Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM PERSALINAN NORMAL

Disusun Oleh:

Nama : Fadila Harun


Nim : G3A017225
Stase : Maternitas

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROFESI NERS
2018

1
ASUHAN KEPEAWATAN POST PARTUM PERSALINAN NORMAL
DENGAN INDIKASI EPISIOTOMI PADA NY. E DI RUANG DEWI
KUNTHI RSUD K. R. M. T. WONGSONEGORO KOTA SEMARANG

Disusun Oleh:

Nama : Fadila Harun


Nim : G3A017225
Stase : Maternitas

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROFESI NERS
2018

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Post partum/masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir, dan pada peroide
ini asuhan masa nifas sangat diperlukan untuk selalu memantau keadaan ibu dan bayi, karena
pemantauan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu dan bayi mengalami berbagai
masalah komplikasi. Jika ditinjau dari penyebab kematian para ibu, perdarahan, infeksi,
hipertensi pada kehamilan, partus macet dan aborsi merupaka penyebab kematian pada ibu
dan bayi.Infeksi merupakan penyebab kematain terbanyak nomor dua setelah perdarahan
sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan memeberikan perhatian yang tinggi pada
masa ini. Adanya permasalahan pada ibu akan berimbas juga kepada kesejahteraan bayi yang
dilahirkannya karena bayi tersebut tidak akan mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya.
Dengan demikian, angka kesakitan dan angka kematian bayipun akan meningkat.
(Sulistyawati, 2009)
WHO dalam Cunningham (2012) di seluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000
jiwa /tahun dan kematian bayi khususnya neonates sebesar 10.000.000 jiwa/tahun. Di
Amerika Serikat, emboli, perdarahan, hipertensi dan infeksi menyumbang 65% kematian ibu
setelah pertengahan kehamilan.
Menurut data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007angka kematian
ibu (AKI) di Indonesia sebesar 228/100.000 kelahiran hidup, angka kematian bayi (AKB)
sebesar 34/1000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia merupakan yang
tertinggi di ASEAN dengan jumlah kematian ibu tiap tahunnya mencapai 450/100.000
kelahiran hidup yang jauh di atas angka kematian ibu di Filipina yang mencapai 170/100.000
kelahiran hidup, Thailand 44/100.000 kelahiran hidup. (Padila, 2014)

B. Tujuan penulisan
Untuk mengetahui penerapan asuhan keperawatan pada ibu post partum, yang dimulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi

C. Sistematika penulisan
Adapun sistematika penulisan yaitu :
BAB I : Sistematika penulisan ini terdiri dari pendahuluan, yang meliputi latar belakang,
tujuan penulisan, sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan pustaka mencakup konsep dasar yang berisi konsep dasar post partum
yang terdiri dari pengertian tahap periode post partum, adaptasi post partum.
Konsep dasar nifas yang terdiri dari pengetian, tahap masa nifas, anatomi dan
fisiologi,perubahan psikologi, perawatn masa nifas, nasehat yang perlu diberi saat
pulang, pemeriksaan penunjang, komplikasi, penatalaksanaan. Konsep asuhan

3
keperawatan yang berisi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan
evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

4
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep dasar post partum


1. Pengertian
Pengertian post partum/masa nifas menurut beberapa ahli atau pendapat yaitu :
a. Post partum/masa nifas adalah masa sesudahnya persalinan terhitungdari saat selesai
persalinan sampai pulihnya kembali alat kandungan kekeadaan sebelum hamil. (Padila,
2014)
b. Post partum/masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang
dipergunakan untuk memulihkan kesehatanya kembali yang umunya memerlukan waktu
6-18 minggu. (Nugroho, dkk, 2014)
c. Post partum/masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulaisetelahplasenta keluar
dan berakhir ketika alat-alat kandung kembali seperti ke keadaan semula (sebelum
hamil). Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu. (Sulistyawati, 2012)
d. Post partum/masa nifas adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa
bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umunya berlangsung kuarang
dari 24 jam. (Saifudin, 2012)
e. Post partum/masa nifas adalah masa waktu antara waktu kelahiran palasenta dan
membran yang menadai berakhirnya periode intrapartum sampai waktu menuju
kembalinya sistem reproduksi wanita tersebut ke kondisi tidak hamil. (Anggraini, 2011)

2. Tujuan perawatan masa nifas


Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan selama ibu
tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar dari rumah sakit. Adapun tujuan dari
perawatan masa nifas adalah (Nugroho, 2014) :
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
b. Melaksanakan skrinnig secara komprehensif, deteksi dini,mengobati atau merujuk bila
terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nurtisi, KB, cara
dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana
e. Mendapatkan kesehatan emosi

3. Adaptasi post partum/masa nifas


Adapun adaptasi post partum adalah sebagai berikut ( Padila, 2014) :
a. Periode kira-kira 6 minggu setelah kelahiran bayi, selama tubuh beradaptasi ke keadaan
sebelum hamil.
b. Dimulai dari kala IV persalinan
c. Masa transisi menjadi orang tua

5
d. Pendekatan bergeser berorientasi pada perawatan wanita sakit kesehat
e. Pemulangan dini, sediakan discharge planning
f. Terkait erat dengan social budaya

4. Tahapan post partum/masa nifas


Masa nifas dibagi menjadi tiga tahap yaitu (Sulistyawati, 2014) :
a. Puerperium dini, suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan
berjalan-jalan.
b. Puerperium intermedial, suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi
selama kurang lebih 6 minggu.
c. Remote puerperium, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam
keadaan sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami
komplikasi.

