Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS JURNAL

“PENGARUH TERAPI MUSIK DAN TERAPI VIDEO GAME TERHADAP


TINGKAT NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH YANG DILAKUKAN
PEMASANGAN INFUS”

Disusun Oleh :

KELOMPOK A

Hafifa Yahya (70900122003)


Wania (70900122025)
Muthmainnah (70900122022)
Nur Hildayanti (70900122028)
Dahliah Darwis (70900122006)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022
A. Judul Artikel : Pengaruh Terapi Musik Dan Terapi Video Game
Terhadap Tingkat Nyeri Anak Usia Prasekolah
Yang Dilakukan Pemasangan Infus
B. Kata Kunci (Keywords) : Musik, Prasekolah, Tingkat Nyeri, Video Game
C. Penulis : Selvia Novitasari, Suhendar Sulaeman, Nyimas
Heny Purwati
D. Publisher : Journal of Telenursing (JOTING) Volume 1,
Nomor 1, Juni 2019, e-ISSN : 2684-8988
p-ISSN : 2684-8996
DOI: https://doi.org/10.31539/joting.v1i1.510
E. Instansi Terkait : Universitas Muhammadiyah Bengkulu
Universitas Muhammadiyah Jakarta

F. Telaah Step 1 (Fokus Penelitian)


Problems Anak merupakan individu yang unik, dimana mereka
mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda sesuai dengan tahapan
usianya. Anak-anak yang sakit dan dirawat dirumah sakit
(mengalami hospitalisasi) menjadi krisis pada tahun-tahun awal dan
sangat rentan mengalami krisis yaitu penyakit dan hospitalisasi
akibat stress, mengalami perubahan kondisi dari sehat menjadi sakit,
lingkungan yang membosankan, dan mekanisme koping yang
terbatas. Penyebab stress akibat hospitalisasi adalah perpisahan,
kehilangan kontrol, cedera tubuh, dan nyeri.
The National Centre for Health Statistic memperkirakan
bahwa 3-5 juta anak di bawah usia 15 tahun menjalani hospitalisasi
setiap tahun. Angka kesakitan anak di Indonesia berdasarkan Survei
Kesehatan Nasional, di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-
4 tahun sebesar 25,8%, usia 5-12 tahun sebanyak 14,91%, usia 13-
15 tahun sekitar 9,1%, usia 16-21 tahun sebesar 8,13%. Angka
kesakitan anak usia 0-21 tahun apabila dihitung dari keseluruhan
jumlah penduduk adalah 14,44%. Anak yang dirawat di rumah sakit
akan berpengaruh pada kondisi fisik dan psikologinya, hal ini
disebut dengan hospitalisasi (Irwan et al., 2021).
Angka kesakitan anak di Indonesia adalah 15,26 %.
Berdasarkan survei profil anak Indonesia tahun 2015 juga
didapatkan hasil bahwa dari 1.425 anak yang mengalami dampak
hospitalisasi, 33,2% diantaranya mengalami dampak hospitalisasi
berat, 41,6% mengalami dampak hospitalisasi sedang, dan 25,2%
mengalami dampak hospitalisasi ringan. Jumlah anak-anak yang
mengalami pemasangan infus di Indonesia diperkirakan 35 per 1000
anak (Pulungan et al., 2019).
Berdasarkan data dari buku registrasi ruang anak RS
Bhayangkara Bengkulu didapatkan jumlah anak yang dirawat 88
anak dalam 1 bulan terakhir. Anak usia prasekolah perbulannya 56
anak (49,28%) dengan rata-rata dirawat 3-6 hari. Hasil studi
pendahuluan yang dilakukan peneliti dan observasi terhadap 4 anak
prasekeloh yang dilakukan pemasangan infus didapatkan 2 anak
menunjukkan perilaku menangis, menjerit, menolak perawat dan
tidak kooperatif, 2 anak bahkan menendang perawat yang akan
melakukan tindakan agar menjauh. Hasil wawancara dari ke empat
orang tua anak tersebut diperoleh informasi bahwa perawat ruangan
belum pernah menerapkan tehknik distraksi untuk mengatasi nyeri,
baik itu terapi musik ataupun terapi video game play.
Penanganan nyeri secara non farmakologis dapat melalui
distraksi. Penggunaan teknik non farmakologi memberikan dampak
yang cukup berarti dalam manajemen nyeri pada anak. Terapi music
merupakan intervensi non farmakologik yang dapat mengurangi
nyeri dan meningkatkan kesehatan fisik maupun mental. Sebagian
peneliti berpendapat bahwa manejemen nyeri non farmakologis
seperti nyeri akut, nyeri kronik ataupun nyeri akibat prosedur
invasive dan beberapa prosedur medis lainnya dapat dilakukan
dengan terapi music untuk meredakan dan mengurangi nyeri. Selain
itu, terapi bermain game dinilai mampu mengurangi intensitas nyeri
dikarenakan anak yang bermain game focus dengan kegiatan yang
anak lakukan, bukan hanya lewat audio tapi juga visual.
Pengalaman yang didapat oleh peneliti saat melakukan observasi,
peneliti melihat saat dilakukan pemasangan infus atau tindakan
invasive lainnya, belum pernah perawat melakukan manejemen
nyeri non farmakologi, bahkan tidak ada perawat yang melakukan
tehknik distraksi mendengarkan musik ataupun bermain game,
akibatnya anak merasa tidak nyaman dan nyeri yang dirasakan
dapat bertambah.
Intervention Terapi Musik Dan Terapi Video Game
Comparison Tidak ada intervensi pembanding
Intervention
Outcome Hasil menunjukkan tingkat nyeri setelah diberikan terapi musik dan
terapi video game yaitu dengan nilai p value 0,000 artinya secara
statistic ada perbedaan yang signifikan tingkat nyeri sebelum dan
sesudah diberikan terapi music dan terapi video game.
Time Penelitian dilakukan pada Juni 2019 di Rumah sakit Bhayangkara
TK III Kota Bengkulu
G. Telaah Step 2 (Validitas)
Recruitment 1. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
Quasi Experimental. Penelitian Quasi Experimental
merupakan penelitian yang mengujicobakan suatu
intervensi pada sekolompok subjak dengan atau tanpa
kelompok pembanding, namun tidak dilakukan
randomisasi untuk memasukkan subjek ke dalam
kelompok perlakuan atau control. Rancangan penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah non equivalent
without control group (non randomized without control
group pre test-post test).
2. Jumlah sampel yang digunakan yaiu sebanyak masing-
masing 6 anak laki-laki dan perempuan untuk terapi music
serta masing-masing 6 anak laki-laki dan perempuan untuk
terapi video game.
3. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah anak usia anak
3-6 tahun, anak yang sedang dilakukan pemasangan infus
di ruang rawat inap yang pertama kali dan orang tua
bersedia anak menjadi responden. Sedangkan anak dengan
kondisi lemah dan mengalami gangguan kesadaran tidak
dimasukkan kedalam penelitian.
Maintenance 1. Mendengarkan musik dapat memproduksi zat endorphins
(substansi sejenis morfin yang disuplai tubuh yang dapat
mengurangi rasa sakit/nyeri) yang dapat menghambat
transmisi impuls nyeri di sistem saraf pusat, sehingga
sensasi nyeri dapat berkurang, musik juga bekerja pada
sistem limbik yang akan dihantarkan kepada sistem saraf
yang mengatur kontraksi otot-otot tubuh, sehingga dapat
mengurangi kontraksi otot saat pemasangan infus
(Nurdiansyah, 2015). Musik memberikan kesempatan bagi
tubuh dan pikiran untuk mengalami relaksasi yang
sempurna. Kondisi relaksasi yang sempurna itu seluruh sel
dalam tubuh akan mengalami reproduksi penyembuhan
alami yang akan berlangsung, produksi hormone tubuh
diseimbangkan dan pikiran mengalami penyegaran. Terapi
musik adalah terapi yang universal dan bisa diterima oleh
semua orang karena tidak membutuhkan kerja otak yang
berat utuk mengnterpretasikan alunan musik.
2. Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan
menstimulasi sistem kontrol desenden, yang
mengakibatkan lebih sedikit stimulasi nyeri yang
ditransmisikan ke otak. Keefektifan trasmisi tergantung
pada kemampuan pasien untuk menerima dan
membangkitkan input sensori selain nyeri, tujuan
penggunaan teknik distraksi bermain video game dalam
intervensi keperawatan adalah untuk pengalihan atau
menjauhkan perhatian pasien terhadap sesuatu yang sedang
di hadapi, misalnya rasa nyeri (Rahmawati et al., 2022).
Bermain game dinilai mampu mengurangi intensitas nyeri
dikarenakan ada keterlibatan dari otak. seperti pada Study
American Pain Society yang mendapatkan hasil bahwa
dengan bermain video game akan mengurangi respon otak
untuk rasa sakit fisik. Hal ini dikarenakan ketika anak
bermain game maka akan merasakan focus dan serius
menjalaninya bahkan mampu menurunkan sampai 50%
rasa nyeri.
3. Asisten peneliti dan perawat ruangan mempersiapkan alat
dan bahan yang dibutuhkan dalam prosedur pemasangan
infus. Peneliti atau asisten peneliti menentukan grup mana
yang akan dilakukan terapi distraksi terlebih dahulu.
Asisten peneliti dan peneliti memilih kelompok intervensi
pertama terapi music pada anak laki-laki maupun
perempuan kemudian responden berikutnya intervensi
video game. peneliti menyiapkan pilihan lagu lalu peneliti
meminta anak untuk memilih lagu yang disukai, setelah
memilih lagu yang disukai, peneliti melakukan distraksi
kepada responden dengan memperdengarkan lagu tersebut
menggunakan Hp, intervensi dilakukan 1x kepada setiap
responden. sementara perawat mencari area yang akan di
lakukan pemasangan infuse. Setelah 5 menit anak
mendengarkan lagu atau bermain game, perawat
melakukan pemasangan infus, sedangkan peneliti atau
asisten peneliti mengukur skor nyeri dengan melakukan
observasi pada respon wajah.
Measurement Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah menggunakan lembar observasi. Instrument
pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur nyeri
dengan Wong baker Face Pain Scale yang sudah
direkomendasi sebagai alat untuk mengukur nyeri. Lagu-lagu
