Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN DESAIN INOVATIF BERDASARKAN EBNP TEKNIK

DISTRAKSI BERCERITA DENGAN BONEKA JARI TERHADAP


INTENSITAS NYERI SAAT PEMASANGAN INFUS PADA ANAK
DENGAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas


Keperawatan Anak

Oleh :

Ina Thursina
P1337420923027 (Aceh)

Pembimbing Klinik:
Ritawati,AK.,MPH

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
SEMARANG
2023
Halaman Persetujuan dan Pengesahan

Judul Kasus : Laporan Desain Inovatif Berdasarkan EBNP Teknik Distraksi


Bercerita Dengan Boneka Jari Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri
Pada Anak Saat Pemasangan Infus

Disusun Oleh : Ina Thursina

NIM : P1337420923027

Program Studi :Profesi Ners

Laporan desain inovatif ini telah dibaca dan disetujui oleh Clinical Instruktur (CI) dan
Dosen Pembimbing

Banda Aceh, 04 November 2023


Menyetujui,

1. Clinical Instruktur(CI) : Ns.Dewi Susanti,S.Kep

2. Dosen Pembimbing Aceh : Ritawati,AK.,MPH

Mengetahui,Mahasiswa yang Bersangkutan

Ina Thursina S.Tr.Kep


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Praktek berbasis bukti (EBP) adalah istilah yang akrab bagi dokter, perawat, sekutu
kesehatan, dan profesional kesehatan lainnya. Semakin banyak harapan oleh layanan
kesehatan, manajer, pasien, dan konsumen lain, bahwa 'bukti terbaik yang tersedia'
digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan klinis dan memberikan hasil
terbaik bagi pasien. EBP adalah pendekatan interdisipliner untuk perawatan dan
perawatan pasien. EBP dimulai dalam kedokteran sebagai kedokteran berbasis bukti
(EBM) dan kemudian menyebar ke bidang lain seperti keperawatan, psikologi,
pendidikan, layanan informasi, dan lainnya. (Rosyidah & Prasetyaningati, 2019).
Perawat sebagai salah satu komponen utama pemberi pelayanan kesehatan kepada
masyarakat memiliki peran penting karena terkait langsung dengan pemberi asuhan
kepada pasien sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Perawat sebagai ujung tombak
sangat menentukan pemberian asuhan keperawatan yang aman. World Health
Organization merekomendasikan agar asuhan keperawatan yang aman bisa diberikan
pada pasien, maka upaya penelitian dan penerapan hasil penelitian perlu dilakukan.
Upaya penerapan hasil/ penelitian ini dikenal dengan asuhan keperawatan berbasis
Evidence Based Practice (EBP). Tujuan dari penerapan EBNP mengidentifikasi solusi
dari pemecahan masalah dalam perawatan serta membantu penurunan bahaya pada
pasien (Sari & Fitriyani, 2022). Hal ini menuntut perawat untuk dapat menerapkan
asuhan keperawatan yang berbasis bukti empiris atau dikenal dengan Evidance Based
Nursing Practice (EBNP).
Penggunaan evidence base dalam praktek akan menjadi dasar scientific dalam
pengambilan keputusan klinis sehingga intervensi yang diberikan dapat
dipertanggungjawabkan. Perawat sebagai salah satu komponen utama pemberi
pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran penting karena terkait langsung
dengan pemberi asuhan kepada pasien sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Perawat sebagai ujung tombak sangat menentukan pemberian asuhan keperawatan yang
aman. World Health Organization (WHO) merekomendasikan agar asuhan keperawatan
yang aman bisa diberikan pada pasien, maka upaya penelitian dan penerapan hasil
penelitian perlu dilakukan. Upaya penerapan hasil/penelitian ini dikenal dengan asuhan
keperawatan berbasis Evidence Based Practice (EBP). Tujuan dari penerapan EBNP
mengidentifikasisolusi dari pemecahan masalah dalam perawatan serta membantu
penurunan bahaya pada pasien.
B. TUJUAN
Untuk mengetahui bagaimana penerapan desain inovatif berdasarkan Evidence Base
Nursing Practice pada pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
Nyeri merupakan sensasi ketidak nyamanan yang bersifat individual. Klien
merespon rasa nyeri dengan beragam cara, misalnya berteriak, menangis dan
lainlain. Oleh karena itu nyeri bersifat subjektif, maka perawat harus peka terhadap
sensasi nyeri yang dialami klien.Itulah sebabnya diperlukan kemampuan perawat
dalam mengidentifikasi dan mengatasi rasa nyeri. (Irwan, Rahmaniah, Sadriah, &
Risnah, 2021). Nyeri juga dapat didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan
emosional yang tidak menyenangkan yang dapat dialami oleh anak-anak. Masalah nyeri
pada anak memiliki konsekuensi yang signifikan terhadap kualitas hidup mereka,
termasuk gangguan tidur, penurunan nafsu makan, ketidaknyamanan fisik, dan dampak
negatif pada kesejahteraan psikososial mereka. Oleh karena itu, pemahaman yang baik