5. Anatomi dan fisiologi


Organ reproduksi wanita terbagi dua yaitu organ reproduksi eksterna dan interna
(Sukarni dan Margaret, 2013) :
a. Struktur organ eksterna
1) Mons pubis
Lapisan lemak anterior shmpisis os pubis. Pada masa puberitas daerah ini mulai
ditumbuhi rambut pubis.
2) Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis kea rah bawah dan belakang, banyak
mengandung plekus vena. Homlog embriologik dengan skrotum pada pria.
Lingkungan rotundum uteri berakhir pada atas labia mayora. Dibagian bawah
perineum, labia mayora menyatu pada (commisura posterior).
3) Labia minora
Lapisan jaringan tipis labia minora, tidak mempunyai folikel rambut. Banyak
terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.
4) Klitoris
Terdiri dari caput/glans klitoris yang terlatak dibagian suverior vulva, dan corpus
klitoris yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Homolog embriologik
dengan penis pada pria. Terdapat juga reseptor endrogen pada klitoris. Banyak
pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitiv.
5) Vestibulum
Daerah dengan batas atas klitoris, batas bawah fourchet batas lateral labia minora.
Berasal dari sinus urogenitalia. Terdapat 6 lubang orificium urethraexternum,
intoritus vagina, duktus glandulae bahrtolini kana-kiri, dan duktus skene kanan-kiri,
antara fourchet dan vagina terdapat fossa hymen yang abnormal misalnya primer

6
tidak belubang (hymen imporvorate) menutup total lubang vagina, dapat
menyebabkan darah menstruasi terkumpul dirongga genitalia interna.
6) Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi bawah usus. Batas otot-otot diagfragma
pelvis (m. perinealis transverses profunda, m. constrictor urethra). Perineal body
adalah raphe median m levator ani, antara anus dan vagina. Perineum merenganag
pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomy) untuk memperbesar jalan lahir
dan mencegah ruptur.
7) Hymen
Terdiri dari jaringan lkat kolagen dan elastis. Lapisan tipis ini yang menutupi
sebagian besar dari liang senggama, ditenggahnya terdapat lubang agar supaya
kotoran menstruasi dapat mengalir keluar. Bentuk dari hymen masing-masing wanita
berbeda-beda, ada yang berbentuk seperti bulan sabit, lubangnya ada yang seujung
jari, ada yang dapat dilalui satu jari.Saat melakukan koitus pertama kali dapat terjadi
robekan, biasanya pada bagian posterior.

Gambar 1 organ reproduksi eksterna wanita


(http://www.gambar.organwanita/.com)
b. Organ interna wanita
1) Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus dibawah
tubah uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum uterus. Setiap bulan
sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira
pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Ovulasi adalah pematangan volikel de
graf dan mengeluarkan ovum. Ketika di lahirkan, wanita memiliki cdangan ovum
sebanyak 100.000 buah di dalam ovarium, bila habis menapous. Ovarium
mempunyai tiga fungsi, memproduksi ovum, memproduksi hormone estrogen dan
horomon.

7
2) Tuba fallopii
Tuba fallopii merupakan tubula-muscular, dengan panjang 12 cm dan diameternya
antara 3-8 mm, fungsi tuba sangat penting yaitu untuk menagkap ovum yang
dilepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi,
tempat terjadinya konsepsi dan tempat perrtumbuhandan perkembangan hasil
konsepsi sampai mencapai bentuk blastula yang siap melakukan implntasi.
3) Uterus
Merupakan jaringan otot kuat di pelvis minor antara kandungan kemih dan rektum.
Dinding belakng dan depan bagian atas tertutup peritoneum sedangkan bagian bawah
berhubungan dengan kandung kemih. Vaskularisasi uterus beasal dari arteri uterin
yang merupakan cabang utama dari arteri iliaka interna, bentuk uterus seperti bola
lampu dan gepeng terbagi atas tiga, korpus uteri, fundus uteri, serviks uteri. Untuk
mempertahankan posisisnya uterus di sangga beberapa ligamentum, jaringan ikat dan
para metrium ukuran uterus tergantung dari usia wanita parietal. Ukuran anak-anak
2-3 cm, nulipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm dan > lebih dari 80 gram pada wanita
hamil uterus dapat menahan beban sebesar 5 liter.
4) Dinding uterus
Dinding uterus terbagi tiga lapisan : endometrium, miometrium, dan sebagian lapisan
peritonem parietalis.
5) Vagina
Merupakan saluran muskulo-membranneus yang menghubungkan rahim dengan
vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingterani dan
muskulus levator ani, oleh karena itu dapat di kendalikan. Vagina terletak antara
kandung kemih dan rektum panjang bagian depanya sekitar 9 cm dan dinding
depanya sekitar 11 cm. bagian vagian yang menonjol kedalam disebut portio. Portio
uteri membagi puncak (ujung) menjadi : forniks anterior, forniks dekstra, forniks
posterior, forniks sinistra.
6) Serviks
Bagian terbawah uterus adalah serviks atau leher. Tempat perlekatan serviks uteri
dan vagina, serviks menjadi supra vagina yang panjang dan bagian vagina yang lebih
pendek. Panjang serviks sekitar 2,5 cm sampai 3 cm, 1 cm menonjol kedalam vagina
pada wanita tidak hamil. Serviks terutama disusun oleh jaringan ikat vibrosa serta
sejumlah kecil serabut otot dan jaringan elastis.

