Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN DESAIN INOVATIF

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


TEKNIK DISTRAKSI NAFAS RITMIK DALAM PENANGGANAN
MANAJEMEN NYERIPADA PASIEN POST OPERASI APENDISITIS
DI RUANGAN DAHLIA RS KARTIKA HUSADA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 17

1. HERSI 231133034
2. SRI RAHAYU 231133098
3. LILIANASARI 231133045
4. LILIS ATIKA SARI 231133046
5. FATTUROHMAN 231133028

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PONTIANAK


POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2023-2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hasirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat serta
hidayah-Nya, saya diberikan kekuatan untuk dapat menyusun proposal ini dengan
judul “TEKNIK DISTRAKSI NAFAS RITMIK DALAM PENANGGANAN
MANAJEMEN NYERIPADA PASIEN POST OPERASI APENDISITIS” hingga
selesai. Proposal ini dapat menjadi salah satu referensi untuk para pembaca, dan
menambahkan wawasan tentang manajemen cemas.
Meskipun telah berusaha untuk menghindarkan kesalahan, saya menyadari
juga bahwa makalah ini masih mempunyai kelemahan sebagai kekurangannya.
Karena itu, saya berharap agar pembaca berkenan menyampaikan kritikan.
Dengan segala pengharapan dan keterbukaan, saya menyampaikan rasa terima
kasih dengan setulus-tulusnya. Akhir kata, saya berharap agar makalah ini dapat
membawa manfaat kepada pembaca.

17 Desember 2023

Penulis

i
LEMBAR PENGESAHAN
DESAIN INOVATIF KELOMPOK
TEKNIK DISTRAKSI NAFAS RITMIK DALAM
PENANGGANAN MANAJEMEN NYERIPADA
PASIEN POST OPERASI APENDISITIS
DI RUANGAN DAHLIA RS KARTIKA HUSADA TK II

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ns. Azhari Baedlawi, M.Kep Ns. Annisa Widyasari, S.Kep

ii
iii
VISI DAN MISI

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam
Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di
Tingkat Regional Tahun 2020"

MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang
Berbasis Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
IPTEK dan Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri,
Transparan dan Akuntabel.
5. Mengembangkan kerjasama baik lokal maupun regional.

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Apendisitis merupakan suatu kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing.


Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan
laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Sebagai penyakit yang
paling sering memerlukan tindakan bedah kedaruratan, apendisitis merupakan keadaan
inflamasi dan obstruksi pada apendiks vermiformis. Apendiks vermiformis yang disebut
pula umbai cacing atau lebih dikenal dengan nama usus buntu, merupakan kantung kecil
yang buntu dan melekat pada sekum (Kowalak, 2011 dalam Faridah, 2015).
Apendisitis dapat terjadi pada segala usia dan baik laki – laki maupun perempuan.
Pada usia antara pubertas dan 25 tahun, prevalensi apendisitis lebih tinggi pada laki – laki
dibandingkan perempuan. Sejak terdapat kemajuan terapi antibiotik, insidensi dan angka
kematian karena apendisitis mengalami penurunan. Begitu pula sebaliknya apabila tidak
ditangani dengan benar, penyakit ini hampir selalu berkibat fatal (Kowalak, 2011 dalam
Faridah, 2015).
Pada umumnya post operasi apendiktomi mengalami nyeri akibat bedah luka operasi.
Respon nyeri yang dirasakan oleh pasien merupakan efek samping yang timbul setelah
menjalani suatu operasi. Nyeri yang disebabkan oleh operasi biasanya membuat para pasien
merasa kesakitan. Ketidaknyamanan atau nyeri dan harus diatasi dengan managemen nyeri,
karena kenyamanan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia (Patasik, 2013 dalam
Lasander, dkk 2016).
Dalam penatalaksanaan nyeri biasanya digunakan manajemen secara farmakologi
atau obat-obatan diantaranya yaitu analgesic, macam analgesic sendiri dibagi menjadi dua
yaitu, analgesic ringan (aspirin atau salisilat, parasetamol, NSAID) dan analgesic kuat
(morfin, petidin, metadon). Sedangkan tindakan secara non farmakologi yaitu berupa
tehnik distraksi (tehnik distraksi visual, distraksi pendengaran, distraksi pernafasan,
distraksi intelektual, imajinasi terbimbing) dan relaksasi (nafas dalam, meditasi, pijatan,
music dan aroma terapi)

