Anda di halaman 1dari 7

Vol.

III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati ISSN : 2088 - 8872

PENGARUH TERAPI MUSIK AUDIO VISUAL TERHADAP


STRESHOSPITALISASI PADA ANAK USIA 6-8 TAHUN DI RSPAU
HARDJOLUKITO YOGYAKARTA

Anggriasha Nastiti P1, Listyana Natalia R2, Endang Lestiawati3

INTISARI

Latar Belakang: Terapi musik audio visual merupakan terapi komplementer yang menjadi salah satu
alternatif yang melibatkan indera penglihatan, pendengaran, aspek estetika serta memiliki aspek
terapeutik yang banyak digunakan untuk membantu menenangkan, menyembuhkan, menurunkan stress
hospitalisasi pada anak. Pelayanankeperawatansecaraholistik diharapkandapatmenggunakan terapimusik
audio visual dalammenurunkan stress hospitalisasipadaanaksehinggaanakmemilikipengalaman yang
baikselamaperawatan di rumahsakit.TujuanPenelitian: Untukmengetahuipengaruhterapimusik audio
visual terhadap stress hospitalisasipadaanakusia 6-8 tahun di RSPAU Hardjolukito Yogyakarta.Metode
Penelitian: Jenis penelitian quasi experimental dengan rancangan one group pre and post test. Teknik
pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 18 orang. Teknik
analisa data menggunakan uji beda paired sample t-test. Hasil Penelitian: Rata-rata stress hospitalisasi
pada anak sebelum diberikan terapi musik audio visual adalah 62.00 dan setelah diberikan terapi adalah
44.61, dengan nilai p-value 0.000. Kesimpulan: Ada pengaruh terapi musik audio visual terhadap stress
hospitalisasi pada anak usia 6-8 tahun di RSPAU Hardjolukito

Kata Kunci: Stres hospitalisasi, terapi musik audio visual, anak usia 6 – 8 tahun

THERAPEUTIC EFFECT OF AUDIO-VISUAL MUSIC OVER


HOSPITALIZATION STRESS ON CHILDREN AGED 6-8 YEARS
OLD AT RSPAU HARDJOLUKITO YOGYAKARTA
Anggriasha Nastiti P1, Listyana Natalia R2, Endang Lestiawati3

ABSTRACT

Background: Audio-visual therapy is a complementary therapy, which can be an alternative involving


sight, hearing, an aesthetic aspect, and possessing a therapeutic aspect often used for calming, healing,
and reducing hospitalization stress towards children. Audio-visual therapy can be an alternative to
holistic treatment in order to reduce hospitalization stress towards children, so that they have a pleasant
experience in hospital. Research aim: To find influence of audio-visual therapy over hospitalization stress
on children aged 6-8 years old at RSPAU Hardjolukito Yogyakarta. Research method: Type of this
research was quasi-experimental using one group pre and posttest. Sampling technique used was total
sampling, with 18 people as the samples. Data analysis technique used different test of paired sample t-
test. Result: The average hospitalization stress level before given audio-visual music therapy was 62.00
and after given therapy was 44.61, with p value 0.000. Conclusion: There was an influence of audio-
visual music therapy over hospitalization stress on children aged 6-8 years old at RSPAU Hardjolukito.

Keywords: Hospitalization stress, audio-visual music therapy, children aged 6-8 years

8
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati ISSN : 2088 - 8872

PENDAHULUAN tentang hospitalisasi pada anak. Perawat

Hospitalisasi merupakan pengalaman yang tidak diharapkan mampu memberikan asuhan

menyenangkan dan menimbulkan krisis pada keperawatan yang holistik dan komprehensif guna

kehidupan anak.Di rumah sakit anak harus memenuhi kebutuhan psikologis pada anak maupun

menghadapi lingkungan yang asing dan pemberi keluarga akibat hospitalisasi.

asuhan yang tidak dikenal.Anak yang dirawat Musik dapat mengubah fungsi-fungsi fisik dalam

mengalami prosedur yang menimbulkan nyeri, tubuh, seperti perubahan detak nadi, kekuatan otot,

kehilangan kemandirian dan berbagai hal yang dan sirkulasi darah.Selain berpengaruh terhadap

tidak menyenangkan. kinerja jantung, ritme atau irama juga

Persepsi dan respon anak terhadap pengalaman mempengaruhi gerakan otot dan setiap sel, molekul

selama di rumah sakit akan diasumsikan sebagai dan atom dalam tubuh, sehingga musik yang

pengalaman yang kurang baik, yang secara tidak didengar bisa merangsang atau menenangkan,

langsung akan mempengaruhi tingkat menyeimbangkan atau dapat pula mengganggu atau

perkembangan anak. Pada saat seperti itu perasaan mengacaukan5.

