Anda di halaman 1dari 81

LAPORAN MONEV PENELITIAN

DOSEN STIKES AISYIYAH SURAKARTA

EFEKTIVITAS DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN


PENGOBATAN ARV PADA ODHA di KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA
KARTASURA

TAHUN KE 1 DARI RENCANA 1 TAHUN

Team Pengusul:

Ika Silvitasari, S.Kep., Ns. NIK :


Hermawati, S., Kep. NIK:
Martini Liatrikawati, S.Kep,Ns NIK:

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH SURAKARTA


DESEMBER 2013

1
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Efektivitas Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Pengobatan ARV Pada
ODHA di Kelompok Dukungan Sebaya Kartasura
1. Ketua Penelitian
a. Nama Lengkap : Martini Listrikawati, S.Kep., Ns.
b. Jenis kelamin : Perempuan
c. Jabatan Struktural :-
d. Jabatan fungsional : Dosen
e. Fakultas/jurusan : Ilmu Keperawatan
Pusat Penelitian : P3M STIKES AISYIYAH SURAKARTA
Alamat : Jln. Ki Hajar Dewantara 10 Kentingan, Jebres, Surakarta
Telpon/Faks : (0271) 631141/631142
Alamat rumah :Tegal Rejo B No 11 Rt 04 Rw 04, Kartasura, Sukoharjo.
Telpon/faks/e-mail : 085647544460
2. Anggota peneliti 1
a. Nama Lengkap : Hermawati, S.Kep.
b. Jenis kelamin : Perempuan
c. Jabatan Struktural : Pembantu Ketua 2
d. Jabatan fungsional : Dosen
e. Fakultas/jurusan : D3 Keperawatan
Pusat Penelitian : P3M STIKES AISYIYAH SURAKARTA
Alamat : Jln. Ki Hajar Dewantara 10 Kentingan, Jebres, Surakarta
Telpon/Faks : (0271) 631141/631142
Alamat rumah :
Telpon/faks/e-mail : 0816383171
3. Anggota peneliti 2
a. Nama Lengkap : Ika Silvitasari, S.Kep., Ns.
b. Jenis kelamin : Perempuan
c. Jabatan Struktural : Koordinator Profesi Ners
d. Jabatan fungsional :Dosen
e. Fakultas/jurusan : Ilmu Keperawatan
Pusat Penelitian : P3M STIKES AISYIYAH SURAKARTA
Alamat : Jln. Ki Hajar Dewantara 10 Kentingan, Jebres, Surakarta
Telpon/Faks : (0271) 631141/631142
Alamat rumah : Nglembu Rt 03 Rw 07, Panjangrejo, Pundong, Bantul, Yk.
Telpon/faks/e-mail : 081328835536
4. Jangka waktu penelitian : 3 bulan
5. Pembiayaan
a. Jumlah biaya yang diajukan ke STIKES : Rp.2.462.000.00,-
b. Jumlah biaya dari luar : Rp. 462.000,-

Surakarta, 26 Maret 2013


Mengetahui,
Ketua Prodi S1 Keperawatan Ketua Peneliti,
(Tri Susilowati, S.Kep., Ns., M.Kep.) (Martini Listrikawati, S.Kep., Ns.)
NIK: 46.11.06 NIK: 83.03.11
Menyetujui,
Ketua P3M STIKES Aisyiyah Surakarta
(Indarwati, SKM., M.Kes)
NIK: 07.04.93

2
RINGKASAN

Latar Belakang;. Kepatuhan adalah perilaku pasien dalam minum obat secara
benar tentang dosis, frekuensi dan waktunya. Terapi antiretroviral (ART)
merupakan obat yang bekerja langsung menghambat replikasi HIV (penggandaan
diri HIV). Cara untuk menekan perkembangan virus HIV yaitu dengan minum
antiretroviral secara rutin. Tujuan; Mengetahui keefektivitasan dukungan
keluarga terhadap kepatuhan pengobatan penderita HIV AIDS di komunitas
sebaya solo plus kartasura. Metode; Penelitian analitik dengan rancangan cross
sectional. Pengambilan sampel dengan menggunakan tehnik total sampling
dengan jumlah sampel 40 responden, sedangkan instrumen penelitian
menggunakan uji chi square. Hasil; Hasil uji bivariate dengan uji chi square
membuktikan bahwa ada hubungan antara efektivitas dukungan keluarga terhadap
kepatuhan pengobatan arv pada penderita HIV AIDS di buktikan dengan nilai

(31,224) > (3,841) dengan angka signifikan (=0.000<0.05).


Kesimpulan; Ada hubungan efektivitas dukungan keluarga terhadap kepatuhan
pengobatan arv pada penderita HIV AIDS di RSUD Dr. Moewardi.

Kata Kunci; Dukungan keluarga, Kepatuhan, Terapi Antiretroviral (ARV).

PRAKATA

Assalammualaikum Wr. Wb

3
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat melaporkan kemajuan penelitian dosen
stikes aisyiyah surakarta yang berjudul Efektivitas dukungan keluarga terhadap
kepatuhan pengobatan ARV pada penderita HIV-AIDS di komunitas sebaya solo
plus kartasura yang diajukan dalam memenuhi Tri Darma Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kemajuan ini masih jauh
dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran bersifat
membangun.
Penyusunan laporan ini banyak mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak berupa saran, motivasi maupun bimbingan, oleh karena itu perkenankan
saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Mulyaningsih, S. Kep, Ns, M. Kep, selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Aisyiyah Surakarta.
2. Ibu Tri Susilowati, S. Kep, Ns, M. Kep, selaku ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu KesehatanAisyiyah Surakarta.
3. Ibu Indarwati, SKM., M.Kes, selaku ketua P3M di Sekolah Tinggi Ilmu
KesehatanAisyiyah Surakarta.
4. Bpk. Agus yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan studi pendahuluan
dan penelitian di komunitas sebaya solo plus kartasura
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan kemajuan
penelitian ini.
Semoga laporan kemajuan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Surakarta,Desember 2013

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... 1

4
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... 2
RINGKASAN ... 3
PRAKATA 4
DAFTAR ISI ................................................................................................ 5
DAFTAR TABEL ........................................................................................ 6
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... 7
DAFTAR LAMPIRAN ..... 8
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .. 9
1.2 Rumusan Masalah . 10
1.3 Luaran Penelitian... 10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Dukungan
keluarga.. 10
2.2 Rujukan HIV-AIDS....... 12
2.3 Kepatuhan. 16
2.3 Terapi Atiretoviral............................. 17
BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENE;ITIAN
3.1 Tujuan Penelitian............................... 20
3.2 Manfaat Penelitian............................. 20
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Jalanya Penelitian ............................. 21
4.2 Seleksi Lokasi dan Tehnik Pengambilan Sampel...................... 21
4.3 Rancangan Penelitian ............................ 22
4.4 Alat Pengumpul Data ............................ 22
4.5 Analisis Data ............................. 22
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN..................... 23
BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ....................... 31
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ....................... 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Susunan Organisasi Tim Peneliti/Pelaksana dan Pembagian Tugas
Loogbook Kegiatan Harian
Surat Ijin Penelitian
Surat Balasan Penelitian
Surat ijin uji validitas
Kuisioner
Hasil SPSS uji validitas

DAFTAR TABEL

5
Tabel 2.1 Obat, Dosis, Cara Pemberian, dan Efek Samping 16

Tabel 5.1 Efektivitas Dukungan keluarga terhadap Kepatuhan Pengobatan ARV


pada Penderita HIV-AIDS Komunitas Sebaya
Kartasura............................... 28

DAFTAR GAMBAR

6
Diagram 5.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan usia 23
Diagram 5.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan jenis kelamin 24
Diagram 5.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan pendidikan 24
Diagram 5.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan pekerjaan.. 25
Diagram 5.5 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan sisa obat.... 25
Diagram 5.6 Distribusi Frekuensi Responden efektivitas dukungan keluarga .
26
Diagram 5.7 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kepatuhan ... 27

DAFTAR LAMPIRAN

7
Lampiran 1 Susunan Organisasi Tim Peneliti/Pelaksana dan Pembagian Tugas
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 3 Surat Balasan Penelitian
Lampiran 4 Surat ijin uji validitas
Lampiran 5 Kuisioner
Lampiran 6 Hasil SPSS uji validitas
Lampiran 7 Hasil SPSS analisi data
Lampiran 8 Artikel Publikasi
Lampiran 9 Bahan Ajar
Lampiran 10 Loog Book

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

8
Penyakit HIV AIDS merupakan golongan penyakit yang
mematikan di dunia khususnya Indonesia. Penyakit ini merambah dari
kalangan kelas ningrat sampai dengan anak jalanan. Kasus HIV AIDS di
Indonesia yang dilaporkan oleh Direktorat Jendral Communicable Disease
(CDC) & Environmental Health (EH) Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia pada 1 januari 2012 sampai dengan 31 desember 2012
sebanyak 21.511 kasus untuk HIV dan AIDS 5.686 kasus serta kematian
akibat HIV AIDS tercatat dari 1 april 1987s/d 31 desember 2012 sebanyak
8.235 kasus (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2012).
Pravelensi kasus HIV AIDS yang tinggi menjadi permasalah yang
pelik di masyarakat. Berbagai upaya dilakukan oleh berbagai komponen
agar penularan HIV AIDS dapat diminimalisir. Masyarakat sendiri masih
menganggap penderita HIV AIDS harus dikucilkan dari lingkungan.
Beban fisik maupun psikologi berdampak terhadap kelangsungan hidup
penderita HIV AIDS.