yang disiapkan adalah lagu anak-anak yang disukai dan video
game yang disukai oleh anak.
(Novitasari et al., 2019)
H. Telaah Step 3 (Aplikabilitas)
1. Adanya Sumber : Jumlah peneliti dalam artikel ini sebanyak 3 orang. Jumlah
Daya Manusia sampel yang digunakan yaiu sebanyak masing-masing 6
anak laki-laki dan perempuan untuk terapi music serta
masing-masing 6 anak laki-laki dan perempuan untuk terapi
video game. Selain itu juga terdapat 2 orang perawat (1
orang setiap shift) sebagai asisten peneliti guna membantu
proses penelitian dan menghindari bias.
2. Biaya : Pemberian intervensi jika ditinjau dari segi biaya juga sangat
memungkinkan karena hanya membutuhkan perawat itu
sendiri dalam memberikan dan mengajarkan terapi ini
kepada anak dan keluarga sehingga hanya membutuhkan
jasa perawat dan bisa dilakukan oleh anak secara mandiri.
3. Kebijakan : Berdasarkan hasil penelitian bahwa penerapan terapi musik
dan terapi video game dapat menjadi salah satu intervensi
yang dapat diperhitungkan mengingat adanya pengaruh
dalam menurunkan tingkat nyeri pada anak usia prasekolah
yang dilakukan pemasangan infus.
4. Hasil : Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa ada
perbedaan rata-rata tingkat nyeri anak usia prasekolah yang
dilakukan pemasangan infus setelah diberikan terapi music
dan terapi video game pada kelompok anak laki-laki dan
kelompok perempuan di RS Bhayangkara TK III Kota
Bengkulu.
5. Kelebihan : 1) Artikel tersebut tersusun secara sistematis yang terdiri
dari abstrak, pendahuluan, metode penelitian, hasil,
pembahasan, kesimpulan dan daftar pustaka.
2) Artikel ini menjelaskan dengan detail terkait
pemanfaatan terapi music dan terapi video game.
3) Terapi dalam artikel ini dapat digunakan sebagai salah
satu intervensi yang dapat diberikan pada pasien anak
yang mengalami nyeri akibat pemasangan infus.
4) Intervensi ini mudah dilakukan dan tidak membutuhkan
biaya yang besar, juga bisa dilakukan secara mandiri
oleh anak dan keluarga.
6. Kekurangan : 1) Artikel ini tidak menjelaskan tentang SOP dilakukannya
terapi musik dan terapi video game secara menyeluruh
2) Artikel ini tidak mencantumkan dampak negatif dari
penggunaan terapi musik dan video game apabila
dilakukan dalam jangka lama.
Berdasarkan uji statistik dan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa ada
efektivitas perbedaan rata-rata tingkat nyeri anak usia prasekolah yang dilakukan
pemasangan infus setelah diberikan terapi music dan terapi video game pada kelompok
anak laki-laki dan kelompok perempuan di RS Bhayangkara TK III Kota Bengkulu. Jenis
intervensi ini dapat diterapkan untuk menurunkan skala nyeri pada pasien khususnya
anak. Intervensi ini direkomendasikan selain karena pelaksanaannya yang mudah juga
tidak memakan biaya yang besar. Berdasarkan hasil uji statistik pada penelitian ini
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tingkat nyeri anak sebelum dan
setelah diberikan intervensi terapi musik (P value=0,000). Hal ini disebabkan karena
musik dapat memberikan efek nyaman dan senang pada pendengarnya, musik yang
didengar seseorang dapat membuat perasaan nyaman, senang dan sejahtera. Musik dapat
berfungsi sebagai alat terapi kesehatan, dimana terapi musik adalah proses interpersonal
yang digunakan untuk mempengaruhi keadaan fisik, emosional, mental estetik dan
spiritual, untuk membantu klien meningkatkan atau mempertahankan kesehatannnya.
Hasil penelitian terapi musik yang juga dilakukan oleh Sabang (2021), tentang pengaruh
terapi musik terhadap penurunan tingkat nyeri pada anak saat dilakukan pemasangan
infus dengan hasil terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata tingkat nyeri antara
anak usia prasekolah yang diberikan terapi musik dengan yang tidak diberikan terapi
musik saat dilakukan pemasangan infus.
Sedangkan, terapi bermain game dinilai mampu mengurangi intensitas nyeri
dikarenakan anak yang bermain game focus dengan kegiatan yang anak lakukan, bukan
hanya lewat audio tapi juga visual. Menurut penelitian Gehan et al. (2014), meyatakan
bahwa tehknik distraksi itu dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu distraksi aktif dan
distraksi pasif, yang termasuk dalam distraksi aktif adalah video game, virtual reality,
guided imagery dan relaksasi, sedangkan yang termasuk dalam distraksi pasif adalah
mendengarkan musik dan menonton televisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
distraksi aktif lebih efektif daripada distraksi pasif pada anak usia prasekolah yang
dilakukan tindakan medis.
SOP TERAPI MUSIK