8
Gambar 2 organ interna wanita
(http://www.gambar.organwanita/.com)

6. Perubahan fisik
Perubahan fisik pada ibu post partum antara lain (Nugroho, dkk, 2014) :
a. Sistem kardiovaskuler
1) Curah jantung menigkat
2) Tekanan darah menurun ringan, karena penurunan tekanan intra pelvis
3) Nadi bradikardi sampai hari ke 6-10
4) Status darah pada eksteremitas bawah, resiko thromboplebitis.
5) Faktor pembekuan darah menigkat resiko thromboemboli
b. Sistem urologi
1) Diuresis pada awal periode pasca partum
2) Penurunan sensasi kandung kemih
c. Sistem endokrin
Saat plasenta lahir terjadi penurunan hormon estrogen dan progesteron, kadar terendah
dicapai pada kira-kira 1 minggu pasca partum.
d. Sistem pencernaan
Gangguan defekasi : konstipasi karena masih ada efek progesteron, penurunan tekanan
otot abdomen, kurang cairan dan rasa nyeri pada luka episiotomy atau rupture perineum.
e. Sistem integument
1) Suhu menigkat sampai 380C terjadi karena kelelahan dan diporesisi/diuresis pada 24
jam pertama.
2) Hiperpigmentasi berkurang
f. Sistem musculoskeletal
Dinding abdomen merengang, tampak longar dan lembek distasis otot rekti abdominis.
Perubahan pusat berat saat hamil terjadi hipermobilitas sendi. Stabilitasi sendi lengkap
dapat tercapai pada 6-8 minggu paska partum.

9
g. Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupaka alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi
otot-ototnya, perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1 perubahan uterus setelah melahirkan


Diameter
Beratute bekas
Involusi TFU Keadaan serviks
rus melekat
plasenta
Setelah plasenta
Sepusat 1000 gr 12,5 cm Lembut
lahir
Pertengahan
1 minggu pusat 500 gr 7,5 cm Dapat dilalui 2 jari
simpisis
Dapat dimasuki 1
2 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm
jari
Seperti
Hampir kembali
6 minggu hamil 2 50 gr 2,5 cm
normal
minggu
8 minggu Normal 30 gr 0 Normal
h. Infolusi tempat plasenta
Pada permulaan nifas bekas plasenta banyak mengandung pembuluh darah besar yang
tersumbat oleh thrombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut
karena di lepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium ini tumbuh dari
pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.
i. Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi karena
setelah persalinan tidak di perlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus
mengecil lagi dalam masa nifas.
j. Perubahan pada serviks dan vagina
Beberapa hari setelah ostium eksternum dapat di lalui oleh dua jari, pada akhir minggu
pertama dapat di lalui satu jari saja. Karena hyperplasia ini dan karena retraksi dari
serviks, robekan serviks jadi sembuh.Vagina yang sangat rengang waktu persalinan,
lambat mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke tiga post partum rubra mulai
nampak kembali. Rasa sakit yang di sebut after pain (meriang atau mules-mules)
disebabkan kontraksi rahim biasanya berlangsung tiga sampai empat hari paska
persalinan. Perlu diberika pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu
menggangu analgesik.
k. Lokhia
Lokhia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas.
Lokhia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi. Lokhia ini
berbau anyeir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk. Pengeluaran lokhia dapat
dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya :
10
1) Lokhia rubra warna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut
lanugo sisa mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari ke tiga.
2) Lokhia sanginolenta. Berwarna putih bercampur merah, mulai hari ke tiga-hari ke
tujuh.
3) Lokhia serosa. Berwarna kekuningan dari hari ke tujuh sampai hari ke empat Belas
4) Lokhia alba. berwarna putih setelah hari ke 14
l. Dinding perut dan peritoneum
Setelah persalinan dinding perut longgar karena di renggang begitu lama, biasanya akan
pulih dalam 6 minggu. Ligament fascia dan diagfragma pelvis yang merenggang pada
waktu partus setelah bayi lahir berangsur-angsur mengecil dan pulih kembali. Tidak
jarang uterus jatuh kebelakang menjadi retroleksi karena ligamentum rondutudum jadi
kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan paska persalinan.
m. Ginjal
Aktivitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume darah dan
ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktivitas ini terjadi pada hari
pertama post partum.
n. Oksitoksin
Oksitoksin di sekresi oleh kelenjar hipofisis posterior dan bereaksi pada otot uterus dan
jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oksitoksin menyebabkan pelepasan
plasenta. Setelah itu oksitoksin bereaksi untuk ke stabilan kontraksi uterus, memperkecil
bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah perdarahan, pada wanita yang memilih
untuk menyusui bayinya isapan bayi menstimulasi ekskresi oksitoksin dimana keadaan
ini membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran ASI. Setelah plasenta lahir
sirkulasi HCG, estrogen, progesterone dan hormone laktogen plasenta menurun cepat,
keadaan ini menyebabkan perubahan fisiologi pada ibu nifas.
o. Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang di sekresi oleh galndula hipofise
anterior bereaksi pada alveolus payudaradan merangsang produksi ASI pada wanita
yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium di tekan.
Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampi 21 post
partum dan penurunan ini mengakibatkan FSH di sekresi kelenjar hipofisis anterior
untuk bereaksi pada ovrium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron
dalam kadar normal, perkembangan normal folikel dgraf, ovulasi dan menstruasi.
p. Laktasi
Laktasi dapat di artikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Air susu ibu
ini merupakan makan pokok makan yang terbaik dan bersifat alamia bagi bayi yang di
sediakan oleh ibu yang baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi bayinya
dan ibunya sendiri. Selama kehamilan hormon estrogen dan progesteron merangsang
pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran
kelenjar, kedua hormon ini mengerem LTH. Setelah placenta lahir maka LTH dengan