anak akan penuh dengan beban emosional, seperti Terapi musik audiovisual merupakan terapi

rasa cemas, ketakutan, perasaan rendah diri, komplementer yang menjadi salah satu alternatif

perasaan marah, depresi, perasaan tidak berdaya, yang melibatkan indera penglihatan dan

ketergantungan yang berlebihan pada orang lain pendengaran yang dapat menumbuhkan

dan tidak mampu berfikir dengan baik1. keseimbangan emosi. Selain memiliki aspek

Hasil penelitian menyatakan bahwa usia sekolah estetika juga memiliki aspek terapeutik yang

yang mengalami kecemasan karena hospitalisasi banyak digunakan untuk membantu menenangkan,

didominasi oleh usia terendah 6-9 tahun. menyembuhkan dan memulihkan kondisi fisiologis

Keberadaan anak di lingkungan baru seperti rumah pasien maupun tenaga medis.Mekanisme kerja

sakit merupakan stressor bagi anak untuk musik yang mempunyai efek distraksi untuk

mengalami ketidaknyamanan, ketakutan dan mengurangi rasa sakit, stress, kecemasan maupun

kecemasan. Hal ini disebabkan oleh kondisi anak menurunkan tekanan darah.Terapi musik audio

yang tidak sehat, lingkungan baru dan adanya visual juga merupakan salah satu terapi bermain

tindakan-tindakan keperawatan atau medis yang yang merupakan aktivitas yang sangat sesuai

menyebabkan anak takut dan stres2. dengan perkembangan emosi anak7.

Stres yang dialami oleh anak akibat hospitalisasi


dapat disebabkan oleh perubahan lingkungan yang METODE PENELITIAN
berbeda dengan lingkungan rumah, kehilangan Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen
kendali atas tubuhnya, ancaman dari penyakit serta semu atau quasi experimental. quasi experimental
adanya persepsi yang tidak menyenangkan tentang Penelitian ini menggunakan rancangan One Group
rumah sakit disebabkan oleh pengalaman dirawat pre and posttest design untuk mengetahui pengaruh
4
sebelumnya maupun pengalaman orang lain . terapi musik audio visual terhadap stress
Perawatan anak selama di rumah sakit hospitalisasi pada anak. Populasi target pada
membutuhkan perhatian khusus dari perawat dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia 6 – 8 tahun
memberikan asuhan keperawatan yang yang dirawat di RSPAU Hardjolukito Yogyakarta.
komprehensif termasuk asuhan keperawatan Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 18