Pengobatan setelah terjadi pajanan infeksi HIV pada seseorang


adalah terapi Antiretroviral, yang berarti mengobati infeksi HIV dengan
beberapa obat. Karena HIV adalah retrovirus maka obat ini disebut sebagai
obat Antiretroviral (ARV). ARV tidak membunuh virus itu, namun hanya
dapat memperlambat laju pertumbuhan virus, begitu juga penyakit HIV.
(Spiritia,2006:403)

HIV merupakan salah satu penyakit yang belum ditemukan


obatnya. Virus yang ada di dalam tubuh penderita ini tidak bisa keluar,
sehingga seseorang harus mengonsumsi obat ARV seumur hidup dan tepat
waktu. Jadwal ketat minum obat HIV ini tidak boleh meleset agar bisa
menekan jumah virus di tubuhnya. Jika tidak disiplin maka obat akan
menjadi resisten terhadap tubuh. HIV adalah retrovirus yang menginfeksi
sel sistem kekebalan tubuh manusia, terutama sel T CD4 dan makrofag
yang merupakan komponen vital dari sistem kekebalan tubuh. Hal inilah

9
yang membuat ODHA memiliki sistem kekebalan tubuh lemah dan mudah
terkena infeksi. Karenanya seseorang harus mengonsumsi obat ARV untuk
mempertahankan kekebalan tubuhnya. (www.detik.com)

Perluasan akses pada ARV di Indonesia sejak program pemberian


ARV dengan subsidi penuh oleh pemerintah yang diluncurkan pada tahun
2004, maka semakin banyak ODHA mendapatkan ARV, dengan harapan
mutu hidupnya menjadi lebih baik, dan dapat bertahan hidup seperti orang
lain, asalkan terapi ARV dipakai terus-menerus secara patuh. (Komisi
Penanggulangan AIDS, 2007)

Kepatuhan menentukan seberapa baik pengobatan antiretroviral


(ARV) dalam menekan jumlah viral load. Ketika lupa meminum satu
dosis, meskipun hanya sekali, virus akan memiliki kesempatan untuk
menggandakan diri lebih cepat. Hasil yang tidak dapat dielakkan dari
semua tantangan ini adalah ketidakpatuhan, perkembangan resistensi,
kegagalan terapi dan resiko pada kesehatan masyarakat akibat penularan
jenis virus yang resistan. Obat ARV perlu diminum sesuai petunjuk dokter
baik dosis maupun waktunya. Mengingat bahwa HIV adalah virus yang
selalu bermutasi, maka jika tidak mematuhi aturan pemakaian obat ARV,
obat yang dikonsumsi tidak bisa lagi memperlambat laju HIV menuju ke
tahap AIDS, sehingga perlu diganti dengan obat lain yang mungkin lebih
mahal atau lebih sulit diperoleh. (www.mautau.com)

Hasil penelitian Anggipita Budi M (2009) di Semarang


menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan terapi
ARV adalah motivasi , pengetahuan dan dukungan keluargasmerupakan
factor yang paling kuat mempengaruhi kepatuhan terapi ARV. Hasil
penelitian Junaidy (2009) di Lantera Minangkabau menyimpulkan bahwa
kepatuhan dari penderita ODHA berhubungan dengan keberhasilah terapi

10
Antiretroviu. Berdasarkan studi pendahuluan di komunitas sebaya atau
solo plus adalah penderita yang baru dengan pengobatan ARV
beranggotakan 50 orang sedang yang aktif hanya 40 orang.

Berdasarkan fenomena diatas kami tim peneliti tertartik untuk


meneliti efektivitas dukungan keluarga dan kepatuhan pengobatan ARV
pada ODHA di komunitas sebaya kartasura.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka bisa dirumuskan
permasalahan: Bagaimana Efektivitas Dukungan Keluarga Terhadap
Kepatuhan Pengobatan ARV pada Penderita HIV AIDS

C. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Komunitas Sebaya
Memberikan informasi kepada komuniras sebaya solo plus kartasura
mengenai efektivitas dukungan keluarga terhadap kepatuhan
pengobatan ARV pada penderita HIV-AIDS di RSUD komunitas
sebaya
2. Manfaat bagi penderita HIV-AIDS
Sebagai masukan dalam pemberian asuhan keperawatan dalam rangka
meningkatkan derajad kesehatan, mengetahui efektivitas dukungan
keluarga serta meningkatkan kepatuhan terapi pengobatan ARV
penderita HIV-AIDS.
3. Manfaat bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
pengalaman langsung bagi penulis dalam melaksanakan penelitian
serta mengaplikasikan berbagai konsep dan teori dalam memberikan
perkuliahan kepada mahasiswa.
4. Manfaat bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dasar oleh
peneliti lain dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan
dengan efektivitas dukungan keluarga serta meningkatkan kepatuhan
terapi pengobatan ARV penderita HIV-AIDS.

11
D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui keefektivitasan dukungan keluarga terhadap kepatuhan
pengobatan penderita HIV AIDS
1. Tujuan khusus
a.Mengetahui tingkat kepatuhan minum obat pada pasien HIV AIDS
b. Mengetahui keefektivan dukungan keluarga pada pasien HIV AIDS
c. Mengetahui jumlah penderita yang memliki sisa obat ARV sesuai

dengan seharusnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Dukungan Keluarga

A. Definisi
Dukungan keluarga didefinisikan oleh Gottlieb (1983) dalam
Zainudin (2002) yaitu informasi verbal, sasaran, bantuan yang nyata atau
tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek
didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal yang
dapat memberikan keuntungan emosional atau pengaruh pada tingkah laku
penerimaannya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan

12
sosial, secara emosional merasa lega diperhatikan, mendapat saran atau
kesan yang menyenangkan pada dirinya. Menurut Sarason (1983) dalam
Zainudin (2002). Dukungan keluarga adalah keberatan, kesedihan,
kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan
menyayangi kita, pandangan yang samajuga dikemukakan oleh Cobb
(2002) mendefinisikan dukungan keluarga sebagai adanya kenyamanan,
perhatian, penghargaan atau menolong orang dengan sikap menerima
kondinya, dukungan keluarga tersebut diperoleh dari individu maupun
kelompok.

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan


keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai
bagian yang tidak terpusahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota
keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap
memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Friedman, 1998).

Pada hakekatnya keluarga diharapkan mampu berfungsi untuk mewujudkan


proses pengembangan timbal balik rasa cinta dan kasih saying antara
anggota keluarga, antar kerabat, serta antar generasi yang merupakan dasar
keluarga yang harmonis (Soetjiningsih, 1995). Hubungan kasih sayang
dalam kelaurga merupakan suatu rumah tangga yang bahagia. Dalam
kehidupan yang diwarnai oleh rasa kasih sayang maka semua pihak dituntut
agar memiliki tanggung jawab, pengorbanan, saling tolong menolong,
kejujuran, saling mempercayai, saling membina pengertian dan damai
dalam rumah tangga (Soetjiningsih, 1995).

B. Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

1) Fungsi Pokok Keluarga

Fungsi keluarga biasanya didefinisikan sebagai hasil atau konsekuensi


dari struktur keluarga. Adapun fungsi keluarga tersebut adalah
(Fridman,1999) :

13
a. Fungsi afektif (fungsi pemeliharaan kepribadian) : untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan
memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung.

b. Fungsi sosialisasi dan fungsi penempatan sosial : proses


perkembangan dan perubahan individu keluarga, tempat anggota
keluarga berinteraksi sosial dan belajar berperan di lingkungan.

c. Fungsi reproduktif : untuk meneruskan kelangsungan keturunan


dan menambah sumber daya manusia.

d. Fungsi ekonomis : untuk memenuhi kebutuhan keluarga,seperti


sandang, pangan, dan papan.

e. Fungsi perawatan kesehatan : untuk merawat anggota keluarga


yang mengalami masalah kesehatan

2) Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai


tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Friedman
(1981:12) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang
harus dilakukan, yaitu:

a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya

Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara


tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga,
maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat
kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar
perubahannya

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi


keluarga.

14
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga
maka segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah
kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga
mempunyai keterbatasan seyoganya meminta bantuan orang lain
dilingkungan sekitar keluarga.

c. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak


dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu
muda. Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga
memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan
pertama atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan
lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.

d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan


dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan


lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).

C. Bentuk Dukungan Keluarga

1) Dukungan Emosional (Emosional Support)

Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk


istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap
emosi. Meliputi ungkapan empati, kepedulian dan perhatian
terhadap anggota keluarga yang menderita kusta (misalnya: umpan
balik, penegasan) (Marlyn, 1998).

2) Dukungan Penghargaan (Apprasial Assistance)

15
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,
membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai
sumber dan validator identitas anggota. Terjadi lewat ungkapan
hormat (penghargan) positif untuk penderita kusta, persetujuan
dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif
penderita kusta dengan penderita lainnya seperti orang-orang yang
kurang mampu atau lebih buruk keadaannya (menambah harga
diri) (Marlyn, 1998).

3) Dukungan Materi (Tangibile Assistance)

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan


konkrit, mencakup bantuan langsung seperti dalam bentuk uang,
peralatan, waktu, modifikasi lingkungan maupun menolong dengan
pekerjaan waktu mengalami stress (Marlyn, 1998)

4) Dukungan Informasi (informasi support)

Keluarga berfungsi sebagai sebuah koletor dan disse minator


(penyebar) informasi tentang dunia, mencakup memberri nasehat,
petunjuk-petunjuk, saran atau umpan balik. Bentuk dukungan
keluarga yang diberikan oleh keluarga adalah dorongan semangat,
pemberian nasehat atau mengawasi tentang pola makan sehari-hari
dan pengobatan. Dukungan keluarga juga merupakan perasaan
individu yang mendapat perhatian, disenangi, dihargai dan
termasuk bagian dari masyarakat (Utami, 2003).

5) Hubungan dukungan keluarga dengan harga diri

Dukungan keluarga mempengaruhi kesehatan dengan melindungi


diri penderita kusta terhadap efek negatif dari stres yang berat.
Dukungan keluarga yang baik seseorang dapat mengurangi stres
misalnya dengan menyibukkan diri. Dukungan keluarga yang
positif sebanding dibawah intensitas stres yang tinggi dan rendah,

16
misalnya seseorang dengan dukungan keluarga tinggi dapat
memiliki harga diri yang lebih tinggi sehingga tidak mudah
terserang stres. Peran keluarga mempunyai pengaruh yang sangat
tinggi dalam harga diri, sebuah keluarga yang memiliki harga diri
yang rendah akan tidak mempunyai kemampuan dalam
membangun harga diri anggota keluarganya dengan baik, keluarga
akan memberikan umpan balik yang negatif dan berulang-ulang
akan merusak harga diri bagi penderita, harga dirinya akan
terganggu jika kemampuannya menyelesaikan masalahnya tidak
adekuat. Akhirnya penderita mempunyai pandangan negatif
terhadap penyakitnya dan kemampuan bersosialisasi dengan
lingkungannya (Anonimus, 2011).

Menurut Feiring dan Lewis (1984) dalam Friedman (1998), ada


bukti kuat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan
keluarga kecil secara kualitatif menggambarkan pengalaman- pengalaman
perkembangan. Anak-anak yang berasal dari keluarga kecil menerima
lebih banyak perhatian daripada anak-anak dari keluarga yang besar.
Selain itu, dukungan yang diberikan orangtua (khususnya ibu) juga
dipengaruhi oleh usia. Menurut Friedman (1998), ibu yang masih muda
cenderung untuk lebih tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan
anaknya dan juga lebih egosentris dibandingkan ibu-ibu yang lebih tua.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas


sosial ekonomi orangtua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat
pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Dalam
keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil
mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada
lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu orang tua dengan kelas sosial
menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih
tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah.

17
2. HIV AIDS

A. Definisi
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah satu jenis virus yang
menyerang sel darah putih/ kekebalan (Sudoyo, Aru.w., dkk. 2009).
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala
penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang
disebut HIV (Djauzi dan Djoerban, 2003).

B. Etiologi
AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV masuk dalam golongan
virus retro yang disebut human immunodeficiency virus. Virus ini
diketemukan oleh Montagner, seorang ilmuwan dari perancis (Institute
Pasteur Paris, 1983), yang mengisolasi virus dari seorang penderita
dengan gejala limfadenopati, sehingga saat itu dinamakan (LAV) atau
Lymphadenophathy Associated Virus (Sudoyo, Aru.w., dkk. 2009).

