BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas 1 tahun atau lebih dengan pengertian
usia sekolah dibawah lima tahun, masa balita merupakan usia penting dalam tumbuh kembang
anak secara fisik. Pada usia tersebut, pertumbuhan penyakit pernafasan begitu banyak antara
lain Infeksi saluran napas, maka sebab itu pertumbuhan seorang anak sangatlah penting
memerlukan asupan zat bergizi sesuai kebutuhan untuk menghindari penyakit yang
menyerang pada balita (Muaris, 2006).
Anak usia balita merupakan golongan usia yang paling rawan terhadap penyakit, hal ini
berkaitan dengan fungsi protektif atau immunitas anak, salah satu penyakit yang sering
diderita oleh anak adalah gangguan pernafasan atau infeksi pernafasan (Wong, 2008). Data
WHO tahun 2002 menyatakan bahwa proporsi angka kejadian ISPA dilaporkan sebesar
94.037.000 dengan angka kematian sebanyak 3,9 juta jiwa. Sedangkan pada tahun 2000 angka
kematian 1,9 juta jiwa akibat ISPA, hal ini terlihat terjadinya trend peningkatan angka
kematian dalam 2 tahun yang diakibatkan oleh ISPA. Kasus kematian akibat ISPA tertinggi
pada tahun 2000 terdapat di benua Afrika, dan Asia Tenggara yaitu sebesar 70% dari total
kematian akibat ISPA diseluruh Dunia (WHO, 2011). Di Indonesia, ISPA merupakan masalah
kesehatan yang cukup serius, hal ini dikarenakan ISPA merupakan penyebab kematian
terbesar pada bayi dan balita sejak tahun 2005.
Prevalensi keluhan ISPA balita di Jawa Tengah sebesar 18,7,diperkotaan 21,6%, lebih
tinggi dibanding dipedesaan 16,6%. Faktor resiko ISPA adalah sebagai berikut : Gangguan
asap dari pabrik sebesar 1,55 kali, lokasi rumah didaerah rawan banjir sebesar 1,16 kali, dan
status ekonomi miskin sebasr 0,98 kali (Depkes Jateng, 2009).
Pada anak balita, gejala infeksi pernapasan bawah biasanya lebih parah dibandingkan
dengan penyakit pernapasan atas dan dapat mencakup gejala gangguan respiratori yaitu batuk,
disertai produksi secret berlebih, sesak napas, retraksi dada, takipnea, dan lain-lain.
Pengeluaran sekret yang tidak lancar akibat ketidakefekifan jalan nafas adalah penderita
mengalami kesulitan bernafas dan gangguan pertukaran gas didalam paru yang
mengakibatkan timbulnya sianosis, kelelahan, apatis serta merasa lemah. Dengan tahap
selanjutnya akan mengalami penyempitan jalan nafas sehingga terjadi kelengketan jalan
nafas.untuk itu perlu bantuan untuk mengeluarkan dahak yang lengket sehingga dapat
bersihan jalan nafas kembali efektif ( Somantri, 2008)
Teknih batuk efektif merupakan tindakan yang dilakukan untuk membersihkan sekresi
saluran nafas.tujuan dari batuk efektif adalah untuk meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi
sekresi dan mencegah efek samping dari retensi sekresi seperti pneumonia, atelektasis dan
demam.Dengan batuk efektif pasien tidak harus mengeluarkan banyak tenaga untuk
mengeluarkan sekret (Subrata, 2006 dalam Pranowo, 2008).
Fisioterapi dada dapat dilakukan untuk membersihkan jalan napas dan sekresi. Fisioterapi
dada termasuk didalamnya drain postural, perkusi dan vibrasi dada (Muttaqin, 2008).
Berdasarkan data yang didapatkan di ruangan Nakula 4, sebagian besar anak yang dirawat
mengalami infeksi saluran pernafasan bagian atas.Kesiapan pemerintah dan instansi terkait
seperti tenaga kesehatan baik ditingkat pusat, provinsi ataupun kota dan kabupaten sangat
berperan penting dalam meminimalkan angka kejadian ISPA.
