Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI BRONCOPNEUMONIA


DI RSU PKU MUHAMMMADIYAH WONOSOBO
TAHUN 2023

Makalah ini disusun guna memenuhi Tugas Praktik Klinik Fisoterapi

Disusun oleh:
YURA QOTRUNNADA
109120003

PROGRAM STUDI D III FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AL-IRSYAD CILACAP 2023
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LAHAN

Makalah praktik ini disetujui sebagai tugas praktik klinik Fisioterapi Tingkat 3

semester 6 pada tanggal ……………..

Pembimbing Praktik Klinik

DESTIA ZHELGI N, Amd.Fis


NIP : 2020 12 0586

i
VISI, MISI, MOTTO, KEBIJAKAN MUTU

RSU PKU MUHAMMMADIYAH WONOSOBO

• VISI
Menjadi Rumah Sakit Syariah terpadu (integrated Sharia Hospital) yang turut
bertanggung jawab guna mewujudkan masyarakat utama yang diridhoi oleh Allah
SWT
• MISI
- Memberikan pelayanan prima secara islami dan holistik dengan
mengutamakan mutu dan keselamatan pasien
- Menyediakan insan RS PKU yang berakhlak mulia, memegang teguh nilai-
nilai syariah, prefesional dan kompeten dengan sistem pendidikan
bekelanjutan
- Berperan aktif dalam dakwah pencerahan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat
- Menciptakan sistem kerja yang inovatif, efektif dan evesien dengan fasilitas
terbarukan berbasis ilmu pengetahuan teknologi informasi dan kumunikasi
- Bersinergi dengan individu, lembaga lain, komunitas maupun organisasi lain
secara harmonis
• MOTTO
”KERAMAHAN SEBENARNYA”
• KEBIJAKAN MUTU
- RESPECT
- Menggambarkan bahwa insan PKU senantiasa berupaya memahami
kastemer sehinggga dapat berkomunikasi , meningkatkan kerjasama,
memberi manfaat dan edukasi ADAPTIVE
Menggambarkan bahwa insan PKU senantiasa membuka
pikiran, sehingga mengutamakan sikap selalu belajar, berpikir tebuka,
dinamis dan adaptif

ii
- MORALITY
Menggambarkan bahwa insan PKU senantiasa menjunjung
tinggi kejujuran, kepatuhan dan panggilan jiwa terhadap profesi
- APPRECIATIVE
Menggambarkan bahwa insan PKU senantiasa melaksanakan
amanah dengan mengedepankan pelayanan yang prefesional, handal,
antusias, sabar, tekun dan bertanggung jawab
- HOSPITALITY
Merupakan janji bahwa insan RS PKU senantiasa melayani
dengan sepenuh hati karena kecintaan kepada Allah, Rasul-nya,
sesama manusia dan alam semesta ciptaan nya.
Petugas yang dlam melakukan pengadaan untuk pelayanan kepada pelanggan
mengutamakan yang baik dan bisa digunakan. Kualitas alat baik dan harga
terjangkau.
* IRIT
Petugas yang tidak melakukan pemborosan (Efisien dan efektif)
* TERAWAT
Setiap sarana dan prasarana selalu dalam kondisi siap pakai dan alat dapat dipakai
dalam waktu yang lama. Dirawat seperti merawat diri sendiri.

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, Puji syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah Swt yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga seiring

dengan hidayah-Nya itu penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada

waktunya.Terimakasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada bapak Adrian

wisnu wardhana selaku Pembimbing Lahan RS PKU MOHAMMMADIYAH

WONOSOBO yang telah memberikan arahan terkait makalah ini. Dalam penulisan

makalah ini mungkin terjadi kesalahan-kesalahan. Namun bukanlah kesalahan yang

tersengaja melainkan karena khilafan dan kelupaan. Demikian, harapan penulis

semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi fisioterapis. Dan menambah referensi

yang baru sekaligus ilmu pengetahuan yang baru pula, amiin.

Wonosobo, Juni 2023

Yura QotrunNada

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LAHAN ........................................... i


VISI, MISI, MOTTO, KEBIJAKAN MUTU ......................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Pembatasan Masalah ..................................................................................... 2
1.4 Perumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.4.1 Tujuan Penulisan..................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
2.1 Deskripsi Teoritis .......................................................................................... 3
2.1.1 Definisi kasus .......................................................................................... 3
2.1.2 Anatomi .................................................................................................. 3
2.1.3 Etiologi.................................................................................................... 5
2.1.4 Patofisiologi ............................................................................................ 5
2.2 Kerangka Berfikir .......................................................................................... 6
BAB III LAPORAN KASUS.................................................................................. 7
3.1 KETERANGAN UMUM PASIEN ............................................................... 7
3.2 DATA MEDIS RUMAH SAKIT .................................................................. 7
3.3 SEGI FISIOTERAPI ..................................................................................... 8
3.4.EVALUASI TERAPI: ................................................................................. 16
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 21
4.1 Uraian Umum .............................................................................................. 21
4.2 Problematika Pasien .................................................................................... 21
4.3 Hasil Perkembangan Terapi ........................................................................ 21
BAB V PENUTUP................................................................................................ 22
5.1 Simpulan ...................................................................................................... 22
5.2 Saran ............................................................................................................ 22

v
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jalur pernafasan ......................................................................... 3


Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berfikir .......................................................... 6

vii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bronkopneumonia merupakan radang yang menyerang paru-paru


dimana daerah konsolidasi atau area putih pada paru-paru terdapat cairan
atau seluler yang tersebar luas disekitar bronkus dan bukan bercorak lobaris.
Istilah untuk Bronkopneumonia digunakan dalam menggambarkan
pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu
atau lebih area terlokalisasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru.
Bronchopneumonia adalah salah satu jenis dari pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang
berdekatan di sekitarnya (Suzanne, 2018). Bronchopneumonia merupakan
radang paru yang disebabkan oleh bermacam etiologi seperti jamur, bakteri,
virus dan benda asing (Husein, 2020).
Berdasarkan data dari Riskesdas (2018) prevalensi penyakit
pneumonia mengalami kenaikan dari 1,6% menjadi 2%. Sedangkan hasil
tinjauan kasus pada tahun 2017 penderita pneumonia digolongkan
berdasarkan jenis kelamin, jumlah penderita pneumonia pada perempuan
(46%) lebih sedikit dibandingkan dengan kasus pneumonia pada laki- laki
(54%).
1.2 Identifikasi Masalah

Tanda dan gejala bronkopneuomonia menurut (Makiram, 2022) yang sering


terjadi yaitu :

1. Demam.
2. Kesulitan bernapas, seperti sesak napas.
3. Nyeri dada yang mungkin memburuk dengan batuk atau bernapas
dalam-dalam.
4. Batuk berlendir.

1
2

5. Berkeringat.
6. Menggigil.
7. Pusing.
8. Mual dan muntah.
9. Batuk darah.

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah pada laporan makalah ini adalah : Batuk berdahak


menggunakan interverensi Infra red radiating dan Chest Physiotherapy
1.4 Perumusan Masalah

1 Bagaimana penggaruh penggunaan modalitas infra red radiating untuk


Merilekssasikan otot dan mengenceran dahak pada pasien
bronkopneumonia?
2 Bagaimana pengaruh Chest Physiotherapy untuk mambntu mengelurkan
dahak pada pasien bronkopneumonia?
1.4.1 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh infra red radiating dan Chest
Physiotherapy meringankan batuk berdahak dan mengeluarkan dahak
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui pengaruh pemberian infra red radiating untuk
merileksasikan otot dan mengencerkan dahak
b) Untuk mengetahui pengaruh batuk efektif untuk membantu
mengelurkan dahak
BAB II

KERANGKA TEORI
2.1 Deskripsi Teoritis

2.1.1 Definisi kasus

Pneumonia adalah penyakit yang menyerang alveoli (kantung berisi


udara di paru-paru). Umumnya ada tiga jenis penyebab pneumonia yaitu
bakteri, jamur, dan virus. Penyakit pneumonia ini membuat kantung udara
di paru-paru terisi oleh nanah, sehingga terjadi gangguan
pernafasan.(Kurniawati, 2020)
Orang dengan penyakit pneumonia dapat ditemukan tanda seperti
peningkatan suhu yang mendadak dan kemungkinan disertai dengan kejang,
anak gelisah, sesak, sianosis, pernafasan cuping hidung, kadang-kadang
disertai dengan muntah dan diare serta awalnya batuk kering menjadi batuk
produktif. Pemeriksaan fisik khususnya suara nafas ditemukan adanya suara
vesikuler dan melemah, adanya ronki basah, halus, dan nyaring.(Kurniawati,
2020)
2.1.2 Anatomi

Gambar 2.1 Jalur pernafasan


1. Rongga hidung
Rongga hidung terletak pada belakang cuping hidung, berperan sebagai
saluran pembersih udara yang paling utama ketika udara masuk menuju
paru-paru.Rongga hidung memiliki berberapa bagian, yaitu vastibulum

3
4

bagian olfactory dan bagian pernafasan. Hidung sendiri dipisahkan oleh


sepetum nasal, rongga nasal yang dekat dengan lubang hidung memiliki
lapisan kulit dan bulu. Bulu ini memiliki peran penting untuk membantu
menangkap partikel kecil yang terinspirasi, mencegah masuk ke saluran
pernafasan bawah sehingga akan menimbulkan terjadinya infeksi. Rongga
nasal dan sinus terdapat lapisan mukosa, yang terdapat sila rambut untuk
menyaring partikel yang tidak diinginkan, dan berberapa kelanjar penghasil
mucus. Di sebelah belakang rongga hidung terhubung dengan nasofaring
melalui dua lubang yang disebut choanea (Patwa A and Saha A, 2018)
2. Rongga Mulut
Muncul suatu suara, disebabkan udara melewati pita suara di laring sehingga
mengakibatkan begetarnya pita suara, udara yang keluar masuk pada mulut
dan juga terdapat ruanga dengung resonansi yang berfungsi untuk suara
percakapan (Patwa A and Saha A, 2018)
3. Laring
Merupakan saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan, berada diantara
orofaring dan trakea didepan lariofaring. Salah satu tulang rawan pada laring
disebut epligotis. Epligotis terletak pada ujung pangkal laring, yang
diselaputi membrane mukosa terdiri dari epitel berlapis tebal sehingga
mampu menahan 12 getaran suara dari laring. Fungsi laring menghasilkan
suara dan juga sebagai tempat keluar masuk udara. Pangkal tenggorokan
disusun oleh berberapa tulang rawan yang membentuk jakun. Pada pangkal
tenggorokan terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada udara dari
paru-paru, misalnya pada saat berbicara (Patwa A and Saha A, 2018).
4. Trakea
Tenggorokan seperti pipa panjang ± 10 cm, terletal pada sebagian leher dan
sebagian dirongga dada dikelilingi 16 - 20 cincin tulang rawan dan bagian
rongga bersila. Sila- sila yang memiliki fungsi menyaring benda asing yang
masuk ke saluran pernafasan. Trakea terletak pada sebelah depan
kerongkongan (Patwa A and Saha A, 2018).
5

5. Bronkus
Didalam paru terdapat bronkus kiri dan kanan dan bercabang kembali
menjadi bronkiolus. Bronkus sebelah kanan terbagi menjadi tiga bagian dan
Bronkus sebelah kiri terbagi menjadi dua bagian. Cabang yang paling kecil
kecil nanti akan masuk ke dalam gelembung paru- paru atau alveolus
(PatwaA and Saha A, 2018).
6. Bronkiolus
Cabang dari bronkus merupakan cabang tenggorokan yang terletak setelah
trachea sebelum paru- paru, memiliki fungsi mengalirkan udara dari
bronkus menuju aveoli. 13
7. Alveolus
Sebuah kantong udara yang berdinding tipis, fungsi alveolus sebagai tempat
pertukaran oksigen dan karbondioksida antara darah dan uara di hirup.
Bentuk alveolus bulat polygonal, septa antara alveoli disongkong oleh serat
kolagen, dan elastis halus (Patwa A and Saha A, 2018).
2.1.3 Etiologi

Bronchopneumonia disebabkan oleh bakteri, virus, mycoplasma


pneumonia, jamur dan gram negative lainnya (Husein, 2018). Penyebab lain
terjadinya bronchopneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada
pasien yang daya tahan tubuhnya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal
yang terdapat dalam mulut dan area adanya pneomocystis crania, Mycoplasma
(Suzzane, 2018). Selain itu penyakit bronchopneumonia dapat diakibatkan oleh
adanya perubahan keadaan pasien seperti gangguan kekebalan dan penyakit
kronik, polusi lingkungan dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat hingga
menimbulkan perubahan karakteristik pada kuman (Amin, 2018).
2.1.4 Patofisiologi

Bronchopneumonia terjadi sebagai akibat inhalasi mikroba yang ada di


udara, aspirasi organisme dari nasofaring atau penyebaran hematogen dari
fokus infeksi yang jatuh. Bakteri yang masuk ke paru melalui saluran nafas
masuk ke bronkioli dan alveoli menimbulkan reaksi peradangan hebat dan
menghasilkan cairan edema dalam alveoli dan jaringan interstitial.
6

2.2 Kerangka Berfikir

Bronkopneumonia

Infrared Radiating - Adanya sputum Middline


- Adanya pola nafas Auskultasi
Chest physiotherapy tidak efektif GCS

Tujuan Akhir
- Dahak berkurang
- Pola nafas baik

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berfikir


BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 KETERANGAN UMUM PASIEN

Nama : An.S
Umur : 4 bulan
Jenis kelamin : perempuan
Pekerjaan :-
Agama : Islam
Alamat : sibungkang 2/6 beran

3.2 DATA MEDIS RUMAH SAKIT

A. Diagnosa Medis:
Bronkopneumonia
B. Catatan Klinis:
Radiografi thorax, AP view, kesan : infiltrat d aspek basal pulmo dextra,
mengarah pneumonia. CTR tak valid dnilai, konfigurasi cor membesar.

C. Terapi Umum:
Medika mentosa :
- Oral : Maltofer drop (1 x 15 ml), obat puyer ( 3 x 1 )
- Injeksi: Ampicilin sulbactam (3 x 200), dexametason (3 x 0,75), paracetamol (3
x 50), gentamisin 35 mg (1 x 35)
- Nebulasi: Nebu ventolin 1,5 ml + NacL 2,5 ml (3 x 1)

D. Rujukan Fisioterapi Dari Dokter:


pasien mendapatkan rujukan Fisioterapi dari poli paru melalui dokter Rehab
Medik

7
8

3.3 SEGI FISIOTERAPI

1. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama: Orang tua An.S mengeluhkan anaknya demam, sesak nafas, batuk
berdahak dan sulit untuk mengeluarkan sputum.
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pada tanggal 19 April 2023 pukul 04.00 WIB pasien mengalami demam,
batuk, muntah dan sesak nafas, kemudian pada hari yang sama dibawa ke rumah
sakit PKU Muhammadiyah Wonosobo. Saat ini usia pasien 4 bulan, dimana
pasien lahir normal dengan BB 2,1 kg. BAB normal, BAK normal, nafsu makan
menurun. Dirujuk ke fisioterapi pada tanggal 26 April 2023 untuk penangan
lebih lanjut.
c. Riwayat Penyakit Dahulu:
Usia kehamilan cukup, lahir normal dengan BB 2,1 kg, saat melahirkan bayi
tertahan cukup lama hingga hanya sebagian kepala baru keluar akibatnya
terdapat tanda lahir berupa cekungan pada lingkar kepala.
d. Riwayat Pribadi:
Pasien merupakan anak pertama dan berusia 4 bulan
e. Riwayat Keluarga:
Tidak ada keluhan
f. Anamnesa Sistem
1.) Kepala Dan Leher:
Terdapat cekungan pada lingkar kepala, leher tidak ada keluhan
2.) Sistem Kardiovaskuler:
Pasien tidak mengeluhkan nyeri dada dan jantung berdebar-debar
3.) Sistem Respirasi:
Adanya sesak nafas dan batuk
4.) Sistem Gastroinstestinal:
Pasien tidak memiliki keluhan mual dan muntah serta BAB lancar dan
terkontrol
5.) Sistem Urogenital:
Pasien tidak memiliki gangguan BAK, serta BAK lancar dan terkontrol
9

6.) Sistem Muskuloskeletal:


Adanya sedikit spasme pada otot bantu pernafasan
7.) Sistem Nervorum:
Pasien tidak mengeluhkan nyeri menjalar dan kesemutan
2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda Vital
1.) Tekanan Darah :-
2.) Denyut Nadi :-
3.) Frek. Pernafasan : 117 X Permenit
4.) Temperatur : 360 C
5.) Tinggi Badan : 54 Cm
6.) Berat Badan : 4 Kg
7.) Spo2 : 91%
b. Inspeksi:
Statis : keadaan umum cukup, bentuk dada normal dan simetris, terpasang
infus pada pasien
Dinamis:pergerakan diding dada simetris, peningkatan frekuensi nafas cepat
c. Palpasi:
1. Ada spasme pada M. Pectoralis major
2. Tidak teraba benjolan pada kelenjar tiroid
d. Perkusi:
Dari perkusi hasil yang didapati redup disemua lobus anterior dextra dan
sinistra
e. Auskultasi:
Dari hasil auskultasi didaapati adanya bronkhial dan ronkhi disemua lobus
anterior dextra dan sinistra
10

f. Gerakan Dasar
1.) Gerakan Aktif:
Tabel 3. 1 Gerakan aktiv

Gerakan Rom Nyeri/tidak nyeri


Regio
Shoulder bilateral Fleksi Full ROM Tidak nyeri
Ekstensi Full ROM Tidak nyeri
Abduksi Full ROM Tidak nyeri
Adduksi Full ROM Tidak nyeri
2.) Gerakan Pasif
Tidak dilakukan
3). Gerakan aktif melawan tahanan
Tidak dilakukan
g.Kognitif,Intra Ersonal & Inter Personal :
1. Koginif : Pasien bisa menangis
2. Intra personal : Pasien bisa kontak mata, orang tua pasien memiliki
semangat dalam menjalani kesembuhan pasien
3. Inter Personal : Pasien hanya mampu menangis
g. Kemampuan Fungsional & Lingkungan Aktifitas :
Kemampuan Fungsional : nafsu meminum asi menurun
Kemampuan Aktifitas : Pasien dalam keadaan rawat inap
11

3. PEMERIKSAAN SPESIFIK

a. Tes Pemeriksaan refleks patologis


Tabel 3. 2 Tes Pemeriksaan refleks patologis

Refleks Reaksi
No
Babienski Muncul
1
Grasping Muncul
2
Rooting Muncul
3

b. Test pemeriksaan kesadaran dengan Glasgow Coma Scale


Nilai E4V5M5
Keterangan :
- Eye
1 : Tidak membuka
2 : Dengan rangsangan nyeri
3 : dengan diajak berbicara
4 : spontan
- Motorik
1 : tidak ada gerakan
2 : ekstensi lengan, adduksi, endorotasi bahu, pronasi lengan bawah
3 : fleksi lengan dengan adduksi bahu
4 : fleksi cepat, abduksi baju (reaksi)
5 : gerakan normal
6 : sesuai perintah
- Verbal
1 : tidak ada suara
2 : hanya mengerang
3 : berkata tidak sesuai
12

4 : jawaban kacau
5 : orientasi baik

c. Tes spuntum dan dahak menggunakan Auskultasi


Tabel 3. 3 Tes spuntum dan dahak menggunakan Auskultasi

Hasil Tempat
Suara/ bunyi
Bronchial (+) (+) Lobus anterior midlle dextra dan
sinistra
Ronkhi (+) (+) Lobus anterior middle dextra dan
sinistra

d. Test pemeriksaan ekspansi sangkar thoraks


Tabel 3 4 Tes pemeriksaan ekspansi sangkar thoraks

Posisi Inspirasi Ekspirasi


Bagian
awal
37 cm 38 cm 40 cm
Axilla
37 cm 38 cm 40 cm
Ics 4
37 cm 38 cm 40 cm
Processus xypoidius
A. DIAGNOSA FISIOTERAPI
1. Impairment:
1. Adanya spasme otot bantu pernapasan M. Pectoralis major
2. Adanya penempukan sputum pada lobus anterior middle dextra dan sinistra
3. Adanya pola nafas tidak efektif
2. Particpant Of Retraction:
Adanya keterbatasan hubungan dengan keluarga karena pasien masih di
lakukan rawat inap dirumah sakit
3. Functional limitation:
Nafsu minum asi pasien menurun
13

B. PERENCANAAN TINDAKAN FISIOTERAPI


1. Tujuan Terapi
a. Tujuan Jangka Panjang:
Meningkatkan kondisi umum batas cukup baik
b. Tujuan Jangka Pendek:
1. Mengurangi spasme pada M. Pectoralis major
2. Mengurangi spuntum middle anterior dextra dan sinistra
2. TINDAKAN FISIOTERAPI
a. Teknologi Yang Dilaksanakan:

1. Infra Red Radiating


2. Chest Physiotherapy

b. Teknologi Alternatif:
1. Prolog slow expiratory
c. Edukasi:
a. memberikan contoh kepada keluarga pasien cara melakukan clapping dan
vibration yang baik serta melakukan positioning saat melakan intervensi
tersebut
b. Tepukan dilakukan halus dan gentle serta getaran sesaat setelah
memposisikan pasien
c. Dapat dilakukan setelah nebulizer, pagi hari serta sore hari
d. Pastikan pasien dalam keadaan nyaman dan tidak sedang menangis atau
setelah menyusu agar menghindari pasien tersedak
e. Pasien disarankan untuk sering berjemur dipagi hari
d. Perencanaan Evaluasi:
1. Evaluasi kesadaran menggunakan GCS
2. Evaluasi spuntum dahak menggunakan auskultasi
3. Evaluasi ekspansi sangkar thoraks
C. PELAKSANAAN TERAPI
1. Terapi Ke-1 Tanggal 26 april 2023
a. Infrared
Tujuan : merileksasikan otot pernafasan dan mengencerkan sputum
Procedure :
- Memposisikan pasien
14

- Menghubungkan IR dengan sumber listrik


- Putar IR ke arah ON
- Arahkan sinar kebagian dada dan punggung
- Pastikan IR dalam keadaan hangat dan tidak panas mengenai tubuh pasien
Dosis waktu : 10 menit
b. Chest physiotherapy
Procedure :
1) Chest percussion :
Tujuan : pembersihan dnegan tepukan pada dada dan/atau punggung untuk
membantu melonggarkan ketebalan dari sekresi
Procedure :
- Posisikan tangan agak menekuk sehingga membuat cekungan pada telapak
tangan
- Tepuk dengan kuat 6 area dada dan punggung anak selama 2 hingga 4 menit
2) Vibration
Tujuan : membantu dengan lembut memberikan getaran pada sptum
sehingga saluran udara menjadi besar, sehingga membuatnya lebih mudah
untuk batuk. Teknik ini juga bermanfaat dalam mendorong sekresi dan
melonggarkan sepanjang bronkus ke trakea
Procedure :
- Meletakkan tangan secara datar dan tegas terhadap dinding dada, di atas
segmen paru yang sesuai untuk diberikan getaran.
- Kemudian berikan getaran
- Lakukan selama 2 sampai 4 menit
c. Positioning
Tujuan : memposisikan pasien agar mengarahkan sputum pada jalan nafas
yang lebih besar sehingga pasien mudah untuk mengeluarkannya
dengan batuk
Procedure :
15

2. Terapi Ke-2 Tanggal 13 juni 2022


a. Infrared
Tujuan : merileksasikan otot pernafasan dan mengencerkan sputum
Procedure :
- Memposisikan pasien
- Menghubungkan IR dengan sumber listrik
- Putar IR ke arah ON
- Arahkan sinar kebagian dada dan punggung
- Pastikan IR dalam keadaan hangat dan tidak panas mengenai tubuh pasien
Dosis waktu : 10 menit
b. Chest physiotherapy
Procedure :
1) Chest percussion :
Tujuan : pembersihan dnegan tepukan pada dada dan/atau punggung untuk
membantu melonggarkan ketebalan dari sekresi
Procedure :
- Posisikan tangan agak menekuk sehingga membuat cekungan pada telapak
tangan
- Tepuk dengan kuat 6 area dada dan punggung anak selama 2 hingga 4 menit
2) Vibration
Tujuan : membantu dengan lembut memberikan getaran pada sptum
sehingga saluran udara menjadi besar, sehingga membuatnya lebih mudah
untuk batuk. Teknik ini juga bermanfaat dalam mendorong sekresi dan
melonggarkan sepanjang bronkus ke trakea
Procedure :
- Meletakkan tangan secara datar dan tegas terhadap dinding dada, di atas
segmen paru yang sesuai untuk diberikan getaran.
- Kemudian berikan getaran
- Lakukan selama 2 sampai 4 menit
c. Positioning
Tujuan : memposisikan pasien agar mengarahkan sputum pada jalan nafas
yang lebih besar sehingga pasien mudah untuk mengeluarkannya
dengan batuk
16

Procedure :

E. Prognosis:
1. Quo ad Vitam : Bonam
2. Quo ad Sanam : Bonam
3. Quo ad Functional : Bonam
4. Quo ad Cosmeticam : Bonam
3.4. EVALUASI TERAPI:
1. Evaluasi kesadaran menggunakan GCS
Tabel 4. 1 Evaluasi kesadaran menggunakan GCS

T2
T1
E4M5V5
E4M5V5

2. Evaluasi spuntum dan dahak menggunakan auskultasi


Terapi 1
Tabel 4. 2 Evaluasi spuntum dan dahak menggunakan auskultasi

Hasil Tempat
Suara/ bunyi
Bronkhial (+) (+) Lobus anterior midlle dextra dan sinistra
Ronkhi (+) (+) Lobus anterior middle dextra dan sinistra
17

Terapi 2
Hasil Tempat
Suara/ bunyi
Bronkhial (+) (+) Lobus anterior midlle dextra dan sinistra
Ronkhi (+) (+) Lobus anterior middle dextra dan sinistra

3. Evaluasi ekspansi sangkar thoraks


Tabel 4. 3 Evaluasi ekspansi sangkar thoraks

T1 T2
Bagian
37 cm 37 cm
Axila
38 cm 38 cm
Ics 4
40 cm 40 cm
Procesus xypoideus
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Uraian Umum

Pasien atas nama An. S berusia 4 bulan dengan kondisi Bronkopneumonia


retensi spuntum, menjalani proses pengobatan RS PKU MUHAMMADIYAH
WONOSO. Pasien mendapatkan penanganan dari Fisioterapi berupa Infra red
Radiating, Chest physiotherapy bertujuan untuk mengurangi dahak.
4.2 Problematika Pasien

Permasalahan yang terjadi pada pasien:


1. Adanya spasme pada otot bantu pernapasan M. Pectoralis major
2. Adanya spuntum middle anterior dextra dan sinistra
4.3 Hasil Perkembangan Terapi

Selama menjalani terapi sebanyak 2 kali didapatkan hasil bahwa ada


pengurangan dahak, spasme otot.

21
BAB V

PENUTUPAN
5.1 Simpulan

Pasien An. S dengan diagnosa Bronkopneumonia retensi spuntum mengalami


spasme otot dan adanya dahak, Diberiakan interverensi fisioterapi berupa Infrared
Radiating, Chest Physioterapy selama 2 kali terapi yang diberikan, kondisi pasien
cukup stabil dahaknya sudah berkurang dan menurunnya spasme otot bantu
pernapasan.
5.2 Saran

1. Untuk Pasien
Pasien harus rajin melakukan batuk efektif yang telah dilakukan di Rs dan
dilakukan dirumah sesering mungkin untuk mengeluarkan dahak yang ada di paru
kanan dan kiri
2. Untuk Fisioterapi
Sebagai salah satu tenaga kesehatan fisioterapi yang ikut bertanggung jawab
terhadap pelayanan kesehatan, hendaknya selalu melakukan pemeriksaan yang
lebih cermat, serta mendapatkan diagnosis yang tepat. Diharapkan kepada
masyarakat apabila menjumpai kasus seperti ini segera diperiksakan dan
mendapatkan penanganan yang tepat . dan Fisioterapi melakukan penanganan
kepada pasien sesuai dengan SOP (Standar Operasional Procedure)
3. Untuk Pembaca
Dengan adanya makalah ini penulis dapat menyebarkan dan memeberi informasi
kepada masyarakat umum serta memperkenalkan peran fisioterapi dikalangan
masyarakat

22
DAFTAR PUSTAKA

Husein A, Rusepno H, dan staf penagajar IKA FKUI. 2018. Buku Kuliah Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika.
Kurniawati, M. P. 2020. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus
Bronchopneumonia Di Rs. Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga‫ر‬. Pontificia
Universidad Catolica Del Peru, 8(33), 44.
Muh Amin, Algasafh,h.,. Pengantar Ilmu Penyakit Paru, airlangga university press.
2018. Hal 42-50
Makarim F. R . (2022). Bronkopneumonia
https://www.haladoc.com/kesehatan/bronkopneumonia
Patwa, A., & Shah, A. 2018. Anatomy And Physiology Of Respiratory System
Relevant To Anaesthesia. Indian Journal Anaesth:533-541.
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G. 2018. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth. Edisi 8, Alih bahasa oleh Agung
Waluyo…(dkk). Jakarta; EGC

22

Anda mungkin juga menyukai