C. Epidemiologi HIV/AIDS

Penularan HIV/AIDS terjadi melalui cairan tubuh yang mengandung HIV

yaitu melalui hubungan seksual, baik homoseksual maupun heteroseksual,

jarum suntik pada pengguna narkoba, transfusi komponen darah dan dari

ibu yang terinfeksi HIV kepada bayi yang dilahirkannya. Oleh karena itu

kelompok paling tinggi terhadap HIV/AIDS misalnya pengguna narkoba,

pekerja seks komersil dan pelanggannya, serta narapidana. (Zubari

Djoerban, 2006)

Namun infeksi HIV/AIDS saat ini juga mengenai semua golongan

masyarakat, baik kelompok resiko tinggi maupun masyarakat umum. Jika

18
pada awalnya, sebagian besar ODHA berasal dari kelompok homoseksual,

maka kini telah terjadi pergeseran dimana persentase penularan secara

heteroseksual dan pengguna narkoba semakin meningkat. Beberapa bayi

yang terbukti tertular HIV dari ibunya menunjukkan tahap yang lebih

lanjut dari penularan heteroseksual. (Zubari Djoerban, 2006)

Sejak 1985 sampai 1996 kasus AIDS masih sangat jarang ditemukan di
Indonesia. Sebagian besar ODHA pada periode itu berasal dari kelompok
homoseksual, kemudian jumlah kasus HIV/AIDS semakin meningkat dan
sejak pertengahan tahun 1999 mulai terlihat peningkatan tajam terutama
disebabkan karena penularan melalui narkoba suntik. Sampai dengan akhir
Maret 2005 tercatat 6789 kasus HIV/AIDS yang dilaporkan, jumlah itu
masih sangat jauh dari jumlah sebenarnya. Departemen Kesehatan RI pada
tahun 2002 memperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang terinfeksi
HIV adalah antara 90.000 sampai 130.000 orang. (Zubari Djoerban, 2006)

D. Patofisiologi

Masuknya HIV ke dalam tubuh manusia menurut (Nasronudin dan


Maramis, 2007) melalui 3 cara yaitu :
1) Secara vertikal dari ibu ke anak
2) Secara transeksual (homoseksual maupun heteroseksual)
3) Secara horizontal yaitu kontak antardarah (pemakaian jarum suntik
bersama-sama secara bergantian,tato, tindik, transfusi darah,
transplantasi organ, tindakan hemodialisa, perawatan gigi, khitanan
masal, dan lain-lain yang kurang memperhatikan asas sterilitas).
Dalam tubuh ODHA, partikel virus bergabung dengan DNA sel pasien,
sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup akan tetap
terinfeksi. Dari semua orang yang terinveksi HIV, sebagian berkembang

19
masuk tahap AIDS pada 3 tahun pertama, 50% berkembang menjadi
pasien AIDS sesudah 10 tahun, dan sesudah 13 tahun hampir semua orang
terinfeksi HIV menunjukkan gejala AIDS, dan kemudian meninggal.
Perjalanan penyakit tersebut menunjukkan gambaran penyakit kronis,
sesuai dengan perusakan sistem tubuh yang juga bertahap. (Zubari
Djoerban, 2006)

E. Manifestasi Klinis

Menurut WHO tahun 2002 (Sudoyo, Aru.w., dkk. 2009), manifestasi klinis
penderita HIV dan AIDS dewasa dapat dibagi menjadi empat stadium :
1) Stadium I
a) Asimtomatis
b) Limfadenopati generalisata persisten
Dengan penampilan klinis derajad I : asimtomatis dan aktivitas
normal
2) Stadium II
a) Penurunan berat badan <10%
b) Manifestasi mukokutaneus MINOR (dermatitis seborreic, prurigo,
infeksi jamur pada kuku, ulserasi pada mulut berulang, cheilitis
angularis)
c) Herpes Zoster, dalam 5 tahun terakhir
d) Infeksi saluran nafas atas berulang (sinusitis bakterial)
Dengan atau penampilan klinis derajat 2 : simtomatis, aktivitas
normal
3) Stadium III
a) Penurunan berat badan > 10%
b) Diare kronis dengan penyebab yang tidak jelas > 1 bulan
c) Demam tanpa penyebab yang jelas (intermittent atau menetap) > 1
bulan
d) Kandidiasis oral

20
e) Tuberkulosis paru dalam 1 tahun terakhir
f) Terinfeksi bakteri berat (pneumonia, piomiositis)
Dengan atau penampilan klinis derajad 3 : berbaring ditempat tidur,
<50% sehari dalam 1 bulan terakhir.
4) Stadium IV
a) HIV wasting sindrome
b) Pneumonia pneumokistik karinii
c) Infeksi toksoplasmosis di otak
d) Diare karena cryptosporidiosis > 1 bulan
e) Mengalami infeksi citomegalovirus
f) Infeksi herpes simpleks, maupun mukokutaneus > 1bulan
g) Infeksi mikosis (histoplasmosis, coccidioidomycosis)
h) Kandidiasis esofagus, trakhea, bronkus, maupun paru
i) Infeksi mikobakteriosis athypical
j) Sepsis
k) Tuberkulosis ektrapulmoner
l) Limfoma maligna
m)Sarkoma kaposi
n) Enselopati HIV
Dengan penampilan klinis derajad 4 : berada ditempat tidur, > 50%
setiap hari dalam bulan-bulan terakhir.
F. Pemeriksaan Hiv-Aids

Pemeriksaan penderita HIV-AIDS menurut Nasronudin dan Maramis,

2007 adalah :

1) Anamnesa
Riwayat medis yang perlu ditanyakan :
a) Kapan dan dimana diagnosis terinfeksi HIV ditegakkan
b) Siapa yang diperkirakan sebagai sumber penularan
c) Keluhan dan gejala yang dialami akhir-akhir ini

21
d) Riwayat medis di masa lalu, keluhan, diagnosis dan terapi yang
telah diberikan
e) Keluhan maupun terapi TB sebelumnya
f) Riwayat kemungkinan penyakit menular seksual
g) Riwayat kehamilan
h) Riwayat terapi ARV sebelumnya
i) Riwayat kontak seksual dan kebiasaan sosial
2) Pemeriksaan fisik
a) Pengkukuran berat badan
b) Pemeriksaan kulit : herpes zoster, sarkoma kaposis, dermatitis HIV
c) Mukosa Orofaring : kandidiasis, sarkoma kaposiss
d) Pemeriksaan jantung dan paru
e) Pemeriksaan abdomen, terutama kemungkinan adanya perbesaran
hati dan limpa
f) Pemeriksaan neurologis, psikiatrik dan muskuloskeletal : status
mental, defist motorik dan sensorik
g) Pemriksaan fundus optik : retinitis, papil edem
h) Pemeriksaan genitourinarius
3) Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan esensial
b) Serologi HIV
c) Hitung limfosit CD4+, atau hitung limfosit total
d) Pemeriksaan darah lengkap dan profil kimia klinis
e) Tes kehamilan atas dugaan
f) HIV-RNA viral load
4) Pemeriksaan tambahan atas indikasi
a) Foto thoraks
b) Urin untuk pemeriksaan rutin dan mikroskopik
c) Pemriksaan serologi hepatitis virus B dan C
d) Toksoplasmosis, infeksi virus sitomegalo
e) Histoplasmosis, kandidiasis, kriptokokus

22
f) dan lain-lain yang diperlukan.

G. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada penderita HIV-AIDS menurut Nasronudin dan


Maramis tahun 2007 adalah
1) Penatalaksanaan Umum
Istirahat cukup guna meminimalkan kondisi hipermatabolik dan
hiperkatabolik. Dukungan nutrisi berbasis mikro dan mk menghindari
makronutrien harus optimal untuk menghindari munculnya sindrom
wasting. Konseling yang memadai merupakan formulasi dukungan
psikobiologis dan psikososial terhadap penderita HIV dan AIDS.

2) Penatalaksanaan Khusus
Karena penyebabnya adalah virus, maka pemberian antiretroviral therapy
(ART) perlu diberikan secara kombinasi. Terhadap infeksi oportunistik dan
malignasi, terapi disesuaikan dengan manifestasinya.
Prinsip Dasar Penatalaksanaan Penderita HIV dan AIDS
a) Menurunkan angka kesakitan akibat HIV, dan angka kematian akibat
AIDS
b) Meningkatkan kualitas hidup penderita
c) Mempertahankan serta memulihkan status imun penderita
d) Menekan serta menghambat replikasi HIV semaksimal mungkin (<50
kopi/ml) dan dipertahankan dalam kadar rendah tersebut selama
mungkin
Pada tahun 2003 WHO memberikan panduan ART, yaitu :
a) Kapan mulai terapi ART
b) Berapa lama pemberian dan kemudian muncul efek toksik ARV
c) Penyediaan obat rejiman lini pertama dan lini kedua
d) Pertimbangan penggantian akibat toksisitas atau switching terapi
akibat kegagalan

23
e) Strategi monitoring terapi
Pada perkembangan lebih lanjut panduan WHO 2005-2006 semakin
dilengkapi dengan beberapa pertimbangan :
a) Pilihan regimen lini ke dua
b) Beberapa pertimbangan pemberian ART pada situasi khusus seperti
koinfeksi (TB, hepatitis virus), pengguna narkotik intravena dan
kehamilan
c) Pertimbangan terhadap potensi efek samping ART dan kepatuhan
d) Strategi kepatuhan

3. Terapi Antiretroviral

A. Definisi
Terapi antiretroviral (ARV) berarti mengobati infeksi HIV dengan obat-
obatan. Obat tersebut (yang disebut ARV) tidak membunuh virus itu,
namun dapat memperlambat pertumbuhan virus, waktu pertumbuhan virus
diperlambat, begitu juga penyakit HIV. Karena HIV adalah retrovirus,
obat-obat ini biasa disebut sebgai terapi antiretroviral (ARV) (Spiritia,
2008).
Pemberian terapi antiretroviral tidak dapat diberikan begitu saja namun
mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu : kemampuan, kesanggupan
pengobatan jangka panjang, resistensi obat, efek samping, jangkauan
memperoleh obat, saat yang tepat untuk memulai terapi.
Tersedianya obat antiretroviral (ARV) penatalaksanaan HIV di Indonesia
mengalami perubahan yang dramatis. Obat ARV bekerja langsung
menghambat replikasi HIV, bila diberikan secara kombinasi akan dapat
mengurangi jumlah virus berkisar 1000.000 kopi/ml. Terapi ARV
kombinasi secara teratur dan berkesinambungan diharapkan dapat
menurunkan jumlah virus menjadi 50 kopi/ml, bila terapi kombinasi
diteruskan 2 tahun dan seterusnya diharapkan jumlah virus akan semakin
turun menjadi sekitar 5 kopi/ml. Jumlah terendah tersebut harus tetap

24
dipertahankan melalui pemberian ARV berkesinambungan. Sisa virus
tersebut diharapkan dapat dieliminasi oleh sistem kekebalan tubuh, maka
upaya memperkokoh status imun melalui dukungan nutrisi berbasis
mikronutrien sangat diperlukan oleh tubuh ODHA dengan mengendalikan
asas eliminasi.

B. Tujuan Terapi Antiretroviral (ARV)

Tujuan utama terapi antiretrovirus adalah penekanan secara maksimum


dan berkelanjutan terhadap jumlah virus, pemulihan atau pemeliharaan
fungsi imunologik, perbaikan kualitas hidup, dan pengurangan morbiditas
dan mortalitas HIV. (Silvia Anderson, 2006)

Pemberian ARV telah menyebabkan kondisi kesehatan ODHA menjadi


jauh lebih baik. Infeksi kriptosporidiasis yang sebelumnya sukar diobati,
menjadi jauh lebih mudah ditangani. Infeksi penyakit oppurtunistik
lainnya yang berat, seperti infeksi virus sitomegalo dan infeksi
mikobakterium aptikal, dapat disembuhkan. Pneumonia Pneumocystis
carinii pada ODHA yang hilang timbul, biasanya mengharuskan ODHA
minum obat infeksi agar tidak kambuh. Namun sekarang dengan minum
ARV teratur, banyak ODHA yang tidak memerlukan minum obat
profilaksis terhadap pneumonia. (Zubari Djoerban, 2006)

C. Pemberian Antiretroviral (ARV)

Waktu memulai ARV harus dipertimbangkan dengan seksama karena obat


ARV akan diberikan dalam jangka panjang. Obat ARV direkomendasikan
pada semua pasien yang telah menunjukkan gejala yang termasuk dalam
kriteria diagnosis AIDS atau menunjukkan gejala yang termasuk dalam
kriteria diagnosis AIDS atau menunjukkan gejala yang sangat berat, tanpa
melihat jumlah CD4+. Obat ini juga direkomendasikan pada pasien
asimptomatik dengan jumlah lomfosit CD4+ kurang dari 200 sel/mm3 .
Pasien dengan jumlah limfosit CD4+ 200-350 sel/mm3 dapat ditawarkan

25
untuk memulai terapi. Pada pasien asimptomatik dengan jumlah lomfosit
CD4+ lebih dari 350 sel/mm3 dan viral load lebih dari 100.000 kopi/ml
terapi ARV dapat dimulai, namun dapat pula ditunda. Terapi ARV tidak
dianjurkan dimulai pada pasien dengan jumlah lomfosit CD4+ lebih dari
350 sel/mm3 dan viral load kurang dari 100.000 kopi/ml. (Zubari Djoerban,
2006)

Penggunaan ARV juga rawan resistensi. Bila hal itu terjadi, obat ARV
tidak akan lagi berpengaruh pada tubuh ODHA bersangkutan. Resiko
resisten tidak hanya bisa terjadi pada proses penghentian obat, tetapi juga
pada kesalahan pemakaian. Karenanya, Departemen Kesehatan
mengharuskan pemakaian minimal 3 kombinasi obat. Kombinasi yang
digunakan juga berbeda-beda untuk setiap ODHA, tergantung pada kondisi
tubuhnya. (Spiritia, 2007).

D. Kasifikasi Terapi Antiretroviral (ARV)

Obat antiretroviral menurut WHO (2002) adalah :

Tabel.1 Obat, Dosis, Cara Pemberian, dan Efek Samping menurut WHO
(2002) :
Nama Generik Dosis Efek Samping
Abacavir (ABC) 300mg 3 kali sehari, Reaksi hipersensitifitas
atau dalam bentuk (dapat fatal)
kombinasi dengan Demam, rash,
ZDV dan 3TC kelemahan umum
(Trizivir) 1 tablet, 2 Mual, muntah, nafsu
kali sehari makan menurun,
Di dalam Trizivir, gangguan saluran
terkandung 300 mg pernafasan (nyeri
ZDV, 150 mg 3TC, tenggorok, batuk),
dan 300 mg ABC Asidosis laktat dengan
dengan hepatic stenosis.
Didanosine (ddi) >60 kg :200 mg 2 kali Pankretitis, neuropati

26
sehari, atau 400 mg 1 perifer, mual, diare,
kali sehari asidosis lactat dengan
< 60 kg :125 mg 2 kali hepatic stenosis
sehari, atau 250 mg 1
kali sehari
Lamivudin (3TC) 150 mg 2 kali sehari, Tokisisitas minimal,
atau < 50 kg : 2 mg / asidosis laktat dengan
kg BB bid hepatic stenosis
Stavudine (d4T) >60 kg : 40 mg 2 kali Pankreatitis, neuropati
sehari perifer, asidosis laktat
<60 kg : 30 mg 2 kali dengan hepatic stenosis,
sehari lipoartrophy
Zidovudine 300 mg 2 kali sehari, Anemia, neutropeni,
(ZDV,AZT) atau dalam bentuk intoleransi
kombinasi ZDV/3TC gastrointestinal, sakit
300mg/150 mg 2 kali kepala, insomnia,
sehari miopati, asidosis laktat
dengan hepatic steatosis
Nevirapine (NVP) 200 mg 1 kali untuk Rash kulit, sindrom
14 hari, yang diikuti steven-johnson,
oleh 200 mg 2 kali peningkatan kadar
sehari serum transaminase,
hepatitis
600 mg 1 kali sehari, Keluhan mengenai CNS
diberikan malam hari : dizziness, somnolen,
insomnia, confusion,
halusinasi, agitasi
Peningkatan kadar
serum transaminase,
rash kulit
Nasronudin dan Maramis (2007).

E. Resistensi Antiretroviral (ARV)

27
Obat ARV perlu diminum sesuai petunjuk dokter baik dosis maupun
waktunya. Mengingat bahwa HIV adalah virus yang selalu bermutasi,
maka jika kita tidak mematuhi aturan pemakaian obat ARV, HIV yang
berada di dalam tubuh kita bisa menjadi resisten terhadap obat itu. Dengan
kata lain, obat yang kita konsumsi tidak bisa lagi memperlambat laju
penyakit HIV menuju ke tahap AIDS, sehingga perlu diganti dengan obat
lain yang mungkin lebih mahal atau lebih sulit diperoleh.
(www.mautau.com )

HIV juga dapat menjadi resisten terhadap sejenis obat bila tingkat darah
obat tersebut terlalu rendah untuk menghentikan reproduksi virus. Selagi
HIV terus bereproduksi, jenis-jenis virus yang mampu reproduksi tanpa
terpengaruh obat (jenis yang resisten terhadap obat) menjadi lebih unggul
dari pada jenis yang sensitive terhadap obat dan akan menjadi dasar bagi
populasi HIV yang baru di dalam tubuh. (Spiritia, 2006)

Resistensi HIV terjadi apabila terjadi mutasi atau perubahan pada struktur
genetic HIV, sehingga HIV menjadi kuat melawan obat antiretroviral
(ARV) tertentu. Dengan kata lain, terjadinya perubahan genetic yang
memungkinkan HIV terus melakukan replikasi walaupun pasien menjalani
terapi antiretroviral. Idealnya, setiap sel baru hasil proses replikasi yang
terjadi didalam tubuh sama persis seperti sel awal yang direplikasi. Tapi
kadang-kadang terjadi kesalahan kecil di dalam sebuah sel yang kemudian
terbawa pada sel baru. Sampai pada suatu saat, sel-sel yang mengandung
kesalahan-kesalahan kecil ini menjadi banyak. Perubahan kecil di dalam
komposisi genetic sel disebut mutasi. Mutasi sering terjadi pada HIV
karena cepatnya proses replikasi sel berlangsung dan ketidak hadirannya
mekanisme untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan ini. (Spiritia. 2007)

Mutasi menyebabkan HIV menjadi mampu melawan obat ARV. Dengan


kata lain, telah terjadi resistensi HIV. Biasanya, mutasi terjadi di dalam sel
apabila terjadi kondisi tertentu atau disebabkan oleh faktor tertentu.

28
Misalnya stress akibat lingkungan, paparan terhadap toksin (racun di
dalam tubuh), paparan terhadap berbagai obat secara berulang-ulang. Tapi
seringkali, resistensi timbul akibat ketidak patuhan terhadap ARV atau
terputusnya terapi ARV. Terputusnya terapi ini bisa disebabkan karena
pasien merasa lebih fit sehingga beranggapan tidak perlu meneruskan
terapinya, atau bisa juga karena penyediaan obat terhenti. Walaupun
kebanyakan replikasi HIV dapat dicegah oleh obat ARV, beberapa virus
tetap mengalami mutasi sehingga mengakibatkan berlipat gandanya salah
satu lini (strain) yang resisten ini, maka obat ARV menjadi berkurang
efektifitasnya. (Spiritia, 2007)

Di Negara-negara maju, di mana banyak pilihan obat ARV, hal ini bisa
mengakibatkan sulitnya mencari kombinasi obat ARV yang tepat. Berkat
tersedianya obat ARV, banyak orang yang terkena HIV bisa hidup lebih
lama. Tapi dengan mereka hidup lebih lama dengan HIV. Kemungkinan
untuk virus bermutasi atau menjadi kuat melawan obat ARV juga menjadi
lebih besar. Resistensi HIV merupakan masalah yang sering terjadi, yang
banyak berpengaruh pada pasiennya yang menjalani terapi antiretroviral.

Di Indonesia, sesuai pendekatan Kesehatan Masyarakat yang


dianjurkannya oleh WHO dalam hal pemakaian obat ARV di negara
berkembang jika terapi lini pertama dirasakan mulai gagal(bukan
disebabkan oleh ketidak patuhan terhadap terapi antiretroviral), maka
rejimen pengobatan akan dialihkan ke lini-2, dengan mengganti semua
obat yang dipakai untuk mengobati HIV lini-1. Di negara-negara maju,
jika telah terjadi resistensi HIV, dokter biasanya melakukan tes resistensi
HIV (berupa tes darah) untuk mengetahui obat ARV yang mana kiranya
yang paling efisien untuk melawan virus yang telah bermutasi dan yang
mana perlu dihindari. Ada dua macam tes resistensi yang tersedia, yaitu
(Spiritia, 2007) :

1) Genotypic Testing

29
Tes ini meneliti HIV yang ada di dalam darah pasien dan memeriksa
apakah telah terjadi mutasi. Jika dokter mengetahui bahwa mutasi
genetik tertentu telah terjadi, maka ia bisa mengetahui virus telah
menjadi resisten terhadap obat ARV yang mana atau jenis obat ARV
yang mana secara spesifik. Jenis tes ini cepat hasilnya dan terjangkau
harganya (di negara maju).

2) Pheonotypic Testing

Tes ini berbeda dengan Genotypic Testing karena tes ini mengambil
virus dan memaparkannya terhadap obat ARV dengan konsentrasi yang
berbeda-beda untuk memastikan obat ARV yang mana yang efektif.
Metode ini dipakai pada tahap dini pengembangan sebuah obat itu
dibolehkan dikonsumsi oleh manusia. Tes ini lambat prosesnya dan
mahal harganya sehingga hanya sedikit orang yang bisa
memanfaatkannya.

Seperti disebut di atas, tes resistensi HIV bisa membantu dokter


merancang jenis terapi yang cocok untuk pasien yang terpapar pada
berbagai macam kombinasi obat ARV. Namun dewasa ini banyak
terjadi kasus dimana orang yang baru saja didiagnosa mengidap HIV
ternyata sudah terinfeksi oleh virus yang resisten. Dengan kata lain,
pasien tertular oleh virus yang sudah dalam keadaan resisten terhadap
obat ARV tertentu. Tentu saja hal ini merupakan masalah, baik di
negara-negara berkembang di mana pilihan obat ARV tidak banyak
maupun di negara-negara maju karena membuat sulit memilih terapi
mana yang paling baik, mengingat bahwa kombinasi obat ARV tertentu
yang biasanya diberikan kepada orang yang baru saja terinfeksi HIV
menjadi tidak bisa diberikan kepada orang yang virusnya sudah
resisten terhadap obat ARV tertentu ini. Padahal. Seperti kita ketahui,
bagaimana seorang pasien mendapatkan pengobatan pada tahap awal

30
infeksi sangat mempengaruhi jalan penyakitnya atau prognosisnya.
(Spiritia, 2007).

