Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Paradigma Sehat 2015
Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat
dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui melalui
upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial
dan pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran pokok pembangunan kesehatan 2015-2019:
1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak
2. Meningkatnya pengendalian penyakit
3. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah
terpencil, tertinggal dan perbatasan
4. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan
kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan
5. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin
6. Meningkatkan responsivitas sistem kesehatan.
B. Kebijakan Pembangunan Kesehatan Masyarakat
1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional
Arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan nasional 2015-2019 merupakan
bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidang Kesehatan (RPJPK) 2005-2025,
yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat
terwujud, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh
penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata,
serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik
lndonesia.
Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang ditunjukkan oleh meningkatnya Umur
Harapan Hidup, menurunnya Angka Kematian Bayi, menurunnya Angka Kematian Ibu,
menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita. Untuk mencapai tujuan dan sasaran
pembangunan kesehatan, maka strategi pembangunan kesehatan 2005- 2025 adalah :
a. Pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
b. Pemberdayaan masyarakat dan daerah.
c. Pengembangan upaya dan pembiayaan kesehatan.
d. Pengembangan dan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan.
e. Penanggulangan keadaan darurat kesehatan.
C. Proses Keperawatan Komunitas
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis
terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisa sehingga masalah kesehatan yang dihadapi
oleh masyarakat baik individu, keluarga, atau komunitas yang menyangkut pada fisiologi,
psikologi, sosial, ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan.
a) Pengumpulan data
b) Data inti
c) Data 8 subsistem
d) Jenis Data
e) Data Subjektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu,
keluarga, kelompok, dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
f) Data Objektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran.
1) Sumber Data
a) Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari individu,keluarga, kelompok,
masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.
b) Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya: kelurahan,
catatan riwayat kesehatan pasien atau medical record.
2) Cara Pengumpulan Data
a) Wawancara
b) shield survey
3) Pengelolaan Data
a) Klasifikasi data atau kategorisasi data
b) Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly
c) Tabulasi data
d) Interpretasi data
4) Analisa Data
Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan
kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan
atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau
masalah keperawatan.
5) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan masalah
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga dapat dirumuskan masalah
kesehatan.
6) Prioritas Masalah
Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan Abraham H
Maslow:
a) Keadaan yang mengancam kehidupan
b) Keadaan yang mengancam kesehatan
c) Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan
Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada masalah kesehatan
baik yang actual maupun potensial. Diagnose keperawatan komunitas akan memeberikan
gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang
mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap
stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu problem/masalah
(P), etiology atau penyebab (E), dan symptom atau manifestasi/data penunjang (S)
(Mubarak, 2005).
a. Problem : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang
seharusnya terjadi.
b. Etiologi : penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat memeberikan arah
terhadap intervensi keperawatan.
c. Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang terjadi.
3. Perencanaan/ Intervensi
Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan keperawatan
yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keprawatan yang
sudah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi
yang dapat dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul diatas
adalah:
a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang pesnyakit
b. Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit
c. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
d. Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang tepat
e. Lakukan olahraga secara rutin
f. Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk memperbaiki
lingkungan komunitas
g. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan.
4. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah
disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen keperawatan harus bekerjasama dengan
angoota tim kesehatan lain dalam hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota
masyarakat (Mubarak, 2005). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan
yang telah direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:
a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit.
b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup sehat dan
melaksanakan upaya peningkatan kesehatan.
c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan penyakit.
d. Advokat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas.
5. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan dengan
pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat
dengan membandingkan tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-
hari dan tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah ditentukan
atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005). Adapun tindakan dalam melakukan
evaluasi adalah:
a. Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan intervensi.
b. Menilai kemajuan komunitas setelah dilakukan intervensi keperawatan.
2. Strategi Pembangunan Kesehatan 2015-2019
a. Akselerasi pemenuhan akses pelayanan kesehatan Ibu, anak, remaja, dan lanjut usia yang
berkualitas.
b. Mempercepat perbaikan gizi masyarakat.
c. Meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.
d. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas.
e. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan rujukan yang berkualitas.
f. Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, dan kualitas farmasi dan alat
kesehatan
g. Meningkatkan pengawasan obat dan makanan.
h. Meningkatkan ketersediaan, penyebaran, dan mutu sumber daya manusia kesehatan.
i. Meningkatkan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
j. Menguatkan manajemen, penelitian pengembangan dan sistem informasi.
k. Memantapkan pelaksanaan sistem jaminan sosial nasional (SJSN) bidang Kesehatan.
l. Mengembangkan dan meningkatkan efektifitas pembiayaan kesehatan.