11
bebas dapat merangsang laktasi. Lobus posterior hypofisis mengeluarkan oxytoxin yang
merangsang pengeluaran asi. Pengeluaran asi adalah reflex yang ditimbulkan oleh
rangsangan penghisapan putting susu oleh bayi. Rangsangan ini menuju ke hypofisis
dan menghasilkan oxytoxin yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air susu. Pada
hari ketiga post partum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai
permulaan sekresi air susu, dan jika aerrola mammae dipijat, keluarlah cairan putih dari
putting susu. Air susu ibu kurang lebih mengandung protein 1-2% , lemak 3-5%, gula
6,5-8%, garam 0,1-0,2%. Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, berat
badan.
q. Tanda- tanda vital
Tabel perubahan tanda-tanda vital
Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal
Tekanan darah <140/90 mmHg, Tekanan darah
Tanda-tanda vital mungkin biasa naik dari tingkat >140/>90mmHg
disaat persalinan 1-3 hari post
partum.
Suhu tubuh : <380C Suhu : >380C
Denyut nadi : 60 -100x/mnt Denyut nadi : >100x/mnt

7. Perubahan psikologi
Perubahan psikologi masa nifas terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu (Sulistyawati,
2012) :
a. Periode taking in
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan. Dalam masa ini terjadi interaksi dan
kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis
honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling
memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang baru.
b. Periode taking hold
Berlangsung pada hari ke 3-4 post partum. Ibu berusaha bertanggung jawab terhadap
bayinya dengan berusaha untuk menguasai keterampilan perawatan bayi. Pada periode
ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya misalnya buang air kecil atau
buang air besar.
c. Periode letting go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah.Pada masa ini ibu mengambil tanggung jawab
terhadap bayi. Sedangkan stress emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan
kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu
makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post partum blues di
mana terjadi pada hari ke 3-5 pada post partum.

12
8. Perawatan masa nifas
Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif untuk pemulihan
kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan. Di mana perawatan post partum
meliputi (Nugroho, dkk, 2014) :
a. Mobilisasi fisik
b. Karena lelah sehabis melahirkan, ibu harus istirahat tidur terlentang selama 8 jam paska
persalinan. Kemudian boleh miring ke kiri untuk mencegah terjadinya thrombosis dan
tromboemboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari
keempat atau kelima diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas memiliki varian
tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka. Keuntungan
dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lokhia, mengurangi infeksi
purperium, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat
gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran darah
sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
c. Rawat gabung
Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama-sama sehingga ibu lebih banyak
memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga kelancaran
pengeluaran ASI lebih terjamin.
d. Perawatan payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak
keras, kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya, karena sangat berguna untuk
kesehatan bayi. Dan segera setelah lahir ibu sebaiknya menyusui banyinyakarena dapat
membantu proses involusi serta kolostrum mengandung zat antibody yang berguna
untuk kekebalan tubuh bayi.
e. Pemeriksaan umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lainadalah kesadaran,
keluhan yang terjadi setelahpersalinan.
f. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu masa nifas meliputi :
1) Fisik : Tekanan darah, nadi dan suhu
2) Fundus uteri : Tinggi fundus uteri kontraksi uterus
3) Payudara : Putting susu, pembengkakan pengeluaran ASI
4) Luka jahitan episiotomy : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda tanda infeksi.