Berdasarkan Hasil penelitian (Fauzi, 2015) di puskesmas wirosari I menunjukkan ada
pengaruh batuk efektif dan fisioterapi dada terhadap pengeluaran sputum pada balita usia 3-5
tahun.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mengaplikasikan penelitian Isnu Fauzi “pengaruh batuk efektif dengan fisioterapi dada
terhadap pengeluaran sputum pada balita usia 3—5 tahun dengan ispa ” dalam asuhan
keperawatan sn. D dengan bronchopneumonia di ruangan nakula 4 RSUD K. R. M. T.
Wongsonegoro.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian bronchopneumonia
b. Untuk mengetahui penyebab bronchopneumonia
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis bronchopneumonia
d. Untu mengetahui penatalaksanaan pada anak dengan bronchopneumonia
e. Untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan bronchopneumonia
f. Untuk mengetahui pengaruh batuk efektif dengan fisioterapi dada terhadap pengeluaran
sputum pada An. D dengan bronchopneumonia
g. Untuk mengetahui hasil pengaplikasian penelitian (Fauzi, 2015) “pengaruh batuk efektif
dengan fisioterapi dada terhadap pengeluaran sputum pada balita usia 3—5 tahun
dengan ispa di puskesmas wilosari I” dalam asuhan keperawatan an. D dengan
bronchopneumonia di ruangan nakula 4 RSUD K. R. M. T. Wongsonegoro.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Menurut Muscary (2005), pneumonia merupakan inflamasi akut pada parenkim paru
yang mengganggu pertukaran udara. Diantara 100 anak, ada 2-4 anak yang menderita
penyakit Pneumonia dan itu lebih sering terjadi selama akhir musim dingin dan awal
musim semi.Berdasarkan letak anatomis dibagi menjadi 3 yaitu pneumonia lobaris,
pneumonia lobularis (bronchopneumonia) dan pneumonia interstitialis (bronkiolitis).
Bronkopneumonia merupakan proses inflamasi paru yang umumnya disebabkan oleh
agens infeksius, serta mengambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyebaran
berbercak, dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronkiolus dan meluas
keparenkim paru yang terdekat (Nursalam, 2005).
2. Etiologi
Secara umum broncopneumonia di akibatkan penurunan mekanisme pertahanan tubuh
terhadap virulensi organisme pathogen. Orang normal dan sehat mempunyai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glottis dan batuk,
adanya lapisan mucus, gerakan silia yang menggerakan kuman keluar dari organ, dan
sekresi humoral setempat (Sibuea dkk, 2009)
Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,
mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia (Sandra M. Nettiria) antara lain :
a. Bakteri : Streptococcus, staphylococcus, H. influenza, klebsiella
b. Virus : Legionella pneumonia
c. Jamur : Aspergillus spesies, candida albicans
d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
e. Terjadi karena kongesti paru yang lama
3. Tanda dan Gejala
Broncopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian
atas selama beberapa hari.Pada tahap awal, penderita broncopneumonia mengalami tanda
dan gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif,
hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesories dan bisa timbul
sianosis.Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi
konsolidasi (pengisisan rongga udara oleh eksudat) (Price dan Wilson, 2006).