C. Karateristik Wilayah Binaan
1. Geografis
Dusun Klipang RW 01 Kelurahan Sendang Mulyo Kecamatan Tembalang Kota
Semarang terdiri dari enam RT.
2. Penduduk
Dari hasil identifikasi mahasiswa didapatkan jumlah penduduk di Dusun Klipang
RW 01 Kelurahan Sendang Mulyo Kecamatan Tembalang Kota Semarang adalah 755 jiwa
per bulan mei 2019. Secara umum kelompok sehat jiwa bayi dengan jumlah 8 jiwa, usia
toodler 9 jiwa, usia prasekolah 28 jiwa, usia sekolah 85 jiwa, usia remaja 64 jiwa, usia
dewasa awal 97 jiwa, usia dewasa lanjut 430 jiwa, usia lansia 34 jiwa.
D. Keperawatan Jiwa
1. Pengertian Keperawatan Jiwa
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan
dan mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia
(Dalami, 2010).
Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan profesional yang didasarkan pada
ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan
respon psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial,
dengan menggunakan diri sendiri (use self) dan terapi keperawatan jiwa melalui
pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan
memulihkan masalah kesehatan jiwa individu, keluarga dan masyarakat (Riyadi&
Purwanto, 2009).
2. Prinsip-prinsip keperawatan jiwa
Prinsip keperawatan jiwa berdasarkan pada paradigma kesehatan dibagi menjadi 4
komponen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan.
a. Manusia
Manusia merupakan komponen paradigm keperawatan yang menjadi salah satu
fokus dari pelayanan keperawatan (Mubarak & Chayatin, 2009).Manusia berfungsi
sebagai mahluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi dengan lingkungan
secara keseluruhan.Sebagai individu yang unik secara biologis, psikologis, sosial, dan
spiritual, setiap individu tidak bereaksi sama, akan berbeda-beda antara satu dengan
yang lain. Setiap individu mempunyai harga diri, martabat, kemampuan untuk berubah
dan kemauan untuk mengejar tujuan.
Tujuan setiap individu adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi
diri.Dalam menjalankan tujuannya, setiap individu mempunyai kemampuan dan hak
untuk terlibat dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan dirinya
(Dalami, 2010; Kusumawati & Hartono, 2011).
b. Lingkungan
Lingkungan adalah faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perkembangan
manusia, mencakup antara lain lingkungan sosial, status ekonomi dan kesehatan
(Riyadi& Purwanto, 2009). Manusia sebagai mahluk holistik dipengaruhi oleh
lingkungan dari dalam (dirinya sendiri) dan lingkungan dari luar (keluarga, kelompok,
maupun komunitas).Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus
mengembangkan strategi koping agar dapat beradaptasi (Dalami, 2010).
c. Kesehatan
Sehat adalah simbol perkembangan kepribadian dan proses kehidupan manusia
yang berlangsung terus menerus menuju kehidupan yang kreatif dan konstruktif
(Riyadi& Purwanto, 2009). Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia
yang menunjukkan salah satu segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu setiap
individu mempunyai hak untuk memperoleh kesehatan yang sama melalui perawatan
yang adekuat (Dalami, 2010).
d. Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan professional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.Pelaksanaannya berdasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang
komprehensif (Mubarak & Chayatin, 2009).Dalam keperawatan jiwa, perawat
memandang manusia secara holistik dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik.
Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan diri secara terapeutik, yang
mana cara dalam berkomunikasi dengan menekankan pengalaman belajar bersama
dengan pasien untuk memperbaiki emosi pasien (Yusuf, Fitryasari, & Nihayati, 2015).
Perawat menggunakan kemampuan yang ada pada dirinya dan keterampilan yang
khusus dalam bekerja sama dengan klien untuk merubah perilaku klien serta perawat
dapat memberi stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara
penanganan masalah yang merupakan modal dasar dalam menghadapi berbagai
masalah kehidupan (Dalami, 2010; Kusumawati & Hartono, 2011).