tentang nyeri pada anak sangat penting untuk memberikan perawatan yang optimal dan
efektif.(Wandini & Resandi, 2020).
Nyeri pada anak dapat terjadi karena dilakukannya beberapa tindakan prosedur
invasive, prosedur infasif yang didapatkan oleh anak yang menjalani hospitalisasi antara
lain adalah fungsi vena (fungsi vena jugularis, fungsi vena femoralis, dan fungsi vena
eksremitas), fungsi lumbal, injeksi, dan pemasangan infus .Pemasangan infus merupakan
salah satu tindakan invasif awal yang menentukan keberhasilan prosedur tindakan
selanjutnya. Oleh karena itu pemasangan infus pada pasien anak harus dapat dilakukan
dengan baik, apabila tidak, dapat menyebabkan seringnya infus macet, infuse bengkak,
atau IV kateter/jarum infuse menjadi bengkok yang pada akhirnya anak harus dilakukan
tindakan pemasangan infus yang berulang-ulang selama di rawat di rumah sakit
(Susilaningsih & Listyaningsih, 2019).
Nyeri pada anak jika tidak segera ditangani akan menyebabkan problem lain yang
lebih kompleks sehingga dapat memperlambat proses penyembuhan. Nyeri yang tidak
diatasi pada anak dapat menyebabkan gangguan perilaku seperti takut, cemas, stress,
gangguan tidur dan regresi perkembangan ,Salah satu penerapan prinsip atraumatic care
adalah meminimalkan rasa nyeri yang dapat dilakukan dengan cara non farmakologis
(Sarfika, Yanti and Winda, 2015).
Terapi nonfarmakologi adalah salah satu upaya perawat untuk mengatasi trauma dan
nyeri akibat prosedur infus, hal tersebut meliputi pendampingan orang tua selama
prosedur, memberikan usapan lembut, menyiapkan fisik dan psikologis anak sebelum
tindakan, menganjurkan tehnik distraksi dan relaksasi dengan tehnik nafas dalam, hal
tersebut akan memberikan rasa aman dan mencegah anak mengalami trauma fisik dan
psikis (Kartono & Nurfitri, 2022).
Metode distraksi menggunakan teknik bercerita yang merupakan teknik distraksi
yang efektif dan dapat memberi pengaruh baik dalam waktu yang singkat yang dapat
menurunkan nyeri fisiologis, stress dan kecemasan dengan mengalihkan perhatian
seseorang dari nyeri.Teknik bercerita dimanfaatkan untuk mengatasi kondisi anak yang
demikian, salah satunya dengan melaksanakan terapi bercerita dalam pemasangan infus
dan dari hasil pengamatan bahwa pada ruang perawatan belum mengintegrasikan terapi
bercerita sebagai salah satu metode distraksi manajemen nyeri nonfarmakologi.
Mendongeng atau metode cerita merupakansuatu kegiatan menyampaikan dongeng
secara lisan pada pendengar dengan menggunakan gaya tertentu yang menarik perhatian
(Kiyat, 2014). Selain merupakan aktivitas pengalihan dari kecemasan,mendongeng pun
terjadi proses reframing yang merupakan teknik lain untuk menurunkan skala nyeri.
Teknik reframing mengajarkan klien untuk mengontrol pikiran negatif mereka dengan
cara mengubah pandangan mereka ke arah yang lebih positif (Sue, 2010). Pada saat
diberikan metode cerita menggunakan boneka tangan,anak mendengarkan cerita dan
melihat gerakan boneka tangan sehingga mendistraksi dan mengalihkan perhatian anak.
Sementara pada saat yang bersamaan diberikan teknik distraksi berupa metode cerita,
yang merangsang serabut syaraf besar,menyebabkan inhibitory neuron dan projection
neuron aktif. Tetapi inhibitory neuron mencegah projection neuron mengirim sinyal ke
otak, sehingga gerbang tertutup dan stimulasi nyeri ke otak tidak diterima dan tidak
terjadi nyeri (Sarfika,2015).
Teknik bercerita memberikan bahan lain dari sisi kehidupan manusia, dan
pengalaman hidup. Pada saat menyimak cerita, sesungguhnya anak-anak memutuskan
hubungan dengan dunia nyata untuk sementara waktu, masuk ke dalam dunia imajinasi
yang bersifat pribadi, cerita secara lisan yang disampaikan pencerita memiliki
karakteristik tertentu. Cerita yang menarik adalah cerita mengenai diri dan imajinasi
pendengarnya, oleh karena itu penceritaan terhadap anak perlu menggabungkan
kemampuan melihat realita dan kemampuan berfikir yang bebas, imajinasi yang
ditambah dengan kelucuan dan hiburan dalam cerita yang disampaikan sehingga anak
tidak bosan mendengar nya. Hal inilah yang akan dapat mengedalikan dan mengalihkan
rasa nyeri saat dilakukannya pemasangan infus pada anak (Suri, Pasaribu, & Lestari,
2022). Boneka jari adalah boneka yang terbuat dari bahan flannel kemudian dibentuk
pola sesuai yang diinginkan misalnya karakter hewan atau apapun (Delvi, 2014). Boneka
tersebut kemudian dibuat sedemikian rupa lalu dimasukkan kedalam jari-jari tangan
manusia, sehingga dapat dimainkan oleh siapa saja termasuk anak-anak (Aini, 2018).

B. MEKANISME
Bercerita atau Mendongeng merupakan aktivitas bercerita, yaitu menuturkan sesuatu
yang mengisahkan tentang perbuatan, pengalaman, atau kejadian yang sungguh-sungguh
terjadi ataupun hasil rekaan (Wulandari, Setyaningsih & Nurul, 2020). Bercerita dapat
melatih perasaan atau emosi anak untuk merasakan atau menghayati berbagai peran
dalam kehidupan, dengan bercerita anak dapat melepaskan ketakutan, kecemasan, rasa
nyeri, dan mengekspresikan kemarahan (Maharani, 2018).

C. TATA CARA
1) Memperkenalkan boneka jari dan cara penggunaan
2) Menjelaskan cara bermain
3) Memotivasi keterlibatan klien dan keluarga
4) Memberi pujian pada anak bila dapat melakukan
5) Mengevaluasi respon anak dan keluarga (perasaan)
BAB III
METODELOGI

A. TOPIK
Desain Inovasi Berdasarkan Evidence Based Nursing (EBNP) Distraksi bercerita dengan
boneka jari untuk menurunkan intensitas nyeri pada anak saat pemasangan infus
B. SUB TOPIK
Penerapan Evidence Based Nursing (EBNP) Distraksi bercerita dengan boneka jari pada
anak untuk menurunkan intensitas nyeri saat pemasangan infus
C. KELOMPOK

Kelompok yang akan diberikan tindakan Distraksi Bercerita dengan boneka jari,
dengan kriteria sebagai berikut:
1. Pada pasien anak yang akan dilakukan pemasangan infus
2. Pasien yang dirawat di ruang Thursina 1 Rumah Sakit Zainoel Abidin

D. TUJUAN
Untuk mengetahui pengaruh distraksi bercerita dengan boneka jari untuk menurunkan
nyeri pada saat pemasangan infuse pada anak
E. TUJUAN KHUSUS
1. Membantu menurunkan nyeri
2. Meningkatkan rasa nyaman pada anak
3. Membantu anak mengekspresikan emosinya
F. WAKTU
Waktu dilaksanakan tindakan distraksi bercerita untuk menurunkan intensitas nyeri pada
anak saat pemasangan infuse adalah pada tanggal 04 November 2023, pukul 10.00
G. TEMPAT
Dilakukannya pada ruangan Thursina 1 RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh pada anak
yang anak melakukan pemasangan infus
H. SETTING
Pasien berada di bed dengan posisi semifowler, dengan tindakan tetap menjaga privasi
pasien
I. ALAT YANG DIGUNAKAN
Alat yang digunakan saat melakukan tindakan tersebut yaitu:
- Lembar observasi untuk mengukur tingkat nyeri
- Boneka jari
J. PROSEDUR OPERASIONAL TINDAKAN
a. Tahap pra interaksi:
1) Melakukan kontrak waktu
2) Mengecek kesiapan anak (tidak ngantuk, tidak rewel, keadaan umu
membaik/kondisi yang memungkinkan)
3) Menyiapkan alat
b. Tahap orientasi
1) Memberikan salam kepada pasien dan menyapa nama pasien
2) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3) Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
c. Tahap kerja
1) Memperkenalkan boneka jari dan cara penggunaan
2) Menjelaskan cara bermain
3) Memotivasi keterlibatan klien dan keluarga
4) Memberi pujian pada anak bila dapat melakukan
5) Mengevaluasi respon anak dan keluarga (perasaan)
d. Tahap terminasi
1) Melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan
2) Meminta anak untuk memilih skala nyeri setelah melakukan terapi bermain
3) Menyarankan kepada pasien dan keluarga untuk melakukan teknik distraksi
bercerita dengan boneka jari kembali apabila pasien merasa nyeri
BAB IV
LAPORAN KEGIATAN

A. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada pasien Ewing Sarkoma dengan diagnosa nyeri
dilakukan di Thursina 1 di RSUD Zainoel Abidin.

B. Faktor pendukung
Faktor pendukung dalam pemberian distraksi bercerita, adalah sebagai berikut:

1. Pasien dan keluarga yang kooperatif

2. Lingkungan yang aman dan nyaman untuk dilakukannya pemberian intervensi

C. Faktor Penghambat
Keterbatasan apabila pasien anak rewel dan takut saat melihat jarum.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mendongeng atau metode cerita merupakan suatu kegiatan menyampaikan dongeng
secara lisan pada pendengar dengan menggunakan gaya tertentu yang menarik perhatian
(Kiyat, 2014). Selain merupakan aktivitas pengalihan dari kecemasan,mendongeng pun terjadi
proses reframing yang merupakan teknik lain untuk menurunkan skala nyeri. Teknik
reframing mengajarkan klien untuk mengontrol pikiran negatif mereka dengan cara mengubah
pandangan mereka ke arah yang lebih positif(Sue, 2010). Pada saat diberikan metode cerita
menggunakan boneka tangan,anak mendengarkan cerita dan melihat gerakan boneka tangan
sehingga mendistraksi dan mengalihkan perhatian anak. Sementara pada saat yang bersamaan
diberikan teknik distraksi berupa metode cerita, yang merangsang serabut syaraf
besar,menyebabkan inhibitory neuron dan projection neuron aktif. Tetapi inhibitory neuron
mencegah projection neuron mengirim sinyal ke otak, sehingga gerbang tertutup dan stimulasi
nyeri ke otak tidak diterima dan tidak terjadi nyeri (Sarfika,2015).

B. Saran & Rencana Tindak Lanjut


Saran bagi profesi keperawatan agar meningkatkan keterampilan dalam menerapkan
intervensi pemberiaan teknik bercerita dengan boneka jari terhadap penurunan intensitas nyeri pada
anak saat pemasangan infuss pada anak sehingga dapat menjadi alternative nonfarmakologis dalam
mengurangi nyeri pada anak serta mampu menjadi penghubung untuk sarana komunikasi dalam
pendekatan dan interaksi dengan pasien anak.
DAFTAR PUSTAKA

Irwan, M., Rahmaniah, Sadriah, & Risnah. (2021). Penanganan Nyeri Dengan Teknik Distraksi Pada
Pemasangan Infus Anak. Journal of Health, Education, and Literacy .

Kartono, J., & Nurfitri, F. (2022). Perbandingan Nyeri Pemasangan Infus Menggunakan Teknik Distraksi
Visual Kartu. Jurnal Kesehatan Panca Bhakti , hal 35-44.

Rosyidah, I., & Prasetyaningati, D. (2019). Evidance Based Practice. Jombang.

Sarfika, R. (2015). Pengaruh tehnik distraksimenonton kartun animasi terhadapskala nyeri anak usia
Prasekolah saat pemasangan infus di instalasi rawatinap anak RSUP DR.M. DJAMILPadang. Nurse
jurnal keperawatan ,Volume 11, No 1, Maret ISSN 1907-686X

Sari, N. M., & Fitriyani, N. (2022). Nursing Care For Type II Diabetes Melitus In Fulfillment Of
Nutrition Medis. Faculty Of Health Scinces .

Suri, O. I., Pasaribu, S., & Lestari, M. (2022). Pengaruh Teknik Distraksi Bercerita Terhadap Intensitas
Nyeri Saat Pemasangan Infus. Jurnal Kesehatan .

Hajar, A. I. (2013). Pengaruh terapi nonfarmakologi terhadap respon nyerianak dengan prosedur infus di
RSUDHM RYACUDU. jurnal kesehatan ,Volume IV, 381-384.

Wandini, R., & Resandi, R. (2020). Pemberian Tehnik Distraksi Menonton Kartun Animasi untuk
Menurunkan Tingkat Nyeri Prosedur Invasif pada Anak. Holistik Jurnal Kesehatan, 14(3),
479–485. https://doi.org/10.33024/hjk.v14i3.1708

Anda mungkin juga menyukai