4. Patofisiologi
Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman pathogen masuk ke
cairanmukus dalamjalan nafas. Kuman tersebut berkembang biak di saluran nafas atau
sampai di paru-paru. Bila mekanisme pertahanan seperti sistem transport mukosilia tidak
adekuat, maka kuman berkembang biak secara cepat sehingga terjadi peradangan di
saluran nafas atas, sebagai respon peradangan akan terjadi hipersekresi mukus dan
merangsang batuk. Mikroorganisme berpindah karena adanya gaya tarik bumi dan alveoli
menebal. Pengisian cairan alveoli akan melindungi mikroorganisme dari fagosit dan
membantu penyebaran organisme ke alveoli lain. Keadaan ini menyebabkan infeksi
meluas, aliran darah di paru sebagian meningkat yang diikuti peradangan vaskular dan
penurunan darah kapiler
Hipertermia Penyebab
(Bakteri, Virus, Jamur)
Demam
Infeksi saluran
pernapasan atas
Pelepasan zat pirogen
Proses peradangan Infeksi saluran cerna Dilatasi pembuluh darah Edema paru
Akumulasi secret di broncus ↑flora normal di usus Eksudat masuk alveoli Hyperventilasi
Batuk tdak efektif Mucus di broncus ↑ Peristaltic usus ↑ Ggn difusi gas dispneu
Retraksi dada
Ketidakefektifan Bau mulut tdk sedap Malabsorpsi Analisis gas darah <
Bersihan jalan nafas normal
Ketidakefektifan
pola nafas
anoreksia ↑flora normal di usus
Nutrisi kurang
dari kebutuhan Resiko
Tubuh BB ↓ Intake menurun Diare ketidakseimbangan Ggn pertukaran gas
elektrolit
6. Komplikasi(Somantri dan Irman, 2007)
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami bronkopneumonia
terjadi akibat tidak dilakukan pengobatan secara segera. Komplikasi yang
kemungkinanterjadipadadiantaranyasebagaiberikut:
a. Otitis media
Terjadi apabila anak yang mengalami bronkopnemonia tidak segera
diobati sehingga jumlah sputum menjadi berlebih dan akan masuk ke dalam
tuba eustaci sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah.
b. Bronkiektase
Hal ini terjadi akibat bronkus mengalami kerusakan dan timbul fibrosis
juga terdapat pelebaran bronkus akibat tumpukan nanah.
c. Abses Paru
Rongga bronkus terlalu banyak cairan akibat dari infeksi bakteri dalam
paru – paru.
d. Empiema
Anak yang mengalami bronkopneumonia, paru – parunya mengalami
infeksi akibat bakteri maupun virus sehingga rongga pleuranya berisi nanah.
7. Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan yang di gunakan cara(Wim
de Jong, 2009) :
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan sputum
Analisa gas darah
Kultur darah
Sampel darah, sputum dan urin
b. Pemeriksaan radiologi
Rontgenogram thorax
Laringoskopi/bronkoskop
8. Penatalaksanaan
Sudaru, 2009 penatalaksanaan yang dapat diberikan antara lain :
a. Menjaga kelancaran pernafasan
b. Kebutuhan istirahat
Pasien ini sering hiperpireksia maka pasien perlu cukup istirahat, semua
kebutuhan pasien harus ditolong di tempat tidur
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan
Pasien bronkopneumonia hamper selalu mengalami masukkan makanan
yang kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan masukkan
cairan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah
dehidrasi dan kekurangan kalori dipasang infuse dengan cairan glukosa 5%
dan NaCL 0,9%.
d. Mengontrol suhu tubuh
e. Pengobatan
Pengobatan yang diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi.Akan
tetapi, karena hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka
biasanya diberikan penisilin ditambah cloramfenikol atau diberikan
antibiotic yang mempunyai sprectum luas seperti ampisilin.Pengobatan ini di
teruskan sampai bebas demam 4-5 hari. Karena sebagian pasien jatuh ke
dalam asidosis metabolic akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat
diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis gas darah arteri.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Sesuai Kasus
1. Pengkajian
a. Identitas klien Demografi meliputi;nama, umur, jenis kelamin, dan alamat.
b. Keluhan utama
Sebagian besar keluhan utama bronkopneumonia adalah sesak nafas. Sesak
nafas yang muncul akibat dari adanya eksudat yang menyebabkan sumbatan
pada lumen bronkus.
c. Riwayat Penyakit
1) Riwayat penyakit sekarang
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat
mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam
yang tinggi.
2) Riwayat penyakit dahulu
Anak dengan bronkopneumonia sebelumnya pernah menderita penyakit
infeksi yang menyebabkan system imun menurun.
3) Riwayat penyakit keluarga
Terdapat anggota keluarga menderita penyakit paru-paru atau penyakit
infeksi saluran pernafasan yang dapat menularkan kepada anggotanya,
keadaan ini dapat memberikan petunjuk kemungkinan penyakit tersebut
diuraikan.
d. Riwayat Kehamilan
Penyakit bronkopneumonia tidak dipengaruhi oleh adanya gangguan atau
kelainan pada kehamilan/persalinan.
b. Riwayat Tumbuh Kembang
1) Perkembangan
Anak merasa sedih karena tidak dapat berkumpul bersama teman
sebayanya
Anak memilik keinginan untuk sembuh
Anak merasa bosan karena tidak dapat terlalu banyak beraktivitas
2) Pertumbuhan
BB anak menurun ½ kg setelah 3 hari dirawat
TB anak
c. Riwayat Imunisasi
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat
penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena sistem
pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
Imunisasi yang diperlukan, diantaranya; BCG, DPT, Polio, Hepatitis B dan
Campak.
d. Riwayat psikososial spiritual
Riwayat psikososial merupakan respon anak terhadap penyakit dan dampak
dari hospitalisasi sesuai dengan tahap perkembangannya yaitu takut dan
menangis bila didekati oleh orang yang tidak dikenal.
e. Pemeriksaan umum
Kesadaran compos mentis sampai koma, keadaan umum lemah dangelisah,
suhu tubuh 39-400C, nadi cepat dan lemah, respirasi cepat dan dangkal, BB
sesuai dengan umur.
f. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik head to toe pada anak dengan bronkopneumonia :
1) Kepala
bentuk kepala
warna rambut
distribusi rambut
ada lesi atau tidak
hygiene
ada hematoma atau tidak
2) Mata
sklera berwarna merah (ada peningkatan suhu tubuh)
kaji reflek cahaya
konjungtiva anemis atau tidak
pergerakan bola mata
3) Telinga
simetris atau tidak
kebersihan
tes pendengaran
4) Hidung
ada polip atau tidak
nyeri tekan
kebersihan
pernafasan cuping hidung
fungsi penciuman
5) Mulut
warna bibir
mukosa bibir lembab atau tidak
mukosa bibir kering (meningkatnya suhu tubuh)
reflek mengisap
reflek menelan
6) Dada
Paru – paru
Inspeksi : Irama nafas tidak teratur, pernapasan dangkal,
penggunaan otot bantu napas
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara paru ronchi
Jantung
Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada dada sebelah kiri
Perkusi : Suara jantung terdengar redup
Auskultasi : Nada S1 S2 dan lub dup
7) Abdomen
Inspeksi : bentuk, lesi
Palpasi : Splenomegali, hepatomegali, nyeri tekan, nyeri lepas,
turgor kulit <3 detik
Perkusi : Suara abdomen timpani
Auskultasi :Bising usus meningkat (normal 4-9x/menit)
8) Ekstremitas
pergerakan sendi terbatas (nyeri sendi)
kelelahan (malaise)
kelemahan
CRT <2 detik dan keluhan
9) Genetalia dan anus
kelengkap (laki-laki: penis, skrotum; perempuan: labia minora, labia
mayora, klitoris)
fungsi BAB
fungsi BAK
10) Keadaan Umum
Suhu : .....................
Nadi : .....................
TD : .....................
RR : .....................
11) Pola Fungsi Kesehatan
Mengenai pola fungsi kesehatan anak dengan penyakit bronkopneumonia
meliputi:
Aktivitas/istirahatnya yang menimbulkan gejala fatigue dan insomnia,
dengan tanda letargi dan penurunan toleransi terhadap aktivitas.
Sirkulasinya yang menimbulkan gejala riwayat gagal jantung kronis,
dengan tanda takikardi dan penampilan keperanan atau pucat.
Integritas ego anak dengan bronkopneumonia akan menerima banyak
stressor sehingga menimbulkan masalah finansialnya.
Nyeri / Kenyamanan ditandai dengan sakit kepala, nyeri dada
meningkat dan batuk myalgia, atralgia.
Anak akan timbul gejala kehilangan nafsu makan, mual/muntah,
riwayat DM dan ditandai dengan distensi abdomen, hiperaktif bunyi
usus, kulit kering dengan turgorburukdan penampilan malnutrusi.
Anak merasakan sakit kepala pada bagian frontal yang ditandai dengan
adanya perubahan mental.
Anak merasakan nyeri pada bagian dada secara meningkat, batuk
myalgia dan atralgia.
Pernafasan pada anak dengan bronkopneumonia akan dangkal
menyebabkan pucat atau sianosis bibir/kuku dan menggunakan
bantuan otot aksesori, karena adanya sputum dan pada perkusi
ditemukan pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural
dengan bunyi nafas menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau
nafas berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin
pada kasus rubeda / varisela.
