Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS JURNAL P.I.C.O.

T
THE EFFECT OF DISTRACTION TECHNIQUES WATCHING CARTOON
ANIMATION TO PAIN RESPONSE DURING INFUSION OF PRESCHOOL
CHILDREN’S IN RSUD SAYANG KABUPATEN CIANJUR

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 2

1. EKA AGUSTINA NIM.11194561920087


2. EKA PUSPITA NIM.11194561920088
3. EKA SHANDIKA A.P NIM.11194561920089
4. FLORENTINA NIM.11194561920090
5. FRIKO BOBY PERMANA NIM.11194561920091
6. HAMIDAH NIM.11194561920093
7. YUNGKI NIM.11194561920123

PROGAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Anak yang dirawat di rumah sakit akan memperoleh tindakan pengobatan
dan perawatan sesuai dengan penyakit dan kebutuhan dasarnya. Salah satu
tindakan yang rutin dilakukan adalah prosedur invasif (tindakan pemasangan
infus) (Hinchliff, 2016). Diperkirakan menurut (Gallant dan Schultz 2015) sekitar
150 juta anak yang dirawat di ruang rawat inap rumah sakit di Amerika Serikat
mendapatkan tindakan pemasangan infus. Jumlah pasien yang mendapat terapi
infus di Inggris diperkirakan sekitar 25 juta pertahun dan telah terpasang berbagai
bentuk alat akses selama perawatan (Hampton, 2016).
Memasang infus pada anak bukan merupakan hal yang mudah
karena anak memiliki vena yang kecil dan rapuh, sehingga sering ditemui
pemasangan infus yang berulang kali karena gagal memasang kanul intra vena.
Pemasangan infus juga biasanya dilakukan berkali-kali pada anak selama anak
dalam masa perawatan karena anak cenderung tidak bisa tenang sehingga infus
yang sedang terpasang sering macet, aboket bengkok/patah atau bahkan infus
terlepas. Akibatnya anak akan dilakukan pemasangan infus berulang kali dan
dapat menimbulkan rasa cemas, takut, dan rasa tidak nyaman akibat nyeri yang
dirasakan setiap kali penusukan (Wang, Sun & Chen, 2015). Hal ini juga akan
menimbulkan trauma pada anak sehingga anak akan mengalami kecemasan dan
stress (bolin 2016).
Perbedaan perkembangan diantara kelompok usia mempengaruhi reaksi
terhadap nyeri (Perry & Potter, 2015). Toleransi terhadap nyeri akan terus
meningkat sesuai dengan pertambahan usia, semakin bertambah usia anak maka
makin bertambah pula pemahaman dan usaha untuk pencegahan terhadap nyeri
(Perry & Potter, 2015).Anak pra sekolah akan bereaksi terhadap tindakan
penusukan bahkan mungkin bereaksi untuk menarik diri terhadap jarum karena
menimbulkan rasa nyeri yang nyata, yang menyebabkan takut terhadap tindakan
penusukan reaksi terhadap nyeri hampir serupa dengan reaksi yang dimunculkan
pada anak usia todler, namun anak usia prasekolah bereaksi lebih baik terhadap
persiapan tindakan seperti distraksi dan penjelasan perawat dibandingkan pada
usia yang lebih muda.Kondisi tersebut memungkinkan adanya tindakan
penurunan nyeri sebelum tindakan invasif dilaksanakan.(Hockenberry & Wilson,
2016)
Trauma yang disebabkan tindakan invasif berupa pemasangan infus tidak
hanya berdampak secara fisik tetapi juga psikologis. Trauma fisik dan psikologis
ini akan menimbulkan persepsi negatif pada anak tentang rumah
sakit.Terpaparnya anak pada kejadian traumatik pada masa kecil akan
memberikan pengalaman yang tidak menyenangkan atau mengerikan dalam
waktu yang lama, tidak hanya anak-anak tetapi lingkungan terutama keluarga juga
akan terpengaruh (Fletcher, 2017).
Tindakan yang dilakukan perawat untuk mengurangi efek trauma pada
anak akibat prosedur invasif anak sesuai perkembangan saat ini adalah dengan
mengembangkan tindakan atraumatic care.Prinsip atraumatic care dalam
pemasangan infus, perawat mengatakan perawat akan membujuk anak apabila
anak menangis saat prosedur akan dilakukan yang dilakukan dengan prinsip
atraumatic care dapat mengurangi trauma pada anak, baik trauma fisik (nyeri) dan
trauma psikologis (cemas). (Sulistiyani 2016)