9. Nasehat yang perlu diberikan saat pulang adalah


Nasehat yang perlu diberikan saat ibu pulang yaitu : (Padila, 2014)
a. Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan kesehatan ibu
dan pengeluaran ASI. Makanan harus mengandung gizi seimbang yaitu cukup kalori,
protein, cairan, sayuran dan buah-buahan.

13
b. Pakaian
Pakaian agak longgar terutama di daerah dada sehingga payudara tidak tertekan, daerah
perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan mempengaruhi involusi.
Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga lokhia tidak menimbulkan iritasi
pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh
dengan lokhia, saat buang air kecil ataupun setiap buang air besar.
c. Perawatan vulva
Pada klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum maupun di dalam uterus. Perawatan vulva
dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi, sesudah buang air kemih atau buang
air besar dan bila klien merasa tidak nyaman karena lokhia berbau atau ada keluhan rasa
nyeri. Cara perawatan vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
perawatan luka, setelah BAK cebok kearah belakang, ganti pembalut setiap kali basah
atau setelah BAB atau BAK, setiap kali cebok memakai sabun dan luka biasa diberi
betadin.
d. Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post partum. Kadang-
kadang wanita sulit kencing karena spincter uretra mengalami tekanan oleh kepala janin
dan spasme dan oleh iritasi muskulus spincter ani selama persalinan bila kandung kemih
penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.
e. Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi dapat
mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans peroral atau per rectal atau
belum berhasil lakukan klisma.
f. Kembalinya datang bulan dan menstruasi
Dengan memberi asi kembalinya menstruasi sulit di perhatikan dan bersifat individu.
Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 46 bulan.
g. Cuti hamil
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil dan bersalin
selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah melahirkan
h. Mempersiapkan metode KB
Pemeriksaan postpartum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan metode KB
untuk menjarangkan atau menghentikan kehamilan. Oleh karena itu pengunaan metode
KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah kehamilan baru. Pada
umumnya metode KB dapat di mulai minggu setelah melahirkan.

10. Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan penunjang pada ibu post partum (Sukarni & Margaret, 2013) :
a. Laporan laboratorium
b. Pemeriksaan USG (Ultara Sonografi)

14
11. Komplikasi pasca partum
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu post partum/nifas antara lain (Nugroho, dkk, 2014)
:
a. Mastitis
Mastitis adalah infeksi pada jaringan payudara yang menyebabkan nyeri payudara,
pembengkakan, kehangatan dan kemerahan
b. Abses payudara
Abses payudara adalah pembengkakan payudara yang berisih nanah, pembengkakan ini
terjadi karena adanya infeksi bakteri.
c. Tromboplebiti
Tromboplebitis adalah invasi ataw perluasan microorganism pathogen yang mengikuti
aliran darah sepanjang vena dan cabang-cabangnya.

12. Penatalaksaan
Penatalaksanaan pada ibu post partum/nifas adalah (Sulistyawati,2012)
a. Tirah baring
b. Diit
c. Perawatan perineum dan perawatan payudara
d. Berkemih atau perawatan kateter
e. Obat anti nyeri, obat tidur, laktasi berikan suplemen vitamin atau zat besi, hentikan
pemberian intravena jika penuh
f. Pemeriksaan laboratorium untuk komplikasi jika ada indikasi
g. Rencana pemakaian kontrasepsi

B. Asuhan keperawatan pada ibu post partum


1. Pengkajian
Pengkajian ibu post partum (Doengos, 2012)
a. Data umum
1) Identitas klien meliputi : Nama, umur, alamat, agama, pekerjaan, suku/bangas, status
pernikahan.
2) Identitas penanggung jawab : Nama, umur, alamat, pekerjaan, hubungan dengan ibu,
suku/bangsa.
b. Riwayat keluhan utama
1) Keluhan utama
Pada ibu dengan persalinan normal di temukan nyeri abdomen, nyeri vagina, nyeri
perineum.
2) Riwayat keluhan utama
Riwayat keluhan utama pada ibu dengan masa nifas adalah nyeri akut dan
ketidaknyamanan nyeri dikaji dengan menggunakan P, Q, R, S, T dengan