Penyuluhan yang ditujukan untuk setiap pasien atau orang lain yang
membutuhkan bantuan.
2. Diagnosa Keperawatan (Nanda, 2015)
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
b. Ketidakefektifan pola napas
c. Gangguan pertukaran gas
d. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
e. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
f. Hipertermia
b. Perencanaan Keperawatan(Bulechek, 2013) (Moehead Sue, dkk, 2013)
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk a. Adanya peningkatan berat menentukan jumlah kalori dan nutrisi
A. Pengkajian
1. Identitas Anak
Inisial Anak : An. D
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia anak : 3 Tahun 1 bulan
Agama : Islam
Tanggal pengkajian : 5 Juni 2018
Tanggal masuk RS : 4 Juni 2018
d. Keluhan Utama
Ibu an. D mengatakan an. D datang dengan keluhan panas sudah 1 minggu yang
lalu.
e. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu an. D mengatakan an. D panas sudah mulai senin tanggal 28 mei 2018,
hari kamis 31 mei 2018 anak panas lagi, disertai batuk dan pilek di bawa ke
praktek dokter umum sehingga mendapatkan resep obat parasetamol. Hari sabtu
tanggal 2 juni 2018 di bawa ke IGD RSUD K.R.M.T. wongsonegoro dikasih
obat penurun panas dan rujukan hari senin ke poli anak. Hari senin tanggal 4
juni 2018 an. D dibawa ke poli dan dari poli di suruh rawat di RS di Ruangan
Nakula 4.
Saat dilakukan pengkajian tanggal 5 Juni 2018 ibu an. D mengatakan an. D
batuk tapi tidak dapat mengeluarkan dahaknya, demam naik turun, pilek.
Tampak gelisah, bunyi suara nafas ronchi, kulit terasa hangat, anak selalu
menangis ketika perawat setiap melakukan tindakan seperti menyuntik. T:
37,50C, Nadi : 110X/Menit, RR : 35X/Menit. Ro. Thorax: (Cor : Normal,
Pulmo : Broncopneumonia.Terpasang inf. RL 10 tpm ekstremitas atas dekstra.
Terapi yang diberikan Oral (Parasetamol 3x1 cth, ambroxol 5 mg, cetirizien
1/3, salbutamol 0,75 mg, B6 5 mg), injeksi ( ceftriaxone 2X1/2, parasetamol
3X100g)
f. Analisa Data
Data Penyebab Masalah
Do :
Ku : tampak sakit
Kesadaran : CM
anak tampak batuk
dahak tidak keluar
bunyi suara nafas
ronchi
tampak gelisah
RR : 35 kali/Menit,
nadi : 110x/menit, S:
37,50C
Hasil Ro.Thorax :
Bronchopneumonia
Ds : Hospitalisasi Ansietas
Ibu anak mengatakan
anak selalu menangis
jika perawat
melakukan setiap
tindakan seperti
menyuntik
Do :
Tampak anak
menangis ketika
dilakukan tindakan
menyuntik
Tampak gelisah
Ds : Proses penyakit Hipertermia
Ibu an. D mengatakan
an. D demamnya naik
turun
Do :
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
3. Cemas berhubungan dengan hospitalisasi
C. Intervensi
No Tanggal/ Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx Waktu
1 5/6/18 NOC : NIC :
1. Auskultasi suara napas 1. Mengetahui adanya
Respiratory status :
gangguan pada suara napas
Ventilation
2. Kaji pola napas 2. Mengetahui ada gangguan
Respiratory status : Airway
pada pola napas
patency
3. Berikan anak posisi semi 3. Memaksimalkan ventilasi
Setelah dilakukan tindakan
fowler
keperawatan 3x24 jam
4. Lakukan fisioterapi dada 4. Agar dahak bisa keluar
diharapkan masalah
(Penerapan EBN)
ketidakefektifan bersihan
5. Ajarkan teknin batuk efektif 5. Agar dahak bisa keluar
jalan nafas dapat teratasi
(penerapan EBN)
dengan kriteria hasil: 6. Agar dahak bisa hilang
6. Kolaborasi dalam pemberian
a. Mendemonstrasikan batuk ekspektoran
efektif dan suara nafas
yang bersih (mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan
mudah)
b. Menunjukkan jalan nafas