Kompetensi : Pemberian Terapi Musik


Pengertian : Musik adalah suatu komponen yang dinamis yang bisa
mempengaruhi psikologis dan fisiologis
Tujuan : 1. Mengurangi kecemasan pada anak selama hospitalisasi
2. Melanjutkan tugas kembang selama perawatan
3. Mengembangkan kreativitas melalui pengalaman permainan yang
tepat
4. Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat
Alat dan Bahan : Alat-alat musik yang sesuai

No. Prosedur
Pre Interaksi
1 Cek catatan keperawatan atau catatan medis klien (jika ada)
2 Siapkan alat-alat
3 Cuci tangan
Tahap Orientasi
4 Beri salam dan berkenalan
5 Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien/keluarga
Tahap Kerja
6 Menanyakan keluhan utama klien
7 Identifikasi pilihan musik klien
8 Pilih pilihan musik yang mewakili pilihan musik klien
9 Dekatkan alat musik dan perlengkapan dengan klien
10 Pastikan alat musik dan perlengkapan dalam kondisi baik
11 Dukung dengan headphone jika diperlukan
12 Nyalakan music dan lakukan terapi music
13 Pastikan volume musik sesuai dan tidak terlalu keras
14 Hindari menghidupkan musik dan meninggalkannya dalam waktu yang lama
15 Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik
Terminasi
16 Evaluasi respon klien dan keluarga tentang perasaan
17 Simpulkan hasil kegiatan
18 Berikan umpan balik positif
19 Bereskan alat-alat
20 Cuci tangan
SOP TERAPI BERMAIN VIDEO GAME