15
menggunakan skala 0-10.0 : nyeri tidak di rasakan, 1-3 : nyeri ringan, 4-5 nyeri
sedang, 6-8, nyeri berat, 9-10 nyeri tak tertahankan.
P ( Paliatv) : Penyabab nyeri
Q (Quality) : Nyeri seperti di tusuk, di potong
R (Regional) : Dimana rasa nyeri di rasakan ?
S (Severty) : Skala nyeri
T (Time) : Berapa lama nyeri berlangsung
Dengan Hasil Skala Nyeri Sebagai Berikut :
a. Agak nyeri
b. Nyeri ringan
c. Nyeri sedang dapat di alihkan
d. Nyeri sedang tidak dapat di alihkan
e. Nyeri sedang tidak dapat di alihkan tanpa menggunakan analgetik
f. Nyeri sedang
g. Nyeri berat
h. Nyeri berat dapat di alihkan
i. Nyeri berat tidak dapat di alihkan
j. Nyeri hebat.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang di rasakan saat hamil mulai dari trimester 1, 2, 3 HPHT
4) Riwayat KB
Apakah ibu pernah menggunakan alat kntrasepsi misalnya KB
5) Rencana KB
Apakah setelah persalinan ibu akan menggunakan KB atau tidak
6) Riwayat psikososial dan spiritual
Bagaiman hubungan ibu dengan suaminya, keluarga, lingkungan, dan perawat.
c. Pola fungsi Gordon
1) Pola presepsi kesehatan
Dari penaganan kesehatan menggunakan presepsi pemeliharan dan penaganan
kesehatan, persepsi terhadap arti kesehatan dan penatalaksanaan kesehatan,
kemampuan menyusun tujuan, pengetahuan tentang praktek kesehatan.
2) Pola nutrisi metabolik
Nafsu makan ibu dengan persalinan normal bertambah dan pemasukan cairan juga
bertambah. Makanan harus bermutu, bergizi dan juga cukup kalori, banyak air,
sayur-sayuran dan buah-buahan.
3) Pola eliminasi
Kandung kemih mengalami trauma yang dapat di sebabkan edema dan tekanan.
Adanya akumulasi cairan yang berlebihan pada jaringan selama kehamilan, dieresis
setelah 24 jam persalinan dan konstipasi.

16
4) Pola aktifitas latihan
Otot-otot abdomen melebar atau melonggar selama kehamilan menyebabkan
pengurangan otot-otot abdomen menjadi sangat lunak, lembek dan lemah. Muskulus
raktus abdominis memisah otot-otot dan fascia dinding abdomen mengalami
pelenturan, latihan dan senam selama periode nifas perlu untuk memulihkan keadaan
5) Pola istirahat dan tidur
Pola tidur terganggu karena ibu dengan persalinan normal sering berkeringat banyak
dan dingin di malam hari. Mengalami perubahan emosi yang mendadak atau depresi
yang mengakibatkan ibu merasa tertekan dan mungkin ibu tidak bias tidur
6) Pola kongnitif preseptual
Klien merasa nyeri pada payudara dan perineum, dan kurang pengetahuan tentang
perawatan diri.
7) Pola konsep diri/presepsi
Ibu dapat menerima peran barunya sebagai orang tua atau tidak dapat menerima.
8) Pola peran hubungan
Ibu memepunyai hubungan yang harmonis dengan suami, keluarga yang merawat ibu
yang beada di RS dan percaya kepeda Tuhan-Nya dan menyerahkan seluruh
kesembuhan kepada Tuhan.
d. Pemeriksaan fisik
1) Pengkajian tanda vital
a) Tekanan darah
b) Suhu badan
c) Denyut nadi
d) Respirasi/pernapasan
2) Pemeriksan head to toe
a) Kepala : Biasanya Pasien Mengeluh Pusing, Sakit Kepela.
b) Wajah : Hiperpigmentasi, edema.
c) Mulut : Mukosa mulut (warna, kelembapan, lesi)
d) Mata : Konjungtiva, sklera (pupil, ukuran, kesamaan reaksi terhadap cahaya
penglihatan)
e) Leher : Pembesaran kelenjar getah bening, disertai vena jugularis.
f) Jantung dan paru : Suara napas normal
g) Payudara : Penampilan, pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan
aerola dan integritas putting, posisi bayi pada payudara, adanya kolostrum, adanya
ASI, adanya pembengkakan, benjolan, nyeri dan adanya sumbatan duktus, dan
tanda-tanda mastitis potensial.
h) Abdomen : Tinggi fundus uteri (dalam cm), lokasi kontraksi uterus atau nyeri.
i) Genitalia : Pengakajian perineum terhadap memar, edema, hematoma,
penyembuhan setiap jahitan, inflamsi. Pemeriksaan tipe, kuantitas dan bau lokhia.
Pemeriksaan anus terhadap hemoroid.

17
j) Eksteremitas bawah :Adanya tanda edema, nyeri tekan atau panas pada betis,
varises.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada ibu post partum/masa nifas (Doengos, 2012)
a. Nyeri berhubungan dengan trauma mekanis.
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri akibat luka episiotomi.
d. Perubahan eleminasi urin berhubungan dengan efek hormonal, trauma mekanis, edema
jaringan di tandai dengan distensi kandung kemih.
e. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot.

18
3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan Tindakan mandiri : Tindakan mandiri :
1 Nyeri berhubungan keperawatan nyeri dapat 1. Tentukan adanya lokasi nyeri dan 1. Mengidentivikasi lokasi
dengan dengan trauma sifat ketidaknyamanan. nyeri dan kebutuhan
teratasi.
mekanis. kebutuhan khusus.
Kriteria hasil :
2. Kaji skla nyeri menggunakan 2. Mengidentifikasi skala
Nyeri hilang atau berkurang rumus P, Q, R, S, T nyeri untuk intervensi
P (Paliativ) : penyebab nyeri yang tepat
Q (Quality) : Nyeri seperti apa
R (Regional):Lokasi nyeri
S (Severty) : Skala nyeri
T (Time) : Berapa lama
Nyeri berlangsung
3. Inspeksi perubahan perineum dan 3. Untuk mengetahui
episiotomy. Perhatika edema, adanya trauma
ekimosis tekanan local berlebihan pada jaringan
perineum atau terjadinya
komplikasi
4. Anjurkan ibu untuk menggunakan 4. Untuk mengalihkan
tekhnik relaksasi dan distraksi perhatian ibu terhadap
untuk menghilangkan nyeri nyeri
5. Motifasi unruk mobilisasi sesuai 5. Mempelajari pengeluaran
indikasi. lokhia, mempercepat
involusi dan nyeri secara
bertahap
6. Berikan kompres lembab 6. Menigkatkan sirkulasi
(misalnya rendam duduk/bak air) pada perineum
7. Kaji tingkat tekanan uterus 7. Selama 12 jam post
tentukan adanya partum, kontraksi uterus
frekuensi/intensitas after pain kuat dan regular.

19
perhatikan factor faktor pemberat Meskipun frekuensi dan
intensitasnya berkurang.
Faktor-faktor
memperbesar after pain
meliputi multipara.
Overdistensi uterus
menyusun dan pemberian
preparat oxytosin
8. Berikan kompres pada perineum 8. Menigkatkan
khususnya 24 jam pertama vasokonstriksi dan
melahirkan mengurangi vasodilatasi
9. Anjurkan klien untuk memulai 9. Tindakan ini dapat
menyusui pada putting yang tidak membantu klien
nyeri menyusui,merangsang
aliran ASI
dapatmenghilangkan
statis danpembesaran
Tindakan kolaborasi : Tindakan kolaborasi :
1. Pemberian analgetik 10. Mengurangi nyeri
atau menghilangkan
nyeri
Tindakan mandiri : Tindakan mandiri :
2 Resiko tinggi infeksi b/d Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji lochea (warna, bau, jumlah) 1. Untuk dapat lebih dini
trauma jaringan akibat keperawatan Mengatasi dan kondisi dan jahitan mendeteksi tanda infeksi
luka episiotomi. kemungkinan infeksi episiotomy dan mengintervensi lebih
cepat
Kriteria hasil : Tidak 2. Berikan nutrisi yang adekuat 2. Dengan nutrisi yang
terdapat tanda-tanda infeksi adekuat dapat membantu
Tanda-tanda infeksi antara pertahanan sistem imun
lain : 3. Kaji lokasi dan kontraksi uterus, 3. Fundus yang pada
perubahan infolusi awalnya 2 cm umbilicus
1) Adanya kemerahan atau pusat meningkat 1
kehangatan sampai 2 cm, kegagalan
2) Adanya pembengkakan

20
3) Adanya nyeri infolusi menandakan
pertahannya jarinmgan
plasenta atau infeksi
4. Lakukan rintangan sebelum dan 4. Menurunkan resiko
sesudah dan sesudah kontak terjadinya kontaminasi
dengan klien mikroorganisme
5. Sarankan untuk klien untuk 5. Pembalut yang lembab
mengganti pembalut untuk tiap 4 dan banyak darah
jam merupakan media yang
menjadi tempat
perkembangbiakan
kuman
6. Pantau tanda-tanda vital 6. Peningkatan suhu 380c
menandakan tertahannya
jaringan plasenta atau
infeksi
7. Sarankan ibu membersihkan 7. Membantu mencegah
perineum dari depan ke belakang Kontaminasi
8. Kaji jumlah sel darah putih 8. Penigkatan sel darah
putih menunjukan
adanya infeksi
9. Lakukan rendam bokong 9. Untuk memperlancar
sirkulasi perineum dan
mengurangi edema
Tindakan kolaborasi : Tindakan kolaboratif:
10 Pemberian obat antibiotic 10. Untuk mencegah
terjadinya Infeksi
Tindakan mandiri
3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan klien dalam Tindakan mandiri
berhubungan dengan keperawatan Aktivitas dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari 1. Untuk mengetahui
adanya nyeri akibat luka normal kembali kemampuan klien dan
episyotomi dapat memenuhi
Kriteria hasil : Ibu dapat 2. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan
memenuhi kebutuhan
21
sehari-hari tanpa bantuan kebutuhan sehari-hari 2. Bantu dan latihan yang
orang lain keadaan umum teratur dapat
baik, kekuatan otot baik. membiasakan klien
melakukan aktivitas
3. Tingkat tirah baring sehari-hari
3. Meningkatkan istirahat
dan menyediakan energi
4. Anjurkan klien untuk melakukan untuk penyembuhan.
aktivitas yang ringan 4. Aktivitas ringan
membantu mengurangi
5. Anjurkan mobilisasi dan latihan energi yang keluar
dini secara lengkap 5. Meningkatkan sirkulasi
dan aliran darah ke
6. Health education perawatan luka ekstremitas bawah
jahitan 6. Menambah wawasan
serta pengetahuan ibu
dan keluarga dalam
7. Anjurkan keluarga untuk perawatan luka di rumah
kooperatif 7. Keluarga dapat
membantu dan bekerja
sama dalam memnuhi
8. Berikan lingkungan yang tenang, kebutuhan pasien
batasi pengunjung sesuai 8. Menigkatkan istirahat
keperluan dan ketenangan serta
9. Anjurkan keluarga untuk menurunkan stressan
kooperatif dalam perawatan 9. Keluarga dapat
membantu dan bekerja
sama dalam Memenuhi
Tindakan kolaborasi : kebutuhan pasien
10. Berikan obat analgetik Tindakan kolaborasi :
10. Mengurangi rasa nyeri