3. Peran dan fungsi perawat kesehatan jiwa
Keperawatan kesehatan jiwa merupakan proses interpersonal yang berupaya untuk
meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mendukung pada fungsi yang
terintegrasi sehingga sanggup mengembangkan diri sendiri secara wajar dan dapat
melakukan fungsinya dengan baik, sanggup menjalankan tugasnya sehari-hari
sebagaimana mestinya. Perawat jiwa berusaha menemukan dan memenuhi kebutuhan fisik
(physiologis needs), kebutuhan rasa aman (safety needs), kebutuhan mencintai dan
disayangi (belonging loving needs), kebutuhan harga diri (self esteem) dan kebutuhan
aktualisasi (actualization needs) (Dalami, 2010; Kusumawati & Hartono, 2011).
Dalam upaya mengembangkan pelayanan keperawatan jiwa, sangan penting bagi
perawat untuk mengetahui dan meyakini akan peran dan fungsinya. Peran perawat
psikiatrik bervariasi dan spesifik, meliputi kemandirian dan kolaborasi. Adapun peran
perawat kesehatan jiwa adalah sebagai berikut :
1. Pelaksana asuhan keperawatan
Dalam peran perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan, perawat memberikan
pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa kepada individu, keluarga dan
komunitas.Dalam menjalankan perannya, perawat menggunakan konsep perilaku
manusia, perkembangan kepribadian dan konsep kesehatan jiwa serta gangguan jiwa
dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada individu, keluarga dan komunitas
(Dalami, 2010).
Perawat melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif melalui
pendekatan proses keperawatan jiwa, yaitu pengkajian, penetapan diagnosis
keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, dan melaksanakan tindakan
keperawatan serta evaluasi terhadap tindakan tersebut. Dalam memberikan asuhan
keperawatan jiwa seorang perawat harus memiliki kemampuan. Kemampuan yang
harus dimiliki perawat kesehatan jiwa menurut Dalami (2010) ; Yusuf, Fitryasari, dan
Nihayati (2015) adalah sebagai berikut :
a. Membuat pengkajian kesehatan biopsiko-sosial-budaya dan spiritual.
b. Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan untuk klien dan keluarga
dengan masalah kesehatan yang kompleks dan kondisi yang dapat menimbulkan
sakit.
c. Perawat berperan serta dalam aktifitas pengelolaan kasus, seperti mengorganisasi,
mengkaji, negosiasi, koordinasi, dan mengintegrasikan pelayanan serta perbaikan
bagi individu dan keluarga.
d. Memberi pedoman pelayanan kesehatan untuk individu, keluarga, kelompok untuk
menggunakan sumber yang tersedia di komunitas kesehatan mental, termasuk
pelayanan terkait, teknologi, serta sistem sosial yang paling tepat.
e. Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental serta mengatasi pengaruh
penyakit mental melalui penyuluhan dan konseling.
f. Memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami penyakit fisik
dengan masalah psikologis dan gangguan jiwa dengan masalah fisik.
g. Mengelola dan mengkoordinasi sistem pelayanan yang mengintegrasikan
kebutuhan klien, keluarga, staf, dan pembuat kebijakan.
2. Pelaksana pendidikan keperawatan
Perawat memberi pendidikan kesehatan jiwa kepada individu, keluarga dan
komunitas agar mampu melakukan perawatan pada diri sendiri, anggota keluarga dan
anggota masyarakat lain. Pada akhirnya diharapkan setiap anggota masyarakat
bertanggung jawab terhadap kesehatan jiwa (Dalami, 2010).
Sebagai seorang pendidik, perawat memberikan edukasi kepada klien dengan
menjelaskan kosep dan fakta tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur asuhan,
memperbaiki tingkah laku belajar, dan mengevaluasi kemajuan klien dalam
belajar.Dalam memberikan edukasi kepada klien perawat harus menentukan metode
pengajaran sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien dan melibatkan sumber daya
lainnya dalam perencanaan seperti keluarga (Potter & Perry, 2010). Selain itu perawat
juga memberikan edukasi kepada staf penerima delegasi asuhan keperawatan, staf baru
yang belum memiliki izin, dan membagi keahlian dengan perawat ataupun professional
kesehatan lain (Kozier, 2010).
