Anda di halaman 1dari 38

PRINSIP PERAWATAN PADA

ANAK DAN ORANG TUA HIV AIDS


TUJUAN
UMUM KHUSUS
• Mahasiswa mampu • Mahasiswa mampu
memahami prinsip memahami Prinsip
perawatan pada bayi Perawatan Anak
dan anak penderita dengan HIV/AIDS
HIV AIDS atau  
dengan orang tua • Mahasiswa mampu
HIV AIDS memahami Prinsip
Perawatan orang tua
(pasangan) dengan
HIV/AIDS
Pencegahan dan penanganan HIV

Pencegahan
Pencegahan Pemberian
Pencegahan penularan HIV dukungan
Kehamilan yang
Primer agar dari ibu hamil psikologis, sosial,
tidak
permpuan ke bayi yang dan perawatan
direncanakan
reproduksi tidak dikandungnya kepada ibu
pada dengan hiv
tertular HIV dan yang
perempuan HIV beserta anak dan
disusuinya
keluarganya
ETIOLOGI
Faktor risiko untuk tertular HIV pada bayi dan anak adalah :

a)   Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual,


b)   Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan berganti,
c)  Bayi yang lahir dari ibu atau pasangannya penyalahguna obat
intravena,
d)  Bayi atau anak yang mendapat transfusi darah atau produk
darah berulang,
e)  Anak yang terpapar pada infeksi HIV dari kekerasan seksual
(perlakuan salah seksual), dan
f) Anak remaja dengan hubungan seksual berganti-ganti pasangan.
Cara Penularan

Dari ibu kepada anak • Transmisi secara vertikal. Transmisi dapat terjadi
dalam kandungannya melalui plasenta (intrauterin) intrapartum, yaitu
(antepartum) pada waktu bayi terpapar dengan darah ibu.

• Selama persalinan bayi dapat tertular darah atau


  Selama persalinan cairan servikovaginal yang mengandung HIV
(intrapartum) melalui paparan trakeobronkial atau tertelan
pada jalan lahir.
virus pada cairan vagina 21%,
       Bayi baru lahir cairan aspirasi lambung pada bayi yang dilahirkan
terpajan oleh cairan Kadar HIV pada cairan vagina ibu, cara persalinan,
tubuh ibu yang ulkus serviks, perlikaan dinding vagina, kadar CD4 pada
terinfeksi ibu
• Transmisi : pemberian ASI
Bayi tertular melalui • Penularan Pasca persalinan Meningkatkan resiko
pemberian ASI transmisi 2 kali lipat
• Mastitis, luka putting, lesi dimucosa mulut bayi,
Manifestasi klinis :
TANDA GEJALA
• gagal tumbuh
• Bervariasi dari • berat badan menurun,
Asimtomatis sd AIDS
• Transmisi vertikal dari • anemia,
ibu ke anak • panas berulang,
• 50 % Kasus AIDS anak
berumur , 1 th dan 82 • limfadenopati, dan
% ,< 3 thn • Hepatosplenomegali
• Bayi terinfeksi HIV
secara vertikal belum Pneumonia interstisialis
memperlihatkan gejala Limfositikhipoksia(Jaringan paru)
AIDS pada umur 10
trhn • sesak napas,
• jari tabuh, dan
• limfadenopati.
KOMPLIKASI

1. Oral Lesi
2. Neurologik
3. Gastointrinal
4. Respirasi
5. Dermatologik
6. Sensorik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes untuk deteksi gangguan system
Tes untuk diagnosa infeksi HIV : imun.
•  ELISA (positif; hasil tes yang • LED (normal namun perlahan-
positif dipastikan dengan lahan akan mengalami penurunan)
western blot) • CD4 limfosit (menurun; mengalami
• Western blot (positif) penurunan kemampuan untuk
bereaksi terhadap antigen)
• P24 antigen test (positif untuk
• Rasio CD4/CD8 limfosit (menurun)
protein virus yang bebas)
• Serum mikroglobulin B2
• Kultur HIV(positif; kalau dua (meningkat bersamaan dengan
kali uji-kadar secara berturut- berlanjutnya penyakit).
turut mendeteksi enzim reverse • Kadar immunoglobulin
transcriptase atau antigen p24 (meningkat)
dengan kadar yang meningkat)  
Penatalaksanaan
•  Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat
dan mencegah kemungkinan terjadi infeksi
•  Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta
keganasan yang ada
•  Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan
dideosinukleotid, yaitu azidomitidin (AZT) yang dapat menghambat
enzim RT dengan berintegrasi ke DNA virus, sehingga tidak terjadi
transkripsi DNA HIV
•  Mengatasi dampak psikososial
•  Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan
penyakit, dan prosedur yang dilakukan oleh tenaga medis
•  Dalam menangani pasien HIV dan AIDS tenaga kesehatan harus
selalu memperhatikan perlindungan universal (universal precaution)
 
Pengobatan
Pemberian
Pengobatan
Obat profilaksis antiretrovirus atau
medikamentosa
ARV
• Pemberian obat- • Nistatin • Mengurangi kadar
obat profilaksis (Antikandida) RNA HIV plasma
infeksi oportunistik • Piremitamin (TOXO) selama beberapa
yang tingkat • Sesuai dengan bulan
morbiditas dan kondisi klinis pada
mortalitasnya tinggi penderita
• Pemberian
kotrimoksasol pada
penderita HIV yang
berusia kurang dari
12 bulan
Pencegahan
• Penggunaan antiretroviral selama kehamilan yang
bertujuan agar vital load rendah
• sehingga jumlah virus yang ada di dalam darah dan
Saat hamil
cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV.

• Penggunaan antiretroviral(Nevirapine) saat persalinan


dan bayi baru dilahirkan dan persalinan
• sebaiknya dilakukan dengan metode sectio caesar
Saat karena terbukti mengurangi resiko penularan sebanyak
melahirkan
80%.

• Informasi yang lengkap kepada ibu tentang resiko dan


Setelah lahir manfaat ASI
Dukungan Kepatuhan 100 Persen
Dalam Terapi ARV

• Pengetahuan pasangan dan keluarga


tentang penyakit pasien akan
mempermudah proses pengobatan pada
diri pasien
• Pasangan dan keluarga belajar melakukan
ketrampilan dalam menjalin komunikasi
dan interaksi yang lebih positif diantara
pasangan dan anggota keluarga
Pemahaman Pasangan dan Keluarga
Tentang Penyakit Pasien

• Munculnya stigma, isolasi dan diskriminasi


• Ketakutan akan HIV dan meninggal karena
AIDS
• Informasi mengenai fakta dan mitos mengenai
HIV/AIDS
• Pengaruh budaya dan tabu membicarakan
penyakit
• Adanya pengkhianatan yang dilakukan oleh
pasangan
• Ketidaksediaan untuk mengungkap status HIV
positif kepada pasangan/keluarga
Perubahan Pola Dalam
Hubungan dan Kegiatan Harian

• Pasien harus melakukan tindakan


pencegahan agar pasangan atau anggota
keluarga lainnya tidak tertular penyakit
tersebut
• Terjadinya perubahan fisik akibat IO
• Terjadi gangguan psikologis yang terkait
seperti berduka, merasa bersalah, dll
• Masalah pengobatan yang berjalan seumur
hidup,
Ketrampilan Petugas dalam Proses
Konseling
• Mampu menilai penghayatan, persepsi dan
kognisi dari pasien maupun pasangan
/keluarganya
• Mampu mendiagnosis munculnya ketidak
mampuan dalam mekanisme pertahanan emosi
dan fungsi umum
• Normalisasi
• Bersikap realistik dalam memberikan penguatan
• Berikan informasi seputar HIV dan
pengobatannya untuk meredakan kecemasan
dan ketidaknyamanan
Pembukaan Status HIV
Pasien pada Pasangan/Keluarga