22
Tindakan mandiri Tindakan mandiri :
4 Perubahan eliminasi urin Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji dan catat cairan yang masuk 1. Mengetahui balance
berhubungan dengan keperawatan Tidak dan keluar tiap 24 jam cairan pada klien
efek hormonal. mengalami gangguan sehingga intervensi
eliminasi dengan tepat
2. Palpasi kandungan kemih 2. Aliran plasma ginjal
Kriteria hasil : Dapat yang meningkat 25-50%
berkemih sendiri dalam selama periode prenatal,
waktu 6-8 jam setelah post tetap tinggi pada minggu
partum, tidak merasa sakit pertama
saat BAK 3. Anjurkan berkemih 6-8 jam post 3. Melatih otot-otot
partum perkemihan sehingga
pasien mudah berkemih
4. Anjurkan minum 6-8 gelas 4. Mencegah dehidrasi
perhari
5. Kaji tanda-tanda ISK 5. Statis, hygine yang
buruk, masuknya dan
bakteri dapat memberi
kecenderungan pasien
mengalami ISK
6. Jelaskan pentingnya berkemih 6. Untuk motivasi pasien
berkemih teratur
7. Dorong penigkatan cairan dengan 7. Indikator
mempertahankan pemasukan ketidakseimbangan
yang akurat cairan menimbulkan
dehidrasi
8. Jelaskan pentingnya Berkemih 8. Untuk motivasi klien
berkemih teratur
9. Kaji klien terhadap kepenuhan 9. Kembalinya fungsi
kandung kemih kandung kemih dapat
menciptakan perasaan
dorongan dan
ketidaknyamanan

23
Tindakan kolaborasi Tindakan kolaborasi
10. Kolaborasi pemasangan 10. Mengurangi distensi
Kateter kandung kemih
Tindakan mandiri : tindakan mandiri :
5 Konstipasi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Auskultasi adanya bising usus 1. Mengevaluasi fungsi
dengan penurunan tonus keperawatan konstipasi usus (apakah ada distasi
otot. dapat teratasi rektil)
2. Observasi gerakan usus, 2. Indicator kembalinya
Kriteria hasil : tidak terjadi perhatikan warna feses, fungsi GI,
konstipasi, melakukan konsistensi mengidentifikasi
defekasi sepertibiasa ketepatan intervensi
3. Anjurkan klien untuk tidak 3. Membantu meningkatkan
menahan BAB peristaltik GI
4. Pertahankan diet regular masukan 4. Makanan seperti buah
makanan, tingkatkan buah dan dan sayuran membantu
sayur meningktkan peristaltic
urus
5. Berikan pendidikan kesehatan 5. Menambah pengetahuan
tentang pentingnya buang air klien
besar
6. Kaji episitomi perhatikan adanya 6. Karena dapat
selerasi menimbulkan kecemasan
dalam BAB
7. Anjurkan ibu untuk BAB dan 7. Mengurangi rasa nyeri
BAK pada WC duduk
Tindakan kolaborasi: Tindakan kolaborasi :
8. Berikan pelumas feses 8. Untuk melunakan feses
merangsang peristaltic
dan membantu
mengembalikan fungsi
usus sepaerti sebelum
melahirkan

24
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E. Marilyn. 2012. Rencana Perawatan Edisi 2. Jakarta: EGC

Nugroho T, Nurrezki, Wanaliza D, & Wilis. 2014. Buku Ajar : Asuhan Kebidanan & Masa
Nifas Edisi Pertama. Yogyakarta : Nuha Medika

Padila.2014 .Buku Ajar : Keperawatn Maternitas Edisi Pertama. Bengkulu : Nuha Medika

Sukarni I. K & Margareth ZH. 2013. Kehamilan, Persalinan, dan Nifas Edisi
Pertama.Yogyakarta : Nuha Medika

Susilawaty A. 2012. Buku Ajar : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.Yogyakarta : ANDI

http://www.gambar.organwanita/.com

25

Anda mungkin juga menyukai