3. Pengelolah keperawatan
Dalam mengelola asuhan keperawatan jiwa, perawat harus menunjukkan sikap
kepemimpinan dan bertanggung jawab. Dalam melaksanakan perannya ini perawat perlu
(1) menerapkan teori manajemen dan kepemimpinan dalam mengelola asuhan
keperawatan jiwa, (2) menggunakan berbagai strategi perubahan yang diperlukan dalam
mengelola asuhan keperawatan jiwa, (3) berperan serta dalam aktifitas pengelolaan kasus
seperti mengorganisasi, koordinasi, dan mengintegrasikan pelayanan serta perbaikan bagi
individu maupun keluarga, dan (4) mengorganisasi pelaksanaan berbagai terapi modalitas
keperawatan (Dalami, 2010).
4. Pelaksana penelitian
Perawat sering memanfaatkan penelitian untuk memperbaiki asuhan keperawatan
kepada klien. Dalam area klinis, perawat perlu
(1) memahami proses dan bahasa penelitian,
(2) peka terhadap isu terkait keperawatan jiwa untuk melindungi hak-hak asasi subjek,
(3) berpartisipasi dalam mengidentifikasi masalah penting yang dapat diteliti, dan
(4) menjadi konsumen yang dapat membedakan temuan penelitian (Kozier, 2010).
Selain itu peran perawat jiwa dalam pelaksanaan penelitian adalah perawat perlu
menggunakan hasil penelitian serta perkembangan ilmu dan teknologi untuk
meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa (Dalami, 2010).
Fungsi perawat psikiatrik adalah memberikan asuhan keperawatan kepadaklien baik
secara langsung maupun secara tidak langsung. Menurut Dalami(2010) fungsi dapat
dicapai melalui aktifitas perawat psikiatri, yaitu:
1) Memberikan lingkungan terapeutikLingkungan yang ditata sedemikian rupa
sehingga dapat memberikan perasaan aman dan nyaman baik secara fisik, mental,
maupun sosial sehingga dapat membantu penyembuhan pasien.
2) Bekerja untuk mengatasi masalah klien “here and now”Dalam membantu mengatasi
masalah klien, perawat bekerja dengan segera dan tidak ditunda sehingga tidak terjadi
penumpukan masalah.
3) Sebagai model peran perawat dalam memberikan bantuan kepada pasien
menggunakan diri sendiri (use self therapeutic) sebagai alat, melalui contoh perilaku
yang ditampilkan oleh perawat.
4) Memperhatikan aspek fisik dari masalah kesehatan klien memperhatikan aspek fisik
dari masalah kesehatan klien merupakan hal yang sangat penting. Dalam hal ini
perawat perlu memasukkan pengkajian biologis secara menyeluruh dalam evaluasi
pasien psikiatrik untuk mengidentifikasi adanya penyakit fisik sedini mungkin
sehingga dapat diatasi dengan cara yang tepat.
5) Memberi pendidikan kesehatan memberi pendidikan kesehatan yang ditunjukkan
kepada pasien, keluarga dan komunitas yang mencakup pendidikan kesehatan jiwa,
gangguan jiwa, ciri-ciri sehat jiwa, penyebab gangguan jiwa, ciri-ciri gangguan jiwa,
fungsi dan tugas keluarga, dan upaya perawatan pasien gangguan jiwa.
6) Sebagai perantara sosial perawat dapat menjadi perantara dari pihak pasien, keluarga
dan masyarakat dalam memfasilitasi pemecahan masalah pasien.
7) Kolaborasi dengan tim lain perawat dalam membantu pasien mengadakan kolaborasi
dengan petugas kesehatan lain yaitu dokter jiwa, perawat kesehatan masyarakat
(perawat komunitas), pekerja sosial, psikolog, dan lain-lain.
8) Memimpin dan membantu tenaga perawatan dalam pelaksanaan pemberian asuhan
keperawatan jiwa didasarkan pada manajemen keperawatan kesehatan jiwa.Sebagai
pimpinan diharapkan dapat mengelola asuhan keperawatan kesehatan jiwa dan
membantu tenaga perawat yang menjadi bawahannya.
9) Menggunakan sumber di masyarakat menggunakan sumber di masyarakat
sehubungan dengan kesehatan mental.Hal ini harus diketahui oleh perawat diketahui
oleh perawat bahwa sumber-sumber yang ada di masyarakat perlu diidentifikasi
untuk digunakan sebagai faktor pendukung dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa
yang ada di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai