot, frekuensi nadi,
tekanan darah, dan
suhu sebelum dan
sesudah latihan
 Monitir respons
 terhadap terapi
relaksasi

Terapeutik :
 Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika
memungkinkan
 Berikan in formasi
tertulistentang
persiapan dan
 prosedur teknik
relaksasi
 Gunakan pakaian
longgar
 Gunakan nada suara
lembut dengan

xxv
i
irama lambat dan
berirama
 Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau
tindakan medis lain,
jika sesuai

Edukasi :
 Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan, dan
jenis relakasasi yang
tersedia (mis. Napas
dalam)
 Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi
yang dilakukan
 Anjurkan mengambil
posisi nyaman
 Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
 Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik yang
dipilih
 Demonstrasikan dan
latih teknik relaksasi
(mis.napas dalam)
4. Implementasi keperawatan
Implementasi atau Pelaksanaan keperawatan adalah realisasi dari
perencanaan tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi pengumpulan data berkelanjutan,
mengobservasi respons klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan serta
menilai data yang baru (Sari, 2020)
5. Evaluasi keperawatan
Menurut Rohmah dan Walid (2014) evaluasi adalah penilaian dengan cara
membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan
dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Sari, 2020).

xxv
ii
Untuk memudahkan perawat dalam melakukan evaluasi atau memantau
perkembangan pasien, digunakan komponen Penggunaannya tergantung dari
kebijakan setempat. Adapun pengertian SOAP adalah sebagai berikut:
S : Data subjektif Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan oleh
pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan
O : Data objektif Data berdasarkan hasil pengamatan perawat secara langsung
kepada pasien dan yang dirasakan pasien setlah dilakukan tindakan keperawatan
A : Analisis Interpretasi dari data subjektif dan data objektif. Analisis merupakan
diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga dapat dituliskan
masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan pasien
yang telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif
P : Planning Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi atau ditambahkan dalam rencana tindakan keperawatan yang telah di
tentukan sebelumnya.

D. Tindakan Keperawatan : Penerapan Penatalaksanaan Terapi Relaksasi


1. Teknik relaksasi napas dalam
a. Pengertian
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan,
yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan
nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan nafas secara perlahan (Purbalingga, 2018)
b. Tujuan
1) Mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
2) Untuk menciptakan perasaan yang nyaman dan tenang
3) Untuk mengurangi kecemasan yang memperburuk presepsi nyeri
4) Agar pasien tidak mengalami stress
5) Melemaskan otot untuk menurunkan ketegangan dan kejenuhan yang biasanya
menyertai nyeri
c. Indikasi
1) Pasien yang mengalami nyeri akut tingkat ringan sampai dengan sedang akibat

xxv
iii
penyakit yang kooperatif
2) Pasien dengan indikasi nyeri kronis
3) Pasien dengan nyeri pasca operasi
4) Pasien yang mengalami stress
d. Tahap pra interaksi
1) Membaca status klien
2) Mencuci tangan
3) Mempersiapkan alat dan bahan : satu bantal
e. Tahap orientasi
1) Memberikan salam terapeutik
2) Melakukan evaluasi atau validasi terhadap kondisi klien
3) Melakukan kontrak waktu, tempat dengan klien
4) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan pada klien
5) Memasang sampiran
f. Tahap kerja
1) Ciptakan lingkungan yang tenang
2) Usahakan tetap rileks dan tenang
3) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui
hitungan 1,2,3
4) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas
atas dan bawah rileks
5) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
6) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara
perlahan-lahan
7) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
8) Usahakan agar tetap konsentrasi
9) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
10) Latihan dilakukan dalam 2 sesi yaitu pada pagi haripukul 09.00 dan siang hari
pukul 13.00. setiap sesi latihan nafas dalam dilakukan sebanyak 3 kali
g. Tahap terminasi
1) Evaluasi hasil kegiatan

xxi
x
2) Lakukan kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3) Mencuci tangan
h. Dokumentasi
1) Catat waktu pelaksanaan tindakan
2) Catat respon klien terhadap teknik distraksi
Adapun pengelolaan intensitas nyeri klien dengan post appendiktomy yaitu
dengan farmakologi dan nonfarmakologi. Pengelolaan intensitas nyeri dengan
nonfarmakologi antara lain adalah Relaksasi nafas dalam, Teknik Relaksasi nafas
dalam ini dipercaya dapat menurunkan intensitas nyeri.
A. Fokus Studi Kasus
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri pada Tn.N post operasi
apendiktomi di Ruang Mamminasa Baji
2. Penerapan teknik relaksasi napas dalam pada Tn.N post operasi
apendiktomi dengan kebutuhan rasa nyaman nyeri

B. Definisi Operasional
1. Post operasi apendiktomi dalam penelitian ini adalah pasien yang telah diberikan
tindakan pembedahan yaitu apendiktomi.
2. apendiktomi adalah operasi pengangkatan atau pembedahan pada apendix
vermiformis yang telah terinfeksi.
3. Rasa nyaman nyeri adalah sesuatu yang sangat subjektif dan tidak ada ukuran
yang objektif padanya, sehingga hanyalah orang yang merasakannya yang paling
akurat dan tepat dalam mendefinisikan nyeri.
4. Penataklasanaan nyeri non farmakologi yang dilakukan adalah dengan teknik
relaksasi napas dalam yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
teknik melakukan relaksasi napas dalam untuk menurunkan rasa nyeri.
5. Studi kasus dengan menggunakan asuhan keperawatan adalah rangkaian proses
keperawatan pada individu yang mengalami gangguan metabolisme dengan
melalui pengkajian, menetapkan diagnosis, menyusun intervensi, melakukan
implementasi, serta melakukan evaluasi pada klien

xxx
C. Instrumen
Instrumen studi kasus atau disebut alat pengumpulan data :
1. Format pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi
keperawatan
2. Format informed consent
3. Format standar operasional prosedur (SOP