1.2. Tujuan
a. Tujuan umum
untuk melakukan perawatan yang tidak menimbulkan adanya trauma pada
anak dan keluarga dengan tindakan atraumatic care saat anak di Hospitalisasi
b. Tujuan khusus
1) untuk mengetahui bagaimana cara Pencegahan trauma pada anak
2) untuk mengetahui asuhan kperawatan atraumatic care
3) untuk mengetahui apa saja teknik yang dapat dilakukan dalam tindakan
atraumatic care
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Atraumatic care adalah penyediaan asuhan terapeutik dalam lingkungan,


oleh personel, dan melalui penggunaan intervensi yang menghapuskan atau
memperkecil distres psikologis dan fisik yang diderita oleh anak-anak dan
keluarganya dalam sistem pelayanan kesehatan (Wong, et al., 2017). Atraumatic
care adalah bentuk perawatan terapeutik yang diberikan oleh
tenaga kesehatan dalam tatanan pelayanan kesehatan anak, melalui penggunaan
tindakan yang dapat mengurangi distres fisik maupun distres psikologis yang
dialami anak maupun orang tua (Supartini, 2016). Asuhan terapeutik tersebut
mencakup pencegahan, diagnosis, atau penyembuhan kondisi akut atau kronis.
Intervensi berkisar dari pendekatan psikologis berupa menyiapkan anak-anak untuk
prosedur pemeriksaaan, sampai pada intervensi fisik seperti menyediakan ruangan
untuk orang tua tinggal bersama anak dalam satu kamar (rooming in). Distres
psikologis meliputi kecemasan, ketakutan, kemarahan, kekecewaaan, kesedihan,
malu, atau rasa bersalah. Sedangkan distres fisik dapat berkisar dari kesulitan tidur
dan immobilisasi sampai pengalaman stimulus sensori yang mengganggu seperti
rasa sakit (nyeri), temperatur ekstrem, bunyi keras, cahaya yang dapat menyilaukan
atau kegelapan (Wong, et al., 2017)
BAB III
ANALISIS JURNAL

Penulis : Hartati Sri1, Mediani HS2, Rahmayanti SD3, Suryati Y4, Budiman5,
Rudhiati F6
Judul : The Effect Of Distraction Techniques Watching Cartoon Animation To
Pain Response During Infusion Of Preschool Children’s In Rsud Sayang
Kabupaten Cianjur
Lembaga penerbit : IOSR Journal of Nursing and Health Science (IOSR-JNHS)
volume,nomor,dan halaman : volume 7, iv, 1-7
tanggal terbit : 10-03-2018

