Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis, dimana keadaan tersebut merupakan suatu
fase teristimewa dalam kehidupan seorang wanita. Beberapa ibu hamil tersebut bisa
melewatinya dengan ceria hingga melahirkan, tetapi juga tidak jarang yang mengalami
masalah kesehatan dalam kehamilannya. Masalah kesehatan yang sering muncul pada
kehamilan salah satunya adalah hipertensi dalam kehamilan (Yohanna, Yovita, & Yessica,
2011).Penyakit hipertensi dalam kehamilan ini salah satunya diakibatkan oleh perubahan pada
sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah yang terjadi sebelum kehamilan, komplikasi
selama masa kehamilan atau pada awal pasca partum. Perubahan kardiovaskuler disebabkan
oleh peningkatan cardiac afterload dan penurunan cardiac preload, sedangkan pada
pembuluh darah terjadi vasokonstriksi arteriol, vasospasme sistemik dan dan kerusakan pada
pembuluh darah (Reeder, Martin, & Griffin, 2011).
Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisitekanan darah sistol diatas 140 mmHg
dan diastol diatas 90 mmHg atau peningkatan tekanan sistolik sebesar 30 mmHg atau lebih
atau peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau lebih diatas nilai dasar yang mana diukur
dalam dua keadaan, minimal dalam jangka waktu 6 jam (Reeder dkk, 2011). Hipertensi dalam
kehamilan merupakan 5-15 % penyulit kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga
penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin (Prawirohardjo, 2013).

1
BAB II
KONSEP DASAR TEORI

A. Pengertian Hipertensi dalam Kehamilan


Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisi dalam kehamilan dimana tekanan darah
sistol diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg atau adanya peningkatan tekanan
sistolik sebesar 30 mmHg atau lebih atau peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau lebih
diatas nilai dasar yang mana diukur dalam dua keadaan, minimal dalam jangka waktu 6 jam
(Reeder dkk, 2011).
Hipertensi dalam kehamilan ialah tekanan darah sistolik dan sistolik ≥140/90 mmHg
pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam. Kenaikan
tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan tekanan darah diastolik ≥ 15 mmHg sebagai
parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi (Prawirohardjo, 2013).
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan :
1. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum usia kehamilan 20 minggu atau
hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi
menetap sampai 12 minggu pasca persalinan.
2. Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria.
3. Eklamsi adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang sampai dengan koma.
4. Hipertensi kronik dengan superposed preeklamsi adalah hipertensi kronik di sertai tanda-
tanda preeklamsi atau hipertensi kronik disertai proteinuria. Hipertensi gestasional
(transient hypertensi) adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai
proteinuria dan hipertensi
5. menghilang setelah 3 bulan pascapersalin atau kehamilan dengan preeklamsi tetapi tanpa
proteinuria (Prawirohardjo, 2013).

B. Etiologi
Prawirohardjo (2013), menjelaskan penyebab hipertensi dalam kehamilan belum diketahui
secara jelas. Namun ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan terjadinya hipertensi dan
dikelompokkan dalam faktor risiko. Beberapa faktor risiko sebagai berikut :
1. Primigravida, primipaternitas
2. Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes melitus, hidrops
fetalis, bayi besar.
3. Umur
4. riwayat keluarga pernah pre eklampsia/ eklampsia
5. penyakit- penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil obesitas

2
C. Patofisiologi
Prawirohardjo (2013), menjelaskan beberapa teori yang mengemukakan terjadinya
hipertensi dalam kehamilan diantaranya adalah :
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari cabang-cabang arteri
uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut menembus miometrium berupa
uteri arkuarta dan memberi cabang arteri radialis. Arteri radialis menembus endometrium
menjadi arteri basalis dan artrei basalis memberi cabang arteri spiralis. Kehamilan normal
akan terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteri spiralis yang menimbulkan
degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas
juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur
dan memudahkan arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Keadaan ini akan
memberi dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vaskular, dan
peningkatan tekanan darah pada daerah uteri plasenta. Akibatnya aliran darah ke janin
cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan
janin dengan baik. Proses ini sering dinamakan dengan remodeling arteri spiralis.
Sebaliknya pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi selsel trofoblas pada
lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarrya. Lapisan otot arteri spiralis
menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan
mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis relatif mengalami
vasokonstriksi dan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis. Sehingga aliran darah
uteroplasenta menurun, dan terjadi hipoksia dan iskemia plasenta.
2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan yang disebut
juga radikal bebas. Iskemia plasenta tersebut akan menghasilkan oksidan penting, salah
satunya adalah radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel
endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil tersebut akan merusak membran sel yang
mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak
tersebut selain akan merusak membran sel, juga akan merusak nukleus, dan protein sel
endotel. Peroksida lemak sebagai oksidan akan beredar diseluruh tubuh dalam aliran darah
dan akan merusak membran sel endotel. Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida
lemak, maka terjadi kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel
endotel.Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel,
bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel.
3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
HLA-G (human leukocyte antigen protein G) merupakan prakondisi untuk terjadinya
invasi trofoblas kedalam jaringan desidua ibu, disamping untuk menghadapi sel natular
killer. HLA-G tersebut akan mengalami penurunan jika terjadi hipertensi dalam kehamilan.
Hal ini menyebabkan invasi desidua ke trofoblas terhambat. Awal trimester kedua

3
kehamilan perempuan yang mempunyai kecendrungan terjadi pre-eklampsia, ternyata
mempunyai proporsi helper sel yang lebih rendah bila dibanding pada normotensif.
4. Teori adaptasi kardiovaskuler
Daya refrakter terhadap bahan konstriktor akanhilangjika terjadi hipertensi dalam
kehamilan, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor.
Artinya daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresor hilang hingga pembuluh
darah menjadi sangat peka terhadap bahan vasopresor.
5. Teori Genetik
Genetik ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familiar jika
dibandingkan dengan genetek janin. Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami pre-
eklampsia, 2,6% anak perempuannya akan mengalami preeklampsia pula, sedangkan
hanya 8% anak menantu mengalami preeklampsia.
6. Teori defisiensi gizi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi berperan dalam
terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Misalnya seorang ibu yang kurang mengkonsumsi
minyak ikan, protein dan lain-lain.
7. Teori stimulus inflamasi
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam sirkulasi darah
merupakan rangsangan utama terjadinya proses inflamasi. Plasenta juga akan melepaskan
debris trofoblas dalam kehamilan normal. Sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan nekrotik
trofoblas, akibar reaksi steress oksidatif. Bahan-bahan ini sebagai bahan asing yang
kemudian merangsang timbulnya proses inflamasi. Proses apoptosis pada preeklampsia
terjadi peningkatan stress oksidatif, sehingga terjadi peningkatan produksi debris apoptosis
dan dan nekrotik trofoblas. Makin banyak sel trofoblas plasenta maka reaksi stress
oksidatif makin meningkat, sehingga jumlah sisa debris trofoblas juga makin meningkat.
Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam darah ibu menjadi jauh lebih besar
dibanding reaksi inflamasi pada kehamilan normal(Prawirohardjo, 2013).
Berdasarkan teori di atas, akan mengakibatkan terjadinya kerusakan membran sel endotel.
Kerusakan ini mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh
struktur sel endotel. Keadaan ini disebut dengan disfungsi sel endotel. Apabila terjadi
disfungsi sel endotel, maka akan terjadi beberapa gangguan dalam tubuh, diantaranya
adalah :
a. Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi sel endotel adalah
memproduksi prostaglandin, yaitu menurunnya produksi prostasiklin (PGE2) yang
merupakan suatu fasodilator kuat.
b. Perubahan pada sel endotel kapiler glomerulus
c. Peningkatan permeabilitas kapiler
d. Peningkatan produksi bahan- bahan vasopresor, yaitu endotelin. Kadar NO
(vasodilator) menurun, sedangkan endotelin (vasokonstriktor) meningkat. 5.
Peningkatan vaktor koagulasi

4
e. Agresi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan. Agresi sel-sel
trombosit ini untuk menutupi tempattempat di lapisan endotel yang mengalami
kerusakan. Terjadinya agresi trombosit akan memproduksi tromboksan (TXA2) yang
mana tromboksan tersebut merupakan suatu vasokonstriktor kuat. Ibu hamil yang
mengalami hipertensi akan terjadi perbandingan kadar tromboksan (vasokonstriktor
lebih tinggi dari pada prostasiklin (vasodilator kuat), sehingga menyebabkan pembuluh
darah cendrung mengalami vasokonstriksi, dan terjadi kenaikan tekanan darah.
Reeder (2011), menjelaskan patofisiologi hipertensi dalam kehamilan terjadi karena
adanya vasokonstriksi arteriol, vasospasme sistemik, dan kerusakan pembuluh darah
merupakan karakteristik terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Sirkulasi arteri
terganggu karena adanya segmen yang menyempit dan melebar yang berselang-seling.
Kerja vasospastik tersebut merusak pembuluh darah akibat adanya penurunan suplai
darah dan penyempitan pembuluh darah di area tempat terjadinya pelebaran. Apabila
terjadi kerusakan pada endotelium pembuluh darah, trombosit, fibrinogen, dan hasil
darah lainnya akan dilepaskan ke dalam interendotelium. Kerusakan pembuluh darah
akan mengakibatkan peningkatan permeabilitas albumin, dan akan mengakibatkan
perpindahan cairan dari ruang intravaskuler ke ruang ekstravaskuler yang terlihat secara
klinis sebagai edema (Reeder, 2011).

D. Manifestasi Klinis
Jhonson (2014), menjelaskan beberapa manifestasi klinis dari hipertensi dalam kehamilan
adalah sebagai berikut :
Gejala yang timbul akan beragam, sesuai dengan tingkat PIH dan organ yang dipengaruhi.
1. Spasme pembuluh darah ibu serta sirkulasi dan nutrisi yang buruk dapat mengakibatkan
kelahiran dengan berat badan dan kelahiran prematur.
2. Mengalami hipertensi diberbagai level.
3. Protein dalam urin berkisar dari +1 hingga +4.
4. Gejala neurologi seperti pandangan kabur, sakit kepala dan hiperrefleksia mungkin akan
terjadi.
5. Berpotensi gagal hati.
6. kemungkinan akan mengalami nyeri di kuadran kanan atas.
7. meningkatnya enzim hati.
8. jumlah trombosit menurun.
Perubahan Sistem dan Organ pada Preeklampsia
1. Volume plasma
Volume plasma pada kehamilan normal akan meningkat dengan bermakna guna memenuhi
kebutuhan pertumbuhan janin. Sebaliknya pada preeklampsia terjadi penurunan volume
plasma antara 30-40% dibanding hamil normal disebut hipovolemia. Hipovolemia
diimbangi dengan vasokonstriksi, sehingga terjadi hipertensi.

5
2. Hipertensi
Hipertensi merupakan tanda terpenting dalam menegakkan diagnosis hipertensi dalam
kehamilan. Tekanan diastolik menggambarkan resistensi perifer, sedangkan tekanan
sistolik menggambarkan besaran curah jantung.Peningkatan reaktivitas vaskuler pada
preeklampsia terjadi pada umur kehamilan 20 minggu, tetapi hipertensi dideteksi umumnya
pada trimester II.
3. Fungsi ginjal
a. Perubahan fungsi ginjal disebabkan oleh hal-hal berikut :
1) Menurunnya aliran darah ke ginjal akibat hipovolemia, sehingga terjadi oliguria,
bahkan anuria
2) Kerusakan sel glomerulus mengakibatkan meningkatnya permeabilitas membran
basalis sehingga terjadi kebocoran dan mengakibatkan terjadinya proteinuria.
3) Gagal ginjal akut terjadi akibat nekrosis tubulus ginjal. Bila sebagian besar kedua
korteks ginjal mengalami nekrosis, maka terjadi nekrosis korteks ginjal yang bersifat
irreversibel.
4) Dapat terjadi kerusakan intrinsik jaringan ginjal akibat vasopasme pembuluh darah.
b. Proteinuria
Proteinuria merupakan syarat untuk diagnosis preeklampsia, tetapi proteinuria
umumnya timbul jauh pada akhir kehamilan, sehingga sering dijumpai preeklampsia
tanpa proteinuria, karena janin sudah lahir lebih dulu. Pengukuran protein dapat
dilakukan dengan urin dipstik, yaitu 100 mg/l atau +1, sekurang-kurangnya diperiksa
dua kali urin acak selang 6 jam dan bisa juga dengan pengumpulan proteinuria dalam 24
jam. Dianggap patologis bila besaran proteinuria ≥ 300 mg/ 24 jam.
c. Asam urat serum
Umumnya meningkat ≥ 5 mg/cc. Keadaan ini disebabkan oleh hipovolemia yang
menimbulkan menurunnya aliran darah filtrasi aliran darah, sehingga menurunnya
sekresi asam urat. Peningkatan asam urat terjadi karena iskemia jaringan.
d. Kreatinin
Kadar kreatinin serum pada preeklampsia juga meningkat, hal ini disebabkan oleh
hipovolemia, maka aliran darah ginjal menurun, mengakibatkan menurunnya filtrasi
glomerulus, sehingga menurunnya sekresi kreatinin, disertai peningkatan kreatinin
plasma.
e. Oliguria dan anuria
Oliguria dan anuria terjadi karena hipovolemia sehingga aliran darah ke ginjal menurun
yang mengakibatkan produksi urin menurun (oliguria), bahkan dapat terjadi anuria.
4. Elektrolit
Kadar elektrolit total menurun pada waktu hamil normal. Sama halnya dengan
preeklampsia kadar elektrolit normal sama dengan hamil normal, kecuali jika diberi
diuretikum banyak, restriksi konsumsi garam atau pemberian cairan oksitosin yang bersifat
anti diuretik. Preeklampsia berat yang mengalami hipoksia dapat menimbulkan gangguan

6
keseimbangan asam basa. Kadar natrium dan kalium pada preeklampsia sama dengan
kadar hamil normal, yaitu sama dengan proporsi jumlah air dalam tubuh.
5. Viskositas darah
Viskositas darah ditentukan oleh volume plasma, molekul makro: fibrinogen dan
hematokrit. Pada preeklampsia viskositas darah meningkat, mengakibatkan meningkatnya
resistensi perifer dan menurunnya aliran darah ke organ.
6. Hematokrit
Terjadi peningkatan hematokrit pada ibu hamil dengan hipertensi karena hipovolemia
yang menggambarkan beratnya preeklampsia.
7. Edema
Edema terjadi karena hipoalbuminemia atau kerusakan sel endotel kapiler. Edema yang
patologik adalah edema yang nondependen pada muka, dan tangan atau edema generalista,
dan biasanya disertai dengan kenaikan berat badan yang cepat.
8. Neurologik
Perubahan dapat berupa :
a. Nyeri kepala disebabkan hiperperfusi otak, sehingga menimbulkan vasogenik edema.
b. Akibat spasme arteri retina dan edema retina dapat terjadi gangguan visus, dapat
berupa: pandangan kabur, skotomata, amaurosis yaitu kebutaan tanpa jelas adanya
kelainan dan ablasio retina.
c. Kejang eklamptik, penyebabnya belum diketahui dengan jelas. Faktor-faktor yang
menyebabkan kejang eklamptik yaitu edema serebri, vasopasme serebri, dan iskemia
serebri.
d. Perdarahan intrakranial juga dapat terjadi pada PEB dan eklampsia (Prawirohardjo,
2013).

E. Pemeriksaan diagnostik
Manuaba dkk (2013) dan Purwaningsih & Fatmawati (2010) menyebutkan pemeriksaan
diagnostik yang dilakukan pada ibu hamil dengan hipertensi diantaranya :
1. Uji urin kemungkinan menunjukkan proteinuria
2. Pengumpulan urin selama 24 jam untuk pembersihan kreatinin dan protein.
3. Fungsi hati : meningkatnya enzim hati (meningkatnya alamine aminotransferase atau
meningkatnya aspartate ).
4. Fungsi ginjal: profil kimia akan menunjukkan kreatinin dan elektrolit abnormal, karena
gangguan fungsi ginjal.
5. Tes non tekanan dengan profil biofisik.
6. USG seri dan tes tekanan kontraksi untuk menentukan status janin
7. Evaluasi aliran doppler darah untuk menentukan status janin dan ibu.

7
F. Penatalaksanaan
Manuaba dkk (2013), menjelaskan beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada
pasien dengan hipertensi dalam kehamilan diantaranya :
1. Hipertensi ringan
Kondisi ini dapat diatasi dengan berobat jalan. Pasien diberi nasehat untuk menurunkan
gejala klinis dengan tirah baring 2x2 jam/hari dengan posisi miring. Untuk mengurangi
darah ke vena kava inferior, terjadi peningkatan darah vena untuk meningkatkan peredaran
darah menuju jantung dan plasenta sehingga menurunkan iskemia plasenta, menurunkan
tekanan darah, meningkatkan aliran darah menuju ginjal dan meningkatkan produksi
urin.Pasien juga dianjurkan segera berobat jika terdapat gejala kaki bertambah berat
(edema), kepala pusing, gerakan janin terasa berkurang dan mata makin kabur.
2. Hipertensi Berat
Dalam keadaan gawat, segera masuk rumah sakit, istirahat dengan tirah baring ke satu sisi
dalam suasana isolasi. Pemberian obat-obatan untuk menghindari kejang (anti kejang),
antihipertensi, pemberian diuretik, pemberian infus dekstrosa 5%, dan pemberian antasida.
3. Hipertensi kronis
Pengobatan untuk hipertensi kronis adalah di rumah sakit untuk evaluasi menyeluruh,
pemeriksaan laboratorium lengkap serta kultur, pemeriksaan kardiovaskuler pulmonal (foto
thorax, EKG, fungsi paru).
Penatalaksanaan terhadap hipertensi dalam kehamilan tersebut juga dijelaskan oleh
Purwaningsih dan Fatmawati (2010) dan Prawirohardjo (2013), beberapa penatalaksanaan
hipertensi dalam kehamilan diantaranya :
1. Anjurkan melakukan latihan isotonik dengan cukup istirahat dan tirah baring.
2. Hindari kafein, merkok, dan alkohol.
3. Diet makanan yang sehat dan seimbang, yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang
mengandung cukup protein, rendah karbohidrat, garam secukupnya, dan rendah lemak.
4. Menganjurkan agar ibu melakukan pemeriksaan secara teratur, yaitu minimal 4 kali selama
masa kehamilan. Tetapi pada ibu hamil dengan hipertensi dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan yang lebih sering, terutama selama trimester ketiga, yaitu harus
dilakukan pemeriksaan setiap 2 minggu selama 2 bulan pertama trimester ketiga, dan
kemudian menjadi sekali seminggu pada bulan terakhir kehamilan.
5. Lakukan pengawasan terhadap kehidupan dan pertumbuhan janin dengan USG.
6. Pembatasan aktivitas fisik.
7. Penggunaan obat- obatan anti hipertensi dalam kehamilan tidak diharuskan, karena obat
anti hipertensi yang biasa digunakan dapat menurunkan perfusi plasenta dan memiliki efek
yang merugikan bagi janin. Tetapi pada hipertensi berat, obat-obatan diberikan sebagai
tindakan sementara. Terapi anti hipertensi dengan agen farmakologi memiliki tujuan untuk
mengurangi tekanan darah perifer, mengurangi beban kerja ventrikel kiri, meningkatkan
aliran darah ke uterus dan sisitem ginjal serta mengurangi resiko cedera serebrovaskular.

8
G. Komplikasi
Purwaningsih & Fatmawati (2010) dan Mitayani (2011), menyebutkan beberapa
komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi dalam kehamilan pada ibu dan janin.
Pada ibu :
1. Eklampsia
2. Pre eklampsia berat
3. Solusio plasenta
4. Kelainan ginjal
5. Perdarahan subkapsula hepar
6. Kelainan pembekuan darah
7. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low platellet count).
8. Ablasio retina.
Pada janin :
1. Terhambatnya pertumbuhan janin dalam uterus
2. Kelahiran prematur
3. Asfiksia neonatorum
4. Kematian dalam uterus
5. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.

9
BAB III

Konsep Teori Asuhan Keperawatan pada Kasus Hipertensi dalam Kehamilan

A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Pengkajian pada pasien dengan kasus hipertensi dalam kehamilan meliputi :
1) Identitas umum ibu, seperti:nama, tempat tanggal lahir/umur, pendidikan, suku
bangsa, pekerjaan, agama, dan alamat rumah
2) Data Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang :
Biasanya ibu akan mengalami: sakit kepala di daerah frontal, terasa sakit di ulu
hati/ nyeri epigastrium, bisa terjadi gangguan visus, mual dan muntah, tidak nafsu
makan, bisa terjadi gangguan serebral, bisa terjadi edema pada wajah dan
ekstermitas, tengkuk terasa berat, dan terjadi kenaikan berat badan 1 kg/ minggu.
b) Riwayat kesehatan Dahulu:
Biasanya akan ditemukan riwayat: kemungkinan ibu menderita penyakit
hipertensi pada kehamilan sebelumnya, kemungkinan ibu mempunyai riwayat
preeklampsia dan eklampsia padakehamilan terdahulu, biasanya mudah terjadi
pada ibu dengan obesitas, ibu mungkin pernah menderita gagal ginjal kronis.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kemungkinan mempunyai riwayat kehamilan dengan hipertensi dalam keluarga.
3) Riwayat Perkawinan
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah usia 20 tahun atau di atas 35
tahun.
4) Riwayat Obstetri
Biasanya hipertensi dalam kehamilan paling sering terjadi pada ibu hamil
primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan molahidatidosa dan semakin
semakin tuanya usia kehamilan (Prawirohardjo, 2013).
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan mengalami kelemahan.
TD : Pada ibu hamil dengan hipertensi akan ditemukan tekanan darah darah
sistol diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg.
Nadi : Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensi akan ditemukan denyut nadi
yang meningkat, bahkan pada ibu yang mengalami eklampsia akan
ditemukan nadi yang semakin cepat.
Nafas : Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensi akan ditemuksn nafas
pendek, dan pada ibu yang mengalami eklampsia akan terdengar bunyi
nafas yang berisik dan ngorok.

10
Suhu : Ibu hamil yang mengalami hipertensi dalam kehamilan biasanya tidak
ada gangguan pada suhunya, tetapi jika ibu hamil tersebut mengalami
eklampsia maka akan terjadi peningkatan suhu.
BB : Biasanya akan terjadi peningkatan berat badan lebih dari 0,5
kg/minggu, dan pada ibu hamil yang mengalami preeklampsia akan terjadi
peningkatan BB lebih dari 1 kg/minggu atau sebanyak 3 kg dalam 1 bulan
Kepala : Biasanya ibu hamil akan ditemukan kepala yang berketombe dan kurang
bersih dan pada ibu hamil dengan hipertensi akan mengalami sakit kepala.
Wajah : Biasanya pada ibu hamil yang mengalami preklampsia/eklampsia wajah
tampak edema.
Mata : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan ditemukan konjungtiva sub
anemis, dan bisa juga ditemukan edema pada palvebra. Pada ibu hamil
yang mengalami preeklampsia atau eklampsia biasanya akan terjadi
gangguan penglihat yaitu penglihatan kabur.
Hidung : Biasanya pada ibu hamil tidak ditemukan gangguan
Bibir : Biasanya akan ditemukan mukosa bibir lembab
Mulut : Biasanya terjadi pembengkakan vaskuler pada gusi, menyebabkan
kondisi gusi menjadi hiperemik dan lunak, sehingga gusi bisa mengalami
pembengkakan dan perdarahan
Leher : Biasanya akan ditemukan pembesaran pada kelenjer tiroid
Thorax :
1) Paru-paru : Biasanya akan terjadi peningkatan respirasi, edema paru dan napas
pendek
2) jantung : Pada ibu hamil biasanya akan terjadi palpitasi jantung, pada ibu yang
mengalami hipertensi dalam kehamilan,khususnya pada ibu yang
mengalami preeklampsia beratakan terjadi dekompensasi jantung.
Payudara : Biasanya akan ditemukan payudara membesar, lebih padat dan lebih
keras, puting menonjol dan areola menghitam dan membesar dari 3 cm
menjadi 5 cm sampai 6 cm, permukaan pembuluh darah menjadi lebih
terlihat.
Abdomen :Pada ibu hamil akan ditemukan umbilikus menonjol keluar, dan
membentuk suatu area berwarna gelap di dimding abdomen, serta akan
ditemukan linea alba dan linea nigra. Pada ibu hamil dengan
hipertensibiasanya akan ditemukan nyeri pada daerah epigastrum, dan
akanterjadi anoreksia, mual dan muntah
Pemeriksaan janin : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi bisa terjadi bunyi jantung janin
yang tidak teratur dan gerakan janin yang melemah (Mitayani, 2011).
Ekstermitas : Pada ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan bisa ditemukan
edema pada kaki dan tangan juga pada jari-jari.

11
Sistem persarafan : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi bisa ditemukan hiper refleksia,
klonus pada kaki
Genitourinaria : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan didapatkan oliguria dan
proteinuria, yaitu pada ibu hami dengan preeklampsia (Reeder, 2011;
Mitayani, 2011).
3. Pemeriksaan Penunjang
Mitayani (2011), mengatakan beberapa pemeriksaan penunjang hipertensi dalam
kehamilan yang dapat dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
a) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal untuk wanita hamil
adalah 12-14 gr%)
b) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%)
c) Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3
2) Urinalisis
Untuk menentukan apakah ibu hamil dengan hipertensi tersebut mengalami
proteinuria atau tidak. Biasanya pada ibu hipertensi ringan tidak ditemukan protein
dalam urin.
3) Pemeriksaan fungsi hati
a) Bilirubin meningkat (N=< 1 mg/ dl)
b) LDH (Laktat dehidrogenase) meningkat
c) Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul.
d) Serum glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N: 15-45 u/ml).
e) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N: < 31 u/l).
f) Total protein serum normal (N: 6,7-8,7 g/dl).
4) Tes kimia darah
Asam urat meningkat (N: 2,4-2,7 mg/ dl).
b. Radiologi
1) Ultrasonografi : bisa ditemukan retardasi pertumbuhan janin intrauterus, pernapasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit
2) Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah
c. Data sosial ekonomi
Hipertensi pada ibu hamil biasanya lebih banyak terjadi pada wanita dengan golongan
ekonomi rendah, karena mereka kurang mengonsumsi makanan yang mengandung
protein dan juga melakukan perawatan antenatal yang teratur.
d. Data Psikologis
Biasanya ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan berada dalam kondisi yang
labil dan mudah marah, ibu merasa khawatir akan keadaan dirinya dan keadaan janin

12
dalam kandungannya, dia takut anaknya nanti lahir cacat ataupun meninggal dunia,
sehingga ia takut untuk melahirkan (Prawihardjo, 2013).