9
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati ISSN : 2088 - 8872

responden dengan teknik pengambilan sampel


Berdasarkan tabel 2 rata-rata stress hospitalisasi
menggunakan total sampling. Penelitian
sebelum diberikan terapi musik audio visual 62,00,
dilaksanakan pada tanggal 15 Juni sampai dengan 3
median 61,50 (95% CI: 60,19-63,81) dengan
Juli 205. Intervensi musik audio visual diberikan
standar deviasi 3,630. Skor terendah 56 dan skor
sebanyak 2 kali dengan durasi masing-masing
tertinggi 69. Dari estimasi interval disimpulkan
selama 30 menit.
bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata stress
Alat pengumpul data menggunakan laptop untuk
hospitalisasi sebelum diberikan terapi musik audio
memutar musik audiovisual dan kuesioner untuk
visual yaitu 60,19 sampai dengan 63,81.
mengukur stress hospitalisasi. Analisis data dalam
Tabel 3
penelitian ini adalah univariat dan bivariat dengan Stress hospitalisasi sesudah terapi musik audio
visual
ujiPaired T-Testyang digunakan untuk mengetahui
Mean Min
95%
pengaruh terapi musik audio visual terhadap Variabel Media SD -
CI
n Mak
penurunan stress hospitalisasi pada anak usia
Stress
sekolah di RSPAU Hardjolukito Yogyakarta. Hospitalisasi 41.16
44.61 6.93 36-
sesudah -
52.50 8 61
terapi musik 48.08
HASIL PENELITIAN DAN audio visual
Berdasarkan tabel 3 rata-rata stress hospitalisasi
PEMBAHASAN
sesudah diberikan terapi musik audio visual 44,61,
Hasil Penelitian
median 52,50 (95% CI: 41,16-48,06) dengan
Tabel 1
Karakteristik Responden standar deviasi 6,938. Skor terendah 36 dan skor
Karakteristik anak Frekuensi Persentase tertinggi 61. Dari estimasi interval disimpulkan
Jenis kelamin
a. Laki-laki 11 61.1 bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata stress
b. Perempuan 7 38.9 hospitalisasi sesudah diberikan terapi musik audio
Riwayat di rawat di
RS visual yaitu 41,16sampai dengan 48,08.
a. Ya 11 61.1
b. Tidak pernah 7 38.9
Jumlah 18 100
Berdasarkan tabel 1 diketahui mayoritas jenis Tabel 4
Perbedaan stress hospitalisasi sebelum dan sesudah
kelamin anak adalah laki-laki sebanyak 11 orang terapi musik audio visual berdasarkan karakteristik
(61.1%) dan sebagian besar anak sebelumnya anak
Variabel Mean Mean
pernah dirawat di rumah sakit sebanyak 11 orang Sebelum Sesudah
(61.1%). Jenis kelamin
a. Laki-laki 63.30 45.09
Tabel 2
b. Perempuan 60.43 43.86
Stress hospitalisasi sebelum terapi musik audio
Pengalaman
visual
sebelumnya
Mean Min - 95% a. Tidak pernah 61.45 47.86
Variabel SD b. Pernah 62.86 42.55
Median Mak CI
Stress Berdasarkan tabel 4 rata-rata stress hospitalisasi
Hospitalisas
i sebelum sebelum diberikan terapi musik audio visual pada
60.19
terapi musik 62.00 3.6
56-69 - anak laki-laki sebesar 63.30 lebih tinggi bila
audio visual 61.50 3
63.81
dibandingkan dengan anak perempuan sebesar
60.43. Setelah diberikan terapi musik audio visual

10
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati ISSN : 2088 - 8872

diketahui bahwa terjadi penurunan stress Anak sekolah sangat rentan terhadap stress karena
hospitalisasi pada anak tetapi stress hospitalisasi kemampuan anak untuk mengatasi stress masih
pada anak laki-laki lebih tinggi (45.09) bila sangat terbatas selain itu anak belajar beradaptasi
dibandingkan dengan anak perempuan (43.86). dengan lingkungan dan orang-orang yang dianggap
Rata-rata stress hospitalisasi sebelum diberikan asing9. Lingkungan dan orang yang baru
terapi musik audio visual pada anak yang pernah dikenalnya akan menimbulkan stress sehingga
dirawat di RS lebih tinggi (62.86)dibandingkan berdampak pada perkembangan anak. Hospitalisasi
dengan anak yang tidak pernah dirawat di rumah menimbulkan suatu kondisi krisis baik bagi anak
sakit (61.45) dan setelah diberikan terapi musik maupun bagi keluarganya9.
audio visual, diketahui rata-rata stress hospitalisasi Stress yang dialami anak karena kondisi sakit dan
anak mengalami penurunan namun anak yang hospitalisasi juga dialami oleh anak dapat
pernah dirawat di RS lebih rendah (42.55) disebabkan oleh perubahan lingkungan yang
dibandingkan dengan anak yang tidak pernah berbeda dengan lingkungan rumah, kehilangan
dirawat di RS (47.86). kendali atas tubuhnya, ancaman dari penyakit serta
Tabel 5 adanya persepsi yang tidak menyenangkan tentang
Pengaruh terapi musik audio visual terhadap stress
rumah sakit disebabkan oleh pengalaman dirawat
hospitalisasi pada anak di RSPAU Hardjolukito
Yogyakarta sebelumnyamaupun pengalaman orang lain10.
Variabel Mean SD p- Berdasarkan pengalaman dirawat di rumah sakit
value
Terapi musik diketahui bahwa anak yang pernah dirawat di
audiovisual rumah sakit memiliki tingkat stress (mean = 62.86)
Sebelum 62.00 3.630 0.000
Sesudah 44.61 6.938 yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan anak
yang tidak pernah dirawat di rumah sakit (mean =
Berdasarkan table 5 rata-rata stress hospitalisasi 61,45). Hospitalisasi dan penyakit
sebelum diberikan terapi musik audio visual adalah merupakanpengalaman yang penuh tekanan,
62.00 dengan standar deviasi 3,630. Setelah utamanya karena perpisahan dengan lingkungan
diberikan terapi musik audio visual rata-rata stress normal, seleksi perilaku, koping terbatas dan
hospitalisasi pada anak adalah 44,61 dengan perubahan status kesehatan11.
standar deviasi 6,938. Terlihat ada perbedaan nilai Stress hospitalisasi yang dialami anak selama
mean perbedaan antara stress hospitalisasi sebelum dirawat di rumah sakit dapat diturunkan melalui
dan sesudah diberikan terapi musik audio visual terapi musik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebesar 18,61 dengan standar deviasi 3,308. Hasil rata-rata stress hospitalisasi yang dialami anak
uji statistik didapatkan nilai p = 0,000 maka dapat setelah diberikan terapi musik audio visual sebesar
disimpulkan ada pengaruh terapi musik audio 44.61 minimal 38 dan maksimal stres 76. Adapun
visual terhadap stress hospitalisasi pada anak di penurunan stress hospitalisasi setelah diberikan
RSPAU Hardjolukito Yogyakarta. terapi musik audio visual sebesar 18,61. Terapi
musik audio visual yang diberikan berupa lagu
PEMBAHASAN anak-anakdapat mengalihkan perhatian anak dan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata memberikan persepsi yang baik bagi anak bahwa
tingkat stress hospitalisasi pada anak sebelum dirawat di rumah sakit sama seperti berada di
diberikan terapi musik audio visual adalah 62.00. rumah. Musik mempengaruhi denyut jantung,

11
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati ISSN : 2088 - 8872

denyut nadi dan tekanan darah.Denyut jantung Stress hospitalisasi pada anak terjadi karena adanya
manusia terutama disesuaikan dengan bunyi dan suatu tekanan atau krisis pada anak. Jika seorang
musik.Denyut jantung menanggapi variabel- anak dirawat di rumah sakit, maka anak tersebut
variabel musik seperti frekuensi, tempo dan volume akan mudah mengalami krisis yang disebabkan
dan cenderung menjadi lebih cepat atau menjadi akan mengalami stress akibat perubahan, baik
lebih lambat guna menyamai ritme suatu terhadap status kesehatannyamaupunlingkungan
bunyi.Semakin cepat musiknya semakin lambat dalam kebiasaan sehari-hari. Selain itu, anak
detak jantung.Sama dengan laju pernapasan, detak mempunyaisejumlah keterbatasan dalam
jantung yang lebih lambat menciptakan tingkat mekanisme koping untuk mengatasi masalah
stress dan ketegangan fisik yang lebih rendah, maupun kejadian-kejadian yang sifatnya menekan9 .
menenangkan pikiran dan membantu tubuh untuk Stress hospitalisasi pada anak dipengaruhi
12
menyembuhkan dirinya sendiri . olehpengalaman dirawat di rumah sakit.
Penelitian sebelumnya yang mengemukakan bahwa Pengalaman ini membuat anak menjadi tahu apa
ada pengaruh pemberian terapi musik Mozart yang akan dilakukan pada anak, sehingga membuat
terhadap tingkat kecemasan pada anak yang anak takut atau cemas. Hasil penelitian diketahui
mengalami hospitalisasi saat dilakukan bahwa tidak ada pengaruh riwayat dirawat di
pemeriksaan tanda-tanda vital di RSUD rumah sakit terhadap stress hospitalisasi (p-value
Banyumas.Suara dan musik dapat menggetarkan 0.116). Hal ini sejalan dengan
serta meresonan iramaalamiah tersebut agar kondisi penelitianmenyatakan bahwa tidak ada perbedaan
kesehatan kembali menjadi harmonis. Setiap sel di antara anak yang pernah dirawat di rumah sakit dan
dalam tubuh manusia adalah resonator suara dan tidak dirawat di rumah sakit terhadap stress
hidupdalam pola ritmis serta masing-masing organ hospitalisasi16.
memiliki siklus, impuls, dannada musikal. Berbagai Reaksi anak terhadap hospitalisasi berbeda-beda,
sistem dalam tubuh akan bereaksi terhadapgetaran sesuai dengan tahapan usia perkembangan anak,
suara seperti yang terjadi pada mental, emosi dan pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem
13
kesadaran spiritual seseorang . pendukung yang tersedia dan kemampuan koping
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang dimilikinya17. Penelitian menyatakan bahwa
terapi musik audio visual terhadap stress tidak ada hubungan antara pengalaman pernah
hospitalisasi pada anak usia 6-8 tahun di RSPAU dirawat dengan kecemasan anak18.Hal ini dapat
Hardjolukito Yogyakarta. Hasil penelitian ini disebabkan karena tindakan medis yang didapatkan
menunjukkan bahwa terapi musik audio visual sebelumnya menimbulkan trauma bagi anak,
merupakan salah satu terapi yang dapat digunakan sehingga walaupun anak pernah dirawat
untuk menurunkan stress hospitalisasi pada anak. sebelumnya tetapi memiliki pengalaman yang tidak
Hal ini sesuai dengan penelitianada pengaruh terapi menyenangkan sehingga anak dapat mengalami
musik audio visual dalam menurunkan kecemasan stress hospitalisasi.
karena hospitalisasi pada anak usia sekolah paska
bedah14. Penelitian mendukung penelitian ini yang KESIMPULAN DAN SARAN
mengemukakan bahwa bimbingan imajinasi
Kesimpulan
rekaman audio dapat menurunkan stress
hospitalisasi pada anak usia sekolah15.