D. Analisa dan Penyajian Data


Data yang ditemukan saat pengkajian dikelompokkan dan dianalisis
berdasarkan data subjektif dan objektif, sehingga dapat dirumuskan diagnosa
keperawatan, kemudian menyusun rencana keperawatan dan melakukan
implementasi serta evaluasi keperawatan dengan cara dinarasikan. Analisis
selanjutnya membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada
pasien dengan teori dan penelitian terdahulu.

xxx
i
BAB III
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkaji : Kelompok 3A Tanggal pengkajian : 01-11-2023
Ruangan : Mamminasa Baji
Waktu pengkajian : 13.39 wita

1) IDENTITAS
PASIEN
a. Nama : Tn. N
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Umur : 27 Tahun 8 bulan 25 Hari
d. Agama : Islam
e. Status Perkawinan : Menikah
f. Pekerjaan : Pegawai Swasta
g. Pendidikan Terakhir : SMA
h. Alamat : Lingk. Maccero
i. No. CM : 425529
j. Diagnostik Medis : Appendictomy

PENANGGUNG JAWAB
a. Nama : Ny. T
b. Umur : 27 Thun
c. Pekerjaan : IRT
k. Alamat : Lingk. Maccero

2) RIWAYAT KEPERAWATAN
a. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN
Riwayat Penyakit Sekarang
1) Keluhan utama : Saat di kaji Klien mengeluh nyeri pada bagian
perut kanan bawah di tempat yang telah dioperasi
2) Kronologi penyakit saat ini :
- Pasien mengatakan merasakan nyeri pada bagian perut kana
bawah ditempat yang telah dioprasi. Pasien mengatakan
sempat dirawat dirumah oleh anaknya, akan tetapi tidak ada
perkembangan jadi pasien dan keluarga memutuskan untuk

xxx
ii
kerumah sakit agar mendapatkan perawatan dan pengobatan
yang lebih lengkap.
3) Pengaruh penyakit terhadap pasien
- Selama sakit pasien selalu mengalami nyeri, serta kesulitan
beraktivitas dan istirahat tidurnya juga menjadi terganggu.

4) Apa yang diharapkan pasien dari pelayanan Kesehatan


- Pasien berharap komunikasi dan terapi yang baik agar bisa
cepat pulih dari kondisinya saat ini.

b. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Genogram (minimal 3 generasi)
1) Dengan siapa pasien tinggal dan berapa jumlah keluarga?
- Pasien tinggal bersama istri /
2) Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa?
- Tidak
3) Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit menular atau
menurun?
- tidak
4) Bagaimana efek yang terjadi pada keluarga bila salah satu anggota
sakit ?
- Keluarga menjadi cemas dan sedih jika ada keluarga yang
sakit
Genogram :

5 5 5

Keterangan :
: Laki-Laki3
: Perempuan
: Sudah Meninggal
: Garis Keturunan

xxx
iii
: Pasien

Generasi Pertama (GI) : Kakek dan nenek pasien dari ayah dan ibu sudah
meninggal karena tidak diketahui penyebabnya.
Generasi Kedua (GII) : Bapak pasien sudah lama meninggal karena sakit
asma, dan ibu pasien juga sudah lama meninggal
karena sakit.
Generasi Ketiga (GIII) : Pasien sekarang berumur 31 tahun, dengan
riwayat penyakit ADHF, pasien merupakan anak
ke-6 dari 6 bersaudara. Satu diantaranya telah
meninggal dunia.

c. PENGKAJIAN BIOLOGIS (Dikaji sebelum dan sesudah sakit)


RASA AMAN DAN NYAMAN
No Kegiatan Sebelum Sakit Saat Sakit
Nyeri ekstremitas
1. Provokatif Ada
atas
2. Quality Ada Seperti tetusuk-tusuk
3. Region Tidak ada Bagian perut dan kaki
4. Skala seviritas Tidak ada Skala 5 (sedang)
Nyeri akut, yang
muncul tiba-tiba
5. Timing Tidak ada
terutama saat mau
berjalan
Nyeri mengganggu Mengganggu
6 Tidak mengganggu
aktivitas aktivitas tidur
Yang dilakukan
untuk mengatur posisi yang
7 Tidak ada
mengurangi/menghil nyaman
angkan nyeri
Yang digunakan
Diberikan obat anti
8 untuk mengurangi Tidak ada
nyeri
nyeri efektif
Riwayat
9 Tidak ada Tidak ada
pembedahan

d. AKTIFITAS ISTIRAHAT – TIDUR


AKTIFITAS

xxx
iv
No Kegiatan Sebelum Sakit Saat Sakit
Kegiatan olahraga
1. Jarang Tidak ada kegiatan
karena pasien selalu
berbaring di tempat
tidur
Menggunakan alat
2. Tidak Tidak ada
bantu dalam
aktivitas
Gangguan aktivitas
3 Tidak ada Tidak
Berapa lama
4 Pasien melakukan Tidak ada
melakukan aktivitas
aktivitas perhari ± 8
sehari dan jam
jam
berapa mulai kera
Keterampilan
5 Tidak ada Tidak ada
khusus
Bagaimana istirahat
6 - Pasien mengatakan
klien saat sakit saat
sangat terganggu,
ini
karena nyeri yang
dirasakan

e. ISTIRAHAT

No Kegiatan Sebelum Sakit Saat Sakit


Kapan dan berapa
1. Siang ± 2 jam, dan ± 2 jam siang maupun
lama waktu
malam ± 8 jam malam sebelum tidur
beristirahat
Kegiatan untuk
2. Berjualan Tidak ada
mengisi waktu
luang
Menyediakan waktu
3 Tidak Tidak ada
khusus untuk
istirahat
Pengisian waktu
4 Tidak ada Tidak ada
luang sesuai hoby
Istirahat klien saat
5 - Terganggu tidak
ini
teratur, merasa tidak
nyaman

f. TIDUR
No
Kegiatan Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Lama tidur perhari ± 9 jam/hari Setelah dirawat

xxx
v
beberapa hari di rs,
pasien mulai bisa tidur
malam seperti biasa.
Hanya sesekali
terbangun saat ingin
BAK
2. Kondisi saat ini Tidak ada Ya
menggangu klien
3. Menggunakan obat Tidak Tidak
penenang

4. Kegiatan menjelang Nonton televisi Nonton televisi atau


tidur atau HP HP

5. Kebiasaan tidur Tidak Ada Tidak ada

6. Sering terjaga saat Tidak Ada Ya, pasien sering


tidur terbangun saat tidur

7. Pernah mengalami Tidak Tidak


gangguan tidur

g. CAIRAN
No Kegiatan Sebelum Sakit Saat Sakit
Banyaknya pasien
1. ± 2 liter/hari ± 2,5 liter/hari
minum perhari
Minuman yang
2. Air putih
disukai dan yang
biasa diminum klien
Minuman yang
3 Tidak ada Yang manis-manis
disukai/dipantang
Kebiasaan minum
4 Pernah Tidak pernah
alcohol
Pola pemenuhan
5 Tidak ada melalui oral
cairan perhari
Program
6 Tidak ada Tidak ada
pembatasan cairan

h. NUTRISI

xxx
vi
No Kegiatan Sebelum Sakit Saat Sakit
Nasi, lauk pauk dan
1. Jenis Makanan sayur (hanya Nasi, sayur dan lauk
sesekali)
Pola pemenuhan Tidak ada, dan Masih sama2-3 x/hari,
2 nutrisi klien, berapa kebiasaan makan 2- hanya porsinya lebih
kali perhari 3 x/hari sedikit
Makanan yang
Makanan yang berkuah, selama sakit
Semua jenis
3 disukai, makanan pantang makanan
makanan
yang dipantang yang bersantan dan
daging
Riwayat alergi pada
4 Tidak ada Tidak ada
makanan
Apakah ada
5 Tidak ada Tidak ada
kesulitan menelan
Alat bantu dalam
6 Tidak ada Tidak ada
makan
Gangguan
7 Tidak ada Tidak ada
pencernaan
Kondisi gigi klien,
jumlah gigi, gigi
8 gigi bersih gigi bersih
palsu dan kekuatan
gigi
Riwayat
pembedahan dan
9 pengobatan yang Tidak ada Tidak ada
berkaitan dengan
sistem pencernaan

i. ELIMINASI: URINE DAN FESES

No Kegiatan Sebelum Sakit Saat Sakit


Eleminasi Feses :
1. Pola defekasi BAB lancar BAB lancer
2. Penggunaan obat Tidak ada Tidak ada
pencahar
Kesulitan dalam
3. Tidak ada Tidak ada
BAB

xxx
vii
Usaha yang
4. Tidak ada Tidak ada
dilakukan klien
untuk mengatasi
masalah
Penggunaan alat
5. Tidak ada Tidak
bantu untuk defekasi
Eleminasi Urine
Pola BAK teratur
1. Teratur Teratur
Ada kesulitan BAK
2. Tidak Tidak
Pola BAK
3.
a. Frekuensi
b. Warna a. 5-8x/hari a. 5x10/hari
c. Bau b. kadang jernih b. kuning
d. Perubahan yang atau kuning tapi
terjadi c. pesing
tidak pekat
c. pesing
Riwayat
4. Tidak ada Tidak ada
pembedahan dan
penggunaan alat
bantu miksi

j. KEBUTUHAN OKSIGENASI DAN KARBONIKSIDA


PERNAFASAN.

1) Apakah ada kesulitan dalam bernafas? Bunyi nafas? Dypsnue?


Whezing
2) Apakah yang dilakukan klien untuk mengatasi masalah?
Istirahat yang cukup
3) Apakah klien menggunakan alat bantu pernafasan? (Ya, jelaskan
apa jenisnya)
Ya, nasal kanul
4) Posisi yang nyaman bagi klien?
Posisi semifowler
5) Apakah klien terbiasa merokok? Obat - obatan untuk melancarkan
pernafasan?
Pernah mengonsumsi rokok tapi berhenti sejak 1 bulan yang lalu dan
memakai semprotan agar pernafasannya tidak ada hambatan
6) Apakah ada elergi terhadap debu, obat - obatan dll?
Tidak ada

xxx
viii
7) Apakah klien pernah dirawat dengan gangguan pernafasan?
Tidak pernah
8) Apakah klien pernah punya Riwayat gangguan pernafasan dan
mendapat pengobatan?
Tidak pernah

k. KARDIOVASKULAR
1) Apakah klien cepat Lelah
Ya, saat terlalu banyak kegiatan atau aktivitas
2) Apakah klien keluhan berdebar – debar? Nyeri dada yang
menyebar?Pusing? Rasa berat didada?
Sesekali saat terlalu lelah
3) Apakah klien menggunakan alat pacu jantung?
Tidak
4) Apakah klien dapat obat untuk mengatasi gangguan
kardiovaskuler?
Tidak

l. PERSONAL HYGIENE
1) Bagaimanakah pola personal hygiene? Berapa kali mandi, gosok
gigi dll?
Sebelum sakit : baik, pasien mandi 2x sehari
Saat sakit : personal hygiene pasien baik, masih bisa dilakukan sendiri
2) Berapa hari klien terbiasa cuci rambut?
Sebelum sakit : sehari sekali
Saat saakit : belum pernah
3) Apakah klien melakukan bantuan dalam melakukan personal
hygiene?
Sebelum sakit : tidak
Saat sakit : tidak

m. SEX
1) Apakah ada kesulitan dalam hubungan sexsual?
Tidak dikaji
2) Apakah penyakit sekarang mempengaruhi/mengganggu fungsi
seksual?
Tidak dikaji

xxx
ix
3) Jumlah anak
Pasien mempunyai 1 orang anak

3) PEMERIKSAAN FISIK
a. KEADAAN UMUM
1) Kondisi klien secara umum
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan umum : pasien nampak lemah, meringis.

2) Tanda – tanda vital


Tekanan darah :140/70 mmHg
Nadi : 95x/menit
Temperature : 37,0⁰C
Pernapasan : 20x/menit
SpO2 : 95%

3) Pertumbuhan fisik:
TB : 160 cm
BB : 95 Kg

4) Keadaan kulit:
Warna : kulit putih
Tekstur : kulit kering
Kelainan kulit : Tidak ada

b. PEMERIKSAAN CEPALO KAUDAL


a. Kepala
1) Bentuk, keadaan kulit, pertumbuhan rambut.
Tidak ada benjolan, pertumbuhan rambut rata, terdapat warna
rambut.
2) Mata : Kebersihan mata bersih, sclera putih, tidak ada anemis
3) Telinga : Bersih tidak ada cairan di telinga
4) Hidung : tidak ada kelainan
b. Mulut : pasien mampu berbicara dengan baik, dan jelas
c. Leher : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid.

xl
d. Dada
Inspeksi
Bentuk dada : ekspansi dada simetris
Kelainan bentuk : tidak ada kelainan bentuk
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada bagian dada
Perkusi : tidak dikaji
Auskultasi : tidak dikaji

e. Abdomen
1) Inspeksi: simetris
2) Auskultasi: tidak dikaji
3) Perkusi: terdengar suara timpani
4) Palpasi: pasien mengatakan ada rasa nyeri di perut dan ada
edema.

f. Genetelia : tidak dikaji

g. Ekstremitas
1) Atas : tidak terdapat kelainan jari , kesimestrisan gerak terlihat
tidak simestris, kekuatan otot melemah
2) Bawah: kekuatan otot melemah, tidak ada varices, gerakan
panggul, lutut, pergelangan kaki ada bercak luka dan ada
edema.

4) PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium :
Tanggal : 15 November 2021
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
Kimia Darah
Albumin 3.66 3.3-5.0 g/dL
Bilirubin Total 0.016 <10 Mg/dL
Bilirubin Direct 0.07 <0.2 Mg/dL

Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan


Immunologi

xli
HbsAg Non Reaktif Non Reaktif
Anti HCV (Rapid) Non Reaktif Non Reaktif

5) TERAPI YANG DIBERIKAN


Alat-alat kesehatan yang terpasang :
- Terpasang Infuse Rl, dengan 20 tetes/menit terpasang ditangan
sebelah kiri.
Obat-obatan :
Nama Obat Pemberian Dosis
Ranitidine Intravena 1 Amp /IV/8jam
Ketorolak Intravena 1 Amp/IV/8jam

KLASIFIKASI DATA
A. DATA SUBJEKTIF B. DATA OBJEKTIF
Pasien mengatakan : Pasien nampak :
- Nyeri perut dan bagian - Lemah
ekstremitas bawah dan tampak - Meringis
ada edema - Memegang bagian perut
- Nyeri muncul saat ditekan dan ekstremitas bawah
- Nyeri seperti ditusu-tusuk yang nyeri
- Nyerinya membuat sulit tidur - PQRST :
- Sering terbangun saat tidur P : Nyeri saat dipegang
- cepat lelah saat terlalu banyak Q : seperti tertusuk-tusuk
aktivitas R : bagian perut dan
ekstremitas bawah dan
tampak ada edema
S : skala 5
T : Nyeri akut, yang
muncul tiba-tiba
- Tanda Tanda Vital :
TD :140/70 mmHg
Nadi : 95x/menit
Temperature : 37,0⁰C
Pernapasan : 20x/menit
SpO2 : 95%
TB : 160 cm
BB: 95 kg

xlii
1. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan :
Data Subjektif :
1) Klien mengatakan nyeri diperut kanan bawah pasca operasi
2) Klien mengatakan hal yang meringankan nyeri adalah istirahat
P : klien mengatakan nyeri karena adanya luka insisi pasca operasi
Q : klien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : daerah perut kanan bawah pasca operasi
S : skala 6 (sedang)
T : terjadi tiba-tiba Data Objektif :
1) Nampak klien meringis
2) Nampak klien lemah
3) Nampak klien berteriak menyebut sakit akibat nyeri TTV :
TD : 140/100 RR : 22 X/menit
N : 87 X/menit S : 36oC

2. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan

xliii
1 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
pencedera fisik keperawatan selama 3x24
jam maka tingkat nyeri Observasi :
menurun dan kontrol nyeri - Identifikasi lokasi,
meningkat dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil: frekuensi, kualitas,
- Keluhan nyeri dari intensitas nyeri.
meningkat menjadi - Identifikasi skala nyeri
menurun (dari skala 6
menjadi skala 3) Terapeutik :
- Meringis dari - Berikan teknik
meningkat menjadi nonfarmakologis untuk
menurun (klien sudah mengurangi rasa nyeri
tampak tenang) (teknik relaksasi napas
- Gelisah dari dalam)
meningkat menjadi
membaik (tidak Edukasi :
gelisah) - Ajarkan teknik
- Tekanan darah dari nonfarmakologis untuk
memburuk menjadi meredakan nyeri (yaitu
membaik (dari teknik relaksasi napas
- 140/100 mmHg dalam)
- menjadi 120/90
mmHg) Kolaborasi :
- Kemampuan - Kolaborasi pemberian
menggunakan analgetik, Jika perlu.
teknik
nonfarmakologis dari
menurun menjadi
- meningkat (klien dapat
mengaplikasikan teknik
nonfarmakologi)

3. Implementasi Keperawatan
Nama pasien : Tn.N
Ruang perawatan :
No.RM :

xliv
Diagnosa Medik : Post Operasi Apendiktomi

Implementasi Keperawatan Hari Ke-1

No Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan


1 11.00 1. Mengidentifikasi lokasi nyeri. S:
Hasil : klien menggatakan nyeri
1) Klien mengatakan nyeri diperut
di daerah perut kanan bawah
kanan bawah
bagian pasca operasi
2) Klien mengatakan nyeri terjadi tiba
2. Mengidentifikasi karakterristik
tiba
11.05 nyeri.
3) Klien mengatakan nyeri seperti
Hasil : klien mengatakan terasa
tertusuk-tusuk
tertusuk
3. Mengidentifikasi durasi nyeri
11.10 Hasil : klien mengatakan nyeri O:
terus-menerus
1) Nampak klien meringis
4. Mengidentifikasi frekuensi nyeri.
2) Nampak klien menjerit
11.15 Hasil :terjadi tiba-tiba.
mengatakan sakit
5. Mengidentifikasi skala nyeri
3) Nampak klien lemah
Hasil : klien mengatakan nyeri
4) Skala nyeri 6 (sedang)
11.20 berada pada skala 6 (sedang).
TTV :
6. Mengidentifikasi penyebab
meringis, gelisah dan tekanan TD : 140/100
11.25 darah meningkat
mmHg
Hasil : Klien mengatakan
menringis akibat nyeri yang di N : 87 x/menit
rasakan
RR : 22 x/menit
7. Menjelaskan tujuan dan prosedur
teknik nonfarmakologis S : 36oC
11.35 relaksasi napas dalam
Hasil : Nampak Klien dan A:
keluarga belum mengetahui 1) Masalah belum teratasi
tujuan teknik relaksasi napas
dalam dan enggan untuk

xlv
mendengarkan
11.45 8. Mengajarkan teknik relaksasi
P:
napas dalam yang dimana
a. Anjurkan rileks dan tenang 1) Intervensi 1, 2, 3, 4,
b. Menarik nafas dalam dari hidung 5, 6, 7, 8, 9 dan 10di lanjutkan
dan mengisi paru- paru dengan
udara melalui hitungan 1,2,3
c. Perlahan-lahan udara
dihembuskan melalui mulut
sambil merasakan ekstrimitas
atas dan bawah rileks
d. Anjurkan bernafas dengan irama
normal 3 kali
e. Menarik nafas lagi melalui
hidung dan menghembuskan
melalui mulut secara perlahan-
lahan
f. Membiarkan telapak
tangan dan kaki rileks
g. Usahakan agar tetap konsentrasi
h. Anjurkan untuk
mengulangi prosedur hingga
nyeri terasa berkurang
Hasil : Klien mampu mengikuti
teknik relaksasi napas dalam
secara perlahan-lahan
9. Menilai kemampuan
menggunakan teknik
nonfarmakologis
Hasil : jika nyeri tiba klien belum
dapat memfokuskan teknik
relaksasi napas dalam untuk
13.00 meredahkan nyeri
10.Mengkolaborasikan pemberian
analgetik
Hasil : Terapi infus Ringer
Laktat 20 tetes/menit, keterolac 1
gr/IV/8 jam.