yang paten (irama nafas,
frekuensi pernafasan
dalam rentang normal,
tidak ada suara nafas
abnormal)
2 NOC NIC
1. Monitor suhu kulit 1. Mengetahui adanya
Thermoregulation
peningkatan suhu atau tidak
Setelah dilakukan tindakan 2. Ukur suhu 2. Mengetahui adanya
asuhan keperawatan selama peningkatan suhu
3x24 jam suhu tubuh dalam 3. Ukur nadi dan pernapasan 3. Mengetahui adanya
batas normal takikardi/bradikardi dan
3 NOC : NIC
- Kontrol kecemasan 1. Kaji TTV 1. Perubahan TTV menjadi
Setelah dilakukan tindakan indicator adanya stress dan
keperawatan selama 3X24 kecemasan
jam kecemasan teratasi 2. Gunakan pendekatan yang 2. Kecemasan berkurang dan
dengan criteria hasil : menenangkan tidak takut lagi sama
a. Anak tidak rewel pada perawat
saat perawat melakukan 3. Libatkan ibu pada setiap 3. Agar anak tidak merasa
tindakan tindakan keperawatan sendiri
D. Implementasi
No.Dx Tgl/Waktu Implementasi Hasil TTD
1 5 Juni 1. Melakukan Auskultasi suara napas H : Suara napas ronchi
2018 2. mengkaji pola napas H : Pola napas normal
3. Memberikan anak posisi semi fowler H : An. D setengah duduk
4. Melakukan fisioterapi dada (Penerapan H: An. D batuk dan mengeluarkan dahak
EBN) sedikit
5. Ajarkan teknin batuk efektif (penerapan H : An. D melihat dan mempraktekkan
EBN) batuk efektif meskipun tidak sesuai SOP
6. Melakukan kolaborasi dalam pemberian H : ibu An. D mengatakan akan
ekspektoran (Ambroxol) meminumkan obatnya pada An. D
2 1. Melakukan Monitor suhu kulit H : suhu kulit tampak hangat
2. Mengukur suhu H : suhu 37,50C
3. Mengukur nadi dan pernapasan H : Nadi 110X/menit, RR 35X/Menit
4. Memotivasi keluarga untuk melakukan H : An. D telah dikompre dengan air hangat
kompres air hangat pada pasien
5. Malakukan kolaborasi pemberian H : An. D telah diberikan injeksi PCT
antipiretik (Paracetamol)
1. Mengkaji TTV H : S 37,50C, N 110X/menit, RR 35X/Menit
2. Menggunakan pendekatan yang H : An. D sedikit mulai menerima
menenangkan pendekatan
3. Melibatkan ibu pada setiap tindakan H : ibu An. D selalu terlibat dalam setiap
keperawatan kali perawat melakukan tindakan
E. Catatan Perkembangan
No. Dx Tgl/Waktu Evaluasi TTD
1 5/6-2018
16.00 S : Ibu An.D mengatakan An. D masih batuk dan dahaknya keluar sedikit
O : An. D masih batuk dan dahak keluar sedikit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
2 17.00 S : Ibu An. D mengatakan An. D masih sedikit hangat
O : An. D sedikit hangat, S : 370C
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
3 20.00 S : Ibu An. D mengatakan An. D masih takut dan masih nangis saat perawat
melakukan tindakan
O : An. D tampak takut dan menangis saat dilakukan tindakan menyuntik
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1 09.00 S : Ibu An. D mengatakan batuknya sudah berkurang dan dahaknya sudah tidak ada
O : Tampak batuk sedikit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
2 11.00 S : Ibu An. D mengatakan An. D sudah tidak panas lagi
O : S : 36,60C
A: Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
3 12.00 S : Ibu An. D mengatakan An. D masih takut dan masih nangis saat perawat
melakukan tindakan
O : An. D tampak takut dan menangis saat dilakukan tindakan menyuntik
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1 S : Ibu An. D mengatakan An. D sudah tidak batuk lagi dahaknya sudah tidak ada
O : An. D sudah tidak batulk
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
3 S : Ibu An. D mengatakan An. D masih takut dan masih nangis saat perawat
melakukan tindakan
O : An. D tampak takut dan menangis saat dilakukan tindakan menyuntik
A: Masalah belum teratasi
P : Intervensi hentikan. Pasien Pulang
BAB IV
APLIKASI JURNAL EVIDANCE BASED NURSING RISET
A. Data Fokus
Ds :
ibu an. D mengatakan an. D batuk tapi tidak dapat mengeluarkan dahaknya
Do :
Ku : tampak sakit
Kesadaran : CM
anak tampak batuk dahak tidak keluar
bunyi suara nafas ronchi
tampak gelisah
RR : 35 kali/Menit, nadi : 110x/menit, S: 37,50C
Hasil Ro.Thorax : Bronchopneumonia
B. Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang tertahan
C. Analisa Sintesa/alasan Penerapan Evidance Based Nursing
BRPN
Proses peradangan
Pengeluaran sputum.dahak
Berdasarkan hasil dari penerapan ebn, anak dengan post latihan batuk efektif
dan fisioterapi dada anak mampu mengeluarkan sputum. Dan anak dengan pre
latihan batuk efektif dan fisioterapi dada anak belum mampu mengeluarkan
sputum.
Anak yang mengalami hambatan pada jalan nafas akibat produksi sputum
akan membuat anak tidak nyaman, tidur terganggu akibat dari secret yang ada
pada jalan nafasnya dan bahkan anak rewel/nangis. Oleh karena itu pada anak
dengan penyumbatan jalan nafas akibat secret perlu dilakukan latihan batuk efektif
dan fisioterapi dada agar secret tidak menghambat jalan nafas pasien.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak yang mengalami hambatan pada jalan nafas akibat produksi sputum akan
membuat anak tidak nyaman, tidur terganggu akibat dari secret yang ada pada
jalan nafasnya dan bahkan anak rewel/nangis. Oleh karena itu pada anak dengan
penyumbatan jalan nafas akibat secret perlu dilakukan latihan batuk efektif dan
fisioterapi dada agar secret tidak menghambat jalan nafas pasien.
Seperti hasil yang didapatkan pada penelitian (Fauzi, 2015) dengan desain
quasy experiment one grup pre post test without control. Intervensi yaitu latihan
batuk efektif dengan fisioterapi dada diberikan selama sebelum makan dan
sebelum tidur. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan
antara batuk efektif dan fisioterapi dada terhadap pengeluaran sputum pada balita
usia 3-5 tahun p = 0.003 dimana responden yang mengalami pengeluaran sebanyak
19 balita (95%) dan yang tidak mengalami pengeluaran sputum sebanyak 1 balita
(5%). Berdasarkan hasil penelitian ini dan hasil dari penerapan evidence based
nursing pada an. “D” dapat disimpulkan bahwa batuk efektif dengan fisioterapi
dada terhadap pengeluaran sputum pada balita usia 3-5 dapat diterapkan pada
asuhan keperawatan anak di rumah sakit.
B. Saran
Price, sylvia anderson, wilson, lorrani mc carty, 2006. Patofisiologi konsep klinis
proses-proses penyakit, ed 6, volume 1&2. Jakarta : EGC
Bulechek, M.G dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). 6 th Indonesian
Edition. Indonesia: Mocomedia
th
Moorhead Sue, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). 6 Indonesian
edition. Indonesia: Mocomedia
Wim de jong et al. 2005. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: EGC
Muscari, Mary E. Panduan belajar: keperawatan pediatrik, Ed 3. Terjemahan oleh
Alfrina Hany. 2005. Jakarta: EGC
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta:
EGC
Riyadi, Harmoko. 2012. Standard Operating Procedure dalam Praktik Klinik
Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Fauzi, Nuraeni, dkk. 2015. Pengaruh Batuk Efektif dengan Fisioterapi dada
Terhadap Pengeluaran Sputum Pada Balita Usia 3-5 Tahun dengan Ispa Di
Puskesmas Wirosari I. Jurnal keperawatan dan Kebidanan. Stikes Telorejo
Semarang