12
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati ISSN : 2088 - 8872

Ada pengaruh terapi musik audio visual terhadap 9. Nursalam., Susilaningrum, R., dan Utami, S.
stress hospitalisasi pada anak usia 6-8 tahun di (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak.
RSPAU Hardjolukito Yogyakarta. Jakarta: Salemba Medika.
Saran 10. Hidayat, A.A.A. (2010). Metode Penelitian
a. Terapi musik audio visual dapat dijadikan Kebidanan dan Teknik Analisa Data.Jakarta:
sebagai suatu kebijakan oleh rumah sakit terkait Salemba Medika.
penatalaksanaan stress hospitalisasi pada anak 11. Potter dan Perry. (2005). Fundamental Of
selama dirawat di rumah sakit Nursing Concepts, Process, And Practice.
b. Hasil penelitian ini agar dipublikasikan sebagai Vol.1. Philadelphia: EGC, Mosby.
literatur seperti jurnal yang mendukung 12. Collinge, W. (2010). Chidren experiences of
penelitian khususnya keperawatan anak di hospitalization. Journal of Child Helath Care,
masing-masing perpustakaan, sehingga literatur 10 (4), 324-336.
dapat bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan 13. Mahanani, A. (2013). Durasi Pemberian Terapi
c. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai acuan Musik Klasik Mozart terhadap Tingkat
untuk penelitian selanjutnya menggunakan Kecemasan padaAnak.Skripsi.Tidak
faktor dan metode lain menggunakan variabel dipublikasikan. Purwokerto: Fakultas
terapi musik audio visual dengan terapi musik Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jurusan
lainnya. Keperawatan.
14. Kustiningsih. (2010). Pengaruh terapi musik
DAFTAR PUSTAKA audio visual terhadap nyeri dan kecemasan anak

1. Soetjiningsih.(2004). Tumbuh Kembang Anak. usia sekolah pasca bedah di RSUP Dr. Sardjito

Jakarta: EGC. Yogyakarta.

2. Purwandari, H. (2009). Pengaruh Terapi Seni 15. Masulili, F., Allenidekania, Hastono, S.P.

dalam Menurunkan Tingkat Kecemasan Anak (2013). Metode Bimbingan Imajinasi Rekaman

Usia Sekolah yang Menjalani Hospitalisasi di Audio untuk Menurunkan Stress Hospitalisasi

Wilayah Kabupaten Banyumas. Tesis tidak pada Anak Usia Sekolah di Rumah Sakit di

dipublikasikan. Depok: Fakultas Ilmu Kota Palu. Jurnal Makara Seri

Keperawatan Indonesia. Kesehatan.DOI:10.7454/msk.vl7i2.xxx.

3. Wong, D.L., et al. (2008). Buku Ajar 16. Subardiah, P. I. (2009). Pengaruh permainan

Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC. terapeutik terhadap kecemasan, kehilangan

4. Hidayat, A.A.A. (2008). Pengantar Ilmu kontrol dan ketakutan anak pra sekolah selama

Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika. di rawat di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

5. Wangsa, T. (2013).Menghadapi Stress dan Provinsi Lmpung. Thesis (tidak dipublikasikan).

Depresi. Jakarta: Rineka Cipta. Depok: fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas

6. Djohan. 2009. Psikologi Musik. Yogyakarta: Indonesia.

Best Seller. 17. Supartini, Y. (2008). Buku ajar: Konsep Dasar

7. Dorothy, E. (2005). Permainan Cerdas untuk Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Anak Usia 2-6 Tahun: Jakarta: Erlangga.


8. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian
Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta.
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati ISSN : 2088 - 8872

Anda mungkin juga menyukai