13.20

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari Ke-2

xlvi
No Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
1 16.00 1. Mengidentifikasi lokasi nyeri. S:
Hasil : klien menggatakan
1. Klien mengatakan nyeri diperut
nyeri di daerah perut kanan
kanan bawah pasca operasi sedikit
bawah bagian pasca operasi
berkurang
berkurang
2. Klien mengatakan nyeri seperti
tertusuk-tusuk sudah mulai
16.05 2. Mengidentifikasi karakterristik
berkurang
nyeri.
3. Hasil : klien mengatakan nyeri
terasa tertusuk tusuk O:
berkurang
1. Nampak klien meringis
16.10
2. Nampak klien menjerit
4. Mengidentifikasi durasi nyeri
mengatakan sakit berkurang
Hasil : klien mengatakan
3. Nampak klien lemah
nyerinya sudah mulai
4. Skala nyeri 4 (sedang)
16.15 membaik
TTV :
5. Mengidentifikasi frekuensi TD : 130/90 mmHg N : 85 x/menit
nyeri. RR : 21 x/menit
Hasil : Klien mengatakan
S : 36oC
16.20 nyerinya sudah mulai
berkurang
A:
6. Mengidentifikasi skala 1. Masalah belum teratasi
16.25 nyeri Hasil : klien
mengatakan nyeri berada pada
P:
skala 4 (sedang).
1. Intervensi 1, 2, 3, 4,
7. Mengidentifikasi penyebab 5, 6, 7, 8, dan 9 di lanjutkan
meringis, gelisah dan tekanan
darah meningkat
16.35 Hasil : Klien mengatakan
menringis akibat nyeri yang di
rasakan berkurang

8. Menjelaskan tujuan dan


prosedur teknik
nonfarmakologis relaksasi
napas dalam
Hasil : klien dan keluarga
16.45 masi memerlukan bantuan
perawat untuk menjelaskan
ulang tujuan teknik relaksasi
napas dalam

xlvi
i
18.00 9. Mengajarkan teknik relaksasi
napas dalam yang dimana :
a. Anjurkan rileks dan tenanga
b. Menarik nafas dalam dari
hidung dan mengisi paru- paru
dengan udara melalui hitungan
1,2,3
c. Perlahan-lahan udara
dihembuskan melalui mulut
sambil merasakan ekstrimitas
atas dan bawah rileks
d. Anjurkan bernafas dengan
irama normal 3 kali
e. Menarik nafas lagi melalui
hidung dan menghembuskan
melalui mulut secara perlahan-
lahan
f. Membiarkan telapak
tangan dan kaki rileks
g. Usahakan agar tetap konsentrasi
h. Anjurkan untuk mengulangi
prosedur hingga nyeri terasa
berkurang
Hasil : Klien mampu mengikuti
18.10 arahan perawat
10. Menilai kemampuan
menggunakan teknik
nonfarmakologis
Hasil : jika nyeri tiba klien
sudah dapat memfokuskan
teknik relaksasi napas dalam
untuk meredahkan nyeri
11. Mengkolaborasikan
pemberian analgetik
Hasil : Terapi infus Ringer
Laktat 20 tetes/menit, keterolac
1 gr/IV/8 jam.

Implementasi Keperawatan Hari Ke-3

No Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan

xlvi
ii
1 19.00 1. Mengidentifikasi lokasi nyeri. S:
Hasil : klien menggatakan
1.
Klien mengatakan tidak
tidak lagi merasakan nyeri di
lagi merasakan nyeri
daerah perut kanan bawah
diperut kanan bawah
bagian pasca operasi
pasca operasi
2. Klien mengatakan tidak
19.05 2. Mengidentifikasi karakterristik
lagi merasakan nyeri
nyeri.
seperti tertusuk- tusuk.
Hasil : klien mengatakan tidak
lagi merasakan nyeri seperti
tertusuk tusuk O:
1. Klien Nampak sehat sudah
19.10 3. Mengidentifikasi durasi nyeri
tidak meringis lagi
Hasil : klien mengatakan
2. Nampak klien sudah
sudah tidak lagi merasakan nyeri
membaik tidah terlihat
lemah
19.15 4. Mengidentifikasi frekuensi nyeri.
3. Skala nyeri 2 (ringan)
Hasil : Klien mengatakan
TTV :
nyerinya sudah mulai membaik
TD : 120/80 mmHg N : 82
5. Mengidentifikasi skala nyeri
x/menit
19.20 Hasil : klien mengatakan nyeri
berada pada skala 2 (ringan). RR : 20 x/menit
S : 36oC
6. Mengidentifikasi penyebab
19.25 meringis, gelisah dan tekanan
darah meningkat
A:
Hasil : Klien sudah tidak nampak
menringis akibat nyeri yang di 1. Masalah teratasi
rasakan
P:
7. Menjelaskan tujuan dan prosedur
19.35 teknik 1. Intervensi 1, 2, 3, 4, 5,
nonfarmakologis relaksasi napas 6, 7, 8, dan 9 di
dalam hentikan
Hasil : klien dan keluarga sudah
mulai melakukan teknik relaksasi
napas dalam secara mandiri.

8. Mengajarkan teknik relaksasi


19.45 napas dalam yang dimana :
a. Anjurkan rileks dan tenang
Menarik nafas dalam dari
hidung dan mengisi paru- paru
dengan udara melalui hitungan
1,2,3
c. Perlahan-lahan udara

xlix
4. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang biasa di tegakkan pada penderita pasien post
operasi apendiktomi yaitu berupa resiko pendarahan, resiko syok, gangguan
pernafasan, resiko infeksi, dan nyeri (Awaluddin, 2020).
Dari data pengkajian yang didapatkan kami kelompok 3A tidak semua
Mengankat diagnosa keperawatan yang ada dalam teori terdapat pada pasien.
Adapun diagnosa keperawatan yang tidak terdapat pada studi kasus ini yaitu
resiko perdarahan, resiko syok, gangguan pernapasan, dan resiko infeksi.
Alasan mengapa diagnosa tersebut tidak di munculkan karena kondisi yang
klien alami tidak cukup untuk mengangkat diagnosa yang lain. Adapun diagnosa
lain bisa muncul dapat diakibatkan oleh nyeri. timbulnya nyeri inilah yang
membuat masalah kebutuhan yang lain tergangu. Ketika nyeri akut sudah teratasi
maka diagnosa atau kebutuhan yang lain juga akan kembali normal.
5. Intervensi Keparawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang di kerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan. (PPNI, 2018)
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan konsep teori yang telah dapat
diterapkan secara actual terhadap pasien post operasi apendiktomi dalam
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman.
Tujuan intervensi keperawatan terhadap diagnosa keperawatan nyeri akut b.d
agen pencedera fisik yaitu setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24
jam maka tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil berdasarkan SLKI (Standar
Luaran Keperawatan Indonesia) : keluhan nyeri dari meningkat menjadi menurun,
meringgis dari meningkat menjadi
menurun, gelisah dari meningkat menjadi membaik tekanan darah dari memburuk
menjadi membaik, kemampuan menggunakan teknik nonfarmakologis teknik
relaksasi napas dalam dari menurun menjadi meningkat (PPNI,2018).

l
Berdasarkan tujuan dari kriteria hasil tersebut kemudian kami menyusun
intervensi keperawatan berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia) yaitu teknik relaksasi napas dalam : identifikasi lokasi, karakterristik,
frekuensi nyeri, mengidentifikasi skala nyeri, jelaskan strategi meredakan nyeri,
menganjurkan rileks dan tenang, menganjurkan menarik napas melalui
perhitungan 1,2,3, perlahan lahan menganjurkan menghembuskan melalui mulut
sambil merasakan rileks guna mengalihkan nyeri, anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri dan kolaborasi pemberian analgetik (Purbalingga, 2018).

6. Implementasi Keperawatan
Implementasi atau Pelaksanaan keperawatan adalah realisasi dari perencanaan
tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan
dalam pelaksanaan meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi
respons klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan serta menilai data yang
baru (Sari, 2020).
Berdasarkan masalah keperawatan tersebut peneliti melakukan implementasi
selama 3 hari atau 3x24 jam sesuai dengan intervensi yang telah dibuat dengan
memperhatikan aspek tujuan dan kriteria hasil dalam rentang yang telah
ditentukan. Adapun intervensi keperawatan yang telah ditentukan berdasarkan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yaitu : teknik relaksasi napas
dalam.
Dalam jurnal penelitian yang dilakukan oleh Permatasari pada tahun 2015
menunjukan bahwa intervensi manajemen nyeri salah satu tindakannya adalah
terapi relaksasi napas dalam dapat membantu menurunkan tingkat nyeri bagi
pasien dengan kasus post operasi apendiktomi (Permatasari, 2015), hal ini dapat
sejalan dengan intervensi pada penelitian ini yang menerapkan intervensi
manajemen nyeri salah
satunya adalah terapi relaksasi napas dalam dengan berkolaborasi
pemberian obat analgetik.

7. Evaluasi Keperawatan

li
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon klien setelah dilakukan
intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah di
berikan. Evaluasi keperawatan adalah kegiatan terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana
keperawatan dilanjutkan , merevisi rencana atau menghentikan rencana
keperawatan (Manurung,2017).
Evaluasi keperawatan pada Tn.N dilakukan dengan metode SOAP (subyektif,
obyektif, analisis, dan planning), metode ini digunakan untuk mengetahui
keefektifan dari tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai tujuan dan kriteria
hasil yang diharapkan.
Evaluasi keperawatan untuk diagnosa nyeri akut, pada hari pertama selasa 2
November 2023 pukul 13:00 WITA yaitu klien mengatakan nyeri pada bagian
perut kanan bawah akibat adanya luka insisi pasca operasi, klien mengatakan
nyeri tertusuk tusuk, nampak klien pucat, lemah, meringis, masalah klien belum
teratasi, memgajarkan klien teknik relaksasi napas dalam dan intervensi di
lanjutkan.
Evaluasi keperawatan pada hari kedua jumat, 3 november 2023 pukul 0
WITA yaitu klien mengatakan nyeri dibagian perut kanan bawah akibat adanya
luka insisi pasca operasi berkurang, klien mengatakan nyeri yang dirasakan
seperti tertusuk-tusuk berkurang, nampak klien pucat berkurang, nampak klien
lemah berkurang, nampak klien meringis berkurang, masalah belum teratasi,
mengajarkan teknik relaksasi napas dalam dan intervensi dilanjutkan.
Evaluasi keperawatan hari ketiga sabtu, 2023 pukul 09:00 WITA yaitu
keadaan klien sudah membaik, klien mengatakan tidak merasakan nyeri lagi, klien
mampu melakukan teknik relaksasi napas dalam secara mandiri, masalah teratasi
dan intervensi dihentikan.pasien dipulangkan.

lii
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan studi kasus pada gerbong kdp melalui pendekatan proses
keperawatan di RSUD Labuang Baji Kota Makassar dengan mengacu pada tujuan
yang dicapai, maka kami kelompok 3A mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam pengkajian keperawatan Tn.N semua aspek bio, psiko, sosial, spiritual, dan
kultural harus dikaji dan melibatkan kerja sama keluarga untuk mendapatkan data
yang lengkap dan akurat karena setiap individu memberikan respon yang berbeda-
beda terhadap stimulus baik internal maupun eksternal sehingga membutuhkan
kejelian dalam menilai setiap respon atau gejala yang di tampakkan oleh klien
serta memerlukan kepekaan dan kemampuaan khusus dalam menginterpretasikan
dan menganalisa data pada klien dengan Apendiktomi dalam pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman nyeri.
2. Pada tahap diagnosa keperawatan, kami menegakkan diagnosa keperawatan
berdasarkan data-data yang didapatkan pada klien sesuai dengan kondisi dan
keadaan klien pada saat itu serta berdasarkan teori yang ada, kemudian
diperioritaskan berdasarkan kebutuhan dasar manusia menurut maslow dan
keluhan klien yang betul-betul mengancam kesehatan klien. Diagnosa yang
diangkat berdasarkan data yang diperoleh yaitu Nyeri Akut berhubungan dengan
Agen Pencedera Fisik.
3. Pada tahap perencanaan, penulis membuat dan menyusun rencana tindakan yang
disusun berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yaitu
teknik relaksasi napas dalam dengan kriteria hasil berdasarkan Standar Luaran

liii
Keperawatan Indonesia (SLKI) nyeri berkurang dan disesuaikan dengan
kebutuhan dan masalah klien untuk mengatasi masalah pada pasien apendiktomi
berdasarkan ilmu dan prosedur tindakan keperawatan
4. Pada tahap implementasi dalam melakukan asuhan keperawatan, disesuaikan
dengan rencana tindakan asuhan keperawatan yang dibuat
berdasarkan aplikasi teori SDKI, SLKI, dan SIKI sehingga tidak terjadi
kesenjangan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
5. Pada tahap evaluasi, setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 hari
dan kemudian dievaluasi akhir pada tanggal dengan hasil nyeri hilang dan klien
mampu mengatasi nyeri secara efektif.

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit


Diharapkan memberikan pelayanan kepada pasien lebih optimal dan
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
2. Bagi institusi pendidikan
Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana
yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan dalam melalui praktek klinik dan pembuatan
laporan

liv
DAFTAR PUSTAKA

Arifuddin, A., Salmawati, L., & Prasetyo, A. (2017). Faktor Resiko Kejadian
Apendisitis di Bagian Rawat Inap RSU Anutapura Palu. Jurnal Preventif, 8(1),
26–33. http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/Preventif/article/view/8344

Awaluddin. (2020). Risiko Terjadinya Apendis Faktoritis Pada Penderita Apendisitis


Di Rsud Batara Guru Belopa Kabupaten Luwu Tahun 2020. Jurnal Kesehatan,
7(1), 67–72. http://jurnalstikesluwuraya.ac.id/index.php/eq/article/view/30/21

Ayu Mira Darma Yani Martini Listrikawati, S.Kep., Ns, M. K. (2021). Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Apendiktomy Dengan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Aman Dan Nyaman. 6.

Fransisca, C., Gotra, I. M., & Mahastuti, N. M. (2019). Karakteristik Pasien dengan
Gambaran Histopatologi Apendisitis di RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2015-
2017. Jurnal Medika Udayana, 8(7), 2.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/51783/30720/

Indrawan, U. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Appendectomy


Perlaparotomy Eksplorasi dengan Nyeri Akut Diruang Marjan Bawah RSUD
dr.Slamet Garut. 1–67.

Pulungan, M. A. (2021). Literature Review: Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam


Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Apendisitis.

Purbalingga, R. G. T. (2018). Penerapan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Guna


Menurunkan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Apendiktomi Di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr.R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

Rahmawati. (2019). Penerapan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Pada Pasien Post
Operasi fraktur tibia Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman
Nyaman Di Rsud. Karya Tulis Ilmiah.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1983/9/KTI LUTFIANA.pdf

Sari, W. A. (2020). Asuhan Keperawatan pada klien post operasi Apendektomi dengan
nyeri akut di ruang melati lantai IV RSUD Soekardjo Tasikmalaya. 17.

Setiawan, H. (2019). Asuhan Keperawatan Post Apendiktomi Dengan Fokus Studi

lv
Nyeri Di Rsud Tidar Kota Magelang. In Journal of Chemical Information and
Modeling (Vol. 53, Issue 9).

Simamora, F. A., & Dkk. (2018). Jurnal kesehatan ilmiah indonesia (indonesian health
scientific journal). Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia, 3(2), 22–28.
TANJUNG, A. A. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami Post
Operasi Apendisitis Dengan Kerusakan Integritas Kulit Dalam Penerapan
Perawatan Luka. 151–156.

Wahyu Widodo, Neli Qoniah. (2020). Penerapan Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Menurunkan Intensitas Nyeri Pada Pasien Appendicitis Di Rsud Wates. Nursing
Science Journal (NSJ), 1(1) 25–28. https://doi.org/10.53510/nsj.v1i1.17

Wedjo, M. A. M. (2019). Asuhan Keperawatan Pada An. R. L dengan Apendisitis


Dalam Pemenuhan Kebutuhan Aman Nyaman di Wilayah RSUD Prof. dr. W.
Z. Johannes Kupang. In Journal of Chemical Information and Modeling (Vol.
53, Iss

lvi

Anda mungkin juga menyukai