F. Keberhasilan Terapi Antiretroviral (ARV)

Keberhasilan terapi dapat dilihat dari tanda-tanda klinis pasien


yang membaik setelah terapi, salah satunya infeksi oppurtunistik tidak
terjadi. Ukuran jumlah sel CD4+ menjadi predictor terkuat terjadinya
komplikasi HIV. Jumlah CD4+ yang menurun diasosiasikan sebagai
perbaikan yang lambat dalam terapi, meski pada kenyataannya pasien
yang memulai terapi pada saat CD4+ rendah, akan menunjukkan
perbaikan yang lambat. Namun jumlah CD4+ di bawah 100 sel/mm3
menunjukkan resiko yang signifikan untuk terjadinya penyakit HIV yang
progresif. Maka, kegagalan imunologik.

4. Kepatuhan

A. Definisi

Kepatuhan adalah derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis dari


dokter yang mengobatinya (Kaplan, 2007). Menurut Sacket dalam Niven
(2000) menjelaskan bahwa kepatuhan adalah sejumlah mana perilaku
pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional
kesehatan. Kepatuhan berarti memakai obat persis sesuai dengan aturan,
yaitu obat yang benar, pada waktu yang benar, dengan cara yang benar
(Spiritia, 2002).

B. Variabel yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan

31
Beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat kepatuhan menurut Suddart
dan Brunner (2002) adalah :

1) Variabel demografi seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status


sosio ekonomi dan pendidikan.

2) Variabel penyakit seperti keparahan penyakit dan hilangnya gejala


akibat terapi.

3) Variabel program terapeutik seperti kompleksitas program dan efek


samping yang tidak menyenangkan

4) Varibel psikososial seperti intelegensia, sikap terhadap tenaga


kesehatan, penerimaan, atau penyangkalan terhadap penyakit,
keyakinan agama atau budaya dan biaya finansial.

C. Jenis Ketidakpatuhan (Non Compliance)

1) Ketidakpatuhan yang disengaja (Intentional non Compliance)

Kepatuhan yang disengaja dapat disebabkan oleh :

a) Keterbatasan biaya pengobatan

b) Sikap apatis pasien

c) Ketidakpercayaan pasien akan efektifitas obat

2) Ketidakpatuhan yang tidak disengaja (Unitional non Compliance)

Ketidakpatuhan yang tidak disengaja dapat disebabkan karena :

a) Pasien lupa minum obat

b) Ketidaktahuan akan petunjuk pengobatan

32
c) Kesalahan dalam hal pembacaan etiket

D. Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat digolongkan


menjadi empat bagian menurut Niven (2002) antara lain :

1) Pemahaman tentang intruksi

Tak seorang pun dapat mematuhi intruksi jika ia salah paham tentang
intruksi yang diberikan kepadanya.

2) Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara professional kesehatan dan pasien merupakan


bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan.

3) Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam


menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta juga dapat
menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima.

4) Keyakinan, sikap dan kepribadia

Becker et al (1979) dalam Niven (2002) telah membuat suatu usulan


bahwa model keyakinan kesehatan berguna untuk memperkirakan adanya
ketidakpatuhan.

E. Faktor yang Berhubungan dengan Ketidakpatuhan

Lima faktor yang perlu diperhatikan untuk menghindari ketidakpatuhan


pasien adalah :

1) Penyakit pasien

2) Individu pasien

3) Sikap dokter

33
4) Obat yang diberikan

5) Lingkungan pengobatan

F. Akibat Ketidakpatuhan

Ketidakpatuhan dapat memberikan akibat pada program terapi yang


sedang dijalankan, diantaranya :

1) Bertambah parahnya penyakit atau penyakit cepat kambuh lagi

2) Terjadinya resistensi

3) Keracunan

G. Cara Untuk Mengetahui Ketidakpatuhan

Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui


ketidakpatuhan, yaitu :

1) Melihat hasil terapi secara berkala

2) Memonitor pasien kembali datang untuk membeli obat pada periode


selanjutnya setelah obat itu habis

3) Melihat jumlah sisa obat

4) Langsung bertanya kepada pasien mengenai kepatuhannya terhadap


pengobatan.

H. Mengukur Tingkat Kepatuhan

Tingkat ketidakpatuhan seseorang dalam menjalankan terapi dapat diukur


dengan beberapa metode :

34
1) Metoda pengukuran langsung (pengukuran konsentrasi obat atau
metabolitnya dalam darah atau urin)

2) Metoda pengukuran tidak langsung meliputi wawancara dengan


pasien, penilaian hasil pemeriksaan klinis

I. Strategi untuk Meningkatkan Kepatuhan

Menurut Smet (1994) dalam Niven (2000:15) berbagai strategi telah


dicoba untuk meningkatkan kepatuhan adalah :

1) Dukungan profesional kesehatan

Dukungan professional kesehatan sangat diperlukan untuk


meningkatkan kepatuhan, contoh yang paling sederhana dalam hal
dukungan tersebut adalah dengan adanya teknik komunikasi.
Komunikasi memegang peranan penting karena komunikasi yang baik
diberikan oleh professional kesehatan baik dokter/perawat dapat
menanamkan ketaatan bagi pasien.

2) Dukungan sosial

Dukungan social yang dimaksud adalah keluarga. Para professional


kesehatan yang dapat meyakinkan keluarga pasien untuk menunjang
peningkatan kesehatan pasien maka ketidakpatuhan dapat dikurangi.

3) Perilaku sehat

Modifikasi perilaku sehat sangat diperlukan. Untuk pasien dengan


hipertensi diantaranya adalah tentang bagaimana cara untuk
menghindari dari komplikasi lebih lanjut apabila sudah menderita
hipertensi. Modifikasi gaya hidup dan control secara teratur atau
minum obat anti hipertensi sangat perlu bagi pasien hipertensi.

4) Pemberian informasi

35
Pemberian informasi yang jelas pada pasien dan keluarga mengenai
penyakit yang dideritanya serta cara pengobatannya.

5. Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas yang menjadi kerangka teoritis dari


penelitian ini adalah :

BENAR CARA
KEPATUHAN TIDAK TERJADI
DUKUNGAN BENAR OBAT PENGONATAN ARV REISTENSI ARV, TIDAK
KELUARGA ADA INFEKSI
OPORTUNISTIK,
BENAR CARA
BERAT BADAN
KETIDAKPATUHAN MENINGKAT, CD4+
BENAR WAKTU PENGONATAN ARV MENINGKAT

BENAR ORANG

36
Keterangan :

: Variabel yang di teliti

: Ada hubungan

Berdasarkan tinjauan kepustakaan dan tujuan penelitian yaitu untuk


mengetahui efektivitas dukungan keluarga terhadap kepatuhan pengobatan
antiretroviral (ARV) pada pasien ODHA kelompok Dukungan Sebaya di
Kartasura pada tahun 2013. Maka variabel-variabel dalam penelitian ini
adalah : mengetahui dukungan keluarga yang merupakan variabel
independen penelitian, dan mempengaruhi variabel dependen yaitu :
kepatuhan pengobatan antiretroviral (ARV).

6. Defenisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional

1. Dukungan a) Sikap, Angket Kuisioner Berhasil (jikaNominal


keluarga tindakan dan semua pertanyaan
penerimaan mengalami
keluarga peningkatan)
Tidak berhasil (jika
terhadap
semua pertanyaan
anggotanya
mengalami
(Dukungan
penurunan)
Emosional,
Dukungan
Penghargaan,

37
Dukungan
Materi,
Dukungan
Informasi,
Hubungan
dukungan
keluarga
dengan harga
diri

2. Kepatuhan Perilaku ODHAObservasi Format -Patuh nilainyaNominal


pengobatan sesuai dengan observasi >95%
-Tidak patuh
ARV ketentuan (benar
nilainya
obat, benar cara,
95%
benar waktu) yang
diberikan oleh
professional
kesehatan.

7. Hipotesis
Adapun hipotesis dari efektivitas dukungan keluarga terhadap kepatuhan
pengobatan antiretroviral (ARV) pada pasien ODHA Kelompok Dukungan
Sebaya di Kartasura pada tahun 2013 adalah sebagai berikut :
Ha = Ada efektivitas dukungan keluarga terhadap kepatuhan pengobatan
antiretroviral (ARV) pada pasien Kelompok Dukungan Sebaya di Kartasura
pada tahun 2013.

38
BAB III METODE PENELITIAN

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional study,yang

bertujuan untuk meneliti hubungan antara variabel terikat (dependen) dengan

variabel bebas (independen) dalam waktu yang bersamaan atau point time

approach. Pendekatan Cross-Sectional Study, artinya tiap subjek penelitian

hanya diobservasi sekali saja terhadap beberapa variabel dalam waktu yang

bersamaan. (Notoadmodjo, 2010)

2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelompok Dukungan Sebaya di Kartasura.
3. Populasi dan Sampel
A. Populasi

39
Populasi penelitian ini adalah seluruh anggota dan keluarga se-Solo

Raya yang berjumlah 50 orang yang aktif 40 anggota komunitas sebaya solo

plus.
B. Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan metode total sampling , dengan jumlah sampel yang aktif

dalam kelompok ODHA di Kelompok Dukungan Sebaya di Kartasura

berjumlah 40 orang dalam kurun waktu 1 bulan.

C. Kriteria Sampel

1) Bersedia menjadi responden


2) Dapat berkomunikasi dengan baik
3) Keluarga penderita dengan HIV/AIDS
4) Penderita yang telah terdiagnosis HIV/AIDS
5) ODHA yang sedang menjalankan terapi ARV
6) ODHA yang tidak sedang sakit atau dirawat

4. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, data dikumpulkan dengan menggunakan cara sebagai


berikut ;

A. Data primer

Peneliti terlebih dahulu mengajukan izin pengambilan data penelitian ke

Kelompok Dukungan Sebaya di Kartasura. Setelah mendapat persetujuan,

selanjutnya peneliti melakukan penelitian dengan terlebih dahulu

memberikan informed consent kepada calon responden dan menjelaskan

40
tujuan penelitian yang akan dilakukan. Bila responden setuju maka

dipersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan.

Peneliti mulai membagikan kuesioner kepada responden dan memberikan

penjelasan tentang cara pengisian kuesioner. Peneliti mendampingi

responden selama pengisian kuesioner. Kuesioner yang telah diisi,

kemudian dikumpulkan kepada peneliti.

B. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti diperoleh dari
Kelompok Dukungan Sebaya di Kartasura untuk melengkapi data
penelitian. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari jumlah pasien
HIV/AIDS dan sudah atau sedang mendapatkan ARV dan yang aktif dalam
pertemuan Kelompok Dukungan Sebaya di Kartasura.

5. Alat Pengumpulan Data

Instrument yang digunakan adalah wawancara dengan menggunakan


kuesioner yang berisi identitas responden, kepatuhan responden terhadap
ARV yang terdiri dari 11 daftar pertanyaan dan 11 pertanyaan mengenai
dukungan keluarga.

6. Analisa Data Dan Penarikan Kesimpulan

Analisa data dengan menggunakan uji regresi linier dengan SPSS versi 21,
melalui uji regresi linier ini maka dapat dipakai sebagai alat inferensi
statistik untuk menentukan pengaruh sebuah varibael bebas (independen)
terhadap variabel terikat (dependen).

7. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN


A. Jalannya Penelitian
Tahapan penelitian diawali dengan membuat proposal penelitian, mencari
literatur, melakukan studi pendahuluan, membuat kuesiner, melakukan uji

41
validitas & realibilitas dan melakukan penelitian kepada responden
Kuisioner yang telah valid digunakan untuk pelaksanaan penelitian di
komunitas sebaya Solo Plus Kartasura sudah mendapatkan 40 sampel.
Jadwal penelitian yang telah dilaksanakan dapat dilihat pada tabel. 2:
Tabel 3. Jadwal kegiatan penelitian

No Jenis Kegiatan Bulan


Maret April Mei Juni-Juli Sept okt Nov Des

1 Persiapan

Penelusuran dan v
perjalanan

Studi v
Pendahuluan

Penyusunan v
Proposal

Pengiriman V
Proposal

Pembuatan v
kuesioner

Uji Validitas

Pengolahan Uji v
Validitas &
Realibilitas

2 Pelaksananan

Training v
Enumerator

42
Penyebaran v
Kuesiner

Pengolahan data v

Analisa Data v

Penarikan V
Kesimpulan

3 Finishing

Penyusunan v
laporan

Seminar Hasil v

Publikasi V

B. Biaya Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan terencana secara baik dimulai dari


persiapan,pelaksanaan dan pelaporan akhir. Sebagai rincian biaya
pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel 1 sedangkan justifikasi
anggaran biaya penelitian dapat dilihat pada lampiran 2.

Tabel 2. Ringkasan Anggaran Penelitian

No. Jenis Pengeluaran Biaya yang diusulkan


1 Pengurusan Ijin Rp.1.060.000
2 Bahan Habis Pakai Rp. 290.000
3 Transportasi Pengumpulan Data 380.000
4 Analisis Data 462.000
5 Seminar Hasil Penelitian 300.000
6 Penyusunan dan Penggandaan Laporan 440.000
Total 2.462.000

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

43
A. HASIL PENELITIAN
1. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
Komunitas Sebaya Solo Plus adalah suatu komunitas dibawah yayasan
swadaya PT Mitra Alam Surakarta. Komunitas ini bergerak dalam bidang
sosial salah satunya adalah memfasilitasi komunitas ODHA. Komunitas
ini terletak di daerah desa Kranggan Kartasura, Sukoharjo.

2. KARAKTERISTIK RESPONDEN
a. USIA RESPONDEN
Usia responden dapat dilihat pada diagram berikut :

Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2013


Gambar. 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
Responden ODHA di Komunitas Sebaya Solo Plus
Berdasarkan Gambar 1 diatas menunjukkan 26 responden (65%)
berusia dewasa pertengahan dan hanya sebagian kecil responden
berusia > 50 tahun adalah 1 responden (2,5%).
b. JENIS KELAMIN
Jenis kelamin responden dapat dilihat pada diagram berikut :

44
Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2013
Gambar. 2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Responden ODHA di Komunitas Sebaya Solo Plus.
Berdasarkan Diagram 5.2 diatas menunjukkan sebagian besar responden
dengan jenis kelamin perembuan adalah 21 responden (52,50%) dan
sebagian kecil responden jenis kelamin laki-laki adalah 19 responden
(47,50%).
c. PENDIDIKAN
Pendidikan responden dapat dilihat pada diagram berikut :

Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2013


Gambar. 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Responden ODHA di Komunitas Sebaya Solo Plus

45
Berdasarkan Diagram 5.3 diatas menunjukkan sebagian besar responden
dengan pendidikan SLTA adalah 20 responden (50%) dan sebagian kecil
responden berpendidkan SD adalah 4 responden (10%).

d. PEKERJAAN
Pekerjaan responden dapat dilihat pada diagram berikut :

Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2013


Gambar. 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Responden ODHA di Komunitas Sebaya Solo Plus

Berdasarkan Diagram 5.4 diatas menunjukkan sebagian besar responden


yang bekerja adalah 50 responden (65%) dan sebagian kecil responden
tidak bekerja adalah 27 responden (35%).

e. SISA OBAT
Responden yang memiliki sisa obat dapat dilihat pada diagram berikut :

46
Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2013

Gambar. 5 Distribusi Frekuensi berdasarkan Sisa Obat yang dimiliki


Responden ODHA di Komunitas Sebaya Solo Plus.
Berdasarkan Diagram 5.5 diatas menunjukkan sebagian besar responden
yang tdak memiliki sisa obat/habis adalah 32 responden (80%) dan
sebagian kecil responden yang memiliki sisa obat adalah 8 responden
(20%).

HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober November 2013 dengan jumlah
sampel sebanyak 40 responden yang sudah sesuai dengan kriteria inklusi dan
ekslusi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas dukungan keluarga
terhadap kepatuhan pengobatan ARV pada penderita HIV-AIDS di Komunitas
Sebaya Kartasura.

Efektivitas Dukungan keluarga pada penderita HIV-AIDS Di Komunitas


Sebaya Kartasura.
Efektivitas pada penderita HIV-AIDS dapat dilihat pada diagram berikut :

47
Gambar. 6 Distribusi Frekuensi Responden efektivitas dukungan
keluarga pada Pasien HIV-AIDS di Komunitas Sebaya Katasura

Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2013

Berdasarkan Diagram 5.6 diatas menunjukkan sebagian besar


responden yang efektif terhadap dukungan keluarga adalah 34
responden (85%) dan sebagian kecil responden yang tidak efektif
terhadap volunnter adalah 6 responden (15%).
Kepatuhan Total
Patuh Tidak
patuh
Dukung 30 4 34

Dukungan Tidak 2 4 6

Total 32 8 40

Kepatuhan Penderita HIV-AIDS Komunitas Sebaya Kartasura.


Efektivitas pada penderita HIV-AIDS dapat dilihat pada diagram
berikut :
Diagram 5.7 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
Kepatuhan pada Pasien HIV-AIDS di RSUD Dr. Moewardi

48
Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2013

Berdasarkan Diagram 5.6 diatas menunjukkan sebagian besar


responden yang patuh pada pengobatan adalah 32 responden (80%)
dan sebagian kecil responden yang tidak patuh pada pengobatan
adalah 8 responden (20%).

1. Efektivitas Dukungan keluarga Terhadap Kepatuhan


Pengobatan ARV pada Penderita HIV-AIDS Komunitas
Sebaya Kartasura.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independent (variabel bebas) dengan variabel dependent (variabel
terikat) yaitu Efektivitas Dukungan keluarga terhadap Kepatuhan
Pengobatan ARV pada Penderita HIV-AIDS Komunitas Sebaya
Kartasura. Uji yang digunakan yaitu dengan uji Chi Square (x2),
dari uji tersebut didapatkan hasil sebagai berikut :

49
Tabel 5.1 Efektivitas Dukungan keluarga terhadap Kepatuhan Pengobatan ARV
pada Penderita HIV-AIDS Komunitas Sebaya Kartasura
Efektifita Kepatuhan 95% CI
s
Asymp.
Dukunga Tidak Total P
Patuh Sig Lower Upper
n patuh
keluarga
Dukunga
30 4 34
n
Tidak
Dukunga 2 4 6 0,00 82,45
9,608 23,500 6,698
n 0 4

Total 32 8 40
Sumber: Data Primer, diolah tahun 2013

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


(2-sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 9,608a 1 ,002


Continuity Correctionb 6,483 1 ,011
Likelihood Ratio 7,764 1 ,005
Fisher's Exact Test ,010 ,010
N of Valid Cases 40

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,20.
b. Computed only for a 2x2 table
chi square didapatkan 9.608 > 3,841 dan nilai
(0,000) < p tabel sebesar 5% (0,05)
Berdasarkan tabel 5.1 tersebut dapat diketahui responden yang
menyatakan dukungan keluarga efektif sebanyak 53 responden
didistribusikan dengan 47 responden patuh dan 6 responden tidak patuh.
Sedangkan 24 responden menyatakan dukungan keluarga tidak efektif
didistribusikan dengan 6 responden patuh dan 18 responden tidak patuh.

Uji hipotesis menggunakan chi square didapatkan hasil

sebesar 31,224 dan nilai sebesar 0,000. Hasil

50
(31,224) lebih besar dari pada df (derajat kebebasan) 1

sebesar 3,841 dan nilai (0,000) lebih kecil dari p tabel sebesar

5% (0,05). Dengan demikian, ditolak dan diterima yang berarti ada

hubungan bermakna antara efektifitas dukungan keluarga dengan


kepatuhan dalam mengkonsumsi obat.
Berdasarkan tabel 5.1 juga diketahui nilai odds ratio (OR) sebesar
23,500. Dari hasil uji statistik, maka dapat disimpulkan bahwa dukungan
keluarga yang efektif berpeluang untuk menjadikan pasien patuh
mengkonsumsi obat sebesar 23,500 kali lebih besar dibandingkan dengan
dukungan keluarga yang tidak efektif.