No Kriteria Jawab Pemberian dan Critical hinking

1 P Ya Infus adalah salah satu prosedur medis yang paling


invasif dan menyebabkan nyeri akut dan ketakutan
pada anak-anak di RSUD Sayang kabupaten cianjur
2 I Ya Dengan metode non-farmakologis yang dapat
diberikan kepada anak-anak selama pemasangan
infus yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
teknik distraksi menonton animasi kartun pada
respon rasa sakit selama pemasangan infus pada
balita di RSUD Sayang Kabupaten Cianjur .
Pelaksanaan penelitian ini melalui tahapan sebagai
berikut:
a) Para peneliti memilih calon responden yang
sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
b) Para peneliti menentukan calon responden yang
dikendalikan pertama, kemudian setelah kontrol
kelompok dikumpulkan semua dari mereka
kemudian mengumpulkan responden untuk
kelompok intervensi.
c) Selama pelaksanaan penelitian, pengamatan
dilakukan oleh 2 (dua) orang, yaitu peneliti
bersama-sama dengan asisten riset 1 (satu).
Untuk selanjutnya, pengamat disebut pengamat.
The Observer memilih dan menentukan
responden dari kelompok intervensi animasi
menonton kartun pada respon rasa sakit selama
infus anak-anak prasekolah dan kontrol sesuai
dengan kriteria inklusi.
d) Para peneliti memperkenalkan diri dan
menjelaskan maksud dan tujuan dari peneliti
untuk anak-anak dan orangtua.
e) Peneliti memberikan informasi tentang teknik
yang akan digunakan saat penelitian
berlangsung untuk anak-anak dan orang tua dan
memberikan kesempatan untuk meminta orang
tua
f) Peneliti memungkinkan orang tua untuk
menandatangani persetujuan lembar informasi
g) Dalam animasi kartun kelompok intervensi
menonton, ada beberapa tahap pengumpulan
data, yaitu sebagai berikut:
1) Menilai bantuan keluarga sampai prosedur
infus selesai
2) Menilai identitas yang terdiri dari usia, jenis
kelamin, pengalaman sebelumnya
3) Pastikan jadwal untuk infus
4) Mempersiapkan Hp (kartun Media animasi)
yang berisi serial yang dipilih kartun Islam
5) Prosedur intervensi animasi kartun dimulai
dengan alat rekaman yang sama, setelah kartun
animasi berjalan di menit ke-3, perawat mulai
memasang tourniquet dan membersihkan daerah
yang akan dimasukkan infus, tepat di
menit ke-5, perawat memasukkan infus ke dalam
pembuluh darah responden Setelah
memasukkan jarum tarik dari tubuh responden ,
peneliti mematikan animasi kartun dan kemudian
memeriksa respon nyeri klien saat menjalani
prosedur
6) lembar kuesioner lengkap diikuti oleh
pengolahan data
h) Pada kelompok kontrol, tahap pengumpulan data
dilakukan sebagai berikut:
1) Menilai bantuan keluarga sampai prosedur
infus selesai
2) Menilai identitas yang terdiri dari usia, jenis
kelamin, pengalaman sebelumnya
3) Pastikan jadwal untuk infus
4) Mempersiapkan peralatan infus
5) Lakukan infus oleh perawat (dimulai dengan
alat rekaman yang sama)
6) Perawat mulai memasang tourniquet dan
membersihkan daerah yang akan dimasukkan ke
dalam infus, perawat memasuki garis IV ke
dalam vena responden, setelah memasuki tarik
jarum dari tubuh responden, setelah infus
selesai, menilai respon nyeri klien saat menjalani
prosedur infus
7) lembar kuesioner lengkap diikuti oleh
pengolahan data
3 C Ya Jurnal The Effect Of Distraction Techniques
Watching Cartoon Animation To Pain Response
During Infusion Of Preschool Children’s In Rsud
Sayang Kabupaten Cianjur menggunakan teknik
distraksi dengan bertujuan untuk mengalihkan fokus
anak dari rasa sakit dengan kegiatan lain yang
menyenangkan .Anak-anak suka elemen seperti
gambar, warna dan cerita dalam kartun animasi.
Elemen seperti gambar, warna, cerita, dan emosi
(senang, sedih, menarik, bersemangat) yang
terkandung dalam film kartuntermasuk elemen dari
otak kanan dan suara yang timbul dari film ini adalah
unsur otak kiri. Jadi dengan menonton kartun
animasi dari otak kanan dan otak kiri anak pada
saat yang sama digunakan baik secara seimbang
dan anak berfokus pada kartun. Berdasarkan teori
kontrol gerbang, ketika perawat menyuntikkan jarum,
merangsang serabut saraf kecil (reseptor nyeri) yang
menyebabkan penghambatan neuron tidak aktif dan
gerbang terbuka, sementara pada saat yang sama
peneliti menyediakan teknik distraksi dalam bentuk
kartun animasi, yang merangsang serabut saraf
besar, menyebabkan neuron hambat dan proyeksi
aktif neuron. Tapi neuron hambat mencegah neuron
proyeksi mengirimkan sinyal ke otak, sehingga
gerbang ditutup dan stimulasi nyeri yang diterima
tidak mencapai otak.
Sedangkan jurnal pembanding kami yang berjudul
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP
TINGKAT NYERI ANAK USIA SEKOLAH SAAT
PEMASANGAN INFUS DI POLIKLINIK
PERSIAPAN RAWAT INAP RSUD PANEMBAHAN
SENOPATI BANTUL menggunakan Kompres dingin
untuk pemberian stimulasi kulit menggunakan
kantong es agar mengurangi nyeri. Pemberian
kompres dingin akan menimbulkan mati rasa yang
tepat digunakan sebagai anastesi lokal untuk
laserasi permukaan atau luka tusuk yang efektif
untuk menghilangkan nyeri. Hasil penelitian
menunjukkan responden yang tidak diberikan
kompres dingin mayoritas mengalami lebih banyak
nyeri dan lebih nyeri yang diukur menggunakan
skala oucher.Responden yang diberikan kompres
dingin mayoritas mengalami sedikit.Responden yang
diberikan kompres dingin mengalami nyeri yang
lebih ringan.
4 O Ya Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada
penurunan yang signifikan dalam nyeri setelah anak
menonton film kartun selama venipuncture. Dari
hasil penelitian tersebut, peneliti menyarankan
bahwa menonton film kartun dapat digunakan untuk
mengatasi respon perilaku nyeri anak-anak saat
menjalani prosedur invasif secara efektif. Gangguan
mampu mengalihkan perhatian klien untuk hal-hal
lain sehingga dapat mengurangi kewaspadaan untuk
hal-hal yang membuatnya tidak nyaman, bahkan
meningkatkan toleransi terhadap ketidaknyamanan.
Salah satu jenis gangguan adalah audiovisual
gangguan yang merupakan kombinasi dari
gangguan pendengaran (audio) dan gangguan
visual. Bentuk gangguan adalah dengan
menampilkan acara favorit dalam bentuk film dan
suara-suara atau . animasi dengan harapan bahwa
pasien sibuk dengan tontonan, sehingga
mengabaikan ketidaknyamanan dan menunjukkan
respon penerimaan yang baik.
5 T Ya Penelitian ini dimulai dari bulan Februari sampai
Agustus 2018
BAB IV
PEMBAHASAN

Trauma yang terjadi pada anak-anak prasekolah cenderung lebih agresif,


ketika merasakan sakit selama pelaksanaan prosedur invasif. Tanggapan terbukti
anak-anak prasekolah untuk nyeri termasuk meringis kesakitan, menjepit bibir atau
gigi,
membuka mata mereka lebar, gemetar, bertindak agresif seperti menggigit,
memukul, menendang dan melarikan diri (Wong, 2016). Pelaksanaan pelayanan
atraumatic memiliki peran penting karena bertujuan untuk membatasi atau
mengurangi pengalaman yang tidak menyenangkan, termasuk nyeri. Bahkan Huff, et
al (2017) mengungkapkan bahwa pengambilan sampel darah vena menduduki
peringkat 4 dari 16 prosedur menyakitkan bagi orang dewasa berusia 20 tahun ke
atas. Mengingat deskripsi ini, manajemen nyeri nonfarmakologi adalah bagian dari
perawatan atraumatik yang harus disediakan oleh setiap perawat untuk pasien anak.
Salah satu metode manajemen nyeri non-farmakologis yang bisa dilakukan adalah
teknik distraksi menonton animasi kartun. kontrol nyeri pada anak-anak merupakan
prioritas dan harus diarahkan oleh profesional kesehatan profesional ketika
berhadapan dengan anak-anak yang sakit. Oleh karena itu, penting bagi tenaga
kesehatan untuk memahami konsep-konsep dan teknik pengurangan nyeri pada
anak-anak, jadi kami memilih jurnal The Effect Of Distraction Techniques Watching
Cartoon Animation To Pain Response During Infusion Of Preschool Children’s In
Rsud Sayang Kabupaten Cianjur karena jurnal ini terbit pada tahun 2018 dan Hasil
penelitian menunjukkan bahwa intervensi teknik distraksi menonton animasi
kartun bisa mengurangi respon nyeri selama infus pada balita dari rasa sakit parah
nyeri sedang . teknik distraksi yang efektif digunakan dalam prosedur medis yang
menyebabkan anak-anak prasekolah sangat mudah terganggu atau dialihkan
sehingga teknik distraksi dapat membantu dalam manajemen nyeri. Selain teknik ini
lebih mudah dan dapat dilakukan oleh perawat. Teknik pengalihan adalah intervensi
yang sering digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada anak-anak. Di mana teknik
ini bertujuan untuk membuat anak terganggu dari rasa sakit yang ia rasakan. Salah
satu teknik distraksi pasif yang bisa dilakukan pada anak-anak menonton animasi
kartun Efek teknik distraksi menonton animasi kartun pada anak-anak usia pra
sekolah dalam penelitian ini dari teori kenyamanan kolcaba. Menurut Kolcaba,
meningkatkan kenyamanan dapat memperkuat penerimaan anak-anak dan keluarga
untuk terlibat dalam kegiatan yang diperlukan untuk mencapai kesehatan dan
perawatan kesehatan. Perawat dapat memfasilitasi suatu lingkungan yang
mendukung pemulihan dan rehabilitasi dengan meyakinkan anak / keluarga bahwa ia
dapat memulihkan, memberikan rasa aman, melindungi dari bahaya, dan mampu
berpartisipasi dalam rencana pengobatan yang sesuai dengan tahap perkembangan
. Proses dasar kenyamanan yang paling berperan dalam studi ini untuk responden
adalah intervensi variabel, Kenyamanan adalah pengalaman yang diperoleh saat ini
yang diperkuat dengan pemenuhan kebutuhan untuk bantuan dan mudah, suatu
kondisi yang bebas dari ketidaknyamanan tertentu dalam bentuk rasa sakit, takut
tindakan infus. Peran perawat dalam transendensi adalah dengan meningkatkan
kondisi lingkungan dengan memodifikasi lingkungan seperti teknik distraksi
menonton animasi kartun selama infus.
BAB V
PENUTUP