1. Membuka status kepada orang dan


layanan yang tepat merupakan bagian
penting dari pemberdayaan diri
2. Beberapa latar belakang orang
membuka status HIV di antaranya :
•Mengurangi rasa terisolir
•Meningkatkan penerimaan diri
(self-acceptance)
•Mendapatkan kehidupan seks
yang aman dan sehat
Pembukaan Status HIV
Pasien pada Pasangan/Keluarga

•Merencanakan mempunyai anak


dengan aman
•Merencanakan masa depan dan
keluarga
•Mendapatkan pengobatan ARV,
pelayanan manajemen kasus, rujukan
kepada kelompok dukungan dan
layanan lanjutan lainnya
Tehnik membuka status HIV
Teori sistem
 Dalam teori sistem, keluarga
didefinisikan sebagai suatu kesatuan
yang hidup, kerkesinambungan dan
terorganisir, terdiri dari anggota-
anggota yang saling berhubungan
secara terus menerus, interaktif dan
memiliki pola tertentu.
 Dengan demikian masalah yang
terjadi pada salah satu anggotanya akan
berpengaruh terhadap anggota lainnya.
Organisasi dan Kesatuan
 Konsep organisasi (organization) dan kesatuan
(wholeness) sangat penting untuk memahami
bagaimana
kerja sistem.
 Di dalam suatu sistem, setiap bagian saling berinteraksi
secara teratur dan dapat diramalkan.
 Setelah bergabung, masing-masing elemen membentuk
suatu kesatuan yang sifatnya lebih dari sekedar
kumpulan
sejumlah elemen
Karakteristik Sistem Keluarga
 Keluarga merupakan kumpulan dari beberapa orang
dengan interaksi yang kompleks, diwarnai oleh koalisi,
konflik, dan tekanan.
 Hubungan sebab akibat dalam keluarga bersifat
sirkular.
 Organisasi dalam keluarga dapat berbeda-beda: ayah
sebagai tokoh dominan atau ibu yang selalu mengkritik
suaminya yang pasif atau anak yang mengatur
kehidupan
kedua orangtuanya.
Karakteristik Sistem Keluarga
 Dengan memahami organisasi dalam keluarga maka
dapat diketahui pola-pola interaksi yang konsisten dan
repetitif.
 Karena itulah lebih penting untuk memperhatikan
keterkaitan atau hubungan diantara anggota keluarga
sebagai suatu sistem daripada sifat-sifat setiap orang.
Family Rules
 Interaksi dalam keluarga biasanya mengikuti
pola-pola yang menetap berdasarkan struktur
keluarga.

 Pola-pola tersebut memungkinkan anggota


keluarga untuk mengetahui apa yang
diperbolehkan, dilarang, diharapkan dalam
hubungan keluarga.

 Biasanya terdapat aturan-aturan tidak tertulis


yang membantu mengarahkan dan menstabilkan
fungsi keluarga sebagai suatu kesatuan.
Family Rules

 Aturan yang berlaku berkaitan erat dengan


nilai-nilai yang dianut keluarga, yang biasanya
merupakan hal yang turun temurun.
 Keluarga cenderung berinteraksi menggunakan
rangkaian tingkah laku yang repetitif, tidak terbuka
terhadap alternatif tingkah laku yang lain.
Contoh: “Bila meminta sesuatu pada ibu, tunggu
saat moodnya baik”
“Istri harus taat pada suami dan tidak boleh lebih
sukses secara
materi”
Family Homeostasis
 Homeostasis = usaha-usaha regulasi dalam keluarga
untuk mempertahankan stabilitas dan menghindari
perubahan.
 Setiap keluarga biasanya memiliki rentang perubahan
yang bisa diterima. Perubahan yang terlalu besar atau
terjadi tiba-tiba akan memperoleh reaksi yang
bertentangan.
 Mekanisme homeostasis tidak selamanya tepat dan
efektif
untuk memperoleh keseimbangan dalam keluarga.
Family Homeostasis
Kekurangan dari mekanisme homeostasis:
 Usaha untuk kembali ke kondisi semula justru
dapat
menghambat potensi dan kemampuan keluarga
untuk
membentuk ikatan yang lebih kuat (resiliency).
 Dalam terapi, seharusnya keluarga didukung untuk
beradaptasi dan mencari solusi terhadap masalah
sehingga akan tercapai keseimbangan baru sebagai
hasil dari perubahan tersebut.
Boundaries

 Boundary : garis-garis batas yang tidak


nyata namun memberi batas antar anggota
keluarga dan dengan lingkungan luar, serta
menentukan aturan interaksi keluarga.
Contoh:
“Anak-anak harus meminta ijin kepada orangtua
sebelum pergi ke
luar rumah”
“Sebagai adik kamu harus patuh pada kakak selama
orangtua
pergi ke luar kota”
Gaya Komunikasi (Satir)

1. Placater: lemah, cenderung menurut pada orang


lain, banyak meminta maaf, mencoba
menyenangkan semua pihak
2. Blamer: mendominasi, mencari kesalahan orang
lain, merasa paling benar
3. Super-reasonable: kaku dalam berpikir, tampak
tenang, rasional, berusaha tidak terlibat secara
emosional
Gaya Komunikasi (Satir)

4. Irrelevant: sering mengalihkan pembicaraan, tidak bisa


fokus pada pembicaraan, tidak berani mengambil
posisi/memberikan pendapat pada masalah tertentu.
5. Congruent communicator: ekspresif, bertanggung
jawab
atas pendapatnya, menyampaikan pendapat secara
jelas.
Fokus pada hubungan antar individu

Konseling pasangan :
 Konseling yang diberikan kepada
dua orang dan biasa disebut pasangan.
Pasangan dalam hal ini bisa pasangan
suami istri, pasangan seks, sobat karib,
atau bahkan ibu/bapak dengan anak
Fokus pada hubungan antar
individu

Konseling pasangan :
 Umumnya masalah-masalah yang
dibawa ke konseling pasangan adalah
masalah ekonomi/finansial, seksual,
dan keintiman/ komunikasi yang
mengganggu hubungan di antara
pasangan
Fokus pada hubungan antar individu

Konseling pasangan :
 Bila salah satu dari pasangan
terinfeksi HIV, maka homeostasis
(konstelasi atau kondisi) antara
pasangan terganggu. Biasanya masing-
masing pasangan atau anggota
keluarga akan mengambil sikap tertentu
yang mungkin saja positif atau negatif.
Fokus pada hubungan antar
individu
Konseling pasangan :
 Ketrampilan dasar konseling yang
digunakan dalam konseling pasangan
pada hakekatnya sama seperti
konseling individual seperti misalnya
menghargai pendapat klien termasuk
nilai dan keyakinan, empati dan client
centered bedanya adalah yang dihadapi
konselor adalah dua individu
Fokus pada hubungan antar individu

Konseling keluarga:

 Pola interaksi, aturan, boundaries dalam keluarga

 Konseling melibatkan seluruh anggota keluarga atau


minimal 2 orang (pasangan, orangtua dan anak)
Fokus pada hubungan antar individu

Konseling keluarga:

 Memfokus pada hubungan diantara anggota


keluarga dan bagaimana hubungan tersebut
membuat masalah berkelanjutan

 Mendorong kerjasama dalam keluarga dalam


mengatasi masalah dan menciptakan pola interaksi
yang lebih baik
Kerjasama dalam mengatasi masalah

 Konseling HIV/ AIDS bagi pasangan


dan keluarga ditujukan untuk
memberikan dukungan psikologis,
yaitu dengan mendengarkan keluhan
dan pengungkapan masalah pasien
yang berkaitan dengan HIV/AIDS secara
empatik.

Anda mungkin juga menyukai