Anda di halaman 1dari 50

APLIKASI PENGARUH BATUK EFEKTIF DENGAN FISIOTERAPI DADA

TERHADAP PENGELUARAN SPUTUM PADA BALITA USIA 3-5 TAHUN


DENGAN ISPA DALAM ASUHAN KEPERAWATAN An. D DENGAN
BRONKOPNEUMONIA DI RSUD K. R. M. T. WONGSONEGORO

Ruang Praktek : Nakula 4


Tanggal Praktek : 21 Mei 2018 s/d 26 Mei 2018, 4 Juni 2018 s/d 9 Juni 2018
Nama Mahasiswa : Fadila Harun
NIM : G3A017225
Nama Pembimbing : 1. Ns. Mariyam, M.Kep, Sp.Kep.An
2. Ns. Indah Noer Farida., S.Kep
Saran Pembimbing :

Tanda Tangan Pembimbing :

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
APLIKASI PENGARUH BATUK EFEKTIF DENGAN FISIOTERAPI DADA
TERHADAP PENGELUARAN SPUTUM PADA BALITA USIA 3-5 TAHUN
DENGAN ISPA DALAM ASUHAN KEPERAWATAN An. D DENGAN
BRONKOPNEUMONIA DI RSUD K. R. M. T. WONGSONEGORO

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas 1 tahun atau lebih dengan pengertian
usia sekolah dibawah lima tahun, masa balita merupakan usia penting dalam tumbuh kembang
anak secara fisik. Pada usia tersebut, pertumbuhan penyakit pernafasan begitu banyak antara
lain Infeksi saluran napas, maka sebab itu pertumbuhan seorang anak sangatlah penting
memerlukan asupan zat bergizi sesuai kebutuhan untuk menghindari penyakit yang
menyerang pada balita (Muaris, 2006).
Anak usia balita merupakan golongan usia yang paling rawan terhadap penyakit, hal ini
berkaitan dengan fungsi protektif atau immunitas anak, salah satu penyakit yang sering
diderita oleh anak adalah gangguan pernafasan atau infeksi pernafasan (Wong, 2008). Data
WHO tahun 2002 menyatakan bahwa proporsi angka kejadian ISPA dilaporkan sebesar
94.037.000 dengan angka kematian sebanyak 3,9 juta jiwa. Sedangkan pada tahun 2000 angka
kematian 1,9 juta jiwa akibat ISPA, hal ini terlihat terjadinya trend peningkatan angka
kematian dalam 2 tahun yang diakibatkan oleh ISPA. Kasus kematian akibat ISPA tertinggi
pada tahun 2000 terdapat di benua Afrika, dan Asia Tenggara yaitu sebesar 70% dari total
kematian akibat ISPA diseluruh Dunia (WHO, 2011). Di Indonesia, ISPA merupakan masalah
kesehatan yang cukup serius, hal ini dikarenakan ISPA merupakan penyebab kematian
terbesar pada bayi dan balita sejak tahun 2005.
Prevalensi keluhan ISPA balita di Jawa Tengah sebesar 18,7,diperkotaan 21,6%, lebih
tinggi dibanding dipedesaan 16,6%. Faktor resiko ISPA adalah sebagai berikut : Gangguan
asap dari pabrik sebesar 1,55 kali, lokasi rumah didaerah rawan banjir sebesar 1,16 kali, dan
status ekonomi miskin sebasr 0,98 kali (Depkes Jateng, 2009).
Pada anak balita, gejala infeksi pernapasan bawah biasanya lebih parah dibandingkan
dengan penyakit pernapasan atas dan dapat mencakup gejala gangguan respiratori yaitu batuk,
disertai produksi secret berlebih, sesak napas, retraksi dada, takipnea, dan lain-lain.
Pengeluaran sekret yang tidak lancar akibat ketidakefekifan jalan nafas adalah penderita
mengalami kesulitan bernafas dan gangguan pertukaran gas didalam paru yang
mengakibatkan timbulnya sianosis, kelelahan, apatis serta merasa lemah. Dengan tahap
selanjutnya akan mengalami penyempitan jalan nafas sehingga terjadi kelengketan jalan
nafas.untuk itu perlu bantuan untuk mengeluarkan dahak yang lengket sehingga dapat
bersihan jalan nafas kembali efektif ( Somantri, 2008)
Teknih batuk efektif merupakan tindakan yang dilakukan untuk membersihkan sekresi
saluran nafas.tujuan dari batuk efektif adalah untuk meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi
sekresi dan mencegah efek samping dari retensi sekresi seperti pneumonia, atelektasis dan
demam.Dengan batuk efektif pasien tidak harus mengeluarkan banyak tenaga untuk
mengeluarkan sekret (Subrata, 2006 dalam Pranowo, 2008).
Fisioterapi dada dapat dilakukan untuk membersihkan jalan napas dan sekresi. Fisioterapi
dada termasuk didalamnya drain postural, perkusi dan vibrasi dada (Muttaqin, 2008).
Berdasarkan data yang didapatkan di ruangan Nakula 4, sebagian besar anak yang dirawat
mengalami infeksi saluran pernafasan bagian atas.Kesiapan pemerintah dan instansi terkait
seperti tenaga kesehatan baik ditingkat pusat, provinsi ataupun kota dan kabupaten sangat
berperan penting dalam meminimalkan angka kejadian ISPA.
Berdasarkan Hasil penelitian (Fauzi, 2015) di puskesmas wirosari I menunjukkan ada
pengaruh batuk efektif dan fisioterapi dada terhadap pengeluaran sputum pada balita usia 3-5
tahun.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mengaplikasikan penelitian Isnu Fauzi “pengaruh batuk efektif dengan fisioterapi dada
terhadap pengeluaran sputum pada balita usia 3—5 tahun dengan ispa ” dalam asuhan
keperawatan sn. D dengan bronchopneumonia di ruangan nakula 4 RSUD K. R. M. T.
Wongsonegoro.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian bronchopneumonia
b. Untuk mengetahui penyebab bronchopneumonia
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis bronchopneumonia
d. Untu mengetahui penatalaksanaan pada anak dengan bronchopneumonia
e. Untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan bronchopneumonia
f. Untuk mengetahui pengaruh batuk efektif dengan fisioterapi dada terhadap pengeluaran
sputum pada An. D dengan bronchopneumonia
g. Untuk mengetahui hasil pengaplikasian penelitian (Fauzi, 2015) “pengaruh batuk efektif
dengan fisioterapi dada terhadap pengeluaran sputum pada balita usia 3—5 tahun
dengan ispa di puskesmas wilosari I” dalam asuhan keperawatan an. D dengan
bronchopneumonia di ruangan nakula 4 RSUD K. R. M. T. Wongsonegoro.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar
1. Definisi
Menurut Muscary (2005), pneumonia merupakan inflamasi akut pada parenkim paru
yang mengganggu pertukaran udara. Diantara 100 anak, ada 2-4 anak yang menderita
penyakit Pneumonia dan itu lebih sering terjadi selama akhir musim dingin dan awal
musim semi.Berdasarkan letak anatomis dibagi menjadi 3 yaitu pneumonia lobaris,
pneumonia lobularis (bronchopneumonia) dan pneumonia interstitialis (bronkiolitis).
Bronkopneumonia merupakan proses inflamasi paru yang umumnya disebabkan oleh
agens infeksius, serta mengambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyebaran
berbercak, dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronkiolus dan meluas
keparenkim paru yang terdekat (Nursalam, 2005).

2. Etiologi
Secara umum broncopneumonia di akibatkan penurunan mekanisme pertahanan tubuh
terhadap virulensi organisme pathogen. Orang normal dan sehat mempunyai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glottis dan batuk,
adanya lapisan mucus, gerakan silia yang menggerakan kuman keluar dari organ, dan
sekresi humoral setempat (Sibuea dkk, 2009)
Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,
mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia (Sandra M. Nettiria) antara lain :
a. Bakteri : Streptococcus, staphylococcus, H. influenza, klebsiella
b. Virus : Legionella pneumonia
c. Jamur : Aspergillus spesies, candida albicans
d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
e. Terjadi karena kongesti paru yang lama
3. Tanda dan Gejala
Broncopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian
atas selama beberapa hari.Pada tahap awal, penderita broncopneumonia mengalami tanda
dan gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif,
hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesories dan bisa timbul
sianosis.Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi
konsolidasi (pengisisan rongga udara oleh eksudat) (Price dan Wilson, 2006).

4. Patofisiologi
Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman pathogen masuk ke
cairanmukus dalamjalan nafas. Kuman tersebut berkembang biak di saluran nafas atau
sampai di paru-paru. Bila mekanisme pertahanan seperti sistem transport mukosilia tidak
adekuat, maka kuman berkembang biak secara cepat sehingga terjadi peradangan di
saluran nafas atas, sebagai respon peradangan akan terjadi hipersekresi mukus dan
merangsang batuk. Mikroorganisme berpindah karena adanya gaya tarik bumi dan alveoli
menebal. Pengisian cairan alveoli akan melindungi mikroorganisme dari fagosit dan
membantu penyebaran organisme ke alveoli lain. Keadaan ini menyebabkan infeksi
meluas, aliran darah di paru sebagian meningkat yang diikuti peradangan vaskular dan
penurunan darah kapiler

Gambar : Perbedaan bronkus normal dan bronkopneumonia


Sumber : (Reeves, 2001)
Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan mengurangi kapasitas paru,
penurunan produksi cairan surfaktan lebih lanjut, menurunkan compliance dan
menimbulkan atelektasis serta kolaps alveoli. Sebagai tambahan proses bronkopneumonia
menyebabkan gangguan ventilasi okulasi partial pada bronkhi dan alveoli, menurunkan
tekanan oksigen arteri, akibatnya darah vena yang menuju atrium kiri banyak yang tidak
mengandung oksigen sehingga terjadi hipoksemia arteri.
Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang disebut endogenus
pirogen. Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai hipotalamus, maka suhu tubuh
akan meningkat sehingga terjadi demam dan menggigil, hal tersebut juga menyebabkan
meningkatnya kecepatan metabolisme. Pengaruh dari meningkatnya metabolisme adalah
penyebab takhipnea dan takhikardia, tekanan darah menurun sebagai akibat dari
vasodilatasi perifer dan penurunan sirkulasi volume darah karena dehidrasi, panas dan
takhipnea meningkatkan kehilangan cairan melalui kulit (keringat) dan saluran pernafasan
sehingga menyebabkan dehidrasi.Terdapat cairan purulen pada alveolus juga dapat
mengakibatkan peningkatakan tekanan pada paru sehingga dapat berakibat penurunan
kemampuan mengambil oksigen dari luar juga mengakibatkan berkurangnya kapasitas
paru. Penderita akan berusaha melawan tingginya tekanan tersebut menggunakan otot –
otot bantu pernapasan (otot interkosta) yang menimbulkan retreksi dada sehingga gerakan
dada tidak simetris.
Takipnea pernafasan abnormal cepat dan dangkal, biasanya di definisikan lebih dari 60
hembusan permenit.Pernafasan abnormal cepat adalah gejala yang sering di sebabkan oleh
penumpukan karbon dioksida dalam paru-paru.Setiap kali kemampuan untuk membuang
karbon dioksida (CO2) menurun terjadi penumpukan CO2 darah.Hasilnya adalah asidosis
pernapasan, yang merangsang pusat pernapasan di otak untuk meningkatkan frekuensi
napas dalam upaya menormalkan pH darah.Kontras dengan bradipnea.Ronchi bunyi gaduh
yang dalam, terdengar selama ekspirasi, penyebab gerakan udara melewati jalan napas
yang menyempit akibat obstruksi napas.Obstruksi sumbatan akibat sekresi, odema, atau
tumor.Contoh : suara ngorok.
Sputum cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli.Sputum yang memenuhi
syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronki bukan berupa air ludah.
Sputum dapat dibedakan dengan ludah antara lain: ludah biasa akan membentuk
gelembung-gelembung jernih di bagian atas permukaan cairan,sedang pada sputum hal ini
jarang terjadi. Secara mikroskopis ludah akanmenunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang
pada sputum.
Jika kuman terbawa bersama makanan akan masuk ke lambung dan terjadi peningkatan
asam lambung, hal inilah yang menyebabkan mual, muntah dan anoreksia, sehingga timbul
masalah pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Infeksi traktus respiratorius
bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh dapat naik secara mendadak sampai 39-40℃
dan disertai kejang karena demam yang tinggi sehingga anak menjadi sangat gelisah.
Virus, bakteri ataupun jamur yang menjadi penyebab dari penyakit bronkopneumonia
ini masuk lalu mengiritasi saluran nafas bagian bawah sehingga menimbulkan inflamasi
dan suhu tubuh pun meningkat (hipertermi).Adanya hipertermi tersebut menyebabkan
suplai O2 dalam darah pun menurun dan terjadi hipoksia. Persediaan O2 dalam darah yang
semakin menurun, akan menyebabkan fatique sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Selain masuk menuju saluran nafas bawah, kuman juga menuju ke saluran cerna sehingga
terjadi infeksi. Adanya infeksi tersebut menyebabkan flora normal usus dan gerak
peristaltiknya meningkat, karena hal tersebut membuat terjadinya malabsorpsi sehingga
menyebabkan frekuensi BAB bertambah per harinya.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama
beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39–40°C dan mungkin disertai
kejang karena demam yag tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu, pernafasan cepat dan
dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk
biasanya tidak dijumpai di awal penyakit, anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari,
dimana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif (Price and Wilson,
2006)
5. Patways

Hipertermia Penyebab
(Bakteri, Virus, Jamur)

Demam
Infeksi saluran
pernapasan atas
Pelepasan zat pirogen

Kuman berlebihan di Kuman terbawa ke Infeksi saluran pernapasan


bronkus saluran cerna bagian bawah

Proses peradangan Infeksi saluran cerna Dilatasi pembuluh darah Edema paru

Akumulasi secret di broncus ↑flora normal di usus Eksudat masuk alveoli Hyperventilasi

Batuk tdak efektif Mucus di broncus ↑ Peristaltic usus ↑ Ggn difusi gas dispneu

Retraksi dada
Ketidakefektifan Bau mulut tdk sedap Malabsorpsi Analisis gas darah <
Bersihan jalan nafas normal
Ketidakefektifan
pola nafas
anoreksia ↑flora normal di usus
Nutrisi kurang
dari kebutuhan Resiko
Tubuh BB ↓ Intake menurun Diare ketidakseimbangan Ggn pertukaran gas
elektrolit
6. Komplikasi(Somantri dan Irman, 2007)
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami bronkopneumonia
terjadi akibat tidak dilakukan pengobatan secara segera. Komplikasi yang
kemungkinanterjadipadadiantaranyasebagaiberikut:
a. Otitis media
Terjadi apabila anak yang mengalami bronkopnemonia tidak segera
diobati sehingga jumlah sputum menjadi berlebih dan akan masuk ke dalam
tuba eustaci sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah.
b. Bronkiektase
Hal ini terjadi akibat bronkus mengalami kerusakan dan timbul fibrosis
juga terdapat pelebaran bronkus akibat tumpukan nanah.
c. Abses Paru
Rongga bronkus terlalu banyak cairan akibat dari infeksi bakteri dalam
paru – paru.
d. Empiema
Anak yang mengalami bronkopneumonia, paru – parunya mengalami
infeksi akibat bakteri maupun virus sehingga rongga pleuranya berisi nanah.

7. Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan yang di gunakan cara(Wim
de Jong, 2009) :
a. Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan darah
 Pemeriksaan sputum
 Analisa gas darah
 Kultur darah
 Sampel darah, sputum dan urin
b. Pemeriksaan radiologi
 Rontgenogram thorax
 Laringoskopi/bronkoskop

8. Penatalaksanaan
Sudaru, 2009 penatalaksanaan yang dapat diberikan antara lain :
a. Menjaga kelancaran pernafasan
b. Kebutuhan istirahat
Pasien ini sering hiperpireksia maka pasien perlu cukup istirahat, semua
kebutuhan pasien harus ditolong di tempat tidur
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan
Pasien bronkopneumonia hamper selalu mengalami masukkan makanan
yang kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan masukkan
cairan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah
dehidrasi dan kekurangan kalori dipasang infuse dengan cairan glukosa 5%
dan NaCL 0,9%.
d. Mengontrol suhu tubuh
e. Pengobatan
Pengobatan yang diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi.Akan
tetapi, karena hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka
biasanya diberikan penisilin ditambah cloramfenikol atau diberikan
antibiotic yang mempunyai sprectum luas seperti ampisilin.Pengobatan ini di
teruskan sampai bebas demam 4-5 hari. Karena sebagian pasien jatuh ke
dalam asidosis metabolic akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat
diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis gas darah arteri.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Sesuai Kasus
1. Pengkajian
a. Identitas klien Demografi meliputi;nama, umur, jenis kelamin, dan alamat.
b. Keluhan utama
Sebagian besar keluhan utama bronkopneumonia adalah sesak nafas. Sesak
nafas yang muncul akibat dari adanya eksudat yang menyebabkan sumbatan
pada lumen bronkus.
c. Riwayat Penyakit
1) Riwayat penyakit sekarang
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat
mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam
yang tinggi.
2) Riwayat penyakit dahulu
Anak dengan bronkopneumonia sebelumnya pernah menderita penyakit
infeksi yang menyebabkan system imun menurun.
3) Riwayat penyakit keluarga
Terdapat anggota keluarga menderita penyakit paru-paru atau penyakit
infeksi saluran pernafasan yang dapat menularkan kepada anggotanya,
keadaan ini dapat memberikan petunjuk kemungkinan penyakit tersebut
diuraikan.
d. Riwayat Kehamilan
Penyakit bronkopneumonia tidak dipengaruhi oleh adanya gangguan atau
kelainan pada kehamilan/persalinan.
b. Riwayat Tumbuh Kembang
1) Perkembangan
 Anak merasa sedih karena tidak dapat berkumpul bersama teman
sebayanya
 Anak memilik keinginan untuk sembuh
 Anak merasa bosan karena tidak dapat terlalu banyak beraktivitas
2) Pertumbuhan
 BB anak menurun ½ kg setelah 3 hari dirawat
 TB anak
c. Riwayat Imunisasi
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat
penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena sistem
pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
Imunisasi yang diperlukan, diantaranya; BCG, DPT, Polio, Hepatitis B dan
Campak.
d. Riwayat psikososial spiritual
Riwayat psikososial merupakan respon anak terhadap penyakit dan dampak
dari hospitalisasi sesuai dengan tahap perkembangannya yaitu takut dan
menangis bila didekati oleh orang yang tidak dikenal.
e. Pemeriksaan umum
Kesadaran compos mentis sampai koma, keadaan umum lemah dangelisah,
suhu tubuh 39-400C, nadi cepat dan lemah, respirasi cepat dan dangkal, BB
sesuai dengan umur.
f. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik head to toe pada anak dengan bronkopneumonia :
1) Kepala
 bentuk kepala
 warna rambut
 distribusi rambut
 ada lesi atau tidak
 hygiene
 ada hematoma atau tidak
2) Mata
 sklera berwarna merah (ada peningkatan suhu tubuh)
 kaji reflek cahaya
 konjungtiva anemis atau tidak
 pergerakan bola mata
3) Telinga
 simetris atau tidak
 kebersihan
 tes pendengaran
4) Hidung
 ada polip atau tidak
 nyeri tekan
 kebersihan
 pernafasan cuping hidung
 fungsi penciuman
5) Mulut
 warna bibir
 mukosa bibir lembab atau tidak
 mukosa bibir kering (meningkatnya suhu tubuh)
 reflek mengisap
 reflek menelan
6) Dada
 Paru – paru
Inspeksi : Irama nafas tidak teratur, pernapasan dangkal,
penggunaan otot bantu napas
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara paru ronchi
 Jantung
Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada dada sebelah kiri
Perkusi : Suara jantung terdengar redup
Auskultasi : Nada S1 S2 dan lub dup
7) Abdomen
 Inspeksi : bentuk, lesi
 Palpasi : Splenomegali, hepatomegali, nyeri tekan, nyeri lepas,
turgor kulit <3 detik
 Perkusi : Suara abdomen timpani
 Auskultasi :Bising usus meningkat (normal 4-9x/menit)
8) Ekstremitas
 pergerakan sendi terbatas (nyeri sendi)
 kelelahan (malaise)
 kelemahan
 CRT <2 detik dan keluhan
9) Genetalia dan anus
 kelengkap (laki-laki: penis, skrotum; perempuan: labia minora, labia
mayora, klitoris)
 fungsi BAB
 fungsi BAK
10) Keadaan Umum
Suhu : .....................
Nadi : .....................
TD : .....................
RR : .....................
11) Pola Fungsi Kesehatan
Mengenai pola fungsi kesehatan anak dengan penyakit bronkopneumonia
meliputi:
 Aktivitas/istirahatnya yang menimbulkan gejala fatigue dan insomnia,
dengan tanda letargi dan penurunan toleransi terhadap aktivitas.
 Sirkulasinya yang menimbulkan gejala riwayat gagal jantung kronis,
dengan tanda takikardi dan penampilan keperanan atau pucat.
 Integritas ego anak dengan bronkopneumonia akan menerima banyak
stressor sehingga menimbulkan masalah finansialnya.
 Nyeri / Kenyamanan ditandai dengan sakit kepala, nyeri dada
meningkat dan batuk myalgia, atralgia.
 Anak akan timbul gejala kehilangan nafsu makan, mual/muntah,
riwayat DM dan ditandai dengan distensi abdomen, hiperaktif bunyi
usus, kulit kering dengan turgorburukdan penampilan malnutrusi.
 Anak merasakan sakit kepala pada bagian frontal yang ditandai dengan
adanya perubahan mental.
 Anak merasakan nyeri pada bagian dada secara meningkat, batuk
myalgia dan atralgia.
 Pernafasan pada anak dengan bronkopneumonia akan dangkal
menyebabkan pucat atau sianosis bibir/kuku dan menggunakan
bantuan otot aksesori, karena adanya sputum dan pada perkusi
ditemukan pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural
dengan bunyi nafas menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau
nafas berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin
pada kasus rubeda / varisela.
 Penyuluhan yang ditujukan untuk setiap pasien atau orang lain yang
membutuhkan bantuan.
2. Diagnosa Keperawatan (Nanda, 2015)
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
b. Ketidakefektifan pola napas
c. Gangguan pertukaran gas
d. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
e. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
f. Hipertermia
b. Perencanaan Keperawatan(Bulechek, 2013) (Moehead Sue, dkk, 2013)
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Ketidakefektifan bersihan jalan NOC : NIC :


napas (Kode. 00031)
a. Respiratory status : Airway suction
Ventilation a. Pastikan kebutuhan oral / tracheal
Definisi:
b. Respiratory status : suctioning
ketidakmampuan membersihkan
Airway patency b. Auskultasi suara nafas sebelum dan
sekresi atau obstruksi dari
c. Aspiration Control sesudah suctioning.
saluran napas untuk
Kriteria Hasil : c. Informasikan pada klien dan keluarga
mempertahankan jalan napas.
tentang suctioning
Batasan karakteristik : a. Mendemonstrasikan batuk
d. Minta klien nafas dalam sebelum suction
 Batuk yang tidak efektif efektif dan suara nafas
dilakukan.
 Dispnea yang bersih, tidak ada
e. Berikan O2 dengan menggunakan nasal
 Gelisah sianosis dan dyspneu
untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
 Kesulitan verbalisasi (mampu mengeluarkan
f. Gunakan alat yang steril sitiap
 Mata terbuka besar sputum, mampu bernafas
melakukan tindakan
 Ortopnea dengan mudah, tidak ada
g. Anjurkan pasien untuk istirahat dan
 Penurunan bunyi napas pursed lips)
napas dalam setelah kateter dikeluarkan
 Perubahan frekuensi napas b. Menunjukkan jalan nafas
dari nasotrakeal
 Perubahan pola napas yang paten (klien tidak h. Monitor status oksigen pasien
 Sianosis merasa tercekik, irama i. Ajarkan keluarga bagaimana cara
 Sputum dalam jumlah yang nafas, frekuensi pernafasan melakukan suksion
berlebihan dalam rentang normal, j. Hentikan suksion dan berikan oksigen
 Suara napas tambahan tidak ada suara nafas apabila pasien menunjukkan bradikardi,
 Tidak ada batuk abnormal) peningkatan saturasi O2, dll.
Faktor yang berhubungan : c. Mampu Airway Management
Lingkungan mengidentifikasikan dan a. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
 Perokok mencegah factor yang lift atau jaw thrust bila perlu
 Perokok pasif dapat menghambat jalan b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
 Terpajan asap nafas ventilasi
c. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
Obstruksi jalan napas
alat jalan nafas buatan
 Adanya jalan napas buatan d. Pasang mayo bila perlu
 Benda asing dalam jalan e. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
napas f. Keluarkan sekret dengan batuk atau
 Eksudat dalam alveoli suction
 Hiperplasia pada dinding g. Auskultasi suara nafas, catat adanya
bronkus suara tambahan
 Mucus berlebihan
 Penyakit paru obstruksi h. Lakukan suction pada mayo
kronis i. Berikan bronkodilator bila perlu
 Sekresi yang tertahan j. Berikan pelembab udara Kassa basah
 Spasme jalan napas NaCl Lembab
Fisiologis k. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
 Asma keseimbangan.
 Disfungsi neuromuscular l. Monitor respirasi dan status O2
 Infeksi
 Jalan napas alergik

2 Ketidakefektifan pola napas NOC : NIC :


(kode. 00032)
a. Respiratory status : Airway Management
Ventilation a. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
Definisi:
b. Respiratory status : Airway lift atau jaw thrust bila perlu
Inspirasi atau ekspirasi yang
patency b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
tidak memberikan ventilasi
c. Vital sign Status ventilasi
adekuat
Kriteria Hasil : c. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
Batasan karakteristik :
alat jalan nafas buatan
 Bradipnea a. Mendemonstrasikan batuk
d. Pasang mayo bila perlu
 Dispnea efektif dan suara nafas
e. Lakukan fisioterapi dada jikaperlu
 Fase ekspirasi memanjang yang bersih, tidak ada f. Keluarkan sekret dengan batuk atau
 Ortopnea sianosis dan dyspneu suction
 Penggunaan otot bantu (mampu mengeluarkan g. Auskultasi suara nafas, catat adanya
pernapasa sputum, mampu bernafas suara tambahan
 Penggunaan posisi tiga titik dengan mudah, tidak ada h. Lakukan suction pada mayo
 Peningkatan diameter pursed lips) i. Berikan bronkodilator bila perlu
anterior-posterior b. Menunjukkan jalan nafas j. Berikan pelembab udara Kassa basah
 Penurunan kapasitas vitas yang paten (klien tidak NaCl Lembab
 Penurunan tekanan ekspirasi merasa tercekik, irama k. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
 Penurunan tekanan inspirasi nafas, frekuensi pernafasan keseimbangan.
 Penurunan ventilasi semenit dalam rentang normal, l. Monitor respirasi dan status O2
 Pernapasan bibir tidak ada suara nafas Terapi Oksigen
 Pernapasan cuping hidung abnormal)
a. Bersihkan mulut, hidung dan secret
 Perubahan ekskrusi dada c. Tanda Tanda vital dalam
trakea
 Pela napas abnormal (mis. rentang normal (tekanan
b. Pertahankan jalan nafas yang paten
Irama, frekuensi, kedalaman) darah, nadi, pernafasan)
c. Atur peralatan oksigenasi
 Takipnea
d. Monitor aliran oksigen
Faktor yang berhubungan :
e. Pertahankan posisi pasien
 Ansietas
f. Onservasi adanya tanda tanda
 Cedera medulla spinalis hipoventilasi
 Deformitas dinding dada g. Monitor adanya kecemasan pasien
 Deformitas tulang terhadap oksigenasi
 Disfungsi neuromuscular Vital sign Monitoring
 Gangguan muskuloskeletas
a. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Gangguan neurologis (mis.
b. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Elektrosefalogram {EEG}
c. Monitor VS saat pasien berbaring,
positif, trauma kepala,
duduk, atau berdiri
gangguan kejang)
d. Auskultasi TD pada kedua lengan dan
 Hiperventilasi
bandingkan
 Imaturasi neurologis
e. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
 Keletihan
dan setelah aktivitas
 Keletihan otot pernapasan
f. Monitor kualitas dari nadi
 Nyeri
g. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
 Obesitas
h. Monitor suara paru
 Posisi tubuh yang
i. Monitor pola pernapasan abnormal
menghambat ekspansi paru
j. Monitor suhu, warna, dan kelembaban
 Sindrom hipoventilasi
kulit
k. Monitor sianosis perifer
l. Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
m. Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
3 Gangguan pertukaran gas (Kode. NOC : NIC :
00030)
a. Respiratory Status : Gas Airway Management
exchange a. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
Definisi:
b. Respiratory Status : lift atau jaw thrust bila perlu
Kelebihan atau deficit oksigenasi
ventilation b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
dan /atau eleminasi
c. Vital Sign Status ventilasi
karbondioksida pada membrane
Kriteria Hasil : c. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
alveolar-kapiler
alat jalan nafas buatan
Batasan karakteristik : a. Mendemonstrasikan
d. Pasang mayo bila perlu
 Diaforesis peningkatan ventilasi dan
e. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Dispnea oksigenasi yang adekuat
f. Keluarkan sekret dengan batuk atau
 Gangguan penglihatan b. Memelihara kebersihan
suction
 Gas darah arteri abnormal paru paru dan bebas dari
g. Auskultasi suara nafas, catat adanya
 Gelisah tanda tanda distress
suara tambahan
pernafasan
 Hiperkapnia c. Mendemonstrasikan batuk h. Lakukan suction pada mayo
 Hipoksemia efektif dan suara nafas i. Berikan bronkodilator bila perlu
 Hipoksia yang bersih, tidak ada j. Barikan pelembab udara
 Iritabilitas sianosis dan dyspneu k. Atur intake untuk cairan
 Konfusi (mampu mengeluarkan mengoptimalkan keseimbangan.
 Napas cuping hidung sputum, mampu bernafas l. Monitor respirasi dan status O2
 Penurunan karbon dioksida dengan mudah, tidak ada Respiratory Monitoring
 pH arteri abnormal pursed lips) a. Monitor rata – rata, kedalaman, irama
 Pola napas abnormal (mis. d. Tanda tanda vital dalam dan usaha respirasi
Kecepatan, irama, rentang normal b. Catat pergerakan dada, amati
kedalaman) kesimetrisan, penggunaan otot
 Sakit kepala saat bangun tambahan, retraksi otot supraclavicular
 Somnolen dan intercostal
 Takikardia c. Monitor suara nafas, seperti dengkur
 Warna kulit abnormal (mis. d. Monitor pola nafas : bradipena,
Pucat, kehitaman) takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
Faktor yang berhubungan :
e. Catat lokasi trakea
 Ketidakseimbangan ventilasi- f. Monitor kelelahan otot diagfragma
perfusi
 Perubahan membrane (gerakan paradoksis)
alveolar-kapiler g. Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
h. Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crakles dan ronkhi pada
jalan napas utama
i. auskultasi suara paru setelah tindakan
untuk mengetahui hasilnya
4 Risiko ketidakseimbangan NOC : NIC :
elektrolit (Kode. 00195) a. Timbang popok atau pembalut jika
 Nutritional Status : food
diperukan
and Fluid Intake
b. Pertahankan catatan intake dan output
 Fluid balance
Definisi : yang akurat
 hydration
Kerentanan mengalami Kriteria Hasil : c. Monitor status hidrasi (kelembaban

perubahan kadar elektrolit mukosa, nadi adekuat, tekanan darah


a. mempertahankan urine ortostatik), jika dperlukan
serum, yang dapat mengganggu
output sesuai dengan usia d. Monitor vital sign
kesehatan.
dan BB, BJ urine normal, e. Monitor masukan makanan/cairan dan
HT normal
Faktor Risiko : b. Tekanan darah, nadi, suhu hitung intake kalori harian
tubuh dalam batas normal f. Kolaborasi pemberian cairan IV
 Diare
c. Tidak ada tanda dehidrasi, g. Monitor status nutrisi
 Disfungsi ginjal
elastic turgor kulit baik, h. Berikan cairan IV pada suhu ruangan
 Disfungsi pengaturan
membrane mukosa i. Dorong masukan oral
endokrin (mis. Intoleransi
lembab, tidak ada rasa j. Berikan pengganti nasogastrik sesuai
glukosa, peningkatan
haus yang berlebihan output
indsulin growth factor 1
k. Dorong keluarga untuk membantu
{IGF-1}, androgen,
pasien makan
dehydropiandrosterone
l. Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
{DHEA}, dan kortisol)
m. Kolaborasi dokter jika tanda cairan
 Gangguan mekanisme
berlebihan muncul memburuk
pengaturan
n. Atur kemungkinan transfuse
 Kekurangan colume cairan
o. Persiapan untuk transfusi
 Muntah
Hypovolemia Management
 Program pengobatan
a. Monitor status cairan termasuk intake
dan output cairan
b. Pelihara IV line
c. Monitor tingkat Hb dan hematokrit
d. Monitor tanda vital
e. Monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
f. Monitor berat badan
g. Dorong pasien untuk menambah intake
oral
h. Pemberian cairan IV monitor adanya
tanda dan gejala kelebihan volume
cairan
i. Monitor adanya tanda gagal ginjal
5 Ketidakseimbangan nutrisi: NOC : NIC :
kurang dari kebutuhan tubuh
Nutritional Status : food and Nutrition Management
(Kode. 00002)
Fluid Intake
a. Kaji adanya alergi makanan

Definisi : Kriteria Hasil : b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

Asupan nutrisi tidak cukup untuk a. Adanya peningkatan berat menentukan jumlah kalori dan nutrisi

memenuhi kebutuhan metabolic yang dibutuhkan pasien.


badan sesuai dengan
Batasan karakteristik: c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
tujuan
 Berat badan 20% atau lebih b. Berat badan ideal sesuai intake Fe
d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
di bawah rentang berat badan dengan tinggi badan protein dan vitamin C
ideal c. Mampu mengidentifikasi e. Berikan substansi gula
 Bising usus hiperaktif kebutuhan nutrisi f. Yakinkan diet yang dimakan
 Cepat kenyang setelah makan d. Tidak ada tanda tanda mengandung tinggi serat untuk
 Diare malnutrisi mencegah konstipasi
 Gangguan sensasi rasa e. Tidak terjadi penurunan g. Berikan makanan yang terpilih (sudah
 Kehilangan rambut berat badan yang berarti dikonsultasikan dengan ahli gizi)
berlebihan h. Ajarkan pasien bagaimana membuat
 Kelemahan otot pengunyah catatan makanan harian.
 Kelemahan otot untuk i. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
menelan kalori
 Kerapuhan kapiler j. Berikan informasi tentang kebutuhan
 Kesalahan informasi nutrisi
 Kesalahan persepsi k. Kaji kemampuan pasien untuk
 Ketidakmampuan makanan- mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
makanan Nutrition Monitoring
 Kram abdomen
a. BB pasien dalam batas normal
 Kurang informasi
b. Monitor adanya penurunan berat badan
 Kurang minat pada makanan
c. Monitor tipe dan jumlahaktivitas yang
 Membrane mukosa pucat biasadilakukan
 Nyeri abdomen d. Monitor interaksi anak atau orangtua
 Penurunan berat badan selama makan
dengan asupan makanan e. Monitor lingkungan selama makan
adekuat f. Jadwalkan pengobatan dan tindakan
 Sariawan rongga mulut tidak selama jam makan
 Tonus otot menurun g. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
Faktor yang berhubungan :
h. Monitor turgor kulit
 Faktor biologis i. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
 Factor ekonomi mudah patah
 Gangguan psikososial j. Monitor mual dan muntah
 Ketidakmampuan makan k. Monitor kadar albumin, total protein,
 Ketidakmampuan mencerna Hb, dan kadar Ht
makanan l. Monitor makanan kesukaan
 Ketidakmampuan m. Monitor pertumbuhan dan
mengabsorpsi nutrient perkembangan
 Kurang asupan makanan n. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
o. Monitor kalori dan intake nuntrisi
p. Catatadanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
q. Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet
6 Hipertermia NOC NIC

Thermoregulation Fever Treatment


Definisi :
Suhu inti tubuh di atas kisaran Kriteria Hasil : a. Monitot suhu sesering mungkin

normal karena kegagalan b. Monitor IWL


a. Suhu tubuh dalam rentang
termoregulasi c. Monitor warna dan suhu kulit
normal
Batasan Karakteristik : d. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
b. Nadi dan RR dalam
 Apnea e. Monitor penurunan tingkat kesadaran
rentang normal
 Bayi tidak dapat f. Monitor WBC, Hb dan Hct
c. Tidak ada perubahan
mempertahankan menyusui g. Monitor intake dan output
warna kulit dan tidak ada
 Gelisah h. Berikan antipiretik
pusing
 Hipotensi i. Berikan pengobatan untuk mengatasi

 Kejang penyebab demam

 Koma j. Selimuti pasien


k. Lakukan tapid sponge
 Kulit kemerahan l. Kolaborasi pemberian cairan intravena
 Kulit terasa hangat m. Kompres pasien pada lipat paha dan
 Letargi aksila
 Postur abnormal n. Tingkatkan sirkulasi udara
 Stupor o. Berikan pengobatan untuk mencegah
 Takikarda terjadinya menggigl
 Takipnea
Temperature regulation
 Vasodilatasi
a. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Faktor yang berhubungan :
b. Rencanakan monitoring suhu secara
 Agens farmaseutikal kontinyu
 Aktivitas berlebihan c. Monitor TD, nadi, dan RR
 Iskemia d. Monitor warna dan suhu kulit
 Dehidrasi e. Monitor tanda-tanda hipertermi dan
 Pakaian yang tidak sesuai hipotermi
 Peningkatan laju f. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
metabolisme g. Selimuti pasien untuk mencegah
 Penurunan respirasi hilangnya kehangatan tubuh
 Penyakit h. Ajarkan pada pasien cara mencegah
 Sepsis keletihan akibat panas
 Suhu lingkungan tinggi i. Diskusikan tentang pentingnya
 Trauma pengaturan suhu dan kemungkinan efek
negative dari kedinginan
j. Beritahu tentang indikasi terjadinnya
keletihan dan penanganan emergency
yang diperlukan
k. Berikan antipiretik jika perlu

Vital sign monitoring

a. Monitor TD, nadi, suhu dan RR


b. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
c. Monitor vs saat pasien berbaring, duduk
atau berdiri
d. Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
e. Monitor TD, RR, sebelum, selama dan
setelah aktivitas
f. Monitor kualitas dari nadi
g. Monitor frekuensi dan irama
pernapasana
h. Monitor suara paru
i. Monitor pola pernapasan abnormal
j. Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
k. Monitor sianosis perifer
l. Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
m. Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
BAB III
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Anak
Inisial Anak : An. D
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia anak : 3 Tahun 1 bulan
Agama : Islam
Tanggal pengkajian : 5 Juni 2018
Tanggal masuk RS : 4 Juni 2018
d. Keluhan Utama
Ibu an. D mengatakan an. D datang dengan keluhan panas sudah 1 minggu yang
lalu.
e. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu an. D mengatakan an. D panas sudah mulai senin tanggal 28 mei 2018,
hari kamis 31 mei 2018 anak panas lagi, disertai batuk dan pilek di bawa ke
praktek dokter umum sehingga mendapatkan resep obat parasetamol. Hari sabtu
tanggal 2 juni 2018 di bawa ke IGD RSUD K.R.M.T. wongsonegoro dikasih
obat penurun panas dan rujukan hari senin ke poli anak. Hari senin tanggal 4
juni 2018 an. D dibawa ke poli dan dari poli di suruh rawat di RS di Ruangan
Nakula 4.
Saat dilakukan pengkajian tanggal 5 Juni 2018 ibu an. D mengatakan an. D
batuk tapi tidak dapat mengeluarkan dahaknya, demam naik turun, pilek.
Tampak gelisah, bunyi suara nafas ronchi, kulit terasa hangat, anak selalu
menangis ketika perawat setiap melakukan tindakan seperti menyuntik. T:
37,50C, Nadi : 110X/Menit, RR : 35X/Menit. Ro. Thorax: (Cor : Normal,
Pulmo : Broncopneumonia.Terpasang inf. RL 10 tpm ekstremitas atas dekstra.
Terapi yang diberikan Oral (Parasetamol 3x1 cth, ambroxol 5 mg, cetirizien
1/3, salbutamol 0,75 mg, B6 5 mg), injeksi ( ceftriaxone 2X1/2, parasetamol
3X100g)

f. Analisa Data
Data Penyebab Masalah

Ds : Sekresi yang tertahan Ketidakefektifan


 ibu an. D mengatakan bersihan jalan napas
an. D batuk tapi tidak
dapat mengeluarkan
dahaknya

Do :

 Ku : tampak sakit
 Kesadaran : CM
 anak tampak batuk
dahak tidak keluar
 bunyi suara nafas
ronchi
 tampak gelisah
 RR : 35 kali/Menit,
nadi : 110x/menit, S:
37,50C
 Hasil Ro.Thorax :
Bronchopneumonia
Ds : Hospitalisasi Ansietas
 Ibu anak mengatakan
anak selalu menangis
jika perawat
melakukan setiap
tindakan seperti
menyuntik

Do :

 Tampak anak
menangis ketika
dilakukan tindakan
menyuntik
 Tampak gelisah
Ds : Proses penyakit Hipertermia
 Ibu an. D mengatakan
an. D demamnya naik
turun

Do :

 An. D kulitnya terasa


hangat
 Tampak gelisah
 T: 37,50C

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
3. Cemas berhubungan dengan hospitalisasi
C. Intervensi
No Tanggal/ Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx Waktu
1 5/6/18 NOC : NIC :
1. Auskultasi suara napas 1. Mengetahui adanya
 Respiratory status :
gangguan pada suara napas
Ventilation
2. Kaji pola napas 2. Mengetahui ada gangguan
 Respiratory status : Airway
pada pola napas
patency
3. Berikan anak posisi semi 3. Memaksimalkan ventilasi
Setelah dilakukan tindakan
fowler
keperawatan 3x24 jam
4. Lakukan fisioterapi dada 4. Agar dahak bisa keluar
diharapkan masalah
(Penerapan EBN)
ketidakefektifan bersihan
5. Ajarkan teknin batuk efektif 5. Agar dahak bisa keluar
jalan nafas dapat teratasi
(penerapan EBN)
dengan kriteria hasil: 6. Agar dahak bisa hilang
6. Kolaborasi dalam pemberian
a. Mendemonstrasikan batuk ekspektoran
efektif dan suara nafas
yang bersih (mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan
mudah)
b. Menunjukkan jalan nafas
yang paten (irama nafas,
frekuensi pernafasan
dalam rentang normal,
tidak ada suara nafas
abnormal)
2 NOC NIC
1. Monitor suhu kulit 1. Mengetahui adanya
Thermoregulation
peningkatan suhu atau tidak
Setelah dilakukan tindakan 2. Ukur suhu 2. Mengetahui adanya
asuhan keperawatan selama peningkatan suhu
3x24 jam suhu tubuh dalam 3. Ukur nadi dan pernapasan 3. Mengetahui adanya
batas normal takikardi/bradikardi dan

Kriteria Hasil : takepnea.bradipnea


4. Motivasi keluarga untuk 4. Agar suhu bisa turun
a. Suhu tubuh dalam rentang
melakukan kompres air hangat
normal
pada pasien
b. Nadi dan RR dalam
5. Kolaborasi pemberian 5. Agar suhu bisa
rentang normal
c. Tidak ada perubahan antipiretik menurun/hilang
warna kulit dan tidak ada
pusing

3 NOC : NIC
- Kontrol kecemasan 1. Kaji TTV 1. Perubahan TTV menjadi
Setelah dilakukan tindakan indicator adanya stress dan
keperawatan selama 3X24 kecemasan
jam kecemasan teratasi 2. Gunakan pendekatan yang 2. Kecemasan berkurang dan
dengan criteria hasil : menenangkan tidak takut lagi sama
a. Anak tidak rewel pada perawat
saat perawat melakukan 3. Libatkan ibu pada setiap 3. Agar anak tidak merasa
tindakan tindakan keperawatan sendiri
D. Implementasi
No.Dx Tgl/Waktu Implementasi Hasil TTD
1 5 Juni 1. Melakukan Auskultasi suara napas H : Suara napas ronchi
2018 2. mengkaji pola napas H : Pola napas normal
3. Memberikan anak posisi semi fowler H : An. D setengah duduk
4. Melakukan fisioterapi dada (Penerapan H: An. D batuk dan mengeluarkan dahak
EBN) sedikit
5. Ajarkan teknin batuk efektif (penerapan H : An. D melihat dan mempraktekkan
EBN) batuk efektif meskipun tidak sesuai SOP
6. Melakukan kolaborasi dalam pemberian H : ibu An. D mengatakan akan
ekspektoran (Ambroxol) meminumkan obatnya pada An. D
2 1. Melakukan Monitor suhu kulit H : suhu kulit tampak hangat
2. Mengukur suhu H : suhu 37,50C
3. Mengukur nadi dan pernapasan H : Nadi 110X/menit, RR 35X/Menit
4. Memotivasi keluarga untuk melakukan H : An. D telah dikompre dengan air hangat
kompres air hangat pada pasien
5. Malakukan kolaborasi pemberian H : An. D telah diberikan injeksi PCT
antipiretik (Paracetamol)
1. Mengkaji TTV H : S 37,50C, N 110X/menit, RR 35X/Menit
2. Menggunakan pendekatan yang H : An. D sedikit mulai menerima
menenangkan pendekatan
3. Melibatkan ibu pada setiap tindakan H : ibu An. D selalu terlibat dalam setiap
keperawatan kali perawat melakukan tindakan

E. Catatan Perkembangan
No. Dx Tgl/Waktu Evaluasi TTD
1 5/6-2018
16.00 S : Ibu An.D mengatakan An. D masih batuk dan dahaknya keluar sedikit
O : An. D masih batuk dan dahak keluar sedikit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
2 17.00 S : Ibu An. D mengatakan An. D masih sedikit hangat
O : An. D sedikit hangat, S : 370C
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
3 20.00 S : Ibu An. D mengatakan An. D masih takut dan masih nangis saat perawat
melakukan tindakan
O : An. D tampak takut dan menangis saat dilakukan tindakan menyuntik
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1 09.00 S : Ibu An. D mengatakan batuknya sudah berkurang dan dahaknya sudah tidak ada
O : Tampak batuk sedikit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
2 11.00 S : Ibu An. D mengatakan An. D sudah tidak panas lagi
O : S : 36,60C
A: Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
3 12.00 S : Ibu An. D mengatakan An. D masih takut dan masih nangis saat perawat
melakukan tindakan
O : An. D tampak takut dan menangis saat dilakukan tindakan menyuntik
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1 S : Ibu An. D mengatakan An. D sudah tidak batuk lagi dahaknya sudah tidak ada
O : An. D sudah tidak batulk
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
3 S : Ibu An. D mengatakan An. D masih takut dan masih nangis saat perawat
melakukan tindakan
O : An. D tampak takut dan menangis saat dilakukan tindakan menyuntik
A: Masalah belum teratasi
P : Intervensi hentikan. Pasien Pulang
BAB IV
APLIKASI JURNAL EVIDANCE BASED NURSING RISET

A. Data Fokus
Ds :
 ibu an. D mengatakan an. D batuk tapi tidak dapat mengeluarkan dahaknya

Do :

 Ku : tampak sakit
 Kesadaran : CM
 anak tampak batuk dahak tidak keluar
 bunyi suara nafas ronchi
 tampak gelisah
 RR : 35 kali/Menit, nadi : 110x/menit, S: 37,50C
Hasil Ro.Thorax : Bronchopneumonia

B. Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang tertahan
C. Analisa Sintesa/alasan Penerapan Evidance Based Nursing
BRPN

Infeksi saluran pernafasan bagian atas

Kuman berlebihan di broncus

Proses peradangan

Akumulasi secret di broncus

Batuk tidak efektif

Pemberian latihan batuk efektif dan fisioterapi dada

Pengeluaran sputum.dahak

Bersihan jalan nafas teratasi

D. Mekanisme Penerapan EBN


1. Anak yang mengalami ISPA. Anak dengan usia 3-5 tahun.
2. Standar prosedur operasional
c. Persiapan Pasien dan Tempat
Pasien siap, tidak di waktu pasien nangis/rewel, tidak di waktu tidur, makan,
melakukan tindakan keperawatan/medi.dan tempat disiapkan yaitu di bed
pasien.
d. Pengkajian Awal
Riwayat kesehatan yang dialami pasien saat ini
e. Melakukan fisioterapi dada dan batuk efektif
1) Memberitahukan kepada orangtua bahwa anak akan dilakukan fisioterapi
dada
2) Menepuk bagian dada anak dengan telapak tangan elama 1-2 menit dan
menggetarkan bagian dada anak selama 5X ekspirasi setelah itu meminta
anak untuk batuk 2X.
BAB IV
PEMBAHASAN APLIKASI EVIDANCE BASED NURSING

A. Hasil yang Dicapai

Berdasarkan hasil dari penerapan ebn, anak dengan post latihan batuk efektif
dan fisioterapi dada anak mampu mengeluarkan sputum. Dan anak dengan pre
latihan batuk efektif dan fisioterapi dada anak belum mampu mengeluarkan
sputum.

Anak yang mengalami hambatan pada jalan nafas akibat produksi sputum
akan membuat anak tidak nyaman, tidur terganggu akibat dari secret yang ada
pada jalan nafasnya dan bahkan anak rewel/nangis. Oleh karena itu pada anak
dengan penyumbatan jalan nafas akibat secret perlu dilakukan latihan batuk efektif
dan fisioterapi dada agar secret tidak menghambat jalan nafas pasien.

Seperti hasil yang didapatkan pada penelitian (Fauzi, 2015)dengan desain


quasy experiment one grup pre post test without control. Intervensi yaitu latihan
batuk efektif dengan fisioterapi dada diberikan selama sebelum makan dan
sebelum tidur. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan
antara batuk efektif dan fisioterapi dada terhadap pengeluaran sputum pada balita
usia 3-5 tahun p = 0.003 dimana responden yang mengalami pengeluaran sebanyak
19 balita (95%) dan yang tidak mengalami pengeluaran sputum sebanyak 1 balita
(5%). Berdasarkan hasil penelitian ini dan hasil dari penerapan evidence based
nursing pada an. “D” dapat disimpulkan bahwa batuk efektif dengan fisioterapi
dada terhadap pengeluaran sputum pada balita usia 3-5 dapat diterapkan pada
asuhan keperawatan anak di rumah sakit.
B. Kelebihan dan manfaat:

Kelebihan teknik batuk efektif dan fisioterapi dada yaitu:

1. Membersihkan sekret pada jalan nafas


2. Meningkatkan mobilisasi secret
3. Mencegah akumulasi secret pada paru

Adapun kelebihan ebn ini yaitu:


1. Anak dapat mengeluarkan dahaknya
2. Anak akan merasa tidak ada hambatan pada jalan nafasnya
3. Tidak ada suara nafas ngorok-ngorok
4. Dapat mengajarkan orangtuanya apabila sewaktu-waktu anak apabila dalam
kondsi kesehatan yang sama sehingga ibu bisa melakukannya mandiri juga

Kekurangan/ hambatan yang ditemukan selama aplikasi EBN


1. Selama akan dilakukan tindakan EBN anak masih dalam keadaan tidur
sehingga menuggu anak bangun
2. Menunggu suasana / keadaan anak bagus karena kadang anak menangis
3. Selama melakukan tindakan EBN anak dalam keadaan di pangkuan ibunya
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak yang mengalami hambatan pada jalan nafas akibat produksi sputum akan
membuat anak tidak nyaman, tidur terganggu akibat dari secret yang ada pada
jalan nafasnya dan bahkan anak rewel/nangis. Oleh karena itu pada anak dengan
penyumbatan jalan nafas akibat secret perlu dilakukan latihan batuk efektif dan
fisioterapi dada agar secret tidak menghambat jalan nafas pasien.
Seperti hasil yang didapatkan pada penelitian (Fauzi, 2015) dengan desain
quasy experiment one grup pre post test without control. Intervensi yaitu latihan
batuk efektif dengan fisioterapi dada diberikan selama sebelum makan dan
sebelum tidur. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan
antara batuk efektif dan fisioterapi dada terhadap pengeluaran sputum pada balita
usia 3-5 tahun p = 0.003 dimana responden yang mengalami pengeluaran sebanyak
19 balita (95%) dan yang tidak mengalami pengeluaran sputum sebanyak 1 balita
(5%). Berdasarkan hasil penelitian ini dan hasil dari penerapan evidence based
nursing pada an. “D” dapat disimpulkan bahwa batuk efektif dengan fisioterapi
dada terhadap pengeluaran sputum pada balita usia 3-5 dapat diterapkan pada
asuhan keperawatan anak di rumah sakit.

B. Saran

Diharapkan perawat di ruangan anak dapat mengajarkan batuk efektif dengan


fisioterapi dada untuk mengeluarkan secret yang ada pada jalan nafas.
DAFTAR PUSTAKA

Price, sylvia anderson, wilson, lorrani mc carty, 2006. Patofisiologi konsep klinis
proses-proses penyakit, ed 6, volume 1&2. Jakarta : EGC
Bulechek, M.G dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). 6 th Indonesian
Edition. Indonesia: Mocomedia
th
Moorhead Sue, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). 6 Indonesian
edition. Indonesia: Mocomedia
Wim de jong et al. 2005. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: EGC
Muscari, Mary E. Panduan belajar: keperawatan pediatrik, Ed 3. Terjemahan oleh
Alfrina Hany. 2005. Jakarta: EGC
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta:
EGC
Riyadi, Harmoko. 2012. Standard Operating Procedure dalam Praktik Klinik
Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Fauzi, Nuraeni, dkk. 2015. Pengaruh Batuk Efektif dengan Fisioterapi dada
Terhadap Pengeluaran Sputum Pada Balita Usia 3-5 Tahun dengan Ispa Di
Puskesmas Wirosari I. Jurnal keperawatan dan Kebidanan. Stikes Telorejo
Semarang

Anda mungkin juga menyukai