2.1 KESIMPULAN

Trauma yang terjadi pada anak-anak prasekolah cenderung agresif,sensitif


dan sangat aktif ketika merasakan sakit selama pelaksanaan prosedur
invasif.Tanggapan terbukti anak-anak prasekolah untuk nyeri termasuk meringis
kesakitan,menjepit bibir atau gigi,membuka lebar mata ,gemetar ,bertindak
agresif seperti menggigit,memukul,menendang,dan melarikan diri.Pelaksanaan
pelayanan atraumatik memiliki peran penting karena bertujuan untuk membatasi
atau mengurangi pengalaman yang tidak menyenangkan termasuk nyeri.
Pengambilan sampel darah vena merupakan peosedur yang menyakitkan.
Mengingat deskripsi ini, managemen nyeri nonfarmakologi adalah bagian dari
perawatan atraumatik yang harus disediakan oleh setiap perawat untuk pasien
anak.Salah satu metode manajemen nyeri nonfarmakologi yang bisa dilakukan
adalah teknik distraksi menonton animasi kartun.
Kontrol nyeri pada anak-anak merupakan prioritas dan harus di arahkan
oleh profesional kesehatan ketika berhadapan dengan anak-anak yang sakit .
Oleh karena itu,penting bagi tenaga kesehatan untuk memahami konsep-konsep
dan teknik pengurangan nyeri pada anak-anak.
2.2 SARAN
Penulis menyadari analisis jurnal ini masih jauh dari kata sempurna maka
dari itu sangat diharapkan kritik dan sarannya dari para pembaca yang bersifat
membangun agar kedepan penulis dapat menyempurnakan analisis jurnal
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Hinchliff. 2010. Kamus Keperawatan. Jakarta : EGC.


Wang, Z.X., Sun, L.H., & Chen, A.P. (2008). The efficacy of nonpharmacological
methods of pain management in school age children receiving venepuncture in a
paediatric department: A randomized controlled trial of audiovisual distractin and
routine psychological intervention. Swiss Med WKLY, 138 (39-40), 579 –584.
Bolin, N. (2011). Hubungan penerapan atraumatik care dalam pemasangan infus
terhadap respon kecemasan pada anak yang mengalami hospitalisasi di IRNA D
Anak Rumah Sakit dr. M. Djamil Padang. Skripsi Universitas Andalas.
Gallant, P., & Schultz, A. A. (2012). Evaluation of a visual infusion phlebitis scale for
determining appropriate discontinuation of peripheral intravenous catheter.
Journal of infusion nursing, 29: 338-345.
Hampton, S. (2008). IV therapy. Jurnal of Community Nursing, 22(6), 20-22
Potter, P. A., & Perry A. G. (2015). Fundamental keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2013). Wong’s nursing care of infants and children.
(8th ed.). St. Louis: Mosby Elsevier.
Fletcher, K. E. (2013). Child psychopathology. 2nd ed. New York: The Guilford Press.
Sulistiyani, E. (2010). Pengaruh pemberian kompres es batu terhadap penurunan
nyeri anak pra sekolah yang dilakukan prosedur pemasangan infus di RSPUN
Dr. Cipto Mangunkusumo. Tesis. Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai