979 2
Ind
b
BUKU SAKU
PENGOBATAN HIV
UNTUK ODHA DAN KOMUNITAS
616.979 2
Ind
b
BUKU SAKU
PENGOBATAN HIV
UNTUK ODHA DAN KOMUNITAS
KATA PENGANTAR
Tahun 2103 Kementerian Kesehatan meluncurkan inisiatif penggunaan
ARV untuk Pengobatan dan Pencegahan atau dikenal dengan SUFA
(Strategic Use of ART), yang bertujuan meningkatkan cakupan tes HIV,
meningkatkan cakupan ART serta meningkatkan retensi terhadap ART.
ART merupakan salah satu upaya dalam mengurangi laju penularan di
masyarakat. Dampak tersebut akan terwujud jika dapat menjangkau 80%
ODHA yang memerlukan ART. Idealnya semua ODHA yang memenuhi
syarat terapi ARV (ART) menjalankan pengobatan.
Pada saat sekarang kesenjangan pemberian ART ini masih tinggi dengan
berbagai alasan dan salah satunya karena masih kurangnya informasi
yang benar tentang terapi ARV. Berdasarkan estimasi tahun 2012,
sebanyak 178.631 ODHA memerlukan ART, namun hanya 139.623 yang
masuk perawatan HIV dan diantaranya hanya 95.949 yang memenuhi
syarat mendapatkan ART. Dari mereka yang memenuhi syarat ternyata
hanya 71.760 yang pernah menerima ART dan hanya 37.166 orang yang
masih bertahan mendapatkan ART.
Oleh karena itu buku ini disusun bersama Kementerian Kesehatan
bersama-sama KPAN dan komunitas dengan tujuan menjelaskan semua
aspek penting terkait terapi antriretroviral (ART). Cocok dibaca bagi yang
baru terdiagnosa HIV (+), bagi yang ingin memulai pengobatan serta
mereka yang sudah menjalankan ART.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan
buku saku ini, semoga buku ini bermanfaat dalam meningkatkan
kesehatan masyarakat Indonesia.
Jakarta, Oktober 2014
Direktur PPML,
DAFTAR KONTRIBUTOR
Caroline Thomas
Bayu Prajanto
Maulana Aries Setyawan
Rika Loretta
Harry Prabowo
Putri Sindi
Suhendro Sugiharto
Aldo
Glenn Nunuhitu
Slamet Riyadi
KEMENTERIAN KESEHATAN
Dr. Siti Nadia Tramizi, M. Epid
Dr. Endang Budi Hastuti
Dr. Indri Sukmaputri
KPAN
Setyo Warsono
WHO
Dr. Janto Lingga, SpP
Yoana Anandita
UNAIDS
Elis Widen
ii
PENGHARGAAN
Kami memberikan penghargaan WHO dan UNAIDS yang memberikan
bantuan teknis. Kepada GWL-INA yang telah mengkoordinasikan
pertemuan dan kegiatan di lapangan untuk mendapatkan masukan dari
lapangan. Juga kepada Yayasan Spiritia, Indonesia AIDS Coalition (IAC),
Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI), Organisasi Perubahan Sosial
Indonesia (OPSI), Persaudaraan Korban Napza Indonesia (PKNI), Jaringan
Aksi Perubahan Indonesia (JAPI), CHAI dan Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI) yang terlibat dalam memberikan masukan
dan perbaikan dalam penyusunan buku ini.
iii
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Lamivudine
Acquired immuno deficiency syndrome
Antiretroviral Therapy
Antiretroviral
Azidothymidine (juga dikenal zidovudine)
CD4+ T Lymphocyte
Cytomegalovirus/ Infeksi sitomegalovirus
Efavirenz
Fixed Dose Combination
Emtricitabine
Jaringan Gay Waria dan Lelaki Seks Lelaki Indonesia
Highly Active Antiretroviral Therapy
Hemoglobin
Human Immunodeficiency Virus
Indonesia AIDS Coalition
Infeksi Oportunistik (Infeksi yang terjadi karena kelemahan pertahanan
kekebalan tubuh)
Ikatan Perempuan Positif Indonesia
Isoniazid preventive therapy
Jaringan Aksi Perubahan Indonesia
Komisi Penanggulangan AIDS Indonesia
Lopinavir/ritonavir
Lelaki Seks Lelaki
M. avium complex
Nevirapine
Obat Anti Tuberkulosis
Orang Dengan HIV/AIDS
Organisasi Perubahan Sosial Indonesia
Pneumocystis carinii pneumonia/ Pneumonia pneumosistis jiroveci
Pengguna Napza Suntik
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia
Pengawas Menelan Obat
Persaudaraan Korban Napza Indonesia
Penyakit Menular Seksual
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
Serum glutamic pyruvic transaminase
Strategic Use of ART
Tuberculosis
Tenovofir disoproxil fumarate
The Joint United Nations Programme on HIV and AIDS
Viral Load
World Health Organization
Wanita Pekerja Seks
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................... i
Daftar Kontributor ............................................................................... ii
Penghargaan ....................................................................................... iii
Daftar istilah dan singkatan ................................................................ iv
Daftar Isi .............................................................................................. v
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Apakah Pengobatan AIDS itu? ......................................................... 5
Bagaimana Terapi Itu Bekerja? ........................................................ 6
Apakah Manfaat ART? ...................................................................... 7
Apakah Indikasi untuk Memulai ART? ............................................. 8
Gejala klinis .................................................................................. 8
Jumlah CD4 .................................................................................. 9
Kriteria untuk mulai ART .............................................................. 9
Permenkes No 21 Tahun 2013 dan Surat Edaran Menkes No 129
tahun 2013 ................................................................................... 10
Apakah Kita Siap Mulai ART? ........................................................... 10
Dampak pada Hidup .................................................................... 11
Kepatuhan dan resistansi ............................................................. 11
Efek samping ................................................................................ 13
Mulai dengan Kombinasi Apa? .................................................... 13
Setelah Mulai ART ............................................................................ 16
Pemantauan efek samping ........................................................... 16
Tatalaksana efek samping dan toksisitas ARV .............................. 18
1. Mual dan muntah .................................................................... 18
2. Diare ......................................................................................... 19
3. Sakit kepala .............................................................................. 20
4. Masalah Kulit ........................................................................... 21
6. Demam .................................................................................... 22
7.Sulit Tidur ................................................................................. 23
Dampak terapi ................................................................................. 24
Bagaimana kita tahu bila ART tidak bermanfaat lagi? ..................... 26
Paduan ART Lini Kedua ................................................................ 29
Sepuluh Tips untuk Memakai ART ................................................... 30
Referensi ............................................................................................. 31
Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas
vi
LATAR BELAKANG
Terdapat banyak survei yang menunjukkan bahwa kebutuhan utama
dari orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah pengobatan.
Seperti telah kita ketahui, sampai saat ini belum ada obat yang dapat
menyembuhkan HIV. Tetapi sekarang ada obat baru yang dapat
memperpanjang hidup dan/atau meningkatkan mutu hidup ODHA.
Namun kita mungkin juga mendengar bahwa pengobatan ini sangat
mahal, sulit dipakai, dan tidak mudah diperoleh. Ada efek samping yang
cukup berat. Diperlukan banyak tes yang mahal dan yang tidak tersedia
secara merata di Indonesia.
Kita tidak tahu ke mana untuk mencari informasi yang benar mengenai
pengobatan ini, dan siapa yang bisa membantu kita mengambil
keputusan apakah kita sebaiknya mulai pengobatan tersebut.
Buku ini ditulis untuk membantu menghadapi masalah ini. Sasaran buku
ini adalah ODHA, serta pendampingnya yang akan memegang peranan
penting dalam keberhasilan pengobatan ini.
Efek samping
Yang sering mempengaruhi kepatuhan kita adalah efek samping obat.
Sebagian besar obat dapat mengakibatkan efek samping pada beberapa
orang, walaupun ini jarang menjadi berat. Kita harus ingat bahwa semua
obat adalah racun. Efek samping paling cenderung muncul pada awal
penggunaannya dan hilang sendiri setelah beberapa minggu.
Tergantung pada jenis obat, terdapat efek samping seperti mual, muntah,
diare, dan/atau sakit kepala yang berat. Ada jenis obat yang kadang kala
mengakibatkan impian yang aneh. Selain itu ada juga efek samping yang
biasanya hanya diketahui melalui tes laboratorium, termasuk gangguan
fungsi hati atau ginjal, dan anemia. Beberapa efek samping dapat menjadi
gawat jika tidak ditangani dengan tepat dan segera. Efek samping lain
baru muncul setelah beberapa bulan atau pun beberapa tahun. Efek
samping ini jelas mempengaruhi kehidupan kita. Namun sebaiknya kita
tidak terlalu takut akan efek samping. Asal obat dipakai sesuai dengan
dosis, sebagian besar orang hanya mengalami efek samping yang sangat
ringan, bahkan tidak merasakan sama sekali.
Mulai dengan Kombinasi Apa?
Pada saat kita memutuskan untuk memulai terapi antiretroviral, bagian
penting dari keputusan ini adalah obat apa yang akan kita pakai.
Pertanyaan pertama adalah berapa banyak jenis obat yang sebaiknya kita
pakai. Pada awal 1990-an, hanya sedikit jenis obat antiretroviral yang
tersedia, dan saat itu sebagian besar dokter meresepkannya satu jenis
obat saja. Ini disebut monoterapi. Pada 1995 diketahui bahwa kerugian
dari monoterapi jauh lebih besar daripada manfaatnya: resistansi cepat
terjadi, bukan hanya pada jenis obat yang dipakai tetapi juga pada semua
obat lain sejenis. Monoterapi sekarang sangat tidak dianjurkan lagi. Kita
tidak boleh memakai satu obat antiretroviral saja.
Kemudian muncul pendekatan untuk memakai dua obat yang berbeda.
Pendekatan ini lebih efektif, dan menawarkan manfaat untuk beberapa
tahun pada beberapa kasus. Namun lambat laun virus di tubuh kita
menjadi resistan terhadap kombinasi dua obat yang kita pakai, dan
terapi menjadi gagal. Ini berarti dua obat tersebut tidak lagi efektif,
dan hal ini akan menyulitkan pemilihan kombinasi lain yang dapat
mengendalikan virus. Jadi, walaupun pilihan terapi kombinasi dua obat
8
lebih murah dalam jangka pendek, pendekatan ini bisa menjadi lebih
berbahaya untuk jangka panjang. Karena itu, terapi dua obat sekarang
tidak dianjurkan lagi.
Pada umumnya, dokter mengusulkan mulai ART dengan kombinasi
tiga obat, yang di negara maju disebut terapi antiretroviral yang sangat
manjur (highly active antiretroviral therapy/HAART).
Tabel 1. Paduan Lini Pertama yang direkomendasikan pada orang
dewasa yang belum pernah mendapat terapi ARV
Populasi
Paduan ART
ODHA dewasa yang belum pernah TDF atau AZT + 3TC atau FTC +EFV
menggunakan ART sebelumnya
atau NVP
ODHA hamil
Keadaan
Reaksi Ringan
10
Suatu perasaan
tidak enak yang
tidak menetap;
tidak ada
keterbatasan gerak
Reaksi Sedang Sedikit ada
keterbatasan
bergerak
kadang-kadang
memerlukan
sedikit bantuan
dan perawatan
Reaksi Berat
Pasien tidak lagi
bebas bergerak;
biasanya perlu
bantuan dan
perawatan
Reaksi
berat yang
mengancam
jiwa
Pasien terbaring
tidak dapat
bergerak; jelas
memerlukan
intervensi medis
dan perawatan di
rumah sakit
Tatalaksana
Tidak perlu
perubahan terapi
Tidak perlu
intervensi medis,
kalau perlu sangat
minimal
Perlu intervensi
medis atau
perawatan di rumah
sakit
Substitusi obat
penyebabnya tanpa
menghentikan terapi
ARV
Segera hentikan
terapi ARV dan
tatalaksana kelainan
yang ada dan
terapi ARV kembali
diberikan dengan
mengganti paduan
pada salah satu
obat yang menjadi
penyebabnya pada
saat pasien sudah
mulai tenang
kembali
11
2. Diare
Penyebab:
ARV (mis. lopinavir/ritonavir, ddI, abacavir)
Infeksi oportunistik (mis. kriptosporidium,
CMV, giardia, salmonela, shigela)
Penggunaan antibiotik
Salah makan
Untuk membantu mengatasi diare di rumah:
ODHA harus minum sesering mungkin dan dalam jumlah kecil (air, nasi
sup, bubur) tapi tidak boleh makan makanan mentah.
Pastikan jumlah cairan yang diminum adalah sebanyak mungkin.
Harus dihindari minuman yang sangat manis, alkohol dan kopi.
Setelah mengalami diare, minum oralit. Ini bisa diperoleh di apotek
atau dibuat sendiri dengan mencampur delapan sendok kecil gula dan
setengah sendok kecil garam dengan satu liter air
Jika air kencing berwarna kuning gelap atau tidak bisa buang air kecil
setiap empat jam, minumlah banyak air untuk menghindari dehidrasi.
Pemeliharaan daerah rektum (sekitar dubur):
Setelah selesai buang air besar, bersihkan daerah dubur dengan tisu
toilet.
Cuci daerah sekitar dubur dengan sabun dan air.
Jika terasa nyeri ketika buang air besar, gunakan jelly berminyak sekitar
daerah dubur.
Hubungi petugas kesehatan terlatih untuk keadaan berikut:
Darah di kotoran
Diare berlangsung lebih dari 5 hari
Jika anda menjadi lebih lemah
Jika terdapat perlukaan di sekitar daerah dubur
12
3. Sakit kepala
Penyebab:
Umum untuk semua ARV
Infeksi oportunistik (mis. meningitis
kriptokokus)
Untuk nyeri kepala ringan:
Dapat berupa sakit kepala yang tegang
yang biasanya timbul jika terdapat demam.
Pijatan pada kulit kepala dapat membantu menguranginya.
Bantulah orang sakit untuk dapat beristirahat dan santai.
Berikan parasetamol (500-1000mg setiap 4-6 jam), atau aspirin (500mg
per tablet) atau ibuprofen (400 mg per tablet) pada malam hari.
Parasetamol jangan berikan lebih dari 4.000 mg per hari.
Hubungi petugas kesehatan terlatih jika:
Sakit kepala menetap lebih dari 24 jam, meskipun sudah minum obat
anti sakit kepala
Gangguan penglihatan, timbul muntah
Bicara cadel
Nyeri di leher dan/atau kaku kuduk
Kelemahan di satu sisi tubuh
Perubahan tingkah laku atau konsentrasi
4. Masalah Kulit
Penyebab:
ARV (misalnya nevirapine, efavirenz, abacavir)
Interaksi antara sistem kekebalan dan HIV
Infeksi (misalnya bakteri, virus, dan jamur)
Alergi
Kulit gatal
Kulit yang gatal dapat disebabkan oleh infeksi atau reaksi tubuh terhadap
pengobatan yang sedang digunakan. Kulit gatal sering dikaitkan dengan
ruam kulit.
Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas
13
Beberapa hal berikut ini dapat digunakan untuk mengurangi rasa gatal:
Usahakan kulit dalam keadaan sejuk atau dengan mengipasinya.
Hindarilah penggunaan air hangat pada kulit
Hindarilah menggaruk, yang dapat menyebabkan kulit menjadi lebih
gatal dan kadang-kadang infeksi
Gunakan lotion (seperti Calamine)
Daun teh yang direndam dalam air panas juga cukup baik untuk gatal.
Hubungi petugas kesehatan terlatih jika kulit gatal tidak menghilang
dalam beberapa hari. Atau jika timbul lepuh atau kulit mengelupas, atau
jika masalah menjadi meluas dan berlanjut ke mata dan selaput lendir.
Ruam dialami oleh 20% pengguna nevirapine (2% pengguna nevirapine
mengalami sindrom Stevens Johnson), nevirapine harus dimulai 1 kali
sehari pada 2 minggu pertama.
Ruam berat akibat abacavir (sindrom Stevens Johnson) terjadi pada 5%
pengguna.
5. Anemia
Penyebab:
ARV (umumnya AZT atau Zidovudine)
Infeksi oportunistik (misalnya Mycobacterium Avium Complex)
HIV (jarang terjadi jika jumlah CD4 di atas 200)
Malaria
Anemia dapat menyebabkan kelelahan dan penurunan konsentrasi,
sesak napas, pusing, pucat, dan jantung berdebar-debar.
Anemia dapat dicegah dengan tes darah (tes Hemoglobin) secara berkala
dan dengan substitusi AZT dengan TDF. Hubungi dokter jika mengalami
gejala yang terkait anemia di atas.
6. Demam
Penyebab:
Umum untuk semua ARV
Sindrom pulih imun
Infeksi oportunistik (misalnya TB)
Penyakit lain (misalnya malaria, dll)
14
15
Dampak terapi
Pasti kita dan dokter ingin mengetahui keberhasilan terapi. Cara terbaik
untuk melakukan ini ialah memantau keadaan klinis kita. Tanda terbaik
adalah peningkatan berat badan yang dipantau dan dicatat secara
teratur dan berkala. Juga penurunan infeksi oportunistik adalah tanda
jelas keberhasilan terapi. Sebagai tambahan ada manfaat jika bisa
memantau jumlah CD4 atau limfosit total secara berkala, serta viral load,
jika memungkinkan. Namun ART dapat dipantau secara efektif tanpa
sarana tes ini. Tujuan utama ART adalah untuk menurunkan jumlah virus
dalam darah sampai di bawah jumlah yang dapat dideteksi oleh tes viral
load. Biasanya tingkat yang tidak terdeteksi ini akan dicapai dalam 16-30
minggu.
Pada waktu yang sama, jumlah CD4 akan naik, biasanya 200300. Jika
terapi bekerja baik, viral load tetap tidak terdeteksi dan jumlah CD4
meningkat atau stabil. Jika mungkin, dokter kita ingin memantau viral
load dan jumlah CD4 secara berkala. Jika perbaikan klinis dengan terapi
cukup memuaskan, sebaiknya jumlah CD4 diukur setiap enam bulan
harus dicatat bahwa limfosit total tidak dapat dipakai untuk memantau
terapi. Namun, jika dokter ragu tentang kepatuhan kita pada terapi, atau
kemajuan klinis tidak memuaskan, dokter mungkin akan minta agar tes
ini lebih sering dilakukan dan disertai tes viral load jika memungkinkan.
16
Minggu ke 2
Minggu ke 4
Minggu ke 8
Minggu ke 12
Minggu ke 24
Setiap 6 bulan
Evaluasi klinis
Berat badan
Cek kepatuhan
pengobatan (adherence)
Evaluasi
Jika
diperlukan
(tergantung
gejala)
Klinis
Laboratorium
Jumlah CD4
Kadar Hb [a]
SGPT
Kreatinin [b]
Viral load (PCR-RNA)[c]
Keterangan:
[a] Bagi pasien yang mendapat AZT: perlu di periksa kadar hemoglobin
sebelum terapi AZT dan pada minggu ke 4, 8 dan 12, dan bila diperlukan
(misal ada tanda dan gejala anemia atau adanya obat lain yang bisa
menyebabkan anemia).
[b] Pasien yang mendapat TDF, perlu pemeriksaan kreatinin serum pada
awal, dan setiap 3 bulan pada tahun pertama kemudian jika stabil dapat
dilakukan setiap 6 bulan.
[c] Pengukuran viral load (HIV RNA) tidak dianjurkan sebagai kriteria
untuk memulai terapi ARV, tetapi dapat dipakai sebagai data dasar dan
selanjutnya, bila tersedia, dapat digunakan untuk memantau respon
pengobatan. Dapat dipertimbangkan sebagai diagnosis dini adanya
kegagalan terapi atau menilai adanya ketidaksesuaian antara hasil CD4 dan
keadaan klinis dari pasien yang diduga mengalami kegagalan terapi ARV.
Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas
17
Indikator
Gagal Klinis
Gagal Imunologis
Gagal Virologis
18
VL<1 000
copies /ml
VL>1 000
copies /ml
19
ODHA dengan
koinfeksi HIV-TB
Paduan ART
Jika menggunakan
d4T atau AZT pada
paduan lini pertama
Jika menggunakan
TDF pada paduan lini
pertama
ODHA dengan
koinfeksi HIV-HBV
Catatan:
Dosis LPV/r (Lopinavir/ritonavir): 400mg/100mg 2 x sehari
20
21
Referensi
1. Pengobatan untuk AIDS: Ingin Mulai?. Yayasan Spiritia.
2. Perawatan AIDS di Luar Rumah Sakit. Yayasan Spiritia.
3. Caregiver Booklet Symptom Management and End Life Care: A guide
for caregiver. WHO. Mei 2006.
4. A Guide for Patients, Family Members and Community Caregivers:
Caregiver Booklet. WHO.
22
23
24
ISBN 978-602-235-677-6