B. Diagnosis Keperawatan
Purwaningsih dan Fatmawati (2010); Reeder dkk (2011), menyebutkan beberapa
kemungkinan diagnosa yang terjadi pada ibu hamil dengan hipertensi diantaranya adalah:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang suplai oksigen ke
jaringan
3. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis
4. Resiko cedera dengan faktor resiko internal ( disfungsi integrasi sensori)
5. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
6. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini
7. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

13
C. INTERVENSI
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Ketidakefektifan pola nafas NOC: Setelah dilakukan tindakan NIC:
berhubungan dengan sindrom keperawatan, diharapkan partisipan a. monitor vital sign
hipoventilasi menunjukkan keefektifan dalamTindakan keperawatan:
bernafas dan dengan indikator : 1) Memonitor tekanan darah, nadi, suhu, dan
Defenisi : Inspirasi dan / atau a. Satus Pernafasan status pernafasan,
ekspirasi yang tidak memberi Kriteria hasil: 2) Memonitor denyut jantung
ventilasi adekuat. 1) frekunsi pernapasan normal 3) Memonitor suara paruparu
2) irama pernafasan normal 4) Memonitor warna kulit
Batasan Karakteristik: 3) tidak ada dispnea pada saat istirahat
5) Meniai CRT
a) Dispnea 4) tidak ada suara Mendengkur b. monitor pernafasan
b) Fase ekspirasi memanjang Tindakan keperawatan:
c) Penggunaan otot bantu pernapasan 1) Memonitor tingkat, irama, kedalaman,
d) Penurunan kapasitas vital dan kesulitan bernafas
e) Penurunan tekanan ekspirasi 2) Memonitor gerakan dada
f) Penurunan tekanan inspirasi 3) Monitor bunyi pernafasan
g) Penurunan ventilasi semenit 4) Auskultasi bunyi paru
h) Pola napas abnormal 5) Memonitor pola nafas
i) takipnea 6) Monitor suara nafas tambahan
c. Pengaturan posisi
1) Posisikan pasien untuk mengurangi
dispnea, misalnya posisi semi fowler
2 Ketidakefektifan perfusi jaringan NOC: Setelah dilakukan tindakan NIC:
perifer berhubungan dengan kurang keperawatan, diharapkan partisipan a. Oxygen therapy (terapi oksigen)
suplai oksigen ke jaringan. menunjukkan keefektifan perfusi 1)Monitor kemampuan pasien dalam
jaringan perifer dengan indikator : mentoleransi kebutuhan oksigen saat
Defenisi : penurunan sirkulasi darah a. Perfusi jaringan perifer makan
ke perifer yang dapat mengganggu Kriteria hasil : 2)Monitor perubahan warna kulit pasien
Kesehatan 1) Pengisian kapiler jari normal 3)Monitor posisi pasien untuk membantu
2) Pengisian kapiler jari kaki normal masuknya oksigen
3) Kekuatan denyut nadi karotis 4)Memonitor penggunaan oksigen saat
normal pasien beraktivitas

14
Batasan Karakteristik: 4) Edema perifer tidak Ada b. Peripheral sensation Management
 Edema Nyeri ekstermitas (menajemen sensasi perifer)
 Penurunan nadi perifer 1) Memonitor perbedaan terhadap rasa
 Perubahan karakteristik kulit tajam,tumpul,panas atau dingin
(misalnya warna, elastisitas, rambut, 2) Monitor adanya mati rasa,rasa geli.
kelembapan, kuku, sensasi, dan 3) Diskusikan tentang adanya kehilangan
suhu). sensasi atau perubahan sensasi
 Perubahan tekanan darah 4) Minta keluarga untuk memantau
 Waktu pengisian kapiler > 3 detik perubahan warna kulit setap hari
 Warna tidak kembali ke tungkai 1
menit setelah tungkai diturunkan.
3 Nyeri akut berhubungan dengan NOC : Setelah dilakukan tindakan NIC :
agen cedera biologis keperawatan, diharapkan partisipan Manajemen nyeri :
mampu menangani masalah nyeri 1) Lakukan pengkajian nyeri secara
Defenisi : pengalaman sensori dan dengan komprehensif yang meliputi lokasi,
emosional yang tidak menyenangkan indikator : karakteristik, durasi, frekwensi, kualitas,
yang muncul akibat kerusakan  Kontrol nyeri intensitas dan faktor pencetus
jaringan yang aktual atau 1) mengenali kapan nyeri terjadi 2) Observasi adanya petunjuk non verbal
potensial atau digambarkan dalam 2) menggunakan tindakan pencegahan mengenai ketidaknyamanan
hal kerusakan sedemikian rupa 3) mengenali gejala yang terkait 3) Gunakan strategi komunikasi terapeutik
(International Association for the dengan nyeri untuk mengetahui pengalaman nyeri
Study of Pain ); awitan yang tiba- 4) melaporan nyeri terkontrol 4) Kaji pengetahuan pasien megenai nyeri
tiba atau lambat dari intensitas ringan kepuasan klien 5) Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
hingga berat dengan akhir yang dapat  Manajemen nyeri terhadap kualitas hidup seperti tidur, nafsu
diantisipasi atau diprediksi dan 1) nyeri terkontrol makan, perasaan, dll
berlangsung kurang dari 6 bulan 2) mengambil tindakan untuk 6) Gali bersama faktor yang dapat
mengurangi nyeri menurunkan atau memperberat nyeri
Batasan Karakteristik: 3) mengambil tindakan untuk 7) Berikan informasi mengenai nyeri
a) Bukti nyeri dengan menggunakan memberikan kenyamanan 8) Ajarkan prisip-prinsip manajemen nyeri
standar daftar periksa nyeri untuk 4) informasi disediakan untuk 9) Ajarkan teknik nonfarmakologi seperti
pasien yang tidak dapat mengurangi nyeri teknik relaksasi, terapi musik
mengungkapkannya  Tanda-tanda vital
b) Ekspresi wajah nyeri (mis: mata 1) tingkat pernapasan normal