5
dan tehnik stimulasi kulit. (Tamsuri, 2007 dalam Faridah, 2015). Distraksi yaitu teknik
pengalihan dari focus perhatian pasien terhadap nyeri kepada hal-hal atau stimulus yang
lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang dialami (Tamsuri, 2006 dalam
Rosdianto, dkk 2012).
Salah satu tehnik distraksi adalah dengan cara melakukan nafas ritmik. Peneliti
akan melakukan hal yang baru dalam mengatasi nyeri yaitu dengan cara melakukan nafas
ritmik dengan menganjurkan klien untuk memandang fokus pada satu objek (gambar) atau
memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan hitungan satu
sampai empat dan kemudian menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan dengan
menghitung satu sampai empat (dalam hati). Anjurkan klien untuk berkosentrasi pada
sensasi pernafasan dan terhadap gambar yang memberi ketenangan, lanjutkan tehnik ini
hingga terbentuk pola pernafasan ritmik (Tamsuri 2007 dalam Faridah, 2015).
Setelah membaca hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Faridah (2015)
bahwa dari 30 pasien yang diteliti, sebagian besar pasien mengalami tingkat nyeri post op
apndisitis ringan sebanyak 19 pasien (63,3%) dan hampir setengah pasien sebanyak 11
pasien (36,7%) mengalami tingkat nyeri post op apendisitis sedang. Berdasarkan hasil
pengujian dengan uji statistik Wilcoxon Sign Rank Test menggunakan software SPSS 18,0
dengan α=0,05 didapatkan p-sign=0,000 dimana p- sign<α maka H1 diterima artinya
terdapat pengaruh tehnik distraksi nafas ritmik terhadap intensitas nyeri pada pasien post
operasi apendisitis di ruang Bougenvile RSUD Dr. Soegiri Lamongan.

B. Tujuan
Tujuan dari desain inovatif ini adalah melakukan penatalaksanaan teknik distraksi
nafas ritmik dalam penanganan manajemen nyeri pada pasien post operasi appendistis.

C. Manfaat
1. Mahasiswa/i dapat memenerapkan teknik distraksi nafas ritmik dalam penanganan
manajemen nyeri pada pasien post operasi appendistis.
2. Pihak rumah sakit dapat memenerapkan teknik teknik distraksi nafas ritmik dalam
penanganan manajemen nyeri pada pasien post operasi appendistis.
3. Sebagai literatur bagi mahasiswa maupun petugas di rumah sakit.
4.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Nyeri


1. Definisi Nyeri
Nyeri merupakan suatu kondisi perasaan yang tidak nyaman disebabkan oleh
stimulus tertentu. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik, maupun
mental. Nyeri bersifat subjektif, sehingga respon setiap orang tidak samasaat merasakan
nyeri. Nyeri tidak dapat diukur secara objektif, misalnya dengan menggunakan
pemeriksaan darah. Orang yang merasakan nyeri yang dapat mengukur tingkatan nyeri
yang dialaminya (Potter, P, A & Perry, G dalam Wibowo, Anugerah, 2019).
Nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi
fisik, fisiologis, maupun emosional (Hidayat, A dalam Wibowo, 2019).
Menurut (Tetty, 2015) nyeri merupaakan kondisi berupa perasaan yang tidak
menyenangkan, bersifat sangat subjektif. Perasaan nyeri pada setiap orang berbeda dalam
hal skala ataupun tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.
Nyeri sering sekali dijelaskan dan istilah destruktif jaringan seperti ditusuk-tusuk,
panas terbakar, melilit, seperti emosi, pada perasaan takut, mual dan mabuk. Terlebih,
setiap perasaan nyeri dengan intensitas sedang sampai kuat disertai oleh rasa cemas dan
keinginan kuat untuk melepaskan diri dari atau meniadakan perasaan itu. Rasa nyeri
merupakan mekanisme pertahanan tubuh, timbul bila ada jaringan rusak hal ini akan
menyebabkan individu bereaksi dengan memindahkan stimulus nyeri.