Pengertian :
1. Cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dirinya yang tidak disadari
(Wong, 1991)
2. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya
tanpa mempertimbangkan hasil akhirnya (Hurlock, 1978)
3. Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan dalam mengatasi konflik dari
dalam dirinya yang tidak disadari serta dengan keinginan sendiri untuk memperoleh
kesenangan (Roster, 1987)
Tujuan :
1. Meminimalisir tindakan perawatan yang traumatis
2. Mengurangi kecemasan
3. Membantu mempercepat penyembuhan
4. Sebagai fasilitas komunikasi
5. Persiapan untuk hospitalisasi atau surgery
6. Sarana untuk mengekspresikan perasaan
Persiapan Pasien 1. Klien dan keluarga diberitahu tujuan bermain
2. Melakukan kontrak waktu
3. Tidak ngantuk
4. Tidak rewel
5. Keadaan umum mulai membaik
6. Klien bisa dengan tiduran atau duduk sesuai kondisi klien
Peralatan 1. Rancangan program bermain yang lengkap dan sistematis
2. Alat bermain sesuai dengan umur jenis kelamin dan tujuan
Prosedur Pelaksanaan A. Tahap Pra Interaksi
1. Melakukan kontrak waktu
2. Mengecek kesiapan anak (tidak ngantuk, tidak rewel
keadaan umum membaik/kondisi yang memungkinkan)
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam kepada anak dan menyapa nama anak
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan keluarga dan kesiapan klien
sebelum kegiatan dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Memberi petunjuk pada anak cara bermain
2. Mempersilahkan anak untuk melakukan permainan sendiri
atau dibantu
3. Memotivasi keterlibatan klien dan keluarga
4. Memberi pujian pada anak bila dapat melakukan
5. Mengobservasi emosi, hubungan interpersonal, psikomotor
anak saat bermain
6. Meminta anak menceritakan apa yang dibuatnya
7. Menanyakan perasaan anak setelah bermain
8. Menanyakan perasaan dan pendapat keluarga tentang
permainan
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
4. Mencuci tangan
5. Mencatat jenis permainan dan respon pasien serta keluarga
kegiatan dalam lembar catatan keperawatan dan
kesimpulan hasil bermain meliputi emosional, hubungan
interpersonal, psikomotor dan anjuran untuk anak dan
keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Gehan, A., Gehan, E., & Hewida, A. H. (2014). Knowledge of Mothers of Children with
Bronchial Asthma. Med. J. Cairo Univ, 82(2).
Irwan, M., Rahmaniah, Sadriah, & Risnah. (2021). Penanganan Nyeri Dengan Teknik
Distraksi Pada Pemasangan Infus Anak: Literature Review. Journal of Health,
Education and Literacy (J-Healt), 4(1), 20–26. https://doi.org/10.31605/jhealt.v2i1
Novitasari, S., Sulaeman, S., & Purwati, N. H. (2019). Pengaruh Terapi Musik Dan Terapi
Video Game Terhadap Tingkat Nyeri Anak Usia Prasekolah Yang Dilakukan
Pemasangan Infus. Journal of Telenursing (JOTING), 1(1), 168–177.
https://doi.org/10.31539/joting.v1i1.510
Nurdiansyah, T. E. (2015). Pengaruh terapi Musik Terhadap Respon Nyeri Pada Pasien
Dengan Post Operasi Di RSUD A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung. Jurnal
Kesehatan, VI(I), 14–22.
Pulungan, Z. S. A., Yusuf, Sudiartini, N. K., Zen, Muh.Ali, Irfan, M., Arya, Widyatma,
Sawitra, & Purnomo, E. (2019). Atraumatic care dengan spalk manakara pada
pemasangan infus efektif menurunkan tingkat kecemasan anak pra sekolah. Journal of
Health, Education and Literacy (J-Healt), 2(1), 24–30.
https://doi.org/10.31605/jhealt.v2i1
Rahmawati, Maftukhin, A., Palupi, H., & Mujtahiddah, W. P. (2022). Pengaruh Terapi
Bermain Video Game Terhadap Pengurangan Rasa Nyeri Pada Anak Pasca Sirkumsisi
DI Desa Sudu Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro. Asuhan Kesehatan, 13(1),
22–26.
Sabang, R. P. (2021). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Pada Anak
Saat Dilakukan Pemasangan Infus. FK Universitas Mulawarman.

Anda mungkin juga menyukai