PEMBAHASAN
Efektivitas Dukungan keluarga pada penderita HIV-AIDS Komunitas
Sebaya Kartasura.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
menyatakan dukungan keluarga efektif, hal ini disebabkan karena
konseling yang diberikan oleh dukungan keluarga perlu untuk
membantu pasien mencari jalan keluar dari kesulitan yang mungkin
timbul dari pemberian terapi dan mempengaruhi kepatuhan. Dukungan
keluarga dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan, sejalan dengan
pendapat (Patih, 2009) bahwa dukungan keluarga adalah bentuk
kerelawanan seseorang, pada suatu kegiatan yang berorientasi pada
berdaya-nya seseorang dalam hidupnya, atau untuk menolong seseorang
agar dapat menolong dirinya sendiri. Nasronudin dan Maramis (2007)
bahwa adanya dukungan keluarga diharapkan kebutuhan informasi
yang akurat dan tepat dapat dicapai, sehingga proses pikir, perasaan dan
perilaku dapat diarahkan pada perilaku yang lebih sehat. Hal ini sejalan
dengan Rantucci (2007) bahwa konseling yang dilakukan oleh

51
dukungan keluarga bertujuan untuk mendidik pasien sehingga
pengetahuan pasien terhadap obat akan meningkat dan hal ini
mendorong pada perubahan perilaku. Ketidakefektifan dukungan
keluarga untuk memberikan konseling dikarenakan adanya beberapa
perilaku non verbal dan verbal yang tidak efektif yang dilakukan oleh
konselor (Sofyan S. Willis. 2004). Dukungan keluarga yang tidak
kompeten/mampu untuk memberikan informasi dan edukasi akan
mempengaruhi sikap dan perubahan perilaku pasien untuk
mengkonsusmsi obat ARV (Nasronudin dan Maramis, 2007).
Kepatuhan Penderita HIV-AIDS Komunitas Sebaya Kartasura.
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden patuh
terhadap terapi antiretroviral. Perbedaan tingkat kepatuhan disebabkan
beberapa faktor, yaitu : pendidikan, akomodasi, modifikasi lingkungan
dan sosial, perubahan model terapi dan peningkatan interaksi
profesioanal antara pasien dengan profesional dapat berbentuk
konseling dengan dukungan keluarga (Niven, 2002). Sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Yuyun Yuniar ( 2012 ) yang menyatakan
bahwa Meningkatkan keterlibatan keluarga, KDS, LSM dan tenaga
kesehatan untuk memotivasi pasien dengan HIV-AIDS agar hidup lebih
berkualitas dan minum ARV secara teratur.
Kepatuhan adalah perilaku pasien dalam minum obat secara benar
tentang dosis, frekuensi dan waktunya (Kozier et.al, 2010). Pendapat
Nursalam & Kurniawati (2007) bahwa kepatuhan sangat penting karena
bila tidak mencapai konsentrasi optimal dalam darah maka akan
memungkinkan berkembangnya resistensi, meminum dosis obat tepat
waktu dan meminumnya secara benar penting untuk mencegah
resistensi. Tidak semua penderita HIV-AIDS patuh untuk meminum
obat, hal ini dikerenakan lupa atau telat minum obat, penderita tidak
meminum sesuai dosis walaupun responden selalu minum tepat waktu,
namun dosis dan cara yang benar merupakan faktor penting
keberhasilan terapi antiretroviral. Keberhasilan terapi antiretroviral

52
dibutuhkan kepatuhan yang tinggi sehingga terapi yang dilakukan
berhasil sesuai dengan harapan dan membuat hidup penderita lebih
lama. Hal ini dapat dilihat dari kondisi kesehatan penderita yang
semakin membaik dan jumlah CD4 yang meningkat.
Kepatuhan dapat mempengaruhi kesembuhan pasien. Hal ini didukung
oleh penelitian Aji, H (2010) bahwa faktor-faktor yang paling kuat
mempengaruhi kepatuhan adalah pengetahuan pasien mengenai terapi
antiretroviral, efek samping obat dan ketersediaan obat. Seorang
penderita HIV-AIDS beresiko meninggal dunia dan terkena penyakit
oportunistis apabila tidak meminum antiretroviral secara rutin.

Efektivitas Dukungan keluarga Terhadap Kepatuhan Pengobatan ARV pada


Penderita HIV-AIDS Komunitas Sebaya Kartasura.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada hubungan efektivitas
dukungan keluarga terhadap kepatuhan pengobatan ARV pada penderita
HIV-AIDS Komunitas Sebaya Kartasura. Penelitian ini juga
menunjukkan dukungan keluarga yang efektif berpeluang untuk
menjadikan pasien patuh mengkonsumsi obat sebesar 23,500 kali lebih
besar dibandingkan dengan dukungan keluarga yang tidak efektif.
Dukungan keluarga adalah bentuk kerelawanan seseorang, pada suatu
kegiatan yang berorientasi pada berdaya-nya seseorang dalam
hidupnya, atau untuk menolong seseorang agar dapat menolong dirinya
sendiri (Patih, 2009). Dukungan keluarga dapat mempengaruhi tingkat
kepatuhan pasien untuk sembuh dengan memberikan informasi tentang
antiretroviral sehingga dapat mengubah perilaku pasien menjadi lebih
baik untuk mendapatkan kesehatan tubuh yang optimal.
Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan korelasi chi-square
menunjukkan adanya hubungan efektivitas dukungan keluarga terhadap
kepatuhan pengobatan ARV pada penderita HIV-AIDS Komunitas
Sebaya Kartasura. Dimana semakin efektif dukungan keluarga maka
penderita akan semakin patuh untuk meminum antiretroviral.

53
KETERBATASAN
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut :
a. Peneliti mempunyai kesulitan dalam menyebarkan kuisioner yaitu
ada beberapa responden yang tidak kooperatif dan tidak mau mengisi
kuisioner yang telah diberikan. Untuk menyikapi hal tersebut,
peneliti dibantu perawat setempat supaya percaya. Namun peneliti
tidak memaksakan kehendak.
b. Tidak semua responden dapat memahami apa itu antiretroviral dan
CD4 sehingga responden harus didampingi ketika mengisi kuisioner.
c. Penderita HIV-AIDS ada yang tidak percaya diri dan malu untuk
diajak komunikasi dan ada rasa takut saat diminta mengisi kuisioner.

BAB. 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA


Penelitian yang kami lakukan saat ini hampir selesai . Penelitian ini sudah
sampai tahap laporan akhir, namun kami mempunyai rencana untuk
melakukan seminar hasil dan publikasi dan target yang akan kami capai di
akhir bulan desember semua tahapan dapat kami selesaikan.

BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN


7.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya,
maka peneliti menyimpulkan bahwa :
a. Sebagian besar penderita HIV-AIDS Komunitas Sebaya Kartasura
menyatakan dukungan keluarga efektif
b. Sebagian besar penderita HIV-AIDS Komunitas Sebaya Kartasura patuh
terhadap terapi antiretroviral
c. Sebagian besar penderita HIV-AIDS Komunitas Sebaya Kartasura tidak
mempunyai sisa obat/habis

54
d. Pada analisa data korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan
efektivitas dukungan keluarga terhadap kepatuhan pengobatan ARV pada
penderita HIV-AIDS Komunitas Sebaya Kartasura.
7.2 SARAN
a. Bagi Rumah Sakit
Bagi rumah sakit diharapkan dengan mengetahui keefektivan dukungan
keluarga terhadap kepatuhan pengobatan ARV pada penderita HIV-AIDS,
dapat meningkatkan kualitas dukungan keluarga untuk memberikan
konseling kepada penderita HIV-AIDS.
b. Bagi Penderita HIV-AIDS
Sebaiknya penderita HIV-AIDS patuh dalam menjalani terapi
antiretroviral dan melakukan konseling dengan dukungan keluarga
sehingga dapat memperpanjang usia dan mengurangi terjadinya
reaksioportunistik serta resistensi.
c. Bagi Peneliti Lain
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukanpenelitian dengan desain
dan variabel lebih banyak lagi sehingga mampu mengetahui faktor-fakto r
lain yang mempengaruhi kepatuhan terapi antiretroviral.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba
Medika.
Anonim. 2008. www.spiritia.co.id/efeksamping
Crandal, R. (1973). The measurement of self-esteem and related construk, Pp. 80-
82 in J.P. Robinson & P.R. Shaver (Eds), Measures of social psychological
attitudes. Revised edition. Ann Arbor: ISR
Depkes. 2003. Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan dan Pengobatan
ODHA. Jakarta : Dirjen P2M Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. (2007). Buku Pedoman Nasional Pengendalian
Penyakit Penyakit Kusta.
Djoerban. 2012. Meningkatkan Tes HIV dan Terapi ART di Indonesia. File
Presentasi Disampaikan pada Acara Pokdisus Award 2012. Jakarta : UPT HIV
RSCM.
Djuanda A. 2008. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi kelima, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

55
Ditjen PPM dan PL Depkes RI. 2012. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia di
Laporkan Januari s/d Desember 2012. Available from .
www.spiritia.ro.id/start/statcurr.pdf.
Emmy S dkk. 2003. Kusta. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Friedman. 2002. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Praktek,
Edisi kelima, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Gottlieb, B.H. 1983. Sosial Support Strategies (Guidelines for Mental Health
Practice), Sage Publications Inc., California.
Hawari, Dadang. 2009. Global effect HIV-AIDS Dimensi Psikoreligi. Jakarta:
FKUI
Mansjoer A dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid Dua,
Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Nasronudin dan Maramis. 2007. Konseling, Dukungan, Perawatan, dan
Pengobatan ODHA. Surabaya : Airlangga University Press.
Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Perry, Potter. 1999. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi keempat, Buku
Kedokteran EGC.
Risha. 2011. Jurnal Penelitian : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Kepatuhan Pengobatan ARV pada ODHA di Rumah Sakit Umum Daerah Tugu
Rejo dan Rumah Sakit Umum Panti Wilasa Citarum Semarang.
Salbiah. 2003. Konsep diri
http://duniapsikologi.dagdigdug.com/files/2008/12/konsep-diri.pdf. Diakses
tanggal o4 Januari 2012.
Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Surabaya: Graha Ilmu.
Sriati, A. 2008. Harga Diri Remaja. Http://resources.unpad.ac.id/unpad-
content/uploads/publikasi_dosen/HARGA%20DIRI.pdf. Di akses tanggal 04
Januari 2012.
Stuart & Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psychiatric Nursing 5th
Edition, Year Book Mosby Inc., St. Louis-Missouri.
Sudoyo. 2009. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : InternaPublishing.
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran. EGC.

56
Wadyawati. 2005. Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Perubahan Respon
Sosial-Emosional. Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Surabaya.
Yanuasti. 2001.DukunganKeluargaNaskahPublikasi: 25 mei 2008. rac.Uii.ac.id
(server) document/public/20080525 ALL.rff.Semarang. Fakultas psikologis
Universitas Katolik Soegi Japranata. Tanggal 15 Desember 2011. Jam 13.45

57
LAMPIRAN 1

Organisasi Tim Peneliti/ Pelaksana dan Pembagian Tugas

Instansi Bidang Alokasi Uraian tugas


No Nama/NIDN Waktu
Asal Ilmu
(Jam/Mingg)
1 Ika STIKES Keperawata 7 jam/minggu a. Survei untuk analisis
Silvitasari, S. Aisyiyah n situasi/studi pendahuluan
Kep.,Ns. Surakarta b. Bersama anggota menyusun
proposal penelitian
c. Persiapan penelitian
d. Bertanggungjawab atas
pelaksanaan penelitian
e. Pelaksanaan penelitian
f. Seminar hasil
2 Hermawati, STIKES Keperawata 7 jam/minggu a. Survei untuk analisis situasi/
S.Kep. Aisyiyah n studi pendahuluan
Surakarta b. Mengurus surat perizinan
c. Bersama ketuan menyusun
proposal penelitian
d. Persiapan penelitian
e. Pelaksanaan penelitian
f. Jika ketua berhalangan,
menggantikan tanggungjawab
atas pelaksanaan penelitian

58
LAMPIRAN 2

59
LAMPIRAN 3

60
LAMPIRAN 4

61
LAMPIRAN 5

62
KUISIONER

PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Dengan hormat,

Saya Ika Silvitasari, selaku ketua peneliti dan Dosen Pendidik dari STIKES
Aisyiayah Surakarta Program Studi Ilmu Keperawatan, bermaksud akan
mengadakan penelitian untuk memperoleh informasi tentang :

EFEKTIVITAS DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN


PENGOBATAN ARV PADA PENDERITA HIV AIDS
KOMUNITAS SEBAYA KARTASURA

Sehubungan dengan hal tersebut di atas saya mohon kesedian saudara untuk
memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan sesuai petunjuk.
Keikutsertaan saudara dalam memberikan jawaban dan mengisi kuisioner ini
bersifat sukarela.
Saya dan tim peneliti akan menjamin kerahasian jawaban yang sudah saudara
berikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Data dalam kuisioner
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini saja dan akan kami musnahkan
setelah selesai penelitian. Atas kesedian dan bantuan saudara saya ucapkan
terimakasih.