2. Fisiologi Nyeri
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor
nyeri tersebar pada kulit dan mukosa dimana reseptor nyeri memberikan respon jika
adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimia seperti
histamine, bradikinin, prostaglandin dan macam-macam asam yang terlepas apabila
terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigen. Stimulasi yang lain dapat
berupa termal, listrik, atau mekanis. Nyeri dapat dirasakan jika reseptor nyeri tersebut
menginduksi serabut saraf perifer aferen yaitu serabut A-delta dan serabut C. Serabut
Adelta memiliki myelin, mengimpulskan nyeri dengan cepat, sensasi yang tajam, jelas

7
melokalisasi sumber nyeri dan mendeteksi intensitas nyeri. Serabut C tidak memiliki
myelin, berukuran sangat kecil, menyampaikan impuls yang terlokalisasi buruk, visceral
dan terus-menerus.
Menurut Potter & Perry Ketika serabut C dan A-delta menyampaikan rangsang dari
serabut saraf perifer maka akan melepaskan mediator biokimia yang aktif terhadap respon
nyeri, seperti : kalium dan prostaglandin yang keluar jika ada jaringan yang rusak.
Transmisi stimulus nyeri berlanjut di sepanjang serabut saraf aferen sampai berakhir di
bagian kornu dorsalis medulla spinalis. Didalam kornu dorsalis, neurotransmitter seperti
subtansi P dilepaskan sehingga menyebabkan suatu transmisi sinapsis dari saraf perifer ke
saraf traktus spinolatamus. Selanjutnya informasi di sampaikan dengan cepat ke pusat
thalamus (Kristanto, 2017).

3. Jenis-jenis Nyeri
a. Nyeri Akut
Nyeri Akut merupakan nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga
kurang dari 6 bulan biasanya dengan awitan tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan
cidera fisik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cidera telah terjadi.
Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri akut biasanya
menurun sejalan dengan terjadinya penyembuhan. Nyeri ini umumnya terjadi kurang
dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Salah satu nyeri akut yang
terjadi adalah nyeri pasca pembedahan.
b. Nyeri Kronik
Nyeri kronik merupakan nyeri konstan atau intermitern yang menetap
sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini juga sering di definisikan sebagai nyeri yang
berlangsung selama enam bulan atau lebih, meskipun enam bulan merupakan suatu
periode yang dapat berubah untuk membedakan nyeri akut dan nyeri kronis.

4. Manajemen Nyeri

a. Pendekatan Farmakologi
Analgesik merupakan metode penanganan nyeri yang paling umum dan sangat efektif.
Pemberian obat analgesic, yang dilakukan guna mengganggu atau memblokir
transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi kortikal
terhadap nyeri. Jenis analgesiknya adalah narkotik dan bukan narkotik (Hidayat,
2014). Ada tiga tipe angkatan analgesic (Potter & Perry, 2010), yaitu:

8
1) Non-opoid (asetaminofen dan obat anti inflamasi)
2) Opoid (Narkoyik)
3) Koanalgesik (variasi dari pengobatan yang meningkatkan analgesik atau
memiliki kandungan analgesic yang semula tidak diketahui).
b. Pendekatan Non-Farmakologi
1) Distraksi
Distraksi merupakan teknik nonfarmakologis yang paling umum
digunakan untuk manajemen perilaku selama tindakan. Distraksi adalah teknik
mengalihkan perhatian 15 pasien dari hal yang dianggap sebagai prosedur
yang tidak menyenangkan. Proses distraksi melibatkan persaingan untuk
mengalihkan perhatian antara sensasi yang sangat menonjol seperti nyeri
dengan fokus yang diarahkan secara sadar pada beberapa aktivitas
pemprosesan informasi lainnya. Pengembangkan teori yang menekankan pada
fakta bahwa kapasitas manusia untuk memperhatiakan terbatas, dalam teori
ditunjukkan bahwa seorang individu harus berkonsenstrasi pada rangsangan
menyakitkan untuk merasakan rasa sakit, oleh karena itu, persepsi rasa sakit
menurun ketika perhatian seseorang terdistraksi dari stimulus (Panda,2017).
Distraksi adalah sistem aktivitas yang kompleks menghambat stimulus
nyeri apabila seseorang menerima input sensorik yang berlebih. Dengan
adanaya stimulus sensorik, seseorang dapat mengabaikan atau tidak menyadari
akan adanya nyeri (Potter & Perry, 2010).
2) Effluarge Massage
Effluarge adalah bentuk masase dengan menggunakan telapak tangan
yang memberi tekanan lembut ke atas permukaan tubuh dengan arah sirkular
secara berulang (Reeder dalam Parulian, 2014). Langkah-langkah melakukan
teknik ini adalah kedua telapak tangan melakukan usapan ringan, tegas dan
konstan dengan pola gerakan melingkari abdomen, dimulai dari abdomen
bagian bawah di atas simphisi pubis, arahkan ke samping perut, terus ke
fundus uteri kemudian turun ke umbilicius dan kembali ke perut bagian bawah
diatas simpisi pubis, bentuk pola gerakannya seperti “ kupu-kupu”.
Effleuarage merupakan teknik masase yang aman, mudah untuk dilakukan,
tidak memerlukan banyak alat, tidak memerlukan biaya, tidak memiliki efek
samping dan dapat dilakukan sendiri atau dengan bantuan orang lain (Ekowati,
2011).

9
3) Terapi musik
Musik mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri dan membangun
respon relaksasi. Klien dapat melakukan (memainkan alat musik atau
bernyanyi) atau mendengarkan musik. Musik menghasilkan suatu keadaan
dimana klien sadar penuh melalui suara, henik,jarak, dan waktu. Klien
setidaknya perlu mendengarkan selama 15 menit agar mendapatkan efek
teraupiotik. Pengguna earphone membantu klien untuk lebih berkonsentrasi
terhadap suara musik agar tidak terganggu, dengan meningkatkan volume,
suara, sementara itu juga menghindar dari klien atau staf perawat yang lain
dirasa mengganggu (Potter & Perry, 2010).
4) GIM (Guided Imaagery Music)
Relaksasi guided imagery merupakan salah satu metode penatalaksaan
nyeri non farmakologis yang dapat digunakan oleh perawat. Hal ini bekerja
dengan mengubah persepsi kognitif dan motivasi afektif (Potter & Perry,
2010). Adanya perubahan motivasi afektif akan meningkatkan mekanisme
koping klien terhadap nyeri. Individu yang memiliki lokus kendali internal
mempersiapkan diri mereka sebagai individual yang dapat mengendalikan
lingkungan mereka dan hasil akhir suatu peristiwa, seperti nyeri (Potter &
Perry, 2010).
5) Kompres Hangat
Kompres hangat dapat menurunkan nyeri dengan memberikan energy
panas melalui proses konduksi, dimana panas yang dihasilkan akan
menyebabkan vasodilitasi yang berhubungan pelebaran pembuluh darah lokal.
Kompres hangat dapat memberi rasa hangat untuk mengurangi nyeri dengan
adanya pelebaran pada darah yang mampu meningkatkan aliran darah lokal
dan memberikan rasa nyaman (Price, 2005). Penelitian Jolly, Zgonis, dan
Hendrix (2005) menjelaskan bahwa pemberian kompres hangat selama 5menit
sebelum injeksi Glatirames Asetat, sebagaian besar pasien dapat mentoleransi
rasa nyeri selama penyuntikan dan tidak ditemukan adanya inflamasi pada
bekas suntikan. Terapi dingin menimbulkan efek analgetik dengan
memperlambat kecepatan hantara saraf sehingga impuls nyeri yang mencapai
otak lebih sedikit (Indriyani, Hayati, 2013).

10
B. Konsep Dasar Terapi Distraksi
1. Konsep Distraksi Nafas Ritmik
a. Definisi
Distraksi merupakan cara mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain sehingga
dapat menurunkan kewaspadaan nyeri, bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
Stimulus sensori yang menyenangkan akan merangsang sekresi endoprin. Perawat dapat
mengkaji aktivitas-aktivitas yang dinikmati klien sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
distraksi (Wicaksono, 2017).
Tehnik distraksi merupakan metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara
mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri
yang dialami. Dasar teori distraksi adalah teori gate control (Cummings, 2006).
Distraksi nafas ritmik adalah bernafas ritmik, dengan menganjurkan penderita untuk
memandang focus pada satu objek (gambar). Teknik Nafas Ritmik yaitu mampu
merangsang tubuh untuk melepaskan opioid endogen yaitu endorphin dan enkefalit, yang
akan meningkatkan komponen syaraf parasimpatik secara stimulant, maka terjadi
penurunan hormone kortisol dan adrenalin yang mempengaruhi tingkat stress seseorang
sehingga dapat meningkatkan konsentrasi dan membuat klien merasa tenang untuk
mengatur ritmr pernafasan menjadi teratur
c. Manfaat
Manfaat dari penggunaan teknik ini, yaitu agar seseorang yang menerima teknik
tersebut bisa merasakan lebih nyaman, santai, dan merasa berada pada situasi yang lebih
menyenangkan dan nyaman selama mungkin. (Marpaung, 2015
d. Jenis-jenis Distraksi
Beberapa jenis Distraksi menurut Young & Koopsen (2013) yaitu:
1) Distraksi visual
Melihat pertandingan, menonton telivisi, membaca Koran, melihat pemandangan, dan
gambar termasuk distraksi visual
2) Distraksi pendengaran
Mendengarkan music yang disukai, suara burung, atau gemecik air.
3) Distraksi bernafas ritmik
Bernafas ritmik, anjurkan klien untuk memandang focus pada satu objek atau
memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan hitungan
satu sampai empat dan kemudia menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan
dengan menghitung satu sampai empat (dalam hati). Anjurkan klien untuk

11
berkonsentrasi pada sensasi pernafasan dan terhadap gambar yang memberi ketenangan,
lanjutkan teknik ini hingga terbentuk pola pernafasan ritmik.
4) Distraksi intelektual
Antara lain dengan mengisi teka-teki silang, bermain kartu, melakukan kegemaran
(ditempat tidur) seperti mengumpulkan perangko, menulis cerita.
5) Distraksi imajinasi terbimbing
Merupakan kegiatan klien membuat suatu bayangan yang menyenangakan dan
mengonsentrasikan diri pada bayangan tersebut serta berangsur-angsur membebaskan
diri dari perhatian terhadap nyeri. (Wicaksono, 2017)

e. Prosedure Distraksi Nafas Ritmik Menurut Young & Koopsen, (2015) :

1) anjurkan klien untuk memandang focus pada satu objek

2) memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan


hitungan satu sampai empat

3) kemudian menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan dengan menghitung


satu sampai empat (dalam hati).

4) Anjurkan klien untuk berkonsentrasi pada sensasi pernafasan dan terhadap gambar
yang memberi ketenangan,

5) lanjutkan teknik ini hingga terbentuk pola pernafasan ritmik.

12
BAB III
METODOLOGI
A. Topik
Penatalaksanaan teknik distraksi nafas ritmik dalam penanganan manajemen nyeri pada
pasien post operasi appendistis.
B. Sub Topik
Teknik nonfarmakologis (teknik distraksi nafas ritmik)
C. Tujuan
Mengurangi tingkat nyeri pasien
D. Waktu (tanggal dan jam)
Selasa, 19 Desember 2023
E. Tempat
Ruangan Dahlia RS Kartika Husada
F. Media
Audio, Musik

13
G. Prosedur Operasional Tindakan yang Dilakukan

Pengertian Distraksi nafas ritmik adalah bernafas ritmik, dengan


menganjurkan penderita untuk memandang focus pada satu objek
(gambar).
Tujuan 1. Memberikan ketennagan dan rileks pada tubuh
2. Mengalihkan perhatian terhadap rangsangan nyeri
3. Menurunkan intensitas nyeri post operasi
Peralatan Lembar observasi Pengukuran Skala Nyeri (NRS)
Prosedur A. Tahap Pra Interaksi
1.Memperkenalkan diri
2. Melakukan kontrak waktu
3. Memberikan informed consent
4. Mencuci tangan
5. Menempatkan alat ke dekat pasien (NRS)
B. Tahap Orientasi
1. Mengucapkan salam dan menyapa pasien
2. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan
3. Menanyakan kesiapan pasien sebelum tindakan
4. Memberikan kesempatan bertanya pada pasien
sebelum memulai tindakan

C. Tahap Kerja
1. anjurkan klien untuk memandang focus pada satu objek
(gambar)
2. memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan
melalui hidung dengan hitungan satu sampai empat
3. menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan
dengan menghitung satu sampai empat (dalam hati)
4. anjurkan klien untuk berkonsentrasi pada sensasi
pernafasan dan terhadap gambar yang memberi ketenangan
5.lanjutkan teknik ini hingga terbentuk pola pernafasan ritmik

D. Tahap Terminasi
1. Evaluasi respon pasien
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Menganjurkan pasien untuk menerapkan
Teknik Distraksi Nafas Ritmik
4. Dokumentasi

14
DAFTAR PUSTAKA

Azis Wijayanti, dkk (2019). Pengaruh Teknik Distraksi Nafas Ritmik Terhadap
Skala Nyeri Pasien Post Appendiksitis 24 jam Pasca Operasi Di RSUD
Karanganyar

Djohan. Terapi musik teori dan aplikasi Yogyakarta: Galang Press; 2006
Astuti, A., & Merdekawati, D. (2016). Pengaruh Terapi Musik Klasik
Terhadap Penurunan Tingkat Skala Nyeri Pasien Post Operasi.
Jurnal Ipteks Terapan Research of Applied Science And Education
V10.I3 (148-154) Diakses dari
http://ejournal.kopertis10.or.id/index..php/jit/article/viewFile/526/114
Nurdiansyah. 2015. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Respon Nyeri Pada Pasien
Dengan Post Operasi dI RSUD A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung.
Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 1, April 2015, hlm 14-22.
Martini, M., Watiningsih, A.P., Lisnayani, K. 2018. Terapi Distraksi (Musik
Klasik) Terhadap Penurunan Nyeri pada Pasien Post Operasi Fraktur
di Ruang Bedah RSUD Kabupaten Buleleng. Jurnal Kesehatan
MIDWINERSLION., 3(2), 2018.
Rhona, S., Nur, S.A., Morika, H.D., Sardi, W.M. 2020. Pengaruh Terapi Musik
Klasik Terhadap Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi Fraktur di
Bangsal Bedah RS Dr.Roeksodiwiryo Padang, Jurnal Kesehatan
Medika Saintika., 11(2), 2020.

15

Anda mungkin juga menyukai