Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH TEHNIK DISTRAKSI VISUAL TERHADAP TINGKAT NYERI PADA ANAK PRASEKOLAH DENGAN

PEMASANGAN INFUS DI RUANG UGD RSU BALIKPAPAN BARU BALIKPAPAN

DISUSUN OLEH

ALIAH

NIM: 21012037
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Saat ini keperawatan anak sudah mengalami perkembangan dan perubahan penting mendasar
pada anak-anak adalah individu yang unik dan sebagai dewasa muda memiliki kebutuhan yang
spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak-anak juga tidak dapat dinilai secara sosial
ekonomi sehingga layak untuk diterima pelayanan kesehatan perorangan dengan optimal.
Munculnya berbagai penyakit yang menyerang anak – anak memang jumlah anak yang dirawat
di rumah sakit semakin banyak, sehingga jumlahnya semakin banyak Anak mengalami stres
akibat hospitalisasi. berdasarkan data Asosiasi Rumah Sakit Anak Nasional di Amerika, hingga 6,5
juta Anak-anak di bawah 17 tahun/tahun tahun (Laporan Kesehatan Nasional CDC, 2013).

presentasi angka kesakitan anak pada tahun 2019 secara keseluruhan, terdapat sebanyak
40,47% anak sakit dan menjalali rawat inap di Rumah sakit swasta 36,34 % di rumah sakit
pemerintah, 16,15 % di puskesmas, 5,41 % di kelinik/perektik dikter bersama, dan 3,21 % praktik
dokter/ bidan serta sisanya menjalani rawat inap tanpa prnngobatan tradisional dan
penngobatan lainnya. berdasarkan data biografi Kalimantan Timut menduduki peringkat ke-23
dengan angka kesakitan anak terbanyak di indonesia dengan jumlah 48,94% anak yang dirawat
di Rs Pemerintah, 21,73% anak yang dirawat di Rs Swasta, 0,00% anak yang brobat di praktik
dokter, 6,64% anak yang berobat di puskesma (Profil Anak Indinesia, 2020).

Efek hospitalisasi adalah suatu keadaan yang memiliki alasan yang dapat direncanakan/ darurat
sehingga mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani setiap terapi dan
perawatan sampai tahap pemulangan untuk dapat kembali ke rumah. selama proses itu terjadi,
anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian
didapatkan beberapa anak mengalami pengaalaman yang traumatis dan memicu setress.
perasaan yang sering muncul biasanya diawali dari cemas, marah, sedih, takut dan merasa
bersalah. (Wulandari, & Erawati, 2016)

prosedur inpasif yang didapatkan oleh anak yang menjalani hospitalisasi diantaranya fungsi vena
( fungsi vena jugularis, fungsi vena femoralis, dan fungsi vena eksremitas), lumbal fungsi, injeksi,
dan pemasangan infus (Wong, 2009). Pemasangan infus adalah salah satu tindakan invasif yang
paling menentukan keberhasilan prosedur selanjutnya. oleh sebab itu pemasangan infus pada
anak harus dilakukan dengan baik, jika tidak dapat mengakibatkan infus macet, bengkak, dan IV
cateter bengkok yang mengakibatkan infus harus dipasang berulang selama dilakukan
perawatan di rumah sakit (Ulfa & Siti, 2017).

Tanggapan anak Prasekolah terhadap Prosedur inpasif, Terutama Prosedur pemesangan infus
yang Menyakitkan menurut Anak-anak cenderung mendorong prawat menjauh, mencoba
mengunci peralatan yang akan digunakan, atau mengunci diri mereka di tempat yang aman
(Wong, 2009). jika prosedur tersebut tidak dilakukan dihawatitkan akan terjadi Masalah seperti
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, makanan dan pengobatan yang tidak memuaskan
dapat dicegah. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan masalah seperti memperburuk kondisi
anak dan menghambat proses penyembuhan serta memperpanjang masa tinggal anak di rumah
sakit. Ini adalah peran dan tanggung jawab profesional kesehatan, terutama staf perawat, untuk
menerapkan teknik pereda nyeri pada pasien. Teknik pengurangan nyeri melibatkan dua hal,
farmakologis dan non farmakologis. Metode non-farmakologi adalah tindakan perawat sendiri
untuk mengurangi nyeri melalui manajemen nyeri, misalnya teknik biofeedback, self-hypnosis,
pengurangan persepsi nyeri, stimulasi kulit, pijat, stimulasi saraf transkutan, distraksi, dan citra
terpandu (Kozier & Erb, 2018).

International Pain Association (1979) menyatakan nyeri itu adalah pengalaman sensorik dan
emosional yang tidak nyaman berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial.
Persepsi nyeri pada anak-anak sangat kompleks dan seringkali sulit dinilai. Meskipun anak-anak
mengalami rasa sakit sejak usia dini, tetapi ada banyak Faktor yang mempengaruhi persepsi
nyeri anak, seperti usia anak, Tingkat perkembangan, kemampuan kognitif dan pengalaman
sebelumnya keyakinan terkait. Pada usia sekolah, anak berkomunikasi secara normal secara
verbal, nyeri yang mereka alami berhubungan dengan lokasi, intensitas dan nyeri nama
(Srouji.R, Ranapalen.S & Schneeweiss.S, 2010).
nyeri pada anak yang tidak ditangani dengan segera akan mengakibatkan tauma fisik maupun
psikis. dampak fisik dari nyeri dibagi menjadi dua yaitu; nyeri akut ( dalam jangka pendek), biasa
ditandai dengan meningkatnya curah jantung dan metabolisme, peningkatan produksi kortisol,
dan peningkatan retensi cairan. dan nyeri kronik (jangka panjang) nyeri ini dapat menimbulkan
dampak psikis dimana nyeri timbul terus-menerus dalam waktu yang lama, sehingga
meningkatkan setress pada anak dan mengakibatkan ketidak mampuan melakukan aktifitas
(Khasanah, Dkk, 2017). Reaksi yang timbul dari anak-anak dari prosedur yang dilakukan selama
masa perawatan berbeda-beda, terutama saat akan dilakukan prosedur pemasangan infus yang
pasti menimbulkan rasa nyeri. Reaksi anak kebanyakan pasti akan menangis, menyembunyikan
tangganya, berteriak, mendorong petugas perawat, beserta reaksi lainya.
Intervensi nonfarmakologi dalam mengatasi nyeri pada anak paling efektif bila disesuaikan
dengan tingkat tumbuh perkembangan anak. Pada anak prasekolah tehnik distraksi sangat
efektif untuk digunakan pada anak yang mengalami nyeri, hal ini disebabkan karna distraksi
merupakan metode untuk menurunkan nyeri pada anak, dan sering membuat anak lebih
menahan nyeri. selain itu anak usia prasekolah juga sudah dfapat diajak berkomunikasi untuk
dapat bekerja sama dan memiliki kemampuan koknitif yang baik (Hasanpour dikutip dalam
Tufecki et al, 2009)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh riska wandini pada tahun 2020 diiketahui ada
pengaruh dari terapi distraksi audio visual dengan pengurangan nyeri pada saat pengambilan
darah. penelitian yang dilakukan ini memiliki karakteristik responden berdasarkan usia yang
paling banyak adalah anak dengan rentan usia 4-5 tahun sebanyak 5 responden dean jenis
kelamin terbanyak adalah anak laki-laki senbanyak 11 orang responden. Dari proses tersebut
rata-rata nyeri pengambilan darah pada anak sebelum dilakukan metode distraksi visual
terdapat 16 orang anak, setelah dilakukan intervensi pemberian distraksi visual. Maka
didapatkan lah pengaruh terapi distraksi visual dengan pengaruh nyeri pada saat pengambilan
darah pada anak (Wandia Riska, 2020).

berdasarkan hasil penelitan sebelumnya diatas dan data yang diperoleh, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul " Bagaimana pengaruh tehnik distraksi audio visual
terhadap tingkat nyeri pemasangan infus pada anak prasekolah dengan pemasangan infus di
Ruang UGD RSU Balikpapan Baru Balikpapan"

B. RUMUSAN MASALAH
Rumah sakit merupakan salah satu tempat dimana anak mangalami tindakan medis yang
menyakitkan dan tidak dapat diduga sebelumnya oleh anak contohnya pemasangan infus
tindakan ini bisa memicu tingkat stress dan kenyemasan yang mengarah kepada pengalan yang
tidak menyenanglan untuk anak. reaksi yang dihasilkan oleh anak bermacam-macam sesuai
dengan usianya. anak- anak cenderung agrasif itu terjadi sebagai proses pertahanan diri,
bertindak mengekspresikan secara verbal dengan mengeluarkan kata-kata membentak,
mendesis dan lain sebagainnya, serta dapat bersifat dependen dengan menutup diri, tidak
kooperatif. untuk dapat mengurani nyeri pemasangan infus tersebut maka dilakukan tindakan
nonfarmakologis seperti tehnik distraksi, namun perlu juga diketahui tingkat nyeri dirasakan
oleh anak pada saat pemasangan infus setelah diberi tehnik distraksi.
Berdasarkan peryataan diatas, dapat dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
"Bagaimana pengaruh tehnik distraksi visual terhadap tingkat nyeri pemasangan infus pada
anak prasekolah dengan pemasangan infus di Ruang UGD RSU Balikpapan Baru Balikpapan"
C. TUJUAN PENELITIAN
a. tujuan umum
Mengetahui pengaruh tehnik distraksi visual terhadap tingkat nyeri pada anak prasekolah
dengan pemasangan infus.
b. tujuan khusus
Mengidentifikasi pengaruh tehnik distraksi visual terhadap tingkat nyeri pada anak
prasekolah dengan pemasangan infus
D. MANFAAT PENELITIAN
adapun manfaat dilakukan penelitian ini adalah:
a. Bagi Rumah Sakit
Menjadi masuakan bagi rumah sakit dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
khususnya pada anak yang mendapat tindakan pemasangan infus
b. Bagi Tenaga Keperawatan
Sebagai referensi yang nantinya akan dijadikan bahan acuan dalam rangka meningkaykan
mutu pemberian pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan khususnya bagi
keperawatan anak.
c. Bagi Pendidikan
Sebagai sumbangan ilmiah dan masukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan
keperawatan di indonesia, khususnya dapat senantiasa berkembang dan meningkatkan
pemahaman tentang pemasangan infus pada anak.
d. Bagi Penelitian
Sebagai data untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan proses pemasangan infus
sekaligus sebagai dasar peningkatan mutu asuhan keperawatan anak.
e. Bagi Peneliti
Sebagai bahan pengetahuan untuk mencari pengalaman dan meningkatkan kemampuan diri
dibidang penelitian serta menambah pengetahuan tentang pengaruh tehnik distraksi visual
terhadap tingkat nyeri pada anak prasekolah dengan pemasangan infus.

Anda mungkin juga menyukai