15
kurang bercahaya, tampak kacau, 2) tekanan darah sistolik normal
gerakan mata berpencar atau tetap 3) tekanan darah diastolic normal
pada satu fokus, meringis) 4) tekanan nadi normal
c) Hambatan kemampuan
meneruskan aktivitas sebelumnya
d) Laporan tentang perilaku/ nyeri
perubahan aktivitas (mis: anggota
keluarga, pemberian asuhan)
e) Perubahan pola tidur
f) Keluhan tentang intesitas dan
karakteristik nyeri menggunakan
standar skala nyeri (mis: skala
Wong Baker FACES dan skala
penilaian numeric)
4 Resiko cedera dengan faktor resiko NOC :Setelah dilakukan tindakan NIC :
internal ( disfungsi integrasi keperawatan, diharapkan resiko cedera a.Manajemen lingkungan
sensori) teratasi dengan indikator : 1) Ciptakan lingkungan yang aman bagi
Kejadian jatuh pasien
Defenisi : rentan mengalami cedera Kriteria hasil : 2) Lindungi pasien dengan pegangan pada
fisik akibat kondisi lingkungan yang 1) Tidak ada jatuh saat sendiri sisi/ bantalan pada sisi ruangan yang
berinteraksi dengan sumber-sumber 2) Tidak ada Jatuh saat berjalan sesuai
adaptif dan sumber defenisi individu, 3) Tidak ada Jatuh saat kekamar 3) Letakkan benda yang sering digunakan
yang dapat mengganggu kesehatan. mandi dalam jangkauan pasien
4) Anjurkan keluarga atau orang terdekat
tinggal dengan pasien
b. Perawatan kehamilan resiko tinggi
1) Kaji kondisi medis aktual yang
berhubungan dengan kondisi kehamilan
(misalnya diabetes, hipertensi, dll)
2) Kaji riwayat kehamilan dan kelahiran
yang berhubungan dengan faktor resiko
kehamilan(misalnya premature
preeklampsia, dll)

16
3) Kenali faktor resiko sosio demografi
yang berhubungan dengan kondisi
kehamilan(misalnya usia kehamilan,
kemiskinan, ketiadaan pemeriksaan
kehamilan, dll)
4) Kaji pengetahuan klien dalam mengi
5 Intoleran aktifitas berhubungan NOC: Setelah dilakukan tindakan NIC:
dengan ketidakseimbangan keperawatan, diharapkan partisipan a. terapi aktifitas
antara suplai dan kebutuhan oksigen menunjukkan toleransi dalam Aktivitas keperawatan :
beraktivitas dengan indikator : 1) Bantu klien menngidentifikasi aktivitas
Defenisi: ketidakcukupan energi  Toleransi terhadap aktifitas yang mampu dilakukan
psikologis atau fisiologis untuk Kriteria hasil : 2) Bantu klien untuk memilih aktivitas yang
mempertahankan atau menyelesaikan 1) Saturasi oksigen dengan sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi,
aktivitas keidupan sehari hari yang beraktivitas normal dan sosial
harus atau yang ingin dilakukan 2) frekuensi nadi ketika beraktivitas 3) Bantu untuk mengidentifikasi dan
normal mendapatkan sumber yang diperlukan
Batasan Karakteristik: 3) frekuensi pernapasan bila untuk aktivitas yang diinginkan
a) Dispnea setelah beraktifitas beraktivitas normal 4) Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas
b) Keletihan 4) Warna kulit normal yang disukai
c) Ketidaknyamanan setelah 5) Tekanan darah ketika beraktifitas 5) Bantu pasien atau keluarga untuk
beraktifitas normal mengidentifikasi kekurangan dalam
d) Respon frekwensi jantung  Tingkat kelelahan beraktivitas
abnormal terhadap aktivitas Kriteia hasil: 6) Bantu pasien untuk mengembangkan
e) Respon tekanan darah abnormal 1) kelelahan sedang motivasi diri dan penguatan
terhadap aktivitas 2) Gangguan konsentrasi menurun 7) Monitor respon fisik, emosi, sosial, dan
tidak ada spiritual.
3) Tingkat stres sedang
4) Sakit kepala tidak ada
5) Kualitas tidur sedang
6) Kegiatan sehari-hari normal
7) Kualitas istirahat normal

17
 tanda – tanda vital
Kriteria hasil:
1) Tingkat pernapasan normal
2) Irama pernapasan normal
3) Tekanan nadi normal
4) Kedalaman inspirasi normal
6 Ansietas berhubungan dengan NOC : Setelah dilakukan tindakan NIC :
ancaman pada status terkini keperawatan, diharapkan partisipan a.Pengurangan kecemasan
menunjukkan tidak ada rasa ansietas 1) gunakan pendekatan yang
Definisi :Perasaan tidak nyaman atau dengan indikator : menenangkan
kekhawatiran yang samar disertai  Tingkat kecemasan 2) nyatakan dengan jelas harapan terhadap
respon autonom (sumber sering kai Kriteria hasil : perilaku pasien
tidak spesifik) perasaan takut yang 1) Perasaan gelisah sedang 3) berikan informsi faktual terkait
disebabkan oleh antisipasi terhadap 2) Tidak ada rasa cemas yang diagnosis, perawatan dan prognosis
bahaya. Perasaan ini merupakan disampaikan 4) berikan aktivitas yang lain untuk
isyarat kewaspadaan yang 3) Tidak ada peningkatan tekanan mengurangi tekanan
memperingatkan bahaya yang akan darah terapi relaksasi:
terjadi dan memampukan individu 4) Tidak ada peningkatan frekuensi 1) gambarkan rasionalisasi dan manfaat
melakukan tindakan untuk nadi Tidak ada gangguan pada pola relaksasi serta jenis relaksasi yang tersedia
menghadapi ancaman tidur (misalnya musik, meditasi dan bernafas
 Kontrol kecemasan diri dalam)
Batasan Karakteristik Kriteria hasil : 2) berikan deskripsi terkait intervensi yang
 Perilaku 1) Dapat mengurangi penyebab dipilih
a) Penurunan produktivitas kecemasan 3) ciptakan lingkungan yang nyaman
b) Mengekspresikan kekhawatiran 2) Dapat mencari informasi untuk 4) dorong klien untuk mengambil posisi
akibat perubahan dalam peristiwa mengurangi kecemasan yang nyaman
hidup 3) Dapat menggunakan strategi koping 5) dapatkan prilaku yang menunjukkan
c) Gerakan yang tidak relevan yang efektif terjadinya relaksasi
d) Gelisah 4) Menggunakan teknik relaksasi 6) dorong pengulangan teknik praktek
e) Memandang sekilas mengurangi kecemasan tertentu secara berkala
f) Insomnia 5) Mengendalikan respon kecemasan 7) evaluasi dan dokumentasi respon
g) Kontak mata buruk terhadap teknik relaksasi
h) Resah