Surakarta, September 2013


Hormat saya,
Ketua Peneliti

Ika Silvitasari

63
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH SURAKARTA
Jl. Kapulogo 03 Pajang Laweyan, Surakarta
Telp. (0271) 711270

Kode :
*)diisi oleh peneliti

PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertandatangan dibawah ini,

Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang


berjudul EFEKTIVITAS DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP
KEPATUHAN PENGOBATAN ARV PADA PENDERITA HIV AIDS
KOMUNITAS SEBAYA KARTASURA , saya telah diberitahu peneliti bahwa
jawaban angket ini bersifat sukarela, rahasia dan hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian. Setelah selesai maka data akan dimusnahkan oleh peneliti.

Demikian pernyataan ini untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Surakarta, September 2013


Hormat saya,
Responden

(..................................)

64
EFEKTIVITAS DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN
PENGOBATAN ARV PADA PENDERITA HIV AIDS
KOMUNITAS SEBAYA KARTASURA

Kode :
A. Identitas Responden *)diisi oleh peneliti

Nama Responden :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat :
Pendidikan :
Tidak tamat SD SLTA
SD Akademi/ Sarjana
SLTP
Pekerjaan :
Tidak bekerja
Bekerja (..............................)

Status tinggal :
Sendiri Saudara
Keluarga Teman
.............

Sisa obat : Jumlah Obat Jumlah Obat Sisa =.....................

65
KUISIONER

Petunjuk Umum Pengisian Kuisioner :

1. Isilah identitas secara lengkap dan benar


2. Berilah tanda check () pada kolom jawaban yang anda anggap benar
3. Anda diminta menjawab sejujurnya sesuai dengan hati nurani
4. Dalam memilih jawaban, anda hanya cukup memilih satu jawaban dalam
setiap pertanyaan.

A. Kuesioner Dukungan keluarga

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Saat konsultasi saya merasa nyaman dan kerahasiaan
saya dijaga oleh dokter/perawat/relawan
2 Saya mendapatkan konsultasi tentang penyakit
(pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perjalanan
penyakit, tingkatan penyakit, komplikasi, dan
penatalaksanaan) dari dokter/perawat/relawan
3 Saya mendapatkan informasi kapan waktu yang tepat
untuk mendapatkan obat ARV dari
dokter/perawat/relawan saat konsultasi
4 Setiap saya konsultasi obat saya selalu dipantau
jumlahnya oleh dokter/perawat/ relawan
5 Saya mendapatkan informasi dari dokter/perawat/
relawan tentang efek samping obat yang saya minum
6 Saya mendapatkan informasi tentang cara penggunaan
obat dari dokter/perawat/ relawan
7 Saya mendapatkan dukungan moril dari
dokter/perawat/relawan untuk teratur minum obat
8 Saya mendapatkan informasi dari
dokter/perawat/relawan saat konsultasi tentang akibat
jika saya tidak minum obat secara teratur
9 Saya diberikan penjelasan oleh dokter/perawat/relawan
tentang manfaat minum obat secara teratur

66
10 Saya mendapatkan saran dari dokter/perawat/relawan
untuk menggunakan jam dan menyalakan alarm
11 Saya mendapatkan saran dari dokter/perawat/relawan
untuk memantau CD4 setiap 6 bulan sekali
Total

B. Kuesioner Kepatuhan Pengobatan Antiretroviral

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Saya merasa senang dapat melakukan pengobatan
antiretroviral
2 Saya selalu minum ARV sesuai dengan dosis yang
dianjurkan oleh dokter/perawat/relawan
3 Saya selalu minum ARV sesuai dengan frekuensi
yang dianjurkan oleh dokter/perawat/relawan
4 Saya selalu minum obat ARV pada waktu/jam
yang sama setiap hari/perawat/relawan
5 Meskipun banyak efek samping yang ditimbulkan,
namun saya tetap minum ARV sesuai dosis.
6 Saya paham resiko jika tidak patuh minum ARV
7 Saya selalu membawa obat kemanapun saya pergi
8 Walaupun banyak obat ARV yang harus saya
minum, saya tidak bosan dan tetap minum obat
sesuai dosis
9 Karena sudah terbiasa minum ARV, maka saya
sudah hafal frekuensi minum obat setiap hari
10 Saya biasanya memakai jam atau HP yang berisi
alarm yang bisa diatur agar berbunyi setiap
waktunya minum obat
11 Saya memeriksakan/test laboratorium CD4 secara
teratur setiap 6 bulan
Total

67
LAMPIRAN 6

Uji Validitas
Notes
Output Created 23-SEPT-2013 19:23:43
Comments
Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Input
Split File <none>
N of Rows in Working
30
Data File
User-defined missing
Definition of Missing values are treated as
Missing Value Handling missing.
Statistics are based on all
Cases Used
cases with valid data.
FREQUENCIES
VARIABLES=KEPATUHA
N EFEKTIF

Syntax
/STATISTICS=MINIMUM
MAXIMUM MEAN
MEDIAN MODE
/ORDER=ANALYSIS.
Processor Time 00:00:00.05
Resources
Elapsed Time 00:00:00.05

[DataSet0]

Statistics
KEPATUHA EFEKTIF
N
Valid 30 30
N
Missing 0 0

68
Mean 10.47 10.53
Median 11.00 11.00
Mode 11 11
Minimum 7 7
Maximum 11 11

Frequency Table

KEPATUHAN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
7 2 6.7 6.7 6.7
8 1 3.3 3.3 10.0
9 1 3.3 3.3 13.3
Valid
10 3 10.0 10.0 23.3
11 23 76.7 76.7 100.0
Total 30 100.0 100.0

EFEKTIF
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
7 2 6.7 6.7 6.7
8 1 3.3 3.3 10.0
9 1 3.3 3.3 13.3
Valid
10 1 3.3 3.3 16.7
11 25 83.3 83.3 100.0
Total 30 100.0 100.0

69
HASIL UJI VALIDITAS
INSTRUMEN VARIABEL DUKUNGAN KELUARGA

70
Correlations
skortotal
item1 Pearson Correlation .604**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
item2 Pearson Correlation .420*
Sig. (2-tailed) .021
N 30
item3 Pearson Correlation .511**
Sig. (2-tailed) .004
N 30
item4 Pearson Correlation .612**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
item5 Pearson Correlation .420*
Sig. (2-tailed) .021
N 30
item6 Pearson Correlation .598**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
item7 Pearson Correlation .511**
Sig. (2-tailed) .004
N 30
item8 Pearson Correlation .604**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
item9 Pearson Correlation .417*
Sig. (2-tailed) .022
N 30
item10 Pearson Correlation .420*
Sig. (2-tailed) .021
N 30

71
HASIL UJI RELIABILITAS
INSTRUMEN VARIABEL DUKUNGAN KELUARGA

Scale: ALL VARIABLES

72
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.722 11

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
item1 .93 .254 30
item2 .97 .183 30
item3 .93 .254 30
item4 .87 .346 30
item5 .97 .183 30
item6 .90 .305 30
item7 .93 .254 30
item8 .93 .254 30
item9 .93 .254 30
item10 .97 .183 30
item11 .90 .305 30

73
Item-Total Statistics
Corrected Item- Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted
item1 9.30 1.734 .475 .686
item2 9.27 1.926 .308 .711
item3 9.30 1.803 .364 .702
item4 9.37 1.620 .428 .694
item5 9.27 1.926 .308 .711
item6 9.33 1.678 .436 .691
item7 9.30 1.803 .364 .702
item8 9.30 1.734 .475 .686
item9 9.30 1.872 .258 .718
item10 9.27 1.926 .308 .711
item11 9.33 1.747 .342 .708

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
10.23 2.116 1.455 11

74
HASIL UJI VALIDITAS
INSTRUMEN VARIABEL KEPATUHAN

75
Correlations
skortotal
item1 Pearson Correlation .575**
Sig. (2-tailed) .001
N 30
item2 Pearson Correlation .541**
Sig. (2-tailed) .002
N 30
item3 Pearson Correlation .377*
Sig. (2-tailed) .040
N 30
item4 Pearson Correlation .677**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
item5 Pearson Correlation .541**
Sig. (2-tailed) .002
N 30
item6 Pearson Correlation .461*
Sig. (2-tailed) .010
N 30
item7 Pearson Correlation .444*
Sig. (2-tailed) .014
N 30
item8 Pearson Correlation .541**
Sig. (2-tailed) .002
N 30
item9 Pearson Correlation .382*
Sig. (2-tailed) .037
N 30
item10 Pearson Correlation .443*
Sig. (2-tailed) .014
N 30

76
HASIL UJI RELIABILITAS
INSTRUMEN VARIABEL KEPATUHAN

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.

77
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.721 11

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
item1 .90 .305 30
item2 .93 .254 30
item3 .90 .305 30
item4 .87 .346 30
item5 .93 .254 30
item6 .93 .254 30
item7 .87 .346 30
item8 .93 .254 30
item9 .93 .254 30
item10 .90 .305 30
item11 .80 .407 30

78
Item-Total Statistics
Corrected Item- Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted
item1 9.00 2.414 .436 .691
item2 8.97 2.516 .423 .695
item3 9.00 2.621 .209 .724
item4 9.03 2.240 .542 .672
item5 8.97 2.516 .423 .695
item6 8.97 2.585 .333 .706
item7 9.03 2.516 .260 .720
item8 8.97 2.516 .423 .695
item9 8.97 2.654 .245 .717
item10 9.00 2.552 .283 .714
item11 9.10 2.162 .496 .679

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
9.90 2.921 1.709 11

79
LAMPIRAN 8

ANALISIS DATA (CHI SQUARE)

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
DUKUNGAN 77 100.0% 0 .0% 77 100.0%
KELUARGA *
KEPATUHAN

DUKUNGAN KELUARGA * KEPATUHAN Crosstabulation


KEPATUHAN
TIDAK
PATUH PATUH Total
DUKUNGA EFEKTIF Count 47 6 53
N Expected 36.5 16.5 53.0
KELUARG Count
A
% of Total 61.0% 7.8% 68.8%
TIDAK Count 6 18 24
EFEKTIF Expected 16.5 7.5 24.0
Count
% of Total 7.8% 23.4% 31.2%
Total Count 53 24 77
Expected 53.0 24.0 77.0
Count
% of Total 68.8% 31.2% 100.0%

80
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 31.224a 1 .000
Continuity 28.326 1 .000
Correctionb
Likelihood Ratio 31.120 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear 30.818 1 .000
Association
N of Valid Cases 77
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
7,48.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for 23.500 6.698 82.454
DUKUNGAN
KELUARGA (EFEKTIF /
TIDAK EFEKTIF)
For cohort KEPATUHAN 3.547 1.762 7.140
= PATUH
For cohort KEPATUHAN .151 .069 .332
= TIDAK PATUH
N of Valid Cases 77

81

Anda mungkin juga menyukai