18
i) Menyelidik dan tidak waspada  Penerimaan status kesehatan: perawatan kehamilan
 Afektif Kriteria hasil : resiko tinggi:
a) Gelisah 1) Menyesuaikan perubahan dalam 1) Kaji kondisi medis aktual yang
b) Kesedihan yang mendalam status kesehatan berhubungan dengan kondisi kehamilan
c) Distress 2) Mencari informasi tentang (misalnya diabetes, hipertensi, dll)
d) Ketakutan kesehatan 2) Kaji riwayat kehamilan dan kelahiran
e) Perasaan tidak adekuat 3) Membuat keputusan tentang yang berhubungan dengan faktor resiko
f) Fokus pada diri sendiri kesehatan kehamilan(misalnya premature
g) Peningkatan kekhawatiran preeklampsia, dll)
h) Gugup 3) Kenali faktor resiko sosio demografi yang
i) Nyeri dan peningkatan berhubungan dengan kondisi
ketidakberdayaan yang persisten kehamilan(misalnya usia kehamilan,
j) Perasaan takut kemiskinan, ketiadaan pemeriksaan
 Fisiologis kehamilan, dll)
a) Wajah tegang 4) Kaji pengetahuan klien dalam
b) Peningkatan keringat mengidentifikasi faktor resiko
c) Peningkatan ketegangan 5) Berikan pendidikan kesehatan yang
membahas faktor resiko, pemeriksaan dan
tindakan yang biasa dilakukan
6) Ajarkan klien mengenai penggunaan
obat-obat yang diresepkan
7) Monitor status fisik dan psikologis selama
kehamilan
7 Defisiensi pengetahuan berhubungan NOC :Setelah dilakukan tindakan NIC :
dengan kurang informasi keperawatan, diharapkan partisipan 1) Pendidikan Kesehatan
menunjukkan peningkatanpengetahuan Tindakan keperawatan:
Defenisi : ketiadaan atau defisiensi dengan indikator : 1) Identitafikasi faktor internal maupun
informasi kogniti yang berkaitan 1) Pengetahuan keselamatan diri eksternal yang dapat meningkatkan atau
dengan topik tertentu Kriteria hasil: mengurangi motivasi untuk perilaku sehat
1) Menggambarkan untuk mengurangi 2) Identifikasi (pribadi, ruang dan uang)
Batasan karakteristik : risiko cedera yang diperlukan untuk melaksanakan
a) Ketidakakuratan melakukan tes 2) Menggambarkan perilaku yang program kesehatan
b) Ketidakakuratan melakukan berisiko tinggi 3) Prioritaskan kebutuhan pasien

19
perintah 2) Status nutrisi 2) Fasilitasi pembelajaran
c) Kurang pengetahuan Kriteria hasil: Tindakan keperawatan:
d) Perilaku tidak tepat 1) Status nutrisi 1) Mulai instruksi hanya setelah pasien
2) Asupan gizi menunjukkan kesiapan untuk belajar
3) Asupan makanan 2) Sediakan lingkungan yang kondusif untuk
4) Asupan cairan belajar
5) Energi 3) Atur informasi dalam urutan yang logis
6) Berat badan 4) Sediakan lisan petunjuk atau pengingat,
yang sesuai
3) pengurangan kecemasan
Tindakan keperawatan:
1) Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
2) Berusaha untuk memahami perspektif
pasien dari situasi stress
3) Anjurkan pasien dalam menggunakan
teknik relaksasi
4) Tentukan pasien dalam pengambilan
keputusan

Sumber: Diagnosis dan Perencanaan Keperawatan NANDA Internasional (2015-2017); Nursing Outcomes Classification (2013),
Nursing Interventions Classification (2013)

20
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Chandranita.dkk. 2013.Gawat Darurat Obstetri Ginekologi & Obstetri Ginekologi


Sosial Untuk Profesi Bidan . Jakarta : EGC

NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan Klasifikasi 2015- 2017. Alih bahasa:
Budi Anna Keliat, dkk. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono.2013.Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka

Purwaningsih, Wahyu dan Fatmawati, Siti. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta:
Nuha Medika

Reeder dkk. 2011.Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi, & Keluarga: Volume 2
(Edisi 18).Jakarta : EGC

Reeder dkk.. 2011.Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi, & Keluarga: Volume 1
(Edisi 18).Jakarta : EGC

Moorhead, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification(NOC), 5th Indonesian Edition , ISBN
Indonesia: CV Mocomedia and is Published by Arrangement With Elsevier Inc

Bulechek, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC), 6th Indonesian .edition. ISBN
Indonesia: CV Mocomedia and is Published by Arrangement With Elsevier Inc

Mitayani.2011.Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta:Salemba Medika

Johnson.2014.Keperawatan Maternitas.Yogyakarta: Rapha Publishin

21

Anda mungkin juga menyukai